PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014
BIRO KEUANGAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN
DAFTAR ISI
I. DASAR HUKUM
PENGELOLA APBN 4
III. KEWENANGAN, FUNGSI, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 7
A. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) 7
B. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 9
C. Pejabat Penanda 'Langan Surat Perintah Metnbayar (PPSPM) 12
IV. PROSEDUR PENYELESAIAN TAGIIIAN NEGARA 13
A. Pembuatan dan Peneatatan Komitmen 13
B. Pcngajuan Tagihan 16
C. Mekanisme Penerbitan SPP-LS 17
D. Mekanisme Pembayaran dengan UP dan TUP 22
E. Mekanisme Penerbitan SPP-UP/GUP/GUP Nihil 24
F. Mekanisme Penerbitan SPP-TLP/PTUP 26
G. Mekanisme Pengujian SPP Dan Penerbitan SPM 27
H. Pelaksanaan Penerimaan Dan Pengeluaran Pada Akhir Tahun Anggaran 29
I. Pembayaran Pengembalian Penerimaan Negara 29
J. Pembayaran Tagihan Yang Bersumber Dari Penggunaan PNBP 32
K. Pembayaran Tagihan Untuk Kegiatan Yang Bersumber Dari Pinjaman
Dan/Atau Hibah Luar Negeri 34
L. Koreksi/Ralat, Pembatalan SPP, SPM, DAN SP2D ... 35
M. Pelaksanaan Pembayaran Pada Akhir Tahun Anggaran 36
V. PENATAUSAHAAN HIBAH LANGSUNG 37
A. Tata Cara Pengesahan Hibah Langsung dalam bentuk Uang 38
B. Tata Cara Pengesahan clan Pencatatan Hibah Langsung Dalam Bentuk Barang/
Jasa/ Surat Berharga 40
C. Pejabat Perbendaharaan 42
D. Penyampaian SP2HL 43
E. Penyampaian SP4I II, 43
F. Penyampaian MPHL-BJS 43
G. Petugas Pengantar SP2IIL, SP4F11„ dan 44
H. Pengambilan SPHL, SP3I IL, dan Persetujuan MP111.-13JS 44
I. Sanksi-sanksi 44
VI. PENATAUSAHAAN PNBP 44
VII. PELAKSANAAN PENGGUNAAN ANGGARAN YANG SUMBER DANANYA
DART PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNI3P) 46
a. PELAYANAN SURVEI, PENGUKURAN DAN PEMETAAN 49
b. PEMERIKSAAN TANAH 56
c. KONSOLIDASI TANAII SECARA SWADAYA 58
d. PERTIMBANGAN TEKNIS PERTANAHAN 61
e. PELAYANAN PENDAFTARAN TANAII 64
f. PELAYANAN INFORMASI PERTANAHAN 64
g. PELAYANAN LISENSI 64
h. PELAYANAN PENDIDIKAN 64
i. PENETAPAN TANAII OBYEK PENGUASAAN BENDA-13ENDA
TETAP MILIK PERSEORANGAN WARGA NEGARA
BELANDA (P3MB)/ PERATURAN PRESIDIUM KABINET
DWIKORA NOMOR 5/Prk/1965 65
j. PELAYANAN DI BIDANG PERTANAHAN YANG 13ERASAL
DARI KERJA SAMA DENGAN PIHAK LAIN 65
VIII. REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) 76
A. Prosedur Pengajuan Usul Revisi DIPA 76
B. Mekanisme revisi DIPA 76
C. Batasan Revisi Anggaran 79
IX. PENYUSUNAN DAN REVISI PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN
(POK) 80
A. PENYUSUNAN POK 80
B. REVISI POK 80
X. PELAPORAN 81
A. LAPORAN KEUANGAN 81
B. HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN DALAM PENYUSUNAN
LAPORAN KEUANGAN 91
C. LAPORAN REKENING 100
D. LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN 101
XI. KETENTUAN LAIN-LAIN 101
XII. KETENTUAN PENUTUP 103
DAFTAR 151
LAMPIRAN - LAMPIRAN
BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Jakarta, 25 Februari 2014
Nomor : 683/2.1-100/11/2014
Sifat : Sangat segera
Lampiran : 1 (satu) berkas
Perihal : Pedoman Pelaksanaan APBN TA 2014
di Lingkungan BPN-RI
Yth. 1. Sekretaris Utama BPN RI;
2. Inspektur Utama BPN RI;
3. Para Deputi di Lingkungan BPN RI;
4. Para Pejabat Eselon II di Lingkungan BPN RI;
5. Ketua STPN Yogyakarta, di Yogyakarta;
6. Para Kepala Kantor Wilayah BPN, di seluruh Indonesia;
7. Para Kepala Kantor Pertanahan, di seluruh Indonesia.
Dalam rangka pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2014 di lingkungan BPN RI yang
tertib dan akuntabel, perlu disusun pedoman yang mencakup hal — hal sebagai berikut :
I. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2014;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pertanahan Nasional;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Jis. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2011
tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, Peraturan Presiden
1
JALAN SISINGAMANGARAJA NO. 2 JAKARTA SELATAN TELP. 7226901, 7393939: www.bran_go.id
Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik
Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
05/PMK.05/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian
Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja;
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar (BAS)
Jis. Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-8/PB/2009 tanggal 27 Febuari
2009 tentang Penambahan dan Perubahan Bagan Akun Standar, Peraturan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Nomor PER-80/PB/2011 tanggal 30 November 2011 tentang Penambahan
dan Perubahan Akun Pendapatan, Belanja, dan Transfer pada Bagan Akun Standar;
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat Jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
233/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan
Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian Negara/Lembaga/Kantor
/Satuan Kerja;
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.02/2010 tentang Indeks Dalam Rangka
Penghitungan Penetapan Tarif Pelayanan PNBP pada Badan Pertanahan Nasional Jo.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 51/PMK.02/2012, tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.02/2010 tentang Indeks Dalam Rangka Penghitungan
Penetapan Tarif Pelayanan PNBP pada Badan Pertanahan Nasional;
15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.06/2010 tentang Kualitas Piutang
Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang tidak Tertagih;
16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan
Hibah;
17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/201 1 tentang Sistem Akuntansi Hibah;
18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam
Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap;
19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran
Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.06/2013 tanggal 2 Januari 2013 tentang
Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat;
21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 3/PMK.02/2013 tentang Tata Cara Penyetoran
Penerimaan Negara Bukan Pajak oleh Bendahara Penerimaan;
22. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.02/2013 tentang Petunjuk Penyusunan dan
Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA);
2
23. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Pusat;
24. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.02/2014 tentang Tata Cara Revisi Anggaran
Tahun 2014;
25. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 237/KMK.02/2010 tanggal 19 Mei 2010 tentang
Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak Pada Badan
Pertanahan Nasional;
26. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2013 tanggal 13 Maret 2013 tentang Tabel
Masa Manfaat dalam rangka Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada
Entitas Pemerintah Pusat;
27. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-47/PB/2009 tanggal 10 November
2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan dan Penyusunan Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja;
28. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-62/PB/2009 tanggal 23 Desember
2009 tentang Tata Cara Penyajian Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual Jo. Surat
Edaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor S-6477/PB/2010 tanggal 25 Agustus
2010 tentang Tindak Lanjut Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-
62/PB/2009 dalam Penyusunan Laporan Keuangan Semester I Tahun Anggaran 2010;
29. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-69/PB/2010 tanggal 31 Desember
2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembayaran Pengembalian Penerimaan Negara atas
Beban Sisa Lebih Perhitungan Anggaran;
30. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-20/PB/2011 tanggal 7 April 2011
tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Anggaran Melalui Pemberian Kuasa Antar Kuasa
Pengguna Anggaran;
31. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-81/PB/2011 tanggal 30 November
2011 tentang Tata Cara Pengesahan Hibah Langsung Bentuk Uang dan Penyampaian Memo
Pencatatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga;
32. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-82/PB/2011 tanggal 30 November
2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih pada Kementerian
Negara/Lembaga;
33. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-85/PB/2011 tanggal 5 Desember
2011 tentang Penatausahaan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Satuan Kerja
Kementerian Negara/Lembaga;
34. Peraturan Dircktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-53/PB/2012 tanggal 21 Desember
2012 tentang Petunjuk Teknis Pengembalian Penerimaan Negara pada Tahun Anggaran
Berjalan melalui KPPN;
35. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-1/PB/2013 tanggal 10 Januari 2013
tentang Tata Cara Penyesuaian Sisa Pagu Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran pada Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara dan Satuan Kerja Atas Setoran Pengembalian Belanja ;
3
36. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-17/PB/2013 tanggal 6 Mei 2013
tentang Ketentuan Lebih Lanjut Tata Cara Pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak atas
Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
37. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-19/PB/2013 tanggal 15 Mei 2013
tentang Tata Cara Pembayaran dan Pengembalian Uang Muka atas Beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
38. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-22/PB/2013 tanggal 30 Mei 2013
tentang Ketentuan Lebih Lanjut Pelaksanaan Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat
Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap;
39. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-36/PB/2013 tanggal 9 Oktober
2013 tentang Petunjuk Teknis Pengembalian Penerimaan Negara pada Tahun Anggaran
Berjalan Melalui Rekening Kas Umum Negara;
40. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-57/PB/2013 tanggal 30 Desember
2013 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga;
41. Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-16/PB/2012 tanggal 7 Mei 2012
tentang Petunjuk Pembayaran Pengembalian Uang Tuntutan Ganti Rugi yang telah
Disetorkan ke Kas Negara atas Ditemukannya Kembali BMN yang Hilang;
42. Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-4599/PB/2013 tanggal 3 Juli 2013
tentang Penjelasan lebih lanjut Penggunaan Akun Perjalanan Dinas Berdasarkan Surat
Menteri Keuangan No. S-2056/MK.5/2013
H. PENGELOLA APBN
1. Pada setiap awal tahun anggaran, Kepala BPN RI selaku Pengguna Anggaran (PA) menunjuk
Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/Kuasa Pengguna Barang (KPB) di lingkungan
BPN RI dengan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI;
2. Kepala BPN RI selaku Pengguna Anggaran melimpahkan kewenangan kepada Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) pada Kantor Pusat BPN RI, STPN, Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional (Kanwil BPN), dan Kantor Pertanahan (Kantah) di seluruh Indonesia.
KPA dimaksud diberi kewenangan untuk menunjuk
a. Pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja/penanggung jawab kegiatan/Pejabat Pembuat Komitmen;
b. Pejabat yang diberi kewenangan untuk menguji tagihan kepada negara dan
menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM)/;
c. Bendahara Penerimaan untuk melaksanakan tugas-tugas kebendaharaan dalam rangka
Penerimaan Negara;
d. Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka
pelaksanaan anggaran belanja;
e. Bendahara Pengeluaran Pembantu (jika diperlukan dengan menunjuk lebih dari satu);
4
Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai (PPABP) adalah pembantu KPA yang
diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengelola pelaksanaan belanja pegawai;
g. Pejabat yang diberi kewenangan untuk menandatangani Surat Perintah Setor (SPS).
3. KPA menyampaikan Surat Keputusan para Pejabat sebagaimana dimaksud angka 1 dan angka
2 huruf a, b, d dan f kepada Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) selaku
Kuasa Bendahara Umum Negara (Kuasa BUN) beserta spesimen tandatangan Pejabat
Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) dan cap/stempel Satuan Kerja;
4. KPA menyampaikan surat keputusan pejabat sebagaimana dimaksud angka 2 huruf a dan b
kepada PPSPM disertai dengan spesimen tanda tangan PPK;
5. Penunjukan Kepala Satker sebagai KPA bersifat ex-officio;
6. Setiap terjadi pergantian jabatan Kepala Satker, setelah serah terima jabatan maka pejabat
Kepala Satker yang baru langsung menjabat sebagai KPA;
7. PA dapat menunjuk pejabat lain selain Kepala Satker sebagai KPA dalam hal :
a. Satker dipimpin oleh pejabat Eselon I atau setingkat Eselon I;
b. Satker sementara;
c. Satker yang pimpinannya mempunyai tugas fungsional; atau
d. Satker Lembaga Negara.
8. Penunjukan KPA, Penetapan PPK, PPSPM dan Bendahara tidak terikat periode tahun
anggaran;
9. Dalam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang ditetapkan sebagai KPA, PPK, PPSPM
dan/atau Bendahara pada saat pergantian periode tahun anggaran, penunjukan KPA,
penetapan PPK, PPSPM dan/atau Bendahara tahun yang lalu masih tetap berlaku;
10. Pada awal tahun anggaran, KPA menyampaikan pemberitahuan kepada pejabat yang
bersangkutan dalam hal tidak terdapat penggantian PPK, PPSPM dan/atau Bendahara;
11. Dalam hal terdapat kekosongan jabatan kepala Satker atau pejabat lain yang ditunjuk sebagai
KPA, PA segera menunjuk seorang pejabat baru sebagai pelaksana tugas KPA;
12. Dalam hal PPK atau PPSPM dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dad jabatannya/
berhalangan sementara, KPA menetapkan PPK atau PPSPM pengganti dengan surat
keputusan dan berlaku sejak serah terima jabatan;
13. Dalam hal tidak ada personil yang memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa untuk
ditunjuk sebagai PPK, maka PPK dijabat oleh pejabat eselon I dan II dan/atau PA/KPA;
14. PPK dan PPSPM yang penunjukannya berakhir harus menyelesaikan seluruh administrasi
keuangan yang menjadi tanggung jawabnya pada saat menjadi PPK atau PPSPM;
15. Dalam hal Bendahara Pengeluaran dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dari jabatannya/
berhalangan sementara, Menteri/Pimpinan Lembaga atau Kepala Satker menetapkan pejabat
pengganti sebagai Bendahara Pengeluaran;
16. Dalam pelaksanaan anggaran, Menteri/Pimpinan Lembaga atau Kepala Satker menetapkan 1
(satu) Bendahara Pengeluaran untuk 1 (satu) DIPA/Satker;
5
17. Dalam hal terdapat keterbatasan pegawai/pejabat yang akan ditunjuk sebagai Bendahara
Pengeluaran, Menteri/Pimpinan Lembaga atau Kepala Satker dapat menetapkan 1 (satu)
Bendahara Pengeluaran untuk mengelola lebih dari 1 (satu) DIPA/Satker;
18. Dalam hal terdapat kegiatan yang lokasinya berjauhan dengan tempat kedudukan Bendahara
Pengeluaran dan/atau beban kerja Bendahara Pengeluaran sangat berat dan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran, maka KPA dapat mengangkat
satu atau lebih Bendahara Pengeluaran Pembantu guna kelancaran pelaksanaan kegiatan;
19. Dalam hal diangkat Bendahara Pengeluaran Pembantu, Bendahara Pengeluaran melimpahkan
kewajiban dan tanggung jawab pengelolaan uang kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu;
20. Bendahara Pengeluaran Pembantu secara operasional bertanggung jawab kepada Bendahara
Pengeluaran atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya;
21. Untuk pelaksanaan Kegiatan dalam DIPA di masing-masing unit kerja, agar Kepala
Kantor/Ketua STPN Yogyakarta selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) di daerah, segera
menunjuk Pejabat Pembuat Komitmen dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Minimal Gol III/a,
b. Bersertifikat Pengadaan Barang/Jasa dan
c. Pejabat Struktural
apabila persyaratan di atas tidak terpenuhi/keterbatasan SDM maka KPA dapat melaksanakan
tugas sebagai Pejabat Pengujian dan Perintah Pcmbayaran/Penandatangan SPM atau Pejabat
Pembuat Komitmen;
22. PPK dalam rangka Pengadaan Barang dan Jasa dapat menunjuk tim teknis dan administrasi;
23. Kepala Satker dapat menunjuk koordinator kegiatan dalam rangka membantu tugas-tugas
PPK;
24. Penunjukan Pengelola Kegiatan atau Tim Pelaksana Kegiatan agar disesuaikan dengan
jumlah orang, volume dan biaya yang tersedia dalam DIPA dan Petunjuk Operasional
Kegiatan (POK);
25. Penerbitan Surat Keputusan/Surat Perintah Kerja sekurang-kurangnya harus mencantumkan
sumber dana yang tersedia dalam DIPA, Besaran Satuan Biaya, Uraian Tugas dan Jangka
Waktu Pelaksanaan dengan mempedomani Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor
72/PMK.02/2013 tanggal 3 April 2013 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran
2014;
26. Larangan perangkapan jabatan :
a. Kuasa Pengguna Anggaran tidak boleh merangkap sebagai Bendahara Pengeluaran;
b. Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penandatangan SPM dan Bendahara Pengeluaran
tidak boleh saling merangkap;
c. Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) tidak boleh merangkap
sebagai Bendahara Penerimaan, demikian pula sebaliknya;
6
27. Penunjukan Pengelola APBN pada Kantor Pertanahan Perwakilan/Daerah Pemekaran sesuai
dengan DIPA Kantor Pertanahan Induk, maka KPA dapat menunjuk pengelola :
a. Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) sebagai pembantu Bendahara Pengeluaran;
b. Bendahara Penerimaan Pembantu;
c. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
HI. KEWENANGAN, FUNGSI, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
A. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
1. Kewenangan dan tanggung jawab Kuasa Pengguna Anggaran, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, sebagai berikut
a. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berhak untuk menguji,
membebankan pada mata anggaran yang telah disediakan, dan memerintahkan
pembayaran tagihan-tagihan atas beban DIPA yang bersangkutan;
b. Untuk melaksanakan ketentuan tersebut di atas, PA/KPA berwenang :
1) Menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihak penagih;
2) Meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/kelengkapan sehubungan
dengan ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa;
3) Meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;
4) Membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran pengeluaran yang
bersangkutan;
5) Memerintahkan pembayaran atas beban DIPA bersangkutan.
c. Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan
dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban DIPA bersangkutan
bertanggung jawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan
surat bukti dimaksud.
2. Dalam pelaksanaan anggaran pada Satker, KPA memiliki tugas dan wewenang :
a. Menyusun DIPA;
b. Menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja Negara;
c. Menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan SPM atas
beban anggaran belanja Negara;
d. Menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan pengelola
anggaran/keuangan;
e. Menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana;
f. Memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan penarikan
dana;
g. Mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan
7
h. Menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
3. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya Kepala Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna
Anggaran, melaksanakan rencana kerja yang sudah ditetapkan dalam DIPA, membuat
keputusan-keputusan dan/atau mengambil tindakan-tindakan yang dapat mengakibatkan
timbulnya pengeluaran uang dan/atau tagihan atas beban APBN. Keputusan-keputusan
dan/atau tindakan-tindakan tersebut dilaksanakan sesuai dengan kewenangannya, antara
lain dapat berupa :
a. Keputusan Kepegawaian (seperti pengangkatan pertama pegawai, pengangkatan
pegawai dalam jabatan, kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, mutasi pegawai);
b. Keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan
substansi tugas pokok dan fungsi (seperti Surat Tugas, Surat Perjalanan Dinas);
c. Keputusan/tindakan dalam rangka pengadaan barang/jasa (kontrak, pembelian, Surat
Perintah Kerja
Pejabat yang menandatangani kontrak/keputusan bertanggung jawab atas kebenaran
materiil dan akibat yang timbul dari kontrak/keputusan tersebut.
4. Kepala Kantor/Kepala Satker selaku Kuasa Pengguna Anggaran dapat melimpahkan
kewenangannya dengan pengaturan sebagai bcrikut :
a. Pcnandatanganan (dalam rangka 'mengetahui') BKU, Lembaran Cek dan
Pemeriksaan Kas Bendahara Pengeluaran, sebagai berikut :
1) Kuasa Pengguna Anggaran Kantor Pusat BPN RI kepada Kepala Biro
Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran atau Pejabat yang ditunjuk;
2) Kepala Kantor Wilayah BPN kepada Kasubag Perencanaan dan Keuangan atau
Pejabat Pembuat Komitmen atau Pejabat yang ditunjuk;
3) Ketua STPN kepada Kasubag Keuangan atau Pejabat Pembuat Komitmen atau
Pejabat yang ditunjuk;
4) Kepala Kantor Pertanahan kepada Kaur Perencanaan dan Keuangan atau
Pejabat Pembuat Komitmen atau Pejabat yang ditunjuk.
b. Penandatanganan (dalam rangka "mengetahui) BKU, Lembaran Cek dan
Pemeriksaan Kas Bendahara Penerimaan, sebagai berikut :
1) Kuasa Pengguna Anggaran Kantor Pusat BPN RI kepada Kepala Biro
Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran atau Pejabat yang ditunjuk;
2) Kepala Kantor Wilayah BPN kepada Kepala Bagian TU atau Pejabat yang
ditunjuk;
3) Ketua STPN kepada Kepala Bagian Administrasi Umum atau Pejabat yang
ditunjuk;
8
4) Kepala Kantor Pertanahan kepada Kasubbag TU atau Pejabat yang ditunjuk.
c. Pemeriksaan Kas Bendahara dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
bulan yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi
(internal) yang disampaikan :
1) Untuk Kantor Pusat BPN RI, Kanwil BPN dan STPN kepada Sekretaris Utama
dan Inspektur Utama BPN RI;
2) Untuk Kantor Pertanahan kepada Kepala Kantor Wilayah BPN yang
bersangkutan dan Inspektur Utama BPN RI.
d. Pelimpahan kewenangan sebagaimana tersebut diatas ditetapkan dalam Surat
Keputusan Kepala Kantor / Satker selaku KPA.
5. Membuat dan menyampaikan laporan keuangan secara Aplikasi Sistem Akuntansi
Instansi dan secara manual.
B. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) :
1. Pejabat yang Melakukan Tindakan yang Mengakibatkan Pengeluaran Atas Beban
Anggaran Belanja/Penanggung jawab Kegiatan/Pembuat Komitmen dalam pelaksanaan
kegiatan, mempunyai kewenangan :
a. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana berdasarkan
DIPA;
b. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
c. Membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan Penyedia
Barang/Jasa;
d. Melaksanakan kegiatan swakelola;
e. Memberitahukan kepada Kuasa BUN alas perjanjian/kontrak yang dilakukannya;
f. Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
g. Menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada negara;
h. Membuat dan menandatangani SPP;
i. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA;
j. Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan Berita
Acara Penyerahan;
k. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan; dan
1. Melaksanakan tugas dan wcwenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2 Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana, dilakukan
dengan :
a. Menyusun jadwal waktu pelaksanaan kegiatan termasuk rencana penarikan
dananya;
9
b. Menyusun perhitungan kebutuhan UP/TUP sebagai dasar pembuatan SPP-UP/TUP;
dan
c. Mengusulkan revisi POK/DIPA kepada KPA.
3 Pengujian dilakukan dengan :
a. Menguji kebenaran materiil dan keabsahan surat-surat bukti mengenai hak tagih
kepada negara; dan/atau
b. Menguji kebenaran dan keabsahan dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai.
4 Dalam hal surat-surat bukti mengenai hak tagih kepada negara berupa surat jaminan
uang muka, pengujian kebenaran materiil dan keabsahan dokumen dilakukan dengan:
a. Menguji syarat-syarat kebenaran dan keabsahan jaminan uang muka; dan
b. Menguji tagihan uang muka berupa besaran uang muka yang dapat dibayarkan
sesuai ketentuan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
5 Laporan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan berupa laporan atas :
a. Pelaksanaan kegiatan;
b. Penyelesaian kegiatan; dan
c. Penyelesaian tagihan kepada negara.
6 Tugas dan wewenang lainnya meliputi :
a. Menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa;
b. Memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh pihak
yang mempunyai hak tagih kepada negara;
c. Mengajukan permintaan pembayaran atas tagihan berdasarkan prestasi kegiatan;
d. Memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian tagihan kepada negara; dan
e. Menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada penyedia
barang/jasa.
7 Uang muka dapat diberikan kepada penyedia barang/jasa untuk :
a. Mobilisasi alat dan tenaga kerja;
b. Pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/material; dan/atau
c. Persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
8. Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang, PPK menguji :
a. Kelengkapan dokumen tagihan;
b. Kebenaran perhitungan tagihan;
c. Kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran atas beban APBN;
d. Kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana yang tercantum
dalam perjanjian/kontrak dengan barang/jasa yang diserahkan oleh penyedia
barang/jasa;
e. Kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana yang tercantum
pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrak;
10
f. Kebenaran, keabsahan sena akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti
mengenai hak tagih kepada negara; dan
g. Ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang tercantum pada
dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrak.
9 PPK harus menyampaikan laporan bulanan terkait pelaksanaan tugas dan wewenang
kepada KPA, sekurang-kurangnya memuat
a. Perjanjian/kontrak dengan penyedia barang/jasa yang telah ditandatangani;
b. Tagihan yang belum dan telah disampaikan penyedia barang/jasa;
c. Tagihan yang belum dan telah diterbitkan SPPnya; dan
d. Jangka waktu penyelesaian tagihan.
10. Tugas Pokok Pejabat Pembuat Komitmen Dalam Pengadaan Barang/jasa sesuai
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 adalah :
a. Menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi :
1) Spesitikasi Teknis Barang/Jasa;
2) Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan
3) Rancangan Kontrak.
b. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
c. Menyetujui bukti pembelian atau menandatangani Kuitansi/Surat Perintah Kerja
(SPK)/surat perjanjian;
d. Melaksanakan Kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa;
e. Mengendalikan pelaksanaan Kontrak;
f. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA;
g. Menyerahkan basil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA dengan
Berita Acara Penyerahan;
h. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan
pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan; dan
i. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa.
Selain tugas pokok dan kewenangan sebagaimana tersebut di atas, dalam hal
diperlukan. PPK dapat :
1. Mengusulkan kepada PA/KPA:
a. Perubahan paket pekerjaan; dan/atau;
b. Perubahan jadwal kegiatan pengadaan;
2. Menetapkan tim pendukung;
3. Menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis untuk membantu
pelaksanaan tugas Unit Layanan Pengadaan (ULP).
11. Apabila kantor/Satker tidak mempunyai tenaga/pejabat struktural yang memiliki
sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa, maka KPA dapat mengambil tindakan sendiri
11
selaku PPK (mengacu pada Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara) dan KPA dimaksud tidak perlu bersertifikat.
C. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)
1. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PP-SPM) adalah Kabag
Perbendaharaan dan Tata Usaha Keuangan/Kabag TU/Kasubbag TU/Kabag
Administrasi Umum (STPN) atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan SK pelimpahan;
2. Dalam melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan SPM, PPSPM memiliki tugas
dan wewenang sebagai berikut :
a. Menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung;
b. Menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan;
c. Membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan;
d. Menerbitkan SPM;
e. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih;
f. Melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada KPA; dan
g. Melaksanakan tugas dan wewenang Iainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan
pengujian dan perintah pembayaran.
3. Dalam menerbitkan SPM, PPSPM melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Mencatat pagu, realisasi belanja, sisa pagu, dana UP/TUP, dan sisa dana UP/TUP
pada kartu pengawasan DIPA;
b. Menandatangani SPM; dan
c. Memasukkan Personal Idenil/ication Number (PIN) PPSPM sebagai tanda tangan
elektronik pada Arsip Data Komputer (ADK) SPM.
4. Pengujian terhadap SPP beserta dokumen pendukung yang dilakukan oleh PPSPM,
meliputi :
a. Kelengkapan dokumen pendukung SPP;
b. Kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK;
c. Kebenaran pengisian format SPP;
d. Kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran
Satker;
e. Ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker;
f. Kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai;
g. Kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi persyaratan/kelengkapan
sehubungan dengan pengadaan barang/jasa;
h. Kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP sehubungan
dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan;
12
i. Kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang perpajakan dari pihak
yang mempunyai hak tagih;
j. Kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh pihak
yang mempunyai hak tagih kepada negara; dan
k. Kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam
perjanjian/kontrak.
5.
Pengujian kode BAS termasuk menguji kesesuaian antara pembebanan kode mata
anggaran pengeluaran (akun 6 digit) dengan uraiannya;
6. Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang, PPSPM bertanggung jawab atas :
a. Kebenaran, kelengkapan, dan keabsahan administrasi terhadap dokumen hak tagih
pembayaran yang menjadi dasar penerbitan SPM dan akibat yang timbul dari
pengujian yang dilakukannya; dan
b. Ketepatan jangka waktu penerbitan dan penyampaian SPM kepada KPPN.
7. PPSPM harus menyampaikan laporan bulanan terkait pelaksanaan tugas dan wewenang
kepada KPA paling sedikit memuat (contoh form lampiran 1 ) :
a. Jumlah SPP yang diterima;
b. Jumlah SPM yang diterbitkan; dan
c. Jumlah SPP yang tidak dapat diterbitkan SPM.
8. PPSPM menerbitkan dan menyampaikan Surat Perintah Membayar (SPM) kepada
KPPN dengan melampirkan berkas kelengkapan pengajuan Surat Perintah Membayar
(SPM) dalam rangkap 4 (empat) :
a. Lembar kesatu dan kedua disampaikan ke KPPN;
b. Lembar ketiga sebagai pertinggal pada Satker yang bersangkutan;
c. Lembar keempat sebagai pertinggal pada penerbit SPM.
9. Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi dimaksud, PPSPM membuat Buku
Pembantu Register SPM/SP2D, sebagaimana tercantum pada lampiran 2.
IV. PROSEDUR PENYELESAIAN TAGIHAN NEGARA
A. Pembuatan dan Pencatatan Komitmen
1. Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA yang mengakibatkan
pengeluaran negara, dilakukan melalui pembuatan komitmen dalam bentuk :
a. perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa; dan/atau
b. penetapan keputusan.
2. Setelah Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, setiap Satker di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga
dapat memulai proses pelelangan dalam rangka pengadaan barang/jasa pemerintah
sebelum DIPA tahun anggaran berikutnya disahkan dan berlaku efektif;
3. Biaya proses pelelangan dalam rangka pengadaan barang/jasa pemerintah sebelum
DIPA tahun anggaran berikutnya disahkan dan berlaku efektif sebagaimana dimaksud
1 3
pada angka 2 untuk jenis belanja modal dialokasikan dalam belanja modal tahun
anggaran berjalan, sedangkan untuk jenis belanja barang/bantuan sosial dialokasikan
dalam belanja barang tahun anggaran berjalan;
4. Realisasi belanja atas alokasi anggaran biaya proses pelelangan yang berasal dari
belanja modal pada tahun anggaran berjalan, dicatat dalam neraca sebagai Konstruksi
Dalam Pengerjaan (KDP);
5. Proses lelang pengadaan barang/jasa yang dibiayai melalui dana tahun anggaran berjalan
dilaksanakan oleh panitia pengadaan yang dibentuk pada tahun anggaran berjalan;
6. Penandatanganan perjanjian/kontrak atas pclaksanaan pengadaan barang/jasa sebagai
tindak lanjut atas pelaksanaan lelang dilakukan setelah DIPA tahun anggaran berikutnya
disahkan dan berlaku efektif;
7. Dalam hal biaya proses pelelangan dalam rangka pengadaan barang/jasa tidak
dialokasikan pada tahun anggaran berjalan, biaya proses pelelangan dimaksud dapat
dialokasikan pada DIPA tahun anggaran berjalan dengan melakukan revisi DIPA sesuai
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai revisi DIPA;
8. Perjanjian/kontrak pengadaan barang/jasa hanya dapat dibebankan pada DIPA tahun
anggaran herkenaan;
9. Perjanjian/kontrak yang pclaksanaan pekerjaannya membebani DIPA lebih dari 1 (satu)
tahun anggaran dilakukan setelah mendapat persetujuan pejabat yang berwenang;
10. Perjanjian/kontrak atas pengadaan barang/jasa dapat dibiayai sebagian atau seluruhnya
dengan rupiah murni dan/atau pinjaman dan/atau hibah;
11. Pembuatan komitmen melalui penetapan keputusan yang mengakibatkan pengeluaran
negara antara lain untuk:
a. Pelaksanaan belanja pegawai;
b. Pelaksanaan perjalanan dinas yang dilaksanakan secara swakelola;
c. Pelaksanaan kegiatan swakelola, termasuk pembayaran honorarium kegiatan; atau
d. Belanja bantuan sosial yang disalurkan dalam bentuk uang kepada penerima
bantuan sosial.
12. Penetapan keputusan dilakukan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
13. Perjanjian/kontrak yang pembayarannya akan dilakukan melalui SPM-LS, PPK
mencatatkan perjanjian/kontrak yang telah ditandatangani ke dalam suatu sistem yang
disediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
14. Pencatatan perjanjian/kontrak sekurang — kurangnya meliputi data sebagai berikut:
a. Nama dan kode Satker serta uraian fungsi/subfungsi, program, kegiatan, output, dan
akun yang digunakan;
b. Nomor Surat Pengesahan dan tanggal DIPA;
c. Nomor, tanggal, dan nilai perjanjian/kontrak yang telah dibuat oleh Satker;
d. Uraian pekerjaan yang diperjanjikan;
14
e. Data penyedia barang/jasa yang tercantum dalam perjanjian/kontrak antara lain nama
rekanan, alamat rekanan, NPWP, nama bank, nama dan nomor rekening penerima
pembayaran;
f. Jangka waktu dan tanggal penyelesaian pekerjaan serta masa pemeliharaan apabila
dipersyaratkan;
g. Ketentuan sanksi apabila terjadi wanprestasi;
h. Addendum perjanjian/kontrak apabila terdapat perubahan data pada
perjanjian/kontrak tersebut; dan
i. Cara pembayaran dan rencana pelaksanaan pembayaran:
1). Sekaligus; atau
2). Secara bertahap.
15. Data perjanjian/kontrak beserta ADK-nya disampaikan kepada KPPN secara langsung
atau melalui e-mail paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah ditandatanganinya
perjanjian/kontrak untuk dicatatkan ke dalam Kartu Pengawasan Kontrak KPPN;
16. Alokasi dana yang sudah tercatat dan terikat dengan perjanjian/kontrak tidak dapat
digunakan lagi untuk kebutuhan lain;
17. Dalam hal terdapat perubahan data pegawai pada penetapan keputusan yang
mengakibatkan pengeluaran negara untuk pelaksanaan belanja pegawai, Pejabat
Pengelola Administrasi Belanja Pegawai (PPABP) mencatat perubahan data pegawai
tersebut ke dalam Aplikasi GPP Satuan Kerja (Satker);
18. Perubahan data pegawai tersebut meliputi dokumen yang terkait dengan:
a. Pengangkatan/pemberhentian sebagai calon pegawai negeri sipil;
b. Pengangkatan/pemberhentian sebagai pegawai negeri sipil;
c. Kenaikan/penurunan pangkat;
d. Kenaikan/penurunan gaji berkala;
e. Pcngangkatan/pemberhentian dalam jabatan;
f. Mutasi pindah ke Satker lain;
g. Pegawai baru karena mutasi pindah;
h. Perubahan data keluarga;
i. Data utang kepada negara; dan/atau
j. Pengenaan sanksi kepegawaian.
19. Daftar perubahan data pegawai disampaikan kepada KPPN paling lambat bersamaan
dengan pengajuan SPM Belanja Pegawai ke KPPN dan bukan merupakan lampiran dari
SPM Belanja Pegawai;
20. Penyampaian daftar perubahan data pegawai dilaksanakan setelah terlebih dahulu
disahkan oleh PPSPM dengan menyertakan ADK;
21. Daftar perubahan data pegawai digunakan dalam rangka pemutakhiran (updating) data
antara KPPN dengan Satker untuk pembayaran belanja pegawai dan untuk menguji
kesesuaian dengan tagihan.
15
B. Pengajuan Tagihan
1. Penerima hak mengajukan tagihan kepada negara atas pembuatan komitmen
berdasarkan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran;
2. Atas dasar tagihan tersebut, PPK melakukan pengujian;
3. Pelaksanaan pembayaran tagihan dilakukan dengan pembayaran LS, dalam hal
pembayaran LS tidak dapat dilakukan, pembayaran tagihan kepada penerima hak
dilakukan dengan UP;
4. Khusus untuk pembayaran komitmen dalam rangka pengadaan barang/jasa herlaku
ketentuan sebagai berikut :
a. Pembayaran tidak bolch dilakukan sebelum barang/jasa diterima;
b. Dalam hal pengadaan barang/jasa yang karena sifatnya harus dilakukan pembayaran
terlebih dahulu, pembayaran atas beban APBN dapat dilakukan sebelum barang/jasa
diterima; dan
c. Pembayaran atas beban APBN sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan
setelah penyedia barang/jasa menyampaikan jaminan atas uang pembayaran yang
akan dilakukan.
5. Pembayaran LS ditujukan kepada:
a. Penyedia barang/jasa atas dasar perjanjian/kontrak;
b. Bendahara Pengeluaran/pihak Iainnya untuk keperluan belanja pegawai non gaji
induk, pembayaran honorarium, dan perjalanan dinas atas dasar surat keputusan.
6. Pembayaran tagihan kepada penyedia barang/jasa dilaksanakan berdasarkan bukti-bukti
yang sah yang meliputi :
a. Bukti perj anj ian/kontrak;
b. Keferensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia barang/jasa;
c. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;
d. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;
e. Bukti penyelesaian pekerjaan Iainnya sesuai ketentuan;
f. Berita Acara Pembayaran;
g. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan PPK, yang dibuat
sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3;
h. Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditandatangani oleh Wajib
Pajak/Bendahara Pengeluaran;
i. Jaminan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan Iainnya sebagaimana
dipersyaratkan dalam peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan
barang/jasa pemerintah; dan/atau
j. Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk perjanjian/kontrak yang
dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari pinjaman atau hibah dalam/luar
negeri sebagaimana dipersyaratkan dalam naskah perjanjian pinjaman atau hibah
dalam/luar negeri bersangkutan;
16
7. Pembayaran tagihan kepada Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya sebagaimana
dimaksud pada angka 5 huruf b di atas dilaksanakan berdasarkan bukti-bukti yang sah,
meliputi :
a. Surat Keputusan;
b. Surat Tugas/Surat Perjalanan Dinas;
c. Daftar penerima pembayaran; dan/atau
d. Dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan.
8. Dalam hal jaminan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya
sebagaimana dimaksud pada angka 6 huruf i di atas berupa surat jaminan uang muka,
jaminan dimaksud dilengkapi dengan Surat Kuasa bermaterai cukup dari PPK kepada
Kepala KPPN untuk mencairkan jaminan;
9. Tagihan atas pengadaan barang/jasa dan/atau pelaksanaan kegiatan yang membebani
APBN diajukan dengan surat tagihan oleh penerima hak kepada PPK paling lambat 5
(lima) hari kerja setelah timbulnya hak tagih kepada negara;
10. Dalam hal 5 (lima) hari kerja setelah timbulnya hak tagih kepada negara penerima hak
belum mengajukan surat tagihan, PPK harus segera memberitahukan secara tertulis
kepada penerima hak untuk mengajukan tagihan;
11. Dalam hal setelah 5 (lima) hari kerja sebagaimana dimaksud pada angka 10 di atas
penerima hak belum mengajukan tagihan, penerima hak pada saat mengajukan tagihan
harus memberikan penjelasan secara tertulis kepada PPK atas keterlambatan pengajuan
tagihan tersebut;
12. Dalam hal PPK menolak/mengembalikan tagihan karena dokumen pendukung tagihan
tidak lengkap dan tidak benar, PPK harus menyatakan secara tertulis alasan
penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya
surat tagihan.
C. Mekanisme Penerbitan SPP-LS
1. Dalam hal pengujian telah memenuhi persyaratan, PPK mengesahkan dokumen tagihan
dan menerbitkan SPP yang dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 4.
2. Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai diatur sebagai berikut :
a. Untuk pembayaran Gaji Induk dilengkapi dengan :
1) Daftar Gaji, Rekapitulasi Daftar Gaji, dan Halaman Luar Daftar Gaji yang
ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
2) Daftar Perubahan data pegawai yang ditandatangani PPABP;
3) Daftar Perubahan Potongan;
4) Daftar Penerimaan Gaji Bersih pegawai untuk pembayaran gaji yang
dilaksanakan secara langsung pada rekening masing-masing pegawai;
17
5) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisasi oleh
Kepala Satker/pejabat yang berwenang meliputi Surat Keputusan (SK) terkait
dengan pengangkatan Calon Pegawai Negeri, SK Pegawai Negeri, SK Kenaikan
Pangkat, Surat Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, SK Mutasi Pegawai, SK
Menduduki Jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat atau Akta
terkait dengan anggota keluarga yang mendapat tunjangan, Surat Keterangan
Penghentian Pembayaran (SKPP), dan Surat Keputusan yang mengakibatkan
penurunan gaji, serta SK Pemberian Uang Tunggu sesuai peruntukannya;
6) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
7) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data pegawai;
dan
8) Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh) Pasal 21.
b. Untuk Pembayaran Gaji Susulan
1) Gaji Susulan yang dibayarkan sebelum gaji pegawai yang bersangkutan masuk
dalam Gaji Induk, dilengkapi dengan:
a) Daftar Gaji Susulan, Rekapitulasi Daftar Gaji Susulan, dan halaman luar
Daftar Gaji Susulan yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP;
c) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisasi
oleh Kepala Satker/pejabat yang berwenang meliputi SK terkait dengan
pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri/Pegawai Negeri, SK Mutasi
Pegawai, SK terkait Jabatan, Surat Pernyataan Pelantikan, Surat Pernyataan
Melaksanakan Tugas, Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan
Keluarga, Surat atau Akta terkait dengan anggota keluarga yang mendapat
tunjangan, dan SKPP sesuai peruntukannya;
d) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
e) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data
pegawai; dan
0 SSP PPh Pasal 21.
2) Gaji Susulan yang dibayarkan setelah gaji pegawai yang bersangkutan masuk
dalam Gaji Induk, dilengkapi dengan :
a) Daftar Gaji Susulan, Rekapitulasi Daftar Gaji Susulan, dan halaman luar
Daftar Gaji Susulan yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP;
c) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
d) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data
pegawai; dan
18
e) SSP PPh Pasal 21.
c. Untuk pembayaran Kekurangan Gaji dilengkapi dengan :
1) Daftar Kekurangan Gaji, Rekapitulasi Daftar Kekurangan Gaji, dan halaman luar
Daftar Kekurangan Gaji yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK;
2) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP;
3) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisasi oleh
Kepala Satker/pejabat yang berwenang meliputi SK terkait dengan pengangkatan
sebagai Caton Pegawai Negeri/Pegawai Negeri, SK Kenaikan Pangkat, Surat
Keputusan/Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, SK Mutasi Pegawai, SK
terkait dengan jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas;
4) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
5) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data pegawai;
dan
6) SSP PPh Pasal 21.
d. Untuk pembayaran Uang Duka Wafat/Tewas, dilengkapi dengan
1) Daftar Perhitungan Uang Duka Wafat/Tewas, Rekapitulasi Daftar Uang Duka
Wafat/Tewas, dan halaman luar Daftar Uang Duka Wafat/Tewas yang
ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
2) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP;
3) SK Pemberian Uang Duka Wafat/Tewas dari pejabat yang berwenang;
4) Surat Keterangan dan Permintaan Tunjangan Kematian/Uang Duka Wafat/Tewas;
5) Surat Keterangan Kematian dari Camat atau Visum dari Rumah Sakit;
6) ADK terkait dengan perubahan data pegawai; dan
7) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data pegawai.
e. Untuk pembayaran Terusan Penghasilan Gaji dilengkapi dengan
1) Daftar Perhitungan Terusan Penghasilan Gaji, Rekapitulasi Daftar Terusan
Penghasilan Gaji, dan halaman luar Daftar Terusan Penghasilan Gaji yang
ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
2) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP;
3) Copy dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satker/pejabat
yang berwenang berupa Surat Keterangan Kematian dari Camat atau Visum dari
Rumah Sakit untuk pembayaran pertama kali;
4) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
5) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data pegawai;
dan
6) SSP PPh Pasal 21.
19
f. Untuk pembayaran Uang Muka Gaji dilengkapi dengan
1) Daftar Perhitungan Uang Muka Gaji, Rekapitulasi Daftar Uang Muka Gaji, dan
halaman luar Daftar Uang Muka Gaji yang ditandatangani oleh PPABP,
Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
2) Copy dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satker/pejabat
yang berwenang berupa SK Mutasi Pindah, Surat Permintaan Uang Muka Gaji,
dan Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga;
3) ADK terkait dengan perubahan data pegawai; dan
4) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data pegawai.
g. Untuk pembayaran Uang Lembur dilengkapi dengan
1) Daftar Pembayaran Perhitungan Lembur dan Rekapitulasi Daftar Perhitungan
Lembur yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan
KPA/PPK;
2) Surat Perintah Kerja Lembur;
3) Daftar Hadir Kerja selama 1 (satu) bulan;
4) Daftar Hadir Lembur; dan
5) SSP PPh Pasal 21.
h. Untuk pembayaran Uang Makan dilengkapi dengan
1) Daftar Perhitungan Uang Makan yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK; dan
2) SSP PPh Pasal 21.
i. Untuk pembayaran Honorarium Tetap/Vakasi dilengkapi dengan
1) Daftar Perhitungan Honorarium/Vakasi yang ditandatangani oleh PPABP,
Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
2) SK dari Pejabat yang berwenang; dan
3) SSP PPh Pasal 21.
