Download - Lap Drosopila
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Genetika merupakan salah satu cabang dari ilmu biologi yang
mempelajari tentang gen. Ilmu ini mempelajari tentang pewarisan sifat yang
diturunkan pada keturunannya atau (F1). Banyak terjadi beberapa kasus
adanya perselisihan tentang anak yang dipunyai tersebut merupakan anak
kandung atau tidak. Fenomena ini dapat terpecahkan dengan menggunakan
penerapan hukum ini.
Hukum ini diciptakan dan sekaligus ditemukan oleh Gregor
Johann Mendel. Mendel dikenal dengan hasil dari penemuannya yang sangat
fenomenal ini. Mendel menyebutnya unit genetic atau gen, dengan
persyaratan sebagai berikut:
1. membawa informasi yang berkaitan dengan struktur,
fungsi dan sifat biologi yang lain. ( Henuhili, 2002)
2. diwariskan dari generasi ke generasi dimana
keturunannya mempunyai persamaan fisik dari materi genetik induk (P1).
Menurut hukum ini, penurunan sifat dengan satu sifat beda
(monohibrid) menghasilkan F1 dengan perbandingan 50% untuk tiap sifat
beda. Jadi tiap sifat beda memiliki kesempatan yang sama untuk
diekspresikan.
Percobaan dasar Mendel telah dicoba berulang kali dengan
menggunakan berbagai jenis organisme. Banyak di antara eksperimen tersebut
membutuhkan jangka waktu yang lama untuk mendapatkan generasi F1
maupun F2. Tetapi dengan menggunakan Drosophila sp, waktu yang
dibutuhkan kurang dari satu bulan. Alasan lain yang membuat peneliti
menggunakan Drosophila sp. Sebagai organisme terbaik untuk percobaan
hereditas sebab :
a. Lalat ini mudah sekali dipelihara di laboratorium, sebab makanan lalat
ini sangat sederhana dan ruang yang dibutuhkan sangat kecil.
1
b. Siklus hidup lalat ini pendek, 7-8 hari (untuk Indonesia).
c. Keturunan sangat banyak.
d. Memiliki banyak variasi yang herediter.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, kami ingin meneliti
tentang kebenaran Hukum Mendel dengan satu sifat beda pada Drosophila sp.
Sifat beda yang dimaksud di sini adalah jenis kelamin Drosophila sp, yaitu
jantan dan betina.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah siklus dari perkembangbiakan hingga
menghasilkan keturunan (F1) Drosophila ?
2. Berapakah perbandingan keturunan (F1) yang jantan (♂)
dan betina (♀) dari perkawinan Drosophila ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui siklus dari Drosophila.
2. Untuk mengetahui perbandingan keturunan (F1) yang
jantan (♂) dan betina (♀) dari perkawinan Drosophila.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Karakteristik Umum Drosophila sp
Lalat buah (Drosophila sp) merupakan salah satu hama pada
tanaman holtikultura, yang sasaran utamanya antara lain; belimbing manis,
jambu air, mangga, nangka, dan buah-buahan yang terlalu masak. Sifat
khas dari lalat buah adalah hanya dapat bertelur dalam buah, sehingga
buah menjadi busuk dan jatuh dari pohon.
Terdiri atas ± 4000 spesies yang terbagi dalam 5000 genus.
Stadium lalat buah yang paling merusak adalah stadium larva, yang pada
umumnya berkembang dalam buah.
Secara biologis lalat buah memiliki empat stadium metamorfosis,
yaitu telur, larva, pupa, dan imago (lalat dewasa). Adapun ciri-cirinya
sebagai berikut :
Telur, diletakkan di dalam buah dengan memasukkan ovipositor-nya
(alat peletak telur). Dan memiliki ciri-ciri ysaitu: telur berwarna
putih, bentuk lonjong dan diletakkan berkelompok, yang mana di
setiap sekali bertelur dapat menghasilkan 1-40 butir /hari.
Larva, dengan ciri bentuk dan ukuran pada umumnya bermacam-
macam, tergantung pada zat gizi esensial dalam media makanannya.
