1
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV
TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB BINA TARUNA
MANISRENGGO KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Diajukan Oleh :
Suroso X.5107662
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah mata
pelajaran yang ada pada kurikulum sekolah luar Biasa. Mata pelajarn IPS ini
diberikan pada jenjang SDLB , SMPLB dan SMALB. Mata pelajaran IPS ini
diberikan pada siswa tunagrahita dengan tujuan agar siswa dapat mengikuti
perubahan dan perkembangan yang ada dalam lingkungan hidupnya. Mata
pelajaran Ilmu pengethuan Sosial ini memuat kajian manusia , tempat dan
lingkungan, sistem sosial dan budaya, perilaku ekonomi dan kesejahteraan,
serta waktu.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai cabang ilmu
sosial memberi andil besar dalam pembentukan Sumber Daya Manusia
termasuk sumber daya manusia yang memiliki kebutuhan khusus. Hal ini
merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh lembaga pendidikan khusus
yang menangani anak-anak berkebutuhan khusus.. Namun, berdasarkan
pengamatan dan pengalaman penulis selama menjadi guru sekolah luar biasa
menemukan berbagai masalah dalam penyampaian pembelajaran IPS masalah
tersebut antara lain :a) ketika diberi pekerjaan rumah (PR) IPS, banyak anak
yang tidak mengerjakan, b) saat mengerjakan latihan anak terlihat enggan
untuk mengerjakan soal, c) ketika mengikuti pembelajaran IPS siswa banyak
yang tidak memperhatikan.
Anak tunagrahita merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus
yang memiliki kondisi lemah dalam kemampuan berfikir. Akibat dari
lemahnya kemampuan berfikir tersebut anak mengalami hambatan dalam
segala aspek kehidupannya. Aspek yang sangat peran dalam kehidupan
adalah aspek sosial. Aspek ini akan sangat berpengaruh dalm pergaulan
hidupnyaa ataupun dalam menghadapi persoalan-persoalan sosial. Sehingga
agar mereka dapat hidup bersosialisasi dengan masyarakat maka perlu adanya
1
3
pendidikan sosial yang dapat memberikan pengetahuan tentang pendidikan
sosial.
Dalam mengatasi permasalahan tersebut memang yang menjadi peran
yang penting dan utama adalah guru. Guru sebagai manager kelas harus
memiliki keterampilan mengajar yang profesional terutama kreatifitas dalam
mengajar. Menghadapi perubahan jaman yang secara global ini guru tidak
hanya mengandalkan pola mengajar seperti yang sudah-sudah diberikan pada
masa lampau, namun guru diharapkan sudah mulai berfikir kritis dan
mengikuti perkembangan zaman yang ada.
Selain itu untuk mengatasi masalah di atas penulis berupaya
meningkatkan pembelajaran mata pelajaran IPS dengan model kontektual
learning. Model kontektual learning merupakan suatu model pembelajaran
yang berprinsip belajar dengan lingkungan yang sebenarnya. Pendekatan
konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan
melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya
sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya
berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali
siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian
proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru
dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan
prinsip membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa.
Melalui penerapan model ini guru akan selalu aktif dan inovatif dalam
pembelajarannya. Pembelajaran melalui kontektual learning memang sudah
banyak di terapakan pada sekolah umum, namun untuk sekolah pendidikan
luar biasa khususnya pada anak tuangrahita belum banyak yang menerapkan
sehingga pada kesempatan ini penulis mengimplementasik...lll;;;;;,,,,,,an
pendekatan kontektual dalam mata pelajaran IPS.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut : Apakah penerapan model pembelajaran kontekstual pada
matapelajaran IPS dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa Tunagrahita
kelas IV SDLB SLB Binataruna Klaten tahun pelajaran 2008/2009?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model
Pembelajaran kontektual dalam meningkatkan prestasi belajar Mata
Pelajaran IPS siswa kelas IV SLB Binataruna Manisrenggo Klaten Tahun
2008/2009.
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini sangat bermanfaat, baik bagi siswa , guru mata pelajaran,
maupun guru pada umumnya serta orang tua, yakni :
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya,
menjawab, dan mengemukakan pendapat, memberikan makna
pembelajaran bagi siswa, dan meningkatkan kerja sama siswa. Sehingga
memotivasi siswa untuk berprestasi.
2. Bagi guru Mata Pelajaran, dapat meningkatkan keterampilan dalam
pengembangan pendekatan, metode, atau model dalam proses
pembelajaran, serta keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran.
3. Bagi lembaga
Dapat menjadikan bahan kajian dalam pengembangan model pembelajaran
mata pelajaran yang lain.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tinjauan tentang anak tunagrahita ringan
a. Pengertian Anak Tunagrahita
Definisi dari American Association on Mental Deficiency (AAMD)
yang dikutip oleh Mumtazah (007:12) adalah bahwa Tunagrahita mengacu
pada fungsi intelektual umum yang nyata berada di bawah rata-rata
bersamaan dengan kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan
berlangsung dalam masa perkembangan. Anak tunagrahita ringan adalah
mereka yang kecerdasannya jelas berada di bawah rata-rata. Di samping
itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak,
yang sulit dan berbelit-belit. Mereka kurang, terbelakang atau tidak
berhasil bukan untuk sehari dua hari tetapi hampir segala-galanya, lebih-
lebih dalam hal pelajaran. Kecerdasan rata-rata ditentukan oleh tes
intelegensi. Misalnya anak berumur 12 tahun baru dapat mengerjaan
pekerjaan anak umur tujuh tahun atau lima tahun. Kekurangan dalam
adaptasi tingkah laku maksudnya adalah anak tidak atau kurang mampu
melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti yang dapat dilakukan oleh anak
usia di bawahnya .
