Download - j 410050018
i
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA
DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1
Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
VITA AYU OKTAVIANI J 410 050 018
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARATA 2009
ii
ABSTRAK
VITA AYU OKTAVIANI. J 410 050 018
HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI xviii+47+34
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), merupakan salah satu penyebab
kesakitan utama pada balita di negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sanitasi fisik rumah yang meliputi ventilasi rumah, pencahayaan alami rumah, kelembaban rumah, lantai rumah, dinding rumah, dan atap rumah dengan kejadian ISPA. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Nopember 2009 di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Subjek yang diteliti yaitu seluruh rumah yang di dalamnya terdapat balita berusia nol sampai lima tahun dengan besar sampel 62 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Uji statistik menggunakan uji chi square dengan menggunakan program SPSS versi 11. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara ventilasi rumah (p=0,046), pencahayaan alami rumah (p=0,001), lantai rumah (p=0,025), dinding rumah (p=0,00), dan atap rumah (p=0,026) dengan kejadian ISPA, sedangkan kelembaban rumah (p=0,883) tidak ada hubungan dengan kejadian ISPA. Kata kunci : Infeksi Saluran Pernafasan Atas, Balita, Sanitasi Fisik Rumah. Kepustakaan : 33, 1990-2009
Surakarta, Oktober 2009
Pembimbing I Pembimbing II
Ambarwati, S.Pd, M.Si Sri Darnoto, SKM NIK. 757 NIK. 1 001 015
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes(Epid) NIK. 863
iii
Vita Ayu Oktaviani. J 410 050 018
The Relationship Between House Physical Sanitation with the Occurrence of Exhalation Chanel Infenction (ISPA) Children Under Five Years Old in Cepogo Village, Cepogo District, Boyolali Sub-Province
ABSTRACT
Infection of exhalation Channel (ISPA), is one of the main painfulness cause in children under five years old in developing countries. The aim of this research was to know the relationship between house physical sanitation included house ventilation, house natural illumination, house dampness, house floor, house wall, and house roof with the occurrence of exhalation chanel infenction (ISPA) In Cepogo Village, Cepogo District, Boyolali Sub-Province. This research was done in November 2009 In Cepogo Village, Cepogo District, Boyolali Sub-Province. The type of this research was observational research with cross sectional approach. The subject were all of the house which have children under five years old with 62 respondents sample. The technique of intake sampel used cluster random sampling. The statistical test used chi square test by using SPSS version 11 program. The result of this research indicated that there was a relationship between house ventilation (p=0,046), house natural illumination (p=0,01), house floor (p=0,025), house wall (p=0,00), and house roof (p=0,026) with the occurrence of ISPA, but there was not relationship between house dampness (p=0,883) with the occurrence of ISPA.
Keywords : The Infection of Exhalation Channel, Children Under Five Years Old, House Physical Sanitation.
iv
HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA
DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1
Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
VITA AYU OKTAVIANI J 410 050 018
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARATA 2009
v
@ 2009 Hak Cipta Pada Penulis
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI
Disusun oleh : Vita Ayu Oktaviani Nim : J 410 050 018 Telah kami setujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta, Oktober 2009
Pembimbing I Pembimbing II
Ambarwati, S.Pd, M.Si Sri Darnoto, SKM NIK. 757 NIK. 1 001 015
vii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul:
HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI
Disusun oleh : Vita Ayu Oktaviani
Nim : J 410 050 018
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 08 November 2009 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji.
Surakarta, November 2009
Ketua Penguji : Ambarwati, S.Pd, M.Si (.................................)
Anggota Penguji I : Sri Darnoto, SKM (.................................)
Anggota Penguji II : Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes (.................................)
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Arif Widodo, A.Kep, M.Kes) NIK. 630
viii
MOTTO
“Orang yang cerdas adalah orang yang mau introspeksi diri dan beramal untuk
bekal setelah mati. Adapun orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa
nafsunya dan berangan-angan kepada ALLAH SWT”
{HR, Al-Tirmidzi dan Ibnu Majah}
“Bermimpi adalah langkah pertama, kerja keras dan ketekunan adalah langkah-
langkah selanjutnya, Rahmat dan Cinta ALLAH SWT adalah sumber
keberuntungan yang membuat mimpi-mimpi menjadi nyata”
{Penulis}
Janganlah menjadi yang pertama jika hanya membuatmu sombong, tetapi jadilah
yang terbaik jika itu mampu membuatmu bersyukur.
{Penulis}
Jangan pernah menyesali keadaan, karena menyesali keadaan berarti menyesali
keadilan Tuhan, merusak hati dan melenyapkan harapan.
{Made S}
ix
PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan untuk kedua orang tuaku yang menjadi motivator
dalam pencapaian tujuan hidup ini. Kalian adalah pemberi inspirasi terhebat di
dunia, pemberi kasih sayang yang terkuat dan terkokoh, yang tak pernah bosan
menyebutkan namaku dalam setiap sujud dan do’a kalian.
Untuk kakak dan adikku yang menjadi penyemangat dan pemberi canda tawa
serta kasih sayang yang telah tercurah di setiap langkah ku.
Sahabat-sahabatku yang aku sayangi karena kebaikkan dan ketulusan kalian
menerima aku apa adanya.
Almamater tercinta
x
RIWAYAT HIDUP
Nama : Vita Ayu Oktaviani
Tempat/Tanggal Lahir : Pemalang, 6 Oktober 1987
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Arbei 03 Bojongnangka, RT 03 RW 09 Desa
Bojongnangka, Kecamatan Pemalang, Kabupaten
Pemalang.
Riwayat Pendidikan :1. Lulus TK Pertiwi Bojongbata tahun 1993
2. Lulus SDN 05 Bojongnangka tahun 1999
3. Lulus SLTPN 02 Pemalang tahun 2002
4. Lulus MAN Pemalang tahun 2005
5. Menempuh pendidikan di Program Studi Kesehatan
Masyarakat FIK UMS sejak tahun 2005
xi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan kemudahan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan antara Sanitasi Fisik Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Atas (ISPA) pada Balita di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo
Kabupaten Boyolali”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Penulis menyadari tanpa bantuan berbagai pihak tidak banyak yang bisa penulis
lakukan dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis menyampaikan rasa
hormat dan terimakasih atas semua bantuan dan dukungannya selama pelaksanaan
dan penyusunan laporan skripsi ini kepada :
1. Bpk. Arif Widodo, A.Kep, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Ibu Yuli Kusumawati, SKM., M.Kes (Epid) selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
3. Ibu Ambarwati, S.Pd, M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bpk. Sri Darnoto, SKM selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes selaku penguji skripsi yang telah memberikan
masukan dalam skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu tersayang yang telah memberikan doa tanpa kenal waktu,
semangat, nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang tak terhitung banyaknya.
Kalian adalah inspirator terbesar dalam pencapaian tujuan hidupku.
xii
7. Kakak dan adikku tersayang yang telah memberikan inspirasi untuk segala hal,
dorongan, nasihat, rasa sayang, dan selalu membuatku tersenyum.
8. Emill tersayang yang telah membantu dan memberikan motivasi, semangat
pantang menyerah dan masih banyak yang tidak bisa penulis katakan.
9. Vella, Ninik, Nani, Yanti, Yeni, Vita, Kini, Nita, Rini, Diah, Bayu dan Yantri
mereka adalah penghuni kost yang menjadi teman setia di kosan dan menjadi
penghilang sedikit penat dan lelah selama kuliah.
10. Mba Rina, Mba Wita, Mas Rozi, dan Mba Nana yang telah memberikan banyak
pengalaman tentang hidup jauh dari orang tua, nasihat, semangat, do’a serta
mengajarkan penulis tentang arti sebuah persahabatan.
11. Melown, Idul, Junet, Rindem, dan Cumi adalah sahabatku yang selalu membantu,
memberikan dukungan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Semua teman-teman seperjuangan kesmas 2005.
13. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, November 2009
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i ABSTRAK ........................................................................................................... i HALAMAN JUDUL ........................................................................................... iv HAK CIPTA ........................................................................................................ v PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... vi PERNYATAAN PENGESAHAN ...................................................................... vii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. x KATA PENGANTAR ......................................................................................... xi DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................... 4
1. Masalah umum .................................................................................. 4 2. Masalah khusus .................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5 1. Tujuan umum ..................................................................................... 5 2. Tujuan khusus .................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6 E. Ruang Lingkup ....................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) ................................................ 7
1. Pengertian ISPA ................................................................................ 7 2. Klasifikasi ISPA ................................................................................ 7 3. Etiologi ISPA .................................................................................... 8 4. Cara penularan ISPA ......................................................................... 9 5. Pertolongan pertama penderita ISPA ................................................ 9 6. Pencegahan ISPA .............................................................................. 11
B. Sanitasi Fisik Rumah ............................................................................. 11 1. Pengertian rumah ............................................................................... 11 2. Ventilasi ............................................................................................. 13 3. Pencahayaan Alami ........................................................................... 15 4. Kelembaban ....................................................................................... 16 5. Lantai ................................................................................................. 16
xiv
6. Dinding .............................................................................................. 17 7. Atap ................................................................................................... 17
C. Kerangka teori ........................................................................................ 18 D. Kerangka Konsep ................................................................................... 18 E. Hipotesis ................................................................................................. 18
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................ 20 B. Subjek Penelitian ................................................................................... 20 C. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 20 D. Populasi dan Sampel ............................................................................. 20
1. Populasi ............................................................................................. 20 2. Sampel ............................................................................................... 20
E. Variabel Penelitian ................................................................................. 23 F. Definisi Operasional Variabel ................................................................ 23 G. Pengumpulan Data ................................................................................. 25
1. Jenis data ............................................................................................ 25 2. Sumber data ....................................................................................... 25 3. Cara pengumpulan data ..................................................................... 25 4. Instrumen Penelitian .......................................................................... 26
H. Jalannya Penelitian ................................................................................. 26 I. Pengolahan data ..................................................................................... 27 J. Analisis Data .......................................................................................... 27
1. Analisis univariat ............................................................................... 27 2. Analisis bivariat ................................................................................. 27
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 28 B. Hasil Analisis Univariat ......................................................................... 30 C. Hasil Analisis Bivariat ........................................................................... 33
BAB V PEMBAHASAN A. Hubungan antara Ventilasi Rumah dengan Kejadian ISPA ................... 40 B. Hubungan antara Pencahayaan Alami Rumah dengan Kejadian ISPA . 41 C. Hubungan antara Kelembaban Rumah dengan Kejadian ISPA ............. 41 D. Hubungan antara Lantai Rumah dengan Kejadian ISPA ....................... 42 E. Hubungan antara Dinding Rumah dengan Kejadian ISPA .................... 43 F. Hubungan antara Atap Rumah dengan Kejadian ISPA ......................... 44 G. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................ 46 B. Saran ....................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Cepogo Tahun 2008 ................... 30
2 Mata Pencaharian penduduk di Desa Cepogo tahun 2008 ........................ 30
3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Pekerjaan dan
Pendapatan ................................................................................................ 31
4 Perilaku Responden terhadap Sanitasi Fisik Rumah di Desa Cepogo ...... 32
5 Ventilasi Rumah, Pencahayaan Alami Rumah dan Kelembaban Rumah
Responden di Desa Cepogo ...................................................................... 32
6 Lantai Rumah, Dinding Rumah dan Atap Rumah Responden di Desa ....
Cepogo ...................................................................................................... 33
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Kerangka Teori Penelitian ......................................................................... 18
2 Kerangka Konsep Penelitian ..................................................................... 18
3 Grafik hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA .............. 34
4 Grafik hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA 35
5 Grafik hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian ISPA ........ 36
6 Grafik hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA ................... 37
7 Grafik hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA ................ 38
8 Grafik hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA ..................... 39
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kuisioner penelitian
2. Pedoman Observasi Sanitasi Fisik Rumah
3. Hasil Pengolahan Data
4. Hasil Analisis
5. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian
6. Peta Desa Cepogo
7. Dokumentasi Penelitian
xviii
DAFTAR SINGKATAN
AC : Air Conditioner
ARI : Acute Respiratory Infections
DOV : Definisi Operasional Variabel
IR : Incidence Rate
ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Atas
KK : Kartu Keluarga
RW : Rukun Warga
SD : Sekolah Dasar
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SPAL : Sarana Pembuangan Air Limbah
SUSENAS : Survei Sosial Ekonomi Nasional
TBC : Tuberculosis
WHO : World Health Organization
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kejadian penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) di
Indonesia masih tinggi terutama pada balita, kasus kesakitan tiap tahun mencapai
260.000 balita. Pada akhir tahun 2000, ISPA mencapai enam kasus di antara
1000 bayi dan balita. Tahun 2003 kasus kesakitan balita akibat ISPA sebanyak
lima dari 1000 balita, salah satu penyebab ISPA pada balita yaitu sanitasi rumah
yang tidak sehat (Supraptini, 2006). Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) tahun 2004, di Indonesia rumah sehat dibagi menjadi tiga
kategori yaitu kategori baik, kategori sedang dan kategori kurang. Persentase
rumah sehat di Indonesia kategori baik mencapai 35,3%, kategori sedang 39,8%
dan kategori kurang 24,9%. Target rumah sehat di Indonesia sebesar 80%, dari
kategori rumah sehat di atas tidak ada yang memenuhi target, sehingga rumah
sehat di Indonesia belum tercapai (Depkes RI, 2000).