Larva berwarna putih kekuningan, berbentuk bulat panjang dengan
salah satu ujungnya runcing. Larva lalat buah terdiri dari tiga bagian:
yaitu kepala, toraks (3 ruas dan 8 abdomen). Larva membuat saluran-
saluran di dalam media makanan dan juga menghisap cairan di
media.
Pupa, adapun ciri-ciri pupa adalah berbentuk oval, warnanya
kecoklatan, panjang nya ± 4mm. masa pupa adalah 4-10 hari dan
setelah itu menjadi lalat dewasa.
Imago, imago lalat buah rata-rata 0,7mm X 0,3mm dan terdiri atas
kepala, toraks, dan abdomen. Di mana toraks terdiri dari tiga ruas:
berwarna orange, merah kecoklatan, coklat, atau hitam; dan memiliki
3
sepasang sayap transparan. Sedangkan pada ujung abdomen pada
lalat betina lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur,
sebaliknya pada lalat jantan tubuhnya lebih bulat.
B. Klasifikasi Drosophila sp.
Lalat buah memiliki klasifikasi sebagai berikut ini :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Dipterae
Family : Drosophilidae
Subfamily : Drosophilinae
Genus : Drosophila
Species : Drosophila melanogaster
C. Penentuan Jenis Kelamin
Jenis kelamin pada makhluk hidup umumnya dibedakan atas jenis
jantan dan betina. Banyak makhluk hidup yang memiliki satu jenis kelamin
atau seksnya terpisah, jadi ada individu jantan dan individu betina. Di alam
juga terdapat tumbuhan dan hewan tingkat tinggi yang hermaprodit artinya
dalam satu tubuh makhluk hidup tersebut dihasilkan gamet-gamet jantan
maupun betina. Terjadinya perbedaan seks pada makhluk hidup dipengaruhi
oleh faktor genetik dan lingkungan.
1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan biasanya ditentukan oleh keadaan fisiologis.
Bila kadar hormon kelamin dalam tubuh tidak seimbang dapat
mmpengaruhi penampilan fenotipnya, sehingga jenis kelamin suatu
makhluk hidup dapat berubah.
2. Faktor Genetik
Faktor genetik ditentukan oleh komposisi kromosom, karena
kromosom mengandung bahan genetik.
4
Pada lalat buah, sel tubuhnya hanya memiliki 8 kromosom (4
pasang), 8 kromosom yang ada dalam inti sel itu dibedakan atas : 6 buah
kromosom (3 pasang) yang bentuknya sama pada jantan maupun betina dan
karena itu disebut autosom (kromosom tubuh), disingkat A. Sedangkan 2
kromosom lainnya disebut kromosom kelamin (kromosom seks) sebab
anggota dari sepasang kromosom ini tidak sama bentuknya antara lalat jantan
dan betina.
Prinsip dan pola pewarisan sifat dapat diketahui dengan
penyilangan atau mengawinkan organisme-organisme yang berbeda satu sama
lain dalam sifat-sifat menurun yang tertentu, diikuti oleh tabulasi yang diteliti
ari keturunan yang dihasilkan, kemudian menganalisis hasilnya untuk
mengetahui atau menentukan cara penurunan sifat tersebut. Banyak sekali
prinsip dan pola pewarisan sifat yang diperoleh melalui eksperimen dengan
menggunakan Drosophila dalam persilangannya. Di antara prinsip-prinsip
pewarisan sifat tersebut adalah :
1. Sifat-sifat bakal diwariskan kepada keturunannya melalui gen-gen
di dalam kromosom.
2. Kebanyakan sifat akan berkembang dengan dukungan lingkungan.
3. Penurunan sifat kepada anaknya bukan melalui darah
4. Sifat-sifat didapat dari lingkungan tak dapat diturunkan kepada
anaknya.
5. Cacat menurun bukan karena kejadian pada waktu hamil. Dalam
pewarisan sifat dari induk kepada anaknya banyak dijumpai pola-
pola pewarisan sifat, diantaranya adalah pola dominasi penuh,
intermediet, pola yang dipengaruhi jenis kelamin dan sebagainya.
Pola pewarisan tersebut sangat ditentukan oleh banyak hal,
diantaranya adalah : sifat. keberadaan/ letak, jumlah yang terlibat
dari gen-gen dalam kromosom dan sebagainya.
