IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
1
LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT
(IbM)
IbM Batik Khas Mojokerto Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun
Oleh
Sri Marwati, S.Sn.,M.Sn. (Ketua) NIDN. 0012017701
Drs. Muh Arif Jati Purnomo,M.Sn. (Anggota) NIDN. 0024086601
Ranang AS.,S.Pd.,M.Sn. (Anggota) NIDN. 0010117110
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) SURAKARTA
DESEMBER 2013
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
4
RINGKASAN
Sebagai kota yang menjadi pusat peninggalan kerajaan Mahapahit, kabupaten
Mojokerto memiliki beberapa potensi wisata budaya unggulan seperti Museum
Trowulan, Makam Tralaya serta beberapa candi. Berdasar kajian tentang kondisi
ekonomi dan sosial-budaya masyarakat Mojokerto, kegiatan IbM ini memfokuskan pada
kategori IbM Untuk Masyarakat Calon Pengusaha, dengan dua target calon pengusaha
bernama Bambang Parikesit dan Ahmad Munawir. Saat ini Bambang Parikesit sedang
merintis kerajinan suvenir bernama “Abimanyu Art Gallery” dan berkeinginan untuk
mengembangkan usaha produksi batik khas Mojokerto. Sedangkan Ahmad Munawir
adalah pemuda yang berkeinginan membuka wirausaha kerajinan batik dengan bendera
“Rafsa Pigora” Tempat kedua UKM mitra di desa Purworejo dan desa Pohjejer
Kabupaten Mojokerto.
Fokus dari IbM ini lebih diarahkan pada pada aspek produksi batik yang meliputi
perancangan desain motif khas Mojokerto yang berbasis budaya Majapahit serta
pembuatan batik secara tradisional dan pengembangan teknologi “ batik saring”. Metode
pendekatan yang digunakan dalam kegiatan ini berupa pelatihan dan pendampingan
tentang teknik merancang motif batik dan teknik membatik yang benar. Sumber ide pola
/motif batik merupakan hasil penggalian dan kreasi dari tim IbM yang kemudian
dilatihkan kepada kedua perajin mitra. Target luaran kegiatan ini adalah Prototipe batik
khas Mojokerto yang berbasis budaya Majapahit; Modul pelatihan batik; Kain batik hasil
karya peserta pelatihan, sebagai perwujudan dari prototipe batik khas Mojokerto; Kain
batik terbaik dari tiga karya prototipe untuk diujicobakan dengan teknik Batik Saring;
Pembukuan keuangan (manajemen) perajin mitra semakin terkelola dengan baik dan
berbasis komputer; dan usulan HKI/Paten atas prototipe batik khas Mojokerto.
Dari hasil pelaksanaan IbM telah diperoleh: a) empat prototipe batik Mojokerto,
b) Modul pelatihan batik tulis dan batik saring, dan c) Hasil pelatihan batik tulis dan
saring. Selain itu telah dilakukan diskusi tentang prototipe motif batik tersebut dengan
stakeholders di Mojokerto. Dalam waktu dekat akan dilakukan pameran hasil karya
perajin dan tim IbM, pelatihan pembukuan, dan penyusunan usulan Haki dan artikel
ilmiah. Diupayakan penyelesaian IbM ini dapat tepat waktu, dan kerjasama dengan
pengrajin akan terus berlanjut meskipun program ini telah berakhir.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
5
PRAKATA
Puji syukur alhamdulillah, kegiatan berjudul “IbM Batik Khas Mojokerto” ini
dapat dilaksanakan dengan lancar sesuai dengan rencana awal. Persiapan dapat
dilakukan, dan rencana kegiatan dapat diwujudkan di lapangan, meskipun jarak Solo –
Surakarta lumayan jauh. Potensi artefak budaya peninggalan Majapahit yang dimiliki
oleh Mojokerto, telah menguatkan tim IbM untuk bersemangat ingin mengembangkan
batik Mojokerto.
Selama penggalian data artefak relief candi dan diskusi motif batik dengan
stakeholders di Mojokerto, tim IbM dari ISI Surakarta mendapatkan sambutan yang luar
biasa dari rekanan setempat. Untuk itu tim mengucapkan terima kasih banyak kepada
rekanan di Mojokerto diantaranya adalah Arif Setiawan (Guru SMAN Pacet), Bambang
Parikesit (pemilik Abimanyu Art Gallery), Ahmad Munawir (pemilik Rafsa Pigora), dan
Hadi Sucipto (Sekretaris MGMP Seni Budaya).
Hingga Akhir Desember 2013 telah diselesaikan kegiatan IbM ini,pada akhir
kegiatan telah dilaksanakan pameran hasil IbM di Mojokerto dan pembekalan praktik
pembukuan/keuangan bagi pengrajin. Selain itu juga telah disusun proposal/usulan HaKI
dan naskah artikel jurnal ilmiah.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
6
DAFTAR ISI
Halaman Sampul......................................................................................................i
Halaman Pengesahan...............................................................................................ii
Ringkasan................................................................................................................iii
Prakata.....................................................................................................................iv
Daftar Isi..................................................................................................................v
Daftar Gambar........................................................................................................vi
Daftar Lampiran.....................................................................................................vii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
BAB 2. TARGET DAN LUARAN.......................................................................17
BAB 3. METODE PELAKSANAAN...................................................................17
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI.................................................22
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI.........................................................................25
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
- Modul Pelatihan
- Draft Jurnal
- Draft HaKi
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
7
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Studio Abimanyu Art Gallery
Gambar 2. Studio Abimanyu Art Gallery dan aktivitas produksinya
Gambar 3. Proses Produksi dan Hasil Produksi Rafsa Pigora
Gambar 4. Kegiatan produksi UKM Rafsa Pigora
Gambar 5. Gapura Wringin Lawang (Candi Bentar)
Gambar 6. Panil relief bergambar candi bentar
Gambar 7. Candi Bajang Ratu
Gambar 8. Relief Surya Majapahit koleksi Museum Trowulan
Gambar 9. Ornamen Surya Majapahit di nisan makam Troloyo
Gambar 10. Patung Dewi Tara
Gambar 11. Proses kreatif. mencipta motif batik
Gambar 12. Motif Bentar
Gambar 13. Hasil implementasi motif Motif Bentar
Gambar 14. Motif Bajang Ratu
Gambar 15. Hasil implementasi motif Bajang Ratu
Gambar 16. Motif Dewi Tara
Gambar 17. Hasil implementasi motif Dewi Tara
Gambar 18. Motif Surya Maja
Gambar 19. Hasil implementasi motif Surya Maja
Gambar 20. Tim IbM (wanita) sedang diskusi dengan stakeholders
Gambar 21. Pelatihan batik saring di Abimanyu Art Gallery
Gambar 22 Pelatihan batik saring di Abimanyu Art Gallery
Gambar 23. Tim IbM beserta perajin mitra seusai pelatihan
Gambar 24. Hasil pelatihan batik saring
Gambar 25. Hasil pelatihan batik saring
Gambar 26. Banner Pameran IbM Mojokerto
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Kabupaten Mojokerto secara geografis berada di perlintasan jalan yang
menghubungkan dua propinsi yaitu propinsi Jawa Tengah dengan Jawa Timur.
Kabupaten Mojokerto memiliki beberapa potensi wisata budaya unggulan seperti
Museum Trowulan, Makam Tralaya serta beberapa candi peninggalan masa kerajaan
Majapahit. Tempat wisata yang ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara
adalah Museum Trowulan sedangkan Makam Tralaya banyak dikunjungi wisatawan
lokal sebagai tempat ziarah. Beberapa peninggalan masa kerajaam Majapahit seperti
artefak berupa patung, situs maupun candi banyak tersebar di beberapa lokasi di
Kabupaten Mojokerto yang sangat potensial untuk dikelola menjadi obyek wisata yang
menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Kondisi perekonomian masyarakat Mojokerto secara umum banyak ditopang
oleh industri skala kecil dan menengah. Mojokerto selain memiliki industri makanan ada
berbagai industri lain di Kabupaten Mojokerto yaitu:
1. Sentra industri kecil sepatu berlokasi di kecamatan Sooko (Desa Wringin Rejo,
Japan, Karang Kedawang, Jampirogo dan Sambiroto), dan di kecamatan
Trowulan ada di desa Pakis, di kecamatan Pungging, industri sepatu ini terdapat
di desa Tunggal Pager dan di kecamatan Puri terdapat di desa Balongmojo dan
Medali.
2. Sentra industri kecil tas dan dompet berlokasi di desa Mojorejo dan Banjarsari
yang terdapat di kecamatan Jetis, industri ini terdapat juga di Kecamatan Sooko
yaitu di desa Jampirogo dan Kedung Maling, selain itu juga terdapat di
kecamatan Pungging yaitu di desa Tulang pager dan Sekargadung.
3. Sentra kerajinan border terdapat di kecamatan Sooko yaitu di desa Sooko, dan di
kecamatan Puri di desa Balongmojo, di kecamatan Mojosari di desa Jotangan, di
kecamatan Jatirejo di desa Jatirejo, dan di kecamatan Gedeg di desa Ngares
Kidul.
4. Sentra kerajinan Cor Kuningan di Kecamatan Trowulan.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
9
5. Kerajinan kayu perahu phinisi banyak diproduksi oleh para perajin kayu di desa
Sumber Jati di kecamatan Puri dan di Kecamatan Sooko yaitu di desa
Wringinrejo, selain itu industri ini juga terdapat di desa Bangsal kecamatan
Bangsal, dan desa Pakis.
6. Sentra Kerajinan mainan dari bahan Gift/fiber glass terdapat di kecamatan
Trowulan.
7. Sentra kerajinan bambu berlokasi di kecamatan Gondang di desa Karang Kunten
dan Bening, Kecamatan Kemlagi di desa Mojopilang, kecamatan Dawarblandong
di desa Gunungan, kecamatan Jetis di desa Mojorejo dan di kecamatan Trowulan
yaitu di desa Domas dan Kejagan.
8. Kerajinan perhiasan perak berada di desa Batankrajan yaitu di kecamatan Gedeg,
dan di kecamatan Kemlagi yaitu di desa Mojodadi.
Beberapa sentra industri tersebut merupakan motor penggerak kehidupan
perekonomian masyarakat Mojokerto.
Semenjak batik diakui sebagai warisan dunia tak benda yang harus dilestarikan
oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009, keberadaan industri batik mulai menunjukkan
gerak kehidupannya setelah sekian lama mengalami masa-masa sulit. Kondisi tersebut
menjadi titik balik menuju sebuah trend masyarakat setelah Presiden Republik Indonesia,
Susilo Bambang Yudoyono mencanangkan pada tanggal 2 Oktober sebagai “hari batik”
Nasional. Dampak dari “kebijakan” yang bernilai ekonomis tersebut ikut mendongkrak
keberadaan industri batik di berbagai daerah, dimana daerah yang dulunya tidak terdapat
industri batik jadi muncul industri batik.
Saat ini berbagai daerah mulai berlomba untuk menampilkan batik khas
daerahnya dengan mengambil berbagai potensi unggulan daerah masing-masing untuk
diangkat kedalam motif batik, termasuk kabupaten Mojokerto. Berdasarkan data
beberapa industri yang ada di kabupaten Mojokerto, batik belum menjadi produk
unggulan Mojokerto, nampaknya wilayah batik belum dijadikan bidang usaha untuk
meningkatkan perekonomian dan sebagai bidang andalan untuk berdaya saing dalam
lingkup nasional maupun global.
Dari data yang diperoleh di lapangan, pada saat ini di kabupaten Mojokerto sudah
ada tiga UKM rintisan industri yang bergerak dibidang batik, itupun masih dalam skala
pengusaha kecil. Dari ketiga pengusaha batik tersebut dilihat secara visual belum
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
10
nampak corak kekhasan Mojokerto yang diangkat sebagai sumber ide pengembangan
pola-pola batik yang ada. Hal tersebut disebabkan karena beberapa pengusaha tersebut
bukan penduduk asli Mojokerto, melainkan pendatang dari Tulungagung sehingga lebih
kuat kekhasan batik Tulungagung yang muncul. Selain itu juga ada pengusaha asli
Mojokerto namun tenaga perajinnya yang notabene merupakan tenaga ahlinya
didatangkan dari Pekalongan untuk menjalankan usaha produksi batik di Mojokerto.
Dari sisi kekayaan budaya daerah, kabupaten Mojokerto merupakan daerah yang
kaya akan potensi budaya unggulan yang masih punya banyak peluang untuk
dikembangkan. Beberapa peninggalan bangunan kuno bersejarah yang merupakan
peninggalan kerajaan Majapahit menjadi salah satu unggulan yang bisa dikembangkan
menjadi satu ikon daerah, seperti candi Cungkup, candi Jolotundo, gapura Wringin
Lawang dan sebagainya. Berangkat dari berbagai keunggulan kekayaan budaya yang
ada, hal tersebut merupakan satu peluang tersendiri untuk mengembangkan usaha batik
khas Mojokerto dengan mengangkat potensi budaya Majapahit yang masih tersisa.
Sementara ini pengembangan batik Mojokerto dilihat dari fungsinya, hanya lebih
mengarah pada produk batik yang difungsikan untuk kain panjang dan pakaian.
Pengembangan kearah assesories interior, suvenir dan produk-produk lain yang
mendukung pencitraan daerah belum muncul. Kondisi di lapangan terutama pada target
pasar yang selama ini dibidik seperti di objek-objek wisata seperti Museum Trowulan,
Makam Troloyo, dan beberapa obyek wisata berupa peninggalan artefak dan situs, masih
didominasi oleh berbagai suvenir yang didatangkan dari daerah lain.
B. UKM Mitra, Potensi dan Peluangnya
Berdasar kajian tentang kondisi masyarakat Mojokerto seperti yang telah
disampaikan di atas, maka dalam kesempatan ini kita memilih kegiatan dalam kategori
IbM Untuk Masyarakat Calon Pengusaha, dengan dua target calon pengusaha bernama
Bambang Parikesit dan Ahmad Munawir. Saat ini Bambang Parikesit sedang merintis
kerajinan suvenir bernama “Abimanyu Art Gallery” dan berkeinginan untuk
mengembangkan usaha produksi batik khas Mojokerto. Dia adalah lulusan sarjana
pendidikan seni rupa dan guru bidang mata pelajaran seni rupa tingkat SMP. Sedangkan
Ahmad Munawir adalah pemuda yang berkeinginan membuka wirausaha kerajinan batik
dengan bendera “Rafsa Pigora” yang berdomisili di dusun Purworejo desa Purworejo RT
09 RW 02 kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto. Tempat kedua UKM mitra di desa
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
11
Purworejo dan desa Pohjejer berada di antara dua sentra objek wisata Mojokerto.
Sebelah barat terdapat kompleks candi Tikus, candi Wringinlawang, candi Brahu,
Museum Trowulan, dan Makam Troloyo, sedangkan sebelah tenggara terdapat candi
Cungkup, candi Jolotundo, air terjun Coban Canggu, dan air terjun Dlundung yang lebih
dikenal dengan daerah wisata Pacet dan Trawas. Keduanya merupakan dataran tinggi
yang menjadi unggulan wisata kabupaten Mojokerto, karena banyak objek wisata,
hawanya dingin, dan pemandangan alam yang elok.
Fokus dari IbM ini lebih diarahkan pada pada aspek produksi batik yang meliputi
perancangan desain motif khas Mojokerto yang berbasis budaya Majapahit serta
pembuatan batik secara tradisional dan pengembangan teknologi “ batik saring”
Perancangan desain motif menjadi kekuatan pada kegiatan IbM ini karena prosesnya
melalui kajian mendalam untuk mendapatkan karakter khas Mojokerto dengan latar
belakang budaya Majapahit.
Sumber daya manusia yang dimiliki oleh dua calon pengusaha Bambang
Parikesit dan Ahmad Munawir kebanyakan tenaga kerja yang direkrut adalah ibu rumah
tangga di lingkungan sekitar lokasi yang kesemuanya masih memerlukan pembinaan
dalam hal ketrampilan membatik, sehingga masih perlu diberikan satu pelatihan yang
lebih intensif dari tim IbM. Dalam hal ketrampilan dasar membatik, kedua pengusaha
tersebut dapat dikatakan sudah memiliki, namun dalam hal pewarnaan dirasa masih
banyak membutuhkan pelatihan dan pendampingan. Demikian halnya dengan upaya
untuk menciptakan motif batik khas Mojokerto, keduanya dapat dikatakan belum
mampu sehingga masih sangat membutuhkan hasil kajian ilmiah dari akademisi
perguruan tinggi.
Atas dasar realitas tentang potensi dan peluang usaha, aspek produksi dan
manajemen usaha, serta eksistensi sumber daya yang dimiliki kedua calon pengusaha
maka nampak jelas begitu perlunya dilakukan “IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur“
ini bagi kedua calon pengusaha tersebut.
Berikut ini adalah profil dari dua UKM mitra sasaran IbM Batik Khas Mojokerto
Jawa Timur sebagai berikut :
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
12
Gambar 1
Studio Abimanyu Art Gallery (Foto: Bambang, 2012)
Gambar 2
Studio Abimanyu Art Gallery dan aktivitas produksinya (Foto: Bambang, 2012)
Nama UKM (1) Abimanyu Art Gallery
Pemilik Bambang Parikesit, S.Sn.
Karyawan 4 orang (ibu rumah tangga)
Jenis usaha Aneka suvenir batik berupa gantungan kunci, dompet,
miniatur lokomotif
Kapasitas produksi 20 unit/hari
Pemasaran Mojokerto, Surabaya
Alamat Desa Pohjejer Rt.2 Rw.5, Kec. Gondang, Kab. Mojokerto
No. HP 085649885012, 08563557117
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
13
Gambar 3
Kegiatan produksi UKM Rafsa Pigora (Foto: Bambang, 2012)
Gambar 4
Proses Produksi dan Hasil Produksi Rafsa Pigora
(Foto: Bambang, 2012)
C. Permasalahan Mitra
Kedua perajin mitra memiliki kesamaan permasalahan terkait dengan
perancangan motif batik dan teknik produksinya, selain itu juga masalah manajemen.
Tim IbM dan kedua perajin mitra sepakat untuk menetapkan fokus kegiatan ini pada
Nama UKM (2) Rafsa Pigora
Pemilik Ahmad Munawir
Karyawan 3 orang
Jenis usaha Suvenir kayu, pigora, dan ingin produksi kain batik
Kapasitas produksi 8 unit/hari
Pemasaran Mojokerto dan sekitarnya
Alamat Desa Purworejo Rt.9 Rw.2 Kec. Pungging, Kab. Mojokerto
61384
No. HP 085730963248
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
14
aspek produksi, sedangkan aspek manajemen masih ditempatkan sebagai pendukung
dulu saja, karena persoalan mitra yang perlu penanganan mendesak adalah aspek
produksi batik termasuk di dalamnya perancangan motif batik.
