Download - Bedah - 8. Laporan Studi Kasus
LAPORAN STUDI KASUS
PRAKTEK DIETETIK
PASIEN TUMOR MAMMAE BILATERAL PRE OPERASI
DI BAGIAN BEDAH RS PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
OLEH:
EKA ISMA LILIANY
K21110006
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Penyakit
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan utama terdapat
benjolan pada kedua payudara yang sudah dirasakan sejak 1 tahun yang
lalu dan kadang-kadang terasa nyeri. Pasien di diagnose menderita
penyakit Tumor Mammae Bilateral dengan rencana operasi. Pengambilan
pasien sebagai studi kasus dilakukan pada tanggal 28/10/2013 di ruang
perawatan kelas 2 kamar 424, dengan keadaan umum saat itu baik, nafsu
makan baik.
Tumor Mammae merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang
terbentuk dari hasil proses pembelahan sel yang berlebihan dan tak
terkoordinasi yang terdapat pada payudara (mammae). Penyakit ini
disebabkan oleh tiga faktor utama yaitu genetik (keturunan), karsinogenik
(onkogen) dan co-karsinogen (co-onkogen). Gejala klinis yaitu berupa
benjolan pada payudara. Terapi untuk tumor ini jika mengganggu dan
memungkinkan biasanya dioperasi dan diangkat.
B. Data Dasar Pasien
1. Identitas Pasien
Nama : Tn IO (Ps Bedah)
Umur : 31 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Pangkep
No. Register RM : 015141
Diagnosa Medis : Tumor Mammae Bilateral Pre Operasi
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
2. Data Subyektif
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mulai merasakan benjolan pada kedua payudara yang
sudah dirasakan sekitar ± 1 tahun dan kadang-kadang merasakan
nyeri. Diagnose yang ditegakkan oleh dokter adalah Tumor
Mammae Bilateral.
b. Riwayat Penyakit dahulu
Pasien mengalami maag dan sering merasakan sakit kepala .
c. Riwayat Gizi Sekarang
Frekuensi makan 1x sehari. Jarang makan nasi (1-2 kali sehari),
dianjurkan oleh dokter untuk mengurangi mengkonsumsi bakso
dan makan pedas. Sering makan sayur, buah, dan ikan.
Hasil recall 24 jam sebelum intervensi (tgl. 23/10/2013).
- E = 911 kkal (48,46%)
- P =31,91 gr (42,98%)
- L = 34,15 gr (81,89%)
- KH =122 gr (47,2%)
d. Riwayat Gizi Dahulu
Frekuensi makan 1x sehari karena terbiasa dari kecil u/ jarang
makan. Jarang makan nasi. Lebih suka makan bakso dan coto.
Frekuensi makan bakso yaitu 1 kali dalam sehari dengan 2
mangkok bakso sekali makan. Sering makan cemilan terutama
coklat Sering makan sayur, buah, dan ikan.
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang guru SMA yang memiliki 2 orang anak
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
3. Data Obyektif
a. Antropometri
BB = 170 kg
TB = 155 cm
BBi = (TB-100)-10%(TB-100)
= (155-100)-10%(155-100)
= 55-5,5
= 49,5 kg
Umur = 31 tahun
IMT = BB/TB2
= 170/2,4
= 70,8 kg/m2
Status Gizi: Obesitas II
b. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan InterpretasiGDSSGOTSGPTUreumKreatininAsam uratNatriumKaliumKlorida
962127110,64,21354,1105
80-180<35<450-53
0,6-1,3
136 - 1453,5 - 5,197 - 111
mg/dlU/LU/L
mg/dlmg/dlmg/dl
mmol/Lmmol/Lmmol/L
NormalNormalNormalNormalNormalNormalNormalNormalNormal
Sumber: Rekam Medik Pasien 2013
c. Pemeriksaan Fisik/Klinis
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Fisik/Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai NormalKeadaan UmumTekanan DarahPernapasanNadi
Baik110/80 mmHg20x/mnt82x/mnt
120/80 mmHg20-45 x/i
80 – 120 x/i
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
SuhuBABBAK
37,1ºCLancarLancar
36 – 37 0c
Sumber: Rekam Medik, 2013
d. Riwayat Makan
Asupan zat-zat gizi sebelum intervensi
Tabel 3. Asupan Zat Gizi Sebelum Intervensi
Energy Protein Lemak KHAsupan 911 kkal 31,91 gr 34,15 gr 122 grKebutuhan 1880,4 kkal 74,25 gr 41,7 gr 258,55 gr% kebutuhan 48,46 % 42,98 % 81,89 % 47,2 %
Sumber: Data Primer, 2013
e. Skrining Gizi
Tabel 4. Hasil Skrining Gizi Terhadap Pasien
No Indikator Hasil
1 Berat badan kurang -
2 Nafsu makan menurun +
3 Kesulitan mengunyah /& menelan -
4 Mual dan muntah -
5 Diare -
6 Konstipasi -
7 Alergi/intoleransi zat Gizi -
8 Diet Khusus +
9 Enteral/parenteral +Sumber: Data Primer, 2013
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
BAB II
PENENTUAN MASALAH GIZI DAN PROBLEM CLUE
A. Diagnosis Gizi
1. Domain Intake
Tabel 5. Diagnosis Gizi Berdasarkan Domain Intake
Problem Etiologi Sign Asupan Oral yang kurang
Gangguan nafsu makan Asupan:-E = 911 kkal (48,46%)-P =31,91 gr (42,98%)-L = 34,15 gr (81,89%)-KH =122 gr (47,2%)
(NI-2.1)Kekurangan intake makanan dan minuman oral berkaitan dengan gangguan nafsu makan ditandai dengan intake yang kurang berdasarkan hasil recall 24 jam sebelum intervensi yaitu: E = 911 kkal (48,46%), P =31,91 gr (42,98%, L = 34,15 gr (81,89%), dan KH =122 gr (47,2%).
