Download - Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
1/50
P E M B I M B I N G :
D R . N A N I R E T N A N I N G S I H , S P . A
D I S U S U N O L E H :
G A L U H A F I A R P U R A T M A J A
0 3 0 . 0 4 . 0 8 5
DENGUE SHOCK SYNDROMETERATASI
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
2/50
IDENTITAS
Nama : An. PA Umur : 9 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam Alamat : jl. Abdullah III 12/06, Krukut, Taman Sari, Jakarta Barat
No. Rekam medik : 974282
Tanggal masuk RS : 29 Januari 2011
Ayah Nama : Tn. M. Soleh
Umur : 38 tahun
Pekerjaan : Wirausaha Pendidikan : Sekolah Teknik Mesin
Ibu
Nama : Ny. Ade Irmawati
Umur : 33 tahun Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMP
Hubungan dengan orang tua : anak kandung
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
3/50
ANAMNESIS
Tanggal 29 Januari 2011 pukul 9.00 WIB
Keluhan utama :Panas sejak 5 hari SMRS
Keluhan tambahan :Mual, muntah, badan pegal pegal, sakit kepala.
Panas tinggi 5 hari SMRS Berobat ke dokter umum diberi obat penurun panas Panasnya tidak sembuh-sembuh, 1 hari SMRS orangtuanya kembali
membawa Pasien ke dokter yang berbeda diberi puyer Pada malam harinya panasnya memang turun seperti normal, namun
pasien gelisah dan berkeringat dingin. Keesokan harinya (hari MRS) pasien semakin lemas, dan ketika diraba
tangan dan kakinya dingin dibawa ke IGD RSUD Tarakan
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
4/50
Riwayat penyakit dahulu:Cacar
Riwayat penyakit keluarga:
-
Riwayat kelahiran/ kehamilan : Usia kehamilan 39 minggu Spontan, letak kepala
Tidak menangis spontan tetapi menangis setelah di rangsang Tidak ada kelainan bawaan Berat lahir 3100 gram , panjang badan lahir 50 cm
Kesan : riwayat kelahiran dan kehamilan tidak ada masalah
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
5/50
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Tengkurap : 2 bulan Duduk : 6 bulan Tumbuh gigi : 6 bulan Berdiri : 9 bulan Berjalan : 12 bulan Bicara : 13 bulan
Kesan : riwayat pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan umurnya
Riwayat imunisasi : BCG : ya DPT-polio : ya
Hepatitis B : ya Campak : ya
Kesan: riwayat imunisasi dasar lengkap
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
6/50
Riwayat pemberian makan : Usia 0-4 bulan : ASI Usia 4-6 bulan : ASI,buah Usia 6-8 bulan : ASI, susu formula, buah, bubur susu Usia 8-10 bulan : ASI, susu formula, buah, nasi tim
Usia 10-12 bulan : ASI, susu formula, buah, nasi tim
Kesan: kualitas dan kuantitas makanan baik
Riwayat perumahan dan sanitasi : Pasien tinggal bersama ibu dan bapak di rumah milik sendiri. Terdapat 2
kamar tidur dengan ventilasi dan sinar matahari cukup. Sanitasi cukup.penerangan dan sumber air bersih ada.
