7
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
A. Media Pembelajaran Matematika
Daryanto (2015:4) mendefinisikan bahwa media pembelajaran merupakan
sarana dalam pembelajaran karena pada hakekatnya pembelajaran merupakan
proses komunikasi, penyampaian pesan dari pengantar ke penerima dan pesan
tersebut berupa isi atau ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi
baik secara verbal maupun nonverbal. Sundayana (2013:6) berpendapat bahwa
media sebagai suatu alat atau sejenisnya yang dapat digunakan sebagai pembawa
pesan dalam suatu kegiatan pembelajaran, pesan yang dimaksud adalah materi
pelajaran, dimana keberadaan media tersebut dimaksudkan agar pesan dapat lebih
dipahami dan dimengerti oleh siswa. Munadi (2010:5) juga menyatakan bahwa
media pembelajaran adalah sumber belajar selain guru yang disebut sebagai
penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan dan diciptakan secara
terencana oleh para guru atau pendidik. Berkaitan dengan pendapat tersebut,
Arsyad (2010:4) berpendapat bahwa media dapat disebut sebagai media
pembelajaran jika membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. Definisi yang telah
dipaparkan tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan
perantara sekaligus sumber belajar yang berisi pesan-pesan yang disiapkan oleh
guru sesuai materi yang akan disampaikan dikemas dengan mudah guna membantu
mempermudah proses belajar. Guru tidaklah sebagai satu-satunya sumber belajar,
tetapi dengan posisinya sebagai peran penggiat, guru pun harus mampu
merencanakan dan menciptakan sumber-sumber belajar lainnya.
Menurut Sharon dkk (2012:11) media pengajaran memberikan perkakas
untuk melibatkan siswa dalam belajar dan guru harus memilih media yang terbaik
untuk siswa. Kegiatan pengajaran berlangsung mulai dari pengalaman konkret dan
nyata hingga pengalaman yang sangat abstrak. Hal ini salama dengan mata
pelajaran matematika, Sundayana (2013:3) menyatakan bahwa pembelajaran
matematika harus dimulai dari tahap konkret, lalu diarahkan pada tahap semi
konkret dan pada akhirnya siswa dapat berfikir dan memahami matematika secara
abstrak. Sundayana (2013:29) menambahkan bahwa media sangat berperan dalam
8
meningkatkan kualitas pendidikan termasuk untuk peningkatan kualitas pendidikan
matematika, dengan menggunakan media, konsep dan simbol matematika yang
tadinya bersifat abstrak menjadi konkret sehingga dapat memberikan pengenalan
konsep dan simbol matematika sejak dini, disesuaikan dengan kemampuan siswa.
Pendapat dari beberapa pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam
pembelajaran matematika perlu adanya media yang sesuai agar sifat matematika
yang awalnya abstrak dapat diterima dan dipahami oleh siswa menjadi sesuatu yang
konkret.
Berbagai macam media yang dapat digunakan dalam pembelajaran
matematika, menurut Arsyad (2010:29) media pembelajaran dapat dikelompokkan
ke dalam 4 kelompok yaitu media hasil teknologi cetak, media hasil teknologi
audio-visual, media hasil teknologi yang berdasarkan komputer dan media hasil
gabungan teknologi cetak dan komputer. Munadi (2010:54) berpendapat bahwa
media dalam pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar, yakni
media audio, media visual, media audio visual dan multimedia, sedangkan menurut
Arief dkk (2014:28) media yang lazim dipakai dalam kegiatan mengajar khususnya
di Indonesia meliputi media grafis, media audio dan media proyeksi diam. Terdapat
banyak pendapat tentang macam-macam media yang dapat digunakan dalam
pembelajaran akan tetapi pada dasarnya semua memiliki maksud yang sama yaitu
media pembelajaran dikategorikan menjadi 3 bagian meliputi media visual, media
audio dan media audio visual.
Penelitian ini terfokus pada media pembelajaran berbentuk visual. Sharon dkk
(2012:75) berpendapat bahwa visual bisa dibagi menjadi 6 kategori: realistik,
analogik, organisasional, relasional, transformasional dan interpretif. Menurut
Arief dkk (2014:55) media visual meliputi media grafis dan media proyeksi diam
karena keduanya menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Munadi (2010:56)
berpendapat bahwa media visual adalah media yang hanya melibatkan indera
pengelihatan yang meliputi media cetak-verbal, media cetak-grafis, media visual
non-cetak. Arsyad (2010:106) mengatakan bahwa visualisasi pesan, informasi atau
konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai
bentuk sepetri foto, gambar atau ilustrasi, sketsa, grafik, bagan, chart dan gabungan
dari dua bentuk atau lebih.
