Transcript
Page 1: kasus Adhd dan disleksia

Disleksia Kasus :

Pada suatu ketika ada seorang ibu yang mengeluhkan tentang perilaku anaknya, sebut saja Rudi. Rudi adalah seorang anak kelas 2 SD yang saat ini tidak ingin sekolah lagi. Nilai yang diperoleh Rudi semakin menurun dibanding sebelumnya. Rudi juga enggan mengerjakan PR bahasa Indonesia yang diberikan oleh gurunya dengan alasan bosan dan sudah bisa. Dengan penuh kesabaran ibunya membujuk Rudi untuk mengerjakan soal bahasa Indonesianya itu, sebelum menjawab pertanyaan yang tersedia ibu meminta Rudi untuk membaca cerita pendek yang ada pada buku pegangan miliknya. Namun betapa kaget dan shock ibunya saat mengetahui bahwa Rudi masih mengeja satu persatu huruf dari cerita pendek tersebut. Kemudian ibunya pun mendatangi gurunya dan menanyakan keadaan Rudi jika disekolah. Gurunya menjelaskan bahwa Rudi adalah siswa yang patuh, dan selalu memperhatikan guru saat diberi penjelasan. Namun Rudi sering terlihat malas dan tidak mau mengerjakan terutama saat pelajaran bahasa, mencongak atau membaca.

Saat ini ibunya merasa kebingungan atas apa yang terjadi pada anaknya. Diantara kebingungannya, sang ibu kemudian membawa Rudi ke seorang Psikolog dan menemukan jawabannya bahwa Rudi mengalami Disleksia.

Teori :Permasalahan anak di sekolah banyak disebabkan karena anak mengalami

kesulitan dalam hal belajar. Anak dengan permasalahan belajar biasanya mempunyai permasalah yang khusus yakni mengalami kesulitan membaca, sedangkan inteligensinya normal dan tidak mempunyai penyimpangan lain (Mőnks, F.J., 2002).

Kesulitan membaca (Diseleksia) adalah adanya hambatan dalam perkembangan kemampuan membaca pada seseorang, namun penyebabnya bukanlah tingkat kecerdasan yang rendah, gangguan penglihatan/pendengaran , gangguan neurologis ataupun kurangnya kesempatan berlatih. Seperti pada kesulitan berhitung(Diskalkulia) dan kesulitan menulis ekspresif (disgrafia), masalah penyandang diseleksia adalah pemrosesan di dalam otaknya.

Kesulitan membaca itu bisa muncul dalam berbagai bentuk ada yang bisa mengeja tapi tidak mampu membaca dalam kata, Ada juga yang membacanya terbalik. Gangguan ini tampak pada tiga gejala pokok:

o tidak teliti dalam membacao membacanya dengan lambato dan pemahaman yang buruk dalam membaca

Diluar aspek bahasa, pada anak diseleksia seringkali terdapat gangguan perkembangan lain.Misalnya :

o konsentrasi yang buruko kontrol diri kurango dan clumsy atau ceroboh.

contoh konkretnya, terkadang anak mengalami kesulitan melempar tangkap bolaatau mengikat tali sepatu.

Page 2: kasus Adhd dan disleksia

Perawatan :Bila anak disleksia tak segera mendapat penanganan yang baik, proses

pembelajaran di sekolah dapat sangat terganggu, juga label bodoh atau ceroboh dari temannya bisa saja membuat mereka terganggu secara emosional.Gangguan ini bisa mempengaruhi keadaan anak selanjutnya.menurut Dr.Ika Widyawati, pengajar bagian psikatri FKUI, dapat dilakukkan lewat beberapa pemeriksaan :o Pemeriksaan fisik:

untuk memeriksa kemungkinan adanaya kelainan organis padaanak

o pemeriksaan psikiatrik dan psikososial: untuk melihat konflik kejiwaan, hubungan sosial atau cara pendidikan yang salah

o pemeriksaan psikometrik: untuk mengetahui taraf kecerdasan serta potensi anak.

Dari hasil pemeriksaan, dapat dilakukkan pengobatan di bidang edukatif. Diantaranya lewat pendidikan remedial oleh tenaga professional.Penanganan itu dapat dikombinasikan dengan psikoterapi, terapi obat, psikososial, terapi wicara, dan terapi okupasi untuk melatih ketrampilan motorik halusnya.

