Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2
Jurnal Ilmiah Beering’s, Volume 08, No.01, Maret 2021 16
EROSI DAN SEDIMENTASI PADA SUB DAS AIR BETUNG KOTA
PAGAR ALAM BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2
Program Studi Teknik Sipil, Sekolah Tinggi Teknologi Pagar Alam12
Jalan Masik Siagim No. 75 Simpang Bacang Dempo Tengah Kota Pagar Alam
Sur-el: [email protected]
Abstrak : Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang menerima air hujan untuk
kemudian mengalirkannya kembali melalui satu sungai utama menuju kehilir. DAS bagian hulu seringkali
menjadi fokus perencanaan pengolaan DAS karena selain fungsinya yang sangat penting yaitu sebagai
daerah tangkapan air juga adanya berkaitan biofisik dengan daerah hilir. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat laju Erosi dan Sedimentasi yang ada pada Sub DAS Air Betung. Analisis Erosi dan
Sedimentasi dengan menggunakan rumus USLE (Universal Soil Loss Equation) yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti, Indeks Erosivitas Hujan (R), Indeks Erodibilitas Tanah (K), Panjang dan Kemiringan
Lereng (LS), Nilai Faktor Pengelolaan Tanaman dan Penilaian Faktor Konservasi Lahan (CP).
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode USLE dan didekati dengan ILWIS 3.3
menunjukkan bahwa nilai erosi yaitu sebesar 54.565,73 ton/ha/thn. Dari hasil pengukuran di Lapangan
besar sedimen melayang yang terjadi pada Sub DAS Air betung sebesar 1,26 gram dalam 2L air dengan
Debit 5,25 m3/detik.
Kata kunci : Erosi, Sedimentasi, Sub DAS Betung, SIG
Abstract : Watershed Area is a land area that receives rain water to then flow it back through one main
river to downstream. Watershed section upstream is often the focus of watershed management planning
because in addition to its, as acatchment, there are alsonbiophsical links to downstream areas. This study
aims to determine the level of erosion and sedimentation in Air Betung sub-watershed. Erosion and
sedimentation analysis used the formula USLE (Universal Soil Loss Equation) which was influenced by
faktors such as, rain erosion index (R), soil erodibility index (K), slope length and slop (LS), management
factor values safe and assement of land coversation factors (CP). Based on the result of the analysis with
using the USLE method and approached with ILWIS 3.3 showed that value erosion was 54,565.73
tons/ha/year. From the results of measurements in the large sediment field hovering that occured in
Betung sub-watershed was 1.26 grams in 2L water with debit 5.25m3/sec.
Keywords : Erosion Sedimentation ,Betung sub-watershed, GIS
1.1 PENDAHULUAN Air dan tanah memiliki keterkaitan yang
sangat erat, pada saat air hujan sampai ke
permukaan bumi, sebagian akan masuk ke
dalam tanah (Iinfiltrasi) untuk menjadi bagian
dari air tanah (groundwater), sedangkan air
hujan yang tidak terserap tanah akan menjadi
aliran permukaan (run-off). Tidak semua air
infiltrasi mengalir ke sungai atau tampungan air
lainnya, melainkan ada sebagian yang yang tetap
tinggal dalam lapisan bagian atas (top soil)
untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer
melalui permukaan tanah (evaporation) dan
melalui permukaan tajuk vegetasi
(transpiration) (Asdak, 2001).
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan
suatu wilayah daratan yang menrima air hujan
Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2
Jurnal Ilmiah Beering’s, Volume 08, No.01, Maret 2021 17
untuk kemudian mengalirkannya kembali
melalui satu sungai utama menuju kehilir. DAS
bagian hulu seringkali menjadi fokus
perencanaan pengolaan DAS karena selai
fungsinya yang sangat penting yaitu sebagai
daerah tangkapan air (Water Catchment Area)
juga adanya berkaitan biofisik dengan daerah
hilir. Sebagai bentuk kerusakan yang terjadi di
daerah hulu pada akhirnya tidak hanya akan
membawa dampak bagi daerah hulu saja namun
akhirnya juga berdampak pada daerah tengah
dan terutama daerah hilir. Kerusakan di Daerah
Airan Sungai (DAS) pada umumnya disebabkan
karena perubahan lahan yang tidak terkendali di
bagian hulu DAS sehingga mengakibatkan
terjadinya perubahan siklus hidrologi di DAS
tersebut (Arini, 2007).
