anomali initial public offering -...

250
ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi kasus pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia dan Daftar Efek Syariah periode 2010 2014) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Rama Febriyanti NIM : 1112081000082 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2016 M

Upload: vankien

Post on 05-May-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING

DI BURSA EFEK INDONESIA

(Studi kasus pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia

dan Daftar Efek Syariah periode 2010 – 2014)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Rama Febriyanti

NIM : 1112081000082

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2016 M

Page 2: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

ii

ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA

(Studi Kasus pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek

Indonesia & Daftar Efek Syariah Periode 2010 - 2014)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Rama Febriyanti

NIM: 1112081000082

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM

NIP. 19690203 200112 1 003

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2016 M

Page 3: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Pada hari Jumat, 13 Mei 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswi:

1. Nama : Rama Febriyanti

2. NIM : 1112081000082

3. Jurusan : Manajemen (Keuangan)

4. Judul Skripsi : “Anomali Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia

(Studi Kasus pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek

Indonesia & Daftar Efek Syariah Periode 2010 - 2014”

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Mei 2016

1. Supriyono, SE., MM ( )

NIP. 19720111 201411 1 001 Penguji I

2. Sopyan, MM ( )

NIDN. 0314 0570 04 Penguji II

Page 4: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Pada hari Selasa, 17 Oktober 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswi:

1. Nama : Rama Febriyanti

2. NIM : 1112081000082

3. Jurusan : Manajemen (Keuangan)

4. Judul Skripsi : “Anomali Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia

(Studi Kasus pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek

Indonesia & Daftar Efek Syariah Periode 2010 – 2014”

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,17 Oktober 2016

1. Titi Dewi Warninda, M. Si ( )

NIP : 19731221 200501 2 002 Ketua

2. Dr. Indo Yama Nasarudin, SE, MAB ( )

NIP : 19741127 200112 1 002 Penguji Ahli

3. Prof.Dr.Ahmad Rodoni,MM ( )

NIP. 19690203 200112 1 003 Pembimbing I

Page 5: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

v

LEMBAR PERNYATAAN

KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rama Febriyanti

NIM : 1112081000082

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen (Keuangan)

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan

dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak menggunakan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber

asli atau izin dari pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab

atas karya ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang

ditemukan bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap

untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 02 Oktober 2016

Yang Menyatakan,

(Rama Febriyanti)

Page 6: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

1. Nama : Rama Febriyanti

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Februari 1995

3. Alamat : Jl. Agung Raya II Gg.Pendawa 1

Rt 06/07 No. 11B Lenteng Agung

4. Agama : Islam

5. Telp : 085782707978/08151854537

6. Email : [email protected]

7. Kewarganegaraan : Indonesia

B. Data Pendidikan

1. Pendidikan Formal

Tahun 2002-2007 : SDN 06 Pagi Lenteng Agung

Tahun 2007-2009 : SMPN 98 Jakarta

Tahun 2009-2012 : SMKN 62 Jakarta

Tahun 2012-2016 : Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatulah Jakarta

2. Pendidikan Non Formal

Tahun 2012-2013 : Language course “Inggris La Tansa

BEC” Ciputat

Tahun 2013 : TOEFL and TOAFL Universitas

Islam Negeri Jakarta

Page 7: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

vii

ABSTRACT

This study aims to examine the phenomenon of underpiricing, flipping

activity and long-term performance of initial public offering (IPO) at the

Indonesian Stock Exchange and on the List of Islamic Securities 2010-2014. In

this study also examine the factors that affect underpricing, flipping activity and

performance during the IPO period. Purposive sampling method, the sample used

are 103 companies listed in the Indonesia Stock Exchange and 59 companies

listed in the List of Islamic Securities. Analysis of the data used one sample t-test

and Generalized Least Square

The results of one sample t-test showed that there had been underpricing

and flipping activity during the IPO in the Indonesia Stock Exchange and on the

List of Islamic Securities. while not happen long-term performance is declining

(underperformance) during the IPO in the Indonesia Stock Exchange and on the

List of Islamic Securities. Variables used in this study is underwriter reputation,

the type of industry, the reputation of auditors, Time (hot / cold), return on assets,

return on equity, debt to equity ratio,earnings per shared, company age, and size

firm.

The test results Generalized Least Squares for the Link variables indicate

that the level undepricing no significant effect on the flipping activity, but

significant effect on the underpricing of underperformance, while flipping activity

did not significantly influence the underperformance in BEI. The test results

Generalized Least Squares in DES for the Link variables indicate that the level

undepricing no significant effect on the flipping activity, but underpricing and

flipping activity significantly influence the underperformance in DES

Keywords : Underpricing, flipping activity, underperformance, Return On

Asset, Return On Equity, Debt To Equity Ratio, Earning Per

shared, Age Firm, Size Firm, type of Industry, Reputation

Underwriter, Reputation Auditor, hot/cold market.

Page 8: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

viii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji fenomena underpiricing, flipping

activity dan kinerja saham jangka panjang penawaran umum saham perdana (IPO)

di Bursa Efek Indonesia dan di Daftar Efek Syariah periode 2010-2014. Dalam

penelitian ini juga menguji faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing,

flipping activity dan kinerja saham jangka saat IPO. Dengan metode purposive

sampling, sampel yang digunakan adalah 103 perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia dan 59 perusahaan yang terdaftar di Daftar Efek Syariah. Analisis

data yang digunakan one sample t-test dan uji Generalized Least Square

Hasil one sample t-test menunjukkan bahwa telah terjadi underpricing dan

flipping activity saat IPO di Bursa Efek Indonesia maupun di Daftar Efek Syariah.

sedangkan tidak terjadi kinerja sham jangka panjang yang menurun

(underperformance) saat IPO di Bursa Efek Indonesia maupun di Daftar Efek

Syariah. Variabel yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu reputasi underwriter,

jenis industri, reputasi auditor, Time (hot/cold), return on asset, return on equity,

debt to equity ratio, earning per shared, umur perusahaan, dan ukuran

perusahaan.

Hasil uji Generalized Least Square terhadap keterkaitan variabel

menunjukkan bahwa tingkat undepricing tidak berpengaruh signifikan terhadap

flipping activity, tetapi underpricing berpengaruh signifikan terhadap

underperformance, sedangkan flipping activity tidak berpengaruh signifikan

terhadap underperformance di BEI. Hasil uji Generalized Least Square di DES

terhadap keterkaitan variabel menunjukkan bahwa tingkat undepricing tidak

berpengaruh signifikan terhadap flipping activity, tetapi underpricing dan flipping

activity berpengaruh signifikan terhadap underperformance di DES

Kata Kunci : Underpricing, flipping activity, underperformance, Return On

Asset, Return On Equity, Debt To Equity Ratio, Earning Per

shared, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Jenis Industri,

Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, hot/cold market.

Page 9: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai harapan dan

diwaktu terbaik. Shalawat serta salam tetap tercurahkan pada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarganya dan para sahabatnya yang telah

menunjukan jalan yang benar kepada umat manusia dan selalu berada di jalan

Allah SWT.

Dalam penyelesaian skripsi ini tentunya penulis mendapatkan bimbingan,

arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya

penulis sampaikan :

1. Terimakasih kepada Allah SWT yang telah menitipkan hamba kepada kedua

orang tua, Ayah (Maryono) dan Mama (Sri Misrawati) tercinta yang begitu

luar biasa senantiasa merawat penulis dari dalam kandungan serta mendidik,

mengajarkan, mengayomi penulis sampai saat ini. Ayah, Mama terimakasih

untuk selalu memberikan pengorbanan baik materil maupun moril, motivasi,

dukungan, semangat, perhatian, selalu mendengarkan suka duka penulis

dalam proses menyelesaikan skripsi ini, cinta dan kasih yang tak pernah putus

serta kesabaran yang begitu luar biasa serta doa yang dipanjatkan yang tak

pernah putus untuk anak-anaknya. Semoga Allah selalu memberikan

kebahagiaan untuk Ayah dan Mama. Aamiin..

2. Keluarga besar (Alm) H. Mulya Siregar (Bujing Juriah, Uwa Derti, Tulang

Godang dan lain-lain yang tidak bisa di sebutkan satu persatu) Terima kasih

atas dukungan dan doanya yang selalu dipanjatkan kepada Allah SWT untuk

keberhasilanku dalam menyelesaikan studi S1.

3. Untuk kakek ku tercinta (Maimun) yang selalu mendoakan cucumu. Dalam

pengerjaan skripsi ini kakek diberikan musibah sakit jantung, dan seminggu

sebelum feby sidang kakek telah menghadap allah, feby sayang sama kakek

Page 10: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

x

tetapi ternyata allah lebih sayang sama kakek. Semoga kakek tenang dan di

berikan tempat yang indah disana.Aamiin..

4. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., MSi selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Titi Dewi Warnida, SE., MSi selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ibu Ela Patriana, MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen pembimbing pertama yang

senantiasa selalu sabar dalam memberikan arahan, nasihat serta ilmu-ilmu

yang tidak pernah didapat sebelumnya yang sangat bermanfaat, memberikan

motivasi untuk tidak pernah putus asa serta selalu menyediakan waktu untuk

bimbingan.

9. Adik - adikku Melly Aprilliyanti, Aryo Tri Wibowo dan Devi Mayangsari

yang selalu menghiburku ketika lelah dan menggantinya dengan senyum dan

tawa. Terima kasih untuk doa dan dukungannya selama ini.

10. Sahabatku Diah Siti Utami, Dita Nahlati, Bustomi, Bani, Alifikram, Lutfi,

Imas, Maulia, Septiani N. H, Shefa, Rika, Reza dan sahabat-sahabatku

lainnya, terima kasih atas persahabatannya dan berbagai dukungannya selama

ini semoga silahturahmi kita tetap berjalan sampai kapanpun. Dan terima

kasih juga kepada Uda (Iswandi) fotocopy Maju Jaya yang turut membantu

selama penulis berkuliah di UIN.

11. Teman spesialku Roni (alias Chiko). Terima kasih telah menjadi salah satu

pendukungku secara moril maupun materil sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Page 11: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

xi

12. Para senior (Fauzan Muzaki, Ithaful, Ka Aris dll) yang mau meluangkan

waktu untuk bertukar pikiran dan selalu memberikan motivasi serta

mengganti keluh kesahku menjadi tawa.

13. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Terimakasih atas

jasa dan ilmunya. Semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala dan

berkah yang berlipat ganda.

14. Teman-teman jurusan Manajemen angkatan 2012, khususnya kelas Keuangan

yang telah memberikan kenangan serta berbagi pengalaman selama kita

kuliah bersama-sama.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan

kesalahan, oleh karenanya kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan. Adapun segala kekurangan dan kesalahan pada skripsi ini

sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Harapan penulis, semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi banyak orang.

Page 12: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

xii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................. i

Lembar Pengesahan Skripsi ........................................................................ ii

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ................................................... iii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .............................................................. iv

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................ v

Daftar Riwayat Hidup ................................................................................. vi

Abstract ....................................................................................................... vii

Abstrak ........................................................................................................ viii

Kata Pengantar ............................................................................................ ix

Daftar Isi...................................................................................................... xii

Daftar Tabel ................................................................................................ xv

Daftar Gambar ............................................................................................. xvii

Daftar Lampiran .......................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Permasalahan dalam Penelitian ................................................... 9

1. Identifikasi Masalah .............................................................. 9

2. Batasan Masalah ................................................................. 10

3. Perumusan Masalah ............................................................ 10

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 11

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori .......................................................................... 13

1. Pasar Modal ......................................................................... 13

2. Pasar Sekunder (Secondary Market) .................................. 14

3. Initial Public Offering (IPO) ............................................... 15

4. Underpricing ...................................................................... 20

5. Flipping Activity .................................................................. 22

6. Kinerja Jangka Panjang Menurun (underperformance) ...... 25

Page 13: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

xiii

7. Variabel yang Mempengaruhi Penelitian ............................. 27

8. Keterkaitan Antara Variabel Penelitian ............................... 40

B. Penelitian Terdahulu ................................................................. 47

C. Kerangka Pemikiran .................................................................. 56

D. Hipotesis Penelitian ................................................................... 58

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 60

B. Metode Penentuan Sampel ........................................................ 60

C. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 62

D. Metode Analisis Data ................................................................ 63

1. Uji Asumsi Klasik ................................................................ 63

2. Generalized Least Square (GLS) ......................................... 66

3. Pengujian Hipotesis .............................................................. 67

E. Operasional Variabel .................................................................. 68

1. Variabel Dependen ................................................................ 68

2. Variabel Independen ............................................................. 70

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Penelitian ......................................... 79

1. Bursa Efek Indonesia ........................................................ 79

2. Daftar Efek Syariah .............................................................. 80

3. Deskripsi Objek Penelitian ................................................. 83

a. Deskripsi Objek Penelitian di BEI ................................ 83

b. Deskripsi Objek Penelitian di DES ............................... 83

a. Analisis Data ............................................................................. 84

1. Analisis data di Bursa Efek Indonesia ................................. 84

a. Statistik Deskriptif ......................................................... 85

b. One Sample Test ............................................................. 90

c. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................ 94

d. Hasil Pengujian Hipotesis ............................................ 102

Page 14: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

xiv

2. Analisis data di Daftar Efek Syariah .................................. 145

a. Statistik Deskriptif ....................................................... 145

b. One Sample Test ........................................................... 150

c. Uji Asumsi Klasik ........................................................ 154

d. Pengujian Hipotesis ...................................................... 161

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan .............................................................................. 201

B. Implikasi .................................................................................. 205

C. Saran ........................................................................................ 206

DAFTAR PUSATAKA ............................................................................... 208

LAMPIRAN……. ........................................................................................ 214

Page 15: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

xv

DAFTAR TABEL

NO KETERANGAN HALAMAN

1.1 Rata-rata tingkat Underpricing di Indonesia ……. ............................ 4

1.2 Rata-rata tingkat Underperformance di Indonesia ……. ................... 7

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ......................................................... 47

3.1 Kriteria Pemilihan Sampel di BEI ...................................................... 61

3.2 Kriteria Pemilihan Sampel di DES ..................................................... 62

3.3 Operasional Variabel Penelitian ......................................................... 76

4.1 Statistik Deskriptif di BEI ……. ........................................................ 85

4.2 Uji-t satu sampel initial return di BEI ……. ..................................... 90

4.3 Uji-t satu sampel flipping activity di BEI ……. ................................. 92

4.4 Uji-t satu sampel underperformance di BEI ……. ............................ 93

4.5 Uji Multikolinearitas dengan metode OLS di BEI ……. ................... 98

4.6 Nilai Durbin Watson dengan metode OLS dan GLS di BEI ……. .... 99

4.7 Uji White (underpricing) di BEI ……. .............................................. 100

4.8 Uji White (flipping activity) di BEI ……. .......................................... 101

4.9 Uji White (underperformance) di BEI ……. ..................................... 101

4.10 Uji t (Parsial) underpricing di BEI ……. ........................................... 103

4.11 Uji t (Parsial) flipping activity di BEI ……. ...................................... 114

4.12 Uji t (Parsial) underperformance di BEI ……. .................................. 127

4.13 Uji F (Simultan) di BEI ……. ............................................................ 142

4.14 Statistik Deskriptif di DES ……. ....................................................... 145

4.15 Uji-t satu sampel initial return di DES ……. .................................... 150

4.16 Uji-t satu sampel flipping activity di DES ……. ................................ 152

4.17 Uji-t satu sampel underperformance di DES ……. ........................... 153

4.18 Uji Multikolinearitas dengan metode OLS di DES ……. .................. 158

4.19 Nilai Durbin Watson dengan metode OLS dan GLS di DES …….... 159

4.20 Uji Harvey (underpricing) di DES ……. ........................................... 160

4.21 Uji Harvey (flipping activity) di DES ……. ...................................... 160

Page 16: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

xvi

4.22 Uji Harvey (underperformance) di DES ……. .................................. 161

4.23 Uji t (Parsial) underpricing di DES ……. .......................................... 162

4.24 Uji t (Parsial) flipping activity di DES ……. ..................................... 173

4.25 Uji t (Parsial) underperformance di DES ……. ................................. 184

4.26 Uji F (Simultan) di DES ……. ........................................................... 198

Page 17: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

xvii

DAFTAR GAMBAR

NO KETERANGAN HALAMAN

2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................. 58

4.1 Uji Normalitas underpricing BEI ……. ............................................. 95

4.2 Uji Normalitas flipping activity BEI ……. ........................................ 96

4.3 Uji Normalitas underperformance BEI ……. .................................... 97

4.4 Uji Normalitas underpricing DES……. ............................................. 154

4.5 Uji Normalitas flipping activity DES……. ........................................ 155

4.6 Uji Normalitas underperformance DES ……. ................................... 156

Page 18: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

NO KETERANGAN HALAMAN

1 Initial Return Perusahaan yang Melakukan IPO di BEI .................... 214

2 Initial Return Perusahaan yang Melakukan IPO di DES .................. 218

3 Output OLS dan GLS di BEI Minitab 16 ……. ................................. 221

4 Output OLS dan GLS di DESMinitab 16 ……. ................................. 227

Page 19: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pasar modal merupakan sarana untuk menjembatani antara pihak yang

mempunyai kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana (Tandellin

1999:113). Melalui pasar modal, sebuah perusahaan dapat melakukan

penawaran umum efek untuk menghimpun dana dari masyarakat umum

(investor) sebagai salah satu sumber dana bagi tambahan modal perusahaan

tersebut. Langkah utama yang dilakukan perusahaan untuk melalukan

penawaran umum efek di pasar modal adalah melalui Penawaran Umum

Perdana atau Initial Public Offering (IPO).

Sistem mekanisme pasar modal konvensional yang mengandung riba,

maysir dan gharar selama ini telah menimbulkan keraguan di kalangan umat

islam. Pasar modal syariah dikembangkan dalam rangka mengakomodir

kebutuhan islam di Indonesia yang ingin melakukan investasi di pasar modal

sesuai prinsip syariah. Hal ini berkenaan dengan anggapan kalangan

sebagaian umat muslim sendiri bahwa berinvestasi di pasar modal di satu sisi

merupakan sesuatu yang tidak di perbolehkan (diharamkan) berdasarkan

ajaran islam, sementara disisi lain Indonesia perlu memperhatikan dan

menarik minat investor mancanegara untuk berinvestasi di pasar modal

Indonesia, terutama investor negara-negara Timur Tengah yang diyakini

merupakan investor potensial (Rodoni, 2009:62).

Page 20: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

2

Pasar modal mencakup pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar

perdana adalah pasar di mana untuk pertama kalinya saham baru dijual

kepada investor oleh perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Suatu

perusahaan yang menjual saham untuk pertama kalinya maka penjualan ini

disebut sebagai penawaran perdana (Initial Public Offering atau Going

Public). Selanjutnya saham dapat diperjualbelikan di bursa efek yang disebut

dengan pasar sekunder (secondary market) (Farid, 1998 : 42).

Pada saat melakukan IPO di pasar perdana, emiten bekerja sama

dengan underwriter dalam menentukan harga penawaran saham untuk

pertama kalinya. Salah satu permasalahan penting yang dihadapi perusaahan

ketika melakukan penawaran saham perdana di pasar modal adalah pentupan

besarnya harga penawaran perdana. Harga saham yang dijual di pasar perdana

ditentukan berdasar kesepakatan antara perusahaan emiten dengan penjamin

emisi (underwriter), sedangakan harga di pasar sekunder ditentukan oleh

mekanisme pasar (permintaan dan penawaran). Jika penentuan harga saat IPO

lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder di hari

pertama maka akan terjadi underpricing. (Suyatmin dan Sujadi,2006).

Fenomena yang biasa terjadi saat perusahaan baru melakukan IPO

atau go public yaitu harga saham penawaran perdana akan cenderung

mengalami underpricing yang ditandai dengan return yang positif.

Fenomena underpricing pada jangka pendek akan diikuti dengan fenomena

lainnya, yaitu undeperformance pada jangka panjang. Hal itu diindikasikan

dengan kinerja saham IPO yang berada di bawah kinerja pasar. (Ritter,1991)

Page 21: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

3

Underpricing adalah adanya selisih positif antara harga saham di pasar

sekunder dengan harga saham di pasar perdana atau saat IPO. Selisih harga

inilah yang dikenal sebagai initial return (IR) atau positif return bagi

investor. Underpricing adalah fenomena yang umum dan sering terjadi di

pasar modal manapun saat emiten melakukan IPO (Yolana, C dan Dwi

Martini, 2005). Para pemilik perusahaan menginginkan agar dapat

meminimalisasi underpricing karena terjadinya underpricing akan

menyebabkan transfer kemakmuran (wealth) dari pemilik kepada para

investor (Beatty, 1989). Apabila terjadi underpricing, dana yang diperoleh

perusahaan dari go public tidak maksimum. Sebaliknya, bila terjadi

overpricing, maka investor akan merugi karena mereka tidak menerima initial

return. Initial return (IR) adalah keuntungan yang diperoleh pemegang saham

saat IPO dengan menjualnya pada hari pertama.

Fenomena underpricing umumnya terjadi dalam jangka pendek yaitu

setelah perusahaan melakukan penawaran saham perdana dan memasuki pasar

sekunder. Dalam pengamatan lebih lanjut beberapa hasil penelitian

menunjukan bahwa ternyata kinerja saham yang melakukan IPO banyak yang

mengalami penurunan dalam jangka waktu yang lebih lama. Penurunan

kinerja saham yang dimaksud adalah menurunnya harga saham dalam jangka

panjang (underperformed). Akibat penurunan kinerja saham ini maka investor

yang membeli saham untuk periode jangka waktu yang lebih lama tidak

menikmati return yang diharapkan. Di Indonesia sebanyak 92,10%

perusahaan (dari 35 perusahaan) yang melakukan IPO pada kurun waktu

Page 22: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

4

2002–2006 mengalami penurunan kinerja saham jangka panjang (Febriyana,

dkk, 2012).

Fenomena kinerja saham yang mengalami underpricing setelah IPO

juga menggambarkan bahwa dalam pasar saham tersebut terdapat abnormal

return saham. Fenomena terdapatnya abnormal return biasa dimanfaatkan

oleh investor untuk memperoleh initial return (positive initial return),

Takarini dan Kustini (2007).

Tabel 1.1

Data Jumlah IPO dan rata – rata tingkat Underpricing di Indonesia

Sumber : IDX Fact Book & ICAMEL, data diolah

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa dalam pasar IPO di

Indonesia terjadi fenomena underpricing yang bervariasi sejak tahun 2010-

2015 dimana tingkat rata-rata underpricing terbesar terjadi pada tahun 2010

dengan tingkat underpricing rata-rata sebesar 29% dan tingkat underpricing

paling rendah terjadi pada tahun 2011 dengan rata-rata tingkat underpricing

0

5

10

15

20

25

30

35

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Rata - Rata tingkat Underpricing tahunan Perusahaan yang IPO di BEI

Jumlah Emiten Underpricing (%)

Page 23: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

5

sebesar 11,5%.

Dalam beberapa dekade terakhir, volume perdagangan merupakan

salah satu subyek yang menarik utama yang mempelajari tentang beberapa

variabel, seperti underwriter, hasil dari IPO, kinerja awal IPO, pertukaran,

momentum pasar dan lain-lain, berkaitan dengan derajat yang berbeda dari

aktivitas flipping (Ellis et al, 2000;. Aggarwal, 2003; Bayley, 2006).

Menurut Ellis (2002), pada perdagangan hari pertama. Terdapat celah

untuh flipping sekitar 70% dari volume saham yang dijual di IPO. Oleh

karena itu, Flipper memainkan peran sebagai pelaku yang menerima alokasi

saham dan menjualnya di hari pertama IPO, dalam rangka untuk mendapatkan

abnormal return (Smith dan Pulliam, 2000). Tindakan ini akan mempercepat

"stagging" kegiatan, mempengaruhi stabilisasi harga IPO dan retensi

IPO. Biasanya, penjamin emisi awalnya akan menetapkan harga penawaran di

bawah nilai wajar dan menawarkan dengan harga diskon untuk menarik

investor. Dalam quid pro quo, aktivitas flipping di pasar saham lebih jelas di

mana investor berniat untuk membeli IPO baru dan berharap untuk

melikuidasi itu dalam waktu singkat (Correra, 1992). Dengan demikian,

kinerja awal IPO dipengaruhi oleh harga saham, alokasi saham dan aktivitas

flipping oleh investor (Aggarwal, 2003)

Temuan Aggarwal (2003) menunjukkan bahwa volume perdagangan

dalam beberapa pertama setelah IPO sangat tinggi tetapi menurun dengan

cepat. Studi beliau menemukan bahwa volume perdagangan dalam dua hari

pertama adalah rata-rata 81,97%, dengan rata-rata 74,10%. Hal ini umumnya

Page 24: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

6

percaya bahwa sebagian besar dari perdagangan awal yang tinggi. Volume ini

disebabkan oleh “flipper”. Aggarwal (2003) dan Ellis (2006) jangka investor

yang menerima alokasi saham IPO selama korban dan segera melikuidasi

alokasi mereka dalam beberapa hari pertama setelah IPO mulai perdagangan.

Sebuah studi sebelumnya pada aktifitas flipping oleh Krigman, Shaw dan

Womack (1999) menemukan bahwa, untuk periode 1988-1995, flipping

berkontribusi 45% dari volume perdagangan hari pertama untuk IPO dingin,

tetapi hanya 22% untuk IPO panas, di pasar AS.

Penelitian yang di lakukan oleh Ellis (2006), dalam pengetahuan

terbaik flipper, mereka menjual saham dari holding mereka untuk

mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga pada hari pertama perdagangan

dan hal itu sangat sering terjadi pada IPO hot market dimana volume

perdagangannya lebih tinggi dari IPO cold market. Beliau meneliti besarnya

volume perdagangan untuk kegiatan flipping pada hari-hari pertama dan

kedua dari perdagangan dengan IPO cold dan hot sebagai variabel independen

untuk studinya. Oleh karena itu, karakteristik yang berbeda dari momentum

pasar, seperti IPO hot , IPO warm , IPO cold dan IPO very cold berdampak

dan memainkan peran penting untuk mempengaruhi aktivitas flipping IPO.

Saham “Hot” didefinisikan sebagai saham dengan Initial Return (IR)

di atas rata-rata. Pasar saham IPO “Hot” terjadi bila Initial Return (IR) saham

baru secara rata-rata sangat tinggi untuk jangka waktu yang panjang. Ibbotson

dan Jaffe (1975) dan Ritter (1984) menemukan bahwa tingkat underpricing

IR bervariasi dari periode satu ke periode lainnya dan membentuk siklus IR

Page 25: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

7

yang tinggi (Hot) dan rendah (Cold). Tingkat underpricing juga bervariasi

dari satu sektor ke sektor lainnya. Siklus ini juga dapat dilihat pada volume

IPO (Sembel, 1996).

Tabel 1.2

Data Jumlah IPO dan rata – rata tingkat Underperformance di Indonesia

Sumber : IDX Fact Book & ICAMEL, data diolah

Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa dalam pasar IPO di

Indonesia terjadi fenomena underperformance yang bervariasi sejak tahun

2010-2014 dimana tingkat rata-rata underperformance terbesar terjadi pada

tahun 2014 dengan tingkat underperformance rata-rata sebesar – 4,1% dan

tingkat underperformance paling rendah terjadi pada tahun 2013 dengan rata-

rata tingkat underperformance sebesar – 0,07%.

Dalam penelitiannya Ritter (1991) tingkat underperformance rata-rata

yang ditemukan di Amerika adalah sebesar -29,13% pada akhir tahun ketiga

setelah IPO. Ritter (1991) juga menyimpulkan bahwa fenomena

0

1

2

3

4

5

2010 2011 2012 2013 2014

Rata - Rata tingkat Underperformance tahunan Perusahaan yang IPO di BEI

( - ) Underperformance

Page 26: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

8

underpeformance hanya terjadi pada sektor non-finansial.

Fenomena underperformance ini mungkin disebabkan oleh investor

yang terlalu optimis terhadap prospek jangka panjang perusahaan dan menjadi

lebih realistis dalam jangka waktu berjalan. Sehingga harga saham IPO pada

pasar primer mungkin ditentukan dengan wajar namun dihargai terlalu tingga

pada saat hari pertama perdagangan di pasar sekunder.

Kinerja saham IPO yang underperformance terjadi pada perusahaan

yang berumur relatif muda dan sedang dalam masa perkembangan serta

mempunyai nilai emisi yang rendah (Ritter, 1991). Dalam pengambilan

keputusan investasi saham seharusnya dilakukan dengan memperhatikan

informasi jangka panjang perusahaan yang melakukan penawaran umum

saham perdana (IPO), selain itu juga investor harus mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi kinerja jangka panjang saham.

Ritter (1991) melakukan penelitian tentang initial return

menghasilkan perushaan-perusahaan yang memiliki saham IPO dengan

underpricing yang besar cenderung lebih underperformance dibandingkan

perusahaan yang melakukan IPO dengan tingkat underpricing yang kecil.

Penelitian ini untuk meneliti lebih lanjut mengenai fenomena anomali

pada peristiwa initial public offering (IPO) yang terjadi di Bursa Efek

Indonesia, khususnya fenomena Underpricing, Flipping activity dan Kinerja

Jangka Panjang Yang Buruk (underperformance). Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan gambaran atau analisa bagi investor khususnya dan

masyarakat pada umumnya mengenai fenomena anomali initial public

Page 27: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

9

offering yang mungkin terjadi pada Bursa Efek Indonesia dan Daftar Efek

syariah serta bagaimana pengaruhnya terhadap initial return yang

dihasilkan.

Kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan tiga variabel

dependen sekaligus sebagai indikator penelitian yaitu Underpricing, Flipping

activity dan Underperformance. Penelitian ini menggunakan sepuluh variabel

independen, yaitu Reputasi Underwriter, Jenis Industri, Reputasi Auditor, Time

(hot/cold), Return On Asset, Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Earnimg

Per Shared, Umur perusahaan dan Ukuran perusahaan. Penelitian ini juga

menggunakan dua objek penelitian yaitu perusahaan yang IPO di BEI dan DES,

untuk melihat perbedaan anomali IPO di perusahaan konensional dan perusahaan

yang masuk dalam kategori syariah. Maka penulis memilih judul penulisan

tentang :

“Anomali Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia (Studi

kasus pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia dan

Daftar Efek Syariah Periode 2010-2014)”

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

1. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, penulis

mengidentifikasi masalah – masalah yang ada dalam penelitian ini

sebagai berikut :

a. Kurangnya pengawasan underwriter dan emiten terhadap investor

Page 28: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

10

yang hanya ingin mencari untung saat terjadinya IPO membuat

emiten dirugikan karena hanya mendapatkan modal jangka pendek

dan memungkinkan perusahaan mengalami kinerja jangka panjang

yang menurun.

b. Pemilihan waktu yang kurang tepat saat melakukan IPO dapat

menimbulkan berbagai macam anomali.

2. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, maka agar penelitian ini lebih terarah

peneliti menetapkan batasan masalah, penelitian ini terfokus pada

anomali yang terjadi saat perusahaan melakukan IPO di BEI dan DES.

Penelitian ini menggunakan variabel underpricing, flipping activity,

underperformance sebagai variabel dependennya. Penelitian ini melihat

kinerja jangka panjang perusahaan setelah 1 tahun melakukan IPO.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Apakah terjadi fenomena underpricing pada saham perusahaan yang

melakukan IPO di BEI dan DES pada periode penelitian.

2. Apakah terjadi fenomena flipping activity pada saham perusahaan yang

melakukan IPO di BEI dan DES pada periode penelitian

3. Apakah kinerja jangka panjang saham-saham yang melakukan IPO di

BEI dan DES mengalami underperformance .

4. Bagaimana pengaruh Underpricing dan Flipping Activity terhadap tingkat

Page 29: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

11

Underperformance saham-saham yang melakukan IPO di BEI dan DES

selama periode penelitian

D. Tujuan Penelitian

Merujuk pada perumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis fenomena underpricing pada saham perusahaan

yang melakukan IPO di BEI dan DES.

2. Untuk menganalisis fenomena Flipping Activity pada saham perusahaan

yang melakukan IPO di BEI dan DES.

3. Untuk menganalisis fenomena underperformance pada saham

perusahaan yang melakukan IPO di BEI dan DES.

4. Untuk menganalisis pengaruh Underpricing dan Flipping Activity

terhadap tingkat Underperformance saham-saham yang melakukan IPO

di BEI dan DES.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti /akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

tentang anomali yang terjadi saat peusahaan melakukan IPO di BEI dan

DES. Serta dapat melihat. perbedaan initial return yang terjadi di Bursa

Efek Indonesia dan Daftar Efek Syariah. Penelitian ini dapat

dikembangkan kembali sebagai sumber referensi penelitian selanjutnya

dalam menganalisis anomali (penyimpangan) apa saja yang terjadi di saat

Page 30: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

12

perusahaan melakukan IPO.

2. Bagi investor

Penelitian ini dapan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat

keputusan untuk menginvestasikan dana di pasar modal dan agar

diperoleh return secara optimal. Serta dalam menjadi pertimbangan

dana yang dimiliki akan diinvestasikan pada emiten yang sesuai

dengan prinsip syariah maupun non syariah.

3. Bagi Emiten

Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan emiten yang mau

melakukan IPO di BEI dan DES. Dengan melihat hasil penelitian ini

emiten di harapkan dapat menimbang langkah mana yang mau akan di

tempuh saat perusahaan melakukan IPO.

4. Bagi umum

Dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya

manajemen konsentrasi keuangan dan bagi mahasiswa yang

mempunyai minat yang sama dengan penulis.

Page 31: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pasar Modal

Pasar modal (capital market) adalah lembaga keuangan bukan bank

yang mempunyai kegiatan berupa penawaran dan perdagangan efek.

Selain itu pasar modal juga merupakan lembaga profesi yang berkaitan

dengan transaksi jual beli efek dan perusahaan publik yang berkaitan

dengan efek. Dengan demikian, pasar modal dikenal sebagai tempat

bertemunya penjual dan pembeli modal/dana (Arthesa dan Handiman,

2006: 215).

Untuk mendapatkan dana, perusahaan dapat menggunakan pasar

keuangan (financial market). Bagian dari pasar keuangan yang sumber

pembelanjaan jangka panjang bagi perusahaan adalah pasar modal

(capital market). Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995,

tentang Pasar Modal, bahwa pengertian pasar modal adalah kegiatan yang

bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,

perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta

lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Warsono, 2003:355).

Menurut Yulfasni (2005:2) pasar modal dapat memainkan peranan

penting dalam suatu perkembangan ekonomi suatu negara. Karena suatu

pasar modal berfungsi sebagai:

Page 32: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

14

a. Sarana untuk menghimpun dana-dana masyarakat untuk disalurkan

ke dalam kegiatan-kegiatan yang produktif

b. Sumber pembiayaan yang mudah, murah, dan cepat bagi dunia

usaha dan pembangunan nasional

c. Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus

menciptakan kesempatan kerja

d. Mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi

e. Memperkokoh beroperasinya mekanisme market dalam menata

sistem moneter, karena pasar modal dapat menjadi sarana “open

market operation” sewaktu-waktu oleh Bank sentral

f. Menekan tingginya tingkat bunga menuju suatu “rate” yang

reasonable

g. Sebagai alternatif investasi bagi para pemodal.

2. Pasar Sekunder (Secondary Market)

Pasar sekunder adalah pasar untuk sekuritas yang telah ada (telah

dibeli sebelumnya), bukan untuk emisi saham baru (Van Horne dan

Wachowicz, 2007 : 322). Sedangkan menurut Brealey et, all (2008 : 37)

pasar sekunder merupakan pasar tempat sekuritas yang diterbitkan

sebelumnya diperdagangkan diantara investor. Brigham dan Houston

(2009:150) mengungkapkan pasar sekunder (secondary market) adalah

pasar dimana sekuritas yang telah ada dan beredar diperdagangkan

diantara para investor.

Page 33: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

15

Senada dengan Brigham dan Houston, Weston dan Copeland

(1995:98) menambahkan bahwa pasar sekunder merupakan pasar di mana

saham dan obligasi yang telah dijual di pasar perdana kemudian

diperdagangkan. Pasar sekunder merupakan transaksi surat berharga oleh

penjamin yang terjadi di pasar modal yang tidak akan mempengaruhi

posisi keuangan perusahaan, dan pengaruhnya hanya pada komposisi

kepemilikan saham perusahaan (Dermawan Sjahrial 2006: 15).

Kemudian Bodie, et. al (2006: 86 )menambahkan bahwa pasar

sekunder (secondary market) merupakan tempat terjadinya pembelian

dan penjualan antar investor atas sekuritas yang telah diterbitkan.

Sekuritas yang dibeli di pasar primer dijual kembali kepada publik

di pasar sekunder(secondary market). Dengan demikian, fungsi pasar

sekunder adalah membuat sekuritas menjadi likuid. Selain itu, kondisi

pasar sekunder sangat relevan untuk menentukan harga perdana(initial

public offering, IPO) di pasar primer. Contoh pasar sekunder adalah pasar

valuta asing (foreign exchange market), dan pasar keuangan derivatif,

seperti future market, dan option market (Ktut Silvanita, 2009:4).

3. Initial Public Offering (IPO)

Initial Public Offering (IPO) atau penawaran umum perdana

secara umum didefinisikan sebagai kegiatan penawaran saham ke publik

untuk pertama kali. Penawaram perdana biasa juga dikenal dengan istilah

kegiatan go public. UU RI No 8 tahun 1995 tentang pasar modal

Page 34: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

16

mendifinisikan penawaran umum sebagai kegiatan penawaran yang

dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat. Efek

dalam hal ini berupa surat berharga yaitu surat pengakuan utang, surat

berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan,

kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dari setiap

derivatif dari efek.

Dalam proses go public perusahaan membutuhkan peran lembaga

penunjang pasar modal, yang akan membantu perusahaan mulai dari

penyediaan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran ke

Bapepam sampai pendaftaran sahamnya ke bursa efek. Adapun langkah

langkah go public tersebut adalah sebagai berikut (Sutrisno, 2001:327) :

a. Persiapan : Langkah awal yang perlu ditempuh oleh perusahaan yang

akan melakukan emisi adalah persiapan internal perusahaan, yakni

melakukan rapat umum pemegang saham (RUPS) yang menyetujui

perusahaan akan melakukan go public. Persetujuan RUPS ini

diperlukan karena akan mengakibatkan perubahan pada anggaran

dasar perseroan.

b. Setelah persiapan ditingkat internal perusahaan selesai dan

mendapatkan persetujuan, maka langkah selanjutnya perusahaan

harus menyampaikan pernyataan maksud atau letter of intent kepada

BAPEPAM. Setelah menyampaikan letter of intent ke Bapepam,

segera menghubungi penjamin emisi atau underwriter yang akan

membantu perusahaan dalam proses emisi efek. Underwriter dan

Page 35: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

17

emiten segera menyiapkan dokumen-dokumen dan persyaratan

lainnya yang diperlukan untuk go public.

c. Underwriter atas nama emiten menyampaikan pernyataan

pendaftaran emisi efek kepada BAPEPAM dengan menyerahkan

berbagai persyaratan yang diperlukan.

d. Setelah pernyataan pendaftaran, BAPEPAM melakukan evaluasi

terhadap permintaan emiten untuk go public.

e. Bila dalam evaluasi dianggap cukup dan memenuhi persyaratan,

maka BAPEPAM akan memberikan izin kepada emiten untuk

menawarkan sahamnya ke pasar perdana.

f. Setelah mendapat izin, perusahaan segera memasuki pasar perdana

yakni melakukan penawaran efek langsung kepada masyarakat.

