26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Subyek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
SMA Kristen Purwodadi merupakan tempat yang dipilih penulis untuk
melakukan penelitian. Sekolah ini berada di Jln. Kapten P.A. Tendean No. 15
Purwodadi, yang dikepalai oleh Drs. Dodik Jarmanto.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dari kelompok eksperimen mengenai konsentrasi
belajar sebelum mendapat layanan bimbingan dapat dijelaskan pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Perbandingan hasil pre test kelompok kontrol dan eksperimen
Kategori
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Frekuensi Prosentase
(%)
Frekuensi Prosentase
(%)
Sangat rendah 5 33,33 5 35,71
Rendah 6 40 5 35,71
Sedang 3 20 4 28,58
Total 14 100 14 100
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebelum kelompok
eksperimen diberi layanan bimbingan kelompok konsentrasi belajar terdapat
27
5 (33,33%) siswa pada kategori sangat rendah, 6 (40%) siswa pada kategori
rendah, 3 (20%) pada kategori sedang, serta.
Pada kelompok eksperimen skor tertinggi sebesar 18 dan skor terendah
1 dengan rata – rata 7,53. Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 5
(35,71%) pada kategori sangat rendah dan rendah serta 4 (28,58%) siswa
berada pada kategori sedang.
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Tes Awal (pre - test)
Pre-test dilaksanakan pada tanggal 26 September 2011 dengan
menyebar skala konsentrasi belajar siswa yang terdiri dari 20 item
pernyataan. Instrument ini dibagikan kepada 28 siswa dan selanjutnya dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu 14 siswa sebagai kelompok ekperimen dan 14
siswa sebagai kelompok kontrol. Dari hasil pre test diperoleh p = 0, 564 ≥
0,050 dan rata – rata kelompok eksperimen sebesar 6,7857 sedang rata – rata
kelompok kontrol sebesar 7,4667 Kemudian kelompok eksperimen akan
diberi layanan bimbingan kelompok.
2. Perlakuan (treatment)
Treatment diberikan dengan memberi layanan secara berkelanjutan
menggunakan bimbingan kelompok sesuai dengan jadwal yang disepakati
penulis dengan siswa yaitu hari Senin, Rabu, dan Jumat. Kegiatan
eksperimen dilaksanakan 8 kali pertemuan yaitu mulai tanggal 21 November
2011 sampai tanggal 9 Desember 2011. Layanan ini dikatakan berhasil
apabila siswa menunjukkan antusiasme mengikuti kegiatan dan siswa dapat
28
meningkatkan konsentrasi belajar. Adapun sesi eksperimen melalui
bimbingan kelompok sebagai berikut :
Tabel4.2
Tabel Kisi-Kisi Skala Meningkatkan Kosentrasi Belajar
Konsep Sub konsep Indikator empirik butir soal nomor
belajarsuatu kondisi
tertentu yang dialami
oleh seorang siswa
dan menghambat
kelancaran proses
belajarnya. Kondisi
tertentu itu dapat
berkenaan dengan
keadaan dirinya
yaitu berupa
kelemahan-
kelemahan yang
dimiliki oleh siswa
dan juga dapat
berkenaan dengan
lingkungan yang
a. karakter
siswa
b. reward dan
punisment
dalam
belajar
1. Susah sekali membuat saya berkonsentrasi belajar pada tugas-tugas sekolah
2. Saya sering bosan atau jenuh pada saat belajar
3. Saya sering melamun ketika belajar
4. Saya sering mengalami kesulitan untuk memusatkan pikiran ketika belajar
5. Orang lain nampak mudah melakukan sesuatu dibandingkan saya
6. Saya sulit menetapkan pikiran 1. merasa tertekan bila tidak bisa
mengikuti pelajar di kelas dengan baik
2. saya berusaha untuk mempelajari terlebih dahulumateri yang akan ngikuti pelajaran di kelas agar dapat mengikuti pelajaran tersebut dengan baik
3. sering kuatir akan hal – hal buruk akan menimpa saya
4. saya sering cemas atau tidak tenang ketika duduk
5. saya belajar setiap malam tidak hanya pada saat ulangan saja
6. saya tidak bisa belajar bila suasananya ramaidan bising
29
tidak
menguntungkan bagi
dirinya
c. mengubah kebiasaan belajar
7. saya merasa gelisa bila nilai ualangan saya jelek
8. saya harus belajar dalam keadaan tenang tanpa ada permasalahan yang sedang saya hadapi supaya saya dapat belajar dengan baik
1 saya sering melamun ketika saat belajar
2 saya sering susah beristirahat 3 saya sering gugup 4 bila ada masalah saya tidak bisa
belajar denga baik 5 merasa cemas bila orang tua saya
marah karena prestasi belajar saya menurun
6 saya sering cemas atau tidak tenang ketika duduk
a. Pertemuan I dilaksanakan pada hari Senin, 21 November 2011
Tujuan dari pertemuan pertama ini adalah siswa mampu
memahami cara – cara meningkatkan konsentrasi belajar, melatih cara
meningkatkan konsentrasi belajar, serta mengatasi masalah konsentrasi
belajar. Dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok terdapat
langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :
30
1) Tahap awal
Pada tahap ini penulis menyiapkan SATLAN Bimbingan
Kelompok, materi, dan lembar penilaian yang akan digunakan.