Proses sedimentasi meliputi proses
erosi, angkutan (transport), pengendapan
(deposition) dan pemadatan dari sedimen itu
sendiri. Dimulai dari jatuhnya hujan yang
menghasilkan energi kinetik yang merupakan
pemulaan dari proses erosi. Begitulah tanah
menjadi partikel halus, lalu menggelinding
bersama aliran, sebagian akan tertinggal diatas
tanah sedangkan bagian yang lainnya masuk ke
saluran drainase terbawa aliran menjadi
sedimen. Sedimentasi yang terjadi menyebabkan
saluran menjadi dangkal dan mapasitas saluran
berkurang sehingga tidak dapat menampung lagi
debit limpasan yang terjadi (Fitriyah et al.,
2014)
Berdasarkan permasalahan di atas maka
muncul rumusan masalah yaitu bagaimana cara
mengetahui tingkat laju erosi dan sedimentasi
yang ada di Sub DAS Air Betung?
Tujuan penelitian ini ialah mengetahui
tingkat laju erosi dan sedimentasi yang ada pada
Sub DAS Air Betung.
Berdasarkan rumusan masalah diatas
serta untuk memperoleh hasil yang lebih akurat
dalam studi ini, maka perlu diberikan batasan
masalah sebagai berikut:
Lokasi yang di teliti adalah sebatas Sub DAS
Air Betung
Menggunakan metode USLE (Universal Soil
Loss Equation) dalam menganalis perkiraan
besarnya erosi.
Manfaat penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Penelitian ini diharapkan dapat menyajikan
suatu informasi baru terkait dengan besaran laju
erosi, tingkat bahaya erosi dan endapan lahan
pada Sub DAS Air Betung.
Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan masukan dalam rencana
pengelolaan dan konservasi Daerah Masalah
Aliran Sungai (DAS) Air betung.
II. METODELOGI PENELITIAN
2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di sub DAS Air
Betung Kota Pagar Alam.
Berikut adalah lokasi daerah penelitian:
2.2 Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Peta topografi skala 1:50.000 sub DAS
Air Betung yang diperoleh dari Dinas
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR).
b. Data curah hujan tahunan dalam periode
(2010-2019) pada stasiun pencatat curah
hujan PTPN VII Kota Pagar Alam, stasiun
pencatat curah hujan stasiun Jarai
Kabupaten Lahat.
c. Peta jenis tanah skala 1:50.000 di peroleh
dari Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (2016)
d. Peta data guna lahan skala 1:50.000 yang
diperoleh dari Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (2016).
2.3 Metodologi dan Analisis
Analisis Erosi dan Sedimentasi dengan
menggunakan rumus USLE (Universal Soil
Loss Equation). Adapun kebutuhan data dalam
persamaan ini adalah:
a. Peta Indeks Erosivitas Hujan (R)
Data curah hujan yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan data curah
hujan tahunan. Kemudian dihitung dengan
menggunakan persamaan (2.6), dari hasil
hitungan untuk mendapatkan sebaran
indeks erosivitas hujan dilakukan dengan
pendekatan SIG.
b. Peta Indeks Erodibilitas Tanah (K)
Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2
Jurnal Ilmiah Beering’s, Volume 08, No.01, Maret 2021 18
Untuk menentukan faktor erodibilitas
tanah atau nilai faktor (K) didapat jenis
tanah pada daerah penelitian. Nilai K
dihitung berdasarkan data jenis tanah
DAS Air Betung, selanjutnya dibuat peta
indeks erodibilitas tanah dengan
pendekatan SIG.
