Download - askep ulkus peptikum
LAPORAN HASIL DISKUSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN ULKUS PEPTIKUM
OLEH :
SGD 6
KETUA : I MADE ARYA KAMASUTA (08021050)
SEKRETARIS: NI KADEK AYU PURNAMAYANI (0802105003)
KOMANG AYU ARIATI (08021050)
NI MADE DWI TARYANTHI (08021050)
NI WAYAN NANIK ARIANI (08021050)
NI WAYAN IKA WINDARI (08021050)
K. ANIS PARAMITHA (08021050)
NI MADE TRISHNA SUDIARTINI (08021050)
M. INTAN JUWITA DEWI (08021050)
ARISTYANA SANTHI (08021050)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2009
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi / Pengertian
Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding
mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum disebut juga
sebagai ulkus lambung, ulkus duodenal atau ulkus esofageal, tergantung pada
lokasinya. (Bruner and Suddart, 2001).
Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas
sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel
disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ”ulkus” (misalnya ulkus
karena stres). Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak pada setiap bagian
saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum,
dan setelah gastroenterostomi, juga jejenum.(Sylvia A. Price, 2006).
2. Epidemiologi
Penyakit ulkus peptikum terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu antara
usia 40 dan 60 tahun. Pria terkenal lebih sering daripada wanita, namun setelah
menopause, insiden ulkus peptikum pada wanita hampir sama dengan pria.
3. Penyebab / Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi dan ulkus pada saluran pencernaan bagian
atas adalah perimbangan antara faktor agresif (asam dan pepsin) dan faktor defensif
(pertahanan) dari mukosa. Faktor pertahanan ini antara lain adalah pembentukan dan
sekresi mukus, sekresi bikarbonat, aliran darah mukosa dan difusi kembali ion
hidrogen pada epitel serta regenerasi epitel. Ulkus terbentuk apabila sel-sel mukosa
usus tidak menghasilkan mucus yang adekuat untuk melindungi diri terhadap
pencernaan asam atau apabila terjadi produksi asam yang berlebihan di lambung yang
mengalahkan pertahanan mucus. Penyaluran asam yang berlebihan ke duodenum juga
akan mengakibatkan ulkus. Berkurangnya mukosa yang disebabkan oleh satu atau
beberapa faktor mekanisme pertahanan mukosa akan menyebabkan timbulnya ulkus
peptikum. (Julius, 1992).
Disamping kedua faktor tadi ada faktor yang merupakan faktor predisposisi untuk
terjadinya ulkus peptikum antara lain adalah geografis, jenis kelamin, faktor stress,
herediter, merokok, infeksi bakteri, konsumsi alkohol, penggunaan obat-obat
antiimflamasi non streroid (misalnya aspirin), penggunaan bisfosfonat peroral,
potassium klorida, dan pengobatan imunosupresi. (Julius,1992; Yuan,dkk.,2006;
Shresta&Lau,2006).
Para ahli sepakat bahwa penyebab utama dari ulkus peptikum pada orang dewasa
adalah bakteri Helicobacter pylori. Namun dikatakan bahwa H.Pylori merupakan
penyebab dari ulkus duodenalis, sedangkan pada ulkus gastrikum biasanya oleh
penyebab lain. Dari seluruh kasus, 50% disebabkan oleh H.Pylori dan sisanya
memiliki penyebab yang tidak diketahui secara pasti.
4. Patofisiologi
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak
dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan pepsin).
Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam
peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa.
1. Peningkatan Konsentrasi atau Sekresi Lambung dan Kerja Asam Peptin
Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :
1) Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau
rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada
gilirannya merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak
menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit efek pada sekresi
lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering secara konvensional
diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli
gastroenterology menyetujui bahwa diet saring mempunyai efek signifikan
pada keasaman lambung atau penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal
berlebihan selama malam hari saat lambung kosong adalah iritan yang
signifikan.
2) Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan
kimiawi dan mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks vagal
menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh
makanan.
3) Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap
menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam
lambung. Pada manusia, sekresi lambung adalah campuran
mukokolisakarida dan mukoprotein yang disekresikan secara kontinyu
melalui kelenjar mukosa. Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi
mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida disekresikan secara kontinyu,
tetapi sekresi meningkat karena mekanisme neurogenik dan hormonal yang
dimulai dari rangsangan lambung dan usus. Bila asam hidroklorida tidak
dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila lapisan luar mukosa tidak
memberikan perlindungan asam hidroklorida bersama dengan pepsin akan
merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian kecil
permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan lambat.
Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa lambung. Barier
ini adalah pertahanan utama lambung terhadap pencernaan yang dilakukan
oleh sekresi lambung itu sendiri. Faktor lain yang mempengaruhi
pertahanan adalah suplai darah, keseimbangan asam basa, integritas sel
mukosa, dan regenerasi epitel.
2. Kelemahan Barier Mukosa Lambung
Apapun yang menurunkan mukosa lambung atau yang merusak mukosa
lambung adalah ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non steroid lain,
alcohol, dan obat antiinflamasi masuk dalam kategori ini. Sindrom Zollinger-
Ellison (gastrinoma) dicurigai bila pasien datang dengan ulkus peptikum berat
atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi medis standar. Sindrom ini
diidentifikasi melalui temuan berikut : hipersekresi getah lambung, ulkus
duodenal, dan gastrinoma (tumor sel istel) dalam pancreas. 90% tumor
ditemukan dalam gastric triangle yang mengenai kista dan duktus koledokus,
bagian kedua dan tiga dari duodenum, dan leher korpus pancreas. Kira-kira ⅓
dari gastrinoma adalah ganas(maligna).
Diare dan stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat ditemui. Pasien
ini dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan
karenanya dapat menunjukkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling
utama adalah nyeri epigastrik. Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada
ulserasi mukosa akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi setelah
kejadian penuh stress secara fisiologis. Kondisi stress seperti luka bakar, syok,
sepsis berat, dan trauma dengan organ multiple dapat menimbulkan ulkus
stress. Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam setelah cedera menunjukkan erosi
dangkal pada lambung, setelah 72 jam, erosi lambung multiple terlihat. Bila
kondisi stress berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya.
Pola ini khas pada ulserasi stress.
Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa.
Biasanya ulserasi mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran
darah mukosa lambung. Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi
iskemia, asam dan pepsin menciptakan suasana ideal untuk menghasilkan
ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling,
yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada
pasien dengan trauma otak. Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus, lambung,
atau duodenum, dan biasanya lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus
stress. Ulkus curling sering terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas.
5. Klasifikasi
Ulkus peptikum diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan lokasi anatomis dimana
ulkus terbentuk, yaitu:
a. Ulkus Lambung (gastrikum) : adanya area berlubang yang terbentuk di
mukosa lambung.
b. Ulkus Duodenalis : adanya area berlubang yang terbentuk di mukosa usus 12
jari (duodenum).
c. Ulkus esofagealis : adanya area beerlubang yang terbentuk di lapisan mukosa
esofagus, yang disebabkan regurgitasi berulang dari asam lambung ke
kerongkongan bagian bawah.
Terdapat juga Ulkus stress yang umumnya terjadi dibawah tekanan penyakit berat,
luka bakar atau cedera.
Berikut adalah beberapa perbedaan antara ulkus lambung dengan ulkus duodenal :
Ulkus duodenal Ulkus Lambung
Insiden
Usia 30-60 tahun
Pria: wanita3:1
Terjadi lebih sering daripada ulkus
lambung
Insiden
Biasanya 50 tahun lebih
Pria:wanita 2:1
Tanda dan gejala
o Terjadi hipersekresi asam
lambung
o Penambahan berat badan dapat
terjadi
o Nyeri terjadi 2-3 jam setelah
makan; sering terbangun dari tidur
antara jam 1 dan 2 pagi.
o Muntah jarang terjadi
o Hemoragi jarang terjadi
dibandingkan ulkus lambung.
o Melena lebih umum daripada
hematemesis.
o Lebih mungkin terjadi perforasi
daripada ulkus lambung.
Tanda dan gejala
o Normal sampai hiposekresi asam
lambung
o Penurunan berat badan dapat
terjadi
o Nyeri terjadi ½ sampai 1 jam
setelah makan; jarang terbangun
pada malam hari; dapat hilang
dengan muntah.
o Makan makanan tidak membantu
dan kadang meningkatkan nyeri.
o Muntah umum terjadi
o Hemoragi lebih umum terjadi
daripada ulkus duodenal.
o Hematemesis lebih umum terjadi
daripada melena.
Kemungkinan Malignansi
Jarang
Kemungkinan malignansi
Kadang-kadang
Faktor Risiko
Golongan darah O, PPOM, gagal ginjal
kronis, alkohol, merokok, sirosis, stress.