3. Penerbitan SPP-I,S untuk pembayaran :
a. Honorarium dilengkapi dengan dokumen pendukung, meliputi:
1) Surat Keputusan yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang timbul akibat
penerbitan Surat Keputusan dimaksud dibebankan pada DIPA;
2) Daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling sedikit nama orang,
besaran honorarium, dan nomor rekening masing-masing penerima honorarium
yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan Bendahara Pengeluaran;
3) SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran; dan
4) Surat Keputusan dilampirkan pada awal pembayaran dan pada saat terjadi
perubahan Surat Keputusan.
b. Langganan daya dan jasa dilengkapi dengan dokumen pendukung berupa surat
tagihan penggunaan daya dan jasa yang sah;
20
c. Perjalanan dinas diatur sebagai berikut :
1) perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan, dilampiri :
a) Daftar nominatif perjalanan dinas; dan
b) Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas jabatan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai perjalanan dinas dalam
negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap.
2) Perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan, dilampiri daftar nominatif
perjalanan dinas;
3) Daftar nominatif ditandatangani oleh PPK yang memuat paling kurang informasi
mengenai pihak yang melaksanakan perjalanan dinas (nama, pangkat/golongan),
tujuan, tanggal keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan
untuk masing-masing pejabat;
4) Perjalanan dinas pindah, dilampiri dengan dokumen pertanggungjawaban biaya
perjalanan dinas pindah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
mengenai perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri, dan
pegawai tidak tetap.
d. Pembayaran pengadaan tanah, dilampiri :
1) Daftar nominatif penerima pembayaran uang ganti kerugian yang memuat paling
sedikit nama masing-masing penerima, besaran uang dan nomor rekening masing-
masing penerima;
2) Foto copy bukti kepemilikan tanah;
3) Bukti pembayaran/kuitansi;
4) Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB)
tahun transaksi;
5) Pemyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa dan tidak
sedang dalam agunam
6) Pemyataan dari Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah
yang disengketakan bahwa Pengadilan Negeri tersebut dapat menerima uang
penitipan ganti kerugian, dalam hal tanah sengketa;
7) Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat yang ditunjuk yang
menyatakan bahwa rekening Pengadilan Negeri yang menampung uang titipan
tersebut merupakan Rekening Pemerintah Lainnya, dalam hal tanah sengketa;
8) Berita acara pelepasan hak atas tanah atau penyerahan tanah;
9) SSP PPh final atas pelepasan hak;
10) Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan); dan
11) Dokumen-dokumen lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan
perundang-undangan mengenai pengadaan tanah.
21
4. SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikan
kepada PPSPM paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima
secara lengkap dan benar;
5. SPP-LS untuk pembayaran gaji induk/bulanan diterbitkan oleh PPK dan disampaikan
kepada PPSPM paling lambat tanggal 5 sebelum bulan pembayaran;
6. Dalam hal tanggal 5 sebagaimana dimaksud pada angka 5 di atas merupakan hari libur
atau hari yang dinyatakan libur, penyampaian SPP-LS kepada PPSPM dilakukan paling
lambat pada had kerja sebelum tanggal 5;
7. SPP-LS untuk pembayaran non belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikan
kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima
secara lengkap dan benar dari penerima hak;
8. Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran pengadaan barang/jasa atas beban belanja barang,
belanja modal, belanja bantuan sosial, dan belanja dilengkapi dengan dokumen
pendukung berupa bukti-bukti yang sah;
9. Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja bantuan sosial kepada penerima bantuan
sosial diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri;
10. Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja pembayaran kewajiban utang, belanja
subsidi, belanja hibah, masing masing diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
tersendiri.
D. Mekanisme Pembayaran dengan UP dan TUP
1. UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satker dan
membiayai pengeluaran yang tidak dapat dilakukan melalui mekanisme Pembayaran
LS;
2. UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada Bendahara Pengeluaran yang
dapat dimintakan penggantiannya (revolving);
3. Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran/BPP kepada
1 (satu) penerima/penyedia barang/jasa paling banyak sebesar Rp. 50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah) kecuali untuk pembayaran honorarium dan perjalanan dinas;
4. Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP yang ada pada Kas
Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah);
5. UP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran :
a) Belanja Barang;
Belanja Modal; dan
c) Belanja Lain-lain.
6. Pembayaran dengan UP oleh Bendahara Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu)
penerima/penyedia barang/jasa dapat melebihi Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan;
22
7. Bendahara Pengeluaran melakukan penggantian (revolving) UP yang telah digunakan
sepanjang dana yang dapat dibayarkan dengan UP masih tersedia dalam DIPA;
8. Penggantian UP dilakukan apabila UP telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima
puluh persen);
9. Untuk Bendahara Pengeluaran yang dibantu oleh beberapa BPP, dalam pengajuan UP ke
KPPN harus melampirkan daftar rincian yang menyatakan jumlah uang yang dikelola
oleh masing-masing BPP;
10. Setiap BPP mengajukan penggantian UP melalui Bendahara Pengeluaran, apabila UP
yang dikelolanya telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima puluh persen);
11. Kepala KPPN menyampaikan surat pemberitahuan kepada KPA, dalam hal 2 (dua)
bulan sejak SP2D-UP diterbitkan belum dilakukan pengajuan penggantian UP;
12. Dalam hal setelah 1 (satu) bulan sejak disampaikan surat pemberitahuan belum
dilakukan pengajuan penggantian UP, Kepala KPPN memotong UP sebesar 25% (dua
puluh lima persen);
13. Pemotongan dana UP dilakukan dengan cara Kepala KPPN menyampaikan surat
pemberitahuan kepada KPA untuk memperhitungkan potongan UP dalam SPM dan/atau
menyetorkan ke Kas Negara;
14. Dalam hal setelah dilakukan pemotongan dan/atau penyetoran UP, Kepala KPPN
melakukan pengawasan UP;
15. Dalam melakukan pengawasan UP, ketentuan penyampaian surat pemberitahuan dan
pemotongan UP berikutnya mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 11,
12 dan 13 di atas;
16. Dalam hal 1 (satu) bulan setelah surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam
angka 13 di atas KPA tidak memperhitungkan potongan UP dalam SPM dan/atau
menyetorkan ke kas negara, Kepala KPPN memotong UP sebesar 50% (lima puluh
persen) dengan cara menyampaikan surat pemberitahuan kepada KPA untuk
memperhitungkan potongan UP dalam SPM dan/atau menyetorkan ke kas negara;
17. Dalam hal setelah surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada angka 16 di atas,
KPA melakukan penyetoran UP dan/atau memperhitungkan potongan UP dalam
pengajuan SPM-GUP. diberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 14 di
atas;
18. KPA mengajukan UP kepada KPPN sebesar kebutuhan operasional Satker dalam 1
(satu) bulan yang direncanakan dibayarkan melalui UP;
19. Pemberian UP diberikan paling banyak :
a) Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP sampai dengan Rp.900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah);
b) Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP di atas Rp.900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan
Rp.2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah);
23
c) Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP di atas Rp.2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah)
sampai dengan Rp.6.000.000.000 (enam miliar rupiah); atau
d) Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP di atas Rp.6.000.000.000 (enam miliar rupiah).
20. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas permintaan KPA, dapat
memberikan persetujuan UP melampaui besaran sebagaimana dimaksud pada angka 19
di atas dengan mempertimbangkan
a) Frekuensi penggantian UP tahun yang lalu lebih dari rata-rata 1 (satu) kali dalam 1
(satu) bulan selama I (satu) tahun; dan
b) Perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu) bulan melampaui besaran UP.
21. KPA dapat mengajukan TUP kepada Kepala KPPN dalam hal sisa UP pada Bendahara
Pengeluaran tidak cukup tersedia untuk membiayai kegiatan yang sifatnya
mendesak/tidak dapat ditunda;
22. Syarat penggunaan 'TUP
a) Digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama I (satu) bulan sejak tanggal
SP2D diterbitkan; dan
b) Tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran LS.
23. KPA mengajukan permintaan TUP kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN disertai :
a) Rincian rencana penggunaan TUP; dan
b) Surat yang memuat syarat penggunaan TUP di atas dibuat sesuai format yang
tercantum dalam lampiran 5.
24. Dalam hal KPA mengajukan permintaan TUP untuk kebutuhan melebihi waktu 1 (satu)
bulan, Kepala KPPN dapat memberi persetujuan dengan pertimbangan kegiatan yang
akan dilaksanakan memerlukan waktu melebihi 1 (satu) bulan;
25. TUP harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1 (satu) bulan dan dapat dilakukan
secara bertahap;
26. Sisa TUP yang tidak habis digunakan harus disetor ke Kas Negara paling lambat 2 (dua)
hari kerja setelah batas waktu;
27. Untuk perpanjangan pertanggungjawaban TUP melampaui 1 (satu) bulan, KPA
mengajukan permohonan persetujuan kepada Kepala KPPN;
E. Mekanisme penerbitan SPP-UP/G UP/CUP Nihil
1. Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun, Bendahara Pengeluaran
menyampaikan kebutuhan UP kepada PPK;
2. Atas dasar kebutuhan UP, PPK menerbitkan SPP-UP untuk pengisian UP yang
dilengkapi dengan perhitungan besaran UP sesuai pengajuan dari Bendahara
Pengeluaran;
24
3. SPP-UP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 2 (dua)
hari kerja setelah diterimanya permintaan UP dari Bendahara Pengeluaran;
4. Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP berdasarkan Surat
Perintah Bayar (SPBy) yang disetujui dan ditandatangani oleh PPK atas nama KPA;
5. SPBy dilampiri dengan bukti pengeluaran :
a. Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta faktur pajak dan SSP; dan
b. Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya yang
diperlukan yang telah disahkan PPK.
6. Dalam hal penyedia barang/jasa tidak mempunyai kuitansi/bukti pembelian, Bendahara
Pengeluaran/BPP membuat kuitansi yang dibuat sesuai format sebagaimana tercantum
dalam lampiran 6;
7. Berdasarkan SPBy, Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan
a. Pengujian atas SPBy;dan
b. Pemungutan/pemotongan pajaklbukan pajak atas tagihan dalam SPBy yang diajukan
dan disetorkan ke Kas Negara.
8. Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran merupakan uang muka
kerja, SPBy dilampiri :
a. Rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
b. Rincian kebutuhan; dan
c. Batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja, dari penerima uang
muka kerja.
9. Atas dasar rencana pelaksanaan kegiatatVpembayaran dan rincian kebutuhan dana,
Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pengujian ketersediaan dananya;
10. Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas tagihan dalam SPBy apabila
telah memenuhi persyaratan pengujian;
11. Dalam hal pengujian perintah bayar tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan,
Bendahara Pengeluaran/BPP harus menolak SPBy yang diajukan;
12. Penerima uang muka kerja harus mempertanggungjawabkan uang muka kerja sesuai
batas waktu sebagaimana dimaksud pada angka 8 huruf c di atas, berupa bukti
pengeluaran;
13. Atas dasar pertanggungjawaban tersebut, Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan
pengujian bukti pengeluaran;
14. Dalam hal sampai batas waktu sebagaimana dimaksud pada angka 8 huruf c di atas,
penerima uang muka kerja belum menyampaikan bukti pengeluaran, Bendahara
Pengeluaran/BPP menyampaikan permintaan tertulis agar penerima uang muka kerja
segera mempertanggungjawabkan uang muka kerja yang ditembuskan kepada PPK;
15. BPP menyampaikan SPBy beserta bukti pengeluaran kepada Bendahara Pengeluaran;
16. Bendahara Pengeluaran selanjutnya menyampaikan bukti pengeluaran kepada PPK
untuk pembuatan SPP GUP/GUP Nihil;
25
17. SPBy dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalam lampiran 7;
18. PPK menerbitkan SPP-GUP untuk pengisian kembali UP;
19. Penerbitan SPP-GUP dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagai berikut :
a. Daftar Rincian Permintaan Pembayaran;
b. Bukti pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam angka 5 di atas; dan
c. SSP yang telah dikonfirmasi KPPN.
20. Perjanjian/Kontrak beserta faktur pajaknya dilampirkan untuk nilai transaksi yang harus
menggunakan perjanjian/Kontrak sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah;
21. SPP-GUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah bukti-
bukti pendukung diterima secara lengkap dan benar;
22. Sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayaran dengan UP minimal sama
dengan nilai UP yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran;
23. Dalam hal pengisian kembali UP akan mengakibatkan sisa dana dalam DIPA yang dapat
dilakukan pembayaran dengan UP lebih kecil dari UP yang dikelola Bendahara
Pengeluaran
a. Pengisian kembali UP dilaksanakan maksimal sebesar sisa dana dalam DIPA yang
dapat dibayarkan dengan UP; dan
b. Selisih antara sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayaran dengan UP
dan UP yang dikelola Bendahara Pengeluaran dibukukan/diperhitungkan sebagai
potongan Penerimaan Pengembalian UP.
24. Penerbitan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal :
a. Sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP minimal sama dengan
besaran UP yang diberikan;
b. Sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada akhir tahun anggaran; atau
c. UP tidak diperlukan lagi.
25. Penerbitan SPP-GUP Nihil merupakan pengesahan/pertanggungjawaban UP;
26. SPP-GUP Nihil dilengkapi dengan dokumen pendukung;
27. SPP-GUP Nihil disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah
bukti-bukti pendukung diterima secara lengkap dan benar.
F. Mekanisme Penerbitan SPP-TUP/PTUP
1. PPK menerbitkan SPP-TUP dan dilengkapi dengan dokumen meliputi :
a. rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan Bendahara
Pengeluaran;
b. surat pernyataan dari KPA/PPK yang menjelaskan syarat penggunaan TUP
sebagaimana dimaksud Huruf D angka 22 di atas; dan
c. surat permohonan TUP yang telah memperoleh persetujuan TUP dari Kepala KPPN.
26
2. SPP-TUP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 2 (dua)
hari kerja setelah diterimanya persetujuan TUP dari Kepala KPPN;
3. Untuk mengesahkan/mempertanggungjawabkan TUP, PPK menerbitkan SPP-PTUP dan
disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum batas akhir
pertanggungj awaban TUP;
4. Penerbitan SPP-PTUP dilengkapi dokumen pendukung sebagaimana dimaksud dalam
Huruf E angka 19 di atas.
G. Mekanisme Pengujian SPP dan Penerbitan Spm
1. PPSPM melakukan pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen pendukung yang
disampaikan oleh PPK;
2. Pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen pendukung SPP, meliputi :
a. Pengujian sebagaimana dimaksud pada Romawi HI Huruf C angka 4 di atas; dan
b. keabsahan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada Romawi IV Huruf B
angka 6 dan 7 di atas.
3. Dalam hal pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen pendukungnya memenuhi
ketentuan, PPSPM menerbitkan/menandatangani SPM;
4. Jangka waktu pengujian SPP sampai dengan penerbitan SPM-UP/TUP/GUP/PTUP/LS
oleh PPSPM diatur sebagai berikut :
a. untuk SPP-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja;
b. untuk SPP-GUP diselesaikan paling lambat 4 (empat) ban kerja;
c. untuk SPP-PTUP diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja; dan
d. untuk SPP-LS diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja.
5. Dalam hal PPSPM menolaldmengembalikan SPP karena dokumen pendukung tagihan
tidak lengkap dan benar, maka PPSPM harus menyatakan secara tertulis alasan
penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya
SPP;
6. Seluruh bukti pengeluaran sebagai dasar pengujian dan penerbitan SPM disimpan oleh
PPSPM;
7. Bukti pengeluaran menjadi bahan pemeriksaan bagi aparat pemeriksa internal dan
eksternal;
8. Penerbitan SPM oleh PPSPM dilakukan melalui sistem aplikasi yang disediakan oleh
Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
9. SPM yang diterbitkan melalui sistem aplikasi SPM memuat Personal Identification
Number (PIN) PPSPM sebagai tanda tangan elektronik pada ADK SPM dari penerbit
SPM yang sah;
10. SPM dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalam lampiran 8;
11. Dalam penerbitan SPM melalui sistem aplikasi, PPSPM bertanggung jawab atas :
a. Keamanan data pada aplikasi SPM;
27
b. Kebenaran SPM dan Kesesuaian antara data pada SPM dengan data pada ADK SPM;
dan
c. Penggunaan Personal Identification Number (PIN) pada ADK SPM.
12. PPSPM menyampaikan SPM-UP/TUP/GUP/GUP Nihil/PTUP/LS dalam rangkap 2
(dua) beserta ADK SPM kepada KPPN;
13. Penyampaian SPM-UP/SPM-TUP/SPM-LS sebagaimana dimaksud pada angka 12 di
atas diatur sebagai berikut :
a. Penyampaian SPM-UP dilampiri dengan surat pernyataan dari KPA yang dibuat
sesuai format sebagaimana tercantum pada lampiran 9;
b. Penyampaian SPM-TUP dilampiri dengan surat persetujuan pemberian TUP dari
Kepala KPPN;
c. Penyampaian SPM-LS dilampiri dengan Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau bukti
setor lainnya, dan/atau daftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu) penerima.
14. Khusus untuk penyampaian SPM-LS dalam rangka pembayaran jaminan uang muka
atas perjanjian/kontrak, juga dilampiri dengan :
a. Asli surat jaminan uang muka;
b. Asli surat kuasa bermaterai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN untuk mencairkan
jaminan uang muka; dan
c. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang muka sesuai Peraturan
Presiden mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
15. Khusus untuk penyampaian SPM atas beban pinjaman/hibah luar negeri, juga dilampiri
dengan faktur pajak;
16. PPSPM menyampaikan SPM kepada KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah
SPM diterbitkan;
17. SPM-LS untuk pembayaran gaji induk di sampaikan kepada KPPN paling lambat tanggal
15 sebelum bulan pembayaran;
18. Dalam hal tanggal 15 merupakan hari libur atau hari yang dinyatakan libur,
penyampaian SPM-LS untuk pembayaran gaji induk kepada KPPN dilakukan paling
lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal 15;
19. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 18 di atas dikecualikan untuk
Satker yang kondisi geografis dan transportasinya sulit, dengan memperhitungkan waktu
yang dapat dipertanggungjawabkan;
20. Penyampaian SPM kepada KPPN dilakukan oleh petugas pengantar SPM yang sah dan
ditetapkan oleh KPA dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Petugas pengantar SPM menyampaikan SPM beserta dokumen pendukung dan ADK
SPM melaluitront office Penerimaan SPM pada KPPN;
b. Petugas Pengantar SPM hares menunjukan Kartu Identitas Petugas Satker (KIPS)
pada saat menyampaikan SPM kepada Petugas Front Office; dan
28
c. Dalam hal SPM tidak dapat disampaikan secara langsung ke KPPN, penyampaian
SPM beserta dokumen pendukung dan ADK SPM dapat melalui Kantor Pos/Jasa
Pengiriman resmi.
21. Untuk penyampaian SPM melalui kantor pos/jasa pengiriman resmi, KPA terlebih
dahulu menyampaikan konfirmasi/pemberitahuan kepada Kepala KPPN.
H. Pelaksanaan Penerimaan Dan Pengeluaran Pada Akhir Tahun Anggaran
1. Pengeluaran terhadap kontrak pada akhir tahun
a. Pembayaran untuk tagihan pihak ketiga alas kontrak yang prestasi pekerjaannya
belum mencapai 100% (seratus persen), harus dilampiri asli jaminan nilai jaminan
sebesar nilai pekerjaan yang belum diselesaikan;
b. Dalam hal pelaksanaan pekcrjaan yang tidak terselesaikan / tidak dapat diselesaikan
100% (seratus persen) sampai dengan berakhirnya masa kontrak, pihak KPPN
berwenang mengajukan klaim pencairan jaminan untuk untung Kas Negara.
Besarnya klaim tersebut ditambah sanksi dengan memperhatikan ketentuan yang
berlaku.
c. Klaim pencairan jaminan tanpa memperhitungkan pajak yang telah disetorkan ke
Kas Negara melalui Potongan SPM dan apabila terdapat kelebihan pembayaran
pajak tersebut dilakukan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan dibidang
Perpajakan
2. Pengeluaran terhadap uang makan dan uang lembur dibayarkan dengan uang
persediaan.
1. Pembayaran Pengembalian Penerimaan Negara
1. Setiap keterlanjuran setoran ke Kas Negara dan/atau kelebihan penerimaan negara dapat
dimintakan pengembaliannya berdasarkan surat-surat bukti setoran yang sah ;
2. Pembayaran pengembalian keterlanjuran setoran dan/atau kelebihan penerimaan negara
harus diperhitungkan terlebih dahulu dengan utang pada negara;
3. Tata cara pengembalian penerimaan negara yang telah disetor ke Kas Negara terdiri :
a. Pengembalian Penerimaan Negara Pada Tahun Berjalan,
1) Pengembalian penerimaan negara dan pengembalian penerimaan lainnya, yang
diakibatkan oleh :
a) Kelebihan atau kesalahan penyetoran;
b) Kelebihan atau kesalahan pemotongan SPM;
c) Setoran Ganda; dan
d) Ikatan Perjanjian
2) Pengembalian Penerimaan Negara yang disetorkan pada tahun anggaran berjalan
dibukukan scbagai pengurang Penerimaan Negara bersangkutan dan dibebankan
pada akun penerimaan yang sama dengan akun pada saat penyetorannya.
29
3) Prosedur pengembalian Penerimaan Negara menggunakan mekanisme penerbitan
Pengembalian Penerimaan (SPM-PPL) dimana :
a) PA/KPA Satuan Kerja/Penyetor mengajukan permintaan pengembalian
Penerimaan Negara kepada KPPN dengan melampirkan
Fotocopy bukti setor penerimaan negara yang telah dikonfirmasi
BUN/Kuasa BUN (KPPN);
Fotocopy bukti kepemilikan rekening tujuan;
Surat ketetapan pengembalian; dan
Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dibuat sesuai format
scbagaimana tercantum dalam lampiran 10.
b) Penerbit Surat Perintah Pembayaran (SPP)/SPM-PP adalah Pejabat
Perbendaharaan pada satuan kerja yang memiliki alokasi dana DIPA. Dalam
hal satuan kerja yang mengajukan permintaan pengembalian tidak memiliki
alokasi dana dalam DIPA, maka penerbit SPP/SPM-PP adalah Sub Bagian
Umum KPPN berkenaan; dan
c) Pengajuan SPM-PP beserta kelengkapannya kepada KPPN dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang mengatur pengajuan SPM ke KPPN.
b. Pengembalian Penerimaan Negara atas penerimaan Tahun Anggaran sebelumnya.
1) Pengembalian penerimaan negara yang disetor dan/atau dipotong atas penerimaan
tahun sebelumnya, diakibatkan olch
a) Kelebihan/kesalahan penyetoran;
b) Kelebihan/kesalahan memotong pada SPM;
c) Setoran ganda;
d) lkatan perjanjian;dan
e) Sesuai ketentuan perundang-undangan harus dikembalikan.
2) Prosedur Pengembalian Penerimaan Negara atas penerimaan tahun anggaran
sebelumnya yaitu
a) PA/KPA mengajukan permintaan pengembalian penerimaan negara kepada
KPPN dengan melampirkan
Fotocopy bukti setor penerimaan negara yang telah dikonfirmasi Kuasa
BUN Pusat/di Daerah;
Surat ketetapan pengembalian; dan
Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM).
b) KPPN melakukan pemeriksaan kelengkapan permintaan pengembalian
penerimaan dan akan meneruskan kepada Direktorat Pengelolaan Kas Negara,
Direktorat Jenderal Perbendaharaan dengan melampirkan Surat Keterangan
Telah Dibukukan (SKTB) dan Surat Keputusan Persetujuan Pembayaran
Pengembalian Penerimaan (SKP4) yang diterbitkan oleh KPPN yang
tembusannya disampaikan kepada PA/KPA.
30
4. Petunjuk pengembalian uang Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang telah disetorkan ke Kas
Negara atas ditemukannya kembali BMN yang hilang.
a. Pembayaran pengembalian uang TGR yang telah disetorkan ke Kas Negara :
1) Persyaratan :
a) Pada prinsipnya uang TGR yang telah disetorkan ke Kas Negara dapat
dikembalikan kepada yang berhak, apabila BMN yang telah dinyatakan hilang
di masa yang lalu ditemukan kembali;
b) Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang mengajukan usul
penetapan keputusan tentang persetujuanipenolakan pengembalian uang TGR
kepada Kepala BPN RI setelah melakukan pemeriksaan terhadap BMN yang
telah ditemukan kembali tersebut, meliputi :
(1) Mencocokkan kebenaran jenis/spesifikasi barang disesuaikan dengan
daftar barang pada Kuasa Pengguna Barang; dan
(2) Pemeriksaan kondisi barang.
c) Untuk memeriksa kondisi barang, Kuasa Pengguna Barang dapat meminta
bantuan tenaga penilai yang kompeten dan/atau menentukan kondisi fisik
barang berdasarkan bcrita acara serah terima barang yang diterbitkan oleh
Kepolisian/Instansi yang berwenang;
d) Pemeriksaan kondisi fisik barang dilakukan dalam rangka memperoleh
kepastian mengenai kondisi fisik barang dalam kondisi baik, rusak ringan, atau
rusak berat dengan kriteria sebagai berikut :
(1) Kondisi Balk : Apabila kondisi barang tersebut masih dalam
keadaan utuh dan berfungsi dengan baik.
(2) Kondisi Rusak Ringan : Apabila kondisi barang tersebut masih dalam
keadaan utuh tetapi kurang berfungsi dengan baik.
Untuk berfungsi dengan baik memerlukan
perbaikan bagian utama/ komponen pokok.
(3) Kondisi Rusak Berat : Apabila kondisi barang tersebut tidak utuh dan
tidak berfungsi lagi atau memerlukan perbaikan
besar/penggantian bagian utama/ komponen
pokok, sehingga tidak ekonomis lagi untuk
diadakan perbaikan/rehabilitasi.
e) Pengembalian uang TGR pada dasarnya dapat dilakukan jika basil pencocokan
terhadap kebenaran jenis/spesifikasi barang dan kondisi fisik barang yang
ditemukan kembali dinyatakan oleh Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Barang sesuai dengan jenis/spesifikasi barang dan kondisinya dalam
keadaan baik;
31
f) Besarnya pengembalian uang TGR terhadap kondisi barang sebagaimana
dimaksud pada huruf e) di atas, dapat diberikan sebesar 100% (seratus persen)
tanpa memperhitungkan nilai penyusutan dan/atau nilai keekonomiannya;
g) Dalam hal kondisi fisik barang yang ditemukan kembali dalam keadaan kondisi
rusak ringan, besarnya pengembalian uang TGR diperhitungkan dengan biaya
riil yang telah dikeluarkan untuk memperbaiki barang yang ditemukan kembali
tersebut, sehingga kondisi fisik barang dimaksud memenuhi kriteria kondisi
balk;
h) Dalam hal kondisi fisik barang yang ditemukan kembali dalam keadaan kondisi
rusak berat, Kepala BPN RI dapat menetapkan keputusan penolakan
pengembalian uang TGR.
2) Mekanisme :
Pengembalian uang TGR yang telah disetorkan ke Kas Negara atas ditemukannya
kembali BMN yang hilang pada tahun anggaran berjalan dapat dibedakan sebagai
berikut :
a) TGR telah disetorkan ke Kas Negara seluruhnya pada tahun anggaran yang
lalu;
b) TGR telah disetorkan ke Kas Negara seluruhnya pada tahun anggaran berjalan;
c) TGR disetorkan ke Kas Negara secara angsuran sejak tahun anggaran yang lalu
sampai dengan tahun anggaran berjalan.
b. Tata cara pengembalian uang TGR yang telah disetorkan ke Kas Negara seluruhnya
pada Tahun Anggaran lalu mengacu pada petunjuk tata cara pengembalian PNBP
atas penerimaan tahun sebelumnya;
c. Tata cara pengembalian uang TGR yang telah disetorkan seluruhnya pada Tahun
Anggaran berjalan mengacu pada petunjuk tata cara pengembalian PNBP pada tahun
berjalan.
J. Pembayaran Tagihan Yang Bersumber Dad Penggunaan PNBP
1. Pembayaran tagihan atas beban belanja negara yang bersumber dari penggunaan PNBP,
dilakukan sebagai berikut :
a. Satker pengguna PNBP menggunakan PNBP sesuai dengan jenis PNBP dan batas
tertinggi PNBP yang dapat digunakan merupakan maksimum pencairan dana yang
dapat dilakukan oleh Satker sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor
237/KMK.02/2010 tanggal 19 Mei 2010;
b. Satker dapat menggunakan PNBP setelah PNBP disetor ke kas Negara berdasarkan
konfirmasi dari KPPN;
c. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh melampaui pagu
PNBP Satker yang bersangkutan dalam DIPA Petikan;
32
d. Dalam hal realisasi PNBP melampaui target/estimasi dalam DIPA Petikan,
penambahan pagu dalam DIPA Petikan dilaksanakan setelah mendapat persetujuan
Menteri Keuangan c.q Direktur Jenderal Anggaran.
2. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 237/KMK.02/2010 Tanggal 19
Mei 2010 tentang Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan
pada Badan Pertanahan Nasional, untuk masing-masing kegiatan sebagai berikut :
a. Kegiatan Pelayanan Pertanahan, dengan izin penggunaan paling tinggi sebesar
85,54% (delapan puluh lima koma lima puluh empat persen).
Pelayanan Pertanahan terdiri dari 8 pelayanan yaitu :
1) Pelayanan Survei, Pengukuran dan Pemetaan ;
2) Pelayanan Pemeriksaan Tanah;
3) Pelayanan Konsolidasi Tanah secara Swadaya;
4) Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan;
5) Pelayanan Pendaftaran Tanah;
6) Pelayanan Informasi Pertanahan;
7) Pelayanan Lisensi;
8) Pelayanan Kerjasama di Bidang Pertanahan yang berasal dari kerjasama dengan
pihak lain.
b. Kegiatan Pelayanan Pendidikan, dengan izin penggunaan paling tinggi sebesar
90,11% (sembilan puluh koma sebelas persen).
c. Penggunaan sebagian dana tersebut dapat digunakan untuk membiayai peningkatan
pelayanan di bidang pertanahan yang melibatkan kemampuan intelektual tertentu
yang meliputi survei, pengukuran dan pemetaan, kegiatan operasional, pemeliharaan,
dan investasi dalam rangka
1) Peningkatan pelayanan di bidang pertanahan yang melibatkan kemampuan
intelektual tertentu yang meliputi survei, pengukuran dan pemetaan, pemeriksaan
tanah, konsolidasi tanah secara swadaya, pertimbangan teknis pertanahan,
pendaftaran tanah, informasi pertanahan, lisensi dan kerjasama dengan pihak
lain;
2) Penegakan hukum di bidang pertanahan;
3) Pendidikan dan pelatihan di bidang pertanahan.
3. Satker pengguna PNBP dapat diberikan UP sebesar 20% (dua puluh persen) dari
realisasi PNBP yang dapat digunakan sesuai pagu PNBP dalam DIPA Petikan
maksimum sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah);
4. Realisasi PNBP sebagaimana dimaksud pada angka 3 di atas termasuk sisa Maksimum
Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran sebelumnya;
5. Satker pengguna PNBP yang belum memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana
PNBP dapat diberikan UP sebesar maksimal 1/12 (satu perduabelas) dari pagu dana
PNBP pada DIPA Petikan, maksimum sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah);
33
6. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 5 di atas, dapat dilakukan untuk pengguna
PNBP yang telah memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP namun belum
mencapai 1/12 (satu perduabelas) dari pagu dana PNBP pada DIPA Petikan;
7. Dalam hal UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP sebesar kebutuhan riil 1 (satu)
bulan dengan memperhatikan Batas Maksimum Pencairan (MP);
8. Pembayaran UP/TUP untuk Satker Pengguna PNBP dilakukan terpisah dari UP/TUP
yang berasal dari Rupiah Murni;
9. Penggantian UP atas pemberian UP dilakukan setelah Satker pengguna PNBP
memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP paling sedikit sebesar UP yang
diberikan:
10. Penyesuaian besaran UP dapat dilakukan terhadap Satker pengguna PNBP yang telah
memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP melebihi UP yang telah diberikan;
11. Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimal sesuai formula sebagai berikut:
MP = (PPP x JS) - JPS
MP : Maksimum Pencairan
PPP : Proporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatan sesuai dengan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan
JS : Jumlah setoran
JPS : Jumlah pencairan dana sebelumnya sampai dengan SPM terakhir yang
di terbitkan.
12. Sisa Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran sebelumnya dari Satker
pengguna, dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan tahun anggaran
berjalan setelah DIPA Petikan disahkan dan berlaku efektif, harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Perbendaharaan;
13. Tata cara penerbitan dan pengujian SPP dan SPM-UP/TUP/PTUP/GUP/GUP Nihil/LS
dari dana yang bersumber dari PNBP mengacu pada mekanisme yang ada;
14. PPSPM menyampaikan SPM-UP/TUP/PTUP/GUP/GUP Nihil/LS beserta ADK SPM
kepada KPPN dengan dilampiri :
a. dokumen pendukung SPM;
b. bukti setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh KPPN; dan
c. daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP) dibuat sesuai format
sebagaimana tercantum dalam lampiran 11.
K. Pembayaran Tagihan Untuk Kegiatan Yang Bersumber Dari Pinjaman Dan/Atau
Hibah Luar Negeri
1. Penerbitan SPP, SPM dan SP2D untuk kegiatan yang sebagian/seluruhnya bersumber
dari Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, mengikuti ketentuan mengenai kategori,
porsi pembiayaan, tanggal closing dole dan persetujuan pembayaran dari pemberi
34
pinjaman dan/atau hibah luar negeri sesuai dengan petunjuk pelaksanaan pencairan dana
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri berkenaan;
2. Penerbitan SPP-LS. SPM-LS, dan SP2D-LS atas tagihan berdasarkan perjanjian/kontrak
dalam valuta asing (valas) dan/atau pembayaran ke luar negeri mengikuti ketentuan
sebagai berikut
a. Perjanjian/kontrak dalam valas tidak dapat dikonversi ke dalam rupiah; dan
b. Pengajuan SPM disampaikan kepada KPPN Khusus Jakarta VI.
3. Penerbitan SPP-UP/TUP, SPM-UP/TUP, dan SP2D-UP/TUP menjadi beban dana
Rupiah Murni;
4. Pertanggungjawaban dan penggantian dana Rupiah Murni atas SP2D-UP/TUP
sebagaimana dimaksud pada angka 3 di atas, dilakukan dengan penerbitan SPP-
GUP/GUP Nihil/PTUP, SPM-GUP/GUP Nihil/PTUP, dan SP2D-GUP/GUP
Nihil/PTUP yang menjadi beban Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri berkenaan;
5. Dalam hal terjadi penguatan nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap valas yang menyebabkan
alokasi dana Rupiah pada DIPA Petikan melampaui sisa Pinjaman dan/atau Hibah Luar
Negeri, sebelum dilakukan penerbitan SPP, Satker harus melakukan perhitungan
dan/atau konfirmasi kepada Executing Agency agar tidak terjadi pembayaran yang
melampaui sisa Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri berkenaan;
6. Pengeluaran atas SP2D dengan sumber dana dari Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam dokumen Perjanjian
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, atau pengeluaran setelah Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri dinyatakan closing date dikategorikan sebagai pengeluaran
ineligible;
7. Atas pengeluaran yang dikategorikan ineligible sebagaimana dimaksud pada angka 6 di
atas, Direktur Jenderal Perbendaharaan menyampaikan surat pemberitahuan kepada
Pimpinan Kementerian Negara/Lembaga dengan tembusan kepada Direktur Jenderal
Anggaran;
8. Penggantian alas pengeluaran yang dikategorikan ineligible sebagaimana dimaksud pada
angka 7 di atas menjadi tanggung jawab Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangkutan dan harus diperhitungkan dalam revisi DIPA Petikan tahun anggaran
berjalan atau dibebankan dalam DIPA Petikan tahun anggaran berikutnya;
9. Ketentuan lebih lanjut mengenai petunjuk pelaksanaan pencairan dana Pinjaman
dan/atau Hibah Luar Negeri diatur oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.
L. Koreksi/Ralat, Pembatalan SPP, SPM, dan SP2D
1. Koreksi/ralat SPP. SPM, dan SP2D hanya dapat dilakukan sepanjang tidak
mengakibatkan :
a) Perubahan jumlah uang pada SPP. SPM dan SP2D;
b) Sisa pagu anggaran pada DIPA/POK menjadi minus; atau
35
c) Perubahan kode Bagian Anggaran, Eselon I, dan Satker.
2. Dalam hal diperlukan perubahan kode Bagian Anggaran, Eselon I, dan Satker
sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf c di atas, dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Perbendaharaan;
3. Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D dapat dilakukan untuk :
a. Memperbaiki uraian pengeluaran dan kode BAS selain perubahan kode;
b. Pencantuman kode pada SPM yang meliputi kode jenis SPM, cara bayar, tahun
anggaran, jenis pembayaran, sifat pembayaran, sumber dana, cara penarikan, nomor
register; atau
c. Koreksi/ralat penulisan nomor dan nama rekening, nama bank yang tercantum pada
SPP, SPM dan SP2D beserta dokumen pendukungnya yang disebabkan terjadinya
kegagalan transfer dana.
4. Koreksi/ralat SPM dan ADK SPM hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan
koreksi/ralat SPM dan ADK SPM secara tertulis dari PPK;
5. Koreksi/ralat kode mata anggaran pengeluaran (akun 6 digit) pada ADK SPM dapat
dilakukan berdasarkan permintaan koreksi/ralat ADK SPM secara tertulis dari PPK
sepanjang tidak mengubah SPM;
6. Koreksi/ralat SP2D hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan koreksi SP2D secara
tertulis dari PPSPM dengan disertai SPM dan ADK yang telah diperbaiki;
7. Pembatalan SPP hanya dapat dilakukan oleh PPK sepanjang SP2D belum diterbitkan;
8. Pembatalan SPM hanya dapat dilakukan oleh PPSPM secara tertulis sepanjang SP2D
belum diterbitkan;
9. Dalam hal SP2D telah diterbitkan dan belum mendebet kas negara, pembatalan SPM
dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Direktur Jenderal Perbendaharaan atau
pejabat yang ditunjuk;
10. Koreksi SP2D atau daftar nominatif untuk penerima lebih dari satu rekening hanya
dapat dilakukan oleh Kepala KPPN berdasarkan permintaan KPA;
11. Pembatalan SP2D tidak dapat dilakukan dalam hal SP2D telah mendebet Kas Negara;
M. Pelaksanaan Pembayaran Pada Akhir Tahun Anggaran
1. Dalam kondisi akhir tahun anggaran, batas terakhir pembayaran atas beban APBN dapat
dilakukan sebelum tanggal terakhir pada akhir tahun;
2. Penetapan batas terakhir pembayaran dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan
BUN untuk menyelesaikan administrasi pengelolaan Kas Negara;
3. Dalam pertanggungjawaban UP/TUP pada akhir tahun anggaran, pengajuan SPM dan
SP2D GUP Nihil/PTUP dapat dilakukan melampaui tahun anggaran;
4. Batas akhir penerbitan SPM GUP Nihil/PTUP ditetapkan dengan mempertimbangkan
kelancaran penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat;
36
5. Pembayaran gaji, honorarium, vakasi, uang makan dan uang lembur pada akhir tahun
ditentukan sebagai berikut:
a. Pembayaran gaji bulan januari tahun anggaran berikutnya, PPSPM mengajukan
SPM-LS gaji ke KPPN paling lambat pada tanggal 10 desember tahun anggaran
berkenaan
b. Pembayaran honorarium dan vakasi bulan desember tahun anggaran berkenaan dapat
dibayarkan pada bulan desember tahun anggaran berkenaan dengan melampirkan
surat pernyataan tanggung jawab mutlak yang ditandatangani oleh KPA
c. Pembayaran uang makan dan uang lembur pegawai negeri sipil bulan desember
dapat dibayarkan pada tahun anggaran berkenaan dengan uang persediaan
d. Sisa dana UP/TUP tahun anggaran berkenaan yang masih berada pada kas bendahara
pengeluaran dan bendahara pengeluaran pembantu baik tunai maupun yang masih
ada didalam rekening bank/pos harus disetorkan ke kas negara paling lambat hari
kerja terakhir menggunakan surat setoran bukan pajak (SSBP) dan disetorkan
melalui bank/pos persepsi mitra kerja KPPN berkenaan.
V. PENATAUSAHAAN HIBAH LANGSUNG
1. Hibah adalah Pendapatan/Belanja yang berasal dari/untuk Badan/Lembaga Dalam Negeri
atau Perseorangan, Pemerintah Negara Asing, Badan/Lembaga Asing, Badan/Lembaga
International baik dalam bentuk Uang, Barang/Jasa/Surat Berharga yang tidak perlu
dibayar/diterima kembali, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak
wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus;
2. Dana-dana dari pihak lain termasuk dari pemerintah daerah yang output pelayanannya
diserahkan kepada pemohon (misalkan permohonan pengukuran, sertifikasi, dst) tidak
dikategorikan dalam pengertian hibah diatas, dengan demikian terhadap dana-dana yang
diterima dalam rangka pelayanan permohonan tersebut diselenggarakan dengan mekanisme
PNBP;
3. Pendapatan Hibah adalah setiap penerimaan Pemerintah Pusat dalam bentuk Uang,
Barang/Jasa/Surat Berharga yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar
kembali, yang berasal dari Dalam Negeri atau Luar negeri, yang atas pendapatan hibah
tersebut, Pemerintah mendapatkan manfaat secara langsung yang digunakan untuk
mendukung tugas dan fungsi Kementrian/Lembaga, atau diteruskan kepada Pemerintah
Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Pemerintah Daerah;
4. Belanja Hibah adalah pengeluaran Pemerintah Pusat dalam bentuk Uang, Barang/Jasa/Surat
Berharga kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah Lainnya atau Perusahaan Daerah yang
secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta
tidak secara terus menerus;
5. Pendapatan Hibah Langsung adalah hibah yang diterima langsung oleh
Kementerian/Lembaga dan/atau pencairan dananya dilaksanakan tidak melalui Kantor
37
Pelayanan Perbendaharaan Negara, sehingga pengesahannya harus dilakukan oleh
Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara;
6. Pemberi Hibah adalah pihak yang berasal dari Dalam Negeri atau Luar negeri yang
memberikan hibah kepada Pemerintah Pusat.
A. Tata Cara Pengesahan Hibah Langsung dalam bentuk Uang
1. Pengajuan Permohonan Nomor Register :
a. Kepala Satuan Kerja (Satker) selaku Pengguna Anggaran (PA)/ Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) secara berjenjang mengajukan permohonan nomor register atas hibah
langsung bentuk uang kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Cq. Direktur
Evaluasi Akuntansi dan Setelmen melalui Sekretaris Utama Cq Kepala Biro
Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, tembusan di sampaikan kepada Biro
Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran dilampiri dengan
1) Perjanjian Hibah (Grand Agreement) atau dokumen lain yang dipersamakan
dilengkapi dengan RAB;
2) Ringkasan Hibah (Grand Summary).
b. Surat Permohonan nomor register dan ringkasan hibah disusun sesuai format
sebagaimana tercantum pada Lampiran 12 dan 13.