9
Manfaat media dalam pembelajaran menurut menurut Sudjana & Rivai
(1992:2) adalah sebagai berikut:
1. pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar;
2. bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
oleh siswa dan memungkinkannya mencapai tujuan pembelajaran;
3. metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru
tidak kehabisan tenaga;
4. siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemnonstrasikan, memerankan dan lain-lain.
Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik (1994:15) merincikan
manfaat media pendidikan meliputi:
1. meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu
mengurangi verbalisme;
2. memperbesar perhatian siswa;
3. meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena
itu membuat pelajaran lebih mantap;
4. memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha
sendiri di kalangan siswa;
5. menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, terutama melalui gambar
hidup;
6. membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan
kemampuan berbahasa;
7. memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan
membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Kaitannya dengan pelajaran matematika, Sundayana (2013:32) mengemukakan
bahwa manfaat media pembelajaran adalah penyampaian materi pembelajaran
dapat diseragamkan, proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik,
meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, memungkinkan proses belajar dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja, menumbuhkan sikap positif siswa terhadap
10
materi dan proses belajar serta mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan
produktif. Pendapat dari para pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa manfaat
media pembelajaran untuk pelajaran matematika adalah untuk menarik perhatian
siswa dalam pembelajaran, dapat memotivasi siswa untuk semangat belajar, siswa
dapat berfikir kritis dengan media yang disediakan, meningkatkan kualitas
pendidikan, membantu pemahaman siswa akan sifat matematika yang awalnya
besifat abstrak menjadi sesuatu yang bersifat konkret, menumbuhkan sifat ingin
tahu yang tinggi serta mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan
produktif.
Dalam pembuatan media pembelajaran perlu memperhatikan beberapa hal
yang dapat dijadikan pedoman kriteria mediap pembelajaran yang baik agar media
yang dihasilkan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Usep (2012:24)
ada bebrapa kriteria pembuatan media pembelajaran yang baik meliputi: (1)
kesederhanaan, (2) kesatuan, (3) keseimbangan, (4) penonjolan, (5) irama, (6)
keindahan. Aqib (2013:55) berpendapat bahwa dalam pembuatan media
pembelajaran yang baik terdapat prinsip umum yang perlu diperhatikan yaitu:
1. visible : mudah dilihat
2. interesting : menarik
3. simple : sederhana
4. useful : bermanfaat bagi pelajar
5. accurate : benar dan tepat sasaran
6. leg it imate : sah dan masuk akal
7. structurad : tersusun secara baik dan runtut.
Berdasarkan uraian diatas, dalam pembuatan media pembelajaran perlu
memperhatikan kriteria media yang baik agar dapat diterima dan mudah dipahami
oleh siswa. Kriteria-kriteria tersebut adalah: (1) sederhana, (2) menarik, (3)
terstruktur (4) komunikatif (5) interaktif, (6) sesuai dengan tujuan pembelajaran.
B. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang diusung
oleh Kurikulum 2013. Langkah-langkah pada pendekatan saintifik merupakan
bentuk adaptasi dari langkah-langkah ilmiah pada sains. Berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran
11
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menegah menetapkan bahwa pada Pasal 1
Nomor 8 pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis keilmuan merupakan
pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses:
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, mengkomunikasikan.
Selanjutnya pada pasal 1 nomor 10 menjelaskan bahwa pendekatan saintifik
dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran langsung atau tidak langsung
sebagai landasan dalam menerapkan berbagai strategi dan model pembelajaran
sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah menurut Majid dan Rochman
(2015:2) yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam
mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan data, mengasosiasi atau
menalar dan mengkomunikasikan. Fathurrohman (2015:115) berpendapat bahwa
pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang terpusat pada siswa, dimana
siswa dituntut untuk menemukan sendiri materi yang berkaitan dengan mata
pelajaran tertentu. Daryanto (2014:51) mengungkapkan bahwa pembelajaran
dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau
prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan
atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum
atau prinsip yang ditemukan. Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik
merupakan proses belajar yang terpusat pada siswa, dimana siswa dituntut untuk
aktif dengan melalui tahap mengamati, merumuskan masalah, mengumpulkan data,
menganalisis, mengambil kesimpulan dan selanjutnya dapat
mengkomunikasikannya.
Langkah-langkah pada pendekatan saintifik yang terlampir dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menegah sejalan dengan apa yang
diungkapkan oleh Fathurahman (2015:119-166), yaitu: (1) mengamati, (2)
menanya, (3) mengumpulkan data atau informasi, (4) menalar dan (5)
12
mengkomunikasikan. Berikut ini penjelasan dari dari masing-masing aspek
pendekatan tersebut.