Faktor Risiko
Gastritis, alkohol, merokok, NSAID,
stres
6. Gejala Klinis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa
bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa
penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan
20-30% mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang
mendahului.
Nyeri
Biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau
sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa
nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat
menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan. Teori lain
menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam merangsang mekanisme refleks
local yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya. Nyeri biasanya hilang dengan
makan, karena makan menetralisasi asam atau dengan menggunakan alkali,
namun bila lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali
timbul. Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan
tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah.
Beberapa gejala menurun dengan memberikan tekanan local pada epigastrium.
Pirosis (nyeri uluhati)
Beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung,
yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi atau sendawa
umum terjadi bila lambung pasien kosong.
Muntah
Meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat menjadi
gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut
atau pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di
sekitarnya pada ulkus akut. Muntah dapat terjadi dengan atau tanpa didahului
oleh mual, biasanya setelah nyeri berat yang dihilangkan dengan ejeksi
kandungan asam lambung.
Konstipasi dan perdarahan
Konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan sebagai akibat dari diet
dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarahan gastrointestinal
sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak
mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan gejala setelahnya.
Gejala klinis pada bayi
Pada bayi baru lahir, gejala awal dari ulkus peptikum bisa berupa adanya darah
dalam tinja. Jika ulkus menyebabkan terbentuknya lubang (perforasi) pada
lambung atau usus halus, bayi bisa tampak kesakitan dan cenderung timbul
demam. Pada bayi yang lebih tua dan anak kecil selain di dalam tinjanya
ditemukan darah, juga disertai darah dan nyeri perut berulang. Nyeri seringkali
semakin memburuk atau membaik jika anak makan dan nyeri dapat membuat
anak terbangun pada saat tidur malam hari.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Endoskopi adalah suatu prosedur dimana sebuah selang lentur dimasukkan
melalui mulut dan bisa melihat langsung ke dalam lambung. Endoskopi ini
digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus dan lesi.
Melalui endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat dan biopsy
didapatkan. Endoskopi telah diketahui dapat mendeteksi beberapa lesi yang
tidak terlihat melalui pemeriksaan sinar X karena ukuran atau lokasinya.
Rontgen dengan kontras barium dari lambung dan duodenum (juga disebut
barium swallow atau seri saluran pencernaan atas) dilakukan jika ulkus tidak
dapat ditemukan dengan endoskopi.
Feces dapat diambil setiap hari sampai laporan laboratorium adalah negatif
terhadap darah samar.
Pemeriksaan sekretori lambung merupakan nilai yang menentukan dalam
mendiagnosis aklorhidria (tidak terdapat asam hidroklorida dalam getah
lambung) dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan makanan
atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul juga mengidentifikasikan
adanya ulkus.
Adanya H. Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology melalui
kultur, meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus. serta tes
serologis terhadap antibody pada antigen H. Pylori.
Diagnosa ulkus peptikum pada bayi dan anak kecil sulit untuk didiagnosis, karena
anak yang masih sangat muda tidak dapat mengemukaka gejala yang dirasakannya
secara tepat.
Anak usia sekolah mungkin dapat menunjukkan lokasi nyeri, menjelaskan sifat nyeri
dan saat timbulnya nyeri (seesudah makan atau pada waktu-waktu tertentu).
Pemeriksaan yang biasanya dilakukan:
o Barium enema
o Endoskopi
o Tes untuk H.Pylori
8. Therapi/Tindakan Penanganan
Beberapa metode dapat digunakan untuk mengontrol keasaman lambung termasuk
perubahan gaya hidup, obat-obatan, dan tindakan pembedahan. Penurunan stress dan
istirahat.
1. Modifikasi diet
Dianjurkan untuk memakan makanan bergizi dengan berbagai variasi makanan
dan menghindari makanan yang diduga menjadi penyabab munculnya ulkus.
Alokohol, kopi, teh, soda dan makanan yang mengandung kafein dapat
merangsang pelepasan asam lambung dan memicu terjadinya ulkus.
2. Penghentian merokok
Merokok adalah salah satu pemicu terjadinya ulkus.
3. Obat-obatan
Ulkus biasanya diobati minimal selama 6minggu dengan obat-obatan yang
meenguarangi jumlah asam di dalam lambung dan duodenum. Obat ulkus bisa
menetralkan atau mengurangi asam lambung dan meringankan gejala, biasanya
dalam beberapa hari.
