Download - Cer Pen Nnnn
Jenis: Cerpen
Judul: Ketika Harapan Harus Berakhir
Pengarang: Dhia Septiani
Sejak awal pendaftaran hingga mengikuti MOS aku dan dia saling curi-curi pandang karena kami
tidak tahan jika tidak bertemu satu sama lain walaupun tidak berbicara. Saat mengikuti pengarahan
pun dia masih sempanya memilih tempat yang bersebelahan denganku. Seminggu setelah MOS
kejanggalan sangat dirasakan oleh Sinta. Kemudian beberapa hari kemudian ada perubahan darinya,
tapi seminggu dilewati semua terulang kembali hingga ia memutuskan untuk menjalani hubungan
tanpa status dengan Aji. Suatu hari saat masuk sekolah, Sinta mendapatkan kabar bahwa Aji pulang
bersama teman SD nya yang memang sekarang dekat dengannya, penuturannya perempuan itu
menyukai Aji. Sinta pun langsung tidak menguhubungi Aji sampai keesokan harinya. Suasana di
kelas besoknya pun sedikit berbeda. Ternyata Aji sudah berpacaran dengan teman SD nya sudah
setahun lebih ini, dan pada saat itu Sinta memutuskan untuk melupakan Aji dan sedang berusaha
untuk meraih cita-citanya dan mewujudkan mimpinya.
Jenis: Cerpen
Judul: Cinta Tanah Air
Pengarang: Iqlima Rodhin
Hari ini akan diadakan kemping di leuwi kancra, kabarnya nanti akan ada acara jurit malam. Hari
yang sudah ditunggu pun tiba, kami memulai membuka acara dengan upacara pembukaan dengan
membagi-bagi tugas ada yang mendirikan tenda, mencari air, buat parit, buat rak sepatu, buat
tempat cuci piring dan sebagainya. Tugas oun dikerjain setiap anak, sampai tugas selesai kami pun
bergegas untuk mengikuti kegiatan pramuka. Mulai masak, jaja, mencuci piring dan sebagainya.
Pada saat giliran kami, kami sepakat untuk menampilkan yel-yel dengan kompak. Sampai akhirnya
di puncak acara kami bakar jagung, kemudian kami pun tertidur sampai akhirnya jam 2 pun tiba.
Kami pun melaksanakan sholat tahajud dan kembali melanjutkan kegiatan hingga usai. Cinta tanah
air dapat ditunjukkan dengan cara menyukai produk dalam negeri, belajar dengan sungguh-sungguh
dan masih banyak lagi cara untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Jenis: Cerpen
Judul: Janji Abadi
Pengarang: Edwin Rhino Aditya
Pukul 6 pagi
Jenis: Cerpen
Judul: Lebahku Meninggalkan Luka
Pengarang: Laili Ulfia Puspitasari
Bosan? Aku sudah bosan beberapa kali mendengar kata-kata itu dari mulutnya. Bahkan bukan
hanya beberapa kali, tapi sering. Sampai sekarang pun aku juga tidak tahu apa yang sebenarnya
diinginkannya.Tak ingat malam itu? Aku memang tidak tahu malu, berani telanjang di depanmu.
menggelayuti tubuhmu, kau pun juga begitu. Lupa? Memang lelaki hanya bisa lupa, apa mungkin
laki sepertimu diciptakan untuk jadi pelupa? Mungkin iya. Bagaimana pun juga, cairan kental yang
keluar itu pernah masuk ke mulutku, malah mungki sudah masuk ke dalam tubuhku. Dan satu lagi,
jangan lupa, buah dada yang selama ini aku jaga, aku rawat, dan aku rahasiakan keberadannya pada
akhirnya harus kuberikan padamu juga. Anggap saja ini memang sebuah kesalahan, sebuah
kesalahan yang tidak mungkin termaafkan. Dasar lelaki ini yang membuat aku gemas ingin sekali
meremas seonggok daging yang selama ini disembunyikannya. Malam itu, aku memintanya untuk
kembali lagi padaku, karena aku ingin semua ini tidak berakhir begitu saja. Lebah, dia memang
lebahku, lebah yang senang sekali menyengatku, lebah yang setiap kali habis menyengat selalu
meninggalkan bekas.
Jenis: Cerpen
Judul: Menanti Senja yang Sama
Pengarang: Rizki Rahma Widhiastuti
Senja satu, aku masih disini dalam diam terlama, menatap cahaya bumi yang menyelinap dalam
ruang. Berdiri dalam selimut senja temaram, memandang sekujur hati yang lama mati. Tahukah kau
bahwa aku disini sebenarnya terluka olehmu. Kau mungkin disana menertawakanku, mengejekku,
atau bahkan bersuka cita karena telah berhasil menginjakku hingga rapuh. Melepaskan dirimu
adalag terbodoh bagiku sebenarnya, tapi tak mengapa karena aku tahu bahwa kau bukan sejaku.
Menangis tak bisa berkata, kau tinggalkan senja kelabu membuat lara yang tak terbagi menjadi-jadi.
