Download - LAPORAN Nia Bobot Molekul
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerapatan dan bobot jenis merupakan hal yang penting dalam bidang Kimia
Fisika. Perhitungan kerapatan dan bobot jenis ini termasuk dasar dalam praktikum
Kimia Fisika karena nilainya sering digunakan. Sehingga dirasa sangat penting
untuk mengetahui pengukuran dan perhitungannya. Metode yang dipakai ada
beberapa. Namun perlu terlebih dahulu diketahui apa sebenarnya yang dimaksud
dengan kerapatan dan bobot jenis.
Kerapatan dan bobot jenis merupakan dua hal yang berbeda. Kerapatan
merupakan bilangan yang menyatakan perbandingan bobot sejumlah larutan pada
suhu T oC dengan bobot sejumlah air pada suhu 4 oC pada volume yang sama.
Sedangkan bobot jenis adalah bilangan yang menyatakan perbandingan bobot
sejumlah larutan dengan bobot sejumlah air pada suhu yang sama dan volume yang
sama. Kedua hal ini dapat dikatakan sebagai hal yang sederhana dalam Kimia Fisika,
namun tetaplah penting karena merupakan dasar yang dibutuhkan dalam praktikum
selanjutnya. Metode yang digunakan dalam pengukuran kerapatan dan bobot jenis
suatu zat ada banyak, di antaranya dengan menggunakan aerometer, neraca
Westphal, dan piknometer.
Penulis menyadari akan pentingnya pengukuran kerapatan dan bobot jenis
suatu larutan. Selain itu, penulis juga merasa memiliki pengetahuan yang kurang
mengenai praktik pengukuran kerapatan dan bobot jenis dengan beberapa metode.
Sehingga hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini, yakni tentang
penentuan kerapatan dan bobot jenis. Adapun alat pengukur bobot jenis yang kali ini
digunakan adalah neraca Westphal dan piknometer dengan menggunakan zat yang
akan ditentukan kerapatan dan bobot jenisnya berupa akuades, metanol, dan
kloroform.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari cara
penentuan kerapatan dan bobot jenis suatu zat dengan menggunakan beberapa
metode pengukuran.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kerapatan dan bobot jenis
beberapa zat yaitu akuades, metanol, dan kloroform dengan menggunakan neraca
Westphal dan piknometer.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini adalah mengukur dan menghitung kerapatan dan bobot
jenis beberapa zat yaitu akuades, metanol, dan kloroform dengan menggunakan
Neraca Westphal dan piknometer kemudian membandingkannya dengan nilai
kerapatan dan bobot jenis secara teori.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengukuran
Dua sistem yang sering digunakan saat ini adalah sistem Inggris (dimana
jarak sering diukur dalam kaki dan berat dalam pon), dan sistem metrik (jarak diukur
dalam meter atau kilometer, dan benda ditimbang dalam gram atau kilogram) (Segal,
1985).
Ilmuwan telah lama menggunakan sistem metrik daripada daripada sistem
Inggris. Selama seperempat abad terakhir telah dilakukan upaya berkelanjutan untuk
dapat menerapkan satu set unit saja untuk pengukuran ilmiah. Pada tahun 1960,
satuan SI (Systeme Internationale d'Serikat) telah diterima oleh Organisasi
Internasional, Konferensi Umum tentang Berat dan Ukuran, dan kemajuan telah
dibuat dalam mencapai tujuan yaitu penggunaan satu unit untuk setiap jumlah yang
mendasar. Namun demikian, untuk alasan sejarah, untuk kenyamanan, dan karena
orang merasa sulit untuk melepaskan satuan yang dulunya mereka biasa gunakan,
sehingga digunakan lebih dari 1 jenis satuan (Segal, 1985).
Pengamatan adalah dasar untuk semua ilmu pengetahuan. Pengamatan
kuantitatif, atau pengukuran, selalu terdiri dari dua bagian yaitu jumlah dan skala
(disebut satuan). Kedua bagian tersebut penting untuk dicantumkan (Zumdahl, 1997).
