48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. TEMUAN
4.1.1. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Konveksi di Kecamatan
Tingkir
Wilayah Kecamatan Tingkir merupakan salah satu dari empat kecamatan
di kota Salatiga. Kecamatan Tingkir terdiri dari enam kelurahan yaitu
Kutowinangun, Gendongan, Sidorejo Kidul, Kalibening, Tingkir Tengah, dan
Tingkir Lor.
“Secara geografis kecamatan Tingkir kota Salatiga terletak diantara
110 8’58 – 110 32’4,64 Bujur Timur dan 007 17-007 23 Lintang Selatan, dengan luas wilayah ± 1.054,85 Ha. Adapun batas
wilayahnya, meliputi :
o Sebelah timur : Kecamatan Pabelan Kab. Semarang o Sebelah utara : Kecamatan Pabelan Kab. Semarang
o Sebelah selatan: Kecamatan Tengaran Kab. Semarang
o Sebelah barat : Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.”1
Jumlah penduduk di kecamatan Tingkir sebanyak 46.084 jiwa dari 13.629
KK. Mata pencaharian pendudukanya sangat bervariasi mulai dari petani, buruh
industri, pengusaha, buruh bangunan, pedagang, pengangkutan, PNS/ABRI,
pensiunan, dan jasa lainya. Dengan perincian penduduk menurut mata
pencaharian sebagai berikut :
1Kecamatan Tingkir, Op.cit, hal.7.
49
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Ktw GendonganSidorejo
KidulKalibening
Tingkir
Tengah
Tingkir
Lor
Petani sendiri 45 - 95 95 55 64
Buruh tani 46 - - 95 25 82
Pengusaha 2.169 - 66 - - 356
Buruh industri 2.581 998 692 280 833 283
Pedagang 1.171 714 181 213 152 35
Buruh bangunan 71 68 715 188 367 76
Pengangkutan 253 41 41 11 25 21
PNS/ABRI 387 258 202 64 307 142
Pensiunan 425 194 61 12 74 30
Jasa lain 14.661 1.817 61 567 3.309 210
Jumlah 21.809 4.090 2.114 1.525 5.147 1.299
Sumber : Kecamatan Tingkir
Mata Pencaharian
Kelurahan
Kecamatan Tingkir terkenal sebagai sentra industri konveksi tepatnya di
kelurahan Tingkir Lor dan Tingkir Tengah. Sebagian besar penduduknya
mempunyai mata pencaharian sebagai buruh industri, pedagang, maupun
pengusaha konveksi. Banyak usaha industri konveksi di wilayah ini sehingga
memiliki julukan desa wisata Tingkir yang menonjolkan usaha konveksi sebagai
ciri khasnya.
Menurut penduduk sekitar, usaha ini merupakan usaha turun-temurun
yang sekarang banyak berkembang karena hampir sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian pengusaha dan buruh industri konveksi. Usaha industri
konveksi yang dimaksud adalah usaha yang bergerak dibidang pembuatan pakaian
jadi. Adapun hasil produk-produk industri UMKM konveksi adalah celana hawai,
celana pendek bersaku banyak, aneka pakaian anak dan dewasa, sprei, sarung
bantal, dan guling.
50
UMKM Konveksi banyak memberikan dampak positif bagi erekonomian
disekitarnya. Selain untuk kepentingan pribadi pengusaha, UMKM berperan
dalam membuka lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran. Menurut
data Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) Kota
Salatiga tahun 2013 penyerapan tenaga kerja oleh UMKM Konveksi Tingkir
meningkat 5,9% dari 340 tenaga kerja menjadi 360 tenaga kerja. Data
Disperindagkop menyebutkan jumlah UMKM Konveksi di kecamatan Tingkir
sebanyak 52 yang terdaftar terdiri dari 42 sektor usaha berskala mikro dan 10
sektor usaha berskala kecil. Berdasarkan penjelasan dari pegawai Disperindagkop
bidang UMKM masih ada beberapa UMKM Konveksi di kecamatan Tingkir
yang belum mendaftarkan diri sehingga tidak terdata oleh bidang UMKM.
