Download - gaya hidup konsumsif
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perilaku hedonisme dan konsumtif telah merekat pada kehidupan kita. Pola
hidup seperti ini sering kita jumpai di kalangan mahasiswa. Dimana orientasinya
diarahkan kenikmatan, kesenangan, serta kepuasan dalam mengkonsumsi barang
secara berlebihan.
Manusiawi memang ketika manusia hidup untuk mencari kesenangan dan
kepuasan, karena itu merupakan sifat dasar manusia.
Contohnya sekarang, segala macam media informasi merayu kita mengenai
gaya hidup. Gaya hidup yang terus disajikan bagaikan fast food melalui media
informasi.
Para remaja berlomba-berlomba mengaktualisasikan dirinya untuk mencapai
kepuasan dan apa yang mereka inginkan. Berbagai upaya dilakukan untuk
mencapainya. Salah satunya dengan mencari popularitas dan membelanjakan barang
yang bukan merupakan kebutuhan pokok. Pada kenyataannya pola kehidupan yang
disajikan adalah hidup yang menyenangkan secara individual. Inilah yang senantiasa
didorong oleh hedonisme dan konsumenisme, sebuah konsep yang memandang
bahwa tingkah laku manusia adalah mencari kesenangan dalam hidup dan mencapai
kepuasan dalam membelanjakan kebutuhan yang berlebihan sesuai arus gaya hidup.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan diatas, maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Pengertian gaya hidup hedonisme
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi gaya hidup hedonism di kalangan
mahasiswa?
3. Bagaimana cara mengatasi gaya hidup hedonism di kalangan mahasiswa?
4. Pengertian gaya hidup konsumtif.
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif di kalangan
mahasiswa?
1
6. Bagaimana cara mengatasi gaya hidup konsumtif di kalangan mahasiswa?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian gaya hidup hedonisme.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup hedonism di kalangan
mahasiswa.
3. Cara mengatasi gaya hidup hedonism di kalangan mahasiswa.
4. Pengertian gaya hidup konsumtif.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif di kalangan
mahasiswa.
6. Cara mengatasi gaya hidup konsumtif di kalangan mahasiswa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Gaya Hidup
Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang
berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler dalam Sakinah,2002). Menurut
Susanto (dalam Nugrahani,2003) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan
ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak
berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam
gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup
hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup
Gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh
individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan
barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan
pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Lebih lanjut Amstrong (dalam
Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya
hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu
(internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal).
Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian,
konsep diri, motif, dengan penjelasannya sebagai berikut :
a. Sikap
Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan
untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui
pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa
tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan
lingkungan sosialnya.
3
b. Pengalaman dan pengamatan
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah
laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan
dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman.
Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap
suatu objek.
c. Kepribadian
Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara
berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.
d. Konsep diri
Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri.
Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk
menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek.
Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap
suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan
perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep
diri merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku.
e. Motif
Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk
merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh
tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar
maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya
hidup hedonis.
f. Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti
mengenai dunia.
4
Adapun faktor eksternal dijelaskan oleh Nugraheni (2003) sebagai berikut :
a. Kelompok referensi
Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.
Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana
individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan
kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana
individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-
pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup
tertentu.
b. Keluarga
Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan
sikap dan perilaku individu.Hal ini karena pola asuh orang tua akan
membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola
hidupnya. penyebab utama seseorang menjadi hedonisme adalah orang tua
lalai untuk mewarisi anak dengan norma dan gaya hidup timur yang punya
nilai spiritual.
c. Kelas sosial
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan
bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan
jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan
tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian
kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan
sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-
haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh
seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran.
Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia
menjalankan suatu peranan.
5
d. Kebudayaan
Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu
sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang
dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir,
merasakan dan bertindak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal).
Faktor internal meliputi sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep
diri, motif , dan persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi,
keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.
A. Gaya Hidup Hedonisme di Kalangan Mahasiswa
1. Pengertian gaya hidup hedonisme
Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk
mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar
rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli
barang mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.
Hedonisme adalah derivasi (turunan) dari liberalisme. Sebuah pandangan
hidup bahwa kesenangan adalah segalanya, bahkan kehidupan itu sendiri. Bagi
kaum hedonis, hidup adalah meraih kesenangan materi: sesuatu yang bersifat
semu, sesaat, dan artifisial. Pandangan ini lahir di Barat, yang memuja kebebasan
berperilaku.