Untuk itu perusahaan segera menerbitkan prospektus ringkas yang

isinya antara lain:

1) Tujuan perusahaan, tujuan emisi, sejarah perusahaan, pengurus

perusahaan (direksi dan dewan komisaris).

2) Tanggal masa penawaran, tanggal penjatahan, tanggal refund,

tanggal penyerahan efek, dan tanggal pendaftaran di bursa.

3) Jumlah saham yang ditawarkan, jenis saham, harga nominal, dan

harga penawaran.

4) Ikhtisar laporan keuangan dan rasio-rasio penting yang

menunjukkan kinerja perusaahan, maupun prospek dan risiko

usaha.

Page 36: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

18

5) Nama-nama penjamin emisi dan agen penjual

g. Penjatahan saham : Apabila jumlah permintaan efek oleh investor

lebih besar dibanding dengan jumlah efek yang ditawarkan, perlu

dilakukan penjatahan supaya adil.

h. Pengembalian dana, bila terjadi kelebihan permintaan berarti juga

terjadi kelebihan bayar oleh investor. Oleh karena itu setelah

penjatahan kelebihan setor tersebut segera dikembalikan (refund).

i. Penyerahan efek kepada pemesan sesuai dengan jatah yang diterima

oleh masing-masing investor.

j. Pencatatan efek ke bursa, agar efek yang telah dibeli oleh investor

bisa segera diperjualbelikan di bursa.

Ada beberapa keuntungan dari going public diantaranya adalah

sebagai berikut (Jogiyanto, 2008):

b. Kemudahan meningkatkan modal di masa mendatang

Untuk perusahaan yang tertutup, calon investor biasanya enggan

untuk menanamkan modalnya disebabkan kurangnya keterbukaan

informasi keuangan antara pemilik dan investor. Sedang perusahaan

yang sudah going public, informasi keuangan harus dilaporkan ke

publik secara regular yang kelayakannya sudah diperiksa oleh

akuntan publik.

c. Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham.

Untuk perusahaan yang masih tertutup yang belum mempunyai pasar

untuk sahamnya, pemegang saham akan lebih sulit untuk menjual

Page 37: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

19

sahamnya dibandingkan jika perusahaan sudah going public.

d. Nilai pasar perusahaan diketahui.

Untuk alasan-alasn tertentu, nilai pasar perusahaan perlu untuk

diketahui. Misalnya jika perusahaan ingin memberikan insentif

dalam bentuk opsi saham (stock option) kepada manajer-manajernya,

maka nilai sebenarnya dari opsi tersebut perlu diketahui. Jika

perusahaan masih tertutup, nilai dari opsi sulit ditentukan.

Disamping keuntungan dari going public, beberapa kerugiannya

adalah sebagai berikut :

a. Biaya laporan yang meningkat

b. Untuk perusahaan yang sudah going public, setiap kuartal dan

tahunnya harus menyerahkan laporan – laporan kepada regulator.

Laporan – laporan ini sangat mahal terutama untuk perusahaan yang

ukurannya kecil.

c. Pengungkapan (disclosure).

d. Beberapa pihak di dalam perusahaan umumnya keberatan dengan ide

pengungkapan. Manajer enggan mengungkapkan semua informasi

yang dimiliki karena dapat digunakan oleh pesaing. Sedang pemilik

enggan mengungkapkan informasi tentang saham yang dimilikinya

karena publik akan mengetahui besarnya kekayaan yang dipunyai.

e. Ketakutan untuk diambil alih.

f. Manajer perusahaan yang hanya mempunyai hak veto kecil akan

khawatir jika perusahaan going public. Manajer perusahaan publik

Page 38: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

20

dengan hak veto yang rendah umumnya diganti dengan manajer baru

jika perusahaan diambil alih.

4. Underpricing

Underpricing adalah suatu keadaan dimana harga saham pada saat

penawaran perdana lebih rendah dibandingkan dengan ketika

diperdagangkan di pasar sekunder (Arum Prastiwi, 2001).

Underpricing merupakan biaya tidak langsung (indirect cost) bagi

perusahaan yang melakukan IPO (issuer). Artinya, bila harga saham

dapat diterima di pasar dengan harga yang lebih tinggi, kenapa tidak

dijual pada harga tersebut, yaitu harga pada saat penutupan hari pertama

di pasar sekunder (Gumanti, 2002). Para pemilik perusahaan

menginginkan agar dapat meminimalisir underpricing karena terjadinya

underpricing akan menyebabkan transfer kemakmuran (wealth) dari

pemilik kepada investor (Beatty, 1989) Underpricing adalah adanya

selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham

di pasar perdana atau saat IPO. Selisih harga inilah yang dikenal sebagai

initial return (IR) atau positif return bagi investor.

Pihak investor lebih mengharapkan tingginya underpricing karena

dengan demikian para investor dapat menerima initial return. Initial

return adalah keuntungan yang diperoleh pemegang saham karena

perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana (saat IPO) dengan

harga jual saham bersangkutan di hari pertama di pasar sekunder

Page 39: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

21

(Daljono, 2000).

Beberapa teori tentang fenomena underpricing pada penawaran

umum perdana diantaranya asymetric information, winner’s curse, dan

signalings theory.

a. Asymetric Information

Informasi yang tidak asimetris atau asimetrik informasi

(information asymetric) adalah informasi privat yang hanya dimiliki

oleh investorinvestor yang mendapat informasi saja (informed

investrors). Asimetrik informasi dapat terjadi di pasar modal atau di

pasar yang lain (Jogiyanto, 2009: 516).

Intinya adalah para calon investor sekuritas memiliki lebih

sedikit informasi daripada pihak manajemen, dan pihak manajemen

cenderung untuk menerbitkan sekuritas ketika penilaian pasar

terhadap nilai perusahaan lebih tinggi daripada penilaian pihak

manajemen. Hal ini secara khusus berlaku untuk saham biasa,

dengan para investor hanya memiliki klaim residual atas laba dan

aktiva. Oleh karena arus kas akan terpengaruh ketika sekuritas baru

akan ditawarkan, pengaruh informasi asimetris sulit untuk dideteksi

dengan menggunakan data dari peenrbitan baru tersebut (Van Horne

dan Wachowicz, 2007 : 345).

b. Winner’s Curse

Sayangnya, underpricing tidak berarti bahwa tiap orang bisa

kaya dengan membeli saham dalam IPO. Jika emisinya di-

Page 40: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

22

underprice, semua orang mau membelinya dan penjamin tidak akan

mempunyai cukup saham untuk diputar. Karena itu investor

cenderung hanya mendapatkan sedikit saham dari emisi yang

menggairahkan ini. Jika dihargai lebih tinggi dari seharusnya

(overpricing), dan penjamin akan sangat senang menjualnya pada

investor. Fenomena ini dikenal dengan kutukan pemenang (winner’s

curse) (Brealey et, al, 2008 :417).

c. Signalings Theory

Kepercayaan pada tekanan harga ini menyiratkan bahwa emisi

baru menekan harga saham untuk sementara di bawah nilai

sebenarnya. Akan tetapi, pandangan ini sepertinya tidak sepenuhnya

cocok dengan paham efisiensi pasar. Jika harga saham turun hanya

karena naiknya penawaran, maka saham itu akan menawarkan

pengembalian yang lebih tinggi daripada saham yang setara dan

investor akan tertarik padanya seperti semut melihat gula (Brealey et,

al, 2008 :423)

5. Flipping Activity

Bayley (2006) mendefinisikan aktivitas flipping sebagai volume

saham yang sedang dijual dan dibeli oleh investor pada hari pertama IPO

atau total saham yang diinvestasikan oleh investor sebelum daftar IPO,

diukur dengan perdagangan aftermarket. Lee dan Walter (2006)

mendefinisikan flipping sebagai menjual kembali saham IPO selama tiga

Page 41: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

23

hari pertama perdagangan. Tujuannya adalah untuk melikuidasi alokasi

IPO dan dari sana, penjamin emisi dan investor institusional berusaha

untuk menciptakan hasil yang lebih baik dari IPO pada hari pertama

perdagangan untuk menarik investor ritel (Boehmer & Fishe, 2000).

Flipping adalah istilah yang digunakan ketika saham langsung dijual di

aftermarket oleh investor yang menerima alokasi awal di harga

penawaran dan tidak termasuk pembelian di aftermarket. Underwriter

tidak mengungkapkan proporsi saham yang dialokasikan untuk

lembaga/institusi dan individu (Aggarwal,2003)

Dalam keadaan normal, saham yang awalnya dialokasikan untuk

investor sebelum listing dan mereka cenderung untuk melikuidasi saham

itu pada hari pertama perdagangan. Investor yang membeli saham baru

dan menjualnya bahkan pada peningkatan titik harga saham tertinggi IPO

dikatakan sebagai "flipper". Dengan kata lain, memiliki kinerja harga

pasar yang buruk atau harga yang tinggi dari IPO akan melambung pada

hari pertama perdagangan di akhiri dengan aktivitas flipping. Terlepas

dari itu, adanya flipper tidak hanya menciptakan masalah di

pasar, sebaliknya, itu juga memberikan kontribusi untuk kelancaran

kenaikan likuiditas pasar sekunder untuk IPO. Misalnya, jika investor

saat IPO hanya menjadi investor jangka panjang, maka tidak akan ada

perdagangan aftermarket dan karenanya harga saham tidak akan berubah

dari harga penawaran, hal ini menyebabkan tidak ada peran penjamin

emisi dalam (Leow Hon Wei,2015).

Page 42: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

24

Arosio (2001) Karena pendapatan awal dapat berhubungan

dengan kegiatan "flipping" (yaitu investor menjual saham IPO dalam

rangka untuk mengambil keuntungan dari underpricing awal), kami juga

dapat berhipotesis bahwa beberapa investor memiliki informasi superior

dari pasar, dan mampu untuk menunjukkan IPO terburuk. Karena itu

mereka divestasi secepatnya saham mereka dalam rangka untuk

memanfaatkan keuntungan apapun, dan likuiditas saham secara negatif

dipengaruhi.

Ellis (2006) menemukan bahwa hubungan antara return awal dan

komposisi dari volume perdagangan berpengaruh secara signifikan positif

terhadap kegiatan flipping. Penelitian lain yang melaporkan hubungan

positif antara return awal dan aktivitas flipping di aftermarket yaitu

Miller dan Reilly (1987) dan Schultz dan Zaman (1994). Selain initial

return, reputasi underwriter dan revisi harga dari harga pengajuan untuk

harga penawaran juga menjelaskan aktivitas flipping IPO di perdagangan

aftermarket.

Dampak buruk aktivitas flipping yang berlebihan yaitu pada awal

penawaran harga saham IPO melambung tinggi dan biasanya setelah

melewati 20 hari pertama perdagangan harga saham mulai menurun

diikuti dengan kinerja saham jangka panjang yang terus menurun.

Aktivitas flipping ini di anggap buruk bagi perusahaan karena penjamin

emisi menjual saham ke investor jangka pendek, tidak ke investor jangka

panjang. Maka penyimpangan aktivitas flipping ini rentan sekali

Page 43: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

25

dilakukan oleh investor yang bekerja sama dengan penjamin emisi.

Aktivitas flipping ini memiliki kekurangan dan kelebihan.

Aktivitas flipping ini menjadi efisien jika dapat di kendalikan, salah satu

tugas penjamin emisi untuk mengendalikan aktivitas flipping tersebut.

Semuanya baik selama kegiatan flipping tidak tidak terlalu panas di pasar

primer secara keseluruhan. Selanjutnya, kegiatan flipping dapat

diselesaikan dengan menawarkan saham kepada berbagai investor hal ini

di lakukan untuk mencegah kecenderungan beberapa investor institusi

untuk monopoli saham IPO di satu sisi dan volatilitas dari IPO pada hari

pertama perdagangan. Oleh karena itu, dapat diatasi dalam kekuatan

penjamin emisi. Kegiatan flipping memiliki peran yang signifikan dalam

memprediksi aktivitas perdagangan berikutnya.

6. Kinerja Jangka Panjang Menurun ( underperformance )

Penurunan kinerja saham jangka panjang (underperformed) yang

diukur dengan abnormal return merupakan fenomena selanjutnya yang

mengikuti IPO. Keadaan underpeformed akan terjadi bilamana abnormal

return negatif, artinya harga saham sesudah IPO menjadi lebih buruk dari

harga perdananya. Penelitian yang berkaitan dengan kinerja saham

setelah penawaran perdana telah banyak dilakukan. Hasilnya

menunjukkan bahwa dalam jangka pendek terdapat fenomena

underpricing dan dalam jangka panjang terdapat penurunan kinerja

(underperformed). Adapun faktor yang bisa menjelaskan terjadinya

Page 44: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

26

underperformance tersebut adalah kesalahan dalam pengukuran risiko,

bad luck dan terlalu optimisnya investor terhadap prospek perusahaan (

Ritter, 2000).

Kinerja saham yang outperformed menggambarkan kinerja saham

yang positif atau mengalami kenaikan dalam jangka panjang. Dalam

penelitian ini kinerja saham akan diukur melalui abnormal return jangka

pendek (3 bulan) dan abnormal return jangka panjang (24 bulan), apakah

terjadi underperformed atau outperformed (Ritter, 1991).

Kinerja jangka panjang adalah kinerja saham dalam jangka waktu

lebih dari satu tahun. Sebuah peneltian yang menguji mengenai

fenomena underperformance pada kinerja periode jangka panjang dari

IPO yang dilakukan di Italia. Hasil yang didapatkan pada sebagian besar

IPO yang terjadi mengalami outperformance setelah 1, 5, dan 10 hari

perdagangan dan setelah 2 atau 3 tahun perdagangan akan mengalami

underperformance di pasar, meskipun return saham IPO yang terjadi di

era 80an tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan return

saham-saham lainnya (Arosio, 2001).

Dalam penelitian lainnya mengenai perilaku dari saham IPO di

Kanada. Didapatkan hasil bahwa secara signifikan kinerja periode jangka

panjang dari IPO di Kanada mengalami underperformance pada pasar

yang sama (Kooli dan Suret, 2002).

Sedangkan penelitian lainnya mengenai kinerja surat berharga

setelah penawaran perdana di Indonesia dengan melihat perbedaan dari

Page 45: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

27

kinerja periode jangka panjang pendek dan periode jangka panjang.

Didapatkan hasil bahwa kinerja surat berharga pada periode jangka

pendek cukup baik (outperformance) sedangkan kinerja periode jangka

panjang mengalami penurunan (underperformance). Terdapat perbedaan

yang signifikan antara kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang

pada surat berharga yang dibeli pada harga perdana (Prastiwi dan

Kusuma, 2001).

Adanya kecenderungan perusahaan emiten melakukan manipulasi

dengan meningkatkan laba (earning management) sebelum melakukan

IPO. Apabila perusahaan melakukan manajemen laba akan berdampak

pada kinerja jangka panjangnya yang diukur dengan besarnya return

yang diterima investor (Friedlan, 1994).

7. Variabel yang Mempengaruhi Penelitian

a. Reputasi Underwiter

Saat melakukan IPO biasanya perusahaan bekerja sama

dengan banker investasi. Proses pembelian sekuritas oleh banker

investasi yang nantinya akan dijual kembali ke publik disebut dengan

underwriting (Jogiyanto, 2003). Banker investasi yang melakukan

proses underwriting ini disebut dengan underwriter.

Penjualan sekuritas di pasar perdana dilakukan oleh penjamin

emisi (underwriter) yang ditunjuk oleh perusahaan dengan bantuan

agen penjualan. Pada umumnya underwriter mempunyai 3 fungsi,

Page 46: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

28

yaitu advisory function, underwriter function dan marketing function.

Sebagai advisory, underwriter memberikan saran kepada

perusahaan yang akan go public mengenai jenis sekuritas yang akan

dikeluarkan, penentuan harga sekuritas dan waktu penawarannya.

Underwriter function adalah fungsi penjaminan dimana emiten akan

meminta underwriter untuk menjamin penjualan saham perdana

emiten tersebut. Jika emiten meminta underwriter untuk memberikan

jaminan full commitment, maka underwriter menjamin seluruh

sekuritas akan terjual, dan bersedia membeli sisanya jika sebagian

sekuritas tidak terjual. Dalam prakteknya, tidak semua underwriter

bersedia memberikan jaminan full commitment, terutama untuk

sekuritas perusahaan-perusahaan yang belum mapan dan memiliki

resiko yang tinggi. Untuk perusahaan-perusahaan yang belum mapan

tersebut, biasanya underwriter hanya berani memberikan jaminan

best effort saja, artinya underwriter hanya akan berusaha sebaik

mungkin untuk menjual sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan

tersebut.

Harga sekuritas yang dijual di pasar perdana (offering price)

telah ditentukan terlebih dahulu oleh perusahaan yang akan

melakukan go public dan penjamin emisi. Dalam menentukan

offering price, underwriter dan emiten sering menghadapi kesulitan

untuk memperkirakan harga yang wajar. Underwriter cenderung

untuk menetapkan offering price lebih rendah dari harga yang

Page 47: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

29

diharapkan oleh perusahaan yang akan go public, dengan tujuan

untuk menekan resiko tanggung jawab bila sekuritas yang

ditawarkan pada saat IPO tidak laku atau tidak habis terjual.

Harga penawaran yang relatif rendah inilah yang menjadi

salah satu penjelas mengapa harga saham pada saat dibuka di pasar

sekunder harganya cenderung meningkat. Kecenderungan naiknya

harga di pasar sekunder ini menjadi daya tarik utama bagi investor

untuk membeli saham di pasar perdana, karena kenaikan harga ini

hampir selalu terjadi pada setiap IPO. Pola yang cenderung sama dan

berulang ini dianggap sebuah anomali kerena bertentangan dengan

hipotesis pasar modal yang efisien.

Penelitian reputasi underwriter dalam penelitian ini

menggunakan variabel dummy. Apabila perusahaan termasuk dalam

daftar peringkat 50 penjamin emisi yang teraktif dalam perdagangan

di bursa setiap tahunnya yang diperoleh dari fact book, maka

perusahaan listing di tahun tersebut yang dijamin oleh salah satu

penjamin emisi diberi nilai 1, dan sebaliknya apabila yang tidak

dijamin oleh salah satu penjamin emisi tersebut maka diberi nilai 0.

b. Jenis Industri

Setiap kelompok industri mempunyai karakteristik tertentu

yang berbeda dari kelompok industri lain. Jenis industri merupakan

variabel dummy. Pada hakekatnya variabel dummy ini dimaksudkan

untuk menunjukkan tingkat underpriced perusahaan perusahaan dari

Page 48: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

30

industri manufaktur berbeda dengan perusahaan non manufaktur

(Suyatmin, 2006:16).

Jenis industri digunakan sebagai variabel independen

bertujuan untuk melihat apakah underpricing terjadi pada hampir

semua jenis industri yang IPO atau hanya pada jenis industri tertentu

saja dan apakah terdapat perbedaan signifikan dalam tingkat

underpricingnya (Kristiantari, 2012:30).

Penelitian jenis industri dalam penelitian ini menggunakan

variabel dummy. Apabila perusahaan tersebut termasuk dalam

kategori perusahaan manufaktur maka akan diberi nilai 1 tetapi jika

tidak termasuk dalam kategori perusahaan non manufaktur maka

akan diberi nilai 0.

c. Reputasi Auditor

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi

yang digunakan oleh investor atau calon investor dan

underwriter untuk menilai perusahaan yang akan go public. Salah satu

persyaratan dalam proses go public adalah laporan keuangan yang

telah diaudit oleh kantor akuntan publik (Keputusan Menteri

Keuangan RI No.859 /KMK.01/1987). Laporan keuangan yang telah

diaudit akan memberikan tingkat kepercayaan yang lebih besar

kepada pemakainya. Investor membutuhkan laporan keuangan yang

telah diaudit oleh auditor yang berkualifikasi (Rosyati dan Sebeni,

2002).

Page 49: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

31

Penggunaan adviser yang profesional (KAP Big Four) dapat

digunakan sebagai tanda atau petunjuk terhadap kualitas perusahaan

emiten. Dengan memakai jasa KAP Big Four akan mengurangi

kesempatan emiten untuk berlaku curang dalam menyajikan

informasi yang tidak akurat ke pasar. Dengan demikian, investor

akan lebih mempercayai laporan keuangan yang diaudit oleh KAP

Big Four dan percaya untuk menginvestasikan dananya pada emiten

tersebut. Dengan signal positif yang diberikan emiten, tingkat

underpricing dapat di minimalisir (Ratnasari dan Hudwinarsih,

2013:89).

Reputasi auditor berpengaruh pada kredibilitas laporan

keuangan ketika suatu perusahaan go public. Auditor yang bereputasi

tinggi dapat digunakan sebagai tanda atau petunjuk terhadap kualitas

perusahaan emiten (Holland dan Horton, 1993). Emiten yang

memilih untuk menggunakan auditor yang berkualitas akan dinilai

positif oleh investor yaitu emiten mempunyai informasi yang tidak

menyesatkan mengenai prospeknya di masa mendatang. Hal ini

berarti penggunaan auditor yang memiliki reputasi tinggi akan

mengurangi ketidakpastian pada masa mendatang. Ketidakpastian

yang rendah berasosiasi dengan tingkat underpricing yang rendah

(Kristiantari, 2013:792).

Penelitian reputasi auditor dalam penelitian ini menggunakan

variabel dummy. Apabila auditor termasuk dalam KAP Big Four

Page 50: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

32

maka perusahaan listing di tahun tersebut diberi nilai 1, dan

sebaliknya apabila auditornya tidak termasuk dalam KAP Big Four

maka diberi nilai 0.

d. Hot and Cold Market ( TIME )

Saham “Hot” didefinisikan sebagai saham dengan Initial

Return (IR) di atas rata-rata. Pasar saham IPO “Hot” terjadi bila

Initial Return (IR) saham baru secara rata-rata sangat tinggi untuk

jangka waktu yang panjang. Ibbotson dan Jaffe (1975) dan Ritter

(1984) menemukan bahwa tingkat underpricing bervariasi dari

periode satu ke periode lainnya dan membentuk siklus initial return

yang tinggi (Hot) dan rendah (Cold). Tingkat underpricing juga

bervariasi dari satu sektor ke sektor lainnya. Siklus ini juga dapat

dilihat pada volume IPO (Sembel, 1996).

Hot market dapat ditentuan berdasarkan tingkat underperice

rata-rata tahunan, dimana periode hot market merupakan periode

dimana underpricing rata-rata dalam satu periode lebih besar dari

25% dan sebaliknya berlaku pada cold market (Arifin, 2010).

Hot IPO ditenggarai tidak hanya dari besarnya underpricing,

tetapi juga adanya volume penawaran saham yang banyak, seringnya

terjadi over-subscription dalam permintaan, dan kadang ada

konsentrasi penawaran yang dilakukan oleh industri tertentu

(Helwege dan Liang, 2004).

Menjelaskan siklus saham-saham “Hot “dan “Cold” secara

Page 51: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

33

tidak langsung berhubungan dengan penjelasan IR positif. Sebagai

contoh, Ritter (1984) mencoba menggunakan model Winner’s Curse

dari Rock sebagai dasar pengembangan hipotesis perubahan

komposisi resiko (changing risk composition). Dalam hal ini model

Rock menyatakan bahwa ada hubungan positif antara uncertainty

dan underpricing, hipotesis Ritter ini memprediksi bahwa pasar IPO

selama periode “Hot” terdiri dari perusahaan yang beresiko tinggi.

Tetapi ternyata Ritter tidak menemukan bukti yang menyakinkan

untuk mendukung hipotesisnya karena hubungan antara resiko dan

initial return bukanlah linear dan stasioner.

Penjelasan teoritis tentang fenomena hot IPO dapat

dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

1) Model asymmetric information

Model ini memprediksi bahwa hot market mendorong

perusahaan yang kualitasnya bagus untuk melakukan IPO atau

penawaran saham baru tambahan karena biaya asymmetric

information pada hot market akan lebih rendah.

2) Model keputusan melakukan IPO

Fischer (2000) menemukan bahwa kebanyakan perusahaan di

Jerman yang melakukan IPO adalah perusahaan yang memiliki

kesempatan pertumbuhan yang tinggi.

3) Model behavioral finance.

Model ini muncul terkait dengan temuan bahwa banyak

Page 52: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

34

perusahaan IPO yang kinerja saham jangka panjangnya

mengalami underperformance, utamanya yang hot IPO. Dalam

kelompok ini ada, misalnya, Lerner (1994) yang mengemukakan

bahwa underperformance terjadi karena perusahaan IPO

mengeksploitasi overoptimism investor saat IPO.

Variabel Time dalam penelitian ini dilihat dari siklus Hot dan

Cold market dimana variabel ini merupakan variabel dummy untuk

perusahaan yang IPO pada hot market dan cold market. Tolak

ukurnya yaitu berdasarkan tingkat underprice IPO tahunan.

e. Return On Asset (ROA)

Return on asset itu menunjukkan seberapa efektifnya

perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan atau laba

bersih bagi perusahaan. Return On Asset adalah rasio antara

keuntungan bersih setelah pajak terhadap jumlah aset secara

keseluruhan, atau ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat

pengembalian dari aset perusahaan. ROA merupakan salah satu rasio

profitabilitas. Tingkat profitabilitas merupakan informasi tingkat

keuntungan yang dicapai dari efektifitas perusahaan (Prastica, 2012).

Return on asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas untuk

mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan pendapatan

dari pengelolaan aset (Kasmir, 2010: 115).

ROA merupakan ukuran profitabilitas perusahaan.

Profitabilitas perusahaan memberikan informasi kepada pihak luar

Page 53: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

35

mengenai efektifitas operasional perusahaan, hal inilah yang menjadi

pertimbangan memasukan variabel ini sebagai salah satu faktor yang

mempengaruhi underpricing. Kemampuan perusahaan menghasilkan

laba di masa yang akan datang ditunjukkan dengan profitabilitas

perusahaan yang tinggi dan laba merupakan informasi penting bagi

investor sebagai perimbangan dalam menanamkan modalnya.

Profitabilitas yang tinggi suatu perusahaan mengurangi

ketidakpastian bagi investor sehingga menurunkan tingkat

underpricing, Yasa (2002). Hendrajaya (2005) menyatakan bahwa

prestasi perusahaan, khususnya tingkat keuntungan, memegang

peranan penting dalam penilaian prestasi usaha perusahaan dan

sering digunakan sebagai dasar dalam keputusan investasi,

khususnya dalam pembelian saham.

f. Return On Equity (ROE)

Menurut Brigham dan Houston (2010:149) Pengembalian

Ekuitas Biasa atau Return on Equity (ROE) adalah Rasio laba bersih

terhadap ekuitas biasa, untuk mengukur tingkat pengembalian

investasi pemegang saham biasa sedangkan menurut Menurut

Keown et al (2008:75) Pengembalian Ekuitas Biasa atau Return on

Equity (ROE) yaitu tingkat pengembalian saham biasa menunjukan

rata-rata perhitungan pengembalian atas investasi pemegang saham

yang diukur dengan membandingkan pendapatan bersih terhadap

ekuitas saham biasa.

Page 54: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

36

Pengembalian atas ekuitas atau Return on Equity (ROE)

adalah mengukur daya untuk menghasilkan laba pada investasi nilai

buku pemegang saham dengan membandingkan laba bersih setelah

pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham di

perusahaan. Dimana ROE yang tinggi akan mencerminkan

penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan

manajemen biaya yang efektif (Horne & Machowicz, 2005:225)

g. Debt Equity Ratio (DER)

Debt to equity ratio digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan untuk membayar seluruh hutangnya baik jangka pendek

maupun jangka panjang. Debt to equity ratio yang tinggi

mencerminkan resiko perusahaan yang tinggi sehingga

ketidakpastian investor meningkat dan akhirnya dapat meningkatkan

underpricing (Gatot dkk, 2013:152).

Sedangkan menurut Riyanto (2013:333) Rasio hutang atau

Debt to Equity Ratio (DER) yaitu bagian dari setiap rupiah modal

sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. Rasio

hutang atau Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang

menunjukan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang. Semakin

rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang

disediakan oleh pemegang saham, dan semakin besar perlindungan

bagi kreditor (margin perlindungan) jika terjadi penyusutan nilai

aktiva atau kerugian besar. Horne dan Machowicz (2005:209)

Page 55: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

37

Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit

dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan, sebaliknya besarnya

hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak

terlalu tinggi (Sutrisno, 2001:233).

h. Earning Per Shared (EPS)

Membeli saham berarti membeli prospek perusahaan, yang

tercermin pada laba per saham. Jika laba per saham lebih tinggi,

maka prospek perusahaan lebih baik, sementara laba per saham lebih

rendah berarti kurang baik, dan laba per saham negatif berarti tidak

baik (Samsul, 2006). Menurut Fahmi (2013) earning per shared

(EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian

keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap

lembar saham yang dimiliki. Informasi EPS suatu perusahaan

menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan

bagi semua pemegang saham perusahaan (Tandelilin, 2010). Investor

cenderung lebih memilih membeli saham perusahaan dengan nilai

EPS yang tinggi. EPS yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan

mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang menjanjikan.

(Munawir, 2004) laba perlembar saham digunakan sebagai

indikator laba yang yang diperhatikan oleh investor yang merupakan

angka dasar yang diperlukan. (Senada, Munawir & Sartono, 2001)

menjelaskan para pemegang saham biasa dan calon investor sangat

tertarik pada EPS yang tinggi, karena saham dengan EPS yang tinggi

Page 56: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

38

merupakan tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan. Syamsuddin

(2007) menambahkan, EPS yang besar merupakan salah satu

indikator keberhasilan perusahaan. Seorang investor membeli dan

mempertahankan saham perusahaan dengan harapan agar

memperoleh deviden dan capital gain.

i. Umur Perusahaan

Umur perusahaan dapat menjadi bukti bahwa perusahaan

mampu bersaing dan dapat mengambil kesempatan bisnis yang ada

dalam perekonomian. Umur perusahaan menunjukkan kemampuan

perusahaan dapat bertahan hidup dan banyaknya informasi yang bisa

diserap oleh publik. Semakin panjang umur perusahaan semakin

banyak informasi yang bisa diserap masyarakat (Daljono, 2000).

Dalam kondisi normal, perusahaan yang telah lama berdiri

akan mempunyai publikasi perusahaan lebih banyak dibandingkan

dengan perusahaan yang masih baru. Calon investor tidak perlu

mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk memperoleh informasi

dari perusahaan yang melakukan IPO tersebut. Jadi perusahaan yang

telah lama berdiri mempunyai tingkat underpriced yang lebih rendah

daripada perusahaan yang masih baru (Aini, 2009:42).

j. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat di jadikan sebagai proxy tingkat

ketidakpastian saham. Perusahaan yang berskala besar cenderung

lebih dikenal masyarakat sehingga informasi mengenai prospek

Page 57: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

39

perusahaan berskala besar lebih mudah diperoleh investor daripada

perusahaan berskala kecil. Tingkat ketidakpastian yang akan

dihadapi oleh calon investor mengenai masa depan perusahaan

emiten dapat diperkecil apabila informasi yang diperolehnya banyak

(Ardiansyah,2004).

Tingkat ketidakpastian perusahaan berskala besar pada

umumnya rendah karena dengan skala yang tinggi perusahaan

cenderung tidak dipengaruhi pasar sebaliknya dapat mewarnai dan

mempengaruhi keadaan pasar secara keseluruhan. Keadaan ini dapat

dinyatakan sebagai kecilnya tingkat resiko investasi Perusahaan

berskala besar dalam jangka panjang. Sedangkan pada perusahaan

berskala kecil tingkat ketidakpastian dimasa yang akan datang besar,

sehingga tingkat resiko investasinya lebih besar dalam jangka

panjang ( Nurhidayati dan Indriantoro, 1998).

Dipasar riil ada beberapa cara untuk mengelompokan

perusahaan perusahaan. Ada pengelompokan yang didasarkan pada

jenis industri, ukuran perusahaan dan lain-lain. Pengelompokan

perusahaan berdasarkan ukuran perusahaan, yaitu perusahaan besar

dan kecil dapat dilihat dari berbagai cara antara lain dengan market

value (kapitalisasi pasar) dimana kapitalisasi ini diperoleh dengan

cara mengalikan jumlah saham beredar dengan harga saham pada

akhir tahun sebelumnya atau berdasarkan pada total asetnya

(Machfoedz, 1994). Salah satu faktor fundamental dari perusahaan

Page 58: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

40

adalah besarnya total aset faktor ukuran perusahaan ini turut

menggambarkan kemungkinan kemampuan perusahaan dalam

menjalankan bisnisnya.

8. Keterkaitan Antara Variabel Penelitian

a. Hubungan antara Variabel Independen terhadap Tingkat

Underpricing

Reputasi Auditor Penggunaan adviser yang profesional

(auditor dan underwriter yang mempunyai reputasi tinggi) dapat

digunakan sebagai tanda atau petunjuk terhadap kualitas perusahaan

emiten Holland dan Harton (1993). Dengan memakai adviser yang

profesional/berkualitas, akan mengurangi kesempatan emiten untuk

berlaku curang dalam menyajikan informasi yang tidak akurat ke

pasar. Penggunaan auditor dan underwriter yang memiliki reputasi

tinggi akan mengurangi ketidakpastian di masa mendatang, sehingga

menyebabkan saham mampu di hargai lebih tinggi dan mengurangi

tingkat underpricing.

Rasio profitabilitas perusahaan seperti ROA dan ROE memiliki

hubungan dengan underpricing. Dimana diduga semakin besar nilai

ROA dan ROE maka semakin kecil perusahaan tersebut mengalami

underpricing. Apabila EPS perusahaan tinggi, akan semakin banyak

investor yang ingin membeli saham tersebut sehingga menyebabkan

harga saham tinggi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan

Page 59: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

41

bahwa Earning Per Shared berpengaruh terhadap underpricing.

Debt to Equity Ratio tinggi menggambarkan risiko perusahaan

yang tinggi pula sehingga investor dalam melakukan keputusan

investasi akan menghindarkan penilaian harga saham perdana yang

terlalu tinggi yang menyebabkan underpricing.

Umur perusahaan, jenis perusahaan dan ukuran perusahaan juga

dinilai berpengaruh terhadap underpricing karena perusahaan yang

sudah berdiri sejak lama dan memiliki total aset yang tinggi dinilai

dapat mengurangi tingkat underpricing. Diduga tingginya tingkat

underpricing berbeda di setiap sektor usaha seperti perusahaan yang

bergerak dibidang manufaktur dan non manufaktur memiliki tingkat

underpricing yang berbeda.

b. Hubungan antara Variabel Independen terhadap Tingkat

Flipping Activity

Hubungan antara reputasi underwriter terhadap flipping

activity yaitu penjamin emisi bertanggung jawab penuh dalam proses

IPO. Dimana jika terjadi flipping activity maka underwriter harus

mencari cara agar flipping activity dapat di hindari karena flipping

activity dinilai merugikan perusahaan dan hanya menguntungkan

investor.

Che-Yahya (2015) Dampak positif menunjukkan bahwa ada

peningkatan flipping aktifitas saat IPO ditugaskan atau dikelola oleh

underwriter terkemuka. Temuan ini, yang bertentangan temuan

Page 60: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

42

sebelumnya oleh Chong et al. (2009) , Menunjukkan bahwa reputasi

underwriter bisa diambil sebagai sinyal kualitas perusahaan, sehingga

memicu permintaan tambahan dan, pada gilirannya, Kegiatan

flipping. Penjelasan ini tampaknya menjadi relevan karena

permintaan investor ditemukan berhubungan positif dan signifikan

terhadap flipping activity, menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

permintaan IPO, lebih tinggi kecenderungan untuk pemegang saham

baru untuk melepaskan saham mereka dialokasikan untuk kesempatan

untuk membuat modal cepat keuntungan di aftermarket langsung.

Krigman, Shaw, dan Womack (1999) menemukan bahwa

kegiatan flipping memiliki proporsi yang lebih besar di volume

perdagangan di IPO lemah (cold) daripada di IPO panas

(hot). Namun, hasil ini didorong oleh perdagangan yang rendah

volume dalam IPO lemah (volume perdagangan yang tinggi di IPO

panas) dan bukan karena flipping. Kegiatan flipping benar dapat

diukur hanya dengan melihat besarnya flipping untuk alokasi

awal. Berdasarkan penelitan flipping activity lebih banyak terjadi

pada perusahaan di IPO panas.

Umur perusahaan, jenis perusahaan dan ukuran perusahaan juga

dinilai berpengaruh terhadap flipping activity karena perusahaan yang

sudah berdiri sejak lama dan memiliki total aset yang tinggi dinilai

memberikan sentimen positif terhadap investor untuk mendapatkan

keuntungan yang cepat dengan memanfaatkan tingkat underpricing.

Page 61: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

43

c. Hubungan antara Variabel Independen terhadap Tingkat

Underperformance

Sanora (2013:1074) bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

dan positif antara reputasi underwriter dengan return saham jangka

panjang. Hal ini dikarenakan underwriter memegang peranan penting

dalam penentuan harga saham pada saat penjaminan emisi serta

bertanggungjawab terhadap berhasil atau tidaknya penawaran saham,

apabila emiten menggunakan underwriter yang berkualitas tinggi,

maka para investor akan merespon positif informasi tersebut. Dengan

demikian keberadaan underwriter dapat dikatakan sebagai informasi

yang berguna bagi investor dalam menentukan pembuatan keputusan

berinvestasi baik di pasar perdana maupun di pasar sekunder. Maka

dari itu, semakin baik reputasi underwriter maka semakin baik pula

kinerja saham suatu perusahaan.

Rasio profitabilitas perusahaan seperti ROA dan ROE memiliki

hubungan dengan underperformance. Dimana diduga semakin besar

nilai ROA dan ROE maka semakin kecil kemungkinan perusahaan

tersebut mengalami underperformance. Apabila EPS perusahaan

tinggi, akan semakin banyak investor yang ingin membeli saham

tersebut sehingga menyebabkan harga saham tinggi. Harga saham

yang tinggi mencerminkan kinerja saham yang baik, kinerja saham

dimasa yang akan datang harus di perhatikan agar tidak mengalami

underperformance. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan

Page 62: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

44

bahwa Earning Per Shared berpengaruh terhadap underperformance.

