karya tulis ilmiah : studi kasus asuhan keperawatan …repo.stikesicme-jbg.ac.id/747/9/151210020...
TRANSCRIPT
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TRAUMA KEPALA
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RESIKO
KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI
JARINGANOTAK
(Studi Di Ruang Asoka RSUD Jombang)
Oleh :
MIFTAKHUL KHUSNAH
NIM. 151210020
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
i
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TRAUMA KEPALA
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RESIKO
KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI
JARINGAN OTAK
(Studi Di Ruang Asoka RSUD Jombang)
Oleh :
MIFTAKHUL KHUSNAH
NIM. 151210020
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
ii
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TRAUMA KEPALA
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RESIKO
KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI
JARINGAN OTAK
(Studi Di Ruang Asoka RSUD Jombang)
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli MadyaKeperawatan
(Amd.Kep) Pada Program Study Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
OLEH :
MIFTAKHUL KHUSNAH
NIM. 151210020
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
iii
iv
03 Oktober 2018
iv
v
v
vi
vii
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ngawi, 09 November 1996 dari Ayah yang bernama
Setya Hadi dan Ibu bernama Supainah. Penulis merupakan anak pertama dan
tunggal.
Tahun 2003 penulis lulus dari TK Dharma Wanita Padas Ngawi. Tahun
2009 penulis lulusdari SD Negeri Karang Malang 2. Tahun 2012 penulis lulus
dari SMP Negeri 1 Kasreman dan tahun 2015 penulis lulus dari SMK Kesehatan
Bakti Indonesia Medika Ngawi, tahun 2015 penulis lulus seleksi masuk STIKES
“Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur PMDK. Penulis memilih
program Studi DIII Keperawatan dari lima pilihan program studi yang ada di
STIKES “ICME” Jombang.
Jombang, April 201
ix
MOTTO
“ Hidup ini pilihanjadi tetaplah berjuang gapai cita – citamu setinggi mungkin”
PERSEMBAHAN
Aku persembahkan Karya Tulis ini untuk seseorang yang selalu mensuport
aku dan selalu memberi semangat dukungan dalam bentuk apapun dan yang selalu
menemani di setiap revisi sampai ke gerbang pintu ujian.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Trauma Kepala Dengan Masalah
Keperawatan Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak” ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Karya Tulis Ilmiah penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi Diploma
III Keperawatan Stikes Insan Cendekia Medika Jombang. Dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
Ketua Stikes ICME Jombang, Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, Ketua
Program Studi D3 Keperawatan, Direktur RSUD Jombang yang telah
memberikan izin untuk penelitian, beserta staf perawat di Ruang Asoka dan
responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini, beserta seluruh civitas
akademik program studi D3 Keperawatan saya ucapkan banyak terimakasih.
Ungkapan terimakasih juga saya sampaikan kepada kedua orang tua yang telah
membiayai pendidikan sampai jenjang diploma serta yang selalu memanjatkan
doa di setiap sujudnya sehingga karya tulis ini terselesaikan. Serta teman-teman
D3 Keperawatan yang aku cintai sudah menjadi teman-teman yang luar biasa
selama 3 tahun ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini banyak sekalikekurangan,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yangmembangun dari
semua pembaca.Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jombang, April 2018
Penulis
xi
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TRAUMA KEPALADENGAN
MASALAH KEPERAWATAN RESIKO KETIDAKEFEKTIFAN
PERFUSI JARINGAN OTAK DI RUANGASOKA
RSUDJOMBANG
Oleh :
MIFTAKHUL KHUSNAH
Trauma kepala merupakan suatu gangguan traumatik pada fungsi otak
yang di sertai atau tanpa di sertai perdarahan intestinal dalam substansi otak tanpa
di ikuti terputusnya kontinuitas otak dan terjadi karena adanya pukulan atau
benturan mendadak pada kepala dengan atau tanpa di sertai kehilangan kesadaran.
Tujuan umum penelitian ini adalah melaksanakanAsuhan Keperawatan Pada
Klien Trauma Kepala Dengan Masalah Keperawatan Resiko Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan Otak.Penelitian ini dilakukan di ruang Asoka RSUD Jombang
pada tanggal 26-28 April 2018 dan di dapatkan angka kejadian Trauma Kepala
156 kasus/bulan di tahun 2018.
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus.Penelitian yang di
ambil dari RSUD Jombang sebanyak 2 klien dengan masalah keperawatan Resiko
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak.
Pada klien dengan masalah Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak,
intervensi yangdigunakan adalah NOC : status neurologi, perfusi jaringan
serebral. NIC : manajemen edema serebral, monitor tanda-tanda vital, monitor
tekanan intrakranial.
Berdasarkan hasil evaluasi 3 hari terakhir menunjukan klien 1 dan 2 masih
belum teratasi masalahnya. Saran yang di berikan sebaiknya keluarga
meningkatkan pengetahuan tentang perawatan pada klien Trauma Kepala
sehingga keluarga bisa mengurangi rasa pusing yang di timbulkan sewaktu waktu
pada pasien dengan post trauma kepala.
Kata kunci : Trauma Kepala, Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
xii
ABSTRACT
NURSING CARE IN CLIENT HEAD TRAUMA WITH PROBLEM NURSING
RISK OF INFECTION PERFUSION BRAIN
NETWORK IN ROOM ASOKA RSUD
JOMBANG
By:
MIFTAKHUL KHUSNAH
Head trauma is a traumatic disorder of brain function accompanied or
absent with intestinal bleeding in brain substance without following discontinuous
brain continuity and occurs due to a sudden blow or collision of the head with or
without consciousness loss. The general purpose of this study is to implement
Nursing Care At Head Trauma Clients With Problem Nursing Risk Of Infection
Perfusion Brain Network. This research was conducted in Asoka Hospital of
Jombang General Hospital on 26-28 April 2018 and got Head Trauma
incidence rate 156 cases / month in 2018.
The research design used is case study. Research taken from RSUD
Jombang as many as 2 clients with Problem Nursing Risk Of Infection Perfusion
Brain Network.
On clients with Problem Nursing Risk Of Infection Perfusion Brain
Network, the intervention used was NOC: neurological status, cerebral tissue
perfusion. NIC: management of cerebral edema, monitor vital signs, intracranial
pressure monitor.
Based on the evaluation of the last 3 days shows the clients 1 and 2 are
still not resolved the problem. Suggestions are given should the family increase
knowledge about the care of the Head Trauma client so that the family can reduce
the sense of dizziness in timbulkan sewajtu time in patients with head trauma post.
Keywords: Head Trauma, Risk Of Infection Perfusion Brain Network
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Depan ...................................................................... i
Halaman Sampul Belakang .................................................................. ii
Pernyataan Keaslian ............................................................................. iii
Pernyataan Bebas Plagiasi ................................................................... iv
Surat Pernyataan .................................................................................. v
Lembar Persetujuan ............................................................................ vi
Lembar Pengesahan ............................................................................. vii
Riwayat Hidup ...................................................................................... viii
Motto ..................................................................................................... ix
Kata Pengantar .................................................................................... x
Abstrak ................................................................................................... xi
Daftar Isi ............................................................................................... xiii
Daftar Gambar ..................................................................................... xvi
Daftar Tabel .......................................................................................... xvii
Daftar Singkatan ................................................................................... xviii
Daftar lampiran .................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Batasan Masalah ..................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah ................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................... 3
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................. 3
1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................ 4
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................. 4
1.5.1 Manfaat Teoritis ............................................................... 4
1.5.2 Manfaat Praktis ................................................................ 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Trauma Kepala
2.1.1 Definisi Trauma Kepala ................................................ 7
2.1.2 Klasifikasi Trauma Kepala ........................................... 8
xiv
2.1.3 Etiologi Trauma Kepala................................................. 9
2.1.4 Faktor Risiko Trauma Kepala........................................ 10
2.1.5 Patofisiologi Trauma Kepala ......................................... 11
2.1.6 WOC Trauma Kepala..................................................... 12
2.1.7 Manifestasi Klinis Trauma Kepala ................................ 11
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang Trauma Kepala ....................... 13
2.1.9 Komplikasi Trauma Kepala ........................................... 13
2.1.10 Penatalaksanaan Trauma Kepala ................................. 13
2.1.11 Penanganan pertama untuk kasus Trauma Kepala ...... 14
2.2 Konsep Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
2.2.1 Definisi Resiko Ketidakstabilan Perfusi Jaringan
Otak .................................................................................... 15
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Resiko Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan Otak
2.3.1 Pengkajian .................................................................... 17
2.3.2 Pemeriksaan Fisik .......................................................... 18
2.4 Diagnosa Keperawatan ............................................................ 23
2.5 Intervensi Keperawatan ........................................................... 25
2.6 Implementasi Keperawatan .................................................... 26
2.7 Evaluasi Keperawatan ............................................................ 28
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian .................................................................. 29
3.2 Batasan Istilah ...................................................................... 29
3.3 Partisipan .............................................................................. 30
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4.1 Lokasi Penelitian ........................................................ 30
3.4.2 Waktu Penelitian ........................................................ 30
3.5 Pengumpulan Data ............................................................... 31
3.6 Uji Keabsahan Data ............................................................... 32
3.7 Analisis Data ........................................................................ 32
3.8 Etik Penelitian ....................................................................... 34
xv
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengumpulan Data ........................ 35
4.1.2 Pengkajian ................................................................. 36
4.1.3 Analisa Data ............................................................... 36
4.1.4 Diagnosa Keperawatan ............................................... 42
4.1.5 Intervensi Keperawatan ............................................... 43
4.1.6 Implementasi Keperawatan ......................................... 44
4.1.7 Evaluasi Keperawatan ................................................ 47
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengkajian ................................................................... 49
4.2.2 Diagnosa Keperawatan ............................................... 50
4.2.3 Intervensi Keperawatan .............................................. 51
4.2.4 Implementasi Keperawatan ........................................ 52
4.2.5 Evaluasi Keperawatan ................................................ 53
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 54
5.2 Saran ...................................................................................... 55
Daftar pustaka ....................................................................................... 56
Lampiran ............................................................................................... 57
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 :WOC Stroke Nanda ............................................................ 10
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Trauma Kepala berdasarkan kerusakan
Jaringan Otak .......................................................................... 6
Tabel 2.2 Klasifikasi Trauma Kepala berdasarkan tingkat
Keparahan ............................................................................... 7
Tabel 2.3 Klasifikasi Trauma Kepala berdasarkan jenisnya ................... 7
Tabel 2.4 Nilai normal Glasgow Coma Scale ......................................... 19
Tabel 2.5 Nilai motorik ........................................................................... 19
Tabel 2.6 Intervensi Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan
Otak ...................................................................................... 25
Tabel 4.1 Identitas Klien ......................................................................... 36
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit .................................................................... 36
Tabel 4.3 Perubahan Pola Kesehatan ...................................................... 37
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik 6B.............................................................. 39
Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik .......................................................... 40
Tabel 4.6 Pemeriksaan Laboratorium ..................................................... 40
Tabel 4.7 Pemberian Terapi .................................................................... 41
Tabel 4.8 Analisa Data ............................................................................ 41
Tabel 4.9 Intervensi Keperawatan........................................................... 43
Tabel 4.10 Implementasi Keperawatan Klien 1 dan 2 ............................ 44
Tabel 4.11 Evaluasi Keperawatan Klien 1 dan 2 ................................... 47
xviii
DAFTAR SINGKATAN
AGD : Analisa Gas Darah
ATLS : Advanced Trauma Life Support
CSS : Cairan Cerebrospinal
CVP :Central Venous Pressure
CSF : Critical Success Factors
CPP : Controllable Pitch Propeler
IV : Intravena
IPPA : Inpeksi, Perkusi, Palpasi, Auskultasi
NANDA : North American Nursing Diagnosis Association
NIC : Nursing Intervention Classification
NOC : Nursing Outcome Classification
PEEP : Positive End- Expiratory Pressure
PCWP : Pulmonary Wedge Pressure
ROM : Read-only Memory
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
TIK : Tekanan Intrakranial
TTV : Tanda Tanda Vital
WBC : White Blood Cell
WHO : World Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia
WOC : Web Of Caution
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah .................................. 57
Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden ....................................... 58
Lampiran 3 Persetujuan Menjadi Responden ........................................ 59
Lampiran 4 Form Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah ................. 61
Lampiran 5 Penelitian ............................................................................ 71
Lampiran 6 Lembar Konsul Pembimbing 1 ........................................... 72
Lampiran 7 Lembar Konsul Pembimbing 2 ........................................... 73
Lampiran 8 Surat Balasan Keterangan BAKORDIKLAT RSUD
Jombang ........................................................................... 74
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma kepala merupakan suatu gangguan traumatik pada fungsi otak
yang di sertai atau tanpa di sertai perdarahan intestinal dalam substansi otak tanpa
di ikuti terputusnya kontinuitas otak dan terjadi karena adanya pukulan atau
benturan mendadak pada kepala dengan atau tanpa di sertai kehilangan kesadaran
( Muttaqin, 2008). Secara umum insiden trauma kepala meningkat dengan tajam
karena adanya peningkatan kendaraan bermotor sehingga menyebabkan terjadinya
kecelakaan lalu lintas di jalan raya (Miranda, 2014).Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak terjadi pada 24 jam pertama trauma kepala yang di akibatkan
oleh situasi oksigen dalam otak dan Glasgow Coma Scale (GCS) menurun,
apabila tidak di tangani dengan baik dan dengan segera akan meningkatkan
tekanan intrakranial pada otak sehingga penanganan utamanya harus dengan
meningkatkan suplai oksigen ke otak (Kusuma, 2012).