Di era reformasi, masyarakat berharap munculnya pemimpin dari kaum
muda, baik di level kabupaten/kota, provinsi, maupun pusat. Beberapa pemimpin
muda memang telah lahir di daerah, tetapi belum untuk level nasional.
Regenarasi kepemimpinan nasional berjalan lambat. Kaum muda yang ditunggu-
tunggu belum menunjukkan tanda-tanda positif menjadi calon pemimpin bangsa.
6
Kondisi ini tergambar jelas di kampus-kampus. Masih pantaskah mahasiswa
diberi label agen perubahan atau intelektual muda? Alih-alih menjalankan peran
maksimal sebagai agen perubahan, yang terjadi justru berkembangnya budaya
hedonisme di kampus-kampus. Mahasiswa sekarang cenderung mendewakan
kesenangan dan kenikmatan dalam menjalani hidup. Kepedulian terhadap
lingkungan sekitar terlupakan oleh kilau kenikmatan sesaat. Sisi kehidupan
mahasiswa saat ini telah dihadapkan pada berbagai godaan yang menarik dan
menggiurkan sehingga bisa menyimpang dari idealisme hakiki manusia. Gaya
hidup mahasiswa saat ini adalah gaya hidup kelas menengah ke atas yang
dicirikan dengan kemampuan mengonsumsi produk dan gaya hidup yang serba
modern. Mahasiswa sering kali digambarkan sibuk mengejar urusan cinta dengan
gaya hidup yang menonjolkan tampilan fisik. Fenomena hura-hura oriented
kerap ditemui di kampus. Semakin jarang terdengar percakapan akademis di
lingkungan mahasiswa. Percakapan mereka lebih didominasi masalah fashion,
sinetron dan film terbaru, serta aneka bentuk hedonisme lainnya.
Hedonisme Dalam Dunia Pendidikan
Jika perilaku hedonisme dibiarkan saja, ini akan menjadi racun bagi dunia
pendidikan, terutama pendidikan tinggi. Membiarkan racun bersarang dalam
tubuh kampus sama artinya menyediakan pembunuh karakter intelektual atas
mahasiswa dan sivitas aka-demika. Budaya negatif ini telah mengikis sense of
crisis generasi muda terhadap berbagai permasalahan bangsa. Jangankan peduli
negara, kebijakan di tingkat kampus dan rektorat pun jarang direspon.
Apatis, itulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan sikap para
mahasiswa masa kini. Tak percaya? Perhatikanlah lingkungan kampus: sebuah
padepokan yang dihuni orang-orang muda berpendidikan. Sebagian besar dari
mereka, entah mahasiswa atau mahasiswi, menghabiskan waktu dan uangnya
untuk berburu kesenangan di tempat-tempat hiburan. Lihat pula kematian
kelompok-kelompok diskusi. Mahasiswa lebih suka memberikan apresiasi pada
7
kegiatan hiburan ketimbang aksi seminar dan penelitian. Jika ada pertunjukan
musik di kampus, misalnya di auditorium, kawasan itu sesak oleh lautan
mahasiswa. Tetapi menjadi sepi saat berlangsung kegiatan akademik seperti
seminar dan diskusi publik lainnya. Setiap malam, kawasan kampus ramai bukan
karena kegiatan akademik, namun oleh gerombolan mahasiswa yang begadang
hingga dinihari untuk kegiatan yang tidak jelas.
Belum lagi perilaku dugemania dan seks bebas yang sekarang kian menjadi-
jadi dan dianggap sebagai ''kewajaran'' bagi mahasiswa. Fenomena ini
menunjukkan rapuhnya mental generasi muda. Sangat disayangkan mengapa
budaya itu begitu mudahnya merasuk ke mental generasi muda saat ini.
Kenyataan ini sungguh ironis mengingat mahasiswa merupakan generasi
penerus bangsa dan di pundak mahasiswalah harapan semua orang bertumpu.
