43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Subyek Penelitian
Penelitian tindakan telah dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 1 Jalan Nakula Sadewa I/3 Kembangarum Kel. Dukuh Kec. Sidomukti
Salatiga. Subyek penelitian adalah peserta didik kelas X Akuntansi 1 berjumlah 36
peserta didik yang terdiri dari 2 peserta didik laki-laki dan 34 peserta didik
perempuan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, terlihat bahwa peserta
didik mempunyai minat yang rendah terhadap mata pelajaran komunikasi bisnis.
Hasil belajar yang di dapat penulis dari guru ada 28 peserta didik yang mempunyai
nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1
Salatiga (75) atau 78% peserta didik dinyatakan tidak tuntas belajar. Ada 8 peserta
didik yang dinyatakan tuntas belajar atau 22% peserta didik mempunyai hasil
belajar lebih atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 1 Salatiga. Sehingga guru merasa resah atas rendahnya minat yang
meliputi perhatian, kegiatan, serta rasa senang dan hasil belajar peserta didik kelas
X Akuntansi 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga.
4.2. Analisis Pelaksanaan Penelitian Tindakan
Penerapan metode Investigasi Kelompok di dalam penelitian tindakan
dilaksanakan pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis secara
profesional dan dilaksanakan dalam 2 siklus tindakan. Penelitian tindakan telah
dilaksanakan kurang lebih dua bulan (akhir Januari - awal Maret) tepatnya tanggal
44
27 Januari 2012 sampai dengan 9 Maret 2012 pada semester 2 tahun pelajaran
2011-2012. Setiap siklus dilaksanakan beberapa kali pertemuan. Siklus pertama
dibagi dalam tiga kali pertemuan, yang setiap kali pertemuan terdapat alokasi waktu
2 x 45 menit dan siklus kedua dibagi menjadi empat kali pertemuan (2 x 45 menit).
Tabel 4.1.
Pelaksanaan Penelitian Terhadap 36 Peserta Didik Kelas X Akuntansi 1
Semester 2 Tahun Pelajaran 2011-2012 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1
Salatiga
Siklus Pertemuan Alokasi Waktu
(Menit)
Kegiatan
1 1 2x45 Pembentukan Kelompok dan
Diskusi Kelompok
2 2x45 Presentasi Kelompok
3 2x45 Bermain dan Post Test
2 4 2x45 Penyampaian Materi
5 2x45 Presentasi Kelompok
6 2x45 Bermain
7 2x45 Ulangan Harian
4.3. Analisis Tahapan dalam Siklus
Penelitian Tindakan dilaksanakan selama dua siklus. Siklus adalah sebuah
ciri khas yang dilaksanakan di dalam penelitian tindakan, yang tidak di miliki oleh
penelitian lainnya.
“Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki
pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus
menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu,
45
dalam PTK di kenal dengan adanya siklus pelaksanaan berupa pola:
perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi (perencanaan
ulang). Ini tentu berbeda dengan penelitian biasa, yang biasanya
tidak disertai dengan perlakuan yang berupa siklus.”42
Penelitian tindakan yang telah dilaksanakan selama dua siklus berjalan
dengan baik. Setiap siklus telah tercapai jika sama dengan atau telah melebihi
indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Setiap siklus mempunyai beberapa
tahapan. Tahapan tersebut dimulai dari perencanaan, implementasi tindakan,
observasi, dan refleksi. Hasil refleksi tersebut, yang kemudian sebagai acuan
pelaksanaan perbaikan selanjutnya.
Siklus 1 dilaksanakan pada tiga kali pertemuan, tanggal 27 Januari 2012
sampai dengan tanggal 10 Pebruari 2012. Siklus dilaksanakan setiap hari jum’at
pada jam 10.25 WIB sampai dengan 11.45 WIB atau jam pelajaran ke 5 dan ke 6 di
kelas X Akuntansi 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga. Adapun tabel
tahapan setiap siklus dapat di lihat sebagai berikut.
Tabel 4.2.
Tahapan Siklus 1 Terhadap 36 Peserta Didik Kelas X Akuntansi 1
Semester 2 Tahun Pelajaran 2011-2012 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1
Salatiga
Tahapan Siklus 1 Kegiatan
Perencanaan 1. Identifikasi masalah penelitian tindakan
2. Penyelesaian masalah dengan metode yang sesuai
3. Pemilihan metode investigasi kelompok
4. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus
1 pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis
42 I G A K Wardani, op. cit. hal. 7.
46
secara professional (Lampiran 1)
5. Membuat soal uraian singkat untuk post test, jawaban, dan
kriteria penilaian siklus 1 (Lampiran 1)
6. Membuat alat peraga berupa permainan ular tangga dan
kartu soal (Lampiran 22)
7. Membuat format angket penilaian minat peserta didik
siklus 1 (Lampiran 3)
8. Membuat lembar wawancara untuk peserta didik siklus 1
(Lampiran 5)
9. Membuat lembar observasi siklus 1 yang akan di isi oleh
pengamat atau observer (Lampiran 7 dan 9)
Implementasi
Tindakan
1. Melaksanakan pembelajaran siklus 1 sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus 1 dengan
metode Investigasi Kelompok pada kompetensi dasar
melaksanakan komunikasi bisnis secara profesional
2. Melaksanakan post test pada akhir pertemuan siklus 1
3. Memberikan lembar angket dan lembar wawancara untuk
peserta didik.
