Download - BAB 1 Asfiksia Askep Risti
BAB 1
TINJAUAN TEORI ASFIKSIA
1.1 Tinjauan Medis
1.1.1 Definisi
Menurut Hanifa Wiknjosastro (2002) asfiksia neonatorum didefinisikan
sebagai keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan
teratur setelah lahir. Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan dimana saat bayi
lahir mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 dan kesulitan
mengeluarkan CO2 (Markum, 2000).
Asfiksia adalah kurangnya oksigen dalam darah dan meningkatnya kadar
karbon dioksida dalam darah serta jaringan(Kamus Saku kep.Edisi22)
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat
menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Medicine and linux.com)..
1.1.2 Etiologi
Etiologi secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau
segera setelah lahir, penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi
terdiri dari :
1. Faktor Ibu
1) Hipoksia ibu : Oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat
hipoventilasi selama anestesi, penyakit jantung sianosis, gagal
pernafasan, keracunan karbon monoksida, tekanan darah ibu yang
rendah.
2) Gangguan aliran darah uterus
3) Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering
ditemukan pada :
Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani
uterus akibat penyakit atau obat.
4) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
5) Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
1
2. Faktor plasenta
1) Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak
pada plasenta, misalnya:
2) Plasenta tipis
3) Plasenta kecil
4) Plasenta tak menempel
5) Solusio plasenta
6) Perdarahan plasenta
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan
janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat
menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan
jalan lahir dan lain-lain.Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir
dapat terjadi karena :
1) Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara
langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
2) Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial.
Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia /
stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
3) Faktor persalinan
4) Partus lama
5) Partus tindakan
(Medicine and linux.com dan Pediatric.com)
1.1.3 Klasifikasi
1. Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen
terkendali.Karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrium
bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan, dan cairan
glucose 40%1-2 ml/kg berat badan, diberikan via vena umbilikalis.
2. Asfiksia sedang (APGAR 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas
kembali.
3. Bayi normal atau asfiksia ringan ( nilai APGAR 7-9).
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
2
Asfiksia berat dengan henti jantung, dengan keadaan bunyi jantung
menghilang setelah lahir, pemeriksaan fisik yang lain sama dengan asfiksia
berat.
1.1.4 Manifestasi klinik
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan
tanda:
1. DJJ lebih dari 16Ox/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
2. Mekonium dalam air ketuban
3. Apnea
4. Pucat
5. Sianosis
6. Penurunan terhadap stimulus
1.1.5 Pathways Asfiksia
Kehamilan
Persalinan prematurEtiologi
Prematuritas organ
Asfiksia berat pada bayi
Apnea (primary apnea)
Bayi berusaha bernafas (gasping)
Gagal Gangguan
pertukaran O2
Secondary apnea
Bradikardi + penurunan TD
Gangguan metabolisme
Asidosis respiratorik
Imaturitas sistem pencernaan
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Imaturitas sistem imunologi
Resti Infeksi
Belanjut
Metabolisme anaerobik
Gangguan Thermoregulasi
Glikolisis glikogen tubuh
Jantung + hati kekurangan asam organik
3
1.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).
2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha
nafas, tonus otot dan reflek).
3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.
4. Pengkajian spesifik
5. Pemeriksaan fungsi paru
6. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler
(Pediatric.com)
1.1.7 Penatalaksanaan
1. Tindakan Umum
1) Bersihkan jalan nafas.
Kepala bayi diletakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila
perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari
saluran nafas yang lebih dalam.Saluran nafas atas dibersihkan dari
lendir dan cairan amnion dengan pengisap lendir, tindakan ini dilakukan
dengan hati- hati tidak perlu tergesa- gesa atau kasar. Penghisapan yang
dilakukan dengan ceroboh akan timbul penyulit seperti: spasme laring,
kolap paru, kerusakan sel mukosa jalan nafas. Pada asfiksia berat
dilakukan resusitasi kardiopulmonal.
2) Rangsang reflek pernafasan.
Dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan
cara menepuk kedua telapak kaki menekan tanda achiles. Bayi yang
tidak memperlihatkan usaha bernafas selama 20 detik setelah lahir
dianggap telah menderita depresi pernafasan. Dalam hal ini rangsangan
Perubahan kardiovaskuler
Kelemahan jantung Pengisian udara ke alveolus tidak adekuat
Resistensi udara ke paruSel otak terganggu
Kematian/gejala sisaGagal nafas
4
terhadap bayi harus segera dilakukan. Pengaliran O2 yang cepat
kedalam mukosa hidung dapat pula merangsang reflek pernafasan yang
sensitive dalam mukosa hidung dan faring. Bila cara ini tidak berhasil
dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan nyeri dengan
memukul kedua telapak kaki bayi.