Secara spesifik permasalahan produksi yang menjadi fokus adalah
A. Perancangan motif batik khas Mojokerto dengan mengacu pada artefak budaya
Majapahit yang banyak terdapat di kabupaten Mojokerto. Perancangan motif
mencakup motif batik, warna yang digunakan, dan teknik produksi yang dipakai.
Kedua perajin mitra membutuhkan pelatihan tentang teknik merancang motif batik
baik itu untuk batik tulis serta batik saring, termasuk teknik penggalian referensi
motif dari hiasan relief candi peninggalan Majapahit di kabupaten Mojokerto.
B. Pembuatan batik mencakup menggambar motif, mencanting, mewarnai, dan
melorot. Kemampuan perajin masih minim dalam pembuatan batik, terutama dalam
pewarnaannya. Sedangkan aspek lain hanya perlu pendalaman saja. Kedua perajin
memiliki pengalaman berbeda dalam hal pembuatan batik. Perajin mitra A telah
memiliki keterampilan dasar membatik sehingga tim IbM tinggal
mengembangkannya, sedangkan perajin mitra B samasekali belum memiliki
keterampilan batik sehingga tim IbM perlu melatihnya dari dasar.
Mengenai manajemen, tim IbM akan memberikan pengarahan manajemen usaha
kerajinan, yang dilakukan oleh dosen manajemen atau tenaga pelatih yang
mempunyai kompetensi dibidang manajemen.
Adapun secara khusus permasalahan dari UKM mitra dapat dirumuskan sebagai
berikut :
a. Bagaimanakah wujud visual dari batik khas Mojokerto Jawa Timur yang mampu
mewakili ikon atau simbol kebanggaan daerah yang menjadi ciri/ karakter
masyarakat Mojokerto dan budaya Majapahit yang diwarisinya?
b. Teknologi Tepat Guna yang seperti apa yang digunakan untuk teknik pewarnaan
dan teknik produksi yang diarahkan pada produksi batik skala besar dengan waktu
dan tenaga yang terbatas?
c. Bagaimanakah memberdayakan pengrajin mitra dalam mengelola sumber daya
dan keuangan usahanya?
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
15
BAB II
TARGET DAN LUARAN
Dari kegiatan ini, tim IbM dan kedua perajin mitra memiliki target luaran berupa:
a. Prototipe batik khas Mojokerto yang berbasis budaya Majapahit, sejumlah empat
model lengkap dengan gambar, konsep, dan pewarnaannya.
b. Modul pelatihan batik yang dibuat praktis, jelas, dan dilengkapi dengan gambar
yang menarik.
c. Hasil pelatihan membatik dengan teknik saring (screen).
d. Proposal usulan HaKI motif batik
e. Artikel jurnal ilmiah
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Metode pendekatan yang digunakan dalam kegiatan ini berupa pelatihan dan
pendampingan tentang teknik merancang motif batik dan teknik membatik yang benar.
Sumber ide pola /motif batik merupakan hasil penggalian dan kreasi dari tim IbM yang
kemudian dilatihkan kepada kedua perajin mitra. Total waktu kegiatan pelatihan yang
disertai pendampingan dilaksanakan selama enam bulan.
Pelatihan produksi batik dilaksanakan dengan prosedur kerja sebagai berikut:
- Merancang atau mendesain motif batik khas Mojokerto
- mencanting batik tulis dan teknik “Batik Saring”
- mewarnai batik
- melorod (membersihkan) malam, dan
- manajemen usaha
Keempat tahapan itu dilaksanakan secara berurutan karena terkait dengan proses
produksi batik. Sedangkan yang terakhir, manajemen usaha, adalah sebagai pelengkap
dari kegiatan ini.
Dari tahapan di atas, dapat direncanakan kegiatan IbM ini dengan sub-kegiatan
sebagai berikut:
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
16
A. Persiapan dan Perancangan Desain
Tahapan ini dimaksudkan untuk memberikan awalan alternatif adanya motif khas
Mojokerto yang dapat menjadi acuan bagi perajin mitra dalam memproduksi batik.
Kegiatan ini mencakup:
1. Tinjauan artefak candi peninggalan Majapahit sebagai referensi motif batik khas
Mojokerto.
Artefak yang dimaksud berupa bentuk-bentuk patung, ornamen pada relief candi
atau kontur candi itu sendiri. Artefak dipilih yang dapat mencerminkan kekhasan
budaya Majapahit. Gagasan tentang artefak sebagai sumber penciptaan motif batik
pernah diseminarkan oleh ketua Tim IbM (Sri Marwati) di lingkungan Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) Seni Budaya SLTA Kab Mojokerto di SMAN 1
Trawas.
2. Perancangan motif batik khas Mojokerto.
Tim IbM merancang motif batik sekurangnya 4 alternatif jenis motif dengan
mendasarkan pada artefak budaya Majapahit. Rancangan motif mencakup unsur
bentuk dan warna lengkap dengan konsep dasarnya.
3. Sounding motif batik kepada stakeholders.
Rancangan motif batik ditunjukan dan dimintakan masukan kepada stakeholders
di lingkungan Kabupaten Mojokerto mencakup budayawan/seniman dan dinas
terkait. Masukan yang diharapkan terutama pada aspek motif dan warna batik.
4. Pembuatan prototipe motif batik khas Mojokerto
Setelah motif batik mendapatkan masukan dan saran dari stakeholders, tim IbM
menyempurnakan rancangan motif menjadi prototipe batik Mojokerto yang siap
untuk diimplementasikan. Kebutuhan akan adanya prototipe batik Mojokerto ini
yang menjadi aspek utama dalam IbM ini yang menjadi fokus kebutuhan para
perajin mitra.
5. Koordinasi dengan perajin mitra
Tim IbM mengkoordinasikan rencana kegiatan mencakup waktu pelaksanaan dan
kesiapan sumber daya, termasuk juga motif batik yang berhasil diciptakan dan siap
diimplementasikan dalam produksi. Koordinasi terkait dengan pembagian
tugas/pekerjaaan yang perlu dipersiapkan masing-masing, dan rencana pelaksanaan
kegiatan pelatihan serta pembimbingan.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
17
6. Penyiapan alat dan bahan batik
Tim IbM menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan produksi batik. Alat dan bahan
didatangkan dari Solo karena di Mojokerto tidak ada penjual kebutuhan produksi
batik, kalaupun ada juga sama jauhnya yaitu di Malang atau Surabaya dan dengan
harga yang relatif mahal dibanding dengan harga di Solo. Alat membatik berupa
canting, kuas, kompor, wajan, gawangan, bak pewarna, panci sedangkan bahan
batik berupa lilin/malam, kain, dan zat pewarna.
Ada tiga jenis malam atau lilin yang diperkenalkan yaitu malam Carikan, malam
Tembokan, malam cair dan malam remukan/parafin. Sedang untuk jenis kain yang
digunakan untuk membatik diperlukan jenis kain yang mudah menyerap zat
pewarna, yaitu jenis kain katun seperti kain pimissima, prima, dan mori
biru/blacu. Untuk zat pewarna yang dikenalkan adalah zat pewarna sintesis/kimia
berupa Naphtol dan Remasol. Pada tahap pelatihan ini zat pewarna alam hanya
disinggung sedikit.
7. Penyiapan Teknologi Tepat Guna untuk produk massal dengan menggunakan
teknologi “Batik Saring”. Teknik ini menggunakan prinsip cetak dalam
menggandakan produk, sehingga sangat tepat untuk produk massal. Alat/bahan
yang digunakan pada teknik ini menggunakan plangkan alumunium, screen TGP
mesh 90, rakel, dan lilin dingin cair.
8. Penyiapan modul
Tim IbM menyiapkan modul pelatihan untuk menjadi acuan para perajin peserta
pelatihan. Modul berisi langkah-langkah pembuatan batik, mulai dari pengenalan
alat dan bahan sampai dengan pembersihan malam (melorod). Selain modul, Tim
IbM juga menyiapkan presentasi Powerpoint untuk mendukung penjelasan
instruktur dalam pelatihan nantinya.
B. Pelatihan Produksi Batik
Kegiatan pelatihan menjadi aspek utama kedua kegiatan IbM ini, dengan tahapan
kegiatan sebagai berikut:
1. Pelatihan merancang motif batik
Dengan menggunakan motif batik yang telah diciptakan (prototipe batik
Mojokerto), perajin mitra dilatih menggambar motif tersebut pada kain. Tahapan
ini memerlukan waktu lama karena tim IbM melatih kemampuan menggambar
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
18
perajin mitra, lalu dilanjutkan dengan menggambar prototipe motif batik tersebut
pada kain.
2. Pelatihan mencanting batik tulis
Tim IbM melatih perajin mitra untuk dapat menyiapkan malam, menggunakan
canting, dan membatik di kain secara tradisional. Sebelum itu peserta dikenalkan
beberapa jenis malam dan kegunaannya. Pada awal pelatihan, peserta dilatih di
media kain kecil misalnya sapu tangan, selanjutnya dilatih pada kain yang lebih
lebar seperti kain jarik. Arah dari batik canting ini adalah memproduksi kain batik
untuk suvenir.
3. Pelatihan mewarnai batik
Pelatihan pewarnaan diberikan mencakup pengenalan bahan pewarna, formula
pencampuran bahan pewarna, dan cara pencelupan kain dalam pewarna. Peserta
dilatih untuk memberi warna tunggal, atau warna jamak di kain baik itu dengan
teknik celup maupun teknik colet.
4. Pelatihan melorod (membersihkan) malam
Tahapan ini perajin mitra dilatih tentang cara membersihkan malam dan
pengeringan kain yang benar. Untuk keperluan ini peralatan yang diperlukan
adalah kompor, panci, dan gawangan (tempat menjemur kain) serta obat bantu
untuk mempercepat proses (soda abu).
5. Pelatihan persiapan pra cetak pada teknik “Batik Saring”
Tahapan ini perajin mitra dilatih untuk membuat rancangan/desain khusus untuk
cetak, dengan beberapa pertimbangan desain seperti ukuran dan
repeat/pengulangan. Kemudian juga dilatih untuk persiapan pra cetak dengan cara
afdruk film sampai pencetakan di atas kain. Implementasi „Batik Saring‟ pada
produksi kain batik massal, ukuran panjang yang nantinya dapat dipergunakan
untuk baju seragam sekolah/dinas.
C. Exposing
1. Sounding motif batik kepada stakeholders
Kain batik hasil pelatihan ditunjukkan pada stakeholders untuk mendapatkan
apresiasi sekaligus memperkenalkan produk batik Mojokerto ke publik terbatas
diantaranya adalah budayawan dan dinas terkait setempat.
Partisipsi mitra menyangkut sumber daya, seperti menyediakan tenaga kerja untuk
dilatih, alat dan bahan batik sebagian kecil sudah dimiliki mitra. Perajin mitra
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
19
menyediakan sumber daya manusia. Mereka sudah memiliki sedikit keterampilan
menggambar dan kerajinan, instruktur tinggal membimbing saja. Selain kedua
pengrajin, peserta pelatihan yang dilibatkan adalah lulusan SMA yang masih
menganggur, guru seni budaya SMP/SMK yang tertarik belajar batik, dan beberapa
siswa SMAN Gondang.
Partisipasi tersebut diberikan oleh perajin mitra A (Abimanyu Art Gallery),
sedangkan bentuk partisipasi mitra B (Rafsa Pigora) memiliki karakteristik
berbeda. Perajin mitra B yang sudah merintis usaha kerajinan pigora. Mereka siap
menyediakan tenaga yang siap untuk diberikan pelatihan dari dasar, karena belum
memiliki pengalaman tentang batik sedikitpun.
Peralatan dan bahan batik yang telah dimiliki perajin mitra A masih sedikit
jumlahnya. Untuk itu tim IbM membelanjakan sejumlah peralatan dan bahan batik
lebih banyak agar mencukupi untuk kebutuhan pelatihan dan produksi batik. Tim
IbM telah membelikan segenap peralatan batik seperti canting, pewarna, malam,
plangkan batik saring, sarung tangan, nampan, kompor, wajan dan sebagainya.
Sedangkan mitra A juga telah berkontribusi dalam hal penyediaan meja panjang
untuk pelatihan batik saring, konsumsi peserta pelatihan, serta tempat kegiatan
pelatihan.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
20
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Tim IbM ini merupakan kolaborasi dosen dua perguruan tinggi Jawa Tengah dan Jawa
Timur, yaitu antara dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Jawa Tengah dan dosen
STIKOM Surabaya Jawa Timur. Dosen ISI Surakarta terdiri atas Sri Marwati, S.Sn,
M.Sn., dan Drs. M. Arif Jati Purnomo, M.Sn., dan Ranang AS., M.Sn., selain itu juga
mengundang instruktur dari STMIK Surabaya (STIKOM Surabaya) adalah Sulistiowati,
S.Si., MM. Keempatnya memiliki kompetensi dan pengalaman berbeda sehingga saling
melengkapi untuk mendukung kelancaran program IbM ini.
1). Sri Marwati, S.Sn, M.Sn. (Ketua)
Bidang ilmu adalah Kriya Seni. Dengan pengalaman penelitian dan pengabdian
yang relevan serta tugas yang sesuai dengan relevansi dan pengalaman kemasyarakatan
sebagai berikut :
Pengalaman Penelitian dan Pengabdian
yang Relevan Tugas dalam Pelaksanaan IbM
Menulis artikel ilmiah “Trowulan Menuju Industri Kreatif” dalam Buku Proceeding
ISBN 978602-8467-47-6
1. Mengkoordinasi kegiatan dengan
pengrajin mitra
2. Pelaksanaan pelatihan menggambar
pola, membatik, mewarnai, dan
mencelup, serta melorod kepada pengrajin mitra.
Instruktur Workshop Batik Tulis Bagi Guru
SMA Surabaya–Gresik–Bangkalan dalam rangka Pameran Seni Rupa “Spirit of
Tradition” di Galeri Surabaya (2007)
Pemakalah Seminar “Menggali Potensi Batik Mojokerto” bagi guru MGMP Seni Budaya
Kab. Mojokerto (2012)
2). Drs. M. Arif Jati Purnomo, M.Sn. (Anggota 1)
Bidang ilmu adalah Tekstil dengan spesifikasi Batik, sekaligus saat ini menjabat
Ketua Program Studi Batik ISI Surakarta. Kepakarannya dalam bidang tekstil diperlukan
untuk mendasari wawasan pengrajin mitra tentang usaha batik dan kompetensinya di
bidang teknologi tepat guna “Batik Saring” sangat diperlukan oleh pengrajin mitra yang
ingin memproduksi batik secara massal.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
21
Adapun pengalaman penelitian dan pengabdian yang relevan serta tugas yang
sesuai dengan relevansi dan pengalaman kemasyarakatan dosen ybs adalah :
Pengalaman Penelitian dan Pengabdian
yang Relevan Tugas dalam Pelaksanaan IbM
Instruktur Pelatihan Batik dan Jumputan di Wonogiri (2009)
1. Presentasi pengenalan batik, peralatan dan bahan serta prospek usahanya.
2. Pelaksanaan pelatihan teknologi tepat
guna “Batik Saring” kepada pengrajin mitra
Penelitian berjudul Optimalisasi Batik
Tradisional Surakarta Implemenasinya pada Asesoris Berbasis Tradisi sebagai Upaya
Pengokohan Budaya Lokal dan Pendukung
Wisata Daerah Surakarta di Era Global
(Hibah Bersaing DP2M Dikti, 2009)
Menulis artikel ilmiah Batik “Oey Soe tjoen” Konsistensi Tradisi dan Kualitas Batik
Encim di Pekalongan, Jurnal Penelitian Seni
Budaya “Acintya” ISSN: 2085-2444, Vol. 1
N0. 1 Juni 2009
3). Ranang AS., M.Sn. (Anggota 2)
Bidang ilmu adalah Seni Rupa. Kepakaran dosen yang bersangkutan diperlukan
untuk menggali karakteristik pola/motif batik Mojokerto berbasis budaya Majapahit dan
kerjasama dengan stakeholders di lingkungan Mojokerto untuk mempelancar kegiatan
IbM ini. Pengalaman penelitian dan pengabdian yang relevan serta tugas yang sesuai
dengan relevansi dan pengalaman kemasyarakatan dosen ybs. yaitu :
Pengalaman Penelitian dan Pengabdian
yang Relevan Tugas dalam Pelaksanaan IbM
Menulis buku “Mencintai Batik, Yuk!” diterbitkan oleh Direktorat Jenderal MPDM,
DEPDIKNAS Jakarta (2009)
1. Penggalian pola/motif khas Mojokerto berbasis budaya Majapahit.
2. Hearing desain pola/motif batik khas
Mojokerto kepada stakeholders.
3. Exposing hasil pelatihan batik ke stakeholders, media massa, dan publik
Penelitian Kriya Wayang Krucil di Dukuh
Turus Desa Trenyang Kec. Semberpucung
Kab. Malang (2005)
Menulis artikel ilmiah “Perkembangan,
Teknis, Visual, dan Simbolis Batik
Wonorejo” dalam Jurnal “Ornamen” Jurusan Seni Rupa ISI Surakarta ISSN 1693–7724
(2007)
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
22
4). Sulistiowati, S.Si., MM. (Instruktur tambahan)
Bidang ilmu adalah Manajemen dan Statistik, dan sekarang mengajar di STMIK
Surabaya (STIKOM Surabaya) Jawa Timur. Kepakaran dosen yang bersangkutan
diperlukan untuk memberi pelatihan manajemen kepada pengrajin UKM mitra
khususnya terkait dengan pembukuan keuangan dan pengelolaan sumber daya.
Pengalaman penelitian dan pengabdian yang relevan serta tugas yang sesuai
dengan relevansi dan pengalaman kemasyarakatan dosen ybs. yaitu :
Pengalaman Penelitian dan Pengabdian
yang Relevan Tugas dalam Pelaksanaan IbM
Mengajar matakuliah Paket Program Niaga 1. Pelaksanaan pelatihan manajemen usaha kecil
2. Pelaksanaan pelatihan pembukuan
keuangan usaha berbasis komputer
Menulis artikel ilmiah “Rancang Bangun Sistem Peramalan Harga Saham dengan
Metode Single Exponential Smoothing” Proceeding of The 8th National Conference:
ISSN 1412-727X (2009)
Pelatihan Pembukuan Berbasis Komputer bagi Kader Lingkungan Surabaya – Wilayah
Kecamatan Rungkut (2009)
Selain keempat tim IbM tersebut, pelaksanaan kegiatan ini melibatkan dua
mahasiswa program studi Kriya Seni ISI Surakarta sebagai pembantu pelaksana, yaitu
Junende Rahmawati (NIM.10147106) dan Muhammad Rahadi (NIM.10147114).