Manurut Siti Sundari (1981:17-18), memberikann batasan anak
tunagrahita rirngan sebagai anak yang mempunyai IQ 50/55-70/75 dan
masih dapat di didik dalam keterampilan hidup sehari-hari serta dapat
mencapai kelas IV sekolah dasar. Oleh karena itu anak tunagrahita ringan
masih dapat diajar dalam bidang kemampuan dasar berupa, menulis dan
matematika secara sederhana.
Selanjutnya Suparlan (1989:29), anak tunagrahita ringan disebut
anak debil yaitu anak yang keadaannya lebih ringan dibandingkan dengan
anak embesil yang tingkat kecerdasannya IQ 25-50, sedangkan anak
tunagrahita ringan memiliki kecerdasan IQ 50/55 - 70/75.
4
6
Memperhatikan dari tiga pengertian di atas, maka dapat ditegaskan
bahwa anak tunagrahita ringan adalah anak yang mempunyai intelektual di
bawah rata-rata, kemampuan berpikirnya rendah, perhatian dan daya
ingatnya lemah, tetapi masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan
dalam bidang akademis yang sederhana seperti matematika, menulis dan
membaca.
b. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan
Dilihat secara fisik anak tunagrahita ringan tidak ada perbedaan
dengan anak normal pada umumnya, tetapi secara psikis berbeda dengan
anak normal. Lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan kata-katanya.
Mereka mengalami kesukaran berpikir abstrak tetapi mereka masih dapat
mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah biasa maupun di sekolah
khusus. Umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama
dengan anak umur 12 tahun.
Menurut Tamsik dan Tejaningsih (1988:42-45), membagi ciri-ciri
anak tunagrahita ringan menjadi tiga bagian, yakni : ciri-ciri jasmaniah,
ciri-ciri rokhaniah, ciri-ciri sosial. Yang termasuk ciri-ciri jasmaniah
meliputi bentuk kepala, mata, hidung dan bentuk tubuh lainnya tidak
berbeda dengan anak normal, sedangkan ciri-ciri rokhaniah meliputi
kemampuan berfikir rendah sehingga sulit untuk memecahkan masalah
walaupun sangat sederhana, perhatian dan daya ingatnya lemah, sehingga
tidak dapat memperhatikan sesuatu hal dengan serius. Adapun ciri-ciri
sosial anak tunagrahita ringan yang dapat diamati meliputi kurang dapat
mengendalikan diri, tidak dapat menghayati norma-norma sosial yang
berlaku dimasyarakat, sehingga tidak dapat mempertimbangkan baik dan
buruk, boleh dan tidak boleh.
Menurut AAMD (Amin, 1995-24), anak tunagrahita ringan sebagai
anak yang mempunyai IQ 50-70, dalam penyesuaian sosial maupun
bergaul mampu menyesuaikam diri pada lingkungan sosial yang lebih luas
dan mampu melakukan pekerjaan setingkat semi terampil, mereka mampu
mandiri di masyarakat dan mampu didik.
7
Astati (2001:5), anak tunagrahita ringan ketrampilan motoriknya
lebih rendah dari anak normal, karakteristik fisik tidak jauh berbeda
dengan anak normal, menyebabkan tidak terdeteksi sejak awal sebelum
masuk sekolah. Anak terdeteksi ketika mulai masuk sekolah baik di
sekolah tingkat pra atau sekolah dasar, dengan menampakan ciri ketidak
mampuan di bidang akademik maupun kemampuan pelajaran di sekolah
yang membutuhkan keterampilan motorik.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditegaskan karakteristik anak
tunagrahita ringan adalah sebagai berikut :
a. Kondisi fisik anak tunagrahita ringan meliputi : bentuk kepala, mata,
hidung dan bentuk tubuh tidak jauh berbeda dengan anak normal pada
umumnya.
b. Kondisi psikis anak tunagrahita ringan meliputi : kemampuan berpikir
rendah, perhatian dan ingatannya lemah, sehingga mengalami kesulitan
untuk mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan fungsi mental dan
intelektualnya, anak menjadi pelupa, cepat bosan, sulit konsentrasi dan
sifatnya yang kekanak-kanakan.
c. Kondidsi kognitif anak tunagrahita ringan: kesulitan berfikir abstrak
dan keterbatasan di bidang kognitif ini berimplikasi pada aspek
kemampuan lainnya yang digunakan untuk proses belajar, yaitu
meliputi perhatian, ingatan, dan kemampuan generalisasi.
2. Tinjauan Tentang Pembelajaran IPS
a. Pengertian IPS
Menurut Somantri (2000: 3) mengemukakan bahwa batasan
Pembelajaran IPS ini digambarkan sebagai “program pendidikan yang
memilih bahan pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humanities
yang diorganisasi dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk
tujuan pendidikan”. Pendapat yang senada disampaikan Al Muchtar
(2001: 32) bahwa “Pembelajaran IPS merupakan berbagai macam
pengorganisasian ilmu-ilmu sosial dan kegiatan-kegiatan dasar manusia
8
dengan segala permasalahannya, yang diorganisir dan disajikan secara
ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan FIPS –Pacsasarjana.