1. Sulcralfate
Cara kerjanya adalah dengan membentuk selaput pelindung di dasar ulkus
untuk mempercepat penyembuhan. Sangat efektif untuk mengobati ulkus
peptikum dan merupakan pilihan kedua dari antasid.
2. Antagonis H2 (cimetidine, ranitidine, famotidine dan nizatidine)
Cara kerjanya adalah mengurangi jumlah asam dan enzim pencernaan di
dalam lambung dan duodenum.
3. Omeprazole dan Iansoprazole
Obat yang sangat kuat menghambat pembentukan enzim pencernaan.
Efektif diberikan pada penderita ulkus esofageal yang akan mempengaruhi
pembentukan asam lambung.
4. Antibiotik
Digunakan bila penyebab utama terjadinya ulkus adalah H. Pylori.
5. Misoprostol
Digunakan untuk mencegah ulkus gastrikum yang disebabkan oleh obat-
obat anti peradangan non steroid.
4. Intervensi bedah
Jarang diperlukan peembedahan untuk mengatasi ulkus karena pemberian obat
umumnya sudah efektif.
Pembedahan terutama dilakukan untuk:
Mengatasi komplikasi dari ulkus peptikum (misalnya perforasi, penyumbatan
yang tidak memberikan respon terhadap pemberian obat atau mengalami
kekambuhan)
Terjadi perdarahan lebih dari dua kali
Ulkus gastrikum yang dicurigai akan menjadi ganas
Ulkus peptikum yang berat dan sering kambuhan
Setelah dilakukan pembedahan, masih ada keemungkinan untuk ulkus kambuh
kembali dan dapat timbul masalah lain seperti pencernaan yang buruk, anemia dan
penurunan berat badan.
9. Komplikasi
Hemoragi-gastrointestinal atas, gastritis dan hemoragi akibat ulkus peptikum
adalah dua penyebab paling umum perdarahan saluran GI.
Gejala dari perdarahan karena ulkus adalah:
- Muntah darah segar atau gumpalan cokelat kemerahan yang berasal dari
makanan yang sebagian telah dicerna yang menyerupai endapan kopi.
- Tinja berwarna kehitaman atau tinja berdarah
Perforasi, merupakan erosi ulkus melalui mukosa lambung yang menembus ke
dalam rongga peritoneal tanpa disertai tanda. Nyeri dirasakan tiba-tiba, sangat
hebat dan terus menerus dan dengan segera menyebar ke seluruh perut.
Penetrasi atau Obstruksi, penetrasi adalah erosi ulkus melalui serosa lambung ke
dalam struktur sekitarnya seperti pankreas, saluran bilieratau omentum hepatik.
Obstruksi pilorik terjadi bila areal distal pada sfingter pilorik menjadi jaringan
parut dan mengeras karena spasme atau edema atau karena jaringan parut yang
terbentuk bila ulkus sembuh atau rusak.
10. Diagnosis Banding
o Muntah karena gastritis
o Hepatitis
o Kolesistitis
o Pielonefritis
o Hiperemis gravidarum
11. Penatalaksanaan
1. Identifikasi dan penghindaran makanan yang menyebabkan sekresi HCL yang
berlebihan.
2. Pendidikan ( HE ) mengenai menghindari alkohol dan kafein.
3. Berhenti merokok karena tembakau dapat memperlambat penyembuhan.
4. Penatalaksanaan stress, teknik-teknik relakasasi atau sedatif untuk mengatasi
pengaruh psikologis.
5. Antasid untuk menetralkan asam.
6. Salah satu kemajuan dalam pengobatan adalah pemberian antibiotik yang spesifik
untuk H. Pylori.
7. Antagonis reseptor histamin 2 untuk mengurangi sekresi asam oleh sel-sel parietal.
12. Prognosis
Penyakit ini umumnya dapat diatasi cukup dengan pemberian obat-obatan. Namun
penyakit ini dapat kambuh kembali dan menimbulkan komplikasi seingga harus
dilakukan tindakan pembedahan. Tetapi setelah dilakukan pembedahan, ulkus masih
dapat kambuh dan dapat timbul masalah- masalah pencernaan yang buruk, seperti
anemia dan penurunan berat badan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboratorium untuk memperoleh
informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana
asuhan keperawatan klien.
Dari wawancara akan diperoleh informasi tentang biodata, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat kesehatan atau penyakit di masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, pola aktifitas sehari-hari, dan riwayat psikososial. Ada beberapa point peenting
yang perlu ditanyakan kepada pasien, antara lain :
Pasien ditanyakan apakah biasanya menggunakan antasida, makan makanan, atau
dengan muntah untuk menghilangkan nyeri.
