jurding dr sudarman irigasi sinonasal pada rhinitis alergi
DESCRIPTION
laasTRANSCRIPT
DAFTAR ISTILAH
SNI : Saline Nasal Irrigation
AR : Allergic Rhinitis
SAR : Seasonal AR
MCT : Mucociliary Clearance Time
Irigasi Hidung Sebagai Pengobatan Tambahan Pada
Rhinitis Alergi : Systematic Review dan Meta Analysis
Kristina E. Hermelingmeier, M.D.,2 Rainer K. Weber, Ph.D., 1 Martin Hellmich,
Ph.D., 2 Christine P. Heubach, M.D., 2 and Ralph Mosges, Ph.D. 2
ABSTRAK
Latar Belakang: Irigasi hidung menggunakan salin (SNI) sering dianjurkan
sebagai pengobatan tambahan nonfarmakologis, setelah terbukti kemanjurannya
dalam rinosinusitis akut dan kronis dan sebagai terapi setelah operasi sinonasal.
Untuk saat ini, bagaimanapun, tidak ada systematic review atau meta-analisis yang
menunjukkan adanya pengaruh SNI pada rhinitis alergi (AR). Penelitian ini
bertujuan untuk menetapkan dampak SNI pada gejala AR pada kelompok pasien
yang berbeda.
Metode: Kami melakukan pencarian sistematis Medline, Embase, Cochrane
Central Register of Controlled Trials, dan ISI Web database Sains untuk literatur
yang diterbitkan 1994 - 2010 SNI pada AR. Prospektif, metode acak, Controlled
Trials yang menilai efek dari SNI pada empat hasil yang berbeda dari parameter
yang disertakan. Evaluasi difokuskan pada primer (skor gejala) dan parameter
sekunder (konsumsi obat, pembersihan mukosiliar, dan kualitas hidup).
Hasil: Tiga pengulas independen memilih 10 dokumen asli yang memenuhi
kriteria inklusi (>400 peserta) dari 50 percobaan yang terkait. SNI dilakukan
teratur selama periode terbatas hingga 7 minggu pengamatan untuk memiliki efek
positif pada seluruh parameter yang diselidiki pada orang dewasa dan anak-anak
dengan AR. SNI menghasilkan peningkatan 27,66% pada gejala hidung,
pengurangan 62,1% dalam konsumsi obat, percepatan 31,19% dari waktu
pembersihan mukosiliar,dan peningkatan 27,88% dalam kualitas hidup.
Kesimpulan: SNI menggunakan larutan isotonik dapat direkomendasikan
sebagai terapi komplementer di AR. Hal ini ditoleransi dengan baik, murah,
mudah digunakan, dan tidak terdapat bukti yang menunjukkan penggunaan SNI
harian secara rutin berdampak buruk terhadap kesehatan pasien atau menyebabkan
efek samping yang tak terduga.
(Am J Rhinol Allergy 26, e119 –e125, 2012; doi: 10.2500/ajra.2012.26.3787)
Rhinitis alergi (AR) merupakan masalah kesehatan global. Prevalensi AR
meningkat pada daerah dengan frekuensi rendah atau sedang, dan pada frekuensi
yang tinggi maka prevalensinya menetap atau bahkan menurun.1 Hal ini berkisar
hingga 40% untuk AR musiman (SAR) dan sampai 13% untuk AR sepanjang
tahun. 1-3 Pengeluaran medis untuk mengobati AR hampir dua kali dari 6,1 miliar
dollar Amerika pada tahun 2000 meningkat menjadi 11,2 milyar dollar Amerika
pada tahun 2005.4 Berarti biaya yang dikeluarkan setiap tahun terkait dengan AR
adalah 520 dollar Amerika /orang pada tahun 2005.4 AR memengaruhi kehidupan
sosial, tidur, sekolah, dan bekerja, sehingga membuat pengobatan AR penting.
Pengobatan AR meliputi edukasi pasien untuk menghindari faktor alergen serta
penggunaan farmakoterapi dan imunoterapi speseifik alergen. 1 Penggunaan
glukokortikosteroid intranasal adalah farmakologis yang paling efektif pada
pengobatan AR. 5 Namun, penggunaan kortison masih ditakuti oleh pasien dan
dokter yang meresepkan. 6 Sebagian besar pasien dengan AR belum diobati
secara adekuat dan terutama tidak sesuai dengan guidelines. 7
Dalam kasus ini, pendekatan terapi nonfarmakologis sangat penting. Salah
satu pendekatan tersebut adalah irigasi hidung dengan menggunakan larutan
saline, yang pada pedoman internasional dan ulasan dianjurkan sebagai
pengobatan komplementer AR yang mana belum pernah ada bukti kemanjurannya
yang meyakinkan. 1,2,5-7
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memverifikasi
efektivitas irigasi hidung di AR berdasarkan kriteria pengobtan berdasarkan bukt.
Untuk tujuan ini, maka dilakukan publikasi sebuah literatur analisis sistematis dan
meta analisis.