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Boyolali (2006), rumah penduduk di
Boyolali dapat dibedakan berdasarkan sifat bahannya yaitu yang terbuat dari batu
atau gedung permanen sebanyak 6146 rumah, terbuat dari setengah batu atau
semi permanen sebanyak 2399 rumah, terbuat dari kayu atau papan sebanyak
989 rumah, dan terbuat dari bambu 3187 rumah. Berdasarkan data tersebut
rumah penduduk Kabupaten Boyolali masih banyak yang berkategori rendah, hal
ini dapat memicu timbulnya penyakit ISPA (Dinas Kesehatan dan Sosial
Boyolali, 2007).
2
Desa Cepogo merupakan desa yang terletak di dataran tinggi dengan
ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Mata pencaharian masyarakat di
desa tersebut rata-rata bertani dan berternak sapi. Kondisi fisik rumah di desa
tersebut yang berdinding bambu sebanyak 314 rumah, berdinding kayu 290
rumah, berdinding semi permanen 674 rumah, dan permanen 320 rumah.
Berdasarkan profil Puskesmas Cepogo (2006), angka kejadian ISPA di Desa
Cepogo sebanyak 1.053 kasus yang di dominasi pada golongan umur satu
sampai 59 bulan dengan Incidence Rate (IR) sebesar 1,09% dan tahun 2007
sebanyak 898 kasus yang didominasi pada umur satu sampai empat tahun
dengan IR 1,99%. Pada tahun 2008 kasus ISPA sebanyak 1092 kasus
sedangkan tahun 2009 dari bulan Januari sampai bulan Juli ISPA sebanyak
203 kasus (Kelurahan Cepogo 2007; Puskesmas Cepogo 2007-2009).
Menurut Notoatmodjo (2003), rumah yang luas ventilasinya tidak
memenuhi syarat kesehatan akan mempengaruhi kesehatan penghuni rumah,
hal ini disebabkan karena proses pertukaran aliran udara dari luar ke dalam
rumah tidak lancar, sehingga bakteri penyebab penyakit ISPA yang ada di
dalam rumah tidak dapat keluar. Ventilasi juga menyebabkan peningkatan
kelembaban ruangan karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit,
oleh karena itu kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi media yang
baik untuk perkembangbiakan bakteri penyebab penyakit ISPA.
Sanitasi rumah dan lingkungan erat kaitannya dengan angka kejadian
penyakit menular, terutama ISPA (Taylor, 2002). Beberapa hal yang dapat
mempengaruhi kejadian penyakit ISPA pada balita adalah kondisi fisik rumah,
3
kebersihan rumah, kepadatan penghuni dan pencemaran udara dalam rumah
(Iswarini dan Wahyu, 2006). Selain itu juga faktor kepadatan penghuni,
ventilasi, suhu dan pencahayaan (Ambarwati dan Dina, 2007).
Menurut Ranuh (1997), rumah yang jendelanya tidak memenuhi
persyaratan menyebabkan pertukaran udara tidak dapat berlangsung dengan
baik, akibatnya asap dapur dan asap rokok dapat terkumpul dalam rumah, bayi
dan anak yang sering menghisap asap tersebut di dalam rumah lebih mudah
terserang ISPA. Rumah yang lembab dan basah karena banyak air yang
terserap di dinding tembok dan cahaya matahari pagi yang sulit masuk dalam
rumah juga memudahkan anak-anak terserang ISPA. Berdasarkan hasil
penelitian Yusup dan Sulistyorini (2005), diketahui bahwa ada hubungan yang
bermakna antara ventilasi, pencahayaan dan kepadatan penghuni dengan
kejadian ISPA pada balita.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan pada tanggal 13-14 September
2008, perilaku dan pengetahuan ibu tentang ISPA dibagi menjadi tiga kategori
dengan menggunakan metode hanlon kuantitatif yang meliputi kategori baik
antara 60-100%, kategori kurang baik antara 30-50% dan kategori tidak baik
kurang dari 30%. Pengetahuan ibu tentang ISPA sebanyak 73,1% dan perilaku
ibu sebanyak 86%, sehingga pengetahuan dan perilaku ibu tentang ISPA di
Desa Cepogo baik, sedangkan kasus ISPA tahun 2009 dari bulan Januari
sampai bulan Juli masih banyak yaitu 203 kasus. Berdasarkan uraian hasil
survei pendahuluan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan sanitasi fisik rumah yang meliputi ventilasi rumah,
4
pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding, dan atap rumah dengan
kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali.
B. Perumusan Masalah
1. Masalah umum
Apakah ada hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian
ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali ?
2. Masalah khusus
a. Apakah ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA
pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali?
b. Apakah ada hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan
kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali?
c. Apakah ada hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian
ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali?
d. Apakah ada hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA pada
balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali?
e. Apakah ada hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA
pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali?
f. Apakah ada hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA pada
balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali?
5
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan
kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA
pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
b. Mengetahui hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan
kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali.
c. Mengetahui hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian
ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali.
d. Mengetahui hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA pada
balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
e. Mengetahui hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA
pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
f. Mengetahui hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA pada
balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat yang mempunyai balita yang menderita ISPA tentang
pentingnya menjaga kondisi fisik rumah seperti ventilasi yang memenuhi
standar, pencahayaan yang cukup, kelembaban yang cukup, lantai,
dinding, dan atap rumah yang baik.
2. Bagi instansi terkait khususnya Puskesmas Cepogo
Memberikan informasi agar dapat dijadikan pedoman dalam
pengambilan kebijakan pada program kepedulian pada balita yang terkena
ISPA.
3. Bagi peneliti lain
Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya
misalnya mengenai hubungan antara asap dapur di rumah dengan kejadian
ISPA pada balita.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi pada penelitian ini dibatasi pada hubungan
sanitasi fisik rumah yang meliputi ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban,
lantai, dinding, dan atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
1. Pengertian ISPA
Menurut Khaidirmuhaj (2008), ISPA adalah penyakit infeksi saluran
pernafasan atas yang meliputi infeksi mulai dari rongga hidung sampai
dengan epiglottis dan laring seperti demam, batuk, pilek, infeksi telinga
(otitis media), dan radang tenggorokan (faringitis).
Menurut Anonim (2008), ISPA adalah penyakit ringan yang akan
sembuh dengan sendirinya dalam waktu satu sampai dua minggu, tetapi
penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi (gejala gawat) jika dibiarkan dan
tidak segera ditangani.
2. Klasifikasi ISPA
Klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongannya dan
golongannya umur yaitu :
a. Menurut Anonim (2008), ISPA berdasarkan golongannya :
1) Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-
paru (alveoli).
2) Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold), radang
tenggorokan (pharyngitis), tonsilitis dan infeksi telinga (otitis media).
b. Menurut Khaidirmuhaj (2008), ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan
golongan umur yaitu:
8
1) Untuk anak usia 2-59 bulan :
a) Bukan pneumonia bila frekuensi pernafasan kurang dari 50 kali
permenit untuk usia 2-11 bulan dan kurang dari 40 kali permenit
untuk usia 12-59 bulan, serta tidak ada tarikan pada dinding dada.
b) Pneumonia yaitu ditandai dengan nafas cepat (frekuensi pernafasan
sama atau lebih dari 50 kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan
frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 40 kali permenit untuk
usia 12-59 bulan), serta tidak ada tarikan pada dinding dada.
c) Pneumonia berat yaitu adanya batuk dan nafas cepat (fast
breathing) dan tarikan dinding pada bagian bawah ke arah dalam
(servere chest indrawing).
2) Untuk anak usia kurang dari dua bulan :
a) Bukan pneumonia yaitu frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali
permenit dan tidak ada tarikan dinding dada.
b) Pneumonia berat yaitu frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 60
kali permenit (fast breathing) atau adanya tarikan dinding dada
tanpa nafas cepat.
3. Etiologi ISPA
ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan riketsia. Bakteri penyebab
ISPA antara lain genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus,
Hemofilus, Bordetella, dan Corynebacterium. Virus penyebabnya antara lain
9
golongan Mexovirus, Adenovirus, Coronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus, dan lain-lain (Depkes RI, 2000).
4. Cara penularan
ISPA dapat terjadi karena transmisi organisme melalui AC (air
conditioner), droplet dan melalui tangan yang dapat menjadi jalan masuk bagi
virus. Penularan faringitis terjadi melalui droplet, kuman menginfiltrasi lapisan
epitel, jika epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi sehingga
terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada
sinusitis, saat terjadi ISPA melalui virus, hidung akan mengeluarkan ingus
yang dapat menghasilkan superinfeksi bakteri, sehingga dapat menyebabkan
bakteri-bakteri patogen masuk ke dalam rongga-rongga sinus (WHO, 2008).
5. Pertolongan pertama penderita ISPA
Menurut Benih (2008), untuk perawatan ISPA di rumah ada beberapa hal
yang dapat dilakukan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita
ISPA yaitu :
a. Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia dua bulan sampai lima tahun, demam dapat diatasi
dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi di bawah dua
bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan sehari
empat kali setiap enam jam untuk waktu dua hari. Cara pemberiannya,
tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
10
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih dengan cara kain
dicelupkan pada air (tidak perlu di tambah air es).
b. Mengatasi batuk
Dianjurkan untuk memberikan obat batuk yang aman misalnya
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis setengah sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu setengah sendok teh dan diberikan tiga kali sehari.
c. Pemberian makanan
Dianjurkan memberikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit
tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika
terjadi muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
d. Pemberian minuman
Diusahakan memberikan cairan (air putih, air buah dan sebagainya)
lebih banyak dari biasanya. Hal ini akan membantu mengencerkan dahak,
selain itu kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
e. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu
tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak yang demam. Membersihkan hidung
pada saat pilek akan berguna untuk mempercepat kesembuhan dan
menghindari komplikasi yang lebih parah. Diusahakan lingkungan tempat
tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila
selama perawatan di rumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan
untuk membawa ke dokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang
11
mendapat obat antibiotik, selain tindakan di atas diusahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama lima hari penuh dan
setelah dua hari anak perlu dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk
pemeriksaan ulang.
