ANALISIS RENDEMEN VENEER BERDASARKAN
KELAS DIAMETER KAYU PADA
PT. KATINGAN TIMBER CELEBES (KTC)
KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
MUH NURUL SALIHIN
105950059015
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
SKRIPSI
ANALISIS RENDEMEN VENEER BERDASARKAN
KELAS DIAMETER KAYU PADA
PT. KATINGAN TIMBER CELEBES (KTC)
KOTA MAKASSAR
Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana
kehutanan
Disusun dan diajukan oleh
MUH NURUL SALIHIN
105950059015
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
PERSEMBAHAN
Dengan penuh kerendahan hati dan rasa syukur
kepada Allah SWT yang tiada henti,
Skripsi ini ku persembahkan
Untuk
Kedua Orang Tuaku Tercinta
Dan
Orang – orang Tersayang
MOTTO HIDUP
“Jika orang lain dapat melakukannya, maka sayapun mampu akan hal itu”
(PENULIS)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi
ANALISIS RENDEMEN VENEER BERDASARKAN KELAS
DIAMETER KAYU PADA PT. KATINGAN TIMBER
CELEBES (KTC) KOTA MAKASSAR
Adalah merupakan karya yang yang belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal
dikutip dari karya diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan teks dan
diacantumkan dalam daftar pustaka bagian akhir skripsi ini.
Makassar, Desember 2019
Penulis
ABSTRAK
MUH. NURUL SALIHIN, Tahun 2019, “Analisis Rendemen Veneer Berdasarkan kelas Diameter Kayu Pada PT. Katingan Timber Celebes (KTC) Makassar, Dibimbing oleh Husnah Latifah, dan Muhammad Tahnur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rendemen kayu berdasarkan jenis dan kelas diameternya pada PT. Katingan Timber Celebes (KTC) Makassar. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Data yang diolah adalah data primer, dimana data primer di dalam penelitian ini meliputi : kualitas kayu bulat, panjang dan diameter kayu bulat, panjang, lebar dan tebal kayu hasil penggergajian, jumlah sortimen masing-masing bahan baku.
Hasil penelitian yang berjudul “Analisis Rendemen Veneer Berdasarkan Kelas Diamater Kayu Pada PT. Katingan Timber Celebes (KTC)”, rendemen terbesar yaitu pada kelas 75-79 dengan jumlah volume input 18.65 m3 dan volume ouput 10.38 m3 sehingga menghasilkan rendemen sebesar 55.66%. Sedangkan rendemen terkecil terdapat pada kelas diameter 60-64 dengan volume input 34.41 m3 dan volume output 14.29 m3 dengan hasil rendemen sebesar 41.53%.
ABSTRACT
MUH NURUL SALIHIN, 2019, "Analysis of Veneer Rendement Based on Wood Diameter class at PT. Katingan Timber Celebes (KTC) Makassar, Guided by Husnah Latifah, and Muhammad Tahnur.
This study aims to determine the yield of wood by type and diameter class at PT. Katingan Timber Celebes (KTC) Makassar. This type of research used in this research is descriptive quantitative approach. The processed data is primary data, where the primary data in this study include: quality of logs, length and diameter of logs, length, width and thickness of sawn timber, number of each raw material.
The results of the study entitled "Analysis of Veneer Rendement Based on Wood Diamater Class at PT. Katingan Timber Celebes (KTC) ", the largest yield is in the class 75-79 with a total input volume of 18.65 m3 and an output volume of 10.38 m3 resulting in a yield of 55.66%. While the smallest yield is found in the diameter class 60-64 with an input volume of 34.41 m3 and an output volume of 14.29 m3 with a yield of 41.53%.
@Hak Cipta Milik Unismuh Makassar, Tahun 2019
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagai atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan,
karya ilmiah, penyususnan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh Makassar
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar
KATA PENGANTAR
حْمَنِ اللهِ بسِْ ــــــــــــــــــمِ حِيْمِ الرَّ الرَّ
Syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan
salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai
manakala skripsi yang berjudul “Analisis Rendemen Veneer Berdasarkan kelas
Diameter Kayu Pada PT. Katingan Timber Celebes (KTC) Makassar”
Skripsi yang penulis buat bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan terima kasih kepada kedua
orang tua saya yaitu bapak Abd. Salam dan Ibu Subaeda yang senantiasa memberi
harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan do’a yang tulus tanpa pamrih.
Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan
semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala
pengorbanan, dukungan dan do’a restu yang telah diberikan demi keberhasilan
saya dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan dapat menjadi
ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan
yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM, sebagai Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak H.Burhaanuddin, S.Pi.,M.P selaku Dekan Fakultas pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM selaku ketua jurusan Program Studi
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Dr. Ir. Husnah Latifah, S.Hut., M.Si.,IPM selaku Pembimbing I yang
senantiasa meluangkan waktunya membimbing, mengarahkan, dan memotivasi
penulis dalam menyelesaikan skripsi.
5. Bapak Ir. Muhammad Tahnur, S.Hut.,M.Hut., IPM selaku Pembimbing II yang
senantiasa meluangkan waktunya membimbing, mengarahkan, dan memotivasi
penulis dalam menyelesaikan skripsi.
6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis
selama mengikuti kuliah.
7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Pertanian Program Studi Kehutanan
angkatan Trembesi 2015 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit
bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi saya.
9. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu
yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan dukungannya
sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya pera pembaca
yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi
kesempurnaan Skripsi ini.
Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Makassar, Desember 2019
Muh. Nurul Salihin
DAFTAR ISI
SAMPUL ......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN KOMISI PENGUJI .................................................................. v
PERNYATAAN SKRIPSI ............................................................................. vi
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ............................................................. vii
ABSTRACK ................................................................................................... viii
HAK CIPTA ................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
1.4 Manfaat penelitian ........................................................................... 4
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan ............................................................................................... 5
2.2 Kayu ................................................................................................ 7
2.3 Kayu Lapis ....................................................................................... 10
2.4 Industri Kayu ................................................................................... 28
2.5 Rendemen ........................................................................................ 29
2.6 Teknik Pengukuran Kayu Bulat ...................................................... 32
2.7 Kerangka Pikir ................................................................................. 35
III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu........................................................................... 36
3.2 Bahan dan Alat ................................................................................ 36
3.3 Pengumpulan Data ........................................................................... 36
3.4 Populasi dan Sampel ........................................................................ 38
3.5 Jenis dan Pengolahan Data .............................................................. 38
3.6 Defenisi Operasional ....................................................................... 42
IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1.1 Sejarah Singkat Pendirian dan Perkembangan PT. Katingan
Timber Celebes (KTC) .................................................................... 43
1.2 Visi dan Misi Perusahaan ................................................................ 47
1.3 Motto Perusahaan ............................................................................ 47
1.4 Produk dan Tujuan Pemasaran ........................................................ 48
1.5 Struktur Organisasi PT. Katingan Timbar Celebes (KTC) ............. 49
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Input (Kayu Log) .............................................................................. 50
5.2 Output (Veneer) ................................................................................ 51
5.3 Perhitungan Rendemen ..................................................................... 53
VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 57
6.2 Saran ................................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
No Teks Hal
1 Volume bahan baku input dalam bentuk kayu bulat berdasarkan kelas diameter………………………………………………………..
50
2 Volume output dalam bentuk veneer berdasarkan kelas diameter….. 52
3 Rendemen Berdasarkan Kelas Diameter……………………………. 54
DAFTAR GAMBAR
No Teks Hal
1 Cara Pengukuran Diameter Logs………………………………………. 34
2 Kerangka Pikir…………………………………………………..……... 35
3 Struktur Organisasi PT. Katingan Timber Celebes (KTC)…………….. 49
4 Grafik input (kayu log)………………………………………................ 51
5 Grafik output (veneer)…………………………….................................. 53
6 Grafik Rendemen………………………………………......................... 56
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Hal
1 Data Kelas Diameter 40-44…………………………………………… 61
2 Data Kelas Diameter 45-49…………………………………………… 62
3 Data Kelas Diameter 50-54…………………………………………… 63
4 Data Kelas Diameter 55-59…………………………………………… 64
5 Data Kelas Diameter 60-64…………………………………………… 65
6 Data Kelas Diameter 65-59…………………………………………… 66
7 Data Kelas Diameter 70-74…………………………………………… 67
8 Data Kelas Diameter 75-79…………………………………………… 68
9 Dokumentasi………………………………………………………….. 69
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan merupakan sumber potensi kekayaan alam yang sangat besar
nilainya dan sebagaimana halnya dengan tanah dan air yang dipandang perlu
oleh manusia karena banyak manfaat yang diberikan oleh hutan untuk
menjaga kestabilan dan kelangsungan hidup manusia. Sumber daya alam
berupa hutan memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, baik hasil
hutan berupa kayu ataupun non kayu yang dapat dimanfaatkan sebesar-
besarnya bagi kepentingan makhluk dimuka bumi, serta berfungsi untuk
menjaga keseimbangan ekosistem.
Pada umumnya, kayu dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia
setelah mengalami proses pengolahan, baik pengolahan awal (primer)
ataupun pengolahan lanjutan (sekunder). Pengolahan kayu primer biasanya
bersifat sederhana, murah, dan tidak memerlukan teknologi tinggi. Dalam
proses pengolahan kayu yang disebut industri kayu primer adalah industri
penggergajian, karena proses penggergajian merupakan yang pertamakali
yang merubah kayu (dalam bentuk log) menjadi kayu gergajian (sawn timber
atau kayu konversi) yang berupa balok balok, papan, tiang, bantalan, dan
dalam bentuk sortimen lainnya (Ruhendi, 1988).
Perkembangan industri kayu lapis berawal pada tahun 1930-an yang
ditandai dengan pengunaan kempa panas dari Eropa dan perkat resin sintesis
sebagai perkembangan teknik yang memainkan peranan penting pada
pertumbuhan awal industri kayu lapis . pada tahun 1972 Amerika serikat ada
2
sekitar 600 perusahaan pembuat kayu lapis dan vinir yang telah mampu
mengekspor kayu lapis sekitar US$ 3 milyar (Haygreen and Bowyer, 1993).
Di Indonesia sendiri , perkembangan industri kayu lapis terjadi sekitar tahun
1980-an semenjak diberlakukannya larangan ekspor kayu bulat oleh
pemerintah. Pada tahun tersebut kondisi hutan di Indonesia masih sangant
mendukung perkembangan industri kayu lapis , ketersediaan kayu kayu bulat
dengan diameter yang cukup besar dan silindris yang berasal dari hutan alam
sebagai syarat utama bahan baku dalam pembuatan kayu lapis masih cukup
melimpah.
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, kondisi
persaingan yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan
tuntutan konsumen terhadap suatu produk tidak terbatas pada harga dan
kualitas saja tetapi juga pada pelayanan yang diberikan. Pelayanan yang
dimaksud dapat berupa ketersediaan produk yang diinginkan konsumen
dengan kuantitas dan kualitas sesuai dengan kebutuhan.