2. Domain Clinic
Tabel 6. Diagnosis Gizi Berdasarkan Domain Clinic
Problem Etiologi Sign Berat badan lebih Pola makan salah Pengukuran IMT yang
melebihi batas bormal yaitu 70,8 kg/m2
(obesitas II)(NC-3.3)Berat badan lebih berkaitan dengan pola makan salah yang ditandai dengan pengukuran IMT yang melebihi batas bormal yaitu 70,8 kg/m2 (obesitas II)
3. Domain Behaviour/Environment
Tabel 7. Diagnosis Gizi Berdasarkan Domain
Behavioral/Environmental
Problem Etiologi SignKepercayaan yang salah/ sikap tentang pangan dan gizi
kebiasaan makan tidak untuk memenuhi kebutuhan zat gizi
ketagihan terhadap bakso yang dikonsumsi 2 kali sehari sebanyak 2 mangkok sekali makan
(NB-1.2)Kebiasaan yang salah mengenai makanan berkaitan dengan kebiasaan
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
makan tidak untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang ditandai dengan ketagihan terhadap bakso yang dikonsumsi 2 kali sehari sebanyak 2 mangkok sekali makan.
B. Diagnosis Medis
Diagnosis medis yang diberikan kepada NY. IO (ps Bedah) adalah Tumor
Mammae Bilateral
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
BAB III
RENCANA TERAPI GIZI
A. Rencana Asuhan Gizi
1. Jenis Diet
Diet Rendah Kalori
2. Tujuan Diet
- Mencapai status gizi sesuai dengan umur, gender, dan kebutuhan
fisik.
- Mencapai Indeks Massa Tubuh (IMT) normal
- Mengurangi asupan energy, sehingga tercapai penurunan berat
badan sebanyak ½ - 1 kg/minggu
3. Prinsip / Syarat Diet
1. Energy rendah yaitu 1880,4 kkal
2. Protein sedikit lebih tinggi yaitu 74,25 gr
3. Lemak sedang yaitu 41,7 gr. Usahakan sumber lemak berasal dari
makanan yang mengandung lemak tidak jenuh ganda yang
kadarnya tinggi.
4. Karbohidrat sebanyak 258,55 gr. Gunakan lebih banyak sumber
karbohidrat kompleks untuk memberi rasa kenyang dan mencegah
konstipasi. Gula buatan juga dapat digunakan sebagai pengganti
gula sederhana.
5. Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan.
6. Dianjurkan untuk 3 kali makan utama dan 2-3 kali makan selingan.
7. Cairan cukup, yaitu 8-10 gelas/hari
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
4. Perencanaan Kebutuhan Energi & Zat Gizi
Data Antropometri:
BB = 170 kg
TB = 155 cm
BBi = (TB-100)-10%(TB-100)
= (155-100)-10%(155-100)
= 55-5,5
= 49,5 kg
Umur = 31 tahun
IMT = BB/TB2
= 170/2,4
= 70,8 kg/m2
Status Gizi: Obesitas II
Kebutuhan Energi:
AMB = 655 + (9,6 x BBi) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
= 655 + (9,6 x 49,5) + (1,8 x 155) – (4,7 x 31)
= 1263,5 kkal
Faktor Aktifitas:
Tidur = 1,0 x 3/24 = 0,125
Duduk = 1,08 x 5/24 = 0,225
Jalan = 2,37 x 9/24 = 0,88
Berdiri = 1,17 x 7/24 = 0,34
Total FA = 1,57
Total Energi = AMB x FA x FS
= 1263,5 x 1,57 x 1,2
= 2380,4 kkal
Asupan energy dikurangi 500 kkal u/ menurunkan berat badan,
sehingga total energy = 1880,4 kkal
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
Protein = 1,5 gr/kgBBi
= 1,5 x BBi
= 1,5 x 49,5 = 74,25 gr (15%)
Lemak = 20% x 1880,4
= 376,08/9
= 41,7 gr
KH = 55% x 1880,4
=1034,2/4
= 258,55 gr
5. Rencana Motivasi dengan Penyuluhan Konsultasi
Tujuan
Agar pasien dan keluarga
a. Dapat menjalankan diet yang dianjurkan dengan benar
b. Mengerti tentang makanan yang boleh, dibatasi dan dihindari
untuk dikonsumsi
Materi :
1. Diet Rendah Energi
2. Bahan makanan yang boleh, dibatasi dan dihindari untuk
dikonsumsi
Sasaran :
Pasien & keluarga
Waktu :
± 15 menit
Tempat :
Kamar 423 Lantai 4 Kelas 2
Metode :
Penyuluhan individu kepada pasien dan keluarga
Alat Bantu :
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
Leaflet
6. Rencana Monitoring
Parameter yang dimonitor selama studi kasus adalah sebagai berikut:
Asupan zat gizi
Data antropometri
Perubahan data pemeriksaan fisik klinis
Nilai laboratorium
B. Implementasi Asuham Gizi
1. Diet Pasien
Diet yang diberikan adalah diet Rendah Energi untuk mencapai
status gizi sesuai dengan umur, gender, dan kebutuhan fisik,
mencapai IMT normal, dan untuk mengurangi asupan energy,
sehingga tercapai penurunan berat badan sebanyak ½ - 1 kg/minggu.
