Download - KASUS I kom

Transcript
Page 1: KASUS I kom

KASUS I

Dalam rangka memantapkan sistem Siaga, Dinas Kesehatan Kota Cimahi

menyelenggarakan Pelatihan Pengorganisasian Desa Siaga pada tanggal 23 – 25 April 2008 di

Aula Puskesmas Cimahi Tengah.

Hadir membuka acara dr. Hj. Endang Kesuma Wardani, Kepala Dinas Kesehatan Kota

Cimahi. Dalam sambutannya dr. Endang mengatakan bahwa sistem Siaga merupakan

pengembangan dari Gerakan Sayang Ibu (GSI). Dengan mengedepankan partisipasi masyarakat,

bukan hanya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) saja yang terus

ditekan dalam sistem Siaga, tetapi bagaimana Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat pun dapat

meningkat. Melalui pelatihan yang difasilitasi oleh Health Services Program (SHP) ini,

diharapkan Kota Cimahi dapat memenuhi target pembentukan sistem Siaga di seluruh tingkatan

Rukun Warga.

Pada tahun 2006 dan 2007, terdapat masing-masing 10 kasus kematian ibu bersalin di

Kota Cimahi. Sejak awal tahun 2008 hingga hari pelaksanaan pelatihan ini, tercatat 1 kasus

kematian ibu bersalin di Kecamatan Cimahi Selatan. Hal ini terungkap

saat paparan Kebijakan Desa Siaga Provinsi Jawa Barat oleh drg. Pratiwi, M.Kes., Kepala

Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Cimahi.

Diundang sebagai peserta pelatihan adalah perwakilan PKK Kota Cimahi, BPMKB Kota

Cimahi, Kesra Kota Cimahi, 3 Kecamatan di Kota Cimahi, 15 Ketua LPM tingkat kelurahan di

Kota Cimahi, tenaga kesehatan Puskesmas di Kota Cimahi, dan Ketua Yayasan Eureka Indonesia

(YEI) sebagai LSM kesehatan yang berkedudukan di Kota Cimahi.

Setelah paparan Kebijakan Desa Siaga Provinsi Jawa Barat, Materi pelatihan Desa Siaga

disampaikan secara lengkap meliputi: Konsep, Komponen, dan Pesan Desa Siaga; Pemberdayaan

Masyarakat dalam Sistem Desa Siaga; Pengorganisasian Masyarakat; Survey Mawas Diri

(SMD); Musyawarah Masyarakat Desa (MMD); Format Alat Bantu dan Mekanisme Desa Siaga;

Peran dan Fungsi Fasilitator Desa Siaga; Pendampingan dan Pelaporan Desa Siaga.

Di akhir pelatihan, disepakati pula Rencana Tindak Lanjut pengorganisasian RW Siaga.

Peserta pelatihan berbagi tugas sebagai fasilitator untuk menggarap pengorganisasian 1 (satu)

RW menjadi RW Siaga di masing-masing kelurahan tempat domisili atau wilayah kerjanya.

Selain mendapatkan tugas bersama-sama dengan fasilitator LPM Kelurahan Leuwigajah

untuk menggarap RW 17, rencananya YEI pun akan turut membantu HSP dalam pendampingan

perorganisasian RW Siaga di 14 kelurahan lainnya. Dengan pendampingan, diharapkan 15 RW

yang dimaksud akan sukses digarap untuk kemudian direplikasi di semua RW lainnya yang

belum mengorganisasikan sistem Siaga.

1. Analisis Kasus

2. Teori yang mendasari

3. Opini kelompok mengenai kasus tersebut

Page 2: KASUS I kom

KASUS II

Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri dalam konferensi internasional mengenai

lanjut usia di Turki memaparkan bahwa Indonesia mengembangkan program "home care"

dengan memberdayakan keluarga lanjut usia. "Kita punya program perawatan di panti

Tresna Werdha, dan juga mengembangkan 'home care' dengan memberdayakn keluarga

lansia," katanya seperti disampaikan Tenaga Ahli Menteri Sosial bidang Tata Kelola

Pemerintahan dan Kehumasan Drs Sapto Waluyo, MSc kepada ANTARA di Jakarta,

Ahad malam. Mensos selama berada di Kota Bursa, Turki untuk mengikuti konferesi

internasional mengenai lanjut usia (lansia), Kebijakan Sosial dan Pariwisata Kesehatan.

Dikemukakannya bahwa program perawatan di panti Tresna Werdha itu dilakukan di dua

panti miliki pemerintah pusat, 70 panti miliki pemerintah daerah, dan sebanyak 206 panti

milik masyarakat.