Sedangkan (Max Helly, 1989: 60-63) menjelaskan bahwa Pembelajaran
IPS ialah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan
yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam
fisik maupun lingkungan sosialnya dan yang bahannya diambil dari
berbagai ilmu sosial seperti geografi, penyederhanaan dari ilmu-ilmu
sosial, termasuk di dalamnya sosiologi, sejarah, ekonomi, antropologi,
politik, psikologi. Sejalan dengan itu, Kenworthy (1973) menegaskan
pula bahwa pada kenyataannya dapat disebutkan antropologi, sosiologi,
ekonomi, geografi, ilmu politik, sejarah dan psikologi merupakan
lapangan pendidikan IPS, dan PIPS pun berkaitan erat dengan seni dan
musik, agama, dan filsafat serta ilmu-ilmu lainnya.
Sedangkan menurut Kurikum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
dari Puskur seperti dikutib oleh E. Mulyasa (2006: 125) dikatakan
bahwa :
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran
yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB.
IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi
yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran
IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.
Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat
menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung
jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan
berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan
setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis.
9
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan
terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan
keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan
tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang
lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa
Pembelajaran IPS merupakan program pendidikan/ bidang studi yang
mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial
di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu,
sedangkan pengertian ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang
berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau semua bidang
ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
b. Tujuan Pembelajaran IPS
Seperti yang tertulis dalam Garis-garis Program Pembelajaran
(GBPP,1994) seperti yang dikutib oleh H. Purwanto (1999: 199) dikatakan
bahwa Mata Pelajaran IPS SD bertujuan agar siswa mampu mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan dan ketrampilan dasar yang berguna bagi
dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran sejarah bertujuan agar siswa
mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyakarat
Indonesia sejak masa lalu hingga kini, sehingga siswa memiliki kebanggan
sebagai bangsa Indonesaia dan cinta tanah air. Sedangkan Mulyasa (2006:
125) menuliskan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa
ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial
10
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global.
c. Ruang Lingkup IPS SDLB
Ruang Lingkup IPS menurut KTSP talah ditetapkan oleh
Depdiknas seperti yang dikutib oleh E. Mulyasa (2006: 126)
disebutkan sebagai berikut:
1). Manusia, Tempat, dan Lingkungan
2). Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
3).Sistem Sosial dan Budaya
4).Waktu, keberlanjutan dan perubahan
d. Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan
sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan
dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa
manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran
siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan
menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa
melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan
pengembangan kemampuan sosialisasi. Ada tujuh indokator pembelajarn
kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu
1). modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-
tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh),
2). questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan,
mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi),
11
3). learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok
atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan),
4). inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi,
menemukan),
5). constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-
aturan, analisis-sintesis),
6). reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut),
7). authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran,
penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio,
penilaian seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara).
B. Kerangka Pikir
Mata pelajarn IPS merupakan ilmu mata pelajaran yang memiliki materi
dengan metode hafalan yang cukup banyak. Mata pelajaran ini pada siswa
sekolah umum banyak yang malas mengikuti karena dengan materi hafalan-
hafalan yang diberikan. Secara umum preatasi belajar IPS memiliki tingkat
yang rendah sehingga ini menimbulkan permasalahan di dunia pendidikan
khususnya dalam mata pelajaran IPS.
Di sekolah luar biasa khususnya pada anak tunagrahita juga mmeperoleh
mata pelajaran IPS. Hasil prestasi mereka juga kurang dapat dibanggakan. Hal
ini dapat dimaklumi karena kondisi mereka yang memiliki kecerdasan dibawah
rata-rata. Meskipun prstasi belajar mereka rendah yang diharapkan dari mereka
adalah mereka memperoleh ilmu pengetahuan sosial dapat sebagai upaya untuk
menghadapi permasalahan-yang ada di lingkungan hidupnya.
Sebagai upaya untuk mengatasi hal tersebut maka diterapkan moedl
pembelajaran kontektual. Metode pembelajaran ini diharapkan dapat
mempermudah materi yang disampaikan.sehingga prestasi belajar mata
pelajaran IPS akan meningkat.
12
C. Hipotesis
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah bahwa pembelajaran dengan
penerapan model kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial pada Siswa Kelas IV SDLB Tunagrahita Ringan Di SLB
Binataruna Manisrenggo Klaten Tahun Pelajaran 2008/2009.
Kemampuan awal prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial anak rendah
Pembelajaran IPS dengan metode kontekstual menggunakan macam-macam tempat ekonomi
Kemampuan akhir diduga dengan metode kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar IPS anak Tunagrahita
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SLB Bina Taruna Manisrenggo Klaten Jawa
Tengah dan lingkungan sekitar sekolah yang menjadi tempat-tempat ekonomi.
Adapun yang menjadi tempat penelitian antara lain pasar, took, bank,
pegadaian .