Diet ini mengandung energy rendah sebesar 1880,4 kkal, protein
sedikit lebih tinggi sebesar 1,5gr/kgBBi, lemak sedang sebesar 20%
dari TEE, KH sebesar 55% dari TEE, vitamin dan mineral yang cukup,
serta cairan yang cukup. Diet pasien diberikan dalam bentuk makanan
biasa karena pasien tidak mengalami gangguang saluran cerna.
2. Susunan Menu
Dari hasil perhitungan, maka didapatkan standar kebutuhan
energy dan zat harian pasien sebagai berikut: energy = 1880,4 kkal,
protein = 74,25 gr, lemak = 41,7 gr, dan KH = 258,55 gr.
Tabel 8. Perencanaan Distribusi Makanan Pasien
Menu Bahan Jumlah
URT Gram 07.00
Roti Isi
Susu
Roti putihTelur ayamMinyak kelapa sawitTomat masakSusu sapi
3 lbr1 btr½ sdt1 sdm1 gls
70552
10200
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
10.00Buah Apel
Papaya 1 bh sdg1 ptg sdg
85100
12.00NasiAyam bumbu kuningSambal goreng hati
Tumis wortel labu siam
Beras gilingAyamHati sapiKentangMinyak kelapa sawitWortelLabu siamTauge kacang kedeleMinyak kelapa sawit
¾ gls1 ptg sdg1 ptg kcl2 sdm½ sdt½ gls½ gls2 sdm½ sdt
1004030202
4040202
16.00Rujak Nenas
Jeruk baliKetimunBengkoangSemangka
Kedondong masakGula Aren
2 sdm2 sdm2 sdm2 sdm
1/7 ptg bsr½ bh kcl3 sdm
2020202020
2030
19.00NasiIkan bakarTempe bacem
Sayur bening
Beras gilingIkan segarTempe kedele murniGula arenkecapMinyak kelapa sawitJagung muda kuningKacang panjangLabu siamDaun kacang panjang
½ gls1 ptg sdg2 ptg sdg
1 sdm½ sdt½ sdm¼ gls2 sdm¼ gls
1/5 gls
7540501025
30203020
Menu tersebut mengandung E = 1700,8 kkal (90,4%), P = 67,6 gr
(91,11%), L = 43,31 gr (103,9%), dan KH = 263 gr (102%)
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tumor merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk
dari hasil proses pembelahan sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi.
Dalam bahasa medisnya, tumor dikenal sebagai neoplasia. Neo berarti
baru, plasia berarti pertumbuhan/pembelahan, jadi neoplasia mengacu
pada pertumbuhan sel yang baru, yang berbeda dari pertumbuhan sel-sel
di sekitarnya yang normal. Yang perlu diketahui, sel tubuh secara umum
memiliki 2 tugas utama yaitu melaksanakan aktivitas fungsional nya serta
berkembang biak dengan membelah diri. Namun pada sel tumor yang
terjadi adalah hampir semua energi sel digunakan untuk aktivitas
berkembang biak semata. Fungsi perkembangbiakan ini diatur oleh inti sel
(nucleus), akibatnya pada sel tumor dijumpai inti sel yang membesar
karena tuntutan kerja yang meningkat (Ramli Muchlis, 1995).
Jika keseimbangan jumlah antara sel baru dan yang mati
terganggu, kemungkinan besar tumor akan terjadi. Hal ini mengakibatkan
sistem imunitas tubuh akan terganggu. Dari pengertian tumor diatas,
tumor dibagi mejadi 2 golongan besar yaitu tumor jinak (benign) dan
tumor ganas (malignant) atau yang popular dengan sebutan kanker.
Terdapat perbedaan sifat yang nyata diantara dua jenis tumor ini dan
memang membedakannya merupakan tuntutan wajib bagi praktisi medis.
Perbedaan utama di antara keduanya adalah bahwa tumor ganas lebih
berbahaya dan fatal sesuai dengan kata ‘ganas’ itu sendiri. Gambarannya
begini, walaupun tumor ganas atau kanker itu berada pada jaringan di
payudara, hal itu dalam tahap lanjut dapat mengakibatkan kematian.
Tumor jinak hanya dapat menimbulkan kematian secara langsung terkait
dengan lokasi tumbuhnya yang membahayakan (Ramli Muchlis, 1995).
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
B. Penyebab
Secara umum dipercaya bahwa proses terbentuknya tumor
berkaitan dengan 3 faktor utama yaitu genetik (keturunan), karsinogenik
(onkogen) dan co-karsinogen (co-onkogen). Faktor genetik atau
keturunan menyebutkan bahwa beberapa orang membawa bakat (berupa
gen) untuk tumor tertentu. Tentunya bakat saja tidak akan menjelma
menjadi tumor di kemudian hari jika tidak ada faktor pemicu lainnya.
Faktor pemicu lainnya itu adalah karsinogen dan co-karsinogen. Yang
termasuk karsinogen antara lain senyawa kimia (seperti asbes, pengawet
dan pewarna makanan), faktor fisika (seperti radiasi roentgen berlebih,
sinar matahari berlebih), hormonal (seperti peranan estrogen pada kanker
payudara, testosterone pada kanker prostate), dan virus (seperti virus
HPV sebagai biang keladi utama kanker leher rahim ). Sedangkan co-
karsinogen adalah usia tertentu (umumnya kejadian tumor seiring dengan
pertambahan usia), pola hidup yang salah, merokok, alkohol, pola makan
kurang serat, adanya iritasi berulang-ulang.