Kesan: rumah cukup memadai
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
7/50
PEMERIKSAAN FISIK
SAAT MASUK R. MELATI (29 Januari 2011)
Keadaan umum : sakit berat Kesadaran : apatis - somnolen Berat badan : 24 kg
Tanda vital Suhu : 37,1 c RR : 26 x/menit Nadi : 130 x/menit, cepat, lemah TD : 90/60 mmHg
KepalaNormocephali, rambut berwarna hitam, terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak teraba
benjolan
MataBentuk normal, kedudukan kedua bola mata simetris, kornea jernih, pupil bulat, isokor, RCL+/+, RCTL +/+, CA -/-, SI -/-
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
8/50
HidungBentuk normal, septum deviasi (-), pernafasan cuping hidung (-), sekret (+)
TelingaBentuk normal, nyeri tarik aurikuler (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus (-), sekret -/-, serumen -/-
Mulut
Bentuk normal, perioral sianosis (-), bibir kering, palatum tidak hiperemis, lidah kotor, tremor (-), tonsil T1-
T1 tenang
LeherTrakhea lurus di tengah, KGB tidak membesar, kaku kuduk (-)
ThoraxCor : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : redupAuskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: Inspeksi : bentuk dada dan gerak nafas simetrisPalpasi : vokal fremitus tidak dilakukan, ikctus cordis tidak terabaPerkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, RH -/-, WH -/-
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
9/50
AbdomenInspeksi : datarPalpasi : supel, nyeri tekan ulu hati (+), hepar dan
lien tidak terabaPerkusi : tympani
Auskultasi : BU (+) normal
EkstremitasAkral dingin, deformitas (-), oedem (-), sianosis (-)
KulitSawo matang, lembab, berkeringat banyak, turgor baik, ptekie(-)
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
10/50
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Tanggal 29 Januari 2011 (13.44WIB) IGD Hb: 19,0 g/dl Trombosit: 49.000 /mm3
Ht : 57,3 vol % Leukosit: 9000 /ul Eritrosit: 7,17 jt/ul
GDS: 135 Natrium: 137
Widal: Negatif Kalium : 5.2 Klorida: 104
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
11/50
Tanggal 29 Januari 2011 (17.46WIB) Hb: 18,0 g/dl Trombosit: 29.000 /mm3 Ht : 54,6 vol % Leukosit: 5400 /ul Eritrosit: 6,87 jt/ul
Tanggal 29 Januari 2011 (20.14WIB) Hb: 15,9 g/dl Trombosit: 55.000 /mm3 Ht : 48,6 vol % Leukosit: 6700 /ul Eritrosit: 6,11 jt/ul
Tanggal 29 Januari 2011 (23.23WIB) Hb : 13,5 g/dl Trombosit: 43.000 /mm3 Ht : 40,9 vol % Leukosit: 4900 /ul Eritrosit: 5,20 jt/ul
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
12/50
Tanggal 30 Januari 2011 (06.02WIB) Hb: 13,8 g/dl Trombosit: 52.000 /mm3 Ht: 41,9 vol % Leukosit: 5800 /ul Eritrosit: 5,57 jt/ul
Tanggal 31 Januari 2011 (06.02WIB) Hb: 13,3 g/dl Trombosit: 35.000 /mm3 Ht: 40,1 vol % Leukosit: 7000 /ul Eritrosit: 5,07 jt/ul
Tanggal 02 Februari 2011 (05.02WIB)
Hb: 12,4 g/dl Trombosit: 147.000 /mm3 Ht: 37,3 vol % Leukosit: 5100 /ul Eritrosit: 4,72 jt/ul
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
13/50
RESUME
Pasien seorang anak perempuan berumur 9 tahun
Datang dengan keluhan panas tinggi 5 hari SMRSdisertai mual (+), muntah (+)
Badan pegal- pegal dan sakit kepala bagian frontal
Sudah berobat ke dokter 2x namun tidak ada perbaikan
Satu hari sebelum masuk RS, panas turun, namun pasienmenjadi berkeringat dingin dan gelisah
Pada hari MRS pasien semakin gelisah, tangan dan
kakinya teraba dingin Nafsu makan dan minum berkurang. BAB 1X/ 2hari
dengan konsistensi lembek, BAK normal
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
14/50
Keadaan umum : sakit berat Kesadaran : apatis - somnolen Berat badan : 24 kg Tanda vital :
