Download - BAB II

Transcript
  • 5BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM)Struktur rangka kaku (rigid frame) adalah struktur yang terdiri atas

    elemen- elemen linear, umumnya balok dan kolom, yang saling dihubungkanoleh joints (titik hubung) yang dapat mencegah rotasi relatif antar elemen struktur.Seperti halnya pada balok menerus, struktur rangka kaku adalah statis tak tentu.Salah satu struktur rangka kaku yang digunakan untuk bangunan gedung adalahsistem rangka pemikul momen.

    Sistem rangka pemikul momen adalah sistem rangka ruang dimanakomponen-komponen struktur dan join-joinnya menahan gaya-gaya yang bekerjamelalui aksi lentur geser dan aksial. Apabila suatu struktur rangka kakumengalami beban vertikal, beban tersebut juga dipikul oleh balok, ditceruskan kekolom, dan akhirnya di terima oleh tanah Hal lain yang penting sebagai akibathubungan kaku adalah bahwa karena ujung kolom cendrung memberikan tahananrotasional, dan kolom menerima juga momen lentur selain gaya aksial. Hal iniberarti desain kolom menjadi lebih rumit dibandingkan disain kolom yang hanyamenerima gaya aksial tarik atau tekan.

    Pada struktur rangka kaku ada kemampuan memikul beban lateralbilamemang didesain dengan benar. Karena adanya titik hubung kaku, balok dapatmenahan kolom dari rotasi bebas yang diakibatkan oleh beban horizontal. Dengandemikian kekakuan balok mempunyai kontribusi dalam memberikan tahanan padarangka kaku. Balok juga berfungsi untuk meneruskan beban lateral dari satukolom ke kolom lainya. Aksi beban lateral pada rangka menimbulkan lentur, gayageser, dan gaya aksial pada semua elemen ( balok maupun kolom). Momen lenturyang diakibatkan oleh beban lateral ( angin atau gempa) sering kali mencapaimaksimum pada penampang dekat titik hubung. Dengan demikian, ukuran elemenstruktur didekat titik hubung pada umumnya lebih besar atau diperkuat apabilagaya lateral cukup besar.

  • 6Sistem rangka ini dapat diterapkan pada gedung besar maupun kecil.Banyak gedung bertingkat tinggi yang menggunakan rangka kaku untuk memikulbeban vertikal maupun horizontal. Secara umum, semakin tinggi gedung tersebut,akan semakin besar pula momen dan gaya- gaya pada setiap elemen struktur.Kolom terbawah pada gedung bertingkat banyak pada umumnya memikul gayaaksial dan momen lentur terbesar.

    Menurut RSNI03-1726-201X SRPM dikelompokkan menjadi tigatingkatan, yaitu: Struktur Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) yang beradadi wilayah gempa A dan B, Struktur Rangka Pemikul Momen Menengah(SRPMM) yang berada di wilayah gempa C, dan Struktur Rangka PemikulMomen Khusus (SRPMK) yang berada di wilayah gempa Ddan E.Fungsi danpenggunaan ketiga rangka pemikul tersebut disesuaikan dengan resiko gempa diwilayah struktur berada.

    2.2 Aspek Perubahan pada RSNI 03-1726-201X

    Peraturan mengenai gempa baik SNI 03-1726-2002 dengan RSNI 03-1726-201X terdapat perbedaan diantara keduanya. RSNI 03-1726-201X disusunmengacu pada ASCE 7-2010 dengan pendetailan mengacu pada SeismicProvision for Structural Steel Buildings AISC 341-10 dan Specification forStructural Steel Buildings AISC360-05, sehingga memiliki perbedaan denganSNI 03-1726-2002 yang mengacu pada SNI 03-1726-1989. Hal tersebutmemberikan dampak besar pada perancangan struktur gedung bertingkat.Perubahan peraturan tersebut meliputi pada faktor keutamaan, faktor reduksi,peta wilayah gempa serta syarat-syatat kegempaan lainnya.