Tumor payudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor genetik
yang diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang dimaksud
adalah adanya mutasi pada beberapa gen yang berperan penting dalam
pembentukan kanker payudara gen yang dimaksud adalah beberapa gen yang
bersifat onkogen dan gen yang bersifat mensupresi tumor (Jong de wim, 2004).
Gen pensupresi tumor yang berperan penting dalam pembentukan
kanker payudara diantaranya adalah gen BRCA1 dan gen BRCA2 (Jon de wim,
2004).
C. Patofisiologi
Sel-sel tumor dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses
rumoat yang disebut transformasi, terdiri dari tahap inisiasi dan promosi
(menuju kanker). Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam
bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut
karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran)
atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama
terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan
lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap
suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel
menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan (Wikipedia).
Progesteron, sebuah hormon yang menginduksi ductal side-
branching pada kelenjar payudara dan lobualveologenesis pada sel
epitelial payudara, diperkirakan berperan sebagai aktivator lintasan
tumorigenesis pada sel payudara yang diinduksi oleh karsinogen.
Progestin akan menginduksi transkripsi regulator siklus sel berupa siklin
D1 untuk disekresi sel epitelial. Sekresi dapat ditingkatkan sekitar 5
hingga 7 kali lipat dengan stimulasi hormon estrogen, oleh karena
estrogen merupakan hormon yang mengaktivasi ekspresi pencerap
progesteron pada sel epitelial. Selain itu, progesteron juga menginduksi
sekresi kalsitonin sel luminal dan morfogenesis kelenjar (Wikipedia).
Selanjutnya apabila tidak di tangani dengan baik, maka sel akan
lanjut ke tahap promosi, yang kelak akan menjadi kanker.
D. Factor Resiko
Mengingat Tumor payudara merupakan asal terbentuknya kanker
payudara, sehingga tumor payudara memiliki faktor resiko yang kurang
lebih sama dengan faktor resiko kanker payudara.
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker
payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang
diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara
diantaranya (Wikipedia):
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
1. Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan
dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche
pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan
pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah
bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid
pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of
initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan
fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya
umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum
menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh
sebelum terjadinya perubahan klinis.
2. Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan
terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public
Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara
yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement.
Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko
kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang
menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi
untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang
sensitive terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami
perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas.
3. Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma,
dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko terjadinya kanker payudara.
Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2
kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
4. Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan
bentuk tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca
menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara
Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya
keganasan ini.
5. Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor
risiko terjadinya kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi
prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam
hubungannya dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34
sampai 59 tahun.
6. Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah
pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari
beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker
radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat
terjadinya eksposur.
7. Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat keluarga merupakan
komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan
dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan
risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker
payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara
berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu
suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk
terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan
sebesar 85% pada umur 70 tahun. Faktor Usia sangat berpengaruh ->
sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun. Resiko terbesar
usia 75 tahun
E. Gejala-gejala
Ada beberapa gejala tumor yang mungkin tak pernah diperhatikan
oleh penderita, misalnya sering merasa kedinginan, kelelahan, demam,
kehilangan nafsu makan, merasa tak enak badan, banyak berkeringat di
malam hari, dan penurunan berat badan yang terlalu cepat.
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
Gejala klinis tumor payudara dapat berupa benjolan pada
payudara. Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara.
Benjolan itu mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu
melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau
pada putting susu (Wikipedia).
F. Gambaran Klinis
Haagensen melaporkan kira-kira satu tumor filodes untuk setiap 40
fibroadenoma. Distribusi usia luas, dari 10-90 pada seri Haagensen dari
84 pasien, namun dengan mayoritas antara 35 dan 55 tahun. Tumor
bilateral sangat jarang, meskipun sebuah kasus luar biasa dari tiga buah
tumor terpisah pada jaringan payudara ektopik aksila bilateral juga
payudara normal telah dilaporkan. Tumor filodes jarang pada pasien
dibawah usia 20 tahun, ketika muncul untuk memberikan reaksi terutama
dengan cara jinak, tanpa memperhatikan corak histologis. Juga telah
dijelaskan dalam kelenjar mirip mammae di vulva, payudara pria dan di
prostat dan vesikula seminalis (Schwartz, 2000).
Kebanyakan tumor tumbuh dengan cepat menjadi ukuran besar
sebelum pasien datang, namun tumor-tumor tidak menetap dalam arti
karsinoma besar. Hal ini disebabkan mereka khususnya tidak invasif;
besarnya tumor dapat menempati sebagian besar payudara, atau
seluruhnya, dan menimbulkan tekanan ulserasi di kulit, namun masih
memperlihatkan sejumlah mobilitas pada dinding dada (Anonim, 2013).