Word Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun
2020 kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab penyakit trauma ketiga
terbanyak di dunia (Irawan, 2010). Di Indonesia saat ini trauma kepala merupakan
penyebab hampir setengah dari seluruh kematian akibat trauma, hal ini di
karenakan kepala merupakan bagian tersering dan rentan terlibat dalam suatu
kecelakaan. Distribusi kasus trauma kepala lebih rentan pada kelompok usia
produktif yaitu 15 – 44 tahun (Satyanegara, 2014). Berdasarkan hasil Riskesdas
tahun 2013, prevalensi trauma kepala di Indonesia sebesar 8,2%. Jawa timur
2
dalam kasus trauma kepala menduduki peringkat ke 6 dengan prevalensi sebesar
9,3%. Kejadian trauma kepala terbanyak di sebabkan karena jatuh 40,9% dan
kecelakaan sepeda motor 40,6%. Menurut penelitian pada tahun 2008 jumlah
kejadian angka trauma kepala sebanyak 2126 orang.sebanyak 66,7% terjadi
karena kecelakaan lalu lintas (Dian, 2009).
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak umumnya terjadi pada kasus
traumakepala yang di akibatkan oleh kecelakaan lalu lintas maupun bukan
kecelakaan lalu lintas. Penyebab trauma kepala bukan kecelakaan lalu lintas
meliputi jatuh, terkena benda tajam, terbakar, terkena air panas, tergigit atau
tersengat hewan, kejatuhan atau terkena lemparan benda dan lainnya.Tempat
terjadinya trauma dapat di bedakan antara area bisnis atau umum ataupun dalam
perindustrian.Jenis trauma dapat di bedakan menjadi trauma mata saja, gagar otak
saja, patah tulang saja, ataupun trauma lainnya (Tana, 2015).Terjadinya trauma
pada kepala di tandai dengan keluarnya cairan cerebrospinal yang keluar dari
telinga.Bahkan trauma kepala langsung atau tidak langsung mengenai kepala
dapat mengakibatkan luka pada kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan
selaput otak, dan kerusakan jaringan pada otak itu sendiri dapat mengakibatkan
gangguan neurologis dan terjadinya resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
(Miranda, 2014).
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak rentan mengalami penurunan
sirkulasi pada otak yang dapat mengganggu kesehatan yang beresiko terjadinya
neoplasma otak (Herdman, 2015).Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
dapat di berikan beberapa tata laksana perawatan seperti manajemen edema
serebral, monitor tanda – tanda vital dan dengan memonitor tekanan intrakranial
3
(Butcher, 2013). Sebagai pemberi asuhan keperawatan, peran perawat adalah
sebagaiCare Giver, di antaranya yang memberikan pelayanan keperawatan secara
langsung atau tidak langsung pada pasien dengan menggunakan pendekatan dan
membuat langkah untuk pemecahan masalah yang muncul pada kasus trauma
kepala .Peran perawat dalam hal ini adalah dengan mengurangi peningkatan
tekanan intrakranial dapat di berikan tindakan keperawatan dengan posisi kepala
flat 0° dan posisi elevasi 30° (Sunardi, 2011). Peningkatan karbon dioksida dan
penurunan oksigen menimbulkan vasodilatasi dan eksudasi cairan yang
mengakibatkan edema pada otak dan salah satu cara mekanisme kompenasi
dengan reflex chusing dapat membantu untuk mempertahankan aliran darah ke
otak agar tidak terjadinya edema pada otak yang akan meningkatkan tekanan
intrakranial (Price & Lorraine, 2015).
1.2 Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini di batasi pada Asuhan Keperawatan Pada
Klien Trauma Kepala Dengan Masalah Keperawatan Resiko Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan Otak
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Trauma Kepala Dengan
Masalah Keperawatan Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak?
1.4 Tujuan Umum
1.4.1 Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Keperawatan Pada Klien Trauma kepala Dengan
Masalah Keperawatan Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
4
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien Trauma kepala Dengan
Masalah Keperawatan Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak di
Ruang Asoka RSUD Jombang.
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien Trauma Kepala Dengan
Masalah Keperawatan Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak di
Ruang Asoka RSUD Jombang.
3. Menyusun perencanaan pada klien Trauma Kepala Dengan Masalah
Keperawatan Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak di Ruang
Asoka RSUD Jombang.
4. Melakukan tindakan pada klien Trauma Kepala Dengan Masalah
Keperawatan Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak di Ruang
Asoka RSUD Jombang.
5. Melakukan evaluasi pada klien Trauma Kepala Dengan Masalah
Keperawatan Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak di Ruang
Asoka RSUD Jombang.
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat teoritis
Manfaat teoritis studi kasus ini adalah untuk pengembangan ilmu
Keperawatan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Klien Trauma
Kepala Dengan Masalah Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
agar perawat mampu memenuhi kebutuhan dasar pasien selama di rawat
di Rumah Sakit.
5
1.5.2 Manfaat praktis
1. Bagi Klien atau Keluarga
Sebagai tambahan pengetahuan bagi klien dan keluarga untuk
memahami keadaannya, sehingga mampu mengambil keputusan yang
sesuai dengan masalah serta ikut memperhatikan dan melaksanakan
tindakan keperawatan yang diberikan dan diajarkan oleh perawat.
2. Bagi Perawat
Sebagai bahan masukan untuk perawat khususnya di Rumah Sakit dalam
melaksanakan tindakan Asuhan Keperawatan dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan khususnya pada klien Trauma kepala.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya dengan
masalah keperawatan yang sama dan tema yang berbeda.
4. Bagi Manajemen Rumah Sakit
Memberikan masukan dan pertimbangan bagi pimpinan rumah sakit
dalam pengambilan kebijakan dalam pemberian pelayanan yang
maksimal terhadap klien dengan Trauma Kepala.
5. Bagi Dosen Stikes Icme
Dapat dijadikan bahan referensi dan bahan pertimbangan bagi tenaga
pendidik tentang Asuhan Keperawatan pada klien Trauma Kepala guna
meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan serta sebagai bahan refrensi
bagi mahasiswa keperawatan, sehingga mahasiswa dapat memperoleh
gambaran tentang Asuhan Keperawatan pada klien trauma kepala.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Trauma Kepala
2.1.1Definisi Trauma Kepala
Trauma kepala merupakan trauma yang mengenai otak yang dapat
mengakibatkan perubahan fisik intelektual, emosianal, dan sosial.Trauma tenaga
dari luar yang mengakibatkan berkurang atau terganggunya status kesadaran dan
perubahan kemampuan kognitif, fungsi fisik dan emosional (Judha & Rahil,
2011).
Trauma kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan yang
merupakan perubahan bentuk di pengaruhi oleh perubahan peningkatan dan
percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada
kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan
pencegahan (Rendy, 2012).
2.1.2 Klasifikasi Trauma Kepala
Tabel 2.1 Klasifikasi trauma kepala berdasarkan kerusakan jaringan otak
No Jenis Pengertian
1 Komosio serebri Gangguan fungsi neurologi ringan tanpa adanya kerusakan
otak yang terjadi hilangnya kesadaran kurang dari 10 menit
atau tanpa disertai amnesia retograd, mual, muntah
2 Kontusio serebri Gangguan fungsi neurologi disertai kerusakan jaringan otak
tetapi kontinuitas otak masih utuh, hilangnya kesadaran lebih
dari 10 menit
3 Laserio serebri Gangguan fungsi neurologi disertai kerusakan otak yang berat
dengan fraktur tengkorak terbuka
7
Tabel 2.2 Klasifikasi trauma kepala berdasarkan tingkat keparahan Ringan Tidak ada fraktur tulang tengkorak, tidak ada kontusio serebri,
hematom, GCS antara 13 – 15 serta kehilangan kesadaran kurang
dari 30 menit
Sedang Kehilangan kesadaran lebih dari 30 menit, muntah, GCS antara 9-12
dan dapat mengalami fraktur pada tengkorak
Berat GCS 3-8 dan hilang kesadaran lebih dari 24 jam serta adanya
kontusio serebri dan laserasi
Tabel 2.3 Klasifikasi trauma kepala berdasarkan jenisnya Terbuka Menyebabkan fraktur pada tulang tengkorak jaringan otak
Tertutup Seperti keluhan gagar otak ringan dan odem serebral yang luas
2.1.3 Etiologi Trauma Kepala
1. Trauma tajam
Trauma oleh benda tajam menyebabkan trauma setempat dan
menimbulkan trauma lokal kerusakan lokal meliputi Contusio serebral,
hematom serebral, kerusakan otak sekunder yang disebabkan perluasan
masa lesi, pergeseran otak atau hernia.
2. Trauma tumpul
Trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan trauma menyeluruh
kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk : cedera
akson, kerusakan otak hipoksia, pembekakan otak menyebar, hemoragi
kecil multiple pada otak koma terjadi karena cedera menyebar pada
hemisfer serebral, batang otak atau kedua-duanya.
Akibat trauma tergantung pada
a. Kekuatan benturan
b. Akselerasi dan deselerasi
c. Cup dan kontra cup
Trauma cup adalah kerusakan pada daerah dekat terbentur
Trauma kontra cup adalah kerusakan trauma yang berlawanan pada sisi
desakan benturan
8
3. Lokasi benturan
4. Rotasi meliputi pengubahan posisi rotasi pada kepala menyebabkan
trauma regangan dan robekan substansia alba dan batang otak
5. Depresi fraktur yaitu kekuatan yang mendorong fragmen tulang turun
menekan otak lebih dalam yang mengakibatkan CSS mengalir keluar ke
hidung ,telinga.
2.1.4 Faktor Resiko Terjadinya Trauma Kepala
1. Faktor pemakai jalan
Pemakai jaan merupaakn unsure yang terpenting dalam lalu lintas karena
manusia sebagai pemakai jalan.
2. Faktor pengemudi
Tingkah laku pribadi pengemudi di dalam arus lalu lintas adalah faktor
yang menentukan karakteristik lalu lintas yang terjadi serta pengemudi
yang mengkonsumsi alcohol atau obat-obatan saat mengendarai mobil atau
motor.
3. Faktor pejalan kaki
Pejalan kaki sangat mudah mengalami cidera serius atau kematian jika di
tabrak oleh kendaraan bermotor.
4. Faktor kendaraan
Sebab–sebab kecelakaan yang disebabkan faktor kendaran yaitu
kecelakaan lalu lintas karena perlengkapan, penerangan, pengamanan, dan
mesin kendaraan.
9
5. Faktor jalan
Jalan sebagai landasan bergeraknya kendaraan harus di rencanaakn
sedemikian rupa agar memnuhi syarat keamanan dan kenyamanan bagi
pemakainya.
6. Faktor lingkungan
Faktor lungkungan juga sangat mempengaruhi termasuk pengemudi dalam
mengatur kecepatan.
2.1.5 Patofisiologi Trauma Kepala
Adanya trauma dapat mengakibatkan gangguan atau kerusakan
stuktur misalnya kerusakan pada parenkim otak, kerusakan pembuluh
darah, perdarahan odema dan gangguan biokimia otak seperti
penurunan adenosine tripospat dalam mitokondria, perubahan
permebilitas vaskuler.
Perdarahan otak menimbulkan hematom, misalnya pada epidural
hematom yaitu berkumpulnya darah antara lapisan periosteum
tengkorak dengan duramater, subdural hematom di akibatkan
berkumpulnya darah pada ruang antara dura mater dengan
subarahnoid dan intraserebral hematom adalah berkumpulnya darah
pada jaringan.
10
2.1.6 WOC Trauma Kepala
Gambar 2.1 WOC Trauma Kepala Nanda (Kusuma & Nurarif, 2015)
Trauma kepala
Terputusnya
kontinuitas jaringan
kulit otot
Ekstra kranial
Perdarahan hemastom
Perubahan sirkulasi
CSS
Hipoksia
Peningkatan tekanan
intrakranial
Resiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
Tulang kranial
Terputusnya
kontinuitas jaringan
tulang
Nyeri akut
intrakranial
Jaringan otak rusak
Perubahan
autoregulasi oedem
serebral
Kejang
Ketidakefektifan
brsihan jalan nafas
11
2.1.7 Manifestasi Klinis Trauma Kepala
1. Perdarahan epidural / hematoma epidural
a. Suatu akumulasi darah pada ruang antara tulang tengkorak
bagian dalam dan meningen paling luar.
b. Gejala penurunan kesadaran ringan, gangguan neurologis,
kacau mental sampai koma
c. Peningkatan tekanan intrakranial yang mengakibatkan
gangguan pernafasan, bradikardi, penurunan ttv.
d. Herniasi otak yang menimbulkan dilatasi pupil dan reaksi
cahaya hilang, isokor dan anisokor, ptosis.
2. Hematoma subduralakumulasi darah antara durameter dan
araknoid karena robekan dengan gejaka sakit kepala letargi dan
kejang.
3. Hematoma subdural akut dengan gelaja 24- 48 jam setelah
cedera, sub akut gejala terjadi 2 hari sampai 2 minggu , kronis 2
minggu sampai denagn 3-4 bulan setelah trauma
4. Hematoma intrakranial
a. Pengumpulan darah lebih dari 25 ml dalam parenkim otak
b. Penyebab fraktur depresi tulang tengkorak, trauma
penetrasi peluru, gerakan akselerasi dan deselerasi secara
tiba – tiba.