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
23
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan program IbM ini telah diselesaikan dalam beberapa kegiatan beserta
hasilnya, sebagai berikut:
1. Tinjauan Artefak Majapahit
Peninggalan kerajaan Majapahit di wilayah Kabupaten Mojokerto berupa
bangunan seperti candi, gapura, kolam yaitu Candi Brahu, Candi Brangkal, Gapura
Wringin Lawang, Gapura/Candi Bajang Ratu, Gapura/Candi Jedong, Candi Tikus, kolam
Segaran, dan sebagainya. Selain itu juga banyak meninggalkan banyak artefak berupa
patung, peralatan ritual, perhiasan, senjata peperangan, dan peralatan rumah tangga yang
dikoleksi di Museum Majapahit di Trowulan Mojokerto.
Dari sekian banyak artefak yang dikoleksi oleh museum dan terpahatkan di candi,
dalam riset ini tim IbM memfokuskan diri pada artefak-artefak yang khas dari
kebudayaan Majapahit, yaitu Gapura Wringin Lawang, Candi Bajang Ratu, Relief Surya
Majapahit, dan Dewi Tara. Keempat objek tersebut memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi sumber ide penciptaan motif batik dan mampu
merepresentasikan budaya Majapahit.
1.1 Gapura Wringin Lawang
Gapura Wringin Lawang merupakan salah satu gapura peninggalan Majapahir
yang terletak pada koordinat 7°32′31″LS dan 112°23′27″BT tepatnya di Dusun Wringin
Lawang Desa Jatipasar Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Letak gapura
tersebut tidak jauh dari jalan raya Trowulan. Wringin Lawang berdekatan dengan situs
lain seperti Candi Minakjingga, Makam Putri Cempa, Makam Panjang, dan Kolam
Segaran. Gapura agung tersebut terbuat dari bahan bata merah (tidak ada unsur batu
andesit sama sekali), dengan luas dasar 13 x 11 meter dan tinggi 15,5 meter, dan
diperkirakan dibangun pada abad ke-14 M. Gapura tersebut lazim disebut bergaya candi
bentar atau tipe gerbang terbelah.
Kemegahan gapura Wringin Lawang tampak dari struktur bangunannya, tinggi
menjulang, sangat minim ornamen, warna merah bata, dan menumental. Gapura gaya
candi bentar tersebut juga dapat dijumpai pada lingkungan sitinggil Kasepuhan dan juga
di kompleks Goa Sunyaragi, Cirebon (Agus Aris Mundandar, 51), Candi Cetho
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
24
(Karanganyar), dan Masjid Menara Kudus yang dibangun di akhir masa kejayaan
Majapahit.
Gambar 5. Gapura Wringin Lawang (Candi Bentar) (Foto: Ranang AS, 2013)
Bagaimana gapura „candi bentar‟ menjadi gerbang sebuah kompleks/gugusan
bangunan hunian (pakuwon) tampak pada panil relief candi yang dipaparkan dalam buku
Bernet Kempers berjudul Ancient Indonesia Art. Pada relief tersebut gerbang candi
bentar digambarkan secara simetris, sehingga terkesan candi dipecah dua, sama bentuk
dan ukurannya antara bagian kiri dan kanan, meskipun hanya berbentuk relief (Agus Aris
Munandar, 41).
Gambar 6. Panil relief bergambar candi bentar (Foto: Bernet Kempers, 1959:288 dalam Agus Aris M. hal.41)
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
25
1.2 Candi Bajang Ratu
Selain Gapura Wringin Lawang, situs Trowulan juga memiliki candi sejenis yaitu
Candi Bajang Ratu, yang terletak di Dusun Kraton Desa Temon Kecamatan Trowulan
Kabupaten Mojokerto. Candi tersebut cukup dekat dengan Candi Tikus, sekitar 0,7 km
saja. Gapura Bajang Ratu dimungkinkan berhubungan dengan Raja Jayanegara. Dalam
Pararaton dan menurut cerita rakyat, Jayanegara dinobatkan menjadi raja ketika masih
“bajang” (anak kecil), sehingga gelar Ratu Bajang atau Bajang Ratu dikenakan padanya.
Di dalam Pararaton disebutkan bahwa Jayanegara wafat pada tahun 1328 M (Sira ta
dhinarumeng Kapopongan, bhiseka ring crenggapura pratista ring antawulan), dan oleh
para ahli, fungsi gapura tersebut diduga sebagai pintu masuk ke sebuah bangunan suci
untuk memperingati wafatnya Jayanegara. Menurut Agus Aris Munandar (47) Candi
Bajang Ratu tersebut gapura (angkul-angkul) yang dihias cukup raya dinamakan Kori
Agung.
Gambar 7. Candi Bajang Ratu (Foto: Ranang AS, 2013)
Dari aspek bentuknya, Gapura Bajang Ratu merupakan bangunan pintu gerbang
dengan tipe paduraksa, yaitu gapura yang mempunyai atap. Bentuk gapura tersebut
hampir mirip dengan bentuk gapura di Candi Penataran di Kabupaten Blitar. Selain itu
juga gapura sejenis dapat dijumpai di kompleks makam Syeikh Maulana Malik Ibrahim
(Gresik). Gapura Bajang Ratu tersusun atas 3 bagian yaitu kaki, tubuh, dan atap candi,
selain itu memiliki sayap dan pagar tembok di sisi kanan-kirinya. Bangunan tersebut
dibangun mengarah ke Timur Laut – Tenggara, berada di ketinggian 41,49 meter di atas
permukaan laut. Bahannya menggunakan bahan bata merah, kecuali lantai tangga
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
26
(bordes) dan ambang pintu (atas, bawah) dari batu andesit. Pada sudut kaki candi
dipahatkan hiasan panel-panel. Khusus sudut kiri depan digambarkan relief cerita Sri
Tanjung.
Salah satu keistimewaan dari Gapura Bajang Ratu adalah kekayaan ornamen yang
menghiasinya, terutama di bagian atap (meru)-nya, meskipun candi terbuat dari bata
merah. Kompleksitas ornamennya tidak kalah indahnya dengan candi yang terbuat dari
batu andesit. Bisa dikatakan bahwa keindahan ornamennya terbaik diantara candi-candi
berbahan bata merah yang ada. Bahkan Gapura Bajang Ratu lebih ornamentik daripada
gapura di Candi Penataran meskipun stuktur dan bentuknya sangat mirip.
Bentuk bangunan menggunakan atap meru atau tumpang, menjadi ciri khas
bangunan era Majapahit, tidak hanya dijumpai di Gapura Bajang Ratu saja, tetapi juga
pada Candi Penataran (Blitar) dan Candi Jedong (Mojokerto), Candi Kidal (Malang),
Candi Sawentar (Blitar), Candi Kali Cilik (Blitar), Selain itu dapat dilihat ke masa
sebelumnya khususnya pada Candi Prambanan yang merupakan manifestasi dari awal
dari perubahan orientasi religi saat itu karena arsitekturnya merupakan gabungan
(sinkretisme) antara Hindu dan Budha (Rahadhian Prajudi, 1999:185).
1.3 Relief Surya Majapahit
Motif Surya Majapahit banyak dijumpai batu-batu nisan di kompleks Makam
Tralaya di Desa Sentonorejo Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Selain itu pada
langit-langit atap candi-candi periode Majapahit di beberapa kota di Jawa Timur, seperti
Candi Penataran, Candi Kali Cilik, Candi Kidal, Candi Sawentar, dan Candi Brangkal
juga terpahat ornamen Surya Majapahit.
Gambar 8. Relief Surya Majapahit koleksi Museum Trowulan (Foto: Ranang AS, 2013)
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
27
Surya Majapahit merupakan salah satu ciri kesenian peninggalan kerajaaan
Majapahit yang berupa relief dan berbentuk lingkaran sebagai manifestari dari pancaran
sinar matahari. Pada bagian dalamnya terdapat relief Dewata Nawa Nanga (sembilan
dewa penjaga mata angin). Dewa utama berada di lingkaran utama yaitu Siwa (pusat),
Iswara (timur), Mahadewa (barat), Wisnu (utara), Brahma (selatan), Sambhu (timur laut),
Rudra (barat daya), Mahesora (tenggara), dan Sangkara (barat laut). Sedangkan dewa
minor berada pada sinar yang memancar, yaitu Indra (timur), Agni (tenggara), Yama
(selatan), Nrrti (barat daya), Baruna (barat), Bayu (barat laut), Kuwera (utara), dan Isana
(timur laut). Penempatan Surya Majapahit lazimnya di langit-langit candi, sandaran atau
bagian belakang arca (stella), dan nisan-nisan kuno.
Gambar 9. Ornamen Surya Majapahit di nisan makam Troloyo (Foto: Ranang AS, 2013)
Dalam masa kerajaan Majapahit khususnya bidang keagamaan berkembang kultus
terhadap dewa matahari dengan konsep kosmogoni yang mendasari pandangan hidup
masyarakat saat itu. Menurut konsep kosmogoni, dunia senantiasa berada di bawah
pengaruh tenaga yang bersumber pada penjuru mata angin, planet, dan binatang. Refleksi
dari konsep tersebut dapat dilihat pada susunan bangunan, pengkultusan dewa matahari,
ornamen dan simbol-simbol yang berbentuk sinar/surya. Menurut Kusen (1993:99)
pemujaan dewa surya dalam keagamaan Majapahit tampaknya dijiwai oleh konsep
pemujaan matahari yang telah ada sebelum agama Siwa menjadi agama negara.
Pemujaan tersebut telah dianut dan dikembangkan oleh pendukung budaya megalitik
seperti yang sekarang masih dianut beberapa suku bangsa di Indonesia di pulau Timor,
Kei, dan Seram.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
28
1.4. Patung Dewi Tara
Kebudayaan Majapahit meninggalkan banyak artefak yang dikoleksi oleh Museum
Majapahit di Trowulan, salah satunya adalah patung Dewi Tara. Tokoh tersebut
memegang posisis penting dalam pantheon agama Budha. Dewi Tara adalah istri/cakti
Avalokitesvara. Dalam Tantatrayana, Sakti memegang peranan penting karena dewa
hanya dapat didatangkan melalui istrinya. Tara digambarkan dalam sikap Vajraparyanka
dengan kedua tangan memegang teratai merah dan teratai putih.
Avalokitesvara sebagai perwujudan Sakyamuni Buddha Gotama. Beliau adalah
perwujudan dan simbolisasi welas asih [karuna] dari Sang Buddha Sakyamuni. Karuna
dipandang sebagai salah satu aspek yang terpenting dari Bodhi [pencerahan].
Avalokitesvara bukanlah seorang Dewi dan juga bukan tokoh khayalan. Beliau adalah
seorang Mahasattva, Sang Makhluk Agung, yang merupakan suatu adaptasi simbolis
Buddhis yang terbaik dan terindah (Upasaka Vimala Dhammo, 4).
Gambar 10. Patung Dewi Tara
(Foto: Sri Marwati, 2013)
2. Perancangan motif batik khas Mojokerto dan Hasilnya
Setelah identifikasi artefak peninggalan Majapahit dilakukan, dan telah dihasilkan
empat alternatif sebagai sumber ide penciptaan motif batik, tim IbM melaksanakan tahap
berikutnya yaitu perancangan motif batik. Proses kreatif ini melibatkan dua orang
mahasiswa program studi Kriya Seni FSRD ISI Surakarta.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
29
Gambar 11. Proses kreatif. mencipta motif batik (Foto: Ranang, 2013)
Rancangan motif batik yang dihasilkan mencakup unsur bentuk dan warna
lengkap dengan konsep dasarnya. Motif yang dihasilkan dari proses kreatif tim IbM
tersebut adalah empat motif sebagai berikut:
2.1 Motif Bentar
Motif Bentar dirancangkan dengan mengacu pada struktur Gapura Wringin
Lawang. Tim IbM menilai gapura tersebut layak dijadikan motif batik, karena eksistensi
gapura sebagai ikon Majapahit telah diakui banyak orang dan instansi. Gapura tersebut
telah menginspirasi banyak pemerintah daerah dan masyarakat Jawa Timur menjadi ikon
daerahnya. Beberapa pemerintah daerah membuat tugu perbatasan wilayahnya dengan
bentuk gapura kembar tersebut. Bahkan masyarakat banyak yang membuat tugu gerbang
depan rumahnya dengan model gapura tersebut, meskipun dengan ukuran kecil selaras
ukurannya dengan pagar rumahnya.
Gambar 12. Motif Bentar (Desain: Sri Marwati, 2013)
Dari segi definisi, istilah bentar dan wringin lawang memiliki kesamaan. Pemilihan
nama bentar untuk motif batik dianggap cukup tepat karena keunikan istilah tersebut.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
30
Sehingga pertimbangan aspek keunikan istilah tetapi masih tetap bereferensikan pada
objek yang sama, menjadi alasa bagi penggunaan istilah ini.
Gambar 13. Hasil implementasi motif Bentar
(Desain: Tim IbM, 2013)
Pada motif bentar ini, warna yang diaplikasikan adalah warna bata merah dan
keemasan. Sebagaimana diketahui Candi Wringin Lawang dan candi lain peninggalan
Majapahit berbahan bata merah.
2.2 Motif Bajang Ratu
Meskipun menurut petugas BP3 setempat, Candi Bajang Ratu pernah hampir
dijadikan ikon logo Kodam V Brawijaya, dan akhirnya pilihan jatuh pada gapura sejenis
yang berada di Candi Penataran, dikarenakan kelemahan pada aspek nama „bajang ratu‟.
Namun tim IbM melihat kelebihan luar biasa yang dimiliki oleh candi tersebut yaitu
aspek bentuk dan ornamennya. Candi Bajang Ratu memiliki keindahan terbaik bila
dibandingkan gapura di Candi Penataran ataupun gapura di candi-candi lainnya.
Gambar 14. Motif Bajang Ratu
(Desain: Sri Marwati, 2013)
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
31
Secara harfiah, nama „Bajang Ratu‟ memiliki daya tarik tersendiri untuk dijadikan
nama motif batik. Nama tersebut dapat mencerminkan keindahan ornamen yang dimiliki
oleh candi tersebut.
Gambar 15
Hasil implementasi motif Bajang Ratu
(Desain: Tim IbM, 2013)
2.3 Motif Dewi Tara
Masyarakat Mojokerto, tidak asing lagi dengan industri andalan mereka yaitu
industri patung batu, industri patung cor logam dan industri terakota yang ada di
kecamatan Trowulan. Salah satu produksi patung mereka yaitu patung Dewi Tara. Ketiga
industri tersebut sering memproduksi patung Dewi Tara dengan ciri khas dari Dewi Tara
tersebut yang selalu membawa bunga teratai.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
32
Gambar 16. Motif Dewi Tara (Desain: Sri Marwati, 2013)
Motif ini dirancang dengan mengambil ciri khas dari Dewi Tara tersebut yang
selalu membawa bunga teratai. Motif ini distilasi dengan bentuk yang hampir tidak
terlihat sebagai sebuah arca/patung sehingga akan mencapai bentuk estetis untuk sebuah
motif batik. Pemilihan warna merah bata mengacu pada warna bata merah di percandian
peninggalan Majapahit, sedangkan warna hijau pupus mengacu pada daun buah mojo.
Gambar 17
Hasil implementasi motif Dewi Tara (Desain: Tim IbM, 2013)
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
33
2.4 Motif Surya Maja
Motif Surya Majapahit ini sudah menjadi elemen interior pada ruangan, contohnya
yaitu pada elemen interior pada langit-langit ruangan BP3 Mojokerto, selain itu juga
pada hiasan meja.yang ada di ruangan BP3. Motif ini juga sudah digunakan oleh salah
satu industri batik yang ada di Mojokerto yaitu UKM “Batik Erna Surodinawan”, motif
batiknya berupa motif Surya Majapahit yang dicampur dengan motif merica bolong,
beras tumpah, dan motif primitif lainnya.
Gambar 18. Motif Taradewi (Desain: Sri Marwati, 2013)
Motif Surya Maja juga menjadi salah satu alternatif motif yang dirancang oleh tim
IBM dengan harapan motif batik ini nanti menjadi motif khas milik masyarakat
Mojokerto. Penamaan „Surya Maja’ atau dapat disebut „suryo mojo’, mengacu pada
istilah relief Surya Majapahit yang banyak terukir di candi peninggalan Majapahit, dan
mengacu juga pada nama „maja/mojo’ yang dimiliki oleh Kabupaten Mojokerto.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
34
Gambar 19
Hasil implementasi motif Bajang Ratu
(Desain: Tim IbM, 2013)
3. Diskusi Motif Batik (FGD)
Setelah motif batik diciptakan oleh tim IbM, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi
terbatas (focus group discussion) dengan stakeholders di Mojokerto tersebut diikuti oleh
pemerhati, guru seni, dan budayawan yang peduli batik Mojokerto. Kegiatan bertempat di
“Abimanyu Art Gallery”, Kab. Mojokerto. Topik FGD tersebut adalah motif batik khas
Mojokerto hasil riset dosen dan pelatihan. Motif batik tersebut ditunjukkan pada
stakeholders untuk mendapatkan apresiasi baik itu kritik maupun saran sekaligus
memperkenalkan produk batik Mojokerto ke publik terbatas.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
35
Gambar 20
Tim IbM (wanita) sedang diskusi dengan perajin mitra
dan stakeholders di Mojokerto (Foto: Ranang, 2013)
Dari diskusi tersebut dihasilkan: a) kritik/masukan tentang warna dan motif pada
batik hasil kreasi tim IbM, b) rencana kerja produksi batik oleh UKM mitra, dan c)
rencana pameran bersama batik Mojokerto antara tim IbM dan UKM mitra, serta d)
persiapan kegiatan pelatihan (workshop) batik saring.
4. Pelatihan Batik Saring
Setelah motif batik hasil rancangan dikomunikasikan dengan stakeholders di
Mojokerto, langkah selanjutnya yaitu aplikasi ke lapangan yaitu ke perajin mitra.