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2009 sampai dengan bulan Mei
2009.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian menurut Suharsimi Arikunto (1989:89) adalah
keadaan atau orang, variable melekat yang dipermasalahkan. Subyek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas IV SDLB tunagrahita Ringan. Penentuan
subyek ini sesuai dengan tugas mengajar peneliti sebagai guru kelas di kelas
II. Subyek dalam penelitian ini jumlahnya ada 3 anak.
C. Data dan sumber data
Data dalam penelitian ini berupa prestasi belajar Ilmu Pengetahuan sosial dan
proses pembelajaran dengan pendekatan konstektual.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. guru kelas III
2. siswa Kelas III SDLB
3. Kepala sekolah
4. Pedagang/ pemilik warung
5. Hasil prestasi siswa selama penelitian ini berlangsung.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Tes
Tes adalah salah satu kegiatan untuk mengetahui kemampuan individu.
Menurut Nurul Zuriah(2001:139) tes adalah sejumlah pertanyaan yang
disampaikan pada sesorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan
12
14
keadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek
psikologis ( prestasi belajar, minat, bakat, sikap, kecerdasan, reaksi
motorik, dan berbagai aspek lainnya) dalam diri obyek. Selanjutnya
Suharsimi Arikunto (2002:127) memberikan pengertian tes adalah
serentetan pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes prestasi belajar IPS.
2. Observasi
Teknik observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.
Menurut Hadari Nawawi (1991: 104) ada beberapa cara pelaksanaan
observasi antara lain adalah sebagai berikut :
a.) Observasi partisipan yaitu pengamatan yang dilakukan observer dengan
ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan
diobservasi.
b.) Observasi non partisipan yaitu pengamatan yang dilakukan observer
dengan tanpa ikut secara langsung dalam kegiatan yang diobservasi.
Adapun peran observer dalam pelaksanaan observasi, sebagai berikut:
1) Observasi partisipan
Obesrvasi partisipan yaitu orang yang melakukan pengamatan
berperan serta ikut mengambil bagian dalam kehidupan atau kegiatan
obyek yang diobservasi.
2) Observasi non partisipan
Observasi non partisipan yaitu observer tidak berperan serta
mengambil bagian dalam kegiatan obyek yang diteliti.
3) Observasi sistematik ( structural observation)
Observasi sistematik yaitu observasi yang diselenggarakan dengan
menentukan secara sistematik faktor-faktor yang akan diobservasi
lengkap dengan kategorinya.
15
3. Wawancara
Teknik wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
membantu menjelaskan kondisi yang akan digambarkan peneliti yang
dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dengan sumber data. Alat
yang dipergunakan dalam wawancara adalah panduan wawancara. Teknik
ini dipergunakan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan
tujuan, pengembangan, dan aspek-aspek yang menunjang maupun
menghambat. Wawancara dalam kegiatan ini adalah dilakukan dengan
siswa dan kolabor . wawancara difokuskan pada kegiatan yang telah
dilakukan sehingga dapat memberikan masukan secara langsung pada saat
pembelajaran berikutnya.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mengungkap data yang
bersifat dokumenter yang terpampang dan dapat dibaca. Dokumentasi
yang dilakukan pada penelitian ini adalah berupa pengambilan hasil foto
dan gambar hidup melalui handicam.
E. Validitas Data
Untuk memperoleh data yang benar –benar valid sesuai dengan
tujuan penelitian ini maka validitas data yang digunakan adalah dengan
trianggulasi data,. Triangulasi data dilakukan dengan mengumpulakn dari
berbagai sumber data yang kemudian dilakukan verifikasi terhadap data
tersebut.
F. Teknik analisis data
Menurut Moleong (1998:103) teknik analisis data adalah proses
penyusunan data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti
menggolongkannya dalam pola, tema, atau kategori tanpa adanya kategori
atau klasifikasi data, maka data tersebut akan menjadi kacau (chaos).
Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis
menjelaskan pola atau kategori mancari hubungan antara berbagai konsep
Interprestasi menggambarkan perspektif atau pandangan peneliti terhadap
kondisi yang ada di lapangan atupun data yang diperoleh dari peneliti.
16
Tugas peneliti adalah mengadakan analisis data tentang data yang
diperolehnya agar diketahui maknanya, sehingga peneliti harus dapat
mengadakan analisis dengan cermat, benar, dan tepat karena itu perlu adanya
trianggulasi data. Trianggulasi data diambil dari guru yang bersangkutan
dengan . Dalam analisis data peneliti menggunakan model analisis Miles dan
Huberman (1984) yang menggunakan tiga tahap yaitu:.
1. Reduksi data
Dalam proses reduksi ini, peneliti tidak asal mengurangi data, tetapi
melakukan seleksi, memilih data apa yang relevan dan bermakna
Memfokuskan pada data yang mengarah untuk pemecahan masalah
penemuan, pemaknaan atau untuk menjawab hipotesis tindakan
mengklasifikasikannya kemudian menyederhanakannya, menyusun secara
sistematik dengan menonjolkan hal-hal yang pokok dan penting serta
membuat ringkasan yang memberikan gambaran tajam tentang hasil
temuan serta maknanya
2. Penyajian data
Penyajian data yaitu hasil dari reduksi data disajikan dalam bentuk naratif
dalam bentuk lajur dalam bentuk laporan secara logik dan sistematis yang
mudah dibaca atau dipahami baik secara keseluruhan maupun bagian
bagiannya dalam kesatuan konteks. Penyajian ini dilengkapi dengan
matrik grafik atau bagan dan dirancang untuk menggabungkan informasi.
3. Menarik Kesimpulan
Dilakukan dengan melihat kembali pada reduksi data maupun pada display
data sehingga kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari data yang
dianalisis. Analisa dilakukan setelah peneliti kembali dari lapangan (Mile:
dan Huberman, 1984 : 21-23). Kesimpulan merupakan intisari dari analisis
yang memberikan pernyataan tentang dampak tindakan yang dilakukan
pada efektifitas proses pembelajaran yang telah dilakukan.
