MODUL PERKULIAHAN
Analisa Laporan KeuanganAnalisa Rasio Keuangan, Analisa Dupont, Komparatife dan Economic Value Added
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun OlehEkonomi Manajemen 03 84008 Nurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak
Abstract KompetensiModul ini membahas tentang teknik-teknik analisa laporan keuangan yang berfungsi untuk mengukur kinerja dan kondisi keuangan perusahaan, dengan menggunakan Analisis rasio, dupont, dan EVA.
Tujuannya agar mahasiswa mampu menganalisis kondisi dan kinerja keuangan perusaan.
Laporan Keuangan
Pengertian Analisa Rasio Keuangan
Analisa rasio keuangan merupakan analisa penilaian terhadap kinerja keuangan di masa
lalu, sekarang dan yang akan datang. Tujuan untuk menemukan kelemahan-kelemahan di
dalam kinerja keuangan perusahaan yang dapat menyebabkan masalah-masalah masa
yang akan datang dan untuk menentukan kekuatan-kekuatan perusahaan yang dapat
diandalkan. Misalnya analisa internal yang dilakukan oleh karyawan perusahaan dengan
tujuan penilaian likuiditas perusahaan atau penilai penyelenggarakan-penyelenggaraan
perusahaan di masa lalu.
Analisa rasio financial juga berasal dari luar perusahaan sebagian usaha untuk menentukan
keandalan kredibilitas perusahaan atau potensi industri. Dari manapun analisa berasal alat
yang digunakan pada dasarnya sama. Rasio finansial merupakan alat utama dalam analisa
keuangan, karena dapat dipergunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan mengenai
kesehatan keuangan perusahaan.
Dalam implementasi analisa rasio finansial terhadap kerja keuangan biasanya terdapat dua
cara perbandingan yang akan dipergunakan perusahaan. Menurut apa yang dijelaskan oleh
Van Horne dan Wachowichz, dalam bukunya Analisa Financial; (1999 : 133) tentang kedua
cara perbandingan tersebut, sebagai berikut :
1. Perbandingan internal
Analisa dapat membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan masa yang
akan datang dalam perusahaan yang sama. Rasio lancar, rasio dari aktiva dibagi
kewajiban lancar untuk tahun sekarang dapat di bandingkan rasio lancar tahun
sebelumnya.
‘14 2 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Jika rasio finansial diurutkan dalam beberapa periode tahun, analisa dapat
mempelajari komposisi perubahan dan menentukan apakah terdapat perbaikan atau
menurunan dalam kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.
2. Perbandingan eksternal dan sumber-sumber rasio industry
Metode perbandingan yang kedua melibatkan perbandingan rasio satu perusahaan
dengan perusahaan dengan perusahaan-perusahaan sejenis atau dengan rata-rata
industri titik waktu yang sama. Perbandingan ini memberikan pandangan mendalam
tentang kondisi keuangan dan kinerja relatif dari perusahaan. Rasio ini juga
membantu dalam mengidentifi kasikan penyimpangan dari rata-rata standar industri.
Dengan perbandingan internal, perusahaan akan dapat mengetahui kecenderungan
perubahan yang terjadi selama beberapa periode tahun buku yang akan dianalisis.
Sedangkan melalui perbandingan eksternal perusahaan dapat melihat kekuatan
persaingan (competition power) yang ada pada perusahaannya, yaitu dengan
membandingkan rasio-rasio finansial internal perusahaan dengan suatu standar atau
norma indutri. Akan tetapi industri yang dimaksudkan adalah rasio - rasio finansial
yang diterbitkan oleh badan-badan atau lembaga-lembaga keuangan sebagai
standar atau ukuran atau ukuran yang dapat dibandingkan dengan rasio finansial
suatu perusahaan.
Arti Pentingnya Laporan Keuangan
Laporan keuangan sangat perlu untuk menyajikan informasi mengenai kondisi keuangan
perusahaan, dimana dengan hasil analisa tersebut pihak – pihak yang berkepentingan dapat
mengambil suatu keputusan. Atas dasar fungsi tersebut laporan keuangan pada adalah
hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data
keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak – pihak yang berkepentingan
dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
‘14 3 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Sifat Laporan Keuangan
Laporan keuangan terdiri dari data-data yang hasil dari kombinasi antara fakta dari catatan
akuntansi,seperti jumlah uang kas sebenar mungkin, jumlah piutang, persediaan barang
dagangan, hutang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dari pos-pos
ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi masa lampau, dan
jumlah-jumlah uang yang tercatat dalam pos-pos itu dinyatakan dalam harga-harga pada
waktu terjadinya peristiwa tersebut (at original cost).
