Download - Cor Pulmonall

Transcript
  • 7/30/2019 Cor Pulmonall

    1/19

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Kor pulmonal merupakan suatu keadaan timbulnya hipertrofi dan dilatasi

    ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonal yang disebabkan oleh penyakit yang

    menyerang struktur, fungsi paru, atau pembuluh darah pulmonal yang dapat berlanjut

    menjadi gagal jantung kanan.Menurut World Health Organization (WHO), definisi

    kor pulmonal adalah keadaan patologis dengan hipertrofi ventrikel kanan yang

    disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktur paru. Tidak termasuk kelainan

    karena penyakit jantung primer pada jantung kiri dan penyakit jantung kongenital

    (bawaan). Istilah hipertrofi yang bermakna sebaiknya diganti menjadi perubahan

    struktur dan fungsi ventrikel kanan.

    Dikarenakan paru berkorelasi dalam sirkuit kardiovaskuler antara ventrikel

    kanan dengan bagian kiri jantung, perubahan pada struktur atau fungsi paru akan

    mempengaruhi secara selektif jantung kanan. Patofisiologi akhir yang umum yang

    menyebabkan kor pulmonal adalah peningkatan dari resistensi aliran darah melalui

    sirkulasi paru dan mengarah pada hipertensi arteri pulmonal.

    Kor pulmonal dapat terjadi secara akut maupun kronik. Penyebab kor

    pulmonal akut tersering adalah emboli paru masif sedangkan kor pulmonal kronik

    sering disebabkan oleh penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Pada kor pulmonal

    kronik umumnya terjadi hipertrofi ventrikel kanan sedangkan pada kor-pulmonal akut

    terjadi dilatasi ventrikel kanan.1

    Insidens yang tepat dari kor pulmonal tidak diketahui karena seringkali terjadi

    tanpa dapat dikenali secara klinis. Diperkirakan insidens kor pulmonal adalah 6%

    sampai 7% dari seluruh penyakit jantung. Di Inggris terdapat sedikitnya 0,3%

    populasi dengan resiko terjadinya kor pulmonal pada populasi usia lebih dari 45

    tahun dan sekitar 60.000 populasi telah mengalami hipertensi pulmonal yang

    membutuhkan terapi oksigen jangka panjang.5

  • 7/30/2019 Cor Pulmonall

    2/19

    13

    Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan kor pulmonal adalah penyakit

    yang secara primer menyerang pembuluh darah paru dan penyakit yang mengganggu

    aliran darah paru. Berdasarkan penelitian lain di Ethiopia, menemukan penyebab

    terbanyak kor pulmonal berturut-turut adalah asma bronkial, tuberkulosis paru,

    bronkitis kronik, emfisema, penyakit interstisial paru, bronkiektasis, obesitas, dan

    kifoskoliosis. Menurut penelitian sekitar 80-90% pasien kor pulmonal mempunyai

    PPOK dan 25 % pasien dengan PPOK akan berkembang menjadi kor pulmonal.

    Kor pulmonal terjadi ketika hipertensi pulmonal menimbulkan tekanan

    berlebihan pada ventrikel kanan. Tekanan yang berlebihan ini meningkatkan kerja

    ventrikel kanan yang menyebabkan hipertrofi otot jantung yang normalnya

    berdinding tipis, yang akhirnya dapat menyebabkan disfungsi ventrikel dan berlanjut

    kepada gagal jantung.

  • 7/30/2019 Cor Pulmonall

    3/19

    13

    BAB II

    KOR PULMONAL

    2.1. Definisi

    Kor pulmonal sering disebut sebagai penyakit jantung paru, didefinisikan

    sebagai dilatasi dan hipertrofi ventrikel kanan akibat adanya penyakit parenkim

    paru atau pembuluh darah paru.

    Menurut WHO, definisi kor pulmonal adalah keadaan patologis dengan

    ditemukannya hipertrofi ventrikel kanan yang disebabkan oleh kelainan

    fungsional dan struktur paru, tidak termasuk kelainan karena penyakit jantung

    primer pada jantung kiri dan penyakit jantung kongenital (bawaan).

    Menurut Braunwahl, kor pulmonal adalah keadaan patologis akibat

    hipertrofi atau dilatasi ventrikel kanan yang disebabkan oleh hipertensi pulmonal.