6. Pencegahan ISPA
Menurut Benih (2008), pencegahan ISPA ada empat yaitu :
a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik
b. Melakukan immunisasi
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
B. Sanitasi Fisik Rumah
1. Pengertian rumah
Menurut Notoatmodjo (2003), rumah adalah bangunan yang berfungsi
sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Menurut
Dinkes (2005), secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi
kriteria yaitu:
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis meliputi pencahayaan, penghawaan, ruang
gerak yang cukup, dan terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis meliputi privacy yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
12
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
rumah meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan tinja, limbah rumah
tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
berlebihan, dan cukup sinar matahari pagi.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain fisik rumah yang
tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat
penghuninya jatuh tergelincir.
Menurut Dinkes (2005), rumah sehat adalah proporsi rumah yang
memenuhi kriteria sehat minimum komponen rumah dan sarana sanitasi dari
tiga komponen (rumah, sarana sanitasi dan perilaku) di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Minimum yang memenuhi kriteria sehat pada masing-
masing parameter adalah sebagai berikut :
1) Minimum dari kelompok komponen rumah adalah langit-langit, dinding,
lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, sarana
pembuangan asap dapur, dan pencahayaan.
2) Minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah sarana air bersih, jamban
(sarana pembuangan kotoran), sarana pembuangan air limbah (SPAL), dan
sarana pembuangan sampah.
3) Perilaku
Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang
menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik yang digunakan
13
sebagai tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia
(Azwar, 1990). Sarana sanitasi tersebut antara lain ventilasi, suhu,
kelembaban, kepadatan hunian, penerangan alami, konstruksi bangunan
rumah, sarana pembuangan sampah, sarana pembuangan kotoran manusia,
dan penyediaan air. Sanitasi rumah sangat erat kaitannya dengan angka
kesakitan penyakit menular, terutama ISPA. Lingkungan perumahan sangat
berpengaruh pada terjadinya dan tersebarnya ISPA (Azwar, 1990).
Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf
kesehatan jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit
dan mengurangi daya kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak
sehat ini dapat menjadi reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika
kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi pada kumpulan
rumah (lingkungan pemukiman). Timbulnya permasalahan kesehatan di
lingkungan pemukiman pada dasarnya disebabkan karena tingkat
kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah, karena rumah dibangun
berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya (Notoatmodjo, 2003).
2. Ventilasi
Menurut Sukar (1996), ventilasi adalah proses pergantian udara segar ke
dalam dan mengeluarkan udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara
alamiah maupun buatan. Berdasarkan kejadianya ventilasi dibagi menjadi dua
yaitu:
14
a. Ventilasi alamiah
Ventilasi alamiah berguna untuk mengalirkan udara di dalam
ruangan yang terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu dan lubang
angin. Selain itu ventilasi alamiah dapat juga menggerakan udara sebagai
hasil sifat porous dinding ruangan, atap dan lantai.
b. Ventilasi buatan
Ventilasi buatan dapat dilakukan dengan menggunakan alat mekanis
maupun elektrik. Alat-alat tersebut diantaranya adalah kipas angin,
exhauster dan AC.
Menurut Dinata (2007), syarat ventilasi yang baik adalah sebagai
berikut:
1) Luas lubang ventilasi tetap minimal lima persen dari luas lantai
ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan
ditutup) minimal lima persen dari luas lantai. Jumlah keduanya menjadi
10% dari luas lantai ruangan.
2) Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari sampah atau
pabrik, knalpot kendaraan, debu, dan lain-lain.
3) Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang
ventilasi berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan sampai
terhalang oleh barang-barang besar, misalnya lemari, dinding, sekat,
dan lain-lain.
15
Menurut Dinata (2007), secara umum penilaian ventilasi rumah
dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara luas ventilasi dan
luas lantai rumah, dengan menggunakan rollmeter. Berdasarkan
indikator penghawaan rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat
kesehatan adalah lebih dari sama dengan 10% dari luas lantai rumah
dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah kurang
dari 10% dari luas lantai rumah.
3. Pencahayaan Alami
Cahaya matahari sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-
bakteri patogen di dalam rumah, misalnya bakteri penyebab penyakit ISPA dan
TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya
yang cukup. Jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15%
sampai 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah (Azwar,
1990). Pencahayaan alami menurut Suryanto (2003), dianggap baik jika
besarnya antara 60–120 lux dan buruk jika kurang dari 60 lux atau lebih dari
120 lux. Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat jendela, perlu
diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, dan
tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela di sini, di samping sebagai
ventilasi juga sebagai jalan masuk cahaya. Lokasi penempatan jendela pun
harus diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari lebih lama menyinari
16
lantai (bukan menyinari dinding), maka sebaiknya jendela itu harus di tengah-
tengah tinggi dinding (tembok).
4. Kelembaban
kelembaban rumah yang tinggi dapat mempengaruhi penurunan daya
tahan tubuh seseorang dan meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit
terutama penyakit infeksi. Kelembaban juga dapat meningkatkan daya tahan
hidup bakteri. Menurut Suryanto (2003), kelembaban dianggap baik jika
memenuhi 40-70% dan buruk jika kurang dari 40% atau lebih dari 70%.
Kelembaban berkaitan erat dengan ventilasi karena sirkulasi udara yang tidak
lancar akan mempengaruhi suhu udara dalam rumah menjadi rendah sehingga
kelembaban udaranya tinggi. Sebuah rumah yang memiliki kelembaban udara
tinggi memungkinkan adanya tikus, kecoa dan jamur yang semuanya memiliki
peran besar dalam patogenesis penyakit pernafasan (Krieger dan Higgins,
2002).
5. Lantai
Lantai rumah dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA karena
lantai yang tidak memenuhi standar merupakan media yang baik untuk
perkembangbiakan bakteri atau virus penyebab ISPA. Lantai yang baik adalah
lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab. Bahan lantai harus kedap
air dan mudah dibersihkan, jadi paling tidak lantai perlu diplester dan akan
17
lebih baik kalau dilapisi ubin atau keramik yang mudah dibersihkan (Ditjen
PPM dan PL, 2002).
6. Dinding
Dinding rumah yang baik menggunakan tembok, tetapi dinding rumah
di daerah tropis khususnya di pedesaan banyak yang berdinding papan, kayu
dan bambu. Hal ini disebabkan masyarakat pedesaan perekonomiannya
kurang. Rumah yang berdinding tidak rapat seperti papan, kayu dan bambu
dapat menyebabkan penyakit pernafasan yang berkelanjutan seperti ISPA,
karena angin malam yang langsung masuk ke dalam rumah. Jenis dinding
mempengaruhi terjadinya ISPA, karena dinding yang sulit dibersihkan akan
menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik
bagi berkembangbiaknya kuman (Suryanto , 2003).
7. Atap
Salah satu fungsi atap rumah yaitu melindungi masuknya debu dalam
rumah. Atap sebaiknya diberi plafon atau langit-langit, agar debu tidak
langsung masuk ke dalam rumah (Nurhidayah, 2007). Menurut Suryanto
(2003), atap juga berfungsi sebagai jalan masuknya cahaya alamiah dengan
menggunakan genteng kaca. Genteng kaca pun dapat dibuat secara sederhana,
yaitu dengan melubangi genteng, biasanya dilakukan pada waktu
pembuatannya, kemudian lubang pada genteng ditutup dengan pecahan kaca.
18
C. Kerangka Teori
: Variabel diteliti
: Variabel tidak diteliti
Gambar 1. Kerangka Teori
D. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Sanitasi fisik Rumah :
1. Ventilasi 2. Pencahayaan alami 3. Kelembaban 4. Lantai 5. Dinding 6. Atap
Gambar 2. Kerangka Konsep
E. Hipotesis
1. Ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita di
Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali.
Variabel Terikat
Kejadian ISPA pada balita
Rumah 1. Ventilasi 2. Pencahayaan
alami 3. Kelembabaan 4. Lantai 5. Dinding 6. Atap
Status Ekonomi masyarakat
Sanitasi Fisik Rumah Kejadian
ISPA
19
2. Ada hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA pada
balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali.
3. Ada hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian ISPA pada balita di
Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali.
4. Ada hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali.
5. Ada hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali.
6. Ada hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupataen Boyolali.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan
cross sectional yaitu rancangan studi epidemiologi yang mempelajari
hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati
status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dari populasi
tunggal, pada suatu saat atau periode (Murti, 1997).
B. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah seluruh rumah yang di dalamnya
terdapat balita berusia nol sampai lima tahun di Desa Cepogo, Kecamatan
Cepogo, Kabupaten Boyolali.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali dan di laksanakan pada bulan Agustus 2009.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi penelitian ini adalah semua kartu keluarga (KK) yang
mempunyai balita berusia nol sampai lima tahun di Desa Cepogo,
Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali yang berjumlah 426 KK
2. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian KK yang mempunyai balita
berusia nol sampai lima tahun.
21
a. Besar sampel dapat dihitung dengan rumus Khotari (1990) dalam
Murti (2006) sebagai berikut :
Jadi sampel yang diambil sebanyak 62 responden.
Keterangan :
n : Besar sampel
N : Besar populasi
P : Perkiraan proporsi (prevalensi) variabel dependen pada
populasi (95%)
q : 1-p
Z1-α/2 : Statistik Z (Z = 1,96 untuk α = 0,05)
d : Delta presisi absolut atau margin of error yang diinginkan di
kedua sisi proporsi (±5%).
b. Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah cluster
random sampling yaitu suatu pencuplikan di mana unit pencuplikan
22
adalah kelompok (misalnya dukuh atau rumah tangga) bukan individu
dan klaster yang dipilih secara random dari populasi (Murti, 2006).
Karena pencuplikan sampel adalah cluster random sampling dengan
jumlah sampel 62 responden, maka sampel akan dibagi menjadi 16
klaster. Jumlah klaster diambil dari jumlah rukun warga (RW) yang
masing-masing klaster terdiri dari tiga sampai empat responden.
c. Kriteria inklusi atau kriteria subjek yang memenuhi syarat sebagai
sampel penelitian ini adalah :
1) Merupakan warga yang berdomisili (tinggal menetap) dan
memiliki rumah di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Cepogo.
2) Mempunyai balita berusia nol sampai lima tahun dalam setiap KK
3) Bersedia menjadi responden.
d. Kriteria eksklusi atau kriteria subjek yang tidak memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian ini adalah :
1) Bukan merupakan warga yang berdomisili (tinggal menetap) dan
tidak memiliki rumah di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Cepogo.
2) Tidak mempunyai balita berusia nol sampai lima tahun dalam
setiap KK
3) Tidak bersedia menjadi responden.
23
E. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sanitasi fisik rumah yang
meliputi ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding, dan
atap rumah.
2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian ISPA pada
balita.
F. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel bebas
a. Ventilasi merupakan lubang angin untuk proses pergantian udara segar
ke dalam dan mengeluarkan udara kotor dari suatu ruangan tertutup
secara alamiah maupun buatan. Dengan kategori :
1) Baik (≥10% dari luas lantai)
2) Tidak baik (<10% dari luas lantai)
Skala : nominal
b. Pencahayaan alami merupakan penerangan rumah secara alami oleh
sinar matahari untuk mengurangi kelembaban dan membunuh bakteri
penyebab ISPA. Dengan kategori :
1) Baik (60-120 lux)
2) Tidak baik (<60 lux atau >120 lux)
Skala : nominal
24
c. Kelembaban merupakan kandungan uap air yang dapat dipengaruhi
oleh sirkulasi udara dalam rumah dan pencahayaan yang masuk dalam
rumah. Dengan kategori :
1) Baik (40-70%)
2) Tidak baik (<40% atau >70%))
Skala : nominal
d. Lantai merupakan salah satu bahan bangunan rumah untuk melengkapi
sebuah rumah. Dengan kategori :
1) Baik : kedap air dan tidak lembab (kramik dan ubin)
2) Tidak baik : menghasilkan debu dan lembab (semen dan tanah)
Skala : nominal
e. Dinding merupakan salah satu bahan bangunan rumah untuk
mendirikan sebuah rumah. Dengan kategori :
1) Baik : Permanen atau tembok
2) Tidak baik : semi permanen, bambu dan kayu atau papan
Skala : nominal
f. Atap merupakan salah satu bahan bangunan rumah yang berfungsi
untuk melindungi agar debu tidak langsung masuk ke dalam rumah.