Analisis Laporan KeuanganRasio KeuanganUmumnya, perhitungan sekumpulan rasio keuangan akan mengawali analisis laporan
keuangan yang dirancang untuk mengungkapkan kekuatan/kelemahan relatif suatu
perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain pada industri yang sama. Rasio
keuangan juga menunjukkan posisi keuangan yang membaik/memburuk selama periode
tertentu.
Rasio LikuiditasRasio likuiditas menunjukkan hubungan antara aktiva lancar perusahaan dan utang lancer.
Maka, rasio ini juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi utang yang
jatuh tempo. Dua jenis rasio likuiditas yang sering digunakan adalah:
a. Current Ratio
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang
dimiliki.
Current ratio = (Aktiva Lancar / hutang lancar)Pada tahun 2010, CR = (227.819.168.461 / 123.450.557.939)
= 1,845
Kesimpulan: setiap Rp.1 utang lancer dijamin oleh 1,8 harta lancar atau
perbandingannya antara aktiva lancar dengan hutang lancar adalah 1,8 : 1
b. Acid test ratio (Ratio Immediate Solvency)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih
likuid.
‘14 4 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Quick Ratio = ((Aktiva Lancar – Persediaan) / Hutang lancar))
Pada tahun 2010, ((QR = 227.819.168.461 – 82.424.270.814 / 123.450.557.939))
= 1.17
Kesimpulan: rata-rata industry tingkat liquidnya / quick ratio adalah 0,5 kali
sedangkan PT.COLORPACK INDONESIA 1,17 maka keadaanya sangat baik karena
perusahaan dapat membayar hutang walaupun sudah dikurangi persediaan.
Ratio SolvabilitiasRasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan
oleh pemiliknya dibandingkan dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut.
Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai
oleh hutang, rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman
(Bank). Suatu perusahaan yang solvable belum tentu likuid dan sebaliknya sebuah
perusahaan yang insolvable belum tentu likuid.
a. Total debt to equity ratio (Rasio hutang terhadap Equitas)
Merupakan Perbandingan antara hutang – hutang dan ekuitas dalam pendanaan
perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajibanya .
Total Debt to Equity Ratio = (Total Hutang / Ekuitas Pemegang Saham) x 100%
Pada tahun 2010, = (140.879.700.667 / 134.499.083.729) x 100%
= 1,04 >> 104% = 100%
Kesimpulan: perusahaan dibiayai oleh utang 100% untuk tahun 2010 menunjukan
kreditor menyediakan Rp.104,- untuk setiap Rp.100
b. Total debt to asset ratio (Rasio Hutang terhadap Harta)
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang
dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari
keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.
Total Debt to Asset Ratio = (Total Hutang / Total aktiva) x 100%
‘14 5 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Pada tahun 2010, = (140.879.700.667 / 275.390.730.449)
= 0,511 >> 51% = 100%
Kesimpulan: pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang untuk tahun 2010 artinya
bahwa setiap Rp.100,- pendanaan perusahaan Rp.51,- dibiayai dengan utang dan
Rp.49 disediakan oleh pemegang saham.
Ratio Rentabilitas/ProfitabilitasRasio ini disebut juga sebagai Ratio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas
suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut. Yang termasuk dalam ratio ini adalah :
a. Gross Provit Marginal (Margin Laba Kotor)
Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok
penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat
dicapai dari jumlah penjualan.
GPM = (Laba Kotor / Penjualan Bersih) x 100%
Pada tahun 2010, = (62.009.766.595 / 516.581.827.768) 100%
= 0,12 = 12%
Kesimpulan: kemampuan perusahaan dalam menghasilkan menghasilkan laba kotor
dari pejualan bersih adalah sebesar 12%
b. Net Profit Marginal (Margin Laba Bersih)
Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu
dibandingkan dengan volume penjualan.