Ilmuwan terdahulu telah menyatakan bahwa satuan standar harus
dicantumkan agar pengukuran tersebut berarti. Adanya perbedaan penggunaan satuan
oleh ilmuan akan timbul kesulitan karena adanya kesalahpahaman. Sayangnya,
sistem satuan yang digunakan oleh negara tertentu berbeda yaitu sistem metrik dan
Inggris. Hal ini menimbulkan kesulitan, contohnya yang paling sederhana adalah
harus dibuat mesin yang menggunakan kedua sistem tersebut (Zumdahl, 1997).
Salah satu besaran fisis yang sangat penting dalam kimia adalah volume,
yang bukan merupakan satuan SI tetapi penting, yang berasal dari besaran panjang
(Zumdahl, 1997).
2.2 Kerapatan dan Bobot Jenis
Salah satu hal yang digunakan oleh para kimiawan untuk megidentifikasi
suatu zat adalah densitas, yaitu massa zat dibagi volume zat tersebut.
Densitas=massavolume
Densitas suatu larutan dengan mudah dapat ditentukan dengan mengukur
berat sejumlah air dengan volume tertentu secara akurat (Zumdahl, 1997).
Semua zat yang memiliki volume yang sama selalu memiliki berat yang
berbeda. Hal ini diukur dengan densitas. Densitas adalah perbandingan antara massa
dengan volume zat. Kita ketahui bahwa ada zat yang beratnya lebih besar daripada
zat lain, meskipun volumenya sama (Seese dan Daub, 1977).
Satuan densitas yang sering digunakan untuk zat padat dan cairan adalah
(g/cm3), lb/ft3, dan lb/gal, sedangkan satuan yang sering digunakan untuk gas adalah
g/l dan lb/ft3. Dalam sistem SI, satuan yang digunakan untuk densitas baik padat.
cairan, maupun gas adalah kg/m3 (Seese dan Daub, 1977).
Kerapatan dan bobot jenis adalah dua istilah yang berbeda artinya. Yang
dimaksud dengan bobot jenis suatu zat menurut definisi lama adalah bilangan yang
menyatakan berapa gram bobot 1 cm3 suatu zat atau berapa kg bobot 1 dm3 air pada
suhu 40C. Jadi bilangan yang menyatakan berapa kali bobot 1 dm3 suatu zat dengan 1
dm3 air pada suhu 40C disebut juga bobot jenis (Taba dkk., 2012)
Dalam praktek, bobot jenis ditentukan dengan cara membandingkan bobot zat pada
volume tertentu dengan bobot air pada volume yang sama pada suhu kamar (t oC)
sehingga bobot jenis menurut definisi lama disebut kerapatan atau densitas (d) yang
didefenisikan sebagai :
d = bobot sejumlah volume zat pada suhu t °Cbobot sejumlah volume air pada suhu 4 °C
atau sering diberi lambang dt4 (Taba dkk., 2012).
Bobot jenis menurut definisi baru diberi nama gravitas spesifik (specific
gravity), Stg (Taba dkk,. 2012)
Sgt =
bobot sejumlah volume suatu zat pada suhu t °Cbobot sejumlah volume air pada suhu t °C
Gravitas spesifik dari suatu zat adalah densitas dari zat tersebut dibagi dengan
densitas larutan standar. Untuk menyatakan gravitas spesifik suatu larutan,
digunakan air pada suhu 4 oC sebagai larutan standar dengan densitas 1,00 g/mL
dalam sistem metrik (Seese dan Daub, 1977).
Dalam menghitung gravitas spesifik dari suatu zat, kita harus mencantumkan
kedua densitasnya pada satuan yang sama, sehingga gravitas spesifik tidak memiliki
satuan (Seese dan Daub, 1977).
Untuk mencari harga dt4, harga St
g yang diperoleh dari hasil pengukuran
dikalikan dengan harga dtaq (kerapatan atau densitas air pada suhu kamar; t oC) yang
nilainya dapat dibaca pada tabel (Taba dkk., 2012).
daqt =
bobot sejumlah air pada t °Cbobot sejumlah air pada t °C
d4t =Sg
t × daqt
Untuk menentukan atau mengukur bobot jenis (Sg) suatu zat, beberapa alat
dapat digunakan yakni: (Taba dkk., 2012)
1. Aerometer
2. Neraca Westphal
3. Piknometer
2. 3 Neraca Westphal
Neraca Wesphal adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur densitas
atau gravitas spesifik dari suatu larutan dengan menerapkan prinsip Archimedes.
