MA
NA
JE
ME
N K
EU
AN
GA
N J
EN
DE
LA
PE
NG
EL
OL
AA
N B
ISN
IS
Dr. Anik Yuesti, SE.,MM lahir di Temanggung, 2 Agustus
1977 adalah seorang dosen dan juga peneliti. Dosen di
Universitas Mahasaraswati sejak tahun 2008. Mengajar
mata kuliah Perpajakan, Akuntansi Keperilakuan,
Manajemen Keuangan, Analisis Laporan Keuangan, dan
Akuntansi Sektor Publik. Lulus S1 tahun 1999, dan S2
tahun 2008 dari Universitas Gajayana. Lulus S3 tahun 2013
dari Universitas Brawijaya Malang. Penulis juga seorang
Penulis artikel internasional dan nasional. Aktif sebagai
pendamping BUMDES, Koperasi di Desa-Desa yang ada di
Kabupaten Badung dan Tabanan.
Dr. Putu Kepramareni, SE.,MM lahir di Denpasar 16 Juni
1972 adalah seorang dosen dan juga peneliti. Dosen di
Universitas Mahasaraswati. Mengajar mata kuliah
Pengantar Akuntansi, Manajemen Keuangan, Analisis
Laporan Keuangan, dan Akuntansi Sektor Publik. Lulus S1
tahun 1995 dari Undiknas , dan S2 tahun 1999 dari
Sekolah Tinggi PPM Jakarta. Lulus S3 tahun 2013 dari
Universitas Brawijaya Malang. Penulis juga seorang
Penulis artikel internasional dan nasional.
ii
iii
MANAJEMEN KEUANGAN
JENDELA PENGELOLAAN BISNIS
iv
MANAJEMEN KEUANGAN
JENDELA PENGELOLAAN BISNIS
v
MANAJEMEN KEUANGAN JENDELA PENGELOLAAN BISNIS Cetakan kedua Maret 2019
18 x 25 cm , ix + 165
ISBN: 978-602-52347-6-7
Penulis
Dr. Anik Yuesti, SE.,MM
Dr. Putu Kepramareni, SE.,MM
Editor
Putu Noah Aletheia Adnyana
Cover
Putu Noah Aletheia Adnyana
Sampul diambil oleh www.pexel.com
Diterbitkan Oleh
CV. Noah Aletheia
Dicetak oleh :
CV. Noah Aletheia
Jl. Tegalsari Gg. Koyon. No. 25 D. Banjar Tegalgundul
Desa Tibubeneng, Kec. Kuta Utara, Kab. Badung Bali Indonesia.
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang memperbanyak seluruh atau sebagian buku ini
vi
KATA PENGANTAR
Buku Manajemen Keuangan Jendela Pengelolaan Bisnis
merupakan buku karya dosen dan mahasiswa. Tujuan penulisan
buku ini adalah memberikan wadah bagi mahasiswa untuk
membuat database pembuatan tugas menjadi karya yang
bermanfaat luas. Buku ini juga merupakan pemberian tantangan
bagi mahasiswa untuk menulis dengan baik. Oleh karena itu,
diharapkan dengan adanya database berupa buku, dapat
membantu dosen dan mahasiswa membuat tugas secara baik.
Buku ini masih memiliki kekuarangan keterbatasan. Oleh
karena itu perlu penyempurnaan buku ini dari para pembaca.
Terima kasih sebelumnya jika berkenan member masukan dan
saran demi penyempurnaan buku ini.
Badung, 16 Maret 2019
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Sampul ................................................................................. ii
Kata Pengantar ..................................................................... vi
Daftar Isi ............................................................................. vii
BAB I FUNGSI MANAJEMEN KEUANGAN
(Ni Nengah Sudarmi, I Made Sugiantara,
Khriztie Limanthara, I Gusti Ngurah Ardhita,
I Made Asep Dwi Ariska) ............................................1
A. Pendahuluan ........................................................1
B. Definisi Manajemen Keuangan ...........................1
C. Tujuan Manajemen Keuangan .............................2
D. Fungsi Manajemen Keuangan .............................3
E. Tugas Pokok Manajemen Keuangan .................11
F. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan ..............11
G. Tanggung Jawab Manajemen Keuangan ...........13
H. Aktivitas Manajemen Keuangan .......................13
I. Ringkasan ..........................................................15
BAB II LAPORAN KEUANGAN (I Dewa Made Surya Negara Putra,
I Gede Anom Sumerta, Ida Bagus Putra Sutrisna,
Komang Agus Sugiartha) ............................................17
A. Pendahuluan ......................................................17
B. Definisi Laporan Keuangan ...............................19
C. Tujuan Laporan Keuangan ................................21
D. Jenis Laporan Keuangan ...................................24
E. Komponen-Komponen Laporan Keuangan .......25
F. Bagian-bagian laporan keuangan ......................36
G. Tujuan Laporan Keuangan ................................36
H. Pengguna Laporan Keuangan Dan Tujuan
Penggunaannya ..................................................36
I. Macam-Macam Analisis Laporan Keuangan ....38
J. Ringkasan ..........................................................39
BAB III MODAL KERJA
(Ida Ayu Komang Intarini,
Faizah, Luh Oka Ayu Arya Tustani,
Putu Dian Ekawati, Ni Putu Yuli Parwati) ........41
A. Pendahuluan ......................................................41
B. Pengertian Modal Kerja .....................................42
C. Bentuk Modal Kerja ..........................................42
D. Perputaran Modal Kerja ....................................43
viii
E. Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja ...44
F. Perbedaan antara Modal Kerja dan Modal Tetap ....44
G. Investasi Modal Kerja .......................................45
H. Jenis-Jenis Modal Kerja ....................................50
I. Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja ........58
J. Penentuan Besarnya KebutuhanModal Kerja ....59
K. Unsur-Unsur Modal Kerja .................................59
L. Sumber Modal Kerja .........................................64
M. Strategi Modal Kerja .........................................66
N. Perkembangan Modal Kerja ..............................68
O. Pentingnya Modal Kerja ....................................68
P. Kebijakan Modal Kerja .....................................69
Q. Ringkasan ..........................................................70
BAB IV PENGELOLAAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
(Oktarina, Rai Sukmawati Dana,
Ni Kadek Intan Shinta Dewi A.,
Putu Puput Dirgahayu,
Ni Luh Diah Saraswati) ......................................71
A. Pendahuluan .....................................................71
B. Definisi Keuangan Sektor Publik.....................73
C. Asas-Asas Umum Pengelolaan Keuangan
Sektor Publik ....................................................74
D. Ruang Lingkup Keuangan Sektor Publik ........76
E. Prinsip-Prinsip Anggaran Keuangan Sektor
Publik ...............................................................77
F. Fungsi Anggaran Keuangan Sektor Publik ......77
G. Siklus Pengelolaan Keuangan Sektor
Publik ...............................................................81
H. Ringkasan .........................................................96
BAB V PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DALAM
SISTEM KEUANGAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA (Putu Eka Aristiani ,
IB Putra Manuaba, I Made Sukerta ,
I Dewa Putu Gede Artawa) ..............................100
A. Pendahuluan ...................................................100
B. Azas Pengelolaan Keuangan Desa .................103
C. Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa .......106
D. Struktur Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa
(APBDesa) .....................................................108
E. Penatausahaan Dan Pertanggung
jawaban Keuangan Desa ................................114
ix
F. Ringkasan .......................................................120
BAB VI MANAJEMEN KEUANGAN PARIWISATA
(Anik Yuesti, Putu Kepramareni) ...................123
A. Konsep Pariwisata ..........................................123
B. Bentuk-Bentuk Pariwisata .............................124
C. Jenis-Jenis Pariwisata.....................................125
D. Wisatawan dan Pendapatan ............................126
E. Kebijakan Keuangan Pariwisata…………….127
F. Pemilihan Investasi Pariwisata ......................128
G. Modal Pariwisata Indonesia ...........................131
H. Pembangunan Infrastruktur Di Indonesia
Sebagai Pendukung Pariwisata ......................134
I. Investasi Asing dibidang Pariwisata ..............135
J. Investasi Infrastruktur ....................................136
K. Reksa Dana Pariwisata ...................................137
L. Prinsip-Prinsip Investasi ................................138
M. Investasi Bidang Pariwisata ...........................141
N. Syarat Investasi Pariwisata ............................145
O. Bisnis Dan Risiko ..........................................147
P. Return Dan Risk .............................................149
Q. Tipe Risiko .....................................................152
1
BAB 1 FUNGSI MANAJEMEN KEUANGAN (Ni Nengah Sudarmi, I Made Sugiantara, Khriztie Limanthara, I
Gusti Ngurah Ardhita, I Made Asep Dwi Ariska)
A. Pendahuluan
Setiap individu pasti memiliki manajemen dalam
menjalankan aktivitas hidupnya. Dengan adanya manajemen,
maka di harapkan semua aktivitas dapat di lakaukan dengan
sistematis atau berurutan, maksimal sehingga medapatkan
hasil yang baik. Apa bila seorang individu saja membutuhkan
adanya manajemen untuk mengatur hidupnya, pastinya
sebuah organisasi atau pun perusahaan akan lebih
membutuhkan adanya manajemen untuk mengatur kinerja
dari anaggota agar dapat mencapai tujuan yang di inginkan
dan mendapatkan hasil kerja yang baik, salah satu
manajemen yang penting ialah adanya manajemen keuangan
dalam suatu organisasi atau pun perusahaan.
Pengertian Manajemen Keuangan mengalami
perkembangan mulai dari pengertian manajemen yang hanya
mengutamakan aktivitas memperoleh dana saja sampai yang
mengutamakan aktivitas memperoleh dan menggunakan dana
serta pengelolaan terhadap aktiva. Khususnya penganalisisan
sumber dana dan penggunaan-nya untuk merealisasikan
keuntungan maksimum bagi perusahaan tersebut. Seorang
manajemen keuangan harus memahami arus peredaran uang
baik eksternal maupun internal. Namun, Manajemen
keuangan juga berkepentingan dengan penentuan jumlah
aktiva yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan
pemilihan sumber-sumber dana untuk membelanjai aktiva
tersebut. Untuk memperoleh dana, manajer keuangan bisa
memperolehnya dari dalam maupun luar perusahaan. Sumber
dari luar perusahaan berasal dari pasar modal, bisa berbentuk
hutang atau modal sendiri.
B. Definisi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan terdiri dari dua kata yang
memiliki arti masing-masing dan di satukan menjadi satu
2
kesatuan yang komplit. Menurut G.R.Terry, manajemen
adalah “Suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke
arah tujuan-tujuan organisasianal atau maksud-maksud yang
nyata”.
Beberapa definisi manajemen keuangan diberikan
sebagai berikut:
1. Liefman mengatakan, manajemen keuangan adalah usaha
untuk menyediakan uang dan menggunakan uang untuk
mendapat atau memperoleh aktiva.
2. Suad Husnan mengatakan manajemen keuangan
adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan.
3. Grestenberg mengatakan, manajemen keuangan adalah ”
how business are organized to acquire funds, how they
acquire funds, how the use them and how the prof ts
business are distributed.
4. James Van Horne mengatakan bahwa manajemen
keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan
dengan perolehan, pendanaan dan pengelolaan aktiva
dengan tujuan menyeluruh.
5. Bambang Riyanto mengatakan bahwa manajemen
keuangan adalah keseluruhan aktivitas perusahaan yang
berhubungan dengan usaha mendapatkan dana yang
diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat syarat
yang paling menguntungkan beserta usaha untuk
menggunakan dana tersebut seefisien mungkin.
Jadi dapat di simpulkan, bahwa manajemen keuangan
adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran,
pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan
penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau
perusahaan.
C. Tujuan Manajemen Keuangan
Tujuan Manajemen Keuangan adalah untuk
memaksimalkan nilai perusahaan. Dengan demikian apabila
suatu saat perusahaan dijual, maka harganya dapat ditetapkan
3
setinggi mungkin. Seorang manajemen juga harus mampu
menekan arus peredaran uang agar terhindar dari tindakan
yang tidak diinginkan. Namun, Manajemen keuangan yang
efisien memenuhi adanya tujuan yang digunakan sebagai
standar dalam memberi penilaian keefisienan
(Sartono:2000,3) yaitu, tujuan normatif manajemen
keuangan adalah memaksimalkan kemakmuran pemegang
saham yaitu memaksimalkan nilai perusahaan, seperti:
1. Tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham
dapat ditempuh dengan memaksimumkan nilai
perusahaan.
2. Secara konseptual jelas sebagai pedoman dalam
pengambilan keputusan yang mempertimbangkan faktor
risiko.
3. Manajemen harus mempertimbangkan kepentingan
pemilik, kreditor dan pihak lain yang berkaitan dengan
perusahaan.
4. Memaksimalkan kemakmuran pemegang saham lebih
menekankan pada aliran kas dari pada laba bersih dalam
pengertian akuntansi.
5. Tidak mengabaikan social objectives dan kewajiban
sosial, seperti lingkungan eksternal, keselamatan kerja,
dan keamanan produk.
D. Fungsi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan sangat
berperan penting dalam menjalankan fingsinya dalam
berbagai kegiatan keuangan, berikut adalah penjelasan
singkat dari fungsi-fungsi manajemen keuanagan, yaitu:
a. Perencanaan Keuangan
Manajemen keuangan berfungsi untuk membuat rencana
pemasukan dan pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan
lainnya untuk periode tertentu.
b. Penganggaran Keuangan
manajemen keuangan berfungsi menjadi tindak lanjut
dari perencanaan keuangan dengan membuat detail
pengeluaran dan pemasukan.
c. Pengelolaan Keuangan
4
dengan adanya manajemen keuangan maka perusahaan
dapat menggunakan dana untuk memaksimalkan dana
yang ada dengan berbagai cara.
d. Pencarian Keuangan
dalam hal ini, manajemen keuangan berfungsi mencari
dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk
operasional kegiatan perusahaan.
e. Penyimpanan Keuangan
Manajemen keuangan berfungsi mengumpulkan dana
perusahaan serta menyimpan dana tersebut dengan
aman.
f. Pengendalian Keuangan
Dalam hal ini manajemen keuangan berfungsi untuk
melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan
sistem keuangan pada perusahaan.
g. Pemeriksaan Keuangan
Manajemen keuangan berfungsi untuk melakukan audit
internal atas keuangan perusahaan yang ada agar tidak
terjadi penyimpangan.
Fungsi Utama Manajemen Keuangan
a) Keputusan investasi (Investment decision)
Pengertian keputusan investasi adalah kebijakan
manajemen dalam menggunakan dana perusahaan yang
ada pada sebuah aset yang diharapkan akan memberikan
keuntungan dimasa yang akan datang.
Proses pengambilan keputusan investasi modal umumnya
juga sering disebut dengan Capital Budgeting. Capital
budgeting merupakan proses perencanaan serta
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
pengeluaran dana yang return atau masa kembalinya
dalam waktu yang relatif panjang. Lebih dari satu tahun
buku.
Menurut Sutrisno [2007:121-122], sebuah perencanaan
kebijakan investasi mempertimbangkan hal-hal seperti
ini:
Dana perusahaan yang dikeluarkan akan terikat
dalam jangka waktu yang panjang. Perusahaan
harus menunggu dalam tempo yang panjang untuk
5
mendapatkan dana tersebut kembali beserta return
yang diinginkan.
Dana perusahaan yang dikeluarkan dalam investasi
nominalnya sangat besar.
Keputusan investasi perusahaan mengharapkan
keuntungan pada masa yang akan datang .
kesalahan perhitungan bisa menyebabkan kerugian
bagi perusahaan. keputusan investasi akan
berdampak jangka panjang bagi perusahaan.
Kesalahan pengambilan keputusan akan berakibat
buruk dalam jangka panjang. Tidak bisa diperbaiki
tanpa munculnya kerugian yang sangat besar.
Rumus : (Tambahan: aktiva = hutang + modal (pasiva))
Aktiva = asset yang digunakan untuk menjalankan operasional.
Pasiva = sumber (hutang dan modal)
Aktiva didanai oleh pasiva, yang temasuk Aktiva ialah Segala
asset yang digunakan untuk operasional, yang termasuk Pasiva
ialah Modal + Hutang.
Keputusan investasi ini merupkan keputusan yang
paling penting di antara ketiga bidang keputusan karena
akan berpengaruh langsung terhadap:
a. Besarnya rentabilitas investasi. Rentabilitas
(kemampuan untuk pengembalian investasi)
b. Aliran kas lembaga. Bahwa ternyata setiap
keputusan investasi mempengaruhi arus kas di
waktu yang akan datang
Kebijakan Investasi yang diambil adalah investasi
yang paling menguntungkan. return yang didapat paling
tinggi. biaya yang paling murah. waktu pengembalian
yang paling cepat dan resiko yang seminimal mungkin.
Untuk memperoleh return investasi yang paling
menguntungkan, ada beberapa informasi dan hal-hal yang
diperlukan dalam mengambil keputusan investasi
perusahaan:
c. Alternatif pilihan investasi
Jenis investasi yang bisa memberikan opsi
alternatif dalam keputusan investasi ada beberapa
macam, diantaranya :
Penggantian Aktiva (replacement)
6
Perluasan (expansion)
Investasi yang tidak dapat diukur (non measurable
profit investment)
Investasi yang tidak menghasilkan laba
d. Estimasi Arus kas (cashflow)
Salah satu informasi yang paling dibutuhkan dalam
pengambilan keputusan investasi adalah estimasi
aliran kas (cashflow). Estimasi arus kas investasi
harus memperhatikan hal hal seperti berikut yaitu:
Estimasi beban, pendapatan dan pengeluaran
modal
Estimasi perkiraan penyesuaian arus kas dengan
tingkat inflasi dan pajak. dan secara umum, ada 3
arus kas yang perlu diperhatikan : Initial Cashflow
(Aliran Kas Permulaan)
Operatinal Cash flow(Aliran Kas Operasional)
Terminal Cash flow(Aliran Kas Akhir Investasi)
e. Penilaian Investasi
Penilaian investasi bertujuan untuk menilai
usulan keputusan investasi yang seperti apa yang
layak dijalankan. yang memberi keuntungan yang
paling maksimal dengan resiko paling minim yang
bisa diperoleh perusashaan.
Ada terdapat 2 kategori metode penilaian
investasi yang umum digunakan:
Model Non-Diskonto
Model non-diskonto adalah metode penilaian
yang tidak memperhatikan nilai waktu dari uang.
Metode non diskonto sendiri terdapat 2
pendekatan metode dalam perhitungannya:
Payback period (PP)
Tingkat pengembalian akuntansi (accounting
rate of return/ARR)
Model Diskonto
Model diskonto adalah metode penilaian yang
secara tidak langsung memperhatikan nilai waktu
dari uang dan melibatkan konsep diskonto arus
kas investasi.
7
Metode diskonto memiliki 2 pendekatan
metode dalam perhitungannya: (1) Net present
value dan (2) Internal rate of return
f. Penilaian kembali investasi yang diputuskan
Penilaian kembali keputusan investasi (pasca
audit) merupakan langkah lanjutan setelah usulan
keputusan investasi dipilih dan dijalankan. Pasca audit
bertujuan untuk mengetahui kinerja dari sebuah
investasi yang dijalankan. Sesuai dengan apa yang
diinginkan atau tidak. Mengevaluasi investasi dan bila
perlu mengusulkan adanya tindakan perbaikan. Atau
bahkan menghentikan proyek.
Pasca audit juga bisa menjadi indikator apakah
informasi dan data-data yang digunakan untuk bahan
pertimbangan dalam membuat keputusan investasi
cukup akurat atau tidak.
Dan pasca audit bisa memberikan feedback
kepada manajer untuk memperbaiki pengambilan
keputusan investasi dimasa yang akan datang.
b) Keputusan pendanaan (Financing Decision)
Keputusan pendanaan adalah keputusan yang
berhubungan dengan penentuan sumber dana yang akan
digunakan, penentuan perimbangan pendanaan yang
optimal, dan perusahaan menggunakan sumber dana dari
dalam perusahaan atau akan mengambil dari luar
perusahaan.
Keputusan pendanaan membahas mengenai
sumber dana yang digunakan untuk membiayai suatu
investasi yang sudah dianggap layak. Masalah penarikan
dana ini dianggap menarik karena setiap dana yang
digunakan pasti mempunyai biaya yang sering disebut
dengan biaya dana (Cost Founds). Jika dana yang
digunakan berasal dari hutang maka dana tersebut pastilah
mempunyai biaya minimal sebesar tingkat bunga, tetapi
jika dana yang digunakan berasal dari modal sendiri
(Equity Capital) maka masih harus mempertimbangkan
Opportunity cost bagi modal sendiri yang dimaksud.
8
Biasanya biaya atau dana bervariasi, ada yang
mahal ada pula yang murah. Oleh karenanya masalah
pemilihan jenis dana yang akan digunakan memerlukan
pertimbangan yang cukup matang. Artinya penentuan
jenis dana yang akan digunakan mempunyai dampak
langsung terhadap pencapaian tujuan perusahaan.
memang masih diakui bahwa masih ada teori yang
mengatakan bahwa keputusan pendanaan tidak akan
mempengaruhi nilai perusahaan, tetapi suatu teori hanya
akan berlaku apabila asumsinya dapat dipenuhi.
Investasi dalam aktiva biasanya membutuhkan
pendanaan jangka panjang. Terdapat tiga sumber dana
yang bersifat jangka panjang, yakni:
Penerbitan saham baru
Penerbitan obligasi
Laba ditahan
Adapaun pendanaan yang bersumber pada
penerbitan saham dan obligasi baru sering disebut sebagai
pendanaan ekstern, sedangkan yang bersumber pada laba
ditahan disebut sebagai pendanaan intern. Adapun
keputusan pendanaan akan menyangkut penentuan
kombinasi yang optimal dari penggunaan berbagai sumber
dana yang pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a) Yang berhubungan dengan pendanaan ekstern
karena akan mengarah pada pengambilan
keputusan mengenai struktur modal, yakni akan
menentukan proporsi antara utang jangka panjang
dan modal sendiri. Hal ini akan tampak pada debt
to equity ratio perusahaan tersebut.
b) Yang berhubungan dengan pendanaan intern,
aplikasinya adalah penentuan kebijakan deviden
yang digambarkan melalui dividen payout ratio.
Keputusan pendanaan akan menyangkut penentuan secara
optimal
mengenai (a) struktur modal dan (b) kebijakan deviden.
Penentuan keputusan yang optimal mengenai
struktur modal dan kebijakan dividen ini berhubungan
dengan upaya pencapaian tujuan perusahaan. Dalam teori
9
keuangan tradisional dinyatakan bahwa tujuan perusahaan
adalah memaksimumkan kemakmuran para pemegang
saham. Dengan keputusan pendanaan yang optimal secara
teoritis akan dapat mengarah pada peningkatan
kemakmuran para pemegang saham.
Sumber dana perusahaan dibagi menjadi dua
bagian yaitu :
a. Sumber Intern (Internal Sources)
Dana yang berasal dari sumber dana intern
adalah dana atau modal yang dibentuk atau dihasilkan
sendiri di dalam perusahaan seperti laba ditahan
(retained earning) dan penyusutan (depreciation).
b. Sumber Dana Ekstern (External Sources)
Sumber ekstern (external sources) adalah
sumber dana yang berasal dari luar perusahaan, dana
yang berasal dari sumber ekstern adalah dana yang
berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau
pengambil bagian didalam perusahaan. Dana atau
modal yang berasal dari para kreditur merupakan
hutang bagi perusahaan yang bersangkutan dan modal
yang berasal dari kreditur tersebut biasa disebut
sebagai modal asing. Pada dasarnya pihak-pihak
pemberi dana atau kodal ekstern yang utama dapat
digolongkan dalam tiga golongan yaitu:
Supplier
Supplier memberikana dana kepada suatu
perusahaan didalam bentuk penjualan barang
secara kredit, baik untuk jangka pendek (kurang
dari 1tahun), maupun untuk jangka menengah
(lebih dari 1 tahun kurang dari 10 tahun).
Bank
Bank adalah lembaga kredit yang mempunyai tugas
utama memberikan kredit di samping pemberian
jasa-jasa lain dibidang keuagan. Pemberian kredit
oleh bank bisa jangka pendek (kurang dari satu
tahun), jangka panjang (lebih dari 1 tahun kurang
dari 10 tahun) dan jangka panjang (lebih dari 10
tahun).
10
Pasar modal (capital market)
Pasar modal merupakan sumber dana ektern bagi
suatu perusahaan, dimana pasar modal
didefinisikan adalah suatu pengertian abstrak yang
mempertemukan dua kelompok yang saling
berhadapan tetapi yang kepentingannya saling
mengisi, yaitu investor disatu pihak dan emiten
yang membutuhkan dana jangka menengah
ataupun jangka panjang dilain pihak, atau dengan
kata lain adalah tempat (dalam artian abstrak)
bertemunya penawaran dan permintaan dana
jangka menengah atau jangka panjang.
Dimaksudkan dengan pemodal adalah perorangan
atau lembaga yang menanamkan dananya dalam
efek, sadangkan emiten adalah perusahaan yang
menerbitkan efek untuk ditawarkan kepada
masyarakat.
Fungsi pasar modal adalah
mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit
ekonomi surplus tabungan (saving surplus unit)
kepada unit ekonomi yang mempunyai defisit
tabungan (saving deficit unit). Dalam pasar modal
dibedakan antara pasar perdana dan pasar
sekunder. Dimaksudkan dengan pasar perdana
adalah pasar bagi efek yang ertama kali diterbitkan
dan ditawaran dalam pasar modal, sedangkan pasar
sekunder adalah pasar bagi efek yang ada dan
sudah diperdagangkan dalam bursa efek.
Pasar modal merupakan sumber utama
bagi perusahaan-perusahaan yang membutuhkan
dana dengan jumlah besar dan akan terikat untuk
jangka waktu yang panjang.
c. Keputusan pengelolaan asset (Aset management decision)
Assets management decision adalah keputusan
berkaitan penggunaan dan pengelolaan aktiva (kata bijak:
lebih mudah membangun daripada mengelola. Saat ini
fungsi manajemen keuangan dapat dilakukan dengan
status BLU/BLUD sedangkan dulu, masih awing-awang.
Dan sering bermasalah, karena terkadang tidak disetor
11
seluruhnya, karena kalau disetor semua akan menjadi
masalah ketika kekurangan dana.
E. Tugas Pokok Manajemen Keuangan
Tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi
keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan
pembagian deviden suatu perusahaan, dengan demikian
tugas manajer keuangan adalah merencanakan untuk
memaksimumkan nilai perusahaan.
Kegiatan penting lain yang harus dilakukan manajer
keuangan menyangkut empat aspek, yaitu:
1. Pertama, yaitu dalam perencanaan dan peramalan, dimana
manajer keuangan harus bekerja sama dengan para
manajer lain yang ikut bertanggung jawab atas
perencanaan umum perusahaan.
2. Kedua, manajer keuangan harus memusatkan perhatian
pada berbagai keputusan investasi dan pembiayaan, serta
segala hal yang berkaitan dengannya.
3. Ketiga, manajer keuangan harus bekerja sama dengan para
manajer lain di perusahaan agar perusahaan dapat
beroperasi seefisien mungkin.
4. Keempat, menyangkut penggunaan pasar uang dan pasar
modal, manajer keuangan menghubungkan perusahaan
dengan pasar keuangan, di mana dana dapat diperoleh dan
surat berharga perusahaan dapat diperdagangkan.
Dari ke empat aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa
tugas pokok manajer keuangan berkaitan dengan keputusan
investasi dan pembiayaannya. Dalam menjalankan
fungsinya, tugas manajer keuangan berkaitan langsung
dengan keputusan pokok perusahaan dan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
F. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan
Adapun tujuh prinsip di dalam manajemen
keuangan,yaitu:
1. Konsistensi (consistency)
Sistem dan kebijakan keuangan dari organisasi harus
konsisten dari waktu ke waktu. Ini tidak berarti bahwa
sistem keuangan tidak boleh disesuaikan apabila
terjadi perubahan di organisasi. Pendekatan yang tidak
12
konsisten tehadap manajemen keuangan merupakan
suatu tanda bahwa manipulasi di pengelolaan
keuangan.
2. Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas adalah kewajiban ,moral atau hukum,
yang melekat pada individu, kelompok atau
organisasi. Organisasi harus dapat menjelaskan
bagaimana dia menggunakan sumber dayanya dan apa
yang telah dia capai sebagai pertanggumg jawaban
kepada pemangku kepentingan dan penerima manfaat.
3. Transparansi (transparancy)
Organisasi harus terbuka berkenaan dengan
pekerjaannya,menyediakan informasi berkaitan
dengan rencana dan aktivitasnya kepada para
pemangku kepentingan. Termasuk didalamnya,
menyiapkan laporan keuangan yang akurat, lengkap,
dan tepat waktu serta dapat dengan mudah dpat
diakses oleh pemangku kepentingan dan penerima
manfaat. Apabila organisasi tidak transparan, hal ini
mengindikasikan ada sesuatu hal yang
disembunyikan.
4. Kelangsungan hidup (viability)
Agar keuangan terjaga pengeluaran organisasi
ditingkat stratejik maupun operational harus sejalan
atau disesuaikan dengan dana yang diterima.
Kelangsungan hidup atau (viability) merupakan suatu
ukuran tingkat keamanan dan keberlanjutan keuangan
organisasi.
5. Integritas (integrity)
Dalam melaksanankan kegiatan operationalnya
, individu yang terlibat harus mempunyai integritas
yang baik. selain itu, laporan dan catatan keuangan
harus tetap dijaga integritasnya melalui kelengkapan
dan keakuratan pencatatan keuangan.
6. Pengelolaan (stewardship)
Organisasi harus dapat mengelola dengan baik dana
yang telah diperoleh dan menjamin bahwa dana
13
tersebut digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
7. Standar akutansi (accounting standarts)
Sistem akuatansi dan keuangan yang diguanakn
organisasi harus sesuai dengan prinsip dan standart
akutansi yang berlaku umum.
G. Tanggung Jawab Manajemen Keuangan
1) Mengambil keputusan investasi (investment decision).
Menyangkut masalah pemilihan investasi yang
diinginkan dari sekolompok kesempatan yang ada,
memilih satu atau lebih alternatif investasi yang dinilai
paling menguntungkan.
2) Mengambil keputusan pembelanjaan (financing
decision). Menyangkut masalah pemilihan berbagai
bentuk sumber dana yang tersedia untuk melakukan
investasi, memilih satu atau lebih alternatif
pembelanjaan yang menimbulkan biaya paling murah.
3) Mengambil keputusan dividen (dividend decision)
Menyangkut masalah penentuan besarnya persentase
dari laba yang akan dibayarkan sebagai dividen tunai
kepada para pemegang saham, stabilitas pembayaran
dividen, pembagian saham dividen dan pembelian
kembali saham-saham
H. Aktivitas Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan berhubungan dengan 3
aktivitas, yaitu :
1) Aktivitas penggunaan dana, yaitu aktivitas untuk
menginvestasikan dana pada berbagai aktiva. Alokasi
dana berbentuk:
Financial assets (aktiva finansial) yaitu selembar
kertas berharga yang mempunyai nilai pasar karena
mempunyai hak memperoleh penghasilan,
misalnya: saham, sertifikat deposito, atau obligasi.
Real assets (aktiva riil) yaitu aktiva nyata: tanah,
bangunan, peralatan.
14
2) Aktivitas perolehan dana, yaitu aktivitas untuk
mendapatkan sumber dana, baik dari sumber dana
internal maupun sumber dana eksternal perusahaan.
3) Aktivitas pengelolaan aktiva, yaitu setelah dana
diperoleh dan dialokasikan dalam bentuk aktiva, dana
harus dikelola seefisien mungkin.
I. Analisis Sumber Dana dan Penggunaannya
Analisis sumber dana atau analisis dana merupakan
hal yang sangat penting bagi manajemen keuangan.
Analisis ini bermanfaat untuk mengetahui bagaimana
dana digunakan dan asal perolehan dana tersebut. Suatu
laporan yang menggambarkan asal sumber dana dan
penggunaan dana. Alat analisis yang bisa digunakan untuk
mengetahui kondisi dan prestasi keuangan perusahaan
adalah analisis rasio dan proporsional.
Langkah pertama dalam analisis sumber dan
penggunaan dana adalah laporan perubahan yang disusun
atas dasar dua neraca untuk dua waktu. Laporan tersebut
menggambarkan perubahan dari masing-masing elemen
tersebut yang mencerminkan adanya sumber atau
penggunaan dana. Pada umumnya rasio keuangan yang
dihitung bisa dikelompokkan menjadi enam jenis yaitu :
1) Rasio Likuiditas, rasio ini untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka pendeknya.
2) Rasio Leverage, rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa banyak dana yang di-supply
oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya
dengan dana yang diperoleh dari kreditur
perusahaan.
3) Rasio Aktivitas, rasio ini digunakan untuk
mengukur efektivitas manajemen dalam
menggunakan sumber dayanya. Semua rasio
aktifitas melibatkan perbandingan antara tingkat
penjualan dan investasi pada berbagai jenis harta.
15
4) Rasio Profitabilitas, rasio ini digunakan untuk
mengukur efektifitas manajemen yang dilihat dari
laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan
investasi perusahaan.
5) Rasio Pertumbuhan, rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa baik perusahaan
mempertahankan posisi ekonominya
pertumbuhan ekonomi dan industri.
6) Rasio Penilaian, rasio ini merupakan ukuran
prestasi perusahaan yang paling lengkap oleh
karena rasio tersebut mencemirkan kombinasi
pengaruh dari rasio risiko dengan rasio hasil
pengembalian.
J. Ringkasan
Manajemen sangat di perlukan terutama dalam
sebuah organisasi atau perusahaan. Dengan adanya
manajemen yang baik, maka kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, sampai pada penghasilan suatu tujuan
ataupun barang akan di capai dengan baik dan maksimal,
dan dengan adanya manajemen maka perusahaan akan
dapat mencapai tujuan yang di inginkan dengan langkah
yang tepat.
Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan
perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan,
pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang
dimiliki oleh organisasi atau perusahaan untuk
memperoleh sumber modal yang semurah-murahnya dan
menggunakan seefektif-efektifnya, seproduktif mungkin
untuk menghasilkan laba.
