ILMU PRODUKSI TERNAK UNGGAS
NAMA : ......................................................................
NIM : ......................................................................
KELOMPOK : ......................................................................
ASISTEN : ......................................................................
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
TATA TERTIB PESERTA PRAKTIKUM
Praktikum Ilmu Produksi Ternak Unggas dilaksanakan di laboratorium dan lapang dalam bentuk
demonstrasi, resep dan praktek langsung dengan memperhatikan sarana dan prasarana yang
tersedia. Agar dapat memperoleh manfaat yang maksimal, maka diharapkan praktikan mematuhi
tata tertib yang telah ditentukan dengan penuh kedisiplinan.
1. Persiapan
- Praktikan harus telah mempersiapkan diri dan mempelajari ilmu yang berkaitan dengan
materi yang akan dipraktikumkan.
- Mempelajari arahan/ petunjuk yang tertera dalam setiap tugas yang ada dalam Buku
Laporan Praktikum.
- Mempersiapkan preparat, sarana dan prasarana yang diperlukan sesuai dengan tugas.
- Mempersiapkan waktu yang sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
- Menggunakan jas praktikum ketika praktikum berlangsung di laboratorium.
- Praktikan harus sudah datang 15 menit sebelum praktikum dimulai
2. Pelaksanaan
- Jagalah sopan santun dan nama baik sebagai mahasiswa
- Memakai kemeja berkerah, jaket dilepas dan celana tidak boleh robek-robek
- Memakai jas laboratorium
- Laksanakan praktikum dengan mengikuti arahan dan petunjuk yang tertera pada setiap
tugas
- Kerjakan pada Buku Laporan Praktikum sesuai dengan kolom-kolom yang telah
tersedia.
- Tampilkan kreasi, aktif dan lakukan kerjasama yang baik dalam kelompok dan antar
kelompok.
- Setiap terdapat kesulitan, dapat didiskusikan atau ditanyakan kepada instruktur atau
fasilitator.
- Kumpulkan Laporan Praktikum sesuai dengan waktu yang ditentukan
- Kerusakan dan kehilangan ditanggung mahasiswa individu/ kelompok
- Bagi praktikan yang terlambat mengikuti praktikum akan dikenai sangsi berupa
pengurangan nilai sebesar 3 %.
3. Lain-lain
- Kegiatan praktikum tidak dapat diulang
- Peserta yang mengulang tidak ada pembebasan
- Praktikum dapat dikerjakan secara kelompok (maksimal 10 orang) dan laporan dibuat
secara individu
- Dilarang untuk memfoto kopi Buku Laporan Praktikum
- Literatur untuk Buku Laporan Praktikum dikumpulkan
KOORDINATOR
MATA KULIAH
BAB I
BANGSA UNGGAS
Bangsa – bangsa unggas yang sering diternakkan untuk diambil manfaatnya seperti daging,
telur dan bulu antara lain adalah unggas ayam, itik dan entog. Tetapi beberapa jenis unggas lainnya
yang sering diternakkan adalah burung puyuh, burung unta dan merpati. Berikut akan dijelaskan
karakteristik unggas-unggas yang sering diternakkan antara lain ayam, itik dan entog.
A. Ayam
Ayam merupakan tipe unggas yang banyak disukai oleh masyarakat khususnya masyarakat
Asia selain hasil produksinya seperti daging, telur dan bulunya, juga sering disukai karena
keindahan bulu serta performannya seperti suara, dan konformasi tubuhnya (terutama jantan) yang
gagah. Adapun taksonomi zoology ayam secara umum adalah sebagai berikut:
kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Aves
subkelas : Neonithes
ordo : Galliformis
genus : Gallus
spesies : Gallus domesticus.
Berikut akan dijelaskan beberapa jenis ayam antara lain :
a. Ayam Nunukan
Ayam Nunukan adalah ayam lokal Kalimantan Timur yang perlu dikembangkan karena
potensinya sebagai ayam dwiguna (pedaging dan petelur) dan perlu dilestarikan karena merupakan
plasma nutfah khas Kalimantan Timur. Ayam Nunukan mempunyai warna dasar coklat dengan
pola warna bulu dan corak bulu baik betina maupun jantan polos (100%) dan kerlip bulu emas
(betina 71,43%; jantan 85,71). Ayam Nunukan jantan mempunyai ciri khas pertumbuhan bulu di
daerah sayap lambat dan kebanyakan tidak memiliki bulu ekor (71,48%). Ayam Nunukan betina
mampu menghasilkan telur rata-rata 70,4 butir per tahun.
b. Ayam Wareng
Postur ayam wareng termasuk kecil sehingga efisien dalam penggunaan pakan, namun
produksi telurnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam kampung. Karakteristik kualitatif
ayam wareng yang meliputi warna bulu di leher, punggung, dada, sayap dan ekor didominasi oleh
warna putih. Begitu pula warna di bagian-bagian tubuh yang meliputi kulit, paha, cuping, paruh
dan shank didominasi oleh warna putih.
