Download - Definisi Evaluasi Pendidikan
Definisi Evaluasi Pendidikan, Penilaian (Assesment), Pengukuran dan Tes dalam Pendidikan
1. 1. Devenisi Evaluasi Pendidikan
Beberapa pengertian tentang evaluasi sering dikemukakan oleh beberapa ahli seperti:
Lessinger 1973 (Gibson, 1981: 374) mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses penilaian dengan jalan membandingkan antara tujuan yang diharapkan dengan kemajuan/prestasi nyata yang dicapai.
Wysong 1974 (Gibson, 1981: 374) mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses untuk menggambarkan, memperoleh atau menghasilkan informasi yang berguna untuk mempertimbangkan suatu keputusan.
Gibson dan Mitchell 1981 (Uman, 2007: 91) mengemukakan bahwa proses evaluasi adalah untuk mencoba menyesuaikan data objektif dari awal hingga akhir pelaksanaan program sebagai dasar penilaian terhadap tujuan program.
Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977): evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Menurut definisi ini, maka istilah evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk menetukan nilai dari sesuatu.
o Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
o Kumano (2001) evaluasi merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen.
o Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.
o Purwanto( 2002) evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa
o Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Tayibnapis (2000) dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks
tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.
o Menurut (Lehman, 1990) Berdasarkan tujuannya, terdapat pengertian evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dinyatakan sebagai upaya untuk memperoleh feedback perbaikan program, sementara itu evaluasi sumatif merupakan upaya menilai manfaat program dan mengambil keputusan
Apabila definisi evaluasi yang dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown itu untuk memberikan definisi tentang Evaluasi Pendidikan, maka Evaluasi Pendidikan itu dapat diberi pengertian sebagai; suatu tindakan atau kegiatan atau suatu proses menetukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan (yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan, atau yang terjadi di lapangan pendidikan). Atau singkatnya: evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.
Berbicara tentang pengertian evaluasi pendidikan, di tanah air kita, Lembaga Administrasi Negara mengemukakan batasan mengenai Evaluasi Pendidikan sebagai berikut:
Evaluasi pendidikan adalah:
1. Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan.
2. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, saya mengambil kesimpulan bahwa evaluasi pendidikan adalah penilaian terhadap kinerja pendidikan yang telah berjalan guna memperoleh informasi yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki hal-hal yang memang perlu diperbaiki pada kinerja pendidikan.
2. Devenisi Penilaian
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
Penilaian adalah kegiatan menentukan nilai suatu objek, seperti baik-buruk, efektif-tidak efektif, berhasil-tidak berhasil, dan semacamnya sesuai dengan kriteria atau tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut para ahli, definisi penilaian yaitu:
Menurut Buana (www.fajar.co.id/news.php). assessment adalah alih-bahasa dari istilah penilaian. Penilaian digunakan dalam konteks yang lebih sempit daripada evaluasi dan biasanya dilaksanakan secara internal. Penilaian atau assessment adalah kegiatan menentukan nilai suatu objek, seperti baik-buruk, efektif-tidak efektif, berhasil-tidak berhasil, dan semacamnya sesuai dengan kriteria atau tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut http://www.elook.org/dictionary/assessment.htm Definition of assessment: the classification of someone or something with respect to its worth.( Definisi dari penilaian adalah penggolongan seseorang atau sesuatu berkenaan dengan harganya.)
Menurut Angelo (1991: 17) Classroom Assessment is a simple method faculty can use to collect feedback, early and often, on how well their students are learning what they are being taught. (Penilaian Kelas adalah suatu metode yang sederhana dapat menggunakan fakultas (sekolah) untuk mengumpulkan umpan balik, awal dan setelahnya, pada seberapa baik para siswa mereka belajar apa yang mereka ajarkan.)
Menurut Suharsimi yang dikutip oleh Sridadi(2007) penilaian adalah suatu usaha yang dilakukan dalam pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik-buruk →bersifat kualitatif.
Menurut Depag yang dikutip Sridadi (2007) penilaian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar mengajar yang ditetapkan sehingga dapat dijadikan dasar untuk menentukan langkah selanjutnya.
Menurut Rusli Lutan (2000:9) assessment termasuk pelaksanaan tes dan evaluasi. Asessment bertujuan untuk menyediakan informasi yang selanjutkan digunakan untuk keperluan informasi.
Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.
Menurut Suharsimi Arikunto penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.
Menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai.
Menurut Akhmat Susrajat penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Secara khusus, dalam konteks
pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.
.http://fip.uny.ac.id/pjj/wpPenilaian adalah kegiatan untuk mengetahui apakah sesuatu yang telah kita kerjakan (program pengajaran) telah berhasil atau belum melalui suatu alat pengukuran yang dapat berupa tes ataupun nontes.. Adapun tujuan penilaian adalah 1) untuk memberikan informasi kemajuan hasil belajar siswa secara individu dalam mencapai tujuan sesuai dengan kegiatan belajar yang dilakukan; 2). informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan belajar mengajar lebih lanjut; informasi yang dapat digunakan guru untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa; 3) memberikan motivasi belajar siswa, menginformasikan kemauannya agar terangsang untuk melakukan usaha perbaikan; 4) memberi informasi tentang semua aspek kemajuan siswa; dan 5) memberi bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau jabatan sesuai dengan keterampilan, minat, dan kemampuannya.
Dalam pengertian pendidikan terdapat dua arti untuk penilaian, yaitu penilaian dalam arti evaluasi (evaluation) dan penilaian dalam arti asesmen (assessment). Penilaian pendidikan dalam arti evaluasi merupakan penilaian program pendidikan secara menyeluruh. Dalam pengertian ini, evaluasi pendidikan menelaah komponen-komponen dan saling keterkaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan.Sedangkan asesmen merupakan bagian dari evaluasi karena merupakan penilaian sebagian komponen yang menyangkut penilaian hasil belajar yang berhubungan dengan komponen kompetensi lulusan dan penguasaan substansi serta penggunaannya.Kesimpulan :
Penilaian Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang telah disampaikan guru. penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik dengan memiliki bebrapa tujuan.
1. 3. Devenisi Pengukuran
Pengukuran dalam Pendidikan
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau
misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran.
Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.
Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus disepakati secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution, 2001). Dengan demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, Secara lebih ringkas.
Norman Richard H. Lindeman (1967) merumuskan pengukuran sebagai “the assignment of one or a set each of a set of persons or objects according to certain established rules”
E. Gronlund (1971) secara sederhana merumuskan pengukuran sebagai “Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behavior”.
Georgia S. Adams (1964) merumuskan pengukuran sebagai “nothing more than careful observations of actual performance under staandar conditions”.