5
Thomas Hunt Morgan adalah perintis dalam penggunaan
organisme kecil ini sebagai obyek dalam penelitian genetika. Pilihannya tepat
sekali karena, pertama lalat ini kecil sehingga suatu populasi yang besar dapat
dipelihara dalam laboratorium. Kedua, daur hidup sangat cepat. Tiap 2
minggu dapat dihasilkan satu generasi dewasa yang baru. Ketiga, lalat ini
sangat subur, yang betina dapat menghasilkan ratusan telur yang dibuahi
dalam hidupnya yang pendek ini. Dengan demikian populasi besar yang
dihasilkan tersebut memudahkan analitik statistik yang mudah dan dapat
dipercaya. Masih ada kemungkinan keempat yang ditemukan yaitu adanya
kromosom raksasa di dalam kelenjar ludah larva. Kromosom raksasa ini
memperlihatkan detail struktur yang jauh lebih jelas dari pada kromosom
badan normal. Di samping itu kromosom raksasa ini terdapat dalam masa
interfase, suatu masa di mana biasanya kromosom tidak kelihatan. Meskipun
seekor lalat buah betina mempunyai 4 pasang kromosom homolog, tetapi lalat
jantan mempunyai 3 pasang kromosom homolog. Dua (2) kroosom lainnya
tidak homolog.
Satu anggota dari pasangan kromosom keempat ini wujudnya
identik dengan pasangan kromosom keempat pada betina. Kromosom ini
disebut kromosom X. Anggota lainnya wujudnya sangat berlainan dan
disebut kromosom Y. Kedua kromosom itu disebut kromosom kelamin,
karena kehadirannya selalu berkolerasi dengan kelamin lalat itu. Kromosom
lainnya disebut autosom. Sebagai akibat dari pemsahan pasangan homolog
pada waktu meiosis maka telur lalat buah mempunyai satu dari tiap autosom
ditambah satu kromosom X. Sel sperma yang dihasilkan oleh jantan
mempunyai tiga autosom dan satu kromosom X atau Y. Kita dapat
menggambarkan hasil penyatuan acak dari sel telur dengan sperma ini dengan
mempergunakan segi empat Punnet. Kita segera melihat keturunannya kira-
kira akan terdiri atas jantan dan betina dengan jumlah yang sama banyak.
Kromosom seks pada Drosophila sp. ada 2 macam, yaitu
kromosom x dan kromosom y. Kromosom x bentuknya batang, sedangkan
kromosom y bentuknya agak bengkok. Ternyata Drosophila betina
mempunyai 2 kromosom x (ditulis dengan simbol XX), dan yang jantan
6
mempunyai 1 kromosom x dan 1 kromosom y tidak homolog artinya tidak
sama panjang (ditulis dengan simbol XY).
Lalat buah jantan cukup ditulis dengan simbol XY, dan untuk yang
betina ditulis dengan simbol XX, sedangkan pasangan autosomnya tidak
ditulis. Berikut ini akan dibastarkan lalat jantan dengan lalat buah betina :
Parental (P) : Jantan (♂) >< (♀) Betina
XY XX
Gamet (G) : X dan Y X
Sperma Sel telur
Keturunan (F1) : XX XY
Betina Jantan
50% 50%
Pembastaran lalat buah jantan dengan betina akan menghasilkan
keturunan F1 yang berjenis kelamin jantan (XY) dan betina (XX), masing-
masing 50%. Hal tersebut di atas dapat ditengkan sebagai berikut : lalat buah
jantan akan menghasilkan 2 macam sel sperma, yaitu yang mempunyai X dan
Y. Lalat buah betina akan menghasilkan sel telur 1 macam, yaitu yang
mempunyai X. Bila sel telur X dibuahi oleh sel sperma Y, akan terjadi lalat
buah jantan, akan tetapi bila sel telur X dibuahi oleh sel sperma X, akan terjadi
lalat buah betina. Maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin suatu
individu (pada lalat buah) ditentukan oleh kromosom seks, yaitu X dan Y.
Dengan demikian bahwa kromosom menentukan jenis kelamin.
