i
PERAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK
(Studi kasus Pengusaha Warteg di Kelurahan Cipete Utara, Kecamatan
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Fitrotul Laeli
NIM. 1113015000113
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
ii
ABSTRAK
Fitrotul Laeli, “Peran Orangtua terhadap Pendidikan Anak (Studi Kasus:
Pengusaha Warteg di Kelurahan Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan)”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Peran Orangtua terhadap
pendidikan Anak, Hubungan Sosial Orangtua dan Anak serta mengetahui
Pandangan Orangtua terhadap Pendidikan Anak. Metode yang diguakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif. Prosedur pengumpulan data yang
dilakuakan yaitu dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode
pemilihan sampel dengan menggunakan Snowball sampling yaitu pengambilan
sampel dari suatu populasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa peran Pengusaha warteg kecil dan
sedang memberikan peran cukup baik, Sedangkan pengusaha warteg besar
memberikan peran yang baik, hal ini ditunjukkan dari keterlibatan orangtua dalam
memberikan dukungan dalam pendidikan anaknya yakni berupa memberikan
perhatian belajar, memberikan fasilitas belajar dan peran dalam menentukan
pendidikan Anak.Hubungan sosial pengusaha Warteg kecil dan sedang dapat di
kategorikan cukup baik, hal ini karena orangtua menanyakan kegiatan belajar di
sekolah, mendampingi anak saat belajar. pengusaha Warteg besar menjalin
hubungan sosial dengan baik.Pandangan aspirasi pengusaha Warteg yang ada di
kelurahan Cipete Utara mempunyai keinginan atau harapan, anak-anak dapat
melanjutkan pendidikan hingga Perguruan Tinggi, mendapatkan pekerjaan yang
baik dan bisa menningkatkan ekonomi keluarga.
Kata kunci: Peran Orangtua, Pengusaha Warteg, Pendidikan Anak
iii
iv
v
vi
ABSTRACT
Fitrotul Laeli (NIM. 1113015000113). The Role of Parents in children’s
Education (In case of Warteg Entrepreneurs in north Cipete, Kebayoran
Baru, South Jakarta)
The aim of this research is to knowing the Role of parents in children’s
Education, relationship parents and child, and know parent’s expectation for
children’s education. The Method used in this study is a qualitative method. The
data collection technique used is observation technique, interview, and study
documentation. The method of selecting samples by using snowball samping is
sampling from a population.
The result of this research shows parent role of children education in small
and medium Warteg entrepreneurs give a pretty good role while big Warteg
entrepreneur give a good role, this is shown from the involvement of parents in
providing support in their children’s education, they are providing attention to
learning, providing learning facilities and roles in determining children’s
education. The social relation of small and medium Warteg can be categorized
quite well, this is because parents ask about learning activities at school,
accompanying children when learning. While big warteg entrepreneurs have good
social relations. The aspiration of warteg entrepreneurs in the north Cipete village
have the desire or hope, children can continue their education up to tertiary
instutions, get good jobs and can improve the family economy.
Key Word : The role of parents, warteg entrepreneurs, children’s education
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik yang berjudul “Peran Orangtua terhadap Pendidikan Anak
(studi kasus: Pengusaha Warteg di Kelurahan Cipete Utara, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan)”. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis
harapkan demi kebaikan skripsi ini. Selain itu penulis menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari
awal sampai akhir yaitu:
1. Ibu Dr.Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang senantiasa memberikan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial yang senantiasa memberikan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi.
4. Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si selaku Pembimbing Akademik Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan mengenai hal-hal akademik dan memberikan motivasi
dalam menyelesaikan skripsi.
5. Bapak Dr.Muhamad Arif, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia membimbing, memberikan arahan, motivasi, dan nasehat kepada
peneliti dalam menyelesaikan skripsi. Dan Dr.Sodikin, S.Pd, M.Si selaku
Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan arahan, membimbing,
viii
memberikan motivasi pada peneliti dalam memperbaiki dan menyelesaikan
skripsi.
6. Seluruh dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat saya, yang telah
memberikan banyak ilmu dan mendidik saya dengan penuh kesabaran.
7. Seluruh Pengusaha Warteg di Kelurahan Cipete Utara, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan, yang telah bersedia untuk di wawancarai dalam penelitian ini.
8. Terkhusus kedua orang tuaku, Bapak Waskin dan Ibu Sikor yang selalu
memberikan ketenangan hati, memberikan semangat, motivasi, doa, cinta kasih
dan dukungan baik berupa moril maupun materil selama ini hingga saya dapat
menyesaikan skripsi ini.
9. Terimakasih pada kakakku Muflikhun dan Riza Umami, serta adik-adikku
Tercinta M.Tomi Fadzilah, Epa Lestari Indah dan Siti Nur Aliyah, yang selalu
mendoakan dan memberi semangat kepada saya untuk menyelesaikan skripsi
ini.
10. Terimakasih kepada sahabat tercinta Tri Puji Astuti, S.Pd, yang telah
menyempatkan waktu istirahatnya untuk memberikan bimbingan tambahan
yang selalu memberi semangat, masukan, dan motivasi kepada penulis..
11. Terimakasih kepada Tri Puji Astuti,Istiqomatullaeli, St. Lusi Suswanti,
Andriyanto, M. Ilhamul Qolbi, M. Rizki Nailul Author, dan Husni Akbar teman
berbagi cerita, yang telah memberikan warna kehidupan bagi peneliti selama
menjadi anak rantau.
12. Terimakasih kepada seluruh guru dan staf Rumah Belajar Miranda yang selalu
memberikan semangat, Do’a dan memberikan izin mengajar kepada peneliti
sehingga peneliti telah selesai mengerjakan Skripsi.
13. Terimakasih kepada Ibu Hj.Maya Miranda Ambarsari, Bapak Ir.Andreas Reza
Nazaruddin, MH, Ibu Hj.DR Dolly A Prameswari, SE, MM serta Bapak Hj.
Muhammad Yusuf, SH, MH, MBA orang-orang hebat yang selalu memberikan
motivasi dan inspirasi kepada peneliti.
14. Terimakasih Teman-teman organisasi HIQMA (Himpunan Qori dan Qori’ah
Mahasiswa) ,IMT (Ikatan Mahasiswa Tegal) Ciputat, IRMAFA (Ikatan Remaja
ix
Masjid Fathullah), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia )Rayon IPS,
Volunteer AL-HAKIM, dan Muslim SMART yang telah memberikan
pengalaman-pengalaman yang sangat bermakna untuk peneliti.
15. Terimakasih kepada teman-teman LTTQ (Lembaga Tahfidz, Ta’lim Qur’an)
Fathullah dan teman-teman GENTA (Golden English Training Area) English
Course yang telah memberikan pembelajaran nikmatnya menyelami samudra
ilmu kepada penulis.
16. Terimakasih untuk anak shalih-shalihah (Khalifah Islamic School, TPA
Ummul Choir, Marawis RBM, Tahfidz RBM yang selalu mewarnai kehidupan
peneliti untuk selalu Happy dan semangat dalam menjalani aktivitas sehari-
hari.
17. Kepada teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS angkatan 2013, khususnya
konsentrasi Ekonomi yang telah memberikan pengalaman, dukungan selama
perkuliahan.
18. Dan untuk semua baik secara langsung ataupun tidak langsung yang membantu
peneliti dalam menyusun skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Demikian ucapan terimakasih yang saya sampaikan kepada pihak-pihak yang
sekiranya membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga segala kebaikan yang
diberikan mendapatkan pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT dan senantiasa
selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT. Dan semoga dengan karya ini dapat
membuahkan hasil yang baik serta bisa bermanfaat bagi orang lain. Aminn.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb
Jakarta, 27 Februari 2020
Peneliti
Fitrotul Laeli
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK……………………………………………………………………… ..i
ABSTRACT…………………………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. .iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. xi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
E. Tujuan Penelitan........................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitan......................................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI TEORI ............................................................................ 9
A.Hakikat Pengertian Peran ................................................................................ 9
B. Hakikat Pendidikan Anak ............................................................................. 16
C. Masyarakat Pengusaha Warung Tegal (Warteg) .......................................... 25
D. Penelitian yang Relevan ............................................................................... 28
E. Kerangka Berfikir ......................................................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 32
A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………….32
xi
B. Metode Penelitian....................................................................................... 32
C. Sumber Data Penelitian .............................................................................. 32
D. Instrumen Penelitian .................................................................................. 33
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 34
F. Pemeriksaan Keabsahan Data .................................................................... 42
G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 44
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................. 46
A. Gambaran Umum Penelitian……………………………………………..46
B. Informasi Partisipan ................................................................................... 50
C. Deskripsi Data Hasil Penelitian ................................................................. 52
D. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 66
BAB V PENUTUP…………………………………………………………...73
A. Kesimpulan ................................................................................................ 73
B. Implikasi .................................................................................................... 74
C. Saran ........................................................................................................... 74
D.KeterbatasanPenelitian……………………………………………………...75
DAFTARPUSTAKA…………………………………………………………76
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Multiple Intelligence menurut Howard Gardner.................................20
Tabel 2.2 Penelitian yang Relevan…………………………………...…………29
Tabel 3.1 Pedoman Observasi pada pengusaha Warteg……………………..….34
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara……..………………………………………….36
Tabel 3.3 Pedoman Dokumentasi…….…………………………………………42
Tabel 4.1 Demografi Kelurahan Cipete Utara………...………………………...47
Tabel 4.2 Data Warteg di Kelurahan Cipete Utara…..……………………..…...47
Tabel 4.3 Pendidikan Pengusaha Wart…………………………………………..69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian……………………………………31
Gambar 4.1 Peta Kelurahan Cipete Utara………………………………………46
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Uji Referensi
Lampiran 2 Daftar Warteg Kelurahan Cipete Utara
Lampiran 3 Daftar Responden Wawancara
Lampiran 4 P edoman Wawancara
Lampiran 5 Pedoman Observasi
Lampiran 6 Hasil Observasi
Lampiran 7 Transkip Wawancara
Lampiran 8 R iwayat Hidup
Lampiran 9 Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orangtua merupakan seseorang yang sangat berjasa dan berharga
dalam kehidupan seorang anak. begitu pula dengan anak. Anak adalah harta
yang sangat berharga bagi orang tua yang harus dilindungi, dijaga, dididik
dan diarahkan masa depannya untuk menjadi manusia yang berguna bagi
keluarga, masyarakat, bangsa, Negara serta Agama. Seorang anak akan
tumbuh dengan baik apabila dia memperoleh pendidikan yang baik secara
informal. Pendidikan didalam keluarga diperoleh anak dari pendidikan
yang diberikan oleh orang tua.1Sehingga peran orang tua sangat penting,
orang tua dalam keluarga tidak hanya memberikan fasilitas sandang, papan
dan pangan saja lebih dari itu pendidikan untuk anak juga sangatlah
penting, demi terwujudnya cita-cita dan kehidupan yang sejahtera untuk
masa depan anak.Dengan demikian,orang tua merupakan sumber
pembelajaran pertama dan utama bagi anak supaya dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal.2Jadi, kualitas pengasuhan yang diberikan
orang tua akan mempengaruhi perkembangan kepribadian anaknya.
sehingga sangat perlu kiranya orang tua untuk menyadiakan lingkungan
positif bagi anak. Selain itu orang tua juga harus menjalankan perannya
untuk anak, hal tersebut dapat dilakukan melalui delapan fungsi keluarga
yaitu: (1) fungsi Agama, (2) Fungsi Sosial-Budaya, (3) fungsi Cinta- Kasih,
(4) fungsi Perlindungan, (5) fungsi Reproduksi, (6) Fungsi Sosialisasi-
Pendidikan, (7) Fungsi Ekonomi, dan (8) Fungsi Lingkungan.3 Untuk
1 lisa Megawati, Nuraini Asriati, Rustiyarso, “Peran Orang Tua terhadap pendidikan anak pada
keluarga Nelayan, diakses pada 22 Januari 2019, pukul: 12.31 WIB dari
https://media.neliti.com/media/publications/215076-peranan-orang-tua-dalam-pendidikan-
anak.pdf
2Rosyadi, Rahmat, Pendidikan Islam dalam Pembentukan Karakter anak usia dini ,(Jakarta :
Rajawali Pers, 2003), hlm.24 3Ibid, hlm 28
2
melaksankan peran orang tua dalam fungsi Sosialisasi-Pendidikan maka,
orang tua sebisa mungkin untuk memberikan dan memilihkan Pendidikan
sesuai dengan minat, bakat, kemampuan anak serta memberikan pendidikan
sesuai tuntutan zaman dimana mereka hidup. Sehubungan dengan hal itu
Rosulullah SAW bersabda yang artinya: “Didiklah anak-anakmu (sesuai
dengan bakat, minat, kemampuan serta tuntutan zaman dimana mereka
hidup), karena mereka diciptakan untuk hidup pada sesuatu zaman yang
berbeda dengan zaman kamu sekalian”.Dari hadist di atas menjelaskan
bahwa orang tua harus selalu mendukung pendidikan anaknya terutama
hingga ke jenjang perguruan tinggi untuk mengembangkan ketrampilan
ataupun keahlian yang dimiliki seorang anak. Sehingga pendidikan untuk
anak harus di perhatikan secara maksimal.
Pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah selesai
sampai sepanjang kehidupan manusia di dunia. Seiring perkembangan
zaman lembaga pendidikan Indonesia berkembang sangat pesat,mulai dari
: Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Dasar (kelas 1-6 dan
kelas 7-9), Pendidikan Menengah (kelas 10-12) dan Pendidikan
Tinggi.4Dikatakan demikian karena pendidikan merupakan bagian dari
kebudayaan dan peradaban manusia yang selalu mengalami
perkembangan.5 Oleh karena itu pendidikan merupakan salah satu sektor
yang yang harus mendapatkan perhatian khusus dalam pelaksanaan
pembangunan nasional. Sesuai dengan UU nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 8
menyatakan, bahwa jenjang pendidikan adalah tahapan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai,
dan kemampuan yang dikembangkan.6 Dalam Undang-Undang tersebut
disebutkan bahwa jenjang pendidikan formal di Indonesia terdiri atas
4 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hlm.9 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
3
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.7Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan bangsa. Pendidikan adalah hak segala bangsa, begitu halnya
anak mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dari orang
tuanya. Sehingga orang tua memiliki peranan yang penting dalam
pendidikan anak, maka tingkat pendidikan orang tua sangat mempengaruhi
perkembangan pendidikan anaknya. Orang tua yang memiliki pendidikan
tinggi biasanya memiliki cita-cita tinggi pula terhadap pendidikan anak-
anaknya. Mereka menginginkan agar pendidikan anak-anaknya lebih tinggi
atau setidaknya sama dengan pendidikan orang tua mereka, cita-cita dan
dorongan ini akan mempengaruhi sikap dan keberhasilan anaknya. hal ini
juga yang di inginkan para orangtua yang berprofesi sebagai pengusaha
Warung makan yang ada di Jakarta dan sekitarnya. Pengusaha warung
makan ini mayoritas dari Tegal sehingga menamakan usahanya dengan
nama Warung Tegal yang sering kita sebut dengan Warteg.
Warteg yang ada di Jakarta sudah berdiri mulai dari tahun 1960 hal
ini sesuai dari berita yang ditulis oleh Fajar eko Nurgoho pada 20
September 2016 pukul 20 : 15 WIB bahwa ‘’ Tokoh warteg, Asmawi
menuturkan warteg muncul sekitar 1960-an. Kemunculannya seiring
dengan pembangunan infrastruktur di Ibu Kota yang begitu pesat setelah 20
tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Saat itu, pemerintah di bawah
kepemimpinan Presiden Soekarno berupaya mempercepat pembangunan
infrastruktur ibu kota dengan cepat. Kesempatan itu dimanfaatkan warga
Tegal untuk mengadu nasib di Jakarta. Mereka saat itu kebanyakan bekerja
sebagai buruh bangunan dan tinggal di lokasi proyek dengan membuat
bedeng.Untuk istri pekerja bangunan ini berinisiatif melakukan bisnis
jualan nasi ponggol sebagai ciri khas orang Tegal. Karena nasi ponggol
6Dikutip dari Nur Anisa Noniana,https://ilmu-pendidikan.net/pendidikan/peraturan/jenjang-
pendidikan-formal-di-indonesia-uu-sisdiknas-2003, Kamis, 30 Oktober 2014
4
sudah dikenal warga Tegal, maka bisnis kuliner itu pun jalan dan terus
berkembang. Dari berjualan di pojok-pojok lokasi proyek, hingga akhirnya
memiliki warung sendiri," kata Asnawi.8
Warteg merupakan salah satu bentuk dari bisnis UMKM, hal ini
sesuai yang tercantum pada Informasi yang termuat dalam berita
economy.okezone.com yang di tulis oleh Jurnalis Ade Hapsari Lestarini
(Kamis, 2 Desember 2010,15:34 WIB) yang menyampaikan ‘’Kamar
Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mengungkapkan bahwa warung
tegal (Warteg) merupakan salah satu elemen sector riil yang tergolong
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Untuk saat ini wartegpun
sudah berkembang banyak di Jakarta. Seperti halnya di kelurahan Cipete
Utara, kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Masyarakat yang
mempunyai usaha warteg disini tinggkat pendidikannya masih rendah,
mereka lebih memprioritaskan usaha yang sudah di jalani dari pada
pendidikan. Kesibukan orang tua yang bekerja sebagai pengusaha warteg,
menyita waktu untuk keluarga dalam hal perkembangan pendidikan anak.