1. Mengamati (observasi)
Mengamati atau observasi merupakan metode pengumpulan data yang
menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian secara langsung maupun tidak
langsung untuk menggali dan mengumpulkan data dari berbagai sumber. Sesuai
yang diungkapkan oleh Fathurrahman (2015:119) bahwa mengamati atau observasi
yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak
pada objek. Fathurrahman (2015:120) juga menambahkan bahwa jika pengamatan
dalam pembelajaran berbeda dengan pengamatan yang sehari-hari dilakukan
kebanyakan orang, pengamatan dalam pembelajaran tertuju pada meteri yang jelas,
yakni sasaran yang akan diamati ditegaskan dahulu dalam perencanaan
pembelajaran.
2. Menanya
Kegiatan menanya merupakan kegiatan yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengetahui sesuatu yang belum mereka ketahui dengan cara
menanyakan apa yang sudah mereka lihat, simak, baca selama proses observasi.
Fathurrahman (2015:127) mengungkapkan bahw guru yang efektif mampu
memotivasi anak didiknya untuk meningkatkan rasa ingin tahunya, sehingga pada
akhirnya peserta didik akan bertanya dan mengungkapkan rasa ingin tahunya. Sama
halnya yang tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
81a Tahun 2013 bahwa kegiatan menanya dalam pembelajaran adalah mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau
pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati
(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik),
sehingga kopetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk
pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
3. Mengumpulkan data atau informasi
Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari menanya.
Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Fathurrahman (2015: 135) bahwa kegiatan
mengumpulkan informasi merupakan kegiatan yang dilakukan dengan menggali
13
informasi dari berbagai sumber memalui berbagai cara yang dapat dilakukan siswa
diantaranya dengan membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena
atau objek yang lebih teliti atau bahkan melakukan eksperimen. Dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81a tahun 2013 aktifitas
mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain
selain buku teks, mengamati objek atau kejadian, aktivitas wawancara dengan nara
sumber dan sebagainya.
4. Menalar (mengasosiasikan atau mengolah informasi)
Istilah “menalar” dalam kerangka pembelajaran dengan pendekatan ilmiah
yang dianut dalam Kurikulum 2013 menggambarkan bahwa guru dan siswa
merupakan pelaku aktif. Fathurrahman (2015: 139) menyatakan bahwa penalaran
merupakan proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang
dapat diobservasikan untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81a Tahun 2013 disebutkan bahwa
kegiatan belajar pada ranah assosiasi (menalar) meliputi:
a. mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan atau eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi.
b. pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah
keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat
mencapai solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda
sampai kepada yang bertentangan.
5. Mengkomunikasikan
Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada
siswa untuk membangun jejaring atau mengkomunikasikan apa yang telah mereka
pelajari. Menurut Fathurrahman (2015:160) kegiatan mengkomunikasikan ini dapat
dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam
kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Kegiatan
mengkomunikasikan dalam pembelajaran sebagaimana yang disampaikan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81a Tahun 2013, adalah
menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara
lisan, tertulis maupun dengan media lain.
14
Langkah-langkah pendekatan yang telah dipaparkan tersebut dapat
disimpulkan bahwa dalam pendekatan saintifik terdapat 5 aspek pendekatan yang
digunakan dalam pembelajaran. Pertama proses mengamati objek secara langsung
maupun tidak langsung untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber materi
yang telah disediakan. Selanjutnya langkah kedua merupakan kegiatan menanya,
dalam kegiatan tersebut diharapkan siswa dapat aktif bertanya apapun tentang hasil
pengamatannya. Langkah ketiga yaitu kegiatan mengumpulkan data atau informasi
yang termasuk tindak lanjut dari kegiatan menanya, setelah siswa dapat
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya maka langkah selanjutnya
diharapkan siswa dapat mengasosiasikan atau mengolah informasi tersebut.
Kegiatan mengolah informasi harus tetap dalam bimbingan guru agar pada langkah
terakhir yaitu mengkomunikasikan siswa dapat menyampaikan kesimpulan dengan
baik
C. Pop-up Book
Menurut Bluemel dan Taylor (2012: 22) berpendapat tentang pengertian pop-
up book adalah sebuah buku yang menampilkan potensi untuk bergerak dan
interaksinya melalui penggunaan kertas sebagai bahan lipatan, gulungan, bentuk,
roda atau putarannya. Muktiono (2003: 65) mendefinisikan bahwa pop-up book
adalah sebuah buku yang memiliki tampilan gambar yang bisa ditegakkan serta
membentuk obyek-obyek yang indah dan dapat bergerak atau memberi efek yang
menakjubkan. Mendukung dari kedua pendapat diatas, Dzuanda (2011: 1)
menjelaskan pengertian pop-up book adalah sebuah buku yang memiliki bagian
yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi serta memberikan visualisasi
cerita yang lebih menarik, mulai dari tampilan gambar yang dapat bergerak ketika
halamannya dibuka. Meninjau dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa pop-up book adalah media manipulatif berbentuk buku yang dapat
menampilkan bentuk tiga dimensi atau timbul ketika dibuka, serta dapat berubah
bentuk saat bagian-bagian tertentu dalam buku tersebut digeser, diputar, dilipat dan
lain sebagainya.