5. Fraktur tengkorak
a. Fraktur liner melibatkan os temporal dan parietal, jika garis
fraktur meluas kearah orbita / sinus paranasal.
12
b. Fraktur basiler fraktur pada dasar tengkorak, bisa
menimbulkan CSS dengan sinus dan memungkinkan bakteri
masuk.
2.1.8 Pemeriksaan penunjang Trauma Kepala
1. Pemeriksaan diagnostik
a. CT scan
b. MRI dengan / tanpa menggunakan kontras
c. Angiografi serebral menunjukan kelainan sirkulasi
serebral
d. EEG memperlihatkan keadaan atau berkembangnya
gelombang patologis
e. BAER menentukan fungsi korteks dan batang otak
f. PET menunjukan perubahan aktivitas metabolisme pada
otak
2. Pemeriksaan laboratorium
a. AGD (PO²,PH,HCO³) untuk mengkaji keadekuatan
ventilisasi agar AGD dalam rentang normal untuk
menjamin aliran darah serebral adekuat atau dapat juga
untuk melihat masalah oksigenasi yang dapat
meningkatkan tekanan intrakrnial
b. Elektrolit serum
c. Hematologi meliputi leukosit, Hb, albumin, globulin,
protein serum
13
d. CSS untuk menentukan kemungkinan adanya perdarahan
subarachnoid (warna, komposisi, tekanan)
e. Pemeriksaan toksikologi untuk mendeteksi obat yang
mengakibatkan penurunan kesadaran
f. Kadar antikonvulsan darah untuk mengetahui tingkat
terapinyang cukup efektif untuk mengatasi kejang
2.1.9 Komplikasi Trauma Kepala
1. Defisit neurologi lokal
2. Kejang
3. Pneumonia
4. Perdarahan gastrointestinal
5. Disritmia jantung
6. Syndrom of inappropriate secretion of antidiuretic hormone
7. Hidrosepalus
8. Kerusakan kontrol respirasi
9. Inkontinensiabladder dan bowel
2.1.10 Penatalaksanaan Trauma Kepala
1. Penatalaksanaan umum
a. Monitor respirasi
b. Monitor tekanan intrakranial
c. Atasi syok bila ada
d. Kontrol tanda vital
e. Keseimbangan cairan dan ekektrolit
14
2. Operasi
Dilakukan untuk mengeluarkan darah pada intraserebral,
debridemen luka, kranioplasti, prosedur shunting pada
hidrocepalus, kraniotomi.
3. Pengobatan
a. Diuretik untuk mengurangi edema serebral misalnya
monitol 20%, furodemid (lasik).
b. Antikonvulson untuk menghentikan kejang misalnya
dengan dilantin, tegretol, valium.
c. Kortokosteroid untuk menghambat pembentukan edema
misalnya deksametason.
d. Antagonis histamin untuk mencegah terjadinya iritasi
lambung karena hipersekresi akibat efek trauma kepala
misalnya dengan cemetidin, ranitidine
e. Antibiotik jika terjadi luka yang besar.
2.1.11 Penanganan pertama untuk kasus Trauma Kepala
Pertolongan pertama dengan trauma kepala yaitu mengikuti
standart yang telah ditetapkan dalam ATLS yang meliputi
anamnesa sampai pemeriksaan fisik secara seksama dan stimultan
pemeriksaan fisik meliputi airway, breathing, circulasi, disability
(ATLS, 2000). Pada pemeriksaan airway usahakan jalan nafas
stabil, dengan cara kepala miring, buka mulut, bersihkan muntahan
darah, adanya benda asing. Perhatikan tulang leher, imobilisasi,
cegah gerakan hiperekstensi, hiperfleksi ataupun rotasi. Semua
15
penderita trauma kepala yang tidak sadar harus di anggap disertai
cedera vertebra cervical sampai terbukti tidak adanya trauma
cervical pasang collar barce. Jika sudah stabil tentukan saturasi
oksigen minimal saturasinya di atas 90%, jika tidak usahakan
dilakukan intubasi dan support pernafasan. Setelah jalan nefas
sudah terbebas sedapat mungkin pernafasan nya diperhatikan
frekuensinya normal antara 16-18x/menit, dengarkan suara nafas
bersih, jika tidak ada nafas lakukan nafas buatan, kalau bisa
lakukan monitor terhadap gas darah dan petahankan PCO² antara
28-35 mmhg karena jika lebih dari 35 mmhg kan terjadi
vasodilatasi yang berakibat terjadinya edema serebri
2.2 Konsep Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
2.2.1 Definisi dari resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
Menurut NANDA (2015–2017), resiko ketidakefektifan perfusi
jaringan otak yaitu rentan mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak
yang dapat mengganggu kesehatan.
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak adalah penurunan
kadar oksigen sebagai akibat dari kegagalan dalam memelihara jaringan di
tingkat kapiler (Saputro, 2007).
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak adalah resiko
gangguan perfusi jaringan yang beresiko mengalami penurunan sirkulasi
otak yang dapat mengganggu kesehatan.Sehingga pada masalah
keperawatan resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak dapat
berhubungan dengan aliran arteri terhambat, reduksi mekanis dari aliran
16
vena/arteri, kerusakan transportasi oksigen melewati kapiler/alveolar
(Herdman, 2014).
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak meliputi
1. Agens farmaseutikal
2. Aterosklerosis aortik
3. Diseksi arteri
4. Embolisme
5. Endokarditis infektif
6. Neoplasma otak dan lainnya
7. Massa tromboplastin parsial abnormal
8. Massa protombin abnormal
9. Baru terjadi infark miokardium
10. Fibrilasi atrium
11. Hiperkolesterolemia
12. Hipertensi
13. Kardiomiopati dilatasi
14. Katup prostetik mekanis
15. Koagulasi intravaskular diseminata
16. Koagulopati miksoma atrium
17. Penyalahgunaan zat
18. Segmen ventrikel kiri akinetik
19. Sindrom sick sinus
20. Stenosis karatoid
17
2.3 Konsep Askep Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Jenis kelamin laki-laki lebih rentan mengalami trauma kepala di
bandingkan perempuan karena laki-laki lebih sering berada di luar
rumah yang berkaitan dengan pekerjaan
b. Pekerjaan sebagai pegawai, buruh, wiraswasta di perkantoran
kerap mengalami trauma kepala bahkan petani atau nelayan juga
bisa mengalami trauma kepala
c. Usia 15 - 44 tahun rentan mengalami trauma kepala yang di
akibatkan oleh kecelakaan di waktu bekerja atau bahkan
kecelakaan lalu lintas di jalan raya
d. Tempat kejadian trauma kepala terjadi di area bisnis dan
industri bahkan pertanian di pedesaan juga mengalami trauma
kepala yang rentan (Tana, 2016)
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan Utama
Adanya penurunan kesadaran, letargi, mual dan muntah, sakit
kepala, wajah tidak simetris, lemah, paralysis, perdarahan, fraktur,
hilang keseimbangan, sulit menggenggam, amnesia seputar
kejadian, tidak bisa beristirahat, kesulitan mendengar, mengecap
dan mencium bau, sulit mencerna/menelan makanan.
18
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah mengalami penyakit sistem persyarafan, riwayat
trauma masa lalu, riwayat penyakit darah, riwayat penyakit
sistemik / pernafasan kardiovaskuler dan metabolik
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat penyakit menular
2.3.2 Pemeriksaan fisik
Setelah dilakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan klien
sebaiknya dilakukan pemeriksaan fisik dengan per sistem.
1. Kedaan umum
Secara umum keadaan umum pasien dapat di nyatakan dalam tiga
kriteria yaitu ringan, sedang, berat.Ringan terdiri dari kesadaran
penuh, tanda-tanda vital stabil, pemenuhan kebutuhan mandiri.
Sedang terdiri dari kesadaran penuh s/d apatis, tanda-tanda vital
stabil, memerlukan tindakan medis, memerlukan observasi,
pemenuhan kebutuhan di bantu sebagian s/d sepenuhnya. Berat
terdiri dari kesadaran penuh s/d somnolen, tanda-tanda vital tidak
stabil, memakai alat bantu organ vital, melakukan tindakan
pengobatan yang intensif.
19
2. Tingkat kesadaran
a. Penilaian kesadaran dengan kuantitatif
Tabel 2.4 Nilai normal Glasgow Coma Scale No Komponen Nilai Hasil
1 Verbal 1
2
3
4
5
Tidak berespon
Suara tidak dapat dimengerti
Bicara kacau atau kata-kata tidak tepat
Bicara membingungkan
Orientasi baik
2 Motorik 1
2
3
4
5
6
Tidak berespon
Ekstensi abnormal
Flexi abnormal
Menarik area nyeri
Melokalisasi nyeri
Dengan perintah
3 Reaksi membuka
mata
1
2
3
4
Tidak berespon
Rangsang nyeri
Dengan perintah
Spontan
Tabel 2.5 Nilai Motorik
Respon Skala
Kekuatan normal
Kelemahan sedang
Kelemahan berat (antigravity)
Kelemahan berat (not antigravity)
Gerakan trace
Tak ada gerakan
5
4
3
2
1
0
b. Penilaian kesadaran dengan kualitatif
1) Composmentis yaitu tingkat kesadaran sepenuhnya baik
terhadap diri maupun lingkungan sekitarnya. Pasien dapat
menjawab dengan baik pertanyaan - pertanyaan pemeriksaan
yang ditunjukan kepadanya.
2) Apatis yaitu tingkat kesadarn dimana pasien tampak acuh
tak acuh terhadap lingkungan di sekitarnya. Respon verbal
masih baik.
3) Somnolen yaitu penurunan kesadaran dimana pasien
tampak lemah, mengantuk, respon verbal masih baik dan dapat
20
sadar atau menjawab pertanyaan bila dirangsang, akan tetapi
pasien akan kembali tertidur bila rangsangan dihentikan.
4) Delirium yaitu penurunan kesadaran dimana pasien tampak
gaduh gelisah, berbicara tidak menentu dan disorientasi
terhadap waktu dan tempat.
5) Sopor yaitu keadaan kesadaran dimana pasien dalam
keadaan mengantuk yang dalam. Pasien masih dapat
dibangunkan dengan rangsangan yang kuat misalnya rangsang
nyeri, tetapi pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat
memberikan jawaban verbal yang baik.
6) Koma yaitu penurunan kesadaran yang dalam. Tidak ada
pergerakan spontan dan tidak memberikan respon terhadap
rangsang nyeri.
3. Sistem kardiovaskuler
Palpasi denyut nadi dalam rentang normal atau terjadi bradikardi dan
takikardi
Auskultasi apa terjadi perubahan tensi darah
4. Sistem neurologi
a. Inspeksi kaji LOC (level of consiousness) atau tingkat kesadaran :
dengan melakukan pertanyaan tentang kesadaran pasien terhadap
waktu, tempat dan orang,kaji status mental, kaji adanya kejang atau
tremor
b. Palpasi kaji tingkat kenyamanan, adanya nyeri dan termasuk lokasi,
durasi, tipe dan pengobatannya, kaji fungsi sensoris dan tentukan
apakah normal atau mengalami gangguan
21
Dapat juga di lakukan pemeriksaan pada saraf cranial :
1) Saraf 1 olfaktorius pada beberapa keadaan trauma kepala didaerah
yang merusak anatomis dan fisiologis saraf ini klien akan
mengalami kelainan pada fungsi penciuman/anosmia unilateral
atau bilateral.
2) Saraf II optik hematoma palpebra pada klien trauma kepala akan
menurunkan lapangan penglihatan dan menggangu fungsi dari
nervus optikus.Perdarahan diruang intrakranial, terutama
hemoragia subarakhnoidal, dapat disertai dengan perdarahan
diretina. Anomali pembuluh darah didalam otak dapat
bermanifestasi juga difundus. Tetapi dari segala macam kalainan
didalam ruang intrakranial, tekanan intrakranial dapat dicerminkan
pada fundus.
3) Saraf III, IV, VI okulomotor, toklearis, abdusen gangguan
mengangkat kelopak mata terutama pada klien dengan trauma yang
merusak rongga orbital. pada kasus-kasus trauma kepala dapat
dijumpai anisokoria. Gejala ini harus dianggap sebagai tanda serius
jika midriasis itu tidak bereaksi pada penyinaran. Tanda awal
herniasi tentorium adalah midriasis yang tidak bereaksi pada
penyinaran. Paralisis otot – otot okular akan menyusul pada tahap
berikutnya. Jika pada trauma kepala terdapat anisokoria dimana
bukannya midriasis yang ditemukan, melainkan miosis yang
bergandengan dengan pupil yang normal pada sisi yang lain, maka
pupil yang miosislah yang abnormal. Miosis ini disebabkan oleh
22
lesi dilobus frontalis ipsilateral yang mengelola pusat siliospinal.
Hilangnya fungsi itu berarti pusat siliospinal menjadi tidak aktif
sehingga pupil tidak berdilatasi melainkan berkonstriksi.
4) Saraf V trigeminus pada beberapa keadaan trauma kepala
menyebabkan paralisis nervus trigenimus, didapatkan penurunan
kemampuan koordinasi gerakan menguyah.