Mereka menjadi kurang perhatian atau tidak mendapatkan perhatian penuh
oleh orang tuanya. Hal itu terjadi karena orang tua mereka terlalu fokus
terhadap usaha yang sedang dijalaninya. Pada kenyataannya peran keluarga
(orang tua) sangatlah penting dalam hal perhatian orang tua, cara orang tua
mendidik dan lain sebagainya. Setiap orang tua pasti menginginkan agar
masa depan anak lebih baik dari pada orang tuanya, orang tua tentunya ingin
melihat anaknya sukses dengan pendidikan tinggi. Oleh karena itu
diperlukan peran keluarga (orang tua) dalam pendidikan anak, agar anak
mendapatkan kelangsungan hidup yang lebih baik.
Pengusaha warteg yang ada di Cipete Utara dalam manajemen
waktu usahanya ada yang buka 12 ada pula yang 24 jam / non stop.
7Dikutip pada http://regional.liputan6.com/read/2606636/awal-mula-kemunculan-warteg-hingga-
mendunia tanggal 03 Januari 2018, Pukul 10.00
5
Persiapan dalam usaha warteg ini sangatlah padat mulai dari belanja bahan
makanan, proses mengolah bahan makanan untuk menjadi masakan siap
saji, mereka juga menyesuaikan jam makan mulai dari menu pagi, siang,
sore maupun malam.
Ketika masakan sudah siap disajikan pengusaha warteg akan
menunggu pelanggan yang akan menikmati hidangan yang ada di Warteg.
Saat jam-jam waktunya makan, Warteg akan dipenuhi pelanggannya baik
dari kalangan bawah maupun kalangan menengah ke atas sehingga suasana
Warteg menjadi ramai. Dengan seperti ini pengusaha warteg hanya akan
fokus terhadap para pelanggannya..Sehingga kesempatan anak untuk
komunikasi dengan orang tua sangat sedikit. Ketika anak pulang dari
sekolah, yang seharusnya anak di sambut dengan gembira, orang tua masih
kerepotan melayani pelanggan sehingga kesempatan untuk menyambut
anaknya pulang dari sekolah sangatlah minim bisa dikatakan orang tua
tersebut bersikap acuh tak acuh.
Sikap yang diterima anak saat pulang dari sekolah membuat hati anak
menjadi sedih, ditambah lagi lokasi usaha warteg yang bisa dikatakan
sempit dan anak harus belajar ditempat yang sama tentu menjadikan anak
kurang nyaman dalam belajar sehingga turunlah semangat belajar anak.
Keramaian pelanggan warteg tidak hanya pagi, siang maupun sore.
Ketika malampun tiba pelanggan wartegpun masih ada yang silih berganti
berdatangan ke warteg walau terkadang hanya untuk sekedar ngopi dan
menikmati acara televisi. Apa lagi saat ada acara pertandingan bola,
pelanggan warteg tidak hanya nongkrong beberapa jam saja, melainkan
mereka bisa sampai pagi bertahan di warteg terutama warteg yang buka
hingga 24 jam. Dengan keramaian seperti ini anak-anak yang tinggal satu
lokasi dengan usaha warteg tentu merasa kurang bisa konsentrasi dengan
baik dalam belajar.
6
Tempat belajar yang nyaman sangatlah penting untuk anak agar mereka
menikmati belajar dengan tenang saat di Rumah. Jika anak tidak
mendapatkan seperti itu, maka anak akan malas dalam belajar dan mereka
akan mencari kenyamanan di luar. Seperti halnya memilih nongkrong
bersama teman-teman di pinggir jalan yang bisa mengakibatkan salah
pergaulan. Dengan seperti ini, anak akan putus semangat dalam belajar
sehingga bisa saja menjadikan anak akan putus sekolah tidak mau
melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul ‘’Peran Orangtua terhadap
Pendidikan Anak ( Studi Kasus Pengusaha Warteg di Kelurahan
Cipete Utara, Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan)’’.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka kondisi yang ada saat
ini yaitu:
1. Kesibukan pengusaha Warteg, menyebabkan orang tua kurang peduli
terhadap pendidikan anaknya
2. Orangtua pengusaha Warteg memberikan peran untuk pendidikan anak
yang masih belum maksimal
3. Hubungan Orang tua dan anak yang kurang harmonis menjadikan anak
kurang semangat dalam menimba ilmu
4. Fasilitas untuk belajar yang kurang memadai menjadikan anak kurang
semangat dalam belajar
5. Lingkungan yang ramai menjadikan anak tidak bisa konsentrasi dengan
baik dalam belajar
6. Pemilihan teman yang kurang tepat dalam bermasyarakat akan
menurunkan semangat anak dalam menimba ilmu
7. Pola pikir orangtua tentang pendidikan akan mempengaruhi tingkat
pendidikan anak
7
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak keluar dari topik yang diteliti, maka
peneliti membatasi masalah penelitian ini pada peran orangtua terhadap
pendidikan anak pada pengusaha warteg di kelurahan Cipete Utara
D. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan diteliti antara lain:
1. Bagaimana peran orang tua dalam pendidikan anak pada pengusaha
Warteg di Kelurahan Cipete Utara, Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta
Selatan ?
2. Bagaimana hubungan sosial orang tua dan anak dalam pendidikan?
3. Bagaimana pandangan aspirasi orangtua pengusaha warteg terhadap
pendidikan untuk anak ?
E. Tujuan Penelitan
1. Untuk menggambarkan Peran orang tua terhadap pendidikan anak pada
pengusaha Warteg di Kelurahan Cipete Utara, Kecamatan Kebayoran
Baru Jakarta Selatan.
2. Untuk menggambarkan Hubungan sosial yang terjain antara orangtua
dengan anak pada pengusaha Warteg di Kelurahan Cipete Utara,
Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
3. Untuk menggambarkan Harapan orangtua terhadap pendidikan anak
pada pengusaha Warteg di Kelurahan Cipete Utara, Kecamatan
Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
F. Manfaat Penelitan
1. Manfaat Teoritis
Memberikan Informasi mengenai peran orang tua (Pengusaha Warteg)
terhadap pendidikan anak dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi
penelitian selanjutnya mengenai peran orang tua terhadap pendidikan
anak.
8
2. Manfaat Praktis
a. Bagi orang tua
Dapat di jadikan perhatian untuk bisa memberikan peran yang lebih
baik terhadap pendidikan anak, agar pendidikan anak akan menjadi
lebih baik.
b. Bagi akademis
Dapat di jadikan sebagai salah satu sumbangan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan penambahan referensi karya
tulis ilmiah agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi
penelitian lain.
c. Bagi penulis
Dapat di jadikan penerapan ilmu yang di dapat di bangku
perkuliahan dan membuktikan kesesuaian teori dengan yang ada di
lapangan.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Pengertian Peran Orang Tua
1.Pengertian Peran
Peran (role) merupakan dinamisasi dari status ataupun
penggunaan dari hak dan kewaiban ataupun bisa juga disebut status
subjektif, kedua unsur ini saling terkait karena antara peran dan status
tidak akan ada artinya kalau tidak dipergunakan.1 Apabila seseorang
melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukan, maka orang
tersebut telah menjalankan suatu peranan.
Menurut Soerjono Soekanto dalam buku Memperkenalkan
Sosiologi menjelaskan bahwa peran atau peranan setiap manusia yang
menjadi warga suatu masyarakat senantiasa mempunyai status atau
kedudukan masyarakat. Status merupakan sebuah posisi dari sebuah sistem
sosial. Sedangkan peraan adalah pola perikelakuan yang terkait pada status
tersebut.2 David Barry dalam buku “Pokok-pokok pikiran dalam Sosiologi”
menjelaskan bahwa peran adalah sebagai seperangkat harapan yang
dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosisal teretntu.3
Pentingnya peranan adalah bahwa hal tersebut mengatur perilaku
seseorang, dan juga bahwa peranan menyebabkan seseorang pada batas-
batas tertentu dapat mengamalkan perbuatan-perbuatan orang lain sehingga
orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan
perilaku orang-orang sekelompoknya.4
1 Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Bandung: Bina Cipta, 1979),
hlm 94. 2 Soerjono Soekanto, Memperkenalkan Sosiologi, (Jakarta: Cv. Rajawali, 1988) hlm.33 3 David Berry, Pokok-pokok Pikiran Sosiologi, Jakarta:Cv Rajawali, 1983) hlm.99 4 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Kedua (Jakarta: CV.Rajawali, 1986),
hlm.220
10
Berdsarkan uraian tersebut dapat di artikan bahwa peran adalah keterlibatan
seseorang dalam segala sesuatu yang sedang dijalankanya sesuai
kedudukannya.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia orangtua dapat diartikan
sebagai ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai ahli
dan sebagainya), orang yang dihormati (disegani) di kampung, tertua.5
Orangtua di sini adalah ayah ibu yang memilki peranan yang sangat penting
dalam membesarkan anak dan bertanggung jawab dalam suatu keluarga
atau tugas rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari. Jadi orangtua
merupakan komponen dari keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, yang
secara sadar mendidik anak-anaknya untuk mencapai kedewasaan.
Berdasrkan pengertian keduanya diatas, dapat diambil pengertian bahwa
peran orangtua adalah hak dan kewajiban ayah dan ibu yang harus
dilakukan sesuai dengan fungsi dan kedudukannya sebagai keluarga
didalam masyarakat dalam mendidik anak-anaknya untuk mencapai
kedewasaan.
2.Wujud Peran Orang tua
Secara kodrat ayah dan ibu diberikan anugerah oleh Tuhan Pencipta berupa
naluri sebagai orang tua. Karena naluri ini, timbul rasa kasih sayang para
orang tua kepada anak-anak mereka, sehingga secara moral keduanya
mempunyai tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi, melindungi
serta membimbing anak mereka. Seorang anak akan tumbuh dengan baik
apabila dia memperoleh pendidikan yang baik secara informal. Pendidikan
didalam keluarga diperoleh anak dari pendidikan yang diberikan oleh orang
tua.6 Menurut Gunadi dalam buku “Desain Pendidikan Karakter” beliau
5 W.J.S. Poerwadaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta Timur: Balai
Pustaka, 2011), hlm.688 6 lisa Megawati, Nuraini Asriati, Rustiyarso, “Peran Orang Tua terhadap pendidikan anak pada
keluarga Nelayan, diakses pada 22 Januari 2019, pukul: 12.31 WIB dari
https://media.neliti.com/media/publications/215076-peranan-orang-tua-dalam-pendidikan-
anak.pdf
11
menyampaikan ada tiga peran utama yang dapat dilakukan Ayah-Ibu dalam
mengembangkan karakter anak. Pertama, berkewajiban menciptakan
suasana yang hangat dan tentram. Tanpa ketentraman, akan sukar bagi anak
untuk belajar apa pun dan anak akan mengalami hambatan dalam
pertumbuhan jiwanya. Kedua, menjadi panutan yang positif bagi anak sebab
anak belajar terbanyak dari apa yang dilihatnya, bukan dari apa yang
didengarnya. Karakter orang tua yang diperlihatkan melalui perilaku nyata
merupakan bahan pelajaran yang akan diserap anak. Ketiga, mendidik anak,
artinya mengajarkan karakter yang baik dan mendisiplinkan anak agar
berperilaku sesuai dengan apa yang telah diajarkannya.7
Orang tua merupakan sumber pembelajaran pertama dan utama bagi anak
supaya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.8 Kualitas pengasuhan
yang diberikan orang tua akan mempengaruhi perkembangan kepribadian
anaknya. Orang tua adalah penopang tata nilai dan standard moral masyarakat.
Kelestarian tata nilai dan standard moral sangat tergantung pada keluarga
khususnya orang tua untuk menyadiakan lingkungan positif bagi anaknya. oleh
karena itu peran orang tua kepada anaknya dapat dilakukan memlalui delapan
fungsi keluarga yaitu:
a) Fungsi Agama, pola asuh dalam fungsi agama dengan cara mengenalkan
kegiatan keagamaan dan membiasakan anak beribadah sesuai
perkembangan usianya. Misalnya: orangtua memberi contoh dan
mengajak anak melaksanakan ibadah bersama, orangtua melatih dan
memberi contoh agar anak mampu membaca do’a atau bacaan shalat dan
Qur’an.
b) Fungsi Sosial-Budaya, pola asuh dalam fungsi Sosial-Budaya dengan
cara mengenalkan budaya daerah di sekitarnya atau budaya nasional
seperti: orangtua memberi bimbingan kepada anak untuk berbahasa
indonesia dan berbahasa daerah, orangtua dapat memberi contoh,
7 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter,( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011),
hlm.144-145 8Rosyadi, Rahmat, Pendidikan Islam dalam Pembentukan Karakter anak usia dini ,(Jakarta :
Rajawali Pers, 2003), hlm.24
12
bagaimana cara menghormati orang yang lebih tua dan orangtua dapat
memberi contoh bergotong-royong mengerjakan sesuatu secara
bersama-sama.
c) Fungsi Cinta-Kasih, pola asuh dalam fungsi cinta kasih, orangtua dapat
mengenalkan hubungan cinta kasih dan kasih sayang dalam keluarga
serta membiasakan berperilaku yang mencerminkan cinta kasih dalam
keluarga, dengan cara: orangtua menunjukkan perhatian, cinta dan kasih
sayang kepada anak tanpa membeda-bedakan, orangtua mengajak anak
menyayangi adiknya atau menghormati kakaknya, orangtua
mengajarkan dan membiasakan anak-anak saling berbagi rasa.
d) Fungsi Perlindungan, pola asuh dalam fungsi perlindungan, orangtua
dapat mengenalkan dan membiasakan hidup sehat, dengan cara: orngtua
menunjukkan perlunya cuci tangan sebelum makan serta menutup
hidangan agar tidak kena debu atau lalat, orangtua mendamaikan anak-
anak yang sedang berebut mainan atau ketika berselisih, orangtua
menumbuhkan rasa aman dengan cara melindungi dan memberi
perawatan bagi anak yang sedang sakit.
e) Fungsi Reproduksi, pola asuh dalam fungsi reproduksi, orangtua
mengenalkan jenis kelamin ciri-ciri jenis kelamin, dengan cara: orangtua
menunjukkan jenis kelamin anak laki-laki dan anak perempuan serta
ciri-ciri perbedaannya tanpa melanggar etika dan peraturan perundang-
undangan fornografi, menjadikan Ayah sebagai tokoh idola bagi anak
laki-lakinya demikian juga ibu menjadi tokoh idola bagi anak
perempuannya.
f) Fungsi Sosialisasi-Pendidikan, pola asuh dalam fungsi sosialisasi-
pendidikan, orangtua dapat melatih ketrampilan, mengenalkan konsep
dasar pengetahuan (warna, bentuk, ukuran, angka, bunyi dan kalimat
sederhana), pengenalan cara bergaul dan membiasakan bergaul dengan
cara: orangtua menemani anak-anaknya bermain bila sedang ada di
rumah, orangtua mengajak anak untuk bermain dengan teman
13
sebayanya, orangtua membiasakan anak untuk minta izin bila akan
menggunakan barang milik orang lain.
g) Fungsi Ekonomi, pola asuh dalam fungsi ekonomi, orangtua dapat
mengenalkan nilai barang dan membiasakan gemar menabung dengan
cara: orangtua mengenalkan cara memelihara barang miliknya, orangtua
membimbing dan membina anak agar terbiasa menabung kecil, orangtua
mengajarkan cara belaku hemat dalam membelanjakan uang jajan.
h) Fungsi Lingkungan, Pola asuh dalam fungsi lingkungan, orangtua
mengenalkan lingkungan hidup dan membiasakan memelihara
kebersihan tanaman serta binatang, dengan cara: orangtua mengajak
anak melihat dan menikmati keindahan pemandangan alam, orangtua
mangajak dan membiasakan anak membuang sampah pada tempatnya,
orangtua mengajak anak menyayangi dan memelihara binatang atau
menanam pohon.9
d. Pengaruh Peran Orangtua terhadap anak
Kualitas hubungan orangtua dan anak merefleksikan tingkatan
dalam hal kehangatan (warmth), rasa aman (security), kepercayaan
(trust), Afeksi Positif (positive affect) dan ketanggapan (responsiveness)
dalam hubungan mereka.10 Kehangatan menjadi komponen mendasar
dalam hubungan orangtua dan anak yang dapat membuat anak merasa
dicintai dan mengembangkan rasa percaya diri. Mereka memiliki rasa
percaya dan menikmati kesertaan mereka dalam aktivitas bersama
orangtua. Kehangatan memberi konteks bagi afeksi positif yang dapat
meningkatkan mood untuk peduli dan tanggap satu sama lain. Rasa aman
merupakan dimensi dalam hubungan yang berkembang karena interaksi
yang berulang yang memperlihatkan adanya kesiagaan, kepekaan, dan
ketanggapan. Interaksi tersebut mengembangkan kelekatan pada
masing-masing pihak yang terlihat dalam hubungan. Rasa percaya diri
9Ibid, hlm 28 10 Sri Lestari, Psikologi Keluarga, (Jakarta: Kencana, 2016), Hlm.18
14
anak dapat tumbuh karena adanya rasa aman terhadap lingkungannya
dan orang lain. Rasa aman juga akan mensuport anak untuk berani
melakukan eksplorasi yang bermanfaat bagi perkembangan kompetensi.
Hal ini sangat memudahkan anak ketika dia sudah mulai mengenal dunia
pendidikan. Dengan hal tersebut anak akan lebih mudah beradaptasi baik
dengan teman maupun pihak sekolah lainnya.