    2.2.1 Gempa rencana dan kategori gedung

    Standar ini menentukan pengaruh gempa rencana yang harus ditinjaudalam perencanaan struktur gedung serta berbagai bagian dan peralatannya secaraumum. Akibat pengaruh gempa rencana, sehingga struktur gedung secarakeseluruhan harus masih berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi diambang

  • 7keruntuhan. Gempa rencana ditetapkan mempunyai perioda ulang 2500 tahun,agar probabilitas terjadinya terbatas pada 2% selama umur gedung 50 tahun.

    Pengklasifikasian ini dikenakan pada struktur berdasarkan Kategori ResikoBangunan (KRB) dan tingkat kekuatan gerakan tanah akibat gempa yangdiantisipasi di lokasi struktur bagunan yang dapat dilihat pada Tabel 2.1

    Tabel 2.1 Kategori Resiko Bangunan (KRB)

    KategoriResiko

    Deskripsi FaktorKeutamaan, I

    IV Fasilitas penting (Rumah sakit, kantor polisi danpemadam kebakaran, emergency shelters, dll)

    1.5

    Bangunan yang mengandung bahan yang sangatberacunLanjutan Tabel 2.1

    III Bangunan yang memiliki resiko tinggi terhadap jiwamanusia pada saat terjadi kegagalan (gedung dengan> 300 org, fasilitas day care dengan kapasitas >150org, sekolah dengan kapasitas >250, dll)

    1.25

    II Bangunan lain yang tidak masuk dalam KRB I, III,atau IV

    1.0

    I Gedung dan struktur lainnya yang memiliki resikorendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadikegagalan (fasilitas pertanian, gudang, sementara)

    1.0

    2.2.2 Penentuan Kategori Desain Gempa

    Kategori desain gempa ditentukan berdasarkan Tabel 2.2 dan 2.3. Darikedua tabel tersebut diambil yang paling berat desain kategori gempanya.

    Tabel 2.2 Kategori desain gempa untuk SDS

    Nilai SDSKategori Resiko Bangunan

    I atau II atau III IVSDS < 0,167 A A0,167 SDS < 0,33 B C0,33 SDS < 0,50 C D0,50 SDS D D

  • 8Tabel 2.3 Kategori desain gempa untuk SD1

    Nilai SD1Kategori Resiko Bangunan

    I atau II atau III IVSD1 < 0,067 A A0,067 SD1 < 0,133 B C0,133 SD1 < 0,20 C D0,20 SD1 D D

    2.2.3 Faktor Reduksi Gempa dan Faktor Tahanan Lebih Struktur

    Dalam arah pembebanan gempa akibat pengaruh gempa rencana sistemstruktur gedung terdiri dari beberapa jenis subsistem struktur gedung yangberbeda. Faktor reduksi gempa representatif dari struktur gedung itu untuk arahpembebanan gempa tersebut, dapat dihitung sebagai nilai rata-rata berbobotdengan gaya geser dasar yang dipikul oleh masing-masing jenis subsistem sebagaibesaran pembobotanya. Koefisien modifikasi respon (R), faktor kuat lebih sistem(o), faktor pembesaran defleksi (Cd) pada beberapa sistem penahan gaya gempadapat dilihat pada Tabel 2.4