Perbedaan kelamin ditandai dengan sifat-sifat meurun tertentu
yang jelas. Pola pigmentasi pada perut yang jantan, penis dan bulu kelenjar
pada ruas tarsal pertama dari kaki depan adalah beberapa sifat yang nyata
yang membedakan lalat jantan dari lalat betina. Fakta bahwa ada atau tidak
adanya sifat-sifat ini selalu berhubungan dengan kromosom kelamin yang
merupakan bukti dari teori keturunan.
Mekanisme khusus apapun yang berlangsung, kelamin dalam alam
binatang tampaknya langsung berhubungan dengan penyatuan kromosom-
kromosom tertentu dan dengan demikian memperkuat teori bahwa kromosom
adalah pembawa penentu sifat-sifat organisme.
7
Ada beberapa tipe penentuan jenis kelamin :
Type xy, pada lalat Drosophila melanogaster.
1. 3 pasang (6buah kromosom) pada lalat jantan maupun betina bentuknya
sama. kromosom ini disebut kromosom tubuh (autosom) di singkat dengan
huruf A.
2. 1 pasang (2buah) kromosom yang disebut kromosom kelamin (sex-
kromosom).
X = yang berbentuk batang lurus. lalat betina mempunyai 2 kromosom X.
Y = yang lebih pendek daripada kromosom X dan sedikit membengkok
pada salah satu ujungnya.
Lalat jantan mempunyai sebuah kromosom X dan sebuah
kromosom Y.
Formula untuk lalat buah adalah sebagai berikut:
Lalat betina = 3 AAXX (3 pasang autosom + 1 pasang kromosom
X)
Lalat jantan = 3 AAXY (3 pasang autosom + 1 kromosomX + 1
kromosom Y)
Terjadinya anak lalat jantan dan betina
P : jantan >< betina
AAXX AAXY
G : AX AX,AY
F1 : AAXX , AAXY
(betina) , (jantan)
Prosentase kemungkinan terjadinya anak jantan dan betina adalah 50% : 50%
8
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengamatan, karena dalam
penelitian ini tidak menggunakan variabel-variabel yang biasa digunakan.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada laboratorium Mikrobiologi C9
Jurusan Biologi FMIPA UNESA Surabaya.
C. Alat dan Bahan
Membuat medium pemeliharaan Drosophila
Alat dan Bahan :
Botol kultur
Timbangan
Lumpang dan mortil atau blender
Pengaduk
Kompor
Panci/ gelas kimia
Agar-agar
Pisang raja
Air
Ragi roti/ fermipan.
Plastik
Karet gelang
Membius lalat Drosophila
Alat dan Bahan :
Botol kultur
Selang
Kain kasa
Plastik penutup
Eter
9
Karet gelang
Isolasi lalat virgin
Alat dan Bahan
Kultur Drosophila yang sudah jadi
Eter
Botol pembius
Kuas ukuran 1-3
Cawan Petri tereterisasi
Botol kultur berisi medium
Determinasi Drosophila
Alat dan Bahan :
Kultur lalat Drosophila
Botol pembius
Eter
Kuas ukuran 1-3
Loupe
MIkroskop binokuler
Pengenalan Drosophila
Alat dan Bahan :
Mikroskop stereo dan monokuler
Kaca obyek dan kaca penutup
Jarum serangga
Stock Drososphila
Botol eterisasi
Cawan Petri re-eterisasi
Larutan detergen
Eter
B. Prosedur Penelitian
10
Cara Membuat medium pemeliharaan Drosophila
1. Merebus 3 gelas air sampai mendidih lalu
memasukkan 7 gr agar-agar (1 bungkus) ke dalamnya, lalu diaduk rata.
2. Menghaluskan 1 kg pisang ambon atau
pisang raja dengan lumping-mortil/ blender, kemudian
memasukkannya kedalam campuran lalu di masak sampai matang.
3. Apabila sudah atang, maka didinginkan
sebentar, kemudian dituangkan ke dalam gelas mineral masing-masing
sampai 1,5 cm dan memberinya fermipan masing-masing 3-5 butir
sebagai zat anti jamur.
4. Menutupnya dengan plastik dan dirapatkan
dengan karet gelang dan dilubangi kecil-kecil.
Cara Membius lalat Drosophila
1. Menyentakkan botol kultur pelan-pelan pada bantalan karet atau
sterofoam agar semua lalat yang ada dalam ruangan botol sebelah atas
akan jatuh ke bawah.