    Penyebabnya antara lain penyakit parenkim paru, kelainan vaskuler paru, dan

    gangguan fungsi paru karena kelainan thoraks, tidak termasuk kelainan vaskuler

    paru yang disebabkan kelainan ventrikel kiri, penyakit jantung bawaan, penyakit

    jantung iskemik, dan infark miokard akut.

    2.2 Etiologi

    Penyebab penyakit cor pulmonale antara lain :

    1. Penyakit paru menahun dengan hipoksia- penyakit paru obstruktif kronik- fibrosis paru- penyakit fibrokistik- cyrptogenik fibrosing alveolitis- penyakit paru lain yang berhubungan dengan hipoksia

    2. Kelainan dinding dada- Kifoskoliosis, torakoplasti, fibrosis pleura

  • 7/30/2019 Cor Pulmonall

    4/19

    13

    - Penyakit neuro muskuler3. Gangguan mekanisme kontrol pernafasan

    - Obesitas, hipoventilasi idiopatik- Penyakit serebrovaskular

    4. Obstruksi saluran nafas atas pada anak- hipertrofi tonsil dan adenoid

    5. Kelainan primer pembuluh darah- hipertensi pulmonal primer, emboli paru berulang, vaskulitis pembuluh

    darah paru.

    2.3. Epidemiologi

    Kor pulmonal terjadi akibat adanya perubahan akut atau kronis pada

    pembuluh darah paru dan atau parenkim paru yang dapat menyebabkan

    terjadinya hipertensi pulmonal.8

    Prevalensi pasti kor pulmonal sulit dipastikan karena dua alasan. Pertama,

    tidak semua kasus penyakit pru kronis menjadi kor pulmonal, dan kedua,

    kemampuan kita untuk mendiagnosa hipertensi pulmonal dan kor pulmonal

    dengan pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium tidaklah sensitif.

    Namun, kemajuan terbaru dalam 2-D echo/Doppler memberikan kemudahan

    untuk mendeteksi dan mendiagnosis suatu kor pulmonal.2 Diperkirakan

    prevalensi kor pulmonal adalah 6% sampai 7% dari seluruh penyakit jantung

    berdasarkan hasil penyelidikan yang memakai kriteria ketebalan dinding

    ventrikel post mortem.6

    sering dari cor pulmonale akut yang mengancam jiwa pada orang dewasa. Terdapat

    sekitar 50.000 angka kematian di Amerika Serikat dalam setahun akibat emboli paru

    dan sekitar setengahnya terjadi dalam satu jam pertama akibat gagal jantung kanan.

  • 7/30/2019 Cor Pulmonall

    5/19

    13

    Secara global, insidensi cor pulmonale bervariasi antar tiap negara, tergantung

    pada prevalensi merokok, polusi udara, dan factor resiko lain untuk penyakit paru-

    paru yang bervariasi.

    2.4 Patogenesis

    Apapun penyebab penyakit awalnya, sebelum timbul cor pulmonale biasanya

    terjadi peningkatan resistensi vaskular paru-paru dan hipertensi pulmonar. Hipertensi

    pulmonar pada akhirnya meningkatkan beban kerja dari ventrikel kanan, sehingga

    mengakibatkan hipertrofi dan kemudian gagal jantung. Titik kritis dari rangkaian

    kejadian ini nampaknya terletak pada peningkatan resistensi vaskular paru-paru para

    arteria dan arteriola kecil.

    Dua mekanisme dasar yang mengakibatkan peningkatan resistensi vaskular

    paru-paru adalah (1) vasokontriksi hipoksik dari pembuluh darah paru-paru dan (2)

    obstruksi dan atau obliterasi anyaman vaskuler paru-paru. Mekanisme yang pertama

    paling penting dalam patogenesis cor pulamale. Hipoksemia, hipercapnea, asidosis

    merupakan ciri khas PPOM bronchitis lanjut adalah contoh yang paling baik.

