Download - Bab 1
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a92ee18732d 1/6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini para pelajar diharapkan lebih berhasil dalam bidang akademik dan
non-akademik di sekolah. Hal ini ditujukan untuk memperoleh generasi penerus
bangsa yang benar-benar mempunyai prestasi yang baik di segala bidang. Tentu
saja hal ini juga menjadi tugas guru pembimbing sekolah untuk membimbing dan
mengarahkan para pelajar atau siswa-siswi agar bisa mencapai keberhasilan yang
mereka inginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan membantu membimbing siswa-
siswi asuhnya agar lebih bersemangat dalam belajar di sekolah maupun di rumah.
Bimbingan yang diberikan tidak hanya dalam bidang belajar, tetapi juga dalam
bidang pribadi dan lainnya.
Dalam Kurikulum 1994 (dalam Nursalim 2002:1) yang disebut guru
pembimbing di sekolah adalah guru bimbingan konseling (BK). Dan yang
dimaksud dengan bimbingan adalah “bantuan yang diberikan kepada siswa dalam
rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa
depan.” Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar siswa-
siswi mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri. Sehingga siswa-siswi
dapat berkembang optimal sesuai tugas perkembangannya.
Namun kenyataannya, keberadaan guru BK justru ditakuti oleh siswa di
sekolah. Seperti yang disampaian oleh Prayitno (2004:122) bahwa peranan
konselor disekolah adalah sebagai polisi sekolah yang harus menjaga dan
mempertahankan tata tertib, disiplin, dan keamanan sekolah. Anggapan ini
mengatakan “barangsiapa di antara siswa-siswi melanggar peraturan dan disiplinsekolah harus berurusan dengan konselor”. Tidak jarang pula konselor sekolah
diserahi tugas mengusut perkelahian ataupun pencurian. Konselor ditugaskan
mencari siswa yang bersalah dan diberi wewenang untuk mengambil tindakan bagi
siswa-siswi yang bersalah itu. Konselor didorong untuk mencari bukti-bukti atau
berusaha agar siswa mengaku bahwa ia telah berbuat sesuatu yang tidak pada
tempatnya atau kurang wajar, atau merugikan. Akhirnya sosok guru BK yang
1
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a92ee18732d 2/6
seharusnya memiliki kedekatan personal dengan para siswa agar lebih mudah
dalam membimbing, justru menjadi sosok yang ditakuti serta jauh dengan siswa.
Hal ini hampir sama dengan fenomena yang terjadi di Kecamatan Bandar,
Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah. Yaitu seorang guru BK yang memukul
siswanya pada saat upacara Hari Pahlawan 10 November. Lima siswanya yang
dipukul adalah siswa kelas IX, yang tidak mengenakan atribut sekolah pada saat
upacara berlangsung. Guru BK tersebut memberikan hukuman berupa pukulan dan
tamparan pada siswa-siswa itu (http://seputar-indonesia.com).
Di tempat lain dilaporkan ada keluhan salah satu wali murid, karena guru BK
sudah keterlaluan memperlakukan anaknya dan siswa lainnya dengan
memprogramkan pembinaan kedisiplinan seperti pihak militer. Bahkan berkata
kasar dan memberikan hukuman fisik yang mayoritas 90% siswanya adalah wanita.
(http://edukasi.kompasiana.com)
Begitu juga hasil observasi awal peneliti di SMPN 20 Surabaya dengan guru
BK bahwa, beberapa siswa ada yang takut datang kepada guru BK. Sosok guru
BK yang menakutkan sudah melekat kuat dipikiran mereka. Mereka menganggap
guru BK itu adalah sosok yang menakutkan yang selalu menghukum dan memarahi
siswa. Cara pandang yang salah pada guru BK ini, membuat mereka enggan
berkonsultasi dan berhubungan dengan guru BK. Hal ini dapat menyebabkan
terhambatnya kelancaran pelaksanaan kegiatan BK. Pada hakikatnya usia remaja
adalah usia saat anak sekolah banyak mengalami gejolak. Dalam masa ini, remaja
merupakan sosok yang tidak bisa dikatakan anak-anak dan belum bisa dikatakan
dewasa. Artinya remaja sudah mulai harus belajar bertanggung jawab atas segala
apa yang dilakukan dan tidak bergantung pada orang lain. Namun dalam setiap
tindakannya, remaja masih memerlukan bimbingan dan tuntunan dari orang yanglebih tua, misalnya orang tua, guru, atau orang yang dianggap lebih dewasa yang
dapat membimbingnya agar tidak terjerumus pada hal-hal yang berdampak negatif
pada dirinya. Oleh karena itu, peran guru BK sebagai pembimbing sangat penting
dalam membimbing siswa usia remaja agar siswa dapat melaksanakan tugas-tugas
perkembangannya dengan baik dan dapat tumbuh serta berkembang menjadi
pribadi yang baik pula.
2
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a92ee18732d 3/6
Menurut Piaget (dalam Hurlock 1980:206) masa remaja secara psikologis
adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana
anak tidak lagi merasa di bawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan
berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Sedangkan menurut Mulia (2009: 30) takut merupakan emosi yang biasa
muncul pada waktu seseorang merasa, entah nyata atau hanya bayangan,
berhadapan dengan hal yang berbahaya atau ada dalam situasi bahaya. Dalam hal
ini, rasa takut yang dialami siswa adalah terhadap guru BK. Tanda-tanda seseorang
mengalami rasa takut adalah nafas memburu, meningkatnya debar jantung, muka
pucat, hasrat ingin ke toilet, berkeringat dan meningkatnya suhu tubuh. Apabila
gejala-gejala ini berlangsung terus-menerus, maka hal ini akan menghambat siswa
dalam penerimaan bimbingan dari guru BK. Dari ciri-ciri yang dialami oleh siswa
tersebut, rasa takut itu dapat diatasi dengan strategi konseling. Strategi konseling
adalah rencana tindakan yang dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu
dari masing-masing konseli menurut Hackey dan Cormier (dalam Nursalim,
2005:13). Strategi yang dimaksud adalah strategi reframing .