2. Membuka sumbatnya, kita pertautkan botol esterisasi dihadapan mulut
botol biakan tersebut. Mengarahkan kedua botol dengan mulut saling
berhadapan ke arah datangnya cahaya (Drosophila bersifat fototaksis
positif) dengan memegang botol itu pada tempat pertautan dengan
tangan kiri.
3. Dengan tangan yang masih bebas, kita memutar botol kultur dengan
perlahan-lahan untuk merangsang lalat agar berpindah ke botol
eterisasi.
4. Apabila sejumlah Drosophila telah masuk kedalam botol eterisasi,
maka kita akan menyumbat kedua botol tersebut dengan cepat tetapi
dengan hati-hati.
5. Meneteskan beberapa tetes eter pada lubang yang berisi kapas pada
botol eterisasi, dan jangan sampai eter tersebut menetes kedalam botol.
Membiarkan beberapa saat dan menunggu sampai semua lalat pingsan
(sekitar 30-60 detik).
11
6. Lalat yang sudah pingsan dikeluarkan dan dapat diamati selama
kurang lebih 5 menit. Lalat yang terbangun sebelum selesai
penghitungan/ pengamatan dapat dibius kembali ke dalam cawan petri
berkapas (re-eterisasi).
7. Dalam melakukan pemisahan atang penghitungan, kita menggunakan
kuas kecil. Dan memasukkan ke dalam botol masing-masing.
Cara Mengisolasi Drososphila virgin
1. Menyiapkan kultur Drosophila yang sudah jadi, berisi imago,
pupa, dan larva.
2. Mengosongkan botol kultur tersebut (imagonya dikeluarkan)
sehingga yang tertinggal hanyalah pupa dan larva.
3. Menjelang jam kedelapan, pupa yang berwarna gelap akan berubah
menjadi imago, yang dapat dipastikan belum pernah kawin.
4. Memisahkan imago betina virgin dari yang jantan, kemudian
memasukkan kedalam botol kultur lain dan imago ini dapat dipakai
untuk menyilangkan.
Isolasi Drosophila virgin dapat pula dilakukan pada stadium pupa dengan teknik
sebagai berikut :
1. Mengambil pupa yang sudah tua dari botol kultur dengan menggunakan
kuas.
2. Meletakkan pupa tersebut pada cawan Petri, dan memeriksa dibawah
mikroskop.
3. Mengamati pupa, apabila terdapat warna hitam dibagian tengah (sex
comb) maka menunjukkan calon lalat jantan. Sedangkan apbila tidak
ada warna hitam menunjukkan calon lalat betina.
4. Memisahkan pupa jantan dari pupa betina tersebut dan memindahkan
kedalam cawan Petri yang lembab (diisi kertas basah).
5. Kurang lebih satu hari kemudian, pupa betina akan menetas menjadi
imago dan siap untuk dipakai dalam percobaan penyilangan.
12
Cara Determinasi Drosophila
1. Menyediakan lalat Drosophila liar hasil tangkapan yang
telah dikultur.
2. Mengetuk botol kultur, kemudian menutupnya dan segera
pertautkan dengan mulut botol pembius, membiarkan lalat berpindah
tempat ke botol bius, lalu segera menutup botol kultur dan juga botol
bius.
3. Melakukan pembiusan dengan melakukan meneteskan
eter melalui tutup botol bius.
4. Apabila lalat sudah pingsan, kemudian memindahkan
kedalam cawan petri dan melakukan pengamatan dengan
menggunakan loupe atau mikroskop.
Cara Mengenali Drosophila sp.
1. Menyediakan Drosophila tipe mutan dari botol
stock.
2. Membius sebagian mutan tersebut dengan hati-hati.
Menghindari terlepsnya Drosophila mutan ke luar.
3. Setelah dibius di masukkan ke dalam cawan petri
untuk diamati morfologinya.
4. Melakukan pengamatan secara cermat dengan selalu
membandingkannya dengan tipe liar.
5. Mentabulasikan hasil pengamatan dan
mendeskripsikan setiap tipe mutan berdasarkan hasil pengamatan.