Pasien ditanyakan kapan muntah terjadi, bila terjadi seberapa banyak? Apakah
muntahan merah terang atau seperti warna kopi.
Apakah pasien mengalami defekasi disertai feses berdarah?
Mengkaji kebiasaan makan pasien, termasuk kecepatan makan, makanan reguler,
kesukaan terhadap makanan yang pedas, penggunaan bumbu, penggunaan minuman
yang mengandung kafein.
Kaji tingkat ketegangan pasien atau kegugupan.
Apakah pasien merokok? Bila ya, seberapa banyak?
Bagaimana pasien mengekspresikan marah, terutama dalam konteks kerja dan
kehidupan keluarga.
Adakah stress pekerjaan atau ada masalah dengan keluarga.
Adakah riwayat keluarga dengan penyakit ulkus.
a. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, dan tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS.
b. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan
nadi, dan kondisi patologis.
Pulse rate meningkat/menurun sebagai indikator anemia (takikardia dan
hypotensi).
Respiratory rate
Suhu
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Pada pemeriksaan fisik, diperhatikan apakah klien tampak pucat, adanya
keluhan nyeri dari pasien, dilihat konjungtiva untuk mengetahui terjadinya
anemia, kaji adanya mual atau muntah, kaji keadaan abdomen apakah terdapat
massa, warna kulit, ada/tidaknya jaringan parut.
Auskultasi
Bising usus mungkin tidak ditemukan.
Perkusi
Perkusi pada bagian abdomen untuk mengetahui terjadinya asites
Palpasi
Palpasi daerah abdomen untuk menunjukkan adanya nyeri tekan epigastrik,
distensi abdominal, adanya pembesaran/pengerasan lambung yang
menunjukan terjadinya obstruksi pylori dan adanya massa di abdomen.
d. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI: tampak adanya ulkus baik di
daerah duodenal, lambung ataupun esofagus
Endoskopi : tampak adanya ulkus, lesi, dan inflamasi di saluran pencernaan
Pemeriksaan Feces : tampak adanya darah di feses
Pemeriksaan sekretori lambung : cairan lambung bersifat sangat asam
Biopsy dan histology melalui kultur : ditemukan adanya Helicobacter Pylori.
Pada pengkajian data yang dapat diperoleh adalah:
a. Data Subjektif :
Pasien mengatakan : ”terasa nyeri tumpul seperti tertusuk di epigastrium tengah atau
di punggung ”
“mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung
yang naik ke mulut”
“nyeri dapat/ tidak dapat hilang dengan makan”
“sering berseendawa ketika perut kosong”
“merasa mual dan ingin muntah”
“sudah tidak BAB selama 5hari”
b. Data Objektif :
Pada pemeriksaan endoskopi dilihat adanya ulkus peptikum
Pada pemeriksaan biopsy dan histology melalui kultur ditemukan adanya
Helicobacter Pylori
Pasien tampak meringis dan memegangi daerah epigastrium
Pasien tampak lemas
Adanya darah di feses pasien
b. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
o Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
terhadap gangguan visceral usus ditandai dengan pasien mengeluh nyeri perut dengan
skala nyeri 5, pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak melindungi area yang
sakit.
o Nausea berhubungan dengan iritasi gastrik ditandai dengan klien mengeluh mual,
adanya peningkatan saliva, klien tidak mau makan.
o PK. Perdarahan
o Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah ditandai dengan pasien mengalami penurunan BB lebih
dari 20%, pasien tampak mual, pasien tidak mampu menghabiskan 1 porsi makanan
yang diberikan, pasien tampak lemah.
o Kurang pengetahuan mengenai konsep penyakit dan pengobatan berhubungan dengan
kurang terpapar informasi ditandai dengan pasien pasien mengatakan tidak tahu
mengenai penyakitnya, pasien tampak bingung ketika ditanya tentang penyakitnya.
c. Rencana Tindakan
A. Penyusunan Prioritas
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot
sekunder terhadap gangguan visceral usus ditandai dengan pasien mengeluh
nyeri perut dengan skala nyeri 5, pasien tampak meringis kesakitan, pasien
tampak melindungi area yang sakit.
2. Nausea berhubungan dengan iritasi gastrik ditandai dengan klien mengeluh
mual, adanya peningkatan saliva, klien tidak mau makan.
