bab iv deskripsi bnn kabupaten lumajang 4.1 profil bnn ...eprints.umm.ac.id/53202/5/bab iv.pdf1....

20
54 BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN Kabupaten Lumajang 4.1.1 Sejarah BNN Kabupaten Lumajang Menghadapi permasalah yang terus meningkat di bidang obat obat terlarang atau peredaran narkoba, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) akhirnya mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika. Berdasarkan kedua undang-undang tersebut Pemerintah (Presiden Abdurrahman Wahid) membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN) dengan keputusan Presiden nomor 116 pada tahun 1999. BKNN diketuai oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) secara ex- officio. Anggaran BKNN diperoleh dan dialokasikan dari Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) sehingga tidak bisa melaksanakan fungsinya seacra maksimal. Berdasarkan keputusan Presiden nomor 17 tahun 2002 BKNN diganti menjadi Badan Narkotika Nasional (BNN) karena BKNN dirasa tidak memadai lagi dalam menghadapi ancaman bahaya narkoba yang semakin marak dan serius. BNN sebagai lembaga forum bertugas mengkoordinasikan 25 instansi pemerintah terkait yang mempunya tugas dan fungsi mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba. Mulai tahun 2003 BNN baru mendapatkan alokasi anggaran dari APBN. Singkatnya melihat perkembangan permasalahan narkoba yang semakin serius dan meningkat dari tahun ke tahun, maka pemerintah melalui ketetapan

Upload: others

Post on 13-Oct-2019

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN ...eprints.umm.ac.id/53202/5/BAB IV.pdf1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan

54

BAB IV

Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang

4.1 Profil BNN Kabupaten Lumajang

4.1.1 Sejarah BNN Kabupaten Lumajang

Menghadapi permasalah yang terus meningkat di bidang obat – obat

terlarang atau peredaran narkoba, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia (DPR-RI) akhirnya mengesahkan Undang-Undang Nomor 5

tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang nomor 22 tahun 1997

tentang Narkotika. Berdasarkan kedua undang-undang tersebut Pemerintah

(Presiden Abdurrahman Wahid) membentuk Badan Koordinasi Narkotika

Nasional (BKNN) dengan keputusan Presiden nomor 116 pada tahun 1999.

BKNN diketuai oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) secara ex-

officio. Anggaran BKNN diperoleh dan dialokasikan dari Markas Besar

Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) sehingga tidak bisa melaksanakan

fungsinya seacra maksimal.

Berdasarkan keputusan Presiden nomor 17 tahun 2002 BKNN diganti

menjadi Badan Narkotika Nasional (BNN) karena BKNN dirasa tidak memadai

lagi dalam menghadapi ancaman bahaya narkoba yang semakin marak dan serius.

BNN sebagai lembaga forum bertugas mengkoordinasikan 25 instansi pemerintah

terkait yang mempunya tugas dan fungsi mengkoordinasikan instansi pemerintah

terkait dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan

narkoba. Mulai tahun 2003 BNN baru mendapatkan alokasi anggaran dari APBN.

Singkatnya melihat perkembangan permasalahan narkoba yang semakin

serius dan meningkat dari tahun ke tahun, maka pemerintah melalui ketetapan

Page 2: BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN ...eprints.umm.ac.id/53202/5/BAB IV.pdf1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan

55

MPR-RI Nomor VI/MPR/2002 dalam sidang umum Majelis Sidang

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) tahun 2002 telah

merekomendasikan kepada DPR-RI dan Presiden RI untuk melakukan perubahan

atas Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika. Oleh karena itu

jajaran pemerintah dan DPR-RI mengesahkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika, sebagai perubahan atas UU Nomor 22 tahun 1997.

Berdasarkan UU nomor 35 tersebut BBN diberikan kewenangan penyelidikan dan

penyidikan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika.

Melihat semakin maraknya peredaran narkoba atau obat – obatan terlarang

tersebut, BNN memiliki 5 bidang dalam pencegahan narkoba yang memiliki

tugas masing – masing yaitu bidang Pencegahan, bidang Pemberdayaan

Masyarakat, Bidang Rehabilitasi, bidang Pemberantasan dan bidang Hukum dan

Kerjasama. Saat ini BNN telah memiliki perwakilan daerah di 33 provinsi.