    Tabel 2.4 Faktor R, Cd dan o Untuk Sistem Penahan Gaya Gempa

    Sistem PenahanGaya Gempa

    Pasal SNI 1726dimana

    PersyaratanPendetaialanDitetapakan

    KoefisienModifikasiRespon, R

    FaktorKuatLebih

    Sistem,o

    FaktorPembesaran

    Defleksi,Cd

    Batasan sistem Struktur danbatasan Tinggi Bangunan (ft)2

    Kategori Desain GempaB C Dd Ed Fd

    C. SISTEM RANGKA PENAHAN MOMEN1.Rangka momenbaja khusus

    7.1 dan 5.2.5.5 8 3 5 TB TB TB TB TB

    2.Rangka momenrangka batang bajakhusus

    7.1 7 3 5 TB TB 180 100 TI

    3.Rangka momenbaja menengah

    5.2.5.7 dan 7.1 4.5 3 4 TB TB 35 TI TI

    4.Rangka momenbaja biasa

    5.2.5.8 dan 7.1 3.5 3 3 TB TB TI TI TI

    5.Rangka momenbeton bertulangkhusus

    5.2.5.5 dan 7.2 8 3 5 TB TB TB TB TB

    6.Rangka momenbeton bertulangmenengah

    7.2 5 3 4 TB TB TI TI TI

  • 9Lanjutan Tabel 2.4

    7.Rangka momenbeton bertulang biasa

    7.2 3 3 2 TB TI TI TI TI

    8.Rangka momenbaja dan betonkomposit

    5.2.5.5 dan 7.3 8 3 5 TB TB TB TB TB

    9.Rangka momenkomposit menengah

    7.3 5 3 4 TB TB TI TI TI

    10. Rangka momenterkekang parsialkomposit

    7.3 8 3 5 180 180 100 TI TI

    11. Rangka momenkomposit biasa

    7.3 3 3 2 TB TI TI TI TI

    12. Rangka momenCold Form khususdengan laut

    7.1 3 3 3 35 35 35 35 35

    2.2.4 Peta Wilayah Gempa

    Menurut RSNI 03-1726-201X, Indonesia terbagi dalam 5 wilayah gempaseperti ditunjukan pada Gambar 2.1. dan Gambar 2.2. Desain gempadiklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu A samapai E, dimana wilayah gempa Aadalah wilayah dengan kegempaan paling rendah dan wilayah gempa E adalahwilayah dengan kegempaan paling tinggi sehingga persyaratan desain dandetailing gempa pun meningkat. Pengklasifikasian ini berdasarkan parameterrespon spektra percepatan desain (SDS dan SD1) dan kategori kelas bangunan(kelas layan bangunan).

  • 10

    Gambar 2.1 Peta Wilayah Gempa untuk SS ; T=0,2 detik

    Gambar 2.2 Peta Wilayah Gempa untuk S1; T=1,0 detik

    2.2.5 Tipe Profil Tanah

    RSNI 03-1726-201X menerangkan bahwa ada 6 macam jenis tanah, yaitubatuan keras, batuan, tanah keras, tanah sedang, tanah lunak dan tanah khusus

  • 11

    berdasarkan karakeristik dari lapisan tanah. Syarat-syarat tersebut tercantumdalam Tabel 2.5

    Tabel 2.5 Klasifikasi Situs

    Kelas Situs (m/detik) atau (kPa)A. Batuan Keras > 1500 N/A N/AB. Batuan 750 sampai 1500 N/A N/AC. Tanah Keras, Sangat Padat danBatuan Lunak

    350 sampai 750 >50 > 100

    D.Tanah Sedang 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100E. Tanah Lunak < 175 20,2. Kadar air, w > 40 %, dan3. Kuat Geser niralir < 25 kPa

    F.Tanah Khusus, yangmembutuhkan analisis responssitus yang mengikuti Pasal 15.1(Section 21.1)

    Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salahsatu atau lebih dari karakteristik berikut:- Rawan dan berpotensi gagal atau runtuhakibat beban gempa seperti mudah likuifaksi,lempung sangat sensitif, tanah tersementasi lemah,- Lempung sangat organik dan/atau gambut(ketebalan H > 3 m),

    - Lempung berplastisitas sangat tinggi(ketebalan H > 7,5 m dengan Indeks Plasitisitas,PI > 75),- Lapisan lempung lunak/medium kaku denganketebalan H > 35 m dengan su < 50 kPa.

