-
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk,
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, yang selanjutnya disebut TELKOM
atau perseroan, merupakan perusahaan informasi dan komunikasi (InfoCom) serta
penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and nerwork
provider) yang terbesar di Indonesia. TELKOM menyediakan jasa telepon terap
kabel (fixed wire line), jasa telepon tetap nirkabel (fixed wireless), jasa telepon
bergerak (mobile service), data dan internet serta jasa multimedia lainnya, dan
network & interkoneksi, baik secara langsung maupun melalui perusahaan asosiasi.
Kantor pusat perusahaan berlokasi di Jalan Japati No. 1, Bandung, Jawa
Barat. Perusahaan perseroan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (“perusahaan”)
pada mulanya merupakan bagian dari “post and telegraafdienst”, yang didirikan
pada tahun 1884 berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 7
tanggal 27 maret 1884 dan diumumkan dalam berita Negara Hindia Belanda No.
52 tanggal 3 April 1884.
Pada tahun 1991, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991,
status perusahaan diubah menjadi Perseroan Terbatas Milik Negara (persero).
Perusahaan didirikan berdasarkan Akta Notaris Imas Fatimah SH. No. 128 tanggal
24 September 1991. Akta pendirian tersebut telah disetujui oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan No. C2-
6870.HT.01Th.1991 tanggal 19 November 1991 dan diumumkan dalam Berita
-
Negara Republik Indonesia No. 5 tanggal 17 Januari 1992. Anggaran Dasar
Perusahaan telah beberapa kali diubah, perubahan terakhir berdasarkan akta
notaries A. Partomuan Pohan, S.H., LLM. No. 4 tanggal 6 April 2006 dan telah
diumumkan dalam Berita Negara RI No. 51 tanggal 27Juni 2006, antara lain
mengubah kewenangan dan tanggung jawab direksi dan komisaris perusahaan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 3 tahun 1989 mengenai Telekomunikasi,
yang berlaku sejak tanggal 1 April 1989, badan usaha Indonesia diizinkan untuk
menyelenggarakan jasa telekomunikasi dasar dalam bentuk kerja sama dengan
perusahaan sebagai badan penyelenggara jasa telekomunikasi dalam negeri.
Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1993 mengenai penyelanggaraan telekomunikasi
mengatur lebih lanjut bahwa kerja sama penyelenggaraan jasa telekomunikasi dasar
tersebut dapat dilakukan dalam bentuk perusahaan patungan, kerja sama operasi,
atau kontrak manajemen dan bahwa badan usaha yang bekerja sama dengan badan
penyelenggara jasa telekomunikasi dalam negeri harus menggunakan jaringan
telekomunikasi badan penyelenggara tersebut. Jika jaringan telekomunikasi
tersebut tidak tersedia, Peraturan Pemerintah tersebut mengharuskan kerja sama
dilakukan dalam bentuk perusahaan patungan yang dapat membangun jaringan
telekomunikasi yang diperlukan.
Kegiatan perusahaan dalam menyelenggarakan jasa telekomunikasi dalam
negeri, meliputi telepon, teleks, telegram, satelit, sikrit langganan, surat elektronik
dan jasa telekomunikasi bergerak dan selular. Dalam rangka mempercepat
pembangunan sarana telekomunikasi dan menjadikan perusahaan sebagai operator
bertaraf internasional, serta meningkatkan teknologi, pengetahuan dan keahlian
para karyawannya, pada tahun 1995, perusahaan telah melakukan kerja sama
-
dengan para mitra dalam pembangunan, pengelolaan dan pengoperasian sarana
telekomunikasi di lima dari tujuh divisi regional melalui pola kerja sama operasi.
Menteri Pariwisata, Pos dan Telekominikasi Republik Indonesia melalui dua surat
keputusan, yang keduanya tertanggal 14 Agustus 1995, menegaskan kembali status
perusahaan sabagai badan penyelenggara telekomunikasi dalam negeri.
Selanjutnya, terhitung sejak tanggal 1 Januari 1996, perusahaan memperoleh hak
eksklusif untuk menyelnggarakan jasa jaringan tetap lokal dan jaringan tetap
nirkabel (local wireline dan fixed wireless) untuk jangka waktu minimum 15 tahun
dan hak eksklusif untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi sambungan
langsung jarak jauh dalam negeri (SLJJ) untuk jangka waktu minimum 10 tahun.
Hak eksklsif tersebut juga termasuk penyelenggaraan jasa telekomunikasi untuk
dan atas nama perusahaan melalui KSO. Pemberian hak tersebut tidak
mempengaruhi hak perusahaan untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi
dalam negeri lainnya.