c. Peta Indeks panjang dan kemiringan
lereng (LS)
Nilai Panjang dan Kemiringan Lereng
(LS) didapat dari hasil analisis topografi
dengan skala 1:50000 kemudian dibuat
ukuran pixel 25m x 25m. Selanjutnya,
dibuat peta LS dan untuk menghasilkan
nilai LS.
d. Nilai Faktor Pengelolaan Tanaman (C)
Faktor pengelolaan tanaman (C)
merupakan pengaruh pengelolaan lahan
yang terjadi pada kawasan yang ditinjau
terhadap erosi yang terjadi.
e. Nilai faktor konservasi lahan (P)
Faktor konservasi berpengaruh pada
pengolaan lahan pada kawasan yang di
tinjau terhadap erosi yang terjadi. Nilai P
dihitung kemudian di hitung luas tiap
lahan dan di cari nilai P untuk tiap lahan
pada catchment area DAS Air Betung.
f. Besarnya erosi dengan persamaan USLE
(Universal Soil Loss Equation)
Setelah nilai-nilai di atas didapat, maka
besarnya erosi erosi dapat dihitung
dengan persamaan USLE (Universal Soil
Loss Equation)
g. Prakiraan Besarnya Sedimentasi
Analisis prakiraan besarnya sedimen
dihitung berdasarkan data yang sudah di
dapat .
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Penelitian
Metode yang digunakan untuk mengetahui
erosi dan sedimentasi yang terjadi pada Sub
DAS Air Betung dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan Universal Soil Loss
Equation (USLE) sebagai model pengukuran
dan prediksi erosi dan sedimentasi. Dalam
pembuatan peta digunakan teknologi Sistem
Informasi Geografi (SIG). Data yang
diperlukan dalam penelitian ini yaitu berupa,
data curah hujan tahunan , data jenis tanah, dan
data penggunaan lahan.
3.1.1 Data Curah Hujan
Erosivitas hujan tahunan dihitung melalui
persamaan yang di kembangkan Lenvain
(1975) dalam Banuwa (2013) dengan rumus:
R = 2,21xCH^1,36
Dimana :
R adalah indeks erosivitas hujan
CH adalah curah hujan rata-rata (cm)
Komponen erosivitas hujan pada daerah
penelitian, yaitu data curah hujan selama 10
tahun terakhir (dari 2010-2019) didapat pada
dua Stasiun penakar hujan PTPN VII dan
Stasiun curah hujan Jarai. Setelah dilakukan
perhitungan di peroleh nilai erosivitas hujan
sehingga bisa terlihat berapa nilai indeks
erosivitas hujan yang menjadi faktor penentu
besarnya erosi dan sedimentasi yang terjadi
pada daerah
penelitian tersebut. Dibawah ini adalah tabel
curah hujan tahunan dari kedua stasiun tersebut.
Tabel 1. Curah Hujan 2010-2019
Tahun
stasiun
PTPN
VII
JARAI
2010 3847
2517,5
2011 1698
2342,4
2012 2013
2298,1
2013 4155
2616,5
2014 2968
1849
2015 2550
2256
2016 3788
3712
2017 2325
2475,5
2018 2413
2516,5
2019 2335
2517,5
Jumlah 28092
25101
Rata-
Rata 5107,64
4563,82
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan
bahwa jumlah curah hujan tertinggi pada stasiun
PTPN VII terjadi pada tahun 2016 sebesar 4155
mm. Pada stasiun hujan Jarai curah hujan
tertinggi yaitu pada tahun 2016 sebesar 2616,5
Jumlah rata-rata curah hujan tahunan pada
stasiun PTPN VII adalah 5107,636 mm, pada
stasiun Jarai 4563,82 mm Nilai curah hujan
tahunan inilah yang di interpolasi menjadi peta
indeks erosivitas hujan.
Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2
Jurnal Ilmiah Beering’s, Volume 08, No.01, Maret 2021 19
3.1.2 Topografi
Kemiringan dan panjang lereng
merupakan dua variabel topografi yang
paling berpengaruh dalam analisis erosi dan
sedimentasi. Kedua faktor tersebut penting
untuk terjadinya erosi karena faktor-faktor
tersebut menentukan besarnya kecepatan dan
volume air larian. Kecepatan air larian
ditentukan oleh kemiringan lereng dan
panjang kelerengan yang terkonsentrasi pada
saluran-saluran sempit yang mempunyai
potensi besar untuk terjadinya erosi dan
sedimentasi.
Gambar 1. Peta Tofografi SUB DAS Air
Betung
3.1.3 Data Jenis Tanah
Data jenis tanah didapat dari hasil
analisa dengan menggunakan pendekatan
illwis 3.3. sehingga menghasilkan suatu
tampilan gambar Sub DAS yang diteliti
lengkap dengan data jenis tanah, tekstur,
permeabilitas, Sehingga nantinya nilai tingkat
erodibilitas tanah dapat dilihat pada peta dan
merujuk pada tabel yang terdapat pada
pembahasan. Berikut adalah tampilan peta
jenis tanah
Gambar 2. Jenis Tanah
Berdasarkan hasil analisis peta jenis tanah
diatas, ada beberapa jenis tanah yang terdapat
pada sub DAS Air Betung Kota Pagar Alam
antara lain,litosol coklat,andosol coklat B
,latosol coklat dan regosol,andosol coklat,
latosol coklat kemerahan.
3.1.4 Data Penggunaan Lahan
Data penggunaan lahan didapat dari
analisis melalui data attribute pada peta tata
guna lahan lalu dibuat peta penggunaan lahan
dengan menggunakan aplikasi ILWIS 3.3.
Berikut adalah tampilan peta penggunaan
lahan.
Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan SUB
DAS Air Betung
3.1.5 Pengukuran Sedimen Melayang
Dari analisis pengukuran sedimen
melayang Untuk menghitung besaran sedimen
yang mengendap di dalam sub DAS Air
Betung, Pengukuran hasil sedimen secara
langsung pada sub DAS Air Betung dilakukan
dengan menggunakan botol. Pengukuran hasil
sedimen yang diintegrasikan dengan
pengukuran kecepatan aliran sungai (untuk
menghitung debit) pada variasi ketinggian
muka air sungai dari sub DAS Air Betung Dari
kedua pengukuran tersebut (debit dan sedimen)
akan diperoleh grafik, pengukuran tersebut
diperoleh data kecepatan arus sungai yang
diukur. Data kecepatan arus sungai digunakan
untuk menghitung besarnya debit air yang ada,
dengan mengukur penampang basah sungainya
terlebih dahulu. Kemudian dilakukan
pengambilan sampel air. Dengan botol sampler
dengan ukuran 500 ml, berikut adalah grafik
sedimen
Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2
Jurnal Ilmiah Beering’s, Volume 08, No.01, Maret 2021 20
Tabel 2. Perhitungan Q dan H
Waktu
(tinggi
muka
air/m)
(Debit
m³/detik)
08.00
1,17 4,47
09.00
1,08 4,41
10.00
1,03 4,3
11.00
0,99 4,28
12.00
0,92 4,02
13.00
0,99 3,94
14.00
1,07 4,19
15.00
1,05 4,31
16.00
1,06 4,45
17.00 1,17 5,25
Gambar 4. Grafik Perhitungan Nilai Q
Berdasarkan nilai pada masing-masing titik
pengukuran, dengan menghubungkan debit
aliran sungai dengan tinggi muka air maka
didapatlah grafik perhitungan nilai Q dengan
nilai R sebesar 0,6101.
Tabel 3. Paramater statistik data debit
Sedimen
waktu Debit
sungai
Sedimen
(gram)
08.00 4,47 0,5257
09.00 4,41 0,4826
10.00 4,3 0,4037
11.00 4,28 0,3894
12.00 4,02 0,2028
13.00 3,94 0,1455
14.00 4,19 0,3248
15.00 4,31 0,4109
16.00 4,45 0,5113
17.00 5,25 1,0853
jumlah sedimen (gram) 4,482
Gambar 5. Grafik Perhitungan Sedimen
Laju sedimentasi, selain dipengaruhi oleh
ukuran partikel sedimen, juga dipengaruhi oleh
debit yang melewati titik pengukuran tersebut,
dimana debit aliran merupakan fungsi dari
kedalaman aliran maka dari hasil perhitungan
nilai debit aliran sungai. Didapat nilai jumlah
sedimen sebesar 0,6811 dengan kategori nilai
sedimen sedang.