DER merupakan salah satu informasi yang penting bagi

investor untuk menilai resiko suatu nilai saham. Nilai DER yang

tinggi menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak

memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas, sehingga

menunjukan resiko financial atau resiko kegagalan perusahaan untuk

mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi yang nantinya akan

mempengaruhi tingkat return yang akan diterima oleh investor

dimasa yang akan datang. Semakin tinggi nilai DER berarti semakin

tinggi resiko saham emiten tersebut, maka semakin tinggi pula tingkat

return yang diharapkan oleh investor, yang berarti juga semakin

tinggi kemungkinan saham mengalami underperformance tersebut

Suyatmin (2006). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap underperformance.

Umur perusahaan, jenis perusahaan dan ukuran perusahaan juga

dinilai berpengaruh terhadap underperformance karena perusahaan

yang sudah berdiri sejak lama dan memiliki total aset yang tinggi

dinilai dapat mempertahankan kinerja sahamnya dengan baik.

d. Hubungan antara Underpricing dan flipping activity terhadap

Tingkat Underperformance

Adanya perbedaan kinerja saham antara perusahaan dengan

jenis industri berbeda, dimana dalam penelitian ini mempergunakan

perusahaan keuangan dan non keuangan. Perbedaan kinerja saham

Page 63: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

45

tersebut akan diuji berdasarkan underpricing dengan pendekatan teori

asimetri informasi yang berasumsi bahwa terdapat asimetri informasi

antara perusahaan, penjamin emisi (underwriter), dan investor serta

pengujian berdasarkan long-term underperformance dengan

pendekatan the impresario hypothesis yang berasumsi bahwa initial

return yang tinggi mampu menghasilkan kinerja jangka panjang yang

underperformance bagi saham IPO.

Salah satu fenomena IPO yang banyak diteliti adalah kinerja

jangka panjang. Hasil penelitian terdahulu relatif banyak yang

menyatakan bahwa kinerja jangka panjang IPO mengalami

underperformance, baik di pasar modal Negara maju maupun di pasar

modal Negara berkembang. Underperformance adalah penurunan

kinerja. Underperformance pada penelitian ini dimaksudkan terjadi

pada kinerja jangka panjang saham IPO. The Impresario Hypothesis

yang dikemukakan oleh Shiller, (1990) mencoba menjelaskan

mengapa underperformance dapat terjadi.

Hipotesis ini mendukung gagasan bahwa perusahaan dan

underwriter menciptakan surplus permintaan awal (melalui

underpricing), selanjutnya dalam jangka panjang pasar akan

mengoreksi harga. Investor yang membeli saham pada saat IPO akan

mendapatkan initial return yang cukup tinggi akibat banyaknya

permintaan akan saham tersebut pada awal masa perdagangan di

pasar sekunder. Initial return yang tinggi mampu menghasilkan

Page 64: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

46

kinerja jangka panjang yang underperformed bagi saham IPO.

Arosio (2001) mendeteksi adanya hubungan korelasi negatif

antara return jangka panjang dan IPO flipping, ini menunjukkan

bahwa beberapa investor memiliki informasi superior tentang

perusahaan IPO dan mengambil keuntungan dari awal underpricing.

Krigman et al. (1999) menemukan hal menarik antara volume

perdagangan awal dan kinerja jangka panjang, hari pertama dikatakan

"winners" (yaitu IPO underpriced) terus menjadi pemenang selama

tahun pertama, dan hari pertama "dogs" (yaitu IPO dengan negatif

atau nol pengembalian awal) relatif terus menjadi dogs. Kecuali, pada

IPO hot (yaitu IPO sangat underpriced) yang biasanya diikuti dengan

kinerja masa depan yang buruk. Karena pada hari pertama listing

mereka investor (flipper) menjual isu saham tersebut memiliki kinerja

yang buruk di masa depan, mereka menyimpulkan bahwa flipping

activity dapat membuat kinerja jangka panjang yang buruk.

Page 65: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

47

9. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian

Teknik

Analisis

Hasil Penelitian Perbedaan

dengan

penelitian ini

1 Arosio,R,

G.Giudici

,S. Palear

i. (2001)

The Market

Performanc

e of Italian

IPOs in the

Long-Run

Regression

Analysis

Sebagian besar IPO

yang terjadi

mengalami

overperformed setelah

1, 5, dan 10 hari

perdagangan dan

setelah 2 atau 3 tahun

perdagangan akan

mengalami

underperformed di

pasar, meskipun

return saham IPO

yang terjadi pada era

80an tidak

menunjukkan

perbedaan yang

signifikan dengan

return saham-saham

lainnya. Ditunjukkan

pula adanya hubungan

negatif antara jumlah

penawaran pada

saham IPO dengan

underperformance

jangka panjang. Juga

ditemukan adanya

korelasi negatif antara

kinerja jangka panjang

dengan aktivitas

“flipping” (aktivitas

ambil untung dari

investor dengan

menjual saham IPO

dengan memanfaatkan

adanya underpricing)

dari para investor.

Perbedaan

dengan

penelitian yang

dilakukan oleh

Arosio adalah

penelitian ini

tidak hanya

melihat aktivitas

flipping dan

kinerja jangka

panjang saham-

saham yang

melakukan IPO

tetapi melihat

tingkat

underpricingnya

juga.Dan

metode yang di

gunakan dalam

penelitian ini

menggunakan

metode

generalized

least square

Page 66: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

48

No. Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian

Teknik

Analisis

Hasil Penelitian Perbedaan

dengan

penelitian ini

2 Sahoo

dan Rajib

(2010)

After

Market

Pricing

Performanc

e of Initial

Public

Offerings

(IPOs):

Indian IPO

Market

2002-2006

Ordinary

Least

Square

Regression

Hasilnya adalah

underpricing, offer

size, dan hot market

berpengaruh negatif

terhadap

underperformance.

Leverage dan ex-ante

uncertainty

berpengaruh positif

terhadap

underperformance.

Sedangkan post-issue

promoter holding,

age, price to book

value mempunyai

korelasi negatif

terhadap

underperformance dan

times subscribed

mempunyai korelasi

positif terhadap

underperformance

namun tidak

berpengaruh secara

signifikan.

Perbedaan

dengan

penelitian yang

dilakukan oleh

Arosio adalah

penelitian ini

tidak hanya

melihat tingkat

underpricing

dan kinerja

jangka panjang

saham-saham

yang melakukan

IPO tetapi

melihat aktivitas

flipping

juga.Dan

metode yang di

gunakan dalam

penelitian ini

menggunakan

metode

generalized

least square

3 Liu dan

Ritter

(2011)

Local

underwriter

oligopolies

and IPO

undepricing

Ordinary

Least

Square

Regression

Tingkat underpricing

di pasar modal

Amerika pada periode

1993-1998 sebesar

15.9%, periode 1990-

2000 sebesar 64.5%

dan periode 2001-

2008 sebesar 12.1%

sehingga rata-rata

undepricing sebesar

24.4%. Hasil analisis

regresi terhadap initial

return menunjukkan

bahwa reputasi

underwriter, ukuran

Perbedaan

dengan

penelitian yang

dilakukan oleh

liu ritter

adalah

penelitian ini

tidak hanya

melihat

underpricing

saja tetapi juga

melihat aktivitas

flipping dan

kinerja jangka

panjang saham-

Page 67: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

49

No. Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian

Teknik

Analisis

Hasil Penelitian Perbedaan

dengan

penelitian ini

perusahaan dan jenis

industri berpengaruh

terhadap

underpricing.

Sedangkan umur

perusahaan tidak

berpengaruh terhadap

tingkat underpricing.

saham yang

melakukan IPO.

Dan metode

yang di gunakan

dalam penelitian

ini

menggunakan

metode

generalized

least square

4 Asmalida

r (2011)

Analisis

Faktor

Fundament

al Terhadap

Return

Jangka

Pendek

dan Jangka

Panjang

Saham

Initial

Public

Offering di

Pasar

Sekunder

Bursa Efek

Indonesia

Structural

Equation

Model

(SEM)

Faktor Fundamental

yang terdiridari total

aset, rasio hutang

terhadap jumlah

kepemilikan,jumlah

saham yang

ditawarkan,

pendapatan kotor IPO,

umur perusahaan dan

rasio harga penawaran

terhadap laba per

lembar saham,

memiliki pengaruh

negatif terhadap

return jangka pendek

saham IPO.

Faktor fundamental

baik secara langsung

maupun tidak

memiliki pengaruh

positif terhadap return

jangka panjang saham

IPO. Dan indikator

yang dominan

mempengaruhi adalah

total aset. Return

jangka pendek dengan

indikator initial return

dan opening price

return memiliki

Perbedaan

dengan

penelitian yang

dilakukan oleh

Agathee,et al

adalah

penelitian ini

tidak hanya

melihat variabel

underper-

formance saja

tetapi juga

melihat aktivitas

flipping dan

tingkat

underpricing

saham-saham

yang melakukan

IPO. Variable

yang di gunakan

juga berbeda.

Dan metode

yang di gunakan

dalam penelitian

ini

menggunakan

metode

generalized

least square

Page 68: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

50

No. Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian

Teknik

Analisis

Hasil Penelitian Perbedaan

dengan

penelitian ini

pengaruh positif

terhadap return jangka

panjang saham IPO

dengan indikator

market adjusted

abnormal return 12

bulan dan market

adjusted abnormal

return

24 bulan.

5 Yuan

Tian

(2012)

An

Examinatio

n

Factors

Influencing

Under-

Pricing Of

IPOs On

The London

Stock

Exchange

Regression

Analysis

Ukuran masalah,

risiko

sistematis, dan

pengaruh rasio utang

underpricing IPO.

Besar volume ukuran

masalah biasanya

memberikan

kontribusi ke tingkat

yang lebih rendah dari

underpricing. Risiko

sistematis dan hasil

rasio utang ke tingkat

yang lebih tinggi dari

underpricing. Dengan

demikian, terdapat

hubungan positif

antara

IPO dan risiko

sistematis & rasio

utang.

Perbedaan

dengan

penelitian yang

dilakukan oleh

yuan tian adalah

penelitian ini

tidak hanya

melihat

underpricing

saja tetapi juga

melihat aktivitas

flipping dan

kinerja jangka

panjang saham-

saham yang

melakukan IPO.

Dan metode

yang di gunakan

dalam penelitian

ini

menggunakan

metode

generalized

least square

6 Agathee,e

t al

(2012)

Hot and

cold IPO

markets:

The case of

the Stock

Exchange

Ordinary

Least

Square

Regression

Hasilnya adalah IPO

yang memiliki initial

return tinggi

cenderung mengalami

underperformance.

Financial strengh

Perbedaan

dengan

penelitian yang

dilakukan oleh

Agathee,et al

adalah

Page 69: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

51

No. Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian

Teknik

Analisis

Hasil Penelitian Perbedaan

dengan

penelitian ini

of

Mauritius

berpengaruh negatif

terhadap

underperformance.

Volume tidak

berpengaruh secara

signifikan namun

mempunyai korelasi

negatif terhadap

underperformance.

Industry tidak

berpengaruh secara

signifikan namun

memiliki korelasi

negatif terhadap

underperformance.

Hot market tidak

berpengaruh secara

signifikan namun

memiliki korelasi

positif terhadap

underperformance.

penelitian ini

tidak hanya

melihat variabel

underper-

formance saja

tetapi juga

melihat aktivitas

flipping dan

tingkat

underpricing

saham-saham

yang melakukan

IPO.

7 Ratnasari

dan

Hudiwina

rsih

(2013)

Analisis

Pengaruh

Informasi

Keuangan,

Non

Keuangan

Serta

Ekonomi

Makro

Terhadap

Underprici

ng Pada

Perusahaan

Ketika

IPO

Regresi

berganda

Hasil model regresi

berganda untuk

penelitian ini

menunjukkan bahwa

return on equity,

reputasi KAP dan

reputasi penanggung

memiliki dampak

yang signifikan

terhadap underpricing

pada tingkat 5%

secara

signifikan, sedangkan

financial leverage dan

tingkat inflasi tidak

berpengaruh pada

underpricing.

2. Return on equity

(ROE), reputasi kap

dan reputasi

Perbedaan

dengan

penelitian yang

dilakukan oleh

Ratnasari dan

Hudiwinarsih

adalah

penelitian ini

tidak hanya

melihat

underpricing

saja tetapi juga

melihat aktivitas

flipping dan

kinerja jangka

panjang saham-

saham yang

melakukan IPO.

Page 70: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

52

No. Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian

Teknik

Analisis

Hasil Penelitian Perbedaan

dengan

penelitian ini

underwriter secara

bersama-sama

berpengaruh terhadap

underpricing.

Hasil uji koefisien

determinasi, nilai

adjusted R square

sebesar 17,4%

sedangkan sisanya

82,6% dipengaruhi

oleh faktor lain diluar

penelitian.

8 Perdana,

Darminto,

dan

Sudjana

(2013)

Pengaruh

Return On

Equity

(Roe),

Earning

Per Share

(Eps), Dan

Debt Equity

Ratio

(Der)

Terhadap

Harga

Saham

Regresi

Linear

Berganda

Variabel Return On

Equity (ROE),

Earning Per Share

(EPS), dan Debt

Equity Ratio (DER)

berpengaruh secara

simultan (bersama-

sama) terhadap harga

saham.

Variabel Earning Per

Share (EPS)

berpengaruh secara

parsial dan signifikan

terhadap harga

Saham.

Variabel Return On

Equity (ROE) dan

Debt Equity Ratio

(DER) secara parsial

berpengaruh tidak

signifikan terhadap

harga saham.

Variabel yang

dominan

Mempengaruhi

Perbedaannya

dengan

penelitian

Perdana,

Darminto,

dan Sudjana

adalah variabel

yang di gunakan

dalam penelitian

ini lebih banyak,

selain variabel

ROE,DER, EPS

tetapi juga

menggunakan

variabel reputasi

underwriter,

jenis industri,

reputasi auditor,

Time (hot/cold),

ROA, umur

perusahaan dan

kinerja

perusahaan

Page 71: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

53

No. Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian

Teknik

Analisis

Hasil Penelitian Perbedaan

dengan

penelitian ini

peningkatan harga

saham adalah Earning

Per Share (EPS),

karena EPS

mempunyai nilai

koefisien beta yang

paling tinggi daripada

variabel bebas

yang lain

9 Gatot,

dkk

(2013)

Pengaruh

DER, ROI,

Current

Ratio dan

Rata-Rata

Kurs

Terhadap

Undepricin

g

Pada Initial

Public

Offering

Studi Kasus

Pada

Perusahaan

Non

Keuangan

Di

Indonesia.

Ordiary

Least

Square

Regression

(OLS)

Untuk periode hot

market yang

berpengaruh yaitu

debt to equity ratio

(DER) dan rata-rata

kurs terhadap tingkat

underpricing pada

perusahaan non

keuangan yang go

public di BEI.

Sedangkan, pada

periode cold market

yang berpengaruh

hanya current ratio

terhadap tingkat

underpricing pada

perusahaan non

keuangan yang go

public di BEI. Pada

periode hot market,

DER, ROI, current

ratio dan rata-rata

kurs secara bersama-

sama berpengaruh

terhadap tingkat

underpricing pada

perusahaan non

keuangan yang go

public di BEI.

Sebaliknya, pada

periode cold market,

DER, ROI, current

Perbedaan

dengan

penelitian yang

dilakukan oleh

Gatot, dkk

adalah

penelitian ini

tidak hanya

melihat

underpricing

saja tetapi juga

melihat aktivitas

flipping dan

kinerja jangka

panjang saham-

saham yang

melakukan IPO.

Dan metode

yang di gunakan

dalam penelitian

ini

menggunakan

metode

generalized

least square

Page 72: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

54

No. Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian

Teknik

Analisis

Hasil Penelitian Perbedaan

dengan

penelitian ini

ratio dan rata-rata

kurs secara bersama -

sama tidak

berpengaruh terhadap

tingkat underpricing

yang go public di BEI.

10 Norliza

Che

Yahya,

Ruzita

Abdul

Rahim &

Rasidah

Mohd

Rashid

(2015)

Impact Of

Lock-Up

Provision

On Two Ipo

Anomalies

In The

Immediate

Aftermarket

Multiple

Regression

Analysis

Studi ini menunjukkan

bahwa periode lock-

up dan rasio lock-up

secara negatif dan

signifikan

berhubungan dengan

Aktifitas Flipping

. Sementara itu,

penelitian ini

menemukan tingkat

kepercayaan pada lock

up memiliki pengaruh

yang signifikan

terhadap IPO kembali

pada hari daftar,

meskipun tanda positif

untuk rasio lock-up

pada kembali awal

konsisten untuk

prediksi. Terlepas dari

itu,temuan pada

hubungan negatif dan

signifikan antara

parameter penyediaan

lock-up dan Aktifitas

flipping menunjukkan

peran mereka lebih

sebagai komitmen dan

alat pengendali

bukannya signaling

alat berkualitas.

Perbedaan

dengan

penelitian yang

dilakukan oleh

norliza dkk

adalah

penelitian ini

tidak hanya

melihat aktivitas

flipping saja

tetapi juga

melihat tingkat

underpricing

dan kinerja

jangka panjang

saham-saham

yang melakukan

IPO.

Dan metode

yang di gunakan

dalam penelitian

ini

menggunakan

metode

generalized

least square

11 Leow “Stagging” Hierarchy Momentum pasar IPO Perbedaan

Page 73: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

55

No. Peneliti

(Tahun)

Judul

Penelitian

Teknik

Analisis

Hasil Penelitian Perbedaan

dengan

penelitian ini

Hon Wei,

2015

and

Flipping

Activity:

The

Moderating

Effect of

IPOs

Performanc

e towards

Market

Momentum

s

regression yang very cold

membantu dalam

mendorong adanya

aktifitas Flipping pada

volume perdagangan,

IPO hot membantu

dalam merangsang

aktifitas Flipping

untuk volume

perdagangan dan

saham yang

ditawarkan. Namun

demikian, ada efek

moderasi dari kinerja

IPO awal menuju IPO

hot mempengaruhi

aktifitas

Flipping. Pasar IPO

mengalami aktifitas

Flipping aktif di IPO

hot dan IPO very

cold, untuk membantu

dalam memprediksi

aktivitas perdagangan

berikutnya.

dengan

penelitian yang

dilakukan oleh

Leow Hon Wei

adalah

penelitian ini

tidak hanya

melihat aktivitas

flipping saja

tetapi juga

melihat tingkat

underpricing

dan kinerja

jangka panjang

saham-saham

yang melakukan

IPO.

Dan metode

yang di gunakan

dalam penelitian

ini

menggunakan

metode

generalized

least square

Page 74: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

56

10. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilakukan terhadap saham perusahaan yang melakukan

IPO pada periode 2010 sampai 2014 yang bertujuan untuk menditeksi

keberadaan penyimpangan (anomali) pada saham – saham yang baru

melakukan IPO.

Sesuai dengan hasil penelitian terdahulu dan konsep-konsep dasar

sebagaimana diuraikan sebelumnya maka kerangka pemikiran teoritis dapat

disusun sebagai berikut :

Page 75: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

57

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2010- 2014

Daftar Efek Syariah

Bursa Efek Indonesia

Variabel Dependen

1. Initial Return

2. Flipping Activity

3. Abnormal Return

Variabel Independen :

1. Reputasi Underwriter

2. Reputasi Auditor

3. Jenis Industri

4. Time (Hot/Cold)

5. Return On Asset

6. Return On Equity

7. Debt to Equity Ratio

8. Earning Per Shared

9. Umur Perusahaan

10. Ukuran Perusahaan

Uji Asumsi Klasik

Model Generalized Least Square

Uji t (Parsial) Koefisien Determinasi (R2)

Uji F (Simultan)

Interprestasi

One Sample Test

Page 76: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

58

11. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, teori, penelitian terdahulu maka

peneliti memilih beberapa hipotesis sebagai berikut :

1. Hipotesis Pertama :

a. Ha : μ < 0 terjadi underpricing pada penawaran umum perdana

(IPO) di Bursa Efek Indonesia.

b. Ha : μ < 0 terjadi underpricing pada penawaran umum perdana

(IPO) di Daftar Efek Syariah.

c. Ha : μ < 0 terjadi Flipping Activity pada penawaran umum

perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia.

d. Ha : μ < 0 terjadi Flipping Activity pada penawaran umum

perdana (IPO) di Daftar Efek Syariah.

e. Ha : μ < 0 terjadi underperformance pada penawaran umum

perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia.

f. Ha : μ < 0 terjadi underperformance pada penawaran umum

perdana (IPO) di Daftar Efek Syariah.

2. Hipotesis Kedua :

a. Ha : βi ≠ 0 terjadi pengarung antara Reputasi Underwiter, Jenis

Industri, Reputasi Auditor, Time (Hot/Cold) ROA,

ROE, DER, EPS, Umur Perusahaan dan Ukuran

Perusahaan terhadap Initial return, Flipping

Activity, dan Underperformance di Bursa Efek

Indonesia.

Page 77: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

59

b. Ha : βj ≠ 0 terjadi pengaruh antara Reputasi Underwiter, Jenis

Industri, Reputasi Auditor, Time (Hot/Cold) ROA,

ROE, DER, EPS, Umur Perusahaan dan Ukuran

Perusahaan terhadap Initial return, Flipping

Activity, dan Underperformance di Daftar Efek

Syariah.

3. Hipotesis Ketiga :

a. Ha : β1 ≠ 0 terjadi pengaruh antara tingkat Underpricing

terhadap tingkat Flipping Activity di Bursa Efek

Indonesia.

b. Ha : β2 ≠ 0 terjadi pengaruh antara tingkat Underpricing

terhadap tingkat Flipping Activity di Daftar Efek

Syariah.

c. Ha : β3 ≠ 0 terjadi pengaruh antara tingkat Underpricing dan

tingkat Activitas Flipping terhadap tingkat

Underperformance di Bursa Efek Indonesia.

d. Ha : β4 ≠ 0 terjadi pengaruh antara tingkat Underpricing dan

tingkat Activitas Flipping terhadap tingkat

Underperformance di Daftar Efek Syariah.

Page 78: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

60

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah saham - saham perusahaan

yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia dan Daftar Efek Syariah

periode 2010 - 2014. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

seluruh perusahaan yang mengalami underpricing saat melakukan

penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering) di Bursa Efek

Indonesia dan Daftar Efek Syariah periode 2010 - 2014.

Alasan peneliti menggunakan sampel perusahaan yang IPO di Bursa

Efek Indonesia dan Daftar Efek Syariah karena peneliti ingin melihat apakah

terdapat anomali initial publik offering di saham perusahaan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia dan Daftar Efek Syariah.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan sampel

non probabilitas dengan metode Purposive Sampling. Purposive Sampling

adalah penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu (Suhardi dan

Purwanto, 2008:17)

Kriteria perusahaan yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Seluruh perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia

(BEI) periode 2010-2014.

Page 79: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

61

2. Seluruh perusahaan yang melakukan IPO di Daftar Efek Syyariah

(DES) periode 2010-2014.

3. Perusahaan yang mengalami underpricing pada saat penawaran umum

saham perdana (IPO)

4. Perusahaan yang listing pada awal periode pengamatan dan tidak

delisting sampai akhir periode pengamatan.

5. Perusahaan yang memiliki ROA positif.

6. Memiliki informasi dan ketersediaan data yang digunakan oleh peneliti.

Tabel 3.1

Kriteria pemilihan sampel di Bursa Efek Indonesia

Sumber : data diolah

No. Kriteria Jumlah

Perusahaan

1. Perusahaan yang melakukan IPO periode 2010 – 2014

123

2. Perusahaan yang mengalami overpricing

(13)

3. Perusahaan yang memiliki IR 0%

(5)

4. Perusahaan yang datanya tidak sesuai dengan kriteria

penelitian

(2)

Jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria

103

Page 80: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

62

Tabel 3.2

Kriteria pemilihan sampel di Daftar Efek Syariah

Sumber : data diolah

C. Metode Pengumpulan Data

Sumber data sebagai salah satu bagian penelitian yang

merupakan bagian terpenting. Metode pengumpulan data dalam penelitian

ini dilakukan dengan cara :

1. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Indonesia Stock Exchange (IDX),

Otoritas Jasa Keuangan, jurnal, literature, dan internet. Data yang

digunakan adalah sebagai berikut :

a. Daftar perusahaan yang mengalami underpricing saat penawaran

umum saham perdana (IPO) di BEI.

b. Daftar perusahaan yang mengalami underpricing saat penawaran

umum saham perdana (IPO) di DES.

c. Laporan keuangan tahunan (annual report) perusahaan pada tahun

No. Kriteria Jumlah

Perusahaan

1. Perusahaan yang melakukan IPO periode 2010 – 2014

73

2. Perusahaan yang mengalami overpricing

(9)

3. Perusahaan yang memiliki IR 0%

(4)

4. Perusahaan yang datanya tidak sesuai dengan kriteria

penelitian

(1)

Jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria

59

Page 81: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

63

perusahaan melakukan IPO pada periode 2010-2014.

d. Data perkembangan harga saham harian pada saat perusahaan

melakukan IPO pada periode 2010-2014.

2. Kepustakaan

Penulis mengadakan penelitian studi kepustakaan untuk

menunjang materi pembahasan pada penelitian. Kegiatan-kegiatan ini

dilaksanakan dengan cara mengumpulkan informasi melalui buku-

buku, jurnal literatur, majalah, koran, website dan lain-lain yang

berkaitan dan mendukung penelitian ini. Kegiatan penelitian

kepustakaan untuk memperoleh dasar-dasar teori yang dapat

digunakan sebagai landasan teoritis dalam menganalisa masalah yang

diteliti dan sebagai pedoman penelitian di lapangan.

D. Metode analisis Data

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan apakah dalam model regresi, variabel

dependent, variabel independent atau keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah distribusi

normal atau mendekati normal.

Uji statistika Kolmogorov-smirnov (K-S) merupaan uji yang

digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi

dengan distribusi tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal

(Widarjono, 2010).

Page 82: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

64

Ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat

penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar

pengambilan keputusannya adalah :

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolenieritas menunjukkan adanya hubungan linier yang

sempurna atau pasti diantara beberapa/semua variabel yang

independen dari model yang ada. Hal ini dapat menimbulkan bias

dalam spesifikasinya, karena koefisien regresi menjadi tidak

terhingga. Meroge yang digunakan dalam pengujian

multikolenieritas adalah tolerance variance inflaction factor (VIF).

Menurut Hair et al batas tolerance value dibawah 0.1 dan variance

inflaction factor (VIF) adalah 10. Jika nilai tolerance value dibawah

0.1 atau variance inflaction factor (VIF) diatas 10 maka terjadi

multikolenieritas.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode

Page 83: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

65

t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah

autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lainya, Imam Ghozali (2005).

Menurut Ghozali (2011:111) salah satu cara untuk

mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi dalam model regresi

yang digunakan maka dapat dideteksi dengan uji Durbin-Waston

(DW Test).

Gujarati (2003) dalam bukunya, bila menggunakan model

GLS (generalized least square) dalam penelitian maka hasil output

tidak memiliki masalah dalam autokorelasi. Hal ini dikarenakan

model GLS sudah menyertakan parameter autokorelasi dalam

menghitung outputnya. Permasalahan autokorelasi hanya menjadi

penting jika menggunakan model OLS.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedasitas ini berujuan untuk menganalisis apakah

variansi dari error bersifat tetap/konstan (homokedastik) atau berubah

ubah (heteroskedastik). Didalam literatur dikenal dengan banyak

metode untuk pengujian heteroskedasitas, di antaranya yang populer

adalah uji White (Rosadi, 2012:53).

Uji White menggunakan residual kuadrat sebagai variabel

dependen dan variabel independennya terdiri atas variabel

independen yang sudah ada ditambah lagi dengan perkalian dua

variabel independen Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

Page 84: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

66

heteroskedastisitas dapat dilakukan uji White, dengan melihat nilai

Obs*R-Squared apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05

maka data dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas (Winarno,

2011:5.14). Jika terjadi heteroskedastisitas maka dapat menggunakan

metode Generalized Least Square (GLS) untuk mengatasinya.

Untuk permasalahan heteroskedastisitas menurut Gujarati

(2003) dalam bukunya basic econometric, permasalahan tersebut

dapat di atasi denga menggunakan metode GLS (Generalized Least

Square). Metode GLS telah diberikan perlakuan “white

heterescedasticity - consistent covariance” untuk mengantisipasi

data yang tidak bersifat homoskedastis.

2. Generalized Least Square (GLS)

Penyimpangan asumsi homoskedastisitas terhadap operasi OLS

sekalipun tidak merusak sifat unbiased dan konsistensinya, namun

merusak efisiensi estimatornya. Rusaknya sifat efisiensi estimator OLS

tersebut menyebabkan hasil pengujian hipotesisnya menjadi meragukan.

GLS, sebagai salah satu bentuk estimasi least square, merupakan bentuk

estimasi yang dibuat untuk mengatasi sifat heteroskedastisitas yang

memiliki kemampuan untuk mempertahankan sifat efisiensi estimatornya

tanpa harus kehilangan sifat unbiased dan konsistensinya.

Yi = β0 +β1Xi + εi dengan Var (εi) = σi2

Page 85: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

67

Masing-masing dikalikan, maka diperoleh transformed model sebagai

berikut:

Yi* = β0* + β1Xi* + εi* 1/σ2

Dari perbandingan hasil perhitungan antara model estimasi OLS

dengan GLS terlihat bahwa GLS merupakan alternatif model estimasi

yang baik untuk berhadapan dengan gejala heteroskedastisitas. Hal

tersebut dikarenakan, di samping GLS memiliki kemampuan untuk

menetralisir akibat pelanggaran asumsi homoskedastisitas, model GLS

juga tidak kehilangan sifat unbiased dan konsistensi dari model estimasi

OLS. Sifat estimator metode GLS yaitu linear, tidak bias (unbiased),

variansi minimum.

3. Pengujian Hipotesis

a. Uji t (Parsial)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

suatu variabel penjelas/independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel penelitian.

1) Ho : βi = 0, berarti tidak ada pengaruh dari variabel independen

terhadap variabel dependen.

2) Ha : βi ≠ 0, berarti ada pengaruh dari variabel independen

terhadap variabel dependen.

b. Uji F (Simultan)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai

Page 86: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

68

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/ terikat.

1) Ho : βi = 0, berarti tidak ada pengaruh dari variabel independen

secara simultan terhadap variabel dependen.

2) Ha : βi ≠ 0, berarti ada pengaruh dari variabel independen

secara simultan terhadap variabel dependen.

c. Koefisien Determinasi (adjusted R2)

Uji koefisien determinasi ditunjukkan untuk melihat

seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan

variabel dependen yang dilihat melalui adjusted R square karena

variabel independen lebih dari dua.

E. Operasional Variabel

Penelitian ini menggunakan variabel terikat (dependent variable) dan

variabel bebas (independent variable), yaitu :

1. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel dependen adalah variabel yang terikat dan dipengaruhi

oleh variabel Independen. Berdasarkan tujuan penelitian ini

maka variabel dependen yang digunakan adalah

a. Initial Return (IR).

Variabel ini diukur berdasarkan return harian dengan menggunakan

metode sederhana (mean) yang merupakan selisih antara harga

saham pada hari pertama penutupan dipasar sekunder dengan harga

saham pada penawaran perdana dibagi dengan harga saham

penawaran perdana (Jogiyanto,2000).

Page 87: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

69

FLIP = VOL

NOSH

Dimana :

IR = Initial Return

Pt1 = Harga penutupan saham perdana (closing price) hari pertama

Pt0 = Harga penawaran saham perdana (offering price) hari pertama

b. Flipping Activity

Dimana :

VOL : trading volume of the ith issuer on the first trading day

(Total volume perdagangan saham pada hari ke-1)

NOSH : number of shares issued for the ith issuer at the IPO

(Jumlah total saham yang di terbitkan saat IPO)

c. Abnormal Return

Pengukuran abnormal return ini diukur dengan menggunakan Market

Adjusted Model yang menganggap bahwa penduga yang terbaik

untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar

saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, tidak perlu

menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi

IR = Pti − Pto

Ptix 100%

Page 88: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

70

Rmt = IHSGt – IHSGt-1

IHSGt-1

ARit = Rit ─ Rmt

karena return sekuritas yang diestimasi sama dengan return indeks

pasar. Berikut adalah rumus menghitung Market Adjusted Model :

ARit : Abnormal Return saham i pada hari ke-t

Rit : Actual Return saham i pada hari ke-t

Rmt : Return pasar yang di hitung dengan cara :

2. Variabel Bebas (lndependent Variable)

Variabel Independen adalah variabel yangn mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen.

Berdasarkan tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa

ada tidaknya anomali Initial Public Offering di pasar modal

Indonesia. Maka variabel independen yang digunakan adalah

Reputasi Underwriter, Jenis Industri, Reputasi Auditor, Time

(hot/cold), Return On Asset, Return On Equity, Debt to Equity Ratio,

Earning Per Shared , Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan.

Dimana reputasi underwriter, Jenis Industri, Reputasi Auditor, dan

Time (hot/cold) merupakan variabel dummy.

a. Reputasi Underwriter

Penelitian reputasi underwriter dalam penelitian ini

Page 89: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

71

Berdasarkan peringkat 50 penjamin emisi di Bursa Efek Indonesia :

Penjamin emisi yang terdaftar di BEI = 1

Penjamin emisi yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia = 0

Berdasarkan kategori perusahaan :

Perusahaan Manufaktur = 1 Perusahaan Non Manufaktur = 0

menggunakan variabel dummy. Apabila perusahaan termasuk

dalam daftar peringkat 50 penjamin emisi yang teraktif dalam

perdagangan di bursa setiap tahunnya yang diperoleh dari fact

book, maka perusahaan listing di tahun tersebut yang dijamin

oleh salah satu penjamin emisi diberi nilai 1, dan sebaliknya

apabila yang tidak dijamin oleh salah satu penjamin emisi

tersebut maka diberi nilai 0.

b. Jenis Industri

Penelitian jenis industri dalam penelitian ini menggunakan

variabel dummy. Apabila perusahaan tersebut termasuk dalam

kategori perusahaan manufaktur maka akan diberi nilai 1 tetapi

jika tidak termasuk dalam kategori perusahaan non manufaktur

maka akan diberi nilai 0.

c. Reputasi Auditor

Reputasi auditor berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan

ketika suatu perusahaan go public. Auditor yang bereputasi

Page 90: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

72

Kategori penentuan Pasar Hot/Cold

Tingkat rata- rata Underpricing tahunan > 25% (periode Hot) : 1

Tingkat rata- rata Underpricing tahunan > 25% (periode Cold) : 0

tinggi dapat digunakan sebagai tanda atau petunjuk terhadap

kualitas perusahaan emiten (Holland dan Horton, 1993).

Penelitian reputasi auditor dalam penelitian ini menggunakan

variabel dummy. Apabila auditor termasuk dalam KAP Big Four

maka perusahaan listing di tahun tersebut diberi nilai 1, dan

sebaliknya apabila auditornya tidak termasuk dalam KAP Big

Four maka diberi nilai 0.

d. Time (hot/cold)

Hot market dapat ditentuan berdasarkan tingkat underperice

rata-rata tahunan, dimana periode hot market merupakan periode

dimana underpricing rata-rata dalam satu periode lebih besar

dari 25% dan sebaliknya berlaku pada cold market (Arifin,

2010). Variabel Time dalam penelitian ini dilihat dari siklus Hot

dan Cold market dimana variabel ini merupakan Variabel

dummy untuk perusahaan yang IPO pada hot market dan cold

market. Tolak ukurnya yaitu berdasarkan tingkat underprice IPO

tahunan.

Berdasarkan kategori Reputasi Auditor :

Auditor yang masuk dalam KAP Big Four = 1

Auditor yang tidak masuk dalam KAP Big Four = 0

Page 91: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

73

Laba Setelah Pajak (EAT)

Return On Asset = x 100%

Total Asset

e. Return On Asset (ROA)

ROA merupakan ukuran profitabilitas perusahaan. Profitabilitas

perusahaan memberikan informasi kepada pihak luar mengenai

efektifitas operasional perusahaan, hal inilah yang menjadi

pertimbangan memasukan variable ini sebagai salah satu faktor

yang mempengaruhi underpricing. Kemampuan perusahaan

menghasilkan laba di masa yang akan datang ditunjukkan

dengan profitabilitas perusahaan yang tinggi dan laba

merupakan informasi penting bagi investor sebagai perimbangan

dalam menanamkan modalnya. Profitabilitas yang tinggi suatu

perusahaan mengurangi ketidakpastian bagi investor sehingga

menurunkan tingkat underpricing, Yasa (2002).

f. Return On Equity (ROE)

Pengembalian atas ekuitas atau Return on Equity (ROE)

adalah mengukur daya untuk menghasilkan laba pada investasi

nilai buku pemegang saham dengan membandingkan laba bersih

setelah pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan

pemegang saham di perusahaan. Dimana ROE yang tinggi akan

mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi

Page 92: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

74

ROE = Laba Bersih

Ekuitas Pemegang Saham Biasa

EPS = Laba Bersih Setelah Pajak

Jumlah Saham Beredar

Total Hutang

Debt To Equity Ratio =

Modal

yang baik dan manajemen biaya yang efektif (Horne &

Machowicz, 2005:225)

g. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to equity ratio digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan untuk membayar seluruh hutangnya baik jangka

pendek maupun jangka panjang. Debt to equity ratio yang tinggi

mencerminkan resiko perusahaan yang tinggi sehingga

ketidakpastian investor meningkat dan akhirnya dapat

meningkatkan underpricing (Gatot dkk, 2013:152).

h. Earning Per Shared (EPS)

Membeli saham berarti membeli prospek perusahaan, yang

tercermin pada laba per saham. Jika laba per saham lebih tinggi,

maka prospek perusahaan lebih baik, sementara laba per saham

lebih rendah berarti kurang baik, dan laba per saham negatif

berarti tidak baik (Samsul, 2006).

Page 93: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

75

Umur Perusahaan = Tahun IPO Tahun Pendirian Perusahaan

Ukuran Perusahaan = Ln (Total aktiva )

i. Umur Perusahaan

Umur perusahaan dapat menjadi bukti bahwa perusahaan

mampu bersaing dan dapat mengambil kesempatan bisnis yang

ada dalam perekonomian. Umur perusahaan menunjukkan

kemampuan perusahaan dapat bertahan hidup dan banyaknya

informasi yang bisa diserap oleh publik. Semakin panjang umur

perusahaan semakin banyak informasi yang bisa diserap

masyarakat (Daljono, 2000).

j. Ukuran Perusahaan

Perusahaan yang besar merupakan perusahaan yang memiliki

sumber daya yang besar dan mampu untuk membiayai

penyediaan informasi baik untuk keperluan internal maupun

eksternal, Ulfani (2008). Variabel Ukuran Perusahaan

menggunakan data perusahaan pada periode 1 tahun sebelum

perusahaan melakukan IPO.

Page 94: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

76

Rmt = IHSGt – IHSGt-1

IHSGt-1

Tabel 3.3

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Penjelasan Indikator

Initial

Return

(Y1)

Selisih antara harga saham

saat penawaran umum

perdana lebih rendah

dengan harga penutupan

hari perdana di pasar

sekunder

IR = Pti − Pto

Ptix 100%

Flipping

Activity

(Y2)

Proporsi dari total volume

perdagangan pada hari

pertama perdagangan

dengan jumlah total saham

yang di terbitkan.