Pertemuan ini diawali dengan pembinaan rapport serta attending
untuk mengkondisikan suasana kelompok siap mengikuti kegiatan
ini. Sebelum memasuki kegiatan inti, penulis mengajak siswa
melakukan ice breaking agar siswa lebih bersemangat.
2) Tahap pelaksanaan kegiatan
Pertemuan pertama diadakan pada tanggal 21 November 2011
bertempat di ruang kelas XI IPS 3 setelah pulang sekolah.
Penulis mengadakan rapport serta melakukan attending
kepada siswa untuk mengkondisikan suasana kelompok sehingga
mereka siap mengikuti bimbingan kelompok. Penulis kemudian
menjelaskan pengertian, tujuan, asas serta mekanisme pelaksanaan
bimbingan kelompok. Untuk mencairkan suasana penulis
mengadakan ice breaking sebelum memasuki kegiatan inti. Siswa
yang awalnya tidak bersemangat mengikuti kegiatan ini menjadi
mulai tertarik dan antusias. Memasuki kegiatan inti, penulis
menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu pemberian
informasi mengenai konsentrasi belajar serta diskusi bersama –
sama. Penulis memberikan petunjuk kegiatan kepada siswa.
Kemudian siswa mulai mendengarkan penjelasan dari penulis
kemudian penulis mencoba memancing siswa agar mau bertanya.
31
Pada proses diskusi masih sedikit pasif karena hanya 3 siswa yang
mau bertanya sedangkan siswa lain masih diam dan kurang antusias.
Kemungkinan siswa masih asing dengan kegiatan bimbingan
kelompok dan belum terlalu terbuka kepada penulis.
3) Tahap evaluasi kegiatan
Sebagai evaluasi penulis mengadakan evaluasi proses yaitu
dengan mengobservasi proses bimbingan kelompok pada pertemuan
pertama. Kemudian penulis mengevaluasi hasil kegiatan dengan
lembar penilaian segera (laiseg) yang harus diisi siswa setelah
kegiatan bimbingan kelompok berlangsung.
Dari hasil observasi, penulis menyimpulkan bahwa siswa –
siswa masih merasa asing dan belum nyaman mengikuti kegiatan.
Pada proses diskusi awal hanya 3 siswa yang berani bertanya
sedangkan siswa lain cenderung diam dan berbicara sendiri dengan
siswa lain. Hal ini disebabkan karena siswa belum terlalu mengenal
penulis sebagai pemberi layanan serta siswa belum pernah mengikuti
layanan bimbingan kelompok.
Sedangkan dari hasil laiseg yang telah diisi oleh siswa
diperoleh hasil siswa memahami topik yang telah dibahas pada
pertemuan pertama serta siswa mampu mendapatkan hal – hal yang
baru dari hasil layanan bimbingan kelompok seperti senang
mengikuti kegiatan yang baru, dan mendapatkan materi yang tidak
didapatkan saat jam BK. Dari layanan ini, siswa merasa memperoleh
32
keuntungan seperti mengetahui cara meningkatkan konsentrasi
belajar sehingga mampu mengikuti pelajaran dengan baik.
b. Pertemuan II dilaksanakan pada hari Rabu, 23 November 2011
Tujuan dari pertemuan kedua ini adalah siswa mampu memahami
cara –cara memusatkan pikiran, melatih cara memusatkan pikiran, serta
mengatasi masalah dalam memusatkan pikiran. Dalam melaksanakan
layanan bimbingan kelompok terdapat langkah-langkah yang digunakan
penulis yaitu :
1) Tahap awal
Pada tahap ini penulis menyiapkan SATLAN Bimbingan
Kelompok, materi, serta lembar penilaian yang akan digunakan.
Pertemuan ini diawali dengan pembinaan rapport serta attending
untuk mengkondisikan suasana kelompok siap mengikuti kegiatan
ini. Sebelum memasuki kegiatan inti, penulis mengajak siswa
melakukan permainan agar siswa lebih bersemangat.