Victor H.Noll (1957) mengemukakan dua karakteristik utama pengukuran, yaitu “quantitativaness” dan “constancy of units”. Atas dasar dua karakteristik ini ia menyatakan “since measurement is a quantitative process, is results of measurement are always expessed in numbers.
William A.Mehrens dan Irlin J. Lehmann (1973) mendefinisikan : pengukuran sebagai berikut : “Using observations, rating scales. Or any other device that allows us to obtain information in a quantitative form is measurement” .
Robert L. Ebel dan David A. Frisbie (1986) merunuskan pengkuran sebagai “Measurment is a process of assigning numbers to the individual numbers of a set of objects or person for the purpose of indicating differences among them in the degree to which they posscess the characteristic being measured.
Gilbert Sax (1980) menyatakan “measurement: The assignment of numbers to attributes of characteristics of person, evenrs, or object according to explicit formulations or rules”.
Menurut Akmad Sudrajat pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.
Menurut Lien pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul dengan menggunakan alat ukur yang objektif untuk keperluan analisis dan interpretasi.
Menurut Suharsimi Arikunto pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran.
Menurut Pflanzagl’s pengukuran adalah proses menyebutkan dengan pasti angka-angka tertentu untuk mendiskripsikan suatu atribut empiri dari suatu produk atau kejadian dengan ketentuan tertentu.
Menurut Nunnally & Bernstein, 1994 Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian angka atau label terhadap atribut dengan aturan-aturan yang terstandar atau yang telah disepakati untuk merepresentasikan atribut yang diukur.
Menurut Mardapi 2004: 14 Pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara sistematis.
Menurut Lien Pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul dengan menggunakan alat ukur yang objektif untuk keperluan analisis.
Menurut Budi Hatoro Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian.
Menurut Akmad Sudrajat Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.
Menurut Arikunto Suharsimi Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran.
Menurut Pflanzagl’s Pengukuran adalah proses menyebutkan dengan pasti angka-angka tertentu untuk mendiskripsikan suatu atribut empiri dari suatu produk atau kejadian dengan ketentuan tertentu.
Menurut Djemari Mardapi 1999: 8 Penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran.
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran (Wikipedia).
(http://juruteknologis-makmal.um.edu).Pengukuran adalah sesuatu pemerhatian secara kuantitatif yang mengandungi dua bahagian: satu nilai bernombor dan satu unit.
(http://lecturer.ukdw.ac.id)Pengukuran adalah proses dimana angka atau simbol dinyatakan ke atribut-atribut entitasn (objek) dalam dunia nyata sedemikian rupa untuk menggambarkan objek berdasar aturan yang telah ditetapkan.
1. 4. Devenisi Test
Istilah tes berasal dari bahasa Prancis Kuno yaitu “testum” yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia. Dalam bahasa Indonesia tes diterjemahkan sebagai ujian atau percobaan. Di dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Daring, tes berarti ujian tertulis, lisan, atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan, bakat, dan kepribadian seseorang.
Pengertian Definisi Tes Menurut Para Ahli - Untuk meraih atau naik tingkat ke level yang lebih tinggi biasanya dilakukan tes,, jenis-jenis tes tergantung bidang atau level yang akan diraih,,,
termasuk pendidikan atau sekolah,, berikut adalah beberapa pengertian tes menurut beberapa ahli yang mengutarakan tentang tes.
Pengertian Definisi Tes adalah alat untuk memperoleh data tentang perilaku individu ( Allen dan Yen, 1979: 1). Karena itu, didlam tes terdapat sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan, yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu ( sampel perilaku ) berdasarkan jawaban yang diberikan individu yang dikenaites tersebut ( anastari, 1982:22 ).
Pada buku psychological Testing, Anastari, ( 1982:22 ) menyatakan tes merupakan pengukuran yang obyektif dan standard. Cronbach menanbahkan bahwa tes adalah prosedur yang sitematis guna mengopservasi dan member deskripsi sejumblah atau lebih cirri seseorang dengan bantuan skala numerik atau suatu system kategoris.
Dengan demikian cepat dinyatakan bahwa tes adalah prosedur yang sistematis. Ini berarti butir tes disusun berdasarkan cara dan aturan tertentu, pemberian skor harus jelas dan dilakukukan secara yrtperinci, serta individu yang menempuh tes tersebut harus mendapat butir tes yang sama dan dalam kondisi yang sebanding. Selain itu tes berisi sampelm perilaku, yang berarti kelayakan tes tergantung pada sejauh mana butir tes siswa adalah tes pelajaran matematika yang pada umumnya disusun oeh guru sendiri.
Peranan tes prestasi belajar paling signifikan adalh padaa program pengajaran di sekolah. Jadi tes prestasi menjadi bagian integral PBM dan berpengaruh langsung rehadap perkembangan belajar siswa. Dalam hal ini, baik tes prestasi belajar buatan guru maupun standar, keduanya mengukur prestasi siswa di kelas. Tetapi tes buatan guru paling dominan dan banyak digunakan ( Gronlund, 1968:1 ) .
Selanjutnya, Gronlund ( 1968: 4-11 ) merumusakan beberapa prinsip sasar pengukuran prinsip pelajaran, yaitu tes harus mengukur hasil belajar yang sesuai deengantujuan instruksional, merupakan sampel yang respresentataif dari materi pelajaran, berisi butuir tes dengan tipe yang paling tepat, dirancang sesuai tujuan, mempunyai reliabilitas dan validitas yang baik sehingga hasilnya ditafsirkan dengan tepat guna meningkatkan hasil belajar siswa.
Adapun pengertian tes menurut beberapa ahli adalah:
1. Menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya yang berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang objektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
2. Menurut F.L. Goodeneough dalam Sudijono (2008: 67), tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain.
3. Menurut Norman dalam Djaali dan Muljono (2008: 7), tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematik, dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam proses pengajaran yang dilakukan oleh guru.
4. Menurut Arikunto (2010: 53), tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
5. Menurut Sudijono (2011: 67), tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.
1. Menurut Riduwan ( 2006: 37) test sebagai instrumen pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan / latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu / kelompok.
2. Menurut Allen Philips (1979: 1-2) A test is commonly difined as a tool or instrument of measurement that is used to obtain data about a specific trait or characteristic of an individual or group.( Test biasanya diartikan sebagai alat atau instrumen dari pengukuran yang digunakan untuk memperoleh data tentang suatu karakteristik atau ciri yang spesifik dari individu atau kelompok.)