Berdasarkan Undang-Undang No. 36\1999 mengenai telekomunikasi, yang
berlaku efektif pada bulan september 2000, kegiatan telekomunikasi meliputi ;
a) Jaringan Telekomunikasi
b) Jasa Telekomunikasi
c) Telekomunkasi Khusus
Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Swasta dan
Koperasi diizinkan untuk menyelenggarakan jaringan dan jasa telekomunikasi.
Sedangkan telekomunikasi khusus dapat diselenggarakan oleh perseorangan,
instansi pemerintah dan badan hukum selain penyelenggara jaringan dan jasa
telekomunikasi.
-
Pada tanggal 13 Mei 2004, berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan
No. KP. 162\2004, perusahaan telah memperoleh ijin untuk menyelenggarakan jasa
sambungan langsung Internasional (SLI).
Pada tanggal 14 november 1995, pemerintah RI melakukan penjualan
saham perusahaan melalui penawaran umum perdana saham (Initial Public
Offering atau IPO) di Bursa Efek Jakarta.
4.1.2. Produk dan Layanan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk,
Ada beberapa produk yang telah dihasilkan oleh PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk. Diantaranya adalah:
1. Telepon Tetap Kabel (fixed wire line)
1) Telkom lokal
Adalah merupakan layanan komunikasi telepon antar pelanggan dalam
jarak di bawah 30 km atau di dalam satu wilayah lokal.
2) Telkom SLJJ (Sambungan Langsung Jarak Jauh)
Adalah layanan komunikasi jarak jauh antar pelanggan yang masih dalam
satu wilayah Negara.
3) TIC 007 (Telecomunikation International Calling)
Adalah layanan telekomunikasi internasional, dimana dengan kode ini
pelanggan dapat menghubungi semua negara tujuan diseluruh dunia.
4) Telkom Speedy
Adalah layanan internet berkecepatan tinggi yang menggunakan telepon
rumah. Saluran telepon tersebut dapat digunakan untuk pembicaraan
telepon dan akses internet secara bersamaan.
-
5) Kartu Prabayar atau Panggil Merdeka
Adalah salah satu produk PT telkom yang berfungsi sebagai kartu telepon
prabayar. Prabayar adalah system pembayaran yang disesuaikan dengan
kemampuan pemakai. Artinya, pemakai dapat mengatur dan mengontrol
pemakaian pulsa telepon sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya,
tanpa dikenakan biaya abonemen.
2. Telepon Tetap Nirkabel (fixed wireless)
Telkom flexy adalah layanan telapon tetap nirkabel yang menggunakan
teknologi CDMA, yaitu layanan yang terbatas pada satu kode area tertentu.
3. Fitur
1) Lacak (Call Forwarding)
Adalah fasilitas untuk mengalihkan panggilan telepon ke nomor yang
dikehendaki oleh pamakainya. Pengalihan biasa ke telepon biasa, interlokal,
internasional, maupun telepon selluler. Panggilan dialihkan jika tidak
dijawab atau sedang sibuk.
2) Nada Sela (Call Waiting)
Adalah fasilitas pada layanan telepon yang memungkinkan untuk
mengetahui panggilan telepon lain yang hendak masuk pada saat sedang
melakukan pembicaraan, juga untuk mengadakan pembicaraan dengan
penelepon kedua secara bergantian.
3) Trimitra (Three Party Calling)
Adalah fasilitas yang memungkinkan untuk malakukan panggilan lain pada
saat sedang berbicara lewat telepon, juga fasilitas yang memungkinkan
-
untuk melakukan pembicaraan tiga arah pada saat atau waktu yang
bersamaan dengan dua rekan atau keluarga anda lainnya.
4) Sandi Nada (Abbreviated Dialling)
Adalah fasilitas layanan telepon untuk mensandikan nomor telepon yang
dipanggil menjadi nomor yang singkat dan mudah diingat.
5) KLIP (Kenali Langsung Identitas Pelanggan)
Adalah layanan tembahan bagi pelanggan telepon (extanded product
PTOS) yang memberikan informasi berupa identitas nomor telepon
pemanggil.
6) Andara (Direct Hot Line)
Adalah fitur sentral yang memungkinkan pesawat telepon secara otomatis
terhubung ke nomor tertentu langsung setelah Hand set diangkat. Dengan
adanya fitur ini, maka untuk pemakaiannya pesawat telepon tersebut tidak
memerlukan proses dial dan hanya dapat tersanbung ke nomor yang sudah
ditetapkan. Hal ini menguntungkan pelanggan (pamakai) karena tidak perlu
manghafalkan nomor telepon tujuan, dan akan terhindar dari kemungkinan
salah sambung. Fitur ini tidak memerlukan aktivasi dan deaktivasi oleh
pelanggan, tapi sudah ditangani oleh operator sentral.
7) Free Call atau 0800
Adalah pelayanan bebas pulsa dimana pemanggil malakukan panggilan ke
palanggan free call tanpa dikenakan biaya pulsa. Pulsa (tariff normal)
dibebankan pada pelanggan free call.