2) Tahap pelaksanaan kegiatan
Penulis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada
pertemuan kedua yaitu mendiskusikan materi mengenai cara – cara
memusatkan pikiran dalam belajar. Siswa diminta menceritakan
permasalahannya yang berhubungan dengan permasalahan
pemusatan pikiran atau kesulitan berkonsentrasi dalam belajar. Siswa
diminta bercerita masalahnya satu per satu. Kemudian setiap siswa
diberikan kertas kosong dan diminta menuliskan apa yang
33
menyebabkan susah konsentrasi dan diminta menyebutkan cara –
cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah konsentrasi. Tiap
siswa berdiskusi mengenai kelebihan dan kelemahan cara yang akan
diambil untuk mengatasi masalah konsentrasi belajar.
3) Tahap evaluasi kegiatan
Sebagai evaluasi penulis mengadakan evaluasi proses yaitu
dengan mengobservasi proses bimbingan kelompok pada pertemuan
kedua. Kemudian penulis mengevaluasi hasil kegiatan dengan lembar
penilaian segera (laiseg) yang harus diisi siswa setelah kegiatan
bimbingan kelompok berlangsung.
Pada pertemuan kedua ini siswa sudah mulai terbuka dan
antusias dengan kegiatan bimbingan kelompok. Siswa sudah berani
bertanya dan berpendapat dalam proses diskusi bahkan ada beberapa
perdebatan mengenai pendapat satu sama lainnya.
Hasil laiseg yang telah diisi oleh siswa diperoleh hasil siswa
memahami topik yang telah dibahas pada pertemuan kedua yaitu
mengenai cara –cara memusatkan pikiran serta siswa mampu
mendapatkan hal – hal yang baru dari hasil layanan bimbingan
kelompok seperti mendapatkan materi yang tidak didapatkan saat jam
BK serta memperoleh tips cara untuk memusatkan pikiran. Selain iu
siswa dapat belajar memberanikan diri untuk berpendapat di depan
orang lain sehingga mampu menambah rasa percaya diri siswa. Dari
layanan ini, siswa merasa memperoleh keuntungan seperti
34
mengetahui cara untuk memusatkan pikiran dalam belajar sehingga
mampu mengikuti pelajaran dengan lebih berkonsentrasi.
c. Pertemuan III dilaksanakan pada hari Jumat, 25 November 2011
Tujuan dari pertemuan ketiga ini adalah siswa mampu memahami
cara meningkatkan motivasi, menerapkan cara tersebut serta mampu
meningkatkan motivasi belajarnya. Dalam melaksanakan layanan
bimbingan kelompok terdapat langkah-langkah yang digunakan penulis
yaitu :
1) Tahap awal
Pada tahap ini penulis menyiapkan SATLAN Bimbingan
Kelompok, materi, dan lembar penilaian yang akan digunakan.
Pertemuan ini diawali dengan pembinaan rapport serta attending
untuk mengkondisikan suasana kelompok siap mengikuti kegiatan
ini. Sebelum memasuki kegiatan inti, penulis mengajak siswa
melakukan selingan agar siswa lebih bersemangat.
2) Tahap pelaksanaan kegiatan
Awalnya penulis memberikan informasi mengenai bagaimana
cara meningkatkan motivasi belajar. Kemudian siswa mengadakan
diskusi mengenai motivasi belajar dan masalah yang terkait denga
motivasi belajarnya. Para siswa saling memberikan masukan agar
dapat meningkatkan motivasinya dalam belajar. Proses diskusi
berjalan aktif dan lancer banyak ide mengenai pemecahan masalah
untuk meningkatkan motivasi yang dilontarkan para siswa. Ada yang
35
berani mengutarakan masalahnya mengenai masalah kurangnya
motivasi belajar dan teman lain memberikan saran –saran. Saat
proses diskusi, penulis hanya sebagai fasilitator. Kegiatan yang
dilakukan berikutnya adalah permainan origami yang bertujuan
untuk meningkatkan rasa motivasi siswa terhadap suatu hal. Pada
waktu proses permainan berlangsung, siswa sangat antusias
melakukan permainan. Siswa saling berlomba untuk menjadi
pemenang. Setelah waktu habis, penulis mengumumkan kelompok
yang menang dan kalah. Siswa yang menang berhak memberikan
hukuman kepada kelompok yang kalah.
3) Tahap evaluasi kegiatan
Sebagai evaluasi penulis mengadakan evaluasi proses yaitu
dengan mengobservasi proses bimbingan kelompok pada pertemuan
ketiga. Kemudian penulis mengevaluasi hasil kegiatan dengan lembar
penilaian segera (laiseg) yang harus diisi siswa setelah kegiatan
bimbingan kelompok berlangsung.