5) Saraf VII fasialis persepsi pengecapan mengalami perubahan.
6) Saraf VII festibuloklearis perubahan fungsi pendengaran pada klien
cedera kepala ringan biasanya tidak didapatkan penurunan apabila
trauma yang terjadi tidak melibatkan sarafvestibulokoklearis.
7) Saraf IX dan X glosofaringeus dan vagus kemampuan menealn
kurang baik, kesukaran membuka mulut.
8) Saraf XI aksesorius bila tidak melibatkan trauma pada leher,
mobilitas klien cukup baik dan tidak ada atrofi otot
sternokleidomastoideus dan trapezius.
9) Saraf XII hipoglosus indra pengecapan mengalami perubahan
5. Sistem perkemihan
Sistem genitourinaria meliputi disuria (nyeri saat berkemih), frekuensi,
kencing menetes, hematuria, poliuria, oliguria, nokturia, inkontinensia,
infeksi saluran kemih. Pengkajian pada genetalia pria antara lain : lesi,
rabas, nyeri testikuler, massa testikuler, masalah prostat, penyakit
kelamin, perubahan hasrat seksual, impotensi, masalah aktivitas sosial.
Sedangkan pengkajian pada genetalia wanita antara lain : lesi, rabas,
dispareunia, perdarahan pasca senggama, nyeri pelvis, sistokel,
penyakit kelamin, infeksi saluran kemih, masalah aktivitas seksual,
23
riwayat menstruasi (menarche, tanggal periode menstruasi terakhir),
tanggal dan hasil pap smear terakhir.
6. Sistem pencernaan
Konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi askultasi bising usus,
anoreksia, adanya distensi abdomen, nyeri tekan abdomen.
7. Sistem muskuloskeletal
Nyeri berat tiba – tiba atau bahkan mungkin terlokalisasi pada area
jaringan yang dapat berkurang untuk imobilisasi.
8. Sistem endokrin
Adanya pembesaran pankreas, adanya lesi atau luka dan bisa juga
terjadinya memar, perubahan warna kulit dan kuku seperti pucat atau
sianosis, kulit kering dan kasar.
9. Sistem pernafasan
Perubahan pola nafas, irama atau frekuensi kedalaman bunyi
nafasronchi mengi positif.
2.4 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status
kesehatan atau masalah aktual atau resiko mengidentifikasi dan
menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, mencegah atau
menghilangkan masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung
jawabnya (Tarwoto & Wartonah, 2011).
24
Dilihat dari status kesehatan klien, diagnosa dapat dibedakan menjadi
aktual, potensial, risiko dan kemungkinan
1. Aktual diagnosa keperawatan yang menggambarkan penilaian klinik
yang harus di validasi perawat karena ada batasan mayor. Contoh
jalan nafas tidak efektif karena adanya akumulasi sekret.
2. Potensial diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klien
kearah yang lebih positif (kekuatan pasien). Contoh potensial
meningkatkan status kesehatan klien berhubungan dengan intake
nutrisi kurang adekuat.
3. Risiko diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinis
individu lebih rentan mengalami masalah. Contoh risiko infeksi
berhubungan dengan efek pembedahan.
4. Kemungkinan diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi
klinis individu yang memerlukan data tambahan sebagai faktor
pendukung yang lebih adekuat.
Jadi yang dimaksud dengan diagnosa keperawatan adalah pernyataan
yang jelas yang berkaitan dengan masalah yang didapat pada pasien
baik itu secara aktual, potensial, risiko atau kemungkinan.
Contoh diagnosa keperawatan trauma kepala yang muncul
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma benda tumpul
b. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
trauma kepala
25
2.5 Intervensi Keperawatan
Tabel 2.6 Intervensi Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
Diagnosa
NOC
NIC
Rentan mengalani
penurunan sirkulasi
jaringan otak yang
dapat mengganggu
kesehatan
Faktor resiko
1.Agens
farmaseutikal
2.Aterosklerosis
aortik
3.Diseksi arteri
4.Embolisme
5.Endokarditis
infektif
6..Massa
tromboplastin
parsial abnormal
7.Massa protombin
abnormal
8.Fibrilasi atrium
9.Hiperkolesterole
mia
10Hipertensi
11.Kardiomiopati
dilatasi
12.Katup prostetik
mekanis
13.Koagulasi
intravaskuladisemi
nata
14.Koagulopati
miksoma atrium
15.Penyalahgunaan
zat
16.Segmen
ventrikel akinetik
17.Sindrom sick
18.Stenosis
karatoid
19.Stenosis mitral
Setelah
1. Status neurologi
Indikator
1. Kesadaran
2. Kontrol motor sentral
3. Fungsi sensorik dan motorik
kranial
4. Fungsi sensorik dan motorik
spinal
5. Fungsi otonom
6. Tekanan intrakranial
7. Komunikasi yang tepat dengan
situasi
8. Ukuran pupil
9. Pola gerakan mata
10. Pola bernafas
11. Pola istirahat tidur
12. Tekanan darah
13. Tekanan nadi
14. Laju pernafasan
15. Hipertermia
16. Denyut jantung apikal
17. Denyut nadi radial
18. Orientasi kognitif
19. Status kognitif
20. Aktivitas kejang
21. Sakit kepala
Skala
1 = Sangat terganggu
2 = Banyak terganggu
3 = Cukup terganggu
4 = Sedikit terganggu
5 = Tidak terganggu
2. Perfusi jaringan serebral
Indikator
1. Tekanan intrakranial
2. Tekanan darah sistolik
3. Tekanan darah diastolik
4. Nilai rata-rata-rata tekanan
darah
5. Hasil serebral angiogram
6. Sakit kepala
7. Bruit karotis
8. Kegelisahan
9. Kelesuan
10. Kecemasan tidak dijelaskan
11. Agitasi
1. Manajemen edema serebral
a. Monitor adanya kebingungan
b. Monitor status neurologi
c. Monitor tanda – tanda vital
d. Catat cairan cerebrospinal
e. Analisa pola tekanan intrakranial
f. Batasan cairan
g. Batasi suction kurang dari 15 detik dan
lainnya
h. Monitor karakteristik cairan cerebrospinal
i. Monitor CVP,PCWP
j. Monitor TIK dan CPP
k. Monitor status pernafasan
l. Biarkan TIK kembali ke nilai normal
diantara aktivitas keperawatan
m. Monitor TIK pasien dan respon neurologi
n. Kurangi stimulus dalam lingkungan
pasien
o. Catat perubahan pasien
p Saring bercakapan dalam pendengaran
pasien
q. Berikan anti kejang sesui kebutuhan
r. Hindari flexi leher/flexi eksterm pada lutut
atau panggul
s. Hindari valsava maneuver
t. Berikan pelunak feces
u. Posisikan tinggi kepala tempat tidur 30°
v. Hindari penggunaan PEEP
w. Berikan agen paralisis sesuai kebutuhan
x. Dorong keluarga atau orang yang penting
untuk bicara dengan pasien
y. Hindari cairan IV hipotonik
z. Batasi suction kurang dari 15 detik
aa. Monitor nilai – nilai laboratorium
bb. Lakukan ROM latihan pasif
cc. Monitor intake dan output
dd. Pertahankan suhu normal
ee. Lakukan tindakan terjadinya pencegahan
kejang
2. Monitor tanda – tanda vital
a. Monitor tekanan darah, suhu, nadi
b. Catat gaya dan fluktuasi yang luas pada
tekanan darah
c. Monitor warna kulit kelembapan
d. Monitor suara paru – paru
e. Monitor nada jantung dan lainnya
f. Monitor tekanan darah saat pasien
berbaring, duduk
g. Monitor tekanan darah setelah pasien
meminum obat
26
12. Muntah
13. Cegukan
14. Keadaan pingsan
15. Demam
16. Kognisi terganggu
17. Penurunan tingkat kesadaran
18. Reflex saraf terganggu
Skala
1 = Devisiasi berat dari sekitaran
normal
2 = Devisiasi yang cukup besar
dari kisaran normal
3 = Devisiasi sedang dari kisaran
normal
4 = Devisiasi ringan dari kisaran
normal
5 = Tidak devisi dari kisaran
normal
h. Auskultasi tekanan darah dikedua lengan
dan bandingkan
i. Monitor tekanan darah, denyut nadi,
pernafasan sebelum dan sesudah aktivitas
j. Inisiasi dan pertahankan perangkat
pemantauan suhu tubuh secara terus
menerus
k. Monitor dan laporkan tanda dan gejala
hipotermia dan hipertermia
l. Monitor keberadaan dan kualitas nadi
m. Ambil nadi apikal dan radial secara
simultan
n. Monitor terkait dengan nadi paradoksus
o. Monitor terkait dengan nadi alternative
p. Monitor tekanan nadi yang melebar atau
menyempit
q. Monitor irama dan tekanan jantung
r. Monitor irama dan laju pernafasan
s. Monitor oksimetri nadi
t. Monitor pola pernafasan abnormal
u. Monitor sinosis sentral dan perifer
v. Monitor adanya kuku clubbing
w. Monitor terkait adanya tiga tanda chusing
reflex
x. identifikasi kemungkinan penyebab
perubahan tanda – tanda vital
y. Periksa secara berkala keakuratan
instrument yang digunakan untuk perolehan
data pasien
3. Monitor tekanan intrakranial
a. Rekam tekanan intrakranial
b. Monitor intake dan output
c. Cegah perangkat jangan bergeser
d. Atur alarm pemantau
e. Berikan antibiotik atau analgesik
f. Bantu menyisipkan perangkat pemantauan
tekanan intrakranial
g. Berikan informasi kepada pasien atau
keluarga
h. Kalibrasi transduser
i. Buat tingkat transduser eksternal sampai
ke titik refrensi anatomi konsisten
j. Cek sitem lampu di perangkat medis
k. Monitor kualitas dan karakteristik
gelombang tekanan intrakranial
l. Monitor tekanan aliran darah otak
m. Monitor status neurologis
n. Monitor pasien tekanan intrakranial dan
reaksi perawatan neurologis serta rangsang
lingkungan
o. Monitor jumlah, nilai, karakteristik
pengeluaran cairan serebrospinal
p. Jaga posisi koleksi yang di perintahkan
q. Pertahankan sterilisasi sistem pemantauan
r. Ganti transduser, sistem lampu, tempat
pengeluaran sesuai indikasi
s. Ganti atau perkuat daerah penyisipan
27
pakain yang diperlukan
t. Monitor daerah penyisipan terkait dengan
ada tidaknya infeksi
u. Ambil sampel pengeluaran CSF
v. Monitor suhu dan jumlah WBC
x. Periksa pasien terkait ada tidaknya gejala
kaku kuduk
y. Letakan kepala dan leher pasien dalam
posisi netral
z. Sesuaikan kepala tempat tidur untuk
mengoptimalkan perfusi
aa. Monitor efek rangsangan lingkungan
pada tekanan intrakranial
bb. Berikan ruang untuk perawatan agar
meminimalkan elevasi tekanan intrakranial
cc. Ganti prosedur penyedotan untuk
meminimalkan peningkatan tekanan
intrakranial
dd. Monitor karbondioksida dan pertahankan
dalam parameter yang di tentukan
ee. Jaga tekanan arteri sistemik dalam
jangkauan tertentu
ff. Berikan agen farmakologis untuk
mempertahankan tekanan intrakranial
gg. Beritahu dokter untuk peningkatan
tekanan intrakranial yang tidak bereaksi
sesuai peraturan perawatan
2.6 Implementasi Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik.Tahap pelaksanaan di mulai setelah rencana tindakan di
susun dan di tujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang di harapkan.Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik di
laksanakan untuk memodifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien. Adapun tahap – tahap dalam tindakan
keperawatan adalah sebagai berikut
1. Tahap 1 Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini perawat mengevaluasi hasil
identifikasi pada tahap perencanaan.
2. Tahap 2 Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah
kegiatan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
28
emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan
keperawatan meliputi tindakan : independen, dependen, dan
interdependen.
3. Tahap 3 Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus di ikuti oleh pencatatan
yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan.
2.7 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang di sengaja dan terus menerus dengan
melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal
ini di perlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi dan strategi
evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam
rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melangkah pengkajian
ulang (Lisimidar, 2012)
56
29
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desaian penelitian yang di gunakan adalah studi kasus.Studi kasus
yang menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah di gunakan untuk
mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Trauma
Kepala Dengan Masalah Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
di RSUD Jombang.
3.2 Batasan Istilah
Batasan istilah yang digunakan untuk menghindari kesalahan
dalam memahami judul penelitian, maka peneliti sangat perlu
memberikan batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. Asuhan Keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan
terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan, yang di fokuskan
pada reaksi dan respon unik individu pada suatu kelompok dan
perseorangan terhadap gangguan kesehatan yang di alami, baik actual
maupun potensial
2. Klien adalah individu yang mencari atau menerima perawatan medis.
Klien dalam studi kasus ini adalah 2 klien dengan diagnosa medis dan
masalah keperawatan yang sama
30
3. Trauma kepala adalah gangguan traumatik dari fungsi otak yang di
sertai atau tanpa di sertai perdarahan intestinal dalam substansi otak
tanpa di ikuti terputusnya kontinuitas otak.
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak yaitu rentan mengalami
penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu kesehatan.