Mahasiswa yang terpengaruh budaya konsumtif dan sulit melepaskan diri dari
pengaruh teman-temannya yang sama-sama berperilaku konsumerisme perlahan-
lahan akan kehilangan daya pikir, logika, nalar, dan analisisnya. Akibatnya
adalah kita terancam kehilangan generasi penerus yang pandai, idealis, kritis, dan
dapat memberi solusi atas permasalahan yang timbul. Dalam lingkup yang lebih
luas negara kita terancam kehilangan pemimpin yang dapat diandalkan untuk
memimpin bangsa yang pada akhirnya dapat mengakibatkan negara kita akan
mudah dikuasai oleh negara lain.
Tujuan pendidikan Negara kita adalah untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa (pembukaan UUD 1945, alinea 4). Tujuannya tentu bukan untuk
menciptakan bangsa yang hedonisme, tetapi bangsa yang punya spiritual, punya
emosional quotient- peduli pada sesama dan tidak selfish atau mengutamakan
diri sendiri.
8
2. Faktor yang Mempengaruhi Hedonisme
Gaya hidup hedonisme tentu ada penyebabnya. Ada banyak faktor
ekstrinsik (faktor yang datang dari luar) yang memicu emosi mereka menjadi
hamba hedonism, antara lain :
a. Orang tua dan kaum kerabat
Orang tua dan kerabat adalah penyebab utama generasi mereka menjadi
hedonisme. Orang tua lalai untuk mewarisi anak dengan norma dan gaya
hidup timur yang punya spiritual. Orang tua tidak banyak
mencampurtangankan anak tentang hal spiritual. Sebagian orang tua jarang
yang ambil pusing apakah anak sudah melakukan sholat atau belum, apakah
lidahnya masih terbata- bata membaca alif –ba-ta, dan tidak sedih melihat
remaja mereka kalau tidak mengerti dengan nilai puasa.
b. Faktor Bacaan
Faktor bacaan memang dapat mencuci otak mahasiswa untuk menjadi
orang yang memegang prinsip hedonisme. Adalah kebiasaan mahasiswa kalau
pulang kampus pergi dulu ke tempat keramaian, pasar, paling kurang mampir
di kios penjualan majalah dan tabloid. Mereka senang dengan bacaan
mengenai trend atau gaya hidup terbaru dan entertainment sehingga timbul
keinginan untuk mengikuti atau menirunya.
c. Pengaruh tontonan
Pengaruh tontonan, tayangan televisi (profil sinetron, liputan tokoh
selebriti dan iklan) juga mengundang mahasiswa untuk mengejar hedonisme.
Majalah remaja popular dan kebanyakan tema televisi sama saja. Isinya
banyak mengupas tema tema berpacaran, ciuman, pelukan, perceraian,
pernikahan. hamil di luar nikah dan bermesraan di muka publik sudah nggak
apa-apa lagi, cobalah dan lakukanlah ! seolah-olah beginilah ajakan misi
televisi dan majalah yang tidak banyak mendidik, kecuali hanya banyak
menghibur.
Rancangan majalah popular dan tema televisi komersil di negara kita
memang sedang menggiring mahasiswa menjadi generasi konsumerisme
9
bukan memotivasi mereka untuk menjadi generasi produktif. Tema iklannya
adalah “manjakanlah kulitmu”. Andaikata semua mahasiswa dan mahasiswa
melakukan hal yang demikian, memuja kulit. Pastilah sawah dan ladang, serta
lahan-lahan subur makin banyak yang tidak terurus. Karena mereka semua
takut jadi hitam. Pada hal untuk manusia yang patut dimuliakan adalah
kualitas intelektual, kualitas spiritual dan kualitas hubungan dengan manusia
(kualitas fikiran dan keimanan).
3. Cara Mengatasi Budaya Hedonisme :
Untuk mengantisipasi pengaruh negatif budaya hedonisme bagi
mahasiswa perlu diadakan sosialisasi, yaitu :
1. Perlunya kearifan dalam memilih barang agar tidak terjebak dalam
konsumerisme.
2. Menanamkan pola hidup sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
3. Dalam memilih barang mahasiswa perlu membuat skala prioritas dalam
berbelanja sehingga dapat membedakan barang apa yang benar-benar
diperlukan dan barang-barang yang diinginkan namun tidak diperlukan.