    Hipoksia alveolar (jaringan) memberikan rangsangan yang lebih kuat untuk

    menimbulkan vasokonstriksi pulmonar daripada hipoksemia. Hipoksia alveolar

    kronik memudahkan terjadinya hipertrofi otot polos arteriola paru-paru sehingga

    timbul respon yang lebih kuat terhadap hipoksia akut. Asidosis, hipercapnea dan

    hipoksemia bekerja secara sinergistrik dalam menimbulkan vasokontriksi. Viskositas

    (kekentalan) darah yang meningkat akibat polisitemia dan peningkatan curah jantung

    yang dirangsang oleh hipoksia kronik dan hipercapnea juga ikut meningkatkan

    tekanan arteria paru-paru.Mekanisme kedua yang turut meningkatkan resistensi vaskular dan tekanan

    arteria paru-paru adalah bentuk anatomisnya. Hilangnya pembuluh darah secara

    permanen menyebabkan berkurangnya anyaman vaskuler. Selain itu pada penyakit

    obstruktif, pembuluh darah paru-paru juga tertekan dari luar karena efek mekanik dari

  • 7/30/2019 Cor Pulmonall

    6/19

    13

    volume paru-paru yang besar. Tetapi, peranan obstruksi dan obliterasi anatomik

    terhadap anyaman vaskuler diperkirakan tidak sepenting vasokontriksi hipoksik

    dalam patogenesa cor pulmonale. Kira-kira dua pertiga sampai tiga perempat dari

    anyaman vaskuler harus mengalami obstruksi atau rusak sebelum terjadi peningkatan

    tekanan arteria paru-paru yang bermakna. Asidosis respiratorik kronik terjadi pada

    beberapa penyakit pernafasan dan penyakit obstruktif sebagai akibat hipoventilasi

    alveolar umum atau akibat kelainan perfusi ventilasi.

    Jadi setiap penyakit paru-paru yang mempengaruhi pertukaran gas, mekanisme

    ventilasi atau anyaman vaskuler paru-paru dapat mengakibatkan cor pulmonale.

    Menurut New York Heart Association (NYHA), hipertensi pulmonal secara

    fungsional dibagi menjadi empat derajat sesuai dengan keadaan klinis pasien

    (Humbert et al., 2004).

    Klasifikasi hipertensi pulmonal

    Klasifikasi Deskripsi

    Derajat I

    Derajat II

    Derajat III

    Derajat IV

    Hipertensi pulmonal tanpa menyebabkan keterbatasan aktivitas.

    Aktivitas sehari-hari tidak menyebabkan sesak nafas, letih,

    nyeri dada, atau hampir pingsan.

    Hipertensi pulmonal menyebabkan keterbatasan aktivitas

    minimal. Pasien merasa nyaman isaat istirahat, tetapi pada

    aktivitas sehari-hari menyebabkan sesak nafas, letih, nyeri

    dada, atau hampir pingsan.

    Hipertensi pulmonal menyebabkan keterbatasan aktivitas yang

    nyata. Pasien merasa nyaman disaat istirahat, tetapi pada

    aktivitas yang lebih ringan dari aktivitas sehari-hari

    menyebabkan sesak nafas, letih, nyeri dada, atau hampir

    pingsan.

  • 7/30/2019 Cor Pulmonall

    7/19

    13

    Hipertensi Pulmonal yang menyebabkan terjadinya gejala pada

    saat apapun juga. Pasien memiliki tanda-tanda gagal jantung

    kanan. Merasa sesak dan cepat letih atau keduanya walaupun

    saat istirahat dan diperberat dengan aktivitas fisik.

    Hipertensi pulmonal menyebabkan meningkatnya kinerja ventrikel kanan

    dan dapat mengakibatkan dilatasi atau hipertropi bilik kanan jantung. Timbulnya

    keadaan ini diperberat dengan adanya polisitemia akibat hipoksia jaringan,

    hipervolemia akibat adanya retensi air dan natrium, serta meningkatnya cardiac

    output (Allegra et al.,2005). Ketika jantung kanan tidak lagi dapat melakukan

    adaptasi dan kompensasi maka akhirnya timbul kegagalan jantung kanan yang

    ditandai dengan adanya edema perifer. Jangka waktu terjadinya hipertropi atau

    dilatasi ventrikel kanan maupun gagal jantung kanan pada masing-masing orang

    berbeda-beda (Naeije, 2005).