Meskipun neraca Westphal tidak selamanya bersifat sangat akurat seperti
piknometer, neraca Westphal lebih mudah dan praktis untuk digunakan. Neraca
Westphal ini juga lebih akurat dibandingkan dengan hidrometer (Shoemaker dkk.,
1989).
2.4 Piknometer
Dalam penentuan kerapatan atau massa jenis cairan dapat digunakan botol
kecil yang disebut piknometer atau botol gravitasi spesifik yang ditimbang kosong,
kemudian diisi dengan cairan yang tidak diketahui, dan ditimbang untuk menentukan
massa cairan. Volume piknometer dapat diperoleh dengan menentukan massa air
yang akan diisi pada piknometer kemudian membagi massa ini dengan kerapatan air.
Untuk menghitung kerapatan, massa dari cairan yang tidak diketahui dibagi dengan
volume. Gravitasi spesifik diperoleh dengan membagi massa cairan yang tidak
diketahui oleh massa air yang akan diisi pada piknometer (Burns, 1992).
Piknometer terbuat dari logam alumuniun yang berfungsi untuk menahan
tekanan yang diperlukan untuk mengeluarkan udara dari material padat, sehingga hal
tersebut menyebabkan piknometer berisi udara. Cara menggunakan piknometer
sederhana, yakni piknometer diisi dengan sampel yang ingin ditimbang dan ditutup
wadahnya menggunakan penutup piknometer, ketika penutup atau penyumbat wadah
ditekan ke bawah dengan keras, kelebihan sampel akan dipaksa
keluar melalui sebuah lubang berdiameter 3,2 mm pada penutupnya
(Fisher Scientific International, 1992).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akuades, metanol,
kloroform, dan tissue roll.
3.2 Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu neraca Westphal,
piknometer 25 mL, gelas kimia 100 mL, gelas kimia 250 mL, gelas kimia 600 mL,
termometer 38 oC, neraca analitik, gelas ukur, pinset, dan pipet tetes.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan Neraca Westphal
Pertama, alat neraca Westphal dirangkai sedemikian rupa. Kemudian gelas
ukur diisi dengan akuades secukupnya sampai batas skala atas. Suhu akuades diukur
dengan termometer kemudian dicatat. Neraca Westphal kemudian diseimbangkan.
Setelah seimbang, penyelam dimasukkan ke dalam gelas ukur yang berisi akuades.
Kemudian lengan neraca diatur sedemikian rupa sehingga penyelam kurang lebih
2 cm dari permukaan cairan. Anting-anting tersebut diletakkan pada skala lengan
tunggal dimulai anting terbesar sampai anting terkecil, sehingga neraca Westphal
kembali setimbang. Skala yang ada di anting-anting dibaca mulai dari anting terbesar
sampai terkecil kemudian dicatat. Skala itu menunjukkan bobot jenis dari zat. Gelas
ukur dibersihkan dan dikeringkan kemudian percobaan diulang di mana akuades
diganti dengan larutan metanol kemudian kloroform untuk ditentukan kerapatan dan
bobot jenisnya. Sebelumnya, penyelam dan gelas ukur dibersihkan dan dikeringkan.
3.3.2 Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan Piknometer
Piknometer yang telah bersih dan kering ditimbang. Piknometer diisi dengan
akuades sampai penuh kemudian diimpitkan dan dicatat suhunya. Dinding luar
piknometer kemudian dibersihkan dan dikeringkan dari akuades. Piknometer yang
berisi akuades kemudian ditimbang dengan neraca analitik dan dicatat bobotnya.
Piknometer dibersihkan dan dikeringkan kemudian percobaan diulang di mana
akuades diganti dengan larutan metanol, kemudian kloroform.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Penentuan kerapatan dan bobot jenis dengan menggunakan neraca Westphal
No
.
