Download - BAB v Dan VI Dry Syrup
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1. Pembuatan sediaan
No Tahapan perlakuan Catatan/hasil
1 Penghalusan bahan Terjadi perubahan bentuk bahan dimana ukuran
bahan mejadi lebih kecil, halus dan homogen.
2 Penimbangan Tidak ada perubahan warna bau dan rasa dari bahan
aktif dan bahan tambahan
3 Pencampuran bahan
dan penyemprotan
etanol
Terbentuk granul yang ukurannya belum homogen
4 Pemanasan Terbentuk granul basah
5 Pengayakan Terbentuk granul dengan ukuran yang homogen
6 Pengeringan Terbentuk granul kering
7 Pengayakan Terbentuk granul dengan ukuran lebih kecil
5.1.2 Evaluasi sediaan
No
Evaluasi Alat Hasil
Standar yang
Memenuhi Syarat
Keterangan
1Uji
organoleptikPanca indera
Granul putih kehijauan, beraroma
vanila setelah direkonstitusikan
berupa cairan berwarna coklat krem,
dengan rasa pahit.
Bentuk dan warna granul sedapat
mungkin teratur (Ansel, 1989)
Tidak memenuhi keinginan
2 Uji Daya Alir Corong besar, statif dan
klem
Daya alir buruk Aliran granul yang
baik jika waktu yang diperlukan
Tidak memenuhi persyaratan
bulat
untuk mengalirkan
150 gram granul ≤ 10
detik (Palobo,
2012)
3Uji Sudut istirahat
Corong besar, statif dan
klem bulat
Daya alir buruk sehingga tidak dapat dilakukan uji sudut
istirahat
jika α ≤ 300
menunjukangranul dapat
mengalir bebas,
sedangkan jika α≥ 400
menunjukan daya alir granul kurangBaik
(Palobo, 2012)
Tidak memenuhi persyaratan
4Uji distribusi
ukuran partikel
Mikros-kop
34,44 µm
Ukuran partikel 0,1 – 100 µm (Martin, 1993)
Memenuhi keinginan
5 Uji porositasGelas ukur
2,44 g/ml
Semakin besar
porositas maka
semakin kecil kontak
antar partikel maka
kecepatan alir akan semakin
baik (Forner, 1981)
Memenuhi syarat
6 Uji pH pH
meter
pH 7,88 pH 9-11 / Tidak
memenuhi
persyaratan
7 Viskositas
Vikome
ter rion
(spindle
no.3)
0,50 dPa’s
Viskositas
tinggi
dalam
wadah
namun
dapat
dituang dan
tersebar
mudah
(Martin,
1993)
Tidak
memenuhi
persyaratan
8Laju
sedimentasi
Gelas
ukur 50
mL
0,6
Nilai F
mendekati 1
(Lieberman,
1996)
Memenuhi
persyaratan
9 HomogenitasKaca
arlojiHomogen
Tidak
terdapat
butiran-
butiran
kasar pada
lempeng
kaca
(Agoes,
2008)
Memenuhi
syarat
1
0
Waktu
rekonstitusi
Gelas
ukur
Granul terekonstitusi
sempurna dalam
waktu 10 detik
Kemampu-
an
redispersi
baik jika
suspensi
terekonstitu
Memenuhi
persyaratan
si sempurna
dengan
pengocokan
tangan
dalam
waktu
kurang dari
30 detik
(Lieberman,
1996)
5.2 Analisis Hasil Penelitian
5.2.1 Pembahasan
Dry syrup adalah sirup yang dimaksudkan untuk disuspensikan dalam air
atau pembawa lainnya sebelum pemberian. Sediaan dry syrup azithromycin dibuat
sebanyak 3 botol dalam sekali produksi. Dalam pembuatan dry syrup ini terlebih
dahulu dilakukan studi preformulasi terhadap bahan-bahan tambahan yang
digunakan. Adapun bahan tambahan yang umum digunakan dalam sediaan dry
syrup antara lain zat aktif, pemanis, pengawet, pembasah, suspending agent, dan
flavoring agent. Pemanis yang digunakan dalam sediaan ini adalah sukrosa.
Pemanis digunakan untuk menutupi rasa pahit dari azithromycin. Batasan
penggunaan sukrosa sebagai pemanis adalah 67 %. Alasan penggunaan sukrosa
karena sukrosa merupakan pemanis yang aman untuk anak-anak dan dapat larut
pada air panas suhu 90°C.