    2.2.6 Parameter Respon Spektrum Gempa Rencana

    Parameter respon gempa dinyatakan dalam percepatan gravitasi yangnilainya bergantung pada waktu getar alami struktur gedung. Parameter tersebutdapat dilihat pada Tabel 2.6 dan Tabel 2.7

  • 12

    Tabel 2.6 Parameter Respon Spektrum untuk Perioda Pendek (Fa)Kelas Lokasi Parameter respon spektra percepatan Gempa Tertimbang

    Maksimum untuk perioda pendek, SsSs 0.25 Ss = 0.5 Ss = 0.75 Ss = 1 Ss 1.25

    A 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8B 1 1 1 1 1C 1.2 1.2 1.1 1 1D 1.6 1.4 1.2 1.1 1E 2.5 1.7 1.2 0.9 0.9

    Catatan : Gunakan interpolasi linier untuk menentukan nilai antara Ss

    Tabel 2.7 Parameter Respon Spektrum untuk Perioda 1,0 detik (Fv)Kelas Lokasi Parameter respon spektra percepatan Gempa Tertimbang

    Maksimum untuk perioda 1,0 detik, S1S1 0.1 S1 = 0.2 S1 = 0.3 S1 = 0.4 S1 0.5

    A 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8B 1 1 1 1 1C 1.7 1.6 1.5 1.4 1.3D 2.4 2 1.8 1.6 1.5E 3.5 3.2 2.8 2.4 2.4

    Catatan : Gunakan interpolasi linier untuk menentukan nilai antara S1

    2.2.7 Beban Gempa Nominal Statik Ekivalen

    Struktur gedung beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanangempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam arah masing-masingsumbu utama denah struktur tersebut, berupa beban gempa nominal statikekivalen. Katagori gedung yang memiliki Faktor Keutamaan I dan strukturnyauntuk suatu arah sumbu utama denah struktur dan sekaligus arah pembebanangempa rencana memiliki faktor reduksi gempa R dan waktu getar alami yangfundamental T, maka beban geser dasar nominal statik ekivalen V yang terjadi ditingkat dasar dapat dihitung menurut persamaan :

    V = Cs . Wt (1)Dengan :

    Csmaks = ( ) (2)

  • 13

    Csmin = 0,044. SDS. I 0,01 (3)

    Cs hitungan = (4)

    Cs minimum tambahan berdasarkaan S1 jika lebih besar dari 0,6g

    Cs min tambahan= , (5)Apabila Cs maks > Cs hitungan > Cs min maka yang diambil ialah Cs

    hitungan, jika Cs hitungan > Cs maks > Cs min maka yang diambil ialah Cs maksdan jika Cs maks > Cs min > Cs hitungan maka yang diambil adalah Cs min.

    Beban geser dasar nominal V harus dibagikan sepanjang tinggi strukturgedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekivalen F yang menangkappada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan :

    Fx = Cvx V (6)Dengan :

    Cvx = (7)Dengan :

    k = 0,5T +0,75 (8)K adalah faktor untuk mode tinggi. Syarat menggunakan persamaan ini

    adalah tinggi bangunan (H) harus lebih kecil sama dengan tiga kali panjangbangunan (B).2.2.8 Waktu Getar Alami Fundamental

    Waktu Getar alami fundamental struktur gedung beraturan dalam arahmasing-masing sumbu utama dapat ditentukan dengan persamaan perioda dasar :

    T < Cu Ta (9)Dengan :

    Ta = (10)Untuk gedung dengan jumlah lantai kurang dari 12 lantai, alternatif

    perhitungan perioda menjadi :

  • 14

    Untuk sistem rangka pemikul momen :

    Ta = 0,1 N (11)N = Jumlah Lantai

    Tabel 2.8 Nilai Parameter Perioda Pendekatan Ct dan xTipe Struktur Ct x

    Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul100% seismik yang disyaratkan dan tidak dilingkupi ataudihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akanmencegah rangka dari defleksi jika gaya gempa:Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731 0,75Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75