NPM = (Laba setelah pajak / Total Aktiva) x 100%
Pada tahun 2010, = (28.441.593.720 / 516.581.827.768) 100%
= 0,05 = 5%
‘14 6 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Kesimpulan: kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari
penjualan bersih adalah sebesar 5%
c. Operating Profit Margin
Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Operating profit margin mengukur persentase dari profit yang diperoleh
perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak.
Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka semakin baik
OPM = (Laba usaha / Penjualan Bersih) x 100%
Pada tahun 2010, = (39.294.864.546 / 516.581.827.768) x 100%
= 0,07 = 7%
Kesimpulan: Operating ratio mencerminkan tingkat efesiansi perusahaan, sehingga
ratio ini rendah menunjukan keadaan yang baik karena berarti bahwa setiap rupiah
penjualan yang terserap dalam biaya juga rendah, dan yang tersedia untuk laba
besar.
d. Return of Asset
Adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada
dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan
dari analisis.
ROA = (Laba bersih setelah pajak / total aktiva) x 100%
Pada tahun 2010, = (28.441.593.720 / 275.390.730.449) x 100%
= 0,10 = 10%
Kesimpulan: laba bersih yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah
aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan adalah sebesar 10%
‘14 7 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
e. Return of Equity
Adalah Tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap satuan
mata uang yang menjadi modal perusahaan. Dalam pengertian ini, seberapa besar
perusahaan memberikan imbal hasil tiap tahunnya per satu mata uang yang
diinvestasikan investor ke perusahaan tersebut.
ROE = (Laba Bersih Setelah Pajak / Total Modal Pemegang Saham) x 100%
Pada tahun 2010, = (28.441.593.720 / 134.499.083.729) x 100%
= 0,021 = 2%
Rasio Perputaran PiutangPiutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan
volume penjualan kredit, karena timbulnya piutang disebabkan oleh penjualan barang-
barang secara kredit dan hasil dari penjualan secara kredit netto dibagi dengan piutang rata-
rata merupakan perputaran piutang.
Perputaran Piutang = (Penjualan / piutang usaha)
Analisis TrenAnalisis tren dilakukan dengan memplot rasio pada suatu waktu. Pentingnya analisis ini
karena menunjukkan apakah rasio perusahaan meningkat atau memburuk pada suatu
periode waktu.
‘14 8 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Sistem DuPont
Sistem Du Pont dirancang untuk menunjukkan bagaimana marjin laba atas penjualan, rasio
perputaran aktiva, serta penggunaan utang berinteraksi dalam menentukan tingkat
pengembalian atas ekuitas (ROE). Manajemen perusahaan bisa memakai sistem Du Pont
untuk menganalisis cara-cara untuk memperbaiki kinerja perusahaan.
‘14 9 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Intinya, analisa DuPont dilakukan dengan memecah return on equity (ROE) menjadi
beberapa bagian. Mengapa ROE? ROE menggambarkan besarnya rate of return yang
didapatkan oleh pemegang sahamnya. Dengan memecah perhitungan ROE, kita dapat
mengetahui bagaimana suatu bisnis mendapatkan keuntungan.
Seperti yang kita ketahui formula ROE adalah:
Pada analisa DuPont, ROE dipecah menjadi 3 bagian:
atau dapat juga dituliskan:
ROE = Net profit margin x Assets turnover x Equity multiplier
Setiap bisnis memiliki karakteristik masing-masing untuk mendapatkan ROE yang tinggi.
Pada dasarnya industri dapat kita bagi menjadi 3 golongan:
1. High turnover industriesIndustri yang memiliki turnover tinggi salah satunya adalah retail. Persaingan pada
industri ini begitu ketatnya sehingga ROE yang tinggi tidak bisa didapatkan dengan
‘14 10 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
mengenakan harga premium kepada konsumen. Untuk mendapatkan ROE yang
tinggi mereka bermain di volume penjualan. Ciri khas industri ini (sesuai dengan
formula ROE) adalah tingginya assets turnover.
2. High margin industriesIndustri tertentu bisa mendapatkan profit margin yang tinggi. Mereka tidak terlalu
bergantung pada volume penjualan. Industri jenis ini ditandai dengan tingginya net
profit margin.
