BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin bertambah usia manusia maka semakin tambah kemungkinan terkena penyakit.
Semakin bertambah usia maka sel-sel manusia bertambah tua dan berkurang fungsi serta
anatominya. Dengan demikian akan semakin dekat dan mudah terkena penyakit. Penyakit
yang mungkin muncul adalah salah satunya diabetes melitus. Meskipun diabetes melitus
mungkin juga terjadi pada usia anak dan muda tergantung jenis DM yang menjangkit.
Dari tahun ketahun penderita Diabetes Melitus sangat meningkat. Penyakit ini lebih
banyak terjadi pada orang dewasa. Makin tua umur makin tinggi resiko terkena penyakit.
Diabetes Melitus Suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh
karena adanya peningkatan kadargula (Glukosa) darah akibat kekurangan Insulin baik
absolute maupun Relatif. Diabetes Melitus penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun
bisa dikendalikan. Untuk mengendalikan penyakit Diabetes Melitus diperlukan pengetahuan
dan kemauan dari pasien. Untuk itu pasien memerlukan bantuan dalam menghadapi penyakit
Diabetes Melitus dengan asuhan keperawatan yang komprehensif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari diabetes miletus ?
2. Apa klasifikasi dari diabetes miletus ?
3. Apa etiologi dari diabetes miletus ?
4. Bagaimana patofisiologi dari diabetes miletus ?
5. Apa manifestasi klinis dari diabetes miletus ?
6. Apa komplikasi dari diabetes miletus ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari diabetes miletus ?
1.2 Tujuan
2 Untuk mengetahui definisi dari diabetes miletus ?
3 Untuk mengetahui klasifikasi dari diabetes miletus ?
4 Untuk mengetahui etiologi dari diabetes miletus ?
5 Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari diabetes miletus ?
6 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari diabetes miletus ?
1
7 Untuk mengetahui komplikasi dari diabetes miletus ?
8 Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari diabetes miletus ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi
dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan ketidak ade kuatan penggunaan insulin
(Barbara Engram; 1999, 532)
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronis yang ditandai oleh kurangnya sekresi
insulin dan/atau peningkatan resistensi seluler terhadap insulin, sehingga kadar darah gula
sederhana (glukosa) meningkat dan dapat menciptakan komplikasi yang melibatkan
kerusakan pada mata, ginjal, sistem saraf dan sistem vaskular.
2.2 Klasifikasi
Boughman dan Hackley (2001) mengklasifikasikan Diabetes Mellitus, yaitu :
1. Tipe I : Insulin – Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Para ilmuan percaya bahwa
fungsi lingkungan berupa infeksi virus, fungsi gizi pada masa kanak-kanak atau dewasa
awal menyebabkan sistim kekebalan menghancurkan sel penghasil insulin di
pancreas. Awitan mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II : Non – Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Kondisi ini diakibatkan
oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan
jumlah pembentukan insulin. Paling sering terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 40
tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. Diabetes Mellitus gestasional (GDM) : terjadi selama kehamilan (pada trimester kedua
atau ketiga)
4. Diabetes Mellitus Yang Lain : Merupakan diabetes yang timbul akibat penyakit lain yang
mengakibatkan gula darah meningkat, misalnya infeksi berat, pemakaian obat
kortikosteroid, dan lain-lain.
3
2.3 Etiologi
1. Diabetes tipe I :
Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen.
Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor-faktor resiko :
Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
Obesitas
Riwayat keluarga
Faktor Predisposisi
1. Umur sudah mulai tua
2. Multiparitas
3. Penderita gemuk (obesitas)
4. riwayat melahirkan anak lebih besar dari 4000 g
5. Riwayat kehamilan : Sering meninggal dalam rahim, Sering mengalami lahir mati, Sering
mengalami keguguran
6. Hipertensi
4
7. Suku bangsa tertentu (Afrika, Latin, Asia, dan Amerika),
8. Mempunyai riwayat diabetes mellitus gestasional pada kehamilan sebelumnya
9. Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
10. Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.
11. Obat-obatan
2.4 Patofisiologi
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti
sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat
berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang
kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan
protein (Suyono,1999).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme
sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi
lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi
insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini
menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi
hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat
kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula
darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini,
karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi
maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah.
Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan
bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air
hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal
ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus
sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel
sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi
menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan
5
merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak
lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan
keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak
hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan
napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak
segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price,1995).