Studi Rendemen Bahan Baku Log Pada IU-IPHHK Rusmandiansyah
di Kecamatan Damai Kabupaten Kutai Barat yang diteliti (Sopianoor, Zuhdi
Yahya, dan Maya Preva Biantary: Oktober 2016) Peningkatan rendemen pada
industry pengolahan kayu pada akhirnya merupakan suatu penilaian tentang
peningkatan efisiensi di dalam pemanfaatan bahan baku memperoleh data
atau informasi tentang efisiensi pemanfaatan bahan baku pada industry
pengolahan kayu. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di IU-IPHHK
Rusmandiansyah yang berlokasi di Desa Mantar, Kecamatan Damai,
3
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur selama 3 bulan (Maret -
Mei 2014). Jumlah sampel di dalam penelitian ini sebanyak 15 sampel kayu
bulat sesuai dengan stok yang dimiliki oleh perusahaan dan akan diolah
menjadi kayu gergajian. Pemilihan sampel kayu bulat di dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling (penarikan
contoh sampel secara sengaja). Jenis data yang dikumpulkan di dalam
penelitian ini terdiri dari data primer (kualitas kayu bulat, panjang dan
diameter kayu bulat, panjang, lebar dan tebal kayu hasil penggergajian dan
jumlah sortimen masing-masing bahan baku) dan data sekunder.
Berdasarkan hasil penelitian pada Industri Primer Hasil Hutan Kayu
(IPHHK)IU-IPHHK yang diteliti oleh Rusmandiansyah diperoleh hasil yaitu
Rendemen rata-rata kayu bulat secara umum yang dihasilkan adalah sebesar
52,32 %; rendemen rata -rata tertinggi yang dihasilkan adalah jenis Bengkirai
sebesar 53,42%, diikuti jenis Kapur sebesar 52,39% dan jenis Keruing
sebesar 50,16 %. Beberapa faktor yang berpengaruh menurunnyarendemen
kayu bulat menjadi kayu gergajian di IU-IPHHK Rusmandiansyah adalah
bahan baku kayu bulat yang keadaannya lengkung/bengkok, mesin generator
berkapasitas daya kecil dan tenaga kerja yang kurang terampil.
Selanjutnya Penelitian yang dilakukan oleh Makkarennu, dkk yang
meneliti tentang (Analisis Kebutuhan Bahan Baku Kayu Bulat Pada Industri
Kayu Lapis PT. Katingan Timber Celebes) menyimpulkan bahwa jumlah
bahan baku untuk industri (2009) akan menjadi 166.758,2 m3 terdiri dari
meranti (130.699,4 m3) dan rimba campuran (36.053.8 m3).
4
Berdasarkan uraian diatas maka akan dilakukan peneliitian tentang
“Analisis Rendemen Veneer Berdasarkan Kelas Diameter Kayu Pada PT.
Katingan Timber Celebes (KTC) Makassar’’.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
permasalahan dalam penelitian ini yaitu “Berapa besar rendemen Veneer
berdasarkan kelas diameternya pada PT. Katingan Timber Celebes (KTC)
Makassar?”
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rendemen Veneer
berdasarkan kelas diameternya pada PT. Katingan Timber Celebes (KTC)
Makassar.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapakan dari penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pemahaman penulis tentang analisis rendemen pada perusahaan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau bahan
pertimbangan bagi perusahaan dalam merendemen bahan baku yg akan
dijadikan produk perusahaan.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan
bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan
2.1.1 Pengertian Hutan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian hutan adalah
tanah luas yang ditumbuhi pohon-pohon (biasanya tidak dipelihara orang),
tumbuhan yang tumbuh di atas tanah yang luas (biasanya di wilayah
pegunungan) dan yang tidak dipelihara orang yang liar (tentang binatang
dan sebagainya). Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan
lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan.
Hutan sebagai salah satu bagian dari lingkungan hidup merupakan
karunia Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan salah satu kekayaan alam
yang sangat penting bagi umat manusia. Hal ini didasarkan pada
banyaknya manfaat yang diambil dari hutan. Misalnya hutan sebagai
penyangga paru-paru dunia. Menurut Black Law Dictionary, hutan (forest)
adalah suatu daerah tertentu yang tanahnya ditumbuhi pepohonan tempat
hidup segala binatang.
Pengertian lain, hutan adalah suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan
dan hewan yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah yang terletak
pada suatu kawasan serta membentuk suatu ekosistem yang berada dalam
keseimbangan yang dinamis. Hutan adalah suatu lapangan pohon-pohon
secara keseluruhan yang merupakan persekutuan hidup alam hayati
6
besertaalam lingkungannya, dan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai
hutan. Hutan merupakan harta kekayaan yang tidak ternilai, oleh karena
itu hasil dari hutan perlu dijaga, dipertahankan dan dilindungi agar hutan
dapat berfungsi dengan baik. Istilah hutan merupakan terjemahan dari kata
bos (Belanda) dan forrest (Inggris). Forrest merupakan dataran tanah yang
bergelombang dan dapat dikembangkan untuk kepentingan diluar
kehutanan, seperti pariwisata. Di dalam hukum Inggris kuno, forrest
(hutan) adalah suatu daerah tertentu yang tanahnya ditumbuhi pepohonan,
tempat hidup binatang buas dan burung-burung hutan.
Hutan merupakan salah satu penentu penyangga kehidupan dan
sumber kesejahteraan rakyat, semakin menurun keadaannya, oleh sebab itu
eksistensinya harus juga secara terus menerus, agar tetap abadi, dan
ditangani dengan budi pekerti yang luhur, berkeadilan, berwibawa,
transparan, dan professional serta bertanggung jawab.
2.1.2 Jenis-Jenis Hutan
Menurut Indriyanto (2008) diuraikan ada beberapa jenis hutan,
yakni sebagai berikut:
1) Hutan Lindung, yaitu kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur
tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air
laut dan memeliharan kesuburan tanah.
2) Hutan produksi, yaitu kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan.
7
3) Hutan konservasi, yaitu kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa serta ekosistemnya.
4) Hutan Negara, yaitu hutan yang tumbuh di atas tanah yang bukan
tanah milik. Hutan Negara dapat berupa hutan adat ,yaitu hutan
Negara yang diserahkan pengelolaannya kepada masyarakat hutan
adat.
5) Hutan Hak, yaitu hutan yang tumbuh atau ditanam diatas tanah milik
masyarakat, baik secara individu maupun bersama-sama atau badan
hukum.
2.2 Kayu
2.2.1 Pengertian Kayu
Kayu merupakan suatu bahan konstruksi yang didapatkan dari
tumbuhan dalam alam. Kayu adalah bagian keras tanaman yang
digolongkan kepada pohon. Penggunaan kayu sebagai konstruksi
bangunan sudah di kenal dan banyak dipakai sebelum orang mengenal
beton dan baja. Kayu mempunyai kuat tarik dan kuat tekan relatif tinggi,
berat yang relatif rendah, mempunyai daya tahan tinggi terhadap pengaruh
kimia dan listrik, dapat dengan mudah untuk dikerjakan, relatif murah,
dapat mudah diganti dan bisa didapat dalam waktu singkat. (Felix, 1965).
8
2.2.2 Sifat-Sifat Kayu
1. Sifat Utama Kayu
Kayu sampai saat ini masih banyak dicari dan dibutuhkan
orang. Dari segi manfaatnya bagi kehidupan manusia, kayu dinilai
mempunyai sifat-sifat utama, yaitu sifat-sifat yang menyebabkan kayu
tetap selalu dibutuhkan manusia (Heinz, 1982).
Sifat-sifat utama tersebut antara lain:
a. Kayu merupakan sumber kekayaan alam yang tidak akan habis-
habisnya, apabila di kelola dengan cara yang baik. Kayu
dikatakan juga sebagai renewable resources (sumber kekayaan
alam yang dapat diperbaharui lagi).
b. Kayu merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk
dijadikan barang-barang seperti kertas, bahan sintetik dan tekstil.
c. Kayu mempunyai sifat-sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh
bahanbahan lain yang dibuat oleh manusia seperti baja dan beton.
Misalnya kayu mempunyai sifat elastis dan mempunyai
ketahanan terhadap pembebanan yang tegak lurus dengan
seratnya.
2. Sifat Fisis dan Mekanis kayu
a. Sifat Fisis Kayu
1. Berat Jenis Kayu
Berat jenis kayu biasanya berbanding lurus dengan
kekuatan daripada kayu atau sifat-sifat mekanisnya. Makin
9
tinggi berat jenis suatu kayu maka makin tinggi pula
kekuatannya.
2. Kadar Air Kayu
Kadar air didefinisikan sebagai banyaknya air yang
terdapat dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap
berat kering tanurnya.
3. Sifat Mekanis Kayu
Sifat mekanis kayu meliputi keteguhan kayu, yaitu
perlawanan yang diberikan oleh suatu jenis kayu terhadap
perubahan-perubahan bentuk yang disebabkan oleh gaya-gaya luar.
a) Keteguhan Tarik (Tension Strength)
Keteguhan tarik adalah kekuatan atau daya tahan kayu
terhadap dua buah gaya yang bekerja dengan arah yang
berlawanan dan gaya ini bersifat tarik.
b) Keteguhan Tekan (Compression Strength)
Keteguhan tekan adalah kekuatan atau daya tahan kayu
terhadap gaya-gaya tekan yang bekerja sejajar atau tegak lurus
serat kayu.
c) Keteguhan Geser
Keteguhan geser adalah kekuatan atau daya tahan kayu
terhadap dua gaya-gaya tekan yang bekerja padanya,
kemampuan kayu untuk menahan gaya – gaya yang
10
menyebabkan bagian kayu tersebut bergeser atau tergelincir
dari bagian lain di dekatnya.
d) Keteguhan Lentur Statis (Static Bending Strength)
Keteguhan lentur adalah kekuatan kayu untuk menahan
gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu.
e) Tegangan Bahan Kayu
Istilah kekuatan atau tegangan pada bahan seperti kayu
adalah kemampuan bahan untuk mendukung beban luar atau
beban yang berusaha merubah bentuk dan ukuran bahan
tersebut.
2.3 Kayu Lapis
2.3.1 Pengertian Kayu Lapis (Playwood)
Plywood adalah atau sering disebut kayu lapis (tripleks) adalah
sejenis papan pabrikan yang terdiri dari lapisan kayu yang direkatkan
bersama-sama. Teknik pembuatan plywood telah ditemukan sejak abad ke-
17, namun baru sekitar akhir abad ke-19 plywood diproduksi secara
komersial untuk pembuatan peti teh. Plywood yang digunakan untuk
pembuatan peti memiliki tiga lapisan sehingga biasa disebut three-ply,
atau tripleks di Indonesia. Kayu lapis adalah suatu produk panil-panil kayu
yang diperoleh dengan cara menyusun secara bersilangan dari lembaran-
lembaran veneer yang dikombinasikan dengan papan, strip, papan partikel,
papan serat, atau lainnya yang diikat dengan perekat bantuan perlakuan
11
berupa pemberian panas (elib.unikom.ac.id, 2013). Kayu lapis biasanya
memiliki lapisan (ply) berjumlah ganjil yakni 3 lapisan hingga 9 lapisan.
Proses rotary merupakan proses kedua. Kayu yang telah dipotong
akan dikupas dengan mesin rotary dan akan diambil lapisan yang terbaik.
Dianalogikan seperti kita menyerut pensil. Hasil pengupasan berupa
lembaran bahan yang disebut core dan veneer. Pada proses ini sangat
menentukan ketebalan dari plywood kedepannya. Setelah dikupas maka
lembaran kayu tersebut dikeringkan untuk dikurangi kadar airnya. Ini
dilakukan untuk membuat lembaran bahan tersebut dapat dilem untuk
nantinya dirakit menjadi susunan plywood.
Veneer adalah lapisan tertipis yang berada pada paling atas atau
disebut Face (F); muka. Veneer diambil dari kayu yang memiliki serat
bagus dan rata sehingga mencerminkan permukaan dengan corak yang
indah saat menjadi sebuah plywood. Veneer biasanya diambil dan disortir
saat proses pengupasan pada mesin rotary karena tidak semua bagian dari
bulatan kayu memiliki motif corak yang sama dan seragam.