Salah satu dari peranan orangtua terhadap keberhasilan pendidikan
anak adalah dengan memberikan perhatian, terutama perhatian pada
kegiatan belajar mereka di Rumah perhatian orangtua memiliki pengaruh
psikologis yang besar terhadap kegiatan belajar anak. Dengan adanya
perhatian orangtua, anak akan lebih giat dan lebih semangat dalam
belajar. Totalitas sikap orangtua dalam memperhatikan segala aktivitas
anak selama menjalani rutinitasnya sebagai pelajar sangat diperlukan
agar si anak mudah mentransfer ilmu selama menjalani proses belajar,
disamping itu juga agar ia dapat mencapai prestasi belajar yang
maksimal. Perhatian orangtua dalam bentuk lain dapat berupa pemberian
bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap belajar, pemberian
motivasi dan penghargaan, serta pemenuhan fasilitas belajar. Pemberian
bimbingan dan nasihat menjadikan anak memiliki idealisme, pemberian
pengawasan terhadap belajarnya adalah untuk melatih anak memiliki
kedisiplinan, pemberian motivasi dan penghargaan agar anak terdorong
untuk belajar dan berprestasi , sedangkan pemenuhan fasilitas yang
dibutuhkan dalam belajar adalah agar anak semakin teguh pendiriannya
pada suatu idealisme yang ingin dicapai dengan memanfaatkan fasilitas
yang ada.11
e. Pentingnya Peran Orang tua
Memahami betapa pentingnya peran orangtua dalam mendidik anak
pada masa perkembangan merupakan tanggung jawab besar bagi
orangtua baik di rumah maupun lingkungan sosial. Orangtua yang terus
11 Dikutip dari http://annissanimatul.blogspot.com/2014/06/pengaruh-peran-orang-tua-
terhadap.html tanggal 17 Februari 2019 pukul 21.31
15
belajar akan mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik.
Peran orangtua bagi perkembangan anak secara lebih rinci memiliki
tugas sebagai berikut:12
1) Memelihara kesehatan fisik dan mental
Fisik yang sehat akan memberi peluang lebih besar bagi
kesehatan mental. Walaupun kesehatan fisik bukan jaminan
bagi kesehatan mental.
2) Meletakan dasar kepribadian yang baik
Struktur kepribadian anak dibangun dan dibentuk sejak usia
dini. Orangtualah yang paling berperan dalam peletakan dasar
kepribadian anak.
3) Membimbing dan memotivasi anak untuk mengembangkan diri
anak melalui proses dalam lingkungannya. Lingkungan
pertama bagi anak adalah keluarga. Proses belajar yang paling
baik bagi anak adalah pelatihan, yakni adanya figur yang layak
ditiru disertai bimbingan dan motivasi. Orangtua harus
menyadari bahwa dirinya harus berperan sebagai Motivator
yang bertugas memberikan inspirasi atau dorongan supaya
proses pembelajaran lebih menyenangkan.13 Orangtua harus
menolong anak supaya memiliki hasrat belajar.
4) Memberikan fasilitas yang memadai bagi perkembangan diri
anak. Fasilitas adalah sarana pendukung bagi proses belajar
anak. Semakin lengkap fasilitas yang diterima anak maka
kemungkinan keberhasilan anak semakin tinggi.
5) Menciptakan suasana yang aman, nyaman dan kondusif bagi
perkembangan diri anak.
Suasana ini memungkinkan anak untuk menunjukkan
kemampuan yang sesungguhnya. Hambatan psikis yang
12 Ita Musliani, Peran orangtua dalam mendidik anak usia dini, (Skripsi S1Bimbingan dan
Konseling UIN Sunan Kalijaga, 2018), h.19. 13 Yan Djoko Pietono, Mendidik Anak Sepenuh hati, (Jakarta: Gramedia, 2014), hlm.74
16
dirasakan anak akan menjadikan anak tidak mampu
mengaktualisasikan diri.
Pentingnya peran orang tua terhadap pendidikan anak
bukanlah hal yang sepele karena pendidikan adalah modal
utama yang harus dimiliki oleh setiap individu yang hidup agar
dapat bertahan menghadapi perkembangan zaman. Seperti saat
ini orang tua semakin menyadari pentingnya memberikan
pendidikan yang terbaik kepada anak-anak mereka sejak dini.
Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak terbukti
memberikan banyak dampak positif bagi anak. Banyak yang
mencapai kesuksesan setelah mereka menginjak usia dewasa
dan terjun ke dalam dunia sosial yang sebenarnya. Peran aktif
orang tua tentu saja perlu didukung oleh komunikasi yang baik
antara orang tua dan pihak sekolah. Jadi tidak hanya peran guru
dan lingkungan yang penting tetapi peran orang tua juga
memegang peranan yang sangat penting dalam prestasi belajar
anak.Oleh karena itu orang tua harus lebih memperhatikan anak-
anak mereka, melihat potensi dan bakat yang ada pada anak
mereka, memberikan sarana dan prasarana untuk mendukung
proses pembelajaran mereka di sekolah serta selalu memotivasi
anak agar tetap semangat dalam belajar. Para orang tua juga
diharapkan dapat melakukan semua itu dengan niat yang tulus
untuk menciptakan generasi yang mempunyai moral yang baik
dan wawasan yang tinggi serta semangat pantang menyerah.14
B. Hakikat Pendidikan Anak
1.Pengertian Pendidikan Anak
14 Dikutip dari http://almaata.ac.id/pentingnya-peran-orang-tua-terhadap-pendidikan-anak/tanggal
17 Februari 2019 pukul 22.52
17
Kata pendidikan berasal dari dua kata kerja yang berbeda, yaitu
dari kata educere. Kata educare dalam bahasa latin memiliki konotasi
melatih menjinakkan. Jadi pendidikan merupakan sebuah proses
membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan. Selain
itu pendidikan juga berarti proses mengembangkan berbagai macam
potensi yang ada dalam diri manusia, seperti kemampuan akademis,
relasional, bakat-bakat, talenta, kemampuan fisik atau daya-daya
seni.15 Pendidikan juga diartikan sebagai hal yang dibutuhkan setiap
insan sebagai salah satu modal agar dapat berhasil dalam meraih
kesuksesan dalam kehidupannya.16Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, “istilah pendidikan berarti proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”.17Pendidikan
merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai
dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. Dengan kata lain
pendidikan di artikan sebagai hasil peradaban bangsa yang
dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri yang
berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan
pernyataan tujuan pendidikan.18 Banyak ahli memiliki pandangan
masing-masing mengenai pendidikan. Beberapa pakar mendefinisikan
pendidikan sebagai berikut:
Ki Hajar Dewantoro mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:
”Daya upaya untuk mewujudkan bertumbuhnya budi pekerti (
kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect) dan tumbuh anak, dalam
taman siswa boleh dipisah-pisahkan bagian itu, agar kita dapat
15 Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta
:Grasindo, 2007)hlm. 53 16 Syarif Hidayat, Teori dan prinsip Pendidikan, (Tangerang: PT Pustaka Mandiri. 2015), hlm 1 17 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2012), hlm 326 18Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan Komponen MKDK, (Jakarta: PT Rinaka Cipta. 2015), hlm.2
18
memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan
penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya”.19
Profesor Abuddin Nata, “Tarbiyah atau pendidikan secara harfiyah
mengandung arti mengembangkan, menumbuhkan, memelihara dan
merawatnya dengan penuh kasih sayang.20
Langaeveld, pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,
perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak yang
diarahkan pada pendewasaan anak itu sehingga cakap dan mampu
melakukan tugas hidupnya.21
Menurut UU no.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Dari beberapa pengertian pendidikan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan
seseorang untuk mengubah seseorang, memberikan pengetahuan,
mengembangkan potensi yang ada pada seseorang dan menciptakan
kedewasaan ,serta mewujudkan budi pekerti yang luhur seseorang.
2. Pentingnya Pendidikan Anak
19 Ki Hajar Dewantoro, Karya Bagian Pertama; Pendidikan (Yogyakarta: Majlis Luhur Persatuan
Taman Siswa, 1977), hlm. 14-16 20 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012), hlm.19 21 Syarif Hidayat, Teori dan prinsip Pendidikan, (Tangerang: PT Pustaka Mandiri. 2015), hlm 2
19
Setiap anak memiliki berbagai macam potensi diri yang dapat
dikembangkan. Mampu mengembangkan potensi diri merupakan
dambaan setiap individu, karena pengembangan potensi diri merupakan
suatu proses yang sistematis dan bertahap.Secara garis besar, potensi
kecerdasan yang dimiliki manusia ada tiga macam, yaitu: 1. Kecerdasan
Intelektual (IQ) 2. Kecerdasan Emosional (EQ) 3. Kecerdasan Spiritual
(SQ). Dari kecerdasan tersebut menjadi perhatian utama dalam proses
belajar mengajar agar potensi yang dimiliki setiap anak didik bisa
berkembang dengan baik. Dalam kecerdasan Intelektual (IQ),
kemampuan potensi manusia dalam mempelajari sesuatu dengan alat-
alat berpikirnya, kecerdasan ini diketahui atau diukur dengan kekuatan
verbal dan logika yang ditunjukkan oleh seseorang, kecerdasan ini
menjadi utama dalam pendidikan saat ini. Kecerdasan Emosional (EQ),
terdapat lima komponen pokok kecerdasan emosional yaitu kesadaran
diri, manajemen emosi, motovasi, empati, dan mengelola hubungan
sosialnya. Kecerdasan Spiritual (SQ), merupakan fungsi jiwa sebagai
perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam
melihat makna yang ada dibalik sebuah kenyataan dan kejadian
tertentu.22
Dari potensi kecerdasan tersebut yang bisa mengembangkan lagi
menjadi beberapa kecerdasan antara lain: - Kecerdasan logika -
Kecerdasan verbal - Kecerdasan praktik - Kecerdasan intrapersonal -
Kecerdasan spasial.23 Dalam pengenalan potensi diri yaitu dimana
setiap pendidik harus bisa membimbing anak didik untuk
mengembangkan bakat dan minat, mengembangkan potensi mereka,
dari segi kecerdasan, intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual, dan bisa menyalurkan bakat serta mengetahui potensi
kecerdasan anak. Definisi kecerdasan Gerdner menyatakan bahwa
‘’Intelligence is the ability to find and solve problems and create
22 Suryabrata. Sumadi, Psikologi pendidikan, (Jakarta :PT. Raja Grafindo Persana, 2011), hlm. 47 23 Ibid, 49
20
products of value in one’s own culture.’’ Menurur Gardner, kecerdasan
seseorang tiba-tiba tidak diukur dari tes psikologi standar, namun dapat
dilihat dari kebiasaan seseorang terhadap dua hal. Pertama, kebiasaan
seseorang menyelesaikan masalah sendiri (problem solving). Kedua,
kebiasaan seseorang menciptakan produk-produk baru yang punya
nilai budaya (creativity). Dalam hal multiple Intelligences seseorang,
Howard Gardner memaparkan 3 hal penting yaitu komponen inti,
kompetensi, dan kondisi akhir terbaik. Penjelasan pada Tabel 2.1
No. Komponen Inti Kompetensi Kecerdasan
1. Kepekaan pada bunyi,
struktur, makna, fungsi
kata, dan bahasa
Kemampuan
membaca,
menulis,
berdiskusi,
berargumentasi
dan berdebat
Linguistik
2. Kepekaan memahami
pola-pola logis, atau
numeric dan kemampuan
mengolah alur pemikiran
yang panjang
Kemampuan
berhitung,
bernalar dan
bepikir logis,
memecahkan
masalah
Matematis-
logis
3. Kepekaan merasakan dan
membayangkan dunia
gambar dan ruang secara
akurat
Kemampuan
menggambar,
memotret,
membuat patung,
mendesain
Visual -
Spasial
4. Kepekaan menciptakan
dan mengapresiasi irama,
pola titi nada, serta
Kemampuan
menciptakan
lagu, membentuk
irama, mendengar
Musik
21
apresiasi bentuk-bentuk
ekspresi emosi musical.
nada dari sumber
bunyi atau alat-
alat musik.
5. Kepekaan mengontrol
gerak tubuh dan
kemahiran mengelola
objek, respons dan reflex.
Kemampuan
gerak motoric dan
keseimbangan
Kinestetis
6. Kepekaan mencerna dan
merespon secara tepat
suasana hati, temperamen,
motivasi dan keinginan
orang lain.
Kemampuan
bergaul dengan
orang lain,
memimpin,
kepekaan sosial
yang tinggi,
negoisasi, bekerja
sama,
mempunyai
empati yang
tinggi.
Interpersonal
7. Kepekaan memahami
perasaan sendiri dan
mampu membedakan
emosi, pengetahuan
tentang kekuatan dan
kelemahan diri.
Kemampuan
mengenal diri
sendiri secara
mendalam,
kemampuan
intuitif dan
motivasi diri,
penyendiri,
sensitif terhadap
nilai sendiri
Intrapersonal
8. Kepekaan terhadap
spesies, mengenali
Kemampuan
meneliti gejala-
Tabel 2.1 (lanjutan)
22
eksistensi spesies lain dan
memetakan hubungan
antar beberapa spesies.
gejala alam,
mengklasifikasi,
identifikasi.
Naturalis
3. Tujuan Pendidikan
Proses pendidikan, terutama sekolah sangat berpengaruh terhadap
kemandirian siswa. Proses pendidikan yang banyak menekankan
pentingnya pemberian sanksi atau hukuman dapat menghambat
perkembangan kemandirian siswa.24 Sedangkan proses pendidikan yang
menekankan pada pentingnya penghargaan terhadap potensi anak,
pemberian reward, dan penciptaan kompetensi positif dapat memperlancar
perkembangan kemandiriaan siswa. Kemandirian merupakan suatu sikap
individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, individu
dapat terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai
situasi di lingkungan, sehingga individu akhirnya mampu berfikir dan
bertindak dengan pertimbangan diri sendiri dan orang lain.25 Melalui
kemandirian seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat
berkembang lebih mantap.
Adanya pendidikan bertujuan untuk menjaga kelangsungan kehidupan
sosial dalam bermasyarakat. Tujuan pendidikan dalam artian ini pendidikan
bertujuan untuk membawa, mendidik dan membesarkan anak-anak remaja
sedemikian rupa sehingga pendidikan menjadi sarana persiapan untuk
pengembangan kompetensi sebagai orang dewasa sebagaimana dituntutkan
dalam masyarakat26.
Sedangkan menurut UU RI no.20 tahun 2003 Pendidikan bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
24 Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018).
hlm.106 25Ibid., 26 Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta
:Grasindo, 2007)hlm. 67
23
beriman dan takwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu , cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.27
Berdasarkan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi dan
informasi Tujuan pendidikan telah muncul istilah Universal Oriented,
artinya membangun orientasi universal (membangun persaudaraan
internasional). Karena dalam hal ini, fungsi pendidikan promoting social
mobility, sebenarnya berhubungan dengan membangun persaudaraan
inernasional tersebut
4. Jenis pendidikan anak
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya mendapatkan
pendidikan yang layak. Dan orang tua yang memiliki pengalaman dalam
pendidikan tinggi dapat memberikan pendidikan yang terbaik untuk
anaknya. Negara Indonesia telah mengklasifikasikan pendidikan meliputi:
pendidikan Informal, formal dan pendidikan non formal.
a. Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah proses belajar sepanjang hayat yang terjadi
pada setiap individu dalam memperoleh nilai-nilai, sikap, keterampilan
dan pengetahuan melalui pengalaman sehari-hari.28 Pada umumnya
tidak teratur dan tidak sietematis, sejak seorang lahir sampai mati.
Seperti pendidikan keluarga, yaitu pendidikan pertama dan utama bagi
setiap manusia. Waktu seseorang lebih banyak di rumah dibandingkan
di tempat-tempat lain. Contoh pendidikan Informal adalah di
lingkungan keluarga. Menurut kartono dan dikutip oleh Tatang S.,M.Si
menyampaikan bahwa orang tua merupakan orang pertama dan utama
yang mampu, serta berhak menolong keturunannya dan mendidik
anaknya. Semua anak dilahirkan dengan membawa bakat tertentu.29
27 Muslim Ashori, Ahmad Riyad , Arinati, Pendidikan Karakter Wirausaha (Jakarta,
Gramedia:2008), hlm.2 28Saleh Marzuki, Pendidikan Non Formal, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2012), hlm.137 29 Wahyudin, A to Z Anak Kreatif (Jakarta :GEMA INSANI, 2007), hlm.21
24
Sehingga dengan pendidikan dan pengalamannya, bakat tersebut dapat
berkembang . Semua itu dapat terwujud jika peran orangtua ikut
mensuport. .Peran orang tua dalam mendidik anak, sangat penting
karena dapat menciptakan ikatan emosional dengan anak, menciptakan
suasana aman di rumah sehingga orangtua dan rumah merupakan
tempat kembali, menjadi model bagi anak, dan menciptakan jaringan
komunikasi diantara anggota keluarga.30
b. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah proses belajar yang terjadi secara hirarkis,
teratur dan berjenjang, termasuk studi akademik secara umum, beragam
program lembaga pendidikan dengan waktu penuh, pelatihan teknis dan
professional.31 Pendidikan formal ini ada pada Lingkungan
sekolah.Lingkungan pendidikan sekolah merupakan lembaga yang
telah di sediakan oleh pemerintah untuk mengembangkan pengetahuan
dan potensi yang dimiliki seseorang jenjang pendidikan disini dimulai
dari Taman kanak-kanak (TK) , Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan
Perguruan Tinggi / Universitas.