17
G. Indikator Kinerja
Indikator dalam penelitian ini adalah bila ada peningkatan prestasi belajar
sesudah menerapkan pembelajaran dengan konstektual.
H. Prosedur pelaksanaan tindakan
Prosedur pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Peningkatan hasil belajar IPS pada anak tunagrahita ringan dengan
menggunakan model kontekstual diharapkan memberikan kemudahan
siswa dalam menerima konsep pengerjaan IPS. Adapun kegiatan persiapan
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Membuat rencana pembelajaran sesuai dengan program tahunan,
program semester dan program satuan pembelajaran serta dituangkan
pada rencana pembelajaran.
b. Menyusun strategi pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk merancang
pendekatan, metode, evaluasi yang akan digunakan serta menyusun
pengelolaan kelas yang digunakan.
c. Merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan dalam penggunaan
model kontekstual.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan berdasarkan rancangan
yang telah dilakukan adapun langkah-langkah yang dilaksanakan dalam
tindakan kelas ini adalah
a. Guru menjelaskan tentang tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan.
b. Guru menjelaskan tentang pembelajaran kontektual
c. Guru mengajak siswa langsung ke lapangan ( tempat-tempat kegiatan
ekonomi)
d.Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertransaksi dengan
para penjual ataupun orang yang ada di tempat tersebut.
18
5. Guru mengevaluasi hasil belajar siswa
3. Pengamatan/ Observasi
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui perkembangan kemampuan
siswa dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menggunakan.
pemantauan dilakukan oleh seorang guru yang telah ditunjuk. Pemantauan
terfokus pada kegiatan siswa dan kegiatan guru. Waktu pelaksanaan
dilakukan secara terus menerus selama tindakan berlangsung. Pemantauan
ini dilakukan dengan observasi dan wawancara secara langsung pada siswa
maupun pada guru .
4. Evaluasi dan refleksi
Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam menyerap materi yang disampaikan. Evaluasi
dilakukan dengan tes. Tes dilaksanakan baik sebelum tindakan diberikan
maupun setelah tindakan dilaksanakan.
Adapun refleksi dilaksanakan untuk mengetahui kelebihan dan
kelemahan pelaksanaan tindakan. Refleksi ini dilaksanakan sebelum
maupun sesudah tindakan. Dengan refleksi akan diperoleh masukan yang
dapat untuk memperbaiki tindakan berikutnya. Adapun bahan yang
direfleksikan hasil catatan pengamatan selama pelaksanaan tindakan.
Kemduian dari hasil catatan tersebut didiskusikan bersama-sama antara
kolabor dan guru.
19
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Kemampuan Awal Siswa
Sebelum pelaksanaan penelitian tentang penerapan metode contekstual
learning dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial maka terlebih dahulu
diadakan pretest. Prestes ini adalah untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
Kegiatan pretest ini dilakukan dua minggu sebelum kegiatan penelitian di mulai.
Adapun hasil pelaksanaan pretest adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil Pretes Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV Tahun Pelajaran 2008/2009
NO NAMA Hasil Prestes
1 KKF 60
2 JMD 56
3 SSMY 65
4 HS 60
Dari hasil pretest tersebut nilai tertinggi adalah 65 yang diperoleh SSMY
dan nilai terendah adalah 56 yaitu JMD. Bila digambar dalam grafik hasilnya
sebagai berikut :
Hasil Pretes
505254565860626466
KKF JMD SSMY HS
Subyek
Nil
ai
Series1
18
20
B. Siklus I
1. Tahap perencanaan
Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan maka terlebih dahulu
guru membuat persiapan untuk pelaksanaan pembelajaran. Adapun
persiapan yang dilakukan antara lain :
a. Membuat Rencana Pembelajaran
Setelah selesai mengadakan pretest maka langkah selanjutnya
adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. RPP dibuat
dengan mengkaji standar komptensi dan kompetensi dasar serta
silabus. Dengan membuat RPP ini maka akan memperoleh
gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran. RPP dalam penelitian
ini lebih lengkapnya ada dalam lampiran.
b. membuat Jadwal kegiatan pembelajaran
Jadwal kegiatan merupakan agenda yang akan dilaksnakan. Sesuai
dengan perencanaan bahwa dalam pelaksanaan contektual learning
dalam pembelajaran IPS dengan materi tempat-tempat ekonomi
maka disesaauikan dengan kegiatan yang ada dilapanga. Jadwal
kegiatan bahwa dalam tindakan I ini ada 3 pertemuan. Sehingga
dalam pelaksanaan menentukan tempat-tempat kegiatan ekonomi
yang ada di lingkungan sekolah. Kegiatan yang akan dijadikan
pembelajaran adalah di Pasar, BRI, Kantor Pos, Warung/Toko.
c. Menyiapkan alat pemantauan dan evalauasi
2. Tahap pelaksanaan tindakan
Setelah semua perencanaan pembelajaran telah
dipersipakan maka kegiatan selanjutnya adalah melaksnakan program.
Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan kontekstual learning pada siswa
kelas 4 dimulai pada minggu ke 4 bulan April 2009. Langkah-langkah
pembelajarannya adalah guru menyiapkan kelas, melakukan doa
bersama dan mengadakan apersepsi. Langkah selanjutnya guru
menjelaskan rencana pembelajaran yaitu dengan belajar di tempat-
tempat ekonomi yang ada di sekitar sekolah. Tempat pembelajaran
21
ekonomi yang akan dilakukan adalah di sebuah pasar dekat sekolah
dan di toko yang ada di sekitar sekolah.
Guru kemudian mengajak siswa ke pasar , selanjutnya dengan
bimbingan guru siswa belajar transasksi dengan para pedagang di
pasar.
Guru kemudian memberikan evaluasi tentang kegiatan yang dilakukan
di pasar.
Pertemuan yang ke 2 dilaksanakan pada minggu pertama bulan
Juni 2009, pada kegiatan yang kedua ini pembelajaran masih
melanjutkan pada pertemuan yang pertama hanya dalam pertemuan ke
dua ini anak diajak untuk mengunjungi tempat – tempat ekonomi
yaitu di Bank Rakyat Indonesia unit Manisrenggo Klaten.
Pertemuan yang ketiga dilaksanakan pada minggu ke dua bulan
Juni 2009, dalam kegiatan ini anak langsung diajak ke penggadaian
yang ada di manisrenggo Klaten. Di tempat ini anak-anak langsung
belajar mengenai transaksi yang dilakukan di tempat ini.
3. Tahap Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan oleh teman sejawat. Monitoring
dilakukan dengan mengamati kegiatan proses belajar mengajar. Selain itu
juga mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
di berbagai temapat yang telah ditentukan sebelumnya. Monitoring
dilakukan selama pelaksanaan tindakan pada putaran yang pertama. Adapun
pelaksanaan monitoring pada guru dan siswa sebagai berikut:
a) Monitoring guru
Monitoring pada guru dilaksanakan pada penamoilan guru, penjelasan
materi, dan memberikan keterangan saat terjadi transaski baik di BRI,
Pasar ataupun di Pegadaian. Hasil dari Monitoring ini guru masih
canggung saat mengajak anak-anak luar biasa di tempat keramaian.
Sehingga keterlibatan guru belum sepenuhnya dalam pembelajaran .
Selanjutnya dalam penguasaan materi guru sudah siap dan cukup baik.
b) Monitoring pada siswa
22
Monitoring pada siswa dilakukan oleh teman sejawat juga, adapun yang
dimonitor pada siswa antara lain motivasi siswa, perhatian siswa,
interaksi siswa serta aktivitas siswa. Hasil dari monitoring pada tindakan
pertama siswa memiliki perhatian yang cukup baik setelah guru
mengajak pembelajaran di tempat-tempat ekonomi.
Hasil evaluasi dari tindakan pertama pada penerapan CTL dalam
pembelajaran IPS terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 3
Hasil Evaluasi Siklus I
NO NAMA Hasil Pretest HASIL TES SIKLUS I
1 KKF 60 70
2 JMD 56 65
3 SSMY 65 70
4 HS 60 68
Hasil Evaluasi Tindakan I
01020304050607080
KKF JMD SSMY HS
Subyek
Nil
ai Series1
Series2
Gambar 2
Grafik Hasil evaluasi Belajar IPS pada siswa kelas IV SDLB Tunagrahita Tahun
Pelajaran 2008/2009
23
4. Tahap Refleksi siklus 1
Dari hasil pelaksanaan tindakan I dalam pembelajaran IPS dengan
pendekatan CTL pada siswa kelas IV SDLB Tunagrahita Ringan dapat
dikatakan berhasil. Selama pelaksanaan berlangsung siswa memiliki
motivasi yang tinggi. Hal ini karena anak belajar langsung di masyarakat.
Selain itu masih ada kekurangan dalam pembelajaran ini yaitu guru kurang
reaktif dalam menjelaskan materi saat kegiatan transaksi dilakukan.
Kekurangan ini selanjutnya akan menjadi masukan bagi guru dalam
memperbaiki pembelajarannya pada tindakan ke 2.
C. Siklus ke II
1. Deskripsi rencana siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada tindakan I maka kegiatan
selanjutnya adalah membuat rencana tindakan II. Proses pembelajaran
pada tindakan II ini pada dasarnya adalah sama dengan proses pada
tindakan yang I. Pada tindakan II ini ada beberapa perubahan atau
perlakuan yang ditingkatkan pada subyek. Perubahan ini dilakukan atas
dasar masukan dari pengamatan yang telah dilakukan pada tindakan I.
Perubahan ini dimaksudkan subyek dalam mengikuti pelajaran akan
memiliki motivasi dan aktivitas yang meningkat dalam kegiatan proses
belajar.
