Download - Laporan Kelompok bioetik
Skenario
Keterbatasan Biaya
Kakek tua itu tidur beralaskan tikar lusuh dikamarnya. Tubuhnya kurus, nafasnya
terengah-engah, seperti ada yang menahan ditenggorokkanya. Dia tidak mengucapkan
kata sedikitpun saat kami berkunjung ke rumahnya, di sebuah dusun kecamatan Binaan
UMI.
Kakek tersebut, ia menderita tumor bagian pipi sebelah kiri ( bukan leher).
Semakin hari tumor itu semakin membesar, sehingga mengganjal bagian
tenggorokkanya. “ Dia sudah tidak bisa bicara.” Kata anaknya.
Anaknya mengatakan, tumor terjadi sejak tujuh bulan lalu. Berbagi upaya telah
dilakukan keluarga. Termasuk membawanya ke rumah sakit. Saat itu, anaknya mengaku
membawa kakeknya tersebut ke RS Pusat Provinsi. Namun karena tidak punya biaya,
dokterpun menyarankan kakeknya untuk berobat jalan saja. Semkin hari, tumor kakek ini
semakin membesar berbanding terbalik dengan badannya yang semakin mengurus karena
sudah tidak bisa makan. Dia hanya mengandalkan asupan air minum dari orang yang ada
disampingnya. Selain itu, sesekali liur bercampur darah keluar dari mulut kakek tersebut.
Anaknya tidak memiliki uang membiayai pengobatan kakek, ia hanya penjual
sayur di pasar Dusun, sedangkan pasar Dusun terse ut hanya buka 3x dalam seminggu,
dengan upah Rp 20.000,-/hari, dengan uang seminim itu untuk makan pun sulit
dicukupkan. Melihat kondisi itu, tetangganya berinisiatif membawa kakek tersebut ke
RS Pusat kabupaten. Disana, dia sempat dirawat sehari. Setelah itu, dirujuk lagi ke RS
Pusat Provinsi. Staf RS Kabupaten , saat dikonfirmasi, mengatakan kakek ini harus di
rujuk ke RS Pusa Provinsi untuk mendapat perawatan lanjutan. Menurutnya, tumor itu
harus ditangani serius dan diperiksakan ke ahli bedah dengan peralatan yang lebih
lengkap. Pihak RS Pusat Kabupaten juga akan berusaha membantu pasien tersebut
melalui program Jaminan Kesehatan.
1
Kata Kunci
Tumor
- Rujuk
- Jamkesmas
- Berobat jalan
Pertanyaan
A. Rumuskan dilema etik sentral pada kasus diatas
B. Dari kasus diatas, cobalah anda analisis berdasarkan :
Kaidah Dasar Bioetik dan Prima Facia ( gunakan tabel kriteria KDB)
Etika Klinik Jonsen Siegler Winslad ( gunakan pertanyaan etik klinik Jonsen
SieglerWinsland “ Four box” )
C. Bagaimana jika kasus tersebut , kita melihatnya dalam perspektif Agama.
Mengidentifikasi Kata Sulit
- Tumor pertumbuhan baru dalam suatu jaringan secara abnormal
- Rujuk tindakan lanjutan yang di dasari sumber daya manusia dan
kompetensi
- Jaminan Kesehatan program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin dan tidak mampu
- Berobat Jalan perawatan diluar Rumah Sakit namun masih dalam perawatab
dokter
Jawaban Pertanyaan
A. Dilema Etik Sentral
- Keluarga pasien yang tidak memiliki biaya untuk pengobatan
- Pihak Rumah Sakit Pusat kabupaten akan membantu pasien tersebut
melalui program Jaminan Kesehatan
2
B. Analisa Berdasarkan Kaidah Dasar Bioetik, yaitu :
BENEFICENCE
Beneficence adalah prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang
ditujukan untuk kebaikan pasien atau penyediaan keuntungan dan
menyeimbangkan keuntungan tersebut dengan resiko dan biaya.
No Kriteria AdaTidak
ada
1)Mengutamakan altruisme yaitu menolong tanpa pamrih, rela
berkorban untuk kepentingan orang lain.
2) Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia.
