-
IMPLEMENTASI KETERAMPILAN PENGELOLAAN KELAS
DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 1 MRANGGEN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh :
MUTTAQIN
NIM : 3104325
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2009
-
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (Empat) Eksemplar Semarang, 21 Desember 2009 Hal : Naskah Skripsi Kepada Yth.
An. Sdr. Muttaqin DekanFakultasTarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamualaikum Wr. Wb Setelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka saya menyatakan bahwa skripsi saudara: Nama : MUTTAQIN NIM : 3104325 Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul skripsi : Implementasi Keterampilan Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran PAI di SMP N 1 Mranggen Telah melalui proses bimbingan, selanjutnya saya mohon agar skripsi saudara tersebut dapat segera dimunaqosahkan.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb. Mengetahui, Pembimbing I Pembimbing II Drs. Abdul Rahman, M.Ag Drs. H. Jasuri, M.S.I NIP. 196911051994031003 NIP. 196710141994031005
-
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Tanggal Tanda Tangan
1. Drs. H. Mat Sholikhin, M. Ag. ____________ _____________
2. Fahrurrozi, M.Ag. ____________ _____________
3. Drs. H. Fatah Syukur, M.Ag. ____________ _____________
4. Dr. H. Hamdani Muin, M. Ag. ____________ _____________
-
iv
ABSTRAK
MUTTAQIN (NIM: 3104325). Implementasi Keterampilan Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Mranggen. Skripsi, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: bagaimana keterampilan pengelolaan kelas dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Mranggen yang meliputi keterampilan dalam pengelolaan tata ruang kelas, pengelolaan waktu, pengelolaan materi dan pengelolaan siswa.
Penelitian ini menggunakan metode survei atau observasi yang bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Subyek penelitian ini sebanyak 2 orang guru. Pengumpulan datanya menggunakan instrumen, interview, dan observasi.
Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif deskriptif, dimana dalam penelitian ini penulis menggunakan kajian deskriptif yang mana dalam pengumpulan data menggunakan metode observasi dan interview. Sedangkan dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis deskriptif.
Dan dari hasil analisis keterampilan pengelolaan kelas menunjukkan bahwa guru mapel PAI di SMP Negeri 1 Mranggen memiliki keterampilan pengelolaan kelas yang baik, dilihat dari kompetensi guru dalam: (1) keterampilan dalam pengelolaan tata ruang kelas guru berada pada kualifikasi baik, meskipun pembelajaran masih berlangsung secara klasikal, tidak ada perbedaan yang berarti, terkait dengan pengaturan tata ruang kelas yang di lakukan guru cukup memadai untuk pembelajaran dan penciptaan suasana belajar mengajar yang menyenangkan. (2) keterampilan dalam pengelolaan waktu rata-rata guru berada pada kualifikasi baik, terkait dalam pengalokasian waktu agar terorganisir dalam pelaksanaannya dibagi dalam beberapa tahap antara lain waktu untuk pembukaan, kegiatan inti, kegiatan penutupan, dan penjelasan tugas-tugas, guru merinci alokasi waktu untuk masing masing kegiatan sesuai kebutuhan dalam pengajaran yang mengacu pada perencanaan yang dibuat. (3) keterampilan dalam pengelolaan materi guru mapel PAI rata-rata juga berada pada kualifikasi baik. Dari kompetensi guru dalam pengelolaan materi setiap guru telah membuat perencanaan yang berpedoman pada buku sumber materi pengajaran yang sudah tercantum pada kurikulum yang ada, sehingga materi pelajaran yang tersusun memudahkan penyampaian kepada murid dan untuk menghindari penyampaian materi agar tidak menyimpang guru mengacu pada rencana pembelajaran. (4) keterampilan dalam pengelolaan siswa rata-rata guru berada pada kualifikasi cukup, meski belum semuanya siswa terlibat aktif dalam kegiatan pengajaran tapi minimal sebagian dari siswa sudah menunjukkan partisipasinya dalam proses pengajaran.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi khususnya bagi guru mata pelajaran PAI, dan juga guru-guru bidang studi yang
-
v
lain sehingga dapat dijadikan pedoman serta bahan untuk meningkatkan kompetensi guru.
MOTTO
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al Baqarah: 286)1
Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Rad : 11)2
1 Depag RI, Al-Qur`an dan terjemah, (Jakarta: CV Pustaka Agung Harapan, 2006), hlm.47. 2 Depag RI, ibid. hlm. 370
-
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Bapak dan ibuku tercinta, yang selalu berjuang, berdoa dan memberikan
restunya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT selalu mencurahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada
kita se-Keluarga.
Mami, mbak Ut, dan honey yang selalu memberikan dukungan do`a dan
motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
Sahabat ku (Sugenk, Ngemplik, Mujib, Ucok, Taqin Purwodadi & temen-
temen yang lain seperjuangan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu).
Terima kasih atas dorongan semangat, saran, kritik, kebaikan dan ketulusan
kalian. Semoga apa yang kita perbuat akan menjadikan kebaikan kelak &
mencapai kesuksesan dunia akhirat.
Dan untuk Almamater tercinta
-
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan taufiq serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Shalawat serta salam terlimpahkan selalu kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, para keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya, yang telah
membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan khususnya ilmu ke-
Islaman, sehingga bisa menjadi bekal kita, baik didunia maupun akhirat kelak.
Suatu kebanggaan tersendiri, jika suatu tugas dapat terselesaikan dengan
sebaik-baiknya. Bagi peneliti, penyusunaan skripsi merupakan tugas yang tidak
ringan. Penulis sadar banyak hambatan dan rintangan dalam proses penyusunan
skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan peneliti sendiri. Kalaupun
skripsi ini terselesaikan, tentunya kerena banyak pihak yang membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
Oleh karena itu peneliti sampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Abdul Djamil M.A., selaku rektor IAIN Walisongo Semarang.
2. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
3. Ahmad Mutohar, M.Ag., selaku ketua jurusan PAI dan Nasirudin, M.Ag.,
selaku sekretaris jurusan PAI.
4. Drs. Abdul Rahman, M.Ag., Drs. H. Jasuri, M.S.i selaku Dosen
Pembimbing yang selalu sabar dan bijak dalam memberikan arahan-arahan
serta dorongan yang sangat bermanfaat guna terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mengajarkan ilmunya dengan ikhlas
kepada penulis selama belajar di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
6. Bapak dan Ibuku tercinta yang mana telah memberikan motivasi, doa,
bimbingan dan segala-galanya kepada penulis dalam menyelesaikan studi
di IAIN Walisongo Semarang ini.
-
viii
7. Kepala SMP Negeri 1 Mranggen yang telah berkenan memberikan izin
dalam penelitian skripsi ini.
8. Guru mata pelajaran PAI di SMP Negeri 1 Mranggen yang telah berkenan
memberikan bantuan dan meluangkan waktunya dalam penelitian skripsi
ini.
9. Kepala TU SMP Negeri 1 Mranggen yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan proses penelitian.
10. Semua yang terkait yang telah banyak membantu peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini. Tiada kata yang pantas diucapkan selain ucapan
doa semoga Allah SWT mencatat jasa baik mereka sebagai amal yang
shaleh di sisi-Nya serta diridhoi-Nya.
Tiada kata terindah yang pantas terucap selain doa peneliti semoga
segala kebaikan akan dibalas dengan kasih sayang dan ridha Allah SWT.
Akhirnya, semoga skripsi ini selalu bermanfaat bagi peneliti dan para pembaca.
Amin.
