ANALISIS PERANAN SEKTOR EKONOMI BASIS TERHADAP
KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 – 2015
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Disusun Oleh:
Apriyani Intan Sari
1113084000057
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
1438 H/2017
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Apriyani Intan Sari
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/21 April 1995
3. Alamat : Jl. Balita XI No.5 RT 04/004, Kecamatan
Pinang, Kelurahan Kunciran Indah,
Tangerang 15144
4. Telepon : 085777115536
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Islam YAKMI Tahun 2001 – 2007
2. SMPN 3 Tangerang Tahun 2007 – 2010
3. SMAN 3 Tangerang Tahun 2010 – 2013
4. Diploma 1 Practical Education Center Tahun 2016 – 2017
5. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 – 2017
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Sekretaris 2 OSIS SMAN 3 Tangerang Tahun 2012 – 2013
ii
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Sujono, SH
2. Ibu : Sutarni
3. Alamat : Jl. Balita XI No.5 RT 04/004, Kecamatan Pinang,
Kelurahan Kunciran Indah, Tangerang 15144
4. Anak ke : 2 (dua) dari 3 (tiga) bersaudara
iii
ABSTRACT
This study aims to analyze the economic base sector and and the role of the
economic base sector in reducing income inequality between regencies/cities in
Central Java Province, typology of each regency/city, the level of income
inequality between regencies/cities and the correlation with economic growth.
The secondary data in this study period 2011 to 2015. Data sourced from
BPS in Central Java Province and Central Java Province. This study used several
analytical models such as Location Quotient (LQ), Klassen Typology, Williamson
Index, and Pearson Product Moment Correlation.
The results showed that Central Java Province have 4 economic base
sectors, which are agriculture, manufacturing, construction and trade, where the
biggest role in reducing income inequality among regencies/cities is agriculture
sector (27,7%); Klassen Typology showed that only 6 regencies/cities are
included in developed areas, while those included in undeveloped areas are 16
regencies/cities; Williamson Index in years was declined although the decline is
very small (0,02), from 0,69 in 2011 to 0,67 in 2015 and Pearson Product Moment
Correlation between economic growth with income inequality was positively
related, with a correlation of 25,1%.
Keywords: economic base sector, income inequality between regencies/cities,
pearson product moment correlation, williamson index.
iv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sektor ekonomi basis dan
perannya terhadap ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota, tipologi daerah,
tingkat ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota dan hubungannya dengan
laju pertumbuhan ekonomi.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini periode 2011 hingga
2015. Yang bersumber dari BPS di Provinsi Jawa. Kemudian dianalisis dengan
Location Quotient (LQ), Tipologi Klassen, Indeks Williamson, dan Korelasi
Pearson Product Moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Tengah memiliki 4
sektor ekonomi basis, yakni sektor pertanian, industri pengolahan, konstruksi, dan
perdagangan, yang dominan mengurangi ketimpangan dimiliki sektor pertanian
(27,7%); sedangkan Tipologi Klassen menunjukkan hanya 6 kabupaten/kota yang
maju, dan yang tertinggal 16 kabupaten/kota; Indeks Williamson dalam jangka
waktu 5 tahun menurun sangat kecil (0,02), dari sebesar 0,69 tahun 2011 menjadi
0,67 tahun 2015, dan Korelasi Pearson Product Moment pertumbuhan ekonomi
dengan ketimpangan pendapatan berhubungan positif, dengan korelasi 25,1%.
Kata Kunci: sektor ekonomi basis, ketimpangan pendapatan, tipologi klassen,
korelasi pearson product moment, indeks williamson.
v
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamiin puji serta syukur penulis panjatkan selalu atas
kehadirat Allah SWT. yang selalu memberikan rahmat, nikmat, dan karuniaNya
yang tiada henti kepada penulis, sehingga penulis mampu melalui masa demi
masa untuk menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Peranan Sektor
Ekonomi Basis Terhadap Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015”. Salawat serta salam tidak lupa
penulis hanturkan kepada baginda kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari zaman jahiliah ke zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan, serta pembawa syafa’at di hari akhir bagi umatnya kelak.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka untuk memenuhi syarat-syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya penulisan skripsi ini, tentun tidak terlepas
dari segala dukungan, arahan dan do’a dari ketulusan banyak pihak. Maka dari
itu, terima kasih dari lubuk hati yang paling dalam penulis sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua penulis, yakni Ibunda Sutarni dan Ayahanda Sujono yang
memberikan do’a, semangat dan dukungan, serta pesona kasih sayang yang
membahana deras serta tiada henti untuk penulis. Serta, saudara-saudara
kandung penulis, yakni Putri dan Amalia, dan seluruh keluarga di Solo (budeh,
mas Yan dan mas Aji), yang selalu mendukung penulis. Semoga kalian semua
senantiasa diberkahi dan dicintai Allah SWT, aamiin.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang tiada henti berbagi ilmu dan selalu memberikan yang terbaik untuk
seluruh anggota Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
3. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si dan Ibu Najwa Khairina, yang selalu bersedia dan
tanpa lelah meluangkan waktunya untuk membimbing seluruh mahasiswa/i
jurusan Ekonomi Pembangunan.
4. Bapak Dr. H. Tb. Ace Hasan, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan banyak waktunya di sela-sela waktu yang sangat sibuk
vi
sebagai wakil rakyat, untuk membimbing dan mengarahkan penulis, demi
terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih banyak bapak, semoga segala
kebaikan bapak, Allah SWT balas berlipat ganda, aamiin.
5. Bapak Drs. Jackie Nurdjaman, MA selaku dosen pembimbing II yang tiada
henti memberikan motivasinya, memberikan banyak waktunya untuk
membimbing dan mengkoreksi skripsi ini. Dengan segenap hati, penulis
ucapkan terima kasih banyak bapak, semoga Allah SWT memberikan bapak,
Lula, serta keluarga kesehatan serta kebahagiaan selalu, aamiin.
6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan
ilmu pengetahuan selama perkuliahan, serta jajaran karyawan dan staff UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan untuk membantu
proses sistematis dalam penyelesaian skripsi.
7. Sahabat-sahabat terbaik semasa perkuliahan dan semoga berlanjut seterusnya,
Anum, Dini, Julita, dan Indah. Terima kasih atas canda tawa, dan suka duka
selama ini. Semoga perjuangan kita bersama tidak sia-sia dan senantiasa
diridhoi Allah SWT, aamiin. See You On Top!
8. Muhammad Hisby Amamillah dan Nindi Mahira, sebagai pihak-pihak terbaik,
yang selalu mendukung dan membantu segala kesulitan yang penulis hadapi,
dan tidak pernah meninggalkan penulis ketika penulis merasa down.
9. Ukhti-ukhti terbaik yang selalu memberikan semangat yang tulus dari hati
kepada penulis dan saling mengingatkan dalam kebaikan, Ninis dan Cita.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan wawasan kepada para
pencari ilmu dan mampu menjadi referensi tambahan. Dengan segala kerendahan
hati, penulis butuh kritik dan saran yang membangun, karena skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Tangerang, 27 Juli 2017
Apriyani Intan Sari
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ..................................................................................... ……... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xi
DAFTAR GRAFIK .............................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 11
D. Manfaat Penelirian ......................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 13
A. Landasan Teori ............................................................................... 13
1. Pembangunan Ekonomi................................................................ 13
2. Teori Basis Ekonomi .................................................................. 15
3. Produk Domestik Regional Bruto ................................................ 19
a. Konsep Produk Domestik Regional Bruto................................ 19
b. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto ................ 20
c. Teori Pertumbuhan Kuznets ................................................... 21
4. Tipologi Klassen Daerah .............................................................. 21
5. Ketimpangan Antar Wilayah ....................................................... 23
a. Konsep Ketimpangan Antar Wilayah ....................................... 23
b. Perhitungan Ketimpangan ........................................................ 23
B. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 25
C. Kerangka Berpikir ........................................................................... 40
viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 41
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 41
B. Metode Penentuan Sampel ................................................................. 41
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 42
D. Metode Analisis Data ........................................................................ 43
1. Metode Analisis Location Quotient (LQ) ......................................... 43
2. Tipologi Klassen ............................................................................ 45
3. Ketimpangan Pendapatan Antar Wilayah (Indeks Williamson) ...... 46
4. Korelasi Pearson Product Moment ................................................ 47
5. Analisis Peranan Sektor Basis terhadap Ketimpangan Pendapatan .. 48
E. Operasional Variabel Penelitian ........................................................ 48
1. Potensi Ekonomi ........................................................................... 48
2. Produk Domestik Regional Bruto ................................................... 49
3. Sektor-sektor Ekonomi ................................................................. 49
4. Ketimpangan Pendapatan Antar Wilayah ........................................ 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 51
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................... 51
1. Keadaan Geografis ...................................................................... 51
2. Administrasi Pemerintahan dan Kependudukan .............................. 54
3. Kondisi Perekonomian .................................................................. 57
B. Hasil dan Pembahasan ......................................................................... 61
1. Sektor Ekonomi Basis dengan Location Quotient (LQ)................... 61
2. Tipologi Klassen ......................................................................... 67
3. Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota ............................ 70
4. Hubungan Antara Laju Pertumbuhan Ekonomi dengan
Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota............................ 77
5. Peranan Sektor Ekonomi Basis terhadap Ketimpangan Pendapatan
Antar Kabupaten/Kota .................................................................. 79
ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 90
A. Kesimpulan ....................................................................................... 90
B. Saran .................................................................................................. 91
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 94
LAMPIRAN .............................................................................................. 97
x
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1. PDRB Per Kapita di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015 8
2.1. Pengelompokkan Ekonomi Daerah Berdasarkan Tipologi Klassen 22
2.2. Penelitian Sebelumnya 31
3.1. Data dan Sumber Perolehannya 43
3.2. Tipologi Daerah 46
4.1. Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2015 52
5.2. Kontribusi Sektor-sektor Lapangan Usaha PDRB
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015 (dalam persen) 59
5.3. Nilai Location Quotient (LQ) di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2011 – 2015 62
5.4. Nilai Location Quotient (LQ) Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015 66
5.5. Indeks Williamson (CVw) Dengan dan Tanpa Sektor Basis
Pertanian beserta Presentase Perubahannya 81
5.6. Indeks Williamson (CVw) Dengan dan Tanpa Sektor Basis
Industri Pengolahan beserta Presentase Perubahannya 83
5.7. Indeks Williamson (CVw) Dengan dan Tanpa Sektor Basis
Konstruksi beserta Presentase Perubahannya 86
5.8. Indeks Williamson (CVw) Dengan dan Tanpa Sektor Basis
Perdagangan beserta Presentase Perubahannya 88
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.2. Kerangka Berpikir 40
4.1. Peta Provinsi Jawa Tengah 51
4.2. Tipologi Klassen Daerah Tahun 2011 – 2015 70
4.3. Hasil Korelasi Pearson Product Moment Laju Pertumbuhan
Ekonomi dengan Indeks Williamson 77
xii
DAFTAR GRAFIK
No. Keterangan Halaman
1.1. PDRB Per Kapita di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015 7
4.1. Kepadatan Penduduk di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2011 – 2015 (dalam Jiwa/Km2) 55
4.2. Presentase Penduduk Jawa Tengah Berumur 15 Tahun ke Atas yang
Bekerja Seminggu yang lalu menurut Lapangan Pekerjaan Utama 56
4.3. Perkembangan IPM di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2012 57
4.4. PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015 (dalam Juta Rupiah) 58
4.5. Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2011-2015 71
4.6. Perbandingan Rata-rata PDRB per Kapita Kabupaten dengan Kota
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 (dalam Juta Rupiah) 72
4.7. Indeks Williamson antar Kabupaten dan Indeks Williamson
antar Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 73
4.8. Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota Dengan dan Tanpa
Sektor Basis Pertanian di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 80
4.9. Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota Dengan dan Tanpa
Sektor Basis Industri Pengolahan di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2011-2015 82
4.10. Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota Dengan dan Tanpa Sektor
Basis Konstruksi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 85
4.11. Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota Dengan dan Tanpa Sektor
Basis Perdagangan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 87
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
A. Data Penelitian ...................................................................................... 96
1. PDRB ADHK 2010 Masing-masing Kabupaten/Kota Menurut
Lapangan Usaha (dalam Milyar Rupiah) ....................................... 96
2. PDRB ADHK 2010 Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Tengah (dalam Milyar Rupiah) .............................................. 131
3. PDRB ADHK 2010 Menurut Lapangan Usaha di Provinsi
Jawa Tengah (dalam Milyar Rupiah) ............................................. 132
4. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Tengah .............................................................. 133
5. PDRB ADHK 2010 Menurut Lapangan Usaha di Indonesia ........... 134
B. Hasil Perhitungan Penelitian ............................................................. 135
1. Perhitungan Analisis Location Quotient (LQ) .................................. 135
2. Perhitungan Tipologi Klassen Daerah …………………………...... 136
3. Perhitungan Indeks Williamson ................................................... 138
4. Korelasi Pearson Product Moment ……………………………...... 154
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi di suatu daerah merupakan jalan untuk
menciptakan kehidupan masyarakat di daerah tersebut lebih sejahtera.
Sejahtera berarti mampu memenuhi keinginannya dan memiliki keadaan
perekonomian yang cukup. Pada intinya, pembangunan ekonomi merupakan
segala upaya untuk mencapai tujuan bangsa maupun negara demi terwujud
kesejahteraan rakyatnya.
Salah satu tujuan atas keberhasilan dari pembangunan ekonomi yakni
dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, jadi
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi merupakan hal berbeda. Seperti
yang diungkapkan Sadono Sukirno (2006:9-11), bahwa pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda, di mana
pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan
perkembangan suatu perekonomian dalam satu tahun tertentu apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan pembangunan ekonomi
dapat dikatakan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per
kapita penduduk suatu negara meningkat secara berketerusan dalam jangka
panjang. Jadi, pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang merupakan salah
satu indikator atau tujuan yang perlu dicapai dalam pembangunan ekonomi.
Kemudian, Todaro (2006:19), mengungkapkan bahwa pembangunan
harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup
2
berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat,
dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi
pertumbuhan ekonomi, penanganan keimpangan pendapatan, serta
pengentasan kemiskinan. Jadi, pada intinya, pembangunan ekonomi
merupakan segala upaya untuk mencapai tujuan bangsa maupun negara demi
terwujud kesejahteraan rakyatnya. Kemudian menjadi penting dalam
pembangunan ekonomi suatu daerah dengan peningkatan laju pertumbuhan
ekonomi dalam jangka panjang, yang disertai dengan pemerataan dari
ketimpangan pendapatan antar wilayah di Indonesia.
Indonesia merupakan Negara berkembang yang memiliki perbedaan
karakteristik dan keanekaragaman yang tinggi baik meliputi budaya, suku
bangsa, bahkan sumber daya alam yang dimiliki tiap daerah yang tentunya
berbeda-beda dari Sabang hingga Merauke. Sebagai salah satu Negara
Sedang Berkembang (NSB), dalam proses pembangunannya, Indonesia pasti
memiliki berbagai masalah yang harus dibenahi demi terwujudnya
kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Ketimpangan pendapatan antar daetah
masih merupakan salah satu permasalahan dalam mewujudkan pembangunan
ekonomi di Indonesia.
Sejalan dengan Kuncoro (2010:136) yang mengungkapkan bahwa para
pendukung strategi “pertumbuhan dengan distribusi” atau “redistribusi dari
pertumbuhan”, pada hakikatnya menganjurkan Negara Sedang Berkembang
(NSB) agar tidak hanya memusatkan perhatian pada pertumbuhan ekonomi
3
(memperbesar “kue” pembangunan), namun juga mempertimbangkan
bagaimana distribusi “kue” pembangunan.
Untuk itulah, masih menjadi tugas Indonesia sebagai NSB, dalam
mengurangi ketimpangan pendapatan dengan mempertimbangkan bagaimana
distribusi “kue” pembangunan tersebut. Meskipun memang dalam
kenyataannya bahwa ketimpangan tidak dapat dimusnahkan, melainkan
hanya bisa dikurangi, Supriyantoro (2005) dalam Agus Naufal (2010:2).
Seperti yang diuraikan pula oleh Arief dan Yundy (2010:196), bahwa usaha
untuk menciptakan pemerataan atau mengurangi ketimpangan pendapatan
dalam suatu proses pembangunan sangatlah sulit. Terutama disebabkan
karena adanya trade off antara ketimpangan pendapatan dengan laju
pertumbuhan ekonomi, sebagaimana yang disebutkan dalam Hipotesis
Kuznets.
Kemudian dalam proses pembangunannya, Indonesia menganut sistem
sentralisasi pada masa Orde Baru. Namun, dapat dikatakan bahwa Orde Baru
gagal dalam membangun Indonesia. Dibalik kegagalannya, ada hal yang
harus kita ingat bahwa pemerintahan Orde Baru memiliki keberhasilan,
seperti misalnya terwujudnya pembangunan fisik dan infrastruktur di
Indonesia. Namun, keberhasilan pembangunan tersebut tidak diimbangi
dengan pembangunan mental oleh para pelaksana pembangunan tersebut,
diantaranya pemerintah maupun swasta. Dapat dikatakan, pembangunan
ekonomi pada masa itu hanya terpusat di pemerintah pusat dan pihak swasta
yang, hingga ketimpangan menjadi salah satu masalah yang muncul.
4
Penyebab lainnya dari jatuhnya masa Orde Baru yakni, kewenangan yang
hanya dimiliki oleh Pemerintah Pusat menyebabkan Pemerintah Pusat
kewalahan mengatur segala urusan termasuk urusan milik daerah.
Hingga pada puncak kegagalan dari masa Orde Baru tersebut, Indonesia
mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997 hingga 1998. Berbagai masalah
pun timbul sebagai akibat dari terjadinya krisis ekonomi di Indonesia,
misalnya seperti permasalahan penegakan hukum yang kurang berjalan
dengan baik, ketimpangan, serta terjadinya Korupsi Kolusi dan Nepotisme
(KKN). Namun, ada hal yang patut disyukuri dari terjadinya krisis ekonomi
tersebut, yakni karena krisis ekonomi pada masa tersebutlah terbuka jalan
menuju reformasi di Indonesia.
Terwujudnya reformasi menjadi faktor terlaksananya otonomi daerah,
diharapkan mampu mengatasi berbagai masalah dalam pembangunan
ekonomi daerah, termasuk masalah ketimpangan. Dengan otonomi daerah,
setiap daerah di Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur urusannya
sendiri selama tidak menentang ketentuan dalam Undang-Undang.
Pelaksanaan otonomi daerah tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 (sebagai revisi UU Nomor 22 tahun 1999) tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 (sebagai
revisi UU Nomor 25 tahun 1999) tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah. Pemerintahan Indonesia yang sebelumnya menganut sistem
sentralisasi dengan kekuasaan berada di pusat, berubah menjadi sistem
5
desentralisasi dengan masing-masing daerah otonom memiliki kekuasaan dan
kewenangan.
Dengan ditetapkannya otonomi daerah diharapkan akan terjadi
optimalisasi pembangunan di daerah. Hal tersebut mengingat bahwa tidak
semua daerah mampu melaksanakan berbagai kebijakan pembangunan yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat. Daerah yang memiliki kemampuan
melaksanakannya berpeluang memiliki pembangunan yang lebih maju,
dibandingkan daerah yang belum memiliki kemampuan melaksanakan
kebijakan nasional.
Karena otonomi daerah pula, diharapkan pembangunan ekonomi daerah
di Indonesia dapat terwujud. Sehingga setiap daerah harus mampu menggali
potensi perekonomiannya dan penggalian potensi ekonomi (sektor ekonomi
basis) tersebut diarahkan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi. Seperti
yang diungkapkan Selifia Fifi (2013:1) bahwa untuk mencapai keberhasilan
pembangunan ekonomi daerah, maka suatu daerah harus mengetahui sektor
apa saja yang menjadi sektor basis di daerah tersebut.
Sebab, sektor ekonomi basis merupakan sektor – sektor yang paling
mampu mempengaruhi keadaan perekonomian. Dimana berdasarkan teorinya,
sektor basis tersebut merupakan sektor penggerak utama (primer mover)
dalam perekonomian dan mampu mendorong sektor lainnya. Mengingat
seperti yang diungkapkan Glasson (1997), bahwa sektor ekonomi basis
mampu mendorong sektor lainnya yang bukan basis (non basis). Sehingga
diharapkan dengan penggalian sektor ekonomi basis, mampu meningkatkan
6
kemandirian daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah hingga mampu
mewujudkan pembangunan ekonomi daerah yang berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan pemerataan ketimpangan
pendapatan antar daerah. Seperti yang diungkapkan Mardiasmo (2009) dalam
Dhani Kurniawan (2012:13) bahwa pelaksanaan otonomi daerah yang tidak
terlepas dari desentralisasi, salah satu tujuannya adalah mengurangi
kesenjangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, maupun antar
daerah.
Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi di Indonesia, yang
letaknya di antara 2 provinsi besar di Pulau Jawa pun tidak terlepas dari
berbagai permasalahan dalam pembangunan ekonominya, termasuk
ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota yang terjadi. Jika dilihat secara
umum, Provinsi Jawa Tengah sudah mampu dalam meningkatkan perolehan
Produk Domestik Bruto (PDRB) per kapitanya. PDRB per kapita di Provinsi
Jawa Tengah selalu meningkat di setiap tahunnya dengan peningkatan yang
cukup baik. Peningkatan PDRB per kapita dari tahun ke tahun, dari sekitar
18,76 juta rupiah pada tahun 2011, menjadi 22,50 juta rupiah pada tahun
2015. Peningkatan PDRB per kapita dengan baik di Provinsi Jawa Tengah
tersebut dapat dilihat dengan jelas melalui grafik berikut ini.
7
Grafik 1.1.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015 (dalam Juta Rupiah)
Sumber: BPS, diolah kembali oleh penulis.
Dari grafik di atas terlihat. Namun, peningkatan PDRB per kapita
tersebut belum merata di seluruh kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah. Ada
kabupaten/kota yang mampu memperoleh PDRB per kapita sangat tinggi, dan
ada pula yang mampu memperoleh PDRB per kapita sangat rendah dan jauh
di bawah rata – rata.
Dimana salah satu faktanya, bahwa PDRB per kapita Kabupaten Kudus
di tahun 2015 mencapai lebih dari 7 kali lipat PDRB per kapita Kabupaten
Grobogan dan Kabupaten Pemalang, selain itu PDRB Kota Semarang
mencapai lebih dari 5 kali lipat PDRB per kapita Kabupaten Grobogan dan
Kabupaten Pemalang. Masih banyak kabupaten lainnya yang memiliki
perolehan PDRB per kapita di bawah rata-rata PDRB per kapita Provinsi
Jawa Tengah. Hal tersebut dapat dilihat dengan jelas melalui tabel berikut ini.
16
18
20
22
24
2011 2012 2013 2014 2015
PDRB PerKapita (dalamJuta Rupiah)
8
Tabel 1.1.
Rata – rata PDRB Per Kapita (dalam Juta Rupiah)
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015
Nomor Kabupaten/Kota
PDRB
per
Kapita
Nomor Kabupaten/Kota
PDRB
per
Kapita
1 Kab. Cilacap 20,88 19 Kab. Kudus 73,96
2 Kab. Banyumas 17,26 20 Kab. Jepara 13,51
3 Kab. Purbalingga 17,17 21 Kab. Demak 12,33
4 Kab.
Banjarnegara 12,41 22 Kab. Semarang 26,43
5 Kab. Kebumen 12,29 23 Kab. Temanggung 15,47
6 Kab. Purworejo 14,04 24 Kab. Kendal 24,09
7 Kab. Wonosobo 13,50 25 Kab. Batang 15,24
8 Kab. Magelang 13,90 26 Kab. Pekalongan 13,94
9 Kab. Boyolali 17,10 27 Kab. Pemalang 10,32
10 Kab. Klaten 17,64 28 Kab. Tegal 12,70
11 Kab. Sukoharjo 22,83 29 Kab. Brebes 13,52
12 Kab. Wonogiri 16,28 30 Kota Magelang 39,52
13 Kab. Karanganyar 22,86 31 Kota Surakarta 50,33
14 Kab. Sragen 21,86 32 Kota Salatiga 39,01
15 Kab. Grobogan 10,83 33 Kota Semarang 58,99
16 Kab. Blora 13,85 34 Kota Pekalongan 18,73
17 Kab. Rembang 16,07 35 Kota Tegal 33,19
18 Kab. Pati 18,27
Rata-rata PDRB
perkapita 16,61
Sumber: BPS yang diolah kembali oleh penulis.
Hal tersebut turut pula membuktikan bahwa masih terdapat perbedaan
PDRB per kapita yang tinggi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah
ini. Maka dari itu, dalam pelaksanaan otonomi daerah dengan jalan
pemberian kewenangan kepada daerah untuk mampu menciptakan
kemandirian perekonomiannya dan diberi kewenangan seluas – luasnya atas
kebijakan terkait potensi yang dimilikinya, hingga diarahkan untuk mampu
mewujudkan pembangunan ekonomi daerah. Maka, dibutuhkan penelitian
9
untuk mengetahui potensi apa saja yang dimiliki Provinsi Jawa Tengah dan
bagaimana perannya terhadap ketimpangan pendapatan antar Kabupaten/Kota
yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah.
B. Rumusan Masalah
Dalam segala usaha menuju pembangunan ekonomi daerah yang
berorientasi pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang serta pemerataan
ketimpangan pendapatan, setiap daerah memiliki wewenang yang sama dalam
mengatur urusan daerahnya, yakni dengan pelaksanaan otonomi daerah.
Dengan otonomi daerah, setiap daerah harus mampu menciptakan
kemandirian daerahnya, yang dapat dilakukan dengan penggalian potensi
ekonomi masing-masing daerah, termasuk Provinsi Jawa Tengah. Dimana
penggalian potensi ekonomi tersebut diarahkan untuk mampu mewujudkan
pembangunan ekonomi daerah. Seperti yang diungkapkan Selifia Fifi
(2013:1) bahwa untuk mencapai keberhasilan pembangunan ekonomi daerah,
maka suatu daerah harus mengetahui sektor apa saja yang menjadi sektor
basis di daerah tersebut.
Karena pada kenyataannya Provinsi Jawa Tengah memiliki laju
pertumbuhan ekonomi yang baik, tetapi belum tercipta pemerataan dari
pertumbuhan ekonomi antar kabupaten/kota tersebut. Atau masih terjadinya
ketimpangan pendapatan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
tersebut, dibutuhkan jalan keluarnya agar terwujud pembangunan yang nyata.
Hingga menjadi penting bagi pemerintah Provinsi Jawa Tengah, untuk
10
mengetahui potensi ekonominya yang mampu menjadi sektor ekonomi basis,
yang dapat diketahui dengan analisis Location Quotient (LQ).
Dimana sektor – sektor yang mampu menjadi sektor ekonomi basis
tersebut, penggaliannya pada era otonomi daerah diarahkan untuk mampu
mewujudkan pembangunan ekonomi daerah, yang berorientasi pertumbuhan
ekonomi jangka panjang yang disertai pemerataan ketimpangan pendapatan
antar kabupaten/kota. Sebab, sektor basis tersebut berdasarkan teorinya
merupakan sektor yang paling mampu menggerakkan perekonomian (primer
mover) di suatu daerah serta mampu mendorong kegiatan ekonomi sektor
lainnya yang bukan sektor basis, hingga tentunya menjadikannya sektor yang
paling mampu mempengaruhi keadaan perekonomian.
Maka, dibutuhkan penelitian untuk mengetahui sektor apa saja yang
merupakan sektor basis di Provinsi Jawa Tengah. Kemudian diperlukan pula
penelitian yang melakukan identifikasi terkait peran dari masing – masing
sektor ekonomi basis tersebut terhadap ketimpangan pendapatan antar daerah
di Provinsi Jawa Tengah. Karena dengan mengetahui potensi ekonomi (sektor
ekonomi basis) yang dimiliki, dan mengetahui peran dari masing – masing
sektor ekonomi basis tersebut terhadap ketimpangan, pembangunan ekonomi
tentu dapat berjalan lebih baik kedepannya dengan jalan menentukan prioritas
kebijakan yang tepat dan terarah serta mengembangkan potensi ekonomi yang
dimiliki sesuai dengan peran yang dimilikinya terhadap ketimpangan
pendapatan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, dan diharapkan
11
mampu menciptakan pengurangan ketimpangan pendapatan antar
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah ke depannya.
Atas dasar gap tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan yang
dikaji dalam penelitian ini, yaitu:
1. Sektor ekonomi mana saja yang merupakan sektor ekonomi basis di
Provinsi Jawa Tengah?
2. Bagaimana tipologi klassen daerah di Provinsi Jawa Tengah?
3. Seberapa besar tingkat ketimpangan pendapatan antar Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Tengah dan bagaimana arah hubungannya dengan
pertumbuhan ekonomi?
4. Bagaimana peran masing-masing sektor ekonomi basis terhadap
ketimpangan pendapatan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini, diantaranya:
1. Diketahui sektor yang menjadi sektor ekonomi basis di Provinsi Jawa
Tengah.
2. Didapatkan tipologi masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jawa
Tengah.
3. Digambarkan seberapa besar tingkat ketimpangan pendapatan antar
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dan hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan tersebut.
4. Diidentifikasi peran dari masing-masing sektor ekonomi basis terhadap
ketimpangan pendapatan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.
12
D. Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini, diantaranya:
1. Bagi Pemerintah, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan yang berhubungan dengan pembangunan ekonomi
daerah.
2. Bagi pembaca maupun mahasiswa, semoga penelitian ini dapat menambah
wawasan mengenai pembangunan ekonomi daerah, terutama yang terkait
dengan potensi ekonomi daerah dan pemerataan ketimpangan pendapatan
antar kabupaten/kota.
13
BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah suatu rangkaian proses kegiatan yang
dilakukan oleh suatu negara untuk mengembangkan kegiatan atau aktifitas
ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup atau kemakmuran (income per-
kapita) dalam jangka panjang (Subandi, 2011:9) dalam Widi Asih
(2015:16). Todaro (2006:19), mengungkapkan bahwa pembangunan harus
dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai
perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan
institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi
pertumbuhan ekonomi, penanganan keimpangan pendapatan, serta
pengentasan kemiskinan.
Todaro (2006:22) menjelaskan tiga tujuan inti pembangunan yaitu:
a. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang
kebutuhan yang pokok, seperti pangan sandang, papan, kesehatan, dan
perlindungan keamanan.
b. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan
pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan
kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas
nilai-nilai kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya itu tidak hanya
14
untuk memperbaiki kesejahteraan materiil, melainkan juga
menumbuhkan harga diri pada pribadi dan bangsa yang bersangkutan.
c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta
bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka dari
belitan sikap menghamba dan ketergantungan, bukan hanya terhadap
orang atau bangsa-bangsa lain, namun juga terhadap setiap kekuatan
yang berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.
Pertumbuhan ekonomi seringkali diidentikan dengan pembangunan
ekonomi suatu wilayah. Namun menurut Sadono Sukirno (2006:33) dalam
Denny Iswanto (2014:17), pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses
kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator
keberhasilan pembangunan.
Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya
makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator
yang lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi
ialah usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah
kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman
modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan
ketrampilan, penambahan kemampuan dalam berorganisasi dan
manajemen, Denny Iswanto (2014:17).
15
Jadi, pada intinya, pembangunan ekonomi merupakan proses yang
menunjukan segala upaya untuk mencapai tujuan bangsa maupun negara
demi terwujud kesejahteraan rakyatnya yang salah satu tujuan atau
indikatornya adalah meningkatnya pendapatan perkapita penduduk dalam
jangka panjang.
2. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)
Dalam teori basis ekonomi (economic base theory) kegiatan
ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan nonbasis,
Tarigan (2005:28).
a. Sektor Basis
Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung
perekonomian daerah karena mempunyai Keuntungan Kompetitif
(Competitive Advantage) yang cukup tinggi, (Sjafrijal, 2008:89).
Kemudian kegiatan basis merupakan kegiatan yang bersifat exogenous
artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan
sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya pekerjaan lainnya, (Tarigan,
2005:55).
Emilia (2006) dalam Norma Rita S (2013:18) mengemukakan
bahwa aktifitas basis memiliki peranan penggerak utama (primer
mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu
wilayah semakin maju pertumbuhan wilayah. Perubahan yang terjadi
pada sektor basis menimbulkan efek ganda dalam perekonomian
regional.
16
Glasson (1997) dalam Linda Kristiyanti (2007:19-20)
mengungkapkan, meningkatnya arus jumlah aktivitas ekonomi basis di
suatu wilayah akan membentuk arus pendapatan ke wilayah tersebut.
Dengan meningkatnya arus pendapatan tersebut mereka akan
meningkatkan permintaan terhadap barang-barang dan pelayanan yang
dihasilkan oleh sektor bukan basis. Sebaliknya, jika menurunnya
aktivitas sektor basis di suatu wilayah maka akan menurunkan tingkat
pendapatan dan permintaan terhadap sektor bukan basis. Karena itu
sektor basis dapat dijadikan sebagai penggerak utama perubahan
peningkatan di sektor non basis dan memiliki nilai multiplier atau
pengganda basis terhadap pendapatan suatu wilayah.
Inti dari Model Ekonomi Basis (Economic Base Model) adalah
arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah
tersebut. Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah teknik yang
digunakan adalah Kuosien lokasi (Location Quotient = LQ). LQ
digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor
basis atau unggulan (leading sector).
b. Sektor non basis
Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang
kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang Sektor Basis atau
Service Industries, dalam (Sjafrijal, 2008:89).
Sektor non basis adalah sektor yang menyediakan barang dan jasa
untuk masyarakat di dalam batas wilayah perekonomian bersangkutan.
17
Luas lingkup produksi dan pemasaran bersifat lokal. Inti dari teori ini
adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh
ekspor wilayah tersebut, (Aditya Nugraha, 2013:13).
Bagian yang cukup sulit dalam menggunakan analisis basis ekonomi
adalah memilah antara kegiatan basis dan kegiatan nonbasis. Secara
logika penggunaan variabel pendapatan lebih mengena kepada sasaran.
Peningkatan pendapatan di sektor basis akan mendorong kenaikan
pendapatan di sektor nonbasis dalam bentuk yang lebih ketat dibandingkan
dengan menggunakan variabel lapangan kerja. Beberapa metode untuk
memilah antara kebiatan basis dan kegiatan nonbasis dikemukakan berikut
ini: (Tarigan, 2005:32-35)
a. Metode Langsung
Metode langsung dapat dilakukan dengan survei langsung kepada
pelaku usaha ke mana mereka memasarkan barang yang diproduksi dan
dari mana mereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk
menghasilkan produk tersebut. Dari jawaban yang mereka berikan,
dapat ditentukan berapa persen produk yang dijual ke luar wilayah dan
berapa persen yang dipasarkan di dalam wilayah. Untuk kepentingan
analisis, perlu diketahui jumlah orang yang bekerja dan berapa nilai
tambah yang dihasilkan dari kegiatan usaha tersebut. Namun,
menggunakan variabel nilai tambah/pendapatan sangat sulit karena di
dalamnya terdapat unsur laba yang biasanya sensitif untuk ditanyakan.
18
b. Metode Tidak Langsung
Salah satu metode tidak langsung adalah dengan menggunakan
asumsi atau biasa disebut metode asumsi. Ada kegiatan yang secara
tradisional dikategorikan sebagai kegiatan basis, misalnya:
1) Asrama militer karena gaji penghuninya dan biaya
operasional/perawatan lokasi berasal dari uang pemerintah pusat;
2) Kegiatan pertambangan karena umumnya hasilnya dibawa ke luar
wilayah;
3) Kegiatan pariwisata karena mendatangkan uang dari luar wilayah.
Dalam metode asumsi, kegiatan lain yang bukan dikategorikan
basis adalah otomatis menjadi kegiatan nonbasis.
c. Metode Campuran
Dalam metode campuran diadakan survei pendahuluan, yaitu
pengumpulan data sekunder, biasanya dari instansi pemerintah atau
lembaga pengumpul data seperti BPS. Dari data sekunder berdasarkan
analisis ditentukan kegiatan mana yang dianggap basis dan yang
nonbasis. Asumsinya apabila 70% atau lebih produknya diperkirakan
dijual ke luar wilayah maka kegiatan itu langsung dianggap basis.
Sebaliknya, apabila 70% atau lebih produknya dipasarkan di tingkat
lokal maka langsung dianggap non basis.
d. Metode Location Quotient
Metode LQ membandingkan porsi lapangan kerja/nilai tambah
untuk sektor tertentu di wilayah kita dibandingkan dengan porsi
19
lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang sama secara nasional.
LQ > 1 memberi indikasi bahwa sektor tersebut adalah basis, LQ < 1
berarti sektor itu adalah nonbasis.
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
a. Konsep Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah
nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan suatu daerah pada
periode tertentu, Sjafrizal (2014:182). Perhitungan nilai Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat dihitung melalui tiga
pendekatan, yaitu: (Sjafrizal, 2014:183 – 184)
1) Pendekatan Produksi (Production Approach)
Pada pendekatan ini digunakan penjumlahan dari nilai
produksi barang dan jasa yang diproduksi oleh daerah bersangkutan
pada periode atau tahun tertentu, yaitu:
PDRB = ∑ piqi i = 1, 2.......n
Dimana:
pi = harga komoditi i
qi = jumlah produksi komoditi bersangkutan
2) Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada pendekatan ini
merupakan penjumlahan dari nilai pengeluaran yang dilakukan pada
daerah bersangkutan. Dengan formula sebagai berikut:
PDRB = ∑ Ci + Ii + Gi + Mi i = 1, 2.......n
20
Dimana:
C = Konsumsi
I = Investasi
G = Pengeluaran pemerintah
M = Impor
3) Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
Pada pendekatan ini Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
merupakan penjumlahan dari unsur – unsur pendapatan yang
diterima oleh masyarakat. Dengan demikian, PDRB dapat dihitung
dengan formula berikut:
PDRB = ∑ si + wi + ri + πi i = 1, 2.......n
Dimana:
s = sewa
w = gaji dan upah
r = tingkat pengembalian modal atau tingkat bunga
π = keuntungan
b. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau
Pertumbuhan Ekonomi merupakan kenaikan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) PDRB di suatu wilayah dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan ekonomi seringkali diidentikan dengan pembangunan
ekonomi suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dilihat
21
atau dihitung dengan membandingkan besarnya Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) tahun ini dengan tahun lalu.
c. Teori Pertumbuhan Kuznets
Profesor Kuznets telah mengemukakan bahwa pada tahap-tahap
pertumbuhan awal, distribusi pendapatan atau kesejahteraan cenderung
memburuk namun pada tahap-tahap berikutnya hal itu akan membaik,
Todaro (1998:189).
Ketimpangan tersebut terjadi akibat dari kurang lancarnya
mobilitas faktor produksi baik modal dan tenaga kerja pada awal
pembangunan. Faktor pada awal pembangunan akan terkonsentrasi
pada daerah yang maju sehingga ketimpangan cenderung melebar.
Namun jika pembangunan terus berlanjut seperti perbaikan sarana
prasarana di daerah kurang maju maka ketimpangan regional akan
berkurang, Syafrizal (2008:97).
4. Tipologi Klassen Daerah
Karakteristik pola pertumbuhan ekonomi yang berbeda – beda antar
daerah dapat diketahui dengan Tipologi Klassen Daerah. Seperti yang
diungkapkan Leo Klassen (1965) analisis ini digunakan untuk mengetahui
gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing
daerah. Tipologi klassen daerah ini membagi daerah berdasarkan dua
indikator utama, yaitu PDRB per kapita daerah dan laju pertumbuhan
ekonomi daerah.
22
Menurut Tipologi Klassen, daerah dibagi menjadi 4 klasifikasi:
(Sjafrizal, 2014:197)
a. Daerah Maju (Developed Region) pada kuadran I di mana laju
pertumbuhan dan pendapatan perkapita yang lebih tinggi dari rata –
rata.
b. Daerah Maju Tapi Tertekan pada kuadran II di mana tingkat
penadapatan per kapita lebih tinggi dari rata – rata, tetapi laju
pertumbuhannya lebih rendah dari rata – rata.
c. Daerah Berkembang pada kuadran III di mana tingkat pendapatan per
kapita masih berada di bawah rata – rata, tetapi laju pertumbuhan
daerah ini telah berada di atas rata – rata.
d. Daerah Tertinggal pada kuadran IV di mana baik laju pertumbuhan
maupun pendapatan per kapita daerah ini berada di bawah nilai rata –
rata.
Untuk lebih jelasnya mengenai klasifikasi dari tipologi daerah, dapat
dilihat melalui tabel berikut.
Tabel 2.1.