Anamnesa
Pasien khususnya muncul dengan massa payudara keras, bergerak,
berbatas jelas, tidak lunak
Sebuahmassakecil dapat dengan cepat berkembang ukurannya dalam
beberapa minggu sebelum pasien mencari perhatian medis
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
Tumor jarang melibatkan kompleks puting-areola atau meng-ulserasi
kulit
Pasien dengan metastase bisa muncul dengan gejala seperti dispnoe,
kelelahan, dan nyeri tulang
Pemeriksaan Fisik
Disadari adanya massa payudara keras, bergerak, berbatas-jelas,
tidak lunak
Secara ganjil, cystosarcoma phylloides cenderung melibatkan
payudara kiri lebih sering dibandingkan payudara kanan
Diatas kulit mungkin terlihat tampilan licin dan cukup translusen untuk
memperlihatkan vena payudara yang mendasarinya
Temuan fisik (misal, adanya massa bergerak dengan batas jelas) mirip
dengan yang ada pada fibroadenoma
Tumor filoides umumnya bermanifestasi sebagai massa lebih besar
dan memperlihatkan pertumbuhan yang cepat
Temuan mamografi (misal, tampilan kepadatan bundar dengan batas
halus) juga serupa dengan yang terdapat fibroadenoma
Tumor maligna rekuren terlihat lebih agresif dibandingkan tumor asal
Paru merupakan tempat metastase paling sering, diikuti oleh tulang,
jantung dan hati
Gejala untuk keterlibatan metastatik dapat timbul mulai dari sesegera
beberapa bulan sampai paling lambat 12 tahun setelah terapi awal
Kebanyakan pasien dengan metastase meninggal dalam 3 tahun dari
terapi awal
Tidak terdapat pengobatan untuk metastase sistemik yang terjadi
Hitungan kasar 30% pasien dengan tumor filoides maligna meninggal
karena penyakit ini
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada penanda tumor hematologik atau uji darah lainnya yang bisa
digunakan untuk mendiagnosa cystosarcoma
Studi Pencitraan
Pada mammogram, tumor Phyllodes akan memiliki tepi yang berbatas
jelas. Baik mammogram ataupun USG payudara dapat membedakan
secara jelas antara fibroadenoma dan Phyllodes jinak atau tumor
ganas. Jenis tumor payudara ini biasanya tidak ditemukan di dekat
microcalcifications. Sel-sel dari biopsi jarum dapat diuji di laboratorium
tapi jarang memberikan diagnosis yang jelas, karena sel-sel dapat
menyerupai karsinoma dan fibroadenoma. Pada Biopsi bedah akan
menghasilkan potongan jaringan yang akan memberikan sampel sel
lebih baik dan akan menghasilkan diagnosa yang tepat untuk sebuah
tumor Phyllodes.
MRI payudara dapat membantu tindakan operasi dalam pengangkatan
jaringan tumor phyllodes. Sebuah studi membandingkan mammogram
di Italia, USG dan MRI payudara dari tumor Phyllodes melaporkan
bahwa MRI memberikan gambaran yang paling akurat dan ini
membantu ahli bedah tumor dalam menjalankan rencana operasi
mereka. Bahkan jika tumor itu cukup dekat dengan otot-otot dinding
dada, payudara MRI bisa memberikan gambaran yang lebih baik dari
tumor phyllodes daripada mammogram atau USG.
Diagnose banding
Angiosarcoma
Kanker payudara
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
G. Upaya Pencegahan
Pencegahan terhadap jenis penyakit ini seringkali sulit karena
memang penyebab pastinya belum diketahui. Terdapat beberapa
keganasan yang sudah memiliki anjuran pencegahan yang sudah diterima
umum antara lain menghindari merokok (untuk mencegah kanker leher
rahim, paru, mulut), hindari hubungan seksual usia terlalu dini dan gonta-
ganti seksual serta imunisasi HPV (untuk mencegah kanker leher rahim),
hindari alcohol (untuk mencegah kanker lambung, kerongkongan, hati)
dan lainnya. Tetapi yang cukup penting bagi jenis penyakit tumor selain
pencegahan adalah deteksi dini atau tes skrining. Penelitian akan tes
skrining serta cara-cara deteksi dini semakin berkembang ke arah yang
cukup menjanjikan. Terdapat beberapa cara dalam mengenali tumor.
Juga terdapat prosedur-prosedur yang bertahap dilakukan oleh dokter
guna mendiagnosa penyakit ini. Keluhan subjektif yang disampaikan
pasien seringkali tidak banyak menolong karena memang umumnya
gejala tidak spesifik (Schwartz, 2000).
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga
kelompok besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan
milestone. Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang
paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi
kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara,
pencegahan yang dilakukan antara lain berupa (Wikipedia, 2013):
Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu
bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat"
melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai
faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan primer
ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor
risiko terkena kanker payudara.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko
untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan
memiliki siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker
payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi
dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan.
Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua
penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada
mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan
mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa
pertimbangan antara lain:
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan
cancer risk assessement survey.
Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk
dilakukan mammografi setiap tahun.
Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun
sampai mencapai usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker
payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan
SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak.
Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara
hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka
sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%
Pencegahan tertier
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker
payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi
kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan
tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta
mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan.
Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak
berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker
telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan
sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya
berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan
alternatif dengan obat herbal kanker payudara.
H. Teraphy/Pengobatan
Perawatan yang diberikan pada penderita tumor sangat
bergantung pada tipe tumor, penyebab, juga lokasi tumor tumbuh. Jika
dalam pemeriksaan tumor yang dimaksud tidak mempunyai kemungkinan
untuk menyebar, dan area nya sangat aman dan tidak menimbulkan
kerusakan organ di dekatnya, maka tidak diperlukan perawatan yang
serius (Utama, Herry Yudha).
Pengobatan tumor ada berbagai macam, secara umum merupakan
kombinasi antara operasi, radiasi dan kimia (kemoterapi). Tumor jinak jika
mengganggu dan memungkinkan biasanya dioperasi dan diangkat. Dan
selanjutnya kekambuhan jarang terjadi. Tumor jinak tidak memerlukan
terapi radiasi maupun kemoterapi. Berbeda dengan tumor jinak, hanya
kanker stadium sangat awal saja yang dapat diterapi dengan operasi
semata, selebihnya biasanya diterapi kombinasi antar ketiga macam jenis
terapi di atas (Schwartz, 2000).