4. Memberikan lembar observasi untuk di isi oleh guru
sebagai pengamat
Observasi 1. Pengisian lembar observasi oleh pengamat
2. Mengkoreksi hasil belajar peserta didik
3. Penulis menskorkan lembar angket penilaian minat peserta
47
didik dan lembar wawancara
Refleksi Setelah selesai melaksanakan pembelajaran pada akhir
tindakan siklus 1. Penulis, guru (pengamat independen), dan
guru mata pelajaran melakukan refleksi untuk mengetahui
permasalahan di dalam penelitian tindakan. Setelah
melakukan refleksi dapat diketahui bahwa:
1. Diskusi kelompok, penugasan, presentasi dan melakukan
permainan dapat di selesaikan dan dilaksanakan peserta
didik dengan baik
2. Pada saat permainan memang kondisi kelas agak gaduh,
terlihat peserta didik merasa senang. Peserta didik
melakukan permainan dengan seru sehingga saat
melakukan permainan kondisi kelas kurang tenang.
3. Hasil lembar wawancara, tiga puluh enam atau semua
peserta didik menyukai pembelajaran dengan metode
investigasi kelompok. (Lampiran 6, No. 1)
4. Hasil angket siklus 1 yang telah di olah penulis, terdapat
tujuh belas peserta didik yang berminat di dalam pelajaran
dengan metode investigasi kelompok. Ada Sembilan belas
peserta didik yang sangat berminat dengan mata pelajaran
komunikasi bisnis menggunakan metode investigasi
kelompok. (Lampiran 4)
48
5. Hasil belajar peserta didik pada siklus 1 kompetensi dasar
melaksanakan komunikasi bisnis secara profesional dengan
menggunaan metode investigasi kelompok, terdapat satu
orang peserta didik yang belum tuntas. Ada tiga puluh lima
peserta didik yang sudah mempunyai hasil belajar sama
atau melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga atau dianggap tuntas
belajar. (Lampiran 2)
Perbaikan
Rencana Siklus 2
Rencana pembelajaran siklus 2 (Lampiran 11) akan sedikit
berbeda dengan siklus1. Materi akan disampaikan dengan
power point di siklus 2. Pembelajaran siklus 2 akan
direncanakan bahwa peserta didik membuat sendiri alat
peraga berupa permainan ular tangga dan kartu soal. Hal
tersebut didasarkan oleh pembelajaran siklus 1 yang hasilnya
telah melebihi indikator keberhasilan yaitu minat dan hasil
belajar peserta didik dianggap sudah terpenuhi.
49
Tabel 4.3.
Tahapan Siklus II Terhadap 36 Peserta Didik Kelas X Akuntansi 1
Semester 2 Tahun Pelajaran 2011-2012 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1
Salatiga
Tahapan Siklus 1 Kegiatan
Perencanaan 1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus
2 pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis
secara professional (Lampiran 11)
2. Membuat soal uraian untuk ulangan harian, jawaban, dan
kriteria penilaian siklus 2 (Lampiran 11)
3. Membuat power point materi pelajaran (Lampiran 11)
4. Membuat format angket penilaian minat peserta didik
siklus 2 (Lampiran 13)
5. Membuat lembar wawancara untuk peserta didik siklus 2
(Lampiran 15)
6. Membuat lembar observasi siklus 2 yang akan di isi oleh
pengamat atau observer (Lampiran 17 dan 19)
Implementasi
Tindakan
1. Melaksanakan pembelajaran siklus 2 sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus 2 dengan
metode Investigasi Kelompok pada kompetensi dasar
melaksanakan komunikasi bisnis secara professional
2. Melaksanakan ulangan harian yang di laksanakan pada
akhir siklus 2
50
3. Memberikan lembar angket dan lembar wawancara untuk
peserta didik.