Pengelompokkan Ekonomi Daerah Berdasarkan Tipologi Klassen
Laju Pertumbuhan
Pendapatan Per Kapita
Laju Pertumbuhan
di Atas Rata - rata
Laju Pertumbuhan
di Bawah Rata - rata
Pendapatan Per Kapita
di Atas Rata - rata Daerah Maju
Daerah Maju Tapi
Tertekan
Pendapatan Per Kapita
di Bawah Rata - rata
Daerah
Berkembang Daerah Tertinggal
23
5. Ketimpangan Antar Wilayah
a. Konsep Ketimpangan Antar Wilayah
Sjafrizal (2005:104) mengungkapkan bahwa ketimpangan
pembangunan antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi
dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini pada dasarnya
disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumberdaya alam dan
perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing
wilayah. Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah biasanya
terdapat wilayah maju (Developed Region) dan wilayah terbelakang
(Underdeveloped Region). Terjadinya ketimpangan antar wilayah ini
membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar
wilayah. Karena itu, aspek ketimpangan pembangunan antar wilayah ini
juga mempunyai implikasi pula terhadap kebijakan pembangunan
wilayah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
b. Perhitungan Ketimpangan Indeks Williamson
Sjafrizal (2014:193) menguraikan bahwa ukuran ketimpangan
ekonomi antar wilayah yang mula-mula ditemukan adalah Williamson
Index yang digunakan dalam studinya pada pertengahan tahun
enampuluhan. Secara ilmu statistik, indeks ini sebenarnya adalah
coefficient of variation yang lazim digunakan untuk mengukur suatu
perbedaan.
Arief dan Yundy (2010:204) turut menguraikan bahwa formula
pada Indeks Williamson pada dasarnya dengan coefficient of variation
24
(CV) biasa dimana standar deviasi dibagi dengan rataan. Williamson
(1965) dalam Tadjoeddin et al., (2001) memperkenalkan CV ini dengan
menimbangnya dengan proporsi penduduk, yang disebut dengan CVw.
Berbeda dengan Gini Rasio yang lazim digunakan dalam
mengukur distribusi pendapatan, Williamson Index menggunakan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita sebagai data
dasar. Alasannya jelas karena yang diperbandingkan adalah tingkat
pembangunan antar wilayah dan bukan tingkat kemakmuran antar
kelompok. Indeks ini dapat dihitung dengan rumus:
dimana:
CVW = Indeks ketimpangan pendapatan wilayah
ƒi = Jumlah penduduk di kabupaten/kota i
n = Jumlah penduduk provinsi
Yi = Pendapatan per kapita di kabupaten/kota i
Y = Rata-rata pendapatan per kapita untuk seluruh provinsi
Batasan tingkat ketimpangan antar wilayah dengan menggunakan
ukuran ini, yaitu:
1) Bila IW < 0,3 artinya ketimpangan wilayah rendah
2) Bila IW 0,3 – 0,5 artinya ketimpangan wilayah sedang
3) Bila IW > 0,5 artinya ketimpangan wilayah tinggi.
25
B. Penelitian Terdahulu
1. (Linda Kristiyanti, 2007) Analisis Sektor Basis Perekonomian dan
Peranannya dalam Mengurangi Ketimpangan Pendapatan Antar
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini difokuskan pada
sektor basis di Provinsi Jawa Timur menggunakan dua metode yaitu
Location Quotient untuk mengetahui sektor basis ekonomi di Provinsi
Jawa Timur dan Indeks Williamson untuk menghitung tingkat
ketimpangan pendapatan daerah, dan peranan sektor basis dalam
mengurangi tingkat ketimpangan pendapatan antar daerah tingkat II di
Provinsi Jawa Timur.
2. (Agus Naufal, 2010) Peranan Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan
Ekonomi dan Mengurangi Ketimpangan Pendapatan di Pemerintah Aceh.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar kontribusi sektor
pertanian terhadap PDRB, penyerapan tenaga kerja, dan laju pertumbuhan
ekonomi, serta besarnya ketimpangan pendapatan di Pemerintah Aceh.
Selain itu akan diidentifikasi peranan sektor pertanian terhadap
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan di daerah Pemerintah
Aceh pada kurun waktu tahun 2000-2007. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sektor pertanian menyumbang rata-rata 20,97 persen per tahun
terhadap PDRB. Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian rata-rata hanya
sebesar 1,52 persen per tahun, akan tetapi mampu menyerap tenaga kerja
56,31 persen pada tahun 2006 dan 49,62 persen pada tahun 2007.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa telah tejadi trend ketimpangan
26
pendapatan daerah di Pemerintah Aceh yang semakin menurun selama
periode analisis 2000-2007. Indeks Ketimpangan dengan
mengikutsertakan PDRB sektor pertanian dalam perhitungan nilainya lebih
kecil dibandingkan dengan Indeks Ketimpangan tanpa mengikutsertakan
PDRB sektor pertanian. Tahun 2000-2007 Indeks Ketimpangan tanpa
PDRB sektor pertanian berkisar antara 0,693471602 - 0,533987351. Pada
saat perhitungan dilakukan dengan memasukkan PDRB sektor pertanian,
Indeks Ketimpangan turun menjadi sekitar 0,425624060 - 0,204331984.
3. (Syari Syafrina, 2015) Peranan Sektor Pertanian Dalam Mengurangi
Ketimpangan Pendapatan Antar Daerah di Provinsi Sumatra Utara.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya ketimpangan
pendapatan antar daerah, kontribusi sektor pertanian terhadap
perekonomian Sumatera Utara, keterkaitan sektor pertanian terhadap
sektor-sektor lain di Sumatera Utara, peranan sektor pertanian dalam
mengurangi ketimpangan pendapatan antar daerah Sumatera Utara tahun
2008-2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketimpangan yang terjadi
antar daerah di Provinsi Sumatera Utara berada pada level sedang dengan
rata-rata Indeks Ketimpangan Williamson 0,474. Sektor pertanian
Sumatera Utara berperan dalam mengurangi tingkat ketimpangan antar
daerah di Sumatera Utara sebesar 32,23 persen per tahun. Sejak tahun
2008-2013 sektor pertanian menjadi sektor dengan kenaikan PDRB paling
besar sebesar 7,07 triliyun rupiah, mengalami pertumbuhan paling cepat
diantara sembilan sektor lain, memiliki daya saing paling baik, dan
27
merupakan sektor dengan laju pertumbuhan PDRB paling besar. Sektor
Pertanian memiliki keterkaitan ke belakang yang rendah. Dari enam belas
subsektor pertanian hanya sub sektor unggas dan peternakan lainnya yang
memiliki daya penyebaran yang tinggi. Empat sub sektor yang memiliki
derajat kepekaan yang tinggi adalah kehutanan, padi, karet dan kelapa
sawit. Sektor Pertanian dapat mengurangi tingkat ketimpangan karena
merupakan penyerap tenaga kerja paling besar dan nilai tambah terbesar
yaitu 42,5 dan 70,05 persen setiap tahun, serta merupakan sektor
pengekspor terbesar kedua.
4. (Denny Iswanto, 2015) Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota
dan Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Timur. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis besarnya disparitas antar daerah dan
pertumbuhan ekonomi, sektor-sektor yang berpotensi dikembangkan guna
mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, mengklasifikasi
daerah di Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur berdasarkan laju
pertumbuhan dan pendapatan perkapitanya. Hasil penelitian ini yakni,
masih banyak daerah di Propinsi Jawa Timur yang tergolong dalam daerah
relatif tertinggal, tercatat sebanyak 23 Kabupaten/Kota termasuk daerah
relatif tertinggal. Disparitas pendapatan antar daerah di Propinsi Jawa
Timur tergolong tinggi (>0,5) dengan nilai 0,4295 dan mengalami
kenaikan. Sementara hipotesis “U” terbalik Kuznets yang menggambarkan
hubungan antara pertumbuhan dengan ketimpangan tidak berlaku di
28
Propinsi Jawa Timur (sig-2 tailed correlation 0,160 terhadap indeks
Williamson dan 0,257 indeks Entropi Theil).
5. (Norma Rita, 2013) Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan
Pendapatan Antar Provinsi di Indonesia Tahun 2004-2010. Penelitian ini
ditujukan untuk mengetahui seberapa besar ketimpangan antar Provinsi di
Indonesia, dan untuk menentukan sektor-sektor unggulan di 33 provinsi di
Indonesia agar pertumbuhan ekonomi dapat tercapai secara optimal.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis pertumbuhan ekonomi,
location quotient (LQ), Shift-share, tipologi klassen, indeks Williamson
dan hipotesis U terbalik. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa: sektor
jasa dan sektor pertanian termasuk sektor yang berpotensi untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi tiap Provinsi di Indonesia. Masih ada
Provinsi di Indonesia yang tergolong dalam Provinsi relatif tertinggal,
tercatat sebanyak 14 Provinsi termasuk daerah relatif tertinggal. Disparitas
pendapatan antar Provinsi di Indonesia tahun 2004-2010 tegolong tinggi (>
0,5) dan mengalami kecenderungan menurun. Sementara hipotesis “U”
terbalik Kuznets yang menggambarkan hubungan antara pertumbuhan
dengan ketimpangan berlaku di Propinsi Indonesia.
6. (Puput Desi dan Made Kembar, 2013). Pertumbuhan Ekonomi dan
Ketimpangan Antar Kecamatan di Kabupaten Buleleng. Tujuan dari
penelitian ini yakni untuk mengetahui pola pertumbuhan ekonomi
perkecamatan di Kabupaten Buleleng, mengetahui ketimpangan antar
kecamatan di Kabupaten Buleleng, menguji hipotesis Kuznets di
29
Kabupaten Buleleng. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis Tipologi Klassen, analisis Indeks Williamson, dan dengan
korelasi pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah yang
tumbuh cepat tetapi tidak maju terdiri lima kecamatan yakni, Kecamatan
Gerokgak, Kecamatan Seririt, Kecamatan Sukasada, Kecamatan Buleleng,
dan kecamatan Kubutambahan. Daerah yang kedua yakni daerah yang
relative tertinggal adalah Kecamatan Bususngbiu, Kecamatan Banjar,
Kecamatan Sawan, dan Kecamatan Tejakula. Tingkat ketimpangan antar
kecamatan dengan Indeks Williamson angkanya cukup kecil. Lalu, melalui
korelasi pearson untuk mengetahui hubungan antara Pendapatan Per kapita
dengan Indeks Williamson, hasilnya sebesar -0,743 dengan nilai
signifikansi 0,150 yang berarti adalah secara statistik adanya korelasi
pearson dan hubungannya adalah negatif.
7. (Kukuh Danuargo dkk, 2015). Analisis Disparitas Pendapatan Kabupaten
dan Kota di Provinsi Jawa Timur (An Analysis the Income Disparity of
Regency and Town in East Java Province). Tujuan penelitian ini adalah
untuk melihat pola pertumbuhan, seberapa besar tingkat disparitas yang
terjadi, serta sektor unggulan pada daerah maju di Provinsi Jawa Tengah.
Alat analisis dalam penelitian ini adalah analisis tipologi klassen, Indeks
Williamson dan Indeks Enthropy Theil, analisis LQ, dan Analisis Shift
Share. Hasil penelitian ini adalah rata-rata kabupaten dan kota yang ada di
Provinsi Jawa Timur berada pada kuadran IV. Terdapat 23 kabupaten dan
kota yang masuk dalam kategori kuadran ini, daerah merupakan daerah
30
yang relatif tertinggal. Jika dilihat dari sisi tahunan, perekonomian
membaik, meski masih terjadi disparitas. Sektor unggulan pada masing-
masing kota di kuadran I, rata-rata yang menjadi kawasan andalan Provinsi
Jawa Timur sektor tersebut hanya memiliki keunggulan kompetitif (C’ij)
namun tidak memiliki spesialisasi (Aij), berarti juga sebaliknya.
31
Tabel 2.2.
Penelitian Sebelumnya
Nama
dan
Tahun
Judul Tujuan dan
Alat Analisis
Hasil Penelitian
Linda
Kristi-
yanti
(2007)
Analisis Sektor
Basis Per-
ekonomian dan
Peranannya
dalam
Mengurangi
Ketimpangan
Pendapatan
Antar
Kabupaten/
Kota di
Provinsi Jawa
Timur
Tujuan: untuk
mengetahui sektor
basis dan tingkat
ketimpangan di
Provinsi Jawa Timur,
serta peranan sektor
basis terhadap
ketimpangannya.
Alat analisis:
menggunakan dua
metode yaitu
Location Quotient
untuk mengetahui
sektor basis ekonomi
di Provinsi Jawa
Timur dan Indeks
Williamson untuk
menghitung tingkat
ketimpangan
pendapatan daerah,
dan peranan sektor
basis dalam
mengurangi tingkat
ketimpangan
pendapatan antar
daerah tingkat II di
Sektor yang menjadi
basis perekonomian
Provinsi Jawa Timur
pada tahun
2001-2003 yaitu sektor
pertanian, sektor
industri dan
pengolahan, sektor
listrik,
gas dan air bersih,
sektor perdagangan,
hotel dan restoran, dan
sektor
pengangkutan dan
komunikasi.
Ketimpangan
pendapatan di Propinsi
Jawa Timur termasuk
dalam kategori
ketimpangan sangat
tinggi karena nilai
indeks ketimpangan
lebih besar dari 1
(satu), besar nilai
ketimpangan. Sektor
basis yang memiliki
32
Provinsi Jawa Timur. peranan besar dalam
mengurangi tingkat
pendapatan terbesar di
Jawa Timur adalah
sektor pertanian
rata-rata sebesar 19
persen. Sektor basis
lainnya seperti sektor
listrik, gas dan air
bersih dan sektor
pengangkutan dan
komunikasi hanya
berperan kecil dalam
mengurangi tingkat
ketimpangan rata-rata
di bawah 3 persen.
Namun sektor
industri dan
pengolahan, dan sektor
perdagangan justru
memberikan dampak
yang
negatif terhadap
ketimpangan dan
menyebabkan kenaikan
tingkat ketimpangan
rata-rata selama perode
pengamatan sebesar 45
persen.
Agus
Naufal
Peranan Sektor
Pertanian
Tujuan: melihat
seberapa besar
Sektor pertanian
menyumbang rata-rata
33
(2010) dalam
Pertumbuhan
Ekonomi dan
Mengurangi
Ketimpangan
Pendapatan di
Pemerintah
Aceh
kontribusi sektor
pertanian terhadap
PDRB, penyerapan
tenaga kerja, dan laju
pertumbuhan
ekonomi, serta
besarnya ketimpangan
pendapatan di
Pemerintah Aceh.
Selain itu akan
diidentifikasi peranan
sektor pertanian
terhadap pertumbuhan
ekonomi dan
pemerataan
pendapatan di daerah
Pemerintah Aceh pada
kurun waktu tahun
2000-2007.
Alat Analisis: analisis
sumbangan sektor
pertanian terhadap
PDRB, penyerapan
tenaga kerja, dan laju
pertumbuhan ekonomi
di Pemerintah Aceh;
analisis Indeks
Williamson; dan
analisis peranan sektor
pertanian dalam
mengurangi
20,97 persen per tahun
terhadap PDRB.
Pertumbuhan ekonomi
sektor pertanian rata-
rata hanya sebesar 1,52
persen per tahun, akan
tetapi mampu menyerap
tenaga kerja 56,31
persen pada tahun 2006
dan 49,62 persen pada
tahun 2007. Trend
ketimpangan
pendapatan daerah di
Pemerintah Aceh yang
semakin berkurang.
Indeks Ketimpangan
dengan
mengikutsertakan
PDRB sektor pertanian
dalam perhitungan
nilainya lebih kecil
dibandingkan dengan
Indeks Ketimpangan
tanpa mengikutsertakan
PDRB sektor pertanian.
Tahun 2000-2007
Indeks Ketimpangan
tanpa PDRB sektor
pertanian berkisar
antara 0,69 - 0,53. Pada
saat perhitungan
34
ketimpangan
pendapatan dan
pertumbuhan ekonomi
Pemerintah Aceh.
dilakukan dengan
memasukkan PDRB
sektor pertanian, Indeks
Ketimpangan turun
menjadi sekitar 0,43 -
0,20.
Syari
Syafrina
(2015)
Peranan Sektor
Pertanian
Dalam
Mengurangi
Ketimpangan
Pendapatan
Antar Daerah
di Provinsi
Sumatra Utara
Tujuan penelitian:
untuk mengetahui
besarnya ketimpangan
pendapatan antar
daerah, kontribusi
sektor pertanian
terhadap
perekonomian,
keterkaitan sektor
pertanian terhadap
sektor-sektor lain,
peranan sektor
pertanian dalam
mengurangi
ketimpangan
pendapatan antar
daerah Sumatera
Utara tahun 2008-
2013.
Alat Analisis: metode
deskriptif berdasarkan
coefficient of variation
oleh Williamson
(CVw), analisis Shift-
Share, analisis
Ketimpangan yang
terjadi antar daerah di
Provinsi Sumatera
Utara berada pada level
sedang dengan rata-rata
Indeks Ketimpangan
Williamson 0,474.
Sektor pertanian
Sumatera Utara
berperan dalam
mengurangi tingkat
ketimpangan antar
daerah di Sumatera
Utara sebesar 32,23
persen per tahun. Sejak
tahun 2008-2013 sektor
pertanian menjadi
sektor dengan kenaikan
PDRB paling besar
sebesar 7,07 triliyun
rupiah, mengalami
pertumbuhan paling
cepat diantara sembilan
sektor lain, memiliki
daya saing paling baik,
35
keterkaitan, serapan
tenaga kerja di Sektor
Pertanian, nilai
tambah produk
pertanian dan nilai
ekspor komoditi
pertanian.
dan merupakan sektor
dengan laju
pertumbuhan PDRB
paling besar. Sektor
Pertanian memiliki
keterkaitan ke belakang
yang rendah. Hanya sub
sektor unggas dan
peternakan lainnya
yang memiliki daya
penyebaran yang tinggi.
Empat sub sektor yang
memiliki derajat
kepekaan yang tinggi
adalah kehutanan, padi,
karet dan kelapa sawit.
Sektor Pertanian dapat
mengurangi tingkat
ketimpangan karena
merupakan penyerap
tenaga kerja paling
besar dan nilai tambah
terbesar yaitu 42,5 dan
70,05 persen setiap
tahun, serta merupakan
sektor pengekspor
terbesar kedua.
Denny
Iswanto
(2015)
Ketimpangan
Pendapatan
Antar
Kabupaten/
Tujuan: mengetahui
disparitas antar daerah
dan pertumbuhan
ekonomi, sektor-
Masih banyak daerah di
Propinsi Jawa Timur
yang tergolong dalam
daerah relatif tertinggal,
36
Kota dan
Pertumbuhan
Ekonomi di
Propinsi Jawa
Timur.
sektor yang
berpotensi, klasifikasi
laju pertumbuhan
daerah.
Alat Analisis:
Location Quotient
(LQ), Shift-share,
Tipologi Sektoral,
Tipologi Klassen,
Indeks Williamson,
Indeks Theil, Korelasi
Pearson
tercatat sebanyak 23
Kabupaten/Kota
termasuk daerah relatif
tertinggal. Disparitas
pendapatan antar daerah
di Propinsi Jawa Timur
tergolong tinggi (>0,5)
dengan nilai 0,43 dan
mengalami kenaikan.
Sementara hipotesis
Kuznets yang
menggambarkan
hubungan antara
pertumbuhan dengan
ketimpangan tidak
berlaku di Propinsi
Jawa Timur (sig-2
tailed correlation 0,160
terhadap indeks
Williamson dan 0,257
indeks Entropi Theil).
Norma
Rita
(2013)
Analisis
Pertumbuhan
Ekonomi dan
Ketimpangan
Pendapatan
Antar Provinsi
di Indonesia
Tahun 2004-
2010
Tujuan: untuk
mengetahui
ketimpangan antar
Provinsi di Indonesia,
sektor-sektor
unggulan di 33
provinsi di Indonesia.
Alat analisis: analisis
pertumbuhan
ekonomi, location
Sektor jasa dan sektor
pertanian termasuk
sektor yang berpotensi
untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi
tiap Provinsi di
Indonesia. Masih ada
Provinsi di Indonesia
yang tergolong dalam
Provinsi relatif
37
quotient (LQ), Shift-
share, tipologi
klassen, indeks
Williamson dan
hipotesis kuznets.
tertinggal, tercatat
sebanyak 14 Provinsi
termasuk daerah relatif
tertinggal. Disparitas
pendapatan antar
Provinsi di Indonesia
tahun 2004-2010
tegolong tinggi (> 0,5)
dan mengalami
kecenderungan
menurun. Sementara
hipotesis “U” terbalik
Kuznets yang
menggambarkan
hubungan antara
pertumbuhan dengan
ketimpangan berlaku di
Propinsi Indonesia.
Puput
Desi dan
Made
Kembar
(2013)
Pertumbuhan
Ekonomi dan
Ketimpangan
Antar
Kecamatan di
Kabupaten
Buleleng
Tujuan: untuk
mengetahui pola
pertumbuhan, tingkat
ketimpangan, dan
hipotesis kuznets di
Kabupaten Buleleng.