3) Mempertahankan suhu tubuh.
Pertahankan suhu tubuh agar bayi tidak kedinginan, karena hal ini akan
memperburuk keadaan asfiksia. Bayi baru lahir secara relative banyak
kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh. Penurunan
suhu tubuh akan mempertinggi metabolisme sel sehingga kebutuhabn
oksigen meningkat. Perlu diperhatikan agar bayi mendapat lingkungan
yang hangat segera setelah lahir. Jangan biarkan bayi kedinginan
(membungkus bayi dengan kain kering dan hangat), Badan bayi harus
dalam keadaan kering, jangan memandikan bayi dengan air dingin,
gunakan minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh bayi. Kepala
ditutup dengan kain atau topi kepala yang terbuat dari plastik
2. Tindakan khusus
1) Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa
endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya
dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila
pernafasan spontan tidak timbul lakukan message jantung dengan ibu
jari yang menekan pertengahan sternum 40-80 x/menit.
2) Asfiksia sedang/ringan
Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60
detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit
yaitu : kepala bayi ektensi maksimal beri O2 1-2 1/mnt melalui kateter
dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke
atas-bawah secara teratur 20 x/menit Penghisapan cairan lambung untuk
mencegah regurgitasi
(Medicine and linux.com dan Pediatric.com).
1.2 Konsep Perawatan Bayi dalam Inkubator
Merupakan cara memberikan perawatan pada bayi dengan dimasukkan
kedalam alat yang berfungsi membantu terciptanya suatu lingkungan yang
cukup dengan suhu yang normal. Dalam pelaksanaan perawatan di dalam
incubator terdapat dua cara yaitu dengan cara tertutup dan cara terbuka
5
1. Inkubator Tertutup
1) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam keadaan
tertentu saja seperti apnea, dan apabila membuka incubator usahakan
suhu bayi tetap hangat dan oksigin harus selalu disediakan
2) Tindakan keperawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung
3) Bayi harus dalam keadaan telanjang (tidak memakai pakaian ) untuk
memudahkan observasi
4) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh
5) Pengaturan oksigen selalu diobservasi
6) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira – kira
dengan suhu 240 – 260 C.
2. Inkubator Terbuka
1) Pemberian incubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian
perawatan pada bayi
2) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu
normal dan kehangatan
3) Membungkus dengan selimut hangat
4) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah
aliran udara
5) Kepala bayi harus selalu ditutup karena banyak panas yang hilang
melalui kepala
Pengaturan suhu incubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan
ketentuan dibawah ini :
Berat badan lahir
(gram)
0 -24 jam
(0C)
2- 3 hari
(0C)
4 – 7 hari
(0C)
8 hari
(0C)
1500
1501 – 2000
2001 – 2500
> 2500
34 – 36
33 – 34
33
32 – 33
33 – 35
33
32 – 33
32
33 – 34
32 – 33
32
31 – 32
32 – 33
32
32
32
Keterangan : Apabila suhu kamar 28 – 29 derajat celcius hendaknya diturunkan 1
darajat celcius tiap minggu dan apabila berat badan bayi sudah mencapai 2000
gram bayi boleh dirawat di luar incubator dengan suhu 24 - 26 derajat celcius.
6
1.3 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.3.1 Data Dasar Pengkajian Klien
1. Identitas klien
2. Identitas penanggung jawab
3. Riwayat Penyakit Sekarang
4. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat Psikologis
7. Data Sosial Ekonomi
1.3.2 Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan I :
Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan
Tujuan : Gangguan pertukaran O2 kembali normal dengan
Kriteria hasil :
1. Nafas spontan
2. O2 tidak terpasang
3. PCH negative
4. Frekuensi nafas normal 30 – 60 x/menit.
5. Sianosis negatif.
Intervensi :
1. Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
R : Posisi kepala sedikit ekstensi bertujuan untuk membuka jalan nafas
dan mempermudah pengaliran O2 atau oksigenasi
2. Therapi O2 sesuai kebutuhan
R : Suplai O2 diberikan bertujuan untuk mempertahankan kadar O2 dalam
jaringan.
3. Monitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayi
R : Mengetahui perubahan yang terjadi apakah pernafasan dalam batas
normal atau terjadi gangguan.
4. Monitor saturasi O2 tiap 2 jam
R : Saturasi O2 dilakukan bertujuan untuk mengetahui kadar O2 dalam
jaringan apakah dalam batas normal atau terjadi gangguan.
5. Kolaborasi pemberian obat bronchodilator sesuai kebutuhan
R : Obat bronkodilator berfungsi untuk membantu menurunkan sesak.