Nama
Contoh
Pembacaan SkalaSuh
u
(ºC)
Bobot
jenisAntin
g I A
Antin
g I B
Antin
g III
A
Antin
g III
B
Antin
g III C
Antin
g
IV
1 Akuades 8 4 6 90
29O,819
0
2 Metanol 7 5 6 4 29,5 0,7114
3Klorofor
m 6 8 5
429,5
1,4054
Tabel 2. Penentuan kerapatan dan bobot jenis dengan menggunakan piknometer
No.Nama
Contoh
Bobot (g)
Suhu (ºC)Piknometer
Kosong
Piknometer +
ContohContoh
1 Akuades 32,6092 54,6928 22,0836 30
2 Metanol 32,6092 50,6777 18,0685 24
3 Kloroform 32,6092 65,1146 32,5054 28
4.2 Perhitungan
4.2.1 Neraca Westphal
a. Akuades
Skala anting I : 8
Skala anting III A : 4
Skala anting III B : 6
Skala anting III C : 9
Skala anting IV : 0
Stg = 0,8190
dtaq (29 oC) = 0,9959 g/cm3
dt4 = St
g x dtaq (29 oC)
= 0,8190 x 0,9959 g/cm3
= 0,8156 g/cm3
b. Metanol
Skala anting I : 7
Skala anting III A : 5
Skala anting III B : 6
Skala anting IV : 4
Stg = 0,7114
dtaq (29,5 oC) = 0,9958 g/cm3
dt4 = St
g x dtaq (29,5 oC)
= 0,7114 x 0,9958 g/cm3
= 0,7084 g/cm3
c. Kloroform
Skala anting I A : 6
Skala anting I B : 8
Skala anting III : 5
Skala anting IV : 4
Stg = 1,4054
dtaq (29,5 oC) = 0,9958 g/cm3
dt4 = St
g x dtaq (29,5 oC) = 1,4054 x 0,9958 g/cm3 = 1,3995 g/cm3
4.2.2 Piknometer
a. Akuades
Bobot piknometer + akuades = 54,6928 gram
Bobot piknometer kosong = 32,6092 gram
-
Bobot akuades = 22,0836 gram
Sgt =bobot akuades
bobot akuades
¿22,0836 gram22,0836 gram =1,0000
daqt (30℃ )=0,9957 g/cm3
d4t =Sg
t x daqt (30℃ )
d4t =1,0000 x0,9957 g /cm3
= 0,9957 g/cm3
b. Metanol
Bobot piknometer + metanol = 50,6777 gram
Bobot piknometer kosong = 32,6092 gram
Bobot metanol = 18,0685 gram
Sgt =bobot metanol
bobot akuades
¿18,0685 gram22,0836 gram = 0,8182
daqt (24℃ )=0,9973 g/cm3
d4t =Sg
t x daqt (24℃ )
d4t =0,8182 x0,9973 g/cm3 = 0,8160 g/cm3
c. Kloroform
Bobot piknometer + kloroform = 65,1146 gram
Bobot piknometer kosong = 32,6092 gram
Bobot kloroform = 32,5054 gram
Sgt =bobot kloroform
bobot akuades
¿32,5054 gram22,0836 gram
= 1,4719
daqt (28℃ )=0,9962 g/cm3
d4t =Sg
t x daqt (28℃ )
d4t =1,4719 x0,9962 g/cm3
= 1,4663 g/cm3
4.3 Pembahasan
Kerapatan dan bobot jenis merupakan sifat atau karakteristik yang dapat
membantu dalam mengidentifikasi suatu zat, karena setiap zat memiliki nilai
kerapatan dan bobot jenis yang berbeda. Kerapatan adalah perbandingan antara bobot
suatu zat pada suhu tertentu dengan bobot air pada suhu 4 oC. Sedangkan bobot jenis
adalah perbandingan antara bobot zat dengan bobot air pada suhu yang sama.
Kerapatan dapat pula diperoleh dengan cara mengalikan bobot jenis zat dengan
kerapatan air pada suhu tertentu.
Dalam percobaan ini, penentuan kerapatan dan bobot jenis dilakukan dengan
menggunakan neraca Westphal dan piknometer. Pada neraca Westphal, pengukuran
dilakukan dengan memasukkan penyelam ke dalam contoh kemudian menambahkan
anting pada lengan neraca sampai seimbang. Saat anting diletakkan di lengan neraca,
digunakan pinset untuk memegang anting. Hal ini dilakukan untuk menghindari
materi lain yang ada pada tangan yang akan berpengaruh pada hasil pengukuran.