3.2 Analisis Data
3.2.1 Analisis Metode indeks Erodibilitas
CH (EI30)
Berikut adalah nilai EI30 dengan
menggunakan data hujan bulanan yang
dihitung dengan persamaan lenvain.
Tabel 4. Perhitungan Nilai LH (EI30)
Setelah dilakukan perhitungan rencana hujan
dengan menggunakan, perhitungan Hujan
bulanan, maka dipilih satu metode dengan hasil
yang paling rasional. Maka yang digunakan
adalah hasil perhitungan dengan menggunakan
data curah hujan bulan dalam kurun waktu 10
y = 4,1774x0,8219
R² = 0,6101
3,80
4,00
4,20
4,40
4,60
4,80
5,00
0,00 0,50 1,00 1,50
Q (m3/det)
Q(m3/det)
y = 0,7174x - 2,6811
R² = 0,6869
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
0 2 4 6Jum
lah s
edim
en (
gra
m)
Debit (m/detik)
Sedimen (gram)
jarai ptpn VII Mm Cm ch(EI30)
2010 2517,5 3847 3182,25 318,225 5573,67
2011 2342,4 1698 2020,2 202,02 3004,41
2012 2298,1 2013 2155,55 215,555 3281,42
2013 2616,5 4155 3385,75 338,575 6063,92
2014 1849 2968 2408,5 240,85 3815,91
2015 2256 2550 2403 240,3 3804,06
2016 3712 3788 3750 375 6967,95
2017 2475,5 2325 2400,25 240,025 3798,14
2018 2516,5 2413 2464,75 246,475 3937,62
2019 2517,5 2335 2426,25 242,625 3854,21
Jumlah 4410,13
TAHUN STASIUN
Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2
Jurnal Ilmiah Beering’s, Volume 08, No.01, Maret 2021 21
tahun yang kemudian di interval dengan
menggunakan pesamaan lenvain Berikut
dibawah ini adalah peta sebaran indeks
erosivitas hujan pada Sub DAS Air Betung.
Gambar 6. Peta sebaran indeks erosivitas
hujan pada Sub DAS Air Betung
3.2.2 Analisis Indeks Erodibilitas Tanah
(K)
Berdasarkan hasil analisis peta jenis tanah
pada SUB Das Air Betung termasuk kawasan
yang memiliki jenis tanah latosol coklat
kemerahan. Tanah latosol secara umum
memiliki bahan induk berupa batuan vulkanik
bersifat intermedier. Tanah jenis ini berkategori
tanah agak tinggi, dan memiliki kepekaan
terhadap erosi rendah. Berikut dibawah ini
adalah peta nilai indeks erodibilitas tanah pada
sub DAS Air Betung.
Gambar 7. Peta nilai indeks erodibilitas
tanah pada sub DAS Air Betung.
3.2.3 Analisis Panjang Lereng (LS)
Nilai panjang dan kemiringan lereng
(LS) didapat dari hasil analisis topografi
dengan pendekatan aplikasi ILWIS 3.3.
Berikut adalah tabel hasil pengukuran panjang
dan kemiringan lereng pada sub DAS Air
Betung.
Tabel 5. Nilai LS Sub DAS Betung
Kelas
Lereng Keterangan
Nilai
Ls
0-8 % Datar 0,4
8-15 % Landai 1,4
15-25
% Agak curam 3,1
25-40
% Curam 6,8
>40 Sangat
curam 9,5
Sumber: hasil analisis dan perhitungan
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa nilai LS
terendah adalah 0,4 dan nilai LS tertinggi adalah
9,50 dan kemiringan lereng pada Sub DAS Air
Betung kota Pagar Alam didominasi lereng yang
datar karena dapat dilihat pada peta dibawah ini
yang dimana nilai pada peta menunjukkan angka
0,4 Berikut dibawah ini adalah peta nilai indeks
panjang dan kemiringan lereng yang telah di
analisis menggunakan aplikasi ILWIS 3.3.