    Secara garis besar patognesis cor pulmonale dapat digambarkan sebagai

    berikut (gambar II.3):1. Hipoventilasi alveoli2. Menyempitnya area aliran darah dalam paru ( vascular bed)3. Terjadinya pintas (shunt) dalam paru4. Peningkatan tekanan arteri pulmonal5. Kelainan jantung kanan6. Kelainan karena hipoksemia relatif pada miokardium7. Gagal jantung kanan

    Berdasarkan perjalanan penyakitnya, cor pulmonale dibagi menjadi 5 fase,

    yakni (Naeije, 2005):

    a) Fase: 1

  • 7/30/2019 Cor Pulmonall

    8/19

    13

    ` Pada fase ini belum nampak gejala klinis yang jelas, selain

    ditemukannya gejala awal penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), bronkitis

    kronis, Tuberkulosis paru, bronkiektasis dan sejenisnya. Anamnesa pada

    pasien 50 tahun biasanya didapatkan kebiasaan banyak merokok.

    b) Fase: 2Pada fase ini mulai ditemukan tanda-tanda berkurangnya ventilasi

    paru. Gejalanya antara lain, batuk lama berdahak (terutama bronkiektasis),

    sesak napas, mengi, sesak napas ketika berjalan menanjak atau setelah

    banyak bicara. Sedangkan sianosis masih belum nampak. Pemeriksaan fisik

    ditemukan kelainan berupa, hipersonor, suara napas berkurang, ekspirasi

    memanjang, ronki basah dan kering, mengi. Letak diafragma rendah dan

    denyut jantung lebih redup. Pemeriksaan radiologi menunjukkan

    berkurangnya corakan bronkovaskular, letak diafragma rendah dan mendatar,

    posisi jantung vertikal.

    c)

    Fase: 3

    Pada fase ini nampak gejala hipoksemia yang lebih jelas. Didapatkan

    pula berkurangnya nafsu makan, berat badan berkurang, cepat lelah.

    Pemeriksaan fisik nampak sianotik, disertai sesak dan tanda-tanda emfisema

    yang lebih nyata.

    d) Fase: 4Ditandai dengan hiperkapnia, gelisah, mudah tersinggung kadang

    somnolens. Pada keadaan yang berat dapat terjadi koma dan kehilangan

    kesadaran.

    e) Fase: 5Pada fase ini nampak kelainan jantung, dan tekanan arteri pulmonal

    meningkat. Tanda-tanda peningkatan kerja ventrikel, namun fungsi ventrikel

    kanan masih dapat kompensasi. Selanjutnya terjadi hipertrofi ventrikel kanan

  • 7/30/2019 Cor Pulmonall

    9/19

    13

    kemudian terjadi gagal jantung kanan. Pemeriksaan fisik nampak sianotik,

    bendungan vena jugularis, hepatomegali, edema tungkai dan kadang asites

    Etiologi dan pathogenesis cor pulmonale:

    Gangguan restriktif paru

    Gangguan obstruktif paru

    Gangguan vaskuler primer

    Perubahan anatomis

    pada pembuluh darah

    paru

    Perubahan fungsional

    pada paru

    Berkurangnya

    jaringan vascular

    paru

    Hipoksemia Hiperkapnia

    Asidosis

    Vasokonstriksi

    arteriola paru

    Meningkatnya resistensi

    vascular paru

    Hipertensi Pulmonal

    Hipertrofi ventrikel kanan Gagal jantung

    kongestif

  • 7/30/2019 Cor Pulmonall

    10/19

    13

    2.4 Gejala & Tanda

    Manifestasi klinis dari cor pulmonale biasanya tidak spesifik.

    Terutama pada stadium awal penyakit, dan mungkin keliru karena disebabkan

    patologi paru yang mendasari.

    a. GejalaPasien mungkin mengeluh kelelahan, takipnea, dispnea deeffort, dan

    batuk. Nyeri dada angina juga dapat terjadi dan mungkin karena iskemia

    ventrikel kanan atau peregangan arteri pulmonalis. Berbagai gejala neurologis

    dapat dilihat karena curah jantung menurun dan hipoksemia.

    Hemoptisis dapat terjadi karena pecahnya dilatasi arteri pulmonalis atau

    aterosklerosis. Kondisi lain, seperti tumor, bronkiektasis, dan infark paru,

    harus dikeluarkan sebelum menghubungkan hemoptisis pada hipertensi

    pulmonal. Pasien mungkin mengeluh suara serak tapi jarang karena kompresi

    saraf laring rekuren kiri oleh arteri paru melebar.

    Pada tahap lanjut, kongesti hepar pasif sekunder untuk gagal ventrikel

    kanan yang parah dapat menyebabkan anoreksia, ketidaknyamanan perut pada

    kuadran kanan atas, dan jaundice. Selain itu, sinkop karena kelelahan, yang

    juga dapat dilihat pada keparahan penyakit, mencerminkan ketidakmampuan

    untuk meningkatkan output jantung selama latihan dengan penurunan

    berikutnya dalam tekanan arteri sistemik.