7
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PRODI KEPERAWATAN SI PROGRAM A
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
Nama Mahasiswa : Bisma Ayu Mesarini
N I M : A2.08.05
Tanggal Pengkajian : 03 Agustus 2011
No. Register : 697454
Ruang : Perinatal Risti
PENGKAJIAN
A. Biodata
Nama : By. S
Alamat Pasien : Ngasem - Kediri
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : belum sekolah
Suku bangsa : Indonesia
Penanggung Jawab : Ayah
B. Keluhan Utama :
Pernafasan bayi belum teratur, dan terlihat cyanosis pada sekitar mulut
C. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kiriman dari Aura Syifa dengan premature dan asfiksia ringan.Bayi baru lahir
♀,lahir pada tanggal 21 Juli 2011 pada pukul 08.20, spontan ditolong oleh
bidan, tidak menangis dan biru, AS 5-6,Usia Kehamilan 28-29 minggu,sejak
pernafasan bayi belum teratur dan terlihat cyanosis pada sekitar mulut,lalu
bayi dibawa ke RS Baptis Kediri oleh dokter dianjurkan untuk opname di
Perinatal Risti,waku pengkajian tanggal 3 Agustus 2011 RR 62 – 68x/menit.
D. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Prenatal : Ibu tidak memiliki masalah sewaktu hamil, G3P10021, usia
kehamilan 28 – 29 minggu, ibu tidak memiliki riwayat merokok
atau mengkonsumsi alcohol, ataupun obat-obatan terlarang, ibu
diberi obat kortikosteroid dan alergi ampicilin.
8
Natal : By. S lahir tanggal 21 Juli 2011 jam 08.20 dengan cara partus
normal, lahir biru dan tidak menangis, langsung diberi O2, AS 5-
6, BB 1100gram, PB : 37 cm, ketuban jernih, tidak ada kelainan
congenital, cek anus +
Post-Natal :Setelah lahir KU bayi cyanosis, bayi dirangsang untuk
menangis dan diberi O2 menolong, nafas belum teratur dibantu
O2 dan masuk incubator.
Infant ( 1 bulan – 1 tahun ) : -
Toddler ( 1 – 3 tahun ) : -
Prasekolah ( 4 – 6 tahun ) : -
Masa sekolah ( 7 – 12 tahun ) : -
Masa remaja ( 13 – 18 tahun ) : -
Pertumbuhan dan perkembangan
1. Perkembangan
a. Motorik halus : tidak terkaji
b. Motorik kasar : tidak terkaji
c. Kemampuan berbahasa : -
d. Kemampuan kognitif : -
e. Perkembangan sosial :
Tahap perkembangan anak menurut Teori Psikososial Erik Erikson :
By. S pada tahap percaya dan tidak percaya, bila digendong atau
dipegangbayi terlihat tenang dan tidak menangis.
2. Pertumbuhan
a. Tinggi badan : 37 cm
b. Berat badan : 1100 gram
c. Lingkar kepala : 39 ½ cm
30 ½ cm
33 cm
d. Lingkar dada : 27 ½ cm
e. Panjang badan : 37 cm
f. Lingkar lengan atas : 8 cm
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Penyakit yang pernah / masih di derita keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit keturunan.
9
2. Struktur keluarga
Setelah pulang dari rumah sakit pasien tinggal bersama ayah dan ibunya.
3. Fungsi keluarga
By S seringkali dijenguk keluarga dan ibu sering belajar menyusui bayinya
F. Mental Psikologi
1. Pola interaksi : tidak terkaji
2. Pola kognitif : tidak terkaji
3. Pola emosi : tidak terkaji
4. Konsep diri : tidak terkaji
5. Pola pertahanan keluarga : tidak terkaji
G. Sosial
1. Kultural : bayi S berasal dari jawa karena lahir di Kediri, Jawa Timur
2. Pola interaksi : bayi S masih belum bisa berinteraksi dengan baik
karena masih belum bisa beradaptasi dengan
lingkungan, bayi masih dirawat di incubator.
3. Lingkungan rumah : bayi S apabila pulang dan tinggal bersama orang
tuanya akan mendiami rumah yang berada didekat
jalan raya, tidak dekat dengan TPA dan bersih,
rumahtidak terlalu berimpitan dengan tetangga.