4. Memberikan lembar observasi untuk di isi oleh guru
sebagai pengamat
Observasi 1. Pengisian lembar observasi oleh pengamat
2. Mengkoreksi hasil belajar peserta didik
3. Penulis menskorkan lembar angket penilaian minat peserta
didik dan lembar wawancara
Refleksi Setelah selesai melaksanakan pembelajaran pada akhir
tindakan siklus 2. Penulis, guru (pengamat independen), dan
guru mata pelajaran melakukan refleksi untuk mengetahui
hasil pembelajaran di dalam penelitian tindakan siklus 2.
Setelah melakukan refleksi dapat diketahui bahwa:
1. Peserta didik dapat melaksanakan tugas yang diberikan
guru dengan baik
2. Presentasi, hasil permainan dan kartu soal yang dibuat oleh
peserta didik dirasa sangat memuaskan
3. Memang tidak di pungkiri saat melaksanakan permainan
kondisi kelas masih gaduh, karena setiap kelompok
bermain dengan menjawab kartu soal yang sudah dibuat
oleh peserta didik dengan antusias sehingga kondisi kelas
memang tidak di mungkinkan untuk tenang
51
4. Hasil lembar wawancara, tiga puluh enam atau semua
peserta didik menyukai pembelajaran dengan metode
investigasi kelompok. (Lampiran 16, No. 1)
5. Hasil angket yang telah di olah penulis pada siklus 2,
terdapat delapan belas peserta didik yang berminat di
dalam pelajaran dengan menggunakan metode investigasi
kelompok. Ada delapan belas peserta didik yang sangat
berminat pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi
bisnis secara profesional mata pelajaran komunikasi bisnis
yang dilaksanakan menggunakan metode investigasi
kelompok. (Lampiran 14)
6. Hasil belajar peserta didik pada siklus 2 kompetensi dasar
melaksanakan komunikasi bisnis secara profesional dengan
penggunaan metode investigasi kelompok, terdapat dua
peserta didik yang belum tuntas. Ada tiga puluh empat
peserta didik yang sudah mempunyai hasil belajar sama
atau melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga atau dianggap tuntas
belajar. Siklus 2 tidak lebih baik dari siklus 1, tetapi sudah
melebihi dari indikator keberhasilan. (Lampiran 12)
52
4.3.1. Analisis Siklus 1
Pelaksanaan siklus 1 sudah di laksanakan dengan baik oleh guru mata
pelajaran komunikasi bisnis di kelas X Akuntansi 1 Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 1 Salatiga. Pelaksanaan tindakan menggunakan metode Investigasi
Kelompok. Metode Investigasi Kelompok membuat peserta didik merasakan secara
langsung pembelajaran dengan pengalaman-pengalaman yang di dapat dari proses
investigasi yang dilakukan oleh peserta didik di dalam satu kelompok kerja.
Penekanan tentang belajar dan mengajar di kelas X Akuntansi 1 lebih berfokus
terhadap suksesnya peserta didik mengorganisasikan pengalaman-pengalaman yang
di peroleh peserta didik.
Hasil observasi (Lampiran 8) yang dilakukan oleh pengamat independen,
pada siklus 1 pertemuan pertama. Ada enam puluh satu sampai dengan delapan
puluh persen (61% - 80%) peserta didik memperhatikan apersepsi dan pengarahan
guru mata pelajaran tentang investigasi kelompok. Lebih dari delapan puluh persen
(>80%) peserta didik memperhatikan motivasi, menjawab pertanyaan, duduk
dengan kelompok masing-masing, melakukan diskusi kelompok, dan membuat
kesimpulan bersama guru mata pelajaran komunikasi bisnis.
Pertemuan kedua peserta didik terlihat, ada enam puluh satu sampai dengan
delapan puluh persen (61% - 80%) peserta didik melaksanakan kegiatan mendengar
penjelasan dari guru dan bertanya terhadap kelompok lain. Ada lebih dari delapan
puluh persen (>80%) peserta didik yang antusias untuk menceritakan trik-trik yang
di lakukan peserta didik di dalam investigasi, duduk secara berkelompok, penyajian
53
hasil investigasi, memperhatikan tanggapan dan membuat kesimpulan bersama
dengan guru mata pelajaran komunikasi bisnis.
Pertemuan ketiga, terlihat enam puluh satu sampai dengan delapan puluh
persen (61% - 80%) peserta didik memperhatikan penjelasan dari guru. Terlihat
lebih dari delapan puluh persen (>80%) peserta didik melakukan kegiatan duduk
sesuai dengan kelompok masing-masing, menjawab pertanyaan, menjawab kartu
soal yang di bacakan dari permainan ular tangga, kerjasama di dalam kelompok,
dan membuat kesimpulan dengan guru mata pelajaran komunikasi bisnis. Pada saat
melaksanakan permainan ular tangga di kelas X Akuntansi 1, peserta didik memang
terlihat agak gaduh. Peserta didik antusias di dalam melaksanakan pembelajaran
dan terlihat merasa senang melakukan pembelajaran dengan metode Investigasi
Kelompok.