Bobot badan ayam wareng jantan 1007 g dan betina 841 g. Bobot badan ayam Wareng yang
relatif rendah tersebut menyebabkan ukuran-ukuran bagian tubuhnya pun lebih kecil bila
dibandingkan dengan ayam-ayam yang lain. Ayam Wareng dikategorikan sebagai ayam tipe kecil
karena bobot badan ayam Wareng betinanya kurang dari 1 kg/ekor namun lebih besar dari ayam
tipe kate (dwarf).
c. Ayam Kedu
Ayam Kedu hitam menghasilkan tetur datam 20 minggu masa pengamatan sebanyak 71 butir,
ayam Kedu yang memiliki bobot sekitar 2,54 kg/ekor untuk jantan dan 1,62 kg/ekor untuk betina.
d. Ayam Arab
Ayam Arab jantan adalah 2,1 kg/ekor dan bobot betinanya 1,3 kg/ ekor.
d. Ayam Pelung
Potensi yang dimitiki ayam Pelung adalah memiliki ukuran tubuh yang tebih besar dari ayam
lokal lainnya dan mempunyai suara kokok ayam jantan yang merdu. Ayam Pelung yang bertipe
besar dengan bobot jantan sekitar 4 kg/ekor dan bobot betina sekitar 2,5 kg/ekor. Ayam pelung
mampu mengasilkan telur dengan rata-rata 50.4 butir per tahun.
B. Itik
Itik dari Indonesia merupakan asal dari jenis turunan yang produktif di Eropa seperti Indian
Runner dan Khaki Campbell, tetapi jenis ini di Indonesia masih dimanfaatkan secara tradisional.
Indonesia mungkin mempunyai beberapa jenis itik yang berbeda-beda tapi banyaknya
penyilangan dan pemberian nama setempat membuat sulitnya mengetahui jenis itik yang asli.
Meskipun demikian, setidak-tidaknya dapat dibedakan 4 jenis utama: itik tegal, itik Alabio, itik
Bali, atau itik Lombok yang semuanya dipelihara untuk diambil telurnya, dan entok yang
digunakan untuk penetasan. Berikut akan dijelaskan beberapa jenis itik antara lain :
a. Itik Indian Runner
Itik Indian Runner juga disebut Indische Loopeend. Menurut hasil penelitian, itik ini
tergolong paling produktif sebagai penghasil telur. Produksi telurnya bila dipelihara di
lingkungan tropis, hanya sanggup menghasilkan telur sekitar 140-250 butir telur per tahun,
dengan berat telur rata-rata 70 gram/butir. Berat standar itik jantan 1,8-2 kg, dan itik betina 1,6-
1,8 kg ukuran berat badan yang cukup ideal bagi itik petelur.
Itik ini mempunyai ciri khas berjalan hampir berdiri, serta dapat di gembala di tempat yang
jauh. Kepalanya rata-rata kecil, dengan mata bening bersinar terang, terletak di bagian atas kepala.
Adapun sayapnya merapat kuat pada tubuh dan ujungnya tersusun rapi di atas pangkal ekor.
Warna bulu itik Indian Runner yang umum adalah cokelat, namun ada pula yang berbintik-bintik
cokelat, putih bersih, agak kekuning-kuningan, atau campuran warna-warna tersebut. Kulit
telurnya berwarna hijau agak kebiru-biruan dan cukup tebal.
b. Itik Khaki Campbell
Itik Khaki Campbell berasal dari hasil penyilangan antara itik Roun jantan dengan itik Jawa
(Anas Javanica) yang kemudian keterunannya disilangkan dengan itik liar jantan (Wild Mallard).
Nama Campbell diabadikan dari nama penyilangan Ny. Adale Campbell, sedang “Khaki” berarti
warna bulu abu-abu agak kecokelatan. Produksi telurnya bisa mencapai 264 butir/tahun, dengan
berat telur 65-70 gram/butir. Berat standar itik betina agar bisa diharapkan mencapai produksi
optimal adalah 1,4 kg.
c. Itik Tegal
Itik tegal merupakan itik Indian runner dari jenis itik jawa (Anas javanivus). Dinamakan
itik tegal karena berkembang dan banyak dipelihara di Tegal. Itik tegal ini tergolong sebagai itik
tipe petelur produktif. Karakteristik itik tegal yakni berbadan langsing dengan postur tubuh tegak.