3) Memandang pasien / keluarga/ sesuatu tak hanya sejauh
menguntungkan dokter.
4) Mengusahakan agar kebaikan/ manfaatnya lebih banyak
dibandingkan dengan keburukannya.
5) Paternalisme bertanggung jawab/ berkasih sayang.
6) Menjamin kehidupan- baik- minimal manusia.
7) Pembatasan goal-based.
8) Memaksimalisasi pemuasan kebahagiaan/ preferensi pasien.
9) Minimalisasi akibat buruk.
10) Kewajiban menolong pasien gawat – darurat.
11) Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan.
12) Tidak menarik honorarium diluar kepantasan.
13) Memaksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan.
14) Mengembangkan secara profesi secara terus menerus.
15) Memberikan obat berkhasiat namun murah.
16) Menerapkan Golden Rule Principle.
Kesimpulan : Prinsip beneficence sudah diterapkan dengan baik
karena dari pihak Rumah Sakit Pusat Kabupaten ada upaya untuk
merujuk pasien untuk ditangani kedokter yang lebih ahli dalam hal
3
ini dokter bedah dan berusaha membantu dalam program Jaminan
Kesehatan.
NONMALEFICENCE
Merupakan prinsip menghindari terjadinya kerusakan atau prinsip moral
yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien
No Kriteria AdaTidak
ada
1) Menolong pasien emergensi.
2) Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah: pasien
dalam keadaan amat berbahaya atau resiko hilangnya sesuatu
yang penting (gawat), dokter sanggup mencegah bahaya atau
kehilangan tersebut, tindakan kedokteran tersebut terbukti
efektif, manfaat bagi pasien > kerugian dokter atau hanya
mengalami resiko minimal.
3) Mengobati pasien yang luka.
4) Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia).
5) Tidak menghina/ mencaci maki/ memanfaatkan pasien.
6) Tidak memandang pasien hanya sebagai objek.
7) Mengobati secara tidak proporsional.
8) Tidak mencegah pasien dari bahaya.
9) Menghindari mispresentasi dari pasien.
10) Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian.
11) Tidak memberikan semangat hidup.
12) Tidak melindungi pasien dari bahaya.
13) Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan/
kerumah sakitan yang merugikan pihak pasien dan keluarganya.
Kesimpulan : Prinsip non-maleficence sudah diterapkan dengan baik
, karena di Rumah Sakit Pusat Kabupaten sudah merawat pasien
selama 1 malam dan dari pihak Rumah Sakit dengan cepat
mengambil tindakan untuk merujuk pasien ke Rumah Sakit yang
lebih berkompeten dalam hal ini ke dokter bedah.
4
AUTONOMI
Adalah prinsip menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi
pasien (the righ to self determination) dan merupakan kekuatan yang
dimiliki pasien untuk memutuskan suatu prosedur medis.
No Kriteria AdaTidak
ada
1) Menghargai hak, menentukan nasib sendiri, menghargai
martabat pasien.
2) Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada
kondisi elektif).
3) Berterus terang.
4) Menghargai privasi.
5) Menjaga rahasia pasien
6) Menjaga rasionalitas pasien.
7) Melaksanakan informed consent.
8) Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil
keputusan sendiri.
9) Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien.
10) Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat
keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri.
11) Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada
kasus emergensi.
12) Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien.
13) Menjaga hubungan (kontrak).
Kesimpulan : Prinsip Autonomi sudah diterapkan dengan baik
karena dengan diserahkan hak pasien kepada anaknya karena sang
kakek dalam hal ini tidak berkompeten untuk mengambil tindakan
medis .
5
JUSTICE
Adalah prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive
justice) atau pendistribusian dari keutungan biaya dan resiko secara adil.
No Kriteria AdaTidak
ada
1) Memberlakukan segala sesuatu secara universal.
2) Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia
lakukan.
3) Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi
yang sama.
4) Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality,
accessibility, availability, and quality).
5) Menghargai hak hukum pasien.
6) Menghargai hak orang lain.
7) Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan).
8) Tidak melakukan penyalahgunaan.
9) Bijak dalam makro alokasi.
10) Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan
pasien.
11) Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya.
12) Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian
(biaya,beban, dan sanksi) secara adil.
13) Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat
dan kompeten.
14) Tidakmemberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan
yang sah/ tepat
6
15) Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan terhadap
penyakit/ gangguan kesehatan.
16) Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status
sosial dan lain-lain.
Kesimpulan ;
Prinsip Justice sudah diterapkan dengan baik , ini dibuktikan
dengan pihak Rumah Sakit kabupaten akan bberusaha membantu
sang kakekdalam kepengurusan Jaminan Kesehatan.
C. Analisa Berdasarkan Etika Klinik Jonsen- Siegler Winslade, yaitu :
MEDICAL INDICATION
No Pertanyaan Etik Analisa
1. Apakah masalah medis
pasien?Riwayat?
Diagnosis?Prognosis?
Pada pasien terdapat tonjolan di bagian pipi sebelah
kiri(bukan leher) , sejak 7 bulan lalu. Di diagnosis
sebagai tumor . prognosisnya akan baik apabila
ditangani dengan cepat dan akan memburuk apabila
tidak ditangani
2. Apakah masalah tersebut
akut? Kronik? Kritis ?
gawat darurat ? masih
dapat disembuhkan ?
Kasus ini termasuk kronik karena sudah berlangsung
lama dan masih bisa sembuh apabila ditangani
dengan cepat
3. Apakah tujuan akhir
pengobatanya ?
Tujuannya agar pasien bisa sembuh dan keadaanya
semakin membaik
4. Berapa besar
kemungkinan
keberhasilannya ?
Kemungkinan keberhasilanya bisa ± 80 % apabila
ditangani dengan baik, namun pada kasus ini tidak
dapat ditangani karena keterbatasan biaya
5. Adakah rencana lain bila
terapi gagal ?
Terapi tidak dilakukakan karena tidak ada biaya. Jadi
pada kasus ini pasien di rawat jalan (dirumah)
6. Sebagai tambahan
bagaimana pasien ini
Apabila ditangani bisa membaik dan apabila tidak
7
diuntungkan dengan
perawatannmedisdan
bagaimana kerugian dari
pengobatandapat dihidari
?
ditangani dapat kian memburuk
QUALITY OF LIFE
No Pertanyaan Etik Analisa
1. Bagaimana prospek,
dengan atau tanpa
pengobatan untuk
kembali ke kehidupan
normal ?
Tanpa pengobatan maka prospek untuk kebali ke
kehidupan normal sangat kecil
2. Apakah gangguan fisik,
mental, dan sicial yang
pasien alami bila
pengobatanya berhasil?
Apabila pengobatan berhasil mak mungkin tidak ada
gangguan fisik, mentl dan sosial
3. Apakah ada prasangka
yang mungkin
menimbulkan kecurigaan
terhadap evaluasi
pemberi pelayanan
terhadap kualitas hidup
pasien ?
Tidak ada
4. Bagaimana kondisi
pasien sekarang atau
masa depan, apakah
kehidupan pasien
selanjutnya dapat dinilai
Kondisi pasien mungkin akan semakin membaik
apabila pasien ini akan melanjutkan pengobatannya
karena adanya bantuan Jaminan Kesehatan
8
seperti yang diharapkan ?
5. Apakah ada rencana
alasan rasional untuk
pengobatan selanjutnya ?
Ada. Pasien akan ditangani oleh dokter bedah
6. Apakah ada rencana
untuk kenyamanan dan
perawatan paliatif ?
Tidak ada karena tindakan operatif bisa cukup
membantu proses penyembuhan
PATIENT PREFERRENCES
No Pertanyaan Etik Analisa
1. Apakah pasien secara
mental mampu dan
kompeten secara legal ?
apakah ada keadaan yang
menimbulkan
ketidakmampuan ?
Secara mental pasien mampu namun secara fisik
pasien tidak mampu dikarenakan ia tidak mampu
untuk berbicara. Selain itu, pasien mengalami
keterbatasan biaya untuk proses pengobatannya
2. Bila berkompeten, apa
yang pasien katakan
mengeni pilihan
pengobatannya ?
Pada kasus ini pasien tidak berkompeten sehingga
kompetensi di wakili anaknya
3. Apakah pasien telah di
konfirmasikan mengenai
keuntungan dan
risikonya, mengerti atau
tidak terhadap informasi
yang diberikan dan
memberikan
persetujuan ?