3. Menurut Rusli Lutan (2000:21) test adalah sebuah instrument yang dipakai untuk memperoleh informasi tentang seseorang atau obyek.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengevaluasi individu maupun kelompok yang mempunyai standar objektif untuk mengamati satu atau lebih karakteristik seseorang yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Daftar Pustaka
http://definisipengertian.com/2012/pengertian-definisi-tes-menurut-para-ahli/
http://p4mristkiphamzanwadiselong.wordpress.com/2012/02/21/pengertian-tes/
http://arihdyacaesar.wordpress.com/2012/01/13/pengertian-evaluasi-dan-evaluasi-pendidikan/
http://berawaldarihati.blogspot.com/2010/12/pengertian-evaluasi-evaluasi-pendidikan.html
http://navelmangelep.wordpress.com/2012/02/14/pengertian-evaluasi-pengukuran-dan-penilaian-dalam-dunia-pendidikan/
http://suratnomath.blogspot.com/2011/05/pengukuran-penilaian-evaluasi-dalam.html
http://mahasiswaupiserang.wordpress.com/2010/09/27/definisi-pengukuran-dan-penilaian-menurut-para-ahli/
http://bangfajars.wordpress.com/2009/09/03/arti-pengukuran-dalam-pendidikan/
http://yogabudibhakti.wordpress.com/2012/03/14/pengertian-tes-penilaian-pengukuran-dan-evaluasi/
http://zonependidikan.blogspot.com/2010/06/pengertian-penilaian-menurut-para-ahli.html
PENDAHULUAN
Dewasa ini, pendidikan dijadikan ujung tombak kemajuan suatu negara. Pendidikan
dipandang mampu jadi pemecah atas masalah-masalah sosial yang ada. Sejauh ini, pendidikan di
negara kita masih semrawut, terutama soal pengaturan kurikulum. Kritik terhadap kurikulum kita
saat ini ialah kurang tepatnya kurikulum dengan mata pelajaran yang terlalu banyak, dan tidak
berfokus pada hal-hal yang seharusnya diberikan. Dan yang paling parah pada setiap sistem
pendidikan kita yaitu kurangnya evaluasi yang efektif.
Untuk mengetahui proses pendidikan telah berjalan sesuai program, serta telah mencapai
tujuan secara efisien dan efektif, atau proses pendidikan tersebut tidak berjalan sesuai program
dan tidak mencapai tujuan yang diharapkan, maka untuk mengetahui hal tersebut diperlukan
kegiatan yang disebut evaluasi.
Evaluasi adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan standar
kriteria yang merupakan kegiatan berkesinambungan.1[1] Mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan kegiatan evaluasi pendidikan, untuk lebih jelasnya akan dibahas pada pembahasan di
dalam makalah Evaluasi Pendidikan ini.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apa pengertian, tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan?
B. Apa saja metode yang digunakan dalam evaluasi?
C. Model-model apa saja yang ada dalam kegiatan evaluasi?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan
A.1 Pengertian Evaluasi Pendidikan
1
Dilihat dari segi bahasa, evaluasi berasal dari kata Bahasa Inggris; evaluation. Sedang
dalam Bahasa Arab; al-Tqdir (التق�دير), dan dalam Bahasa Indonesia; penilaian2[2], yang akar
katanya adalah value (inggris), al-Qimah (arab), nilai (Indonesia).3[3] Sementara pendidikan
merupakan sebuah program. Program yang melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama
dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan.4[4]
Dengan demikian, secara harfiah evaluasi dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang
pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan.
Sedangkan secara istilah menurut Edwin Wand dan Gerald W. Brown, evaluation refer to
the act or process to determining the value of something, yaitu suatu tindakan atau proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu.5[5]
Evaluasi pendidikan juga diartikan dengan proses untuk memberikan kualitas yaitu nilai
dari kegiatan pendidikan yang telah dilaksanakan, yang mana proses tersebut berlangsung secara
sistematis, berkelanjutan, terencana, dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur.6[6]
Dari beberapa pendapat di atas, pendapat Robert O. Brinkerhoff & Cs (1983) perlu
diketahui. Ada sepuluh pertanyaan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi.
1. Apa Arti Evaluasi?
2. Untuk Apa Evaluasi?
Sriven (1967) membedakan antara evaluasi formatif dan evaluasi sumatif sebagai fungsi
evaluasi yang utama. Fungsi formatif, dimana evaluasi dipakai untuk perbaikan dan
pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, produk, dan sebagainya).
Sedangkan fungsi sumatif menyangkut evaluasi yang dipakai untuk pertanggungjawaban,
keterangan, seleksi atau lanjutan. Jadi, evaluasi hendaknya membantu pengembangan,
implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi,
motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari mereka yang terlibat.
3. Apa Objek Evaluasi?
2
3
4
5
6
Hampir semua unit training dapat dijadikan objek suatu evaluasi. Siswa atau mahasiswa
sudah merupakan objek yang populer bagi evaluasi pendidikan. Yang lain-lainnya seperti proyek
atau program institusi pendidikan yang sekarang menjadi obyek evaluasi yang semakin
populer7[7].
4. Aspek dan Dimensi Objek Apa yang Akan Dievaluasi?
Akhir-akhir ini, usaha evaluasi ditujukan untuk memperbanyak variabel evaluasi dalam
bermacam-macam model evaluasi. Model CIPP dari Stufflebeam mengemukakan evaluasi yang
berfokus pada empat aspek, yaitu: konteks, input, proses, implementasi, dan produk.
Evaluasi lengkap terhadap evaluasi pendidikan akan menilai misalnya manfaat tujuannya,
mutu rencana, sampai sejauh mana tujuan dijalankan, dan mutu hasilnya. Jadi, evaluasi
hendaknya berfokus pada tujuan dan kebutuhan, desain training, implementasi, transaksi, dan
hasil training8[8].
5. Kriteria Apa yang Dipakai untuk Menilai Suatu Objek?
Tampaknya ada persetujuan di antara ahli evaluasi bahwa kriteria yang dipakai untuk
menilai suatu objek tertentu hendaknya ditentukan dalam konteks tertentu dan fungsi
evaluasinya. Jadi hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan kriteria penilaian suatu
objek ialah:
a) Kebutuhan, ideal, dan nilai-nilai
b) Penggunaan yang optimal dari sumber-sumber dan kesempatan
c) Ketepatan efektivitas training
d) Pencapaian tujuan yang telah dirumuskan dan tujuan penting lainnya. Kriteria yang ganda
hendaknya sering dipakai.