-
8) Premium Call
Adalah layanan informasi yang disediakan oleh penyedia jasa informasi
kepada pemanggil sebagai pengguna jasa, dimana biaya pemakaian pulsa
premium seluruhnya dibebankan kepada pemanggil.
4. Data dan Internet berupa SMS
1) Telkom save (VoIP)
Adalah layanan internet telepon two stage dialing untuk komunikasi
domestik jarak jauh dan international yang dikemas dalam PIN registered
(akses 17017). Kelebihan layanan ini buat pelanggan adalah kemudahan
pengendalian pemakaian karena pelanggan dapat membatasi dan
mengetahui jumlah tagihan maximal setiap bulan.
2) Telkom Global (VoIP)
Adalah layanan internet one stage dialing untuk komunikasi internasional
yang dikemas dalam bentuk postpaid. Pelanggan dapat menggunakan
layanan ini setelah terlebih dahulu melakukan registrasi malalui customer
service telkom (tanpa biaya aktivasi maupun abonemen). Biaya penggunaan
layanan ini lebih ekonomis dibanding layanan SLI malalui telepon tetap.
3) Telkom Net Instan
Adalah layanan akses internet dengan kecepatan rendah (Dial-Up) dan
layanan akses internet dengan kecepatan tinggi (dedicated link). Pelanggan
dapat memilih berbagai layanan Telkom Net seperti, Telkom Net Instant,
-
Telkom Net ISDN, Telkom Net ASTINET Turbo, DSL, dan Telkom net
Whole Sale.
5. Network dan Interkoneksi Telkom
1) Telkom Intercarrier
Adalah layanan interkoneksi untuk penyelenggara jasa dan atau
penyelenggara jaringan lainnya.
2) Telkom satellite
Adalah semua produk layanan untuk pelanggan korporasi berupa sewa
kanal atau saluran pada satelit telkom-I maupun palapa B-4 yang berbasis
teknologi satelit. Kelompok layanan ini mencakup antara lain: jasa sewa
transponder, TV Uplink, Sateliite Data Communication (VSAT) dll.
6. Selluler
1) Kartu Halo (Pasca Bayar)
Adalah subscriber identity module card GSM telkomsel. Kartu halo
menjamin penggunanya memperoleh keunggulan GSM berarti keamanan
(bebas dari penyadapan dan penggandaan), aksebilitas, harga yang
terjangkau, mutu yang prima, dan jangkauan yang luas.
2) Kartu Simpati Nusantara (Prabayar)
Adalah produk telkomsel yang merupakan pengembangan dari simpati yang
ada sebelumnya. Simpati nusantara muncul sebagai jawaban atas kebutuhan
pasar terhadap kartu prabayar dengan tarif terjangkau, pengisian ulang yang
mudah, serta bisa digunakan dimana saja diseluruh wilayah nusantara.
3) Kartu AS (Prabayar)
-
Adalah merupakan kartu prabayar seluler berjangkauan paling luas dengan
harga starter pack yang sangat terjangkau.
Dengan adanya teknologi maju yang dimiliki PT. Telkomsel,
memungkinkan fasilitas-fasilitas yang terdapat pada kartu seluler GSM, PT.
Telkomsel selalu selangkah lebih maju dibandingkan perusahaan sejenis lainnya,
fasilitas-fasilitas tersebut antara lain :
1. Veronica (Voice Mail Service)
Merupakan fasilitas mesin penjawab yang menampung pesan yang masuk jika
pelanggan berada diluar area atau tidak bisa dihubungi atau ponsel sedang di
nonaktifkan.
2. SMS (Short Message Service)
Memungkinkan pelanggan mengirim dan menerima pesan singkat berupa data
huruf dan nomor antar pamakai kartu.
3. CLI (Calling Line Identification)
Fasilitas ini memungkinkan pelanggan untuk mengenali nomor telepon yang
masuk, bahkan nama, bila nama dan nomor telepon sudah disimpan dalam
memory.
4. Multy Party Calling / Call Waiting dan Call Holding
5. Farida (Fax Respon and Interactive Data)
Fasilitas jelajah internet dan cyberfase yang memungkinkan pelanggan
mengakses aneka informasi, baik lokal maupun global dimana saja berada.
6. Roaming (Nasional Dan Internasional)
Fasilitas komunikasi lebih dari 400 kota di seluruh Indonesia dan lebih dari 50
Negara didunia, termasuk Amerika Serikat.
-
7. Call Forwarding
Merupakan fasilitas yang memungkinkan telepon ke pangguna dialihkan ke
nomor yang lain yang dikehendaki. Pelanggan juga dapat mengalihkan semua
telepon yang masuk ke nomor lain tanpa tergantung pada status telepon.