Proses kegiatan layanan bimbingan kelompok pada tahap
ketiga berjalan lancar dan aktif. Siswa antusias mengikuti diskusi
dan permainan kelompok. Siswa banyak yang mengutarakan
pendapatnya saat diskusi serta berani menceritakan permasalahannya
mengenai motivasi belajar. Siswa masih banyak terkendala dengan
motivasi dalam belajar. Banyak siswa masih mempunyai motivasi
36
belajar rendah. Kemudian siswa diajak untuk melakukan permainan
motivasi dan siswa sangat antusias melakukan permainan tersebut.
Setelah melihat hasil laiseg yang diisi siswa, penulis
menyimpulkan bahwa siswa sangat senang dengan kegiatan
bimbingan ini. Siswa sanagt senang melakukan permainan motivasi
yang baru bagi siswa. Siswa menjadi paham bahwa motivasi itu
penting dalam belajar sehingga siswa akan melakukan cara – cara
untuk meningkatkan motivasinya. Siswa sangat senang apabila
bimbingan kelompok penuh dengan permainan yang menyenangkan.
d. Pertemuan IV dilaksanakan pada hari Senin, 28 November 2011
Tujuan dari pertemuan keempat ini adalah siswa mampu
memahami cara – cara mengatasi rasa kuatir, mampu menerapkan cara
mengatasi rasa kuatir, serta mampu menggunakan cara –cara mengatasi
rasa kuatir. Dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok terdapat
langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :
1) Tahap awal
Pada tahap ini penulis menyiapkan SATLAN Bimbingan
Kelompok, materi, dan lembar penilaian yang akan digunakan.
Pertemuan ini diawali dengan pembinaan rapport serta attending
untuk mengkondisikan suasana kelompok siap mengikuti kegiatan
ini. Sebelum memasuki kegiatan inti, penulis mengajak siswa
melakukan ice breaking agar siswa lebih bersemangat.
2) Tahap pelaksanaan kegiatan
37
Penulis awalnya memberikan informasi terlebih dahulu
mengenai pengertian rasa kuatir dalam belajar. Siswa mengikuti
kegiatan dengan cukup antusias. Kemudian siswa diminta
menuliskan permasalahannya yang berhubungan dengan rasa kuatir
pada saat proses belajar baik di sekolah maupun di rumah. Siswa
diminta menuliskan apa yang menjadi penyebab rasa kuatir tersebut
serta tindakan yang sudah dilakukan untuk mengurangi rasa kuatir
tersebut. Setelah selesai tiap siswa menceritakan pengalamannya
tersebut dan siswa lain memberikan pendapat mengenai kelemahan
dan kelebihan cara yang dipakai untuk mengurangi rasa kuatir dalam
belajar. Semua siswa mendiskusikan kegiatan tersebut kemudian tiap
siswa memilih jalan keluar yang akan dilakukan agar dapat
mengurangi rasa kuatir dalam belajar baik di sekolah maupun di
rumah.
3) Tahap evaluasi kegiatan
Sebagai evaluasi penulis mengadakan evaluasi proses yaitu
dengan mengobservasi proses bimbingan kelompok pada pertemuan
keempat. Kemudian penulis mengevaluasi hasil kegiatan dengan
lembar penilaian segera (laiseg) yang harus diisi siswa setelah
kegiatan bimbingan kelompok berlangsung.
Pada proses diskusi terlihat beberapa siswa masih antusias
memberikan pendapat maupun saran kepada siswa lain. Tetapi sekitar
3 siswa cenderung pasif dan banyak diam. Siswa tersebut akan
38
memberikan pendapat apabila diminta oleh penulis. Tetapi secara
keseluruhan, kegiatan berjalan lancar dan semua siswa mengutarakan
masalahnya dengan cukup jelas sehingga teman lain dapat
memberikan saran dan pendapatnya.
e. Pertemuan V dilaksanakan pada hari Rabu, 30 November 2011
Tujuan dari pertemuan kelima ini adalah siswa mampu memahami
cara – cara mengatasi rasa tertekan, menerapkan cara tersebut serta
mampu menggunakan cara – cara mengatasi perasaan tertekan. Dalam
melaksanakan layanan bimbingan kelompok terdapat langkah-langkah
yang digunakan penulis yaitu :
1) Tahap awal
Pada tahap ini penulis menyiapkan SATLAN Bimbingan
Kelompok, materi, dan lembar penilaian yang akan digunakan.
Pertemuan ini diawali dengan pembinaan rapport serta attending
untuk mengkondisikan suasana kelompok siap mengikuti kegiatan
ini. Sebelum memasuki kegiatan inti, penulis mengajak siswa
melakukan selingan agar siswa lebih bersemangat.