Dalam prakteknya, manajemen keuangan adalah
tindakan yang diambil dalam rangka menjaga kesehatan
keuangan organisasi/perusahaan. Untuk itu dalam
membangun sistem manajemen keuangan yang baik
perlulah kita untuk mengindentifikasi prinsip-prinsip
manajemen keuangan yang baik.
16
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Harmono, SE., M.Si, Manajemen Keuangan, Ed 1, Bumi
Aksara, Jakarta 2009
Dr. Sutrisno, Manajemen Keuangan, BPFI-UGM, 2001
Lukas Admadjaya, Manajemen Keuangan dan Aplikasi, Andi
Ofset, Edisi Revisi, Jakarta 2008
17
BAB 2 LAPORAN KEUANGAN (I Dewa Made Surya Negara Putra, I Gede Anom Sumerta, Ida Bagus
Putra Sutrisna, Komang Agus Sugiartha)
A. Pendahuluan
Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan
gambaran kondisi keuangan dari perusahaan. Laporan
keuangan yang merupakan hasil dari kegiatan operasi normal
perusahaan akan memberikan informasi keuangan yang
berguna bagi entitas-entitas di dalam perusahaan itu sendiri
maupun entitas-entitas lain di luar perusahaan oleh karena itu
untuk mengetahui Kinerja laporan keuangan tersebut kita
memerlukan suatu analisis, analisis-analisis ini lah yang harus
dipahami oleh kita baik sebagai manajemen perusahaan untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan ataupun sebagai investor
jika kita ingin menginvestasikan harta kita terhadap suatu
perusahaan.
Perusahaan secara periodik selalu mengeluarkan
laporan keuangan yang dibuat oleh bagian akunting dan
diberikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, misalnya
pemerintah, kreditor, pemilik perusahaan dan pihak
manajemen sendiri. Selanjutnya, pihak-pihak tersebut akan
melakukan pengolahan data dengan melakukan perhitungan
lebih lanjut untuk mengetahui apakah perusahaan telah
mencapai standar kinerja yang dipersyaratkan atau belum.
Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan rugi-
laba, laporan perubahan modal dan laporan arus kas. Tetapi,
sesuai dengan pernyataan standar akuntansi keuangan No. 1
(revisi 2009) tentang penyajian laporan keuangan terdiri dari
beberapa komponen, yaitu: (a) laporan posisi keuangan pada
akhir periode; (b) laporan laba rugi komprehensif selama
periode; (c) laporan perubahan ekuitas selama periode; (d)
laporan arus kas selama periode; (e) catatan atas laporan
keuangan. Laporan keuangan merupakan salah satu
informasi yang sangat penting dalam menilai perkembangan
perusahaan, dapat juga digunakan untuk menilai prestasi yang
dicapai perusahaan pada saat lampau, sekarang dan rencana
pada waktu yang akan datang. Laporan keuangan umumnya
disajikan untuk memberi informasi mengenai posisi-posisi
18
keuangan, kinerja dan arus kas suatu perusahaan dalam
periode tertentu. Informasi tersebut diharapkan dapat
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan.
Penilaian tingkat keuangan suatu perusahaan dapat dilakukan
dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Untuk
mengetahui apakah laporan keuangan perusahaan dalam
kondisi yang baik dapat dilakukan berbagai analisa, salah
satunya adalah analisis rasio.
Analisis rasio keuangan membutuhkan laporan
keuangan selama sedikitnya 2 (dua) tahun terakhir dari
berjalannya perusahaan. Analisis rasio keuangan, membantu
mengetahui tingkat kinerja keuangan perusahaan apakah baik
atau sebaliknya. Analisis rasio dapat diklasifikasikan dalam
berbagai jenis, beberapa di antaranya yaitu rasio likuiditas,
solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas. Tingkat likuiditas
adalah menunjukan sejauh mana kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan
jaminan harta lancar yang dimilikinya. Sedangkan tingkat
solvabilitas, menunjukkan sejauh mana kemampuan
perusahaan dapat memenuhi semua kewajibannya dengan
jaminan harta yang dimilikinya. Tingkat aktivitas, mengukur
efektivitas suatu perusahaan dalam menggunakan aktiva yang
dimilikinya. Tingkat profitabilitas, menunjukkan sejauh mana
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
modal yang dimilikinya. Apakah perusahaanperusahaan
yang kelihatan besar sudah bisa menyatakan keefektifan
kinerja perusahaan tersebut. Dengan mengetahui tingkat
likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas suatu
perusahaan, akan dapat diketahui keadaan perusahaan yang
sesungguhnya sehingga dapat diukur tingkat kinerja
keuangan dalam perusahaan.
Oleh karena itu untuk Membantu penganalisis agar
mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan
perusahaan kita bisa menggunakan analisis rasio seperti :
rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio provitabilitas, dan rasio
harga pasar selain itu bisa juga digunakan analisis lain seperti
sistem du pont, common size, perbandingan dan sebagainya
untuk menganalisa suatu perusahaan tersebut.
19
Oleh sebab itu maka diperlukanlah pemahaman yang
matang untuk mengkaji laporan keuangan suatu perusahaan
untuk melakukan tindakan atau pun pengambilan keputusan.
B. Definisi Laporan Keuangan
Laporan Keuangan adalah beberapa lembar kerta yang
berisi tulisan angka-angka namun sangat penting juga untuk
memikirkan aset nyatanya yang berada di balik angka
tersebut. (Birgham dan Houston, 2010). Laporan Keuangan
ialah produk akhir dari sebuah pelaporan transaksi keuangan
yang penyusunannya diatur oleh standar atau aturan ilmu
akuntansi, insentif manager, mekanisme pelaksanaan dan
pengawasan perusahaan (Subramanyam (2010).
Pengetahuan dan pemahaman lingkungan pelaporan
keuangan yang baik sangat mendukung dalam penyampaian
informasi posisi keuangan perusahaan sesungguhnya agar
dicapai kinerja perusahaan yang lebih baik.
Arti Laporan Keuangan Menurut Fahmi
Laporan Keuangan merupakan informasi yang
menggambarkan kondisi perusahaan dalam hal keuangan
dalam periode tertentu yang mana informasi tersebut sebagai
acuan tentang kinerja perusahaan.
Laporan keuangan adalah output / proses akhir dari
proses akuntansi. Laporan ini berfungsi sebagai bahan
informasi dan bahan pengambilan keputusan bagi para
pemakainya. Laporan keuangan juga digunakan sebagi
bentuk pertanggung jawaban yang accountable serta sebagai
indikator kesuksesan sebuah perusahaan dalam mencapai
tujuannya. (Harahap, 2008)
Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses
pencatatan dan perhitungan yang berisi ringkasan dari
transaksi-transaksi keuangan selama periode tertentu.
Manajemen mendelegasikan tugas pencatatan laporan
keuangan ini kepada seorang akuntan. Agar dapat
menggambarkan secara jelas maksud laporan yang akan
disampaikan, laporan keuangan disusun berdasarkan standar
atau kaidah sesuai ilmu akuntansi keuangan.
20
Menurut STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
Laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan
keuangan. Kelengkapan sebuah laporan keuangan antara lain:
Neraca
Laporan laba rugi
Laporan perubahan posisi keuangan
Catatan/ laporan lainnya seperti: keuangan segmen
industri dan geografis serta pengaruh perubahan
harga.
Laporan keuangan adalah untuk menyediakan
informasi keuangan mengenai suatu badan usaha yang
akan dipergunakan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam
pengambilan keputusan-keputusan ekonomi.
Laporan keuangan bagi pihak manajemen
perusahaan berfungsi sebagai laporan pertanggung
jawaban keuangan pada pemilik modal. Bagi pemilik
modal, laporan keuangan berfungsi untuk megevaluasi
kinerja manajer perusahaan selama satu periode.
Dengan adanya laporan keuangan ini, manajer
perusahaan akan bekerja semaksimal mungkin agar
kinerjanya dinilai baik.
Pada akhir periode, perusahaan akan membuat
laporan keuangan. Akhir periode bisa tiap akhir bulan
atau tiap akhir tahun. Laporan keuangan untuk
disampaikan kepada pihak luar perusahaan umumnya
dibuat tiap akhir tahun. Pihak luar perusahaan antara
lain:
a. Investor
b. Karyawan
c. Pemberi Pinjaman
d. Pemasok dan Kreditor usaha lainnya
e. Pelanggan
f. Pemerintah
g. Masyarakat
Laporan keuangan memuat informasi yang
bersifat keuangan seperti jumlah aktiva, jumlah
kewajiban, jumlah modal, jumlah pendapatan,
jumlah biaya dan arus kas. Informasi yang
21
bersifat keuangan diambil dari ringkasan
transaksi yang terjadi selama satu periode.
C. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan digolongkan sebagai
berikut :
a) Tujuan khusus Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah
menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha dan
perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan
sesuai dengan GAAP.
b) Tujuan umum Adapun tujuan umum dari laporan keuangan disebutkan
sebagai berikut :
Memberikan informasi yang terpercaya tentang
sumber-sumber ekonomi dan kewajiban
perusahaan.
Memberikan informasi yang terpercaya tentang
sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan
usaha dalam mencari laba.
Memberikan informasi keuangan yang dapat
digunakan untuk menaksir potensi perusahaan
dalam menghasilkan laba.
Memeberikan informasi yang diperlukan lainnya
tentang perubahan harta dankewajiban.
Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang
dibutuhkan para pemakai laporan.
c) Tujuan kualitatif Adapun tujuan kualitatif yang dirumuskan APB
Statements No. 4 adalah sebagai berikut :
Relevance yaitu memilih informasi yang benar-
benar dapat membantu pemakai laporan dalam
proses pengambilan keputusan.
Understandability yaitu informasi yang dipilih
untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi juga
harus informasi yang dimengerti para pemakainya.
Verifiability hasil akuntansi itu harus dapat
diperiksa oleh pihak lain yang akan
22
menghasilkan pendapat yang sama. Dengan kata
lain ukurannya harus ada.
Neutrality yaitu laporan akuntansi itu netral
terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.
Informasi dimaksudkan untuk pihak umum bukan
pihak-pihak tertentu saja.
Timeliness yaitu laporan akuntansi hanya
bermanfaat untuk pengambilan keputusan
apabila diserahkan pada saat yang tepat.
Comparability yaitu informasi akuntansi harus
dapat saling dibandingkan artinya akuntansi
harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu
perusahaan maupun perusahaan lain.
Completeness yaitu informasi akuntansi yang
dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan
yang layak dari para pemakai.
Dua belas tujuan laporan keuangan menurut laporan
“Trueblood Committee” adalah sebagai berikut :
Menyediakan informasi untuk pembuatan
keputusan-keputusan ekonomi
Menyajikan informasi terutama pada para pemakai
yang memiliki otoritas, kemampuan atau sumber-
sumber yang terbatas dalam memperoleh informasi
dan mereka menyandarkan diri pada laporan
keuangan sebagai sumber utama informasi tentang
kegiatan ekonomi perusahaan.
Menyediakan informasi yang dapat dipakai oleh
para investor dan kreditor untuk memprediksi,
membandingkan dan mengevaluasi aliran kas
potensial untuk mereka dalam ukuran jumlah,
waktu dan hubungannya dengan ketidak pastian.
Menyediakan informasi kepada para pemakai
untuk prediksi, perbandingan dan evaluasi earning
power perusahaan.
Menyediakan informasi yang dapat dipakai dalam
menilai kemampuan manajemen untuk
memanfaatkan pemakaian sumber-sumber secara
efektif dalam mencapai tujuan perusahaan.
23
Menyediakan informasi factual dan interpretatif
tentang transaksi-transaksi dan jadian-kejadian
yang lain digunakan untuk prediksi, perbandingan
dan evaluasi earning power perusahaan. Dasar
anggapan yang mendasari interpretasi, evaluasi,
prediksi atau estimasi akan diungkapkan.
Menyediakan laporan posisi keuangan yang dapat
dipakai untuk prediksi, pembandingan dan
evaluasi earning power perusahaan. Laporan
tersebut akan menyediakan informasi yang
berhubungan dengan transaksi perusahaan dan
kejadian-kejadian lainnya yang merupakan
bagian siklus earning tidak lengkap. Nilai saat ini
(current value) juga akan dilaporkan jika terdapat
perbedaan yang signifikan dengan harga perolehan
historical (historical cost). Aktiva dan hutang
akan dikelompokkan atau dipisahkan oleh
ketidakpastian relatif dari jumlah dan waktu
realisasi prospektif atau likuidasi.
Menyediakan laporan earning periodik yang
bermanfaat untuk prediksi, perbandingan evaluasi
earning power perusahaan. Hasil bersih siklus
earning yang komplit dan hasil kegiatan
perusahaan dalam perkembangan yang diakui
kearah penyelesaian siklus yang belum selesai akan
dilaporkan. Perubahan dalam nilai yang
digambarkan dalam laporan keberhasilan posisi
keuangan juga akan dilaporkan, tetapi secara
terpisah, sejak mereka membedakan ukuran
kepastian realisasinya.
Menyediakan laporan kegiatan keuangan yang
bermanfaat untuk prediksi, perbandingan dan
evaluasi earning power perusahafakan. Laporan ini
akan melaporkan sebagian besar aspek-aspek
faktual transaksi perusahaan yang mempunyai atau
diharapkan mempunyai konsekuensi kas yang
signifikan. Laporan ini akan melaporkan data yang
24
memerlukan judgment minimal dan interpretasi
oleh pihak penyusun.
menyajikan informasi yang bermanfaat untuk
proses prediktif. Peramalan keuangan akan
disajikan jika peramalan tersebut akan
meningkatkan realibilitas prediksi para pemakai.
Lembaga pemerintahan dan organisasi tidak
bertujuan laba adalah untuk menyediakan
informasi yang bermanfaat untuk menilai
efektifitas pengelolaan sumber-sumber dalam
mencapai tujuan organisasi. Pengukuran prestasi
akan dikuantitaskan dalam ukuran tujuan-tujuan
yang diidentifikasikan.
Melaporkan kegiatan perusahaan yang
mempengaruhi masyarakat. Dalam hal ini adalah
pengaruh yang dapat ditentukan, dijelaskan atau
diatur dan sifatnya penting untuk menentukan
peranan perusahaan dalam lingkungan sosialnya.
D. Jenis Laporan Keuangan Setelah transaksi yang terjadi didalam perusahaan
dicatat dalam persamaan dasar akuntansi, kemudian
ringkasan transaksi tersebut dilaporkan kepada pihak luar
perusahaan yang memerlukannya.
Berdasarkan cara penyajiannya, menurut PSAK no 1
maka laporan keuangan terdiri dari : Neraca, Laporan Laba
Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas
Informasi, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
1. Neraca
Neraca berisi gambaran posisi keuangan, yang
menunjukkan aktiva, kewajiban dan ekuitas dari suatu
perusahaan pada tanggal tertentu. Neraca aktiva lancar
akan dipisahkan dengan neraca aktiva tidak lancar.
Begitu juga kewajiban jangka pendek tentu akan
dipisahkan dengan kewajiban jangka panjang
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah ringkasan aktivitas transaksi
pada perusahaan yang akan berpengaruh pada stabilitas,
25
risiko dan prediksi pada suatu periode yang
menghasilkan hasil usaha bersih atau kerugian yang
timbul dari kegiatan usaha dan aktivitas lainnya.
Laporan laba rugi perusahaan menampilkan berbagai
unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian
secara wajar.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang
menyajikan peningkatan maupun penurunan aktiva-
aktiva bersih atau kekayaan perusahaan selama periode
tertentu yang didasarkan prinsip-prinsip pengukuran
tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam
laporan keuangan.
4. Laporan Arus Kas Informasi
Pada umumnya laporan arus kas banyak digunakan
sebagai indikator dari jumlah, waktu dan kepastian arus
kas masa depan. Selain itu, arus kas berfungsi meneliti
kecermatan dan ketepatan perkiraan/taksiran arus kas
masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam
menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas
bersih serta dampak perubahan harga yang
diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan
pendanaan.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan
naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca,
laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan
perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti
kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan atas
laporan keuangan juga mencakup informasi yang
diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam
PSAK serta pengungkapan-pengungkapan lain yang
diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan
keuangan secara wajar
E. Komponen-Komponen Laporan Keuangan
1) Neraca Dalam sistem tatabuku dobel yang mula-mula
diajarkan oleh pendeta Italia Paciollo pada tahun 1494,
26
neraca itu asal mulanya hanya dipergunakan untuk
menyatakan bahwa pembukuan perusahaan telah “ditutup”
dan membuktikan bahwa ada keseimbangan antara debit
dan kredit. Baru pada akhir abad ke 18, orang mulai
menyusun suatu neraca berdasarkan urutan-urutan yang kita
kenal sekarang. Lazimnya aktiva dan pasiva disusun
berdasarkan urutan menurut likwiditas, artinya disusun
menurut kemungkinan untuk mentransformasikan aktiva-
aktiva tersebut menjadi uang tunai.
Daftar yang memuat informasi secara terperinci
semua aktiva, kewajiban perusahaan serta modal pemilik
pada waktu tertentu disebut neraca (balance sheet). Waktu
tertentu bisa akhir bulan, akhir triwulan, akhir tahun dan
waktu tertentu lainnya.
Bentuk neraca ada dua bentuk yaitu bentuk skontro
(account form) dan bentuk laporan (report form). Dalam
neraca bentuk skontro, Aktiva disajikan disebelah kiri
sedangkan kewajiban dan modal disajikan disebelah kanan.
Dalam neraca bentuk laporan, Aktiva disajikan paling atas
sedangkan kewajiban dan modal disajikan bawahannya.
Komponen-komponen neraca dapat digolongkan
sebagai berikut :
a. Aktiva (Asset)
Committee on Terminology (1953 hlm. 26)
mendefinsikan aktiva adalah “Sesuatu yang disajikan di
saldo debet yang akan dipindahkan setelah tutup buku
sesuai dengan prinsip akuntansi (bukan karena saldo
negative yang akan dinilai sebagai utang), saldo debet ini
merupakan hak milik atau nilai yang dibeli atau
pengeluaran yang dibuat untuk mendapatkan kekayaan di
masa yang akan datang”.
Aktiva dibagi menjadi dua kelompok yaitu aktiva
lancar dan aktiva tetap. Pengelompokkan aktiva ke dalam
aktiva lancar dan aktiva tetap di atur dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 1 tahun 2002 (PSAK
No. 1 tahun 2002).
1) Aktiva Lancar (Current Assets)
Aktiva Lancar atau Aset lancar Beberapa pengertian
Aktiva atau Asset lancar, diantaranya:
27
Aset lancar (Inggris: current asset) dalam
akuntansi adalah jenis aset yang dapat
digunakandalam jangka waktu dekat, biasanya
satu tahun.
Aktiva Lancar menurut Alimsyah dan Padji
(2006;284), “Aktiva lancar adalah harta
perusahaan yang dapat ditukar dengan uang
tunai dalam waktu relative singkat, biasanya
ukuranwaktunya yang dipakai ialah siklus
usaha atau tahu buku, yang termasuk aktiva
lancar ialah uangkas, rekening giro bank,
investasi jangka pendek, piutang usaha,
persediaan barang dagang, biaya dibayar
dimuka, wesel, dll..”
Aktiva Lancar menurut S. Munawir (2004;14),
“Ak. Aktiva lancar adalah uang kas atau
aktivalainnya yang dapat diharapkan untuk
dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai,
dijual ataudikonsumer dalam periode
berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam
perputaran kegiatanperusahaan yang normal).”
Dari pengertian aktiva lancar diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa aktiva lancar adalah aktiva
yangdapat dijadikan uang dalam waktu yang
singkat dalam kurun waktu kurang dari satu tahun
yangterdiri dari kas, rekening giro, piutang
usaha,persediaan, wesel dan lain
sebagainya.Contoh aktiva lancar atau asset lancar
antara lain adalah kas, piutang, investasi jangka
pendek,persediaan, dan beban dibayar di
muka.Pengelompokkan Aktiva Lancar atau Asset
Lancar I. Menurut Abdulah Shahab (2001:52)
yang termasuk ke dalam kelompok aktiva lancar
adalah:
1. Kas
2. Surat berharga
3. Wesel tagih
4. Piutang dagang
28
5. Persediaan barang
6. Beban dibayar dimuka
Menurut S. Munawir (2004;14) yang termasuk ke
dalam kelompok aktiva lancar adalah sebagai
berikut:
1. Kas
2. Investasi
3. Piutang wesel
4. Piutang dagang
5. Persediaan
6. Piutang penghasilan
7. Persekot
2) Aktiva Tetap (Fixed Assets)
Menurut Juan (2012:340), menyatakan
bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang :
Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan
kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administrative, dan Diharapkan untuk digunakan
selama lebih dari satu periode.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan,
(2011:16.2) aset tetap adalah aset berwujud yang
dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan
kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif,
dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari
satu periode. Menurut Ilahi (2011:11), kategori
aktiva tetap adalah sebagai berikut :
a) Dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan
b) Nilainya cukup material dan bersifat relatif
permanen.
c) Digunakan dalam kegiatan normal perusahaaan.
d) Mempunyai manfaaat dan daya guna lebih dari
satu tahun.
e) Tidak diperjualbelikan dalam kegiatan
perusahaan.
f) Dapat diobservasi dengan alat perasa fisik.
29
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan
dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam
operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk
dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan
dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun, Waluyo (2010:92).
Menurut Soepriyanto (2010:2), aktiva tetap
merupakan aset yang bersifat jangka panjang atau
secara relatif memiliki sifat permanen serta dapat
digunakan dalam jangka panjang. Aset ini dimiliki
dan digunakan oleh perusahaan dan tidak dijual
sebagai bagian dari kegiatan operasi normal.
Menurut Samryn (2011:36), aktiva tetap
merupakan kelompok aktiva perusahaan yang
mempunyai kriteria sebagai berikut:
a) Mempunyai masa manfaat, atau umur
ekonomi lebih dari 1 tahun.
b) Dimiliki dengan tujuan untuk digunakan
dalam membantu aktivitas perusahaan.
c) Fisik barangnya dapat dilihat dan diraba,
sehingga biasa juga disebut aktiva tetap
berwujud
d) Biasanya mempunyai nilai perolehan yang
relatif besar.
Menurut Rudianto (2009:272) pengertian
aktiva tetap sebagai berikut:
Aktiva tetap merup barang berwujud milik
perusahaan yang sifatnya relatif permanen
yang digunakan dalam kegiatan normal
perusahaan bukan untuk diperjual belikan.
Menurut Kasmir (2008:39), aktiva tetap
merupakan harta atau kekayaan perusahaan yang
digunakan dalam jangka panjang lebih dari satu
tahun. Secara garis besar, aktiva tetap dibagi dua
macam, yaitu: akiva tetap yang berwujud (tampak
fisik) seperti tanah, bangunan, mesin, kendaraan,
dan lainnya, dan aktiva tetap yang tidak berwujud
30
(tidak tampak fisik) merupakan hak yang dimiliki
perusahaan, contoh hak paten, merek daga
Aktiva tetap (fixed assets) adalah aktiva
yang dipergunakan dalam perusahaan dan
mempunyai kegunaan yang melebihi satu masa
pembukuan.Yang termasuk kedalam aktiva tetap
antara lain peralatan, kendaraan, bangunan/gedung
dan tanah.
b. Kewajiban (Liabilities)
Definisi dari entity theory yaitu “Kewajiban adalah
saldo kredit atau jumlah yang harus dipindahkan
dari saat tutup buku ke periode tahun berikutnya
berdasarkan pencatatanyang sesuai dengan prinsip
akuntansi (saldo kredit bukan akibat saldo negatif
aktiva”. Kewajiban dibagi menjadi dua kelompok
yaitu kewajiban jangka pendek dan kewajiban
jangka panjang. Pengelompokkan kewajiban jangka
panjang diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 1 tahun 2002 (PSAK No. 1 tahun
2002).
1) Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban-
kewajiban yang akan jatuh tempo dalam satu
tahun atau dalam siklus kegiatan normal
perusahaan. Kewajiban/hutang lancar meliputi
hutang dagang, hutang wesel, hutang bank,
hutang gaji, bunga dan lain-lain.Yang termasuk
kedalam kelompok kewajiban jangka pendek
antara lain utang usaha, wesel bayar, semua
pendapatan yang diterima dimuka, semua biaya
yang belum dibayar dan kewajiban jangka
panjang yang akan jatuh tempo dua belas bulan
setelah tanggal neraca.
2) Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban jangka panjang adalah hutang yang
jatuh temponya lebih dari satu tahun
digolongkan ke dalam kewajiban jangka
panjang. Contohnya adalah hutang obligasi,
hutang bank dan lain-lain.Yang termasuk
31
kedalam kelompok kewajiban jangka panjang
antara lain hutang hipotek dan pinjaman
obligasi.
c. Modal (Equity)
Masalah modal dalam perusahaan merupakan
persoalan yang tidak akan pernahberakhir,
mengingat masalah modal mengandung begitu
banyak aspek.Untukmengetahui pengertian
modal dalam keputusan pendanaan dapat
dipahami malalui definisi definisi modal yang
dikemukakan oleh para ahli keuangan berikut
Riyanto, (2010:18).
Meij (dalam Riyanto, 2010:18)mengartikan
modal sebagai “keloktifitas” daribarang-
barang modal yang terdapat dalam neraca
sebelah debit, sedangkan yangdimaksud
dengan barang-barang modal adalah semua
barang-barang yang ada dalamrumah tangga
perusahaan dan fungsi produktifnya untuk
membentuk pendapatan.
Polak(dalam Riyanto, 2010:18)mengartikan
modal adalah sebagai suatukekuasaan untuk
menggunkan barang-barang modal. Dengan
demikian modal adalahyang terdapat dalam
neraca sebelah kredit. Adapun yang
dimaksud dengan barang-barang modal adalah
barang-barang yang ada dalam perusahaan
yang belum digunakan. Jadi yang terdapat
dalam neraca sebelah debit.Pengertian modal
menurut
Munawir (2006:19)adalah hak atau bagian
Modal adalah kekayaan perusahaan yang
terdiri atas kekayaan yang disetor atau yang
berasal dari luar perusahaan dan kekeyaan itu
hasil aktivitas usaha itu sendiri
Bakker dalam buku yang sama mengartikan
modal adalah baik yang berupa
barang-barang konkrit yang masih ada di dalam
rumah tangga perusahaan yang terdapat
32
dineraca sebelah debit.Maupun berupa daya
beli atau nilai tukar dari barang-barang itu
yang tercatat disebalah kredit. Adapun
menerutNaiggolan, (2004:3)yaitu modal89
merupakan kelompok yang berisi dari pemilik
terhadap perusahaan. Selain itu menurut
(Atmaja, 2008:155)mengemukakan modal
ialah dana yang digunakan untuk membaca
pengadaan aktiva dan koperasi perusahaan.
Modal (equity) adalah “suatu hak yang tersisa
atas aktiva suatu lembaga (entity) setelah
dikurangi kewajibannya”. Dalam perusahaan
equity adalah modal pemilik. Definisi ini
cenderung menganut propriety theory.
2) Laporan Laba-Rugi
Menurut Sawir (2001:4), laporan laba-rugi merupakan
laporan mengenai pendapatan biaya-biaya, dan laba
perusahaan selama periode tertentu. Biasanya laporan ini
disusun dengan dua pendekatan, yakni pendekatan
kontribusi dan pendekatan fungsional.
Menurut Kasmir 2012:29), laporan laba-rugi
merupakan laporan keuangan yang menggambarkan
hasil usaha perusahaan dalam suatu period.
Laba-rugi yaitu laporan yang memuat informasi
mengenai pendapatan dan beban yang terjadi selama satu
periode tertentu dalam suatu perusahaan. Satu periode
tertentu misalnya satu bulan, satu semester dan satu tahun.
Selisih antara pendapatan dengan beban disebut laba bersih
(net income) atau rugi bersih (net loss). Apabila pendapatan
lebih besar dari beban maka selisihnya disebut laba bersih,
tetapi apabila pendapatan lebih kecil dari beban maka
selisihnya disebut rugi bersih.
Komponen-komponen laba-rugi adalah sebagai
berikut :
a. Penjualan
b. Harga pokok penjualan
c. Laba bruto
d. Beban usaha
33
e. Laba usaha
f. Pendapatan dan beban lain-lain
g. Laba sebelum pos luar biasa
h. Pos luar biasa
i. Pengaruh kumulatif dari perubahan prinsip
akuntansi
j. Laba sebelum pajak penghasilan
k. Pajak penghasilan
l. Laba bersih
3) Laporan Perubahan Modal Laporan perubahan modal yaitu laporan mengenai
perubahan modal pemilik suatu perusahaan selama satu
periode misalnya satu bulan, satu semester atau satu tahun.
Dari laporan ini dapat diketahui apakah modal pemilik
bertambah atau berkurang bila dibandingkan dengan modal
pemilik sebelumnya. Adapun penyebabnya bertambahnya
modal pemilik yaitu :
a) Perusahaan memperoleh laba bersih
b) Adanya investasi tambahan dari pemilik perusahaan.
Sedangkan penyebab berkurangnya modal pemilik yaitu :
a. Perusahaan menderita rugi
b. Adanya pengambilan pribadi (prive) oleh pemilik
Laporan perubahan modal harus memuat informasi berikut:
a. Modal pada awal periode
c. Laba atau rugi selama satu periode
d. Tambahan modal dari investasi pemilik
e. Pembagian laba kepada pemilik
f. Laba atau rugi yang tidak dibagikan pada periode
sebelumnya.
4) Laporan Arus Kas Menurut PSAK No.2 (2004:5) menjelaskan mengenai
definisi dari arus kas adalah: “Arus kas masuk dan arus kas
keluar adalah investasi yang sifatnya sangat liquid,
berjangka pendek dan dengan cepat dapat dijadikan kas
34
dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan
nilai yang signifikan.
Menurut Machfoedz (1999:240) menjelaskan
mengenai dari arus kas adalah : “Kas adalah alat
pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk
membiayai kegiatan umum perusahaan. Kas meliputi uang
tunai (kertas dan logam).”
Menurut Harahap (2004:258)menjelaskanmengenai
definisi arus kas adalah : “Uang dan surat berharga lainnya
yang dapat di uangkan setiap saat serta surat berharga
lainnya yang sangat lancar yang memenuhi syarat sebagai
berikut, setiap saat dapat ditukar menjadi kas, tanggal jauh
temponya sangat dekat, kecil resiko perubahan nilai yang di
sebabkan oleh perubahan tingkat bunga.”
Menurut Sawir (2005:182) menjelaskan
mengenaidefinisi arus kas adalah: “Seluruh uang tunai yang
ada ditangan (cash on hand) dan dana yang disimpan di bank
dalam bentuk seperti deposito dan rekening Koran.”
Menurut Kuswadi (2005:238) menjelaskan
mengenaidefinisiarus kas dan setara kas sebagai berikut :
“Arus kas adalah kas masuk dan arus kas keluar atau setara
kas. Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening
giro”. “Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang
sifatnya sangat liquid, berjangka pendek dan dengan cepat
dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa
menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.”
Laporan arus kas adalah laporan yang memuat
informasi mengenai ringkasan penerimaan dan pengeluaran
kas suatu badan usaha yang terjadi selama satu periode,
setiap satu bulan atau suatu semester atau satu tahun. Arus
kas adalah arus masuk kas (Penerimaan kas) dan arus keluar
kas (Pengeluaran kas).
Arus kas (Penerimaan dan pengeluaran kas)
dikelompokkan kedala tiga kelompok yaitu Arus kas dari
aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi dan arus
kas dari aktivitas pendanaan.
Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama
pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan
35
merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan
(PSAK No.2 tahun 2002).
Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan
aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak
temasuk setara kas(PSAK No.2 tahun 2002).
Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang
mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi
modal dan pinjaman perusahaan (PSAK No.2 tahun 2002).
5) Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan memuat penjelasan
mengenai pos yang ada dalam neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan modal dan laporan arus kas. Catatan atas
laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu pemakai
laporan keuangan dalam memahami laporan keuangan
sehingga laporan keuangan dapat bermanfaat bagi pemakai
laporan untuk pengambilan keputusan.
F. Bagian-bagian laporan keuangan Laporan keuangan terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:
1) Neraca (Balance Sheet), menyajikan aktiva pada sisi
sebelah kiri,yang merupakan alokasi dari dana,kewajiban
dan ekuitas pada sebelah kanan yang merupakan sumber
dana perusahaan.
2) Laporan Laba Rugi (Income Statement), Laporan yang
mengikhtisarkan pendapatan dan pengeluaran perusahaan
selama satu periode akuntansi,biasanya setiap satu kuartal
atau satu tahun.
3) Laporan Laba Ditahan (Statement of Shareholders
Equity), menyajikan perubahan-perubahan pada pos-pos
ekuitas untuk mengidentifikasi alasa perubahan klaim
pemegang ekuitas atas aktivanya.
4) Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow), Tujuan
dari pembuatan laporan arus kas ini adalah:
a) Memberikan informasi mengenai penerimaan dan
pembayaran kas perusahaan selama periode
tertentu.
36
b) Memberikan informasi mengenai efek kas dari tiga
kategori aktivitas yaitu aktivitas investasi,aktivitas
pendanaan,aktivitas operasi.
G. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntasi Keuangan (Ikatan Akuntan
Indonesia 2002:4) tujuan laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, seta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai.
Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan
semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara
umum menggambarkan pengaruh keuangan dan
kejadian di masa lalu.
3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah
dilakukan manajemen (stewardship) atau
pertanggunggjawaban manajemen atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya.
4. Untuk menyediakan informasi yang menyangkut kinerja
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
5. Menunjukkan apa yang dilakukan manajemen
(stewardship),atau pertanggung jawaban manajemen
atas sumberdaya yang dipercayakan kepadanya.
H. Pengguna Laporan Keuangan Dan Tujuan
Penggunaannya 1. Investor : penanam modal dan penasihat mereka
berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil
pengembangan dari investasi yang mereka lakukan.
Mereka membutuhkan informasi untuk membantu
menentukan apakah harus membeli, menahan, atau
menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik
37
pada informasi yang memungkinkan mereka untuk
menilai kemampuan perusahaan untuk membayar
dividen.
2. Karyawan : karyawan dan kelompok yang mewakili
merekatertarik pada informasi mengenai stabilitas dan
profitabilitas perusahaan, juga tertarik dengan informasi
untuk~ menilai kemampuan perusahaan dalam
memberikan balas jasa, imbalan pasca kerja dan
kesempatan kerja.