Menabur seperti debu, berkhayal beraroma jingga, merasuki mata yang kai redup bermata kucing.
Meninggalkan tempat abadi adalah sesuatu yang tak bisa aku lakukan karena aku harus
melupakannya. Dalam mata yang sama, aku melihat laki-laki senja dalam kejauhan. Dia laki-laki
senja yang aku lihat selain dia, senjanya berbaur dengan warna hitam menenteng pasir debu
bersamaan bergoyang-goyang. Aku merasa enggakn untuk menyapa tapi karena tak ada siapa-siapa
disana kecuali kami seorang. Namun kedua senja pergi, membawa senja yang berbeda dalam botol
dan kepingan.
Jenis: Cerpen
Judul: Dua Cinta Maria
Pengarang: Elsy Arifa Wulandini
Senyum terkembang dari wajah wanita muda di balik helm berwarna putih sambil memeluk erat
lelaku di depannya. Bibirnya merah karena gincu. Perhiasan berkilau memperkuat gurat serta
lekukan tubuhnya yang dibalut busana terbuka, seolah tidak peduli matahari tua akan membakar
kulitnya di sepanjang jalan kota. Rambutnya terurai mengembang dihempas angin kering berdebu
yang menusuk-nusuk hidung dari asap lubang-lubang knalpot. Wanita itu tersenyum seperti tak
percaya keberadaannya sendiri. Tetapi hentakan kaki bayi kecil di perutnya membuat tersadar.
Wanita cantik itu berpikir akan semua kenikmatan yang ia peroleh. Ia yakin akan keadilan cinta
yang dibagi dengan potongan sama rata, dan akhirnya tidak akan ada yang tersakiti karena semua
pembagian itu diambil dengan adil, sama rata, tanpa tumpang tindih. Tentang suaminya, ia begitu
penyayang. Baginya ia adalah wanita yang nyaris sempurna dan yang terlah memberikannya
seorang bayi laki-laki yang juga nyaris sempurna. Dalam keremangan cahaya lampu-lampu kota,
mereka berjalan menikmati angin malam dari hempasan laju motor. Membiarka angin membarut-
barut kepala dan tengkuk mereka. Berkerumun pada satu titik perhatian, pada kecelakaan lalu lintas.
Sebuah sedan mewah dihantam keras oleh teronton baja. Bagian depan mobil pun hancur,
menyisakan cipratan-cipratan darah di kaca yang pecah. Seorang lelaki terjepit di sela-sela himpitan
pintu mobil. Kedua tanganyya menyilang melindungi kepala dengan telepon genggam di tangan
kiri, tapi ternyata kepalanya tetap saja pecah karena benturan. Badannya mati rasa, tangannya
lunglai, ia tak sempat menatap langit biru pekat untuk terakhir kaliny. Telepon genggam itu
terjatuh. Wanita itu masih diam terpaku, tidak tertarik menyaksikan tragedi di luar sana, matanya
masih menatap telepon genggam. Hujan mulai turun, jatuh dari langit biru yang pekat.
Jenis: Cerpen
Judul: Dibalik Awan
Pengarang: Nur Faida
Dibalik awan, dia menunggu kedatangannya. Ia menatap langit agar hal tersebut dapat terjadi,
sebuah mimpi kecil yang masih berada di balik awan. Terlalu konyol bila ia mengatakan tetapi
itulah kenyataan. Ia bernama Nur Farida, biasa di panggil Faida. Hari Jumat sepulang sekolah, ia
berlari sekencang mungkin karena ku tak mau temanku Ninda memelukku dan aku tak mau menjadi
kue bercampur kopi. Beruntung sekali, Firda tidak terkena semua itu dan kami sekelas perempuasn
pergi ke rumah Ninda. Saat aku melihat Ninda, ada rasa iri dariku karena sejak kecil tahunku tidak
pernah dirayakan oleh teman-temanku semua. Sampai akhirnya mimpi kecilku sudah terwujud dan
selang beberapa hari setalah itu mereka berdua memberikanku kado ulang tahunku sebuah pulpen
berwarna hijau.