Semarang, 21 Desember 2009
Penulis,
MUTTAQIN
-
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN ABSTRAKSI ................................................................................. iv
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi
HALAMAN DEKLARASI ................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Penegasan Istilah ..................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian .................................................................... 6
E. Kajian Pustaka ......................................................................... 6
F. Metodelogi Penelitian .............................................................. 8
1. Jenis Penelitian..........8
2. Metode Pengumpulan Data...9
3. Metode Analisis Data..10
BAB II : Keterampilan Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran PAI A. Keterampilan pengelolaan kelas ......................................... 12
1. Pengertian Keterampilan Pengelolaan Kelas..12
2. Tujuan Pengelolaan Kelas.14
3. Ruang Lingkup Pengelolaan Kelas..17
4. Prinsip-Prinsip Dalam Pengelolaan Kelas.26
5. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas28
6. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas .34
-
x
B. Pembelajaran PAI.......... 36
1. Pengertian Pembelajaran PAI 36
2. Tujuan Pembelajaran PAI 37
3. Ruang Lingkup Pembelajaran PAI .38
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pembelajaran PAI ...41
C. Keterampilan
pengelolaan kelas dalam pembelajaran PAI 43
1. Tahap Persiapan (Pre Condition) ...43
2. Tahap Pelaksanaan (Operating Procedures) .43
BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN (TINJAUAN TENTANG KETERAMPILAN PENGELOLAAN KELAS GURU PAI
DI SMP NEGERI 1 MRANGGEN)
A. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Mranggen..45
1. Sejarah SMP Negeri 1 Mranggen..45
2. Tinjauan Geografis SMP Negeri 1 Mranggen46
3. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 1 Mranggen46
4. Data Guru dan Siswa SMP Negeri 1 Mranggen.48
5. Strukur Organisasi SMP Negeri 1 Mranggen.51
B . Implementasi Ketrampilan Pengelolaan Kelas dalam
Pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Mranggen.52
BAB IV : ANALISIS TERHADAP KETERAMPILAN PENGELOLAAN KELAS GURU PAI DI SMP NEGERI 1
MRANGGEN
A. Analisis Pengelolaan/Manajemen
Pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Mranggen.65
B. Analisis Implementasi Keterampilan
Pengelolaan Kelas Guru Mapel PAI
di SMP Negeri 1 Mranggen ..69
-
xi
1. Keterampilan dalam Pengelolaan Tata Ruang Kelas ..69
2. Keterampilan dalam Pengelolaan Waktu.72
3. Keterampilan dalam Pengelolaan Materi.74
4. Keterampilan dalam Pengelolaan Siswa..77
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........ 80
B. Saran....... 81
C. Penutup ...... 82
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
-
xii
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) untuk dengan penuh
tanggung jawab membimbing anak-anak didik ke kedewasaan.1 Seperti
halnya dalam pendidikan agama pendidikan ditujukan untuk membimbing
anak agar mengerti nilai-nilai ajaran agama kemudian mampu menyelaraskan
dan mengamalkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Ditegaskan dalam
undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(sisdiknas) pasal 30 ayat 2 ditegaskan bahwa :
Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agamanya atau menjadi ahli ilmu agama.2
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Guru adalah
semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing
dan membina anak didik baik secara individual maupun klasikal, di sekolah
maupun diluar sekolah.3 Mengajar adalah perilaku yang universal. Artinya,
semua orang dapat melakukannya, akan tetapi bagi seorang guru untuk
dapat mengajar dengan baik diperlukan keahlian. Guru dituntut bukan hanya
menguasai materi saja, tetapi juga harus menguasai tentang pendidikan
dan pengajaran, di samping syarat-syarat khusus yang lain yang akan
menjadikannya sebagai guru yang berkompeten dalam bidangnya, sehingga
proses interaksi edukatif dapat berjalan dengan optimal dan mampu
menciptakan lingkungan belajar yang efektif bagi anak didik.
1 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 293.
2 Depertemen Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional), (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2003), hlm. 21.
3 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 32.
1
-
2
Penyelenggaraan pendidikan salah satunya melalui jalur
pendidikan formal yaitu sekolah. Sekolah merupakan tempat belajar
yang diselenggarakan melalui prasarana yang di lembagakan. Sekolah
sebagai organisasi kerja terdiri dari beberapa kelas, baik yang bersifat paralel
maupun berjenjang. Setiap kelas merupakan unit kerja yang berdiri
sendiri dan berkedudukan sebagai sub sistem yang menjadi bagian dari
sebuah sekolah sebagai total sistem. Pengembangan sekolah sebagai total
sistem atau satu kesatuan organisasi sangat tergantung pada penyelengaraan
dan pengelolaan kelas, baik lingkungan masing-masing sebagai unit kerja
yang berdiri sendiri maupun dalam hubungan kerja antara kelas yang satu
dengan yang lain.4 Di dalam didaktif terkandung suatu pengertian umum
mengenai kelas, yaitu sekelompok sistem yang pada waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.5
Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai peran yang sangat
penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan, dalam
arti guru harus selalu menciptakan suasana yang kondusif dalam lingkungan
pendidikan dan menjalankan tugasnya di dalam kelas dengan semaksimal
mungkin demi tercapainya tujuan pendidikan. Guru memiliki peranan yang
sangat sentral, baik sebagai perencana, pelaksana, maupun evaluator
pembelajaran.6 Maka seorang guru hendaknya tidak memiliki pandangan
bahwa mengajar hanya merupakan tugas yang telah menjadi kebiasaan
sehingga dia terpaku dengan cara dan gaya lama, tidak ada dinamika. Tetapi
sebaliknya, guru diharapkan untuk selalu melakukan inovasi dan kreativitas
untuk mengembangkan proses pembelajaran kearah yang lebih baik, efektif
dan efisien.
Dengan demikian untuk menciptakan situasi yang kondusif demi
untuk memperoleh hasil yang efektif dalam proses belajar mengajar tidaklah
4 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai
Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1982), hlm. 115 5 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa; Sebuah Pendekatan
Evaluatif, (Jakarta: Rajawali, 1992), hlm. 17. 6 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenagkan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 2005), hlm. 13
-
3
cukup ditunjang oleh penguasaan materi saja, tetapi guru juga harus
mempunyai keterampilan dasar yang diharapkan akan dapat membantu dalam
menjalankan tugas dalam interaksi edukatif. Keterampilan mengajar
merupakan faktor dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk
meningkatkan mutu pengajaran, diantaranya adalah keterampilan
pengelolaan kelas yang penting diperhatikan oleh seorang guru dalam
menghadapi murid atau anak didiknya.
Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang
sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas
merupakan masalah yang kompleks. Guru menggunakannya untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas untuk mencapai tujuan
pengajaran secara efisien dan memungkinkan anak didik belajar. Dengan
demikian, pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran
yang efektif. Tugas utama dan yang paling sulit dilakukan guru adalah
pengelolaan kelas, lebih-lebih tidak ada satupun pendekatan yang dikatakan
paling baik.7 Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari, bahkan
dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan anak didik selalu berubah.
Hari ini anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok
belum tentu. Jadi, pengelolaan kelas adalah suatu upaya memberdayakan
potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses
interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.8
Perlu disadari bahwa bekerja dalam dunia pendidikan,
khususnya dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan kelas, tidak bisa
bertindak seperti seorang juru masak dengan buku resep masakannya.
Suatu masalah yang timbul mungkin dapat berhasil diatasi dengan cara
tertentu pada saat tertentu dan untuk seorang atau sekelompok peserta
didik tertentu. Akan tetapi cara tersebut mungkin tak dapat
dipergunakan untuk mengatasi masalah yang sama, pada waktu yang
berbeda, terhadap seorang atau sekelompok peserta didik yang lain.
7 Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hlm. 144. 8 Ibid., hlm. 172-173
-
4
Oleh karena itu keterampilan guru untuk dapat membaca situasi kelas
sangat penting agar yang dilakukan tepat guna.9 Dengan mempelajari
berbagai pendekatan pengelolaan dan mencobanya dalam berbagai situasi
kemudian dianalisis secara sistematis, diharapkan agar setiap guru dapat
mengelola kelas dengan cara yang lebih baik. Berdasarkan pemikiran inilah
yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian tentang
keterampilan pengelolaan kelas. Untuk keperluan tersebut, penulis
mengangkat judul penelitian IMPLEMENTASI KETERAMPILAN
PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMPN 1
MRANGGEN.
B. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi salah penafsiran dan kesalahpahaman, maka di
sini akan diberikan pengertian yang jelas tentang judul di atas dengan arti
atau pengertian, baik masing-masing kata maupun istilah agar mudah
dipahami.
1. Implementasi
Implementasi berarti "pelaksanaan, penerapan.10 Dalam hal ini
berarti penerapan keterampilan pengelolaan kelas dalam pembelajaran
PAI.
2. Keterampilan Pengelolaan Kelas
"Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat
syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah,
seperti menulis, mengetik, olah raga dan sebagainya".11
"Pengelolaan adalah proses, cara perbuatan mengelola, proses
yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan.12
9 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 122-
123. 10 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), hlm. 529. 11 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 119. 12 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, op. cit., hlm. 657.
-
5
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila
terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif.13 Dengan kata
lain, kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif. Ada dua
komponen keterampilan pengelolaan kelas, pertama keterampilan yang
berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang
optimal (bersifat preventif), kedua, keterampilan yang berhubungan
dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal. Dengan
dimilikinya keterampilan pengelolaan kelas diharapkan guru dapat
mengelola kelas dengan baik dalam kondisi apapun, sehingga siswa
dapat menunjukkan ketekunan semangat dalam belajar serta berperan
aktif dalam proses pembelajaran.
3. Pembelajaran PAI
Pembelajaran adalah proses interaktif yang berlangsung antara guru
dan siswa atau juga antara kelompok siswa dengan tujuan untuk
memperoleh pengetahuan keterampilan atau sikap serta memantapkan
apa yang dipelajari itu.14
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah usaha sadar untuk
menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati
dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran
dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati
agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.15
Jadi, pembelajaran PAI adalah proses interaktif yang berlangsung
antara guru dan siswa untuk memperoleh pengetahuan dalam meyakini,
membantu, menghayati dan mengamalkan agama Islam dari
pelajaran PAI.
13 Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hlm. 144. 14 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), hlm. 102 15 Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, (Jakarta: Remaja Rosdakarya,
2001), hlm. 75-76.
-
6
C. Rumusan Masalah Dari judul penelitian yang penulis kemukakan di atas, terdapat
permasalahan yang penulis rumuskan yaitu: bagaimana implementasi
keterampilan pengelolaan kelas dalam Pembelajaran PAI di SMPN 1
Mranggen?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, ada tujuan penelitian yang ingin
dicapai, yaitu: untuk mengetahui implementasi keterampilan pengelolaan
kelas dalam Pembelajaran PAI di SMPN 1 Mranggen?