3. PK. Perdarahan
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah ditandai dengan pasien mengalami penurunan BB
lebih dari 20%, pasien tampak mual, pasien tidak mampu menghabiskan 1 porsi
makanan yang diberikan, pasien tampak lemah.
5. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih akibat melalui muntah ditandai dengan pasien muntah
6. Kurang pengetahuan mengenai konsep penyakit dan pengobatan berhubungan
dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan pasien pasien mengatakan
tidak tahu mengenai penyakitnya, pasien tampak bingung ketika ditanya tentang
penyakitnya.
B. Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
terhadap gangguan visceral usus ditandai dengan pasien mengeluh nyeri perut
dengan skala nyeri 5, pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak melindungi
area yang sakit.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan
nyeri pasien terkontrol dengan kriteria hasil :
o Skala nyeri pasien berkurang (skala nyeri 2)
o Nadi pasien dalam rentang normal (60 - 100x/menit)
o TD pasien dalam rentang normal (110/70 - 140/90 mmHg)
o RR pasien dalam rentang normal (16 – 20x/menit)
o Pasien tampak tenang
Intervensi dan rasional
Intervensi rasional
Kaji pengalaman pasien, minta pasien
menunjukkan area yang sakit dan
menentukan peringkat nyeri dengan skala
nyeri 0-5 (0 = tidak nyeri, 5 = nyeri
sekali)
Membantu dalam mengevaluasi rasa nyeri
Pantau dan catat TTV Perubahan TTV dapat menunjukkan
penurunan ataupun peerkembangan
kondisi
Bantu pasien mengatur posisi Posisi terbaring ataupun miring mungkin
dapat membantu mengurangi rasa nyeri
Ajarkan pasien tentang teknik
menejemen nyeri
Teknik ini akan membantu mengalihkan
perhatian pasien dari rasa nyeri yang
dirasakan
Kolaborasi pemberian terapi obat-obatan
sesuai program:
a.antagonis histamine
b.Garam antibiotic /bismuth
c.Agen sitoprotektif
d.Inhibitor pompa proton
e.Antasida
a. antagonis histamine mempengaruhi
sekresi asam lambung.
b. Antibiotik diberikan bersamaan
dengan garam bismuth mematikan
H.Pylori.
c. Agen sitoprotektif melindungi mukosa
lambung.
d. Inhibitor pompa proton menurunkan
f.Antikolinergik asam lambung.
e. Antasida menetralisasi keasaman
sekresil lambung.
f. Antikolinergik menghambat
bpelepasan asam lambung
2. Nausea berhubungan dengan iritasi gastrik ditandai dengan klien mengeluh mual,
adanya peningkatan saliva, klien tidak mau makan.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan
klien tidak mengalami mual dengan kriteria hasil :
o Tidak adanya saliva berlebih
o Pasien tidak mengeluh mual
o Klien dapat makan
Intervensi dan rasional
Intervensi rasional
Jelaskan penyebab mual dan durasinya
bila perlu
Ini dimaksudkan agar klien dapat
mengantisipasi awal agar tidak mual
Dorong pasien untuk makan sedikit tapi
sering dan untuk makan secara perlahan.
Makanan yang cair, lembut dan tidak
terlalu panas akan ditoleransi dengan
baik.
Klien dianjurkan makan sering tapi
sedikit dan makanan disajikan dalam
keadaan cair, lunak dan hangat agar klen
mudak mencerna dan dapat ditolerasi oleh
tubuh
Anjurkan klien untuk minum disela-sela
makan
Membantu menetralisir asam lambung
dan mengurangi rasa mual saat makan
Singkirkan pemandangan dan bau yang
tidak sedap dari area makanan.
pemandangan dan bau yang tidak sedap
dapat memicu mual
Intruksikan klien untuk menghindari:
cairan panas atau dingin, makanan
berbumbu dan kafein
Dapat memicu peningkatan asam
lambung dan meningkatkan mual
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah ditandai dengan pasien mengalami penurunan BB lebih
dari 20%, pasien tampak mual, pasien tidak mampu menghabiskan 1 porsi makanan
yang diberikan, pasien tampak lemah.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil:
o Klien tidak mual
o Klien dapat menghabiskan porsi makanan yang diberikan
o Klien tidak muntah
o BB klien dapat meningkat ( misalnya 2kg)
o Kadar albumin klien dalam rentang normal
o Klien tidak tampak lemas
Intervensi dan rasional
Intervensi rasional
Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan
yang disukai
Mengidentifikasi efisiensi, menduga
kemungkinan intervensi
Tawarkan makanan porsi kecil tetapi
sering untuk mengurangi perasaan tegang
pada lambung
Makan dalam porsi kecil tetapi sering
dapat mengurangi beban saluran
pencernaan
Pertahankan kebersihan mulut dengan
baik sebelum dan sesudah mengunyah
makanan.