3. Pemberi pinjaman : pemberi pinjaman tertarik dengan
informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk
memutuskan apakah pinjamari serta bunganya dapat
dibayar pada saat jatuh tempo.
4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya : pemasok dan
kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah
jumlah yangkewajibannya akan dibayar pada saat jatuh
tempo. Kreditor usah berkepentingan pada perusahaan
dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada
pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utam
rnereka bergantung pada kelangsungan hidup
perusahaan.
5. Pelanggan : para pelanggan berkepentingan dengan
informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan,
terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka
panjang dengan, atau bergantung pada perusahaan.
6. Pemerintah : pemerintah dan berbagai lembaga yang
berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan
alokasi sumberdaya dan karena itu berkepentingan
dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan
informasi untuk mengatur aktivitas perusahan,
menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar
menyusun statistik pendapatan nasional dan statisti
lainnya
7. Masyarakat : perusahaan mempengaruhi anggota
masyarakat daiam berbagai cara. Misalnya: perusahaan
dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian
nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan
perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan
38
keuangan dapat membantu masyarakat dengan
menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan
perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan dan
rangkaian aktivitasnya.
I. Macam-Macam Analisis Laporan Keuangan
a. Analisis Time Series dan Cross Sectional
1. Analisis Trend atau time series adalah analisis rasio
perusahaan untuk beberapa periode. Membandingkan
rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari
waktu yang lalu (rasio historis) atau dengan rasio-rasio
yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan
datang pada perusahaan yang sama. Analisis trend
dapat melihat apakah prestasi perusahaan itu meningkat
atau menurun selama periode tertentu, mengestimasi
kemungkinan terjadi peningkatan atau penurunan pada
kondisi keuangan tertentu
2. Analisis Cross Sectional, dengan analisis ini analis
membandingkan rasio-rasio perusahaan (company
ratio) dengan rata-rata rasio perusahaan sejenis atau
industri (rasio rata-rata/rasio standard) untuk waktu
yang sama.
b. Analisis Commond Size dan Analisis Index
1. Analisis Commond Size, untuk membuat perbandingan
elemen-elemen laporan keuangan dengan command
base-nya. Laporan keuangan neraca pada sisi aktiva
didasarkan pada total aktiva sehingga total aktiva sama
dengan 100%. Elemen-elemen lain dari aktiva
dibandingkan dengan total aktiva. Elemen-elemen
kewajiban dan modal sendiri didasarkan pada total
kewajiban dan modal sendiri. Laporan laba rugi
commond base-nya penjualan, elemen-elemen laporan
laba rugi dibandingkan dengan penjualan.
2. Analisis Index, memilih tahun dasar sebagai commond
base-nya elemen-elemen laporan keuangan pada
periode lain dibandingkan dengan elemen-elemen
laporan keuangan yang sama dengan tahun dasar
tersebut.
39
J.Ringkasan
1. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan
gambaran kondisi keuangan dari perusahaan.
2. Laporan Keuangan ialah produk akhir dari sebuah pelaporan
transaksi keuangan yang penyusunannya diatur oleh standar
atau aturan ilmu akuntansi, insentif manager, mekanisme
pelaksanaan dan pengawasan perusahaan
3. Laporan keuangan merupakan hasil dari kegiatan operasi
normal perusahaan yang akan memberikan informasi
keuangan yang berguna bagi entitas-entitas di dalam
perusahaan itu sendiri maupun entitas-entitas lain di luar
perusahaan
4. Laporan keuangan memerlukan suatu analisis, analisis-
analisis ini lah yang harus dipahami oleh kita baik sebagai
manajemen perusahaan untuk mengevaluasi kinerja
perusahaan ataupun sebagai investor jika kita ingin
menginvestasikan harta kita terhadap suatu perusahaan
5. Tujuan umum dari laporan keuangan sebagai berikut :
Memberikan informasi yang terpercaya tentang
sumber-sumber ekonomi dan kewajiban perusahaan.
Memberikan informasi yang terpercaya tentang
sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan
usaha dalam mencari laba.
Memberikan informasi keuangan yang dapat
digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam
menghasilkan laba.
Memeberikan informasi yang diperlukan lainnya
tentang perubahan harta dankewajiban.
Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang
dibutuhkan para pemakai laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggawirya, Erhans.2000. Akuntansi 1. Jakarta: Ercontara
Rajawali.
Harahap, Sofyan Syafri.1993 Teori Akuntansi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
40
Hartanto, D.1981. Akuntansi untuk Usahawan. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia.1984. Prinsip Akuntansi Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Jauhari, Heri.2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung:
Pustaka Setia
41
BAB III MODAL KERJA
(Ida Ayu Komang Intarini, Faizah, Luh Oka Ayu Arya Tustani,
Putu Dian Ekawati, Ni Putu Yuli Parwati)
A. Pendahuluan Dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnnya
spesialisasi dalam perusahaan serta juga makin banyaknya
perusahaan-perusahaan yang menjadi besar, maka factor
produksi modal mempunyai arti yang lebih menonjol lagi.
Sebenarnya masalah modal dalam perusahaan merupakan
persoalan yang tak akan berakhir, mengingat bahwa masalah
modal itu mengandung begitu banyak dan berbagai aspek.
Sehubungan inipun perlu disayangkan bahwa hingga kini
diantara para ahli ekonomi sendiri belum terdapat ‘communis
opinion’ tentang apa yang disebut modal, sehingga banyak
pendapat-pendapat mengenai modal yang kadang-kadang
bertentangan satu sama lainnya.
Diantaranya A.Amonn, J.von Komorzynsky
memandang modal sebagai kekuasaan menggunakan yang
diharapkan atas barang-barang modal yang belum digunakan.
Prof.Meij mengartikan modal sebagai “kolektivitas dari
barang-barang modal” yang terdapat dalam neraca sebelah
debit sedang yang dimaksudkan dengan barang-barang modal
ialah semua barang yang ada dalam rumah tangga perusahaan
dalam fungsi produktifnya untuk membentuk pendapatan.
Prof.Polak mengartikan modal sebagai kekuasaan untuk
menggunakan barang-barang modal, dengan demikian modal
ialah terdapat di neraca sebelah kredit. Prof.Bakker
mengartikan modal sebagai baik yang berupa barang-barang
konkret yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang
terdapat di neraca sebelah debit, maupun berupa daya beli atau
nilai tukar dari barang-barang itu tercatat disebelah kredit.
Namun yang perlu kita ketahui sebagai dasar
pemahaman terhadap pengertian modal itu sendiri adalalah
Setiap perusahaan membutuhkan dana(modal) agar usaha
tersebut dapat beroperasi. Dana yang diperoleh bisa bersumber
dari pemilik, kreditur, bahkan berupa donasi. Kemudian dana
yang diterima oleh perusahaan digunakan untuk membiayai
factor-faktor produksi termasuk membeli surat-surat berharga
42
yang sering disebut efek/sekuritas baik untuk kepentingan
transaksi maupun untuk mejaga likuiditas perusahaan.
Dari pembelian-pembelian untuk operasional
perusahaan ini diharapkan modal yang telah dikeluarkan dapat
kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu
yang pendek tentunya dengan niai yang lebih tinggi dari total
biaya yang telah keluar.Dengan demikian maka dana tersebut
akan terus berputar setiap periodenya selama hidupnya
perusahaan tersebut.
B. Pengertian Modal Kerja Modal terbagi atas dua apabila dilihat dari neraca
yaitu “Modal Aktif” ialah modal yang tertera di sebalah debit
dari neraca, yang menggambarkan bentuk-bentuk dalam
mana seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan,
sedangkan pengertian “Modal pasif” ialah modal yang tertera
di sebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber-
sumber darimana dana diperoleh. Elemen-elemen dari modal
aktif akan selalu berubah-berubah, akan selalu berganti-ganti
baik dalam waktu pendek (kas, persediaan,
piutang).Sedangkan nilai dari modal pasif dalam jangka
waktu tertentu adalah relative permanen. Berdasarkan cara
dan lamanya perputaran modal aktif dapat dibedakan atas :
Aktiva Lancar , Aktiva Tetap. Aktiva Lancar adalah aktiva
yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi,
dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang
pendek (umumnya kurang dari satu tahun).Dilihat dari
pengertian Modal Kerja itu sendiri dari beberapa
konsep,aktiva lancar merupakan elemen dari Modal Kerja.
C. Bentuk Modal Kerja Modal Kerja Permanen ( permanent working capital )
yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk
dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal
kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran
usaha. Permanent Working Capital dibedakan dalam :
43
a. Modal Kerja Primer ( Primary Working Capital ) yaitu
jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada
perusahaan untuk menjamin kontinuitasnya.
b. Modal Kerja Normal ( Normal Working Capital ) yaitu
jumlah modal kerja yang diperlukan untuk
menyelenggarakan luas produksi yang normal.
Pengertian ‘normal’ disini adalah dalam artian yang
dinamis.Apabila suatu perusahaan misalnnya selama 4
atau 5 bulan tara-rata perbulannya mempunyai produksi
1000 unit maka dapat dikatakan luas produksi
normalnnya adalah 1000 unit.Apabila kemudian
tarnyata bahwa selama 4 atau 5 bulan mendatang luas
produksi normalnya di sinipun berubah menjadi 2000
unit.
Modal Kerja Variabel ( Variabel Working Capital )
yaitu modal kerja yang jumlahnnya berubah-ubah sesuai
dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan
antara :
a. Modal Kerja Musiman ( Seasonal Working Capital )
yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
disebabkan karena fluktasi musiman
b. Modal Kerja Siklis ( Cyclical Working Capital ) yaitu
modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan
karena fluktuasi konyungtur.
c. Modal Kerja Darurat ( Emergency Working Capital )
yaitu modal kerja yang besarnnya berubah-ubah karena
adanya keadaan darurat yang tidak diketahui
sebelumnnya ( misalnnya adanya pemogokan buruh,
banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak ).
D. Perputaran Modal Kerja Modal Kerja selalu dalam keadaan operasi atau
berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang
bersangkutan dalam keadaan usaha.Periode perputaran modal
kerja (working capital turnover period) dimulai dari saat
dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen
modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas.
Makin pendek periode tersebut berarti makin
cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perpuatarannya
44
( turnover rate-nya ).Berapa lama periode perputaran modal
kerja adalah tergantung pada berapa lama periode perputaran
modal kerja adalah tergantung kepada berapa lama periode
perpuataran dari masing-masing komponen dari modal kerja
tersebut. Periode perpuataran barang dagangan adalah lebih
pendek daripada barang yang mengalami proses produksi.
E. Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja Besar kecilnya kebutuhan modal kerja terutama
tergantung kepada 2 faktor yaitu :
1) Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
2) Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya
Dengan jumlah pegeluaran setiap harinya yang
tetap,tetapi dengan makin lamanya periode perputaran, maka
jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin besar. Periode
perputaran/periode terikatnya modal kerja adalah merupakan
keseluruhan atau jumlah dari periode-periode yang meliputi
jangka waktu pemberi kredit beli, lama penyimpanan bahan
mentah di gudang, lamanya proses produksi, lamanya barang
jadi disimpan di gudang dan jgk waktu penerimaan piutang
sedangkan pengeluaran yang dimaksud disini adalah biaya
rata-rata perhari untuk membeli bahan baku, bayar gaji buruh,
bahan pembantu, dll.
F. Perbedaan antara Modal Kerja dan Modal Tetap
Modal Kerja Modal Tetap
Jumlah modalnya lebih
fleksibel, sehingga mudah
disesuaikan apabila
gelombang ekonomi naik atau
turun
Sulit untuk disesuaikan
karena sifatnya yang tetap,
dalam keadaan gelombang
ekonomi naik,modal tetap
tidak dapat segera
diperbesar.
Susunan modal kerja
relavif variabel, elemen-
elemen modal kerja akan
berubah-ubah sesuai dengan
kebutuhan
Susunan modal tetap relatif
permanen dalam jangka
waktu tertentu, karena
elemen-elemen dari modal
tetap tidak segera
45
mengalami perubahan-
perubahan
Modal kerja mengalami proses
perputaran dalam jangka
waktu yang pendek
Modal tetap mengalami
proses perputaran dalam
jangka waktu yang panjang
G. Investasi Modal Kerja Investasi dalam modal kerja dapat dilihat dalam aktiva
lancar pada laporan neraca, diantaranya : Investasi dalam
persediaan, investasi dalam piutang, investasi dalam
kas.Ketiga komponen mengalami perputaran dalam
perusahaan guna membiayai semua kegiatan operasional
perusahaan dan kemudian semua biaya-biaya yang
dikeluarkan kembali lagi ke perusahaan dengan nilai yang
lebih tinggi dari modal sebelummya.
a) Investasi dalam persediaan, merupakan elemen utama
dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam
keadaan berputar, dimana secara terus menerus
mengalami perubahan.Masalah investasi dalam
inventory merupakan masalah pembelanjaan aktif seperti
halnya investasi dalam aktiva-aktiva lainnya. Masalah
penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam
inventory mempunyai efek yang langsung terhadap
keuntungan perusahaan.Kesalahan dalam penetapan
besarnya investasi dalam inventory akan menekan
keuntungan perusahaan.Inventory ini merupakan
persediaan barang yang selalu dalam perputaran, yang
selalu dibeli dan dijual, yang tidak mengalami proses
lebih lanjut di dalam perusahaan tersebut yang
mengakibatkan perubahan bentuk dari barang yang
bersangkutan.
b) Investasi dalam piutang, untuk memperbesar volume
penjualannya kebanyakan perusahaan besar menjual
produknya dengan kredit.Dengan demikian piutang
merupakan elemen modal kerja yang juga selalu dalam
keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai
perputaran modal kerja.Piutang memiliki tingkat
likuiditas lebih dari persediaan.Manajemen piutang
merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan
46
yang menjual produknya dengan kredit, guna
meminimalisir risiko-risiko piutang yang kemungkinan
tak tertagih.
c) Investasi dalam kas, kas merupakan aktiva lancar yang
paling likuid yang dimiliki perusahaan, semua transaksi
yang ada didalam maupun diluar perusahaan berkaitan
dengan kas,bagaikan darah yang terus menerus mengalir
dalam tubuh perusahaan yang memungkinkan
perusahaan itu dapat melangsungkan hidupnya.Dan
aliran kas menjadi laporan utama bagi para investor
sebagai bahan pertimbangan yang utama.
Menurut Bambang Riyanto (1995) mengemukakan
modal kerja dapat dibagi menjadi 3 konsep yaitu konsep
kuantitatif, kualitatif, dan fungsional.
1. Konsep Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep kuantitatif
menggambarkan keseluruhan atau jumlah dari aktiva
lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang
persediaan atau keseluruhan daripada jumlah aktiva
lancar dimana aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat
kembali ke bentuk semula atau dana tersebut dapat bebas
lagi dalam waktu yang relatif pendek atau singkat.
Konsep ini biasanya disebut modal kerja bruto (gross
working capital).
Berdasarkan konsep tersebut di atas dapat
disimpulkan, bahwa konsep tersebut hanya menunjukkan
jumlah dari modal kerja yang digunakan untuk
menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari
yang sifatnya rutin, dengan tidak mempersoalkan dari
mana diperoleh modal kerja tersebut, apakah dari pemilik
hutang jangka panjang ataupun hutang jangka pendek.
Modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan
batas keamanan atau margin of safety yang baik atau
tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang
tinggi. Jumlah modal kerja yang besar belum tentu
menggambarkan likuiditas perusahaan yang baik
sekaligus belum tentu menggambarkan jaminan
47
kelangsungan operasi perusahaan pada periode
berikutnya.
2. Konsep Kualitatif
Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan
selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar.
Berdasarkan konsep ini modal kerja merupakan sebagian
dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan
untuk membiayai operasi perusahan tanpa menunggu
likuiditasnya. Konsep ini biasa disebut dengan modal
kerja neto (net working capital).
Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan
tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada
hutang lancar dan menunjukkan tingkat keamanan bagi
kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan
operasi di masa mendatang dan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh tambahan jangka pendek dengan
jaminan aktiva lancar.
3. Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep inimenitik beratkan
pada fungsi dari pada dana dalam menghasilkan dana atau
income dari usaha pokok perusahaan. Setiap dana yang
digunakan dlam perusahaan dimaksudkan untuk
menghasilkan pendapatan. Ada dana yang digunakan
dalam satu periode akuntansi tertentu yang menghasilkan
pendapatan pada periode tersebut. Sementara itu, ada pula
dan aynag dimaksudkan utuk menghasilkan pada periode
selanjutnya atau dimasa yang akan datang, misalnya
bangunan, mesin-mesin, alat-alat kantor atau aktiva tetap
lainnya yang disebut future income. Jadi modal kerja
menurut konsep ini adalah dana digunakan untuk
menghasilkan pendapata pada saat ini sesuai dengan
maksud utama didirikannya perusahaan, diantaranya kas,
piutang dagang. Dan lain sebagainya. Sedangkan efek
atau surat berharga dan marjin laba dari piutang
merupakan modal kerja potensial yang akan menjadi
modal kerja bila piutang sudah dibayar dan efek sudah
dijual.
Weston dan Copeland (1997:239) menjelaskan
modal kerja ialah analisis saling hubungan antara aktiva
48
lancar dengan kewajiban lancar. Modal kerja juga disebut
manajemen keuangan jangka pendek. Dalam perspektif
yang luas, manajemen keuangan jangka pendek
merupakan upaya perusahaan untuk mengadakan
penyesuaian keuangan terhadap perubahan jangka
pendek; perusahaan harus memberi tanggapan yang cepat
dan efektif. Bidang keputusan ini sangat penting karena
sebagian besar waktu manajer keuanagn digunakan untuk
menganalisis setiap perubahan aktiva lancar dan utang
lancar. Gifman (1994:643) menjelaskan bahwa modal
kerja adalah jumlah harta lancar yang merupakan bagian
dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk
yang lain dalam suatu kegiatan bisnis. Weston dan
Brigham (1981:245) menjelaskan bahwa manjemen
modal kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka
pendek; kas, surat-surat berharga (efek), piutang,,
persediaan.
Petty, Keown, Scott, dan Martin (1993:532)
menjelaskan bahwa secara tradisional modal kerja dapat
didefinisikan sebagai investasi perusahaan dalam harta
lancar.
Manajemen modal kerja meliputi administrasi harta lancar
dan utang lancar, mempunyai fungsi utama yaitu;
1) menyesuaikna tingkat volume penjualan dan
penjualan musiman; di mana silklus volume
penjualan jangka pendek ini merupakan syarat untuk
prospek jangka panjang yang menguntungkan,
2) membantu perusahaan memaksimumkan nilainya
dengan cara menurunkan biaya modal dan
menaikkan laba. Modal keja sangat penting bagi
perusahaan karena;
3) sebagian besar pekerjaan manajer keuangan
dicurahkan pada kegiatan operasi perusahaan sehari-
hari yang memerlukan modal keja,
4) pada umumnya nilai harta lancar suatu perusahaan
kira-kira lebih dari 50% dari jumlah harta, hal ini
perlu pengelolaan yang serius,
49
5) khususnya bagi perusahaan kecil, manajemen modal
kerja sangat penting karena mereka sulit
memperoleh sumber pembiayaan dari pasar modal,
6) perkembangan pertumbuhan penjualan berkaitan
erat dengan kebutuhan modal kerja (Brigham dan
Weston, 1981:245-246).
Menurut Riyanto (2001) mengenai pengertian modal kerja
dapat dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu:
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana
yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan
perusahaan dalam membiayai operasinya yang
bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund)
yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek.
Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini
adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal
kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja
bruto (gross working capital). Modal kerja yang besar
menurut konsep ini tidak menjamin kelangsungan
operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan
likuiditas perusahaan.
2. Konsep Kualitatif
Dalam konsep ini pengertian modal kerja dikaitkan
dengan besarnya jumlah hutang lancar atau hutang
yang harus segera dibayar. Dengan demikian maka
sebagian dari aktiva lancar harus disediakan untuk
memenuhi kewajiban finansial yang segera harus
dilakukan, di mana bagian aktiva lancar ini tidak
boleh digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karena
itu, modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian
dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan
untuk membiayai operasi perusahaan tanpa
mengganggu likuiditasnya yaitu yang merupakan
kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar. Modal
kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja
neto (net working capital). Definisi ini bersifat
kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva
50
lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya
(hutang jangka pendek).
3. Konsep Fungsional
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam
menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang
digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk
menghasilkan pendapatan dari usaha pokok
perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk
menghasilkan pendapatan periode ini (current
income). Ada sebagian dana yang digunakan untuk
memperoleh atau menghasilkan pendapatan untuk
periode berikutnya (future income).Pengertian modal
kerja adalah jumlah kekayaan atau aktiva lancar,
seperti kas atau uang tunai di peti kas dan di bank,
piutang usaha dan persediaan bahan baku, bahan
pembantu, dan barang jadi, ditambah kewajiban atau
pasiva lancar, seperti hutang usaha dan pinjaman
jangka pendek. Dengan demikia maka manajemen
modal kerja merupakan semua kegiatan dalam rangka
pengelolaan aktiva lancar dan pasiva lancar.
Pengertian modal kerja adalah jumlah kekayaan
atau aktiva lancar, seperti kas atau uang tunai di peti kas
dan di bank, piutang usaha dan persediaan bahan baku,
bahan pembantu, dan barang jadi, ditambah kewajiban
atau pasiva lancar, seperti hutang usaha dan pinjaman
jangka pendek. Dengan demikia maka manajemen modal
kerja merupakan semua kegiatan dalam rangka
pengelolaan aktiva lancar dan pasiva lancar.
H. Jenis-Jenis Modal Kerja
1. Modal Asing/Utang Modal asing adalah modal yang
berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara di
dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang
bersangkutan modal tersebut merupakan “utang”, yang
pada saatnya harus dibayar kembali. Mengenai
penggolongan utang ada yang hanya membaginya dalam
dua golongan, yaitu utang jangka pendek (yaitu kurang
dari satu tahun), dan utang jangka panjang (lebih dari satu
51
tahun). Tetapi banyak penulis bidang pembelanjaan yang
membagi modal asing atau utang dalam tiga golongan.
1) Modal Asing/Utang Jangka pendek (Short-Tem Debt)
Sebagaimana diuraikan di atas bahwa modal asing
jangka pendek adalah modal asing yang jangka
waktunya paling lama satu tahun. Sebagian besar
utang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan,
yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat
menyelenggarakan usahanya. Adapun jenis-jenis
daripada modal asing (utang atau kredit jangka
pendek yaitu terutama :
a. Kredit Rekening Koran Kredit rekening Koran
adalah kredit yang diberikan oleh Bank kepada
perusahaan dengan batas plafond tertentu
dimana perusahaan mengambilnya tidak
sekaligus melainkan sebagian demi sebagian
sesuai dengan kebutuhannya, dan bunga yang
dibayar hanya untuk jumlah yang telah diambil
saja, meskipun sebenarnya perusahaan
meminjamnya lebih dari jumlah tersebut. Bank
dalam memberikan kredit rekening Koran dapat
mengikat perusahaan yang bersangkutan dengan
berbagai syarat atau klausul (clausule) yaitu
antara lain :
Klausul pembatalan Bank mempunyai hak
untuk membatalkan pemberian kreditnya
setiap waktu. Meskipun demikian Bank
jarang sekali menggunakan hak tersebut
demi kebaikan namanya serta untuk
mempertahankan hubungan baik atau
kepercayaan para nasabah (langganan) dan
masyarakat kepadanya.
Klausul likuiditas darurat Klausul atau syarat
ini memungkinkan untuk Bank mengubah
kredit Rekening Koran ke dalam bentuk
Kredit Wesel, dengan tujuan untuk
mendapatkan alat-alat tunai dengan segera.
Klausul pemeriksaan Klausul ini
memungkinkan Bank untuk memeriksa,
52
meneliti dan mengawasi cara menggunakan
kredit yang diberikan oleh Bank kepada
suatu perusahaan, agar kredittersebut dapat
digunakan dengan sebaik-baiknya.
Klausul penerimaan dan pembayaran melalui
Bank Klusul ini memungkinkan Bank untuk
mengikat keuangan perusahaan dengan
syarat bahwa semua transaksi finansiil
perusahaan harus dijalankan melalui Bank
yang bersangkutan.
Klausul jaminan Klausul perusahaan hendak
memperbesar junlah kreditnya (melebihi
plafound yang telah ditentukan sebelumnya)
maka Bank berdasarkan klausul ini berhak
untuk meminta jaminan yang lebih besar lagi
misalnya dengan penyerahan efek, dan
berdasarkan nilai dari efek tersebut, Bank
menentukan beberapa % (dari nilai efek)
kredit akan diperbesar.
b. Kredit dari penjual Kredit penjual merupakan
kredit perniagaan (trade-credit) dan kredit ini
terjadi apabila penjualan produk dilakukan
dengan kredit. Apabila penjuala dilakukan
dengan kredit berarti bahwa penjualan baru
menerima pembayaran harga dari barang yang
dijualnya beberapa waktu kemudian setelah
barang diserahkan.
Selama ini pembelian atau langganan dapat
dikatakan menerima “kredit penjual” dari penjual
atau produsen. Selama waktu itupun beraarti
penjual/produsen memberikan “kredit penjual”
kepada pembeli atau langganan.
c. Kredit atau pembeli Kredit pembeli adalah kredit
yang diberikan oleh perusahan sebagai pembeli
kepada pemasok (supplier) dari bahan mentahnya
atau barang-barang lainnya. Disini pembeli
membayar harga yang dibelinya lebih dahulu,
dan setelah beberapa waktu barulah pembeli
menerima barnag yang diberinya. Selama waktu
53
itu dapat dikatakan bahwa pembeli memberikan
“kredit pembeli” kepada penjual/pemasok bahan
mentah atau barang dagangan.
d. Kredit wesel Kredit wesel ini terjadi apabila suatu
perusahan mengeluarkan “surat pengakuan
utang” yang berisikan kesanggupan untuk
membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak
tertentu dan pada sat tertentu (surat Promes/Notes
Payables). Dan setelah ditanda-tangani surat
tersebut dapat dijual atau diuangkan pada Bank.
Daripadanya diiperoleh uang sebesar apa yang
tercantum dalam surat utang tersebut dengan
bunga sampai hari jatuhnya.
2) Modal Asing/Utang Jangka Menengah (Intermediate-
Term Debt). Sebagaimana diuraikan di muka, modal
asing atau jangka menengah adalah utang yang jangka
waktu atau umumnya adalah lebih dari satu tahun dan
kurang dari 10 tahun. Bentuk-bentuk utama dari
kredit jangka menengah adalah :
a. Term Loan Term loan adalah kredit usaha dengan
umur lebih dari satu tahun dan kurang dari 10
tahun. Pada umumnya term loan dibayar kembali
dengan angsuran tetap selama satu periode
tertentu(amortization payments).
b. Leasing Bentuk lain dari “intermediate-term
debt” adalah “Leasing”. Apabila kita tidak ingin
memiliki suatu aktiva, tetapi hanya
menginginkan “service” dari aktiva tersebut, kita
dapat memperoleh “hak penggunaan” atas suatu
aktiva itu tanpa disertai dengan hak milik, dengan
cara mengadakan kontrak “leasing” untuk aktiva
tersebut. Dengan demikian leasing adalah suatu
alat atau cara untuk mendapatkan “service” dari
suatu aktiva tetap yang pada dasarnya adalah
sama seperti halnya kalau kita menjual obligasi
untuk mendapatkan “service” dari aktiva tersebut
dan bedanya pada leasing tidak disertai hak milik.
Lebih khususnya “lease” adalah persetujuan atas
dasar kontrak dimana pemilik dari aktiva
54
(leassor) menginginkan pihak lain (leassee)
untuk menggunakan jasa dari aktiva tersebut
selama suatu periode. Hak milik atas aktiva
tersebut tetap pada “leassor”. Kadang-kadang
leassee juga diberi
Ada 3 bentuk utama leasing yaitu :
Sale and Leaseback
Service Leases atau Operating Leases
Financial Leasing
3) Modal Asing/Utang jangka panjang (Long-Term
Debt).
Sebagaimana disebutkan di muka, modal asing/utang
jangka panjang adalah utang yang jangka waktunya
digunakan adalah panjang, umumnya lebih dari 10
tahun. Utang jangka panjang ini umumnya digunakan
untuk membelanjai perluasan perusahaaan (ekspansi)
atau modernisasi perusahaan. Karena kebutuhan
modal untuk keperluan tersebut meliptui jumlah yang
besar. Adapun jenis atau bentuk-bentuk utama dari
utang jangka panjang antara lain:
a. Pinjaman obligasi Pinjaman obligasi adalah
pinjaman uang untuk jangka waktu panjang untuk
mana si debitur mengeluarkan surat pengakuan
utang yang mempunyai nominal tertentu.Jangka
waktu pinjaman obligasi hendaknya didasarkan
kepada pertimbangan –pertimbangan sebagai
berikut :
Jangka waktu pinjaman kredit hendaknya
disesuaikan dengan jangka waktu
penggunaannya di dalam perusahaan.
Jumlah angsuran harus disesuaikan dengan
jumlah penyusutan dari aktiva tetap yang
akan dibelanjai dengan kredit obligasi
tersebut.
Pembayaran kembali pinjaman obligsi dapat
dijalankan sekaligus pada hari jatuh temponya
55
atau secara berangsur setiap tahunnya. Apabila
sistem pelunasan sekaligus itu namanya “sinking
Found System” sedangkan kalau secara
berangsur-angsur pembayarannya kembali disebut
“Amortization System”. Peluansan atau
pembayaran kembali pinjaman obligasi dapat
diambil dari peyusutan aktiva tetap yang
dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan
keuntungan. Macam-macam obligasi adalah :
Obligasi biasa (Bonds) Adalah obligasi yang
bunganya tetap dibayar oleh debitur dalam
waktu-waktu tertentu, dengan tidak
memandang apakah debitur memperoleh
keuntungan atau tidak. Biasanya caupon
(bunga obligasi) dibayar dua kali setiap
tahunnya.
Obligasi pendapatan (Income Bonds) Adalah
jenis obligasi dimana pembayaran bunga
hanya dilakukan pada waktu-waktu debitur
atau perusahaan yang mengeluarkan surat
obligasi tersebut mendapatkan keuntungan,
tetapi disini kreditur mempunyai “hak
kumulaitf” artinya apabila pada suatu tahun
perushaa menderita kerugian sehingga tidak
dibayarkan bunganya dan apabila di tahun
berikutnya perusahaan mendapatkan
keuntungan maka kreditur tersebut berhak
untuk menuntut bungan dari tahun yang tidak
dibayar itu.
Obligasi yang dapat ditukarkkan (Convortible-
Bond) Adalah obligasi yang memeberikan
kesempatan pada pemegang surat obligasi
tersebut untuk pada suatu saat tertntu
menukarkannya dengan saham dari
perusahaan yang bersangkutan. Dengan
demikian maka jenis obligasi ini
memungkinkan pemegangnya untuk
56
mengubah statusnya yaitu kreditur menjadi
pemilik.
b. Pinjaman Hipotik(Mortgage) Adalah pinjaman
jangka panjang dimana pemberi uang (kreditu)
diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak
bergerak, agar bila pihak debitur tidak memnuhi
kewajiban, barang itu dapat dijual dan dari hasil
penjualan tersebut dapat digunakan untuk
menutup tagihannya.
2. Modal Sendiri
Pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik
perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan
untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Oleh karena
itu modal sendiri ditinjau dari sudut lukuiditas
merupakan “Dana jangka panjang yang tidak tertentu
waktunya”. Modal sendiri selain berasal dari sumber
intern adalah dalam bentuk keuntungan yang
dihasilkan atau dibentuk sendiri di dalam perusahaan.
Modal sendiri yang berasal dari sumber inten ialah
dalam bentuk keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Modal sendiri di dalam suatu perusahaan yang
berbentuk perseroan terbatas (PT) terdiri dari :
a. Modal Saham adalah suatu bukti pengambilaan
bagaian atau peserta dalam suatu P.T. bagi
perusahaan yang bersangkutan, yang diterima
dari hasil penjualan sahamnya akan tetap
tertanam di dalam perusahaan tersebut selama
hidupnya, meskipun saham sendiri itu bukanlah
merupakan penanaman yang permanent, karena
setiap waktu pemegang saham dapat menjual
sahamnya. Adapun jenis-jenis dari saham adalah
sebagai berikut :
Saham biasa (Commond Stock) Pemegang
saham bisa akan mendapat deviden pada
akhir tahun pembukuan, hanya saja kalu
perusahaan tersebut mendapatkan
keuntungan. Fungsi saham biasa di dalam
perusahaan adalah :
57
sebagai alat untuk membelanjai
perusahaan dan terutama sebagai alat
untuk memenuhi kebutuhan akan modal
permanen.
Sebagai alat untuk menentukan
pembagian laba.
Sebagai alat untuk menentukan fusi
ataua kombinasi dari perusahaan-
perusahaan.
Sebagai alat menguasai perusahaan.
Saham preferen (Preferred Stock) Pemegang
saham preferens mempunyai beberapa
preferensi tertentu di atas pemegang saham
biasa, yatiu terutama dalam hal-hal :
Pembagaian deviden
Pembagian kekayaan
Saham kumulatif preferent (Cummulative
Preferred Stock) Jenis saham ini pada
dasarnya adalah sama dengan saham preferen.
Perbedaannya hanya pada hak kumulatif pada
saham preferen kumulatif. Dengan demikian
pemegang saham preferen komulatif apabila
tidak menerima deviden selama beberapa
waktu karena besarnya laba tidak
mengijinkan atau karena adanya kerugian,
pemegang jenis saham ini dikemudian hari
apabila perusahaan mendapatkan keuntungan
berhak untuk menuntut dividen dari saham
preferen kumulatifpun dinyatakan dalam
persentasi tertentu dari nilai nominalnya.
b. Cadangan disini dimaksudkan sebagai cadangan
yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh
oleh perusahaan selama beberapa waktu yang
lampau atau dari tahun yang berjalan (Reserve
that are surplus). Cadangan yang termasuk dalam
modal sendiri adalah :
Cadangan ekspansi,
Cadangan modal kerja,
58
Cadangan selisih kurs,
Cadangan untuk menampung hal-hal atau
kejadian-kejadianyang tidak diduga
sebelumnya.