3. High leverage industriesIndustri yang tergolong high leverage adalah perbankan. Bagi bank, tabungan dari
nasabah diperlakukan sebagai utang yang dapat dipergunakan sebagai modal untuk
menyalurkan kredit. Keuntungan yang didapatkan oleh bank adalah selisih antara
bunga kredit dengan bunga tabungan/deposito. Industri yang masuk ke dalam
golongan ini ditandai oleh tingginya equity multiplier. Jika dinyatakan dalam rasio
debt to equity (DER), maka: Equity multiplier = 1 + DER.
Dengan mengetahui karakteristik industri, kita akan dapat mengetahui dengan lebih
akurat apabila komponen penting yang merupakan sumber keuntungannya turun,
pengaruhnya akan signifikan ke kinerjanya.
Contoh Kasus
‘14 11 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Industri Retail (High Turnover Industry)Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, penyusun ROE yang dominan bagi
industri retail adalah assets turnover. Rendahnya margin pada industri ini ditutupi
oleh tingginya assets turnover. Prinsipnya, semakin banyak barang yang terjual,
semakin besar keuntungan yang didapatkan. Kenaikan penjualan bisa didapatkan
dari dua cara. Yang pertama adalah meningkatkan volume dan yang kedua adalah
dengan menambah jumlah gerai. Karena pada umumnya pelaku bisnis retail
melakukan keduanya, seringkali mereka menggunakan parameter yang disebut
dengan Same Store Growth (SSG). Same Store Growth ini mengukur tingkat
pertumbuhan penjualan seandainya jumlah gerai mereka tidak bertambah. Dengan
menggunakan SSG, mereka dapat mengetahui apakah pembukaan gerai baru akan
memberikan keuntungan tambahan bagi mereka.
Ukuran lain yang digunakan adalah Revenue per Square Metre (Penjualan per Meter
Persegi). Pada umumnya, pelaku bisnis retail mengeluarkan biaya operasional yang
tinggi untuk menyewa tempat. Oleh karena itu, revenue per square metre sangatlah
penting.
Industri Perbankan (High Leverage Industry)Nature dari industri perbankan adalah tingginya leverage yang pada formula DuPont
di atas ditunjukkan oleh equity multiplier. Semakin besar equity multiplier maka
semakin tinggi leverage-nya. Leverage ini dalam bahasa gampangnya adalah utang.
Secara umum, kita harus mewaspadai perusahaan dengan leverage yang tinggi
karena sangat rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi. Industri perbankan
sendiri tergantung pada NIM (net interest margin). Semakin besar NIM, maka
semakin besar keuntungan yang didapatkan. Tren penurunan suku bunga
belakangan ini mengakibatkan bank mendapatkan keuntungan yang cukup besar.
Seperti terlihat pada tabel, tingginya profit margin merupakan dampak dari
rendahnya suku bunga. Namun perlu dicatat, profit margin yang tinggi bukan
merupakan ciri khas industri perbankan karena dapat berubah-ubah sesuai dengan
tren suku bunga.
Industri Semen (High Margin Industry)Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, industri semen pun mendapatkan berkahnya.
Terlihat bahwa profit margin rata-rata cukup tinggi (berkisar sekitar 20%). Perputaran
asetnya biasa-biasa saja dan leverage-nya pun relatif rendah. Dapat kita simpulkan
bahwa profit margin merupakan faktor dominan bagi tingginya ROE.
‘14 12 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Agar analisa DuPont ini dapat lebih efektif, ada baiknya kita melihat data historis.
Dengan demikian kita akan dapat melihat apakah dominannya salah satu faktor
penyusun ROE benar-benar merupakan karakteristik suatu industri atau hanyalah
tren sementara saja.
BenchmarkingMerupakan sebuah metode yang sering digunakan manajemen strategi dalam konteks Total
Quality Management (TQM), dengan tujuan memperbaiki kinerja perusahaan agar bisa
mendekati atau melampaui performa terbaik, dengan demikian perusahaan yang dipimpin
bisa menjadi leader dalam market.