UMKM yang tidak terdaftar di Disperindagkop tidak mendapatkan pembinaan
terkait untuk pengembangan usahanya. Berikut merupakan data daftar UMKM
Konveksi di Kecamatan Tingkir, Salatiga :
51
1 Ainaul Mardiyah Tingkir Lor Salatiga Konveksi 512.650.000Rp 7 2 3
2 Adib Mutofa Tingkir Lor Salatiga Konveksi 255.600.000Rp 3 1 3
3 Artika Tingkir Tengah Salatiga Konveksi 136.000.000Rp 2 1 3
4 Amin Solikhah Tingkir Lor Salatiga Konveksi 525.960.000Rp 2 2 3
5 Asma'ah Tingkir Lor Salatiga Konveksi 276.000.000Rp 14 1 3
6 Armedi Tingkir Lor Salatiga Konveksi 156.720.000Rp 8 1 3
7 Daryati Tingkir Tengah Salatiga Konveksi 378.000.000Rp 8 2 3
8 Edi Susilo Tingkir Lor Salatiga Ladayna Konveksi 60.000.000Rp 25.000.000Rp 7 1 3
9 Isa Tingkir Lor Salatiga Konveksi 243.000.000Rp 3 1 3
10 Khaeroni Tingkir Lor Salatiga Konveksi 96.166.000Rp 5 1 3
11 Ida Magsum Tingkir Lor Salatiga Konveksi 184.913.000Rp 13 1 3
12 Joko Pitono Sukasari Cebongan Salatiga Konveksi 711.200.000Rp 4 1 3
13 Khotijah Soleh Krajan Salatiga Konveksi 1.190.883.000Rp 5 2 3
14 Munasikah Tingkir lor Salatiga Konveksi 267.960.000Rp 5 1 3
15 Mahfiah Rohmah Tingkir Salatiga Konveksi 85.000.000Rp 6 1 3
16 Mut khasanah Tingkir lor Salatiga Konveksi 214.040.000Rp 4 1 3
17 Maksum Afandi Tingkir Lor Salatiga Konveksi 127.312.000Rp 6 1 1
18 M. Zaenudin Tingkir Tengah Salatiga Konveksi 118.000.000Rp 10 1 3
19 Mahf`ah Tingkir Lor Salatiga Konveksi 149.300.000Rp 5 1 3
20 Mutoala Tingkir Lor Salatiga Konveksi 130.000.000Rp 5 1 3
21 Munawir Tingkir Tengah Salatiga Konveksi 293.400.000Rp 5 1 3
22 Munayiroh Tingkir Lor Salatiga Konveksi 688.500.000Rp 6 2 3
23 Melati Tingkir Lor Salatiga Konveksi 154.800.000Rp 3 1 3
24 Mariatul Ulfa Kalibening Salatiga Konveksi 256.250.000Rp 15 2 3
25 Nur Abidin Tingkir Lor Salatiga Konveksi 233.000.000Rp 9 1 3
26 Nuraini Tingkir Lor Salatiga Konveksi 220.000.000Rp 8 1 3
27 Nani Setyo Rini Kutowinangun Salatiga Konveksi 191.666.000Rp 7 1 3
28 Nurman Suntoro Tingkir Lor Salatiga Konveksi 198.166.000Rp 6 1 3
29 Ngatikah Tingkir Tengah Salatiga Konveksi 197.200.000Rp 2 1 3
30 Nurudin Tingkir Tengah Salatiga Konveksi 675.000.000Rp 50 2 3
31 Nurhadi Santoso Tingkir Tengah Salatiga Konveksi 744.000.000Rp 21 2 3
32 Ning Darmaji Tingkir Lor Salatiga Konveksi 612.000.000Rp 17 2 3
Skala
Usaha *)
Tabel 4.2 Data Daftar UKMKM Konveksi di Kecamatan Tingkir
Sektor
Usaha **)
DINAS KOPERASI DAN UMKM PROVINSI JAWA TENGAH
DATA UMKM BINAAN
PROVINSI JAWA TENGAH
NoNama UMKM
yang dibinaAlamat
Kabupaten/K
ota
Nama
Produk
Spesifikasi
Produk
Jumlah
UMKM
Kapasitas
/Bulan Omset/tahun Asset (Rp)
Tenaga
Kerja
52
Lanjutan
32 Ning Darmaji Tingkir Lor Salatiga Konveksi 612.000.000Rp 17 2 3
33 Priyanto Tingkir Lor Salatiga Konveksi 376.000.000Rp 10 1 3
34 Romdiah Tingkir Tengah Salatiga Konveksi 381.600.000Rp 7 2 3
35 Sirojudin Tingkir Lor Salatiga Konveksi 91.666.000Rp 3 1 3
36 Suratno Tingkir Lor Salatiga Konveksi 93.500.000Rp 5 1 3
37 Santo Gendongan Salatiga Konveksi 45.000.000Rp 4 1 3
38 H. Suprapto Kutowinangun Salatiga Konveksi 90.000.000Rp 6 1 3
39 Surip Muslikah Tigkir Lor Salatiga Konveksi 128.090.000Rp 4 1 3
40 Sarofah Tingkir Lor Salatiga Konveksi 230.000.000Rp 5 1 3
41 Lilis Yuananti Telaga Mukti Salatiga Abdel̀ s CollectionKonveksi 25.000.000Rp 25.000.000Rp 4 1 3
42 Purwoto Kalibening Salatiga Konveksi 24.000.000Rp 10.000.000Rp 2 1 3
43 M. Emma/Basuki RahmadKalibening Salatiga Konveksi 156.000.000Rp 95.000.000Rp 5 1 3
44 Endang Wihatnani Telaga Mukti Salatiga Azya Konveksi 36.000.000Rp 5.000.000Rp 3 1 3
45 Yuli Purnawati Tingkir Lor Salatiga Konveksi 30.000.000Rp 15.000.000Rp 10 1 3
46 Ari Murni Karangduwet Salatiga Zakada CollectionKonveksi 10 pcs 18.000.000Rp 5.000.000Rp 1 1 3
47 Khidzer Kalibening Salatiga Fina Konveksi 11.800.000Rp 10.000.000Rp 8 1 3