Tinggi badannya antara 45-50 cm. Bulu kebanyakan berwarna merah tua atau coklat yang di Tegal
di sebut sebagai warna “jarakan”. Akan tetapi, yang dinilai sangat produktif adalah itik tegal yang
berbulu “branjangan”, yaitu warna bulu bertotol-totol cokelat. Selain itu ada juga yang berwarna
putih bersih, putih kekuning-kuningan, abu-abu hitam, atau warna campurannya.
d. Itik Alabio
Itik alabio adalah itik borneo (Anas platurynchos Borneo) atau itik Kalimantan. Itik ini
merupakan itik asli Kalimantan, di samping itik dari Nunukan (Kal-Tim). Itik alabio diperkirakan
hasil persilangan antara itik asli Kalimantan Selatan dengan itik peking. Nama Alabio di ambil
dari nama salah satu kota kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Utara di Kalimantan Selatan. Itik
ini merupakan itik tipe petelur yang produktif.
Ciri khas itik alabio adalah bentuk tubuh segitiga dan membentuk sudut 60 derajat dengan
tanah, bentuk kepala kecil dan membesar ke bawah, warna bulu itik betina kuning keabu-abuan
dengan ujung bulu sayap, ekor, dada, leher, dan kepala agak kehitaman, warna bulu itik jantan
abu-abu kehitaman dan pada ujung ekor terdapat bulu yang melengkung ke atas serta warna paruh
dan kaki kuning.
e. Itik Mojosari
Itik mojosari disebut juga itik mojokerto atau modopuro. Jenis itik ini merupakan jenis itik
lokal yang berasal dari Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Itik mojosari merupakan itik petelur unggul.
Bentuk tubuh itik mojosari hampir sama dengan itik Indian runner lainnya, yaitu seperti
botol dan berdiri tegak. Hanya saja ukurannya relatif kecil. Warna bulu itik jantan maupun betina
tidak berbeda, yaitu berwarna kemerahan dengan variasi cokelat, hitam, dan putih. Walaupun
warna bulu itik jantan dan betina relatif sama, tetapi dengan mudah masih dapat dibedakan dengan
melihat bulu ekornya. Pada umumnya itik jantan mempunyai selembar atau dua lembar bulu ekor
yang melengkung ke atas. Selain itu, warna paruh dan kakinya lebih hitam jika dibandingkan
dengan itik betina.
C. Entok
Mentok peliharaan adalah sejenis burung atau unggas yang termasuk keluarga bebek. Istilah
mentok berasal dari bahasa Jawa; Nama lain entok atau entog, basur, itik manila, atau bebek
manila.
a. Entok Peliharaan
Dalam bahasa Inggris disebut Muscovy Duck atau Barbary Duck. Adapun taksonomi dari
mentok peliharaan yaitu:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Anseriformes
Familia : Anatidae
Genus : Cairina
Spesies : C. Muscovy
Karakteristik mentok peliharaan yaitu: pandai terbang, tetapi mentok peliharaan hampir
tak pernah terbang jauh, biasanya lebih gemuk, di mana jantan bisa mencapai 7 kg dan betina
mencapai 5 kg, berwarna dominan hitam dan putih, mentok memiliki kulit atau tonjolan kulit
berwarna merah dan hitam di sekitar mata dan wajah, paruh gemuk pendek khas bebek, putih
kemerahan, kaki gemuk pendek berselaput renang, abu-abu kehitaman, ekor memipih datar agak
lebar.
b. Entok Liar/Rimba
Taksonomi Entok rimba yaitu:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Anseriformes
Familia : Anatidae
Genus : Cairina
Spesies : C. Scutulata
Karakteristik mentok rimba yaitu berukuran sedang sampai agak besar, mentok jantan liar
dapat mencapai 86 cm (ujung paruh hingga ke ujung ekor), berat badan bisa sampai 3 kg, mentok
betina lebih kecil, sampai sekitar 64 cm dan 1,3 kg. Mentok liar di alamnya tidur di atas cabang-
cabang pohon, mentok memakan aneka siput, cacing, serangga air, kepiting kecil dan pucuk-pucuk
tumbuhan.
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI TERNAK UNGGAS
2 Anatomi Dan Fisiologi Unggas
A. Pengantar
Anatomi dan fisiologi pada ternak unggas dapat diketahui melalui pembedahan dan
identifikasi organ. Karkas pada unggas adalah organ sisa dari hasil pemotongan kepala, dibuang
bulu, darah, metacarpal dan diambil organ dalam (giblet). Macam-macam bulu pada burung
unggas ada 3 yaitu, Counther Feather Down Feather dan Filoplumae. Pembedahan untuk
mengetahui organ dalam dimulai dari kloaka mengarah ke atas. Organ yang terletak pada posisi
atas adalah jantung (cor), hepar (hati) dan gizard (pankreas).
Pada penentuan jenis kelamin berdasarkan anatomi dilihat dari terdapat atau tidaknya
organ ovari, dan oviduct (saluran telur) pada betina sebaliknya jika tidak ditemukan organ ovari
dan oviduct maka ternak adalah jantan. Ternak unggas jenis kelamin jantan dapat diketahui
adanya spermatozoa pada uretra dalam ginjal namun sulit untuk dideteksi karena uretra terlalu
kecil. Saat dilakukan pembedahan urutan organ (tractus digestine) adalah empedu, esophagus,
crop, proventikulus, gizard, duodenum, jejunum, ileum, sekum. Panjang tractus digestine pada
unggas adalah 5 sampai 7 x panjang badan.