Suhu: 37,1 c RR : 26 x/menit Nadi : 130 x/menit, cepat, lemah TD : 90/60 mmHg
Kepala : dbn Mata : dbn Hidung : dbn Telinga : dbn Mulut : dbn Leher : dbn
Thorax : dbn Abdomen : nyeri tekan ulu hati (+) Ekstremitas : akral dingin Kulit : lembab, berkeringat banyak
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
15/50
DIAGNOSIS KERJA
Dengue Shock Syndrome
DIAGNOSIS BANDING-
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
16/50
PENATALAKSANAAN
Rawat inap, bila KU memburuk rawat ICU
Oksigenasi 2 liter/menit
Loading IVFD RL 10cc/kgbb/ 1 jam, evaluasi 30 menit, cek lab ulang
Klinis & lab belum ada perbaikan :
Loading IVFD RL 10cc/kgbb/1 jam, Gelofusin 10cc/kgbb/1 jam, cek lab ulang
Klinis & lab perbaikan :IVFD RL 12tpm, Gelofusin 8tpm, cek lab ulang
Klinis & lab perbaikan :IVFD RL 7cc/kgbb/1jam, cek KU, perbaikan,
kemudian lanjutkan 5cc/kgbb/ 1jam, cek KU, pebaikan,
kemudian 3cc/kgbb/1jam, cek KU stabil,kemudian maintenance RL 20 tpm
Sanmol 3 x 1/2 tabPolysilane 3 x 1 cth
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
17/50
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hema lengkap serial
PROGNOSISAd vitam : dubia ad malam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
18/50
FOLLOW UP
Tanggal 29 Januari 2011 (15.00WIB)
S : gelisah, keringat dingin, minum kurang, muntah (-), demam (-) O : KU/Kes : lemah, tampak sakit berat / apatis Suhu : 37,1 c
RR : 26 x/menit Nadi : 130 x/menit, cepat, lemah TD : 90/60 mmHg BB : 24 kg
Mata : CA -/-, SI -/-
Thorax : Jantung : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Paru : SN vesikuler Rh -/-, Wh -/- Abdomen : datar, supel, nyeri bagian ulu ati (+) Extremitas : akral hangat, odema (-)
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
19/50
Lab 29 Jan 2011 (13.44WIB) IGD Hb:19,0 g/dl Trombosit: 49.000 /mm3 Ht: 57,3 vol % Leukosit: 9000 /ul Eritrosit: 7,17 jt/ul GDS: 135 Natrium: 137 Widal: Negatif Kalium: 5.2
Klorida: 104
A : dengue shock syndrome
P :
Oksigenasi 2 liter/menitLoading IVFD RL 10cc/kgbb/ 1 jam, evaluasi 30 menit, cek lab ulangSanmol 3 x 1/2 tabPolysilane 3 x 1 cth
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
20/50
(Lab jam 17.46WIB)
Hb: 18,0 g/dl Trombosit: 29.000 /mm3
Ht: 54,6 vol % Leukosit: 5400 /ul
Eritrosit: 6,87 jt/ul
Klinis & lab belum ada perbaikan :
Loading IVFD RL 10cc/kgbb/1 jam, Gelofusin
10cc/kgbb/1 jam, cek lab ulang
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
21/50
(Lab jam 20.14WIB)
Hb: 15,9 g/dl Trombosit: 55.000 /mm3
Ht : 48,6 vol % Leukosit: 6700 /ul
Eritrosit: 6,11 jt/ul
Klinis & lab perbaikan :
IVFD RL 12tpm, Gelofusin 8tpm, cek lab ulang
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
22/50
(Lab jam 23.23WIB) Hb: 13,5 g/dl Trombosit: 43.000 /mm3
Ht : 40,9 vol % Leukosit: 4900 /ul
Eritrosit: 5,20 jt/ul
Klinis & lab perbaikan :
IVFD RL 7cc/kgbb/1jam, cek KU, perbaikan,
kemudian lanjutkan 5cc/kgbb/ 1jam, cek KU, pebaikan,
kemudian 3cc/kgbb/1jam, cek KU stabil,kemudian maintenance RL 20 tpm
Cek lab hema rutin / 24 jam
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
23/50
Tanggal 30 Januari 2011 (15.00WIB)
S : Membaik, tangan dan kaki sudah hangat, sudah mau makan-minum, nyeri kepala dan ulu hati berkurang, masih mual,
sudah tidak keringat dingin lagi
O:
KU/Kes : tampak sakit sedang / compos mentis
Suhu: 37,0 c RR : 24 x/menit
Nadi : 100 x/menit
TD : 100/70 mmHg
BB : 24 kg
Mata : CA -/-, SI -/-
Thorax : Jantung : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru: SN vesikuler Rh -/-, Wh -/-
Abdomen : datar, supel, nyeri bagian ulu ati (+)
Extremitas : akral dingin, nadi masih cepat