Jenis-jenis cacat pada veneer
ASNI dan ASQC mendefinisikan defect sebagai “keadaan
karakteristik kualitas pada suatu level atau status kerusakan yang
menyebabkan produk atau jasa tidak dapat berfungsi secara normal”. Cacat
dapat didefisinikan sebagai karakteristik yang tidak memenuhi standar.
Selain ini tingkat keparahan satu atau lebih kerusakan pada produk dapat
membuat produk tersebut ditolak atau cacat (Gaspersz, 2011)
12
Cacat adalah suatu kelainan yang terdapat pada veneer yang dapat
mempengaruhi mutu dan kualitas produk kayu lapis. Cacat yang terdapat
pada veneer face/back dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Cacat Alami
a. Alur mineral
1) Arti : Perubahan warna alami berbentuk garis yang terjadi pada
kkayu
2) Penyebab : Sifat pada jenis kayu tertentu atau pengaruh tempat
tumbuh.
b. Bekas lilitan
1) Arti :
a) Luka akibat tumbuhan melilit (liana)
b) Luka pada kayu umumnya disebabkan oleh tumbuhan melilit
yang melingkari batang atau oleh akar pemapasan yang
seperti rambut yang melilit batang pohon
2) Penyebab : Tumbuhan melilit pohon yang tidak lepas sehingga
ada di dalam kayu
c. Busuk atau lapuk
1) Arti :
a) Rapuh karena serangan bakteri (busuk) atau serangan jamur
(lapuk)
13
b) Keadaan kayu yang ditandai dengan buram atau tidak
bercahayanya warna kayu, berkurangnya kekuatan dan terjadi
pelunakan pada kayu
2) Penyebab : Bakteri atau jamur
d. Damar basah atau getah basah
1) Arti :
a) Cairan di dalam kayu yang bersifat lengket.
b) Semacam getah yang bersifat lekat dan basah
2) Penyebab : sifat jenis kayu tertentu
e. Gembol
1) Arti :
a) Penyimpanan arah serat kayu seperti sekitar mata kayu
b) Penyimpanan arah serat kayu yang umumnya terjadi dekat
mata
2) Penyebab : Kelainan pertumbuhan pohon
f. Kantung kulit/damar
1) Arti :
a) Rongga berisi jaringan kulit atau damar
b) Kantung damar adalah rongga yang terdapat di antara
lingkaran tumbuh atau tempat lainnya di dalam kayu yang
berisi semacam getah dalam keadaan padat.
c) Kantung kulit adalah sebagian kulit kayu yang dikelilingi
oleh bagian kayu yang tumbuhnya normal
14
2) Penyebab : Sewaktu pohon tumbuh ada bagian yang berisi
jaringan kulit atau damar
g. Lubang
1) Arti : Rongga yang menembus finir pada arah yang tebal
Macam lubang:
a) Lubang gerek : Lubang yang berpenampang sempit bundar
atau panjang akibat serangan serangga penggerek atau cacing
laut
b) Lubang lain : lubang yang disebabkan oleh tumbuhan parasit
atau sebab lain
2) Penyebab :
a) Serangga penggerek atau cacing laut
b) Tumbuhan parasit atau yang lain
h. Mata kayu
1) Arti :
a) Bagian dari cabang yang merekat pada finir
b) Bagian dari cabang atau ranting yang dikelilingi oleh
pertumbuhan kayu, penampang lintangnya berbentuk bulat
atau lonjong.
Macam mata kayu
15
(1) Mata kayu sehat
Mata kayu yang bebas dari pembusukan atau pelapukan.
Mata kayu ini dapat utuh (intergrown) yaitu minimum 3/4
– 3/4 bagiannya masih melekat pada veneer.
(2) Mata kayu lepas
Mata kayu yang kurang dari 1/4 bagiannya masih melekat
pada finir.
(3) Mata kayu jarum
Mata kayu sehat atau lonjong, utuh atau sebagian utuh
dengan diameter tidak lebih dari 3 mm.
(4) Mata kayu busuk atau lapuk
Mata kayu yang rapuh akibat serangan bakteri atau jamur
(5) Lubang mata kayu
Lubang akibat mata kayu yang lepas
2) Penyebab : cabang pada pohon
i. Perubahan warna
1) Arti :
a) Penyimpangan warna dari warna alami kayu, yang tidak
berhubungan dengan kakuatan kayu ( kayu tidak rapuh)
b) Penyimpangan warna dari warna alinya, biasanya disebebkan
oleh jamur, reaksi antara besi pisau kupas dangan zat
ekstraktif dari kayu, bahan kimia dalam perekat dan
sebagainya
16
2) Penyebab : Serangan jamur pewarna atau pengaruh cuaca atau
reaksi dengan bahan kimia.
2. Cacat Teknis
a. Benjol
1) Arti : Bagian yang lebih tebal pada tempat tertentu dan nampak
pada lapisan luar.
2) Penyebab : Ada bagian pada lapisan dalam yang lebih tebal
b. Cacat amplas
1) Arti :
a) Lapisan luar yang hilang pada tempat tertentu akibat
pengampelasan yang berlebihan sehingga dapat sampai garis
rekat (ISO)
b) Cacat yang terjadi pada saat pengamplasan.
2) Penyebab : Tekanan sabuk ampelas yang berlebihan.
c. Cacat kempa
1) Arti :
a) Lekuk pada tempat tertentu akibat ada benda asing yang
secara tidak sengaja menemprl pada permukaan dan
mengalami prose pengempaan
b) Cacat yang terjado pada saat pengempaan.
2) Penyebab : Ada benda asing yang menempel pada permukaan
dan pengalami proses pengempaan
17
d. Cacat pisau
1) Arti : Goresan berupa garis lurus melintang arah serat.
2) Penyebab : Ada bagian pisau mesin yang gompal
e. Celah
1) Arta :
a) Rongga yang terdaat pada dua bagian yang berdampingan
b) Cacat terbuka (alur) yang terjadi akibat kurang rapatnya
sambungan veneer.
2) Penyebab : Penyambungan tidak rapat atau ada bagian yang
lepas
f. Delaminasi
1) Arti :
a) Garis rekat yang terbuka pada bagian tepi
b) Pengelupasan finir pada bagian tepi kayu lapis
2) Penyebab : Pelaburan perekat tidak merata, perekat pada bagian
tepi agak kering, masa tunggu tertutup terlalu lama.
g. Gorekan
1) Arti :
a) Lekuk halus pada permukaan berupa garis
b) Cacat yang terjadi pada permukaan kayu lapis karena
goresan.
2) Penyebab : benda tajam yang menggores permukaan
18
h. Ketebalan tidak rata
1) Arti :
a) Kerangaman tebal yang terdapat pada satu lembar
b) Ada keragaman tebal pada satu lembar kayu lapis
2) Penyebab : Permukaan finir yang kurang baik
i. Lekuk
1) Arti : Bagian yang cekung pada lapisan luar
2) Penyebab : Benda tumpul yang membentur Permukaan
j. Lepuh
1) Arti :
a) Pemisahan lapisan pada tempat tertentu akibat tidak ada
ikatan perekat (ISO). Dalam ISO tidak disebut mengenai
delaminasi
b) Tempat atau bagian finir yang tidak melekat, sedangkan di
sekitarnya melekat
2) Penyebab : pelaburan tidak merata, ada bagian finir yang kurang
kering
k. Noda
1) Arti : Bagian pada permukaan yang berubah warna dari warna
asli kayu karena pengaruh bahan lain. Macam noda disebut
berdasarkan macam bahan penyebabnya: noda dempul, noda oli,
noda perekat, noda pita perekat, noda minyak, noda kapur
19
berwarna. Dalam ISO tidak disebut noda tetapi ada pnembusan
perekat (dari garis rekat)
2) Penyebab : Ada bahan yang mengenai permukaan sehingga pada
bagian itu berwarna
l. Partikel asing
1) Arti : benda kcil yang bukan merupakan bahan baku yang
melekat pada permukaan atau bagian lain.
2) Penyebab : Ada partikel asing yang secara tidak sengaja ada
dipermukaan atau bagian lain.
m. Pecah
1) Arti : Serat terpisah yang menembus ketebalan finir
2) Penyebab : berasal dari pecahan kayu, pengeringan finir yang
tidak sesuai, penangann finir yang tidak hati-hati.
n. Permukaan kasar (ISO = Kekerasan)
1) Arti : Keadaan tidak rata pada permukaan
2) Penyebab : Struktur kayu tidak baik, pembuatan finir yang tidak
baik
o. Potongan kasar (ISO = cacat pada tepi panel karena pengampelasan
atau penggergajian)
1) Arti : Ketidakrapihan bagian tepi panel
2) Penyebab : Proses pengampelasan atau penggergajian yang tidak
baik
20
p. Retak melintang
1) Arti : Serat terpisah yang tidak menembus ketebalan finir
dengan arah tidak sejajar dengan arah serat.
2) Penyebab : Sewaktu penebangan, batang pohon menimpa benda
keras,.
q. Sambungan
1) Arti : aris pertemuan sisi tebal antara dua lembar finir pada
bidang yang sama
2) Penyebab : ukuran finir yang lebih kecil dari pada ukuran kayu
lapis yang akan dibuat
r. Sisipan
1) Suatu bentuk tambalan yang sempit memanjang pada bagian
tepi kayu lapis (ISO = tidak harus di bagian tepi)
2) Penyebab : Ada bagian finir yang hilang pada bagian tepi
s. Tambalan
1) Arti : Penutupan cacat terbuka dengan finir dan memakai
perekat
2) Penyebab : Ada cacat terbuka
t. Tumpang tindih
1) Arti : Keadaan dimana finir salah letak sehingga menghimpit
finir di sebelahnya
2) Penyebab : Kurang hati-hati pada saat perakitan setelah
pelaburan perekat
21
u. Ukuran kurang
1) Arti : Keadaan dimana ukuran finir lebih pendek dari pada
ukuran kayu lapis
2) Penyebab : Kurang hati-hati pada saat perakitan
3. Cacat lain
Macam dan keadaan cacat banyak sekali sihinga tidak praktis
bila semua dimasukkan dalam standard. Karena itu menurut ISO ada
cacat lain untuk menampung cacat yang belum disebutkan.
Cara penilaiannya adalah membandingkan dengan cacat yang
sudah disebutkan yang hamper sama. Walaupun dalamSNI tidak
sebutkan cacat lain, tetapi dalam kenyataan di lapangan bila ada cacat
lain, diperhatikan juga missal lubang bekas baku dengan
memperhatikan besar lubang. Standard lain yang mengenai cacat lain
adalah Standar Inggris, Standar Jepang
Core adalah lapisan tengah kedua bila penyusunan kayu lapis
terdiri dari 3 (tiga) lapisan tetapi bisa menjadi lapisan bukan kedua bila
kayu lapis tersusun lebih dari 3 (tiga) lapisan atau disebut ply. Merupakan
lapisan yang terdiri dari paduan 4 (empat) atau lebih potongan bahan
(kayu yang telah menjadi lembaran tipis atau hasil kupasan mesin rotary)
kemudia di susun dan dijahit dengan benang khusus dan diberi lem khusus
juga sehingga menghasilkan bentuk 1 (satu) lembaran besar.
Keunggulan dari kayu lapis dibandingkan dengan kayu solid
adalah dimensinya lebih stabil, tidak pecah atau retak pada pinggirannya
22
jika dipaku, keteguhan tarik tegak lurus serat lebih besar, ringan
dibandingkan luas permukaannya, bidang luas dapat ditutupi dalam waktu
yang singkat, kuat pegang sekrupnya relative tinggi serta warna, tekstur
dan seratnya dapat diseragamkan sehingga corak atau polanya bisa
simetris.