2. Deskripsi pelaksanaan Penelitian Tindakan II.
Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan maka terlebih dahulu guru
membuat persiapan untuk pelaksanaan pembelajaran. Adapun
persiapan yang dilakukan antara lain :
a. Membuat Rencana Pembelajaran
Setelah selesai mengadakan tindakan I maka langkah selanjutnya
adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Untuk
pelaksanaan tindakan ke II. RPP dibuat dengan mengkaji standar
komptensi dan kompetensi dasar serta silabus. Dengan membuat RPP
24
ini maka akan memperoleh gambaran tentang pelaksanaan
pembelajaran. RPP dalam penelitian ini lebih lengkapnya ada dalam
lampiran.
b. Membuat Jadwal kegiatan pembelajaran
Jadwal kegiatan merupakan agenda yang akan dilaksnakan. Sesuai
dengan perencanaan bahwa dalam pelaksanaan contektual learning
dalam pembelajaran IPS dengan materi tempat-tempat ekonomi maka
disesaauikan dengan kegiatan yang ada dilapanga. Jadwal kegiatan
bahwa dalam tindakan I ini ada 3 pertemuan. Sehingga dalam
pelaksanaan menentukan tempat-tempat kegiatan ekonomi yang ada di
lingkungan sekolah. Kegiatan yang akan dijadikan pembelajaran
adalah di Pasar, BRI, Kantor Pos, Warung/Toko.
c . Tahap pelaksanaan pembelajaran
Setelah semua perencanaan pembelajaran telah dipersiapkan
maka kegiatan selanjutnya adalah melaksnakan program. Pelaksanaan
pembelajaran IPS dengan kontekstual learning pada siswa kelas 4
dimulai pada minggu ke 3 bulan Juli 2009. Langkah-langkah
pembelajarannya adalah guru menyiapkan kelas, melakukan doa
bersama dan mengadakan apersepsi. Langkah selanjutnya guru
menjelaskan rencana pembelajaran yaitu dengan belajar di tempat-
tempat ekonomi yang ada di sekitar sekolah. Tempat pembelajaran
ekonomi yang akan dilakukan adalah di sebuah pasar dekat sekolah
dan di toko yang ada di sekitar sekolah.
Guru kemudian mengajak siswa ke pasar , selanjutnya dengan
bimbingan guru siswa belajar transasksi dengan para pedagang di
pasar.
Guru kemudian memberikan evaluasi tentang kegiatan yang dilakukan
di pasar.
Pertemuan yang ke 2 dilaksanakan pada minggu ke empat bulan
Juni 2009, pada kegiatan yang kedua ini pembelajaran masih
melanjutkan pada pertemuan yang pertama hanya dalam pertemuan ke
25
dua ini anak diajak untuk mengunjungi tempat – tempat ekonomi
yaitu di Bank Rakyat Indonesia unit Manisrenggo Klaten.
Pertemuan yang ketiga dilaksanakan pada minggu ke ke empat
bulan Juni 2009, dalam kegiatan ini anak langsung diajak ke
penggadaian yang ada di manisrenggo Klaten. Di tempat ini anak-anak
langsung belajar mengenai transaksi yang dilakukan di tempat ini.
d . Pengamatan tindakan siklus kedua
Monitoring dan pemantauan pada penelitian ini dilakukan oleh teman
sejawat. Monitoring dilakukan dengan mengamati kegiatan proses belajar
mengajar. Selain itu juga mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar di berbagai temapat yang telah ditentukan
sebelumnya. Monitoring dilakukan selama pelaksanaan tindakan pada
putaran yang pertama. Adapun pelaksanaan monitoring pada guru dan siswa
sebagai berikut:
1) Monitoring guru
Monitoring pada guru dilaksanakan pada penampilan guru, penjelasan
materi, dan memberikan keterangan saat terjadi transaski baik di BRI,
Pasar ataupun di Penggadaian. Hasil dari Monitoring ini guru masih
canggung saat mengajak anak-anak luar biasa di tempat keramaian.
Sehingga keterlibatan guru belum sepenuhnya dalam pembelajaran .
Selanjutnya dalam penguasaan materi guru sudah siap dan cukup baik.
2) Monitoring pada siswa
Monitoring pada siswa dilakukan oleh teman sejawat juga, adapun yang
dimonitor pada siswa antara lain motivasi siswa, perhatian siswa,
interaksi siswa serta aktivitas siswa. Hasil dari monitoring pada tindakan
pertama siswa memiliki perhatian yang cukup baik setelah guru
mengajak pembelajaran di tempat-tempat ekonomi.
Hasil evaluasi dari tindakan pertama pada penerapan CTL
dalam pembelajaran IPS terlihat dalam tabel berikut :
26
Tabel 3
Hasil Evaluasi Siklus II
NO NAMA HASIL TES
SIKLUS I
HASIL TES
SIKLUS II
1 KKF 70 75
2 JMD 65 66
3 SSMY 70 75
4 HS 68 73
60
62
64
66
68
70
72
74
76
KKF JMD SSMY HS
Subyek
Nil
ai Series1
Series2
Gambar 3
Grafik Hasil Evaluasi Belajar Siklus I dan II Mata Pelajaran IPS siswa Kelas IV
SDLB Tunagrahita Ringan Tahun Pelajaran 2008/2009
4. Tahap Refleksi siklus II
Dari hasil pelaksanaan tindakan II dalam pembelajaran IPS dengan
pendekatan CTL pada siswa kelas IV SDLB Tunagrahita Ringan dapat
dikatakan berhasil. Selama pelaksanaan berlangsung siswa memiliki
motivasi yang tinggi. Hal ini karena anak belajar langsung di masyarakat.
27
D.Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penerapan
pendekatan CTL untuk meningkatkan pembelajaran IPS pada materi
tempat-tempat ekonomi yang memperoleh hasil ternyata ada peningkatan
dalam prestasi belajar IPS. Penerapan CTL pada siswa tunagrahita
memang memiliki berbagai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan tersebut
antara lain siswa dapat belajar langsung dengan konteks yang dipelajarai
sehingga anak lebih meduah menerima konsep yang diajarka guru.