E. Kajian Pustaka Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan menjelaskan isi
skripsi dengan menyampaikan beberapa kajian pustaka yang ada kaitannya
dengan judul skripsi ini
Pertama, buku pengelolaan kelas dan siswa: sebuah pendekatan
evaluatif oleh Suharsimi Arikunto. Dalam buku ini dijelaskan tentang
pengertian pengelolaan, meliputi pengelolaan kelas dan pengelolaan siswa,
salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah kemampuan
pengelolaan kelas sebagai bagian dari pengelolaan siswa secara keseluruhan.
Dalam bukunya tersebut, tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak
di kelas itu dapat belajar dengan tertib, sehingga segera tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien.16
Kedua, buku proses belajar mengajar, oleh J.J. Hasibuan
dan Moedjiono. Dalam buku ini dijelaskan macam-macam keterampilan
dasar yang diutamakan bagi seorang guru. Keterampilan tersebut
adalah keterampilan memberi penguatan, bertanya, menggunakan
variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, mengajar kelompok
kecil dan perorangan, mengelola kelas dan keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil. Melihat sedemikian kompleks keterampilan mengelola
16 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 68.
-
7
kelas, maka penguasaan atau pemahaman komponen dengan
keterampilan menggunakannya harus dikerjakan dan dilatih secara intensif.
Ketiga, buku Pengelolaan Pengajaran, oleh Ahmad Rohani
HM, dijelaskan mengenai bagaimana mengelola kelas yang efektif,
permasalahan dalam pengelolaan kelas, usaha preventif masalah
pengelolaan kelas. Dan pendekatan dalam pengelolaan kelas, sebagai
pekerja profesioanal seorang guru harus mendalami karangka acuan
pendekatan-pendekatan sebab di dalam penggunaannya ia harus
terlebih dahulu menyakinkan bahwa pendekatan yang pilihnya untuk
menangani suatu kasus pengelolaan kelas merupakan alternatif yang
terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya.
Keempat, buku Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,
oleh Syaiful Bahri Djamarah, dijelaskan setiap guru masuk ke dalam kelas,
maka pada saat itu pula ia menghadapi dua masalah pokok, yaitu
masalahpengajaran dan masalah manajemen. Masalah pengajaran
adalah usaha membantu anak didik dalam mencapai tujuan, khusus
pengajaran secara langsung, sedangkan masalah manajemen adaalah usaha
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa,
sehingga proses interaksi edukatif dapat berlangsung secara efektif dan
efesien.17
Kelima, buku Menjadi Guru Profesional oleh Moh Uzer
Usman. Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager) guru
hendaknya mampu mengelola kelas, karena kelas merupakan lingkungan
belajar serta merupakan suatu aspek dari lingkungan sekolah yang perlu
diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan
belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap
lingkungan itu turut menentukan sejauhmana lingkungan tersebut menjadi
lingkungan belajar yang baik. suatu kondisi belajar yang optimal dapat
dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
17 Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hlm. 145.
-
8
pengajaransuatu kondisi belajar yang optimal dapat dicapai jika guru mampu
mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana
yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.18
Selain buku-buku tersebut di atas yang dijadikan landasan teori,
penulis juga menggunakan skripsi yang ada kaitannya dengan skripsi ini
sebagai bahan perbandingan.
Skripsi karya Rahmat Faton Qulubi, Nim. 3198200 yang
berjudul Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Prestasi Belajar Bidang
Studi Agama Islam di SLTP Karanganyar Surakarta. Skripsi
tersebut menjelaskan pengertian pengelolaan kelas, ruang lingkup
pengelolaan kelas, juga tujuan dari pengelolaan kelas. Dengan mempelajari
berbagai pendekatan pengelolaan dan mencobanya dalam berbagai situasi
kemudian dianalisis secara sistematis, diharapkan agar setiap guru dapat
mengelola kelas dengan cara yang lebih baik, kondisi yang kondusif
dalam kelas merupakan prasyarat utama terjadinya proses belajar
mengajar yang efektif.19
Dari beberapa kajian pustaka yang telah disebutkan dan dijelaskan di
atas, jelas terlihat adanya perbedaan antara karya-karya ilmiah tersebut dengan
tema penelitian yang hendak penulis bahas, s e l a i n i t u penulis belum
menemukan pembahasan khusus tentang implementasi keterampilan
pengelolaan kelas dalam suatu pembelajaran.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Ditinjau dari segi metodologi, penelitian ini merupakan
jenis penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian
kualitatif adalah sebagai berikut: Kirk dan Miller mendefinisikan
penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
18 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1990), hlm. 90. 19 Rahmat Faton Quluby, Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Prestasi Belajar
Bidang Studi Agama Islam di SLTP Karanganyar Surakarta, Skripsi IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2003)
-
9
sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-
orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.20
Jenis penelitian ini seringkali juga dikenal sebagai
penelitian naturalistik, karena sifatnya yang alami (mengalir).
Penelitian ini memandang, bahwa kenyataan sebagai suatu yang
berdimensi jauh, utuh (merupakan satu kesatuan) dan berubah (open
ended). Karena itu, tidak mungkin disusun rancangan penelitian yang
terinci dan tetap sebelumnya, rancangan penelitian berkembang selama
proses berlangsung.
2. Metode Pengumpulan Data
Bentuk penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian
kualitatif, sehingga data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata bukan
angka seperti penelitian kuantitatif. Dalam analisis data, penulis
menempuh langkah-langkah melalui riset kepustakaan (library
research), yaitu suatu riset kepustakaan atau penelitian murni.21 Data
tersebut akan penulis ambil dari berbagai macam sumber, baik yang
membahas topik penelitian ini secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun sumber primer adalah data yang diperoleh langsung
dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau
pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang
dicari.22 Dan sumber data primer ini terkait dengan pokok
permasalahan penelitian, berupa pengamatan langsung (observasi) dan
wawancara (interview).
Selain menggunakan sumber primer, penulis juga
menggunakan sumber sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
pendukung untuk memperjelas sumber data primer berupa data
kepustakaan yang berkorelasi erat dengan pembahasan objek penelitian.23
20 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995), hlm. 3. 21 Sutrisno Hadi, Metode Riset, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1987), hlm. 9. 22 Saifudin A z w a r , Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 91 23 Lexy J. Moleong, op. cit., hlm. 114.
-
10
Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Metode Observasi
"Observasi diartikan sebagai pengatamatan dan pencatatan
secara s istematik terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian".24 Objek yang akan diobservasi dalam kajian
penelitian ini, yakni seluruh rangkaian kegiatan belajar mengajar
(guru, murid, tempat belajar) dan pengamatan langsung
terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki meliputi: keterampilan
guru mengelola kelas dalam pembelajaran PAI di SMPN 1
Mranggen dan data-data lain yang diperlukan.
b. Metode Wawancara (interview)
"Wawancara adalah salah satu metode untuk mendapatkan data
melalui sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara".25 Dalam melaksanakan
interview, pewawancara membawa pedoman yang hanya garis
besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. Tanya jawab ini
dilakukan oleh peneliti kepada guru yang bersangkutan untuk
memperoleh data keterampilan pengelolaan kelas dalam pembelajaran
PAI.
3. Metode Analisis Data
Menurut Prof. Dr. Sugiono metode analisis data merupakan proses
mencari dan menyususun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-
unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
24 S. Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
hlm. 158. 25 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi
Offset, 1995), hlm. 63.
-
11
mudah difahami oleh diri sendiri dan orang lain. 26
Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola tertentu
atau menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan
berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-
ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut
dapat diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila
berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan
tehnik triangulasi, ternyata hipotesis diterima maka hipotesis tersebut
berkembang menjadi teori.27
26 Sugiono, M e t o d e Penelitian Pendidikan Pendekatan, Kuantitatif, Kualitaif, dan R
& D, (bandung: Alfabeta, 2006), hlm.335. 27 Ibid.
-
BAB II KETERAMPILAN PENGELOLAAN KELAS DALAM
PEMBELAJARAN PAI
A. Keterampilan Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran PAI 1. Pengertian Keterampilan Pengelolaan Kelas
Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan
urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan
jasmaniah, seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya.1
Pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan mengelola, proses yang
memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam
pelaksanaan dan pencapaian tujuan.2
Sedangkan kelas adalah tempat berlangsungnya pembelajaran yang
di dalamnya terdapat guru menyampaikan materi pada siswa pada waktu
yang sama.3 Di dalam belajar mengajar, kelas adalah tempat yang
mempunyai ciri khas yang digunakan untuk belajar yang memerlukan
konsentrasi, untuk menciptakan suasana kelas yang menunjang kegiatan
belajar yang efektif.4
Pengelolaan kelas dapat diartikan suatu usaha yang dilakukan oleh
penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan
maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan
belajar seperti yang diharapkan.5 Pengelolaan kelas merupakan
keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif,
dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.6
1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2000), hlm. 119 2 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), hlm.657. 3 Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, (Semarang: Rasail, 2008), hlm. 125. 4 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2002), hlm. 49. 5 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas Sebuah Pendekatan Evaluatif, (Jakarta: CV
Rajawali, 1992), hlm. 67-68. 6 E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenagkan, (Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 91.