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
I. Penatalaksanaan
Usia penting dalam manajemen lesi-lesi ini. Dibawah umur 20,
semuanya harus diterapi dengan enukleasi, karena mereka hampir selalu
berperilaku dalam sikap jinak (Schwartz, 2000).
Sitologi aspirasi dapat memberi kesan diagnosis tumor filoides
namun histologi yang lebih tepat pada biopsi jarum inti dibutuhkan
sebelum merencanakan pengobatan (Schwartz, 2000).
Situasinya lain pada pasien yang lebih tua. Beberapa dokter bedah
memiliki pengalaman cukup untuk menjadi dogmatis mengenai
manajemennya. Haagensen melaporkan satu dari seri terbesar, dan
merekomendasikan eksisi lokal luas sebagai pendekatan primer pada
penanganan tumor filoides jinak. Dia memiliki angka rekurensi lokal
sebesar 28% diantara 43 pasien yang ditangani dengan eksisi lokal,
dengan follow-up minimal 10 tahun. Namun hanya 3 dari rekurensi
tersebut yang menuntut mastektomi sekunder, dan tak satupun yang
meninggal akibat tumor ini. Hanya 1 dari 21 pasien yang diterapi dengan
mastektomi (simpel atau radikal) mengalami rekurensi lokal; ini adalah
sarkoma filoides yang dengan cepat menimbulkan metastasis lokal dan
sistemik. Angka rekurensi lebih tinggi untuk tumor filoides jinak
dibandingkan ganas telah dilaporkan dalam sejumlah seri, mencerminkan
pendekatan bedah yang lebih sederhana untuk tumor-tumor yang
diperkirakan kurang serius (Schwartz, 2000).
Jelas bahwa eksisi tak-komplit merupakan penentu utama
rekurensi pada lesi jinak dan menengah. Mengapa rekurensi tinggi
dilaporkan dari kebanyakan seri sementara hal ini begitu baik
diperlihatkan? Ada dua alasan utama: kegagalan untuk mengantisipasi
kemungkinan tumor filoides dan kegagalan mendefinisikan tenik yang
akan meyakinkan eksisi komplit. Yang pertama dapat dijumpai hanya
dengan kecurigaan tingkat tinggi, dan penilaian rangkap tiga pada semua
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
massa sebelum pembedahan. Khususnya penting untuk menghindari
biopsi eksisi sebagai prosedur diagnostik karena hampir tidak mungkin
mempengaruhi batas eksisi tegas dari rongga biopsi, dimana hal ini
dilakukan sebagai prosedur primer sementara tumor masih in situ. Untuk
alasan ini, diagnosis histologis harus dibuat dengan biopsi jarum-inti, atau
setidaknya tidak ada prosedur lebih besar selain biopsi insisi (Jong de
wim, 2004).
Eksisi makroskopik komplit, dengan usulan batas 1 cm, dapat
dipastikan dengan teknik yang tepat. Dengan teknik eksisi biasa
sementara menempatkan traksi pada massa, mudah untuk melakukan
diseksi terlalu dekat ke tumor pada beberapa titik diseksi. Cara yang
dapat dipercaya untuk menghindari hal ini adalah agar dokter bedah
menempatkan jari-jari kiri pada massa, dan memotong diluar jari, dengan
traksi hanya pada jaringan payudara sekitarnya (Ramli Muchlis, 1995).
Untuk lesi kecil dimana diagnosis diusulkan oleh penilaian rangkap
tiga atau tampilan makroskopik (lunak, coklat, tampilan berdaging), tumor
harus dieksisi dengan batas 1-cm dari jaringan payudara normal. Jika
histologinya jinak, hal ini merupakan penatalaksanaan yang cukup,
dengan eksisi quadrantic (seperempat-lingkaran) untuk lesi menengah.
Dimana diagnosis pertama kali dikenali pada pemeriksaan histologi dari
spesimen biopsi eksisi, eksisi quadrantic jaringan parut direkomendasikan
dengan maksud memastikan bersihan lokal yang memenuhi syarat (Ramli
Muchlis, 1995).
Untuk lesi besar dan lesi rekuren, pembersihan yang baik pasti
melibatkan mastektomi mendekati-total dan kami lebih menyukai
mastektomi sederhana, dengan rekonstruksi menengah yang seharusnya
diharapkan pasien. Terdapat beberapa bukti meningkatnya insiden
karsinoma payudara yang berhubungan, serentak atau selanjutnya, pada
pasien dengan tumor filoides dan hal ini merupakan alasan tambahan
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
untuk follow-up jangka panjang yang teliti terhadap pasien-pasien yang
demikian (Ramli Muchlis, 1995).
Terapi Bedah
Pada kebanyakan kasus cystosarcoma phylloides, melakukan
eksisi luas normal, dengan lingkaran jaringan normal. Tidak terdapat
aturan tentang besarnya batas. Namun, batas 2 cm untuk tumor kecil (< 5
cm) dan batas 5 cm untuk tumor besar (> 5 cm) telah dianjurkan.
Lesi tidak seharusnya “dikupas keluar”, seperti yang mungkin
dilakukan dengan fibroadenoma, atau angka rekurensi tanpa dapat
diterima jadi meningkat.
Jika tumor terhadap rasio payudara cukup tinggi dilakukan eksisi
segmental, mastektomi total, dengan atau tanpa rekonstruksi, adalah
sebuah alternatif.
Prosedur yang lebih radikal tidak secara umum dibenarkan.
Melakukan diseksi nodus limfatikus aksila hanya untuk nodus yang
dicurigai secara klinis. Namun, sebenarnya semua nodus ini reaktif
dan tidak mengandung sel-sel maligna.