FLIP = Total volume perdagangan

saham pada hari ke-1

Jumlah total saham yang di

Terbitkan

Abnormal

Return

(Y3)

Pengukuran abnormal

return ini diukur dengan

menggunakan Market

Adjusted Model yang

menganggap bahwa

penduga yang terbaik untuk

mengestimasi return suatu

sekuritas adalah return

indeks pasar saat tersebut.

ARit = Rit – Rmt

Dimana :

Reputasi

Underwiter

(X1)

Diukur dengan penjamin

emisi yang terdaftar dalam

peringkat 50 penjamin

emisi teraktif di Bursa Efek

Indonesia

Berdasarkan peringkat 50 penjamin

emisi di Bursa Efek Indonesia :

Penjamin emisi yang terdaftar

di BEI = 1

Penjamin emisi yang tidak terdaftar

di BEI = 0

Page 95: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

77

Jenis

Industri

(X2)

Menunjukkan tingkat

Underpricing perusahaan

dari Industri manufaktur

berbeda dengan perusahaan

non manufaktur

Berdasarkan kategori perusahaan :

Perusahaan Manufaktur = 1

Perusahaan Non Manufaktur = 0

Reputasi

Auditor

(X3)

Diukur kategori apabila

perusahaan menggunakan

auditor yang termasuk

dalam KAP Big Four saat

perusahaan melakukan

listing

Berdasarkan kategori Reputasi

Auditor :

Auditor yang masuk dalam

KAP Big Four = 1

Auditor yang tidak masuk dalam

KAP Big Four = 0

Time

(Hot/Cold)

(X4)

Diukur dengan variabel

dummy untuk perusahaan

yang IPO pada hot market

dan cold market. Tolak

ukurnya yaitu berdasarkan

tingkat underpricing IPO

tahunan.

Kategori penentuan Pasar Hot/Cold

:

Tingkat rata- rata Underpricing

tahunan > 25% (periode Hot) = 1

Tingkat rata- rata Underpricing

tahunan < 25% (periode Cold) = 0

Return On

Asset

(X5)

Mengukur kemampuan

manajemen dalam

menghasilkan pendapatan

dari pengelolaan aset.

ROA = Laba setelah pajak EAT

Total Aset

Return On

Equity

(X6)

Mengukur kemampuan

manajemen dalam

menghasilkan pendapatan

dari pengelolaan modal

(equity)

ROE = Laba Bersih

Ekuitas Pemegang Saham Biasa

Debt Equity

Ratio

(X7)

Debt to Equity Ratio (DER)

yaitu rasio total hutang

terhadap modal perusahaan

Total Hutang

DER =

Modal

Page 96: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

78

Earning Per

Shared

(X8)

Mengukur berapa laba yang

di dapat per lembar

sahamnya.

EPS = Laba Bersih Setelah Pajak

Jumlah Saham Beredar

Umur

Perusahaan

(X9)

Selisih antara tahun IPO

dengan tahun pendirian

perusahaan

AGE = Tahun IPO – Tahun

Pendirian Perusahaan

Ukuran

Perusahaan

(X10)

Diukur dengan Ln total

aktiva yang dimiliki

perusahaan tahun terakhir

sebelum perusahaan

tersebut go public.

SIZE = Ln (Total Aktiva)

Page 97: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

79

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah salah satu bursa saham yang

dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam

upaya mendukung pembangunan ekonomi nasional. Bursa Efek

Indonesia juga berperan dalam upaya mengembangkan pemodal lokal

yang besar dan solid untuk menciptakan pasar modal Indonesia yang

stabil.

Bursa Efek Indonesia (BEI), atau Indonesia Stock Exchange

(IDX) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek

Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas

operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung

Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek

Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif. Bursa hasil

penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007.

Sejarah Bursa Efek, pasar modal telah hadir jauh sebelum

Indonesia Merdeka. Bursa efek Indonesia awalnya pada saat

pemerintahaan Hindia Belanda mendirikan di Batavia pada tanggal 14

Desember 1912 yang di selenggarakan oleh Vereniging Voor de

Effectenhandel. Pada tanggal 11 Januari 1925 di Buka Bursa Efek di

Page 98: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

80

Surabaya, dan disusul dengan pembukaan Bursa Efek di Semarang pada

tanggal 1 Agustus 1925.

Pada tahun 1952, pemeritah membuka bursa efek di Jakarta, yang

diharapkan dapat menjadi indikator penunjang perekonomian. Namun,

karena inflasi dan resesi ekonomi yang berlangsung di Indonesia pada

waktu itu, maka pada tahun 1958 kegiatan bursa efek dihentikan (Rodoni,

2005:109).

2. Daftar Efek Syariah

a. Sejarah Pasar Modal syariah

Sejarah pasar modal syariah di Indonesia dimulai sejak

diterbitkannya Reksa Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment

Management pada 3 Juli 1997. Pada 3 Juli 2000, Bursa Efek

Indonesia (BEI) bekerja sama dengan PT. Danareksa Investment

Management dalam meluncurkan Jakarta Islamic Index dengan

tujuan untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan

dananya secara syariah. Pasar modal syariah merupakan tempat di

mana efek syariah diperdagangkan. Efek-efek tersebut diatur dalam

Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek

Syariah dan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan

dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal. Selanjutnya, pada

tanggal 31 Agustus 2007 Bapepam-LK menerbitkan Peraturan

Bapepam dan LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan

Page 99: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

81

Daftar Efek Syariah dan diikuti dengan peluncuran Daftar Efek

Syariah pertama kali oleh Bapepam-LK pada tanggal 12 September

2007.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

Daftar Efek Syariah adalah kumpulan efek yang tidak bertentangan

dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal yang ditetapkan oleh

Bapepam-LK atau pihak yang disetujui Bapepam-LK. Daftar Efek

Syariah (DES) tersebut merupakan panduan investasi bagi Reksa

Dana Syariah dalam menempatkan dana kelolaannya serta juga dapat

dipergunakan oleh investor yang mempunyai keinginan untuk

berinvestasi pada portofolio Efek Syariah. DES yang diterbitkan

Bapepam-LK dapat dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu:

1) DES Periodik

DES Periodik merupakan DES yang diterbitkan secara berkala

yaitu pada akhir Mei dan November setiap tahunnya. DES

Periodik pertama kali diterbitkan Bapepam-LK tahun 2007.

2) DES Insidentil

DES Insidentil merupakan DES yang diterbitkan secara berkala.

DES Insidentil diterbitkan antara lain yaitu:

a) Penetapan saham yang memenuhi kriteria efek syariah

bersamaan dengan efektifnya pernyataan pendaftaran

Emitrn yang melakukan penawaran umum perdana atau

pernyataan pendaftaran Perusahaan Publik.

Page 100: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

82

b) Penetapan saham Emiten dan atau Perusahaan Publik yang

memenuhi kriteria efek syariah berdasarkan laporan

keuangan berkala yang disampaikan kepada Bapepam-LK

setelah Surat Keputusan DES secara periodik ditetapkan.

Selain itu, Penerbitan efek-efek dapat dilakukan dengan

beberapa akad sesuai dengan Peraturan Bapepam-LK Nomor

IX.A.14, antara lain akad ijarah, akad kafalah, akad mudharabah

(qiradh), dan akad wakalah. Akad-akad inilah yang lazim digunakan

dalam penerbitan efek syariah yang tergabung dalam Daftar Efek

Syariah.

b. Fungsi Pasar Modal syariah

Fungsi dari keberadaan pasar modal syariah adalah sebagai

berikut (Rodoni, 2009:65-66) :

1) Memungkinkan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam

kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan

resikonya.

2) Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna

mendapatkan likuiditas.

3) Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk

membangun dan mengembangkan lini produksinya.

4) Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka

pendek pada harga saham yang merupakan ciri umum pada

pasar modal konvensional.

Page 101: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

83

5) Memungkinkan investasi pada ekonomi yang ditentukan oleh

kinerja kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga

saham.

3. Deskripsi Objek Penelitian

a. Deskripsi objek penelitian di Bursa Efek Indonesia

Penelitian ini dilakukan pada seluruh perusahaan yang

mengalami Underpricing saat melakukan penawaran umum saham

perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014

dengan metode purposive sampling.

Penelitian yang dilakukan di BEI periode 2010-2014 terdapat

123 perusahaan yang melakukan IPO. Namun dari 123 perusahaan

yang melakukan IPO, hanya 103 perusahaan yang mengalami

kualifikasi sampel dalam penelitian ini.

b. Deskripsi objek penelitian di Daftar Efek Syariah

Objek dalam penelitian ini selain pada perusahaan yang

mengalami Underpricing saat melakukan IPO di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2010-2014, yaitu pada seluruh perusahaan

yang mengalami underpricing saat melakukan penawaran umum

saham perdana (IPO) di Daftar Efek Syariah (DES) periode 2010-

2014 dengan metode purposive sampling.

Page 102: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

84

Penelitian yang dilakukan di DES periode 2010-2014 terdapat

73 perusahaan yang melakukan IPO. Namun dari 73 perusahaan

yang melakukan IPO, hanya 59 perusahaan yang mengalami

kualifikasi sampel dalam penelitian ini.

C. Analisis Data

1. Analisis Data di Bursa Efek Indonesia

a. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran dari

masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian yang

dilakukan di Bursa Efek Indonesia. Variabel-variabel yang

digunakan yaitu reputasi underwriter (RU), jenis industry (JI),

reputasi auditor (AUD), Time (hot/cold), return on asset (ROA),

return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), earning per

shared (EPS), umur perushaaan (AGE), ukuran perusahaan (SIZE)

sebagai variabel independen, dan variabel underpricing (IR), flipping

activity (FLIP) dan underperformance (AR)

Page 103: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

85

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

IPO di Bursa Efek Indonesia

Sumber : data diolah SPSS 18, 2016

Variabel RU dihitung dengan menggunakan variabel dummy.

Apabila perusahaan yang listing di tahun tersebut dijamin oleh salah

satu penjamin emisi yang berada dalam daftar fact book maka diberi

nilai 1, dan sebaliknya apabila yang tidak dijamin oleh salah satu

penjamin emisi tersebut maka diberi nilai 0. Nilai mean variabel

reputasi underwriter dari seluruh sampel adalah 0,7476 yang berarti

74,76% dari seluruh perusahaan sampel telah menggunakan jasa

underwriter yang memiliki reputasi tinggi menurut daftar peringkat

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

RU 103 ,00 1,00 ,7476 ,43653

JI 103 ,00 1,00 ,1650 ,37304

AUD 103 ,00 1,00 ,2913 ,45657

Time 103 ,00 1,00 ,6019 ,49189

ROA 103 ,01 51,10 7,6743 8,60861

ROE 103 ,01 194,75 20,0741 25,28624

DER 103 ,03 83,70 3,4122 8,45609

EPS 103 ,00 2303,00 135,1276 294,78412

AGE 103 ,92 60,92 18,3108 13,24965

SIZE 103 21,76 31,11 27,8520 1,50892

IR 103 ,35 70,00 25,3221 21,65638

FLIP 103 ,00 1,08 ,0468 ,11042

AR 103 -,09 ,92 ,0134 ,10035

Valid N (listwise) 103

Page 104: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

86

50 penjamin emisi yang teraktif dalam perdagangan di bursa setiap

tahunnya yang diperoleh dari fact book.

JI dihitung dengan menggunakan variabel dummy untuk

perusahaan manufaktur dan non manufaktur. Nilai minimum jenis

industri sebesar 0 untuk kategori perusahaan dalam sektor non

manufaktur dan nilai maksimum jenis industri sebesar 1 untuk

kategori perusahaan dalam sektor manufaktur, dengan rata-rata

sebesar 0,1650.

Variabel reputasi auditor (AUD) menggunakan variabel

dummy dimana nilai 1 diberikan untuk perusahaan yang

menggunakan auditor yang masuk ke dalam KAP Big four dan nilai

0 untuk perusahaan yang menggunakan auditor yang tidak masuk

dalam KAP Big Four. Nilai mean variabel auditor dari seluruh

perusahaan sampel adalah 0,2913 yang berarti 29,13% dari seluruh

perusahaan sampel telah diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan

KAP Big Four yaitu KAP Osman Bing Satrio & Eny, KAP

Tanudiredja, Wibisana & Rekan, KAP Purwantono, Suherman &

Surja, KAP Sidharta dan Widjaja.

Variabel Time dihitung dengan menggunakan variabel dummy

untuk pasar dalam periode hot dan periode cold. Nilai minimum

sebesar 0 untuk kategori periode cold dan nilai maksimum variabel

time sebesar 1 untuk periode hot. Berdasarkan hasil statistik

deskripif dari seluruh perusahaan sampel diperoleh rata – rata emiten

Page 105: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

87

melakukan IPO pada saat hot period sebesar 0,6019 yang berarti rata

– rata emiten yang melakukan IPO pada saat periode hot 60,19%

dibanding dengan emiten yang melakukan IPO pada saat cold

period.

Semakin tinggi nilai ROA maka semakin baik karena

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari

semua aktiva yang dimiliki, begitu juga sebaliknya apabila ROA

semakin rendah maka perusahaan tidak berhasil menggunakan aktiva

yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Informasi ROA ini

diharapkan oleh emiten dalam pertimbangan keputusan investasi

oleh investor. Berdasarkan hasil statistik deskripif dari seluruh

perusahaan sampel diperoleh bahwa nilai ROA terendah dengan nilai

0,01 berada pada saham PT. Nirvana Development Tbk dan nilai

tertinggi di 51,10 berada pada saham PT. Toba Bara Sejahtera Tbk .

Rasio profitabilitas ROE menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam mendapatkan laba pada laporan keuangan terakhir

sebelum melakukan IPO. Informasi ROE ini diharapkan oleh emiten

dalam pertimbangan keputusan investasi oleh investor. Berdasarkan

hasil statistik deskripif dari seluruh perusahaan sampel diperoleh

bahwa nilai ROE terendah dengan nilai 0,01 berada pada saham PT.

Nirvana Development Tbk. dan nilai tertinggi di 194,75 berada pada

saham PT. Toba Bara Sejahtera.

Page 106: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

88

Debt to equity ratio (DER) sebaiknya besarnya hutang tidak

boleh melebihi modal sendiri, dimana semakin tinggi rasio ini maka

akan semakin beresiko. Informasi DER ini diharapkan oleh emiten

dalam pertimbangan keputusan investasi oleh investor. Berdasarkan

hasil statistik deskripif dari seluruh perusahaan sampel diperoleh

bahwa nilai DER terendah dengan nilai 0,03 berada pada saham PT

Benakat Petroleum Energy Tbk dan nilai tertinggi di 83,70 berada

pada saham Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk.

Laba Per Saham atau Earning Per Share (EPS) adalah jumlah

laba bersih dibagi dengan jumlah saham yang beredar di perusahaan

tersebut. EPS merupakan pos terpenting bagi pemegang saham.

Informasi EPS ini diharapkan oleh emiten dalam pertimbangan

keputusan investasi oleh investor. Berdasarkan hasil statistik

deskripif dari seluruh perusahaan sampel diperoleh bahwa nilai EPS

terendah dengan nilai 0 berada pada saham Capitol Nusantara

Indonesia Tbk dan Golden Plantation Tbk , sedangkan nilai tertinggi

di 2303,00 berada pada saham PT Grand Kartech Tbk.

Umur perusahaan termuda terjadi pada PT. Indofood CBP

Sukses Makmur Tbk yaitu 1 tahun yang terdaftar pada tanggal 7

Oktober 2010 termasuk dalam sektor manufaktur dalam subsektor

Food & Beverages. Umur perusahaan tertua terjadi pada PT. Garuda

Indonesia (Persero) Tbk yaitu 61 tahun yang terdaftar pada tanggal

11 Februari 2011 termasuk dalam sektor non manufaktur dalam

Page 107: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

89

subsektor Transportation. Rata-rata umur perusahaan adalah ± 18

tahun.

Ukuran perusahaan (SIZE) dihitung dengan Ln(total asset)

yang dimiliki oleh perusahaan. SIZE terendah dimiliki oleh PT.

Provident Agro Tbk sebesar 21,76 sedangkan SIZE tertinggi dimiliki

oleh PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk

sebesar 31,11

Berdasarkan statistik deskriptif, menggambarkan bahwa rata-

rata tingkat underpricing dari 103 perusahaan yang melakukan IPO

di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 adalah sebesar 25,32%

dengan standar deviasi 21,66%. Tingkat underpricing terendah

terjadi pada PT Golden Plantation Tbk yaitu sebesar 0,35 %.

Sedangkan tingkat underpricing tertinggi memiliki nilai di atas 70 %

terjadi pada 3 perusahaan diantaranya PT. Multifiling Mitra

Indonesia Tbk , PT Bank dinar indonesia Tbk dan PT. Bank Agris

Tbk yang memiliki tingkat underpricing tertinggi sebesar 70,00%.

Variabel Flipping Activity (FLIP) menunjukan bahwa rata –

rata tingkat flipping di BEI sebesar 0,0468 yang berarti rata rata

46,8% perusahaan yang melakukan IPO mengalami Flipping

Activity. Perusahaan yang mengalami tingkat flipping activity

terendah terjadi pada PT. Batavia Prosperindo International Tbk

memiliki proporsi sebesaar 0. Sedangkan, Perusahaan yang

Page 108: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

90

mengalami tingkat flipping activity tertinggi terjadi pada PT. Minna

Padi Tbk memiliki proporsi sebesar 1,08

Variabel Abnormal return (AR) menunjukkan bahwa rata –

rata return saham jangka panjang semua perusahaan sampel sebesar

0,134 yang berarti rata – rata return saham jangka panjang seluruh

perusahaan sampel mengalami kenaikan sebesar 13,05% selama 1

tahun setelah IPO. Penurunan return saham jangka panjang terendah

terjadi pada PT Intan Baruprana Finance Tbk sebesar - 0,09%,

sedangkan tingkat return saham jangka panjang tertinggi terjadi pada

PT Impack Pratama Industri tbk Tbk sebesar 0,92%.

b. Uji t- Satu Sampel (One Sample Test)

1) Uji t- Satu Sampel (underpricing)

Tabel 4.2

Uji t- satu sampel initial return

Sumber : data diolah SPSS

Pada tabel tersebut menggambarkan nilai t-hitung dengan

derajat kebebasan n - 1 = 123 - 1 = 122 adalah 11,867 > t-tabel

One-Sample Test

Test Value = 21,274

T Df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Y1 11,867 122 ,000 25,32214 21,0896 29,5547

Page 109: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

91

(1,97976) dan nilai p-values untuk two-tailed = 0,000 ; karena pada

penelitian ini dilakukan uji hipotesis satu sisi (one tailed test) Ha : μ

< 0, maka nilai p-values harus dibagi dua (0,000 : 2) = 0,000 untuk

uji satu sisi ini lebih kecil dari α = 0,05 maka Ho : μ ≤ 0 ditolak

sehingga Ha diterima, dimana telah terjadi underpricing pada

penawaran umum perdana (IPO) berdasarkan harga penawaran

terhadap harga penutupan di Bursa Efek Indonesia periode 2010 -

2014 dengan rata-rata tingkat underpricing diperoleh sebesar

25,32%.

Keterbatasan informasi mengenai perusahaan IPO dapat

menjadi pemicu terjadinya underpricing. Informasi tentang

perusahaan yang melakukan IPO yang terbatas menyulitkan investor

untuk menilai tingkat keuntungan dan risiko yang sebenarnya dari

saham IPO (Sulistio, 2005:90).

Fenomena underpricing yang terjadi pada penawaran umum

saham perdana (IPO) dalam penelitian ini konsisten dengan

penelitian yang dilakukan oleh Martani (2005), Yulianti (2011),

Fazri (2011), Badriah (2013) bahwa telah terjadi selisih antara harga

saham pada hari pertama penutupan (closing price) dengan harga

penawaran perdana (offering price) yang menyebabkan terjadinya

undepricing.

Page 110: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

92

2) Uji t- Satu Sampel (flipping activity)

Tabel 4.3

Uji t- satu sampel flipping activity

Sumber : data diolah SPSS

Pada tabel tersebut menggambarkan nilai t-hitung dengan

derajat kebebasan n - 1 = 123 - 1 = 122 adalah 4,304 > t-tabel

(1,97976) dan nilai p-values untuk two-tailed = 0,000 ; karena pada

penelitian ini dilakukan uji hipotesis satu sisi (one tailed test) Ha : μ

< 0, maka nilai p-values harus dibagi dua (0,000 : 2) = 0,000 untuk

uji satu sisi ini lebih kecil dari α = 0,05 maka Ho : μ ≤ 0 ditolak

sehingga Ha diterima, dimana telah terjadi flipping activity pada

penawaran umum perdana (IPO) berdasarkan harga penawaran

terhadap harga penutupan di Bursa Efek Indonesia periode 2010 -

2014 dengan rata-rata tingkat flipping activity diperoleh sebesar

4,68%.

Fenomena flipping activity yang terjadi pada penawaran

umum saham perdana (IPO) dalam penelitian ini menggambarkan

One-Sample Test

Test Value = 0,04694

T Df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Y2 4,304 122 ,000 ,04683 ,0252 ,0684

Page 111: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

93

bahwa terjadi aktivitas ambil hasil untung dengan menjual saham

IPO dengan memanfaatkan tingkat underpricing.

3) Uji t- Satu Sampel (underperformance)

Tabel 4.4

Uji t- satu sampel Underperformance

Sumber : data diolah SPSS

Pada tabel tersebut menggambarkan nilai t-hitung dengan

derajat kebebasan n - 1 = 123 - 1 = 122 adalah 1,353 < t-tabel

(1,97976) dan nilai p-values untuk two-tailed = 0,000 ; karena pada

penelitian ini dilakukan uji hipotesis satu sisi (one tailed test) Ha : μ

< 0, maka nilai p-values harus dibagi dua (0,179 : 2) = 0,0895 untuk

uji satu sisi ini lebih besar dari α = 0,05 maka Ho : μ ≤ 0 diterima

sehingga Ha ditolak, dimana tidak terjadi underperformance pada

penawaran umum perdana (IPO) berdasarkan harga penawaran

terhadap harga penutupan di Bursa Efek Indonesia periode 2010 -

2014 dengan rata-rata tingkat underperformance diperoleh sebesar

1,33%.

One-Sample Test

Test Value = 0,0134824

T Df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Y3 1,353 122 ,179 ,01338 -,0062 ,0330

Page 112: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

94

Dari hasil tersebut secara statistik tidak terjadi fenomena

underperformance pada penawaran umum saham perdana (IPO)

dalam penelitian ini, hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang

menyebutkan bahwa saham yang mengalami underpricing akan

mengalami kinerja jangka panjang saham IPO yang menurun.

c. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya

mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang

baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk

mengetahui model regresi variabel dependen, variabel

independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak.

Page 113: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

95

Gambar 4.1

Uji Normalitas Persamaan Y1 (Underpricing)

Probability Plot of RESI 1

7550250-25-50

99,9

99

95

90

80

7060504030

20

10

5

1

0,1

RESI1

Pe

rce

nt

Mean -5,53258E-14

StDev 18,98

N 103

KS 0,081

P-Value 0,097

Probability Plot of RESI1Normal

Sumber : data diolah dengan Minitab16

H0 : residual menyebar normal

H1 : residual tidak menyebar normal

Gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa titik-titik tersebar

di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah

garis diagonal. Maka dapat dikatakan bahwa model regresi

dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas, yang berarti

bahwa data terdistribusi normal. Nilai prob(0.097)>alpha 5%

maka terima H0 artinya asumsi residual menyebar normal

terpenuhi.

Page 114: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

96

Gambar 4.2

Uji Normalitas Persamaan Y1 (Flipping Activity)

Probability Plot of RESI 1

0,500,250,00-0,25-0,50

99,9

99

95

90

80

7060504030

20

10

5

1

0,1

RESI1

Pe

rce

nt

Mean -4,14447E-16

StDev 0,1224

N 103

KS 0,064

P-Value >0,150

Probability Plot of RESI1Normal

Sumber : data diolah dengan Minitab16

H0 : residual menyebar normal

H1 : residual tidak menyebar normal

Gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa titik-titik tersebar

di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah

garis diagonal. Maka dapat dikatakan bahwa model regresi

dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas, yang berarti

bahwa data terdistribusi normal. Nilai prob (0.150) > alpha 5%

maka terima H0 artinya asumsi residual menyebar normal

terpenuhi.

Page 115: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

97

Gambar 4.3

Uji Normalitas Persamaan Y1 (Underperformance)

Probability Plot of RESI 4

1,00,50,0-0,5-1,0

99,9

99

95

90

80

7060504030

20

10

5

1

0,1

RESI4

Pe

rce

nt

Mean -2,66454E-15

StDev 0,2998

N 103

KS 0,086

P-Value 0,063

Probability Plot of RESI4Normal

Sumber : data diolah dengan Minitab16

H0 : residual menyebar normal

H1 : residual tidak menyebar normal

Gambar 4.3 di atas menunjukkan bahwa titik-titik tersebar

di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah

garis diagonal. Maka dapat dikatakan bahwa model regresi

dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas, yang berarti

bahwa data terdistribusi normal. Nilai prob(0.063) > alpha 5%

maka terima H0 artinya asumsi residual menyebar normal

terpenuhi.

Page 116: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

98

2) Uji Multikolinearitas

Penelitian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data

harus terbebas dari gejala multikolonearitas, gejala ini

ditunjukan dengan korelasi antar variabel independen. Pengujian

dalam uji multikolinearitas dengan melihat nilai VIF (Variance

Inflation Factor) harus berada di bawah 10, hal ini akan

dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 4.5

Uji Multikolinearitas Menggunakan Metode OLS

S

u

m

S

u

m

b

e

r

:

Sumber : data diolah dengan Minitab16

Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak

terjadi gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel

independen yaitu dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang

diperbolehkan hanya mencapai 10 maka data di atas dapat

No. Model VIF

(Y1)

VIF

(Y2)

VIF

(Y3)

1 Initial Return - 1.301 1.302

2 Flipping Activity - - 1.049

3 Abnormal Return - - -

4 Reputasi Underwriter 1.099 1.126 1.127

5 Jenis Industri 1.230 1.239 1.241

6 Reputasi Auditor 1.207 1.275 1.280

7 Time (hot/cold) 1.120 1.235 1.260

8 ROA 3.076 3.084 3.084

9 ROE 3.164 3.177 3.179

10 DER 1.059 1.088 1.088

11 EPS 1.396 1.414 1.415

12 Umur Perusahaan 1.125 1.126 1.127

13 Ukuran Perusahaan 1.280 1.289 1.309

Page 117: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

99

dipastikan tidak terjadi gejala multikolinearitas. Karena data di

atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih kecil dari 10, keadaan

seperti itu membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas.

3) Uji Autokorelasi

Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1

(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada

problem autokorelasi.Untuk mendeteksi autokorelasi dalam

penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson (DW).

Tabel 4.6

Nilai Durbin Watson dengan Metode OLS dan GLS

Sumber : Data diolah dengan Minitab16

Dari tabel diatas dapat dilihat nilai Durbin Watson dari

model OLS dan GLS sama – sama mendekati nilai angka 2,

Persamaan Metode OLS Metode GLS

Nilai Durbin Watson

Y1 2.21469 2.21125

Y2 2.04846 2.05232

Y3 2.15078 2.14273

Page 118: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

100

maka dapat disimpulkan dari ke-tiga persamaan tersebut tidak

terjadi autokorelasi.

4) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain. Dimana data yang baik adalah

data yang homoskedastisitas yaitu yang memiliki kesamaan

varians dalam fungsi regresi. Untuk mendeteksi ada atau

tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan uji white.

Tabel 4.7

Uji White Persamaan Y1 (Underpricing)

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 2.618074 Prob. F(10,92) 0.0076

Scaled explained SS 22.50755 Prob. Chi-Square(10) 0.0127

Sumber : data diolah dengan Eviews

Dari hasil uji white terlihat bahwa nilai Scaled explained

SS sebesar 22,50755 dengan nilai probabilitasnya sebesar 0,0127

≤ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terjadi

heteroskedastisitas dalam penelitian ini.

Page 119: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

101

Tabel 4.8

Uji White Persamaan Y2 (Flipping Activity)

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.583691 Prob. F(73.,29) 0.0843

Scaled explained SS 2378.350 Prob. Chi-Square(73) 0.0000

Sumber : data diolah dengan Eviews

Dari hasil uji white terlihat bahwa nilai Scaled explained

SS sebesar 2378,350 dengan nilai probabilitasnya sebesar

0,000 ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terjadi

heteroskedastisitas dalam penelitian ini.

Tabel 4.9

Uji White Persamaan Y3 (Underperformance)

Sumber : data diolah dengan Eviews

Dari hasil uji white terlihat bahwa nilai Scaled explained

SS sebesar 2035,037 dengan nilai probabilitasnya sebesar

0,000 ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terjadi

heteroskedastisitas dalam penelitian ini.

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 2.457171 Prob. F(86,16) 0.0227

Scaled explained SS 2035.037 Prob. Chi-Square(86) 0.0000

Page 120: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

102

Karena dari tiga persamaan tersebut dilihat dari uji white

mengandung heteroskedastisitas maka untuk mendapatkan

model terbaik menggunakan model Generalized Least Square

(GLS)

d. Pengujian Hipotesis

1) Uji t (Parsial) Model Generalized Least Square

Uji parsial digunakan untuk mengetahui besarnya masing-

masing pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

reputasi underwriter (RU), jenis industri (JI), Reputasi Auditor

(AU), Time (hot/cold), return on asset (ROA), return on equity

(ROE), debt to equity ratio (DER), Earning Per Shared (EPS),

umur perusahaan (AGE), dan ukuran perusahaan (SIZE)

terhadap variabel dependen yaitu Underpricing, Flipping

Activity, dan Underperformance.

Page 121: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

103

Tabel 4.10

Uji t (Parsial) Variabel Underpricing

Sumber : Data diolah menggunakan minitab16

Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa tidak semua

variabel independen yang diteliti berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen. Berikut analisis dari masing-masing

uji variabel independen terhadap variabel bebas :

a) Pengaruh RU terhadap Underpricing

Variabel reputasi underwriter memiliki nilai

signifikansi 0,000 < 0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan

menerima Ha : β1 ≠ 0. Artinya RU secara parsial

Page 122: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

104

berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap initial

return.

Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel

Reputasi underwriter (UND) memiliki pengaruh yang

signifikan dan negatif terhadap underpricing. Artinya,

bahwa semakin tinggi reputasi underwriter yang digunakan

oleh perusahaan maka tingkat underpricing akan semakin

rendah, dan sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Kristiantari (2013:803) bahwa

underwriter memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif

terhadap underpricing. Menurutnya, underwriter yang

bereputasi tinggi lebih berani memberikan harga yang tinggi

sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminannya, sehingga

tingkat underpricing rendah

Dalam menghadapi IPO, calon investor cenderung

melihat terlebih dahulu pihak yang menjadi underwriter

karena menurut investor, underwriter dianggap memiliki

informasi yang lebih lengkap tentang kondisi emiten.

Begitu pula jika dibandingkan dengan emiten, underwriter

dianggap memiliki informasi yang lebih lengkap tentang

pasar.

Page 123: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

105

b) Pengaruh JI terhadap Underpricing

Variabel jenis industri memiliki nilai signifikansi

0,002 < 0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha :

β1 ≠ 0. Artinya JI secara parsial berpengaruh signifikan

dengan arah negatif terhadap initial return.

Dengan kata lain terdapat perbedaan pengaruh

industri manufaktur dan nonmanufaktur terhadap

underpricing . Arah koefisien negatif menandakan bahwa

hubungan variabel jenis industri dengan underpricing tidak

searah.

Menurut Lowry dan Schwert (2002), penumpukan

pendaftaran bagi banyak IPO dengan kesamaan dalam jenis

industri dalam satu periode akan menyebabkan korelasi

berantai terhadap initial return. Selain itu, initial return

yang tinggi akan menyampaikan informasi yang

menguntungkan tentang valuasi pasar. Informasi informasi

positif yang muncul di pasar akan memicu lebih banyak

perusahaan sejenis untuk melakukan IPO. Hal ini dapat

berpengaruh tingkat underpricing.

c) Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Underpricing

Variabel Reputasi Auditor memiliki nilai signifikansi

0,000 < 0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha :

Page 124: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

106

β1 ≠ 0. Artinya Reputasi Auditor secara parsial berpengaruh

signifikan dengan arah negatif terhadap initial return.

Hal ini sesuai dengan hipotesa pada penelitian ini,

dimana semakin baik reputasi auditor yang digunakan

emiten maka akan menurunkan tingkat underpricing atau

initial return begitupun sebaliknya.

Auditor mempunyai peranan penting dalam proses

penawaran saham perdana (IPO), karena auditor memiliki

peranan dalam melakukan pemeriksaan atas laporan

keuangan perusahaan apakah telah sesuai dengan prinsip

akuntansi dan ketentuan Bapepam serta memberikan

pendapat atas kewajaran dari laporan keuangan perusahaan.

Emiten yang menggunakan auditor yang memiliki reputasi

baik dapat mengurangi kesenjangan informasi sehingga

dapat mengurangi adanya ketidakpastian yang tidak

diungkapkan oleh informasi yang tertera di prospektus.

Sehingga semakin kecil ketidakpastian mengenai nilai

perusahaan di masa mendatang maka tingkat underpricing

akan semakin kecil.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Beatty

(1989) yang menemukan bahwa variabel reputasi auditor

memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat

Page 125: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

107

underpricing atau tingkat initial return. Hasil yang sama

juga ditemukan pada penelitian di Indonesia dimana

Desalfianti (2010) menemukan bahwa terdapat hubungan

negatif signifikan antara reputasi auditor dengan tingkat

underpricing atau tingkat initial return.

d) Pengaruh Time (hot/cold) Terhadap Underpricing

Variabel Time (hot/cold) memiliki nilai signifikansi

0,020 < 0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha :

β1 ≠ 0. Artinya Time (hot/cold) secara parsial berpengaruh

signifikan dengan arah positif terhadap initial return.

Hal ini berarti terdapat perbedaan tingkat

underpricing pada saat pasar hot atau pasar cold. Arah

koefisien yang positif menunjukan kenaikan yang searah.

Dimana pada pasar hot tingkat underpricing lebih tinggi

pada pasar cold. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu

yang menyebutkan bahwa rata-rata tingkat underpricing

pada sahat pasar hot lebih tinggi dari pasar cold.

Brownhilder (2013) menyatakan bahwa pasar IPO

panas ditandai dengan sangat tinggi initial return dan

variabilitas yang sangat tinggi dari initial return (ada

korelasi positif yang kuat antara mean dan volatilitas return

awal dari waktu ke waktu). Referensi menegaskan bahwa

Page 126: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

108

pasar IPO panas ditandai oleh volume yang sangat tinggi

saat offering, underpricing yang tinggi , sering

oversubscription saat offering. Sebaliknya, IPO pasar dingin

memiliki underpricing yang rendah dan penerbitan lebih

rendah, lebih sedikit contoh kelebihan permintaan, dan

penawaran yang lebih besar. Cold market biasanya dipicu

oleh kualitas perusahaan IPO yang kurang baik dan tawaran

diterima dengan harga rendah dan sektor bisnis perushaan

hanya sedikit yang bersedia untuk go public

e) Pengaruh ROA terhadap Underpricing

Variabel ROA memiliki nilai signifikansi 0,526 >

0,05; maka Ho : β1 = 0 diterima dan menolak Ha : β1 ≠ 0.

Artinya ROA secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap initial return.

Tidak berpengaruhnya ROA (profitabilitas perusahaan)

pada underpricing dapat diakibatkan oleh ketidakpercayaan

investor atas informasi keuangan yang disajikan oleh

emiten.Temuan ini tidak konsisten dengan Kim et al. (1993)

dan Gerianta (2008) yang telah membuktikan bahwa

profitabilitas perusahaan berpengaruh signifikan (negatif) pada

underpricing.

Rini (2010) dalam Kristiantari (2012) melakukan

penelitian atas perusahaan yang melakukan IPO pada tahun

Page 127: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

109

1995 sampai dengan tahun 2007 menemukan bahwa

perusahaan yang melakukan IPO di BEI melakukan

manajemen laba sebelum IPO (dua tahun dan satu tahun

sebelum IPO) dengan pola income maximization

(menaikkan laba). Terkait hasil penelitian Rini (2010),

maka ROA yang disajikan dalam prospektus adalah ROA

yang mengandung unsur manajemen laba. Terjadinya

manajemen laba mengakibatkan informasi keuangan yang

disajikan oleh perusahaan tidak sesuai dengan fakta yang

sesungguhnya. Profitabilitas yang besar sebagaimana yang

disajikan dalam prospektus belum tentu dapat menunjukkan

kinerja perusahaan tersebut baik.

f) Pengaruh ROE terhadap Underpricing

Variabel ROE memiliki nilai signifikansi 0,059> 0,05;

maka Ho : β1 = 0 diterima dan menolak Ha : β1 ≠ 0. Artinya

ROE secara parsial tidak berpengaruh signifikan dengan

arah negatif terhadap initial return.

Hasil uji parsial menunjukkan bahwa probabilitas

signifikansi ROE tidak signifikan. Hal tersebut berarti

kenaikan ataupun penurunan ROE tidak berpengaruh

terhadap kenaikan ataupun penurunan Underpricing. ROE

dalam suatu perusahaan merupakan imbal hasil yang

diterima perusahaan tersebut, yang berarti semakin tinggi

Page 128: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

110

ROE semakin tinggi tingkat imbal hasil yang dihasilkan

oleh perusahaan tersebut. Akan tetapi para investor tidak

melihat ROE perusahaan dalam investasi karena banyak

perusahaan yang ROEnya tinggi pada saat sebelum

melakukan IPO, tetapi kemudian hari banyak juga

perusahaan yang mengalami kerugian.

Penelitian ini sejalan dengan Risqi dan Harto (2013)

dan Aini (2013) dimana ROE tidak memiliki pengaruh

positif terhadap Underpricing. Akan tetapi penelitian ini

tidak sejalan dengan Hapsari dan mahfud (2012) dimana

nilai ROE memiliki pengaruh negatif terhadap nilai

Underpricing.

g) Pengaruh DER terhadap Underpricing

Variabel DER memiliki nilai signifikansi 0,000 <

0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0.

Artinya DER secara parsial berpengaruh signifikan dengan

arah positif terhadap initial return.

Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi nilai

DER berarti semakin tinggi juga nilai Underpricing pada

perusahaan tersebut yang berarti berbanding lurus. Semakin

tinggi DER dalam suatu perusahaan berarti semakin tinggi

juga perusahaan tersebut dibiayai oleh hutang. Para investor

Page 129: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

111

melihat bahwa perusahaan tersebut berarti berani

mengambil resiko dengan biaya tersebut tetapi bisa ditutupi

dengan hasil yang bagus dari faktor perusahaan lainya

seperti dari hasil produksi, jasa dan lainya sehingga

perusahaan bisa terus berkembang dan bersaing dengan

perusahaan lain.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyusari

(2013) dimana DER berpengaruh positif terhadap

Underpricing, akan tetapi penilitian ini tidak sejalan dengan

penelitian Retnowati (2013) dimana DER tidak berpengaruh

positif terhadap Underpricing.

h) Pengaruh EPS terhadap Underpricing

Variabel EPS memiliki nilai signifikansi 0,000 < 0,05;

maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0. Artinya

EPS secara parsial berpengaruh signifikan dengan arah

positif terhadap initial return.

Hal tersebut berarti kenaikan ataupun penurunan EPS

berpengaruh terhadap kenaikan ataupun penurunan

Underpricing. EPS dalam suatu perusahaan merupakan

imbal hasil per saham yang diterima perusahaan tersebut,

yang berarti semakin tinggi EPS perusahaan semakin tinggi

Page 130: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

112

juga tingkat imbal hasil per saham yang akan diterima oleh

para investor.

Penilitian ini tidak sejalan dengan penelitian Hapsari

dan Mahfud (2012) dimana nilai EPS tidak memiliki

pengaruh negatif terhadap nilai Underpricing. Akan tetapi

penilitian ini sejalan dengan penilitian Wirawan (2014) dan

Retnowati (2013) dimana nilai EPS berpengaruh signifikan

ke arah positif terhadap nilai Underpricing.

i) Pengaruh AGE terhadap Underpricing

Variabel AGE memiliki nilai signifikansi 0,123 >

0,05; maka Ho : β1 = 0 diterima dan menolak Ha : β1 ≠ 0.

Artinya AGE secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap initial return.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kristiantari (2012) bahwa secara parsial

AGE tidak berpengaruh signifikan dan memiliki arah

negatif terhadap underpricing dimana menjadi bukti bagi

para investor, umur perusahaan saja tidak dapat dijadikan

patokan dalam melihat kualitas perusahaan. Oleh karena itu

investor dalam penelitian ini tidak mempertimbangkan

umur perusahaan dalam menilai emiten yang melakukan

IPO. Dalam dunia bisnis yang identik dengan persaingan,

Page 131: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

113

belum tentu perusahaan yang lebih muda mempunyai

kinerja atau prospek yang lebih buruk dibandingkan dengan

perusahaan-perusahaan yang telah lama berdiri.

j) Pengaruh SIZE terhadap Underpricing

Variabel SIZE memiliki nilai signifikansi 0,026 <

0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0.

Artinya SIZE secara parsial berpengaruh signifikan dengan

arah negatif terhadap initial return.

Variabel ukuran perusahan (SIZE) memiliki pengaruh

yang signifikan dan negatif terhadap underpricing. Hal ini

menunjukan bahwa semakin kecil ukuran perusahaan

semakin besar tingkat underpricing perusahaan, dimana

ukuran perusahaan menunjukan besarnya sebuah

perusahaan dalam melakukan aktivitas perusahaan sehingga

mampu bersaing dengan baik dengan perusahaan lain, dari

hasil negatif ini berarti para investor melihat perusahaan

dengan ukuran perusahaan yang kecil tetapi dapat bersaing

dengan perusahaan besar lainya, yang berarti tingkat

produktivitas, jasa dan lainya pada perusahaan tersebut

memiliki nilai yang bagus meski dengan ukuran perusahaan

yang kecil sehingga mempengaruhi nilai underpricing

perusahaan tersebut.

Page 132: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

114

Penilitian ini sejalan dengan Hasil penelitian dari

Kristianti (2013), Retnowati (2013), dan Hapsari dan

Mahfud (2012) menunjukan bukti empiris bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh negatif terhadap underpricing.

Akan tetapi tidak sejalan dengan penilitian Wirawan (2014),

Aini (2013) dan Safitri (2013) dimana ukuran perusahaan

tidak berpengaruh positif terhadap underpricing.

Tabel 4.11

Uji t (Parsial) Variabel Flipping Activity

Sumber : Data diolah menggunakan minitab16

Page 133: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

115

Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa tidak semua

variabel independen yang diteliti berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen (flipping activity). Berikut analisis

dari masing-masing uji variabel independen terhadap variabel

bebas :

a) Pengaruh Reputasi Underwriter terhadap flipping activity

Variabel reputasi underwriter memiliki nilai

signifikansi 0,029 < 0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan

menerima Ha : β1 ≠ 0. Artinya RU secara parsial

berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap

flipping activity.

Reputasi underwriter dinilai berpengaruh signifikan

dalam menjelaskan flipping activity. kehadiran underwriter

terkemuka menyebabkan investor dalam pasar primer untuk

membentuk ekspektasi positif mengenai prospek jangka

panjang dari perusahaan penerbit. Dengan demikian, ini

harus memperoleh loyalitas pemegang saham yang lebih

besar, meningkatkan wawasan investasi lebih lanjut dari

aftermarket awal dan mengurangi kejadian flipping

activity.

Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang di

lakukan oleh Che-yahya (2014) yang menemukan bahwa

Page 134: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

116

peran reputasi underwriter tidak berpengaruh dalam

menentukan flipping activity. Namun hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chong et

al. (2009) yang menunjukkan bahwa reputasi underwriter

dilihat sebagai sinyal kualitas perusahaan, sehingga memicu

permintaan tambahan dan meningkatkan flipping activity.

Penjelasan ini tampaknya menjadi relevan karena

permintaan investor ditemukan berhubungan positif dan

signifikan terhadap flipping activity, menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat permintaan IPO maka semakin tinggi

kecenderungan untuk pemegang saham baru untuk

melepaskan saham mereka dialokasikan untuk kesempatan

untuk membuat modal cepat keuntungan di aftermarket

langsung.

b) Pengaruh Jenis Industri terhadap flipping activity

Variabel jenis industri memiliki nilai signifikansi

0,000 < 0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha :

β1 ≠ 0. Artinya JI secara parsial berpengaruh signifikan

dengan arah positif terhadap flipping activity.

Artinya perbedaan jenis industri suatu perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap tingkat flipping activity.

Hal ini disebabkan karena investor memperhatikan jenis

industri suatu perusahaan ketika melakukan investasi pada

Page 135: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

117

perusahaan go public. Hal ini berkaitan dengan

underpricing, dimana dalam penelitian ini variabel jenis

industri di nilai mempengaruhi tingkat underpricing, maka

dari itu variabel jenis industri juga dinilai mempengaruhi

tingkat flipping activity. Dimana flipping activity ini adalah

kegiatan investor dalam menjual saham IPO dalam rangka

untuk mengambil keuntungan dari underpricing awal

(Arosio et al, 2001).

Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang di

lakukan oleh Che-yahya (2014) yang menemukan bahwa

tidak ada hubungan signifikan antara sektor perusahaan

dengan flipping activity.

c) Pengaruh Reputasi Auditor terhadap flipping activity

Variabel Reputasi Auditor memiliki nilai signifikansi

0,000 < 0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha :

β1 ≠ 0. Artinya Reputasi Auditor secara parsial berpengaruh

signifikan dengan arah positif terhadap flipping activity.

Artinya reputasi auditor suatu perusahaan saat

melakukan IPO berpengaruh signifikan terhadap tingkat

flipping activity. Hal ini disebabkan karena investor

memperhatikan auditor suatu perusahaan ketika melakukan

investasi pada perusahaan go public. Auditor yang berputasi

Page 136: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

118

tinggi dinilai dapat memberikan informasi secara akurat

dalam laporan keuangan. Hal ini berkaitan juga dengan

tingkat underpricing, dimana dalam penelitian ini variabel

reputasi auditor di nilai mempengaruhi tingkat

underpricing, maka dari itu variabel reputasi auditor juga

dinilai mempengaruhi tingkat flipping activity. Dimana

flipping activity ini adalah kegiatan investor dalam menjual

saham IPO dalam rangka untuk mengambil keuntungan dari

underpricing awal (Arosio et al, 2001).

d) Pengaruh Time (hot/cold) terhadap flipping activity

Variabel Time (hot/cold) memiliki nilai signifikansi

0,000 < 0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha :

β1 ≠ 0. Artinya Time (hot/cold) secara parsial berpengaruh

signifikan dengan arah positif terhadap flipping activity.

Artinya periode waktu pasar hot/cold berpengaruh

signifikan terhadap tingkat flipping activity. Dapat

disimpulkan bahwa pasar IPO mengalami flipping activity

yang aktif pada IPO pasar hot untuk membantu dalam

memprediksi aktivitas perdagangan berikutnya. Tingginya

flipping activity pada IPO akan membantu penjamin emisi

untuk menstabilkan harga IPO,

Page 137: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

119

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Aggarwal (2003) menunjukkan bahwa flipping activity

terjadi sebagian besar dalam IPO pasar hot. Selain itu,

ditemukan bahwa volume perdagangan yang rendah

terdapat di IPO pasar very cold dari rata-rata flipping

activity 60,13% ke 116,82% yang dilaporkan dalam IPO

pasar hot. Oleh karena itu, dimensi flipping activity lebih

sering terjadi dalam IPO pasar hot.

Namun, hasil ini bertentangan dengan percobaan dari

Krigman et al. (1999), yang dianggap sebagai IPO US

1988-1995 dan menunjukkan bahwa flipping activity terjadi

lebih tinggi di frekuensi dalam IPO dingin dibandingkan

dengan IPO panas, bersama-sama dengan 45% dan 22%

dari perdagangan awal volume masing-masing.

e) Pengaruh ROA terhadap flipping activity

Variabel ROA memiliki nilai signifikansi 0,328 >

0,05; maka Ho : β1 = 0 diterima dan menolak Ha : β1 ≠ 0.

Artinya ROA secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap flipping activity.

Artinya tinggi rendanhnya nilai ROA suatu

perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat

flipping activity. Hal ini disebabkan karena investor tidak

Page 138: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

120

memperhatikan kemampuan suatu perusahaan dalam

menghasilkan laba dengan menggunakan asetnya ketika

melaukan investasi pada perusahaan go public, karena

investor cenderung hanya ingin mengambil keuntungan dari

tingkat underpricing perusahaan tersebut. Dimana flipping

activity ini adalah kegiatan investor dalam menjual saham

IPO dalam rangka untuk mengambil keuntungan dari

underpricing awal (Arosio et al, 2001).

f) Pengaruh ROE terhadap flipping activity

Variabel ROE memiliki nilai signifikansi 0,044> 0,05;

maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0. Artinya

ROE secara parsial berpengaruh signifikan dengan arah

negatif terhadap flipping activity.

Artinya tinggi rendanhnya nilai ROE suatu

perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat flipping

activity. Hal ini disebabkan karena investor memperhatikan

nilai ROE suatu perusahaan ketika melakukan investasi

pada perusahaan go public. Hal ini berkaitan dengan

underpricing, dimana dalam penelitian ini variabel ROE di

nilai mempengaruhi tingkat underpricing, maka dari itu

variabel ROE juga dinilai mempengaruhi tingkat flipping

activity. Dimana flipping activity ini adalah kegiatan

investor dalam menjual saham IPO dalam rangka untuk

Page 139: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

121

mengambil keuntungan dari underpricing awal (Arosio et

al, 2001).

Flipping dinilai memberikan likuiditas aftermarket,

yang dapat menurunkan biaya perdagangan dan

menurunkan biaya perusahaan penerbit untuk modal

( Booth dan Chua, 1986 ).

g) Pengaruh DER terhadap flipping activity

Variabel DER memiliki nilai signifikansi 0,012 <

0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0.

Artinya DER secara parsial berpengaruh signifikan dengan

arah negatif terhadap flipping activity.

Artinya tinggi rendanhnya nilai DER suatu

perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat flipping

activity. Hal ini disebabkan karena investor memperhatikan

nilai DER suatu perusahaan ketika melakukan investasi

pada perusahaan go public. Hal ini berkaitan dengan

underpricing, dimana dalam penelitian ini variabel DER di

nilai mempengaruhi tingkat underpricing, maka dari itu

variabel DER juga dinilai mempengaruhi tingkat flipping

activity. Dimana flipping activity ini adalah kegiatan

investor dalam menjual saham IPO dalam rangka untuk

Page 140: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

122

mengambil keuntungan dari underpricing awal (Arosio et

al, 2001).

h) Pengaruh EPS terhadap flipping activity

Variabel EPS memiliki nilai signifikansi 0,023 < 0,05;

maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0. Artinya

EPS secara parsial berpengaruh signifikan dengan arah

negatif terhadap flipping activity.

Artinya tinggi rendahnya nilai EPS suatu perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap tingkat flipping activity.

Hal ini disebabkan karena investor memperhatikan nilai

EPS suatu perusahaan ketika melakukan investasi pada

perusahaan go public. Hal ini berkaitan dengan

underpricing, dimana dalam penelitian ini variabel EPS di

nilai mempengaruhi tingkat underpricing, maka dari itu

variabel EPS juga dinilai mempengaruhi tingkat flipping

activity. Dimana flipping activity ini adalah kegiatan

investor dalam menjual saham IPO dalam rangka untuk

mengambil keuntungan dari underpricing awal (Arosio et

al, 2001)

i) Pengaruh AGE terhadap flipping activity

Variabel AGE memiliki nilai signifikansi 0,009 <

0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0.

Page 141: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

123

Artinya AGE secara parsial berpengaruh signifikan dengan

arah positif terhadap flipping activity.

Artinya lama tidaknya umur suatu perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap tingkat flipping activity.

Hal ini disebabkan karena investor memperhatikan umur

perusahaan ketika perusahaan melakukan investasi pada

perusahaan go public. Hal ini berkaitan dengan

underpricing, dimana dalam penelitian ini variabel AGE di

nilai mempengaruhi tingkat underpricing, maka dari itu

variabel AGE juga dinilai mempengaruhi tingkat flipping

activity. Dimana flipping activity ini adalah kegiatan

investor dalam menjual saham IPO dalam rangka untuk

mengambil keuntungan dari underpricing awal (Arosio et

al, 2001).

Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang di

lakukan oleh Che-yahya (2014) yang menemukan bahwa

tidak ada hubungan signifikan antara umur perusahaan

dengan flipping activity.

j) Pengaruh SIZE terhadap flipping activity

Variabel SIZE memiliki nilai signifikansi 0,000 <

0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0.

Page 142: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

124

Artinya SIZE secara parsial berpengaruh signifikan dengan

arah negatif terhadap flipping activity.

Artinya besar rendahnya ukuran suatu perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap tingkat flipping activity.

Hal ini disebabkan karena investor memperhatikan ukuran

suatu perusahaan ketika melakukan investasi pada

perusahaan go public. Hal ini berkaitan dengan

underpricing, dimana dalam penelitian ini variabel SIZE di

nilai mempengaruhi tingkat underpricing, maka dari itu

variabel SIZE juga dinilai mempengaruhi tingkat flipping

activity. Dimana flipping activity ini adalah kegiatan

investor dalam menjual saham IPO dalam rangka untuk

mengambil keuntungan dari underpricing awal (Arosio et

al, 2001).

Temuan ini konsisten dengan hasil Islam dan Munira

(2004), yang melaporkan bahwa ukuran perusahaan

memiliki pengaruh negatif yang signifikan pada IPO

flipping. Itu hubungan negatif yang diperoleh dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa Malaysia investor

tertarik untuk berpartisipasi dalam IPO di pasar sekunder,

kemungkinan karena mereka terus berharap hasil positif

dari penerbitan IPO. Hubungan negatif harus, karena itu,

merupakan hasil supply dari IPO yang dikeluarkan, yaitu,

Page 143: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

125

mengingat sejumlah konstan saham yang diperdagangkan,

yang lebih besar (lebih kecil) jumlah saham yang

diterbitkan, dan lebih kecil (lebih besar) yang dihasilkan

tersebut proporsi volume perdagangan terhadap total saham

yang diterbitkan.

k) Pengaruh Underpricing terhadap flipping activity

Variabel Underpricing memiliki nilai signifikansi

0,073 > 0,05; maka Ho : β1 = 0 diterima dan menolak Ha :

β1 ≠ 0. Artinya Underpricing secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap flipping activity.

Artinya tinggi rendahnya tingkat underpricing suatu

perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat flipping

activity saham IPO. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Che-Yahya dkk (2014) dimana dalam

penelitiannya menemukan hubungan yang positif signifikan

antara flipping activity terhadap initial return. Begitupun

dengan penelitian abdul rahim et al (2013) berdasarkan

pada kedua underpricing menunjukkan pengaruh yang

signifikan terhadap flipping activity pada tingkat 1%.

Koefisien positif dari initial return menunjukkan bahwa

lebih dihargai. Mengaitkannya dengan kegiatan flipping,

hasil ini menunjukkan bahwa saat IPO lebih signifikan

underpriced, “flipper” memiliki lebih banyak alasan untuk

Page 144: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

126

melikuidasi saham mereka pada kesempatan pertama yang

tersedia.

Hasil ini tidak sesuai dengan fakta bahwa semakin

tinggi return awal, semakin besar kecenderungan bagi

investor tangan pertama untuk menjual saham mereka di

aftermarket untuk mencoba membuat pengembalian yang

instan. Mengaitkannya dengan kegiatan flipping, hasil ini

menunjukkan bahwa saat IPO tingkat underpricing

berpengaruh signifikan terhadap kegiatan flipping, dan

“flipper” memiliki lebih banyak alasan untuk melikuidasi

saham mereka pada kesempatan pertama yang tersedia.

Page 145: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

127

Tabel 4.12

Uji t (Parsial) Variabel Underperformance

Sumber : Data diolah menggunakan minitab16

Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa tidak semua

variabel independen yang diteliti berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen (Undeperformance). Berikut analisis

dari masing-masing uji variabel independen terhadap variabel

bebas :

Page 146: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

128

a) Pengaruh Reputasi Underwriter terhadap kinerja saham

jangka panjang

Variabel reputasi underwriter memiliki nilai

signifikansi 0,000 < 0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan

menerima Ha : β1 ≠ 0. Artinya RU secara parsial

berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap

Undeperformance.

Hal ini berarti semakin tinggi reputasi underwriter

yang digunakan maka akan semakin baik kinerja saham

perdana jangka panjangnya. Hasil ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sanora (2013:1074) bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara

reputasi underwriter dengan return saham jangka panjang,

Hal ini dikarenakan underwriter memegang peranan

penting dalam penentuan harga saham pada saat penjaminan

emisi serta bertanggungjawab terhadap berhasil atau

tidaknya penawaran saham. Apabila emiten menggunakan

underwriter yang berkualitas tinggi, maka para investor

akan merespon positif informasi tersebut.

b) Pengaruh Jenis Industri terhadap kinerja saham jangka

panjang

Variabel jenis industri memiliki nilai signifikansi

0,000 < 0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha :

Page 147: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

129

β1 ≠ 0. Artinya JI secara parsial berpengaruh signifikan

dengan arah positif terhadap Undeperformance.

Dengan kata lain terdapat perbedaan pengaruh

industri manufaktur dan nonmanufaktur terhadap tingkat

underperformance saham yang melakukan IPO . Arah

koefisien positif menandakan bahwa hubungan variabel

jenis industri dengan underperformance searah. Menurut

Bravo (1998) fenomena underperformance hampir terjadi

pada seluruh jenis indutri kecuali pada industri finansial dan

restoran.

Menurut Miller (2000) pengaruh industri keuangan

terhadap underperformance dapat dijelaskan dengan

pendekatan teori divergence of opinion dimana hanya

terdapat sedikit perbedaan pendapat antar investor terhadap

perusahaan industri keuangan karena perusahaan industri

keuangan mempunyai regulasi yang paling ketat

dibandingkan industri lain dalam menjalankan bisnisnya,

sehingga industri keuangan lebih cenderung mempunyai

underperformance yang kecil.

Page 148: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

130

c) Pengaruh Reputasi Auditor terhadap kinerja saham jangka

panjang

Variabel Reputasi Auditor memiliki nilai signifikansi

0,000 < 0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha :

β1 ≠ 0. Artinya Reputasi Auditor secara parsial berpengaruh

signifikan dengan arah positif terhadap Undeperformance.

Artinya reputasi auditor berpengaruh terhadap kinerja

saham jangka panjang saham IPO. Arah koefisien yang

positif menunjukan bahwa semakin baik reputasi auditor

yang digunakan emiten maka akan semakin baik kinerja

saham jangka panjangnya. Hal ini disebabkan auditor yang

bereputasi baik diangkap memberikan kualitas audit yang

tinggi sehingga informasi yang diberikan auditor bereputasi

tinggi di anggap akurat oleh investor dan hal ini dinilai

dapat menghindakan investor dari ketidakpastian dimasa

mendatang.

Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kristiantari (2013:803) bahwa reputasi

auditor tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap

underprice hal ini disebabkan karena mulai tahun 2002,

banyak emiten yang menggunakan jasa KAP non big 4.

Page 149: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

131

d) Pengaruh Time (hot/cold) terhadap kinerja saham jangka

panjang

Variabel Time (hot/cold) memiliki nilai signifikansi

0,000 < 0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha :

β1 ≠ 0. Artinya Time (hot/cold) secara parsial berpengaruh

signifikan dengan arah positif terhadap variabel

Undeperformance.

Hal ini berarti terdapat pengaruh kondisi pasar saat hot

atau cold terhadap tingkat underperformance. Hal ini

berkaitan dengan pasar hot/cold berpengaruh terhadap

tingkat underpricing. Dimana tingkat underpricing yang

tinggi biasanya diikuti dengan kinerja saham yang buruk

(underperformance) di periode selanjutnya.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian (Jaskiewicz,et al

,2005) melakukan penelitian kondisi pasar hot market

menghasilkan koefisien korelasi positif terhadap

underperformance. Sedangkan tidak sesuai dengan

penelitian Sahoo dan Rajib (2010) melakukan penelitian hot

maket menghasilkan koefisien korelasi negatif terhadap

underperformance. Coacley,et al (2005) melakukan

penelitian kondisi pasar (hot market) menghasilkan bahwa

perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO pada kondisi

Page 150: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

132

hot market memiliki kecenderungan untuk lebih

underderperformance dibandingkan pada cold market.

e) Pengaruh ROA terhadap kinerja saham jangka panjang

Variabel ROA memiliki nilai signifikansi 0,003 <

0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0.

Artinya ROA secara parsial berpengaruh signifikan dengan

arah negatif terhadap Undeperformance.

Return On Asset berpengaruh terhadap Return Saham,

hal ini menunjukkan tingkat pengembalian investasi yang

telah dilakukan perusahaan dengan menggunakan seluruh

aktiva yang dimiliknya mendapatkan keuntungan. Return on

Asset (ROA) salah satu teknik analisis keuangan yang

bersifat menyeluruh atau komprehensif dengan mengukur

efektivitas perusahaan dengan keseluruhan dana yang

ditanamkan dalam aktiva yang akan digunakan untuk

operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

Nilai ROA yang besar dalam penelitian ini, berarti

sampel perusahaan yang digunakan mempunyai kinerja

yang bagus dalam menghasilkan laba bersih untuk

pengembalian total aktiva yang dimiliki. Perusahaan

mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut

berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan laba,

Page 151: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

133

sehingga berpengaruh terhadap harga saham, yaitu harga

saham akan naik dan return saham juga akan naik. Naiknya

keuntungan pada perusahaan maka diperkirakan perusahaan

mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang,

sehingga nilai saham menjadi tinggi.

Tingginya keuntungan yang dihasilkan perusahaan

juga akan menjadikan investor tertarik akan saham, aktiva

dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Banyaknya

investor yang berminat untuk berinvestasi maka akan

menyebabkan naiknya return saham yang diterima oleh

investor.

f) Pengaruh ROE terhadap kinerja saham jangka panjang

Variabel ROE memiliki nilai signifikansi 0,004 <

0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0.

Artinya ROE secara parsial berpengaruh signifikan dengan

arah positif terhadap Undeperformance.

Hal ini berarti manajemen perusahaan berhasil

meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan

sesuai dengan tujuan manajemen keuangan

memaksimumkan nilai perusahaan. ROE mempunyai fungsi

untuk mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh para

investor atas penanaman modal yang dilakukan dalam

Page 152: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

134

perusahaan emiten, ROE yang positif menunjukkan bahwa

perusahaan tersebut dapat menghasilkan keuntungan dengan

kemampuan modal sendiri yang dapat menguntungkan para

pemegang saham.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ratnasari dan Hudiwinarsih (2013:94) bahwa ROE

berpengaruh signifikan dan negatif terhadap underprice

yang berarti penelitian ini membuktikan teori signalling

yang dikemukakan oleh Kim.et.al

Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian Chastina

Yolana dan Dwi Martani (2005) bahwa variabel Return On

Equity (ROE) berpengaruh secara signifikan terhadap

tingkat underpricing. Dari hasil penelitian ini dapat

dikatakan bahwa ROE menjadi informasi yang penting bagi

investor sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan

keputusan investasi pada perusahan IPO satu tahun sebelum

penawaran saham perdana.

g) Pengaruh DER terhadap kinerja saham jangka panjang

Variabel DER memiliki nilai signifikansi 0,640 >

0,05; maka Ho : β1 = 0 diterima dan menolak Ha : β1 ≠ 0.

Artinya DER secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap Undeperformance.

Page 153: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

135

Hal ini menunjukkan bahwa investor dalam

berinvestasi guna memperoleh return di pasar sekunder

kurang memperhatikan informasi DER yang terdapat dalam

prospektus, karena investor memandang besarnya nilai DER

sangat dipengaruhi oleh faktor di luar perusahaan selain

kinerja manajemen perusahaan. Hasil penelitian ini

konsisten dengan beberapa penelitian terdahulu antara lain

Purnomo (1998) mengenai variabel DER tidak berpengaruh

signifikan terhadap return saham.

h) Pengaruh EPS terhadap kinerja saham jangka panjang

Variabel EPS memiliki nilai signifikansi 0,839 > 0,05;

maka Ho : β1 = 0 diterima dan menolak Ha : β1 ≠ 0.

Artinya EPS secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap Undeperformance.

Dalam pengujian parsial menunjukkan bahwa variabel

EPS secara individu tidak berpengaruh secara signifikan

dan positif terhadap kinerja saham. Hasil dalam penelitian

ini berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa EPS

memiliki pengaruh positif terhadap AR. Sebagian besar

permintaan investor terhadap saham suatu perusahaan

didasarkan kepada trend yang berlaku di pasar, sehingga

minat investor terhadap saham suatu perusahaan

dipengaruhi langsung oleh tingkah laku pasar. Hasil yang

Page 154: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

136

ditunjukan dalam penelitian ini mengindikasikan terjadi

perubahan trend investor dalam menentukan investasinya,

dimana investor lebih menginginkan laba jangka pendek

berupa capital gain dari investasinya sehingga tidak terlalu

mempertimbangkan EPS. Dengan demikian penelitian ini

tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh yang

signifikan dan positif antara earning per shared (EPS)

dengan kinerja saham.

Tidak ada hubungan antara Earning Per Shared

terhadap Return saham disebabkan oleh berbagai faktor,

antara lain: perbedaan teknis perhitungan, ukuran

perusahaan, kondisi pasar uang Indonesia, adanya faktor

internal selain fundamental ekonomi, suku bunga deposito,

devaluasi, pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah

dan jumlah uang beredar, penjualan, pertumbuhan

penjualan, biaya, deviden tunai, kondisi sosial, politik, dan

ekonomi.

i) Pengaruh AGE terhadap kinerja saham jangka panjang

Variabel AGE memiliki nilai signifikansi 0,391 > 0,05;

maka Ho : β1 = 0 diterima dan menolak Ha : β1 ≠ 0. Artinya

AGE secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap

Undeperformance.

Page 155: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

137

Hal ini menunjukkan bahwa bagi para investor, umur

perusahaan tidak dapat dijadikan patokan dalam melihat

kualitas perusahaan, sehingga umur perusahaan kurang

diperhatikan dalam pengambilan keputusan investasi di

pasar modal.

Amelia dan Saftiana (2007) juga menemukan bahwa

variabel umur perusahaan ternyata tidak berpengaruh secara

signifikan. Padahal seharusnya sesuai dengan teori yang

dikemukakan sebelumnya bahwa semakin lama perusahaan

berdiri mengakibatkan underpricing semakin kecil (kinerja

saham baik). Investor tidak memperdulikan umur

perusahaan tempatnya melakukan investasi dananya. Baik

perusahaan tersebut sudah berdiri sejak lama, memiliki tim

manajemen yang lebih berpengalaman, solid dan memiliki

informasi yang lebih banyak dalam mengantisipasi

kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa

yang akan datang, maupun perusahaan yang belum lama

berdiri, yang kurang berpengalaman sehingga manajemen

tidak memiliki pengetahuan yang luas dalam mengatasi

kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan

datang. Yang paling menjadi perhatian para investor

perusahaan terhadap perusahaan yang melakukan

Page 156: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

138

penawaran umum perdana adalah prospek pertumbuhan

perusahaan pada masa depan bukan pada umur perusahaan.

Tetapi, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ritter (1991) dan Carter et

al. (1998) di US yang menunjukkan adanya pengaruh

positif signifikan antara ukuran perusahaan terhadap kinerja

saham jangka panjang setelah IPO. Hal ini berarti bahwa

terdapat perbedaan gambaran pasar terhadap ukuran

perusahaan di US, UK, dan Indonesia. Investor di Indonesia

tidak memperhatikan lamanya perusahaan berdiri,

perusahaan yang sudah terkenal, atau seberapa lama

perusahaan mampu bertahan dalam mengambil keputusan

pembelian saham perdana.

j) Pengaruh SIZE terhadap kinerja saham jangka panjang

Variabel SIZE memiliki nilai signifikansi 0,394 > 0,05;

maka Ho : β1 = 0 diterima dan menolak Ha : β1 ≠ 0.

Artinya AGE secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap Undeperformance.

Hasil penelitian ini berarti bahwa variabel ukuran

perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja saham perdana jangka panjang pada

keseluruhan perusahaan dan perusahaan yang

Page 157: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

139

underperformed. Hasil penelitian ini juga ditemukan pada

penelitian yang dilakukan oleh Harlina Meidiaswati (2007)

pada perusahaan manufaktur tahun 1991-1993 di Indonesia

yang menunjukkan tidak adanya pengaruh ukuran

perusahaan terhadap kinerja saham perdana jangka panjang.

Investor di pasar modal Indonesia sebagian masih

berinvestasi dalam jangka pendek sehingga ukuran

perusahaan tidak menjadi tolak ukur dalam mengambil

keputusan pembelian sebuah saham perdana. Investor ini

juga masih mempertimbangkan indikator fundamental

perusahaan dalam keputusan investasinya.

k) Pengaruh Underpricing terhadap kinerja saham jangka

panjang

Variabel Underpricing memiliki nilai signifikansi

0,000 < 0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha :

β1 ≠ 0. Artinya Underpricing secara parsial berpengaruh

signifikan dengan arah positif terhadap variabel

Undeperformance.

Underpricing memiliki pengaruh yang signifikan dan

positif terhadap return saham jangka panjang. Artinya ada

hubungan antara underprice terhadap return saham jangka

panjang, dimana semakin tinggi nilai underpicing maka

semakin tinggi pula nilai underperformancenya. Dilihat dari

Page 158: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

140

arah koefisien yang bernilai positif hal ini sejalan dengan

hipotesis fads berargumen bahwa IPO kemungkinan

dihargai secara benar akan tetapi para investor menilai

terlalu berlebihan (over reaction) terhadap penerbitan

saham baru pada awal perdagangan di pasar sekunder.

Hipotesa lain yang mendukung adalah hipotesa

impresario (Shiller, 1990) dan Debondt and Thaler (1985),

yang menyatakan bahwa saham IPO sengaja di-underprice

oleh underwriter untuk menampilkan kesan adanya

kelebihan permintaan saham, sehingga diduga investor yang

tidak mendapat alokasi saham IPO pada pasar perdana akan

mau membelinya dengan harga lebih tinggi pada awal

perdagangan di pasar sekunder (Asmalidar, 2011:175).

l) Pengaruh Flipping Activity terhadap kinerja saham jangka

panjang

Variabel Flipping Activity memiliki nilai signifikansi

0,996 > 0,05; maka Ho : β3 = 0 diterima dan menolak Ha :

β3 ≠ 0. Artinya Flipping Activity secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap Undeperformance.

Artinya aktifitas ambil keuntungan dengan

memanfaatkan tingkat underpricing (flipping activity) tidak

berpengaruh terhadap kinerja saham jangka panjang

Page 159: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

141

perusahaan yang melakukan IPO. Hal ini tidak sesuai

dengan anggapan bahwa saham perusahaan yang

mengalami flipping activity yang tinggi cenderung

mengalami undeperformance.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang di

lakukan oleh Bayley (2006) tidak ada kaitan antara

pengembalian jangka panjang dengan flipping activity.

2) Uji F (Simultan)

Uji simultan digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh

variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel

dependen. Dalam penelitian ini yaitu untuk melihat pengaruh

variabel reputasi underwriter (RU), jenis industri (JI) , reputasi

auditor (AUD), Time (hot/cold), return on asset (ROA), return

on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), earning per

shared (EPS) umur perusahaan (AGE), dan ukuran perusahaan

(SIZE) terhadap variabel Undepricing, flipping activity dan

Underperformance

Page 160: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

142

Tabel 4.1

Uji F ( Simultan)

No Persamaan F P

1 Underpricing 231,85 0,000

2 Flipping Activity 144,75 0,000

3 Underperformance 285,78 0,000

Sumber : data diolah

Dari hasil uji simultan dapat dilihat bahwa secara bersama

sama variabel independen yang terdiri dari reputasi underwriter

(RU), jenis industri (JI) , reputasi auditor (AUD), Time

(hot/cold), return on asset (ROA), return on equity (ROE), debt

to equity ratio (DER), earning per shared (EPS) umur

perusahaan (AGE), dan ukuran perusahaan (SIZE), memiliki

nilai signifikansi sebesar 0,000 karena nilai signifikansi lebih

kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara bersama-

sama (simultan) variabel independen berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen dalam penelitian ini.

3) Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Koefisien determinasi (Adjusted R2) untuk menjelaskan

seberapa besar pengaruh variabel dependen yaitu Underpricing,

flipping activity, dan Underperformance dapat dijelaskan oleh

Page 161: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

143

variabel independen yaitu Reputasi Underwriter (RU), Jenis

Industri (JI), Reputasi Auditor (AU), Time(hot/cold), ROA,

ROE, DER, EPS, AGE, dan SIZE.

Berdasarkan tabel 4.10 diatas menunjukkan besarnya nilai

koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 95,8% yang berarti

variabel dependen Underpricing dapat dijelaskan oleh variabel

independen sebesar 95,8%. Sedangkan sisanya 4,2% dijelaskan

variabel-variabel lain di luar penelitian. Hal ini mengindikasikan

bahwa emiten maupun investor sangat mempertimbangkan

faktor-faktor variabel yang ada di dalam penelitian yaitu

variabel reputasi underwriter (RU), jenis industri (JI) , reputasi

auditor (AUD), Time (hot/cold), return on asset (ROA), return

on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), earning per

shared (EPS) umur perusahaan (AGE), dan ukuran perusahaan

(SIZE).

Berdasarkan tabel 4.11 diatas menunjukkan besarnya nilai

koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 93,9% yang berarti

variabel dependen Flipping Activity dapat dijelaskan oleh

variabel independen sebesar 93,9%. Sedangkan sisanya 6,1%

dijelaskan variabel-variabel lain di luar penelitian. Hal ini

mengindikasikan bahwa emiten maupun investor

mempertimbangkan faktor-faktor variabel yang ada di dalam

penelitian yaitu variabel reputasi underwriter (RU), jenis

Page 162: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

144

industri (JI) , reputasi auditor (AUD), Time (hot/cold), return on

asset (ROA), return on equity (ROE), debt to equity ratio

(DER), earning per shared (EPS) umur perusahaan (AGE), dan

ukuran perusahaan (SIZE).

Berdasarkan tabel 4.12 diatas menunjukkan besarnya nilai

koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 97,1 % yang berarti

variabel dependen Underperformance dapat dijelaskan oleh

variabel independen sebesar 97,1 %. Sedangkan sisanya 2,9 %

dijelaskan variabel-variabel lain di luar penelitian. Hal ini

mengindikasikan bahwa emiten maupun investor sangat

mempertimbangkan faktor-faktor variabel yang ada di dalam

penelitian yaitu variabel reputasi underwriter (RU), jenis

industri (JI) , reputasi auditor (AUD), Time (hot/cold), return on

asset (ROA), return on equity (ROE), debt to equity ratio

(DER), earning per shared (EPS) umur perusahaan (AGE), dan

ukuran perusahaan (SIZE).

Page 163: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

145

4. Analisis Data di Daftar Efek Syariah

a. Statistik Deskriptif di Daftar Efek Syariah

Tabel 4.14

Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

IPO di Daftar Efek Syariah

Sumber : data diolah dengan SPSS18, 2016

Variabel RU dihitung dengan menggunakan variabel dummy.

Apabila perusahaan yang listing di tahun tersebut dijamin oleh salah

satu penjamin emisi yang berada dalam daftar fact book maka diberi

nilai 1, dan sebaliknya apabila yang tidak dijamin oleh salah satu

penjamin emisi tersebut maka diberi nilai 0. Nilai mean variabel

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

RU 59 ,00 1,00 ,7627 ,42907

JI 59 ,00 1,00 ,2034 ,40598

AUD 59 ,00 1,00 ,2203 ,41803

Time 59 ,00 1,00 ,6102 ,49190

ROA 59 ,01 51,10 9,4481 9,97666

ROE 59 ,01 194,75 23,6581 30,12477

DER 59 ,18 83,70 3,1769 10,78940

EPS 59 ,00 2303,00 147,6307 328,28264

AGE 59 ,92 60,92 17,0905 13,29346

SIZE 59 21,76 30,68 27,5141 1,58741

IR 59 ,35 70,00 25,9037 22,10782

FLIP 59 ,00 ,25 ,0391 ,04114

AR 59 -,09 ,92 ,0177 ,12521

Valid N (listwise) 59

Page 164: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

146

reputasi underwriter dari seluruh sampel adalah 0,7627 yang berarti

76,27% dari seluruh perusahaan sampel telah menggunakan jasa

underwriter yang memiliki reputasi tinggi menurut daftar peringkat

50 penjamin emisi yang teraktif dalam perdagangan di bursa setiap

tahunnya yang diperoleh dari fact book.

JI dihitung dengan menggunakan variabel dummy untuk

perusahaan manufaktur dan non manufaktur. Nilai minimum jenis

industri sebesar 0 untuk kategori perusahaan dalam sektor non

manufaktur dan nilai maksimum jenis industri sebesar 1 untuk

kategori perusahaan dalam sektor manufaktur, dengan rata-rata

sebesar 0,2034.