Hasil wawancara (Lampiran 6) terhadap peserta didik melalui lembar
wawancara. Semua peserta didik atau seratus persen (100%) peserta didik menyukai
pembelajaran dengan metode investigasi kelompok, menyukai pembelajaran dengan
cara diskusi kelompok, suka membantu teman yang sedang mengalami kesulitan
belajar dan ataupun bertanya saat peserta didik mengalami kesulitan belajar. Pada
pertanyaan apakah anda suka cara belajar dengan mencari informasi di lingkungan
sekitar yang berkaitan dengan pokok bahasan yang sedang dipelajari pada mata
pelajaran komunikasi bisnis? Ada satu peserta didik atau dua koma delapan persen
(2.8%) yang tidak menyukai, dan tiga puluh lima peserta didik atau sembilan puluh
tujuh koma dua persen (97.2%) menyatakan suka.
54
Hasil analisis siklus 1 terlihat bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan antusias pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi
bisnis secara profesional mata pelajaran komunikasi bisnis. Peserta didik merasa
bahwa pembelajaran dengan metode Investigasi Kelompok menyenangkan, dan
peserta didik mempunyai minat yang lebih terhadap pembelajaran komunikasi
bisnis kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis secara profesional dengan
menggunakan metode Investigasi Kelompok dari pada metode sebelumnya.
4.3.2. Analisis Siklus 2
Siklus 2 dilaksanakan oleh guru mata pelajaran komunikasi bisnis sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus 2. Pertemuan ke empat terlihat
bahwa hasil observasi (Lampiran 18) guru independen menyatakan ada enam puluh
satu sampai dengan delapan puluh persen peserta didik mencatat materi ajar. Lebih
dari delapan puluh persen peserta didik memperhatikan, menjawab, dan membuat
kesimpulan bersama dengan guru mata pelajaran komunikasi bisnis.
Pertemuan kelima terlihat sekitar enam puluh satu sampai dengan delapan
puluh persen (61% - 80%) peserta didik memperhatikan apersepsi dan motivasi
yang guru mata pelajaran sampaikan. Lebih dari delapan puluh persen (>80%)
peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran yaitu, duduk dengan kelompok
masing-masing, penyajian hasil Investigasi dengan media ular tangga, bertanya
kepada kelompok lain, memperhatikan dan membuat kesimpulan bersama dengan
guru mata pelajaran komunikasi bisnis.
Pertemuan keenam terlihat bahwa lebih dari delapan puluh persen (>80%)
peserta didik melakukan kegiatan memperhatikan, mendengar, menjawab
55
pertanyaan, duduk sesuai dengan kelompok masing-masing, menjawab kartu soal di
dalam permainan, dan membuat kesimpulan bersama guru.
Hasil wawancara (Lampiran 16) yang dilakukan penulis melalui lembar
wawancara, menyatakan bahwa pada pertanyaan pertama semua peserta didik atau
seratus persen (100%) menyukai pembelajaran dengan metode Investigasi
Kelompok pada mata pelajaran komunikasi bisnis. Pertanyaan kedua ada satu
peserta didik atau dua koma delapan persen (2.8%) yang tidak menyukai cara
belajar dengan mencari informasi di lingkungan sekitar peserta didik yang berkaitan
dengan pokok bahasan yang sedang dipelajari, sedangkan tiga puluh lima peserta
didik atau sembilan puluh tujuh koma dua persen (97.2%) menyukainya.
Pertanyaan ketiga ada tiga puluh enam peserta didik atau seratus persen (100%)
menyukai cara belajar dengan menggunakan diskusi kelompok. Pertanyaan
keempat dijawab oleh semua peserta didik atau seratus persen (100%) dengan suka
membantu teman yang sedang mengalami kesulitan dan atau bertanya saat
mengalami kesulitan belajar. Pertanyaan kelima dari lembar wawancara, seluruh
peserta didik atau seratus persen (100%) menyukai pembelajaran dengan media
pembelajaran ular tangga dan bermain. Pertanyaan keenam ada satu peserta didik
atau dua koma delapan persen (2.8%) yang tidak menyukai jika media
pembelajaran di buat sendiri di dalam kelompok, sedangkan tiga puluh lima peserta
didik atau sembilan puluh tujuh koma dua persen (97.2) menyukainya. Pertanyaan
ketujuh ada dua peserta didik atau lima koma enam persen (5.6%) tidak menyukai
jika materi selanjutnya menggunakan metode Investigasi Kelompok, sedangkan
56
sisanya atau Sembilan puluh empat koma empat persen (94.4%) peserta didik
menyukainya.
Hasil observasi dan hasil wawancara peserta didik pada siklus 2, terlihat
bahwa peserta didik menyukai pembelajaran dengan metode Investigasi Kelompok.