WOC
6
2.5 Manifestasi Klinis
Pada awalnya, pasien sering kali tidak menyadari bahwa dirinya mengidap diabetes
melitus, bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Namun, harus dicurigai adanya DM jika
seseorang mengalami keluhan klasik DM berupa:
- poliuria (banyak berkemih)
- polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum)
- polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus-menerus)
- penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
Jika keluhan di atas dialami oleh seseorang, untuk memperkuat diagnosis dapat diperiksa
keluhan tambahan DM berupa:
- lemas, mudah lelah, kesemutan, gatal
- penglihatan kabur
- penyembuhan luka yang buruk
- disfungsi ereksi pada pasien pria
- gatal pada kelamin pasien wanita
Diagnosis DM tidak boleh didasarkan atas ditemukannya glukosa pada urin saja.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah dari pembuluh darah vena.
Sedangkan untuk melihat dan mengontrol hasil terapi dapat dilakukan dengan memeriksa
kadar glukosa darah kapiler dengan glukometer.
Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih kriteria di bawah
ini:
- Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL
- Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL
- Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥200 mg/dL
- Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%
2.6 Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara akut dan secara kronik, yaitu timbul
beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah mengidap diabetes mellitus.
Komplikasi Akut Diabetes Mellitus
Dua komplikasi akut yang paling penting adalah reaksi hipoglikemia dan koma diabetik.
1. Reaksi Hipoglikemia
7
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan
tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya. Penderita koma
hipoglikemik harus segera dibawa ke rumah sakit karena perlu mendapat suntikan glukosa
40% dan infuse glukosa. Diabetisi yang mengalami reaksi hipoglikemik (masih sadar), atau
koma hipoglikemik, biasanya disebabkan oleh obat anti-diabetes yang diminum dengan dosis
terlalu tinggi, atau penderita terlambat makan, atau bisa juga karena latihan fisik yang
berlebihan.
2. Koma Diabetik
Berlawanan dengan koma hipoglikemik, koma diabetik ini timbul karena kadar darah
dalam tubuh terlalu tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang
sering timbul adalah:
- Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan yang besar).
- Minum banyak, kencing banyak.
- Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat dan dalam, serta
berbau aseton
- Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma diabetik
harus segara dibawa ke rumah sakit
Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus
Komplikasi kronik DM pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh
bagian tubuh (angiopati diabetik). Untuk kemudahan, angiopati diabetik dibagi 2 :
1. Makroangiopati (makrovaskular) :
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab
berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini berupa :
- Penimbunan sorbitol dalam intima vascular
- Hiperlipoproteinemia
- Kelainan pembekun darah
Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan mengakibatkan penyumbatan vaskular jika
mengenai arteria-arteria perifer maka dapat menyebabkan insufisiensi vaskular perifer yang
disertai Klaudikasio intermiten dan gangren pada ekstremitas. Jika yang terkena adalah
arteria koronaria, dan aorta maka dapat mengakibatkan angina pektoris dan infark
miokardium. Contoh lainnya MCl, Stroke, penyakit vaskular perifer.
2. Mikroangiopati (mikrovaskular)
8
Merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopaty
diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik diabetik), syaraf-syaraf perifer (neuropaty diabetik),
otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran
sakular yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan, neovasklarisasi dan
jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan kebutaan.
Manifestasi dini nefropaty berupa protein urin dan hipetensi jika hilangnya fungsi nefron
terus berkelanjutan, pasien akan menderita insufisiensi ginjal dan uremia. Neuropaty dan
katarak timbul sebagai akibat gangguan jalur poliol (glukosa—sorbitol—fruktosa) akibat
kekurangan insulin. Penimbunan sorbitol dalam lensa mengakibatkan katarak dan kebutaan.
Pada jaringan syaraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan kadar
mioinositol yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat menyerang syaraf-syaraf perifer,
syaraf-syaraf kranial atau sistem syaraf otonom.
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan penatlaksanaan DM adalah :
a. Jangka panjang : mencegah komplikasi
b. Jangka pendek : menghilangkan keluhan/gejala DM
Penatalaksanaan DM
1. Diet
Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika Merekomendasikan = 50
– 60% kalori yang berasal dari :
Karbohidrat 60 – 70%
Protein 12 – 20 %
Lemak 20 – 30 %
2. Latihan
Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju metablisme istirahat, dapat
menurunkan BB, stres dan menyegarkan tubuh.