12
-
13
Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut
menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu
pengaturan kelas dan pembelajaran itu sendiri.7 Bagi beberapa guru
dianggap benar-benar menguasai kelas apabila mereka dapat
mendominasi semua kegiatan di kelas dengan menguasai situasi kelasnya
sehingga terdapat kebebasan bergerak dan berbicara. Hal ini dikarenakan
keberhasilan dalam arti tercapainya suatu tujuan intruksional sangat
tergantung pada kemampuan guru mengatur kelas. Kelas yang baik secara
kondusif akan selalu menciptakan situasi belajar anak tanpa beban dan
selalu menikmati dalam setiap mengikuti proses belajar mengajar tanpa
merasa adanya suatu tekanan.
Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas
dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan
guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang
dikelola di mana dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif.
Sebagaimana sejalan dengan tujuan umum pengelolaan kelas, yaitu
menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-macam
kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik dan optimal.
Agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk
senantiasa belajar di dalamnya.8
Berdasarkan pengertian-pengertian pengelolaan kelas di atas dapat
disimpulkan bahwa pengelolaan kelas merupakan usaha guru menata
kehidupan kelas dengan persiapan yang sudah direncanakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. oleh karena itu, posisi
guru dalam kelas tidak hanya sebagai penyampai informasi melainkan
sebagai pengarah terjadinya proses belajar.
7 Conny Semiawan, dkk., Pendekatan Ketrampilan Proses, (Jakarta: Gramedia, 1990),
hlm. 63. 8 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000). hlm. 47.
-
14
2. Tujuan Pengelolaan Kelas Keberhasilan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran tidak saja
dituntut menguasai materi pelajaran, strategi dan metode mengajar,
menggunakan media atau alat pembelajaran. Tetapi guru menyediakan
atau menciptakan situasi dan kondisi belajar yang kondusif dan
menyenangkan yang memungkinkan kegiatan belajar mengajar bisa
berjalan dengan baik sesuai perencanaan dan mencapai tujuan sesuai yang
dikehendaki. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Al-
Baqoroh: 185
..
)185 :(Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu...(Q.S Al- Baqarah : 185).9
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, sebagaimana
dikutip oleh Djalaludin Abdurrahman Bin Abi Bakar As-Suyuti dalam
kitab Jami`us shoghir jilid II, Rasuluallah SAW, bersabda :
: :
) (
Dari Ibnu Abas, ia berkata, Rasuluallah SAW. Bersabda janganlah menyusahkan diri sendiri dan janganlah pula menyusahkan orang lain. (HR. Ahmad).10
Ayat dan hadits diatas dapat dijadikan acuan perlunya
dilakukannya perencanaan pengelolaan yang matang, pengelolaan yang
terkoordinasi dan kondusif yang dikerjakan secara sistematis,
9 Depag RI, Al-Qur`an dan Terjemah, (Jakarta: CV Pustaka Agung Harapan, 2006), hlm.
35. 10 Djalaludin Abdurrahman Bin Abi Bakar As-Suyuti, Jami`us ShoghirII, Darul Ihya`Al-
Kitabul `Arobiyah , (Indonesia, t.th.), hlm.203.
-
15
terorganisasi, terarah dan terawasi untuk mempermudah penciptaan
keadaan kelas yang kondusif, sehingga tercapai tujuan yang dikehendaki
Semua komponen keterampilan mengelola kelas mempunyai tujuan yang baik untuk anak didik maupun guru, yakni: 1) Untuk Anak didik
a) Mendorong anak didik mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri.
b) Membantu anak didik mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan memahaminya. Bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.
c) Membangkitkan rasa tanggung jawab untuk melibatkan diri dalam tugas dan pada kegiatan yang diadakan.
2) Untuk Guru a) Mengembangkan pemahaman dalam penyampaian pelajaran
dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat. b) Menyadari kebutuhan anak didik dan memiliki kemampuan
dalam memberikan petunjuk secara jelas kepada anak didik. c) Mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap
tingkah laku anak didik yang mengganggu. d) Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang
dapat digunakan, dalam lingkungannya dengan masalah tingkah laku anak didik yang muncul di dalam kelas.11
Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan, karena
ada tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas. Darwyn Syah
mengutip dari Syaiful Bahri dan Aswan Zain bahwa pengelolaan kelas
dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang
berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat
sesuai dengan kemampuannya, dengan pengelolaan kelas produknya harus
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu dengan penyediaan
fasilitas bermacam-macam kegiatan belajar mengajar siswa dalam
lingkungan sosial, emosional, dan intelektual di kelas.12
Guru sangat berperan dalam pengelolaan kelas. Apabila guru
mampu mengelola kelasnya dengan baik, maka tidaklah sulit bagi guru
11 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 147-148. 12 Darwyn Syah. dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm. 260.
-
16
untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Adapun menurut John
Jarolinek dan Clifford D. Foster tentang pengelolaan yang baik adalah:
a) Good classroom management enhances the mental and social development of pupils.
b) Good classroom provides intelectual and physical freedom within know parameters.
c) Good classroom facilitas the chievement of goals of instruction. d) Good classroom management allows children the develop skills of self
direction and independence. e) Good classroom management allows pupils to share some
responsibility for classroom management. f) Good classroom management works toward so warm, but from
relationship between the teacher and pupils attitudes towards the class.
g) Good classroom management result in positive pupils attitude toward the class.13
a) Pengelolaan kelas yang baik mempertinggi perkembangan mental dan
sosial murid-murid.
b) Pengelolaan kelas yang baik memberi kebebasan intelektual dan fisik
dalam karakter yang ditentukan.
c) Pengelolaan yang baik memungkinkan pencapaian tujuan
instruksional.
d) Pengelolaan yang baik mengizinkan kepada murid untuk ikut
berpartisipasi atas manajemen kelasnya.
e) Pengelolaan yang baik mengizinkan kepada murid untuk
mengembangkan kecakapan sendiri dan tidak tergantung pada orang
lain.
f) Pengelolaan yang baik membuat suasana yang hangat terhadap
hubungan antara guru dan murid.
g) Pengelolaan yang baik menghasilkan sikap murid yang positif terhadap
kelasnya.
13 B. Suryosubroto, Op. Cit,. hlm. 49.
-
17
3. Ruang Lingkup pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas yang efektif akan terwujud manakala dengan
melaksanakan aspek ruang lingkup di dalamnya. Menurut Dr. Suharsimi
Arikunto ada dua aspek yang harus dilakukan menyangkut pengelolaan
yang menyangkut siswa dan pengelolaan yang menyangkut fisik (ruangan,
perabot, dan alat pelajaran).14
Sedangkan dalam menciptakan suasana yang dapat menimbulkan
gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar, dan memberi bimbingan
dan bantuan terhadap siswa diperlukan pengorganisasian kelas yang
memadai untuk menumbuhkan dan mempertahankan kelas yang efektif,
yang harus memiliki: tujuan pengajaran, pengaturan waktu yang tersedia,
pengaturan ruang dan perabot pelajaran di kelas, dan pengelompokan
siswa dalam belajar.15
Dari uraian dua pendapat tersebut sebenarnya dapat diuraikan dan
menambahkan, kaitannya menilai kemampuan guru dalam pengelolaan
kelas, meliputi: pengelolaan tata ruang kelas, pengelolaan waktu,
pengelolaan tentang materi pengajaran dan pengelolaan kaitannya dengan
siswa.
a. Pengelolaan Tata Ruang Kelas
Penataan ruang kelas sangat penting dan tidak memiliki solusi
yang sederhana. Yang terpenting, bagaimana ruang kelas digunakan
mempengaruhi bagaimana pertisipan di kelas saling berhubungan dan
apa yang dipelajari oleh siswa.16 kondisi fisik lingkungan tempat
belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil belajar. Sarana
dan prasarana dalam kegiatan belajar di kelas adalah ruang untuk
belajar dan alat-alat pengajaran. Agar sarana pengajaran dapat
difungsikan secara optimal dan berhasil guna, sebagai usaha guru
dalam mencapai tujuan pembelajaran lingkungan fisik maka
14 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 68 15 Conny Semiawan, Op. Cit., hlm. 64. 16 Richrad I. Arends, Learning to Teaching (Belajar Untuk Mengajar), tej. Helly Prajitno
Soetjipto, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 130.
-
18
pengelolaan ruang harus di perhatikan, diantaranya meliputi: penataan
ruang belajar, pengaturan tempat duduk siswa, pengaturan alat-alat
pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas, dan ventilasi
dan tata cahaya.17
1) Penataan ruang belajar
Agar terciptanya suasana yang mengairahkan dalam
belajar, perlu diperhatikan penataan ruang belajar. Penyusunan dan
pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk
berkelompok dan guru bergerak secara leluasa untuk membantu
siswa dalam belajar.
Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu: a) Ukuran dan bentuk kelas b) Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa c) Jumlah siswa di dalam kelas d) Jumlah siswa di dalam setiap kelompok e) Jumla kelompok di dalam kelas f) Komposisi siswa dalam kelompok (siswa pandai dengan
kurang pandai, pria dengan wanita).18 Dengan melihat kondisi fisik tersebut maka guru dapat
mengambil perencanaan dalam menggunakan metode dan strategi
pengajaran dalam pembelajaran.
2) Pengaturan tempat duduk siswa
Dalam belajar anak didik memerlukan tempat duduk.
Karena tempat duduk mempengaruhi dalam belajar anak didik.
Sebaiknya tempat duduk anak didik tidak berukuran besar agar
mudah diubah-ubah formasinya sesuai kebutuhan. Selain itu, kursi
dan meja peserta duduk dan guru juga menunjang perlu ditata
(setting kelas) sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kegiatan
pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik, agar
memenuhi prinsip pengelolaan tata ruang kelas, meliputi: (1)
Aksebilitas: yaitu peserta didik mudah menjangkau sumber belajar
17 Syaiful Bahri Djamarah, Op Cit., hlm. 174-177. 18 Conny Semiawan, Op. Cit., hlm. 65.
-
19
yang tersedia; (2) Mobilitas: yaitu peserta didik dapat bergerak ke
bagian lain kelas; (3) Interaksi: memudahkan interaksi antara guru
dan peserta didik maupun antar peserta didik; (4) Variasi kerja
peserta didik: yaitu memungkinkan peserta didik bekerjasama
secara perorangan, berpasangan, atau kelompok.19
Formasi pengaturan meja kursi yang dapat dikembangkan :
Formasi Huruf U, Meja Konferensi, Lingkaran, Susunan Chevron
atau huruf V, atau Kelas Tradisional yaitu berjejer atau berbaris
serata formasi auditorium. Formasi lainnya yang dapat digunakan
disesuaikan dengan tujuan dan strategi pembelajaran yang
digunakan atau intensitas interaksi yang digunakan oleh guru.
3) Pengaturan alat-alat pengajaran
Di antara alat-alat pengajaran di kelas yang harus diatur
adalah:
a) Perpustakaan Kelas.
b) Alat peraga/media pengajaran.
c) Papan tulis, kapur tulis dan lainlain.
d) Papan presensi anak didik.
4) Penataan keindahan dan kebersihan kelas
Dalam rangka pemeliharaan ruang kelas dalam
menciptakan kenyamanan didalamnya, hubungannya dalam
penataan komponen-komponen yang terkait, yang harus
diperhatikan dalam pemeliharan ruang kelas, antara lain:
a) Hiasan dinding.
b) Penempatan lemari.
c) Pemeliharaan kebersihan.
5) Ventilasi dan tata cahaya.
Dalam menjamin kesehatan peserta didik, yang perlu diperhatikan, yaitu: a) Ventilasi sesuai dengan ruangan kelas
19 Darwyn Syah. dkk, Op Cit., hlm. 304.
-
20
b) Pengaturan cahaya perlu diperhatikan sehingga cahaya yang masuk cukup
c) Cahaya masuk dari arah kiri, jangan berlawanan dengan bagian depan.20
Dalam pengelolaan tata ruang kelas ini, kaitannya dalam memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi anak didik dalam belajar, hal-hal berikut dapat dijadikan pegangan para guru, yaitu: 1) Mengatur tempat duduk anak didik harus mencerminkan
belajar efektif. Bangku yang disediakan memungkinkan dipindah-pindahkan atau diubah tempatnya.
2) Ruangan kelas yang bersih dan segar akan menjadi anak didik bergairah belajar.
3) Memelihara kebersihan dan kenyamanan suatu kelas/ruang belajar, sama artinya dengan mempermudah anak didik menerima pelajaran.21
b. Pengelolaan Waktu
Dalam suatu kegiatan pastinya terdapat perencanaan, dari
perencanaan tersebut tentunya terdapat batas-batas waktu, dimana dari
waktu tersebut mengatur sekenario-sekenario yang harus dilakukan
dalam kegiatan di dalamnya. Sama halnya dalam dunia pendidikan
pastinya ada target-target yang harus dicapai, dan tentunya juga harus
menyesuaikan waktu yang dipakai dan target yamg harus ditempuh,
agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai.
Karena banyaknya jam atau waktu adalah faktor penting yang
mempengaruhi kesempatan untuk belajar di dalam pelajaran tertentu
adalah time on task, yaitu banyaknya waktu didalam pelajaran yang
dihabiskan murid untuk terlibat dengan kurikulum dan bukan dengan
kegiatan-kegiatan lain.22 Waktu yang tersedia dalam jadual untuk
setiap materi pelajaran, untuk setiap semester dan untuk satu tahun
ajaran sangat terbatas. Karena itu diperlukan pengaturan waktu atau
pengelolaan waktu yang tersedia. Melalui pengaturan waktu tersebut,
20 Syaiful Bahri Djamarah, Op Cit., hlm. 177. 21 Ibid., hlm. 178. 22 Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 116.
-
21
diharapkan siswa dapat melakukan berbagai kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan pengajaran.23
Dalam aspek kompetensi pengelolaan waktu seorang pengajar ada sejumlah unsur aktivitas yang perlu diperhatikan dan ditampilkan oleh pengajar agar waktu dapat digunakan secara efisien, yakni: 1) Memulai pengajaran tepat waktu (sesuai jadwal) 2) Meneruskan pengajaran sampai habis waktu yang telah
dialokasikan 3) Menghindari penundaan waktu yang tidak diperlukan selama
pengajaran berlangsung 4) Menghindari penyimpangan topik yang tidak diperlukan selama
pengajaran berlangsung 5) Sikap siswa yang keras ditanggapi dengan memadai 6) Gaya presentase memperhitungkan reaksi-reaksi yang tidak
diharapkan siswa.24 Dengan penilaian seorang guru memperhatikan jenis rincian waktu, yaitu: waktu untuk pembukaan, kegiatan inti, kegiatan penutupan, dan penjelasan tugas-tugas.25
Waktu yang tersedia hendaknya diisi dengan dengan kegiatan-
kegiatan, yang selain menggairahkan siswa untuk belajar juga dapat
memberikan hasil belajar yang produktif. Karena satu elemen yang
jelas tetapi sering diabaikan dalam menejemen kelas adalah memulai
pelajaran tepat waktu.26 Tentu saja masalah waktu ini bukan persoalan
guru yang bersangkutan saja, dalam pengaturan waktu tersebut juga
tidak lepas dari kebijakan sekolah dalam memaksimalkan waktu
pelajaran.
Menurut Carol Weinstein dan Andrew Mignano, yang dikutip Richrad I. Arends membedakan waktu pengajaran menjadi tujuh kategori: 1) Total time, adalah total waktu yang dihabiskan siswa dikelas. 2) Attended time, Adalah banyaknya waktu yang sebenarnya
digunakan siswa untuk hadir di sekolah. 3) Available time, sebagian waktu sekolah yang digunakan untuk
kegiatan diluar kegiatan belajar dikelas, seperti: istirahat, makan, rapat dan lain-lain.
23 Conny Semiawan, Op. Cit., hlm. 64. 24 Syafrudin Nurudin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum (Jakarta: Quantum
Teaching, 2005), hlm. 110. 25 Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1990), hlm. 117. 26 Daniel Muijs dan David Reynolds, Op. Cit., hlm. 117.
-
22
4) Planned academic time, waktu akademik yang direncanakan, dimana ketika guru menyisihkan sejumlah waktu untuk berbagai subjek dan kegiatan, seperti membuat rencana pembelajaran.
5) Actual academic time, banyaknya waktu yang sebenarnya dihabiskan guru untuk berbagai tugas dan kegiatan akademik atau disebut allocated time (waktu yang dialokasikan).
6) Engaged time, (waktu keterlibatan) banyaknya waktu yang sebenarnya dihabiskan siswa untuk kegiatan atau tugas belajar.
7) Academic learning time, (waktu belajar akademik) banyaknya waktu yang dihabiskan siswa untuk terlibat dalam tugas akademik hingga ia dapat meraih kesuksesan.27
c. Pengelolaan Tentang Materi
Materi atau bahan pelajaran atau yang dikenal dengan materi
pokok merupakan substansi yang akan diajarkan dalam kegiatan
belajar mengajar. Untuk itu guru harus menguasai materi atau bahan
pelajaran dengan baik.
Ada tiga persoalan yang berkaitan dengan penguasaan materi pelajaran, yaitu penguasaan materi pokok, uraian materi pokok, dan materi pelengkap. 1) Materi pokok adalah materi pelajaran bidang studi yang dipegang
atau diajarkan oleh guru. 2) Uraian materi pokok adalah pemecahan materi pokok bidang studi
yang diajarkan guru ke dalam sub-sub materi pokok. 3) Materi pelengkap merupakan materi penunjang yang dibutuhkan
guru untuk membuka wawasan baik dirinya maupun siswa yang diajarkannya dalam menunjang penyampaian materi pokok.28
Bahan pelajaran atau meteri pelajaran adalah gabungan antara
pengetahuan (fakta, informasi yang terperinci), keterampilan (langkah,
prosedur dan syarat-syarat) dan faktor sikap.29 Untuk itu setiap guru
akan mengajar, harus selalu membuat perencanaan untuk
memanajemen bahan materi tersebut, sehingga materi pelajaran yang
tersusun memudahkan penyampaian kepada murid dan dimengerti oleh
siswa dengan baik.