8. Ring Back Tone (NSP- Nada Sambung Pribadi)
Nada sambung pribadi adalah inovasi baru dari telkomsel yang memungkinkan
pelanggan mengganti suara tuut… tuut… dari nada sambung yang biasa
didengar dengan berbagai jenis musik sesuai dengan selera pelanggan.
Sehingga siapapun yang menelepon pelanggan bisa mendengar lagu-lagu asik
saat menunggu panggilannya diangkat.
Selain itu masih banyak lagi produk telkom yang lainnya. Tapi karena
keterbatasan tempat, maka penulis hanya menyebutkan seperti diatas. Untuk
pelayanan, PT. Telkom memiliki prinsip keikhlasan dan kejujuran adalah inti dari
pelayanan yang paling dinantikan oleh setiap pelanggan dan pengguna jasa
infokom. Credo baru telkom Commited 2 U meneguhkan semangat pelayanan
telkom untuk memnerikan layanan yang terbaik kepada masyarakat.
-
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1. Likuiditas
4.2.1.1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Current Rasio atau disebut juga rasio lancar, yaitu rasio yang
membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan sejauh
mana tagihan-tagihan jangka pendek dari kreditur dapat dipenuhi.
Tabel 4.1.
Perhitungan Rasio Lancar (Current Ratio)
Dalam Persen %
Perusahaan
Telekomunikasi Indonesia Tbk,
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Rasio Lancar 116,03 116,30 106,21 135,29 119,96
Sumber Data Diolah 2017
Gambar 4.1.
Grafik Rasio Lancar
Berdasarkan perhitungan terhadap rasio lancar yang ditunjukkan pada tabel
4.1 di atas dapat diketahui perusahaan memiliki perubahan yaitu mengalami
kenaikan dan penurunan. Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Menunjukkan
pada tahun 2012 memiliki nilai rasio lancar sebesar 116,03%, naik sebesar 11,6%
0
50
100
150
2012 2013 2014 2015 2016
Rasio Lancar
-
pada tahun 116,30% pada tahun 2014 turun sebesar 106,21%, pada tahun 2015 naik
sebesar 135% dam menurun kembali pada tahun 2016 menjadi 119,96%.
Apabila dilihat dari current ratio atau rasio lancarnya selama kurun waktu 5
tahun yaitu tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, jika dilihat dari rasio lancarnya
terdapat kenaikan dari tahun 2015, yang disebabkan karena adanya penurunan
hutang lancar dan kenaikan nilai aktiva lancar. Dari uraian tersebut kesanggupan
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya
sangat baik. Bila nilai rasio lancarnya 1:1 ini berarti bahwa aktiva lancar dapat
menutupi semua hutang lancarnya. Rasio lancar yang aman adalah jika diatas 1 atau
100% tetapi yang paling aman jika rasionya 2:1 atau 200% keatas. Artinya, aktiva
lancar harus jauh diatas hutang lancarnya. Dalam hal ini, hasil perhitungan nilai
rasio lancar pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, rata-rata diatas 1. Artinya
Koperasi telah mampu memenuhi kewajiban lancarnya.
4.2.1.2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Quick Rasio merupakan ukuran kamampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengan tidak memperhitungkan persediaan.
Tabel 4.2.
Perhitungan Rasio Cepat (Quick Ratio)
Dalam Persen %
Perusahaan
Telekomunikasi Indonesia Tbk,
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Rasio Cepat 113,63 114,51 104,72 133,80 118,49
Sumber Data Diolah 2017
-
Gambar 4.2.
Grafik Rasio Cepat
Berdasarkan tabel dari hasil analisis tersebut di atas menunjukkan bahwa
nilai Quick ratio PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, mengalami penurunan dan
peningkatan pada tahun 2012-2016, pada tahun 2012 memiliki nilai rasio cepat
sebesar 113,63 dan 2013 nilai rasio pada perusahaan sebesar 114,51%, pada tahun
2014 turun sebesar 104,72%, naik kembali sebesar 133,80% pada tahun 2015 dan
turun kembali menjadi 118,49% pada tahun 2016.
Pada umumnya tingkat rasio cepat 1,00 sudah dianggap baik, berarti
kondisi pada tahun 2012 sampai tahun 2016 koperasi mampu menutupi kewajiban
lancarnya tanpa menjual persediaan.
4.2.2. Profitabilitas
4.2.2.1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Gross Profit Margin digunakan untuk mengukur berapa besar laba kotor
yang dihasilkan dibanding dengan total nilai penjualan bersih perusahaan.
0
50
100
150
2012 2013 2014 2015 2016
Rasio Cepat
-
Tabel 4.3.
Perhitungan Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Dalam Persen %
Perusahaan
Telekomunikasi Indonesia Tbk,
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Margin Laba Kotor 31,40 32,72 31,80 30,58 32,82
Sumber Data Diolah 2017
Gambar 4.3
Grafik Margin Laba Kotor
Gross profit margin menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba kotor yang diperoleh dari setiap rupiah dari tahun ke tahun.