2. Pengajuan Persetujuan Pembukaan /Penutupan Rekening Hibah .
a. Kepala Satuan Kerja (Satker) selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) secara
berjenjang mengajukan permohonan persetujuan pembukaan Rekening Hibah kepada
Direktorat Pengelolaan Kas Negara melalui Sekertaris Utama Cq Biro Keuangan dan
Pelaksanaan Angaran dalam rangka Pengelolaan hibah langsung bentuk uang;
b. Permohonan Pembukaan Rekening Hibah dilampiri surat pernyataan penggunaan
rekening sesuai ketentuan Peraturan Menteri Keuangan mengenai pengelolaan
rekening milik K/L Kantor/Satker;
c. Atas dasar persetujuan pembukaan rekening dari Direktorat Pengelolaan Kas Negara,
Kepala Satuan Kerja (Satker) selaku Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) membuka Rekening Hibah untuk mendanai kegiatan yang disepakati
dalam perjanjian Hibah atau dokumen yang dipersamakan;
d. Pengelolaan Rekening Hibah dilaksanakan oleh Bendahara Pengeluaran Satker dan
dapat dibantu oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu;
e. Rekening Hibah yang telah dibuka sebelum berlakunya Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 191 /PMK.05/2011 wajib dilaporkan dan dimintakan persetujuan kepada
Direktorat Pengelolaan Kas Negara, K/L dapat langsung menggunakan uang yang
berasal dari hibah langsung tanpa menunggu terbitnya persetujuan pembukaan
Rekening Hibah;
f. Rekening hibah yang sudah tidak digunakan sesuai dengan pembukaannya, wajib
ditutup oleh Kepala Satuan Kerja (Satker) dan saldonya disetor ke Rekening Kas
38
Umum Negara (RKUN), kecuali ditentukan lain dalam perjanjian hibah atau dokumen
yang dipersamakan;
g. Tata cara penyetoran dan pencatatan penyetoran saldo rekening hibah ke RKUN diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan;
h. Jasa Giro/Bunga yang diperoleh dari rekening hibah disetor ke Kas Negara sebagai
PNBP, kecuali ditentukan lain dalam Perjanjian Hibah atau dokumen yang
dipersamakan.
3. Penyesuaian Pagu Hibah dalam DIPA Petikan
a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) pada satker melakukan penyesuaian pagu
belanja/pendapatan yang bersumber dari Hibah langsung dalam bentuk uang dalam
DIPA Petikan;
b. Penyesuaian Pagu belanja/pendapatan dilakukan melalui revisi DIPA Petikan yang
diajukan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kakanwil DJPB untuk disahkan
sesuai Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara revisi anggaran;
c. Penyesuaian Pagu Belanja dilakukan melalui revisi DIPA Petikan sebesar yang
direncanakan akan dilaksanakan sampai dengan akhir tahun anggaran berjalan, paling
tinggi sebesar perjanjian hibah atau dokumen yang dipersamakan;
d. Revisi pada huruf b dan c di atas menambah pagu DIPA Petikan tahun anggaran
berjalan;
e. Hibah langsung yang sudah diterima tetapi belum dilakukan penyesuaian pagu DIPA
Petikan diproses melalui tata cara revisi anggaran pada kesempatan pertama, satker
dapat langsung menggunakan uang yang berasal dari hibah langsung tanpa menunggu
terbitnya revisi DIPA Petikan;
f. Apabila terdapat sisa pagu belanja yang bersumber dari hibah langsung dalam bentuk
uang untuk membiayai kegiatan pada DIPA Petikan satker tahun anggaran berjalan
yang akan digunakan pada tahun anggaran berikutnya, dapat menambah pagu belanja
DIPA Petikan tahun anggaran berikutnya;
g. Penambahan pagu DIPA Petikan setinggi-tinggi sebesar sisa uang yang bersumber dari
hibah pada akhir tahun berjalan; penambahan pagu DIPA Petikan dilakukan melalui
mekanisme revisi yang diajukan oleh PA/KPA kepada Kepala Kanwil Direktorat
Jenderal Perbendaharaan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
h. Untuk Pendapatan I Iibah langsung yang bersifat tahun jamak (multiyears) pelaksanaan
revisi penambahan pagu DIPA Petikan sebagaimana dimaksud pada huruf b di atas
dapat digabung dengan revisi penambahan pagu DIPA Petikan dari rencana
penerimaan hibah langsung tahun berikutnya.
4. Pengesahan I libah Langsung Dalam Bentuk Uang.
a. Kuasa Pengguna Anggaran pada satker secara berjenjang melalui Sekretaris Utama Cq
Biro Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran mengajukan Surat Perintah Pengesahan
Hibah Langsung (SP2HL) atas seluruh pendapat Hibah Langsung Luar Negeri bentuk
39
uang sebesar yang telah diterima, dan belanja yang bersumber dari Hibah Langsung
Luar Negeri sebesar yang telah dibelanjakan pada tahun anggaran berjalan kepada
KPPN Khusus VI paling tinggi sebesar alokasi dana yang tercantum pada DIPA
Petikan;
b. Dalam hal Hibah berasal dari Dalam Negeri, KPA mengajukan SP2HL atas seluruh
pendapatan Hibah Langsung Dalam Negeri bentuk Uang sebesar yang telah diterima
dan belanja yang bersumber dari Hibah Langsung Dalam Negeri sebesar yang telah
dibelanjakan pada tahun anggaran berjalan kepada KPPN mitra kerjanya paling tinggi
sebesar alokasi dana yang tercantum pada DIPA Petikan;
c. Pengajuan SP2HL menggunakan aplikasi SPM sesuai dengan format sebagaimana
tercantum pada lampiran 14 dan dilampiri dengan :
1) Fotocopi Rekening Hibah;
2) Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah Langsung (SPTMHL);
3) Surat Pernyataan Pertanggung Jawaban Mutlak (SPTJM);
4) Fotocopi Surat Persetujuan Pembukaan Rekening untuk pengajuan Surat Perintah
Pengesahan Hibah Langsung (SP2HL) pertama kali.
5. Pengesahan Pengembalian Hibah Langsung Dalam Bentuk Uang.
a. Sisa uang yang bersumber dari hibah Iangsung bentuk uang dapat dikembalikan kepada
Pemberi Hibah sesuai dengan Perjanjian Hibah atau dokumen yang dipersamakan;
b. Atas pengembalian Hibah yang berasal dari Luar Negeri, KPA pada Satker secara
berjenjang melalui Sekretaris Utama Cq Biro Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran
mengajukan SP4HL kepada KPPN Khusus Jakarta VI, dengan melampirkan :
1) Fotocopi rekening koran terakhir atas rekening hibah;
2) Fotocopi bukti pengiriman/transfer kepada Pemberi Hibah;
3) Surat Pernyataan Pertanggung Jawaban Mutlak (SPTJM);
c. Atas pengembalian Hibah yang berasal dari Dalam Negeri, KPA pada Satker
mengajukan SP4HL dengan menggunakan aplikasi SPM sesuai dengan format
sebagaimana tercantum pada lampiran 15 kepada KPPN mitra kerjanya dan dilampiri
sebagaimana huruf b.
B. Tata Cara Pengesahan dan Pencatatan Hibah Langsung Dalam Bentuk Barang/Jasa/
Surat Berharga
L Penandatanganan Berita Acara Serah Terima (BAST) dan Penatausahaan Dokumen
Pendukung Lainnya.
a. BAST minimal memuat :
1) Tanggal Serah Terima;
2) Pihak Pemberi dan Penerima Hibah;
3) Tujuan Penyerahan Hibah;
40
4) Nilai Nominal, apabila dalam mata uang asing harus dikonversi ke mata uang
rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal BAST;
5) Bentuk Hibah; dan
6) Rincian Harga per Barang dengan spesifikasi.
b. Apabila dalam BAST atau dokumen pendukung hibah Iainnya tidak terdapat nilai
Barang/Jasa/Surat Berharga, Kepala Satuan Kerja (Satker) selaku Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) penerima hibah melakukan estimasi nilai wajar atas
Barang/Jasa/Surat Berharga yang diterima, dengan cara yang dapat
dipertanggungjawabkan;
c. Dokumen pendukung lain terkait penerimaan hibah harus ditatausahakan oleh
penerima hibah.
2. Pengajuan Permohonan Nomor Register
a. Kepala Satuan Kerja (Satker) selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) secara
berjenjang melalui Sekretaris Utama Cq Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar
Negeri dan tembusan disampaikan kepada Biro Keuangan dan Pelaksanaan
Anggaran mengajukan permohonan nomor register atas hibah langsung bentuk
barang/jasa/surat berharga kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Cq.
Direktur Evaluasi Akuntansi dan Setelmen dilampiri dengan :
1) Perjanjian Hibah (Grand Agreement) atau dokumen lain yang dipersamakan;
2) Ringkasan Hibah (Grand Summary).
b. Surat Permohonan nomor register dan ringkasan hibah disusun sesuai dengan
format sebagaimana tercantum dalam lampiran 16 dan 17;
c. Dalam hal tidak terdapat dokumen sebagaimana dimaksud pada angka 1.a dan 1.b
di atas permohonan nomor register dilampiri dengan
1) Berita Acara Penyerahan Hibah; dan
2) Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah Langsung (SPTMHL).
d. Pencatatan barang yang ada di kantor yang belum dimasukkan dalam SIMAK
BMN, mekanismenya sebagai berikut :
1) Apabila barang sudah ada Nilai Nominal dan Berita Acara Surat Terima
(BAST), barang tersebut cukup dimasukkan dalam aplikasi SIMAK BMN dan
diungkap secara memadai dalam CaLK;
2) Kepala Kantor Wilayah BPN/Kepala Kantor Pertanahan yang menerima hibah
dalam bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga membuat dan menandatangani
BAST bersama dengan pemberi hibah.
3. Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung Dalam Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga.
Kepala Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) secara berjenjang
melalui Sekretaris Utama Cq Biro Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran mengajukan
Surat Perintah Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat
Berharga (SP3HL-BJS) sebagaimana contoh lampiran 18 dalam rangkap 3 (tiga)
41
kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Cq. Direktur Evaluasi Akuntansi dan
Setelmen dengan dilampiri :
a. BAST; dan
b. Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah Langsung (SPTMHL).
4. Pencatatan Hibah Langsung Dalam Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga.
a. Kuasa Pengguna Anggaran mengajukan Memo Pencatatan Hibah Langsung
Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga (MPHL-BJS) sebagaimana contoh format
MPHL-BJS sebagaimana tercantum pada lampiran 19 atas seluruh pendapatan
hibah langsung bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga untuk Pencatatan Persediaan
Barang dan Jasa dari 14ibah/Belanja Modal untuk Pencatatan Aset Tetap atau Aset
lainnya dari Hibah/Pengeluaran Pembiayaan untuk Pencatatan Surat Berharga dari
Hibah baik dari Luar Negeri maupun dari Dalam Negeri sebesar nilai
Barang/Jasa/Surat Berharga pada tahun anggaran berjalan kepada KPPN mitra
kerjanya, dengan dilampiri :
1) SPTMHL ;
2) SP3HL-BJS lembar ke 2; dan
3) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM).
b. MPHL-BJS dibuat menggunakan aplikasi SPM yang disediakan oleh Direktorat
Jenderal Perbendaharaan;
c. Atas dasar persetujuan MPHL-BJS yang diterima dari KPPN, KPA membukukan
belanja barang untuk pencatatan persediaan dari hibah/belanja modal untuk
pencatatan Aset Tetap atau Aset Lainnya dari hibah;
d. Apabila Kepala Satuan Kerja (Satker) selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
penerima hibah tidak dapat menghasilkan estimasi nilai wajar atas
Barang/Jasa/Surat Berharga yang diterima, maka Pendapatan Hibah Langsung
tidak diajukan permohonan nomor register dan tidak dilakukan pengesahan baik di
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) maupun KPPN;
e. Atas Pendapatan Hibah Langsung diungkapkan secara memadai pada Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK).
C. Pejabat Perbendaharaan
1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari
hibah langsung adalah PPK Satker yang bersangkutan atau apabila perlu dapat ditunjuk
PPK tersendiri oleh KPA;
2. Pejabat penandatangan SP2HL dan SP4HL adalah Pejabat Penandatangan SPM, dalam
hal SK telah ditetapkan maka KPA melakukan revisi dengan menambahkan
kewenangan sebagai penandatangan SP2HL dan SP4HL serta revisi SK disampaikan
kepada Kepala KPPN;
3. Pejabat Penandatangan MPHL-BJS adalah KPA.
42
D. Penyampaian SP2HL
1. Kuasa Pengguna Anggaran membuat dan menyampaikan SP2HL ke KPPN atas
pendapatan hibah langsung dalam bentuk uang dan/atau belanja yang bersumber dari
hibah langsung dengan dilampiri
a. Fotocopy rekening koran terakhir atas rekening hibah;
b. SPTMHL;
c. SPTJM;
d. Fotocopy surat persetujuan pembukaan rekening untuk pengajuan SP2HL pertama
kali.
2. Penyampaian SP2HL ke KPPN dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun anggaran.
E. Penyampaian SP4HL
1. Kuasa Pengguna Anggaran membuat dan menyampaikan SP4HL ke KPPN atas
pengembalian pendapatan hibah langsung dalam bentuk uang dengan dilampiri :
a. Fotocopy rekening koran terakhir atas rekening hibah;
b. Fotocopy bukti pengiriman/ transfer kepada pemberi hibah;
c. SPTJM.
2. Penyampaian SP4HL ke KPPN dilakukan segera setelah semua kegiatan dalam
perjanjian hibah selesai dilaksanakan dan pengembalian hibah telah dilakukan.
F. Penyampaian MPHL-BJS
1. Penyampaian MPHL-BJS ke KPPN dilakukan pada tahun anggaran berjalan setelah
dilakukan pengesahan penerimaan hibah langsung bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga
ke Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang dan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun anggaran;
2. Atas pendapatan hibah langsung bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga dan belanja barang
untuk Pencatatan Persediaan dan Jasa dari hibah/Belanja Modal untuk pencatatan Aset
Tetap atau Aset Lainnya dari hibah/Pengeluaran Pembiayaan untuk Pencatatan Surat
Berharga dari hibah, KPA membuat dan menyampaikan MPHL-BJS ke KPPN dengan
dilampiri :
a. SPTMHL bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga;
b. Surat Perintah Pengesahan Penerimaan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat
Berharga (SP3HL-BJS) yang sudah disetujui Direktur Jenderal Pengelolaan Utang
(DJPU) lembar kedua;
c. SPUM.
43
G. Petugas Pengantar SP2HL, SP4HL, dan MPHL-BJS
Petugas pengantar SP2HL, SP4HL, dan MPHL-BJS adalah petugas pengantar SPM, dalam
hal SK telah ditetapkan, KPA melakukan revisi dengan menambahkan tugas pengantar
SP2HL, SP4HL, dan MPHL-BJS serta revisi SK disampaikan kepada Kepala KPPN.
H. Pengambilan SPHL, SP3HL, dan Persetujuan MPHL-BJS
1. Petugas Pengambil SPHL, SP3HL dan Persetujuan MPHL-BJS adalah petugas
pengambil SP2D;
2. Dalam hal petugas pengambil SP2D telah ditetapkan, KPA melakukan revisi SK
dengan menambahkan tugas untuk mengambil SPHL, SP3HL, dan Persetujuan MPHL-
BJS serta menyampaikan revisi SK kepada Kepala KPPN.
I. Sanksi-sanksi
1. PA/KPA yang menerima hibah dalam bentuk Uang/Barang/Jasa/Surat Berharga yang
tidak mengajukan register dan/atau pengesahan diberikan sanksi administrasi;
2. Hibah yang diterima langsung oleh PA/KPA dan tidak dikelola sesuai Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011 ini menjadi tanggung jawab Penerima
Hibah;
3. Apabila terjadi ineligible (tidak memenuhi syarat) atas Pendapatan hibah yang tidak
diajukan register dan/atau pengesahan oleh PA/KPA, Negara tidak menanggung atas
jumlah ineligible Pendapatan Hibah yang bersangkutan.
Apabila terjadi ineligible atas Pendapatan hibah yang telah diajukan register dan
pengesahan oleh PA/KPA, Negara dapat menanggung atas jumlah ineligible melalui DIPA
Kementerian/Lembaga yang bersangkutan.
Terhadap Pendapatan Hibah Langsung dalam bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga yang
telah diterima sebelum ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011
serta telah disahkan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU), tidak diperlukan
pengesahan kembali berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011.
VI. PENATAUSAHAAN PNBP
A. Seluruh transaksi PNBP diterima dan dicatat oleh Bendahara Penerimaan dalam BKU dan
Buku Pembantu sesuai dengan jenis pelayanan;
B. Jenis PNBP di lingkungan BPN RI.
Sehubungan dengan pendapatan dan penerimaan-penerimaan Badan Pertanahan Nasional
RI yang bersifat umum dan bersifat fungsional, maka Bendahara Penerimaan agar
menyetorkan penerimaan-penerimaan tersebut ke Rekening Kas Umum Negara dengan
Kode Unit Organisasi 056.01 dan Kode Akun Pendapatan untuk :
1. Bersifat Umum :
a. 423121 Pendapatan dan dari Penjualan Tanah, Gedung dan Bangunan;
44
b. 423122 Pendapatan dad Penjualan Peralatan dan Mesin;
c. 423129 - Pendapatan dad pemindahtanganan BMN lainnya;
d. 423141 Pendapatan Sewa Tanah, Gedung dan Bangunan;
e. 423142 Pendapatan Sewa Peralatan dan Mesin;
423149 - Pendapatan dari Pemanfaatan BMN lainnya;
g. 423221 Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro);
h. 423291 - Pendapatan Jasa Lainnya;
i. 423752 Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan
Pemerintah;
j. 423911 - Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Pusat Tahun
Anggaran Yang Lalu;
k. 423912 - Penerimaan Kembali Belanja Pensiun Tahun Anggaran
Yang Lalu;
1. 423913 Penerimaan Kembali Belanja Lainnya Tahun Anggaran
Yang Lalu;
m 423914 - Penerimaan Kembali Belanja Lainnya Pinjaman Luar
Negeri Tahun Anggaran Yang Lalu;
n. 423915 Penerimaan Kembali Belanja Lainnya Hibah Tahun
Anggaran Yang Lalu;
o. 423916 Penerimaan Kembali Belanja Swadana Tahun Anggaran
Yang Lalu
p. 423921 Pendapatan Pelunasan Pi utang Non Bendahara;
q. 423922 Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi Atas Kerugian yang
diderita oleh Negara (Masuk TP/TGR) Bendahara;
r. 423931 - Pendapatan dari Penutupan rekening;
s. 423999 - Pendapatan Anggaran Lain-lain.
2. Bersifat Fungsional :
a. 423214
-
Pendapatan Hak dan Perijinan;
b. 423219
-
Pendapatan Pelayanan Pertanahan terdiri dari :
1) Pelayanan Survei, Pengukuran dan Pemetaan ;
2) Pelayanan Pemeriksaan Tanah;
3) Pelayanan Konsolidasi Tanah secara Swadaya;
4) Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan;
5) Pelayanan Pendaftaran Tanah;
6) Pelayanan Informasi Pertanahan;
7) Pelayanan Lisensi;
8) Pelayanan Penetapan Tanah Objek Penguasaan Benda
45
Benda Tetap Milik Perseorangan Warga Negara
Belanda (P3MB);
9) Pelayanan Kerjasama dibidang Pertanahan yang
berasal dari kerjasama dengan pihak lain;
c. 423511 - Pendapatan Uang Pendidikan
C. Bendahara Penerimaan dan ATL Bendahara Penerimaan bertanggung jawab kepada KPA
balk dari segi penerimaan, penyetoran, penatausahaan, pembukuan dan pelaporan;
D. Legalitas SSBP PNBP agar ditandatangani oleh Atasan Langsung Bendahara Penerimaan;
E. Bukti Setor PNBP untuk kegiatan pelayanan (SSBP) lembar ke-4 agar diserahkan kepada
Bendahara Pengeluaran disertai dengan Daftar Nominatif Nama-nama Pemohon,
sebagaimana contoh format pada lampiran 20;
F. SSBP menggunakan bentuldformat standar;
G. Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) wajib disetor langsung secepatnya ke Kas
Negara;
H. Bentuk dan jenis kwitansi penerimaan, Surat Perintah Setor (SPS) dan Daftar Nominatif
tetap berlaku sebagaimana SE. KBPN No. 350-669-Settama tanggal 25 Maret 2004;
I. KPA dapat melimpahkan kewenangan penandatanganan Surat Perintah Setor (SPS) kepada
pejabat yang ditunjuk;
J. Biaya administrasi bank/transfer/bea materai sehubungan dengan pelayanan Bank
dibebankan pada APBN yang bersumber dari DIPA petikan;
K. Kekurangan pembayaran PNBP sehubungan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
51/PMK.02/2012 wajib ditagih dan dilaporkan dalam Laporan Keuangan;
VII. PELAKSANAAN PENGGUNAAN ANGGARAN YANG SUMBER DANANYA DARI
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)
Menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif Atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional dan
dalam rangka tertib administrasi penggunaan anggaran khususnya yang bersumber dari
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), maka perlu diatur penggunaannya sebagai berikut :
A. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) petikan, yang selanjutnya dirinci dalam
Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) yang disusun berdasarkan RKA-KL masing—masing
Satuan Kerja bersangkutan, merupakan dokumen pelaksanaan anggaran berdasarkan
Undang-Undang APBN yang diantaranya menetapkan besaran alokasi/batas pagu belanja
PNBP yang dapat digunakan dan direalisasikan dalam tahun anggaran berjalan;
B. Selanjutnya pelaksanaan penggunaan dana PNBP didasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 237/KMK.02/2010 tentang Persetujuan Penggunaan sebagian Dana Penerimaan
Negara Bukan Pajak pada Badan Pertanahan Nasional, yang menetapkan Izin Penggunaan
untuk pelayanan pertanahan paling tinggi sebesar 85,54 % tidak termasuk penerimaan dari
pelayanan P3MB/Prk 5, karena penerimaan dari P3MB/Prk 5 tidak diatur ijin
46
penggunaannya. Sedangkan pelayanan pendidikan paling tinggi sebesar 90,11% dari
realisasi PNBP;
C. Dalam pelaksanaannya, penetapan target dan realisasi PNBP didasarkan atas :
1. Target PNBP ditetapkan dan dicantumkan pada Halaman III DIPA petikan masing-
masing Satuan Kerja sesuai hasil penelaahan bersama dengan Direktorat Jenderal
Anggaran Kementerian Keuangan RI berdasarkan usulan dan data dari masing - masing
Satuan Kerja bersangkutan;
2. Realisasi PNBP dibuktikan dengan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) yang sudah
divalidasi dan dicantumkan dalam rekonsiliasi data PNBP bersama KPPN setempat.
D. Dalam pelaksanaan penggunaan dana PNBP, agar diperhatikan hal — hal sebagai berikut :
1. Anggaran Belanja PNBP dalam DIPA petikan digunakan untuk membiayai Operasional
Pelayanan dan Dukungan Pelayanan yang meliputi 3 (tiga) program yaitu :
a. Program Pengelolaan Pertanahan Nasional;
b. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya; dan
c. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana.
2. Besaran pagu dana PNBP yang dapat digunakan dan direalisasikan dengan mengacu
kepada :
a. Batas ijin persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP sebagaimana ditetapkan
dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 237/KMK.02/2010;
b. Besaran pagu masing-masing Program yang ditetapkan dalam DIPA Petikan
bersangkutan;
c. Besaran jumlah realisasi penerimaan PNBP tahun berjalan yang dibuktikan dengan
dokumen SSBP.
3. Penggunaan dana Program Pengelolaan Pertanahan Nasional (point D.1.a) untuk
membiayai pelaksanaan operasional pelayanan pertanahan dan penegakan hukum.
Pelaksanaan operasional pelayanan pertanahan wajib diutamakan mengingat hal
tersebut berkaitan langsung dengan pelayanan kepada masyarakat.
a. Penggunaan dana Program Pengelolaan Pertanahan (Penegakan Hukum/
Peningkatan Pelayanan Pertanahan) diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan
kegiatan dalam rangka
1) Peningkatan Pelayanan di Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan;
2) Peningkatan Pelayanan di Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah;
3) Peningkatan Pelayanan di Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan;
4) Peningkatan Pelayanan di Bidang Pengendalian dan Pemberdayaan
Masyarakat;
5) Peningkatan Pelayanan di Bidang Pengkaj ian dan Penanganan Kasus
Pertanahan.
b. Penggunaan Dana Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya (PDM) diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan kegiatan :
47
1) Tata kelola pertanahan;
2) Peningkatan SDM;
Untuk kegiatan peningkatan SDM dengan sumber dana dari PNBP Satker
sebelum pelaksanaan agar berkoordinasi dengan PUSDIKLAT BPN RI.
3) Sosialisasi peraturan dan kebijakan;
4) Penguatan data dan informasi;
5) Lain-lain kegiatan dukungan manajemen dan tugas teknis.
c. Penggunaan dana Program Peningkatan Sarana dan Prasarana (PS?)
diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan kegiatan
I) Pembangunan Gedung Kantor;
2) Rehabilitasi Gedung (termasuk Instalasi);
3) Pengadaan Kendaraan Operasional;
4) Pengadaan Peralatan dan;
5) Kegiatan Investasi lainnya.
4. Mengingat kondisi masing-masing Satuan Kerja berbeda satu dengan lainnya, kecuali
peruntukan penggunaan dana Program Pengelolaan Pertanahan Nasional
(Operasional Pelayanan) yang besaran porsi penggunaannya per masing-masing jenis
kegiatan pelayanan telah ditetapkan secara pasti khususnya point D.3 diatas, maka
prioritas dan besaran penggunaan dana untuk kegiatan Program Pengelolaan
Pertanahan Nasional (Penegakan Hukum/ Peningkatan Pelayanan Pertanahan), Program
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya, dan Program
Peningkatan Sarana dan Prasarana ditentukan oleh Kepala Satuan Kerja selaku
Kuasa Pengguna Anggaran dengan memperhatikan kebutuhan riil dan mendesak
dalam mendukung pelaksanaan Program Nasional di bidang pertanahan.
5. Dalam rangka pelayanan pertanahan untuk pengadministrasian, pembukuan, pengolah
data dan pemeriksa harus ditetapkan dengan Surat Keputusan Kuasa Pengguna
Anggaran/Penanggung Jawab Kegiatan (khususnya Satker Kantor Pusat BPN RI) setiap
tahun anggaran.
6. Operasional pelayanan dibedakan sesuai dengan tipe pekerjaan/sifat pelayanan :
a. Untuk kegiatan pelayanan yang operasionalnya merupakan pelayanan
administrasi kantor, besaran anggaran operasional pelayanan pertanahan adalah
sebesar Rp. 42.000,- untuk setiap Permohonan. Pola belanja mengacu pada harga
satuan yang telah tertuang dalam POK.
Contoh :
Kegiatan pelayanan yang operasionalnya merupakan pelayanan administrasi kantor
yang tarifnya bervariasi biaya operasionalnya Rp. 42.000,-
Contoh : Pelayanan Pendaftaran Hak Tanggungan sebanyak 5 (lima) permohonan
terdiri dari :
48
NO. TAR1F
(Rp)
MAKSIMUM
PENCAIRAN
BELANJA
OPERASIONAL
SISA M.P DARI
PENERIMAAN
1 50.000 42.770 42.000 770
2 50.000 42.770 42.000 770
3 200.000 171.080 42.000 129.080
4 200.000 171.080 42.000 129.080
5 2.500.000 2.138.500 42.000 2.096.500
JML 3.000.000 2.566.200 210.000 2.356.200
Sisa Maksimum Pencairan dari penerimaan yakni sebesar Rp. 2.356.200,-
{(Rp.3.000.000 x 85,54 %) — (Rp.42.000 X 5 permohonan)} digunakan untuk
membiayai Program Pengelolaan Pertanahan (Penegakan Hukum/
Peningkatan Pelayanan Pertanahan), Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya, dan Program Peningkatan Sarana dan
Prasarana;
b. Untuk kegiatan pelayanan yang operasionalnya merupakan pelayanan pekerjaan
lapangan biaya operasioal pelayanan sebagaimana rincian dalam
POK/RKAKL Satker, Sisa Maksimum Pencairan dari penerimaan masing-masing
pelayanan digabungkan, untuk membiayai Program Pengelolaan Pertanahan
(Penegakan Hukum/Peningkatan Pelayanan Pertanahan), Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya, dan Program
Peningkatan Sarana dan Prasarana.
7. Rincian biaya Operasional Pelayanan Pertanahan adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan Survei, Pengukuran dan Pemetaan
1) Pelayanan Survei, Pengukuran Batas Kawasan atau Batas Wilayah, dan
Pemetaan.
Penggunaan dana Pelayanan Survei, Pengukuran, dan Pemetaan
a) Besarnya biaya operasional maksimal 80 % dart MP;
b) Tahapan pekerjaan yang di lak ukan menggunakan biaya dengan
perhitungan proporsional dari satuan Harga dalam RKAKL/POK
(perhitungan biaya berbanding linter);
c) Untuk pengadaan ATK dibelanjakan berdasarkan kebutuhan
penggunaannya.
d) Penggunaan Biaya Operasional dengan rincian sebagai berikut :
-
Contoh : Pelayanan Survei nilai Bidang Tanah Pemukiman atau
Pertanian
49
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp.450.000 maka biaya operasional
Rp. 306.000,- (Sebagaimana Contoh I)
Contoh : Pelayanan Survei nilai Bidang tanah usaha (perbidang)
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp.600.000 maka biaya operasional
Rp. 409.000,- (Sebagaimana Contoh 2)
Contoh : Pelayanan Pemetaan zona nilai tanah dan zona nilai ekonomi
kawasan skala 1 : 10.000 (minimal 50 Ha)
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp.1.250.000 maka biaya operasional
Rp. 855.000,- (Sebagaimana Contoh 3)
Contoh : Pelayanan Pemetaan zona nilai tanah dan zona nilai ekonomi
kawasan skala 1 : 25.000 (minimal 50 Ha)
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp.250.000 maka biaya operasional
Rp. 170.000,- (Sebagaimana Contoh 4)
Contoh : Pelayanan Tematik Bidang Tanah skala 1 : 2.500 dan
Pemecahan Sertifikat Skala : 1.000 Permohonan 25 Bidang
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp.1.875.000 maka biaya operasional
Rp. 1.283.100,- (Sebagaimana Contoh 5)
Contoh : Pelayanan Tematik Kawasan skala 1 : 25.000 permohonan
40 Ha dan skala 1 : 10.000 Permohonan 20 Ha
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp.800.000 maka biaya operasional
Rp. 547.456,- (Sebagaimana Contoh 6)
2) Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah Dalam Rangka Penetapan
Batas
Penggunaan biaya operasional pelayanan adalah maksimum sebesar 80 "/0
(delapan puluh persen) dari ijin persetujuan penggunaan PNBP sesuai dengan
realisasi penerimaan atau maksimum : 80 % x 85,54 % x SSBP.
a) Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah.
i. Untuk luas tanah sampai dengan 10 (sepuluh) hektar Penggunaan
Biaya Operasional dengan rincian sebagai berikut :
- Tahapan yang dilakukan dikantor menggunakan biaya tetap
- Besaran Biaya Pengukuran dihitung setelah biaya tetap
Contoh : Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah Non
Pertanian (HSBKu Rp.80.000,-) untuk luas 100m2 ; Tarif sesuai PP 13
sebesar Rp.116.000.
Biaya operasional = 80 % x 85,54 % x Rp.116.000,- = Rp. 79.381,-
50
9; ,,
t..- 44- RAIAN AY IAYA
SESUAT LUASAN 4
KETERANGAN
1 Pemeriksaan Kelengkapan Berkas 4.000 2 Entry Data Permohonan Pengukuran 375 3 Persiapan Pengukuran 2.045 (opr - b. tetap) x 10%
4 Pengukuran Lapangan + 20.000 18.403 (opr - b. tetap ) x 90% 5 Pengolahan Data 9.133 6 Pembuatan Peta Bidang Tanah/SU 9.425 7 Pemetaan Indeks Grafis 1.375 8 Kendali Mutu Pengukuran &
Pemetaan 3.300
9 Validasi Peta Bidang Tanah/SU 3.750 10 Penyimpanan Warkah 7.075 11 Penyerahan Peta Bidang Tanah/SU 500
8,2 33i i408.1
ii. Untuk luas tanah lebih dari 10 (sepuluh) hektar
Penggunaan biaya operasional pengukuran pemetaan bidang tanah > 10
Hektar dan Pelayanan Pengukuran Bidang Tanah Pengembalian
Batas dihitung berdasarkan rincian pagu anggaran yang terdapat
pada RKAKL/POK Tahun Anggaran 2014 dan persentase terhadap
pagu penggunaan Tahun Anggaran 2014.
Contoh DIPA RKAKL di Provinsi Kalimantan Barat :
Target penerimaan pengukuran = Rp.3 87.500.000
Pagu penggunaan (85.54% x target penerimaan) = Rp.331.467.500
Biaya operasional (80% x pagu penggunaan) = Rp.265.174.000
51
vp 0 1'
-r .
• .„ 4 .....
a Phi . •
011 PEMERIKSAAN KELENGKAPAN BERKAS 3,750,000 521213 Honor Output Kegiatan
Pengecekan Administrasi Berkas 25 Bidang 100,000 2,500,000 0.94%
521211 Belanja Bahan
ATK 25 Paket 50,000 1,250,000 0.47% 012 ENTRY DATA PERMOHONAN PENGUKURAN 1,250,000
521213 Honor Output Kegiatan Pembukuan Data Pemiohonan Pengukuran 25 Bidang 50,000 1,250,000 0.47%
013 PERSIAPAN PENGUKURAN 8,031,960
521219 Belanja Barang Non Operasional Lainnya Biaya Persiapan Pengukuran Lapangan 25 Bidang 321,278 8,031,960 3.03%
014 PENGUKURAN LAPANGAN 179,934,300
521219 Belanja Barang Non Operasional Lainnya Biaya Pengukuran Lapangan 25 Bidang 7,197,372 179,934,300 67.86%
015 PENGOLAHAN DATA 25,079,900 521213 Honor Output Kegiatan
Pengolahan Data Hasil Pengukuran 25 Bidang 803,196 20,079,900 7.57%
521211 Belanja Bahan
ATK 25 Paket 200,000 5,000,000 1.89% 016 PEMBUATAN PETA BIDANG TANAH/SU 26,555,930
521213 Honor Output Kegiatan
Pembuatan PBT/SU 25 Bidang 562,237 14,055,930 5.30% 521211 Belanja Bahan
ATK&Penunjang Komputer 25 Paket 500,000 12,500,000 4.71% 017 PEMETAAN INDEKS GRAFIS 4,015,980
521213 Honor Output Kegiatan
Pemetaan Indeks Gratis 25 Bidang 160,639 4,015,980 1.51% 018 KENDALI MUTU PENGUKURAN & PEMETAAN 6,023,970
521213 Honor Output Kegiatan Kendall Mutu Pengukuran&Pemetaan 25 Bidang 240,959 6,023,970 2.27%
019 VALIDASI PETA BIDANG TANAH/SURAT UKUR 6,224,769 521213 Honor Output Kegiatan
Validasi PBT/SU 25 Bidang 248,991 6,224,769 2.35% 020 PENYIMPANAN WARKAH 3,102,397
521213 Honor Output Kegiatan
Penyimpanan Warkah 25 Bidang 24,096 602,397 0.23% 521211 Belanja Bahan
ATK&Penunjang Komputer 25 Paket 100,000 2,500,000 0.94%
021 PENYERAHAN PETA BIDANG TANAH/SURAT UKUR 1,204a94
521213 Honor Output Kegiatan
Pengadministrasi PBT/SU 25 Bidang 48,192 1,204,794 0.45%
- JUIVILAH 265.174.000 100%
52
Catatan :
1. Besaran persentase terhadap biaya operasional tersebut menjadi bobot untuk
menentukan penggunaan biaya;
2. Setiap ada 1 permohonan dibuatkan Petunjuk Intern (PI) sesuai dengan contoh.
Contoh : Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah Pertanian di
Provinsi Kalimantan Barat (HSBKu Rp.40.000,-).
Untuk 1 permohonan pengukuran dengan luas total permohonan = 15
Hektar, yang terdiri dari 2 bidang yaitu :
a) Luas bidang tanah 11 Hektar,
Tarif = ((Lxl 0.000/4.000) x 40.000) + 14.000.000 Rp.15.100.000,-
b) Luas Bidang tanah 4 Hektar,
Tarif = ((Lx10.000/500) x 40.000) + 100.000 Rp. 3.300.000,-
Tarif = 15.100.000 + 3.300.000 Rp.18.400.000,-
Perhitungan biaya operasional untuk Pengukuran dan Pemetaan Bidang
Tanah menjadi =
Pemohon PT. A
Luas Bidang Tanah = 15 Ha
HSBK = Rp. 40.000,-
Tarif Pengukuran dan Pemetaan (sesuai PP 13/2010) = Rp. 18.400.000,-
Ijin Penggunaan : 85.54% = Rp. 15.739.360,-
Biaya Operasional = Rp. 12.591.488,-
53
OIVIPONEWAIL1N
'RA s•-tr ' TA PAN PEKERJAAN VOLUME
P 1TUNGAN BIAYA
BOBOT OPERI&SIONAL
1 2 3 4 5 6 = 4 x 5
011 PEMER1KSAAN KELENGKAPAN BERKAS
521213 Honor Output Kegiatan Pengecekan Administrasi Berkas
1 Bidang 0.94% 12.591.488 118,710
521211 Belanja Bahan
ATK 1 Paket 0.47% 12.591.488 59,355
012 ENTRY DATA PERMOHONAN PENGUKURAN
5212 13 Honor Output Kegiatan Pembukuan Data Permohonan Pengukuran
I Bidang 0.47% 12.591.488 59,355
013 PERSIAPAN PENGUKURAN
521219 Belanja Barang Non Operasional Lainnya Biaya Persiapan Pengukuran Lapangan
1 Bidang 3.03% 12.591.488 381,389
014 PENGUKURAN LAPANGAN
521219 Belanja Barang Non Operasional Lainnya
Biaya Pengukuran Lapangan 1 Bidang 67.86% 12.591.488 8,543,977
015 PENCOLAHAN DATA
521213 Honor Output Kegiatan 1 Bidang 7.57% 12.591.488 953,471
Pengolahan Data Hasil Pengukuran
521211 Belanja Bahan
ATK 1 Paket 1.89% 12.591.488 237,419
016 PEMBUATAN PETA BIDANG TANAH / SU
521213 Honor Output Kegiatan Pembuatan PBT/SU
I Bidang 5.30% 12.591.488 667,430
521211 Belanja Bahan
ATK&Penunjang Komputer I Paket 4.71% 12.591.488 593,548
017 PEMETAAN 1NDEKS CRAFTS
521213 Honor Output Kegiatan
Pernetaan Indeks Gratis 1 Bidang 1.51% 12.591.488 190,694
018 KENDAL' MUTU PENGUKURAN & PEMETAAN
521213 Honor Output Kegiatan Kendall Mutu Pengukuran&Pernetaan
I Bidang 2.27% 12.591.488 286.041
019 VALIDASI PETA BIDANG TANAH / SURAT UKUR
521213 Honor Output Kegiatan
Validasi PBT/SU 1 Bidang 2.35% 12.591.488 295,576
020 PENYIMPANAN WARKAH
52 I 213 Honor Output Kegiatan
Penyimpanan Warkah 1 Bidang 0.23% 12.591.488 28,604
521211 Belanja Bahan
ATK&Penunjang Komputer I Paket 0.94% 12.591.488 118,710
021 PENYERAHAN PETA BIDANG TANAH/SURAT UKUR
521213 Honor Output Kegiatan
Pengadministrasi PBT/SU 1 Bidang 0.45% 12.591.488 57,208
JUMLAH 12.591.488
1 Permohonan diastunsikan = 1 Bidang
Kolom 4 (%) merupakan bobot
54
b) Pelayanan Pengembalian Batas
i. Untuk luas tanah sampai dengan 10 (sepuluh) hektar
Penggunaan Biaya Operasional dengan rincian sebagai berikut :
- Untuk tahapan yang dilakukan dikantor menggunakan biaya tetap
Besaran Biaya Pengukuran dihitung setelah biaya tetap
Contoh :
Pelayanan Pengembalian Batas Bidang Tanah Non Pertanian
(HSBKu Rp.80.000,-) untuk luas 100m2 Tarif sesuai PP 13 sebesar
Rp.174.000 Biaya operasional 80 % x 85,54 % x Rp.174.000 =
Rp. 119.071,- dengan rincian sebagai berikut:
NO. TAHAPAN / URAIAN
ICEGIATAN
BIAYA TETAP
(Rp)
BIAYA SESUAI LUASAN
KETERANGAN
1 Pemeriksaan Kelengkapan Berkas 4.000
2 Entry Data Permohonan Pengukuran 375
3 Persiapan Pengukuran 2.007 (opr - b. tetap) x 5%
4 Pengukuran Lapangan + 20.000 16.055 (opr - b. tetap) x 40%
5 Staking Out + 20.000 22.076 (opr - b. tetap ) x 55%
6 Pengolahan Data 9.133 7 Pembuatan Peta Bidang Tanah/SU 9.425
8 Pemetaan Indeks Gratis 1.375 9 Kendall Mutu Pengukuran &
Pemetaan 3.300
10 Validasi Peta Bidang Tanah/SU 3.750 11 Penyimpanan Warkah 7.075 12 Penyerahan Peta Bidang Tanah/ SU 500
JUMLAH 78.933 40.138
ii. Untuk luas tanah lebih dari 10 (sepuluh) hektar
Penggunaan biaya operasional Pelayanan Pengukuran
Pengembalian Batas > 10 Hektar dihitung berdasarkan rincian pagu
anggaran yang terdapat pada RKAKL/POK Tahun Anggaran 2014
dan persentase terhadap pagu penggunaan Tahun Anggaran 2014.
Sebagaimana contoh cara perhitungan pada pelayananan pengkuran dan
pemetaan bidang tanah lebih dari 10 Ha.
KETERANGAN :
Koordinator pengukuran dan juru ukur adalah petugas ukur yang bertanggungjawab
atas pengukuran dan pemetaan bidang tanah tersebut dan ditetapkan dalam Surat
Tugas Pengukuran dan Pemetaan yang ditandatangani oleh Direktur Penetapan
Batas Bidang Tanah dan Ruang/ Kepala Bidang Survei, Pengukuran dan
Pemetaan/Kepala Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan.
55
b. Pemeriksaan Tanah
1) Biaya operasional maksimum sebesar 80"/0 (delapan puluh persen) dart ijin
persetujuan penggunaan PNBP sesuai dengan realisasi penerimaan : 80% x
85,54 % x SSBP;
2) Dengan rincian sebagai berikut :
a) Untuk tahapan yang dilakukan dikantor menggunakan biaya tetap;
b) Besaran Biaya lapangan dihitung setelah biaya tetap dengan tetap mengacu
pada rincian biaya yang telah tercantum dalam POK.
3) Penggunaan Operasional Pelayanan Pemeriksaan Tanah
a) Pemeriksaan Tanah A/Tim Peneliti Tanah
Contoh : Pelayanan Pemeriksaan Tanah Non Pertanian untuk luas 100m2
(TISBKpa Rp.20.000,-) Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp.354.000
maka biaya operasional 80 % x 85,54 % x Rp.354.000 = Rp.242.249,-
NO. TAHAPAN / URAIAN
KEGIATAN
BIAYA TETAP
(Rp)
BIAYA SESUAI LUASAN
KETERANGAN
I PEMERIKSAAN LAPANG Bahan 8.000
Pemeriksaan Lapang 54.249 (Biaya Operasional — Biaya Tetap)
II SIDANG PANITIA PEMERIKSAAN TANAH Bahan 9.000
Sidang Panitia Pemeriksaan Tanah
90.000 5 Orang
III PEMBUATAN SK Bahan 9.000
Pembuatan Surat Keputusan - Kendali Mutu Keabsahan - Kendall Mutu Koreksi
- Kendall Mutu Konsep - Pengolah
25.000 20.000 15.000 12.000
4 Orang
JUMLAH 188.000 54.249
b) Pemeriksaan Tanah B
Contoh : Pelayanan Pemeriksaan Tanah untuk luas 50.000m2 (HSBKpb
Rp. 67.000,-) Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 5.033.500,- maka biaya
operasional 80 % x 85,54 % x Rp. 5.033.500,- = Rp. 3.444.524,-.