Variabel reputasi auditor (AUD) menggunakan variabel

dummy dimana nilai 1 diberikan untuk perusahaan yang

menggunakan auditor yang masuk ke dalam KAP Big four dan nilai

0 untuk perusahaan yang menggunakan auditor yang tidak masuk

dalam KAP Big Four. Nilai mean variabel auditor dari seluruh

perusahaan sampel adalah 0,2203 yang berarti 22,03% dari seluruh

perusahaan sampel telah diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan

KAP Big Four yaitu KAP Osman Bing Satrio & Eny, KAP

Tanudiredja, Wibisana & Rekan, KAP Purwantono, Suherman &

Surja, KAP Sidharta dan Widjaja.

Variabel Time dihitung dengan menggunakan variabel dummy

untuk pasar dalam periode hot dan periode cold. Nilai minimum

Page 165: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

147

sebesar 0 untuk kategori periode cold dan nilai maksimum variabel

time sebesar 1 untuk periode hot. Berdasarkan hasil statistik

deskripif dari seluruh perusahaan sampel diperoleh rata – rata emiten

melakukan IPO pada saat periode hot sebesar 0,6102 yang berarti

rata – rata emiten yang melakukan IPO pada saat periode hot 61,02%

dibanding dengan emiten yang melakukan IPO pada saat cold

period.

Semakin tinggi nilai ROA maka semakin baik karena

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari

semua aktiva yang dimiliki, begitu juga sebaliknya apabila ROA

semakin rendah maka perusahaan tidak berhasil menggunakan aktiva

yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Informasi ROA ini

diharapkan oleh emiten dalam pertimbangan keputusan investasi

oleh investor. Berdasarkan hasil statistik deskripif dari seluruh

perusahaan sampel diperoleh bahwa nilai ROA terendah dengan nilai

0,01 berada pada saham PT. Nirvana Development Tbk dan nilai

tertinggi di 51,10 berada pada saham PT. Toba Bara Sejahtera Tbk

Rasio profitabilitas ROE menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam mendapatkan laba pada laporan keuangan terakhir

sebelum melakukan IPO. Informasi ROE ini diharapkan oleh emiten

dalam pertimbangan keputusan investasi oleh investor. Berdasarkan

hasil statistik deskripif dari seluruh perusahaan sampel diperoleh

bahwa nilai ROE terendah dengan nilai 0,01 berada pada saham PT.

Page 166: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

148

Nirvana Development Tbk. dan nilai tertinggi di 194,75 berada pada

saham PT. Toba Bara Sejahtera

Debt to equity ratio (DER) sebaiknya besarnya hutang tidak

boleh melebihi modal sendiri, dimana semakin tinggi rasio ini maka

akan semakin beresiko. Informasi DER ini diharapkan oleh emiten

dalam pertimbangan keputusan investasi oleh investor. Berdasarkan

hasil statistik deskripif dari seluruh perusahaan sampel diperoleh

bahwa nilai DER terendah dengan nilai 0,18 berada pada saham PT

Bumi Reaources Minerals Tbk dan nilai tertinggi di 83,70 berada

pada saham Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk

Laba Per Saham atau Earning Per Share (EPS) adalah jumlah

laba bersih dibagi dengan jumlah saham yang beredar di perusahaan

tersebut. EPS merupakan pos terpenting bagi pemegang saham.

Informasi EPS ini diharapkan oleh emiten dalam pertimbangan

keputusan investasi oleh investor. Berdasarkan hasil statistik

deskripif dari seluruh perusahaan sampel diperoleh bahwa nilai EPS

terendah dengan nilai 0 berada pada saham Capitol Nusantara

Indonesia Tbk dan Golden Plantation Tbk , sedangkan nilai tertinggi

di 2303,00 berada pada saham PT Grand Kartech Tbk.

Umur perusahaan termuda terjadi pada PT. Indofood CBP

Sukses Makmur Tbk yaitu 1 tahun yang terdaftar pada tanggal 7

Oktober 2010 termasuk dalam sektor manufaktur dalam subsektor

Food & Beverages. Umur perusahaan tertua terjadi pada PT. Garuda

Page 167: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

149

Indonesia (Persero) Tbk yaitu 61 tahun yang terdaftar pada tanggal

11 Februari 2011 termasuk dalam sektor non manufaktur dalam

subsektor Transportation. Rata-rata umur perusahaan adalah ± 18

tahun.

Ukuran perusahaan (SIZE) dihitung dengan Ln(total asset)

yang dimiliki oleh perusahaan. SIZE terendah dimiliki oleh PT.

Provident Agro Tbk sebesar 21,76 sedangkan SIZE tertinggi dimiliki

oleh PT. Salim Ivomas Pratama Tbk sebesar 30,68.

Berdasarkan statistik deskriptif, menggambarkan bahwa rata-

rata tingkat underpricing dari 59 perusahaan yang melakukan IPO di

Daftar Efek Syariah periode 2010-2014 adalah sebesar 25,90%

dengan standar deviasi 22,11%. Tingkat underpricing terendah

terjadi pada PT Golden Plantation Tbk yaitu sebesar 0,35 %.

Sedangkan tingkat underpricing tertinggi memiliki nilai di atas 70 %

terjadi pada 3 perusahaan diantaranya PT. Multifiling Mitra

Indonesia Tbk , PT Bank dinar indonesia Tbk dan PT. Bank Agris

Tbk yang memiliki tingkat underpricing tertinggi sebesar 70,00%

Variabel Flipping Activity (FLIP) menunjukan bahwa rata –

rata tingkat flipping di BEI sebesar 0,0391 yang berarti 3,91%

perusahaan yang melakukan IPO mengalami Flipping Activity.

Perusahaan yang mengalami tingkat flipping activity terendah terjadi

pada PT. Batavia Prosperindo International Tbk memiliki proporsi

sebesar 0. Sedangkan, Perusahaan yang mengalami tingkat flipping

Page 168: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

150

activity tertinggi terjadi pada PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk

sebesar 0,25

Variabel Abnormal return (AR) menunjukkan bahwa rata –

rata return saham jangka panjang semua perusahaan sampel sebesar

0,0177 yang berarti rata – rata return saham jangka panjang seluruh

perusahaan sampel mengalami kenaikan sebesar 1,77% selama 1

tahun setelah IPO. Penurunan return saham jangka panjang terendah

terjadi pada PT Intan Baruprana Finance Tbk sebesar - 0,09%,

sedangkan tingkat return saham jangka panjang tertinggi terjadi pada

PT Impack Pratama Industri tbk Tbk sebesar 0,92%.

b. Uji t-Satu Sampel (One Sample Test)

1) Uji t-Satu Sampel (underpricing)

Tabel 4.15

Uji t-satu sampel initial return

One-Sample Test

Test Value = 21,058

T Df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Y1 9,000 72 ,000 25,90373 20,1424 31,6651

Sumber : data diolah SPSS

Pada tabel tersebut menggambarkan nilai t-hitung dengan

derajat kebebasan n - 1 = 73 - 1 = 72 adalah 9,000 > t-tabel

Page 169: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

151

(1,99346) dan nilai p-values untuk two-tailed = 0,000 ; karena pada

penelitian ini dilakukan uji hipotesis satu sisi (one tailed test) Ha : μ

< 0, maka nilai p-values harus dibagi dua (0,000 : 2) = 0,000 untuk

uji satu sisi ini lebih kecil dari α = 0,05 maka Ho : μ ≤ 0 ditolak

sehingga Ha diterima, dimana telah terjadi underpricing pada

penawaran umum perdana (IPO) berdasarkan harga penawaran

terhadap harga penutupan di Daftar Efek Syariah periode 2010 -

2014 dengan rata-rata tingkat underpricing diperoleh sebesar

25,90%.

Underpricing terjadi karena kondisi exante uncertainty

mengenai harga yang di tawarkan saat IPO serta adanya asimetri

informasi (Beatty dan Ritter, 1982) dan juga underpricing di

perusahaan IPO diperlukan untuk mengkompensasi investor yang

tidak mempunyai informasi dengan pihak yang lebih banyak

mempunyai informasi (Rock, 1986 dalam Saftiana, 2007:104).

Page 170: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

152

2) Uji t-Satu Sampel (flipping activity)

Tabel 4.16

Uji t-satu sampel flipping activity

One-Sample Test

Test Value = 0,0386

T Df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Y2 7,295 72 ,000 ,03907 ,0284 ,0498

Sumber : data diolah SPSS

Pada tabel tersebut menggambarkan nilai t-hitung dengan

derajat kebebasan n - 1 = 73 - 1 = 22 adalah 7,295 > t-tabel

(1,99346) dan nilai p-values untuk two-tailed = 0,000 ; karena pada

penelitian ini dilakukan uji hipotesis satu sisi (one tailed test) Ha : μ

< 0, maka nilai p-values harus dibagi dua (0,000 : 2) = 0,000 untuk

uji satu sisi ini lebih kecil dari α = 0,05 maka Ho : μ ≤ 0 ditolak

sehingga Ha diterima, dimana telah terjadi flipping activity pada

penawaran umum perdana (IPO) berdasarkan harga penawaran

terhadap harga penutupan di Daftar Efek Syariah periode 2010 -

2014 dengan rata-rata tingkat flipping activity diperoleh sebesar

3,90%.

Page 171: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

153

3) Uji t-Satu Sampel (underperformance)

Tabel 4.17

Uji t-satu sampel underperformance

One-Sample Test

Test Value = 0,018879

T Df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Y1 1,088 72 ,281 ,01773 -,0149 ,0504

Sumber : data diolah SPSS

Pada tabel tersebut menggambarkan nilai t-hitung dengan

derajat kebebasan n - 1 = 73 - 1 = 72 adalah 11,867 > t-tabel

(1,99346) dan nilai p-values untuk two-tailed = 0,000 ; karena pada

penelitian ini dilakukan uji hipotesis satu sisi (one tailed test) Ha : μ

< 0, maka nilai p-values harus dibagi dua (0,281 : 2) = 0,1405 untuk

uji satu sisi ini lebih besar dari α = 0,05 maka Ho : μ ≤ 0 diterima

sehingga Ha ditolak, dimana tidak terjadi underperformance pada

penawaran umum perdana (IPO) berdasarkan harga penawaran

terhadap harga penutupan di Daftar Efek Syariah periode 2010 -

2014 dengan rata-rata tingkat underperformance diperoleh sebesar

1,77%.

Page 172: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

154

c. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya

mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang

baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk

mengetahui model regresi variabel dependen, variabel

independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak.

Gambar 4.4

Uji Normalitas Persamaan Y1 ( Underpricing)

Probability Plot of RESI 1

50250-25-50

99,9

99

95

90

80

7060504030

20

10

5

1

0,1

RESI1

Pe

rce

nt

Mean -1,99915E-14

StDev 18,39

N 59

KS 0,067

P-Value >0,150

Probability Plot of RESI1Normal

Sumber : Data diolah menggunakan Minitab 16

H0 : residual menyebar normal

H1 : residual tidak menyebar normal

Page 173: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

155

Gambar 4.4 di atas menunjukkan bahwa titik-titik tersebar

di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah

garis diagonal. Maka dapat dikatakan bahwa model regresi

dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas, yang berarti

bahwa data terdistribusi normal. Nilai prob(0.150) > alpha 5%

maka terima H0 artinya asumsi residual menyebar normal

terpenuhi.

Gambar 4.5

Uji Normalitas Persamaan Y1 ( Flipping Activity)

Probability Plot of RESI 1

0,500,250,00-0,25-0,50-0,75

99,9

99

95

90

80

7060504030

20

10

5

1

0,1

RESI1

Pe

rce

nt

Mean -2,33335E-16

StDev 0,2012

N 59

KS 0,097

P-Value >0,150

Probability Plot of RESI1Normal

Sumber : Data diolah menggunakan Minitab 16

H0 : residual menyebar normal

H1 : residual tidak menyebar normal

Page 174: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

156

Gambar 4.5 di atas menunjukkan bahwa titik-titik tersebar

di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah

garis diagonal. Maka dapat dikatakan bahwa model regresi

dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas, yang berarti

bahwa data terdistribusi normal. Nilai prob(0.150) > alpha 5%

maka terima H0 artinya asumsi residual menyebar normal

terpenuhi.

Gambar 4.6

Uji Normalitas Persamaan Y1 ( Underperformance)

Probability Plot of RESI 2

0,30,20,10,0-0,1-0,2-0,3

99,9

99

95

90

80

7060504030

20

10

5

1

0,1

RESI2

Pe

rce

nt

Mean -1,65122E-16

StDev 0,09582

N 59

KS 0,076

P-Value >0,150

Probability Plot of RESI2Normal

Sumber : Data diolah menggunakan Minitab 16

H0 : residual menyebar normal

H1 : residual tidak menyebar normal

Page 175: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

157

Gambar 4.6 di atas menunjukkan bahwa titik-titik tersebar

di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah

garis diagonal. Maka dapat dikatakan bahwa model regresi

dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas, yang berarti

bahwa data terdistribusi normal. Nilai prob(0.150) > alpha 5%

maka terima H0 artinya asumsi residual menyebar normal

terpenuhi.

2) Uji Multikolinearitas

Penelitian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data

harus terbebas dari gejala multikolonearitas, gejala ini

ditunjukan dengan korelasi antar variabel independen. Pengujian

dalam uji multikolinearitas dengan melihat nilai VIF (Variance

Inflation Factor) harus berada di bawah 10, hal ini akan

dijelaskan sebagai berikut :

Page 176: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

158

Tabel 4.18

Uji Multikolinearitas Menggunakan Metode OLS

Sumber : Data diolah menggunakan minitab16

Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak

terjadi gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel

dependen dan independen yaitu dengan melihat nilai VIF. Nilai

VIF yang diperbolehkan hanya mencapai 10 maka data di atas

dapat dipastikan tidak terjadi gejala multikolinearitas. Karena

data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih kecil dari 10,

keadaan seperti itu membuktikan tidak terjadinya

multikolinearitas.

No. Model VIF

(Y1)

VIF

(Y2)

VIF

(Y3)

1 Initial Return - 1.446 1.447

2 Flipping Activity - - 1.158

3 Abnormal Return - - -

4 Reputasi Underwriter 1.190 1.219 1.222

5 Jenis Industri 1.233 1.323 1.408

6 Reputasi Auditor 1.317 1.375 1.444

7 Time (hot/cold) 1.247 1.373 1.384

8 ROA 3.199 3.201 3.201

9 ROE 3.616 3.701 3.705

10 DER 1.058 1.106 1.113

11 EPS 1.513 1.626 1.639

12 Umur Perusahaan 1.206 1.210 1.212

13 Ukuran Perusahaan 1.244 1.245 1.262

Page 177: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

159

3) Uji Autokorelasi

Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1

(sebelumnya).Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada

problem autokorelasi.Untuk mendeteksi autokorelasi dalam

penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson (DW).

Tabel 4.19

Nilai Durbin Watson dengan Metode OLS dan GLS

Sumber : Data diolah menggunakan minitab16

4) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain. Dimana data yang baik adalah

data yang homoskedastisitas yaitu yang memiliki kesamaan

varians dalam fungsi regresi. Untuk mendeteksi ada atau

tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan uji harvey.

Persamaan Metode OLS Metode GLS

Nilai Durbin Watson

Y1 2.27308 2.28948

Y2 1.71753 1.68638

Y3 2.27911 2.27785

Page 178: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

160

Tabel 4.20

Uji Harvey Persamaan YI (Underpricing)

Sumber : data diolah Eviews

Dari hasil uji harvey terlihat bahwa nilai Scaled

explained SS sebesar 17,14390 dengan nilai probabilitasnya

sebesar 0,0149 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terjadi

heteroskedastisitas dalam penelitian ini.

Tabel 4.21

Uji Harvey Persamaan Y2 (Flipping Activity)

Heteroskedasticity Test: Harvey

F-statistic 1.125158 Prob. F(11,47) 0.0640

Scaled explained SS 30.53148 Prob. Chi-Square(11) 0.0013

Sumber : data diolah Eviews

Dari hasil uji harvey terlihat bahwa nilai Scaled

explained SS sebesar 30,53148 dengan nilai probabilitasnya

sebesar 0,0013 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terjadi

heteroskedastisitas dalam penelitian ini.

Heteroskedasticity Test: Harvey

F-statistic 2.861006 Prob. F(10,48) 0.0071

Scaled explained SS 17.14390 Prob. Chi-Square(10) 0.0149

Page 179: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

161

Tabel 4.22

Uji Harvey Persamaan Y3 (Underperformance)

Sumber : data diolah Eviews

Dari hasil uji harvey terlihat bahwa nilai Scaled

explained SS sebesar 38,43270 dengan nilai probabilitasnya

sebesar 0,0001 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terjadi

heteroskedastisitas dalam penelitian ini.

d. Pengujian Hipotesis

1) Uji t (Parsial) Model Generalized Least Square

Uji parsial digunakan untuk mengetahui besarnya masing-

masing pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

reputasi underwriter (RU), jenis industri (JI), Reputasi Auditor

(AU), Time (hot/cold), return on asset (ROA), return on equity

(ROE), debt to equity ratio (DER), Earning Per Shared (EPS),

umur perusahaan (AGE), dan ukuran perusahaan (SIZE)

terhadap variabel dependen yaitu Underpricing, Flipping

Activity dan Underperformance.

Heteroskedasticity Test: Harvey

F-statistic 2.598922 Prob. F(12,46) 0.0100

Scaled explained SS 38.43270 Prob. Chi-Square(12) 0.0001

Page 180: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

162

Tabel 4.23

Uji t (Parsial) Variabel Underpricing

Sumber : Data diolah menggunakan minitab16

Dari tabel 4.23 dapat diketahui bahwa tidak semua variabel

independen yang diteliti berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen. Berikut analisis dari masing-masing uji

variabel independen terhadap variabel bebas :

a) Pengaruh RU terhadap Underpricing

Variabel reputasi underwriter memiliki nilai

signifikansi 0,027 < 0,05; maka Ho : β6 = 0 ditolak dan

Page 181: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

163

menerima Ha : β6 ≠ 0. Artinya RU secara parsial

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap initial return.

Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel

Reputasi underwriter memiliki pengaruh yang signifikan

dan negatif terhadap underpricing. Artinya, bahwa semakin

tinggi reputasi underwriter yang digunakan oleh perusahaan

maka tingkat underpricing akan semakin rendah, dan

sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kristiantari (2013:803) bahwa underwriter

memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap

underpricing. Menurutnya, underwriter yang bereputasi

tinggi lebih berani memberikan harga yang tinggi sebagai

konsekuensi dari kualitas penjaminannya, sehingga tingkat

underpricing rendah

Dalam menghadapi IPO, calon investor cenderung

melihat terlebih dahulu pihak yang menjadi underwriter

karena menurut investor, underwriter dianggap memiliki

informasi yang lebih lengkap tentang kondisi emiten.

Begitu pula jika dibandingkan dengan emiten, underwriter

dianggap memiliki informasi yang lebih lengkap tentang

pasar.

Page 182: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

164

b) Pengaruh JI terhadap Underpricing

Variabel jenis industri memiliki nilai signifikansi

0,000 < 0,05; maka Ho : β5 = 0 ditolak dan menerima Ha :

β5 ≠ 0. Artinya JI secara parsial berpengaruh signifikan

dengan arah negatif terhadap initial return.

Dengan kata lain terdapat perbedaan pengaruh

industri manufaktur dan nonmanufaktur terhadap

underpricing . Arah koefisien negatif menandakan bahwa

hubungan variabel jenis industri dengan underpricing tidak

searah.

Menurut Lowry dan Schwert (2002), penumpukan

pendaftaran bagi banyak IPO dengan kesamaan dalam jenis

industri dalam satu periode akan menyebabkan korelasi

berantai terhadap initial return. Selain itu, initial return

yang tinggi akan menyampaikan informasi yang

menguntungkan tentang valuasi pasar. Informasi informasi

positif yang muncul di pasar akan memicu lebih banyak

perusahaan sejenis untuk melakukan IPO. Hal ini dapat

berpengaruh tingkat underpricing.

c) Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Underpricing

Variabel Reputasi Auditor memiliki nilai signifikansi

0,000 < 0,05; maka Ho : β5 = 0 ditolak dan menerima Ha :

Page 183: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

165

β5 ≠ 0. Artinya Reputasi Auditor secara parsial berpengaruh

signifikan dengan arah negatif terhadap initial return.

Hal ini menjelaskan bahwa semakin baik reputasi

auditor yang digunakan emiten maka akan menurunkan

tingkat underpricing atau initial return.

Auditor mempunyai peranan penting dalam proses

penawaran saham perdana (IPO), karena auditor memiliki

peranan dalam melakukan pemeriksaan atas laporan

keuangan perusahaan apakah telah sesuai dengan prinsip

akuntansi dan ketentuan Bapepam serta memberikan

pendapat atas kewajaran dari laporan keuangan perusahaan.

Emiten yang menggunakan auditor yang memiliki reputasi

baik dapat mengurangi kesenjangan informasi sehingga

dapat mengurangi adanya ketidakpastian yang tidak

diungkapkan oleh informasi yang tertera di prospektus.

Sehingga semakin kecil ketidakpastian mengenai nilai

perusahaan di masa mendatang maka tingkat underpricing

akan semakin kecil.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Bavers et

al (1988), Beatty (1989) yang menemukan bahwa variabel

reputasi auditor memiliki pengaruh negatif dan signifikan

terhadap tingkat underpricing atau tingkat initial return.

Page 184: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

166

Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian di

Indonesia dimana Desalfianti (2010) menemukan bahwa

terdapat hubungan negatif signifikan antara reputasi auditor

dengan tingkat underpricing atau tingkat initial return.

d) Pengaruh Time (hot/cold) terhadap Underpricing

Variabel Time (hot/cold) memiliki nilai signifikansi

0,000 < 0,05; maka Ho : β5 = 0 ditolak dan menerima Ha :

β5 ≠ 0. Artinya Time (hot/cold) secara parsial berpengaruh

signifikan dengan arah positif terhadap initial return.

Hal ini berarti terdapat perbedaan tingkat

underpricing pada saat pasar hot atau pasar cold. Arah

koefisien yang positif menunjukan kenaikan yang searah.

Dimana pada pasar hot tingkat underpricing lebih tinggi

pada pasar cold. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu

yang menyebutkan bahwa rata-rata tingkat underpricing

pada sahat pasar hot lebih tinggi dari pasar cold.

Brownhilder (2013) menyatakan bahwa pasar IPO

panas ditandai dengan sangat tinggi initial return dan

variabilitas yang sangat tinggi dari initial return (ada

korelasi positif yang kuat antara mean dan volatilitas return

awal dari waktu ke waktu). Referensi menegaskan bahwa

pasar IPO panas ditandai oleh volume yang sangat tinggi

Page 185: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

167

saat offering, underpricing yang tinggi , sering

oversubscription saat offering. Sebaliknya, IPO pasar dingin

memiliki underpricing yang rendah dan penerbitan lebih

rendah, lebih sedikit contoh kelebihan permintaan, dan

penawaran yang lebih besar. Cold market biasanya dipicu

oleh kualitas perusahaan IPO yang kurang baik dan tawaran

diterima dengan harga rendah dan sektor bisnis perushaan

hanya sedikit yang bersedia untuk go public

e) Pengaruh ROA terhadap Underpricing

Variabel ROA memiliki nilai signifikansi 0,146 >

0,05; maka Ho : β1 = 0 diterima dan menolak Ha : β1 ≠ 0.

Artinya ROA secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap initial return.

Tidak berpengaruhnya ROA (profitabilitas perusahaan)

pada underpricing dapat diakibatkan oleh ketidakpercayaan

investor atas informasi keuangan yang disajikan oleh

emiten.Temuan ini tidak konsisten dengan Kim et al. (1993),

Abdullah (2000), Gerianta (2008) dan Sandhiaji (2004) yang

telah membuktikan bahwa profitabilitas perusahaan

berpengaruh signifikan (negatif) pada underpricing.

Rini (2010) dalam Kristiantari (2012) melakukan

penelitian atas perusahaan yang melakukan IPO pada tahun

1995 sampai dengan tahun 2007 menemukan bahwa

Page 186: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

168

perusahaan yang melakukan IPO di BEI melakukan

manajemen laba sebelum IPO (dua tahun dan satu tahun

sebelum IPO) dengan pola income maximization

(menaikkan laba). Terkait hasil penelitian Rini (2010),

maka ROA yang disajikan dalam prospektus adalah ROA

yang mengandung unsur manajemen laba. Terjadinya

manajemen laba mengakibatkan informasi keuangan yang

disajikan oleh perusahaan tidak sesuai dengan fakta yang

sesungguhnya. Profitabilitas yang besar sebagaimana yang

disajikan dalam prospektus belum tentu dapat menunjukkan

kinerja perusahaan tersebut baik.

f) Pengaruh ROE terhadap Underpricing

Variabel ROE memiliki nilai signifikansi 0,000 <

0,05; maka Ho : β5 = 0 ditolak dan menerima Ha : β5 ≠ 0.

Artinya ROE secara parsial berpengaruh signifikan dengan

arah negatif terhadap initial return.

Return on equity (ROE) memiliki pengaruh yang

signifikan dan negatif terhadap underprice. Artinya, apabila

nilai return on equity (ROE) mengalami kenaikan, maka

tingkat underprice akan mengalami penurunan, begitu juga

sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ratnasari dan Hudiwinarsih (2013:94)

bahwa ROE berpengaruh signifikan dan negatif terhadap

Page 187: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

169

underprice yang berarti penelitian ini membuktikan teori

signalling yang dikemukakan oleh Kim.et.al dalam

Chastina dan Martani (2005). IPO dari emiten dengan rasio

ROE yang tinggi akan menciptakan sentimen positif bagi

investor dalam membeli saham perusahaan tersebut,

sehingga pelaksanaan IPO diharapkan berhasil oleh

underwriter dan emiten kemudian cenderung untuk tidak

menentukan harga penawaran perdana yang jauh lebih

rendah dibawah harga sewajarnya atau dengan kata lain

menurunkan besarnya underpricing.

Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian

Chastina Yolana dan Dwi Martani (2005) bahwa variabel

Return On Equity (ROE) berpengaruh secara signifikan

terhadap tingkat underpricing. Dari hasil penelitian ini

dapat dikatakan bahwa ROE menjadi informasi yang

penting bagi investor sebagai bahan pertimbangan untuk

pengambilan keputusan investasi pada perusahan IPO satu

tahun sebelum penawaran saham perdana.

g) Pengaruh DER terhadap Underpricing

Variabel DER memiliki nilai signifikansi 0,000 <

0,05; maka Ho : β2 = 0 ditolak dan menerima Ha : β2 ≠ 0.

Artinya DER secara parsial berpengaruh signifikan dengan

arah positif terhadap initial return.

Page 188: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

170

Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi nilai DER

berarti semakin tinggi juga nilai Underpricing pada

perusahaan tersebut yang berarti berbanding lurus. Semakin

tinggi DER dalam suatu perusahaan berarti semakin tinggi

juga perusahaan tersebut dibiayai oleh hutang. Para investor

melihat bahwa perusahaan tersebut berarti berani

mengambil resiko dengan biaya tersebut tetapi bisa ditutupi

dengan hasil yang bagus dari faktor perusahaan lainya

seperti dari hasil produksi, jasa dan lainya sehingga

perusahaan bisa terus berkembang dan bersaing dengan

perusahaan lain.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyusari

(2013) dimana DER berpengaruh positif terhadap

Underpricing, akan tetapi penilitian ini tidak sejalan dengan

penelitian Retnowati (2013) dimana DER tidak berpengaruh

positif terhadap Underpricing.

h) Pengaruh EPS terhadap initial return

Variabel EPS memiliki nilai signifikansi 0,000 < 0,05;

maka Ho : β2 = 0 ditolak dan menerima Ha : β2 ≠ 0. Artinya

EPS secara parsial berpengaruh signifikan dengan arah

positif terhadap initial return.

Page 189: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

171

Hal tersebut berarti kenaikan ataupun penurunan EPS

berpengaruh terhadap kenaikan ataupun penurunan

Underpricing. EPS dalam suatu perusahaan merupakan

imbal hasil per saham yang diterima perusahaan tersebut,

yang berarti semakin tinggi EPS perusahaan semakin tinggi

juga tingkat imbal hasil per saham yang akan diterima oleh

para investor.

Penilitian ini tidak sejalan dengan penelitian Hapsari

dan Mahfud (2012) dimana nilai EPS tidak memiliki

pengaruh negatif terhadap nilai Underpricing. Akan tetapi

penilitian ini sejalan dengan penilitian Wirawan (2014) dan

Retnowati (2013) dimana nilai EPS berpengaruh signifikan

ke arah positif terhadap nilai Underpricing.

i) Pengaruh AGE terhadap Underpricing

Variabel AGE memiliki nilai signifikansi 0,099 >

0,05; maka Ho : β3 = 0 diterima dan menolak Ha : β3 ≠ 0.

Artinya AGE secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap initial return.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kristiantari (2012) bahwa secara parsial

AGE tidak berpengaruh signifikan dan memiliki arah

negatif terhadap underpricing dimana menjadi bukti bagi

Page 190: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

172

para investor, umur perusahaan saja tidak dapat dijadikan

patokan dalam melihat kualitas perusahaan. Oleh karena itu

investor dalam penelitian ini tidak mempertimbangkan

umur perusahaan dalam menilai emiten yang melakukan

IPO. Dalam dunia bisnis yang identik dengan persaingan,

belum tentu perusahaan yang lebih muda mempunyai

kinerja atau prospek yang lebih buruk dibandingkan dengan

perusahaan-perusahaan yang telah lama berdiri.

j) Pengaruh SIZE terhadap Underpricing

Variabel SIZE memiliki nilai signifikansi 0,618 >

0,05; maka Ho : β4 = 0 diterima dan menolak Ha : β4 ≠ 0.

Artinya SIZE secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap initial return.

Hasil penelitian ini berarti vareiabel ukuran perushaan

tidak mempengaruhi tingkat underpricing saham IPO.

Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan

disebabkan pertimbangan bahwa perusahaan yang besar

belum tentu memiliki informasi yang lebih banyak bagi

investor, maka informasi mengenai perusahaan belum tentu

lebih banyak dari daripada perusahaan yang baru berdiri

sehingga akan mengurangi terjadinya kurangnya informasi

bagi investor.Penelitian ini tidak konsisten terhadap

penelitian yang dilakukan oleh Indah (2006) yang

Page 191: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

173

menyatakan bahwa SIZE berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap initial return, namun hasil penelitian ini

konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Firdaus

(2012) bahwa secara parsial SIZE tidak berpengaruh

signifikan dengan arah negatif terhadap undepricing.

Tabel 4.24

Uji t (Parsial) Variabel Flipping Activity

Sumber : Data diolah menggunakan minitab16

Dari tabel 4.24 dapat diketahui bahwa tidak semua

variabel independen yang diteliti berpengaruh signifikan

Page 192: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

174

terhadap variabel dependen (flipping activity). Berikut analisis

dari masing-masing uji variabel independen terhadap variabel

bebas :

a) Pengaruh Reputasi Underwriter terhadap flipping activity

Variabel reputasi underwriter memiliki nilai

signifikansi 0,570 > 0,05; maka Ho : β6 = 0 diterima dan

menolak Ha : β6 ≠ 0. Artinya RU secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap flipping activity.

Reputasi underwriter tidak signifikan dalam

menjelaskan flipping activity. Hal ini disebabkan

permintaan investor tampaknya memberikan kontribusi

positif untuk flipping activity, mungkin karena investor

melihat tingginya permintaan sebagai indikasi nilai IPO hari

pertama. Hasil ini juga menunjukan bahwa underwriter

bereputasi baik dapat mengatasi masalah flipping activity

yang berlebihan.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Chong et al. (2009) yang menunjukkan

bahwa reputasi underwriter dilihat sebagai sinyal kualitas

perusahaan, sehingga memicu permintaan tambahan dan

meningkatkan flipping activity. Penjelasan ini tampaknya

menjadi relevan karena permintaan investor ditemukan

Page 193: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

175

berhubungan positif dan signifikan terhadap flipping

activity, menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

permintaan IPO maka semakin tinggi kecenderungan untuk

pemegang saham baru untuk melepaskan saham mereka

dialokasikan untuk kesempatan untuk membuat modal cepat

keuntungan di aftermarket langsung. Tetapi hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh

Che-yahya (2014) yang menemukan bahwa peran reputasi

underwriter tidak berpengaruh dalam menentukan flipping

activity.

b) Pengaruh Jenis Industri terhadap flipping activity

Variabel jenis industri memiliki nilai signifikansi

0,000 < 0,05; maka Ho : β5 = 0 ditolak dan menerima Ha :

β5 ≠ 0. Artinya JI secara parsial berpengaruh signifikan

dengan arah positif terhadap flipping activity.

Artinya perbedaan jenis industri suatu perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap tingkat flipping activity.

Hal ini disebabkan karena investor memperhatikan jenis

industri suatu perusahaan ketika melakukan investasi pada

perusahaan go public. Hal ini berkaitan dengan

underpricing, dimana dalam penelitian ini variabel jenis

industri di nilai mempengaruhi tingkat underpricing, maka

dari itu variabel jenis industri juga dinilai mempengaruhi

Page 194: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

176

tingkat flipping activity. Dimana flipping activity ini adalah

kegiatan investor dalam menjual saham IPO dalam rangka

untuk mengambil keuntungan dari underpricing awal

(Arosio et al, 2001).

Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang di

lakukan oleh Che-yahya (2014) yang menemukan bahwa

tidak ada hubungan signifikan antara sektor perusahaan

dengan flipping activity.

c) Pengaruh Reputasi Auditor terhadap flipping activity

Variabel Reputasi Auditor memiliki nilai signifikansi

0,008 < 0,05; maka Ho : β5 = 0 ditolak dan menerima Ha :

β5 ≠ 0. Artinya Reputasi Auditor secara parsial berpengaruh

signifikan dengan arah positif terhadap flipping activity.

Artinya reputasi auditor suatu perusahaan saat

melakukan IPO berpengaruh signifikanterhadap tingkat

flipping activity. Hal ini disebabkan karena investor

memperhatikan auditor suatu perusahaan ketika melakukan

investasi pada perusahaan go public.Auditor yang berputasi

tinggi dinilai dapat memberikan informasi secara akurat

dalam laporan keuangan. Hal ini berkaitan juga dengan

tingkat underpricing, dimana dalam penelitian ini variabel

reputasi auditor di nilai mempengaruhi tingkat

Page 195: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

177

underpricing, maka dari itu variabel reputasi auditor juga

dinilai mempengaruhi tingkat flipping activity. Dimana

flipping activity ini adalah kegiatan investor dalam menjual

saham IPO dalam rangka untuk mengambil keuntungan dari

underpricing awal (Arosio et al, 2001).

d) Pengaruh Time (hot/cold) terhadap flipping activity

Variabel Time (hot/cold) memiliki nilai signifikansi

0,105 > 0,05; maka Ho : β5 = 0 diterima dan menolak Ha :

β5 ≠ 0. Artinya Time (hot/cold) secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap flipping activity.

Artinya periode waktu pasar hot/cold tidak

berpengaruh signifikan terhadap tingkat flipping activity.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Aggarwal (2003) menunjukkan bahwa flipping activity

terjadi sebagian besar dalam IPO pasar hot. Selain itu,

ditemukan bahwa volume perdagangan yang rendah

terdapat di IPO pasar very cold dari rata-rata flipping

activity 60,13% ke 116,82% yang dilaporkan dalam IPO

pasar hot. Oleh karena itu, dimensi flipping activity lebih

sering terjadi dalam IPO pasar hot.Penelitian lain

menyatakan IPO US 1988-1995 dan menunjukkan bahwa

flipping activity terjadi lebih tinggi di frekuensi dalam IPO

dingin dibandingkan dengan IPO panas, bersama-sama

Page 196: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

178

dengan 45% dan 22% dari perdagangan awal volume

masing-masing Krigman et al. (1999)

e) Pengaruh ROA terhadap flipping activity

Variabel ROA memiliki nilai signifikansi 0,853 >

0,05; maka Ho : β1 = 0 diterima dan menolak Ha : β1 ≠ 0.

Artinya ROA secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap flipping activity.

Artinya tinggi rendahnya nilai ROA suatu perusahaan

tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat flipping

activity. Hal ini disebabkan karena investor tidak

memperhatikan asset suatu perusahaan ketika melaukan

investasi pada perusahaan go public, karena investor

cenderung hanya ingin mengambil keuntungan dari tingkat

underpricing perusahaan tersebut. Dimana flipping activity

ini adalah kegiatan investor dalam menjual saham IPO

dalam rangka untuk mengambil keuntungan dari

underpricing awal (Arosio et al, 2001).

f) Pengaruh ROE terhadap flipping activity

Variabel ROE memiliki nilai signifikansi 0,892 >

0,05; maka Ho : β5 = 0 ditolak dan menerima Ha : β5 ≠ 0.

Artinya ROE secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

flipping activity.

Page 197: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

179

Artinya tinggi rendahnya nilai ROE suatu perusahaan

tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat flipping

activity. Hal ini disebabkan karena investor tidak

memperhatikan ROE suatu perusahaan ketika melakukan

investasi pada perusahaan go public, karena investor

cenderung hanya ingin mengambil keuntungan dari tingkat

underpricing perusahaan tersebut. Dimana flipping activity

ini adalah kegiatan investor dalam menjual saham IPO

dalam rangka untuk mengambil keuntungan dari

underpricing awal (Arosio et al, 2001).

Flipping dinilai memberikan likuiditas aftermarket,

yang dapat menurunkan biaya perdagangan dan

menurunkan biaya perusahaan penerbit untuk modal

( Booth dan Chua, 1986 ).

g) Pengaruh DER terhadap flipping activity

Variabel DER memiliki nilai signifikansi 0,000 <

0,05; maka Ho : β2 = 0 ditolak dan menerima Ha : β2 ≠ 0.

Artinya DER secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

flipping activity.

Artinya tinggi rendanhnya nilai DER suatu

perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat

flipping activity. Hal ini disebabkan karena investor

Page 198: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

180

memperhatikan nilai DER suatu perusahaan ketika

melakukan investasi pada perusahaan go public. Hal ini

berkaitan dengan underpricing, dimana dalam penelitian ini

variabel DER di nilai mempengaruhi tingkat underpricing,

maka dari itu variabel DER juga dinilai mempengaruhi

tingkat flipping activity. Dimana flipping activity ini adalah

kegiatan investor dalam menjual saham IPO dalam rangka

untuk mengambil keuntungan dari underpricing awal

(Arosio et al, 2001).

h) Pengaruh EPS terhadap flipping activity

Variabel EPS memiliki nilai signifikansi 0,074 > 0,05;

maka Ho : β2 = 0 diterima dan menolak Ha : β2 ≠ 0. Artinya

EPS secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap

flipping activity.

Artinya tinggi rendanhnya nilai EPS suatu perusahaan

tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat flipping

activity. Hal ini disebabkan karena investor tidak

memperhatikan laba perlembar saham suatu perusahaan

ketika melaukan investasi pada perusahaan go public,

karena investor cenderung hanya ingin mengambil

keuntungan dari tingkat underpricing perusahaan tersebut.