Mensos Salim Segaf Al Jufri dalam konferensi yang diikuti sebanyak 46 negara di

dunia itu menyatakan bahwa warga Lansia di Indonesia cukup besar, dan pemerintah

menaruh perhatian khusus mengenai masalah itu. "Saat ini, jumlah Lansia sekitar 10

persen dari total pendduduk. Tahun 2002 masih sekitar 7,4 persen dan tahun 2020

diprediksimencapai 11,2 persen," katanya. Ia menjelaskan bahwa Kementerian Sosial

punya program jaminan sosial bagi Lansia, terutama mereka yang terlantar, yang

jumlahnya saat ini sekitar 1,7 juta orang. Disampaikannya bahwa bantuan yang ada

sekarang masih terbatas diberikan kepada 12.000 Lansia, namun nanti saat Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) efektif, jaminan hari tua akan diberikan secara

komprehensif.

Menurut Mensos, Indonesia kini menjadi perhatian dunia sebagai negara besar

yang berupaya menangani masalah sosial, di mana pariwisata kesehatan merupakan salah

satu upaya untuk melayani kebutuhan Lansia. "Di Indonesia banyak daerah yang bisa

dikembangkan untuk tujuan wisata medis dan keluarga/Lansia," kata Mensos. Kerja

Sama Sementara itu, sebelum sesi pemaparan dalam konferensi yang dihadiri puluhan

negara tersebut, Mensos juga bertemu denga Wakil Perdana Menteri Turki Bulent Arinc.

"Dalam pertemuan itu sempat dibahas peluang kerja sama dalam bidang pembangunan

sosial," katanya. Setelah pemaparan, Mensos juga berdialog khusus dengan "Minister of

Family & Social Policies" Turki Fatma Sahin. Dalam kesempatan itu, Fatma Sahin

menjelaskan bahwa data Lansia di Turki juga besar, di mana menurut "State Plan

Organization" sebanyak 5,7 persen (2005) dan akan menjadi 17,6 persen (2050). Ia

menjelaskan bahwa saat ini warga yang berusia lebih 65 tahun sekitar 6,3 persen dari

78,8 juta penduduk Turki atau lebih banyak dari usia anak usia yakni 0-4 persen. "Ini

trend di negara Eropa dan Amerika, ketika pemerintah harus menanggung Lansia.

Berbeda denga Indonesia yang masih besar populasi profuktifnya," kata Fatma. Ia

mengaku sangat senang dapat undangan untuk menghadiri "Social Welfare Conference"

di Jakarta pada 27-30 Oktober 2011. Mensos Salim Segaf Al Jufri juga sempat

mengunjungi panti sosial di Turki, ditemani Dubes RI Nahari Agustini dan berdialog

dengan Sekretaris Jenderal D-8 Dr Widi Pratikto yang menggalang kerja sama delapan

Page 3: KASUS I kom

negara berkembang, yakni Indonesia, Turki, Iran, Bangladesh, Pakistan, Mesir, Nigeria,

dan Malaysia. 

1. Analisis Kasus

2. Teori yang mendasari

3. Opini kelompok mengenai kasus tersebut

Page 4: KASUS I kom

KASUS III

Indonesia berpeluang meraih devisa besar dari sektor tenaga terampil ke luar negeri.

Pasalnya, sejumlah negara seperti Jepang, Qatar, dan Arab Saudi meminati jasa perawat asal

Indonesia. Selain lebih sopan, perawat asal Indonesia dikenal lebih ramah dan sabar dalam

melayani pasien. Sayangnya, meski permintaan besar namun Indonesia belum mampu memenuhi

permintaan perawat tersebut.

Menurut Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah Edy

Wuryanto S.Kep M.Kep, pemerintah Jepang mengajukan permintaan 15.000 perawat. Namun

sejauh ini, Indonesia baru bisa memenuhi sekitar 600 orang."Permintaan perawat dari negara-

negara Timur Tengah juga terus naik. Saat ini kita sedang menjajaki dengan Australia juga.

Potensi perawat untuk bekerja di luar negeri sangat besar," kata Edy Wuryanto saat menghadiri

rapat kerja PPNI Provinsi Jateng di Hotel Puri Asri Kota Magelang, Sabtu-Minggu (11-12/2).

Lewat rapat kerja ini, PPNI Jawa Tengah ingin memfokuskan diri untuk bisa mencetak

perawat trampil yang bisa masuk kancah internasional. Dikatakan, bahwa untuk meningkatkan

kompetensi perawat, pihaknya mendirikan lembaga pendidikan Nursing Center Jateng di

Ungaran.

Rencananya, Nursing Center ini akan diresmikan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo

pada 17 Maret 2012. Lembaga ini menempati bangunan seluas 1.200 meter persegi dan

direncanakan akan menjadi pusat pengembangan keperawatan di Indonesia.

Nursing Center ini akan menjadi pusat uji kompetensi keperawatan berstandar

internasional yang mengacu pada peraturan Dewan Perawat Internasional (International Council

Nurse). Hal ini mengikuti langkah Filipina yang sudah menerapkan standar internasional untuk

profesi perawat.

1. Analisis Kasus

2. Teori yang mendasari

3. Opini kelompok mengenai kasus tersebut


Top Related