56
NO. TAHAPAN / URAIAN
KEGIATAN
BIAYA TETAP
(Rp)
BIAYA SESUAI LUASAN
KETERANGAN
I PEMERIKSAAN LAPANG Bahan 80.000 Pemeriksaan Lapang 1.744.524 (Biaya Operasional
— Biaya Tetap)
H SIDANG PANITIA PEMERIKSAAN TANAH Bahan 100.000 Sidang Panitia Pemeriksaan Tanah
1.000.000 10 Orang
III PEMBUATAN SK Bahan 120.000 Pembuatan Surat Keputusan - Kendali Mutu Keabsahan - Kendali Mutu Koreksi - Kendali Mutu Konsep - Pengolah
138.000 108.000 82.000 72.000
4 Orang
JUMLAH 1.700.000 1.744.524
c) Konstantasi
Contoh : Pelayanan Pemeriksaan Tanah Pertanian untuk luas 100 m2
(HSBKpkRp.10.000,-) Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp.176.000,- maka
Biaya operasional 80 % x 85,54 % x Rp. 176.000,- = Rp. 120.440,-.
NO. TAHAPAN / URAIAN KEGIATAN
BIAYA TETAP
(Rp)
BIAYA SESUAI LUASAN
KETERANGAN
I PEMERIKSAAN LAPANG Bahan 5.000 Pemeriksaan Lapang 9.440 (Biaya Operasional
— Biaya Tetap) H SIDANG PANITIA PEMERIKSAAN TANAH
Bahan 6.000 Sidang Panitia Pemeriksaan Tanah
39.000 3 Orang
HI PEMBUATAN SK Bahan 9.000 Pembuatan Surat Keputusan, - Kendali Mutu Keabsahan - Kendali Mutu Koreksi - Kendali Mutu Konsep - Pengolah
20.000 13.000 10.000 9.000
4 Orang
JUMLAH 111.000 9.440
57
c. Konsolidasi Tanah Secara Swadaya
1) Biaya operasional maksimum sebesar 80% (delapan puluh persen) dari ijin
persetujuan penggunaan PNBP sesuai dengan realisasi penerimaan atau 80%
x 85,54 % x SSBP;
2) Perhitungan menggunakan presentase pada tiga tahapan utama yaitu Penataan,
Pengukuran, dan Pendaftaran flak.
Dengan rincian sebagai berikut, dengan tetap mengacu pada rincian biaya yang
telah tercantum dalam POK
TAHAPAN PROPORSI DANA OPERASIONAL
DENGAN BIDANG PERMOHONAN
KETERANGAN
2 — 49 50— 99 > 100 KODE TAHAPAN (Bid) (Bid) (Bid)
PENATAAN 43.60 % 39.98 % 38.41 % 011, 012, 013, 014, 016, 017, 020, 021, 022, 023, 027
PENGUKURAN 46.94 % 51.33 % 52.74 % 015, 018, 019, 024
PENDAFTARAN 9.46 % 8.69 % 8.85 % 025, 026
HAK
3) Untuk memudahkan perincian biaya operasional, maka perlu dibuatkan
Petunjuk Intern (PI) sesuai tabel di atas.
4) Contoh : Pelayanan 50 Bidang untuk @ luas 750m2 Non Pertanian
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp.857.500/Bid
maka biaya operasional 80 % x 85,54 % x Rp. 42.875.000 = Rp. 29.340.000,-
Akun KEGIATAN
(Hitungan standar 50 bidang) Volume Satuan Ukur
Biaya Satuan Ukur
Jumlah Biaya
011 PERSIAPAN PELAKSANAAN KONSOLIDASI TANAH SWADAYA 1.430.000
521211 Belanja Bahan
- Konsumsi rapat pengendalian dan koordinasi (10 org x 3 kali rapat )
30 OK 44.400 1.330.000
- Penggandaan (20 x 50 lembar) 500 Lembar 200 100.000
012 PEMIL1HAN LOKASI 375.000
521211 Belanja Bahan
- Bahan 1 Paket 75.000 75.000
521219 Belanja barang non operasional lainnya
- Biaya pengolahan data lokasi konsolidasi tanah (2 org x 1 kali )
2 OK 150.000 300.000
013 PENGORGANISASIAN DAN BIMBINGAN MASYARAKAT (PENYULUHAN) 1.950.000
521211 Belanja Bahan
- Bahan 2 Paket 75.000 150.000
521219 Belanja barang non operasional lainnya
- Biaya Penyuluhan (4 org x 3 kali) 12 OK 150.000 1.800.000
014 PENJAJAGAN KESEPAKATAN 1.275.000
58
521211 Belanja Bahan
- Bahan 1 Paket 75.000 75.000
521219 Belanja barang non operasional lainnya
- Biaya Penjajagan kesepakatan (4 org x 2 kali )
8 OK 150.000 1.200.000
015 PENGUKURAN DAN PEMETAAN KELILING 950.000
521219 Belanja barang non operasional lainnya
- Biaya pengukuran dan pemetaan keliling (asumsi bidang terluar=30 bidang)
30 Bidang 26.700 800.000
521211 Belanja Bahan
- Bahan 1 Paket 150.000 150.000
016 PENETAPAN LOKASI 75.000
521211 Belanja Bahan
- Bahan 1 Paket 75.000 75.000
017 IDENTIFIKASI SUBYEK DAN OBYEK 225.000
521211 Belanja Bahan
- Bahan 1 Paket 75.000 75.000
521219 Belanja barang non operasional lainnya
- Biaya Identifikasi Subyek dan Obyek (2 org x 25bid x 1 kali)
50 bidang 3.000 150.000
018 PENGUKURAN DAN PEMETAAN RINCIKAN 6.000.000
521211 Belanja Bahan
- Bahan 1 Paket 1.000.000 1.000.000
521219 Belanja barang non operasional lainnya
- Biaya pengukuran dan pemetaan rincikan 50 bidang 100.000 5.000.000
019 PENGUKURAN DAN PEMETAAN TOPOGRAFI DAN PEMETAAN PENGGUNAAN TANAH
285.000
521211 Belanja Bahan
- Bahan 1 Paket 75.000 75.000
521219 Belanja barang non operasional lainnya
- Biaya Pengolahan Data (2org x 1 kali) 2 OK 105.000 210.000
020 PENYUSUNAN RENCANA BLOK PLAN (PRADESAIN KONSOLIDASI TANAH) 470.000
521211 Belanja Bahan
- Pencetakan peta (2 orang) 2 OK 25.000 50.000
521219 Belanja barang non operasional lainnya
-Biaya Penyusunan Rencana Blok Plan (Pradesain Konsolidasi Tanah) ( 2 org )
2 OK 210.000 420.000
021 PENYUSUNAN DESAIN KONSOLIDASI TANAH 2.055.000
521211 Belanja Bahan
- Pencetakan peta (1 orang x 3 kali) 3 OK 55.000 165.000
521219 Belanja barang non operasional lainnya
- Biaya Penyusunan Desain (2 orang x 3 kali) 6 OK 315.000 1.890.000
022 MUSYAWARAH RENCANA PENATAAN KAVLING BARU 1.875.000
521211 Belanja Bahan
- Bahan 1 Paket 75.000 75.000
521219 Belanja barang non operasional lainnya
- Biaya Musyawarah rencana penataan kavling barn ( 4 org x 3 kali )
12 OK 150.000 1.800.000
023 PELEPASAN HAK ATAS TANAH DAN PENEGASAN TANAH SEBAGAI OBYEK KONSOLIDASI TANAH
75.000
521211 Belanja Bahan
59
- Bahan I Paket 75.000 75.000
024 PEMINDAHAN DESAIN KONSOLIDASI TANAH KE LAPANG (STACKING OUT) 7.825.000
521211 Belanja Bahan
- Bahan 1 Paket 1.500.000 1.500.000
521219 Belanja barang non operasional lainnya
- Biaya pemindahan desain konsolidasi tanah ke lapang (stacking out)
50 bidang 126.500 6.325.000
025 PENERBITAN SK HAK / PENGESAHAN DATA FISIK DAN YURIDIS 1.075.000
521211 Belanja Bahan
- Bahan 1 Paket 75.000 75.000
521219 Belanja barang non operasional lainnya
- Biaya penerbitan SK Hak / Pengesahan Data Fisik dan Yuridis
50 bidang 20.000 1.000.000
026 PEMBUKUAN HAK DAN PENERBITAN SERTIPIKAT 1.475.000
521211 Belanja Bahan
- Bahan 1 Paket 75.000 75.000
521219 Belanja barang non operasional lainnya
- Biaya Pembukuan Hak dan Penerbitan Sertipikat 50 bidang 28.000 1.400.000
027 PENYUSUNAN LAPORAN 1.924.900
Penyusunan
521211 Belanja Bahan I Paket 1.470.000 1.470.000
Pelaporan
521211 Belanja Bahan 1 Paket 454.900 454.900
TOTAL BIAYA KELUARAN 50 bidang 29.340.000
Penjelasan contoh penggunaan dana operasional (non pertanian):
1. Tahap persiapan, belanja bahan adalah biaya tetap yang terdiri dari rapat tim
koordinasi dan pengendali di awal, pertengahan, dan akhir kegiatan.
2. Pemilihan lokasi, biaya pengolahan data berbanding lurus dengan jumlah bidang.
3. Pengorganisasian dan bimbingan masyarakat, untuk jumlah bidang yang kurang
dari standar hitungan template 50 bidang, jumlah personil penyuluh dan frekuensi
penyuluhan menyesuaikan dengan jumlah bidang dan juga sebaliknya dengan
jumlah bidang yang lebih dari standar hitungan template 50 bidang.
4. Penjajagan kesepakatan, menyesuaikan dengan angka 3.
5. Pengukuran dan pemetaan keliling, biaya pengukuran dan pemetaan keliling
mengacu pada standar pada biaya ukur yang berlaku.
6. Identifikasi subyek dan obyek, kegiatan inventarisasi pemegang hak, status hak
bidang tanah beserta alas haknya. Satuan biaya diperoleh dari standar biaya
masukan (SBM) yaitu petugas survey sebesar Rp. 3.000,- — Rp. 8.000,- per bidang.
7. Pengukuran dan pemetaan rincikan, merupakan pengukuran dan pemetaan bidang
yang satuan biayanya sudah ditentukan mengacu pada satuan biaya ukur per
bidang.
8. Penyusunan pradesain (blok plan), terdiri dari :
60
a. biaya pencetakan peta merupakan biaya pembuatan layout peta dan
pencetakannya maksimal Rp. 35.000 per jam.
b. biaya penyusunan pradesain (blokplan), menyesuaikan dengan nomor 8.a.
9. Penyusunan desain, menyesuaikan dengan nomor 8 dibuat per lokasi max 3 kali.
10. Musyawarah rencana penataan kaveling baru, menyesuaikan dengan nomor 3 dan
4 maksimal 3 kali.
11. Pelepasan hak atas tanah dan penegasan tanah sebagai obyek konsolidasi tanah,
belanja bahan disesuaikan dengan jumlah bidang.
12. Pemindahan desain ke lapangan, merupakan kegiatan pengukuran pengembalian
batas sehingga biaya ukurnya sebesar 1,5 kali biaya ukur per bidang.
13. Penerbitan SK hak dan penerbitan sertipikat, kegiatan administrasi yang mengacu
standar biaya keluaran pendaftaran hak.
14. Apabila jumlah bidang di lokasi Konsolidasi fanah Swadaya kurang atau lebih
dari 50 bidang, maka volume kegiatan dapat disesuaikan dengan jumlah bidang,
tetapi biaya satuan tetap mengikuti standar pada template. Perubahan biaya satuan
dapat dilakukan dengan dilengkapi analisa biaya sesuai kebutuhan proporsional
d. Pertimbangan Teknis Pertanahan
1. Biaya operasional < 80% (delapan puluh persen) dari ijin persetujuan
penggunaan PNBP sesuai dengan realisasi penerimaan;
2. Dengan rincian sebagai berikut :
a) Untuk tahapan yang dilakukan dikantor menggunakan biaya tetap
b) Besaran Biaya lapangan menggunakan tabel kebutuhan maksimum petugas
lapangan herdasarkan Luasan Permohonan
Perhitungan Biaya operasional :
1) Pertimbangan teknis pertanahan Dalam Rangka Izin Lokasi Tabel
kebutuhan petugas lapangan, sebagai berikut :
Luas (Ha) Orang Hari Jumlah OH
1 — 250 2 2 4
> 250 — 500 2 4 8
> 500 - 1.000 4 4 16
> 1.000 - 2.500 6 6 36
> 2.500 - 5.000 12 8 96
> 5.000 - 7.500 15 8 120
> 7.500 - 10.000 16 10 160
> 10.000 - 15.000 20 10 200
> 15.000 20 10 200
61
CONTOH
Permohonan pelayanan pertimbangan teknis pertanahan dalam
rangka izin lokasi dengan luas 300 Ha, berada di interval luas >250-
500 Ha, maka jumlah OH petugas lapang maksimal adalah 8.
Berarti pada permohonan 300 Ha dilaksanakan oleh petugas lapang
sebanyak 2 Orang selama 4 Hari atau 4 Orang .selama 2 Hari,
dengan tetap mempertimbangkan batas waktu pelayanan
Pertimbangan Teknis Pertanahan sesuai SOP yaitu 14 hari kerja.
Sebagaimana Contoh 7.
NO TAHAPAN/URAIAN
KEGIATAN
BIAYA TETAP
(RP)
BIAYA SESUAI LUASAN
JUMLAH
1 Persiapan Pengumpulan Data PTP
297.500
2 Peninjauan Lapang 60.000 1.000.000 8 OK x 125.000 (sesuai tabel)
3 Pengolahan Data dan Analisa
595.000
4 Penyusunan Risalah PTP
1.525.000
5 Pengarsipan dan Pengintegrasian Data
70.000
JUMLAH 2.547.500 1.000.000
2) Biaya operasional pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka
penetapan lokasi
Biaya operasional seluruh tahapan permohonan pertimbangan teknis
pertanahan dalam rangka penetapan lokasi sebesar 50 % dari biaya
kin Lokasi. Sebagaimana Contoh 8.
Catatan :
Sesuai Surat Edaran Nomor 1/SE-100/I/2013 tentang Pengenaan Tarif
atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2010 adalah sebagai berikut :
a) Pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka pelaksanaan
penetapan lokasi masih diperlukan apabila proses pengadaan
tanahnya menggunakan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun
2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan
untuk Kepentingan Umum jo. Peraturan Presiden Nomor 65
Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36
Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum;
62
b) Apabila dalam pengadaan tanah telah menggunakan Undang —
Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum Jis. Peraturan Presiden
Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan
Tanah, pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka penetapan
lokasi akan diatur lebih lanjut.
3) Pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka kin Perubahan
Penggunaan Tanah
Tabel kebutuhan petugas lapangan, sebagai berikut :
Luas ( m2) Orang Hari Jumlah OH
> 1 - 5.000 1 1
> 5.000 - < 10.000 2 2
Contoh :
Untuk permohonan pelayanan pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka izin
perubahan penggunaan tanah dengan luas 4.500 m2 berada di interval luas >1 -
5000 m2, ini berarti pada permohonan 4.500 m2 dapat dilaksanakan oleh petugas
lapang sebanyak 1 Orang selama I Hari, dengan tetap mempertimbangkan batas
waktu pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan sesuai SOP yaitu 14 hari
kerja. Sebagaimana Contoh 9.
Catatan :
a) Tahapan kegiatan dalam pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan meliputi
persiapan, peninjauan lapang, pengolahan dan analisa data, penyusunan
risalah PTP. pengarsipan dan integrasi data.
b) Pembiayaan peninjauan lapang disesuaikan dengan interval luas (semakin
luas permohonan semakin tinggi pembiayaan peninjauan lapang).
c) Tahapan selain peninjauan lapang, berapapun luasnya pembiayaannya sama
(mengikuti template RKAKL)
d) Hasil akhir pekerjaan pelayanan pertimbangan teknis pertanahan baik dalam
rangka Izin Lokasi, penetapan lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah
adalah Risalah Pertimbangan Teknis Pertanahan dan peta lampiran
sebagai satu kesatuan.
e) Template pada kegiatan pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka
penerbitan izin lokasi dan penetapan lokasi, untuk petugas peninjauan lapang
(012) disesuaikan dengan luasannya.
63
e. Pelayanan Pendaftaran Tanah
Merupakan pelayanan administrasi kantor operasionalnya adalah sebesar
Rp.42.000,- untuk setiap Permohonan sesuai dengan realisasi jumlah permohonan.
Pola belanja mengacu pada harga satuan yang telah tertuang dalam POK
f. Pelayanan lnformasi Pertanahan
Merupakan pelayanan administrasi kantor operasionalnya adalah sebesar
Rp.42.000,- untuk setiap Permohonan sesuai dengan realisasi jumlah permohonan.
Layanan informasi pertanahan ini antara lain pengecekan sertifikat, SKPT, informasi
nilai tanah, dan informasi pertanahan Iainnya sesuai PP Nomor 13 Tahun 2013. Pola
belanja mengacu pada harga satuan yang telah tertuang dalam POK.
g. Pelayanan Lisensi
1) Penilai Tanah
a) Besarnya biaya operasional maksimum 80 % dari MP;
b) Tahapan pekerjaan yang dilakukan menggunakan biaya dengan perhitungan
proporsional dari satuan Harga dalam RKAKL/POK (Perhitungan berbanding
linier);
c) ATK dibelanjakan berdasarkan kebutuhan penggunaannya sehingga tidak
mengikat harus direalisasikan sesuai template;
d) Contoh Tarif Pelayanan Lisensi Penilai Tanah sesuai PP 13 sebesar
Rp.250.000,- maka biaya operasional 80 % x 85,54 % x Rp. 250.000,- =
Rp. 181.456,- (Sebagaimana Contoh 10).
2) Surveyor Berlisensi
a) Besarnya biaya operasional adalah 100% dari MP;
11) Tahapan pekerjaan yang dilakukan menggunakan biaya yang berdasar dari
RKAKL/POK.
3) Ujian Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
Operasional pelayanan ujian PPAT sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor
237/KMK.02/2010 dan dilaksanakan berdasarkan DIPA/RKAKL /POK tahun
anggaran berjalan.
h. Pelayanan Pendidikan
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 237/KMK.02/2010, tentang
Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
pada Badan Pertanahan Nasional pelayanan pendidikan dapat menggunakan paling
tinggi sebesar 90,11% dari realisasi PNBP.
64
i. Penetapan Tanah Obyek Penguasaan Benda-Benda Tetap Milik Perseorangan
Warga Negara Belanda (P3MB)/ Peraturan Presidium Kabinet Dwikora
Nomor 5/Prk/1965.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 237/KMK.02/2010, tentang
Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
pada Badan Pertanahan Nasional, khusus pelayanan Penetapan Tanah Obyek
Penguasaan Benda-Benda Tetap Milik Perseorangan Warga Negara Belanda
(P3MB)/Peraturan Presidium Kabinet Dwikora Nomor 5/Prk/1965 tidak mengatur Ij in
Penggunaannya.
Pelayanan Di Bidang Pertanahan Yang Berasal Dari Kerja Sama Dengan Pihak
Lain
Untuk jenis pelayanan di bidang pertanahan yang berasal dari kerjasama dengan pihak
lain, porsi penggunaan anggaran operasional pelayanan disesuaikan dengan jenis
pelayanannya sebagaimana diatur claim PP 13 Tahun 2010.
8. Apabila dalam pelaksanaannya terdapat ketidaksesuaian dengan Target PNBP dan
POIC/RKAKL dapat dilakukan Revisi :
a. Pergeseran Anggaran
Contoh :
Bila dalam satu Satker terdapat pelayanan yang terlampaui targetnya maka operasioal
pelayanannya terlampaui, sementara pelayanan yang lain belum mencapai target
sehingga target satker keseluruhan belum melampaui maka hams dilakukan
pergeseran antar pelayanan.
Bila dalam pergeseran tersebut volume layanan pertanahan satker :
1) ► kewenangan KPA atau Revisi POK Volume Tetap
2) kewenangan Kanwil DJPB Volume Bertambah ►
3) ► kewenangan DJA Volume Berkurang
b. Untuk kelebihan realisasi PNBP di atas target yang direncanakan dalam DIPA
Tahun 2014 (Revisi Penambahan Pagu PNBP) merupakan kewenangan DJA
Kementerian Keuangan RI, yang harus diusulkan melalui BPN RI.
Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara revisi diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan No 7/PMK.02/2014 tanggal 13 Januari 2014.
65
Contoh 1 : Pelayanan Survei nilai Bidang Tanah Pemukiman atau Pertanian
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 450.000,- maka biaya operasional Rp. 306.000,-
KODE Uraian Kegiatan VOLUME HARGA S ATUAN
JUMLAH KETERANGAN
(KELUARAN)
011 Persiapan Administrasi 4,000 Berkas dan data
521213 Honor Output Kegiatan 4,000
Pemeriksaan Kelengkapan Berkas Permohonan I OK 2,000 2,000
Pembukuan Permohonan/Entry Data 1 OK 2,000 2,000
012 Survei Lapangan 212,000 Data Lapangan
521211 Belanja bahan 5,000
Pengadaan ATK 1 Pkt 5,000 5,000
521219 Belanja Barang Non Operasional lainnya 207,000
Survei lapangan I Bid 207,000 207,000
013 Pengolahan Data Tekstual dan Spasial 90,000 Laporan hasil penilaian
521211 Belanjan bahan 5,000
Pengadaan ATK 1 Pkt 5,000 5,000
521213 Honor Output Kegiatan 85,000
Pengolahan data tekstual dan numeris I Bid 35,000 35,000
Pengolahan data spasial 1 Bid 35,000 35,000
kendali Mutu hasil pekerjaan 1 OK 5,000 5,000
Kendali mutu keabsahan hasil pekerjaan 1 OK 7,000 7,000
Pengarsipan dan penyerahan hasil pekerjaan 1 OK 3,000 3,000
Jumlah 306,000
1 OK = 1 Bidang
66
Contoh 2 : Pelayanan Survei nilai bidang tanah usaha (perbidang)
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 600.000,- maka biaya operasional Rp. 409.000,-
KODE Uraian Kegiatan VOLUME HARGA SATUAN
JUMLAH KETERANGAN
(KELUARAN)
PELAYANAN SURVEI NILAI BIDANG TANAH USAHA 409,000
011 Persiapan Administrasi 4,000 Berkas dan data
521213 Honor Output Kegiatan 4,000
Pemeriksaan Kelengkapan Berkas Permohonan
Pembukuan Permohonan/Entry Data
1
I
OK
OK
2,000
2,000
2,000
2,000
012 Survei Lapangan 310,000 Data Lapangan
521211 Belanja bahan 10,000
Pengadaan ATK 1 Pkt 10,000 10,000
521219 Belanja Barang Non Operasional lainnya 300,000
Survei lapangan 1 Bid 300,000 300,000
013 Pengolahan Data Tekstual dan Spasial 95,000 Laporan hash' penilaian
521211 Belanian bahan 10,000
Pengadaan ATK I Pkt 10,000 10,000
521213 Honor Output Kegiatan 85,000
Pengolahan data tekstual dan numeris 1 Bid 35,000 35,000
Pengolahan data spasial 1 Bid 35,000 35,000
kendali Mutu hasil pekerjaan 1 OK 5,000 5,000
Kendali mutu keabsahan basil pekerjaan 1 OK 7,000 7,000
Pengarsipan dan penyerahan hasil pekerjaan 1 OK 3,000 3,000
Jumlah 409,000
1 OK= 1 Bidang
67
Contoh 3 : Pelayanan Pemetaan zona nilai tanah dan zona nilai ekonomi kawasan
skala 1 : 10.000 (minimal 50 Ha)
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 1.250.000 maka biaya operasional Rp. 855.000,-
RODE Uraian Kegiatan VOLUME HARGA SATUAN
JUMLAH KETERANGAN
(KELUARAN)
011 Persiapan Administrasi 4,000 Berkas dan data
521213 Honor Output Kegiatan 4,000
Pemeriksaan Kelengkapan Berkas Pennohonan 1 OK 2,000 2,000
Pembukuan Permohonan/Entry Data 1 OK 2,000 2,000
012 Survei Lapangan 568,000 Data Lapangan
521211 Belanja bahan 18,000
Pengadaan ATK 1 Pkt 18,000 18,000
521219 Belanja Barang Non Operasional lainnya 550,000
Survei lapangan 50 Ha 11,000 550,000
013 Pengolahan Data Tekstual dan Spasial 283,000 Peta
52121 1 Belanjan bahan 18,000
Pengadaan ATK 1 Pkt 18,000 18,000
521213 Honor Output Kegiatan 265,000
Pengolahan data tekstual dan numeris 50 Ha 1,500 75,000
Pengolahan data spasial 50 Ha 2,000 100,000
Penyajian peta 50 Ha 1,500 75,000
kendali Mutu has 1 pekerjaan 1 OK 5,000 5,000
Kendall mutu keabsahan basil pekerjaan 1 OK 7,000 7,000
Pengarsipan dan penyerahan basil pekerjaan 1 OK 3,000 3,000
Jumlah 855,000
1 OK = 50 HA
68
Contoh 4 : Pelayanan Pemetaan zona nilai tanah dan zona nilai ekonomi ka asan
skala 1: 25.000 (minimal 50 Ha)
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 250.000 maks biaya operasional Rp. 170.000,-
KODE Uraian Kegiatan VOLUME [TARGA SATUAN
JUMLAH KETERANGAN
(KELUARAN)
011 Persiapan Administrasi 4,000 Berkas dan data
521213 Honor Output iP 4,000
Pemeriksaan Kelengkapan Berkas Permohonan I OK 2,000 2.000
Pembukuan Permohonan/Entry Data I OK 2,000 2,000
012 Survei Lapangan 103,000 Data Lapangan
521211 Belanja hahan 3,000
Pengadaan A 1K I Pkt 3,000 3,000 Termasuk Penggandaan
521219 Bela* Barang Non Operasional lainnva 100.000
Survei lapangan 50 Ha 2,000 100.000
013 Pengolahan Data Tekstual dan Spasial 63,000 Peta
521211 Belanjan bahan 3,000
Pengadaan ATK I Pkt 3.000 3.000 Termasuk Penggandaan
521213 Honor Output Kegiatan 60,000
Pengolahan data tekstual dan numeris 50 I la 300 15,000
Pengolahan data spasial 50 Ha 300 15.000
Penyajian peta 50 Ha 300 15.000
kendali Mutu hasil pekerjaan 1 OK 5.000 5,000
Kendali mutu keabsahan basil pekerjaan I OK 7,000 7,000
Pengarsipan dan penverahan hasil pekerjaan 1 OK 3,000 3,000
Jumlah 170,000
I OK = 50 HA
69
Contoh 5 : Pelayanan Tematik Bidang Tanah skala 1 : 2.500
Dan Pemecahan Sertifikat Skala 1 : 1.000
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 1.875.000 maka biaya operasional Rp. 1.283.100,-
Permohonan 25 Bidang
KODE Uraian Kegiatan VOLUME HARGA SATUAN
JUMLAH KETERANGAN
(KELUARAN)
PERSIAPAN 487,100
521211 Belanja Bahan 487,100
ATK 1 PKT 165,500 165,500 Berkas dan data
Bahan Penunjang Komputer I PKT 321,600 321,600
PELAKSANAAN PEMETAAN TEMATIK 700,000
521219 Belanja Barang Non Operasional Lainnya 700,000
B aya lapangan 5 OH 140,000 700,000
521213 Honor Output Kegiatan 96,000 Data Lapangan
> Persiapan Survei 12,500
Pemeriksaan Kelengkapan Berkas Permohonan 1 OK 5,000 5,000
Kendali mutu persiapan survei lapangan 1 OK 7,500 7,500
> Pelaksanaan survei 83,500
Kendali mutu data lapangan 1 OK 7,500 7,500
Pengolahan Data lapangan 1 OK 15,000 15,000
Kendali mutu pengolahan data 1 OK 7,500 7,500 Peta
Kendali mutu layer data tematik 1 OK 7,500 7,500
Kendali mutu database tematik 1 OK 7,500 7,500
Kendali mutu proses pemetaan 1 OK 7,500 7,500
Pencetakan Peta 1 OK 7,500 7,500
Kendali mutu pencetakan peta 1 OK 7,500 7,500
kendali mutu pengarsipan/pemeliharaan data I OK 4,000 4,000
Kendali mutu keabsahan 1 OK 12,000 12,000
Jumlah 1,283,100
1 OK = 25 BID
Contoh Simulasi :
Perhitungan apabila pencairan pelayanan tidak tnencapai 25 Bidang, misalnya untuk 10 Bidang sebagai berikut :
(10 Bidang/25 Bidang) x 1 OK = 0,4 OK
(0,4 OK x biaya satuan * )
* = biaya satuan sebagaimana template per 25 Bidang di atas
70
Contoh 6 : Pelayanan Tematik Kawasan skala 1 : 25.000 permohonan 40 Ha
dan skala 1 : 10.000 Permohonan 20 Ha
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 800.000 maka biaya operasional Rp. 547.456,-
KODE Uraian Kegiatan VOLUME HARGA
SATUAN JUMLAH
ICETERANGAN
(KELUARAN)
PERSIAPAN 32,956
521211 Belanja Bahan 32,956
ATK 1 PKT 7,956 7,956
Bahan Penunjang Komputer 1 PKT 10,000 10,000
Perlengkapan Survei 1 PKT 15,000 15,000
PELA1CSANAAN PEMETAAN TEMATIK 514,500
521213 Honor Output Kegiatan 87,500
> Persiapan Survei 10,500
Pemeriksaan Kelengkapan Berkas Permohonan I OK 3,000 3,000
Kendall mutu persiapan survei lapangan 1 OK 7,500 7,500
> Pelaksanaan survei 77,000
Kendall mutu data lapangan I OK 7,500 7,500
Pengolahan Data lapangan 1 OK 10,000 10,000
Kendall mutu pengolahan data 1 OK 7,500 7,500
Kendall mutu layer data tematik 1 OK 7,500 7,500
Kendall mutu database tematik I OK 7,500 7,500
Kendall mutu proses pemetaan 1 OK 7,500 7,500
Pencetakan Peta 1 OK 5,000 5,000
Kendall mutu pencetakan peta 1 OK 7,500 7,500
kendali mutu pengarsipan/pemeliharaan data I OK 5,000 5,000
Kendall mutu keabsahan 1 OK 12,000 12,000
Belanja Barang Non Operasional Lainnya 427,000
Biayalapangan I OK 427,000 427,000
Jumlah 547,456
SKALA 1 : 25.000 1 OK = 40 Ha
SKALA 1 10.000 1 OK = 20 Ha
71
Contoh 7 : Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan
Dalam Rangka kin Lokasi
Permohonan pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka izin lokasi dengan luas 300 Ha
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 7.010.000 maka biaya operasional Rp. 3.547.500,-
KODE URAIAN KEGIATAN VOLUME HARGA SATUAN
JUMLAH KETERANGAN
(KELUARAN)
011 PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA PTP 297,500
521213 Honor Output Kegiatan 17,500
Biaya Petugas Penerima dan pemeriksa Berkas I OK 17,500 17,500
521211 Belanja Bahan 280,000
ATK 1 Paket 50,000 50,000
Bahan teknis dan penunjang komputer I Paket 150,000 150,000
Penggandaan & Penjilidan berkas Risalah PTP 3 Buku 20,000 60,000
Biaya Pengiriman laporan 1 Paket 20,000 20,000
012 PENINJAUAN LAPANG 1,060,000
521211 Belanja Bahan 60,000 Konsumsi rapat persiapan lapang (snack 4 org
x 15.000) 4 OK 15,000 60,000
521219 Belanja Barang Non Operasional Lainnya 1,000,000 b iaya Petugas Peninjauan Tapang (2 org x 4
Hari x 1 kegiatan) 8 OK 125,000 1,000,000
013 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 595,000
521213 Honor Output Kegiatan 595,000 Biaya Petugas Pengolah dan Anal isa Data (2
org x 1 Kegiatan) 2 OK 245,000 490,000
Biaya Petugas Pencetakan Peta 1 OK 105,000 105,000
014 PENYUSUNAN RISALAH PTP 1,525,000
521211 Belanja Bahan 150,000 Konsumsi rapat Tim penyusunan Risalah PTP
(snack 10 org x 15.000) 10 OK 15,000 150,000
521213 Honor Output Kegiatan 1,375,000
Tim Penyusun Risalah PTP 1,375,000 Penanggung Jawab (Kendall mutu keabsahan
risalah PTP) 1 OK 350,000 350,000
Ketua (Kendali mutu mated PTP) I OK 275,000 275,000
Sekretaris (Perumusan materi data PTP) I OK 150,000 150,000
Anggota (Pengolah data PTP, 4 orang) 4 OK 150,000 600,000
015 PENGARSIPAN DAN PENGINTEGRASIAN DATA 70,000
521213 Honor Output Kegiatan 70,000
Pengintegrasian data I OK 35,000 35,000
Pengarsipan data I OK 35,000 35,000
JUMLAH 3,547,500
72
Contoh 8 : Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan
Dalam Rangka Penetapan Lokasi
Permohonan pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka penetapan lokasi dengan luas 900 Ha
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 5.515.000 maka biaya operasional Rp. 2.303.750,-
KODE Uraian Kegiatan VOLUME HARGA SATURN
JUMLAH KETERANGAN
(KELUARAN)
011 PERS PAN PENGUMPULAN DATA PTP 148,750 521213 Honor Output Kegiatan 8,750
Biaya Petugas Penerima dan pemeriksa Berkas 1 OK 8,750 8,750
521211 Belanja Bahan 140,000
ATK 1 Paket 25,000 25,000
Bahan Teknis dan penunjang Komputer I Paket 75,000 75,000
Penggandaan & Penjilidan berkas Risalah PTP 3 Buku 10,000 30,000
Biaya Pengiriman laporan 1 Paket 10,000 10,000
012 PENINJAUAN LAPANG 1,060,000 521211 Belanja Bahan 60,000
Konsumsi rapat persiapan lapang (snack 8 org
x 7.500) 8 OK 7,500 60,000
521219 Belanja Barang Non Operasional Lainnya 1,000,000 Biaya Petugas Peninjauan Lapang (4 org x 4
Hari x 1 kegiatan) 16 OK 62,500 1,000,000
013 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 297,500 521213 Honor Output Kegiatan 297,500
Biaya Petugas Pengolah dan Analisa Data (2
org x I Kegiatan) 2 OK 122,500 245,000
Biaya Petugas Pencetakan Peta I OK 52,500 52,500
014 PENYUSUNAN RISALAH PTP 762,500 521211 Belanja Bahan 75,000
Konsumsi rapatil im penyusunan Risalah P I P
(snack 10 org x 15.000) 10 OK 7,500 75,000
521213 Honor Output Kegiatan 687,500
Tim Penyusun Risalah PTP 687,500 Penanggung Jawab (Kendall mutu keabsahan
risalah PTP) 1 OK 175,000 175,000
Ketua (Kendali mutu materi PTP) 1 OK 137,500 137,500
Sekretaris (Perumusan materi data PTP) 1 OK 75,000 75,000
Anggota (Pengolah data PTP, 4 orang) 4 OK 75,000 300,000
015 PENGARSIPAN DAN PENGINTEGRASIAN DATA 35,000 521213 Honor Output Kegiatan 35,000
Pengintegrasian data 1 OK 17,500 17,500
Pengarsipan data 1 OK 17,500 17,500
JUMLAH 2,303,750
73
Contoh 9 : Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan
Dalam Rangka Izin Perubahan Penggunaan Tanah
Permohonan pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka izin perubahan penggunaan tanah dengan Inas 4.500 m2
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 530.000 maka b'aya operasional Rp. 308.000,-
KODE Uraian Kegiatan VOLUME HARGA SATUAN
JUMLAH KETERANGAN
(KELUARAN)
011 PERS1APAN PENGUMPULAN DATA LAPANG 63,500 521213 Honor Output Kegiatan 3,500
Biaya Petugas Penerima dan pemeriksa Berkas 1 OK 3,500 3,500
521211 Belanja Bahan 60,000
ATK 1 Paket 5,000 5,000
Bahan teknis penunjang komputer I Paket 15,000 15,000
PTP 1 Paket 20,000 20,000
Biaya Pengiriman laporan 1 Paket 20,000 20,000
012 PENINJAUAN LAPANG 12,500 521219 Belanja Barang Non Operasional Lainnya 12,500
Biaya Petugas Peninjauan Lapang (1 org x 1 Hari x 1 kegiatan) 1 OK 12,500 12,500
013 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 35,000 521213 Honor Output Kegiatan 35,000
org x 1 Kegiatan) 1 OK 24,500 24,500
Biaya Petugas Pencetakan Peta I OK 10,500 10,500
014 PENYUSUNAN RISALAH PTP 190,000 Konsumsi rapat Tim penyusunan Risalah PTP (snack 7 org ) 7 OK 7,500 52,500
521213 Honor Output Kegiatan 137,500
Tim Penyusun Risalah PTP 137,500
Penanggung Jawab (Kendali mutu keabsahan ris 1 OK 35,000 35,000
Ketua (Kendali mufti materi PTP) 1 OK 27,500 27,500
Sekretaris (Perumusan materi data PTP) I OK 15,000 15,000
Anggota (Pengolah data PTP, 4 orang) 4 OK 15,000 60,000
015 PENGARSIPAN DAN PENGINTEGRASIAN DATA 7,000 521213 Honor Output Kegiatan 7,000
Pengintegrasian data 1 OK 3,500 3,500
Pengarsipan data I OK 3,500 3,500
JUMLAH 308,000
74
Contoh 10 : Pelayanan Lisensi Pentlai Tanah
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 250.000 maka biaya operasional Rp. 181.458,-
KODE Uraian Kegiatan VOLUME HARGA SATUAN
JUMLAH KETERANGAN
(KELUARAN)
011 Persiapan Pemberian Lisensi 27,083 Notulensi Rapat
Belanja Bahan 5,000
ATK 1 PKT 5,000 5,000
521213 Honor Output Kegiatan 22,083
Pemeriksaan Berkas Administrasi I OK 22,083 22,083
013 Pengolahan Konsep SK 154,375 Surat Keputusan
521211 Belanian bahan 46,000
Pengadaan ATK 1 Pkt 14,000 14,000
Konsumsi 1 Pkt 32,000 32,000
521213 Honor Output Kegiatan 108,375
Proses Seleksi I OK 66,250 66,250
Pengolahan data 1 OK 33,125 33,125
kendali Mutu hash pekerjaan 1 OK 3,000 3,000
Kendall mutu keabsahan hash pekerjaan 1 OK 3,000 3,000
Pengarsipan dan penyerahan hash pekerjaan 1 OK 3,000 3,000
Jumlah 181,458
1 OK = 1 Berkas/1 SK
75
VIII. REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)
Pelaksanaan Revisi DIPA yang terkait dengan pelaksanaan program/kegiatan agar
mempedomani Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.02/2014 tanggal 13 Januari 2014
tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun 2014 serta mempedomani/memperhatikan program-
program prioritas pelayanan pertanahan jangka menengah dan tahunan. Dalam hal pelaksanaan
DIPA Satker/Unit Organisasi Eselon I memerlukan revisi, maka Pengguna Anggaran (PA)/
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dapat mengusulkan pengesahan revisi DIPA kepada Direktur
Jenderal Anggaran dan Kanwil Direktur Jenderal Perbendaharaan sesuai kewenangannya.
Prosedur Pengajuan Usul dan Proses Revisi DIPA di Lingkungan BPN RI.
A. Prosedur Pengajuan Usul Revisi DIPA
1. Usulan revisi DIPA BPN RI diajukan Eselon I/II yang terkait kepada Sekretaris Utama
dengan tembusan Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, dan Biro Keuangan dan
Pelaksanaan Anggaran;
2. Usul revisi DIPA Daerah diajukan oleh Kepala Kantor Wilayah BPN yang bersangkutan
kepada Sekretaris Utama dengan tembusan Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri,
dan Biro Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran;
3. Usul revisi DIPA STPN diajukan oleh Ketua STPN kepada Sekretaris Utama dengan
tembusan Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, dan Biro Keuangan dan
Pelaksanaan Anggaran.
B. Mekanisme Revisi DIPA
1. Daftar Rincian Ruang Lingkup dan Kewenangan Penyelesaian Revisi Anggaran
a. Revisi DJA
1) Daftar Revisi Anggaran yang disebabkan Penambahan atau Pengurangan Pagu
Anggaran Belanja termasuk Pergeseran Rincian Anggaran Belanjanya :
Kelebihan realisasi PNBP di atas target yang direncanakan dalam APBN;
2) Pergeseran antar Keluaran/Kegiatan dan atau kegiatan yang sama antar Satker
dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang
berbeda;
3) Perubahan atau Pergescran Rincian Anggaran Dalam Hal Pagu Anggaran Tetap :
a) Penghapusan / perubahan catatan dalam halam IV DIPA;
b) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkrucht;
c) Penggunaan dana Output Cadangan;
d) Penambahan / perubahan rumusan kinerja.
4) Daftar Rincian Anggaran Karena Kesalahan Administrasi :
a) Ralat kode akun sesuai kaidah akuntansi sepanjang dalam peruntukan dan
sasaran yang sama;
76
b) Ralat kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dalam wilayah
Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
c) Ralat Kode Lokasi dan Lokasi KPPN dalam wilayah kerja Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda;
d) Ralat Kode Satker;
e) Ralat Pencantuman volume, jenis, dan satuan keluaran yang berbeda antara
RKA-K/L dan RKP atau basil kesepakatan DPR-RI dengan pemerintah.
b. Revisi Kanwil DJPB
1) Penerimaan Hibah Langsung dal am bentuk uang;
2) Pergeseran dalam 1 (satu) keluaran yang sama dan atau antar keluaran, 1 (satu)
kegiatan yang sama dan atau antar kegiatan dalam 1 (Satu) Satker dan atau antar
Satker dalam 1 (Satu) wilayah kerja Kanwil DJPB.
Revisi yang memerlukan persetujuan Eselon I
a. Revisi Anggaran yang memerlukan persetujuan Eselon I meliputi :
b. Pergeseran dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam 1
(satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
c. Pergeseran dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam
wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang sama;
d. Pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam 1 (satu)
wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
e. Pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam wilayah kerja
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda;
f. Pergeseran antar Kegiatan dalam 1 (satu) Satker.
2. Kelengkapan Usulan Revisi Anggaran
a. Revisi DJA
1) Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada
Sekretaris Utama yang dilampiri dokumen pendukung berupa:
a) Surat usulan Revisi Anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semula-
menjadi);
b) SPTJM bermaterai yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran,
khusus untuk satker Kantor Pusat BPN RI SPTJM bermaterai ditandatangani
oleh penanggung jawab kegiatan/pimpinan unit Eselon II;
c) ADK RKA-K/L DIPA Revisi;
d) RKA Satker;
e) Copy DIPA Terakhir; dan
t) Dokumen pendukung terkait (meliputi: TOR, RAB, Analisa satuan biaya,
Spesifikasi teknis dll.).
77
2) Sekretaris Utama meneliti usulan Revisi Anggaran dan kelengkapan dokumen
yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Anggaran yang telah diteliti kepada
APIP IQL (Inspektorat Utama) untuk dilakukan reviu.
3) Berdasarkan hasil reviu, Sekretaris Utama menyampaikan usulan Revisi
Anggaran kepada Direktur Jenderal Anggaran dengan melampirkan dokumen
pendukung berupa
a) Surat usulan Revisi Anggaran yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon I
dan dilampiri matriks perubahan (semula-menjadi);
b) SPTJM bermaterai yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon I (Sekretaris
Utama);
c) ADK RKA-K/L DIPA Revisi Satker; dan
d) RKA Satker.
b. Revisi DJPB
Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dilengkapi dokumen pendukung
berupa:
1) Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semula-
menjadi) yang ditandatangani oleh KPA yang ADKnya (penyesuaian Digital
Stamp) diperoleh dari DIPA online terakhir;
2) SPTJM bermaterai yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran;
3) ADK RKA-K/L DIPA Revisi;
4) Copy DIPA Petikan Terakhir; dan
5) Dokumen pendukung terkait persetujuan unit eselon I.
3. Revisi Anggaran dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dalam hal Revisi Anggaran mengakibatkan perubahan DIPA Petikan, Kuasa
Pengguna Anggaran menyampaikan usul Revisi Anggaran kepada Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan; dan
b. Dalam hal Revisi Anggaran tidak mengakibatkan perubahan DIPA Petikan, Kuasa
Pengguna Anggaran mengubah ADK RKA Satker, berkenaan melalui aplikasi
RKA-IQL-DIPA, mencetak Petunjuk Operasional Kegiatan (POK), dan Kuasa
Pengguna Anggaran menetapkan perubahan POK.