Selain itu ada pula yang disebut dengan cadangan
rahasia yaitu cadangan yang bentuknya tidak
nampak pada neraca dan besar jumlahnya sangat
rahasia. Cadangan diam yaitu cadangan yang
bentuknya tidak nampak pada neraca tetapi
jumlah besarannya dapat diperkirakan nilainya
dalam perusahaan.
c. Laba ditahan Keuntungan yang diperoleh oleh
suatu perusahaan dapat dibayarkan sebagai
deviden dan sebagian ditahan oleh perusahaan.
Apabila penahanan cadangan tersebut sudah
dengan tujua tertentu, maka dibentuklah
cadangan sebagaimana diuraikan di atas. Apabila
perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu
mengenai penggunaan keuntungan tersebut,
maka keuntungan tersebut merupakan
keuntungan yang ditahan.
I. Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja
Menurut Hampton (1989:180) perusahaan membutuhkan
modal kerja ditentukan oleh 4 faktor:
a) Volume Penjualan Perusahaan membutuhkan modal
kerja untuk mendukung kegiatan operasional pada saat
terjadi peningkatan penjualan.
b) Faktor Musim dan Siklus Fluktuasi dalam penjualan
yang disebabkan oleh faktor musim dan siklus akan
mempengaruhi kebutuhan akan modal kerja.
c) Perubahan dalam Teknologi Jika terjadi pengembangan
teknologi maka akan berhubungan dengan proses
produksi dan akan membawa dampak terhadap
kebutuhan akan modal kerja.
59
d) Kebijakan Perusahaan Kebijakan yang diterapkan oleh
perusahaan juga akan membawa dampak terhadap
kebutuhan modal kerja
J. Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja
Besar Kecilnya Modal Kerja tergantung dari dua faktor :
a) Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
Merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode yang
meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama
penyimpanan bahan mentah di gudang, lamamya proses
produksi, lamanya barang di simpan digudang, jangka
waktu penerimaan piutang.
b) Pengeluaran kas rata-rata setiap hari Merupakan jumlah
pengeluaran kas rata-rata setiap hari untuk keperluan
bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah
buruh, dan lain-lain. Modal kerja makin besar jika:
Jumlah pengeluaran kas setiap hari tetap, periode
perputaran lama
Periode perputaran tetap, jumlah pengeluaran kas
besar
K. Unsur-Unsur Modal Kerja
Berdasarkan pengertian modal kerja tersebut di atas,
bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam
harta jangka pendek yang dapat segera dijadikan uang kas.
Modal kerja tersebut memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
Kas (Cash) Menurut S. Munawir (1995 : 158), kas
merupakan salah satu modal kerja yang paling tinggi
likuiditasnya, suatu perusahaan dengan kas dalam
jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas
tersebut rendah dan mencerminkan adanya over
investment dalam kas berarti pula bahwa perusahaan
kurang efektif dalam mengelola kas. Sedangkan
jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat
tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungan
yang diperoleh akan lebih besar, tetapi suatu
perusahaan yang hanya mengejar keuntungan
(rentabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya
60
perusahaan itu akan dalam keadaan illikuid apabila
sewaktu-waktu ada tagihan. Karena kas sangat
berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan
perusahaan maka kas itu harus direncanakan dan
diawasi dengan baik.Jadi kas sangat diperlukan untuk
membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun
untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap.
J. Fred Weston dan Thomas E Copeland (1997 : 248)
mengemukakan ada 4 motif yang menyebabkan
perusahaan menahan kas yaitu:
Motif Transaksi Motif ini adalah motif utama
menahan kas agar perusahaan mampu
menjalankan usahanya sehari-hari yaitu
membeli dan menjual. Pada bidang usaha
tertentu dimana saat pemasukan tagihan bisa
diramalkan (seperti PLN, PAM), arus kas
masuk bisa dijadwalkan dan diselaraskan
dengan kebutuhan arus kas keluar. Biasanya
rasio kas terhadap penghasilan dan kas terhadap
total aktiva pada perusahaan-perusahaan
semacam ini relatif rendah. Sebaliknya yang
terjadi pada perusahaan dagang hasil penjualan
tidak menentu dan sejumlah transaksi bisa
langsung disertai dengan perpindahan kas
secara fisik. Sejumlah besar transaksi bisa saja
terjadi tanpa diperkirakan sebelumnya,
sehingga berakibat besar pada arus kas. Hal ini
menyebabkan perusahaan dagang memerlukan
rasio kas terhadap penjualan dan rasio kas
terhadap total aktiva yang lebih besar.
Motif berjaga-jaga Motif berjaga-jaga
(precautionary) untuk menahan kas terutama
berkaitan dengan bisa tidaknya arus kas masuk
dan keluar diperkirakan. Makin mudah estimasi
arus kas, makin sedikit jumlah kas yang ditahan
untuk menghadapi keadaan tak terduga. Faktor
lain yang sangat berpengaruh pada motif
berjaga-jaga adalah kemampuan meminjam
tambahan kas secara mendadak. Fleksibilitas
61
meminjam sangat tergantung pada kekuatan
yang dimiliki perusahaan dalam berhubungan
dengan instansi Perbankan atau sumber-sumber
dana lainnya. Kebutuhan menahan kas bisa
terpenuhi sebagian besar dengan memiliki
aktiva yang dapat segera dicairkan atau
ditunaikan, seperti surat berharga jangka
pendek, promes (promissory notes) dan
sebagainya.
Kebutuhan masa depan Saldo kas dan surat
berharga perusahaan suatu saat bisa melonjak
tinggi karena dana dikumpulkan untuk
memenuhi kebutuhan tertentu dimasa yang
akan datang. Kas dan surat berharga juga
mencerminkan himpunan dana dari mana
perusahaan dapat cepat melakukan penarikan
untuk mengisi peluang jangka pendek,
termasuk akuisisi. Ini adakalanya disebut
sebagai motif spekulatif untuk menyimpan kas.
Kebutuhan saldo kompensasi Sistem Perbankan
memberikan banyak sekali jenis pelayanan
pada dunia usaha. Perusahaan membayar jasa
pelayanan ini sebagian dengan cara membayar
langsung, dan terkadang sebagian lagi dengan
mempertahankan sejumlah dana minimum di
bank yang disebut saldo kompensasi. Saldo
kompensasi ini berupa sejumlah saldo
minimum yang diputuskan untuk tetap berada
di bank dalam rekening gironya. Dan untuk itu
perusahaan tidak perlu membayar jasa
pelayanan tertentu pada bank. Dengan adanya
saldo ini bank dapat meminjamkan dana-dana
tersebut pada pihak lain dengan janga waktu
yang lebih lama. Bank akan memperoleh
penghasilan bunga, yang merupakan biaya jasa
tidak langsung yang harus dibayar oleh
perusahaan pertama.
Surat-surat Berharga (Marketable Securities).
Menurut Munawir (1995 : 122) “Surat berharga yang
62
dimiliki perusahaan untuk jangka pendek (Marketable
Securities atau Efek) adalah salah satu elemen aktiva
lancar yang segera dapat dijual dan dapat
menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan
adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan
terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu
dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas.”
Jadi surat berharga merupakan kekayaan, aktiva lancar
yang dimiliki perusahaan yang dapat menghasilkan
keuntungan. J. Fred. Weston dan Thomas E Copeland
(1997:262) mengemukakan ada 6 kriteria yang
diterapkan untuk memilih surat-surat berharga tersebut
yaitu :
Risiko Keuangan
Risiko Suku Bunga
Risiko Daya Beli
Risiko Likuiditas (Kemudahan pencairan atau
kemudahan untuk dijual kembali)
Beban Pajak
Hasil Pengembalian dari surat berharga
Piutang (Account Receivable) Menurut Sarwoko dan
Abdul Halim (1989:105) : “Piutang adalah aktiva yang
menunjukkan tagihan yang dimiliki oleh perusahaan
sebagai hasil dari penjualan barang dan atau jasa di
dalam kegiatan usahanya.” Jadi piutang adalah
kekayaan yang dimiliki perusahaan dari kegiatan
operasional perusahaan yang berupa tagihan atas hasil
penjualan barang dan jasa. Menurut Bambang Riyanto
(1997:85): “Penjualan kredit tidak segera
menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan
piutang langganan, dan barulah kemudian pada hari
jatuhnya terjadi aliran kas masuk (cash inflows) yang
berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Menurut
Bambang Riyanto (1997:85) faktor-faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang
adalah sebagai berikut :
Volume Penjualan Kredit
Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
63
Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Kebijaksanaan dalam Mengumpulkan Piutang
Kebiasaan membayar dari Para Langganan.
Persediaan (Inventory) Menurut Sarwoko dan Abdul
Halim (1989 : 91) : “Persediaan adalah barang-barang
yang disimpan untuk dijual lagi oleh perusahaan.
Persediaan sebagai salah satu elemen penting di dalam
usaha-usaha perusahaan untuk memperoleh tingkat
penjualan yang diinginkan. Pengertian persediaan
lebih luas dari sekedar barang dagangan. Dalam
perusahaan manufaktur tidak hanya barang yang akan
dijual saja, tetapi juga persediaan barang yang sedang
diproses di pabrik dan yang belum diproses, yakni
masih berupa bahan mentah.” Jadi persediaan adalah
bahan baku yang disimpan oleh perusahaan dalam
kegiatan produksi untuk memperoleh tingkat
penjualan yang diinginkan. J. Fred Weston dan
Thomas E Copeland (1997 : 305) mengemukakan ada
3 faktor utama yang menentukan besarnya investasi
dalam persediaan yaitu : Tingkat penjualan, Sifat
teknis dan lamanya tingkat produksi, Daya tahan
produk akhir (faktor mode). Jadi berbagai model
persediaan yang dikembangkan sebagai alat bantu
dalam proses pengendalian terbukti sangat bermanfaat
dalam meminimumkan biaya-biaya persediaan. Setiap
produksi menekankan investasi dalam rangka
menghasilkan volume penjualan tertentu akan
mempunyai pengaruh positif pada tingkat hasil
pengembalian atas investasi, dengan demikian akan
meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan.
Mengelola modal kerja berarti mengelola aktiva
lancar. Aktiva lancar biasanya dikaitkan dengan
hutang lancar.
Menurut S. Munawir (1995 : 18) : “Hutang lancar atau
hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan
perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan
dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak
64
tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar
yang dimiliki oleh perusahaan.
Hutang lancar meliputi antara lain:
o Hutang Dagang
o Hutang yang timbul karena adanya pembelian
barang secara kredit.
o Hutang Wesel
o Hutang yang disertai dengan janji tertulis
o Hutang Pajak.
o Biaya yang Masih Harus Dibayar.
o Hutang Jangka Panjang yang Segera Jatuh Tempo.
o Penghasilan yang Diterima Dimuka (Deferred
Revenue).
L. Sumber Modal Kerja
Menurut Munawir (2004), pada dasarnya modal kerja terdiri
dari dua bagian pokok, yaitu:
a. Bagian yang tetap atau bagian yang permanen, yaitu
jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan
dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan.
b. Jumlah modal kerja variabel yang jumlahnya
tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-
kebutuhan di luar aktifitas biasa. Kebutuhan modal
kerja yang permanen seharusnya atau sebaiknya
dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemegang
saham. Semakin besar jumlah modal kerja yang
dibiayai atau yang berasal dari investasi pemilik
perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut
karena akan semakin besar kemampuan perusahaan
untuk memperoleh kredit, dan semakin besar jaminan
kreditor jangka pendek. Di samping dari investasi para
pemilik perusahaan, kebutuhan modal kerja yang
permanen dapat pula dibiayai dari penjualan obligasi
atau jenis hutang jangka panjang lainnya, tetapi dalam
hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jatuh
tempo dari hutang jangka panjang ini di samping juga
harus mempertimbangkan beban bunga yang harus
dibayar oleh perusahaan. Djarwanto (2001)
65
mengemukakan bahwa pada umumnya modal kerja
suatu perusahaan berasal dari berbagai sumber, yaitu:
Hasil operasi perusahaan Modal kerja
perusahaan yang berasal dari hasil operasi
perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa
laporan penghitungan laba rugi perusahaan.
Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha
perusahaan dan apabila laba tersebut tidak
diambil oleh pemilik perusahaan maka laba
tersebut akan menambah modal perusahaan
yang bersangkutan.
Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga
(investasi jangka pendek)
Surat-surat berharga merupakan salah satu
elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual
dan akan menimbulkan keuntungan bagi
perusahaan. Dengan adanya penjualan surat
berharga ini menyebabkan terjadinya
perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari
bentuk surat berharga menjadi uang kas.
Keuntungan yang diperoleh dari penjualan
surat berharga ini merupakan suatu sumber
bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila
terjadi kerugian maka modal kerja akan
berkurang.
c. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka
panjang dan aktiva tidak lancar
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja
adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi
jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainya
yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan.
Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau
piutang akan menyebabkan bertambahnya
modal kerja.
Penjualan saham atau obligasi Untuk
menambah dana atau modal kerja yang
dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan
emisi saham baru atau meminta kepada para
66
pemilik perusahaan untuk menambah modalnya
atau dengan menerbitkan obligasi.
Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka
pendek lainnya Pinjaman jangka pendek
(seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan
merupakan sumber penting dari aktiva
lancarnya, terutama sebagai tambahan modal
kerja yang diperlukan untuk membelanjai
kebutuhan modal kerja musiman, siklis,
keadaan darurat atau kebutuhan jangka pendek
lainnya.
Kredit dari supplier Salah satu sumber modal
kerja adalah kredit yang diberikan supplier.
Material, barang-barang dan jasa bisa dibeli
secara kredit. Apabila perusahaan kemudian
dapat mengusahakan menjual barang dan
menarik pembayaran piutang sebelum waktu
hutang harus dilunasi, perusahaan hanya
memerlukan modal kerja yang kecil.
M. Strategi Modal Kerja
1. Strategi Aktiva Lancar Secara umum, aktiva lancar
mempunyai tingkat keuntungan yang lebih kecil
dibandingkan dengan aktiva tetap. Jika perusahaan
mempunyai aktiva lancar yang lebih tinggi, maka
perusahaan bisa mengurangi risiko (risiko likuiditas),
tetapi konsekuensinya perusahaan akan memperoleh
profitabilitas yang lebih rendah juga. Dengan kerangka
trade-off antara resiko dengan tingkat keuntungan seperti
yang dijelaskan diatas Tiga sekenario strategi investasi
aktiva lancar, yaitu :
a. konserrvatif
b. moderat
c. agresif
Pada kebijakan agresif, proporsi kas pituang atau
persediaan akan semakin kecil. Tujuan kebijakan seperti
itu adalah meningkatkan tingkat keuntungan, karena
biasanya modal kerja memberikan tingkat keuntungan
67
yang lebih rendah daripada aktiva tetap. Kebijakan
longgar merupakan kebijakan konservatif, dan kebijaka
tersebut merupakan kebalikan kebijakan agresif.
Kebijakan moderat berada di tengah-tengah antara
kebijakan agresif dengan longgar.
2. Strategi Pendanaan Dari segi pendanaan kerja dan aktiva
tetapi, ada beberapa altrnatif kebijakan pendanaan modal
kerja (pendekatan pendekatan-jangka pendek). Ada tiga
pendekatan dalam pendanaan jangka pendek yaitu :
Pendekatan Matching Pendekatn ini berusaha
enyeimbangkan sisi pendanaan dengan sisi asset
(yang didanai). Dalam pendekatan tersebut, aktiva
jangka panjang dan aktiva lancar yang permanen
dibiayai utang dalam jangka panjang, sedangkan
aktiva lancar dibiayai oleh utang jangka pendek.
Dalam strategi tersebut aktiva tetap dan aktiva lancar
permanen, yang mempunyai jangka waktu panjang,
dibaiyai oleh pendanaan jangka panjang, sperti utang
jangka penjang. Sedangkan aktiva lancar dibiayai
oleh pendanaan jangka pendek. Strategi tersebut
berusaha mempertemukan jangka waktu aktiva
dengan pendanaan.
Agresif. Dalam strategi tersebut, utang jangka pendek
yang digunkan lebih besar proporsinya dibandingkan
di strategi Matching. Sebagian aktiva lancar
permanen menggunakan utang jangka pendek sebagai
sumber pendanaannya. Penggunaan utang jangka
pendek yang lebih besar tersebut diharapkan bisa
meningkatkan keuntungan (provitabilitas) karena
perusahaan membayar bunga yang lebih kecil.
Sebagai konsekuensinya, resiko strategi tersebut juga
akan lebih tinggi.
Konservatif Dalam strategi tersebut, utang jangka
panjang lebih besar proporsinya. Sebagian aktiva
lancar dibiayai utang jangka panjang. Strategi
semacam itu mempunyai resiko yang lebih kecil,
tetapi profitabilitas juga kecil karena perusahaan
harus membayar bunga yang lebih besar.
68
N. Perkembangan Modal Kerja
Dunia bisnis dimulai dari zaman agraris atau zaman
feodalisme, di mana bidang pertanian merupakan unsur
pokok penunjang kegiatan bisnis. Bidang pertanian
merupakan pemasok bahan baku industri, oleh sebab itu
hubungan antara industri dengan pertanian sangat erat
sekali. Hubungan itu dijembatani dengan tersedianya modal
kerja untuk membeli produk pertanian yang ditentukan oleh
faktor musim, kemudian mengolahnya menjadi komoditi
manufaktur dan menjualnya; siklusnya dalam kurun waktu
satu tahun. Oleh sebab itu, kebutuhan modal kerja pada
umumnya dipenuhi dengan utang jangka pendek.
O. Pentingnya Modal Kerja
Modal kerja sangat penting bagi perusahaan. Perusahaan
yang tidak memiliki kecukupan modal kerja akan sulit
untuk menjalankan kegiatannya, atau akan macet
operasinya. Tanpa modal kerja yang cukup, suatu
perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas produk yang
dihasilkan. Jika hal itu terjadi, ia akan ditinggalkan
pelanggannya, dan menderita kerugian. Oleh sebab itu,
sebagian besar pekerjaan manajer keuangan dicurahkan
pada kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Besarnya
modal kerja tergantung pada jenis bisnis, tetapi pada
umumnya nilai modal kerja suatu perusahaan kira-kira lebih
dari 50% dari jumlah harta, maka perlu pengelolaan yang
serius. Khususnya bagi perusahaan kecil, manajemen modal
kerja sangat penting karena mereka sulit memperoleh
sumber pembiayaan dari pasar modal dan pasar uang. Ia
harus membiayai kegiatan bisnis dari modal sendiri karena
belum memperoleh kepercayaan dari pihak lain atau
sulitnya masuk ke pasar modal. Perusahaan kecil sulit akan
lambat berkembang karena ia hanya didukung oleh modal
sendiri, khususnya dari laba ditahan.Perkembangan
pertumbuhan penjualan berkaitan erat dengan kebutuhan
modal kerja. Perusahaan yang sedang tumbuh ia banyak
melakukan kegiatan terutama kegiatan produksi dan
69
pemasaran. Kedua jenis kegiatan ini memerlukan modal
kerja yang cukup. Perusahaan yang tumbuh berkembang
tanpa didukung oleh modal kerja yang kuat, ia akan kembali
layu dan akhirnya mati. Oleh sebab itu, dapat dikatakan
bahwa modal kerja adalah “ruh” atau energi internal yang
menggerakkan seluruh kegiatan perusahaan. Hampir semua
perusahaan dalam berbagai bidang kegiatan bisnis,
mengelola modal kerja meliputi tiga aspek yaitu:
Kebijakan modal kerja
Manajemen harta lancer
Sumber pembiayaan jangka pendek
P. Kebijakan Modal Kerja
Kebijakan modal kerja dihubungkan dengan jangka waktu
pinjaman dan tingkat bunga, makin panjang umur pinjaman
makin tinggi tingkat bunganya. Pinjaman jangka panjang
untuk modal kerja, pihak yang meminjam harus membayar
bunga yang lebih besar daripada pinjaman jangka pendek.
Karena masa mendatang adalah penuh ketidakpastian
sehingga pihak yang memberi pinjaman memperhitungkan
risiko ketidakpastian tersebut. Modal kerja yang dipenuhi
dengan pinjaman jangka panjang memiliki tingkat likuiditas
tinggi, risiko kegagalan memenuhi kewajiban-kewajiban
yang jatuh tempo kecil. Pada umumnya perusahaan
menggunakan pinjaman jangka panjang untuk memenuhi
kebutuhan modal kerjanya, dan perusahaan yang demikian
disebut menganut kebijakan modal kerja yang konservatif.
Kebijakan modal kerja yang lainnya adalah bahwa modal
kerja harus dihubungkan dengan harta. Harta lancar
sebaiknya dibiayai dengan utang lancar, harta tetap
sebauiknya dibiayai dengan utang jangka panjang dan
modal sendiri. Perusahaan yang mampu melaksanakan
kegiatan bisnis dengan kebijakan modal kerja yang
demikian melakukan kebijakan modal kerja yang agresif;
risikonya besar karena semua kewajiban yang jatuh tempo
harus dapat dipenuhi oleh tersedianya harta lancar.
Perusahaan yang melakukan kebijakan model ini lebih
banyak gagalnya, karena struktur harta lancar itu ada yang
sulit dicairkan menjadi uang tunai yaitu persediaan,
70
khususnya persediaan barang setengah jadi atau persediaan
barang dalam proses. Perusahaan pada umumnya memiliki
tiga jenis kebijakan modal kerja, yaitu:
1. Kebijakan yang agresif, yaitu modal kerja dipenuhi
dengan seluruhnya dengan utang jangka pendek.
2. Kebijakan yang moderat, yaitu modal kerja dipenuhi
50% dengan utang jangka pendek dan 50% dipenuhi
dengan utang jangka panjang
3. Kebijakan yang konservatif, yaitu seluruh modal
kerja dipenuhi dengan utang jangka.
Q. Ringkasan
Manajemen modal kerja merupakan semua kegiatan dalam
rangka pengelolaan aktiva lancar dan pasiva lancar..
Bambang Riyanto mengemukakakan tiga konsep pengertian
modal kerja, yaitu :
a. Konsep Kuantitatif
b. Konsep Kualitatif
c. Konsep Fungsional
Jenis-jenis modal terdiri dari:
modal asing /utang yang meliputi utang jangka
pendek,utang jangka menengah, dan utang jangka
panjang
modal sendiri yang meliputi modal saham cadangan
dan laba ditahan strategi modal kerja meliputi :
strategi modal lancer dan strategi pendanaan
DAFTAR PUSTAKA Alwi, Syafarudin, and Bambang Riyanto. "Manajemen Modal
Kerja." Power Point Program Diploma III Bisnis dan
Kewirausahaan: Universitas Gunadarma from site
http://sap. gunadarma. ac. Id
Azlina, Nur. "Pengaruh tingkat perputaran modal kerja, struktur
modal dan skala perusahaan terhadap profitabilitas."
Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis 1.02 (2009).
71
BAB IV PENGELOLAAN KEUANGAN SEKTOR
PUBLIK
(Oktarina, Rai Sukmawati Dana, Ni Kadek Intan Shinta Dewi
A., Putu Puput Dirgahayu, Ni Luh Diah Saraswati)
A. Pendahuluan
Negara Indonesia memiliki empat tujuan dalam
konsep pemerintahan seperti yang tercantum dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 alinea ke-empat, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan
kehidupan bangsa; dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial (Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Nomor 17 tahun 2003). Pencapaian keempat tujuan negara
tersebut tentu terikat dengan keuangan negara sebagai bentuk
pembiayaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara
yang dilakukan oleh penyelenggara negara. Tanpa keuangan
negara, tujuan negara tidak dapat terselenggara. Oleh karena
itu, keuangan dalam suatu penyelenggaraan pemerintahan
memiliki peran sentral, sebab merupakan urat nadi dalam
pembangunan suatu negara serta sangat menentukan
keberlangsungan perekonomian baik dalam waktu sekarang
ini maupun di masa akan datang.
Pengelolaan keuangan sektor publik yang ditujukan
agar bisa digunakan penyelenggaraan pemerintahan secara
rutin itu cukup banyak menggunakan sumber dana. Sumber
dana tersebut diperoleh baik dari dalam maupun luar negeri
yang dikelola secara ketat oleh pemerintah berdasarkan
konsepsional dan konstitusional ditetapkan dalam pasal 23
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Perihal pembahasan pengertian keuangan negara,
dapat dilakukan melalui pendekatan Undang-Undang dengan
merujuk pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara. Pengertian keuangan negara
menurut undang-undang ini adalah semua hak dan kewajiban
72
negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu,
baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik negara yang berkaitan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut. Ruang lingkup pengelolaan keuangan
negara meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pertanggung jawaban keuangan negara.
Keuangan Publik yaitu dapat diartikan sebagai
Keuangan Negara, keuangan pemerintah yang artinya
aktifitas finansial pemerintahan (Rai, 2008). Keuangan publik
tergantung bentuk negara, sistem pemerintah dan konstitusi
yang mengatur kehidupan kenegaraan suatu negara.
Keuangan publik merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang
mempelajai aktivitas finansial pemerintah. sering juga disebut
sebagai ekonomi sektor publik / ekonomi publik. Keuangan
publik membahas tentang fungsi mikro ekonomi pemerintah,
cara pemerintah mempengaruhi alokasi sumber daya yang
ada dan distribusi pendapatan dimasyarakat melalui kebijakan
dibidang pajak, pengeluaran, dan kebijakan fiskal serta
moneter yang berdampak pada penganguran dan tingkat
harga.
Dalam rangka mendukung terwujudnya good
governance dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan
keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional,
terbuka dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok
yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945
(Bastian, 2014). Aturan pokok Keuangan Negara telah
dijabarkan ke dalam asas-asas umum yang meliputi baik asas-
asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan
negara, seperti asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan,
dan asas spesialitas maupun asas-asas baru sebagai
pencerminan penerapan kaidah-kaidah yang baik dalam
pengelolaan keuangan negara.
Keuangan publik meliputi peran pemerintah dalam
perekonomian, seperti eksternalisasi, kesejahteraan
masyarakat, barang publik, mekanisme pasar, stabilitas harga
(Asmoko, 2006). Keuangan publik juga membahas masalah-
masalah memperoleh pendapat pemerintah yang mencakup
pajak dan non pajak yang berhubungan dengan aspek
keadilan, distribusi pendapatan, aspek belanja politik, aspek
73
efisiensi penyediaan jasa, aspek pembiayaan, aspek
penerimaan, juga menyangkut kegiatan analisis hubungan
anatara kebijakan pemerintah dengan perekonomian yang
dikelolah oleh rumah tangga dan swasta.
Keuangan publik juga erat kaitannya dengan proses
pengambilan keputusan berdasarkan demokrasi (Indrianasari,
2014). Apabila waktu rakyat dipilih secara langsung dan
demokratis, maka para pemilih akan memonitor aktivitas para
wakilny. Sehingga, para wakil rakyat ini diharapkan akan
bekerja lebih keras dan berusaha menyakinkan para pemilih
bahwa kontribusi mereka akan menyebabkan pencapaian
kondisi negara dan rakyat yang lebih baik, dan juga kebijakan
publik sangat penting dalam kegiatan ekonomi nasional
melalui kebijakan fiskal dan moneternya.
Sektor publik telah mengalami pertumbuhan secara
signifikan dari waktu ke waktu. Hal ini dapat dilihat dari
pertumbuhan angka APBN yang selalu meningkat terus.
Selain itu, jumlah belanja publik yang nilainya sangat besar
merupakan alasan yang kuat untuk menumbuhkan rasa ingin
tahu tentang masalah keuangan publik. Masyarakat yang
membayar pajak memberi perhatian pada penggunaan-
penggunaan penerima pajak dan aktivitas belanja publik
setelah mereka membayar pajak, sebagai akibat berkurangnya
porsi pengeluaran pribadi. Apabila pembayaran pajak merasa
terpuaskan, kesadaran rakyat atas kewajiban membayar
pajaknya akan bisa meningkat pada saat pemerintah
memerlukannya.
Berdasarkan urian diatas, maka pengelolaan keuangan
sektor publik senantiasa dituntut untuk dilakukan secara
akuntabel dengan mengedepankan kejujuran dan
profesionalisme dalam segala hal, baik SDM, pengelolaan,
maupun yang terpenting manajemen keuangan. Sehingga,
pembahasan terkait pengelolaan keuangan sektor publik
menjadi topik yang penting untuk dipahami dan diuraikan
secara jelas.
B. Definisi Keuangan Sektor Publik
Keuangan sektor publik adalah mekanisme teknik dan
analisa akuntansi di lembaga-lembaga tinggi negara dan
74
departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah,
BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun proyek-
proyek kerja sama sektor publik dan swasta (Bastian, 2014).
Keuangan Publik yaitu dapat diartikan sebagai Keuangan
Negara, keuangan pemerintah yang artinya aktifitas finansial
pemerintahan (Nordiawan, 2006).
Keuangan Negara adalah rencana kegiatan secara
kuantitatif (dengan angka-angka, diantaranya diwujudkan
dalam jumlah mata uang), yang akan dijalankan untuk masa
mendatang, lazimnya satu tahun mendatang (Kurnia, 2006).
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, bahwa keuangan sektor publik
atau keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu,
baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik negara yang berkaitan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut. Ruang lingkup pengelolaan keuangan
negara meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pertanggung jawaban keuangan negara.
Berdasarkan uraian definisi diatas, dapat disimpulkan
bahwa keuangan sektor publik merupakan semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu, baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara yang berkaitan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut, dengan mekanisme teknik dan
analisa akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana
masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan
departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah,
BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada
proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta.
C. Asas-Asas Umum Pengelolaan Keuangan Sektor Publik
Dalam rangka mendukung terwujudnya good
governance dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan
keuangan sektor publik perlu diselenggarakan secara
profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan
aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Dasar 1945. Aturan pokok keuangan sektor publik telah
dijabarkan ke dalam asas-asas umum (Tangkilisan, 2005).
75
Asas-asas umum tersebut diperlukan pula guna menjamin
terselenggaranya prinsip-prinsip pemerintahan daerah.
Dengan dianutnya asas-asas umum tersebut di dalam undang-
undang tentang Keuangan Negara, pelaksanaan undang-
undang ini selain menjadi acuan dalam reformasi manajemen
keuangan sektor publik, sekaligus dimaksudkan untuk
memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan
otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Adapun asas-asas umum dalam pengelolaan keuangan
sektor publik adalah (Tangkilisan, 2005) :
a. Asas Tahunan, memberikan persyaratan bahwa anggaran
negara dibuat secara tahunan yang harus mendapat
persetujuan dari badan legislatif (DPR).
b. Asas Universalitas (kelengkapan), memberikan batasan
bahwa tidak diperkenankan terjadinya percampuran
antara penerimaan negara dengan pengeluaran negara.
c. Asas Kesatuan, mempertahankan hak budget dari dewan
secara lengkap, berarti semua pengeluaran harus
tercantum dalam anggaran. Oleh karena itu, anggaran
merupakan anggaran bruto, dimana yang dibukukan
dalam anggaran adalah jumlah brutonya.
d. Asas Spesialitas, mensyaratkan bahwa jenis pengeluaran
dimuat dalam mata anggaran tertentu/tersendiri dan
diselenggarakan secara konsisten, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Secara kuantitatif artinya jumlah yang
telah ditetapkan dalam mata anggaran tertentu merupakan
batas tertinggi dan tidak boleh dilampaui. Secara kualitatif
berarti penggunaan anggaran hanya dibenarkan untuk
mata anggaran yang telah ditentukan.
e. Asas Akuntabilitas, berorientasi pada hasil, mengandung
makna bahwa setiap pengguna anggaran wajib menjawab
dan menerangkan kinerja organisasi atas keberhasilan atau
kegagalan suatu program yang menjadi tanggung
jawabnya.
f. Asas Profesionalitas, mengharuskan pengelolaan
keuangan negara ditangani oleh tenaga yang profesional.
g. Asas Proporsionalitas; pengalokasian anggaran
dilaksanakan secara proporsional pada fungsi-fungsi
76
kementerian/lembaga sesuai dengan tingkat prioritas dan
tujuan yang ingin dicapai.
h. Asas Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara,
mewajibkan adanya keterbukaan dalam pembahasan,
penetapan, dan perhitungan anggaran serta atas hasil
pengawasan oleh lembaga audit yang independen.
i. Asas Pemeriksaan Keuangan oleh badan pemeriksa yang
bebas dan mandiri, memberi kewenangan lebih besar pada
Badan Pemeriksa Keuangan untuk melaksanakan
pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara secara
objektif dan independen.
D. Ruang Lingkup Keuangan Sektor Publik
Adapun ruang lingkup keuangan sektor publik, yaitu
(Sadjiarto, 2004) :
1. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan
mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman;
2. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas
layanan umum pemerintahan negara dan membayar
tagihan pihak ketiga;
3. penerimaan negara;
4. pengeluaran negara;
5. penerimaan daerah;
6. pengeluaran daerah;
7. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri
atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang,
barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada
perusahaan negara/perusahaan daerah;
8. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah
dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan
dan/atau kepentingan umum;
8. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan
menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah; dan
9. kekayaan pihak lain sebagaimana dimaksud meliputi
kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain
berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di
lingkungan kementerian negara/lembaga, atau
perusahaan negara/daerah.
77
E. Prinsip-Prinsip Anggaran Keuangan Sektor Publik
Ada beberapa prinsip dasar anggaran keuangan sektor
publik, yaitu (Ulum, 2008):
1. Otorisasi oleh legislatif
Anggaran keuangan sektor publik harus mendapatkan
otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif
dapat membelanjakan anggaran tersebut.
2. Komprehensif
Anggaran keuangan sektor publik harus menunjukkan
semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh
karena itu, adanya dana non-budgetair pada dasarnya
menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif
3. Keutuhan anggaran
Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus
terhimpun dalam dana umum (general fund)
4. Nondiscretionary Appropriation
Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus
termanfaatkan secara ekonomis, efisien, dan efektif
5. Periodik
Anggaran keuangan sektor publik merupakan suatu proses
yang periodik, dapat bersifat tahunan maupun
multitahunan.
6. Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan
cadangan yang tersembunyi (hidden reserve) yang dapat
dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan
inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya
underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran.