Mulut yang tidak bersih dapat
mempengaruhi rasa makanan dan
meninbulkan mual
Timbang berat badan setiap hari Mengawasi penurunan BB atau
efektivitas intervensi nutrisi
Beri HE tentang pentingnya makanan
atau gizi
Makanan yang bergizi dapat
mempercepat penyembuhan penyakitnya
Konsul pada ahli gizi Membantu dalam membuat rencana diit
untuk memenuhi kebutuhan individu
4. PK Perdarahan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x24 jam) diharapkan
perawat dapat meminimalkan komplikasi infeksi (sepsis) yang terjadi
dengan criteria hasil :
o Tidak terjadi perdarahan
o Klien tidak muntah darah
o Feses klien tidak mengandung darah
o Hb dalam batas normal (11-14 gr%)
o TTV dalam batas normal: nadi (60 - 100x/menit), TD (110/70 -
140/90 mmHg), RR (16 – 20x/menit), suhu (36,5o C – 37,5o C)
o Klien tidak tampak pucat
Intervensi dan rasional
Intervensi rasional
Kaji pasien untuk menemukan bukti-
bukti perdarahan atau hemoragi (feses
dan muntah darah)
dengan mengetahui adanya perdarahan
maka perawat dapat memberikan
intervensi lebih dini sehingga perdarahan
yang berlebihan dapat dicegah dan tidak
terjadi komplikasi.
Pantau hasil lab berhubungan dengan
perdarahan
untuk mengetahui komponen-komponen
darah yang mengalami kelainan, sehingga
dapat diketahui penyebab terjadinya
perdarahan
Siapkan pasien secara fisik dan
psikologis untuk menjalani bentuk terapi
lain jika diperlukan
kesiapan pasien baik secara fisik dan
psikologis dapat membantu memperlancar
jalannya terapi.
Kolaborasi pemberian transfusi sesuai
indikasi
pemberian transfusi sesuai indikasi dapat
mengganti darah yang hilang akibat
perdarahan
5. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih
akibat melalui muntah ditandai dengan pasien muntah
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan tidak
terjadi kekurangan volume cairan dengan kriteria hasil:
o Nadi dalam rentang normal (60 - 100x/menit)
o TD dalam rentang normal (110/70 - 140/90 mmHg)
o Turgor kulit baik
o Intake = output
o Tidak terjadi muntah
o Tidak terjadi perdarahan
Intervensi dan rasional
Intervensi rasional
Awasi masukan dan haluaran. Catat
kehilangan cairan melalui muntah
Mengetahui jumlah cairan masuk dan
keluar
Kaji TD, nadi perifer, turgor kulit, dan
membran mukosa
Pada keadaan dehidrasi TD akan
menurun, nadi teraba lemah, turgor kulit
tidak segera kembali, membran mukosa
kering/pucat
Observasi tanda perdarahan, seperti
hematuria, melena
Memantau pengeluaran elektrolit berlebih
Pantau nilai lab, seperti Hb/Ht, Na Memantau tanda-tanda kekurangan cairan
6. Kurang pengetahuan mengenai konsep penyakit dan pengobatan berhubungan
dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan pasien pasien mengatakan tidak
tahu mengenai penyakitnya, pasien tampak bingung ketika ditanya tentang
penyakitnya.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan
klien memiliki pengetahuan adekuat tentang ulkus peptikum dengan
kriteria hasil:
o Klien dapat menjelaskan penyakit ulkus peptikum
o Klien dapat menjelaskan tanda dan gejala ulkus peptikum
o Klien dapat menyebutkan penatalaksanaan termasuk pengobatan ulkus
peptikum
o Klien tidak menggunakan obat- obatan di luar dari yang diresepkan
dokter
o Klien mngikuti terapi yang dianjurkan dengan baik
Intervensi dan rasional
Intervensi rasional
Kaji kesiapan klien untuk belajar Mengefektifkan kemampuan klien dan
keinginan klien dalam menerima
informasi
Mulai memberikan penjelasan ketika
klien menunjukkan kesiapan untuk
belajar
kesiapan klien untuk belajar
mempermudah klien dalam proses
pembelajaran
Sediakan informasi sesuai dengan tingkat
pengetahuan dan tingkat perkembangan
klien.