4. Revisi yang memerlukan Persetujuan DPR RI meliputi :
a. pergeseran anggaran antar Program selain untuk memenuhi kebutuhan Biaya
Operasional dan Penyelesaian inkracht;
b. pergeseran anggaran yang mengakibatkan perubahan hasil Program;
c. penggunaan anggaran yang harus mendapat persetujuan DPR-RI terlebih dahulu;
78
d. perubahan/penghapusan catatan dalam halaman IV DIPA yang digunakan tidak
sesuai dengan recana peruntukan; dan/atau
e. pergeseran antar provinsi/kabupaten/kota untuk Kegiatan dalam rangka tugas
pembantuan dan urusan bersama, atau antar provinsi untuk kegiatan dalam rangka
dekonsentrasi.
5. Batas Akhir Penerimaan Usul Revisi Anggaran
Batas Akhir penerimaan usul Revisi Anggaran untuk Tahun Anggaran 2014 ditetapkan
sebagai berikut:
a. Tanggal 31 Oktober 2014 untuk Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran,
dan diterima di Kantor Pusat BPN RI paling lambat tanggal 20 Oktober 2014 dengan
seluruh dokumen lengkap.
b. Tanggal 12 Desember 2014 untuk Revisi Anggaran pada Kanwil Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.
c. Dalam hal Revisi Anggaran berkenaan dengan :
1) Kegiatan yang dananya bersumber dari PNBP, PLN, HLN, dan HDN serta
Pinjaman Dalam Negeri;
2) Kegiatan-kegiatan yang membutuhkan data/dokumen yang harus mendapat
persetujuan dari unit eksternal Kementerian/Lembaga seperti persetujuan DPR,
persetujuan Menteri Keuangan, basil audit eksternal, dan sejenisnya.
Batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran oleh Direktorat Jenderal Anggaran
ditetapkan paling lambat tanggal 19 Desember 2014.
d. Dalam hal terdapat alokasi anggaran yang dituangkan dalam Output Cadangan, usul
penggunaan dana Output Cadangan paling lambat diterima di Kantor Pusat BPN RI
tanggal 10 Maret 2014, batas akhir penyelesaian untuk diajukan ke DJA tanggal 4
April 2014.
e. Dalam hal terdapat pagu minus terkait pembayaran gaji dan tunjangan yang melekat
pada gaji untuk Tahun Anggaran 2014, pagu minus tersebut harus diselesaikan
melalui mekanisme revisi DIPA paling lambat diterima di Kantor Pusat BPN RI
tanggal 19 Desember 2014 dan batas akhir penyelesaian pagu tanggal 30 Desember
2014.
C. Batasan Revisi Anggaran
1. Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi alokasi anggaran;
2. Revisi Anggaran dapat dilakukan dengan tetap memperhatikan ketentuan untuk hal-hal
yang dibatasi atau dilarang didanai dari APBN;
3. Revisi Anggaran dapat di lakukan sepanjang tidak mengurangi volume keluaran yang
telah ditetapkan dalam DIPA;
4. Revisi Anggaran berupa pergeseran antar kegiatan dapat dilakukan sepanjang tidak
mengurangi volume keluaran yang telah ditetapkan dalam DIPA dan digunakan untuk
hal-hal yang bersifat prioritas, mendesak, darurat, dan tidak dapat ditunda.
79
IX. PENYUSUNAN DAN REVISI PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK)
A. Penyusunan POK
POK merupakan penjabaran lebih lanjut dari DIPA petikan, POK berfungsi sebagai :
1. Pedoman dalam melaksanakan kegiatan/aktivitas;
2. Alat monitoring kemajuan pelaksanaan kegiatan/aktivitas;
3. Alat perencana kebutuhan dana;
4. Sarana untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan efektivitas pelaksanaan
anggaran.
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) pada masing-masing satker pada awal tahun anggaran
setelah diterimanya DIPA petikan segera menyusun dan menetapkan Petunjuk Operasional
Kegiatan (POK) DIPA Tabun Anggaran berjalan yang mengacu pada Kertas Kerja RKAKL
yang menjadi dasar penerbitan DIPA bersangkutan.
POK sekurang-kurangnya memuat uraian tentang kode dan nama Satker, nama Program,
Kegiatan, Output, Sub Output, Komponen, Sub Komponen, Akun, Detail, Volume, Harga
Satuan dan Sumber Dana (format POK sebagaimana tercantum pada lampiran 21).
B. Revisi POK
Apabila dalam pelaksanaan kegiatan memerlukan revisi POK dibuat oleh PPK, untuk BPN
RI usulan dari Eselon II sebagai penanggung jawab kegiatan ditujukan kepada Kepala Biro
Keuangan dan Pclaksanaan Anggaran, untuk Kantor Wilayah BPN dan Kantor Pertanahan
dapat diajukan oleh PPK dengan mengubah RKAKL berkenaan dan selanjutnya
menyampaikan Arsip Data Komputer (ADK) berupa matrik perubahan dan Kertas Kerja
RKAKL pembaruan dalam sojicopy dan hardcopy dimaksud kepada Kepala Kanwil Ditjen
Perbendaharaan setempat untuk dilaksanakan pemutakiran data/validasi DIPA.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan revisi POK antara lain :
1. Harus memperhatikan realisasi anggaran Akun sebelumnya;
2. Pada revisi POK ke 2 dan selanjutnya agar memperhatikan hasil revisi POK sebelumnya;
3. Anggaran yang diblokir/bintang tidak diperkenankan direvisi sebelum pembukaan blokir;
Dalam mengajukan revisi POK agar menyebutkan alasan perubahan/revisi dan
menyebutkan program, kegiatan, sub kegiatan, komponen, sub komponen atau Akun yang
akan direvisi.
Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Kuasa Pengguna Anggaran merupakan Revisi
Anggaran dalam hal pagu anggaran tetap meliputi :
1. Pergeseran dalam 1 (satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker; dan/ atau
2. Pergeseran antar Keluaran,1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker.
80
KASUBAG. "FU/PEJABAT YANG MENANGANI KEUANGAN/VERIFIKASI
DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK
PLJUGAS AKUNTANSI/VEREIFIKASI PFTUGAS PEREKAM KOMPUTER
X. PELAPORAN
A. Laporan Keuangan
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat Jis. Nomor 233/PMK.05/2011 tentang perubahan
PMK No.171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Pusat, Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-57/PB/2013 tentang
Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga, bahwa sebagai
Pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN, Kuasa Pengguna Anggaran wajib menyusun
dan menyampaikan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) dengan Aplikasi Sistem Akuntansi Instansi.
Untuk penyusunan dan penyampaian Laporan Keuangan dengan Aplikasi Sistem Akuntansi
Instansi (SAI) setiap Kepala Kantor sebagai Kuasa Pengguna Anggaran wajib membentuk :
Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) :
r
KEPAI A SA MAN KEICIA
Keterangan :
Penanggung jawab
Petugas Akuntansi Keuangan
1. Kantor Pertanahan membentuk Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA)
yang mempunyai tugas dan kewajiban :
a. Memproses dokumen sumber berupa
1) Perkiraan pendapatan pada DIPA halaman III;
2) Surat Setor Pajak (SSP);
3) Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP);
4) Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB);
5) DIPA, Revisi DIPA;
6) SKPA;
7) SPM, SP2D, dan
8) Dokumen lain yang dipersamakan untuk menghasilkan Laporan Keuangan berupa
LRA, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan satuan kerja.
81
b. Bagi Satuan Kerja yang mendapat Hibah Dalam/Luar Negeri Langsung (HD/LNL)
yang berupa Uang/Barang/Jasa/Surat Berharga wajib memproses :
1) DIPA/Revisi DIPA;
2) SP2HL/SPHL;
3) SP4HL/SP3 H L;
4) SP3HL-BJS;
5) MPHL-BJS/Persetujuan MPHL-BJS; dan
6) Surat Setoran Bukan Pajak (untuk pengembalian pendapatan hibah).
c. Melakukan rekonsiliasi internal antara laporan keuangan dan laporan barang;
d. Menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK setiap bulan ke KPPN dan melakukan
rekonsiliasi dengan KPPN setempat setiap bulan;
e. Menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK hasil rekonsiliasi dengan KPPN setiap
bulan kepada Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W)
dan Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Tingkat Esselon I (UAPPA-
El /UAPA);
Menyampaikan laporan keuangan semesteran dan laporan keuangan tahunan terdiri
dari LRA, Neraca dan Catatan Atas Laporan Keuangan dilengkapi dengan Surat
Pernyataan Tanggung Jawab dari Kepala Kantor Pertanahan;
Membuat Laporan Keuangan Manual berupa LKKA dan LKKUP dan menyampaikan
ke tingkat UAPPA-W setiap bulan.
82
Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran-Wilayah (UAPPA-W)
KEPALA KANTOR WILAYAH/ KEPALA SATUAN KERJA YANG
DITETAPKAN
PEJABAT ESELON III KABAG. KEUANGAN/KABAG. VERIFIKASI DAN
AKUNTANSI/PEJABAT YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/VERIFIKASI
DAN AKUNTANSI /PEJABAT YANG DITUNJUK
KEPALA SUB BAGIAN/SEKSI YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/
VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/ PEJABAT YANG DITUNJUK
PFYRJGAS AKUNTANSI/ VERIFIKASI
PETUGAS KOMPUTER
Keterangan:
I — — Penanggung Jawab
Petugas Akuntansi Keuangan
2. Kantor Wilayah BPN disamping sebagai Satker (UAKPA) juga wajib membentuk Unit
Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W) yang mempunyai tugas
dan kewajiban :
a. Melakukan proses penggabungan Laporan Keuangan yang berasal dari UAKPA di
wilayah kerjanya (termasuk laporan realisasi anggaran pembiayaan dan perhitungan
yang digunakan bila ada);
b. Menyusun Laporan Keuangan Tingkat UAPPA-W berdasarkan basil penggabungan
laporan keuangan dari tingkat UAKPA di wilayah kerjanya;
c. Melakukan rekonsiliasi internal antara Laporan keuangan dengan Laporan Barang;
83
d. Menyampaikan laporan keuangan tingkat UAPPA-W beserta ADK kepada Kanwil
Direktorat Jenderal Perbendaharaan di wilayahnya masing-masing setiap bulan dan
melakukan rekonsiliasi setiap Triwulan;
e. Menyampaikan laporan realisasi anggaran dan neraca beserta ADK setiap bulan ke
Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran tingkat Esselon 1 (UAPPA-E1) atau
Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) setiap bulan;
f. Menyampaikan laporan keuangan semesteran dan laporan keuangan tahunan. Untuk
penyampaian laporan keuangan tersebut harus dibuat secara lengkap berupa LRA.
Neraca dan Catatan Atas Laporan Keuangan dilengkapi dengan Surat Pernyataan
Tanggung Jawab dari Kepala Kantor Wilayah BPN;
g. Menggabungkan dan memverifikasi laporan keuangan manual beruapa LKKA dan
LKKUP dari Satker dan menyampaikannya ke tingkat Eselon I dan UAPA.
Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA):
MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA
PEJABAT ESELON I YANG MEMBIDANGI KESEKRETARIATAN/PEJABAT YANG
DITUNJUK
KEPALA BIRO YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/PEJABAT YANG
DITUNUJUK
KABAG. KEUANGAN/KABAG. VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG
MEMBIDANGI KEUNGAN/VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK
KEPALA SUB BAGIAN/SEKSI YANG MEMBIDANGI KEUANGAN/ VERIFIKASI
DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK
PETUGAS AKUNTANSI/
PETUGAS VERIFIKASI
KOMPUTER
Keterangan:
Penanggung Jawab
Petugas Akuntansi Keuangan
84
3. Kantor Pusat BPN RI disamping sebagai Satker (UAKPA) juga wajib membentuk Unit
Akuntansi Pengguna Anggaran Esselon I (UAPPA-EI) dan Unit Akuntansi Pengguna
Anggaran (UAPA).
Mengingat Kantor Pusat BPN RI hanya mempunyai 1 (satu) Esselon I yang mempunyai
DIPA sehingga Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Esselon I digabung
dengan Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) yang mempunyai tugas dan
kewaj i ban :
a. Melakukan proses penggabungan laporan keuangan UAPPA-W serta Laporan
Real isasi Anggaran;
b. Menyusun laporan keuangan tingkat UAPA berdasarkan basil penggabungan laporan
keuangan UAPPA-W;
c. Melakukan rekonsiliasi internal antara laporan keuangan dengan laporan barang;
d. Melakukan rekonsiliasi atas laporan keuangan dengan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan e.g. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan setiap semester
dan basil rekonsiliasi dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi;
e. Menyampaikan LRA dan Neraca tingkat UAPA beserta ADK kepada Direktorat
Jenderal Perbendaharaan setiap triwulan;
f. Menyampaikan laporan keuangan semesteran dan tahunan yang terdiri dari LRA,
Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan yang disertai surat pernyataan tanggung
jawab (Statement of Responsibility) dari Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia dan pernyataan telah direyiu oleh inspektorat utama;
g. Menggabungkan dan memverifikasi laporan keuangan manual berupa LKKA dan
LKKUP dari tingkat wilayah seluruh Indonesia.
4. Penyampaian Laporan Keuangan.
a. Kantor Pertanahan/UAKPA menyampaikan laporan keuangan bulanan berupa Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), Neraca dan ADK ke KPPN selambat-lambatnya 7 (tujuh)
ban kerja setelah berakhirnya bulan bersangkutan; dan ke tingkat UAPPA-W paling
lambat tanggal 12 (dua belas) bulan berikutnya. Sedangkan penyampaian laporan
keuangan triwulanan untuk :
1) Triwulan I berupa : LRA, Neraca, ADK, BAR ke tingkat UAPPA-W paling lambat
tanggal 12 April 2014:
2) Triwulan II/Semester I berupa LRA, Neraca, CaLK, Informasi Akrual, ADK dan
BAR ke tingkat tJAPPA-W paling lambat tanggal 10 Juli tahun 2014;
3) Triwulan III berupa : LRA, Neraca, ADK, BAR ke tingkat UAPPA-W paling
lambat tanggal 12 Oktober 2014;
4) Triwulan IV/Semester II berupa : LRA, Neraca, CaLK, Informasi Akrual,
Pernyataan Tanggung Jawab dari Kepala Kantor Pertanahan, ADK dan BAR ke
tingkat tJAPPA-W paling lambat tanggal 20 Januari 2015.
85
b. Kantor Wilayah BPN/UAPPA-W menyampaikan laporan-laporan berupa Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca dan ADK ke :
1) Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan setempat paling lambat tanggal 15
(lima belas) pada bulan berikutnya setiap triwulanan; dan
2) Unit Akuntansi tingkat UAPPA-E1/UAPA paling lambat tanggal 20 (dua puluh)
bulan berikutnya setiap bulan.
Sedangkan untuk penyampaian laporan keuangan Triwulanan untuk :
1) Triwulan I berupa : LRA, Neraca, ADK dan BAR paling lambat tanggal 20 April
2014;
2) Triwulan II/Semester I berupa : LRA, Neraca, CaLK, Informasi Akrual, ADK,
BAR dan pernyataan tanggung jawab dari Kepala Kantor Wilayah BPN paling
lambat tanggal 15 Juli 2014;
3) Triwulan III berupa : LRA, Neraca, ADK dan BAR paling lambat tanggal
20 Oktober 2014.
4) Triwulan TV/Semester II berupa: LRA, Neraca, CaLK, Informasi Akrual, ADK,
BAR dan pernyataan tanggung jawab dari Kepala Kantor Wilayah BPN paling
lambat tanggal 29 Januari 2015.
c. Kantor Pusat BPN RT/UAPA menyampaikan Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan
ADK triwulanan ke Kementerian Keuangan Cq. Direktorat Jenderal Perbendaharaan
sebagai berikut :
1) Triwulan I beruapa : LRA dan ADK paling lambat tanggal 7 Mei 2014;
2) Triwulan II/Semester I berupa : LRA, Neraca CaLK, Informasi Akrual, ADK,
BAR, dan pernyataan tanggung jawab dari Kepala BPN RI serta Pernyataan Reviu
dari Inspektur Utama paling lambat tanggal 26 Juli 2014;
3) Triwulan III berupa : LRA dan ADK paling lambat tanggal 9 November 2014; dan
4) Triwulan IV/Semester II berupa : LRA, Neraca, CaLK, ADK, BAR, Pernyataan
Tanggung Jawab dari Kepala BPN RI, Pernyataan Reviu dari Inspektur Utama,
dan Informasi Akrual paling lambat akhir hulan Februari 2015.
5. Sistematika Laporan Keuangan
Dalam Menyusun Laporan Keuangan mempedomani Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan Nomor PER-57/PB/2013 tanggal 30 Desember 2013 tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang berisi Laporan
Realisasi Anggaran dan Neraca Kementerian Negara/Lembaga disertai dengan Catatan
atas Laporan Keuangan.
Laporan keuangan terdiri dari laporan keuangan pokok dan laporan keuangan pendukung
yang dijilid terpisah.
86
Adapun Sistematika Laporan Keuangan Pokok adalah sebagai berikut
Pernyataan Telah Direviu (hanya untuk penyajian Laporan Keuangan Tingkat Unit
Akuntansi Pengguna Anggaran)
Ringkasan Laporan Keuangan
Pernyataan Tanggung Jawab
1. Laporan Realisasi Anggaran
II. Neraca
III. Catatan atas Laporan Keuangan
A. Gambaran Umum Entitas
A.1. Dasar Hukum
Menjelaskan tentang dasar hukum penyusunan dan penyajian laporan
keuangan, domisili dan bentuk hukum entitas.
A.2. Kebijakan Teknis
Menjelaskan mengenai visi dan misi kebijakan entitas dan tugas serta
fungsi entitas.
A.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
Menjelaskan proses dan sistem akuntansi yang digunakan penyusunan
laporan keuangan entitas
A.4. Kebijakan Akuntansi
Menjelaskan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh entitas dan
metode-metode penerapannya yang secara material mempengaruhi
penyajian Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Pengungkapan juga
harus meliputi pertimbangan- pertimbangan penting yang diambil dalam
mcmilih prinsip- prinsip yang sesuai.
B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran
Penjelasan atas Laporan Realisasi Anggaran disajikan untuk pos Pendapatan
dan Belanja dengan struktur sebagai berikut:
(a) Anggaran;
(b) Realisasi;
(c) Prosentase pencapaian;
(d) Penjelasan atas perbedaan antara anggaran dan realisasi;
(e) Perbandingan dengan periode yang lalu;
(0 Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;
(g) Rincian lcbih lanjut pendapatan menurut sumber pendapatan;
(h) Rincian lebih lanjut belanja menurut klasifikasi ekonomi, organisasi, dan
fungsi;
(i) Rincian lebih lanjut pembiayaan;
(j) Pengungkapan atas pos-pos Laporan Realisasi Anggaran yang disyaratkan
oleh Standar Akuntansi Pemerintahan; dan
87
(k) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca
Penjelasan atas Neraca disajikan untuk pos aset, kewajiban, dan ekuitas dengan
struktur sebagai berikut:
(a) Perbandingan dengan periode yang lalu;
(b) Rincian lebih lanjut atas masing-masing akun dalam aset lancar, investasi
jangka panjang, aset tetap, aset lainnya, kewajiban jangka pendek, kewajiban
jangka panjang, dan ekuitas;
(c) Pengungkapan atas pos-pos Neraca yang disyaratkan oleh Standar Akuntansi
Pemerintahan; dan
(d) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
D. Pengungkapan Penting Lainnya
Catatan atas Laporan Keuangan juga harus mengungkapkan informasi yang bila
tidak diungkapkan akan menyesatkan bagi pembaca laporan.
Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadian kejadian
penting selama tahun pelaporan, seperti:
(a) Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;
(b) Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru;
(c) Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan padaNeraca;
(d) Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan; dan
(e) Kejadian yang mempunyai dampak sosial.
D.1. Kejadian-kejadian Penting Setelah Tanggal Neraca
D.2. Temuan dan Tindak Lanjut Temuan BPK
D.3. Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual
D.4. Rekening Pemerintah
D.5. Pengungkapan Lain-lain (contoh : Barang yang belum dicatat dalam BMN
yang perolehannya bukan dari APBN)
E. Lampiran dan Daftar
(a). Menyajikan informasi yang berisi rincian atas angka-angka yang disajikan
pada LRA dan neraca;
(b). Laporan Keuangan Badan Layanan Umum
(c). Informasi pendapatan dan belanja secara akrual
(d). Pengungkapan lainnya yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku.
Laporan-laporan Pendukung:
A. Rincian laporan yang dihasilkan dari aplikasi, antara lain:
1. Laporan Realisasi Anggaran;
2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja dan kembali belanja melalui KPPN dan BUN;
3. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah
88
Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN;
4. Laporan Realisasi Anggaran Kembali Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan
dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN;
5. Laporan Realisasi Anggaran Belanja melalui KPPN dan BUN Menurut Jenis
Satuan Kerja (untuk tingkat Kementerian Negara/Lembaga, Eselon I dan Wilayah);
6. Laporan Realisasi Anggaran Kembali Belanja melalui KPPN dan BUN Menurut
Jenis Satuan Kerja (untuk tingkat Kementerian Negara/Lembaga, Eselon I dan
Wilayah);
7. Neraca;
8. Neraca Percobaan.
B. Laporan pengguna barang;
C. Catatan Ringkas Barang Milik Negara
D. Daftar Rekening Pemerintah;
E. Rencana dan Tindak Lanjut Kementerian Negara/Lembaga atas temuan pemeriksaan
BPK terhadap Laporan Keuangan Kementerian Lembaga;
F. Berita Acara Rekonsiliasi;
G. Daftar, label dan/atau dokumen lain yang dibutuhkan oleh penyusun laporan
keuangan dalam rangka penyajian laporan keuangan yang andal.
Untuk format laporan keuangan menyesuaikan dengan lampiran pada Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-57/PB/2013 tanggal 30 Desember 2013.
Adapun contoh daftar isi sebagai berikut:
Kata Pengantar
Pernyataan Tanggung Jawab
Ringkasan
I. Laporan Realisasi Anggaran
II. Neraca
III. Catatan atas Laporan Keuangan
A. Penjelasan Umum
A.1. Dasar Hukum
A.2. Kebijakan Teknis
A.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
A.4. Kebijakan Akuntansi
B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran
B.1. Pendapatan Negara dan Hibah
B.2. Belanja Negara
C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca
C.1. Aset Lancar
C.2. Aset Tetap
89
C.3. Piutang Jangka Panjang
C.4. Aset Lainnya
C.5. Kewajiban Jangka Pendek
C.6. Ekuitas Dana Lancar
C.7. Ekuitas Dana Investasi
D. Pengungkapan Penting Lainnya
D.1. Kejadian-kejadian Penting Setelah Tanggal Neraca
D.2. Temuan dan Tindak Lanjut Temuan BPK
D.3. Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual
D.4. Rekening Pemerintah
D.5. Pengungkapan Lain-lain (contoh : Barang yang belum dicatat dalam BMN
yang perolehannya bukan dari APBN)
E. Lampiran dan Daftar:
E.1. Informasi pendapatan dan belanja secara akrual;
E.2. Rekapitulasi Kas lainnya dan setara kas;
E.3. Rekapitulasi Kas di Bendahara Penerimaan;
E.4. Rekapitulasi Kas di Bendahara Pengeluaran;
E.5. Daftar piutang PNBP;
E.6. Rekapitulasi LKKA;
E.7. Rekapitulasi LKKUP;
E.8. Bukti Setor SSBP pengembalian tahun anggaran yang disetor tahun
anggaran berikutnya;
E.9. Bukti setor sisa UP; dan
E.10. Bukti setor SSBP TP/TGR.
Laporan-Laporan Pendukung :
1. LRA Pendapatan dan LRA Pengembalian Pendapatan;
2. LRA Belanja dan LRA Pengembalian Belanja;
3. Neraca;
4. Neraca Percobaan;
5. Laporan Barang Pengguna;
6. Catatan ringkas Barang Milik Negara;
7. Daftar Rekening Pemerintah;
8. Lampiran Tindak Lanjut atas Temuan BPK;
9. Berita acara rekonsiliasi internal;
10.Berita acara rekonsiliasi eksternal; dan
11.Dokumen lain yang diperlukan.
90
B. Hal-Hal Yang Harus Dilakukan Dalam Penyusunan Laporan Keuangan :
1. Menginventarisasi Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-62/PB/2009
tentang Tata Cara Penyajian Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual pada
Laporan Keuangan dinyatakan bahwa Laporan Keuangan Semesteran dan Laporan
Keuangan Tahunan harus dilengkapi dengan informasi Pendapatan dan Belanja secara
Akrual. Informasi tentang pendapatan dan belanja secara akrual dimaksudkan sebagai
tahapan dari pendapatan dan belanja berbasis kas menuju pada penerapan anggaran
berbasis akrual.
Adapun yang dimaksud dengan
a. Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa
lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan;
b. Basis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa
lainnya pada saat hak dan/atau kewajiban timbul;
c. Pendapatan secara akrual adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah
ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar
kembali;
d. Belanja secara Akrual adalah penurunan manfaat ekonomis atau potensi jasa dalam
periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban;
e. Belanja yang masih harus dibayar adalah kewajiban yang timbul akibat hak atas
barang/jasa yang telah diterima/dinikmati dan/atau perjanjian/komitmen yang
dilakukan oleh Kementerian Negara/Lembaga, namun sampai pada akhir periode
pelaporan belum dilakukan pembayaran/pelunasan/realisasi atas hak/perjanjian/
komitmen tersebut;
f. Belanja dibayar di muka adalah pengeluaran satuan kerja/pemerintah yang telah
dibayarkan dari Rekening Kas Umum Negara dan membebani pagu anggaran, namun
barang/jasa/fasilitas dari pihak ketiga belum diterima/dinikmati satuan
kerja/pemerintah;
g. Pendapatan yang masih harus diterima adalah pendapatan yang sampai dengan tanggal
pelaporan belum diterima oleh satuan kerja karena adanya tunggakan pungutan
pendapatan dan transaksi lainnya yang menimbulkan hak tagih satuan kerja/pemerintah
dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan;
h. Pendapatan diterima di Muka adalah pendapatan yang diterima oleh satuan kerja dan
sudah disetor ke Rekening Kas Umum Negara, namun wajib setor belum menikmati
barang/jasa/fasilitas dari satuan kerja/pemerintah, atau pendapatan pajak/bukan pajak
yang telah disetor oleh wajib pajak/bayar ke Rekening Kas Umum Negara yang
berdasarkan basil pemeriksaan dan/atau penelitian oleh pihak yang berwenang terdapat
lebih bayar pajak/bukan pajak.
91
Informasi pendapatan secara akrual :
1) Diperoleh dari realisasi pendapatan berbasis kas disesuaikan dengan transaksi
pendapatan akrual;
2) Transaksi pendapatan secara akrual terdiri dari :
a) Pendapatan yang masih harus diterima, yaitu pendapatan perpajakan yang masih
harus diterima dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang masih harus
diterima.
Pendapatan yang masih harus diterima disajikan sebagai penambah pada
informasi pendapatan secara akrual dan sebagai piutang pada neraca.
b) Pendapatan diterima dimuka, yaitu PNBP diterima dimuka.
Pendapatan diterima dimuka disajikan sebagai pengurang pada informasi
pendapatan secara akrual dan sebagai kewajiban jangka pendek pada neraca.
Informasi belanja secara akrual :
1) Diperoleh dari belanja berbasis kas disesuaikan dengan transaksi belanja akrual.
2) Transaksi belanja secara akrual terdiri dari :
a) Belanja yang masih harus dibayar, terdiri dari belanja pegawai, yang masih
harus dibayar, belanja barang yang masih harus dibayar, belanja modal yang
masih harus dibayar.
Belanja yang masih harus dibayar disajikan sebagai penambah pada informasi
belanja secara akrual dan sebagai kewajiban jangka pendek pada neraca.
b) Belanja yang dibayar dimuka, terdiri dari belanja pegawai dibayar dimuka,
belanja barang dibayar dimuka, belanja modal dibayar dimuka.
Belanja dibayar dimuka disajikan sebagai pengurang pada informasi belanja
secara akrual dan sebagai piutang pada neraca.
2. Menentukan Kualitas Piutang dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.06/2010 tentang Kualitas
Piutang Kementerian Negara/Lembaga Jo. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
Nomor PER-82/PB/2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih
pada Kementerian Negara/Lembaga dinyatakan bahwa
Satuan Kerja yang memiliki piutang harus menetapkan kualitas piutang dan pembentukan
penyisihan piutang tak tertagih, balk piutang jangka pendek dan piutang jangka panjang.
Adapun yang dimaksud dengan :
a. Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Kementerian Negara/Lembaga
dari/atau Bak Kementerian Negara/Lembaga yang dapat dinilai dengan uang sebagai
akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku atau akibat lainnya yang sah;
b. Piutang Jangka Pendek adalah piutang yang akan jatuh tempo atau akan direalisasikan
dalam jangka waktu 12 (dua betas) bulan sejak tanggal pelaporan;
92
c. Piutang Jangka Panjang adalah piutang yang akan jatuh tempo atau akan direalisasikan
lebih dari 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan;
d. Kualitas Piutang adalah hampiran atas ketertagihan piutang yang diukur berdasarkan
kepatuhan membayar kewajiban oleh debitor.
1) Kualitas Piutang.
Penilaian Kualitas Piutang dilakukan dengan mempertimbangkan sekurang-
kurangnya:
a) Jatuh tempo piutang; dan
b) Upaya penagihan
Kualitas Piutang ditetapkan dalam 4 (empat) golongan, yaitu kualitas lancar,
kualitas kurang lancar, kualitas diragukan, dan kualitas macet.
Penilaian Kualitas Piutang dilakukan berdasarkan kondisi Piutang pada tanggal
laporan keuangan.
2) Klasifikasi Piutang.
Penggolongan Piutang digolongkan menjadi :
a) Piutang Pajak (tidak dijelaskan);
b) Piutang Bukan Pajak; dan
c) Piutang Lainnya.
Penggolongan kualitas Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak dilakukan dengan
ketentuan :
a) Kualitas lancar apabila belum dilakukan pelunasan sampai dengan tanggal jatuh
tempo yang ditetapkan;
b) Kualitas kurang lancar apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak
tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan;
c) Kualitas diragukan apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak
tanggal Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan; dan
d) Kualitas macet apabila :
- Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan
Ketiga tidak dilakukan pelunasan; atau
- Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/ Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara.
3) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
Yang dimaksud Penyisihan Piutang Tidak Tertagih adalah cadangan yang hams
dibentuk sebesar persentase tertentu dari akun piutang berdasarkan penggolongan
kualitas piutang.
Klasitikasi penyisihan piutang
a) Penyisihan piutang tidak tertagih yang umum;
93
b) Penyisihan piutang tidak tertagih yang khusus;
(1) Penyisihan Piutang Tidak tertagih yang umum ditetapkan paling sedikit
sebesar 5 %o (lima permit) dari Piutang yang memiliki kualitas lancar;
(2) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih yang khusus ditetapkan sebesar :
10 % (sepuluh perseratus) dari Piutang dengan kualitas kurang lancar
setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan;
- 50 % (lima puluh perseratus) dari Piutang dengan kualitas diragukan
setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan; dan
- 100 % (seratus perseratus) dari Piutang dengan kualitas macet setelah
dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan.
c) Agunan atau barang sitaan yang mempunyai nilai di atas piutangnya
diperhitungkan sama dengan sisa piutang;
d) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih yang dibentuk berdasarkan piutang yang
kualitasnya menurun, dilakukan dengan mengabaikan persentase Penyisihan
Piutang Tidak Tertagih pada Kualitas Piutang sebelumnya;
e) Kementerian Negara/Lembaga yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih dikenakan sanksi administratif berupa teguran
tertulis oleh Menteri Kcuangan;
f) Nilai agunan yang diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih ditetapkan sebesar:
(1) 100 % (seratus perseratus) dari agunan berupa surat berharga yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia, surat berharga negara, garansi bank,
tabungan dan dcposito yang diblokir pada bank, emas dan logam mulia;
(2) 80 % (delapan puluh perseratus) dari nilai hak tanggungan atas tanah
bersertifikat hak milik (SHM) atau hak guna bangunan (SHGB) berikut
bangunan di atasnya;
(3) 60 % (enam puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak atas tanah
bersertifikat hak milik (SHM), hak guna bangunan (SHGB), atau hak pakai,
berikut bangunan di atasnya yang tidak diikat dengan hak tanggungan;
(4) 50 % (lima pulub perseratus) dari nilai jual objek pajak atas tanah dengan
bukti kepemilikan berupa Surat Girik (lever C) atau bukti kepemilikan non
sertifikat lainnya yang dilampiri surat pemberitahuan pajak terhutang
(SPPT) terakhir;
(5) 50 % (lima puluh perseratus) dari nilai hipotik atas pesawat udara dan kapal
laut dengan isi kotor paling sedikit 20 (dua puluh) meter kubik;
(6) 50 % (lima puluh perseratus) dari nilai jaminan fidusia atas kendaraan
bermotor; dan
94
(7) 50 % (lima puluh perseratus) dari nilai atas pesawat udara, kapal laut, dan
kendaraan bermotor yang tidak diikat sesuai ketentuan yang berlaku dan
disertai bukti kepemilikan.
Agunan selain yang dimaksud di atas dapat diperhitungkan sebagai faktor
pengurang dalam pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih setelah mendapat
persetujuan dari Menteri Keuangan.
g) Nilai barang sitaan yang diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih ditetapkan sebesar :
(1) 100 % (seratus perseratus) dari agunan berupa surat berharga yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia, surat berharga negara, tabungan dan
deposito yang diblokir pada Bank, emas dan logam mulia;
(2) 60 % (enam puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak atas tanah
bersertifikat hak milik (SHM), hak guna bangunan (SHGB), atau hak pakai,
berikut bangunan di atasnya;
(3) 50 % (lima puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak atas tanah dengan
bukti kepemilikan berupa Surat Girik (letter C) atau bukti kepemilikan non
sertifikat lainnya yang dilampiri surat pemberitahuan pajak terhutang
(SPPT) terakhir; dan
(4) 50 % (lima puluh perseratus) dari nilai atas pesawat udara, kapal laut dan
kendaraan bermotor yang disertai bukti kepemilikan.
Barang sitaan selain yang dimaksud di atas tidak diperhitungkan sebagai
pengurang dalam pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih;
h) Nilai agunan atau barang sitaan bersumber dari nilai yang dikeluarkan &eh
Instansi yang berwenang;
i) Dalam hal sumber nilai agunan atau barang sitaan tidak diperoleh, agunan atau
barang sitaan tidak diperhitungkan sebagai faktor pengurang Penyisihan Piutang
Tidak Tertagih;
j) Menteri Keuangan berwenang melakukan penilaian kembali atas nilai agunan
dan/atau barang sitaan yang telah diperhitungkan sebagai pengurang dalam
pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih apabila Kementerian
Negara/Lembaga tidak memenuhi ketentuan; dan
k) Kewenangan Menteri Keuangan melakukan penilaian kembali didelegasikan
kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
4) Akuntansi Penyisihan Piutang Tidak Tertagih.
a) UAKPA melakukan akuntansi penyisihan piutang tak tertagih terhadap piutang
yang dimiliki dan/atau dikuasainya, baik terhadap piutang jangka pendek dan
piutang jangka panjang;
b) Penghitungan penyisihan piutang tidak tertagih dijabarkan di dalam Kartu
Penyisihan Piutang Tak Tertagih;
95
c) Nilai penyisihan tidak bersifat akumulatif tetapi ditetapkan setiap semester dan
tahunan sesuai perkembangan kualitas piutang;
d) Tata cara penetapan kualitas piutang dan besarnya tarif penyisihan piutang
sebagaimana dijelaskan tersebut diatas;
e) Berdasarkan Kartu Penyisihan Piutang, UAKPA melakukan penatausahaan dan
dilakukan input dengan formulir jurnal aset.
5) Tata Cara Pelaporan Serta Penyajian dan Pengungkapan Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih.
a) Tingkat UAKPA
(1) UAKPA menyajikan penyisihan piutang tidak tertagih di dalam neraca
setiap semester dan tahunan;
(2) UAKPA mengungkapkan informasi yang lebih rinci dalam CaLK; dan
(3) UAKPA menyampaikan informasi tentang penyisihan piutang tidak tertagih
melalui laporan keuangan ke UAPPA-W atau UAPPA-E1 setiap semester
dan tahunan.
b) Tingkat UAPPA-W
(1) UAPPA-W menyajikan penyisihan piutang tidak tertagih di dalam laporan
keuangan UAPPA-W setiap semester dan tahunan berdasarkan laporan
keuangan UAKPA;
(2) UAPPA-W mengungkapkan lebih rinci dalam Catatan atas Laporan
Keuangan; dan
(3) UAPPA-W menyampaikan informasi tentang penyisihan piutang tidak
tertagih melalui laporan keuangan kepada UAPPA-E1 setiap semester dan
tahunan.
c) Tingkat UAPPA-E1
(1) UAPPA-E1 menyajikan penyisihan piutang tidak tertagih di dalam laporan
keuangan UAPPA-E1 setiap semester dan tahunan berdasarkan laporan
keuangan UAPPA-W/UAKPA;
(2) UAPPA-E1 mengungkapkan lebih rinci dalam Catatan atas Laporan
Keuangan;
(3) UAPPA-E1 menyampaikan informasi tentang penyisihan piutang tidak
tertagih melalui laporan keuangan kepada UAPA setiap semester dan
tahunan.
d) Tingkat UAPA
(1) UAPA menyajikan penyisihan piutang tidak tertagih di dalam neraca UAPA
setiap semester dan tahunan berdasarkan laporan keuangan UAPPA-E1;
(2) UAPA menyajikan penyisihan piutang tidak tertagih di dalam neraca UAPA
setiap semester dan tahunan berdasarkan laporan keuangan UAPPA-E1;
(3) UAPA mengungkapkan lebih rinci dalam Catatan atas Laporan Keuangan;
96
(4) UAPA menyampaikan informasi tentang penyisihan piutang tidak tertagih
melalui laporan keuangan kepada Menteri Keuangan c.q Ditjen
Perbendaharaan setiap semester dan tahunan.
6) Jurnal Standar.
Satuan kerja setelah menetapkan kualitas piutang dan pembentukan penyisihan
piutang selanjutnya menyajikan dalam Neraca :
a) Jurnal Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih dilakukan pada setiap
tanggal neraca yaitu semesteran dan tahunan;
b) Jurnal Penyesuaian Penyisihan Piutang dilakukan pada tanggal pelaporan
berikutnya apabila ada penambahan atau pengurangan;
c) Jurnal Penghapusan Piutang Tidak Tertagih dilakukan apabila piutang tidak
dihapuskan; dan
d) Jurnal Balik Penyisihan Piutang l'idak Tertagih dilakukan pada awal tahun
anggaran berikutnya.
3. Pelaporan Pencatatan
Untuk pelaporan hihah agar mempedomani surat Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 2339/2.3-100/VII/2012 tanggal 2 Juli 2012 perihal
Pengelolaan dan Sistem Pelaporan Ilibah.
a. Satuan Kerja membukukan dokumen sumber transaksi keuangan atas :
1) Belanja yang bersumber dari hibah langsung bentuk uang;
2) Saldo kas di K/L dari hibah;
3) Belanja barang untuk pencatatan persediaan dari hibah; dan
4) Belanja modal untuk pencatatan aset tetap atau aset lainnya dari hibah.
b. Pendapatan Hibah Langsung dalam bentuk uang yang sampai dengan akhir tahun
belum digunakan dan belum disahkan, disajikan dalam Neraca;
c. Pendapatan Hibah Langsung dalam bentuk uang yang telah disahkan dan masih
terdapat sisa pada akhir tahun anggaran, disajikan dalam Neraca dan merupakan
bagian dari Saldo Anggaran Lebih;
d. Aset yang diperoleh dari Pendapatan Hibah dalam bentuk barang disajikan dalam
Neraca;
e. Penerima hihah mencatat realisasi belanja yang bersumber dari hibah, belanja barang
untuk pengesahan pendapatan dari hibah, belanja modal untuk pengesahan aset
tetap/aset lainnya dari hibah dalam Laporan Realisasi Anggaran dan mengungkapkan
Pendapatan Hibah dalam CaLK;
f. BPN RI/UAPA melakukan Rekonsiliasi dengan Direktorat Jenderal Pengelolaan Wang
(DJPU) atas realisasi Pendapatan Hibah Langsung secara triwulanan;
g. Rekonsiliasi sebagaimana dimaksud dapat dilakukan dari tingkat UAPA sampai
dengan UAKPA.
97
Kuasa Pengguna Anggaran selain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan dengan
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) wajib menyusun dan menyampaikan laporan keuangan
secara manual berupa :
a. Laporan Keadaan Kredit Anggaran/LKKA (lampiran 22) , disampaikan :
1) Untuk kantor pertanahan disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah BPN Up.
Kabag TU selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah akhir bulan;
2) Untuk Kanwil BPN disampaikan kepada Sekretaris Utama BPN RI Up. Kepala Biro
Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran, berupa rekapitulasi laporan semua satker
disampaikan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja setelah akhir bulan;
3) Untuk BPN Pusat disampaikan kepada Sekretaris Utama BPN RI Up. Kepala Biro
Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah
akhir bulan.
b. Laporan Keadaan Kas Uang Penerimaan/LKKUP (lampiran 23) Mekanisme pelaporan
sebagaimana dimaksud huruf a;
c. Laporan pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara Pengeluaran dan Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara Penerimaan, disertai salinan rekening koran dari
bank/pos bulan berkenaan disampaikan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja bulan
berikutnya kepada :
1) Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara;
2) Kantor Wilayah BPN Up. Kepala Bagian Tata Usaha;
3) Sekretaris Utama Up. Kepala Biro Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran; dan
4) Badan Pemeriksa Keuangan.
d. Laporan realisasi PNBP triwulanan dan Laporan perkiraan realisasi PNBP sampai dengan
triwulan IV.
1) Laporan realisasi PNBP triwulanan disampaikan paling lambat 15 (lima belas) hari
setelah triwulan bersangkutan berakhir (lampiran 24);
2) Laporan perkiraan realisasi PNBP sampai dengan triwulan IV, paling lambat sudah
diterima oleh Biro Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran BPN RI tanggal 1 Agustus
tahun anggaran berjalan (lampiran 25);
Kepala Satuan Kerja selaku Penanggung Jawab Sistem Akuntansi Instansi (SAI) wajib
melaksanakan Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam penyusunan Laporan Keuangan
dengan langkah-langkah
a. LRA Pendapatan :
1) Pastikan seluruh SSBP sudah dientry dalam SAI;
2) Pastikan nilai LRA pendapatan sama dengan jumlah SSBP dan LKKUP;
3) Pastikan nilai LRA pendapatan pada aplikasi SAKPA (SAI) sama dengan nilai Berita
Acara Rekonsiliasi (BAR) pendapatan pada Sistem Akuntansi Umum (SAU);
4) Pastikan LRA pendapatan sudah dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
98
b. LRA Belanja
1) Pastikan seluruh SP2D telah dientry dalam SAI;
2) Pastikan nilai LRA Belanja sama dengan jumlah SP2D dan LKKA;
3) Pastikan nilai LRA Belanja sama dengan BAR Belanja;
4) Pastikan LRA Belanja sudah dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
c. Neraca :
1) Aset lancar
(a) Pastikan kas di Bendahara Pengeluaran sama dengan nilai sisa Uang Persediaan
(UP) yang belum dipertanggungjawabkan atau belum disetor ke Kas Negara;
(b) Pastikan kas di Bendahara Penerimaan sama dengan jumlah penerimaan (PNBP)
yang belum di setor ke Kas Negara, dan pastikan harus sama dengan saldo
rekening koran dan uang tunai di brankas per tanggal pelaporan;
(c) Pastikan kas lainnya dan setara kas sama dengan jasa giro, pajak, pengembalian
belanja yang belum disetor ke kas negara, hibah langsung berupa uang dan
SP2D LS yang belum dibayarkan;
(d) Pastikan nilai persediaan sama dengan laporan persediaan per tanggal pelaporan
dan harus sesuai dengan Berita Acara Opname Fisik Persediaan per tanggal
pelaporan;
(e) Pastikan Aset lancar sudah dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
2) Aset Tetap :
(a) Pastikan nilai aset tetap (tanah, gedung/bangunan, peralatan dan mesin, jaringan)
harus sama dengan Laporan Barang Milik Negara (BMN);
(b) Lakukan Inventarisasi internal atas aset tetap (BMN) setiap semester dengan
Berita Acara Inventarisasi BMN dan nilai aset tetap tersebut harus sama dengan
laporan BMN dan Berita Acara Rekonsiliasi BMN;
(c) Pastikan aset tetap sudah dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
3) Aset Tetap lainnya
(a) Pastikan nilai asset tetap lainnya (aset selain tanah, gedung/bangunan, peralatan
dan mesin, jaringan yang memenuhi syarat nilai kapitalisasi aset) harus sama
dengan Laporan Barang Milik Negara (BMN);
(b) Lakukan Inventarisasi internal atas aset tetap lainnya setiap semester dengan
Berita Acara Inventarisasi BMN dan nilai aset tetap lainnya tersebut harus sama
dengan laporan BMN dan Berita Acara Rekonsiliasi BMN;
(c) Pastikan aset tetap lainnya sudah dijelaskan dalam Catatan alas Laporan
Keuangan (CaLK).