4. Penerapan pola hidup sederhana dalam kegiatan sehari-hari diperlukan
untuk mengatur keuangan mahasiswa agar pendapatan yang biasanya
berasal dari orang tua tidaklah lebih kecil daripada pengeluaran.
5. Adanya kedewasaan dalam berpikir sehingga mahasiswa dapat
membentengi diri dari pola hidup konsumerisme.
Memilih gaya hidup hedonime, terus terang tidak akan pernah memberikan
kepuasan dan kebahagiaan. Ibarat minum air garam, makin diminum makin haus.
Bagi yang belum terlanjur menjadi pengidola hedonisme maka segeralah balik
kiri, berubah seratus delapan puluh derajat. Bahwa kebahagian hidup ada pada
hati yang bening, saatnya bagi kita kembali untuk menyuburkan akar-akar
spiritual- kembali ke jalan Ilahi, tumbuhkan jiwa peduli pada sesama- buang
jauh-jauh karakter selfish (mementingkan diri sendiri), dan miliki multi kekuatan
10
– kuat otak, kuat otot, kuat kemampuan berkomunikasi, kuat beribadah, dan kuat
mencari rezeki.
B. Gaya Hidup Konsumtif di Kalangan Mahasiswa
1. Pengertian perilaku konsumtif
Kata “konsumtif” (sebagai kata sifat; lihat akhiran –if) sering diartikan
sama dengan kata “konsumerisme”. Padahal kata yang terakhir ini mengacu
pada segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan
konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-
barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai
kepuasan yang maksimal.
Konsumtif biasanya digunakan untuk menunjuk pada perilaku konsumen
yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang
dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok. Misalnya sebagai ilustrasi,
seseorang memiliki penghasilan 500 ribu rupiah. Ia membelanjakan 400 ribu
rupiah dalam waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sisa 100
ribu ia belanjakan sepasang sepatu karena sepatu yang dimilikinya untuk
bekerja sudah rusak. Dalam hal ini orang tadi belum disebut berperilaku
konsumtif. Tapi apabila ia belanjakan untuk sepatu yang sebenarnya tidak ia
butuhkan (apalagi ia membeli sepatu 200 ribu dengan kartu kredit), maka ia
dapat disebut berperilaku konsumtif.
Pengertian perilaku menurut Sarwono adalah segala sesuatu yang
dilakukan oleh satu individu dengan individu lainnya dan bersifat nyata.
Perilaku mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian secara luas dan
pengertian secara sempit. Pengertian perilaku secara luas mencakup segala
sesuatu yang dilakukan atau dialami seseorang, sedangkan dalam arti sempit
perilaku mencakup semua reaksi yang dapat diamati.
11
Pengertian konsumsi menurut Zain dan Badudu adalah pemakaian
barang-barang hasil industri, barang-barang keperluan sehari-hari. Menurut
Barnhart dan Williams istilah konsumsi berasal dari bahasa latin yaitu
consumere dan consummare. Consumere mempunyai arti menggunakan
sepenuhnya atau seluruhnya. Adapun consummare mengandung arti
menghimpun, menjumlahkan, atau melengkapi.
Pembahasan tentang perilaku konsumsi terkait dengan konsumen dan
perilakunya. Menurut Schiffman dan Lazar konsumen dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu konsumen perseorangan dan konsumen organisasi.
Konsumen perseorangan yaitu seseorang yang membeli barang dan
menggunakan jasa untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, sedangkan
konsumen organisasi yaitu seseorang yang membeli produk, perlengkapan,
dan jasa untuk menjalankan suatu perusahaan. Menurut Walters konsumen
adalah individu yang membeli atau mempunyai kapasitas untuk melakukan
pembelian terhadap barang dan jasa yang ditawarkan oleh pihak institusi
pemasaran dalam rangka memenuhi kebutuhannya dan memuaskan
keinginannya.
Berdasarkan pengertian konsumen dan perilaku diatas dapat dijelaskan
bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan individu yang secara
langsung terlibat dalam usaha memperoleh barang-barang jasa ekonomis
termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan
tindakan-tindakan tersebut. Engel menambahkan bahwa perilaku konsumen
tidak hanya melibatkan apa yang dikonsumsi seseorang tetapi juga
menyangkut dimana, seberapa sering, dan dalam kondisi seperti apa barang
dan jasa tersebut dikonsumsi.