Sedangkan di tingkat kabupaten dan kota, BNN telah memiliki 173 BNN tingkat

Kabupaten/Kota. Dengan adanya perwakilan BNN di setiap daerah, memberikan

ruang gerak yang lebih luas dan strategis bagi BNN dalam upaya Pencegahan dan

Pemberantasan Penyalahgunaan serta Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Dalam

pencegahan dan permberantasan narkoba BNN memiliki tugas dan fungsi. Berikut

beberapa point tugas pokok dan fungsi BNN:

Tugas:

1. Melaksanakan dan menyusun kebijakan nasional tentang pemberantasan

dan pencegahan penyalahgunaan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor

Narkotika

Page 3: BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN ...eprints.umm.ac.id/53202/5/BAB IV.pdf1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan

56

1. Memberantas dan mencegah penyalahgunaan peredaran gelap Narkotika

dan Prekursor Narkotika

2. Melakukan koordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik

Indoneisa dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika

3. Meningkatkan kemampuan lembaga yang dimilikinya berupa rehabilitasi

medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika, baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun di dalam lingkungan masyarakat

4. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan

peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika

5. Meningkatkan, melaksanakan dan memantau serta meninjau beberapa

kegiatan masyarkat dalam upaya pencegahan penyalahgunaan dan

peredaran gelap Narkotika dan Psikotropika Narkotika

6. Melalui kerjasama bilateral dan multilateral, baik secara regional maupun

internasional, guna mencegah pemberantasan peredaran gelap Narkotika

dan Prekursor Narkotika

7. laboratorium Narkotika dan Prekurosr Narkotika dikembangkan,

digunakan dan dirawat dengan sebaik - baiknya

8. Penyidikan dan penyelididkan melakukan administrasi terhadap perkara

penyalahgunaan dan predaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika

dan

9. Menyusun dan membuat laporan tahunan tentang pelaksanaan tugas dan

wewenang.

Page 4: BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN ...eprints.umm.ac.id/53202/5/BAB IV.pdf1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan

57

Selain tugas di atas, BNN juga bertugas menyusun dan melaksanaan

kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan

dan peredaran bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk membuat

tembakau dan alkohol.

Fungsi:

1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,

psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya.

2. Penyusunan perumusan dan penetapan norma, standar, kriteria dan

prosedur P4GN.

3. Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN

4. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan, pemberdayaan

masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerjasama di bidang

P4GN

5. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakan teknis P4GN di bidang

pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi,

hukum dan kerjasama.

6. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi vertikal di

lingkungan BNN

7. Pengkoorinasikan Instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat

dalam rangka penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan kebijakan

nasional di bidang P4GN.

8. BNN menyelenggarakan pembinaan dan pelayanan tentang administrasi

Page 5: BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN ...eprints.umm.ac.id/53202/5/BAB IV.pdf1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan

58

9. BNN juga memberikan Pelaksanaan fasilitas dan pengkoordinasian wadah

peran serta kepada masyarakat.

10. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran

gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.

11. Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi dalam bidang

narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya kecuali

bahan adiktif tembakau dan alkohol.

12. BNN bekerjasma dengan pemerintah, lembaga dan isntansi terkait maupun

komponen masyarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan

kembali ke dalam masyarkat serta perawatan lanjutan bagi penyalahguna,

KPN atau pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya

di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

13. Meningkatkan dan mengkoordinasi kemampuan lembaga rehabilitasi

medis dan rehabilitasi sosial pecandu narkotika dan psikotropika serta

bahan adiktif lainnya yang diselenggarakan oleh pemerintah dan

masyarakat.

14. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahguna dan/atau

pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya yang

berbabsis komunitas terapeutik atau metode lain yang telah diuji

keberhasilannya.

15. Pelaksanaan penyusuanan, pengkajian dan perumusan peraturan

perundang-undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang P4GN.

16. Melaksanakan berbagai kerjasama regional, nasional dan internasional di

bidang P4GN.

Page 6: BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN ...eprints.umm.ac.id/53202/5/BAB IV.pdf1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan

59

17. Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di

lingkungan BNN

18. Pelaksanaan Koordinasi pengawasan fungsional instansi pemerintahan

terkait dan komponen masyarakat di bidang P4GN.

19. Melaksanakan kode etik pegawai dan kode etik profesi penyidik BNN

serta penegakan disiplin.

20. Melakukan pendataan berupa informasi nasional tentang penelitian dan

pengembangan, serta pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN.

21. Melaksanakan pengujian narkotika, psikotropika dan prekursor serta

bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.