B. Bahan
1. Burung puyuh jantan dan betina
C. Alat
1. Gloves 5. Plastik bening
2. Tissue 6. Gunting bedah
3. Timbangan digital 7. Pisau
4. Kresek kecil 2 8. Wadah bekas air mineral
D. Cara
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Digambar materi yang telah disiapkan (burung puyuh)
3. Ditimbang materi dan ditentukan jenis kelamin dengan mengetahui tanda-tandanya
seperti dari warna bulu, strain, anatomi fisiologi dan tonjolan kloaka
4. Disembelih puyuh sampai traktus respiratori putus
5. Dimasukkan darah ke dalam plastik dan ditimbang darah, total darah adalah 5-7% dari
bobot hidup
6. Dicabut bulu puyuh dan ditimbang total bulu puyuh,total bulu puyuh 6-9% dari bobot
hidup
7. Dibedah burung puyuh dan diambil karkasnya
8. Digambar organ yang dikatahui saat proses pembedahan dan penentuan jenis kelamin
ternak berdasarkan anatominya.
E. Tugas
Sebutkan, gambarkan dan beri keterangan organ apa saja yang diketahui saat proses
pembedahan dan tentukan kesimpulan jenis kelaminnya.
2. Vaksinasi
A. Pengantar
Vaksinasi adalah tindakan pemberian kekebalan tubuh pada hewan dengan mempergunakan
vaksin. Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau sudah dimatikan, digunakan
untuk merangsang pembentukan zat kebal tubuh.
Program vaksinasi bertujuan untuk mencegah penyakit dengan cara memberi virus hidup
atau setengah mati (dilemahkan) pada unggas yang sehat. Cara mengetahui unggas pada Day Old
Chick (DOC) yang sehat atau tidak sehat dengan menggenggam Day Old Chick (DOC) di
ketinggian ± 20 cm dari tanah dan dijatuhkan, apabila Day Old Chick (DOC) aktif bergerak
kedepan maka dikatakan sehat bila dijatuhkan Ke bawah dan diam tidak aktif bergerak maka dapat
diindikasikan adanya penyakit.
Vaksinasi dapat dilakukan dengan 3 cara, vaksin dimasukkan ke dalam jaringanotot ternak
(intramuskuler), pemberian vaksin ke dalam pembuluh darah vena (intravena) dan pemberian
vaksin melalui suntikan ke area bawah kulit ternak (subkutan). Vaksinasi tetes diberikan pada fase
starter umur 1-10 hari baik ayam petelur maupun pedaging.
B. Bahan :
1. Vaksin ND (Newcastle disease)
C. Alat :
1. Spuit
2. Tetes mata
D. Cara :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dipegang materi dan handling dengan posisi yang nyaman untuk dilakukan vaksinasi
3. Divaksinasi materi dengan vaksin tetes mata, hidung dan mulut
4. Divaksinasi materi dengan injeksi intramusculus dan musculus
E. Tugas :
Dilakukan praktek vaksinasi dan cari studi literature macam-macam vaksin dan dosisnya yang
digunakan pada berbagai macam umur ayam.
3. Potong Paruh
A. Pengantar
Potong paruh diistilahkan dengan Debeaking sedangkan alat yang digunakan untuk potong
paruh disebut Debeaker. Potong paruh sebaiknya dilakukan pada umur dini yaitu 3-7 hari karena
pada umur tersebut ternak unggas mudah penanganannya dan mengeluarkan darah pada paruh
relatif lebih sedikit. Potong paruh sebaiknya dilakukan sore atau pagi hari. Pemotongan paruh
merupakan suatu keharusan dalam suatu usaha peternakan ayam untuk mendapatkan keuntungan.
Ada empat hal yang akan dicapai dengan adanya pemotongan paruh ini yaitu : Menghilangkan
sifat kanibalisme pada ayam, meningkatkan efisiensi dalam pemberian pakan, mengurangi
terjadinya stress dan menurunkan konversi pakan. Debeaker dibagi menjadi 2 yaitu : Debeaker
Manual dan Elektrik. Jika menggunakan debeaker manual maka paruh dapat tumbuh kembali
maka perlu dilakukan potong paruh kembali.
B. Bahan
1. Materi praktikum (Bangsa unggas)
C. Alat
1. Debeaker manual (Gunting bedah)
D. Cara
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dipegang dan handling materi pada posisi yang tepat dan dipotong paruh bagian atas atau
rostum maxilare sementara rostum mandibularre merupakan paruh bagian bawah.