H. Spiritual
1. Anak : belum beragama tapi lahir dari keluarga beragama Islam
2. Orang tua : beragama Islam dan rajin beribadah sholat 5 waktu
I. Pengetahuan Keluarga
Keluarga kurang mengerti akan penyakit yang dialami bayinya di tandai oleh
keluarga yang sering menanyakan tentang kondisi bayi dan penyakit yang
sedang dialami bayinya yang mana menyebabkan bayi tersebut harus di rawat
di ruang perinatal risti dan ibu percaya bahwa bayinya dapat sehat setelah
mendapat perawatan
J. Kebutuhan Dasar Neonatus / Anak
Air Susu Ibu ( ASI ) sesuai dengan keinginan bayi, paling sedikit 8 kali
sehari, siang maupun malam boleh diberikan susu formula di saat tidak ada
ASI dan memberikan kenyamanan dan keamanan.
10
K. Pola aktifitas Sehari – hari
No POLA AKTIFITAS DI RUMAH DI RS
1 2 3 4
1. Pola Nutrisi :
a. Makan
b. Minum
Bayi S minum
prenan penuh dan
ASI 1:30 12 cc Q
3jam melalui gavage
2. Pola Eliminasi
a. BAB
b. BAK
1 x / hari meconium
4 x / hari
3. Pola tidur 18 jam
4. Pola aktivitas Bayi hanya tidur,
terkadang menangis,
dirangsang gerak –
gerak.
5. Kebersihan diri
( personal Hygiene )
mandi dengan cara
di waslap 1x/hari
dengan bantuan
perawat.
L. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum dan kesadaran :
Bayi terlihat lemah, banyak tidur, terpasang IV D 10 % 5 cc/ jam
Tanda – tanda vital : ( pengkajian tanggal 3 Agustus 2011 )
S : 36,5° C
RR :40 - 66 x/menit
Pengukuran Pertumbuhan
1. Panjang badan : 37 cm
2. Berat badan : 1100 gram
3. Lingkar kepala : 39 ½ cm
30 ½ cm
33 cm
4. Lingkar dada : 27 ½ cm
11
5. Lingkar lengan atas : 8 cm
6. Kepala : normochepal, ubun – ubun cekung, tidak ada
lesi, keadaan sutura sagitalis datar, tidak ada
nyeri tekan.
7. Mata : tidak adanya perdarahan konjungtiva dan
kelainan mata lainnya
8. Telinga : telinga lunak, tulang kartilago tidak mudah
membalik/lambat
9. Hidung : bentuk hidung normal
10. Mulut : bentuk mulut normal, mukosa mulut kering,
tidak adanya kelainan mulut seperti
labiopalatokisis, ada sianosis pada bibir,
terpasang orograstrik
11. Leher : tidak ada pembengkakan, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe maupun kelenjar
getah bening, palpasi nadi karotis teraba
lemah dan ireguler.
12. Dada : tidak ada kelainan bentuk dada seperti barel
chest, pigion chest dll, bentuk dada cekung.
13. Abdomen : abdomen tidak membuncit, (pembesaran hati,
limpa, tumor, asites), tidak ada pendarahan
tali pusat saat pengkajian.
14. Lengan : Struktur kulit halus dan tipis, merah pucat
(Pale Pink), lapisan lemak tipis pada jaringan
kulit, keriput, tidak ada ruam merah (Skin
rash).Palpasi nadi radialis brakhialis teraba
lemah dan ireguler.
15. Punggung : tidak adanya kelainan spina bifida
16. Genetalia : tidak adanya kelainan pada genetalia yang
ditandai tidak adanya pembesaran bentuk
klitoris, labia mayor dan minor.
17. Pinggul, bokong dan anus : bentuk pinggul dan bokong
normal, tidak adanya lesi pada
bokong dan tidak adanya benjolan.
Anus paten dan tidak mengalami
atresia ani.
12
18. Tungkai dan kaki :Refleks babinsky positif ditandai dengan
semua jari hiper ekstensi dengan jempol kaki
dorsi fleksi ketika diberikan stimulus dengan
menggunakan ujung bolpoint pada telapak
kaki dan struktur kulit halus dan tipis, merah
pucat (Pale Pink), lapisan lemak tipis pada
jaringan kulit, keriput, tidak ada ruam merah
(Skin rash).