Pendidikan formal memiliki fungsi dan tujuan tertentu sesuai dengan
jenjangnya masing-masing. Melalui pendidikan formal anak dididik
mampu untuk mengoptimalkan kemampuan dirinya. Pendidikan formal
lebih dikenal dengan pendidikan sekolah karena pada dasarnya
dilakukan di sekolah. Masing-masing sekolah tentu berbeda dalam
mendidik siswanya. Dalam hal ini anak yang bersekolah di sekolah
yang berbeda tentu memiliki pola pikir maupun perilaku yang berbeda
pula. Dengan demikian sekolah atau pendidikan formal sangat
berpengaruh terhadap pola pikir, kecerdasan, perilaku dan masa depan
anak pada masa yang akan datang .
c. Pendidikan Non Formal
30Tatang S., Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia,2012), hlm.85 31 Ibid, hlm. 137
25
Pendidikan non formal adalah proses belajar yang terjadi secara
terorganisasikan di luar sistem persekolahan atau sekolah formal untuk
melayani anak didik tertentu dan belajarnya tertentu pula.32 Pendidikan
Non Formal ini bisa didapatkan dari Lingkungan
Masyarakat.Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan pelengkap
kedua dari pendidikan yang diberikan orang tua. Masyarakat
melengkapi yang tidak ada di sekolah karena sekolah hanya mencetak
manusia yang berkepribadian cerdas dan juga dapat menjadi motivator.
Sedangkan masyarakatlah yang memiliki sumber daya yang
memungkinkan untuk mengembangkan inovasi. Melalui pendidikan
non formal anak diharapkan dapat tumbuh suatu semangat yang tinggi
untuk membangun masyarakat sebagai suatu kontribusi sebagai
pembangun bangsa pada umumnya.
C. Pengusaha Warung Tegal (Warteg)
1. Pengertian Pengusaha Warteg
Warung Tegal atau disebut juga (Warung Tegal Bahari)
adalah salah satu jenis usaha gastronomi yang menyediakan makanan
dan minuman dengan harga terjangkau. Biasa juga disingkat Warteg,
nama ini seolah sudah menjadi istilah generik untuk warung makan kelas
menengah ke bawah di pinggir jalan, baik yang berada di
kota Tegal maupun di tempat lain, baik yang dikelola oleh orang asal
Tegal maupun dari daerah lain.
Warteg adalah salah satu jenis usaha yang dimiliki oleh orang
Tegal yang merantau di Jakarta ataupun daerah rantau lainnya.Jenis
usahanya berupa Warung yang menyediakan makanan dan minuman
dengan harga yang terjangkau untuk masyarakat yang ada di Jakarta dan
sekitarnya. Seiring berkembangnya zaman, warteg juga mulai
berkembang pesat di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Seperti halnya
32 Ibid., hlm..
26
warteg yang ada di Jakarta, yang dulu hanya sederhana sekarang mulai
berkembang yaitu dengan munculnya komunitas WKB (Warteg
Kharisma Bahari) ada juga warteg kekinian dan juga Warteg Hitz. Untuk
usaha warteg yang berkembang di kelurahan Cipete utara adalah jenis
warteg WKB walaupun masih ada sedikit yang menggunakan nama
warteg dengan nama pengusahanya sendiri seperti ‘’Warung Tegal Ayu
Jaya’’ yang ada di Jl.Kirai Rt 06 Rw 01.
2. Sejarah Pengusaha Warteg
Warung Tegal atau yang akrab dikenal dengan warteg muncul
di Jakarta pada tahun 1950. Pada tahun 1950 inilah pembangunan
besar-besaran di Jakarta oleh Soekarno. Pada saat itu terjadi
Fenomena perpindahan ibu Kota Indonesia dari Yogyakarta ke
Jakarta. Pada saat itu banyak masalah dan bentrok. Sehingga terjadi
urbanisasi, orang-orang jawa tengah ini pindah ke Jakarta karena
banyak pembangunan di Kebayoran Baru.” kata sejarawan, JJ Rizal
ketika dihubungi kompas travel, kamis (25/10/2018).33
Masyarakat dari dua desa di Kabupaten Tegal dan satu desa di
Kota Tegal yaitu warga desa Sidapurna, Sidakaton Kecamatan
Dukuhturi Kabupaten Tegal & Krandon. Mereka mengelola warung
tegal secara bergiliran (antar keluarga dalam satu ikatan family) setiap
3 s/d 4 bulan. Yang tidak mendapat giliran mengelola warung biasanya
bertani di kampung halamannya. Pengelola warung tegal
di Jakarta yang asli orang Tegal biasanya tergabung dalam Koperasi
Warung Tegal, yang populer dengan singkatan Kowarteg. Kowarteg
hingga saat ini masih diketuai oleh Sastoro.34
Seiring perkembangan zaman, Warteg Kharisma Bahari yang biasa
disingkat WKB didirikan Sayudi pada tahun 2000. Bagi Sayudi yang
33 Dikutip dari https://travel.kompas.com/read/2018/10/25/190925127/sejarah-munculnya-
warteg-di-jakarta-ternyata-ada-sejak-tahun-1950 34 Dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Warung_tegal, tanggal 7 Februari 2019 pukul 22.03
27
hanya lulusan sekolah dasar, sebenarnya sudah sejak 1997 ia
menggeluti bisnis warteg. Namun, barulah tiga tahun kemudian, ia
tertarik mengembangkan jaringan agar menjadi identitas warteg yang
diingat pelanggan. Telah berkembang brand baru yang mewarnai
design warteg yaitu dengan nama Warteg Kharisma Bahari (WKB).35
Nama “Kharisma” dilatarbelakangi kondisi saat Sayudi ingin
menyewa tempat, banyak pemilik bangunan yang memilih untuk tidak
menyewakannya bagi pebisnis warteg. Hal ini karena citra warteg
yang dipandang kumuh. Maka, Sayudi pun ingin mengubah citra
warteg agar bisa lebih berkharisma sehingga bisa lebih mudah
mendapatkan akses ke penyewaan lokasi yang strategis. Adapun nama
“Bahari” merupakan slogan Kota Tegal. “Standar warung kami adalah
10x4 m2. Saat ini jumlah WKB sudah mencapai 260 dan sudah
tersebar di daerah Jabodetabek. Jargon WKB adalah ‘Kami siap me-
warteg-kan Jabodetabek’,” ujar pria kelairan 21 Juli 1973 itu.Sejauh
ini, warteg milik Sayudi ada 10 dan ada 250 warteg milik franchisee.
“Saya menerapkan sistem jual-putus. Jadi, selanjutnya tidak akan ada
royalti apa pun dari franchisee kepada internal WKB,” katanya.
Selain WKB, Sayudi juga memiliki satu merek lain bernama warteg
Mamoka Bahari. Saat ini, Mamoka sudah memiliki 23 cabang, antara
lain di daerah Fatmawati, tersebar di Depok, Jakarta Timur, dan Bekasi
yang seluruhnya dimiliki franchisee. Konsep yang ditawarkannya
berbeda. Misalnya, di Mamoka, setiap Jumat ditawarkan paket makan
sepuasnya dengan harga Rp 10 ribu, dari pukul 11 hingga 14 siang.
Khusus ojek online juga akan ada potongan Rp 2 ribu.
Jenis-jenis Warteg dilihat dari sudut perkotaan terbagi menjadi 3
macam, antara lain
1. Warteg Kecil
35 https://swa.co.id/swa/trends/technology/warung-tegal-kharisma-bahari-kelola-260-jaringan-warteg-di-jabodetabek
28
Adalah Warteg yang dari segi ukuran masih ukuran kecil
mulai dari 2-3 Meter. Warteg ini biasanya masih dikelola
sendiri dan untuk penamaan warteg biasanya menggunakan
pemilik itu sendiri atau nama keluarga, seperti contoh yang
peneliti kunjung yaitu Warteg Bagus. Nama Bagus ini anak
pemilik warteg tersebut.
2. Warteg Sedang
Adalah warteg yang dari segi ukuran ada di ukuran 4-5
Meter. Warteg seperti ini biasanya sudah tergabung dengan
komunitas WKB atau yang sering kita lihat Warteg
Kharisma Bahari. Warteg seperti ini, bagian dari Resolusi
warteg yang design sudah seperti Restoran. Bersih Terang
dan nyaman.
3. Warteg Besar
Adalah warteg yang memiliki ukuran 6- > Meter, warteg ini
biasanya ada yang memiliki 2 tempat makan yang
bersampingan, jadi warteg ini mempunya tempat khusus
selain pengunjung datang mau makan mereka juga bisa
mengadakan semacam Rapat atau pertemuan. Warteg ini
adalah warteg yang dimiliki Owner WKB. Beliau juga punya
Kantor.
D. Penelitian yang Relevan
Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis menemukan
penelitian sebelumnya yang sejenis dengan penilitian penulis diantaranya:
1. Peranan Keluarga dalam Pendidikan anak (Studi kasus Masyarakat
Nelayan di desa Tasikagung Kecamatan Rembang Kabupaten
Rembang), Heni Mulya Irwana, 2011 yang menghasilkan penelitian
yaitu Peranan keluarga nelayan dalam pendidikan anak adalah tinggi
sebesar 76,14% . Peranan keluarga sangat berpengaruh terhadap
29
pendidikan anak untuk kelancaran pendidikannya dan keberhasilan
anak di masa yang akan datang.36
2. Aspirasi orang tua terhadap pendidikan Anak (Studi kasus di keluarga
Nelayan Pantaisari Pajang Wetan Kecamatan Pekalongan Utara
Kabupaten Pekalongan, Nadia Fajar Setyawati, 2015 yang
mnghasilkan penelitian bahwa Aspirasi orangtua terhadap pendidikan
anak adalah orangtua mempunyai aspirasi atau harapan yang tinggi
terhadap pendidikan formal untuk anak yaitu bisa melanjutkan ke
pendidikan yang lebih tinggi, mrndapatkan pekerjaan yang baik dan
dapat membantu orangtua.37
3. Peran orangtua terhadap pendidikan anak (Studi Empiris Pada
Komunitas Pedagang Kaki Lima di Alun-alun kaliwungu Kecamatan
Kendal Kabupaten Kendal) , Muhammad Ari Akbar, 2015 yang
menghasilkan penelitian bahwa Peran orang tua yang bekerja sebagai
pedagang kaki lima di Alun-Alun Kaliwungu Kabupaten Kendal
terhadap pendidikan anak sebagian besar adalah cukup rendah. Hal ini
dikarenakan kurang aktifnya orang tua dalam pemberian dukungan dan
pemilihan jenis pendidikan untuk anak.
Tabel 2.2
Penelitian Relevan
N
o
Nama
Penelitian
Tahun
Judul
Perbedaan
Dengan
Penelitian
Persamaan
Dengan
Penelitian
1
Heni
Mulya
Irwana
2011
Peranan
Keluarga
dalam
Penelitian ini
mengenai
seberapa besar
peran orang tua
Membahas
mengenai
peran orangtua
36 Heni Mulya Irawan, “Peranan keluarga dalam pendidikan Anak”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Semarang, 2011). 37 Nadia Fajar Setyawati, “Aspirasi Orangtua terhadap Pendidikan Anak”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, 2015).
30
Pendidikan
anak
terhadap
pendidikan anak
Sedangkan
peneliti
mengkaji
mengenai Peran
orangtua
terhadap
pendidikan
Anak
.
dalam
Pendidikan
anak
2. Nadia
Fajar
Setyawati
2015 Aspirasi
orang tua
terhadap
pendidikan
Anak
Penelitian ini
mengenai
Aspirasi /
harapan
orangtua
terhadap
pendidikan anak
Sedangkan
peneliti
mengkaji
mengenai Peran
orangtua
terhadap
pendidikan
Anak
Membahas
mengenai
peran orangtua
dalam
Pendidikan
anak
3. Muhamad
Ari Akbar
2015 Peran
orangtua
terhadap
pendidikan
anak
Penelitian ini
mengenai peran
orangtua
terhadap
pendidikan anak
dan dampak
untuk
keberhasilan
anak
Sedangkan
peneliti
mengkaji
mengenai Peran
Membahas
mengenai
peran orangtua
dalam
Pendidikan
anak
31
orangtua
terhadap
pendidikan
Anak
E. Kerangka Berfikir
Anak adalah karunia Tuhan yang sangat berharga. Mereka
membutuhkan bimbingan, arahan, perhatian dan kasih sayang dari
orangtua. Oleh karena itu orangtua sangat bertanggung jawab terhadap
masa depan untuk anak. Terutama pendidikan anak. Orangtua yang
berprofesi sebagai pengusaha warteg memiliki kesibukan yang
bervariasi sehingga, anak kurang mendapatkan perhatian dari
orangtuanya. kesibukan pengusaha wartwg antara lain: Belanja bahan
Pokok yang Higienis dan Efisien, Penyiapan tempat peralatan,
Manajemen Waktu Operasional, Produksi makanan, Pengecekan
Kualitas makanan,Pelayanan terhadap Pelanggan ,Promosi dan
Pemasaran.Orangtua berperan tidak hanya betanggungjawab menafkahi
anak saja, peran orangtua sangat bervariasi antara lain: Pemilihan
Pendidikan Anak, Cara Orang tua mendidik, Suasana Rumah, Hubungan
orang tua dan anak, Penyediaan fasilitas belajar serta Mendorong anak
untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi untuk lebih jelas penulis
akan menggambarkan kerangka pemikiran yang akan digunakan dalam
penelitian. Adapun kerangka pemikiran ditunjukkan pada Gambar 2.1
32
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Pengusaha
warteg
Warteg
Besar
Warteg
Kecil Warteg
Sedang
Peran Orang tua terhadap pendidikan Anak
Hubungan Sosial Orang tua dan Anak
Pandangan aspirasi Orang tua terhadap Pendidikan
Anak
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dilakukannya suatu penelitian oleh
peneliti. Waktu penelitian adalah waktu yang dibutuhkan oleh peneliti
dalam suatu penelitian. Adapun penelitian ini akan dilakukan pada keluarga
yang bekerja sebagai pengusaha Warteg di kelurahan Cipete Utara,
kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Penelitian ini telah
dilaksanakan mulai 18 februari 2019 – 10 Februari 2020.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang
mencari makna, pemahaman, pengetian tentang suatu fenomena dengan
terlibat atau tidak terlibat secara langsung dalam setting yang diteliti.1
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui peran orangtua pengusaha
Warteg terhadap pendidikan anak.
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif.
Peneliti menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan situasi apa
adanya mengenai fenomena dari hasil temuan di lapangan. Data yang akan
dikumpukan lebih banyak berupa pendeskripsian menggunakan kata-kata
atau gambar, bukan berupa data statistik atau angka.
C. Sumber Data Penelitian
1.Sumber Data
1 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Prenadamedia, 2014), h. 328.
34
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
objek penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari hasil wawancara kepada orangtua yang berprofesi sebagai
pengusaha Warteg yang ditemui langsung oleh peneliti di lapangan. Data
primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan
secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang
dapat dipercaya. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-
dokumen grafis (tabel, catatan), foto-foto, vidieo dan lain-lain yang dapat
memperkaya data primer.2
2.Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling
secara internal ( internal sampling). Internal sampling yaitu penelitian ini
akan mengambil sampel terkait dengan apa yang diteliti, dengan siapa
akan melakukan wawancara, kapan dan berapa lama pengamatan akan
dilakukan, dan berapa banyak data yang dikumpulkan.3pada penelitian ini
peneliti akan mengambil 9 sampel, masing-masing 3 pengusaha warteg
mewakili Warteg kecil, 3 pengusaha warteg sedang dan 3 pengusaha
warteg besar yang ada di kelurahan Cipete Utara, kecamatan Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan.
D.Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif instrumen dalam penelitan adalah peneliti itu
sendiri.4 Namun setelah fokus penelitian sudah menjadi lebih jelas, maka
akan dikembangkan menjadi instrumen penelitian sederhana, yang dapat
menambah dan melengkapi informasi yang dibutuhkan melalui observasi
2 Suharsini Arikunto, Prosesdur penelitian, suatu pendekatan dan praktik,( Jakarta: Rineka Cipta,
2013), hlm.22 3 Ibid, hlm.24 4 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 59.
35
dan wawancara. Peneliti akan langsung ke lapangan untuk melakukan
pengumpulan data dan membuat kesimpulan.
E.Teknik Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diambil melalui 2 teknik
pengumpulan data:
1. Observasi
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
partisipasi. Dimana peneliti ikut terlibat dengan kegiatan orang-orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa
yang dikerjakan oleh sumber data.5
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif
adalah melengkapi observasi tersebut menggunakan instrumen.
Instrumen tersebut berisi format yang disusun mengenai kejadian atau
tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.6
Observasi yang dilakukan peneliti untuk mengetahui secara
langsung bagaimana peran orang tua yang berprofesi sebagai
pengusaha warteg terhadap pendidikan anak. Peneliti akan melakukan
observasi dengan mengamati dan melakukan wawancara pada orangtua
mengenai perannya dalam bidang pendidikan terhadap anak, kegiatan
yang dilakukan pengusaha saat di Warteg. Berikut data warteg yang
ada di cipete utara yang digambarkan dalam Table 3.1
Tabel 3.1
Pedoman Observasi pada pengusaha Warteg
No Aspek yang diamati Deskripsi
1. Pendidikan
5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2015), h.
227. 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), hlm. 229.