Kegiatan pelatihan dilakukan di Desa Pohjejer, Kec. Gondang, Kab. Mojokerto yang
diikuti oleh UKM „Abimanyu Art Gallery‟ dan UKM „Rafsa Pogora‟.
Gambar 21
Pelatihan batik saring di Abimanyu Art Gallery (Foto: Ranang, 2013)
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
36
Gambar 22
Pelatihan batik saring di Abimanyu Art Gallery (Foto: Ranang, 2013)
Pelatihan diberikan mencakup batik tulis dan batik saring. Dalam pelatihan ini Tim
IbM juga menyusun modul pelatihan (terlampir) yang memudahkan para peserta untuk
melakukan praktik secara mandiri. Materi batik tulis diberikan kepada peserta yang
masih pemula terdiri atas beberapa dua siswa SMAN Gondang dan dua lulusan SMA,
dan satu guru SMK. Sedangkan materi batik saring diberikan kepada perajin yang sudah
menguasai batik tulis. Dua teknik pewarnaan diberikan kepada peserta meliputi
pewarnaan teknik celup dan teknik colet.
Gambar 23
Tim IbM beserta perajin mitra seusai pelatihan (Foto: Bambang, 2013)
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
37
Dari hasil pelatihan ini pengrajin UKM Abimanyu Art Gallery akan
mengaplikasikan teknik batik saring pada produksi baju seragam guru-guru SMP yang
tergabung dalam MGMP Seni Budaya. Selain itu juga produksi seragam perangkat desa
Pohjejer, karena kebetulan Kepala Desa Pohjejer hadir dalam pelatihan tersebut dan
sangat mendukungnya.
Gambar 24. Hasil pelatihan batik saring (Foto: Ranang, 2013)
Gambar 25. Hasil pelatihan batik saring
(Foto: Sri Marwati, 2013)
5.Pelatihan manajemen Keuangan
Pelatihan pembukuan keuangan (manajemen) diberikan kepada perajin mitra, agar
usahanya terkelola dengan baik dari segi keuangan. Pelaksanaan dilakukan pada bulan
desember, minggu pertama. UKM mitra baik “Abimanyu Art Gallery” maupun “Rafsa
Pigora” diberi pelatihan Pelatihan Manajemen Keuangan dari nara sumber seorang dosen
akuntansi Stikom Surabaya. Kegiatan pelatihan secara sederhana dan informal
dilaksanakan di studioAbimanyy Art Gallery, Kecamatan Gondang, Kabupaten
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
38
Mojokerto pada tanggal 6-7 Desember 2013. Pelatihan tersebut diikuti oleh 6 orang yang
terdiri atas 2 orang dari UKM "Abimanyy Art Gallery”, 2 orang dari UKM “Rafsa
Pigora”, dan 2 orang partisipan dari sebuah rintisan UKM “Batik Kerto” dari Kecamatan
Pacet.
Pelatihan difokuskan pada materi tentang Laporan Arus Kas (Cash flow
Statement), Perhitungan Sederhana Kebutuhan Modal Kerja, Siklus Piutang Dagang,
Manajemen Kas, dan Analisis Keuangan Hasil Usaha. Pemberian pelatihan sifatnya
sangat dasar, yang tujuannya membekali perajin untuk mampu mengelola keuangannya
dengan baik.
Beberapa permasalahan perajin coba diuraikan oleh nara sumber. Pertama,
kelemahan utama UKM mitra terletak pada perencanaan kas yang kurang, perajin tidak
mampu memperkirakan kebutuhan kas, sehingga berisiko kas minus saat menjalankan
usaha atau kelebihan kas akibat pinjaman. Kedua, pengalokasian dana yang tidak tepat
dan cenderung sembrono banyak dialami perajin, misalnya ketika perajin memiliki kas
atau uang berlebih cenderung beli tanah untuk maksud invertasi, padahal tanah sulit
diuangkan dengan segera. Ketiga, kesemberonoan dalam memberikan piutang kepada
rekanan atau pelanggan, dan tidak mampu melakukan penagihan karena aspek subjektif
misalnya kasihan atau segan. Selain itu kelemahan perajin dalam mengendalikan biaya-
biaya misal overhead yang berlebihan atau „besar pasak daripada tiang‟, atau beban
biaya administrasi.
Dengan pelatihan pengelolaan keuangan secara sederhana tersebut diharapkan
perajin mulai mengenal sistem pengelolaan keuangan yang sehat, tidak lagi
mencampuradukan antara keuangan usaha dan rumah-tangga “urusan dapur”, sehingga
keberlangsungan usahanya semakin baik dan berkembang pesat.
6. Pameran Batik Mojokerto (hasil IbM) dan Press Release
Setelah perajin mitra diberikan pelatihan batik saring, mereka diberdayakan untuk
memamerkan kain batik produksinya. Pameran dilakukan bersama dengan karya-karya
tim IbM. Selain itu juga dilakukan publikasi ke media elektronik (online). Tim IbM
berkoordinasi pengelola situs www.khasmojokerto.com untuk memanfaatkannya sebagai
media publikasi online tentang kegiatan IbM ini. Sedangkan pameran dilaksanakan pada
minggu ke-2 Desember 2013
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
39
Gambar 26. Banner Pameran IbM Mojokerto (Desain: Arif Jati Purnomo, 2013)
7. Penyusunan Usulan HaKI
Sebagai hasil kekaryaan intelektual, karya motif batik disusun Proposal HaKI atas
empat motif batik khas Mojokerto yang telah dihasilkan oleh tim IbM ke institusi terkait,
dan mendaftarkan motif batik ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag)
Kabupaten Mojokerto.(Usulan HaKI terlampir)
8. Penulisan Naskah Artikel Jurnal dan Laporan Lengkap
Hasil kegiatan IbM ini akan ditulis dalam naskah artikel yang direncanakan untuk
diterbitkan di jurnal ilmiah nasional, yaitu Jurnal Ornamen ISSN 1693-7724, yang akan
terbit edisi Januari 2014. (Draft Jurnal terlampir)
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
40
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penggalian potensi artefak candi peninggalan Majapahit diperoleh
beberapa sumber inspirasi penciptaan motif batik seperti gapura Wringin Lawang,
gapura Bajang Ratu, patung Dewi Tara, dan relief Surya Majapahit. Kemudian
keempatnya dikembangkan menjadi motif batik bernama motif bentar, motif bajang
ratu, motif dewi tara, dan motif surya maja. Motif-motif tersebut mendapatkan apresiasi
yang memadai dari stakeholders di Mojokerto pada saat dikomunikasikan kepada
mereka dalam focus group discussion (FGD).
Motif hasil eksplorasi kreatif tim IbM kemudian dijadikan pola untuk pelatihan
batik tulis dan batik saring kepada rekanan pengrajin mitra. Dari hasil pelatihan, para
pengrajin sangat antusias diberikan pelatihan teknik saring, karena teknik itu akan sangat
membantu pada saat mereka mendapatkan order produksi batik secara massal, tetapi
tetap tidak meniadakan substansi batik tulisnya. Dalam pelaksanaan IbM ini capaiannya
sudah sesuai dengan target yang ditentukan sejak awal oleh Tim IbM. Hasil dari IbM ini
akan semakin sukses dan terasa manfaatnya apabila usaha kreatif para peserta pelatihan
mendapat dukungan dari Pemda Mojokerto sebagai pengampu kebijakan.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
41
DAFTAR PUSTAKA
Pariwisata Kabupaten Mojokerto (Maret 2012), Pesona Alam dan Warisan
Budaya Majapahit. http://disporabudpar.mojokertokab.go.id/profil.php,
I Made Kusumajaya, dkk. Mengenal Kepurbakalaan Majapahit di Daerah Trowulan.
Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan Jawa Tmur.
_____ 2013. Panduan Pelaksanaan Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Di
Perguruan Tinggi Edisi IX. Direktorat Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan
Dan Kebudayaan.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
42
M O D U L P E L A T I H A N
BATIK TULIS & SARING
Dalam Rangka Pelaksanaan
Ipteks Bagi Masyarakat (IbM)
Batik Khas Mojokerto
Disusun oleh:
Sri Marwati, M.Sn.
Drs. Arif Jati Purnomo, M.Sn.
Ranang AS., S.Pd., M.Sn.
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
2013
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
43
BAB I
PERALATAN DAN BAHAN BATIK
Dalam bab ini dipaparkan tentang peralatan dan bahan yang diperlukan untuk
produksi batik, baik batik tulis maupun batik saring. Batik tulis diberikan bagi pembatik
pemula, sedangkan batik saring diberikan kepada pembatik lanjut yang ingin mencoba
teknik batik saring.
1. Peralatan
1.1 Peralatan Membatik Kain
1.1.1 Canting
Canting merupakan alat utama yang dipergunakan untuk membatik. Penggunaan
canting adalah untuk menorehkan (melukiskan) cairan malam agar terbentuk motif
batik. Ada dua jenis canting yaitu berbahan tembaga dan kuningan. Dari segi kualitas,
canting tembaga memiliki kualitas terbaik bila dibandingkan dengan canting kuningan.
Gambar 1
Bagian-bagian canting
Jenis-jenis canting dapat dikategorikan berdasarkan fungsi dan jumlah
cucuknya. Berdasarkan fungsinya, canting dikelompokkan menjadi dua macam,
yaitu:
a. Canting Rengrengan
Sesuai dengan namanya, canting jenis ini berfungsi untuk membuat rengrengan
(sketsa), batikan pertama menurut pola yang telah dibuat. Canting rengrengan lazimnya
adalah canting yang bercucuk tunggal dengan ukuran sedang.
b. Canting isen
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
44
Canting isen fungsinya untuk mengisi rengrengan yang telah dibuat
sebelumnya. Canting jenis ini adalah canting bercucuk kecil baik tunggal
maupun rangkap dan ukuran lubangnya bervariasi: kecil, sedang, dan besar.
Sedangkan menurut jumlah cucuknya, canting terdiri atas beberapa jenis
yaitu:
a. Canting Cecekan
Canting cecekan bercucuk satu dan ukurannya kecil, dipergunakan untuk
membuat titik kecil, membuat garis kecil, dan mengisi bidang kecil.
b. Canting Laron
Kata laron berasal dari kata loro yang berarti dua. Canting laron bercucuk dua,
biasanya dipergunakan untuk membuat dua buah garis bersamaan.
c. Canting Telon
Kata telon berasal dari kata telu yang berarti tiga. Canting telon bercucuk susun
tiga, lazimnya untuk membuat titik pengisi bidang. Dengan canting ini,
pembatik dapat secara cepat mengisi bidang motif dengan titik-titik.
Canting-canting di atas merupakan canting yang paling sering dipergunakan saat membatik.
Selain itu terdapat pula canting prapatan (empat cucuk), canting liman (lima cucuk), canting
byok, dan canting renteng. Masing-masing canting ini memiliki kegunaan berbeda.
1.1.2 Kuas
Pada umumnya kuas dipergunakan untuk melukis, dalam proses membatik kuas juga
dapat dipergunakan untuk Nonyoki yaitu mengisi bidang motif luas dengan malam secara
penuh. Kuas dapat juga untuk menggores secara ekspresif dalam mewarnai kain. Anda dapat
mempergunakan kuas cat minyak, kuas cat air, atau bahkan kuas cat tembok untuk bidang
sangat luas.
1.1.3 Kompor Minyak Tanah
Kompor minyak tanah d ipergunakan untuk memanas i malam agar
cair. Pilihlah kompor yang ukurannya kecil saja, t idak per lu yang besar .
Pembat ik t radis ional biasanya menggunakan anglo atau keren. Ang lo
memerlukan arang ka yu sebagai bahan bakar. Kelemahan anglo/keren adalah asap yang
ditimbulkannnya, berbeda dengan kompor yang tidak seberapa menimbulkan asap.
Pilihlah kompor yang ukuran kecil saja, dengan diameter sekitar 13 cm, sesuai dengan
besaran wajan yang digunakan. Pemanasan malam tidak membutuhkan api yang cukup besar
seperti kalau kita memasak di dapur.
1.1.4 Wajan
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
45
Wadah untuk mencairkan malam menggunakan wajan, terbuat dari bahan logam.
Pilihlah wajan yang memiliki tangkai lengkap kanan dan kiri agar memudahkan kita
mengangkatnya dari dan ke atas kompor.
Wajan yang dipakai tidak perlu berukuran besar, wajan dengan diameter kurang
lebih 15 cm sudah cukup memadai untuk tempat pencairan malam.
1.1.5 Gawangan
Pada waktu membatik kain panjang, tidak mungkin tangan kiri pembatik
memegangi kain tersebut. Untuk itu membutuhkan media untuk membentangkan kain
tersebut, yang disebut gawangan. Disebut demikian karena bentuknya seperti gawang
sepakbola, terbuat dari kayu, agar ringan dan mudah diangkat dan dipindahkan.
Gawangan tersebut cocok untuk batik tulis, sedangkan batik saring tidak
menggunakan gawangan kecil itu, lebih cocok memakai bambu panjang karena
bentangan kain cukup panjang.
1.1.6 Plangkan (Screen)
Pada prinsipnya plangkan screen untuk produksi batik hampir sama dengan sablon, hanya
saja dengan format panjang sekali, menyesuaikan dengan kain yang rol-rolan. Lebarnya pun juga
menyesuaikan dengan lebar kain yang standar.
1.1.7 Rakel
Sebagaimana dalam kegiatan sablon (cetak saring), salah satu peralatannya adalah
rakol. Alat tersebut berfungsi untuk meratakan cairan batik dalam screen, dan menekan
masuk menembus screen tersebut, sehingga tercetak motif hasil cetakan saring.
1.1.8 Meja
Meja yang dibutuhkan untuk produksi batik saring adalah meja panjang, sebagai
alas kain pada waktu dicetak saring. Tentu dibutuhkan meja yang rata dan halus agar
mendapatkan hasil yang bagus.
1.2 Peralatan Mewarnai Batik
a. Nampan/Bak Air
Nampan plastik diperlukan untuk tempat cairan campuran pewarna dan mencelup kain
dalam proses pewarnaan. Pilihlah ukuran nampan yang sesuai dengan ukuran kain yang dibatik
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
46
agar kain benar-benar tercelup semuanya. Jika batik yang dikerjakan berupa kain panjang,
maka diperlukan nampan atau bak besar.
b. Panci
Panci aluminium diperlukan untuk memanaskan air di atas kompor atau tungku dan
untuk melorot kain setelah diwarnai agar malam bisa bersih. Pilihlah ukuran panci sesuai
dengan ukuran kain yang dibatik.
c. Sarung tangan
Sarung tangan diperlukan sebagai pelindung tangan pada saat mencampur bahan
pewarna dan mencelupkan kain ke dalam cairan pewarna. Selama penyiapan warna dan
pewarnaan kain, pergunakanlah selalu sarung tangan karena bahan pewarna batik terbuat dari
bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan kulit dan pernafasan, kecuali pewarna alami
(natural).
d. Sendok & Mangkuk
Sendok makan dibutuhkan untuk menakar zat pewarna dan mangkuk plastik untuk
mencampur zat pewarna tersebut sebelum dimasukkan ke dalam air. Selain itu juga diperlukan
gelas untuk menakar air.
2. Bahan Batik
2.1 Kain
Salah satu bahan yang paling pokok dalam membatik adalah kain, tempat
dimana motif akan kita lukiskan. Tetapi tidak semua jenis kain yang kita temui di
pasaran dapat dipergunakan untuk membatik, karena masing-masing kain memiliki
daya serap berbeda. Untuk membatik diperlukan jenis kain yang mudah menyerap
lilin dan zat pewarna, yaitu jenis kain katun seperti kain Voilissma, Primis,
Primissima, mori biru, Philip, berkolyn, santung, blacu, atau kain sutera alam.
Untuk memperoleh kualitas batik yang bagus, silakan memilih kain yang
bertekstur halus dan berwarna putih bersih. Kalau hanya untuk latihan membatik,
silakan pakai kain yang mudah dijumpai di pasaran tetapi memiliki sebagian
kualifikasi seperti di atas.
2.2 Malam / Lilin
Malam merupakan bahan utama yang menjadi ciri khas dalam proses membatik.
Dalam proses membatik, malam mempunyai fungsi untuk merintangi warna masuk ke
dalam serat kain dimana motif telah dipolakan dan agar motif tetap tampak. Sebelum
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
47
menggunakan malam, pilihlah malam yang sesuai dengan kebutuhan, karena malam
memiliki jenis, sifat, dan fungsi beragam.
Tabel 1
Jenis malam
Khusus untuk produksi Batik Saring, diperlukan jenis malam cair atau malam
dingin, karena proses pemberian malam dilakukan dengan plangkan screen, bukan
dengan alat canting sebagaimana pada produksi batik tulis. Malam cair lebih cepat
prosesnya daripada batik cap. Kualitasnya pun juga tidak jauh dari batik tulis.
Gambar 2
Malam cair / malam cair print
2.3 Zat Pewarna
Pewarna kain batik dapat dikategorikan menjadi dua yaitu zat perwarna alam dan zat
pewarna kimia. Zat pewarna alam dihasilkan dari warna warna yang dapat kita
peroleh dari berbagai macam tumbuhan misalnya pada bagian buah, akar, daun,
atau kulit pohon. Zat pewarna kimia diproses/hasilkan secara kimiawi oleh industri.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
48
Kategori Jenis Pewarna
Zat pewarna alam Kunyit menghasilkan warna kuning
Zat pewarna Kimia Napthol, indigosol, remasol, ergan soga,
rapidosol, procion.
Tabel 2
Jenis warna
Zat pewarna kimia tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tujuh bahan warna
yaitu Napthol, Indigosol, Rapide, Ergan soga, Kopel Soga, Chroom soga, dan Prosion.
a. Bahan warna Napthol
Napthol memiliki jenis yaitu AG, AS-D, AS-G, AS-OL, AS-BO, AS-GR, AS-LB,
AS-LB (Extra), AS-BS, AS-KN, dan AS-BR. Napthol AS memiliki sifat netral artinya warna
yang dihasilkan menurut warna garamnya. Untuk membangkitkan warna dipergunakan jenis
Garam Diazo diantaranya adalah Biru B, Biru BB, Violet B, Hitam B, Merah B, Merah GG,
Merah GC, Merah R, Merah 3GL, Merah 3GL Spesial,. Bordo GP, Orange GC, Orange GR, Biru
Hijau B, dan Kuning GC. Agar pelarutannya bagus, sebaiknya dibuatkan lebih dulu pasta dengan bahan
pendukung meliputi Turkish Red Oil (TRO) dan Loog 38 BE (larutan Kaustik Soda / NaoH).