Bluemel dan Taylor (2012: 23) menyebutkan beberapa kegunaan media pop-
up book, meliputi:
1. untuk mengembangkan kecintaan anak muda terhadap buku dan membaca;
15
2. bagi peserta didik anak usia dini untuk menjembatani hubungan antara situasi
kehidupan nyata dan simbol yang mewakilinya;
3. bagi siswa yang lebih tua atau siswa berbakat dan memiliki kemampuan dapat
berguna untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif;
4. bagi yang enggan membaca, anak-anak dengan ketidakmampuan belajar
bahasa inggris sebagai bahasa kedua (ESL), dapat membantu siswa untuk
menangkap makna melalui perwakilan gambar yang menarik dan untuk
memunculkan keinginan serta dorongan membaca secara mandiri dengan
kemampuannya untuk melakukan hal tersebut secara terampil.
Menurut Dzuanda (2011: 5-6), media pop-up book memiliki berbagai manfaat yang
sangat berguna, yaitu:
1. mengajarkan anak untuk lebih menghargai buku dan memperlakukannya
dengan lebih baik;
2. mendekatkan anak dengan orang tua karena buku pop-up memiliki bagian
yang halus sehingga memberikan kesempatan untuk orang tua untuk duduk
bersama dengan putra-putri mereka dan menikmati cerita (mendekatkan
hubungan antara orang tua dan anak);
3. mengembangkan kreatifitas anak;
4. merangsang imajinasi anak;
5. menambah pengetahuan hingga memberikan penggambaran bentuk suatu
benda (pengenalan benda).
Berdasarkan paparan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan media pop-up book dalam pembelajaran pada pelajaran matematika
dapat memberi manfaat antara lain:
1. meningkatkan semangat siswa dalam belajar matematika yang awalnya
cenderung membosankan;
2. menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi;
3. merangsang imajinasi dan mengembangkan kreatifitas siswa;
4. membantu mempermudah memahami materi dengan sajian visual-visual yang
menarik;
5. mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif;
16
6. memotivasi siswa dalam belajar matematika, bahwa belajar matematika dapat
dilakukan dengan cara yang menyenangkan.
Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam pembuatan pop-up book menurut
Puleo (2011:58-67) ialah:
1. Flaps merupakan teknik yang paling sederhana dengan cara ilustrasi yang akan
ditunjukkan tersimpan dibalik kertas atau objek yang menutupinya, ketika
kertas atau objek tersebut dibuka maka terlihatlah ilustrasi yang tersembunyi
dibalik objek tersebut.
Gambar 2.1 Teknik Flaps
2. Pull Tabs adalah teknik menggeser yang akan menciptakan ilustrasi atau
gambar tiga dimensi, biasanya objek yang digunakan untuk merubah bentuk
tersebut adalah dengan menggunakan tali atau pita, ketika tali atau pita tersebut
ditarik atau didorong maka gerakan gambar akan aktif dan menciptakan
ilustrasi atau gambar tiga dimensi.
Gambar 2.2 Teknik Pull Tabs
3. Disolving Image merupakan teknik dengan merubah gambar pertama menjadi
gambar selanjutnya yang sepenuhnya berbeda, teknik ini pada umumnya dapat
berubah dengan cara ditarik.
17
Gambar 2.3 Teknik Disolving Image
4. Waterfall adalah teknik tersebut tampak seperti terdapat objek yang tersusun
secara berurutan, akan tetapi ketika objek tersebut dibuka atau ditarik menjadi
satu kesatuan ilustrasi atau gambar yang akan ditampilkan.
Gambar 2.4 Teknik Waterfall
5. Volleve or Rotating Disc merupakan teknik dengan tampilan berbentuk
lingkaran yang memiliki poros dan dapat berputar, gambar atau ilustrasi yang
akan ditampilkan ditutup dengan objek berbentuk lingkaran tidak penuh
sehingga ketika diputar akan menampilkan ilustrasi-ilustrasi yang telah
ditetapkan.
Gambar 2.5 Teknik Volleve or Rotating Disc
18
6. V-Fold adalah teknik menggunakan kertas yang dilipat dan akan terungkap
atau muncul ketika halaman buku dibuka.
Gambar 2.6 Teknik V-Fold
7. Multi V-Folds merupakan teknik V-fold yang lebih kompleks dengan cara
melipat kertas dikedua arah atau lebih untuk membuat terlihat lebih
berdimensi.
Gambar 2.7 Teknik Multi V-Folds
8. Floating Layers mekanisme ini paling baik dipahami ketika
dilihat dari samping. Menciptakan illustrasi bahwa terlihat mengambang di
atas permukaan.