Tujuan pengelolaan atau pengorganisasian meteri pelajaran
ialah agar guru dapat memperhatikan sequence atau urutan dari materi
27 Richrad I. Arends, Op. Cit., hlm. 129-130. 28 Darwyn Syah. dkk, Op Cit., hlm. 114. 29 B. Suryosubroto, Op. Cit., hlm. 32.
-
23
yang akan diberikan, sesuai dengan tujuan instruksional yang telah
dirumuskan. Sehingga guru dituntut untuk memahami materi ajar yang
akan diajarkan, seperti: mengkaji kurikulum, menelaah buku teks ajar,
menelaah buku pedoman khusus bidang studi, mengkaji bahan
penunjang buku teks, mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan
profesi guru.
Inilah yang membedakan antara guru Pendidikan Agama Islam
dan guru umum lainnya, dilihat dari kemampuan pengelolaan
kelasnya, yaitu dalam mengembangkan materi yang akan diajarkan.
Sebagai guru PAI sebagai pekerjaan mulia juga memiliki tugas yang
lebih berat, terkait dalam praktek belajar mengajar di sekolah termasuk
madrasah dewasa ini, tipe-tipe prestasi kognitif cenderung lebih
dominan dari tipe-tipe afektif dan psikomotor. Untuk itu menjadi
pekerjaan rumah dan tugas bagi guru PAI untuk mengembangkan dan
menjabarkan ketiga tipe prestasi tersebut untuk mencapai tujuan TIK.30
Sebagai guru PAI ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan dan pengelolaan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam, antara lain: a. Penyiapan materi pelajaran berisi pokok-pokok isi materi yang
harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator hasil belajar.
b. Merinci materi pembelajaran dari batasan ruang lingkupnya baik aspek kognitif, afektif, psikomotor, kemudian diurutkan dan ditunjukkan keterkaitan antara isi materi yang dipelajari dengan nilai fungsi belajar PAI dan penerapan dalam kehiduan sehari-hari.
c. Penyampaian materi Isi materi pembelajarn PAI berkaitan dengan hal-hal yang abstrak seperti konsep keimanan, nilai-nilai, dan halhal yang bersifat konkret seperti fakta, dalil, prinsip, hukum, sikap dan prilaku, berakhlak dan amaliah ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Disesuaikan kemampuan dan kebutuhan berpikir peserta didik.
d. Menggunakan sumber belajar pelajaran PAI yang dapat di peroleh dari Al-Qur`an, hadits, kitab-kitab Aqidah Akhlak, buku teks, media cetak, radio dan lain-lain.
30 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2006), hlm. 156.
-
24
e. Persiapan materi dibuat (1) per satuan waktu dalam Silabus Pembelajaran (SP), (2) Per satuan pembelajaran dalam program rencana pelajaran (RPP).
f. Penguasaan materi pelajaran melalui pola kegiatan belajar di dalam kelas dan lingkungan sekolah lainnya.
g. Melaksanakan penilaian kesesuaian materi dengan hasil belajar secara terus menerus dengan prinsip penilaian berbasis kelas.31
Menurut Iwan Sumantri S.Pd manajemen kelas yang efektif
akan dapat terwujud mana kala melaksanakan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran antara lain:
1) Menetapkan aturan kelas 2) Memulai kegiatan tepat waktu 3) Mengatur pelajaran 4) Mengelompokkan siswa 5) Memberi Penilaian hasil belajar 6) Mengakhiri Pelajaran.32
d. Pengelolaan Pengaturan Siswa
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2003 tentang Sisdiknas dalam pasal 1 disebutkan siswa atau peserta
didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.33 Definisi tersebut menghendaki
guru untuk mampu memanaj potensi siswa secara individu, baik di
dalam kelas dalam mengikuti pelajaran dengan baik maupun di luar
kelas dengan memberikan tugas.
Di dalam kelas biasanya ada keberagaman dalam kemampuan
baik itu yang pandai, sedang dan kurang. Karenanya, guru perlu
mengatur atau mengelola siswa kapan siswa bekerja perorangan,
berpasangan, berkelompok, atau klasikal disesuaiakan jenis kegiatan,
31 Darwyn Syah. dkk, Op Cit., hlm. 117. 32 Iwan Sumantri, Berbagai Macam Pengelolaan kelas dan Implikasinya Terhadap
Pegembangan RPP, http://iwansmtri.blogspot.com/2008/12/berbagai-macam-pengelolaan-kelas-dan.html, hlm, 2. diakses Pada Tanggal 22 Oktober 2009.
33 Depertemen Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional), (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2003), hlm. 5.
-
25
keterlibatan siswa, interaksi pembelajaran, waktu belajar, serta
ketersediaan sarana dan prasarana serta beragam karateristik siswa.34
Langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam
pengelolaan siswa dalam belajar harus disesuaikan dengan minat dan
kebutuhan siswa adalah pengelompokan siswa dalam belajar, seorang
guru harus menyusun anggota kelompok siswa tersebut dengan jalan,
antara lain:
1) Mengorganisasi siswa
Untuk melatih dan menciptakan ketertiban kelas, perlu
dibentuk organisasi anak didik di kelas. Pembentukan organisasi
kelas merupakan langkah awal melatih dan membina siswa dalam
hal berorganisasi. Mereka dilatih untuk belajar bertanggung jawab
atas tugas yang dipercayakan.
Organisasi siswa juga dapat membantu guru dalam
menyediakan sarana pengajaran yang dibutuhkan, seperti
menyediakan kapur, alat peraga, buku paket, mengisi presensi dan
sebagainya.35
Dan dalam pengorganisasian ini guru juga harus
mempunyai perencanaan dalam hal pengorganisasian
mengembangkan potensi kemampuan peserta didik dengan
melibatkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
2) Pengelompokan siswa
Menurut Conny Semiawan dalam pengelompokan anak
didik, membagi siswa atas beberapa konsep yaitu:
a) Pengelompokan menurut kesenangan berkawan
Pada pengelompokan ini anak didik dibagi dalam
beberapa kelompok atas dasar perkawanan/ kesenangan bergaul
di antara mereka.
b) Pengelompokan menurut kemampuan
34 Darwyn Syah. dkk, Op Cit., hlm. 305 35 Syaiful Bahri Djamarah, Op Cit., hlm. 179.
-
26
Untuk memudahkan pelayanan guru, anak didik
dikelompokkan ke dalam kelompok cerdas, sedang, dan
lambat. Pengelompokan ini diubah sesuai dengan kesanggupan
individual dalam mempelajari mata pelajaran.
c) Pengelompokan menurut minat
Siswa-siswa yang melakukan kegiatan belajar yang sama
dikelompokan. Pada situasi seperti ini, guru perlu terus
menerus mengamati setiap siswa. Di samping itu, guru perlu
memberi dorongan kepada siswa untuk berpindah dari satu
kegiatan kegiatan yang lain.36
4. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas Sebagai upaya memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan
kelas, sebagai prasyarat menciptakan satu model pembelajaran yang
efektif dan efisien, beberapa prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dapat
dipergunakan sebagai berikut:37
a. Hangat dan Antusias
Suasana hangat dan antusiasme guru diperlukan dalam proses
belajar mengajar. Guru guru yang hangat dan penuh keakraban dengan
anak didik selalu menunjukkan semangat tanggung jawabnya dan
keinginannya untuk melaksanakan tugasnya sebagai guru dengan
sebaik-baiknya, hal ini akan berhasil dalam mengimplementasikan
manajemen kelas.
b. Tantangan
Tantangan dapat diberikan kepada siswa dengan menggunakan
kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan dalam rangka
meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi
kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. Tantangan
36 Conny Semiawan, Op. Cit., hlm. 67-68. 37 Syaiful Bahri Djamarah, Op Cit., hlm. 148.
-
27
juga, akan menarik perhatian anak didik untuk dapat menambah dan
mengendalikan gairah belajar mereka.
c. Bervariasi
Variasi dalam penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya
mengajar guru, pola interaksi antara guru dan siswa akan dapat
mengurangi munculnya gangguan dalam proses pembelajaran, serta
dapat meningkatkan perhatian siswa. Apabila penggunannya bervariasi
disesuaiakan serta situasi dan kondisi yang dibutuhkan. Dengan variasi
seperti yang telah disebutkan di atas merupakan kunci untuk
tercapainya manajemen kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan
belajar di kalangan siswa.
d. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi
mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan dari
siswa serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti
keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas, dan
sebagainya.
e. Penekanan pada Hal-hal yang Positif
Dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan serta
mengarahkan siswa berpikir dan berbuat kepada hal-hal yang positif
dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang
negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian
penguatan yang positif, serta kesadaran guru dalam menghindari
kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
f. Penanaman Disiplin Diri
Disiplin belajar siswa dan disiplin kelas menjadi tujuan akhir dari
pengelolaan kelas. Dan guru mengupayakan agar siswa dapat
mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu
mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan
guru sendiri hendaknya menjdai teladan mengenai pengendalian diri
-
28
dan pelaksanaan tanggung jawab. Dan menjadi tuntunan kepada guru
untuk selalu berdisiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut
berdisiplin dalam berbagai hal.
5. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas Komponen-komponen ketrampilan pengelolaan kelas ini pada
umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu ketrampilan yang
berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang
optimal (bersifat preventif) dan ketrampilan yang berhubungan dengan
pengembangan kondisi belajar yang optimal.38
a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan
pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif).
Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam
mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal tersebut yang meliputi
keterampilan sebagai berikut:
1) Menunjukkan sikap tanggap
Tanggap terhadap perhatian, keterlibatan, ketidakacuhan,
dan keterlibatan siswa dalam tugas-tugas di kelas. Siswa merasa
bahwa guru hadir bersama mereka dan tahu apa yang mereka
perbuat. Kesan ketanggapan ini dapat ditentukan dengan berbagai
cara sebagai berikut:
a) Memandang Secara Seksama
Memandang secara seksama dapat mengundang dan
melibatkan siswa dalam kontak pandangan serta interaksi antar
pribadi yang dapat ditampakkan dalam pendekatan guru untuk
bercakap-cakap, bekerja sama dan menunjukkan rasa
persahabatan.
b) Gerak Mendekati
Gerak guru dalam posisi mendekati kolompok kecil atau
38 Moh Uzer Usman, Op Cit., hlm. 91-93.
-
29
individu menandakan kesiagaan, minat dan perhatian guru
yang diberikan terhadap tugas serta aktivitas siswa. Gerak
mendekati hendaklah dilakukan secara wajar, bukan untuk
menakut-nakuti, mengancam, atau memberi kritikan dan
hukuman.
c) Memberikan Pernyataan
Pernyataan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan siswa
sangat diperlukan, baik berupa tanggapan komentar, ataupun
yang lain. Akan tetapi, haruslah dihindari hal-hal yang
menunjukkan dominasi guru. Misalnya dengan komentar atau
pernyataan yang mengandung ancaman seperti: "saya tunggu
sampai kalian diam ", " saya atau kalian yang keluar?" " atau
"siapa yang tidak senang dengan pelajaran saya silahkan
keluar!".
d) Memberikan Reaksi Terhadap Gangguan dan Ketakacuhan
Siswa
Apabila ada siswa yang menimbulkan gangguan atau
menunjukkan ketakacuhan, guru dapat memberikan reaksi
dalam bentuk teguran. Teguran guru merupakan tanda "ada
bersamanya guru". Teguran haruslah diberikan pada saat yang
tepat dan sasaran yang tepat pula sehingga dapat mencegah
penyimpangan tingkah laku.39
2) Memberikan Perhatian
Manajemen kelas yang efektif terjadi bila guru mampu
memberi perhatian kepada beberapa kegiatan yang berlangsung
dalam waktu yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan
dengan cara visual dan verbal.
a) Visual
Mengalihkan pandangan dari suatu kegiatan kepada kegiatan
yang lain dengan kontak pandang terhadap kelompok siswa
39 Moh Uzer Usman, Op. Cit, hlm. 91.
-
30
atau seorang siswa secara individual.
b) Verbal
Guru dapat memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan,
dan sebagainya terhadap aktivitas.
3) Memusatkan Perhatian Kelompok
Kegiatan siswa dalam belajar dapat dipertahankan apabila
dari waktu ke waktu guru mampu memusatkan perhatian
kelompok terhadap tugas-tugas yang dilakukan. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan cara berikut:
a) Menyiagakan siswa
Maksudnya ialah memusatkan perhatian siswa kepada suatu
hal sebelum guru menyampaikan materi pokok. Maksudnya
untuk menghindari penyimpangan perhatian siswa.
b) Menuntut Tanggung Jawab Siswa
Hal ini berhubungan dengan cara guru memegang teguh
kewajiban dan tanggung jawab yang dilakukan oleh siswa serta
keterlibatan siswa dalam tugas-tugas. Misalnya dengan
meminta kepada siswa untuk memperagakan, melakukan dan
memberikan respons.
4) Memberikan Petunjuk-petunjuk Yang Jelas
Hal ini berhubungan dengan cara guru dalam memberikan
petunjuk agar jelas dan singkat dalam pelajaran sehingga tidak
terjadi kebingungan pada diri siswa.
5) Menegur
Apabila terjadi tingkah laku siswa yang mengganggu kelas
atau kelompok dalam kelas, hendaklah guru mengaturnya secara
verbal. Teguran verbal yang efektif ialah yang memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
a) Tegas dan jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu serta
kepada tingkah lakunya yang menyimpang.
b) Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau yang
-
31
mengandung penghinaan.
c) Menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang
berkepanjangan.
6) Memberi Penguatan
Dalam hal ini guru dapat menggunakan dua cara yaitu:
Pertama, Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang
mengganggu, yaitu dengan jalan menangkap siswa tersebut ketika
ia sedang melakukakan tingkah laku yang tidak wajar, kemudian
menegurnya. Kedua, Guru dapat memberikan penguatan kepada
siswa yang bertingkah laku wajar dan dengan demikian menjadi
contoh atau teladan tentang tingkah laku positif bagi siswa yang
suka mengganggu.40 Dalam kitab Tarbiyah Al- Aulad Fi Al-
Islam, sebagai berikut:
: ,
41. ,
"Ada hal-hal penting yang harus diketahui oleh para pendidik dalam hal mengajarkan kebaikan kepada anak-anak dan membiasakan mereka berbudi luhur, yaitu mengikuti metode pemberian dorongan dengan kata-kata baik dan memberikan hadiah."
Dengan demikian pemberian penguatan dalam
pembelajaran, adalah penting untuk menumbuhkan motivasi
belajar dan rasa percaya diri siswa.
b. Ketrampilan yang Berkaitan dengan Pengembalian Kondisi Belajar
Yang Optimal
Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap
40 Ibid., hlm. 92 41 Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, Juz 2, (Beirut: Dar as-
Salam), hlm. 682.
-
32
gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat
mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar
yang optimal. Dalam batas tingkatan tertentu tertentu. Beberapa
strategi yang dapat digunakan oleh guru untuk perbaikan tingkah laku
siswa yang terus-menerus menimbulkan ganguan di kelas antara lain :
1) Memodifikasi Tingkah Laku
Beberapa langkah yang dipergunakan untuk mengorganisasi tingkah laku ialah: a) Mengawasi dan memperhitungkan masalah-masalah perilaku b) Berikan penguat motivasi terhadap perilaku yang anda
harapkan. c) Hentikan perilaku yang tidak anda harapkan. d) Ciptakan perjanjian perilaku dengan para siswa. e) Ciptakan perkiraan tentang perilaku yang diinginkan. f) Waktu jeda terkadang membantu para guru dengan
menghentikan lingkaran penguat motivasi yang menyebabkan beberapa perilaku yang tidak diharapkan.42
2) Pendekatan Pemecahan Masalah Kelompok
Pendekatan pemecahan masalah kelompok dapat dikerjakan
oleh guru sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi masalah-
masalah manajemen kelas. Keterampilan yang diperlukan antara
lain:
a) Peningkatan kerjasama dan keterlibatan
b) Menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul
3) Menemukan dan Mengatasi perilaku yang Menimbulkan Masalah
Cara-cara yang dapat dikerjakan adalah :
a) Pengabaian yang direncanakan
b) Campur tangan dengan isyarat.
c) Mengawasi dengan ketat.
d) Menguasai perasaan yang mendasari terjadinya suatu perbuatan
yang negatif.
e) Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan perasaanya.
f) Menjauhkan benda-benda yang dapat menggangu konsentrasi.
42 Kelvin Seifert, Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan, (Yogyakarta:
IRCiSoD, 2008), hlm. 241-250.
-
33
g) Menyusun kembali program belajar
h) Menghilangkan ketegangan dengan humor
i ) Mengekang secara fisik.
Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk
mengendalikan tingkah laku yang muncul, dan ia mengetahui sebab-
sebab dasar yang mengakibatkan ketidakpatutan tingkah laku tersebut
serta berusaha untuk menemukan pemecahannya.43
Dalam mengelola siswa-siswa di dalam kelas tidak hanya
mampu dalam memanaj potensi dalam belajar saja, tapi guru harus
bisa juga bagaimana menangani prilaku negatif dari siswa di kelas,
yang mana dapat menciptakan disiplin kelas sehingga ketertiban dalam
kegiatan belajar dapat terkendali.
Disiplin kelas diartikan sebagai usaha mencegah terjadinya
pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang telah
disetujui bersama dalam melaksanakan kegiatan kelas, agar pemberian
hukuman pada seseorang atau sekelompok orang yaitu murid, dapat
dihindari.44 Dari disiplin tersebut maka suasana tertib akan tercipta
dalam melaksanakan kegiatan di kelas, terutama dalam proses belajar
mengajar.