36
a. Pendidikan Orangtua
-Pemilihan Sekolah untuk
Anak
-Kebijakan Orangtua
memilihkan Sekolah Negeri/
Swasta
b. Pendidikan Anak
-Pendidikan Formal
-Pendidikan Non Formal
(Penunjang)
2. Bimbingan
- Pengawasan Orangtua
- Menanyakan Tugas dari
Sekolah
3. Motivator
- Menasehati Anak
- Disiplin Belajar
4. Ekspektasi Orangtua untuk anak
- Melanjutkan Pendidikan di
Perguruan Tinggi
- Melanjutkan Bisnis Orangtua
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses interaksi antara pewawancara
dengan sumber informasi melalui komunikasi secara langsung. Wawancara
yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terencana-
terstruktur, yaitu peneliti menyusun rencana secara terperinci dan
sistematis. Dalam hal ini pewawancara hanya membacakan pertanyaan
yang telah disusun dan kemudian akan mencatat jawaban yang diperoleh
37
dari narasumber.7 Wawancara terstruktur digunakan karena informasi yang
ingin didapatkan sudah pasti. Proses wawancara terstruktur dilakukan
dengan menggunakan instrumen pedoman wawancara tertulis yang berisi
pertanyaan yang akan ditanyakan kepada informan. Pewawancara masih
memiliki kebebasan tertentu untuk mengajukan pertanyaan.8
Wawancara dalam penelitian ini akan dilakukan kepada orangtua yang
memiliki usaha Warteg. Jumlah pengusaha Warteg yang akan
diwawancarai adalah 9 orang. Namun apabila dari 9 orang tersebut ada hal
yang belum terjawab, maka narasumber dapat ditambah lagi. Wawancara
akan dilakukan satu kali setiap orangtua ada di Warteg, namun apabila
informasi yang dibutuhkan masih kurang, maka dapat dilakukan
wawancara lagi dengan pengusaha Warteg yang sama. Adapun pedoman
wawancara sebagai berikut:
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara
No Jenis data yang
dikumpulkan
Pertanyaan
1. Latar belakang orangtua
a. Pendidikan
orangtua
b. Umur
c. Jumlah tanggungan
Anak
d. Pendapatan
Apa pendidikan formal
terakhir bapak ?
Apa pendidikan formal
terakhir Ibu?
Berapa umur bapak
sekarang ?
Sudah berapa usia
perkawinan bapak?
Berapa jumlah anggota
keluarga (keluarga inti)
bapak?
7 Ibid., hlm.376-377. 8 Imam Gunawan, Metode Pnelitian Kualitatif : Teori dan Praktik (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),
hlm. 162.
38
Berapa jumlah anak
bapak?
Berapa lama bapak
menjalankan bisnis
WARTEG?
Berapa penghasilan bisnis
WARTEG setiap bulan?
2. Peran Orangtua
a. Pemilihan
pendidikan untuk
anak
b. Membimbing dan
membantu dalam
belajar
c. Suport Orangtua
untuk anak
d. Menciptakan
suasana Rumah
e. Penyediaan
fasilitas belajar
Menurut bapak
pentingkah pendidikan
untuk anak-anak?
Apakah bapak yang
memilih sekolah untuk
pendidikan anak?
Menurut bapak apakah
sekolah apakah swasta
berbeda dengan sekolah
negeri?
Sekolah Swasta\ Negeri
yang bapak pilih untuk
pendidikan anak ?
Bagaimana sikap bapak
apabila anak mengikuti
kegiatan ekstrakulikuler di
sekolah ?
Apabila anak mengalami
kesulitan dalam
mengerjakan tugas,
apakah bapak mau
membantu ?
39
Apakah bapak
menanyakan adakah
kesulitan belajar yang
anak hadapi saat belajar ?
Berapa jam bapak\ibu
mendampingi dan
membimbing anak dalam
belajar ?
Apakah bapak/ibu
menganjurkan anak untuk
mencatat dan menempel
jadwal pelajaran di tempat
belajar?
Apakah bapak/ibu
mengikutsertakan anak
untuk les tambahan/les
privat ?
Apakah bapak/ibu
menemani anak saat
belajar ?
Apakah bapak/ibu
menyarankan anak untuk
istirahat jika anak lelah
belajar ?
Apakah bapak/ibu
memberi hukuman saat
anak tidak mau belajar ?
Apakah bapak/ibu
membangunkan anak
apabila anak terlambat
bangun pagi ?
40
Apakah bapak/ibu
maengambil rapor tiap
akhir semester?
Apakah bapak/ibu hadir
dalam rapat atau
pertemuan sekolah ?
Apabila hasil ulangan
anak bagus, bagaimana
sikap bapak/ibu ?
Apabila hasil ualangan
anak buruk, bagaimana
sikap bapak/ibu ?
Apakah bapak/ibu selalu
menanyakan nilai rapor
setiap akhir semester?
Berapa orang yang tinggal
dalam satu rumah ?
Apakah suasana rumah
sering terjadi
pertengkaran/percekcokan
?
Apakah rumah sering
digunakan untuk berbagai
keperluan ?
Apakah bapak/ibu
menyediakan tempat
khusus untuk belajar anak
di rumah ?
Bagaimana sikap
bapak/ibu jika anak minta
dibelikan buku sekolah ?
41
Bagaiman sikap bapak/ibu
jika anak minta uang saku
setiap akan berangkat
sekolah ?
Bagaimana tanggapan
bapak/ibu apabila anak
memberitahu sudah
saatnya membayar uang
sekolah ?
Apakah kebutuhan
sekolah anak bapak/ibu
penuhi ?
3. Ekspektasi orangtua dalam
pendidikan anak
a. Dorongan
Melanjutkan hingga
Pendidikan Perguruan
Tinggi
b. Pendidikan Anak
Apakah harapan
bapak/ibu setelah anak
lulus dari sekolah?
Apa tujuan bapak/ibu
menyekolahkan anak ?
Apakah bapak/ibu
akan menyekolahkan
anak sampai lulus
perguruan tinggi ?
Apakah bapak/ibu
setuju bahwa
mengenyam
pendidikan yang
tinggi akan
menjadikan anak
memiliki kehidupan
yang lebih baik ?
42
Pendidikan anak
bapak/ibu
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan atau karya sesorang mengenai
sesutau yang sudah berlalu. Dokumentasi mengenai orang atau sekelompok
orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi sosial dan terkait dengan
fokus penelitian.9 Dalam penelitian ini dokumentasinya berupa
pengumpulan foto saat wawancara, foto copy KTP / kartu keluarga pemilik
Warteg di Cipete Utara. Berikut ini Tabel 3.3
Tabel 3.3
Pedoman Dokumentasi
No Nama Pemilik Warteg Nama Warteg Kategori
Warteg
1. Bapak Ansori Warteg Bagus Barokah
Warteg Kecil 2. Ibu Sri Mutmainah Warteg Sederhana
3. Ibu Yuli Arba’atin Warteg Barokah
4. Ibu Nur Hayati Warteg Kharisma Bahari
Warteg Sedang 5. Ibu Nur Aenah Warteg Mamoka Bahari
6. Ibu Lingga Warteg Kharisma Bahari
7 Bapak Sayudi Warteg Kharisma Bahari
Warteg Besar 8. Bapak Abdul Somad Warteg Purnama Bahari
9. Bapak Dede Sulaiman Warteg Kharisma Bahari
F.Pemeriksaan Keabsahan Data
9 A. Muri Yusuf, op. cit., hlm. 391.
43
Data yang sudah terkumpul meupakan modal awal dalam peneliti, dari
data yang terkumpul akan dilakukan analisis untuk memeriksa keabsahan
data. Data yang salah akan menghasilkan penarikan kesimpulan yang salah
pula, demikian sebaliknya, data yang sah akan menghasilkan kesimpulan
yang benar. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik
pemeriksaan yaitu triangulasi. Menurut Denzin yang dikutip Suharsimi
Arikunto terdapat empat macam triangulasi yaitu:10
1. Triangulasi sumber
Triangulasis sumber adalah menggali kebenaran informasi yang telah
diperoleh melalui berbagai sumber. Dalam triangulasi yang terpenting
adalah mengetahui alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut.
Triangulasi sumber berarti membandingkan (mengecek ulang)
informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Triangulasi
sumber dapat dilakukan dengan (1) membandingkan hasil pengamatan
dengan hasil wawancara, (2) membadingkan apa yang dikatakan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan hasil
wawancara dengan dokumen yang ada.
2. Triangulasi metode
Triangulasi metode adalah usaha mengecek keabsahan data atau
mengecek keabsahan temuan peneliti. Triangulasi metode dapat
dilakukan dengan dua strategi yaitu: (1) pengecekan derajat
kepercayaan terhadap hasil penelitian dengan beberapa teknik
pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan terhadap
sumber data dengan metode yang sama.
Sebagaimana kita ketahui dalam penelitian kualitatif peneliti
menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumnetasi. Untuk
mendapatkan kebenaran informasi peneliti dapat menggunakan metode
wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Selain itu peneliti bahkan
dapat menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek
10 Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Media), hlm.216-222
44
kebenarannya. Melalui berbagai perspektif diharapkan akan diperoleh
hasil yang mendekati kebenaran.
3. Triangulasi peneliti
Triangulasi peneliti adalah menggunakan lebih dari satu peneliti
dalam mengadakan observasi atau wawancara. Karena sebagai makhluk
individu, setiap peneliti memiliki gaya, sikap dan perspektif yang
berbeda dalam mengamati suatu fenomena. Triangulasi dengan
menggunakan pengamatan peneliti yang lainnya akan membantu
terjadinya penyimpangan dalam pengumpulan data. Akan tetapi,
peneliti lainnya harus orang yang bebas dari konflik kepentingan agar
tidak merugikan peneliti.
4. Triangulasi Teoritik
Triangulasi teoritik berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu
tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih
teori. Triangulasi teoritik memanfaatkan dua teori atau lebih untuk
dipadukan dengan hasil penelititan. Hasil akhir penelitian berupa
rumusan informasi yang selanjutnya dibandingkan dengan perspektif
teori yang relevan untuk menghindari bias terhadap hasil penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Sugiyono berpendapat bahwa analisis data adalah data diperoleh dari
berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang
bermacam-macam (tringulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai
datanya jenuh.11 Proses analisis data dalam penelitian ini antara lain sebagai
berikut:12
1. Reduksi data dilakukan dengan merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
11 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hlm. 243 12 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 92-99
45
polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian data dilakukan dengan menggunakan teks naratif yang
menceritakan secara panjang lebar temuan dalam penelitian.13 Namun
dapat juga disajikan dalam bentuk bentuk gambar, bagan, tabel.
Melalui data tersebut, maka data akan terorganisasikan, tersusun dalam
pola hubungan, sehingga semakin mudah untuk dipahami.
3. Menyimpulkan data dan verifikasi, dalam analisis data kualitatif
penarikan kesimpulan harus berdasarkan data-data yang telah
diperoleh. Kesimpulan ini dapat dibuktikan dengan menafsirkan
berdasarkan kategori Warteg yang ada sehingga dapat diketahui peran
orang tua terhadap anak.
13 Pedoman Penulisan Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hlm. 71
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Gambaran umum kelurahan Cipete Utara kecamatan Kebayoran
Baru
Cipete utara adalah kelurahan di kecamatan Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Indonesia. Kelirahan ini memiliki kode pos
12150 dengan kode wilayah 31.71.060.002. Kelurahan ini memiliki
penduduk sebesar 25.000 jiwa dan luas 182, 60 hektare. Secara
tradisional, kelurahan ini dipenuhi masyarakat dengan berkebudayaan
Betawi. Namun seiring laju perkembangan Kota Metropolitan Jakarta,
saat ini para migran dari berbagai daerah di Indonesia. Sebagai contoh
orang-orang yang berasal dari Tegal, mereka datang untuk mengais
rezeki dengan membuka usaha Warung Tegal atau yang lebih popular
dengan sebutan Warteg. Adapun Peta Kelurahan Cipete Utara,
Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta pada
Gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1 Peta Kelurahan Cipete Utara
47
Tabel 4.1 Demografi Kelurahan Cipete Utara
Kelurahan Cipete Utara memiliki sejumlah jalan, di antaranya adalah Jalan
Fatmawati Raya, Jalan Darmawangsa IX, X, XIII, XIV, XV, XVI, XVII, Jalan
Prapanca, Jalan Taman Brawijaya Raya, I, II, III, IV; Jalan Brawijaya III, Jalan
Kirai, I, II; Jalan Damai Raya,Jalan Haji Jian, I, II; Jalan Sawo I, II, II; Jalan Haji
Awal; Jalan Haji Saaba; Jalan Haji Naim I, II; Jalan Nangka, I, II, III, IV, V; Jalan
Saidi I, II; Jalan Saraswati Ujung; Jalan Cempedak I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII,
IX; Jalan Haji Entin; Jalan Haji Tholib, Jalan Abdul Madjid, Jalan Pelita Abdul
Madjid dan Jalan Pangeran Antasari.59
2.Gambaran Umum Warteg di kelurahan Cipete Utara, Kebayoran Baru
Usaha Warteg yang ada di Ibu kota berekembang begitu pesat sehingga
menjadikan semangat masyarakat daerah untuk membangun usaha warung makan
salah satunya adalah Masyarakat Tegal yang merantau di Jakarta. Sebagian dari
mereka mengembangkan bisnis usaha yang tidak asing lagi dikalangan masyarakat
kota dengan istilah Warteg. Perekambangan warteg di kelurahan Cipete Utara
hampir tersebar di berbagai sudut jalan yang ada di kelurahan Cipete Utara. Hal ini
akan di gambarkan pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 DATA WARTEG DI KELURAHAN CIPETE UTARA
No. Nama WARTEG Nama Pemilik Alamat
1. Warteg Kharisma Bahari (WKB) Ibu Nur Hayati Jl.Nangka IV no.10
2. Warteg Kharisma Bahari (WKB) Ibu Lingga Jl.Damai IV
3. Warteg Kharisma Bahari (WKB) Ibu Nur Laela Jl.Damai IV
4. Warteg Kharisma Bahari (WKB) Bapak Sayudi Jl.Damai Raya
59 Dikutip https://id.wikipedia.org/wiki/Cipete_Utara,_Kebayoran_Baru,_Jakarta_Selatan, 20
Februari 2020 pukul 22:27
Kelurahan Cipete Utara
Negara Indonesia
Provinsi Jakarta
Kota Jakarta Sealatan
Kecamatan Kebayoran Baru
Kode Pos 12150
Luas 182,60 hektare
Jumlah Penduduk 25.000
Kepadatan 126.50
48
5. Warteg Kharisma Bahari (WKB) Ibu Sumriyah Jl.Damai Raya
6. Warteg Kharisma Bahari (WKB) Ibu Ica Jl.Darmawangsa XI
7. Warteg Kharisma Bahari (WKB) Ibu Susyanti Jl.H.Jian 07/03
8. Warteg Jaya Bahari Ibu Wiwi Jl.Abdul Majid
9. Warteg Mamoka Bahari Ibu Nur Aenah Jl.Abdul Majid Raya
10. Warteg Bagus Barokah Bapak Ansori Jl.Kirai
11. Warteg Purnama Bahari Ibu abdul Somad Jl.Kirai
12. Warteg Ayu Jaya Ibu Ayu Jl.Kirai
13. Warteg Selera Bapak Solihan Jl.Kirai
14. Warteg Selera Bapak Slamet Jl.H.Jian
15. Warteg Sederhana Ibu Sri Mutmainah Jl.H.Jian
16. Warteg Benjaya Bapak Abdul Kholik Jl.H.Jian
17. Warteg Yoga Ibu Taswiah Jl.H.Jian
18. Warteg Umi Ibu Umi Jl.H.Jian
19. Warteg Bahari Ibu Yuli Arba’atin Jl.Damai 3A
20. Warteg Tegal Selebritis Bapak Asmuni Jl.Damai Raya
21. Warteg Selaras Bahari Bapak Narto Jl.Nangka
22. Warteg Resvina Ibu Muslikha Jl.Raya Fatmawati
23. Warteg Cipta Rasa Ibu Susi Jl.Raya Fatmawati
24. Warteg Kharisma Bahari Bapak Dede
Sulaiman
Jl.Raya Fatmawati
3.Gambaran Subjek Penelitian Warteg di kelurahan Cipete Utara
Subjek penelitian ini terdiri dari 9 orang pengusaha Warteg Warteg yang
terdiri dari 3 kategori yaitu : Warteg Kecil, sedang dan besar. Masing-masing
diwakilkan 3 pengusaha Warteg kategori Kecil, 3 pengusaha warteg kategori
sedang dan 3 pengusaha Warteg kategori Besara. Warteg Kecil, dalam penelitian
ini terdapat 3 kategori warteg kecil, yaitu:
1. Nama Informan : Ansori
Nama WARTEG : Warteg Bagus Barokah
Alamat WARTEG : Jl. Damai, Cipete Utara
2. Nama Informan : Sri Mutmainah
Nama WARTEG : Warteg Sederhana
Alamat WARTEG : Jl.H.Jian I, Cipete Utara
3. Nama Informan : Yuli Arba’atin
49
Nama WARTEG : Warteg Bahari
Alamat WARTEG : Jl. Damai III Cipete Utara
a. Warteg Sedang, dalam penelitian ini terdapat 3 kategori warteg sedang,
yaitu:
1. Nama Informan : Nur Aenah
Nama WARTEG : Warteg Kharisma Bahari
Alamat WARTEG : Jl. Abdul Madjid, Cipete Utara
2. Nama Informan : Nurhayati
Nama WARTEG : Warteg Kharisma Bahari
Alamat WARTEG : Jl. Nangka III , Cipete Utara
3. Nama Informan : Lingga
Nama WARTEG : Warteg Kharisma Bahari
Alamat WARTEG : Jl. Damai Raya, Cipete Utara
b. Warteg Besar, dalam penelitian ini terdapat 3 kategori warteg besar,
yaitu:
1.Nama Informan : Sayudi
Nama WARTEG : Warteg Kharisma Bahari
Alamat WARTEG : Jl. Damai Raya, Cipete Utara
2. Nama Informan : Abdul Somad
Nama WARTEG : Warteg Purnama Bahari
Alamat WARTEG : Jl. Kirai XII
3.Nama Informan : Dede Sulaiman
Nama WARTEG : Warteg Kharisma Bahari
Alamat WARTEG : Jl.Raya Fatmawati Cipete Utara
50
B. Informasi Informan
Informan A adalah ketegori pengusaha Warteg kecil, pengusaha ini
sudah mengelola usahanya selama 15 tahun. Untuk pendidikan formal
pengusaha A mengenyam pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar (SD)
walaupun hanya sampai kelas 4 saja. Pengusaha A memiliki 4 anak dan
dari ke empatnya belum ada yang mengenyam pendidikan hingga ke
tingkat Perguruan Tinggi (PT).