Gambar 2.8 Teknik Floating Layers
9. Opposing Angles with A Tent sama halnya dengan teknik Floating Layers akan
tetapi lebih kompleks, teknik ini didukung dengan teknik V-Fold dengan
19
menggunakan beberapa lipatan yang kemungkinan dapat berputar ketika
halaman dibuka.
Gambar 2.9 Teknik Opposing Angles with A Tent
10. Box and Cylinder adalah gerakan sebuah kubus atau tabung yang bergerak naik
dari tengah halaman ketika halaman dibuka.
Gambar 2.10 Teknik Box
11. Coil or Spiral merupakan teknik ini menggunakan cara memotong objek
berbentuk lingkaran tanpa terputus kemudian salah satu ujungnya ditempel
pada halaman di sebelah kanan dan sisi lainnya ditempel di sebelah kiri.
Gambar 2.11 Teknik Spiral
(Brochure, 2011:19-22) juga menjelaskan bagaimana teknik-teknik yang dapat
digunakan untuk membuat pop-up book, diantaranya:
1. Box and cylinder merupakan sebuah objek berbentuk kubus atau silinder yang
akan naik dari tengah halaman ketika buku tersebut dibuka.
20
Gambar 2.12 Teknik Box
2. Dissolving images and slats adalah teknik yang membuat sebuah perubahan
ilustrasi dalam sebuah adegan yang sama sekali berbeda dari bentuk awal jika
ditarik.
Gambar 2.13 Teknik Dissolving Images
3. Flap or lift the flap merupakan salah satu teknik dengan bentuk yang paling
sederhana. Objek tersebut melekat pada dasar halaman ketika diangkat atau
ditarik maka akan terlihat ilustrasi, pesan ataupun gambar yang tersembunyi.
Gambar 2.14 Teknik Flap
4. Stage set or multiple layers adalah teknik yang akan menciptakan sebuah buku
menjadi satu set panggung teater yang sangat bagus jika dibuka 90°. Teknik
ini merupakan salah satu konsentrasi pertama yang dapat digunakan untuk
halaman pertama pada pop-up dan sangan cocok untuk menampilkan adegan
interior.
21
Gambar 2.15 Teknik Stage
5. V-fold adalah bentuk serbaguna ini adalah apa yang kebanyakan orang
pikirkan ketika mereka mendengar istilah pop-up. Objek tersebut melekat pada
halaman dan terbentang dari tengan halaman ketika dibuka kemudian akan
runtuh ke dalam dirinya sendiri ketika buku tersebut ditutup.
Gambar 2.16 Teknik V-Fold
6. Volvelle or wheel adalah teknik menggunakan objek berbentuk lingkaran yang
mempunyai poros sehingga dapat diputar dan akan menampilkan ilustrasi yang
tersembunyi dibalik objek tersebut.
Gambar 2.17 Teknik Vovelle
22
Teknik-teknik yang telah dipaparkan tersebut, beberapa akan digunakan pada
penelitian ini untuk mengembangan pop-up book sebagai media pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan saintifik.
D. Materi Segitiga kelas VII
Tabel 2.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
3. Memahami pengetahuan (faktual,
konseptual dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah dan menyajika
dalam ranah konkret
(menggunakan, menguraikan,
memodifikasi dan membuat) dan
ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/ teori
3.15 Menurunkan rumus untuk menentukan
keliling dan luas segitiga.
4.15 menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan luas keliling segitiga
Segitiga merupakan salah satu bangun-bangun geometri yang termasuk
bagian dari poligon. Poligon adalah gabungan dari himpunan titik 𝑃1, 𝑃2, … , 𝑃𝑛 −
1, 𝑃𝑛 dengan ruas garis 𝑃1𝑃2, 𝑃2𝑃3, … , 𝑃𝑛 − 1𝑃𝑛, demikian hingga jika sebarang
dari ruas garis berpotongan maka titik potongnya ialah selain satu titik
𝑃1, 𝑃2, … , 𝑃𝑛 − 1, 𝑃𝑛 dan tidak ada titik potongnya yang lain. Titik
𝑃1, 𝑃2, … , 𝑃𝑛 − 1, 𝑃𝑛 disebut titik-titik sudut poligon.
𝑃1𝑃2 , 𝑃2𝑃3 , … , 𝑃𝑛 − 1𝑃𝑛, disebut sisi-sisi poligon.
∠𝑃1, ∠𝑃2, … , ∠𝑃𝑛 − 1, ∠𝑃𝑛 disebut sudut-sudut poligon.