Berdasarkan tabel dari hasil analisis tersebut dapat diketahui nilai Gross Profit
Margin PT. Telekomunikasi Indonesia cenderung berfluktuatif yaitu sebesar
31,40% pada tahun 2012, naik menjadi 32,72% pada tahun 2013, turun 31,80%
pada tahun 2014, turun lagi sebesar 30,58% pada tahun 2015 dan kemudian naik
sebesar 32,82% pada 2016. Artinya, pada tahun 2016 untuk setiap Rp.1 pendapatan
perusahaan harus membayar beban usahanya sebesar Rp. 32,82. Jika presentasi
Gross Profit Margin rendah, artinya beban penjualan perusahaan tinggi sehingga
menyebabkan laba kotor rendah. Perusahaan perlu menerapkan strategi bisnis baru
jika Gross Profit Margin-nya dibawah angka 50%.
30
31
32
33
34
2012 2013 2014 2015 2016
Margin Laba Kotor
-
4.2.2.2. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Net Profit Margin digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih yang
dicapai dari sejumlah penjualan tertentu.
Tabel 4.4.
Perhitungan Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Dalam Persen %
Perusahaan
Telekomunikasi Indonesia Tbk,
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Margin Laba Bersih 23,80 24,45 23,83 22,75 25,07
Sumber Data Diolah 2017
Gambar 4.4.
Grafik Margin Laba Bersih
Net profit margin menunjukkan besarnya pendapatan bersih atau laba bersih
yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini maka akan semakin
baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan
cukup tinggi.
Berdasarkan tabel dari hasil analisis tersebut diatas nilai net profit margin
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, pada tahun 2012 samapi 2014 nilainya
cenderung sama yaitu sebesar 24% dan mengalami penurunan pada tahun 2015
sebesar 23,83%, dan mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu sebesar 25,07%
22
23
24
25
26
2012 2013 2014 2015 2016
Margin Laba Bersih
-
pada tahun 2016. Marjin laba Net tampak konstan, mengindikasi bahwa
kemampuan bisnis perusahaan untuk menghasilkan laba tetap statis. peningkatan
dalam gross profit mungkin disebabkan oleh peningkatan penjualan atau
pengendalian biaya penjualan yang lebih baik.
4.2.2.3. Return on Investment - ROI
Return on Inventory (ROI) merupakan rasio pengukur terhadap penghasilan
yang dicapai bagi pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun
pemegang saham preferen) atas modal yang diinvestasikan.
Tabel 4.5.
Perhitungann Return on Investment (ROI)
Dalam Persen %
Perusahaan
Telekomunikasi Indonesia Tbk,
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
ROI 16,48 15,85 15,22 14,03 16,24
Sumber Data Diolah 2017
Gambar 4.5.
Grafik Return on Investment (ROI)
ROI (Return on Investment) merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam menciptakan keuntungan bersih setelah pajak untuk menutupi
pengeluaran investasi yang dilakukan.
13
14
15
16
17
2012 2013 2014 2015 2016
ROI
-
Berdasarkan tabel hasil analisis tersebut diatas nilai ROI PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk, pada lima tahun terakhir ini mengalami penurunan
dan peningkatan secara fluktuasi, hal ini dapat dilihat dari pada tahun ke tahun,
yaitu dari tahun 2012 dan 2013 nilai ROI sebesar 16%, turun menjadi 15,22% pada
tahun 2014, lalu turun lagi menjadi 14,03% pada tahun 2015 dan naik sebesar
16,24%. Tidak stabilnya penggunaan asset dapat mempengaruhi perusahaan dalam
peningkatan laba yang kurang maksimal.
Rasio ini merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara
keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva
yang tersedia dalam perusahaan. Tujuan perhitungan rasio ini adalah untuk
mengetahui sampai seberapa jauh aset yang digunakan dapat menghasilka laba.
Laba usaha berarti laba dari kegiatan utama perusahaan. Aktiva PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk, adalah aktiva yang dipakai untuk menghasilkan
laba usaha tersebut. Dengan kata lain, aset yang dihitung disini hanya aset yang
memberikan kontribusi terhadap pencapaian laba usaha. Semakin tinggi ROI dalam
perusahaan maka semakin baik kinerja perusahaan tersebut.
-
Gambar 4.6.