2.3.2 Penggolongan Kayu Lapis
Berdasarkan penggunaanya, kayu lapis dikelompokkan menjadi
dua bagian yaitu interior dan ekstorior playwood.
Berdasarkan jenis perekat yang dipergunakan, pengelompokan
kayu lapis dibedakan menjadi dua:
1. Kayu lapis interior yaitu kayu lapis yang penggunaannya di dalam
ruangan atau dengan kata lain langsung terekpos oleh kondisi
lingkungan luar ruangan, perekat yang dipergunakan adalah perekat
interior seperti UIF, MF dan MUF.
2. Kayu lapis Eksterior yaitu kayu lapis yang penggunaannya di luar
ruangan yang terekspos langsung dengan kondisi luar ruangan, perekat
yang dipergunakan adalah perekat eksterior seperti PF.
Berdasarkan vinir mukanya, kayu lapis dikelompokkan menjadi:
1) Ordinary Playwood yaitu kayu lapis dimana veneer mukanya
dihasilkan dari proses rotaty cutting.
2) Fancy Playwood yaitu kayu lapis dimana veneer mukanya terbuat dari
kayu-kayu indah dan dihasilkan dari proses slice cutting atau rotaty
cutting
23
2.3.3 Manfaat atau Kegunaan Kayu Lapis
Menurut Massijaya (2006), penggunaan kayu lapis dikelompokkan
menjadi:
1. Kontruksi Bangunan
a. Panelling: Penyekat ruang, pintu, jendela
b. Bahan pelapis
c. Lantai
d. Sidding: dinding
e. Plywood
2. Kontruksi alat-alat transportasi
a. Pesawat terbang: pelapis dinding bagian dalam
b. Kereta api: atap, lantai, dinding
c. Truk dan trailer: body
2.3.4 Bahan Baku Kayu Lapis
Pernyaratan bahan baku untuk kayu lapis dikelompokan menjadi:
1. Face Venner
a. Diameter minimal 45 cm
b. Log harus lurus, bulat dan silindris
c. Kayu harus segar
d. Tidak terdapat cacat kayu
e. Tidak terdapat mata kayu tidak sehat
2. Core Veneer
a. Diameter minimal 45 cm
24
b. Log minimal 85% silindris
c. Diperbolehkan adanya bagian yang bengkok asal tidak parabola
d. Kayu harus segar
e. Boleh ada cacat kayu barupa mata kayu sehat, lapuk hati
(diameternya kurang dari 1/3 diameter bontos)
2.3.5 Proses Pembuatan Kayu Lapis (Plywood)
Masiijaya (2006) mengemukakan bahwa urutan proses dalam
pembuatan kayu lapis adalah sebagai berikut:
1. Seleksi Log
Log yang akan dipergunakan sebagai kayu lapis diseksi mulai
dari ukuran, bentukk, dan kondisinya terhadap cacat-cacat yang masih
diperbolehkan.
2. Perlakkuan Awal Pada Log
Perlakkuan awal ini ditunjukkan untuk memudahkan dalam
proses pengupasan log, terutama untuk kayu yang memmiliki
kerapatan tinggi. Beberapa perlakuan awal pada log diantaranya
adalah pemanasan log (dengan air panas, uap panas, uap panas
bertekanan tinggi, listrik, memaksa air/uap panas masuk dari arah
longitudinal.
3. Pengupasan
Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa ada tiga metode
pengupasan veneer yaitu Rotay cutting, slicing/sayat, sawing. Proses
pelling memproduksi lembaran veneer yang kontinyu, sedangkan
25
slicing memproduksi lembaran veneer yang terputus. Pelling
kebanyakan dipergunakan dalam pembuatan kayu lapis tipe ordinary
sedangkan slicing untuk fancy plywood. Veneer yang diproduksi
dengan proses rotaty cutting menghasilkan dua sisi yaitu sisi luar
(tight side) dan sisi dalam (loose side). Bagian loose side ini
merupakan bagian yang terdapat retak akibat pengupasan yang dikenal
dengan leathe check.
4. Penyortira Veneer
Kegiatan ini dilakukan untuk menseleksi veneer setelah proses
pengupasan, veneer dipisahkan antara yang rusak dengan yang tidak
serta veneer untuk bagian face dan core.
5. Pengeringan Veneer
Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air veneer
sehingga dapat menghindarkan terjadinya blister pada kayu lapis
setelah dilakukan pengempaan panas. Tsoumis (1991) mengemukakan
bahwa temperature dalam pengeringan veneer sekitar 60-180ºC
tergantung pada jenis kayu, kadar air awalnya, ketebalan veneer.
6. Perekatan
Aplikasi perlaburan perekat pada kayu lapis dapat dilakukan
dengan cara roller coater, curtain coater, spry coater, atau liquid and
foam extruder (Youngquist, 1999). Perekat yang dapat dipergunakan
dalam pembuatan kayu lapis antara lain Phenol Formaldehyde (PF),
Urea Formaldehyde (UF), Melamine Urea Formaldehyde (MUF),
26
Polyurethane dan Isocyana (vick, 1999). Tsoumis (1991)
mengemukakan bahwa berat labur (jumlah perekat yang dipersiapkan
per satuan luas permukaan veneer) antara 100-500 / tergantung
dari beberapa faktor seperti jenis kayu, jenis perekat serta cara
pelaburannya.
7. Pengempaan
Menurut Tsooumis (1991) pengempaan dikelompokkan
menjadi 2 (dua) yaitu hot press (kempa panas) dan cold press (kempa
dingin). Sebagian besar kayu lapis diproduksi dengan menggunakan
kempa panas. Besarnya tekanan berkisar 100-250 psi tergantung pada
kerapatan kayunya. Untuk jenis kayu berkerapatan rendah (100-150
psi), untuk jenis kayu berkerapatan sedang (150-200 psi), serta untuk
kayu berkerapatan tinggi (200-250 psi). Besarnya temperatur
pengempaan terantung pada jenis perekat yang digunakan. UF (120ºC)
dan PF (150ºC). Kempa dingin dilakukan apabila perekat yang dipakai
adalah perekat alami atau perekat sintetik yang mengeras pada suhu
ruang. Besarnya tekanan pada pengempaan dingin berkisar antara
150-350 psi tergantung pada kerapatan kayu. Penggunaan
pengempaan dingin (tekanan mekanik ataupun klem) sulit untuk
mendapatkan keseragaman ketebalan pada kayu lapis yang dibuat.
8. Pengkondisian
27
Pengkondisian dilakukan bertujuan untuk mengurangi sisa
tegangan akibat proses pengempaan serta menyesuaikan dengan
kondisi lingkungan. Biasanya dilakukan selama 1-2 minggu.
2.3.6 Sortimen Kayu Lapis (Plywood)
Pada mulanya kayu lapis (plywood) yang dibuat di Indonesia
dengan tujuan utama memenuhi kebutuhan akan peti teh. Oleh sebab itu
ukuran panjang dan lebar kurang dari 1 m maksimum 60 cm x 40 cm.
Pembuatan kayu lapis berbentuk panel dengan ukuran 2,44 x 1,22 m pada
tahun 1968 sedangkan untuk kebutuhan khusus dibuat kyu lapis dengan
ukuran 2,13 m x 0,91 m ; 2,5 m x 1,5 m. Tebal kayu lapis antara 2,5 mm
sampai dengan 25 mm. Persyaratan umum yang harus dipenuhi meliputi
ukuran panjang, lebar, tebal, siku, kadar air dan keadaan venir. Bila kayu
lapis tidak memenuhi syarat ini, berarti hasilnya ditolak.
Ukuran panjang dan lebar diukur dengan menggunakan meter (alat
untuk mengukur panjang) sedangkan tebal diukur dengan alat ukur
Caliper atau Micrometer.
Dalam hal ukuran, perlu adanya toleransi, dan toleransi ini dibuat
berdasarkan standar dari masing-masing negara. Contoh:
1. Untuk Standar Indonesia
a. Panjang dan lebar ± 3 mm
b. Tebal ± 5 % untuk tebal sampai dengan 6 mm dan ± 3 % untuk
tebal > 6 mm
28
2. Standar Jepang 1973
a. Panjang ± 1,5 mm
b. Lebar ± 1,0 mm
c. Jika panjang dan lebar dilakukan untuk 10 panel secara serentak
maka toleransi = 0
d. Tebal kurang dari 3 mm ± 5 %
1. 3 mm – 7 mm ± 4 %
2. 7mm - 20 mm ± 3 %
3. > 20 mm ± 2 %
Siku ukur berdasarkan perbedaan panjang diagonal atau perbedaan
garis siku dengan menggunakan meter. Standar Indonesia (1972)
perbedaan panjang maximum 0,25 % sedangkan berdasarkan standar
Jepang perbedaan panjang diagonal maximum 3,2 mm.
Mengingat hasil produk kayu lapis untuk berbagai negara dengan
standar yang berbeda, maka karakter dari masing-masing negara juga
berbeda-beda dalam hal ukuran. Ada yang menggunakan satuan Inggris
(feet) ada pula yang menggunakan satuan metrik. Dalam pemasaran kayu
lapis juga terdapat perbedaan dalam penulisan label pada masing-masing
paking dari kayu lapis.
2.4 Industri Kayu
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah
atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai
tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling
29
dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya
berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Industri sekunder adalah
industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang
untuk diolah kembali. Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen
elektronik, dan sebagainya (Organisasi Komunitas dan Perpustakaan Online
Indonesia, 2006).
Suatu produk dibuat melalui proses pengolahan dari bahan baku
menjadi barang setengah jadi dan akhirnya menjadi barang jadi (finished
goods) berdasarkan mutu yang diciptakan. Secara umum pengertian produksi
adalah suatu proses di mana barang atau jasa diciptakan (production is the
process by which goods and services are created). Proses produksi terjadi
karena adanya interaksi antara berbagai faktor produksi seperti input (berupa
bahan baku, tenaga kerja, mesin, dan sebagainya) bersatu padu untuk
menciptakan barang (jasa) yang mempunyai nilai tambah dan nilai guna yang
lebih tinggi yang diperlukan konsumen. Hal ini perlu ditekankan bahwa
konsep memproduksi barang dengan cara asal jadi harus sepenuhnya
ditinggalkan (Nurdin, 2009).
2.5 Rendemen
Rendemen adalah perbandingan antara out put dan input yang
dinyatakan dalam persen, atau rendemen merupakan perbandingan volume
kayu lapis yang dihasilkan dan volume log yang digunakan, secara umum
dalam satuan persen. Nilai rendemen dapat digunakan sebagai kriteria
keberhasilan proses produksi, sebagai dasar perhitungan biaya produksi
30
(harga pokok) dan untuk mengetahui besarnya limbah yang terjadi dalam
proses penggergajian. Pengukuran rendemen di lapangan dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu cara percobaan penggergajian dan cara statistik
(Dephutbun, 1999).
Rendemen ini dapat dibedakan antara rendemen kwantita dan
rendemen kwalita. Dalam proses produksi biasanya kalau kita ingin
menghasilkan Sortimen Kwalita maka Kwantitanya akan dikorbankan tetapi
apabila kita ingin kwalita yang tinggi berarti Kwantitanya yang dikorbankan.
Oleh sebab itu dalam suatu proses produk dapat berjalan dengan baik maka
kedua bentuk sortimen tersebut harus berjalan secara bersamaan sampai
mencapai hasil yang optimal. Dari penentuan rendemen Kwantita sortimen
satu proses produk maka dapat kita tentukan besar limba yang terjadi dalam
proses tersebut.