Latihan menghindari kemungkinan trauma pada ekstremitas bawah, dan hindari latihan
dalam udara yang sangat panas/dingin, serta pada saat pengendalian metabolik buruk.
Gunakan alas kaki yang tepat dan periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan.
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
1. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam sesudah makan,
9
berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau
menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan
reseptornya.
2. Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
3. Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
4. Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
5. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsan
pembentukan glikogen baru.
6. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam
lemak menjadi lebih baik.
3. Pemantauan
Pemantauan kadar Glukosa darah secara mandiri.
4. Obat (Terapi)
a) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
1. Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita dengan berat
badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih.
2. Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat
meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
- Menghambat absorpsi karbohidrat
- Menghambat glukoneogenesis di hati
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraselluler
b) Insulin
Indikasi penggunaan insulin :
a. DM tipe I
b. DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c. DM kehamilan
d. DM dan gangguan faal hati yang berat
10
e. DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
f. DM dan TBC paru akut
g. DM dan koma lain pada DM
h. DM operasi
i. DM patah tulang
j. DM dan underweight
k. DM dan penyakit Graves
5. Pendidikan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita
DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya : leaflet, poster, TV, kaset video,
diskusi kelompok, dan sebagainya.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan kadar gula darah atau skrining glukosa
darah, ultrasonografi untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan dan makrosomia,
Hemoglobin glikosida (HbA1c) yang menunjukkan kontrol diabetik (HbA1c lebih besar dari
8,5% khususnya sebelum kehamilan, membuat janin beresiko anomali kongenital,
Pemeriksaan kadar keton urin untuk menentukan status gisi, Budaya urin untuk
mengidentifikasi ISK asimtomatik, protein dan kliren kreatinin (24 jam) untuk memastikan
tingkat fungsi ginjal, khusus pada diabetes durasi lama, tes`toleransi glukosa (GTT), kultur
vagina mungkin positif untuk candida albicans, Contraction stress test ( CST), Oxytocin
challenge test (OCT) menunujukkan hasil positif jika trjadi insufisiensi plasenta, Kriteria
profil biofisik (BPP)
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena :
- <100>
- 100 - 200 = belum pasti DM
- >200 = DM
Darah kapiler :
- <80>
- 80 - 100 = belum pasti DM
- > 200 = DM
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena :
- <110>
11
- 110 - 120 = belum pasti DM
- > 120 = DM
Darah kapiler :
- <90>
- 90 - 110 = belum pasti DM
- > 110 = DM
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN
12
DIABETES MILETUS
Contoh Kasus
Ny. D (45 thn) datang dengan keluhan luka di ibu jari kaki kiri yang lama tidak sembuh
dan sudah terjadi neuropati ekstremitas. Klien mengatakan sering buang air kecil, sering
merasa haus dan lapar. Dari hasil pengkajian sementara kondisi umum klien terlihat lemah,
dengan TTV TD: 170/90 mmHg, Nadi: 112x/menit, Suhu: 37 C, RR: 20x/menit, gula darah
sementara: 450 mg/dl, ada riwayat DM pada anggota keluarganya (bapaknya ibu D
meninggal karena komplikasi DM), sejak kecil Ny D mengalami gizi lebih (obesitas), BB
sekarang: 45 kg, sebelum sakit-sakitan BB nya pernah mencapai 80 Kg.