Tabel 3. Warna Napthol
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
49
b. Bahan warna Indigosol
Warna Indigosol ini memiliki jenis yaitu Blue 06B, Blue 04B, Yellow FGK,
Yellow 1GK, Green 1B, Green 13G, Orange HR, Violet BF, Violet ABBF, Brown IRRD,
Abu-abu 1BL, Rosa 1R, dan RED AB. Bahan pelengkapnya adalah Natrium Nitrit (NaNo2)
dengan komposisi 2x indigosol, dan TRO. Untuk membangkitkan warna dilakukan dengan
mengoksidasikan secara langsung ke panas matahari. Selain itu dengan larutan Asam Chlorida atau
Asam Sulfat.
Tabel 4
Warna Indigosol
c. Bahan warna Rapide
Bahan ini biasanya untuk pewarnaan teknik colet. Jenis rapide ada tiga macam
yaitu Rapide biasa, Rapidosen, dan Rapidosol. Rapide biasa meliputi Kuning GCH, Orange
RH, Biru BN, Hitam G, dan Hijau N-16G. Untuk membangkitkan warna dipergunakan larutan asam
cuka, dengan komposisi 50cc asam cuka dipakai untuk 1 liter air panas. Sedangkan bahan pendukungnya
adalah Turkish Red Oil (TRO) (2x Rapide) dan Loog 38°Be.
d. Bahan warna Ergan Soga
Bahan warna ini memiliki tiga jenis yaitu Coklat (soga) tua, Coklat (soga) sedang, dan
Coklat (soga) muda. Bahan pelarut menggunakan obat hijau (chromfarbesalz), dan pembangkit
warnanya memakai beningan larutan air kapur (50 gr untuk 1 liter air dingin).
2.4 Bahan pelorodan malam
Bahan untuk melorod (membersihkan malam) kain, diperlukan air panas
mendidih di atas tungku dan Soda Abu atau TRO. Fungsi soda abu tersebut untuk
menghindari terjadinya penempelan ulang malam di permukaan kain sehingga kain
benar-benar bersih dari malam.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
50
Zat pewarna kimia tersebut di atas mudah didapatkan di toko bahan dan alat batik.
Daftar toko yang dapat Anda hubungi terlampir secara lengkap di dalam buku ini.
Langkah-langkah pencampuran warna lebih detil akan dijelaskan pada Bab berikutnya.
BAB II
PROSES BATIK
Proses membatik diperlukan waktu yang lama karena dalam membatik diperlukan tahap-tahapan
yang harus dilalui secara beruntun. Untuk itu dalam membatik diperlukan kesabaran yang tinggi dan
ketelatenan. Adapun langkah-langkah membatik adalah:
A. Batil Tulis
1. Pengolahan Bahan
1.1 Pengolahan Bahan Kain
Seperti kita ketahui membatik memerlukan bahan kain sebagai media. Untuk membatik
biasanya kain yang biasa digunakan adalah jenis kain katun seperti kain Voilissma, Primis, Primissima,
mori biru, Philip, berkolyn, santung, blacu, dan ada juga yang mempergunakan kain sutera alam.
Untuk media kain yang harus diperhatikan adalah usahakan agar kain tersebut tidak mengandung
kanji atau kotoran lainnya, karena hal ini akan mengganggu proses penyerapan malam ataupun warna.
Pengolahan kain ini lebih banyak dikenal dengan istilah “ngloyor”.
Bahan untuk pengolahan kain biasanya minyak jarak atau larutan asam. Pengolahan kain
menggunakan minyak jarak, langkah yang harus dikerjakan yaitu merendam kain dalam panci dan direbus
dengan memasukkan minyak jarak ke dalam rebusan kain tersebut. Apabila sudah mendidih, kain diambil
dan direndam dalam air dingin sambil diremas-remas. Air dingin untuk merendam kain ini bisa
ditambahkan sabun atau deterjen.
Pengolahan kain dengan larutan asam biasanya dilakukan satu hari, tetapi perlu diperhatikan
bahwa larutan asam yang terlalu banyak akan merusak kain. Pengolahan kain dengan minyak jarak dan
larutan asam tidak cocok digunakan untuk kain sutera, karena kain sutera yang berbahan sangat lembut
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
51
memerlukan perlakuan khusus. Biasanya pengolahan kain sutera dengan sabun yang khusus untuk serat
halus dan tidak diperas berlebihan atau apabila sulit untuk mencari sabun khusus untuk kain sutera bisa
menggunakan shampoo untuk rambut, tetapi gunakan sedikit saja dan cucilah dengan perlahan. Sebagai
tambahan saja, bahwa kain sutera sangat cocok apabila diwarna dengan menggunakan pewarna alam.
Selanjutnya setelah kain diangkat dari perendaman, kemudian kain dilipat dan dikemplong
(“ngemplong”) yaitu dengan cara memukul-mukul kain tersebut dengan menggunakan pemukul kayu.
Tujuannya agar serat kain menjadi kendor dan lemas. Setelah dikemplong kain dijemur. Setelah kering
kain bisa diseterika dan siap untuk dipola.
Saat ini banyak tersedia kain yang berkualitas bagus, tetapi tentu saja kain tersebut masih
mengandung kanji. Tetapi terkadang saat ini banyak orang yang hanya merendam kain dalam air sampai
beberapa kali tanpa menggunakan minyak jarak atau larutan asam. Cara ini bisa juga dilakukan pada kain
yang sedikit mengandung kanji.
Jangan lupa menyisakan tepi kain untuk pelipatan dan pengobrasan. Dalam pengukuran kain yang
harus diperhatikan juga adalah serat kain, usahakanlah bentuk potongan kain menyesuaikan serat kain.
2. Pembuatan Pola (Rappor)
Setelah melalui tahap pertama yaitu tahap pengolahan kain, tahap selanjutnya adalah tahap
pembuatan pola. Pola merupakan hasil susunan dari beberapa motif hias dalam bentuk dan komposisi
tertentu. Langkah awal dalam tahap pembuatan pola ini yaitu tentukan motif apa yang dibuat, oleh karena
itu membuat sket pola di atas kertas minyak merupakan langkah awal yang tepat. Jangan segan memakai
penggaris apabila pola yang akan dibuat memerlukan bantuan penggaris.
Sebelum diaplikasikan pada kain, matangkanlah dulu motif batik Anda. Apakah memakai motif
tradisional (lokal) atau kreasi baru. Secara umum pembuatan motif diawali dengan menyorek dan
dilanjutkan membuat isen-isen.
Setelah motif selesai dibuat di kertas minyak, langkah selanjutnya adalah menyorek melalui
pemindahan dari kertas minyak ke kain. Bila ukuran kain lebih besar daripada pola pada kertas minyak,
maka perlu diperhatikan pemindahannya.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
52
Pembuatan pola dengan teknik menjiplak atau mal juga bisa digunakan. Hal yang harus dilakukan
apabila menggunakan teknik menjiplak atau mal yaitu terlebih dulu membuat pola di atas kertas minyak.
Kemudian letakkan pola di atas kertas minyak tadi di bawah kain maka pola tersebut akan terlihat di kain,
lalu dengan menggunakan pensil, tebalkan pola yang terlihat tersebut. Bisa digunakan meja kaca dengan
sinar lampu di bagian bawah meja sehingga pola akan jelas terlihat.
Untuk bahan dari kayu pembuatan pola bisa dilakukan langsung dengan menggores kayu tersebut
dengan pensil dan membentuk pola sesuai yang dikehendaki.
3. Pembatikan
Pengertian batik pada prinsipnya yaitu membuat hiasan pada suatu media dimana teknik
pengerjaannya melalui proses tutup celup. Pada masa dulu media rintangnya menggunakan bubur ketan,
kain hasil batikannya disebut kain simbut. Tetapi saat ini media rintangnya menggunakan bahan malam
yang sudah banyak tersedia di toko-toko yang menjual bahan batik. Adapun tahapan selanjutnya setelah
pembuatan pola yaitu pembatikan, langkah-langkahnya sebagai berikut:
3.1 Pemanasan Malam
Malam yang masih bentuk bongkahan dipotong sesuai yang dibutuhkan, alat pemotong yang
digunakan biasanya adalah benang yang tajam, jika menggunakan pisau akan sulit dan terasa keras karena
bahan logam justru cenderung membuat malam menempel. Tetapi apabila membeli dalam bentuk
potongan kecil biasanya toko-toko yang menjual alat dan bahan batik sudah menyediakannya.
Setelah malam disiapkan secukupnya kemudian panaskan wajan selama beberapa menit agar air
yang menempel di wajan hilang selanjutnya masukkan malam ke dalam wajan panas dan aduk hingga
malam mencair. Perhatikan nyala api agar jangan terlalu besar dan jangan terlalu kecil. Bila nyala api
terlalu besar maka akan muncul banyak asap di atas malam yang mencair tersebut, hal ini tentu saja tidak
bagus, maka segera kecilkan api. Perlu diketahui bahwa selama proses pembatikan malam aka tetap
dipanaskan di atas wajan, sehingga pengecekan terhadap nyala api harus selalu dilakukan.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
53
Gambar 3
Proses pemanasan malam
Malam yang telah dipanaskan akan segera mencair, untuk mengetahui apakah malam tersebut
sudah siap digunakan maka dengan menggunakan canting ambil sedikit malam tersebut dan goreskan pada
kain yang tidak terpakai. Keadaan malam yang telah siap digunakan yaitu apabila malam cair digoreskan
di atas kain maka besarnya goresan atau jejak yang ditinggalkan melalui goresan canting akan sama besar
dengan cucuk canting tersebut.
Tetapi jika malam yang digoreskan pada kain kelihatan berbusa dan bekas goresan melebar
(“ndleder”) atau lebih besar dari cucuk canting maka dapat dipastikan bahwa malam itu terlalu panas.
Sebaliknya apabila malam kurang panas maka ketika digoreskan di atas kain akan terlihat menggumpal
dan tidak rata ketika menggoreskan canting tersebut, hal ini disebabkan oleh membekunya malam sebelum
digoreskan di atas kain . Apabila hal ini terjadi tunggu beberapa saat dengan memanaskan cairan malam
itu.
3.2 Pemalaman
Sebelum mengambil malam cair di atas wajan, pastikan bahwa canting yang akan dipakai tidak
tersumbat, untuk mengeceknya bisa dilakukan dengan cara meniup ujung canting tersebut atau menusuk
cucuk canting dengan menggunakan sapu ijuk.
Sementara menunggu malam mencair, media yang telah di pola dipersiapkan, apabila
menggunakan media kain bisa memakai gawangan untuk meletakkan kain, hal ini tentu saja apabila ukuran
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
54
kain besar. Tetapi bila ukuran kain kecil cukup dengan memegang kain tersebut dengan tangan kiri dan
meletakkan di atas paha kita, tentu saja sebelumnya kita memakai celemek agar malam tidak tumpah di
atas baju kita.
Selama membatik perhatikanlah malam yang digunakan, apakah terlalu panas atau kurang
panas. Malam yang kurang panas sudah dipergunakan membatik akan susah menempel dan
meresap pada kain, ini akan membuat warna akan tetap meresap pada kain yang dimalami
tersebut, atau bahkan cairan malam berikutnya akan meresap meskipun sudah dimalami
sebelumnya. Sebaliknya jika kondisi malam teralu panas, akan mudah merembes ke dalam serat
kain sehingga melebihi besaran garis pola/motif yang diinginkan.
Tahap proses pemalaman adalah sebagai berikut :
a) Pembuatan garis tepi
Pencantingan awal pada kain disebut “ngrengrengi”, proses ngrengrengi diawali dengan “nglowongi”
yaitu membuat garis tepi atau kontur/out line sesuai pola yang telah dibuat. Malam yang digunakan
tentu saja malam carik dan menggunakan canting klowong atau canting yang bercucuk sedang.
a) Pemberian isen-isen
Langkah selanjutnya setelah memberi kontur yaitu memberi isen-isen. Pemberian isen-isen yaitu
memberi isian pada bidang pola, isian dapat berupa titik-titik,garis, lingkaran-lingkaran kecil ataupun
bentuk lainnya. Canting yang digunakan tentu saja canting yang cucuknya paling kecil atau lebih kecil
dari canting klowong.
b) Nerusi
Setelah permukaan kain selesai dicanting maka langkah selanjutnya adalah “nerusi”. Nerusi yaitu
mencanting atau membatik kembali pada bagian belakang kain dengan mengikuti pola pada sisi
atasnya. Pembatikan dengan media kayu tidak memerlukan proses nerusi, kecuali memang kedua
permukaanya akan dibatik.
c) Nemboki
Setelah proses nerusi, maka langkah selanjutnya yaitu “nemboki”. Nemboki yaitu menutup bagian
yang telah dipola atau yang dikehendaki nantinya akan tetap berwarna putih atau warna pertama kain.
Tentu saja malam yang digunakan adalah malam tembok.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
55
d) Nonyoki
Proses paling akhir dari tahap pemalaman yaitu ”nonyoki”. Proses nonyoki sama seperti proses
nemboki akan tetapi pada proses nonyoki bisa menggunakan kuas, karena biasanya kain yang akan
ditutup malam lebih luas/biasanya pada latar.
Bila proses pemalaman telah selesai maka tahap selanjutnya yaitu tahap pewarnaan. Tetapi
sebelumnya telitilah kain yang sudah dimalam tersebut, mungkin ada tumpahan atau tetesan kain yang
tidak dikehendaki, apabila ada untuk menghapusnya gunakan alat logam yang tahan panas untuk
menghilangkannya. Caranya ujung logam tersebut dipanaskan pada bara api sementara kain yang terdapat
malam yang tidak dikehendaki tersebut dibasahi dengan air sabun atau deterjen. Setelah ujung logam panas
tempelkan pada pada malam yang telah dibasahi tadi. Hal ini dapat dilakukan berulang kali sampai malam
yang akan dihapus hilang.
Penggunaan malam di wajan juga harus diperhatikan, malam yang terlalu lama dipanaskan akan
berubah warna menjadi hitam dan timbul serbuk hitam (pasir) di dasar wajan. Kondisi seperti itu disebut
Gentho, dan sebaiknya jangan dipakai membatik lagi karena cenderung lebih kental dan susah
menempel/meresap pada kain, serta akan membuat canting sering tersumbat. Untuk itu, segera buanglah
gentho tersebut dan bersihkan wajan serta gantilah dengan malam yang baru.
4. Pewarnaan
Bahan pewarna batik sangat beragam, tetapi yang lebih banyak digunakan yaitu bahan pewarna
napthol dan remasol, tidak ada salahnya juga mencoba jenis pewarna yang lain. Berikut akan dijelaskan
cara pewarnaan dengan napthol dan remasol.
4..1 Pewarnaan Napthol dengan Satu Warna (Celup)
Napthol yang dimaksud untuk pewarna batik bukan jenis napthol yang biasa untuk mewarnai kain
jeans tetapi jenis pewarna napthol dingin, disebut napthol dingin karena proses pewarnaannya tidak
direbus seperti halnya pewarna napthol untuk jeans.
Pewarna napthol untuk batik yaitu pewarna napthol yang harus dibangkitkan dengan pembangkit warna
(Garam Diazo). Secara umum proses pewarnaan dengan napthol dingin adalah sebagai berikut :
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
56
a) Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu membuat larutan TRO (Turkish Red Oil). TRO
berbentuk serbuk putih dan merupakan salah satu bahan pelengkap napthol. Tetapi sebelumnya harus
diketahui berapa kuantitas dari napthol, karena perbandingan Napthol dengan TRO yaitu 1: 1/2 atau
(1/3).
b) Kain lalu dicelup dalam larutan TRO tersebut. Kemudian tiriskan hingga air yang menetes pada kain
habis, tetapi jangan sampai diperas dan jangan sampai kering benar.
c) Sementara menunggu kain atus/sampai air tidak ada yang menetes, larutkan napthol dan kaustik
soda (NaoH) dalam sedikit air panas. Fungsi air panas hanya untuk melarutkan kedua bahan tersebut.
Setelah larut masukkan dalam larutan TRO yang pertama tadi lalu tambahkan air dingin dengan
perbandingan 3 gr napthol : 1 Liter air.
d) Kain yang sudah atus/sampai air tidak ada yang menetes tadi kemudian dicelup dalam larutan napthol
tersebut. Usahakan agar seluruh kain terendam, kemudian taruh kain pada gawangan dan tunggu
sampai air yang menetes pada kain habis.
e) Sementara menunggu kain atus, larutkan garam diazo dalam sedikit air hingga larut, setelah larut
tambahkan air dan aduk. Perbandingan napthol dan garam yaitu 1:3.
f) Ketika kain dicelup pada larutan garam maka warna akan segera muncul. Usahakan kain terendam
kurang lebih 2 -3 menit sambil bolak-balik hingga larutan garam benar-benar meresap ke kain.
g) Setelah warna muncul kemudian tiriskan dan keringkan tapi jangan dijemur di bawah matahari.
h) Setelah kain kering maka proses pelorotan bisa dilakukan.
Gambar 4
Tahapan pewarnaan (1 warna)
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
57
Gambar 5
Tahapan pewarnaan (1 warna)
secara berulang agar lebih pekat
4..2 Pewarnaan Napthol dengan 2 warna atau lebih (Celup)
Apabila menginginkan lebih dari satu warna maka setelah pelorodan maka dilakukan pemalaman
kembali. Sebelumnya harus sudah dipikirkan bagian mana yang akan tetap berwarna sebelumnya dan
bagian mana yang akan diwarna berikutnya. Jika menginginkan warna sebelumnya (warna pertama) tetap
ada, maka bagian tersebut ditutup malam.
Gambar 6
Tahapan pewarnaan ganda (2 warna atau lebih)
4.3 Pewarnaan Remasol dengan 2 warna atau lebih (Colet)
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
58
Remasol adalah pewarna batik yang biasa digunakan untuk teknik colet. Dengan pewarna
remasol maka dalam beberapa colet bisa menggunakan lebih dari beberapa warna. Remasol juga biasa
dipakai pada lukis batik modern. Teknik pewarnaan colet dengan remasol adalah sebagai berikut :
a) Larutkan remasol dalam air panas kemudian tambahkan poliron dan ludigol. Aduk hingga merata,
perbandingan Remasol : Poliron : Ludigol = 1 : 1/2 : 1/2. Perbandingan remasol dan air panas yaitu 3
gr : 50/100 cc air
b) Tunggu sampai larutan tersebut dingin, apabila sudah dingin maka pewarna tersebut siap digunakan.
c) Siapkan kain yang sudah di malam, lalu dengan menggunakan kuas ambil pewarna tersebut dan
oleskan pada bagian yang dikehendaki.
d) Lalu keringkan, pengeringan jangan di bawah matahari. Apabila sudah kering, oleskan waterglass
pada bagian yang sudah diwarnai remasol dengan menggunakan kuas. Jangan lupa bagian sebaliknya
juga harus di beri waterglass.
e) Jika keselurahan bagian yang diwarna dengan remasol sudah dioles dengan waterglass maka diamkan
selama 6 jam atau lebih.
f) Jika sudah kering maka kain tersebut sudah siap dilorod.