Cara membantu anak mengatasi Diseleksia:

1. Jangan memberikan stigma negatif seperti bodoh, bego, pemalas, pengacau.2. Jangan membanding-bandingkan dengan orang lain.3. Jangan member tekanan berlebihan sehingga ia akan merasa takut gagal

atau mengecewakan.4. Jangan (tanpa kesadarannya) menyuruh membaca keras-keras agar

terdengar orang lain.5. Gunakan (kalau perlu) alat penunjuk/ penanda baca agar penglihatannya

mengikuti alur membacanya.6. Sebaiknya ketrampilan tangan mereka dilatih dengan melempar tangkap

bola, memainkan wayang, bermain dengan bulir-bulir.7. Berikan lingkungan yang kondusif serta guru yang kompeten.

Page 3: kasus Adhd dan disleksia

Mengenal & Membimbing Anak Hiperaktif

Apa sebenarnya yang disebut hiperaktif itu ? Gangguan hiperaktif sesungguhnya sudah dikenal sejak sekitar tahun 1900 di tengah dunia medis. Pada perkembangan selanjutnya mulai muncul istilah ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity disorder). Untuk dapat disebut memiliki gangguan hiperaktif, harus ada tiga gejala utama yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif.

Inatensi

Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.

Hiperaktif

Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.

Impulsif

Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.

Problem-problem yang biasa dialami oleh anak hiperaktif

Problem di sekolahAnak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan

Page 4: kasus Adhd dan disleksia

menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa

Problem di rumahDibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya. Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik anak maupun orang tua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.

Problem berbicaraAnak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat.

Problem fisikSecara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.

Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :

Faktor neurologik

Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir

Page 5: kasus Adhd dan disleksia

dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif

Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi

Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan

Faktor toksik

Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.

Faktor genetik

Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.

Faktor psikososial dan lingkungan

Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua dengan anaknya.

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :

Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas

Kenali kelebihan dan bakat anak

Membantu anak dalam bersosialisasi

Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak

Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya

Menerima keterbatasan anak

Page 6: kasus Adhd dan disleksia

Membangkitkan rasa percaya diri anak

Dan bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya

Disamping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. Contohnya dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua sebelumnya.

Attsoederention deficit/ Hiperactivity disorder (ADHD)Attetion deficit/ Hiperactivity disorder (ADHA) atau dalam bahasa indonesianya adalah Gangguan pemusatan perhatian / Hiperaktivity (GPPH).

Menurut Prof.Dr.Wirawan Sarwono seoprang psikolog senior, istilah GPPH tak dapat dipukul rata .Perlu dibedakan antara penderita GPPH dengan anak yang nakal, kreatif, ingin tahu, aktif dari usianya, dan anak yang ber IQ tinggi.Untuk menentukkan apakah seseorang anak menderita GPPH, harus dipenuhi 6 syarat.Kalau satu saja tidak terpenuhi, maka belum tentu si anak mengalami ggaguan tersebut.Adapun 6 syarat tersebut:

1. Sering bermain tangan dan tak bisa duduk diam.2. Sering meninggalkan tempat duduk dalam kelasnya atau pada situasi lain yang

membutuhkan anak tetap duduk diam.3. Berlari atau memanjat berlebihan pada situasi tidak tepat.4. Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam kegiatan yang memerlukan

diam5. Selalu bergerak seperti dikendalikan suatu motor6. Selalu bicara berlebihan.

Dulu,GPPH kerap dianggap sebagai kelainan psikologis atau psikiatrik semata tanpa kelainan biologis atau organic.Namun penelitian terakhir menunjukkan adanya kelainan di beberapa daerah otak pada anak-anak yang mengalami GPPPH, berupa ukurannya yang lebih kecil dibanding anak-anak normal.Daerah tersebut adalah korteks prefrontal, ganglia basalis, dan otak kecil.Daerah korteks prefrontal berfungsi menentukkan perilaku dan konsentrasi, ganglia basalis fungsi ini mengurangi respon otomatis dan mengkoordinasi berbagai input yg diterima oleh korteks otak. Sedang otak kecil, mungkin berfungsi dalam pengaturan motivasi. Selain itu, GPPH juga bisa dipicu oleh gangguan dalam metabolisme substansi kimia yg bernama neurotransmitter.Berbagai faktor diduga menyebabkan kelainan struktur dan neurokimia otak tersebut, diantaranya faktor genetik, lingkungan, psikososial, dan factor resiko lainnya.Anak yang karena berbagai faktor lingkungan seperti kekurangan oksigen dalam rahim atau kelahiran, terauma lahir, infeksi virus intrauterine, meningitis, trauma kepala, atau