Sedangkan kelemhannya adalah guru kesulitan untuk mengatur waktu
pembelajaran serta bila dialkukan diluar sekolah memerlukan biaya yang
cukup banyak.
Disamping itu bahwa keberhasilan pembelajaran ini memang
dipengaruhi oelh berbagai factor. Faktor tersebut dapat berasal dari dalam
individu maupun dari luar individu. Dari dalam individu anatra lain
motivasi dan minat anak mengikuti pembelajarn ini. Sedangkan faktor dari
luar antara lain berupa sarana, guru, dan lingkungan yang mendukung
adanya pembelajaran tersebut.
Adapun hasil secara keselurhan dapt dilihat dalam tabel sebagai berikut :
NO NAMA
Hasil
Pretes
HASIL
TES
SIKLUS I
HASIL
TES
SIKLUS
II
Jumlah
Peningkatan
1 KKF 60 70 75 15
2 JMD 56 65 66 10
3 SSMY 65 70 75 10
4 HS 60 68 73 13
Jumlah 241 273 289 48
Rata-Rata 60,25 68.25 72.25 12
Dari data tersebut diketahui bahwa dari pretest ke siklus I dan siklus 2
terjadi kenaikan nilai rata-rata 12 poin.
28
0
10
20
30
40
50
60
70
80
KKF JMD SSMY HS
Subyek
Nil
ai
Series1
Series2
Series3
Gambar 4
Grafik Rekapitulasi Hasil Evaluasi Belajar Pretes, tindakan I dan Tindakan II
Mata Pelajaran IPS pada Siswa Kelas IV SDLB TGR Tahun pelajaran 2008/2009
E. Hasil Penelitian
Hasil dalam penelitian ini adalah ada peningkatan prestasi belajar mata pelajaran
IPS dengan penerapan pembelajaran kontekstual pada siswa kelas IV SDLB
Tunagrahita di SLB Binataruna Manisrenggo Klaten Tahun Pelajaran
2008/2009.
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penilitian yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS dengan pendekatan
kontekstual pada anak tunagrahita ringan kelas IV SDLB Bina Taruna dapat
meningkatkan prestasi belajar IPS.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan prestasi
belajar IPS anak Tunagrahita kelas IV SDLB Bina Taruna Manisrenggo
Klaten , memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai bentuk
pelayanan pendidikan untuk anak tunagrahita. Penerapan pembelajaran
kontekstual ini memberikan implikasi yang bermanfaat yaitu: meningkatkan
prestasi belajar IPS anak tunagrahita meliputi pengenalan tempat-tempat
ekonomi, tempat-tempat jual beli.
C. Saran-Saran
Berdasarkan simpulan dalam penelitian ini maka dapat diajukan saran-saran
sebagai berikut :
a. Dalam pembelajaran IPS dengan media peta sebaiknya guru
mengembangkan media peta yang lebih menarik
b. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sebaiknya dari pihak sekolah
selalu meningkatkan kualitas guru dalam pembelajaran IPS..
28
30
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Abror. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana
Ahmad Badawi. 1996. Kelompok Belajar. Yogyakarta: FIPIKIP Yogyakarta
Andi Mappiare. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional.
Crow and Crow terjemahan Abd. Abror. 1989. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Nur Cahaya.
Dakir. 1993. Dasar-dasar Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Daniel Goleman. 1997. Kecerdasan Emosional. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Dave Meier. 2002. The Accelerated Learning Handbook. Jakarta : Kaifa.
Direktorat Dikdasmen. 2003. Pendekatan Kontekstual; Contextual Teaching ang Learning (CTL). Jakarta.
__________. 2005. Ilmu Pengetahuan Sosial, Konsep Dasar Ilmu. Jakarta.
Kasihani Kasbolah. 1998. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Pendidikan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya
Munadir. 1996. Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta : Depdikbud. Dirjen. Dikti Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Murniati Sulastri. 1985. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Berdikari.
Nasution. 1984. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Edisi 1). Jakarta : Bima Aksara.
Oemar Hamalik. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Ratna Wilis Dahar. 1996. Teori - Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Singgih D. Gunarsa. 1987. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta. Pt. BPK Gunung Mulia : IKKAPI.
Siti Sundari. 2005. Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta.
29
31
Suharsimi Arikunto 1993. Prosedur Penelitian Sebagai Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
__________. 1996. Prosedur Penelitian Tindakan. Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.
__________. 2002. Prosedur Penelitian. rev.ed. Jakarta: Rineka Cipta
Sujati. 2000. Penelitian Sains yang Humanistik. Yogyakarta. Kanisius.
Sukamto, et al. 2000. Penelitian Tindakan. Yogyakarta. Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan : Bumi Aksara.
Suparno P. 1999. Pendidikan Dasar Yang Demokratis. USD. Yogyakarta
Suryo Suryobroto. 1988. Dasar dasar Psikologi Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Prima Aksara.
Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Panel TK. IKIP. Yogyakarta
Tatang M. Amirin. 1990. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali.
Whitherington H.C. Terjemahan M. Buchori 1983. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Aksara Baru.
Winarno Surachmad. 1980. Psikologi Pemuda Indonesia. Bandung : Jemars.
Winkel WS. 1978. Dasar dan Teknik Reseach (Pengantar Metodologi Ilmiah). Bandung: Tarsito.
_______. 1989. Bimbingan Konseling di Sekolah Menengah. Jakarta : CV. Gramedia.