Dahlan menyatakan bahwa perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku
yang ditandai oleh adanya kehidupan mewah dan berlebihan, penggunaan
segala hal yang dianggap paling mahal dan memberikan kepuasaan dan
12
kenyamanan fisik sebesar-besarnya serta adanya pola hidup manusia yang
dikendalikan dan didorong oleh suatu keinginan untuk memenuhi hasrat
kesenangan semata-mata.
Menurut Sumartono seseorang yang konsumtif mempunyai karakteristik
sebagai berikut :
1. Membeli produk untuk menjaga status, penampilan, dan gengsi.
2. Memakai sebuah produk karena adanya unsur konformitas terhadap model
yang mengiklankan produk tersebut.
3. Adanya penilaian bahwa dengan memakai atau membeli produk dengan
harga yang mahal akan menimbulkan rasa percaya diri.
4. Membeli produk dengan pertimbangan harga bukan karena manfaat dan
kegunaannya.
5. Membeli karena kemasan produk yang menarik.
6. Membeli produk karena iming-iming hadiah.
7. Mencoba produk sejenis dengan dua merk yang berbeda.
Dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku
membeli barang-barang dan jasa yang sifatnya kurang diperlukan dan hanya
mementingkan faktor keinginan dan kesenangan dibandingkan dengan faktor
kebutuhan.
2. Faktor Pendorong Gaya Hidup Konsumtif
Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif dikalangan mahasiswa :
1. terpengaruh penampilan produk atau kemasanproduk dan iklan,
2. terhegemoni akan hypermarket maupun supermarket yang ada di
lingkungan,
3. Keinginan mengikuti trend dan mode
4. bagaiamana tanggapan orang tua terhadap perilaku konsumtif.
13
Peran status ekonomi orang tua tidak begitu berpengaruh terhadap
perilaku konsumtif anaknya (mahasiswa). Disini pada dasarnya orang tua
tidak pernah memberikan uang tambahan untuk jalan-jalan atau membeli
pakaian. Tetapi disini anak malah yang menyalahgunakan uang yang
diberikan oleh orang tuanya karena mereka meminta uang tambahan jarang
diberi oleh orang tuanya maka jalan satu-satunya mereka yaitu bohong minta
uang alasannya untuk mengerjakan tugas padahal disini uang digunakan untuk
ke mall, atau beli pakaian, untuk jalan dll. Mereka juga terhegemoni mall
karena mereka mempunyai rasa gengsi dengan teman sepergaulan. Dan
kadang mereka membeli suatu produk juag dipengaruhi oleh adanya iklan
media cetak. Karena sebagian besar mahasiswa dapat dilihat jika dikampus
berpenampilan gaul-gaul otomatis kalau tidak bisa mengikutinya pasti akan
minder. Anak bisa membeli barang atau tidak juga didasari oleh kebutuhan
orang tua banyak atau tidak pengeluarannya tiap bulannya. Jika pengeluaran
orang tua tidak banyak maka terkadang anak juga diberi uang tambahan jika
meminta tetapi uang tersebut digunakan untuk jalan-jalan tadi. Disitu
mahasiswa bisa selalu mengikuti trend yang selalu berkembang, dan tidak lagi
ketinggalan dengan trend ataupun malu dengan teman lainnya. Jelas bahwa
bisa tidaknya mahasiswa untuk berperilaku konsumtif dipengaruhi oleh peran
status ekonomi orang tuanya. Dan dalam pemilihan fashion bagi mereka
adalah trend dan desain yang utama lalu merk juga penting karena paling
tidak kualitas juga bagus jika merknya bagus. Pada dasarnya membeli barang
di mall alasannya adalah kualitas terjamin dari segi awet dan enak tidaknya
dipakai. Yang jelas tingkat konsumtif antara mereka yang berstatus ekonomi
tinggi, sedang dan rendah ada perbedaan. Meskipun mereka yang berstatus
ekonomi rendah juga bisa berpenampilan konsumtif tetapi tingkatan
konsumtifnya berbeda dengan mereka yang berstatus ekonomi tinggi dan
sedang dikarenakan faktor ekonomi dari orang tuanya.
14
3. Cara mengatasi budaya konsumtif :
1. Membuat daftar belanja yang diinginkan dan dibutuhkan. Diutamakan
barang yang dibutuhkan, untuk menghindari terbuangnya uang untuk
barang yang sia-sia.
