Download - Faktor Jamur Tiram
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan & Hasil Jamur Tiram
2.1. Kualitas Bibit Jamur Tiram
Kualitas bibit merupakan salah satu kunci keberhasilan panen jamur, kunci
yang lain adalah nutrisi, teknik pengomposan dan perawatan selama masa
inkubasi hingga panen.
Ciri-ciri kualitas bibit jamur Tiram yang bagus adalah :
a) Bibit yang baik adalah bibit yang miseliumnya tumbuh merata keseluruh
media tumbuh. Hindari bibit dengan miselium terlalu padat, atau terlalu
tipis dan jarang.
b) Pertumbuhan miselium bibit tidak boleh menunjukan pertumbuhan yang
bersifat sektoritas (pengelompokkan pertumbuhan miselium dalam media
tumbuh)
c) Jangan gunakan bibit yang menampakkan tidak adanya pertumbuhan
miselium pada beberapa bagian media tumbuh. Ini menujukkan bahwa
bibit telah terkena kontaminasi.
d) Gunakan bibit jamur siap tanam yang baik kualitasnya tidak terlalu muda
(tidak ada spora berwarna merah jambu) atau terlalu tua (umumnya bibit
lebih dari 2 bulan)
e) Gunakan bibit siap tanam berumur lebih dari 2 minggu hingga 5 minggu
setelah inokulasi.
f) Apabila kita membeli bibit, belilah bibit yang diketahui tanggal
inokulasinya. Bibit berumur lebih dari 4 minggu setelah inokulasi
(tanam) adalah bibit yang kadaluarsa.
g) Bibit siap tanam jamur Tiram tidak boleh disimpan dalam refrigator
(lemari es) atau inkubator bertemperatur rendah.
h) Satu botol/kantong plastik bibit telah dibuka, maka seluruh bibit harus
digunakan (untuk menghindari kontaminasi).
i) Jangan gunakan bibit sisa (yang disimpan kembali), karena akan
menggangu pertumbuhan jamur.
Gb. Bibit jamur Tiram
Belilah langsung ke produsen bibit, bukan reseller/tengkulak bibit.
Hal ini sangat penting karena produsen bibit lebih tahu akan usia bibitnya.
Memang terkadang lebih mahal tetapi lebih menguntungkan petani. Karena
saat ini sudah banyak beredar bibit palsu yang tentunya hasil
produksi/panen akan rendah.
Perhatikan Miselium.
Miselium adalah bagian vegetatif dari jamur, yang terdiri dari massa
bercabang, seperti benang hifa yang tumbuh didalam log. Didalam log bisa
dijumpai bentuk lain dari miselium jamur Tiram, misalnya ada bentuk
serbuk atau bubuk, miselium berwarna hijau atau hitam, dan jika
diperhatikan jumlahnya lebih sedikit daripada miselium jamur Tiramnya,
langkah yang harus dilakukan adalah potong bagian tersebut dan buang,
sedangkan sisanya tetap dapat ditebar diatas kompos. Jika kontaminan
lebih banyak, maka log tersebut dibuang.
Penyimpanan bibit
Jika bibit yang anda beli tidak langsung ditebar, maka simpanlah
dilemari atau diatas meja dalam ruangan yang bersuhu hangat. Jangan
sekali-kali meletakkan log bibit diatas lantai karena miselium akan mati
dan log menjadi rusak. Kriteria bibit jamur Tiram yang baik adalah yang
miseliumnya telah tumbuh merata ke seluruh bagian media tanam.
Penanaman jamur Tiram dilakukan dengan cara menebarkannya langsung
ke rak tanam yang telah diisi media.