2) Tahap pelaksanaan kegiatan
Memasuki tahap inti, Penulis memberikan informasi mengenai
pengertian rasa tertekan dalam belajar, serta cara – cara mengurangi
perasaan tertekan dalam belajar. Siswa kemudian diberikan kertas
kosong. Siswa diminta membagi kertas tersebut menjadi dua bagian
39
dengan menggaris tepat di tengah kertas. Pada bagian kiri siswa
menuliskan kelebihan langkah – langkah yang pernah dilakukan
untuk mengurangi perasaan tertekan. Pada bagian kanan siswa
diminta menuliskan kelebihan cara – cara yang telah dilakukan serta
menuliskan cara – cara yang baru yang akan diambil untuk
mengurangi perasaan tertekan dalam belajar. Setelah siswa selesai
mengerjakan maka hasil jawaban tersebut didiskusikan bersama.
Siswa sangat antusias pada kegiatan dengan topik perasaan tertekan
dalam pelajaran karena siswa sering mengalami hal tersebut. Banyak
siswa yang mengutarakan permasalahannya, berpendapat dan
bertanya baik kepada siswa lain maupun kepada penulis. Pada akhir
kegiatan siswa diminta memilih langkah mana yang akan diambil
dan akan dilakukan dikemudian hari untuk mengurangi perasaan
tertekan.
3) Tahap evaluasi kegiatan
Sebagai evaluasi penulis mengadakan evaluasi proses yaitu
dengan mengobservasi proses bimbingan kelompok pada pertemuan
kelima. Kemudian penulis mengevaluasi hasil kegiatan dengan
lembar penilaian segera (laiseg) yang harus diisi siswa setelah
kegiatan bimbingan kelompok berlangsung.
Dari hasil kegiatan tersebut diketahui bahwa siswa sering
mengalami perasaan tertekan terutama pada saat ulangan atau tes
mata peajaran tertentu seperti matematika, ekonomi, akuntansi, dan
40
seagainya. Siswa menjadi tidak dapat berkonsentrasi dengan baik.
Ada perasaan grogi dan takut pada matapelajaran tertentu dan
membuat siswa sering ceroboh dan tidak teliti dalam mengerjakan
soal dan tidak konsentrasi dalam pelajarannya. Kegiatan bimbingan
kelompok ini cukup membantu siswa mencari jalan keluar yang tepat
untuk mengatasi perasaan tertekan itu. Tetapi secara keseluruhan
kegiatan bimbingan kelompok ini berjalan lancar dan aktif dalam
prosesnya.
f. Pertemuan VI dilaksanakan pada hari Jumat, 2 Desember 2011
Tujuan dari pertemuan keenam ini adalah siswa mampu memahami
cara – cara mengatasi gangguan pemikiran, menerapkan cara – cara
mengatasi gangguan pemikiran, serta dapat mengatasi gangguan
pemikiran. Dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok terdapat
langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :
1) Tahap awal
Pada tahap ini penulis menyiapkan SATLAN Bimbingan
Kelompok, materi, dan lembar penilaian yang akan digunakan.
Pertemuan ini diawali dengan pembinaan rapport serta attending
untuk mengkondisikan suasana kelompok siap mengikuti kegiatan
ini. Sebelum memasuki kegiatan inti, penulis mengajak siswa
melakukan permainan agar siswa lebih bersemangat.
41
2) Tahap pelaksanaan kegiatan
Penulis awalnya memberikan informasi mengenai pengertian
gangguan pemikiran dalam belajar serta cara mengatasi gangguan
pemikiran yang biasa muncul dalam proses belajar. Kemudian siswa
dibagikan studi kasus mengenai suatu permasalahan gangguan
pemikiran dalam belajar. Siswa diminta mengidentifikasi permasalan
tersebut, apa yang menjadi permasalahannya, memberikan saran
mengenai cara – cara untuk mengatasi gangguan pemikiran dalam
belajar. Siswa juga diminta menuliskan kelemahan dan kelebihan
langkah – langkah tersebut. Setelah siswa menjawab pertanyaan
yang ada di studi kasus tersebut, siswa mengadakan brainstorming.
Pada proses brainstorming, siswa cukup aktif dalam memberikan
saran dan pendapat terhadap hasil identfikasi siswa lain. Dalam
kegiatan brainstorming siswa tidak boleh menyangkal dan
memberikan komentar negatif terhadap pendapat siswa lainnya.
3) Tahap evaluasi kegiatan
Sebagai evaluasi penulis mengadakan evaluasi proses yaitu
dengan mengobservasi proses bimbingan kelompok pada pertemuan
keenam. Kemudian penulis mengevaluasi hasil kegiatan dengan
lembar penilaian segera (laiseg) yang harus diisi siswa setelah
kegiatan bimbingan kelompok berlangsung.
Dari hasil evaluasi yang diadakan, penulis menyimpulkan
siswa sudah aktif dalam menyampaikan pendapat dan dalam
42
menceritakan permasalahannya. Siswa juga telah memahami
mengenai topik yang dibahas pada pertemuan keenam yaitu
mengenai cara – cara mengatasi gangguan pemikiran. Siswa
mengutarakan akan menghilangkan gangguan – gangguan pemikiran
dalam belajar sehingga tidak lagi mengganggu konsentrasi dalam
belajar. Siswa merasa ada keuntungan setelah mengikuti layanan ini
yaitu siswa menjadi pahami bagaimana cara mengatasi gangguan
pemikiran tersebut.
g. Pertemuan VII dilaksanakan pada hari Senin, 5 Desember 2011
Tujuan dari pertemuan ketujuh ini adalah siswa mampu memahami
cara – cara mengatasi gangguan kepanikan, menerapkan cara – cara
mengatasi gangguan kepanikan, serta dapat mengatasi gangguan
kepanikan. Dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok terdapat
langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :
1) Tahap awal
Pada tahap ini penulis menyiapkan SATLAN Bimbingan
Kelompok, materi, dan lembar penilaian yang akan digunakan.
Pertemuan ini diawali dengan pembinaan rapport serta attending
untuk mengkondisikan suasana kelompok siap mengikuti kegiatan
ini. Sebelum memasuki kegiatan inti, penulis mengajak siswa
melakukan ice breaking agar siswa lebih bersemangat.
2) Tahap pelaksanaan kegiatan
43
Memasuki tahap inti, Penulis memberikan informasi mengenai
pengertian gangguan kepanikan dalam belajar, serta cara – cara
mengurangi gangguan kepanikan dalam belajar. Siswa kemudian
diberikan kertas kosong. Siswa diminta membagi kertas tersebut
menjadi dua bagian dengan menggaris tepat di tengah kertas. Pada
bagian kiri siswa menuliskan kelebihan langkah – langkah yang
pernah dilakukan untuk mengurangi gangguan kepanikan. Pada
bagian kanan siswa diminta menuliskan kelebihan cara – cara yang
telah dilakukan serta menuliskan cara – cara yang baru yang akan
diambil untuk mengurangi gangguan kepanikan dalam belajar.
Setelah siswa selesai mengerjakan maka hasil jawaban tersebut
didiskusikan bersama. Siswa sangat antusias pada kegiatan dengan
topik gangguan dalam pelajaran karena siswa sering mengalami hal
tersebut. Banyak siswa yang mengutarakan permasalahannya,
berpendapat dan bertanya baik kepada siswa lain maupun kepada
penulis. Pada akhir kegiatan siswa diminta memilih langkah mana
yang akan diambil dan akan dilakukan dikemudian hari untuk
mengurangi gangguan kepanikan.
3) Tahap evaluasi kegiatan
Sebagai evaluasi penulis mengadakan evaluasi proses yaitu
dengan mengobservasi proses bimbingan kelompok pada pertemuan
ketujuh. Kemudian penulis mengevaluasi hasil kegiatan dengan
44
lembar penilaian segera (laiseg) yang harus diisi siswa setelah
kegiatan bimbingan kelompok berlangsung.
Dari hasil kegiatan tersebut diketahui bahwa 13 siswa sering
mengalami gangguan kepanikan terutama pada saat ulangan atau tes
mata peajaran tertentu seperti matematika, ekonomi, akuntansi, dan
seagainya. Siswa menjadi tidak dapat berkonsentrasi dengan baik.
Ada perasaan grogi dan takut pada matapelajaran tertentu dan
membuat siswa sering ceroboh dan tidak teliti dalam mengerjakan
soal dan tidak konsentrasi dalam pelajarannya. Kegiatan bimbingan
kelompok ini cukup membantu siswa mencari jalan keluar yang tepat
untuk mengatasi gangguan kepanikan itu. Tetapi secara keseluruhan
kegiatan bimbingan kelompok ini berjalan lancar dan aktif dalam
prosesnya.
h. Pertemuan VIII dilaksanakan pada hari Rabu, 7 Desember 2011
Tujuan dari pertemuan kedelapan ini adalah siswa mampu
memahami cara –cara meningkatkan kesiapan belajar, menerapkan cara –
cara meningkatkan kesiapan belajar, serta dapat mengatasi masalah
meningkatkan kesiapan belajar. Dalam melaksanakan layanan bimbingan
kelompok terdapat langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu :
1) Tahap awal
Pada tahap ini penulis menyiapkan SATLAN Bimbingan
Kelompok, materi, dan lembar penilaian yang akan digunakan.
Pertemuan ini diawali dengan pembinaan rapport serta attending
45
untuk mengkondisikan suasana kelompok siap mengikuti kegiatan
ini. Sebelum memasuki kegiatan inti, penulis mengajak siswa
melakukan permainan agar siswa lebih bersemangat.
2) Tahap pelaksanaan kegiatan
Penulis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada
pertemuan kedelapan yaitu mendiskusikan materi mengenai cara –
cara meningkatkan kesiapan belajar. Siswa diminta menceritakan
permasalahannya yang berhubungan dengan permasalahan kesiapan
dalam belajar atau kesulitan melakukan persiapan dalam belajar.
Siswa diminta bercerita masalahnya satu per satu. Kemudian setiap
siswa diberikan kertas kosong dan diminta menuliskan apa yang
menyebabkan masalah tersebut muncul dan diminta menyebutkan
cara – cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah kesiapan
dalam belajar. Tiap siswa berdiskusi mengenai kelebihan dan
kelemahan cara yang akan diambil untuk mengatasi masalah
kesiapan dalam belajar.
3) Tahap evaluasi kegiatan
Sebagai evaluasi penulis mengadakan evaluasi proses yaitu
dengan mengobservasi proses bimbingan kelompok pada pertemuan
kedelapan. Kemudian penulis mengevaluasi hasil kegiatan dengan
lembar penilaian segera (laiseg) yang harus diisi siswa setelah
kegiatan bimbingan kelompok berlangsung.
46
Pada proses diskusi terlihat 9 siswa masih antusias
memberikan pendapat maupun saran kepada siswa lain. Tetapi sekitar
2 siswa cenderung pasif dan banyak diam. Siswa tersebut akan
memberikan pendapat apabila diminta oleh penulis. Tetapi secara
keseluruhan, kegiatan berjalan lancar dan semua siswa mengutarakan
masalahnya dengan cukup jelas sehingga teman lain dapat
memberikan saran dan pendapatnya.
3.
4. Tes Akhir (post test)
Post test dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2011 kepada 29 siswa
kelas XI IPS 3 SMA Kristen Purwodadi. Pada kegiatan ini, penulis
membagikan skala konsentrasi belajar yang berjumlah 20 item. Penulis
kemudian mengolah hasil instrumen yang telah diisi siswa kemudian diolah
menggunakan teknik analisis Mann Whitney.
4. Hasil Kondisi Setelah Melakukan Layanan
10 siswa sudah memahami topik –topik yang disampaikan. Selain itu
siswa memperoleh pemahaman bahwa dalam meningkatkan konsentrasi
belajar ada banyak aspek yang harus dibenahi juga. Siswa juga telah
mendapatkan cara – cara dalam mengatasi konsentrasi belajar yang
berhubungan dengan kesiapan dalam belajar. Siswa sangat senang telah
mendapatkan suatu layanan yang berguna untuk mendukung prestasi
akademiknya. Siswa menyarankan apabila sekolah sebaiknya mengadakan
rutin kegiatan bimbingan seperti ini.
47
5. Analisis Data
Setelah memberikan post test, penulis kemudian mengolah instrumen
tersebut dan memperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.3 Perbandingan hasil post test antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen
Kategori
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Frekuensi Prosentase
(%)
Frekuensi Prosentase
(%)
Sangat rendah 4 28,57 1 6,67
Rendah 8 57,15 5 33,33
Sedang 2 14,28 4 26,67
Tinggi 5 33,33
Total 14 100 14 100
Setelah dilakukan layanan bimbingan kelompok kemudian diadakan post
test yang hasilnya menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen terdapat
1(6,67%) siswa beradakan pada kategori sangat rendah, 5 (33,33%) pada
kategori rendah, 4 (26,67%) siswa berada pada kategori sedang serta 5
(33,33%) siswa berada kategori tinggi. Sedangkan pada kelompok kontrol
terdapat 4 (28,57%) siswa berada pada kategori sangat rendah, 8 (57,17%)
siswa pada kategori rendah, serta 2 (14,28%) siswa pada kategori sedang.