22. Pengembagan dalam laboratorium uji narkotika, psikotropika, prekursor

serta bahan adktif lainnya.

23. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di

bidang P4GN.

4.1.2 Logo BNN

Gambar 4.1 Logo BNN

Page 7: BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN ...eprints.umm.ac.id/53202/5/BAB IV.pdf1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan

60

4.1.3 Visi dan Misi BNN

a. Visi

Visi dari BNN adalah menjadi lembaga non kementrian yang profesional

yang mampu menggerakkan seluruh aspek komponen – komponen masyarakat,

bangsa dan negara Indonesia dalam ikut berpartisiapsi melaksanakan Pencegahan

dan Pemberarantasan Penyalahgunaan serta Peredaran Gelap Narkotika,

Psikotropika dan bahan aktif lainnya.

b. Misi

1. Menyusun kebijakan nasional P4GN

2. Melaksanakan operasional P4GN yang sesuai dengan tugas dan

kewenangannya

3. Mengkoordinasikan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika, psikotropika dan bahan aktif lainnya dengan

lembaga – lembaga yang terkait

4. Memonitor dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan nasional P4GN

5. Menyusun seluruh laporan kebijakan pelaksanaan nasional P4GN kemudia

diserahkan langsung kepada Presiden.

(Sumber: https://bnn.go.id/sejarah/)

Salah satu BNNK yang menjadi tempat penelitian peneliti adalah BNN

Kabupaten Lumajang. Kabupaten Lumajang merupakan Kabupaten yang berada

di Provinsi Jawa Timur. BNNK Lumajang terletak di jalan Gatot Subroto,

Sidomukti, Karangsari, Sukodono, Kabupaten Lumajang yang persis berada di

depan Kantor Pengadilan Negeri Lumajang. BNNK Lumajang telah

merehabilitasi pengguna narkoba sebanyak 20 residen sepanjang tahun 2018.

Page 8: BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN ...eprints.umm.ac.id/53202/5/BAB IV.pdf1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan

61

BNNK Lumajang sendiri berdiri pada tahun 2012, namun program rehabilitasi

mulai ada sejak tiga tahun setelah berdirinya BNNK Lumajang ini yaitu pada

tahun 2015.

Gambar 4.2 Nampak Depan kantor BNN Kabupaten Lumajang

4.2 Struktur Organisasi BNN Kabupaten Lumajang

Gambar 4.3 Struktur Organisasi BNNK Lumajang

( Sumber: BNN Kabupaten Lumajang)

KEPALA

SUBBAGIAN

TATAUSAHA

SEKSI

PENCEGAHAN

SEKSI

PEMBERDAYAA

N

MASYARAKAT

SEKSI

PEMBERANTASAN

Page 9: BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN ...eprints.umm.ac.id/53202/5/BAB IV.pdf1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan

62

4.3 Bidang Kerja BNN Kabupaten Lumajang

Gambar 4.4 Bidang kerja BNNK Lumajang

Secara jelas tugas atau bidang kerja dari BNNK/Kota adalah

melaksanakan tugas dari pemerintah dalam mencegah penyalahgunaan, peredaran

gelap dan pemberantasan obat – obatan terlarang narkotika dan psikotropika yang

dibagi dalam tiga bidang yaitu di bidang atau fungsi pencegahan dan

pemberdayaan masyarakat, fungsi pemberantasan dan yang ketiga fungsi

rehabilitasi yang sudah di jelaskan di atas.

Berikut ini adalah tugas dan fungsi BNNK Lumajang dalam pencegahan

dan pemberdayaan, pemberantasan dan rehabilitasi masyarakat:

1. Seksi Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat (P2M)

1. Seksi pencegahan dan pemberdayaan masyarakat dipimpin oleh seorang

Kepala Seksi yang mempunyai beberapa tugas dalam penyiapan

BNN RI

BNN

PROVINSI

BNNK

FUNGSI

PENCEGAHAN

DAN PEMB.

MASYARAKAT

FUNGSI

REHABILITASI

FUNGSI

PEMBERANTAS

AN

Page 10: BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN ...eprints.umm.ac.id/53202/5/BAB IV.pdf1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan

63

pelaksanaan kebijakan teknis P4GN di dalam bidang pencegahan dan

pemberdayaan masyarakat di wilayah Kabupaten Lumajang.