3. Dibersihkan paruh setelah dipotong dengan air atau alkohol.
E. Tugas
Digambar paruh sebelum dan sesudah dilakukan pemotongan (bagian rostum maxilare).
4. Potong Kuku
A. Pengantar
Potong kuku dilakukan bersaman dengan debeaking, agar kejadian stress ayam tidak
berulang. Pemotongan kuku dapat menggunakan alat potong kuku seperti gunting kuku, setelah
dipotong lalu disemprot dengan alkohol 70% atau obat merah, agar tidak infeksi. Pemotongan
kuku dilakukan pada ayam jantan jika melakukan perkawinan alam sebagai pemacek tujuannya
adalah untuk mengurangi luka pada punggung betina. Pemotongan kuku dapat bersamaan dengan
pemotongan paruh namun tidak boleh bersamaan dengan vaksinasi.
B. Bahan
1. Materi Praktikum (Bangsa Unggas)
C. Alat
1. Gunting
D. Cara
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dipegang dan handling materi dengan posisi yang sesuai untuk dilakukan pemotongan
kuku
3. Dipotong kuku dengan gunting
4. Diolesi dengan alkohol 70% atau obat merah
E. Tugas
Digambar kuku yang dipotong pada materi yang digunakan.
5. Profil Darah
A. Pengantar
Darah merupakan cairan yang berfungsi membawa zat-zat nutrient dan oksigen yang
dibutuhkan oleh tubuh, mengangkut bahan-bahan sisa hasil metabolisme dari sel kembali ke
jantung untuk dibuang melalui paru-paru dan ginjal. Tujuan dari pengambilan sampel darah adalah
untuk menganalisa hasil serum pada profil darah yang diperoleh meliputi kadar eritrosit, leukosit,
hemoglobin, kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL. Pada penelitian pengambilan sampel
darah dapat diketahui kandungan kolesterol pada daging dan telur.
Pada saat pengambilan sampel darah materi yang digunakan (bangsa unggas) tidak dalam
keadaan stress, pengambilan sampel darah sebaiknya dilakukan pada sayap bagian kiri karena
organ jantung terletak di kiri sehingga pembuluh darah lebih cepat mengalir. Saat dipegang bagian
sayap yang terdapat pembuluh darah tidak boleh secara kasar dan keras sehingga menyebabkan
pembuluh arteri beku dan aliran darah akan berhenti sehingga akan membengkak. Dibanding
dengan bangsa unggas yang lain burung puyuh merupakan bangsa unggas yang mudah stress.
B. Bahan
1. Materi praktikum (bangsa unggas)
2. Alkohol 70%
C. Alat
1. Spuit
D. Cara
1. Disiapkan dalat dan bahan
2. Dilakukan handling pada materi dengan posisi berbaring
3. Dicabut bulu bagian sayap yang akan diambil darahnya perlahan-lahan
4. Dibuka sayap dan dibersihkan daerah yang akan diambil darahnya dengan menggunakan
kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70% sampai terlihat jelas letak pembuluh darah
tersebut.
5. Dimasukkan jarum suntik di bagian pembuluh darah yang terletak di percabangan, setelah
masuk maka tarik dengan pelan-pelan jarum suntik supaya darah bisa terserap.
6. Dihitung dan dilakukan analisis di laboratorium meliputi kolesterol total, trigliserida, LDL
dan HDL.
E. Tugas
Dilakukan praktek pengambilan sampel darah dan cari studi literature tentang penjelasan
berbagai macam hasil analisis profil darah di laboratorium.
Telur yang fertil
% Fertilitas = ---------------------------- x 100%
Telur yang ditetaskan
BAB III
PENETASAN
Bertelur merupakan aktivitas alami dan rutin yang terjadi pada setiap ternak unggas betina
dewasa dalam rangka mengembangkan dan mempertahankan populasi bangsanya. Untuk
menghasilkan individu baru, tentunya diperlukan telur yang fertil yakni telur hasil pembuahan dari
ternak unggas jantan sehingga telur dapat ditetaskan. Tanpa adanya pembuahan dari ternak unggas
jantan kepada ternak unggas betina, maka telur yang dihasilkan merupakan telur yang infertil (telur
konsumsi).
Sesungguhnya penetasan telur yang baik, tidak hanya disandarkan pada teknik
penetasannya saja. Masih banyak faktor-faktor yang lain yang menentukan kualitas telur yang
hendak ditetaskan dan akan dijelaskan pada lembar selanjutnya. Untuk teknik penetasan terdapat
2 macam yaitu :
1. Penetasan secara alami
Proses penetasan yang sepenuhnya dilakukan oleh induk unggas dengan sedikit campur
tangan manusia (pembuatan sangkar unggas).
2. Penetasan secara buatan
Proses penetasan telur yang sepenuhnya dilakukan oleh manusia dengan bantuan alat
penetas telur tetas / mesin tetas yang didesain meniru proses penetasan alami dan
manusia yang bertanggung jawab terhadap seluruh prosesnya.