A : dengue shock syndrome teratasi
P :
IVFD RL 20 tpm maintenance
Sanmol 3 x 1/2 tab
Polysilane 3 x 1 cth
Cek lab hema rutin / 24 jam
Lab 30 Jan 2011:Hb: 13,8 g/dlTrombosit: 52.000 /mm3Ht: 41,9 vol %Leukosit: 5800 /ulEritrosit: 5,57 jt/ul
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
24/50
Tanggal 31 Januari 2011 (06.00WIB) S : Membaik, demam (-), makan-minum normal, nyeri kepala (-) nyeri ulu hati (-), masih mual, keringat
dingin (-), BAB 1x normal, BAK banyak O:
KU/Kes : kooperatif, tampak sakit ringan / compos mentis Suhu: 37,3 c RR : 18 x/menit
Nadi : 92 x/menit TD : 110/70 mmHg BB : 24 kg Mata : CA -/-, SI -/- Thorax : Jantung : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Paru: SN vesikuler Rh -/-, Wh -/- Abdomen : datar, supel, nyeri tekan (-) Extremitas : akral hangat, odema (-) A : dengue shock syndrome teratasi, keadaan stabil P :
IVFD RL 20 tpm maintenance Sanmol 3 x 1/2 tab Polysilane 3 x 1 cth Cek lab hema rutin / 24 jam
Lab 31 Jan 2011 :Hb: 13,3 g/dl
Trombosit: 35.000 /mm3Ht: 40,1 vol %Leukosit: 7000 /ulEritrosit: 5,07 jt/ul
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
25/50
Tanggal 01 Februari 2011 (06.00WIB)
S : Tidak ada keluhan, Makan minum baik, BAB 1x normal, BAK banyak O:
KU/Kes : kooperatif, tampak sakit ringan / compos mentis Suhu: 36,8 c RR : 18 x/menit Nadi : 96 x/menit
TD : 110/70 mmHg BB : 24 kg Mata : CA -/-, SI -/- Thorax : Jantung : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Paru: SN vesikuler Rh -/-, Wh -/- Abdomen : datar, supel, nyeri tekan (-) Extremitas : akral hangat, odema (-)
A : dengue shock syndrome teratasi, keadaan stabil P :
IVFD RL 20 tpm maintenance Sanmol 3 x 1/2 tab Polysilane 3 x 1 cth Cek lab hema rutin / 24 jam
Lab 01 Feb 2011 : Tidak ada
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
26/50
Tanggal 02 Februari 2011 (06.00WIB)
S : Tidak ada keluhan, Makan minum baik, BAB 1x normal, BAK banyak O:
KU/Kes : kooperatif, tampak sakit ringan / compos mentis Suhu: 37,3 c RR : 18 x/menit Nadi : 92 x/menit TD : 110/70 mmHg BB : 24 kg Mata : CA -/-, SI -/- Thorax : Jantung : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Paru: SN vesikuler Rh -/-, Wh -/- Abdomen : datar, supel, nyeri tekan (-) Extremitas : akral hangat, odema (-) A : dengue shock syndrome teratasi, keadaan stabil
P :
IVFD RL 20 tpm maintenance Sanmol 3 x 1/2 tab Polysilane 3 x 1 cth Boleh pulang
Lab 02 Feb 2011 :
Hb: 12,4 g/dlTrombosit: 147.000 /mm3Ht: 37,3 vol %Leukosit: 5100 /ulEritrosit: 4,72 jt/ul
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
27/50
ANALISA KASUS
Pada pasien ini ditegakan diagnosa dengue shocksyndrome karena dari hasil berikut didapatkan :
Anamnesa
Dari allo-anamnesa, didapatkan data-data yangmendukung ke arah diagnosis demam berdarah denguedengan tanda-tanda syok:
Demam 5 hari SMRS disertai mual (+), muntah (+).
Badan pegal- pegal dan sakit kepala bagian frontal. Sudah berobat ke dokter 2x namun tidak ada perbaikan. Satu hari sebelum masuk RS, panas turun, namun pasien menjadi
berkeringat dingin dan gelisah, pada hari MRS pasien semakingelisah, tangan dan kakinya teraba dingin.
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
28/50
Pemeriksaan fisik Pada saat pemeriksaan fisik dan pemantauan tanda vital, ditemukan tanda-tanda
syok berupa kesadaran apatis somnolen.
Didapatkkan tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 130 kali per menit, cepat danlemah, serta ekstrimitas yang dingin dan lembab.
Didukung oleh pemeriksaan lab, setelah dikonsulkan, maka pasien tersebutmendapatkan penatalaksanaan sesuai protokol untuk dengue shock syndrome.