Paul Spenley, seorang ahli benchmarking, penulis buku, "Riding the Revolution" bersama
Robert Heller, menyebutkan ada lima tingkat benchmark:
1. Strategic benchmarking–dimanfaatkan untuk mendorong perbaikan yang terus
menerus (continuous improvement) dan mempertajam strategi korporat secara
keseluruhan,
Tidak mudah tentunya untuk melakukan hal ini, terutama dalam hal mendapatkan
data perusahaan sejenis, terlebih perusahaan sejenis adalah pesaing. Dalam hal ini,
yang harus dicapai adalah bagaimana perusaah pesaing/sejenis melakukan
operasional mereka dan bisa unggul,
2. Competitive benchmarking–dimanfaatkan untuk menyamai dan melampaui pesaing
utama yang langsung,
Untuk melakukan ini, perusaan membutuhkan strategi yang jauh lebih detail, tentang
apa yang akan dibandingkan.
3. Customer benchmarking–pemahaman para konsumen dan pelanggan terhadap
perusahaan dibandingkan dengan perusahaan sejenis,
Ini tentang bagaimana pandangan konsumen dan pelanggan terhadap keseluruhan:
product quality (mutu produk), price (harga), customer service (layanan pelanggan),
delivery speed (kecepatan penyerahan barang), dan delivery reliability (tingkat
kepercayaan dalam penyerahan barang). Semakin tinggi tingkat kepuasan
konsumen atau pelanggan terhadap hal ini akan membuat posisi perusahaan di mata
konsumen atau pelanggan semakin kuat.
4. Financial benchmarking–dipakai untuk mengukur kembalinya investasi (return on
investment) dibandingkan dengan perusahaan sejenis,
‘14 13 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Dengan menggunakan RONA (return on net asset) akan diketahui business driver
mana yang paling tinggi memberikan return. Best practice benchmarking, waktu dan
biaya adalah dua faktor yang signifikan dari performa bisnis.
5. Best practice benchmarking–untuk mengukur output dengan waktu dan biaya
dibandingkan dengan perusahaan sejenis.
Dengan melakukan metode benchmarking ini, ada tidak keuntungan yang didapat,
yaitu :
a. Mengurangi cost of waste (error)–biaya karena kesalahan,
b. Menurunkan cost of conformance (prevention)– pencegahan sebelum kesalahan
terjadi, antisipasi,
c. Penyederhanaan proses.
Benchmarking bukanlah sebuah metode yang dipakai sesekali, atau cukup sekali sepanjang
umur perusahaan, melainkan sebuah proses yang terus menerus dan berkala, tergantung
kebutuhan dan urgensinya, setidaknya satu tahun satu kali, kala memasuki anggaran baru.
Banyak manajer yang ahli dalam mempersiapkan business (annual) plan namun melupakan
sebuah proses penting yaitu benchmarking, sehingga dalam business plan tidak
terakomodasi. Tidaklah berlebihan untuk membentuk sebuah tim dalam rangka membuat
benchmarking yang terarah dengan mengikut sertakan posisi kunci dari tiap-tiap
departemen atau divisi yang terkait; tim yang cukup menguasai informasi yang diperlukan
dan memiliki daya analisa yang tajam.
Benchmarking akan memaksa perusahaan untuk terus menerus memperbaiki diri dan pada
suatu saat dengan mempersatukan beberapa faktor atau business drivers menjadi terbaik,
tanpa terasa perusahaan akan mengalami kemajuan yang pesat dan berdaya saing unggul
dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya.
Benchmarking adalah action-oriented, bukan sekadar analisa dan teori atau hipotesis. Oleh
karena itu, tingkat akurasi, ketajaman dalam menganalisa, dan kemampuan dalam
melakukan pemilihan atas faktor atau business drivers yang berpengaruh sangatlah penting,
dan setelahnya perbaikan harus berjalan. Untuk itulah, sangat diperlukan komitmen dan
dukungan top manajemen dan para senior.
Melengkapi Analisis Rasio
‘14 14 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Selain analisis rasio, para analis juga harus memeriksa:
Kualitas data keuangan
Diversifikasi perusahaan untuk menghadapi perubahan kebiasan pembelian
konsumen
Rencana perusahaan atas susksesi manajemen
Kesimpulan Analisis Rasio
Analisis rasio merupakan langkah awal yang berguna dalam menganalisis posisi
keuangan sebuah perusahaan kecil.