Informan SM adalah ketegori pengusaha Warteg kecil, pengusaha
ini sudah mengelola usahanya selama 12 tahun. Untuk pendidikan formal
pengusaha SM mengenyam pendidikan hingga tingkat Sekolah Pertama
Menengah (SMP). Pengusaha A memiliki 2 anak, untuk anak yang pertama
sedang mengenyam pendidikan ke tingkat Perguruan Tinggi (PT) yaitu di
Universitas Nasional (UNAS), Jurusan Hukum semester 4.
Informan Y adalah ketegori pengusaha Warteg kecil, pengusaha ini
sudah mengelola usahanya selama 6 tahun. Untuk pendidikan formal
pengusaha Y mengenyam pendidikan hingga tingkat Sekolah Pertama
Menengah (SMP). Pengusaha Y memiliki 1 anak, untuk anaknya masih
duduk Taman Kanak-kanak.
Informan N adalah ketegori pengusaha Warteg kecil, pengusaha ini
sudah mengelola usahanya selama 10 tahun. Untuk pendidikan formal
pengusaha N mengenyam pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar (SD).
Pengusaha N memiliki 1 anak dan belum ada yang mengenyam pendidikan
hingga ke tingkat Perguruan Tinggi (PT).
Informan L adalah kategori pengusaha Warteg Sedang, pengusaha
ini sudah mengelola usahanya selama 5 tahun. Untuk pendidikan formal
pengusaha L mengenyam pendidikan hingga tingkat Sekolah Pertama
Menengah (SMP). Pengusaha L memiliki 2 anak, dari keduanya belum ada
yang mengenyam pendidikan ke tingkat Perguruan Tinggi (PT).
51
Informan NH adalah kategori pengusaha Warteg Sedang, pengusaha ini
sudah mengelola usahanya selama 3 tahun. Untuk pendidikan formal
pengusaha NH mengenyam pendidikan hingga tingkat Sekolah Pertama
Menengah (SMP). Pengusaha L memiliki 2 anak, dari keduanya belum ada
yang mengenyam pendidikan ke tingkat Perguruan Tinggi (PT).
Informan NA adalah kategori pengusaha Warteg Sedang, pengusaha
ini sudah mengelola usahanya selama 2 tahun. Untuk pendidikan formal
pengusaha NA mengenyam pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar (SD).
Pengusaha NA memiliki 1 anak, untuk sekarang anak pengusaha NA masih
mengenyam pendidikan di tingkat Sekolah Dasar kelas 2, Insya Allah
anaknya akan di berikan pendidikan hingga ke tingkat Perguruan Tinggi (PT).
Informan S adalah kategori pengusaha Warteg Besar sekaligus
Owner Warteg Kharisma Bahari ( WKB), pengusaha ini sudah mengelola
usahanya selama 23 tahun. Untuk pendidikan formal pengusaha S
mengenyam pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar (SD). Pengusaha ini
memiliki 3 anak, untuk anak pertama sedang mengenyam pendidikan di
Universitas Muhammadiyah Jakarta, mengambil jurusan Manajemen Bisnis.
Informan AS adalah kategori pengusaha Warteg Besar sekaligus
Owner Warteg Kharisma Bahari ( WKB), pengusaha ini sudah mengelola
usahanya selama 20 tahun. Untuk pendidikan formal pengusaha AS
mengenyam pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar (SD). Pengusaha ini
memiliki 3 anak, untuk ke 3 anaknya belum ada yang mengenyam pendidikan
Perguruan Tinggi. Untuk anak yang pertama masih di bangku SMA , setelah
lulus nanti InsyaAllah akan melanjutkan ke Universitas Indonesia atau
Universitas Negeri Jakarta.
Informan DS adalah kategori pengusaha Warteg Besar. pengusaha
ini sudah mengelola usahanya selama 6 tahun. Untuk pendidikan formal
pengusaha DS mengenyam pendidikan hingga tingkat Sekolah Pertama
Menengah (SMP). Pengusaha ini memiliki 2 anak, untuk pendidikan kedua
anaknya belum sampai ke tingkat Perguruan Tinggi. Hanya saja dari
52
sekarang anaknya sudah diarahkan untuk mengenyam pendidikan hingga ke
tingkat Perguruan tinggi.
C. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara mengenai
permasalahan yang telah dirumuskan yaitu, mendeskripsikan peran orang tua
dalam pendidikan anak, hubungan social serta pandangan orangtua pengusaha
warteg terhadap pendidikan anak.
Berdasarkan observasi yang dilakukan, peran orang tua pengusaha
Warteg memiliki peran yang bervariatif . Mereka menyampaikan pendidikian
sangat penting untuk masa depan anak sehingga para pengusaha warteg
memberikan pendidikan yang mereka pilih.ada yang memilih pendidikan anak
di sekolah umum, di pesantren bahkan ada juga yang sudah bias memberikan
pendidikan hingga keperguruan tinggi. Dalam pemilihan pendidikan anak,
masing-masing orangtua memiliki pilahan masing-masing.ada yang
memilihkan anaknya untuk di sekolah Negeri dengan alasan fasilitas sekolah
bagus dan biaya sekolah lebih murah. Ada juga sebagian besar dari orang tua
pengusaha warteg yang memilihkan sekolah swasta .Dengan alasan di sekolah
swasta anak-anak akan mendapatkan pendidikan agama yang lebih banyak
sehingga pondasi agama pada anak akan kokoh. Peran dari pengusaha warteg
ini pun berbeda, ada yang hanya membiayai kebutuhan sekolah, ada juga yang
bisa memberikan fasilitas buku untuk anak serta memberikan dukungan
motivasi belajar anak. Serta ada juga yang sangat memperhatikan hasil belajar
siswa selama di sekolah, menginginkan anaknya harus selalu berprestasi
sehingga anakpun di ikutkan les tambahan untuk menunjng pendidikan di
sekolahnya. Hubungan social para orang tua pengusaha warteg dengan anak.
Kedekatan mereka akan mudah dilihat saat anak mengerjakan Pekerjaan
Rumah (PR). Ada sebagian anak yang biasa mengerjakan tugas sekolah dibantu
oleh orangtuanya. Ada juga sebagian mereka justru dibantu oleh orang lain
dalam hal ini seperti karyawan warteg yang tinggal bersama di warteg. Hal ini
53
terjadi karena orang tua mereka waktunya lebih banyak untuk mengurus
warteg, selain itu karena latar belakang pendidikan mereka yang hanya sampai
mengenyam pendidikan Sekolah Dasar itupun hanya sampai kelas V, sehingga
anaknya bias mengerjakan dengan di temani dan dibantu oleh orang lain.
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan hasil wawancara yang telah
diperoleh. Hasil wawancara ini telah dibuatkan transkrip, kemudian transkrip
tersebut akan direduksi oleh peneliti, kemudian setelah dilakukan reduksi data
maka peneliti akan menyajkan data atau menyimpulkan data. Data yang
disajikan dibuat dalam bentuk poin-poin berdasarkan pertanyaan wawancara.
Setelah itu peneliti membuat kesimpulan secara deskriptif. Setelah membuat
kesimpulan, secara deskriptif peneliti akan menyimpulkan juga apakah
penelitian ini dapat menjawab rumusan masalah atau tidak.
Untuk peran orangtua pengusaha Warteg terhadap pendidikan anak,
dilihat dari 3 kategori, untuk kategori warteg kecil ada satu orangtua yang
berhasil memberikan pendidikan hingga ketingkat Perguruan Tinggi yaitu ibu
SM, sedangkan untuk kategori warteg sedang belum ada yang sampai
memberikan pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi karena anak-anak
baru mengenyam pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah
Menengah Pertama (SMP), selain itu untuk kategori Warteg Besar juga baru
ada satu orang tua yang berhasil memberikan pendidikan hingga ketingkat
Perguruan Tinggi (PT) orangtua tersebut adalah bapak S.
Dari pemaparan di atas dapat kita lihat bahwa pencapaiaan orangtua
untuk memberikan pendidikan hingga ketingkat Perguruan Tinggi dapat
tergantung dari tingkat pendidikan yang sedang dijalani anak, dan kemampuan
dan semangat orangtu adalam memberikan pendidikan.
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil wawancara dari orangtua
pengusaha warteg, yang terdiri dari 9 pengusaha masing-masing 3 kategori
warteg kecil, 3 warteg sedang dan 3 warteg Besar. Pengusaha warteg kecil
terdiri dari A, SM adan YA, sedangkan kategori warteg sedang antara lain:
NA, NH dan L dan untuk kategori Warteg besar yaitu S, AS, DS.
54
1. Peran Orangtua terhadap pendidikan Anak
Pada bagian ini akan dibahas mengenai orangtua pengusaha warteg
berapa lama orangtua menemani anaknya adalam belajar dan seberapa lama
orangtua meluangkan waktu menemani belajar anaknya. Berikut pemaparan
untuk hasil wawancara kepada orangtua pengusaha Warteg .
a. Warteg Kecil
Berikut pemaparan A ketika di wawancara mengenai Pendidikan
anak
“pendidikan itu penting untuk anak karena anak yang akan belajar
berbagai hal di sekolah tersebut. Untuk itu dalam memberikan
pendidikan untuk anak, anak diberikan kesempatan untuk memilih
sekolah yang diminati. Orangtua hanya memberikan pilihan dengan
survei langsung ke sekolah. Saya lebih suka sekolah swasta karena
pembelajaran agama lebih banyak dan saya juga memberikan izin
kepada anak untuk ikut kegiatan ekstrakulikuler.untuk pendidikan
anak dari ke 4 tidak ada yang yang sampai mengenyam Pendidikan
di Perguruan Tinggi.”60
Selain A, SM juga mengungkapkan mengenai pendidikan anak
“pendidikan itu penting karena untuk masa depan anak agar lebih
baik. Dalam menentukan sekolah orangtua dapat melihat nilai anak
tersebut dulu untuk memastikan diterima/ ditolak di sekolah Negeri.
Harapan orangtua tentunya anak bias diterima di sekolah negeri,
didalam setiap sekolah pasti ada kegiatan ekstrakulikuler, orangtua
pun memberikan izin jika anaknya akan ikut, akan tetapi kalau
anaknya tidak mau maka kami orangtua akan memakluminya. Dari
ke 2 anak tersebut, Alhamdulillah anak pertama sedang menimba
ilmu di jenjang Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta.61
selain A dan SM , YA juga memngungkapkan tentang pendidikan anak
“pendidikan itu penting untuk anak karena untuk menambah
wawasan, pengalaman dan teman untuk anak. Dalam memilihkan
60 Informan A, Wawancara pengusahaWarteg Kecil, Selasa 22 Juli 2019. 61 Informan S M, Wawancara pengusahaWarteg Kecil, Rabu 23 Juli 2019.
55
sekolah orangtua yang mempunyai kebijkan.Harapan orangtua bias
memberikan pendidikan negeri untu kanak-anaknya karena dari
segi biaya bias meringankan orangtua.Untuk mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler, orangtua juga mengizinkan anak dalam kegitan
tersebut bermanfaat untuk anak.untuk pendidikan anak masih duduk
di Sekolah Dasar.
.”62
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa semua
Informan kategori warteg Kecil menyatakan bahwa pendidikan anak
itu penting. Partisipan rata-rata menginginkan anaknya masuk di
sekolah negeri karena dari segi biaya akan meringankan
orangtua.Dari ke-3 pengusaha warteg tersebut baru ada satu yang
berhasil memberikan pendidikan hingga ke Perguruan Tinggi.
b. Warteg Sedang
Berikut pemaparan hasil wawancara dengan pengusaha Warteg
sedang. NH mengatakan bahwa dia telah memiliki 2 orang anak yang
masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan yang
satu masih di tingkat Taman Kanak-kanak (TK). Berikut pemarannya :
“pendidikan itu penting untuk anak agar kehidupan anak
kedepannya lebih baik dari pada orangtuanya. Dalam memilihkan
sekolah orangtua yang mempunyai kebijkan.untk pemilihan
pendidikan tingkat TK dan SD anak-anak dipilihkan sekolah swasta
setelah itu saat SMP oarngtua bisa mengarahkan ke sekolah negeri.
Harapan orangtua mereka dapat memberikan pendidikan negeri
untuk kanak-anaknya karena dari segi biaya biasa meringankan
orangtua.Untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, orangtua juga
mengizinkan anak untuk aktif dalam tersebut bermanfaat untuk
anak.untuk pendidikan anak masih duduk di Sekolah.”63
Partisipan NA mengatakan ia telah memiliki satu anak. sekarang
kelas 2 SD. Berikut pemaparan NA saat wawancara:
“pendidikan itu penting untuk anak agar kehidupan anak
kedepannya lebih baik dari pada orangtuanya. Dalam memilihkan
sekolah orangtua yang mempunyai kebijkan.untk pemilihan
pendidikan tingkat TK dan SD anak-anak dipilihkan sekolah swasta
setelah itu saat SMP oarngtua dapat mengarahkan ke sekolah
negeri. Harapan orangtua, mereka dapat memberikan pendidikan
62 Informan YA,Wawancara pengusahaWarteg Kecil, Selasa 2 September 2019. 63Informan NH, Wawancara Pengusaha Warteg Sedang, Senin 6 Mei 2019.
56
negeri untuk kanak-anaknya karena dari segi biaya biasa
meringankan orang tua.Untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler,
orangtua juga mengizinkan yang penting kegitan tersebut 64
Informan L mengatakan bahwa ia memiliki dua anak masing masing
masih duduk di bangku SD. Berikut pemaparan L saat wawancara:
‘’pendidikan itu sangat penting untuk anak agar kehidupan anak
kedepannya lebih baik dari pada orangtuanya. Dalam memilihkan
sekolah orangtua yang mempunyai kebijkan. Pemilihan pendidikan
tingkat TK dan SD anak-anak dipilihkan sekolah swasta setelah itu
saat SMP oarngtua akan mengarahkan ke sekolah negeri. Harapan
orangtua mereka bisa memberikan pendidikan negeri untuk kanak-
anaknya karena dari segi biaya biasa meringankan orang tua.Untuk
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, orangtua juga memberikan izin
dalam kegitan tersebut.”65.
Dari pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa semua
orangtua pengusaha warteg kategori sedang menyampaikan bahwa
pendidikan itu penting. Dalam memilihkan pendidikan anak ,
pengusaha Warteg sedang memilihkan sekolah tingkat TK-SD ke
sekolah swasta sedangkan utuk tingkat SMP dan seterusnya
memilihkan sekolah Negeri. Pendidikan anak pengusaha warteg
kategori sedang belum ada yang ke jenjang perguruan Tinggi.
Mereka masih mengenyam pendidikan di tingkat Sekolah Dasar dan
Sekolah Menengah Pertama.
c. Warteg Besar
Selain pemaparan orangtua pengusaha warteg kecil dan warteg
sedang, selanjutknya akan dipaparkan wawancara pengusaha warteg
Besar. Berikut perinciannya.
64Informan NA , Wawancara Pengusaha Warteg Sedang , Kamis, 16 Mei 2019 65Informan n L , Wawancara Pengusaha Warteg Sedang , Rabu 29 Mei 2019
57
Informan S mengatakan bahwa dia memiliki 3 anak masing-masing ada
yang sudah di perguruan Tinggi, di Sekolah Menengah Pertama dan ada
juga yang masih duduk di Sekolah Dasar. Berikut pemaparannya.
“pendidikan itu penting Namun pendidikan itu bukan penentu orang
sukses melainkan penunjang orang bisa sukses. Dalam menentukan
sekolah dasar hingga SMP orangtua dalam hal ini istri dapat
menentukan sekolah untuk anaknya, sedangkan untuk tingkat SMA
dan Kuliah orangtua memberikan kebebasan anak untuk memilih
sekolah yang dia minati. Harapan orangtua tentunya anak akan
masuk di sekolah negeri kalau anak tersebut memiliki IQ tinggi,
namun kalau anak IQ masih rendah berarti anak tersebut akan
masuk ke sekolah swasta. Di setiap sekolah pasti ada kegiatan
ekstrakulikuler, orangtua pun akan mengizinkan jika anaknya akan
ikut, akan tetapi kalau anaknya tidak mau maka kami orangtua akan
memakluminya. Dari ke 3 anak, Alhamdulillah anak pertama
sedang menimba ilmu di jenjang Perguruan Tinggi Swasta di
Jakarta66.
Selain S, AS juga mengungkapkan mengenai pendidikan anak
“pendidikan itu sangat penting Namun pendidikan itu bukan
penentu orang sukses melainkan penunjang orang bisa sukses.
Dalam menentukan sekolah SD- SMP orangtua dalam hal ini istri
akan menentukan sekolah untuk anaknya, sedangkan untuk tingkat
SMA dan Kuliah orangtua memberikan kebebasan anak untuk
memilih sekolah yang dia minatiyang penting masih bisa dipantau
dan dijangkau orangtua. Harapan orangtua tentunya anak dapat
masuk di sekolah Negeri, baginya sekolah negeri adalah sekolah
favorit. Di setiap sekolah pasti ada kegiatan ekstrakulikuler,
orangtua pun mengizinkan jika anaknya akan ikut, dengan catatan
66 Informan S , Wawancara Pengusaha Warteg Besar , Rabu 29 Mei 2019
58
si anak bisa mengatur belajar dengan baik dan kegiatan
ektrakulikuler tersebut tidak mengganggu jam belajar di sekolah.