Pembasah yang digunakan adalah sodium lauryl sulfat (SLS). Alasan
penggunaan SLS karena SLS memiliki range pH yanng sesuai dengan pH
azitrhromycin. Bentonit digunakan sebagai suspending agent karena memiliki
range pH 9,5 hingga 10,5 yang sesuai dengan pH azithromycin dan merupakan
bahan yang tidak toksik dan tidak mengiritasi. Flavoring agent yang digunakan
adalah vanilin. Vanilin memiliki rasa vanila sehingga banyak disukai anak-anak.
Flavoring agent berfungsi untuk memberikan aroma dan rasa pada sediaan.
Dalam sediaan sirup juga digunakan pengawet. Pengawet yang digunakan dalam
sediaan ini adalah sodium asetat. Dipilih sodium asetat sebagai pengawet karena
pHnya sesuai dan tidak incompactible dengan bahan-bahan yang lain.. Pengawet
berfungsi agar sediaan tidak cepat rusak dan tidak ditumbuhi mikroba. Etanol
digunakan untuk membasahi granul sehingga granul yang terbentuk lebih terikat.
Pembuatan sediaan dry sirup azithromycin menggunakan metode granulasi
karena laju alir dari azithromycin tidak diketahui di dalam literatur sehingga
dibuat dalam bentuk granul. Keuntungan metode granulasi dibandingkan metode
yang lain yakni dapat memperbaiki sifat alir yang buruk dari suatu bahan dan
penampilannya lebih bagus. Pertama-tama disiapkan alat dan bahan kemudian
dikalibrasi botol 30 mL lalu ditimbang dan dihaluskan bahan-bahan. Tujuan
penghalusan bahan adalah agar terbentuk granul yang homogen. Setelah
ditimbang semua bahan dicampurkan dan dibentuk granul dengan cara
menyemprotkan etanol. Selanjutnya dilakukan pengayakan untuk mendapatkan
granul dengan ukuran yang diinginkan. Pengayak yang digunakan adalah
pengayak dengan nomor mesh 20. Selanjutnya granul dikeringkan untuk
menghilangkan atau menguapkan etanol, kemudian diayak kembali dengan
pengayak yang memiliki lubang lebih kecil yakni pengayak dengan nomor mesh
40. Setelah terbentuk granul, dilakukan pengemasan ke dalam botol dan juga
dilakukan evaluasi. Evaluasi untuk sediaan dry syrup terdiri dari evaluasi granul
yakni sediaan padat yang belum direkonstitusikan yang meliputi uji organoleptik,
uji daya alir, uji sudut istirahat, uji ukuran partikel serta uji porositas dan
dilakukan juga evaluasi dry syrup dalam bentuk sediaan cair yang telah
ditambahkan pembawanya, evaluasi ini meliputi uji organoleptik, uji pH, uji
waktu rekonstitusi, uji volume sedimentasi, uji kemampuan redispersi, uji
viskositas, dan uji homogenitas.
Evaluasi tersebut dilakukan untuk mengontrol kualitas dari sediaan yang
dihasilkan. Uji organoleptik berguna untuk mengetahui rasa, bau dan warna dari
sediaan. Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa warna dari granul azithromycin
adalah berwarna putih kehijauan, berasa pahit dan beraroma khas vanila dan
setelah direkonstitusikan terbentuk cairan yang viskositasnya tidak sekental
suspensi pada umumnya (cair), berwarna coklat krem, dengan rasa pahit.
Uji laju alir mempengaruhi kemudahan suspensi untuk dituang ke wadah
tempat suspensi kering direkonstitusikan. Semakin besar laju alir dari suspensi
kering maka laju alirnya akan semakin baik dan suspensi kering tersebut akan
semakin mudah dituang. Berdasarkan literatur uji laju alir dikatakan sangat baik
jika lebih besar dari 10 gram/s, dikatakan baik jika antara 4 sampai 10 gram/s,
dikatakan sukar mengalir jika range antara 1,6 sampai 4 gram/s, dan dikatakan
sangat sukar mengalir jika kurang dari 1,6 gram/s (Palobo, 2012). Dalam
percobaan ini tidak didapat hasil kecepatan alir, karena serbuk yang mampat pada
corong yang digunakan, hal tersebut menandakan bahwa serbuk azithromycin
yang terbentuk memiliki laju alir yang buruk. Untuk mengatasi hal tersebut
seharusnya perlu ditambahkan pengikat. Pengikat yang umum digunakan dalam
pembuatan dry syrup adalah kolidon yang ditambahkan dalam bentuk serbuk.