6. Siapa yang Harus Dilayani oleh Evaluasi?
Supaya evaluasi betul-betul bermanfaat, maka evaluasi itu harus berguna untuk audiensi
khusus. Kebanyakan literatur evaluasi tidak menyarankan siapa audiensi yang tepat. Namun ada
tiga hal yang diusulkan Farida Yusuf Tayibnapis, yaitu:
1) Evaluasi dapat mempunyai lebih dari seorang audiensi
2) Masing-masing audiensi mungkin punya kebutuhan yang berbeda
7
8
3) Audiensi khusus kebutuhannya harus dirumuskan dengan jelas pada waktu memulai rencana
evaluasi9[9]
7. Apa Langkah-Langkah dan Prosedur yang dalam Evaluasi?
Proses melakukan evaluasi mungkin saja berbeda sesuai persepsi teori yang dianut, ada
bermacam-macam cara. Namun evaluasi harus memasukkan ketentuan dan tindakan sejalan
dengan fungsi evaluasi, yaitu:
1) Memfokuskan evaluasi
2) Mendesain evaluasi
3) Mengumpulkan informasi
4) Menganalisis informasi
5) Melaporkan hasil evaluasi
6) Mengelola evaluasi
7) Mengevaluasi evaluasi
8. Metode Apa yang Akan Digunakan dalam Evaluasi?
9. Siapa yang Akan Melakukan Evaluasi?
Untuk menjadi evaluator yang kompeten dan dapat diandalkan, ia harus mempunyai
kombinasi berbagai ciri, antara lain: mengetahui dan mengerti teknik pengukuran dan metode
penelitian, mengerti tentang kondisi sosial dan hakikat objek evaluasi, mempunyai kemampuan
human relation, serta bertanggung jawab. Karena sulit mencari orang yang mempunyai begitu
banyak kemampuan, maka sering evaluasi dilakukan oleh suatu tim.
10. Apa Standar untuk Menilai Evaluasi?
Akhir-akhir ini telah dicoba pengembangan standar untuk kegiatan evaluasi pendidikan.
Standar yang paling komprehensip dan rinci dikembangkan oleh Committee on Standard for
Educational Evaluation (Joint Committee, 1981) dengan ketuanya Daniel Stufflebeam, yaitu:
a) Utility (bermanfaat dan praktis)
b) Accuracy (secara teknik tepat)
c) Feasibility (realistik dan teliti)
d) Proppriety (dilakukan dengan legal dan etik)
Tidak ada satu evaluasi pun dapat diharapkan mencapai standar tersebut, dan sampai
sejauh mana kesepakatan evaluator akan kepentingan standar tersebut masih perlu ditentukan.
9
Lee J. Cronbach (1980) mengatakan bahwa standar yang digunakan untuk melakukan evaluasi
mungkin tak sepenting konsekuensinya. Ia mengatakan evaluasi yang baik ialah yang
memberikan dampak positif pada perkembangan program.
Dari beragam pendapat di atas, penulis menangkap bahwa yang dimaksud dengan
evaluasi pendidikan adalah suatu kegiatan (proses) yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan,
dan tenaga ajar untuk menilai kegiatan pendidikan secara berkesinambungan dan sistematis.
A.2 Tujuan Evaluasi Pendidikan
Menurut Anas Sudijonno, tujuan evaluasi pendidikan terbagi menjadi dua yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus.10[10]
a. Tujuan umum adalah evaluasi pendidikan bertujuan untuk memperoleh data pembuktian, yang
akan menjadi petunjuk sampai di mana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta
didik dalam pencapaian tujuan kurikuler serta bertujuan untuk mengukur, menilai tingkat
efektifitas mengajar dan metode yang telah diterapkan oleh pendidik dalam proses pendidikan.
b. Tujuan khusus adalah evaluasi pendidikan bertujuan untuk memberikan rangsangan kepada
peserta didik dalam menempuh program pendidikan (memunculkan sikap untuk memperbaiki
dan menigkatkan prestasi), serta bertujuan untuk mencari dan menemukan faktor-faktor
penyebab keberhasilan atau ketidakberhasilan peserta didik dalam melaksanakan proses
pendidikan.
Lebih singkatnya, Worten, Blaine R, dan James R, Sanders (1987) merumuskan tujuan
evaluasi pendidikan sebagai berikut11[11]:
1. Membuat kebijaksanaan dan keputusan.
2. Menilai hasil belajar yang dicapai para pelajar.
3. Menilai kurikulum.
4. Memberi kepercayaan kepada sekolah.
5. Memonitor dana yang telah diberikan.
6. Memperbaiki materi dan program pendidikan.
A.3 Fungsi Evaluasi Pendidikan
10
11
Evaluasi mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses belajar mengajar, yaitu
sebagai berikut:
1) Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahua, nilai-nilai, dan
keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru.
2) Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.
3) Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar.
4) Sebagai sarana umpan balik seorang guru, yang bersumber dari siswa.
5) Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.
6) Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.
B. Metode Evaluasi Pendidikan
Secara garis besar, metode evaluasi dalam pendidikan dibedakan dalam dua bentuk, yaitu
tes dan nontes. Tipe evaluasi yang pertama adalah tes yang biasanya direalisasikan dengan tes
tertulis. Tes tertulis juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Tes objektif
Tes ini disebut juga alat evaluasi guna mengungkap atau menghafal kembali dan
mengenal materi yang telah diberikan. Tes ini biasanya diberikan dengan item pertanyaan
menghafal yang di antaranya sebagai jawaban bebas, melengkapi, dan identifikasi (Cross 1973:
19). Pertanyaan pengenalan (recognizing question) dibedakan menjadi tiga macam bentuk
tampilan, yaitu soal benar-salah, pilihan ganda, dan menjodohkan.
Tes objektif ini ada dua macam, yaitu jenis isian (supply type) dan jenis pilihan ganda
(selection type). Tes objektif jenis isian juga mencakup tiga macam tes, yaitu tes jawaban bebas
atau jawaban terbatas, tes melengkapi, dan tes asosiasi.
Tes objektif jenis pilihan ganda dikatakan lebih efektif oleh sebagian ahli penilaian,
terutama untuk mengukur beberapa hasil belajar peserta didik. Tes ini bervariasi dari yang
sederhana misalnya jawaban dua alternatif betul-salah, item tes menjodohkan, sampai pada item
tes pilihan ganda yang dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar kompleks12[12].
2). Tes Esai
Pertanyaan esai pada umumnya dapat dibedakan dalam dua jawaban berbeda, yaitu
jawaban terbatas dan jawaban luas. Evaluasi yang dibuat dengan menggunakan pertanyaan esai
biasanya digunakan untuk menerangkan, mengontraskan, menunjukkan hubungan, memberikan
12
pembuktian, menganalisis perbedaan, menarik kesimpulan, dan menggeneralisasi pengetahuan
peserta didik.