Dengan kategori :
1) Baik : Genting dan menggunakan langit-langit
2) Tidak baik : asbes atau seng dan tidak menggunakan langit-langit
Skala : nominal
25
2. Variabel terikat
Kejadian ISPA merupakan infeksi saluran pernafasan atas pada
balita usia nol sampai lima tahun yang di tandai dengan batuk pilek,
demam, sakit telinga (otitis media), dan radang tenggorokan (faringitis),
yang terjadi pada saat ini atau enam bulan yang lalu dari bulan februari
sampai bulan juni di Desa Cepogo. Dengan kategori :
1) Pernah
2) Tidak pernah
Skala : nominal
G. Pengumpulan Data
1. Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang meliputi
ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding, dan atap.
2. Sumber data
a. Data primer
Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung
kepada responden dengan menggunakan pedoman wawancara semi
terstruktur, observasi dan pengukuran dilakukan pada sanitasi fisik
rumah.
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi kesehatan seperti
dinas kesehatan kabupaten atau kota, puskesmas serta kantor kepala
26
desa yang meliputi data jumlah kasus, gambaran umum lokasi
penelitian dan data demografi.
3. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan
pengukuran. Wawancara secara langsung ditujukan kepada ibu yang
memiliki balita dengan menggunakan pedoman wawancara semi
terstruktur, observasi dan pengukuran mengenai sanitasi fisik rumah
dilakukan dengan menggunakan peralatan untuk mengukur luas ventilasi,
pencahayaan alami, kelembaban, lantai, dinding, dan atap rumah.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner,
pedoman observasi, formulir isian pengukuran, rollmeter, luxmeter,
hygrometer atau psychrometer sling, dan alat tulis.
Cara menggunakan luxmeter dalam pengukuran pencahayaan alami
rumah yaitu dengan mengukur pada setiap bagian ruangan yang akan
diukur melalui lima titik pada ruangan yang diukur dan hasilnya dirata-
rata. Cara menggunakan sling psychrometer sling untuk mengukur
kelembaban rumah yaitu dengan memutarkan alat dan mengitari ruangan
yang akan diukur, dan dilakukan sebanyak tiga kali dan hasilnya dirata-
rata.
H. Jalannya Penelitian
Peneliti mengadakan survei awal ke Puskesmas Cepogo untuk meminta
ijin mencari data Desa dengan jumlah kasus ISPA selama 3 tahun terakhir.
27
Kemudian datang ke kantor Kelurahan Cepogo untuk mencari data monografi,
dan datang ke Posyandu pada setiap dusun untuk mencari data jumlah KK
yang mempunyai balita. Penelitian dilakukan dengan mengadakan observasi
langsung pada lantai, dinding dan atap rumah, sedangkan pengukuran
langsung pada ventilasi, pencahayaan alami dan kelembaban rumah.
I. Pengolahan Data
Menurut Budiarto (2001), kegiatan dalam proses pengolahan data
meliputi editing, coding, entry, dan tabulating data.
1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban,
konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner.
2. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses
pengolahan data.
3. Entry, memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer.
4. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti
guna memudahkan analisis data.
J. Analisis Data
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan program
SPSS 11. Analisis data meliputi :
1. Analisis univariat
Analisis univariat (analisis persentase) dilakukan untuk
menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing, baik variabel bebas
28
(independen), variabel terikat (dependen) maupun deskripsi karakteristik
responden.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square
dengan rumus :
Keterangan :
x² : chi square
O : frekuensi observasi
E : frekuensi harapan
Menurut Budiarto (2001), dasar pengambilan keputusan
penerimaan hipotesis dengan tingkat kepercayaan 95% :
a. Jika nilai sig p > 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.
b. Jika nilai sig p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Keadaan geografis
Desa Cepogo memiliki luas wilayah 3.372.930 Ha dengan jumlah
penduduk 6.802 orang dan kepadatan penduduk 500 Km/jiwa. Dilihat dari
topografi, Desa Cepogo termasuk wilayah dataran tinggi dengan suhu
udara rata-rata 20°C. Adapun batas wilayah Desa Cepogo sebagai berikut :
a. Sebelah utara : Desa Kembang Kuning, Kecamatan Cepogo.
b. Sebelah timur : Desa Cabean Kunti, Kecamatan Cepogo.
c. Sebelah selatan : Desa Sukabumi, Kecamatan Cepogo dan Desa
Mliwis, Kecamatan Cepogo.
d. Sebelah barat : Desa Genting, Kecamatan Cepogo.
2. Keadaan demografi
Desa Cepogo terdiri dari 6.802 jiwa dengan perincian penduduk
laki-laki sebanyak 3.378 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 3.424
jiwa. Data mengenai tingkat pendidikan penduduk di Desa Cepogo
disajikan pada Tabel 1, sedangkan data mengenai mata pencaharian
penduduk di Desa Cepogo disajikan pada Tabel 2.
29
Tabel 1. Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Cepogo Tahun 2008
No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang %
1. Tidak sekolah/Tidak tamat SD 3924 57,7 2. Tamat SD 1820 26,8 3. Tamat SMP 639 9,4 4. Tamat SMA 339 5 5. Tamat Perguruan tinggi 80 1,1 Total 6802 100
Sumber : Data Monografi Desa Cepogo.
Tabel 1, menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan
penduduk Desa Cepogo adalah tidak sekolah atau tidak tamat SD (Sekolah
Dasar) yaitu sebanyak 3.924 orang (57,7%) dan paling sedikit tamat perguruan
tinggi sebanyak 80 orang (1,1%).
Tabel 2. Mata Pencaharian penduduk di Desa Cepogo tahun 2008
No Mata Pencaharian Jumlah Orang %
1. Peternak 2163 45,8 2. Petani 1626 34,4 3. Swasta 713 15,1 4. Buruh 162 3,4 5. PNS 62 1,3 Total 4726 100
Sumber : Data Monografi Desa Cepogo.
Tabel 2, menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Cepogo
bekerja sebagai peternak sebanyak 2.163 orang (45,8%) dan paling sedikit PNS
sebanyak 62 orang (1,3%).
30
B. Hasil Analisis Univariat
Berdasarkan tabulasi data skor hasil kuisioner diperoleh gambaran data tiap
variabel yang disajikan pada Tabel 3, sedangkan gambaran data mengenai
perilaku responden terhadap sanitasi fisik rumah di Desa Cepogo disajikan pada
Tabel 4.
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Pekerjaan dan Pendapatan
Karakteristik Jumlah Orang %
Pendidikan Tidak sekolah/tidak tamat SD 15 24,2 Tamat SD 30 48,4 Tamat SMP 8 12,9 Tamat SMA 4 6,5 Tamat perguruan tinggi 5 8,1
Pekerjaan Tidak bekerja/Ibu rumah tangga 27 43,5 Petani 13 21 Buruh 10 16,1 Swasta 12 19,4 PNS 0 0
Pendapatan < Rp. 250.000,- 9 14,5 Rp. 250.000,- sampai Rp. 500.000,- 38 61,3 > Rp. 500.000,- 15 24,2 Tabel 3, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden sebagian besar
adalah tamat SD sebanyak 30 orang (48,4%) dan paling sedikit tamat SMA
sebanyak empat orang (6,5%). Pekerjaan responden sebagian besar ibu rumah
tangga atau tidak bekerja sebanyak 27 orang (43,5%) dan paling sedikit buruh
yaitu 10 orang (16,1%). Sedangkan pendapatan responden tiap bulan sebagian
31
besar antara 250.000 rupiah sampai 500.000 rupiah sebanyak 38 orang (61,3%)
dan paling sedikit kurang dari 250.000 rupiah sebanyak 9 orang (14,5%).
Tabel 4. Perilaku Responden terhadap Sanitasi Fisik Rumah di Desa Cepogo
Perilaku Orang % Baik 54 87,1 Tidak baik 8 12,9
Total 62 100 Tabel 4, menunjukkan bahwa perilaku responden terhadap sanitasi fisik
rumah sebagian besar termasuk kategori baik, yaitu sebanyak 54 orang (87,1%).
1. Kondisi Sanitasi Fisik Rumah
a. Ventilasi, pencahayaan alami dan kelembaban
Kondisi ventilasi rumah, pencahayaan alami rumah dan kelembaban
rumah responden disajikan pada Tabel 5 berikut ini :
Tabel 5. Ventilasi Rumah, Pencahayaan Alami Rumah dan Kelembaban Rumah Responden di Desa Cepogo
Variabel Rumah % Ventilasi
Baik 23 37,1 Tidak baik 39 62,9
Pencahayaan alami Baik 27 43,5 Tidak baik 35 56,5
Kelembaban Baik 44 71 Tidak baik 18 29
Tabel 5, menunjukkan bahwa ventilasi rumah responden sebagian
besar termasuk kategori tidak baik sebanyak 39 rumah (37,1%).
Pencahayaan alami rumah responden sebagian besar termasuk kategori
32
tidak baik sebanyak 35 rumah (56,5%). Sedangkan kelembaban rumah
responden sebagian besar termasuk kategori baik sebanyak 44 rumah
(71%).
b. Lantai, Dinding dan Atap Rumah
Konstruksi rumah responden yang meliputi lantai, dinding dan atap
disajikan pada Tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Lantai Rumah, Dinding Rumah dan Atap Rumah Responden di Desa Cepogo
Variabel Rumah % Lantai
Memenuhi syarat 29 46,8 Tidak Memenuhi syarat 33 53,2
Dinding Memenuhi syarat 28 45,2 Tidak Memenuhi syarat 34 54,8
Atap Memenuhi syarat 34 54,8 Tidak Memenuhi syarat 28 45,2
Tabel 6, menunjukkan bahwa lantai rumah responden sebagian besar
tidak memenuhi syarat sebanyak 33 rumah (53,2%). Dilihat dari dinding
rumah sebagian besar tidak memenuhi syarat sebanyak 34 rumah (54,8%).
Sedangkan dilihat dari atap rumah sebagian besar memenuhi syarat
sebanyak 34 rumah (54,8%).
C. Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mencari besar hubungan pada masing-masing
variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji Chi square.
33
1. Pola hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian ISPA
a. Pola hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA
Pola hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA
disajikan pada Gambar 3 sebagai berikut :
Gambar 3. Grafik Hubungan antara Ventilasi Rumah dengan
Kejadian ISPA
Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui bahwa ventilasi rumah yang
tidak baik menyebabkan balita responden yang terkena ISPA lebih
banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan antara ventilasi
rumah dengan kejadian ISPA di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali (nilai p sebesar 0,046).
b. Pola hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA
34
Pola hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan kejadian
ISPA disajikan pada Gambar 4 sebagai berikut :
Gambar 4. Grafik Hubungan antara Pencahayaan Alami Rumah
dengan Kejadian ISPA
Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa pencahayaan alami
rumah yang tidak baik menyebabkan balita responden yang terkena ISPA
lebih banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan antara
pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA di Desa Cepogo,
Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali (nilai p sebesar 0,001).
c. Pola hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian ISPA
Pola hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian ISPA
disajikan pada Gambar 5 sebagai berikut :
35
Gambar 5. Grafik Hubungan antara Kelembaban Rumah dengan
Kejadian ISPA
Berdasarkan Gambar 5 dapat diketahui bahwa kelembaban rumah
yang baik menyebabkan balita responden yang terkena ISPA lebih banyak.