3.3 Partisipan
Partisipan adalah sejumlah orang yang turut berperan serta dalam
sesuatu kegiatan, keikutsertaan dan peran peserta.Subyek yang di
gunakan dalam penelitian ini adalah klien yang dikaji dan ditemui
pada saat penelitian sebanyak 2 klien dengan diagnosa Medis Trauma
Kepala dengan masalah keperawatan Resiko Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan Otak di RSUD Jombang.Klien yang dipilih adalah klien yang
dirawat di Rumah Sakit yang telah melalui fase akut sampai pulang.
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Jombang yang beralamat di
JL.KH. Wahid Hasyim No.52, Kec. Jombang, Kab. Jombang.
3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai dari penyusunan proposal pada bulan
Januari sampai dengan Februari 2018
3.5Pengumpulan Data
Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan
dalam penelitian ini, sangatlah diperlukan teknik mengumpulkan data.
Adapun teknik tersebut adalah
31
1. Wawancara adalah percakapan yang memiliki tujuan tertentu,
biasanya antara dua orang yang saling bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab. Dalam studi kasus ini, peneliti
menggunakan 2 jenis wawancara yaitu autoanamnesa dan
heteroanamnesa.
2. Observasi dan pemeriksaan Fisik
Observasi merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan
penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan.Alasan
peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan
gambaran realistis perilaku atau kejadian, menjawab
pertanyaan, membantu mengerti perilaku manusia dan
mengevaluasi.Pemeriksaan fisik pada kasus ini menggunakan
pendekatan IPPA : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi pada
sistem tubuh klien.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah kegiatan mencari data atau variabel
dari sumber berupa catatan tentang kasus dan buku yang
diamati dalam studi dokumentasi (Suryono, 2013 dalam
Mukhlis 2016). Dalam studi kasus ini menggunakan studi
dokumentasi berupa catatan hasil data rekam medis
pemeriksaan diagnostic dan data lain yang relevan.
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas
dan atau informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga
32
menghasilkan data dengan validitastinggi. Disamping integritas
peneliti (karena peneliti menjadi instrument utama), uji
keabsahan data dilakukan denagan :
1. Memperpanjang waktu pengamatan /tindakan
2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari
tiga sumber data utama yaitu klien, perawat dan keluarga
klien yang pernah mengalami masalah yang sama.
3.7 Analisa Data
Analisis data dilakukan sejak peneliti dilapangan, sewaktu
pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul.
Analisa data di lakukan dengan cara mengemukakan fakta,
selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan
selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik
analisis yang di gunakan dengan cara menarasikan jawaban –
jawaban dan penelitian yang diperoleh dari hasil interprestasi
wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab
rumusan masalh penelitian. Teknik analisis digunakan dengan
cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang
menghasilkan data untuk selanjutnya diinterprestasikan oleh
peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk
memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut (Tri, 2015
dalam Mukhlis) dan urutan dalam analisatersebut adalah
1. Pengumpulan Data
33
Data dikumpulkan dari hasil WOD
(Wawancara.Observasi, Dokumen) hasil ditulis dalam
bentuk catatan lapangan.
2. Mereduksi Data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk
catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk laporan
pendahuluan dan dianalisis berdasarkan hasil
pemeriksaan diagnostic kemudian dibandingkan dalam
nilai normal.
3. Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar,
bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien
dijamin dengan menggunakan inisial pada nama klien
dan No Rm klien.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan
dibandingkan dengan hasil – hasil penelitian terdahulu
dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan.Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.
3.8 Etik Penelitian
1. Informed Consent (persetujuan menjadi responden), dimana
subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang
tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak
untuk bebas berpartisipasi untuk menolak menjadi
34
responden. Pada informed consent juga perlu di cantumkan
bahwa data yang dioeroleh hanya dioergunakan untuk
pengembangan ilmu.
2. Anonimity (tanpa nama), dimana subjek mempunyai hak
untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan
jalan mengaburkan identitas dari responden atau tanpa
nama(anonymity).
3. Confidentiality(rahasia), kerahasiaan yang diberikan
kepada responden dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2014).
56
35
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengumpulan Data
RSUD Kabupaten Jombang merupakan Rumah Sakit milik
PemerintahDaerah Jombang. Berdasarkan Keputusan Menteri dan Kesejahteraan
SosialNo. 238/MenKes-Kesos/SK/2001 RSUD Jombang menjadi RSUD Type
BNon Pendidikan dan pada Tahun 2015 RSUD Jombang telah terakreditasiversi
2012 dengan predikat Tingkat PARIPURNA Tahun 2015-2018.Lokasi RSUD
Jombang berada di jalan KH.Wakhid Hasyim 52 Jombang.RSUD Jombang
mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dannon spesialis.Rumah sakit
ini mampu menampung rujukan dari rumah sakitswasta dan puskesmas yang
berada di sekitar wilayah Jombang.
Kapasitas RSUD Jombang terdiri atas 486 tempat tidur rawat inap,
2tempat tidur suite room, 52 tempat tidur di kelas VIP/VVIP, 50 tempat tidurdi
kelas I, 65 tempat tidur di kelas II, 184 tempat tidur dikelas III, 28 tempattidur di
ICU dan 105 tempat tidur di HCU. RSUD Jombang memilikipelayanan rawat
jalan sebanyak 22 poliklinik yang terdiri dari 18 polispesialis dan 4 poli non
spesialis serta 8 instalasi rawat inap yang saat inisudah berbentuk SMF. Pelayanan
juga dilengkapi dengan Instalasi GawatDarurat (IGD), Instalasi Laboratorium
Klinik, Instalasi LaboratoriumPatologi Anatomi, Instalasi Radiologi, Instalasi ICU
Sentral, Instalasi BedahSentral, Instalasi Sterilisasi Sentral, kefarmasian,
pelayanan gizi dan rehabilitasi medik
36
Pengkajian di lakukan di Ruang Asoka dengan kapasitas 17 tempat tidur
dengan 15 klien yang rawat inap disertai dengan ruangan yang bersih.
4.1.2 Pengkajian
1. Identitas Klien
Tabel 4.1 Indentitas Klien Dengan Trauma Kepala Di Ruang Asoka RSUD
Jombang IDENTITAS KLIEN Klien 1 Klien 2
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Status perkawinan
Alamat
Suku bangsa
Tanggal MRS
Tanggal Pengkajian
Jam Pengkajian
No RM
Diagnosa Masuk
Sdr. G
13 thn
Islam
SMP
Pelajar
-
Gedang Sewu Pare Kediri
Jawa/WNI
23-04-2018
24-04-2018
10.00 WIB
40xxxx
COR
Sdr K
16
Islam
SMA
Pelajar
-
Gempol Legundi Gudo
Jawa/WNI
23-04-2018
24-04-2018
12.00 WIB
40xxxx
COR
Sumber : Data Primer (2018)
2. Riwayat Penyakit
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit Klien Dengan Trauma Kepala Di Ruang Asoka
RSUD Jombang 2018 RIWAYAT PENYAKIT Klien 1 Klien 2
Keluhan utama Klien mengatakan kepalanya
pusing.
Klien mengatakan kepalanya
pusing
Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu klien mengatakan klien
mengalami kecelakaan pada
hari minggu jam 19.00 pada
tanggal 22-04-2018 karena
menghindari anak kecil yang
sedang bermain di pinggir
jalan sehingga pasien jatuh dan
kemudian sama warga yang
menolong di bawa ke RS
Toloengrejo Pare dengan patah
pada tangan kanan dan
bengkak pada mata dengan
luka robek 3 cm pada dahi
bagian kanan dengan 7 jahitan
pasien jatuh dengan keadaan
Ibu klien mengatakan klien
mengalami kecelakaan pada
hari minggu pada tanggal 22-
04-2018 jam 13.00 tabrakan
dengan sesama sepeda motor
dan klien berdua dengan
temannya dengan luka dan
bengkak pada mata dan rahang
dengan gigi lepas 3 dan mulut
dengan 4 jahitan karena luka
robekdan pasien di rawat inap
di Puskemas Perak selama 2
hari dan kemarin tanggal 23-
04-2018 keluarga klien
meminta untuk di rujuk di
37
sadar kemudian pasien di rujuk
ke RSUD Jombang pada jam
22.00 dan di rawat inap di
Ruang Asoka pada jam 23.50.
RSUD Jombang karena
bengkak pada rahang tiak
kunjung sembuh agar bisa di
lakukan foto pada rahang yang
bengkak di rujuk lewat IGD
jam 16.16 dan di rawat inap di
Ruang Asoka pada jam 18.10.
Riwayat Penyakit dahulu Klien mengatakan bahwa tidak
memiliki riwayat penyakit
menurun atau menular.
Klien mengatakan bahwa tidak
memiliki riwayat penyakit
menurun atau menular.
Riwayat Keluarga
Riwayat Alergi
Keluarga klien mengatakan
jika tidak ada anggota keluarga
yang mmeiliki riwayat
penyakit menurun atau
menular.
Klien mengatakan tidak
mempunyai riwayat alergi.
Keluarga klien mengatakan
jika tidak ada anggota keluarga
yang mmeiliki riwayat
penyakit menurun atau
menular.
Klien mengatakan tidak
mempunyai riwayat alergi.
Riwayat Psikososial 1. Respon pasien terhadap
sakitnya Sdr G
menganggap
inicobaan dari tuhan.
2. Pengaruh penyakit
terhadap perannya Sdr G
tidak bisa bersekolah hanya
bisa berbaringdi tempat
tidur dan tidak bisa
melakukan apa-apa.
1. Respon pasien terhadap
sakitnya Sdr K menganggap
ini cobaan dari tuhan
2. Pengaruh penyakit terhadap
perannya Sdr K tidak bisa
bersekolah dan berkumpul
bersama temannya hanya
bisa berbaring di tempat
tidur.
Riwayat Spiritual Klien walaupun sedang sakit
selalu berdoa menginginkan
kesembuhannya, klienjarang
melakukan ibadah.
Klien tetap bersyukur dengan
keadaannya saat ini walaupun
sedang sakit selalu berdoa
untuk kesembuhannya, klien
jarang melakukan ibadah.
Sumber : Data Primer (2018)
3.)Perubahan Pola Kesehatan (Pendekatan Gordon / Pendekatan Sistem
Tabel 4.3 Pola Kesehatan Klien Dengan Trauma Kepala Di Ruang Asoka RSUD
Jombang 2018 POLA KESEHATAN Klien 1 Klien 2
Pola Manajemen Kesehatan
Klien mengatakan sebelumnya
tidak pernah berobat di rumah
sakit atau tenaga medis di
desanya. Klien
jugamengatakan bahwa
dirinyajarang sekali sakit
tetapi kecelakaan yang
dialaminya mengharuskan di
rawat di RSUD Jombang
Klien mengatakan sebelumnya
tidak pernah berobat di rumah
sakit atau tenaga medis
didesanya. Klien
jugamengatakan bahwa
dirinyajarang sekali sakit
tetapi kecelakaan yang
dialaminya mengharuskan di
rawat di RSUD Jombang
Pola Nutrisi Di Rumah : Klien mengatakan
sebelum sakit, selara makan
baik, makan 3x/ hari
Di Rumah : Klien mengatakan
nafsu makannya sebelum sakit
3x/ hari dengan menu nasi dan
38
denganmenu nasi dan lauk
pauk,minum air putih ±1500
ml/
hari.
Di Rumah Sakit :
Klienmengatakan selera
makan menurun karena tidak
terbiasa
makan makanan diet yang
diberikan oleh tim gizi makan
3x/ hari dengan diet TKTP dan
minum ± 500 ml/hari karena
tidak mau minum air putih.
lauk pauk, minum air
putih±1500ml/ hari.
Di Rumah Sakit :
Klienmengatakan selera
makan menurun karena sakit
tenggorokan buwat menelan
dan oleh tim gizi di beri makan
3x/ hari dengan diit cair 6x200
bertahap ke lunak sesuia
dengan kondisi klien dan
minum sedikit berkurang
±500ml/ hari.
Pola Eliminasi Di Rumah : Klien mengatakan
kebiasaan bak dirumah kurang
lebih 6x /hari (± 1500 cc)
warna kuning jernih bau khas
dan bab 1x/hari warna kuning
bau khas feses.
Di Rumah Sakit : Klien
mengatakan bak 4x/hari
(±1000 cc) warna kuning
jernih bau khas dan bab
1x/hari warna kuning bau khas
feses.
Di Rumah : Klien mengatakan
kebiasaan bak dirumah 7x/
hari warna kuning jernih, dan
bab 1x/ hari (± 1800 cc) warna
kuning jenih bau khas dan bab
1x/hari warna kuning
kecoklatan bau khas feses.
Di Rumah Sakit : Klien
mengatakan bak 4x/hari
(±1000 cc) warna kuning
jernih bau khas dan selama di
rumah sakit klien belum bab
sama sekali klien ingin bab
tapi tidak bisa.
Pola Istirahat-Tidur Di Rumah : Klien mengatakan
ketika istirahat tidur di rumah
siang hari sekitar 2 jam dan
pada malam hari tidur mulai
dari jam 22.00 – 05.00 dengan
total tidur tiap harinya ± 9 jam
Di Rumah Sakit :
Klienmengatakan susah
tidurkadang terbangun pada
malam hari karena merasakan
sakit pada kepalanya dan tidur
mulai jam 24.00 terbangun
sewaktu - wakttu kalau siang
tidak bisa tidur karena keadaan
lingkungan yang berisik.
