perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN ANTARA GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN
GAMBARAN SEDIMEN URIN DI KANDUNG KEMIH PADA
PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
KONI ATIKAH UTAMI
G0007096
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : Hubungan Gagal Ginjal Kronis dengan Gambaran
Sedimen Urin di Kandung Kemih pada Pemeriksaan Ultrasonografi
Koni Atikah Utami, G0007096, Tahun 2010
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari Selasa, Tanggal 10 Agustus 2010
Pembimbing Utama Penguji Utama
Prof. Dr. Suyono, dr., Sp. Rad Widiastuti, dr., Sp. Rad
NIP 1947 0611 197610 1 001 NIP 1956 1120 198311 2 001
Pembimbing Pendamping Anggota Penguji
DR. drg. Pradipto Subiyantoro, Sp. BM Yoseph Indrayanto, dr.,MS,
Sp.And, SH
NIP 1957 0629 198403 1 003 NIP 1956 0815 198403 1 001
Tim Skripsi
Sudarman, dr., Sp. THT-KL (K)
NIP 1945 0712 197610 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 10 Agustus 2010
Koni Atikah Utami
G0007096
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul: Hubungan antara Gagal Ginjal Kronis dengan Gambaran Sedimen Urin di Kandung Kemih pada Pemeriksaan
Ultrasonografi (USG) Koni Atikah Utami, NIM/semester: G0007096, Tahun: 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada hari Selasa , Tanggal 10 Agustus 2010
Pembimbing Utama Nama : Prof. Dr. Suyono, dr., Sp.Rad NIP : 19470611 197610 1 001 ……………………… Pembimbing Pendamping Nama : Dr. drg. Pradipto Subiyantoro, Sp.BM NIP : 19570629 198403 1 003 ……………………… Penguji Utama Nama : Widiastuti, dr., Sp.Rad NIP : 19561120 198311 2 001 …………………….... Anggota Penguji Nama : Yoseph Indrayanto, dr., M.S, Sp.And, SH NIP : 19560815 198403 1 001 ………………………
Surakarta, ......................................
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Sri Wahjono, dr., M.Kes Prof. Dr. H. A.A. Subijanto, dr., M.S NIP 19450824 197310 1 001 NIP 19481107 197310 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala berkah, nikmat, serta hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Hubungan Gagal Ginjal Kronis dengan Gambaran Sedimen Urin di Kandung Kemih pada Pemeriksaan Ultrasonografi” dapat diselesaikan.
Penulis menyadari skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Univeritas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Suyono, dr., Sp. Rad selaku Pembimbing Utama yang telah bersedia membantu dan meluangkan waktunya hingga selesainya skripsi ini.
3. Dr. drg. Pradipto Subiyantoro, Sp. BM selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Widiastuti, dr., Sp. Rad selaku Penguji Utama atas masukan, kritik, dan saran yang telah diberikan.
5. Yoseph Indrayanto, dr., MS, Sp. And, SH sebagai Anggota Penguji atas masukan, kritik, dan saran yang telah diberikan.
6. Ketua Tim Skripsi beserta staf atas bimbingan dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUD Dr. Moewardi atas ijin dan bantuannya dalam penelitian ini.
8. Bagian Rekam Medis RSUD Dr. Moewardi atas ijin dan bantuannya dalam mengumpulkan data sehingga penelitian ini dapat dengan cepat diselesaikan.
9. Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta atas ijin dan bantuannya dalam pelaksanaan penelitian ini.
10. Orangtua serta keluarga yang telah banyak memberi dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
11. Seluruh teman-teman yang telah memberi dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Agustus 2010
Koni Atikah Utami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA .......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ . 1
B. Perumusan Masalah......................................................................... . 2
C. Tujuan Penelitian............................................................................. . 2
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 3
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 4
B. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 24
C. Hipotesis ........................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 26
B. Lokasi Penelitian ............................................................................... 26
C. Subyek Penelitian .............................................................................. 26
D. Teknik Sampling ............................................................................... 27
E. Identifikasi Variabel Penelitian ......................................................... 27
F. Definisi Operasional Variabel ........................................................... 28
G. Rancangan Penelitian ........................................................................ 29
H. Instrumen Penelitian .......................................................................... 29
I. Alat dan Cara Kerja ........................................................................... 29
J. Teknik Analisis Data ......................................................................... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 31
B. Analisis Data ..................................................................................... 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
BAB V PEMBAHASAN .................................................................................... 36
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................ 40
B. Saran .................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41
LAMPIRAN .......................................................................................................... 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Laju filtrasi glomerulus dan stadium penyakit ginjal kronis ……... 10
Tabel 2. Hubungan kadar kreatinin serum dengan laju filtrasi glomerulus
(LFG) …………………………………………… ………... ……..…13
Tabel 3. Distribusi responden gagal ginjal kronis menurut jenis kelamin...... 31
Tabel 4. Distribusi responden gagal ginjal kronis menurut usia ……………. 31
Tabel 5. Data hasil pemeriksaan ureum dan kreatinin pada penderita gagal
ginjal kronis .................................................................................. 32
Tabel 6. Hasil Uji Chi-Square tentang hubungan antara gagal ginjal kronis
dengan gambaran sedimen urin di kandung kemih ………………. . 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi Ginjal ........................................................................... 4
Gambar 2. Kandung kemih normal pada pemeriksaan USG ....................... 18
Gambar 3. Kandung kemih dengan kalsifikasi pada distal uretra
pada pemeriksaan USG .............................................................. 18
Gambar 4. Kandung kemih dengan sedimen urin pada pemeriksaan USG .. 19
Gambar 5. Ginjal normal pada pemeriksaan USG ....................................... 22
Gambar 6. Skema Kerangka Pemikiran ....................................................... 23
Gambar 7. Rancangan Penelitian ................................................................. 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel sampel pasien non gagal ginjal kronis
Lampiran 2. Tabel sampel pasien dengan gagal ginjal kronis
Lampiran 3. Hasil uji Chi-Square tentang hubungan antara gagal ginjal kronis
dengan gambaran sedimen urin di kandung kemih
Lampiran 4. Surat ijin penelitian dan Pengambilan Sampel
Lampiran 5. Surat pengantar penelitian
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK Koni Atikah Utami, G0007096, 2010. Hubungan Gagal Ginjal Kronis dengan Gambaran Sedimen Urin di Kandung Kemih pada Pemeriksaan Ultrasonografi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan: Gagal ginjal kronis merupakan penyakit kronis tidak menular yang kejadiannya semakin meningkat di negara maju dan berkembang. Pada pasien gagal ginjal kronis, fungsi konsentrasi dan pengenceran urin akan terganggu. Hal inilah yang akan menyebabkan terjadinya sedimentasi urin di kandung kemih yang terlihat pada pemeriksaan ultrasonografi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara gagal ginjal kronis dengan gambaran sedimen urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Juni – Juli 2010 di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Penelitian ini mendapatkan 40 orang sampel yang terdiri dari 20 orang sampel gagal ginjal kronis dan 20 orang sampel non gagal ginjal kronis. Instrumen penelitian yang digunakan adalah data pada status pasien dan hasil foto pemeriksaan ultrasonografi. Data yang diperoleh dianalisis dengan program Statistical Products and Service Solutions (SPSS) for Windows Release 18.0 dan menggunakan uji statistik Chi-Square Test. Hasil: Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan X2 = 32,73 dan P = 0,000 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gagal ginjal kronis dengan gambaran sedimen urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi. Simpulan: Data menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penyakit gagal ginjal kronis dengan gambaran sedimen urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi. Kata kunci : gagal ginjal kronis, sedimen urin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Koni Atikah Utami, G0007096, 2010. The Relationship between Chronic Renal Failure and Sludge Appearance in Urinary Bladder on The Ultrasound Examination. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Objective: Chronic Renal Failure is a chronic non-communicable disease that the incidents is increasing in developed and developing countries. In patients with chronic renal failure, the function of urine concentration and dilution will be disrupted. This is what will cause sludge or sedimentation in the urinary bladder seen on ultrasonography. This study aimed to determine whether there is any relationship between chronic renal failure and sludge appearance in the urinary bladder on ultrasound examination. Methods: This research is an observational analytic with cross sectional approach. The study was conducted in June- July 2010 at the Instalation of Radiology, Dr. Moewardi Hospital, Surakarta. Sampling was done by puposie sampling technique. This research is getting 40 people for samples. There are consists of 20 samples from chronic renal failure and 20 samples from non- chronic renal failure. Research instruments were used data on patient status and the result of ultrasonography images. The data were analyzed with Chi-Square Test with the program Statistical Products and Service Solutions (SPSS) for Windows, release 18.0. Results: The Results of Chi-Square test statistics obtained X2 = 32.73 and P = 0.000, which means that there is a significant relationship between chronic renal failure and sludge appearance in the urinary bladder on ultrasound examination. Conclusions: Data show that there is a significant relation between chronic renal failure and sludge appearance in the urinary bladder on ultrasound examination. Keyword : Chronic renal failure, sludge appearance
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Inovasi di bidang kedokteran semakin memberikan harapan. Kemajuan di
bidang teknologi pengobatan, pembedahan, serta diagnostik telah membekali para
dokter dan ilmuwan menghasilkan perangkat diagnosis dan perawatan kesehatan
yang semakin canggih sehingga dewasa ini semakin banyak orang memiliki
kesempatan hidup yang lebih lama dan lebih sehat. (Sari, 2006).
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable
diseases) terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes mellitus, dan
penyakit ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit menular (communicable
diseases) sebagai masalah kesehatan utama (Nahas, 2005). Penyakit ginjal kronis
lebih sering terjadi pada masyarakat maju. Penyakit ginjal kronis adalah suatu
keadaan penurunan fungsi ginjal secara perlahan dan terus-menerus dalam waktu
lebih dari tiga bulan untuk membuang racun, mengatur jumlah air seni dan
mineral. (Juanita, 2003). Stadium terakhir dari penyakit ginjal kronis adalah gagal
ginjal kronis. Menurut definisi konseptual, gagal ginjal kronis adalah suatu
sindrom klinis karena penurunan fungsi ginjal yang berjalan secara menetap,
kronis, dan progresif sehingga mencapai stadium end stage (Mansjoer, 2003).
Pada penyakit ginjal kronis, terdapat penurunan yang irreversible dari
kecepatan penyaringan glomerulus atau LFG (Glomerular Filtration Rate) hanya
tersisa 20-25% saja dibandingkan LFG yang normal. Jika LFG tersisa <15% saja,
maka kondisi ginjal sudah sampai stadium gagal ginjal. Ginjal kita umumnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
masih dapat mempertahankan fungsi yang relative normal jika jumlah nefron yang
sudah tidak bekerja itu belum melebihi 75% dari jumlah keseluruhannya
(Hartono, 2008). Namun akhirnya, kalau sekitar 75% masa nefron sudah hancur
atau bahkan lebih, maka kecepatan filtrasi dan beban zat terlarut bagi setiap
nefron sedemikian tinggi sehingga keseimbangan antara peningkatan filtrasi dan
peningkatan reabsorpsi oleh tubulus tidak dapat lagi dipertahankan. Pada keadaan
ini, ginjal kita tidak mampu lagi untuk memekatkan dan mengencerkan air seni
(Wilson, 2005).
Sedimen urin berasal dari hasil pemekatan urin yang terdiri dari garam
kalsium (Brown, 2006). Urin yang pekat ini berasal dari ginjal dengan berbagai
penyebab, salah satunya adalah gagal ginjal kronik, yang dialirkan melalui ureter
menuju kandung kemih dan nantinya akan dilanjutkan ke uretra sampai keluar
tubuh (Wilson. 2005)
B. Perumusan Masalah
Adakah hubungan gagal ginjal kronis dengan gambaran sedimen urin di
kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi (USG)?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
antara gagal ginjal kronis dengan gambaran sedimen urin di kandung kemih pada
pemeriksaan ultrasonografi (USG).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada ilmu pengetahuan
mengenai hubungan gagal ginjal kronis dengan gambaran sedimen urin di
kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi (USG).
2. Manfaat aplikatif
Penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk pencegahan jika belum terjadi
gangguan lebih lanjut, diagnosis penunjang, dan penanganan jika telah terjadi
gangguan lebih lanjut dari penyakit gagal ginjal kronis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Anatomi dan Fisiologi Ginjal
a. Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di
kedua sisi tulang belakang (columna vertebralis) (Wilson, 2005). Ginjal
berwarna coklat kemerahan dibelakang peritonium, terletak pada dinding
posterior abdomen, di depan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar,
yaitu transversus abdominis, kuadratus lumborum, dan psoas mayor.
Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri.
Hal ini disebabkan karena adanya lobus kanan hati yang besar. Ginjal
terlindung dengan baik dari trauma karena dilindungi oleh kosta disebelah
posterior dan oleh bantalan usus dibagian anterior (Snell, 2003).
Gambar 1. Anatomi Ginjal (NIH, 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Setiap ginjal pada orang dewasa beratnya kira-kira 150 gram dan
kira-kira seukuran kepalan tangan. Sisi medial setiap ginjal merupakan
daerah lekukan yang disebut hillum tempat lewatnya arteri dan vena
renalis, cairan limfatik, suplai saraf, dan ureter yang membawa urine akhir
dari ginjal ke kandung kemih, dimana urine disimpan hingga dikosongkan
(Guyton dan Hall, 2003).
Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan korteks di bagian luar
dan medula di bagian dalam (Wilson, 2005). Korteks berisi glomerulus,
tubulus proksimal, tubulus distal, dan duktus kolektivus. Sedangkan
medula terdiri dari tubulus yang lurus, lengkung Henle, vasa rekta, dan
duktus koligens. Tiap-tiap tubulus dan glomerulus ginjal merupakan suatu
unit fungsional yang disebut nefron, dan pada manusia mempunyai kurang
lebih satu juta nefron pada masing-masing ginjalnya (Guyton dan Hall,
2003)
Tiap nefron terdiri atas bagian yang melebar yang disebut badan
malphigi, tubulus kontortus proksimal, bagian tipis dan tebal lengkung
Henle, dan tubulus kontortus distal. Duktus kolegens yang berasal dari
embriologi yang berbeda dengan nefron, merupakan duktus ekskresi
sistem tersebut. Unsur-unsur nefron tertanam oleh lamina basalis yang
dilanjutkan dengan sejumlah kecil jaringan penyambung organ. Badan
malphigi terdiri atas berkas-berkas kapiler, glomerulus, dikelilingi oleh
kapsula Bowman (Eroschenko, 2003)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Ada beberapa struktur yang masuk atau keluar dari ginjal melalui
hilus, antara lain arteri renalis, vena renalis, saraf dan kelenjar limfe.
Arteri renalis yang merupakan cabang dari aorta abdominalis memasuki
ginjal melalui hilus bersama ureter dan vena renalis, kemudian bercabang-
cabang secara progresif membentuk arteri lobaris, arteri interlobaris
(berjalan di antara piramid), arteri arkuata, arteri interlobularis (tersusun
paralel dalam korteks), dan arteriole aferen yang menuju ke kapiler
glomerulus. Ujung distal kapiler dari tiap glomerulus bergabung untuk
membentuk arteriole eferen (Ganong, 2003).
Ukuran ginjal tidak dibedakan menurut bentuk dan ukuran tubuh,
melainkan ditentukan oleh jumlah nefron yang dimilikinya. Panjang ginjal
orang dewasa antara 10-13 cm, dan lebar ginjal orang dewasa antara 5-7
cm (Pearce, 2004).
b. Fisiologi Ginjal
Fungsi spesifik yang dilakukan oleh ginjal, yang sebagian besar
ditujukan untuk mempertahankan kestabilan lingkungan cairan internal,
yaitu: 1) mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh, 2) mengatur
jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion cairan ekstrasel, 3) memelihara
volume plasma yang sesuai dengan mengatur keseimbangan garam dan
H2O, 4) membantu memelihara keseimbangan asam-basa tubuh dengan
menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3- melalui urin, 5) memelihara
osmolaritas berbagai cairan tubuh, 6) mengekskresikan (eliminasi) produk-
produk sisa (buangan) dari metabolisme tubuh, misalnya asam urat, urea,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dan kreatinin, 7) mengekskresikan banyak senyawa asing, 8)
mensekresikan eritropoietin, 9) mensekresikan renin, 10) mengubah
vitamin D menjadi bentuk aktifnya (Sherwood, 2001)
Faal ginjal dapat dibedakan menjadi faal ekskresi, faal regulasi, faal
endokrin dan aspek metabolik. Faal ekskresi dan regulasi dilakukan
dengan 3 proses yaitu filtrasi plasma darah melalui glomeruli, reabsorpsi
selektif oleh tubuli dan sekresi oleh tubuli. Hasil akhir yang dikeluarkan
dari tubuh adalah urin (Marzuki dan Rustadi, 2008).
Pembentukan urin dimulai dengan proses filtrasi plasma pada
glomerulus. Aliran darah ginjal jumlahnya 25% dari curah jantung atau
sekitar 1200 ml/menit. Bila hematokrit normal maka plasma ginjal yang
dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman kurang lebih 125
ml/menit. Hal ini dikenal sebagai laju filtrasi glomerulus (LFG) atau
kecepatan penyaringan dalam glomerulus (Davey, 2003). Tekanan yang
berperan dalam proses laju filtrasi glomerulus (LFG) ini seluruhnya
bersifat pasif karena tidak membutuhkan energi metabolik (Guyton dan
Hall, 2003). Kecepatan filtrasi glomerulus (LFG) ditentukan oleh tiga
faktor, yaitu keseimbangan tekanan-tekanan yang bekerja dinding kapiler
(tekanan hidrostatik kapiler glomeruli dan tekanan onkotik kapsul
Bowman mendorong terjadinya filtrasi sedangkan tekanan onkotik kapiler
glomeruli dan tekanan hidrostatik kapsul Bowman menghambatnya),
kecepatan aliran plasma melalui glomeruli (GRF) dan permeabilitas serta
luas permukaan kapiler yang berfungsi. Urin dalam bentuk awal tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
merupakan ultranitrat plasma kecuali sejumlah kecil protein yang dapat
diabaikan dan yang kemudian akan direabsorpsi di tubuli (Marzuki dan
Rustadi, 2008).
Zat-zat yang direabsorpsi tidak keluar dari tubuh melalui urin, tetapi
diangkut oleh kapiler peritubulus ke sistem vena dan kemudian ke jantung
untuk kembali diedarkan. Secara umum, zat-zat yang perlu disimpan oleh
tubuh akan secara selektif direabsorpsi, sedangkan zat-zat yang tidak
dibutuhkan dan perlu dieliminasi akan tetap berada dalam urin (Sherwood,
2001).
Proses ginjal ketiga, sekresi tubulus, yaitu perpindahan selektif zat-
zat dari darah kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus. Semua zat yang
masuk ke cairan tubulus, baik melalui filtrasi glomerulus maupun sekresi
tubulus dan tidak direabsorpsi, akan dieliminasi ke dalam urin. Sekresi
tubulus melibatakan transportasi transepitel, seperti yang dilakukan
reabsorpsi tubulus, tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Bahan
yang paling penting untuk yang disekresikan oleh tubulus adalah ion
hidrogen (H+), ion kalium (K+), serta anion dan kation organik, yang
banyak di antaranya adalah senyawa-senyawa yang asing bagi tubuh
(Sherwood, 2001).
Variabel utama yang menggambarkan efisiensi ginjal adalah laju
filtrasi glomerulus (LFG). Tes yang bisa digunakan untuk mengukur laju
filtrasi glomerulus (LFG) adalah pengukuran bersihan kreatinin
(Widdman, 1995). Kreatinin merupakan produk sisa dari perombakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
kreatin fosfat yang terjadi di otot. Kreatinin adalah zat racun dalam darah,
terdapat pada seseorang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan
normal (Wikipedia, 2010). Kreatinin normal berkisar antara 0,7 – 1,5
mg/dl (Rodwell, 2003)
2. Gagal Ginjal Kronis
a. Definisi
Penyakit ginjal kronis merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu derajat yang
memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal (Suwitra, 2006). Menurut Perazella (2005), penyakit
ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3
bulan, berdasarkan kelainan patalogis atau petanda kerusakan ginjal
seperti proteinuria, kelainan dalam pencitraan, dan kelainan dalam
komposisi darah atau urin. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis
penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang
dari 60ml/menit/1,73m2. Gagal ginjal kronis merupakan stadium terakhir
suatu sindrom klinis karena penurunan fungsi ginjal yang berjalan secara
menetap, kronis, dan progresif (Mansjoer, 2001).
Menurut National Kidney Foundation (2002), pada pasien penyakit
ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai laju filtrasi
glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
glomerulus yang lebih rendah. Penyakit ginjal kronis dibagi ke dalam lima
stadium, yaitu
Tabel 1. Laju Filtrasi Glomerulus dan Stadium Penyakit Ginjal Kronik
(NKF, 2002)
Stadium Fungsi Ginjal Laju Filtrasi Glomerulus
(ml/menit/1,73m2)
Resiko meningkat Normal ≥ 90 (ada faktor resiko)
Stadium 1 Normal/ meningkat ≥ 90 (ada kerusakan ginjal)
Stadium 2 Penurunan ringan 60-89
Stadium 3 Penurunan sedang 30-59
Stadium 4 Penurunan berat 15-29
Stadium 5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
b. Etiologi
Gagal ginjal kronik dapat disebabkan oleh hilangnya sejumlah besar
nefron fungsional yang bersifat irreversible. Menurut Guyton dan Hall
(2003), beberapa penyebab gagal ginjal kronik antara lain: 1) gangguan
imunologis, 2) gangguan metabolik, seperti diabetes mellitus, 3) gangguan
pembuluh darah ginjal, seperti arterosklerosis, nefrosklerosis,4) infeksi,
seperti pielonefritis, tuberkulosis, 5) gangguan tubulus primer, seperti
nefrotoksin, 6) obstruksi traktus urinarius, seperti batu ginjal, hipertrofi
prostat, dan konstriksi uretra, 7) kelainan kongenital, seperti penyakit
polikistik, tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat kongenital (hipoplasia
renalis).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
c. Patofisiologi
Gagal ginjal kronis dapat disebabkan oleh bermacam-macam
penyebab. Meskipun penyakit ginjal kronis terus berlanjut, tetapi zat
terlarut yang harus diekskresi oleh ginjal untuk mempertahankan
homeostasis tidaklah berubah, kendati jumlah nefron yang bertugas
melakukan fungsi tersebut sudah menurun secara progresif. Dua adaptasi
penting dilakukan oleh ginjal sebagai respons terhadap ancaman
ketidakseimbangan cairan dan elelektrolit. Sisa nefron yang ada
mengalami hipertrofi dalam usahanya melaksanakan seluruh beban ginjal.
Untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dan cairan, laju filtrasi
ditingkatkan. Namun akhirnya, kalau sekitar 75% massa nefron sudah
hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban zat terlarut bagi setiap nefron
demikian tinggi, sehingga keseimbangan peningkatan filtrasi dan
reabsorpsi tidak dapat lagi dipertahankan. Bersama dengan mekanisme
kompensasi ini, penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) akan terjadi,
yang berarti merupakan penurunan vaskularisasi ginjal dan penurunan
fungsi ginjal.
Pada keadaan akhir didapatkan peningkatan kadar kreatinin serum
yang terus menerus meningkat. Hal ini terjadi karena zat seperti kreatinin
sangat tergantung pada filtrasi glomerulus untuk ekskresi ke dalam urin
sehingga saat laju filtrasi glomerulus (LFG) turun, kadarnya akan
meningkat (Pranawa, 1997). Oleh karena itu, hal ini dapat menyebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
hilangnya kemampuan memekatkan atau mengencerkan urin (Wilson,
2005).
d. Kriteria Diagnosis
1) Klinis
Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronis, terjadi kehilangan
daya cadang ginjal, dimana LFG masih normal atau meningkat.
Kemudian, secara perlahan, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang
progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, penderita masih belum
merasakan keluhan (asimtomatik), tetapi sudah mengalami
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar
30%, mulai terjadi keluhan pada pasien, seperti nokturia, badan lemah,
mual, nafsu makan kurang, dan penurunan berat badan. Pada
pemeriksaan hanya ditemukan hipertensi, anemia, dan hiperurikemia.
Sampai pada LFG kurang dari 30% penderita memperlihatkan gejala
dan tanda uremia yang nyata seperti, anemia, peningkatan tekanan
darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual,
muntah, dan lain sebagainya. Penderita juga akan terjadi gangguan
keseimbangan air, seperti hipo atau hipervolemia, gangguan
keseimbangan elektrolit, dan penderita juga mudah terkena infeksi.
Pada LFG di bawah 15%, akan terjadi gejala dan komplikasi yang
lebih serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal,
antara lain dialisis atau transplantasi ginjal (Wei dan Chan, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2) Laboratorium
a) Sesuai penyakit yang mendasarinya
b) Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan
kreatinin serum, dan penurunan LFG (Laju Filtrasi Glomerulus)
yang dihitung menggunakan rumus Kockcroft-Gault. Kadar
kreatinin serum saja tidak bisa dipergunakan untuk memperkirakan
fungsi ginjal (Suwitra, 2006)
Rumus Kockroft- Gault (NKF, 2002):
(1) Untuk Pria
LFG (ml/ min/ 1,73m2) =
(2) Untuk wanita
LFG = nilai pada pria x 0.85
Tabel 2. Hubungan Kadar Kreatinin Serum dengan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) (Suwitra, 2001)
Derajat LFG (% normal) Kadar Kreatinin Serum
(mg/dl)
I 100 0,8 – 1,4
II 50-80 1,4 – 2,4
III 20-50 2,5 – 4,9
IV 10-20 5,0 – 7,9
V 5-10 8,0 – 12,0
VI <5 >12
(140-umur) x berat badan
72 x kreatinin plasma (mg/dl)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c) Kelainan biokimiawi darah, meliputi kenaikan kadar ureum,
kreatinin, asam urat, natrium, dan kalium yang merupakan
parameter utama yang menunjukkan kegagalan pada ginjal.
Penurunan nilai hemoglobin dan hematokrit, peningkatan kadar
gula, kolesterol, dan trigliserida juga merupakan tanda lain pada
penyakit ginjal kronis. Berat jenis urin tetap pada nilai 1,010.
Selain itu, keberadaan protein dan gula, sel darah merah, sel darah
putih, silinder atau kristal di dalam urin juga dapat ditemukan pada
penderita penyakit ginjal kronis (Chang et al., 2006).
d) Kelainan urinalisis meliputi, proteinuria, hematuria, leukosuria,
cast, dan isostenuria (Suwitra, 2006).
3) Gambaran Radiologis
a) Foto polos abdomen : bisa tampak batu radioopak
b) Pielografi intravena : jarang dikerjakan karena kontras sering tidak
bisa melewati filter glomerulus
c) Pielografi antegrade atau retrograde : dilakukan dengan indikasi
d) Ultrasonografi ginjal : pada penyakit ginjal kronis maupun akut,
terlihat gambaran korteks yang hiperekoik dibandingkan dengan
korteks normal, bahkan sonodensitasnya hampir sama dengan
densitas sinus renalis. Pada stadium awal ukuran ginjal masih
normal, umumnya bilateral, tetapi pada gagal ginjal yang lanjut,
ukuran ginjal mengecil dengan batas yang sangat irreguler akibat
proses fibrosis (contracted). Piramis ginjal pada awal penyakit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
ginjal umunya masih baik, tetapi pada fase lanjut, akan sangat
mengecil, bahkan menghilang. Perubahan sinus renalis yang terjadi
pada penyakit ginjal ditandai dengan berkurangnya bahkan
menghilangnya sistem collecting.
(Iljas dan Boer, 2005 dan Suwitra, 2006)
3. Sedimen Urin
Sedimen urin merupakan hasil dari proses pemekatan urine (Brown,
2006). Urin yang pekat akan mengalami proses sedimentasi, yaitu proses
pemisahan padatan yang terkandung dalam urin (Rahayu, 2009). Urin
merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari
1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120 ml
per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh
tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin per menit. Secara umum, dapat
dikatakan bahwa pemeriksaan urin salah satunya dapat untuk mengetahui
kelainan ginjal.
Pemeriksaan urin rutin terdiri atas pemeriksaan mikroskopik,
makroskopik, dan kimia urin (Wirawan, et al., 2008). Pada pemeriksaan
makroskopik, yang diperiksa adalah 1) volume urin yang berguna untuk
menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat
dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan berat badan.
Rata-rata didaerah tropik, volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml
untuk orang dewasa. Pada penderita gagal ginjal mungkin dapat dijumpai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
anuria, atau suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300
ml, 2) warna urin yang terkadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna
urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan, maupun makanan.
Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang
disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin, dan
porphyrin. 3) Kejernihan. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Urin
yang telah kruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus, bakteri,
sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak. 4) Berat
jenis urin yang berkaitan dengan fungsi pemekatan urin oleh ginjal. Berat jenis
urin sewaktu pada orang normal antara 1,003- 1,030. Berat jenis urin
berhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat
jenisnya dan sebaliknya. 5) Bau urin. Bau urin normal disebabkan oleh asam
organik yang mudah menguap. Adanya urin yang berbau busuk dari semula
dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih. 6) pH diperlukan
pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang
keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5- 8,0 (Wirawan, et al.,
2008).
Sedangkan, pemeriksaan mikroskopis merupakan pemeriksaan sedimen
urin. Jika sedimen ini tidak ikut dikeluarkan, akan menimbulkan sedimen urin
atau sedimen di dalam kandung kemih. Pemeriksaan ini penting untuk
mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat
ringannya penyakit. Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu
unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan,
sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ
atau jaringan seperti urat amorf dan kristal (Fischbach, 2004). 1) eritrosit atau
leukosit. Dalam keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin,
sedangkan leukosit hanya terdapat 0 -- 5/LPK dan pada wanita dapat pula
karena kontaminasi dari genitalia. 2) silinder adalah endapan protein yang
terbentuk di dalam tubulus ginjal, mempunyai matrix berupa glikoprotein
(protein Tamm Horsfall) dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat
leukosit, eritrosit dan epitel. Bermacam-macam silinder berhubungan dengan
berat ringannya penyakit ginjal. Eritrosit dan silinder eritrosit ditemukan pada
glomerulonefritis aktif. Silinder leukosit sering ditemukan pada penyakit
pielonefritis. Badan lemak oval dan silinder lemak sering ditemukan pada
sindrom nefrotik. Silinder granular yang besar merupakan penemuan yang
khas pada stadium akhir dari sel-sel yang sudah mati, dan besar karena
terbentuk dalam duktus pengumpul akibat aliran urin yang terlambat. Silinder
granular yang besar ini kadang-kadang disebut silinder gagal ginjal (Wilson,
2005), 3) Kristal yang keberadaannya dipengaruhi oleh dari jenis makanan,
banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. 4) Epitel
merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan
dalam sedimen urin (Wirawan, et al., 2008).
Pemeriksaan kimia urin dilakukan dengan menggunakan reagens pita. 1)
Protein. Proteinuria dapat terjadi karena kelainan prerenal, renal dan post-
renal. Proteinuria karena kelainan ginjal dapat disebabkan karena kelainan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
glomerulus atau tubuli ginjal seperti pada penyakit glomerulunofritis akut atau
kronik, sindroma nefrotik, dan lain-lain. 2) Glukosa. Pada orang normal tidak
didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan
kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk
mereabsorpsi glukosa. 3) Benda-benda keton. Dalam keadaan normal
pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Jumlah yang tinggi akan
dijumpai pada penderita kelainan metabolism karbohidrat atau lemak. 4)
Bilirubin, 5) urobilinogen. Dalam keadaan normal kadar urobilinogen berkisar
antara 0,1 -- 1,0 Ehrlich unit per dl urin. 6) Darah, 7) bakteriuria (Wirawan, et
al., 2008).
Gambar 2. Kandung kemih normal pada pemeriksaan USG (ER, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Gambar 3. Kandung kemih dengan kalsifikasi pada
distal uretra pada pemeriksaan USG
(Kabala, 2003)
Gambar 4. Kandung kemih dengan sedimen urin
pada pemeriksaan USG (Kabala, 2003)
4. Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu pencitraan diagnostik untuk pemeriksaan
alat-alat tubuh, dimana dapat dipelajari bentuk, ukuran anatomi, gerakan, serta
hubungan dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat non invasif,
tidak mempunyai efek samping, tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita,
dapat dilakukan dengan cepat, aman, dan data yang diperoleh mempunyai nilai
diagnostik yang tinggi. Tidak ada kontraindikasi karena pemeriksaan ini tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
akan memperburuk keadaan penderita. Faktor penyulit umum pada
pemeriksaan USG disebabkan karena USG tidak mampu untuk menembus
bagian tertentu dari tubuh. 70% gelombang suara yang mengenai tulang akan
dipantulkan, sedangkan pada daerah berongga yang mengandung gas, 99%
akan dipantulkan. Sehingga pemeriksaan USG paru-paru dan tulang pelvis
belum dapat dilakukan (Boer, 2005)
a. Cara Kerja USG
Pemeriksaan USG kedokteran adalah pemeriksaan organ tertentu
tubuh manusia dengan menggunakan gelombang suara yang
mempunyai frekuensi diluar daya dengar manusia, yaitu sekitar 2
MHz – 15 MHz. Prinsip kerja USG berdasarkan gelombang suara
yang dipancarkan ke dalam tubuh melalui kristal piezo elektrik yang
terdapat dalam transduser USG. Transduser bekerja sebagai
pemancar sekaligus penerima gelombang suara. Pantulan gelombang
suara yang telah mengalami perubahan berdasarkan jaringan yang
telah dilaluinya, kemudian ditangkap kembali oleh piezo elektrik
untuk kemudian diproses dan direkonstruksi menjadi gambar.
Dengan demikian, bila transduser digerak-gerakkan, seolah-olah kita
melakukan irisan pada bagian tubuh yang diinginkan. (Budyatmoko,
2005)
b. USG ginjal normal
Ginjal terletak peritoneal terhadap dinding belakang abdomen.
Ukuran panjang ginjal normal secara USG lebih kecil bila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dibandingkan dengan yang terlihat secara radiografi. Untuk setiap
pemeriksaan, hendaknya kedua ginjal diperiksa dan dibandingkan
hasilnya. Perubahan anatomis yang bisa ditangkap dengan USG
adalah diameter korteks dan medulla, batas korteks dan medulla,
echogenitas, dan colour Doppler yang bisa menampilkan variasi dari
vascularisasi baik di korteks maupun di medulla.
1) Pemeriksaan Ginjal Kanan
Penderita diminta untuk berbaring terlentang, dan penderita
diminta untuk menahan nafas pada inspirasi dalam. Posisi ini
paling baik untuk menilai parenkin ginjal. Sedangkan, untuk
membantu memperlihatkan lesi yang tidak tergambar pada posisi
lain, pemeriksaan USG dilakukan pada posisi berbaring miring
ke kiri (LLD). Pada posisi ini ginjal dapat diperiksa dalam
penampang membujur dan melintang dengan meletakkan
transduser di sebelah kanan lateral garis tengah dan diatur sejajar
atau tegak lurus sumbu ginjal. Ukuran panjang ginjal kanan
dewasa normal adalah 8-14 cm (rata-rata 10,74 cm) (Iljas dan
Boer, 2005)
2) Pemeriksaan Ginjal Kiri
Gambaran USG ginjal kiri paling baik terlihat bila dilakukan
pada posisi miring ke kanan. Penampang melintang ginjal dapat
diperiksa dengan meletakkan transduser di sela iga, dalam
keadaan ekspirasi. Namun, dapat juga dilakukan pada posisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
pasien berbaring telungkup dan transduser diletakkan di sebelah
kiri lateral garis tengah. Posisi telentang tidak dianjurkan untuk
memeriksa ginjal kiri, karena gambaran ginjal terganggu oleh
bayangan udara di lambung dan usus, kecuali bila lambung diisi
air. Ukuran ginjal kiri normal pada dewasa : 7-12 cm (rata-rata
11,10 cm).
Diameter anteroposterior rata-rata 4 cm dan diameter
melintang rata-rata 5cm (Iljas dan Boer, 2005).
Gambar 5. Ginjal normal pada pemeriksaan USG
(Ultrasoundpaedia, 2009)
c. USG gagal ginjal kronis
USG digunakan sebagai pemeriksaan pertama secara rutin pada
keadaan gagal ginjal. Pada ginjal normal, korteks terlihat hipoekoik,
sedangkan sinus ginjal tampak hiperekoik karena komposisinya
terdiri atas lemak dan jaringan parenkim. Pada keadaan gagal ginjal,
dimana korteks sering mengalami nefrosklerosis, sering ditemukan
gambaran korteks hiperekoik jika dibandingkan dengan korteks
normal. Saat stadium awal biasanya ukuran ginjal masih normal,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
tetapi pada tahap lanjut, ukuran ginjal akan mengecil disertai batas
irreguler dengan jaringan sekitarnya akibat proses fibrosis. Hal
tersebut sebelumnya didahului dengan pengecilan piramis ginjal dan
menghilangnya sistem collecting sinus ginjal (Latief, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 6. Skema Kerangka Pemikiran
Fungsi Nefron ↓
Laju Filtrasi Glomerulus ↓
Penurunan Fungsi Ginjal <75%
Penurunan Fungsi Ginjal >75%
Hipertrofi Nefron sehat
Kompensasi
Nefron nekrosis
Kehilangan Fungsi
Pemekatan dan fungsi
pengenceran urin
Urin mengandung protein, sel darah merah, sel darah
putih, kalsium, dan banyak sedimen,
Retensi Urin
Sedimen Urin
Penyakit Ginjal Kronis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
C. Hipotesis
Ada hubungan antara gagal ginjal kronis dengan gambaran sedimen urin
pada pemeriksaan ultrasonografi (USG).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
2. Waktu
Penelitian ini dimulai pada minggu pertama bulan Juni hingga minggu
pertama bulan Juli tahun 2010.
C. Subjek penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita gagal ginjal kronis yang
melakukan pemeriksaan di Bagian Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah subjek dalam populasi penelitian
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
a. Kriteria inklusi
1) Penderita gagal ginjal kronis (kreatinin ≥ 5,0 mg/dl)
2) Usia 20 tahun ke atas
3) Laki-laki dan perempuan
b. Kriteria inklusi
1) Penderita gagal ginjal kronis dengan usia di bawah 20 tahun
2) Penderita penyakit ginjal kronis dengan kreatinin <5,0 mg/dl
3) Penderita gagal ginjal akut
4) Penderita gagal ginjal kronis dengan Benign Prostat Hyperplasi, batu
uretra, konstriktur uretra, neoplasma di bagian distal dari traktus
genitourinaria, atau kanker serviks
5) Penderita gagal ginjal kronis yang memakai kateter.
B. Teknik Sampling
Sampel yang diambil sebagai probandus adalah yang memenuhi kriteria
inklusi di atas, dalam hal ini sampel dipilih dengan cara non-probability sampling
yakni, purposive sampling dengan besar sampel 40 orang. Purposive sampling
merupakan teknik pemilihan subyek sampel berdasarkan ciri-ciri atau sifat
tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi yang diinginkan
(Taufiqurrahman, 2004).
C. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas : penderita gagal ginjal kronis
2. Variabel terikat : gambaran sedimen urin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3. Variabel luar :
a. Variabel luar yang dapat dikendalikan:
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Penyakit penyerta
b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan : tidak ada
D. Definisi Operasional Variabel
1. Penderita Gagal Ginjal Kronis
Penderita gagal ginjal kronis merupakan rujukan dari Bagian Penyakit
Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Diagnosis penderita gagal ginjal
kronis dapat diketahui melalui status pasien. Skala pengukuran berupa skala
nominal, dimana sampel dikelompokkan menjadi dua, atau secara dikotomi,
yaitu gagal ginjal kronis dan non gagal ginjal kronis.
2. Gambaran Sedimen Urin
Gambaran sedimen urin di kandung kemih dapat ditemukan dan dilihat
pada pemeriksaan ultrasonografi. Sedimen urin yang ditemukan terlihat
seperti timbunan pasir yang mengendap. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter
radiologi. Skala pengukuran berupa nominal, dimana sampel dikelompokkan
menjadi dua, yaitu terdapat sedimen urin di kandung kemih atau non sedimen
urin di kandung kemih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
E. Rancangan Penelitian
Gambar 7. Rancangan Penelitian
F. Instrumen Penelitian
1. Data yang digunakan adalah rekam medis atau status pasien untuk mengetahui
adanya diagnosis gagal ginjal kronis.
2. Bahan-bahan yang digunakan : Hasil foto USG dari Instalasi Radiologi RSUD
Dr.Moewardi dalam bentuk interpretasi hasil foto untuk mengetahui adanya
sedimen urin di kandung kemih dan gambaran ginjal pada gagal ginjal kronis.
G. Alat dan Cara Kerja
Penelitian ini menggunakan alat ultrasonografi untuk mengetahui adanya
gambaran sedimen urin di kandung kemih. Pada pasien gagal ginjal kronis,
setelah dilakukan pengukuran kreatinin dan ureum, dilakukan pemeriksaan USG
abdomen. Selain untuk melihat gambaran ginjal, pemeriksaan USG yang
Gagal Ginjal Kronis Non Gagal Ginjal Kronis
USG USG
Sludge + Sludge - Sludge + Sludge -
Analisis Data
Sampel 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dilakukan oleh dokter radiologi juga dapat mendeteksi adanya gambaran sedimen
urin di kandung kemih. Pengukuran dilakukan pada 20 orang penderita gagal
ginjal kronis dan 20 orang penderita non gagal ginjal kronis. Pengukuran pada
penderita non gagal ginjal kronis didapatkan dari pemeriksaan USG abdomen
semua pasien non gagal ginjal dan pasien yang tidak memenuhi kriteria eksklusi
di atas. Data pasien yang digunakan adalah Februari - Juli 2010.
H. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan program
Statistical Products and Service Solutions (SPSS) for Windows Release 18.0
(Morgan et al., 2001) dan p< 0,05 dipilih sebagai tingkat minimal signifikansinya.
Karena dalam populasi sampel terdiri atas dua kelas, dengan variabel bebas dan
variabel terikat termasuk skala nominal maka digunakan uji statistik Chi-Square.
Salah satu syarat untuk uji Chi-Square ini bila jumlah subyek antara 20- 40 dan
semua nilai expected >5 (Sugiyono, 2003 dan Sastroasmoro, 2002)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian tentang hubungan gagal ginjal kronis dengan gambaran
sedimen urin pada pemeriksaan ultrasonografi telah dilakukan di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta pada periode Juni sampai
dengan Juli tahun 2010. Sampel yang diambil sebagai probandus adalah
yang memenuhi kriteria inklusi, dalam hal ini sampel dipilih dengan cara
dilakukan non probability sampling, yakni purposive sampling. Besar
sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 40 pasien yang
terdiri atas 20 pasien gagal ginjal kronis dan 20 pasien non gagal ginjal
kronis. Sampel yang saya dapatkan tersebut berasal dari data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung
pada pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan USG sedangkan
data sekunder adalah data yang didapatkan dari catatan atau rekam medis
pasien. Sampel untuk pasien dengan gagal ginjal kronis selain diketahui
lewat gambaran ginjal (khususnya korteks) yang mulai mengabur, dan
batas antara korteks - medula yang sudah mulai tidak jelas, dapat juga
diketahui lewat hasil pemeriksaan kreatinin-ureum. Sedangkan gambaran
sedimen urin diketahui lewat hasil pemeriksaan USG. Data yang
digunakan adalah data pasien bulan Februari hingga Juli tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel 3. Distribusi responden gagal ginjal kronis menurut jenis kelamin
No Gagal Ginjal Kronis Laki-Laki Perempuan Jumlah N % N % N %
1. ( + ) 13 32,5 7 17,5 20 50 2. ( - ) 4 10 16 40 20 50
Jumlah 17 42,5 23 57,5 40 100 (Sumber : Data Primer dan Sekunder Februari - Juli 2010)
Berdasarkan data pada tabel 3, dapat dijelaskan bahwa 20 penderita
gagal ginjal kronik terdiri dari 13 orang berjenis kelamin laki-laki (32,5 %)
dan 7 orang berjenis kelamin perempuan (17,5%).
Tabel 4. Distribusi responden gagal ginjal kronis menurut usia
No. Kelompok Umur Jumlah Persentase (%) 1. 20 – 29 1 2,5 2. 30 – 39 2 5 3. 40 – 49 8 20 4. 50 – 59 6 15 5. 60 – 69 1 2,5 6. 70 – 79 1 2,5 7. 80 – 89 1 2,5
Jumlah 20 50 (Sumber : Data sekunder Februari – Juli 2010)
Berdasarkan data pada tabel 4, dapat dijelaskan bahwa penderita
gagal ginjal kronis terbanyak terdapat pada kelompok umur 40 – 49 tahun
sebanyak 8 orang (20%) dan paling sedikit terdapat pada kelompok umur
antara 20 – 29 tahun sebanyak 1 penderita (2,5%), 60 – 69 tahun sebanyak
1 penderita (2,5%), 70 – 79 tahun sebanyak 1 penderita (2,5%), dan 80 –
89 tahun sebanyak 1 penderita (2,5%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Tabel 5. Data hasil pemeriksaan ureum dan kreatinin pada penderita gagal ginjal kronis
No. Nama Umur (tahun)
No. RM Lab
L P Ureum Kreatinin 1. Tn. RT 40 993831 227 11,5 2. Sdr. IBL 21 480529 153 16,9 3. Tn. DR 46 981062 289 23,1 4. Ny. ST 45 01011443 149 11,8 5. Ny. PM 48 01004340 234 6,3 6. Ny. STM 45 977032 240 7,8 7. Ny. RP 56 989293 499 34,6 8. Tn. MJL 37 985076 133 7,0 9. Tn. SWA 45 988897 472 28,7 10. Tn. DB 55 984348 170 11 11. Tn. LM 54 978999 254 20,2 12. Tn. PJ 56 981798 202 12,7 13. Tn. KH 70 01013711 233 7,7 14. Tn. KHM 35 892563 263 8,3 15. Ny. SD 41 879600 129 13,1 16. Tn. US 80 01013061 315 12,8 17. Ny. MYN 68 995796 357 17,3 18. Tn. TM 41 992784 320 24,6 19. Ny. JR 53 991385 432 14,0 20. Tn. SLD 51 917750 615 32,2
nilai rujukan kreatinin pria 0,6-1,3 mg/dl nilai rujukan kreatinin wanita 0,5-1 mg/dl nilai rujukan ureum 10-50 mg/dl (Sumber : Data Sekunder Februari – Juli 2010)
Berdasarkan data pada tabel 5, dapat dijelaskan bahwa nilai ureum
dan kreatinin pada 20 sampel penderita gagal ginjal kronis berada di atas
nilai rujukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
B. Analisis Data
Untuk melihat hubungan antara gagal ginjal kronis dengan
gambaran sedimen urin di kandung kemih maka dilakukan analisis data
menggunakan uji statistik Chi-Square karena penelitian ini merupakan
penelitian dengan variabel bebas dan variabel terikat termasuk variabel
kategorik. Uji Chi-Square dapat dilakukan jika jumlah subjek sampel total
>40 dengan tanpa melihat nilai expected, jika jumlah subyek antara 20 dan
40, dan semua nilai expected >5, jika syarat tersebut terpenuhi, maka dapat
dilakukan uji Chi-Square menggunakan program SPSS for Windows
Release 18.0 dan p < 0,05 dipilih sebagai tingkat minimal signifikansinya.
Uji Chi-Square yang dipilih adalah uji Chi-Square untuk 2 kelompok tidak
berpasangan karena sampel yang digunakan dipilih secara independen.
Tabel 6. Hasil Uji Chi-Square tentang hubungan antara gagal ginjal kronis dengan gambaran sedimen urin di kandung kemih
Gagal Ginjal Kronis Sedimen Urin
Jumlah X2 P Ya Tidak
Ya 20 (100%) 0 (0%) 20 (100%)
32,73 0,000
expected 11.0 9.0 20.0
Tidak 2 (10%) 18 (90%) 20 (100%)
expected 11.0 9.0 20.0
Jumlah 22 (55%) 18 (45%) 40 (100%)
expected 22.0 18.0 40.0
Berdasarkan tabel 6, pada kasus ini dapat digunakan uji Chi-
Square karena jumlah sampel yang digunakan 40 dan tidak ada nilai
expected yang kurang dari 5. Nilai expected adalah nilai yang diperoleh
apabila hipotesis nol benar. Tabel 6 menunjukkan bahwa besarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
kemungkinan hasil yang diperoleh atau hasil yang lebih ekstrim diperoleh
karena faktor peluang, bila hipotesis nol benar adalah 0,000 (P=0,000).
Karena faktor peluang kurang dari 5% (0,0%), maka hasil tersebut
bermakna. Oleh karena itu, pada kasus ini terdapat hubungan antara gagal
ginjal kronis dengan gambaran sedimen urin di kandung kemih pada
pemeriksaan ultrasonografi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, hasil perhitungan
statistik, dan teori penelitian yang terdahulu, maka dapat dibahas sebagai berikut :
Empat faktor resiko utama dalam perkembangan gagal ginjal kronis adalah
usia, ras, jenis kelamin, dan riwayat keluarga. Tabel 3 menunjukkan bahwa
penyakit gagal ginjal kronis lebih banyak diderita oleh orang dengan jenis
kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 13 penderita (65%) dibandingkan dengan jenis
kelamin perempuan, yaitu sebanyak 7 penderita (35%). Menurut Price (2005),
insidensi penyakit gagal ginjal kronis lebih besar terjadi pada laki-laki (56,3%)
daripada perempuan (43,7%). Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar
penyebab penyakit gagal ginjal kronis diderita oleh penderita laki-laki. Penyakit
yang paling banyak menyebabkan gagal ginjal kronis yaitu diabetes mellitus
(34%) dan hipertensi (21%). Diabetes mellitus banyak diderita oleh laki-laki
(Perkeni, 2002). Hipertensi sebagai penyebab terbesar kedua (27%) juga banyak
diderita oleh laki-laki (Kuswardhani, 2006). Begitu pula dengan penyebab
lainnya, seperti batu saluran kemih. Faktor resiko laki-laki berbanding perempuan
untuk kasus batu saluran kemih adalah 3:1 (Cahyono, 2009).
Tabel 4 menunjukkan bahwa penderita gagal ginjal kronis terbanyak
terdapat pada kelompok umur 40 - 49 tahun yaitu sebanyak 8 penderita (20%).
Menurut Ganong (1998), dengan bertambahnya usia, fungsi ginjal akan semakin
berkurang. Fungsi ginjal menurun sekitar 55% antara 35-80 tahun. Banyak fungsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorbsi
oleh ginjal. Reaksi asam basa terhadap perubahan metabolisme melambat.
Pembuangan sisa-sisa metabolisme protein dan elektrolit yang harus dilakukan
ginjal menjadi beban tersendiri. Hal ini dikarenakan banyak jaringan yang hilang
dari korteks ginjal, glomerulus, dan tubulus. Setelah 40 tahun, permukaan
glomerulus akan berkurang secara progresif dan jaringan sklerotik akan
bertambah. Selain itu, setelah umur 35 tahun, laju filtrasi glomerulus (LFG) akan
menurun hingga 8-10 ml/menit/1,73m2/dekade. Hal ini menyebabkan fungsi
konsentrasi dan pengenceran menurun, keseimbangan elektrolit dan asam basa
lebih mudah terganggu bila dibandingkan dengan usia muda. Terjadinya penyakit
gagal ginjal kronis tidak hanya disebabkan oleh menurunnya fungsi ginjal sebagai
akibat dari bertambahnya umur. Terdapat faktor-faktor yang dapat mempercepat
terjadinya penurunan fungsi ginjal, antara lain glomerulonefritis, diabetes
mellitus, hipertensi, nefrosklerosis pielonefritis, hipertrofi prostat, batu saluran
kemih, dan sebagainya (Guyton dan Hall, 2003).
Tabel 5 menyajikan hasil pemeriksaan ureum dan kreatinin sebagai dasar
menentukan diagnosis gagal ginjal kronis. Nilai rujukan kreatinin untuk pria
adalah 0,6-1,3 mg/dl dan untuk wanita adalah 0,5-1 mg/dl (Widmann, 1995).
Dalam tabel 5 diketahui bahwa nilai ureum dan kreatinin 20 sampel pasien gagal
ginjal kronis berada di atas nilai rujukan. Menurut Watnick (2007), pasien gagal
ginjal kronis mengalami peningkatan ureum dan kreatinin dalam plasma.
Kreatinin dalam darah meningkat apabila fungsi renal berkurang. Hal ini
disebabkan oleh penurunan fungsi nefron yang menyebabkan berkurangnya laju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
filtrasi glomerulus (LFG). Semakin tinggi kadar kreatinin, semakin besar pula
penurunan LFG. Peningkatan kreatinin pada pasien gagal ginjal kronis harus
disertai dengan peningkatan ureum. Hal ini disebabkan karena fungsi ginjal yang
sudah berkurang, tidak akan mudah untuk mengekskresikan ureum yang
merupakan sampah metabolik, dan pada akhirnya ureum akan tertimbun di
plasma.
Tabel 6 menunjukkan terdapat hubungan antara gagal ginjal kronis dengan
gambaran sedimen urin. Hubungan tersebut secara statistic adalah significant
(P=0,000). Menurut Cox, Jr, dkk (1985), apabila fungsi ginjal terganggu, maka
akan terganggu pula fungsi konsentrasi dan pengenceran urin. Urin yang pekat
akan mengalami proses sedimentasi (Rahayu, 2009). Jika sedimen ini tidak ikut
dikeluarkan, akan menimbulkan sedimen di dalam kandung kemih. Menurut
Russel, Tolkoff, Rubu, dan Rubin (1989), gagal ginjal kronis merupakan salah
satu penyebab infeksi saluran kemih. Penemuan bakteri dalam urin merupakan
syarat untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih. Menurut Rubin (1989),
bakteri dapat tumbuh salah satunya karena adanya sisa urin dalam kandung kemih
meningkat akibat pengosongan kandung kemih kurang efektif. Sisa urin yang
pekat pada pasien gagal ginjal kronis akan mengalami sedimentasi dalam kandung
kemih. Sedimentasi urin ini dapat dilihat dengan menggunakan pemeriksaan
ultrasonografi.
Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa kekurangan dan
keterbatasan, antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
1. Interpretasi gambaran sedimen urin dalam pemeriksaan ultrasonografi
masih memiliki subjektifitas.
2. Pencantuman hasil pemeriksaan sedimen urin pada hasil USG pasien
gagal ginjal kronis sangat terbatas. Hal ini menyebabkan waktu yang
diperlukan untuk penelitian cukup lama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Terdapat hubungan yang berarti antara gagal ginjal kronis dengan
gambaran sedimen urin pada pemeriksaan ultrasonografi.
B. Saran
Mengingat masih banyaknya keterbatasan dan kekurangan dalam
penelitian ini, maka diperlukan penelitian lebih lanjut yang hendaknya
merupakan penelitian serupa dengan beberapa perbaikan, yaitu dapat
dilakukan penelitian selanjutnya yang mengamati hubungan berat jenis
urin dengan urinalisis pada pasien gagal ginjal kronis