Gambar 7
Tahapan Pewarnaan Teknik Colet
5. Pelorodan dan Pencucian Kain
Pelorodan adalah proses penghilangan malam setelah pewarnaan, disebut juga ngebyok atau
mbabar, dimaksudkan untuk membersihan semua lilin yang menempel dan meresap di serat kain
dengan cara direbus dengan air panas. Tetapi sangat memungkinkan juga bila proses pembuatan batik
dilakukan pemalaman dan pelorodan yang berulang kali sesuai keinginan. Tahapan lorod adalah:
a) Masukkan air secukupnya (mampu merendam seluruh kain) ke dalam panci.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
59
b) Panaskan dengan atau tungku.
c) Tambahkan TRO, air tapioka, larutan kanji, atau Soda Abu (pemberian zat tersebut dimaksudkan
agar malam tidak melekat lagi pada permukaan kain).
d) Kain yang sudah kering betul dimasukkan ke dalam cairan panas tersebut.
e) Aduklah agar merata, dan pastikan semua malam benar-benar bersih dari permukaan dan serat
kain.
f) Angkat dan masukkan ke dalam air dingin, kemudian silakan bilas/kucek secara perlahan hingga
lepas semua malam yang masih menempel di permukaan kain.
g) Bila masih ada malam yang masih menempel di serat kain, silakan masukkan lagi ke dalam air
mendidih (ulangi dari poin 4 di atas).
h) Angkat dan tiriskan kain sampai kering.
Gambar 8. Pelorodan
Tahapan pelorodan di atas tidak dapat dilakukan pada media kain berbahan sutra, karena malam
bisa dihilangkan dengan menggunakan air hangat dicampur larutan kanji atau memakai bensin. Hal itu
dimaksudkan agar proses pembersihan malam tidak sampai merusak serat kain sutra yang memiliki
karakter tipis dan mudah rapuh.
Kain yang sudah bersih dari malam, warna dasar kain akan tampak, misalnya warna dasar putih
akan tampak putihnya karena tidak terkenai zat pewarna. Demikian juga kalau warna dasar yang
ditutupi malam tersebut telah diwarnai sebelum ditutupi malam, maka warna tersebut yang akan
tampak.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
60
Tahap di atas merupakan tahap akhir proses membuat batik, kecuali kalau menginginkan kain
terkesan kaku, maka kain harus dikanji setelah proses pelorodan. Tetapi kalau tidak, maka kain batik
tersebut telah siap dipasarkan.
B. Batik Saring
Kita semua sudah paham bahwa batik adalah termasuk dari surface design (desain permukaan) ,
artinya adalah upaya pembuatan ragam hias atau motif pada permukaan tekstil atau kain yang sudah
ditenun. Sedangkan batik sendiri adalah upaya atau proses pembuatan motif, ragam hias atau pola dengan
menutup bagian yang dikehendaki tidak berwarna dengan menggunakan lilin panas atau malam. Adapun
alat yang digunakan dalam menutup malam menunjukkan proses itu dilakukan, seperti kalau menggunakan
canthing maka disebut dengan batik tulis, apabila menggunakan alat cap disebut dengan batik cap, kalau
menggunakan alat lukis atau kuas maka disebut dengan batik lukis, demikian seterusnya.
Begitu juga dengan istilah Batik Saring, barangkali kita sudah sering mendengar istilah Batik
Printing yang sempat memunculkan polemik, apakah batik printing itu termasuk batik apa bukan. Banyak
para pakar pertekstilan dan perbatikan yang angkat bicara kala itu yang intinya menegaskan kalau batik
printing itu bukan tergolong pada batik karena tidak melalui tutup malam, tapi langsung pewarnaan dengan
melalui media screen atau kasa saring, sehingga mereka sepakat untuk menyebut batik printing dengan
tekstil motif batik.
Prinsip kerja dalam Batik Saring sebenarnya tidak jauh beda dengan teknik dalam sablon. Batik
saring termasuk dalam Stencil Print yaitu jenis pembuatan cetakan memanfaatkan bagian dari material
yang dapat ditembus tinta. Hanya saja tinta dalam Batik Saring menggunakan media malam cair, bukan
tinta. Teknik cetak saring pada umumnya disebut Serigraphy, hanya saja lazim diidentikkan dengan
sablon. Penggunaan istilah Batik Saring itu sendiri sudah mencerminkan substansi dan teknisnya,
bagaimana batik tersebut diproduksi dan membedakannya dengan teknik batik yang lain seperti batik tulis
dan batik cap. Istilah Batik Sablon juga dikenakan pada Batik Saring oleh sebagian kalangan.
Istilah Batik Saring muncul baru dua tahun terakhir ini yang bermula di sentra industri
sablon/printing di daerah Pasar Kliwon, Surakarta. Kemudian issue itu juga sempat beredar dan
berkembang sampai ke daerah sentra batik di daerah Kliwonan Sragen. Batik saring berbeda dengan batik
printing karena teknik ini juga menggunakan proses tutup celup malam, hanya prosesnya tidak melalui
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
61
media canthing atau cap melainkan kasa atau screen sablon. Dari sisi hasil orang tidak bisa membedakan
antara tulis dan saring karena sama-sama menggunakan malam, hanya malam yang di torehkan ke kain
melalui media kasa atau screen. Keuntungan dari proses batik saring ini adalah proses produksi menjadi
lebih cepat, biaya operasional pembatikan juga rendah. Sedang kekurangannya dari proses ini adalah tidak
bisa menjangkau untuk motif-motif yang rumit, maupun isen batik yang rumit. Biasanya proses ini banyak
digunakan untuk membuat batik dalam jumlah banyak (mass product), seperti seragam batik dan
sebagainya.
Meskipun Batik Saring dalam proses pembuatannya banyak ditentukan oleh alat cetak saring
(plangkan), tetapi dalam Batik Saring masih memungkinkan bagi pengrajin menambahkan sentuhan tangan
misalnya memberikan isen-isen dan sebagainya.
Peralatan maupun bahan yang digunakan dalam batik saring ini tergantung dari prosesnya. Antara
proses persiapan, pencetakan dan penyempurnaan berbeda. Di bab sebelumnya telah dibahas bahan dan
alat yang diperlukan. Secara spesifik, alat/bahan yang diperlukan pada tahap Pembuatan Plangkan Cetak
Saring adalah:
1. Desain motif 2. Plastik transparan
3. Pigmen hitam/afdekferf
4. Kasa saring/screen mess rendah (TGP/monyl 54)
5. Ulano TZD + remover
6. Kaca bening 3 mm
7. Sepon
8. Kain hitam
9. Talang/penggaris
10. Kipas angin/hairdryer
11. Gun Sprayer
Sedangkan alat/bahan yang digunakan untuk Proses Pencetakan Saring sbb:
1. Meja sablon/cetak 2. Rakel
3. Malam/lilin
4. Mixer
5. Bensin
6. Tempat/bejana plastik
7. Pengaduk
Selain itu, alat/bahan yang digunakan untuk Proses Pewarnaan dan Pelorodan sbb :
1. Zat pewarna (remasol, naphtol, indigosol, pigmen)
2. Obat bantu untuk fixasi (water glass, garam diazonium, cuka/H2SO4, binder)
3. Bak pencelup
4. Bak untuk pelorodan malam 5. Soda abu
6. Kompor pemanas
7. Kuas
Urutan langkah pokok pembuatan Batik Saring adalah Perancangan desain (pola) batik,
Pembuatan plangkan cetak saring, Proses cetak saring malam, Pewarnaan batik, dan Pelorodan malam.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
62
Tahapan tersebut harus dilakukan secara berurutan, tidak dapat dilakukan secara acak, kecuali tahap
penyablonan dan pewarnaan dapat dilakukan secara berulang sesuai dengan kebutuhan warna. Secara lebih
jelas, tahapan Batik Saring adalah:
1. Perancangan Motif Batik
Sebelum membuat pola, perlu dirancang motif batik. Dalam kegiatan ini, desain motif
mengacu pada relief-relief candi di Mojokerto. Sedangkan pembuatan pola, sebenarnya cara
pembuatan pola batik saring hampir sama dengan pembuatan pola batik tulis dan cap, yaitu
rapor/pola harus bisa disambungkan ke kanan, ke kiri, atau ke atas.
2. Pembuatan Plangkan Cetak Saring
Tahap ini mempersiapkan peralatan/plangkan cetak saring dengan motif atau pola batik yang
siap digunakan. Proses pembuatannya hampir sama dengan pada teknik Sablon. Kegiatan
dengan tahapan:
a. Menyiapkan satu desain terpilih untuk dijadikan ke film positif
b. Membuat film positif (menge-trace) menggunakan afdekferf dan kuas atau pigmen hitam
yang dicampur binder UC.
c. Mempersiapkan screen (sesuai mesh untuk print malam menggunakan mesh yang rendah
T 54) dan dipasang pada plangkan screen.
d. Mengolesi permukaan screen dengan obat peka cahaya (Ulano TZD + remover) secara
bolak balik ditempat yang terlindung dari cahaya (tempat gelap). Cara pengolesannya
menggunakan talang aluminium atau dengan penggaris secara merata dan tipis.
Kemudian plangkan dikeringkan sampai “siap” untuk proses afdruk. Untuk mempercepat
pengeringan dapat menggunakan kipas angin atau hairdryer.
e. Membuat film positif pada permukaan screen dengan cara di-afdruk. Proses afdruk bisa
dengan sinar neon UV atau bisa menggunakan sinar matahari.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
63
Proses afdruk menggunakan sinar matahari
Proses afdruk menggunakan lampu neon
Hasil afdruk siap untuk dicetak ke kain
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
64
3. Proses Cetak-Saring Malam
Tahap ini merupakan kegiatan inti dari jenis Batik Saring ini. Pemindahan pola pada
plangkan master ke atas kain mori dengan menggunakan malam cair. Prinsipnya sama
dengan menyablon, hanya saja tidak menggunakan cat pewarna tetapi memakai malam cair
(malam dingin yang dicairkan). Pada kain mori akan tercetak motif sesuai dengan pola pada
plangkan master. Satu kali penyablonan, untuk dipergunakan sekali pewarnaan pada tahap
berikutnya (pencelupan). Jumlah berapa kali penyablonan malam cair, ditentukan oleh
berapa warna yang akan diterapkan pada kain batik tersebut.
a. Menyiapkan meja sablon (lihat gambar)
b. Kain yang akan dicetak malam diletakkan di permukaan meja sablon (supaya kain tidak
bergerak, di masing-masing sisi di-lem menggunakan lem kain)
c. Menyiapkan adonan malam dingin cair untuk mencetak dengan cara merebus malam
sampai mencair, kemudian didinginkan. Setelah dingin (kondisi masing lembek)
dicampur dengan bensin menggunakan alat mixer dengan perbandingan 1 : 5-10) malam
siap dicetakkan
d. Mencetakkan malam dingin cair ke kain melalui screen yang sudah disiapkan.
Meja sablon
Proses menyablon/mencetak
4. Proses Pewarnaan
Kain mori yang sudah disablon malam cair, selanjutnya diproses di tahap pewarnaan.
Pewarnaan kain dapat dilakukan dengan cara pencelupan atau colet dengan kuas. Untuk
produksi kain secara masal, teknik pencelupan akan lebih praktis. Berbeda jika produksi
terbatas, maka pewarnaan teknik colet masih memungkinkan dilakukan. Jika pewarnaan
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
65
ingin diproses untuk kedua kalinya, maka kain harus disablon lagi untuk kedua kalinya.
Demikian juga jika kain ingin diwarnai lebih dari tiga macam warna.
Tahapan mewarnai sama dengan pada pewarnaan pada batik tulis, silakan baca pada tahapan
pewarnaan batik tulis di atas.
5. Proses Pelorodan
Tahap pelorodan batik saring sama saja dengan pada batik tulis di atas. Kain mori yang
sudah diwarnai, selanjutnya dicelup di air panas, agar malam yang menempel bisa lepas dari
permukaan kain.
Tahapan melorod malam juga sama dengan pada proses batik tulis, silakan baca pada cara
melorod pada batik tulis di atas.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
66
DRAFT JURNAL PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT
(IbM)
IbM Batik Khas Mojokerto
Oleh
Sri Marwati, S.Sn.,M.Sn. Drs. Muh Arif Jati Purnomo,M.Sn.
Ranang AS.,S.Pd.,M.Sn.
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) SURAKARTA
2013
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
67
IBM Batik Khas Mojokerto
Oleh: Sri Marwati, S.Sn.,M.Sn.
Drs. Muh Arif Jati Purnomo,M.Sn. Ranang AS.,S.Pd.,M.Sn.
Sebagai kota yang menjadi pusat peninggalan kerajaan Mahapahit, kabupaten
Mojokerto memiliki beberapa potensi wisata budaya unggulan seperti Museum
Trowulan, Makam Tralaya serta beberapa candi. Kegiatan IbM ini memfokuskan pada
kategori IbM Untuk Masyarakat Calon Pengusaha, dengan dua target calon pengusaha
bernama Bambang Parikesit dan Ahmad Munawir. Fokus dari IbM ini lebih diarahkan
pada pada aspek produksi batik yang meliputi perancangan desain motif khas Mojokerto
yang berbasis budaya Majapahit serta pembuatan batik secara tradisional dan
pengembangan teknologi “ batik saring”. Metode pelaksanaan yang digunakan dalam
kegiatan ini berupa pelatihan dan pendampingan tentang teknik merancang motif batik
dan teknik membatik yang benar. Sumber ide pola /motif batik merupakan hasil
penggalian dan kreasi dari tim IbM yang kemudian dilatihkan kepada kedua perajin
mitra. Target luaran kegiatan ini adalah Prototipe batik khas Mojokerto yang berbasis
budaya Majapahit; Modul pelatihan batik; Kain batik hasil karya peserta pelatihan,
sebagai perwujudan dari prototipe batik khas Mojokerto; Kain batik terbaik dari tiga
karya prototipe untuk diujicobakan dengan teknik Batik Saring; Pembukuan keuangan
(manajemen) perajin mitra semakin terkelola dengan baik dan berbasis komputer; dan
usulan HKI/Paten atas prototipe batik khas Mojokerto.
Dari hasil pelaksanaan IbM telah diperoleh: a) empat prototipe batik Mojokerto,
b) Modul pelatihan batik tulis dan batik saring, dan c) Hasil pelatihan batik tulis dan
saring.
A. Pendahuluan
Kabupaten Mojokerto secara geografis berada di perlintasan jalan yang
menghubungkan dua propinsi yaitu propinsi Jawa Tengah dengan Jawa Timur.
Kabupaten Mojokerto memiliki beberapa potensi wisata budaya unggulan seperti
Museum Trowulan, Makam Tralaya serta beberapa candi peninggalan masa kerajaan
Majapahit. Tempat wisata yang ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara
adalah Museum Trowulan sedangkan Makam Tralaya banyak dikunjungi wisatawan
lokal sebagai tempat ziarah. Beberapa peninggalan masa kerajaam Majapahit seperti
artefak berupa patung, situs maupun candi banyak tersebar di beberapa lokasi di
Kabupaten Mojokerto yang sangat potensial untuk dikelola menjadi obyek wisata yang
menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
68
Kondisi perekonomian masyarakat Mojokerto secara umum banyak ditopang
oleh industri skala kecil dan menengah. Mojokerto selain memiliki industri makanan ada
berbagai industri lain di Kabupaten Mojokerto yaitu:
9. Sentra industri kecil sepatu berlokasi di kecamatan Sooko (Desa Wringin Rejo,
Japan, Karang Kedawang, Jampirogo dan Sambiroto), dan di kecamatan
Trowulan ada di desa Pakis, di kecamatan Pungging, industri sepatu ini terdapat
di desa Tunggal Pager dan di kecamatan Puri terdapat di desa Balongmojo dan
Medali.
10. Sentra industri kecil tas dan dompet berlokasi di desa Mojorejo dan Banjarsari
yang terdapat di kecamatan Jetis, industri ini terdapat juga di Kecamatan Sooko
yaitu di desa Jampirogo dan Kedung Maling, selain itu juga terdapat di
kecamatan Pungging yaitu di desa Tulang pager dan Sekargadung.
11. Sentra kerajinan border terdapat di kecamatan Sooko yaitu di desa Sooko, dan di
kecamatan Puri di desa Balongmojo, di kecamatan Mojosari di desa Jotangan, di
kecamatan Jatirejo di desa Jatirejo, dan di kecamatan Gedeg di desa Ngares
Kidul.
12. Sentra kerajinan Cor Kuningan di Kecamatan Trowulan.
13. Kerajinan kayu perahu phinisi banyak diproduksi oleh para perajin kayu di desa
Sumber Jati di kecamatan Puri dan di Kecamatan Sooko yaitu di desa
Wringinrejo, selain itu industri ini juga terdapat di desa Bangsal kecamatan
Bangsal, dan desa Pakis.
14. Sentra Kerajinan mainan dari bahan Gift/fiber glass terdapat di kecamatan
Trowulan.
15. Sentra kerajinan bambu berlokasi di kecamatan Gondang di desa Karang Kunten
dan Bening, Kecamatan Kemlagi di desa Mojopilang, kecamatan Dawarblandong
di desa Gunungan, kecamatan Jetis di desa Mojorejo dan di kecamatan Trowulan
yaitu di desa Domas dan Kejagan.
16. Kerajinan perhiasan perak berada di desa Batankrajan yaitu di kecamatan Gedeg,
dan di kecamatan Kemlagi yaitu di desa Mojodadi.
Beberapa sentra industri tersebut merupakan motor penggerak kehidupan
perekonomian masyarakat Mojokerto.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
69
Semenjak batik diakui sebagai warisan dunia tak benda yang harus dilestarikan
oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009, keberadaan industri batik mulai menunjukkan
gerak kehidupannya setelah sekian lama mengalami masa-masa sulit. Kondisi tersebut
menjadi titik balik menuju sebuah trend masyarakat setelah Presiden Republik Indonesia,
Susilo Bambang Yudoyono mencanangkan pada tanggal 2 Oktober sebagai “hari batik”
Nasional. Dampak dari “kebijakan” yang bernilai ekonomis tersebut ikut mendongkrak
keberadaan industri batik di berbagai daerah, dimana daerah yang dulunya tidak terdapat
industri batik jadi muncul industri batik.