Banyak peserta didik juga menginginkan jika materi selanjutnya menggunakan
metode Investigasi Kelompok.
4.4. Analisis Minat Belajar Peserta Didik
Salah satu permasalahan yang di resahkan oleh guru mata pelajaran
komunikasi bisnis adalah rendahnya minat yang meliputi perhatian, kegiatan, dan
rasa senang peserta didik pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis
secara profesional mata pelajaran komunikasi bisnis. Hasil pengamatan yang
dilakukan pada pra siklus terlihat ada delapan belas peserta didik tidak fokus pada
materi ajar yang sedang guru sampaikan. Peserta didik sibuk dengan kegiatannya
masing-masing, dan peserta didik akan memfokuskan perhatiannya apabila sudah di
tegur oleh guru. Pembelajaran sebelumnya menggunakan metode ceramah,
sehingga dirasa perlu menggunakan metode yang dapat membangkitkan minat
peserta didik. Metode yang digunakan dan dirasa cocok di dalam menyelesaikan
permasalahan yang diresahkan oleh guru mata pelajaran komunikasi bisnis adalah
metode Investigasi Kelompok.
Setelah pelaksanaan pembelajaran dengan metode Investigasi Kelompok,
peserta didik dapat dikategorikan berminat dan sangat berminat dengan mata
pelajaran komunikasi bisnis pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi
bisnis secara profesional. Kategori minat belajar peserta didik yang meliputi
57
perhatian, kegiatan, dan rasa senang dapat kita lihat melalui tabel dan diagram
sebagai berikut.
Tabel 4.4.
Minat Belajar dari 36 Peserta Didik Kelas X Akuntansi 1
Semester 2 Tahun Pelajaran 2011-2012 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1
Salatiga
No. Kategori Siklus 1 Siklus 2
Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
1. Tidak Berminat 0 0% 0 0%
2. Kurang Berminat 0 0% 0 0%
3. Berminat 17 47.2% 18 50%
4. Sangat Berminat 19 52.8% 18 50%
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 4.1.
Grafik Minat Belajar dari 36 Peserta Didik Kelas X Akuntansi 1
Semester 2 Tahun Pelajaran 2011-2012 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1
Salatiga
Terlihat (Gambar 4.1.) pada siklus 1 terdapat empat puluh tujuh koma dua
persen (47.2%) dari peserta didik dikategorikan berminat. Terdapat lima puluh dua
koma delapan persen (52.8%) dari peserta didik dikategorikan sangat berminat pada
58
kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis secara profesional mata
pelajaran komunikasi bisnis dengan menggunakan metode Investigasi Kelompok.
Pada siklus 2 terdapat lima puluh persen (50%) atau setengah dari jumlah peserta
didik dikategorikan berminat, dan lima puluh persen (50%) peserta didik lainnya
dikategorikan sangat berminat pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi
bisnis secara professional mata pelajaran komunikasi bisnis dengan menggunakan
metode Investigasi Kelompok. Minat peserta didik pada siklus 1 dan siklus 2 sudah
melampaui indikator keberhasilan tiap siklus yaitu lebih atau sama dengan tujuh
puluh lima persen (75%) dari peserta didik di kelas X Akuntansi 1 Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga.
4.5. Analisis Hasil Belajar Peserta Didik
Bagian ini akan memaparkan pembahasan analisis hasil belajar peserta didik
dengan menggunakan metode Investigasi Kelompok pada pokok bahasan
melaksanakan komunikasi bisnis secara profesional. Hasil belajar peserta didik
dapat dilihat di dalam rangkuman nilai yang sudah di olah penulis dalam bentuk
tabel dan diagram. Hasil belajar peserta didik akan memuat hasil belajar dari pra
siklus, siklus 1, dan siklus 2 dengan rata-rata nilai kelas.
59
Tabel 4.5.
Hasil Belajar dari 36 Peserta Didik Kelas X Akuntansi 1
Semester 2 Tahun Pelajaran 2011-2012 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1
Salatiga
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 4.2.