Skala anting dihitung untuk mendapatkan nilai bobot jenisnya (Stg).
Sedangkan pada piknometer, penentuan kerapatan dan bobot jenis dilakukan
dengan cara mengukur bobot piknometer yang kosong, kemudian mengukur bobot
piknometer yang telah berisi contoh. Selisih antara keduanya merupakan bobot
contoh. Nilai perbandingan bobot contoh dengan bobot aquades merupakan nilai
bobot jenis (Stg). Sebelum menimbang piknometer, baik yang kosong maupun yang
berisi contoh, terlebih dahulu piknometer dibersihkan sampai terlihat tidak ada
kotoran. Karena adanya kotoran atau materi lain tentunya akan mempengaruhi hasil
pengukuran. Tidak lupa pada kedua metode, setiap contoh dihitung suhunya untuk
menentukan nilai dtaq yang dibutuhkan dalam perhitungan.
Dari percobaan yang dilakukan dengan menggunakan neraca Westphal,
diperoleh bobot jenis akuades 0,8190 dengan kerapatan 0,8156 g/cm3 pada suhu 29
oC, bobot jenis metanol 0,7114 dengan kerapatan 0,7084 g/cm3 pada suhu 29,5
oC, dan bobot jenis kloroform 1,4054 dengan kerapatan 1,3995 g/cm3 pada suhu 29,5
oC. Sedangkan untuk metode yang menggunakan piknometer, diperoleh bobot jenis
akuades 1,0000 dengan kerapatan 0,9957 g/cm3 pada suhu 30 oC, bobot jenis metanol
0,8182 dengan kerapatan 0,8160 g/cm3 pada suhu 24 oC, dan bobot jenis kloroform
1,4719 dengan kerapatan 1,4663 g/cm3 pada suhu 28 oC. Adapun secara teori,
nilai kerapatan ketiganya pada suhu 20 oC adalah akuades: 0,997 g/cm3, metanol:
0,791 g/cm3, dan kloroform: 1,499 g/cm3 (Atkins, 1986).
Seharusnya, data yang diperoleh pada percobaan sama dengan data secara
teori. Namun kenyataannya tidak seperti itu. Hal ini dapat saja terjadi karena
kurangnya ketelitian dalam melakukan percobaan, atau adanya kesalahan dalam
pembacaan skala. Selain itu, kedua alat yang digunakan juga memiliki kekurangan,
serta ada pula faktor eksternal yang mempengaruhi hal ini, contohnya suhu. Sehingga
didapatkan data hasil percobaan yang sedikit berbeda dengan teorinya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa untuk
penentuan kerapatan dan bobot jenis dengan menggunakan neraca Westphal,
diperoleh bobot jenis akuades 0,8190 dengan kerapatan 0,8156 g/cm3 pada suhu 29
oC, bobot jenis metanol 0,7114 dengan kerapatan 0,7084 g/cm3 pada suhu 29,5
oC, dan bobot jenis kloroform 1,4054 dengan kerapatan 1,3995 g/cm3 pada suhu 29,5
oC. Sedangkan untuk metode yang menggunakan piknometer, diperoleh bobot jenis
akuades 1,0000 dengan kerapatan 0,9957 g/cm3 pada suhu 30 oC, bobot jenis metanol
0,8182 dengan kerapatan 0,8160 g/cm3 pada suhu 24 oC, dan bobot jenis kloroform
1,4719 dengan kerapatan 1,4663 g/cm3 pada suhu 28 oC.
5.2 Saran
Saya memberi saran untuk percobaan agar penentuan kerapatan dan bobot
jenis dengan menggunakan aerometer juga dilakukan pada percobaan ini, agar lebih
banyak lagi metode yang dapat dipelajari oleh praktikan. Sekaligus juga untuk
menambah keterampilan praktikan dalam melakukan percobaan di laboratorium
Kimia Fisika.