Gambar 8. Peta nilai indeks panjang dan
kemiringan lereng
Berdasarkan indeks panjang lereng
(LS) pada peta diatas menunujukan bahwa
merah datar,kuning landai, biru agak curam ,
merah mudah curam, Sedangkan nilai 0,4
termasuk ke dalam kategori kemiringan lereng
yang datar.
3.2.4 Analisis Faktor Penggunaan Lahan
(CP)
Faktor penggunaan lahan (C) ialah
perbandingan antara besarnya erosi dari lahan
yang ditanami suatu jenis tanaman terhadap
Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2
Jurnal Ilmiah Beering’s, Volume 08, No.01, Maret 2021 22
besarnya erosi tanah yang ditanami. Faktor
pengelolaan tanah (P), yaitu perbandingan antara
besarnya erosi dari lahan dengan suatu tindakan
konservasi tertentu terhadap besarnya erosi pada
lahan yang diolah tanpa tindakan konservasi.
Data faktor penggunaan lahan dan pengelolaan
tanah (CP) di wilayah DAS Air Betung, Berikut
dibawah ini adalah peta penggunaan Lahan di
analisis menggunakan aplikasi ILWIS 3.3.
Gambar 8. Peta penggunaan
3.2.5 Analisis Erosi Dengan menggunakan
Metode USLE
Setelah semua peta telah di buat, peneliti
dapat mengidentifikasi dan memprediksi besar
erosi yang terjadi pada sub DAS Air Betung.
Untuk mendapatkan hasil besar nya erosi yang
terjadi, dapat dilakukan dengan cara
mengalikan semua peta yang telah dibuat dari
hasil overlay peta indeks erosivitas hujan, peta
indeks panjang dan kemiringan lereng, peta
indeks erodibilitas tanah, dan peta penggunaan
lahan dengan alat bantu aplikasi ILWIS 3.3.
Berikut adalah peta hasil analisis erosi lahan
yang terjadi pada sub DAS Air Betung Kota
Pagar Alam.
Gambar 9. Peta hasil analisis erosi lahan
yang terjadi pada sub DAS Air Betung Kota
Pagar Alam.
Peta erosi diatas adalah hasil dari
perkalian peta indeks erodibilitas tanah, peta
indeks panjang dan kemiringan lereng dan peta
indeks penggunaan lahan. Berdasarkan hasil
analisis dengan menggunakan metode USLE
dan didekati dengan ILWIS 3.3 menunjukkan
bahwa nilai erosi tertinggi yaitu sebesar
7.918,34 ton/ha/thn sedangkan jumlah erosi
yang di hasilkan sebesar 54.565,73 ton/ha/thn
3.2.6 Analisis Sedimentasi
Untuk menghitung besaran sedimen yang
mengendap di dalam sub DAS Air Betung dapat
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
7918.334550000000
10.000 = 7918,4 Ha
Erosi = R.K.LS.CP
Dimana :
R = Nilai Erosivitas Hujan
K = Nilai indeks erodibilitas tanah
LS = Nilai panjang dan kemiringan
lereng
CP = Nilai penggunaan lahan
Erosi = R x K x LS x CP
= 54.565,73 ton/ha/thn
Perhitungan sediment delivery ratio (SDR),
nilai SDR dapat ditentukan menggunakan
cara sebagai berikut:
SDR = -0,2+0,385.A-0,2
Dimana :
A = Luas area DAS (Ha)
Luas area SUB das air betung adalah 68,35 ha,
nilai tersebut lalu dimasukan kedalam rumus
SDR yang telah di berikan sebelumnya
sehingga,
SDR = -0,2+0,385.A-0,2
= -0,2+0,385.68,35-0,2
=0,36534
Y = SDR.E
= 0,36534 x 54.565,73
= 19,9347771 ton/thn
Dari tahapan perhitungan diatas dapat