Analisis ini memiliki keterbatasan
Analisis ini sangat bermanfaat bila dijalankan dengan cermat dan didukung dengan
keputusan yang tepat
Analisis Laporan Keuangan (Komparatif)Pengertian tentang Analisis Komparatif
Analisis komparatif adalah teknik analisis yang dilakukan dengan cara membuat
perbandingan antar elemen (laporan keuangan) yang sama untuk beberapa periode
yang berurutan.
Tujuan analisis komparatif adalah untuk memperoleh gambaran tentang arah dan
kecenderungan (tendensi) tentang perubahan yang mungkin akan terjadi pada
setiap elemen laporan keuangan di masa yang akan datang.
Informasi hasil analisis komparatif bermanfaat untuk memperediksi tentang
kemungkinan yang akan terjadi pada setiap elemen laporan keuangan di masa yang
akan datang.
Perbandingan dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu Year-to-year Changes
Analysis dan Index-Number Trend Series Analysis.
Dalam pendekatan year-to-year changes analysis, per-bandingan dibuat dengan
cara menghitung perubahan absolut dan perubahan relatif (persentase) dari tahun
ke tahun setiap elemen laporan keuangan.
Perubahan absolut diperlukan untuk memperoleh perspektif yang tepat dan
kesimpulan yang valid tentang perubahan yang terjadi.
‘14 15 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Perubahan relatif (persentase) diperlukan untuk menentukan berarti tidaknya
(signifikansi) dari setiap perubahan yang terjadi.
Simulasi Laporan KeuanganPT Kotagede
Laporan Posisi Keuangan Komparatif
Per 31 Desember 2009 dan 2010
(Year-to-year Changes Analysis)
‘14 16 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
PT Kotagede
Laporan Laba Rugi Komprehensif & Laba Ditahan Komparatif
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2009 dan 2010
(Year-to-year Changes Analysis)
Analisis Laporan Keuangan PT. Kota Gede Dari sisi neraca, pada tahun 2009 aktiva perusahaan mengalami peningkatan
sebesar 33%. Kenaikan itu disebabkan oleh adanya kenaikan baik pada aktiva
lancar maupun aktiva tetap. Hal itu mengindikasikan bahwa pada tahun 2010
‘14 17 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
perusahaan telah melakukan perluasan usaha untuk meningkatkan aktiva lancarnya
untuk mendukung peningkatan penjualan.
Dari sisi neraca, pada tahun 2010 utang dan modal perusahaan juga mengalami
peningkatan dalam jumlah yang sama dengan peningkatan aktiva (33%). Hal itu
bisa disebabkan karena perusahaan mendanai kegiatan perluasan usahanya.
Dari sisi laba-rugi, pada tahun 2010 penjualan dan laba komprehensif juga
mengalami peningkatan masing-masing sebesar 30% dan 32%. Hal itu
menunjukkan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan perluasan usaha yang telah
dilakukan.
Dari sisi laba-rugi juga nampak bahwa sebagai akibat adanya perluasan usaha
perusahaan meningkatkan efisiensi kegiatan produksinya. Hal itu tercermin pada
peningkatan HPP (25%) yang diperlukan untuk mendukung peningkatan penjualan
yang lebih kecil daripada peningkatan penjualannya (30%), sehingga peningkatan
laba komprehensif yang terjadi (32%) jauh lebih besar daripada peningkatan
penjualan (30%).
Kesimpulan Dengan kata lain, berbagai keputusan yang diambil oleh perusahaan pada tahun
2010 untuk melakukan perluasan usaha nampaknya cukup tepat karena
perusahaan dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan perolehan laba.
Namun demikian, karena perluasan usaha tersebut didanai dengan menggunakan
tambahan utang dan tambahan modal, maka di masa yang akan datang
perusahaan harus dapat lebih efektif dan efisien lagi operasinya. Hal itu disebabkan
karena beban keuangan (bunga) yang harus ditanggung oleh perusahaan di masa
yang akan datang juga semakin berat.
Analisa MVA dan EVA (Economic Value Added)
Analisa MVAMenurut Young & O’Byrne (2001:26) menyatakan bahwa Market Value Added (MVA) adalah
perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan utang) ddengan modal
keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan.