Setelah penatalaksanaan selesai, terlihat syok teratasi, keadaan umum mulaimembaik dan pada tanda vital didapatkan tekanan darah 100/70, nadi 100 kali permenit kuat dan akral hangat, tetapi masih didapatkan keluhan mual dan nyeriabdomen.
Terapi simptomatik dilanjutkan, beserta pemantauan tanda vital dan laboratoriumdarah serial.
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
29/50
Pemeriksaan penunjang Pada kronologi pemeriksaan penunjang berupa
laboratorium darah serial didapatkan gambarankebocoran plasma yang ditandai dengan peningkatan
kadar hematokrit >20%, dan trombositopenia(
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
30/50
PRESENTASI KASUS
TERIMA KASIH
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
31/50
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus genusFlavivirus famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe yaitu den-1, den-2, den-3 dan den-4 melaluiperantara gigitan nyamuk Aedes aegypti. Keempat serotipe dengue terdapat di Indonesia, den-3 merupakanserotipe dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat. Penyakit ini dapat menyerang semua orangdan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak-anak.
Sampai sekarang penyakit DBD ini masih menimbulkan masalah kesehatan di Indonesia, karena jumlah
penderitanya semakin meningkat dan wilayah yang terjangkit semakin luas. Jumlah kasus biasanyameningkat bersamaaan dengan peningkatan curah hujan oleh karena itu puncak jumlah kasus berbeda di tiapdaerah. Pada umumnya di Indonesia meningkat pada musim hujan sejak bulan Desember sampai dengan
April-Mei tiap tahun.
DBD dapat berkembang menjadi demam berdarah dengue yang disertai syok (dengue shock syndrome = DSS) yang merupakan keadaan darurat medik, dengan angka kematian cukup tinggi.
Penatalaksanaan DD adalah dengan memberikan terapi simptomatis dan suportif, dan memonitor dengan
ketat terhadap timbulnya DBD/DSS. Timbulnya DBD/DSS harus dikenal dengan cepat dengan melakukanpemeriksaan hematokrit dan trombosit secara teratur. Apabila terjadi DBD/DSS, penatalaksanaannyadiutamakan untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit karena terjadi leakage plasma.
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
32/50
Batasan
DBD adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkanoleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam
akut disertai gejala perdarahan dan bila timbulrenjatan, angka kematiannya cukup tinggi.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkantrombositopeni (trombosit < 100.000) dan
hematokrit cenderung meningkat lebih dari 20%dari harga normalnya.
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
33/50
Manifestasi Klinik
SimptomatisAsimptomatis
Demam tidak jelasDemam Dengue Dengan perdarahan
Tanpa perdarahan
Dengan SyokTanpa Syok
Demam Berdarah
Dengue
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
34/50
Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia,seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi di tenggorokan, timbulnya ruamdan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjargetah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DD dan DBD ialahmeningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta
aktivasi system kalikrein yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnyavolume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam ronggaserosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibatkehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.Sebab lain kematian pada DBD adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengantrombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnyakompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan sistem koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakanhati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi sistem koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DICpada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
35/50
Diagnosis
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
36/50
TatalaksanaTatalaksana DBD dibagi atas 3 fase berdasarkan perjalanan penyakitnya:
Fase Demam terapi simptomatik dan suportif. Parasetamol 10 mg/kgBB/dosis setiap 4-6 jam (aspirin dan ibuprofen
dikontraindikasikan). Kompres hangat diberikan apabila pasien masih
tetap panas. Terapi suportif yang dapat diberikan antara lain larutan oralit, jus buah
atau susu dan lain-lain. Apabila pasien memperlihatkan tanda-tanda dehidrasi dan muntah hebat,
berikan cairan sesuai kebutuhan dan apabila perlu berikan cairanintravena.
Setelah bebas demam selama 24 jam tanpa antipiretik, pasien DBD akanmemasuki fase kritis. Sebagian pasien sembuh setelah pemberian cairanintravena, sedangkan kasus berat akan jatuh ke dalam fase syok.
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
37/50
Fase Kritis (berlangsung 24-48 jam), sekitar hari ke-3 sampai dengan harike-5 perjalanan penyakit. Umumnya pada fase ini pasien tidak dapatmakan dan minum oleh karena anoreksia atau dan muntah. Tatalaksana umum
Rawat di bangsal khusus atau sudut tersendiri sehingga pasien mudah diawasi. Catattanda vital, asupan dan keluaran cairan dalam lembar khusus.