Alat analisis: Tipologi
Klassen, Indeks
Williamson, Korelasi
Pearson.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
hasil dari tipologi
klassen, hanya
terbagi menjadi dua
kuadran. Tingkat
ketimpangan antar
kecamatan dengan
Indeks Williamson
angkanya cukup kecil.
Lalu, melalui korelasi
pearson untuk
mengetahui hubungan
38
antara Pendapatan Per
kapita dengan Indeks
Williamson, hasilnya
sebesar -0,743 dengan
nilai signifikansi 0,150
yang berarti adalah
secara statistik adanya
korelasi pearson dan
hubungannya adalah
negatif.
Kukuh
Danuar-
go dkk
(2015)
Analisis
Disparitas
Pendapatan
Kabupaten dan
Kota di
Provinsi Jawa
Timur (An
Analysis the
Income
Disparity of
Regency and
Town in East
Java Province)
Tujuan: untuk
mengetahui pola
pertumbuhan, tingkat
disparitas, serta sektor
unggulan pada daerah
maju di Provinsi Jawa
Tengah.
Alat analisis: analisis
tipologi klassen,
Indeks Williamson
dan Indeks Enthropy
Theil, analisis LQ, dan
Analisis Shift Share.
Hasil penelitian ini
adalah rata-rata
kabupaten dan kota
yang ada di Provinsi
Jawa Timur berada
pada kuadran IV.
Terdapat 23 kabupaten
dan kota yang masuk
dalam kategori kuadran
ini, daerah merupakan
daerah yang relatif
tertinggal. Jika dilihat
dari sisi tahunan,
perekonomian
membaik, meski masih
terjadi disparitas.
Sektor unggulan pada
masing-masing kota di
kuadran I, rata-rata
yang menjadi kawasan
andalan Provinsi Jawa
39
Timur sektor tersebut
hanya memiliki
keunggulan kompetitif
(C’ij) namun tidak
memiliki spesialisasi
(Aij), berarti juga
sebaliknya.
40
C. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1.
Kerangka Berpikir
Pelaksanaan Otonomi Daerah
Pembangunan Ekonomi Daerah
Penggalian
Potensi Ekonomi Daerah
(Teori Ekonomi Basis)
Pertumbuhan
Ekonomi
Pengurangan
Ketimpangan
Pendapatan
Antar Daerah
Korelasi
Pearson
Product
Moment
Analisis
Location Quotient
(LQ)
Analisis
Ketimpangan
Indeks
Williamson
Peran
Sektor
Ekonomi Basis
Tipologi
Klassen
Daerah
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Provinsi Jawa Tengah.
Adapun data time series yang telah ditentukan adalah tahun 2011 – 2015.
Kemudian jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder
yang berasal dari BPS, dan bersifat kuantitatif. Kemudian metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode expost facto. Aditya Nugraha
(2013:31) mengungkapkan bahwa metode expost de facto merupakan metode
dimana menggunakan data masa lampau yang sudah ada tanpa memberi
perlakuan maupun treatment khusus pada variabel yang diteliti.
Untuk menghindari terlalu luasnya ruang lingkup pembahasan serta
tercapainya suatu hasil pembahasan yang lebih rinci dan terarah maka perlu
ditegaskan bahwa penulis akan membahas sektor ekonomi basis, tipologi
klassen daerah, tingkat ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota,
korelasi Pearson product moment hipotesis Kuznets, dan peran sektor basis
terhadap ketimpangan di Provinsi Jawa Tengah.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah keseluruhan kelompok unit dari minat dalam studi
penelitian, (Syamsir Abduh, 2006:62). Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh provinsi di Indonesia. Kemudian Sugiyono
(2008:62) mengungkapkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan
42
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Provinsi Jawa Tengah. Metode pengambilan sampel
yang digunakan adalah teknik purposive sampling, yaitu penarikan sampel
yang dilakukan karena tujuan penelitian hanya dimaksudkan untuk
mengungkap penelitian hanya sebatas sampel itu saja, atau cara pengambilan
sampel dimana anggota sampel diserahkan pada pertimbangan pengumpul
data yang berdasarkan atas pertimbangan yang sesuai dengan maksud dan
tujuan tertentu, Ayu Andini (2017:55).
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan hal yang penting dan tidak
diperbolehkan adanya manipulasi dalam pengumpulannya, karena data yang
dikumpulkan merupakan data yang akan dianalisis dan akan menjadi hasil
yang diperoleh dari penelitian. Kemudian jika diklasifikasikan berdasarkan
sumbernya, data penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder
merupakan data yang diperoleh dari sumber yang menerbitkan dan bersifat
siap pakai, Tony Wijaya (2013:19).
Rangkaian kegiatan yang dilakukan penulis dalam memperoleh data
sekunder dalam penelitian ini adalah:
1. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan ini dilakukan dengan tujuan agar penulis
memperoleh konsep serta landasan teori yang sesuai topik penelitian. Studi
kepustakaan turut pula dilakukan dengan cara mengumpulkan, memilih,
43
dan memahami penelitian terdahulu yang sesuai dengan topik yang ditulis
dalam penelitian. Penelitian terdahulu berupa jurnal serta skripsi.
2. Teknik Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data terkait penelitian yang
diperoleh melalui laporan hingga statistik yang ada pada objek penelitian.
Peneliti hanya mengambil data yang telah diolah oleh pihak lain. Sumber
data perolehan atas data sekunder yang merupakan dalam penelitian ini
dapat dilihat melalui tabel berikut ini.
Tabel 3.1.
Data dan Sumber Perolehannya.
No. Data Sumber
1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) masing-
masing Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
menurut Lapangan Usaha tahun 2011-2015.
BPS
2. Jumlah penduduk berdasarkan Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2015.
BPS
3. PDB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) di Indonesia
menurut Lapangan Usaha tahun 2011-2015.
BPS
D. Metode Analisis Data
1. Metode Location Quotient (LQ)
Location Quotient (kuosien lokasi) atau disingkat LQ adalah suatu
perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu
daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional,
44
Tarigan (2005:82). Analisis LQ ini untuk mengetahui sektor apa saja yang
merupakan potensi ekonomi yang menjadi pendorong perekonomian di
suatu wilayah atau sektor basis, dan sektor-sektor lainnya yang hanya
menjadi penunjang dari sektor basis atau yang biasa disebut dengan sektor
non basis.
Arief dan Yundy (2010:20-21) menguraikan ada dua cara untuk
mengukur LQ dari suatu sektor dalam perekonomian wilayah yakni
melalui pendekatan nilai tambah atau PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto) dan tenaga kerja. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan nilai
tambah atau PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), sehingga
rumusnya sebagai berikut.
LQ = 𝑉𝑖/𝑉𝑡
𝑌𝑖/𝑌𝑡 ................................................................. (1)
dimana :
Vi = Nilai PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih rendah
Vt = Total PDRB pada tingkat wilayah yang lebih rendah
Yi = Nilai PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih atas
Yt = Total PDRB pada tingkat wilayah yang lebih atas
Menurut Bendavid Val dalam Choliq (2007:56), kriteria pengukuran
ada tiga kemungkinan yang terjadi yaitu:
a. Jika LQ > 1 maka sektor tersebut dikatagorikan sektor basis, artinya
tingkat spesialisasi kabupaten/kota lebih tinggi dari tingkat provinsi.
Dan merupakan kegiatan ekonomi yang mampu melayani pasar di
daerah itu sendiri maupun di luar daerah.
45
b. Jika LQ = 1 maka tingkat spesialisasi kabupaten/kota sama dengan di
tingkat provinsi. Dan merupakan kegiatan ekonomi yang hanya
mampu melayani pasar di daerah itu sendiri.
a. Jika LQ < 1 maka sektor tersebut dikatagorikan sektor non basis,
artinya tingkat spesialisasi kabupaten/kota lebih rendah dari tingkat
provinsi. Dan merupakan kegiatan ekonomi yang kurang mampu
melayani pasar di daerah itu sendiri.
2. Tipologi Klassen
Tipologi Klassen pendekatan wilayah atau daerah dalam penelitian
ini digunakan untuk mengetahui pola pertumbuhan ekonomi pada masing-
masing Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.
Menurut Tipologi Klassen, daerah dibagi menjadi 4 klasifikasi:
(Sjafrizal, 2014:197)
e. Daerah Maju (Developed Region) pada kuadran I di mana laju
pertumbuhan dan pendapatan perkapita yang lebih tinggi dari rata –
rata.
f. Daerah Maju Tapi Tertekan pada kuadran II di mana tingkat
penadapatan per kapita lebih tinggi dari rata – rata, tetapi laju
pertumbuhannya lebih rendah dari rata – rata.
g. Daerah Berkembang pada kuadran III di mana tingkat pendapatan per
kapita masih berada di bawah rata – rata, tetapi laju pertumbuhan
daerah ini telah berada di atas rata – rata.
46
h. Daerah Tertinggal pada kuadran IV di mana baik laju pertumbuhan
maupun pendapatan per kapita daerah ini berada di bawah nilai rata –
rata.
Untuk lebih jelasnya mengenai klasifikasi dari tipologi daerah, dapat
dilihat melalui tabel berikut.
Tabel 3.2.
Pengelompokkan Ekonomi Daerah Berdasarkan Tipologi Klassen
Laju Pertumbuhan
Pendapatan Per Kapita
Laju Pertumbuhan
di Atas Rata - rata
Laju Pertumbuhan
di Bawah Rata - rata
Pendapatan Per Kapita
di Atas Rata - rata Daerah Maju
Daerah Maju Tapi
Tertekan
Pendapatan Per Kapita
di Bawah Rata - rata
Daerah
Berkembang Daerah Tertinggal
3. Ketimpangan Pendapatan Antar Wilayah (Indeks Williamson)
Dalam penelitian ini, ketimpangan pendapatan antar wilayah
dihitung dengan Indeks Williamson. Semakin besar angka Indeks
Williamson ini maka semakin besar pula tingkat ketimpangan yang terjadi.
Indeks ini dapat dihitung dengan rumus (Denny Iswanto, 2015:50):
dimana:
CVw = Indeks ketimpangan pendapatan di Provinsi Jawa Tengah
Ƒi = Jumlah penduduk di Kabupaten/Kota i
47
N = Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah
Yi = Pendapatan per kapita di Kabupaten/Kota i
Y = Pendapatan perkapita di Provinsi Jawa Tengah
Batasan tingkat ketimpangan antar wilayah dengan menggunakan
ukuran ini, yaitu:
a. Bila IW < 0,3 artinya ketimpangan wilayah rendah
b. Bila IW 0,3 – 0,5 artinya ketimpangan wilayah sedang
c. Bila IW > 0,5 artinya ketimpangan wilayah tinggi.
4. Korelasi Pearson Product Moment
Korelasi adalah suatu teknik statistik yang digunakan untuk mencari
hubungan antara dua variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif. Dua
variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan pada variabel yang satu
akan diikuti perubahan variabel yang lain secara teratur, dengan arah yang
sama atau dapat pula dikatakan dengan arah yang berlawanan.
Koefisien korelasi dinyatakan dengan bilangan antara 0 (nol) sampai
+1 atau 0 (nol) sampai -1. Apabila koefisien korelasi r mendekati +1 atau
-1 berarti terdapat hubungan yang lemah atau tidak ada hubungan. Apabila
r (korelasi pearson) sama dengan +1 atau -1 berarti terdapat hubungan
positif sempurna (Djarwanto, 1993: 327) dalam Aditya P (2010:72).
Penelitian korelasional berusaha untuk menentukan apakah terdapat
dua hubungan (asosiasi) antara dua variabel atau lebih serta seberapa jauh
korelasi yang ada di antara variabel yang diteliti. Korelasi antara x dan y
48
secara numerik dapat dihitung dengan koefisian korelasi Pearson Product
Moment. (Kuncoro, 2009:12)
Pada penelitian ini, analisis korelasi pearson diperlukan untuk
melihat hubungan antara laju pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan
pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Analisis
Korelasi Pearson ini dilakukan dengan menggunakan software eviews 6.0.
5. Analisis Peranan Sektor Basis Terhadap Ketimpangan Pendapatan
Untuk melihat peranan sektor basis terhadap ketimpangan
pendapatan daerah dilakukan dengan cara menghitung ketimpangan
pendapatan tanpa memasukkan nilai PDRB masing-masing sektor basis
dalam perhitungan tersebut. Kemudian bandingkan dengan besarnya
tingkat ketimpangan dengan memasukkan PDRB sektor basis. Apabila
setelah PDRB sektor basis dikeluarkan dari perhitungan tingkat
ketimpangan semakin besar, maka artinya sektor basis berperan dalam
mengurangi ketimpangan pendapatan antar daerah yang terjadi, (Linda
Kristianti, 2007: 32).
E. Operasional Variabel Penelitian
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Potensi Ekonomi
Potensi Ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala
sesuatu yang dimiliki daerah yang mungkin atau layak dikembangkan
sehingga akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan rakyat
setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan
49
untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan, Aditya
(2013:47) dikutip kembali dari Soeparmoko dalam Nudiatulhuda (2007).
Oleh karena itu, menjadi penting untuk pemerintah mengetahui potensi apa
yang dimiliki daerahnya.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Penelitian ini menggunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan
(ADHK) tahun 2010. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah
jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh
sektor perekonomian di suatu wilayah (BPS, 2017).
Dalam penelitian ini menggunakan PDRB Atas Dasar Harga
Konstan (ADHK), bukan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB), karena
PDRB ADHK dihitungnya melalui tingkat produksi riil dengan
mengeluarkan pengaruh dari faktor perubahan harga antar periode waktu,
dalam Tinjauan PDRB Kabupaten/Kota Se-Jawa Tengah Tahun 2014
(2015:5).
3. Sektor-sektor Ekonomi
Merupakan lapangan usaha yang terdapat pada PDRB di Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Tengah, yaitu:
a. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
b. Pertambangan dan Penggalian
c. Industri Pengolahan
d. Pengadaan Listrik dan Gas
e. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
50
f. Konstruksi
g. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
h. Transportasi dan Pergudangan
i. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
j. Informasi dan Komunikasi
k. Jasa Keuangan dan Asuransi
l. Real Estate
m. Jasa Perusahaan
n. Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
o. Jasa Pendidikan
p. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
q. dan Jasa Lainnya.
4. Ketimpangan Pendapatan Antar Wilayah
Dalam penelitian ini, wilayah yang dimaksud merupakan kabupaten
dan kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Tingkat ketimpangan diukur
berdasarkan hasil perhitungan Indeks Williamson, dengan besaran antara 0
sampai 1.
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Keadaan Geografis
Gambar 4.1.
Peta Provinsi Jawa Tengah
Sumber: Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional
Secara geografis, letak wilayah Provinsi Jawa Tengah berada pada
5040' - 8030' Lintang Selatan dan 108030' - 111030' Bujur Timur. Letak
wilayah Provinsi Jawa Tengah berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur
Sebelah Selatan : Samudera Hindia, dan
Daerah Istimewa Yogyakarta
Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat
52
Tabel 4.1.
Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015
Kabupaten/
Kota
Luas
(km2)
Persentase
(%)
Kabupaten/
Kota
Luas
(km2)
Persentase
(%)
Kab. Cilacap 2138,51 6,57 Kab. Kudus 425,17 1,31
Kab.
Banyumas
1327,59 4,08 Kab. Jepara 1004,16 3,09
Kab.
Purbalingga
777,65 2,39 Kab. Demak 897,43 2,76
Kab.
Banjarnegara
1069,74 3,29 Kab.
Semarang
946,86 2,91
Kab.
Kebumen
1282,74 3,94 Kab.
Temanggung
870,23 2,67
Kab.
Purworejo
1034,82 3,18 Kab. Kendal 1002,27 3,08
Kab.
Wonosobo
984,68 3,03 Kab. Batang 788,95 2,42
Kab.
Magelang
1085,73 3,34 Kab.
Pekalongan
836,13 2,57
Kab. Boyolali 1015,07 3,12 Kab.
Pemalang
1011,90 3,11
Kab. Klaten 655,56 2,01 Kab. Tegal 879,70 2,70
Kab.
Sukoharjo
466,66 1,43 Kab. Brebes 1657,73 5,09
Kab.
Wonogiri
1822,37 5,60 Kota
Magelang
18,12 0,06
Kab.
Karanganyar
772,20 2,37 Kota
Surakarta
44,03 0,14
Kab. Sragen 946,49 2,91 Kota Salatiga 52,96 0,16
Kab.
Grobogan
1975,85 6,07 Kota
Semarang
373,67 1,15
Kab. Blora 1794,40 5,51 Kota
Pekalongan
44,96 0,14
Kab.
Rembang
1014,10 3,12 Kota Tegal 34,49 0,11
Kab. Pati 1491,20 4,58 Provinsi Jawa
Tengah
32544,12 100,00
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah adalah 3.254.412 Ha atau
25,04% dari luas Pulau Jawa. Dengan wilayah terluas yaitu Kabupaten
53
Cilacap dengan luas 213851 Ha (6,57%) dan wilayah terkecil Kota
Magelang dengan luas 1812 Ha (0,06%).
Kondisi topografi wilayah Jawa Tengah beraneka ragam, meliputi
daerah pegunungan dan dataran tinggi yang membujur sejajar dengan
panjang pulau Jawa di bagian tengah; dataran rendah yang hampir tersebar
di seluruh Jawa Tengah; dan pantai yaitu pantai Utara dan Selatan.
Kemiringan lahan di Jawa Tengah bervariasi, meliputi lahan dengan
kemiringan 0-2% sebesar 38%; lahan dengan kemiringan 2-15% sebesar
31%; lahan dengan kemiringan 15-40% sebesar 19%; dan lahan dengan
kemiringan lebih dari 40% sebesar 12%.
Secara fisiografis, Jawa Tengah terbagi menjadi 7 (tujuh) klasifikasi
fisiografis, yaitu Perbukitan Rembang, Zone Randublatung, Pegunungan
Kendeng, Pegunungan Selatan Jawa Tengah bagian Timur, Pegunungan
Serayu Utara, Pegunungan Serayu Selatan, dan Pegunungan Progo Barat.
Jenis tanah yang ada di wilayah Jawa Tengah meliputi organosol, alluvial,
planosol, litosol, regosol, andosol, grumosol, mediteran, latosol, dan
podsolik, dan didominasi jenis tanah latosol, aluvial, dan gromosol, yang
tersebar di seluruh wilayah. Jenis tanah ini merupakan jenis tanah yang
tingkat kesuburannya cukup tinggi.
Jumlah gunung di Jawa Tengah relatif banyak, beberapa diantaranya
masih aktif sehingga sewaktu-waktu masih mengeluarkan lava/gas
beracun. Terdapat 6 (enam) gunung berapi yang aktif di Jawa Tengah,
yaitu Gunung Merapi (di Boyolali), Gunung Slamet (di Pemalang),
54
Gunung Sindoro (di Temanggung-Wonosobo), Gunung Sumbing (di
Temanggung-Wonosobo), Gunung Dieng (di Banjarnegara) dan Gunung
Merbabu (di Salatiga-Boyolali). Gunung berapi di sepanjang wilayah Jawa
Tengah rata-rata mempunyai tingkat kerentanan terhadap bahaya bencana
vulkanik tinggi, sehingga memerlukan pengawasan terus menerus.
Kemudian penggunaan lahan di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun
2010 meliputi lahan sawah seluas 991.524 Ha (30,47%) dan bukan lahan
sawah seluas 2.262.888 Ha (69,53%). Dibandingkan Tahun 2009, kondisi
ini menunjukkan penurunan luas lahan sawah yang beralih menjadi bukan
lahan sawah sebesar 128 Ha (0,013%). (RPJMD Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2013-2018)
2. Administrasi Pemerintahan dan Kependudukan
Pembentukan Provinsi Jawa Tengah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Djawa Tengah dan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah.
Kemudian secara administratif, menurut Buku Induk Kode Wilayah tahun
2015, Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 35 Kabupaten/Kota (29 Kabupaten
dan 6 Kota).
Berdasarkan data dari BPS Jawa Tengah, jumlah penduduk di
Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2010 hingga tahun 2015 selalu meningkat
dari tahun ke tahun, yakni dari sebesar 32.643.612 jiwa pada tahun 2011,
menjadi 33.774.141 jiwa pada tahun 2015. Jumlah penduduk paling
55
banyak dari tahun ke tahunnya yakni ada di Kabupaten Brebes, dengan
rata-rata jumlah penduduk sebanyak 1.766.483 jiwa dan dengan jumlah
penduduk paling sedikit di Kota Magelang dengan rata-rata sebanyak
hanya 120.030 jiwa.