1. PENGKAJIAN
IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. D
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : P
Suku / Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Ds. Bendet Cukir, Jombang
No. Register : -
Tgl MRS : -
Tgl Pengkajian : 15 Maret 2014
Diagnosa Medis : Diabetes Miletus
I. RIWAYAT KEPERAWATAN ( NURSING HISTORY )
Keluhan utama :
Adanya luka yang tidak sembuh-sembuh pada ibu jari kaki kiri
1.1. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sejak 2 bulan yang lalu pada ibu jari kaki kirinya luka lecet (sering
terkena air) dan sebulan terakhir ini jadilah borok pada sela ibu jari kaki kiri, keluhan
lain yang menyertai sering buang air kecil dan sering merasa haus dan lapar
1.2. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Obesitas dan Hipertensi
13
1.3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada riwayat DM pada anggota keluarga klien ,ayah klien meninggal karena komplikasi
DM
Genogram
Ket :
Laki- laki Klien
Perempuan Ayah klien
1.4. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal pasien cukup terjaga kebersihannya
PEMERIKSAAN FISIK
1.5. TANDA – TANDA VITAL
TD : 170/90 mmHg
Nadi : 112 x/menit
Suhu : 37° C
RR : 20 kali/menit
BB : 45 Kg
1.6. PEMERIKSAAN PER SISTEM
A. Sistem PernafasanAnamnesa : tidak ada keluhan dan kelainan pada system pernafasanHidungInspeksi : tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada secret/ingus, tidak ada
pemberian O2 melalui nasal/masker.Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada fraktur tulang nasalMulutInspeksi : mukosa bibir pucat, tidak menggunakan alat bantu nafas ETTLeherInspeksi : bentuk leher normal dan simetrisPalpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada pembesaran kalenjer tiroid
14
FaringInspeksi : tidak ada kemerahan dan tanda-tanda infeksi/oedemArea DadaInspeksi : tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, pergerakan dada simetris,
bentuk dada normal.Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada kelainan pada dinding thorax.Perkusi : bunyi paru sonor pada seluruh lapang paru.Auskultasi : suara nafas vesikuler
B. Kardiovaskuler Dan Limfe
Anamnesa : pasien terlihat lemah dengan nadi : 112x/menitWajahInspeksi : pucat dan konjungtiva merah mudaLeherInspeksi : tidak ada bendungan vena jugularisPalpasi : tidak ada nyeri tekanDadaInspeksi : bentuk dada normal dan simetrisPalpasi : tidak ada pembesaran ictus cordisPerkusi : adanya bunyi redup pada batas jantung dan tidak terjadi pelebaran atau
pengecilanAuskultasi : bunyi jantung normalEkstermitas atasInspeksi : perfusi merah, tidak ada sianosis dan clubbing fingerPalpasi : suhu akral hangatEkstermitas bawahInspeksi : adanya luka pada ibu jari kaki kiri Palpasi : suhu akral dingin dan terlihat pucat
C. PersyarafanAnamnesa : pada luka pasien sudah terjadi neuropati ekstermitas
D. Perkemihan-Eliminasi UriAnamnesa : Pasien sering buang air kecil
E. Sistem Pencernaan-Eliminasi AlviAnamnesa : Pasien sering merasa haus dan lapar, terjadi penurunan berat badan.MulutInspeksi : Mukosa bibir pucatPalpasi : Tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut, LidahInspeksi : Bentuk simetris, tidak ada tremor dan lesi.Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan edema.
15
AbdomenInspeksi : tidak terdapat pembesaran abdomen (distensi abdomen), tidak ada luka.Auakultasi : peristaltic ususPerkusi : hipertympaniPalpasiKuadran IHepar tidak terdapat hepatomegali dan nyeri tekanKuadran IIGaster tidak ada nyeri tekan abdomen dan tidak terdapat distensi abdomenKuadran IIITidak ada massa dan nyeri tekanKuadran IVTidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney
F. Sistem Muskuloskeletal Dan IntegumenAnamnesa : terdapat luka pada ibu jari kaki kiri pasien yang lama tidak sembuh dan
sudah terjadi neuropati ekstremitasWarna Kulit Terjadi hiperpigmentasi pada kulit disekitar luka dan turgor kulit menurun (kering)LukaInspeksi : pada daerah sekitar luka sudah terjadi nekrosis Palpasi : suhu teraba dingin
G. Sistem Endokrin dan EksokrinAnamnesa : Pada pasien didapatkan gejala trias P yaitu Poliuria, Polidipsi dan
Poliphagia, dan disertai lemahKepala Inspeksi : tidak terlihat moon faceLeher Inspeksi : bentuk leher simetris.Palpasi : tidak ada pembesaran kalenjar tyyroid, dan tidak ada nyeri tekan.Ekstremitas bawahPalpasi : terdapat luka pada ibu jari kaki kiri
H. Persepsi SensoriAnamnesa : tidak ada keluhan dan kelainan pada persepsi sensoriMataInspeksi : bentuk simetris, tidak ada katarakPalpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak mataPenciuman-(hidung)Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
16
NS.