7. Jelas
Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami
masyarakat, dan tidak membingungkan
8. Diketahui Publik
Anggaran keuangan sektor publik harus diinformasikan
kepada masyarakat luas.
F. Fungsi Anggaran Keuangan Sektor Publik
Fungsi anggaran keuangan sektor publik mempunyai
beberapa fungsi utama, yaitu (Tuasikal, 2007):
78
1. Sebagai alat perencanaan.
Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen
untuk mencapai tujuan organisasi. Anggaran sektor publik
dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan
dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan,
dan berapa hasil yang diperoleh dan belanja pemerintah
tersebut (Sumarjo, 2010).
Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan
untuk:
a. merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar
sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan;
b. merencanakan berbagai program dan kegiatan
untuk mencapai tujuan organisasi serta
merencanakan alternatif sumber pembiayaannya;
c. mengalokasikan dana pada berbagai program dan
kegiatan yang telah disusun; dan
d. menentukan indikator kinerja dan tingkat
pencapaian strategi.
2. Alat pengendalian.
Anggaran merupakan suatu alat yang esensial untuk
menghubungkan antara proses perencanaan dan proses
pengendalian. Sebagai alat pengendalian, anggaran
memberikan rencana detail atas pendapatan dan
pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang
dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
Tanpa anggaran, pemerintah tidak dapat mengendalikan
pemborosan-pemborosan pengeluaran. Bahkan tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa presiden, menteri,
gubernur, bupati, dan manajer publik lainnya dapat
dikendalikan melalui anggaran. Anggaran sektor publik
dapat digunakan untuk mengendalikan (membatasi
kekuasaan) eksekutif.
Anggaran sebagai instrumen pengendalian
digunakan untuk menghindari adanya overspending,
underspending dan salah sasaran (misappropriation)
dalam pengalokasian anggaran pada bidang lain yang
bukan merupakan prioritas. Anggaran merupakan alat
untuk memonitor kondisi keuangan dan pelaksanaan
operasional program atau kegiatan pemerintah.
79
Sebagai alat pengendalian manajerial, anggaran
sektor publik digunakan untuk meyakinkan bahwa
pemerintah mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi
kewajibannya. Selain itu, anggaran digunakan untuk
memberi informasi dan meyakinkan legislatif bahwa
pernerintah bekerja secara efesien. tanpa ada korupsi dan
pemborosan.
3. Alat kebijakan fiskal
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah
digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong
pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran publik tersebut
dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah. sehingga
dapat dilakukan prediksi-prediksi dan estimasi ekonomi.
Anggaran dapat digunakan untuk mendorong,
memfasilitasi, dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi
masyarakat sehingga dapat mempercepat pertumbuhan
ekonomi (Wahyuni, 2012).
4. Alat politik
Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-
prioritas dan kebutuhan keuangan terhadap prioritas
tersebut. Pada sektor publik, anggaran merupakan political
tool sebagai bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan
legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan
tertentu. Oleh karena itu pembuatan anggaran publik
membutuhkan political will, coalition building, keahlian
bernegosiasi, dan pemahaman tentang prinsip manajemen
keuangan publik oleh para manajer publik. Manajer publik
harus sadar sepenuhnya bahwa kegagalan dalam
melaksanakan anggaran yang telah disetujui dapat
menjatuhkan kepemimpinannya, atau paling tidak
menurunkan kredibilitas pemerintah.
5. Alat koordinasi dan komunikasi
Setiap unit kerja pemerintahan terlibat dalam proses
penyusunan anggaran. Anggaran publik merupakan alat
koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran
publik yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi
terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian
tujuan organisasi. Di samping itu, anggaran publik juga
berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam
80
lingkungan eksekutif. Anggaran harus dikomunikasikan ke
seluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan.
6. Alat penilaian kinerja.
Anggaran merupakan wujud komitmen dan budget
holder (eksekutif) kepada pemberi wewenang (legislatif).
Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian
target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja
manajer publik dinilai berdasarkan berapa yang berhasil ia
capai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan.
Anggaran merupakan alat yang efektif untuk pengendalian
dan penilaian kinerja.
7. Alat motivasi.
Anggaran sebagai instrumen untuk memotivasi
manajemen agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan
efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang
telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi, anggaran
hendaknya bersifat challenging but attainable atau
demanding but achieveable. Maksudnya adalah target
anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak
dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendah sehingga
terlalu mudah untuk dicapai.
8. Alat menciptakan ruang publik.
Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet,
birokrat, dan DPR/DPRD. Masyarakat, LSM, Perguruan
Tinggi, dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus
terlibat dalam proses penganggaran publik. Kelompok
masyarakat yang terorganisir akan mencoba mempengaruhi
anggaran pemerintah untuk kepentingan mereka. Kelompok
lain dari masyarakat yang kurang terorganisasi akan
mempercayakan aspirasinya melalui proses politik yang
ada. Pengangguran, tuna wisma dan kelompok lain yang tak
terorganisasi akan dengan mudah dan tidak berdaya
mengikuti tindakan pemerintah. Jika tidak ada alat untuk
menyampaikan suara mereka, maka mereka akan
mengambil tindakan dengan jalan lain seperti dengan
tindakan massa, melakukan boikot, vandalisme, dan
sebagainya.
81
G. Siklus Pengelolaan Keuangan Sektor Publik
Pengelolaan keuangan sektor publik mengikuti
ketentuan dalam paket undang-undang di bidang Keuangan
Negara. Siklus pengelolaan keuangan sektor publik tidak
terlepas dengan fungsi-fungsi manajemen yang dikenal
selama ini (Yuliani dan Bakar, 2010). Dalam suatu organisasi,
pada dasarnya manajemen dapat diartikan suatu proses yang
melibatkan orang-orang untuk menentukan,
menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi
yang telah ditetapkan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing),
pengarahan dan kepemimpinan (leading)dan pengawasan
(controlling). Begitupula dalam pengelolaan keuangan sektor
publik, fungsi manajemen tersebut diwujudkan dalam siklus
pengelolaan keuangan sektor publik yang terdiri dari:
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan anggaran/
perbendaharaan, akuntansi, pemeriksaan dan
pertanggungjawaban. Adapun siklus pengelolaan keuangan
sektor publik, yaitu :
1. Perencanaan
Untuk menjamin agar kegiatan pembangunan
berjalan efektif, efisien, dan bersasaran maka diperlukan
Perencanaan Pembangunan Nasional serta keseragaman
peraturan yang berlaku guna tercapainya tujuan bernegara
dan menghindarkan dari ketimpangan antar wilayah.
Ketentuan mengenai sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, yang mencakup penyelenggaraan perencanaan
makro atau perencanaan yang berada pada tataran
kebijakan nasional atas semua fungsi pemerintahan dan
meliputi semua bidang kehidupan secara terpadu dalam
Wilayah Negara Republik Indonesia diatur dalam UU No.
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah
satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk
menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka
panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan
oleh unsur penyelenggara pemerintahan di pusat dan
82
Daerah dengan melibatkan masyarakat, yang mana antara
lain bertujuan untuk: mendukung koordinasi antarpelaku
pembangunan; menjamin terciptanya integrasi,
sinkronisasi, dan sinergi baik antar Daerah, antar ruang,
antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat
dan Daerah; Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan; Mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan
Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara
efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam UU No. 25
Tahun 2004 didefinisikan bahwa Perencanaan adalah suatu
proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,
melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber
daya yang tersedia. Setidaknya terdapat dua arahan yang
tercakup dalam sistem perencanaan pembangunan
nasional, yaitu:
Arahan dan bimbingan bagi seluruh elemen bangsa
untuk mencapai tujuan bernegara seperti tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945. Arahan ini dituangkan
dalam rencana pembangunan nasional sebagai
penjabaran langkah-langkah untuk mencapai
masyarakat yang terlindungi, sejahtera, cerdas dan
berkeadilan dan dituangkan dalam bidang-bidang
kehidupan bangsa: politik, sosial, ekonomi, budaya,
serta pertahanan dan keamanan.
Arahan bagi pemerintah dalam menjalankan
fungsinya untuk mencapai tujuan pembangunan
nasional baik melalui intervensi langsung maupun
melalui pengaturan masyarakat/pasar, yang mana
mencakup landasan hukum di bidang perencanaan
pembangunan baik pada Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah.
Selain dua arahan yang tercakup dalam sistem
perencanaan pembangunan nasional diatas, pada pasal 8
UU No. 25 Tahun 2004 juga dijelaskan empat tahapan
perencanaan pembangunan, yaitu terdiri dari:
1). Penyusunan rencana
83
Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk
menghasilkan rancangan lengkap dari suatu rencana
yang siap untuk ditetapkan, yang terdiri dari 4 (empat)
langkah, yaitu:
Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang
bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur.
Masing-masing instansi pemerintah menyiapkan
rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada
rancangan rencana pembangunan yang telah
disiapkan.
Melibatkan masyarakat (stakeholders) dan
menyelaraskan rencana pembangunan yang
dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan
melalui musyawarah perencanaan pembangunan.
penyusunan rancangan akhir rencana
pembangunan.
2). Penetapan rencana
Penetapan rencana menjadi produk hukum
sehingga mengikat semua pihak untuk
melaksanakannya. Menurut Undang-Undang ini,
rencana pembangunan jangka panjang Nasional/Daerah
ditetapkan sebagai Undang-Undang/Peraturan Daerah,
sedangkan rencana pembangunan jangka menengah
Nasional/Daerah dan rencana pembangunan tahunan
Nasional/ Daerah ditetapkan sebagai Peraturan
Presiden/Kepala Daerah (Santoso, 2008).
3). Pengendalian pelaksanaan rencana
Pengendalian pelaksanaan rencana
pembangunan dimaksudkan untuk menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang
tertuang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan
koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana
tersebut oleh pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan
Kerja Perangkat Daerah. Selanjutnya Menteri Negara
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) dan Kepala Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) menghimpun dan
menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana
pembangunan dari masing-masing pimpinan
84
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
4). Evaluasi pelaksanaan rencana
Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari
kegiatan perencanaan pembangunan yang secara
sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan
inforrnasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan
kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan
berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang
tercantum dalam dokumen rencana pembangunan.
Indikator dan sasaran kinerja mencakup masukan
(input), keluaran (output), hasil (result), manfaat
(benefit) dan dampak (impact).
Dalam rangka perencanaan pembangunan,
pemerintah, baik Pusat maupun daerah, berkewajiban
untuk melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan
yang merupakan dan atau terkait dengan fungsi dan
tanggungjawabnya. Dalam melaksanakan evaluasi
kinerja proyek pembangunan, mengikuti pedoman dan
petunjuk pelaksanaan evaluasi kinerja untuk menjamin
keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai
untuk masing-masing jangka waktu sebuah rencana.
Keempat tahapan tersebut harus
diselenggarakan secara sistematis, terarah, terpadu,
menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan, sehingga
dapat membentuk suatu siklus perencanaan
pembangunan nasional yang utuh.
Perencanaan Pembangunan baik tingkat
Nasional maupun tingkat daerah menghasilkan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP),
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM),
Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja (Renja).
Berdasarkan UU No. 25 tahun 2004, ruang lingkup
perencanaan pembangunan Nasional dan Daerah
tersebut dapat dibedakan sebagai berikut (Adhi dan
Suhardjo, 2013):
(1). Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
85
RPJP Nasional merupakan penjabaran
tujuan Nasional kedalam Visi, misi dan Arah
pembangunan Nasional. Sedangkan RPJP Daerah
mengacu pada RPJP Nasional dan memuat tentang
visi, misi dan arah dalam pembangunan Daerah.
(2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM)
RPJM Nasional merupakan penjabaran
dari visi, misi, dan program Presiden.
Penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional,
yang memuat strategi pembangunan Nasional,
kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga
dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan
dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi
makro yang mencakup gambaran perekonomian
secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal
dalam rencana kerja yang berupa kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif. Sedangkan RPJM Daerah merupakan
penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala
Daerah yang penyusunannya berpedoman pada
RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM
Nasional, memuat arah kebijakan keuangan
Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan
umum, dan program Satuan Kerja Perangkat
Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan
program kewilayahan disertai dengan rencana-
rencana kerja dalam kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
(3). Rencana Strategis (Renstra)
Renstra Kementerian/Lembaga pada
tingkat nasional memuat visi, misi, tujuan,
strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga yang disusun dengan
berpedoman pada RPJM Nasional dan bersifat
indikatif. Sedangkan Renstra-Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) pada tingkat daerah
memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
86
program, dan kegiatan pembangunan yang
disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan
Kerja Perangkat Daerah serta berpedoman kepada
RPJM Daerah dan bersifat indikatif (Sudiyanto,
2010).
(4). Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
RKP merupakan penjabaran dari RPJM
Nasional, memuat prioritas pembangunan,
rancangan kerangka ekonomi makro yang
mencakup gambaran perekonomian secara
menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta
program Kementerian/Lembaga, lintas
Kementerian / Lembaga, kewilayahan dalam
bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan
yang bersifat indikatif. Sedangkan RKP Daerah
merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan
mengacu pada RKP, memuat rancangan kerangka
ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah,
rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang
dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun
yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat.
(5). Rencana Kerja (Renja)
Renja Kementerian/Lembaga pada tingkat
nasional disusun dengan berpedoman pada
Renstra Kementerian/Lembaga dan mengacu pada
prioritas pembangunan Nasional dan pagu
indikatif, serta memuat kebijakan, program, dan
kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan
langsung oleh Pemerintah maupun yang ditempuh
dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Sedangkan Renja-SKPD disusun dengan
berpedoman kepada Renstra SKPD dan mengacu
kepada RKP, memuat kebijakan, program, dan
kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan
langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat.
87
Perencanaan pembangunan Nasional dan
Daerah diatas harus dilakukan secara terpadu,
dengan memperhitungkan kebutuhan rakyat dan
memanfaatkan ketersediaan sumber daya,
informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
perkembangan dunia global, yang semata-mata
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat (Nugraheni, 2011).
2. Penganggaran
Penganggaran merupakan suatu proses yang tidak
terpisahkan dalam perencanaan. Penganggaran dalam
sistem pengelolaan keuangan sektor publik tergambarkan
pada penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD). Adapun fungsi anggaran, baik APBN
maupun APBD yaitu sebagai berikut (Zeyn, 2011):
a. Fungsi otorisasi,
mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi
dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada
tahun yang bersangkutan.
b. Fungsi perencanaan,
mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan
kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
c. Fungsi pengawasan,
mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi
pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan negara telah sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
d. Fungsi alokasi,
mengandung arti bahwa anggaran pemerintah harus
diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan
pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi
dan efektifitas perekonomian.
e. Fungsi distribusi,
mengandung arti bahwa kebijakan anggaran pemerintah
harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
88
f. Fungsi stabilitasasi,
mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi
alat untuk memelihara dan mengupayakan
keseimbangan fundamental perekonomian.
Anggaran adalah alat akuntabilitas, pengendalian
manajemen dan kebijakan ekonomi. Sebagai instrumen
kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi untuk mewujudkan
pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan
pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Dalam upaya untuk meluruskan kembali tujuan dan fungsi
anggaran tersebut, telah dilakukan pengaturan secara jelas
peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses
penyusunan dan penetapan anggaran. Selain itu, dalam
rangka reformasi bidang keuangan sektor publik,
penyempurnaan penganggaran juga dilakukan melalui
pendekatan berikut ini (Boy dan Siringoringo, 2011):
1). Pengintegrasian Antara Rencana Kerja dan Anggaran
Dalam penyusunan anggaran dewasa ini
digunakan pendekatan budget is a plan, a plan is budget.
Oleh karena itu, antara rencana kerja dan anggaran
merupakan satu kesatuan, disusun secara terintegrasi.
Untuk melaksanakan konsep ini Pemerintah harus
memiliki rencana kerja dengan indikator kinerja yang
terukur sebagai prasyaratnya.
2). Penyatuan Anggaran
Pendekatan yang digunakan dalam penganggaran
adalah mempunyai satu dokumen anggaran, artinya
Menteri/Ketua Lembaga /Kepala SKPD bertanggung
jawab secara formil dan materiil atas penggunaan
anggaran di masing-masing instansinya. Tidak ada lagi
pemisahan antara anggaran rutin dan pembangunan.
Dengan pendekatan ini diharapkan tidak terjadi
duplikasi anggaran, sehingga anggaran dapat
dimanfaatkan secara lebih efisien dan efektif.
3). Penganggaran Berbasis Kinerja
Konsep yang digunakan dalam anggaran ini
adalah alokasi anggaran sesuai dengan hasil yang akan
dicapai, terutama berfokus pada output atau keluaran
89
dari kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu, untuk
keperluan ini diperlukan adanya program/kegiatan yang
jelas, yang akan dilaksanakan pada suatu tahun
anggaran. Dalam penerapan anggaran berbasis kinerja
ini diperlukan adanya: indikator kinerja, khususnya
output (keluaran) dan outcome (hasil), standar pelayanan
minimal yang harus dipenuhi oleh pemerintah, standar
analisa biaya, dan biaya standar keluaran yang
dihasilkan.
4). Penggunaan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
Pemerintah dituntut untuk menjaga
kesinambungan penyelenggaraan fungsi pemerintahan.
Oleh karena itu, Pemerintah wajib menyusun Rencana
Kerja Jangka Panjang, Rencana Kerja Jangka
Menengah/Rencana Strategis, dan Rencana Kerja
Tahunan. Dalam rangka menjaga kesinambungan
program/ kegiatannya, pemerintah dituntut menyusun
anggaran dengan perspektif waktu jangka menengah.
Selain menyajikan anggaran yang dibutuhkan selama
tahun berjalan, pemerintah juga dituntut
memperhitungkan implikasi biaya yang akan menjadi
beban pada APBN/APBD tahun anggaran berikutnya
sehubungan dengan adanya program/kegiatan tersebut.
5). Klasifikasi anggaran
Dalam rangka meningkatkan kualitas informasi
keuangan, Pemerintah menggunakan klasifikasi
anggaran yang dikembangkan mengacu pada
Government Finance Statistic (GFS) sebagaimana yang
sudah diterapkan di berbagai negara. Klasifikasi
anggaran dimaksud terdiri dari klasifikasi menurut
fungsi, menurut organisasi, dan menurut jenis belanja.
Tahap perencanaan pada pemerintah pusat
dikoordinir oleh Bappenas sedangkan pada pemerintah
daerah dikoordinir oleh satuan kerja perencanaan
daerah. Tahap penganggaran dipimpin oleh
Kementerian Keuangan pada Pemerintah Pusat,
sedangkan pada pemerintah daerah dikelola oleh Tim
Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD). Setiap tahun,
penyusunan APBN/APBD dimulai dari penyusunan
90
RKP dengan menyiapkan rancangan kebijakan umum,
program indikatif, dan pagu indikatif. Rancangan
RKP/RKPD ini selanjutnya disampaikan ke DPR/DPRD
untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan. Setelah
disepakati bersama dengan DPR/DPRD, maka
kebijakan umum anggaran, program prioritas dan plafon
anggaran sementara, akan menjadi dasar bagi
Kementrian/Lembaga/SKPD untuk menyusun Rencana
Kerja dan Anggaran (RKA). RKA ini selanjutnya
digunakan untuk menyusun Rancangan APBN/RAPB
yang wajib disampaikan ke DPR/DPRD untuk dibahas
dan diperbaiki sebelum disetujui untuk ditetapkan
menjadi APBN/APBD (Rahayu, 2007).
DPR/DPRD dapat mengajukan usul yang
mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan
pengeluaran dalam Rancangan APBN/APBD. Proses
pengesahan Rancangan APBN dilakukan setelah ada
persetujuan oleh DPR, sedangkan pada pengesahan
Rancangan APBD ada tambahan proses evaluasi.
Evaluasi atas RAPBD yang telah disetujui oleh DPRD
dilakukan oleh gubernur untuk RAPBD kabupaten/kota
dan Mendagri untuk RAPBD provinsi. Proses evaluasi
tersebut bertujuan untuk melindungi kepentingan
umum, menyelaraskan dan menyesuaikan dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
dan/atau peraturan daerah lainnya.
3. Pelaksanaan anggaran/perbendaharaan
Pada pemerintah pusat, pelaksanaan APBN dimulai
dengan diterbitkannya Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran/DIPA. Segera setelah suatu tahun anggaran
dimulai (1 Januari), maka DIPA harus segera diterbitkan
untuk dibagikan kepada satuan-satuan kerja sebagai
pengguna anggaran pada kementerian/lembaga. Seperti
pada pemerintah pusat, pada pemerintah daerah juga harus
menempuh cara yang sama dengan sedikit tambahan
prosedur. Setelah terbit Peraturan Daerah tentang APBD,
SKPD wajib menyusun Dokumen Pelaksanaan
Anggaran/DPA. Dengan demikian maka fleksibilitas
penggunaan anggaran diberikan kepada Pengguna
91
Anggaran. DPA disusun secara rinci menurut klasifikasi
organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja
disertai indikator kinerja. Dokumen ini disertai dengan
rencana penarikan dana untuk mendanai kegiatan dan
apabila dari kegiatan tersebut menghasilkan pendapatan
maka rencana penerimaan kas (pendapatan) juga harus
dilampirkan.
Jika DIPA bagi kementerian/lembaga sudah dapat
dijadikan dokumen untuk segera melaksanakan anggaran
Pemerintah Pusat, pada pemerintah daerah masih
diperlukan Surat Penyediaan Dana (SPD). SPD merupakan
suatu dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk
melaksanakan kegiatan. SPD ini diperlukan untuk
memastikan bahwa dana yang diperlukan melaksanakan
kegiatan sudah tersedia pada saat kegiatan berlangsung.
Setelah DPA dan SPD terbit, maka masing-masing satuan
kerja wajib melaksanakan kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya.
Selanjutnya atas pelaksanaan kegiatan oleh satuan
kerja, ada dua sistem yang terkait dengan pelaksanaan
anggaran, yaitu sistem penerimaan dan sistem pembayaran.
a. Sistem Penerimaan
Seluruh penerimaan negara/daerah harus disetor
ke Rekening Kas Umum Negara/Daerah dan tidak
diperkenankan digunakan secara langsung oleh satuan
kerja yang melakukan pemungutan (Azas Bruto). Oleh
karena itu, penerimaan wajib disetor ke Rekening Kas
Umum selambat-lambatnya pada hari berikutnya.
Dalam rangka mempercepat penerimaan pendapatan,
Bendahara Umum Negara/Daerah (BUN/BUD) dapat
membuka rekening penerimaan pada bank. Bank yang
bersangkutan wajib menyetorkan penerimaan
pendapatan setiap sore hari ke Rekening Kas Umum
Negara/Daerah.
b. Sistem Pembayaran
Belanja membebani anggaran negara/daerah
setelah barang/jasa diterima. Oleh karena itu terdapat
pengaturan yang ketat tentang sistem pembayaran.
92
Dalam sistem pembayaran terdapat dua pihak yang
terkait, yaitu Pengguna Anggaran/Barang dan
BUN/BUD.
Terdapat dua cara pembayaran, yaitu
pembayaran yang dilakukan secara langsung oleh
BUN/BUD kepada yang berhak menerima pembayaran
atau lebih dikenal dengan sistem Langsung (LS).
Pembayaran dengan sistem LS dilakukan untuk belanja
dengan nilai yang cukup besar atau di atas jumlah
tertentu. Cara lainnya adalah dengan menggunakan
Uang Persediaan (UP) melalui Bendahara Pengeluaran.
Pengeluaran dengan UP dilakukan untuk belanja yang
nilainya kecil di bawah jumlah tertentu untuk
membiayai keperluan sehari-hari perkantoran.
4. Pengawasan
Pada era reformasi ini berbagai peraturan
perundang-undangan terkait dengan reformasi di bidang
pengelolaan keuangan sektor publik dan otonomi daerah
juga berimplikasi terhadap sistem pengawasan atas
pengelolaan keuangan sektor publik. Misalnya dalam
penjelasan UU No. 15 Tahun 2004 yang antara lain
dinyatakan bahwa untuk mewujudkan perencanaan yang
komprehensif, BPK dapat memanfaatkan hasil pekerjaan
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Hal ini
memperlihatkan strategisnya peran pengawasan sistem
pengelolaan keuangan negara.
Selain itu, sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP), APIP juga berfungsi untuk
memperkuat dan menunjang efektivitas SPIP, sehingga
dalam hal ini APIP dapat melakukan pengawasan intern
melalui:
a. Audit, adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan
evaluasi bukti yang dilakukan secara independen,
obyektif dan profesional berdasarkan standar audit,
untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas,
efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi
pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
Audit internal terbagi atas dua jenis, yaitu:
93
1) Audit kinerja, merupakan audit atas pengelolaan
keuangan negara dan pelaksanaan tugas dan fungsi
Instansi Pemerintah yang menilai aspek kehematan,
efisiensi, dan efektivitas. Audit kinerja atas
pengelolaan keuangan negara antara lain:
Audit atas penyusunan dan pelaksanaan
anggaran;
Audit atas penerimaan, penyaluran, dan
penggunaan dana; dan
Audit atas pengelolaan aset dan
kewajiban.Sedangkan audit kinerja atas
pelaksanaan tugas dan fungsi antara lain audit
atas pencapaian sasaran dan tujuan kegiatan.
2) Audit dengan tujuan tertentu, mencakup audit yang
tidak termasuk dalam audit kinerja, antara lain audit
investigatif, audit atas penyelenggaraan SPIP, dan
audit atas hal-hal lain di bidang keuangan.
b. Review, adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu
kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut
telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar,
rencana, atau norma yang telah ditetapkan. Berkaitan
dengan penyusunan laporan keuangan pemerintah, APIP
berfungsi untuk melakukan reviu laporan keuangan
pemerintah baik Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP), Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga (LKKL) dan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) sebelum diserahkan kepada
BPK untuk diperiksa.
c. Evaluasi, adalah rangkaian kegiatan membandingkan
hasil atau prestasi suatu kegiatan dengan standar,
rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam
mencapai tujuan.
d. Pemantauan, adalah proses penilaian kemajuan suatu
program atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
94
e. Kegiatan pengawasan lainnya, antara lain berupa
sosialisasi mengenai pengawasan, pendidikan dan
pelatihan pengawasan, pembimbingan dan konsultansi,
pengelolaan hasil pengawasan, dan pemaparan hasil
pengawasan. Kegiatan audit, review, evaluasi, dan
pemantauan merupakan kegiatan yang berkaitan
langsung dengan penjaminan kualitas (quality
assurance) penyelenggaraan fungsi pemerintah.
5. Pemeriksaan
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah
mengemban amanat untuk menjalankan tugas pemerintahan
melalui peraturan perundangan. Untuk penyelenggaraan
fungsi pemerintahan tersebut, pemerintah memungut
berbagai macam jenis pendapatan dari rakyat, kemudian
membelanjakannya untuk penyelenggaraan pemerintahan
dalam rangka pelayanan kepada rakyat. Dalam hal ini
kedudukan pemerintah adalah sebagai agen dari rakyat,
sedangkan rakyat sebagai prinsipalnya. Sebagai agen,
pemerintah wajib mempertanggungjawabkan pengelolaan
keuangannya kepada rakyat yang diwakili oleh
DPR/DPRD.
Dalam pola hubungan antara Pemda sebagai agen
dan DPRD sebagai wakil dari prinsipal, terdapat
ketidakseimbangan pemilikan informasi. Lembaga
perwakilan tidak mempunyai informasi secara penuh
apakah laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan
keuangan daerah dari eksekutif telah mencerminkan kondisi
yang sesungguhnya, apakah telah sesuai semua peraturan
perundang-undangan, menerapkan sistem pengendalian
intern secara memadai dan pengungkapan secara paripurna.
Oleh karena itu, diperlukan pihak yang kompeten dan
independen untuk menguji laporan pertanggungjawaban
tersebut. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan
Pengelolaan Keuangan Negara, Lembaga yang berwenang
untuk melakukan pemeriksaan atas laporan
pertanggungjawaban tersebut adalah Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).
95
Dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan, BPK
memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahap
pemeriksaan, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan hasil pemeriksaan. Kebebasan dalam tahap
perencanaan mencakup kebebasan dalam menentukan
obyek yang akan diperiksa, kecuali pemeriksaan yang
obyeknya telah diatur tersendiri dalam undang-undang, atau
pemeriksaan berdasarkan permintaan khusus dari lembaga
perwakilan (DPR/DPRD). Sementara itu kebebasan dalam
penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan antara lain meliputi
kebebasan dalam penentuan waktu pelaksanaan dan metode
pemeriksaan, termasuk metode pemeriksaan yang bersifat
investigatif. Selain itu, kemandirian BPK dalam
pemeriksaan keuangan negara mencakup ketersediaan
sumber daya manusia, anggaran, dan sarana pendukung
lainnya yang memadai.
6. Pertanggungjawaban
Pemerintah wajib mempertanggungjawabkan
pelaksanaan APBN/APBD, baik dalam bentuk laporan
keuangan (financial accountability) maupun laporan kinerja
(performance accountability). Laporan keuangan disusun
dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), sedangkan Laporan Kinerja disusun
sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang
Laporan Kinerja instansi pemerintah.
Pertanggungjawaban atas pelaksanaan
APBN/APBD berupa laporan keuangan. Laporan keuangan
yang disampaikan ke DPR/DPRD adalah laporan keuangan
yang telah diperiksa oleh BPK. Laporan keuangan yang
telah diaudit ini selambat-lambatnya disampaikan kepada
DPR/DPRD selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
Laporan keuangan tersebut setidak-tidaknya terdiri
dari :
a. Laporan Realisasi Anggaran,
b. Neraca,
c. Laporan Arus Kas, dan
d. Catatan atas Laporan Keuangan.
96
Laporan keuangan sebagaimana di atas disampaikan
ke DPR/DPRD dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan pengelolaan keuangan selama satu tahun
anggaran. Selain laporan keuangan tersebut, juga
dilampirkan ikhtisar laporan keuangan perusahaan
negara/daerah dan satuan kerja lainnya yang pengelolaanya
diatur secara khusus, seperti: Badan Layanan Umum
(BLU).
H. Ringkasan
Pengelolaan keuangan sektor publik yang digunakan
penyelenggaraan pemerintahan secara rutin itu cukup banyak
menggunakan sumber dana. Sumber dana tersebut diperoleh
baik dari dalam maupun luar negeri yang dikelola secara ketat
oleh pemerintah berdasarkan konsepsional dan konstitusional
ditetapkan dalam pasal 23 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Perihal pembahasan pengertian keuangan sektor
publik, dapat dilakukan melalui pendekatan Undang-Undang
dengan merujuk pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, yang merupakan semua hak
dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta
segala sesuatu, baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara yang berkaitan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Ruang lingkup
pengelolaan keuangan negara meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggung jawaban
keuangan negara.
Pengelolaan keuangan sektor publik senantiasa
dituntut untuk dilakukan secara akuntabel dengan
mengedepankan kejujuran dan profesionalisme dalam segala
hal, baik SDM, pengelolaan, maupun yang terpenting
manajemen keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, D. K., & Suhardjo, Y. (2013). Pengaruh Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan dan Kualitas Aparatur
Pemerintah Daerah terhadap kualitas laporan keuangan
97
(studi kasus pada pemerintah kota Tual). Jurnal STIE
Semarang, 5(3), 93-111.
Asmoko, H. (2006). Pengaruh Penganggaran Berbasis Kinerja
terhadap Efektivitas Pengendalian. Jurnal Akuntansi
Pemerintah, 2(2), 53-64.
Bastian, I. (2014). Akuntansi sektor publik. Yogyakarta: BPFE-
UGM.
Boy, D., & Siringoringo, H. (2011). Analisis pengaruh
akuntabilitas dan transparansi pengelolaan anggaran
pendapatan dan belanja sekolah (APBS) terhadap
partisipasi orang tua murid. Jurnal Ilmiah Ekonomi
Bisnis, 14(2).
Indrianasari, N. T. (2014). Peran Perangkat Desa Dalam
Akuntanbilitas Pengelolaan Keuangan Desa. ASSETS:
Jurnal Ilmiah Ilmu Akuntansi, Keuangan dan Pajak, 1(2),
29-46.
Kurnia, A. S. (2006). Model Pengukuran Kinerja dan Efisiensi
Sektor Publik Metode Free Disposable Hull (FDH).
Economic Journal of Emerging Markets, 11(1).
Nordiawan, Dedi. (2006). Akuntansi Sektor Publik. Jakarta:
Salemba Empat.
Nugraheni, P., & Subaweh, I. (2011). Pengaruh Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, 13(1).
Rahayu, S., Ludigdo, U., & Affandy, D. (2007). Studi
Fenomenologis Terhadap Proses Penyusunan Anggaran
Daerah Bukti Empiris dari Satu Satuan Kerja Perangka
Daerah di Provinsi Jambi. In Makasar: Seminar Nasional
Akuntansi X.
Rai, I. G. A. (2008). Audit kinerja pada sektor publik: konsep,
praktik, studi kasus. Penerbit Salemba.
98
Sadjiarto, A. (2004). Akuntabilitas dan pengukuran kinerja
pemerintahan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 2(2), 138-
150.
Santoso, U., & Pambelum, Y. J. (2008). Pengaruh Penerapan
Akuntansi Sektor Publik Terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah Dalam Mencegah Fraud. Jurnal
Administrasi Bisnis, 4(1).
Sudiyatno, B., & Suroso, J. (2010). Analisis Pengaruh Dana
Pihak Ketiga, BOPO, CAR dan LDR terhadap Kinerja
Keuangan pada Sektor Perbankan yang Go Public di
Bursa Efek Indonesia (BEI)(Periode 2005-
2008). Dinamika Keuangan dan Perbankan, 2(2).
Sumarjo, H. (2010). Pengaruh karakteristik pemerintah daerah
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah (Doctoral
dissertation, UNS).
Tangkilisan, H. N. S. (2005). Manajemen publik. Grasindo.
Tuasikal, A. (2007). Pengaruh pemahaman sistem akuntansi,
pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja satuan
kerja pemerintah daerah (Studi pada Kabupaten Maluku
Tengah di Provinsi Maluku). Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Sektor Publik, 8(01), 1466-1483.