Berikan oksigen pada kasus dengan syok. Hentikan perdarahan dengan tindakan yang tepat.
Kewaspadaan perlu ditingkatkan pada pasien dengan risiko tinggi,seperti: Bayi. DBD derajat III dan IV.
Obesitas. Perdarahan masif. Penurunan kesadaran. Mempunyai penyulit lain, seperti Thalasemia dll.
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
38/50
Tatalaksana cairan
Indikasi pemberian cairan intravena: Trombositopenia, peningkatan Ht 10-20%, pasien tidak dapat makan dan minum melalui oral. Syok.
Jenis cairan pilihan: Kristaloid (jenis cairan pilihan diantaranya: ringer laktat dan ringer asetat terutama pada fase syok) Koloid (diindikasikan pada keadaan syok berulang atau syok berkepanjangan)
Jumlah Cairan: Selama fase kritis pasien harus menerima sejumlah cairan rumatan ditambah defisit 5-8% atau setara dehidrasi sedang. Pasien dengan berat badan (BB) lebih dari 40kg, total cairan intravena setara dengan 2 kali rumatan. Pada pasien obesitas,perhitungkancairan intravena berdasar atas BB ideal.
Tetesan:
Pada kasus non syok BB < 15 kg 6-7 ml/kgBB/jam BB 15-40 kg 5 ml/kgBB/jam BB > 40 kg 3-4 ml/kgBB/jam
Pada kasus DBD derajat III mulai dengan tetesan 10 ml/kgBB/jam.
Pada kasus DBD derajat IV, untuk resusitasi diberikan cairan RL 10 ml/kgBB dengan tetesan lepas secepatmungkin (10-15 menit) kalau perlu dengan tekanan positif, sampai tekanan darah dan nadi dapat diukur,kemudian turunkan sampai 10 ml/kgBB/jam.
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
39/50
Pemantauan
Pemantauan terhadap syok dilakukan dengan ketat selama 1-2 jam setelahresusitasi. Apabila pemberian cairan tidak dapat dikurangi menjadi 10 ml/kg/jam,oleh karena tanda vital tidak stabil (tekanan nadi sempit, nadi teraba cepat danlemah), syok belum teratasi, maka segera diberikan cairan koloidal 10 ml/kgBB/jam.
Pada kasus-kasus dengan syok persisten, yang tidak bisa diatasi dengan pemberiancairan kristaloid maupun koloidal, maka perlu dicurigai adanya perdarahaninternal. Untuk keadaan ini diberikan transfusi darah segar.
Pada kasus-kasus DBD derajat IV (DSS) yang pada waktu masuk rumah sakit nilaiawal hematokritnya rendah, dipikirkan kemungkinan perdarahan internal, sehinggapemantauan nilai Ht harus lebih sering.
Apabila Ht tetap rendah, berikan transfusi darah segar, koreksi gangguan metabolit
dan elektrolit, seperti hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia dan asidosis.Apabila terjadi asidosis, cairan infus sebaiknya diberikan Ringer Acetate. Enam sampai 12 jam pertama setelah syok, tekanan darah dan nadi merupakan
parameter penting untuk pemberian cairan selanjutnya. Akan tetapi kemudian,semua parameter sekaligus harus diperhatikan sebelum mengatur jumlah cairan
yang akan diberikan.
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
40/50
Parameter pemberian cairan yang harus diperhatikan adalah :- Kondisi klinis : penampilan umum, pengisian kapiler, nafsu makan dankemampuan minum pasien.- Tanda vital : Tekanan darah, suhu tubuh, frekuensi nafas.- Hematokrit.- jumlah urine
Indikasi transfusi darah adalah :- Perdarahan saluran cerna berat (melena).- Kehilangan darah bermakna, yaitu > 10% volume darah total. (Total volume darah= 80 ml/kg). Berikan darah sesuai kebutuhan. Apabila packed red cell (PRC) tidaktersedia, dapat diberikan sediaan darah segar.- Pasien dengan perdarahan tersembunyi. Penurunan Ht dan tanda vital yang tidak
stabil meski telah diberi cairan pengganti dengan volume yang cukup banyak,berikan sediaan darah segar 10 ml/kg/kali atau PRC 5 ml/kgBB/kali
Indikasi transfusi trombosit adalah :Hanya diberikan pada perdarahan masif. Dosis: 0.2 /kgBB/dosis
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
41/50
Fase penyembuhan
Setelah masa kritis terlampaui maka pasien akan masuk dalam fasemaintenance/penyembuhan, pada saat ini akan ada ancaman timbul keadaanoverload cairan. Sehingga pemberian cairan intravena harus diberikan dalam
jumlah minimal hanya untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi intra vaskuler, sebabapabila jumlah cairan yang diberikan berlebihan, akan menimbulkan kebocoran ke
dalam rongga pleura, abdominal, dan paru yang akan menyebabkan distrespernafasan yang berakibat fatal.