DIAGNOSIS :
(NANDA-I)
Kekurangan volume cairan (00027)
DEFINITION
Penurunan cairan intravaskuler, intersisia,dan/ atau intra selule.ini
mengacu Pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada
natrium
DEFINING
CHARACTE
RISTICS
- Perubahan status mental
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan tekanan nadi
- Penurunan volume nadi
- Penurunan turgor kulit
- Penurunan turgor lidah
- Dispnea setelah beraktivitas
- Perubahan cara berjalanah
- Penurunan haluran urin
- Penurunan pengisian vena
- Membran mukosa kering
- Kulit kering
- Peningkatan hematocrit
- Peningkatan suhu tubuh
- Peningkatan frekuensi nadi
- Peningkatan kosentrasi urin
- Penurunan berat badan tiba- tiba ( kecuali pada ruang ketiga)
- Haus
- Kelemahan
RELATED
FACTORS:
- Kehilangan cairan aktif
- Kegagalan mekanisme regulasi
17
ASS
ESS
ME
NT
Subjective data entry
- Klien mengeluh luka pada ibu jari
kaki kiri yang lama tidak sembuh-
sembuh.
- Klien mengatakan sering buang air
kecil, sering merasa haus dan lapar
Objective data entry
- TD : 170/90 mmHg
- Nadi : 112 x/menit
- Gula darah sementara : 450 mg/dl
- Pada luka sudah terjadi neuropati
ekstremitas
- Pasien terlihat lemah
- Penurunan berat badan
DIA
GN
OSI
S Client
Diagnostic
Statement:
Ns. Diagnosis (Specify):
Kekurangan volume cairan
Related to:
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangancairan aktif
18
III. INTERVENSI
Inisial Pasien : Ny D
Tanggal : 15 Maret 2014
Diagnosa Keperawatan : Kekurangan Volume Cairan
NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR
Manajemen Cairan
Definisi :
Peningkatan keseimbangan
cairan dan pencegahan
komplikasi
- Timbang BB dan monitor setiap hari
- Catat intake dan output
- Monitor status hidrasi (membran mukosa, nadi, dan tekanan darah)
- Monitor laboratorium (BUN, Hematokrit, osmolitas urine)
- Monitor masukan cairan dan kalori
- Monitor status nutrisi
- Intake cairan selama 24 jam, jika sesuai beri snack (juice fruite)
- Monitor elektrolit
Keseimbangan Cairan
Definisi :
Keseimbangan air dalam
kompartemen intraseluler
dan ekstraseluler tubuh.
Hidrasi
Definisi :
Air yang memadai dalam
kompartemen intraseluler
dan ekstraseluler tubuh.
- Tekanan darah (5)
- Keseimbangan masukan dan keluaran 24 jam (5)
- Berat badan stabil (5)
- Turgor kulit (5)
- masukan cairan (4)
- keluaran urine (5)
- kehilangan BB (5)
- keinginan untuk makan (5)
19
Nafsu Makan
Definisi :
keinginan untuk makan
ketika perlakuan buruk
atau menerima
Eliminasi urine
Definisi :
Pengumpulan dan pembuangan urin
- masukan makanan (5)
- masukan nutrisi (5)
- pola eliminasi (5)
- jumlah urine (5)
- warna urine (5)
- kejernihan urine (5)
- frekuensi urine (5)
20
IV. IMPLEMENTASI
TGL/JAM IMPLEMENTASI PARAF
15 Maret 2014 - menimbang BB dan memonitor setiap hari
- mencatat intake dan output
- Memonitor status hidrasi (membran mukosa, nadi, dan tekanan darah)
- Memonitor laboratorium (BUN, Hematokrit, osmolitas urine)
- Memonitor masukan cairan dan kalori
- Memonitor status nutrisi
- Intake cairan selama 24 jam, jika sesuai beri snack (juice fruite)
- Memonitor elektrolit
BAB IV
21
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diabetes atau yang sering disebut dengan Diabetes Mellitus merupakan penyakit kelainan
metabolisme yang disebabkan kurangnya produksi insulin,zat yang dihasilkan oleh kelenjar
pankreas.Bisa pula karena adanya gangguan pada fungsi insulin,meskipun jumlahnya normal.
Cara mengontrol gula darah dalam tubuh ialah dengan cara berolah raga secara teratur,
melakukan senam khusus diabetes, berjalan kaki, bersepeda, berenang, serta diet dengan cara
yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
22
www.google.co.id
www.wikipedia.co.id
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-medikal-bedah-kmb/askep-diabetes-
melitus/
http://diabetesmelitus.org/gejala-diabetes-melitus/
http://veeandroid.blogspot.com/2013/03/askep-diabetes-mellitus.html
23