Dari ke 3 anak, masing masing masih di bangku sekolah. Hanya saja
untuk semangat memberikan pendidikan perguruan tinggi sudah di
cita-citakan anak yang pertama menginginkan kuliah di Universitas
Indonesia atau di Universitas Negeri Jakarta.67
Partisipan DS mengatakan ia telah memiliki dua anak.. Masing-
masing masih belajar dibangku Taman kanak-kanak. Berikut
pemaparan DS saat wawancara:
“pendidikan itu sangat penting karena untuk menambah wawasan
pengetahuan dan keberkahan ilmu melalui belajar dengan
bimbingan guru. Dalam memilihkan sekolah untuk anak, saya
memilihkan TK dan SD yang swasta agar anak mendapatkan ilmu
agama lebih banyak dan untuk jenjang SMP saya akan memilihkan
pesantren. Setiap sekolah pasti ada kegiatan ekstrakulikuler,
orangtua pun akan mengizinkan jika anak ikut serta dalam kegiatan
tersebut, dengan catatan si anak bisa mengatur belajar dengan baik
dan kegiatan ektrakulikuler tersebut tidak mengganggu jam belajar
di sekolah. Dari ke 2 anak masing masing masih belajar di bangku
Taman janaj-kanak. Hanya saja untuk semangat memberikan
pendidikan perguruan tinggi saya sudah siap InsyaAllah akan
memberikan pendidikan hingga ke tingkat perguruan Tinggi.’’68
2. Hubungan Sosial Orangtua dan Anak
Pada bagian ini akan dibahas mengenai orangtua pengusaha warteg
berapa lama orangtua menemani anaknya adalam belajar dan seberapa lama
orangtua meluangkan waktu menemani belajar anaknya. Berikut
pemaparan untuk hasil wawancara kepada orangtua pengusahaWarteg.
67Informan AS , Wawancara Pengusaha Warteg Besar , Rabu 29 Mei 2019 68 Informan DS , Wawancara Pengusaha Warteg Besar , Rabu 29 Mei 2019
59
a. Warteg Kecil
Berikut pemaparan A ketika di wawancara mengenai hubungan
sosial orangtua dan anak.
“saya tidak bisa membantu anak jika anak ada tugas karena saya
hanya sekolah SD sampai kelas IV, sehingga kalau bagus ada
Tugas maka yang biasanya bantu adalah mbaknya, jadi yang
menemani belajar adalah mbaknya (Karyawan Warteg).saya tidak
menanyakan kesulitan anak saat belajar di sekolah karena saya
juga tidak bisa membantunya untuk jadwal sekolah si anak sudah
bisa menempelkan jadwal di rumah. Anak saya tidak ikut les
tambahan diluar sekolah karena di sekolah sudah ada programnya
sendiri, kegiatan tersebut dikenal dengan istilah PM (Pendalaman
Materi).69
Selain A, SM juga mengungkapkan mengenai hubungan sosial orangtua
dan anak
“saya tidak bisa membantu anak jika anak ada tugas karena saya
hanya sekolah sampai SMP, sehingga kalau anak ada Tugas maka
yang biasanya bantu adalah kakak atau temannya, jadi yang
menemani belajar adalah kakaknya .saya tidak menanyakan
kesulitan anak saat belajar di sekolah karena saya juga tidak bisa
membantunya untuk jadwal sekolah si anak sudah bisa
menempelkan jadwal di rumah. Anak saya pernah ikut les
tambahan diluar sekolah yaitu di Ganesha Operation (GO) dan les
materi UN dengan Guru Sekolah.70
69 Informan A, Wawancara pengusahaWarteg Kecil, Selasa 22 Juli 2019 70 Informan SM, Wawancara pengusahaWarteg Kecil, Rabu 23 Juli 2019.
60
Selain A dan SM, YA juga memngungkapkan tentang hubungan sosial
orangtua dan anak
“yang membantu anak jika anak ada tugas terkadang saya terkadang
bapaknya siapa luang waktunya maka ia yang nemenin belajar anak .Saya
menanyakan kesulitan anak saat anak baru pulang dari sekolah.karena anak
saya masing TK, jadi belum ada jadwal yang bisa ditempel. Anak saya tidak
ikut les tambahan diluar sekolah karena masih TK.71
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa semua partisipan
kategori warteg Kecil menyatakan bahwa ketika anak ada tugas atau ada
kesulitan dalam belajar yang membantu mereka bukanlah orangtua mereka
melainkan dengan orang lain atau keluarga yang tinggal satu rumah.hal ini
terjdi karena selain kesibukan orangtua di warteg juga karena latar belakang
pendidikan pengusaha warteg kategori kecil masih rendah.untuk pemberian
les tambahan untuk anak pada pengusaha warteg kecil hanya satu keluarga
yang memberikan les tambahan dengan ikut belajar di Ganesha Operaation
(GO). Untuk yang lainnya belum di ikutkan ke lembaga belajar yang lainnya.
b. Warteg Sedang
Berikut pemaparan hasil wawancara dengan pengusaha Warteg sedang. NH,
NA dan L. :
Hubungan sosial NH yang memiliki 2 anak, untuk anak yang pertama
tinggal di pesantren sedangkan untuk anak yang ke dua tinggal bersama
keluarga di Jakarta. NH menyampaikan pemaparan sebagai berikut
“ketika anak yang tinggal dipesantren sedang ada tugas saya tidak bisa
membantu karena saya dan anak tinggal terpisah, akan tetapi kalau anak
yang ke2, saya yang bisa membantu.saya tidak menanyakan kesulitan
anak saat belajar di sekolah karena saya juga tidak bisa membantunya.
Untuk anak ke 2 jika di ajak belajar dirumah jadi hanya bisa sekitar 1 jam
menemani dia belajar. Jadwal sekolah si anak pertama sudah bisa
menempelkan jadwal di kamar pesantren sedangkan untuk anak ke 2
71 Informan YA,Wawancara pengusahaWarteg Kecil, Selasa 2 September 2019.
61
masih belajar di tingkat TK jadi belum ada jadwal yang bisa ditempel.
Untuk menambah wawasan pembelajaran Anak saya yang pertama hanya
ikut tambahan belajar dari pesantren sedangkan untuk anak ke 2 saya
ikutkan belajar CALIS di tempat bimbel’’72
Selain NH, NA juga memaparkan hubungan sosial denan anak sebagai
berikut:
“ketika anak sedang ada tugas saya meluangkan 1 jam untuk bisa
membantumengerjakan tugas anak sebisa saya , dan tapi kalau saya tidak
bisa maka si anak meminta bantuan mbak yang ada di rumah (Karyawan
Warteg). Ketika sepulang sekolah saya menanyakan menanyakan kegiatan
belajar di kelas apakah anak bisa mengikuti belajar di kelas atau ada
kesulitan saat belajar. Jadwal sekolah si anak sudah bisa menempelkan
jadwal di kamar Untuk menambah wawasan pembelajaran Anak hanya
ikut tambahan belajar CALIS di tempat bimbel dan Sore harinya
mengikuti kegiatan mengaji di TPA.73
Selain NH dan NA, berikut ini akan di paparkan dari L
“ketika anak sedang ada tugas saya luangkan 2 jam untuk bisa membantu
mengerjakan tugas dari sekolah sebisa saya.. Ketika sepulang sekolah
saya selalu menanyakan kegiatan belajar di kelas apakah anak bisa
mengikuti belajar di kelas atau ada kesulitan saat belajar. Jadwal sekolah
si anak sudah bisa menempelkan jadwal di kamar Untuk menambah
wawasan pembelajaran Anak maka saya ikutkan ada les di Bimbel74.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa semua partisipan
kategori warteg Sedang menyatakan bahwa ketika anak ada tugas atau ada
kesulitan dalam belajar yang membantu mereka adalah orangtuanya dan
72 Informan NH, Wawancara Pengusaha Warteg Sedang, Senin 6 Mei 2019.
73 Informan NA , Wawancara Pengusaha Warteg Sedang , Kamis, 16 Mei 2019 74 Informan L , Wawancara Pengusaha Warteg Sedang , Rabu 29 Mei 2019
62
ditambahkan dengan mengikutsertakan anak dalam kegiatan belajar di
tempat Bimbel. Selain itu pengusaha Warteg sedang ini bisa menemani
anaknya belajar dengan durasi 1-2 jam setiap harinya. Mereka juga tidak
lupa menanyakan kegiatan belajar anak saat di sekolah sehingga mereka
bisa tahu bisa atau tidaknya anak saat mengikuti kegiatan disekolahnya.
c. Warteg Besar
Berikut pemaparan hasil wawancara dengan pengusaha Warteg Besar.
S, AS dan DS. Berikut pemarannya :
Berikut pemaparan S ketika di wawancara mengenai hubungan social.
“ketika anak mengalami kesulitan saat belajar yang membantunya
adalah ibnya,ibu juga yang menemani anak saat belajar 1-2 jam
perhari,ibu juga yang mengingatkan anak untuk menempel jadwal
pelajaran. Untuk menambah wawasan anak saya mengikutkan anak
les tambahan berupa belajar bahasa Inggris dan Matematika.’’75
Selain S, AS juga mengungkapkan mengenai hubungan sosial
orangtua dan anak berikut pemaparannya
“ketika anak mengalami kesulitan saat belajar yang membantunya adalah
ibnya,ibu juga yang menemani anak saat belajar ,ibu selalu siap 24 jam
ada untuk anak ,ibu juga yang mengingatkan anak untuk menempel jadwal
pelajaran. Untuk menambah wawasan anak saya mengikutkan anak les
tambahan berupa belajar di tempat bimbel dan mengikutkan anak belajar
di TPA juga.76
Selain S dan AS, DS juga mengungkapkan mengenai hubungan sosial
orangtua dan anak sebagai berikut:
75 Informan S , Wawancara Pengusaha Warteg Besar , Rabu 29 Mei 2019 76 Informan AS , Wawancara Pengusaha Warteg Besar , Senin, 20 Agustus 2019
63
“ketika anak mengalami kesulita77n saat belajar yang membantunya
adalah ibnya,ibu juga yang menanyakan pembelajaran disekolah bisa
mengikuti atau tidak. Ibu juga yang menemani anak saat belajar. Ibu juga
yang mengingatkan anak untuk menempel jadwal pelajaran. Untuk
menambah wawasan anak saya mengikutkan anak les tambahan berupa
belajar di tempat bimbel dan mengikutkan anak belajar di TPA juga.’’78
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa semua partisipan
kategori warteg Besar menyatakan bahwa ketika anak ada tugas atau ada
kesulitan dalam belajar yang membantu mereka adalah ibu mereka dan
untuk kegiatan belajar tambah orangtua mengikutsertakan anak dalam
kegiatan belajar di tempat Bimbel. Selain itu pengusaha Warteg Besar ini
bisa menemani anaknya belajar dengan durasi 1-2 jam setiap harinya.
Mereka juga tidak lupa menanyakan kegiatan belajar anak saat di sekolah
sehingga mereka bisa mengetahu bisa atau tidaknya anak saat mengikuti
kegiatan disekolahnya.
3. Pandangan Orangtua terhadap Pendidikan Anak
Pada bagian ini akan dibahas mengenai pandangan orangtua
pengusaha warteg terhadap pendidikan untuk anak-anaknya. Berikut
pemaparan untuk hasil wawancara kepada orang tua pengusaha Warteg.
a. Warteg Kecil
Berikut pemaparan A ketika saat di wawancara :
‘’seiring berjalannya waktu kalau orangtua sehat ,usaha lancar InsyaAllah
lanjut kuliah’’.79
77 Informan DS, Wawancara Pengusaha Warteg Besar , Kamis, 16 Mei 2019 20 Informan A, Wawancara pengusahaWarteg Kecil, Selasa 22 Juli 2019
64
Selain A, SM juga mengungkapkan mengenai pandangan pendidikan
untuk anak sebagai berikut:
‘’ InsyaAllah anak lanjut ke perguruan tinggi, yang sudah S1 bisa lanjut
S2.’’80
Selain A dan SM, YA juga mengungkapkan mengenai pandangan
pendidikan untuk anak sebagai berikut
‘’ InsyaaAllah anak akan di kuliahkan.’’81
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa semua
partisipan kategori warteg Kecil menyatakan bahwa para pengusaha akan
memberikan pendidikan untuk anak hingga ke Perguruan Tinggi.
Berikut pemaparan Pengusaha warteg kategori warteg sedang . Berikut
pemaparan NH ketika di wawancara
‘’iya, saya akan menyekolahkan dimas dan lana hingga ke
perguruan tinggi.’’82
Selain NH, NA juga mengungkapkan mengenai pandangan pendidikan
anak sebagai berikut
‘’iya, saya akan menyekolahkan raya hingga ke perguruan tinggi supaya
Anak jadi Dokter.’’83
Selain NH dan NA, L juga mengungkapkan mengenai pandangan
pendidikan untuk anak sebagai berikut
21 Informan SM, Wawancara pengusahaWarteg Kecil, Rabu 23 Juli 2019. 22 Informan YA,Wawancara pengusahaWarteg Kecil, Selasa 2 September 2019. 23 Informan NH, Wawancara Pengusaha Warteg Sedang, Senin 6 Mei 2019. 24 Informan NA , Wawancara Pengusaha Warteg Sedang , Kamis, 16 Mei 2019
65
‘’iya, saya akan menyekolahkan Anak-anak hingga ke perguruan tinggi.’’84
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa semua partisipan kategori
warteg Sedang menyatakan dengan semangat Optimis bahwa para pengusaha akan
memberikan pendidikan untuk anak hingga ke Perguruan Tinggi.
Berikut pemaparan Pengusaha warteg kategori warteg Besar . Berikut pemaparan S
ketika di wawancara
‘’kembali ke anak-anak. Yang penting anak-anak mau belajar. Kalau anak-anak
mau kuliah akan kami kuliahkan kalau mereka mau nerusin usaha Warteg juga
silahkan.’’85
Selain S, AS juga mengungkapkan mengenai pandangan pendidikan untuk anak
sebagai berikut
‘’InsyaAllah anak-anak akan sekolah hingga di bangku kuliah.’’86
Selain S dan AS, DS juga mengungkapkan mengenai pandangan Pendidikan untuk
anak sebagai berikut
‘’Insya Allah akan saya dan istriakan sekolahkan anak-anak hingga ke
perguruan tinggi.’’87
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa semua partisipan kategori warteg
Besar menyatakan dengan semangat bahwa para pengusaha akan memberikan
pendidikan untuk anak hingga ke Perguruan Tinggi. Walau ada juga yang
memberikan pilihan ditentukan oleh anak nantinya.
4. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Peran Orangtua terhadap Pendidikan anak
25 Informan L , Wawancara Pengusaha Warteg Sedang , Rabu 29 Mei 2019 26 Informan S , Wawancara Pengusaha Warteg Besar , Senin, 20 Agustus 2019 27 Informan AS , Wawancara Pengusaha Warteg Besar , Rabu 29 Mei 2019 28 Informan DS , Wawancara Pengusaha Warteg Besar , Kamis, 16 Mei 2019
66
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai perbedaan peran orangtua
yang berprofesi sebagai pengusaha Warteg kategori Kecil, Sedang dan
Besar.
a.Warteg Kecil
Pada pengusaha warteg Kecil Peran orangtua yang mereka
berikan kepada anak antara lain: Memilihkan sekolah untuk anak,
mendampingi anak saat belajar, menasehati anak, memberikan contoh
yang baik. orangtua pengusaha Warteg Kecil masih ada yang belum
bisa mendampingi dan membantu mengerjakan tugas anak yang
diberikan sekaloh, hal ini dikarenakan latar belakang pendidikan
pengusaha warteg ini masih rendah, mereka hanya mengenyam
pendidikan tingkat Dasar (SD)
b.Warteg Sedang
untuk peran orang tua yang termasuk Warteg sedang memberikan
peran sebagai berikut: selain peran yang dilakukan pengusaha Warteg
kecil, disini mereka memberikan motivasi dalam belajar, memberikan
arahan cita-cita yang diinginkan, Memberikan apresiasi atas prestasi
yang diraihnya.
c.Warteg Besar
perang orang tua yang kategori Warteg besar selain
memberikan peran seperti pengusaha warteg kecil Dan sedang, disini
mereka lebih lengkap dalam memberikan perannya Antara lain,
mengembangkan minat bakat yang dimiliki anak dengan Mengikutkan
Ekskul dan Bimbel di luar bahkan mengundang guru Privat untuk bisa
mengembangkan bakat yang dimiliki anak, memberikan sarana dan
prasarana yang lengkap untuk anak, meluangkan waktu untuk liburan
keluarga, menciptakan suasana aman, nyaman dan kondusif.
67
Rahmad Rosyadi dalam buku Pendidikan Islam dalam Pembentukan
Karakter menyampaikan bahwa Orang tua dengan cinta sejatinya dapat
memenuhi Tiga peranan penting yaitu sebagai orangtua, guru dan teman.
Sebagai orangtua, mereka mencintai anak-anaknya tanpa pamrih. Sebagai
guru mereka dapat menanamkan nilai-nilai agama yang baik serta
memberikan contoh atau keteladanan kepada anak-anaknya. Sebagai
pemimpin, mereka memeelihara tradisi, menolong, membimbing serta
mendorong anak-anak dalam mencapai cita-cita.