J. Penatalaksanaan Diet
Berikut penatalaksanaan diet pada kasus tumor:
Menghindari makanan yang diasap dan dibakar. Penyebab kanker lainnya
adalah makanan yang diasap, dibakar, atau diasamkan. Contohnya seperti ikan
asap atau makanan yang diacar. Makanan tersebut beresiko menimbulkan
kanker. Oleh karena itu menghindari atau mengurangi frekuensi mengonsumsi
makanan tersebut menjadi keharusan untuk mencegah kanker.
Menjauhi alcohol. Sejak lama alkohol sudah sering disebut sebagai penyebab
kanker. Untuk mencegah kanker, menghindari konsumsi alkohol merupakan
langkah yang tepat.
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
Menghindari makanan dengan zat pewarna. Banyak makanan saat ini
dicampur dengan zat pewarna agar terlihat menarik. Padahal kandungan zat
pewarna itu sangat berbahaya bagi tubuh dan dapat memicu kanker. Untuk
mencegah kanker, sebaiknya usahakan menghindari makanan yang
menggunakan zat pewarna. Makanan yang menggunakan zat pewarna dapat
diketahui dari warna makanan yang terlihat jauh lebih menarik dibandingkan
warna aslinya.
Menghindari makanan berlemak. Lemak menyebabkan banyak masalah dalam
tubuh. Termasuk sebagai pemicu kanker. Untuk mencegah kanker, hindarilah
makanan-makanan berlemak tinggi.
Makan makanan kaya serat. Buah-buahan dan sayuran merupakan makanan
kaya serat. Memperbanyak konsumsi makanan tersebut sangat baik untuk
mencegah kanker.
Konsumsi vitamin A, C, dan E. Vitamin A, vitamin C, dan vitamin E memiliki
kandungan antioksidan yang sangat berguna untuk mencegah kanker.
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Monitoring
1. Monitoring Diet Pasien
Dari hasil monitoring, diet pasien menunjukkan bahwa selama
dalam masa perawatan, pasien dapat diberikan diet rendah energy
karena status gizi pasien yang berada pada obesitas II. Pemberian
diet ini bertujuan untuk mencapai status gizi sesuai dengan umur,
gender, dan kebutuhan fisik, mencapai IMT normal, dan mengurangi
asupan energy, sehingga tercapai penurunan berat badan sebanyak ½
- 1 kg/minggu.
Berdasarkan hasil recall 24 jam sebelum intervensi tanggal 23
Oktober 2013, diperoleh persentase asupan yaitu energy 48,46%,
protein 42,98%, lemak 81,89%, dan karbohidrat 47,2%.
Adapun hasil monitoring asupan makanan pasien selama
intervensi, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9. Distribusi Hasil Monitoring Asupan Makanan Pasien
HARI URAIANASUPAN ZAT GIZI
E (kkal) P (gr) L (gr) KH (gr)
I24/10/2013
Asupan 1212,28 66,19 89,15 104Kebutuhan 1880,4 74,25 41,7 259% Asupan 64,46 89,25 135,5 40,4
II25/11/2013
Asupan 546,6 27,6 36,7 30,9Kebutuhan 1880,4 74,25 41,7 259% Asupan 29 27,6 36,7 30,9
III26/11/2013
Asupan 409,1 10,86 9,1 70,9Kebutuhan 1880,4 74,25 41,7 259% Asupan 17,9 12,72 14,38 20,8
Rata-rata % asupan 37,1 43,2 62,2 30,7Sumber: Data Primer Terolah, 2013
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa asupan
pasien dari intervensi pertama sampai dengan intervensi hari ketiga
dibandingkan dengan sebelum intervensi sebagian besar mengalami
penurunan, dengan rata-rata % asupan yaitu energy 37,1%, protein
43,2%, lemak 62,2%, dan karbohidrat 30,7%, dimana protein
mengalami peningkatan asupan. Asupan tersebut masih berada di
bawah batas kebutuhan normal. Hal ini disebabkan karena pasien
melakukan puasa sebelum menjalankan proses operasi.
2. Monitoring Pemeriksaan Fisik/Klinik
Tabel 10. Hasil Pemeriksaan Fisik/Klinis
HARI URAIANHasil Pemeriksaan
Nilai Pemeriksaan
Nilai Normal Kriteria
I24/10/13
Tekanan darah 110/80 mmHg 120/80 mmHg Normal Nadi 82x/i 80-120x/i Normal
Respirasi 20x/i 20-45x/i NormalSuhu 37,1ºC 36-37ºC Meningkat
II25/10/13
Tekanan darah 110/80 mmHg 120/80 mmHg Normal Nadi 78x/i 80-120x/i Menurun
Respirasi 20x/i 20-45x/i NormalSuhu 36ºC 36-37ºC Normal
III26/10/13
Tekanan darah 100/70 mmHg 120/80 mmHg Normal Nadi 80x/i 80-120x/i Normal
Respirasi 20x/i 20-45x/i NormalSuhu 36ºC 36-37ºC Normal
Sumber: Data Primer Terolah, 2013
Adapun hasil monitoring dari pemeriksaan fisik/klinis pasien yang
meliputi tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu dapat dikatakan
berada pada batas normal walaupun ada saat di mana suhunya
meningkat (hari 1), dan denyut nadinya menurun (hari 2), tapi
semuanya kembali normal pada hari ke 3. Keadaan pasien yang di
luar batas normal tersebut diakibatkan karena persiapan pasien yang
akan melakukan operasi yang berdampak pada suhu dan nadinya.
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
Perkembangan keadaan umum pasien pada hari ke 3 intervensi dalam
keadaan baik walaupun pada saat itu paseien baru saja menjalankan
prooses operasi.
3. Monitoring Pemeriksaan Laboratorium
Perkembangan data laboratorium pasien tidak dapat di monitior
karena pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan oleh pihak rumah
sakiy selama intervensi studi kasus berlangsung.
B. Hasil Motivasi Diet Pasien
1. Perkembangan Pengetahuan Gizi
Terapi edukasi yang diberikan dengan metode penyuluhan gizi
yang dilakukan selama 2 hari menunjukkan hasil yang baik dimana
mereka merespon baik apa yang kami sampaikan terkait diet yang
dianjurkan, namun pelaksanaannya belum terlihat karena pasien
masih melaksanakan kebiasaan lamanya seperti ngemil..
2. Sikap dan Perilaku Pasien Terhadap Diet
Hasil recall konsumsi 24 jam sebelum pelaksanaan intervensi
menunjukkan bahwa asupan energy, protein, lemak, dan karbohidrat
pasien kurang dari kebutuhan berdasarkan hasil perhitungan
kebutuhan yang disesuaikan dengan jenis diet yag diberikan pada
pasien.
Penyuluhan gizi dan diskusi dapat memberi tambahan
pengetahuan kepada pasien dan penjaganya mengenai jenis diet yang
diberikan, namun untuk menjalankan diet yang diberikan, pasien
masih belum bias melaksanakannya. Hal ini disebabkan karena pasien
memang sudah lama memiliki kebiasaan yang tidak sehat yaitu
ngemil, sehingga butuh waktu untuk mengubah perilaku
.
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
C. Evaluasi Asuhan Gizi Pasien
1. Konsumsi Energi & Zat Gizi Pasien
Hasil monitoring evaluasi asupan energy dan zat gizi selama
studi kasus didapatkan data bahwa terjadi terjadi penurunan asupan
pada zat gizi energy dan lemak, sedangkan penurunan pada protein
dan karbohidrat yaitu energy dari 51,4% menjadi 37,1%, protein dari
41,5% menjadi 43,2%, lemak dari 70,6% menjadi 62,2%, dan
karbohidrat dari 53,3% menjadi 30,7%. Menurunnya asupan tersebut
diakibatkan karena selama intervensi pasien menjalankan puasa
sebelum operasi dan dan makanan yang dikonsumsi selanjutnya
bukanlah makanan rumah sakit melainkan cemilan. Pasien tidak
mengkonsumsi makanan rumah sakit karena kurang menyukai
makanan tersebut apalagi memang kurang suka makan nasi. Kami
hanya bisa memberikan pengertian kepada pasien mengenai
pentingnya mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan
melakukan diet yang sudah dianjurkan. Pasien dan keluarga sudah
memahami pentingnya diet rendah energy yang diberikan, namun
pasien tidak akan semudah itu mengubah kebiasaannya yang sudah
lama.
2. Evaluasi Status Gizi
Keadaan status gizi pasien pada akhir intervensi masih dalam
keadaan berat badan sangat lebih. Hal ini masih bisa ditolerir karena
dibutuhkan waktu yang tidak singkat untuk menurunkan berat badan,
apalagi hanya 3 hari. Pasien dapat menurunkan berat badan mencapai
normal ketika pasien patuh dalam menjalankan dietnya.
3. Perkembangan Pengobatan yang Berhubungan dengan Gizi
Pengobatan yang berhubungan dengan gizi tidak terpantau
selama studi kasus dilaksanakan.
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
4. Perkembangan Terapi Diet
Terapi diet yang diberikan kepada pasien sejak awal intervensi
hingga akhir intervensi tidak berubah. Karena selama intervensi
berlangsung tidak ditemukan adanya penyakit atau masalah baru yang
mengharuskan terjadinya perubahan diet kepada pasien.
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Diagnosa medis Gagal Jantung Kongestif
2. Status gizi pasien adalah obesitas II
3. Pada studi kasus ini, diagnose gizi yang ditegakkan adalah NI-2.1,
NC-3.3, dan NB-1.2 dan diagnose gizi ini masih berlaku setelah
dilakukan intervensi selama 2 hari
4. Jenis diet yang diberikan adalah makanan biasa dan diet rendah
energy.
5. Setelah melakukan intervensi, hasil yang didapatkan bahwa konsumsi
energy, protein, lemak, dan karbohidrat masih kurang dari kebutuhan
B. Saran
1. Terapi diet dan edukasi gizi harus terus dilakukan untuk memberikan
motivasi pada pasien dan keluarganya.
2. Pemeriksaan antropometri, fisik-klinis dan laboratorium harus tetap
dipantau untuk melakukan identifikasi masalah gizi sedini mungkin.
3. Menambah wawasan kepada pasein mengenai makanan yang perlu
dikonsumsi dan yang perlu dibatasi.
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet Edisi Baru. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Utama, Herry Yudha.
http://herrysetyayudha.wordpress.com/2011/11/03/tumor-phylloid-
cystosarcoma-phylloides/ (diakses tanggaal 14 November 2013)
http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_payudara (diakses tanggal 14 November
2013)
http://www.bidadariku.com/idpayudara2.php?kode=90
Jong de wim, 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC.
Ramli muchlis,1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.Jakarta : Binarupa aksara.
Schwartz, 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. Jakarta : EGC.
Sumapradja, Miranti Gutawa, dkk. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT).
Jakarta : Abdi Publising & Printing.
Laporan Magang Dietetik RS. Unversitas Hasanuddin Makassar – 2013Eka Isma Liliany - K21110006