Tinggi rendahnya rendemen dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
saling berinteraksi dalam suatu kilang penggergajian. Walau tidak satupun
kilang penggergajian yang sama satu dengan yang lain, namun faktor yang
mempengaruhi rendemen umumnya sama antar satu kilang penggergajian
dengan yang lainnya. Dephutbun (1999) yang menyebutkan faktor-faktor
tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut :
2.5.1 Keadaan Log
Keadaan log yang mempengaruhi rendemen adalah diameter,
panjang, taper, kebundaran dan kualitas log. Rendemen semakin
meningkat dengan bertambahnya diameter log. Kekecualian dari hubungan
31
tersebut dapat terjadi bila log tersebut terlalu besar, biasanya ditemui pada
kayu keras tropis. Log ini biasanya sudah terlalu tua, banyak mengandung
bagian yang tidak sehat atau gerowong. Log yang panjang pada
hakekatnya tidak mempengaruhi rendemen dengan asumsi tapernya nol
sehingga dapat diperoleh kayu gergajian dengan panjang penuh (full
lenght lumber). Akan tetapi semakin panjang log biasanya mengandung
taper semakin besar sehingga rendemen menurun. Penurunan rendemen
sangat nyata pada panjang lebih dari 5 m. Hal ini karena banyak kayu yang
hilang menjadi sebetan. Hubungan antara taper dan rendemen adalah
semakin besar taper maka rendemen semakin turun. Log yang berkualitas
rendah akan menghasilkan rendemen yang rendah pula. Hal ini terutama
disebabkan bagian kayu yang cacat harus dibuang untuk meningkatkan
kekuatan dan penampilan kayu gergajian sehingga rendemen menurun.
2.5.2 Kondisi dan Pemeliharaan Mesin
Pada kondisi mesin yang baik, bagian-bagian peralatannya akan
berfungsi dan beroperasi dengan lancar serta memberikan akurasi yang
tinggi dibandingkan dengan mesin yang kurang baik. Semua mesin-mesin
tersebut di atas apabila tidak dipelihara dengan baik maka ketepatan kerja
semakin lama semakin menurun. Hal ini menyebabkan variasi
penggergajian dari mesin tersebut semakin lama semakin tinggi. Semakin
tinggi variasi penggergajian rendemen semakin rendah.
Berdasarkan Peraturan Direktorat Jendral Bina Produksi
Kehutanan Nomor P.13/VI-BPPHH/2009 tentang Rendemen Kayu Olahan
32
Industri Primer Hasil Hutan (IPHHK); bahwa kayu gergajian dengan
bahan baku kayu bulat diameter kecil hutan tanaman (termasuk sengon),
rendemen yang ditentukan adalah 61-77 %.
2.6 Teknik Pengukuran Kayu Bulat
2.6.1 Pengertian Kayu Bulat (Logs)
Pengertian kayu bulat atau logs adalah bagian batang/cabang dari
suatu jenis kayu selain jenis kayu jati, terdiri dari kayu bulat asal hutan
alam, kayu bulat asal hutan tanaman dan kayu bulat mewah. Berdasarkan
ketentuan maka kayu bulat dapat digolongkan atas tiga golongan: Kayu
Bulat Besar (KBB) yaitu kayu bulat yang berdiameter 30 cm atau lebih;
Kayu Bulat Sedang (KBS) adalah kayu bulat yang berdiameter antara 20 –
29 cm dan Kayu Bulat Kecil (KBK) adalah kayu bulat yang berdiameter
kurang dari 20 cm.
Dalam tujuan perdagangan maka volumenya akan lebih kecil bila
dibandingkan dengan volume yang sebenarnya. Hal ini karena sifat dari
perdagangan adalah mencari keuntungan yang sebesar-sebesarnya dan
biasanya dilakukan pembulatan kebawah. Mengingat peranan pengukuran
dan penetapan volume kayu bulat rimba banyak berkaitan dengan nilai
uang, maka cara-cara pengukuran dan penentuan volume kayu bulat telah
ditetapkan .
Maksud dilakukannya pengukuran kayu bulat rimba adalah untuk
menentukan ukuran panjang dan diameter kayu bulat rimba sehingga dapat
ditentukan besarnya 29 volume kayu bulat tersebut. Tujuan dilakukan
33
pengukuran kayu bulat rimba adalah agar diperoleh keseragaman dari
berbagai pihak yang berkepentingan dalam menentukan ukuran panjang
dan diameter serta menentapkan isi (volume) kayu bulat rimba yang
dimanfaatkan antara lain sebagai dasar untuk menentukan harga jual,
perhitungan laba rugi perusahaan, perhitungan upah dan statistik hasil
hutan kayu bulat. Dalam pengukuran ini akan dibahas volume kayu bulat
berdasarkan SK Dirjen Bina Produksi Kehutanan Nomor:
P.14/VI/BIKPHH/2009, tanggal 10 November 2009 tentang: Metoda
pengukuran kayu bulat rimba Indonesia.
2.6.2 Alat Ukur Kayu Bulat (Logs)
Alat ukur yang digunakan untuk pengukuran kayu bulat dapat
berupa tongkat ukur (Scale stick) untuk mengukur garis tengah /diameter
kayu bulat dan Pita ukur yang terbuat dari bahan yang tidak mudah
memuai dan menyusut, serta tidak mudah patah atau putus dan mudah
dipergunakan untuk mengukur panjang kayu bulat. Peralatan pengukuran
kayu bulat rimba Indonesia sebagai mana tersebut diatas harus dilapor dan
diregister oleh Balai Sertifikasi Pengujian Hasil Hutan dan untuk
menjamin ketepatan ukuran, maka secara priodik harus dikalibrasi oleh
instansi yang berwenang.
2.6.3 Pengukuran Diameter Kayu Bulat (Logs)
Pengukuran diameter untuk kayu bulat yang berasal dari hutan
alam dan hutan tanaman dengan panjang lebih dari 5 m maka
persyaratannya adalah sebagai berikut:
34
1. Pengukuran diameter pada kedua bontos dilakukan tanpa kulit. kayu
dalam satuan centimeter dengan kelipatan 1 cm penuh.
2. Pengukuran diameter pada tiap bontos dilakukan dengan cara
mengukur diameter terpendek melalui pith/pusat bontos; kemudian
diukur diameter terpanjang juga melalui pith/pusat bontos dan rata-
rata ukuran diameter dari bontos tersebut merupakan diameter dari
bontos tersebut merupakan diameter dari bontos yang bersangkutan
(d).
3. Diameter kayu bulat (d) diperoleh dengan cara menghitung rata-rata
ukuran diameter pangkal (dp) ditambah dengan diameter ujung (du).
Contoh :
Ukur garis tengah terpendek (d1) dan garis tengah terpanjang (d2)
yang melalui pusat bontos (B) pada Bu kemudian dirata-ratakan (du).
Ukur garis tengah terpendek (d3) dan garis tengah terpanjang (d4) melalui
pusat bontos (B) pada Bp kemudian dirataratakan (dp). Diameter kayu
bulat rimba (d) adalah rata-rata dari du dan dp.
Gambar 1. Cara pengukuran diameter logs
35
2.7 Kerangka Pikir
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan Gambar 2. dapat dijelaskan bahwa penelitian pada PT.
Katingan Timber Celebes merupakan objek penelitian yang bergerak di
bidang indutri kayu lapis atau plywood. Kayu Log merupakan kayu yang
menjadi bahan baku dasar dalam industri ini. Rendemen yang akan diteliti
dalam penelitian ini adalah rendemen berdasarkan kelas diameter kayu log.
PT. KTC (Katingan Timber Celebes)
Makassar
Kayu Log
Kelas Diameter Kayu
Veneer
Rendemen Berdasarkan
Kelas Diameter
36
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilakukan di PT. Katingan Timber Celebes (KTC)
Jl. Ir. Sutami Makassar pada bulan Juli - Agustus 2019
3.2 Bahan dan Alat
Bahan dan alat penelitian yang digunakan antara lain adalah sebagai
berikut : crayon atau kapur tulis untuk memberi tanda pada kayu bulat yang
terpilih sebagai contoh sampel,tally sheet dan alat tulis menulis untuk
mencatat hasil pengukuran, kalkulator untuk menghitung dan mengolahan
data, kamera untuk dokementasi penelitian, meteran untuk mengukur
diameter kayu log.
3.3 Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data informasi yang diperlukan dalam penelitian
ini dikumpulkan melalui dua tahapan, yaitu sebagai berikut :
3.3.1 Studi Pustaka (Library Research)
Studi pustaka adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti
dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet yang
berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian. Buku tersebut dianggap
sebagai sumber data yang akan dioleh dan dianalisis seperti banyak
dilakukan oleh ahli sejarah, sastra dan bahasa. Penelitian yang dilakukan
dengan cara menelaah dan membandingkan sumber kepustakaan untuk
memperoleh data yang bersifat teoritis. Disamping itu dengan
menggunakan studi pustaka penulis dapat memperoleh informasi tentang
37
teknik-teknik penelitian yang diharapkan, sehingga pekerjaan peneliti
tidak merupakan duplikasi.
3.3.2 Studi Lapangan (Field Research)
Studi lapangan yaitu peninjauan yang dilakukan langsung oleh
penulis pada PT. Katingan Timber Celebes (KTC) yang menjadi objek
penelitian dengan tujuan yakni, mengetahui rendemen kayu berdasarkan
kelas jenis dan diameternya pada perusahaan tersebut, disamping itu
penulis juga melakukan suatu penelitian dengan cara sebagai berikut:
1. Observasi (Observation)
Observasi adalah suatu aktivitas pengamatan terhadap suatu
objek secara cermat dan langsung di lokasi penelitian, serta mencatat
secara sistematis mengenai gejala-gejala yang diteliti.
2. Wawancara
Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara
berkomunikasi secara langsung dengan pimpinan instansi dan bagian-
bagian yang menangani masalah yang diteliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variable yang mengenai catatan buku, media elektronik, media cetak
dan sebagainya. Data yang diperoleh dengan cara mengambil data
laporan keuangan dengan mengajukan surat penelitian
38
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi menurut Sugiyono (2010:80) adalah sebagai berikut :
“Wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Populasi
yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Kayu log
pada PT. KTC (Katingan Timber Celebes) Makassar.
3.4.2 Sampel
Sampel menurut Bailey yang dikutip oleh Prasetyo (2010:119)
adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Menurut Sugiyono
(2010:81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah rendemen berdasarkan jenis Kayu, kelas diameter dan panjang
kayu, jumlah dan ukuran sortimen kayu hasil produksi, kualitas kayu ,
pada PT. KTC (Katingan Timber Celebes) Makassar.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu periode
produksi selama satu bulan sesuai dengan stok kayu bulat atau bahan baku
yang dimiliki oleh perusahaan dan akan diolah menjadi kayu lapis.
3.5 Jenis dan Pengolahan Data
3.5.1 Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan di dalam penelitian ini terdiri dari
data primer dan data sekunder.
39
1. Data Primer
Data Primer di dalam penelitian ini meliputi : kualitas kayu
bulat, panjang dan diameter kayu bulat, panjang, lebar dan tebal kayu
hasil penggergajian, jumlah sortimen masing-masing bahan baku.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan untuk melengkapi hasil
penelitian ini meliputi : data pokok perusahaan, tenaga kerja, mesin dan
peralatan penggergajian.