99
4) Aset lainnya :
(a) Pastikan nilai aset lainnya (Aset tak berwujud sperti aplikasi, software) harus
sama dengan Laporan Barang Milik Negara (BMN);
(b) Lakukan Inventarisasi internal atas aset lainnya setiap semester dengan Berita
Acara Inventarisasi BMN dan nilai aset lainnya tersebut harus sama dengan
laporan BMN dan Berita Acara Rekonsiliasi BMN;
(c) Pastikan aset lainnya sudah dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
5) TGR :
(a) Apabila terdapat TGR pastikan telah disajikan di aset lancar apabila jatuh tempo
12 (dua belas) bulan, atau disajikan di aset lainnya apabila jatuh tempo lebih dari
12 (dua belas) bulan;
(b) Pastikan TGR sudah dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
6) Tindak Lanjut Basil Temuan Pemeriksaan :
(a) Pastikan temuan basil pemeriksaan BPK telah ditindaklanjuti dan dijelaskan
dalam CaLK.
(b) Tindak Lanjut merupakan lampiran Laporan Keuangan
7) Instrumen SPI lampiran 26
C. Laporan Rekening
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan
Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja Jis. Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 05/PMK.05/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian
Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja dan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 58/PMK.05/2007 tentang Penertiban Rekening Pemerintah pada Kementerian
Negara/Lembaga, pelaporan rekening agar dilaksanakan secara berjenjang yaitu :
1. Kantor Pertanahan wajib menyampaikan kepada Kantor Wilayah BPN Up.Kabag TU
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah akhir bulan, sesuai lampiran 27;
2. Kantor Wilayah BPN wajib menyampaikan kepada Sekretaris Utama BPN RI Up. Kepala
Biro Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran berupa Rekapitulasi Laporan semua Kantor
Pertanahan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja akhir bulan, sesuai
lampiran 28;
3. Kantor BPN RI wajib menyampaikan kepada Sekretaris Utama Up. Kepala Biro
Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah
akhir bulan sebagai bahan laporan ke Kementerian Keuangan, sesuai lampiran 29;
4. Pada pasal 9 ayat 1 dan 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 05/PMK.05/2010:
a. Rekening sebagaimana dimaksud pasal 2, pasal 3 dan pasal 3A harus dilaporkan dan
disajikan dalam daftar lampiran pada laporan keuangan Kementerian/Lembaga/
100
Kantor/Satuan Kerja sebagaimana ditetapkan dalam lembaran V yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.05/2007.
b. Dalani rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan kepada
bendahara umum negara/kuasa bendahara umum negara setiap akhir semester.
D. Laporan Pelaksanaan Kegiatan
Laporan Pelaksanan Kegiatan mencakup fisik dan keuangan secara periodik dan
berkesinambungan disampaikan kepada Sekretaris Utama Up. Kepala Biro Perencanaan dan
Kerja Sama Luar Negeri, sesuai lampiran 30.
Laporan Keuangan dan Barang Milik Negara secara aplikasi dan manual juga
disampaikan kepada Inspektorat Utama setiap bulan, semesteran, dan tahunan.
XI. KETENTUAN LAIN-LAIN A. Surat Keputusan Penghentian Pembayaran (SKPP) pegawai pensiun diterbitkan oleh Kepala
Satker dalam rangkap 6 (enam) dan disampaikan kepada KPPN untuk disahkan kepala seksi
perbendaharaan dan dibuatkan surat pengantar yang ditandatangani oleh Kepala KPPN
dengan penjelasan :
1. Lembar pertama dan lembar kedua dikirim kepada PT. Taspen (Persero);
2. Lembar ketiga diserahkan kepada pegawai yang bersangkutan;
3. Lembar keempat dikirimkan kepada Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan yang
mewilayahi PT. Taspen (Persero)/PT. ASABRI (Persero) yang membayar pensiun;
4. Lembar kelima sebagai arsip Bendahara Pengeluaran;
5. Lembar keenam untuk arsip KPPN;
B. Persyaratan pengajuan biaya mutasi :
1. Kuitansi dan kuitansi rincian yang telah ditandatangani oleh yang bersangkutan;
2. SPD lembar i (keberangkatan) dan lembar II (kedatangan) yang distempel dan ditanda
tangani oleh pejabat di tempat yang baru;
3. Daftar keluarga (KP4) yang dilegalisir oleh Kepala Bagian Tata Usaha;
4. Fotocopy SK Mutasi Pegawai yang dilegalisir oleh Kepala Bagian Tata Usaha;
5. Fotocopy Berita Acara Pelantikan;
Semua persyaratan di atas dibuat rangkap 2 (dua).
C. Persyaratan pengajuan biaya pemulangan pensiun :
1. Fotocopy SK pensiun yang dilegalisir Kepala Bagian Tata Usaha;
2. SPD lembar I (keberangkatan) dan lembar II (kedatangan) yang telah ditandatangani dan
di stempel oleh Kepala Desa/Lurah tempat tinggal hendak menetap;
3. Kuitansi dan kuitansi perincian yang telah ditanda tangani oleh yang bersangkutan;
4. Nama bank dan nomor rekening yang bersangkutan;
5. Nomor telepon yang bersangkutan;
Semua persyaratan di atas dibuat rangkap 2 (dua).
101
D. Pembukuan dan Pengelolaan Keuangan Bendahara diatur tersendiri dalam Pedoman
Pengelolaan Keuangan Bidang Kebendaharaan;
E. Dalam hal keterbatasan sumber daya manusia dalam rangka pelaksanaan APBN, Kepala
Satker dapat melakukan kontrak kerja baik dengan Badan Hukum maupun Perorangan,
dengan mekanisme berpedoman pada Pcraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Jo. Nomor
35 Tahun 2011 Jo. Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
F. Pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum mengacu pada :
1. Ketentuan, antara lain :
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum;
b. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum;
c. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 13/PMK.02/2013 tentang
Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
d. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah.
2. Biaya operasional dan biaya pendukung tetap berada di instansi pengguna, mekanisme
pencairan mengikuti ketentuan yang berlaku
3. Biaya inventarisasi aspek fisik (pengukuran dan pemetaan bidang per bidang dan
keliling) dan inventarisasi aspek yuridis mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak, khusus
untuk inventarisasi aspek yuridis mengacu pada besaran Biaya Panitia Pemeriksaan
Tanah "A.
G. Pelaksanaan kegiatan legalisasi aset
1. Kegiatan Supervisi dilakukan Tim dari Kanwil BPN ke Kantor Pertanahan, namun
apabila anggaran yang tersedia tidak mencukupi untuk supervisi dari petugas kanwil
maka biaya tersebut untuk pembuatan laporan oleh Kantor Pertanahan.
2. Optimalisasi legalisasi aset di lokasi IP4T
a. Terhadap kegiatan-kegiatan legalisasi aset yang berada di lokasi IP4T dapat
dilakukan optimalisasi dengan menambah volume/target melalui mekanisme revisi
anggaran sesuai ketentuan yang berlaku
b. Optimalisasi diperoleh dari biaya kegiatan pengukuran yang tidak digunakan
c. Jumlah penambahan volume/target optimalisasi diperhitungkan dari sisa anggaran
pengukuran tidak terpakai dibagi atas standar biaya pengeluaran (SBK) legalisasi
aset masing-masing kategori.
H. Dalam pelaksanaan APBN harus didasarkan pada prinsip-prinsip :
1. Hcmat, efisien serta sesuai dengan kebutuhan yang disyaratkan;
2. Efektif, terarah dan terkendali sesuai dengan rencana program/kegiatan, serta fungsi
setiap Satuan Kerja.
102
XII. KETENTUAN PENUTUP
A. Dengan berlakunya Surat ini, maka :
1. Surat Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 334/2.1-100/1/2013
tanggal 28 Januari 2013 Perihal Pedoman Pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2013 di
Lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia;
2. Surat atau Surat Edaran lainnya yang mengatur pelaksanaan APBN di Lingkungan Badan
Pertanahan Republik Indonesia yang bertentangan dengan surat ini;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
B. Surat ini berlaku sejak tanggal 2 Januari 2014.
An. Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Plt. Se taris Utama.
HUG de Ariyuda, S.H. NIP. 19550117 198203 1 003
Tembusan :
Kepala Badan Pertanahan Republik Indonesia.
103
DAFTAR LAMPIRAN
No LAMPIRAN URAIAN
1. Lampiran 1 Laporan Realisasi SPP dan SPM
2. Lampiran 2 BP. Register SPM/SP2D
3. Lampiran 3 Kuitansi Pembayaran Langsung (PMK 190/PMK.05/2012)
4. Lampiran 4 Surat Permintaan Pembayaran
5. Lampiran 5 Surat Pernyataan
6. Lampiran 6 Kuitansi/Bukti Pembayaran
7. Lampiran 7 Format Surat Perintah Bayar (SPBy)
8. Lampiran 8 Format SPM-UP/TUP
9. Lampiran 9 Surat Pernyataan
10. Lampiran 10 Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM)
11. Lampiran 11 Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP) Satker Pengguna PNBP
12. Lampiran 12 Surat Permohonan Permintaan Nomor Register Hibah
13. Lampiran 13 Ringkasan Hibah
14. Lampiran 14 Format SP2HL
15. Lampiran 15 Format SP4HL
16. Lampiran 16 Surat Permohonan Permintaan Nomor Register Hibah
17. Lampiran 17 Ringkasan Hibah
18. Lampiran 18 Contoh SP3I IL-BJS
19. Lampiran 19 Format MPIIL-BJS
20. Lampiran 20 Bukti Setor SSBP lembar ke-4
21. Lampiran 21 Format Petunjuk Operasional Kegiatan (POK)
22. Lampiran 22 Laporan Realisasi Anggaran
23. Lampiran 23 Rekap Laporan Keadaan Kas Uang Penerimaan (LKKUP)
24. Lampiran 24 Rekapitulasi Laporan Realisasi PNBP
25. Lampiran 25 Rekapitulasi Laporan Realisasi Perkiraan PNBP
26. Lampiran 26 Sistem Pengendalian Intern (SPI) Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
27. Lampiran 27 Laporan Daftar Rekening Kantor Pertanahan BPN
28. Lampiran 28 Laporan Daftar Rekening Kanwil BPN
29. Lampiran 29 Laporan Daftar Rekening BPN RI
30. Lampiran 30 Laporan Pelaksanaan Kegiatan
104
LAM
PIR
AN
1
KE
TE
RA
NG
AN
en I--1
DO
KU
ME
N
SP
P y
ang
tida
k da
pat
dit
erbi
tkan
SP
M
Nil
ai B
ruto
(R
p)
12
<o)
Nom
or
,..■
..= ca E ,-, Tt
1,13 WO = H
0
SP
M y
ang
dit
erbi
tkan
Nil
ai B
ruto
(R
p)
o■
L O E o Z
oo
..„ el E = .- Te on tz
ce H
r-
6 4
vz
SP
P y
ang
dit
erim
a
Nil
ai B
ruto
(R
p)
in
L 0 E o 4
-et
Jum
lah
a. bk bo cv, H
en
,-.., ., ,..../ at
ej '.4
O .--t
Janu
ari 20
14
Peja
bat P
enan
data
ngan
SP
M
O N
.1=c.
ft
ro -c
a
ro
OD ro
bo al C
cv
ro a.) cv
-o
= E m Oil
2 on Z a = a 02 it OD C C . M -0 '2 F6 , 3 E to o n, c o no
a, o_ C 0
to C ..
bz .71
a
,,, M N5 0
,
•
on o_ C
c , ad-o c a
N C c -o ro ro 7 -o co
-0
.,.., 17 c -• ro ...n , ro .E .E E a) ro E To a
co -f,- co o NC
CC C CO CO m
•
- m m C CU CO 0_ 4_, C C ro to rio .5 a cc) To c E E
CD a) 0) MI a/ ,_
Y D 0_ (2_ 0_
no
O C7 no cr ✓ 21 0 LID W VD o o 01 Cl 01
*Y O n, N r‘r
ro s C C C co ro no 2 ,.. ■.:.- ■= CO D Tr >ft CO CO
I- t_ CO v} C C ro 0.1 ID ....,
03 CO E CL CL Z CO
0 0 C c 2 a > > > > cccc Y s C
CO @ D CO CO CO 0 0 0 to OD
-0 -0 CO 4- -0 -0 'V -0
o 48 OD ao 0 c 48 5. 5' >:. 0 C -C C C _c CO
ca co c a a 0 -0 ro co V al ro CU CD 4+ 7 .0 C o 0
t-. 1- C C -V ...V CO -C ro ea .c t - = = = to ro a) ro .4_, C c , C C -C -C .... C co to a ="' ="' =-- =.- 7 to ro 7 ro ro .0 Lo to 0 0 cu co co a C 0 ea 4-, ›.. C .--, 0 p C CO a
•6 110 to E t° 2 > -0 > -0 > . .rn a I> - a o c c E -C c a c c cu , to ro ro ro c a ro no , to ro ro co a ro -
-0 -0 an C ai no ro to (co 2 3 3 3 3 2 -6" La a c 0 c c co co a t 0 -a 0 co -a-) C C 0 Tu vi 7, ..71 « LI ,.,, EcERE
r9 (V z z z z re, cm 60
4-. 03 113 4-• 10 1,3 C Cl. C '6' .f.. C ro E E -o 00 .1) c E E no c a
8 '5 8 r, eL ci_ a. n_ a) co no s ,_ -c .1.-. c co co cci co eL 8 ..., re re .0
CW 2̀) 2 -o E , +3 c -)e
C C C 0 C 60 0- 0 0 7 7 E z ,_ 0 m s N cu 2 3 c ro ro p (T3 le) of C C O C 1- (13 c0 vl (LI 0. a m 4/ ro to -c yo to E (CCLICCOCOCOM
C CO 4- K, i:5 0 46 C C -C CO
. _0 9 : mo 1-0 1-40 411 co" 0 ai 0 -5 -C 0 I- C C -CI LI
CO CO C -0 0 e d int an C ro c c ra co - c CL 0. a 0_ I- C C CO CO WM ro c to , , ro c C C C C 2 2
trn Ei j t 0 0C C110 4 a° 47 47 4n0 i I In )
c 413 cc MI C C m C C C C 4.. C rp ea ta CO (7) 0 CO a -a o . , -0 = t co . m . co 0 . bo 2 ii, s wo co ro CO 1-
a co s s ro co CO 0 CO
.-* 4-. E E to c c ria a., ru « salt OJ 0) C al r° 0 re Ol 4(1 al a @ t C - -.. C 0 C a - C CO a a .E j"c E E Le -. E E ,_ cr, a .r.e,i .5 .n ..o 3 n c E E c C
m OD t 00 CO CO ro ro CO CO tCcu
4- CU CI) 0./C -C tll W m co r to Y .--, 4.-. -C -C a/ CI. O. a. ro CL a c 'V 0 -V CO -V -= ai n oC 4 . . d .4.d a CD 0 Q. 43
`s0) CCC -tc,_-- CO_C 4'.__
]- CD 0) CU C
al CO 4- C • - CO 0 .0 a.cia a.c Clc n_ :2
C to u, .CL tic 40 CO (0 ra R a) c ro o o D D _Y
.4-. CO -C 0 ..4e Y -Y CO 413 0 7 E 7 n c c « « cara„ cc ...t/1 C CO - _ co ,,, CO CD c 4_, 4_, 4_, 0 C C @@@@ m ro no CO CO CO 00 CO D ro
13 t70 ECO bTo t r r It o z c ro « « E E 0 73 CO
ro ro CO S Y 0- y C C C C 'Ft -0 (TO an El t no CO ,_ a .ct 60 C ....CLID 111 0.) “...c.'n3 ) .73 )7) C 1° C ) 13 ;.3 12 0 c co 0 s s s a.
C C 7., to C (17 4' CO .74 -Y -V 0-
00 00 fa fa ca c v, Ln 2 = TA 4;' ro co ro ro ro ro CO ro s C C C C C C ca. CO ■-• €.3 CO (1) m C ,-A m ...Y ...y _.y _y 4-,
C 1- m tt, eu m v v to "a 0 -6 75 OD tH l'I C re° len til E -VT- OC raC MC 'VC wl kn = -c E ro 1- 'c'e, -C .0 = 0 C a a .1./ ro tac -= = a _aro no -,- LinCu L° 4 • .0 ■ :1 . 2 CM CM
75 VI in 11) rao CU 0 ," >' C CO la el) - - - _ 10 I-. ro -C -C -C 03
C c c C C cat = C C C C -0 0 >.. 2 2 2 T„ ive,c_„:"ewei=
c c E ro 'id. a CO '3' .60 (.e■ c.0 ci, 4 4: cac ca ,..ri a a c, 4' ,... o a a a a o 2.2 LC; CO CO 0 7
CO CO .1-. 0- CCcIUCUCJo
w a) (CO c C. c to S c c c c 2
C ea ru v co c c o sp c c c am co- cm motto c w w w a) ,_. 1._ CO -0 ft) CO c s c (1, a a a a ...% -V .040 13 4.9 C -0 -0 ro a 3@ -o -o -rp -o s c@ a a a a fora c. c to -o ro -ccc ,_c cccccc,_craccmccFccccccmcccc U U roro -co- 2 2c , oc c con meo 0- meo roco 2 2 4..,ro La co- u- ro a- 2 2 C 2 C 0 ri, l0 d
mv irO ftin , C Or, tr,I. 0 0 (0 (a N
. . a>c (0 I' 0 00 to 0
C C .-- 0 ...■ y ro - -0 .._ - - ..-. 0) CO @ .- 11 C., 0 0 -14-1[ 70 0 -CSMn3hr, 6 -VOE 00‘0000 - ...... ..-. co -n 4, ... cji .... - - .... An ..,,, 4-, y C 00 .... CO hn .- •;....) e5L aoHn a T, . = 0./ Cll _o ti) 0.1 (11 0) E' -2. ro to al 0.1 C C .)4 E CI CV co r0 0 CO 0 11) 2 CU 0 el 0 cccocccreeetgC°Fg.E.Egre22 2F.EtLatenoteeeeEtetetee CUCLICU" CU C) 0./(1■ 01CU 0.) 0.1 0005 CUCUCUCUCUCUCUtUCUWELCUOJCIJOCUCUCUCU000 0.1 a a a M a a a a CY 6 6 6 6 a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a
1.0 t0 N CO 01 0 rl N •ct In CD •ct N 01 01 0 1-1 N en N 1p r-1 CO CO N 1D N 01 0 N M O Ln to V N tD ‘13 l0 1.0 t0 tD n n oo 03 03 03 03 01 01 CO 03 01 01 01 IT 01 Cl CO CO CI CO N. N N CO CO ce CO CO 00 01 01 01 a, Cl 01 01 01 01 01 01 Cl 01 01 Cl Cl 01 01 01 01 01 Cl Cl Cl 01 01 Cl Cl 01 Cl Cl 01 Cl Cl 01 al a, 01 01 Cl N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N
O
SA
TK
ER
PE
NE
RB
ITA
N S
PM
SU
ML
AR
I B
ruto
I
Po
tone
an
I B
ers
ih
Ve
t
W*
14
.w
V
"
M
TA
NG
GA
L N
OM
OR
U
RA
IAN
N
Jum
lah
Kes
e lur
uhan
..., ....
Jum
lah
Ke s
elur
uhan
O T.4
1
SA
TK
ER
PE
NE
RB
ITAN
S
PM
X
At I ■
tr') 00
Ber
sih
N
= el r a (Z0
,..
Bru
to
ke)
UR
AIA
N
NO
MO
R
M
p.7
0 tm
o e Z " "
Pej
a bat
Pen
anda
Tan
gan
SP
M
MENTERI KEUANWN REPUBLIK INDONESIA
L.147LRAl4 s FERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK. 05/2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BEIANJA NEGARA
Tempat/TgI.(8)
KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN
Sudah terima dari : Pejabat Pembuat Komitmen
Satker (4)
Jumlah uang : Rp (5) Terbilang (6)
untuk pembayaran : (7)
a.n.Kuasa Pengguna Anggaran
(10) (Nama Jelas) NIP/NRP
(9)
Nama Jelas
Th
KUITANSI PEMBAYARAN LANGSUNG
TA : (1)
NomorBukti : (2)
Math Anggaran : (3)
Pejabat Pembuat Komitmen Jabatan Penerima Uang
T.Tangan dan stempel Tanda tangan
Barang/pekerjaan tersebut telah diterima/diselesaikan dengan lengkap dan balk
Pejabat yang bertanggungjawab
T.Tangan
(11) (Nama Jelas)
NIP/NRP
Salinan sesual dengao aslinya KEPALA B
-2-
PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI PEMBAYARAN LANGSUNG
NO URAIAN ISIAN
(1) Diisi tahun anggaran berkenaan
(2) Diisi nomor urut kuitansi/bukti pembukuan
(3) Diisi mata anggaran yang dibebani transaksi pembayaran
(4) Diisi nama satker yang bersangkutan
(5) Diisi jumlah uang dengan angka
(6) Dfisi jumlah uang dengan huruf
(7) Diisi uraian pembayaran yang meliputi jumlah barang/ jasa dan spesifikasi teknisnya
(8) Diisi tempat tanggal penerimaan uang
(9) Dlisi tanda tangan, nama jelas, stempel perusahaan (apabila ada) Dan materai sesuai ketentuan
(10) Diisi tanda tangan, nama jelas dan NIP/NRP pejabat pembuat komitmen serta stempel dinas
(11) Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP/NRP pejabat yang ditunjuk dan bertanggungjawab dalam penerimaan barang/jasa
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AGUS D. W. MARTOWARDOJO
LAMP IRAN4
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/ 2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
/Clio%
WIENTEDI ICEUANGAN REPUBUIC INDONESIA
SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN Tamil :....1) Noma 1)
LIM Pinbayann
lenls Pambayaran
1. Wnu.Atuhtn netgara/kmbaga 7. Keglatan 2. UM Organists' 6. 4.344 Keratan 3. Utter 9. 60 de F ung9115Qb lungs)/Program 4. Loud 10 Kode Xewenangan 5 Tempat
6. Alamat : .4. 10)
kepodanh. Pe1abat haw& 1.44/64 Surat Paiintak Konbayar
BerdillW111/1 0111A iSKPA — 7) Nomor 18) langgal 11) tartarna In) kaml 4Eukan pormlnlaan pembayaran stbagal henkui
1. luinlah Pentbayarm yang clInintakan .- denim/ 64111
clenvin Fund
2. Untuk kaparluan
3. kegs balaila : • ..... 23)
4. Ata4 Wm
S. 444m41.
6. Mamptinyal t4kwung 26)
nomor tekening . 271
7. Nomor clan tanual SP1/Kontrak
B. NISI 5.46/1ontrak : . 23) S. 044gan pirtlelann
Nom.,
urut
I. KEGL4TAN/01STPUT/MAK (AKIN 6
DiG111 11£65ANGNUTAN II. SEMUA.CODE KiGIATANDALAM DIPA
PAGU DALAM
01PA/SKPA 114 I
SPP/SPM 5.D
YANG LAId (44.1
199 MI
114 )
10611105 D SPP INt
'RP 1
usA CANA
10 )
2 3 4
I RIGIATAN/OUTPUT/MAK (4CUN 6 OIGM
30) 31) 31) 331 34) 35)
11.411414 I 361 37) 39/ 39) 40)
II SEMUA MIGIATA.N
41) 421 43) 441 45) 46)
sl.IMU■14 II 471 41) 451 SO)
51)
UANG PERSEDIAAN PM PM PM PM
COWMEN 96601605E I
52) BERKA5
KT) PENGEL0APAN
LEMBAR
136AT TANOA SETORAN
54) L1MBAR LAMPIMN r SuRAT 8
53)
Illtarlma Sall pagull 599/ ;wank:APIA
saL141 .453) Peobat Pembuat ilornamen
pada tam.) 4-.571 Satter. 561
NMI. nama
NIP. NIP,
L 31 1
MENTEN ICELJANGAN tIER113L11< IN110i4ESIA
- 2 -
PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN
NO URAIAN ISIAN (1) Diisi tanggal Penerbitan SPP
(2) Diisi nomor penerbitan SPP
(3) Dipilih salah satu: 1= UP, 2=TUP, 3=GUP, 4=LS, 5=GUP Nihil, 6=PTUP
(4) Dipilih salah satu:1 = Pengeluaran Anggaran (PA), 2 =Pengembalian Uang
(5) Diisi nama dan kode Kementerian negara/lembaga yang bersangkutan
(6) Diisi narna dan kode Unit Eselon I Kementerian negara/lembaga yang bersangkutan
(7) Diisi nama dan kode satker yang bersangkutan
(8) Diisi nama dan kode Provinsi satker yang bersangkutan
(9) Diisi nama dan kode kota/kabupaten satker yang bersangkutan
(10) Diisi alamat satker yang bersangkutan
(11) Diisi nama kegiatan yang bersangkutan (12) Diisi kode kegiatan yang bersangkutan (13) Diisi kode fungsi, sub fungsi dan program yang bersangkutan (14) Diisi kode: (KD) untuk Kantor Daerah, (KP) Kantor Pusat, (DK)
Dekonsentrasi, (TP) Tugas Pembantuan,(UB) Urusan Bersama, (DS) Desentralisasi
(15) Diisi nama satker yang bersangkutan
(16) Diisi nama kota/kabupaten satker yang bersangkutan
(17) Diisi jenis dokumen anggaran yang digunakan (DIPA/SKPA)
(18) Diisi nomor dokumen anggaran yang digunakan (DIPA/SKPA) (19) Diisi tanggal penerbitan dokumen anggaran (20) Diisi jumlah dana yang diminta dengan angka
(21) Diisi jumlah dana yang diminta dengan huruf
(22) Diisi keperluan pembayaran
(23) Diisi jenis belanja bersangkutan (belanja pegawai/belanja barang/belanja modal/dst)
(24) Diisi nama pihak penerima pembayaran
(25) Diisi alamat pihak penerima pembayaran
(26) Diisi nama Bank tempat rekening pihak penerima pembayaran
(27) Diisi nomor rekening pihak penerima pembayaran
(28) Diisi nomor dan tanggal SPK/kontrak yang diajukan pembayaran oleh pihak ketiga (I,S)
(29) Diisi nilai SPK/kontrak yang diajukan pembayaran oleh pihak ketiga (LS)
(30) Diisi kode kegiatan, output dan mata anggaran yang bersangkutan a
KEUAIBBAN REPUBLIK INDONESIA
- 3 -
(31) Diisi pagu masing-masing mata anggaran dalam satu kegiatan dan satu output
(32) Diisi akumulasi nilai SPP/SPM yang telah diajukan
(33) Diisi dengan nilai SPP yang diajukan saat ini
(34) Diisi penjumlahan nilai kolom 4 dan kolom 5
(35) Diisi hasil pengurangan nilai kolom 3 dengan kolom 6
(36) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 3
(37) Diisi jumlah nomor unit I pada kolom 4
(38) Diisi jumlah nomor unit I pada kolom 5
(39) Diisi jumlah nomor unit I pada kolom 6 (40) Diisi jumlah nomor unit I pada kolom 7
(41) Diisi kode kegiatan,output dan jenis belanja dalam DIPA/SKPA
(42) Diisi pagu jenis belanja dalam satu kegiatan dan satu out put dalam DIPA/SKPA
(43) Diisi kumulatif jumlah semua kegiatan yang telah diajukan sampai dengan SPP yang lalu
(44) Diisi dengan nilai SPP yang diajukan saat ini
(45) Diisi jumlah kumulatif seluruh kegiatan sampai dengan SPP ini
(46) Diisi sisa dana seluruh kegiatan
(47) Diisi penjumlahan nomor unit II pada kolom 3
(48) Diisi penjumlahan nomof urut II pada kolom 4 (49) Diisi penjumlahan nomor unit II pada kolom 5
(50) Diisi penjumlahan nomor unit II pada kolom 6
(51) Diisi penjumlahan nomor unit II pada kolom 7
(52) Diisi jumlah lampiran dokumen pendukung yang diperlukan
(53) Diisi jumlah surat bukti pengeluaran yang diperlukan
(54) Diisi jumlah lampiran surat tanda setoran (SSP/SSBP)
(55) Diisi nama satker penguji SPP/penerbit SPM
(56) Diisi nama satker pejabat pembuat komitmen
(57) Diisi tanggal penerimaan SPP
- 4 -
IDWANIaAN (INDONESIA
Salinan sesuai denT,nau aslinya ICEPALA B
DAFTAR RINCIAN PEFtMINTAAN PENBAYARAN
1 Kerr/enter/an/Lard:raga ( / 2 Unit Organisasi ( / 3 Lokasi ( ) 4 Kanter/Satker i /
5 Alarrat
JenisSPP 1 GUP 2 GUP MN
3 FTLIP
6 MA Nanny tanggal
7 Kale Kegiatan Pagu 011tglit
RP.
a /Lode Output 9 Tabun Anggaran
10 Bulan
Nbrnor
Urut
Bud Pengeluaran
Jurriah Kutor Yang Dibayarkan Tanggal Manor Brica Perrbukuan
Nana Penerima dan Kepeluan M71Arfr MAK (AHUN
IT) 6
DIG
Jurrian Larrpiran : Juniah SPP Li SPNYSPP sebelum9PP IN atas beban output IN
Jurriah s.d 517I7 IN atas beban output IN
An. Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat Perrbuat Korritrnen
Name NIP.
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AGUS D. W. MARTOWARDOJO
Salinan aesuai dengan aslinya KEPALA B
Lampiran 5
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/ 2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEOARA
MIZNTE ICEL/ANGAN REPUI3 DC INDONESIA
KOP SURAT KEMENTERIAN/LEMBAGA (SATKER)
SURAT PERNYATAAN Nomor : XXXXXX
Sehubungan dengan pengajuan Tambahan Uang Persediaan (TUP) sebesar Rp.999.999.999,00 ( dengan huruf yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Narna
2. Jabatan : Kuasa Pengguna Anggaran
3. Satuan Kerja (xxxxxx)
4. Kementerian Negara/Lembaga • (xxx)
5. Unit Organisasi (xx)
dengan ini menyatakan bahwa:
1. Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut akan dipergunakan untuk membiayai
kegiatan yang tidak dapat ditunda dan menurut perkiraan kami akan habis dipergunakan dalam waktu 1 (satu) bulan;
2. Jumlah Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut diatas tidak akan dipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang menurut peraturan perundang-undangan harus dilakukan dengan pembayaran langsung (LS);
3. Apabila Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut tidak habis dipergunakan dalam 1
(satu) bulan, sisa yang masih ada akan disetor ke Kas Negara sebagai penerimaan kembali pembayaran Uang Persediaan (UP)/Transito.
4. Pencairan, pembayaran, penggunaan, pertanggungjawaban dan pelaporan atas dana Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut di atas menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari Kuasa Pengguna Anggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
20)0( Kuasa Pengguna Anggaran,
NIP
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AGUS D. W. MARTOWARDOJO
tampiran 6
PERATU RI KELTANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK. 05/2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAIAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
TvIENTERI KEUANOAN REPtJ13LtIC INIIONESIA
KUITANSI PEMBAYARAN UP *)
TA : (1)
Nomor Bukti : (2)
Mata Anggaran : (3)
KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN
Sudah terima dad : Kuasa Pengguna Anggaran/Pembuat Komitmen
Satker 4)
Jumlah uang :Rp (5)
Terbilang (6)
Untuk pembayaran • (7) Tempat/Tgl.(8)
Jabatan Penerima Uang
Tanda tangan dan Stempel
( 9 )
Nama Jelas
Setuju dibebankan pada mata anggaran berkenaan„ lunas dibayar Tgl....
An. Kuasa Pengguna Anggaran
Bendahara Pengeluaran Pejabat Pembuat Komitmen
Tanda tangan Tanda tangan (10) (Nama Jelas) (11) (Nama Jelas) NIP/NRP. NIP/NRP
Barang/pekerjaan tersebut telah diterima/diselesaikan dengan lengkap dan balk
Pejabat yang bertanggungjawab
T.Tangan
(12) (Nama Jelas)
NIP/NRP
*) Kuitansi ini dibuat apabila tidak diperoleh kuitansi dari penyedia barang/jasa (misalnya: jasa tambal ban).
Salinan aesuai dengan aslinya
OIART NIP 195
-2-
PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI UANG PERSEDIAAN (UP)
NO URAIAN ISIAN
(1) Diisi tahun anggaran berkenaan
(2) Diisi nomor unit kuitansi/bukti pembukuan
(3) Diisi mata anggaran yang dibebani transaksi pembayaran
(4) Diisi nama satker yang bersangkutan
(5) Diisi jumlah uang dengan angka
(6) Diisi jumlah uang dengan huruf
(7) Diisi uraian pembayaran yang meliputi jumlah barang/jasa dan spesifikasi teknisnya
(8) Diisi tempat tanggal penerirnaan uang
(9) Diisi tanda tangan, nama jelas, stempel perusahaan (apabila ada)
Dan materai sesuai ketentuan
(10) Diisi tanda tangan, nama jelas dan NIP/NRP pejabat pembuat komitmen serta stempel divas
(11) Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP/NRP bendahara pengeluaran dan tanggal tunas dibayar
(12) Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP/NRP pejabat yang ditunjuk dan bertanggungjawab dalam penerimaan barang/jasa
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ad.
AGUS D. W. MARTOWARDOJO
Salinan SCSLIELl dergan aslinya IMPALA B
lampiran 7
PERATURAN MENTERI KELIANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGICA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
MENTalt ICELJANCIAN REPU15 11( INDONESIA
FORMAT SURAT PERINTAH BAYAR (SPBy)
KEMENTERIAN/LEMBAGA SATUAN KERJA (....)
SURAT PERINTAH BAYAR Tanggal : ,..Nomor :
Saya yang bertanda tangan di bawah ini selaku Pejabat Pembuat Komitmen memerintahkan Bendahara Pengeluaran agar melakukan pembayaran sejumlah : Rp
(*** DH n* )
Kepada
Untuk pembayaran :
Atas dasar :
1. Kuitansi/bukti pembelian
2. Nota/buktl penerimaan barang/jasa/
(bukti lainnya)
Dibebankan pada: Kegiatan, output, MAK : Kode
Setuju/lunas dibayar, tanggal Diterima tanggal an. Kuasa Pengguna Anggaran
Bendahara Pengeluaran Penedma Uang/ Uang Muka Kerja Pejabat Pembuat Komitman
Nama Jelas Nama Jelas NIP/NRP NIP/NRP
NIP/NRP
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AGUS D. W. MARTOWARDOJO
Lampiran 8
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK. 05/2012 TENTANG TATA CARA PEMDAYARAN DALAM RANOKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN HELANJA NEGARA
1,41:541-L441 KEUANGN1 REPUITIICINDONESIA
FORMAT SPM-UP/TUP
KEMENTERIAN NEGARAILEMBAGA (1) SURAT PERINTAH MEMBAYAR
Tanggal : (2) Nomor : (3)
Kuasa Bendahara Umum Negara, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (4) (XXX)
Agar melakukan pembayaran sejumlah Rp (5)
*** OH *** (6)
Jenis SPM 7: (7) Cara Bayar (8) i Tahun Anggaran i (9)
Dasar Pembayaran :
(10)
Satker Kewenangan Nama Satker
)00000C XX.
Fungsl, Subfungsi, BA, Unit Eselon
XX. XX. XXX. XX.
Kegiatan, Output, Lokasi
)000( XXX XX.XX (13)
Jenis Pembayaran
Sifat Pembayaran
Sumber Dana/Cara Penarikan :
Nomor Register
I Program
_
XXX
(11)
XX (12)
(14)
(15)
/ —.416)
(17)
PENGELUARAN POTONGAN
Jenis Belanja Jumlah uang BAd/Unit Es U Lokasi I Akun I Satker Jumlah uang
XX (18) (19) ... XXX.)000( XX. XXXXXX.XXXYJa (21)
(22) ...
Jumlah Pengeluaran (20) ... Jumlah Potongan (23) ...
(24) ...
Kepada (25) NPWP (26) Rekening (27) Bank / Pos (28) Ureian (29)
• Semua persyaratan pendukung Penanda
• Kebenaran menjadl
illtil 100
i
bukti-bukti
tangan
tanggung
li 6912501063-1
untuk dimaksud
perhitungan
dilakukan
SPM.
jawab
111111
pendukung
disimpan
dan isi Pejabit
1111
telah pembayaran,
dan
yang
I
Penandatangan
(30) diuji dan dinyatakan memenuhi a.n. Kuasa Pengguna Anggaran
selanjutnya buktl-buktl Pejabat Penanda Tangan SPM
ditatausahakan oleh Pejabat
tertuang dalam SPM ini (31)
SPM. NIP/NRP (32)
I (33)
MI3.1TLrQ ICEUANGAN REPUBLIIC INDONESIA
- 3 -
FORMAT SPM-LS BELANJA PEGAWAI
KEMENTERIAN NEGARAJLEMBAGA (1) SURAT PERINTAH MEMBAYAR
Tanggal : (2) Nomor : (3)
Kuasa Bendahara Umum Negara, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (4) (XXX) Agar melakukan pembayaran sejumlah Rp (5)
*** OH *** (6)
Jenls SPM (7) Cara Bayar : (8) Tahun Anggaran • (9)
Dasar Pembayaran :
(10)
Satker Kewenangan Nama Satker
XXXXXX. XX.
Fungsi, Subfungsi, BA, Unit Eselon XX. XX. XXX. XX.
Kegiatan, Output, Lokasi XXXX XXX XX.XX (13)
Janis Pembayaran
Sifat Pembayaran
Sumber Dana/Cara Penarikan : Nomor Register :
I
XX.X
XXXXXXXX
(11)
Program XX (12)
(14)
(15)
..... / (16) (17)
PENGELUARAN POTONGAN Jenis Belanja Jumlah uang BAliUnit Es I/ Lokasi / Akun / Satker Jumlah uang
)0( (18) (19) ... )000(X.XX.XXXXXXXX.)00(XXX (21) (22) ...
Jumlah Pengeluaran (20) ... Jumlah Potongan (23) ...
(24) ... Kepada (25) NPWP (26) Rekening (27) Bank / Pos (28) Uraian (29)
• Semua bukti-bukti dinyatakan memenuhl be ban APBN, dan ditetausahakan
• fr<ebenaran perhitungan mead tanggung
H II'I IEfflI!': ~ II100189
pendukung
selanjutnya buktl-bukti oleh Pejabat
dan lawab Peabat
2 301083-7
persyaratan untuk
1st yang
Penanda
Penandatangan
(30) Belanja Pegawai telah diuji dan an. Kuasa Pengguna Anggaran
untuk ditakukan pembayaran etas Pejabat Penanda Tangan SPM pendukung dimaksud disimpan
tangan SPM,
tertuang dam SPM al (31)
SPM. NIP/NRP (32)
(33)
MI:14TEPI ICEUANL1N4 REPUBLIIC INDONESIA
- 4 -
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERINTAH MEMBAYAR
NO URAIAN ISIAN (1) Diisi uraian nama Kementerian Negara/Lembaga
(2) Diisi tanggal 5PM dengan konfigurasi : dua digit hari/dua digit bulan/empat digit tahun (dd/mm/yyyy)
(3) Diisi nomor 5PM dengan konfigurasi enam digit pertama secara otomatis diisi nomor urut oleh aplikasi dan
dapat ditambahkan isian konfigurasi penomoran sesuai ketentuan yang berlaku pada masing-masing satker (4) Diisi uraian KPPN Pembayar dan diikuti dengan kode KPPN sesuai tabel referensi
(5) Diisi dengan angka sejumlah bersih yang dibayarkan
(6) Diisi dengan huruf sejumlah bersih yang dibayarkan
(7) Diisi dengan kode jenis SPM sesuai dengan tabel referensi jenis 5PM yang antara lain meliputi :
01 = Gaji Induk/Gaji Bulan ke-13
02 = Gaji Susulan/Gaji Terusan
03 = Kekurangan
Gaji/UDW/ U DT/P ersekot 04 = Gaji Lainnya
05 = Ganti UP
06 = Ganti UP KP
07 = Langsung
08 = Dana UP
09 = Dana UP (KP)
10 = Transfer
(8) Diisi kode dan uraian cara bayar SPM yang meliputi : 1 = Cek Bank : diisi apabila cara bayar menggunakan Cek yang membebani kas
negara pada Bank 2 = Giro Bank : diisi apabila cara bayar menggunakan pemindahbukuan / transfer
yang membebani kas negara pada Bank 3 = Cek Pos : diisi apabila cara bayar menggunakan Cek yang membebani kas
negara pada Kantor Pos 4 = Giro Pos : diisi apabila cara bayar menggunakan pemindahbukuan / transfer
yang membebani kas negara pada Kantor Pos 5 = Nihil : diisi apabila penerbitan SPM tidak menyebabkan selisih belanja dan
pendapatan 6 = Pengesahan : diisi apabila penerbitan 5PM dalam rangka pengakuan atas realisasi
belanja dan pendapatan
(9) Diisi tahun anggaran berkenaan
(10) Diisi dasar penerbitan SPM, misal : nomor UU AP BN, nomor dan tanggal DI PA, Nomor PHLN untuk pinjaman LN atau dokumen dasar penerbltan lalnnya
MENTEN ICEUANG/W REPUBpIC INDONESIA
- 5 -
(11) Diisi kode satuan kerja (enam digit), jenis kewenangan (dua digit), dan uraian satker sesuai dengan DIPA atau yang dipersamakan dengan DIPA dan dokumen lainnya yang menjadi dasar pembebanan SPM. Khusus untuk jenis kewenangan, meliputi sebagai berikut :
KP : Kantor Pusat
KD : Kantor Daerah DK : Dekonsentrasi TP : Tugas Pembantuan UB : Urusan Bersama
(12) Diisi kode fungsi, sub fungsi, Bagian Anggaran, Unit Eselon I, Program, sesuai dengan DIPA atau dan dokumen lainnya yang menjadi dasar pembebanan SPM.