Page 7: kasus Adhd dan disleksia

kekurangan gizi, juga berpeluang besar menderita gangguan ini.Berbagai faktor sosial dapat juga dapat mencetuskan GPPH pada anak.Faktor itu misalnya tidak mempunyai orang tua, korban perceraian, adanya saudara bersifat anti sosial atau alkoholik,penyianyian dan penyiksaan.Faktor resiko lainnya adalah retardasi mental, berat badan lahir rendah, kelainan fisik minor, gangguan susunan saraf pusat, gangguan penglihatan dan pendengaran, epilepsi, gejala sisa trauma kepala, penyakit kronik, dan kesulitan tidur.GPPH harus ditangani sebaik mungkin,sebab 30 hingga 50 persen GPPH terbawa sampai ke masa remaja dan dewasa.Karena GPPH di sebabkan oleh gangguan psikologis/psikiatrik dan gangguan biologi/organik.Maka penangannya pun dilakukan dengan 2 cara yaitu secara medik dan intervansi sosial.Tindakan medik berupa pemberian obat dilakukkan bila gejala hiperaktivitas cukup berat, hingga menyebabkan gangguan di sekolah, dirumah, atau hubungan dengan teman.Pengobatan bertujuan untuk menghilangkan gejala dan memudahkan terapi psikologi.Beberapa tehnik intervensi itu adalah :

1. Progrresive Delayed Procedure, yakni anak-anak dengan GPPH dapat dilatih dengan menunda ganjaran.

2. Intervansi secara sistematis dan terencana oleh guru.Guru tidak menganggap anak GPPH adalah anak nakal.Guru harus tegas namun dapat memberikan dukungan.Mis: anak sebaiknya didudukan didepan.

3. Memberikan pilihan tugas, murid yang menderita GPPH diberikan kebebasan memilih format tugasnya.

4. Peer tutoring, yakni meningkatkan atau memperbaiki perilaku di kelas dengan bantuan teman-teman sekelas.

Secara fisik ditemukan perbedaa bermakna dari hasil pemeriksaan otak pada penderitaan GPPH dengan agak normal.Pada anak hiperaktif, otak karena persen lebih kecil ketimbang otak kirinya.Sebanyak 35-50 persen kasus anak penyandang GPPH, pada hasil pemeriksaan gelombang elektro ensefalografi (EEG) nya menunjukkan ‘abnormalitas’ yaitu berupa peningkatan gelombang lambat yang spesifik .”Jadi, masalahnya diotak.”Menurut berbagai penelitian mutakhir, GPPH jelas merupakan gangguan biologis, jadi bukan gangguan psikologik semata, yaitu adanya defisiensi atau kekurangan kepekaan terhadap penguat (reinforcement) atau faktor motivasional.

Kasus ADHD :

Bocah Dipasung Terbakar Dokter Ahli Jiwa Sesalkan Anak ADHD / Anak Hiperaktif Dipasung

Page 8: kasus Adhd dan disleksia

Selasa, 25 Oktober 2011 20:02 wib

Ilham menjalani perawatan di rumah sakit. (Dok: Sindo TV)

MALANG - Kasus terbakarnya Ilham, bocah asal Kabupaten Malang serta pemasungan terhadap Adi Saputro (10) bocah asal Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, disesalkan dokter spesialis. Ketidaktahuan cara menangani Anak ADHD / Anak Hiperaktif berdampak pada kesalahan dalam mengambil tindakan yang bisa berakibat fatal. Seperti dialami Ilham, sebagian tubuhnya hangus karena tidak bisa lari menyelematkan diri saat api melalap kamarnya. Ayah Ilham, Suhaebi, mengikat kaki anaknya dengan rantai. Alasannya, Ilham kerap bermain di tempat yang membahayakan. Penderitaan juga dialami Adi Saputro, bocah yang selama enam tahun dipasung. Ibunya bekerja sebagai TKI di Malaysia sementara ayahnya menderita stroke. Merantai atau memasung seolah menjadi satu-satunya cara yang dilakukan para orangtua agar anak mereka yang hiperaktif tidak terancam bahaya atau membahayakan orang lain. Iwan Sys, SpKJ, dokter asal Kota Malang, mengatakan kondisi seperti dialami Ilham dan Adi biasa disebut Attention Deficit Hiperactive Disorderatau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif. Sayangnya, banyak orangtua yang menganggap anak-anak seperti itu aib dan patut disembunyikan.Anak ADHD / Anak Hiperaktif yang memiliki kasus seperti ini tidak dikonsultasikan dan ditangani dengan cara yang ekstrim seperti disekap dan dirantai. Menurut Iwan, penyebab kondisi Anak ADHD / Anak Hiperaktif seperti itu adalah ketidakseimbangan hormon di otak. Penanganannya memang tidak mudah, namun bisa diobati. “Dengan pengobatan dan terapi khusus dapat menyeimbangkan hormon otak, sehingga pasien kembali terkendali perilakunya. Sikapnya menjadi baik, kooperatif, bahkan bisa menjadi normal hingga berprestasi”, jelas Iwan, Selasa (25/10/2011). Pengobatan dan penanganan khusus bagi penyandang gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif, lanjut dia, sudah umum dilakukan di beberapa rumah sakit. Obatnya pun sangat murah dan mudah didapat, termasuk obat-obat generik. Faktor ekonomi sebenarnya bukan alasan lagi untuk membiarkan anak dalam pasungan. Apalagi pasien, kata dia, bisa ditangani dengan gratis cukup menunjukkan surat keterangan tidak mampu.

contoh kasus anak AdHd

Agus, seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun. Ia senang melakukan kegiatan olahraga, khususnya futsal. Ia memiliki kemampuan akademik yang cukup memadai. Meskipun demikian, gurunya menyatakan bahwa prestasi belajarnya sangat kurang.

Page 9: kasus Adhd dan disleksia

Gurunya meyakini bahwa Agus akan menjadi lebih baik dalam prestasi belajarnya apabila guru lebih banyak memberikan perhatian khusus kepadanya.Di sekolah, Agus sangat jarang mengerjakan tugas dan menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya walaupun waktu yang disediakan cukup lama. Ia sering mengganggu teman-teman sekelasnya saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Ia sering meninggalkan tempat duduknya dan selalu bertanya-tanya sesuatu yang kurang bermanfaat kepada gurunya dan teman sebangkunya. Bahkan, ia sering menyakiti teman-temannya, misalnya menusuk tubuh temannya dengan ujung pensil yang telah di runcingkan. Saat melakukan futsal, ia bergerak kesana ke mari ke segala posisi dengan gerakan yang dilakukan secara berantai tanpa henti-hentinya. Namun, ia tidak segera menyelesaikan tugas sebagai seorang pemain yang sedang bermain futsal.Di rumah, Agus termasuk anak yang sulit di atur. Rumahnya menjadi berantakan karena ia sering melakukan aktivitas memprakarsai unuk mencoba-coba membongkar dan memasang benda-benda yang ada di sekitrnya tanpa di selesaikan dengan baik. Sering kali ia membanting dan melempar benda-benda yang ada di sekitar ruangannya. Ayahnya melaporkan kepada gurunya bahwa Agus sering lupa terhadap apa yang pernah ia lakukan sehingga ayahnya frustasi oleh ulahnya dan sering membentak dengan keras saat Agus berperilaku tidak mau diam, bahkan menjadi berlebihan.

Berikut ini deskripsi kasus agus secara klinis..Agus secara jelas merupakan anak dengan karakteristik hiperaktif yang mempunyai kesulitan pemusatan perhatian secara berlarut-larut dalam melakukan suatu tugas yang di berikan kepadanya. Akibatnya, semua tugas yang di berikan kepadanya tidak pernaj terselesaikan dan seiring tidak mendengarkan dengan baik saat seorang berbicara dengan dirinya. Agus sering menunjukkan aktivitas geraknya yang sulit di hentikan.Anak-anak semacam Agus termasuk anak-anak hiperaktif yang berperilaku tidak mampu untuk diam sejenak dengan tenang di kursi belajarnya untuk beberapa menit (paling lama hanya lima menit) dan sering menunjukan gejala-gejala kegelisahan saat berada di ruang belajar. Dengan sikapnya tersebut menyebabkan gurunya dan teman-teman sekelasnya menjadi frustasi terhadap ulahnya. Dalam permainan futsal secara beregu, sering di lakukan pertemuan singkat saat waktu jeda dan sering kali Agus bertanya-tanya sambil berteriak-teriak terhadap pelatihnya (impulsivity).


Top Related