Di Rumah : klien mengatkan
di rumah tidak pernah tidur
siang pulang sekolah langsung
pergi bermain dan tidur malam
sekitar jam 23.00-06.00
sehingga total tidur ± 7 jam
Di Rumah Sakit : Klien
mengatakan tidur siang ± 30
menit pada malam hari tidur
tidak nyenyak kebangun
karena kepalanya pusing dan
tidur mulai jam 23.00.
Pola Aktivitas Di Rumah : Sdr G dirumah
selalu melakukan aktivitas
dengan bersekolah kalau pagi
dan bermain bersma teman.
Di Rumah Sakit : Sdr G hanya
berbaring di tempat tidur dan
sesekali duduk di ataas tempat
tidur hanya turun tempat tidur
kalau mau ke toilet dengan di
Di Rumah : Sdr K dirumah
selalu melakukan aktivitas
dengan bersekolah kalau pagi
dan bermain bersma teman
Di Rumah Sakit : Sdr K
berbaring di tempat tidur dan
hanya turun tempat tidur kalau
mau ke toilet dengan di bantu
ibunya.
39
bantu ibunya.
Pola Penanggulangan Stress Sdr G mengalami stress
semenjak di rawat dan tidak
bersekolah karena takut
ketinggalan pelajaran.
Sdr K mengalami stress
semenjak di rawat dan tidak
bersekolah karena takut
ketinggalan pelajaran.
Sumber : Data Primer (2018)
4. Pemeriksaan Fisik (Pendekatan Head To Toe / Pendekatan Sistem)
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik (6B) Klien Dengan Trauma Kepala Di Ruang Asoka
RSUD Jombang 2018 OBSERVASI Klien 1 Klien 2
Suhu
Nadi
Tekanan Darah
Respirasi
GCS
Kesadaran
Keadaan umum
Pemeriksaan fisik (6B)
36 ° C
89x/menit
140/70 mmhg
20x/menit
4-5-6
Lemah
Composmentis
36,5° C
88x/menit
130/80 mmhg
20x/menit
4-5-6
Lemah
Composmentis
B 1 Breathing Inspeksi : bentuk dadasimetris,
pola napas tratur/vesikuler,
pergerakan dinding
dada normal, tidak ada tarikan
otot bantu, RR: 20x/menit.
Palpasi : tidak terdapat nyeri
tekan
Perkusi : sonor (paru kanan
dan kiri normal).
Auskultasi : suara normal
(vesikuler).
Inspeksi : bentuk dadasimetris,
pola napas tratur /vesikuler,
pergerakan dinding
dada normal, tidak ada
tarikanotot bantut, RR:
20x/menit.
Palpasi : terdapat nyeri tekan
dan bengkak pada bagian perut
Perkusi : sonor (paru kanan
dan kiri normal).
Auskultasi : suara normal
(vesikuler).
B 2 Bleeding
Inspeksi : konjungtiva pucat,
sklera putih.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
CRT < 2 detik .
Auskultasi : suara jantung
reguler, TD : 100/70 mmhg,
N: 89x/menit.
Inspeksi : konjungtiva pucat,
sklera putih.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
CRT < 2 detik
Auskultasi : suara jantung
reguler, TD : 140/110 mmhg,
N: 82x/menit.
B 3 Brain Inspeksi : kesadaran
composmentis, GCS 4-5-6,
bicara agak sulit, pusing,pupil
isokor
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Inspeksi : kesadaran
composmentis, GCS 4-5-6,
bicara agak sulit, pusing, pupil
isokor
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
B 4 Bladder Inspeksi : tidak terpasang
catheter, klien bak dengan
ke toilet.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
pada kandung kemih.
Inspeksi : tidak terpasang
catheter, klien bak dengan
pispot.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
pada kandung kemih.
40
B 5 Bowel Inspeksi : mukosa bibir kering,
terdapat luka pada mulut dan
bengkak pada wajah dan mata
tidak terpasangngttidak sakit
menelan bentuk
abdomensimetris.
Palpasi :ada benjolanatau nyeri
tekan, tidak adapembesaran
hepar.
Perkusi : timpani.
Auskultasi : bising
usus12x/menit.
Inspeksi : mukosa bibir kering
luka pada bibir dan di jahit dan
gigi lepas 3 tidak
terpasangngtsakitmenelan,
bentuk abdomen simetris, gigi
lepas 3. mulut robek dengan 4
jahitan
Palpasi :ada benjolanatau nyeri
tekan, tidak adapembesaran
hepar.
Perkusi : timpani.
Auskultasi : bising
usus12x/menit.
B 6 Bone Inspeksi : terdapat luka robek
pada atas alis sebelah kanan
dengan 7 jahitan,patah pada
tangan kanan, terdapat luka
biset pada kaki dan seluruh
tangan, bengkak pada mata
kanan, kekuatan otot
4 0
4 5
Palpasi : kulit kering, akral
dingin.
Inspeksi : luka dan bengkak
pada mata dan rahang, luka
pada tangan dan kaki,
kekuatan otot
4 5
4 5
Palapsi : kulit kering akral
dingin
Sumber : Data Primer (2018)
5. Pemeriksaan Diagnostik
Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik Klien Trauma Kepala
Pemeriksaan diagnostik pada Sdr. G Pemeriksaan diagnostik pada Sdr. K
1. Ct-Scan : Tgl 23-04-2018 jam 10.00
1. Ct-Scan : Tgl 24-04-2018 jam 13.30
Sumber : Rekam Medik April (2018)
Tabel 4.6 Pemeriksaan Laboratorium Klien Dengan Trauma Kepala Di Ruang
Asoka RSUD Jombang 2018 Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Klien 1 24/04/2018 Klien 2 23/04/2018
Kalium
Hematologi
Darah lengkap otomatis
Hemoglobin
Lekosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
Hitung jenis
Eosinofil
Basofil
Batang
Segmen
Limfosit
4,25
12,9
11,700
38,2
4.790.000
247.00
-
-
-
86
9
-
12,8
10,800
36,5
4.410.000
192.000
-
-
-
75
15
3,80 – 5,50 meq/l
L. 13,2-17,3 g/dl
L. 3.800-10.600/ul
L. 40-52%
L. 4,5-5,5 jt/ul
150.000-350.000cm
1-3%
3-5%
50-65%
25-35%
41
Monosit
Kimia klinik
Glukosa sewaktu
Natrium
Klorida
5
106
137
104
10
90
-
-
4-10%
< 200 mg/dl
136-144 meq/l
96-107 meq/l
Sumber : Laboratorium April (2018)
4.1.3 Terapi Obat
Tabel 4.7 Pemberian Terapi Klien Dengan Trauma Kepala Di Ruang Asoka
RSUD Jombang 2018
Klien 1
Tanggal 25 april 2018
Terapi
Klien 2
Tanggal 25 april 2018
Infus Pz
P/o piracetam
Ranitidin
Ondansentron
Dexketoprofen
trometamol
1500 /24 jam (3 flas)
4x3 mg
2x1 amp
2x1 amp
3x1 mg
Infus Pz
P/o piracetam
Ranitidin
Ondansentron
Dexketoprofen
trometamol
1000 /24 jam (2 flas)
4x3 mg
2x1 amp
2x1 amp
3x1 mg
Sumber : Data primer 2018
4.1.4 Analisa Data
Tabel 4.8 Analisa Data Klien 1 Dan 2 Dengan Trauma Kepala Di Ruang Asoka
RSUD Jombang 2018 Data Etiologi Masalah Keperawatan
KLIEN 1
Data subjektif :
Klien mengatakan kepalanya
pusing
Data objektif :
a. Keadaan umum :
Lemah
b. Kesadaran :
Composmentis
c. GCS 4-5-6, CRT < 2
detik
d. Tanda-tanda vital
TD :140/70 mmhg
RR : 20 x/menit
S : 36 °C
N: 89x/menit
e. Terdapat luka robek
pada atas alis kanan
dengan 7 jahitan
f. Pupil isokor
g. Patah pada tangan
kanan
h. Terdapat luka biset
pada kaki dan seluruh
Peningkatan Tekanan
Intrakranial
Resiko Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan Otak
42
KLIEN 2
Data subjektif :
Klien mengatakan kepalanya
pusing dan mual
Data objektif :
a. Keadaan umum :
Lemah
b. Kesadaran :
Composmentis
c. GCS 4-5-6, CRT < 2
detik
d. Tanda-tanda vital
TD : 130/80 mmhg
RR : 20 x/menit
S : 36,5 °C
N : 88x/menit
e. Terdapat luka dan
bengkak pada mata
dan rahang
f. Gigi lepas 3
g. Mulut luka robek
dengan 4 jahitan
h. Pupil isokor
i. Luka-luka pada
tangan dan kaki
j. Kekuatan otot 4 5
4 5
Peningkatan Tekanan
Intrakranial
Resiko Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan Otak
Sumber : Data Primer (2018)
4.1.5 Diagnosa Keperawatan
Klien 1 : Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial
Klien 2 : Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial
tangan
i. Bengkak pada mata
kanan
j. Kekuatan otot4 0
4 5
43
4.1.6 Intervensi Keperawatan
Tabel 4.9 Intervensi Keperawatan Klien Dengan Trauma Kepala Di Ruang Asoka
RSUD Jombang 2018 Diagnosis Keperawatan NOC (Tujuan,Kriteria Hasil) NIC
Klien 1 Sdr.G Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
3x24 jam diharapkan perfusi
jaringan pada otak efektif
Dengan kriteria hasil :
1. Kesadaran
2. Ukuran pupil
3. Komunikasi yang tepat
dengam situasi
4. Tekanan darah
5. Sakit kepala 6. Tekanan nandi
Monitor Neurologi
1. BHSP
2. Monitor tingkat
kesadaran
3. Pantau ukuran
pupil,bentuk,kesimetrisan
dan reaktivitas
4. Monitor ingatan saat
ini,rentang perhatian,ingatan
di masa lalu,suasana
perasaan,efek dan perilaku
5. Monitor tanda-tanda vital :
suhu,tekanan,darah,denyut
nadi,dan respirasi
6. Catat keluhan sakit kepala
7. Berikan antibiotik atau
analgesik sesuai advis
dokter
8. Monitor terhadap adanya
tremor
9. Monitor kesimetrisan wajah
Klien 2 Sdr. K Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
3x24 jam diharapkan perfusi
jaringan pada otak efektif
Dengan kriteria hasil :
1. Tekanan darah sistolik
2. Sakit kepala
3. Kegelisahan
4. Muntah
5. Penurunan tingkat
Kesadaran
6. Reflex saraf terganggu
7. Tekanan intrakranial
Manajemen edema serebral
1. BHSP
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Monitor adanya
kebingungan perubahan
pikiran, keluhan pusing,
pingsan
4. Monitor status neurologi
dengan ketat dan
bandingkan dengan nilai
normal
5. Rencanakan asuhan
keperawatan untuk
memberikan periode
istirahat
6. Motivasi keluarga atau
orang yang terpenting untuk
bicara dengan pasien
7. Lakukan latihan rom
pasif
8. Berikan antibiotik atau
analgesik sesuai advis
dokter
9. Catat perubahan klien dalam
berespon terhadap stimulus
10. Letakan kepala klien
dalam posisi netral
Sumber : Bulechek (2013)
44
4.1.7 Implementasi Asuhan Keperawatan Pada Klien Trauma Kepala Dengan
Masalah Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
Tabel 4.10 Implementasi Keperawatan Klien 1 (Sdr. G) Dan Klien 2 Sdr. K
Dengan Trauma Kepala Di RuangAsoka RSUD Jombang 2018 Hari/tanggal Waktu Implementasi Paraf
25 April 2018
Klien 1
08.00
08.15
08.30
08.45
09.00
09.15
09.30
09.45
10.00
1. Melakukan bina hubungan salingpercaya pada
pasien dan keluarga pasienuntuk menjalin kerja
sama yang baik dankomunikasi terapeutik
2. Memonitor tingkat kesadaran dengan menilai
pasienmenggunakan GCS meliputi respon
membukamata,verbal,gerakan
3. Memantau ukuran pupil,bentuk,kesimetrisan
dan reaktivitas dengan menyuruh pasien
membukamatanya
4. Memonitor ingatan saat ini,rentang
perhatian,ingatandi masa lalu apa pasien mampu
menceritakan kejadian penyebab penyakitnya
5. Memonitor tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 140/70 mmhg
Nadi : 89x/menit
Suhu : 36°c
Respirasi : 20x/menit
6. Mencatat keluhan sakit kepala dengan
menanyakanberapa menit sekali sakitnya muncul
7. Memberikan analgesik melalui iv seperti
piracetam 4x3mg
8. Memonitor terhadap adanya tremor dengan
menyuruhklien mengangkat tangannya apa masih
tremor atau tidak
9. Memonitor kesimetrisan wajah apa ada bengkak
lukapada wajah
Klien 2 09.30
09.45
10.00
10.15
10.30
10.45
11.00
1. Melakukan bina hubungan saling percaya pada
pasien dankeluarga pasien untuk menjalin kerja
sama yang baik dankomunikasi terapeutik
2. Memonitor tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmhg
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36,°c
Respirasi : 20x/menit
3. Memonitor adanya kebingungan perubahanpikiran
dengan mengajak bicara pasien apa pasienkesulitan
untuk menangkap pembicaraan yangberlangsung
4. Memonitor status neurologi dengan ketat
danbandingkan dengan nilai normal apa pasien
menuruntingkat ketahanan tubuhnya
5. Merencanakan asuhan keperawatan
untukmemberikan periode istirahat dengan baik
minimal 8 jamperhari
6. Memotivasi keluarga atau orang yang terpenting
untukbicara dengan pasien dengan memberikan
pengetahuanpada keluarga
7. Melakukan latihan ROM pasif dengan meminta
pasien untukmenggerakan tubuhnya seperti
mengangkat tangan ataukakinya yang sulit
45
11.15
11.30
11.45
digerakan
8. Memberikan analgesik melalui iv seperti piracetam
4x3 mg
9. Mencatat perubahan klien dalam berespon
terhadap stimulus apa klien berespon dengan baik
atau menolak
10. Meletakan kepala klien dalam posisi netral
untukmenghindari adanya peningkatan TIK
26 April 2018
Klien 1
09.00
09.15
09.30
09.45
10.00
10.15
1. Memonitor tingkat kesadaran dengan menilai
pasienmenggunakan GCS meliputi respon
membukamata,verbal,gerakan
2. Memantau ukuran pupil,bentuk,kesimetrisandan
reaktivitas dengan menyuruh pasien
membukamatanya
3. Memonitor ingatan saat ini,rentang
perhatian,ingatandi masa lalu apa pasien mampu
menceritakan kejadianpenyebab penyakitnya