    Tabel 2.9 Koefisien Untuk Batasan Atas Pada Perioda Yang Dihitung

    Parameter Percepatan Respons Spektrum Desain pada 1detik, SD1

    KoefisienCu

    0,4 1,40,3 1,40,2 1,50,15 1,6 0,1 1,7

    Batasan ini berlaku hanya jika T dihitung dari Perangkat LunakPada RSNI 03-1726-201X waktu getar alami fundamental struktur gedung

    beraturan dalam arah masing-masing sumbu utama dapat ditentukan sebagaiberikut :

    Jika T yang lebih akurat tidak dimiliki (dari analisis computer)maka digunakan Gunakan T = Ta.

    Jika T yang lebih akurat dari analisis komputer (i.e. Tc) dimiliki,maka:

    Jika Tc > CuTa , maka digunakan T = CuTa

  • 15

    Jika Ta < Tc < TuCa , maka digunakan T = Tc Jika Tc < Ta , maka digunakan T = Ta

    2.3 SimpanganBerdasarkan RSNI 03-1726-201X, simpangan antar lantai hanya ada pada

    kondisi kinerja batas ultimate yang dibandingkan dengan simpangan antar lantaiyang telah diperbesar, dihitung dengan persamaan :

    n < ultimate (12)Dengan,

    Pembesaran simpangan antar lantai :

    n = n X (13)Simpangan antar lantai :

    n = n+1 - n (14)Koefisien pembesaran simpangan antar lantai :

    = (15)

    Keterangan:

    n+1 = simpangan total lantai di atas lantai yang ditinjaun = simpangan total lantai yang ditinjau

    2.4 Struktur Baja2.4.1 Sifat-sifat Mekanik Baja

    Dalam perencanaan struktur baja, terdapat sifat-sifat mekanik dari materialbaja yaitu:

    Modulus elastisitas, E = 200.000 MPaModulus geser, G = 80.000 MPaAngkaPoison = 0.3

    Koefisien muai panjang = 12 x 10-6/ 0C

  • 16

    Sedangkan berdasarkan tegangan putus dan tegangan lelehnya, klasifikasimutu dari material baja, ini dapat dilihat pada Tabel 2.10

    Tabel 2.10 Sifat-sifat Mekanis Baja Struktural

    2.4.2 Kuat Rencana

    Kuat rencana (Rn) harus ditentukan dari kuat nominal (Rn) yangditentukan dikalikan dengan faktor reduksi () yang tercantum pada Tabel 2.11.

    Tabel 2.11 Faktor reduksi () untuk keadaan kekuatan batas

    Jenis Tegangan Putus Tegangan Leleh PereganganBaja Minimum (fu) Minimum (fy) Minimum (%)

    Mpa MpaBJ 34 340 210 22BJ 37 370 240 20BJ 41 410 250 18BJ 50 500 290 16BJ 55 550 410 13

    K uat rencana untuk F ak tor reduk siK om ponen struk tur yang m em ikul len tur: 0 ,90 balok 0,90 balok pelat berd ind ing penuh 0,90 pela t badan yang m em ikul geser 0,90 pela t badan pada tum puan 0,90K om ponen struk tur yang m em ikul gaya tekanaksial: kuat penam pang 0,85 kuat kom ponen struk tur 0,85K om ponen struk tur yang m em ikul aksi-aksikom binasi: kuat len tur a tau geser 0,90 kuat tarik 0,90 kuat tekan 0,85Sam bungan baut: bau t yang m em ikul geser 0,75 bau t yang m em ikul tarik 0,75 bau t yang m em ikul kom binasi geser dan 0,75 tarik 0 ,75

  • 17

    2.4.3 Disain Elemen Struktur Baja2.4.3.1 Batang Aksial Lentur

    Batang aksial lentur adalah suatu komponen struktur yang harus memikulbeban aksial (tarik atau tekan) serta momen lentur. Rasio kekuatan batang aksiallentur harus memenuhi ketentuan persamaan (16) dan (17).

