Download - Laporan Kedokteran Industri Rupadatu
LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI
KERAJINAN PISAU BATIK
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Kepanitraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta
Disusun Oleh :
Ardianto Nandiwardhana (20080310167)
Farah Izzati Rusyda Ulfa (20080310012)
Fetty Theralisa (20080310076)
Hendra Setyawan (20080310066)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
A. LATAR BELAKANG
KECELAKAAN KERJA
1. Definisi Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian tak terduga dan tidak diharapkan (Sumamur,
1985). Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada penyebabny dan hal
tersebut dapat dicegah. Menurut Bennet Silalahi dan Rumondang Silalahi (1991),
menyatakan bahwa kecelakaan kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi selamat
yang dapat menimbulkan kecelakaan. Menurut hasil Konvensi Nasional Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di Jakarta (1989) menyatakan bahwa kecelakaan kerja adalah
suatu peristiwa atau kejadian yang berakibat sakit/cedera fisik bagi pekerja atau
kerusakan harta milik perusahaan.Dalam setiap pekerjaan selalu terkandung bahaya.
Demikian juga dialami dalam proses pengelasan. Bahaya yang akan dihadapi dalam
pengelasan tidak lebih baik juga tidak lebih buruk dibandingkan pekerjaan pada
industry lainnya.
Pembangunan di sektor industri akhir – akhir ini terus meningkat, baik industri
besar, sedang maupun kecil. Pembangunan di sektor industri ditujukan untuk
memperluas lapangan kerja, kesempatan berusaha dan untuk meningkatkan mutu serta
perlindungan bagi tenaga kerja. Perlindungan tenaga kerja ditujukan kepada perbaikan
upah, syarat kerja, serta jaminan sosial lainnya dalam rangka perbaikan kesejahteraan
tenaga kerja.
Keselamatan kerja merupakan faktor yang sangat diperhatikan dalam dunia
industri modern terutama bagi mereka yang berstandar internasional. Menurut pasal
23 UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan kerja bahwa, kesehatan kerja
diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya dan agar diperoleh produktivitas kerja yang
optimal.
Kondisi kerja dapat dikontrol untuk mengurangi bahkan menghilangkan
peluang terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Kecelakaan dan kondisi kerja yang
tidak aman berakibat pada luka-luka pada pekerja, penyakit, cacat, bahkan kematian,
juga harus diperhatikan ialah hilangnya efisiensi dan produktivitas pekerja dan
perusahaan. Upaya perlindungan terhadap bahaya yang timbul serta pencapaian
ketentraman atau ketenangan kerja agar tenaga kerja tetap sehat dan selamat bertujuan
untuk pencapaian produktivitas kerja yang setinggi – tingginya
2. Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja
Setiap pekerjaan selalu terdapat kemungkinan terjadinya kecelakaan. Secara garis
besar, penyebab kecelakaan kerja ada dua factor utama, yaitu:
a. Kondisi berbahaya (Unsafe Condition), yaitu kondisi yang tidak aman:
i. Mesin, peralatan, bahan, dan sebagainya.
ii. Lingkungan
iii. Proses
iv. Sifat pekerjaan
v. Cara kerja
b. Perbuatan berbahaya (Unsafe Act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia yang
dalam beberapa hal dapat dilatarbelakangi oleh:
i. Sikap dan tingkah laku yang tidak aman
ii. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan
iii. Cacat tubuh yang tidak terlihat
iv. Keletihan dan kelesuan
B. PROFIL INDUSTRI
Pemilik usaha home industry pengrajin pisau batik ini adalah bapak Sudiman. Beliau
mulai menekuni profesi sebagai pengrajin pisau batik ini sejak 5 tahun yang lalu yaitu
tahun 2009, yang awalnya terinspirasi dari benda-bendal lain seperti patung atau kain
yang dilukis batik, lalu beliau berpikir untuk membuat pisau sebagai objek batik pula.
Sebenarnya usaha produksi pisau sudah turun temurun ditekuni oleh orangtua beliau sejak
tahun 1945.
Pusat kerajinan pisau batik ini terletak di daerah Krengseng, Bangunjiwo, Kasihan,
Bantul, Yogyakarta dengan beranggotakan 21 orang yang masing-masing sudah diberikan
tugas tertentu dalam proses pembuatan pisau batik ini baik sebagai pembuat mata pisau,
pembuat gagang kayu, maupun sebagai finishing pisau jadi.
Gambar. denah lokasi kerajinan pisau batik
Dalam proses pengerjaan pisau batik ini bapak Sudiman mengaku tidak ada standar
operasional khusus. Segala sesuatu hanya didasarkan pada kesadaran masing-masing
individu pekerja. Begitupula dengan penggunaan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, kaca mata. Tidak ada aturan atau keharusan dalam penggunaan alat
pelindung diri dalam proses pembuatan pisau batik, namun sebagian besar pekerja sudah
memiliki kesadaran akan kesehatan dan keselamatan kerja sehingga selalu menggunakan
APD dalam proses pengerjaan pisau.
Untuk pekerja tidak disediakan program General Check Up rutin. Bila pekerja
merasakan ada keluhan dalam hal kesehatan baru memeriksakan diri ke puskesmas atau
RS terdekat. Begitupula dalam hal pembiayaan. Bapak Sudiman membiayai pemeriksaan
ke puskesmas/ RS bila penyakit pekerjanya berhubungan langsung dengan pekerjaannya
atau bila terjadi kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja maupun penyakit abkibat kerja yang sering terjadi seperti :
- luka gores atau tusuk dari sisa potongan besi mata pisau.
- luka bakar karena percikan api dari pembakaran pisau (blower) yang paling sering
terjadi, luka bakar kecil hanya diobati dirumah dengan obat seadanya.
- mata sering kemasukan gram dari percikan besi yang gerinda besi. Diusahakan sebisa
mungkin diambil sendiri dengan menggunakan cotton bud, bila tidak berhasil baru
dibawa ke dokter spesialis mata.
UMYUta
ra Ringroad selatan PG
MADUKISMO
KASONGANKE
GOA SELARON
G
BALAI DESA BANGUNJIWOLOKA
SI
Besi dipotong dibentuk mata
pisau
Di Gerinda untuk
menajamkan mata pisau
Di Slap agar permukaan pisau
mengkilat
Disambungkan dengan
gagang pisau
Di Bentuk batik
ddicat
Dicat dan dijemur
Di Blower
- Debu logam dari alat slap sering mengganggu pernapasan, membuat batuk.
Bahan kimia yang digunakan dalam pengecatan batik pisau antara lain HCL, feroclorid,
dan pewarna. Namun tidak ada kasus penyakit akibat bahan kimia tersebut.
Bagan proses pembuatan
Dalam proses industry pisau batik ini ada beberapa libah yang dihasilkan.
- Limbah bekas potongan besi untuk mata pisau, bias dimanfaatkan untuk dijual pada
penadah besi bekas.
- Limbah serbuk besi dari mesin gerinda yang tidak dapat dijual dan hanya dibuang di
pekarangan rumah atau sekedar ditumpuk saja.
- Limbah bahan kimia dari bekas perendaman dan pengecatan pisau batik yang dibuang
di lubang yang letaknya jauh dari dari sumur warga.
C. PROGRAM K3
Untuk Puskesmas
1. Puskesmas lebih aktif dalam melakukan penyuluhan APD, dengan menjelaskan
resiko dan juga bahaya yang dapat ditimbulkan jika bekerja tanpa menggunakan
APD
2. Memberikan penyuluhan dan pengarahan pada industry tentang pengolahan dan
pembuangan limbah agar tidak membahayakan kesehatan.
3. Menyarankan kepada pemilik agar memberikan kesempatan pada pegawai untuk
melakukan general cek up rutin
4. Memberikan edukasi pada pegawai dan pemilik tentang perawatan luka akibat
kerja maupun kapan harus segera dibawa ke RS atau puskesmas terdekat
Untuk Industri
1. Pemilik membuat SOP APD yang harus ditepati pekerja dan bila melanggar akan
dikenakan sanksi.
2. Pemilik perlu mengawasi pekerjanya agar pekerja dapat menaati SOP penggunaan
APD yang tepat.
3. Pemilik dapat memberikan jaminan khusus jika pekerja mengalami kecelakaan
kerja.
4. Bekerjasama dengan puskesmas setempat tentang pengolahan maupun pem
buangan limbah
D. SARAN DAN MASUKAN
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat dilihat kekurangan dan kelebihan dari
perusahaan ini.
Kelebihan :
1. Jangkauan pemasaran yang luas dan melestarikan budaya batik Indonesia
2. Membuang limbah bahan kimia dengan cara mengubur dengan jarak yang jauh
dengan sumur warga
3. Pemilik bertanggung jawab langsung jika terdapat kecelakaan maupun penyakit
akibat kerja.
4. Sebagian besar pegawai memiliki kesadaran dalam penggunaan APD
Kekurangan :
1. Peningkatan resiko kecelakaan kerja pada industri ini terletak pada tidak adanya
SOP wajib dan aturan dalam pemakaian APD dalam bekerja.
2. Kurang aktif dalam mencari informasi bagaimana pengolahan limbah yang baik.
3. Kurangnya kesadaran pemilik dan pekerja untuk menilai resiko dan menerapkan
prinsip-prinsip keselamatan kerja dapat berakibat turunnya efisiensi dan
produktifitas kerja.