Hasil uji Chi square menunjukkan tidak ada hubungan antara kelembaban
rumah dengan kejadian ISPA di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali (nilai p sebesar 0,883).
36
d. Pola hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA
Pola hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA
disajikan pada Gambar 6 sebagai berikut :
Gambar 6. Grafik Hubungan antara Lantai Rumah dengan
Kejadian ISPA Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui bahwa lantai rumah yang
tidak memenuhi syarat menyebabkan balita responden yang terkena
ISPA lebih banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan
antara lantai rumah dengan kejadian ISPA di Desa Cepogo, Kecamatan
Cepogo, Kabupaten Boyolali (nilai p sebesar 0,025).
e. Pola hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA
Pola hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA
disajikan pada Gambar 7 sebagai berikut :
37
Gambar 7. Grafik Hubungan antara Dinding Rumah dengan
Kejadian ISPA Berdasarkan Gambar 7 dapat diketahui bahwa dinding rumah yang
tidak memenuhi syarat menyebabkan balita responden yang terkena
ISPA lebih banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan
antara dinding rumah dengan kejadian ISPA di Desa Cepogo,
Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali (nilai p sebesar 0,00).
f. Pola hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA
Pola hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA disajikan
pada Gambar 8 sebagai berikut :
38
Gambar 8. Grafik Hubungan antara Atap Rumah dengan Kejadian
ISPA
Berdasarkan Gambar 8 dapat diketahui bahwa atap rumah yang
tidak memenuhi syarat menyebabkan balita responden yang terkena
ISPA lebih banyak. Hasil uji Chi square menunjukkan ada hubungan
antara atap rumah dengan kejadian ISPA di Desa Cepogo, Kecamatan
Cepogo, Kabupaten Boyolali (nilai p sebesar 0,026).
BAB V
PEMBAHASAN
A. Hubungan antara Ventilasi Rumah dengan Kejadian ISPA
Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara
ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, didapatkan
nilai p (0,046) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian terdapat
hubungan yang signifikan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA. Hasil
ini sejalan dengan hasil penelitian Yusup dan Sulistyorini (2005), di Desa
Penjaringan Sari, yang menyimpulkan bahwa ventilasi rumah di Desa
Penjaringan Sari rata-rata tidak di buka pada siang hari. Responden yang
terkena ISPA mempunyai ventilasi rumah yang baik sebanyak 10 rumah
(16,1%) dan ventilasi rumah yang tidak baik sebanyak 27 rumah (43,5%),
sedangkan responden yang tidak terkena ISPA mempunyai ventilasi rumah
yang baik sebanyak 13 rumah (21%) dan ventilasi rumah yang tidak baik
sebanyak 12 rumah (19,4%). Hal ini disebabkan karena ventilasi atau jendela
pada rumah responden rata-rata tidak dibuka dan masih banyak jendela pada
rumah responden berbahan kaca yang tidak bisa dibuka, sehingga proses
pertukaran udara pada rumah tidak lancar.
Dengan adanya ventilasi yang baik maka udara segar dapat dengan
mudah masuk ke dalam rumah sehingga kejadian ISPA akan semakin
berkurang. Sedangkan ventilasi yang tidak baik dapat menyebabkan
kelembaban tinggi dan membahayakan kesehatan sehingga kejadian ISPA
akan semakin bertambah (Krieger dan Higgins, 2002).
41
B. Hubungan antara Pencahayaan Alami Rumah dengan Kejadian ISPA
Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara
pencahayaan alami rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo,
didapatkan nilai p (0,001) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian
terdapat hubungan yang signifikan antara pencahayaan alami rumah dengan
kejadian ISPA. Hasil ini mendukung hasil penelitian Nindya dan Sulistyorini
(2005), di Desa Sidomulyo Sidoarjo, yang menyimpulkan bahwa pencahayaan
alami pada rumah di pengaruhi oleh ventilasi atau jendela rumah yang tidak di
buka pada siang hari. Responden yang terkena ISPA mempunyai pencahayaan
alami rumah yang baik sebanyak 10 rumah (16,1%) dan pencahayaan alami
rumah yang tidak baik sebanyak 27 rumah (43,5%), sedangkan responden
yang tidak terkena ISPA mempunyai pencahayaan alami rumah yang baik
sebanyak 17 rumah (27,4%) dan pencahayaan alami rumah yang tidak baik
sebanyak 8 rumah (12,9%). Hal ini disebabkan karena jendela kurang luas dan
jarang dibuka pada siang hari, tidak memiliki ventilasi rumah, dan kebanyakan
rumah menghadap ke arah barat dan utara. Cahaya matahari penting, karena
selain dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah juga
mengurangi kelembaban ruangan dalam rumah (Azwar, 1990).
C. Hubungan Kelembaban Rumah dengan Kejadian ISPA
Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara
kelembaban rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo,
didapatkan nilai p (0,883) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kelembaban rumah dengan
42
kejadian ISPA. Responden yang terkena ISPA mempunyai kelembaban rumah
yang baik sebanyak 26 rumah (41,9%) dan kelembaban rumah yang tidak baik
sebanyak 11 rumah (17,7%), sedangkan responden yang tidak terkena ISPA
mempunyai kelembaban rumah yang baik sebanyak 18 rumah (29%) dan
kelembaban rumah yang tidak baik sebanyak 7 rumah (11,3%). Hal ini
kelembaban rumah dipengaruhi oleh ventilasi rumah yang tidak baik sebanyak
(43,5%), lantai yang tidak kedap air dan menghasilkan debu, sebanyak
(38,7%). Rumah yang lembab memungkinkan tikus dan kecoa membawa
bakteri dan virus yang semuanya dapat berperan dalam memicu terjadinya
penyakit pernafasan dan dapat berkembang biak dalam rumah (Krieger dan
Higgins, 2002). Menurut Notoatmodjo (2003), kelembaban udara dalam
rumah menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri-bakteri penyebab
ISPA.
D. Hubungan lantai rumah dengan kejadian ISPA
Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara
lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, didapatkan
nilai p (0,025) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian terdapat
hubungan yang signifikan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA. Hasil ini
mendukung hasil penelitian Toanabun (2003) yang mengadakan penelitian di
Desa Tual, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, hasil
penelitian menunjukkan bahwa lantai rumah rata-rata di Desa Tual memakai
jenis lantai semen dan tanah. Responden yang terkena ISPA mempunyai lantai
rumah yang memenuhi syarat sebanyak 13 rumah (21%) dan lantai rumah
43
yang tidak memenuhi syarat sebanyak 24 rumah (38,7%), sedangkan
responden yang tidak terkena ISPA mempunyai lantai rumah yang memenuhi
syarat sebanyak 16 rumah (25,8%) dan lantai rumah yang tidak memenuhi
syarat sebanyak 9 rumah (14,5%). Hal ini disebabkan karena lantai rumah
responden rata-rata berupa lantai semen dan tanah, sehingga pada saat musim
kemarau akan menghasilkan debu. Lantai yang terbuat dari semen rata-rata
sudah rusak dan tidak kedap air, sehingga lantai menjadi berdebu dan lembab.
Lantai yang baik harus kedap air, tidak lembab, bahan lantai mudah
dibersihkan dan dalam keadaan kering dan tidak menghasilkan debu (Ditjen
PPM dan PL, 2002).
E. Hubungan dinding rumah dengan kejadian ISPA
Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara
dinding rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, didapatkan
nilai p (0,00) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian terdapat
hubungan yang signifikan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA.
Dinding rumah yang baik menggunakan tembok, tetapi dinding rumah di Desa
Cepogo masih banyak yang berdinding bambu, papan atau kayu yaitu
sebanyak 4176 rumah (Dinas Kesehatan dan Sosial Boyolali, 2007).
Responden yang terkena ISPA mempunyai dinding rumah yang memenuhi
syarat sebanyak 5 rumah (8,1%) dan dinding rumah yang tidak memenuhi
syarat sebanyak 32 rumah (51,6%), sedangkan responden yang tidak terkena
ISPA mempunyai dinding rumah yang memenuhi syarat sebanyak 23 rumah
44
(37,1%) dan dinding rumah yang tidak memenuhi syarat sebanyak 2 rumah
(3,2%). Hal ini disebabkan karena penghasilan keluarga yang kurang.
Rumah yang berdinding tidak rapat seperti bambu, papan atau kayu
dapat menyebabkan ISPA, karena angin malam langsung masuk ke dalam
rumah. Jenis dinding yang mempengaruhi terjadinya ISPA disebabkan karena
dinding yang sulit dibersihkan dan menyebabkan penumpukan debu pada
dinding, sehingga dinding akan dijadikan sebagai media yang baik bagi
berkembangbiaknya kuman (Suryanto, 2003).
F. Hubungan atap rumah dengan kejadian ISPA
Hasil analisis statistik dengan uji Chi square untuk hubungan antara
atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Cepogo, didapatkan
nilai p (0,026) lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian terdapat
hubungan yang signifikan antara atap rumah dengan kejadian ISPA. Hasil ini
sejalan dengan hasil penelitian Toanabun (2003), yang mengadakan penelitian
di Desa Tual, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, hasil
penelitian menunjukkan bahwa atap rumah rata-rata di Desa Tual memakai
atap genting dan tidak diberi langit-langit, sehingga debu yang langsung
masuk ke dalam rumah mengganggu saluran pernafasan pada balita yang ada
di desa tersebut. Responden yang terkena ISPA mempunyai atap rumah yang
memenuhi syarat sebanyak 16 rumah (25,8%) dan atap rumah yang tidak
memenuhi syarat sebanyak 21 rumah (33,9%), sedangkan responden yang
tidak terkena ISPA mempunyai atap rumah yang memenuhi syarat sebanyak
18 rumah (29%) dan atap rumah yang tidak memenuhi syarat sebanyak 7
45
rumah (11,3%). Hal ini disebabkan karena atap rumah umumnya
menggunakan genting dan tidak memakai langit-langit karena keterbatasan
biaya pada keluarga responden. Atap rumah yang baik menggunakan genting
dan diberi langit-langit atau plafon agar debu tidak langsung masuk ke dalam
rumah (Nurhidayah, 2007).
G. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu berdasarkan teori kesehatan,
seseorang dapat terkena penyakit ISPA tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi
sanitasi fisik rumah namun juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain misalnya
status gizi, pemberian ASI, pemberian vitamin A, berat badan lahir rendah,
polusi asap rokok, polusi asap dapur, dan kepadatan hunian namun pada
penelitian ini tidak dapat meneliti faktor-faktor tersebut.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita di
Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
2. Ada hubungan antara pencahayaan alami pada rumah dengan kejadian
ISPA pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali.
3. Tidak ada hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian ISPA
pada balita di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
4. Ada hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita di
Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
5. Ada hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA pada balita di
Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
6. Ada hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di
Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
B. Saran
1. Bagi masyarakat
a. Hendaknya masyarakat mempunyai kebiasaan untuk membuka jendela
setiap hari agar sirkulasi udara lancar dan cahaya matahari dapat
masuk ke dalam rumah, sehingga dapat mengurangi kelembaban.
47
b. Hendaknya masyarakat menjaga kebersihan rumah seperti menyapu
lantai, mengepel lantai dan membersihkan debu-debu yang menempel
pada dinding dan lantai rumah, agar tidak dijadikan tempat
perkembangbiakkan kuman.
2. Bagi instansi terkait khususnya Puskesmas Cepogo
a. Agar meningkatkan sistem kewaspadaan dini terhadap kejadian ISPA
melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu mengenai
pentingnya sanitasi fisik rumah yang sehat.
b. Hendaknya petugas kesehatan memberikan penyuluhan tentang ISPA
kepada setiap ibu misalnya pada acara pertemuan posyandu.