disimpulkan bahwa sedimen yang akan
mengendap di dalam sub DAS Betung
berdasarkan luas DAS sebesar 7918,4 ha dari
total erosi sehingga sedimen yang akan
mengendap didalam sub DAS Air Betung
sebesar 19,9347771 ton/thn
3.2.7 Sedimen Melayang
Dari hasil analisis pengujian sedimen pada
setiap sampel selama 10 jam, yang masing-
masing memiliki sampel tahapan perhitungan
dapat disimpulkan bahwa sedimen yang akan
mengendap di dalam sub DAS Air Betung
Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2
Jurnal Ilmiah Beering’s, Volume 08, No.01, Maret 2021 23
berdasarkan luas DAS dapat dilihat pada tabel
berikut ini
Dari tahapan perhitungan diatas dapat
disimpulkan bahwa sedimen yang akan
mengendap di dalam sub DAS Air Betung
berdasarkan luas DAS sebesar 1,26 gram
sehingga sedimen yang akan mengendap
didalam sub DAS Air betung sebesar 1,26 gram
dalam 2L air dengan Debit 5,25 m3/detik
IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan metode USLE dan didekati
dengan ILWIS 3.3 menunjukkan bahwa nilai
erosi tertinggi yaitu sebesar 7.918,34 ton/ha/thn
sedangkan jumlah erosi yang di hasilkan sebesar
54.565,73 ton/ha/thn dengan luas area 51,15 ha.
Dari tahapan perhitungan diatas dapat
disimpulkan bahwa sedimen yang akan
mengendap di dalam sub DAS Air Betung
berdasarkan luas DAS sebesar 1,26 gram
sehingga sedimen yang akan mengendap
didalam sub DAS Air betung sebesar 1,26 gram
dalam 2L air dengan Debit 5,25 m3/detik.
DAFTAR RUJUKAN
Arini, D. I. (2007, januari). aplikasi sistem
informasi geografis (sig) dan
penginderaan jauh untuk model hidrologi
answers dalam memprediksi erosi dan sedimentasi. media konservasi, 1-10.
Arsyad, U. (2010). Analisis Erosi Pada Berbagai
Tipe Penggunaan Lahan dan Kemiringan
Lereng di Daerah Aliran Sungai
Jeneberang Hulu. Disertasi Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin, UNHAS. Makassar (in Indonesian).
Asdak, Chay.2014. Hidrologi dan Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Banuwa, I. I. S. (2013). Erosi. Prenada Media.
Baver, L. D., Gardner, W. H., & Gardner, W. R.
(1972). Soil physics (No. 04; S592. 3, B38 1972.). New York: Wiley.
Eppink, L. A. A. J. (1985). Erosie in Nederland:
een overzicht. Landschap: tijdschrift voor
landschapsecologie en milieukunde, 2(2), 80-87.
Fitriyah, F. N., Halim, F., & Jasin, M. I. (2014,
april). penanganan masalah erosi dan
sedimentasi di kawasan perkamil. jurnal sipil statik.
Hidayat, A. (2003). Kajian Lahan Kritis Untuk
Arahan Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai
Jlantah Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010.
Hisyam, e. s. (2019, juni). kajian erosi dan
sedimentasi pada daerah aliran sungai
deniang kabupaten bangka. jurnal fropil, 7.
Isma, f. (2019, maret). estimasi erosi dan
sedimentasi lahan pada das langsa
berbasis sistem informasi geografis (SIG). teras jurnal, 9.
Isma, F., Purwandito, M., & Ardhyan, Z. (2019).