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
I. Ciri dan Bentuk Drosophila sp.
a. Telur : - berukuran kecil
- bentuk bulat
- warna kuning dan pada saat akan menetas
berwarna kehitaman.
b. Larva : - warna putih kekuningan
- bentuk lonjong, memanjang dan bersegmen
- kulit agak transparan
- berukuran lebih besar dari pada kepompong
c. Kepompong : - berukuran lebih kecil dari larva
- bentuk lonjong bersegmen
- warna pada saat pertama kali menjadi
kepompong adalah putih transparan; kemudian
lama-lama menjadi coklat muda dan pada saat
akan menetas berwarna coklat tua.
d. Lalat : - warna hitam
- jantan berukuran lebih kecil dari pada betina;
pada bagian ujung posterior membulat/ tumpul
- betina berukuran lebih besar dari pada jantan,
bagian ujung posterior meruncing.
II. Waktu
a. Lalat bertelur : ± 2 hari
b. Telur → larva : ± 2-3 hari
c. Larva → kepompong : 2 hari
d. Kepompong → lalat : 4 hari
14
III. Jumlah
Keturunan F1 jantan (♂) adalah 25 ekor dan betina (♀) adalah 27 ekor. Total
52 ekor.
Jantan (♂) Betina (♀)
Keturunan F1 25 ekor 27 ekor
Total 52
B. Analisis Data/ Hasil
Penangkapan Drosophila atau lalat buah, dilakukan dengan
memberi umpan berupa buah-buahan yang sudah matang dan busuk serta yang
berbau tajam seperti mangga, nanas, papaya, jeruk, pisang dan sebagainya.
Setelah ditangkap kemudian lalat atau Drosophila dibius untuk didentifikasi
jenis kelaminnya dengan menggunakan eter. Setelah diketahui jenis
kelaminnya lalat buah mulai dikawinkan, namun sebelum ditempatkan pada
media lalat buah atau Drosophila dipindahkan pada gelas plastik atau gelas
bekas air mineral yang kosong agar sadar terlebih dahulu. Kemudian setelah
menungggu hingga 2 hari, mulai nampak telur yang timbul pada kipas yang
kami letakkan di atas medium kultur Drosophila, kemudian setelah 3 hari
kemudian nampak adanya larva dan induknya dilepas ke alam. Setelah
berubah menjadi kepompong setelah 2 hari kemudian, kami memindahkannya
pada medium yang baru. Setelah 4 hari kemudian, mulai nampak perubahan
pada kepompong menjadi imago atau lalat (Drosophila) yang dewasa, imago
ini kami ambil dengan selang dan dibius untuk diamati dibawah mikroskop
dan dengan kaca pembesar.
Dari pengamatan yang telah kami lakukan dengan melakukan
pembastaran Drosophila jantan dan betina dapat diketahui jumlah keturunan
F1 dari lalat buah, yaitu jantan (♂) adalah 25 ekor dan betina (♀) adalah 27
ekor. Total 52 ekor. Dan dari pengamatan dapat diketahui pula ciri-ciri
15
morfologi telur, larva, kepompong dan lalat dewasa Drosophila sp. yang
dimulai dari telur : yang berukuran kecil, bentuk bulat, warna kuning dan pada
saat akan menetas berwarna kehitaman ; larva : berwarna putih kekuningan,
bentuk lonjong, memanjang dan bersegmen, kulit agak transparan, berukuran
lebih besar dari kepompong ; Kepompong : berukuran lebih kecil dari larva,
bentuk lonjong bersegmen, warna pada saat pertama kali menjadi kepompong
adalah putih transparan ; kemudian lama-lama menjadi coklat muda dan pada
saat akan menetas berwarna coklat tua ; Lalat ; warna hitam, jantan berukuran
lebih kecil dari pada betina, bagian ujung posterior membulat/ tumpul, betina
berukuran lebih besar dari pada jantan, bagian ujung posterior meruncing serta
waktu lalat bertelur sampai menjadi lalat dewasa memerlukan waktu kurang
lebih (±) 12 hari.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengamatan diatas, diketahui
bahwa perbandingan lalat buah jantan dan betina hasil persilangan dari (F1)
kurang lebih sesuai dengan hasil yang diinginkan oleh prinsip Mendell. Pada
percobaan kami memperoleh hasil keturunan (F1) sebanyak 52 ekor. Lalat
jantan sebanyak 25 ekor sedangkan betina 27 ekor. Menurut prinsip
persilangan dari hukum Mendell, keturunan (F1) harus mempunyai
perbandingan 50% dan 50% dari jumlah total yang dihasilkan, yaitu masing-
masing 26 ekor jantan (♂) dan 26 ekor betina (♀).