2. Dalam melakukan tugas ini sebagaimana yang dimaksudkan, seksi

Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat memiliki beberapa fungsi

sebagai berikut:

1. Pelaksanaan desiminasi atau pengelompokan informasi P4GN di bidang

pencegahan dalam wilayah Kabupaten Lumajang.

2. Pelaksanaan advoaksi P4GN di bidang pencegahan di dalam wilayah

Kabupaten Lumajang.

3. Melaksanakan peran serta masyarakat P4GN di bidang pemberdayaan

masyarakat dalam wilayah Kabupaten Lumajang.

4. Pelaksanaan pemberdayaan secara alternatif P4GN di bidang

pemberdayaan dalam wilayah Kabupaten Lumajang.

5. Seksi Pemberantasan

1. Dalam seksi pemberantasan ini dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang

memiliki tugas melaksanakan P4GN di bidang pemberantasan di dalam

wilayah Kabupaten Lumajang.

2. Dalam melaksanan tugas pemberantasan sebagaimana yang dimaksud,

seksi ini mempunya fungsi sebagai berikut:

1. Pelaksanaan kegiatan intelijen berbasis teknologi di dalam wilayah

Kabupaten Lumajang.

2. Melaksanakan penyidikan, pengejaran dan penindakan dalam rangka

memutuskan jaringan kejahatan yang terorganisir dalam penyalahgunaan

dan peredaran gelap Narkotika Psikotropika dan bahan adiktif lainnya

Page 11: BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN ...eprints.umm.ac.id/53202/5/BAB IV.pdf1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan

64

kecuali bahan adiktif seperti tembakau dan alkohol di wilayah Kabupaten

Lumajang.

3. Pelakasanaan dalam pengawasan tahanan, beberapa barang bukti dan aset

yang bersangkutan dalam wilayah Kabupaten Lumajang.

c. Seksi Rehabilitasi

1. Seksi rehabilitasi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang memiliki tugas

melaksanakan P4GN di bidang rehabilitasi di dalam wilayah Kabupaten

Lumjang.

2. Dalam melaksanakan tugasnya, seksi rehabilitasi memiliki beberapa

fungsi sebagai berikut:

1. Melaksanakan assesment penyalahgunaan narkoba atau pecandu di dalam

wilayah Kabupaten Lumajang.

2. Melaksanakan peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan

rehabilitasi sosial penyalahguna narkoba baik yang dilaksanakan oleh

pemerintah maupun masyarakat di dalam wilayah Kabupaten Lumajang.

3. Melaksanakan peningkatan layanan pascarehabilitasi, pendampingan dan

penyatuan kembali di dalam lingkungan masyarakat.

(Sumber: http://www.bnnlumajangkab.id)

Di dalam penelitian ini yang membahas tentang kredibilitas konselor

seabagai komunikator dalam proses komunikasi konseling rehabilitasi pengguna

narkoba. Rehabilitasi sendiri masuk ke dalam bagian bidang atau seksi

rehabilitasi, yang di mana tugas dari BNN sendiri adalah mencegah dan

memberantas peredaran dan penyalahgunaan obat – obat terlarang atau P4GN

Page 12: BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN ...eprints.umm.ac.id/53202/5/BAB IV.pdf1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan

65

mulai dari memberantas dengan pencegahan yang dilakukan oleh penyuluh

kepada masyarakat untuk mencari informasi dan memberikan edukasi mengenai

P4GN, pemberantasan dengan penyidikan, pengejaran dan penindakan pemutusan

jaringan pengedaran yang dilakukan oleh pihak penyidik dan intel serta

rehabilitasi dengan memberikan layanan asesmen, rehabilitasi rawat jalan,

rehabilitasi rawat inap dan pascarehabilitasi yang dilakukan oleh dokter, perawat

dan konselor.

Semua struktur atau bidang kerja sama – sama saling bersinergi dalam

melakukan pencegahan dan pemberantasan P4GN seperti jika salah satu dari

bidang kerja membutuhkan bantuan contohnya bidang P2M melakukan

penyuluhan ditengah masyarakat dan membutuhkan bantuan dalam memberikan

penyuluhan, pihak polri dan konselor siap membantu dan jika ada pasien yang

harus atau butuh didalami mengenai jaringan narkobanya pihak atau tim

pemberantasannya seperti intel siap membantu. Rehabilitasi yang ada di BNN

Kabupaten Lumajang ini hanya ada rehabilitasi rawat jalan dengan memberikan

konseling kepada klien yang dilakukan oleh konselor. Konselor bertugas

membantu KPN keluar dari masalahnya, memberikan dan menyampaikan pesan –

pesan motivasi Sehingga posisi konselor ada di dalam seksi atau fungsi

rehabilitasi.