3.5.2 Pengolahan Data
Pengelolaan data yang digunakan di dalam penelitian ini terdiri
dari :
1. Pengukuran diameter
Pengukuran diameter dilakukan terhadap kedua bontos,
diameter terpendek melalui pusat bontos diukur terlebih dahulu
kemudian terpanjang melalui pusat bontos. Hasil dari pengukuran
tersebut diolah dengan menggunakan berdasarkan rumus Brereton
Metrik, yaitu :
=+
2=
12 + +
12 +
2
dimana :
D = Diameter DP = Diameter pangkal DU = Diameter ujung d1 = Diameter terpendek melalui pusat bontos pada bontos
pangkal d2 = Diameter terpanjang melalui pusat bontos pada bontos
40
pangkal d3 = Diameter terpendek melalui pusatbontos pada bontos
ujung d4 = Diameter terpanjang melalui pusatbontos pada bontos
ujung
2. Pengukuran panjang
Menentukan jarak terpendek antara kedua bontos sejajar sumbu
kayu dengan kelipatan 10 cm penuh dan spilasi 10 cm
3. Volume Kayu Bulat
Penetapan isi (volume) kayu bulat rimba dengan penetapan isi
(volume) kayu bulat rimba dilakukan berdasarkan panjang dan diameter
yang diperolah dari hasil pengukuran, kemudian dicari dalam tabel isi
kayu bulat rimba. Tabel isi kayu bulat rimba diperoleh berdasarkan
rumus Brereton Metrik, yaitu :
=1
4 × ×
10000
dimana :
V = Volume/Isi kayu bulat rimba (m3) D = Diameter kayu bulat(cm) L = Panjang kayu bulat (m)
1/4 = 1/4 . 3,1416 = 0,7854
4. Rumus menghitung volume bahan di Relling
=1
4− ×
Ket :
= 3.14 Dp = Diameter Penuh (Bobbin + veneer) Db = Diameter Bobbin (0,17 m) P = panjang veneer (m)
41
5. Rumus menghitung pieces (lembar) veneer di Relling
=
14 − ×
× ×
Ket :
= 3.14 Dp = Diameter Penuh (Bobbin + veneer) Db = Diameter Bobbin (0,17 m) P = panjang veneer (m)
L = lebar veneer (m) T = Tebal veneer
6. Volume veneer
Volume kayu veneer dihitung dengan menggunakan rumus
Brereton Metrik, yaitu:
=× × × ∑
1000
Dimana : V = Volume veneer (m³) P = Panjang veneer (m) L = Lebar veneer (cm) T = Tebal veneer (cm)
7. Rendemen Veneer
Setelah volume kayu bulat dan volume lembaran veneer
diketahui maka rendemen veneer dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
= × 100 %
Dimana : R = Rendemen veneer (%) Output = Volume veneer (m³) Input = Volume Kayu Log (m³)
42
3.6 Defenisi operasional
Definisi Operasional adalah definisi yang didasarkan atas variable
yang diamati. Dan secara tidak langsung, mengacu pada bagaimana
mengukur suatu variable.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka batasan-batasan operasional
yang digunakan dalam penelitian ini mencakup beberapa yaitu :
1) Rendemen adalah perbandingan volume kayu lapis yang dihasilkan dan
volume log yang digunakan, secara umum dalam satuan persen.
2) Kayu lapis adalah suatu produk panil-panil kayu yang diperoleh dengan
cara menyusun secara bersilangan dari lembaran-lembaran veneer yang
dikombinasikan dengan papan, strip, papan partikel, papan serat, atau
lainnya yang diikat dengan perekat bantuan perlakuan berupa pemberian
panas (elib.unikom.ac.id, 2013). Kayu lapis biasanya memiliki lapisan
(ply) berjumlah ganjil yakni 3 lapisan hingga 9 lapisan.
3) Kayu bulat atau logs adalah bagian batang/cabang dari suatu jenis kayu
selain jenis kayu jati, terdiri dari kayu bulat asal hutan alam, kayu bulat
asal hutan tanaman dan kayu bulat mewah.
4) Diameter memiliki definisi sebagai garis lurus yang melalui titik tengah
suatu lingkaran. Berdasarkan pengertian tersebut maka pengukuran
diameter di bidang kehutanan, khususnya dalam ilmu ukur kayu
dilakukan pada batang pohon berdiri, bagian pohon yang dipotong dan
cabang.
43
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIANPENELITIAN
4.1 Sejarah Singkat Pendirian dan Perkembangan PT. Katingan Timeber
Celebes (KTC)
PT. Katingan Timber Celebes (dahulu PT. Katingan Timber
Company) didirikan dalam rangka PMA yang permodalaannya
permodalannya yang merupakan join venture anatara PT. Sarvha Ana (swasta
Indonesia) dengan Mistui Overseas Forestry Development Co. Ltd.(swasta
jepang) berdasarkan akta notaris kartini mulyadi, SH. No. 11 tanggal 4
september 1973.
Setelah memperoleh pengesahan akte pendirian oleh menteri
kehakiman No.YA.5/401/20, tanggal 25 oktober 1973, yang termuat dalam
berita Negara RI pada tanggal 21 Desember 1973, maka perusahan secara
resmi berdiri sebagai perusahaan berbadan hukum, yang bergerak dibidang
pengusahaan hutan dan penjualan hasil hutan (logging).
Pada awal berdirinya, perusahaan ini memiliki modal dasr sebesar US
$.1.000.000 dan hak pengusahaan hutan seluas 110.000 ha di sampit,
Kalimantan tengah. Sejalan dengan keluarnya kebijaksanaan pemerintah
Indonesia yang mebatasi ekspor kayu bulat dan mewajibkan para pemegang
hak pengusahaan untuk mendirikan pabrik pengolahan kayu, maka pada
tahun 1980 manajemen perusahaan melakukan perluasan usaha dengan
mendirikan pabrik kayu lapis. Adanya perluasan ini adalah merupakan
kerjasama antara PT. Mas Kumambang, PT. Sarvha Ana dan mitsui Dverseas
forestry Development Co. Ltd, serta Mitsui Lumber dan Mitsui Co.
44
Melalui surat persetujuan perluasan dari BKPM No. 09/II/PMA/1982,
tanggal 25 mei 1982, maka berdirilah pabrik kayu lapis di Makassar, dengan
kapasitas 53.550 m3. Sejalan dengan perluasa usah ini, maka kepemilikan
saham dan jumlah modal juga mengalami perubahan sesuai dengan akta
notaris Raden Soerajo Wongsowidjojo, SH, No. 25 tanggal 22 september
1992, yakni Mitsui Overseas Forestry Development Co. Ltd, Mitusi Limber,
PT. sarvha Ana dan PT. Mas Kumambang dengan modal sebesar US
$,4.000.000.
Pertimbangan dipilihnya Makassar sebagai lokasi pabrik kayu lapis
adalah karena tersediaannya tenaga kerja yang murah, jalur transportasi darat
kepelabuhan yang cukup baik dan mudah serta jalur transportasi laut pabrik
cukup mudah dan lancar disamping untuk meraih pasar lokal khususnya
kawasn timur Indonesia.
Pabrik di Makassar ini dibangun bulan agustus 1982 dan mulai
berproduksi secara komersial pada bulan januari 1984.
Adapun sumber bahan baku untuk produksinya adalah:
1. Areal HPH PT. Katingan Timber Company seluas 110.000 ha, di
Kalimantan Tengah.
2. Areal HPH PT. Mas Kumambang seluas 50.000 ha di Mamuju Sulawesi
Selatan.
3. Areal HPH PT. Kayu Ara Jaya Raya seluas 112.000 ha di Kalimantan
Tengah.
45
Berdasarkan surat persetujuan ketua BKPM No.892/A-6/1996, tanggal
5 juni 1996, kepemilikan saham mengalami perubahan, sehingga menjadi:
Mitsui & Co. Ltd. PT. Kayu Ara Jaya, PT. Sarvha Ana, Primkopad Brigif 3
Kostrad, KUD Mattirobulu, Primkopol Polres Pangkep, KPN Guru-guru SD
Kecamatan Walenrang, dan Kopkar Meranti, dengan jumlah saham menjadi
US $. 8.000.000, sesuai dengan akta notaris Singgih Susilo,SH No. 141
tanggal 31 oktober 1997. Pada tahun 2003, berdasarkan akta notaris Achmad
Abid,SH, No. 1 tanggal 3 juli 2003, kepemilikan saham mengalami
perubahan, yaitu Mitsui & Co. Ltd, Kopkar Meranti, KUD Mattirobulu, KPN
Guru-Guru SD Kecamatan Walenrang, Primkopol Polres Pangkep,
Primkopad Brigif 3 Kostrad. Pada tahun yang sama, berdasarkan akta notaris
Lisa Aryani, SH, No.3 tanggal 20 Agustus 2003 dan memperoleh pengesahan
dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia No. C-21540
HT.01.TH.2003, tanggal 10 September 2003, nama PT. Katingan Timber
Company berubah menjadi PT. Katingan Timber Celebes. Kemudian terjadi
perubahan kepemilikan dan jumlah saham berdasarkan akta notaris Achmad
Abid SH, No.7 tanggal 19 September 2003, yakni Mitsui & Co. Ltd dan
PT.Sarana Vida Sejahtera, dengan saham menjadi US $.26.000.000.
Berdasarkan akta notaris Achmad Abid No.5 tanggal 7 april 2004, terjadi lagi
perubahan kepemilikan saham yakni PT. MAKASSAR INTI SEJAHTERA
dan PT. GOLDEN PACIFIK COY. PTE LTD. Singapura dengan jumlah
saham 26.000 lembar senilai US $.26.000.000.
46
Berdasarkan akta notaris Yulkhaizar Panuh SH, No 22 tanggal 18
januari 2010dan telah memperoleh pengessahan kehakiman dan Hak Asasi
Manusia No.AHU-27558.AH.01.01. tahun 2010 tanggal 01 juni 2010 terjadi
beberapa perubahan, antara lain:
1. Perubahan Penanaman Modal Asing (PMA) menjadi Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN).
2. Peningkatan modal pasar perseroan dari 26.000 lembar saham senilai US
$26.000.000 menjadi 31.000 lembar saham senilai US $ 31.000.000.
3. perubahan kepemilikan saham dari PT. Inti Makasssar Sejahtera dan PT.
Golden Pasifik Coy. PTE LTD menjadi PT. Makassar Inti Sejahtera, tuan
Chandra Adiwijaya dan Tuan Cokro Suroso .
Berdasarkan akte Notaris Linaswati, SH tanggal 30 oktober 2017 dan
telah memperoleh pengesahan kehakiman dan Hak Asasi Manausia no. AHU-
0022489,,AH,,01,02 terjadi perubahan susunan dewan komisaris dan dewan
direksi :
1. Presiden komisaris : Tan Keng Liam
2. Komisaris : Hendri Sakstir
3. Presiden direktur : Eddy Lukas
4. Direktur : Cherry. S
5. Direktur operasional : FX Budiman
Saat ini jumlah karyawan yang bekerja di PT. Katingan Timber
Celebes adalah 1.400 orang terdiri dari 655 laki-laki dan 745 perempuan.
47
4.2 Visi dan Misi Perusahaan
4.2.1 Visi
“Menjadi perusahaan sebagai produsen kayu lapis nasional yang
handal dan terpercaya dengan secara terus menerus berperran aktif di
pasar internasional serta memperhatikan mutu sumber daya manusia
dan lingkungan”
4.2.2 Misi
1. Membangun manajemen perusahaan melalui peningkatan sumber daya
manusia yang beriman, terampil, professional, proaktif dan konsistem
dalam kekaryaannya untuk mencapai sasaran yang direncanakan baik
secara perorangan maupun kelompok.