    Peningkatan tekanan arteri paru dapat menyebabkan tingginya tekanan

    vena atrium kanan, perifer, dan tekanan kapiler. Dengan meningkatkan

    gradien hidrostatik, itu mengarah ke transudasi cairan dan akumulasi edema

    perifer. Meskipun ini adalah penjelasan sederhana untuk edema perifer di cor

  • 7/30/2019 Cor Pulmonall

    11/19

    13

    pulmonale, hipotesis lainnya menjelaskan gejala ini, terutama di sebagian

    kecil dari pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang tidak

    menunjukkan peningkatan tekanan atrium kanan. Penurunan laju filtrasi

    glomerulus (GFR) dan filtrasi natrium dan stimulasi arginin vasopressin (yang

    menurunkan ekskresi air bebas) karena hipoksemia memainkan peran penting

    dalam patofisiologi pengaturan ini dan bahkan mungkin memiliki peran untuk

    edema perifer pada pasien dengan cor pulmonale yang memiliki tekanan

    atrium kanan meningkat.

    b. TandaTemuan fisik mungkin mencerminkan penyakit paru-paru yang

    mendasari atau hipertensi paru, hipertrofi ventrikel kanan (RVH), dan

    kegagalan RV. Peningkatan diameter dada, ada upaya pernafasan dengan

    retraksi dinding dada, distensi vena jugularis di leher, dan sianosis dapat

    dilihat.

    Pada auskultasi paru-paru, mengi dan ronki mungkin terdengar

    sebagai tanda-tanda penyakit paru-paru yang mendasari. Aliran turbulen

    melalui pembuluh darah dalam hipertensi tromboemboli paru kronis dapat

    didengar sebagai bising sistolik di paru-paru.

    Memisahkan dari bunyi jantung ke 2 dengan aksen komponen

    pulmonal dapat didengar dalam tahap awal. Sebuah murmur ejeksi sistolik

    ejeksi pada daerah arteri pulmonal bisa terdengar dalam penyakit lanjut,

    bersama dengan murmur regurgitasi diastolik paru. Temuan lain pada

    auskultasi dari sistem kardiovaskular mungkin terdengar ketiga dan keempatdari murmur jantung sistolik dan regurgitasi trikuspid.

    RVH ditandai oleh denyut kuat angkat di parasternal atau subxiphoid

    kiri. Refluks Hepatojugular adalah tanda-tanda kegagalan RV dengan kongesti

    vena sistemik.

  • 7/30/2019 Cor Pulmonall

    12/19

    13

    Pada perkusi, hyperresonance dari paru-paru mungkin tanda PPOK

    yang mendasari; ascites dapat dilihat pada penyakit yang parah.

    Peme riksaan ekstremitas bawah menunjukkan bukti pitting edema. Edema

    pada cor pulmonale sangat terkait dengan hiperkapnia.

    2.5 DiagnosisPendekatan umum untuk mendiagnosa cor pulmonal dan untuk menyelidiki

    etiologinya dimulai dengan pemeriksaan laboratorium rutin, radiografi dada dan

    elektrokardiografi. Echocardiografi juga memberikan informasi yang penting tentang

    penyakit dan etiologinya. Kateterisasi jantung kanan adalah pemeriksaan yang paling

    akurat untuk mengkonfirmasi diagnosis cor pulmonale dan penyakit yang

    mendasarinya.

    Pada pasien dengan cor pulmonale kronis, rontgen dada dapat menunjukkan

    pembesaran pembuluh darah paru sentral. Hipertensi pulmonal harus dicurigai jika

    diameter pembuluh arteri pulmonalis kanan lebih dari 16 mm dan arteri pulmonalis

    kiri lebih dari 18 mm. Pembesaran ventrikel kanan menyebabkan peningkatan

    diameter transversal dari bayangan jantung ke kanan pada proyeksi posteroanterior

    dan mengisi ruang udara restrosternal pada proyeksi lateral. Pada pemeriksaan

    dengan elektrokardiograph, tampak adanya hipertropi ventrikel kanan.