Jika dilihat dari kepadatan penduduknya pun, Provinsi Jawa Tengah
cenderung mengalami peningkatan kepadatan penduduk dari tahun ke
tahunnya, hanya dari tahun 2012 ke 2013 yang tidak mengalami
peningkatan kepadatan penduduk dari 1003 jiwa/km2 pada tahun 2011
menjadi 1038 jiwa/km2 pada tahun 2015, hal tersebut dapat ditunjukkan
melalui grafik berikut ini.
Grafik 4.1.
Kepadatan Penduduk di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2011 – 2015 (dalam Jiwa/Km2)
Sumber: BPS yang diolah kembali oleh penulis.
Berdasarkan data Keadaan Angkatan Kerja Jawa Tengah Agustus
2015, lapangan kerja utama penduduk di Provinsi Jawa Tengah didominasi
980
1000
1020
1040
2011 2012 2013 2014 2015
Kepadatan Penduduk
56
sektor industri (29,88%), pertanian (28,66%), dan perdagangan (23,24%).
Seperti yang terlihat pada grafik berikut ini.
Grafik 4.2.
Presentase Penduduk Jawa Tengah Berumur 15 Tahun ke Atas yang
Bekerja Seminggu yang lalu menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Sumber: Keadaan Angkatan Kerja Jawa Tengah Agustus 2015
Terkait tingkat yang mencerminkan status kemampuan dasar
penduduknya, yakni Indeks Pembangunan Manusia (IPM), di Provinsi
Jawa Tengah IPM selalu meningkat dari tahun ke tahunnya, yang berarti
bahwa kemampuan dasar penduduknya membaik. Perkembangan IPM
tersebut dapat dilihat melalui grafik berikut ini.
28,66%
19,88%
0,76%
12,62%
2,09%
23,24%
9,3%3,33%
Pertanian Industri
Pertambangan Jasa Kemasyarakatan
Keuangan Perdagangan
Konstruksi Angkutan
57
Grafik 4.3
Perkembangan IPM di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2012
Sumber: RPJMD Jawa Tengah 2013 - 2018
3. Kondisi Perekonomian
Kondisi perekonomian di suatu wilayah dapat kita lihat dari Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Seperti menurut BPS, bahwa PDRB
per kapita dapat dijadikan salah satu indikator guna melihat keberhasilan
pembangunan perekonomian di suatu wilayah. Perkembangan PDRB Per
Kapita Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) di Provinsi Jawa Tengah
menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Secara keseluruhan,
kondisi perekonomian di Provinsi Jawa Tengah terus meningkat, hal
tersebut dapat dilihat dari grafik total PDRB perkapita di Provinsi Jawa
Tengah berikut ini.
70.5
71
71.5
72
72.5
73
73.5
2008 2009 2010 2011 2012
IPM
58
Grafik 4.4.
PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015 (dalam Juta Rupiah)
Sumber: BPS yang diolah kembali oleh penulis.
Dapat dilihat dari grafik di atas bahwa PDRB per kapita di Provinsi
Jawa Tengah selalu meningkat setiap tahunnya. Di tahun 2011 Provinsi
Jawa Tengah hanya memiliki PDRB per kapita sebesar 11,86 juta rupiah,
dan menjadi 22,50 juta rupiah pada tahun 2015.
Kemudian apabila dilihat dari kontribusinya pada tabel di bawah ini,
3 sektor pertama yang memiliki kontribusi besar pada Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Jawa Tengah yakni, sektor industri
pengolahan, pertanian, serta perdagangan. Hal tersebut dapat dilihat
melalui tabel berikut ini.
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
2011 2012 2013 2014 2015
PDRB Per Kapita(dalam JutaRupiah)
59
Tabel 4.2.
Kontribusi Sektor-sektor Lapangan Usaha PDRB
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015 (dalam persen)
Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 16,90 16,58 16,13 15,28 15,21
Pertambangan dan Penggalian 2,14 2,14 2,15 2,18 2,18
Industri Pengolahan 29,74 30,15 30,66 31,09 30,88
Pengadaan Listrik dan Gas 0,11 0,12 0,12 0,12 0,11
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 0,09 0,08 0,08 0,08 0,08
Konstruksi 10,77 10,86 10,76 10,65 10,72
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 16,19 15,68 15,50 15,38 15,27
Transportasi dan Pergudangan 3,19 3,23 3,34 3,45 3,49
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum 3,24 3,24 3,19 3,25 3,30
Informasi dan Komunikasi 3,67 3,82 3,91 4,18 4,29
Jasa Keuangan dan Asuransi 2,93 2,89 2,85 2,81 2,86
Real Estate 1,86 1,85 1,85 1,91 1,95
Jasa Perusahaan 0,32 0,37 0,34 0,35 0,36
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,31 3,09 3,07 2,94 2,93
Jasa Pendidikan 3,17 3,53 3,66 3,84 3,89
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,73 0,84 0,78 0,83 0,84
Jasa lainnya 1,63 1,53 1,61 1,67 1,63
Sumber: BPS yang diolah kembali oleh penulis.
Sektor yang memiliki kontribusi paling besar Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) di setiap tahunnya, yakni sektor industri
pengolahan yang rata-rata besarnya kontribusinya terhadap Produk
60
Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2011 hingga 2015 mencapai
30,50%. Kemudian sektor pertanian memiliki kontribusi terbesar kedua
setelah sektor industri pengolahan, dengan rata-rata kontribusinya terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 16,02%. Sektor
perdagangan yang berada di urutan ketiga, memiliki rata-rata kontribusi
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai 15,60%.
Dan sektor yang memiliki nilai kontribusi terkecil dengan presentase
kontribusi selalu di bawah 1% dari tahun ke tahunnya, yakni sektor jasa
kesehatan dan kegiatan sosial, serta sektor jasa perusahaan.
Berbeda dengan kontribusi sektor industri pengolahan terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang selalu meningkat di setiap
tahunnya, yang terjadi pada kontribusi sektor pertanian dan sektor
perdagangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) justru
selalu menurun setiap tahunnya. Sektor pertanian turun dari sebesar
16,90% pada tahun 2011 menjadi hanya sebesar 15,21% pada tahun 2015,
dan sektor perdagangan turut menurun dari sebesar 16,19% menjadi
15,27%. Namun, penurunan kontribusi tersebut bukan berarti karena
penurunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian dan
sektor perdagangan, namun karena pertumbuhan sektor lainnya yang lebih
cepat.
Hal tersebut dapat dilihat dari total PDRB sektor pertanian yang
meningkat dari 103,5 triliyun rupiah pada tahun 2011 menjadi 115,6
triliyun rupiah pada tahun 2015, dan total PDRB sektor perdagangan
61
meningkat dari 99 triliyun rupiah pada tahun 2011 menjadi 116 triliyun
rupiah pada tahun 2015.
B. Hasil dan Pembahasan
1. Sektor Ekonomi Basis dengan Location Quotient (LQ)
Untuk menentukan sektor basis dan sektor non basis dalam
perekonomian suatu wilayah maka digunakan analisis Location Quotient
(LQ). Penentuan sektor basis ini sangat penting untuk Pemerintah Daerah,
karena dengan mengetahui sektor basis dan non basis, dapat dijadikan
sebagai barometer sektor mana saja yang dapat dijadikan prioritas dalam
pembangunan ekonomi daerah pada periode selanjutnya.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis Location Quetient
(LQ) di Provinsi Jawa Tengah menurut Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 selama periode 2011
hingga 2015 di atas, menurut sektor lapangan usahanya, yang menjadi
sektor basis dengan nilai LQ lebih besar dari satu (1), yakni sektor
pertanian, industri pengolahan, konstruksi, dan perdagangan. Berarti ke
empat sektor tersebut memiliki peran yang besar dalam pembangunan
perekonomian di Provinsi Jawa Tengah.
Nilai dari hasil Location Quotient (LQ) selengkapnya dapat dilihat
melalui tabel berikut ini.
62
Tabel 4.3.
Nilai Location Quotient (LQ)
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015
Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,21 1,22 1,18 1,13 1,13
Pertambangan dan Penggalian 0,20 0,21 0,22 0,23 0,25
Industri Pengolahan 1,32 1,34 1,38 1,40 1,39
Pengadaan Listrik dan Gas 0,10 0,10 0,11 0,10 0,10
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
dan Daur Ulang 1,06 1,01 0,98 0,95 0,89
Konstruksi 1,13 1,13 1,11 1,08 1,06
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor 1,14 1,11 1,10 1,09 1,10
Transportasi dan Pergudangan 0,86 0,86 0,87 0,88 0,87
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,26 0,27 0,28 0,30 0,30
Informasi dan Komunikasi 0,93 0,91 0,89 0,91 0,88
Jasa Keuangan dan Asuransi 0,82 0,78 0,74 0,74 0,72
Real Estate 0,62 0,61 0,60 0,62 0,63
Jasa Perusahaan 0,21 0,24 0,22 0,21 0,21
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 0,86 0,83 0,84 0,83 0,82
Jasa Pendidikan 0,23 0,25 0,26 0,28 0,28
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,72 0,81 0,73 0,75 0,74
Jasa lainnya 1,07 1,00 1,04 1,04 0,98
Sumber: BPS Jawa Tengah yang diolah kembali oleh penulis
Keterangan: dicetak tebal adalah sektor basis selama tahun 2011 - 2015.
Kemudian jika dilihat dari besarnya nilai LQ, yang memiliki nilai
LQ paling besar adalah sektor industri pengolahan. Hal tersebut tidak
terlepas dari sektor yang memiliki kontribusi paling besar terhadap PDRB
63
adalah sektor industri pengolahan. Sektor industri pengolahan ini mampu
menjadi sektor basis karena banyaknya keberadaan kegiatan industri besar
dan sedang, seperti di antaranya di Kabupaten Cilacap yang terdapat
pabrik semen PT. Holcim Tbk, pabrik tepung PT. Panganmas Inti Persada,
pabrik karet PT. Ja Wattle dan masih banyak lagi. Kemudian di Kabupaten
Klaten yang terdapat beberapa pabrik tembakau kering maupun tembakau
rajangan, pabrik air minum dalam kemasan PT. Tirta Investama, pabrik
mebel PT. Jawa Furni Lestari dan lain-lain. Lalu pabrik teh botol PT. Sinar
Sosro yang terdapat di Kabupaten Semarang, beberapa pabrik kain dan
pakaian jadi di Kabupaten Karanganyar, pabrik gula PT. Industri Gula
Nusantara di Kabupaten Kendal, dan pabrik kayu olahan UD. Rimbang
Jaya, dan beberapa industri fillet ikan di Kabupaten Batang. Selain itu
terdapat pabrik rokok terkenal di Kabupaten Kudus, yakni PT. Djarum.
(Direktori Industri Manufaktur Besar Sedang Jawa Tengah 2015)
Sektor basis berikutnya yakni sektor pertanian. Sektor pertanian
mampu menjadi sektor basis karena sektor pertanian mampu menjadi
sektor yang masih diandalkan dalam kegiatan perekonomian hampir di
seluruh kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Sektor pertanian di
Provinsi Jawa Tengah ini didominasi oleh kontribusi dari tanaman pangan
yang meliputi komoditi padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai, kacang
tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar.
64
Namun, besarnya nilai LQ sektor pertanian cenderung menurun, hal
tersebut dikarenakan kontribusinya terhadap PDRB yang juga cenderung
menurun dari tahun ke tahun. Penurunan kontribusi dari sektor pertanian
tersebut disebabkan karena maraknya pengalihan lahan pertanian menjadi
perumahan maupun lahan industri. Statistik Lahan 2014 pun
mengungkapkan bahwa luas lahan sawah di Provinsi Jawa Tengah tahun
2009 seluas 960.768 Ha turun menjadi 952.525 Ha pada tahun 2014.
Selain itu, presentase pekerja yang bekerja di sektor pertanian dari
tahun ke tahunnya turut menurun dari 33,8% pada tahun 2011 menjadi
28,66% pada tahun 2015, (dalam Keadaan Angkatan Kerja Jawa Tengah
Agustus 2011 hingga 2015). Penurunan kontribusi dan nilai LQ sektor
pertanian tersebut sangat disayangkan, mengingat hasil produksi dari
sektor pertanian merupakan input untuk sektor industri pengolahan.
Lalu sektor konstruksi mampu menjadi sektor basis tidak lepas dari
kontribusinya yang cukup besar terhadap PDRB, dimana kontribusi
tersebut tidak lepas dari usaha pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam
penyediaan maupun pengembangan infrastruktur. Salah satu faktanya,
sesuai dengan yang diuraikan pada RPJMD Provinsi Jawa Tengah tahun
2013 - 2018 bahwa terdapat pembangunan Jalan Tol Ungaran – Bawen
sepanjang 11,95 km yang targetnya terselesaikan pada tahun 2013; Jalan
Tol Solo - Kertosono sepanjang 20,9 km (bagian dari Jalan Tol Solo –
Mantingan sepanjang 181 km); serta Jalan Tol Bawen - Solo sepanjang
40,84 km yang targetnya terselesaikan pada tahun 2014; kemudian
65
pengembangan 2 bandar udara yaitu Bandar Udara pengumpul sekunder
skala internasional Bandara Ahmad Yani Semarang serta pengembangan
Bandar Udara Karimunjawa Jepara.
Kemudian yang menjadi sektor terakhir dari ekonomi basis di
Provinsi Jawa Tengah yaitu sektor perdagangan. Sektor perdagangan di
Jawa Tengah yang mampu menjadi sektor ekonomi basis ini tidak terlepas
dari nilai ekspor yang tinggi dari komoditi non migas, dengan nilai ekspor
selalu di atas 4 milyar US dollar dari tahun ke tahunnya, dengan dominasi
dari komoditi kayu, gabus dan jerami mencapai 1017587,71 ton pada
tahun 2015 (Provinsi Jawa Tengah dalam Angka tahun 2016). Sektor
perdagangan ini juga merupakan andalan kegiatan perekonomian dari
hampir seluruh kabupaten/kota, sehingga mampu menjadikannya sektor
basis perekonomian di Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun.
Untuk dapat melihat sektor ekonomi basis yang dimiliki berbagai
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, maka dapat dilakukan
perhitungan analisis LQ dengan membandingkan besarnya sektor
perekonomian di kabupaten/kota terhadap nilai sektor perekonomian
daerah tingkat atasnya, yaitu tingkat provinsi. Sektor ekonomi basis yang
dimiliki antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tersebut berbeda
karena setiap kabupaten/kota memiliki potensi yang berbeda dalam
perekonomiannya.
Hampir seluruh kabupaten masih mengandalkan sektor pertanian
dalam perekonomiannya. Sektor perdagangan pun menjadi sektor yang
66
mampu diandalkan dalam perekonomian pada banyak kabupaten dan kota.
Kemudian yang unik, bahwa Kabupaten Kudus hanya memiliki satu sektor
perekonomian yang menjadi tulang punggung atau sektor ekonomi basis
do Kabupaten Kudus, yakni sektor industri pengolahan. Hal tersebut dapat
dilihat melalui tabel berikut ini.
Tabel 4.4.
Nilai Location Quetient (LQ) Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015
Kabupaten/Kota Sektor Kabupaten/Kota Sektor
Kab. Cilacap 1,2,3,4,5,8 Kab. Kudus 3
Kab. Banyumas 2,6-12,13-17 Kab. Jepara 3,7-9,13,15-17
Kab. Purbalingga 1,5,15,16,17 Kab. Demak 1,7,14,17
Kab. Banjarnegara 1,2,7,8,13-17 Kab. Semarang 3-6,11,12,13
Kab. Kebumen 1,2,7,8,14-17 Kab. Temanggung 1,5,7,8,15-17
Kab. Purworejo 1,8,10-12,14-17 Kab. Kendal 1,3,4,5
Kab. Wonosobo 1,5,7,8,15-17 Kab. Batang 1,2,3,5,9,16
Kab. Magelang 1,2,5,8,9,12,14,15,17 Kab. Pekalongan 1,2,4,14-17
Kab. Boyolali 1,2,8,15-17 Kab. Pemalang 1,2,5,7,9,14-17
Kab. Klaten 2-4,7,9-11,15-17 Kab. Tegal 2,7,9,13,15,17
Kab. Sukoharjo 3,4,7,9-12 Kab. Brebes 1,7,9,17
Kab. Wonogiri 1,2,7,8,15,17 Kota Magelang 4-12,14-17
Kab. Karanganyar 3,4,5,9,11 Kota Surakarta 4-7,9-16
Kab. Sragen 1,2,4,7,13,15,17 Kota Salatiga 4-6,9,11-16
Kab. Grobogan 1,7-9,11,12,14-17 Kota Semarang 4,5,6,8,10-14
Kab. Blora 1,7,9,11,14-17 Kota Pekalongan 4-7,9-16
Kab. Rembang 1,2,8,11,14-17 Kota Tegal 4,6-12,14,16
Kab. Pati 1,9,14-17 Provinsi Jawa Tengah 1,3,6,7
Sumber: diolah oleh penulis.
67
Keterangan:
1. Pertanian, kehutanan, dan perikanan
2. Pertambangan dan penggalian
3. Industri pengolahan
4. Pengadaan listrik dan gas
5. Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang
6. Konstruksi
7. Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor
8. Transportasi dan pergudangan
9. Penyediaan akomodasi makan dan minum
10. Informasi dan komunikasi
11. Jasa keuangan dan asuransi
12. Real estate
13. Jasa perusahaan
14. Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib
15. Jasa pendidikan
16. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
17. Jasa lainnya
2. Tipologi Klassen
Dalam pembangunan ekonomi daerah, pertumbuhan PDRB serta
besarnya PDRB per kapita setiap daerah berbeda-beda, termasuk pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Perbedaan tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi 4 bagian dengan Tipologi Klassen.
Tipologi Klassen masing – masing Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2011 – 2015 di atas menunjukkan hasil bahwa daerah yang
maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I) terdiri dari 3 kabupaten dan 3
kota, yakni Kabupaten Kendal, Kabupaten Semarang, Kabupaten Sragen,
Kota Salatiga, Kota Semarang, dan Kota Surakarta. Dimana daerah –
daerah yang masuk dalam kategori ini merupakan kabupaten/kota yang
memiliki laju pertumbuhan dan PDRB per kapita lebih dari yang dimiliki
68
Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten yang mampu menjadi daerah maju pada
Provinsi Jawa Tengah ini merupakan kabupaten yang memiliki andalan
perekonomian industri pengolahan, kecuali Kabupaten Sragen. Namun,
Kabupaten Sragen memiliki andalan sektor pertanian serta perdagangan
yang sangat baik perkembangannya. Kemudian untuk kota yang masuk
dalam kategori daerah maju ini merupakan kota yang memiliki andalan
sektor konstruksi dalam perekonomiannya.
Kemudian terdapat 3 kabupaten dan 2 kota yang termasuk dalam
daerah yang maju tapi tertekan (Kuadran II), yakni Kabupaten Cilacap,
Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Kudus, Kota Tegal, dan Kota
Magelang. Daerah – daerah ini merupakan daerah yang maju namun
mengalami pertumbuhan ekonomi yang relatif kecil selama tahun 2011
hingga 2015. Dimana daerah maju namun pertumbuhan ekonominya kecil
ini, kabupatennya memiliki andalan perekonomian industri pengolahan
dan kotanya memiliki andalan perekonomian pada sektor konstruksi
Lalu yang termasuk dalam daerah yang masih berkembang dengan
cepat (Kuadran III), terdiri dari 8 kabupaten, yakni Kabupaten Banyumas,
Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Tegal,
Kabupaten Brebes, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, dan
Kabupaten Pati. Ke tujuh kabupaten ini merupakan daerah yang memiliki
pendapatan relatif masih rendah, namun memiliki laju pertumbuhan
ekonomi yang baik. Seluruh daerah dalam kategori ini memiliki andalan
dalam perekonomiannya pada sektor pertanian dan perdagangan.
69
Yang terakhir, yakni daerah yang masuk dalam kategori daerah
relatif tertinggal (Kuadran IV). Terdapat 15 kabupaten dan 1 kota yang
masuk dalam kategori ini, yaitu Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten
Batang, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pemalang, Kabupaten
Magelang, Kabupaten Jepara, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten
Wonogiri, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten
Grobogan, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Temanggung, Kabupaten
Demak, Kabupaten Blora, dan Kota Pekalongan. Daerah yang masuk
dalam kategori ini merupakan daerah yang memiliki laju pertumbuhan dan
PDRB per kapita relatif kecil. Kemudian hampir seluruh daerah yang
masuk dalam kategori ini merupakan daerah yang hanya memiliki andalan
perekonomian pertanian, kecuali hanya Kabupaten Jepara dan Kota
Pekalongan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa daerah di Provinsi Jawa Tengah masih
didominasi dengan daerah kabupaten/kota yang relatif tertinggal. Karena
jumlahnya yang masih sangat banyak bila dibandingkan dengan daerah
yang sudah maju maupun daerah yang berkembang mampu berkembang
dengan baik.