Pada skenario dokter tidak memberitahu sepenuhnya,
terlihat dari dokter yang menyarankan pasien untuk
rawat jalan namun tidak menjelaskan dengan jelas
apa dampak apabila pasien tidak melanjutkan
pengobatan atau jika pasien melanjutkan pengobatan
9
4. Bila tidak berkompeten,
siapa yang pantas
menggantikannya ?
apakah orang yang
berkompeten tersebut
menggunakan standar
yang sesuai dalam
pengambilan keputusan ?
Pasien sudah tidak berkompeten dalam hal ini tidak
dapat berbicara sehingga digantikan oleh anaknya
5. Apakah pasien tersebut
telah menunjukkan
sesuatu yang lebih
disukainya ?
Tidak ada
6. Apakah pasien tidak
berkeinginan / tidak
mampu untuk bekerja
sama dengan pegobatan
yang diberikan ? kalau
iya, kenapa ?
Iya, karena keadaan pasien semakin hari semakin
memburuk dikarenakan pengobatan yang diberikan
Rumah Sakit Provinsi tidak maksimal
7. Sebagai tambahan,
apakah hak pasien untuk
memilih un tuk dihormati
tanpa memandang etnis
dan agama ?
Iya. Karena semua manusia harus dihormati, tanpa
memandang etnis, agama karena semua orang sama
di mata Tuhan
CONTEXTUAL FEATURES
No Pertanyaan Etik Analisa
1. Apakah ada masalah
keluarga yang mungkin
mempengaruhi
Ya. Masalah biaya yang dimiliki oleh keluarga
pasien dalam hal ini penghasilannya kurang sehigga
pasien tidak dapat melakukan pengobatan
10
pengambilan keputusan
pengobatan ?
2. Apakah ada masalah
sumber data ( klinisi dan
perawat) yang mungkin
mempengaruhi
pengambilan keputusan
pengobatan ?
Tidak ada
3. Apakah ada masalah
faktor keuangan dan
ekonomi ?
Ya. Karena pada skenario pasien tidak dapat dirawat
inap serta tidak dapat pengobatan lanjuta karenan
keterbatasan biaya
4. Apakah ada masalah
faktor relegius dan
budaya ?
Tidak ada
5. Apakah ada batasan
kepercayaan ?
Tidak ada
6. Apakah ada masalah
alokasi sumber daya ?
Tidak ada
7. Bagaimana hukum
mempengaruhi
pengambilan keputusan
pengobatan
SOP pasal 2 KODEKI ‘ Dokter harus memberikan
pengobatan sesuai yang dibutuhkan pasien “.
8. Apakah penelitian klinik
atau pembelanjaran
terlibat ?
Tidak terlibat
9. Apakah ada konflik
kepentingan di dalam
bagian pengambilan
keputusan di dalam suatu
institusi ?
11
D. Analisa berdasarkan Prinsip Etika Dasar Islam
a. Prinsip Niat ( Qa‟idat al qasd )
Tiap tindakan dinilai berdasarkan niatnya, prinsip ini meminta Dokter
untuk berkonsultasi dengan hati nuraninya. Terdapat banyak masalah
mengenai prosedur dan keputusan medis yang tidak diketahui umum.
Seorang Dokter dapat melakukan suatu prosedur dengan alasan yang
mungkin masuk akal dari sudut pandang luar, namun sesungguhnya memiliki
niatan yang berbeda namun tersembunyi. Seperti dalam hadist Imam bukhari
muslim
“Innamal a’maalu biniyyaat, wa innamaa likullimri’in maa nawaa. Faman
kaanat hijrotuhu ilallaahi, fahijrotuhu ilallaahi wa rasuulihi. Wa
mankaanat lidunyaa yushiibuha, awimro’atin yankihuhaa. Fahijrotuhu
ilaa maa haajaro ilaih’; ‘Sesungguhnya segala amal perbuatan itu
berdasarkan niat-niatnya.”
Dari scenario , tergambar bahwa dokter serta pihak RS Pusat
Kabupaten maupun Provinsi sudah berniat baik kepada pasien .Dokter RS
Pusat Provinsi sudah menyarankan untuk berobat jalan , hal ini menandakan
dokter tidak lepas tangan walaupun si pasien tidak bisa di rawat inap di RS.
RS Pusat Kabupaten pun sudah berniat baik dengan sempat merawat si pasien
selama satu hari , namun karena keadaan nya yang semakin memburuk maka
pasien harus di rujuk ke RS yang fasilitas nya lebih lengkap . RS Pusat
Kabupaten pun sudah bersedia untuk membantu mengusahakan program
Jaminan Kesehatan untuk si pasien.
b. Prinsip Kepastian ( Qa‟idat al yaqeen )
Kepastian : Yaqeen, yang merupakan salah satu situasi dimana sama
sekali tidak ada keraguan , shakk, atau kebimbangan, taraddud, tidak ada
dalam kedokteran. Kepastian bisa terjawab apabila pasien di rujuk ke RS
12
Pusat Provinsi belum ada kepastian bahwa penyakitnya akan sembuh total
tetapi kepastian yang dapat kita peroleh dari hal ini yaitu setidaknya keadaan
pasien pasti akan membaik dari sebelumnya dengan penanganan serta
pelayanan dari RS Pusat Provinsi yang fasilitasnya lebih memadai dari RS
Pusat Kabupaten.
Dalam pandanganagama islam walaupun tidak ada kepastian dan bila
terdapat kebimbangan tetapi kita di perintahkan untuk berpihak ke dalam hal
yang tidak meragukan kita.
الله صلى الله رسول سبط طالب أبي بن علي بن الحسن محمد أبي عن
صلى : الله رسول من حفظت قال عنهما الله رضي وريحانته م وسل عليه
يريبك . ال ما إلى يريبك ما دع م؛ وسل عليه الله
] صحيح] : حديثحسن وقال الترمذي رواه
Terjemah hadits:
“Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam dan kesayangannya dia berkata : Saya
menghafal dari Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam (sabdanya):
Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak
meragukanmu”.
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata: Haditsnya hasan shoheh)
c. Prinsip Kerugian ( Qa‟idat al dharar )
Dokter sebaiknya tidak menyebabkan adanya kerugian pada saat
melakukan pekerjaan.
- Al dharar yudfau bi qadr al imkaan
- Al dharar la yakuun qadiiman
- Al dharar la yuzaal bi mithihi
13
Pilihan antara dua keburukan. Jika di hadapkan dengan situasi
medisdimana keduanya akan menyebabkan kerugian dan tidak ada pilihan
lain maka di lakukan yang kurang merugikan.
Dari scenario , jelas sekali terlihat bahwa keadaan pasien semakin
memburuk dikarenakan tindakan dokter yang tidak merawat inap pasien dan
hanya di berikan solusi untuk berobat jalan saja untuk penyakit seperti Tumor
yang seharusnya bias lebih diperhatikan.
d. Prinsip Kesukaran ( Qa‟idat al mashaqqat )
Kesulitan di hadapkan jika terdapat hambatan pengambilan keputusan
dalam pemilihan antara dua perkara yang di pertimbangkan agar tidak
bertentangan dengan hokum dan midarat pasien.
Intervensi medis yang awalnya dilarang akan diperbolehkan atas nama
prinsip kesulitan jika ada keperluan dan darurat.Pada keadaan medis ,
kesulitan diartikan sebagai kondisi apapun yang menyebabkan adanya
gangguan serius pada kesehatan fisik dan mental jika tidak segera
disembuhkan .Hukum hokum islam diringankan pada kondisi kondisi yang
menekan
Pada scenario , kesulitan terjadi pada pihak dokter serta pasien . Pihak
dokter sulit untuk melanjutkan proses pengobatan dikarenakan keterbatasan
biaya yang dimiliki pasien sehingga menyebabkan pasien tidak mendapatkan
pengobatan lebih lanjut.