M. Tes diagnostik : tidak dilakukan test diagnostik
N. Terapi Medis :
a. Vicillin 62,5 mg IV Q 12 jam
b. Aminophylin 2 mg IV Q 24 jam
ANALISA DATA
13
NO DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH
1. DS : -
DO :
- KU lemah
- Nafas belum teratur
- RR 62 – 68 x/mnt
- Sekitar mulut kadang
terlihat cyanosis
- Usia kehamilan 28 – 29
mgg
-
Gangguan
pertukaran O2
Asfiksia pada bayi
Apnea (primary apnea)
Gasping
Gagal
Gangguan pertukaran O2
14
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONALTGL DIBUAT
/ PARAF
TGL DIHENTIKAN /
PARAF
1 Gangguan pertukaran O2
berhubungan dengan Imaturitas
sistem pernafasan ditandai dengan:
- Bayi terlihat terkadang apnea
- Ekstremitas dan bibir terkadang
cyanosis
- KU lahir cyanosis, tidak
menangis
- Usia kehamilan 28 - 29 mgg
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 2x24jam
pasien dapat menunjukan
perbaikan ventilasi dan
oksigenasi jaringan
dengan GDA dalam
rentang normal dan tidak
ada gejala distress
pernafasan
1. Observasi TTV
2. Awasi suhu tubuh,
sesuai indikasi
3. Observasi
frekuensi,
kedalaman dan
kemudahan
bernafas
4. Berikan terapi O2
dengan benar
1. Untuk mengetahui
perkembangan pasien
2. Demam tinggi sangat
meningkatkan kebutuhan
metabolic O2 dan
mengganggu kebutuhan
oksigenasi seluler
3. Manifestasi distress
pernafasan tergantung pada
derajad keterlibatan paru-
paru dan status kesehatan
umum
4. Tujuan terapi O2 adalah
mempertahankan PaO2 diatas
60mmHg
03-08-2011 -
15
Diagnosa Keperawatan : Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem
pernafasan ditandai dengan: bayi terlihat terkadang apnea, ekstremitas dan bibir terkadang
cyanosis, KU lahir cyanosis, tidak menangis, usia kehamilan 28 – 29 mgg
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24jam pasien dapat
menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan
tidak ada gejala distress pernafasan
Kriteria hasil :
1. Nafas spontan
2. O2 tidak terpasang
3. Frekuensi nafas normal 30 – 60 x/menit.
4. Tidak ada sianosis
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TGL JAM IMPLEMENTASI03-8-2011 3pm
6pm
- Mengukur TTV S:36,5° C RR: 67x/menit
- Memberi minum susu nan HA 12 cc
- Mengganti popok bayi
- Mengatur suhu isolet
- Mengukur TTV S: 36,4 C RR: 63x/menit
- Memberi minum susu nan HA 12 cc
04-8-2011 3pm
6pm
- Mengukur TTV S: 37,2 C RR: 68x/menit
- Memberi minum susu nan HA 12cc
- Mengganti popok
- Mengukur TTV S: 36,8 C RR: 66x/menit
- Memberi minum nan HA 12cc
- Mengganti popok
- Memberi terapi lampu
16
EVALUASI
TGL & NO DIAGNOSA EVALUASI1. 03-8-2011 Gangguan pertukaran O2
berhubungan dengan
Imaturitas sistem
pernafasan.
S : -
O :
- kadang nafas cepat
- Tidak ada sianosis
-RR: 60-70x/menit
-Aktivitas hanya tidur
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2. 04-8-2011 Gangguan pertukaran O2
berhubungan dengan
Imaturitas sistem
pernafasan.
S : -
O :
- Nafas : 66x/menit
- Tidak ada sianosis
- Aktivitas hanya tidur
A : masalahbelum tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
17
DAFTAR PUSTAKA
Bobak and Jansen (1984), Etential of Nursing. St. Louis : The CV Mosby Company
Bobak, J. : ”Materity and Gynecologic Care”, Precenton, 1985.
Cloherty, P. John : ”Manual of Neonatal Care”, USA, 1981.
Hawkins, J.W. and Gorsine, B. (1985), Post Partum Nursing, New York: Springen
H. Markum : ” Ilmu Kesehatan Anak”. Buku I, Jakarta, FKUI, 1991.
Jack A. Pritchard dkk : ”Obstetri Williams”, Edisi XVII, Surabaya, Airlangga University Press,
1991
Marlene Mayers, et. al. : ”Clinical Care Planes Pediatric Nursing”, New York, Mc.Graw-Hill. Inc,
1995.
Mary Fran Hazinki : ”Nursing Care of Critically Ill Child”, Toronto, The Mosby Compani CV,
1984.
Nelson J.P. and May, K.A.(1986), Comprehensive Maternity Nursing. Philadelphia : J.B. Lippincot
Company.
Prawirohadjo Sarwono : “Ilmu Kebidanan”, Edisi ke III, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 1992
Reeder,S.J. et al.(1983), Maternity Nursing, Philadelphia : J.B. Lippincot Company.
Sally B. Olds, et all : ”Maternal New Born Nursing”, Edisi ke III, USA, 1994.
http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?
id=&iddtl=39&idktg=19&idobat=&UID=20071202140427202.173.18.162.
18
19