    A. LaboratoriumPemeriksaan laboratorium ditujukan untuk mengetahui penyakit yang mendasari dan

    untuk menilai komplikasi serta perjalanan penyakit. Pemeriksaan yang dilakukan

    antara lain :

    - Hematokrit untuk polycythemia, yang dapat merupakan konsekuensi daripenyakit paru yang mendasarinya, tetapi yang juga dapat meningkatkan tekanan

    arteri paru oleh viskositas meningkat

    - Serum alpha1-antitripsin, jika kekurangan diduga

  • 7/30/2019 Cor Pulmonall

    13/19

    13

    - Tingkat antibodi untuk penyakit kolagen Antinuclear vaskular, sepertiscleroderma

    - Proteins S dan C, antitrombin III, factor V Leyden, antikardiolipin antibodi, danhomocysteine untuk mengetahui hiperkoagulasi

    - Analisis gas darah untuk mengetahui saturasi oksigen- Pemeriksaan kadar BNP (Brain Natruretic Peptide) untuk mengatahui

    hipertensi pulmonal dan gagal jantung kanan, serta

    - Pemeriksaan spirometri untuk mengetahui status fungsional paru

    B. Rontgen ToraksTerdapat kelainan disertai pembesaran ventrikel kanan, dilatasi arteri

    pulmonal dan atrium kanan yang menonjol. Kardiomegali sering tertutup oleh hiper

    inflasi paru yang menekan diafragma sehingga jantung tampaknya normal karena

    vertikal. Pembesaran ventrikel kanan lebih jelas pada posisi oblik atau lateral. Selain

    itu didapatkan juga diafragma yang rendah dan datar serta ruang udara retrosternal

    yang lebih besar, sehingga hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan tidak membuat

    jantung menjadi lebih besar dari normal.

    C. EKG (Elektro Kardiorrafi)Gambaran abnormal cor pulmonalepada pemeriksaan EKG dapat berupa :

    a. Deviasi sumbu ke kanan. Sumbu gelombang p + 900 atau lebih.b. Terdapat pola S1S2S3c. Rasio amplitude R/S di V1 lebih besar dari sadapan 1d. Rasio amplitude R/S di V6 lebih kecil dari sadapan 1e.

    Terdapat polap pulmonaldi sadapan 2,3, dan aVF

    f. Terdapat pola S1 Q3 T3 dan right bundle branch blockkomplet atau inkomplet.g. Terdapat gelombang T terbalik, mendatar, atau bifasik pada sadapan prekordial.h. Gelombang QRS dengan voltase lebih rendah terutama pada PPOK karena

    adanya hiperinflasi.

  • 7/30/2019 Cor Pulmonall

    14/19

    13

    i. Hipertropi ventrikel kanan yang sudah lanjut dapat memberikan gambarangelombang Q di sadapan prekordial yang dapat membingungkan dengan infark

    miokard.

    j. Kadang dijumpai kelainan irama jantung mulai dari depolarisasi prematur atriumterisolasi hingga supraventrikuler takikardi, termasuk takikardi atrial

    paroksismal, takikardi atrial multifokal, fibrilasi atrium, dan atrial flutter.

    Disritmia ini dapat dicetuskan karena keadaan penyakit yang mendasari

    (kecemasan, hipoksemia, gangguan keseimbangan asam-basa, gangguan

    elektrolit, serta penggunaan bronkodilator berlebihan).

    D. EkokardiografiDimensi ruang ventrikel kanan membesar, tapi struktur dan dimensi ventrikel kiri

    normal. Pada gambaran ekokardiografi katup pulmonal, gelombang a hilang,

    menunjukkan hipertensi pulmonal. Kadang-kadang dengan pemeriksaan

    ekokardiografi susah terlihat katup pulmonal karena accoustic window sempit

    akibat penyakit paru.

    E. Kateterisasi jantungDitemukan peningkatan tekanan jantung kanan dan tahanan pembuluh paru. Tekanan

    atrium kiri dan tekanan kapiler paru normal, menandakan bahwa hipertensi pulmonal

    berasal dari prekapiler dan bukan berasal dari jantung kiri. Pada kasus yang ringan,

    kelainan ini belum nyata. Penyakit jantung paru tidak jarang disertai penyakit jantung

    koroner terlebih pada penyakit paru obstruksi menahun karena perokok berat

    (stenosis koroner pada angiografi).