4. Memonitor tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 130/60 mmhg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36°c
Respirasi : 20x/menit
5. Memberikan analgesik melalui iv seperti
piracetam 4x3 mg
6. Memonitor terhadap adanya tremor dengan
menyuruhklien mengangkat tangannya apa masih
tremor atautidak
Klien 2 10.15
10.30
10.45
11.00
11.15
11.30
11.45
12.00
1. Memonitor tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmhg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36,5°c
Respirasi: 20x/menit
2. Memonitor adanya kebingungan perubahanpikiran
dengan mengajak bicara pasien apa pasien
kesulitan untuk menangkap pembicaraan
yangberlangsung
3. Memotivasi keluarga atau orang yang terpenting
untukbicara dengan pasien dengan memberikan
pengetahuanpada keluarga
4. Memberikan analgesik melalui iv seperti piracetam
4x3mg
5. Memonitor status neurologi dengan ketat
danbandingkan dengan nilai normal apa pasien
menurun tingkat ketahanan tubuhnya
6. Merencanakan asuhan keperawatan untuk
memberikanperiode istirahat dengan baik minimal
8 jam perhari
7. Mencatat perubahan klien dalam berespon
terhadap stimulus apa klien berespon dengan baik
atau menolak
8. Meletakan kepala klien dalam posisi netral untuk
menghindari adanya peningkatan TIK
46
27 April 2018
Klien 1
10.00
10.15
1. Memonitor tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/90 mmhg
Nadi : 82x/menit
Suhu : 36°c
Respirasi : 20x/menit
2. Memberikan analgesik melalui iv seperti
piracetam4x3 mg
27 April 2018
Klien 2
10.30
10.45
11.00
11.15
11.30
11.45
1. Memonitor tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmhg
Nadi : 82x/menit
Suhu : 36,5°c
Respirasi : 20x/menit
2. Memonitor adanya kebingungan perubahanpikiran
dengan mengajak bicara pasien apa pasienkesulitan
untuk menangkap pembicaraan yangberlangsung
3. Memotivasi keluarga atau orang yang terpenting
untukbicara dengan pasien dengan memberikan
pengetahuanpada keluarga
4. Memberikan analgesik melalui iv seperti piracetam
4x3mg
5. Memonitor status neurologi dengan ketat
danbandingkan dengan nilai normal apa pasien
menurun tingkat ketahanan tubuhnya
6. Memonitor status neurologi dengan ketat
danbandingkan dengan nilai normal apa pasien
menuruntingkat ketahanan tubuhnya
Sumber : Data Primer (2018)
4.1.8 Evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Klien Trauma Kepala Dengan
Masalah Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
Tabel 4.11 Evaluasi Keperawatan Klien 1 dan 2 Dengan Trauma Kepala Di Ruang
Asoka RSUD Jombang 2018 Hari/tanggal Waktu Evaluasi
25 April 2018
Klien 1
11.30 S : Klien mengatakankepalanya pusing
O : Keadaan umum : lemah
Kesadaran : composmentis
GCS 4-5-6, CRT < 2 detik
Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 140/70 mmhg
Nadi : 89x/menit
Suhu : 36°c
Respirasi : 20x/menit
Pupil isokor
Terdapat luka robek pada atas alis kanan dengan 7 jahitan
Patah pada tangan kanan
Terdapat luka biset pada kaki dan seluruh tangan
Bengkak pada mata kanan
A:Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tingkat kesadaran
2. Pantau ukuran pupil,bentuk,kesimetrisan
dan reaktivitas
3. Monitor ingatan saat ini,rentang perhatian,ingatan
47
di masa lalu,suasana perasaan,efek dan perilaku
4. Monitor tanda-tanda vital : suhu,tekanan,darah,denyut
nadi,dan respirasi
5. Catat keluhan sakit kepala
6. Berikan antibiotik atau analgesik sesuai advis dokter
7. Monitor terhadap adanya tremor
8. Monitor kesimetrisan wajah
Klien 2 12.30 S : Klien mengatakan kepalanya pusingdan mual
O :Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
GCS 4-5-6, CRT < 2 detik
Tanda-tanda vital :Tekanan darah : 130/80 mmhg
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36,°c
Respirasi : 20x/menit
Pupil isokor
Terdapat luka dan bengkak pada mata dan rahang
Gigi lepas 3
Mulut luka robek dengan 4 jahitan
Luka-luka pada tangan dan kaki
Kekuatan otot4 5
4 5
A :Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Monitor adanya kebingungan perubahan pikiran,
keluhanpusing
3. Monitor status neurologi dengan ketat dan bandingkan
dengan nilai normal
4. Rencanakan asuhan keperawatan untuk memberikan
periode istirahat
5. Motivasi keluarga atau orang yang terpenting untuk
bicara
dengan pasien
6. Lakukan latihan ROM pasif
7. Berikan antibiotik analgesik sesuai advis dokter
8. Catat perubahan klien dalam berespon terhadap stimulus
9. Letakan kepala klien dalam posisi netral
26 April 2018
Klien 1
11.00 S : Klien mengatakanpusingnya sudah sedikit berkurang
O : Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
GCS 4-5-6
Tanda-tanda vital:Tekanan darah: 130/60 mmhg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36°c
Respirasi : 20x/menit
Pupil isokor
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tingkat kesadaran
2. Pantau ukuran pupil,bentuk,kesimetrisan dan reaktivitas
3. Monitor ingatan saat ini,rentang perhatian,ingatan
di masa lalu,suasana perasaan,efek dan perilaku
4. Monitor tanda-tanda vital : suhu,tekanan,darah,denyut
nadi,dan respirasi
5. Berikan antibiotik atau analgesik sesuai advis dokter
6. Monitor terhadap adanya tremor
48
Klien 2 12.00 S : Klien mengatakan pusing dan mualnya berkurang
O : Keadan umum Cukup
Kesadaran :Composmentis
GCS 4-5-6
Tanda-tanda vital : Tekanan darah :110/70 mmhg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36,5°c
Respirasi : 20x/menit
Pupil isokor
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Monitor adanya kebingungan perubahan pikiran, keluhan
pusing
3. Motivasi keluarga atau orang yang terpenting untuk
bicaradengan pasien
4. Berikan antibiotik atau analgesik sesuai advis dokter
5. Monitor status neurologi dengan ketat dan bandingkan
dengannilai normal
6. Rencanakan asuhan keperawatan untuk memberikan periode
istirahat
7. Catat perubahan klien dalam berespon terhadap stimulus
8. Letakan kepala klien dalam posisi netral
27 April 2018
Klien 1
11.00
S: Klien mengatakanpusingnya sudahhilang hanyatimbul kalau
buwatduduk
O : Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
GCS 4-5-6
Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 120/90 mmhg
Nadi : 82x/menit
Suhu : 36°c
Respirasi : 20x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Berikan antibiotik atau analgesik sesuai advis dokter
Klien 2 13.00 S : Klien mengatakan masih sama sedikit pusing dan mual
O : Keadan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
GCS 4-5-6
Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 110/70 mmhg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36,5°c
Respirasi : 20x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di di lanjutkan
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Monitor adanya kebingungan perubahan pikiran, keluhan
pusing
3. Motivasi keluarga atau orang yang terpenting untuk bicara
dengan pasien
4. Berikan antibiotik atau analgesik sesuai advis dokter
49
5. Monitor status neurologi dengan ketat dan bandingkan
dengannilai normal
6. Rencanakan asuhan keperawatan untuk memberikan periode
istirahat
Sumber : Data Primer (2018)
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada Sdr. G dan Sdr.
K di Ruang Asoka RSUD Jombang pada kasus Trauma Kepala dengan masalah
Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak didapatkan pengkajian
4.2.1 Pengkajian (Data subjektif/objektif)
Klien dengan trauma kepala akan di tandai dengan kehilangan kesadaran
seketika terjadi untuk beberapa menit dan klien juga akan mengeluhkan pusing
pada kepala bahkan di sertai dengan mual dan itu terjadi karena adanya
peningkatan tekanan intrakranial. Pada klien 1 di tandai dengan keluhan pusing
dann klien tampak lemah hanya berbaring di tempat tidur pada klien 2 pasien
mengeluhkan pusing dan mual dan pasien tampak gelisah karena kesakitan.
Trauma kepala merupakan trauma yang mengenai otak yang dapat
mengakibatkan perubahan fisik intelektual,emosional, dan sosial. Trauma kepala
dari luar yang mengakibatkan memar pada kepala sehingga mengganggu respon
pasien dan penunurunan kesadarannya. Pada klien trauma kepala juga akan
mengakibatkan naiknya tekanan darah systole dan diastole pada klien dan itu juga
salah satu yang menimbulkan rasa pusing pada klien (Judha & Rahil, 2011).
Status kesadaran di awal pasien dengan trauma kepala akan
menunjukan apakah pasien perlu di rawat dengan intensif atau hanya observasi.
Klien dengan di sertai muntah bahkan tekanan darahyang terus bertambah itu
menunjukan klien harus di rawat dengan intensif karena adanya peningkatan
intrkranial pada otak. Bahkan klien dengan trauma kepala akan mengalami
50
penurunan pola fikir atau yang paling sering terjadi pasien tidak mampu di ajak
bicara dengan baik.
4.2.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien 1 dan klien 2menunjukkan
Masalah Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak.Hal ini dibuktikan
dari klien yang mengeluh pusing dan hanya berbaring di tempat tidur.
Menurut peneliti Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak di
akibatkan oleh situasi oksigen dalam otak menurun apabila tidak di atasi
dengan segera akan terjadi peningkatan tekanan intrakranial sehingga pasien
mengeluh pusing dan tekanan darah meningkat.
Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak yaitu rentan
mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu
kesehatan.Di tandai dengan hipertensi, neoplasma otak, miksoma atrium,
dembolisme, diseksi arteri, aterosklerosis aortik, hiperkolesterolimia,
fibrilasi atrium (Herdman, 2015).
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak bisa terjadi karena
peningkatan tekanan intrakranial dan itu bisa mengakibtatkan terjadi
pusing bahkan mual seperti yang di rasa pada klien 2 dan pusing dapat
mengganggu kesehatan pada klien sehingga tidak bisa beraktivitas
terutama untuk ke sekolah pada ke dua klien.
4.2.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi yang diberikan Sdr G dan Sdr K dengan Masalah Resiko
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak. Intervensi yang di berikan pada
klien terutama cara menimalisir pusing yang di keluhkan oleh ke 2 klien.
51
Berdasarkan hasil penelitian pada ke 2 klien terdapat perubahanyang
signifikan dikarenakan klien sangat komprehensif untukproses
penyembuhannya karena pasien ingin segera bisa melakukan aktivitas
terutama ingin segera ke sekolah agar tidak ketinggalan pelajaran.
Intervensi yang yang di pakai adalah NIC dengan manajemen edema
serebral seperti contohnya monitor adanya kebingungan pasien saat di ajak
bicara, Monitor tanda-tanda vital untuk mengetahui tekanan
darah,suhu,nadi,respirasi pada klien dan setelah atau sebelum berkativitas
bisa di lihat tekanan darahnya apa ada perbedaan yang menonjol, Monitor
tekanan intrakranial dapat di lakukan dengan meletakan posisi klien dengan
netral (Butcher, 2013).
Klien dengan trauma kepala dapat di lakukan tindakan dengan
memberikan posisi yang nyaman untuk klien agar pusing dan mualnya tidak
berkelanjutan.
4.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada klien 1 dan klien 2diberikan dengan
sesuai intervensi yang diimplementasikan padaklien 1 dan klien 2 tanpa ada
yang tidak di lakukan dan tim gizi juga membantu karena klien 2 yang odem
atau sakit pada bagian mandibula dengan memberikan makan dengan diit
cair.
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik.Tahap pelaksanaan di mulai setelah rencana tindakan di susun
dan di tujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang di harapkan.Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik di
52
laksanakan untuk memodifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan (Sunardi, 2011).