Ulum, I. (2008). Akuntansi sektor publik. Universitas
Muhammadiyah Malang Press. Malang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Wahyuni, N. (2012). Analisis rasio untuk mengukur kinerja
pengelolaan keuangan daerah kota malang. El Muhasaba:
Jurnal Akuntansi, 1(1).
Yuliani, S., Nadirsyah, N., & Bakar, U. (2010). Pengaruh
Pemahaman Akuntansi, Pemanfaatan Sistem Informasi
99
Akuntansi Keuangan Daerah Dan Peran Internal Audit
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (Studi pada Pemerintah Kota Banda Aceh). Jurnal
telaah dan riset akuntansi, 3(2), 206-220.
Zeyn, E. (2011). Pengaruh good governance dan standar
akuntansi pemerintahan terhadap akuntabilitas keuangan
dengan komitmen organisasi sebagai pemoderasi. Jurnal
Reviu Akuntansi dan Keuangan, 1(1), 21-36.
100
BAB V PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DALAM
SISTEM KEUANGAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA
(Putu Eka Aristiani , IB Putra Manuaba, I Made Sukerta , I
Dewa Putu Gede Artawa)
A. Pendahuluan
UU nomor 22 Tahun 1999 dan UU NO 25 Tahun
1999 yang telah disempurnakan dengan UU Nomor 32 Tahun
2004 dan UU Nomor 33 Tahun 2004 telah mengubah
hubungan antara pemerintah pusat dan daerah. Dua undang-
undang ini digunakan sebagai dasar hukum proses
desentralisasi di Indonesia dengan memberikan peranan yang
sangat penting kepada pemerintah lokal (kabupaten/kota).
Sejak kedua peraturan tersebut diundangkan pemerintah
Indonesia telah berubah secara dratis dari pemerintah yang
tersentralisasi menjadi pemerintah yang sangat
terdesentralisasi. Berkah otonomi dirasakan mulai dari
provinsi, kabupaten/kota sampai ke desa.
Seiring dengan berlakunya otonomi daerah telah
terjadi reformasi dibidang keuangan negara. Tanggal 5 April
2003 menjadi tonggak sejarah pengelolaan keuangan negara
di Indonesia. Pada tanggal tersebut pemerintah Indonesia
telah mengundangkan sebuah Undang-Undang fenomenal
yaitu Undang-Undang NO 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara. Undang-Undang ini menggantikan Undang-Undang
dan peraturan-peraturan produk kolonial Hindia Belanda
yaitu ; 1). Indische Comptabiliteitswet (ICW), Staatsblad
Tahun 1925 NO. 448 sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Undang- Undang NO. 9 Tahun 1968
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor
53, Tambahan Lembaran Negara . Nomor 2860I ; 2) Indische
Bedrijvenwet (IBW) Stbl. 1927 NO, 419 jo. Stbl. 1936 NO.
445 ; 3) Reglement voor he Administratief Beheer (RAB) Stbl.
1933 Nomor 381. Beberapa bulan kemudian dua paket
undang-undang lainnya, yang merupakan bagian dari 3 paket
101
undang-undang di bidang keuangan negara yang telah lama
disiapkan, diundangkan oleh pemerintah yaitu Undang-
Undang NO 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan, Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Melalui ketiga undang-undang tersebut, paling
tidak pemerintah telah berupaya untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam pengelolaan
keuangan pemerintah selama ini yaitu :
1. Kelemahan di bidang perencanaan dan pengganggaran,
2. Kelemahan di bidang perbendaharaan, dan
3. Kelemahan di bidang pemeriksaan/audit (Andie
Megantara, dkk, LPKPAP-BPPK, Departemen
Keuangan RI, 2006).
Lebih lanjut pemerintah mengeluarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri NO. 37 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa. Permendagri tersebut bertujuan
untuk memudahkan dalam pelaksanaan pengelolaan
keuangan desa, sehingga tidak menimbulkan multitafsir
dalam penerapannya.
Dengan demikian desa dapat mewujudkan
pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien. Disamping itu
diharapkan dapat diwujudkan tata kelola pemerintahan desa
yang baik, yang memiliki tiga pilar utama yaitu transparansi,
akuntabilitas dan partisipatif. Oleh karenanya, proses dan
mekanisme penyusunan APBDesa yang diatur dalam
Permendagri tersebut akan menjelaskan siapa yang
bertanggungjawab, dan kepada siapa bertanggungjawab, dan
bagaimana cara pertanggungjawabannya.
Untuk itu perlu ditetapkan pedoman umum tata cara
pelaporan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan
pemerintah desa, yang dimuat dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 35 Tahun
102
2007. Untuk memberikan pedoman bagi pemerintah
desa dalam menyusun RPJM-Desa dan RKP-Desa perlu
dilakukan pengaturan.
Dengan itu maka dikeluarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri NO. 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Desa.
Pengaturan pada aspek perencanaan diarahkan agar seluruh
proses penyusunan APBDesa semaksimal mungking dapat
menunjukkan latar belakang pengambilan keputusan dalam
penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas dan
penetapan alokasi, serta distribusi sumber daya dengan
melibatkan partisipasi masyarakat.
Berdasarkan tersebut timbul pertanyaan :
1. Apakah pengelolaan keuangan desa dalam Permendagri
NO. 37 Tahun 2007 telah sejalan dengan ketentuan dalam
Undang-Undang NO. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, dan Undang-Undang NO 1 Tahun 2004, tentang
Perbendaharaan Negara?
2. Apakah pedoman umum tata cara pelaporan dan
pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintah desa
dalam Permendagri NO. 35 Tahun 2007 telah sejalan
dengan Undang-Undang NO 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara?
3. Apakah Peraturan Menteri Dalam Negeri NO. 66 Tahun
2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa telah
sejalan dengan Undang-Undang NO. 25 Tahun 2005
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional?
4. Apakah Peraturan Menteri Dalam Negeri NO 13 Tahun
2006 (revisi NO. 59 Tahun 2007) tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, telah sejalan dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri NO. 37 Tahun 2007
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa?
5. Apakah pelaporan keuangan desa, telah sejalan dengan
Peraturan Pemerintah NO. 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah?
6. Apakah terdapat kesesuaian utuh antara Permendagri NO.
37 Tahun 2007 dengan Permendagri NO. 66 Tahun 2007?
103
B. Azas Pengelolaan Keuangan Desa
Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang
baik (good governace) dalam penyelenggaraan desa,
pengelolaan keuangan desa dilakukan berdasarkan prinsip
tata kelola yaitu transparan, akuntabel dan partisipatif serta
dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.
Pengelolaan keuangan desa, dikelola dalam masa 1
(satu) tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 januari sampai
dengan tanggal 31 Desember (Pasal 2, Permendagri No 37
Tahun 2007).
a. Transparansi (Transparancy)
Dalam Pasal 4 ayat 7 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia NO. 13 Tahun 2006, tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dikatakan
transparan adalah prinsip keterbukaan yang
memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan
mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang
keuangan daerah.
Dengan adanya transparansi menjamin akses atau
kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi
tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi
tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanannya,
serta hasil-hasil yang dicapai.
Transparansi yakni adanya kebijakan terbuka bagi
pengawasan. Sedangkan yang dimaksud dengan informasi
adalah informasi mengenai setiap aspek kebijakan
pemerintah yang dapat dijangkau oleh publik.
Keterbukaan informasi diharapkan akan menghasilkan
persaingan politik yang sehat, toleran dan kebijakan
dibuat berdasarkan pada preferensi publik ( Bapenas &
Depdagri, 2002).
104
Transparansi menjadi sangat penting bagi
pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah dalam menjalankan
mandat dari rakyat. Mengingat pemerintah memiliki
kewenangan mengambil berbagai keputusan penting yang
berdampak bagi orang banyak, pemerintah harus
menyediakan informasi yang lengkap mengenai apa yang
dikerjakannya. Dengan transparansi, kebohongan sulit
untuk disembunyikan.
Dengan demikian transparansi menjadi instrumen
penting yang dapat menyelamatkan uang rakyat dari
perbuatan korupsi.
Prinsip-prinsip transparansi dapat diukur melalui
sejumlah indikator (Loina Lalolo Krina P, 2003) seperti
berikut :
1) Mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan
standarisasi dari semua prosesproses pelayanan
publik;
2) Mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-
pertanyaan publik tentang berbagai kebijakan dan
pelayanan publik, maupun proses-proses didalam
sektor publik ;
3) Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun
penyebaran informasi maupun penyimpangan
tindakan aparat publik didalam kegiatan melayani.
Keterbukaan pemerintah atas berbagai aspek
pelayanan publik, pada akhirnya akan membuat
pemerintah menjadi bertanggungjawab kepada semua
stakeholders yang berkepentingan dengan proses maupun
kegiatan dalam sektor publik.
b. Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas (accountability) adalah kewajiban
untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab
dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang badan
hukum pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang
105
memiliki hak atau berkewanangan untuk meminta
keterangan atau pertanggungjawaban.
Dalam pelaksanaan akuntabilitas dilingkungan
instansi pemerintah, perlu diperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1) Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf
instansi untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan
misi agar akuntabel ;
2) Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin
penggunaan sumber-sumber daya secara konsisten
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3) Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan ;
4) Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta
hasil dan manfaat yang diperoleh ;
5) Harus jujur, objektif, transparan dan inovatif sebagai
katalisator perubahan manajemen instansi pemerintah
dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik
pengukuran kinerja dan penyusunan laporan
akuntabilitas (LAN & BPKP, 2000).
c. Partisipasi
Sedangkan Partisipasi menurut (LAN dan BPKP,
2000) adalah setiap warganegara mempunyai suara dalam
pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun
melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili
kepentingannya. Partisipasi ini dibangun atas dasar
kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi
secara konstruktif.
Dalam Permendagri NO. 37 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa, partisipasi memakai kata-
kata partisipatif, yaitu keikutsertaan dan keterlibatan
masyarakat secara aktif dalam proses pembangunan
(Permendagri, NO.37 Tahun 2007).
Partisipasi masyarakat dalam penentuan kebijakan
publik menjadi kekuatan pendorong untuk mempercepat
106
terpenuhinya prinsip akuntabilitas dari penyelenggara
pemerintahan di desa. Dalam penganggaran partisipasi
masyarakat sangat penting untuk mencegah kebijakan-
kebijakan yang menyimpang.
Prinsip dan indikator partisipasi masyarakat dalam
pengganggaran menurut (Gatot Sulistioni, Hendriadi,
2004) mencakup hal-hal berikut :
1) Adanya akses bagi partisipasi aktif public dalam
proses perumusan program dan pengambilan
keputusan anggaran ;
2) Adanya peraturan yang memberikan tempat ruang
kontrol oleh lembaga independen dan masyarakat baik
secara perorangan maupun kelembagaan sebagai
media check and balances.
3) Adanya sikap proaktif pemerintah daerah untuk
mendorong partisipasi warga pada proses
penganggaran.
Hal ini mengingat kesenjangan yang tajam antara
kesadaran masyarakat tentang cara berpartisipasi yang
efektif dan cita-cita mewujudkan APBD yang aspiratif.
C. Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa
Bab III Pasal 3 Permendagri NO. 37 Tahun 2007,
disebutkan bahwa kepala Desa sebagai Kepala Pemerintah
Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa
dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan
desa yang dipisahkan, dengan kewenangan :
1) Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa;
2) Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang desa ;
3) Menetapkan bendahara desa, dengan keputusan kepala
desa ;
4) Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan
penerimaan desa:
5) Menetapkan petugas yang melakukan pengelolaan barang
milik desa.
107
Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan
keuangan desa, dibantu oleh pelaksana teknis pengelolaan
keuangan desa (PTPKD), yang terdiri dari : Sekretaris Desa
dan Perangkat Desa.
Sekretaris desa bertindak selaku koordinator pelaksana
pengelolaan keuangan desa dan bertanggungjawab kepada
Kepala Desa.
Tugas sekretaris desa adalah :
1) Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan
APBDesa
2) Menyusan dan melaksanakan kebijakan Pengelolaan
APBDesa
3) Menyusun Raperdes APBDesa, perusahan APBDesa dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa ;
4) Menyusun Rancangan Keputusan Kepala Desa tentang
pelaksanaan peraturan desa Tentang APBDesa dan
Perubahan APBDesa.
Jika dibandingkan dengan kekuasaan pengelolaan
keuangan daerah, terlihat dalam kekuasaan pengelolaan
keuangan desa dilakukan oleh Kepala Desa, dibantu oleh
pelaksana teknis pengelolaan keuangan desa (PTPKD), yang
terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya.
Sedangkan kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri NO. 13 Tentang 2006 (revisi
NO. 59 Tahun 2007) tentang Pedoman Pengelolaa Keuangan
Daerah, dinyatakan bahwa kekuasaan pengelola keuangan
daerah terdiri dari :
1) Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan daerah,
2) Sekretaris Daerah selaku koordinator Pengelolaan
keuangan daerah,
3) Kepala SKPKD selaku pejabat pengelola keuangan
daerah,
4) Kepala SKPD selaku pejabat pengguna
anggaran/pengguna barang,
108
5) Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam
melaksanakan tugas-tugasnya dapat melimpahkan
sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja pada
SKPD selaku kuaasa pengguna anggaran/kuasa pengguna
barang.
D. Struktur Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa
(APBDesa)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)
terdiri dari : Pendapatan Desa, Belanja Desa, dan
Pembiayaan Desa. Pendapatan Desa meliputi semua
penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak
desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar
kembali oleh desa, yang terdiri dari : Pendapatan asli desa
(PADesa), Bagi hasil pajak Kabupaten/Kota, Bagian dari
retribusi Kabupaten/Kota, Alokasi Dana Desa (ADD),
Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
pemerintah Kabupaten/Kota dan Desa lainnya, Hibah, dan
Sumbangan pihak ketiga. Belanja desa meliputi semua
pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban
desa dalam 1(satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh desa, yang terdiri dari :
a) Belanja Langsung, adalah belanja yang
penganggarannya dipengaruhi secara langsung oleh
adanya program atau kegiatan. Karakteristik biaya
langsung adalah sebagai berikut :
(1) dianggarkan untuk setiap program atau kegiatan
yang diusulkan oleh desa,
(2) Jumlah anggaran belanja langsung suatu program
atau kegiatan dapat diukur atau dibandingkan secara
langsung dengan output program atau kegiatan yang
bersangkutan.
(3) Varialibitas jumlah setiap jenis belanja langsung
dipengaruhi oleh target kinerja atau tingkat
pencapaian yang diharapkan dari program atau
kegiatan yang bersangkuran. Kelompok belanja
langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri :
109
belanja pegawai, belanja barang dan Jasa, serta
belanja modal.
b) Belanja tidak langsung, yaitu belanja yang
penganggarannya tidak dipengaruhi secara langsung
oleh adanya usulan program atau kegiatan. Belanja tidak
langsung merupakan belanja yang dianggarkan setiap
bulan dalam satu tahun anggaran sebagai konsekuensi
dari kewajiban pemerintah desa secara periodik kepada
pegawai yang bersifat tetap (pembayaran gaji dan
tunjangan) dan/atau kewajiban untuk pengeluaran
belanja lainnya yang umumnya diperlukan secara
periodik. Karakteristik belanja tidak langsung antara lain
sebagai berikut : (1) Dianggarkan setiap bulan dalam
satu tahun (bukan untuk setiap program atau kegiatan);
(2) Jumlah anggaran belanja tidak langsung sulit diukur
atau sulit dibandingkan secara langsung dengan output
program atau kegiatan tertentu. Kelompok belanja tidak
langsung dibagi menurut jenis belanja terdiri dari :
1) Belanja pegawai/penghasil tetap ;
2) Belanja subsidi ;
3) Belanja Hibah (pembatasan hibah);
4) Belanja bantuan sosial;
5) Belanja bantuan keuangan;
6) Belanja tak terduga.
Sedangkan Pembiayaan (financing) adalah
seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar
atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran
pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup
defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari
pinjaman dan hasil investasi. Sementara pengeluaran
pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran
kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada
entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah
(Peraturan Pemerintah NO 24 Tahun 2005, tentang
standar akuntansi Pemerintah). Pembiayaan neto
110
merupakan selisih antara penerimaan pembiayaan
dengan pengeluaran pembiayaan. Jumlah pembiayaan
neto harus dapat menutup desifit anggaran.
1) Penganggaran Desa ( Perencanaan, Penyusunan,
dan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APBDesa)
Dalam ketentuan umum, Peraturan Menteri
Dalam Negeri NO 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan
Pembangunan Desa, dinyatakan bahwa Perencanaan
pembangunan jangka menengah desa (RPJMDesa)
disusun dalam periode 5 (lima) tahun, yang memuat arah
kebijakan pembangunan desa, arah kebijakan keuangan
desa, kebijakan umum, dan program dan satuan program
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD,
dan program prioritas kewilayahan, disertai dengan
rencana kerja.
Selanjutnya dalam Bab V Permendagri NO. 37
tahun 2007, dinyatakan RPJM-Desa merupakan
penjabaran visi dan misi dari kepala desa yang terpilih.
RPJM Desa ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah kepala Desa dilantik. Kepala Desa bersama
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menyusun
RKPDesa yang merupakan penjabaran dari RPJMDesa
berdasarkan hasil musyawarah rencana pembangunan
desa. Penyusunan RKPDesa diselesaikan paling lambat
akhir bulan Januari tahun anggaran sebelumnya. RPJM-
Desa ditetapkan dengan peraturan desa, sedangkan
RKPDesa ditetapkan dengan peraturan kepala desa.
Dalam penetapan rancangan APBDesa Pasal 5
dan 6, Permendagri NO. 37 Tahun 2007 tidak
dinyatakan bahwa penyusunan dan penetapan rancangan
APBDesa disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan
dicapai. Sementara itu dalam Undang-Undang NO. 17
Tahun 2003 Pasal 14 dan Pasal 19 ayat 1 dan 2,
dinyatakan bahwa dalam rangka penyusunan rancangan
APBN/APBD, disusun berdasarkan prestasi kerja yang
111
akan dicapai. Berarti dalam penyusunan dan penetapan
APBDesa belum disusun berdasarkan anggaran berbasis
kinerja. Pelaksana otonomi desa menyebabkan perlunya
reformasi dalam manajemen keuangan desa. Salah satu
reformasi yang penting adalah dalam bidang
penganggaran (budgeting reform).
Reformasi anggaran meliputi proses
penyusunan, penetapan dan pelaksanaan dan
pertanggungjawaban anggaran. Aspek utama reformasi
anggaran adalah perubahan anggaran dengan
pendekatan tradisional (tradisional budget) ke anggaran
dengan pendekatan kinerja (performance budget).
Anggaran tradisional didominasi oleh penyusunan
anggaran yang bersifat line item dan incrementalism,
yaitu proses penyusunan anggaran yang hanya
mendasarkan pada besarnya realisasi anggaran tahun
sebelumnya, konsekuensinya tidak ada perubahan yang
mendasar atas anggaran baru. Hal ini sering
bertentangan dengan kebutuhan riil dan kepentingan
masyarakat. Dengan basis seperti ini, APBDesa masih
terlalu berat menahan, arahan, batasan, serta orientasi
subordinasi kepentingan pemerintah atasan. Sedangkan
anggaran kinerja pada dasarnya adalah sistem
penyusunan dan pengelolaan anggaran desa yang
berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja
tersebut harus mencerminkan efisiensi dan efektivitas
pelayanan publik, yang berarti harus berorientasi pada
kepentingan publik (Mardiasmo, 2002).
Proses penyusunan dan pelaksanaan APBDesa
harus difokuskan pada upaya untuk mendukung
pelaksanaan program dan kegiatan yang menjadi
perioritas desa yang bersangkutan dan dengan
memperhatikan asas umum APBDesa. Menurut Pasal 8
Permendagri NO. 37 Tahun 2007, Pelaksanaan
APBDesa yang berhubungan dengan pendapatan desa
dengan memperhatikan :
112
a. Semua pendapatan desa dilaksanakan melalui
rekening kas desa
b. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan
perbankan di wilayahnya maka pengaturannya
diserahkan kepada daerah.
c. Program dan kegiatan yang masuk desa merupakan
sumber penerimaan dan pendapatan desa wajib
dicatat dalam APBDesa.
d. Setiap pendapatan desa harus didukung oleh bukti
yang lengkap dan sah.
e. Kepala desa wajib mengintensifkan pemungutan
pendapatan desa yang menjadi wewenang dan
tanggungjawabnya.
f. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan
selain yang ditetapkan dalam pengaturan desa.
g. Pengembalian atas kelebihan pendapatan desa
dilakukan dengan membebankan pada pendapatan
desa yang bersangkutan untuk pengembalian
pendapatan desa yang terjadi dalam tahun yang
sama.
h. Untuk pengembalian pendapatan desa yang terjadi
pada tahun-tahun sebelumnya dibebankan pada
belanja tidak terduga.
i. Pengembalian diatas, harus didukung dengan bukti
yang lengkap dan sah.
j. Selanjutnya dalam Pasal 9 Permendagri NO. 37
Tahun 2007, dinyatakan bahwa pelaksanaan
pengeluaran APBDesa dengan memperhatikan :
Setiap pengeluaran belanja atas beban
APBDesa harus didukung dengan bukti yang
sah dan lengkap ;
Bukti harus mendapat pengesahan oleh
Sekretaris Desa atas kebenaran material yang
timbul dari penggunaan bukti dimaksud;
Pengeluaran kas desa yang mengakibatkan
beban APBDesa tidak dapat dilakukan
sebelum rancangan peraturan desa tentang
APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa ;
113
Pengeluaran kas desa sebagaimana yang
dimaksud pada point c tidak termasuk untuk
belanja desa yang bersifat mengikat dan
belanja desa yang bersifat wajib yang
ditetapkan dalam peraturan kepala desa ;
Bendahara desa sebagai wajib pungut PPH dan
pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh
penerimaan potongan dan pajak yang
dipungutnya ke rekening kas negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2) Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDesa)
Perubahan APBDesa dapat dilakukan apabila
terjadi :
a) Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan
pergeseran antar jenis belanja ;
b) Keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan
anggaran (SILPA) tahun sebelumnya harus
digunakan dalam tahun berjalan;
c) Keadaan darurat; dan Keadaan luar biasa. Dalam
keadaan darurat, pemerintah desa dapat melakukan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang
selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan
APBDesa. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud
sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai
berikut:
Bukan merupakan kegiatan normal dari
aktivitas pemerintah desa dan tidak dapat
diprediksi sebelumnya ;
Tidak diharapkan terjadi secara berulang ;
Berada diluar kendali dan pengaruh
pemerintah desa;
Memiliki dampak yang signifikan terhadap
anggaran dalam rangka pemulihan yang
114
disebabkan oleh keadaan darurat (Budi
Mulyana, dkk, LPKPAP, 2006).
E. Penatausahaan Dan Pertanggungjawaban Keuangan
Desa
Dalam Bab VII, Pasal 12 Permendagri NO. 37 Tahun
2007, dinyatakan bahwa :
(1) kepala desa dalam melaksanakan penatausahaan
keuangan desa harus menetapkan bendahara desa;
(2) penetapan bendara desa sebagaimana dimaksud ayat (1)
diatas, harus dilakukan sebelum dimulainya tahun
anggaran bersangkutan dan berdasarkan keputusan kepala
desa.
Penatausahaan penerimaan wajib dilaksanakan oleh
bendahara desa, dengan menggunakan : Buku Kas Umum,
Buku Kas Pembantu perincian objek penerimaan dan Buku
Kas harian pembantu. Bendahara desa wajib
mempertanggungjawabkan penerimaan uang yang menjadi
tanggungjawabnya melalui laporan pertanggungjawaban
penerimaan kepada kepala desa paling lambat tanggal 10
bulan berikutnya. Laporan pertanggungjawaban penerimaan
dilampiri dengan :
(1) buku kas umum;
(2) buku kas pembantu perincian obyek penerima;
(3) bukti penerimaan lainnya yang sah.
Penatausahaan Pengeluaran, wajib dilakukan oleh
bendahara desa. Dokumen penatausahaan pengeluaran harus
disesuaikan dengan peraturan desa tentang APBDesa atau
Peraturan desa tentang perubahan APBDesa melalui
pengajuan surat permintaan pembayaran (SPP). Pengajuan
SPP harus diketahui oleh kepala desa melalui pelaksana
teknis pengelolaan keuangan desa (PTPKD). Bendahara desa
wajib mempertanggungjawabkan penggunaan uang yang
menjadi tanggungjawabnya melalui laporan
pertanggungjawaban pengeluaran kepada kepala desa paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Dokumen yang
115
digunakan bendahara desa dalam melaksanakan
penatausahaan pengeluaran meliputi :
(a) buku kas umum;
(b) buku kas pembantu perincian obyek pengeluaran;
(c) buku kas harian pembantu.
Sedangkan laporan pertanggungjawaban pengeluaran
harus dilampirkan dengan :
(a) buku kas umum;
(b) buku kas pembantu perincian obyek pengeluaran yang
disertai dengan bukti-bukti pengeluaran yang sah;
(c) bukti atas penyetoran PPN/PPH ke kas negara.
Penatausahaan keuangan desa diatas ditetapkan satu
bendahara, dalam Pasal 12 ayat 1, Permendagri NO. 37 tahun
2007, tidak disebutkan bendahara penerimaan dan
pengeluaran, sementara dalam pasal 184 ayat 1 Permendagri
NO. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman pengelolaan keuangan
daerah, ditetapkan ada bendahara penerimaan dan bendahara
pengeluaran. Dengan hanya satu bendahara dalam
penatausahaan keuangan desa, maka tidak terdapat
pemisahaan tugas antara bendahara penerimaan dan
pengeluaran. Sedangkan dalam Pasal 58 UU NO. 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, dinyatakan dalam
rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku kepala
pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem
pengendalian intern di lingkungan pemerintah secara
menyeluruh. Dan lebih lanjut dalam Pasal 2 ayat 1,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia NO. 60
Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah, dinyatakan menteri/pimpinan lembaga, gubernur
dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Dalam aktivitas
pengendalian (control activities) terdapat lima prosedur
116
utama yang harus ada yaitu : pemisahan tugas, sistem
otorisasi, pengecekan independen, pengamanan fisik, dan
dokumentasi dan pencatatan. Prinsip dasar pemisahan tugas
(segregation of duties) adalah seseorang tidak diperbolehkan
melakukan satu rangkaian transaksi dari awal sampai akhir.
Rangkaian tugas itu harus dipecah dan dilaksanakan oleh
petugas yang berbeda. Dengan pemisahan tugas akan tercipta
system internal check dalam organisasi. Bila rangkaian tugas
dirangkap, kemungkinan terjadinya kecurangan (fraud)
sangat besar.
1) Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa
Dalam pasal 16 ayat 1 s/d 4 Permendagri No 37
tahun 2007, mengatur mengenai penetapan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa. Sekretaris
Desa menyusun rancangan peraturan desa tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa dan
Rancangan Keputusan kepala desa tentang
pertanggungjawaban kepala desa, kepada kepala desa
untuk dibahas bersama Badan Permusyawaratan Desa
(BPD). Berdasarkan persetujuan kepala desa dan BPD
maka rancangan peraturan desa tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa dapat
ditetapkan menjadi peraturan desa. Jangka waktu
penyampaian, dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan
setelah tahun anggaran berakhir. Selanjutanya dalam pasal
17 Permendagri NO. 37 Tahun 2007 dinyatakan bahwa
peraturan desa tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBDesa dan keputusan kepala desa tentang
pertanggungjawaban kepala desa sebagaimana
dimaksudkan dalam Pasal 16 ayat (3) diatas, disampaikan
kepada Bupati/Walikota melalui Camat. Waktu
penyampaian paling lambat 7 hari setelah peraturan desa
ditetapkan. Laporan pertanggungjawaban keuangan desa
terdiri dari laporan pertanggungjawaban penerimaan dan
pengeluaran. Dalam bentuk buku kas umum penerimaan
dan pengeluaran, buku kas pembantu untuk penerimaan
dan pengeluaran, dan buku penerimaan lainnya yang sah,
117
serta untuk pengeluaran menyetorkan bukti PPN/PPh ke
kas negara.
Sementara itu pada Pasal 30 dan 31 ayat 1,2, UU
NO 17 Tahun 2003, dinyatakan Presiden/ Gubernur/
Bupati/ Walikota menyampaikan rancangan undang-
undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD kepada DPR/DPRD berupa laporan
keuangan yang telah diperiksa oleh BPK, selambat-
lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir. Laporan keuangan dimaksud terdiri dari ;
laporan realisasi APBN/APBD, Neraca, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan yang dilampiri dengan
laporan keuangan perusahaan negara/daerah dan badan
lainnya. Peran laporan keuaangan adalah untuk
menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi
keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh
entitas pelaporan dalam satu periode pelaporan. Laporan
keuangan terutama digunakan untuk membandingkan
realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan
dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi
keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu
entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya
terhadap peraturan perundang-undangan (Peraturan
Pemerintah NO. 24 Tahun 2005, tentang Standar
Akuntansi Pemerintah).
2) Pengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam PP 72 Tahun 2005, dinyatakan alokasi dana
desa (ADD) adalah dana yang dialokasikan oleh
pemerintah kabupaten/kota untuk des, yang bersumber
dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah
yang diterima oleh kabupaten/kota. Menurut Pasal 19
Permendagri NO. 37 Tahun 2007, besarnya paling sedikit
10 % . Tujuan Alokasi Dana Desa adalah :
a) Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi
kesenjangan ;
118
b) Meningkatkan perencanaan dan penganggaran
pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan
masyarakat ;
c) Meningkatkan pembangunan infrastuktur perdesaan ;
d) Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan,
sosial budaya dalam rangka mewujudkan peningkatan
sosial ;
e) Meningkatkan ketentraman dan ketertiban
masyarakat ;
f) Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa
dalam rangka pengembangan kegiatan sosial dan
ekonomi masyarakat ;
g) Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong
royong masyarakat ;
h) Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa
melalui badan usaha milik desa (BUMDesa).
i) Pengelolaan alokasi dana desa merupakan satu
kesatuan dengan pengelolaan keuangan desa.
Rumus yang digunakan dalam alokasi dana desa adalah :
a) Azas merata adalah besarnya bagian alokasi dana
desa yang sama untuk tiap desa, yang selanjutnya
disebut alokasi dana desa minimal (ADDM);
b) Azas adil adalah besarnya bagian alokasi dana desa
berdasarkan nilai bobot desa (BDx) yang dihitung
dengan rumus dan variabel tertentu, (misalnya
kemiskinan, keterjangkauan, pendidikan dasar,
kesehatan dll), selanjutnya disebut alokasi dana desa
proposional (ADDP).
Besarnya persentase perbandingan antara azas
merata dan adil adalah besarnya ADDM adalah 60 % dari
jumlah ADD dan ADDP adalah 40 % dari jumlah ADD.
Alokasi dana desa dalam APBD kabupaten/kota
dianggarkan pada bagian pemerintahan desa.
Pemerintahan desa membuka rekening pada bank yang
ditunjuk berdasarkan keputusan kepala desa. Kepala desa
mengajukan permohonan penyaluran alokasi dana desa
kepada Bupati c.q kepala bagian pemerintah desa sekda
119
kabupaten melalui camat setelah dilakukan verifikasi oleh
tim pendamping kecamatan. Bagian pemerintah desa pada
setda kabupaten akan meneruskan berkas permohonan
berikut lampirannya kepada kepala bagian keuangan setda
kabupaten atau kepala badan pengelolaan keuangan
daerah (BPKD) atau kepala badan pengelola keuangan
dan kekayaan/Aset daerah (BPKK/AD). Kepala bagian
keuangan Setda atau Kepala BPKD atau Kepala
BPKK/AD akan menyalurkan ADD langsung dari kas
daerah ke rekening desa. Mekanisme pencairan ADD
dalam APBDesa dilakukan secara bertahap atau
disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi daerah
kabupaten/kota. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang
pembiayaannya bersumber dari ADD APBDesa
sepenuhnya dilaksanakan oleh tim pelaksana desa dengan
mengacu pada peraturan Bupati/Walikota. Penggunaan
ADD adalah sebesar 30 % untuk belanja aparatur dan
operasional pemerintah desa, sebesar 70 % untuk biaya
pemberdayaan masyarakat. Bagi belanja pemberdayaan
masyarakat digunakan untuk : Biaya perbaikan sarana
publik dalam skala kecil, penyertaan modal usaha
masyarakat melalui BUMDesa, biaya untuk pengadaan
ketahanan pangan, perbaikan lingkungan dan pemukiman,
teknologi tepat guna, perbaikan kesehatan dan pendidikan,
pengembangan sosial budaya, dan sebagainya yang
dianggap penting.
3) Pembinaan dan Pengawasan
Dalam pasal 99 PP 72/2005, dinyatakan
pemerintah dan pemerintah provinsi wajib membina
penyelenggaran pemerintah desa dan lembaga
kemasyarakatan. Pemerintah kabupaten/kota dan camat
wajib membina dan mengawasi penyelenggaraan
pemerintah desa dan lembaga kemasyarakatan.
Pembinaan dan pengawasan pemerintah kabupaten/kota
meliputi :
a) Memberi pedoman bimbingan pelaksanaan ADD;
120
b) Memberikan bimbingan dan pelatihan dan
penyelenggaraan keuangan desa yang mencakup
perencanaan dan penyusunan APBDesa, pelaksanaan
dan pertanggungjawaban APBDesa ;
c) Membina dan mengawasi pengelolaan keuangan desa
dan pendayagunaan aset desa ;
d) Memberikan pedoman dan bimbingan pelaksanaan
administrasi keuangan desa.
Sedangkan pembinaan dan pengawasan Camat meliputi :
a) Memfasilitasi administrasi keuangan desa;
b) Memfasilitasi pengelolaan keuangan desa dan
pendayagunaan aset desa ;
c) Memfasilitasi pelaksanaan ADD ;
d) Memfasilitasi penyelenggaraan keuangan desa yang
mencakup perencanaan, dan penyusunan APBDesa,
pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBDesa.
F. Ringkasan
Dalam era reformasi terjadi perubahan pola
pertanggungjawaban dari akuntabilitas vertikal, menjadi
akuntabilitas horizontal. Penganggaran berubah dari sistem
tradisional yang menggunakan pendekatan incremental dan line
item ke sistem anggaran kinerja.
Ruang lingkup pengelolaan keuangan desa meliputi
kekayaan desa yang dikelola langsung oleh pemerintah desa,
yaitu APBDesa. Dalam pengelolaan keuangan desa tersebut perlu
diperhatikan dan ditaati asas umum pengelolaan keuangan desa
yaitu, keuangan desa harus dikelola secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, transparan, akuntabel, dan
partisipatif dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan
manfaat untuk masyarakat desa ;
1) Pengelolaan keuangan desa dilaksanakan dalam suatu sistem
yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBDesa yang
setiap tahun ditetapkan dengan peraturan desa ;
121
2) serta Permendagri No. 37 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa, dan Permendagri NO. 35 Tahun 2007
tentang Pedoman Umum Tata Cara Pelaporan dan
Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintah Desa,
Permendagri NO. 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan
Keuangan Desa, belum seluruhnya sejalan dengan ketentuan
dalam Undang-Undang NO. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Undang-Undang NO. 1 Tahun 2004,
tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang NO. 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara, serta Undang- Undang NO. 25
Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Andie Megantara, Dodi Iskandar, Kuwat Slamet, 2006,
Manajemen Perbendaharaan Pemerintahan Aplikasi Di
Indonesia, Lembaga Pengkajian keuangan Publik dan
Akuntansi Pemerintah
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Departemen
Keuangan RI, Jakarta.
Budi Mulyana, Subkhan, Kuwat Slamet, 2006, Keuangan Daerah
Perspektif Desentralisasi Fiskal Dan Pengelolaan APBD
di Indonesia, Lembaga Pengkajian Keuangan Publik Dan
Akuntansi
Pemerintahan (LPKPAP) Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan, Jakarta LAN dan BPKP, Akuntabilitas dan
Good Governance, Modul 1 dari 5 Modul Sosialisasi
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
Penerbit LAN, Jakarta.
Mardiasmo, 2002, Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah,
Penerbit Andi, Yogyakarta. Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan
122
Daerah. ___________________________. Nomor 35 Tahun
2007 Tentang Pedoman Umum Tata Cara Pelaporan Dan
Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintah Desa.
___________________________. Nomor 37 Tahun 2007
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
___________________________. Nomor 66 Tahun 2007
Tentang Perencanan Pembangunan Desa. Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
_________________. Nomor 40 Tahun 2005 Tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional
_________________. Nomor 72 Tahun 2005 Tentang
Desa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
_____________. Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara _____________. Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara _____________. Nomor 15
Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara. _____________.
Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. _____________. Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
_____________. Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah
123
BAB VI
MANAJEMEN KEUANGAN PARIWISATA
(Anik Yuesti, Putu Kepramareni)
A. Konsep Pariwisata
Pariwisata di Indonesia telah menjadi sector yang
strategi di dalam perekonomian nasional karena memberikan
pendapatan yang cukup besar bagi Negara. Pariwisata mampu
mendatangkan devisa Negara dan penerimaan asli daerah
yang berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat dalam
sector ekonomi. Pariwisata khususnya di Bali sudah
berkembang pesat. Dapat dilihat baik dari segi akses menuju
daerah pariwisata maupun dari beberapa pengembangan
fasilitas yang disediakan di sekitar daerah pariwisata. Dengan
perkembangan pariwisata tentunya ada kegiatan perluasan
pariwisata dari segi geografis.
Ada nilai manfaat yang timbul dari segala kegiatan
pariwisata yang memberikan kontribusi terdahap
perekonomian setempat karena aktivitas pariwisata dapat
berkembang menjadi kegiatan ekonomi pendukung
pariwisata seperti Hotel, Rumah makan, transportasi dan lain-
lain. ini tentunya akan berkaitan dengan perekenomian
masyarakat. Dengan adanya kegiatan ekonomi tersebut maka
akan banyak menyerap tenaga kerja yang dapat di manfaatkan
masyarakat sekitar dan juga memberikan peluangan usaha
bagi masyarakat untuk bisa mengelola daerah pariwisata
tersebut dengan baik.
Pengertian pariwisata berdasarkan Undang-Undang RI
No.10 Tahun 2009, tentang kepariwisataan, disebutkan
pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah
Daerah. Konsep Pariwisata. Sedangkankepariwisataan adalah
keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata yang
bersifat multidimensi serta multi disiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta
124
interaksi antara wisatawan dengan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan
pengusaha.
B. Bentuk-Bentuk Pariwisata
Pariwisata dapat dipelajari tidak hanya dari segi
motivasi dan tujuan perjalanannya saja, tetapi juga bisa
dilihat dari kinerja lain misalnya bentuk-bentuk perjalanan
wisata yang dilakukan, lamanya perjalanan serta pengaruh-
pengaruh ekonomi akibat adanya perjalanan wisata tersebut.
Bentuk pariwisata yang di terdapat dalam buku Ekonomi
Pariwisata antara lain (Spillane, 1987):
1) Pariwisata individu dan kolektif
Pariwisata ini baik dalam negeri ataupun luar negeri
dibagi menjadi dua kategori yaitu:
Individual tourism atau pariwisata perorangan
meliputi seseorang atau kelompok orang (teman-
teman atau keluarga) yang mengadakan perjalanan
wisata dengan melakukan sendiri pilihan daerah tujuan
wisata maupun pembuatan programnya, sehingga
bebas mengadakan perubahan waktu yang
dikehendaki.
Organized collective tourism, atau pariwisata kolektif
yang diorganisasi secara baik meliputi sebuah biro
perjalanan (travel agent atau tour operator) yang
menjual suatu perjalanan menurut program dan jadwal
waktu yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk
keseluruhan anggota kelompok.
2) Pariwisata jangka panjang, pariwisata pendek dan
pariwisata ekskursi. Pariwisata jangka panjang
dimaksudkan sebagai suatu perjalanan yang berlangsung
beberapa minggu atau beberapa bulan bagi wisatawan
sendiri. Pariwisata jangka pendek atau short term touism
mencakup perjalanan yang berlangsung antara satu
minggu sampai sepuluh hari, sedangkan pariwisata
ekskursi atau excursionist tourism adalah suatu perjalanan
wisata yang tidak lebih dari 24 jam dan tidak
menggunakan fasilitas akomodasi.
125
3) Pariwisata dengan alat angkutan. Menurut bentuk
pariwisata ini, seseorang dalam melakukan pariwisata
menggunakan berbagai alat angkutan seperti kereta api,
kapal laut, kapal terbang, bus, dan kendaraan umum lain.
4) Pariwisata aktif dan pasif. Pariwisata aktif merupakan
pariwisata yang mendatangkan devisa untuk suatu
Negara, misalnya wistawan mancanegara datang ke
Negara lain untuk berlibur. Pengertian pariwisata pasif
adalah pariwisata yang mempunyai pengaruh negatif
terhadap neraca pembayaran, misalnya penduduk suatu
Negara pergi keluar negeri dan membawa uang ke luar
negeri untuk berwisata dan berbelanja disana.
C. Jenis-Jenis Pariwisata
Jenis pariwisata dapat di tentukan berdasarkan tujuan
dalam berpariwisata. Jenis-jenis pariwisata tersebut antara
lain (Spillane, 1987):
Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism).
Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang
meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk
mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi
keingintahuannya, untuk mengendorkan ketagangan
sarafnya, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati
keindahan alam, untuk mengetahui hikayat rakyat setempat,
untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah
luar kota, atau bahkan sebaliknya untuk menikmati hiburan
di kota-kota besar ataupun untuk ikut serta dalam keramaian
pusat-pusat wisatawan.
Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism). Pariwisata
ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki
pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat, untuk
memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya,
yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya.
Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism). Jenis
pariwisata ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi,
seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran
dan riset, untuk mempelajari adat-istiadat, kelembagaam,
dan cara hidup rakyat Negara lain, untuk mengunjungi
126
monument bersejarah ataupun peninggalan peradaban masa
lalu.
Pariwisata untuk olahraga (Sport Tourism)
Jenis pariwisata ini dibagi dalam dua kategori yaitu:
a. Big Sport Events, yaitu peristiwa-peristiwa olah raga
besar seperti Olympiade Games, kejuaraan ski, piala
dunia dan lain-lain yang menari perhatian tidak hanya
pada olah ragawannya sendiri, tetapi juga ribuan
penonton atau penggemarnya.
b. Sporting Tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata
olah raga bagi mereka yang ingin berlatih dan
mempraktekan sendiri, seperti pendakian gunung, olah
raga naik kuda, berburu, memancing, dan lain-lain.
Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism).
Menurut para ahli teori, perjalanan usaha ini adalah bentuk
professional travel atau perjalanan kerena ada kaitannya
dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan
kepada pelakunya baik pilihan daerah tujuan maupun
pilihan waktu perjalanan.
Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism).
Pariwisata ini merupakan suatu konvensi atau
pertemuan yang dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan peserta
yang biasanya tingga beberapa hari di kota atau Negara
penyelenggara.
D. Wisatawan dan Pendapatan
Menurut Soekadijo (2001) wisatawan adalah orang
yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa
menetap di tempat yang didatanginya, atau hanya untuk
sementara waktu tinggal ditempat yang didatanginya. Mereka
yang dianggap sebagai wisatawan adalah orang yang
melakukan kesenangan, karena alasan kesehatan dan
sebagainya: orang yang melakukan perjalanan untuk
pertemuan-pertemuan atau dalam kapasitasnya sebagai
perwakilan (ilmu pengetahuan, administrasi, diplomatik,
keagamaan, atlit dan alasan bisnis) (Foster, D 1987, dalam
Sukarsa 1999).
127
Secara teoritis dalam Austriana (2005) semakin lama
wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka
semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan
wisata tersebut. Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari
wisatawan mancanegara maupun domestik, maka akan
memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata suatu daerah.
Oleh karena itu, semakin tingginya arus kunjungan
wisatawan, maka pendapatan sektor pariwisata di suatu
daerah juga akan semakin meningkat.
Secara sederhana konsumsi sektor pariwisata
merupakan barang dan jasa yang dikonsumsi oleh wisatawan
dalam rangka memenuhi kebutuhan (needs), keinginan
(wants), dan harapan (expectation) selama tinggal di Daerah
Tujuan Wisata yang dikunjunginya mulai dari paket
perjalanan, akomodasi, makanan dan minuman, transportasi,
rekreasi budaya dan olahraga,belanja, dan lain-lain.
E. Kebijakan Keuangan Pariwisata
Melihat pariwisata di Indonesia yang sangat besar ,
pemerintah pun semakin serius dalam menangani
kepariwisataan indonesia.Keseriusan itu diperlihatkan
dengan menetapkan visi terbaru untuk sektor pariwisata. Visi
baru tersebut adalah menjadikan Indonesia sebagai negara
tujuan pariwisata berkelas internasional, berdaya saing tinggi
dan berkelanjutan. Upaya yang sangat perlu dilakukan saat ini
agar sejalan dengan visi tersebut adalah meningkatkan daya
saing produk wisata di indonesia, pengembangandaya tarik
wisata nusantara, promosi yang terpadu dan kesinambungan,
serta pengembangan institusi dan sumber daya manusia
dalam nmeningkatkan ekonomi pariwisata indonesia.
Untuk pariwisata, pemerintah menyatakan bahwa ada
tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: distinasi yang sudah
ada harus dikembangkan, pengembangan destinasi baru, dan
wisata minat khusus. Untuk wisata minat khusus yang akan
dikembangkan saat ini adalah MICE (meeting, incentives,
convention, and exhibition), wisata bahari lautan nusantara
dan alam indonesiayang kaya dengan keindahannya, wisata
olah raga, serta wisata belaja dan kuliner khas nusantara.
Sedangkan untuk pengembangan destinasi pariwisata
128
yangsudah adapemerintah memfokuskan diripada
pengembangan 15 Destination Management Organization
(DMO), desa wisata, pusat rekreasi masyarakat, pasar wisata,
zona kreatif, daya tarik wisata, serta melakukan kerjasama
dan kemitraan.
Dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan daerah dijelaskan bahwa sumber pendapatan
daerah terdiri atas: (a) pendapatan asli daerah, yaitu (i) hasil
pajak daerah, (ii) hasil retribusi daerah, (iii) hasil perusahaan
milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan (iv) lain-lain pendapatan asli daerah yang sah,
(b) dana perimbangan, (c) pinjaman daerah, (d) lain-lain
pendapatan daerah yang asli. Kemampuan daerah dalam
melaksanakan otonominya sangat ditentukan atau tergantung
dari sumbersumber pendapatan asli daerah (PAD).
Pemerintah daerah dituntut untuk dapat menghidupi dirinya
sendiri dengan mengadakan pengelolaan terhadap potensi
yang dimiliki, untuk itu usaha untuk mendapatkan sumber
dana yang tepat merupakan suatu keharusan. Terobosan-
terobosan baru dalam memperoleh dana untuk membiayai
pengeluaran pemerintah daerah harus dilakukan, salah
satunya adalah sektor pariwisata.
F. Pemilihan Investasi Pariwisata
Konsekuensi biaya yang harus dibayar dari
pembangunan “pariwisata massa” yang berorientasi pada
kuantitas dan pertumbuhan yang yang setinggi-tingginya
seperti: over carrying capacity, degradasi lingkungan, dan
kesenjangan antar lapisan masyarakat. Hal ini menyebabkan
munculnya bentuk pilihan pengembangan pariwisata yang
didasarkan pada “spirit” konservasi, seperti pemgembangan
jenis pariwisata: small scale tourism, green tourism, going
ethnic society yang semuanya menuju pada pencarian
konsep alternatif tourism yang dinilai tepat dengan model
pengembangan pariwisata berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan, yang memberi prioritas utama pada lingkungan.
Dorongan untuk mencapai pertumbuhan yang setinggi-
tingginya telah meniadakan pilihan lain, bagi perencana,
kecuali penggunaan pendekatan centrally imposed blue print
129
plan yang biasanya bercirikan prakarsa biasanya dimulai dari
pusat dalam bentuk perencanaan formal, proses penyusunan
program bersifat statis, mekanisme kelembagaan bersifat top
down dan fokus perhatiannya menyelesaikan proyek tepat
waktu sesuai kebijakan anggaran yang ada. Ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi di dalam setiap
pembangunan kepariwisataan, antara lain:
1) Ada pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat mengurangi
kemiskinan, karena kemiskinan sangat besar peranannya
di dalam menggerogoti lingkungan di luar daya
dukungnya.
2) Pertumbuhan hendaknya cukup rendah sehingga tidak
melampui toleransi sumber daya tempat kehidupan
manusia tergantung.
3) Kebutuhan manusia harus dibatasi, termasuk pembatasan
jumlah konsumen melalui pembatasan kelahiran.
4) Manfaat pembangunan ekonomi harus didistribusikan
secara adil dan mereka yang menderita harus mendapat
prioritas lebih tinggi di dalam memanfaatkan hasil
pembangunan.
5) Adanya perencanaan yang baik, yang sudah
mengantisipasi perkembangan ke depan.
6) Adanya keterlibatan masyarakat lokal secara langsung
dalam pembangunan kepariwisataan, termasuk di
dalamnya menikmati manfaat ekonomi kepariwisataan.
7) Pemanfaatan berbagai sumber daya (termasuk sumber
daya alam, sosial, dan budaya) harus dilakukan secara
efisien dan di bawah ambang daya dukungnya dengan
penerapan teknologi yang lebih ramah lingkungan.
Sebuah studi kelayakan adalah evaluasi proposal yang
dirancang untuk menentukan kesulitan dalam melaksanakan
tugas yang ditunjuk. Secara umum, studi kelayakan
mendahului pengembangan teknis dan pelaksanaan proyek.
Dengan kata lain, studi kelayakan adalah evaluasi atau
analisis dampak potensial dari sebuah proyek yang diusulkan.
Ada beberapa faktor penentu kelayakan yaitu:
1) Kelayakan Teknologi dan Sistem Penilaian ini didasarkan pada desain garis besar
persyaratan sistem dalam hal Input, Proses, Output,
130
Fields, Program, dan Prosedur. Hal ini dapat diukur dalam
hal volume data, tren, frekuensi update, dan lain-lain
untuk memperkirakan apakah sistem baru akan
melakukan cukup atau tidak. Kelayakan teknologi
dilakukan untuk menentukan apakah perusahaan memiliki
kemampuan, dalam hal software, hardware, personil dan
keahlian, untuk menangani penyelesaian proyek
2) Kelayakan Ekonomi Analisis ekonomi adalah metode yang paling sering
digunakan untuk mengevaluasi efektivitas sistem baru.
Analisis biaya manfaat, digunakan untuk menentukan
manfaat dan penghematan yang diharapkan dari sistem
dan membandingkannya dengan biaya. Jika imbalan lebih
besar daripada biaya, maka keputusan dibuat untuk
merancang dan mengimplementasikan sistem. Seorang
pengusaha yang akurat harus mempertimbangkan biaya
dan manfaat sebelum mengambil tindakan.
3) Kelayakan Hukum Menentukan apakah sistem yang diusulkan konflik
dengan persyaratan hukum, misalnya sistem pengolahan
data harus sesuai dengan perlindungan data lokal.
4) Kelayakan Operasional Adalah ukuran dari seberapa baik sistem yang diusulkan
memecahkan masalah, dan mengambil keuntungan dari
kesempatan yang diidentifikasi selama definisi ruang
lingkup dan bagaimana memenuhi persyaratan yang
diidentifikasi dalam tahap analisis kebutuhan
pengembangan sistem.
5) Kelayakan Jadwal Sebuah proyek akan gagal jika penyelesaiannya
memerlukan waktu yang terlalu lama. Biasanya ini berarti
memperkirakan berapa lama sistem akan dibuat dan
dikembangkan, dan dapat diselesaikan dalam jangka
waktu tertentu, yang dapat diukur dengan menggunakan
beberapa metode seperti payback period. Kelayakan
jadwal adalah ukuran dari seberapa wajar jadwal proyek.
6) Kelayakan Pasar dan Real Estate Studi Kelayakan Pasar biasanya melibatkan pengujian
lokasi geografis untuk proyek pengembangan real estate,
131
dan biasanya melibatkan bidang tanah real estate.
Pengembang sering melakukan penelitian pasar untuk
menentukan lokasi terbaik dalam yurisdiksi, dan untuk
menguji alternatif menggunakan tanah untuk paket yang
diberikan. Yurisdiksi sering membutuhkan pengembang
untuk menyelesaikan studi kelayakan sebelum mereka
akan menyetujui permohonan izin untuk ritel, kantor
komersial, industri, manufaktur, perumahan, atau
dicampur-gunakan proyek. Kelayakan Pasar
memperhitungkan pentingnya bisnis di area yang dipilih.
7) Kelayakan Sumber Daya Hal ini melibatkan pertanyaan seperti berapa banyak
waktu yang tersedia untuk membangun sistem baru, bila
dapat dibangun, apakah itu mengganggu operasi bisnis
normal, jenis dan jumlah sumber daya yang dibutuhkan,
dependensi, dan lain-lain. Kontinjensi dan rencana
mitigasi juga harus dinyatakan di sini .
8) Kelayakan Budaya Pada tahap ini, alternatif proyek yang dievaluasi
dampaknya terhadap budaya lokal dan umum. Misalnya,
faktor lingkungan perlu dipertimbangkan dan faktor-
faktor ini harus dikenal. budaya perusahaan yang lebih
lanjut sendiri dapat berbenturan dengan hasil proyek.
G. Modal Pariwisata Indonesia
Indonesia punya modal kuat pada bidang pariwisata.
Pada tahun 2019, sektor pariwisata Indonesia akan menjadi
sektor penyumbang terbesar untuk devisa negara.
Berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata tahun 2014,
sektor pariwisata menjadi penyumbang keempat terbesar
devisa negara sebesar Rp. 133,9 triliun.Sumbangan sektor
pariwisata masih tertinggal jauh jika dibandingkan
dengan sumbangan dari sektor migas yang mencapai 32
miliar US, disusul dari sektor batubara dengan devisa
mencapai 24 miliar US. Keberagaman yang dimiliki
Indonesia menjadi nilai jual untuk Indonesia, dimana tercatat
bahwa 50% wisatawan memilih mengunjungi budaya yang
didalamnya terdapat kuliner, sejarah, dan desa wisata.
132
Sedangkan 30% wisatawan lebih memilih wisata alam dan
sisanya sebanyak 20%) memilih wisata buatan.
Indonesia memiliki semua, utamanya budaya yang
sangat beragam terbentang dari Sabang sampai Merauke.
Keberagaman suku bangsa (1128) yang ada di indonesia
menjadi modal besar untuk dijadikan objek pada sektor
pariwisata. Kaya akan budaya memungkinkan
untuk mewujudkan sektor pariwisata sebagai penyumbang
devisa terbesar.Budaya merupakan suatu kebiasaan yang
mengandung nilai-nilai penting dan bersifat fundamental
yang diwariskan dari generasi ke generasi. Warisan tersebut
harus tetap dijaga agar tidak luntur atau hilang, sehingga
dapat dipelajari dan dilestarikan oleh generasi berikutnya.
Membangkitkan sifat nasionalisme merupakan salah satu
bentuk untuk berusaha melestarikan budaya yang dimiliki
Indonesia sekarang ini. Memupuk rasa nasionalisme
membantu menumbuhkan rasa percaya diri akan budaya
sendiri hingga nantinya akan timbul kebanggaan terhadap
budaya sendiri.
Berbagai organisasi internasional antara lain PBB,
Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO), telah
mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut
kegiatan sosial dan ekonomi.
Diawali dari kegiatan yang semula hanya dinikmati
oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal abad
ke-20, pariwisata kini telah menjadi bagian dari hak asasi
manusia yang semua kalangan dapat merasakannya. Hal ini
terjadi tidak hanya di negara maju tetapi mulai dirasakan pula
di negara berkembang termasuk pula Indonesia. Dalam
hubungan ini, berbagai negara termasuk Indonesia pun turut
menikmati dampak dari peningkatan pariwisata dunia
terutama pada periode 1990-1996. Potensi pariwisata di
Indonesia sangatlah besar. Membentang dari Provinsi
Nangroe Aceh Darussalam sampai Provinsi Papua dengan
segala keanekaragaman obyek pariwisata, berbagai seni
budaya yang menawan dan ketersediaan sarana dan prasara
pendukung pariwisata, yang kesemuanya itu diharapkan
mampu menarik lebih banyak lagi devisa negara, baik dari
133
wisatawan manca negara maupun domestik.Selain itu, sub
sektor pariwisata pun diharapkan dapat menggerakan
ekonomi rakyat, karena dianggap sektor yang paling siap dari
segi fasilitas, sarana dan prasarana dibandingkan dengan
sektor usaha lainnya. Harapan ini dikembangkan dalam suatu
strategi pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan
pariwisata yang berbasis kerakyatan atau community-based
tourism development.
Bercermin dari prestasi pariwisata Indonesia di tingkat
dunia, yaitu menjadi negara yang hanya menempati peringkat
ke 74 dari 139 negara maka ini adalah kenyataan yang cukup
pahit bagi Indonesia. Indonesia memiliki potensi pariwisata
yang besar, namun masih kalah oleh negara-negara tetangga
di Asia Tenggara seperti Singapura yang mencapai peringkat
10 dan Malaysia di peringkat 35. Padahal kedua negara
tersebut jauh lebih kecil dari Indonesia, tentu dengan potensi
wisata yang tidak sebanyak di Indonesia. Lokasi wisata
Indonesia sangat banyak, namun infrastruktur yang tersedia
masih dianggap kurang memadai. Bahkan pada banyak
tempat wisata, infrastrukturnya masih tidak mendukung
kunjungan wisatawan ke daerah tersebut. Infrastruktur yang
memadai akan membantu pemerintah dan masyarakat untuk
menggali potensi wisata di suatu daerah secara maksimal. Tak
tanggung-tanggung, pemerintah berani menggelontorkan
anggaran untuk infrastruktur dan promosi pariwisata hingga
5,6 triliun rupiah.Infrastruktur di situs-situs pariwisata
Indonesia akan meningkatkan daya saing Indonesia, yang
pada akhirnya bakal menekan biaya ekonomi yang tinggi saat
ini.
Lalu bagaimana cara paling memungkinkan untuk
mengembangkan suatu daerah wisata dengan maksimal selain
bergantung pada anggaran dari pemerintah? Tentu salah
satunya adalah dengan melibatkan pihak swasta dalam
kegiatan investasi. Melalui kegiatan investasi pada sektor
pendukung industri pariwisata, diharapkan akan mampu
mempercepat pertumbuhan jumlah wisatawan ke
Indonesia.Meski demikian masih banyak investasi
infrastruktur lain yang masih harus mendapat perhatian dan
penjaminannya. Beberapa contoh diantaranya adalah jalan
134
raya dan akomodasi pariwisata. Jika diperhatikan, lokasi
wisata yang telah memiliki sistem transportasi dan
infrastruktur jalan raya yang baik pada umumnya hanya
terdapat di pulau Jawa dan Bali. Itu pun tidak semua tersedia
pada lokasi wisata, banyak juga yang masih memiliki akses
jalan yang buruk dan minim transportasi. Hal yang sama pun
berlaku bagi obyek-obyek wisata di luar pulau Jawa dan
Bali.Sesungguhnya, semangat pemerintah dalam menggenjot
sektor pariwisata di Indonesia telah mendapat dukungan dari
kalangan pebisnis di Indonesia. Mereka mau berinvestasi
asalkan investasi mereka terjamin dan dilindungi pemerintah.
Oleh sebab itu, kini adalah tugas pemerintah dan masyarakat
untuk bahu membahu membuat lokasi-lokasi wisata di
Nusantara menjadi lebih menarik dan disukai wisatawan.
H. Pembangunan Infrastruktur Di Indonesia Sebagai
Pendukung Pariwisata.
Saat ini pemerintah indonesia sedang menggiatkan
sektor pariwisata untuk meningkatkan suatu negara yang
sejahtera dan mengharumkan nama indonesia di dunia.
Pemerintah menitikberatkan untuk pembangunan
infrastruktur di indonesia yang merupakan kunci dalam
mengembangkan industri pariwisata dan modal untuk
mendatangkan investasi asing dibidang pariwisata. Banyak
lokasi wisata yang ada di indonesia yang masih kurang
memadai infrastrukturnya. Bahkan banyak tempat wisata
yang tidak terdukung oleh fasilitas infrastruktur yang
memadai ketika ada kunjungan wisatawan di sana. Tidak
heran jika pemerintah menggelontorkan anggaran hampir 6
triliuan rupiah untuk pembangunan infrastruktur pariwisata.
Untuk proses pengembangannya bisa melibatkan pihak
swasta untuk kegiatan investasi. Melalui kegiatan ini pada
sektor industri pariwisata, mampu memberikan pertumbuhan
jumlah wisatawan yang datang ke indonesia. Sudah tidak bisa
ditunda lagi untuk investasi pembangunan infrastruktur di
indonesia pada sektor periwisata. Denganya adanya jenis
investasi dalam infrastruktur indonesia, maka target
pemerintah indonesia dalam sektor pariwisata tercapai, salah
135
satu targetnya adalah mendatangkan 20 juta wisatawan asing
di tahun 2020.
Pemerintah sudah bertindak serius untuk investasi
infrastruktur bidang pariwisata dengan pembangunan jalur
kereta di makassar.Namun untuk investasi infrastruktur yang
lain juga perlu diperhatikan betul, seperti jalan raya dan
akomodasi dalam pariwisata. Hal ini juga harus merambah di
lokasi wisata yang ada di seluruh indonesia. Semangat dari
pemerintah untuk menjalankan secara maksimal sektor
pariwisata telah memperoleh dukungan dari para pebisnis
yang ada di indonesia. Para pebisnis siap untuk melakukan
investasi jika investasi yang dilakukan terjamin dan
dilindungi sepenuhnya oleh pemerintah. Maka dari itu, tugas
dari pemerintah dan masyarakat untuk bisa saling bahu
membahu dalam pembuatan lokasi wisata yang ada di seluruh
indonesia menjadi lebih baik, menarik dan disukai oleh
banyak wisatawan dunia.
I. Investasi Asing dibidang Pariwisata.
Kebijakan pemerintahmembuka investasi asing masuk
ke sektor pariwisata ternyata berdampak positif terhadap
industri ini. Dalam enam bulan pertama tahun 2016 total
investasi yang masuk di sektor pariwisata mencapai US$ 850
juta, hampir mendekati capaian dalam 12 bulan pada tahun
lalu sebesar US$ 1 miliar.
Jumlah kunjungan wisman sepanjang Januari hingga
Agustus 2016 tercatat 7.35 kunjungan, naik 8,4 persen
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pemerintah
menargetkan pada 2019, jumlah kunjungan wisman dalam
satu tahun mencapai 20 juta kunjungan. Untuk mencapai
target ini, Kementerian Pariwisata terus melakukan promosi.
Portofolio bisnis pariwisata Indonesia dianggap begitu
potensial untuk dipasarkan, mulai dari kekayaan wisata alam
(nature), wisata budaya (culture), dan wisata buatan (man-
made).Peningkatan kunjungan wisman akan berpengaruh
pada meningkatnya devisa, produk domestik bruto (PDB),
dan penyerapan tenaga kerja. Dari sisi devisa, sektor
pariwisata menyumbang US$ 1 miliar, dan menghasilkan
136
PDB US$ 1,7 miliar. Sektor ini menempati posisi keempat
penyumbang devisa terbesar, mencapai 9,3 persen
dibandingkan industri lain. Pertumbuhan penerimaan devisa
pariwisata berada di posisi tertinggi, sebesar 13 persen,
dibandingkan industri migas, batu bara, dan minyak kelapa
sawit yang cenderung negatif.Selain itu, pariwisata
merupakan pencipta lapangan kerja termurah dengan estimasi
US$ 5.000 per satu pekerjaan. Adapun rata-rata industri
lainnya mencapai US$ 100.000 per satu pekerjaan. Data
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah
komulatif tenaga kerja yang telah terserap di sektor pariwisata
hingga bulan Juli 2016 mencapai 6,88 juta orang dari total
target 11,8 juta orang.
J. Investasi Infrastruktur. Investasi pada sektor pariwisata Indonesia tidak
merata sehingga perlu ditingkatkan dan perlu ada pemerataan
investasi pada sektor tersebut. Angkanya sementara ini masih
belum begitu menonjol sehingga ini merupakan masalah dan
tantangannya. Investasi sektor pariwisata seperti hotel dan
resort saat ini masih terkonsentrasi di Bali dan Jakarta. Oleh
karena itu, perlu adanya diversifikasi atau pembagian yang
merata terkait dengan wilayah-wilayah potensial yang
memerlukan investasi. Pemerintah melalui kementrian
Pariwisata telah mengumumkan ada "10 Bali Baru" yang
merupakan destinasi wisata yang menjadi prioritas
pemerintah yaitu:
1. Danau Toba di Sumatera Utara
2. Bangka Belitung
3. Tanjung Lesung di Banten
4. Kepulauan Seribu DKI Jakarta
5. Candi Borobudur Jawa Tengah
6. Gunung Bromo Jawa Timur
7. Mandalika lombok
8. Pulau Komodo Nusa Tenggara Timur
9. Taman nasional Wakatobi Sulawesi Tenggara
10. Morotai Maluku Utara.
Untuk mendorong adanya peningkatan investasi sektor
pariwisata di Indonesia perlu ada perhatian terhadap hal-hal
137
mendasar seperti fasilitas umum dan pembagian investasi
antara pemerintah dan sektor swasta. Yang menjadi tanggung
jawab pemerintah adalahinvestasi infrastruktur seperti jalan,
pelabuhan dan bandara, serta infrastruktur pendukung
lainnya. Sementara untuk swasta, nantinya masuk pada sektor
perhotelan dan lainnya. Akan tetapi, saat ini memang belum
ada insentif yang akan diberikan oleh pemerintah bagi
investor yang akan berinvestasi pada sektor pariwisata,
karena pemerintah harus memperbaiki hal-hal yang mendasar
dulu untuk kenyamanan wisatawan sebelum memberikan
insentif kepada investor.
K. Reksa Dana Pariwisata Kementerian pariwisata mencari sejumlah alternatif
pembiayaan untuk mendanai pengembangan 10 destinasi
pariwisata prioritas (tersebut pada poin romawi III diatas)
yang masih belum optimal.Salah satu skema yang akan
dipilih yakni lewat pendanaan gabungan antara reksa dana
pendapatan tetap (RDPT fixed income) dan reksa dana
penyertaan terbatas (RDPT private equity fund).Diharapkan
dari penerbitan Reksa Dana ini pemerintah bisa mendapat
Rp10 triliun/tahun atau sekitar Rp30 triliun dalam tiga tahun
ke depan untuk membantu membiayai 10 destinasi “BALI
BARU” dan akan mulai ditawarkan pada Januari 2017 dengan
calon investor utama berupa perusahaan asuransi dan dana
pensiun. Kupon reksa dana yang diberikan sebesar 10%-12%
dengan masa tenor 5-8 tahun.Keistimewaandari reksa dana ini
nanti bisa dikonversi dalam waktu dua tahun dari RPDT fixed
income menjadi RPDT private equity fund. Reksa dana yang
nantinya akan ditawarkan oleh manajer investasi itu cocok
untuk membiayai proyek yang masih dalam inkubasi.
Diharapkan pemegang saham nantinya murni manager
investasi, sehingga tidak terlalu turut mencampuri
pemanfaatan dana. Dana yang dikumpulkan dari reksa dana
akan digunakan investasi amenitas di destinasi prioritas,
terutama untuk empat kawasan ekonomi khusus seperti
Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Morotai dan Mandalika.
Aliran modal yang selama ini didapatkan dari
sektor swasta belum maksimal, meskipun secara
138
persentase pertumbuhannya berkisar 50%, nilai modal yang
ditanamkan investor masih rendah, yakni hanya sekitar US$1
miliar pada 2015, padahal diperlukan US$10 miliar untuk 10
destinasi [dari sektor swasta]. Kalau hanya dapat US$ 1
miliar, dalam lima tahun pun belum tercapai targetnya. Tahun
2017 ini diproyeksikan dana yang terkumpul US$ 1,5 miliar.