48 Rudi marwoto Tingkir lor Salatiga Rohmi Konveksi 625 pcs 8.400.000Rp 600.000Rp 3 1 3
49 Lailatul MukaromahTingkir lor Salatiga Konveksi 7.200.000Rp 1.700.000Rp 2 1 3
50 Sri Semi Rahayu Tingkir lor Salatiga Konveksi 27.500.000Rp 5.000.000Rp 2 1 3
51 Musiatun Tingkir lor Salatiga Konveksi 5.000.000Rp 2 1 3
52 Mutmainnah Tingkir lor Salatiga Konveksi 25.000.000Rp 2.000.000Rp 3 1 3
**) Sektor Usaha
3 = Industri Pengolahan
2. Usaha Kecil (UK) = Omzet/tahun > Rp 300.000.000 ≤ Rp 2,5 M; Asset > Ro 50.000.000 ≤ Rp 500.000.000
3. Usaha Menengah (UM) = Omzet/ tahun > Rp 2,5 M ≤ Rp 50 M; Asset > Rp 500.000.000 ≤ Rp 10M
*) Skala Usaha Sesuai Kriteria yang tercantun pada UU No 20 Tahun 2008 :
1. Usaha mikro (U Mik) = Omzet/tahun s.d Rp 300.000.000 Asset s.d Rp 50.000000
53
4.1.2.Sistem Pembukuan UMKM Konveksi di Kecamatan Tingkir
Pencatatan akuntansi dibutuhkan dalam menjalankan sebuah usaha, baik
usaha yang berskala besar maupun usaha berskala kecil seperti UMKM Konveksi
di Tingkir. Pencatatan akuntansi dilakukan perusahaan sesuai dengan
kebutuhanya. Pencatatan atas transaksi usaha yang dilakukan di perusahaan secara
teratur disebut dengan pembukuan. Pembukuan di UMKM Konveksi Tingkir
masih sangat sederhana, karena usahanya yang masih relatif kecil. Pembukuan
atau pencatatan akuntansi yang dilakukan UMKM tersebut berbeda satu sama
lainya bahkan ada pula beberapa UMKM yang tidak melakukan pencatatan.
UMKM Konveksi tidak mempunyai standar dalam mencatat, mereka
melakukanya dengan pengetahuan sendiri secara konvensional. Tujuan adanya
sistem pembukuan ini untuk membantu pelaku usaha dalam proses produksi dan
mengetahui omzet penjualanya.
Transaksi yang terjadi di UMKM Konveksi Tingkir umumnya yaitu
penjualan tunai, piutang, hutang, retur pembelian, pembelian bahan, pembelian
dan perawatan mesin, pengambilan uang oleh pemilik, biaya gaji, biaya listrik,
biaya makan, dan biaya transportasi. Transaksi diatas tidak semua dicatat oleh
UMKM Konveksi di Tingkir. Banyak dari UMKM yang hanya mencatat
perolehan dana, seperti penjualan tunai maupun kredit. Sedangkan yang mencatat
perolehan dana dan pengeluaran dana secara keseluruhan hanya beberapa UMKM
saja. Banyak pelaku usaha tersebut justru tidak mencatat semua transaksi yang
terjadi karena tidak sempat dan terlalu rumit melakukanya. Selain itu, sebagian
54
besar dari pelaku usaha konveksi tidak memisahkan keuangan usaha dan
keuangan pribadi pemiliknya. Mereka beranggapan bahwa uang perusahaan
adalah uangnya sendiri yang tidak perlu adanya pertanggungjawaban dalam
penggunaanya baik untuk keperluan pribadi maupun usaha. Hal ini juga yang
menjadi alasan UMKM Konvesi tidak perlu melakukan pencatatan keuangan.
Sistem pembukuan atau pencatatan akuntansi dimulai dari input, proses,
dan output. Begitu pula untuk sistem pembukuan pada UMKM Konveksi dimulai
dari input yaitu transaksi keuangam, identifikasi transaksi, pengukuran,
pendokumentasian bukti, dan kemudian dilanjutkan proses pencatatan, yang
menghasilkan output berupa informasi keuangan seperti omzet penjualan, biaya
produksi, laba, asset, hutang, dan modal usaha. Identifikasi transaksi oleh UMKM
Konveksi hanya memilah transaksi yang terjadi termasuk dalam penambahan
dana atau pengurangan dana. Seperti penjualan termasuk dalam penambahan dana
dan biaya termasuk dalam pengurangan dana. Setelah identifikasi dilakukan
pengukuran transaksi dalam satuan rupiah sesuai dengan yang diterima dan
dibayarkan oleh perusahaan. UMKM menginformasikan transaksi yang
sesungguhnya pada saat transaksi itu terjadi. Ada beberapa UMKM yang
mengukur asset usahanya berupa mesin, persediaan bahan dengan satuan rupiah.
Mereka menentukan persediaan bahan dan mesin dengan memperkirakan saja,
tidak ada pencatatan khusus persediaan maupun penghitungan beban penyusutan.