Komposisi kode fungsi, sub fungsi, Bagian Anggaran, Unit Eselon I, Program, sebagai berikut i
X X X X X X X X X X X
---Eo. Diisi kode program (dua digit)
• Diisi kode unit eselon I (dua digit) ■ Diisi kode Bagian Anggaran (tiga digit) ■
Diisi kode sub fungsi (dua digit) ■
Diisi kode fungsi (dua digit)
(13) Diisi Kegiatan, Output, Lokasi, sesuai dengan DIPA dan dokumen lainnya yang menjadi dasar pembebanan 5PM
Komposisi Kegiatan, Output, Lokasi sebagai berikut :
X X X X XX X X X X X
• Diisi kode lokasi (empat digit) terdiri dari kode kabupaten/kota (dua digit) dan kode propinsi (dua digit)
• Dusi kode output (tiga digit) Dusi kode kegiatan (empat digit)
(14) Diisi Jenis Pembayaran yang meliputi :
1 = Pengeluaran anggaran : Diisi apabila pembayaran dibebankan pada DIPA 2 = Pengembalian Uang : Diisi apabila pembayaran dalam rangka pengembalian
pendapatan negara 3 = PFK (Perhitungan Fihak Ketiga) : Diisi apabila pembayaran dalam rangka PFK 4 = Pengeluaran Transito : Diisi apabila pembayaran dalam rangka UP/TUP 5 = Perhitungan Rekening Khusus : Diisi apabila pembayaran yang membebani rekening
khusus 6 = Pembetulan Pembukuan : Diisi apabila penerbitan 5PM dalam rangka koreksi
pembukuan
(15) Diisi sifat pembayaran yang meliputi :
I ■ivc.«;1
NOB-EN ICEUANGAN REPUEcTIC INDONESIA
- 6 -
1 = Dana Uang Persediaan (UP) : Diisi apabila penerbitan SPM dalam rangka pembayaran UP 2 = Tambahan UP (TUP) : Diisi apabila penerbitan SPM dalam rangka pembayaran TUP 3 = Penggantian UP (GUP) : Diisi apabila penerbitan SPM dalam rangka penggantian UP 4 = Pembayaran Langsung (LS) : Diisi apabila penerbitan SPM dalam rangka pembayaran
langsung ke rekening Bendahara Pengeluaran atau Pihak Ketiga 5 = Nihil : diisi apabila penerbitan SPM tidak menyebabkan selisih belanja
dan pendapatan selain SPM GUP-Nihil 6 = Pertanggungjawaban TUP : Diisi apabila penerbitan SPM dalam rangka
(PTUP) pertanggungjawaban TUP 7 = Pengesahan : diisi apabila penerbitan SPM dalam rangka pengakuan atas
realisasi belanja dan pendapatan
(16) Diisi sumber dana (SD) terdiri dari dua digit dan Cara Penarikan (CP) terdiri dari satu digit CP sesuai dengan DIPA atau yang dipersamakan dengan DIPA dan dokumen lainnya yang menjadi dasar pembebanan SPM. Sumber Dana (SD) antara lain meliputi : 01 = Rupiah Murni 02 = Pinjaman Luar Negeri 03 = Rupiah Murni Pendamping 04 = PNBP 05 = Pinjaman Dalam Negeri 06 = Badan Layanan Umum 07 = Stimulus 08 = Hibah Dalam Negeri 09 = Hibah Luar Negeri 10 = Hibah Langsung Dalam Negeri 11 = Hibah Langsung Luar Negeri 12 = Hibah Langsung Barang Dalam Negeri 13 = Hibah Langsung Barang Luar Negeri 14 = Hibah Langsung Jasa Dalam Negeri 15 = Hibah Langsung Jasa Luar Negeri 16 = Hibah Langsung Surat Berharga Dalam Negeri 17 = Hibah Langsung Surat Berharga Luar Negeri
Cara Penarikan (CP) antara lain meliputi : 0 = Rupiah Murni 1 = Pembiayaan Pendahuluan 2 = Pembayaran Langsung 3 = Rekening Khusus
4 = Letter of Credit
(17) Diisi nomor register pinjaman/hibah (delapan digit) sesuai dengan DIPA
(18) Diisi kode jenis belanja (dua digit) sesuai dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Sacker
Satu SPM hanya untuk satu jenis belanja
(19) Diisi jumlah rupiah masing-masing akun pengeluaran
(20) Diisi jumlah seluruh pengeluaran
(21) Diisi kode Bagian Anggaran, Unit Eselon I, lokasi, akun, dan satuan kerja dengan ketentuan sebagaimana petunjuk pengisian potongan SPM
(22) Diisi jumlah rupiah masing-masing akun potongan SPM
(23) Diisi jumlah rupiah seluruh potongan
Salm= sesuai denzan aslinya IMPALA
MEN KEUANOAN FIEPUB INDONESIA
- 7 -
(24) Diisi jumlah rupiah bersih (jumlah seluruh pengeluaran dikurangi jumlah seluruh potongan)
(25) Diisi nama penerima pembayaran (bendahara pengeluaran/penerima hak tagih) disertai alamat lengkap.
Khusus untuk SPM-GUP Nihil dan SPM-PTUP diisi dengan "Bendahara Umum Negara untuk dibukukan seperlunya"
(26) 1. Diisi NPWP penerima pembayaran sesuai ketentuan perpajakan;
2. Khusus untuk SPM-GUP Nihil, SPM-PTUP, dan SPM-Pengesahan tidak diisi.
(27) Diisi nomor dan nama rekening bank/pos yang menerima pembayaran. Khusus untuk SPM-GUP Nihil, SPM-
PTUP dan SPM-Pengesahan tidak diisi
(28) Diisi Bank/Pos tempat pembayaran dicairkan. Khusus untuk SPM-GUP Nihil, SPM-PTUP, dan SPM-
Pengesahan tidak diisi
(29) Uraian berisi tentang informasi : Untuk keperluan , No dan tgl.Kontrak/SPK, Nilai Kontrak/SPK, Cara
pembayaran, Tgl. Penyelesaian pekerjaan
Keperluan pembayaran sesuai dengan jenis SPM, misalnya:
1. SPM UP "Penyediaan Uang Persediaan "
2. SPM TUP "Penyediaan Tambahan Uang Persediaan"
3. SPM GUP "Penggantian Uang Persediaan untuk keperluan belanja (barang/modal/lain-lain)"
4. SPM GUP NIHIL "Penggantian Uang Persediaan untuk keperluan belanja (barang/modal/lain-lain)"
5. SPM PTUP "Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan untuk keperluan belanja
(barang/modal/lain-lain)".
6. 5PM Pengesahan "Pengesahan belanja (barang/modal/lain-lain)".
7. 5PM LS
a. LS ke Bendahara/pegawai " Pembayaran belanja .., (pegawai/barang/modal/lain-lain) sesuai
SK/ST/SPD No. Tgl......."
b. LS ke Pihak Ketiga "Pembayaran belanja (barang/modal/bantuan sosial/lain-lain)sesuai Kontrak
No. Tgl. SPMK/Jaminan Uang Muka/BAP/BAST/Jaminan Pemeliharaan No. Tgl.
(30) Diisi lokasi instansi penerbit SPM dan tanggal penerbitan SPM
(31) Diisi nama penandatangan SPM
(32) Diisi NIP/NRP penandatangan SPM
(33) Diisi bar code hasil enkripsi aplikasi 5PM
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AGUS D. W. MARTOWARDOJO
ICEUANGAN REPUBOK INDONESIA
- 2 -
FORMAT SPM-GLJP/PTLJP/LS NON BELANJA PEGAWAI
KEMENTERIAN NEGARAILEMBAGA (1) SURAT PERINTAH MEMBAYAR
Tanggal : (2) Noma- : (3)
Kuasa Bendahara Umum Negara, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (4) (XXX)
Agar melakukan pembayaran sejumlah Rp (5)
*** DH *** (6)
Janis SPM . (7) Cara Bayar : (8) Tahun Anggaran • (9)
Dasar Pembayaran :
(10)
Satker Kewenangan Nama Satker
XXXXXX. XX.
Fungsi, Subfungsi, BA, Unit Eselon XX. XX. )00( XX.
Kegiatan, Output, Lokasi XXXX XXX XXX( (13)
Janis Pembayaran
Sifat Pembayaran
Sumber Dana/Cara Penahkan : Nomor Register
I Program
XX.X
(11)
XX (12)
(14)
(15)
/ .....(16) (17)
PENGELUARAN POTONGAN
Janis Belanja Jumlah uang BA//Unit Es I/ Lokasi / Akun / Satker Jumlah uang
XX (16) (19) ... XXX.XX.XXXX.)0000(X.XXX)OCX (21)
(22) ...
Jumlah Pengeluaran (20) ... Jumlah Potongan (23) ...
(24) ...
Kepada (25) NPWP (26) Rekening (27) Bank / Pos (26) Uraian (29)
•
• Kebe
menj
1 1 00
Semua Komitmen
dilakukan
pengeluaran
Penanda
d
1 I1111
aran
bukti-bukti
tangan
anggung
telah
II 8 1
pembayaran
1 2
dimaksud
perhltungan
dluji
SPM.
1,
jawab
90
dan
it 1
pengeluaran
atas
disimpan
dan
Illi 0 6
dinyatakan
Pejabat
beban
isi
9-7
yang
yang
dan
Penandatangan
(30) disahkan Pejabat Pembuat a.n. Kuasa Pengguna Anggaran memenuhi persyaratan untuk Pejabat Penanda Tangan SPM
APBN, selanjutnya buktl-bukti
ditatausahakan etch Pejabat
(31)
tertuang dalam SPM Ini NIP/NRP (32)
SPM.
_433)
ENTERIAN
GIART NIP 195
KEPA.
1 /2t
Salim= sesuai dengan aslinya IMPALA B
Lampiran 9
PERATURAN MEM KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK. 05/2012 TENTANG
TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
KOP SURAT SATUAN KERJA
SURAT PERNYATAAN Nomor : XXXXXX
Sehubungan dengan pengajuan Uang Persediaan (UP) sebesar Rp.999.999.999,00 dengan huruf ), yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama
2. Jabatan : Kuasa Pengguna Anggaran 3. Satuan Kerja (xxitcoc) 4. Kementerian Negara/Lembaga • (xxx) 5. Unit Organisasi (xx) dengan ini menyatakan bahwa:
1. Uang Persediaan (UP) tersebut akan dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari satuan kerja dan tidal( untuk membiayai pengeluaran yang menurut peraturan perundang-undangan hams dilakukan dengan pembayaran langsung (LS);
2. Apabila dalam 3 (tiga) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan belum dilakukan penggantian (revolving) UP, maka bersedia memotong atau menyetorkan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari UP yang diterima.
3. Apabila dalam 1 (satu) bulan setelah surat pemberitahuan Kepala KPPN untuk memotong atau menyetorkan UP sebesar 25% (dua puluh lima persen) belum dilaksanakan, maka bersedia memotong atau menyetorkan 50% (lima puluh persen) dari UP yang diterima.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
20)0C Kuasa Pengguna Anggaran,
NIP
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AGUS D. W. MARTOWARDOJO
IfLampiran 10
PERATURAN MENT RI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PMK.02/2013 TENTANG
TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
FORMAT SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK
LOGO (1) KEMENTERIAN/LEMBAGA (2) UNIT ESELON I (3) KOP Kementerian/Lembaga Satuan Kerja (4) Alamat (5)
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK NOMOR : (6)
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama (7)
NIP/NRP • (8)
Jabatan : Kuasa Pengguna Anggaran
Dengan ini menyatakan dan bertanggung jawab secara penuh atas hal-hal sebagai berikut:
1. Usulan Revisi Anggaran telah disusun sesuai ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tabun 2013.
2. Dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam rangka Revisi Anggaran telah disusun dengan lengkap dan benar, disimpan oleh Satuan Kerja, dan siap untuk diaudit sewaktu-waktu.
3. Perhitungan kebutuhan anggaran yang dituangkan dalam TOR/RAB telah disusun mengikuti ketentuan dan merupakan harga yang paling ekonomis.
4. Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab atas kebenaran formil dan materil usulan Revisi Anggaran yang diajukan.
5. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar dan menimbu1kan kerugian negara, saya bersedia menyetorkan kerugian negara tersebut ke Kas Negara.
6. Dalam hal terjadi permasalahan hulcum yang diakibatkan Revisi Anggaran ini menjadi tanggung jawab Kuasa Pengguna Anggaran.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, dalam keadaan sadar, dan tidak dibawah tekanan.
(9)
Kuasa Pengguna Anggaran
Materai 6000
(10)
NIP/NRP. (11)
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
- 2 -
Keterangan:
1. Diisi dengan logo Kementerian/Lembaga.
2. Diisi dengan uraian nama Kementerian/Lembaga.
3. Diisi dengan uraian nama unit Eselon I.
4. Diisi dengan uraian nama Satker.
5. Diisi dengan alamat.
6. Diisi dengan nomor Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak.
7. Diisi dengan nama pejabat penanda tangan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak.
8. Diisi dengan NIP/NRP.
9. Diisi dengan tempat dan tanggal.
10. Diisi dengan nama Kuasa Pengguna Anggaran.
11. Diisi dengan NIP/NRP.
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
- 3 -
FORMAT SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK
LOGO (1) KEMENTERIAN/LEMBAGA (2) UNIT ESELON I (3) KOP Kementerian/Lembaga Alarnat (4)
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK NOMOR : (5)
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama (6)
NIP (7)
Jabatan : Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris/Pejabat Eselon I (8)
Dengan ini menyatakan dan bertanggung jawab secara penuh atas hal-hal sebagai berikut:
1. Usulan Revisi Anggaran yang diajukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran telah
diteliti, diperiksa kebenaran dan kelengkapan dokumen pendukung yang disampaikan.
2. Dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam rangka Revisi Anggaran telah
disusun dengan lengkap dan benar, disimpan oleh Satuan Kerja dan unit Eselon I, dan siap untuk diaudit sewaktu-waktu.
3. Daiam hal pagu anggaran berubah, usul Revisi Anggaran telah dibahas dengan unit Inspektorat terkait.
4. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar dan menimbulkan kerugian negara, saya bersedia menyetorkan kerugian negara tersebut ke Kas Negara.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, dalam keadaan
sadar, dan tidak di bawah tekanan.
(9)
Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/
Sekretaris/Pejabat Eselon I
Materai
6000
(10)
NIP/NRP (11)
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Keterangan:
1. Diisi dengan logo Kementerian/Lembaga.
2. Diisi dengan uraian narna Kementerian/Lembaga.
3. Diisi dengan uraian nama unit Eselon I.
4. Dural dengan alamat Eselon I.
5. Diisi dengan nomor Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak.
6. Diisi dengan nama pejabat penanda tangan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak.
7. Diisi dengan NIP/NRP.
8. Diisi dengan uraian jabatan penanda tangan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak sesuai keperluan.
9. Diisi dengan tempat dan tanggal.
10. Diisi dengan nama pejabat penanda tangan.
11. Diisi dengan NIP/NRP
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
4 MEFIILFU ICEUANOAN REPUBL1IC INDONESIA
Lampiran 11
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
KOP SURAT SATUAN KERJA
DAFTAR PERHITUNGAN JUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP)
SATKER PENGGUNA PNBP
1. Nama dan kode Kantor/Satker
2. Nama dan kode Kegiatan
3. Nomor dan tanggal DIPA
4. Target Pendapatan
5. Pagu Pengeluaran
6. Perhitungan Maksimum Pencairan Dana :
a. Jumlah Setoran PNBP TA yang lalu 1) Rp
b. Maksimum Pencairan Dana TA yang lalu (....% x 6.a) Rp
c. Realisasi Pencairan Dana TA yang lalu 2) Rp
d. Sisa Dana Tahun Anggaran yang lalu (b — c) Rp
e. Sisa UP dan TUP TA yang lalu Rp
f. Sisa MP TA yang lalu yang dapat digunakan sebelum diperoleh Rp
realisasi PNBP TA berjalan (d — e)
g. SP2D TA berjalan yang dicairkan dari 6.f Rp
Perhitungan Maksimum Pencairan Dana Berikutnya :
a. Setoran PNBP TA berjalan 1) Rp
b. Maksimum Pencairan Dana TA berjalan (....% x 7.a) Rp
c. Realisasi pencairan dana TA berjalan s.d SP2D lalu (termasuk
jumlah SP2D yang telah dicairkan pada huruf 6.g):
1) SP2D-UP Rp
2) SP2D-TUP Rp
3) SP2D-GUP Rp
4) SP2D-LS Rp
5) Jumlah Rp
d. SPM UP/TUP/GUP/PTUP/LS yang dapat diajukan berikutnya Rp
(7.b — 7.c.5)
........ ...20XX
Kuasa Pengguna Anggaran
NIP
Keterangan:
1) Foto copy SSBP lembar 4 terlampir
2) berdasarkan hasil rekonsiliasi realisasidengan KPPN
7.
)ENTDRIAN KILPA
ClIART
Salinan sesuai dengan. aslinya IMPALA B
NIP 195 t w5 : 7 t
MENTEN ICEUANEIAN REPLIBI.11( INDONESIA
-2-
PETUNJUK PENGISIAN
DAFTAR PERHITUNGAN JUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP)
SATKER PENGGUNA PNBP
NO URAIAN ISIAN
(1) Diisi uraian nama dan kode kantor atau Satuan Kerja pada DIPA
(2) Diisi nama dan kode kegiatan sebagaimana tertuang dalam DIPA
(3) Diisi tanggal dan nomor DIPA Satuan Kerja yang bersangkutan
(4) Diisi target PNBP Satuan Kerja yang bersanglcutan sebagaimana tertuang pada halaman III DIPA
(5) Diisi pagu dana PNBP dalam DIPA
(6) Perhitungan maksimal pencairan dana PNBP terdiri dari:
a. Diisi jumlah setoran PNBP tahun anggaran lalu.
b. Dfisi Jumlah dana yang dapat digunakan yaitu sebesar Proporsi pagu Pengeluaran terhadap Pendapatan (PPP) dikalikan dengan jumlah setoran (a).
c. Diisi realisasi pencairan dana pada tahun anggaran yang lalu yang terdiri dari SP2D-GUP, SP2D -GUP Nihil, SP2D -PTUP, dan SP2D -LS
d. Diisi jumlah pengurangan jumlah dana yang dapat digunakan dengan realisasi tahun anggaran yang lalu.
e. Diisi jumlah sisa UP dan TUP Tahun Anggaran yang lalu yang belum dipertanggungjawabkan.
f. Diisi dengan 6.d dikurangi 6.e, yang merupakan nilai SPM UP/TUP/GUP/PTUP/LS yang dapat diajukan ke KPPN.
g. Diisi nilai SP2D UP/TUP/GUP/PTUP/LS yang telah dicairkan pada Tahun Anggaran berjalan yang dananya bersumber pada 6.f
(7) a. Diisi jumlah setoran PNBP tahun anggaran berjalan.
b. Diisi Jumlah dana yang dapat digunakan yaitu sebesar Proporsi pagu Pengeluaran terhadap Pendapatan (PPP) dikalikan dengan jumlah setoran (a).
c. Realisasi SP2D sampai dengan yang lalu.
d. SPM berikutnya yang dapat diajukan
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AGUS D. W. MARTOWARDOJO
L PERATURAN MENTERI RELIANuA.N
191N0M0R /Pwc05/2011 TENTANO MEKANISME PENGELOLAAN PENERIMAAN HIBAH
Lampiran 12/16
IvIENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
(KOP SURAT) KEMENTERIAN/ LEMBAGA
Nomor
Sifat
Lampiran
Hal
. Permohonan Permintaan Nomor Register Hibah
Yth. Direktur Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan
Menunjuk Peraturan Menteri Keuangan Nomor: /PMK.05/2011 tentang , dengan ini kami mengajukan permohonan permintaan nomor register hibah untuk proyek / kegiatan (1) yang berasal dan donor (2) Sebagai syarat permintaan nomor register terlampir kami sampaikan :
1. Dokumen Perjanjian Hibah (Grant Agreement)/ dokumen lain • yang dipersamakan,
2. Ringkasan Hibah (Grant Summary).
Untuk memudahkan dalam penyampaian persetujuan nomor register, persetujuan tersebut dapat disampaikan kepada
(3)
Demikian disampaikan untuk dapat ditindaklanjuti sebagaimana mestinya. Atas kerjasamanya yang baik diucapkan terima kasih.
(4)...., (5)
(6)
(7) NIP
Tembusan :
(8)
Salinan sesuai cierigan aslinya KERALA BIR
MENTEIll KEUANGAN RSPUBLIK INDONESIA .
- 2-
PETUNJUK PENGISIAN PERMOHONAN NOMOR REGISTER HIBAH
Nomor Uraian
(1) Diisi nama proyek/kegiatan hibah sesuai Perjanjian Hibah atau dokumen yang dipersamakan
(2) Diisi nama Negara/Lembaga Pemberi Hibah
(3) Diisi nama dan alamat Instansi beserta nomor telepon/fax Pemohon nomor register hibah
(4) Diisi lokasi Pemohon nomor register hibah (5) Diisi tanggal surat permohonan nomor register hibah
(6) Diisi jabatan penandatangan surat permohonan nomor register hibah, dapat diisi Sekretaris Jenderal Kementerian/Lembaga: atau Kepala Satuan Kerja penerima hibah
(7) Diisi nama dan NIP Pejabat penandatangan surat permohonan nomor register hibah
(8)
Diisi pihak-pihak yang mendapat tembusan surat permohonan nomor register hibah, termasuk kepada Unit pada
Kementerian/Lembaga yang memiliki tubas dan fungsi menyusun Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga.
MI3NTERT KEUAnGAN,
t t d ,
AGUS D.W. MARTOWARDOJC
Lampiran 13/17 ,r"--
PERATURAN METER. KEUANGAN NOMOR 191 /PMK05/2011 TENTANG MEICANISME PENGELOLAAN PENERIMAAN HIBAH
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
RINGKASAN HIBAH (GRANT SUMMARY)
1. Nama Hibah/ Grant 2. Nilai Hibah/ Grant
3. Mata Uang
4. Nomor Hibah/ Grant
5. Nomor Referensi lain 6. Tanggal Penandatanganan
7. Kementrian Lembaga Penerima / Excecuting Agency : Mode Satker : 8. Implementing Agency /Beneficiary dam. Kode Satker (bisa lebih dari satu)
a. Nama b. Alamat c. Kode Satker d. Nomor Telepon / Faximile e. E-mail
9. Donor/ Pemberi Hibah a. Negara b. Alamat • c. Nomor Telepon / Faximile : d. E-mail
10. Sumber Pembiayaan : 0 Lembaga Multilateral 0 Lembaga Swasta
Lainnya : 11.Jenis Pembiayaan (Grant Purpose) :
O Lembaga Bilateral O Perorangan
12.Jenis Hibah
13. Penarikan Hibah a. Tatacara Penarikan : 0 . PP 0 L/C b. Rencana Penarikan/Disbursement Plan :
: 0 Terencana O Langsung
0 PL 0 Reksus
No Penarikan Tgl/B1n/Thn Nilai 1. I 2. II 3. III 4. IV 5. V 6. Dan
seterusnya
c. Diterushibahkan
No Kepada Nilai 1, 2,
14. Sektor Pembiayaan
No. Lokasi Alokasi 1. 2.
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
-2-
15. Lokasi/Alokasi Proyek
16.Tanggal Efektif/ Effective Date
17.Tanggal Batas Waktu Pengefektifan/ . Tanggal Bulan Tahun
Date Effective Limit • . Tanggal Bulan Tahun
18. Tanggal Batas Penarikan/ Closing Date : Tanggal Bulan Tahun
19.Tanggal Penutupan Rekening/ Date of Closing Account : Tanggal Bulan Tahun
20.Biaya :
No. Ural= I II III IV V 1. Jenis
biaya 2. Besar
Maya 3. Jatuh
tempo
21. Ketentuan pengiriman Non 22.Persyaratan Pengefektifan/
Conditions Precedent for Effectiveness :
23.Nomor Registrasi Grant/Hibah • 24. DMFAS Grantll)
' 0 Ada
0 Tidak ada
( Dlisi oleh Direktorat EAS )
( Diisi oleh Direktorat EAS )
Tempat, tanggal, bulan, tahun Jabatan
Nama NIP/NRP
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
-3-
PENJELASAN & PETUNJUK PENGISIAN RINGKASAN HIBAH/ GRANT SUMMARY
No Penjelasan
1 Diisi dengan nama proyek sesuai yang tertulis dalam Perjanjian
Hibah/ Grant Agreement.
2 Diisi dengan jumlah hibah/grant sesuai yang tertulis dalam Perjanjian
Hibah/ Grant Agreement.
3 Diisi dengan mata uang sesuai yang tertulis dalam Perjanjian
Hibah/ Grant Agreement..
4 Diisi dengan nomor reference dari donor
5 Diisi dengan nomor referensi lainnya (jika ada)
6 Diisi dengan tanggal penandatangan hibah/ grant date signing.
7 Diisi dengan nama Kementerian/Lembaga penerima hibah/ grant.
8 Diisi dengan nama eselon I / Satker penerima dan pengelola
hibah/ grant.
9 Jelas
10 Jelas
11 Diisi dengan jenis peruntukkan pembiayaan dari hibah/grant, misal
bantuan program, bantuan proyek, technical assistance.
12 Jelas.
13 a. Jelas. b. Dilampirkan dengan Rencana Penarikan/Disbursement Schedule
dari executing agency, termasuk alokasi per jenis kategori dan per
tahun.
c. Diisi nama Lembaga/Pemda/BUMN penerima penerusan hibah
14 Diisi dengan sektor yang dibiayai dalam hibah/ grant, misal
infrastructure, education, health dsb.
15 Dalam had proyek diberbagai lokasi, disebutkan lokasi dan alokasi
dana per propinsi dan kab/kota
16 Diisi dengan tanggal efektif hibah/grant tersebut
17 Jelas
18 Jelas
19 Diisi dengan tanggal penetapan penutupan rekening/ account sesuai
dengan ketentuan pemberi hibah.
Salinan.sesuai dengan aslinya KEPALA BIRD UMUM
u.b ICEPALA
GIART NIP. 1959
MENTERI KEUANGAN REPUBUK INDONESIA
-4-
20 1. Diisi dngan jenis-jenis biaya/fee. 2. Diisi dengan besarnya rate yang ditetapkan dalam Perjanjian Hibah. 3. Diisi dengan saat jatuh tempo yaitu saat pembayarannya sesuai
yang telah disepakati dalam Perjanjian Hibah (jika ada). 21 Diisi penjelasan bahwa dalam Perjanjian Hibah telah diatur/belum
tentang ketentuan pencantuman ketentuan pengiriman NoD oleh Donor.
22 Diisi dengan keterangan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi
untuk pengefektifan Hibah/ Grant tersebut (jika ada). .
23 Jelas
24 .Jelas
MENTBRI KEUAISTGAN,
ttd,
AGM D.W. MARTOWARDOJO
Lampiran 14
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDArtARAAN NOIAOR PER-81 /P8/2011 TENTANG TATA CARA PENGESAHAN HIBAH LANGSUNG BENTUK UANG DAN PENCATATAN HIBAH LANGSUNG BENTUK BARANG/JASA/SUBAT BERHARGA
FORMAT SURAT PERINTAH PENGESAHAN HIBAH LANGSUNG SP2HL
Kuasa Bendahara
Agar mengesahkan
Saida awal Pendapatan Hibah
Belanja terkaitHlbah
Snick) akhir
KEMENTERtAN NEGARAILEMBAGA...(1)
SURAT PERINTAH PENGESAHAN HIBAH LANGSUNG Tanggal : (2) Nomor . .. .. .. (3)
Umum Negara. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara 4)
pendapatan dan/atau belanja terkait hIbah sejumlah:
Rp (5) Rp (6)
Hp (7) Rp (8)
Untuk Pedode Tdwulan : (9) Tahun Anggaran : (10)
Cesar Pengesahan :
(11)
Satker Kewenangan Nama Satker
xxxxxx xx xxxxxiooca..(12)
Fungsi, Subfungsl, BA. Unit Eseton I, Program xx.xx.xxx.xx.xx (13)
Kegiatan, Output, Lokasi, Jenis Belanja xoctr000txx.xx (14)
Sumber DanalCara Penarikan . xx 1 xx (15) Nomor Register : xxxxxxx (16)
BELANJA PENDAPATAN
Akun Jumlah Uang BA/Unit Eselon I
/Lokasi/AkuntSatker Jumlah Uang
)COCX)0( .. (17) ... ....... .418) (20) xxx.xx.xx.m.x cootx.xrccoc
(21)
Jumlah BeIanja (19) Jurniali Pendapatan (22)
Kepada : Bendahara Umum Negara untuk dibukukan sepertunya
Yaltu : (23)
Mill
100113112301063..7
(24)
a.n.Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat Penandatangan SPM
....(25)
NIP/NRP ...............(26)
ill
(27)
11
- I - 1.
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERINTAH PENGESAHAN HIBAH LANGSUNG (SP2HL)
NOMOR URAIAN ISIAN
(1) Diisi uraian Kementerian Negara/Lembaga
(2) Diisi tanggal diterbitkan SP2HL
(3) Diisi nornor SP2HL
(4) Diisi uraian KPPN yang rnelakukan pengesahan, diikuti kode KPPN
(5) Diisi saldo awal hibah langsung.
(6) Diisi jumlah pendapatan hibah langsung yang telah diterirna.
(7) Diisi jumlah belanja terkaft Hibah.
(8) Das' jumlah saldo awal dengan sebsih antara pendapatan hibah dengan belanja terkait hibah
(9) Diisi petiode triwulan
(10) Diisi Tahun Anggaran
(11) Dist dasar diterbltkannya SP2HL, misalnya: Nomor UU APBN, nomor dan tanggal DIPA, atsu dokumen penerimaan dan pengeluaran Iainnya
(12) Diisi kode Satker (6 digit), Rode kewenangan (2 digit), sada nama Satker penerima hibah
(13) Di isi Rode Fungal. Sub Fungsl, BA, Unit Eselon I, Program
(14) Diisi Janis Kegiatan, Output, Lokasi, Jenis Belanja
(15) Dial sumber dana dan =Ira penarikan dengan ketentuan sebagal berikut: 1. Kode (10) Hibah Langsung Dalam Negeri (HLO): untuk hibah langsung bentuk
uang yang berasal dari dalam negeri dan kode cam penarikan (-). 2. Kode (11) Hibah Langsung Luar Negeri (HLL): untuk hibah langsung bentuk
uang yang berasal dari luar negeri dan kode cam penarikan (-).
(16) Diisi nomor register
(17) Diisi akun belanja sesuai akun-akun belanja yang telah ada pada revisi DIPA (18) Diisi jumlah rupiah masing-masing akun belanja
(19) Dist total rupiah jumlah belanja terkait hibah
(20) 1. Dial kode Bagian Anggaran dan Eselon I: 999.02; kode lokasi. 01.51; Rode akun pendapatan: Kode Akun yang Khusus digunakan dalam SP2HL; dan Rode Satker: 960186
2. Kode Akun yang khusus digunakan dalam Surat Perintah Pengesahan Hibah Langsung (SP2HL), sebagai berikut:
Kode Akun Uraian
431131 Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung Bentuk Uang — Perorangan
- 2 -
431132 Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung Bentuk Uang — Lembaga/Badan Usaha
431133 Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung Bentuk Uang — Pemerintah Daerah
431139 Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung Bentuk Uang —Lainnya
431231 Pendapatan Hibah Luar Negeri — Langsung Bentuk Uang Perorangan
431232 Pendapatan Hibah Luar Negeri — Langsung Bentuk Uang Bilateral
431233 Pendapatan Hibah Luar Negen — Langsung Bentuk Uang Multilateral
431239 Pendapatan Hibah Luar Negeri — Langsung Bentuk Uang Lainnya
(21) Diisi lumlah rupiah masing-masing akun pendapatan hibah
(22) Diisi total rupiah jumlah pendapatan hibah
(23) nisi uralan kepeduan pengesahan
(24) Diisi nama kota dan tanggal diterbitkan SP2HL (sama seperti pada pain 2)
(25) Otisl lands tangan Pejabat Penandatangan SPM
(28) Diisi nama dan NIP/NRP Pejabat Penandatangan SPM
(27) Mai bar code hasil enkripsi aplikasi SPM
DIREKTUR JENDERAL,
AGUS SUPRLIANTO NIP.19530814 197507 1 001 %V
- 3 -
Lampiran 15
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENbAHARAAN-NOMOR PER- a1 /P812011 TENTANG TATA CARA PENGESAHAN HIBAH LANGSUNG BENTUK LANG DAN PENGATATAN HIBAH LANGSUNG BENTUK BARANGOJASA/SURAT BERHARGA
FORMAT SURAT PERINTAH PENGESAHAN PENGEMBALIAN PEN DAPATAN HIBAH LANGSUNG (SP4HL)
KEMENTERIAN/LEMBAGA (1) suRAT PERMITAH PENGESAHAN PENGEMBALIAN PENDAPATAN WEAN LANGSUNG
Tanggal : .... (2) Nomor .... (3)
Kuasa Bendahara Umum Negara, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara .,.. . (4)
Agar mengesahkan pengembalian pendapatan hibah sejumlah : 1. Sisa Hibah Rp. (5) 2. Pengembalian Pendapatan Hibah Rp. (5) 3. Saida Akhir Rp. (7)
Tahun ... ...... (8)
Dasar Pengesahan : Satke r Kewenangan Nana Sake(
(9) xxxxxx xx xxxxxxxxxxx (10) Fungsi, Subfungsi, BA, Unit Eselon I, Program
xx.xx.xxx.xx.xx (11) Keglatan, Output, Lokasi, Jenls Belanja xxxxxx xx xx.xx xx (12)
Sumba r Dana/Cara Penarikan : xx/xx (13) Nomor Register : xxxxxxx (14)
P ENB Er/MALIAN PENDAPATAN HI BAH LANGSUNG
BA/Unit Eselon I /Lokasi/Akun/Satker
Jurniah Uang
(15) xxx.xx.xx.xx.xxxxxx.xxxxxx (16)
Jumlati Pengembalian (17)
Kenada Bendahara Umum Negara untuk dibukukan seperluny-a
Yaitu
(18)
1 11 I
10016912301063-7
Milli
(19) a.n. Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat Penandatangan SPM
...(20)
NIP/NRP (21) I
(22)
- 6 -
4
PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERINTAH PENGESAHAN PENGEMBAUAN PENDAPATAN HIBAH LANGSUNG (SP4HL
NOMOR URAIAN !SIAN
(1) Diisi uraian Kementerian Negaratembaga
(2) Diisi tanggal diterbitkan SP4HL
(3) Dilsi nomor SP4HL
(4) Diisi uraian KPPN yang melakukan pengesahan, diikuti kode KPPN
(5) DU& sisa uang dart hibah yang akan dikembalikan ke donor
(6) Dilsi jumlah pengembalian pendapatan hibah
(7) DIM wash antara sisa hibah dengan pengembalian hibah
(8) Diisi Tahun Anggaran
(9) Dilsi dasar diterbitkannya SP4HL, misalnya: Nomor UU APBN, nomor dan tanggat DIPA, atau dokumen penerimaan dan pengeluaran lainnya
(10) Dilsi kode Satker (6 digit), kode kewenangan (2 digit), serta nama Satker penerima hibah
(11) Di Isl Kode Fungsi, Subfungsi, BA, Unit Eselon 1, dan Program
(12) Diisi jenis Kegiatart, Output, Lokasi, Jenis Belanja
(13) Das' sumber dana dan can penarikan dengan ketentuan sebagal berikut: 1. Kode (10) Hibah Langsung Dalam Negeri (HLD): untuk hibah langsung bentuk
uang yang berasal dari dalam negeri dan kode cara penarikan (-). 2. Kode (11) Hbah Langsung Luar Negeri (HL1): untuk hibah langsung bentuk
uang yang berasal dad luar negeri dan kode cara penarikan (-).
(14) Diisi nomor register
(15) Mal kode Baglan Anggaran, Unit Eselon 1, kode Lokasi, Akun dan Rode Satker, dengan ketentuan: 1. Untuk pengembalian tahun anggaran berjalan diisi:
999.02.01.51.431ica.960186 Kode Akun menggunakan Rode akun yang sama dengan koda akun yang digunakan pada sant merierima hibah langsung.
2. Untuk pengembalian tahun anggaran lalu: kode BA, Eselon I, Rode Lokasi, dan Rode Satker merujuk pada kode Satker penerbit SP4HL dengan akun 311911 -.
(16) Diisi jumlah rupiah masing-masing akun pengembalian pendapatan
(17) Dilsi total rupiah jumlah pengembalian pendapatan
(18) Dilsi uraian kepertuan pengesahan, yaitu: Pengembalian tilbah Langsung bentuk Uang kepada Pemberi Hlbah sesuai bukti setor tanggal........ Nomor.. ..... ..
(19) Oils' nama kota dan tanggal diterbitkan SP4HL {sama Gaped' pada poin 2)
(20) Diisi tanda tangan Pejabat Penandatangan SPM
- 7 -
1 NOMOR
URAIAN ISIAN (21) Diisi nanta dan N1P/NRP Pejabat Penandatangan SPM
(22) Diisi bar code basil enkripsi aplikasi SPM
DIREKTUR JENDERAL,
rid AGUS SUPRIJANTO NIP.19530814 197507 1 001
- 8 -
Lampiran
PERATURAN MENTERI KEUANGAN 191NOMOR /PMK.05/2011 TENTANG
MEKANISME PENCELOLAAN PENERIMAAN HIBAH
ter
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
KOP SURAT (1)
SURAT PERINTAH PENGESAHAN PENDAPATAN HIBAH LANGSUNG
BENTUK BARANG/JASA/SURAT BERHARGA
TANGGAL NOMOR
Yth . Direktur Jenderal Pengelolaan Utang - Kementerian Keuangan RI Cq, Direktur Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen
Bersama ini thsarnpaikan Surat Perintah Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat • Berharga sebagai dasar untuk mengesahkan dan membukukan hibah yang diterima berupa Barang/Jasa/Surat Berharga dengan rincian sebagai berikut :
Penerima Hibah Bagian Anggaran/Eselon I : (2) Kode dan Nama Satker : (3)
Pemberi Hibah Negara Donor : (4) Nama Donor : (5) Nama Proyek (6) Nomor & Tgl Perjanjian Hibah : (7) Nilai Hibah : (8)
Rincian Pendapatan Hibah Nomor register Nilai realisasi Hibah Bentuk Hibah Akan
(9) (10) equivalen Rp (11) ❑ Barang ❑ Jasa 0 Surat Berharga (12) (13)
Telah disahkan/dibukukan
(14), (15) Tanggl (17)
PA/ KPA
TTD
NAMA(18) NIP(19)
TTD
(16) '
IvIENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
-2-
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERINTAH PENGESAHAN PENDAPATAN HIBAH LANGSUNG
BENTUK BARANG/JASA/SURAT BERHARGA
No. Keterangan
1 Diisikan Kop Surat Kementerian/Lembaga yang mengajukan
pengesahan.
2 Diisikan Kode dan Uraian Bagian Anggaran dan Eselon I.
3 Diisikan Kode dan Uraian Sather Penerima Hibah.
4 Diisikan Negara Pemberi hibah.
Dalam hal Pemberi Hibah merupakan:
• lembaga internasional dan luar negeri diisi lembaga internasional,
• lembaga nasional dari dalam negeri diisi lembaga nasional.
5 Diisikan Nama Pemberi Hibah. -
6 Nama proyek/kegiatan yang dibiayai hibah.
7 Nomor dan tanggal Perjanjian Hibah (Grant Agreement).
8 Diisikan Nilai Komitmen/nilai proyek yang diperjanjikan sesuai
perjanjian hibah.
9 Diisikan nomor register dari DJPU..
10 Diisikan nilai realisasi hibah dalam valas (bila ada) sesuai Berita Acara
Serah Terima.
11 Diisikan nilai realisasi hibah dalam rupiah sesuai Berita Acara Serah
Terima.
12 Diberi tanda silang pada salah satu kotak sesuai bentuk hibah yang
diterima.
13 Diisikan kode akun pendapatan hibah yang diterima (dapat dilihat pada
Modul/Bagan Akun Standar).
14 Diisikan kota penerbit Surat Perintah Pengesahan Pendapatan Hibah
Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga.
15 Diisikan tanggal penerbitan Surat Perintah Pengesahan. Pendapatan
VIGAN T1001 ■ ENTERIAN •
•
Salinan sesuai dengan asllnya KEPALA BIRO UMUM •
u.13 ICEPALA
GIART
MENTERI ICWJANGAN,
t t d
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
,B4112 mRIAT Jek
ite I
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ,
Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/ Surat Berharga.
16 Diisikan Nama dan NIP/NRP PA/KPA.
17 Diisi oleh DJPU.
18 Diisi oleh DJPU.
19 Diisi oleh DJPU.
NIP. 1959
Lampiranis PERATURAN. D1REKTUR JENDERAttaparmr—NOWA PER- sitPerzDti TENTANG TATA CARA PENr#SAHAN NOAH L.ANGSONG BENTIAK IJANCI DAM PENCATATAN HMS LANGSIAg3 REMIUK BARANG/JASA/$IJRAT' BERHARGA
GMAT MEMO PENCKIATAN H1SAli LANGSUNG BEUTUK BARAIRWASNSURAT BERHARGA IMPEL-EWS)
KFMPNTERIAN NEGARAJLEMBAGA. (1)
MEMO PENcATATAN HIEelj,LANGUNG gtENTUK BARANG/JASA/SURAT BERRARGP . Tanggal ..... .. . (2) Nomor : (3)
Kuasa Eiendahara Umum Negara, Kantor Pelayanan Perbendehataan Negara . 4) agar melakukan pencatatan atas penerimaan hibah langsung bentuk barannasaisurat berharga:
Tahun Anggewan . ... ....... (5)
DaaarPannalatart :
..(e)
Satker Kewenangan
nyyxx 'a
Fungsl, Subfungsi, BA, Unit Eselon xx.xxotxxxx (8)
Kegtatan, Output. tenkasi, Jens xca. tco.xxioc (9)
Nama Satker
=coax:0am•(7)
1, Program
Belans
xxixx (10)
: xxxxooc (11)
Sumber Dana/Cara Penankan Noma Register
SELANJA PENDAPATAN
Aiwa Juntab Liana BA/Unit Eselon 1 /LokasUAkun/Satker Jumlah Uang
=cu. 2) "'-' ' (13)
(15) xxx.teat.u.xxxxxxxconoc ' ''''''''''' '''''''.(16)
la ..........414) Jumlah Pendapa n (17)
:Beactattant Umurn Negara untuk dlbukukan sepertunya Yal, (18)
$
'
. I I
a
'
I ± L
..A22)
(19) Kuasa Pengguna Anggaran -
....(20)
NIP/NRP... (21)
- 11
PETUNJUK PENGISIAN MEMO PENCATATAN HIBAH LANGSUNG BENTUK BARANG/JASA/
SURAT BERHARGA (MPHL-BJS)
NOM }R URAIAN ISIAN
(1) Diisi uraian Kementerian Negara/Lembaga
(2) Mist tanggal diterbitkan MPHL-BJS
(3) Diisi nomor MPHL-BJS
(4) Diisi uraian KPPN yang melakukan pengesahan, diikuti kode KPPN
(5) Diisi Tahun Anggaran
(6) Diisi dasar diterbitkannya MPHL-BJS, yaitu: PP No.10/2011, dan Tanggal serta Nomor SP3HL-BJS.
(7) Diisi kode Satker (6 digit), kode kewenangan (2 digit). serta nama Satker penerima hibah
(8) Di isi Fungsi, Sub Fungsi, BA. Unit Eselon I, Program.
(9) Diisi Kode Kegiatan, Output, Lokasi, Janis Belanja. Untuk Kegiatan dan Output dila' kode keglatan dan output yang ada pada Satuan Kerja berkenaan yang paling sesuai dengan maksud dan tujuan penerimaan hibah barang/jasa/surat berharga.
(10) Diisi sumber dana dan can penarikan dengan ketentuan sebagai berikut 1. Kode (12) Hibah Langsung Barang Dalam Negeri (HLBD): untuk hibah langsung
bentuk barang yang berasal dart dalam negeri dan kode cara penarikan (-). 2. Kode (13) Hibah Langsung Barang Luar Negeri (HLBL): untuk hibah langsung
bentuk barang yang berasal dan War negeri dan kode cara penarikan (-). 3. Kode (14) Hibah Langsung Jasa Dalam Negeri (HLJD): untuk hibah langsung
bentuk jasa yang berasal dad dalam negeri dan kode cara penarikan (-). 4. Kode (15) Hibah Langsung Jasa Luar Negeri (HLJL): untuk hibah langsung
bentuk jasa yang berasal dad luar negeri dan kode can penarikan (-). 5. Kode (16) Hibah Langsung Surat Berharga Dalam Negeri (HLSD): untuk hibah
langsung bentuk swat berharga yang berasal dad dalam negeri dan kode cara penarikan (-).
6. Kode (17) Hibah Langsung Surat Berharga Luar Negeri (HLSL): untuk hibah langsung bentuk surat berharga yang berasal dari luar negeri dan kode can penarikan (-).