    Jika 0,2un

    NN

    maka:

    ( )8 9 1uyu uxn nx nyMN MN M M+ +

  • 18

    MItu = Momen lentur terfaktor akibat beban bergoyang

    b = Faktor pembesaran momen akibat beban grafitasis = Faktor pembesaran momen akibat beban grafitasi

    di mana: mbu e

    C =1-(P - P 1) (20)

    dengan:L

    2e

    e 2Kr

    E P

    P 1= ( ) (21)

    dan:2

    u

    e

    s PP

    1 =1-( ) (22)

    dengan: ( )us P hH L1 =

    1- ( ) (23)

    Untuk menentukan tahanan lentur rencana dari suatu profil, maka terlebihdahulu harus dperiksa kekompakan dari penampang tersebut. Denganmenggunakan notasi =h/tw, maka kelangsingan dari web dapat dikategorikanmenjadi:

    - jika p, maka penampang kompak

    - jika p < r, maka penampang tak kompak

    - jika > r, maka penampang langsingbatasan nilai untuk p dan r yang diatur pada persamaan (24) sampai dengan(26).

    Untuk16800,125u up

    b y b y

    N 2,75N< ,

    = 1-

    N Nfy (24)

    Untuk500 6650,125, 2,33u up

    b y b yy y

    N NN Nf f

    > = >

    (25)

    Untuk semua nilai,0,742550 1 u

    r

    b yy

    NNf

    =

    (26)

  • 19

    Dengan Ny = Ag x fy adalah hasil gaya aksial yang diperlukan untukmencapai kondisi batas leleh

    Besar beban yang mampu diterima suatu komponen tekan tergantung daripanjang efektif dan tumpuan pada ujung-ujungnya yang disebut dengan faktorpanjang tekuk (kc). Untuk suatu komponen struktur yang merupakan bagian darisuatu rangka yang bergoyang harus diselesaikan dengan menggunakan nomogramfaktor panjang tekuk yang tertera pada Gambar 4. Faktor panjang tekuk (Kc) inidipengaruhi oleh nilai kekakuan pada portal dengan mengikuti persamaan (27)dan (28).

    AA

    AA

    ICLC

    A IBLB

    G = (27)

    B

    BB

    ICBLC

    B IBLB

    G = (28)

    Untuk tumpuan sendi, G = 10Untuk tumpuan jepit, G = 1

    Gambar 2.3 Nomogram faktor panjang tekukPanjang tekuk (Lk) pada portal dihitung dengan persamaan (29).

    AB c ABLk = K L (29)

  • 20

    2.4.3.2 Batang Lentur MurniBatang lentur adalah komponen struktur yang memikul beban-beban

    grafitasi (lateral) seperti beban mati dan beban hidup sehingga terjadi momen(lentur).

    Kuat rencana pada batang lentur harus memenuhi persyaratan padapersamaan (30).

    u nM M (30)di mana: - nilai ditentukan pada Tabel 2.4.

    -

    n y xM = 0.9 f Z (31)Dalam perhitungan tahanan momen nominal dibedakan antara penampang

    kompak, tak kompak, dan langsing seperti halnya batang tekan. Batasanpenampang kompak , tak kompak, dan langsing adalah :

    a. Penampang kompak: < pb. Penampang tak kompak: p < < rc. Penampang tak kompak: > r

    Tahanan momen nominal untuk balok terkekang lateral denganpenampang kompak dihitung dengan menggunakan persamaan (32).

    n p yM = M = Z f (32)dengan :Mp = Tahanan momen plastis

    Z = Modulus plastisfy = Kuat leleh

    Tahanan nominal pada saat = r dihitung dengan menggunakanpersamaan (33).

    n r y rM = M = (f - f ) S (33)dengan :fy = Tahanan lelehS = Modulus penampangfr = Tegangan sisa

  • 21

    Besarnya tegangan sisa fr = 70 MPa untuk baja hot rolled, dan 115 MPauntuk penampang yang dilas.