Dimana flipping activity ini adalah kegiatan investor dalam

Page 199: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

181

menjual saham IPO dalam rangka untuk mengambil

keuntungan dari underpricing awal (Arosio et al, 2001).

i) Pengaruh AGE terhadap flipping activity

Variabel AGE memiliki nilai signifikansi 0,692 >

0,05; maka Ho : β3 = 0 diterima dan menolak Ha : β3 ≠ 0.

Artinya AGE secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap flipping activity.

Artinya lama tidaknya umur suatu perusahaan tidak

berpengaruh signifikan terhadap tingkat flipping activity.

Hal ini disebabkan karena investor tidak memperhatikan

variabel AGE suatu perusahaan ketika melakukan investasi

pada perusahaan go public, karena investor cenderung

hanya ingin mengambil keuntungan dari tingkat

underpricing perusahaan tersebut. Dimana flipping activity

ini adalah kegiatan investor dalam menjual saham IPO

dalam rangka untuk mengambil keuntungan dari

underpricing awal (Arosio et al, 2001).

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan

oleh Che-yahya (2014) yang menemukan bahwa tidak ada

hubungan signifikan antara umur perusahaan dengan

flipping activity.

Page 200: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

182

j) Pengaruh SIZE terhadap flipping activity

Variabel SIZE memiliki nilai signifikansi 0,278 >

0,05; maka Ho : β4 = 0 diterima dan menolak Ha : β4 ≠ 0.

Artinya SIZE secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap flipping activity.

Artinya besar kecilnya ukuran suatu perusahaan tidak

berpengaruh signifikan terhadap tingkat flipping activity.

Hal ini disebabkan karena investor tidak memperhatikan

variabel SIZE ketikan melakukan investasi pada perusahaan

go public, karena investor cenderung hanya ingin

mengambil keuntungan dari tingkat underpricing

perusahaan tersebut. Dimana flipping activity ini adalah

kegiatan investor dalam menjual saham IPO dalam rangka

untuk mengambil keuntungan dari underpricing awal

(Arosio et al, 2001).

Temuan ini tidak sesuai dengan hasil Islam dan

Munira (2004), yang melaporkan bahwa ukuran perusahaan

memiliki pengaruh negatif yang signifikan pada IPO

flipping. Itu hubungan negatif yang diperoleh dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa Malaysia investor

tertarik untuk berpartisipasi dalam IPO di pasar sekunder,

kemungkinan karena mereka terus berharap hasil positif

dari penerbitan IPO. Hubungan negatif harus, karena itu,

Page 201: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

183

merupakan hasil supply dari IPO yang dikeluarkan, yaitu,

mengingat sejumlah konstan saham yang diperdagangkan,

yang lebih besar (lebih kecil) jumlah saham yang

diterbitkan, dan lebih kecil (lebih besar) yang dihasilkan

tersebut proporsi volume perdagangan terhadap total saham

yang diterbitkan.

k) Pengaruh Underpricing terhadap flipping activity

Variabel Underpricing memiliki nilai signifikansi

0,725 > 0,05; maka Ho : β4 = 0 diterima dan menolak Ha :

β4 ≠ 0. Artinya Underpricing secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap flipping activity.

Hal ini berarti besar kecilnya tingkat underpricing

tidak mempengaruhi tingkat flipping activity. Hasil ini tidak

sesuai dengan hipotesa dalam penelitian yang menyebutkan

bahwa tingkat underpricing mempengaruhi tingkat flipping

activity, hal ini dikarenakan investor tidak melihat besar

kecilnya tingkat underpricing suatu saham IPO dalam

melalukan aktivitas ambil untung saham IPO dengan

memanfaatkan tingka underpricing. Saham yang

mengalami underpricing rendah pun dapat mengalami

tingkat flipping activity yang tinggi.

Page 202: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

184

Hasil ini tidak sesuai dengan fakta bahwa semakin

tinggi return awal, semakin besar kecenderungan bagi

investor tangan pertama untuk menjual saham mereka di

aftermarket untuk mencoba membuat pengembalian yang

instan. Mengaitkannya dengan kegiatan flipping, hasil ini

menunjukkan bahwa saat IPO tingkat underpricing

berpengaruh signifikan terhadap kegiatan flipping, dan

“flipper” memiliki lebih banyak alasan untuk melikuidasi

saham mereka pada kesempatan pertama yang tersedia.

Tabel 4.25

Uji t (Parsial) Variabel Underperformance

Sumber : Data diolah menggunakan minitab16

Page 203: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

185

Dari tabel 4.25 dapat diketahui bahwa tidak semua

variabel independen yang diteliti berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen (Undeperformance). Berikut

analisis dari masing-masing uji variabel independen terhadap

variabel bebas :

a) Pengaruh RU terhadap kinerja saham jangka panjang.

Variabel reputasi underwriter memiliki nilai

signifikansi 0,000 < 0,05; maka Ho : β6 = 0 ditolak dan

menerima Ha : β6 ≠ 0. Artinya RU secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Undeperformance.

Hal ini berarti semakin tinggi reputasi underwriter

yang digunakan maka akan semakin baik kinerja saham

perdana jangka panjangnya. Hasil ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sanora (2013:1074) bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara

reputasi underwriter dengan return saham jangka panjang,

Hal ini dikarenakan underwriter memegang peranan

penting dalam penentuan harga saham pada saat penjaminan

emisi serta bertanggungjawab terhadap berhasil atau

tidaknya penawaran saham. Apabila emiten menggunakan

underwriter yang berkualitas tinggi, maka para investor

akan merespon positif informasi tersebut.

Page 204: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

186

b) Pengaruh JI terhadap kinerja saham jangka panjang.

Variabel jenis industri memiliki nilai signifikansi

0,000 < 0,05; maka Ho : β5 = 0 ditolak dan menerima Ha :

β5 ≠ 0. Artinya JI secara parsial berpengaruh signifikan

dengan arah positif terhadap Undeperformance.

Dengan kata lain terdapat perbedaan pengaruh

industri manufaktur dan nonmanufaktur terhadap tingkat

underperfromance saham yang melakukan IPO . Arah

koefisien positif menandakan bahwa hubungan variabel

jenis industri dengan underpperformance searah. Menurut

Bravo (1998) fenomena underperformance hampir terjadi

pada seluruh jenis indutri kecuali pada industri finansial dan

restoran.

Menurut Miller (2000) pengaruh industri keuangan

terhadap underperformance dapat dijelaskan dengan

pendekatan teori divergence of opinion dimana hanya

terdapat sedikit perbedaan pendapat antar investor terhadap

perusahaan industri keuangan karena perusahaan industri

keuangan mempunyai regulasi yang paling ketat

dibandingkan industri lain dalam menjalankan bisnisnya,

sehingga industri keuangan lebih cenderung mempunyai

underperformance yang kecil.

Page 205: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

187

c) Pengaruh Reputasi Auditor terhadap kinerja saham jangka

panjang.

Variabel Reputasi Auditor memiliki nilai signifikansi

0,000 < 0,05; maka Ho : β5 = 0 ditolak dan menerima Ha :

β5 ≠ 0. Artinya Reputasi Auditor secara parsial berpengaruh

signifikan dengan arah positif terhadap Undeperformance.

Artinya reputasi auditor berpengaruh terhadap kinerja

saham jangka panjang saham IPO. Arah koefisien yang

positif menunjukan bahwa semakin baik reputasi auditor

yang digunakan emiten maka akan semakin baik kinerja

saham jangka panjangnya. Hal ini disebabkan auditor yang

bereputasi baik diangkap memberikan kualitas audit yang

tinggi sehingga informasi yang diberikan auditor bereputasi

tinggi di anggap akurat oleh investor dan hal ini dinilai

dapat menghindakan investor dari ketidakpastian dimasa

mendatang.

Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kristiantari (2013:803) bahwa reputasi

auditor tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap

underprice hal ini disebabkan karena mulai tahun 2002,

banyak emiten yang menggunakan jasa KAP non big 4.

Page 206: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

188

d) Pengaruh Time (hot/cold) terhadap kinerja saham jangka

panjang.

Variabel Time (hot/cold) memiliki nilai signifikansi

0,000 < 0,05; maka Ho : β5 = 0 ditolak dan menerima Ha :

β5 ≠ 0. Artinya Time (hot/cold) secara parsial berpengaruh

signifikan dengan arah positif terhadap Undeperformance.

Hal ini berarti terdapat pengaruh kondisi pasar saat hot

atau cold terhadap tingkat underperformance. Hal ini

berkaitan dengan pasar hot/cold berpengaruh terhadap

tingkat underpricing. Dimana tingkat underpricing yang

tinggi biasanya diikuti dengan kinerja saham yang buruk

(underperformance) di periode selanjutnya.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian (Jaskiewicz,et al

,2005) melakukan penelitian kondisi pasar hot market

menghasilkan koefisien korelasi positif terhadap

underperformance. Sedangkan tidak sesuai dengan

penelitian Sahoo dan Rajib (2010) melakukan penelitian hot

maket menghasilkan koefisien korelasi negatif terhadap

underperformance. Coacley,et al (2005) melakukan

penelitian kondisi pasar (hot market) menghasilkan bahwa

perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO pada kondisi

hot market memiliki kecenderungan untuk lebih

underderperformance dibandingkan pada cold market.

Page 207: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

189

e) Pengaruh ROA terhadap kinerja saham jangka panjang.

Variabel ROA memiliki nilai signifikansi 0,019 <

0,05; maka Ho : β1 = 0 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0.

Artinya ROA secara parsial berpengaruh signifikan dengan

arah positif terhadap Undeperformance.

Return On Asset berpengaruh terhadap Return Saham,

hal ini menunjukkan tingkat pengembalian investasi yang

telah dilakukan perusahaan dengan menggunakan seluruh

aktiva yang dimiliknya mendapatkan keuntungan. Return on

Asset (ROA) salah satu teknik analisis keuangan yang

bersifat menyeluruh atau komprehensif dengan mengukur

efektivitas perusahaan dengan keseluruhan dana yang

ditanamkan dalam aktiva yang akan digunakan untuk

operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

Nilai ROA yang besar dalam penelitian ini, berarti

sampel perusahaan yang digunakan mempunyai kinerja

yang bagus dalam menghasilkan laba bersih untuk

pengembalian total aktiva yang dimiliki. Perusahaan

mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut

berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan laba,

sehingga berpengaruh terhadap harga saham, yaitu harga

saham akan naik dan return saham juga akan naik. Naiknya

keuntungan pada perusahaan maka diperkirakan perusahaan

Page 208: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

190

mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang,

sehingga nilai saham menjadi tinggi.

Tingginya keuntungan yang dihasilkan perusahaan

juga akan menjadikan investor tertarik akan saham, aktiva

dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Banyaknya

investor yang berminat untuk berinvestasi maka akan

menyebabkan naiknya Return saham yang diterima oleh

investor.

f) Pengaruh ROE terhadap kinerja saham jangka panjang.

Variabel ROE memiliki nilai signifikansi 0,003 <

0,05; maka Ho : β5 = 0 ditolak dan menerima Ha : β5 ≠ 0.

Artinya ROE secara parsial berpengaruh signifikan dengan

arah negatif terhadap Undeperformance.

Hal ini berarti manajemen perusahaan berhasil

meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan

sesuai dengan tujuan manajemen keuangan

memaksimumkan nilai perusahaan. ROE mempunyai fungsi

untuk mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh para

investor atas penanaman modal yang dilakukan dalam

perusahaan emiten, ROE yang positif menunjukkan bahwa

perusahaan tersebut dapat menghasilkan keuntungan dengan

Page 209: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

191

kemampuan modal sendiri yang dapat menguntungkan para

pemegang saham.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ratnasari dan Hudiwinarsih (2013:94) bahwa ROE

berpengaruh signifikan dan negatif terhadap underprice

yang berarti penelitian ini membuktikan teori signalling

yang dikemukakan oleh Kim.et.al (2010)

Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian Chastina

Yolana dan Dwi Martani (2005) bahwa variabel Return On

Equity (ROE) berpengaruh secara signifikan terhadap

tingkat underpricing. Dari hasil penelitian ini dapat

dikatakan bahwa ROE menjadi informasi yang penting bagi

investor sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan

keputusan investasi pada perusahan IPO satu tahun sebelum

penawaran saham perdana.

g) Pengaruh DER terhadap kinerja saham jangka panjang.

Variabel DER memiliki nilai signifikansi 0,000 <

0,05; maka Ho : β2 = 0 ditolak dan menerima Ha : β2 ≠ 0.

Artinya DER secara parsial berpengaruh signifikan dengan

arah negatif terhadap Undeperformance.

Variabel DER berpengaruh signifikan terhadap

abnormal return perusahaan setelah IPO. Hal ini

Page 210: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

192

menunjukkan bahwa investor dalam berinvestasi guna

memperoleh return di pasar sekunder memperhatikan

informasi DER yang terdapat dalam prospektus, karena

investor memandang besarnya nilai DER sangat

dipengaruhi oleh faktor di luar perusahaan selain kinerja

manajemen perusahaan. Hasil penelitian tidak konsisten

dengan beberapa penelitian terdahulu antara lain Purnomo

(1998) mengenai variabel DER tidak berpengaruh

signifikan terhadap return saham.

h) Pengaruh EPS terhadap kinerja saham jangka panjang.

Variabel EPS memiliki nilai signifikansi 0,928 > 0,05;

maka Ho : β2 = 0 diterima dan menolak Ha : β2 ≠ 0. Artinya

EPS secara parsial tidak berpengaruh signifikan dengan

arah negatif terhadap Undeperformance.

Dalam pengujian parsial menunjukkan bahwa variabel

EPS secara individu tidak berpengaruh secara signifikan

dan positif terhadap kinerja saham. Hasil dalam penelitian

ini berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa EPS

memiliki pengaruh positif terhadap kinerja saham. Sebagian

besar permintaan investor terhadap saham suatu perusahaan

didasarkan kepada trend yang berlaku di pasar, sehingga

minat investor terhadap saham suatu perusahaan

dipengaruhi langsung oleh tingkah laku pasar. Hasil yang

Page 211: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

193

ditunjukan dalam penelitian ini mengindikasikan terjadi

perubahan trend investor dalam menentukan investasinya,

dimana investor lebih menginginkan laba jangka pendek

berupa capital gain dari investasinya sehingga tidak terlalu

mempertimbangkan EPS. Dengan demikian penelitian ini

tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh yang

signifikandan positif antara earning per shared (EPS)

dengan kinerja saham.

Tidak ada hubungan antara Earning Per Shared

terhadap Return saham disebabkan oleh berbagai faktor,

antara lain: perbedaan teknis perhitungan, ukuran

perusahaan, kondisi pasar uang Indonesia, adanya faktor

internal selain fundamental ekonomi, suku bunga deposito,

devaluasi, pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah

dan jumlah uang beredar, penjualan, pertumbuhan

penjualan, biaya, deviden tunai, kondisi sosial, politik, dan

ekonomi.

i) Pengaruh AGE terhadap kinerja saham jangka panjang.

Variabel AGE memiliki nilai signifikansi 0,000 <

0,05; maka Ho : β2 = 0 ditolak dan menerima Ha : β2 ≠ 0.

Artinya AGE secara parsial berpengaruh signifikan dengan

arah positif terhadap Undeperformance.

Page 212: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

194

Hal ini menunjukkan bahwa bagi para investor yang

melakukan investasi ke perusahaan dalam kategori syariah,

umur perusahaan dapat dijadikan patokan dalam melihat

kualitas perusahaan, sehingga umur perusahaan

diperhatikan dalam pengambilan keputusan investasi di

pasar modal. Dalam dunia bisnis yang identik dengan

persaingan, perusahaan yang lebih tua umurnya dinilai

dapat memberikan kinerja saham perusahaan yang baik

dimasa mendatang dibandingkan dengan perusahaan-

perusahaan yang baru berdiri berdiri.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ritter (1991) dan Carter et al. (1998) di US

yang menunjukkan adanya pengaruh positif signifikan

antara ukuran perusahaan terhadap kinerja saham jangka

panjang setelah IPO. Hal ini berarti bahwa terdapat

perbedaan gambaran pasar terhadap ukuran perusahaan di

US, UK, dan Indonesia.

j) Pengaruh SIZE terhadap kinerja saham jangka panjang.

Variabel SIZE memiliki nilai signifikansi 0,006 <

0,05; maka Ho : β2 = 0 ditolak dan menerima Ha : β2 ≠ 0.

Artinya AGE secara parsial berpengaruh signifikan dengan

arah positif terhadap Undeperformance.

Page 213: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

195

Hasil penelitian ini berarti bahwa variabel ukuran

perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja saham perdana jangka panjang pada

keseluruhan perusahaan dan perusahaan yang

underperformed. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ritter (1991) dan Carter et

al. (1998) di US yang menunjukkan adanya pengaruh

positif signifikan antara ukuran perusahaan terhadap kinerja

saham jangka panjang setelah IPO.

k) Pengaruh Underpricing terhadap kinerja saham jangka

panjang.

Variabel Underpricing memiliki nilai signifikansi

0,000 < 0,05; maka Ho : β4 = 0 ditolak dan menerima Ha :

β4 ≠ 0. Artinya Underpricing secara parsial berpengaruh

signifikan dengan arah positif terhadap Undeperformance.

Underpricing memiliki pengaruh yang signifikan dan

positif terhadap return saham jangka panjang. Artinya ada

hubungan antara underprice terhadap return saham jangka

panjang, dimana semakin tinggi nilai underpicing maka

semakin tinggi pula nilai underperformancenya. Dilihat dari

arah koefisien yang bernilai positif hal ini sejalan dengan

hipotesis fads berargumen bahwa IPO kemungkinan

dihargai secara benar akan tetapi para investor menilai

Page 214: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

196

terlalu berlebihan (over reaction) terhadap penerbitan

saham baru pada awal perdagangan di pasar sekunder.

Hipotesa lain yang mendukung adalah hipotesa

impresario (Shiller, 1990) dan Debondt and Thaler (1985),

yang menyatakan bahwa saham IPO sengaja di-underprice

oleh underwriter untuk menampilkan kesan adanya

kelebihan permintaan saham, sehingga diduga investor yang

tidak mendapat alokasi saham IPO pada pasar perdana akan

mau membelinya dengan harga lebih tinggi pada awal

perdagangan di pasar sekunder (Asmalidar, 2011:175).

l) Pengaruh Flipping Activity terhadap kinerja saham jangka

panjang.

Variabel Flipping Activity memiliki nilai signifikansi

0,000 < 0,05; maka Ho : β4 = 0 diterima dan menolak Ha :

β4 ≠ 0. Artinya Flipping Activity secara parsial berpengaruh

signifikan dengan arah negatif terhadap Undeperformance.

Hal ini berarti flipping activity mempengaruhi kinerja

saham jangka panjang saham-saham perusahaan yang

melakukan IPO. Arah koefisien yang negatif berarti tidak

searah dimana semakin tinggi tingkat flipping activity akan

menurunkan kinerja saham jangka panjang dengan kata lain

saham perusahaan tersebut mengalami underperformance.

Page 215: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

197

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian

yang di lakukan oleh Bayley (2006) tidak ada kaitan antara

pengembalian jangka panjang dengan flipping activity,

sementara investor yang kurang informasi secara konsisten

melakukan flipping activity dari IPO yang memiliki

keuntungan jangka panjang yang lebih baik.

2) Uji F (Simultan)

Uji simultan digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh

variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel

dependen. Dalam penelitian ini yaitu untuk melihat pengaruh

variabel reputasi underwriter (RU), jenis industri (JI) , reputasi

auditor (AUD), Time (hot/cold), return on asset (ROA), return

on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), earning per

shared (EPS) umur perusahaan (AGE), dan ukuran perusahaan

(SIZE), terhadap variabel Undepricing, flipping activity dan

Underperformance.

Page 216: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

198

Tabel 4.26

Uji F (Simultan)

No Persamaan F P

1 Underpricing 756,59 0,000

2 Flipping Activity 16,64 0,000

3 Underperformance 117,91 0,000

Sumber : data diolah dengan Minitab16

Dari hasil uji simultan dapat dilihat bahwa secara bersama sama

variabel independen yang terdiri dari variabel reputasi

underwriter (RU), jenis industri (JI) , reputasi auditor (AUD),

Time (hot/cold), return on asset (ROA), return on equity

(ROE), debt to equity ratio (DER), earning per shared (EPS)

umur perusahaan (AGE), dan ukuran perusahaan (SIZE),

memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000; karena nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

secara bersama-sama (simultan) variabel independen

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dalam

penelitian ini.

Page 217: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

199

3) Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Koefisien determinasi (Adjusted R2) untuk menjelaskan

seberapa besar pengaruh variabel dependen yaitu Underpricing,

flipping activity, dan Underperformance dapat dijelaskan oleh

variabel independen yaitu Reputasi Underwriter (RU), Jenis

Industri (JI), Reputasi Auditor (AU), Time(hot/cold), ROA,

ROE, DER, EPS, AGE, dan SIZE.

Berdasarkan tabel 4.23 diatas menunjukkan besarnya nilai

koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 99,2% yang berarti

variabel dependen Underpricing dapat dijelaskan oleh variabel

independen sebesar 99,2%. Sedangkan sisanya 0,8% dijelaskan

variabel-variabel lain di luar penelitian. Hal ini mengindikasikan

bahwa emiten maupun investor sangat mempertimbangkan

faktor-faktor variabel yang ada di dalam penelitian yaitu

variabel reputasi underwriter (RU), jenis industri (JI) , reputasi

auditor (AUD), Time (hot/cold), return on asset (ROA), return

on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), earning per

shared (EPS) umur perusahaan (AGE), dan ukuran perusahaan

(SIZE).

Berdasarkan tabel 4.24 diatas menunjukkan besarnya nilai

koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 74,8% yang berarti

variabel dependen Flipping Activity dapat dijelaskan oleh

variabel independen sebesar 74,8%. Sedangkan sisanya 25,2%

Page 218: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

200

dijelaskan variabel-variabel lain di luar penelitian. Hal ini

mengindikasikan bahwa emiten maupun investor

mempertimbangkan faktor-faktor variabel yang ada di dalam

penelitian yaitu variabel reputasi underwriter (RU), jenis

industri (JI) , reputasi auditor (AUD), Time (hot/cold), return on

asset (ROA), return on equity (ROE), debt to equity ratio

(DER), earning per shared (EPS) umur perusahaan (AGE), dan

ukuran perusahaan (SIZE).

Berdasarkan tabel 4.25 diatas menunjukkan besarnya nilai

koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 96,0 % yang berarti

variabel dependen Underperformance dapat dijelaskan oleh

variabel independen sebesar 96,0 %. Sedangkan sisanya 4,0 %

dijelaskan variabel-variabel lain di luar penelitian. Hal ini

mengindikasikan bahwa emiten maupun investor sangat

mempertimbangkan faktor-faktor variabel yang ada di dalam

penelitian yaitu variabel reputasi underwriter (RU), jenis

industri (JI) , reputasi auditor (AUD), Time (hot/cold), return on

asset (ROA), return on equity (ROE), debt to equity ratio

(DER), earning per shared (EPS) umur perusahaan (AGE), dan

ukuran perusahaan (SIZE).

Page 219: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

201

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan berkenaan dengan anomali

IPO di BEI dan DES periode 2010 - 2014, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa :

1. Hasil uji-t satu sampel (one sample t-test) menunjukkan telah terjadi

underpricing pada saat penawaran umum perdana (IPO) berdasarkan

harga penawaran terhadap harga penutupan hari pertama dari seluruh

perusahaan yang melakukan IPO di BEI tahun 2010-2014 dengan tingkat

rata-rata initial return sebesar 25,32 %. Sedangkan hasil uji-t satu sampel

(one sample t-test) di DES juga menunjukkan telah terjadi underpricing

dengan tingkat rata-rata initial return sebesar 25,90%.

a. Hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa variabel reputasi underwriter

(RU), Jenis Industri (JI), Reputasi Auditor dan ukuran perusahaan

(SIZE) berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap initial

return, Time (hot/cold), debt to equity ratio (DER), dan Earning Per

Shared (EPS) berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap

initial return, dan, sedangkan return on asset (ROA), Return On

Equity (ROE) dan umur perusahaan (AGE) tidak berpengaruh

signifikan terhadap initial return saat penawaran umum saham

perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia.

Page 220: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

202

b. Hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa variabel reputasi underwriter

(RU), Jenis Industri (JI), Reputasi Auditor, dan Return On Equity

(ROE) berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap initial

return. Variabel Time (hot/cold), debt to equity ratio (DER), Earning

Per Shared (EPS) berpengaruh signifikan dengan arah positif

terhadap initial return..Sedangkan return on asset (ROA), umur

perusahaan (AGE), ukuran perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh

signifikan terhadap initial return saat penawaran umum saham

perdana (IPO) di Daftar Efek Syariah.

2. Hasil penelitian fenomena flipping activity yang terjadi pada perusahaan

yang melakukan IPO pada periode penelitian.

a. Hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa variabel reputasi underwriter

(RU), Jenis Industri (JI), Reputasi Auditor, Time(hot/cold), dan

Umur perusahaan (AGE) berpengaruh signifikan dengan arah positif

terhadap Flipping Activity. Variabel Return On Equity (ROE), debt to

equity ratio (DER), Earning Per Shared (EPS) dan Ukuran

Perusahaan (SIZE) berpengaruh signifikan dengan arah negatif

terhadap Flipping Activity, sedangkan return on asset (ROA) dan

Underpricing tidak berpengaruh signifikan terhadap Flipping Activity

saat penawaran umum saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia.

b. Hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa variabel debt to equity ratio

(DER) berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap Flipping

Page 221: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

203

Activity. Variabel Jenis Industri (JI) dan Reputasi Auditor

berpengaruh positif signifikan terhadap Flipping Activity, Sedangkan

Variabel Time (hot/cold), reputasi underwriter (RU), return on asset

(ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Shared (EPS), Umur

perusahaan (AGE), Ukuran Perusahaan (SIZE) dan Underpricing

tidak berpengaruh signifikan terhadap Flipping Activity saat

penawaran umum saham perdana (IPO) di Daftar Efek Syariah.

3. Hasil penelitian terhadap kinerja jangka panjang saham – saham yang

mengalami underperformance.

a. Hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa variabel reputasi underwriter

(RU), Jenis Industri (JI), Reputasi Auditor, Time (hot/cold), dan

Return On Equity (ROE) berpengaruh signifikan dengan arah positif

terhadap Abnormal Return. Variabel Return On Asset (ROA)

berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap Abnormal

Return. Sedangkan Variabel debt to equity ratio (DER), Earning Per

Shared (EPS), umur perusahaan (AGE), dan Ukuran Perusahaan

(SIZE) tidak berpengaruh signifikan terhadap Abnormal Return saat

penawaran umum saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia.

b. Hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa variabel Return On Equity

(ROE), dan debt to equity ratio (DER) berpengaruh signifikan

dengan arah negatif terhadap Abnormal Return. Variabel reputasi

underwriter (RU), Jenis Industri (JI), Reputasi Auditor, Time

Page 222: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

204

(hot/cold), Return On Asset (ROA), umur perusahaan (AGE), dan

Ukuran Perusahaan (SIZE) berpengaruh signifikan dengan arah

positif terhadap Abnormal Return. Sedangkan Variabel Earning Per

Shared (EPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap Abnormal

Return saat penawaran umum saham perdana (IPO) di Daftar Efek

Syariah.

4. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pengaruh Underpricing dan

Flipping Activity terhadap Underperformance di kedua sampel

penelitian.

a. Hasil uji t (parsial) menunjukan bahwa Underpricing berpengaruh

signifikan dengan arah positif terhadap Abnormal Return dan

Flipping Activity tidak berpengaruh signifikan terhadap Abnormal

Return saat penawaran umum saham perdana (IPO) di Bursa Efek

Indonesia.

b. Hasil uji t (parsial) menunjukan bahwa Flipping Activity

berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap Abnormal

Return dan Underpricing berpengaruh signifikan dengan arah positif

terhadap Abnormal Return saat penawaran umum saham perdana

(IPO) di Daftar Efek Syariah.

Page 223: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

205

B. Implikasi

1. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian

selanjutnya dalam menganalisis anomali yang terjadi saat perusahaan

melakukan IPO baik yang dilakukan di BEI maupun di DES. Selain itu,

diharapkan penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lain yang

tidak hanya dari faktor keuangan dan non keuangan tetapi juga faktor

makro saham saat penawaran umum perdana (IPO) seperti, proceeds,

inflasi, dan suku bunga

2. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk

menginvestasikan dana di pasar modal dan agar diperoleh return secara

optimal bagi investor. Serta, investor juga dapat mempertimbangkan

reputasi underwriter yang digunakan oleh perusahaan apakah termasuk

dalam salah satu daftar peringkat 50 penjamin emisi yang teraktif dalam

perdagangan di bursa setiap tahunnya. Underwriter yang berpengalaman

dan bereputasi baik akan dapat mengorganisir IPO secara profesional dan

memberikan pelayanan yang lebih baik kepada investor, hal ini terbukti

dengan berpengaruhnya reputasi underwriter terhadap initial return.

Serta dapat menjadi pertimbangan apakah dana yang dimiliki akan

diinvestasikan pada emiten yang sesuai dengan prinsip syariah maupun

non syariah.

Page 224: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

206

3. Emiten

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi emiten, khususnya dalam

memberikan informasi return on asset dan total aktiva yang dihasilkan

karena akan mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan

investasi. Selain itu juga dapat memberikan informasi tentang

karakteristik perusahaan dan untuk menggunakan underwriter yang

bereputasi tinggi, sehingga investor tidak akan ragu untuk berinvestasi.

Emiten juga dapat melihat penelitian ini sebagai pertimbangan saat ingin

melakukan IPO karena penelitian ini memberikan informasi kondisi IPO

di Indonesia.

4. Pihak Bursa

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak bursa dalam

mempromosikan investasi yang cukup menarik di pasar modal Indonesia

dimana tidak hanya pada Bursa Efek Indonesia tetapi juga Daftar Efek

Syariah untuk menarik minat investor mancanegara, terutama investor

negara-negara islam yang diyakini merupakan investor potensial,

sehingga investor dapat berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti dapat

sampaikan beberapa saran sebagai berikut:

Page 225: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

207

1. Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel independen

lain agar mampu menjelaskan penyebab yang diperkirakan menjadi

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing, flipping activity

dan underperformance supaya hasil bisa lebih akurat dan juga diharapkan

dalam penelitian selanjutnya melihat persentase penawaran saham dalam

penentuan sampel perusahaan agar hasil yang didapat bisa lebih baik.

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan referensi jurnal atau

penelitian lain yang lebih terbaru dan lebih lengkap agar mampu

menjelaskan penyebab terjadinya dan pengaruh flipping activity terhadap

faktor-faktor dalam penelitian.

3. Investor bisa melihat rasio Umur, Ukuran Perusahaan dan DER pada

emiten yang akan melakukan IPO karena dengan melihat rasio tersebut

investor bisa meramalkan apakah saham perusahaan yang ingin dijadikan

investasi layak untuk dibeli atau tidak, karena sesuai dengan hasil

penelitian ini.

Page 226: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

208

DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal, R. (2003). Allocation of initial public offerings and flipping activity.

Journal of Financial Economics, 68,111-135.

http://dx.doi.org/10.1016/S0304-405X(02)00250-7

Aini, Syarifah. “Pengaruh Variabel Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap

Underpricing Pada Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering

(IPO) Di Bursa Efek Indonesia”, Tesis Universitas Sebelas Maret, 2009.

Ardiansyah, Misnen. “Pengaruh Variabel Keuangan terhadap Return Awal dan

Return 15 Hari Setelah IPO serta Moderasi besaran Perusahaan

terhadap hubungan antara Variabel Keuangan dengan Return Awal

dan Return 15 hari Setelah IPO di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset

Akuntansi Indonesia, Vol 7, No 2, Mei 2004.

Arosio, R., G. Giudici, and S. Paleari, 2001, “Why Do (or Did?) Internet-stock

IPOs Leave So Much Money on the Table?” Politecnico di Milano

(Italy) Working Paper.

Arthesa, Ade dan Edia Handiman, “Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank”,

PT INDEKS Kelompok Gramedia, Jakarta, 2006.

Arum Prastiwi dan Indra Wijaya Kusuma. (2001). Analisis Kinerja Surat

Berharga Setelah Penawaran Perdana (IPO) di Indonesia. Jurnal

Ekonomidan Bisnis Indonesia, Vol.16, No.2

Asmalidar.”Analisis Faktor Fundamental Terhadap Return Jangka Pendek dan

Jangka Panjang Sahap Initial Public Offering di Pasar Sekunder Bursa

Efek Indonesia”. Jurnal Ekonomi, Vol. 14, No 4, September 2011.

Bayley, L., Lee, P. J., & Walter, T. S. (2006). IPO flipping in Australia: Cross

sectional explanations. Pacific-basin finance journal, 14, 327-348

http;//dx.doi.org/10.1016/j.pasifin.2006. 01.002

Beatty, R.P. “Auditor Reputation and The pricing of Initial Public Offerings”, The

Accounting Review, 1989

Boehmer, E., & Fishe, R. P. H. (2000). Do underwriters encourage stock

flipping? A new explanation for the under-pricing of IPOs. Working

Paper, University of Miami.

Brealey, et. al. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”, Erlangga, Jakarta, 2008.

Page 227: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

209

Brigham dan Houston. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”, Buku 1. Edisi 10.

Salemba Empat, Jakarta, 2009.

Bodie Zvi, Alex Kane dan Alan J. Marcus. “Investasi”, Edisi 6, Salemba Empat,

Jakarta, 2006.

Booth, J.R., and Chua, L. (1996). Ownership Dispersion, Costly Information, and

IPO Underpricing, Journal of Financial Economics, 15, 291-310.

Carter, R., Frederick, H., & Singh, A. (1998) underwriter reputation, initial return

adn the long-run performance of IPO stock. Journal of Finance, 53 (1),

285-311

Che Yahya, N. and R. Abdul Rahim. 2015. Role of Lockup Provision and

Institutional Investors‟ Participation in Restricting Flipping Activity. Is

There a Moderating Effect of Investor Demand?. Asian Academy of

Management Journal of Accounting and Finance 11(2): 1-29.

Correra, A. J. (1992). Block that sale: War on IPO flippers hurts little guy.

Barron’s National Business and Financial Weekly, 72,

Daljono, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Initial Return Saham yang

Listing Di BEJ th 1990-1997, SNA III, 2000

Ellis, K., Michaely, R., & O‟Hara, M. (2002).The making of a dealer market:

from entry to equilibrium in the trading of Nasdaq stock. Journal of

Finance, 57, 2289-2316. http://dx.doi.org/10.1111/1540-6261.00496

Ellis, K. (2006). Who trades IPOs? A close look at the first days of trading.

Journal of Financial Economics, 79, 339-363.

http://dx.doi.org/10.1016/j.jfineco.2004.09.006

Febriana, Dian, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing

Saham Pada Perusahaan Go Public di BEJ”, Yogyakarta, 2004

Friedlan, J.M. “accounting choices of issuers of initial public offering”

contemporary accounting research, 11. 1-31. 1994

Gatot Nazir Ahmad, Isti Indriyanti, Agung Darmawan Buchdadi. “Pengaruh

DER, ROI, Current Ratio Dan Rata-Rata Kurs Terhadap Undepricing

Pada Initial Public Offering”, Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia

(JRMSI), Vol. 4 No. 2 2013.

Hapsari, V Anitya dan Mahfud, M. Kholiq. 2012. “Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Underpricing saham pada Penawaran Saham Perdana

di BEI Periode 2008-2010”. Dipenogoro Journal of Management

Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-9.

Page 228: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

210

Helwege, J. and Liang, N. (2004). Initial public offerings in hot and cold markets,

Journal of Finance andQuantitative Analysis, 39 (3), pp. 541-569.

Hendrajaya, Sandra Dewi, “Analisi Konsistensi Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Underpricing Saham Sektor Keuangan Dan

Manufaktur” Universitas Diponegoro, Semarang, 2005

Holland dan Horton, “ penawaran perdana di pasar sekuritas terdaftar dampak dari

penasehat profesional”. Jurnal akuntansi dan bisnis, Vol.24 No. 93.

1993

Horne, VC James, dan Wachowicz, M John. 2005. “Prinsip-prinsip Manajemen

Keuangan”, Edisi 8 Buku 1. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Ibbotson, Roger G. and Jeffrey F. Jaffe, 1975, “Hot issue” markets, Journal of

Finance 30, 1027-1042.

Jogiyanto,S.H. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Pertama, UPP AMP

YKPN, Yogyakarta, 2000.

Jogiyanto. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, BPFE, Yogyakarta, 2003.

Jogiyanto, Hartono. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi Keenam,

BPFE, Yogyakarta, 2009.

Kasmir. “Analisis Laporan Keuangan”. Raja Grafindo, Jakarta, 2010.

Keown, Martin et al. 2008."Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan”,

Edisi 10, Jilid 1. Klaten, Jawa Tengah : PT Macanan Jaya Cemerlang.

Kooli,M. dan J.M. Suret. 2002. The aftermarket performance of initial public

offerings in Canada, SSRN Electronic Paper Collection

Krigman, L., W. Shaw, and K. Womack (1999) "The Persistence of IPO

Mispricing and the Predictive Power of Flipping," Journal of Finance,

54, 1015-1044.

Kristiantari, I Dewa Ayu. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek

Indonesia” Tesis Universitas Udayana Denpasar, 2012.

Lowry,M., & Shu,S. 2002. Litigation risk and IPO underpricing. Journal of

financial economics 65, 309-335.

Page 229: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

211

Miller, R. E., & Reilly, F. K. (1987). An examination of mispricing, returns, and

uncertainty for initial public offerings. Financial Management, 16, 33–

38.

Perdana, Rizky Agustine Putri. dkk. "Pengaruh Return on Equity (ROE), Earning

Per Share (EPS), dan Debt Equity Ratio (DER) Terhadap Harga

Saham (Studi Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Go

Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011)." Jurnal

Administrasi Bisnis Volume 2, No.1, 2013.

Prastica, Yurena. 2012. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Underpricing saham

pada Penawaran Saham Perdana di BEI Periode 2007-2010”.

Universitas Widya Mandala Surabaya Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Akuntansi – Vol. 1, No. 2, Maret 2012.

Pulliam, S., & Smith, R. (2000). Trade-offs: Seeking IPO shares, investors offer

to buy more in after-market and pledges can be a factor, underwriters

say, though they deny quid pro quo trying to avoid the flippers. Wall

Street Journal February, 2, C1.

Ratnasari, Anggita dan Gunasti Hudiwinarsih.”Analisis Pengaruh Informasi

Keuangan, Non Keuangan Serta Ekonomi Makro terhadap

Underpricing Pada Perusahaan Ketika IPO”. Jurnal Buletin Studi

Ekonomi, STIE Perbanas Surabaya Vol. 18, No. 2 Agustus 2013.