Grafik Ketuntasan Hasil Belajar dari 36 Peserta Didik Kelas X Akuntansi 1
Semester 2 Tahun Pelajaran 2011-2012 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1
Salatiga
No. Kategori
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
1 Tuntas Belajar 8 22.2% 35 97.2% 34 94.4%
2 Tidak Tuntas
Belajar
28 77.8% 1 2.8% 2 5.6%
3 Jumlah 36 100% 36 100% 36 100%
4 Hasil Terendah 26 72.5 72
5 Hasil Tertinggi 100 100 96
6 Rata - rata 63.61 94.38 85.72
60
Gambar 4.2. terlihat hasil belajar peserta didik di kelas X Akuntansi 1 pada
kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis secara professional mata
pelajaran komunikasi bisnis sebelum dilaksanakan tindakan hanya dua puluh dua
koma dua persen (22.2%) peserta didik dinyatakan telah tuntas. Sisanya sebesar
tujuh puluh tujuh koma delapan persen (77.8%) peserta didik belum bisa dikatakan
tuntas, karena hasil belajar peserta didik masih di bawah 75 (sesuai Kriteria
Ketuntasan Minimal Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga). Hasil belajar
terendah peserta didik yaitu 26, dan hasil belajar tertinggi yaitu 100 dengan rata-rata
kelas 63.61. Keadaan inilah yang menjadi salah satu permasalahan yang diresahkan
oleh guru mata pelajaran komunikasi bisnis. Permasalahan yang diresahkan oleh
guru adalah minat peserta didik terhadap mata pelajaran komunikasi bisnis yang di
anggap rendah dan berdampak terhadap hasil belajar peserta didik yang rendah.
”Menurut Wiji Suwarno, peserta didik yang mempunyai minat terhadap
mata pelajaran bisa meningkatkan hasil belajarnya, sedangkan yang tidak
mempunyai minat akan sulit meningkatkan hasil belajarnya. Pendidik mempunyai
tugas untuk membangkitkan minat peserta didik agar prestasinya meningkat.”43
Oleh karena itu, pembelajaran menggunakan metode yang meningkatkan minat
belajar peserta didik akan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Pelaksanaan
tindakan di kelas X Akuntansi 1 menggunakan metode Investigasi Kelompok.
Metode pembelajaran yang membuat peserta didik membangun pengetahuan
mereka dengan pengalaman-pengalaman yang mereka terima dari hasil Investigasi
Kelompok.
43 Wiji Suwarno, loc. cit. hal. 116.
61
Penggunaan metode Investigasi Kelompok di kelas X Akuntansi 1
dilaksanakan pada dua siklus tindakan. Siklus pertama terlihat Sembilan puluh tujuh
koma dua persen (97.2%) dari jumlah peserta didik sudah dianggap tuntas belajar,
sedangkan dua koma delapan persen (2.8%) dari jumlah peserta didik belum dapat
dikatakan tuntas. Nilai terendah peserta didik yaitu 72.5 dan tertinggi yaitu 100.
Peserta didik belum dapat dikatakan tuntas jika belum mendapat hasil belajar sama
dengan atau lebih dari 75 (sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga). Hasil belajar peserta didik pada siklus
pertama di dapat dari post test yang dilaksanakan oleh guru mata pelajaran pada
akhir pertemuan siklus pertama.
Setelah pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama yang hasilnya sudah
melebihi dari indikator keberhasilan dan dianggap telah sukses. Pembelajaran
selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada
siklus kedua. Pembelajaran pada siklus kedua diakhiri dengan ulangan harian
peserta didik. Hasil ulangan harian peserta didik pada siklus kedua terlihat bahwa
Sembilan puluh empat koma empat persen (94.4%) dari jumlah peserta didik sudah
dianggap tuntas belajar. Sedangkan peserta didik yang tidak tuntas belajar sebesar
lima koma enam persen (5.6%) dari jumlah peserta didik. Hasil belajar terendah
peserta didik adalah 72 dan tertinggi adalah 96. Walau prosentase peserta didik
yang tuntas menurun sebesar dua koma delapan persen (2.8%) dari siklus pertama
ke siklus kedua, siklus kedua juga dapat dikatakan berhasil. Siklus kedua dikatakan
berhasil karena hasil belajar peserta didik sudah melebihi dari indikator
keberhasilan.
62
Gambar 4.3.
Grafik Rata-Rata Kelas dari 36 Peserta Didik Kelas X Akuntansi 1
Semester 2 Tahun Pelajaran 2011-2012 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1
Salatiga
Gambar 4.3. terlihat bahwa hasil rata-rata di kelas X Akuntansi 1 pada
kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis secara professional mengalami
peningkatan dari pra siklus ke siklus pertama. Pada pra siklus terlihat rata-rata kelas
adalah 63.61 dan mengalami peningkatan sebesar 30.77, sehingga pada siklus
pertama terlihat bahwa rata-rata kelas menjadi 94.38. Tetapi pada siklus kedua
terlihat menurun rata-rata kelasnya yang semula pada siklus pertama adalah 94.38,
dan di siklus kedua menjadi 85.72.
Setelah penggunaan metode Investigasi Kelompok, terlihat terdapat
peningkatan hasil belajar peserta didik dan rata-rata kelas pada mata pelajaran
komunikasi bisnis kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis secara
professional. Metode Investigasi Kelompok dapat menjawab permasalahan-
permasalahan yang telah diresahkan oleh guru mata pelajaran komunikasi bisnis di
kelas X Akuntansi 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga.