  • 7/30/2019 Cor Pulmonall

    15/19

    13

    2.6 PenatalaksanaanTujuan kor pulmonal :

    1. Mengoptimalkan efisiensi pertukaran gas2. Menurunkan hipertensi pulmonal3. Meningkatkan kelangsungan hidup4. Pengobtan dasar dan komplikasinya

    Terapi OksigenTerapi oksigen mengurangi vasokontriksi dan menurunkan resistensi

    vaskular paru yang kemudian meningkatkan hantaran oksigen ke

    jantung, otak, dan organ vital.

    Pemakaian oksigen secara kontinyu elama 12 jam (NIHA): 15 (British

    Medical Research Council / MRC dan 24 jam (NIH) meningkatkan

    kelangsungan hidup dibandingkan dengan pasien yang tanpa terapi

    oksigen.

    VasodilatorVasodilator (nitrat, hidralazin, antagonis kalsium, agonis alfaadrenergik, inhibitor ACE, dan prostaglandin sampai saat ini belum

    direkomendasikan pemakaiannyasecara rutin. $ respon hemodinamik

    sebagai berikut :

    a. Resistensi vaskular paru diturunkan minimal 20%b. Curah jantung meningkatkan atau tidak berubahc. Tekanan arteri pulmonal menurunkan atau tidak berubahd. Tekanan darah sistemik tidak berubah secara signifikan.

    Kemudian harus di evaluasi setelah 4 atau 5 bulan untuk menilai

    apkah keuntungan hemodinamik diatas masih menetap atau tidak.

  • 7/30/2019 Cor Pulmonall

    16/19

    13

    Digitalisdigitalis. Hanya digunakan pada pasien kor pulmonal bila disertai

    gagal jantung kiri

    DiuretikPemberian diuretik yang berlebihan dapat menimbulkan alkalosisi

    metabolik yang bisa memicu peningkatan hiperkapnia. Disamping itu

    dengan terapi diuretik dapat terjadi kekurangan cairan yang

    mengakibatkan preload ventrikel kanan dan curah jantunga

    menurunkan

    FlebotomiUntuk menurunkan hematokrit. Hanya merupakan terapi tambahan

    pada pasien kor pulmonal dengan gagal jantung kanan akut.

    AntikoagulanDiberikan pada kor pulmonal karena didasarkan atas kemungkinan

    terjadinya tromboemboli akibat pembesaran dan disfungsi ventrikel

    kanan dan adanya faktor imobilisasi pada pasien

    2.7 PrognosisPrognosis cor pulmonale bergantung pada patologi yang mendasarinya.

    Perkembangan cor pulmonale sebagai hasil dari penyakit paru primer biasanya

    mempunyai prognosis yang lebih buruk. Sebagai contoh, pasien dengan penyakit paru

    obstruktif kronik (PPOK) yang berkembang menjadi cor pulmonale memiliki

    kesempatan 30% untuk bertahan hidup 5 tahun, namun apakah cor pulmonale

    memiliki nilai prognostic yang independen atau hanya mencerminkan tingkat

  • 7/30/2019 Cor Pulmonall

    17/19

    13

    keparahan yang mendasari PPOK tersebut atau penyakit paru lainnya masih belum

    jelas. Prognosis pada kasus akut karena emboli paru berat ataupun sindrom gangguan

    pernapasan akut belum pernah terbukti bergantung pada ada atau tidaknya cor

    pulmonale, namun dalam satu penelitian menunjukkan bahwa pada kasus emboli

    paru, kor pulmonal dapat menjadi prediktor kematian di rumah sakit. Para peneliti

    telah mengumpulkan data demografi, komorbiditas, dan data manifestasi klinis pada

    582 pasien rawat inap pada unit gawat darurat maupun unit perawatan intensif dan

    didiagnosa menderita emboli paru 1,11 .Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa

    pada pasien emboli paru dengan hemodinamik yang stabil factor-faktor berikut dapat

    menjadi predictor independen kematian di rumah sakit, yaitu :

    1. Usia yang lebih tua dari 65 tahun2. Istirahat total selama lebih dari 72 jam3. Menderita cor pulmonale kronis4. Sinus takikardia5. Takipneu

  • 7/30/2019 Cor Pulmonall

    18/19

    13

    DAFTAR PUSTAKA

    Sovari AA. Cor Pulmonale: Overview of Cor Pulmonale Management. Medscape.