Beberapa hal yang harus dimiliki guru berkaitan dengan
kemampuan menciptakan disiplin kelas, kaitanyan dalam
menaggulangi pelanggaran disiplin, antara lain:
1) Pengenalan peserta didik
Makin baik guru mengenal peserta didik makin besar
kemungkinan guru untuk mencegah terjadinya pelanggaran
disiplin.
2) Melakukan tindakan koreaktif
Dimensi tindakan merupakan kegiatan yang seharusnya
dilakukan guru bila terjadi masalah manajeman atau pengelolaan.
43 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., hlm. 93. 44 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta: CV Haji
Masagung, 1989), hlm. 140.
-
34
Guru yang bersangkutan dituntut untuk berbuat sesuatu dalam
menghentikan perbuatan peserta didik secepat dan setepat
mungkin. Kegiatan ini juga bertujuan memonitor efektifitas aturan
tata tertib.
3) Melakukan tindakan penyembuhan
Pelanggaran yang sudah terlanjur dilakukan peserta didik atau
sejumlah peserta didik perlu ditanggulangi dengan tindakan
penyembuhan baik secara individu maupun kelompok.45
6. Pendekatan Pengelolaan Kelas Berbagai pendekatan dapat dilakukan oleh guru dalam melakukan
pengelolaan kelas atau pengelolaan kelas. Sebagai upaya guru
menciptakan pengelolaan disiplin kelas yang berhasil guna, agar kegiatan
pengelolaan kelas dapat berjalan secara maksimal.
Dr. H. Hadari Nawawi menguraikan tentang pendekatan-
pendekatan yang harus dilakukan guru di dalam kelas untuk mewujudkan
pengelolaan kelas yang efektif,46 antara lain yaitu:
a. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (Behavior-
Modification Approach)
Pendekatan ini bertolak dari sudut pandang Psikologi Behavior
yang berasumsi sebagai berikut:
1) Semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik merupakan
hasil proses belajar. Asumsi ini mengharuskan seorang guru kelas
menyusun program dan suasana yang merangsang terwujudnya
proses belajar yang membuat murid mewujudkan tingkah laku
yang baik menurut ukuran norma yang berlaku di lingkungan
sekitar.
2) Di dalam proses belajar terdapat proses psikologis fundamental
berupa penguatan positif (positive reinforcement), hukuman,
45 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), hlm. 129-133.
46 Hadari Nawawi, Op. Cit., hlm. 140-141
-
35
penghapusan (extinction) dan penguatan negatif (negative
reinforcement). Asumsi ini mengharuskan guru melakukan usaha-
usaha mengulang-ulangi program atau kegiatan yang dinilai baik
(perangsang) bagi terbentuknya tingkah laku tertentu terutama
dikalangan murid (respon).
b. Pendekatan berdasarkan suasana emosi dan hubungan sosial (Socio
emotional Climate Approach)
Pendekatan manajemen kelas ini terdapat dua asumsi pokok yang
dipergunakan dalam manajemen kelas, yaitu:
1) Iklim sosial dan emosional yang baik dalam arti ada hubungan
yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan siswa dan
siswa dengan siswa merupakan kondisi yang memungkinkan
berlangsungnya proses belajar yang efektif. Asumsi ini
mengharuskan seorang guru berusaha menyusun program kelas
dan pelaksanaanya yang didasari oleh hubungan manusiawi yang
diwarnai sikap saling menghargai dan menghormati antar personal
di kelas.
2) Iklim sosial dan emosional yang baik tergantung pada guru dalam
usahanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang didasari
dengan hubungan manusiawi yang efektif. Asumsi ini seorang guru
harus mendorong guru-guru agar dapat mewujudkan hubungan
manusiawi yang penuh saling pengertian, menghormati, dan saling
menghargai.
c. Pendekatan berdasarkan proses kelompok (Group-Process Approach)
Dasar dari pendekatan ini adalah Psikologi Sosial dan Dinamika
Kelompok yang mengetengahkan dua asumsi sebagai berikut:
1) Pengalaman belajar di sekolah bagi murid berlangsung dalam
konteks kelompok sosial. Asumsi ini mengharuskan guru kelas
dalam manajemen kelas selalu mengutamakan kegiatan yang dapat
mengikutsertakan seluruh personal di kelas. Dengan kata lain lebih
mementingkan kepentingan bersama dari pada kegiatan individual.
-
36
2) Tugas guru terutama adalah memelihara kelompok belajar agar
menjadi kelompok yang efektif dan produktif. Seorang guru harus
mampu membentuk dan mengaktifkan murid dalam bekerja sama
dalam kegiatan belajar mengajar. Bagi murid proses belajar dalam
kelompok (group studies) harus dilaksanakan secara efektif agar
hasilnya lebih baik daripada bilaman murid belajar sendiri
(produktif).
d. Pendekatan Electic (Alectic Approach)
Pendekatan ini menekankan pada potensial, kreativitas, dan
inisiatif guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut di atas
berdasarkan situasi yang dihadapinya.47
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Mata pelajaran adalah pelajaran yang harus diajarkan (dipelajari)
dalam lembaga pendidikan yaitu untuk sekolah dasar atau sekolah lanjutan.48
Sedangkan dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 37 ayat
1, PAI atau Pendidikan Agama Islam adalah sebagai salah satu bidang studi
pendidikan yang menjadi kurikulum wajib di setiap jenis, jalur dan jenjang
pendidikan.49
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Ada berbagai macam pengertian Pendidikan Agama Islam yang
telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Menurut Ahmad D.
Marimba yang dikutip oleh Usman Abu Bakar, bahwa Pendidikan Agama
Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum
agama Islam menuju kepada kepribadian utama menurut ukuran Islam.50
47 Ibid., hlm. 142. 48 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Cet. 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm 565. 49 Lihat penjelasan pada, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
(Sistem Pendidikan Nasional). 50 Usman Abu Bakar dan Surohim, Fungsi Ganda Lembaga Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2005), hlm. 40.
-
37
Jadi Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Dalam Permenag RI Nomor 2 Tahun 2008 Bab IV Tentang
Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran, salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta
didik di madrasah adalah Pendidikan Agama Islam, yang dimaksudkan
untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.51
Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama
Islam, sehingga menjadi manusia yang beriman bertaqwa kepada Allah
SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.52 Pendidikan dalam prespektif Islam tidak lepas
dari peran manusia dalam mengemban misi sebagai khalifah Allah di
muka bumi ini, dimana peran ini dilaksanakan sepanjang hidup, waktu dan
sepanjang generasi umat manusia.53
Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam harus sesuai dengan tujuan
hidup setiap muslim, yaitu untuk menjadi hamba Allah yang percaya dan
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, seperti disebutkan dalam Al-
Quran Surat Adz-dzariyat ayat 56:
51 Permenag RI Nomor 2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, Bab VII Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Madrasah Tsanawiyah, http://www.4shared.com/get/83414241/8a8b5e50/PERMENAG_ ttg_SKL_dan_SI--6_Mei_2008__FINAL_.html, hlm. 48. diakses pada Tanggal 31 Oktober 2009.
52 Muhaimin, Paradigma Penddidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 78.
53 Djamaluddin Darwis, Dinamika Pendidikan Islam Sejarah, Ragam dan Kelembagaan, (Semarang: Rasail, 2006), hlm. 3.
-
38
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz-dzariyat: 56).54
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Di dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai
tujuan tersebut, maka salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh
peserta didik di sekolah adalah Pendidikan Agama Islam, yang
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak
mulia.
Pendidikan Agama Islam di sekolah terdiri atas empat aspek materi
pembelajaran, yaitu: Al-Quran-Hadits, Aqidah-akhlak, fiqih, dan sejarah
kebudayaan Islam. Masing-masing aspek materi pembelajaran tersebut
pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan melengkapi.55
Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah yang terdiri dari empat
aspek materi pembelajaran tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri,
meliputi:
a. Al-Qur'an-Hadis
54 Depag RI, Op. Cit., hlm. 756. 55 Permenag No. 2 th 2008, Op. Cit, hlm. 49.
-
39
Aspek Al-Quran-hadits, aspek ini menjelaskan beberapa ayat
dalam Al Quran dan sekaligus juga menjelaskan beberapa hukum
bacaannya yang terkait dengan bidang ilmu tajwid dan juga
menjelaskan beberapa hadits Nabi Muhammad SAW.
b. Akidah-Akhlak
Aspek Keimanan atau aqidah Islam, yang menjelaskan
berbagai konsep keimanan yang meliputi enam rukun iman dan lima
rukun Islam. Sedangkan Aspek Akhlak menjelaskan berbagai sifat
terpuji yang harus diikuti dan sifat-sifat tercela yang harus dijauhi.
Menekankan kualitas seperti kejujuran kejujuran, keikhlasan, cinta
ilmu, cinta, kerja dan cinta keadilan.Mata pelajaran Akidah-Akhlak
bertujuan untuk:
1) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan,
dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang
keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;
2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari
ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.
c. Fikih
Pembelajaran fikih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik
dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara
pelaksanaannya untuk diaplikasikankan dalam kehidupan sehingga
menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara