DESKRIPSI DISPOSISI BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWADENGAN PEMBELAJARAN SOCRATES SAINTIFIK
(Penelitian Kualitatif pada Siswa Kelas VII-F SMPN 22 Pesawaran SemesterGanjil Tahun Pelajaran 2016/2017)
(Skripsi)
OLEH
CHUSNA WIJAYANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRAK
DESKRIPSI DISPOSISI BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWADENGAN PEMBELAJARAN SOCRATES SAINTIFIK
(Penelitian Kualitatif pada Siswa Kelas VII-F SMPN 22 Pesawaran SemesterGanjil Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh
Chusna Wijayanti
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan disposisi berpikir kritis matematissiswa dengan pembelajaran Socrates Saintifik. Subjek pada penelitian ini adalahsiswa kelas VII-F SMPN 22 Pesawaran tahun pelajaran 2016/2017. Datapenelitian ini merupakan data kualitatif tentang disposisi berpikir kritis matematissiswa yang diperoleh melalui catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi.Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data,dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,disimpulkan bahwa selama proses pembelajaran dengan metode Socrates Saintifikberlangsung, disposisi berpikir kritis matematis siswa yang dominan munculadalah kepercayaan diri, pencarian terhadap kebenaran, dan rasa ingin tahu. Daripertemuan pertama hingga terakhir, karakteristik pertanyaan-pertanyaan Socratesmembuat siswa lebih percaya diri dan terbiasa menjawab pertanyaan-pertanyaanyang diberikan guru
Kata kunci: disposisi berpikir kritis, metode Socrates, pendekatan Saintifik
DESKRIPSI DISPOSISI BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA
DENGAN PEMBELAJARAN SOCRATES SAINTIFIK
(Penelitian Kualitatif pada Siswa Kelas VII-F SMPN 22 Pesawaran Semester
Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh
Chusna Wijayanti
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lampung Utara, pada tanggal 03 Februari 1995, dengan
nama lengkap Chusna Wijayanti. Penulis merupakan anak ketiga dari empat
bersaudara, putri dari pasangan Bapak Sukarjo dan Ibu Paryanti.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Pulung Kencana pada
tahun 2007, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 4 Tulang Bawang
Tengah pada tahun 2010, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1
Tumijajar pada tahun 2013. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas
Lampung pada tahun 2013 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negri (SNMPTN) dengan mengambil program studi Pendidikan
Matematika. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Terintegrasi pada
tahun 2016 di Desa Rekso Binangun Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung
Tengah bersamaan dengan Program Pengalaman Lapang (PPL) di SMA Bangun
Cipta Rumbia Kabupaten Lampung Tengah.
Motto
"Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka
terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja.
Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi."
Persembahan
Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha SempurnaSholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Uswatun Hasanah Rasululloh
Muhammad SAW
Kupersembahkan buah karya ini sebagai tanda cinta & kasih sayangkukepada:
Bapakku (Sukarjo) dan Ibuku (Paryanti), yang telah memberikan kasihsayang, semangat, dan doa yang selalu
mengiringi langkahku. Sehingga putrimu ini bisasampai ditahap ini.
Adikku tersayang (Diah Kesuma Rini), mamas yang aku banggakan (AriefWijaya dan Bakti Burhani), mbakku tercinta (Khamnah Agung Riwayati danNovita Desti Arisandi Gultom), dan keponakan kecil kesayanganku (Emilya
Mazaya Elshanum), serta seluruh keluarga besarkuyang terus memberikan dukungan dan doanya kepadaku.
Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.
Semua sahabat-sahabatku yang begitu tulus menyayangiku dengan segalakekuranganku, dari kalian aku belajar memahami arti ukhuwah.
Almamater Universitas Lampung tercinta.
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang
akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi
uswatun hasanah, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul Deskripsi Disposisi Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan
Pembelajaran Socrates Saintifik (Penelitian Kualitatif pada Siswa Kelas VII-F
SMPN 22 Pesawaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017) adalah salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus
ikhlas kepada:
1. Bapakku (Sukarjo) dan Ibuku (Paryanti) tercinta atas perhatian, dukungan,
kasih sayang, dan segalanya yang telah diberikan kepadaku selama ini serta
tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik.
2. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus dosen
Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing, memberikan saran, perhatian, sumbangan pemikiran, motivasi
dan semangat selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih
baik.
3. Ibu Widyastuti, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan
pemikiran, kritik, dan saran kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah
memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis.
5. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M. Hum., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan bantuan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
9. Kepala SMP Negeri 22 Pesawaran beserta wakil, staf, dan karyawan yang
telah memberikan kemudahan selama penelitian.
10. Bapak Arif Afrizal, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu
dalam penelitian.
11. Siswa/siswi kelas VII SMPN 22 Pesawaran Tahun Pelajaran 2016/2017, atas
perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.
12. Adikku tersayang Diah Kesuma Rini, mamasku yang aku banggakan Arif
Wijaya dan Bakti Burhani, kakak iparku terkasih Khamnah Agung Riwayati
dan Novita Desti Arisandi, keponakanku tercinta Emilya Mazaya Elshanum
dan juga keluarga besarku yang telah memberikan doa, semangat, dan
motivasi kepadaku.
13. Sahabat-sahabat seperjuanganku selama menjalankan penelitian sebagai Tim
Penelitian Socrates: Rizki, Sekar, Husain, Humedi, Jesy, Resi, Hunaifi, Selly,
dan Asri. Terima kasih atas kerja sama, semangat, motivasi, masukan, dan
arahan sehingga skripsi kita bisa selesai.
14. Teman-teman karibku tersayang, seluruh angkatan 2013 kelas A Pendidikan
Matematika: Afria, Amalia, Ana, Ika, Putri, Ayu, Badrun, Chintya, Pungkas,
Dina, Djakia, Eka, Fadhilah, Fitri, Hadi, Lia, Ilham, Maul, Viqi, Septi, Nina,
Nita, Pegy, Dewi, Rahayu, Reni, Kiki, Winjuni, Yuni, Shinta, Siti, Syawal,
Iyos, Yolanda, Yuli, Wahyu, Janet, Rizkana, Ria, Retna, Nanda, Ali, Atin,
Evi, Diah, dan Cinta atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang
telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang
terindah.
15. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Matematika angkatan 2013 Kelas B:
Ajeng, Ama, Ibro, Awit, Arum, Dini, Doris, Era, Ficha, Fransisco, Linda,
Dinda, Meyronita, Nia, Nindya, Nonik, Rafi, Rais, Risda, Rizky Fitri, Putra,
Nisa, Surono, Wisda, Dessy, Elvita, Wayan, Mayang, Monice, Putu, Revy,
Rizka, Satria, Vero, dan Wina atas kebersamaannya selama ini dan semua
bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi
kenangan yang terindah.
16. Sahabat yang aku sayangi Dina Cahya, Julia Sekar, Ariesta Yanada, Amalia
Listiani, Ni Wayan Septi, Fadhilah Rahmawati, Rizki Hari, dan Husain Khairi.
Terimakasih atas kebersamaannya selama ini, semoga kita tetap saling
memotivasi satu sama lain.
17. Kakak-kakakku angkatan 2012, 2011, dan 2010 serta adik-adikku angkatan
2014, 2015, dan 2016 terima kasih atas kebersamaannya.
18. Sahabatku Mbak Utary, Mbak Linda, Mbak Fitri, Kak Ari, Kak Ferdy, Kak
Ricky, Kak Arbai, Kak Rian, Kak Aji, Mas Danang, Yunda, Septi, Fika, Noni,
Dina Eka, Hana, Astri, Diana, Dewi, Riska, Nova, Hanani, Citra, Cuwi, Maya,
Shintya, dan Tiara yang selalu memiliki tempat untukku berbagi selama ini.
19. Sahabat yang aku banggakan Bripda Muhammad Kurniawan Hariyadi, Kevin
Andrew Wibisono, dan Rahman Fauzi yang tak henti-hentinya menasehati dan
memberikan semangat untukku selama ini.
20. Sahabat Kecilku Endha dan Wiwit yang selalu memberikan motivasi sampai
saat ini.
21. Keluarga besar ambalan Raden Intan-Cut Nyak Dien, keluarga besar Karate
Shindoka Tulang Bawang Barat, Ikam Tulang Bawang Barat, dan Pramuka
Kwarcab Tulang Bawang Barat yang selalu mengisi hari-hariku dengan
kegiatan berharga.
22. Sahabatku dalam pengabdian Liyana, Kak Meita, Kak Nirwana, Kak Eka, Kak
Junia, Novita, Diana, Kak Arini, Kak Yoga, Kak Sandi, Kak Anda, Kak
Bambang, Andi, Yopi, Kak Roy, Kak Ayip, Nurhamid, dan Kak Sandika
semoga selalu menguatkan satu sama lain.
23. Teman-teman KKN di Desa Rekso Binangun dan PPL di SMA Bangun Cipta
Rumbia (Rido, Hikmah, Widya, Tisna, April, Karlina, Diara, dan Intan)
terimakasih atas kebersamaan yang penuh makna dan kenangan.
24. Pak Liyanto dan Pak Mariman terima kasih atas bantuannya selama ini.
25. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.
26. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada
penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga
skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, Maret 2017
Penulis
Chusna Wijayanti
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Fokus Penelitian.................................................................................... 7
C. Pertanyaan Penelitian............................................................................ 8
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
E. Manfaat Penelitian ................................................................................. 9
II. KAJIAN TEORI
A. Kemampuan Berpikir Kritis ................................................................. 10
B. Disposisi Berpikir ................................................................................. 12
C. Disposisi Berpikir Kritis ....................................................................... 14
D. Metode Socrates .................................................................................. 17
E. Pendekatan Saintifik ............................................................................ 23
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ................................................................................. 29
B. Subjek Penelitian .................................................................................. 30
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 30
D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 33
E. Tahap-Tahap Penelitian ....................................................................... 35
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 36
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan ................................................................................ 39
1. Deskripsi Proses Pembelajaran Pertemuan Pertama ............................. 39
2. Deskripsi Proses Pembelajaran Pertemuan Kedua ................................ 51
3. Deskripsi Proses Pembelajaran Pertemuan Ketiga ................................ 54
4. Deskripsi Proses Pembelajaran Pertemuan Keempat ............................. 64
B. Pembahasan .......................................................................................... 66
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................... 78
B. Saran ..................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pengelompokan Indikator-Indikator Disposisi Berpikir Kritis ..... 16
Tabel 2.2 Jenis-Jenis Pertanyaan Socrates .................................................... 19
Tabel 4.1 Persentase Indikator Disposisi Berpikir Kritis Matematis Siswayang Muncul pada Setiap Pertemuan ............................................ 66
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Pengelompokan Warna Name Tag ................................................. 45
Gambar 4.2 Jawaban A.1 Saat Mengerjakan Tabel Perbandingan .................... 48
Gambar 4.3 Jawaban A.23 Saat Mengerjakan Tabel Perbandingan Senilai ...... 49
Gambar 4.4 Jawaban A.14 Saat Mengerjakan Tabel Perbandingan Senilai ....... 51
Gambar 4.5 Hasil Pekerjaan A.4 di Papan Tulis................................................. 59
Gambar 4.6 Gambar Denah Rumah Pada LKK ................................................. 72
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A: INSTRUMEN PENELITIAN
Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.............................. 83
Lampiran A.2 Kode Siswa.................................................................... 134
Lampiran A.3 Daftar Siswa yang Memunculkan Indikator DisposisiBerpikir Kritis Matematis ............................................. 135
Lampiran A.4 Lembar Obserasi............................................................ 136
Lampiran A.5 Hasil Wawancara........................................................... 151
LAMPIRAN B: LAIN-LAIN
Lampiran B.1 Kartu Kendali Hasil Bimbingan Skripsi ........................ 153
Lampiran B.2 Daftar Hadir Seminar Proposal...................................... 154
Lampiran B.3 Daftar Hadir Seminar Hasil ........................................... 155
Lampiran B.4 Surat Izin Penelitian Pendahuluan ................................. 156
Lampiran B.5 Surat Izin Penelitian....................................................... 157
Lampiran B.6 Surat Keterangan Penelitian .......................................... 158
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh terhadap
perkembangan perekonomian, kesejahteraan, pendidikan dan lain sebagainya.
Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif ataupun pengaruh negatif.
Pengaruh positif tersebut akan tercapai apabila perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi diiringi dengan adanya sumber daya manusia yang berkualitas,
kreatif, produktif, inovatif, mandiri, dan bertanggung jawab sehingga dapat
menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada secara tepat dan efisien.
Upaya peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, kreatif, produktif,
inovatif, mandiri, dan bertanggung jawab dapat melalui banyak hal, salah satunya
adalah pendidikan. Hal ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional
yang tercantum dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 yaitu “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”
2
Pemerintah sebagai salah satu penanggung jawab terciptanya sumber daya
manusia yang berkualitas, kreatif, produktif, inovatif, mandiri, dan bertanggung
jawab telah menerapkan sistem pendidikan di Indonesia yang terbagi dalam tiga
jenjang pendidikan formal yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Dalam setiap jenjang tersebut, pendidikan mengandung proses
pembelajaran.
Di Indonesia, banyak mata pelajaran yang harus di pelajari oleh siswa saat
menempuh pendidikan di bangku Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
maupun Sekolah Menengah Atas. Salah satu mata pelajaran yang selalu ditemui
siswa dalam setiap jenjang pendidikan adalah mata pelajaran matematika, yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013.
Begitu pentingnya belajar matematika menjadikan mata pelajaran matematika
menjadi mata pelajaran wajib untuk ditempuh dalam pendidikan di sekolah.
Mata pelajaran matematika menurut Hudoyo (2003:151) merupakan suatu alat
untuk mengembangkan cara berpikir manusia. Berpikir merupakan suatu proses
interaksi yang terjadi didalam otak sehingga muncul suatu jalinan yang
menimbulkan pengetahuan. Dengan berpikir, seseorang dapat melakukan suatu
aktivitas yang menimbulkan perubahan pada dirinya. Seseorang dapat
menentukan mana yang baik dan mana yang buruk untuk dirinya saat akan
melakukan sesuatu karena aktivitas berpikir. Burton (Haviz, 2009) menyatakan
bahwa memiliki kemampuan untuk berpikir merupakan salah satu tujuan dalam
pendidikan.
3
Proses berpikir yang baik dapat mengembangkan potensi siswa agar menjadi
manusia yang berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri. Siswa diharapkan dapat
mengoptimalkan perkembangan intelektual, sehingga siswa memiliki kemampuan
yang berkualitas dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Selain itu juga
menurut Halpern, ddk (Listiani, 2013: 6), kelas yang paling sukses adalah mereka
yang mendorong siswa untuk berpikir sendiri dan terlibat dalam berpikir kritis.
Cabera (Sulistiowati, 2015: 3) mengungkapkan bahwa penguasaan kemampuan
berpikir kritis tidak cukup dijadikan sebagai tujuan pendidikan semata, tetapi juga
sebagai proses fundamental yang memungkinkan siswa untuk mengatasi berbagai
permasalahan masa mendatang di lingkungannya.
Didalam berpikir kritis, bukan hanya kemampuannya saja yang diperhatikan,
tetapi ada aspek lain yang sangat jarang di perhatikan oleh guru yaitu disposisi
berpikir kritis. Know, et.al (Sulistiowati, 2015: 4) mendefinisikan disposisi
berpikir kritis sebagai suatu motivasi internal untuk berpikir kritis sehingga dapat
memutuskan apa yang diyakininya benar dan apa yang harus dilakukan jika
terdapat suatu masalah, ide, atau isu.
Siswa yang memiliki disposisi berpikir kritis yang baik, maka akan semakin baik
pula kemampuan berpikir kritisnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahmudi
(2010: 7) yang mengatakan bahwa siswa yang memiliki disposisi tinggi akan
lebih gigih, tekun, dan berminat untuk mengeksplorasi hal-hal baru sehingga
memungkinkan siswa tersebut memiliki pengetahuan lebih dibandingkan siswa
yang tidak menunjukkan perilaku demikian. Yunarti (2011: 25) menyatakan
bahwa disposisi berpikir kritis adalah suatu kecenderungan sikap seseorang dalam
4
kegiatan berpikir kritis yang ditandai oleh enam indikator. Indikator-indikator
tersebut terdiri dari pencarian kebenaran, berpikiran terbuka, sistematis, analitis,
kepercayaan diri terhadap kebenaran, dan rasa ingin tahu.
Disposisi memegang peranan sangat penting dalam mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa pada pembelajaran matematika. Tetapi untuk saat ini, banyak
guru yang kurang memperhatikan hal tersebut. Fenomena yang sering terjadi
adalah lebih diperhatikannya nilai akhir siswa tanpa mengetahui sikap siswa saat
mencari tahu suatu kebenaran, rasa ingin tahu siswa terhadap hal-hal baru, dan
proses berpikir siswa saat menyelesaikan suatu permasalahan. Hal tersebut sesuai
dengan kenyataan yang terjadi di SMPN 22 Pesawaran, dimana Guru hanya
memperhatikan hasil akhir siswa tanpa memperhatikan disposisi yang terjadi saat
pembelajaran berlangsung. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Umaedi
(Styati, 2010: 2) juga menyatakan tidak meratanya mutu pendidikan disebabkan
oleh penerapan pembelajaran yang terlalu berpusat pada guru dan kurang
memperhatikan pada sikap guru dan sikap siswa selama proses pembelajaran.
Padahal, sikap siswa dalam mencari kebenaran, analitis, dan percaya diri dalam
berpikir kritis berkaitan dengan disposisi berpikir kritis.
Lebih lanjut Facione, dkk (2010: 6) menjelaskan bahwa “disposition is a person’s
consistent internal motivation to act toward or to respond to, persons, events, or
circumstances in habitual, and yet potentially malleable, ways”, yaitu disposisi
merupakan motivasi internal yang konsisten yang dimiliki individu untuk bersikap
menanggapi individu lain, peristiwa, atau lingkungan sekitar, namun berpotensi
untuk dibentuk. Dengan demikian, siswa yang memiliki disposisi berpikir kritis
5
yang baik akan lebih berpikir kritis jika dihadapkan dengan suatu kondisi yang
menuntut respon untuk siswa tersebut berpikir kritis karena disposisi berpikir
kritis merupakan motivasi internal dalam menentukan sikap saat dihadapkan pada
kondisi berpikir kritis.
Dari hasil wawancara pada penelitian pendahuluan di SMPN 22 Pesawaran,
didapatkan informasi bahwa guru dalam pembelajaran matematika menggunakan
metode ceramah dan mengolaborasikannya dengan meminta siswa untuk
mengerjakan soal-soal yang ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Guru hanya
memperhatikan hasil pekerjaan dan nilai ulangan siswa, tanpa mempedulikan
sikap yang muncul pada saat siswa memahami materi yang disampaikan, seperti
sikap dalam pencarian kebenaran, rasa ingin tahu, sistematis, analitis, berpikiran
terbuka, dan kepercayaan diri. Padahal, sikap-sikap tersebut dapat menunjang
siswa dalam memahami materi pada pembelajaran matematika. Oleh karena itu,
perlu adanya upaya untuk mengembangkan disposisi berpikir kritis matematis
siswa dalam proses pembelajaran matematika.
Ritchhart dan Lipman (Pratama, 2013: 5) menyatakan bahwa aktivitas
pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan dan disposisi berpikir
kritis siswa serta memuat berbagai pertanyaan adalah dialog. Dialog yang
diajukan dalam bentuk pertanyaan berbasis masalah diawali dengan yang mudah
atau sederhana lalu dilanjutkan dengan masalah yang lebih kompleks. Dialog
tersebut bertujuan agar wawasan siswa terbuka terhadap suatu permasalahan yang
diberikan sehingga dapat menemukan penyelesaian yang baik. Pertanyaan-
pertanyaan yang membuka wawasan berpikir siswa adalah tipe pertanyaan yang
6
bersifat klarifikasi, alasan-alasan dan bukti penyelidikan, serta titik pandang dan
persepsi.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk siswa berupa pertanyaan-
pertanyaan yang membuka wawasan berpikir kritis siswa adalah Metode Socrates.
Metode Socrates adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan
percakapan atau dialog yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling
berdiskusi dan dihadapkan dengan suatu deretan pertanyaan-pertanyaan, yang dari
serangkaian pertanyaan-pertanyaan itu diharapkan siswa mampu atau dapat
menemukan jawabannya dan saling membantu dalam menemukan sebuah
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sulit.
Menurut Lammendola (Baharun, 2014: 5) kelemahan Metode Socrates adalah
dapat menciptakan lingkungan belajar yang menakutkan bagi siswa. Sehingga
dibutuhkan suatu pendekatan yang dapat memudahkan siswa dalam pembelajaran
dengan menggunakan Metode Sorates yaitu pendekatan Saintifik. Pendekatan
Saintifik menurut Kemendikbud (Lazim, 2013) adalah pendekatan ilmiah
(Scientific Approach) yang mencakup komponen mengamati, menanya, menalar,
menoba/mencipta, dan mengomunikasikan. Maka, pada pembelajarannya,
pendekatan ini lebih mengedepankan siswa untuk bekerja dan mencari bahannya
sendiri bukan hanya sekadar diberi tahu. Pendekatan ini dapat menumbuhkan
minat siswa dalam belajar karena siswa dibebaskan dalam mengeksplorasi ide
yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan untuk menjawab masalah yang
diberikan, tetapi tentunya dalam proses yang tidak menyimpang dari kegiatan
pembelajaran.
7
Selain itu juga, kemampuan siswa khususnya kemampuan berpikir kritis lebih
mudah dikembangkan apabila siswa langsung dihadapkan dengan contoh
permasalahan yang ada di dunia nyata. Dengan demikian apabila pendekatan ini
digunakan dalam pembelajaran Socrates, pendekatan ini dapat mengurangi rasa
bosan dan takut siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang menjadi ciri khas
Socrates.
Dalam hal ini, pembelajaran Socrates Saintifik berarti pembelajaran yang
menitikberatkan pada pemberian pertanyaan-pertanyaan Socrates untuk
membangun konsep dan menghubungkannya dengan lima komponen pada
pendekatan Saintifik yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba/mencipta, dan
mengomunikasikan. Perpaduan Metode Socrates dan Pendekatan Saintifik dalam
hal ini disebut sebagai Pembelajaran Socrates Saintifik, diharapkan dapat
memunculkan disposisi berpikir kritis matematis siswa dalam pembelajran
matematika, sehingga dilakukan penelitian mengenai “Deskripsi Disposisi
Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Pembelajaran Socrates Saintifik”
terhadap siswa kelas VII-F SMPN 22 Pesawaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran
2016/2017.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada disposisi berpikir kritis siswa. Disposisi berpikir
kritis siswa adalah suatu kecenderungan untuk menentukan sikap saat diberikan
perlakuan yang berkaitan dengan pola-pola berpikir kritis. Indikator-indikator
disposisi yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah pencarian kebenaran, rasa
8
ingin tahu, berpikir terbuka, sistematis, analitis, dan kepercayaan diri dalam
berpikir kritis. Subjek yang menjadi fokus penelitian adalah subjek yang mudah
diamati disposisi berpikir kritisnya selama proses pembelajaran. Maksud dari
yang mudah diamati adalah ketika siswa menjawab soal yang diberikan oleh guru
mengenai soal-soal yang berkaitan dengan berpikir kritis, mendengarkan saat guru
menjelaskan materi atau membaca buku paket matematika yang lain untuk
memperoleh informasi lebih banyak, dan menanggapi jawaban siswa yang
menuliskan jawabannya di depan kelas ketika jawaban yang dituliskan kurang
tepat atau salah. Materi yang diberikan saat pembelajaran adalah materi
perbandingan.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, terdapat satu
pertanyaan yang dijadikan pokok pembahasan dalam penelitian ini yaitu
“Bagaimana disposisi berpikir kritis siswa kelas VII-F SMPN 22 Pesawaran pada
semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 dalam pembelajaran matematika
menggunakan metode Socrates Saintifik?”.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana disposisi
berpikir kritis siswa kelas VII-F SMPN 22 Pesawaran selama proses pembelajaran
matematika dengan menggunakan metode Socrates Saintifik.
9
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam pendidikan
matematika yang berkaitan dengan disposisi berpikir kritis siswa dengan
pembelajaran Socrates Saintifik
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
guru untuk menggunakan metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
meningkatkan disposisi berpikir kritis siswa. Selain itu, hasil penelitian ini dapat
dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang penerapan Pembelajaran
Socrates Saintifik.
10
II. KAJIAN TEORI
Salah satu kemampuan yang menuntut siswa untuk berpikir di tingkat yang lebih
tinggi adalah berpikir kritis. Menurut Michael Scriven dan Richard Paul (Yunarti,
2011) berpikir kritis merupakan proses kognitif yang aktif dan disiplin serta
digunakan dalam aktivitas mental seperti melakukan konseptualisasi, menerapkan,
menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasi informasi. Sedangkan menurut
Chaffee (Sulistiowati, 2015) berpikir kritis adalah berpikir untuk menyelidiki
secara sistematis proses berpikir itu sendiri. Bayer (Sulistiowati, 2015)
menjelaskan bahwa berpikir kritis merupakan kumpulan operasi-operasi spesifik
yang mungkin dapat digunakan satu persatu atau dalam banyak kombinasi atau
urutan dan setiap operasi berpikir kritis tersebut memuat analisis dan evaluasi.
The Delphy Report (Nurfitriyanti, 2016: 28) merinci keterampilan-keterampilan
yang digolongkan sebagai keterampilan berpikir kritis, yaitu melakukan
interpretasi, analisis, evaluasi, pengambilan kesimpulan dan menjelaskan.
Sementara itu, Ennis (Jayadipura, 2014) juga mengungkapkan bahwa berpikir
kritis adalah berpikir yang masuk akal, reflektif, dan difokuskan pada
pengambilan keputusan. Dengan kata lain, dilakukan refleksi dan evaluasi
A. Kemampuan Berpikir Kritis
11
sebelum pengambilan keputusan. Evaluasi dilakukan untuk merefleksi semua
proses yang telah dilakukan sebelumnya untuk kemudian membuat keputusan
yang tepat berdasarkan evaluasi tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Halpern
(2013) yang mengatakan bahwa pada saat kita berpikir kritis sebenarnya kita
melakukan evaluasi terhadap proses berpikir kita sendiri maupun orang lain untuk
kemudian mengambil keputusan terhadap masalah yang kita hadapi.
Indikator berpikir kritis menurut Ennis (Jayadipura, 2014) adalah : (1) mencari
pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan, (2) mencari alasan, (3) berusaha
mengetahui informasi dengan baik, (4) menggunakan sumber yang memiliki
kredibilitas dan menyebutkannya, (5) mencari alternatif, (6) bersikap dan berpikir
terbuka, (7) mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan
sesuatu, (8) mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan, (9)
bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian–bagian dari kesuluruhan
masalah. Menurut Paul (The Critical Thinking Community, 2009) ada dua hal
krusial yang perlu diketahui mengenai berpikir kritis, yaitu: 1) berpikir kritis
bukan hanya sekadar berpikir, tapi berpikir dengan mendatangkan peningkatan
kualitas diri, 2) peningkatan ini datang dari keterampilan dalam penggunaan
standar-standar berpikir. Standar-standar berpikir yang dimaksud Paul adalah jelas
(clarity), cermat (precision), tegas (specificity), teliti/akurat (accuracy), relevan
(relevance), konsisten (consistency), logis (logicalness), mendalam (depth),
lengkap (completeness), bermakna (significance), adil (fairness), cukup
(adequacy for purpose). Jadi, berpikir yang baik berarti mendatangkan disiplin
dan pengendalian diri pada berpikir itu sendiri, melalui standar-standar
12
intelektual, agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kita menuju
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik.
Cottrell (Nurfitriyanti, 2016: 32) menjabarkan beberapa keuntungan yang akan
dirasakan seseorang apabila memiliki karakter sebagai pemikir kritis.
Keuntungan-keuntungan tersebut adalah: 1) dapat meningkatkan perhatian dan
pengamatan, 2) lebih fokus dalam membaca, 3) dapat meningkatkan kemampuan
untuk mengidentifikasi penting atau tidak pentingnya sebuah informasi, 4)
meningkatkan kemampuan untuk merespon sebuah informasi, 5) memiliki
kemampuan menganalisis sesuatu objek dengan baik. Keuntungan-keuntungan
yang dijabarkan di atas, membuat para siswa yang memiliki kemampuan berfikir
kritis lebih mudah memilih informasi utama dan mangabaikan informasi yang
kurang relevan berdasarkan perhatian dan pengamatannya. Pentingnya
kemampuan untuk memilih informasi utama tersebut akan membuat siswa
tersebut dapat menyelesaikan suatu masalah dengan analisis yang tepat.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa berpikir
kritis adalah suatu kemampuan berpikir yang dimiliki seseorang sehingga dapat
memecahkan suatu masalah dengan menganalisis suatu gagasan atau ide yang
diterima dan mengevaluasi solusi yang didapatkan sehingga mengedepankan
alasan atau proses dari solusi yang telah ditemukan.
Untuk mencapai berpikir yang baik, tidak hanya sekedar memenuhi ranah
kognitifnya saja, tetapi juga harus memenuhi ranah afektifnya. Dalam KTSP
B. Disposisi Berpikir
13
(2006), tujuan dalam ranah afektif antara lain: memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian,
dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah. Popham (Nurfitriyani, 2016: 34) menejelaskan bahwa ranah
afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Sehingga, disposisi sangat
diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Disisi lain, Ritchhart (Nurfitriyani, 2016: 34) mengemukakan bahwa disposisi
merupakan perkawinan antara kesadaran, motivasi, inklinasi, dan kemampuan
atau pengetahuan yang diamati. Disposisi yang berkaitan dengan pola pikir
manusia adalah disposisi berpikir. Menurut Tishman (Damayanti, 2015: 13)
disposisi berpikir adalah kecenderungan perilaku intelektual dalam upaya
mengidentifikasi sifat dari pola pikir. Dalam hal ini, sikap akan muncul saat siswa
diberikan suatu perlakuan yang berkaitan dengan berpikir. Sementara Gavriel
Solomon (Damayanti, 2015: 12) mendefinisikan disposisi sebagai kumpulan
sikap-sikap pilihan dengan kemampuan yang memungkinkan sikap-sikap pilihan
tadi muncul dengan cara tertentu.
Definisi-definisi di atas menunjukkan bahwa disposisi merupakan suatu kecen-
derungan atau kebiasaan untuk bersikap terhadap suatu perlakuan tertentu.
Kecenderungan-kecenderungan tersebut secara alami membentuk sikap tertentu
pada diri seseorang. Sikap ini menjadi identitas bagi seseorang dalam menghadapi
berbagai persoalan yang sedang dihadapinya. Selain itu siswa merasakan dirinya
mengalami proses belajar saat menyelesaikan tantangan tersebut. Dalam
14
prosesnya siswa merasakan munculnya kepercayaan diri, pengharapan, dan
kesadaran untuk melihat kembali hasil berpikirnya.
Dalam disposisi berpikir, siswa diberikan perlakuan yang mengarahkan siswa
untuk berpikir. Sama halnya dengan disposisi berpikir kritis, siswa pun diarahkan
untuk terbiasa berpikir kritis. Dalam hal ini, sikap dan perilaku siswa saat
menyelesaikan suatu permasalahan dengan kemampuan berpikir kritis sangat
diperhatikan. Perkins, Jay, dan Thisman (Sulistiowati, 2015: 19) mengajukan
konsep disposisi berpikir kritis yang disebut konsep berpikir kritis triadic
disposition. Konsep tersebut terdiri dari tiga hal, yaitu kepekaan, kecenderungan,
dan kemampuan. Kepekaan merupakan ketajaman perhatian seseorang pada
kesempatan untuk berpikir kritis. Kecenderungan merupakan dorongan yang
dirasakan seseorang untuk melakukan suatu tingkah laku tertentu untuk
menggunakan berpikir kritis. Sedangkan kemampuan merupakan keterampilan–
keterampilan yang diperlukan untuk melakukan berpikir kritis.
Meskipun kemampuan dimasukkan dalam konsep disposisi berpikir kritis, Perkins
(Suriadi, 2006) menyebutkan bahwa pada pelaksanaannya yang digunakan dalam
disposisi berpikir kritis hanya unsur kepekaan dan kecenderungan saja sedangkan
kemampuan hanya menjadi unsur petunjuk bahwa orang yang memiliki disposisi
berpikir kritis harus pula memiliki kemampuan (keterampilan kognitif). Sejalan
dengan hal itu, Cottrrel (Damayanti, 2015: 14) mengungkapkan bahwa pemikiran
seseorang akan sulit akurat jika kondisi afektifnya kurang baik, oleh karena itu,
peran afektifnya sangat diperlukan. Sikap atau disposisi yang kurang baik akan
C. Disposisi Berpikir Kritis
15
mempengaruhi kemampuan-kemampuan untuk mengamati dan menganalisis
dengan cermat. Akibatnya, keputusan yang diambil pun kurang tepat. Dalam hal
ini, dapat dilihat bahwa jika afektifnya baik, maka kognitifnya pun akan baik.
Menurut Yunarti (2011: 25) yang dimaksud dengan disposisi berpikir kritis adalah
suatu kecenderungan sikap seseorang dalam kegiatan berpikir kritis yang ditandai
oleh enam indikator. Indikator-indikator tersebut terdiri dari:
1) Pencarian kebenaran yaitu suatu sikap pada siswa untuk selalu mendapatkan
kebenaran dari setiap pertanyaan yang diselesaikan.
2) Berpikiran terbuka yaitu suatu sikap pada siswa untuk bersedia mendengar atau
menerima pendapat orang lain, walaupun pendapat tersebut berbeda dengan apa
yang dipikirkan.
3) Sistematis yaitu suatu sikap pada siswa untuk selalu rajin dan tekun dalam
berpikir.
4) Analitis yaitu sikap yang terdapat pada siswa untuk tetap fokus pada masalah
yang dihadapi serta berupaya mencari alasan-alasan yang bersesuaian.
5) Kepercayaan diri dalam berpikir kritis yaitu sikap yang terdapat pada siswa
untuk percaya diri terhadap proses inkuiri dan pendapat yang diyakini benar.
6) Rasa ingin tahu yaitu sikap pada siswa yang menunjukkan rasa ingin tahu
terhadap sesuatu atau isu yang berkembang.
Ada beberapa hasil pelacakan yang merumuskan karakteristik dari disposisi
berpikir kritis, antara lain disusun oleh: Ennis, The Delphi Report (Facione, 1990),
serta Peter A. Facione dan kawan-kawan. Jika dilihat keterhubungan dari ketiga
pendapat ahli tersebut, maka akan tampak bahwa ada persamaan persepsi dalam
16
istilah yang berbeda yang digunakan oleh ketiga sumber tersebut. Pengelompokan
indikator-indikator disposisi berpikir kritis yang telah disusun oleh Facione,
Ennis, dan The Delphy Report tersebut dapat dilihat lebih jelas jika dirangkum
dalam bentuk tabel berikut.
Tabel 2.1 Pengelompokan indikator-indikator disposisi berpikir kritis dari
Facione, Ennis, dan The Delphy Report
Peter Facione dkk Robert Ennis The Delphy Report
Pencarian Kebenaran
1. Selalu berusaha
mendapatkan informasi yang
benar
2. Berusaha mencari
alternatif lain
3. Teliti
1. Fleksibel dalam
mempertimbangkan pendapat
atau opini lain
2. Jujur dalam menilai
pemikiran sendiri yang biasa,
penuh prasangka buruk dengan
kecenderungan yang egosentris.
3. Kesedian untuk memikirkan
kembali dan memperbaiki
pendapat pribadi apabila telah
dilakukan refleksi secara jujur
4. Adil dalam menilai setiap
penalaran
5. Teliti
Berpikiran Terbuka
(mencoba memahami
pendapat orang lain)
Berpikiran terbuka (Peka
terhadap perasaan, tingkat
pengetahuan, dan pengalaman
orang lain)
1. Berpikiran terbuka dan meng-
hargai pendapat yang berbeda
2. Memahami pendapat orang
lain
Analitis (Ketekunan
dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan yang
muncul)
1. Fokus pada masalah utama
2. Tekun dalam mencari
penjelasan dari suatu ke-
simpulan atau pertanyaan
3. Tekun dalam menalar
1. Memilih dan menggunakan
kriteria dengan alasan yang tepat
2. Fokus pada masalah utama
3. Tekun dalam menghadapi
kesu-litan yang muncul
Sistimatis
1. Tertib dalam bekerja
2. Rajin dalam mencari in-
formasi atau alasan yang
relevan
1. Jelas dalam menyatakan
suatu pertanyaan atau suatu
objek perhatian
2. Tertib dalam bekerja
3. Rajin mencari informasi
yang relevan
17
Kepercayaan diri dalam
Berpikir Kritis
Menggunakan sumber-sumber
yang dapat dipercaya
1. Percaya diri pada proses
inkuiri yang diyakini benar
2. Percaya diri pada penalaran
orang lain yang diyakini
benar
Rasa Ingin Tahu
Mencoba menggunakan hasil
berpikir orang lain
Menunjukkan rasa ingin tahu
terhadap sesuatu atau isu yang
berkembang
Kedewasaan dalam
Pengambilan Keputusan
Bersedia mengubah pendapat
pribadi jika terbukti salah
1. Selalu siap dalam menggu-
nakan kemampuan berpikir
kritis
2. Santun dalam memberi
peni-laian terhadap
pendapat orang lain
(diadopsi dari Yuniarti, 2011)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa disposisi berpikir kritis adalah suatu
kecenderungan sikap saat diberikan perlakuan tertentu yang menunjukkan pada
pola-pola berpikir kritis. Pada penelitian ini, indikator-indikator disposisi berpikir
kritis yang digunakan adalah indikator-indikator menurut Yunarti (2011).
Metode Socrates pertama kali ditemukan oleh seorang ahli filsuf Yunani bernama
Socrates (469-399 SM). Maxwell (Sulistiowati, 2015: 24) mengatakan demikian
untuk mengabadikan nama penciptanya. Socrates merupakan generasi pertama
dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Socrates adalah guru Plato, dan Plato merupakan guru dari Aristoteles. Sumber
utama mengenai pemikiran Socrates berasal dari tulisan muridnya yaitu Plato
karena semasa hidupnya, Socrates tidak pernah meninggalkan karya tulisan
apapun.
D. Metode Socrates
18
Dalam pembelajaran, Jones, Bagford, dan Walen (Yunarti, 2011: 47)
mendefinisikan Metode Socrates sebagai sebuah proses diskusi yang dipimpin
guru untuk membuat siswa mempertanyakan validitas penalarannya atau untuk
mencapai sebuah kesimpulan. Sementara Maxwell (Damayanti, 2015: 21)
mendefinisikan Metode Socrates sebagai “…a process of inductive questioning
used to successfully lead a person to knowledge through small steps.” yang
artinya Metode Socrates sebagai suatu proses dari pertanyaan-pertanyaan induktif
yang sukses memimpin seseorang untuk mendapati pengetahuannya melalui
langkah-langkah kecil. Sedangkan Johnson, D. W. & Johnson, R. T. (Khairuntika,
2016: 91) menyatakan bahwa metode Socrates diajarkan dengan cara bertanya
jawab untuk membimbing dan memperdalam tingkat pemahaman yang berkaitan
dengan materi yang diajarkan sehingga anak didik mendapatkan pemikirannya
sendiri dari hasil konflik kognitif yang terpecahkan.
Metode Socrates diajarkan melalui cara bertanya jawab untuk membimbing dan
memperdalam tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan sehingga
siswa dapat membangun pemahamannya secara mandiri berdasarkan hasil diskusi
yang telah dilakukan. Adapun kelebihan metode Socrates ini menurut
Lammendola (Fisher, 2010: 4) yaitu “Socrates Method to force non-participating
students to question their underlying assumptions of the case under discussion,
and constand feedback”, artinya metode socrates menumbuhkan keberanian siswa
dalam mengemukakan pendapat saat berdiskusi, serta memupuk rasa percaya pada
diri sendiri.
19
Menurut Permalink (Damayanti, 2015: 25), Richard Paul telah serta memberi
contoh-contohnya mengenai enam jenis pertanyaan Socrates. Keenam jenis
pertanyaan tersebut meliputi pertanyaan klarifikasi, asumsi-asumsi penyelidikan,
alasan-alasan dan bukti penyelidikan, titik pandang dan persepsi, implikasi dan
konsekuensi penyelidikan, serta pertanyaan tentang pertanyaan. Jenis-jenis
pertanyaan Socrates beserta contohnya disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.2 Jenis-Jenis Pertanyan Socrates serta Kaitannya dengan
Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kritis
No
Tipe
Pertanyaan Contoh Pertanyaan
Kemampuan
Berpikir Kritis
yang mungkin
muncul
Disposisi Berpikir
Kritis yang
mungkin muncul
1. Klarifikasi Apa yang anda maksud dengan
….?
Dapatkah anda mengambil cara
lain?
Dapatkah anda memberikan
saya sebuah contoh?
Interpretasi,
analisis,
evaluasi
Pencarian
Kebenaran,
Berpikiran
Terbuka, Analitis,
Sistimatis, Rasa
Ingin Tahu
2. Asumsi-
asumsi Penye-
lidikan
Apa yang anda asumsikan?
Bagaimana anda bisa memilih
asumsi-asumsi itu?
Interpretasi,
analisis,
evaluasi,
pengambilan
keputusan
Pencarian
Kebenaran,
Berpikiran
Terbuka, Analitis,
Kepercayaan Diri
dalam Berpikir
Kritis, Rasa Ingin
Tahu
3. Alasan-alasan
dan bukti Pe-
nyelidikan
Bagaimana anda bisa tahu?
Mengapa anda berpikir bahwa
itu benar?
Apa yang dapat mengubah
pemikiran anda?
Evaluasi,
analisis
Pencarian
Kebenaran,
Berpikiran
Terbuka Analitis,
Sistimatis,
Kepercayaan Diri
dalam Berpikir
Kritis, Rasa Ingin
Tahu
20
4. Titik pandang
dan persepsi
Apa yang anda bayangkan
dengan hal tersebut?
Efek apa yang dapat diperoleh?
Apa alternatifnya?
Analisis,
evaluasi
Berpikiran
Terbuka, Analitis,
Kepercayaan Diri
dalam Berpikir
Kritis, Rasa Ingin
Tahu
5. Implikasi dan
Konsekuensi
Penyelidikan
Bagaimana kita dapat
menemukannya?
Apa isu pentingnya?
Generalisasi apa yang dapat kita
buat?
Analisis Analitis Sistimatis,
Kepercayaan Diri
dalam Berpikir
Kritis
6. Pertanyaan
tentang
pertanyaan
Apa maksudnya?
Apa yang menjadi poin dari
per-tanyaan ini?
Mengapa anda berpikir saya
bisa men-jawab pertanyaan ini?
Interpretasi,
analisis,
pengambilan
keputusan
Pencarian
Kebenaran,
Berpikiran
Terbuka, Analitis
Sistimatis, Rasa
Ingin Tahu
(diadopsi dari Yuniarti, 2011)
Menurut Maxwell (Nurfitriyanti, 2016), bekerjanya Metode Socrates untuk
kemampuan berpikir kritis meliputi dua daerah dampak, yaitu The Safety Factor
dan The Preference Factor. Kedua daerah dampak tersebut mempengaruhi
kesehatan psikologi manusia yang terkait dengan kemampuan mereka untuk
berpikir kritis. Dua daerah dampak tersebut dijelaskan sebagai berikut.
a. The Safety Factor (Faktor Keselamatan)
Kita tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis tanpa
mengembangkan kemampuan bertanya tentang sesuatu dan segala sesuatu.
Orang-orang yang takut untuk bertanya sering tidak mampu untuk berpikir kritis.
Untuk itu faktor „keselamatan atau keamanan‟ siswa harus menjadi perhatian
guru. Ketika menjawab atau mengajukan pertanyaan, siswa harus memiliki rasa
aman dan nyaman yang dijamin oleh guru. Guru, melalui sikap yang ditampilkan
21
dan pertanyaan yang diajukan, harus mampu meyakinkan siswa bahwa mereka
tidak dalam proses „intimidasi‟. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah
mengeksplor kemampuan berpikir kritisnya dengan baik karena merasa tidak ada
tekanan atau paksaan yang menakutkan mereka.
b. The Preference Factor (Faktor yang Lebih Disukai)
Berpikir kritis bukanlah suatu keterampilan yang dapat diterapkan untuk segala
hal. Seseorang dapat berpikir sangat kritis pada suatu isu tetapi tidak pada isu
lain. Seseorang dapat membangun kapasitas yang luar biasa untuk tetap berpikir
kritis jika isu yang dibicarakan merupakan sesuatu yang mereka suka atau mereka
kenal dengan baik. Untuk itu, guru harus mampu menyusun pertanyaan-
pertanyaan yang memuat suatu kejadian atau isu yang diketahui dengan baik oleh
seluruh siswa.
Menurut Qosyim (2007: 7), terdapat karakteristik dalam pembelajaran Socrates,
yaitu sebagai berikut:
a. Dialektik, artinya bahwa metode tersebut dilakukan oleh dua orang atau lebih
yang pro dan kontra, atau yang memiliki perbedaan pendapat.
b. Konfersasi, artinya bahwa metode dilakukan dalam bentuk percakapan atau
komunikasi lisan.
c. Tentatif dan provisional, artinya kebenaran yang dicari bersifat sementara tidak
mutlak, dan merupakan alternatif-alternatif yang terbuka untuk semua
kemungkinan.
d. Empiris dan induktif, artinya segala sesuatu yang dibicarakan dan cara
penyelesaiannya harus bersumber pada hal-hal empiris.
e. Konsepsional, artinya metode ditujukan untuk tercapainya pengetahuan,
pengertian dan konsep sebelumnya.
Ada dua hal pokok yang membedakan Metode Socrates dengan metode tanya-
jawab lainnya. Pertama, Metode Socrates dibangun di atas asumsi bahwa
pengetahuan sudah berada dalam diri siswa dan pertanyaan-pertanyaan atau
22
komentar-komentar yang tepat dapat menyebabkan pengetahuan tersebut muncul
ke permukaan (Jones, Bagford, dan Walen, 1997; Wenger, 2004). Hal ini
menunjukkan, bahwa sebenarnya siswa sudah memiliki pengetahuan yang
dimaksud hanya saja belum menyadarinya. Adalah tugas guru atau tutor untuk
menarik keluar pengetahuan tersebut agar dapat dirasakan keberadaannya oleh
siswa. Sebagai contoh, ketika guru hendak menjelaskan pengertian serta
perbedaan antara permutasi dan kombinasi, sebaiknya guru memberikan banyak
eksperimen dan pertanyaan yang dapat membantu siswa mengonstruksi
pengertian dan perbedaan antara permutasi dan kombinasi secara mandiri.
Kedua, pertanyaan-pertanyaan dalam Metode Socrates digunakan untuk menguji
validitas keyakinan siswa mengenai suatu objek secara mendalam (Jones,
Bagford, dan Walen, 1997 ; Ross, V., 2003). Hal ini menunjukkan jawaban yang
diberikan siswa harus dipertanyakan lagi sehingga siswa yakin bahwa jawabannya
benar atau salah. Guru tidak boleh berhenti bertanya sebelum yakin bahwa
jawaban siswa sudah tervalidasi dengan baik. Pertanyaan-pertanyaan lanjutan
tersebut dapat berupa:
“Mengapa anda yakin dengan jawaban itu?
Bagaimana jika ……?
Apa yang menjadi landasan atau dasar jawaban anda?
Menurut anda, apa yang membuat ini tidak berlaku?
Dengan demikian, apakah anda masih yakin dengan jawaban pertama anda
tadi?”
23
Melalui pertanyaan-pertanyaan Socrates di atas, siswa dituntut untuk menggali
dan menganalisis sendiri pemahamannya sehingga ia sampai pada suatu
kesimpulan bahwa jawabannya benar atau salah. Hal ini menunjukkan bahwa
pertanyaan-pertanyaan Socrates yang kritis serta diajukan secara sistematis dan
logis secara nyata mampu mengeksplor seluruh kemampuan berpikir kritis siswa
untuk mendapatkan hakikat kebenaran suatu objek.
Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi
atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan” (Lazim, 2013: 1). Lazim juga melanjutkan, pembelajaran dengan
Pendekatan Saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa (Student Centered Learning). Dengan berpusat pada
siswa, pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik akan menuntut siswa untuk
berperan aktif dalam proses pembelajaran.
2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum
atau prinsip. Keterampilan proses sains terdiri dari dua bagian, yaitu
keterampilan dasar yang meliputi observasi, klasifikasi, meramalkan, mencatat
data, hubungan ruang dan waktu, dan keterampilan terintegrasi yang meliputi
interpretasi data, mengontrol variabel, cara mendefinisikan, merumuskan
E. Pendekatan Saintifik
24
hipotesis (Brotherton dan Preece dalam Wardani, 2008). Dengan keterampilan
ini, Pendekatan Saintifik dapat dikatakan sebagai pendekatan yang sesuai
dengan kaidah ilmiah.
3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
Santyasa (2007) menjelaskan proses-proses kognitif yang dimaksud dalam
Pendekatan Saintifk yang meliputi penyediaan perhatian terhadap informasi-
informasi relevan dengan selecting (menyeleksi), mengatur informasi-
informasi tersebut dalam representasi yang koheren melalui proses organizing
(mengorganisasi), dan menyatukan representasi tersebut dengan pengetahuan
yang telah ada dibenaknya melalui proses integrating (mengintegrasi).
4. Dapat mengembangkan karakter siswa. Karakter yang dapat berkembang
dengan Pendekatan Saintifik yaitu rasa ingin tahu, pantang menyerah, senang
membaca, mandiri, disiplin, obyektif, teliti, terbuka, peduli sosial, menghargai
prestasi dan konservasi lingkungan (Machin, 2014).
Lazim (2013) dan berdasarkan Depdikbud (2013) juga mendefinisikan bahwa
pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:
1. Mengamati (observing)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang,
dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi
pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran
25
memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a,
hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik
untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak,
mendengar, dan membaca. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah
melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
2. Menanya (Questioning)
Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan:
pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada
yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain
yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada
pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih
menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk
mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu
mengajukan pertanyaan secara mandiri.
3. Menalar (Associating)
Kegiatan “mengasosiasi/mengolah informasi/menalar” dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a
Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari
kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan
informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan
kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi
26
dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada
yang bertentangan.
4. Mencoba (Experimenting)
Mencoba (experimenting) dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai
ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik
sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari
cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3)
mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat
fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik
simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan dan
mengomunikasikan hasil percobaan.
5. Mengomunikasikan (Networking)
Pada pendekatan saintifik guru diharapkan dapat memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengomunikasikan apa yang telah mereka
pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan
apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan
menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru
sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.
Kegiatan “mengomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah
menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang
27
diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti,
toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan
singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan
benar.
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik
sebagaimana yang tercantum pada Standar Proses. Pendekatan saintifik
merupakan pendekatan dalam kurikulum 2013 didalam pelaksanaannya, ada yang
menjadikan saintifik sebagai pendekatan ataupun metode. Namun karakteristik
dari pendekatan saintifik tidak berbeda dengan metode saintifik (scientific
method). Scientific approach dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi
mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata
pelajaran.
Pembelajaran pada implementasi kurikulum 2013 diharapkan diarahkan agar
peserta didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak bertanya), bukan
hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Proses pembelajaran
diharapkan diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan
bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan hanya
mendengarkan dan menghapal semata).
Menurut Majid (2014: 211) Pendekatan saintifik (Scientific Approach) dalam
pembelajaran memiliki langkah-langkah meliputi mengamati, menanya, mencoba,
mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Sedangkan Sudarman
(Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013: 205) mengungkapkan
bahwa pendekatan scientific approach bercirikan penonjolan pada dimensi
28
pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu
kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan
dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Berdasarkan hasil
penelitian, pembelajaran berbasis pendekatan saintifik mempunyai hasil yang
lebih efektif bila dibandingkan dengan penggunaan pendekatan tradisioanal.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan
suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan prosedur ilmiah yang
mengarahkan agar siswa dapat mengonstruksikan sendiri konsep dan prinsip
pengetahuan akan rasa ingin tahu serta membantu mengembangkan karakter pada
siswa.
29
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif.
Anderson dan Arsenault (Susilowati, 2015: 46) menyebutkan bahwa penelitian
kualitatif adalah bentuk penyelidikan yang mengeksplorasi fenomena dalam
pengaturan alami dan menggunakan multi-metode untuk menafsirkan, memahami,
menjelaskan dan membawa makna kepada fenomena tersebut. Dengan demikian,
penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan tanpa campur tangan dari
peneliti atau dengan kata lain, penelitian ini berlangsung secara alami atau apa
adanya.
Selain itu juga, penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui secara langsung
bagaimana proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran
Socrates Saintifik ditinjau dari disposisi berpikir kritis siswa. Penelitian kualitatif
juga menghasilkan data yang deskriptif atau tertuang secara tulisan maupun lisan
dari subjek atau perilaku yang dapat diteliti, tanpa perlu perhitungan dari ilmu
statistika. Hasil yang diperoleh dari aktivitas tersebut dituangkan tidak dalam
bentuk angka tetapi dipaparkan sedemikian sehingga membentuk teks naratif.
Metode pengumpulan data pada penelitian kualitatif adalah dengan cara
30
mengobservasi perilaku para partisipan dengan cara terlibat langsung dalam
aktivitas-aktivitas mereka.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 12 siswa kelas VII-F di SMPN 22 Pesawaran
tahun pelajaran 2016/2017 yang memunculkan disposisi berpikir kritis pada
pertemuan pertama sampai terakhir. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan
pendapat Lawrence (Zanynu, 2011), yaitu salah satu teknik dalam penentuan
informan atau subjek penelitian adalah dengan cara purposive. Pemilihan subjek
secara purposive ini dilakukan dengan mengacu pada kriteria tertentu yang sesuai
dengan topik penelitian. Dua belas siswa yang dipilih adalah subjek yang
memiliki kredibilitas untuk menjawab masalah penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data tentang disposisi berpikir
kritis matematis siswa yang berkaitan dengan indikator kemampuan berpikir kritis
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data ini dikumpulkan dengan
teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara.
Pada penelitian ini dilakukan triangulasi. Menurut Sugiyono (2014: 330),
triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada. Terdapat tiga macam teknik triangulasi, yaitu triangulasi dengan
sumber, triangulasi dengan teknik, dan triangulasi dengan waktu. Triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik. Triangulasi teknik ini
31
merupakan teknik pengecekan data yang dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang ada dengan teknik yang berbeda. Teknik triangulasi ini
digunakan untuk menjaring data dari berbagai teknik pengumpulan dan
menyilangkan informasi yang telah diperoleh, sehingga data yang diperoleh lebih
lengkap dan sesuai dengan yang diharapkan. Tujuannya yaitu untuk menguji
kredibilitas data penelitian agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data,
sehingga tidak terjadi subjektivitas. Penjabaran dari teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Observasi
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi terbuka,
karena saat melakukan pengumpulan data cenderung diketahui oleh
siswa/siswi kelas VII-F SMPN 22 Pesawaran. Observasi dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat secara langsung keadaan yang terjadi, situasi
dan kondisi yang terjadi, dan gejala-gejala yang tampak pada subjek
penelitian yang berkaitan dengan disposisi berpikir kritis siswa selama proses
pembelajaran sedang berlangsung. Hasil pengamatan tersebut dijadikan dasar
untuk melakukan wawancara, baik wawancara kepada siswa secara langsung,
orang-orang yang terdekat dengan siswa, atau dengan guru mata pelajaran.
Hasil observasi yang dilakukan ini dituangkan dalam lembar observasi.
Lembar observasi merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh suatu
data dengan mencatat mengenai apa yang didengar, dialami dan dipikirkan
dalam rangka pengumpulan data. Hal-hal yang ditulis pada lembar observasi
ini adalah mencatat segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang diberikan
oleh guru, kemudian respon siswa pada tindakan yang diberikan oleh guru
32
tersebut, dan disposisi berpikir kritis matematis siswa yang nampak selama
proses pembelajaran di kelas berlangsung. Lembar observasi digunakan
sebagai alat pengumpul data untuk disposisi berpikir kritis matematis siswa
dan dilakukan setiap kali pertemuan berlangsung.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kegiatan khusus dalam rangka merekam,
menyimpan, dan mengabadikan gambar dan suara terkait dengan segala
kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Segala
aktivitas siswa di kelas selama empat kali pertemuan setiap proses
pembelajaran berlangsung direkam menggunakan alat perekam. Hal ini
dilakukan untuk memberikan keterangan atau bukti yang menggambarkan
suasana kelas terkait disposisi berfikir krtitis ketika proses pembelajaran
berlangsung. Pada saat siswa sedang berdiskusi kelompok dan tidak terekam
dengan jelas maka peneliti turun langsung mendekati subjek yang sedang
berdiskusi tersebut dan mengamati serta mencatat hal yang berkaitan dengan
disposisi berfikir kritis siswa saat diskusi sedang berlangsung. Dokumentasi
pada penelitian ini digunakan selama proses pembelajaran berlangsung,
sehingga dapat merekam semua kegiatan pembelajaran yang berlangsung.
Hasil dokumentasi yang didapat pada penelitian ini berupa rekaman video
dan rekaman gambar mengenai proses pembelajaran yang berlangsung dari
awal hingga akhir.
Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu bukti fisik yang
dilakukan dengan cara merekam, menyimpan, dan mengabadikan gambar dan
suara terkait dengan segala yang terjadi selama proses pembelajaran
33
berlangsung. Teknik dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi data-data
yang diperoleh dari wawancara dan lembar observasi, yaitu berupa foto-foto
selama proses pembelajaran berlangsung, rekaman selama proses
pembelajaran berlangsung, dan rekaman suara pada saat wawancara. Hasil
penelitian dari observasi atau wawancara lebih dipercaya jika didukung oleh
foto-foto yang telah ada (Sugiyono, 2014).
3. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
tanya jawab secara langsung antara peneliti dan sumber data. Wawancara
dilakukan setelah selesai pembelajaran sesuai dengan keperluan penelitian
dalam mengungkap suatu fenomena yang melibatkan subjek penelitian.
Wawancara dilakukan secara terstruktur dengan mengacu pada pertanyaan
yang telah ditetapkan sebelum melakukan wawancara. Selain wawancara
terstruktur, pada penelitian ini juga dilakukan wawancara tidak terstruktur
yang bertujuan untuk memberikan klarifikasi dan menjelaskan sebab dari
tindakan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar
observasi, alat perekam, dan pedoman wawancara yang diuraikan sebagai berikut:
1. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah lembaran kertas yang digunakan untuk mencatat
kejadian-kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Hal-
hal yang dituliskan pada lembar observasi adalah berupa interaksi guru
34
dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, dan perilaku-perilaku siswa yang
terkait dengan disposisi berpikir kritis matematis siswa.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara merupakan serangkaian pertanyaan yang digunakan
pada saat proses wawancara. Pedoman wawancara dibuat berdasarkan
informasi-informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dan disesuaikan dengan
indikator-indikator disposisi dan kemampuan berpikir kritis siswa yang
diteliti. Pedoman wawancara dibuat ditujukan untuk siswa yang memiliki
sikap yang berbeda dengan yang lain ketika pembelajaran sedang
berlangsung.
3. Alat Perekam
Alat perekam merupakan alat yang digunakan untuk merekam proses
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Sorates dan
pendekatan Saintifik. Alat perekam digunakan untuk melengkapi informasi
yang diperoleh. Dengan adanya alat perekam ini, informasi selama proses
pembelajaran berlangsung bisa didapat secara lengkap. Selain itu bisa
memeriksa kembali mengenai informasi yang diperoleh selama proses
pembelajaran berlangsung. Alat perekam yang digunakan dalam penelitian
ini berupa alat perekam gambar, perekam video, dan perekam suara.
35
E. Tahap-tahap Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini, dilakukan identifikasi masalah dengan melakukan
wawancara dengan guru matematika dan penelitian pendahuluan di kelas
VII-F SMPN 22 Pesawaran. Berdasarkan hasil wawancara awal dapat
disimpulkan bahwa secara umum siswa belum memiliki kemampuan
berpikir kritis yang baik dilihat dari disposisi berfikir kritis. Karena belum
ada sikap yang ditunjukkan oleh siswa yang mengacu pada indikator-
indikator berpikir kritis. Siswa masih cenderung bersikap acuh terhadap
soal-soal latihan yang diberikan oleh guru sehingga belum ada ciri-ciri
siswa yang memiliki disposisi berpikir kritis yang baik.
b. Menyiapkan instrumen penelitian
Peneliti menyiapkan instrumen atau alat yang diperlukan dalam
pelaksanaan penelitian yaitu pedoman wawancara, lembar observasi, dan
alat perekam.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memahami dan memasuki lapangan
Pada tahap ini telah dilakukam persiapan untuk mulai melakukan tahap
mengumpulkan data atau informasi dari subjek penelitian. Diantaranya
memahami latar penelitian, yaitu melihat karakteristik siswa dan situasi
atau keadaan lingkungan kelas serta lingkungan sekolah, serta disposisi
berpikir kritis yang terjadi untuk melihat kemampuan berpikir kritis
36
matematis siswa pada pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik
sedang berlangsung.
b. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau pengamatan dimana
data tersebut ditulis semuanya di dalam lembar observasi selama proses
pembelajaran berlangsung. Pengumpulan data dengan wawancara
dilakukan setelah selesai jam pelajaran. Pengumpulan data dengan
dokumentasi dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran di
kelas. Dokumentasi tersebut berupa foto-foto dan video yang diambil
setiap kali pertemuan didalam kelas selama proses pembelajaran
berlangsung. Dokumen-dokumen tersebut merupakan suatu bukti yang
akurat yang nantinya dapat diolah setelah dianalisis.
c. Pengolahan Data
Setelah data-data dikumpulkan, peneliti melakukan analisis data sesuai
dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan pada bagian metode analisis
data sebelumnya. Selanjutnya, dibuat kesimpulan makna dari hasil
penelitian yang diperoleh.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan secara induktif, yaitu data diambil berdasarkan data
lapangan dan fakta empiris untuk mempelajari proses atau penemuan yang terjadi
secara alami kemudian dicatat, dianalisis, dan dilakukan penarikan kesimpulan
dari proses tersebut. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
37
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data yang dilakukan pada penelitian ini adalah memilih dan
menyederhanakan data yang terkait dengan variabel penelitian yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lembar observasi. Reduksi data ini berlangsung
secara terus menerus selama penelitian kualitatif berlangsung. Sebelum
mendeskripsikan hasil, terlebih dahulu mereduksi data yang ada pada lembar
observasi serta memilah data informasi yang tidak relevan dengan indikator
penelitian dalam hal ini disposisi dilihat dari kemampuan berpikir kritis
siswa. Dengan demikian data yang direduksi memberikan gambaran yang
lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya. Ketika peneliti sedang mereduksi data, peneliti dipandu oleh
tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan disposisi berpikir kritis
pada pembelajaran matematika menggunakan metode Socrates Saintifik.
Oleh karena itu, sesuatu yang dianggap asing atau yang tidak sesuai dengan
fokus penelitian maka itulah yang direduksi.
2. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Pada penelitian ini data disajikan berupa data deskriptif. Dengan
kata lain, penyajian data dilakukan dengan menuliskan semua informasi yang
telah dipilih melalui reduksi data dalam bentuk naratif, sehingga
mempermudah penulis dalam penarikan kesimpulan. Penyajian data yang
dilakukan pada penelitian ini memudahkan peneliti untuk mendeskripsikan
disposisi berfikir kritis yang terjadi pada subjek penelitian dan kemudian
38
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan yang telah dipahami tersebut.
Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif dan dialog untuk
memperjelas fenomena yang terjadi. Kegiatan ini memunculkan dan
menunjukkan kumpulan data atau informasi yang terorganisir dan terkategori
yang memungkinkan suatu penarikan kesimpulan atau tindakan.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Pada
penelitian ini dilakukan penarikan kesimpulan dan melakukan verifikasi
dengan mencari makna dari setiap gejala yang diperoleh dari lapangan,
mencatat keteraturan, dan konfigurasi yang mungkin ada. Pada tahap ini
ditarik kesimpulan dari data yang telah disimpulkan sebelumnya, kemudian
mencocokkan lembar observasi, hasil wawancara, dan pengamatan yang
dilakukan pada saat penelitian.
Analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus-
menerus selama masa penelitian. Masalah reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara
berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang terkait. Selanjutnya data
yang telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk
mendeskripsikan fakta yang ada di lapangan, pemaknaan atau untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil inti dari data yang
telah dianalisis.
78
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penerapan metode Socrates Saintifik pada siswa kelas VII-F SMPN 22
Pesawaran tahun pelajaran 2016/2017 dapat memunculkan indikator
disposisi berpikir kritis matematis pada siswa.
2. Indikator disposisi berpikir kritis matematis yang dominan muncul pada
pembelajaran dengan metode Socrates Saintifik adalah kepercayaan diri
dalam berpikir, rasa ingin tahu, dan pencarian terhadap kebenaran.
Sedangkan untuk indikator sistematis, analitis, dan berpikiran terbuka hanya
muncul pada beberapa fase pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukan yaitu:
1. Kepada guru:
a. Saat pembelajaran matematika tidak hanya menekankan pada kognitif
yang harus dicapai siswa, tetapi juga memperhati-kan aspek lain seperti
disposisi berpikir kritis matematis karena hal tersebut dapat menunjang
kemampuan kognitif siswa.
79
b. Menggunakan pertanyaan-pertanyaan Socrates dalam setiap fase
pembelajaran matematika agar seluruh indikator disposisi berpikir kritis
matematis dapat muncul secara kontinu pada siswa.
2. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang perilaku siswa
khususnya disposisi berpikir kritis matematis siswa disarankan untuk
melakukan penelitian pendahuluan dalam jangka waktu yang lebih lama agar
dapat mendekatkan diri pada siswa serta mengenal karakteristik siswa
sebelum memulai penelitian sehingga dapat lebih mudah dalam mengamati
perilaku siswa di dalam kelas.
80
DAFTAR PUSTAKA
Anhar. 2015. Keterampilan Bertanya. [Online]. Tersedia: http://www.academia.edu/10019651/MAKALAH_DASPROS_1_KETERAMPILAN_BERTANYA.[4Oktober 2016].
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusanuntuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
. . ..2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Departemen PendidikanNasional
E. Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif danMenyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offse.
Fisher, Craig. 2010. Discussion, Participation and Feedback in Online Course 2010 ISECONProceedings v27 n1382. [Online]. Tersedia:http://proc.isecon.org/2010/pdf/1382.pdf.USA: Nashville Tennessee. [4 Oktober 2016].
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.Bogor: Ghalia Indonesia.
Hudoyo, Herman. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang:FMIPA Universitas Negeri Malang.
Jayadipura, Yadi. 2014. Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis Matematik. ProsidingSeminar Nasional Pendidikan Matematika ISSN 2355/0473, Volume 1, Tahun 2014.[online]. Diakses di www.slideshare.net/fppifkipunila/prosiding15januari201448415797.Pada tanggal 4 Oktober 2016.
Kemdikbud. (2013). Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran. Jakarta: Pusbangprodik.
81
Kemendikbud. 2014. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran PadaPendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Jakarta: Kementerian Pendidikan danKebudayaan RI
Khairuntika. 2016. Metode Socrates dalam Mengembangkan Kemampuan Berpikir KritisSiswa. Prosiding Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya(KNPMP 1) ISSN 2502/6526. [online]. Diakses di https://publikasiilmiah.ums.ac.id padatanggal 5 Oktober 2016.
Lambertus. 2009. Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis dalamPembelajaran Matematika di SD . Forum Kependidikan, Volume 28, Nomor2.[Online]. Tersedia: http://forumkependidikan.unsri.ac.id/userfiles/Artikel%20Lambertus-UNHALU-OKE.pdf. Palembang: Unsri. [6 Oktober 2016].
Lazim, M. 2013. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Kurikulum 2013.Jurnal. [online]. Diakses di https://p4tksbjogja.com pada tanggal 4 Oktober 2016.
Majid. (2014). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Maulana. 2013. Mengukur dan Mengembangkan Disposisi Kritis dan Kreatif Guru danCalon Guru Sekolah Dasar. Jurnal Mimbar Pendidikan Dasar, Volume 4, No. 2.
Natalia. 2013. Menumbuhkan Keberanian Siswa Untuk Aktif dalam Pembelajaran.[Online]. Tersedia:https://natalia778.wordpress.com/2013/01/16/menumbuhkan-keberanian-siswa-untuk-aktif-dalam-pembelajaran/.[6 Oktober 2016].
Nurfitriyani, Linda. 2016. Deskripsi Disposisi Komunikasi Matematis Siswa dengan ModelProblem Based Learning. Skripsi. Lampung: Unila. [online] diakses dihttp://digilibunila.ac.id pada tanggal 6 Oktober 2016.
Nurjannah, Alfiyah dan Nadi Suprapto. 2014. Pengaruh Penerapan Pembelajaran SocratesTerhadap Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Fisika pada Materi HukumNewton. Makalah disajikan pada Jurnal Inovasi Pendi- dikan Fisi ka (JI PF) Vol . 03No. 02 Tahun 2014, 20- 26 ISSN: 2302-4496. [Online]. https://www.scribd.com.Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Diakses pada tanggal 16 Agustus 2016
Paul, R dan Elder L. 2009. Critical Thingking: The Art of Socratic Questioning.Journal ofDevelopment Education, 31(1), [62-67].
Qosyim, Achmad. 2007. Studi Implikasi Socrates dalam Praktek Pendidikan.Surabaya:UNESA University Press
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung : ALFABETA
Suherman, Erman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung :UPIJICA.
82
Sulistiowati, Dwi Laila. 2015. Analisis Deskriptif Disposisi Berpikir Kritis Matematis Siswadalam Pembelajaran Socrates Kontekstual (Penelitian Kualitatif Di SMP Al-KautsarBandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015). Skripsi. Bandar Lampung: UniversitasLampung.
The Critical Thinking Community. 2013. The Role of Questions in Teaching, Thinking andLearning. [Online]. Tersedia:https://www.criticalthinking.org. (November 2015).
Yunarti, Tina. 2011. Pengaruh Metode Socrates terhadap Kemampuan dan DisposisiBerpikir Kritis Matematis Siswa SMA. Disertasi-UPI; tidak diterbitkan.