3. Bagi peneliti lain
Untuk peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan
menambahkan variabel kepadatan penghuni rumah, suhu rumah dan polusi
udara dalam rumah (asap rokok atau asap dapur) pengaruhnya terhadap
kejadian ISPA.
DAFTAR PUSATAKA
Ambarwati dan Dina, 2007. Hubungan antara Sanitasi Fisik Rumah Susun
(Kepadatan Penghuni, Ventilasi, Suhu, Kelembaban, dan Penerangan Alami) dengan Kejadian Penyakit ISPA. Abstrak Penelitian. Diakses : 09 Desember 2008. http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2008 ambarwatid-6250&PHPSESSID=4e8c75dbb69c76fe85d1f25545d23762
Anonim, 2008. Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Penanggulangan
Pneumonia pada Balita. Diakses : 18 Oktober 2008. http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/12/klasifikasi-ispa-pada-balita/
Azwar, A., 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara. Benih, C., 2008. Penanggulangan dan Pengobatan ISPA. Diakses : 09 Desember
2008. http://www.benih.net/lifestyle/gaya-hidup/ispa-infeksi-saluran pernapasan-akut-penanggulangan-dan-pengobatannya.html
Budiarto, E., 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC. Depkes RI, 2000. Informasi tentang ISPA pada Balita. Jakarta: Pusat Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat. Dewa dan Daru, 2001. Hubungan Perawatan di Rumah terhadap Perubahan
Status ISPA Bukan Pneumonia menjadi Pneumonia di Kabupaten Kotabaru. Diakses : 09 Desember 2008. http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2001 dewa2c-2441-iapa&q=kejadian
Dinata, A., 2007. Aspek Teknis dalam Penyehatan Rumah. Diakses : 09 Desember 2008. http://miqrasehat.blogspot.com/2007/07/aspek-teknis-dalam-penyeh atan-rumah.html
Dinkes, 2005. Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Diakses : 10 Januari 2009.
http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/04/infeksi-saluran-pernafa san-akut-ispa.html
Dinkes dan Sosial Boyolali, 2007. Profil Kesehatan Boyolali Tahun 2006.
Boyolali: DKS Boyolali. Ditjen PPM dan PL, 2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat . Jakarta:
Departemen Kesehatan R. I.
Iswarini dan Wahyu, D., 2006. Hubungan antara Kondisi Fisik Rumah, Kebersihan Rumah, Kepadatan Penghuni, dan Pencemaran Udara dalam Rumah dengan Keluhan Penyakit ISPA pada Balita. Diakses : 09 Desember 2008. http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2006-iswarinidi-2501&PHPSESSID=0629b7ba39f6f4430c9571ce837f55fa
Kelurahan Cepogo, 2007. Data Monografi Kelurahan Cepogo Kecamatan Cepoga Kabupaten Boyolali. Boyolali.
Khaidirmuhaj, 2008. Pengertian ISPA dan Pneumonia. Diakses : 10 Januari 2009.
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=Menurut+Khaidirmuhaj+2008+ISPA+dapat+dikelompokkan+ISPA+berdasarkan+golongan+umur&meta=
Kothari, C. R., 1990. Research Methodology Methods and Techniques. New
Delhi: Wiley Eastern Limited. Krieger, J. dan Higgins, D. L., 2002. Housing and Health: Time Again for Public
Health Action. Murti, B., 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press. ________, 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nindya, T. S. dan Sulistyorini L., 2005. Hubungan Sanitasi Rumah dengan
Kejadian ISPA pada Balita. Diakses : 09 Desember 2008. http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-04.pdf
Notoatmodjo, S., 2003a. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. ____________, 2003b. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rineka Cipta. Nurhidayah, I., 2007. Hubungan antara Karakteristik Lingkungan Rumah dengan
Kejadian Tuberkulosis (TB) pada Anak di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang. Skripsi. Bandung: Universitas Padjadjaran Fakultas Ilmu Keperawatan Bandung.
Puskesmas Cepogo, 2007. Profil Puskesmas Tahun 2006. Boyolali. _______________, 2008. Profil Puskesmas Tahun 2007. Boyolali. _______________, 2009. Profil Puskesmas Tahun 2008. Boyolali.
Ranuh, I. G. N., 1997. Masalah ISPA dan Kelangsungan Hidup Anak. Surabaya: Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak.
Sukar, 1996. Pengaruh Kualitas Lingkungan dalam Ruang terhadap ISPA
Pnemonia. Bandung: Buletin Penelitian Kesehatan.
Supraptini, 2006. Gambaran Rumah Sehat di Indonesia. Diakses : 10 Januari 2009. http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=52&prang=Supraptini
Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2004. Modul Kesehatan dan Rumah Tangga. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Suryanto, 2003. Hubungan Sanitasi Rumah dan Faktor Intern Anak Balita dengan
Kejadian ISPA pada Anak Balita. Skripsi. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Taylor, V., 2002. Health Hardware for Housing for Rural and Remote Indigenous
Communities. Australia: Central Australian Division of General Practice. Toanabun, A. H., 2003. Pengaruh Kondisi Lingkungan Fisik Rumah dan Perilaku
Penduduk terhadap Kejadian Penyakit ISPA pada Anak Balita di Desa Tual Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara Propinsi Maluku. Skripsi. Surabaya : Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Yusup, N. A. dan Sulistyorini L., 2005. Hubungan Sanitasi Rumah secara Fisik
dengan Kejadian ISPA pada Balita. Diakses : 09 Desember 2008. http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-02.pdf
World Health Organization. 2008. Pencegahan dan Pengendalian ISPA di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Diakses : 14 Desember 2008. http://www.who.int/csr/resources/publications/AMpandemicbahasa.pdf
LAMPIRAN
Lampiran 1
KUISIONER
HUBUNGAN ANTARA SANITASI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) PADA BALITA DI DESA CEPOGO KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nomor responden :
Nama :
Alamat :
Umur :
B. DATA SOSIAL EKONOMI
1. Pendidikan :
a. Tidak sekolah/tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
e. Perguruan Tinggi
2. Pekerjaan :
a. Tidak bekerja
b. Petani
c. Buruh
d. Swasta
e. PNS
f. Lain-lain………………......
3. Penghasilan keluarga tiap bulan:
a. Kurang dari Rp. 250.000
b. Rp. 250.000-500.000
c. Lebih dari Rp. 500.000
4. Apakah balita ibu saat ini atau 6 bulan yang lalu dari bulan Februari-Juli
pernah menderita ISPA dengan gejala batuk pilek, sakit tenggorokan dan
sakit telinga ?
a. Pernah b. Tidak pernah
C. PERILAKU TERHADAP RUMAH
1. Setelah ibu mengetahui ISPA, apakah ibu melakukan pencegahan dini
seperti menjaga kebersihan perorangan dan kebersihan rumah ? a. Ya b. Tidak
Jika tidak, berikan alasan ibu !.....................................................................
..................................................................................................................... 2. Apakah ibu membersihkan rumah setiap hari seperti mengepel lantai,
menyapu lantai yang kotor dsb? a. Ya b. Tidak
Jika tidak, berikan alasan ibu !.....................................................................
.....................................................................................................................
3. Berapa kali ibu membersihkan rumah dalam sehari ? a. Sekali dalam sehari b. >1 x dalam sehari
4. Apakah di rumah ibu ventilasi rumah atau jendela rumah selalu dibuka setiap hari ? a. Ya b. Tidak
Jika tidak, berikan alasan ibu !.....................................................................
...................................................................................................................... 5. Apakah ibu menggunakan anglo untuk menghangatkan badan saat tidur ?
a. Ya b. Tidak 6. Apakah anak ibu sering tertidur di lantai saat bermain atau nonton TV ?
a. Ya b. Tidak Jika ya, apa tindakan ibu !............................................................................. ........................................................................................................................
Lampiran 1
PEDOMAN OBSERVASI SANITASI FISIK RUMAH
1. Ventilasi rumah :
a. Ada b. Tidak ada
Jika ada memenuhi syarat atau tidak ?
………………………………………
2. Pencahayaan rumah :
a. Baik b. Tidak baik
3. Kelembaban rumah :
a. Baik b. Tidak baik
4. Bahan lantai rumah :
a. keramik/ubin
b. Semen
c. Tanah
5. Bahan dinding rumah :
a. Permanen/batu
b. Semi permanen/setengah batu
c. Kayu/bambu/papan
6. Bahan atap rumah :
a. Genting b. Asbes/seng
7. Plafon/langit-langit :
a. Ada b. Tidak ada
8. Jika ada langit-langit :
a. Seluruh ruangan b. sebagian ruangan