63
4.6. Pembahasan Hasil Penelitian
Permasalahan yang diresahkan oleh guru mata pelajaran adalah awal dari
timbulnya penelitian tindakan di kelas X Akuntansi 1 Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 1 Salatiga. Permasalahan tersebut adalah rendahnya minat yang meliputi
perhatian, kegiatan, serta rasa senang dan hasil belajar peserta didik pada
kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis secara professional mata
pelajaran komunikasi bisnis. Penggunaan metode ceramah yang sebelumnya
dilaksanakan guru dirasa kurang maksimal di dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Pembelajaran selanjutnya menggunakan metode yang akan
meningkatkan minat yang meliputi perhatian, kegiatan, serta rasa senang dan hasil
belajar peserta didik. Metode yang digunakan yaitu metode Investigasi Kelompok.
Metode Investigasi Kelompok adalah salah satu metode pembelajaran yang
dilakukan secara berkelompok. Peserta didik akan dibentuk secara berkelompok,
dan selanjutnya akan melakukan investigasi di tempat yang telah di tentukan
sebelumnya. Pencarian informasi di dalam Investigasi adalah sebuah upaya
pembelajaran peserta didik dari pengalaman-pengalaman yang akan di dapat saat
melakukan Investigasi Kelompok. Setelah peserta didik melaksanakan investigasi,
selanjutnya peserta didik akan mempresentasikan secara kelompok di dalam kelas.
Menurut Soejadi dalam Teti Sobari yang dikutip oleh Rusman, “Teori yang
melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya
pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana
siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang
kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila
64
perlu.”44
Setiap siklus tindakan pada penelitian tindakan di kelas X Akuntansi 1
telah terlaksana dengan baik menggunakan metode Investigasi Kelompok.
Terlihat setelah menggunakan metode Investigasi kelompok, di setiap siklus
tindakan semua peserta didik atau seratus persen (100%) menyukai dan meminati
mata pelajaran komunikasi bisnis pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi
bisnis secara profesional. Pada siklus pertama, peserta didik yang dikategorikan
berminat sebanyak tujuh belas peserta didik atau empat puluh tujuh koma dua
persen (47.2%), sedangkan yang sangat berminat sebanyak 19 peserta didik atau
lima puluh dua koma delapan persen (52.8%). Pada siklus kedua terjadi perubahan
minat peserta didik, yaitu peserta didik yang berminat sebanyak 18 peserta didik
atau lima puluh persen (50%), sedangkan yang sangat berminat sebanyak 18 peserta
didik atau lima puluh persen (50%). Minat peserta didik pada kategori sangat
berminat mengalami penurunan sebesar dua koma delapan persen (2.8%), dan
kategori berminat naik sebesar (2.8%). Tetapi pada setiap siklus tindakan, peserta
didik dapat digolongkan mempunyai minat belajar pada kompetensi dasar
melaksanakan komunikasi bisnis secara professional mata pelajaran komunikasi
bisnis.
Hasil belajar peserta didik juga mengalami perubahan setelah menggunakan
metode Investigasi Kelompok. Hasil belajar peserta didik pada pra siklus terdapat
delapan peserta didik yang sudah dikatakan tuntas belajar atau dua puluh dua koma
dua persen (22.2%), sedangkan yang tidak tuntas belajar sebanyak dua puluh
delapan peserta didik atau tujuh puluh tujuh koma delapan persen (77.8%). Hasil
44 Rusman, Model-Model Pembelajaran ”Mengembangkan Profesionalisme Guru”,
Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2011, hal. 201.
65
terendah peserta didik adalah 26 dan tertinggi adalah 100, dengan rata-rata kelas
63.61.
Setelah tindakan siklus pertama dengan metode Investigasi Kelompok, pada
akhir siklus guru melaksanakan post test. Hasil belajar peserta didik pada siklus
pertama mengalami peningkatan yang signifikan. Terdapat tiga puluh lima peserta
didik yang tuntas belajar atau sembilan tujuh koma dua persen (97.2%), sedangkan
satu peserta didik tidak tuntas belajar atau dua koma delapan persen (2.8%). Hasil
terendah peserta didik adalah 72.5 dan tertinggi yaitu 100, dengan rata-rata kelas
94.38. Siklus pertama terlihat terjadi peningkatan ketuntasan peserta didik yang
sebelumnya pada pra siklus sebesar dua puluh dua koma dua persen (22.2%),
menjadi sembilan puluh tujuh koma dua persen (97.2%). Peningkatan ketuntasan
peserta didik sebesar tujuh puluh lima persen (75%).