Untuk lebih jelasnya mengenai klasifikasi masing-masing
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tersebut, dapat dilihat melalui
gambar tipologi klassen berikut ini.
70
Gambar 4.2.
Tipologi Klassen Daerah Tahun 2011 – 2015
Sumber: diolah oleh penulis.
3. Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota (Indeks
Williamson)
Perhitungan ketimpangan pendapatan antar daerah dapat dilihat dari
perhitungan Indeks Williamson (1965) atau yang sering disebut dengan
Coefficient of Variance Williamson (CVw). Arief dan Yundy (2010:204)
turut menguraikan bahwa formula pada Indeks Williamson pada dasarnya
dengan Coefficient of Variation (CV) biasa dimana standar deviasi dibagi
dengan rataan. Namun tetap menimbangnya dengan proporsi penduduk
Kuadran I:
Kab. Kendal, Kab. Semarang, Kab. Sragen, Kota Salatiga, Kota
Semarang, dan Kota Surakarta
Kuadran II:
Kab. Cilacap, Kab. Karanganyar, Kab. Kudus, Kota Tegal, dan Kota
Magelang
Kuadran III:
Kab. Banyumas, Kab. Purbalingga, Kab. Sukoharjo, Kab. Tegal, Kab.
Brebes, Kab. Boyolali, Kab. Klaten, dan Kab. Pati
Kuadran IV:
Kab. Banjarnegara, Kab. Batang, Kab. Rembang, Kab. Pemalang, Kab.
Magelang, Kab. Jepara, Kab. Wonosobo, Kab. Wonogiri, Kab.
Kebumen, Kab. Purworejo, Kab.Grobogan, Kab. Pekalongan, Kab. Temanggung, Kab. Demak, Kab. Blora, dan Kota Pekalongan
71
Berikut grafik yang menunjukkan hasil perhitungan dari tingkat
ketimpangan antar-kabupaten/kota yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah
tahun 2011 hingga 2015.
Grafik 4.5.
Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015
Sumber: diolah oleh penulis.
Dari grafik di atas terlihat bahwa tingkat ketimpangan antar
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur masih dalam kategori ketimpangan
antar wilayah yang tinggi, karena besarnya masih di atas 0,5. Hal tersebut
dikarenakan masih tingginya perbedaan PDRB per kapita yang dimiliki
daerah kota dengan PDRB per kapita daerah kabupaten.
Perbedaan total rata – rata PDRB per kapita kabupaten dengan rata –
rata PDRB per kapita kota di Provinsi Jawa Tengah tersebut dapat dilihat
dengan jelas melalui grafik berikut ini.
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
2011 2012 2013 2014 2015
IndeksWilliamson(CVw)
72
Grafik 4.6.
Perbandingan Rata-rata PDRB per Kapita Kabupaten dengan Kota
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 (dalam Juta Rupiah)
Sumber: diolah oleh penulis.
Dari grafik terlihat bahwa perbedaan rata-rata PDRB per kapita
kabupaten dengan kota di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 hingga
2015 begitu tinggi. Rata-rata PDRB per kapita yang dimiliki kabupaten di
Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahunnya selalu tidak lebih dari 20 juta
rupiah, sedangkan rata-rata PDRB per kapita yang dimiliki kota di
Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahunnya besarnya selalu di atas 36
juta rupiah bahkan hampir mencapai 44 juta rupiah pada tahun 2015.
Jurang perbedaan pendapatan yang cukup tinggi tersebutlah yang
menyebabkan ketimpangan pendapatan antar daerah.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
2011 2012 2013 2014 2015
Kabupaten Kota
73
Grafik 4.7.
Indeks Williamson antar Kabupaten dan
Indeks Williamson antar Kota
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015
Sumber: diolah oleh penulis.
Selain itu, seperti yang terlihat pada grafik di atas bahwa
ketimpangan pendapatan yang dalam kategori tinggi terjadi antara
kabupaten yang dihitung dengan Indeks Williamson besarnya selalu di atas
0,5, yakni karena kabupaten besar yang memiliki basis ekonomi di sektor
industri pengolahan, dengan yang tidak berbasis industri pengolahan
memiliki perolehan PDRB per kapita yang jauh berbeda. Sedangkan
ketimpangan antar kota dalam kategori rendah yakni dengan Indeks
Williamson selalu di bawah 0,3, dikarenakan ke enam kota di Provinsi
Jawa Tengah masing-masing sudah mampu memperoleh PDRB per kapita
yang cukup tinggi. PDRB per kapita masing-masing kota di Provinsi Jawa
0.000
0.200
0.400
0.600
2011 2012 2013 2014 2015
CVw antar Kabupaten
CVw antar Kota
74
Tengah sudah mencapai lebih dari 30 juta rupiah rata-ratanya di tahun
2011 hingga 2015, kecuali Kota Pekalongan yang PDRB per kapita rata-
ratanya hanya mencapai 18 juta rupiah. Namun, Kota Semarang yang
hanya memiliki basis sektor perdagangan, rata-rata PDRB per kapitanya
jauh lebih tinggi mencapai hampir 59 juta rupiah. Jadi, ketimpangan
pendapatan antar kota yang rendah tersebut terjadi hanya karena kecilnya
PDRB per kapita Kota Pekalongan dibandingkan dengan PDRB per kapita
kota – kota lainnya di Jawa Tengah.
Kemudian ketimpangan pendapatan yang tinggi antar kabupaten
terjadi karena beberapa kabupaten yang perekonomiannya berbasis
industri pengolahan dan memiliki kontribusi sektor industri pengolahan
paling tinggi terhadap total PDRBnya masing-masing, seperti Kabupaten
Kudus, Kabupaten Cilacap, dan Kabupaten Semarang memiliki rata-rata
PDRB perkapita yang tinggi di tahun 2011 hingga 2015. Sehingga
menimbulkan jurang perbedaan dengan pendapatan perkapita kabupaten
lainnya di Provinsi Jawa Tengah yang tidak berbasis sektor industri
pengolahan.
Di Kabupaten Kudus sendiri kontribusi sektor industri pengolahan
mencapai lebih dari 80% terhadap total pendapatan daerahnya, dengan
nilai pendapatan sektor industri pengolahan lebih dari 45 milyar rupiah di
setiap tahunnya. Hal ini mengingat pula bahwa satu-satunya sektor basis di
Kabupaten Kudus merupakan sektor industri pengolahan.
75
Bahkan rata-rata PDRB per kapita tahun 2011 hingga 2015 di
Kabupaten Kudus selalu di atas 71 juta rupiah. Kabupaten Cilacap yang
memiliki beberapa pabrik industri besar, PDRB per kapitanya mencapai
lebih dari 20 juta rupiah di tahun 2015. Kemudian Kabupaten Semarang
yang memiliki industri besar teh dalam kemasan dan beberapa industri
pakaian, memiliki rata-rata PDRB per kapita hampir mencapai 23 juta
rupiah.
Pendapatan besar yang dimiliki beberapa kabupaten yang berbasis
industri pengolahan tersebut jauh berbeda dengan rata-rata PDRB yang
dimiliki kabupaten-kabupaten lainnya yang tidak memiliki basis di sektor
industri pengolahan yang hanya mencapai belasan rupiah. Sehingga,
ketimpangan pendapatan antar daerah yang tinggi di Provinsi Jawa Tengah
ini, selain karena masih tingginya jurang perbedaan pendapatan yang
mampu dicapai oleh daerah kota dengan kabupaten, tetapi juga karena
perbedaan pendapatan antara daerah yang yang berbasis ekonomi industri
pengolahan dan yang bukan.
Seperti yang telah diungkapkan di latar belakang sebelumnya, salah
satu fakta nyatanya, bahwa Kabupaten Kudus yang hanya memiliki basis
industri pengolahan, memiliki PDRB per kapita yang jauh lebih besar
bahkan mencapai 7 kali lipat dari PDRB per kapita Kabupaten Pemalang
dan Kabupaten Grobogan, dimana kedua kabupaten tersebut
mengandalkan sektor pertanian dan sektor perdagangan dalam
perekonomiannya.
76
Namun, jika dilihat dari grafiknya, dari tahun ke tahun nilai Indeks
Williamson (CVw) selalu menurun, meskipun nilai penurunannya sedikit
yakni dari 0,688 pada tahun 2011 kemudian menjadi 0,666 pada tahun
2015. Penurunan tingkat ketimpangan tersebut menandakan bahwa daerah-
daerah yang perolehan pendapatannya masih kurang dibandingkan daerah
kota dan di bawah rata – rata PDRB per kapita provinsi, seperti
Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Klaten, dan
Kabupaten Tegal, memiliki laju pertumbuhan PDRB per kapita yang lebih
tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB per kapita yang
dimiliki daerah maju maupun kota – kota besar.
Keempat kabupaten yang juga masuk dalam daerah berkembang
pesat dalam tipologi klassen tersebut memiliki rata – rata laju pertumbuhan
PDRB per kapita di atas 5% meskipun perolehan PDRB per kapitanya
masih relatif rendah, sementara kota – kota besar ataupun daerah yang
masuk dalam kategori daerah maju dan memiliki PDRB per kapita yang
relatif tinggi, rata – rata laju pertumbuhan PDRB per kapitanya tidak lebih
dari 5 %.
Penurunan tingkat ketimpangan pendapatan antara kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Tengah selama tahun 2011 hingga 2015 karena kemampuan
daerah-daerah yang perolehan pendapatannya masih kurang dibandingkan
dengan daerah lainnya terutama daerah maju yang memiliki pendapatan
tinggi, perlahan mampu mengejar ketertinggalannya, hingga tingkat
77
ketimpangan antar kabupaten/kota berkurang meskipun penurunannya
hanya sedikit demi sedikit dari tahun ke tahunnya.
4. Hubungan Antara Laju Pertumbuhan Ekonomi dengan Ketimpangan
Pendapatan Antar Kabupaten/Kota
Gambar 4.8.
Hasil Korelasi Pearson Product Moment
Laju Pertumbuhan PDRB dengan Indeks Williamson
Diolah dengan eviews 6.0
Berdasarkan hasil korelasi pearson di atas, bahwa hubungan antara
laju pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan antar
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah berhubungan positif, yang berarti
pertumbuhan PDRB sebesar 1% berarti justru meningkatkan tingkat
ketimpangan di Provinsi Jawa Tengah sebesar 25,1% meskipun
hubungannya masih dalam kategori lemah.
Hasil ini sejalan dengan yang diungkapkan Kuncoro (2003) ada
banyak teori yang mengatakan ada trade off antara pertumbuhan ekonomi
dan ketimpangan. Sejalan dengan yang diungkapkan Sjafrizal (2008:97)
pula mengenai hipotesis Kuznets, bahwa pembangunan yang
terkonsentrasi pada daerah yang maju menyebabkan ketimpangan antar
daerah cenderung melebar. Namun jika pembangunan mampu
78
dilaksanakan dengan perbaikan sarana dan prasarana di daerah kurang
maju maka ketimpangan regional antar daerah tentunya akan berkurang.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan otonomi daerah di
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 hingga 2015, belum menunjukkan
pada keadaan pembangunan dimana pertumbuhan ekonomi yang terjadi
mampu menciptakan distribusi semakin merata atau ketimpangan semakin
menurun. Itu berarti, perbaikan sarana prasarana di daerah kurang maju
yang mampu menyebabkan ketimpangan berkurang, belum terjadi atau
belum mampu terwujud di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 – 2015.
Dan membuktikan bahwa pembangunan masih terkonsentrasi pada daerah
yang maju.
RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2013 – 2018 sendiri mengungkapkan
bahwa ketimpangan yang tinggi terjadi disebabkan oleh luasnya wilayah
Jawa Tengah tetapi tidak didukung dengan kebijakan pembangunan
wilayah yang adil, hingga ke pelosok daerah. Permasalahan kesenjangan
antar wilayah terjadi terutama antara wilayah pantai utara dan pantai
selatan Jawa Tengah yang memerlukan pembenahan infrastruktur secara
massif.
5. Peranan Sektor Ekonomi Basis terhadap Ketimpangan Pendapatan
Antar Kabupaten/Kota
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa sektor ekonomi
basis merupakan sektor yang paling mampu berkontribusi terhadap
pembangunan ekonomi daerah, termasuk dalam pembentukkan PDRB
79
sebagai salah satu indikator kesejahteraan di suatu daerah. Karena adanya
trade off atau pertukaran antara laju pertumbuhan ekonomi dengan
ketimpangan pendapatan antar daerah, maka dalam penelitian ini diuraikan
hasil dari peranan total PDRB dari masing-masing sektor ekonomi basis di
Provinsi Jawa Tengah terhadap ketimpangan pendapatan antar
kabupaten/kota. Hal tersebut juga mengingat bahwa perhitungan
ketimpangan ini juga bergantung pada PDRB per kapita masing-masing
kabupaten/kota yang merupakan jumlah dari seluruh sektor PDRB masing-
masing kabupaten/kota tersebut.
Untuk mengetahui bagaimana peranan keempat sektor ekonomi basis
di Provinsi Jawa Tengah, yang terdiri dari sektor pertanian, industri
pengolahan, konstruksi atau bangunan, dan sektor perdagangan, maka
dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih antara indeks
ketimpangan dengan memasukkan PDRB sektor basis dengan indeks
ketimpangan tanpa memasukkan PDRB sektor basis. Besarnya selisih
antara indeks ketimpangan dengan memasukkan dan tanpa memasukkan
PDRB sektor basis tersebut, menunjukkan seberapa besar dan bagaimana
peranan sektor basis terhadap ketimpangan pendapatan antar
kabupaten/kota. Di bawah ini merupakan hasil perhitungan peranan sektor
basis terhadap ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota-nya.
80
a. Peranan Sektor Basis Pertanian terhadap Ketimpangan
Pendapatan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sektor pertanian
mampu menjadi sektor basis di hampir seluruh kabupaten, yaitu 22
kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Untuk itulah, berdasarkan hasil
perhitungan Indeks Williamson (CVw) berikut ini, keberadaan sektor
pertanian mampu mengurangi ketimpangan pendapatan antar
kabupaten/kota. Perbedaan tingkat ketimpangan Indeks Williamson
antara Indeks Williamson dengan dan tanpa sektor basis pertanian
tersebut dapat terlihat jelas melalui grafik berikut ini.
Grafik 4.8.
Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota Dengan dan Tanpa Sektor
Basis Pertanian di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015
Sumber: diolah oleh penulis.
Grafik di atas menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan
pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dengan
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
2011 2012 2013 2014 2015
CVw di Provinsi JawaTengah
CVw tanpa SektorBasis Pertanian diProvinsi JawaTengah
81
memasukkan PDRB sektor basis pertanian dengan rata-rata nilai Indeks
Williamson (CVw) besarnya 0,68, jauh lebih rendah dibandingkan
dengan tingkat ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Tengah tanpa memasukkan PDRB sektor basis pertanian
yang besarnya rata-rata nilai Indeks Williamson (CVw) mencapai
sebesar 0,87.
Meskipun kontribusi sektor pertanian terhadap pengurangan
ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota selalu berkurang dari
tahun ke tahun, yakni dari sebesar 29,20% pada tahun 2011, menjadi
hanya sebesar 26,40% pada tahun 2015. Namun, sektor basis pertanian
ini tetap memiliki kontribusi yang cukup tinggi dalam mengurangi
tingkat ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa
Tengah, yakni dengan rata-rata perubahan sebesar 27,7%.
Tabel 4.5.
Indeks Williamson (CVw) Dengan dan Tanpa Sektor Basis Pertanian
beserta Presentase Perubahannya
Tahun
CVw
Provinsi
Jawa Tengah
CVw tanpa
Sektor Basis
Pertanian
Presentase
Perubahan (%)
2011 0,69 0,89 29,20
2012 0,68 0,88 28,67
2013 0,68 0,87 27,96
2014 0,67 0,85 26,44
2015 0,67 0,84 26,40
Sumber: diolah oleh penulis.
82
b. Peranan Sektor Basis Industri Pengolahan terhadap Ketimpangan
Pendapatan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sektor industri
pengolahan merupakan sektor yang berkontribusi paling besar terhadap
total PDRB di Provinsi Jawa Tengah, sehingga mampu menjadikannya
sektor basis untuk Provinsi Jawa Tengah.
Grafik 4.9.
Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota Dengan
dan Tanpa Sektor Basis Industri Pengolahan
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015
Sumber: diolah oleh penulis.
Namun, besarnya kontribusi yang diberikan sektor industri
pengolahan tersebut tidak menjadikannya mampu mengurangi
ketimpangan pendapatan, dan justru menyebabkan ketimpangan
pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut
dikarenakan, sektor industri pengolahan yang hanya terpusat di
beberapa kabupaten besar seperti Kabupaten Cilacap, Sukoharjo,
0.500
0.550
0.600
0.650
0.700
2011 2012 2013 2014 2015
CVw diProvinsi JawaTengah
CVw tanpaSektor BasisIndustriPengolahandi ProvinsiJawa Tengah
83
Karanganyar, Kudus, Jepara, Semarang, Kendal dan Batang. Sehingga,
setiap peningkatan pada PDRB di Provinsi Jawa Tengah dari sektor
industri pengolahan dimana PDRB dari sektor industri pengolahan
tersebut cukup besar, berarti hanya karena terjadinya peningkatan
perekonomian yang tinggi dari sektor industri di kabupaten-kabupaten
besar tersebut saja.
Perbedaan tingkat ketimpangan Indeks Williamson (CVw) antara
dengan dan Tanpa sektor basis industri pengolahan terlihat sangat jelas
dari grafik di atas. Indeks Williamson tanpa sektor basis industri
pengolahan yang rata-rata dari tahun ke tahunnya sebesar 0,60 lebih
rendah dibandingkan jika dengan memasukkan sektor basis industri
pengolahan yang rata-rata nya mencapai 0,68. Untuk besarnya
presentase perubahan yang lebih jelas antara Indeks Williamson (CVw)
dengan dan tanpa sektor basis industri pengolahan dari tahun-ke
tahunnya, dapat dilihat melalui tabel berikut.
Tabel 4.6.
Indeks Williamson (CVw) Dengan dan Tanpa
Sektor Basis Industri Pengolahan beserta Presentase Perubahannya
Tahun CVw Provinsi
Jawa Tengah
CVw tanpa Sektor Basis
Industri Pengolahan
Presentase
Perubahan (%)
2011 0,69 0,595 27,62
2012 0,68 0,596 18,14
2013 0,68 0,598 21,60
2014 0,67 0,598 16,96
2015 0,67 0,602 24,06
Sumber: diolah oleh penulis.
84
Kemudian jika dilihat pada tabel di atas, dari besarnya presentase
perubahan yang lebih jelas antara Indeks Williamson (CVw) dengan
dan tanpa sektor basis industri pengolahan dari tahun ke tahunnya,
besarnya selalu berfluktuatif dari tahun ke tahun. Namun, jika dilihat
dari besarnya rata-rata presentase perubahan antara Indeks Williamson
(CVw) dengan dan tanpa sektor basis industri pengolahan, perubahan
tersebut cukup tinggi, yakni mencapai sebesar 21,68%. Itu berarti,
sektor basis industri pengolahan justru menyebabkan ketimpangan
pendapatan antar kabupaten/kota yang cukup tinggi dengan pada rata-
rata sebesar 21,68% setiap tahunnya.
c. Peranan Sektor Basis Konstruksi terhadap Ketimpangan
Pendapatan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
Jika dilihat dari jumlah PDRB-nya, sektor basis konstruksi di
Provinsi Jawa Tengah selalu meningkat setiap tahunnya, dari hampir 66
triliyun rupiah pada tahun 2011 kemudian menjadi 81,5 triliyun rupiah
di tahun 2015, sehingga mampu menjadikannya salah satu sektor basis
di Provinsi Jawa Tengah.
Namun, hal tersebut tidak menjadikan sektor basis konstruksi
sebagai sektor yang mampu mengurangi ketimpangan pendapatan antar
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut dikarenakan,
sektor basis konstruksi hanya berjalan atau maju beberapa kabupaten
atau kota besar saja. Selain itu, RPJMD Jawa Tengah 2013-2018 pun
mengungkapkan, bahwa infrastruktur merupakan salah satu
85
permasalahan pembangunan daerah, adanya kesenjangan antar wilayah
terutama antara wilayah pantai utara dan pantai selatan Jawa Tengah.
Grafik 4.10.
Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota Dengan
dan Tanpa Sektor Basis Konstruksi
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015
Sumber: diolah oleh penulis.
Perbedaan tingkat ketimpangan pendapatan keduanya cukup
membuktikan bahwa sektor basis konstruksi justru berkontribusi
terhadap peningkatan ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Tengah. Indeks Williamson tanpa sektor basis konstruksi
yang rata-rata dari tahun ke tahunnya sebesar 0,62 lebih rendah
dibandingkan jika dengan memasukkan sektor basis konstruksi
sehingga rata-rata Indeks Williamson-nya mencapai 0,68.
Tingkat ketimpangan pendapatan baik dengan maupun tanpa
sektor basis konstruksi terlihat searah menurun dari tahun ke tahun,
0.56
0.58
0.60
0.62
0.64
0.66
0.68
0.70
2011 20122013
20142015
CVw diProvinsi JawaTengah
CVw tanpaSektor BasisKonstruksi diProvinsi JawaTengah
86
namun jika dilihat presentase perbedaan antara Indeks Williamson
dengan dan tanpa sektor basis konstruksi, cenderung mengalami
peningkatan. Itu berarti, sektor basis konstruksi justru makin
mengakibatkan ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Tengah, dengan rata–rata 8,5% selama tahun 2011–2015.
Tabel 4.7.
Indeks Williamson (CVw) Dengan dan Tanpa Sektor Basis Konstruksi
beserta Presentase Perubahannya
Tahun CVw Provinsi
Jawa Tengah
CVw tanpa Sektor Basis
Konstruksi
Presentase
Perubahan (%)
2011 0,69 0,64 7,94
2012 0,68 0,63 8,33
2013 0,68 0,62 8,64
2014 0,67 0,62 8,57
2015 0,67 0,61 9,04
Sumber: diolah oleh penulis.
d. Peranan Sektor Basis Perdagangan terhadap Ketimpangan
Pendapatan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan perhitungan Indeks Williamson, sektor basis
perdagangan ini mampu mengurangi tingkat ketimpangan pendapatan
antara kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, karena sektor
perdagangan ini mampu menjadi andalan dalam perekonomian di
hampir seluruh kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah.
Sehingga, peningkatan sektor perdagangan di tingkat provinsi,
berarti karena meningkatnya pula perekonomian di hampir seluruh
87
kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah, jadi bukan peningkatan
perekonomian yang dikarenakan meningkatnya perekonomian di suatu
daerah yang menjadi pusat saja. Perbedaan nilai Indeks Williamson
secara keseluruhan dari rata – rata 0,68 menjadi 0,70 ketika tanpa sektor
perdagangan. Perbedaan tingkat ketimpangan antar kabupaten/kota
yakni Indeks Williamson antara dengan dan tanpa sektor basis
perdagangan di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat melalui grafik
berikut ini.
Grafik 4.11.
Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota Dengan
dan Tanpa Sektor Basis Perdagangan
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015
Sumber: diolah oleh penulis.
Sektor perdagangan mampu menjadi sektor ekonomi basis di
Provinsi Jawa Tengah melihat kontribusinya yang cukup besar yang
0.60
0.65
0.70
0.75
0.80
2011 2012 2013 2014 2015
CVw diProvinsi JawaTengah
CVw tanpaSektor BasisPerdagangandi ProvinsiJawa Tengah
88
berada di urutan ketiga setelah sektor industri pengolahan dan sektor
pertanian terhadap perekonomian di Provinsi Jawa Tengah. Kontribusi
atau rata-rata presentase perubahannya selama tahun 2011 hingga 2015
terhadap pengurangan ketimpangan hanya sebesar 2,84% yang berarti
jauh lebih kecil dibandingkan sektor pertanian yang mencapai 27,7%.
Lebih lengkapnya dapat dilihat melalui tabel berikut ini.
Tabel 4.8.
Indeks Williamson (CVw) Dengan dan Tanpa Sektor Basis Perdagangan
beserta Presentase Perubahannya
Tahun CVw Provinsi
Jawa Tengah
CVw tanpa Sektor
Basis Perdagangan
Presentase
Perubahan (%)
2011 0,69 0,71 3,09
2012 0,68 0,70 2,99
2013 0,68 0,70 2,77
2014 0,67 0,69 2,87
2015 0,67 0,68 2,49
Sumber: diolah oleh penulis.
89
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka penulis memperoleh
beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai “Analisis
Peranan Sektor Ekonomi Basis terhadap Ketimpangan Pendapatan Antar
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015”, yakni sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis LQ, Provinsi Jawa Tengah memiliki 4 sektor
ekonomi basis, yakni sektor pertanian, industri pengolahan, konstruksi,
dan perdagangan. Nilai LQ paling besar yang dimiliki oleh sektor industri
pengolahan, dengan rata-rata nilai LQ selama tahun 2011 hingga 2015
sebesar 1,36.
2. Berdasarkan hasil Tipologi Klassen daerah menunjukkan bahwa hanya 6
kabupaten/kota yang masuk dalam kategori daerah maju, sedangkan yang
termasuk dalam daerah tertinggal masih banyak, yakni 16 kabupaten/kota.
3. Berdasarkan hasil analisis Indeks Williamson, tingkat ketimpangan di dari
tahun ke tahunnya menurun meskipun penurunan sangat kecil yakni hanya
sebesar 0,02 dalam jangka waktu 5 tahun, dari sebesar 0,68 pada tahun
2011 menjadi 0,66 pada tahun 2015 dan Korelasi Pearson Product
Moment antara pertumbuhan dengan ketimpangan pendapatan
berhubungan positif, di mana pertumbuhan PDRB sebesar 1% berarti
90
meningkatkan ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota sebesar
25,1%.
4. Sektor basis yang memiliki peran paling besar dalam mengurangi
ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah
adalah sektor basis pertanian, dengan nilai presentase perubahan cukup
besar antara tingkat ketimpangan dengan dan tanpa sektor pertanian,
dimana tingkat ketimpangan pendapatan tanpa sektor pertanian lebih besar
dengan rata-rata sebesar 27,7% dibandingkan dengan tingkat ketimpangan
pendapatan antar kabupaten/kota secara keseluruhan.
B. Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, maka penulis ajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah
a. Mengembangkan sektor ekonomi basis yang memiliki daya saing.
b. Terkait dengan potensi ekonomi basis yang dimiliki Provinsi Jawa
Tengah, pengurangan ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota
yang sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) 2013 - 2018, dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
dengan langkah:
1) Melanjutkan pelaksanaan program perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (LP2B) di Provinsi Jawa Tengah, mengingat
sektor pertanian merupakan sektor basis yang paling mampu
mengurangi ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota
91
sedangkan lahan pertanian semakin berkurang. Program LP2B
tersebut dapat dilakukan dengan stimulasi pembuatan sertifikat bagi
masyarakat di kawasan tersebut. Status kepemilikan dan
penggunaan tanah tersebut selain dimaksudkan untuk
mempertahankan keberadaan fungsi kawasan juga digunakan untuk
meningkatkan akses masyarakat terhadap lahannya.
2) Melanjutkan pelaksanaan program pengembangan kawasan industri
yang berbasis industri kerajinan, dimana industri kerajinan tersebut
tersebar di hampir seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Jawa
Tengah, dengan harapan sektor industri tidak hanya maju di
beberapa kabupaten besar saja, kemudian dengan begitu
ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota yang disebabkan
karena kemajuan sektor industri di daerah tertentu saja, dapat
diminimalisir.
3) Terkait ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota karena sektor
konstruksi, maka dapat dilanjutkan pelaksanaan program
pembenahan infrastruktur secara massif antara wilayah pantai utara
dengan wilayah pantai selatan Jawa Tengah.
4) Sektor perdagangan yang mampu menjadi andalan hampir di
seluruh kabupaten/kota, yang kontribusinya tidak terlepas dari
besarnya ekspor barang non migas ke luar negeri, dapat
ditingkatkan kembali dengan beberapa upaya yang dilakukan dalam
rangka meningkatkan ekspor barang ke luar negeri tersebut, antara
92
lain melalui pemberian izin usaha perdagangan luar negeri, dan
sertifikasi mutu produk ekspor.
2. Bagi masyarakat
Mengingat keadaan ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota,
maka dibutuhkan peran masyarakat untuk mendukung segala program dan
rencana Pemerintah Daerah dalam menggali potensi ekonomi basis yang
dimiliki daerah untuk mewujudkan pengurangan ketimpangan pendapatan
antar kabupaten/kota.
3. Bagi civitas akademika
a. Dapat meneliti peran sektor ekonomi basis terhadap ketimpangan
pendapatan antar kabupaten/kota di provinsi lainnya, untuk
memperkaya informasi mengenai keadaan ketimpangan di setiap
provinsi yang ada di Indonesia.
b. Selain itu, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menganalisis
lebih dalam yakni meneliti potensi ekonomi di suatu daerah
berdasarkan sub sektor nya, bukan hanya tingkat sektor nya saja.
93
DAFTAR PUSTAKA
Aditya Nugraha. “Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta”, Skripsi S-1 Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013.
Aditya Pramulyawan. “Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan
Antar Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2001 – 2008”, Skripsi
S-1 Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta, 2010.”
Agus Naufal. “Peranan Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan Ekonomi dan
Mengurangi Ketimpangan Pendapatan di Pemerintah Aceh”, Skripsi S-1
Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor, 2010.
Arief dan Yundy. “Model-Model Kuantitatif untuk Perencanaan Pembangunan
Ekonomi Daerah: Konsep dan Aplikasi”, PT Penerbit IPB Press, Bogor,
2010.
BAPPEDA. “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018”, BAPPEDA Provinsi Jawa Tengah,
2014.
BPS. “Direktori Industri Manufaktur Besar Sedang Jawa Tengah 2015”, BPS
Provinsi Jawa Tengah, 2016.
BPS. “Keadaan Angkatan Kerja di Jawa Tengah Agustus 2011”, BPS Provinsi
Jawa Tengah, 2012.
BPS. “Keadaan Angkatan Kerja di Jawa Tengah Agustus 2015”, BPS Provinsi
Jawa Tengah, 2016.
BPS. “Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha
2011 – 2015”, BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016.
BPS. “Provinsi Jawa Tengah dalam Angka Tahun 2016”, BPS Provinsi Jawa
Tengah, 2016.
Kementrian Pertanian. “Statistik Lahan Pertanian Tahun 2009 -2013”, Pusat Data
dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jendral – Kementrian Pertanian,
2014.
BPS. “Tinjauan PDRB Kabupaten/Kota Se-Jawa Tengah Tahun 2014”, BPS
Provinsi Jawa Tengah, 2015.
Denny Iswanto. “Analisis Ketimpangan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 –
2012”, Skripsi S-1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
94
Dhani Kurniawan. “Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal di Indonesia”,
2012.
Kukuh Danuargo dkk. “Analisis Disparitas Pendapatan Kabupaten dan Kota di
Provinsi Jawa Timur (An Analysis The Income Disparity of Regency and
Town in East Java Province)”, Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember (UNEJ), 2015.
Linda Kristiyanti. “Analisis Sektor Basis Perekonomian Dan Peranannya dalam
Mengurangi Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Timur”, Skripsi S-1 Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor, 2007.
Mudrajad Kuncoro. “Masalah, Kebijakan, dan Politika Ekonomika
Pembangunan”, edisi kelima, PT Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 2010.
Mudrajad Kuncoro. “Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi”, edisi ketiga, PT
Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 2009.
Norma Rita. “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan
Antar Provinsi di Indonesia Tahun 2004-2010”, Skripsi S-1 Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, 2013.
Puput Desi dan Made Kembar. “Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Antar
Kecamatan di Kabupaten Buleleng”, Jurnal Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana, 2013.
Putri Puspita. “Analisis Pengaruh Desentralisasi Fiskal terhadap Disparitas
Pendapatan Provinsi Lampung Tahun 2001 – 2014”, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung Bandar Lampung, 2014.
Sadono Sukirno. “Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar
Kebijakan”, edisi kedua cetakan kesatu, PT Fajar Interpratama Mandiri,
Jakarta, 2006.
Sanudin dkk. “Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap Perekonomian Wilayah:
Kasus Provinsi Lampung”, Program Doktoral Ilmu Kehutanan Fakultas Ke
hutanan Universitas Gajah Mada, 2015.
Selifia Fifi. “Peranan Sektor Basis terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di
Kabupaten Gresik”, Fakultas Ekonomi Unesa Surabaya, 2013.
Sjafrijal. “Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi”, Praninta Offset, Padang, 2008.
Sjafrizal. “Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi”, edisi
pertama cetakan pertama, Rajawali Pers, Jakarta, 2014.
Sugiyono. “Statistika Untuk Penelitian”, edisi revisi terbaru cetakan ketigabelas,
CV Alfabeta, Bandung, 2008.
95
Supartomo dan Sri Kurniawati. “Analisis Pertumbuhan dan Ketimpangan Antar
Kabupaten/Kota di Kalimantan Tahun 2000 – 2007”, Pusat Keilmuan –
LPPM Universitas Terbuka, 2009.
Syamsir Abduh. “Metodologi Penelitian: Cara Praktos Menulis Disertasi”, edisi
pertama, Universitas Trisakti, Jakarta, 2006.
Syari Syafrina. “Peranan Sektor Pertanian dalam Mengurangi Ketimpangan
Pendapatan Antar Daerah di Provinsi Sumatra Utara”, Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, 2015.
Tarigan, Robinson. “Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi”, edisi revisi cetakan
pertama, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2005.
Todaro, Michael. “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”, edisi keenam,
Erlangga, Jakarta, 1998.
Todaro, Michael. “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”, Erlangga, Jakarta,
2006.
Tony Wijaya. “Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis; Teori dan Praktik”,
edisi pertama cetakan pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2013.
Widi Asih. “Analisis Ketimpangan dalam Pembangunan Ekonomi Antar
Kecamatan di Kabupaten Cilacap Tahun 2004 – 2013”, Skripsi S-1 Program
Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Yogyakarta, 2015.
Y Simonsen. “Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Ketimpangan Pendapatan
Antar Wilayah (Studi Kasus Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara)”,
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, 2011.
96
LAMPIRAN
A. DATA PENELITIAN
1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 Masing-masing
Kabupaten/Kota Menurut Lapangan Usaha (Dalam Milyar Rupiah)
1) Kabupaten Cilacap
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 5712,491 6003,871 6206,301 6158,626 6446,713
Pertambangan dan
Penggalian 1629,85 1743,558 1863,797 2038,906 2145,648
Industri Pengolahan 10511,33 11057,27 12157,84 12427,28 13031,03
Pengadaan Listrik dan Gas 35,52326 39,52701 43,45742 45,98 44,348
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang 30,97426 29,8527 29,2731 31,2704 31,3009
Konstruksi 3331,861 3474,562 3549,952 3680,933 3997,283
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
3720,12 3740,893 3775,682 4068,355 4297,309
Transportasi dan Pergudangan 1523,886 1649,788 1864,674 2024,164 2117,324
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 647,3965 684,9321 713,6349 787,1813 834,7673
Informasi dan Komunikasi 913,5301 1004,837 1058,972 1253,535 1316,985
Jasa Keuangan dan Asuransi 550,4366 559,1329 571,5274 615,9584 662,5983
Real Estate 528,2153 563,7142 610,0207 670,4238 720,5388
Jasa Perusahaan 81,10254 86,79539 99,05561 109,1283 119,7339
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
830,0323 830,1494 851,0715 860,7319 913,7911
Jasa Pendidikan 848,7126 962,1944 1050,63 1116,73 1189,706
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 177,7713 193,0114 209,9017 240,6519 262,2449
Jasa lainnya 464,7006 474,1831 525,8825 565,5383 588,4465
Jumlah 31537,93 33098,27 35181,67 36695,39 38719,77
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
97
2) Kabupaten Banyumas
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 3535,603 3727,668 3923,57 3903,345 4154,507
Pertambangan dan Penggalian 1429,335 1442,481 1536,093 1600,762 1714,736
Industri Pengolahan 4620,634 5343,043 5959,583 6621,418 7087,107
Pengadaan Listrik dan Gas 26,60556 28,53271 31,16942 32,79503 31,83071
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang 27,49413 26,53812 27,05754 27,38419 27,8246
Konstruksi 3102,866 3309,262 3401,805 3526,715 3739,024
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4624,814 4691,362 4919,742 5087,14 5267,271
Transportasi dan Pergudangan 956,0138 956,6451 1046,029 1130,988 1203,063
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 810,6615 830,17 899,3052 978,3077 1064,037
Informasi dan Komunikasi 1385,729 1437,533 1538,591 1674,918 1790,32
Jasa Keuangan dan Asuransi 788,7404 812,0452 852,066 886,102 928,2749
Real Estate 566,5263 580,0466 645,6254 708,3453 762,9588
Jasa Perusahaan 60,54552 66,00344 77,51937 81,88135 89,81827
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
901,4407 901,8069 923,7733 936,829 1013,087
Jasa Pendidikan 1038,196 1148,89 1263,549 1361,872 1451,892
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 199,1748 227,2656 249,4352 271,5352 283,7747
Jasa lainnya 464,2157 452,8652 498,2257 537,3494 555,3506
Jumlah 24538,6 25982,16 27793,14 29367,69 31164,88
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
98
3) Kabupaten Purbalingga
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 3759,17 3985,553 4412,817 4982,941 5532,716
Pertambangan dan Penggalian 574,066 626,155 684,352 814,426 944,403
Industri Pengolahan 2949,21 3358,36 3669,711 4276,08 4774,916
Pengadaan Listrik dan Gas 6,893 7,536 7,735 8,035 8,165
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang 17,087 16,914 17,427 18,438 19,445
Konstruksi 692,857 778,329 846,169 951,737 1054,505
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1723,92 1807,242 1962,626 2111,46 2285,565
Transportasi dan Pergudangan 371,718 399,948 440,4 508,133 572,68
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum 277,406 303,828 327,289 373,045 423,066
Informasi dan Komunikasi 200,232 231,687 242,028 265,407 288,717
Jasa Keuangan dan Asuransi 272,077 306,975 332,32 360,185 391,92
Real Estate 129,577 137,826 154,099 173,28 191,346
Jasa Perusahaan 17,144 20,088 23,574 26,399 30,504
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
372,399 412,61 440,363 471,842 516,112
Jasa Pendidikan 510,761 697,061 823,902 945,801 1022,437
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 103,63 125,173 142,954 163,536 183,181
Jasa lainnya 227,217 233,369 263,529 305,3 325,435
Jumlah 12205,4 13448,65 14791,3 16756,05 18565,11
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
99
4) Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3448,28 3484,74 3680,74 3620,1 3760,99
Pertambangan dan Penggalian 560,554 601,385 640,617 684,669 703,895
Industri Pengolahan 1181,94 1264,3 1380,97 1505,16 1619,24
Pengadaan Listrik dan Gas 2,86221 3,23796 3,50405 3,64202 3,53234
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 5,61807 5,64062 5,6864 5,88421 5,9825
Konstruksi 651,208 710,483 746,887 780,608 826,214
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1618,37 1700,15 1785,28 1890,34 1988,6
Transportasi dan Pergudangan 376,522 410,578 445,528 482,859 525,116
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum 190,669 203,117 211,904 228,408 244,229
Informasi dan Komunikasi 266,879 301,487 329,053 374,989 414,922
Jasa Keuangan dan Asuransi 278,073 293,54 309,14 326,406 342,543
Real Estate 161,806 174,913 18,832 203,138 216,422
Jasa Perusahaan 33,7851 36,9219 39,5834 43,5245 47,2644
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 415,936 417,128 429,939 435,274 456,129
Jasa Pendidikan 433,781 522,246 571,93 629,153 675,462
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 104,608 117,803 126,632 140,481 150,405
Jasa lainnya 221,507 225,69 247,099 270,614 281,483
Jumlah 9952,4 10473,4 10973,3 11625,3 12262,4
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
100
5) Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 1664,332 1883,017 1913,143 1843,965 1975,792
Pertambangan dan Penggalian 82,51354 83,61177 86,06157 90,14576 91,86336
Industri Pengolahan 6517,106 6999,476 7551,722 8045,938 8285,662
Pengadaan Listrik dan Gas 24,92235 26,7781 29,59491 29,75937 28,67457
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
7,87485 7,7264 7,82379 8,0009 8,15802
Konstruksi 1132,134 1173,648 1225,426 1266,624 1366,477
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
3506,393 3550,249 3661,154 3837,604 4052,54
Transportasi dan Pergudangan 558,35 580,9889 637,9909 694,754 759,0158
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 662,9826 679,2408 704,4094 750,3121 802,6074
Informasi dan Komunikasi 711,2173 770,7229 841,6354 993,9212 1137,81
Jasa Keuangan dan Asuransi 669,703 678,5874 695,6364 700,9943 762,0447
Real Estate 410,2798 422,6008 456,596 485,4433 523,6648