2.2. Sterilitas Jamur Tiram
Jamur Tiram termasuk tumbuhan micro sehingga sangat sensitive
terhadap perubahan iklim dan mudah terkontaminasi. Sehingga hasil
produksi seringkali gagal dari prediksi semula. Tujuan dari proses sterilisasi
ini adalah mematikan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan
pertumbuhan jamur dan menghilangkan bau amoniak. Ada perbedaan
Sterilisasi media tanam jamur Tiram dengan sterilisasi media tanam jamur
dram dan kuping. Jika sterilisasi media tanam jarnur tiram dan kuping
dilakukan di luar kumbung, sterilisasi jamur Tiram langsung dilakukan di
dalam kumbung.
Caranya dengan meletakkan media tanam di atas rak-rak tanam yang
telah dipersiapkan didalam kumbung. Setelah itu, ke dalarn kumbung
dialirkan uap panas yang berasal dari perebusan air di pembangkit uap.Alat
pembangkit uap dibuat dari dua drum minyak tanah berukuran 100 liter.
Kedua drum ini diletakkan dengan posisi rebah di atas tungku api yang di
buat di luar kumbung. Di setiap sisi drum dibuat lubang untuk mengeluarkan
uap panas dan disatukan dengan pipi paralon. Di tengah paralon tersebut
kemudian dipasang pipa dari bambu atau paralon berdiameter 2-3 cm untuk
mengalirkan uap panas ke dalam kumbung. Di dalam kumbung, pipa
penyalur uap panas ini dibuat bercabang dan diberi lubang kecil sebanyak
delapan lubang per meter pipa cabang. Lewat lubang-lubang inilah uap
panas yang dihasilkan dari proses perebusan air di dalam drum mengalir
sehingga terjadiiah proses Sterilisasi. Sterilisasi dilakukan selama 2-4 jam
sampai suhu di dalam kumbung naik menjadi 70° C. Setelah itu, diamkan
kumbung selama 24 jam sampai suhunya turun menjadi 32-35° C.
2.3. Kelembaban Jamur Tiram
Kelembaban udara yang diperlukan setelah proses inokulasi hingga
waktu munculnya badan buah jamur Tiram pertama yaitu 70 - 80%. Saat
badan buah jamur Tiram sudah membentuk jarum pentul kelembaban dalam
kumbung yang diperlukan 85 - 90% (Chang dan Miles, 1987).
Kelembaban udara paling ideal adalah 80%. Masalah yang sering
muncul adalah rendahnya kelembaban hingga mencapai di bawah 70%.
Kelembaban dapat dinaikkan dengan beberapa teknik yaitu pengkabutan,
penyiraman lantai atau kombinasi dari pengkabutan dan penyiraman lantai.
Cara paling efektif menaikan kelembaban udara adalah dengan
membasahi dinding kumbung. Pembasahan dinding kumbung ini akan
menyebabkan angin yang masuk ke dalam kumbung merupakan angin basah
sehingga dengan cepat menaikkan kelembaban. Namun pembasahan dinding
yang terlalu sering akan menyebabkan dinding kumbung cepat lapuk. Untuk
menyiasati hal ini gunakan kain-kain yang tak terpakai yang diletakkan pada
bagian dalam dinding. Penggunan kain pada bagian dalam dinding kumbung
akan menyebabkan dinding tidak basah serta dapat menyimpan air dalam
waktu relatif lama. Angin kering adalah musuh utama kelembaban. Jika kodisi
lingkungan luar kumbung kering, angin yang masuk kedalam mkumbung
akan langsung menurunkan kelembaban. Tutup pintu dan ventilasi kumbung
apabila tidak diperlukan untuk mencegah angin kering masuk.
2.4. Media Tanam Jamur Tiram
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok
tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis
tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar
untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit.
Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin
yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan
daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan
ketersediaan unsur hara.
Contoh media tanam Jamur Tiram adalah kompos ampas tebu yang
dipadukan dengan kompos jerami. Pengomposan dilakukan dengan tujuan
untuk mengaktifkan mikroflora termofilik, yakni bakteri dan fungi yang akan
merombak selulosa, hemiselulosa, serta lignin, sehingga lebih mudah dicerna
oleh jamur. Selama proses pengomposan akan timbul panas yang dapat
mematikan organisme pesaing yang merugikan bagi pertumbuhan jamur.