informasi yang sesuai dengan tingkat
pengetahuan mempermudah klien
mencerna dan meresapi informasi yang
diberikan
Jelaskan istilah-istilah yang tidak familiar istilah-istilah yang tidak familiar bisa
membuat klien bingung dan tidak
mengerti akan penjelasan yang diberikan
Ulangi informasi-informasi yang penting pengulangan informasi-informasi yang
penting bertujuan memberikan penekanan
agar klien dapat mengingat informasi
tersebut.
Berikan kesempatan kepada klien untuk
bertanya dan diskusi.
bertujuan untuk mengetahui informasi
yang kurang dimengerti oleh klien.
Jawab pertanyaan klien dengan singkat
dan jelas.
untuk mempermudah klien mengerti akan
jawaban yang kita berikan.
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian dari implementasi yang dilakukan. Hal-hal yang dapat
dievaluasi untuk mengetahui keberhasilan tindakan keperawatan yang telah diberikan
antara lain :
1. Nyeri klien hilang atau dapat dikontrol, klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol,
klien tampak rileks, denyut nadi klien dalam rentang normal (60–100 x/menit), TD
dalam rentang normal (110/70 - 140/90 mmHg), RR pasien dalam rentang normal
(16– 20 x/menit), klien melaporkan skala nyeri berkurang.
2. Klien tidak mengalami mual, tidak adanya saliva berlebih, klien dapat makan
3. Klien tidak mengalami perdarahan seperti klien tidak muntah darah, feses klien tidak
mengandung darah, Hb dalam batas normal (11-14 gr%), TTV dalam batas normal:
nadi (60 - 100x/menit), TD (110/70 - 140/90 mmHg), RR (16 – 20x/menit), suhu
(36,5o C – 37,5o C), klien tidak tampak pucat
4. Klien tidak mengalami kekurangan volume cairan yang ditunjukan dari nadi dalam
rentang normal (60 - 100x/menit), TD dalam rentang normal (110/70 - 140/90
mmHg), turgor kulit baik, Intake = output, tidak terjadi muntah, tidak terjadi
perdarahan
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi, menunjukkan
peningkatan berat badan atau berat badan sesuai dengan berat badan ideal untuk tinggi
dan kerangka tubuh, tidak terjadi mual, tidak terjadi muntah, mampu meenghabiskan
porsi makan, tidak lemas, tidak ada penurunan albumin serum
6. Klien memiliki pengetahuan adekuat tentang ulkus peptikum, klien dapat menjelaskan
penyakit ulkus peptikum, tanda dan gejala ulkus peeptikum, klien dapat menyebutkan
penatalaksanaan termasuk pengobatan ulkus peptikum.
DAFTAR PUSTAKA
Capenito, Lynda Jall. (1997). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made
Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses
Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC;
2001.
Brunner and suddart. 2000. Keperawatan medical bedah volume 2. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Crowin Elizabet.J. 2000. Patofisiologi, Jakarta, EGC.
Swearingen. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 2 Jakarta: EGC.
Penghancuran sawar epitel
Asam kembali berdifusi ke mukosa
Rangsangan kolinergik
Motilitas
Pepsinogen
NSAIDs, Aspirin, alkohol Merokok, Kafein StressGenetik (rentan pada golongan darah O) Mikroorganisme
Kerusakan Permeabilitas sawar epitel
Pengikatan H.Pylori diperkuat oleh antigen O
Terinfeksi H.Pylori Asam lambung
gastrin
histaminPermeabilitas
terhadap protein
Edema dalam mukosa lambung
Plasma bocor ke lumen lambung
Destruksi kapiler dan vena
Perdarahan
PK : Perdarahan
Mukosa lambung tidak dapat menahan kerja asam lambung
(HCL dan pepsin)
Penghancuran mukosa lambung
ULKUS PEPTIKUM
ULKUS PEPTIKUM
Nyeri epigastrium
Nyeri akut
Asam HCl berlebihan
Mual
Nausea
Muntah terus menerus
Risiko kekurangan
volume cairan
Intake tidak adekuat
Penurunan BB >20%
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Pasien selalu bertanya tentang kondisinya
Kurang pengetahuan