Grafik Return on Investment
Sumber Data Diolah 2017
Berdasarkan gambar grafik perhitungan Return on Investment diatas dapat
diketahui bahwa ROI pada PT. Telekomunikasi Indosnesia Tbk, sama halnya
seperti ROE, ROI juga mengalami penurunan dan kenaikan namun tidak terlalu
terlihat. Pada PT. XL Axiata Tbk, mengalami penurunan dari 2,56% pada tahun
2013 menjadi -1,39% pada tahun 2014, pada tahun 2015 naik persentase menjadi
0,04% lalu naik persentase sebesar 0,68% pada tahun 2016. Untuk PT. Indosat Tbk,
dan PT. Smartfren Telecom Tbk, tetap mengalami kerugian dari tahun 2013 hingga
tahun 2016 yaitu dibawah 0%. Namun, PT. Indosat Tbk mengalami peningkatan
pada tahun 2016 sebesar 2,50%.
Jika dibandingkan dengan competitor lain, PT. Telekomunikasi Indonesia
Tbk, paling mampu dan paling stabil dalam menghasilkan laba bersih setelah pajak.
Atau Bahasa sederhananya PT. Telekomunikasi Indonesia merupakan perusahaan
-
paling baik dalam pengambilan keuntungan atas investasi dibandingkan kompetitor
yang lain.
4.2.2.4. Return on Equity - ROE
Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kamampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuantungan dengan menggunakan aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan.
Tabel 4.6.
Perhitungan Return on Equity (ROE)
Dalam Persen %
Perusahaan
Telekomunikasi Indonesia Tbk,
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
ROE 27,41 26,20 24,90 24,95 27,63
Sumber Data Diolah 2017
Gambar 4.7.
Grafik Return on Equity (ROE)
ROE (Return on Equity) merupakan penghasilan atau laba yang bersih yang
diperoleh oleh pemilik perusahaan atas modal yang diivestasikan di dalam
perusahaan atau laba bersih yang diperoleh oleh pemilik modal.
23
24
25
26
27
28
29
2012 2013 2014 2015 2016
ROE
-
Berdasarkan tabel hasil analisis tersebut diatas nilai ROE PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk, mengalami penurunan dari tahun 2013 hingga
tahun 2015 yaitu dari tahun 2012 sebesar 27,41% turun menjadi 26,20% pada 2013,
lalu menurun menjadi 24,90% pada tahun 2014 dan menetap pada 24,95% ditahun
2015. Walaupun PT. Telekomunikasi Indonesia mengalami kecenderungan
menurun, penurunan tersebut tidak terlalu besar karena kemudian meningkat
menjadi sebesar 27,63% pada tahun 2016. Nilai masing-masing rasio diatas
menunjukkan bahwa laba bersih yang dimiliki oleh perusahaan untuk menutupi
pengeluaran investasi bernilai cukup besar.
Gambar 4.8.
Grafik Return on Equity
Sumber Data Diolah 2017
Dapat diketahui bahwa ROE pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk,
mengalami penurunan dan kenaikan yang tidak terlalu terlihat dari tahun ketahun
dengan kata lain perubahan banyak terjadi dalam jarak angka yang kecil. Pada PT.
XL Axiata Tbk, mengalami titik terendahnya pada tahun 2014 yaitu -6,38% dan
-
mengalami peningkatan menjadi 1,77% yang terjadi pada tahun 2016. Lain halnya
dengan PT. Indosat Tbk, dan PT. Smartfren Telecom Tbk, yang mengalami ROE
dibawah 0% dari tahun 2013 hingga 2016.
Jika dibandingkan dengan perusahaan telekomunikasi yang lain, PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk, paling tinggi dan paling efisien menggunakan
modal sendiri untuk menghasilkan laba bagi pemegang saham daripada kompetitor
lainnya yang sejenis.
4.2.3. Solvabilitas
4.2.3.1. Dept to Equity Ratio - DER
Debt to Equity Rasio menunjukkan hubungan antara jumlah hutang jangka
panjang dengan modal sendiri yang diberikan oleh perusahaan guna mengetahui
financial leverage perusahaan.
Tabel 4.7.
Perhitungan Dept to Equity Ratio (DER)
Dalam Persen %
Perusahaan
Telekomunikasi Indonesia Tbk,
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
DER 66,27 65,26 63,59 77,86 70,17
Sumber Data Diolah 2017
-
Gambar 4.9.
Grafik Dept to Equity Ratio (DER)
Debt to equity ratio menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas
dalam pendanaan perusahaan, dan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajibannya. Berdasarkan tabel dari hasil analisis tersebut di
atas nilai debt to equity ratio PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, pada tahun 2012-
2014 cenderung sedikit menurun yaitu sebesar 66,27% pada tahun 2012, 65,26%
pada tahun 2013 dan 63,59 % pada tahun 2014.
Pada tahun ke 2015 mengalami peningkatan sebesar 77,86% dan kembali
menurun sebesar 70,17% pada tahun 2016. Tingkat pengembalian hutang yang
relatif rendah tersebut disebabkan oleh besarnya hutang perusahaan, sedangkan
modal yang dimiliki belum mencukupi untuk meningkatkan jumlah pengembalian
hutangnya.