Sebagai bahan baku tempat (media) tumbuhnya jamur Tiram yaitu jerami.
Bahan baku ini dapat dipadukan dengan limbah pertanian yang tersedia di
sekitar lokasi budidaya, misalnya ampas tebu bekas dari pemintalan benang,
ampas aren, ampas tebu, kardus bekas, eceng gondok yang telah dikeringkan.
Bahan tambahan lain yang diperlukan yaitu bekatul sebagai sumber
karbohidrat, kapur untuk menetralkan media, dan kotoran ayam dapat
ditambahkan untuk meningkatkan kadar nitrogen dalam media. Kompos yang
baik mampu menyediakan sumber makanan yang cukup bagi pertumbuhan
dan perkembangan jamur Tiram sampai siap dipanen, sehingga pengomposan
haruslah dilakukan dengan sebaik mungkin.
Pembuatan lapisan atas kompos-ampas tebu
1. Bahan yang digunakan adalah 200 kg Ampas tebu, dedak 50 kg dan kapur 5
kg atau secukupnya.
2. Langkah pertama ampas tebu direndem sambil diuraikan atau untuk
menghancurkan ampas tebu yang menggumpal.
3. Basahi ampas tebu hingga merata
4. Ditata diatas tanah dan setiap 10 cm ditaburi kapur secara merata. Komposan
yang telah diberi kapur disusun dengan ukuran 100 X 80 X 50 cm, kemudian
ditutup plastik rapat-rapat.
5. Kompos ampas tebu dibalik pada hari kelima dengan cara menghamparkan
lembaran plastik diatas lantai kemudian komposan dibalik dengan
menggunakan garu sambil ditaburi dedek sedikit demi sedikit sampai merata,
selanjutnya tata kembali seperti semula.
6. Fermentasikan kembali ampas tebu selama 3 hari.
7. Kompos ampas tebu siap untuk dijadikan media lapisan atas
Pembuatan kompos jerami
1. Bahan yang digunakan sebanyak 1200 kg/400 ikat jerami kering, 25 kg kapur,
dan 150 kg dedek. Jerami Padi yang Berkualitas baik adalah jerami yang
kering yang kadar air sekitar 20% dan memiliki warna yang kuning cerah,
(tidak ada yang masih berwarna hijau ) Untuk menjamin keberlangsungan
produksi yang dilakukan maka penyedian / stok bahan baku jerami harus
cukup untuk kebutuhan satu tahun, dengan penyusutan bahan baku yang
rusak. Kebutuhan satu kumbung dalam satu tahun dengan sepuluh kali
produksi adalah 12.000 kg/4.000 ikat jerami kering.
2. Langkah pertama adalah merendam jerami dalam bak perendaman, jerami
diinjak-inajak hingga patah dan mampu menyerap air lebih banyak atau
sampai mengeluarkan busa, sampai semua jerami terendam dan tidak terapung
diatas air.
3. Jerami diangkat menggunakan garu lalu dibentuk bundelan, sebelumnya
permukaan tanah dasar komposan ditaburi dengan kapur secukupnya, setelah
itu baru jerami ditata selebar 300 cm serta panjang 400 – 500 cm..
4. Pada setiap lapisan bundelan setebal kira-kira 30 – 40 cm jerami diinjak dan
ditaburi kapur secukupnya begitu seterusnya hingga tumpukan media setinggi
160 – 170 cm.
5. Bagian samping tumpukan jerami harus terlihat lurus agar suhu didalam
komposan bisa merata.
6. Tumpukan jerami ditutup dengan plastik rapat-rapat kemudian ditutup dengan
lembaran yang tidak dapat tembus cahaya, sehingga air dalam komposan tidak
menguap dan kondisi komposan tidak kering.
7. Pada hari lima komposan dibalik dan dicampur dengan dedek sebanyak 200
kg,
8. Cara pembalikan kompos dimulai dengan menghamparkan lembaran plastik
diatas lantai, komposan dibongkar dengan gancu mulai dari atas dan diletakan
diatas hamparan plastik. pembukaan penutup kompos sebaiknya bertahap
dengan tujuan untuk mengurangi pengaruh langsung dari lingkungan luar.
9. Jika komposan terlihat kering lakukan penyiraman menggunakan embrat
secukupnya. Untuk mengetahui kadar air dalam komposan dilakukan dengan
cara diperas menggunakan tangan, Jika air dari komposan tidak banyak yang
menetes maka kadar air dalam komposan dapat dianggap cukup.
10. Jerami diuraikan ( diuyab ) dan dicampur dengan dedek, setiap jerami yang
jatuh langsung ditaburi dedek dan harus diusahakan agar setiap lembar jerami
dapat tercampur dedek secara merata.
11. Komposan disusun kembali tanpa dipadatkan, lebar susunan komposan jangan
lebih dari 200 cm dan tinggi 150 cm agar suhu yang dihasilkan tidak terlalu
tinggi dan proses permentasi dapat berjalan sempurna, tumpukan komposan
ditutup kembali dengan plastik.
12. fermentasikan kembali selama 3 hari.
13. Kompos jerami siap sebagai media lapisan bawah
2.5. Suhu
Jamur Tiram tumbuh di lokasi yang mempunyai suhu 32¬-38°C dan
kelembapan dengan oksigen yang cukup dengan tingkat kelembaban relatif
antara 85-98% serta keasaman (pH) antara 6,8-7,2.. Jamur ini tidak tahan
terhadap cahaya matahari langsung, tetapi tetap membutuhkannya dalam
bentuk pancaran tidak langsung. Derajat keasaman (pH) yang cocok untuk
jamur Tiram adalah 6,8-7.
Jamur Tiram kaya akan protein kasar dan karbohidrat bebas N (N-face
carbohydrate). Tingkat kandungan serat kasar dan abu adalah moderat,
sedangkan kandungan lemaknya rendah. Nilai energi jamur Tiram rendah,
namun merupakan sumber protein dan mineral yang baik dengan kandungan
kalium dan fosfor yang tinggi. Kandungan Na, Ca, Mg dan Cu, Zn , Fe cukup.
Kandungan logam berat Pb dan Cd tidak ada, sehingga jamur Tiram sangat
baik digunakan sebagai bahan makanan sehari-hari. Kandungan protein jamur
Tiram mencapai 1, 8 persen, lemak 0.3 persen, dam karbohidrat 12 – 48
persen.Jamur Tiram kaya akan protein, sebagai makanan anti kolesterol,
eritadenin dalam jamur Tiram dikenal sebagai penawar racun, dan banyak
mengandung antibiotik yang berguna untuk pencegahan anemia. Menurut
penelitian jamur juga dapat digunakan untukmengobati kanker.
2.6. Perawatan Kumbung
Pembuatan kumbung masing-masing petani mempunyai ukuran tetapi
secara garis besarnya ukuran kumbung berdasarkan selera, jumlah hasil yang
ingin dicapai dan kemampuan dalam menangani perawatan kumbung.
Pertimbangan teknik pembuatan kumbung bedasarkan biaya dan kepraktisan
(kemudahan perawatan dan pembuatan). Teknik pembuatan memberikan
kemudahan dalam kontrol perawatan suhu dan kelembaban dalam kumbung,
serta cahaya yang masuk kedalam kumbung. Ukuran pembuatan kumbung
berpengaruh pada banyaknya media yang dibutuhkan dan lamanya pasterisasi,
pariasi pemakaian dedak dan kapur dalam pengomposan media menentukan
ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan oleh jamur.
Ukuran dan bentuk kumbung
1. Ukuran bangunan kumbung panjang 700 cm, Lebar 400 cm dan tinggi
400 cm dengan susunan rak terdiri dari 5 susun, dengan lebar rak 115 –
120 cm, jarak rak pertama dari tanah 50 cm, jarak antar rak 70 (lihat
ganbar)
2. Setiap rak dalam kumbung diberi reng sebagai penyanggah media tanam
dengan jarak antar reng 2 – 3 cm.
3. Jendela dua buah yaitu di depan dan dibelakang berukuran tinggi 60 cm
dan lebar 50 cm, posisi jendela berada 30 cm diatas rak paling atas.
4. Kumbung ditutup plastik dan dilapisi seterofom pada bagian luar sebagai
dinding, usahakan pemasangannnya dilakukan dengan rapi, kencang dan
tidak ada bagian yang sobek.
Gb. Kumbung Jamur Tiram
Temperatur Dan Kelembaban Kumbung
Temperatur dan kelembaban adalah masalah utama yang dihadapi
dalam budidaya jamur Tiram. Indonesia yang beriklim tropis menyebabkan
temperatur tinggi menjadi masalah bagi syarat pertumbuhan jamur Tiram.
Pada musim kemarau temperatur disiang hari bisa mencapai 340 C sedangkan
jamur membutuhkan temperatur maksimal 280 C sebagai syarat tumbuh.
Temperatur rendah relatif tidak bermasalah karena rata-rata temperatur di
wilayah Indonesia tidak akan mencapai di bawah 220 C.
Ketika temperatur di dalam kumbung naik, ventilasi pada kumbung
dibuka. Pembukaan ventilasi ini akan mengalirkan udara ke dalam kumbung.
Aliran udara yang baik akan mempercepat penurunan temperatur di dalam
kumbung. Aliran udara yang baik dapat tercapai apabila ventilasi kumbung
dirancang dengan baik dan benar. Ventilasi kumbung yang baik terdiri dari
dua bagian yaitu pintu masuk dan pintu keluar udara (inlet dan outlet).
Manfat Kumbung
1. Melindungi jamur dari kondisi lingkungan luar yang kurang mendukung,
misalnya angin yang terlampau kencang.
2. Memudahkan pengelolaan suhu di dalam kumbung.
3. Menghemat lahan karena dapat disusun dengan menggunakan rak.
4. Saat budi daya tidak tergantung pada musim.
Bagian-bagian dari rumah kumbung tersebut sebagai berikut:
1. Dindingnya terbuat dari bilik bambu dilapisi plastik untuk lebih menstabilkan
suhu dalam kumbung. Dibagian paling luar dinding bisa dilapisi lagi dengan
steroform.
2. Permukaan lantai sebaiknya disemen untuk memudahkan dalam merawat
kebersihan kumbung. Apabila tidak disemen tanah sebaiknya dilapisi dengan
pasir dan kapur.
3. Dalam budidaya jamur Tiram, sterilisasi dilaksanakan dalam kumbung, maka di
dalam kumbung harus dilengkapi dengan pipa yang diberi lubang-lubang kecil.
Jarak antar lubang sekitar 20 cm. Kegunaan dari pipa tersebut adalah untuk
mengalirkan uap air panas pada saat proses sterilisasi.
4. Atap bangunan dapat terbuat dari rumbia yang dilapisi plastik pada bagian
dalamnya.
5. Untuk mengatur sirkulasi udara, kumbung harus dilengkapi vertilasi berupa
jendela
Daftar Pustaka
Budhi Widiastuti, Budidaya jamur kompos, jamur Tiram dan jamur kancing, Penebar
Swadaya, 2007.
Parjimo dan Agus Andoko, Budidaya jamur, jamur kuping, jamur tiram, dan jamur
Tiram, Agro Media Pustaka 2007