Saat ini berbagai daerah mulai berlomba untuk menampilkan batik khas
daerahnya dengan mengambil berbagai potensi unggulan daerah masing-masing untuk
diangkat kedalam motif batik, termasuk kabupaten Mojokerto. Berdasarkan data
beberapa industri yang ada di kabupaten Mojokerto, batik belum menjadi produk
unggulan Mojokerto, nampaknya wilayah batik belum dijadikan bidang usaha untuk
meningkatkan perekonomian dan sebagai bidang andalan untuk berdaya saing dalam
lingkup nasional maupun global.
Dari sisi kekayaan budaya daerah, kabupaten Mojokerto merupakan
daerah yang kaya akan potensi budaya unggulan yang masih punya banyak peluang
untuk dikembangkan. Beberapa peninggalan bangunan kuno bersejarah yang merupakan
peninggalan kerajaan Majapahit menjadi salah satu unggulan yang bisa dikembangkan
menjadi satu ikon daerah, seperti candi Cungkup, candi Jolotundo, gapura Wringin
Lawang dan sebagainya.
B. UKM Mitra, Potensi dan Peluangnya
Berdasar kajian tentang kondisi masyarakat Mojokerto seperti yang telah
disampaikan di atas, maka kegiatan membidik dalam kategori IbM Untuk Masyarakat
Calon Pengusaha, dengan dua target calon pengusaha bernama Bambang Parikesit dan
Ahmad Munawir. Bambang Parikesit sedang merintis kerajinan suvenir bernama
“Abimanyu Art Gallery” dan berkeinginan untuk mengembangkan usaha produksi batik
khas Mojokerto. Pendidikan sarjana pendidikan seni rupa dan guru bidang mata
pelajaran seni rupa tingkat SMP. Sedangkan Ahmad Munawir adalah pemuda yang
berkeinginan membuka wirausaha kerajinan batik dengan bendera “Rafsa Pigora” yang
berdomisili di dusun Purworejo desa Purworejo RT 09 RW 02 kecamatan Pungging
kabupaten Mojokerto. Tempat kedua UKM mitra di desa Purworejo dan desa Pohjejer
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
70
berada di antara dua sentra objek wisata Mojokerto. Sebelah barat terdapat kompleks
candi Tikus, candi Wringinlawang, candi Brahu, Museum Trowulan, dan Makam
Troloyo, sedangkan sebelah tenggara terdapat candi Cungkup, candi Jolotundo, air terjun
Coban Canggu, dan air terjun Dlundung yang lebih dikenal dengan daerah wisata Pacet
dan Trawas. Keduanya merupakan dataran tinggi yang menjadi unggulan wisata
kabupaten Mojokerto, karena banyak objek wisata, hawanya dingin, dan pemandangan
alam yang elok.
Sumber daya manusia yang dimiliki oleh dua calon pengusaha Bambang
Parikesit dan Ahmad Munawir kebanyakan tenaga kerja yang direkrut adalah ibu rumah
tangga di lingkungan sekitar lokasi yang kesemuanya masih memerlukan pembinaan
dalam hal ketrampilan membatik, sehingga masih perlu diberikan satu pelatihan yang
lebih intensif dari tim IbM. Dalam hal ketrampilan dasar membatik, kedua pengusaha
tersebut dapat dikatakan sudah memiliki, namun dalam hal pewarnaan dirasa masih
banyak membutuhkan pelatihan dan pendampingan. Demikian halnya dengan upaya
untuk menciptakan motif batik khas Mojokerto, keduanya dapat dikatakan belum
mampu sehingga masih sangat membutuhkan hasil kajian ilmiah dari akademisi
perguruan tinggi.
Atas dasar realitas tentang potensi dan peluang usaha, aspek produksi dan
manajemen usaha, serta eksistensi sumber daya yang dimiliki kedua calon pengusaha
maka nampak jelas begitu perlunya dilakukan “IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur“
ini bagi kedua calon pengusaha tersebut. Fokus dari IbM ini lebih diarahkan pada pada
aspek produksi batik yang meliputi perancangan desain motif khas Mojokerto yang
berbasis budaya Majapahit serta pembuatan batik secara tradisional dan pengembangan
teknologi “ batik saring”
Berikut ini adalah profil dari dua UKM mitra sasaran IbM Batik Khas Mojokerto
Jawa Timur sebagai berikut :
Nama UKM (1) Abimanyu Art Gallery
Pemilik Bambang Parikesit, S.Sn.
Karyawan 4 orang (ibu rumah tangga)
Jenis usaha Aneka suvenir batik berupa gantungan kunci, dompet,
miniatur lokomotif
Kapasitas produksi 20 unit/hari
Pemasaran Mojokerto, Surabaya
Alamat Desa Pohjejer Rt.2 Rw.5, Kec. Gondang, Kab. Mojokerto
No. HP 085649885012, 08563557117
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
71
Gambar 2
Studio Abimanyu Art Gallery dan aktivitas produksinya (Foto: Bambang, 2012)
Gambar 3
Kegiatan produksi UKM Rafsa Pigora (Foto: Bambang, 2012)
Nama UKM (2) Rafsa Pigora
Pemilik Ahmad Munawir
Karyawan 3 orang
Jenis usaha Suvenir kayu, pigora, dan ingin produksi kain batik
Kapasitas produksi 8 unit/hari
Pemasaran Mojokerto dan sekitarnya
Alamat Desa Purworejo Rt.9 Rw.2 Kec. Pungging, Kab. Mojokerto
61384
No. HP 085730963248
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
72
Gambar 4
Proses Produksi dan Hasil Produksi Rafsa Pigora
(Foto: Bambang, 2012)
C. Permasalahan Mitra
Kedua perajin mitra memiliki kesamaan permasalahan terkait dengan
perancangan motif batik dan teknik produksinya, selain itu juga masalah manajemen.
Tim IbM dan kedua perajin mitra sepakat menetapkan fokus kegiatan ini pada aspek
produksi, sedangkan aspek manajemen masih ditempatkan sebagai pendukung, karena
persoalan mitra yang perlu penanganan mendesak adalah aspek produksi batik termasuk
di dalamnya perancangan motif batik.
Secara spesifik permasalahan produksi yang menjadi fokus adalah
A. Perancangan motif batik khas Mojokerto dengan mengacu pada artefak
budaya Majapahit yang banyak terdapat di kabupaten Mojokerto.
Perancangan motif mencakup motif batik, warna yang digunakan, dan
teknik produksi yang dipakai. Kedua perajin mitra membutuhkan pelatihan
tentang teknik merancang motif batik baik itu untuk batik tulis serta batik
saring, termasuk teknik penggalian referensi motif dari hiasan relief candi
peninggalan Majapahit di kabupaten Mojokerto.
B. Pembuatan batik mencakup menggambar motif, mencanting, mewarnai,
dan melorot. Kemampuan perajin masih minim dalam pembuatan batik,
terutama dalam pewarnaannya. Sedangkan aspek lain hanya perlu
pendalaman saja. Kedua perajin memiliki pengalaman berbeda dalam hal
pembuatan batik. Perajin mitra A telah memiliki keterampilan dasar
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
73
membatik sehingga tim IbM tinggal mengembangkannya, sedangkan
perajin mitra B samasekali belum memiliki keterampilan batik sehingga
tim IbM perlu melatihnya dari dasar.
Adapun secara khusus permasalahan dari UKM mitra dapat dirumuskan sebagai berikut :
d. Bagaimanakah wujud visual dari batik khas Mojokerto Jawa Timur yang mampu
mewakili ikon atau simbol kebanggaan daerah yang menjadi ciri/ karakter
masyarakat Mojokerto dan budaya Majapahit yang diwarisinya?
e. Teknologi Tepat Guna yang seperti apa yang digunakan untuk teknik pewarnaan
dan teknik produksi yang diarahkan pada produksi batik skala besar dengan waktu
dan tenaga yang terbatas?
f. Bagaimanakah memberdayakan pengrajin mitra dalam mengelola sumber daya
dan keuangan usahanya?
c. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan yang digunakan dalam kegiatan IbM berupa pelatihan dan
pendampingan tentang teknik merancang motif batik dan teknik membatik yang benar.
Sumber ide pola /motif batik merupakan hasil penggalian dan kreasi dari tim IbM yang
kemudian dilatihkan kepada kedua perajin mitra. Total waktu kegiatan pelatihan yang
disertai pendampingan dilaksanakan selama enam bulan.
Pelatihan produksi batik dilaksanakan dengan prosedur kerja sebagai berikut:
- Merancang atau mendesain motif batik khas Mojokerto
- mencanting batik tulis dan teknik “Batik Saring”
- mewarnai batik
- melorod (membersihkan) malam, dan
- manajemen usaha
Keempat tahapan itu dilaksanakan secara berurutan karena terkait dengan proses
produksi batik. Sedangkan yang terakhir, manajemen usaha, adalah sebagai pelengkap
dari kegiatan ini. Kegiatan pelatihan menjadi aspek utama kedua kegiatan IbM ini,
dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
1. Pelatihan merancang motif batik
Dengan menggunakan motif batik yang telah diciptakan (prototipe batik
Mojokerto), perajin mitra dilatih menggambar motif tersebut pada kain. Tahapan
ini memerlukan waktu lama karena tim IbM melatih kemampuan menggambar
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
74
perajin mitra, lalu dilanjutkan dengan menggambar prototipe motif batik tersebut
pada kain.
2. Pelatihan mencanting batik tulis
Tim IbM melatih perajin mitra untuk dapat menyiapkan malam, menggunakan
canting, dan membatik di kain secara tradisional. Sebelum itu peserta dikenalkan
beberapa jenis malam dan kegunaannya. Pada awal pelatihan, peserta dilatih di
media kain kecil misalnya sapu tangan, selanjutnya dilatih pada kain yang lebih
lebar seperti kain jarik. Arah dari batik canting ini adalah memproduksi kain batik
untuk suvenir.
3. Pelatihan mewarnai batik
Pelatihan pewarnaan diberikan mencakup pengenalan bahan pewarna, formula
pencampuran bahan pewarna, dan cara pencelupan kain dalam pewarna. Peserta
dilatih untuk memberi warna tunggal, atau warna jamak di kain baik itu dengan
teknik celup maupun teknik colet.
4. Pelatihan melorod (membersihkan) malam
Tahapan ini perajin mitra dilatih tentang cara membersihkan malam dan
pengeringan kain yang benar. Untuk keperluan ini peralatan yang diperlukan
adalah kompor, panci, dan gawangan (tempat menjemur kain) serta obat bantu
untuk mempercepat proses (soda abu).
5. Pelatihan persiapan pra cetak pada teknik “Batik Saring”
Tahapan ini perajin mitra dilatih untuk membuat rancangan/desain khusus untuk
cetak, dengan beberapa pertimbangan desain seperti ukuran dan
repeat/pengulangan. Kemudian juga dilatih untuk persiapan pra cetak dengan cara
afdruk film sampai pencetakan di atas kain. Implementasi „Batik Saring‟ pada
produksi kain batik massal, ukuran panjang yang nantinya dapat dipergunakan
untuk baju seragam sekolah/dinas.
d. Artefak Khas Majapahit Sebagai Sumber Ide
Peninggalan kerajaan Majapahit di wilayah Kabupaten Mojokerto berupa
bangunan seperti candi, gapura, kolam yaitu Candi Brahu, Candi Brangkal, Gapura
Wringin Lawang, Gapura/Candi Bajang Ratu, Gapura/Candi Jedong, Candi Tikus, kolam
Segaran, dan sebagainya. Selain itu juga banyak meninggalkan banyak artefak berupa
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
75
patung, peralatan ritual, perhiasan, senjata peperangan, dan peralatan rumah tangga yang
dikoleksi di Museum Majapahit di Trowulan Mojokerto.
Dari sekian banyak artefak yang dikoleksi oleh museum dan terpahatkan di candi,
dalam riset ini tim IbM memfokuskan diri pada artefak-artefak yang khas dari
kebudayaan Majapahit, yaitu Gapura Wringin Lawang, Candi Bajang Ratu, Relief Surya
Majapahit, dan Dewi Tara. Keempat objek tersebut memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi sumber ide penciptaan motif batik dan mampu
merepresentasikan budaya Majapahit.
1. Gapura Wringin Lawang
Gapura Wringin Lawang merupakan salah satu gapura peninggalan Majapahir
yang terletak pada koordinat 7°32′31″LS dan 112°23′27″BT tepatnya di Dusun Wringin
Lawang Desa Jatipasar Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Letak gapura
tersebut tidak jauh dari jalan raya Trowulan. Wringin Lawang berdekatan dengan situs
lain seperti Candi Minakjingga, Makam Putri Cempa, Makam Panjang, dan Kolam
Segaran. Gapura agung tersebut terbuat dari bahan bata merah (tidak ada unsur batu
andesit sama sekali), dengan luas dasar 13 x 11 meter dan tinggi 15,5 meter, dan
diperkirakan dibangun pada abad ke-14 M. Gapura tersebut lazim disebut bergaya candi
bentar atau tipe gerbang terbelah.
Kemegahan gapura Wringin Lawang tampak dari struktur bangunannya, tinggi
menjulang, sangat minim ornamen, warna merah bata, dan menumental. Gapura gaya
candi bentar tersebut juga dapat dijumpai pada lingkungan sitinggil Kasepuhan dan juga
di kompleks Goa Sunyaragi, Cirebon (Agus Aris Mundandar, 51), Candi Cetho
(Karanganyar), dan Masjid Menara Kudus yang dibangun di akhir masa kejayaan
Majapahit.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
76
Gambar 5. Gapura Wringin Lawang (Candi Bentar) (Foto: Ranang AS, 2013)
Bagaimana gapura „candi bentar‟ menjadi gerbang sebuah kompleks/gugusan
bangunan hunian (pakuwon) tampak pada panil relief candi yang dipaparkan dalam buku
Bernet Kempers berjudul Ancient Indonesia Art. Pada relief tersebut gerbang candi
bentar digambarkan secara simetris, sehingga terkesan candi dipecah dua, sama bentuk
dan ukurannya antara bagian kiri dan kanan, meskipun hanya berbentuk relief (Agus Aris
Munandar, 41).
Gambar 6. Panil relief bergambar candi bentar (Foto: Bernet Kempers, 1959:288 dalam Agus Aris M. hal.41)
2. Candi Bajang Ratu
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
77
Selain Gapura Wringin Lawang, situs Trowulan juga memiliki candi sejenis yaitu
Candi Bajang Ratu, yang terletak di Dusun Kraton Desa Temon Kecamatan Trowulan
Kabupaten Mojokerto. Candi tersebut cukup dekat dengan Candi Tikus, sekitar 0,7 km
saja. Gapura Bajang Ratu dimungkinkan berhubungan dengan Raja Jayanegara. Dalam
Pararaton dan menurut cerita rakyat, Jayanegara dinobatkan menjadi raja ketika masih
“bajang” (anak kecil), sehingga gelar Ratu Bajang atau Bajang Ratu dikenakan padanya.
Di dalam Pararaton disebutkan bahwa Jayanegara wafat pada tahun 1328 M (Sira ta
dhinarumeng Kapopongan, bhiseka ring crenggapura pratista ring antawulan), dan oleh
para ahli, fungsi gapura tersebut diduga sebagai pintu masuk ke sebuah bangunan suci
untuk memperingati wafatnya Jayanegara. Menurut Agus Aris Munandar (47) Candi
Bajang Ratu tersebut gapura (angkul-angkul) yang dihias cukup raya dinamakan Kori
Agung.
Gambar 7. Candi Bajang Ratu (Foto: Ranang AS, 2013)
Dari aspek bentuknya, Gapura Bajang Ratu merupakan bangunan pintu gerbang
dengan tipe paduraksa, yaitu gapura yang mempunyai atap. Bentuk gapura tersebut
hampir mirip dengan bentuk gapura di Candi Penataran di Kabupaten Blitar. Selain itu
juga gapura sejenis dapat dijumpai di kompleks makam Syeikh Maulana Malik Ibrahim
(Gresik). Gapura Bajang Ratu tersusun atas 3 bagian yaitu kaki, tubuh, dan atap candi,
selain itu memiliki sayap dan pagar tembok di sisi kanan-kirinya. Bangunan tersebut
dibangun mengarah ke Timur Laut – Tenggara, berada di ketinggian 41,49 meter di atas
permukaan laut. Bahannya menggunakan bahan bata merah, kecuali lantai tangga
(bordes) dan ambang pintu (atas, bawah) dari batu andesit. Pada sudut kaki candi
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
78
dipahatkan hiasan panel-panel. Khusus sudut kiri depan digambarkan relief cerita Sri
Tanjung.
Salah satu keistimewaan dari Gapura Bajang Ratu adalah kekayaan ornamen yang
menghiasinya, terutama di bagian atap (meru)-nya, meskipun candi terbuat dari bata
merah. Kompleksitas ornamennya tidak kalah indahnya dengan candi yang terbuat dari
batu andesit. Bisa dikatakan bahwa keindahan ornamennya terbaik diantara candi-candi
berbahan bata merah yang ada. Bahkan Gapura Bajang Ratu lebih ornamentik daripada
gapura di Candi Penataran meskipun stuktur dan bentuknya sangat mirip.
Bentuk bangunan menggunakan atap meru atau tumpang, menjadi ciri khas
bangunan era Majapahit, tidak hanya dijumpai di Gapura Bajang Ratu saja, tetapi juga
pada Candi Penataran (Blitar) dan Candi Jedong (Mojokerto), Candi Kidal (Malang),
Candi Sawentar (Blitar), Candi Kali Cilik (Blitar), Selain itu dapat dilihat ke masa
sebelumnya khususnya pada Candi Prambanan yang merupakan manifestasi dari awal
dari perubahan orientasi religi saat itu karena arsitekturnya merupakan gabungan
(sinkretisme) antara Hindu dan Budha (Rahadhian Prajudi, 1999:185).
3. Relief Surya Majapahit
Motif Surya Majapahit banyak dijumpai batu-batu nisan di kompleks Makam
Tralaya di Desa Sentonorejo Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Selain itu pada
langit-langit atap candi-candi periode Majapahit di beberapa kota di Jawa Timur, seperti
Candi Penataran, Candi Kali Cilik, Candi Kidal, Candi Sawentar, dan Candi Brangkal
juga terpahat ornamen Surya Majapahit.