Secara umum, sebagian besar pasien DBD akan sembuh tanpa komplikasi dalamwaktu 24-48 jam setelah syok. Indikasi pasien masuk ke dalam fase penyembuhanadalah :- Keadaan umum membaik.
- Meningkatnya nafsu makan- Tanda vital stabil- Ht stabil dan menurun sampai 35-40%.- Diuresis cukup
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
42/50
Indikasi Pulang
- 24 jam tidak pernah demam tanpa antipiretik
- secara klinis tampak perbaikan
- Nafsu makan baik- Nilai Ht stabil
- Tiga hari sesudah syok teratasi
- Tidak ada sesak nafas atau takipnea- Trombosit 50.000/l.
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
43/50
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam dengue
adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah trombosit danhapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma
biru. Parameter laboratori yang dapat diperiksa:
Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif (> 45% dari total leukosit) disertai adanya
limfosit plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akanmeningkat.
Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8 akibat depresi sumsumtulang.
Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatanhematokrit 20% dari hematokrit awal. Sering ditemukan mulai hari ke-3. Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah. Imunoserologi
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
44/50
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
45/50
Protein/Albumin: dapat terjadi hipoproteinemiaakibat kebocoran plasma.
SGOT/SGPT dapat meningkat.
Ureum, Kreatinin: dapat meningkat pada keadaangagal ginjal akut.
Gas darah: terdapat gangguan pada konsentrasi gasdarah sesuai dengan keadaan pasien.
Elektrolit: sebagai parameter pemberian cairan.
Golongan darah dan cross match: dilakukan sebelumtindakan tranfusi darah untuk keamanan pasien.
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
46/50
Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan foto roentgen dada, bisa didapatkan
efusi pleura terutama pada hemitoraks kanan tetapiapabila terjadi perembesan plasma hebat, efusidapat dijumpai pada kedua hemitoraks.Pemeriksaan foto dada sebaiknya dalam posisilateral dekubitus kanan. Pemeriksaan foto dadadilakukan atas indikasi dalam keadaan klinis ragu-ragu dan pemantauan klinis, sebagai pedoman
pemberian cairan. USG: untuk mendeteksi adanya asites dan juga efusi
pleura.
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
47/50
Komplikasi
Ensefalopati dengue, dapat terjadi pada DBD dengansyok ataupun tanpa syok.
Kelainan ginjal, akibat syok berkepanjangan dapatterjadi gagal ginjal akut.
Edema paru, seringkali terjadi akibat overloadingcairan.
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
48/50
Langkah Promotif / Preventif
Pencegahan /pemberantasan DBD denganmembasmi nyamuk dan sarangnya denganmelakukan tindakan 3M, yaitu:
Menguras tempat-tempat penampungan air secarateratur seminggu sekali atau menaburkan bubuklarvasida (abate).
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air. Mengubur/menyingkirkan barang bekas yang dapat
menampung air.
-
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
49/50
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2005. Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi Denguedi Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Direktorat JenderalPelayanan Medik.
WHO Indonesia. 2008. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anakdi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota.
Alih bahasa: Tim Adaptasi Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Hardiono, dkk. 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan
Anak.Ed.I. 2004. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Nusirwan Acang. 2009. Pemberian Cairan Pada Demam
Berdarah Dengue. Sub Bagian Petri, Bagian Ilmu PenyakitDalam FK-Unand/RS Dr. M. Djamil Padang. Available from:http://papdiplg.multiply.com/journal (diakses: 2011,Februari 1).
http://papdiplg.multiply.com/journalhttp://papdiplg.multiply.com/journal -
7/29/2019 Kasus Dengue Shock Syndrome Galuhafiar
50/50
END
TERIMA KASIH