Menurut Cormier (1985 : 417) “reframing (sometimes also called relabeling)
is an approach that modifies or structures a client’s perceptions or views of a
problem or a behavior.” Reframing (kadang-kadang disebut juga pelebelan ulang)
adalah suatu pendekatan yang merubah atau menyusun kembali persepsi konseli
atau cara pandang terhadap masalah atau tingkah laku). Sedangkan menurut
Menurut Watzlawick, Weakland and Fisch (1974) describe the 'gentle art of
reframing' thus:
To reframe, then, means to change the conceptual and/or emotional setting
or viewpoint in relation to which a situation is experienced and to place it inanother frame which fits the 'facts' of the same concrete situation equally well
or even better, and thereby changing its entire meaning.
reframing dimaksudkan untuk mengubah konsepsi dan/ atau pengaturan
emosi atau sudut pandang dalam hubungannya terhadap situasi yang sudah
pernah dialami dan meletakannya di bingkai lain yang sesuai dengan ‘fakta-
fakta’ dari situasi konkrit yang sama baik atau lebih baik, dan dengan demikian
merubah artinya secara keseluruhan.
3
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a92ee18732d 4/6
Menurut Cormier (1985: 418), konselor melakukan strategi reframing setiap
kali mereka diminta atau mendorong konseli untuk melihat masalah dari sudut
pandang yang berbeda. Strategi reframing membantu konseli dengan
menyediakan alternatif-alternatif dalam memandang suatu masalah tingkah laku.
Dengan demikian strategi reframing dapat digunakan untuk membantu siswa
mengurangi rasa takut pada guru BK. Untuk meyakinkan pernyataan tersebut,
bahwa strategi reframing dapat digunakan untuk membantu siswa yang
mengalami rasa takut pada guru BK, maka perlu dilakukan penelitian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut “Apakah strategi reframing efektif untuk siswa yang mengalami
rasa takut terhadap guru BK antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian yang ingin
dicapai adalah untuk menguji apakah strategi reframing efektif untuk siswa yang
mengalami rasa takut terhadap guru BK.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian mengenai penerapan strategi reframing untuk membantu
mengurangi rasa takut pada sosok guru BK ini memiliki manfaaat teori maupun
praktik.
1. Manfaat teoritik
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam perkembangan
ilmu bimbingan dan konseling, khususnya tentang hasil penelitian penerapan
strategi reframing untuk membantu mengurangi rasa takut pada sosok guru BK.
Penelitian ini juga memiliki kemungkinan untuk mendukung teori-teori dalam
strategi reframing.
2. Manfaat praktis
1) Manfaat bagi peneliti
4
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a92ee18732d 5/6
Mendapat pemahaman tentang keefektifan strategi reframing untuk
membantu mengurangi rasa takut siswa terhadap guru BK serta menjadi bekal
ilmu ketika menjadi konselor sekolah dalam menangani permasalahan yang
sama.
2) Manfaat bagi guru pembimbing
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru pembimbing di
sekolah dalam memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami masalah
tentang rasa takut terhadap guru BK.
3) Manfaat bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk
meningkatkan dan mengembangkan penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain
untuk meneliti hal yang sama dalam menyempurnakan hasil penelitian.
E. Definisi Istilah, Asumsi dan Keterbatasan
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan judul penelitian,
maka diberikan definisi istilah, variabel, asumsi, dan keterbatasan tentang judul
penelitian ini.
1. Definisi istilah
Berdasarkan judul penelitian ini maka dapat diungkapkan bahwa terdapat dua
variabel, strategi reframing sebagai variabel bebas (X), rasa takut pada sosok
guru BK sebagai variabel terikat (Y).
a) Reframing
Reframing yang disebut juga pelabelan ulang adalah suatu pendekatan
yang mengubah atau menyusun kembali persepsi konseli atau cara pandang
terhadap masalah atau tingkah laku. Jadi Reframing bisa disebut suatu strategiyang mengubah cara pandang suatu masalah yang pernah dialami dan
mengubah cara pandang tadi menjadi cara pandang yang lebih baik yang
sesuai dengan fakta-fakta yang ada.
5
5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a92ee18732d 6/6
b) Rasa takut
Berasal dari kata takut yang berarati merasa gentar atau ngeri. Rasa takut
ini merupakan mekanisme seseorang saat menghadapi bahaya. Sedangkan rasa
takut adalah keadaan tidak nyaman terhadap suatu benda atau sesuatu yang
nyata.
c) Guru BK
Guru BK adalah guru pembimbing yang ada di sekolah-sekolah, bertugas
membimbing dan membantu siswa-siswi agar dapat menyelesaikan
masalahnya dan dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan dengan baik.
2. Asumsi
Dalam penelitian ini dapat dikemukakan beberapa asumsi, yaitu :
a) strategi reframing adalah salah satu strategi yang ada di dalam bimbingan
dan konseling.
b) Rasa takut pada guru BK dapat dikurangi.
c) Siswa SMP dapat melaksanakan tahapan-tahapan untuk melakukan
strategi reframing.
3. Keterbatasan
Untuk menghindari kesalahpahaman maka penulis memberikan batasan
untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Penelitian ini hanya terbatas pada strategi reframing untuk membantu
mengurangi rasa takut siswa terhadap guru BK.
b) Penerapan strategi ini hanya kepada siswa yang memiliki rasa takut kepada
guru BK.
c) Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 20
Surabaya.
6