9. Kondisi di dalam rumah :
a. Berdebu b. Tidak berdebu
Lampiran 2
Lampiran 3
LV (m) LL (m) Hasil LV (m) LL (m) Hasil LV (m) LL (m) Hasil1 Dwi Lestari 1x2 4x8 6.25% ‐ ‐ ‐ 1x0.5 3x4 4.16% 5.2% 22 Narsih 0.5x2 6x8 2.17% ‐ ‐ ‐ 0.5x1 3x4 4.16% 3.2% 23 Yanti 0.2x4 4x6 3.33% 0.5x3.5 3x7 8.33% 0.5x1 2.5x3 6.66% 6.1% 24 Desi 1x1.5 5x6 5.00% 0.5x2 4x6 4.16% 0.2x2 3x3 4.44% 4.5% 25 Tinah 1x2 4x8 6.25% 2x0.5 3x4 8.23% 1x0.8 2.5x3.5 9.14% 7.8% 26 Dewi 1x1.5 3x4 12.50% 1x1.5 3x3 16.60% 1x1 2.5x3.5 13.50% 11.4% 17 Samiasih 1.5x1.8 4x6 11.25% 1x1.5 3x3 16.60% 1x1 2.5x4 10.00% 12.6% 18 Mi'ah 1x2 4x8 6.25% ‐ ‐ ‐ 1x1.5 5x6 5.00% 5.6% 29 Karniyah 0.5x2 7x8 1.80% 0.2x2 3x4 3.33% 0.8x1 2.5x3.5 9.14% 4.7% 210 Tarisah 0.6x0.8 1x2 12.00% 1x1 2.5x3.5 11.40% 1x1.5 3x3 16.60% 13.3% 111 Anisa 1x1.5 5x8 3.75% 0.2x0.8 2x4 2.00% 0.8x1 3x4 6.67% 4.1% 212 Tini 0.5x0.5 4x4 2.50% ‐ ‐ ‐ 0.2x0.3 3.5x4.5 0.38% 1.4% 213 Ruminah 2x2 3x4 33.30% 1x1.5 3x3 16.60% 0.8x2 2.5x3 21.30% 23.7% 114 Sriani 0.5x2 6x8 2.08% ‐ ‐ ‐ 0.2x0.8 2x4 2.00% 2.0% 215 Supriatin 1x1.5 4x7 5.35% 0.5x0.5 4x4 2.50% 0.3x1 3.5x4 2.14% 3.3% 216 Roliah 1.5x1.5 3x4 18.75% 1x2 2x6 16.70% 0.7x1.5 2x5 10.50% 15.3% 117 Darmi 0.5x2 6x8 2.08% ‐ ‐ ‐ 0.5x0.5 4x4 2.50% 2.3% 218 Surati 1.3x1 3x5 8.60% 0.8x0.9 3x4 6.00% 1.3x1 3x5 8.60% 7.7% 219 Warsini 1x1.5 4x7 5.35% 0.7x1 3x4 5.83% 0.2x0.8 2x4 2.00% 4.4% 220 Lestari 1x1.5 4x4 9.40% 1.3x1 3x5 8.60% 0.7x0.9 2.5x3 8.40% 8.8% 221 Marni 1x1.5 4x7 5.35% 0.8x1 3x4 6.67% 0.7x0.9 2.5x3 8.40% 6.8% 222 Tumi 1x1.5 5x6 5.00% 1x2 4x8 6.25% 1x0.3 3x5 8.60% 6.6% 223 Sutini 1x1.5 3.5x4 10.70% 0.5x2 2.5x3 13.00% 1x1 2.5x4 10.00% 11.2% 124 Warsini 1x1.5 4x7 5.35% ‐ ‐ ‐ 2x0.5 3x4 8.33% 6.8% 225 Haryatun 1x1 2.5x3.5 11.40% 1.5x1.8 4x6 11.25% 1x1.5 2.5x4 15.00% 12.6% 126 Purwanti 0.5x2 7x8 1.80% 0.8x1 2.5x3.5 9.14% 0.7x1 3x4 5.83% 5.6% 227 Narsih 1x2 4x8 6.25% ‐ ‐ ‐ 0.8x1 2.5x3.5 9.14% 7.7% 228 Yatmi 2x2 3x4 33.30% 1x1.5 2.5x4 15.00% 1x2 2x6 16.70% 21.7% 129 Nuryanti 0.7x1 3x4 5.83% 1x1.5 5x8 3.75% 1.3x1 3x5 8.60% 6.1% 230 Srirahayu 1x1.5 3.5x4 10.70% ‐ ‐ ‐ 0.5x2 2.5x3 13.00% 11.9% 131 Rina 1x1 2.5x4 10.00% 1x1.5 3.5x4 10.70% 1x1.5 2.5x4 15.00% 11.9% 132 Erna 0.6x0.8 2x2 12.00% 0.7x1.5 2x5 10.50% 0.5x2 2.5x3 13.00% 11.8% 1
HASIL PENGOLAHAN DATA
Rata² Kat
A. VENTILASI
No. Nama Ruang Tamu Ruang Keluarga Kamar Tidur
LV (m) LL (m) Hasil LV (m) LL (m) Hasil LV (m) LL (m) Hasil33 Dina 2x0.5 3x4 8.33% ‐ ‐ ‐ 0.8x1 2.5x3.5 9.14% 8.7% 234 Jamati 1x2 4x8 6.25% 0.2x2 3x4 3.33% 1x1.3 3x5 8.60% 6.1% 235 Evi 0.5x2 6x8 2.08% 1x1.5 4x7 5.35% 0.7x1 3x4 5.83% 4.4% 236 Riyanti 1x1.5 8x8 2.34% ‐ ‐ ‐ 0.5x0.5 4x4 2.50% 2.4% 237 Farida 1x1.5 5x8 3.75% 1x1.5 4x4 9.40% 0.3x1 3.5x4 2.14% 5.1% 238 Tutik 1x1 2.5x3.5 11.40% 1.5x1.8 4x6 11.25% 1x1.5 3x4 12.50% 11.7% 139 Suprihatin 1.5x1.8 4x6 11.25% 2x2 3x4 33.30% 1.5x2.5 4x6 15.60% 20.1% 140 Parti 0.8x0.9 3x4 6.00% ‐ ‐ ‐ 0.7x0.9 2.5x3 8.40% 7.2% 241 Puji 1.5x1.5 3x4 18.75% 1x1.5 2.5x4 15.00% 1x2 2x6 16.70% 16.8% 142 Yasmiati 0.5x0.5 4x4 2.50% ‐ ‐ ‐ 1x1.3 3x5 8.60% 5.6% 243 Wiwik 1x2 4x8 6.25% 0.3x1 3.5x4 2.14% 0.5x0.5 4x4 2.50% 3.6% 244 Lina 0.5x2 2.5x3 13.00% 1.5x2.5 4x6 15.60% 1x1.5 3x3 16.60% 15.1% 145 Sri L. 1.5x2.5 4x6 15.60% 1.5x1.8 4x6 11.25% 1.5x1.8 4x6 11.25% 12.7% 146 Indah 2x0.5 3x4 8.33% 0.2x2 3x4 3.33% 0.8x1 2.5x3.5 9.14% 6.9% 247 Nur 1x1.5 5x6 5.00% 1x2 4x8 6.25% 2x0.5 3x4 8.33% 6.5% 248 St. Rohani 1.5x2.5 4x6 15.60% ‐ ‐ ‐ 1x1 2.5x3.5 11.40% 13.5% 149 Ninik 1x1.5 4x7 5.35% 2x0.5 3x4 8.33% 0.7x0.9 2.5x3 8.40% 7.4% 250 Heni 1.5x2.5 4x6 15.60% ‐ ‐ ‐ 1x1.5 3x4 12.50% 14.1% 151 Erni 0.5x2 6x8 2.08% ‐ ‐ ‐ 1x1.5 5x6 5.00% 3.5% 252 Yuyun 1x1.5 5x8 3.75% 0.7x1 3x4 5.83% 0.2x2 3x4 3.33% 4.3% 253 Rini 1x1.5 3x3 16.60% 1x1.5 3x4 11.11% 1x1.5 2.5x4 15.00% 14.2% 154 Juarni 0.5x2 2.5x3 13.00% ‐ ‐ ‐ 2x2 3x4 33.30% 23.2% 155 Siska 0.8x0.9 3x4 6.00% 0.2x2 3x4 3.33% 0.8x1 2.5x3.5 9.14% 6.2% 256 Ita 0.5x0.5 4x4 2.50% ‐ ‐ ‐ 2x0.5 3x4 8.33% 5.4% 257 Tutik 1x1.5 4x7 5.35% ‐ ‐ ‐ 0.3x1 3.5x4 2.14% 3.7% 258 Mulyani 1x1.5 3x4.5 11.11% 1.5x2.5 4x6 15.60% 1x1.5 3.5x4 10.70% 12.5% 159 Sri Rejeki 1x1.5 8x8 2.34% 1x1.5 5x6 5.00% 2x0.5 3x4 8.33% 5.2% 260 Ika 1x1 2.5x4 10.00% ‐ ‐ ‐ 0.7x1.5 2x5 10.50% 10.3% 161 Fatimah 1x1.5 3x3 16.60% 1.5x1.8 4x6 11.25% 0.8x2 2.5x3 21.30% 16.4% 162 Eni 0.5x2 6x8 2.08% ‐ ‐ ‐ 1x1.3 3x5 8.60% 5.3% 2
Keterangan :LV = Luas Ventilasi 1 = Baik (≥ 10%) Kat = KategoriLL = Luas Lantai 2 = Tidak baik (< 10%)
KatNo. Nama Ruang Tamu Ruang Keluarga Kamar Tidur Rata²
T1 T2 T3 T4 T5 Rata² T1 T2 T3 T4 T5 Rata² T1 T2 T3 T4 T5 Rata²1 Dwi Lestari 50 43 32 41 51 43.4 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 13 27 25 21 14 20 31.7 22 Narsih 83 76 91 86 73 81.8 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 72 71 84 95 76 79.6 80.7 13 Yanti 60 67 62 71 59 63.8 59 69 60 73 58 63.8 62 71 63 75 60 66.2 64.6 14 Desi 70 59 61 49 47 57.2 69 58 59 50 51 57.4 69 58 60 48 46 56.2 56.9 25 Tinah 59 43 42 51 61 51.2 60 42 45 50 63 52 58 43 40 55 63 51.8 51.7 26 Dewi 83 69 65 91 71 75.8 87 70 69 88 73 77.4 82 71 66 89 70 75.6 76.3 17 Samiasih 60 83 69 74 69 71 61 82 70 72 70 71 63 85 70 75 70 72.6 71.5 18 Mi'ah 86 71 60 72 83 74.4 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 86 76 63 71 84 76 75.2 19 Karniyah 60 51 52 70 23 51.2 44 52 50 66 43 51 49 48 62 61 51 54.2 52.1 210 Tarisah 43 49 81 29 39 48.2 49 48 62 51 61 54.2 40 39 62 43 39 44.6 49.0 211 Anisa 72 85 71 82 93 80.6 89 80 72 70 91 80.4 83 82 85 87 83 84 81.7 112 Tini 69 71 70 81 67 71.6 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 82 68 80 82 90 80.4 76.0 113 Ruminah 95 82 81 72 69 79.8 84 69 73 95 82 80.6 73 91 79 83 75 80.2 80.2 114 Sriani 49 51 60 32 52 48.8 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 50 43 53 61 42 49.8 49.3 215 Supriatin 41 36 68 29 69 48.6 41 68 30 52 49 48 52 71 80 49 68 64 53.5 216 Roliah 69 82 83 59 79 74.4 68 95 87 65 80 79 70 89 83 76 83 80.2 77.9 117 Darmi 49 32 45 21 59 41.2 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 33 58 42 63 29 45 43.1 218 Surati 61 63 52 51 61 57.6 59 64 50 49 57 55.8 13 21 27 25 16 20.4 44.6 219 Warsini 83 83 59 72 67 72.8 82 80 69 70 65 73.2 82 81 59 60 73 71 72.3 120 Lestari 79 91 50 80 95 79 84 73 81 72 67 75.4 83 82 71 70 89 79 77.8 121 Marni 72 81 23 24 31 46.2 71 50 24 29 35 41.8 40 62 39 23 47 42.2 43.4 222 Tumi 41 28 67 42 41 43.8 42 30 65 45 49 46.2 52 46 69 71 51 57.8 49.3 223 Sutini 81 32 39 60 52 52.8 71 63 71 68 23 59.2 71 44 52 63 46 55.2 55.7 224 Warsini 60 42 39 31 52 44.8 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 71 35 30 21 45 40.4 42.6 225 Haryatun 13 20 82 45 61 44.2 23 29 89 31 62 46.8 81 12 17 44 42 39.2 43.4 226 Purwanti 95 82 69 72 81 79.8 89 80 72 70 91 80.4 91 83 82 50 60 73.2 77.8 127 Narsih 82 68 80 82 90 80.4 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 70 81 67 87 69 74.8 77.6 128 Yatmi 21 39 22 40 72 38.8 40 30 61 73 43 49.4 71 26 27 32 22 35.6 41.3 229 Nuryanti 69 85 87 83 59 76.6 91 83 82 50 72 75.6 83 87 85 69 72 79.2 77.1 130 Srirahayu 63 69 31 32 23 43.6 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 44 31 52 63 52 48.4 46.0 231 Rina 82 68 80 82 90 80.4 80 70 83 81 79 78.6 71 82 85 60 61 71.8 76.9 132 Erna 73 62 60 73 72 68 62 71 62 75 60 66 70 59 91 71 80 74.2 69.4 1
B. PENCAHAYAAN ALAMI
No. Nama Ruang Tamu Ruang Keluarga Kamar Tidur Hasil Kategori