4.4 Gambaran Rehabilitasi di BNN Kabupaten Lumajang

Rehabilitasi merupakan salah satu program dari BNN dalam upaya

pencegahan dan pemberantasan pengguna narkoba. BNN memiliki standar

layanan rehabilitasi yang telah diatur dalam pasal 24 tahun 2017 tentang standar

pelayanan rehabilitasi bagi pengguna atau pecandu narkotika dan korban

Page 13: BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN ...eprints.umm.ac.id/53202/5/BAB IV.pdf1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan

66

penyalahguna narkotika. Berikut ini adalah pasal tentang standar pelayanan

rehabilitasi pengguna narkoba:

1. Dalam pasal perka pelayanan standar rehabilitasi BNN dilaksanakan oleh

lembaga rehabilitasi yang berada dalam lingkungan BNN dan

2. Lembaga rehabilitasi yang bekerjasama dengan BNN seperti rumah sakit,

klinik, puskesmas dan sebagainya.

Dalam standar pelayanan rehabilitasi terdapat alur atau tahapan layanan yang

menjadi prosedur dalam proses rehabilitasi yang harus dilewati oleh calon residen,

klien atau KPN yang akan mengikuti rehabilitasi baik itu rehabilitasi rawat inap

maupun rehabilitasi rawat jalan, alur atau tahapan tersebut yaitu penerimaan awal,

rehabilitasi dan pascarehabilitasi. Penerimaan awal yaitu berupa observasi,

asesmen dan pemeriksaan medis. Asesmen meliputi:

1. Pemeriksaan medis

2. Pendidikan, pekerjaan dan dukungan hidup lainnya

3. Penggunaan narkotika

4. Keterlibatan dalam kriminalitas

5. Kondisi keluarga

6. Kondisi lingkungan sekitar atau social

7. Masalah kejiwaan

Sedangkan untuk residen atau klien perempuan selain instrument asesmen di

atas diberikan juga asesmen yang meliputi potensi kemandirian, riwayat

pelecehan, keerasan dan riwayat trauma. Begitupun untuk residen atau klien anak

– anak selain instrument asesmen di atas diberikan juga asesmen yang meliputi

Page 14: BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN ...eprints.umm.ac.id/53202/5/BAB IV.pdf1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan

67

riwayat tumbuh kembang, potensi kecerdasan, riwayat pelecehan, kekerasan dan

trauma yang mungkin dialaminya.

Setelah proses rehabilitasi selesai, selanjutnya adalah pascarehabilitasi.

Pascarehabilitasi diberikan kepada seluruh residen, klien atau pengguna narkotika

yang sudah selesai mengikuti proses rehabilitasi baik itu rehabilitasi rawat inap

maupun rawat jalan. Pascarehabilitasi memiliki layanan yang bersifat intensif bagi

yang rawat inap, regular bagi yang rawat jalan dan lanjutan.

Pascarehabilitasi yang besifat intensif diberikan kepada residen atau KPN

yang tidak memiliki kegiatan yang produktif dan tidak adanya dukungan atau

support dari lingkungan social yang memadai. Pascarehabilitasi yang bersifat

regular diberikan kepada residen atau KPN yang memiliki kegiatan produktif dan

memiliki dukungan dari support dari lingkungan sosialnya dan untuk

pascarehabilitasi lanjutan diberikan kepada residen atau KPN yang telah selesai

menjalani layanan pascarehabilitasi yang bersifat intensif dan regular. Berikut ini

adalah layanan pascarehabilitasi yang meliputi beberapa kegiatan diantaranya:

1. Pencegahan kekambuhan

2. Pengembagan diri berupa kemampuan menyelesaikan masalah,

penyelesaian putus sekolah dan keterampilan vokasional

3. Manajemen kasus dan menejemen krisis

4. Adanya pertemuan kelompok bantu diri

5. Kelompok dukungan keluarga

6. Pendampingan dan pemantauan baik melalui berbagai macam media

komunikasi seperti telepon, chating dan visitasi.