MVA merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam
memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan mengalokasikan sumber-sumber yang
‘14 18 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
MVA = Nilai Pasar dari Saham – Ekuitas yang diberikan oleh pemegang saham
= (Saham Beredar)(Harga Saham) – Total Ekuitas Biasa
sesuai. MVA juga merupakan indikator yang dapat mengukur seberapa besar kekayaan
perusahaan yang telah diciptakan untuk investornya atau MVA menyatakan seberapa besar
kemakmuran yang telah dicapai.
Kelebihan dan Kekurangan Market Value Added (MVA) Kelebihan Market Value Added (MVA) menurut Zaky dan Ary (2002:139), MVA merupakan
ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak membutuhkan analisis trend maupun
norma industry sehingga bagi pihak manajemen dan penyedia dana akan lebih mudah
dalam menilai kinerja perusahaan. Sedangakan kelemahan MVA adalah, MVA hanya dapat
diaplikasikan pada perusahaan yang sudah go public saja.
Ada pun rumus menghitung Nilai Tambah Pasar dalah sebagai berikut:
Sebagai contoh PT. ABC pada tahun 2002 total nilai ekuitas pasarnya adalah $ 1.150 Juta,
sedangkan neraca menunjukkan bahwa pemegang saham telah menyetorkan $896 Juta.
Jadi, MVA PT. ABC adalah $ 1.150 - $ 896 = $ 254 Juta. Semakin besar MVA akan semakin
baik bagi perusahaan.
EVA (Economic Value Added)Defenisi EVA menurut Brigham & Houstan (2006:68), EVA adalah nilai yang ditambahkan
oleh manajemen kepada pemegang saham selama satu tahun tertentu. EVA mencerminkan
laba residu yang tersisa setelah biaya dari seluruh modal termasuk modal ekuitas
dikurangkan.
Perbedaan konsep ini dengan alat ukur lain berbasis akuntansi adalah pada EVA, laba telah
dikurangkan dengan biaya modal. Sementara laba akuntansi hanya mengurangkan
pendapatan dengan biaya operasional sehingga dengan metode EVA diperoleh laba
ekonomis yaitu laba yang sebenarnya dari sebuah perusahaan setelah semua biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan laba dikurangkan.
‘14 19 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Metode economic value added (EVA) sebagai alat ukur kinerja perusahaan konsep
economic value added (EVA) ini tidaklah dimaksudkan untuk mengganti laporan rugi laba
yang telah ada. Namun pendekatan ini hanyalah alat analisis yang digunakan sebagai
tambahan informasi keuangan yang sangat berguna bagi pihak kreditur dan penyediaan
dana dalam menentukan hubungannya dengan perusahaan.
Bagi eksekutif hasil pengukuran kinerja dengan dengan metode economic value added
(EVA) seringkali digunakan untuk pengendalian serta sebagai alat yang sangat berguna
didalam pengambilan keputusan-keputusan strategi.
EVA dilandasi pada konsep bahwa dalam pengukuran laba suatu perusahaan harus adil
dengan mempertimbangkan harapan-harapan setiap penyandang dana (kreditur dan
pemegang saham). Young dan O’Bryne (2001:32) memformulasikan EVA sebagai berikut:
EVA = Laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) – Biaya modal
NOPAT = Laba operasi + Penghasilan bunga – Pajak penghasilan – Pembebasan pajak atas bunga
Biaya Moda = Modal yang diinvestasikan x Biaya modal rata-rata tertimbang
Berikut cara menghitung eva
Keller memiliki modal operasi yang diberikan investor sebesar $100.000 . yang selanjutnya
terdiri atas $50.000 hutang jangka panjang dan $50.000 ekuitas biasa. Perusahaan tidak
memiliki saham preferen atau wesel tagih. Hutang jangka panjang dikenakan tingkat bunga
10 persen. Namun ,karena perusahaan terkena rentang pajak 40 persen dan beban
bunganya dapat menjadi pengurang pajak, biaya hutang setelah pajaknya hanya 6 persen.
Dengan dasar penilaiian mereka atas resiko perusahaan , pemegang saham mensyaratkan
pengembalian sebesar 14 persen . angka pengembalian 14persen ini adalah yang
diharapkan akan diterima pemegang saham jika mereka menarik uang mereka dan
menginvestasikannya pada saham yang memiliki risiko yang sama dengan keller. Biaya
modal keller secara keseluruhan adalah rata-rata tertimbang biaya hutang dan ekuitasnya,
jumlahnya 10 persen , yang dihitung dari 0,50 (6%) + 0,50 (14%) = 10%. Total biaya modal
dalam dolar per tahun adalah 0,10 ($100.000) = $10.000.