Segitiga adalah poligon yang bersisi tiga. Adapun macam-macam segitiga adalah
sebagai berikut:
1. segitiga berdasarkan sisi-sisinya
a. segitiga sama sisi yang ketiga sisinya sama panjang
23
Gambar 2.18 Segitiga Sama Sisi
b. segitiga sama kaki yang kedua sisinya sama panjang
Gambar 2.19 Segitiga Sama Kaki
c. segitiga sebarang yang tidak ada ketentuan ukuran pada sissinya.
Gambar 2.20 Segitiga sembarang
2. segitiga berdasarkan sudut-sudutnya
a. segitiga sama sudut merupakan segitiga ketiga sudutnya sama besar
Gambar 2.21 Segitiga Sama Sudut
b. segitiga siku-siku merupakan segitiga yang salah satu sudutnya siku-siku
𝑨𝑩 = 𝑩𝑪 = 𝑨𝑪
𝑨𝑩 = 𝑨𝑪
∠𝑨 = ∠𝑩 = ∠𝑪
24
Gambar 2.22 Segitiga Siku-siku
c. segitiga tumpul adalah segitga yang salah satu sudutnya tumpul
Gambar 2.23 Segitiga Tumpul
d. segitiga lancip merupakan segitiga yang ketiga sudutnya lancip
Gambar 2.24 Segitiga Lancip
Segitiga memiliki garis-garis istimewa diantaranya adalah garis tinggi, garis
bagi, garis berat dan garis sumbu. Berikut ini uraian tentang garis-garis istimewa
yang terdapat pada segitiga.
1. Garis tinggi suatu segitiga, merupakan garis yang ditarik dari titik sudut suatu
segitiga dan tegak lurus terhadap sisi di hadapannya. Dengan pengetahuan
yang telah dimiliki tentang cara menggambar garis yang tegak lurus terhadap
garis yang ditentukan, maka dapat dengan mudah menggambarkan garis tinggi
suatu segitiga. Perhatikan gambar 2.25
25
𝐶
𝐴
A
𝐷
𝐸 𝐹
Gambar 2.25 Garis Tinggi Segitiga
𝐴𝐷 tegak lurus dengan sisi 𝐵𝐶, maka 𝐴𝐷 disebut garis tinggi, garis tinggi
yang lain adalah 𝐵𝐸 dan 𝐶𝐹.
2. Garis bagi suatu segitiga, merupakan garis yang ditarik dari titik sudut segitiga
dan membagi sudut menjadi dua bagian yang sama besar. Perhatikan gambar
2.26
Gambar 2.26 Garis Bagi Segitiga
Garis 𝐴𝐷 membagi ∠𝐵𝐴𝐶 menjadi dua bagian sama besar, yaitu ∠𝐵𝐴𝐷 =
∠𝐶𝐴𝐷. 𝐴𝐷 disebut garis bagi pada ∆𝐴𝐵𝐶. Garis bagi lainnya adalah 𝐵𝐸 dan
𝐶𝐹. Ketiga garis bagi bertemu pada suatu titik, yaitu 𝑍
3. Garis berat suatu segitiga, merupakan garis yang ditarik dari titik sudut suatu
segitiga ke pertengahan sisi di hadapannya. Perhatikan pada gambar 2.27
Gambar 2.27 Garis Berat Segitiga
𝐵
𝑍
𝐵 𝐶
𝐴
𝐷
𝐸
𝐹 𝑇
𝐵 𝐶
𝐴
𝐷
𝐸 𝐹 𝐺
26
𝐶 𝐵
𝑅 𝑇
𝑃
𝑄
𝐴
𝑆
𝐵
𝐶
𝐴 𝐷
Titik 𝐷, 𝐸, dan 𝐹 adalah titik tengah dari sisi-sisi segitiga 𝐴𝐵𝐶
Garis 𝐴𝐷, 𝐵𝐸, dan 𝐶𝐹 disebut garis berat segitiga 𝐴𝐵𝐶
Ketiga garis berat bertemu pada titik yang disebut titik berat.
4. Garis Sumbu Suatu Lingkaran, merupakan garis yang ditarik dari pertengahan
sisi segitiga dan tegak lurus dengan sisi itu. Perhatikan gambar 2.28
Gambar 2.28 Garis Sumbu Segitiga
Garis 𝑃𝑄 melalui titik tengah 𝐵𝐶 dan tegak lurus 𝐵𝐶. Garis 𝑃𝑄 disebut garis
sumbu 𝐵𝐶. Garis sumbu yang lain adalah 𝑅𝑆 dan 𝑇𝐵.
Ketiga garis sumbu pada segitiga 𝐴𝐵𝐶 pada gambar 5.10 bertemu pada satu
titik, yaitu 𝑀. Titik 𝑀 merupakan titik pusat lingkaran luar segitiga 𝐴𝐵𝐶, yaitu
lingkaran yang memalui titik sudut 𝐴, 𝐵 dan 𝐶.