Grounlund (1990) membedakan tes esai menjadi dua macam, yaitu tes esai dengan
jawaban panjang, dan tes esai dengan jawaban singkat. Tes esai dengan jawaban panjang
dirancang oleh para evaluator untuk melihat kemampuan siswa dalam menuangkan ide dalam
satu kesatuan yang komprehensip, koherensi, dan sistematis sehingga memberikan kejelasan
jawaban. Jawaban tes esai yang tidak membatasi ide-ide yang dituangkan oleh siswa untuk
menjawab pertanyaan item merupakan tes yang disusun untuk tujuan tertentu. Contohnya, tes
tertulis ujian tahap akhir, yakni ujian skripsi, tesis, dan disertasi, di mana siswa dituntut untuk
menjawab pertanyaan secara komprehensip dan mendalam.
Tes esai dikatakan sebagai jawaban terbatas, apabila dalam menjawab para siswa hanya
diminta menguraikan ide-idenya secara singkat dan tepat sesuai dengan spasi atau ruang yang
disediakan oleh para evaluator. Jawaban pertanyaan esai terbatas ini biasanya mengarah kepada
jawaban yang lebih spesifik dan lebih pasti seperti kunci jawaban yang telah dibuat evaluator.
Item tes esai dapat dikontruksi dengan menggunakan kata bantu pertanyaan tertentu yang
mengandung unsur 4W + 1H. Di samping itu, pertanyaan esai harus direncanakan secara
sistematis untuk mendorong para siswa agar memiliki kemampuan mengekspresikan ide-ide
mereka13[13].
Bentuk kedua evaluasi ialah nontes. Alat nontes ini digunakan untuk mengevaluasi
penampilan dan aspek-aspek belajar efektif dari siswa. Alat nontes kadang ada yang
menggunakan pengukuran, tetapi ada pula yang tidak menggunakan pengukuran, sebagai contoh
observasi, bentuk laporan, teknik audio visual, dan teknik sosiometri.
Alat evaluasi lain yang termasuk nontes adalah angket dan kuesioner. Dalam bidang
evaluasi, angket sering digunakan untuk menentukan kondisi tertentu dan fakta tentang
siswa14[14].
C. Model-Model Evaluasi Pendidikan
Dengan memperlajari secara intensif tentang model, seorang evaluator dapat lebih mudah
memahami dan kemudian mengembangkan evaluasi dalam konteks yang lebih luas yaitu bidang
pendidikan. Minimal, ada lima macam model yang dapat dikembangkan sebagai acuan
13
14
perkembangan model evaluasi saat ini. Kelima model tersebut adalah model Tyler, sumatif-
formatif, countenance, CIIP, dan Connaisance. Namun di sini hanya akan diuraikan tiga model
saja, yaitu:
1. Model Tyler
Pendekatan Tyle pada prinsipnya menekankan perlunya suatu tujuan dalam proses belajar
mengajar. Pendekatan ini merupakan pendekatan sistematis, elegan, akurat, dan secara internal
memiliki rasional yang logis.
Dalam bidang kurikulum, fokus model Tyler pada prinsipnya lebih menekankan perhatian pada
sebelum dan sesudah perencanaan kurikulum. Di samping itu, model Tyler juga menekankan
bahwa perilaku yang diperlukan diukur dua kali, yaitu sebelum dan sesudah perlakuan
(treatment) dicapai oleh pengembang kurikulum.
2. Model Evaluasi Sumatif – Formatif
Model evaluasi ini berpijak pada prinsip evaluasi model Tyler. Aplikasi evaluasi sumatif-
formatif sudah banyak dipahami oleh para guru dan sangat populer, karena model ini dianjurkan
oleh pemerintah melalui menteri pendidikan dan termasuk dalam lingkup evaluasi pembelajaran
di kelas.
a) Evaluasi Sumatif
Evaluasi ini dilakukan oleh para guru setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan
waktu tertentu, misalnya pada akhir proses belajar mengajar, termasuk juga akhir semester.
Tujuannya untuk menentukan posisi siswa dalam penguasaan materi pembelajaran yang telah
diikuti selama satu proses pembelajaran. Adapun fungsi evaluasi sumatif ini adalah sebagai
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan proses pembelajaran, di samping itu juga untuk
menentukan pencapaian hasil belajar yang telah diikuti oleh para siswa.
b) Evaluasi Formatif
Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang diperlukan evaluator tentang siswa
guna menentukan tingkat perkembangan siswa dalam satuan unit proses belajar mengajar.
Evaluasi ini dilakukan secara periodik atau kontinu. Fungsinya, agar proses pembelajaran
maupun strategi pembelajaran yang telah diterapkan dapat diperbaiki.
3. Model CIIP
Model context input process product (CIIP) merupakan hasil kerja para peneliti USA. Model ini
tidak terlalu menekankan pada tujuan suatu program. Pada model CIIP ini, para evaluator mulai
mengambil perhatian pada bentuk pemikiran lain dengan cara menganalisis guna menentukan
keputusan apa yang hendak dibuat, siapa yang membuat, bagaimana jadwalnya, dan
menggunakan kriteria apa? Hal yang menjadi pokok pertimbangan mencakup empat macam
keputusan, yaitu Context, Input, Process, dan Product.
Dari sekian banyak model evaluasi pendidikan yang ada, semuanya tetap memiliki
keunggulan dan kelemahan tersendiri. Hak evaluator hendak menggunakan model yang mana,
selama itu dipandang relevan dan akurat.
A. KOMPONEN EVALUASI PENDIDIKAN
Dalam evaluasi pendidikan, ada empat komponen yang saling terkait dan merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Penjelasan dari keempat komponen tersebut yaitu sebagai
berikut :
1. Evaluasi
Dalam mendefinisikan evaluasi, para ahli memiliki sudut pandang yang berbeda sesuai
dengan bidang keahlian masing-masing. Namun inti dari semua definisi menuju ke satu titik,
yaitu proses penetapan keputusan tentang sesuatu objek yang dievaluasi.
Dalam konteks pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan hasil kerja siswa, Nitko
dan Brookhart (2007) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses penetapan nilai yang
berkaitan dengan kinerja dan hasil karya siswa. Fokus evaluasi dalam konteks ini adalah
individu, yaitu prestasi belajar yang dicapai kelompok siswa atau kelas. Konsekuensi logis dari
pandangan ini, mengharuskan evaluator untuk mengetahui betul tentang tujuan yang ingin
dievaluasi. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai objek evaluasi yaitu prestasi belajar,
perilaku, motivasi, motivasi diri, minat, dan tanggung jawab.
Dalam konteks lembaga evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam
meningkatkan kualitas, kinerja atau produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan
programnya (Mardapi,2004). Hal yang hampir sama dikemukakan oleh Stuffelbeam dan
Shinkfield (2007), yang mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses memperoleh,
menyajikan, dan menggambarkan informasi yang berguna untuk menilai suatu alternatif
pengambilan keputusan tentang suatu program.
Selanjutnya, Ebel (1986) berpendapat bahwa evaluasi merupakan suatu kebutuhan
dimana evaluasi harus memberikan suatu keputusan tentang informasi apa saja yang dibutuhkan,
bagaimana informasi tersebut dikumpulkan, serta bagaimana informasi tersebut disintesiskan
untuk mendukung hasil yang diharapkan.
Kirkpatrick (1998), menyarankan tiga komponen yang harus dievaluasi dalam
pembelajaran yaitu pengetahuan yang dipelajari, ketrampilan apa yang dikembangkan, dan sikap
apa yang perlu diubah. Untuk mengevaluasi komponen pengetahuan dan atau perubahan sikap,
dapat digunakan paper-and-pencil tast (tes tertulis) sebagai alat ukurnya. Evaluasi program
untuk meningkatkan ketrampilan siswa dapat digunakan tes kinerja sebagai alat ukurnya.
Menurut Astin (1993) ada tiga komponen yang dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran yaitu masukan, lingkungan sekolah, dan keluarannya. Artinya tidak hanya ranah
kognitif saja yang diukur.
Ditinjau dari cakupannya, evaluasi ada yang bersifat makro yaitu menggunakan sampel
dalam menelaah suatu program dan dampaknya, yang sasarannya adalah program pendidikan.
Kemudian evaluasi yang bersifat mikro yang sasarannya adalah program pembelajaran di kelas
dan yang menjadi penanggungjawabnya adalah tenaga pendidik.
Evaluasi pengajaran dapat dikategorikan menjadi dua yaitu formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok
bahasan/topik yang tujuannya untuk memperbaiki proses belajar-mengajar. Sedangkan evaluasi
sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang di dalamnya
tercakup lebih dari satu pokok bahasan, yang tujuannya untuk menetapkan tingkat keberhasilan
peserta didik dalam kurun waktu tertentu yang ditandai dengan perolehan nilai peserta didik
dengan ketetapan lulus atau belum.
2. Penilaian
Penilaian merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya
meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran
dan kualitas penilaiannya. Penilaian didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi tentang
kinerja siswa, untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan (Weeden, Winter, dan
Broadfoot: 2002; Bott: 1996; Nitko: 1996; Mardapi: 2004). Selanjutnya Black dan William
(1998) mendefinisikan penilaian sebagai semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa
untuk menilai diri mereka sendiri, yang memberikan informasi untuk digunakan sebagai umpan
balik untuk memodifikasi aktivitas balajar dan mengajar.
Penilaian berdasarkan definisi diatas member penekanan pada usaha yang dilakukan guru
maupun siswa untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan pembelajaran yang mereka
lakukan yang dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk melakukan perubahan aktivitas bealajar
mengajar yang lebih baik dari sebelumnya.
Tujuan penilaian:
1. Membantu belajar siswa
2. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa
3. Menilai efektifitas strategi pengajaran
4. Menilai dan meningkatkan efektifitas program kurikulum
5. Menilai dan meningkatkan efektifitas pengajaran
6. Menyediakan data yang membantu dalam membuat keputusan
7. Komunikasi dan melibatkan orang tua siswa
Kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran harus diarahkan pada 4 hal:
1. Penelusuran, untuk menelusuri kesesuaian proses pembelajaran dengan yang direncanakan.
2. Pengecekan, untuk mencari informasi tentang kekurangan-kekurangan pada peserta didik selama
pembelajaran.
3. Pencarian, untuk mencari penyebab kekurangan yang muncul selama proses pembelajaran.
4. Penyimpulan, untuk menyimpulkan tingkat pencapaian belajar yang telah dimiliki peserta didik
3. Pengukuran
Pengukuran merupakan suatu proses pemberian angka kepada suatu atribut atau
karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau
formulasi yang jelas. Berdasarkan pandangan tersebut, tampak bahwa semua kegiatan di dunia
ini tidak bisa lepas dari pengukuran. Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan
angka bagi suatu objek secara sistematik. Penentuan angka ini merupakan usaha untuk
menggambarkan karakteristik suatu objek kemampuan seseorang dalam bidang tertentu
dinyatakan dengan angka. Dalam menentukan karakteristik individu pengukuran yang dilakukan
harus sedapat mungkin mnegandung kesalahan yang kecil (Mardapi,2004). Kesahihan alat ukur
bisa dilihat dari kisi-kisi alat ukur. Kisi-kisi ini berisi tentang materi yang diujikan, bentuk soal,
tingkat berfikir yang terlibat, bobot soal dan cara penskoran.
Pokok bahasan yang diujikan harus berdasarkan Kriteria sebagai berikut :
1. Pokok bahasan yang esensial
2. Memiliki nilai aplikasi
3. Berkelanjutan
4. Dibutuhkan untuk mempelajari mata pelajaran lain.
4. Tes dan nontes
1. Tes
Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah. Tes
diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah
pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan
seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes (testee).
2. Nontes
Nontes dapat digunakan untuk mengukur semua ranah yang dimiliki oleh masing-masing
individu yang tentunya berbeda. Adapun ranah yang diukur dengan menggunakan nontes ini
adalah kognitif, psikomotorik, perseptual, komunikasi nondiskursip, dan ranah afektif. Mardapi
(2004), mengatakan bahwa dalam kaitan dengan afektif ada empat tipe karakteristik afektif yang
penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, dan nilai.
B. Langkah Langkah dalam Evaluasi
Langkah langkah atau tahap tahap yang dilalui dalam mengevaluasi adalah sebagai
berikut:
1. Pertama : Tahap Penyusunan Desain.
Dalam tahap ini dilakukan kegiatan
a. Merumuskan tujuan program
b. Menyiapkan murid, staf dan kelengkapan lain
c. Merumuskan standar dalam bentuk rumusan yang menunjuk pada suatu yang dapat diukur, biasa
di dalam langkah ini evaluator berkonsultasi dengan pengembangan program.
2. Kedua : Tahap Penetapan Kelengkapan Program Yaitu melihat apakah kelengkapan yang
tersedia sudah sesuai dengan yang diperlukan atau belum. Dalam tahap ini dilakukan kegiatan
a. Meninjau kembali penetapan standar
b. Meninjau program yang sedang berjalan
c. Meneliti kesenjangan antara yang direncanakan dengan yang sudah dicapai.
3. Ketiga : Tahap Proses (Process)
Dalam tahap ketiga dari evaluasi kesenjangan ini adalah mengadakan evaluasi, tujuan tujuan
manakah yang sudah dicapai. Tahap ini juga disebut tahap “mengumpulkan data dari
pelaksanaan program”.
4. Keempat : Tahap Pengukuran Tujuan (Product)
Yakni tahap mengadakan analisis data dan menetapkan tingkat output yang diperoleh.
Pertanyaan yang diajukan dalam tahap ini adalah .apakah program sudah mencapai tujuan
terminalnya?"
5. Kelima : Tahap Pembandingan (Programe Comparison)
Yaitu tahap membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam tahap ini evaluator menuliskan semua penemuan kesenjangan untuk disajikan
kepada para pengambil keputusan, agar mereka (ia) dapat memutuskan kelanjutan dari program
tersebut. Kemungkinannya adalah
a. Menghentikan program b. Mengganti atau merevisi
c. Meneruskan d. Memodifikasi
C. TEKNIK EVALUASI dan PROSEDUR PELAKSANAKAN EVALUASI
1. Teknik Evaluasi
Teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu : teknik tes dan teknik non Tes.
1. teknik non tes meliputi ; skala bertingkat, kuesioner,daftar cocok, wawancara, pengamatan,
riwayat hidup.
a. Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-
angak diberikan secara bertingkat dari anggak terendah hingga angkat paling tinggi. Angka-
angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka
yang lain.
b. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yang
memberikan jawaban, kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak
langsung. Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh orang yang diminta
jawabannya. Sedangkan kuesiioner tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang
yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai
jawabanadalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota
keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka kuesioner terbagi menjadi
kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertututp adalah daftar pertanyaan yang
memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek
(√) pada awaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan
dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapat nya secara terperinci
sesuai dengan apa yang ia ketahui.
c. Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan kolom pilihan
jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban
yang ia anggap sesuai.
d. Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang
sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu
pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan
jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh
pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun
pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada
informsi-informasi yang diperlukan saja.
e. Pengamatan atau observasi, adalah suatu teknik yang dilakuakn dengan mengamati dan
mencatat secara sistematik apa yang tampak dan terlihat sebenarnya. Pengamatan atau observasi
terdiri dari 3 macam yaitu : (1) observasi partisipan yaitu pengamat terlibat dalam kegiatan
kelompok yang diamati. (2) Observasi sistematik, pengamat tidak terlibat dalam kelompok yang
diamati. Pengamat telah membuat list faktor faktor yang telah diprediksi sebagai memberikan
pengaruh terhadap sistem yang terdapat dalam obejek pengamatan.
f. Riwayat hidup, evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai
objek evaluasi sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.
2. Prosedur Pelaksanakan Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan secara sistematis dan
terstruktur. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa evaluasi pendidikan secara garis
besar melibatkan 3 unsur yaitu input, proses dan out put. Apabila prosesdur yang dilakukan tidak
bercermin pada 3 unsur tersebut maka dikhawatirkan hasil yang digambarkan oleh hasil evaluasi
tidak mampu menggambarkan gambaran yang sesungguhnya terjadi dalam proses pembelajaran.
Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan secara umum adalah
sebagai berikut :
a. perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan evaluasi,
teknikapa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan
instrument, indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb)
b. pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan)
c. verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb)
d. pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah hendak di
olah dengan statistikatau non statistik, apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah
dengan manual atau dengan software (misal : SAS, SPSS )
e. penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis ditolak
atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf signifikannya?)
interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan
tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir
alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.
D. JENIS-JENIS EVALUASI didalam PENDIDIKAN
1. Evaluasi Program
Para ahli evaluasi telah mengembangkan beberapa jenis evaluasi program. Jenis evaluasi
program tersebut sangat beragarn dan variatif, namun kesemuanya dapaat ditsimpulkan bahwa
pada akhirnya hasil dari evaluasi digunakan sebagai kepentingan pengambilan keputusan.
Berikut ini diuraikan berbagai jenis evaluasi program yang samappai saat ini masih digunakan
CIPP (Context Input Process Product) merupakan salah satu evaluasi program yang dapat
dikatakan cukup niemadai. Model ini telah dikembangkan oleh Daniel L. Stufflebearn dkk
(1967) di Ohio State University. CIPP merupakan akronim, terdid dari : context evaluation, input
evaluation, process evaluation dan product evaluation dan setiap tipe evaluasi terikat pada
perangkat pengambilan keputusan yang menyangkut perencanaan dan operasi sebuah program.
2. Evaluasi Konteks
Meliputi analisis masalah yang berhubungan dengan lingkungan program yang
dilaksanakan, yang secara khusus berpengaruh pada konteks masalah yang menjadi komponen
dalam piogram. Evaluasi konteks menjelaskan atau menggambarkan secara jelas tentang tujuan
program yang akan dicapai. Secara singkat dapat dikatakan evaluasi konteks; merupakan
evaluasi terhadap kebutuhan, yaitu memperkecil kesenjangan antara kondisi aktual dengan
kondisi yang diharapkan.
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi konteks adalah evaluasi terhadap kebutuhan,
tujuan pernenuhan dan karakteristik individu yang menangani. Seorang evaluator harus sanggup
menentukan prioritas kebutuhan dan memilih tujuan yang paling menunjang kesuksesan
program. Menurut Gilbert Sax, evaluasi konteks merupakan pengambaran dan spesifikasi tentang
lingkungan program. Evaluasi konteks terutama berhubungan dengan intervensi yang dilakukan
dalam program. Untuk memudahkan memahami evaluasi konteks, evaluator dapat menjawab
pertanyaan pertanyaan sebagai berikut :
1. Kebutuhan kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh kegiatan program ?
2. Tujuan program apa saja yang menjadi prioritas pencapaiannya ?
3. Tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan ?
4. Tujuan tujuan manakah yang paling mudah dilaksanakan ?
5. Tujuan tujuan program manakah yang benar benar sangat diinginkan masyarakat ?
Dalam menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut, stufflebleam memberikan saran
sebagai berikut, misalnya dalam menentukan kebutuhan yang belum terpenuhi dengan meninjau
kembali tujuan program kemudian menilai pelaksanaan program. Dan kedua hal ini diketahui
kesenjangannya. Hal itulah yang menjadi kebutuhan yang belum terpenuhi.
3. Evaluasi Masukan
Meliputi pertimbangan tentang sumber dan strategi yang akan digunakan dalam upaya
mencapai suatu program. Informasi informasi yang terkumpul selama tahap evaluasi hendaknya
dapat digunakan oleh pengambil keputusan untuk menentukan sumber dan strategi analisis
masalah yang berhubungan dengan lingkungan program yang di dalam keterbatasan dan
hambatan yang ada. Penilai masukan boleh rnempertimbangkan sumber tertentu apabila sumber-
sumber tersebut terlalu mahal untuk dibeli atau tidak tersedia, dan pada pihak lain terdapat
alternatif yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program. Demikian juga berkaitan
dengan tenaga tenaga yang dapat melaksanakan program dapat diperhitungkan sebagai sumber
masukan.
Evaluasi masukan membutuhkan evaluator yang memiliki pengetahuan luas dan berbagai
ketrampilan tentang berbagai kemungkinan sumber dan strategi yang akan digunakan mencapai
tujuan program. Pengetahuan tersebut bukan hanya tentang evaluasi saja tetapi juga dalam
efektifitas program dan pengetahuan subtansi program itu sendiri dan berbagai bentuk dalam
pengeluaran program yang akan dicapai.
Menurut Stufflebean evaluasi masukan dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut :
a. Apakah strategi yang digunakan oleh program sudah sesuai dengan pencapaian tujuan?
b. Apakah sumber sumber termasuk (SDM) yang ada sudah sesuai dengan beban program yang
akan dijalankan?
c. Apakah strategi yang diambil ini merupakan strategi yang benar benar sudah disepakati bersama
oleh pengelola program?
d. Strategi yang manakah yang sudah ada sebelumnya dan sudah cocok untuk pencapaian tujuan
yang lalu?
e. Sumber sumber daya manakah yang benar benar mempunyai kontribusi yang paling dominan?
f. Prosedur dan jadwal khusus manakah yang digunakan untuk melaksanakan strategi tersebut?
g. Apakah yang dapat dikatakan sebagai ciri khusus dari kegiatan yang dilaksanakan di dalam
program dan apa pula akibat yang ditimbulkannya.
h. Bagaimanakah urutan prioritas sumber daya dan strategi yang paling mempunyai kontribusi
terhadap pencapaian program?
4. Evaluasi Proses
Meliputi evaluasi yang telah ditentukan (dirancang) dan diterapkan di dalam pratek
(proses). Seorang penilai proses mungkin disebut sebagai pemonitor sistern pengumpulan data
dari pelaksanaan program sehari hari. Misalnya saja evaluator harus mencatat secara detail apa
saja yang terjadi dalam pelaksanaan program. Pemonitor harus mempunyai catatan harian dan
perkembangan setiap langkah dalarn pelaksanaan program. Tanpa mengetahui catatan tentang
data pelaksanaan program tidaklah rnungkin pengambil keputusan menentukan tindak lanjut
program apabila waktu berakhir telah tiba. Tugas lain dari penilai proses adalah melihat catatan
kejadian kejadian yang muncul selama program tersebut berlangsung dari waktu ke waktu.
Catatan catatan semacam itu barangkali akan sangat berguna dalam menentukan kelemahan dan
kekuatan atau faktor pendukung serta faktor penghambat program jika dikaitkan dengan keluaran
yang ditemukan.
Suatu program yang baik (yang pantas untuk dinilai) tentu sudah dirancang mengenai
siapa diberi tanggung jawab dalam kegiatan apa, apa bentuk kegiatannya, dan kapan kegiatan
tersebut sudlah terlaksana. Tujuannya adalah membantu penanggung jawab pemantau (monitor)
agar lebih mudah mengetahui kelemahan kelemahan program dari berbagai aspek untuk
kemudian dapat dengan mudah melakukan remedial atau perbaikan di dalam proses pelaksanaan
program.
5. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan oleh penilai di dalam mengukur
keberhasilan pencapaian tujuan tersebut dikembangkan dan diadministrasikan. Data yang
dihasilkan akan sangat berguna bagi pengambil keputusan dalam menentukan apakah program
diteruskan dimodifikasi atau dihentikan. Pengembangan jenis evaluasi program model CIPP
telah menekankan kerjasama dan keakraban antara tim penilai, pengelola dengan pengambil
keputusan tentang program. Setiap bentuk evaluasi yang dijelaskan di atas telah menekankan tiga
tugas pokok yang dilakukan yaitu :
a. Membeberkan semua jenis informasi yang diperlukan oleh pengambil keputusan.
b. Memperoleh informasi.
c. Mensintesakan informasi informasi sedemikian rupa sehingga secara maksimal dapat
dimanfaatkan oleh para pengambil keputusan.
Evaluasi hasil merupakan tahap terakhir di dalam jenis CIPP yang dikembangkan oleh
Stufflebeam. Fungsinya adalah membantu penanggung jawab program dalam mengambil
keputusan : meneruskan, memodifikasi atau menghentikan program. Evaluasi hasil mernerlukan
perbandingan antara tujuan yang ditetapkan dalarn rancangan dengan hasil program dicapai.
Hasil yang dinilai dapat berupa skor tes, data observasi, diagram data, sosiometri dan lain
sebagainya, yang masing masing dapat ditelusuri kaitannya dengan tujuan tujuan yang lebih
rinci. Kita dapat memperbandingkan pencapaian tujuan dengan hasil yang dicapai rnelalui
presentase tiap tiap komponen program. Kemudian membuat analisis kualitatif mengapa sekian
persen dicapai dan mengapa hal itu terjadi.
6. Model Kesenjangan (Discrepancy)
Evaluasi kesenjangan program, begitu orang menyebutnya. Kesenjangan program adalah
sebagai suatu keadaan antara yang diharapkan dalam rencana dengan yang dihasilkan dalam
pelaksanaan program. Evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian
antara standard yang sudah ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari program
tersebut. Standar adalah: kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan dengan hasil yang
efektif. Penampilan adalah: sumber, prosedur, manajemen dan hasil nyata yang tampak ketika
program dilaksanakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk meningkatkan mutu pembelajaran dibutuhkan sistem evaluasi yang tepat, karena peserta
didik memiliki berbagai kemampuan yang berbeda-beda maka sistem evaluasi yang digunakan
harus terintegrasi dan mampu mengukur semua kemampuan yang ada pada peserta didik.
Evaluasi pendidikan tidak hanya digunakan untuk mengukur ranah kognitif peserta didik saja.
Adapun ranah yang diukur dengan menggunakan nontes ini adalah kognitif, psikomotorik,
perseptual, komunikasi nondiskursip, dan ranah afektif.
Dalam evaluasi pendidikan Ada empat komponen yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan yaitu: Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, Tes dan non tes
DAFTAR PUSTAKA
Thoha, M. Chabib (2001). Teknik Evaluasi pendidikan. Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada.
Rusyam, Tabrani (1989) dkk., Pendekatan Proses Belajar Mengajar.Jakarta ; Gramedia.
Daryanto, Drs. (2001). Evaluasi Pendidikan. Jakarta ; PT. Rineka Ciptalanjutkan ke Kirimkan Ini lewat Email