Sampai Juni baru mencapai US$800 juta dari private, itu pun
sebanyak 70% investor asing,” ujarnya. Total pembiayaan
untuk 10 destinasi prioritas sebesar US$20 miliar. Beban
tersebut dibagi dua antara pemerintah, sekitar Rp100 triliun
untuk pembangunan infrastruktur umum, serta dari Rp100
triliun swasta untuk infrastruktur pendukung.ABPN yang
disediakan lewat Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat hanya Rp6 triliun per tahun. Dalam lima
tahun, estimasi ketersediaan dana hanya 30% dari proyeksi
kebutuhan investasi pemerintah.Sebagai solusinya
pemerintah akan kerjasama dengan World Bank seperti
konsep yang pernah dilakukan di Nusa Dua, Bali. Jumlahnya
sekitar US$200 juta – US$ 500 juta. Pinjaman Bank Dunia
tersebut akan digunakan untuk mendanai pengembangan tiga
dari 10 destinasi prioritas, yakni Danau Toba, Mandalika dan
Borobudur.
L. Prinsip-Prinsip Investasi
Kegiatan kepariwisataan di Indonesia telah menjad
i sektor yang cukup strategis di dalam perekonomian
nasional karena memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap pendapatan negara. Hal ini terlihat dari nilai manfaat
yang besar kepada daerah tujuan wisata, baik secara langsung
maupun tidak langsung (Smith, 2001). Nilai manfaat yang
ditimbulkan dari aktivitas pariwisata mampu memberikan
kontribusi terhadap sistem perekonomian suatu wilayah
karena aktivitas pariwisata dapat berkembang
menjadi aktivitas industri yang mampu menggerakkan
sektor ekonomi suatu wilayah. Manfaat tersebut bisa
berupa penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata
maupun berkembangnya kegiatan ekonomi pendukung
pariwisata seperti hotel, rumah makan, transportasi, jasa
penukaran uang asing dan lain-lain.
139
Bali sebagai daerah pusat wisata Indonesia bagian
tengah, dan tujuan wisata dunia memiliki potensi yang
menunjang pertumbuhan kepariwisataan. Potensi tersebut
antara lain mencakup potensi manusia dan kebudayaannya.
Panorama alam yang indah dan ideal, hutan yang hijau,
gunung, danau, sungai serta sawah yang membentang dengan
teras-teras serta pantai yang indah dengan beragam pasir
hitam dan putih. Perpaduan alam, manusia dan kebudayaan
Bali yang unik yang berlandaskan kepada konsepsi keserasian
mewujudkan satu kondisi estetika yang ideal dan bermutu
tinggi.
Secara ekonomi pariwisata telah menjadi salah satu
sumber pendapatan asli daerah dan investasi merupakan
faktor produksi yang berpotensi vital dalam bisnis produksi
jasa. Kegiatan pariwisata yang ada di kawasan badung saat ini
semakin berkembang, banyak wisatawan asing yang
berkunjung, menginap dan melakukan aktivitas di kawasan
daya tarik wisata di Kabupaten Badung. Lokasi kegiatan
kegiatan pariwisata di Kabupaten Badung, sampai saat ini
khususnya di kawasan wisata, Tanjung Benoa, Pecatu,
Uluwatu, Jimbaran dan Kuta mengalami peningkatan
dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Bali, guna
memenuhi kebutuhan para wisatawan yang menginap di
Kabupaten Badung, diperlukan investasi pariwisata berupa
pengembangan kawasan objek tujuan wisata baru.
Konsekwensi dari pembukaan kawasan objek tujuan wisata
membutuhkan pembiayaan yang cukup besar. Oleh
karenanya dipelukan pendanaan dan investasi hingga
terwujudnya suatu kawasan yang presentatif sebagai sebuah
kawasan yang menarik bagi wisatawan, dengan terpenuhinya
segala kebutuhan fisik dalam sebuah kawasan objek tujuan
wisata.
Pembukaan kawasan objek tujuan wisata Pantai
Pandawa yang berkembang sampai saat ini, Tentunya ada
sumber-sumber pendanaan atau penyedia sumber daya dalam
bentuk uang yang diinvestasikan hingga terwujud kawasan
Pantai Padawa dengan segala kelengkapan fasilitas yang
cukup baik sebagai kawasan wisata baru di Kabupaten
Badung. Lokasi Pantai Pandawa terletak di Bali Selatan,
140
tepatnya di Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten
Badung, Bali.
Pengertian Investasi berdasarkan teori ekonomi,
investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari
kapital/modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi
digunakan untuk produksi yang akan datang (barang
produksi). Investasi juga merupakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan alokasi dana untuk sumber- sumber
(resources) yang diperlukan dalam produksi (Wardana,
2005). Investasi diperlukan bagi perusahaan untuk
membentuk/membuat aset baru atau penggantian aset
lama, untuk modal kerja, serta untuk mendukung dana
membayar biaya awal operasional. Dalam berinvestasi
memerlukan prinsip-prinsip yang perlu dipegang teguh
oleh investor. Ada tiga prinsip mendasar dalam investasi
yang sangat penting untuk menjadi landasan dalam cara
berpikir dan bertindak, yaitu :
1. capital preservation, atau perlindungan terhadap modal,
yaitu mempertahankan apa yang telah dimiliki.
2. mengelola resiko secara aktif,
3. membangun model investasi yang disesuaikan.
Dengan perlindungan terhadap modal yang menjadi
utama, tujuan pertumbuhan aset investasi memiliki dasar
yang lebih kokoh. Risiko yang bersifat kontektual perlu
dikelola secara aktif. Risiko berkaitan dengan pengetahuan,
pemahaman, pengalaman, dan kompetensi (Mark Tier,
2004). Oleh karenanya investor perlu melakukan
pembelajaran secara bertahap dan terus menerus
sehingga dapat mempertajam kompetensi di bidangnya
masing-masing. Model investasi harus dibangun sesuai
dengan profil dan karakternya. Setiap investor memiliki
tujuan, kepribadian, pengetahuan, pengalaman, dan
kompetensi yang berbeda - beda. Dengan prinsip ini kita
dapat memahami kenapa ada investor yang lebih senang
berinvestasi pada aset tertentu, lebih konservatif, namun ada
juga yang terlihat agresif
141
M. Investasi Bidang Pariwisata
Pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan investasi
pariwisata adalah sebagai berikut :
a. Pilihan bentuk pariwisata yang dikembangkan. Terdapat
konsekuensi biaya yang harus dibayar dari
pembangunan “pariwisata massa” yang berorientasi
pada kuantitas dan pertumbuhan yang setinggi-
tingginya, yaitu seperti : overcarrying capacity,
degradasi lingkungan, dan kesenjangan antar lapisan
masyarakat.
b. Pariwisata berpeluang untuk proyek jangka pendek
dengan periode pengembalian investasi relatif cepat.
Investasi dalam bangunan untuk pariwisata dapat
dipertimbangkan untuk penggunaan substitusi di masa
yang akan datang, dengan nilai yang semakin tinggi di
masa datang.
c. Investasi dalam pariwisata sangat dipengaruhi oleh
musim, sehingga mempengaruhi kestabilan
pendapatan.
Contohnya adalah objek wisata Pantai Pandawa. Objek
wisata Pantai Pandawa dalam sejarahnya merupakan kawasan
pantai yang terisolir. Karena jalan menuju pantai tersebut
cukup curam dan terjal di penuhi semak belukar. Jalan
menuju pantai masih berupa jalan setapak . Masyarakat
berupaya untuk mempermudah akses menuju kawasan pantai
karena pantai melasti adalah daerah pantai yang dipakai oleh
masyarakat Kutuh dalam upacara Pemelastian. Juga ada
beberapa masyarakat melakukan mata pencaharian bertani
rumput laut. Dalam upaya membuka akses jalan inilah tokoh-
tokoh masyarakat Desa Kutuh dalam kesepakatan masyarakat
Desa melakukan pengerukan tebing. Dari hasil penjualan
tanah tebing Desa Adat Kutuh memperoleh keuntungan yang
cukup besar yaitu : pertama terwujudnya jalan yang cukup
lebar dan unik dari proses pengerukan. Kedua Tanah hasil
penjualan digunakan untuk pengaspalan. Ketiga sisa hasil
penjualan juga dibagikan ke Banjar-Banajar yang ada di Desa
Adat Kutuh. Rasa kepemilikan adat dan kebersamaan menjadi
modal bagi terwujudnya akses jalan menuju pantai Melasti.
142
(sumber informasi Bapak I Nyoman Darkayasa – Kelian adat
dan Manggala upakara Desa Adat Kutuh tahun 2004) Pada
tahun 2004 mulai ada Tamu Manca Negara mengenal Pantai
Melasti untuk kegiatan Surfing mengingat Ombaknya sangat
bagus untuk bermain Surfing, lama kelamaan Pantai Melasti
oleh salah satu Tamu manca Negara yang berasal dari
Australia mulai memperkenalkan Potensi Melasti dengan
ombaknya, dengan sebutan SECRET BEACH (pantai
tersembunyi). Pada tahun 2010 terjadi peningkatan
kunjungan Tamu Manca Negara khususnya yang akan
bermain Surfing dan ternyata mereka untuk memasuki
Kawasan Secreet Beach melalui informasi yang mereka
dapatkan harus membayar kepada pihak yang memberi
informasi, bermula dari hal tersebut Prajuru Desa menindak
lanjuti dengan membentuk Tim Pengelola dan menetapkan
Pantai Melasti sebagai Kawasan Wisata dengan
menggabungkan Potensi Pertanian Rumput laut yang sudah
ada.
Dari uraian pendekatan investasi, pilihan bentuk
pariwisata yang dikembangkan oleh masyarakat Desa Adat
Kutuh memlalui prejuru adat, Objek Tujuan Wisata Pantai
Melasti bermodalkan dari hasil penjualan tanah pengerukan
tebing yang digunakan untuk pembiayaan akses jalan menuju
pantai. Pantai Melasti dari proses pembukaan akses jalan
merupakan berpeluang untuk proyek jangka pendek
dengan periode pengembalian investasi relatif cepat dan
periodik. Investasi yang dilakukan dalam pembangunan
Pantai Melasti untuk pariwisata dapat dipertimbangkan
dengan penggunaan substitusi di masa yang akan datang
semakin nampak, dengan nilai yang semakin tinggi. Dengan
penanaman Investasi dalam pariwisata untuk Pantai Melasti
sangat dipengaruhi oleh musim seperti musim ombak besar
(sebagai sarana objek surfing) atau hari-hari tertentu,
sehingga mempengaruhi kestabilan pendapatan masyarakat
Desa Adat Kutuh dari hasil kontribusi masuk kawasan.
Pada tahun 2010 terjadi peningkatan kunjungan tamu
manca negara khususnya yang akan bermain surfing. Jarak
Desa Kutuh yang hanya 3 kilo meter dari Nusa Dua
merupakan potensi yang sangat bersar menjadi daerah wisata.
143
Maka dibentuklah tim pengelola dan menetapkan Pantai
melasti sebagai kawasan wisata dengan menggabungkan
potensi pertanian rumput laut yang sudah ada.
Pada tahun 2012 tepatnya tanggal 27 Desember
ditetapkanlah Pantai Melasti atau Secreet Beach melalui
Pelaksanaan Pandawa Beach Festival yang Pertama dengan
Nama PANTAI PANDAWA, mengingat secara penyebutan
nama PANDAWA sangat familiar dan mengandung penuh
filosopi dimana menurut mitologi Hindu yang dimuat di
dalam epos Maha Bharata diceritakan kehidupan Sang Panca
Pandawa dikurung di dalam Goa Gala-Gala sehingga
munculah pemikiran dari keluarga Pandawa untuk membuat
sebuah terowongan sehingga keluarga Pandawa bisa
diselamatkan dan akhirnya Panca Pandawa diberikan
membuka suatu kawasan hutan belantara yang sangat angker
sebagai daerah kekuasaan, berkat kerja keras dan semangat
kebersamaan yang didukung oleh seluruh rakyatnya PANCA
PANDAWA dapat membangun sebuah kerajaan yang diberi
nama AMERTHA yang di pimpin oleh Raja YUDISTIRA
sehingga rakyatnya bisa menikmati kehidupan yang lebih
baik. Ada kemiripan daripada cerita yang ditulis dalam epos
Maha Bharata dengan fakta perjalanan nasib masyarakat Desa
Kutuh, sehingga masyarakat sepakat
memberi nama PANTAI MELASTI (secret beach) dengan
sebutanPANTAI PANDAWA agar bisa dikenang sepanjang
masa.
Melihat data kunjungan wisatawan yang terus
meningkat Pada Tahun 2013 Desa Adat kutuh mulai menata
pengelolaan dengan membentuk wadah satu pintu berupa
manajemen bernama unit manajemen Pantai Pandawa di
bawah manajemen pusat milik desa adat yaitu Bhaga Utsaha
Manunggal Desa Adat (BUMBA). BUMBA merupakan
badan usaha terintegrasi milik Desa Adat Kutuh yang
berkedudukan sebagai Holding Company atas seluruh unit-
unit usaha yang dimiliki dan dikelola Desa Adat Kutuh.
Fungsi utama dari BUMDA adalah untuk mengintegrasikan
semua unit usaha yang dimiliki Desa Adat Kutuh agar dapat
berjalan sinergi satu sama lainya , dan juga bertugas untuk
144
mengembangkan potensi yang ada untuk dapat menjadi unit
usaha baru.
Saat ini BUMDA Desa Adat Kutuh telah memiliki 8 unit
usaha dan 1 unit layanan, yaitu:
1. unit usaha lembaga perkreditan desa
2. unit daya tarik wisata pantai pandawa
3. unit daya tarik wisata gunung payung culture park
4. unit pengelolaan barang dan jasa
5. unit piranti yandya
6. unit atraksi seni dan budaya
7. unit rintisan atraksi wisata paragliding
8. unit jasa transportasi pandawa mandiri
9. unit layanan kesehatan dan keamanan.
UU Kepariwisataan tahun 2009, pada Bab XIII
mengatur mengenai pendanaan. Disebutkan, pendanaan
pariwisata menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah pusat, pemerintah daerah, pengusaha dan
msyarakat. Pengelolaan dana kepariwisataan dilakukan
berdasarkan prinsip keadilan, efisien, transparansi dan
akuntabilitas publik. Pemerintah daerah mengalokasikan
sebagian dari pendapatan yang diperoleh dari
penyelenggaraan pariwisata untuk kepentingan pelestarian
alam dan budaya. Pendanaan oleh pengusaha dan atau
masyarakat dalam pembangunan pariwisata di pulau kecil
diberikan insentif yang diatur dengan Peraturan Presiden.
Pemeritah pusat dan pemerintah daerah memberikan peluang
pendanaan bagi usaha mikro dan kecil di bidang
kepariwisataan.
Dari isi Undang-undang tentang kepariwisataan yang
berlaku mulai tahun 2009, pemerintah daerah melihat potensi
dan perkembangan Pantai Melasti menjadi tujuan wisata baru.
Pada tahun 2015 pemerintah Daerah Kabupaten Badung
menyalurkan anggaran Rp 15 Miliar. Anggaran yang dikelola
digunakan untuk membangun infrastruktur seperti area
parkir, Candi Bentar, Gate besar untuk konter tiket,
pengaspalan jalan, saluran air, pemavingan tempat parkir dan
toilet . (Sekretaris Desa Kutuh I Nyoman Camang). Dengan
adanya penataan parkir dan jalan, wisatawan semakin mudah
dan nyaman saat berlibur ke pantai yang dulunya jadi lahan
145
rumput laut. Kemegahan dan keindahan tebing, membuat
Pantai Pandawa memiliki ciri pantai yang unik. Selain dari
keindahan alam kegiatan keagamaan, budaya, dan kearifan
lokal yang masih terjaga, juga merupakan bagian yang tak
terpisahkankan dari daya tarik kawasan wisata Pantai
Pandawa.
Infrastruktur yang telah dikembangakan di Kawasan
Pantai Pandawa sebagai pendukung kawasan wisata yang
merupakan bagian dari investasi :
1. jalan sepanjang kurang lebih 1,5 km menuju pantai
dengan melewati tebing-tebing kapur yang tinggi.
2. pemandangan yang unik dan megah karena jalanan yang
dilewati diapit oleh tebing-tebing yang telah dibelah.
3. patung tokoh Pandawa Lima, yakni Yudhistira, Bima,
Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Kelima patung diukir dan
disimpan dalam tebing batu-batu kapur yang dapat di
lihat secara berurutan dari bawah pantai ke arah Barat.
4. pembangunan warung-warung pinggir pantai.
5. Fasilitas pendukung lain seperti pembuatan stage tari
kecak
Penambahan areal parkir yang diharapkan mampu
menampung 1000 kendaraan, penambahan kamar mandi,
kantor, coffee shop yang biayanya mencapai 2,2 milyar
berasal dari sisa untung pendapatan ODTW Pantai Pendawa
tahun 2015 ( Wayan Kasim ketua Pengelola ODTW
Pendawa).
ODTW Pantai Pandawa sudah di beck up listrik melalui
PLN dengan sumber dana untuk tahun 2016 mencapai 1,5
milyar. Pengunjung ODTW Pendawa yang mencapai 2500-
3000 orang per hari, tidak hanya disuguhkan keindahan
pantainya saja namun ada beberapa aktifitas yang dapat
dinikmati seperti outbound, surfing, snorkling, paralayang,
diving, bahkan potensi keindahan alam di jadikan tempat
shooting film dan foto pre-wedding.
N. Syarat Investasi Pariwisata Syarat investasi dalam pembangunan kepariwisataan.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi di
dalam setiap pembangunan kepariwisataan, antara lain:
146
a. Ada pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat
mengurangi kemiskinan, karena kemiskinan sangat
besar peranannya di dalam menggerogoti lingkungan di
luar daya dukungnya.
b. Pertumbuhan hendaknya cukup rendah sehingga tidak
melampui toleransi sumberdaya tempat kehidupan
manusia tergantung.
c. Kebutuhan manusia harus dibatasi, termasuk
pembatasan jumlah konsumen melalui pembatasan
kelahiran.
d. Manfaat pembangunan ekonomi harus didistribusikan
secara adil dan mereka yang menderita harus mendapat
prioritas lebih tinggi di dalam memanfaatkan hasil
pembangunan.
e. Adanya perencanaan yang baik, yang sudah
mengantisipasi perkembangan kedepan.
f. Adanya keterlibatan masyarakat lokal secara
langsung dalam pembangunan kepariwisataan,
termasuk di dalamnya menikmati manfaat ekonomi
kepariwisataan
g. Pemanfaatan berbagai sumber daya (termasuk sumber
daya alam, sosial, dan budaya) harus dilakukan secara
efisien dan di bawah ambang daya dukungnya dengan
penerapan teknologi yang lebih ramah lingkungan.
Pantai Pandawa berkembang sebagai kawasan objek
tujuan wisata dengan berbagai macam usaha yang tumbuh
menjadi komoditi usaha jasa yang komples memberikan
kontribusi dalam peningkatan ekonomi masyarakat
sekitarnya. Ikatan adat dan kepercayaan adat mempermudah
pengaturan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
diatur melalui pararem Desa Adat Kutuh, menjadikan
pertumbuhan ekonomi relatif merata bagi masyarakat dengan
mempetimbangkan daya dukung lingkungannya. Upaya-
upaya perbaikan dan peningkatan sarana prasarana
pendukung dilakukan dengan mengedepankan kearifan lokal.
Masyarakat terlibat secara langsung sebagai bagian dari
investasi sumber daya manusianya. Pengembangan potensi
budaya melalui pementasan seni yang diatur dalam jadwal
tertentu, dengan melibatkan anak-anak sekolah di desa
147
setempat yang sekaligus sebagai penanaman seni budaya
sejak dini.
O. Bisnis Dan Risiko
Sebuah perjalanan bisnis tidak terlepas dari apa yang
disebut resiko, yaitu kondisi yang tidak menguntungkan atau
terjadi kerugian. namun kondisi ini telah diperhitungkan
sebelumnya. Misalnya resiko dalam bisnis perhotelan,
adalah persaingan yang ketat karena banyaknya hotel baru,
jumlah kunjungan yang tidak menentu, menurunnya daya
beli masyarakat terhadap industri pariwisata, menu yang
tidak diminati, atau kondisi perekonomian yang tidak stabil.
Demikian pula dalam hal pengambilan keputusan
yang terkait dengan keuangan, dimana manajemen harus
mempertimbangkan return (tingkat pengembalian) dan risk
(resiko). Tingkat pengembalian merupakan pendapatan yang
dihasilkan untuk menutup dana investasi yang didapatkan di
masa mendatang, sedangkan resiko adalah kemungkinan
adanya penyimpangan dari rata – rata tingkat pengembalian
yang diharapkan. Resiko juga dapat diartikan sebagai sesuatu
yang tidak menguntungkan dari hasil usaha yang diharapkan.
Dalam keuangan dikenal istilah “High Risk High
Return” yaitu keputusan keuangan yang memiliki resiko
lebih tinggi diharapkan dapat memberikan imbalan atau
pengembalian yang lebih besar. Demikian juga sebaliknya,
resiko yang lebih kecil akan memberikan tingkat
pengembalian yang kecil juga. Pengambilan keputusan yang
terkait dengan keuangan harus mempertimbangkan
resikonya dengan cermat. Misalnya, jika sebuah hotel
membangun banyak fasilitas dan kamar, maka resiko bisnis
yang harus dihadapai juga semakin besar. Dalam bisnis
perhotelan semakin besar investasi dana yang digunakan
diharapkan memberikan hasil yang besar pula, namun resiko
yang besar juga tidak bisa dihindari.
Faktor ketidakpastian juga merupakan resiko yang
tidak menguntungkan bagi jalannya usaha karena kondisi ini
tidak dapat diprediksi. Misalnya turunnya jumlah kunjungan
148
yang diakibatkan oleh bencana alam, kebakaran, kerusuhan,
atau perang.
Hotel adalah industri jasa yang menyediakan
akomodasi, makanan, dan minuman dimana usaha ini
dilakukan selama 24 jam terus menerus. Selain menjual
kamar, hotel juga menyediakan jasa penyewaan ruang untuk
rapat, pernikahan, restoran, kolam renang dan fasilitas
olahraga serta otlet lainnya Bisnis di bidang perhotelan
sangat fluktuatif dimana sangat tergantung pada lokasi hotel
tersebut. Misalnya hotel yang berada di lokasi bisnis
memiliki room occupancy yang tinggi di hari kerja, dan pada
saat akhir pekan akan menurun. Sedangkan hotel yang
berada di kawasan wisata akan fully booked pada saat
liburan, dan room occupancy akan anjlok pada saat hari
kerja. Harga jual kamar hotel yang dipatok juga tidak
menentu. Biasanya mereka memberikan harga diskon untuk
menarik tamu, meskipun diskon tersebut tidak memberikan
peningkatan penjualan secara signifikan. Industri perhotelan
adalah industri padat karya yang menyerap banyak tenaga
kerja manusia daripada menggunakan mesin . Disamping itu
fasilitas yang dimiliki hotel biasanya sangat lengkap dan
berkualitas tinggi sehingga membutuhkan investasi yang
sangat besar. Padahal investasi pada umumnya
menggunakan dana hutang jangka panjang. Hotel yang
memiliki asset yang besar, pendanaan hutang dan padat
karya akan membuat tingginya biaya tetap . Dengan melihat
karakter hotel tersebut dapat dikatakan bisnis perhotelan ini
adalah usaha dengan resiko yang tinggi, sehingga
dibutuhkan pengelolaan keuangan yang memadai untuk
menekan resiko tersebut.
Penggunaan hutang dalam struktur keuangan
perusahaan akan menyebabkan perusahaan harus
menanggung beban biaya bunga pinjaman secara periodik.
Hal tersebut akan mempengaruhi besarnya dividen yang
diterima oleh para pemegang saham karena perusahaan harus
membayar bunga sebelum melakukan pembagian laba
pemegang saham. Sehingga resiko keuangan yang
menyebabkan fluktuasi laba bersih lebih besar.
149
Maka dari itu jika manajemen dapat menggunakan
dana yang diperoleh dari hutang untuk mendapatkan laba
operasional yang lebih besar daripada beban biaya bunga
pinjaman, maka penggunaan hutan akan memberikan
keuntungan bagi perusahaan yang akan meningkatkan
pengembalian (return) bagi pemegang saham. Namun jika
manajemen tidak dapat menggunakan dana dengan cermat
dan tepat , maka perusahaan akan mengalami kerugian. Saat
ini banyak sekali timbul masalah persaingan harga yang
disebabkan oleh pebinis atau pun sebuah manajemen
akomodasi perhotelan maupun oleh agen transportasi
pariwisata di Bali.
P. Return Dan Risk
Sebuah perjalanan bisnis tidak terlepas dari apa yang
disebut resiko, yaitu kondisi yang tidak menguntungkan atau
terjadi kerugian. namun kondisi ini telah diperhitungkan
sebelumnya. Misalnya resiko dalam bisnis perhotelan, adalah
persaingan yang ketat karena banyaknya hotel baru, jumlah
kunjungan yang tidak menentu, menurunnya daya beli
masyarakat terhadap industri pariwisata, menu yang tidak
diminati, atau kondisi perekonomian yang tidak stabil.
Demikian pula dalam hal pengambilan keputusan yang
terkait dengan keuangan, dimana manajemen harus
mempertimbangkan return (tingkat pengembalian) dan risk
(resiko). Tingkat pengembalian merupakan pendapatan yang
dihasilkan untuk menutup dana investasi yang didapatkan di
masa mendatang, sedangkan resiko adalah kemungkinan
adanya penyimpangan dari rata – rata tingkat pengembalian
yang diharapkan. Resiko juga dapat diartikan sebagai sesuatu
yang tidak menguntungkan dari hasil usaha yang diharapkan.
Dalam keuangan dikenal istilah “High Risk High
Return” yaitu keputusan keuangan yang memiliki resiko lebih
tinggi diharapkan dapat memberikan imbalan atau
pengembalian yang lebih besar. Demikian juga sebaliknya,
resiko yang lebih kecil akan memberikan tingkat
pengembalian yang kecil juga. Pengambilan keputusan yang
terkait dengan keuangan harus mempertimbangkan resikonya
dengan cermat. Misalnya, jika sebuah hotel membangun
150
banyak fasilitas dan kamar, maka resiko bisnis yang harus
dihadapai juga semakin besar. Dalam bisnis perhotelan
semakin besar investasi dana yang digunakan diharapkan
memberikan hasil yang besar pula, namun resiko yang besar
juga tidak bisa dihindari.
Faktor ketidakpastian juga merupakan resiko yang
tidak menguntungkan bagi jalannya usaha karena kondisi ini
tidak dapat diprediksi. Misalnya turunnya jumlah kunjungan
yang diakibatkan oleh bencana alam, kebakaran, kerusuhan,
atau perang.
Hotel adalah industri jasa yang menyediakan
akomodasi, makanan, dan minuman dimana usaha ini
dilakukan selama 24 jam terus menerus. Selain menjual
kamar, hotel juga menyediakan jasa penyewaan ruang untuk
rapat, pernikahan, restoran, kolam renang dan fasilitas
olahraga serta otlet lainnya Bisnis di bidang perhotelan sangat
fluktuatif dimana sangat tergantung pada lokasi hotel
tersebut. Misalnya hotel yang berada di lokasi bisnis memiliki
room occupancy yang tinggi di hari kerja, dan pada saat akhir
pekan akan menurun. Sedangkan hotel yang berada di
kawasan wisata akan fully booked pada saat liburan, dan
room occupancy akan anjlok pada saat hari kerja. Harga jual
kamar hotel yang dipatok juga tidak menentu. Biasanya
mereka memberikan harga diskon untuk menarik tamu,
meskipun diskon tersebut tidak memberikan peningkatan
penjualan secara signifikan. Industri perhotelan adalah
industri padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja
manusia daripada menggunakan mesin . Disamping itu
fasilitas yang dimiliki hotel biasanya sangat lengkap dan
berkualitas tinggi sehingga membutuhkan investasi yang
sangat besar. Padahal investasi pada umumnya menggunakan
dana hutang jangka panjang. Hotel yang memiliki asset yang
besar, pendanaan hutang dan padat karya akan membuat
tingginya biaya tetap . Dengan melihat karakter hotel tersebut
dapat dikatakan bisnis perhotelan ini adalah usaha dengan
resiko yang tinggi, sehingga dibutuhkan pengelolaan
keuangan yang memadai untuk menekan resiko tersebut.
Penggunaan hutang dalam struktur keuangan
perusahaan akan menyebabkan perusahaan harus
151
menanggung beban biaya bunga pinjaman secara periodik.
Hal tersebut akan mempengaruhi besarnya dividen yang
diterima oleh para pemegang saham karena perusahaan harus
membayar bunga sebelum melakukan pembagian laba
pemegang saham. Sehingga resiko keuangan yang
menyebabkan fluktuasi laba bersih lebih besar.
Maka dari itu jika manajemen dapat menggunakan
dana yang diperoleh dari hutang untuk mendapatkan laba
operasional yang lebih besar daripada beban biaya bunga
pinjaman, maka penggunaan hutan akan memberikan
keuntungan bagi perusahaan yang akan meningkatkan
pengembalian (return) bagi pemegang saham. Namun jika
manajemen tidak dapat menggunakan dana dengan cermat
dan tepat , maka perusahaan akan mengalami kerugian.
Saat ini banyak sekali timbul masalah persaingan
harga yang disebabkan oleh pebinis atau pun sebuah
manajemen akomodasi perhotelan maupun oleh agen
transportasi pariwisata di Bali.
Semakin besar probabilitas berarti pengembalian
aktual akan jauh di bawah pengembalian yang diharapkan dan
semakin besar stand-alone risk yang terkait dengan aset. The
average investors adalah orang yang menolak risiko, yang
berarti bahwa investor tersebut harus dikompensasi utuk
melakukan aset yang berisiko. Oleh karena itu, aset yang
berisiko lebih tinggi memiliki return yang dibutuhkan
daripada aset yang kurang berisiko. Aset yang berisiko terdiri
dari (1) diversiable risk, yang mana risiko dapat dihilangkan
melalui diversifikasi, kemudian (2) market risk, yang mana
risiko tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi.
Risiko yang berhubungan dengan aset individu adalah
kontribusi risiko portofolio yang terdiversifikasi dengan baik
yang merupakan aset market risk (risiko pasar). Karena
market risk tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi, para
investor harus dikompensasi untuk menahan risiko tersebut.
Menurut Paul L. Krugman dan Maurice Obstfeld
bahwa pada kenyataanya, seorang investor yang netral
terhadap risiko cenderung mengambil posisi agresif
maksimum. Ia akan membeli sebanyak mungkin aset yang
menjanjikan hasil tinggi dan menjual sebanyak mungkin aset
152
yang hasilnya lebih rendah. Perilaku inilah yang menciptakan
kondisi suku bunga. Adapun karakteristik tersebut secara
umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Takut pada risiko (Risk Avoider) Karakteristik ini di mana
sang decision maker sangat hati-hati terhadap keputusan
yang diambilnya bahkan ia cenderung begitu tinggi
melakukan tindakan yang sifatnya mengindari risiko yang
akan timbul jika keputusan diaplikasikan. Karakter
pebisnis yang melakukan tindakan seperti ini disebut
dengan safety player.
2. Hati-hati pada risiko (Risk Indifference). Karakteristik ini
di mana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu
menghitung terhadap segala dampak yang akan terjadi
jika keputusan diaplikasikan. Bagi kalangan bisnis,
mereka menyebut orang dengan karakter seperti ini secara
ekstrem disebut sebagai tipe peragu.
3. Suka pada risiko (Risk Seeker atau Risk Lover).
Karakteristik ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko.
Mereka terbiasa dengan spekulasi dan itu pula yang
membuat penganut karakteristik ini selalu saja ingin
menjadi pemimpin dan cenderung tidak ingin menjadi
pekerja. Mental risk seeker adalah mental yang dimiliki
oleh pebisnis besar dan juga pemimpin besar. Karakter ini
yang paling mendominasi jika dilihat dari kedekatannya
pada risiko.
Q. Tipe Risiko
Pure Risk (Risiko Murni): suatu ketidakpastian terjadi,
maka kejadian tersebut pasti menimbulkan kerugian. Risiko
murni dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe risiko, yaitu:
1) Risiko aset fisik: risiko yang berakibat timbulnya
kerugian pada aset fisik suatu perusahaan/organisasi.
Contoh: kebakaran, banjir, gempa, tsunami, gunung
meletus, dll.
2) Risiko Karyawan: risiko yang disebabkan karena apa
yang dialami oleh karyawan yang bekerja di suatu
perusahaan atau organisasi. Contoh : kecelakaan kerja
yang menyebabkan terganggunya aktivitas perusahaan.
153
3) Risiko Legal: risiko dalam bidang kontrak yang
mengecewakan atau kontrak tidak berjalan sesuai
dengan rencana. Contoh : perselisihan dengan
perusahaan lain sehingga adanya persoalan seperti
penggantian kerugian.
Speculative Risk (Risiko Spekulatif) : suatu
ketidakpastian akan terjadinya untung atau rugi. Risiko ini
dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe yaitu:
1) Risiko Pasar: risiko yang terjadi dari pergerakan harga
pasar. Contoh: harga saham mengalami penurunan
sehingga menimbulkan kerugian.
2) Risiko kredit: risiko yang terjadi karena counter party
gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan.
Contoh : timbulnya kredit macet, persentase piutang
meningkat.
3) Risiko likuiditas: risiko karena ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan kas. Contoh: kepemilikan kas
menurun, sehingga tidak mampu membayar hutang
secara tepat, menyebabkan perusahaan harus menjual
aset yang dimilikinya.
4) Risiko operasional: risiko yang disebabkan pada kegiatan
operasional yang tidak berjalan lancar. Contoh: terjadi
kerusakan pada komputer karena berbagai hal termasuk
terkena virus.
5) Static Risk (Risiko Statis) : mungkin sifatnya murni atau
spekulatif asalnya dari masyarakat yang tidak berubah
yang berada dalam keseimbangan stabil. Contoh :
ketidakpastian terjadinya sambaran petir.
6) Dynamic Risk (Risiko Dinamis) : mungkin sifatnya
murni atau spekulatif timbul dari perubahan yang terjadi
dalam masyarakat. Contoh : urbanisasi, perkembangan
teknologi.
7) Subjective Risk (Risiko Subyektif) : berkaitan dengan
kondisi mental seseorang yang mengalami keragu-raguan
dan kecemasan akan terjadinya kejadian tertentu.
8) Objective Risk (Risiko Obyektif) : probabilitas
penyimpangan aktual dari yang diharapkan sesuai
dengan pengalaman.
154
Daftar Pustaka