Retnowati, Eka. 2013. “Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham

Perdana di Indonesia Periode 2008-2011” Universitas Negeri

Semarang Accounting Analysis Journal 2 (2) (2013).

Risqi, I Azisia dan Harto, Puji. 2013. “Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Underpricing Ketika Intial Public Offering (IPO) di

BEI Periode 2007 -2011”. Diponegoro Journal of Accounting Volume

2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-7.

Ritter, J.R., 1984, “The „Hot Issue‟ Market of 1980,” Journal of Business 57, 215-

240.

Ritter, Jay R., “The Long-Run Performance Of Initial Public Offering”, Journal

Of Finance, 1991

Ritter, J.R. and Welch, I. (2002). A Review of IPO activity, Pricing and

Allocations, Journal of Finance, 57,pp. 1795-1828.

Riyanto, Bambang. 2013. “Dasar Dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi

Keempat, Cetakan Ketiga belas. BPFE-Yogyakarta.

Page 230: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

212

Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”, Lembaga Penelitian UIN, Jakarta, 2009.

Rosadi, Dedi. “Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan dengan

Eviews”, CV. Andi Offset, Yogyakarta, 2012.

Rosyati dan Arifin Sabeni.“Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi

Underpricing Saham pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek

Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi V, Semarang, 2002.

Safitri, T Anggita. 2013. “Asimetri Informasi dan Underpricing”. Universitas

Negeri Semarang Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 4, No. 1, 2013, pp:

1-9.

Saftiana, Yulia dan Muna Amelia J. “Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Underpricing Penawaran Umum Perdana (IPO) Di

Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Akuntansi

Vol. 1 No. 2 Juli 2007.

Sanora, Cynthia. "Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Saham Setelah

Penawaran Umum Perdana." Jurnal Ilmu Manajemen (JIM) Volume 1,

No.4, 2013.

Samsul, Mohamad. “Pasar Modal dan Manajemen Portofolio”, Penerbit

Erlangga, Surabaya, 2006.

Schultz, P. H., & Zaman, M. A. (1994). Aftermarket support and underpricing of

initial public offerings. Journal of Financial Economics, 35, 199–219.

Silvanita, Ktut. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Airlangga, Jakarta, 2009.

Sjahrial, Dermawan. “Pengantar Manajemen Keuangan”, Mitra Wacana Media,

Jakarta, 2006.

Suhardi dan Purwanto. 2008. “Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern”,

Salemba Empat, Jakarta, 2008.

Sutrisno. “Manajemen Keuangan (Teori, Konsep, Aplikasi)”, Ekonisia,

Yogyakarta, 2001.

Suyatmin dan Sujadi. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Pada

Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta”, Benefit Vol.10,

No. 1, 2006.

Tandelilin, Eduardus. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, Edisi

Pertama.Yogyakarta : Kanisius, 2010.

Page 231: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

213

Van Horne, James C. dan John M Wachowicz, JR. “Prinsip – Prinsip Manajemen

Keuangan”, Edisi 12, Salemba Empat, Jakarta, 2007.

Wahyusari, Ayu. 2013. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Underpricing Saham saat IPO di BEI Periode 2007-2011”. Universitas

Negeri Semarang Accounting Analysis Journal 2 (4) (2013)

Warsono. “Manajemen Keuangan Perusahaan”, Edisi 3, Bayumedia Publishing,

Malang, 2003.

Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. “Manajemen Keuangan”, Edisi

Kesembilan, Binarupa Aksara, Jakarta, 1995.

Widarjono, Agus. “Analisis Statistika Multivariat terapan”YKPN,

Yogyakarta,2010.

Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”,

Edisi ketiga, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2011.

Wiryawan, Y Fendi. 2014. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Underpricing Saham pada Perusahaan yang Go Public di BEI periode

2008- 2012”. Universitas Negeri Surabaya, Jurnal Akuntansi UNESA

Vol 2, No. 3 (2014)

Yasa, Gerianta Wirawan, “Penyebab Underpricing Pada Saham Perdana di

BEJ”, Universitas Udayana, Bali, 2002

Yolana, Chastina dan Dwi Martini. “Variabel-Variabel yang Mempengaruhi

Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ

Tahun 1994-2001”, SNA VIII Solo, 2005.

Yulfasni. “Hukum Pasar Modal”, Badan Penerbit Iblam, Jakarta, 2005.

www.idx.co.id

www.ojk.go.id

www.ssrn.com

www.yahoofinance.com

Page 232: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

214

LAMPIRAN 1 : Initial Return Perusahaan yang Melakukan IPO di BEI

periode 2010 – 2014

NO KODE NAMA PERUSAHAAN TGL HARGA

IR LISTING OFFERING CLOSING

1 EMTK Elang Mahkota Teknologi Tbk 12/01/2010 720 730 1.390

2 PTPP PP ( Persero) Tbk 09/02/2010 560 580 3.570

3 BIPI Benakat Petroleum Energy Tbk 11/02/2010 140 191 36.43

4 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk 08/03/2010 1050 1570 49.52

5 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 28/06/2010 1275 1490 16.86

6 GOLD Golden Retailindo Tbk 07/07/2010 350 520 48.57

7 SKYB Skybee Tbk 07/07/2010 375 560 49.33

8 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk

08/07/2010 600 900 50.00

9 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk 09/07/2010 210 235 11.90

10 GREN Evergreen Invesco Tbk 09/07/2010 105 178 69.52

11 BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk 12/07/2010 260 310 19.23

12 BRAU Berau Coal Ennergy Tbk 06/10/2010 5200 5450 4.81

13 HRUM Harum Energy Tbk 07/10/2010 5395 5950 10.29

14 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 19/10/2010 400 465 16.25

15 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk 26/10/2010 2025 2400 18.52

16 KRAS Krakatau Steel (Persero) Tbk 10/11/2010 850 1270 49.41

17 APLN Agung Podomoro Land Tbk 11/11/2010 365 410 12.33

18 BORN

Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk

26/11/2010 1170 1280 9.40

19 WINS Wintermar Offshore Marine Tbk 29/11/2010 380 355 -6.58

20 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk 30/11/2010 275 410 49.09

21 BRMS Bumi Reaources Minerals Tbk 09/12/2010 635 700 10.24

22 BSIM Bank Sinarmas Tbk 13/12/2010 150 252 68.00

23 MFMI Multifiling Mitra indonesia Tbk 29/12/2010 200 340 70.00

24 EMDE Megapolitan Developments Tbk 12/01/2011 250 210 -16.00

25 MBTO Martina Bento Tbk 12/01/2011 740 660 -10.81

26 GIAA Garuda Indonesia (persero) Tbk 11/02/2011 500 620 24.00

27 MBSS Mitrabahtera Segara Sejati Tbk 06/04/2011 1600 1780 11.25

28 SRAJ Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk 11/04/2011 120 163 35.83

Page 233: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

215

NO KODE NAMA PERUSAHAAN TGL HARGA

IR LISTING OFFERING CLOSING

29 HDFA HD Finance Tbk 10/05/2011 200 230 15.00

30 BULL Buana Listya Tama Tbk 23/05/2011 155 166 7.10

31 JAWA Jaya Agra Wattie Tbk 30/05/2011 500 495 -1.00

32 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk 09/06/2011 1100 1250 13.64

33 MTLA Megapolitan Land Tbk 20/06/2011 240 240 0.00

34 TIFA Tifa Finance Tbk 08/07/2011 200 310 55.00

35 PTIS Indo Straits Tbk 12/07/2011 950 1000 5.26

36 SDMU Sidomulyo Selarass Tbk 12/07/2011 225 240 6.67

37 ALDO Alkindo Naratama Tbk 12/07/2011 225 250 11.11

38 STAR Star Petrochem Tbk 13/07/2011 102 138 35.29

39 SMRU SMR Utama Tbk** 10/10/2011 600 650 8.33

44 CASS Cardig Aero Service Tbk 05/12/2011 400 395 -1.25

45 ABMM ABM Investama Tbk 06/12/2011 3750 3825 2.00

46 ERAA Erajaya Swasembeda Tbk 14/12/2011 1000 990 -1.00

47 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk 21/12/2011 250 340 36.00

48 GWSA Greenwood Sejahtera Tbk 23/12/2011 250 205 -18.00

49 PADI Minna Padi Tbk 09/01/2012 395 550 39.24

50 TELE Tiphone Mobile Indonesia Tbk 12/01/2012 310 325 4.84

51 ESSA Surya Esa Prakarsa tbk 01/02/2012 610 910 49.18

52 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk 10/04/2012 170 285 67.65

53 RANC Supra Boga Lestari Tbk 07/06/2012 500 670 34.00

54 TRIS Trisula International Tbk 28/06/2012 300 320 6.67

55 KOBX Kobexindo Tractors Tbk 05/07/2012 400 460 15.00

56 TOBA Toba Bara Sejahtera Tbk 06/07/2012 1900 2125 11.84

57 MSKY MNC Sky Vision Tbk 09/07/2012 1520 1540 1.32

58 ALTO Tri Biyan Tirta tbk 10/07/2012 210 315 50.00

59 GLOB Global Teleshop Tbk 10/07/2012 1150 1150 0.00

60 GAMA Gading Development Tbk 11/07/2012 105 178 69.52

61 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk 12/07/2012 430 470 9.30

62 IBST Inti bangun Sejahtera Tbk 31/08/2012 1000 1500 50.00

63 NIRO Nirvana Development Tbk 13/09/2012 105 178 69.52

64 PALM Provident Agro Tbk 08/10/2012 450 470 4.44

65 NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk 11/10/2012 168 205 22.02

66 TAXI Express Trasindo Utama Tbk 02/11/2012 560 590 5.36

67 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk 08/11/2012 1950 1940 -0.51

Page 234: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

216

NO KODE NAMA PERUSAHAAN TGL HARGA

IR LISTING OFFERING CLOSING

68 ASSA Adi Sarana Armada Tbk 12/11/2012 390 490 25.64

69 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk 18/12/2012 650 800 23.08

70 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk 19/12/2012 380 445 17.11

71 BBRM Pelayaran Nasional Bina buana Raya Tbk 09/01/2013 230 200 -13.04

72 HOTL Saraswati Griya Lestari Tbk 10/01/2013 185 240 29.73

73 SAME Sarana Mediatama Metropolitan Tbk 11/01/2013 400 480 20.00

74 MAGP Multi Agro Gemilang Plantation Tbk 16/01/2013 110 112 1.82

75 TPMA Trans Power Marine Tbk 20/02/2013 230 330 43.48

76 ISSP Steel Pipe Industry of Indonesia tbk 22/02/2013 295 300 1.69

77 DYAN Dyandra Media International Tbk 25/03/2013 350 460 31.43

78 ANJT Austindo Nusantara Jaya Tbk 08/05/2013 1200 1200 0.00

79 NOBU Bank National Nobu Tbk 20/05/2013 375 460 22.67

80 MPMX Mitra Pinasthika Mustika Tbk 29/05/2013 1500 1480 -1.33

81 DSNG Dharma Satya nusantara Tbk 14/06/2013 1850 1870 1.08

82 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk 17/06/2013 240 240 0.00

83 ACST Acset Indonusa Tbk 24/06/2013 2500 2600 4.00

84 SRTG Saratoga Investama Sedaya Tbk 26/06/2013 5500 5300 -3.64

85 NRCA Nusa Raya Cipta Tbk 27/06/2013 850 1000 17.65

86 SMBR Semen Baturaja (Persero) Tbk 28/06/2013 560 590 5.36

87 ECII Electronic City Indonesia Tbk 03/07/2013 4050 4050 0.00

88 VICO Visctoria Investama Tbk 08/07/2013 480 610 27.08

89 MLPT Multipolar Technology tbk 08/07/2013 125 150 20.00

90 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk 08/07/2013 1380 1420 2.90

91 CPGT Cipaganti Citra Graha Tbk 09/07/2013 180 300 66.67

92 NAGA Bank Mitraniaga Tbk 09/07/2013 190 195 2.63

93 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk 11/07/2013 320 340 6.25

94 SILO Siloam International Hospitals Tbk 12/09/2013 9000 9150 1.67

95 APII Arita Prima Indonesia Tbk 29/10/2013 220 290 31.82

96 KRAH Grand Kartech Tbk 08/11/2013 275 410 49.09

97 IMJS Indomobil Multi Jasa Tbk 10/12/2013 500 600 20.00

98 LEAD Logindo Samudra Makmur tbk 11/12/2013 2800 3000 7.14

99 SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk 12/12/2013 670 710 5.97

Page 235: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

217

NO KODE NAMA PERUSAHAAN TGL HARGA

IR LISTING OFFERING CLOSING

100 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul tbk 18/12/2013 580 660 13.79

101 PNBS Bank Panin Syariah Tbk 15/01/2014 100 97 -3.00

102 BINA Bank Ina Perdana Tbk 16/01/2014 240 270 12.50

103 ASMI Asuransi Mitra Maparya Tbk 16/01/2014 270 405 50.00

104 CANI Capitol Nusantara Indonesia Tbk 16/01/2014 200 239 19.50

105 BALI Bali Towerindo Sentra tbk 13/03/2014 400 600 50.00

106 WTON Wijaya Karya Beton Tbk 08/04/2014 590 760 28.81

107 BLTZ Graha Layar Prima Tbk** 10/04/2014 3000 3400 13.33

108 MDIA Intermedia Capital Tbk 11/04/2014 1380 1510 9.42

109 LRNA Eka Sari Lorena Transport Tbk 15/04/2014 900 780 -13.33

110 DAJK Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk 14/05/2014 470 520 10.64

111 LINK Link Net tbk 02/06/2014 1600 2400 50.00

112 CINT Chitose International tbk 27/06/2014 330 363 10.00

113 MGNA Magna Finance Tbk 07/07/2014 105 155 47.62

114 BPII Batavia Prosperindo International Tbk 08/07/2014 500 550 10.00

115 MBAP Mitra adiperdana Tbk 10/07/2014 1300 1430 10.00

116 TARA Sitara Propertindo Tbk 11/07/2014 106 180 69.81

117 DNAR Bank dinar indonesia Tbk 11/07/2014 110 187 70.00

118 BIRD Blue Bird Tbk 05/11/2014 6500 7450 14.62

119 SOCI Soechi Lines Tbk 03/12/2014 550 620 12.73

120 IMPC Impack Pratama Industri tbk 17/12/2014 3800 5700 50.00

121 AGRS Bank Agris Tbk 22/12/2014 110 187 70.00

122 IBFN Intan Baruprana Finance Tbk 22/12/2014 288 290 0.69

123 GOLL Golden Plantation Tbk 23/12/2014 288 289 0.35

Keterangan :

** = Perusahaan yang tidak sesuai dengan kriteria penelitian

Page 236: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

218

LAMPIRAN 2 : Initial Return Perusahaan yang Melakukan IPO di DES

periode 2010 – 2014

NO KODE NAMA PERUSAHAAN TGL HARGA

IR LISTING OFFERING CLOSING

1 PTPP PP ( Persero) Tbk 09/02/2010 560 580 3.57

2 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 28/06/2010 1275 1490 16.86

3 GOLD Golden Retailindo Tbk 07/07/2010 350 520 48.57

4 SKYB Skybee Tbk 07/07/2010 375 560 49.33

5 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk 09/07/2010 210 235 11.90

6 GREN Evergreen Invesco Tbk 09/07/2010 105 178 69.52

7 HRUM Harum Energy Tbk 07/10/2010 5395 5950 10.29

8 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 19/10/2010 400 465 16.25

9 APLN Agung Podomoro Land Tbk 11/11/2010 365 410 12.33

10 WINS Wintermar Offshore Marine Tbk 29/11/2010 380 355 -6.58

11 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk 30/11/2010 275 410 49.09

12 BRMS Bumi Reaources Minerals Tbk 09/12/2010 635 700 10.24

13 MFMI Multifiling Mitra indonesia Tbk 29/12/2010 200 340 70.00

14 EMDE Megapolitan Developments Tbk 12/01/2011 250 210 -16.00

15 MBTO Martina Bento Tbk 12/01/2011 740 660 -10.81

16 GIAA Garuda Indonesia (persero) Tbk 11/02/2011 500 620 24.00

17 MBSS Mitrabahtera Segara Sejati Tbk 06/04/2011 1600 1780 11.25

18 SRAJ Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk 11/04/2011 120 163 35.83

19 JAWA Jaya Agra Wattie Tbk 30/05/2011 500 495 -1.00

20 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk 09/06/2011 1100 1250 13.64

21 MTLA Megapolitan Land Tbk 20/06/2011 240 240 0.00

22 PTIS Indo Straits Tbk 12/07/2011 950 1000 5.26

23 SDMU Sidomulyo Selarass Tbk 12/07/2011 225 240 6.67

24 ALDO Alkindo Naratama Tbk 12/07/2011 225 250 11.11

25 STAR Star Petrochem Tbk 13/07/2011 102 138 35.29

26 SMRU SMR Utama Tbk** 10/10/2011 600 650 8.33

27 ARII Atlas Resources Tbk 08/11/2011 1500 1540 2.67

28 GEMS Golden Energy Mines Tbk 17/11/2011 2500 2725 9.00

29 CASS Cardig Aero Service Tbk 05/12/2011 400 395 -1.25

Page 237: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

219

NO KODE NAMA PERUSAHAAN TGL HARGA

IR LISTING OFFERING CLOSING

30 ERAA Erajaya Swasembeda Tbk 14/12/2011 1000 990 -1.00

31 TELE Tiphone Mobile Indonesia Tbk 12/01/2012 310 325 4.84

32 ESSA Surya Esa Prakarsa tbk 01/02/2012 610 910 49.18

33 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk 10/04/2012 170 285 67.65

34 RANC Supra Boga Lestari Tbk 07/06/2012 500 670 34.00

35 TRIS Trisula International Tbk 28/06/2012 300 320 6.67

36 KOBX Kobexindo Tractors Tbk 05/07/2012 400 460 15.00

37 TOBA Toba Bara Sejahtera Tbk 06/07/2012 1900 2125 11.84

38 GLOB Global Teleshop Tbk 10/07/2012 1150 1150 0.00

39 GAMA Gading Development Tbk 11/07/2012 105 178 69.52

40 IBST Inti bangun Sejahtera Tbk 31/08/2012 1000 1500 50.00

41 NIRO Nirvana Development Tbk 13/09/2012 105 178 69.52

42 PALM Provident Agro Tbk 08/10/2012 450 470 4.44

43 NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk 11/10/2012 168 205 22.02

44 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk 08/11/2012 1950 1940 -0.51

45 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk 19/12/2012 380 445 17.11

46 HOTL Saraswati Griya Lestari Tbk 10/01/2013 185 240 29.73

47 MAGP Multi Agro Gemilang Plantation Tbk 16/01/2013 110 112 1.82

48 ISSP Steel Pipe Industry of Indonesia tbk 22/02/2013 295 300 1.69

49 DYAN Dyandra Media International Tbk 25/03/2013 350 460 31.43

50 ANJT Austindo Nusantara Jaya Tbk 08/05/2013 1200 1200 0.00

51 ACST Acset Indonusa Tbk 24/06/2013 2500 2600 4.00

52 SRTG Saratoga Investama Sedaya Tbk 26/06/2013 5500 5300 -3.64

53 NRCA Nusa Raya Cipta Tbk 27/06/2013 850 1000 17.65

54 ECII Electronic City Indonesia Tbk 03/07/2013 4050 4050 0.00

55 MLPT Multipolar Technology tbk 08/07/2013 125 150 20.00

56 CPGT Cipaganti Citra Graha Tbk 09/07/2013 180 300 66.67

57 SILO Siloam International Hospitals Tbk 12/09/2013 9000 9150 1.67

58 APII Arita Prima Indonesia Tbk 29/10/2013 220 290 31.82

59 KRAH Grand Kartech Tbk 08/11/2013 275 410 49.09

60 SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk 12/12/2013 670 710 5.97

61 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul tbk 18/12/2013 580 660 13.79

62 CANI Capitol Nusantara Indonesia Tbk 16/01/2014 200 239 19.50

Page 238: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

220

NO KODE NAMA PERUSAHAAN TGL HARGA

IR LISTING OFFERING CLOSING

63 BALI Bali Towerindo Sentra tbk 13/03/2014 400 600 50.00

64 WTON Wijaya Karya Beton Tbk 08/04/2014 590 760 28.81

65 MDIA Intermedia Capital Tbk 11/04/2014 1380 1510 9.42

66 LRNA Eka Sari Lorena Transport Tbk 15/04/2014 900 780 -13.33

67 DAJK Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk 14/05/2014 470 520 10.64

68 LINK Link Net tbk 02/06/2014 1600 2400 50.00

69 CINT Chitose International tbk 27/06/2014 330 363 10.00

70 MBAP Mitra adiperdana Tbk 10/07/2014 1300 1430 10.00

71 TARA Sitara Propertindo Tbk 11/07/2014 106 180 69.81

72 IMPC Impack Pratama Industri tbk 17/12/2014 3800 5700 50.00

73 GOLL Golden Plantation Tbk 23/12/2014 288 289 0.35

Keterangan :

** = Perusahaan yang tidak sesuai dengan kriteria penelitian

Page 239: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

221

Model Y1 (konvensional) ORDINARY LEAST SQUARE (OLS) The regression equation is

Y1 = 61,6 - 7,24 D1 - 4,81 D2 - 10,9 D3 + 13,1 D4 - 0,202 X1 - 0,086

X2

+ 0,381 X3 + 0,00868 X4 - 0,055 X5 - 1,19 X6

Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant 61,65 41,32 1,49 0,139

RU -7,239 4,752 -1,52 0,131 1,099

JI -4,812 5,884 -0,82 0,416 1,230

TIME -10,915 4,762 -2,29 0,024 1,207

AUD 13,106 4,258 3,08 0,003 1,120

ROA -0,2022 0,4032 -0,50 0,617 3,076

ROE -0,0855 0,1392 -0,61 0,541 3,164

DER 0,3806 0,2408 1,58 0,118 1,059

EPS 0,008678 0,007933 1,09 0,277 1,396

AGE -0,0548 0,1584 -0,35 0,730 1,125

SIZE -1,186 1,484 -0,80 0,426 1,280

S = 19,9894 R-Sq = 23,2% R-Sq(adj) = 14,8%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 10 11078,7 1107,9 2,77 0,005

Residual Error 92 36761,0 399,6

Total 102 47839,7

Durbin-Watson statistic = 2,21469

GENERALIZED LEAST SQUARE (GLS)

Regression Analysis: Y1 versus X1; X2; X3; X4; X5; X6; D1; D2; D3; D4

Weighted analysis using weights in 1/e1

Page 240: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

222

The regression equation is

Y1 = 60,6 - 0,099 X1 - 0,112 X2 + 0,439 X3

+ 0,00845 X4 - 0,0848 X5 - 1,11 X6

- 7,97 D1 - 5,11 D2 - 11,7 D3 + 13,6 D4

Predictor Coef SE Coef T P

Constant 60,57 14,37 4,22 0,000

RU -7,969 1,482 -5,38 0,000**

JI -5,110 1,613 -3,17 0,002**

TIME -11,7326 0,8686 -13,51 0,000**

AUD 13,5852 0,9318 14,58 0,000**

ROA -0,0986 0,1548 -0,64 0,526

ROE -0,11157 0,05831 -1,91 0,059

DER 0,43896 0,05885 7,46 0,000**

EPS 0,008454 0,002213 3,82 0,000**

AGE -0,08480 0,05441 -1,56 0,123

SIZE -1,1149 0,4920 -2,27 0,026**

S = 1,02568 R-Sq = 96,2% R-Sq(adj) = 95,8%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 10 2439,15 243,91 231,85 0,000

Residual Error 92 96,79 1,05

Total 102 2535,94

Durbin-Watson statistic = 2,21125

Page 241: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

223

Model Y2 (konvensional)

ORDINARY LEAST SQUARE (OLS)

Regression Analysis: Y2 versus X1; X2; X3; X4; X5; X6; Y1; D1; D2; D3; D4

The regression equation is

Y2 = 0,305 - 0,00003 X1 - 0,000225 X2 + 0,00027 X3

– 0,000011 X4 + 0,000140 X5 - 0,0103 X6 - 0,000078 Y1

+ 0,0069 D1 + 0,0134 D2 + 0,0155 D3 + 0,0345 D4

Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant 0,3050 0,2387 1,28 0,205

UND -0,0000777 0,0005952 -0,13 0,896 1,301

RU 0,00692 0,02747 0,25 0,802 1,126

JI 0,01343 0,03372 0,40 0,691 1,239

TIME 0,01551 0,02795 0,55 0,580 1,275

AUD 0,03449 0,02553 1,35 0,180 1,235ROA

-0,000027 0,002305 -0,01 0,991 3,084

ROE -0,0002248 0,0007965 -0,28 0,778 3,177

DER 0,000265 0,001394 0,19 0,849 1,088

EPS -0,00001071 0,00004559 -0,23 0,815 1,414

AGE 0,0001402 0,0009051 0,15 0,877 1,126

SIZE -0,010276 0,008501 -1,21 0,230 1,289

S = 0,114127 R-Sq = 4,6% R-Sq(adj) = 0,0%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 11 0,05777 0,00525 0,40 0,951

Residual Error 91 1,18528 0,01303

Total 102 1,24305

Durbin-Watson statistic = 2,04846

Page 242: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

224

GENERALIZED LEAST SQUARE (GLS)

Regression Analysis: Y2 versus X1; X2; X3; X4; X5; X6; Y1; D1; D2; D3; D4

Weighted analysis using weights in 1/e2

The regression equation is

Y2 = 0,280 - 0,000205 X1 - 0,000183 X2 - 0,00146 X3

- 0,000009 X4 + 0,000156 X5 - 0,00929 X6

- 0,000127 Y1 + 0,00679 D1 + 0,0121 D2

+ 0,0176 D3 + 0,0340 D4

Predictor Coef SE Coef T P

Constant 0,28001 0,02016 13,89 0,000

UND -0,00012749 0,00007041 -1,81 0,073

RU 0,006792 0,003053 2,22 0,029**

JI 0,012099 0,002568 4,71 0,000**

TIME 0,017606 0,001263 13,94 0,000**

AUD 0,033990 0,001823 18,65 0,000**

ROA -0,0002046 0,0002082 -0,98 0,328

ROE -0,00018278 0,00008943 -2,04 0,044**

DER -0,0014623 0,0005724 -2,55 0,012**

EPS -0,00000873 0,00000377 -2,32 0,023**

AGE 0,00015625 0,00005811 2,69 0,009**

SIZE -0,0092906 0,0006411 -14,49 0,000**

S = 0,946880 R-Sq = 94,6% R-Sq(adj) = 93,9%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 11 1427,57 129,78 144,75 0,000

Residual Error 91 81,59 0,90

Total 102 1509,16

Durbin-Watson statistic = 2,05232

Page 243: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

225

Model Y3 (konvensional)

ORDINARY LEAST SQUARE (OLS)

Regression Analysis: Y3 versus X1; X2; X3; X4; X5; X6; Y1; Y2; D1; D2; D3; D4

The regression equation is

Y3 = - 0,121 - 0,00052 X1 + 0,000160 X2 - 0,00013 X3

+ 0,000019 X4 + 0,000387 X5

+ 0,00239 X6 + 0,00102 Y1 - 0,0332 Y2 + 0,0216 D1

+ 0,0463 D2 + 0,0123 D3 + 0,0124 D4

Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant -0,1207 0,2143 -0,56 0,575

UND 0,0010213 0,0005295 1,93 0,057 1,302

FLIP -0,03321 0,09325 -0,36 0,723 1,049

RU 0,02165 0,02445 0,89 0,378 1,127

JI 0,04626 0,03002 1,54 0,127 1,241

TIME 0,01226 0,02491 0,49 0,624 1,280

AUD 0,01243 0,02294 0,54 0,589 1,260

ROA -0,000515 0,002051 -0,25 0,802 3,084

ROE 0,0001596 0,0007088 0,23 0,822 3,179

DER -0,000132 0,001240 -0,11 0,916 1,088

EPS 0,00001888 0,00004056 0,47 0,643 1,415

AGE 0,0003866 0,0008052 0,48 0,632 1,127

SIZE 0,002387 0,007623 0,31 0,755 1,309

S = 0,101521 R-Sq = 9,7% R-Sq(adj) = 0,0%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 12 0,09954 0,00830 0,80 0,645

Residual Error 90 0,92759 0,01031

Total 102 1,02713

Durbin-Watson statistic = 2,15078

Page 244: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

226

GENERALIZED LEAST SQUARE (GLS)

Regression Analysis: Y3 versus X1; X2; X3; X4; X5; X6; Y1; Y2; D1; D2; D3; D4

Weighted analysis using weights in 1/e3

The regression equation is

Y3 = - 0,0652 - 0,000878 X1 + 0,000442 X2

- 0,000049 X3 - 0,000002 X4 + 0,000100 X5

+ 0,000738 X6 + 0,000790 Y1 - 0,0002 Y2

+ 0,0202 D1 + 0,0273 D2 + 0,0148 D3 + 0,0113 D4

Predictor Coef SE Coef T P

Constant -0,06517 0,02687 -2,43 0,017

UND 0,00078996 0,00008180 9,66 0,000**

FLIP -0,00017 0,03668 -0,00 0,996

RU 0,020181 0,003052 6,61 0,000**

JI 0,027317 0,005716 4,78 0,000**

TIME 0,014804 0,003113 4,76 0,000**

AUD 0,011324 0,002739 4,13 0,000**

ROA -0,0008778 0,0002871 -3,06 0,003**

ROE 0,0004419 0,0001492 2,96 0,004**

DER -0,0000488 0,0001039 -0,47 0,640

EPS -0,00000241 0,00001183 -0,20 0,839

AGE 0,0000996 0,0001157 0,86 0,391

SIZE 0,0007378 0,0008606 0,86 0,394

S = 0,932839 R-Sq = 97,4% R-Sq(adj) = 97,1%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 12 2984,21 248,68 285,78 0,000

Residual Error 90 78,32 0,87

Total 102 3062,52

Durbin-Watson statistic = 2,14273

Page 245: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

227

Model Y1 (Syariah)

ORDINARY LEAST SQUARE (OLS)

Regression Analysis: Y1 versus X1; X2; X3; X4; X5; X6; D1; D2; D3; D4

The regression equation is

Y1 = 39,7 + 0,064 X1 - 0,178 X2 + 0,372 X3 + 0,0188 X4

- 0,086 X5 - 0,37 X6 - 7,28 D1 - 13,5 D2 - 10,6 D3

+ 13,3 D4

Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant 39,70 51,65 0,77 0,446

RU -7,282 6,746 -1,08 0,286 1,190

JI -13,516 7,260 -1,86 0,069 1,233

TIME -10,606 7,286 -1,46 0,152 1,317

AUD 13,295 6,023 2,21 0,032 1,247

ROA 0,0645 0,4758 0,14 0,893 3,199

ROE -0,1776 0,1675 -1,06 0,294 3,616

DER 0,3723 0,2530 1,47 0,148 1,058

EPS 0,018807 0,009945 1,89 0,065 1,513

AGE -0,0864 0,2192 -0,39 0,695 1,206

SIZE -0,369 1,864 -0,20 0,844 1,244

S = 20,2098 R-Sq = 30,8% R-Sq(adj) = 16,4%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 10 8744,3 874,4 2,14 0,039

Residual Error 48 19604,9 408,4

Total 58 28349,2

Durbin-Watson statistic = 2,27308

Page 246: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

228

GENERALIZED LEAST SQUARE (GLS)

Regression Analysis: Y1 versus X1; X2; X3; X4; X5; X6; D1; D2; D3; D4

Weighted analysis using weights in 1/e1

The regression equation is

Y1 = 37,9 + 0,206 X1 - 0,218 X2 + 0,411 X3

+ 0,0196 X4 - 0,150 X5 - 0,375 X6

- 4,54 D1 - 14,4 D2 - 10,9 D3 + 13,3 D4

Predictor Coef SE Coef T P

Constant 37,92 21,82 1,74 0,089

RU -4,538 1,988 -2,28 0,027**

JI -14,448 1,279 -11,29 0,000**

TIME -10,878 1,888 -5,76 0,000**

AUD 13,3367 0,9106 14,65 0,000**

ROA 0,2055 0,1392 1,48 0,146

ROE -0,21849 0,04116 -5,31 0,000**

DER 0,41089 0,05287 7,77 0,000**

EPS 0,019596 0,002300 8,52 0,000**

AGE -0,3747 0,7471 -0,50 0,618

S = 1,01647 R-Sq = 99,4% R-Sq(adj) = 99,2%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 10 7817,19 781,72 756,59 0,000

Residual Error 48 49,59 1,03

Total 58 7866,78

Durbin-Watson statistic = 2,28948

Page 247: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

229

Model Y2 (Syariah)

ORDINARY LEAST SQUARE (OLS)

Regression Analysis: Y2 versus X1; X2; X3; X4; X5; X6; Y1; D1; D2; D3; D4

The regression equation is

Y2 = 0,116 + 0,00010 X1 - 0,000082 X2 - 0,000299 X3

- 0,000013 X4 + 0,000117 X5 - 0,00309 X6 - 0,000065 Y1

- 0,0049 D1 + 0,0275 D2 + 0,0240 D3 + 0,0080 D4

Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant 0,1156 0,1093 1,06 0,296

UND -0,0000646 0,0003037 -0,21 0,832 1,446

RU -0,00489 0,01436 -0,34 0,735 1,219

JI 0,02750 0,01582 1,74 0,089 1,323

TIME 0,02404 0,01566 1,54 0,131 1,375

AUD 0,00804 0,01330 0,60 0,548 1,373

ROA 0,000097 0,001001 0,10 0,923 3,201

ROE -0,0000819 0,0003565 -0,23 0,819 3,701

DER -0,0002990 0,0005441 -0,55 0,585 1,106

EPS -0,00001326 0,00002169 -0,61 0,544 1,626

AGE 0,0001173 0,0004620 0,25 0,801 1,210

SIZE -0,003091 0,003924 -0,79 0,435 1,245

S = 0,0425197 R-Sq = 13,7% R-Sq(adj) = 0,0%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 11 0,013450 0,001223 0,68 0,753

Residual Error 47 0,084973 0,001808

Total 58 0,098423

Durbin-Watson statistic = 1,71753

Page 248: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

230

GENERALIZED LEAST SQUARE (GLS)

Regression Analysis: Y2 versus X1; X2; X3; X4; X5; X6; Y1; D1; D2; D3; D4

Weighted analysis using weights in 1/e2

The regression equation is

Y2 = 0,0805 + 0,000042 X1 + 0,000014 X2 - 0,000383 X3

- 0,000021 X4 + 0,000053 X5 - 0,00181 X6

- 0,000026 Y1 - 0,00220 D1 + 0,0241 D2

+ 0,0145 D3 + 0,00660 D4

Predictor Coef SE Coef T P

Constant 0,08045 0,04491 1,79 0,080

UND -0,00002596 0,00007347 -0,35 0,725

RU -0,002203 0,003855 -0,57 0,570

JI 0,024124 0,004839 4,99 0,000**

TIME 0,014546 0,005228 2,78 0,008**

AUD 0,006603 0,003989 1,66 0,105

ROA 0,0000424 0,0002281 0,19 0,853

ROE 0,0000140 0,0001019 0,14 0,892

DER -0,00038334 0,00006526 -5,87 0,000**

EPS -0,00002148 0,00001177 -1,83 0,074

AGE 0,0000531 0,0001335 0,40 0,692

SIZE -0,001810 0,001648 -1,10 0,278

S = 1,00440 R-Sq = 79,6% R-Sq(adj) = 74,8%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 11 184,603 16,782 16,64 0,000

Residual Error 47 47,414 1,009

Total 58 232,018

Durbin-Watson statistic = 1,68638

Page 249: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

231

Model Y3 (Syariah)

ORDINARY LEAST SQUARE (OLS)

Regression Analysis: Y3 versus X1; X2; X3; X4; X5; X6; Y1; Y2; D1; D2; D3; D4

The regression equation is

Y3 = - 0,177 + 0,00060 X1 - 0,00043 X2 - 0,00093 X3

+ 0,000008 X4 + 0,00134 X5 + 0,0034 X6 + 0,00157 Y1

- 0,626 Y2 + 0,0353 D1 + 0,0920 D2 + 0,0282 D3

+ 0,0271 D4

Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant -0,1772 0,3265 -0,54 0,590

UND 0,0015719 0,0008965 1,75 0,086 1,447

FLIP -0,6257 0,4304 -1,45 0,153 1,158

RU 0,03528 0,04244 0,83 0,410 1,222

JI 0,09200 0,04815 1,91 0,062 1,408

TIME 0,02819 0,04736 0,60 0,555 1,444

AUD 0,02710 0,03940 0,69 0,495 1,384

ROA 0,000600 0,002955 0,20 0,840 3,201

ROE -0,000425 0,001053 -0,40 0,688 3,705

DER -0,000933 0,001611 -0,58 0,565 1,113

EPS 0,00000763 0,00006425 0,12 0,906 1,639

AGE 0,001345 0,001364 0,99 0,329 1,212

SIZE 0,00340 0,01166 0,29 0,772 1,262

S = 0,125466 R-Sq = 20,4% R-Sq(adj) = 0,0%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 12 0,18506 0,01542 0,98 0,482

Residual Error 46 0,72412 0,01574

Total 58 0,90918

Durbin-Watson statistic = 2,27911

Page 250: ANOMALI INITIAL PUBLIC OFFERING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33638/1/RAMA... · Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

232

GENERALIZED LEAST SQUARE (GLS)

Regression Analysis: Y3 versus X1; X2; X3; X4; X5; X6; Y1; Y2; D1; D2; D3; D4

Weighted analysis using weights in 1/e3

The regression equation is

Y3 = - 0,188 + 0,00100 X1 - 0,000503 X2

- 0,000883 X3 - 0,000002 X4 + 0,00130 X5

+ 0,00414 X6 + 0,00154 Y1 - 0,611 Y2

+ 0,0299 D1 + 0,0525 D2 + 0,0245 D3

+ 0,0206 D4

Predictor Coef SE Coef T P

Constant -0,18762 0,04208 -4,46 0,000

UND 0,0015386 0,0001258 12,23 0,000**

FLIP -0,61065 0,06359 -9,60 0,000**

RU 0,029856 0,005391 5,54 0,000**

JI 0,05249 0,01758 2,99 0,005**

TIME 0,024539 0,004725 5,19 0,000**

AUD 0,020604 0,004041 5,10 0,000**

ROA 0,0010022 0,0004105 2,44 0,019**

ROE -0,0005034 0,0001601 -3,14 0,003**

DER -0,00088290 0,00009099 -9,70 0,000**

EPS -0,00000231 0,00002533 -0,09 0,928*

AGE 0,0012951 0,0002271 5,70 0,000**

SIZE 0,004144 0,001431 2,90 0,006**

S = 0,984918 R-Sq = 96,9% R-Sq(adj) = 96,0%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 12 1372,58 114,38 117,91 0,000

Residual Error 46 44,62 0,97

Total 58 1417,20

Durbin-Watson statistic = 2,27785