    2011. Available at http://emedicine.medscape.com/article/154062-

    overview#showall

    Weitzenblum E, Chaouat A. Cor Pulmonale. Medscape. 2009;6(3): 177-185.

    Available athttp://www.medscape.com/medline/abstract/19643833

    Han MK et all. Pulmonary disease and the heart. Medscape. 2007;116(25): 2992-3005. Available athttp://www.medscape.com/medline/abstract/18086941

    Mekontso DA et all. Prevalence and prognosis of shunting across patent foramen

    ovale during acute respiratory distress syndrome. Medscape. 2010;38(9)n

    1786-1792.

    Fedullo PF et all. Chronic thromboembolic pulmonary hypertension. Medscape.

    2001;345(20): 1465-1472. Available at

    http://www.medscape.com/medline/abstract/11794196

    Anderson JR, Nawarskas JJ. Pharmacotheurapetic management of pulmonary arterial

    hypertension. Medscape. 2010;18(3): 148-162. Available at

    http://www.medscape.com/medline/abstract/20395700

    Singh TP et all. A randomized, placebo-controlled, double-blind, crossover study to

    evaluate the efficacy of oral sildenafil therapy in severe pulmonary artery

    hypertension. Medscape. 2006;151(4): 851. Available at

    http://www.medscape.com/medline/abstract/16569546

    http://emedicine.medscape.com/article/154062-%20%20%20%20overview#showallhttp://emedicine.medscape.com/article/154062-%20%20%20%20overview#showallhttp://emedicine.medscape.com/article/154062-%20%20%20%20overview#showallhttp://www.medscape.com/medline/abstract/19643833http://www.medscape.com/medline/abstract/19643833http://www.medscape.com/medline/abstract/19643833http://www.medscape.com/medline/abstract/18086941http://www.medscape.com/medline/abstract/18086941http://www.medscape.com/medline/abstract/18086941http://www.medscape.com/medline/abstract/11794196http://www.medscape.com/medline/abstract/11794196http://www.medscape.com/medline/abstract/20395700http://www.medscape.com/medline/abstract/20395700http://www.medscape.com/medline/abstract/16569546http://www.medscape.com/medline/abstract/16569546http://www.medscape.com/medline/abstract/16569546http://www.medscape.com/medline/abstract/20395700http://www.medscape.com/medline/abstract/11794196http://www.medscape.com/medline/abstract/18086941http://www.medscape.com/medline/abstract/19643833http://emedicine.medscape.com/article/154062-%20%20%20%20overview#showallhttp://emedicine.medscape.com/article/154062-%20%20%20%20overview#showall
  • 7/30/2019 Cor Pulmonall

    19/19

    13

    Hoeper MM. Drug treatment of pulmonary arterial hypertension : current and future

    agents. Medscape. 2005;65(10): 1337-1354. Available at

    http://www.medscape.com/medline/abstract/15977967

    Hanania NA et all. Tratments for COPD. Medscape. 2005;99. Available at

    http://www.medscape.com/medline/abstract/16239101

    Sitbon O et all. Long term response to calcium channel blockers in idhiopathic

    pulmonary arterial hipetension. Medscape. 2005;111(23): 3105-3111.

    Available athttp://www.medscape.com/medline/abstract/15939821

    Volschan A et all. Predictors of hospital mortality in hemodynamically stable patients

    with pulmonary embolism. Medscape. 2009;93(2): 135-140. Available at

    http://www.medscape.com/medline/abstract/19838490

    Yunus Faisal. 1993. Uji Faal Paru Penyakit Paru Obstruktif. Bagian Pulmonologi

    Fakultas Kedokteran Indonesia: Jakarta

    Corwin EJ. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC, 2001. p. 437-8

    Price, S & Wilson, L.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

    Penyakit.EGC:Jakarta

    http://www.medscape.com/medline/abstract/15977967http://www.medscape.com/medline/abstract/15977967http://www.medscape.com/medline/abstract/16239101http://www.medscape.com/medline/abstract/16239101http://www.medscape.com/medline/abstract/15939821http://www.medscape.com/medline/abstract/15939821http://www.medscape.com/medline/abstract/15939821http://www.medscape.com/medline/abstract/19838490http://www.medscape.com/medline/abstract/19838490http://www.medscape.com/medline/abstract/19838490http://www.medscape.com/medline/abstract/15939821http://www.medscape.com/medline/abstract/16239101http://www.medscape.com/medline/abstract/15977967

Top Related