Namun walaupun kita di hadapkan pada kesukaran yang membuat kita
terhambat dalam pengambilan du perkara yang di pertimbangkan, kita harus
tenang karena di balik kesukaran itu pasti ada jalan atau bias jadi sebaliknya
tergantung bagaimana kita menghadapi dan memandangnya. Seperti rijukan
surah di bawak ini:
Surah Al-Baqarah : 185
والفرقان الهدى من نات وبي اس لن ل هدى القرآن فيه أنزل ذي ال رمضان شهر
ام أي من فعدة سفر على أو مريضا كان ومن فليصمه هر الش منكم شهد فمن
14
على الله روا ولتكب العدة ولتكملوا العسر بكم يريد وال اليسر بكم الله يريد أخرتشكرون كم ولعل هداكم ما
Artinya :
“Allah menghendaki kemudahan bagi kalian, dan tidak menghendaki
kesukaran bagi kalian.” [Al-Baqarah: 185]
e. Prinsip Kebiasaan ( Qa‟idat al „ aadat )
Standar perawatan yang diterima secara umum : Standar dari
perawatan medis ditentukan oleh kebiasaan. Telah menjadi kebiasaan yang
umum untuk menuliskan suatu panduaan praktek untuk perawatan klinis
( standar palayanan ). “ innama tuutabaru al aadat idha atradat aw
ghalabat , dan umum al ibrat li al ghaalin al shaiu la al nadir.Kebiasaan
juga sebaliknya ada sejak dulu dan bukan merupakan fenomena yang baru
agar terdapat kesempatan terbentuknya consensus medis.
Sudah menjadi kebiasaan dari sebuah RS untuk dapat melanjutkan
proses pengobatan atau tindakan medis selanjutnya apabila proses
pembayaran telah selesai dilakukan.Pada scenario , pasien tidak mempunyai
biaya sehingga proses pengobatannya tidak dapat dilanjutkan.Hal seperti ini
tentu saja merugikan pihak pasien.Kebiasaan lain juga seperti apabila ada
pasien namun kondisi nya tidak memungkinkan di obati karena keterbatasan
fasilitas yang dimiliki RS maka pasien tersebut akan dirujuk ke RS yang
fasilitas nya lebih memadai.
NO PRINSIP ETIKA ANALISIS
1 Prinsip Niat
( Qa‟idat al qasd )
pada skenario tersebut niat dari pihak rumah
sakit sudah baik hal itu dapat di buktikan pada
RS provinsi sudah melakukan rawat jalan
kepada pasien walaupun tidak mempunya
biaya. Terlebih lagi yang di lakukan oleh pihak
RS kabupaten yang sudah merawat inap dan
15
merujuk serta menguruskan jamkesmas.
2 Prinsip Kepastian
( Qa‟idat al yaqeen )
untuk kepastian pasien tidak di janjikan
kepastia akan sehat tetapi dari pihak RS
kabupaten mempastikan akan lebih baik apa
bila di rujuk ke RS provinsi yang memiliki
fasilitas yang lebih mamadai.
3 Prinsip Kerugian
( Qa‟idat al dharar )
Kerugian di alami oleh pasien di tandai dengan
semakin hari tumornya semakin memburuk.
Sebabkan pasien tidak dapat pelayanan yang
maksimal hanya rawat jalan saja akibat tidak
memiliki biaya.
4 Prinsip Kesukaran
( Qa‟idat al mashaqqat )
Kesukaran di alami dengan kesulitan yang di
alami pihak RS untuk penanganan pasien
yang harus di opersi namun tidaka mempunyai
biaya sehingga tidak mempunyai biaya
sehingga tidak di laksanakan
5 Prinsip Kebiasaan
( Qa‟idat al “aadat )
Dalam hal kebiasaan , RS memiliki kebiasaan
yang
apabila mendapatkan pasien yang emergensi
serta
peralatannya tidak mencukupi maka pihak RS
akan
merujuk pasien tersebut ke RS yang memiliki
fasilitas yang lengkap.
Presepsi kristen
“ Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu ialah, kasihilah sesama manusia
seperti dirimu sendri” (Matius 22: 39)
16
Maknanya yang dapat diambil ialah ALLAH itu kasih, bentuk kasih yang
ALLAH nyatakan yaitu kita diberi hikmah akal budi marifat dan kepintaran
melelui kepintaran, hikmah dan akal budi itu kita sebagai seorang dokter harus
nyatakan kasih kita kepada sesama manusia yang membutuhkan pengobatan saat
dalam keadaan sakit.
17