BAHAN DAN METODE
Sebuah pencarian literatur dimaksudkan untuk ulasan ini dilakukan
menggunakan database yang komprehensif MEDLINE (Medical Literature
Analysis and Retrieval System Online), CENTRAL (Cochrane Central Register of
Controlled Trials), EMBASE (Excerpta Medica Database), dan Web Of Science
(ISI Web of Knowledge).
Pencarian sistematis untuk artikel asli yang relevan didasarkan pada topik
"rhinitis alergi," "irigasi hidung," dan "pengobatan." Dengan kata kunci (rhinitis
alergi, irigasi salin, intranasal lavage, larutan salin, spray hidung, pembilasan
hidung, saline hidung, mencuci hidung dengan saline, perawatan, pengobatan
dengan salin, dan pengobatan alternatif) yang digunakan dalam pencarian di
kombinasi dengan menggunakan kata hubung “DAN” dan “ATAU”. Keterbatasan
hanya diperbolehkan secara acak, dan studi terkontrol. Tidak ada pembatasan
yang dibuat dalam hal periode publikasi dan durasi studi. Lebih jauh, hanya
penelitian yang diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Jerman dan hanya mereka
yang memiliki penelitian subyek manusia yang tergabung dalam pencarian.
Literatur tambahan ditemukan saat meninjau referensi daftar artikel yang dipilih
dan, khususnya, ulasan. Setelah menghilangkan duplikat artikel, 50 studi klinis
tetap di mana judul mereka diselaraskan dengan topik yang ditentukan. 40 studi
yang lain dikeluarkan berdasarkan informasi tentang desain studi, subyek,
intervensi /aplikasi, kelompok kontrol, parameter hasil, dan diagnosis. Keputusan
tentang pengecualian dibuat oleh dua pengulas independen (KH, RM). Setiap
perbedaan dibahas oleh tiga penulis (KH, RW, RM). Hanya artikel yang
memenuhi kriteria berikut yang termasuk:
Desain Studi – studi prospektif memiliki tingkat bukti setidaknya level IIa
(German Cochrane Center-Cochrane Classification).8
Isi Studi - lokal, aplikasi hidung dengan larutan garam untuk mengobati AR
musiman atau sepanjang tahun.
Subyek - Dewasa, wanita hamil dan anak-anak sebagai pasien. Penegakan
diagnosis dengan melihat riwayat pasien atau pengujian alergi
menggunakan tes kulit (prick test) atau tes darah (misalnya, uji
radioallergosorbent).
Intervensi - Irigasi hidung dalam bentuk cair atau nebulasi.
Gambar 1. Diagram Seleksi Studi
Hasil Primer - Peningkatan gejala utama alergi -bersin, gatal, obstruksi, dan
sekresi.
Hasil Sekunder- pengguanan obat, waktu pembersihan mukosiliar (MCT), dan
kualitas hidup.
Pada akhirnya, Studi yang dikeluarkan adalah:
Lima belas studi di mana gangguan pernapasan yang lain juga diobati.
Delapan belas studi yang memiliki desain yang berbeda.
jumlah artikel yang cocok ditemukan di
database elektronik medis: 11.500
Artikel yang berpotensi relevan: 50
Studi yang memenuhi kriteria inklusi: 10
Studi tidak relevan, karena aplikasi tersebut tidak digunkan untuk
tujuan terapeutik: 4
Studi tidak relevan karena terapi menyimpang: 3
studi tidak relevan, karena terapi
diterapkan pada subyek yang sehat
(6) atau karena penyakit lain (9): 15
Studi tidak relevan karena desain yang berbeda: 18
Tiga studi karena metode pengobatan yang berbeda.
Empat studi di mana irigasi hidung menggunakan salin (SNI) tidak
diterapkan untuk tujuan terapeutik.
Sepuluh studi (Gambar. 1) memenuhi kriteria inklusi tersebut.9-18
Penilaian kualitas dilakukan oleh dua pengulas menurut Jadad.19 Skala Jadad saat
ini menjadi satu-satunya skala yang valid untuk menilai metodologi kualitas
penelitian.2Selama proses penilaian, parameter pengacakan, metode blinding,
putus, dan pertanyaan tambahan dievaluasi. Hanya penelitian oleh Barbieri et al.9
yang dinilai sebagai kualitatif rendah pada <3 poin. Semua penelitian lain yang
relevan dicapai minimal 3 sampai maksimal 5 poin. Tidak dilakukan pengacakan
pada 1 dari 10 studi. Semua studi memiliki kelompok kontrol yang mana SNI
tidak diterapkan atau sebaliknya, semprot hidung saline, tetes minyak, steroid,
atau cetirizine diberikan. Dalam satu studi, dua kelompok kontrol aktif dengan
membandingkan SNI isotonik dan hipertonik.18 Sebuah meta-analisis disiapkan
untuk dapat membandingkan peningkatan masing-masing dalam skor gejala dari
subyek setelah SNI dan perbaikan relatif untuk kelompok kontrol. Nilai gejala
dievaluasi pada 8 dari 10 studi. 9,10,12–17 Lebih lanjut meta-analisis didasarkan pada
parameter sekunder dan perbaikan mereka setelah menerapkan SNI. Konsumsi
obat diperiksa dalam tiga studi,12-14 MCT dalam empat,9,10,16,18 dan kualitas hidup
dalam dua percobaan.
Metode Statistik
Saat ini meta-analisis dilakukan dengan menggunakan Komprehensif Meta-
Analisis Versi 2.2.057 software (Biostat, Englewood, NJ). Pertama, perbaikan
relatif dari variabel individu didefinisikan, baik berkaitan dengan nilai skala
maksimal (skor gejala dan kualitas hidup) atau nilai dasar (konsumsi obat dan
MCT). Selain itu, standar deviasi perubahan sebelumnya sebagai penentang untuk
terapi berikut diperkirakan baik menggunakan standar deviasi dari nilai dasar
(informasi lebih lanjut yang sebenarnya pada variabilitas perubahan bisa tidak
dikumpulkan dari artikel individu) atau 25% dari rentang skala (dengan distribusi
normal nilai-nilai kisaran mean + [contohnya, lebar empat standar deviasi]
meliputi ~95% dari nilai yang terukur). Perbaikan relatif kemudian tertimbang
menggunakan model efek random dan dikombinasikan.
HASIL
Analisis Literatur
Seluruhnya, 10 artikel asli yang diterbitkan 1994-2010 termasuk dalam analisis
lebih dekat. Literatur- literature tersebut bervariasi sehubungan dengan desain
penelitian, jumlah subyek, durasi studi, dan dalam hal penggunaan larutan garam,
mode aplikasi, dan parameter yang dinilai. Meskipun heterogenitas dari studi yang
terlibat, kongruen tren dalam hasil dapat dibentuk:
1. Dalam prospektif, random, dan studi kontrol oleh Barbieri et al.9 pada tahun
2002, iodine bromide hangat dari Salsomaggiore diaplikasikan dalam bentuk
semprot pada 40 pasien dengan AR tujuh kali sehari selama 30 hari. Kelompok
kontrol yang menggunakan tetes minyak selama periode waktu yang sama dan
pada frekuensi yang sama. Setelah pengobatan, skor gejala berubah dari 45% dan
peningkatan MCT sebesar 29% diamati setelah menilai obstruksi hidung pada
skala 0-10 pada kelompok aktif dibandingkan dengan nilai pre studi
2. Cingi et al.10 melakukan studi prospektif dengan 100 pasien AR pada tahun
2010. Sebelum dan sesudah aplikasi 10-hari dari gel semprot air laut (2 semprotan
/ lubang hidung pada interval 4 jam), empat gejala kardinal dievaluasi pada skala
0 sampai 3. peningkatan 31% dalam skor gejala dapat ditegakkan. MCT itu
dipercepat oleh 12% .10
3. Dalam prospektif, random, single-blinded, plasebo control studi, Cordray et
al.11 membandingkan efektivitas hipertonik semprot air laut yang digunakan oleh
15 peserta penelitian dengan SAR selama 1 minggu (2 semprotan / lubang hidung
tiga kali sehari). Evaluasi, berdasarkan pada " Skor Kualitas Hidup
Rhinoconjunctivitis, "menunjukkan perbaikan klinis dan signifikan secara statistik
(p< 0 Skor,0001) gejala. Jawaban diberikan kepada 28 pertanyaan pada kualitas
hidup dan dinilai pada skala 0 sampai 6, berdasarkan peningkatan kualitas hidup
23% yang dihitung
4. Pada tahun 2003, Garavello et al.12 menyelidiki efektivitas irigasi hidung
dengan larutan garam hipertonik (3,0%) untuk mengobati AR pada anak-anak
(usia 6-12 tahun). Dalam prospektif, nonblinded, studi randomized controlled, 10
anak menerima hipertonik SNI (2,5 ml / lubang hidung menggunakan jarum
suntik sekali pakai) tiga kali setiap hari selama 6 minggu selama seluruh musim
serbuk sari. 10 anak lainnya tidak menerima irigasi hidung dan merupakan
kelompok kontrol. Nilai rhinitis menunjukkan penurunan dari 3% allergi yang
diinduksi gejala dan penurunan mutlak dalam konsumsi obat 100% .12
5. Garavello et al.13 menggunakan SNI dengan larutan garam hipertonik dalam
acak, terkontrol, studi unblinded dari 20 anak-anak dengan AR pada tahun 2005.
Pembilasan hidung terdiri dari 3 semprotan / lubang hidung, masing-masing
mengandung 50 uL, tiga kali sehari. Analisis skor rhinoconjunctivitis, dijawab
harian, menghasilkan klinis dan pengurangan signifikan 13% gejala secara
statistik dalam kelompok perlakuan setelah minggu ke 7 dibandingkan dengan
awal dari penelitian. Selanjutnya, rata-rata kurang dari 5% antihistamin
dikonsumsi selama periode di mana irigasi hidung dilakukan secara regular.13
6. Pada tahun 2010, Garavello et al.14 mengevaluasi penerapan irigasi hidung pada
ibu hamil dengan SAR dalam prospektif, randomized studi. Dua puluh dua ibu
hamil dengan AR menjalani irigasi hidung dengan menggunakan larutan garam
hipertonik (10 mL / lubang hidung menggunakan jarum suntik sekali pakai) tiga
kali seminggu selama jangka waktu 6 minggu. Kelompok kontrol tidak menerima
terapi lokal. Rata-gejala gejala memburuk, pada kenyataannya, sebesar 6% dari
nilai preseasonal ke akhir penyelidikan dan konsumsi antihistamin meningkat
sebesar 67%. Namun, dibandingkan dengan wanita yang tidak menerapkan irigasi
hidung, gejala skor dan konsumsi antihistamin secara signifikan lebih rendah pada
subyek yang menggunakan irrigation hidung.14
7. Klimek et al.15 meneliti efek dari pengobatan irigasi hidung dengan larutan
garam isoosmotic pada pasien dewasa dengan SAR dalam open-label,
ramdommized, studi kelompok-paralel pada tahun 2001. Dalam penelitian ini, 75
pasien dirawat selama 2-4 minggu dengan beragam obat yang diperlukan, dan
satu-setengah dari pasien ditambahkan SNI, menggunakan larutan garam Emser
dan RhinoCare douche hidung (250 mL) dua sampai tiga kali sehari. Dalam
kelompok irigasi hidung, ditemukan pengurangan yang signifikan dari 42% di
skor gejala. Secara keseluruhan, 15.0+ 9,7 tablet rata-rata dikonsumsi selama
periode pengamatan, yang dalam kaitannya untuk dosis harian yang
direkomendasikan selama total waktu periode sesuai dengan hasil bagi 0,51+ 0,4
8. Dalam perjalanan sebuah studi acak prospektif yang diterbitkan dalam 2009, Li
et al.16 mengobati 26 anak (usia 8-15 tahun) dengan AR di tiga kelompok selama
periode 12 minggu hanya dengan SNI dalam kelompok 1, atau kombinasi SNI dan
steroid dalam kelompok 2 atau hanya dengan steroid dalam kelompok 3. Larutan
500 mL normal saline (0.9% natrium klorida) digunakan dua kali sehari untuk
irigasi hidung. Nilai gejala turun 19% pada kelompok 1 dan 30% dalam kelompok
2. MCT dipercepat 37% pada kelompok 1 dan 53% di kelompok 2.16
9. Dalam prospektif, randomized, studi kontrol diterbitkan pada 2005, Rogkakou
et al.17 meneliti efek hipertonik semprot hidung saline, dikombinasikan dengan
antihistamin, gejala dan kualitas hidup di AR. Selama periode 4 minggu, 14
pasien menggunakan 10 mg cetirizine setiap harinya atau mereka dikombinasikan
cetirizine dengan empat kali dosis harian salin hipertonik semprot hidung.
Berdasarkan waktu harian dan waktu malam gejala tertentu, suatu Indeks Kualitas
Hidup, dan rinomanometri akustik, itu menunjukkan bahwa aplikasi saline lokal
menyebabkan intensitas perubahann parameters.17
10. Ural et al, 18, dengan prospektif, randomized controlled pada tahun 2009,
membuktikan bahwa SNI dengan cairan saline isotonik dan hipertonik dapat
mempersingkat MCT di AR. Selama studi 10-hari, 21 pasien dengan AR
diterapkan SNI dengan hipertonik (n= 11) atau isotonik (n= 10) larutan garam (4
mL / lubang hidung menggunakan disposable suntik dua kali sehari). MCT,
dipastikan dengan bantuan dari uji izin sakarin, diperparah dengan 1% setelah
aplikasi SNI hipertonik; SNI isotonik, bagaimanapun, menyebabkan peningkatan
signifikan MCT sebesar 45%.18
Desain Studi
Dari 10 studi yang relevan yang diteliti, 7 dilakukan secara acak dan terkontrol. 9,11-15,17 .Prosedur spesifik pengacakan digambarkan secara rinci pada 4 studi ini
.12,14,15,17 minyak tetes, saline spray isotonik, 11 tidak ada aplikasi topikal, 12-15
steroid, 16 atau cetirizine17 sebagai kontrol. Tidak adanya kelompok kontrol hanya
dalam studi yang dilakukan oleh Cingi et al.10 dan Ural et al.18; sebaliknya, studi
Ural menggunakan desain kelompok paralel untuk membandingkan kemanjuran
larutan isotonik dan hipertonik.10,18.
Pemilihan Pasien
Dari semua 10 studi dengan 400 pasien yang terdapat pada tinjauan ini. Sebanyak
86 pasien anak-anak/ remaja berusia 5-15 tahun, dan hanya >50% pasien
perempuan. Diantara pasien wanita, 45 sedang hamil pada waktu penelitian
dilakukan.
PENGARUH INTERVENSI
Meta-analisis dilakukan berkaitan dengan parameter "skor gejala pada hidung,""
konsumsi obat-obatan”, " waktu pembersihan mukosiliar”, "dan" kualitas
hidup"dalam hal perbaikan mutlak masing-masing dibandingkan antara awal dan
akhir studi. Selain itu, perbaikan relatif dari parameter " skor gejala pada hidung "
dan "konsumsi obat" dianalisis membandingkan kelompok irigasi dan kelompok
nonirigasi baik di awal dan di akhir penelitian. Selanjutnya, mode aplikasi
(semprot/ irigasi) yang ditentukan dalam analisis dan dapat dievaluasi.
Skor Gejala pada Hidung
Parameter gejala utama pada hidung dianalisis pada 8 dari 10 studi yang relevan
(Gambar. 2) .9,10,12-17. Untuk sebagian besar, empat gejala kardinal yang terdiri dari
obstruksi, bersin, gatal, dan sekresi yang dinilai pada skala 0 sampai maksimal 5
poin (gejala berat) baik oleh pasien sendiri dalam buku harian atau oleh dokter
yang merawat. Penelitian Barbieri et al.9 hanya terkonsentrasi pada obstruksi
hidung dan menggunakan skala 0-10 poin. Rogkakou et al.17 mempertimbangkan
gejala pada siang dan malam hari dinilai pada skala 0-3. Nilai untuk skor gejala
yang ditunjukkan sebelum dan sesudah SNI diekstraksi dari teks-teks dan
diagram, dan perbaikan dihitung dalam persen. SNI tidak menunjukkan perbaikan
gejala hanya pada pasien yang hamil, melainkan menyebabkan sedikit perburukan
8,125% karena waktu alami dari terjadinya AR adalah pada awal musim serbuk
sari.14 Pada semua penelitian lain, perbaikan gejala mulai dari 3,150-70,492%
dihasilkan dari penggunaan rutin SNI.
Gambar 2. Perbaikan pada skor geja (penilaian heterogenitas, irigasi) q = 194.2, df(Q) =5, p < 0.001, I2 = 97.4, r2 > 522.3; spray, q =59.7, df(Q) = 2, p <0.001, I2 = 96.7, I2 = 372.1; overall, q = 385.5, df(Q) =8, p < 0.001, I2 = 97.9, I2 = 586.2).
Konsumsi obat-obatan
Konsumsi obat itu dipertimbangkan dalam empat dari studi yang relevan
(Gambar. 3).12-15 Studi yang dilakukan oleh Klimek et al.15 tidak bisa dimasukkan
dalam meta-analisis karena tidak sesuai. Semua data yang digunakan dalam meta-
analisis berasal hanya dari satu penulis, yang mengurangi relevansi hasil.
Konsumsi tambahan obat-obatan bisa diturunkan
dengan bantuan SNI oleh 24,154-100%. Pada kelompok ibu hamil,
efek sebaliknya dapat diamati. Perbaikan absolut adalah sebesar 67,159%.
Gambar 3. Perubahan absolut pada konsumsi obat (penilaian heterogenias: irigasi) q = 25.3, df(Q)= 2, p < 0.000, I2 = 92.1, I2 =4214.9; overall, q= 25.3, df(Q)= 2, p < 0.000, I2= 92.1,rI2= 4214.9).
Jarak Waktu Pembersihan Mukosiliar
MCT, digunakan sebagai parameter apakah fungsi mukosa hidung tepat/ tidak
tepat, diperiksa pada empat penelitian sebelum dan sesudah
SNI (Gambar. 4) .9,10,16,18 Dalam prosesnya, hanya studi yang dilakukan oleh
Barbieri et al.9 dan Li et al.16 menghasilkan data yang memadai untuk meta-
analisis. Dipastikan perbaikan sebesar 2.667-31.60%.
Gambar 4. Perubahan aabsolut pada MCT (penilaian pada heterogenitas: semprot, q = 0.4, df(Q)= 1, p <0.542, I2 =0.000, r2 =0.000; overall, q= 0.4, df(Q)= 1, p< 0.542, I2= 0.000 r2= 0.000).
Kualitas hidup
Cordray et al.11 dan Rogkakou et al.17 mensurvei peserta studi
sebelum dan sesudah SNI mengenai kualitas hidup subjektif mereka (Gambar. 5).
Mereka melakukan survei menggunakan Kuesioner Kualitas Hidup Rhinitis (28
pertanyaan, tujuh bagian, skala 0-6) dan Kuesioner Rhinasthma (30 pertanyaan,
skala 0-5). Hasil perhitungan peningkatan kualitas hidup adalah 29,846-
37,476% .11,17
Gambar 5. Perubahan absolut kualitas hidup (penilaian heterogenitas: irigasi q= 0.0, df(Q) = 0, p< 1.000, I2 = 0.0, r2= 0.0; spray, q= 0.000, df(Q) =0, p< 1.000, I2= 0.0, r2 0.0; overall, q = 1.1, df(Q)= 1, p < 0.297, I2 =7.7, r2 =1.5).
Pengguna SNI dibandingkan Bukan Pengguna SNI
Peningkatan relatif dalam skor gejala, masing-masing membandingkan kelompok
pengguna SNI dan kelompok non pengguna, bervariasi dari 4,833 hingga70%.
(Gambar 6 dan 7). Rata-rata peningkatan relatif adalah sebesar 32,268%.
Umumnya, perbaikan diukur dalam skor gejala yang selalu lebih besar di
kelompok pengguna SNI daripada di kelompok bukan pengguna SNI. Pada pasien
yang hamil, kelompok pengguna SNI mencapai nilai positif lebih dari group
bukan pengguna.12-15
Penurunan relatif dalam konsumsi obat, masing-masing membandingkan
kelompok pengguna SNI dan kelompok bukan pengguna, berkisar dari 21,041
hingga 157,526%. Rata-rata penurunan relatif adalah 66,566%. Dalam semua
kelompok pengguna SNI konsumsi obat-obatan lebih menurun dibandingkan
kelompok bukan pengguna. Juga, pasien hamil dapat membatasi konsumsi obat
mereka ketika menggunakan irigasi dibandingkan dengan tidak menggunakan
irigasi.12-14
Gambar 6. Perubahan relative pada perbaiakn skor gejala saat dibandingkan pengguna SNI dan tidak(penilaian heterogenitas: q= 51.8, df(Q) =3, p <0.000, I2= 94.2, r2 =631.8).
Perbandingan antara Isotonik dan Hipertonik
Dalam literatur yang relevan, larutan pembilasan isotonik umumnya lebih dipilih
dibandingkan larutan hipertonik. Alasan untuk rekomendasi ini adalah bahwa
transportasi mukosiliar optimal hanya dapat diilakukan pada pH netral.21
Penelitian ini menganalisa hanya garam khusus (Salsomaggiore atau gel air laut)
dan larutan isotonik yang mampu menginduksi perbaikan di MCT. Penggunaan
larutan hipertonik mengakibatkan perburukan ringan MCT pada pasien dengan
AR, berbeda dengan penggunaan pada subyek yang sehat dengan rinosinusitis
kronis. Secara keseluruhan, perbaikan dalam parameter setelah penggunaan garam
khusus (Salsomaggiore, air laut gel,atau Garam Laut Mati) berkisar 30,6-45% dan
setelah penerapan larutan isotonik 19,2-70,5%. Penggunaan larutan hipertonik
menghasilkan hasil yang umumnya jauh lebih rendah dari -67,2-13,3%, dengan
pengecualian Garavello et al.12, yang melaporkan peningkatan 100% dalam 10
pasien.
Gambar 7. Perubahan relative pada penggunaan obat saat dibandingkan antara pengguna SNI dan bukan (penilaian heterogenitas: qe= 2.3, df(Q)= 2, p < 0.315, I2=13.4, r2 = 128.3).
Cara Penggunaan
SNI diterapkan dalam bentuk spray 9-11,17 di empat penelitian dan sebagai
irigasi di enam lainnya studies.12-16,18 Penggunaan semprotan menimbulkan
perbaikan pada parameter mulai 22,7-70,5%; perbaikan dicapai dengan irigasi
umumnya bervariasi dari -67,2-45,5%, sedangkan Garavello et al.12 melaporkan
peningkatan 100% dalam sepuluh pasien.
Keamanan
Subyek yang berpartisipasi dalam penelitian ini diminta untuk
mencatat apabila terdapat efek samping obat yang timbul.
Hasilnya, tidak ada satupun pasien yang melaporkan adanya
efek samping yang timbul setelah penggunaan SNI. Hasil
tersebut sesuai dengan data yang ada pada tinjauan pustaka
sebelumnya, bahwa belum pernah ada efek samping berat yang
dijelaskan.
DISKUSI
Penelitian meta-analisis menunjukkan adanya efektivitas yang
signifikan dari terapi pencucian hidung pada AR. Gejala pada
hidung berkurang rata-rata 27,66% dan konsumsi obat-obatan
berkurang rata-rata 2,99% pada semua pasien. Hasil tersebut
turun menjadi 62,1% apabila onset gejala pada wanita hamil
tidak diikutkan. MCT meningkat menjadi 31,19% pada
penggunaan larutan saline isotonik. Kualitas hidup meningkat
menjadi rata-rata 27,88%, bila dibandingkan dengan nilai yang
diperoleh pada penggunaan farmakoterapi.23 Berdasarkan
tinjauan berbasis bukti yang terkini, perubahan persentase
median dari total skor gejala pada hidung dari SAR adalah 22,2%
untuk antihistamin topikal, 23,5% untuk antihistamin oral, 40,7%
untuk steroid intranasal, dan 15% untuk plasebo.24
Oleh karena itu, pencucian hidung dapat direkomendasikan
untuk terapi AR. Sebuah terapi non-farmakologi yang sederhana
dan tidak mahal, pencucian hidung, dapat mengurangi konsumsi
obat-obatan dan dengan demikian juga dapat mengurangi beban
biaya pada pasien dengan penyakit ini, serta pada sistem
kesehatan.
Menurut literature yang ada, tidak ditemukan perbedaan yang
cukup berarti antara AR tingkat ringan, sedang, maupun berat.
Penelitian selanjutnya harus menerangkan apakah terapi
simptomatik dengan pencucian hidung saja sudah cukup untuk
AR ringan atau belum, sebelum diberikan terapi farmakologi
dengan antihistamin dan steroid topikal. Untuk AR sedang dan
berat, pencucian hidung dapat digunakan sebagai terapi
tambahan disamping terapi farmakologi dan atau imunoterapi.
Ketika dilakukan pembandingan hasil antara pasien dewasa dan
anak-anak, tampak lebih jelas bahwa anak-anak di bawah 15
tahun mengalami perbaikan hingga maksimal 20% dan pada
dewasa dapat mencapai hingga 45,5%. Perbedaan ini dapat
disebabkan oleh mekanisme respon tubuh yang berbeda atau
kepatuhan yang kurang, seperti terapi pencucian pada anak-
anak yang kurang intensif.
Pencucian hidung memiliki arti yang luas, dari penggunaan
semprotan hidung hingga pencucian hidung dengan larutan
saline 250 ml. Hal ini jelas menyebabkan perbedaan pada efek
yang terjadi.
Penggunaan semprotan dengan volume yang lebih kecil
menunjukkan perbaikan yang lebih mencolok dengan parameter
antara 23 dan 45% daripada pencucian hidung dengan volume
yang lebih banyak (200-400 mL), yang memberikan hasil
perbaikan antara 3,2 dan 45,5%.
Saat ini, bagaimanapun, tidak ada penelitian dan tidak ada data
jelas yang membandingkan metode optimal dalam pencucian
hidung (semprotan atau douching hidung), pilihan jenis larutan
salin (sodium klorida, garam Emser atau garam air laut, buffer
atau non-buffer, isotonik atau hipertonik), dan frekuensi
penggunaan untuk masing-masing indikasi pada pasien (AR,
rhinosinusitis akut, rhinosinusitis kronik, hidung kering, atau
setelah operasi sinus endonasal). Pertanyaan mengenai cara
penggunaan manakah yang paling menguntungkan masih belum
terjawab.
Sampai sekarang, mekanisme kerjanya masih belum diketahui.
Diperkirakan fungsi dari mukosa hidung membaik karena:
• Pembersihan fisik secara langsung dengan mengeluarkan
mukus kental, krusta, kotoran atau debris, alergen, polutan
udara, dan lain-lain.25
• Pemindahan dari mediator inflamasi.26
• Pembersihan mukosiliaris yang lebih baik dengan
meningkatnya frekuensi gerakan siliaris.27,28
Sudah dapat dibayangkan, adanya stimulus mekanik yang timbul
dengan penggunaan air garam berperan dalam perubahan
neuronal dalam proses imunologik. Hal ini dapat menjelaskan
adanya efek yang lebih besar pada penggunaan semprotan.
Hanya ada dua keterbatasan dalam penggunaan, yaitu trauma
pada bagian anterior hidung atau adanya perdarahan yang
berulang akibat pencucian hidung. Karena nasal douches
tersedia bagi anak (seperti Nasanita junior, Siemens & Co., Bad
Ems, Germany), tidak ada batasan umur untuk penggunaan.
Anak yang lebih kecil dapat melakukan nasal douching dengan
bantuan dari orang tua mereka. Sedangkan, anak yang lebih
besar dapat melakukannya sendiri.
Nsouli et al 29. memiliki hipotesis bahwa pencucian hidung rutin
setiap hari pada orang sehat dapat meningkatkan kejadian
infeksi saluran pernapasan atas. Beberapa golongan tidak
mendukung hipotesis ini. Pertama, penelitian ini tidak
menampilkan jurnal tinjauan sepadan sehingga menjadikan
hipotesisnya menjadi pertanyaan yang serius. Kedua,
kesimpulannya tidak benar karena adanya beberapa logika yang
tidak sesuai pada abstraknya. Ketiga, tidak ada artikel dalam
literatur yang dipublikasikan yang mengindikasikan adanya risiko
pencucian hidung terhadap infeksi saluran pernapasan atas.
Berlawanan dengan hal tersebut, beberapa studi terkontrol,
secara nyata, tersedia, dan semuanya melaporkan adanya
penurunan kejadian infeksi saluran pernapasan atas setelah
pencucian hidung jangka panjang dengan larutan salin isotonik.30-
32
Pengamatan ini sejalan dengan penelitian randomized,
placebocontrolled, double-blind terkini yang menunjukkan
pencucian hidung dengan air panas memperbaiki tampakan
mikrobiologi dari pasien dengan rhinosinusitis kronis non-alergik
dan secara signifikan mengurangi sumbatan total pada hidung.33
Keterbatasan pada tinjauan sistematis dan meta-analisis ini
adalah heterogenitas dari penelitian terkait tipe, jumlah, dan
waktu dari pencucian hidung dan penggunaan dari berbagai
macam larutan salin. Walaupun demikian, efeknya konsisten
pada berbagai metode, sehingga melakukan penelitian meta-
analisis dapat dibenarkan.
KESIMPULAN
Pencucian hidung dengan larutan saline pada kasus AR
menunjukkan adanya perbaikan gejala, kualitas hidup, dan MCT.
Konsumsi obat anti-alergi juga dapat berkurang. Pencucian
hidung merupakan terapi non-farmakologi yang aman dan tidak
mahal. Walaupun demikian, penelitian lebih lanjut masih
dibutuhkan untuk mengetahui konsentrasi garam optimal dan
cara penggunaan yang terbaik untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
UCAPAN TERIMA KASIH
Para penulis terima Gena Kittel untuk proofreading artikel.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bousquet J, Khaltaev N, Cruz AA, et al. ARIA. Allergy 63(suppl 86):8–160,
2008.
2. Bauchau V, and Durham SR. Prevalence and rate of diagnosis of allergic
rhinitis in Europe. Eur Respir J 5:758–764, 2004.
3. Bernstein JA. Allergic and mixed rhinitis: Epidemiology and natural history.
Allergy Asthma Proc 31:365–369, 2010.
4. Blaiss MS. Allergic rhinitis: Direct and indirect costs. Allergy Asthma Proc
31:375–380, 2010.
5. Brozek JL, Bousquet J, Baena-Cagnani CE, et al. Allergic Rhinitis and its
Impact on Asthma (ARIA) guidelines: 2010 Revision. J Allergy Clin
Immunol 3:466–476, 2010.
6. Fokkens WJ. Nasal corticosteroids, first choice in moderate to severe allergic
rhinitis. What prevents general practitioners from using them? Allergy 8:724–
726, 2003.
7. Koberlein J. What does guideline-conforming therapy achieve in the
treatment of allergic rhinoconjunctivitis?. Dtsch Med Wochenschr 133:S79–
S83, 2008.
8. Prospective studies having at least evidence level IIa. www.
cochrane.de/de/willkommen-auf-unseren-webseiten; last accessed July 15,
2011.
9. Barbieri M, Salami A, Mora F, et al. Behavior of serum IgE and IgA in
patients with allergic rhinitis treated with iodine bromide thermal water. Acta
Otorhinolaryngol Ital 4:215–219, 2002.
10. Cingi C, Unlu HH, Songu M, et al. Seawater gel in allergic rhinitis:
Entrapment effect and mucociliary clearance compared with saline. Ther Adv
Respir Dis 1:13–18, 2010.
11. Cordray S, Harjo JB, and Miner L. Comparison of intranasal hyper-tonic dead
sea saline spray and intranasal aqueous triamcinolone spray in seasonal
allergic rhinitis. Ear Nose Throat J 7:426–430, 2005.
12. Garavello W, Romagnoli M, Sordo L, et al. Hypersaline nasal irrigation in
children with symptomatic seasonal allergic rhinitis: A randomized study.
Pediatr Allergy Immunol 2:140–143, 2003.
13. Garavello W, Di Berardino F, Romagnoli M, et al. Nasal rinsing with
hypertonic solution: An adjunctive treatment for pediatric seasonal
22. Hildenbrand T, Weber R, Heubach C, et al. Nasal douching in acute
rhinosinusitis. Laryngorhinootologie 6:346–351, 2011.
23. Wilson A, O’Byrne P, and Parameswaran K. Leukotriene receptor antagonists
for allergic rhinitis: A systematic review and meta-analysis. Am J Med 5:338-
344, 2004.
24. Benninger M, Farrar JR, Blaiss M, et al. Evaluating approved medications to
treat allergic rhinitis in the United States: An evidence based review of
efficacy for nasal symptoms by class. Ann Allergy Asthma Immunol 104:13–
29, 2010.
25. Michel O. Nasal irrigation in case of rhinosinusitis. Laryngorhinootologie
85:448–458, 2006.
26. Georgitis JW. Nasal hyperthermia and simple irrigation for perennial rhinitis.
Changes in inflammatory mediators. Chest 5:1487–1492,1994.
27. Boek WM, Keles N, Graamans K, et al. Physiologic and hypertonic saline
solutions impair ciliary activity in vitro. Laryngoscope 109: 396–399, 1999.
28. Talbot AR, Herr TM, and Parsons DS. Mucociliary clearance and buffered
hypertonic saline solution. Laryngoscope 4:500–503, 1997.
29. Nsouli TM, Schluckebier CD, McSorley-Gerard EJ, et al. Long-termuse of
nasal saline irrigation: harmful or helpful? Ann Allery Asthma Immunol
103(suppl 3):A3–A146, 2009. (Abstracts of the 2009 annual meeting of the
American College of Allergy, Asthma, and Immunology, Miami, FL,
November 5–10, 2009.)
30. Rabago D, Zgierska A, Mundt M, et al. Efficacy of daily hypertonic saline
nasal irrigation for chronic sinonasal symptoms. Otolaryngol Head Neck Surg
133:3–8, 2005.
31. Schmidt Th, Bitzer EM, Do Srning H, et al. Ta Sgliches Nasespu Slen reduziert
Atemwegsbeschwerden—Eine randomisierte crossover-studie. Gesund-
heitswesen 66, 2004. (DOI: 10.1055/s-2004-833862.)
32. Tano L, and Tano K. A daily nasal spray with saline prevents symptoms of
rhinitis. Acta Otolaryngol 124:1059–1062, 2004.
33. Ottaviano G, Marioni G, Staffieri C, et al. Effects of sulfurous, salty, bromic,
iodic thermal water nasal irrigations in nonallergic chronic rhinosinusitis: A
prospective, randomized, double-blind, clinical, and cytological study. Am J
Otolaryngol 32:235–239, 2011. e