Selanjutnya pendokumentasian transaksi ke bukti sebagai dasar pencatatan lebih
lanjut dan penyampaian informasi kepada pihak yang berkepentingan.
Dokumentasi bukti yang dibuat oleh UMKM konveksi berupa nota penjualan dan
55
surat jalan sebagai bukti pendukung jika diperlukan. Hampir secara keseluruhan
UMKM Konveksi membuat nota penjualan karena usahanya menjual produk.
Tetapi ada beberapa transaksi yang tidak ada bukti seperti penjualan eceran, biaya
gaji, biaya makan, dan biaya transportasi. Untuk kelengkapan dan keabsahan
bukti ditulis tanggal, nama penerima, barang yang dipesan, jumlah barang, harga,
dan tanda tangan penerima dan penjual. Proses terakhir adalah pencatatan
transaksi dalam buku. UMKM Konveksi Tingkir tidak semua melakukan
pencatatan tersebut. Misalnya pencatatan transaksi penjualan oleh UMKM
Konveksi dilakukan secara berbeda ada yang mencatat dalam buku khusus
pesanan, ada yang dicatat dua kali dalam buku pesanan dan buku harian kas,
dicatat pada selembar kertas, dan ada yang tidak mencatat tetapi hanya
mengandalkan pengumpulan nota penjualan. Hampir kebanyakan UMKM
melakukan pencatatan dengan sistem pencatatan tunggal. Perbedaanya terletak
pada format pembukuan yang berbeda-beda satu sama lainya. Ada UMKM yang
mencatat penjualan, pembelian, pengeluaran, dan penerimaan dalam kolom yang
sudah disediakan khusus yaitu buku penjualan, buku pembelian, dan buku harian
kas. Kegiatan ini dilakukan untuk lebih memudahkan dalam memperoleh
informasi keuangan karena sudah dikelompokan. Beberapa UMKM Konveksi
untuk pembelian bahan baku tidak mencatat melainkan mengandalkan nota
pembelian yang disimpan yang kemudian akan dibuang setelah perlunasan, tidak
tekecuali untuk nota penjualan. UMKM yang mengarsipkan bukti transaksi
sebagai dokumen hanya beberapa saja. Mereka juga tidak mencatat seluruh biaya
56
yang dikeluarkan untuk produksi. Salah satu biaya yang tidak diperhitungkan
dalam biaya produksi usaha adalah biaya tenaga kerja pemilik.
Pengelolaan keuangan usaha dikelola sendiri oleh pemilik atau keluarga
sebagai pelaku pembukuan. Ada pula yang menggunakan jasa orang lain untuk
mengelola administrasi keuanganya, namun tidak bertahan lama karena
mengundurkan diri. Kebanyakan UMKM mencatat tidak sesuai kejadianya,
misalnya tidak mencatat dan mengeluarkan nota untuk penjualan tunai secara
eceran,ketidak tepatan waktu dalam mencatat penjualan, tidak mencatat biaya-
biaya yang dikeluarkan secara keseluruhan dan rinci, maka output atau informasi
yang dihasilkan tidak menggambarkan keadaan sebenarnya. UMKM Konveksi
tersebut hanya menggunakan perkiraan dalam menentukan biaya produksi, omzet
perbulan, dan laba usaha. Berdasarkan temuan diatas dapat digambarkan siklus
akuntansi (pembukuan) pada UMKM Konveksi di Tingkir ada 3 macam yaitu :
Gambar 4.1 Siklus akuntansi UMKM Konveksi di Tingkir
INPUT
Transaksi Identifikasi
transaksi
Dokumentasi
transaksi
Pengukuran
transaksi
Informasi
keuangan
57
Sumber : Data primer penelitian
INPUT
Transaksi Identifikasi
transaksi
Dokumentasi
transaksi
Pengukuran
transaksi
PROSES
Penulisan transaksi ke
buku harian
Informasi
keuangan
INPUT
Transaksi Identifikasi
transaksi
Dokumentasi
transaksi
Pengukuran
transaksi
Informasi
keuangan
PROSES
Penulisan transaksi ke
buku harian
OUTPUT
Laporan keuangan
58
4.1.3 Pemenuhan Pajak UMKM Konveksi di Tingkir
UMKM merupakan wajib pajak dalam negeri yang dikenakan pajak.
Penetapan UMKM sebagai wajib pajak karena UMKM adalah badan yang
menghasilkan penghasilan. Pengenaan pajak UMKM atas penghasilan usahanya
ditetapkan sebesar 1% dari omzet bruto sesuai PP No.46 tahun 2013. Salah
satunya UMKM Konvekasi di kecamatan Tingkir dikenakan pajak UMKM sesuai
pajak yang telah ditetapkan tersebut.
Pelaksanaan pelaporan pajak UMKM Konveksi di kecamatan Tingkir
kurang berjalan lancar. Ada beberapa kendala dalam pemungutan pajaknya.