    Bagi penampang tak kompak yang mempunyai p < < r, maka besarnyatahanan momen nominal yang dicari dengan melakukan interpolasi linear padapersamaan (34).

    ( ) pn p p rr p

    M M M M

    =

    (34)

    dengan : = Kelangsingan penampang balok (b/2tf)

    Kuat lentur nominal untuk penampang yang memenuhi > dihitungdengan persamaan (35).

    2r

    n rM M = (35)

    dengan: = Kelangsingan penampang balok (=b/2tf)

    Pembatsan besarnya lendutan yang timbul pada penampang yang memikulbeban lentur. Batas batas lendutan maksimum dapat disimak pada Tabel 2.12

    Tabel 2.12 Batas-batas lendutan

    2.4.2.3 Hubungan Balok Kolom (HBK)Hubungan balok kolom (HBK) merupakan letak pertemuan atau

    sambungan ujung balok dengan ujung kolom. Pada bangunan tahan gempa, HBKharus mempunyai kekuatan minimal sama dengan kekuatan elemen struktur yangdisambungnya. HBK juga harus mampu menahan momen, gaya aksil dan gayageser serta tidak boleh terjadi kerusakakan pada daerah sambungan. Tipe-tipe

    Komponen struktur dengan beban tidak terfaktor Beban Tetap Beban sementaraBalok pemikul dinding atau finishing yang getas L/360 -Balok biasa L/240 -Kolom dengan analisis orde pertama saja h/500 h/200Kolom dengan analisis orde kedua h/300 h/200

  • 22

    HBK yang dapat digunakan pada bangunan tahan gempa menurut AISC-LRFDadalah sambungan kaku (fully restraint) dan sambungaan semi-kaku (partiallyrestraint).

    2.5 Pendetailan

    Dalam pendetailan sambungan struktur baja ini mengacu pada AISCLRFD 341-10 dan 360-05 tentang ketentuan perencanaan tahan gempa untukstruktur bangunan baja. Dimana telah dikelompokkan pendetailan untukbangunan-bangunan berdasarkan sistem rangka pemikul momen biasa, menengahdan khusus. Pengelompokan pendetailan sistem rangka pemikul dapat dilihat padaTabel 2.13

    Tabel 2.13 Pengelompokan Pendetailan Sistem Rangka Pemikul

    No Uraian SRPMK (SMF) SRPMM(IMF)

    SRPMB(OMF)

    1 Tipe Sambungan Fully restraint Fullyrestraint,Partiallyrestraint

    Fullyrestraint,Partiallyrestraint

    2 Rotasi Inelastis 0,04 rad 0,02 rad -3 Momen nominal pada HBK (Mu) Dengan pengujian

    kompak:Mu Mp

    - -

    4 Gaya geser terfaktor Vu1,2D+0,5L+2 , - -5 Kuat Geser - - -6 Tebal panel zone tz (dz + wz) / 90 - -7 Rasio penampang balok dan

    kolomCa =Badan :w= h/twmenentukan hdjika Ca 0,125hd=2,45 (1 0,93 )jika Ca > 0,125 makahd= 0,77 (2,93 ) 1,49menetukan mdjika Ca 0,125

    Untuk Balok:-Badanw < hd-Sayapf < hd

    Untuk Kolom :- Badanw < hd- Sayapf < hd

    Untuk Balok :-Badanw < md-Sayapf < md

    Untuk Kolom-Badanw < md- Sayapf < d

  • 23

    md=3,76 (1 2,75 )jika Ca > 0,125 makamd=1,12 (2,33 ) 1,49Sayap :f = b/2tfhd = 0,30 /md = 0,38 /

    8 Rasio momen kolom terhadapmomen balok

    > 1 - -9 Pengekang lateral balok Lb=0,086ryE/ Fy Lb=0,176ryE/Fy -


Top Related