(Sumber: Perka BNN no 24 Tahun 2017)

Page 15: BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN ...eprints.umm.ac.id/53202/5/BAB IV.pdf1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan

68

Mengenai penelitian yang dilakukan peneliti tentang kredibilitas konselor

sebagai komunikator dalam proses komunikasi konseling rehabilitasi pengguna

narkoba di BNN Kabupaten Lumajang, peneliti akan mendeskripsikan dengan

singkat mengenai gambaran proses rehabilitasi rawat jalan yang ada di BNN

Kabupaten Lumajang. Seperti yang telah peneliti tuliskan di atas mengenai tahun

berdirinya dan adanya program rehabilitasi di BNN Kabupaten Lumajang ini

bahwa BNNK ini berdiri pada tahun 2012 dan adanya program rehabilitasi pada

tahun 2015.

Program rehabilitasi rawat jalan di BNN Kabupaten Lumajang merupakan

program dari devisi seksi pemberantasan yang di dalamnya termasuk seksi

rehabilitasi. Seksi rehabilitasi dipimpin oleh kepala seksi yang memiliki tugas

dalam melaksanakan P4GN dan fungsi untuk meningkatkan pelayanan rehabilitasi

maupun pascarehabilitasi baik dari segi peralatan dan sumber daya seperti dokter

dan konselor di wilayah kabupaten Lumajang. Program rehabilitasi memiliki

beberapa alur atau tahapan awal untuk mengetahui apakah klien atau KPN

tersebut akan direhabilitasi rawat jalan atau rehabilitasi rawat inap. Berikut adalah

alur atau tahapan awal rehabilitasi:

1. Klien datang

2. Menyerahkan identitas seperti KTP, SIM dan KK

3. Pemeriksaan Fisik dan tanda Vital

4. Assesmen

5. Rencana Terapi dan pemberian medikasi

6. Tahap terakhir yaitu apakah klien atau KPN akan direhabilitasi rawat jalan

atau rehabilitasi rawat jalan

Page 16: BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN ...eprints.umm.ac.id/53202/5/BAB IV.pdf1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan

69

Proses rehabilitasi di BNN Kabupaten Lumajang menurut konselor yang

telah diwawancara oleh peneliti yang bernama Ilham Fathur Rozi yang berasal

dan besar di lumajang dengan lulusan D-III Keperawatan telah bekerja di BNN

Kabupaten Lumajang kurang lebih 5 tahun sejak tahun 2013 dan sudah 3 tahun

menjadi asesor dan konselor. Mas Ilham mengatakan proses rehabilitasi di BNN

Kabupaten Lumajang ini hanya rehabilitasi rawat jalan yang dilakukan selama

delapan kali pertemuan selama satu kali dalam seminggu. Dalam pertemuan awal

rehabilitasi konselor memberikan form kepada klien atau KPN untuk diisi, form

tersebut berisi kegiatan selama di rumah, tidak ada buku panduan khusus yang

diberikan kepada klien ataun KPN dan untuk pertemuan selanjutnya konselor

hanya menjelaskan dan memberikan saran dan motivasi untuk mnejauhi obat –

obatan terlarang. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan mas Ilham mengenai

materi dan buku panduan yang diberikan kepada klien.

“Bagi kami atau bagi pasien? Eeee jadi untuk bagi pasien biasanya kita itu

ada semacam form yang harus diisi, itupun eee apa ya biasanya pengisian

kegiatan selama dia di rumah begitu seperti itu, kegiatan kesiapan dia

dalam mengikuti rehabilitasi biasanya ditahap awal begitu, artinya ya

hanya ditahap awal untuk kesiapan, kesiapan untuk komitmen. Kan

kadang rehabilitasi itu karena suatu sebab kan contohnya karena

tertangkap oleh polisi akhirnya dia rehabilitasi sebenernya dalam hatinya

dia tidak butuh rehabilitasi gitu. Bagi pasien tidak ada (buku panduan atau

materi khusus) ya memang dari konselor, konselor tersebut memberikan

eee motivasi, membantu, membantu menyelesaikan masalah yang ada

pada diri klien tersebut. Kan kita tugasnya menggali masalah membantu

menyelesaikan masalah itu tugas konselor”

Selama menjadi konselor mas Ilham mengatakan bahwa selama konseling

ada beberapa macam karakter dari klien yang lebih aktif bertanya atau

menceritakan masalah terlebih dahulu tanpa perlu Tanya atau dipancing untuk

bertanya dan sebaliknya. Ia mengatakan sebagai seorang konselor harus pandai

Page 17: BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN ...eprints.umm.ac.id/53202/5/BAB IV.pdf1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan

70

dan butuh keahlian dalam membina komunikasi dengan klien untuk menggali data

– data yang diperlukan. Berikut ini adalah hasil wawancara peneliti dengan

konselor mengenai dalam konseling apakah klien aktif bertanya atau bercerita

kepada konselor.