(1 '1) Diisi nomor register
(12) Mai akun belanja seperti di bawah int 1. Untuk Belanja dalam bentuk Barang:
Kode Akun Uraian 521611 Belanja Baranq untuk Pencatatan Persediaan dart Hibah 531211 Belanja Modal Tanah untuk Pencatatan Tanah dad Hibah 532211 Belanja Modal Peralatan dan Mesin untuk Pencatatan Peralatan
dan Mesin dad Hibah 533211 Belanja Modal Gedung dan Bangunan untuk Pencatatan
Gedung dan Bangunan dart Hibah
-12-
f
534211 Belanja Modal Jalan. Irtgasi dan Jaringan untuk Pencatatan Jatan. Irigasi dan Jaringan dart Hibah
536211 Belanja Modal Lainnya untuk Pencatatan Met Tetap Lainnya dan/atau Aset Lainnya dad Hibah
2. Untuk Belanja dalam bentuk Jasa:
Kode Akun Uraian 522311 Belanja Jasa untuk Pencatatan Jasa dart Hibah
3. Untuk Belanja dalam bentuk Surat Berharga:
Kode Akun Uraian 724411 Penyertaan Modal Negara untuk Pencatatan Surat Berharga
dad Hibah (13) Dual jumlah rupiah masing-masing akun belanja
(14) Diisi total rupiah jumlah belanja terkait hibah (15) Dist Kode BA/Unit Eselon ULokasUAkun/Satker. 999.02.01.51.431x=960186
Kode Akun Pendapatan yang khusus digunakan dalam Memo Pencatatan Hibah Langsung–Barang/Jasa/Surat Berharga (MPHL—BJS):
1. Untuk Pendapatan dalam bentuk Barang:
1
Kode Akun Uraian 431121 Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Langsung Bentuk Barang 431221 Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung Bentuk Baiting
2. Untuk Pendapatan dalam bentuk Jasa:
Kode Akun Uraian 431122 Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Langsung Bentuk Jasa 431222 Pendapatan Hibah Luar Negeri – Langsung Bentuk Jasa
3. Untuk Pendapatan dalam bentuk Surat Berharga:
Kode Akun Uraian 431123 Pendapatan Hibah Dalam Negeri – Langsung Bentuk Surat
Berharga 431223 Pendapatan Hibah Luar Negeri-,- Langsung Bentuk Surat
Berharga (16) Diisi jumlah rupiah masing-masing akun pendapatan hibah
(17) Ohl total rupiah jumlah pendapatan hibah
(18) Diisi uraian keperluan pencatatan hibah langsung bentuk barang/jasa/surat berharga (19) Oust tanggal diterbitkan MPHL-BJS (sama seperti pada poin 2)
(20) Diisi tanda tanganKuasa Pengguna Anggaran
- 13 -
$AGtJS SUPRIJANTO ,NIR19530814 197507 1 001
NOMOR
(21)
(22)
URAIAN ISIAN
Dfisi nama dan NiP/NRPKuasa Pengguna Anggaran
Diisi bar code hasH enkripsi apfikasi SPM
DIREKTUR JENDERAL.
-14-
I I
DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIFtEKTORAT JENDERAL PERBENDANARAAN
KPPN
(1)
Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)
Nomor • (2)
Tanggal : (3)
4 KANTOR PENERIMA SETORAN
(BANK PERSEPSI) KANTOR POS DAN GIRO
Lembar Untuk
KE REKENING KAS NEGARA NOMOR :
A. 1. NPWP Wajib Setor/Bend
2. Nama Wajib Setor/Bend
3. Alamat
(4)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17) Tanggal : (18)
(19)
B. 1. Kementerian/Lembaga
2. Unit Organisasi Eselon I
3. Satuan Kerja
4. Fungsi/Subfungsi/Program :
5. Kegiatan/Subkegiatan
6. Lokasi
C. MAP dan Uraian Penerimaan
D. Jumlah Setoran : Rp.
Dengan Huruf
E. Surat Penagihan (SPN) : Nomor Atau Surat Pemindahan
Penagihan Piutang Negara : KPPN (SP3N)
PERHATIAN
Keperluan : (20)
Bacalah Dahulu Petunjuk pengisian formulir
SSBP pada halaman belakang lembar ini
(26)
(27)
Cap
Tanda Tangan
Nama Terang
(21) tanggal (22) Diterima Oleh :
BANK PERSEPSI/KANTOR POS DAN GIRO Tanggal (25)
(23) NIP. (24)
—i 1— o 1-
, '''' C N 'Id 2 it a
es aa a 'a . w r, N
Keb
utuh
an D
ana
O N
O 0 NJ
•
0) ...
so
cs) t-
ri Y
in
re
I-- or a
co Ill 1.1.
C el C II IC'
N t :11 V N
O.
0
IN
on K
ont
rakt
ual
a 7, t z SC
a'
E. a )- 0— 4 2 0 , a- y U ,
Per
hKun
gen
• ..
Vol
um
e I
Mar
ge I Ju
mla
h
Ma
ya
0
0
V
Z 5 2 n
C m
1 Y
4. .18 2
N E
0 2 .-
1
a
rn C
o.
Pe
jaba
t Ese
lon
I Kem
ente
rian N
egar
afle
mba
ga
t cz
cc
Ka
ma K
ab./
Kota
RS
E S
1-4
3 0 o.
BE
LA
NJA
BA
RA
NG
B
EL
AN
JA M
OD
AL
0 fa.
BE
LA
NJA
PE
GA
WA
I
8
O
▪
o 5 r? • Lin kr,
O 0 0 o
C
3 5 VI
0 0
NT
OR
VV
ILA
YA
N
S
i 5 P.
-5,
........ ,
..................... ,
n a a.
BELA
NJA
MO
DAL
< '." N
n
0 ..
, ..................... ,
BEIA
M/A
BAR
ANG
<
t.;
=
, .............. ,
I
PA
GU
, .......... ,
zic
E:IC z 0
< .„ „
......... ,
a
D LI a.
" ............ ,
-....
L8
z z .1.15 < re
rt II
2
o w in 0
1 2 0 0 N rg
a° oo .6 ,6 LPL u, 0 0
:?; 0 rg rg
q q oo ,6 '6 Ln in 0 Q
''2 2 P. R g ̀r•c= P: g). g 2 53 2 2 2 2 ct cr; 2 2 2 Eic ic?, p or PPPPPPcrIP caL oL cr, a. 0, 0, a, cr, cr, rr, oL NNpINNNelniNNNNNNNNNNeuNN rg
oi ft; rn rn rn n: vo vi 6 vi Qi ui ,c; .zi .6 ui ,6 .6 gqq °0.c? 0. q 0. 0. O D. D. 0. 0. 0. 0. 0. 0. O. 0. 2 o gooooo o ogo.o,o,o °to. o 0 ci ‘Cr gi , ,,c; .6 .6 .6 .6 ■O ,c) r.0 rn ■13 rth mi ui g) qi .6 ,.6 •Ii ,o in u'i in ;4 un in in in in in 'n in in in Ln LIL Ln in Ln Ln ta Ln 0 0 0 ,-, 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 c,, c•Lt ui 9 .6 ,r, 0
g cr, cg ‘d 0.
.O Ln 0
2 0. rLI ..6 Q .6 Ln 0
'1,0f,' (PV ,6 9 ,45 Ln 0
cn :7-.. rg .6 0. ,6 'A o
2
.6
,r; LA 0
ni
2 <
—,
C W
rgi
0 Z .—
< 0 8 z z — z
< < z
z eu, g
s
5 ea ea 6
0 aC
S
I
2,
.71
ZS t,
n a
iEALI
SASI I
SIS
A
,001 ‘,41 TZ <7, ro.; c̀i.; 0 & rol g 8,D
01 01 0) 01 0 0% 01 0 0 0 0, 0 0 0 0 0 0, 0 0 0 ON
NN " " el 701 " Nni 70 01 'NT " C:01 Ckg ■O V1 26 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
6 6 5 5 3 3 3 0 0 0 0 0 8 0, 0 0 0 0 0 0 0 0. 0 0 0, 0 0 0 0 0
q00.0.0.20.0.0.0.0.o0 0 0 0 0 0 0 0 0 o.
000000 0
P lb .0 No vz ■ v> .1" .c) N.6 .6 .6 .6 .16 q() < 16 88888888888s8s888888
2 8888880 88888
0
0
P,
S 5 -5- -6- :
JU
MLA
H
e...-
7— -a 6 a
m a n.
BE
LAN
1A
MO
DA
L
■5, 71
■3, ra 6 et
D o p.
I B
EIA
NJA
BA
RA
NG
I
E 6 tt
n 110
Yd
I
zi
‘6, z, z 5 2
5 6 et
z 0 o.
z I ill < 82
T O.
R 0 v v. 0
1 Tv' a a.
q O. 0 0 •5 ) un v., 0 0
.1'8 at ON
O. O.
Q 0 w ,6 in tr. 0 0
2 al
2 'L al 0
e
O.
S IQ rc: g 2 NO 're g 2 .1-6 cra re3 to 2 2 cto NO 2; 8 a.- h'p apl '6 '6,-' 2, Op- ̀O' N Ch 0.. 0. 0. 0. 0. 0. o o o o o 0. o ch 0, 0, cn a a a a, co a, a,
q 0 . 0 q 0. 2 0. 9 0 0 0 o so, 0, go. o0 o0 o 0 o, D q '6 q V) '0 0 '0 o 0 d cc w w o .3 o .6 6 kd ,d 6 ,5 qi .6 .6 .a ,r, un tarn an an un in tn In WI tn in in In in vo v., ,e, vo oo in La to v) La Ln La 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00 0
JUM
LA
H
a
t 1,
41.23:n_ -%
a 14 . re•
0 „
REKAP LAPORAN KEADAAN KAS UANG PENERIMAAN (LKKUP)
PRO VINSI
TAHuN ANGGARAN 5.0
Lampiran 23
dalam ruiah
1r' (".1 '.17i9lv.IN.YPUIRIrrrVli;lz[S!rrA IIsk19.:= 1M:Augq,3grAii9?: 1 rilliopiltNIW.' . MM14:12n.r
, gia"-.141
zin . 957141c) r
qn ora^ o 1-ky an
20,n --.:7,-.-7.-,y
_ worisetsr-77"*-Thisiseestas c somorkenris gap IMIt64\11* StibiaiS KamelIBPNProvInsl... Penenmaan 1901 • - -
Fungsional 1902
1903 1904 -
1905 • - - - - 1906 • • • •
1907 1908 1909
423210 - •
423511 . • • - Jungahl . -
Penerimaan 423129 Urnum 423141
423142 - • - - - - 423149 -
423221 423291 423911 -
423912 423913 423914 -
423915 •
423916
423919 -
423922 •
Jundah II . - •
Jundahl+11 • - - 2 KantorPertanananKabJKoW Penenmaan 1901 - - -
FungsMnal 1802 1803 - -
1904
1905 1906
1907 -
1908
1909
423219 • . . - - 423511
Jurnlahl • . • -
Penedmaan 423129 -
Urnum 423141 423142 -
423149 423221 423291
423911 423912 423913 423914 423915 423916 .
423919 -
423922 Jungahll -
Jungahl 41 • .
3 KenlorPerranahanKab./Koth Penal-imam 1901 -
FungsMnal 1902 - -
1903 . - - - 1904 1905 -
1906 1907 1908 - - - - - 1909
423219 - - • - 423511 • • -
Juml hl • • -
Penenrnaan 423129 Urnum 423141 - -
423142 •
423149
423221
423291 423911
423912 -
423913
423914 • • - 423915 • • 423916
423919 . • .
423922 - -
Jung h 8 - -
Jungahl+1 . . .
hal .2 1 , 2 -)
3 4 5 6 7 I — (514) (6/4) 7
4 dst PermImaan Fungaiona1
1901 1902 1903 1904 1905 1906 1907 1908 1909
. -
. -
.
- -
423219 423511
- .
. - . .
Juml hl - . Penedmaan
Umum 423129 423141 423142 423149 423221 423291 423911 423912 423913 423914 423915 423916 423919 423922
-
-
-
.
.
.
- -
-
-
.
- . -
Juml h II . - Jumlahl+11 . . -
Jumlah PennImaan Penerlmaan Fungslonal
1901 1902 1003 1904 1905 1906 1907 19081909
• • • -
- -
.
- -
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
423219 423511
• •
- - -
.
-
.
Juml hl • . - Penedmaan
Umum 423129 423141 423142 423149 423221 423291 423911 423012 423913 423914423915 423916 423918 423922
•
•
-
•
-
-
•
-
-
- • •
-
.
.
.
.
•
- . .
.
Jumlah II - Jurnlah 1+ I - .
20
KEPALA KANTOR WILAYAH
BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROVINSI
NIP
Keterangan :
I Penerimaan Fungslonal 1 423219 Pendapatan Pelayanan Pertanahan
-1901 (Pelayanan Survey, Pengukuran dan Pemetaan) -1902 (Pelayanan Pemerlksaan Tanah) - 1903 (Pelayanan konsolidasi Tanah Secara Swadaya) - 1904 (Pelayanan Pertlmbangan Teknls Pertanahan) - 1905 (Pelayanan Pendaftaran Tanah ) - 1906 (Pelayanan Informasi Pertanahan) -1907 (Pelayanan Llsensft -1908 (Palayanan Penetapan Tanah Obyek Penguasaan Benda-benda Tetap Milik perseorangan Warga Negara BeLando (P3MB)) -1909 (Pelayanan Kerjasama di bidang pertanahan yang berasal dart ker)asama dengan pihak lain)
2 423511
Pendapatan Uang Pendidlkan
II Penerimaan Umum 1 423129 Pendapatan Penjualan Ant Lainnya yang Berlebih/Rusak/Dihapuskan 2 423141 Pendapatan Sewa Rumah Dinas/Rumah Negeri 3 423142 Pendapatan sewa gedung, bangunan dan gudang 4 423149 Pendapatan Sewa Benda-benda Tak Bergerak Lainnya 5 423221 Pendapatan Jail Lembaga Keuangan (lasa Giro) 6 423291 Pendapatan lasa Lainnya 7 423911 Penerimaan kemball Belanja Pegawal Pusat Tahun Anggaran yang Lalu 8 423912 Penerimaan kemball Belan)a Pensiun Tahun Anggaran yang Lalu 9 423913 Penerimaan Kemball Belanja Lainnya Rupiah Mum' Tahun Anggaran yang Lalu
10 423914 Penerimaan Kemball Belanja Lainnya Pinjaman Luar Nagar) Tahun Anggaran Yang Lalu 11 423915 Penerimaan Kembali Belanja Lainnya Hibah Tahun Anggaran Yang Lalu 12 423916 Penerimaan Kemball Belanja Swadana Tahun Anggaran Yang Lalu 13 423919 Penerimaan Kemball BalanJa Lainnya Tahun Anggaran Yang Lalu
14 423922 Pendapatan Pelunasan Gantl Rugi atas Kerugian yang diderita oleh Negara (Masuk TGR)
-J
z 2 T2
E w w az 0 eL •
z •
z z D<5 NQ
<
•
0 O z < 1.1.1 co
0
• •
0
z
aza O 0 0 < a.
•
CC4( Z Z z < Z O. < CD =
< < >- i— it CC
CI. cc cc Z 0 0 o n co<
k
5 = 03 0
< N 2 V
Z
N w
B 0 w z a
- P
EN
ER
IMA
AN
BU
LAN
LA
LU
Q 0 N
0.
PE
NG
EL
UA
RA
N
0
PE
NE
RIM
AAN
1,-
T-----
1--
IN
I —3(
.11.A
N
a to T.5 ..0
PE
NG
EL
UA
RA
N
m
rew 6 G.
• rw' —, , c, FT's ^ na , N -rri Ce RI
UR
AJA
N JE
NIS
PE
NE
RIM
AAN
I KE
LP
EN
DA
PA
TAN
I SU
B KE
L.P
EN
DA
PA
TA
N I P
EN
DA
PA
TA
N
3
PE
ND
AP
AT
AN
, P
EN
JUM
AN
, SE
WA
, JA
SA
DAN
BU
NG
A
PE
ND
AP
AT
AN
PE
NJU
ALA
N AS
SE
T
i Pendap
atan
Penj
uala
n a
sset La
inny
a ya
ng b
edeb
itiru
sak/
Mha
pusk
an
PE
NDA
PAT
AN
SE
WA
Pend
apat
an S
ew
a R
um
ah Din
as/
Ru
mah
Heg
er'
Sew
a G
edun
g, B
angu
nan
dan
Gud
an
g
Pend
apa
tan S
awa
Bend
a-b
end
a T
ak
Ben
gera
k La
inny
a
PE
ND
AP
AT
AN
JA
SA
PE
ND
AP
ATA
N JA
SA
I
,Pend
apa
tan P
ela
yanan P
erta
nah
an
I-
19
01
(P
ela
yan
an
Su
rve
y, P
en
guku
ran
da
n P
erne
taa
n)
-19
02 (
Pel
aya
nan
Pem
edks
aan
Ta
nah
)
- 19
03 (
Pel
aya
na
n k
ons
olid
asi T
an
ah S
ecar
a S
wad
aya
) -19
04 (
Pel
aya
na
n P
edim
bang
an T
ekn
is P
ert
ana
han
) -1
905
(Pel
aya
na
n P
end
afta
ran T
an
ah )
-1
90
6 (P
elay
an
an
((d
urm
as) Pel
an
ahan)
- 190
7 (P
elaya
nan U
sensi
) -
19
08
(Pel
aya
nan
Pe
nel
apa
n T
anah
Oby
ek P
eng
ua
saa
n B
en
da te
nda
Te
tap
Mili
kpers
eora
nga
n W
arg
a N
ega
ra B
eland
a (
P3M
B))
-19
09 (
Pel
ayan
an K
erja
sam
a di b
ida
ng
pert
anah
an y
ang
be
rasa
t da
d k
erj
asam
a de
nga
n p
ihak
lain
)
PE
ND
AP
AT
AN
JA
SA
II
P
end
apa
tan
Jasa
Lem
baga
Keu
anga
n (J
asa
Gir
o)
PE
ND
APA
TAN
JAS
A L
AIN
NY
A
Pend
ap
atan
Ja
sa-J
asa
Lai
nnya
PE
ND
AP
AT
AN
PEN
DID
IK
AN
PE
ND
AP
AT
AN
PE
ND
IDIK
AN
Pend
ap
atan
Ua
ng
Pend
idik
an
Pela
yana
n P
endi
dika
n
8 N •4 Na '1; 'N ni;') 71*
VN VNNN
V V. V v
pi — a, C] N ,
N N N CO N en t.,4 t N CO N (I V N
V V N a
N o e3 N c‘d en v N ..
n tn ,.. N e) V) a N+ a
2 — — V .- "I N el a r-- to E
a i
e
m
S
.
n
'ir Cril N
[
E.-, rip
Z
Z
3
..
D
8 >.
1 i .
z
1 2
< 9 w
• _ _ _
PeC
eriT
ad
fl
Ken
bali B
elan
ja P
eg
awai
Pus
at Tab
un
Ang
gara
n Y
an
g L
alu
Pen
edm
aa
n K
em
bab
Bela
nja
Pen
skn T
abu
n A
ngga
ran
Yang L
alu
Pen
edm
aan
Kem
bab
Be
lan
ja L
ai a
ya R
upi
ah NIu
ml
Tab
un
Angg
ara
n Y
ang L
alu
Pen
erim
aan
Kem
bali
Bel
anj
a Lak
inya
Pirt
jam
an
bum
Neg
ev;
Tat
um A
ngg
ara
n Y
ang
Lal
u
Pen
edm
aa
n K
em
bag
Bel
anj
a L
alnn
ya lib
ah Ta
bun
Ang
gara
n Y
ang
Lal
u
Pen
edm
aan
Kem
bai
Bel
anj
a S
wad
ana
Tab
un
ang
gar
an Y
ang
La
lu
Pen
etim
aa
n K
emba
g Bel
anja
La
lmya
Tab
un
Ang
gara
n Y
ang L
alu
IUT
AN
G
VtF
ILIP
'A I
MIN
rw
rim
noar
o•
r
Pend
apa
tan
Pek
.1113
580 G
ang
Rug'
ala
s K
en
tgia
n y
ang
cfut
erila
oleh
Nega
m 4
Ma
sukT
P/T
GR
)
• • •
, o
r, .., .. 0, ...... N r) 0, Of CI 0 0> CA CP r3 CO
2 0—Nr,...nv 2 t2
Petunjuk Pengisian
1) 6/Hsi jumlah kelompok pendapatan 1.1 + 1.2
2) Disi jumlah pendapatan sesuai Sub kelompok pendapatan
3) Diisi jumlah kelompok pendapatan 11.1+ 11.2 + 11.3
2a) Diisi jumlah pendapatan dari jenis kegiatan Pelayanan Pertanahan
4) Diisi jumlah kelompok pendapatan 111.1
5) Diisi jumlah kelompok pendapatan IV.1 + IV.2
6) Diisi jumlah seluruh pendapatan ( I + II + III + IV )
2 et.
aZ
cu
Z g
•
z
Z
0.= • < <
cd Z g O z a. 5
5 0. 0.
e N
fa fa
ra
WaT
ER
HA
DA
P I
T
AR
GE
T
I
0 vl
I
i—c = a 5 gi .1.4 = -.1 0 LP, C n C
al
RE
AL
ISA
SI
TR
IWU
LA
NIV
02
RE
AL
LSA
SI
TR
IWU
LA
N
I.
RE
AL
ISA
SI
TR
IWU
LA
N II
V)
1-4 •-• 41 Z 4(< SO —I n D
W I% . r-
10
TA
RG
ET
PN
BP
JE
NIS
PN
BP
(P
ER
MA
P)
PI
a _lers a a a .0to
9 N N J
jj CD t
F )... A ›. .
-a-, . w A w 0. . a A o. i 0 a_ IP
end
ap
atan
Sew
a R
umah
Din
as/R
umah
Nege
ri
Pen
dap
atan s
ewa
ged
ung,
ban
guna
n dan g
udan
g
Pen
dap
atan S
ewa
Ben
da-b
enda
Tak B
erge
rak
Lain
nya
IPen
dap
ata
n P
elaya
nan
Pe
rtana
han
I ,'Pend
ap
atan J
asa
Lem
baga
Ke
uang
an (Ja
sa G
iro)
Pe
ndap
atan
Jasa
La
inny
a P
endap
ata
n U
ang
Pen
didi
kan
J P
ene
rimaa
n K
emba
li Bel
an
ja P
egaw
ai
Pu
sat Tah
un A
ngga
ran
yang
La
in
Ct
Pen
erim
aa
n k
em
bali
Bel
an
ja P
ensi
un T
ah
un
Ang
gar
an y
an
g L
alu
Penerim
aan
Ke
mba
li B
elan
ja L
ain
nya
Rup
iah
Mum
i Tah
un
Ang
gara
n y
an
g L
alu
Pene
rimaa
n K
embali Bel
anja
La
inny
a P
inja
man L
uar
Ne
geri T
ah
un A
ngg
ara
n Y
ang
La
lu
Pen
erim
aan
Ke
mba
li
Bel
anja
La
inny
a H
ibah Tah
un A
ngga
ran
Yan
g L
alu
Pen
erim
aan
Kem
bali Bel
anja
Sw
ada
na T
ahu
n A
ngg
aran
Yan
g La
lu
Pen
dapa
tan
Pelu
nasa
n G
anti
Rug
i ala
s K
erug
ian
yang
did
erita
etch Neg
ara
(Mas
uk T
GR
)
t 5 X
LIJ 0 0 bg
Vi CA 0; Oe .-- N. v- .— N en v ■41 OD CO NVVV.— NI N N 7, 'cii '0 7 ) or c ,7 .1-cn '5 '-o) en. en cn re en ce, en ce) el en en en en en en NNINNNNNNNNNNNNOJN V V V V V V V V V V V V V V V
CV
crii en V*
2 ar. vl .— N r) v w r-. co a> ° ''' " " v 'a '° ,_ r. T. ,_ ,_ T. ,_ ,_
KE
PA
LA
KA
NT
OR
WIL
AY
AH
BA
DA
N P
ER
TA
NA
HA
N N
AS
ION
AL
%T
ER
HA
DA
P
TA
RG
ET
= Q
2= =
CC
RE
AU
SA
SI
TR
IWU
LAN
IV
I
I I
I 1
RE
AU
SA
SI
TR
IWU
LA
N III
i
I
- RE
AL
ISA
SI
TR
IWU
LA
N II
III
RE
ALIS
AS
I T
RIW
ULA
N I
1
1
1
1
1
,
1
TA
RG
ET
PN
BP
J
EN
IS PN
BP
(PE
RM
AP
)
11. K
anto
r W
Ilayah
BP
N Pro
pIn
si
Pend
ap
ata
n P
enju
ala
n M
et Lain
nya
yang B
ede
bih
/Rusa
k/D
ihapusk
an
Pen
dap
ata
n S
ew
a R
um
ah Din
as/
Ru
mah !g
egen
Pen
dap
ata
n s
ew
a g
edun
g, b
angu
nan
dan g
udang
I Pend
ap
ata
n S
ew
a B
end
a-b
end
a T
ak B
erg
erak La
innya
Pen
dapa
tan
Pel
aya
nan P
ert
an
ahan
Pend
ap
ata
n J
asa
Le
mbag
a K
euanga
n (
Jasa
Giro)
an
a P
ega
wai
Pu
sat Ta
hun A
ngg
ara
n y
ang L
alu
a P
ensi
un T
ah
un
Angg
ara
n y
ang L
alu
ja L
ain
nya
Ru
piah
Mu
mi
Ta
hun A
ng
gara
n y
ang L
alu
Lain
nya
Pin
jam
an L
uar W
aged
Tah
un
An
gg
ara
n Y
ang L
alu
jPen
erim
aan
Ke
mbali
Bel
an
ja L
ain
nya
Hib
ah Ta
hun A
ng
ga
ran
Yan
g La
hr
Pe
ndap
ata
n P
elu
na
san
Ga
nti
Ru
gi a
las
Ker
ugia
nya
ng d
ideri
ta o
leh Nega
rajM
asuk TG
R)
JUM
LA
H
2. K
anto
r P
ert
an
ahan K
abup
ate
n/K
ota
Pen
dap
ata
n P
en
jua
lan M
et Lain
nya
yang B
erle
bih
/Ru
saW
Dih
ap
usk
an
Pen
dap
atan S
ew
a R
um
ah
Din
as/
Ru
ma
h N
e•e
ri
Pend
ap
ata
n s
ew
a g
eduno b
angunan d
an g
udang
P
end
ap
atan
Sew
a B
end
a-b
end
a T
ak B
erg
erak La
innya
Pe
ndap
atan
Jasa
Lem
baga K
eu
an
ga
n (
Jasa
Pe
ndap
atan U
an
g P
end
idtk
an
Pe
ne
rima
an
kem
bali Bel
anja
Pe
ga
wai
Pu
sat Tah
un
An
gg
aran y
an
g L
alu
Penerim
aa
n k
emba
li B
ela
nja
Pe
nsiu
n T
ahu
n A
ngg
aran y
ang L
alu
Pe
nerim
aa
n K
em
bali Bel
anja
La
innya
Ru
piah
Mu
mi
Ta
hun A
ngg
ara
n y
an
g L
alu
Pe
nerim
aa
n K
em
bali
Bel
anja
Lain
nya
Piri
am
an L
uar N
e.e
ri
Ta
hun M
• • a
ran
Ya
ng
Lalu
Pe
ner
ima
an K
em
bali Bel
an
ja L
ain
nya
Hib
ah Ta
hu
n A
ng
ga
ran
Ya
ng
La
lu
Pen
erim
aan K
em
bali Bel
anja
Sw
ada
na T
ah
un
An
gg
an
Yan
g La
lu
Pe
ne
rima
an
Ke
mba
li B
elanja
La
innya
Tah
un
Ang
gara
n Y
an
g L
alu
Pend
ap
ata
n P
elu
nasa
n G
anti
Ru
gi a
tas
Ker
ugi
an y
ang
did
erita
oleh
Neg
ara
(M
asu
k TG
R)
JU
MLA
H
Pe
ner
ima
an
ke
mbali Bel
anj
Pe
ner
ima
an
kem
bali Bel
anj
sc NVYNI OrN0,0,.......,—,—NM,SNUDON
F,Frirliv,W,P,P, NNNNNNNNNNNNNNNN ..rerV*VVY4—ettfl-4—.7—q—ct
- •- NO ,,,,mm minmenmmm
N 0, 0) 01 0) NOV,, .-
Y VVVV
04 -NM
04
V
0, N
MMMMVIMMMCIMMMMCOMM NNNNNNNNNNNNNNNN
N
LO 0) 0)
VOVV ,ItVtIVV
....... 07 ,t It) 0 cn c.4
N 0) 0) 0) 01 0) cn
.-NCIVCONWO°'-C‘"”W"".- rNMVCON.COM °r-Nr""""-
• -Jro QZ
1
•
1: O 0 .00C 4C1. zz za < 03 =r Q gc z>.
hc,§ zo ‹, oz ;g4
0 1-
I ; 1
0
co
I--
w
N
4*
3. K
ant
or
Pert
anahan K
ab
up
ate
n/K
ota
inprid
anat
an
Peniv
ala
n A
set Lai
nnya
yan
g B
erle
bih
/Rus
akiD
iha
pusk
an
Pe
ndap
atan
Sew
a R
umah
Din
as/
Rum
ah
Neg
ed
Pe
ndanala
n s
ew
a a
ed
unq. b
angu
nan
dan
guda
ng
Pe
ndap
atan
Sew
a B
end
a-b
end
a T
ak B
erge
rak La
inny
a
opnc
iana
tan
Pp
lava
nan
Per
tana
han
ipan
eT
h7
n:tcn
.lnca
l em
baaa
Ke
uarm
an H
asa
Giro)
> C
I 2 I J
I CO
1 1 C ct li 1c It
2 j i .n
) N
iPe
ndan
atan
Ua
nn
Pe
ndid
ikan
-
.
el
Pen
erim
aa
n k
em
bali Bel
anj
a P
egaw
ai
Pus
at T
ahu
n A
ngg
ara
n y
ang L
alu
IPen
erim
aan
kem
bali
Bel
anj
a P
ensi
un T
ah
un A
ngg
ara
n y
ang L
alu
a L
ainn
ya R
upi
ah M
umi T
ah
un
Angg
ara
n y
ang L
alu
a L
ainn
ya P
inja
man L
uar N
egeri
Tah
un A
ng
gara
n Y
ang L
alu
a L
ainn
ya H
iba
h T
ahu
n A
ngg
aran
Yang L
alu
a S
wad
ana
Ta
hu
n A
ngga
ran Y
ang
Lal
u
a L
ain
nya
Ta
hun
Ang
gara
n Y
ang
Lalu
Pen
dap
atan P
eluna
san G
anti
Rug
i ata
s K
erug
lan y
ang
did
erita
ole
h N
ega
ra (
Mas
uk TG
R)
... o 4
JUM
LA
H
JU
MLA
H I sld
v
Pen
edm
aan
Kem
bali
Gal
an]
Pen
edm
aan K
em
bali Bel
anj
Pe
nedm
aan K
em
bali
Bel
anj
P
ene
dmaa
n K
embali Bel
anj
P
ene
rimaa
n K
emb
ali
Bel
anj
csi 0) r CNI 0) 0) r r r N 1r V V r N CO r .- ... r NNN L0 r) coC, CI ca 0 cc/ (a n
It Nt 11 NI" 1-4 V' <I' NNNNNNNCINNNNNNNN
r r 0) m
111'
CY •-• 0) c”
Cr, el' L0 r r r 01 cn cn er? C) Cf)
rct 11' V'
tD r 0) r)
tl
CI r 0) r)
11°
N N cn 07
V'
1- II+ el 14-1C0 CM Or , ,2 .7..1 ; ,... at
KE
PA
LA
KA
NW
IL B
AD
AN
PE
RT
AN
AH
AN
NA
SIO
NA
LP
RO
PIN
SI
REKAPITULASI LAPORAN REAUSASI PERKIRAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PMAK TRIWULAN IV TAHUN ANGGARAN
Lampiran 25
BADAN PERTANAHAN NASIONAL KANTOR WILAYAH BPN PROVINSI
KODE
1
JENIS PNBP (PERMAP) TARGET PNBP PERKIRAAN
S/D TRIWULAN IV 2 3 4
423129 Pendapatan Penjualan Aset Lalnnya yang Berleblh/Rusak/Dihapuskan 423141 Pendapatan Sewa Rumah Dinas/Rumah Neged 423142 Pendapatan sewa gedung bangunan dan gudang
Pendapatan Sawa Benda-benda Tak Bergerak Lalnnya 423149 423219 Pendapatan Pelayanan Pertanahan 423221 Pendapatan 3asa Lembaga Keuangan (jasa Giro) 423291 Pendapatan Ina Lainnya 423511 Pendapatan Uang Pendidikan 423911 Penedmaan kemball Belanja Pegawal Pusat Tahun Anggaran yang Lalu 423912 Penedmaan kemball Belanja Penslun Tahun Anggaran yang Lalu 423913 Penedmaan Kemball Belanja Lainnya Rupiah Murni Tahun Anggaran yang Lalu 423914 Penedmaan Kemball Belanja Lainnya Pinjaman Luar Negerl Tahun Anqqaran Yang Lalu 423915 Penedmaan Kemball Belanja Lalnnya Hlbah Tahun Anggaran Yang Lalu 423916 Penedmaan Kemball Belanja Swadana Tahun Anqqaran Yang Lalu 423919 Penedmaan Kemball Belanla Lainnya Tahun Anggaran Yana Lalu 423922 Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi atas Kerugian yang cliderita oleh Negara (Masuk TGR)
3 UMLAH
KEPALA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL
LAPORAN PERKIFtAAN REALISASI PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK S/D TRIWULAN IV TAHUN ANGGARAN
BADAN PERTANAHAN NASIONAL KANTOR WI ..._ •
KODE
___ .
JENIS PNBP (PERMAP) TARGET PNBP PERKIRAAN S/D TRiwULAN Iv
2 a 4 1. Kantor WIlayah BPN PropInel
423129 Pendapatan Penjualan Aset Lainnya yang Berleblh/Rusak/Dihapuskan 423141 Pendapatan Sewa Rumah DInas/Rumah Negeri
Pendapatan sewa gedung, bangunan dan gudang 423142 423149 Pendapatan Sewa Benda-benda Tak Bergerak Lainnya 423219 Pendapatan Pelayanan Pertanahan
Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro) 423221 423291 Pendapatan Jasa Lainnya
Pendapatan Uanq Pendidikan Penerlmaan kembali Belanja Pegawai Pusat Tahun Anggaran yang Lalu Penerimaan kemball Belanja Penslun Tahun Anggaran yang Lalu
423511 423911 423912 423913 Penerimaan Kemball Belanja Lalnnya Rupiah Mum' Tahun Angqaran yang Lalu 423914 Penedmaan Kemball Belanja Lainnya Pinjaman Luar Neged Tahun Anggaran Yang Lalu 423915 Penerimaan Kemball Belanja Lalnnya Hibah Tahun Anggaran Yang Lalu 423916 Penerimaan Kemball Belanja Swadana Tahun Anggaran Yang Lalu 423919 Penerimaan Kemball Belanja Lainnya Tahun Anggaran Yang Lalu
Pendapatan Pelunasan Gant' Rugi atas Kenigian yang diderita oleh Negara (Masuk TGR) 423922
JUMLAH
2. Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
423129 Pendapatan Penjualan Aset Lainnya yang Bedebih/Rusak/Dihapuskan 423141 Pendapatan Sewa Rumah DInas/Rumah Negeri 423142 Pendapatan sewa gedung, bangunan dan gudang 423149 Pendapatan Sewa Benda-benda Tak Bergerak Lainnya 423219 Pendapatan Pelayanan Pertanahan 423221 Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro) 423291 Pendapatan Jasa Lainnya
Pendapatan Uang Pendidikan 423511 423911 Penerimaan kemball Belanja Pegawal Pusat Tahun Anggaran yang Lalu
Penerimaan kemball Bela* Penslun Tahun Angqaran yang Lalu 423912 423913 Penedmaan Kemball Belanja Lainnya Rupiah Murni Tahun Angqaran yang Lalu 423914 Penerimaan Kemball Bela* Lainnya Pinjaman Luar Neged Tahun Anggaran Yang Lalu 423915 Penerimaan Kemball Belania Lainnya Hibah Tahun Anggaran Yang Lalu
Penerimaan Kemball Belanja Swadana Tahun Angqaran Yang Lalu 423916 423919 Penerimaan Kembali Belanja Lainnya Tahun Angqaran Yang Lalu 423922 Pendapatan Pelunasan Gantt Rugl atas Keruglan yang diderita oleh Negara (Masuk TGR)
JUMLAH
3. Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
423129 Pendapatan Penjualan Aset Lainnya yang Berieblh/Rusak/DIhapuskan Pendapatan Sewa Rumah Dinas/Rumah Negeri 423141
423142 Pendapatan sewa gedung, banqunan dan gudang 423149 Pendapatan Sewa Benda-benda Tak Bergerak Lainnya
Pendapatan Pelayanan Pertanahan 423219 423221 Pendapatan Jasa Lembaqa Keuangan (Jasa Giro)
Pendapatan Jasa Lainnya 423291 423511 Pendapatan Uang Pendidikan 423911 Penerimaan kemball Belanja Pegawal Pusat Tahun Anggaran yang Lalu 423912 Penedmaan kemball Belanja Penslun Tahun Anggaran yang Lalu 423913 Penedmaan Kemball Belanja Lainnya Ruplah Muml Tahun Anggaran yang Lalu 423914 Penerimaan Kemball Belanja Lainnya Pinjaman Luar Negeri Tahun Anggaran Yang Lalu 423915 Penedmaan 'Cornball Belanja Lainnya Hibah Tahun Anggaran Yang Lalu 423916 Penerimaan Kemball Belanja Swadana Tahun Angqaran Yang Lalu 423919 Penedmaan Kemball Belanja Lainnya Tahun Anggaran Yang Lalu 423922 Pendapatan Pelunasan Gant' Rugi atas Keruglan yang diderita oleh Negara (Masuk TGR)
JUMLAH JUMLAH 'I aid 3
KEPALA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL
NIP.
LAAviran ae
SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI) SISTEM AKUNTANSI INSTANSI (SAI) BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI
I. LINGKUNGAN PENGENDALIAN
No. Uraian Ya Tidak Keterangan 1. Surat Keputusan Unit Akuntansi Instansi (SAI) SAK 2. Surat Keputusan Unit Akuntansi Instansi (SAI) SIMAK BMN 3. Struktur Organisasi Unit Akuntansi
Instansi (SAK) sesuai Perdirjen Perbendaharaan No. PER- 65/PB/2010 4. Struktur Organisasi Unit Akuntansi
Instansi :(SIMAK BMN) sesuai PMK No. 171/PMK.05/2007
5. Job Diskription Unit Akuntansi Instansi 6. Bagan Alur (flow chart) mekanisme Pelaporan Keuangan 7. Koordinasi dengan KPPN dan KPKNL 8. Pengelolaan Blanko Akta PPAT dan
Blanko Sertipikat di Bagian/Sub Bagian Tata Usaha 9. Telah melaksanakan Aplikasi SAK, SIMAK-BMN dan Persediaan 10. Pelaksana Unit Akuntansi Instansi
sudah mendapat pendidikan dan pelatihan
II. PENILAIAN RISIKO
No. Uraian A. Organisasi
Ya Tidak Keterangan
1. Pemisahan fungsi UAKPA dan UAPPA-W
B. SAK 1. akun
Entry data Belanja sudah sesuai
2. akun
Entry data pendapatan sudah sesuai
3. RekOnsiliasi yang tidak sama antara data SAU dengan SAI segera diperbaiki
4. Realisasi Belanja sama dengan fisik SP2D dan BAR
5. Realisasi pendapatan sama dengan SSBP dan BAR
6. Kas di Bendahara Pengeluaran sama dengan Uang Persediaan yang belum dipertanggungjawabkan/ disetor ke Kas Negara
7. Kas di Bendahara Penerima sama dengan penerimaan negara yang belum disetor
8. Pencatatan TGR jatuh tempo 12 bulan dalam aset lancar
9. Pencatatan TGR lebih dari 12 bulan dalam aset lainnya
C. SIMAK BMN 10. Rekonsiliasi aset yang tidak sama
antara data UAPPBW dengan DJKN segera diperbaiki
11. Seluruh Aset tetap dicatat dalam SIMAK BMN
12. Aset tetap yang tidak masuk dalam SIMAK BMN dijelaskan dalam CaLK
13. Met dengan kondisi Rusak Berat segera dihapuskan dari SIMAK BMN
14. Belanja barang dan belanja pemeliharaan yang memenuhi syarat kapitalisasi aset dimasukkan dalam kategori belanja modal (Perdirjen Perbendaharaan No. PER- 33/PB/2008 tanggal 22 Jul 2008).
15. Nilai aset tetap sama dengan Laporan BMN dan BAR
16. Mai aset tetap lainnya sama dengan Laporan BMN dan BAR
17. Nilai aset lainnya sama dengan Laporan BMN dan BAR
D. PERSEDIAAN 18. Blanko Akta PPAT dan blanko
sertipikat sudah dimasukkan dalam akun persediaan
19. Pencatatan barang persediaan pada saat transaksi
III. KEGIATAN PENGENDALIAN
No. Uraian Ya Tidak Keterangan 1. Format Laporan Keuangan sesuai
Perdirjen 65/PB/2010 Lampiran IVa 2. Verifikasi dan Koreksi setiap akun LRA
dan neraca serta CaLK 3. Laporan Keuangan dan Barang Milik
negara disampaikan tepat waktu 4. Laporan Keuangan dan Barang Milik
Negara Lengkap. 5. Inventarisasi Barang Milik Negara 6. Revaluasi Barang Milk Negara 7. Opname Fisik Barang Persediaan 8. Pengelolaan dana. Pengguna lainnya
dilaporkan dalam CaLK 9. Tindak lanjut hasil pemeriksaan APIP
dan BPK dilaporkan dalam CaLK
IV. INFORMASI DAN KOMUNIKASI
No. Uraian Ya Tidak Keterangan 1. Rekonsiliasi SAKPA 2. Rekonsiliasi SIMAK-BMN dan
persediaan 3. Rekonsiliasi Internal SAKPA-SIMAK
BMN setiap bulan 4. Surat Edaran ke Satker mengenai
Laporan Keuangan dan Laporan BMN 5. Sosialisasi penyusunan Laporan
Keuangan
V. PEMANTAUAN
No. Uraian Ya Tidak Keterangan 1. Monitoring penyampaian Laporan
Keuangan dan Laporan Barang Milik Negara secara tepat waktu
2. Monitoring kelengkapan Laporan Keuangan dan Laporan Barang Milik Negara (ADK,BAR,CaLK, Laporan Kuasa Pengguna,Catatan Ringkas Barang)
3. Evaluasi terhadap pengendalian intern dilakukan secara berkala dan kelemahan yang ditemukan segera dicarikan solusinya.
4. Seluruh temuan audit dan reviu lainnya ditindaklanjuti dan dilaksanakan tindakan perbaikannya.
I
LAPO
RAN
DA
FTA
R R
EK
EN
1NG
KA
NT
OR
PE
RT
AN
AH
AN
BA
DA
N PE
RT
AN
AH
AN
NA
S1O
NA
L
0
-o =
2 CO
azi 4,2
00
to cn
cal 4)
No
mo
r P
erse
tuju
an
Pen
ggun
aan
Rek
enin
g da
ri K
PPN
Ata
s N
ama
IN
ama
Ban
k N
omor
Rek
enin
g
1.- a) S tri v)
a Z
S C
'E. E
Ct
C C
Ct z C Ct _t Ct co
ci -o
Cd cO
Ii
ci Ci
ci t
•
Cd
Ct N_
• (.7) cd (.)
C.> 1:4
Nom
or P
erse
tuju
an
Pen
ggun
aan
Rek
enin
g da
ri K
PP
N
I
Ata
s N
ama
Nam
a B
ank
Nom
or R
eken
ing
I- tr)
-Y 03 ll)
O Z
CO N C
5.
.5. > 03 2 -5 O. CO
N N =
Mt (I)
.65
• iri cd v) ...-
T.:1 2
Nom
or P
erse
tuju
an
Peng
guna
an R
eken
ing
dar i
KP
PN
A
tas
Nam
a N
ama
Ban
k N
omor
Rek
enin
g
L a)
.-Y Cd Co
2
1
allimMEM
0 cc a
E co
05
It] 0-
3 'En
n
c E -5. 2 2-z SI " c . it m
“ a .)
'agte m e g 7 Le) o. Li) cc, zS,
es es cam it m gggg gM i kLt i ZZZZ Ziga g 00
- ouvora^"3 - Wrg=t1ng t4b4 2,-. sc3 1 (4 t ....
< 0000.1011...? g§g§,E§g2e. oe, zzzzzzga:IY.z
Bob
ot
Tert
imb
an
g
(N
cG
,•.": ... a
E
cod
c̀
a m c
a.
a. _
^.-.- 0-... .0
—1 a
—
—_ c
t5 a 2
0'
m I-..
i i
t''
E
a. Z a. r.
0 .-4
a. ‘0
,
ae TA
a it
N .1.
C., E o
m
a 5 0 2 2 en
E E 00 0 C c
7
r.
L'L