Klien dengan trauma kepala yang mengeluhkan pusing bahkan mual
pada klien ke 2 akan di berikan beberapa tindakan salah satunya yang
terpenting adalah memberikan posisi yang nyaman pada klien agar klien
tidak merasakan pusingnya lagi. Salah satunya menetralkan posisi kepala
head up agar peredaran darah bisa lancar pada otak.
4.2.5 Evaluasi Keperawatan
Dari catatan perkembangan selama 3 hari pada 2 klien
menunjukkan proses kesembuhannya walaupun klien 1 masih merasakan
pusing tapi sudah tidak merasa pusing yang hebat dan klien 2 di hari ke 3
masih mengatakan pusing.
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang di sengaja dan terus menerus dengan
melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal
ini di perlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi dan strategi
evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam
rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melangkah pengkajian
ulang (Lisimidar, 2012)
Sehingga evaluasi dari ke dua klien akan berbeda walaupun dengan
keluhan sama proses sembuhnya berbeda seperti klien 1 pusing saat pasien
ingin duduk dan klien 2 masih pusing dan kadang sewaktu waktu masih
merasakan mual.
56
53
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan tindakan asuhan keperawatan klien yang mengalami
Trauma kepalapada Sdr. G dan Sdr. K dengan masalah Resiko Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan Otak di Ruang Asoka RSUD Jombang maka penulis
dapatmengambil kesimpulan dan saran yang dibuat berdasarkan laporan kasus
adalahsebagai berikut :
1. Dari catatan perkembangan selama 3 hari pada 2 klien
menunjukkanklien 1 pusing saat pasien ingin duduk dan klien 2 masih
pusing dan kadang sewaktu waktu masih merasakan mual.
2. Pada klien 1 dan 2 dengan Masalah Keperawatan Resiko
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak di tandai dengan pasien yang
selalu mengeluhkan pusing pada kepala setelah mengalami kecelakaan.
3. Di dalam Intervensi Keperawatan yang di berikan pada klien sesuai
dengan NIC 2015 yang mengalami Trauma Kepala pada Sdr. G dan
Sdr.K dengan Masalah Keperawatan Resiko Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan Otak dengan Manajemen Edema Serebral, Monitor Tanda-
tanda vital, Monitor Tekanan Intrakranial.
4. Implementasi klien yang mengalami Trauma Kepala pada Sdr. G dan
Sdr. K dengan Masalah Keperawatan Resiko Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan Otak dilakukan secara menyeluruh tindakan keperawatan
dilakukan sesuai perencanaan.
54
5. Evaluasi klien mengalami Trauma Kepala dengan Masalah
Keperawatan Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak dari
catatan perkembangan selama 3 hari pada 2 klien, menunjukkan bahwa
klien 1 dan 2 sudah dikatakan mulai berkurang skitnya ditandai
dengan pusing yang sedikit berkurang pada klien 1 dan klien 2 masih
sedikit pusing dan mual.
5.2 Saran
1. Bagi Klien dan Keluarga
Sebaiknya keluarga meningkatkan pengetahuan tentang perawatan pada klien
Trauma Kepala sehingga keluarga bisa menimalisir atau mengurangi rasa
pusing apa bila sewaktu-waktu timbul.
2. Bagi Perawat
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pada kasus Trauma Kepala dan bisa
memperhatikan kondisi serta kebutuhan pasien Trauma Kepala dengan masalah
resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya denganmasalah
keperawatan yang sama dan tema yang berbeda.
4. Bagi Manajemen Rumah Sakit
Meningkatkan pelayanan mutu kesehatan pada kasus Trauma Kepala.
5. Bagi Dosen Stikes Icme
Sebagai tempat menempuh ilmu keperawatan diharapkanhasil penelitian ini
dijadikan sebagai acuhan dalam penelitian yang selanjutnyayang terkait dengan
masalah seperti Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak.
56
55
DAFTAR PUSTAKA
Amin & Hardhi.(2015). NANDA NIC-NOC Jilid 1.Jogja : Medication Jogja
Arifin.(2013). Trauma Kepala.Jakarta : Sagung Seto
Bulechek & Wagner.(2013). Nursing Interventions Classification.Indonesia :
CV.Mocomedia
Herdman & Kamitsuru.(2015). Diagnosis Keperawatan.Jakarta : EGC
Irawan H, Setyawan. (2010). Perbandingan Glasgow Coma Scale dalam
Memprediksi Disabilitas Pasien Trauma Kepala. Majalah Kedokteran
Indonesia,http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/do
wnload/.../745, di akses tanggal 9 januari 2018
Mutaqqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persyarafan.Jakarta : Salemba Medika
Miranda. (2014). Gambaran Hasil CT Scan Trauma Kepala Di BLU RSUP Prof.
Dr Kondou Manado Peride 2012-2013
Padila.(2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta: Nuha Medika
Rahmah, Annisa. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Klien Trauma Kepala.
Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) (2013).
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf, diakses pada tanggal 9 januari 2018
Satyanegara.(2010). Ilmu Bedah Syaraf.Jakarta : Gramedia
Tarwoto dkk. (2007). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta : Sagung Seto
Tri, Maharani, dkk. (2016). Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah : Studi
Kasus Program Studi Diploma III Keperawatan. Jombang : STIKES ICME
Wijaya & Putri. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa), Yogyakarta: Nuha Medika.
Waty, Lusiana. (2015). Faktor Akibat Trauma Kepala Pada Kelompok Pekerja
Usia Produktif Di Indonesia, Vol. 19 no 1
Yuniarti, Nur. (2007). Epidemiologi Trauma Secara Globlal. Fakultas Kedokteran
University Udayana
56
55
Lampiran 1
JADWAL KEGIATAN KARYA TULIS I LMIAH
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN Th. 2018
No. Jadwal kegiatan Bulan
November Desember Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1. Pendaftaran mahasiswa peserta studi kasus
2. Pembimbingan Proposal Studi Kasus
3. Pendaftaran ujian proposal studi kasus
4. Ujian Proposal Studi Kasus
5. Revisi Proposal Studi Kasus
6. Pengurusan Ijin
7. Pengambilan Dan Pengumpulan Data
8. Analisa Data
9. Bimbingan Hasil
10. Ujian Hasil
11. Revisi KTI Seminar Hasil
12. Pengumpulan Dan Penggandaan KTI
57
Lampiran 2
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Miftakhul Khusnah
NIM : 151210020
Adalah mahasiswa DIII Keperawatan yang akan melakukan karya tulis
ilmiah tentang “ Trauma Kepala ” sebagai upaya dalam memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif. Tugas akhir ini bermanfaat sebagai persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi Diploma
III Keperawatan Stikes Insan Cendekia Medika Jombang.
Untuk itu saya mohon partisipasi Bapak/Ibu menjadi responden dalam
karya tulis ilmiah ini. Semua data yang telah dikumpulkan akan dirahasiakan.
Data responden disajikan untuk keperluan karya tulis ilmiah ini.Apabila dalam
penelitian ini responden merasa tidak nyaman dengan kegiatan yang dilakukan,
maka responden dapat mengundurkan diri.
Apabila Bapak/Ibu bersedia menjadi responden, silahkan menanda tangani
pada lembar persetujuan yang telah disediakan.Atas perhatian dan partisipasinya
saya ucapkan terimakasih.
Hormat Saya,
(…………………………………)
59
Lampiran3
58
59
59
Lampiran 4
PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
STIKES ICME JOMBANG
2018
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Pengkajian tgl. : Jam :
MRS tanggal : No. RM :
Diagnosa Masuk :
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Penanggung jawab biaya :
Usia : Nama :
Jenis kelamin : Alamat :
Suku : Hub. Keluarga :
Agama : Telepon :
Pendidikan :
Alamat :
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Keluhan Utama :
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Riwayat Penyakit Kronik ya jenis : .............. tidak
2. Riwayat Penyakit Alergi ya jenis : ............... tidak
3. Riwayat Operasi ya jenis : .............. tidak
D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
ya : ........................................ tidak
jelaskan
60
59
E. POLA KEGIATAN SEHARI – HARI
POLA KEGIATAN DI RUMAH DI RUMAH
SAKIT
Makanan
Frekuensi
.........................x/hr
Jenis..................................
Diit ..................................
Pantangan
............................
Alergi
.....................................
makanan yang disukai
Minum
Frekuensi............ x/hari
Jenis....................
Alergi .................
Eliminasi
BAB
Frekuensi .......x/hari
warna .............
konsistensi
BAK
Frekuensi .......X/Hari
Warna .......
Alat bantu
Kebersihan Diri
Mandi......................X/hari
Keramas .................x/hari
Sikat Gigi
................X/Hari
61
59
Memotong Kuku..........
Ganti Pakaian ............
Toileting
Istirahat/Tidur
Tidur
siang.........................jam
Tidur Malam
.....................jam
Kebiasaan Merokok/Jamu
F. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
S : ºC N : x/mnt TD : mmHg
RR : x/mnt
2. Sistem Pernafasan (B1)
a. Hidung:
Pernafasan cuping hidung ada tidak
Septum nasi simetris tidak simetris
Lain-lain
b. Bentuk dada simetris asimetris barrel chest
Funnel chest Pigeons chest
c. Keluhan sesak batuk nyeri waktu napas
d. Irama napas teratur tidak teratur
e. Suara napas vesiculer ronchi D/S wheezing D/S rales
D/S
Lain-lain:
3. Sistem Kardiovakuler (B2)
a. Keluhan nyeri dada ya tidak
b. Irama jantung teratur tidak teratur
c. CRT < 3 detik > 3 detik
d. Konjungtiva pucat ya tidak
e. JVP normalmeningkat menurun
Masalah Keperawatan
Masalah Keperawatan
Masalah Keperawatan
62
63
59
4. Sistem Persarafan (B3)
a. Kesadarancomposmentis apatis somnolen soporkoma
GCS :
b. Keluhan pusing ya tidak
c. Pupil isokor anisokor
d. Nyeri tidak ya, skala nyeri
lokasi :
Lain-lain :
5. Sistem Perkemihan (B4)
a. Keluhan : kencing menetes inkontinensia retensi
gross hematuri disuria poliuri
oliguri anuri
b. Alat bantu (kateter, dll) ya tidak
c. Kandung kencing : membesar ya tidak
nyeri tekan ya tidak
d. Produksi urine :................ ml/hari warna : ................. bau :..................
e. Intake cairan : oral :.............cc/hr parenteral :
...................cc/hr
Lain-lain :
6. Sistem Pencernaan (B5)
a. TB : cm BB : kg
b. Mukosa mulut : lembab kering merah stomatitis
c. Tenggorokan nyeri telan sulit menelan
d. Abdomen supel tegang nyeri tekan, lokasi :
Luka operasi jejas lokasi :
Pembesaran hepar ya tidak
Pembesaran lien ya tidak
Ascites ya tidak
Mual ya tidak
Muntah ya tidak
Terpasang NGT ya tidak
Masalah Keperawatan
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan
64
59
Bising usus :..........x/mnt
e. BAB :........x/hr, konsistensi : lunak cair lendir/darah
konstipasi inkontinensia kolostomi
f. Diet padat lunak cair
Frekuensi :...............x/hari jumlah:............... jenis : .......................
7. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
a. Pergerakan sendi bebas terbatas
b. Kelainan ekstremitas ya tidak
c. Kelainan tl. belakang ya tidak
d. Fraktur ya ya tidak
e. Traksi/spalk/gips ya tidak
f. Kompartemen sindrom ya tidak
g. Kulit ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
h. Akral hangat panas dingin kering basah
i. Turgor baik kurang jelek
j. Luka : jenis :............. luas : ............... bersih kotor
Lain-lain :
8. Sistem Endokrin
a. Pembesaran kelenjar tyroid ya tidak
b. Pembesaran kelenjar getah bening ya tidak
Lain-lain :
G. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Persepsi klien terhadap penyakitnya
cobaan Tuhan hukuman lainnya
2. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
murung gelisah tegang marah/menangis
3. Reaksi saat interaksi kooperatif tak kooperatif curiga
4. Gangguan konsep diri ya tidak
Lain-lain :
H. PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah sering kadang tidak pernah
Lain-lain
Masalah Keperawatan
Masalah Keperawatan
Masalah Keperawatan
Masalah Keperawatan
65
59
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, radiologi, EKG, USG)
J. TERAPI
....................., .................................
Mahasiswa,
(.............................................)
ANALISA DATA
66
59
Nama :……………………….
No.RM: ………………………
Data Etiologi Masalah
Keperawatan
Data subyektif :
Data Obyektif :
SESUAI DENGAN
NANDA 2015
Diagnosa Keperawatan yang muncul 2
1. ……………………………………………….
2. ……………………………………………….
59
Intervensi Keperawatan
Hari/tanggal
No.
Diagnosa
Tujuan & kriteria
hasil
Waktu
Rencana tindakan
Rasional
67
59
Implementasi Keperawatan
Nama :……………………….. No.RM………………………..
Hari/Tanggal
No.
Diagnosa
Waktu
Implementasi keperawatan
Paraf
68
59
Evaluasi Keperawatan
Nama :………….. …....... No.RM……………………
Hari/Tanggal
No.
Diagnosa
Waktu
Perkembangan
Paraf
S :
O :
A :
P :
69
59
Lampiran 5
70
59
Lampiran 6
71
59
72
59
73
59
74
59
Lampiran 7
75