Jenis: Cerpen
Judul: Ayah
Pengarang: Mirza Diani Amalia
Aku benci kepadanya, benar-benar benci. Laki-laki paruh baya itu yang seharusnya amat kucintai,
satu-satunya orang yang kumiliki setelah ibu pergi malah sekarang aku benci mat-matian. Setiap
hari aku selalu pulang lewat tengah malam, berada di rumah itu bagaikan Neraka. Satu alasan
karena dirumah ada orang itu. Setiap ia memergokiku pulang larut malam, ia langsung memarahiku
habis-habisan, mengomel panjang lebar. Entah apa yang merasuk diriku, hingga aku benar-benar
membenciya. Dia Ayahku! Dia membuangku dan ibu, smeentara ia menikah lagi dengan wanita
lain, yang lebih muda dan cantik daripada ibu. Lalu tiba-tiba ia kembali lagi dalam kehidupan kami
setelah wanita itu pergi meningglkannya. Puncak kebencianku padanya pada suatu saat aku
mencoba menaklukan hatiku untuk ikut makan malam bersamanya, Ia mengajakku berbiacara
tentang masa depanku. Dia memaksaku untuk jurusan untuk meneruskan bisnisnya, tapi ia tak
pernah tahu kalau sejak kecil aku ingin mengambil jurusan kesenian. Setalah beberapa hari
kemudian, ada kecelakaa sebuah mobil ke arahku, namun hanya nyawa ayahnya yang tidak bisa
tertolong. Bercak tetesan airm mata ayah jelas di kertas yang sudah ditulis untuk sang anak, hal itu
membuat aku menyadari kesalahan teresarku adalah membenci ayahku. Seseorang yang dulu sangat
kurindukan kehadirannya, kunantikan kasih sayangnya. Aku benar-benar terlambat menyadarinya,
bahwa sebenarnya aku sayang ayahku.
Jenis: Cerpen
Judul: Meninggal dalam Rahim
Pengarang: Reitzha
Pernikahan Mella dan Reva telah memasuki tahun kedua, jika diperhatikan kehidupan mereka dapat
dikatakan sebagai keluarga yang paling harmonis. Kemudian setelah 2 bulan berlalu, biasanya
Mella sebelum pergi ke kantor selalu sarapan, tapi ini ada yang beda pada Mella. Dia sangat malas
sekali untuk bangun pagi bahkan rasanya tidak ingin bekerja. Rava mencoba membangunkannya
tapi Mella tak bangun-bangun juga. Rava masih belum mengerti kenapa istrinya menjadi seperti itu.
Rava meunuju ke garasi mobil dan memanasi mobil, sedangkan Mella menyiapkan diri untuk
memenuhi keinginan suaminya. Setelah menyiapkan semuanya, pasangan suami istri itu
meninggalkan rumah menuju ke dokter kandungan dimana mereka sering konsultasi. Setelah
sampai di dokter kandungan dan memeriksanya tetapi masih belum mendapatkan momongan. Hari
berganti hari, rumah itu terlihat sepi tak pernah melihat batang hidung mereka. Ketika malam Mella
menunggu suaminya pulang, dia ingin mengetahui jam berapa suaminya. Jam berbunyi
menunjukkan pukul 12 malam, tapi tidak ada kabar apapun dari suaminya, Mella sangat cemas
dengan keadaan yang seperti ini. Tak lama kemudian suaminya datang dan marah-marah kepada
Mella, Mella pun curiga apa yang sebenarnya yang terjadi kepada suaminya. Keesokan harinya
Mella memutuskan untuk pergi ke kantor sendiri dengan alasan ada pekerjaan yang harus di
selesaikan. Tanpa ada rasa curiga, Rava berangkat menuju kantornya dan ternyata dibelakangnya
Mella diam-diam mengikuti suaminya. Tepat di depan sebuah hotel berbintang, mobil suami Mella
berhenti. Rava tidak sadar kalau dirinya dibuntui oleh istrinya. Ternyata Rava masuk ke dalam
kamar dengan wanita lain, dan pada saat di pergoki oleh istrinya Rava pun gugup mau menjawab
apa. Akhirnya perkataan yang keluar dari Rava adalah ini semua karenamu karena engkau tidak
bisa memberiku keturunan.
Jenis: Cerpen
Judul: Tangis Terindah
Pengarang: Laras Insiya Pertiwi
Dulu aku sangat membenci pria itu, aku merasa lelaki yang baru dua bulan menjadi tetanggaku itu
benar-benar menyebalkan. Tapi semua seperti berbanding terbalik, aku membutuhkannya dan aku
sangat mengingkannya. Dia selalu membawa keceriaan, selalu tersenyum dan membuat orang
disekitarnya ikut tersenyum. Seperti tak ada masalah di hidupnya, aku merasa dia adalah orang
yang paling berbahagia di dunia ini, Dimas namanya. Aku hanya terdiam tak pernah terbesit di
dalam benakku, sekarang aku tak bisa memikirkannya. Semakin lama aku semakin dekat dengan
dimas, Dia memang orang yang baik dan perhatian. Hatiku buta, tetapi tidak saat bersamanya. Aku
merasa sangat bahagia saat dia ada di sisiku. Entah sihir apa yang membuatku begitu
menyayanginya. Rasanya tak ingin sedetikpun aku berpisah dengannya. Entah sampai kapan harus
ku pendam perasaan ini. Perasaan yang sewaktu0waktu dapat membuatku melayang sampai langit
ke tujuh, dan sewaktu-waktu pula dapat membuatku tersungkur sampai palung laut yang paling
dalam. Pada suatu ketika Dimas menderita sakit dan akhirnya dia meninggal. Dimas mengajarkanku
banyak hal padaku, dia memang orang yang hebat. Sejak kepergian Dimas, aku lebih menghargai
waktu, menghargai orang-orang di sekitarku dan lebih menghargai hidupku sendiri.