2. Memperhatikan lingkungan dengan melakukan pencegahan percemaran
dan aktifitas industri dan kegiatan pendukungnya.
3. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggan dengan
memperhatikan kualitas produk, harga dan ketetapan waktu pengiriman
barang.
4. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan bahan baku untuk mencapai
optimalisasi dengan terrus mengikuti perkemangan teknologi.
5. Turut berperang aktif dalam program-program pemerintah untuk
meningkatkan penerimaan devisa Negara, penciptaan lapangan kerja,
ramah lingkungan serta kegiatan sosial melalui community development
4.3 Motto perusahaan
“MUTU DAN LINGKUNGAN ADALAH PRIORITAS KAMI”
48
4.4 Produk dan Tujuan Pemasaran
PT. Katingan Timber Celebes memproduksi Plywood, Sawn Timber,
Polyester, Blockboard, Door Frame, Flooring, Moulding dan Lumber core
berdasarkan pesanan dan kesepakatan dengan pihak pembeli. Kapasitas
terpasang untuk produksi Plywood (77.500 /tahun), Saw Timber (24.000
/tahun), Polyester (10.000 /tahun), Blockboard (1.800 /tahun), Door
Frime (2.600 /tahun), Flooring (2.000 /tahun), Moulding (3.400
/tahun) dan Lumber Core (4.000 /tahun).
Pemasaran produk PT. Katingan Timber Celebes adalah berorientasi
ekspor. Tujuan pemasaran terbesar adalah Asia (Jepang), kemudian Eropa
dan beberapa perusahan Secondary Process asal Jepang yang membangun
pabrik pengolahan di Indonesia.
49
4.5 Struktur Organisasi PT. Katingan Timber Celebes (KTC)
Gambar 3. Struktur Organisasi PT. Katingan Timber Celebes (KTC)
KEPALA
DEPARTEMEN
FX. BUDIMAN
MANAGEMENT
REPRESENTATIVE DJOKO DWI NUGROHO
WAKIL KEPALA
DEPARTEMEN
TANDI BASO
BIRO UMUM &
PERSONALIA
JAYADI M.THAHA
BIRO PRODUKSI
DEDDY SAPRIADI
BIRO LOGISTIK
VACANT BIRO ACCOUNTING
PERGIAN RIONALDI
B. ADMIN &
UMUM
MARIANUS KAINAMA
B.
PERSONALIA
DJOKO DWI NUGROHO
B.
LINGKUNGAN,
KESEMAIAN &
SAFETY
JAYADI M.THAHA
B. PRIMARY
PROCESS
DARWIS/ WAJIMAN/ FREDERIK
B.
SECONDARY
PROCESS
DEDDY SAPRIADI
B. PPIC
MARIANI JAFAR
B. QUALITY
ASSURANCE KUNALSAL
BUKIT
B. PEMBELIAN SAKARIAS P.
KONDO
B.
ENGINEERING
& UTILLLITY BURADI
B. LOG
SUPPLY NATSIR AZIZ
B. GUDANG
BARANG JADI SANARUDDIN
RAHIM
B. GUDANG
MATERIAL RUSTAM
SADAKATI
B. KUE & ACC
ROBERT BRUCE
50
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Input (kayu log)
Bahan input adalah bahan yang merupakan sumber bahan utama
yang berupa kayu bulat, yang melaului beberapa tahap proses mulai dari
pengukuran, pemotongan,pembersihan,pengupasan. Jenis kayu yg
digunakan yaitu Meranti (Shorea spp) yang mempunyai ukuran diameter
serta panjang yg berbeda-beda.
Berdasarkan hasil penelitian kayu bulat yang diolah menjadi
lembaran-lembaran veneer. Kelas diameter yang diterima dan diolah PT.
Katingan Timber Celebes (KTC) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Volume bahan baku input dalam bentuk kayu bulat berdasarkan
kelas diameter
No Kelas
Diameter Jenis Kayu
Volume Bahan
Input (m3)
1 40-44 Meranti 10.78
2 45-49 Meranti 58.22
3 50-54 Meranti 39.64
4 55-59 Meranti 34.10
5 60-64 Meranti 34.41
6 65-69 Meranti 4.31
7 70-74 Meranti 20.37
8 75-79 Meranti 18.65
Total 220.48
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2019
Berdasarkan Tabel 1 hasil yang diperoleh selama penelitian dari 8
kelas diameter dengan jenis kayu Meranti (Shorea spp) dapat dilihat
51
bahwa kelas diameter yang mempunyai volume input terbesar adalah kelas
diameter 45-49 dengan volume bahan baku input 56.54 m3, hal ini
dipengaruhi oleh jumlah logs yang ada pada waktu itu.
Sedangkan kelas diameter yang mempunyai volume bahan baku
input terkecil adalah kelas diameter 65-69 dengan volume bahan baku
input 4.31 m3. Hal yang mempengaruhi tinggi rendahnya bahan input yaitu
kualitas dan kuantitas bahan baku itu sendiri.
Gambar 3. Grafik input (kayu log)
Pada gambar 3. dapat diketahui bahwa kelas diameter yang
mepunyai volume bahan input tertinggi yaitu kelas diameter 45-49 dana
kelasa diameter yang mempunyai volume bahan input terkecil yaitu kelas
diameter 65-69.
5.2 Output (Veneer)
0
10
20
30
40
50
60
70
Meranti Meranti Meranti Meranti Meranti Meranti Meranti Meranti
40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79
Volume Bahan Input (m3)
Volume Bahan Input (m3)
52
Bahan output adalah bahan atau hasil dari bahan input yg telah
melalui beberapa proses, dimana bahan output itu sendiri merupakan
lembaran-lembaran veneer yang beasal dari hasil pengupasan kayu bulat.
Adapun hasil penelitian volume ouput berdasarkan kelas diameter
pada PT. Katingan Timber Celebes (KTC) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Volume output dalam bentuk veneer berdasarkan kelas diameter
No Kelas
Diameter Jenis Kayu
Volume
Bahan Output
(M3)
1 40-44 Meranti 5.10
2 45-49 Meranti 26.95
3 50-54 Meranti 19.65
4 55-59 Meranti 17.53
5 60-64 Meranti 14.29
6 65-69 Meranti 2.27
7 70-74 Meranti 10.29
8 75-79 Meranti 10.38
Total 107.29
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2019
Berdasarkan Tabel 2 hasil yang diperoleh selama penelitian dari 8
kelas diameter dengan jenis kayu meranti dapat dilihat bahwa kelas
diameter yang mempunyai volume output terbesar adalah kelas diameter
45-49 dengan volume bahan baku output 26.95 m3, sedangkan kelas
diameter yang mempunyai volume bahan baku input terkecil adalah kelas
diameter 60-69 dengan volume bahan baku input 16.56 m3.
53
Hal yang mempengaruhi bahan output itu sendiri yaitu; tingkat
kualitas kayu, bentuk kayu, ukuran diameter, panjang kayu bulat dan
jumlah bahan baku yang masuk.
Gambar 4. Grafik Output (Veneer)
Pada gambar 4. grafik diatas dapat diketahui bahwa kelas diameter
yang mepunyai volume bahan Output tertinggi yaitu kelas diameter 45-49
dan kelas diameter yang mempunyai volume bahan Output terkecil yaitu
kelas diameter 65-69.
5.3 Perhitungan Redemen
Rendemen adalah nilai perbandingan antara keluaran (output)
dengan masukan (input) pada suatu unit menejemen atau produksi yang
dinyatakan dalam satuan persen.
Berdasarkan perhitungan rendemen hasil penelitian kelas diameter
pada PT. Katingan Timber Celebes (KTC). Dapat dilihat pada Tabel 3.
0
5
10
15
20
25
30
Meranti Meranti Meranti Meranti Meranti Meranti Meranti Meranti
40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79
Volume Bahan Output (m3)
Volume Bahan Output (M3)
54
Tabel 3. Rendemen Berdasarkan Kelas Diameter
No Kelas
Diameter
Jenis
Kayu
Volume Bahan
Baku Rendemen
(%) Input
(M3)
Output
(M3)
1 40-44 Meranti 10.78 5.10 47.31
2 45-49 Meranti 56.54 26.95 47.67
3 50-54 Meranti 39.64 19.65 49.57
4 55-59 Meranti 34.10 17.53 51.41
5 60-64 Meranti 34.41 14.29 41.53
6 65-69 Meranti 4.31 2.27 52.67
7 70-74 Meranti 20.37 10.29 50.52
8 75-79 Meranti 18.65 10.38 55.66
Rata-rata 27.35 13.31 48.66
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2019
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa Rendemen rata-rata
bahan baku pada waktu itu dengan jumlah 80 batang dengan input rata-rata
sebesar 27.35 m3 dan output rata-rata sebesar 13.31 m3 sehingga
Rendemen rata-rata yang dihasilkan adalah 48.66 %
Menurut sesuai yang dikemukakan Radam, (2011) bahwa bahwa
presentase rendemen produksi yang meningkat atau berkurang tergantung
pada efisiensi dalam proses produksi, yang antara lain didukung oleh skill
atau kemampuan sumber daya manusia, teknik pelaksanaan pekerjaan
yang digunakan, jenis peralatan, kualitas bahan baku, serta logistik dan
55
keuangan. Keseluruhan dari faktor tersebut merupakan dasar dari
perencanaan dalam target pencapaian produksi.
Sopianoor et al, (2016) menambahkan bahwa Rendemen yang
tinggi menunjukkan bahwa factor-faktor yang menentukan tingginya
rendemen sangat efisien sedangkan jika rendah disebabkan ada salah satu
faktor yang tidak efisien
Menurut Cumming & Collet (1970) finir dari jenis kayu yang cepat
tumbuh 6 cenderung memiliki retak kupas yang dalam, hal ini dikarenakan
menurunnya kualitas finir dari bagian kulit ke empulur, sehingga kekuatan
kayu juvinil semakin berkurang akibat kecepatan pertumbuhan yang
tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap rendemen Veneer dapat
dilihat pada Tabel 3, yang mana terdapat perbedaan rendemen tiap kelas
diameter, Bahan baku yang digunakan adalah jenis meranti (shorea sp),
sehingga menghasilkan rendemen Veneer tertinggi pada kelas 75-79
dengan jumlah volume input sebesar 18.65 m3 dan volume output sebesar
10.38 m3 sehingga menghasilkan rendemen sebesar 55.66 %,
Sedangkan rendemen terkecil terdapat pada kelas diameter 60-64
dengan volume input 34.41 m3 dan volume output 14.29 m3 dengan hasil
rendemen sebesar 41.53%.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap rendahnya rendemen
produksi adalah lamanya penyimpanan, hal ini berdampak pada daya tahan
56
bahan baku yang mengakibatkan turunnya kualitas dari bahan baku yang
disimpan.
Kenaikan rendemen produksi menunjukan adanya efisiensi
pemakaian bahan baku dalam proses produksi, jika terjadi efisiensi
pemakaian bahan baku, maka akan memperkecil biaya produksi yang
nantinya akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Oleh karena ini
dalam pemilihan bahan baku haruslah dilakukan dengan teliti karena
bahan baku yang diperoleh akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas
output yang dihasilkan.
Besar kecilnya diameter log tidak mempengaruhi besarnya
rendemen veneer, rendemen veneer hanya dipengaruhi oleh pnajang awal
log, kualitas kayu, bentuk log dan keterampilan operator dalam
menjalankan mesin produksi.