Adapun kendala yang dihadapi diantaranya kurangnya kesadaran dari wajib pajak
untuk mendaftarkan diri dan melaporkan pajak. Banyak UMKM Konveksi
dikecamatan Tingkir yang sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
namun mereka tidak tahu akan hak dan kewajibanya. Berdasarkan wawancara
pada pelaku UMKM Konveksi Tingkir sebagian besar merasa keberatan untuk
membayar pajak karena 1% dari omzet bruto dirasa terlalu berat sehingga
membuat orang atau wajib pajak melaporkan sesuka-sukanya. Beberapa UMKM
menentukan besaran omzet penjualan untuk penentuan pajaknya hanya dengan
perkiraan karena alasan tidak membuat laporan penjualan bulanan. Ada pula
UMKM yang tidak tahu mengenai pajak UMKM. Hanya beberapa orang saja
yang melaporkan pajak UMKM ke Kantor Pelayanan Pajak. Menurut data dari
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kota Salatiga jumlah wajib pajak UMKM
Konveksi kecamatan Tingkir adalah sebagai berikut :
59
Tabel 4.3 Daftar jumlah wajib pajak Industri Pengolahan Pakaian
(Konveksi), di kecamatan Tingkir Salatiga
NAMA WP KEC KEL KAB/KOTA
DWI JAYA MANDIRI TINGKIR GENDONGAN SALATIGA
KHOIRU NISA TINGKIR TINGKIR LOR SALATIGA
AMIN SOLIHAH TINGKIR TINGKIR LOR SALATIGA
SUNTORO TINGKIR TINGKIR LOR SALATIGA
YUSTINUS INDRATO, DRS TINGKIR SIDOREJO KIDUL SALATIGA
RIAWAN WORO ENDARTININGRUM TINGKIR TINGKIR LOR SALATIGA
LILIS YUWANAWATI, SE TINGKIR TINGKIR TENGAH SALATIGA
MUHAMMAD WAHYUDIN TINGKIR TINGKIR LOR SALATIGA
SOFIYAH HUDA RIYANTI TINGKIR TINGKIR LOR SALATIGA
NAFISAH TINGKIR TINGKIR LOR SALATIGA
GESANG SATRIYO TINGKIR GENDONGAN SALATIGA
Sumber : KPP Pratama Salatiga
UMKM Konveksi kecamatan Tingkir, Salatiga menentukan besaran
pajaknya dibantu oleh pegawai KPP Pratama Salatiga. Mereka melaporkan omzet
penjualan perbulan secara lisan tanpa melampirkan laporan penjualan perbulan.
Wajib pajak dalam melaporkan pajak hanya melampirkan Surat Setoran Pajak
(SSP) untuk SPT massa dan SPT tahunan. Jatuh tempo penyetoran paling lambat
tanggal 15 bulan berikutnya dan pelaporan paling lambat tanggal 20 bulan
berikutnya. UMKM yang telat dalam melaporkan SPT massa dikenakan sanksi
keterlambatan pelaporan SPT sebesar Rp 100.000,- per bulan. Beberapa UMKM
yang tidak membuat laporan penjualan bulanan memperkirakan omzset bruto
perbulan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar. Menurut pegawai
pajak KPP Pratama Salatiga untuk sementara yang terpenting SPT masuk,
kemudian pihaknya menghimbau untuk membuat laporan bulanan penjualan. Jika
ada ketidaksesuaian dalam pelaporan pajak terutang UMKM, maka akan
dilaksanakan pemeriksaan lebih lanjut oleh dinas pajak.
60
4.2. PEMBAHASAN
4.2.1. Sistem Pembukuan UMKM Konveksi di Tingkir
Banyak pihak membutuhkan informasi keuangan untuk berbagai
kepentingan. Sistem pembukuan dirancang manusia sebagai alat untuk memenuhi
kebutuhan informasi keuangan. Sistem pembukuan banyak dipakai oleh
perusahaan-perusahaan kecil maupun besar. Adapun sistem pembukuan atau
siklus pencatatan akuntansi pada UMKM adalah : “Dalam akuntansi UMKM
terdapat 2 siklus akuntansi yang terdiri dari siklus selama periode berjalan dan siklus
pada akhir periode. Adapun penyajian siklusnya sebagai berikut : “2
Gambar 4.2 Siklus Akuntansi UMKM
"