Saya juga memberi saran untuk laboratorium agar semua westafel diperbaiki
agar praktikan lebih mudah mencuci alat-alat, tidak antri, dan cepat. Selain itu, udara
di laboratorium agak panas. Mungkin hal ini dapat ditanggulangi, minimal dengan
kipas angin.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P., dan Paula, J.D., 1986, Physical Chemistry, edisi kedelapan, Oxford University Press, New York.
Burns, R.A., 1992, Fundamentals of Chemistry, edisi kedua, Prentice Hall, New Jersey.
Fisher Scientific International, 1992, The Fisher Catalog (1510-1511), Fisher Scientific Company, New York.
Seese, W.S., dan Daub, G.H., 1977, Basic Chemistry, edisi kedua, Prentice Hall, New Jersey.
Segal, B.G., 1985, Chemistry Experiment and Theory, John Wiley & Sons, New York.
Shoemaker, D.P., Garland, C.W., dan Nibler, J.W., 1989, Experiments in Physical Chemistry, edisi kelima, Tennessee University Press, New York.
Taba, P., Kasim, A.H., Zakir, M., Fauziah, S., 2012, Penuntun Praktikum Kimia Fisika, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.
Zumdahl, S.S., 1997, Chemistry, edisi keempat, Illinois University Press, New York.
Lampiran 1. Bagan kerja
A. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan Neraca Westphal
- Diisi ke dalam gelas ukur secukupnya sampai batas skala atas.
- Diukur dan dicatat suhunya.
- Penyelam dimasukkan ke dalam gelas ukur tersebut.
- Lengan neraca diatur sehingga penyelam kurang lebih 2 cm dari
permukaan cairan.
- Anting-anting diletakkan pada skala lengan tunggal sampai neraca
Westphal kembali setimbang.
- Skala dibaca mulai dari anting yang terbesar sampai terkecil, kemudian
dicatat hasil pengamatan.
- Akuades diganti dengan contoh lain yaitu metanol dan kloroform
setelah sebelumnya penyelam dan gelas ukur dibersihkan dan
dikeringkan.
Akuades
Data
B. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan Piknometer
- Diisi ke dalam piknometer (sebelumnya piknometer yang kosong sudah
ditimbang).
- Ditutup dan dicatat suhunya.
- Dinding luar piknometer dibersihkan dan dikeringkan dengan
menggunakan kertas tissue.
- Piknometer yang berisi akuades ditimbang dengan menggunakan neraca
analitik dan dicatat bobotnya.
- Akuades diganti dengan contoh lain setelah sebelumnya piknometer
dibersihkan dan dikeringkan.
Data
Akuades
C
E
B
A
D
F
Lampiran 2. Gambar neraca Westphal dan piknometer
G
Gambar 1. Neraca Westphal
Keterangan
A : Dasar statif, berfungsi sebagai dasar neraca.
B : Tiang statif, berfungsi untuk menyesuaikan tinggi neraca terhadap wadah zat
yang diukur bobot jenisnya.
C : Lengan neraca, berfungsi sebagai tempat anting sehingga neraca menjadi
setimbang.
D : Gelas ukur, berfungsi sebagai wadah cairan yang akan ditentukan bobot jenisnya.
A
B
C
E : Penyelam, berfungsi sebagai alat pengukur bobot jenis yang dibaca berdasarkan
kesetimbangan lengan neraca.
F : Anting, berfungsi sebagai penentu nilai bobot jenis pada skala.
G : Sekrup, berfungsi untuk menyesuaikan keseimbangan.
Gambar 2. Piknometer
Keterangan
A : Tutup piknometer yang disertai dengan termometer, berfungsi untuk menutup
piknometer dan mengukur suhu cairan dalam piknometer.
B : Tabung ukur, berfungsi sebagai wadah cairan yang akan ditentukan bobot
jenisnya sekaligus untuk menentukan volume pas dari sejumlah massa cairan.
C : Pipa kapiler, berfungsi untuk mengeluarkan kelebihan cairan dan mencegah
terbentuknya gelembung udara dalam tabung ukur.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 4 Mei 2012
Asisten Praktikan
SUHENDRA ISKANDAR ARNIATI LABANNI’NIM. H311 09 NIM. H311 10 006