Gambar 4. Grafik Rendemen
0
10
20
30
40
50
60
Meranti Meranti Meranti Meranti Meranti Meranti Meranti Meranti
40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79
Rendemen (%)
Input (M3) Output (M3) Rendemen (%)
57
Pada gambar 4. grafik diatas dapat diketahui bahwa kelas diameter
yang mepunyai renemen tertinggi yaitu kelas diameter 75-79 dan kelas
diameter yang mempunyai rendemen terkecil yaitu kelas diameter 60-64.
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Analisis Rendemen
Lembaran Veneer Berdasarkan Kelas Diamater Kayu Pada PT. Katingan
Timber Celebes (KTC)”, Adapun nilai rendemen terbesar yaitu pada kelas 75-
79 dengan jumlah volume input 18.65 m3 dan volume ouput 10.38 m3
sehingga menghasilkan rendemen sebesar 55.66%. Sedangkan rendemen
terkecil terdapat pada kelas diameter 60-64 dengan volume input 34.41 m3
dan volume output 14.29 m3 dengan hasil rendemen sebesar 41.53%.
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya kelas Diameter tidak
mutlak menghasilkan nilai Rendemen yang besar pula, begitupun pada kelas
diameter kecil tidak mutlak menghasilkan nilai Rendemen yang kecil.
Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai rendemen yang dihasilkan bervariasi.
Tinngi rendahnya nilai rendemen dipengaruhi oleh kualitas bahan baku
(log) itu sendiri, adanya keterampilan operator, dan keadaan alat yang masih
bagus.
6.2 Saran
58
Dalam memproduksi veneer diperlukan pengendalian dan
pengawasan yang baik dan ketat terhadap karyawan, bahan baku, serta sarana
dan prasarana sehingga dapat menghasilkan kualitas veneer yang bagus,dalam
aspek pemilihan bahan baku sebaiknya memilih bahan baku yang berkualitas
baik, yang mempunyai diameter 74-79 dikarenakan kelas diameter tersebut
mempunyai nilai rendemen yang bagus.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta : Kanisius.
Cermark.F. 1958. Sawmill in the tropics. Rimba Indonesia VIII (7-8-9)
Dinas Petanian dan Kehutanan. 2012. Laporan Data Industri Primer Hasil Hutan
Kayu. Bogor
Dwi, Lakmono Aldi, dkk. 2016. Produktifitas dan Rendemen Industri
Penggergejian Kayu Di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor. Bogor
Heri, Iswanto Apri. 2008. Kayu Lapis. Sumatra Utara
Mardiatmoko, Gun. Dkk. 2014. Ilmu Ukur Kayu dan Inventarisasi Hutan. ATA
JAYA. Ambon
Massijaya MY. 2006. Plywood Bahan Kuliah Ilmu dan Teknologi Kayu. Bogor:
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pascasarjana IPB.
R. Radam, Rosida. 2011. Studi Produktivitas dan Rendemen Industri
Penggergajian Kayu Akasia Daun Lebar (Acacia mangium Willd) Di
Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjar Baru Kalimantan Selatan. Kota
Banjarbaru
Ruhendi, S. dan Hariadi. 1988. Pengujian Kayu Gergajian. Pendidikan dan
Latihan Sawmill Manager. Dalam rangka pengIndonesiaan tenaga kerja
pengusahaan hutan dengan Fakultas Kehutanan IPB Bogor.
Simpson dan TenWolde.1999. Sifat fisik dan hubungan kelembaban kayu
59
Sopianoor. 2016.Studi Rendemen Bahan Baku Log Pada IU-IPHHK
Rusmandiansyah di Kecamatan Damai Kabupaten Kutai Barat.
Samarinda
Tsoumis, G. 1991. Science and Technology of Wood Structure, Properties,
Utilization. Van Nostrand Reinhold New York
Tneutron. Seni proses pembuatan kayu lapis. https://www.tneutron.net/seni/
proses-pembuatan-kayu-lapis/ (Online) Diakses pada Jum’at 05 Juli 2019
Pukul 19.22
Wahyudi. 2013. .Dasar-Dasar Penggergajian Kayu. Yogyakarta. Pohon Cahaya
Widarmana, S et al. 1973. Penelitian Logging Waste dan Kemungkinan
Pemanfaatannya di Jawa dan Kalimantan Timur. Fakultas Pascasarjana
Institur pertanian Bogor. Bogor.
Youngquist. 1999. Wood based Composites and Panel Product. Wood Hand
Book: Wood as an Engineering Material. USA
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1. Data Kelas Diameter 40-44
No
Kelas
Diameter 40-
44 (cm)
vol
Input
(m3)
Vol
Output
(m3)
RENDEMEN
(%)
1 41 1.78 0.87 48.88
2 42 1.44 0.66 45.83
3 44 1.64 0.74 45.12
4 44 2.72 1.34 49.26
5 42 1.72 0.79 45.93
6 40 1.48 0.70 47.30
Rata-Rata 1.80 0.85 47.59
Nilai Maksimal 2.72 1.34 49.26
Nilai Minimal 1.44 0.66 45.83
Jumlah 10.78 5.10 47.59
Lampiran 2. Data Kelas Diameter 45-49
No Kelas Diameter
45-49 (cm)
Vol Input
(m3)
Vol Output
(m3)
RENDEMEN
(%)
1 47 2.20 1.05 47.73
2 45 1.80 0.74 41.11
3 45 1.99 0.94 47.24
4 47 2.26 1.50 66.37
5 46 2.48 0.66 26.61
6 46 2.91 1.49 51.20
7 45 2.54 1.26 49.61
8 47 2.12 1.05 49.53
9 45 2.53 1.26 49.80
10 45 1.92 0.94 48.96
11 46 1.61 0.83 51.55
12 47 1.73 0.87 50.29
13 47 1.86 0.87 46.77
14 49 1.85 0.96 51.89
15 49 3.24 1.74 53.70
16 49 3.09 1.54 49.84
17 48 1.47 0.73 49.66
18 49 2.06 0.96 46.60
19 48 2.57 0.92 35.80
20 48 2.06 1.10 53.40
21 48 2.26 1.10 48.67
22 48 2.23 1.10 49.33
23 47 1.91 0.87 45.55
24 48 1.86 0.92 49.46
25 42 1.47 0.66 44.90
26 44 2.52 0.89 35.32
27 46 1.68 0.83 49.40
Rata-Rata 2.16 1.04 47.67
Nilai Maksimal 3.24 1.74 53.70
Nilai Minimal 1.47 0.66 44.90
Jumlah 58.22 26.95 47.67
Lampiran 3. Data Kelas Diameter 50-54
No
Kelas
Diameter 50-
54 (cm)
Vol Input
(m3)
Vol Output
(m3)
RENDEMEN
(%)
1 52 2.76 1.33 48.19
2 52 2.93 0.89 30.38
3 54 2.38 1.21 50.84
4 52 2.46 1.33 54.07
5 53 2.52 1.39 55.16
6 50 2.36 1.21 51.27
7 51 2.35 1.27 54.04
8 54 2.54 1.21 47.64
9 54 1.47 0.73 49.66
10 50 2.47 1.21 48.99
11 51 3.74 1.91 51.07
12 53 2.56 1.39 54.30
13 52 2.53 1.33 52.57
14 50 3.30 1.62 49.09
15 53 3.27 1.62 49.54
Rata-Rata 2.64 1.31 49.57
Nilai Maksimal 3.74 1.91 51.07
Nilai Minimal 1.47 0.73 49.66
Jumlah 39.64 19.65 49.57
Lampiran 4. Data Kelas Diameter 55-59
No
Kelas
Diameter
55-59 (cm)
vol Input
(m3)
Vol Output
(m3)
RENDEMEN
(%)
1 56 2.73 1.31 47.99
2 56 2.64 1.31 49.62
3 55 2.35 1.26 53.62
4 59 2.84 1.48 52.11
5 59 3.06 1.48 48.37
6 59 3.06 1.48 48.37
7 55 3.11 1.51 48.55
8 56 2.98 1.58 53.02
9 58 4.10 2.27 55.37
10 56 3.13 1.58 50.48
11 58 4.10 2.27 55.37
Rata-Rata 3.10 1.59 51.41
Nilai Maksimal 4.10 2.27 55.37
Nilai Minimal 2.35 1.26 53.62
Jumlah 34.10 17.53 51.41
Lampiran 5. Data Kelas Diameter 60-64
No
Kelas
Diameter
60-64 (cm)
vol Input
(m3)
Vol Output
(m3)
RENDEMEN
(%)
1 60 4.10 1.42 34.63
2 61 4.24 1.48 34.91
3 63 2.12 1.02 48.11
4 61 1.87 0.95 50.80
5 60 2.71 1.01 37.27
6 64 3.35 1.77 52.84
7 60 2.60 1.23 47.31
8 61 3.16 1.59 50.32
9 64 3.64 1.77 48.63
11 63 3.62 2.05 56.63
Rata-Rata 3.14 1.43 45.50
Nilai Maksimal 4.24 2.05 48.35
Nilai Minimal 1.87 0.95 50.80
Jumlah 31.41 14.29 45.50
Lampiran 6. Data Kelas Diameter 65-69
No
Kelas
Diameter 65-
69 (cm)
vol Input
(m3)
Vol Output
(m3)
RENDEMEN
(%)
1 66 4.31 2.27 52.67
Rata-Rata 4.31 2.27 52.67
Nilai Maksimal 4.31 2.27 52.67
Nilai Minimal 4.31 2.27 52.67
Jumlah 4.31 2.27 52.67
Lampiran 7. Data Kelas Diameter 70-74
No
Kelas
Diameter
70-74
(cm)
vol
Input
(m3)
Vol
Output
(m3)
RENDEMEN
(%)
1 70 3.23 1.72 53.25
2 70 4.08 2.15 52.70
3 71 6.65 3.54 53.23
4 70 2.58 1.29 50.00
5 74 3.83 1.59 41.51
Rata-Rata 4.07 2.06 50.61
Nilai Maksimal 6.65 3.54 53.23
Nilai Minimal 2.58 1.29 50.00
jumlah 20.37 10.29 50.52
Lampiran 8. Data Kelas Diameter 75-79
No
Kelas
Diameter
75-79
(cm)
vol
Input
(m3)
Vol
Output
(m3)
RENDEMEN
(%)
1 75 7.47 3.98 53.28
2 76 5.49 3.07 55.92
3 79 5.69 3.33 58.52
Rata-Rata 6.21667 3.46 55.66
Nilai Maksimal 7.47 3.98 53.28
Nilai Minimal 5.49 3.07 55.92
Jumlah 18.65 10.38 55.66
Lampiran 9. Dokumentasi
1. Proses Pemotongan Kayu
2. Proses Persiapan Pengupasan
3. Proses sisa Pengupasan
4. Proses Pengupasan
5. Proses Pengukuran
RIWAYAT HIDUP
Muh. Nurul Salihin panggilan Lihin lahir di Parang Rea
pada tanggal 13 Juli 1997 dari pasangan suami istri
Bapak Abd. Salam dan Ibu Subaedah. Peneliti adalah
anak pertama dari 2 bersaudara. Peneliti bertempat
tinggal di Parang Rea , Desa Maccini Baji, Kecamatan
Bajeng, Kabupaten Gowa.
Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu TK Aisyiyah Bontomero lulus
tahun 2003 SD Inpres Maccini Baji lulus tahun 2009, SMP Negeri 4 Bajeng lulus
tahun 2012, SMK Negeri 1 Limbung lulus tahun 2015, dan mulai tahun 2015
mengikuti program S1 Kehutanan di Universitas Muhammadiyah Makassar
sampai dengan sekarang. Sampai dengan penulisan skripsi ini peneliti masih
terdaftar sebagai mahasiswa program S1 Kehutanan Universitas Muhammadiyah
Makassar.