Jumlah sudut pada segitiga adalah 180°. Misalkan segitiga ABC sembarang,
maka ∠𝐴 + ∠𝐵 + ∠𝐶 = 180°. Segitiga juga memiliki sudut luar, yang dimaksud
dengan sudut luar segitiga adalah sudut yang dibentuk oleh salah satu sisi segitiga
dan perpanjangan sisi lainnya. Sudut luar segitiga akan digunakan di antaranya
untuk memperoleh hubungan besar sudut pusat dan sudut keliling pada sebuah
lingkaran. Perhatikan Gambar 2.29
Gambar 2.29 Sudut Luar Segitiga
𝑀
Sudut luar
27
𝐶
𝐴 𝐵
∠𝐶𝐵𝐷 disebut sudut luar
∠𝐴, ∠𝐵 dan ∠𝐶 merupakan sudut dalam.
Selanjutnya, akan dibahas tentang hubungan besar sudut luar ∆𝐴𝐵𝐶 tersebut
dengan sudut-sudut dalamnya. Untuk itu, perhatikan uraian berikut:
∠𝐴𝐵𝐶 dan ∠𝐶𝐵𝐷 saling berpelurus maka:
∠𝐶𝐵𝐷 = 180° − ∠ 𝐴𝐵𝐶................... (1)
Jumlah sudut-sudut segitiga = 180°, maka:
∠𝐴 + ∠𝐶 + ∠𝐴𝐵𝐶 = 180°...
∠𝐴 + ∠𝐶 = 180° − ∠𝐴𝐵𝐶 ................ (2)
Dari persamaan (1) dan (2) di atas diperoleh hubungan berikut:
(1) ∠𝐶𝐵𝐷 = 180° − ∠ 𝐴𝐵𝐶
(2) ∠𝐴 + ∠𝐶 = 180° − ∠𝐴𝐵𝐶
Perhatikan bentuk persamaan tersebut!
Bentuk ruas kanan pada kedua persamaan tersebut adalah sama, yaitu 180° −
∠𝐴𝐵𝐶, berarti nilai ruas kirinya juga sama, sehingga diperoleh hubungan berikut.
∠𝐶𝐵𝐷 = ∠𝐴 + ∠𝐶
dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa besar sudut luar suatu segitiga sama
dengan jumlah dua sudut dalam yang tidak berpelurus dengan sudut luar tersebut.
Keliling segitiga adalah jumlah panjang sisi segitiga. Perhatikan gambar 2.30
berikut:
Gambar 2.30 Keliling Segitiga
Keliling ∆𝐴𝐵𝐶 = 𝐴𝐵 + 𝐴𝐶 + 𝐵𝐶
𝐾 = 𝑐 + 𝑏 + 𝑎
𝐾 = 𝑎 + 𝑏 + 𝑐
sehingga rumus keliling segitiga dengan panjang sisi 𝑎 cm, 𝑏 cm dan 𝑐 cm adalah
𝑲 = 𝒂 + 𝒃 + 𝒄
𝑏 cm
28
𝐵
𝐶
𝐴
𝑏
b
𝑎
b
𝑐
b
𝐵
𝐶
𝐴
𝑏
b
𝑎
b
𝑐
b
Luas segitiga berdasarkan alas dan tinggi adalah= 1
2 × 𝑎𝑙𝑎𝑠 × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
Perhatikan gambar 2.31 berikut.
Gambar 2.31 Luas Segitiga Berdasarkan Alas
Alas sebuah segitiga merupakan sisi dari segitiga tersebut dan tinggi segitiga harus
tegak lurus dengan alas yang sekawan yaitu 𝐴𝐵, sehingga luas ∆𝐴𝐵𝐶 = 1
2 ×
𝐴𝐵 × 𝑡
𝑳 =𝟏
𝟐 × 𝒂𝒍𝒂𝒔 × 𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊
Luas segitiga berdasarkan sisi dapat dilihat pada gambar 2.32 berikut.
Gambar 2.32 Luas Segitiga Berdasarkan Sisi
Panjang sisi dihadapan ∠𝐴 yaitu 𝐵𝐶 dinyatakan dengan 𝑎
Panjang sisi dihadapan ∠𝐵 yaitu 𝐴𝐶 dinyatakan dengan 𝑏
Panjang sisi dihadapan ∠𝐶 yaitu 𝐴𝐵 dinyatakan dengan 𝑐
Keliling ∆𝐴𝐵𝐶 dinyatakan dengan 𝐾 = 𝑎 + 𝑏 + 𝑐, setengah keliling ∆𝐴𝐵𝐶 dapat
dinyatakan dengan 𝑠, sehingga diperoleh
𝑡
b
29
𝑠 =1
2𝐾 =
1
2(𝑎 + 𝑏 + 𝑐)
Luas ∆𝐴𝐵𝐶 dapat dinyatakan berdasarkan keliling dan panjang sisi segitiga, yaitu:
𝑳 = √𝒔(𝒔 − 𝒂)(𝒔 − 𝒃)(𝒔 − 𝒄)
E. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini mengenai pengembangan media pop-up book menggunakan
pendekatan saintifik untuk siswa kelas VII pada materi segitiga. Ditemukan
beberapa hasil penelitian relavan yang sesuai dengan penelitian ini. Pertama adalah
penelitian dari Eka Suci Wardhani tahun 2015 yang berjudul “Pengembangan
Media Pop-up Untuk Materi Segitiga dan Segi Empat di SMP” yang bertujuan
untuk mengetahui kelayakan pop-up sebagai media pembelajaran serta
mendeskripsikan keefektifan media pop-up pada materi segitiga dan segi empat.