ISTILAH DALAM PENETASAN
1. Telur Tetas / Telur Fertil : Telur unggas atau burung atau reptil yang telah dibuahi (adanya
fertilisasi antara sperma unggas jantan dengan ovum unggas betina).
2. Fertilitas : Fertilitas merupakan istilah yang menerangkan tentang kesuburan, yaitu
setelah adanya pertemuan antara spermatozoa dengan ovum pada bagian infundibulum.
Sebagai bukti bahwa telur itu fertil dapat diketahui dengan alat yang disebut Candler.
Untuk menghitung prosentase fertilitas dari jumlah telur adalah :
Telur yang menetas
% Daya Tetas = ---------------------------- x 100%
Telur yang fertil
3. Daya Tetas : Banyaknya telur yang menetas dari jumlah telur yang fertile
4. Candling : Peneropongan telur dengan menggunakan cahaya untuk melihat
perkembangan embryo dalam telur.
5. Fumigasi : Upaya membunuh bakteri yang ada di permukaan dengan menggunakan
bahan fumigasi.
6. DOC : Anak ayam yang baru keluar dari telur (umur sehari).
7. Setter : Tempat menyimpan telur tetas yang sedang dieramkan dalam mesin tetas,
mulai dari hari ke 1 sampai dengan hari ke 18.
8. Hatcher : Tempat menyimpan telur tetas yang sedang dieramkan dalam mesin tetas,
mulai dari hari ke 19 sampai dengan hari ke 21.
9. Pulling : Pengeluaran anak ayam yang baru menetas dari mesin tetas setelah 95%
bulunya kering.
10. Egg tray : Tempat menyimpan telur agar bagian tumpul bisa tetap di bagian atas.
A. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA TETAS
1. TELUR TETAS YANG HENDAK DITETASKAN
Untuk mendapatkan telur yang memiliki daya tetas tinggi, perlu diadakan seleksi yang
meliputi :
a. Telur fertil
Untuk menghasilkan telur tetas, telur harus fertile atau telah dibuahi oleh unggas pejantan.
b. Massa telur
Massa telur mempengaruhi daya tetas telur. Telur tetas yang baik memiliki massa yang
tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan. Berat telur jenis-jenis unggas :
Telur itik : 60-65 gr
Telur ayam ras : 55-60 gr
Telur ayam kampong : 35-40 gr
Telur puyuh : 10-12 gr
c. Bentuk telur
Untuk mengetahui bentuk telur dapat diketahui melalui indeks telur yakni :
Bentuk oval : 72 – 74 %
Bentuk lonjong : < 72 %
Bentuk bulat : > 74 %
Menurut penelitian, telur berbentuk oval akan menetas lebih banyak dibandingkan dengan
bentuk bulat atau lonjong.
d. Keutuhan kulit telur
Kulit telur yang retak hendaknya tidak ditetaskan karena dapat dipastikan sedikit yang
menetas.
e. Kualitas kulit telur
Kulit telur yang tipis mempengaruhi daya tetas.
f. Warna kulit telur
Warna kulit telur yang gelap memiliki daya tetas yang tinggi.
g. Kebersihan kulit telur
Kulit telur tetas harus bersih, jika tidak akan mempengaruhi daya tetas yang diakibatkan
karena cemaran dari kotoran yang tertinggal pada kulit telur. Jika terdapat kotoran, telur
dapat dibersihkan dengan kertas semen atau air hangat.
h. Umur induk
Umur induk yang ideal untuk menghasilkan telur tetas ialah yang tidak terlalu tua serta
tidak terlalu muda yakni :
Ayam, itik : 8-12 bulan
Puyuh : 13 minggu – 12 bulan
i. Lama simpan telur
Telur tetas yang akan ditetaskan sebaiknya berumur tidak lebih dari 7 hari karena
penyimpanan telur tetas yang terlalu lama dapat menurunkan daya tetas. Umur telur tetas
yang paling baik untuk ditetaskan adalah 1-4 hari.
sumbu pendek telur
Indeks telur = ---------------------------- x 100%
sumbu panjang telur
j. Sex ratio
Sex ratio merupakan imbangan ideal antara jantan dan betina untuk menghasilkan telur
berdaya tetas tinggi. Berikut adalah sex ratio jenis-jenis unggas :
Ayam ras tipe ringan = 1 jantan : 10 betina
tipe medium = 1 jantan : 8 betina
tipe berat = 1 jantan : 5 betina
Ayam kampung = 1 jantan : 8-10 betina
Itik = 1 jantan : 10-15 betina
Puyuh = 1 jantan : 4-5 betina
k. Temperature penyimpanan
Temperatur penyimpanan telur yang baik yaitu sekitar 18,30C bila telur disimpan tidak
lebih dari 14 hari. Bila telur tetas akan disimpan lebih dari 14 hari, maka penyimpanan
telur sekitar 10,50C.
l. Kelembaban penyimpanan
Kelembaban dalam penyimpanan telur yang baik adalah 75-85%.
m. Posisi telur selama penyimpanan
Telur sebaiknya diletakkan pada egg tray dengan posisi sisi tumpul telur berada di atas.
n. Pemutaran telur selama penyimpanan
Pemutaran telur dilakukan dengan rotasi 900 .