Lalat buah jantan cukup ditulis dengan simbol XY, dan untuk yang
betina ditulis dengan simbol XX, sedangkan pasangan autosomnya tidak
ditulis. Berikut akan dibastarkan lalat buah jantan dengan lalat buah betina :
Parental (P) : Jantan (♂) >< (♀) Betina
XY XX
Gamet (G) : X dan Y X
Sperma Sel telur
Keturunan (F1) : XX XY
Betina Jantan
50% 50%
16
Pembastaran lalat buah jantan dengan betina akan
menghasilkan turunan F1 yang berjenis kelamin jantan (XY) dan betina (XX),
masing-masing 50%. Hal tersebut di atas dapat diterangkan sebagai berikut :
lalat buah jantan akan menghasilkan 2 macam sel sperma, yaitu yang
mempunyai X dan Y. Lalat buah betina akan menghasilkan sel telur 1 macam,
yaitu yang mempunyai X. Bila sel telut X dibuahi oleh sel sperma Y, akan
terjadi lalat buah jantan.
Maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin suatu individu (pada
lalat buah) ditentukan oleh kromosom seks, yaitu X dan Y. Dengan demikian
bahwa kromosom menentukan jenis kelamin.
Adanya selisih ini dimungkinkan adanya ketidaktepatan kami
dalam mengamati lalat buah ini sejak percobaan, yaitu pada saat berupa
keturunan (F1). Dalam mengidentifikasi kami mungkin kurang teliti dalam
mengamati dan menentukan apakah Drosophila ini jantan atau betina. Hal
yang lain adalah disebabkan karena kecepatan terbangnya Drosophila yang
bisa dikatakan sangat cepat yang menyebabkan kami kesulitan dalam
memindahkannya ke media yang baru, selain itu juga ukurannya yang sangat
kecil sehingga memudahkan lalat buah tersebut untuk melesat terbang tanpa
sepengetahuan kami.
Lalat dewasa dari generasi F1 bermunculan dalam waktu 12 hari,
yaitu lalat bertelur membutuhkan waktu ± 2 hari; telur menjadi larva ± 2-3
hari; larva menjadi kepompong 2 hari dan; kepompong menjadi lalat
membutuhkan 4 hari. Kalau di Amerika waktu yang dibutuhkan untuk
lahirnya lalat dewasa F1 adalah 10-12 hari, berarti dalam percobaan kami
selama pengamatan sama dengan penyataan tersebut. Jumlah keturunan F1
Drosophila yang diperoleh adalah Drosophila jantan 25 ekor dan Drosophila
betina 27 ekor, sehingga perbandingan Drosophila jantan dan betina kurang
lebih sesuai dengan hasil yang diharapkan yaitu sesuai dengan prinsip Mendel,
sebab hampir 50% dari 52 ekor jumlah total keturunannya.
17
Di bawah ini adalah silsilah perkawinan Drosophila betina dari alam dan
jantan dari alam :
P : Lalat ♀ dari alam >< Lalat ♂ dari alam
↓
Telur
↓
Ulat (larva)
↓
Kepompong (pupa) Dipindahkan ke gelas
↓
Lalat muda
↓
Lalat dewasa (imago)
P1 : Lalat ♀ virgin >< Lalat ♂ virgin
↓
Telur
↓
Ulat (larva)
↓
Kepompong (pupa) Dipindahkan ke gelas
↓
Lalat muda
↓
Lalat dewasa (imago)----- inilah yang kami sebut F1
Bila hasil tersebut dihitung dengan Tes Chi-Kuadrat, maka hasilnya
adalah sebagai berikut ;
Fenotip Ratio
harapan
Hasil
pengamatan
Hasil yang
diharapkan
Penyimpanga
n/ Deviasi (d)
d2 d2/e
Jantan ½ 25 26 -1 1 0,038
18
Betina ½ 27 26 +1 1 0,038
Total 1 52 52 0 2 0,076
Pada persilangan dengan menggunakan 2 fenotip, sehingga derajat
kebebasannya (dk) adalah 2-1 = 1
Dari hasil tes Chi-kuadrat dapat disimpulkan bahwa pada persilangan di
atas diperoleh nilai X2 sebesar 0,076 yang mana nilai ini terletak di sebelah kiri
kolom 0,05. Berarti pada data percobaan persilangan ini dapat dianggap sesuai
ratio 1:1.