2. Tanyakan diskon khusus.
3. Selalu update jadwal diskon.
4. Gunakan kupon belanja.
5. Jangan terlalu fanatik pada satu nama perancang.
6. Tunggulah diskon perancang. Bersabar sampai barang-barang yang
“mahal harus punya” sampai turun harga.
7. Kunjungi pameran. Selain menawarkan harga untuk model terbaru, juga
tersedia berbagai hadiah saat pameran.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hedonisme adalah derivasi (turunan) dari liberalisme. Sebuah pandangan
hidup bahwa kesenangan adalah segalanya, bahkan kehidupan itu sendiri.
Bagi kaum hedonis, hidup adalah meraih kesenangan materi: sesuatu yang
bersifat semu, sesaat, dan artifisial.
Faktor yang mempengaruhi hedonisme adalah orang tua dan kaum
kerabat, faktor Bacaan, dan pengaruh tontonan.
Untuk mengantisipasi pengaruh negatif budaya hedonisme bagi
mahasiswa perlu diadakan sosialisasi, yaitu :
1. Perlunya kearifan dalam memilih barang agar tidak terjebak dalam
konsumerisme.
2. Menanamkan pola hidup sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
3. Dalam memilih barang mahasiswa perlu membuat skala prioritas
dalam berbelanja sehingga dapat membedakan barang apa yang benar-
benar diperlukan dan barang-barang yang diinginkan namun tidak
diperlukan.
4. Penerapan pola hidup sederhana dalam kegiatan sehari-hari diperlukan
untuk mengatur keuangan mahasiswa agar pendapatan yang biasanya
berasal dari orang tua tidaklah lebih kecil daripada pengeluaran.
5. Adanya kedewasaan dalam berpikir sehingga mahasiswa dapat
membentengi diri dari pola hidup konsumerisme.
Perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku yang ditandai oleh adanya
kehidupan mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap
paling mahal dan memberikan kepuasaan dan kenyamanan fisik sebesar-
besarnya serta adanya pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong
oleh suatu keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata-mata.
16
Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif terpengaruh penampilan
produk atau kemasan produk dan iklan, terhegemoni akan hypermarket
maupun supermarket yang ada di lingkungan, keinginan mengikuti trend dan
mode, dan bagaiamana tanggapan orang tua terhadap perilaku konsumtif.
Untuk mengantisipasi pengaruh negatif budaya hedonisme bagi
mahasiswa perlu diadakan sosialisasi, yaitu :
1. Membuat daftar belanja yang diinginkan dan dibutuhkan. Diutamakan
barang yang dibutuhkan, untuk menghindari terbuangnya uang untuk
barang yang sia-sia.
2. Tanyakan diskon khusus.
3. Selalu update jadwal diskon.
4. Gunakan kupon belanja.
5. Jangan terlalu fanatik pada satu nama perancang.
6. Tunggulah diskon perancang. Bersabar sampai barang-barang yang
“mahal harus punya” sampai turun harga.
7. Kunjungi pameran. Selain menawarkan harga untuk model terbaru, juga
tersedia berbagai hadiah saat pameran.
B. Saran
Kita sebagai mahasiswa yang kebanyakan tinggal jauh dengan orang
tua seharusnya sedikit menimalisir pola hidup hedonisme dan konsumtif
dengan tidak terlalu mengikuti gaya hidup yang terus mengalir, belajar
mengatur pengeluaran sesuai dengan uang yang diberikan oleh orang tua dan
memanfaatkannya untuk kebutuhan yang pokok. Serta tetap menjadi diri
sendiri.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://www.butikbella.co.cc/gaya-hidup-konsumtif
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/09/12/80345/19/
Menggugat.Konsumerisme.Mahasiswa
http://abudaud2010.blogspot.com/2010/12/pengertian-perilaku-
konsumtif.html
http://cheisypuspita-chessypuspita.blogspot.com/factor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup hedonism (online)/06 Mei 2011.
http://www.suara.merdeka.com/harian/0712/01/ Mencemaskan, Hedonisme di
Kalangan Mahasiswa/Dela Sulistyawan Yunior (online)/ 19 April 2011.
18