B. OPERASIONAL PENETASAN
Telur yang telah didapatkan dari peternakan unggas hendaknya tidak lama disimpan karena
dapat menyebabkan penurunan daya tetas telur. Sebelum telur tetas dimasukkan ke dalam mesin
penetas, hendaknya perlu diperhatikan beberapa langkah yang harus dilakukan yakni akan
dijelaskan sebagaimana berikut :
Fumigasi Mesin Tetas
Sebelum dilakukan pemasukan telur tetas ke dalam mesin penetas, mesin tetas harus
difumigasi terlebih dahulu untuk meminimalisir kontaminasi penyakit menular melalui proses
penetasan. Bahan fumigasi yang umum digunakan adalah Formalin 40% dicampur dengan KMnO4
dengan dosis pemakaian 40 cc formalin 40% + 20 gram KMnO4 per 2,83 m3. Campuran
disemprotkan ke dalam mesin tetas, setelah itu mesin tetas ditutup rapat-rapat dan dibiarkan selama
15-20 menit.
Pembersihan Telur
Telur sebelum dimasukkan ke dalam mesin tetas dibersihkan terlebih dahulu dengan
menggunakan air hangat.
Mengontrol Temperatur dan Kelembaban
Pengontrolan temperatur dan kelembaban sangat penting karena faktor temperatur dan
kelembaban memegang peranan penting terhadap keberhasilan daya tetas suatu telur. Berikut
adalah tabel temperatur dari hari ke hari :
Hari O F O C
1-3 101 39
4-7 102 39,5
8-12 103 40
13-17 104 40,5
18-21 104-105 40,5-41
Kestabilan temperatur mesin tetas harus selalu dijaga karena temperatur mesin tetas yang
tidak stabil (fluktuasi yang tinggi) dapat menyebabkan penurunan daya tetas. Sedangkan untuk
kelembaban disajikan pada tabel berikut :
Hari %
1-18 50 – 60 %
> 18 75
Pengaturan Ventilasi
Embryo memerlukan O2 dan mengeluarkan CO2 selama dalam perkembangannya. Apabila
gas CO2 ini terlalu banyak maka mortalitas embryo akan tinggi dan menyebabkan daya tetas telur
yang rendah.
Posisi Telur Selama Penetasan dan Pembalikan
Posisi dan pembalikan telur selama dalam penetasan sangat penting diperhatikan agar
diperoleh daya tetas yang tinggi. Posisi telur selama dalam penetasan, bagian tumpul hendaknya
diletakan sebelah atas. Pembalikan telur biasanya dilakukan dengan memutar 450 ke kiri atau ke
kanan dengan total pemutaran 900 dan hasilnya cukup memuaskan. Untuk jelasnya dapat dilihat
pada gambar di bawah ini :
Jumlah pemutaran telur dalam penetasan telur secara komersial, cukup 3 sampai 4 kali per
hari dari mulai telur dimasukan ke dalam mesin tetas sampai hari ke 18. Pemutaran ini bertujuan
agar permukaan yolk (kuning telur) tidak melekat pada membran kulit telur yang akan
menurunkan daya tetas. Apabila pemutaran ini terlalu sering, maka hal ini kurang praktis walaupun
mungkin akan menambah daya tetas. Daya tetas di satas 85% sudah dianggap cukup baik. Daya
tetas dihitung dengan cara menghitung persentase jumlah telur yang menetas dari jumlah telur
yang dimasukan ke dalam mesin tetas atau dari jumlah telur yang dibuahi (fertil).
Pemutaran telur tersebut dilakukan dalam 18 hari pertama penetasan. Tetapi jangan
membalik telur sama sekali pada 3 hari terakhir menjelang telur menetas. Pada saat itu telur tidak
boleh diusik karena embrio dalam telur atau anak ayam yang akan menetas tersebut sedang
bergerak pada posisi penetasannya.
Untuk pemutaran yang dilakukan secara manual biasanya untuk mempermudah dalam
mengetahui posisi terakhir telur pada saat di putar maka telur tetas diberi tanda “O” pada satu sisi
dan “X”. pada sisi lainnya,. Selanjutnya putar telur menurut waktu dan tanda secara bergantian
dan secara berhati hati terutama 1 minggu pertama dalam incubator (mesin tetas).