19
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan serta
pembahasan di atas diperoleh kesimpulan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk
siklus hidup Drosophila mulai dari lalat bertelur sampai menjadi lalat dewasa
memerlukan waktu kurang lebih (±) 12 hari. Dengan silsilah siklus hidup
Drosophila sebagai berikut :
P : Lalat ♀ dari alam >< Lalat ♂ dari alam
↓ ± 2 hari
Telur
↓ ± 2-3 hari
Ulat (larva)
↓ 2 hari
Kepompong (pupa) Dipindahkan ke gelas
↓ 4 hari
Lalat muda
↓
Lalat dewasa (imago)
P1 : Lalat ♀ virgin >< Lalat ♂ virgin
↓ ± 2 hari
Telur
↓ ± 2-3 hari
Ulat (larva)
↓ 2 hari
Kepompong (pupa) Dipindahkan ke gelas
↓ 4 hari
Lalat muda
↓
Lalat dewasa (imago)
20
Dan untuk perbandingannya, diketahui bahwa perbandingan lalat buah
jantan (♂) dan betina (♀) hasil persilangan dari (F1) kurang lebih sesuai dengan
hasil yang diinginkan oleh prinsip Mendell. Pada percobaan kami memperoleh
hasil keturunan (F1) sebanyak 52 ekor. Lalat jantan (♂) sebanyak 25 ekor
sedangkan betina (♀) 27 ekor. Menurut prinsip persilangan dari hukum Mendell,
keturunan (F1) harus mempunyai perbandingan 50% dan 50% dari jumlah total
yang dihasilkan, yaitu masing-masing 26 ekor jantan (♂) dan 26 ekor betina (♀).
Jadi hasil perbandingan yang kami dapatkan kurang lebih hampir sama dengan
prinsip hukum Mendell.
B. Saran
1. Dalam mencari lalat buah atau Drosophila yang virgin dapat juga
dipindahkan ke media yang baru pada saat menjadi ulat (larva) bila takut
nantinya kebablasan menjadi lalat muda dan sudah kawin.
2. Sebaiknya lalat atau Drosophila yang akan dikawinkan harus benar-benar
virgin agar hasilnya valid.
3. Dalam pembuatan media untuk kultur Drosophila sp. dalam pemberian
fermipan jangan terlalu banyak, karena dapat menyebabkan terjadinya
proses fermentasi yang berlebihan, sehingga mengandung banyak alkohol
dan menjadi panas, sehingga lalat atau Drosophila menjadi cepat mati.
21
DAFTAR PUSTAKA
Henuhili, Victoria dan Suratsih. 2002. Common Textbook Genetika.
Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Kimbal, John. 1987. Biologi Edisis Kelima. Jakarta : Erlangga.
Pratiwi, D. A, dkk. 2003. Buku Penuntun Biologi SMU Jilid 3 Kelas 3. Jakarta ;
Erlangga.
Prawoto, dan Koesnadi Wiryosoemarto. 1993. Materi Pokok Genetika dan
Evolusi Modul 1-9. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Proyek Peningkatan
Mutu Guru SLTP setara D-III.
Suratsih. 2000. Petunjuk Praktikum Semester 5 Genetika, Asistensi Praktikum
Genetika, Entomologi, Ilmu Tanah, Pendidikan Biologi, Reproduksi
Embriologi, Reproduksi-Embriologi Hewan, Reproduksi-Embriologi
Tumbuhan. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Suryo, Ir. 2001. Genetika Manusia. UGMPres. 539: 6-274.
John W. Kimball. 1992. Biologi. Bandung : Penerbit Erlangga IPB.
22