2. Hubungan Sosial Orangtua dan Anak
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai hubungan sosial dalam
hal ini adalah interaksi yang terjadi pada orangtua yang berprofesi sebagai
pengusaha Warteg kategori Kecil, Sedang dan Besar dengan anak-
anaknya, terutama saat anak akan pergi sekolah, setelah sekolah dan saat
anak ada Pekerjaan Rumah (PR) dari sekolah.
a .Warteg Kecil
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa semua
partisipan kategori warteg Kecil menyatakan bahwa ketika anak ada
tugas atau ada kesulitan dalam belajar yang membantu mereka
bukanlah orangtua mereka melainkan dengan orang lain atau keluarga
yang tinggal satu rumah.hal ini terjdi karena selain kesibukan orangtua
di warteg juga karena latar belakang pendidikan pengusaha warteg
kategori kecil masih rendah.
b. Warteg Sedang
Berbeda dengan pengusaha warteg Sedang, ketika anak ada
tugas atau ada kesulitan dalam belajar yang membantu mereka adalah
orangtua mereka. Dan ditambahkan dengan mengikutsertakan anak
dalam kegiatan belajar di tempat Bimbel. Selain itu pengusaha Warteg
sedang ini bisa menemani anaknya belajar dengan durasi 1-2 jam
68
setiap harinya. Mereka juga tidak lupa menanyakan kegiatan belajar
anak saat di sekolah sehingga mereka bisa tahu bisa atau tidaknya anak
saat mengikuti kegiatan disekolahnya.
c. Warteg Besar
Pengusaha warteg Besar, ketika anak ada tugas atau ada kesulitan
dalam belajar yang membantu mereka adalah orangtua mereka. Dan
ditambahkan dengan mengikutsertakan anak dalam kegiatan belajar di
tempat Bimbel. Selain itu pengusaha Warteg sedang ini bisa menemani
anaknya belajar dengan durasi 1-2 jam setiap harinya. Mereka juga tidak
lupa menanyakan kegiatan belajar anak saat di sekolah sehingga mereka
bisa tahu bisa atau tidaknya anak saat mengikuti kegiatan disekolahnya.
Terjalinnya Interaksi orangtua dan anak sangat penting untuk
perkembangan anak, terutama dalam lingkungan keluarga
sebagaimana yang telah di paparkan Vidya Dwina Paramita dalam
bukunya Jatuh Hati pada Montessori beliau memaparkan, pada 3 tahun
pertama kehidupan anak, anak membutuhkan sebanyak mungkin
informasi melalui interaksinya dengan lingkungan. Proses anak
berinteraksi dengan lingkungan melalui seluruh indranya kemudian
menjadi tabungan pengalaman sebagai modal utama pada tahapan
berikutnya.88
Andar Ismail menyampaikan, Bentuk pendampingan orang tua terhadap
anak pada jam belajar tentu berbeda menurut tingkat sekolah. Anak Sekolah
Dasar masih perlu dibimbing dalam membuat Pekerjaan Rumah (PR).
Sedangkan anak sekolah lanjutan sudah tidak memerlukannya lagi. Namun
peranan orang tua dalam menciptakan suasana belajar sama halnya seperti
29 Vidya Dwina Paramita, Jatuh Hati pada Montessori,( Bandung: Mizan Media Utama, 2019)
hlm.16
69
mereka, baik anak murid Sekolah Dasar maupun Mahasiswa Perguruan
Tinggi.89
Nilam Widyarini juga menyampaikan tentang hubungan orangtua dan
anak beliau menyampaikan;
‘’Hubungan orangtua-anak yang berkualitas, secara kongkret dapat
dinyatakan sebagai hubungan yang hangat, saling mendukung, dan
saling percaya, ketika anak masih kecil atau remaja, mereka
merasakan kehangatan orangtua hanya dengan kehadiran kongret
(fisik langsung). Pada masa-masa ini diperlukan komitmen orangtua
keluangan waktu secara memadai untuk anak.’’90
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan (Relasi)
orangtua dan anak sangat penting untuk perkembangan anak, terutama
dalam meningkatkan semangat belajar anak, hal ini untuk menunjang masa
depan anak.
3.Pandangan Asprasi Orang tua terhadap Pendidikan Anak
Tabel 4.3 Pendidikan Pengusaha Warteg
No Nama Pengusaha Jenis Warteg Pendidikan
1. Ansori
Warteg Kecil
SD Kelas IV
2. Sri Mutmainah SMP
3. Yuli Arbaatin SMA
4. Nur Hayati
Warteg Sedang
SMP
5. Lingga SMP
6. Nur Aenah SD
7. Sayudi
Warteg Besar
SD kelas V
8. Abdul Somad SD kelas V
9. Dede Sulaiman SMP
90 Nilam Widyarini, Relasi Orangtua dan Anak, (Jakarta: Media KOMPUTINDO, 2010). Hlm. 94
70
Pandangan aspirasi orangtua terhadap pendidikan anak adalah
Semua pengusaha Warteg yang ada di kelurahan Cipete Utara (Kecil, Sedang dan
Besar) mempunyai keinginan atau harapan yang tinggi terhadap pendidikan
formal untuk anak-anaknya, harapan orang tua, anak-anak dapat melanjutkan
pendidikan hingga Perguruan Tinggi, mendapatkan pekerjaan yang baik dan bisa
membantu orang tua.
a. Pengusaha Warteg Kecil
Orang tua pengusaha warteg kecil menyampaikan jika masih ada
kesempatan, usaha masih berjalan lancar maka anak diusahakan
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
b. Pengusaha Warteg Sedang
Orang tua pengusaha warteg sedang menyampaikan bahwa mereka
akan mengusahakan pendidikan anak mereka akan terus berlanjut hingga
ke perguruan tinggi. Sehingga mereka bias mewujudkan masa depan yang
lebih baik dari orang tuanya.
c. Pengusaha Warteg Besar
Orang tua pengusaha Warteg Besar menyampaikan, mereka sangat
siap, untuk melanjutkan pendidikan anak-anaknya ke perguruan tinggi.
Mereka juga mengharapkan anak-anaknya nanti ada yang bisa menjadi
Dokter. Mereka juga siap memilihkan perguruan Tinggi yang ternama
(Favorit).Hal ini agar anak-anak bias mendapatkan masa depan yang
lebih baik dari orang tuanya dan bisa mengangkat derajat orang tuanya
di kemudian hari. Kesiapan orangtua dalam menyiapkan masa depan
anak seperti yang di kemukakan oleh Bukik Setiawan mengenai orientasi
masa depan anak.
“Dalam setiap zaman ada profesi favorit yang menjadi idaman banyak
orang. Provesi favorit biasanya mempunyai aspek dianggap bagus, bisa
berupa penghasilan atau gengsi sosial.orangtuapun mendorong anaknya
71
untuk bekerja sebagai profesi-profesi favorit, tidak berpijak pada
kekuatan diri yang dimiliki anak.” 91
‘’ Setiap anak memerlukan pendidikan yang layak untk meningkatkan
taraf hidup sehingga secara nyata memerlukan lembaga yang
mampu meningkatkan pendidikan anak dalam keluarga.’’92
Berdasarkan hasil penelitian Lisa Megawati, melanjutkn pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi adalah kebutuhan setiap anak yang harus di
penuhi oleh orangtua, hal ini sebagai suatu upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga dan taraf hidup keluarga serta dapat
meningkatkan perekonomian keluarga.dengan demikian potensi yang di
miliki anak akan berkembang dengan baik.
Thomas Armstong menyampaikan semua anak adalah anak yang
berbakat. Tiap-tiap anak terlahir ke dunia ini dengan potensi yang unik,
yang jika dipupuk dengan benar, dapat memberikan sumbangan bagi
dunia yang lebih baik. Hal ini menunjukan setiap anak harus
mendapatkan pendidikan yang baik agar dapat mengembangkan potensi
yang dimiliki anak. Selain pendidikan dari orang tua, anak juga
membutuhkan pendidikan dari guru di sekolah sehingga orang tua
berkewajiban untuk memberikan pendidikan yang layak untuk anak-
anaknya. Dengan hal tersebut dapat membantu anak mewujudkan cita-
cita mereka.
Dalam hal pendidikan telah di tuliskan oleh Syarif Hidayat dalam
buku Teori dan prinsip pendidikan menyampaikan bahwa pendidikan
adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap insan sebagai salah satu
modal agar dapat berhasil dan meraih kesuksesan dalam kehidupannya.
Karena dengan pendidikan manusia mampu mengembangkan potensi
yang di anugerahkan Tuhan kepada manusia dan diarahkan pada tujuan
yang diharapkan agar memanusiakan manusia.
91 Bukik Setiawan, Aku Bukan Kertas Kosong, (Jakarta: Panda Media, 2015).hlm. 26 92 Lisa Megawati, Peran Orangtua dalam Pendidikan Anak pada Keluarga Nelayan, (Skripsi S1,
Pendidikan Sosial, FKIP Universitas Tanjungpura Ponianak). Hlm.2
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penelitian ini menemukan terdapat perbedaan peran orang tua
terhadap Pendidikan anak. Masing- msing pengusaha Warteg di
kelurahan Cipete Utara baik pengusaha warteg kecil, sedang dan
besar memberikan peran yang berbeda. Pengusaha warteg kecil dan
sedang memberikan peran terhadap anak dapat dikategorikan cukup
baik, hal ini karena orangtua pengusaha warteg memilihkan sekolah
untuk anak, adakalanya menyempatkan mengantarkan anak ke
sekolah, memberikan teladan yang baik, dan membimbing anak dan
memberikan dorongan kepada anak agar semangat dalam belajar.
Sedangkan pengusaha warteg besar memberikan peran kepada
pendidikan anak dapat di kategorikan baik hal ini digambarkan
dengan keteladanan untuk anak, mendampingi anak dalam belajar,
memberikan fasilitas belajar seperti membelikan leptop sarana
belajar anak, mengikutsertakan anak menambah belajar di Bimbel,
memberikan hadiah saat anak mendapatkan prestasi dan
menyempatkan moment liburan bersama keluarga saat libur sekolah
serta memberikan motivasi yang tinggi untuk bisa mengembangkan
bakat anak dan mendorong anak dalam mencapai cita-cita.
2. Hubungan sosial orang tua yang berprofesi sebagai pengusaha
warteg dengan anak untuk pengusaha warteg kecil dan sedang
hubungan sosial dapat di kategorikan cukup baik, hal ini karena
orangtua menanyakan kegiatan belajar di sekolah, mendampingi
73
anak belajar hanya saja orangtua mereka terkadang belum bisa
membantu ketika anak ada PR hal ini karena latar belakang
pengusaha warteg kecil dan sedang sebagian hanya tamat Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Sehingga pengetahuannya
belum begitu luas. Sedangkan pengusaha Warteg besar menjalin
hubungan sosial dengan baik. Mayoritas orangtua yang berperan
dalam pendidikan adalah ibu.Background istri pengusaha warteg ini
latar belakang pendidikan mereka adalah Sekolah Menengah Atas
dan mereka memiliki waktu yang banyak untuk menemani anaknya.
Sehingga anak dan orangtua memiliki kebersamaan dalam durasi
yang lama dalam menjalin hubungan sosial.
3. Pandangan aspirasi orangtua terhadap pendidikan anak adalah
pengusaha Warteg yang ada di kelurahan Cipete Utara (Kecil,
Sedang dan Besar) mempunyai keinginan atau harapan yang tinggi
terhadap pendidikan formal untuk anak-anaknya. Harapan orang
tua, anak-anak dapat melanjutkan pendidikan hingga Perguruan
Tinggi, mendapatkan pekerjaan yang baik dan bisa membantu dan
mengangkat derajat orangtua.
B. Implikasi
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian di atas, dapat
diimplikasikan terhadap hal berikut:
1. Peran orangtua, keluangan waktu dan motivasi orangtua terhadap
pendidikan anak sangat diperlukan agar anak dapat melanjutkan
studi anak sehingga dapat mewujudkan cita-cita dimasa depan.
2. Penyediaan fasilitas belajar untuk anak akan sangat membantu
proses belajar.
C. Saran
Dari penelitian diatas dapat diberikan beberapa saran, antara
lain:
74
1. Orang tua pengusaha warteg alangkah baiknya mampu menyediakan
waktu luang agar bias mendampingi, menemani, dan membantu
kesulitan anak-anak saat belajar.
2. Orang tua pengusaha Warteg alangkah baiknya mampu memberikan
perhatian, kasih sayang yang lebih kepada anak-anaknya agar anak
dapat belajar dengan giat dan hendaknya orang tua selalu
memberikan motivasi atau dorongan kepada anak.
3. Orang tua penguasa Warteg hendaknya dapat mengembangkan
bakat dan kemampuan anak dengan mengikutsertakan kegiatan
diluar sekolah atau mendatangkan guru (yang mahir di bidangnya)
ke rumah dalam rangka mengembangkat minat dan bakat anak.
4. Orang tua hendaknya dapat memberikan fasilitas belajar untuk anak.
Seperti halnya tempat belajar yang layak untuk anak dan buku
penunjang pengetahuan anak.
5. Anak pengusaha Warteg hendaknya mampu memanfaatkan
kesempatan melanjutkan pendidikan untuk mewujudkan masa
depan yang gemilang.
D. Keterbatasan Penelitian
1. Peneliti hanya melakukan penelitian di 9 Warteg sehingga informasi
yang dihasilkan belum begitu luas
2. Sulitnya menemukan waktu yang tepat untuk melakukan wawancara
dengan Responden
3. Keterbatasan waktu saat pengambilan data karena pengusaha Warteg
yang memiliki waktu terbatas.
.
75
DAFTAR PUSTAKA A.Buku:
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2013.
Ashori, Muslim dkk. Pendidikan Karakter Wirausaha. Jakarta: Gramedia, 2008.
Berry, David . Pokok-pokok Pikiran Sosiologi, Jakarta:Cv Rajawali, 1983.
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2012.
Dewantoro,Ki Hajar. Karya Bagian Pertama; Pendidikan .Yogyakarta: Majlis
Luhur Persatuan Taman Siswa, 1977.
Djoko Pietono, Yan.Mendidik Anak Sepenuh hati. Jakarta: Gramedia, 2014.
Dwina Paramita, Vidya. Jatuh Hati pada Montessori. Bandung: Mizan Media
Utama, 2019.
Gunawan, Imam. Metode Pnelitian Kualitatif : Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2009.
Hidayat, Syarif. Teori dan prinsip Pendidikan.Tangerang: PT Pustaka Mandiri.
2015.
Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan Komponen MKDK. Jakarta: PT Rinaka Cipta.
2015.
Koesoema, Doni. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global,.
Jakarta :Grasindo, 2007.
76
Lestari, Sri. Psikologi Keluarga, Jakarta: Kencana, 2016.
Nata, Abudin. Pemikiran Pendidikan Islam & Barat. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2012.
Marzuki, Saleh. Pendidikan Non Formal.Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2012.
Pedoman Penulisan Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi pendidikan.Jakarta :PT. Raja Grafindo Persana,
2011.
Susanto, Ahmad. Bimbingan dan Konseling di Sekolah,. Jakarta: Prenadamedia Group,
2018.
Susanto, S. Astrit, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung: Bina
Cipta, 1979.
Soekanto, Soerjono. Memperkenalkan Sosiologi.Jakarta: Cv. Rajawali, 1988.
Soekanto,Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Kedua. Jakarta: Cv.Rajawali,
1986.
Poerwadaminta,W.J.S. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta
Timur: Balai Pustaka, 2011.
Rosyadi, Rahmat, Pendidikan Islam dalam Pembentukan Karakter Anak Usia dini.
Jakarta: Rajawali Pers, 2003.
Setiawan, Bukik. Aku Bukan Kertas Kosong. Jakarta: Panda Media, 2015.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2015.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2012.
Tatang S., Ilmu Pendidikan.Bandung: Pustaka Setia,2012.
77
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan.
Wahyudin. A to Z Anak Kreatif . Jakarta :GEMA INSANI, 2007.
Widyarini, Nilam. Relasi Orangtua dan Anak. Jakarta: Media KOMPUTINDO,
2010
Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Prenadamedia, 2014.
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011.
B.Jurnal:
Rahayu, yulia. Peran orangtua dalam Pendidikan Anak studi kasus pada Keluarga
Petani di Desa Mekar Baru. Jurnal Universitas Tanjungpura Pontianak,
2012.
Megawati, lisa, Nuraini Asriati, Rustiyarso. Peran Orang Tua terhadap pendidikan
anak pada keluarga Nelayan. Jurnal Universitas Tanjungpura Pontianak,
2012.
Novrinda, Nina Kurniah, Yulidesni. Peran Orangtua dalam pendidikan anak usia
Dini. Jurnal Potensia PG-PAUD FKIP UNIB, 2017.
C.Skripsi:
Ari Akbar, Muhammad. Peran orangtua terhadap pendidikan anak.Skripsi S1,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Semarang, 2015.
Fajar Setyawati, Nadia. Aspirasi orangtua terhadap pendidikan anak. Skripsi S1,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Semarang, 2015.
Ita Musliani, Peran orangtua dalam mendidik anak usia dini. Skripsi S1,
Bimbingan dan Konseling UIN Sunan Kalijaga, 2018
78
Mulya Irawan, Heni. Peranan Keluarga dalam Pendidikan anak. Skripsi S1
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Semarang, 2011.
D.Internet
http://annissanimatul.blogspot.com/2014/06/pengaruh-peran-orang-tua
terhadap.html tanggal 17 Februari 2019 pukul 21.31
http://almaata.ac.id/pentingnya-peran-orang-tua-terhadap-pendidikan-
anak/tanggal 17 Februari 2019 pukul 22.52
https://ilmu-pendidikan.net/pendidikan/peraturan/jenjang-pendidikan-formal-di-
indonesia-uu-sisdiknas-2003, Kamis, 30 Oktober 2014
http://regional.liputan6.com/read/2606636/awal-mula-kemunculan-warteg-
hingga-mendunia tanggal 03 Januari 2018, Pukul 10.00
https://travel.kompas.com/read/2018/10/25/190925127/sejarah-munculnya-
warteg-di-jakarta-ternyata-ada-sejak-tahun-1950
https://id.wikipedia.org/wiki/Warung_tegal, tanggal 7 Februari 2019 pukul 22.03
https://id.wikipedia.org/wiki/Cipete_Utara,_Kebayoran_Baru,_Jakarta_Selatan, 20
Februari 2020 pukul 22:27