48
Setelah seluruh data terkumpul, maka peneliti melakukan pengolahan
data dengan menggunakan teknik analisis Mann Whitney (U- test) dengan
bantuan program SPSS for window release 17.0. Dari hasil pengolahan data
tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.4 Uji Mann Whitney (U – test) post test kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen
Ranks
Klmpk N Mean Rank Sum of Ranks knsntrsi eksperimen 14 17,89 250,50
kontrol 14 11,11 155,50 Total 28
Test Statistics(b) knsntrsi Mann-Whitney U 50,500 Wilcoxon W 155,500 Z -2,189 Asymp. Sig. (2-
tailed) ,029
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
,027(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: klmpk
Pada pengolahan hasil uji statistik terhadap hasil post test antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan teknik Mann Whitney
nampak bahwa p = 0,029 < 0,050 dengan mean rank post test kelompok
eksperimen sebesar 17,89 dan kelompok kontrol sebesar 11,11. Selisih mean
rank post test antara kelompok eksperimen dan kontrol sebesar 6,78, sehingga
49
ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dalam hal peningkatan konsentrasi belajar siswa setelah diberi
layanan bimbingan kelompok.
C. Uji Hipotesis
Pada pengolahan hasil uji beda post test kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol nampak p = 0,029 ≥ 0,050 yang menunjukkan ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dalam konsentrasi belajar siswa setelah diberi layanan bimbingan
kelompok. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa ada peningkatan
konsentrasi belajar yang ditunjukkan dari mean rank pre test kelompok
eksperimen sebesar 13,68 sedangkan mean rank kelompok post test sebesar
17,89 dengan kenaikan sebesar 4,21.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan penulis bahwa ”Layanan
bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan konsentrasi belajar pada
siswa kelas XI IPS 3 SMA Kristen Purwodadi tahun pelajaran 2011/2012”
dinyatakan diterima.
D. Pembahasan
Dari hasil uji hipotesis diketahui bahwa bimbingan kelompok efektif
untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa secara signifikan ditunjukkan
dengan p = 0,029 ≤ 0, 050 dan mean rank pre test kelompok eksperimen
sebesar 13,68 sedangkan mean rank kelompok post test sebesar 17,89 dengan
kenaikan sebesar 4,21.
50
Bimbingan kelompok konsentrasi belajar diadakan selama 8 kali
pertemuan. Bimbingan kelompok yang digunakan dengan proses kreatif serta
mengajarkan kepada siswa cara memecahkan masalah secara sistematis.
Bimbingan kelompok ini dapat membantu untuk memecahkan masalah karier,
pribadi, social, dan belajar. Salah satu permasalahan yang dapat diselesaikan
dengan teknik ini adalah konsentrasi belajar siswa.
Konsentrasi belajar siswa merupakan pemusatan pikiran, motivasi
terhadap suatu pelajaran dengan mengesampingkan rasa kuatir, perasaan
tertekan, gangguan pikiran serta gangguan kepanikan agar tidak menghambat
kesiapan belajar siswa. Permasalahan konsentrasi belajar banyak terjadi pada
siswa kelas XI IPS 3 SMA Kristen Purwodadi. Kemudian penulis
menggunakan layanan bimbingan kelompok dalam rencana intervensinya
karena layanan ini dilakukan secara kreatif dan dengan langkah sistematis
sehingga siswa mampu mengidentifikasi masalah yang dialami dan mudah
menentukan langkah –langkah yang diambil untuk menyelesaikan masalah
konsentrasi belajarnya.
Hasil penelitian yang dilakukan penulis menyatakan bahwa bimbingan
kelompok efektif untuk meningatkan konsentrasi belajar siswa. Hal itu di
jelaskan dengan siswa mengikuti kegiatan bimbingan kelompok dengan baik,
dan bersedia menerapkan cara – cara meningkatkan kosentrasi belajar yang
telah siswa pahami. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Jarwi
(2010) yang menunjukkan bahwa layanan bimbingan kelompok efektif secara
51
signifikan untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa dengan p =
0,007>0,050.
Bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kemandirian belajar
siswa disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan
penelitian ini. Faktor tersebut adalah yang mempengaruhi antara lain
lingkungan yang mendukung siswa untuk konsentrasi yaitu adanya suatu
kelompok layanan bimbingan konsentrasi belajar. Adanya bimbingan
kelompok tersebut mampu membantu siswa mengatasi masalah konsentrasi
belajar serta melatih perilaku yang baru untuk meningkatkan konsentrasi
belajarnya. Masukan, pendapat, serta saran dari siswa lain kemungkinan
memberikan ide kreatif siswa untuk meningkatkan konsentrasi belajarnya.
Adanya feedback baik dari siswa lain maupun dari penulis membuat siswa
mengetahui apakah langkah yang sudah diambil dalam meningkatkan
konsentrasi belajarnya telah sesuai dan efektif atau belum sehingga siswa
mampu memperbaiki diri untuk meningkatkan konsentrasi belajarnya.