Untuk itu perusahaan harus mencari investor baru sebagai penanam modal
diperusahaan. Dengan demikian akan terjadi perputaran modal yang dapat
mendukung perkembangan operasional perusahaan, dan perusahaan dapat
memenuhi kewajibannya dengan baik. Sehingga dengan demikian beban yang
ditanggung perusahaan akan berkurang.
0
20
40
60
80
100
2012 2013 2014 2015 2016
DER
-
4.2.3.2. Dept to Assets Ratio – DAR
Dept to Assets Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menjamin hutang dengan sejumlah aktiva yang dimiliki
Tabel 4.8.
Perhitungan Dept to Assets (DAR)
Dalam Persen %
Perusahaan
Telekomunikasi Indonesia Tbk,
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
DAR 39,85 39,48 38,87 43,77 41,23
Sumber Data Diolah 2017
Gambar 4.10.
Grafik Dept to Assets (DAR)
Debt to Assets Ratio mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin
hutang dengan sejumlah aktiva yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini berarti
semakin besar pula jumlah modal pinjaman yang digunakan dalam menghasilkan
keuntungan dibanding dengan aktiva yang dimiliki.
Berdasarkan tabel dari hasil analisis tersebut di atas menunjukkan bahwa
nilai Debt Rasio perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, sebesar 39,85%
pada tahun 2012 dan pada 2013 mengalami sedikit penurunan yaitu sebesar
36
38
40
42
44
46
2012 2013 2014 2015 2016
DAR
-
39,48%. Pada tahun 2014 mengalami sedikit penurunan kembali yaitu sebesar
38,87%. Kemudian dari tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar
43,77% dan kemudian turun menjadi 41,23% pada tahun 2016.
Tingkat pengembalian hutang yang relatif rendah dan tidak stabil tersebut
disebabkan oleh besarnya hutang perusahaan. Sedangkan asset yang dimiliki oleh
perusahaan belum mencukupi untuk meningkatkan jumlah pengembalian hutang.
Untuk itu perusahaan harus lebih mengoptimalkan kegiatan usahanya, sehingga
nantinya dapat meningkatkan asset perusahaan dan dapat memenuhi kewajibannya
dengan baik. Sehingga beban yang ditanggung perusahaan semakin berkurang.
4.2.4. Aktivitas
4.2.4.1. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Inventory Turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam
Inventory berputar pada suatu periode tertentu.
Tabel 4.9.
Perhitungan Perputaran Persediaan
Dalam Persen %
Perusahaan
Telekomunikasi Indonesia Tbk,
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Perputaran Persediaan 13,32 16,30 18,92 19,40 19,92
Sumber Data Diolah 2017
-
Gambar 4.11.
Grafik Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan atau biasa disebut inventory turnover pada PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk, menunjukkan kemampuan dana yang tertanam
dalam inventory berputar pada suatu periode tertentu. Berdasarkan tabel dari hasil
analisis tersebut di atas, nilai rasio ini cenderung meningkat pada lima tahun
terakhir ini yakni pada tahun 2012 inventory berputar sebesar 13,32%, pada tahun
2013 sebesar 16,30%, pada tahun 2014 sebesar 18,92%, pada tahun 2015 sebesar
19,40%, dan yang terakhir pada tahun 2016 sebesar 19,92%.
Berdasarkan gambar diatas diketahui pergerakan Kinerja PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk, jika dilihat dari nilai rasio perputaran
persediaannya. Nilai rasio mengalami peningkatan pada tahun 2012 sampai dengan
tahun 2014 dan mengalami penurunan pada tahun 2015.
Berdasarkan analisis diatas, dapat diketahui kinerja PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk, jika dilihat dari nilai rasio perputaran persediaannya. Kinerja yang
terbaik tampak pada tahun 2016 yang merupakan nilai tertinggi dari rasio
perputaran persediaan. Pada tahun 2016 besar nilai pembelian sangat tinggi
sehingga rasio yang dihasilkan tinggi. Semakin tinggi rasio perputaran persediaan,
maka semakin cepat pula persediaan menjadi kas atau piutang.
-
Untuk dapat lebih memaksimalkan kinerja agar lebih stabil, maka
diperlukan nilai HPP sehingga dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik.
Semakin kecil nilai persediaan yang dihasilkan semakin baik karena nilai rasio yang
dihasilkan akan semakin besar, artinya PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, dapat
mengadakan kegiatan penjualan dengan cepat.
4.2.4.2. Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover)
Total Assets Turnover adalah kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan
aktiva berputar dalam suatu periode tertentu untuk kemampuan modal yang
diinvestasikan untuk menghasilkan pendapatan.
Tabel 4.10.