Sekarang kita lihat laporan laba rugi keller, laba operasi perusahaan , EBIT adalah $20.000,
dan beban bunganya adalah 0,10(@50.000) = $5.000 . jadi laba kena pajaknya
‘14 20 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
adalah$20.000 - $5000 = $15.000 . Pajak sama dengan 40persen atas laba kena pajak atau
0,4 ($15.000) = $ 6.000. jadi , laba bersih perusahaan menjadi $9000 dan pengembalian
atas ekuitasnya , ROE $9000/$50.000= 18%.
Hitungan EVA keller ?
Rumus dasar Eva adalah
EVA = EBIT (1- Tarif Pajak Perseroan ) – ( Total modal operasi yang
diberikan investor) x (Persentase biaya modal setelah pajak )
=$20.000 (1- 0,40 ) – ($100.000)(0,10)
=$2000
EVA sebesar $2000 ini menunjukan kaller memberikan $2000 lebih tinggi kepada pemegang
sahamnya daripada yang seharusnya bisa mereka terima dari tempat lain dengan
berinvestasi di saham lain yang resikonya sama dengan saham keller.
Hubungan antara ROE dan EVA
Return On Equity (ROE)
Return On Equity adalah perbandingan laba bersih dengan modal sendiri. Rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi
pemegang saham (Sartono 2001:124).
Rumus :
Return On Equity = (laba bersih / total equity) x 100%
EVA berbeda dari ukuran akuntansi tradisional atas laba karena EVA secara eksplisit tidak
hanya mempertimbangkan biaya hutang , tetapi juga biaya ekuitas , dengan menggunakan
contoh sederhana seperti diatas , kita juga dapat menyajikan EVA sebagai laba bersih
dikurangi biaya ekuitas dalam dolar, seperti dinyatakan berikut :
EVA = Laba Bersih – [ (modal ekuitas) x (biaya modal ekuitas) ]
=$9000 – [ ($5000)(0,14)]
=$2000
‘14 21 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Perhatikan bahwa ini adalah jumlah yang sama dengan yang kita hitung dengan
menggunakan rumus perhitungan EVA lainnya. Perhatikan pula bahwa rumus diatas dapat
ditulis kembali sebagai berikut:
EVA = (modal ekuitas)(Laba Bersih/Modal Ekuitas – Biaya Modal ekuitas)
Atau lebih mudahnya
EVA= ( modal ekuitas) (ROE – Biaya modal ekuitas)
Rumus terakhir ini mengandung arti bahwa EVA bergantung pada 3 faktor : ROE, Risiko
yang akan mempengaruhi biaya ekuitas dan ukuran yang di ukur oleh ekuitas yang
digunakan
1) Jika EVA > 0, maka kinerja keuangan perusahaan dapat dikatakan baik,
sehingga terjadi proses perubahan nilai ekonomisnya.
2) Jika EVA = 0, maka kinerja keuangan perusahaan secara ekonomis dalam
keadaan impas
3) Jika EVA < 0, maka kinerja keuangan Perusahaan tersebut dikatakan kurang
bagus karena laba yang diperoleh tidak memenuhi harapan penyandang dana,
sehingga tidak terjadi penambahan nilai ekonomis pada perusahaan.
Dengan mengetahui EVA dan MVA yang merupakan pengukuran kinerja perusahaan
yang berfokus pada nilai perusahaan, dapat membantu manajemen untuk mengetahui
berapa the true cost of capital dari bisnisnya. Dengan demikian tujuan manajemen untuk
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham melalui maksimisasi nilai perusahaan
yang dapat dicapai.
Daftar PustakaBrealey, Myers, Maarcus. 2008. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Ke
5. Erlangga
http://www.ciputraentrepreneurship.com/rencana-bisnis/bagaimana-menulis-executive-summary
‘14 22 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
https://parahita.wordpress.com/2010/11/28/menggunakan-dupont-analysis-untuk-
memahami-karakteristik-industri/
dasar dasar manajemen keuangan Brigham- Houston
‘14 23 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id