Umpan balik
2 Warsono dkk, loc.cit, hal.17.
INPUT PROSES OUTPUT
Transaksi
Identifikasi
transaksi
Pengukuran
transaksi
Dokumentasi
Penulisan buku harian
Transaksi
Pencatatan jurnal
Buku besar
Daftar saldo sebelum
penyesuaian
Pencatatan penyesuaian
Daftar saldo setelah
penyesuaian
Jurnal Penutup
Laporan laba/rugi
Laporan perubahan
ekuitas
Neraca
Laporan arus kas
Mekanisme
Pengendalian
Memenuhi kebutuhan
informasi para pengguna
61
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan UMKM Konveksi Tingkir tidak
melaksanakan sistem pembukuan seperti diatas. Kebanyakan UMKM Konveksi
tidak melakukan pembukuan secara sistematis. Mereka memulai tahap awal
pembukuan rata-rata sama mulai dari transaksi, identifikasi transaksi, pengukuran,
dan dokumentasi. Kemudian untuk proses lebih lanjutnya tergantung pada
kebutuhan dan pengetahuan pemilik. Ada yang melanjutkan prosesnya pada
penulisan buku harian khusus atau dapat dikatakan pencatatan jurnal, sampai pada
laporan keuangan. Tetapi banyak dari para pelaku UMKM yang hanya berhenti
pada pendokumentasian bukti karena dari bukti dokumen sudah dapat diketahui
informasi keuangan yang dibutuhkan seperti penghasilan, total pembelian bahan
kain, dan biaya listrik. Pada UMKM Konveksi di Tingkir pemilik mencatat
pembayaran piutang secara bervariasi. Biasanya pemilik UMKM mencatat
pembayaran piutang pada selembar kertas, dokumen bukti, dan buku harian. Bukti
penjualan dibuat rangkap dua, rankap pertama diberikan menjadi arsip penjual,
rankap kedua diberiakan kepada pembeli. Catatan pada selembar kertas atau pada
dokumen bukti transaksi penjualan tidak disimpan sebagai arsip melainkan
dibuang jika perlunasan piutang selesai.
Keuntungan lebih bagi pemilik usaha yang melakukan pencatatan lebih
lanjut sesuai siklus akuntansi yang benar. Manfaat secara langsung yaitu pemilik
tidak terbatas informasi keuanganya. UMKM dapat mengetahui perkembangan
usahanya melalui laporan keuangan seperti harga pokok penjualan, laporan
laba/rugi, perubahan ekuitas, posisi keuangan perusahaaan, dan arus kas. Laporan
laba/rugi disusun dengan menyajikan pendapatan dikurangi beban usaha dalam
62
satu periode. Sedangkan pada UMKM Konveksi banyak UMKM yang tidak
mencatat biaya pengeluaran usaha dan pendapatan atas penjualan eceran tidak
diperhitungkan sehingga kesulitan dalam menentukan laba/rugi usaha secara
tepat. Neraca disusun untuk menggambarkan posisi keuangan perusahaan. Ada
beberapa UMKM yang menafsirkan atau melakukan penetapan nilai rupiah pada
harta, hutang, dan modalnya. Tetapi banyak UMKM yang tidak melakukanya.
Penentuan laba/rugi yang tidak tepat dan pengambilan uang pribadi oleh pemilik
usaha yang tidak dicatat akan mempengaruhi dalam menghitung perubahan
modal. UMKM tidak dapat mengetahui secara akurat berapa peningkatan atau
penurunan modal usahanya. Selain itu, informasi keuangan yang dihasilkan untuk
kepentingan pihak luar seperti kepada dinas pajak sulit ditentukan secara tepat.
4.2.2. Pemenuhan Pajak UMKM Konveksi di Tingkir
Salah satu manfaat adanya pembukuan adalah untuk penentuan pajak.
Penentuan pajak UMKM ditentukan atas dasar omzet bruto usaha. Penentuan
realisasi penghasilan dalam pajak dikenal dengan dua metode yaitu metode
pendekatan akrual basis dan metode pendekatan kas basis. Pada UMKM
Konveksi di kecamatan Tingkir penentuan realisasi penghasilanya menggunakan
pendekatan kas basis yang mengakui penghasilan pada saat diterima. Untuk
penjualan kredit tetap diperhitungkan dalam satu periode tersebut. Nota/faktur
penjualan dibuat rangkap dua, satu untuk penjual dan satunya untuk pembeli.
63
Sesuai dengan teori perhitungan penghasilan untuk pajak yang dikemukakan oleh
Anastasya dan Setiawati yaitu :
“Pemakaian stesel kas dapat mengakibatkan perhitungan yang mengaburkan terhadap penghasilan, besarnya penghasilan dari tahun ke
tahun dapat disesuaikan dengan mengatur penerimaan dan pengeluaran
kas. Sehingga perlu diperhatikan hal-hal berikut : 1. Perhitungan penjualan dalam satu periode harus meliputi
seluruh penjualan baik tunai maupun bukan. Dalam menghitung
harga pokok penjualan harus diperhitungkan seluruh pembelian
dan persediaan. 2. Dalam memperoleh aktiva yang dapat disusutkan dan hak yang
dapat diamortisasi, biaya yang dikurangkan dari penghasilan
hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi. 3. Pemakaian stesel kas harus secara taat asas (konsisten).”
3
Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tarif
pajak, sistem pemungutan pajak, mekanisme pelaporan pajak, dan kemauan wajib
pajak untuk mematuuhi peraturan.
“Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela (voluntary
of compliance) merupakan tulang punggung sistem self assesment, dimana wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban
perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan
melaporkan pajaknya tersebut (Machfud Sidik).4
Pada umumnya kebanyakan UMKM konveksi di kecamatan Tingkir
merasa keberatan dengan tarif pajak yang dikenakan. Wajib pajak cenderung
melakukan penghindaran pajak dengan melakukan perlawanan. Perlawanan
tersebut dilakukan dalam bentuk sikap dengan tidak mendaftarkan diri sebagai
wajib pajak atau tidak melaporkan pajak secara tepat waktu. Sistem pemungutan
3 Anastasya Diana,dkk,loc.cit, hal.34. 4 Devano dan Rahayu,loc.cit,hal.110.
64
pajak self assasment mengharuskan wajib pajak menghitung sendiri pajaknya.
Namun pada kenyataanya, UMKM Konveksi kecamatan Tingkir ada pula yang
tidak dapat menghitung besarnya pajak. Mereka yang kesulitan dalam menghitung
dibantu oleh pegawai KPP setempat dengan melaporkan perkiraan omzet
perbulanya. Hal tersebut menggambarkan bahwa self assasment oleh wajib pajak
UMKM memberi peluang bagi wajib pajak untuk melakukan kecurangan karena
UMKM menghitung sendiri pajak terutangnya. Sedangkan kemauan pajak dapat
dilihat dari kepatuhan dalam menentukan pajak dan pelaporan pajak. Beberapa
UMKM ada yang tidak melaporkan pajak dan ada pula yang telat melaporkan
pajak. Pajak ditentukan 1% dari omzet. Ada dari UMKM Konveksi yang
menentukan omzet berdasarkan perkiraan karena tidak membuat laporan bulanan
penjualan. Faktor tersebut menjadi hambatan atau kendala dalam pemungutan
pajak di wilayah kecamatan Tingkir. Berdasarkan data UMKM Konveksi di
kecamatan Tingkir hanya 11 orang yang terdaftar sebagai wajib pajak. Menurut
informasi Disperindagkop ada 52 UMKM Konveksi di kecamatan Tingkir yang
terdaftar, padahal jumlah UMKM di kecamatan Tingkir lebih dari itu. Hasil
wawancara dengan pegawai pajak mengatakan bahwa untuk wilayah Tingkir lor
dan Tingkir tengah yang banyak terdapat UMKM dan merupakan sentra industri
konveksi terbesar di Salatiga, tidak lebih dari 5 orang yang melaporkan pajak. Ini
membuktikan kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk membayar pajak.
Kendala lain dalam pelaporan pajak adalah keterlambatan melaporkan. UMKM
Konveksi yang telat dalam melaporkan dikenakan denda administrasi sebesar Rp
100.000,- per bulan untuk SPT massa.
65
Selain kendala diatas pentingnya pengetahuan mengenai pajak oleh wajib
pajak sangat dibutuhkan. Tujuannya agar mengetahui hak dan kewajibanya
sebagai wajib pajak, sehingga secara sadar dan sukarela mematuhi aturan yang
berlaku. Berdasarkan wawancara dengan UMKM Konveksi, beberapa UMKM
tidak paham mengenai pajak UMKM baik tarif pajak, mekanisme, dan manfaat
yang diperoleh. Adanya pemahaman yang baik tentang perpajakan, maka
pemenuhan pajak akan berjalan lancar dan penentuan pajak atas dasar omzet dapat
dihitung secara tepat dan akurat.
4.2.3. Pembukuan Ditinjau Dari Aspek Perpajakan
Sistem pembukuan yang baik tidak hanya menghasilkan output berupa
angka tetapi juga kualitas. Output yang dihasilkan UMKM Konveksi di Tingkir
dapat dilihat kualitasnya dari segi informasi keuangan yaitu dapat dipahami,
relevan, dapat diandalkan, dan dapat dibandingkan. Pencatatan transaksi keuangan
kebanyakan dilakukan sendiri oleh pemiliknya sesuai pemahaman dan kebutuhan.
“Semakin tinggi tingkat pemahaman akuntansi dan ketentuan
perpajakan yang dimiliki wajib pajak badan serta masalah transparansi dalam pajak terlaksana atau berjalan dengan baik maka
semakin tinggi pula tingkat kepatuhannya dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya.”5
5Ade Saepudin, Jurnal Pengaruh Pemahaman Akuntansi Dan Ketentuan Perpajakan
Serta Transparansi Dalam Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan (Survei Pada Wajib
Pajak Badan PPh Berbentuk CV dan PT di Kota Tasikmalaya), Universitas Siliwangi
Tasikmalaya, hal.11.
66
Pembukuan yang baik diharapkan dapat memberi manfaat untuk
pelaksanaan usaha, evaluasi kinerja, dan pemeriksaan dengan pihak luar terutama
pajak. Namun pada kenyataanya pembukuan pada UMKM Konveksi di Tingkir
kurang memberikan informasi yang akurat. Hal ini membuat UMKM tidak dapat
membantu pemilik dalam melaksanakan penentuan harga pokok penjualan,
pengendalian pengeluaran yang efektif, serta tidak dapat memberi informasi
omzet penjualan sesuai keadaan yang sebenarnya.
Sistem pemungutan pajak self assasment oleh UMKM harus diimbangi
pengetahuan pembukuan yang baik. Secara khusus dalam pembuatan laporan
penjualan agar dapat menentukan besaran omzet tidak hanya secara kuantitatif
saja, tetapi juga mementingkan unsur kualitatifnya. Unsur kualitatif dalam
pembukuan dapat dilihat sebagai berikut :
1. Dapat dipahami
Karakteristik dapat dipahami dilihat dari informasi yang dihasilkan oleh
pembukuan dapat segera dengan mudah dipahami oleh para pemakai informasi
baik pihak internal maupun pihak eksternal. Informasi penjualan dalam hal ini,
dilihat dari pengumpulan bukti penjualan yang dapat diketahui pemesan, barang
yang dipesan, jumlah dan harga barang, pencatatan pada selembar kertas, ataupun
pada buku harian kas maupun daftar piutang dapat dengan mudah dipahami
karena dibuat secara sederhana. Bukti atau catatan pada selembar kertas yang
hilang atau dibuang setelah perlunasan bagi UMKM Konveksi yang tidak
mencatat penjualan atau membuat pada buku lain merasa kesulitan dalam
67
menentukan besaran omzetnya. Terlebih ada penjualan eceran yang tidak diberi
bukti transaksi. Pencatatan yang tidak dapat dipahami secara mudah, akan
menyulitkan para pemakai baik intern dan ekstern dalam menggunakan informasi
tersebut.
2. Relevan
Informasi dikatakan relevan adalah informasi yang dihasilkan oleh
pembukuan sesuai dengan kebutuhan dan dapat digunakan sebagai pertimbangan
dalam pengambilan keputusan oleh pemakai. Terkait dengan informasi yang
relevan, omzet penjualan UMKM digunakan untuk menentukan pajak terutang.
Sedangkan beberapa UMKM tidak mencatat atau mengeluarkan nota/faktur untuk
penjualan eceran. Biasanya pemilik menggunakan bukti penjualan atau catatan
penjualan untuk melakukan penagihan piutang dan perhitungan omzet penjualan.
Ada juga UMKM yang hanya memperkirakan besaran omzet untuk menghitung
pajak. Penyajian informasi omzet untuk pajak yang hanya didasarkan pada
perkiraan tanpa adanya catatan atau bukti penjualan. Secara hakikat informasi
pembukuan UMKM sudah cukup menentukan relevansinya yaitu pelaporan omzet
untuk penentuan besaran pajak UMKM tanpa mempertimbangkan
materialitasnya. Dengan begitu informasi omzet relevan untuk kepentingan pajak,
namun jumlah omzet yang dihasilkan belum tentu sesuai keadaan sebenarnya
sehingga dapat berpengaruh terhadap besaran pajak terutang yang harus dibayar
dan dilaporkan.
68
3. Keandalan
Informasi yang dihasilkan oleh pembukuan berdasarkan kejadian atau
transaksi ekonomi perusahaan yang sesuai kenyataan sehingga dapat diandalkan
pemakai untuk mengambil keputusan disebut keandalan. Ada UMKM yang selalu
mengeluarkan dan menerima bukti transaksi sebelum dilakukan pencatatan lebih
lanjut, ada pula UMKM yang tidak mengeluarkan bukti transaksi untuk
pengeluaran dan penerimaan yang bersifat kecil. Kelengkapan dan keabsahan
bukti pada nota/faktur penjualan dan pembelian dapat dipertanggungjawabkan
karena sudah tertera tanggal, nama barang, jumlah, harga, nama penerima
sekaligus tanda tangan penerima. Penyajian informasi omzet oleh beberapa
UMKM Konveksi tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya atau dapat
dikatakan penyajianya tidak jujur. UMKM melakukan perkiraaan omzet dalam
menentukan pajak terutang. Keterangan tersebut menjelaskan bahwa informasi
yang dihasilkan kebanyakan UMKM Konveksi Tingkir kurang dapat diandalkan
sehingga akan berakibat pada penentuan pajak UMKM yang tidak tepat.
4. Dapat dibandingkan
Karakteristik terakhir adalah dapat diperbandingkan yaitu informasi yang
dihasilkan oleh pembukuan dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya
sebagai evaluasi kinerja maupun sebagai rencana masa depan perusahaan.
Kebanyakan UMKM Konveksi tidak ada pencatatan secara sitematis dan
konsisten pada omzet penjualan UMKM, sehingga tidak dapat diketahui secara
pasti omzet usaha perperiode dan sulit untuk dilihat prosentase peningkatan
69
maupun pengurangan penghasilan menjadikan UMKM dan pihak lain yang
membutuhkan informasi tersebut sulit membandingkan. Akibatnya UMKM
kesulitan dalam mengevaluasi kinerja usah. Selain itu, pencatatan transaksi secara
teratur dapat berfungsi untuk membantu UMKM dalam melaporkan SPT tahunan
apakah terjadi lebih bayar atau kurang bayar.
Keempat karakteristik pembukuan tersebut menggambarkan pentingnya
kualitas pembukuan dalam rangka mentukan pajak terutang UMKM. Berdasarkan
data dari lapangan tersebut dapat dikatakan kualitas pembukuan khususnya
informasi omzet pada UMKM Konveksi Tingkir kebanyakan kurang memenuhi
syarat kualitas pembukuan sesuai teori kualitas pembukuan oleh IAI.