Perhitungan Perputaran Total Aktiva
Dalam Persen %
Perusahaan
Telekomunikasi Indonesia Tbk,
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Perputaran Total Aktiva 69,26 64,84 63,66 61,66 64,76
Sumber Data Diolah 2017
Gambar 4.12.
Grafik Perputaran Total Aktiva
58
60
62
64
66
68
70
2012 2013 2014 2015 2016
Perputaran Total Aktiva
-
Rasio perputaran total aktiva pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk,
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012 nilai perputaran aktiva sebesar 69,26%
perusahaan mengalami penurunan atas usia penjualan atas total aktiva menjadi
64,84% pada tahun 2013 dan mengalami penurunan secara terus menerus sampai
2014 menjadi 63,66% dan 61,66% pada tahun 2015. Kemudian kembali meningkat
menjadi 64,76% pada tahun 2016.
Salah satu penyebab dari menurunnya perputaran total aktiva ini adalah
membesarnya total aktiva, hal ini menandakan bahwa pihak manajemen kurang
optimal dalam mengelola seluruh aktiva perusahaannya. Jadi, kondisi perusahaan
bisa dikatakan kurang baik, karena jika semakin tinggi perputaran yang diperoleh,
maka semakin optimal perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaannya
begitu pula sebaliknya.
4.2.4.3. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover)
Fixed Assets Turnover mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki oleh
perusahaan.
Tabel 4.11.
Perhitungan Fixed Assets Turnover
Dalam Persen %
Perusahaan
Telekomunikasi Indonesia Tbk,
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Fixed Assets Turnover 92,50 87,44 83,97 86,64 88,19
Sumber Data Diolah 2017
-
Gambar 4.13.
Grafik Fixed Assets Turnover
Fixed asset turnover mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
Berdasarkan tabel hasil analisis tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa perputaran
aktiva tetap PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, masih lambat, perusahaan kurang
begitu efektif dalam mengelola aktiva tetapnya. Dikarenakan fixed asset turnover
menurun dari 92,50% pada tahun 2012 menurun hingga 87,44% pada tahun 2013
dan terus menurun menjadi 83,97% pada tahun 2014.
Meningkat ditahun 2015 dan 2016 yaitu perputarannya hanya berkisar
antara 86,64% pada tahun 2015, dan sebesar 88,19% pada tahun 2016. Hal ini jelas
tidak efektif, dan dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan kurang
baik. Karena kalau saja dana perusahaan tidak tertanam pada aktiva tetap secara
berlebihan, maka perusahaan bisa terhindar dari pembiayaan hutang yang terlalu
tinggi dan akan membayar beban bunga lebih rendah.
80
85
90
95
2012 2013 2014 2015 2016
Fixed Assets Turnover
-
1.2.4.4. Rasio Pertumbuhan
Selanjutnya adalah rasio pertumbuhan, dimana rasio ini digunakan untuk
menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya
ditengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya.
Sumber Data Diolah 2017.
Dapat diketahui bahwa rasio pertumbuhan pada PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk, mengalami kenaikan dari tahun 2013 hingga 2015 dan mengalami
penurunan yang tidak terlalu terlihat dari 14,24% pada tahun 2015 menurun
menjadi 13,52% pada tahun 2016. Pada PT. XL Axiata Tbk, mengalami kenaikan
sebesar 10,32% pada tahun 2014 dan terus mengalami penurunan hingga pada
tahun 2016 persentase menurun hingga -6,70%. PT. Indosat Tbk, mengalami
penurunan dari 6,40% pada tahun 2013 menjadi 0,96% pada tahun 2014 dan
mengalami kenaikan sebesar 11,14% pada tahun 2015 dan sedikit menurun menjadi
9,02% pada tahun 2016. Pada PT. Smartfren Telecom Tbk, mengalami penurunan
secara signifikan sebesar 47,27% dari tahun 2013 hingga 2,41% pada tahun 2015
dan megalami peningkatan menjadi 20,21% pada tahun 2016.
-
Gambar 4.14.
Grafik Rasio Pertumbuhan
Jika dibandingkan dengan beberapa perusahaan telekomunikasi besar di
Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk,
adalah perusahaan yang paling stabil, stabil dalam arti tidak mengalami naik
turunnya persentasi yang begitu terlihat dibandingkan dengan kopetitor lainnya. PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk, selalu unggul dalam menghasilkan laba, walaupun
pada rasio pertumbuhannya PT. Smartfren Telecom Tbk, lebih unggul ditahun
2013. Namun, PT. Smartfren Telecom Tbk dari tahun 2013 hingga tahun 2015
mengalami penurunan persentasi secara terus menerus hingga dibawah PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk, dan sedikit unggul lagi ditahun 2016 diatas PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Hal ini merupakan warning pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, bahwa
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, memiliki kompetitor yang mempunyai
-
kecenderungan melampaui penjualannya yaitu PT. Smarfren Tbk, yang harus
dicermati oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk,