PENGARUH BI rate, CAR, FDR, NPF, DAN TINGKAT BONUS
SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH TERHADAP TINGKAT
BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH DI BANK UMUM SYARIAH
TAHUN 2011-2016
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh :
IDIL ADHAR
1113085000057
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/ 2017 M
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Idil Adhar
Alamat :Desa Cipajang, RT 01 RW 02 Kecamatan
Banjarharjo, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa
Tengah
Telepon : 087884641876
Email : [email protected]
Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 21 Mei 1994
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
B. PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan Nama Lembaga Kota Tahun
Masuk
Tahun
Keluar
SD SD Negeri Cipajang 04 Brebes 2001 2007
SMP SMP Negeri 3
Banjarharjo Brebes 2007 2010
SMA SMA Negeri 1 Brebes Brebes 2010 2013
Perguruan
Tinggi
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Tangerang
Selatan 2013 2017
vii
C. PENGALAMAN ORGANISASI
Lembaga/ Institusi Tahun
Wakil Sekretaris OSIS SMP Negeri 3 Banjarharjo 2007-2008
Ketua OSIS SMP Negeri 3 Banjarharjo 2008-2009
Pengurus Dewan Penggalang SMP Negeri 3 Banjarharjo 2008-2009
Anggota Divisi Keagamaan OSIS SMA Negeri 1 Brebes 2010-2011
Ketua OSIS SMA Negeri 1 Brebes 2011-2012
Anggota Departemen Penelitian, Pengembangan dan
Pengabdian Masyarakat HMJ Perbankan Syariah UIN
Syarif Hidayaullah Jakarta
2014-2015
Anggota Divisi Humas dan Media LiSEnSi UIN Syarif
Hidayaullah Jakarta 2014-2015
Kordinator Divisi Keilmuan LiSEnSi UIN Syarif
Hidayaullah Jakarta 2015-2016
D. KEMAMPUAN
Mampu bekerja secara tim maupun individu
Mampu mengoperasikan Microsoft Office (Wors, Excel dan Powerpoint)
Mampu berkomunikasi dengan baik
E. PENGALAMAN KERJA
Magang di Kantor Pusat Bank Syariah Mandiri-Jakarta Pusat
F. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Mahpudin
Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 14 Agustus 1953
Pendidikan Terakhir : SD
Ibu : Umiyati
Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 11 November 1960
Pendidikan Terakhir : SD
viii
ABSTRACT
The study aims to analyze the influence of BI rate, Capital Adequacy Ratio (CAR),
Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing Ratio(NPF), and rate of
Sertifikat Bank Indoenesia Syariah (SBIS) to return mudharabah deposit in Sharia Bank
period 2011 until June 2016. Data’s study is quartal financial report of seven sharia
bank in Indonesia period 2011 until June 2016. The study is using the method of analysis
oh the regression panel data by using program Eviews 9.0 and Microsoft Excel 2013.
The result show that according parcial BI rate negative significant influence
to to return mudharabah deposit wtih the sig. 0.0005<0.005. Capital Adequacy Ratio
(CAR) positive significant influence to to return mudharabah deposit wtih the sig.
0.0154<0.005. Rate of Sertifikat Bank Indoenesia Syariah (SBIS) positive significant
influence to to return mudharabah deposit wtih the sig. 0.0216<0.005. Financing to
Deposit Ratio (FDR) not influence to to return mudharabah deposit wtih the sig.
0.1853>0.005. Non Performing Financing (NPF) not influence to to return
mudharabah deposit wtih the sig. 0.1775>0.005. The result show that according simultan
BI rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Financing (NPF), and . Rate of Sertifikat Bank Indoenesia Syariah (SBIS)
significant influence to to return mudharabah deposit wtih the sig. 0.000005<0.005.
Keyword: return mudharabah deposit, BI rate, Capital Adequacy Ratio (CAR),
Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing Ratio(NPF), and rate of
Sertifikat Bank Indoenesia Syariah (SBIS)
ix
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh BI rate, CAR, FDR, NPF,
dan Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap tigkat bagi hasil
deposito mudharabah di Bank Umum Syariah tahun 2011-2016. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data triwulan laporan keuangan Tujuh Bank
Umum Syariah di Indonesia periode Januari 2011 s.d. Juni 2016. Penelitian ini
menggunakan metode regresi panel data dengan menggunakan program Eviews 9
dan Microsoft Excel 2013.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial variabel BI rate
berpengaruh secara negatif signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah dengan nilai sig. 0.0005<0.005. Capital Adequacy Ratio (CAR)
berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah
dengan nilai sig.0.0154<0.005. Tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) berpengaruh positif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah
dengan nilai sig. 0.0216<0.005. Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak memiliki
pengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan nilai sig.
0.1853>0.005. Non Performing Financing (NPF) tidak memiliki pengaruh
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan nilai sig. 0.1775>0.005.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan atau bersama-sama variabel
BI rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Financing (NPF) dan Tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah
dengan nilai sig. 0.000005
Kata kunci : tingkat bagi hasil deposito mudharabah, BI rate, CAR, FDR, NPF,
Sertifikat Bank Indonesia Syariah
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan segala
nikmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Pengaruh BI rate, CAR, FDR, NPF, dan Tingkat Bonus
Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah di Bank Umum Syariah Tahun 2011-2016” dengan baik. Shalawat
serta salah penulis haturkan kepada Nabi Muhammad salllallahu alaihi wassalam
yang telah membawa dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selesainya skripsi ini tentu dengan dukungan, bimbinagan dan bantuan serta
semangat dan doa dari semua orang disekeliling penulis selama proses
penyelesaian skripsi ini. Oleh karenanya izinkanlah penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Orang tua penulis, Bapak Mahpudin dan Ibu Umiyati yang selalu
memberikan dukungan, motivasi kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang telah memberikan ilmu yng sangat berharga selama perkuliahan
3. Dr. Indoyama Nasaruddin, SE., MAB. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam proses penyelesaian penulisan
skripsi hingga skripsi ini selesai.
4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA. selaku Ketua Jurusan Perbankan
Syariah yang telah memberikan arahan serta bimbingan yang sangat berarti
dalam penyelesaian perkuliahan strata satu ini.
5. Ibu Erika Amelia, SEI., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik.
6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi penulis selama perkuliahan serta
xi
jajaran karyawan dan staff UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
melayani dan membantu penulis selama perkuliahan.
7. Teman-teman Perbankan Syariah 2013 yang sudah menenami dan selalu
memberikan motivasi selama kuliah.
8. Teman-teman LiSEnSi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu
memberikan banyak pembelajaran berorganisasi sekaligus berkeluarga.
9. Teman-teman Divisi Keilmuan LiSEnSi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Erna Putri L, Fitri Listianingrum, Nazla Ahabbi, Elgi Nurfalahi, Ilham Irsyad
R. dan Marsela Rahmawati yang selalu setia menemani dan memberikan
semnagat satu sama lain.
10. Para Pencari Hidayah, Ayu Andini, Fitri Eka P, Erna Putri L. atas kegirangan
dan kelucuannya. Terimakasih sudah mencaci, menghibur dan memberikan
bimbingan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun untuk
pencapaian yang lebih baik.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Jakarta, April 2017
Idil Adhar
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 12
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................. 14
A. Landasan Teori ........................................................................................... 14
B. Keterkaitan Antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat...................... 30
C. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 35
D. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 44
E. Hipotesis ..................................................................................................... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 50
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 50
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 50
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 52
D. Metode Analisis Data ................................................................................. 53
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 69
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 74
xiii
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 74
B. Analisis Deskriptif ..................................................................................... 88
C. Uji Asumsi Klasik .................................................................................... 102
D. Estimasi Model Panel Data ...................................................................... 106
E. Uji Statistik .............................................................................................. 111
F. Analisis Model Regresi Panel Data.......................................................... 117
G. Persamaan Model Regresi Setiap Bank ................................................... 119
H. Interpretasi................................................................................................ 122
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 129
A. Kesimpulan .............................................................................................. 129
B. Saran ......................................................................................................... 130
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 132
LAMPIRAN ........................................................................................................ 139
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbandingan BI rate dan Return Deposito Mudharabah ...................4
Tabel 1.2 Perbandingan Return Deposito Mudharabah, NPF dan FDR
Tahun 2011-2015 ................................................................................................6
Tabel 1.3 Perbandingan Return Deposito Mudharabah, CAR dan Bonus SBIS
Tahun 2011-2015 ................................................................................................8
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ...........................................................................35
Tabel 4.1 BI rate Triwulan I 2011 s.d Triwulan II 2016 ....................................88
Tabel 4.2 Capital Adequacy Ratio (CAR) Triwulan I 2011 s.d Triwulan II
2016 .....................................................................................................................90
Tabel 4.3 Financing to Deposit Ratio (FDR) Triwulan I 2011 s.d Triwulan II
2016 .....................................................................................................................93
Tabel 4.4 Non Performing Financing (NPF) Triwulan I 2011 s.d Triwulan II
2016 .....................................................................................................................95
Tabel 4.5 Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Triwulan I
2011 s.d Truwlan II 2016 ....................................................................................98
Tabel 4.6 Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Triwulan I 2011 s.d
Triwulan II 2016 .................................................................................................100
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikoleniaritas .................................................................102
Tabel 4.8 Hasil Uji White ...................................................................................103
Tabel 4.9 Hasil Uji White Rosbust Standard Error .............................................104
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ......................................................................105
Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi dengan Metode Diferensial ..........................106
Tabel 4.12 Regresi Data Panel Common Effect Model (CEM) ...........................106
Tabel 4.13 Regresi Data Panel Fixed Effect Model (FEM) ................................107
Tabel 4.14 Hasil Uji Chow ..................................................................................108
Tabel 4.15 Regresi Data Panel Random Effect Model (REM) ............................109
Tabel 4.16 Hasil Uji Hausman ............................................................................110
Tabel 4.17 Uji t ...................................................................................................112
Tabel 4.18 Uji F ..................................................................................................115
xv
Tabel 4.19 Koefisien Determinasi.......................................................................116
Tabel 4.20 Model Regresi ...................................................................................117
Tabel 4.21 Model Regresi Setiap Bank...............................................................119
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................44
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas........................................................................102
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Perkembangan Aset dan Pangsa Pasar Perbankan Syariah Tahun
2009 s.d 2014 ......................................................................................................2
Grafik 4.1 Grafik Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 103
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi yaitu menerima
titipan dana, meminjamkan uang dan jasa pengiriman uang. (Karim, 2007:18)
Pada dasarnya ketiga fungsi utama perbankan (menerima titipan dana,
meminjamkan uang dan jasa pengiriman uang) adalah boleh dilakukan, kecuali
bila dalam melaksanakan fungsi perbankan melakukan hal-hal yang dilarang
syariah. (Syafira, 2005:8)
Menurut Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 pasal 1, yang dimaksud
dengan Bank Umum adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara
konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri dari Bank Umum Konvensional
dan Bank Perkreditan Rakyat. Sedangkan yang dimaksud dengan Bank Syariah
adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah
dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah. (Wiroso, 2009:45-46)
Di Indonesia, tonggak perkembangan bank syariah di awali dengan
munculnya ide dan gagasan konsep keuangan syariah yaitu BMT Salman di
Bandung dan Koperasi Ridho Gusti pada tahun 1980. Kemudian, pada tahun
1992 berdiri bank syariah pertsama di Indonesia yaitu Bank Muamalat
Indonesia dan di tahun yang sama lahir pula Undang-undang No. 7 Tahun 1992
2
tentang Perbankan yang mengakomodasi perbankan dengan prinsip bagi
hasil, baik bank umum maupun BPRS. (Soemitra, 2009:63)
Perkembangan bank syariah di Indonesia tidak hanya dilihat dari jumlah
BUS maupun UUS nya, melainkan juga dapat dilihat dari perkembangan
lainnya seperti jumlah jaringan, baik BUS maupun UUS. Pertumbuhan
signifikan tejadi setiap tahunnya, mulai tahun 2005 yang hanya 458 kantor,
pada bulan Juli tahun 2014 jumlah jaringan Perbankan Syariah sebanyak 2.564
kantor. Rilis Otoritas Jasa Keuangan akhir tahun 2015 menyebutkan bahwa
jumlah jaringan Perbankan Syariah, baik BUS, UUS, maupun BPRS sebanyak
2.574 kantor. (Keuangan J. O., 2015:4)
Grafik 1.1 Perkembangan Aset dan Pangsa Pasar Perbankan Syariah
Tahun 2009 s.d 2014
sumber: Statistik Perbankan Syariah 2014 OJK (Juli 2014)
Perkembangan perbankan syariah ini didukung oleh kinerja bank syariah
yang terus berkembang setiap tahunnya. Pertumbuhan aset Perbankan Syariah
pada tahun 2009 sampai 2010 selalu berada di atas 30%, sedangkan pada tahun
2013 mengalami penurunan hanya sebesar 24.23%. sedangkan nilai pangsa
3
pasar bank syariah masih kecil hanya sebesar 4.70% dari perbankan nasional.
(Keuangan J. O., 2015:22)
Secara umum, bank syariah memiliki tiga kegiatan usaha utama salah
satunya yaitu penghimpunan dana. Dalam menghimpun dana, bank
menggunakan beberapa instrumen, baik bersifat simpanan berupa tabungan
maupun investasi berupa giro dan deposito. (Arif, 2012:33) Salah satu produk
penghimpunan dana yang paling diminati oleh masyararakat adalah deposito.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan
bahwa sampai bulan Juni 2015, komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK)
perbankan syariah masih didominsi oleh produk desposito mudharabah senilai
129.9 triliun rupiah (60%), sedangkan tabungan mudaharabah senilai 49.5
triliun rupiah (23%). Di sisi lain, produk giro wadiah lebih menarik jika
dibandingkan dengan tabuangan wadiah, giro wadiah senilai 23.3 triliun rupiah
(11%), dan tabungan wadiah hanya 12.6 triliun rupiah (6%).(Keuangan J. O.,
2015:26)
Salah satu yang mempengaruhi besarnya minat masyarakat akan deposito
mudharabah adalah return atau tingkat bagi hasil yang diberikan oleh bank
syariah kepada nasabah deposan lebih kompetitif jika dibandingkan dengan
produk penghimpunan dana lainnya. Hal ini diungkapkan oleh Mawardi dalam
Nofianti, (Nofianti, 2015:67) bahwa nasabah penyimpan dana akan selalu
mempertimbangkan tingkat imbalan yang diperoleh dalam melakukan investasi
pada Bank Syariah. Jika tingkat bagi hasil Bank Syariah terlalu rendah maka
tingkat kepuasan nasabah akan menurun dan kemungkinan besar akan
4
memindahkan dananya ke Bank lain. Karakteristik nasabah yang demikian
membuat tingkat bagi hasil menjadi faktor penentu kesuksesan Bank Syariah
dalam menghimpun Dana Pihak Ketiga.
Hal tersebut diungkapkan lebih lengkap oleh Keria Kontot,dkk bahwa
sharia compliance, return, kepercayaan, keamanan, transparansi, fleksibilitas
merupakan faktor yang menentukan pengaruh nasabah dalam memilih produk
deposito mudharabah. (Kentot, 2015:173) Tingkat bagi hasil deposito
mudharabah berfluktuasi antara 7,18% hingga 14,02%, sedangkan sedangkan
tingkat bagi hasil tabungan sekitar 3,17% dan giro sekitar 0,76% (equivalent
rate). (Keuangan O. J., 2015:35) Dengan demikian sangatlah wajar apabila
produk penghimpunan dana, deposito mudharabah lebih diminati jika
dibandingkan dengan produk penghimpunan dana lainnya.
Meskipun demikian, terdapat kritik tehadap penetapan tingkat bagi hasil
deposito mudharabah. Kritik tersebut yaitu karena adanya indikasi bahwa
dalam tingkat bagi hasil bagi hasil deposito mudharabah bank-bank syariah
mengacu pada tingkat suku bunga Bank Sentral (BI rate). BI Rate adalah suku
bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter
yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.
Tabel 1.1
Perbandingan BI rate dan Return Deposito Mudharabah
Tahun BI Rate Return Deposito Mudharabah
2011 6.00 % 8.95%
2012 5.75 % 6.76%
2013 7.50 % 5.25%
2014 7.75 % 8.02%
2015 7.50 % 7.19% sumber : Statistik Perbankan Syariah 2015 dan BI rate, diolah.
5
Tabel di atas menunjukan bahwa tingkat imbal hasil deposito mudharabah
mayoritas di atas nilai BI rate. Fenomena ini diperkuat oleh pernyataan praktisi
perbankan syariah, Direktur Utama BNI Syariah Imam Teguh Saptono
mengungkapkan bahwa menyusul adanya penurunan suku bunga kebijakan
Bank Indonesia BI 7 Day Repo Rate, perbankan syariah akan segera
melakukan penyesuaian pada margin imbal hasil. Lebih lanjut, beliau
memperkirakan, apabila suku bunga di perbankan konvensional sudah turun,
maka di perbankan syariah akan ada jeda sekitar tiga bulan sampai mengikuti
konvensional.
Dalam beberapa penelitian juga diungkapkan tentang adanya pengaruh
tingkat suku bunga bank sentral terhadap penetapan tingkat bagi hasil deposito
mudharabah. Penelitian Syafira, menyatakan bahwa adanya indikasi dalam
penetapan bagi hasil deposito mudharabah bank-bank syariah mengacu pada
tingkat suku bunga bank konvensional. (Syafira, 2014:33) Pernyataan tersebut
diperkuat penelitian yang dilakukan oleh Ulfah bahwa variabel suku bunga
berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat tingkat bagi hasil deposito
mudharabah. (Ulfah, 2011:74) Widyastuti menyatakan bahwa suku bunga
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap bagi hasil deposito
mudharabah. (Widyastuti, 2012:83)
Begitupula yang diungkapkan oleh Isna yang mengungkapkan bahwa suku
bunga berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Isna,
2012:39) Akan tetapi, hal berbeda diungkapkan oleh Tariq bahwa tingkat suku
bunga tidak berperan signifikan pengaruhnya terhadap tingkat deposito, dan
6
tidak mempengaruhi tingkat imbal hasil yang diberikan bank kepada nasabah.
(Tariq, 2016:15)
Selain tingkat suku bunga bank sentral, ada faktor lain yang menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Menurut Novianti, (Nofianti, 2015:65) beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat bagi hasil deposito mudharabah diantaranya yaitu Financing to Deposit
Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF)
Tabel 1.2
Perbandingan Return Deposito Mudharabah, NPF dan FDR
Tahun 2011-2015
Tahun Return DM NPF FDR
2011 8.95% 2.52% 88.94%
2012 6.76% 2.22% 100.00%
2013 5.25% 2.62% 100.32%
2014 8.02% 4.04% 98.64%
2015 7.19% 4.84% 88.03% sumber: Statitik Perbankan Syariah 2015, diolah.
Tabel di atas menunjukan bahwa ketika dana nasabah disalurkan
meningkat otomatis likuiditas bank syariah yang digambarkan dengan
Financing to Deposit Ratio (FDR) menurun berdampak pada tingkat bagi hasil
yang akan dibagikan kepada para deposan. Financing to Deposit Ratio (FDR)
adalah rasio antara jumlah kredit yang diberikan dengan dana yang diterima.
Dalam perbankan syariah Financing to Deposit Ratio (FDR) berarti adalah
rasio antara total pembiayaan yang disalurkan dengan total dana pihak ketiga
yang berhasil dihimpun. (Dendawidjaya, 2005:118) Akan tetapi pandangan lain
dikemukakan oleh Harfiah, yang menyatakan bahwa ketika nilai FDR
meningkat, maka akan berimbas kepada meningkatnya tingkat bagi hasil yang
diterma oleh nasabah deposan. (Harfiah, 2016:28)
7
Analisa sementara bahwa diduga meningkatnya Financing to Deposit
Ratio (FDR) mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat bagi hasil yang
diberikan kepada para deposan ketika kualitas pembiayaan juga baik. Hal ini
juga dapat dilihat data tabel di atas yang menunjukan bahwa ketika nilai Non
Performing Financing (NPF) meningkat, maka pendapatan bank syariah akan
menurun dan berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil yang diberikan kepada
para deposan. Non Performing Financing (NPF) adalah jumlah pembiayaan
yang tergolong non lancar dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
Adapun standar terbaik Non Performing Financing (NPF) adalah kurang dari
5%. (Muhammad, 2005:87)
Sesuai dengan teori Ihsan, yang mengungkapkan bahwa pembayaran
imbalan bank syariah kepada deposan dalam bentuk bagi hasil besarnya sangat
tergantung dari pendapatan yang diperoleh oleh bank sebagai mudharib atas
pengelolaan dana mudharabah tersebut, apabila bank syariah memperoleh hasil
usaha yang besar maka distribusi hasil usaha didasarkan pada jumlah yang
besar, sebaliknya apabila bank syariah memperoleh hasil usaha yang sangat
kecil maka distribusi hasil usaha juga akan kecil. (Ihsan, 2015:202) Dalam
penelitian Anifa mengungkapkan bahwa jika Non Performing Financing (NPF)
tinggi, maka profitabilitas menurun dan tingkat bagi hasil menurun dan jika
Non Performing Financing (NPF) turun, maka profitabilitas naik dan tingkat
bagi hasil naik. (Anifa, 2008:101)
Penelitian lain mengenai Non Performing Financing (NPF) menunjukan
hasil yang bertolak belakang antara Nofianti dan Syafira. Nofianti, (Nofianti,
8
2015:82) mengungkapkan bahwa variabel Non Performing Financing (NPF)
tidak berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil. Sedangkan Syafira (Syafira,
2014:32) menyatakan bahwa Non Performing Financing (NPF), BOPO,
Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh signifikan terhadap variabel
tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Faktor lain berpengaruh terhadap penetapan tingkat bagi hasil deposito
mudharabah adalah kecukupan modal. Dalam industri keuangan, khususnya
perbankan syariah kecukupan modal digambarkan dengan Capital Adequacy
Ratio (CAR). Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana
modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di
luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman atau utang, dan lain-lain.
(Dendawijaya, 2003:122) Nilai minimum Capital Adequacy Ratio (CAR) yang
harus dipenuhi oleh setiap bank, baik bank umum konvensional maupun bank
umum syariah harus 8%. (Kasmir, 2009:50)
Tabel 1.3
Perbandingan Return Deposito Mudharabah, CAR dan Bonus SBIS
Tahun 2011-2015
Tahun Return DM CAR Bonus SBIS
2011 8.95% 16.63% 6.47%
2012 6.76% 14.13% 4.41%
2013 5.25% 14.42% 5.78%
2014 8.02% 15.94% 7.03%
2015 7.19% 14.65% 6.83% sumber : Statitik Perbankan Syariah 2015 dan Bonus SBIS, diolah.
Tabel di atas menunjukan bahwa ketika kecukupan modal meningkat,
tingkat bagi hasil yang diberikan kepada para deposan juga meningkat. Namun,
9
ketika kecukupan modal bank syariah menurun tingkat bagi hasil yang
diberikan kepada para deposan juga menurun. Hal ini dibuktikan lagi penelitian
Amelia yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai Capital Adequacy Ratio
(CAR) maka bank mampu membiayai operasi bank tersebut, keadaan yang
menguntungkan bank akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi
profitabilitas dan tentunya akan meningkatkan return bagi hasil yang akan
diterima oleh nasabah deposan. (Amelia, 2011:103)
Begitupula halnya dengan tingkat bonus SBIS yang diterima oleh bank
syariah. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah
yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. (Bankir, 2014:260) Besar kecilnya
tingkat bonus SBIS berpengaruh terhadap pendapatan bank, dan
mempengaruhi tingkat bagi hasil yang diberikan kepada para deposan.
Tabel di atas menunjukan ketika nilai tingkat bonus SBIS yang diterima
bank syariah meningkat di saat bersamaan tingkat bagi hasil yang diberikan
kepada para deposan juga mengalami peningkatan. Begitupula sebaliknya,
ketika tingkat bonus SBIS menurun, di saat bersamaan tingkat bagi hasil yang
diberikan kepada para deposan juga mengalami penurunan. Hal ini diperkuat
oleh penelitian Okthora yang mengungkapkan bahwa Tingkat bonus SBIS
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah. (Okthora, 2012:71)
Beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
bagi hasil deposito mudharabah telah banyak dilakukan, diantaranya adalah
10
Rahmawaty, (Rahmawaty, 2015:100) menggunakan rasio Return On Asset
(ROA) dan Financing To Deposit Ratio (FDR) sebagai faktor internal yang
dianggap mempunyai pengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah. Hasil penelitiannnya menyatakan bahwa variabel Financing To
Deposit Ratio (FDR) dan Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Berbeda dengan
penelitian Nofianti, yang mengungkapkan bahwa variabel Financing To
Deposits Ratio (FDR) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi
hasil deposito mudharabah. (Nofianti, 2015:82) (Nofianti, 2015, hal. 82) Hal
ini sejalan dalam penelitian Harfiah, (Harfiah, 2016: 28) (Harfiah, 2016, hal.
28) yang mengungkapkan bahwa variabel Financing To Deposits Ratio (FDR)
berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah. Senada dengan yang diungkapkan oleh Hikmah, dalam
penelitiannya menunjukan bahwa Financing to Deposits Ratio (FDR) secara
parsial mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah. (Hikmah, 2015:83)
Penelitian Diaw, mengungkapkan bahwa return deposito mudharabah
mempunyai korelasi dengan tingkat suku bunga (IR) daripada Return On
Equity (ROE). (Diaw, 2011:240) Senada dengan yang diungkapkan oleh Ismal,
bahwa suku bunga satu bulan paling signifikan berpengaruh terhadap tingkat
bagi hasil deposito. (Ismal, 2012:56) Namun, berbeda dengan pandangan
Chowdhury, dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa tingkat suku bunga
bank konvensional tidak berpegaruh signifikan terhadap tingkat return investasi
11
pada bank syariah. Hal ini disebabkan karena kepercayaan nasabah dan
dukungan penuh untuk bank syariah. (Chowdhury, 2014:40)
Penelitian mengenai Non Performing Financing (NPF) menunjukan hasil
yang bertolak belakang antara Nofianti dan Syafira. Hasil penelitiannya
mengungkapkan bahwa variabel Non Performing Financing (NPF) tidak
berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil. (Nofianti, 2015:82) Sedangkan Syafira
menyatakan bahwa Non Performing Financing (NPF), BOPO, Financing to
Deposit Ratio (FDR) berpengaruh negatif signifikan terhadap variabel tingkat
bagi hasil deposito mudharabah. (Syafira, 2014:32)
Di sisi lain, penelitian mengenai Capital Adequacy Ratio (CAR) dilakukan
oleh penelitian Amelia yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai Capital
Adequacy Ratio (CAR) maka bank mampu membiayai operasi bank tersebut,
keadaan yang menguntungkan bank akan memberikan kontribusi yang sangat
besar bagi profitabilitas dan tentunya akan meningkatkan return bagi hasil
yang akan diterima oleh nasabah deposan. (Amelia, 2011:103) Penelitian
Okthora, menyatakan bahwa tingkat imbal hasil SBIS, tingkat imbal hasil
PUAS, dan nilai kurs berpengaruh positif signifikan terhadap nisbah bagi hasil
deposito. (Okthora, 2012:71)
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
kajian ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh BI rate, CAR,
FDR, NPF, dan Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah
terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah di Bank Umum
Syariah tahun 2011-2016”
12
B. Rumusan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
a. Apakah BI rate, CAR, FDR, NPF, dan Tingkat Bonus Sertifikat Bank
Indonesia Syariah berpengaruh secara parsial terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah?
b. Apakah BI rate, CAR, FDR, NPF, dan Tingkat Bonus Sertifikat Bank
Indonesia Syariah berpengaruh secara simultan terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah?
c. Variabel manakah yang paling signifikan bepengaruh terhadap tingkat bagi
hasil deposito mudharabah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
a. Mengukur dan menganalisis pengaruh dari BI rate, CAR, FDR, NPF, dan
Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap penetapan
tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
b. Mengukur dan menganalisis variabel yang paling signifikan bepengaruh
terhadap penetapan tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
13
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
a. Bagi penulis, dengan adanya penelitian ini dapat menambah pengetahuan
serta wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan
tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
b. Bagi masyarakat umum, dengan adanya penelitian ini dapat menambah
informasi tentang konsep bagi hasil deposito mudharabah. Selain itu,
dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumbe referensi
untuk penelitian selanjutnya.
14
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Fungsi Bank Syariah
Menurut Tim Pengembang Perbankan Syariah IBI, fungsi dan peran bank
syariah yang tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan
oleh Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution
(AAOIFI) adalah sebagai berikut: (IBI, 2001:21)
a. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.
b. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya atau
dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat
melakukan kegiatan-kegiatan jasa layanan perbankan sebagai lazimnya.
d. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas
keuangan syariah, bank syariah juga memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, dan
mendistribusikan) zakat serta dana sosial lainnya.
Banyak pengelola bank syariah yang tidak memahami dan menyadari
fungsi bank syariah dan menyamakan dengan fungsi bank konvensional
sehingga membawa dampak pada pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh
bank syariah yang bersangkutan. Secara umum, fungsi bank syariah memilki
dua fungsi yaitu sebagai manajer investasi dan sebagai investor. Selain dua
15
fungsi tersebut, bank syariah juga memiliki fungsi lain yaitu fungsi sosial dan
jasa keuangan (perbankan). (Wiroso, 2005:77)
Ismail megungkapkan bahwa bank konvensional maupun bank syariah
memiliki tiga fungsi utama yaitu penghimpun dana masyarakat, penyaluran
dana masyarakat, dan pemberian pelayanan jasa perbankan. (Ismail, 2010:4-6)
a. Penghimpunan Dana dari Masyarakat
Fungsi bank yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat yang
kelebihan dana. Masyarakat mempercayai bank sebagai tempat yang aman
untuk melakukan investasi, dam menyimpan uang. Masyarakat yang kelebihan
dana sangat membutuhkan keberadaan bank untuk menyimpan dananya dengan
aman. Selain rasa aman, tujuan lainnya adalah sebagai tempat untuk melakukan
investasi. Dengan menyimpan dananya di bank, nasabah akan mendapatkan
keuntungan berupa return atas simpanannya yang besarnya tergantung
kebijakan masing-masing bank. Dalam menghimpun dana dari masyarakat,
bank menawarkan produk simpanan berupa tabungan, giro dan deposito.
Dalam menjalankan fungsi sebagai penhimpun dana, bank syariah menawarkan
produk yang hampir sama dengan bank konvensional, akan tetapi berbeda
dengan prinsip dalam menghimpun dana tersebut, baik prinsip titipan (wadiah)
maupun prinsip inevstasi (mudharabah).
b. Penyaluran Dana kepada Masyarakat
Fungsi bank yang kedua adalah menyalurkan dana keada masyarakat yang
membutuhkan dana. Menyalurkan dana merupakan aktivitas yang sangat
penting bagi bank, karena akan memperoleh pendapatan bunga untuk bank
16
konvensional, dan bagi hasil atau lainnya untuk bank syariah. Penyaluran dana
kepada masyarakat sebagian besar berupa kredit untuk bank konvensional dan/
atau pembiayaan untuk bank syariah. Dalam menyalurkan dananya kepada
masyarakat, bank syariah menawarkan berbagai macam pembiayaan dengan
beragam jenis akad sesuai dengan prinsipnya masing-masing, baik prinsip jual
beli, prinsip investasi, maupun prinsip sewa.
c. Pelayanan Jasa Perbankan
Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menjalankan
aktivitasnya, bank juga dapat memberikan beberapa pelayanan jasa. Berbagai
jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank antara lain jasa
pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan, penagihan surat-surat berharga,
kliring, L/C, inkaso, garansi bank, jual beli valuta asing, dan pelayanan jasa
lainnya.
2. Produk Penghimpunan Dana
Perkembangan dan pertumbuhan dunia perbankan akan sangat dipengaruhi
oleh kemampuannya dalam menghimpun dana dari masyarakat, baik berskala
kecil maupun besar dengan masa pengendapannya yang memadai. Tanpa dana
yang cukup, bank tidak dapat berfungsi sama sekali. Sebagai sebuah lembaga
keuangan, perbankan islam juga melakukan kegiatan penghimpunan dana agar
dapat menjalankan fungsinya dengan baik. (Huda, 2010:86)
Produk-produk pendanaan bank syariah ditujukan untuk mobilisasi dan
investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian dengan cara yang adil
sehingga keuntungan yang adil dapat dijamin bagi semua pihak. Tujuan
17
mobilisasi dana merupakan hal penting karena Islam secara tegas mengutuk
penimbunan tabungan dan menuntut penggunaan sumber dana secara produktif
dalam rangka mencapai tujuan sosial-ekonomi Islam. Dalam hal ini, bank
syariah melakukannya tidak dengan prinsip bunga (riba), melainkan dengan
prinsip-prinsip yang sesuai dengan syariat Islam. Berdasarkan jenis akad,
produk penghimpunan dana pada bank syariah dapat dibedakan menjadi dua
prinsip, yaitu prinsip titipan (wadiah) dan prinsip investasi (mudharabah).
(Manan, 2012:214)
a. Prinsip Titipan (Wadiah)
1) Giro Wadiah
Giro wadiah adalah produk pendanaan bank syariah berupa simpanan dari
nasabah dalam bentuk rekening giro (current account) untuk keamanan dan
kemudahan pemakaiannya. (Ascarya, 2008:113) Dalam Undang-undang
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah bahwa giro wadiah adalah
simpanan berdasarkan akad wadiah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu
dengan menggunakan berbagai fasilitas yang disediakan bank, seperti cek,
bilyet giro, sarana pembayaran, atau dengan menggunakan sarana perintah
pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan tanpa biaya. (Wiroso,
2009:124)
Sementara itu, Muhammad mengatakan bahwa giro wadiah merupakan
simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek/ bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan
18
pemindahbukuan. (Muhammad, 2014:32) Burhanuddin mengartikan giro
wadiah sebagai simpanan dana yang bersifat titipan yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah
pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan dan terhadap titipan
tersebut tidak dipersyaratkan imbalan kecuali dalam bentuk pemberian
sukarela. (Burhanuddin, 2010:58) Zulkifli mengungkapkan bahwa giro wadiah
sebagai simpanan atau titipan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada bank
dengan menggunkan media penarikan berupa cek, bilyet giro, kwitansi, atau
alat perintah bayar lainnya. (Zulkifli, 2007:99) Bank tidak diperkenankan
menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabsah. Selain itu, bank
dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi berupa biaya-biaya
yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan rekening antara lain biaya
bilyet giro/ cek, biaya materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening,
pembukaan dan penutupan rekening.
Nasabah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul mal) dan bank
bertindak sebagai pengelola dana (mudharib). Bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. (Sholahuddin,
2008:78) Biasanya bank tidak menggunakan dana ini untuk pembiayaan bagi
hasil karena sifatnya yang jangka pendek. Keuntungan yang diperoleh bank
dari penggunaan dana ini menjadi milik bank. Demikian juga, kerugian yang
timbul menjadi tanggung jawab bank sepenuhnya. (Penyusun, 2016:17) Bank
diperbolehkan untuk memberikan insentif berupa bonus kepada nasabah,
19
selama hal ini tidak disyaratkan sebelumnya. Besarnya bonus juga tidak
ditetapkan di muka. Produk giro wadiah diatur dalam Fatwa DSN-MUI No. 01/
DSN-MUI/ IV/ 2000 tentang Giro.
2) Tabungan Wadiah
Tabungan wadiah merupakan produk pendanaan bank syariah berupa
simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening tabungan untuk keamanan dan
kemudahan pemakaiannya seperti giro wadiah, tetapi tidak sefleksibel giro
wadiah karena nasabah tidak dapat menarik dananya dengan cek. (Ascarya,
2008:115) Tabungan wadiah merupakan penempatan dana dalam bentuk
tabuangan dengan prinsip titipan (wadiah). Produk tabungan wadiah diatur
dalam Fatwa DSN-MUI No. 02/ DSN-MUI/ IV/ 2000 tentang Tabungan.
(Bankir, 2014:96-97) Tabungan wadiah juga dapat diartikan sebagai simpanan
dari nasabah yang memerlukan jasa penitipan dana dengan tingkat keleluasaan
tertentu untuk menariknya kembali. (Arifin, 2009:62)
Karim mengungkapkan bahwa tabungan wadiah merupakan tabungan
yang dijalankan denga akad wadiah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan
dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. (Karim,
2013:357) Sementara itu, Zulkifli mengartikan tabungan wadiah sebagai
simpanan atau titipan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan berdasarkan syarat-syarat tertentu yang telah disepakati antara bank
dan nasabah. (Zulkifli, 2007:107) Karakteristik tabungan wadiah ini juga mirip
dengan tabungan pada bank konvensional ketika kepada nasabah penyimpan
diberi garansi untuk dapat menarik dananya sewaktu-waktu dengan
20
menggunakan berbagai fasilitas yang disediakan bank, seperti kartu ATM, dan
sebagainya tanpa biaya.
Seperti halnya pada giro wadiah, bank juga boleh menggunakan dana
nasabah yang terhimpun untuk tujuan mencari keuntungan dalam kegiatan
yang berjangka pendek atau untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank,
selama dana tersebut tidak ditarik. Bank syariah tidak memperjanjikan bagi
hasil atas tabungan wadiah, walaupun atas kemauannya sendiri bank dapat
memberikan bonus kepada para pemegang rekening wadiah. Besarnya bonus
juga tidak dipersyaratkan dan tidak ditetapkan di muka. (Arifin, 2009:63)
b. Prinsip Investasi
1) Tabungan Mudharabah
Tabungan adalah jenis simpanan yang penarikannya dapat dilakukan
melalui syarat-syarat tertentu, serta dapat dilakukan setiap saat melalui kantor
bank, ATM, dan kartu debit. (Arthesa, 2006:63) Martono mengungkapkan
bahwa tabungan merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat-sarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat
ditarik dengan bilyet giro, cek atau alat lainnya dipersamakan dengan itu.
Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan perjanjian
atau kesepakatan yang telah dibuat antara pihak bank dengan deposan.
(Martono, 2009:40)
Tabungan juga dapat diartikan sebagai simpanan masyarakat pada bank,
yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat melalui buku tabungan atau
melalui ATM. (Darmawi, 2011:46) Sementara itu, Burhanuddin
21
mengungkapkan bahwa tabungan mudharabah merupakan simpanan dana
nasabah pada bank yang bersifat titipan dan penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dan terhadap titipan tersebut bank tidak dipersyaratkan untuk
memberikan imbalan kecuali dalam bentuk pemberian bonus secara sukarela.
(Burhanuddin, 2010:60) Tabungan mudharabah juga diartikan sebagai dana
yang disimpan nasabah yang akan dikelola oleh bank untuk memperoleh
keuntungan dengan sistem bagi hasil sesuai dengan kesepakatan bersama.
(Janwari, 2015:64)
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, deposan bertindak sebagai
pemilik dana (shahibul mal) dan bank bertindak sebagai pengelola dana
(mudhsarib). Tabungan mudharabah, bank syariah menerima simpanan dari
nasabah dalam bentuk rekening tabungan (savings account) untuk keamanan
dan kemudahan pemakaian, seperti rekening giro, tetapi tidak sefleksibel
rekening giro, karena nasabah tidak dapat menarik dananya dengan cek.
Bank dapat menyalurkan dana terhadap berbagai usaha yang sesuai
dengan prinsip syariah. Hasil usaha tersebut dibagihasilkan kepada deposan
sesuai dengan nisbah yang telah disepakati. (Karim, 2003:97) Setiap
penerimaan nasabah baru, bank per ketentuan internal diwajibkan untuk
menerangkan esensi dari tabungan mudharabah serta kondisi penerapannya.
Hal yang wajib dijelaskan antara lain meliputi esensi tabungan mudharabah
sebagai bentuk investasi nasabah ke bank, definisi dan terminologi,
keikutsertaan dalam skema penjaminan, profit sharing atau revenue sharing,
terms and conditions, dan tata cara perhitungan bagi hasil. (Ascarya, 2006:227)
22
Tabungan mudharabah diatur dalam fatwa DSN-MUI Nomor 02/ DSN-MUI/
IV/2000 tentang tabungan.
2) Deposito Mudharabah
Menurut Kasmir, deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka
waktu tertentu (jatuh tempo). Jatuh tempo artinya jika nasabah menyimpan
uangnya dalam deposito berjangka untuk jangka waktu tiga bulan, maka uang
tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir yaitu
setelah tiga bulan. (Kasmir, 2014:69) Sedangkan Arthesa mengungkapkan
bahwa deposito adalah simpanan dana masyarakat dimana penarikan dana
tersebut hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai dengan tanggal yang
telah disepakati antara nasabah dengan pihak bank. (Arthesa, 2006:66)
Menurut Anshori, deposito mudharabah merupakan simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
perjanjian nasabah penyimpan dengan bank atau pada saat jatuh tempo. Produk
ini ditujukan untuk kepentingan investasi dalam bentuk surat-surat berharga.
(Anshori, 2007: 93) Menurut Ikatan Bankir Indonesia, deposito mudharabah
adalah simpanan pihak ketiga yang diamanahkan kepada bank yang
penarikannya dilakukan pada waktu tertentu sesuai yang diperjanjikan.
(Bankir, 2014:98) Sedangkan Hadi mengungkapkan bahwa deposito
mudharabah adalah investasi yang dilakukan pada bank syariah dengan
menambahkan dalam bentuk dana tunai untuk jangka waktu 1 bulan, 3 bulan,
12 bulan dengan nisbah tertentu. (Hadi, 2011:52)
23
Burhanuddin juga mengungkapkan bahwa deposito mudharabah dapat
diartikan sebagai simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah penyimpan dengan bank.
(Burhanuddin, 2010:61) Janwari mengartikan deposito mudharabah sebagai
dana simpanan nasabah yang bisa ditarik berdasarkan jangka waktu yang telah
ditentukan, serta nasabah ikut menaggung keuntungan dan kerugian yang
dialami oleh bank. (Janwari, 2015:65) Deposito mudharabah diatur dalam
fatwa DSN-MUI Nomor 03/ DSN-MUI/ IV/2000 tentang deposito. (Bankir,
2014:98)
3. Teori Bagi Hasil
Menurut Rivai, bagi hasil adalah bentuk return (perolehan aktivitas usaha)
dari kontrak investasi dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap pada
bank Islam. Besar kecilnya perolehan return itu tergantung pada hasil usaha
yang benar-benar diperoleh bank Islam. (Rivai, 2009:76) Pembayaran imbalan
kepada pemilik dana yang dihimpun bank syariah tidak sama dengan
pembayaran imbalan kepada pemilik dana yang dilakukan oleh bank
konvensional. Imbalan yang diberikan kepada para deposan sangat tergantung
pada hasil usaha yang diperoleh atas pengelolaan atau penyaluran dana yang
dilakukan oleh bank syariah, khususnya hasil usaha yang telah diikuti dengan
aliran kas masuk (cash basis), sehingga dari bulan ke bulan berikutnya
penghasilannya tidak selalu sama. (Wiroso, 2009:87)
24
4. Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Bagi hasil dalam bank syariah menggunakan istilah nisbah bagi hasil,
yaitu proporsi bagi hasil antara nasabah dan bank syariah. Untuk produk
pendanaan/ simpanan bank syariah, misalnya Tabungan iB dan Deposito iB.
Penentuan nisbah bagi hasil dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jenis
produk simpanan, perkiraan pendapatan investasi dan biaya operasional bank.
Hanya produk simpanan iB dengan skema investasi (mudharabah) yang
mendapatkan return bagi hasil. Indikator tingkat bagi hasil adalah presentase
bagi hasil deposito mudharabah yang diterima nasabah terhadap volume
deposito mudharabah. Penggunaan tingkat bagi hasil ini dimaksudkan untuk
menghindari fluktuasi nominal bagi hasil yang dipengaruhi oleh perubahan
saldo deposito mudharabah. (Isna, 2012:32) Hasil investasi pada deposito
mudharabah ini berfluktuasi sesuai dengan kinerja operasional bank
bersangkutan. (Hadi, 2011:52) Besar kecil imbalan (return) yang diperoleh
deposan tergantung pada:
a. pendapatan bank.
b. nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank.
c. nominal deposito nasabah.
d. rata-rata saldo deposito untuk jangka waktu yang ada pada bank.
e. jangka waktu deposito, karena berpengaruh pada lamanya investasi.
Menurut Wiroso, perhitungan bagi hasil kepada pemilik dana deposito
mudharabah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (Wiroso, 2009:156)
a. dilakukan setiap ulang tanggal pembukaan deposito mudharabah.
25
b. dilakukan setiap akhir bulan atau awal buan berikutnya tanpa
memperhatikan tanggal pembukaan deposito mudharabah.
Adapun pengukuran tingkat bagi hasil deposito mudharabah menggunakan
persamaan sebagai berikut:
𝑟𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 =𝑁𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑜
𝑆𝑎𝑙𝑑𝑜 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑜 𝑥 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑔𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑥 𝑛𝑖𝑠𝑏𝑎ℎ ...(1.1)
5. BI rate
Menurut McConell Brue, yang dimaksud dengan suku bunga adalah harga
yang dibayarkan untuk penggunaan uang. Ini merupakan harga yang harus
peminjam bayar kepada pemberi pinjaman untuk mentransfer daya beli di masa
depan. (McConnell, 2008:259) Long mengartikan suku bunga sebagai harga
dimana daya beli dapat bergeser dari masa depan ke masa kini dipinjam hari ini
dengan janji untuk membayar kembali dengan bunga di masa depan. (Long,
2002:37)
Di sisi lain, Colander mengungkapkan bahwa suku bunga adalah harga
yang dibayarkan untuk pemakaian atau penggunaan aset keuangan. Ketika
deposan menyetorkan sejumlah dana ke dalam account/ tabungan, bank
membayarkan bunga kepada deposan untuk menggunakan atau menyalurkan
dana deposan tersebut. (Colander, 2004:265) Sedangkan Judisseno
mengungkapkan bahwa suku bunga adalah penghasilan yang diperoleh orang-
orang yang memberikan kelebihan uangnya untuk digunakan sementara waktu
oleh orang-orang yang membutuhkan dan menggunakan uang tersebut untuk
menutupi kekurangannya. (Judisseno, 2005:80-81)
26
Di Indonesia, suku bunga ditetapkan oleh Bank Sentral yaitu Bank
Indonesia yang lebih dikenal dengan istilah BI rate. BI rate adalah suku bunga
kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI rate
diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan
Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang
dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity
management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan
moneter. Persamaan dari tingkat suku bunga (BI rate)yang menjadi acuan bagi
bank-bank yang beroperasi di Indonesia dapat ditulis sebagai berikut:
𝑅 = 𝑖 𝑀𝑅 ...(1.2)
𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 =𝑅
12 ...(1.3)
Keterangan :
R = suku bunga nominal tahunan
i = suku bunga nominal per periode
M = jumlah periode majemuk per satu tahun
6. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan surat
berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank
disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti
dana masyarakat, pinjaman atau utang, dan lain-lain. (Dendawijaya, 2003:122).
27
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan gambaran mengenai kemampuan
bank syariah memenuhi kecukupan modalnya. (Muhammad, 2014:254)
Arthesa juga mengungkapkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR)
adalah rasio perbandingan antara modal risiko dengan aktiva yang
mengandung risiko. (Arthesa, 2006:146) Ihsan mengungkapkan Capital
Adequacy Ratio (CAR) sebagai rasio kewajiban pemenuhan modal minimum
yang harus dimiliki oleh bank. (Ihsan, 2013:93) Sementara itu, Arifin
mengartikan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai rasio kecukupan modal
bank yang dapat diukur dengan membandingkan modal dengan dana pihak
ketiga, dan membandingkan modal dengan aktiva berisiko. (Arifin, 2009:162)
Nilai minimum Capital Adequacy Ratio (CAR) yang harus dipenuhi oleh setiap
bank, baik bank umum konvensional maupun bank umum syariah harus 8%.
(Kasmir, 2009:50) Adapun ketentuan menghitung nilai CAR sebuah bank
diantaranya sebagai berikut:
𝐶𝐴𝑅 =𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝐴𝑇𝑀𝑅𝑥 100% ...(1.4)
7. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan total kredit yang
diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga yang dapat dihimpun oleh bank.
Dalam bank syariah, istilah LDR dikenal dengan Financing to Deposit Ratio
(FDR). Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara jumlah kredit
yang diberikan dengan dana yang diterima. (Riyadi, 2006:165) Menurut
Dendawijaya, Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio antara
jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio
28
ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank. Dengan kata lain, seberapa
jauh penyaluran pembiayaan kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban
bank syariah untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik
kembali uangnya yang telah disalurkan oleh bank syariah. (Dendawijaya,
2003:118) Sementara itu, Kasmir mengartikan FDR sebagai rasio untuk
mengukur jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana
masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. (Kasmir, 2004:319) Rumus
untuk menghitung nilai FDR sebuah bank diantaranya sebagai berikut:
𝐹𝐷𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐹𝑖𝑛𝑎𝑛𝑐𝑖𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡+𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦𝑥 100% ...(1.5)
Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin baiknya fungsi
intermediasi bank yang bersangkutan. FDR yang tinggi mengindikasikan
tingkat pembiayaan tinggi dan ini berdampak pada meningkatnya return yang
akan dihasilkan dari pembiayaan. FDR menyatakan seberapa jauh kemampuan
bank dalam membayar penarikan kembali yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan. Ketika nilai FDR meningkat, maka akan
beirmbas kepada meningkatnya tingkat bagi hasil yang diteirma oleh nasabah
deposan. (Harfiah, 2016:28)
8. Non Performing Financing (NPF)
Non Peforming Financing (NPF) adalah rasio untuk mengukur tingkat
pembiayaan macet yang terdapat di suatu bank yang merupakan salah satu
indikator kunci menilai kinerja keuangan bank. (Setiadi, 2013:217) Non
Performing Financing (NPF) juga dapat diartikan sebagai jumlah pembiayaan
yang tergolong non lancar dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
29
(Muhammad, 2005:87) Ihsan mengungkapkan bahwa Non Performing
Financing (NPF) adalah alat ukur tingkat permasalahan pembiayaan yang
dihadapi oleh bank syariah. (Ihsan, 2013:96) Adapun ketentuan menghitung
nilai NPF suatu bank menggunakan persamaan sebagai berikut:
𝑁𝑃𝐹 =𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛𝑥 100% ...(1.6)
Adapun standar terbaik Non Performing Financing (NPF) adalah kurang
dari 5%. Jika Non Performing Financing (NPF) tinggi, maka profitabilitas
menurun dan tingkat bagi hasil menurun dan jika Non Performing Financing
(NPF) turun, maka profitabilitas naik dan tingkat bagi hasil naik. (Anifa,
2008:101)
9. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah
yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. (Bankir, 2014:260) Menurut PBI
Nomor: 10/ 11/ PBI/ 2008 pasal 11 dinyatakan bahwa pihak-pihak yang dapat
ikut serta dalam penerbitan SBIS adalah Bank Umum Syariah (BUS), atau Unit
Usaha Syariah (UUS), atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS/
UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta tidak langsung. (Ihsan,
2015: 117)
Tujuan SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia adalah sebagai salah satu
instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang
dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Adapun tingkat imbalan yang diberikan
mengacu kepada tingkat diskonto hasil lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
30
berjangka waktu sama yang diterbitkan bersamaan dengan penerbitan SBIS.
Selain itu, BUS dan UUS yang mengajukan penawaran memiliki FDR paling
kurang 80% berdasarkan perhitungan Bank Indonesia dan tidak sedang
dikenakan sanksi pemberhentian sementara untuk mengikuti lelang SBIS.
(Ihsan, 2015:18)
B. Keterkaitan Antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
1. Hubungan BI rate dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik.
Pernyataan tersebut diperkuat penelitian yang dilakukan oleh Ulfah bahwa
variabel suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat tingkat
bagi hasil deposito mudharabah. (Ulfah, 2011:74) Widyastuti menyatakan
bahwa suku bunga memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap bagi
hasil deposito mudharabah. (Widyastuti, 2012:83)
Begitupula yang diungkapkan oleh Isna yang mengungkapkan bahwa suku
bunga berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Isna,
2012:39) Akan tetapi, hal berbeda diungkapkan oleh Tariq bahwa tingkat suku
bunga tidak berperan signifikan pengaruhnya terhadap tingkat deposito, dan
tidak mempengaruhi tingkat imbal hasil yang diberikan bank kepada nasabah.
(Tariq, 2016:15)
2. Hubungan Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah
31
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan surat
berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank
disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti
dana masyarakat, pinjaman atau utang, dan lain-lain. (Dendawijaya, 2003:122)
Nilai minimum Capital Adequacy Ratio (CAR) yang harus dipenuhi oleh setiap
bank, baik bank umum konvensional maupun bank umum syariah harus 8%.
(Kasmir, 2009:50)
Penelitian Amelia yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai Capital
Adequacy Ratio (CAR) maka bank mampu membiayai operasi bank tersebut,
keadaan yang menguntungkan bank akan memberikan kontribusi yang sangat
besar bagi profitabilitas dan tentunya akan meningkatkan return bagi hasil
yang akan diterima oleh nasabah deposan. (Amelia, 2011:103) Hal ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Umiyati, (Umiyati, 2016:62)
menyatakan bahwa variabel CAR secara parsial berpengaruh terhadap tingkat
bagi hasil deposito mudharabah dengan tingkat signifikansi 0,000. Akan tetapi
bertolak belakang dengan penelitian Rahayu, (Rahayu, 2012:12)
mengungkapkan bahwa variabel CAR tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
32
3. Hubungan Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan Tingkat Bagi
Hasil Deposito Mudharabah
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang
diberikan dengan dana yang diterima. (Riyadi, 2006:165) Menurut
Dendawijaya, Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio antara
jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio
ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank. Dengan kata lain, seberapa
jauh penyaluran pembiayaan kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban
bank syariah untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik
kembali uangnya yang telah disalurkan oleh bank syariah. (Dendawijaya,
2003:118) Sementara itu, Kasmir mengartikan FDR sebagai rasio untuk
mengukur jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana
masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. (Kasmir, 2004:319)
Menurut Rahmawaty menyatakan bahwa variabel Financing To Deposit
Ratio (FDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah. (Rahmawaty, 2015:100) Berbeda dengan penelitian Nofianti,
yang mengungkapkan bahwa variabel Financing To Deposits Ratio (FDR)
berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah. (Nofianti, 2015:82) Senada dengan yang diungkapkan oleh
Hikmah, dalam penelitiannya menunjukan bahwa Financing to Deposits Ratio
(FDR) secara parsial mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Hikmah, 2015:83)
33
4. Hubungan Non Performing Financing (NPF) dengan Tingkat Bagi
Hasil Deposito Mudharabah
Non Peforming Financing (NPF) adalah rasio untuk mengukur tingkat
pembiayaan macet yang terdapat di suatu bank yang merupakan salah satu
indikator kunci menilai kinerja keuangan bank. (Setiadi, 2013:217) Non
Performing Financing (NPF) juga dapat diartikan sebagai jumlah pembiayaan
yang tergolong non lancar dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
(Muhammad, 2005:87) Ihsan mengungkapkan bahwa Non Performing
Financing (NPF) adalah alat ukur tingkat permasalahan pembiayaan yang
dihadapi oleh bank syariah. Adapun standar terbaik Non Performing Financing
(NPF) adalah kurang dari 5%. (Ihsan, 2013:96)
Dalam penelitian Anifa mengungkapkan bahwa jika Non Performing
Financing (NPF) tinggi, maka profitabilitas menurun dan tingkat bagi hasil
menurun dan jika Non Performing Financing (NPF) turun, maka profitabilitas
naik dan tingkat bagi hasil naik. (Anifa, 2008:101)
Penelitian lain mengenai Non Performing Financing (NPF) menunjukan
hasil yang bertolak belakang antara Nofianti dan Syafira. Nofianti
mengungkapkan bahwa variabel Non Performing Financing (NPF) tidak
berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Nofianti,
2015:82) Sedangkan Syafira menyatakan bahwa Non Performing Financing
(NPF), BOPO, Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh signifikan
terhadap variabel tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Syafira, 2014:32)
34
5. Hubungan Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah
yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. (Bankir, 2014:260) Tujuan SBIS
diterbitkan oleh Bank Indonesia adalah sebagai salah satu instrumen operasi
pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan
prinsip syariah.
Adapun tingkat imbalan yang diberikan mengacu kepada tingkat diskonto
hasil lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka waktu sama yang
diterbitkan bersamaan dengan penerbitan SBIS. Selain itu, BUS dan UUS yang
mengajukan penawaran memiliki FDR paling kurang 80% berdasarkan
perhitungan Bank Indonesia dan tidak sedang dikenakan sanksi pemberhentian
sementara untuk mengikuti lelang SBIS. (Ihsan, 2015:18)
Penelitian Okthora, menunjukan bahwa tingkat imbal hasil SBIS, tingkat
imbal hasil PUAS, dan nilai kurs berpengaruh positif signifikan terhadap
nisbah bagi hasil deposito. (Okthora, 2012:71)
35
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini menggunakan beberapa sumber referensi sebagai kajian
penelitian terdahulu, diantaranya sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Variabel
Metode
Analisis Kesimpulan
Laila Mugi
Harfiah,
Atiek Sri
Purwati,
Permata
Ulfah.
(Jurnal
Etikonomi-
2016)
The Impact of
ROA, BOPO,
and FDR to
Indonesian
Islamic
Bank’s
Mudharabah
Deposit
Profit
Sharing
Variabel X:
Return On
Asset (ROA),
BOPO,
Financing to
Deposit Ratio
(FDR).
Variabel Y:
Tingkat Bagi
Hasil Deposito
Mudharabah.
Regresi
Linier
Berganda
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa variabel
ROA, BOPO dan
FDR berpengaruh
positif signifikan
terhadap tingkat
bagi hasil deposito
mudharabah.
Anam Tariq
and Mansur
Masih
(MPRA
Paper-
2016).
Risk-sharing
deposits in
islamic
banks: do
interest rates
have any
influence on
them?
Variabel X :
Risk Sharing
Financing
(RSF), Bank
size, Interest
Rates (INT),
Growth in
GDP
(GDPGR),
Exchange Rate
Values (EXR).
Variabel Y:
Risk-Sharing
Deposits
(RSD).
Dynamic
Panel
Techniques
dan
khsusunya
menggunakan
the
Generalized
Method of
Moments
(GMM)
technique
dalam
analisis data
panel.
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa
tingkat suku bunga
tidak berperan
signifikan
pengaruhnya
terhadap tingkat
deposito, dan tidak
mempengaruhi
tingkat imbal hasil
yang diberikan
bank kepada
nasabah.
bersambung ke halaman berikutnya
36
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Variabel
Metode
Analisis Kesimpulan
Umiyati,
Shella
Muthya
Syarif
(Jurnal
Akuntansi
dan
Keuangan
Islam 2016)
Kinerja
Keuangan
dan Tingkat
Bagi Hasil
Deposito
Mudharabah
Pada Bank
Umum
Syariah Di
Indonesia
Variabel X:
Return On
Asset (ROA),
Capital
Adequacy
Ratio (CAR),
Biaya
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
Variabel Y:
tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah
Regresi linier
berganda
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
variabel ROA dan
CAR secara parsial
memiliki pengaruh
terhadap tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah.
Sementara itu,
variabel BOPO secara
parsial tidak memiliki
pengaruh terhadap
tingkat bagi hasil
deposito mudharabah.
Rahmawaty
, dan
Tiffany
Andari
Yudina.
(Jurnal
Dinamika
Akuntansi
dan Bisnis-
2015)
Pengaruh
Return On
Asset (ROA)
dan
Financing To
Deposit Ratio
(FDR)
terhadap
Tingkat Bagi
Hasil
Deposito
Mudharabah
pada Bank
Umum
Syariah
Variabel X:
Return On
Asset (ROA)
dan Financing
To Deposit
Ratio (FDR)
Variabel Y:
Tingkat Bagi
Hasil Deposito
Mudharabah
Regresi Linier
Berganda
Hasil penelitian
menyebutkan bahwa
variabel ROA dan
FDR secara simultan
mempengaruhi tingkat
bagi hasil deposito
mudharabah pada
bank umum syariah di
Indonesia periode
2008-2012. Variabel
ROA tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
tingkat bagi hasil
deposito mudharabah
pada bank umum
syariah di Indonesia
periode 2008-2012.
Variabel FDR tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
tingkat bagi hasil
deposito mudharabah
pada BUS
bersambung ke halaman berikutnya
37
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Variabel
Metode
Analisis Kesimpulan
Nana
Nofianti,
Tenny
Badina,
Aditiya
Erlangga.
(Jurnal
Bisnis dan
Manajemen
ESENSI-
2015)
Analisis
Pengaruh
Return On
Asset (ROA),
Biaya
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
(BOPO),
Suku Bunga,
Financing To
Deposit Ratio
(FDR) dan
Non
Performing
Financing
(NPF)
terhadap
Tingkat Bagi
Hasil
Deposito
Mudharabah
Variabel X:
Return On
Asset (ROA),
BOPO, Suku
Bunga,
Financing to
Deposit
Ratio (FDR)
dan Non
Performing
Financing
(NPF).
Variabel Y:
tingkat bagi
hasil
deposito
mudharabah
Regresi
berganda
Hasil penelitian
menyebutkan
bahwa variabel
Return On Asset
(ROA)
berpengaruh positif
signifikan terhadap
tingkat bagi hasil.
Variabel Biaya
Operasional
Terhadap
Pendapatan
Operasional
(BOPO) tidak
berpengaruh
terhadap tingkat
bagi hasil. Variabel
Suku Bunga tidak
berpengaruh
terhadap tingkat
bagi hasil. Variabel
Financing To
Deposits Ratio
(FDR) berpengaruh
positif signifikan
terhadap tingkat
bagi hasil. Variabel
Non Performing
Financing (NPF)
tidak berpengaruh
terhadap tingkat
bagi hasil.
bersambung ke halaman berikutnya
38
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Variabel
Metode
Analisis Kesimpulan
Tugiantoro,
and Suyanto
(Jurnal
China-USA
Business
Review-
2014).
The Factors
Affecting
Profit
Distribution:
An Empirical
Study on
Islamic
Banking.
Variebel X:
Third Party
Fund (TPF),
IFO, AQR,
FDR, central
bank’s (Bank
of Indonesia)
Rate/ BI Rate
(Bir), and
three-month
term deposit
rate in
conventional
banks.
Variabel Y:
Profit
Distribution
Metode
deskriptif
korelasi
dalam
menganalisis
hasil
peneleitian,
Sementara
itu, data
dianalisis
dengan
menggunakan
metode
analisis data
panel.
Hasil penelitian ini
menyebutkan
bahwa Income
From Operation
(IFO), Central
Bank’s (Bank of
Indonesia) rate,
dan tingkat bunga
depsotio berjangka
tiga bulan
berpengaruh
signifikan terhadap
pembagian
keuntungan.
Sementara itu,
Third Parties’
Fund, (TFP), Asset
Quality Ratio
(AQR), dan
Financing to
Deposit Ratio
(FDR) tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
pembagian
keuntungan.
bersambung ke halaman berikutnya
39
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Variabel
Metode
Analisis Kesimpulan
Rahmah
Syafira.
(Skripsi
IPB-2014)
Faktor-Faktor
yang
Memengaruhi
Tingkat Bagi
Hasil pada
Produk
Deposito
Mudharabah
Bank Umum
Syariah
Variabel X:
Net
Operational
Margin
(NIM), Non
Performing
Financing
(NPF), BOPO,
Financing to
Deposit Ratio
(FDR) dan
suku bunga.
Variabel Y:
Tingkat Bagi
Hasil pada
Produk
Deposito
Mudharabah
Regresi panel
statis dengan
menggunakan
Fixed Effect
Model
(FEM).
Hasil penelitian
menyebutkan
bahwa secara
simultan variabel
independen
berpengaruh
signifikan terhadap
tingkat bagi hasil.
Secara parsial,
variabel Net
Operational
Margin (NIM),
Non Performing
Financing (NPF),
BOPO, Financing
to Deposit Ratio
(FDR) dan suku
bunga berpengaruh
signifikan terhadap
variabel tingkat
bagi hasil.
Net Operational
Margin (NIM) dan
suku bunga
berpengaruh positif
terhadap tingkat
bagi hasil,
sedangkan Non
Performing
Financing (NPF)
dan BOPO
berpengaruh
negatif terhadap
tingkat bagi hasil.
bersambung ke halaman berikutnya
40
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Variabel
Metode
Analisis Kesimpulan
Mila
Okthora
(Tugas
Akhir D4
Polban-
2012)
Faktor-faktor
yang
Mempengaru
hi Penetapan
Nisbah Bagi
Hasil
Deposito
Syariah
Mandiri
(Studi Kasus
PT Bank
Syariah
Mandiri
periode 2006-
2011)
Variabel X:
Sertifikat
Bank
Indonesia
Syariah
(SBIS), Pasar
Uang Antar
Bank Syariah
(PUAS), Giro
Wajib
Minimum
(GWM),
Inflasi, Kurs,
BI rate.
Variabel Y:
Nisbah Bagi
Hasil Deposito
Mudharabah
Metode
Analisis
Regresi
Tingkat Imbal
Hasil SBIS,
Tingkat Imbal
Hasil PUAS, dan
nilai kurs
berpengaruh positif
signifikan terhadap
nisbah bagi hasil
deposito.
Sedangkan BI rate
dan Giro Wajib
Minimum
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap nisbah
bagi hasil deposito
mudharabah.
Mohammad
Ashraful
Ferdous
Chowdhur
and Syed
Mohammad
Khaled
Rahman
(Asia-
Pacific
Journal of
Business-
2012).
The Effect of
Conventional
Bank’s
Interest Rate
& Islamic
Bank’s Profit
Rate on
Investment &
Return: An
Empirical
Investigation
in
Bangladesh
Variabel X :
Conventional
Bank’s
Interest Rate
Variabel Y :
Islamic Bank’s
Profit Rate on
Investment &
Return
Regresi linier
berganda
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa
tingkat suku bunga
bank konvensional
tidak berpegaruh
signifikan terhadap
tingkat return
investasi pada bank
syariah. Hal ini
disebabkan karena
kepercayaan
nasabah dan
dukungan penuh
untuk bank syariah
bersambung ke halaman berikutnya
41
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Variabel
Metode
Analisis Kesimpulan
Jurnal
Saiful
Anwar,
Rifki Ismal,
Kenji
Watanabe
(Journal of
Islamic
Finance-
2012)
Behavior
Investigation
of Islamic
Bank Deposit
Return
Utilizing
Artificial
Neural
Networks
Model
Variabel X:
variabel
makroekonomi
yaitu rata-rata
tingkat suku
bunga satu
bulan (INTR),
kurs (EXCH),
perputaran
uang (M1),
Bursa Efek
Jakarta
(STIN), dan
inflasi (INFR).
Variabel Y:
tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah 1
bulan.
Artificial
Neural
Networks
Model
Hasil penelitian
menyatakan bahwa
variabel tingkat
suku bunga satu
bulan (INTR) dan
variabel perputaran
uang (M1) paling
signifikan
berpengaruh
terhadap tingkat
bagi hasil deposito
yaitu sebesar
51.43% dan
31.71%.
Sedangkan variabel
Bursa Efek Jakarta
(STIN), sebesar
12.76%, kurs
(EXCH) sebesar
3.62% dan variabel
inflasi (INFR)
sebsar 0.46%,
Andryani
Isna K, dan
Kunti
Sunaryo.
(Jurnal
Ekonomi
dan Bisnis-
2012)
Analisis
Pengaruh
Return On
Asset, BOPO,
dan Suku
Bunga
terhadap
Tingkat Bagi
Hasil
Deposito
Mudharabah
Pada Bank
Umum
Syariah.
Variabel X:
Return On
Asset, BOPO,
dan Suku
Bunga
Variabel Y:
Tingkat Bagi
Hasil Deposito
Mudharabah
Regresi liner
berganda
Hasil menunjukkan
bahwa secara
parsial variabel
Return on Asset
(ROA) dan suku
bunga berpengaruh
signifikan terhadap
tingkat bagi hasil
deposito
mudharabah,
sedangkan variabel
BOPO tidak
berpengaruh
terhadap bagi hasil
deposito
mudharabah.
bersambung ke halaman berikutnya
42
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Variabel
Metode
Analisis Kesimpulan
Siti Rahayu
(Jurnal
Nasional
2012)
Pengaruh
Return on
Asset, BOPO,
Suku Bunga
dan Capital
Adequacy
Ratio
terhadap
Tingkat Bagi
Hasil
Deposito
Mudharabah
Pada
Perbankan
Syariah
Variabel X: Return on
Asset (ROA),
BOPO, Suku
Bunga, dan Capital
Adequacy
Ratio (CAR).
Variabel Y:
tingkat bagi
hasil deposito
mudharabah.
Regresi linier
berganda
Hasil penelitian
menyatakan bahwa
variabel ROA dan
Suku Bunga
memiliki pengaruh
positif signifikan
terhadap tingkat
bagi hasil deposito
mudharabah.
Sementara itu
variabel BOPO dan
CAR tidak
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
tingkat bagi hasil
deposito
mudharabah.
Rizky
Amelia
(Skripsi
UIN Syarif
Hidayatulah
Jakarta-
2011)
Skripsi
Pengaruh
CAR, FDR
dan NPF
terhadap
Return Bagi
Hasil
Deposito
Mudharabah
Pada
Perbankan
Syariah.
Variabel X:
CAR, FDR,
dan NPF
Variabel Y:
Return
Deposito
Mudharabah
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
secara parsial
variabel CAR,
FDR, dan NPF
berpengaruh
signifikan terhadap
return Deposito
Mudharabah.
Secara simultan
CAR, FDR dan
NPF secara
bersama-sama
berpengaruh
signifikan terhadap
return Deposito
Mudharabah.
bersambung ke halaman berikutnya
43
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Variabel
Metode
Analisis Kesimpulan
Abdou
Diaw and
Abdoulaye
Mbow
(Jurnal
Humanomic
s 2011).
A
comparative
study of the
returns on
Mudharabah
deposit and
on equity in
Islamic banks
Membandingk
an antara
Variabel
Return On
Equity (ROE)
and Return On
Mudharabah
Deposit
(ROMD).
Regresi linier Hasil penelitian
tersebut
menyetakan bahwa
Return On Equity
(ROE) cenderung
lebih tinggi
dibandingkan
dengan Return On
Mudharabah
Deposit (ROMD).
Lebih lanjut,
bahwa Return
Deposito
Mudharabah
mempunyai
korelasi dengan
Tingkat Suku
Bunga (IR)
daripada Return On
Equity (ROE).
Sumber: diolah dari berbagai sumber
44
Uji t Uji F Adusjedt R2
Interprestasi
Uji Hausman Uji Chow
Uji Statistik
Pemilihan Model Regresi Panel Data
Objek Penelitian
Variabel Dependen (Y) Variabel Independen (X)
Metode Estimasi Panel Data
Common Effect Fixed Effect Random Effect
Uji Asumsi Klasik
D. Kerangka Pemikiran
Dari pemaparan tinjauan pustaka di atas, maka susunan kerangka berpikir
teoritis yang dibangun adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
45
E. Hipotesis
Berdasarkan teori dan permasalahan yang ada, dapat dirumuskan hipotesis
alternatif sebagai berikut:
1. Menurut McConell Brue, yang dimaksud dengan suku bunga adalah harga
yang dibayarkan untuk penggunaan uang. Ini merupakan harga yang harus
peminjam bayar kepada pemberi pinjaman untuk mentransfer daya beli di
masa depan. BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan
sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia
dan diumumkan kepada publik. Penelitian yang dilakukan oleh Anwar,
(Anwar, 2012:56) yang menyatakan bahwa variabel tingkat suku bunga
satu bulan (INTR) signifikan berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil
deposito dengan nilai sebesar 51.43%. Namun, hal ini bertolak belakang
dengan penelitian Nofianti, (Nofianti, 2015:78) yang mengungkapkan
bahwa variabel suku bunga tidak berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah dengan nilai signifikansi sebesar -0,290. Hal ini
diungkapkan pula dalam penelitian Tariq, (Tariq, 2016: 16) yang
menyatakan bahwa tingkat suku bunga tidak berperan signifikan
pengaruhnya terhadap tingkat deposito, dan tidak mempengaruhi tingkat
imbal hasil yang diberikan bank kepada nasabah. Berdasarkan pemikiran
teoritis dan studi empiris yang pernah dilakukan dengan penilitian di
bidang ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat pengaruh secara parsial variabel BI rate terhadap
tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
46
Ha: Terdapat pengaruh secara parsial variabel BI rate terhadap tingkat
bagi hasil deposito mudharabah.
2. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan
surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal
sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar
bank, seperti dana masyarakat, pinjaman atau utang, dan lain-lain.
(Dendawijaya, 2003:122). Arthesa juga mengungkapkan bahwa Capital
Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio perbandingan antara modal risiko
dengan aktiva yang mengandung risiko. (Arthesa, 2006:146) Penelitian
Amelia, (Amelia, 2011:100) yang mengemukakan bahwa secara parsial
variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap
return deposito mudharabah dengan tingkat signifikansi 0.003. Hal ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Umiyati, (Umiyati, 2016:62)
menyatakan bahwa variabel CAR secara parsial berpengaruh terhadap
tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan tingkat signifikansi 0,000
Akan tetapi bertolak belakang dengan penelitian Rahayu, (Rahayu,
2012:12) mengungkapkan bahwa variabel CAR tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Berdasarkan
pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah dilakukan dengan
penilitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat pengaruh secara parsial variabel Capital Adequacy Ratio
(CAR) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
47
Ha: Terdapat pengaruh secara parsial variabel Capital Adequacy Ratio
(CAR) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
3. Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang
diberikan dengan dana yang diterima. (Riyadi, 2006:165) Menurut
Dendawijaya, Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio antara
jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank.
Rasio ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank. Dengan kata
lain, seberapa jauh penyaluran pembiayaan kepada nasabah dapat
mengimbangi kewajiban bank syariah untuk segera memenuhi permintaan
deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah disalurkan oleh
bank syariah. (Dendawijaya, 2003:118) Menurut Rahmawaty menyatakan
bahwa variabel Financing To Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Rahmawaty,
2015:100) Berbeda dengan penelitian Nofianti, yang mengungkapkan
bahwa variabel Financing To Deposits Ratio (FDR) berpengaruh positif
signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. (Nofianti,
2015:82) Senada dengan yang diungkapkan oleh Hikmah, dalam
penelitiannya menunjukan bahwa Financing to Deposits Ratio (FDR)
secara parsial mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat
bagi hasil deposito mudharabah. (Hikmah, 2015:83) Berdasarkan
pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah dilakukan dengan
penilitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
48
H0: Tidak terdapat pengaruh secara parsial variabel Financing to Deposit
Ratio (FDR) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Ha: Terdapat pengaruh secara parsial variabel Financing to Deposit Ratio
(FDR) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
4. Non Peforming Financing (NPF) adalah rasio untuk mengukur tingkat
pembiayaan macet yang terdapat di suatu bank yang merupakan salah satu
indikator kunci menilai kinerja keuangan bank. (Setiadi, 2013:217) Non
Performing Financing (NPF) juga dapat diartikan sebagai jumlah
pembiayaan yang tergolong non lancar dengan kualitas kurang lancar,
diragukan dan macet. (Muhammad, 2005:87) Penelitian Nofianti, (Nofianti,
2015:80) yang mengungkapkan bahwa variabel Non Performing Financing
(NPF) tidak berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil dengan nilai
signifikansi sebesar 0.074. Namun, bertolak belakang dengan penelitian
Syafira, (Syafira, 2014: 31) yang mengungkapkan bahwa variabel Non
Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif terhadap tingkat bagi
hasil deposito mudharabah dengan nilai signifikansi 0.0021. Berdasarkan
pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah dilakukan dengan
penilitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat pengaruh secara parsial variabel Non Performing
Financing (NPF) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Ha: Terdapat pengaruh secara parsial variabel Non Performing Financing
(NPF) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
49
5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang
rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Penelitian yang dilakukan
oleh Okthora, (Okthora, 2012:71) yang mengemukakan bahwa tingkat
imbal hasil SBIS berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah. Berdasarkan pemikiran teoritis dan studi empiris
yang pernah dilakukan dengan penilitian di bidang ini, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat pengaruh secara parsial variabel tingkat bonus Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah.
Ha: Terdapat pengaruh secara parsial variabel tingkat bonus Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
6. H0: Tidak terdapat pengaruh secara simultan variabel BI rate, Capital
Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Financing (NPF) dan tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Ha: Terdapat pengaruh secara simultan variabel BI rate, Capital Adequacy
Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing
Financing (NPF) dan tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini mengambil data laju tingkat
suku bunga Bank Indonesia (BI rate), tingkat bonus Surat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) dari website yang terdapat di Bank Indonesia dari tahun 2011
s.d Juni 2016. Selain itu, penelitian ini juga mengambil data dari laporan
keuangan tujuh Bank Umum Syariah yang di publikasikan di website resmi
bank bersangkutan. Sumber data ini dipilih karena dianggap sebagai sumber
yang valid dan dapat dipercaya.
Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data BI rate data
Capital Adequacy Ratio (CAR), data Financing to Deposit Ratio (FDR), data
Non Performing Financing (NPF), data tingkat bonus Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), serta data tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
B. Metode Penentuan Sampel
Menurut Sugiyono, (Sugiyono, 2010:117) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Suharyadi, (Suharyadi,
2013:7) populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang,
benda-benda, dan ukuran lain yang menjadi objek perhatian atau kumpulan
51
seluruh objek yang menjadi perhatian. Populasi dari penelitian ini adalah Bank
Umum Syariah di Indonesia sampai dengan waktu bulan Juni 2016.
Menurut Sugiyono, (Sugiyono, 2010:118) sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila peneliti
melakukan penelitian terhadap populasi yang besar, sementara peneliti ingin
meneliti tentang populasi tersebut dan peneliti memiliki keterbatasan dana,
tenaga dan waktu, maka peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel,
sehingga generalisasi kepada populasi yang diteliti. Maknanya sampel yang
diambil dapat mewakili atau representatif bagi populasi tersebut. Sementara
itu, Suharyadi, (Suharyadi, 2013:8) mengungkapkan arti sampel sebagai suatu
bagian dari populasi tertentu yag menjadi perhatian.
Ada beberapa metode penarikan sampel dalam sebuah penelitian. Pada
dasarnya, metode pengambilan sampel dapat dikelompokan menjadi dua
bagian, yaitu sampel probabilitas (probability sampling) dan sampel
nonprobabilitas (nonprobability sampling). Metode penarikan sampel
probalitas (probability sampling) adalah suatu metode yang memberikan
kesempatan sama terhadap anggota populasi untuk menjadi sampel.
(Suharyadi,2013:9) Sedangkan metode sampel nonprobabilitas (nonprobability
sampling) adalah kebalikan dari metode penarikan sampel nonprobabilitas
yaitu tidak setiap anggota populasi memiliki probabilitas yang sama. Hal ini
karena sampel diambil dengan pertimbangan khsusus atau susunan sampling
yang sistematis. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan sampelnya adalah
nonprobalibility sampling. Sampel yang diambil adalah tujuh Bank Umum
52
Syariah di Indonesia periode 2011 sampai Juni 2016. Adapun pertimbangan
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Bank Umum Syariah yang sudah mempublikasikan laporan keuangan
bersifat triwulan, antara triwulan I 2011 sampai dengan triwulan II 2016.
2. Bank Umum Syariah yang sudah memiliki data yang terkait dengan
variabel penelitian, seperti deposito mudharabah, CAR, FDR, NPF dan
SBIS.
Bank Umum Syariah tersebut diantaranya yaitu Bank Mandiri Syariah,
Bank Syariah Bukopin, Bank Mega Syariah, BRI Syariah, BNI Syariah, BCA
Syariah, dan Panin Dubai Bank Syariah.
C. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan dua metode
yang digunakan, diantaranya sebagai berikut:
1. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain (sudah tersedia)
dan digunakan untuk penelitian lain. Data tersebut meliputi Statistik Perbankan
Syariah, Outlook Perbankan Syariah yang diperoleh dari publikasi Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) periode 2011 s.d 2016, data tingkat suku bunga (BI rate) yang
diperoleh dari publikasi Bank Indonesia serta data dari laporan keuangan Bank
Umum Syariah yang di publikasikan di website resmi Bank Umum Syariah
yang bersangkutan periode 2011 s.d Juni 2016.
53
2. Penelitian Kepustakaan
Penelitian kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang
dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis
literature yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan
dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
kuantitatif. Analisis deskriptif merupakan penelitian terhadap fenomena atau
populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek berupa individu,
organisasional, industri atau perspektif lain. (Nur, 2002:88) Sedangkan metode
kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori
melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan
analisis data dengan prosedur statistik.
Analisis data penelitian ini menggunakan metode analisis regresi panel
data. Menurut Baltagi, (Baltagi, 2005:1) regresi panel data adalah penelitian
yang menggabungkan antara cross section seperti rumah tangga, negara,
perusahaan, dan sebagainya dengan periode waktu. Sementara itu, Suliyanto
mengungkapkan yang dimaksud dengan analisis regresi panel data adalah
regresi yang menggunakan panel data atau pool data yang merupakan
kombinasi dari data time series dan data cross section. (Suliyanto, 2011:229)
Penulis menggunakan software Eviews 9.0 dan Microsoft Excel 2013 sebagai
bantuan dalam melakukan analisis data.
54
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
dependen variabel, independen variabel ataupun keduanya mempunyai
distribusi yang normal atau tidak. (Ghozali, 2009:160) Sementara itu
Suliyanto, (Suliyanto, 2011:70) mengatakan bahwa uji normalitas
dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi
pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Dalam melakukan uji
nromalitas, terdapat beberapa metode yaitu uji normalitas dengan analisis
grafik, uji normalitas dengan metode signifikansi Skewness dan Kurtois,
uji normalitas dengan Jarque-Bera (JB Test) dan uji normalitas dengan
Kolmogorov-Smirnov. Dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas
metode signifikansi Skewness dan Kurtois. Adapun persamaan uji
normalitas dapat ditulis sebagai berikut:
𝑍𝑠𝑘𝑒𝑤 =𝑆−0
√6 𝑁⁄ 𝑍𝑘𝑢𝑟𝑡 =
𝐾−0
√24 𝑁⁄
Keterangan:
S - Nilai Skewness
N - Jumlah sampel
K - Nilai Kurtosis
JB = N [Sk²
6+
(K−3)²
24] …(3.1)
Keterangan:
JB - Statistik Jarque Bera
N - jumlah sampel
55
Sk - Skewness (kemencengan)
K - Kurtosis (peruncingan)
Untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak dengan
menggunakan Uji Jarque-Bera dengan pengambilan keputusan sebagai
berikut:
H0 = data berdistribusi normal
Ha = data tidak berdistribusi normal
Jika probability JB lebih > 0.05, maka berdistribusi normal
Jika probability JB lebih < 0.05, maka tidak berdistribusi normal
b. Uji Multikolinieritas
Menurut Suliyanto, (Suliyanto, 2011:81) multikolinearitas
merupakan peristiwa dimana terjadi linier yang mendekat sempurna antar
dua variable bebas. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atauu sempurna
diantara variable bebas atau tidak. menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Adanya
multikolinieritas atau korelasi yang tinggi antar variabel independen dapat
dideteksi dengan beberapa cara, salah satunya yaitu Tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF). Dalam penelitian ini menggunakan uji
multikolinieritas metode Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF)
dimana nilai batas korelasi antar variabel independen tidak lebih dari 0.90.
(Ghazali, 2013:80) Adapun persamaan uji multikolinearitas sebagai
berikut:
56
𝑉𝐼𝐹 = 1
(1−𝑅12)
....(3.2)
Keterangan :
VIF - Variance Inflation Factor
R12 - Estimasi regresi parsial variabel penjelas
Untuk mengetahui data memiliki gejala multikolinearitas dengan
pengambilan keputusan sebagai berikut:
H0 = tidak ada multikolinearitas
Ha = ada multikolinearitas
Jika r < 0.9, maka tidak ada multikolinearitas
Jika r > 0.9 maka ada multikolinearitas
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Suliyanto, (Suliyanto, 2011:81) Heteroskedastisitas berarti
ada varian variabel pada model regresi yang tidak sama (konstan). Uji
heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Data yang baik yaitu homoskedastisitas yaitu
kesamaan varians dan residual. (Ghozali, 2009:139) Ada dua cara untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu metode grafik dan
metode statistik. Metode grafik rellatif lebih mudah dilakukan namun
memiliki kelemahan yang cukup signifikan karena jumlah pengamatan
mempengaruhi tampilannya. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin
57
sulit menginterprestasikan hasil grafik plots. Sementara itu, metode
statistic memiliki beberapa cara dalam mendeteksi heteroskedastisitas
diantaranya yaitu Glesjer, White, Breusch-Pagan-Godfrey, Harvey, Park.
Dalam penelitian ini, cara yang digunakan dalam mendeteksi
heteroskedastisitas adalah metode statistik cara Uji White. Adapun
persamaan deteksi heteroskedastisitas dengan Uji White dapat ditulis
sebagai berikut:
𝑈12 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + ʋi ...(3.3)
Keterangan:
Ui - Nilai Residual
X1 - Variabel Bebas
Pendeteksian heteroskedasitas yang penulis gunakan adalah melalui
Uji White dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
H0 = tidak ada heteroskedasitas
Ha = ada heteroskedasitas
Bila probabilitas Obs* > 0.0 maka signifikan, H0 diterima
Bila probabilitas Obs* < 0.0 maka signifikan, H0 ditolak
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan
residual observasi lainnya. (Winarno, 2015:145) Uji autokorelasi bertujuan
untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang
58
berurutan sepanjang waktu satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena
residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data rentet waktu (time
series) karena “gangguan” pada seorang individu kelompok cenderung
mempengaruhi “gangguan” pada individu kelompok yang sama pada
periode berikutnya. Pada data crossection (silang waktu), masalah
autokorelasi relatif jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi yang
berbeda berasal dari individu kelompok yang berbeda. Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. (Ghazali, 2013:137) Ada
beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi diantaranya yaitu metode Durbin-Watson (DW test), metode
Lagrange Multiplier (LM test), metode Breusch-Godfrey (B-G test) dan
metode Run Test. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji
Lagrange Multiplier (LM test) untuk mendeteksi autokorelasi. Hal ini
dilakukan karena pengamatan dalam penelitian ini lebih dari 100
observasi. Adapun rumus uji autokorelasi secara umum dapat dituliskan
sebagai berikut:
y = β0 + β1x + u ...(3.4)
Sementara itu, untuk deteksi autokorelasi dengan uji Lagrange
Multiplier (LM test) dapat ditulis persamaan sebagai berikut:
LM = (n − q)R²u ...(3.5)
Keterangan:
LM - Lagrange Multiplier
59
n - jumlah sampel
q - quantity
R2 - Estimasi regresi parsial variabel penjelas
u - Nilai residual umum
Untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dapat juga menggunakan
Uji Langrange Multiplier (LM Test) atau yang disebut Uji Breusch-
Godfrey dengan membandingkan nilai probabilitas R-Squared dengan
alpha = 0.05.
H0 = tidak ada autokorelasi
Ha = ada autokorelasi
Bila probabilitas Obs* > 0.0 maka signifikan, H0 diterima
Bila probabilitas Obs* < 0.0 maka signifikan, H0 ditolak
2. Model Estimasi Regresi Panel Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis regresi panel
data. Regresi panel data merupakan penelitian yang menggabungkan antara
cross section (data silang) dengan time series (runtut waktu). Dalam
menganalisis data menggunakan metode analisis regresi panel data, diawali
dengan melakukan pooling data dalam bentuk workfile. Berikut ini langkah-
langkah dalam estaimasi model regresi panel data, diataranya yaitu: (Ghazali,
2013:252)
a. Model dengan Semua Koefisien Konstan terhadap Waktu dan Individu
(Common Effect)
60
Model seperti ini diakatakan sebagai model paling sederhana,
dimana pendekatannya mengabaikan dimensi waktu dan ruang yang
dimiliki oleh data panel. Metode yang digunakan untuk mengestimasi
dengan pendekatan ini seperti metode regresi OLS (Ordinary Least
Square). sehingga sering disebut pooled OLS atau common OLS model.
Bila kita punya asumsi bahwa α dan ß akan sama (konstan) untuk setiap
data time series dan cross section, maka α dan ß dapat diestimasi dengan
model berikut: (Suliyanto, 2011:231)
Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + εit ...(3.6)
Keterangan :
Y - Variabel dependen
X - Variabel independen
β - Koefisien slope atau koefisien arah
β0 - Intersep model regresi
i - Unit cross section
t - Periode waktu
ɛ - Komponen eror
b. Koefisien Slope Konstan tetapi Intersep Bervariasi Antar Individu (Fixed
Effect Model)
Pendekatan ini merupakan cara memasukkan “individualitas” setiap
perusahaan atau setiap unit cross-sectional adalah dengan membuat
intersep bervarisi untuk setiap perusahaan tetapi masih tetap berasumsi
61
bahwa koefisien slope konstan untuk setiap perusahaan. Model regresinya
sebagai berikut: (Suliyanto, 2011:234)
Yit = β0i + βX1it + εit ...(3.7)
Keterangan :
Yit - Variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Xit - Variabel independen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β - Koefisien slope atau koefisien arah
β0i - Intersep model regresi
εit - Komponen eror pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Istilah Fixed Effect menunjukkan walaupun intersep mungkin
berbeda untuk setiap individu tetapi intersep setiap individu tersebut tidak
bervariasi terhadap waktu (time invariant). Dalam model ini juga
disumsikan bahwa koefisien slope tidak bervariasi baik terhadap individu
maupun waktu (konstan). Pemikiran inilah yang menjadi dasar pemikiran
pembentukan model tersebut.
c. Uji Chow
Uji chow bertujuan untuk memilih model terbaik antara model
Common Effect dengan Fixed Effect Model. Nilai yang harus diperhatikan
pada uji chow adalah nilai probabilitas dari F-Statistik. Hipotesis yang
digunakan dalam uji chow adalah sebagai berikut:
H0 : Common Effect Model (CEM)
Ha : Fixed Effect Model (FEM)
62
Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikasi
(5%), maka tolak H0. Begitu pula sebaliknya jika nilai probabilitas F-
statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka menerima H0.
Dasar penolakan terhadap hipotesis nol adalah dengan menggunakan F-
statistik seperti yang dirumuskan sebagai berikut:
CHOW =N−1
NT−N−K …(3.8)
Keterangan:
N - Jumlah data cross section
T - Jumlah data time series
K - Jumlah variabel penjelas
d. Model Efek Random (Random Effect)
Bila pada Model Efek Tetap, perbedaan antar-individu dan atau
waktu dicerminkan lewat intercept, maka pada Model Efek Random,
perbedaam tersebut diakomodasi lewat error. Teknik ini juga
memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time series
dan cross section. Model persamaan regresinya sebagai berikut:
(Suliyanto, 2011:243)
Tidak seperti pada model efek tetap (β0 dianggap tetap), pada model
ini β0 diasumsikan bersifat random, sehingga dapat dituliskan dalam
persamaan:
β0 = β0 + ui , i = 1,…,n
Sehingga persamaan model yang digunakan adalah:
Yit = β0i + βX1it + ui + εit …(3.9)
63
Keterangan:
Yit - Variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Xit - Variabel independen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β - Koefisien slope atau koefisien arah
β0i - Intersep model regresi
ui - Komponen eror pada unit ke-i dan waktu ke-t
εit - Komponen eror pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
e. Uji Hausman
Uji Hausman bertujuan untuk memilih antara Fixed Effect Model
(FEM) atau Random Effect Model (REM). Nilai yang harus diperhatikan
pada uji hausman adalah nilai probabilitas dari Cross-section random.
Hipotesis yang digunakan dalam uji hausman adalah sebagai berikut:
H0 : Random Effect Model (REM)
Ha : Fixed Effect Model (FEM)
Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikasi
0.005 (5%), maka menolak H0. Begitu pula sebaliknya jika nilai
probabilitas F-statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka
menerima H0. Adapun persamaan uji hausman dapat ditulis sebagai
berikut:
H = (βRE − βFE)¹(∑FE − ∑RE)⁻¹(βRE − βFE) …(3.10)
Keterangan:
βRE - Random Effect Estimator
βFE - Fixed Effect Estimator
64
∑FE - Matriks Kovarians Fixed Effect
∑RE - Matriks Kovarians Random Effect
3. Uji Hipotesis
a. Uji t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel individu independen secara individu dalam menerangkan
variabel dependen. (Ghozali, 2009:177) Apabila thitung > ttabel, maka H0
ditolak dan Ha diterima, yang berarti variabel independen mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen dengan
menggunakan tingkat signifikan sebesar 5%, jika nilai thitung > ttabel maka
secara satu persatu variabel independen mempengaruhi variabel dependen.
Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai
probabilitas lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%),
maka variabel independen secara satu persatu berpengaruh terhadap
variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari pada
0,05 maka variabel independen secara satu persatu tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai
berikut:
H0 : ß = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
Ha : ß ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan adalah :
65
Jika Probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak
Jika Probabilitas > 0.05 maka H0 diterima
Dalam penelitian ini menggunakan uji signifikan dua arah atau two
tailed test, yaitu suatu uji yang mempunyai dua daerah penolakan H yaitu
terletak di ujung sebelah kanan dan kiri. Dalam pengujian dua arah, biasa
digunakan untuk tanda sama dengan (=) pada hipotesis nol dan tanda tidak
sama dengan (≠) pada hipotesis alternatif. Tanda (=) dan (≠) ini tidak
menunjukan satu arah, sehingga pengujian dilakukan untuk dua arah.
Kriteria dalam uji parsial (Uji t) dapat dilihat berdasarkan uji hipotesis
dengan membandingkan thitung dengan ttabel. Apabila thitung < ttabel atau thitung
> ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independen
secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen, variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh
siginifikan Apabila thitung ≤ ttabel atau thitung ≥ ttabel maka H0 diterima dan Ha
ditolak artinya variabel independen secara parsial tidak mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Selain itu, dapat juga
dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil
daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka variabel independen
secara satu persatu berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan
jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka variabel independen
secara satu persatu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
(Purwanto, 2009:88-89) Adapun persamaan uji t dapat dituliskan sebagai
berikut:
66
ti =bj
sbj …(3.11)
Keterangan:
ti - Nilai t hitung
bj - Koefisien regresi
Sbj - Kesalahan baku koefisien regresi
b. Uji F
Uji f digunakan bertujuan untuk membuktikan apakah variabel-
variabel independen (X) secara simultan bersama-sama pempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen (Y). Apabila Fhitung > Ftabel, maka H0
ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel independen mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen dengan
munggunakan tingkat signifikansi sebesar 5%. Jika nilai Fhitung > Ftabel,
maka secara bersama-sama seluruh variabel independen mempengaruhi
variabel dependen. Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas.
Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi
5%), maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar
daripada 0,05 maka variabel independen secara serentak tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Ho : ß = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
67
Ha : ß ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara
varibel independen terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan adalah :
Jika Probabilitas < 0.05 maka ditolak
Jika Probabilitas > 0.05 maka diterima
Adapun persamaan uji signifikansi simultan dapat ditulis sebagai berikut:
F =R² (K−1)⁄
1−R² (n−k)⁄ ...(3.12)
Keterangan:
F - Nilai F hitung
R² - Koefisien determinasi
k - Jumlah variabel
n - Jumlah pengamatan (ukuran sampel)
4. Koefisien Determinasi (Adjusted R²)
Menurut Ghozali, menyatakan Uji koefisien determinasi bertujuan untuk
melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat
yang dilihat melalui adjusted R². Adjusted R² ini digunakan karena variabel
bebas dalam penelitian ini lebih dari dua.Nilainya terletak antara 0 dan 1. Jika
hasil yang diperoleh >0,5, maka model yang digunakan dianggap cukup handal
dalam membuat estimasi. Semakin besar angka Adjusted R² maka semakin
baik model yangdigunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas
terhadap variabelterikatnya. Jika Adjusted R² semakin kecil berarti semakin
lemah model tersebut untuk menjelaskan variabilitas dari variabel terikatnya.
68
(Ghozali, 2009:177) Adapun persamaan koefisien determinasi dapat dituliskan
sebagai berikut:
𝑅2 = 1 −𝛴(𝑌−𝑌)²
𝛴(𝑌−𝑌)² ....(3.13)
Keterangan:
R2 - koefisien determinasi
(𝑌 − 𝑌)² - Kuadrat selisih nilai Y riil dengan nilai Y prediksi
(𝑌 − 𝑌)² - Kuadrat selisih nilai Y riil dengan nilai Y rata-rata
5. Koefisien Persamaan Regresi Panel Data
Persamaan regresi ini bertujuan untuk memprediksi besarnya keterikatan
dengan menggunakan data variabel bebas yang sudah diketahui besarnya.
(Santoso, 2010:163) Variabel-variabel yang terdiri dari variabel terikat (Y) dan
variabel bebas (X). Variabel terikat terdiri dari satu variabel, yaitu tingkat bagi
hasil deposito mudharabah, dan variabel bebas yang terdiri dari BI rate,
Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Financing (NPF), Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS). Dari variabel-variabel tersebut akan diteliti suatu analisa
apakah adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y dalam analisis regresi
panel data. Berikut ini model dasar persamaan data panel:
Yit = β1X1it + β2X2it + β3X3it + μit ...(3.14)
Model persamaan yang akan diestimasi pada penelitian ini adalah:
return = β0 − β1BI rateit + β2CARit − β3FDRit − β4NPFit + β5SBISit + εit
...(3.15)
Keterangan:
69
return - tingkat bagi hasil deposito mudharabah
β0 - Konstanta
β1,β2,β3,β4β5 - Koefisien Variabel Independen
CAR - Capital Adequacy Ratio
FDR - Financing to Deposit Ratio
NPF - Non Performing Financing
SBIS - tingkat bonus SBIS
ε - Koefisien Eror
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan peneliti
dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukkan pada
dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel penelitian yang diperoleh
pengamatan dan penelitian terdahulu.
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variebel yang di pengaruhi oleh variabel
independen. Variabel dependen penelitian ini adalah tingkat bagi hasil
depsosito mudharabah jangka 6 (enam) bulan pada Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2011 s.d Juni 2016.
Menurut Anshori, deposito mudharabah merupakan simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
perjanjian nasabah penyimpan dengan bank atau pada saat jatuh tempo. Produk
ini ditujukan untuk kepentingan investasi dalam bentuk surat-surat berharga.
(Anshori, 2007: 93) Sedangkan Hadi mengungkapkan bahwa deposito
70
mudharabah adalah investasi yang dilakukan pada bank syariah dengan
menambahkan dalam bentuk dana tunai untuk jangka waktu 1 bulan, 3 bulan,
12 bulan dengan nisbah tertentu. (Hadi, 2011:52)
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel
dependen. Variabel yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini
adalah:
a. BI rate (X1)
Menurut McConell Brue, yang dimaksud dengan suku bunga adalah
harga yang dibayarkan untuk penggunaan uang. Ini merupakan harga yang
harus peminjam bayar kepada pemberi pinjaman untuk mentransfer daya
beli di masa depan. (McConnell, 2008:259)
Di Indonesia, suku bunga ditetapkan oleh Bank Sentral yaitu Bank
Indonesia yang lebih dikenal dengan istilah BI rate. BI rate adalah suku
bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter
yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI
rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat
Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter
yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity
management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan
moneter.
b. Capital Adequacy Ratio (CAR) (X2)
71
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang mengandung risiko
(kredit, penyertaan surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai
dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman atau
utang, dan lain-lain. Dendawijaya, 2003, hal. 122. Capital Adequacy Ratio
(CAR) merupakan gambaran mengenai kemampuan bank syariah
memenuhi kecukupan modalnya. (Muhammad, 2014:254)
Nilai minimum Capital Adequacy Ratio (CAR) yang harus dipenuhi
oleh setiap bank, baik bank umum konvensional maupun bank umum
syariah harus 8%. (Kasmir, 2009:50)
c. Financing to Deposit Ratio (FDR) (X3)
Menurut Dendawijaya, Financing to Deposit Ratio (FDR)
merupakan rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana
yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukan salah satu penilaian
likuiditas bank. Dengan kata lain, seberapa jauh penyaluran pembiayaan
kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank syariah untuk segera
memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang
telah disalurkan oleh bank syariah. (Dendawijaya, 2003:118) Sementara
itu, Kasmir mengartikan FDR sebagai rasio untuk mengukur jumlah kredit
yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal
sendiri yang digunakan. (Kasmir, 2004:319)
72
Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin baiknya fungsi
intermediasi bank yang bersangkutan. FDR yang tinggi mengindikasikan
tingkat pembiayaan tinggi dan ini berdampak pada meningkatnya return
yang akan dihasilkan dari pembiayaan.
d. Non Performing Financing (NPF) (X4)
Non Peforming Financing (NPF) adalah rasio untuk mengukur
tingkat pembiayaan macet yang terdapat di suatu bank yang merupakan
salah satu indikator kunci menilai kinerja keuangan bank. (Setiadi,
2013:217) Non Performing Financing (NPF) juga dapat diartikan sebagai
jumlah pembiayaan yang tergolong non lancar dengan kualitas kurang
lancar, diragukan dan macet. (Muhammad, 2005:87) Ihsan
mengungkapkan bahwa Non Performing Financing (NPF) adalah alat ukur
tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah.
Adapun standar terbaik Non Performing Financing (NPF) adalah kurang
dari 5%. (Ihsan, 2013:96)
e. Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).(X5)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang
rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. (Bankir, 2014:260) Menurut
PBI Nomor: 10/ 11/ PBI/ 2008 pasal 11 dinyatakan bahwa pihak-pihak
yang dapat ikut serta dalam penerbitan SBIS adalah Bank Umum Syariah
(BUS), atau Unit Usaha Syariah (UUS), atau pialang yang bertindak untuk
73
dan atas nama BUS/ UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta
tidak langsung. (Ihsan, 2015: 117)
74
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Tiga tahun terakhir sektor perbankan syariah menunjukkan tingkat
pertumbuhan aset, pembiayaan dan dana pihak ketiga yang cenderung
menurun. Beberapa tahun sebelumnya pertumbuhan ketiga indikator tersebut
cukup baik bahkan mencapai 50 persen di tahun 2011. Namun memasuki tahun
2012, terjadi penurunan pertumbuhan yang alurnya semakin menurun terutama
di triwulan II tahun 2015 ini. Sepertinya sektor perbankan syariah sedang
memasuki fase baru yang penuh tantangan untuk mempertahankan
eksistensinya.
Sementara itu, di lihat dari kontribusi perbankan syariah terhadap industri
perbankan di tanah air, market share dari perbankan syariah stagnan di angka
4.70 persen dari keseluruhan total aset perbankan nasional. Bahkan bisa
dibilang telah terjadi penurunan pangsa pasar perbankan syariah dari posisi
sebelumnya di level 4.86 persen pada triwulan II tahun 2014 (yoy). Hal ini
memperlihatkan pertumbuhan aset perbankan syariah belum dapat melewati
ambang batas 5 persen.
Dari sisi penghimpunan dana, perbankan syariah di triwulan-II 2015
berhasil menghimpun dana masyarakat sebesar Rp 215,34 Triliun atau
mengalami kenaikan sebesar 12,4 persen dari posisi triwulan II 2014 (yoy).
Dari jumlah dana pihak ketiga (DPK) tersebut, proporsi terbanyak adalah
75
dalam bentuk deposito mudharabah (60 persen) diikuti tabungan mudharabah
(23 persen), giro wadiah (11 persen) dan tabungan wadiah (6 persen).
Sementara berdasarkan jatuh tempo, mayoritas deposito (78.2%) yang ada di
perbankan syariah adalah deposito dengan jangka waktu 1 bulan. Jadi
berdasarkan komposisi DPK ini perbankan syariah di tanah air cukup rentan
terhadap risiko mismatch karena kewajiban (liability) yang sensitif terhadap
pergerakan imbal hasil didominasi oleh dana jangka pendek.
Dari sisi penyaluran pembiayaan perbankan syariah Agustus 2016
mencatat angka Financing to Deposit Ratio (FDR) 87.53 persen. Angka
tersebut masih lebih lebih baik dari perbankan konvensional yang memiliki
Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 79.89 persen. Meskipun lebih baik disisi
penyaluran pembiayaan (FDR), namun tren peningkatan kredit bermasalah
(NPF) pada beberapa tahun terakhir perlu diberi perhatian khusus oleh
manajemen bank syariah.
Berdasarkan data per Agustus 2016 nilai NPF bank syariah mencapai 5.55
persen meningkat dari tahun 2015 senilai 3.70 persen dengan periode yang
sama. Dengan kata lain kinerja FDR yang tinggi seharusnya dibarengi oleh
kualitas pembiayaan yang juga baik sehingga akan bermuara ke tingkat
keuntungan yang lebih meningkat. Namun, ketika terjadi peningkatan FDR
yang sejalan dengan kenaikan NPF maka perbankan syariah justru tidak dapat
menikmati hasil yang diinginkan secara maksimal. Kemudian, peningkatan
NPF juga dapat menggerus rasio kecukupan modal (CAR) bank syariah dimana
beberapa tahun terakhir nilainya lebih rendah dari perbankan konvensional.
76
Untuk periode Agustus 2016 CAR perbankan syariah sudah jatuh ke titik
14.87 persen.
Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) Agustus 2016, jumlah Bank Umum Syariah telah mencapai
12 BUS, dengan jumlah 451 Kantor Cabang, 1.149 Kantor Cabang Pembantu
dan 176 Kantor Kas. Tidak hanya Bank Umum Syariah, perkembangan
tersebut juga diikuti oleh jumlah Unit Usaha Syariah yang hingga saat ini
tercatat sudah mencapai 22 Unit Usaha Syariah dengan 149 Kantor Cabang,
135 Kantor Cabang Pembantu dan 44 Kantor Kas yang tersebar diseluruh
wilayah di Indonesia. Adapun objek penelitian ini terdiri dari tujuh Bank
Umum Syariah diantaranya sebagai berikut:
1. Bank Mandiri Syariah
Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan
intergritas telah tertanam kuat pada segenap insa Bank Syatiah Mandiri sejak
awal pendiriannya. Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya
merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-
1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997,
yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik
nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat
terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha.
Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh
bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya
77
mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi
sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT
Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari
situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank
lain serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan,
pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang
Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru
bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan
penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan
syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas
diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum
untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan
UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT
Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh
karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan
sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank
78
konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah
dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta
Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/
KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi
Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui
perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan
dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai
beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1
November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan
nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah
Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama
membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih bank.
(www.syariahmandiri.co.id)
2. Bank Bukopin Syariah
PT Bank Syariah Bukopin (selanjutnya disebut Perseroan) sebagai bank
yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula masuknya konsorsium
PT Bank Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank Persyarikatan Indonesia
(sebuah bank konvensional) oleh PT Bank Bukopin, Tbk., proses akuisisi
79
tersebut berlangsung secara bertahap sejak 2005 hingga 2008, dimana
PT Bank Persyarikatan Indonesia yang sebelumnya bernama PT Bank
Swansarindo Internasional didirikan di Samarinda, Kalimantan Timur
berdasarkan Akta Nomor 102 tanggal 29 Juli 1990 merupakan bank umum
yang memperolah Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor 1.659/
KMK.013/1990 tanggal 31 Desember 1990 tentang Pemberian Izin Peleburan
Usaha 2 (dua) Bank Pasar dan Peningkatan Status Menjadi Bank Umum
dengan nama PT Bank Swansarindo Internasional yang memperoleh kegiatan
operasi berdasarkan surat Bank Indonesia (BI) nomor 24/1/UPBD/PBD2/Smr
tanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin Usaha Bank Umum
dan Pemindahan Kantor Bank.
Pada tahun 2001 sampai akhir 2002 proses akuisisi oleh Organisasi
Muhammadiyah dan sekaligus perubahan nama PT Bank Swansarindo
Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia yang memperoleh
persetujuan dari (BI) nomor 5/4/KEP. DGS/2003 tanggal 24 Januari
2003 yang dituangkan ke dalam akta nomor 109 Tanggal 31 Januari 2003.
Dalam perkembangannya kemudian PT Bank Persyarikatan Indonesia
melalui tambahan modal dan asistensi oleh PT Bank Bukopin, Tbk., maka
pada tahun 2008 setelah memperolah izin kegiatan usaha bank umum yang
beroperasi berdasarkan prinsip syariah melalui Surat Keputusan
Gubernur Bank Indonesia nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27
Oktober 2008 tentang Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank
Konvensional Menjadi Bank Syariah, dan Perubahan Nama PT Bank
80
Persyarikatan Indonesia Menjadi PT Bank Syariah Bukopin dimana secara
resmi mulai efektif beroperasi tanggal 9 Desember 2008.
Kegiatan operasional Perseroan secara resmi dibuka oleh Bapak M. Jusuf
Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004 -2009. Sampai
dengan akhir Desember 2014. Perseroan memiliki jaringan kantor
yaitu 1 (satu) Kantor Pusat dan Operasional, 11 (sebelas) Kantor
Cabang, 7 (tujuh) Kantor Cabang Pembantu, 4 (empat) Kantor Kas, 1 (satu)
unit mobil kas keliling, dan 76 (tujuh puluh enam) Kantor Layanan Syariah,
serta 27 (dua puluh tujuh) mesin ATM BSB dengan jaringan Prima dan
ATM Bank Bukopin. (www.syariahbukopin.co.id)
3. Bank Mega Syariah
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum yang
didirikan pada 14 Juli 1990 melalui Keputusan Menteri Keuangan RI
No.1046/KMK/013/1990 tersebut, diakuisisi CT Corpora (d/h Para Group)
melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan PT Para Rekan
Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham memang ingin
mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank umum syariah.
Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan Bank Tugu
dikonversi menjadi bank syariah melalui Keputusan Deputi Gubernur Bank
Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004 menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia
(BSMI) pada 27 Juli 2004, sesuai dengan Keputusan Deputi Gubernur Bank
Indonesia No.6/11/KEP.DpG/2004.
81
Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah perbankan Indonesia
sebagai upaya pertama pengonversian bank umum konvensional menjadi
bank umum syariah. Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Hampir
tiga tahun kemudian, pada 7 November 2007, pemegang saham memutuskan
perubahan bentuk logo BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional yang
menjadi sister company-nya, yakni PT Bank Mega, Tbk., tetapi berbeda
warna. Sejak 2 November 2010 sampai dengan sekarang, melalui
Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.12/75/KEP.GBI/DpG/2010, PT.
Bank Syariah Mega Indonesia berganti nama menjadi PT Bank Mega
Syariah.
Untuk mewujudkan visi "Tumbuh dan Sejahtera Bersama Bangsa", CT
Corpora sebagai pemegang saham mayoritas memiliki komitmen dan
tanggung jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega Syariah sebagai bank
umum syariah terbaik di industri perbankan syariah nasional. Komitmen
tersebut dibuktikan dengan terus memperkuat modal bank. Dengan demikian,
Bank Mega Syariah akan mampu memberikan pelayanan terbaik dalam
menghadapi persaingan yang semakin ketat dan kompetitif di industri
perbankan nasional. Misalnya, pada 2010, sejalan dengan perkembangan
bisnis, melalui rapat umum pemegang saham (RUPS), pemegang saham
meningkatkan modal dasar dari Rp 400 miliar menjadi Rp 1,2 triliun dan
modal disetor bertambah dari Rp 150,060 miliar menjadi Rp 318,864 miliar.
Saat ini, modal disetor telah mencapai Rp 787,204 miliar.
82
Di sisi lain, pemegang saham bersama seluruh jajaran manajemen Bank
Mega Syariah senantiasa bekerja keras, memegang teguh prinsip kehati-
hatian, serta menjunjung tinggi asas keterbukaan dan profesionalisme dalam
melakukan kegiatan usahanya. Beragam produk juga terus dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta didukung infrastrukur layanan
perbankan yang semakin lengkap dan luas, termasuk dukungan sejumlah
kantor cabang di seluruh Indonesia.
Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sekaligus
mengukuhkan semboyan "Untuk Kita Semua", pada 2008, Bank Mega
Syariah mulai memasuki pasar perbankan mikro dan gadai. Strategi tersebut
ditempuh karena ingin berperan lebih besar dalam peningkatan perekonomian
umat yang mayoritas memang berbisnis di sektor usaha mikro dan kecil.
Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank devisa.
Dengan status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi devisa dan terlibat
dalam perdagangan internasional. Artinya, status itu juga telah memperluas
jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya menjangkau ranah domestik,
tetapi juga ranah internasional. Strategi peluasan pasar dan status bank devisa
itu akhirnya semakin memantapkan posisi Bank Mega Syariah sebagai salah
satu bank umum syariah terbaik di Indonesia.
Selain itu, pada 8 April 2009, Bank Mega Syariah memperoleh izin dari
Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI) sebagai bank penerima
setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS BPIH). Dengan demikian,
bank ini menjadi bank umum kedelapan sebagai BPS BPIH yang tersambung
83
secara online dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat)
Depag RI. Izin itu tentu menjadi landasan baru bagi Bank Mega Syariah untuk
semakin melengkapi kebutuhan perbankan syariah umat Indonesia.
(www.megasyariah.co.id)
4. BNI Syariah
Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem
perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil,
transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap
sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang
No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha
Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang,
Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus
berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.
Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor
Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 1500
outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan
operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap
aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai
oleh KH.Ma’ruf Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui
pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha
kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun
84
2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin
off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010
dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS).
Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal
berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19
tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan
syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk
perbankan syariah juga semakin meningkat. Juni 2014 jumlah cabang BNI
Syariah mencapai 65 Kantor Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, 17
Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan 20 Payment Point.
(www.bnisyariah.co.id)
5. BCA Syariah
Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam
beberapa tahun terakhir menunjukkan minat masyarakat mengenai ekonomi
syariah semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan
layanan syariah, maka berdasarkan akta Akuisisi No. 72 tanggal 12 Juni 2009
yang dibuat dihadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., Msi, .PT.Bank
Central Asia, Tbk (BCA) mengakuisisi PT Bank Utama Internasional Bank
(Bank UIB) yang nantinya menjadi PT. Bank BCA Syariah.
Selanjutnya berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan di Luar Rapat
Perseroan Terbatas PT Bank UIB No. 49 yang dibuat dihadapan Notaris Pudji
85
Rezeki Irawati, S.H., tanggal 16 Desember 2009, tentang perubahan kegiatan
usaha dan perubahan nama dari PT Bank UIB menjadi PT Bank BCA
Syariah. Akta perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. AHU-01929. AH.01.02
tanggal 14 Januari 2010.
Pada tanggal yang sama telah dilakukan penjualan 1 lembar saham ke
BCA Finance, sehingga kepemilikan saham sebesar 99,9997%
dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk, dan 0,0003% dimiliki oleh PT
BCA Finance. Perubahan kegiatan usaha Bank dari bank konvensional menjadi
bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui
Keputusan Gubernur BI No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2010.
Dengan memperoleh izin tersebut, pada tanggal 5 April 2010, BCA Syariah
resmi beroperasi sebagai bank umum syariah. (www.bcasyariah.co.id)
6. BRI Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap
Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari
Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya
o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT.
Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI Syariah
merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional,
kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip
syariah Islam.
86
Dua tahun lebih PT. Bank BRI Syariah hadir mempersembahkan sebuah
bank ritel modern terkemuka dengan layanan fi-nansial sesuai kebutuhan
nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna.
Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence) dan
menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip
syariah. Kehadiran PT. Bank BRI Syariah di tengah-tengah industri perbankan
nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo
perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat
terhadap sebuah bank modern sekelas PT. Bank BRI Syariah yang mampu
melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang
digunakan merupakan turunan dari warna biru dan putih sebagai benang
merah dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.
Aktivitas PT. Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19
Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRI
Syariah (proses spin off) yang berlaku efektif pada tanggal 1
Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku
Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak
Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRI Syariah.
Saat ini PT. Bank BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar
berdasarkan aset. PT. Bank BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi
aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus
pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRI Syariah menargetkan menjadi
87
bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan
layanan perbankan.
Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRI Syariah merintis sinergi
dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan
jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai Kantor
Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis yang berfokus kepada
kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan konsumer berdasarkan
prinsip Syariah. (www.brisyariah.co.id)
7. Panin Dubai Bank Syariah
Panin Dubai Syariah Bank hadir untuk melayani dan memenuhi kebutuhan
transaksi syariah seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Perbankan
syariah Indonesia adalah perbankan yang modern, terbuka bagi semua segmen
masyarakat dan melayani seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa
terkecuali, baik muslim maupun non muslim.
Perbankan Syariah dengan logo iB (baca ai-Bi) adalah ikon atau singkatan
dari Islamic Banking (di Indonesia dikenal dengan Perbankan Syariah)
dengan menawarkan produk serta jasa bank yang lebih beragam dengan
skema keuangan yang lebih bervariasi. Produk titipan maupun investasi Panin
Dubai Syariah Bank dijamin sesuai dengan Undang-Undang No.24 tahun 2004
tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hingga nilai maksimal Rp.2
miliar. (www.paninbanksyariah.co.id)
88
B. Analisis Deskriptif
1. BI rate
Menurut McConell Brue, yang dimaksud dengan suku bunga adalah harga
yang dibayarkan untuk penggunaan uang. Ini merupakan harga yang harus
peminjam bayar kepada pemberi pinjaman untuk mentransfer daya beli di masa
depan. (McConnell, 2008:259) Long mengartikan suku bunga sebagai harga
dimana daya beli dapat bergeser dari masa depan ke masa kini dipinjam hari ini
dengan janji untuk membayar kembali dengan bunga di masa depan. (Long,
2002:37) Adapun data BI rate periode triwulan I 2011 s.d. triwulan II 2016
sebagai berikut:
Tabel 4.1
BI rate
Triwulan I 2011 s.d Triwulan II 2016 (dalam persen)
TRIWULAN TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 6.75 5.75 5.75 7.5 7.5 6.75
2 6.75 5.75 6.5 7.5 7.5 6.5
3 6.00 5.75 7.25 7.5 7.5
4 5.75 5.75 7.5 7.75 7.5
sumber: Bank Indonesia, 2011-2016
Berdasarkan tabel di atas tingkat suku bunga atau BI rate terendah terjadi
pada triwulan IV tahun 2011 s.d triwulan I tahun 2013 sebesar 5.75 persen,
sedangkan nilai tertinggi terjadi pada triwulan IV tahun 2014 sebesar 7.75
persen.
Pada tahun 2011 nilai BI rate terendah pada triwulan IV dengan nilai 5.75
persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada triwulan I dan II dengan nilai 6.75
persen. Pada tahun 2012 nilai BI rate cenderung stabil dengan nilai tetap yaitu
89
sebesar 5.75 persen. Pada tahun 2013 nilai BI rate cenderung fluktuatif dengan
nilai terendah pada triwulan I sebesar 5.75 persen, sedangkan nilai tertinggi
terjadi pada triwulan IV sebesar 7.5 persen. Pada tahun 2014 nilai BI rate
terendah pada triwulan I-III sebesar 7.5 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi
pada triwulan IV sebesari 7.75 persen.
Pada tahun 2015 nilai BI rate terendah pada triwulan IV dengan nilai 5.75
persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada triwulan I dan II dengan nilai
6.75 persen. Sementara itu, untuk tahun 2016 hanya sampai bulan Juni dimana
nilai BI rate terendah terjadi pada triwulan II sebesar 6.5 persen.
2. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan surat
berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank
disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti
dana masyarakat, pinjaman atau utang, dan lain-lain. (Dendawijaya, 2003, hal.
122).
Arthesa juga mengungkapkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR)
adalah rasio perbandingan antara modal risiko dengan aktiva yang
mengandung risiko. (Arthesa, 2006:146) Ihsan mengungkapkan Capital
Adequacy Ratio (CAR) sebagai rasio kewajiban pemenuhan modal minimum
yang harus dimiliki oleh bank. (Ihsan, 2013:93)
Sementara itu, Arifin mengartikan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai
rasio kecukupan modal bank yang dapat diukur dengan membandingkan modal
90
dengan dana pihak ketiga, dan membandingkan modal dengan aktiva berisiko.
(Arifin, 2009:162) Nilai minimum Capital Adequacy Ratio (CAR) yang harus
dipenuhi oleh setiap bank, baik bank umum konvensional maupun bank umum
syariah harus 8%. (Kasmir, 2009:50) Adapun data Capital Adequacy Ratio
(CAR) periode triwulan I 2011 s.d. triwulan II 2016 sebagai berikut:
Tabel 4.2
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Triwulan I 2011 s.d Triwulan II 2016 (dalam persen)
BANK WAKTU TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Mandiri
Syariah
Triwulan 1 11.88 13.91 15.23 14.83 12.63 13.39
Triwulan 2 11.24 13.66 14.16 14.86 11.97 13.69
Triwulan 3 11.06 13.15 14.16 15.53 11.84
Triwulan 4 14.57 13.82 14.1 14.76 12.85
Bukopin
Syariah
Triwulan 1 12.12 14.58 12.63 11.24 14.5 15.62
Triwulan 2 17.46 13.25 11.84 10.74 14.1 14.82
Triwulan 3 17.72 12.28 11.18 16.15 16.26
Triwulan 4 15.29 12.78 11.1 15.85 16.31
Mega
Syariah
Triwulan 1 15.07 12.9 13.49 15.28 15.62 22.22
Triwulan 2 14.75 13.08 13.01 15.93 16.54 22.86
Triwulan 3 13.77 11.16 12.7 16.34 17.81
Triwulan 4 13.51 13.51 12.99 18.82 18.74
BNI
Syariah
Triwulan 1 25.91 19.07 14.02 15.67 15.4 15.85
Triwulan 2 22.24 17.56 18.9 14.53 15.11 15.56
Triwulan 3 20.86 16.55 16.63 19.35 15.38
Triwulan 4 20.67 14.1 16.23 18.42 15.48
BCA
Syariah
Triwulan 1 64.29 44.5 30.7 21.68 25.53 39.16
Triwulan 2 61.72 41.33 27.93 21.83 23.56 37.93
Triwulan 3 51.78 34.05 24.75 35.18 36.6
Triwulan 4 45.94 31.47 22.35 29.57 34.3
BRI
Syariah
Triwulan 1 21.72 14.74 11.81 14.15 13.21 14.66
Triwulan 2 19.99 13.59 15.00 13.99 11.03 14.06
Triwulan 3 18.33 12.92 14.66 13.86 13.82
Triwulan 4 14.74 13.59 11.49 12.89 13.94
Panin
Dubai
Bank
Syariah
Triwulan 1 44.66 59.72 27.09 31.15 24.80 19.77
Triwulan 2 100.63 45.65 23.11 25.52 21.88 19.51
Triwulan 3 81.98 34.48 19.75 26.16 21.44
Triwulan 4 61.98 32.30 20.83 25.69 20.30
sumber: Laporan BUS, diolah 2011-2016
91
Berdasarkan tabel di atas nilai Capital Adequaty Ratio (CAR) terendah
terjadi pada Bank Bukopin Syariah saat triwulan II tahun 2012 sebesar 10.74
persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Panin Dubai Bank Syariah saat
triwulan II tahun 2011 sebesar 100.63 persen.
Pada tahun 2011 terdapat ketimpangan nilai Capital Adequaty Ratio
(CAR) dimana nilai terendah terjadi pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan
III sebesar 10.06 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Panin Dubai
Bank Syariah saat triwulan II dengan nilai 100.63 persen. Pada tahun 2012
nilai Capital Adequaty Ratio (CAR) terendah terjadi pada Bank Bukopin
Syariah saat triwulan III sebesar 12.28 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi
pada Panin Dubai Bank Syariah saat triwulan I sebesar 59.72 persen.
Pada tahun 2013 nilai Capital Adequaty Ratio (CAR) terendah pada Bank
Bukopin Syariah saat triwulan IV sebesar 11.1 persen, sedangkan nilai tertinggi
terjadi pada Bank BCA Syariah saat triwulan I sebesar 30.7 persen. Pada tahun
2014 nilai Capital Adequaty Ratio (CAR) terendah terjadi pada pada Bank
Bukopin Syariah saat triwulan II sebesar 10.74 persen, sedangkan nilai
tertinggi terjadi pada Panin Dubai Bank Syariah saat triwulan I sebesar 31.15
persen.
Pada tahun 2015 nilai Capital Adequaty Ratio (CAR) terendah pada Bank
BRI Syariah saat triwulan II sebesar 11.03 persen, sedangkan nilai tertinggi
terjadi pada BCA Syariah saat triwulan III sebesar 36.6 persen. Kemudian,
tahun 2016 nilai Capital Adequaty Ratio (CAR) hanya sampai bulan Juni,
dimana nilai terendah terjadi pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan I
92
sebesar 13.39 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada BCA Syariah saat
triwulan I sebesar 39.16 persen.
3. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan total kredit yang
diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga yang dapat dihimpun oleh bank.
Dalam bank syariah, istilah LDR dikenal dengan Financing to Deposit Ratio
(FDR). Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara jumlah kredit
yang diberikan dengan dana yang diterima. (Riyadi, 2006:165) Menurut
Dendawijaya, Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio antara
jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio
ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank. Dengan kata lain, seberapa
jauh penyaluran pembiayaan kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban
bank syariah untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik
kembali uangnya yang telah disalurkan oleh bank syariah. (Dendawijaya,
2003:118)
Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin baiknya fungsi
intermediasi bank yang bersangkutan. FDR yang tinggi mengindikasikan
tingkat pembiayaan tinggi dan ini berdampak pada meningkatnya return yang
akan dihasilkan dari pembiayaan. FDR menyatakan seberapa jauh kemampuan
bank dalam membayar penarikan kembali yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan. Ketika nilai FDR meningkat, maka akan
beirmbas kepada meningkatnya tingkat bagi hasil yang diteirma oleh nasabah
93
deposan. (Harfiah, 2016:28) Adapun data FDR periode triwulan I 2011 s.d.
triwulan II 2016 sebagai berikut:
Tabel 4.3
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Triwulan I 2011 s.d Triwulan II 2016 (dalam persen)
BANK WAKTU TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Mandiri
Syariah
Triwulan 1 84.06 87.25 95.61 90.34 81.67 80.16
Triwulan 2 88.52 92.21 94.22 89.91 85.01 82.31
Triwulan 3 89.86 93.9 91.29 85.68 84.49
Triwulan 4 86.03 94.4 89.37 82.13 81.99
Bukopin
Syariah
Triwulan 1 95.18 90.34 87.8 97.14 95.12 92.14
Triwulan 2 93.45 93.58 92.43 102.84 93.82 92.25
Triwulan 3 81.12 99.33 95.15 103.66 91.82
Triwulan 4 83.66 92.29 100.29 92.89 90.56
Mega
Syariah
Triwulan 1 79.2 79.2 98.37 95.53 95.21 95.85
Triwulan 2 81.48 92.09 104.19 95.68 94.92 95.97
Triwulan 3 83.00 88.03 102.89 90.5 98.86
Triwulan 4 88.88 88.88 93.37 93.61 98.49
BNI
Syariah
Triwulan 1 76.53 78.78 80.11 96.67 90.1 86.26
Triwulan 2 84.46 80.94 92.13 98.96 96.65 86.92
Triwulan 3 86.13 85.36 96.37 94.29 89.65
Triwulan 4 78.6 84.99 97.86 92.58 91.94
BCA
Syariah
Triwulan 1 76.83 74.14 86.35 89.53 100.11 92.76
Triwulan 2 77.69 77.41 85.86 85.31 94.13 99.6
Triwulan 3 79.92 91.67 88.98 93.02 102.09
Triwulan 4 78.84 79.91 83.48 91.17 91.4
BRI
Syariah
Triwulan 1 97.44 101.15 100.9 102.13 88.24 82.73
Triwulan 2 93.34 102.77 103.67 95.14 92.05 87.92
Triwulan 3 95.58 99.99 105.61 94.85 86.61
Triwulan 4 90.55 103.07 102.7 93.9 84.16
Panin
Dubai
Bank
Syariah
Triwulan 1 78.64 140.35 120.91 112.84 96.43 94.03
Triwulan 2 97.85 127.88 123.60 140.48 96.43 89.60
Triwulan 3 205.31 149.82 112.46 111.79 96.10
Triwulan 4 162.97 123.88 90.40 94.04 96.43
sumber: Laporan BUS, diolah 2011-2016
Berdasarkan tabel di atas nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) terendah
terjadi pada Bank Bukopin Syariah saat triwulan I tahun 2012 sebesar 74.14
94
persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Panin Dubai Bank Syariah saat
triwulan III tahun 2011 sebesar 205.31 persen.
Pada tahun 2011 terdapat ketimpangan nilai Financing to Deposit Ratio
(FDR) dimana nilai terendah terjadi pada BCA Syariah saat triwulan I sebesar
76.83 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Panin Dubai Bank Syariah
saat triwulan III dengan nilai 205.31 persen. Pada tahun 2012 nilai Financing
to Deposit Ratio (FDR) terendah terjadi pada BCA Syariah saat triwulan I
sebesar 74.14 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Panin Dubai Bank
Syariah saat triwulan III sebesar 149.82 persen.
Pada tahun 2013 nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) terendah pada
BCA Syariah saat triwulan IV sebesar 83.48 persen, sedangkan nilai tertinggi
terjadi pada Panin Dubai Bank Syariah saat triwulan II sebesar 123.60 persen.
Pada tahun 2014 nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) terendah terjadi pada
pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan IV sebesar 82.13 persen, sedangkan
nilai tertinggi terjadi pada Panin Dubai Bank Syariah saat triwulan II sebesar
140.48 persen.
Pada tahun 2015 nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) terendah pada
Bank Mandiri Syariah saat triwulan I sebesar 81.67 persen, sedangkan nilai
tertinggi terjadi pada BCA Syariah saat triwulan III sebesar 102.09 persen.
Kemudian, tahun 2016 nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) hanya sampai
bulan Juni, dimana nilai terendah terjadi pada Bank Mandiri Syariah saat
triwulan I sebesar 80.16 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada BCA
Syariah saat triwulan II sebesar 99.6 persen.
95
4. Non Performing Financing (NPF)
Non Peforming Financing (NPF) adalah rasio untuk mengukur tingkat
pembiayaan macet yang terdapat di suatu bank yang merupakan salah satu
indikator kunci menilai kinerja keuangan bank. (Setiadi, 2013:217) Non
Performing Financing (NPF) juga dapat diartikan sebagai jumlah pembiayaan
yang tergolong non lancar dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
(Muhammad, 2005:87) Ihsan mengungkapkan bahwa Non Performing
Financing (NPF) adalah alat ukur tingkat permasalahan pembiayaan yang
dihadapi oleh bank syariah. (Ihsan, 2013:96) Adapun standar terbaik Non
Performing Financing (NPF) adalah kurang dari 5 persen. Adapun data NPF
periode triwulan I 2011 s.d. triwulan II 2016 sebagai berikut:
Tabel 4.4
Non Performing Financing (NPF)
Triwulan I 2011 s.d Triwulan II 2016 (dalam persen)
BANK WAKTU TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Mandiri
Syariah
Triwulan 1 3.3 2.52 3.44 4.88 6.81 6.42
Triwulan 2 3.49 3.04 2.9 6.46 6.67 5.58
Triwulan 3 3.21 3.1 3.4 6.76 4.34
Triwulan 4 2.42 2.82 4.32 6.84 4.05
Bukopin
Syariah
Triwulan 1 1.57 3.12 4.62 4.61 4.52 2.89
Triwulan 2 1.32 2.88 4.32 4.31 3.03 2.88
Triwulan 3 1.67 4.74 4.45 4.27 3.01
Triwulan 4 1.74 4.57 4.27 4.07 2.99
Mega
Syariah
Triwulan 1 4.29 2.96 2.83 3.22 4.33 4.18
Triwulan 2 3.84 2.88 3.67 3.48 4.86 4.16
Triwulan 3 3.78 2.86 3.3 3.77 4.78
Triwulan 4 2.67 2.67 2.98 3.89 4.26
BNI
Syariah
Triwulan 1 4.44 4.27 2.13 1.96 2.22 2.77
Triwulan 2 3.65 2.45 2.11 1.99 2.42 2.8
Triwulan 3 3.60 2.33 2.06 1.99 2.54
Triwulan 4 3.62 2.02 1.86 1.86 2.53
bersambung ke halaman berikutnya
96
Tabel 4.4 (Lanjutan) (dalam persen)
BANK WAKTU TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015 2016
BCA
Syariah
Triwulan 1 0.11 0.15 0.09 0.15 0.92 0.59
Triwulan 2 0.23 0.14 0.01 0.14 0.6 0.55
Triwulan 3 0.32 0.12 0.07 0.14 0.59
Triwulan 4 0.15 0.1 0.1 0.12 0.7
BRI
Syariah
Triwulan 1 2.43 3.56 3.04 4.04 4.96 4.84
Triwulan 2 3.4 2.88 2.89 4.38 5.31 4.87
Triwulan 3 2.8 2.87 2.98 4.79 4.9
Triwulan 4 2.77 3.00 4.06 4.6 4.86
Panin
Dubai
Bank
Syariah
Triwulan 1 0.00 0.74 0.62 1.03 0.88 2.70
Triwulan 2 0.16 0.29 0.57 0.76 0.91 2.70
Triwulan 3 0.38 0.19 1.05 0.81 1.76
Triwulan 4 0.88 0.20 1.02 0.53 2.63
sumber: Laporan BUS, diolah 2011-2016
Berdasarkan tabel di atas nilai Non Peforming Financing (NPF) terendah
terjadi pada Panin Dubai Bank Syariah saat triwulan I tahun 2011 sebesar 0.00
persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Bank Mandiri Syariah saat
triwulan IV tahun 2014 sebesar 6.84 persen. Hal ini menunjukan bahwa nilai
pembiayaan bermasalah Bank Mandiri Syariah dapat dikatakan buruk karena di
atas nilai ambang batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 5 persen.
Pada tahun 2011 terdapat ketimpangan nilai Non Peforming Financing
(NPF) dimana nilai terendah terjadi pada Panin Dubai Bank Syariah saat
triwulan I sebesar 0.00 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada BNI
Syariah saat triwulan I dengan nilai 4.44 persen. Pada tahun 2012 nilai Non
Peforming Financing (NPF) terendah terjadi pada BCA Syariah saat triwulan
IV sebesar 0.1 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Bank Bukopin
Syariah saat triwulan III sebesar 4.74 persen.
97
Pada tahun 2013 nilai Non Peforming Financing (NPF) terendah pada
BCA Syariah saat triwulan IV sebesar 0.1 persen, sedangkan nilai tertinggi
terjadi pada Bank Bukopin Syariah saat triwulan I sebesar 4.62 persen. Pada
tahun 2014 nilai Non Peforming Financing (NPF) terendah terjadi pada pada
BCA Syariah saat triwulan IV sebesar 0.12 persen, sedangkan nilai tertinggi
terjadi pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan IV sebesar 6.84 persen. Hal ini
menunjukan bahwa buruknya pengelolaan pembiayaan yang disalurkan oleh
Bank Mandiri Syariah karena nilai pembiayaan bermasalahnya sudah di atas
ambang batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI).
Pada tahun 2015 nilai Non Peforming Financing (NPF) terendah pada
BCA Syariah saat triwulan IV sebesar 0.59 persen, sedangkan nilai tertinggi
terjadi pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan I sebesar 6.81 persen.
Kemudian, tahun 2016 nilai Non Peforming Financing (NPF) hanya sampai
bulan Juni, dimana nilai terendah terjadi pada BCA Syariah saat triwulan II
sebesar 0.55 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Bank Mandiri
Syariah saat triwulan I sebesar 6.42 persen.
5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah
yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. (Bankir, 2014:260) Menurut PBI
Nomor: 10/ 11/ PBI/ 2008 pasal 11 dinyatakan bahwa pihak-pihak yang dapat
ikut serta dalam penerbitan SBIS adalah Bank Umum Syariah (BUS), atau Unit
Usaha Syariah (UUS), atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS/
98
UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta tidak langsung. (Ihsan,
2015: 117) Adapun data tingkat bonus SBIS periode triwulan I 2011 s.d.
triwulan II 2016 sebagai berikut:
Tabel 4.5
Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Triwulan I 2011 s.d Truwlan II 2016 (dalam persen)
TRIWULAN TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 6.71 3.82 4.86 7.12 6.65 6.6
2 7.36 4.32 5.27 7.13 6.66 6.4
3 6.28 4.67 6.95 6.88 7.1
4 5.03 4.8 7.21 6.9 7.1
sumber: Bank Indonesia, 2011-2016
Berdasarkan tabel di tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) terendah terjadi pada triwulan II tahun 2012 sebesar 3.82 persen,
sedangkan nilai tertinggi terjadi pada triwulan II tahun 2011 sebesar 7.21
persen.
Pada tahun 2011 nilai tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) terendah pada triwulan IV dengan nilai 5.03 persen, sedangkan nilai
tertinggi terjadi pada triwulan II sebesar 7.36 persen. Pada tahun 2012 tingkat
bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) nilai terendah pada triwulan I
sebesar 3.82 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada triwulan IV sebesar
4.8 persen.
Pada tahun 2013 nilai tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) cenderung mengalami kenaikan dari awal tahun, dimana nilai terendah
pada triwulan I sebesar 4.86 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada
triwulan IV sebesar 7.21 persen. Pada tahun 2014 nilai tingkat bonus Sertifikat
99
Bank Indonesia Syariah (SBIS) cenderung fluktuatif, dimana nilai terendah
terjadi pada triwulan III sebesar 6.88 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi
pada triwulan sebesari 7.13 persen.
Pada tahun 2015 nilai tingkat bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) terendah terjadi pada triwulan I dengan nilai 6.65 persen, sedangkan
nilai tertinggi terjadi pada triwulan III dan IV dengan nilai 7.1 persen.
Sementara itu, untuk tahun 2016 hanya sampai bulan Juni dimana nilai tingkat
bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) relatif stabil berada di angka
6.4 persen.
6. Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Bagi hasil dalam bank syariah menggunakan istilah nisbah bagi hasil,
yaitu proporsi bagi hasil antara nasabah dan bank syariah. Untuk produk
pendanaan/ simpanan bank syariah, misalnya Tabungan iB dan Deposito iB.
Penentuan nisbah bagi hasil dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jenis
produk simpanan, perkiraan pendapatan investasi dan biaya operasional bank.
Hanya produk simpanan iB dengan skema investasi (mudharabah) yang
mendapatkan return bagi hasil. Indikator tingkat bagi hasil adalah presentase
bagi hasil deposito mudharabah yang diterima nasabah terhadap volume
deposito mudharabah. Adapun data tingkat bagi hasil (return) deposito
mudharabah jangka watu 6 bulan periode triwulan I 2011 s.d. triwulan II 2016
sebagai berikut:
100
Tabel 4.6
Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Triwulan I 2011 s.d Triwulan II 2016 (dalam persen)
BANK WAKTU TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Mandiri
Syariah
Triwulan 1 6.16 5.24 4.85 4.37 4.85 4.51
Triwulan 2 5.67 5.87 4.79 4.74 3.73 4.89
Triwulan 3 5.8 5.56 4.19 4.52 3.94
Triwulan 4 5.04 5.18 4.47 4.59 4.59
Bukopin
Syariah
Triwulan 1 8.21 6.34 6.2 6.63 6.48 6.52
Triwulan 2 8.06 5.97 6.39 6.46 6.61 6.32
Triwulan 3 7.42 6.05 6.4 6.42 6.55
Triwulan 4 7.35 6.05 6.62 6.53 6.65
Mega
Syariah
Triwulan 1 5.87 5.63 5.00 4.67 4.66 4.6
Triwulan 2 5.74 5.55 4.83 4.63 4.66 4.91
Triwulan 3 5.41 5.00 4.24 4.35 4.63
Triwulan 4 4.95 4.95 5.04 4.67 4.07
BNI
Syariah
Triwulan 1 7.67 6.72 7.16 5.86 5.04 5.08
Triwulan 2 6.74 6.37 7.03 5.81 4.92 5.18
Triwulan 3 6.85 6.77 7.1 5.87 4.84
Triwulan 4 6.76 7.18 5.59 5.92 5.00
BCA
Syariah
Triwulan 1 6.04 5.65 5.37 5.44 5.3 5.44
Triwulan 2 5.92 5.66 5.39 5.08 5.44 5.42
Triwulan 3 5.93 5.91 5.47 5.45 5.44
Triwulan 4 5.92 5.46 5.47 5.44 5.44
BRI
Syariah
Triwulan 1 7.75 7.49 6.19 8.62 7.87 7.07
Triwulan 2 7.77 7.44 6.26 8.62 7.53 7.07
Triwulan 3 7.92 7.21 6.33 8.62 7.41
Triwulan 4 8.2 7.12 6.53 8.62 7.35
Panin
Dubai
Bank
Syariah
Triwulan 1 7.17 5.54 5.07 4.63 4.96 5.19
Triwulan 2 6.25 5.03 5.00 4.95 5.20 5.13
Triwulan 3 6.50 5.98 5.00 5.15 5.28
Triwulan 4 6.75 5.16 4.63 5.37 5.28
sumber: Laporan BUS, diolah 2011-2016
Berdasarkan tabel di atas tingkat bagi hasil deposito mudharabah terendah
terjadi pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan II tahun 2015 sebesar 3.73
persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada BRI Syariah saat triwulan I s.d IV
tahun 2014 sebesar 8.62 persen.
101
Pada tahun 2011 nilai tingkat bagi hasil (return) deposito mudharabah
terendah terjadi pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan IV sebesar 5.04
persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada Bank Bukopin Syariah saat
triwulan I dengan nilai 8.21 persen. Pada tahun 2012 nilai atas tingkat bagi
hasil (return) deposito mudharabah terendah terjadi pada Bank Mega Syariah
saat triwulan IV sebesar 4.95 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada BRI
Syariah saat triwulan I sebesar 7.49 persen.
Pada tahun 2013 nilai atas tingkat bagi hasil (return) deposito mudharabah
terendah pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan III sebesar 4.19 persen,
sedangkan nilai tertinggi terjadi pada BNI Syariah saat triwulan I sebesar 7.16
persen. Pada tahun 2014 nilai atas tingkat bagi hasil (return) deposito
mudharabah terendah terjadi pada pada Bank Mega Syariah saat triwulan III
sebesar 4.35 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada BRI Syariah saat
triwulan I s.d IV tahun 2014 sebesar 8.62 persen.
Pada tahun 2015 nilai atas tingkat bagi hasil (return) deposito mudharabah
terendah terjadi pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan II tahun 2015 sebesar
3.73 persen, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada BRI Syariah saat triwulan I
sebesar 7.87 persen. Kemudian, tahun 2016 nilai atas tingkat bagi hasil (return)
deposito mudharabah hanya sampai bulan Juni, dimana nilai terendah terjadi
pada Bank Mandiri Syariah saat triwulan I sebesar 4.51 persen, sedangkan nilai
tertinggi terjadi pada BRI Syariah saat triwulan I s.d II sebesar 7.07 persen.
102
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
12
14
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4
Series: ResidualsSample 1 154Observations 153
Mean -6.27e-16Median -0.002813Maximum 0.454089Minimum -0.398981Std. Dev. 0.174361Skewness 0.270293Kurtosis 2.647725
Jarque-Bera 2.654101Probability 0.265259
sumber: hasil output Eviews 9.0
Berdasarkan tabel uji normalitas setelah transformasi di atas dapat
diketahui bahwa nilai probability JB lebih > 0.05 (0.265259>0.05) sehingga
dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
2. Uji Multikoleniaritas
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikoleniaritas
BI CAR FDR NPF SBIS BI 1.000000 -0.121096 -0.019032 0.139385 0.868458
CAR -0.121096 1.000000 0.292437 -0.755685 -0.043808
FDR -0.019032 0.292437 1.000000 -0.120915 -0.046110
NPF 0.139385 -0.755685 -0.120915 1.000000 0.128316
SBIS 0.868458 -0.043808 -0.046110 0.128316 1.000000
sumber: hasil output Eviews 9.0
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hubungan antar variabel
independen (BI rate, SBIS, CAR, FDR, dan NPF) tidak ada yang menunjukkan
nilai korelasi > 0.9. Nilai korelasi tertinggi sebesar 0.873776 yaitu antara SBIS
103
dengan BI rate, karena 0.868458 < 0.9 maka diputuskan bahwa H0 diterima,
sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak terjadi gejala
multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedastis
-.6
-.4
-.2
.0
.2
.4
.6
1.2
1.4
1.6
1.8
2.0
2.2
25 50 75 100 125 150
Residual Actual Fitted
Grafik 4.1
Grafik Uji Heteroskedastisitas
sumber: hasil output Eviews 9.0
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa grafik tidak membentuk
pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut tidak bersifat
heteroskedastisitas. Selain dengan menggunakan grafik, untuk mendeteksi
masaah heteroskedastisitas juga dapat digunakan dengan mengunakan uji
statistik yatu dengan menggunakan uji white. Berikut ini hasil uji
heteroskedastis menggunakan metode uji white:
Tabel 4.8
Hasil Uji White Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 4.926783 Prob. F(5,147) 0.0003
Obs*R-squared 21.95946 Prob. Chi-Square(5) 0.0005
Scaled explained SS 16.70046 Prob. Chi-Square(5) 0.0051 sumber: hasil output Eviews 9.0
104
Berdasarkan tabel uji heteroskedatis dengan mengunakan uji statistik di
atas dapat diketahui bahwa probability chi-square sebesar 0.0005<0.05,
dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hasil uji white
tersebut menunjukkan adanya masalah heteroskedastisitas.
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas maka perlu
dilakukan perbaikan. Peneliti akan melakukan koreksi heteroskedastisitas
dengan White Rosbust Standard Error. Berikut ini hasil koreksi
heteroskedastisitas:
Tabel 4.9
Hasil Uji White Rosbust Standard Error
Dependent Variable: RETURN
Method: Least Squares
Date: 03/23/17 Time: 10:11
Sample: 1 154
Included observations: 153
Newey-West HAC Standard Errors & Covariance (lag truncation=4) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. BI -0.740162 0.371603 -1.991806 0.0482
SBIS 0.259925 0.155377 1.672864 0.0965
CAR -0.035925 0.056836 -0.632090 0.5283
FDR 0.050752 0.126951 0.399773 0.6899
NPF 0.009358 0.020901 0.447750 0.6550
C 2.558826 0.686048 3.729804 0.0003 R-squared 0.073900 Mean dependent var 1.750000
Adjusted R-squared 0.042400 S.D. dependent var 0.181184
S.E. of regression 0.177301 Akaike info criterion -0.583506
Sum squared resid 4.621055 Schwarz criterion -0.464666
Log likelihood 50.63824 Hannan-Quinn criter. -0.535231
F-statistic 2.346021 Durbin-Watson stat 0.343840
Prob(F-statistic) 0.044009
sumber: hasil output Eviews 9.0
Hasil di atas telah mengoreksi standard error secara ototmatis sehingga
nilai t-statistic dan nilai p (prob) juga telah dikoreksi. Secara esensi, White’s
Heteroscedasticity-Consistent Variance and Standard Error hanya mengoreksi
105
nilai standar eror, nilai t, dan nilai p sedangkan besaran koefisien tetap sama.
Menurut Ghazali, masalah heteroskedastisitas juga bukan masalah serius dalam
model regresi, sehingga peneliti bias melanjutkan uji selanjutnya.
4. Uji Autokorelasi
Tabel 4.10
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 163.3343 Prob. F(2,145) 0.0000
Obs*R-squared 105.9649 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
sumber: hasil output Eviews 9.0
Berdasarkan tabel hasil uji autokorelasi di atas dapat diketahui bahwa nilai
probability Chi-Square < 0.05 (0.0000<0.05) maka dapat disimpulkan bahwa
terjadi gejala autokorelasi dalam model. Untuk mengatasi adanya gejala
autolokerasi, penulis menggunakan metode Diferensial. Berikut ini hasil
pengolahan dengan metode Diferensial:
Tabel 4.11
Hasil Uji Autokorelasi dengan Metode Diferensial
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.476665 Prob. F(2,143) 0.6218
Obs*R-squared 0.999996 Prob. Chi-Square(2) 0.6065
sumber: hasil output Eviews 9.0
Berdasarkan tabel hasil uji autokorelasi di atas dapat diketahui bahwa nilai
probability Chi-Square >0.05 (0.6065>0.05) maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi gejala autokorelasi dalam model.
106
D. Estimasi Model Panel Data
Dari analisa model panel data dikenal tiga macam pendekatan estimasi
yaitu pendekatan kuadrat terkecil atau Common Effect Model (CEM),
pendekatan efek tetap atau Fixed Effect Model (FEM) dan pendekatan efek
acak atau Random Effect Model (REM).
1. Common Effect Model (CEM)
Langkah pertama dilakukan pengolahan data menggunakan pendekatan
Common Effect Model (CEM) secara sederhana menggabungkan (pooled)
seluruh data times series dan cross section, kemudian mengestimasikan model
dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) sebagai salah satu
syarat melakukan Uji-F Restricted. Hasil pengolahan menggunakan program
Eviews 9.0 didapatkan hasil analisis data sebagai berikut:
Tabel 4.12
Regresi Data Panel Common Effect Model (CEM) Dependent Variable: RETURN?
Method: Pooled Least Squares
Date: 03/21/17 Time: 10:48
Sample: 2011Q1 2016Q2
Included observations: 22
Cross-sections included: 7
Total pool (unbalanced) observations: 153 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.558826 0.554729 4.612754 0.0000
BI? -0.740162 0.265013 -2.792932 0.0059
SBIS? 0.259925 0.154252 1.685060 0.0941
CAR? -0.035925 0.053684 -0.669196 0.5044
FDR? 0.050752 0.111557 0.454939 0.6498
NPF? 0.009358 0.018662 0.501479 0.6168 R-squared 0.073900 Mean dependent var 1.750000
Adjusted R-squared 0.042400 S.D. dependent var 0.181184
S.E. of regression 0.177301 Akaike info criterion -0.583506
Sum squared resid 4.621055 Schwarz criterion -0.464666
Log likelihood 50.63824 Hannan-Quinn criter. -0.535231
F-statistic 2.346021 Durbin-Watson stat 0.201170
Prob(F-statistic) 0.044009
107
sumber: hasil output Eviews 9.0
2. Fixed Effect Model (FEM)
Langkah kedua dilakukan pengolahan data menggunakan pendekatan
Fixed Effect Model (FEM) untuk membandingkan dengan metode Common
Effect Model (CEM). Hasil pengolahan menggunakan program Eviews 9.0
didapatkan hasil analisis data sebagai berikut:
Tabel 4.13
Regresi Data Panel Fixed Effect Model (FEM) Dependent Variable: RETURN?
Method: Pooled Least Squares
Date: 03/21/17 Time: 11:10
Sample: 2011Q1 2016Q2
Included observations: 22
Cross-sections included: 7
Total pool (unbalanced) observations: 153 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.602132 0.373454 6.967754 0.0000
BI? -0.545651 0.147017 -3.711483 0.0003
SBIS? 0.183481 0.083244 2.204150 0.0291
CAR? 0.073494 0.033737 2.178432 0.0310
FDR? -0.077481 0.076988 -1.006405 0.3159
NPF? -0.011413 0.015187 -0.751501 0.4536
Fixed Effects (Cross)
BCAS--C -0.124059
BMS--C -0.142597
BNIS--C 0.061737
BRIS--C 0.287347
BSB--C 0.167850
BSM--C -0.142776
PDBS--C -0.112621 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.745338 Mean dependent var 1.750000
Adjusted R-squared 0.725471 S.D. dependent var 0.181184
S.E. of regression 0.094932 Akaike info criterion -1.796120
Sum squared resid 1.270713 Schwarz criterion -1.558438
Log likelihood 149.4032 Hannan-Quinn criter. -1.699570
F-statistic 37.51589 Durbin-Watson stat 0.685173
Prob(F-statistic) 0.000000
sumber: hasil output Eviews 9.0
108
3. Uji Chow
Untuk memilih metode data panel yang digunakan, perlu dilakukan Uji
Chow untuk memilih antara Common Effect Model (CEM) atau Fixed Effect
Model (FEM). Di bawah ini adalah hasil Uji Chow, diantaranya sebagai
berikut:
Tabel 4.14
Hasil Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests
Pool: BANK
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 61.959730 (6,141) 0.0000
Cross-section Chi-square 197.529862 6 0.0000
sumber: hasil output Eviews 9.0
Nilai yang harus diperhatikan pada uji chow adalah nilai probabilitas dari
F-Statistik. Hipotesis yang digunakan dalam uji chow adalah sebagai berikut:
H0 : Common Effect Model (CEM)
Ha : Fixed Effect Model (FEM)
Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikasi (5%),
maka tolak H0. Nilai probabilitas F-statistik model pertama adalah 0.0000,
dengan demikian metode data panel yang tepat antara Common Effect Model
(CEM) dengan Fixed Effect Model (FEM) adalah Fixed Effect Model (FEM).
Hasil uji Chow menunjukan tingkat signifikansi pada 0.0000, sehingga
kesimpulan yang diambil adalah menolak H0 dan model yang dipilih adalah
Fixed Effect Model (FEM).
109
4. Random Effect Model (REM)
Setelah melakukikan uji chow, dilakukan pengolahan data dengan metode
pendekatan Random Effect Model (REM) untuk dibandingkan dengan Fixed
Effect Model (FEM). Hasil pengolahan program Eviews 9.0 didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.15
Regresi Data Panel Random Effect Model (REM) Dependent Variable: RETURN?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 03/21/17 Time: 11:12
Sample: 2011Q1 2016Q2
Included observations: 22
Cross-sections included: 7
Total pool (unbalanced) observations: 153
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.606896 0.379519 6.868940 0.0000
BI? -0.555375 0.146676 -3.786407 0.0002
SBIS? 0.186191 0.083206 2.237712 0.0267
CAR? 0.069106 0.033463 2.065178 0.0407
FDR? -0.073187 0.076633 -0.955035 0.3411
NPF? -0.008962 0.014899 -0.601491 0.5484
Random Effects (Cross)
BCAS--C -0.113513
BMS--C -0.142831
BNIS--C 0.060931
BRIS--C 0.282093
BSB--C 0.164139
BSM--C -0.143678
PDBS--C -0.107141 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.196703 0.8111
Idiosyncratic random 0.094932 0.1889 Weighted Statistics R-squared 0.196658 Mean dependent var 0.179666
Adjusted R-squared 0.169333 S.D. dependent var 0.103639
S.E. of regression 0.094491 Sum squared resid 1.312499
F-statistic 7.197106 Durbin-Watson stat 0.662234
Prob(F-statistic) 0.000005 Unweighted Statistics
110
R-squared -0.043324 Mean dependent var 1.750000
Sum squared resid 5.205980 Durbin-Watson stat 0.166958
sumber: hasil output Eviews 9.0
5. Uji Hausman
Untuk memilih metode data panel yang digunakan, perlu dilakukan lagi
Uji Hausman untuk memilih antara Fixed Effect Model (FEM) atau Random
Effect Model (REM). Di bawah ini adalah hasil Uji Hausman, diantaranya
sebagai berikut:
Tabel 4.16
Hasil Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: BANK
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 2.636629 5 0.7558 sumber: hasil output Eviews 9.0
Nilai yang harus diperhatikan pada uji hausman adalah nilai probabilitas
dari Cross-section random. Hipotesis yang digunakan dalam uji hausman
adalah sebagai berikut:
H0 : Random Effect Model (REM)
Ha : Fixed Effect Model (FEM)
Jika nilai probabilitas < 0.05, maka menolak Ho, sebaliknya jika nilai
probabilitas > 0.05 maka menerima Ho. Nilai probabilitas statistik hausman
model pertama adalah 0.7558, dengan demikian metode data panel yang tepat
antara Random Effect Model (REM). Hal ini dikarenakan hasil uji hausman
menunjukkan tingkat signifikasi di atas 0.05 sehingga kesimpulan yang diambil
111
adalah menolak H0 dan model yang dipilih adalah Random Effect Model
(REM).
E. Uji Statistik
1. Pengaruh BI rate, CAR, FDR, NPF dan Tingkat Bonus SBIS terhadap
Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Secara Parsial (Uji t)
Pengujian secara parsial digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Jika probabilitas < 0.05 maka H0
ditolak dan Ha diterima sehingga disimpulkan bahwa variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan apabila
probabilitas > 0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh tidak signifikan terhadap
variabel dependen. Uji hipotesis secara parsial dapat dilihat dari tabel berikut:
112
Tabel 4.17
Uji t Dependent Variable: RETURN?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 03/21/17 Time: 11:12
Sample: 2011Q1 2016Q2
Included observations: 22
Cross-sections included: 7
Total pool (unbalanced) observations: 153
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.606896 0.379519 6.868940 0.0000
BI? -0.555375 0.146676 -3.786407 0.0002
SBIS? 0.186191 0.083206 2.237712 0.0267
CAR? 0.069106 0.033463 2.065178 0.0407
FDR? -0.073187 0.076633 -0.955035 0.3411
NPF? -0.008962 0.014899 -0.601491 0.5484
Random Effects (Cross)
BCAS--C -0.113513
BMS--C -0.142831
BNIS--C 0.060931
BRIS--C 0.282093
BSB--C 0.164139
BSM--C -0.143678
PDBS--C -0.107141
sumber: hasil output Eviews 9.0
a. Pengaruh BI rate terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient BI rate sebesar -0.555375 menunjukkan
bahwa arah koefisien negatif, sedangkan probabilitas BI rate sebesar
0.0002<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa BI rate memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat
bagi hasil deposito mudharabah.
b. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar
113
0.069106 menunjukkan bahwa arah koefisien positif, sedangkan
probabilitas Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 0.0407<0.05 sehingga
H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Capital
Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat
bagi hasil deposito mudharabah.
c. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar -
0.073187 menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, sedangkan
probabilitas Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 0.3411>0.05
sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
d. Pengaruh Non Performing Ratio (NPF) terhadap Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient Non Performing Ratio (NPF) sebesar -
0.008962 menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, sedangkan
probabilitas Non Performing Ratio (NPF) sebesar 0.5484>0.05 sehingga
H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Non
Performing Ratio (NPF) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
114
e. Pengaruh Tingkat Bonus SBIS terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient tingkat bonus SBIS sebesar 0.186191
menunjukkan bahwa arah koefisien positif, sedangkan probabilitas tingkat
bonus SBIS sebesar 0.0267<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat bonus SBIS memiliki pengaruh
signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
2. Pengaruh BI Rate, CAR, FDR, NPF, Dan Tingkat Bonus Sertifikat
Bank Indonesia Syariah Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah Secara Simultan (Uji F)
Pengujian secara simultan atau uji F digunakan untuk menguji pengaruh
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Apabila
probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga disimpulkan
bahwa variabel independen berpengaruh signifikan secara simultan terhadap
variabel dependen. Sedangkan apabila nilai probabilitas >0.05 maka H0
diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
independen secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel
independen. Uji hipotesis secara simultan dapat diihat dari tabel berikut:
115
Tabel 4.18
Uji F
S.D. Rho Cross-section random 0.196703 0.8111
Idiosyncratic random 0.094932 0.1889 Weighted Statistics R-squared 0.196658 Mean dependent var 0.179666
Adjusted R-squared 0.169333 S.D. dependent var 0.103639
S.E. of regression 0.094491 Sum squared resid 1.312499
F-statistic 7.197106 Durbin-Watson stat 0.662234
Prob(F-statistic) 0.000005 Unweighted Statistics R-squared -0.043324 Mean dependent var 1.750000
Sum squared resid 5.205980 Durbin-Watson stat 0.166958
sumber: hasil output Eviews 9.0
Dengan Hipotesis:
H0 :Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen (BI
rate, , CAR, FDR, NPF, tingkat bonus SBIS) terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah secara simultan.
Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen (BI rate, ,
CAR, FDR, NPF, tingkat bonus SBIS) terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah secara simultan.
Berdasarkan tabel di atas, nilai probabilitas F-statistik sebesar 7.197106,
dengan menggunakan tingkat keyakinan = 5%, dimana tingkat signifikansi
0.000005 berarti ditemukan siginifikasi antara terdapat pengaruh BI rate, CAR,
FDR, NPF, dan Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
secara simultan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Maka, keputusan yang diambil adalah menolak H0 karena terdapat
pengaruh yang signifikan antara BI rate, CAR, FDR, NPF, dan Tingkat Bonus
116
Sertifikat Bank Indonesia Syariah secara simultan terhadap tingkat bagi hasil
deposito mudharabah.
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan model dalam penelitian menerangkan variabel dependen.
Koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.19
Koefisien Determinasi S.D. Rho Cross-section random 0.196703 0.8111
Idiosyncratic random 0.094932 0.1889 Weighted Statistics R-squared 0.196658 Mean dependent var 0.179666
Adjusted R-squared 0.169333 S.D. dependent var 0.103639
S.E. of regression 0.094491 Sum squared resid 1.312499
F-statistic 7.197106 Durbin-Watson stat 0.662234
Prob(F-statistic) 0.000005 Unweighted Statistics R-squared -0.043324 Mean dependent var 1.750000
Sum squared resid 5.205980 Durbin-Watson stat 0.166958
sumber: hasil output Eviews 9.0
Berdasarkan tabel di atas besarnya niai Adjusted R-squared adalah
0.194730. Hal ini menunjukkan bahwa variabel tingkat bagi hasil deposito
mudharabah dapat dijelaskan oleh variabel independen (BI rate, , CAR, FDR,
NPF dan tingkat bonus SBIS) sebesar 16.93%, sedangkan sisanya (100% -
16.93% = 83.07%) dijelaskan oleh faktor lain diluar model regresi penelitian.
Faktor yang mempengaruhi tingkat bagi hasil deposito diantaranya Return On
Asset (ROA), dan BOPO. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
117
Umiyati, dan Mugi dimana kedua variabel tersebut berpengaruh signifikan
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
F. Analisis Model Regresi Panel Data
Berikut ini persamaan model regresi panel data dengan Random Effect
Model (REM), yaitu:
Tabel 4.20
Model Regresi Dependent Variable: RETURN?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 03/21/17 Time: 11:12
Sample: 2011Q1 2016Q2
Included observations: 22
Cross-sections included: 7
Total pool (unbalanced) observations: 153
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.606896 0.379519 6.868940 0.0000
BI? -0.555375 0.146676 -3.786407 0.0002
SBIS? 0.186191 0.083206 2.237712 0.0267
CAR? 0.069106 0.033463 2.065178 0.0407
FDR? -0.073187 0.076633 -0.955035 0.3411
NPF? -0.008962 0.014899 -0.601491 0.5484
Random Effects (Cross)
BCAS--C -0.113513
BMS--C -0.142831
BNIS--C 0.060931
BRIS--C 0.282093
BSB--C 0.164139
BSM--C -0.143678
PDBS--C -0.107141 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.196703 0.8111
Idiosyncratic random 0.094932 0.1889 Weighted Statistics R-squared 0.196658 Mean dependent var 0.179666
Adjusted R-squared 0.169333 S.D. dependent var 0.103639
S.E. of regression 0.094491 Sum squared resid 1.312499
F-statistic 7.197106 Durbin-Watson stat 0.662234
Prob(F-statistic) 0.000005 Unweighted Statistics
118
R-squared -0.043324 Mean dependent var 1.750000
Sum squared resid 5.205980 Durbin-Watson stat 0.166958
sumber: hasil output Eviews 9.0
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh persamaan model reresi antara
variabel dependen (tingkat bagi hasil deposito mudharabah) dan variabel
independen (BI rate, , CAR, FDR, NPF, dan tingkat bonus SBIS) sebagai
berikut:
Returnit= 2.606896 - 0.555375BIit + 0.069106CARit - 0.073187FDRit -
0.008962NPFit + 0.186191SBISit
Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa:
1. Konstanta sebesar 2.606896 menunjukkan bahwa jika variable independen
(BI rate, tingkat bonus SBIS, CAR, FDR, dan NPF) pada observasi ke i
dan periode ke t adalah konstan, maka tingkat bagi hasil deposito
mudharabah adalah 2.606896.
2. Koefisien regresi sebesar -0.555375 menunjukkan jika nilai BI rate pada
observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%, maka akan menurunkan
tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada observasi ke i dan periode ke
t sebesar -0.555375.
3. Koefisien regresi sebesar 0.069106 menunjukkan jika nilai Capital
Adequacy Ratio (CAR) pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar
1%, maka akan menaikan tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada
observasi ke i dan periode ke t sebesar 0.069106.
4. Koefisien regresi sebesar -0.073187 menunjukkan jika nilai Financing to
Deposit ratio (FDR), pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar
119
1%, maka akan menaikan tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada
observasi ke i dan periode ke t sebesar -0.073187.
5. Koefisien regresi sebesar -0.008962 menunjukkan jika nilai Non
Performing Financing (NPF), pada observasi ke i dan periode ke t naik
sebesar 1%, maka akan menaikan tingkat bagi hasil deposito mudharabah
pada observasi ke i dan periode ke t sebesar -0.008962.
6. Koefisien regresi sebesar 0.186191 menunjukkan jika tingkat bonus SBIS
pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%, maka akan menaikan
tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada observasi ke i dan periode ke
t sebesar 0.186191.
G. Persamaan Model Regresi Setiap Bank
Tabel 4.21
Model Regresi Setiap Bank Random Effects (Cross)
BCAS--C -0.113513
BMS--C -0.142831
BNIS--C 0.060931
BRIS--C 0.282093
BSB--C 0.164139
BSM--C -0.143678
PDBS--C -0.107141
sumber: hasil output Eviews 9.0
Berdasarkan tabel di atas, maka didapat persamaan model regresi tiap
bank umum syariah sebagai berikut:
1. Persamaan Model Regresi BCA Syariah
Returnit= -0.113513 - 0.555375BIit + 0.069106CARit - 0.073187FDRit -
0.008962NPFit + 0.186191SBISit
Konstanta sebesar -0.113513 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (BI rate, CAR, FDR, NPF, dan tingkat bonus SBIS) pada
120
observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka tingkat bagi hasil
deposito mudharabah pada BCA Syariah menurun sebesar 0.113513.
2. Persamaan Model Regresi Bank Mega Syariah
Returnit= -0.142831 - 0.555375BIit + 0.069106CARit - 0.073187FDRit -
0.008962NPFit + 0.186191SBISit
Konstanta sebesar -0.142831 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (BI rate, CAR, FDR, NPF, dan tingkat bonus SBIS) pada
observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka tingkat bagi hasil
deposito mudharabah pada Bank Mega Syariah menurun sebesar
0.142831.
3. Persamaan Model Regresi BNI Syariah
Returnit= 0.060931 - 0.555375BIit + 0.069106CARit - 0.073187FDRit -
0.008962NPFit + 0.186191SBISit
Konstanta sebesar 0.060931 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (BI rate, CAR, FDR, NPF, dan tingkat bonus SBIS) pada
observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka tingkat bagi hasil
deposito mudharabah pada BNI Syariah meningkat sebesar 0.060931.
4. Persamaan Model Regresi BRI Syariah
Returnit= 0.282093 - 0.555375BIit + 0.069106CARit - 0.073187FDRit -
0.008962NPFit + 0.186191SBISit
Konstanta sebesar 0.282093 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (BI rate, CAR, FDR, NPF, dan tingkat bonus SBIS) pada
121
observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka tingkat bagi hasil
deposito mudharabah pada BRI Syariah meningkat sebesar 0.282093.
5. Persamaan Model Regresi Bank Syariah Bukopin
Returnit= 0.164139 - 0.555375BIit + 0.069106CARit - 0.073187FDRit -
0.008962NPFit + 0.186191SBISit
Konstanta sebesar 0.164139 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (BI rate, CAR, FDR, NPF, dan tingkat bonus SBIS) pada
observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka tingkat bagi hasil
deposito mudharabah pada Bank Syariah Bukopin meningkat sebesar
0.164139.
6. Persamaan Model Regresi Bank Syariah Mandiri
Returnit= -0.143678 - 0.555375BIit + 0.069106CARit - 0.073187FDRit -
0.008962NPFit + 0.186191SBISit
Konstanta sebesar -0.143678 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (BI rate, CAR, FDR, NPF, dan tingkat bonus SBIS) pada
observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka tingkat bagi hasil
deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri menurun sebesar
0.143678.
7. Persamaan Model Regresi Panin Dubai Syariah Bank
Returnit= -0.107141 - 0.555375BIit + 0.069106CARit - 0.073187FDRit -
0.008962NPFit + 0.186191SBISit
Konstanta sebesar -0.107141 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (BI rate, CAR, FDR, NPF, dan tingkat bonus SBIS) pada
122
observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka tingkat bagi hasil
deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri menurun sebesar
0.107141.
H. Interpretasi
Adapun interpretasi penulis terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh BI rate terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel BI rate memiliki pengaruh
negatif signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Dengan
demikian penelitian ini menerima hipotesis yang menyatakan bahwa BI rate
berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hal
ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan nilai signifikansi yang lebih
kecil dari nilai α (0.0002<0.05).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anwar, (Anwar,
2012:56) yang menyatakan bahwa variabel tingkat suku bunga satu bulan
(INTR) signifikan berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito dengan
nilai sebesar 51.43%. Hal ini juga diungkapkan dalam penelitian Isna,
(Isna,2012:37) yang menunjukkan bahwa secara parsial variabel suku bunga
berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Namun, hal ini bertolak belakang dengan penelitian Nofianti, (Nofianti,
2015:78) yang mengungkapkan bahwa variabel suku bunga tidak berpengaruh
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan nilai signifikansi
sebesar -0,290. Hal ini diungkapkan pula dalam penelitian Tariq, (Tariq, 2016:
16) yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga tidak berperan signifikan
123
pengaruhnya terhadap tingkat deposito, dan tidak mempengaruhi tingkat imbal
hasil yang diberikan bank kepada nasabah.
Jadi, hasil analisis di atas menunjukkan bahwa variabel BI rate
berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah. Ini berarti bahwa ketika BI rate mengalami kenaikan maka
tingkat bagi hasil deposito mudharabah mengalami penurunan, demikian pula
sebaliknya ketika BI rate mengalami penurunan maka tingkat bagi hasil
deposito mengalami peningkatan.
Menurut penulis, hal ini disebabkan karena dalam penentuan tingkat bagi
hasil deposito mudharabah di bank umum syariah, tidak hanya memperhatikan
dari aspek pasar, namun mempertimbangkan tingkat laba perusahan. Semakin
besar laba yang diperoleh bank syariah, maka semakin besar pula tingkat bagi
hasil yang diberikan oleh perusahaan kepada para deposan. Selain itu, dalam
tingkat bagi hasil deposito mudharabah dilakukan di awal akad pembuatan
deposito sama jumlah nya sampai dengan jatuh tempo deposito mudharabah
tersebut. Jadi besarnya tingkat bagi hasil yang diberikan sama dengan yang
ditetapkan di awal akad.
2. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio
(CAR) memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah. Dengan demikian penelitian ini menerima hipotesis yang
menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif
124
signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hal ini dibuktikan
dengan hasil uji hipotesis dengan nilai signifikansi yang lebih kecil dari nilai α
(0.0407<0.05).
Hal ini sesuai dengan penelitian Amelia, (Amelia, 2011:100) yang
mengemukakan bahwa secara parsial variabel Capital Adequacy Ratio (CAR)
berpengaruh signifikan terhadap return deposito mudharabah dengan tingkat
signifikansi 0.003. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Umiyati, (Umiyati, 2016:62) menyatakan bahwa variabel CAR secara parsial
berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan tingkat
signifikansi 0,000. Akan tetapi bertolak belakang dengan penelitian Rahayu,
(Rahayu, 2012:12) mengungkapkan bahwa variabel CAR tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Jadi, hasil analisis di atas menunjukkan bahwa variabel CAR berpengaruh
positif signikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Menurut
penulis, hal ini disebabkan karena modal perusahaan selain sebagai penunjang
operasional bank syariah juga untuk melindungi para deposan dengan
menyanggah semua kerugian pada perusahaan. Selain itu modal juga sebagai
upaya peningkatan kepercayaan masyarakat mengenai kemampuan bank
memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo.
3. Pengaruh Fnancing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Tingkat Bagi
Hasil Deposito Mudharabah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Fnancing to Deposit Ratio
(FDR) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
125
mudharabah. Dengan demikian penelitian ini menolak hipotesis yang
menyatakan bahwa Financing to Deposits Ratio (FDR) tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hal ini dibuktikan
dengan hasil uji hipotesis dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari nilai α
(0.3411>0.05).
Hal ini sejalan dengan penelitian Rahmawaty, (Rahmawaty,2015: 98) yang
mengungkapkan bahwa variabel FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan nilai signifikansi sebesar 0.128.
Namun, hal ini tidak sejalan dengan penelitian Harfiah, (Harfiah, 2016:28)
yang mengungkapkan bahwa variabel Financing To Deposits Ratio (FDR)
berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah
dengan nilai signifikansi sebesar 0.001. Senada dalam penelitian Nofianti,
(Nofianti, 2015: 79) yang mengungkapkan bahwa Financing to Deposits Ratio
(FDR) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil dengan nilai
signifikansi sebesar 0.027.
Jadi, hasil analisis di atas menunjukkan bahwa variabel FDR tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Menurut penulis hal ini dikarenakan meskipun penyaluran dana pihak ketiga
merupakan kegiatan usaha bank dalam memperoleh laba, akan tetapi bank
tidak serta merta menyalurkan semua dana pihak ketiga dalam satu sektor,
melainkan ke berapa sektor seperti sektor properti, pertambangan, pertanian,
ritel, dan lain-lain. Dengan upaya tersebut bank syariah dapat mereduksi risiko
gagal bayar. Dalam penelitian Rahmawaty, (Rahmawaty, 2015:100)
126
mengungkapkan bahwa penentuan return bagi hasil deposito mudharabah
muthlaqah, tingkat FDR tidak menjadi acuan utama. Dalam prakteknya, hal ini
bisa saja terjadi karena sumber dana pembiayaan tidak hanya berasal dari
deposito (yang termasuk dalam DPK), sehingga bagi hasil yang diterima dari
seluruh pembiayaan tidak hanya disalurkan ke investor deposito, tetapi juga ke
nasabah tabungan, giro dan pemegang saham. Sehingga, walaupun jumlah
pembiayaan dan DPK tinggi, tidak berpengaruh ke tingkat bagi hasil yang
diterima depositor mudharabah.
4. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Tingkat Bagi
Hasil Deposito Mudharabah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Non Performing Financing
(NPF) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah. Dengan demikian penelitian ini menolak hipotesis yang
menyatakan bahwa Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hal ini dibuktikan
dengan hasil uji hipotesis dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari nilai α
(0.5484>0.05).
Hal ini sejalan dengan penelitian Nofianti, (Nofianti, 2015:80) yang
mengungkapkan bahwa variabel Non Performing Financing (NPF) tidak
berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil dengan nilai signifikansi sebesar 0.074.
Namun, bertolak belakang dengan penelitian Syafira, (Syafira, 2014: 31) yang
mengungkapkan bahwa variabel Non Performing Financing (NPF)
127
berpengaruh negatif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan
nilai signifikansi 0.0021.
Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa variabel NPF tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Menurut penulis
hal ini terjadi karena penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah
kepada nasabah telah dilakukan dengan cukup baik. Bank syariah menerapkan
prinsip kehati-hatian dalam penyaluran dananya, dengan mengunakan prinsip 5
C yaitu Capital, Character, Capacity, Collateral, dan Condition. Semakin baik
kualitas penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah, berpotensi
menambah laba bank semakin besar pula tingkat bagi hasil yang diberikan
kepada para deposan. Menurut Nofianti, (Nofianti, 2015:81) ada beberapa
alasan NPF tidak mempengaruhi tingkat bagi hasil yang diberikan oleh Bank
Syariah adalah sebagai berikut:
a. Permintaan pembiayaan di bank syariah cukup tinggi.
b. Penanganan pembiayaan bermasalah pada bank syariah.
c. Kecilnya moral hazard pada bank syariah.
5. Pengaruh Tingkat Bonus SBIS terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat bonus SBIS
memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Dengan demikian penelitian ini menerima hipotesis yang menyatakan bahwa
tingkat bonus SBIS berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
128
mudharabah. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan nilai
signifikansi yang lebih kecil dari nilai α (0.0267<0.05).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Okthora, (Okthora,
2012:71) yang mengemukakan bahwa tingkat imbal hasil SBIS berpengaruh
positif signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa variabel tingkat bonus SBIS
berpengaruh poisitif terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Menurut
penulis hal ini dikarenakan bonus yang diterima oleh bank syariah dalam
menginvestasikan dananya telah menambah laba perusahaan. Semakin besar
tingkat bonus yang diterima oleh bank, berpotensi menambah laba perusahaan.
Hal ini tentu berdampak pada tingkat bagi hasil yang ditawarkan oleh bank
syariah kepada para deposan.
6. Pengaruh BI rate, CAR, FDR, NPF, dan tingkat bonus SBIS terhadap
Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel BI rate, CAR, FDR, NPF,
dan tingkat bonus SBIS secara simultan memiliki pengaruh terhadap Tingkat
Bagi Hasil Deposito Mudharabah. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis
dengan nilai signifikansi yang lebih kecil dari nilai α (0.000005<0.05). Maka,
keputusan yang diambil adalah menolak H0 karena terdapat pengaruh yang
signifikan antara BI rate, CAR, FDR, NPF, dan Tingkat Bonus Sertifikat Bank
Indonesia Syariah secara simultan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah.
129
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan pembahasan data yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil uji regresi panel data ditemukan bahwa variabel independen BI rate
dengan tingkat signifikan sebesar 0.0002, tingat bonus SBIS dengan tingkat
signifikan sebesar 0.0267, Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan tingkat
signifikan sebesar 0.0407, secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Hasil uji regresi panel data ditemukan bahwa variabel Finance to Deposit
Ratio (FDR) dengan tingkat signifikan sebesar 0.3411, Non Performing
Financing (NPF) dengan tingkat signifikan sebesar 0.5484, secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah.
2. Hasil uji regresi panel data juga ditemukan bahwa variabel independen BI
rate, tingkat bonus SBIS, Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to
Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF) secara simultan atau
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito
mudharabah.
3. Hasil uji regresi panel data, variabel yang paling dominan terhadap tingkat
bagi hasil deposito mudharabah adalah BI rate.
130
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka peneliti mencoba mengemukakan implikasi yang dapat
bermanfaat, diantaranya sebaga berikut:
1. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu tambahan refrensi
mengenai bank syariah bagi peneliti maupun bagi peneliti selanjutnya yang tertarik
untuk meneliti tentang topik sejenis yaitu independen BI rate, tingkat bonus SBIS,
Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non
Performing Financing (NPF) terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
Selain itu juga dapat dijadikan bahan refrensi tambahan bagi kepustakaan
pihak kampus. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya objek penelitian, disini hanya
tujuh Bank Umum Syariah bisa ditambah menjadi delapan atau lebih Bank Umum
Syariah. Periode penelitian juga dapat diperbaharui atau lebih lama agar hasil yang
didapat lebih dapat menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi berkaitan dengan
penelitian ini. Selain itu, bisa menggunakan metode analisis yang berbeda
misalnya metode analisis VAR VECM. Dengan metode analisis ini, peneliti dapat
menganalisis dampak dan pengaruh secara jangka panjang maupun jangka panjang
antara variabel independen terhadap variabel dependen yang diteliti.
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat digunakan oleh masyarakat sebagai acuan ketika ingin
melakukan investasi khsusunya di produk deposito mudharabah agar
memperhatikan BI rate, tingkat bonus SBIS, dan Capital Adequacy Ratio (CAR)
sebelum melakukan investasi di produk deposito mudharabah tersebut karena BI
131
rate, tingkat bonus SBIS, dan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
3. Bagi Perusahaan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa BI rate, tingkat bonus SBIS,
dan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh tingkat bagi hasil deposito
mudharabah, oleh karena itu pihak Bank Umum Syariah disarankan untuk
memperhatikan faktor tersebut dengan cara memperhatikan nilai BI rate yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, meningkatkan penempatan dana pada intsrumen
SBIS, dan meningkatkan modal yang dimiliki Bank Umum Syariah, sehingga
tingkat bagi hasil deposito mudharabah dapat bersaing antar Bank Umum Syariah
maupun Bank Umum Konvesnional dan menarik banyak nasabah.
Selain itu, dalam melakukan penyaluran dana bank syariah juga harus
memperhatikan sektor yang jadi tujuan penyaluran dana. Penyaluran dana di
berbagai sektor ini, bertujuan untuk mereduksi risiko yang dihadapi oleh bank
syariah sehingga risiko yang dihadapi dapat diatasi oleh perusahaan. dengan
kualitas kredit yang baik, maka laba perusahaan akan bertambah sehingga tingkat
bagi hasil yang diberikan kepada para deposan semakin kompetitif.
132
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Z. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika. 2008
Amelia, R. “Pengaruh CAR, FDR dan NPF terhadap Return Bagi Hasil Deposito
Mudharabah Pada Perbankan Syariah.” 2011
Anifa, U. “Pengaruh Non Performing Financing dan Financing to Deposit Ratio
Terhadap Presentase Bagi Hasil Deposito Mudharabah Muthlaqah pada
Bank Muamalat Indonesia”. Skripsi. Program Studi Muamalat. Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah. 2008
Anshori, A. G. Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. 2007
Anwar, S. “Behavior Investigation of Islamic Bank Deposit Return Utilizing
Artificial Neural Networks Model.” Journal of Islamic Finance. 2012
Arif, N. R. Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah. Bandung: Alfabeta. 2012
Arifin, Z. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Azkia Publisher. 2009
Arifin, Z. Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Azkia Publisher. 2009
Arthesa, A. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Jakarta: PT Indeks.2006
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah:Konsep dan Praktek di Beberapa
Negara. Jakarta: Bank Indonesia. 2006
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2008
Baltagi. Econometric Analysis of Panel Data. London: John Wiley & Sons Ltd.
2005
Bankir, I. Memahami Bisnis Bank Syariah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2014
133
Boedijoewono, N. Pengantar Statistika. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN. 2007
Burhanuddin. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Graha
Ilmu. 2010
Chowdhury, M. A. “The Effect of Conventional Bank’s Interest Rate & Islamic
Bank’s Profit Rate on Investment & Return: An Empirical Investigation in
Bangladesh.” 2014
Colander, D. C. Macroeconomics. New York: McGraw-Hill. 2004
Darmawi, H. Manajemen Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara. 2011
Dendawidjaya, L. Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia Putra. 2005
Dendawijaya, L. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2003
Diaw, A. “A Comparative Study of the Returns on Mudharabah deposit and on
Equity in Islamic Banks.” 2011
Fathurrahman, A. “Pengaruh Tingkat Capital Adequacy Ratio (CAr) Dan Loan To
Deposit Ratio (LDR) Terhadap Profitabilitas (ROA) pada PT. Bank
Sulselbar Makassar.” Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar. 2012
Ghazali, I. Analisis Multivariat dan Ekonometrika. Semarang: UNDIP. 2013
Ghozali, I. Aplikasi Analisis Multivariate. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. 2009
Gujarati, D. N. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga. 2006
Hadi, A. C. Investasi Syariah. Tangerang Selatan: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2011
Hanan, A. Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan
Agama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012
134
Harfiah, L. M. “The Impact of ROA, BOPO, and FDR to Indonesian Islamic
Bank’s Mudharabah Deposit Profit Sharing.” Jurnal Etikonomi Volume 15
(1), April 2016. Universitas Jenderal Soedirman. 2016
Harfiah, L. M. “The Impact Of ROA, BOPO, and FDR to Indonesian Islamic
Bank’s Mudharabah Deposit Profit Sharing.” Etikonomi. 2016
Hikmah, N. “Analisis Pengaruh ROA, NPF dan FDR terhadap Tingkat Bagi Hasil
Deposito Mudharabah. (Studi Kasus Bank Umum Syariah periode 2011-
2013.” Skripsi. Prodi Keuangan Islam. Fakultas Syariah dan Hukum. UIN
Sunan Kalijaga. 2015
Huda, N. Lembaga Keuangan Islam:Tinjauan Teoritis dan Praktis. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. 2010
IBI, T. P. Konsep, Produk, dan Implementasi Operasional Bank Syariah. Jakarta:
Djambatan. 2001
Ihsan, D. N. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. Ciputat: UIN
Jakarta Press. 2013
Ihsan, D. N. Manajemen Treasury Bank Syariah. Jakarta: UIN Press. 2015
Ismail. Manajemen Perbankan:Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana.
2010
Ismal, R. “Behavior Investigation of Islamic Bank Deposit Return Utilizing
Artificial Neural Networks Model.” 2012
Isna, A. “Analisis Pengaruh Return On Asset, BOPO, dan Suku Bunga Terhadap
Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum Syariah.”
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 11. Nomor 01. 2012
Janwari, Y. Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2015
Judisseno, R. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 2005
135
Karim, A. Bank Islam. Jakarta: IIIT Indonesia. 2003
Karim, A. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Rajagrafindo
Persada. 2007
Karim, A. Bank Islam: Analisis FIqih dan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada. 2013
Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers. 2004
Kasmir. Pemasaran Bank. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2004
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Pers. 2009
Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers. 2014
Kentot, K. “Determining Factors of Customers’ Preferences: A Case of Deposit
Products in Islamic Banking.” International Journal 6th International
Research Symposium in Service Management.2015
Keuangan, J. O. Statistik Perbankan Syariah Indonesia Desember 2015. Jakarta:
Otoritas Jasa Keuangan. 2015
Keuangan, O. J. Statistik Perbankan Syariah Indonesia Juni 2015. Jakarta:
Otoritas Jasa Keuangan. 2015
Kurnia, N. Islamic Finance Outlook 2015. Jakarta: Karim Consulting Indonesia.
2015
Long, J. B. Macroeconomics. New York: McGraw-Hill. 2002
Manan, A. Hukum Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana. 2012
Martono. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Ekonesia. 2009
McConnell, C. R. Macroeconomics. New Yrok: McGraw-Hill. 2008
Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. 2005
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers. 2014
136
Nofianti, N. “Analisis Pengaruh Return On Asset (ROA), Biaya Operasional
Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Suku Bunga, Financing To
Deposits Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap
Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah.” Jurnal Esensi. 2015
Nur, I. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. 2002
Okthora, M. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Nisbah Bagi Hasil
Deposito Syariah Mandiri. (Studi Kasus Pada PT Bank Syariah Mandiri
periode 2006 s.d 2011).” Tugas Akhir D4 Politeknik Negeri Bandung, 71.
2012
Penyusun, T. Buku Saku Perbankan Syariah. Jakarta: Dirketorat Urusan Agama
Islam dan Pembinaan Syariah. 2013
Penyusun, T. Industri Jasa Keuangan Syariah:Seri Literasi Keuangan Perguruan
Tinggi. Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan. 2016
Purwanto, S. D. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern Buku 2. Jakarta:
Salemba Empat. 2009
Rahmawaty. “Pengaruh Return On Asset (ROA) dan Financing To Deposit Ratio
(FDR) terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank
Umum Syariah.” Jurnal Dinamika Akuntansi Dan Bisnis Vol. 2, No. 1,
Maret 2015. Universitas Syiah Kuala. 2015
Rahayu, Siti. “Pengaruh Return on Asset, BOPO, Suku Bunga dan Capital Adequacy
Ratio terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Perbankan
Syariah” Jurnal Nasional. 2012.
Rivai, V. Islamic Banking. Jakarta: Bumi Aksara. 2009
Riyadi, S. Banking Assets an Liability Management. Jakarta: LPFE UI. 2006
Santoso. Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2010
137
Setiadi, E.Manajemen Treasury Bank Syariah. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2013
Sholahuddin, M. Lembaga Ekonomi dan Keuangan Syariah Kontemporer.
Surakarta: Muhammadiyah Surakarta Press. 2008
Soemitra, A. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Prenadamedia
Group. 2009
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2010
Suharyadi. Statistika Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat. 2013
Suliyanto. Ekonometrika Terapan - Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta:
ANDI. 2011
Syafira, R.“Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Bagi Hasil pada Produk
Deposito Mudharabah Bank Umum Syariah.” Skripsi Departemen Ilmu
Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Manajeman Institut Pertanian Bogor.
2014
Syariah, P. K. e-book Perbankan Syariah. Jakarta: PKES Publishing. 2005
Tariq, A. “Risk-sharing deposits in islamic banks: do interest rates have any
influence on them?” 2016
Tugiantoro, S. “The Factors Affecting Profit Distribution: An Empirical Study on
Islamic Banking.” 2014
Ulfah, R. “Pengaruh Makroekonomi terhadap Penetapan Bagi Hasil Deposito
Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia (2006-2010). Skripsi
Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2011. 2011
Umiyati, dkk. “Kinerja Keuangan dan Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia” Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam.
2016
138
Widyastuti, R. “Pengaruh Rasio Keuangan, Suku Bunga dan Inflasi terhadap Bagi
Hasil Deposito Mudharabah Bank Umum Syariah (Bank Muamalat
Indonsia Dan Bank Syariah Mandiri Periode 2007-2011).” Skripsi
Keuangan Islam Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2012
Winarno, W. W. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2015
Wiroso. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah. Jakarta:
PT. Grasindo. 2005
Wiroso. Produk Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE USAKTI. 2009
Zulkifli, S. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul
Hakim. 2007
Website:
www.bi.go.id diakses pada tanggal 11 November 2016
www.bcasyariah.co.id diakses pada 11 November 2016
www.bnisyariah.co.id diakses pada 11 November 2016
www.brisyariah.co.id diakses pada 11 November 2016
www.megasyariah.co.id diakses pada 10 November 2016
www.ojk.go.id diakses pada tanggal 11 November 2016
www.paninbanksyariah.co.id diakses pada 11 November 2016
www.syariahmandiri.co.id diakses pada 10 November 2016
www.syariahbukopin.co.id diakses pada 10 November 2016
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
a. BI rate (dalam persen)
TRIWULAN TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 6.75 5.75 5.75 7.5 7.5 6.75
2 6.75 5.75 6.5 7.5 7.5 6.5
3 6.00 5.75 7.25 7.5 7.5
4 5.75 5.75 7.5 7.75 7.5
sumber: Bank Indonesia, 2011-2016
b. Capital Adequacy Ratio (CAR) (dalam persen)
BANK WAKTU TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Mandiri
Syariah
Triwulan 1 11.88 13.91 15.23 14.83 12.63 13.39
Triwulan 2 11.24 13.66 14.16 14.86 11.97 13.69
Triwulan 3 11.06 13.15 14.16 15.53 11.84
Triwulan 4 14.57 13.82 14.1 14.76 12.85
Bukopin
Syariah
Triwulan 1 12.12 14.58 12.63 11.24 14.5 15.62
Triwulan 2 17.46 13.25 11.84 10.74 14.1 14.82
Triwulan 3 17.72 12.28 11.18 16.15 16.26
Triwulan 4 15.29 12.78 11.1 15.85 16.31
Mega
Syariah
Triwulan 1 15.07 12.9 13.49 15.28 15.62 22.22
Triwulan 2 14.75 13.08 13.01 15.93 16.54 22.86
Triwulan 3 13.77 11.16 12.7 16.34 17.81
Triwulan 4 13.51 13.51 12.99 18.82 18.74
BNI
Syariah
Triwulan 1 25.91 19.07 14.02 15.67 15.4 15.85
Triwulan 2 22.24 17.56 18.9 14.53 15.11 15.56
Triwulan 3 20.86 16.55 16.63 19.35 15.38
Triwulan 4 20.67 14.1 16.23 18.42 15.48
BCA
Syariah
Triwulan 1 64.29 44.5 30.7 21.68 25.53 39.16
Triwulan 2 61.72 41.33 27.93 21.83 23.56 37.93
Triwulan 3 51.78 34.05 24.75 35.18 36.6
Triwulan 4 45.94 31.47 22.35 29.57 34.3
BRI
Syariah
Triwulan 1 21.72 14.74 11.81 14.15 13.21 14.66
Triwulan 2 19.99 13.59 15.00 13.99 11.03 14.06
Triwulan 3 18.33 12.92 14.66 13.86 13.82
Triwulan 4 14.74 13.59 11.49 12.89 13.94
140
Panin
Dubai
Bank
Syariah
Triwulan 1 44.66 59.72 27.09 31.15 24.80 19.77
Triwulan 2 100.63 45.65 23.11 25.52 21.88 19.51
Triwulan 3 81.98 34.48 19.75 26.16 21.44
Triwulan 4 61.98 32.30 20.83 25.69 20.30
sumber: Laporan BUS, diolah 2011-2016
c. Financing to Deposit Ratio (FDR) (dalam persen)
BANK WAKTU TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Mandiri
Syariah
Triwulan 1 84.06 87.25 95.61 90.34 81.67 80.16
Triwulan 2 88.52 92.21 94.22 89.91 85.01 82.31
Triwulan 3 89.86 93.9 91.29 85.68 84.49
Triwulan 4 86.03 94.4 89.37 82.13 81.99
Bukopin
Syariah
Triwulan 1 95.18 90.34 87.8 97.14 95.12 92.14
Triwulan 2 93.45 93.58 92.43 102.84 93.82 92.25
Triwulan 3 81.12 99.33 95.15 103.66 91.82
Triwulan 4 83.66 92.29 100.29 92.89 90.56
Mega
Syariah
Triwulan 1 79.2 79.2 98.37 95.53 95.21 95.85
Triwulan 2 81.48 92.09 104.19 95.68 94.92 95.97
Triwulan 3 83.00 88.03 102.89 90.5 98.86
Triwulan 4 88.88 88.88 93.37 93.61 98.49
BNI
Syariah
Triwulan 1 76.53 78.78 80.11 96.67 90.1 86.26
Triwulan 2 84.46 80.94 92.13 98.96 96.65 86.92
Triwulan 3 86.13 85.36 96.37 94.29 89.65
Triwulan 4 78.6 84.99 97.86 92.58 91.94
BCA
Syariah
Triwulan 1 76.83 74.14 86.35 89.53 100.11 92.76
Triwulan 2 77.69 77.41 85.86 85.31 94.13 99.6
Triwulan 3 79.92 91.67 88.98 93.02 102.09
Triwulan 4 78.84 79.91 83.48 91.17 91.4
BRI
Syariah
Triwulan 1 97.44 101.15 100.9 102.13 88.24 82.73
Triwulan 2 93.34 102.77 103.67 95.14 92.05 87.92
Triwulan 3 95.58 99.99 105.61 94.85 86.61
Triwulan 4 90.55 103.07 102.7 93.9 84.16
Panin
Dubai
Bank
Syariah
Triwulan 1 78.64 140.35 120.91 112.84 96.43 94.03
Triwulan 2 97.85 127.88 123.60 140.48 96.43 89.60
Triwulan 3 205.31 149.82 112.46 111.79 96.10
Triwulan 4 162.97 123.88 90.40 94.04 96.43
sumber: Laporan BUS, diolah 2011-2016
141
d. Non Performing Financing (NPF) (dalam persen)
BANK WAKTU TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Mandiri
Syariah
Triwulan 1 3.3 2.52 3.44 4.88 6.81 6.42
Triwulan 2 3.49 3.04 2.9 6.46 6.67 5.58
Triwulan 3 3.21 3.1 3.4 6.76 4.34
Triwulan 4 2.42 2.82 4.32 6.84 4.05
Bukopin
Syariah
Triwulan 1 1.57 3.12 4.62 4.61 4.52 2.89
Triwulan 2 1.32 2.88 4.32 4.31 3.03 2.88
Triwulan 3 1.67 4.74 4.45 4.27 3.01
Triwulan 4 1.74 4.57 4.27 4.07 2.99
Mega
Syariah
Triwulan 1 4.29 2.96 2.83 3.22 4.33 4.18
Triwulan 2 3.84 2.88 3.67 3.48 4.86 4.16
Triwulan 3 3.78 2.86 3.3 3.77 4.78
Triwulan 4 2.67 2.67 2.98 3.89 4.26
BNI
Syariah
Triwulan 1 4.44 4.27 2.13 1.96 2.22 2.77
Triwulan 2 3.65 2.45 2.11 1.99 2.42 2.8
Triwulan 3 3.60 2.33 2.06 1.99 2.54
Triwulan 4 3.62 2.02 1.86 1.86 2.53
BCA
Syariah
Triwulan 1 0.11 0.15 0.09 0.15 0.92 0.59
Triwulan 2 0.23 0.14 0.01 0.14 0.6 0.55
Triwulan 3 0.32 0.12 0.07 0.14 0.59
Triwulan 4 0.15 0.1 0.1 0.12 0.7
BRI
Syariah
Triwulan 1 2.43 3.56 3.04 4.04 4.96 4.84
Triwulan 2 3.4 2.88 2.89 4.38 5.31 4.87
Triwulan 3 2.8 2.87 2.98 4.79 4.9
Triwulan 4 2.77 3.00 4.06 4.6 4.86
Panin
Dubai
Bank
Syariah
Triwulan 1 0.00 0.74 0.62 1.03 0.88 2.70
Triwulan 2 0.16 0.29 0.57 0.76 0.91 2.70
Triwulan 3 0.38 0.19 1.05 0.81 1.76
Triwulan 4 0.88 0.20 1.02 0.53 2.63
sumber: Laporan BUS, diolah 2011-2016
e. Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (dalam persen)
TRIWULAN TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 6.71 3.82 4.86 7.12 6.65 6.6
2 7.36 4.32 5.27 7.13 6.66 6.4
3 6.28 4.67 6.95 6.88 7.1
4 5.03 4.8 7.21 6.9 7.1
sumber: Bank Indonesia, 2011-2016
142
2. Variabel Dependen
a. Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah (dalam persen)
BANK WAKTU TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Mandiri
Syariah
Triwulan 1 6.16 5.24 4.85 4.37 4.85 4.51
Triwulan 2 5.67 5.87 4.79 4.74 3.73 4.89
Triwulan 3 5.8 5.56 4.19 4.52 3.94
Triwulan 4 5.04 5.18 4.47 4.59 4.59
Bukopin
Syariah
Triwulan 1 8.21 6.34 6.2 6.63 6.48 6.52
Triwulan 2 8.06 5.97 6.39 6.46 6.61 6.32
Triwulan 3 7.42 6.05 6.4 6.42 6.55
Triwulan 4 7.35 6.05 6.62 6.53 6.65
Mega
Syariah
Triwulan 1 5.87 5.63 5.00 4.67 4.66 4.6
Triwulan 2 5.74 5.55 4.83 4.63 4.66 4.91
Triwulan 3 5.41 5.00 4.24 4.35 4.63
Triwulan 4 4.95 4.95 5.04 4.67 4.07
BNI
Syariah
Triwulan 1 7.67 6.72 7.16 5.86 5.04 5.08
Triwulan 2 6.74 6.37 7.03 5.81 4.92 5.18
Triwulan 3 6.85 6.77 7.1 5.87 4.84
Triwulan 4 6.76 7.18 5.59 5.92 5.00
BCA
Syariah
Triwulan 1 6.04 5.65 5.37 5.44 5.3 5.44
Triwulan 2 5.92 5.66 5.39 5.08 5.44 5.42
Triwulan 3 5.93 5.91 5.47 5.45 5.44
Triwulan 4 5.92 5.46 5.47 5.44 5.44
BRI
Syariah
Triwulan 1 7.75 7.49 6.19 8.62 7.87 7.07
Triwulan 2 7.77 7.44 6.26 8.62 7.53 7.07
Triwulan 3 7.92 7.21 6.33 8.62 7.41
Triwulan 4 8.2 7.12 6.53 8.62 7.35
Panin
Dubai
Bank
Syariah
Triwulan 1 7.17 5.54 5.07 4.63 4.96 5.19
Triwulan 2 6.25 5.03 5.00 4.95 5.20 5.13
Triwulan 3 6.50 5.98 5.00 5.15 5.28
Triwulan 4 6.75 5.16 4.63 5.37 5.28
sumber: Laporan BUS, diolah 2011-2016
143
Lampiran 2. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
12
14
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4
Series: ResidualsSample 1 154Observations 153
Mean -6.27e-16Median -0.002813Maximum 0.454089Minimum -0.398981Std. Dev. 0.174361Skewness 0.270293Kurtosis 2.647725
Jarque-Bera 2.654101Probability 0.265259
2. Uji Multikolinearitas
BI CAR FDR NPF SBIS BI 1.000000 -0.121096 -0.019032 0.139385 0.868458
CAR -0.121096 1.000000 0.292437 -0.755685 -0.043808
FDR -0.019032 0.292437 1.000000 -0.120915 -0.046110
NPF 0.139385 -0.755685 -0.120915 1.000000 0.128316
SBIS 0.868458 -0.043808 -0.046110 0.128316 1.000000
sumber: hasil output Eviews 9.0
3. Uji Heteroskedastis
a. Heteroskedastis Grafik
-.6
-.4
-.2
.0
.2
.4
.6
1.2
1.4
1.6
1.8
2.0
2.2
25 50 75 100 125 150
Residual Actual Fitted
144
b. Heteroskedatis Statistik (Metode White)
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 4.926783 Prob. F(5,147) 0.0003
Obs*R-squared 21.95946 Prob. Chi-Square(5) 0.0005
Scaled explained SS 16.70046 Prob. Chi-Square(5) 0.0051
sumber: hasil output
Eviews 9.0
sumber: hasil output Eviews 9.0
c. Heteroskedatis White Rosbust Standard Error
Dependent Variable: RETURN
Method: Least Squares
Date: 03/23/17 Time: 10:11
Sample: 1 154
Included observations: 153
Newey-West HAC Standard Errors & Covariance (lag truncation=4) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. BI -0.740162 0.371603 -1.991806 0.0482
SBIS 0.259925 0.155377 1.672864 0.0965
CAR -0.035925 0.056836 -0.632090 0.5283
FDR 0.050752 0.126951 0.399773 0.6899
NPF 0.009358 0.020901 0.447750 0.6550
C 2.558826 0.686048 3.729804 0.0003 R-squared 0.073900 Mean dependent var 1.750000
Adjusted R-squared 0.042400 S.D. dependent var 0.181184
S.E. of regression 0.177301 Akaike info criterion -0.583506
Sum squared resid 4.621055 Schwarz criterion -0.464666
Log likelihood 50.63824 Hannan-Quinn criter. -0.535231
F-statistic 2.346021 Durbin-Watson stat 0.343840
Prob(F-statistic) 0.044009
sumber: hasil output Eviews 9.0
4. UJi Autokorelasi
a. Autokorelasi Metode LM Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 163.3343 Prob. F(2,145) 0.0000
Obs*R-squared 105.9649 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
sumber: hasil output Eviews 9.0
145
b. Autokorelasi Metode Diferensial
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.476665 Prob. F(2,143) 0.6218
Obs*R-squared 0.999996 Prob. Chi-Square(2) 0.6065
sumber: hasil output Eviews 9.0
146
Lampiran 3. Estimasi Model Data Panel
1. Common Effect Model (CEM)
Dependent Variable: RETURN?
Method: Pooled Least Squares
Date: 03/21/17 Time: 10:48
Sample: 2011Q1 2016Q2
Included observations: 22
Cross-sections included: 7
Total pool (unbalanced) observations: 153 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.558826 0.554729 4.612754 0.0000
BI? -0.740162 0.265013 -2.792932 0.0059
SBIS? 0.259925 0.154252 1.685060 0.0941
CAR? -0.035925 0.053684 -0.669196 0.5044
FDR? 0.050752 0.111557 0.454939 0.6498
NPF? 0.009358 0.018662 0.501479 0.6168 R-squared 0.073900 Mean dependent var 1.750000
Adjusted R-squared 0.042400 S.D. dependent var 0.181184
S.E. of regression 0.177301 Akaike info criterion -0.583506
Sum squared resid 4.621055 Schwarz criterion -0.464666
Log likelihood 50.63824 Hannan-Quinn criter. -0.535231
F-statistic 2.346021 Durbin-Watson stat 0.201170
Prob(F-statistic) 0.044009
sumber: hasil output Eviews 9.0
2. Fixed Effect Model (FEM)
Dependent Variable: RETURN?
Method: Pooled Least Squares
Date: 03/21/17 Time: 11:10
Sample: 2011Q1 2016Q2
Included observations: 22
Cross-sections included: 7
Total pool (unbalanced) observations: 153 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.602132 0.373454 6.967754 0.0000
BI? -0.545651 0.147017 -3.711483 0.0003
SBIS? 0.183481 0.083244 2.204150 0.0291
CAR? 0.073494 0.033737 2.178432 0.0310
FDR? -0.077481 0.076988 -1.006405 0.3159
NPF? -0.011413 0.015187 -0.751501 0.4536
Fixed Effects (Cross)
BCAS--C -0.124059
BMS--C -0.142597
BNIS--C 0.061737
BRIS--C 0.287347
BSB--C 0.167850
147
BSM--C -0.142776
PDBS--C -0.112621 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.745338 Mean dependent var 1.750000
Adjusted R-squared 0.725471 S.D. dependent var 0.181184
S.E. of regression 0.094932 Akaike info criterion -1.796120
Sum squared resid 1.270713 Schwarz criterion -1.558438
Log likelihood 149.4032 Hannan-Quinn criter. -1.699570
F-statistic 37.51589 Durbin-Watson stat 0.685173
Prob(F-statistic) 0.000000
sumber: hasil output Eviews 9.0
3. Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: BANK
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 61.959730 (6,141) 0.0000
Cross-section Chi-square 197.529862 6 0.0000
sumber: hasil output Eviews 9.0
4. Random Effect Model (REM)
Dependent Variable: RETURN?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 03/21/17 Time: 11:12
Sample: 2011Q1 2016Q2
Included observations: 22
Cross-sections included: 7
Total pool (unbalanced) observations: 153
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.606896 0.379519 6.868940 0.0000
BI? -0.555375 0.146676 -3.786407 0.0002
SBIS? 0.186191 0.083206 2.237712 0.0267
CAR? 0.069106 0.033463 2.065178 0.0407
FDR? -0.073187 0.076633 -0.955035 0.3411
NPF? -0.008962 0.014899 -0.601491 0.5484
Random Effects (Cross)
BCAS--C -0.113513
BMS--C -0.142831
BNIS--C 0.060931
BRIS--C 0.282093
BSB--C 0.164139
148
BSM--C -0.143678
PDBS--C -0.107141 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.196703 0.8111
Idiosyncratic random 0.094932 0.1889 Weighted Statistics R-squared 0.196658 Mean dependent var 0.179666
Adjusted R-squared 0.169333 S.D. dependent var 0.103639
S.E. of regression 0.094491 Sum squared resid 1.312499
F-statistic 7.197106 Durbin-Watson stat 0.662234
Prob(F-statistic) 0.000005 Unweighted Statistics R-squared -0.043324 Mean dependent var 1.750000
Sum squared resid 5.205980 Durbin-Watson stat 0.166958
sumber: hasil output Eviews 9.0
5. Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: BANK
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 2.636629 5 0.7558 sumber: hasil output Eviews 9.0
149
Lampiran 4. Uji Statistik
1. Uji t
Dependent Variable: RETURN?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 03/21/17 Time: 11:12
Sample: 2011Q1 2016Q2
Included observations: 22
Cross-sections included: 7
Total pool (unbalanced) observations: 153
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.606896 0.379519 6.868940 0.0000
BI? -0.555375 0.146676 -3.786407 0.0002
SBIS? 0.186191 0.083206 2.237712 0.0267
CAR? 0.069106 0.033463 2.065178 0.0407
FDR? -0.073187 0.076633 -0.955035 0.3411
NPF? -0.008962 0.014899 -0.601491 0.5484
Random Effects (Cross)
BCAS--C -0.113513
BMS--C -0.142831
BNIS--C 0.060931
BRIS--C 0.282093
BSB--C 0.164139
BSM--C -0.143678
PDBS--C -0.107141
sumber: hasil output Eviews 9.0
2. Uji F
S.D. Rho Cross-section random 0.196703 0.8111
Idiosyncratic random 0.094932 0.1889 Weighted Statistics R-squared 0.196658 Mean dependent var 0.179666
Adjusted R-squared 0.169333 S.D. dependent var 0.103639
S.E. of regression 0.094491 Sum squared resid 1.312499
F-statistic 7.197106 Durbin-Watson stat 0.662234
Prob(F-statistic) 0.000005 Unweighted Statistics R-squared -0.043324 Mean dependent var 1.750000
Sum squared resid 5.205980 Durbin-Watson stat 0.166958
sumber: hasil output Eviews 9.0
150
3. Koefisien Determinasi
S.D. Rho Cross-section random 0.196703 0.8111
Idiosyncratic random 0.094932 0.1889 Weighted Statistics R-squared 0.196658 Mean dependent var 0.179666
Adjusted R-squared 0.169333 S.D. dependent var 0.103639
S.E. of regression 0.094491 Sum squared resid 1.312499
F-statistic 7.197106 Durbin-Watson stat 0.662234
Prob(F-statistic) 0.000005 Unweighted Statistics R-squared -0.043324 Mean dependent var 1.750000
Sum squared resid 5.205980 Durbin-Watson stat 0.166958
sumber: hasil output Eviews 9.0