Estimasi Erosi Sedimentasi Lahan Pada
Jam Sampel
Berat
Cawan
(Gram)
Berat
Cawan +
Selimut
(Gram)
Volume
Air
(Liter)
Sedimen Jumlah
08.00 1 0,4 0,46 0,5Liter 0,12
2 0,4 0,44 0,5Liter 0,08
3 0,4 0,43 0,5Liter 0,06
4 0,4 00.44 0,5Liter 0,08
09.00 1 0,4 0,42 0,5Liter 0,04
2 0,4 0,44 0,5Liter 0,08
3 0,4 0,44 0,5Liter 0,08
4 0,4 0,46 0,5Liter 0,12
10.00 1 0,4 0,43 0,5Liter 0,06
2 0,4 0,42 0,5Liter 0,04
3 0,4 0,42 0,5Liter 0,04
4 0,4 0,42 0,5Liter 0,04
11.00 1 0,4 0,43 0,5Liter 0,06
2 0,4 0,42 0,5Liter 0,04
3 0,4 0,42 0,5Liter 0,04
4 0,4 0,43 0,5Liter 0,06
12.00 1 0,4 0,44 0,5Liter 0,08
2 0,4 0,45 0,5Liter 0,1
3 0,4 0,44 0,5Liter 0,08
4 0,4 0,45 0,5Liter 0,1
13.00 1 0,4 0,44 0,5Liter 0,08
2 0,4 0,46 0,5Liter 0,12
3 0,4 0,44 0,5Liter 0,08
4 0,4 0,44 0,5Liter 0,08
14.00 1 0,4 0,46 0,5Liter 0,12
2 0,4 0,44 0,5Liter 0,08
3 0,4 0,46 0,5Liter 0,12
4 0,4 0,46 0,5Liter 0,12
15.00 1 0,4 0,44 0,5Liter 0,08
2 0,4 0,46 0,5Liter 0,12
3 0,4 0,45 0,5Liter 0,1
4 0,4 0,46 0,5Liter 0,12
16.00 1 0,4 0,46 0,5Liter 0,12
2 0,4 0,47 0,5Liter 0,14
3 0,4 0,47 0,5Liter 0,14
4 0,4 0,5 0,5Liter 0,2
17.00 1 0,4 0,58 0,5Liter 0,36
2 0,4 0,58 0,5Liter 0,36
3 0,4 0,53 0,5Liter 0,26
4 0,4 0,54 0,5Liter 0,28
0,36
0,44
0,42
0,6
1,26
0,34
0,32
0,18
0,2
0,36
Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2
Jurnal Ilmiah Beering’s, Volume 08, No.01, Maret 2021 24
DAS Langsa Berbasis Sistem Informasi
Geografis. (9. (1), Penyunt.) Teras Jurnal , 29-41.
Kinnell, P. I. A. (2008). Discussion:
Misrepresentation of the USLE in ‘Is
sediment delivery a fallacy?’. Earth
Surface Processes and Landforms: The
Journal of the British Geomorphological Research Group, 33(10), 1627-1629.
Krisnayanti, D. S., Udiana, I. m., & Muskanan,
M. J. (2018, september). Jurnal teknik
sipil. Pendugaan erosi dan sedimentasi
menggunakan metode usle dan musle pada das noel-puames, VII, 143.
Nugroho, S. P., Adi, S., & Soewandito, H.
(2002). Pengaruh Perubahan Penggunaan
Lahan Terhadap Aliran. Permukaan,
Sedimen dan Unsur Hara. Jurnal sains
dan teknologi Indonesia. Website: http://www. iptek. net. id.
Risse, L. M., Nearing, M. A., Laflen, J. M., &
Nicks, A. D. (1993). Error assessment in
the universal soil loss equation. Soil
Science society of America journal, 57(3), 825-833
Tunas, i. g. (2005, agustus). prediksi erosi lahan
das bengkulu dengan sistem infirmasi dan geografis (sig). jurnal smartek, 3.
Utomo, W. H. (1989). Konservasi tanah di
Indonesia: suatu rekaman dan analisa. Rajawali Pers.
Wischmeier, W. H., & Smith, D. D. (1978).
Predicting rainfall erosion losses: a guide
to conservation planning (No. 537).
Department of Agriculture, Science and Education Administration.