T1 T2 T3 T4 T5 Rata² T1 T2 T3 T4 T5 Rata² T1 T2 T3 T4 T5 Rata²33 Dina 61 31 39 27 60 43.6 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 32 61 39 32 71 47 45.3 234 Jamati 47 69 29 50 28 44.6 32 51 34 30 25 34.4 39 52 29 33 29 36.4 38.5 235 Evi 70 68 79 72 83 74.4 93 67 80 73 80 78.6 91 61 72 71 84 75.8 76.3 136 Riyanti 63 28 39 29 33 38.4 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 29 40 30 37 64 40 39.2 237 Farida 38 37 30 31 64 40 60 61 32 40 70 52.6 29 30 32 65 39 39 43.9 238 Tutik 81 73 69 91 82 79.2 83 76 91 86 73 81.8 74 85 31 60 93 68.6 76.5 139 Suprihatin 29 32 71 19 30 36.2 30 32 61 53 71 49.4 63 87 25 35 19 45.8 43.8 240 Parti 64 37 90 20 19 46 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 30 37 70 42 35 42.8 44.4 241 Puji 67 80 71 82 83 76.6 73 72 69 81 86 76.2 63 87 79 60 91 76 76.3 142 Yasmiati 80 83 91 72 80 81.2 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 87 91 69 80 82 81.8 81.5 143 Wiwik 19 37 34 56 71 43.4 49 32 33 63 37 42.8 35 57 27 19 20 31.6 39.3 244 Lina 70 73 69 63 91 73.2 87 91 80 82 69 81.8 80 83 91 72 80 81.2 78.7 145 Sri L. 60 28 32 30 65 43 73 60 35 29 33 46 49 32 31 61 60 46.6 45.2 246 Indah 83 91 69 57 78 75.6 69 81 73 81 91 79 60 95 71 72 84 76.4 77.0 147 Nur 61 72 81 84 65 72.6 83 91 72 69 88 80.6 87 91 80 82 69 81.8 78.3 148 St. Rohani 31 29 35 20 35 30 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 42 70 37 30 20 39.8 34.9 249 Ninik 25 61 60 59 63 53.6 61 35 35 43 32 41.2 61 25 31 29 70 43.2 46.0 250 Heni 39 40 43 29 18 33.8 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 32 29 39 28 25 30.6 32.2 251 Erni 19 57 69 35 38 43.6 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 35 20 61 70 40 45.2 44.4 252 Yuyun 18 29 39 37 59 36.4 62 35 71 20 18 41.2 29 34 33 32 70 39.6 39.1 253 Rini 93 82 73 96 86 86 91 82 86 87 82 85.6 82 90 39 86 71 73.6 81.7 154 Juarni 82 90 39 86 71 73.6 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 60 35 69 72 76 62.4 68.0 155 Siska 62 35 71 20 18 41.2 64 37 85 20 19 45 65 39 61 29 28 44.4 43.5 256 Ita 25 30 31 37 64 37.4 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 32 37 63 21 28 36.2 36.8 257 Tutik 70 ## ## 59 87 87.8 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 73 92 96 31 70 72.4 80.1 158 Mulyani 82 90 39 86 71 73.6 20 32 19 71 19 32.2 29 34 33 38 62 39.2 48.3 259 Sri Rejeki 69 18 29 71 25 42.4 69 18 29 71 25 42.4 18 29 32 37 59 35 39.9 260 Ika 39 37 59 37 35 41.4 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 32 37 63 21 28 36.2 38.8 261 Fatimah 68 39 33 82 91 62.6 61 39 30 40 71 48.2 20 33 27 64 68 42.4 51.1 262 Eni 80 83 91 60 82 79.2 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 63 87 79 60 91 76 77.6 1
Keterangan :T1 = Titik 1 (Lux ) T3 = Titik 3 (Lux ) T5 = Titik 5 (Lux ) 2 = Tidak baik (<60 Lux atau >120 Lux )T2 = Titik 2 (Lux ) T4 = Titik 4 (Lux ) 1 = Baik (60‐120 Lux )
KategoriNo. Nama Ruang Tamu Ruang Keluarga Kamar Tidur Hasil
BB (°C ) BK (°C ) Hasil BB (°C ) BK (°C ) Hasil BB (°C ) BK (°C ) Hasil1 Dwi Lestari 23 30 55 ‐ ‐ ‐ 25 29 72 63.5 12 Narsih 24 29 69 ‐ ‐ ‐ 26 30 73 71.0 23 Yanti 20 25 63 23 27 71 20 26 58 64.0 14 Desi 21 26 64 26 30 73 22 27 65 67.3 15 Tinah 22 27 65 21 26 64 20 27 52 60.3 16 Dewi 23 28 65 23 28 65 21 29 49 59.7 17 Samiasih 23 28 65 24 27 75 20 29 43 61.0 18 Mi'ah 24 26 72 ‐ ‐ ‐ 20 29 43 57.5 19 Karniyah 23 28 65 23 28 68 27 30 76 56.0 110 Tarisah 26 29 73 20 30 39 20 29 43 45.3 111 Anisa 29 30 77 30 32 77 23 31 51 50.3 112 Tini 27 29 73 ‐ ‐ ‐ 25 29 72 72.5 213 Ruminah 25 29 72 24 28 72 26 29 76 73.3 214 Sriani 25 30 67 ‐ ‐ ‐ 21 31 40 53.5 115 Supriatin 29 30 77 28 32 74 20 30 39 63.3 116 Roliah 29 30 77 29 30 77 29 30 77 77.0 217 Darmi 24 26 72 ‐ ‐ ‐ 20 28 48 60.0 118 Surati 23 25 68 24 27 75 21 26 64 69.0 119 Warsini 23 28 63 20 29 43 21 31 40 48.7 120 Lestari 26 29 70 27 29 76 23 30 55 67.0 121 Marni 24 29 63 24 30 61 24 29 69 64.3 122 Tumi 23 30 55 24 29 56 26 28 76 62.3 123 Sutini 23 30 55 23 29 60 28 31 77 64.0 124 Warsini 20 29 43 ‐ ‐ ‐ 30 34 75 59.0 125 Haryatun 21 30 44 21 30 44 25 30 67 51.7 126 Purwanti 20 27 52 21 29 49 20 27 52 51.0 127 Narsih 23 29 63 ‐ ‐ ‐ 22 29 54 58.5 128 Yatmi 26 29 73 26 32 62 26 29 76 70.3 129 Nuryanti 29 33 77 30 33 77 28 32 74 76.0 230 Srirahayu 26 29 76 ‐ ‐ ‐ 28 30 77 76.5 231 Rina 28 30 77 28 31 77 20 30 39 64.3 132 Erna 23 30 55 21 31 40 23 31 77 57.3 1
No. Nama Ruang Tamu Ruang Keluarga Kamar Tidur
C. KELEMBABAN
Rata² Kategori
BB (°C ) BK (°C ) Hasil BB (°C ) BK (°C ) Hasil BB (°C ) BK (°C ) Hasil33 Dina 28 33 68 ‐ ‐ ‐ 28 30 77 72.5 234 Jamati 25 32 57 25 30 67 24 31 56 60.0 135 Evi 24 33 47 23 33 55 24 31 56 52.7 136 Riyanti 24 34 43 ‐ ‐ ‐ 23 31 53 48.0 137 Farida 20 30 39 21 30 44 21 29 51 44.7 138 Tutik 28 32 74 27 33 63 27 29 76 71.0 239 Suprihatin 27 34 58 27 33 63 27 34 58 59.7 140 Parti 25 30 69 ‐ ‐ ‐ 24 31 56 62.5 141 Puji 20 30 39 21 39 49 21 31 40 42.7 142 Yasmiati 23 33 42 ‐ ‐ ‐ 23 31 55 48.5 143 Wiwik 25 34 74 26 33 63 24 32 51 62.7 144 Lina 28 30 77 28 30 77 28 33 65 73.0 245 Sri L. 29 32 77 28 33 68 28 37 77 74.0 246 Indah 25 34 48 24 32 54 25 32 57 53.0 147 Nur 20 29 43 21 29 49 21 29 49 47.0 148 St. Rohani 21 31 40 ‐ ‐ ‐ 21 30 44 42.0 249 Ninik 26 33 57 27 32 68 25 32 57 60.7 150 Heni 28 34 63 ‐ ‐ ‐ 27 33 63 63.0 151 Erni 20 30 39 ‐ ‐ ‐ 21 29 49 44.0 152 Yuyun 21 31 40 22 29 54 21 31 40 44.7 153 Rini 26 30 73 27 30 76 25 30 67 72.0 254 Juarni 28 33 68 ‐ ‐ ‐ 27 32 68 68.0 155 Siska 29 30 77 28 30 76 29 32 77 76.7 256 Ita 30 31 77 ‐ ‐ ‐ 29 30 77 77.0 257 Tutik 28 30 77 ‐ ‐ ‐ 28 29 77 77.0 258 Mulyani 26 30 73 26 30 73 27 30 76 74.0 259 Sri Rejeki 27 31 76 26 30 73 27 31 73 74.0 260 Ika 26 32 62 ‐ ‐ ‐ 27 31 73 67.5 161 Fatimah 28 30 77 28 31 77 28 30 77 77.0 262 Eni 20 30 39 ‐ ‐ ‐ 25 30 67 53.0 1
Keterangan :BB = Bola Basah 1 = Baik (40‐70%)BK = Bola Kering 2 = Tidak baik (< 40% atau > 70%)
No. Nama Ruang Tamu Ruang Keluarga Kamar Tidur Rata² Kategori
Lampiran 4
no nama pddkn pkrjan pnghsln ptr vntlsi pnchyaan klmbbn lantai dinding atap ispa1 Dwi Lestari 2 3 2 1 2 2 1 1 1 1 22 Narsih 5 4 3 1 2 1 2 1 1 1 23 Yanti 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 14 Desi 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 15 Tinah 3 4 3 1 2 2 1 1 2 2 16 Dewi 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 27 Samiasih 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 28 Mi'ah 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 29 Karniyah 1 4 3 1 2 2 1 1 2 2 110 Tarisah 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 111 Anisa 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 212 Tini 1 4 1 1 2 1 2 2 1 2 213 Ruminah 3 2 2 1 1 1 2 1 1 1 214 Sriani 3 2 1 1 2 2 1 1 2 1 115 Supriatin 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 116 Roliah 3 3 2 2 1 1 2 2 1 1 217 Darmi 2 4 3 1 2 2 1 1 2 2 118 Surati 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 119 Warsini 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 220 Lestari 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 121 Marni 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 222 Tumi 4 4 3 1 2 2 1 1 2 2 123 Sutini 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 224 Warsini 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 125 Haryatun 5 3 2 1 1 2 1 1 1 1 226 Purwanti 4 1 2 1 2 1 1 2 2 2 127 Narsih 2 4 3 1 2 1 1 1 1 2 228 Yatmi 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 129 Nuryanti 1 4 2 2 2 1 2 1 1 1 230 Sri Rahayu 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 131 Rina 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 232 Erna 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 233 Dina 2 4 3 1 2 2 2 2 2 1 134 Jamati 2 3 2 1 2 2 1 2 2 2 135 Evi 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 236 Riyanti 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 137 Farida 3 4 3 1 2 2 1 1 1 1 238 Tutik 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 139 Suprihatin 1 1 3 1 1 2 1 1 2 2 240 Parti 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 141 Puji 5 1 3 1 1 1 1 2 2 1 142 Yasmiati 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 143 Wiwik 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1
HASIL ANALISIS
no nama pddkn pkrjan pnghsln ptr vntlsi pnchyaan klmbbn lantai dinding atap ispa44 Lina 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 145 Sri L. 3 1 2 1 1 2 2 1 1 1 246 Indah 2 3 2 1 2 1 1 2 2 2 147 Nur 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 248 St. Rohani 2 4 3 1 1 2 2 1 2 1 149 Ninik 2 3 2 1 2 2 1 2 2 2 150 Heni 4 4 3 1 1 2 1 1 1 1 151 Erni 2 3 2 1 2 2 1 1 2 1 152 Yuyun 5 1 3 1 2 2 1 2 1 1 153 Rini 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 254 Juarni 3 1 3 1 1 1 1 1 1 2 255 Siska 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 156 Ita 2 3 2 1 2 2 2 2 2 1 157 Tutik 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 158 Mulyani 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 159 Sri Rejeki 5 3 2 1 2 2 2 2 2 2 160 Ika 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 261 Fatimah 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 162 Eni 4 1 3 1 2 1 1 2 1 1 1
Gambar : Pengukuran luas lantai
Gambar : Pengukuran Kelembaban
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar : Jendela rumah yang tidak bisa di buka
Gambar : Ventilasi rumah
Gambar : Atap rumah
Gambar : Dinding rumah
Gambar : Pengukuran pencahayaan alami
Gambar : Luxmeter