Siklus kedua terlihat bahwa ketuntasan belajar peserta didik sebesar
Sembilan puluh empat koma empat persen (94.4%). Ketuntasan belajar peserta
didik memang bisa dikatakan turun dari siklus pertama ke siklus kedua. Penurunan
ketuntasan belajar peserta didik sebesar dua koma delapan persen (2.8%). Tetapi
siklus kedua masih dianggap berhasil, karena sudah melebihi dari indikator
keberhasilah setiap siklus yaitu tujuh puluh lima persen (75%).
Peningkatan minat yang meliputi perhatian, kegiatan, serta rasa senang dan
hasil belajar peserta didik kelas X Akuntansi 1 terjadi karena penggunaan metode
Investigasi Kelompok. Peningkatan hasil belajar dari pra siklus ke siklus pertama di
iringi oleh peningkatan minat belajar peserta didik. Peningkatan ketuntasan hasil
belajar peserta didik dari 22.2% menjadi 97.2% diiringi oleh minat peserta didik
66
yang dikategorikan berminat sebesar 47.2% dan sangat berminat 52.8%. Tidak ada
peserta didik yang dikategorikan tidak berminat dan kurang berminat pada siklus
pertama.
Pada siklus kedua terjadi penurunan tingkat ketuntasan hasil belajar peserta
didik. Ketuntasan hasil belajar peserta didik pada siklus kedua sebesar 94.4% yang
sebelumnya pada siklus pertama sebesar 97.2%. Penurunan tingkat ketuntasan
belajar peserta didik pada siklus kedua juga diiringi oleh penurunan tingkat kategori
minat peserta didik. Pada siklus kedua peserta didik yang dikategorikan berminat
sebesar 50% dari 47.2% pada siklus pertama. Peserta didik yang dikategorikan
sangat berminat pada siklus kedua sebesar 50% yang sebelumnya sebesar 52.8%
pada siklus pertama. Pada siklus kedua peserta didik yang dikategorikan sangat
berminat turun sebesar 2.8%. Pada siklus kedua juga tidak ada peserta didik yang
dikategorikan tidak berminat dan kurang berminat.
Penurunan hasil belajar peserta didik dari siklus pertama ke siklus kedua
dikarenakan adanya penurunan minat belajar peserta didik. Minat pada siklus kedua
dikatakan turun disebabkan oleh beberapa hal. Hasil wawancara pada siklus kedua
(Lampiran 16), 2.8% peserta didik tidak menyukai cara belajar dengan mencari
informasi di lingkungan sekitar (Pertanyaan No.2). Sebesar 2.8% tidak menyukai
jika media pembelajaran di buat sendiri (Pertanyaan No.6). Sebesar 5.6% tidak
setuju jika materi pelajaran yang akan dating menggunakan metode Investigasi
Kelompok (Pertanyaan No.7). Sedangkan pada hasil wawancara pada siklus
pertama (Lampiran 6), hanya 2.8% peserta didik tidak menyukai cara belajar
dengan mencari informasi di lingkungan sekitar (Pertanyaan No.2). pertanyaan
67
yang lain sebesar 100% peserta didik memberi respon positif. Minat peserta didik
yang meliputi perhatian, kegiatan, dan rasa senang pada siklus kedua menurun
dibandingkan dengan siklus pertama.
Minat belajar peserta didik akan berdampak terhadap hasil belajar peserta
didik. Peserta didik yang berminat akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan peserta didik yang tidak ataupun kurang berminat. ”Menurut
Wiji Suwarno, peserta didik yang mempunyai minat terhadap mata pelajaran bisa
meningkatkan hasil belajarnya, sedangkan yang tidak mempunyai minat akan sulit
meningkatkan hasil belajarnya. Pendidik mempunyai tugas untuk membangkitkan
minat peserta didik agar prestasinya meningkat.”45
Walaupun terjadi penurunan minat belajar peserta didik yang berdampak
terhadap hasil belajar peserta didik dari siklus pertama ke siklus kedua, penelitian
tindakan di kelas X Akuntansi 1 dianggap berhasil. Penurunan minat dan hasil
belajar tersebut tidak terlalu signifikan, dan hasilnya masih melebihi dari indicator
keberhasilan. Pembelajaran di kelas X Akuntansi 1 dengan metode investigasi
kelompok sudah dapat menyelesaikan permasalahan yang diresahkan oleh guru,
yaitu rendahnya minat dan hasil belajar peserta didik.
Metode pembelajaran yang mampu meningkatkan minat belajar akan
berdampak terhadap hasil belajar peserta didik. Metode investigasi kelompok dapat
meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik pada kompetensi dasar
melaksanakan komunikasi bisnis secara professional kelas X Akuntansi 1 Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga.
45 Wiji Suwarno, loc. cit. hal. 116.