Kedua, penelitian Wida Zannah Zaila tahun 2014 yang berjudul “Pengembangan
Perangkat Belajar Matematika Berbantuan Komik Pop-up dengan Model Problem
Based Instruction (PBI) Sub Pokok Bahasan Kubus dan Balok untuk Siswa SMP
kelas VIII”. Pada penelitian tersebut memiliki tujuan yaitu mengetahui dan
mendeskripsikan bagaimana proses serta hasil pengembangan perangkat
pembelajaran matematika berbantuan komik pop-up dengan model problem based
instruction (PBI) pada sub pokok bahasan kubus dan balok kelas VIII SMP. Pop-
up menjadi salah satu produk yang dikembangkan pada penelitian tersebut.
Penelitian lainnya dari Jatu Pramesti tahun 2015 yang berjudul
“Pengembangan Media Pop-up Book Tema Peristiwa Untuk III SD Negeri Pakem
1”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah pembuatan
media pop-up book untuk pembelajaran serta mengetahui tingkat validasi media
yang dikembangkan. penelitian dari Pipit Umayah dengan judul “Perencanaan
Buku Pop-up sebagai Media Pengenalan tentang Rumah dan Pakaian Adat
Indonesia”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menyajikan buku tentang
kebudayaan Indonesia dengan teknik pop-up agar dalam mempelajari kebudayaan
Indonesia tidak lagi membosankan, tetapi mempelajarinya dengan sesuatu yang
menarik untuk dikaji lebih dalam sehingga proses dalam belajarnya menjadi sangat
30
menyenangkan yang kemudian dapat menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi,
Indonesia yang terdiri dari 33 propinsi dengan kebudayaan yang beraneka ragam
diharapkan bisa menjadi salah satu hal yang menarik untuk dikaji lebih dalam
sehingga nantinya buku ini bisa menjadi salah satu karya desain yang bisa
bermanfaat.
Selain penelitian yang relevan tentang media pop-up, peneliti juga
menemukan adanya hasil penelitian tentang pendekatan saintifik yaitu kerangka
ilmiah pembelajaran yang diusung dari kurikulum 2013, beberapa penelitian
tersebut meliputi penelitian dari Ilham Maulid Fatchurrozi tahun 2015 dengan judul
“Penerapan Pedekatan Saintifik pada Pembelajaran Matematika di SMPN 11
Malang”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mendeskripsikan aktifitas peserta
didik dan aktifitas guru dalam menerapkan pendekatan saintifik. Penelitian
Zuhratun Nisa tahun 2016 yang berjudul “Pengembangan Handout Pembelajaran
Matematika Berbasis Saintifik untuk Siswa SMP” dengan tujuan mendeskripsikan
handout matematika dengan pendekatan saintifik untuk siswa SMP. Penelitian dari
Rohmawati Octavia dengan judul “Pendekatan Scientific dengan Media Kartu
Bergambar dalam Materi Peluang di SMP Negeri 12 Malang” yang bertujuan untuk
mempermudah siswa menemukan definisi dan konsep dalam pembelajaran materi
peluang, serta meningkatkan aktifitas siswa melalui penerapan pendekatan saintifik
menggunakan model Group Investigation dengan media kartu bergambar di SMP
Negeri 12 Malang. Penelitian selanjutnya yakni dari Pebriani Dwi Wahyuni tahun
2016 dengan judul “Pengembangan Multimedia Interaktif dengan Pendekatan
Saintifik di Kelas V SDN Kauman 2 Malang”. Tujuan dari penelitian tersebut
adalah untuk menghasilkan produk multimedia interaktif yang efektif untuk
diterapkan pada siswa kelas V sekolah dasar.
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang peneliti akan
lakukan adalah media yang dikembangkan berupa media manipulatif pop-up book
menggunakan pendekatan saintifik pada materi segitiga untuk siswa kelas VII.
Tujuan penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya hanya saja yang
membedakan adalah untuk mengetahui validitas dan efektifitas media pembelajaran
yang dikembangkan.