Untuk mengetahui laju alir dari granul bisa juga digunakan evaluasi sudut
istirahat, sudut istirahat adalah sudut maksimum antara permukaan dari sejumlah
serbuk dengan bidang horizontal. Berdasarkan pengamatan tidak dapat diketahui
sudut istirahatnya karena granul tidak dapat mengalir. Berdasarkan literatur jika
sudut istirahat kurang dari 25 maka serbuk akan mengalir dengan sangat baik, jika
sudut istirahat antara 25 sampai 30 maka serbuk akan mengalir dengan baik, jika
sudut istirahat antara 30 sampai 40 maka serbuk cukup mengalir, dan jika sudut
istirahat lebih besar dari 40 maka daya alir serbuk kurang baik (Palobo, 2012).
Uji distribusi ukuran partikel berguna untuk mengetahui baik tidaknya
granul yang terbentuk. Bila granul yang terbentuk baik maka pada saat
pengayakan sebagian besar granul tersebut akan tertahan di ayakan dengan mesh
yang dikehendaki karena granul yang terbentuk cukup kuat untuk
mempertahankan bentuknya dan tidak kembali menjadi serbuk. Berdasarkan
pengamatan diketahui bahwa rata-rata ukuran serbuk yang terbentuk adalah 34,44
µm.
Porositas merupakan perbandingan antara volume total masing-masing
rongga dengan volume bulk dan volume sebelum dimampatkan. Semakin besar
porositas maka semakin kecil kontak antar partikel maka kecepatan alir akan
semakin baik (Forner, 1981). Berdasarkan pengamatan didapatkan persentase
porositas granul adalah 72%.
Uji pH dilakukan untuk memastikan bahwa pH sediaan yang dibuat berada
dalam range yang diinginkan yakni 9 hingga 11. Jika pH sediaan keluar dari range
tersebut maka dapat dikatakan sediaan tersebut tidak stabil secara kimia.
Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa pH sediaan adalah 7,88. Maka dapat
disimpulkan bahwa sediaan tersebut tidak stabil selama penyimpanan.
Suatu sediaan suspensi kering yang baik memiliki kriteria tertentu,
diantaranya cepat terdispersi homogen saat direkonstitusikan. Semakin cepat
waktu rekonstitusi dari suatu suspensi kering maka semakin baik pula sediaan
tersebut karena semakin mudah suspensi kering untuk direkonstitusikan maka
akan mempermudah pasien dalam menggunakan sediaan tersebut. Hasil uji waktu
rekonstitusi menunjukkan bahwa sediaan yang terbentuk dapat terekonstitusi
dalam waktu 10 detik. Dry syrup dikatakan baik jika dapat terekonstitusi
sempurna dalam waktu kurang dari 30 detik (Lieberman,1996).
Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan dari
suspensi yang dibuat. Kekentalan sediaan tersebut akan mempengaruhi
kenyamanan dan aseptibility pasien, bila suspensi yang terbentuk terlalu kental
maka akan terasa tidak nyaman ketika dikonsumsi oleh pasien. Berdasarkan
pengamatan diketahui bahwa viskositas adalah 0,50 dPaS. Sediaan suspensi pada
umumnya diharapkan memiliki viskositas tinggi dalam wadah namun dapat
dituang dan tersebar mudah (Martin, 1993).
Uji volume sedimentasi bertujuan untuk mengetahui rasio volume akhir
sedimen sediaan suspensi flokulasi dengan volume awal suspensi sebelum terjadi
pengendapan. Jika volume sedimentasi sama dengan atau mendekati 1 maka
sediaan dinyatakan sebagai “floculation equilibrium” yakni merupakan sediaan
yang baik karena tidak adanya supernatan jernih pada pendiaman. Jika volume
sedimentasi lebih besar daripada 1 maka terjadi “floc” sangat longgar dan halus
sehingga volume akhir lebih besar dari volume awal, maka perlu ditambahkan zat
tambahan(Lieberman, 1996). Berdasarkan pengujian diketahui bahwa volume
sedimentasi sediaan adalah 0,6 artinya sediaan yang terbentuk cukup baik.
Uji yang terakhir adalah uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan
untuk melihat penyebaran zat aktif dalam sediaan. Berdasarkan pengujian
diketahui bahwa zat aktif tersebar merata dalam sediaan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil produksi dapat disimpulkan bahwa :
1. Sediaan dry sirup azithromycin dibuat dengan metode granulasi basah.
2. Dry syrup azhitromycin memenuhi persyaratan uji distribusi ukuran partikel,
uji waktu rekonstitusi dan uji homogenitas.
3. Masalah dalam formulasi dry syrup azithromycin dapat diatasi dengan
penambahan pengikat.
6.2. Saran
Diharapkan adanya uji stabilitas antimikroba untuk mengetahui stabilitas
antimikroba dari sediaan dry syrup azithromycin.