“Eee macam – macam ada beberapa karakter dari residen kami itu ya

memang dia suka bercerita terbuka sekali, artinya kita tidak perlu bertanya

banyak dia sudah berceritanya lebih dari apa yang kita tanyakan. Ada tipe

– tipe dari klien itu macem – macem, ada yang memang kita harus

menggali betul, harus pandai untuk eee membina komunikasi antara

konselor dan klien, jadi ada kliennya itu jika tidak ditanya tidak ngomong

apa – apa bahkan dia menjawab sangat singkat sekali nah itu memang

butuh, butuh apa ya butuh keahlian dalam berkomunikasi dari konselor

tersebut untuk menggali data – data yang diperlukan”

Proses rehabilitasi juga bisa dilakukan di tempat yang lain selain di ruang

konseling apabila ada kesepakatan antara dua belah pihak yaitu klien dan

konselor. Selama itu tidak memberatkan satu sama lain. Mas Ilham juga

mengatakan demikian, proses rehabilitasi pernah dilakukan di tempat lain yaitu

sekolah karena pada saat itu pernah ada beberapa dari klien yang merupakan

seorang pelajar yang di mana jika selesai mengikuti rehabilitasi tidak langsung

kembali lagi ke sekolah (bolos) yang di mana pihak sekolah memberikan

dispensasi selama beberapa jam ketika mereka rehabilitasi, sehingga banyak

laporan dari beberapa guru mereka dan akhirnya BNN dan pihak sekolah

memutuskan untuk melakukan rehabilitasi selanjutnya di sekolah mereka.

“Ya di tempat lain terutama bagi klien kami yang masih bersekolah karena

kenapa kami ambil tindakan harus mengambil tindakan rehabilitasi tidak

digedung kami karena ada beberapa laporan siswa yang melakukan

rehabilitasi itu kan otomatis harus sekolah memberikan dispensasi waktu

untuk berangkat ke BNN nah itu mereka kebanyakan tidak kembali lagi ke

sekolah dengan alasan rehabilitasi padahal eee konseling kami itu paling

lama kan 1 jam dia tidak kembali ke sekolah dengan beberapa banyaknya

Page 18: BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN ...eprints.umm.ac.id/53202/5/BAB IV.pdf1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan

71

laporan semacam itu dari guru – guru akhirnya kami ambil keputusan

untuk eeee rehabilitasi usia sekolah dan masih bersekolah kita datang ke

sekolah yang bersangkutan seperti itu”

Selama menjadi konselor dan merehabilitasi klien mas Ilham mengatakan

pernah ada beberapa dari orang tua mereka yang komplain atau mengkritik

tentang rehabilitasi rawat jalan yang mereka anggap kurang memuaskan dan

mereka lebih memilih anak – anak mereka untuk dirawat inap, namun ketika

ditawarkan untuk rawat inap mereka para orang tua juga keberatan karena lokasi

rehabilitasi untuk rawat inap menurut mereka terlalu jauh

“Eee ada sih, karena memang di sini rehabilitasi itu pada prinsipnya tidak

ada paksaan, kita tidak bisa memaksa pasien untuk melakukan rehabilitasi

eee masalahnya di sini kadang keputusan tersebut bertentangan dengan

orang tua karena kebanyakan e mereka yang melakukan rehabilitasi kan

masih dalam kategori anaknya atau mungkin masih tergantung pada orang

tua kehidupannya jadi orang tua itu eee merasa kadang eee rehabilitasi

rawat jalan itu kurang kurang puas ya mungkin mereka, mereka ingin

rawat inap gitu, cuma kembali lagi kadang kita tawarkan rawat inap orang

tua juga keberatan juga krena jauh”

Selama merehabilitasi klien dari delapan kali pertemuan sampai selesai

konselor juga mengatakan ada beberapa yang kambuh atau kembali

mengkonsumsi obat – obatan terlarang tersebut yaitu pada klien yang masih

berstatus pelajar dan mereka diketahui mengkonsumsi obat – obatan tersebut di

area sekolah sehingga pihak sekolah melaporkan kepada pihak BNN dan pihak

BNN pun mengambil tindakan untuk mereka direhabilitasi lagi

“Ada, ada yang terdata yang terdata ya, saya berbicara yang terdata yang

artinya kambuh lagi ikut lagi kegiatan rehabilitasi ada. Ya ditahun yang

berbeda (tidak ditahun yang sama), ndak kebutalan waktu itu dia aaa

terciduk ya, terciduk di sekolah dia pesta miras berikut obat – obat yang

banyak dibeli di pasaran itu akhirnya sekolah melapor melaporkan

Page 19: BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN ...eprints.umm.ac.id/53202/5/BAB IV.pdf1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan

72

kejadian itu kepada kami akhirnya kita ambil tindak rehabilitasi lagi, cuma

ditahun yang berbeda. Pada waktu itu kita kan tidak tahu juga kan yang

bersangkutan apa masih kambuh atau masih makek itu kan juga tidak

tahu, selama selama setalah mengikuti kegiatan rehabilitasi yang tahap

pertama itu”

Setiap pekerjaan atau kegiatan pasti memiliki tingkat kesulitan atau

kendala masing – masing, begitupun dengan proses rehabilitasi, menurut mas

Ilham bermacam – macam kendala dalam rehabilitasi rawat jalan di BNN

Kabuputan Lumajang ini yaitu dengan jadwal delapan kali dalam satu kali

seminggu pertemuan banyak dari klien atau KPN yang tidak rutin datang setiap

minggunya, ada yang kabur, datang sekali sebulan kemudian baru datang lagi

bahkan ada yang datang lagi tahun berikutnya, kendala berikutnya yaitu masih

minimnya kesadaran mengenai rehabilitasi bagi mereka penyalahguna narkoba,

mereka beramsumsi jika melaporkan diri kepada pihak BNN akan direhabilitasi

dengan pidana, padahal dari pihak BNN sudah melakukan sosialisasi mengenai

rehabilitasi baik itu syaratnya, mekanisme dan pembiayaannya, mas Ilham juga

mengatakan bahwa program rehabilitasi ini tidak dipungut biaya atau gratis dan

beberapa kendala lainnya.

“Macam – macam kendalanya karena rehabilitasi di BNN itu rawat jalan

kan ya kita standartnya 8 kali minimal 8 kali pertemuan artinya selama

selama menajalani rehabilitasi pasien itu harus datang secara rutin sampai

8 kali nah kendalanya adalah di sini eee pasien tidak datang secara rutin

artinya mbolos, kabur bahkan tidak datang lagi atau bahkan datang sekali

kemudian sebulan lagi datang dan bahkan yang hilang tahun depannya

datang lagi itu kendalnya kemudian yang kedua eee masih minimnya

kesadaran mengenai apa itu rehabilitasi bagi mereka para penyalahguna

narkoba, banyak sih sebenarnya yang melatarbelakangi satu ya karena

mungkin kurangnya pengetahuan bahwasanya punya asumsi jikalau dia

melaporkan diri kepada BNN dan merehabilitasi dikenai pidana ntah apa

yang membuat mereka itu menjadi ee takut padahal kita selama ini setiap

kali kita ada sosialisasi itu kita selalu kita sampaikan mengenai

rehabilitasi, artinya apa saja mekanismenya e syaratnya apa saja kemudian

Page 20: BAB IV Deskripsi BNN Kabupaten Lumajang 4.1 Profil BNN ...eprints.umm.ac.id/53202/5/BAB IV.pdf1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan

73

ee pembiayaanya gimana, padahal pembiayaan di rehabilitasi kan gratis

gitu seperti itu, ya sementara itu kendalanya”

Proses selanjutnya setelah rehabilitasi yaitu pascarehabilitasi. Menurut

mas Ilham untuk saat ini belum ada proses pascarehabilitasi yang dilakukan oleh

BNN Kabupaten Lumanjang, setelah klien selesai mengikuti semua tahapan

rehabilitasi pihak rehabilitasi hanya mendata identitas dan contact person dari

klien

“Sementara untuk saat ini kami tidak ada, tidak ada kegiatan

pascarehabilitasi, jadi setelah selesai ya cukup saja kita data, data dari

identitas pasien tersebut alamat begitu juga contact person”

Gambar 4.5 Peneliti (sebelah kiri) sedang mewawancarai konselor (sebelah

kanan)