Gambar 8. Relief Surya Majapahit koleksi Museum Trowulan (Foto: Ranang AS, 2013)
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
79
Surya Majapahit merupakan salah satu ciri kesenian peninggalan kerajaaan
Majapahit yang berupa relief dan berbentuk lingkaran sebagai manifestari dari pancaran
sinar matahari. Pada bagian dalamnya terdapat relief Dewata Nawa Nanga (sembilan
dewa penjaga mata angin). Dewa utama berada di lingkaran utama yaitu Siwa (pusat),
Iswara (timur), Mahadewa (barat), Wisnu (utara), Brahma (selatan), Sambhu (timur laut),
Rudra (barat daya), Mahesora (tenggara), dan Sangkara (barat laut). Sedangkan dewa
minor berada pada sinar yang memancar, yaitu Indra (timur), Agni (tenggara), Yama
(selatan), Nrrti (barat daya), Baruna (barat), Bayu (barat laut), Kuwera (utara), dan Isana
(timur laut). Penempatan Surya Majapahit lazimnya di langit-langit candi, sandaran atau
bagian belakang arca (stella), dan nisan-nisan kuno.
Gambar 9. Ornamen Surya Majapahit di nisan makam Troloyo (Foto: Ranang AS, 2013)
Dalam masa kerajaan Majapahit khususnya bidang keagamaan berkembang kultus
terhadap dewa matahari dengan konsep kosmogoni yang mendasari pandangan hidup
masyarakat saat itu. Menurut konsep kosmogoni, dunia senantiasa berada di bawah
pengaruh tenaga yang bersumber pada penjuru mata angin, planet, dan binatang. Refleksi
dari konsep tersebut dapat dilihat pada susunan bangunan, pengkultusan dewa matahari,
ornamen dan simbol-simbol yang berbentuk sinar/surya. Menurut Kusen (1993:99)
pemujaan dewa surya dalam keagamaan Majapahit tampaknya dijiwai oleh konsep
pemujaan matahari yang telah ada sebelum agama Siwa menjadi agama negara.
Pemujaan tersebut telah dianut dan dikembangkan oleh pendukung budaya megalitik
seperti yang sekarang masih dianut beberapa suku bangsa di Indonesia di pulau Timor,
Kei, dan Seram.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
80
4. Patung Dewi Tara
Kebudayaan Majapahit meninggalkan banyak artefak yang dikoleksi oleh Museum
Majapahit di Trowulan, salah satunya adalah patung Dewi Tara. Tokoh tersebut
memegang posisis penting dalam pantheon agama Budha. Dewi Tara adalah istri/cakti
Avalokitesvara. Dalam Tantatrayana, Sakti memegang peranan penting karena dewa
hanya dapat didatangkan melalui istrinya. Tara digambarkan dalam sikap Vajraparyanka
dengan kedua tangan memegang teratai merah dan teratai putih.
Avalokitesvara sebagai perwujudan Sakyamuni Buddha Gotama. Beliau adalah
perwujudan dan simbolisasi welas asih [karuna] dari Sang Buddha Sakyamuni. Karuna
dipandang sebagai salah satu aspek yang terpenting dari Bodhi [pencerahan].
Avalokitesvara bukanlah seorang Dewi dan juga bukan tokoh khayalan. Beliau adalah
seorang Mahasattva, Sang Makhluk Agung, yang merupakan suatu adaptasi simbolis
Buddhis yang terbaik dan terindah (Upasaka Vimala Dhammo, 4).
Gambar 10. Patung Dewi Tara
(Foto: Sri Marwati, 2013)
E. Rancangan Motif Batik Khas Mojokerto
Rancangan motif batik yang dihasilkan mencakup unsur bentuk dan warna
lengkap dengan konsep dasarnya. Motif yang dihasilkan dari proses kreatif tim IbM
tersebut adalah empat motif sebagai berikut:
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
81
1. Motif Bentar
Motif Bentar dirancangkan dengan mengacu pada struktur Gapura Wringin
Lawang. Tim IbM menilai gapura tersebut layak dijadikan motif batik, karena eksistensi
gapura sebagai ikon Majapahit telah diakui banyak orang dan instansi. Gapura tersebut
telah menginspirasi banyak pemerintah daerah dan masyarakat Jawa Timur menjadi ikon
daerahnya. Beberapa pemerintah daerah membuat tugu perbatasan wilayahnya dengan
bentuk gapura kembar tersebut. Bahkan masyarakat banyak yang membuat tugu gerbang
depan rumahnya dengan model gapura tersebut, meskipun dengan ukuran kecil selaras
ukurannya dengan pagar rumahnya.
Gambar 11. Motif Bentar (Desain: Sri Marwati, 2013)
Dari segi definisi, istilah bentar dan wringin lawang memiliki kesamaan. Pemilihan
nama bentar untuk motif batik dianggap cukup tepat karena keunikan istilah tersebut.
Sehingga pertimbangan aspek keunikan istilah tetapi masih tetap bereferensikan pada
objek yang sama, menjadi alasa bagi penggunaan istilah ini.
Gambar 12. Hasil implementasi motif Bentar (Desain: Sri Marwati, 2013)
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
82
Pada motif bentar ini, warna yang diaplikasikan adalah warna bata merah dan
keemasan. Sebagaimana diketahui Candi Wringin Lawang dan candi lain peninggalan
Majapahit berbahan bata merah.
2. Motif Bajang Ratu
Meskipun menurut petugas BP3 setempat, Candi Bajang Ratu pernah hampir
dijadikan ikon logo Kodam V Brawijaya, dan akhirnya pilihan jatuh pada gapura sejenis
yang berada di Candi Penataran, dikarenakan kelemahan pada aspek nama „bajang ratu‟.
Namun tim IbM melihat kelebihan luar biasa yang dimiliki oleh candi tersebut yaitu
aspek bentuk dan ornamennya. Candi Bajang Ratu memiliki keindahan terbaik bila
dibandingkan gapura di Candi Penataran ataupun gapura di candi-candi lainnya.
Gambar 13. Motif Bajang Ratu
(Desain: Sri Marwati, 2013)
Secara harfiah, nama „Bajang Ratu‟ memiliki daya tarik tersendiri untuk dijadikan
nama motif batik. Nama tersebut dapat mencerminkan keindahan ornamen yang dimiliki
oleh candi tersebut.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
83
Gambar 14
Hasil implementasi motif Bajang Ratu (Desain: Sri Marwati, 2013)
3. Motif Dewi Tara
Masyarakat Mojokerto, tidak asing lagi dengan industri andalan mereka yaitu
industri patung batu, industri patung cor logam dan industri terakota yang ada di
kecamatan Trowulan. Salah satu produksi patung mereka yaitu patung Dewi Tara. Ketiga
industri tersebut sering memproduksi patung Dewi Tara dengan ciri khas dari Dewi Tara
tersebut yang selalu membawa bunga teratai.
Gambar 15. Motif Dewi Tara (Desain: Sri Marwati, 2013)
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
84
Motif ini dirancang dengan mengambil ciri khas dari Dewi Tara tersebut yang
selalu membawa bunga teratai. Motif ini distilasi dengan bentuk yang hampir tidak
terlihat sebagai sebuah arca/patung sehingga akan mencapai bentuk estetis untuk sebuah
motif batik. Pemilihan warna merah bata mengacu pada warna bata merah di percandian
peninggalan Majapahit, sedangkan warna hijau pupus mengacu pada daun buah mojo.
Gambar 16
Hasil implementasi motif Dewi Tara (Desain: Sri Marwati, 2013)
4. Motif Surya Maja
Motif Surya Majapahit ini sudah menjadi elemen interior pada ruangan, contohnya
yaitu pada elemen interior pada langit-langit ruangan BP3 Mojokerto, selain itu juga
pada hiasan meja.yang ada di ruangan BP3. Motif ini juga sudah digunakan oleh salah
satu industri batik yang ada di Mojokerto yaitu UKM “Batik Erna Surodinawan”, motif
batiknya berupa motif Surya Majapahit yang dicampur dengan motif merica bolong,
beras tumpah, dan motif primitif lainnya.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
85
Gambar 17. Motif Taradewi (Desain: Sri Marwati, 2013)
Motif Surya Maja juga menjadi salah satu alternatif motif yang dirancang oleh tim
IBM dengan harapan motif batik ini nanti menjadi motif khas milik masyarakat
Mojokerto. Penamaan „Surya Maja’ atau dapat disebut „suryo mojo’, mengacu pada
istilah relief Surya Majapahit yang banyak terukir di candi peninggalan Majapahit, dan
mengacu juga pada nama „maja/mojo’ yang dimiliki oleh Kabupaten Mojokerto.
Gambar 18
Hasil implementasi motif Bajang Ratu (Desain: Sri Marwati, 2013)
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
86
F. Pelatihan Batik Saring
Setelah motif batik hasil rancangan dikomunikasikan dengan stakeholders di
Mojokerto, langkah selanjutnya yaitu aplikasi ke lapangan yaitu ke perajin mitra.
Kegiatan pelatihan dilakukan di Desa Pohjejer, Kec. Gondang, Kab. Mojokerto yang
diikuti oleh UKM „Abimanyu Art Gallery‟ dan UKM „Rafsa Pogora‟.
Gambar 19
Pelatihan batik saring di Abimanyu Art Gallery (Foto: Ranang, 2013)
G. Kesimpulan Dan Saran
Dari hasil penggalian potensi artefak candi peninggalan Majapahit diperoleh
beberapa sumber inspirasi penciptaan motif batik seperti gapura Wringin Lawang,
gapura Bajang Ratu, patung Dewi Tara, dan relief Surya Majapahit. Kemudian
keempatnya dikembangkan menjadi motif batik bernama motif bentar, motif bajang
ratu, motif dewi tara, dan motif surya maja. Motif hasil eksplorasi kreatif tim IbM
dijadikan pola untuk pelatihan batik tulis dan batik saring kepada rekanan pengrajin
mitra. Dari hasil pelatihan, para pengrajin antusias diberikan pelatihan teknik saring,
karena teknik itu akan sangat membantu pada saat mereka mendapatkan order produksi
batik secara massal, tetapi tetap tidak meniadakan substansi batik tulisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Pariwisata Kabupaten Mojokerto (Maret 2012), Pesona Alam dan Warisan
Budaya Majapahit. http://disporabudpar.mojokertokab.go.id/profil.php,
I Made Kusumajaya, dkk. Mengenal Kepurbakalaan Majapahit di Daerah Trowulan.
Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan Jawa Tmur.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
87
_____ 2013. Panduan Pelaksanaan Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Di
Perguruan Tinggi Edisi IX. Direktorat Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan
Dan Kebudayaan.
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
88
Lampiran I
Peraturan Menteri Kehakiman R.I.
Nomor : M.01-HC.03.01 Tahun 1987
Kepada Yth. :
Direktur Jenderal HKI
melalui Direktur Hak Cipta,
Desain Industri, Desain Tata Letak,
Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang
di
Jakarta
PERMOHONAN PENDAFTARAN CIPTAAN
I. Pencipta :
1. Nama : SRI MARWATI, M.SN.
2. Kewarganegaraan : INDONESIA
3. Alamat : Jl. PAJAJARAN SELATAN V SURAKARTA - 57138
II. Pemegang Hak Cipta :
1.Nama : SRI MARWATI, M.SN.
2. Kewarganegaraan : INDONESIA
3. Alamat : Jl. PAJAJARAN SELATAN V SURAKARTA - 57138
III. Kuasa :
1. Nama : -
2. Kewarganegaraan : -
3. Alamat : -
IV. Jenis dari judul ciptaan yang
dimohonkan : MOTIF SURYA MAJA
V. Tanggal dan tempat di-
umumkan untuk pertama
kali di wilayah Indonesia
atau di luar wilayah Indo-
nesia : 16-12-2013 di MOJOKERTO
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
89
VI Uraian ciptaan : Motif batik khas Mojokerto yang
merefleksikan keindahan simbol
kejayaan Majapahit.
Surakarta, Desember 2013
SRI MARWATI, M.SN.
: NAFTALI HANIKO
SENTOSA
Lampiran I
Peraturan Menteri Kehakiman R.I.
Nomor : M.01-HC.03.01 Tahun 1987
Kepada Yth. :
Direktur Jenderal HKI
melalui Direktur Hak Cipta,
Desain Industri, Desain Tata Letak,
Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang
di
Jakarta
PERMOHONAN PENDAFTARAN CIPTAAN
III. Pencipta :
1. Nama : SRI MARWATI, M.SN.
2. Kewarganegaraan : INDONESIA
3. Alamat : Jl. PAJAJARAN SELATAN V SURAKARTA - 57138
IV. Pemegang Hak Cipta :
Materai
6.000,-
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
90
1.Nama : SRI MARWATI, M.SN.
2. Kewarganegaraan : INDONESIA
3. Alamat : Jl. PAJAJARAN SELATAN V SURAKARTA - 57138
III. Kuasa :
1. Nama : -
2. Kewarganegaraan : -
3. Alamat : -
IV. Jenis dari judul ciptaan yang
dimohonkan : MOTIF BENTAR
V. Tanggal dan tempat di-
umumkan untuk pertama
kali di wilayah Indonesia
atau di luar wilayah Indo-
nesia : 16-12-2013 di MOJOKERTO
VI Uraian ciptaan : Motif batik khas Mojokerto yang
merefleksikan keindahan candi
bentar (Wringin Lawang) melalui
warna merah bata dan keemasan
simbol kejayaan Majapahit.
Surakarta, Desember 2013
SRI MARWATI, M.SN.
Materai
6.000,-
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
91
Lampiran I
Peraturan Menteri Kehakiman R.I.
Nomor : M.01-HC.03.01 Tahun 1987
Kepada Yth. :
Direktur Jenderal HKI
melalui Direktur Hak Cipta,
Desain Industri, Desain Tata Letak,
Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang
di
Jakarta
PERMOHONAN PENDAFTARAN CIPTAAN
V. Pencipta :
1. Nama : SRI MARWATI, M.SN.
2. Kewarganegaraan : INDONESIA
3. Alamat : Jl. PAJAJARAN SELATAN V SURAKARTA - 57138
VI. Pemegang Hak Cipta :
1.Nama : SRI MARWATI, M.SN.
2. Kewarganegaraan : INDONESIA
3. Alamat : Jl. PAJAJARAN SELATAN V SURAKARTA - 57138
III. Kuasa :
1. Nama : -
2. Kewarganegaraan : -
3. Alamat : -
IV. Jenis dari judul ciptaan yang
dimohonkan : MOTIF BAJANG RATU
V. Tanggal dan tempat di-
umumkan untuk pertama
kali di wilayah Indonesia
atau di luar wilayah Indo-
nesia : 16-12-2013 di MOJOKERTO
VI Uraian ciptaan : Motif batik khas Mojokerto yang
merefleksikan keindahan
ornamentik ornamen dan bentuk
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
92
yang dimiliki oleh Candi
Bajangratu.
Surakarta, Desember 2013
SRI MARWATI, M.SN.
Materai
6.000,-
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
93
Lampiran I
Peraturan Menteri Kehakiman R.I.
Nomor : M.01-HC.03.01 Tahun 1987
Kepada Yth. :
Direktur Jenderal HKI
melalui Direktur Hak Cipta,
Desain Industri, Desain Tata Letak,
Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang
di
Jakarta
PERMOHONAN PENDAFTARAN CIPTAAN
VII. Pencipta :
1. Nama : SRI MARWATI, M.SN.
2. Kewarganegaraan : INDONESIA
3. Alamat : Jl. PAJAJARAN SELATAN V SURAKARTA - 57138
VIII. Pemegang Hak Cipta :
1.Nama : SRI MARWATI, M.SN.
2. Kewarganegaraan : INDONESIA
3. Alamat : Jl. PAJAJARAN SELATAN V SURAKARTA - 57138
III. Kuasa :
1. Nama : -
2. Kewarganegaraan : -
3. Alamat : -
IV. Jenis dari judul ciptaan yang
dimohonkan : MOTIF DEWI TARA
V. Tanggal dan tempat di-
umumkan untuk pertama
kali di wilayah Indonesia
atau di luar wilayah Indo-
nesia : 16-12-2013 di MOJOKERTO
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
94
VI Uraian ciptaan : Motif batik khas Mojokerto yang
mencerminkan personifikasi Dewi
Tara
Surakarta, Desember 2013
SRI MARWATI, M.SN.
Materai
6.000,-
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
95
SURAT PENGALIHAN HAK CIPTA
Yang bertanda tangan dibawah ini :
N a m a :
Alamat :
Adalah Pihak I selaku pencipta, dengan ini menyerahkan karya ciptaan
saya kepada :
N a m a :
Alamat :
Adalah Pihak II selaku Pemegang Hak Cipta berupa -------------------------
------------------------------ untuk didaftarkan di Direktorat Hak Cipta,
Desain Industri, Desain Tata Letak dan Sirkuit Terpadu dan Rahasia
Dagang, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Kementerian
Hukum dan Hak Azasi Manusia R.I.
Demikianlah surat pengalihan hak ini kami buat, agar dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
------------------, ----
------------------- 2011
Pemegang Hak Cipta
Pencipta
Materai 6.000
( --------------------------------------- ) ( ------------------
---------------------------- )
IbM Batik Khas Mojokerto Jawa Timur
96
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
N a m a : SRI MARWATI, M.SN.
ERIC Kewarganegaraan : INDONESIA
Alamat : Jl. PAJAJARAN SELATAN V SURAKARTA - 57138
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Karya Cipta yang saya mohonkan :
Berupa : MOTIF BATIK
Berjudul : MOTIF SURYA MAJA, MOTIF DEWI TARA, MOTIF BENTAR, “
MOTIF BAJANG RATU
Tidak meniru Karya Cipta atau Karya Intelektual milik pihak lain; dan
2. Karya Cipta yang saya mohonkan pada Angka 1 tersebut di atas :tidak pernah
dan tidak sedang dalam sengketa Pidana dan / atau Perdata di Peradilan;
3. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Angka 1 dan Angka 2
tersebut di atas saya / kami langgar, maka saya / kami bersedia secara sukarela
bahwa :
a. permohonan karya cipta yang saya ajukan dianggap ditarik kembali; atau
b. Karya Cipta yang telah terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan Direktorat Hak
Cipta, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum
Dan Hak Asasi Manusia R.I. dihapuskan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Demikian Surat pernyataan ini saya / kami buat dengan sebenarnya dan untuk
dipergunakan sebagimana mestinya.
Surakarta, Desember 2013
Yang menyatakan,
SRI MARWATI, M.SN.
Materai
6.000,-