Peneropongan Telur (Candling)
Alat yang digunakan dalam candling disebut dengan Candler. Dapat dibuat dengan bahan
berupa kotak yang di atasnya diberi lubang sebesar jenis telur dari unggas dan di bawahnya diberi
lampu dop sebagai penyinar atau bahkan dapat dengan menggunakan lampu senter atau kertas
yang digulung membulat sebesar jenis telur yang akan diteropong. Tujuan dari Candling ini adalah
untuk mengetahui telur tersebut fertil, infertile, atau dead embryo. Candling dilakukan pada hari
ke 4, 7, 14 dan 18 atau 5, 6, 9, 14 dan 18 (untuk telur ayam).
Pulling
Apabila anak ayam pada hari ke 21, sudah menetas sebaiknya harus segera dipindahkan
atau dikeluarkan dari mesin tetas setelah 95% bulu-bulu anak ayam tersebut kering. Proses
pengeluaran ini disebut dengan Pulling.
Masa Kritis
Masa kritis merupakan suatu masa yang paling banyak terjadi kegagalan dalam penetasan
yang disebabkan banyak faktor antara lain sumber pemanas yang tidak stabil, fluktuasi suhu dan
kelembaban yang mengakibatkan dead embryo. Masa kritis dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Masa Kritis Pertama
Masa ini terjadi 3 hari pertama sejak telur dimasukkan ke dalam mesin tetas. Untuk
itu, kestabilan suhu dan kelembaban harus dijaga senormal-seideal mungkin
sehingga perkembangan embryo tidak terganggu.
b. Masa Kritis Kedua
Masa ini terjadi 3 hari terakhir menjelang telur menetas. Pada periode ini untuk
setiap jenis unggas berbeda-beda, missal untuk ayam 18-21 hari, itik 25-28 hari dan
puyuh 15-18 hari.
PRAKTIKUM PENETASAN
Praktikum penetasan dilaksanakan bentuk demonstrasi, resep dan problema di laboratorium atau
lapang.
TUGAS 1. Telur tetas
Penetasan akan berhasil baik harus didukung dengan telur-telur yang memenuhi syarat sebagai
telur tetas. Amati secara internal dan eksternal telur-telur yang akan ditetaskan dengan
menggunakan lope dan egg candler.
Syarat-syarat telur tetas :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Dengan lope yang nampak adalah :
_____________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________
___________________________________________________________________
Dengan egg candler yang nampak adalah :
_____________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________
__________________________________________________________________
Pembahasan
Kesimpulan
Daftar Pustaka
TUGAS 2. Mengenal mesin tetas
1. Tipe mesin tetas : __________________________________________________
2. Merk/ pembuat : __________________________________________________
3. Sumber panas : __________________________________________________
4. Kapasitas : __________________________________________________
5. Bahan : __________________________________________________
Bagian – bagian mesin tetas / alat
Gambar
No. Nama bagian / alat Fungsi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pembahasan
Kesimpulan
Daftar Pustaka
TUGAS 3. Persiapan penetasan
a) Pembersihan / desinfeksi mesin tetas
b) Menetapkan / mengatur suhu
- Metode : ______________________________________________________________
- Penjelasan:______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______
- Alat yang digunakan : _____________________________________________________
- Penjelasan:______________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_________________
c) Menetapkan / menghitung kelembaban
d) Pemeriksaan telur-telur yang akan ditetaskan
i) Jumlah telur :
ii) Bangsa unggas :
iii) Warna shell :
iv) Keadaan shell :
Pembahasan
Kesimpulan
Daftar Pustaka
- Alat yang digunakan : ____________________________________________________
- Penjelasan:_____________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_________________
TUGAS 4. Pelaksanaan penetasan
Recording Suhu dan Kelembaban Mesin Tetas
Pagi Siang Sore X Pagi Siang Sore X
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Suhu (0F/
0C) Kelembaban (%)
TanggalHari
GRAFIK SUHU DAN KELEMBABAN
Data bobot telur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
X
% Penurunan
BT hari ke 7
No.
Telur
BT. Awal
(g)
BT hari ke 4
(g)
% Penurunan
BT hari ke 4
BT hari ke 7
(g)
Lanjutan data bobot telur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
X
% Penurunan
BT hari ke 18
No.
Telur
BT. ke 14
(g)
% Penurunan
BT hari ke 14
BT hari ke
18 (g)
Data Pemeriksaan Telur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
fertil
infertil
blood ring
dead embryo
debicious
Hari keNo. Telur
4 7 14 18
Data indeks telur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
X
KeteranganNo.
Telur
Sumbu pendek
(cm)
Sumbu panjang
(cm)Indeks telur (%)
Data pengeluaran dan penimbangan DOC
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
X
Kondisi DOC
(baik / cacat)
No.
Telur
Bobot DOC
(g)
% Bobot
DOC
Bobot
cangkang
% Bobot
cangkang
PEMBAHASAN
Kesimpulan
Daftar Pustaka