Jasa Perusahaan 56,09467 59,55258 67,56351 72,76313 79,24716
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
454,5518 455,3779 464,3547 462,2211 485,8347
Jasa Pendidikan 477,1347 580,0893 633,953 696,7018 755,4693
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 131,8345 143,7714 153,3074 174,4645 191,6288
Jasa lainnya 252,2147 246,8082 271,5176 295,319 305,1826
Jumlah 17319,64 18342,25 19401,89 20448,93 21611,67
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
101
6) Kabupaten Kendal
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 4537,33 4682,68 4989,87 5130,35 5299,5
Pertambangan dan Penggalian 79,7 83,85 94,57 100,52 119,96
Industri Pengolahan 7959,84 8539,07 8976,1 9472,06 9977,89
Pengadaan Listrik dan Gas 43,33 47,11 49,83 53,38 52,01
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
18,53 18,68 19,44 20,59 21,06
Konstruksi 1269,85 1362,05 1471,37 1536,87 1629,14
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
2583,92 2634,13 2794,62 2961,03 3044,75
Transportasi dan Pergudangan 430,01 441,9 463,31 488,41 530,03
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 624,22 650,63 703,05 746,03 831,54
Informasi dan Komunikasi 664,95 718,08 813,44 894,62 979,87
Jasa Keuangan dan Asuransi 383,73 393,99 404,4 424,68 448,15
Real Estate 159,09 167,97 182,65 192,19 236,77
Jasa Perusahaan 47,29 50,5 57,39 60,61 66,5
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
443,62 445,8 466,6 474,05 499,22
Jasa Pendidikan 407,63 443,15 480,35 528,32 565,72
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 112,63 124,54 130,34 140,55 151,46
Jasa lainnya 266,75 271,56 288,8 312,57 317,99
Jumlah 20032,42 21075,69 22386,13 23536,83 24771,56
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
102
7) Kabupaten Batang
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 2531,196 2520,644 2585,09 2627,387 2721,101
Pertambangan dan Penggalian 243,0325 254,742 267,6774 279,3605 299,6567
Industri Pengolahan 3067,992 3320,26 3615,243 3850,335 4055,241
Pengadaan Listrik dan Gas 6,57238 7,30861 7,88806 7,92323 7,73726
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
13,41043 13,04487 12,8143 13,06257 13,37925
Konstruksi 490,0631 513,9045 534,3441 556,0623 599,7828
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
1491,09 1514,388 1587,58 1657,661 1733,36
Transportasi dan Pergudangan 245,9571 259,34 286,3424 315,0982 339,1734
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 394,0728 408,7582 418,398 445,9392 482,3294
Informasi dan Komunikasi 249,9306 275,8289 299,775 358,9049 415,0455
Jasa Keuangan dan Asuransi 185,0361 188,5574 193,9021 200,1432 212,624
Real Estate 112,4433 118,9199 127,9534 138,001 146,4999
Jasa Perusahaan 31,73499 34,08427 38,75997 42,88664 46,38347
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
285,9423 288,588 294,2485 295,8092 317,2656
Jasa Pendidikan 422,3675 507,7849 550,7966 606,7197 647,293
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 60,7013 67,02401 71,83018 81,29769 85,5552
Jasa lainnya 193,5027 195,2788 212,0544 230,8062 240,2649
Jumlah 10025,05 10488,46 11104,7 11707,4 12362,69
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
103
8) Kabupaten Semarang
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 2976,207 3026,516 3080,143 3117,724 3267,348
Pertambangan dan Penggalian 64,66603 61,77813 62,9387 64,23196 68,06673
Industri Pengolahan 8570,189 9361,199 10017,55 10699,42 11288,82
Pengadaan Listrik dan Gas 29,48267 32,12715 34,77923 36,20626 35,20319
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
22,53769 21,7328 21,90816 22,31948 22,76587
Konstruksi 3039,667 3196,638 3435,216 3633,966 3773,721
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
2910,476 2942,075 3087,824 3182,061 3346,966
Transportasi dan Pergudangan 473,7393 503,601 543,7664 590,6975 627,6414
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 719,1473 752,9762 777,1408 824,384 879,1154
Informasi dan Komunikasi 765,251 841,5422 911,007 1052,309 1129,566
Jasa Keuangan dan Asuransi 762,1643 801,3152 847,7401 895,6197 962,4028
Real Estate 715,0975 751,0774 801,5222 861,4644 919,5155
Jasa Perusahaan 93,01096 97,60966 110,1186 119,5902 129,1574
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
748,7585 749,6705 767,1712 772,8809 815,548
Jasa Pendidikan 614,2731 735,8419 795,5749 885,2866 952,5002
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 141,5286 156,2744 164,5375 179,5974 192,0693
Jasa lainnya 279,2611 274,744 299,1778 324,8546 332,9012
Jumlah 22925,46 24306,72 25758,12 27262,61 28743,31
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
104
9) Kabupaten Rembang
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 2939,405 3042,784 3171,162 2992,145 3115,474
Pertambangan dan Penggalian 265,1756 276,3556 291,7656 310,7677 323,2916
Industri Pengolahan 1525,025 1693,227 1860,446 2143,284 2307,831
Pengadaan Listrik dan Gas 7,119793 7,924657 8,73372 9,196669 8,994853
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
5,457247 5,448737 5,438493 5,546093 5,640839
Konstruksi 667,5302 708,5833 677,3777 776,6302 824,6422
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
1299,711 1310,768 1351,958 1406,725 1464,601
Transportasi dan Pergudangan 318,3447 339,5337 375,3208 414,9223 443,0365
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 270,4215 284,0372 302,4191 336,2317 356,8339
Informasi dan Komunikasi 102,6999 112,6969 124,0697 145,366 155,9409
Jasa Keuangan dan Asuransi 348,9452 362,8711 383,2949 407,2519 425,2977
Real Estate 91,18586 94,74288 99,19248 105,5207 112,0442
Jasa Perusahaan 21,33626 22,54727 26,30816 28,18871 30,67979
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
376,4469 380,8894 388,4534 391,051 410,088
Jasa Pendidikan 313,2535 365,5289 423,9061 486,8802 520,0486
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 84,2751 94,36092 102,3042 117,6194 129,0878
Jasa lainnya 171,9696 174,8632 188,6004 206,2821 214,6819
Jumlah 8808,302 9277,163 9780,751 10283,61 10848,21
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
105
10) Kabupaten Pemalang
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 3322,731 3455,924 3680,933 3615,816 3762,377
Pertambangan dan Penggalian 543,0074 571,1895 600,72 638,0848 656,2631
Industri Pengolahan 2141,096 2316,429 2472,07 2810,142 3014,904
Pengadaan Listrik dan Gas 14,21126 15,15773 15,944 16,03682 15,56617
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
10,98388 11,1772 11,79194 12,64214 12,93589
Konstruksi 498,4027 528,9049 559,3698 585,3246 617,9935
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
2060,119 2118,202 2185,403 2317,614 2420,234
Transportasi dan Pergudangan 338,414 367,4541 389,2016 411,1652 433,522
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 651,2204 688,7841 711,8384 759,0047 808,8863
Informasi dan Komunikasi 242,016 267,6697 293,6604 333,1871 360,8771
Jasa Keuangan dan Asuransi 348,5255 357,9633 371,3755 393,7843 426,21
Real Estate 208,0159 220,5593 235,7338 251,8579 269,813
Jasa Perusahaan 35,70858 38,74381 42,94364 47,41407 52,36028
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
461,3972 465,6882 475,6539 476,4149 498,9695
Jasa Pendidikan 515,8155 586,998 633,4683 697,8287 757,1803
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 108,2881 117,8283 124,1792 134,3371 143,3131
Jasa lainnya 347,2475 348,5671 367,7731 399,6958 413,205
Jumlah 11847,2 12477,24 13172,06 13900,35 14664,61
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
106
11) Kabupaten Magelang
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 3884,447 3827,627 3900,103 3885,15 4068,747
Pertambangan dan Penggalian 621,0982 667,0271 706,3722 733,1539 750,9427
Industri Pengolahan 2938,922 3190,67 3539,294 3813,631 3985,246
Pengadaan Listrik dan Gas 9,116522 10,13217 10,90725 11,26925 10,97669
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
18,08419 18,13332 18,08011 18,40738 18,65151
Konstruksi 1395,777 1526,541 1609,322 1691,118 1791,406
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
2335,348 2400,862 2500,051 2588,142 2700,161
Transportasi dan Pergudangan 526,1453 570,4601 619,3184 672,2772 729,6916
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 597,4163 643,0027 677,7211 728,5383 776,5871
Informasi dan Komunikasi 559,444 618,5021 667,6924 754,7879 826,0956
Jasa Keuangan dan Asuransi 400,3976 416,8101 435,1014 456,8123 497,0915
Real Estate 309,7496 322,1682 346,9738 371,8736 399,2158
Jasa Perusahaan 31,96222 34,20781 38,33421 41,53731 45,58263
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
623,2039 627,9805 645,1036 649,3937 683,6717
Jasa Pendidikan 635,2286 748,4375 818,8579 902,1532 966,2397
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 102,9935 113,7687 121,845 136,202 145,6339
Jasa lainnya 333,7063 334,8122 365,6782 396,8008 409,8494
Jumlah 15323,04 16071,14 17020,76 17851,25 18805,79
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
107
12) Kabupaten Jepara
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 2249,876 2336,51 2442,71 2374,2 2444,16
Pertambangan dan Penggalian 285,341 284,0724 284,63 296,11 300,9
Industri Pengolahan 4625,536 4838,35 5140,57 5472,14 5756,34
Pengadaan Listrik dan Gas 15,658 17,5285 18,71 18,86 18,91
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
12,857 12,77002 12,43 12,79 13,03
Konstruksi 907,727 972,3129 1007,48 1050,53 1103,07
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
2600,471 2701,718 2815,81 2933 3072,17
Transportasi dan Pergudangan 564,513 597,2799 650,67 695,08 735,84
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 569,513 601,0233 605,11 661,86 715,42
Informasi dan Komunikasi 315,782 356,0508 394,6 468,28 523,71
Jasa Keuangan dan Asuransi 313,278 322,6477 324,64 339,18 357,15
Real Estate 236,707 255,1731 269,31 286,82 305,84
Jasa Perusahaan 57,591 62,2536 69,87 75,58 82,67
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
394,041 394,8933 399,8 399,36 417,01
Jasa Pendidikan 500,231 631,4971 689,18 764,99 803,5
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 105,214 119,0792 128 146,36 157,93
Jasa lainnya 319,263 321,8356 349,34 378,98 390,15
Jumlah 14073,6 14825 15602,86 16374,12 17197,8
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
108
13) Kabupaten Karanganyar
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 2660,573 2642,511 2730,072 2782,235 2944,377
Pertambangan dan Penggalian 212,521 219,387 231,9036 234,7941 237,2595
Industri Pengolahan 7497,423 8125,204 8697,103 9249,002 9674,317
Pengadaan Listrik dan Gas 29,067 31,779 34,55547 35,70048 35,82839
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
16,08549 15,72219 16,45101 16,81112 16,96948
Konstruksi 1076,657 1139,647 1207,317 1254,347 1318,937
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
2132,273 2222,453 2320,459 2403,685 2537,865
Transportasi dan
Pergudangan 462,081 494,057 538,423 578,918 605,6198
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 588,258 613,493 621,1779 662,6768 697,2793
Informasi dan Komunikasi 224,027 246,608 267,1361 294,1018 315,5125
Jasa Keuangan dan Asuransi 599,259 606,062 640,2251 661,4932 702,9293
Real Estate 318,429 338,995 362,2981 382,2728 403,1832
Jasa Perusahaan 50,258 53,287 60,03443 65,21206 70,90507
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
418,327 418,808 426,4389 427,6944 441,2047
Jasa Pendidikan 544,189 638,196 688,056 757,3881 803,5803
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 120,1 130,41 137,7682 153,1526 164,5318
Jasa lainnya 255,529 252,447 277,098 302,2907 314,4428
Jumlah 17205,06 18189,07 19256,52 20261,78 21284,74
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
109
14) Kabupaten Wonosobo
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 3301,682 3406,757 3402,317 3487,819 3615,481
Pertambangan dan Penggalian 93,342 96,128 99,758 103,8216 105,5857
Industri Pengolahan 1537,632 1621,383 1712,642 1787,495 1880,888
Pengadaan Listrik dan Gas 3,549 3,899 4,192445 4,358399 4,226013
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
12,77 12,864 12,97681 13,38669 13,62179
Konstruksi 561,767 601,526 637,3512 669,6481 718,6663
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
1716,25 1766,536 1862,821 1958,338 2040,785
Transportasi dan
Pergudangan 472,695 506,975 553,5276 609,0504 661,6425
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 282,782 302,17 318,6651 343,2296 367,6256
Informasi dan Komunikasi 108,053 119,767 130,6888 146,5183 160,3204
Jasa Keuangan dan Asuransi 260,533 272,561 281,8885 294,2786 316,7309
Real Estate 147,395 155,184 166,1088 176,9008 190,2352
Jasa Perusahaan 18,73 19,838 21,98801 23,68282 25,62304
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
262,177 264,073 270,2661 272,8262 287,1622
Jasa Pendidikan 414,69 478,079 524,1967 581,4328 622,9471
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 97,209 108,512 117,8091 131,5426 140,8558
Jasa lainnya 198,285 199,014 216,5598 235,1276 242,4051
Jumlah 9489,541 9935,266 10333,76 10839,46 11394,8
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
110
15) Kabupaten Tegal
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 2756,015 2835,913 2878,663 2754,864 2831,399
Pertambangan dan Penggalian 659,443 691,859 733,2076 778,4378 794,7977
Industri Pengolahan 4479,753 4863,89 5475,268 5920,279 6314,826
Pengadaan Listrik dan Gas 12,136 13,293 14,26496 14,86927 14,62363
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
9,297 8,978 8,918241 9,266723 9,294836
Konstruksi 1286,428 1359,73 1418,501 1482,495 1564,698
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
2986,041 3032,317 3167,243 3331,114 3468,214
Transportasi dan
Pergudangan 439,939 462,832 505,8153 551,9151 600,2697
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 750,683 774,271 791,7862 846,7139 907,5065
Informasi dan Komunikasi 485,102 534,81 583,9701 635,4564 692,6707
Jasa Keuangan dan Asuransi 381,396 389,531 397,9413 412,0373 442,0954
Real Estate 297,727 308,104 320,9383 340,5149 365,3756
Jasa Perusahaan 60,571 63,758 71,11347 76,87396 83,96753
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
404,114 404,496 412,7445 415,894 437,1109
Jasa Pendidikan 566,996 666,065 725,443 795,9306 851,0082
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 119,595 129,523 136,9047 148,5366 155,9406
Jasa lainnya 376,586 372,865 407,57 443,1659 457,0215
Jumlah 16071,82 16912,24 18050,29 18958,36 19990,82
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
111
16) Kabupaten Brebes
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 9191,604 9352,734 9602,927 9626,654 10013,78
Pertambangan dan Penggalian 410,6823 445,6562 478,2428 518,0296 549,195
Industri Pengolahan 2483,007 2691,237 3054,225 3419,497 3749,56
Pengadaan Listrik dan Gas 13,04929 14,48605 16,078 16,4968 16,097
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
16,43938 17,54297 17,22316 17,93073 18,308
Konstruksi 821,7428 909,2576 963,5727 1014,362 1179,078
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
4051,013 4178,625 4406,12 4629,032 4830,484
Transportasi dan
Pergudangan 569,4103 625,1312 703,3888 783,4803 836,524
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 923,8201 963,1686 994,3995 1090,37 1135,103
Informasi dan Komunikasi 612,4852 706,0477 788,1785 948,1552 1069,687
Jasa Keuangan dan Asuransi 376,7735 394,3191 409,9996 421,2149 445,19
Real Estate 256,5541 274,9255 302,1261 330,1619 351,42
Jasa Perusahaan 44,1604 47,89917 56,01877 62,21399 67,215
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
509,7163 511,3296 528,0263 532,4061 553,768
Jasa Pendidikan 641,3545 744,3402 827,4412 933,8358 996,723
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 137,9485 152,4896 165,4923 183,7513 195,231
Jasa lainnya 438,6614 453,0724 510,0969 564,1222 563,317
Jumlah 21498,42 22482,26 23823,56 25091,71 26570,68
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
112
17) Kabupaten Wonogiri
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 4947,089 5172,907 5226,842 5266,837 5467,449
Pertambangan dan
Penggalian 447,7383 477,066 520,6053 568,8735 588,638
Industri Pengolahan 1929,65 2060,56 2236,339 2409,45 2558,404
Pengadaan Listrik dan Gas 10,13227 11,19118 12,23466 12,83799 12,49196
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
11,32527 11,7517 11,62698 12,50633 12,77905
Konstruksi 850,5333 929,1905 982,3824 1032,984 1.099,181
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
2366,383 2479,221 2601,481 2759,197 2902,861
Transportasi dan
Pergudangan 823,8751 882,1014 956,5865 1060,923 1146,111
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 339,4344 355,0669 369,2736 387,736 409,653
Informasi dan Komunikasi 113,6804 125,3817 137,5833 161,9285 177,158
Jasa Keuangan dan Asuransi 388,3056 413,9145 431,3729 454,0833 486,43
Real Estate 109,5969 112,406 121,2163 131,4586 142,017
Jasa Perusahaan 46,09587 48,61277 54,20125 60,54411 65,735
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
441,1689 441,793 452,592 458,2151 486,115
Jasa Pendidikan 598,1961 712,6045 782,7461 880,2829 946,738
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 108,3469 118,2907 127,646 143,6508 154,887
Jasa lainnya 255,1587 253,0291 280,5682 308,2005 318,421
Jumlah 13786,71 14605,09 15305,3 16109,71 16975,07
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
113
18) Kabupaten Kebumen
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 3704,526 3985,936 3795,424 3922,86 4281,318
Pertambangan dan
Penggalian 623,757 657,871 697,001 736,382 751,993
Industri Pengolahan 2380,469 2331,506 2608,646 2853,163 2965,337
Pengadaan Listrik dan Gas 8,6562 9,556 10,747 10,972 10,591
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
10,048 9,428 8,999 9,318 9,535
Konstruksi 882,80 959,739 1017,929 1067,91 1.124,94
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
2131,796 2160,6 2292,3 2366,33 2.495,21
Transportasi dan
Pergudangan 488,766 502,518 559,653 614,624 646,358
Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 272,923 281,588 297,924 311,022 333,566
Informasi dan Komunikasi 234,328 261,628 284,883 335,315 366,969
Jasa Keuangan dan
Asuransi 389,803 398,701 416,627 419,237 446,804
Real Estate 189,673 193,678 206,87 218,325 233,259
Jasa Perusahaan 33,199 35,823 42,509 45,652 49,585
Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
502,041 503,328 518,456 519,538 543,956
Jasa Pendidikan 782,357 972,412 1088,9 1201,811 1300,84
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 117,98 130,588 143,001 156,578 170,247
Jasa lainnya 314,858 312,15 343,463 375,355 386,653
Jumlah 13067,98 13707,05 14333,33 15164,39 16117,16
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
114
19) Kabupaten Purworejo
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 2500,312 2505,323 2546,812 2498,092 2606,735
Pertambangan dan
Penggalian 66,964 70,514 73,948 78,839 80,796
Industri Pengolahan 1505,279 1585,212 1694,226 1823,343 1917,866
Pengadaan Listrik dan Gas 7,989 8,879 9,503 9,731 9,482
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
7,632 7,409 7,329 7,566 7,685
Konstruksi 775,33 805,703 842,614 878,29 916,122
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
1252,552 1289,743 1350,859 1415,842 1474,918
Transportasi dan
Pergudangan 488,076 531,732 576,141 616,005 659,644
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 201,022 206,439 212,528 226,195 238,058
Informasi dan Komunikasi 434,127 480,868 517,423 586,406 629,369
Jasa Keuangan dan Asuransi 318,383 323,013 333,778 344,771 367,232
Real Estate 286,293 199,078 214,377 229,406 243,358
Jasa Perusahaan 21,182 22,961 25,495 27,563 29,816
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
414,905 417,093 426,649 428,487 446,905
Jasa Pendidikan 522,69 621,245 678,566 747,022 799,19
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 115,647 128,924 138,224 154,315 165,131
Jasa lainnya 195,225 202,106 222,496 242,065 249,348
Jumlah 9113,608 9406,242 9870,968 10313,94 10841,66
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
115
20) Kabupaten Boyolali
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 3697,278 3771,709 3846,252 3777,647 4092,594
Pertambangan dan
Penggalian 593,362 622,124 656,806 696,722 710,935
Industri Pengolahan 3721,942 4065,228 4482,52 4857,151 5170,61
Pengadaan Listrik dan Gas 3,294 3,645 3,955 4,002 3,881
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
11,271 10,993 10,943 11,221 11,339
Konstruksi 952,579 1012,228 1049,622 1098,594 1167,366
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
2252,745 2286,535 2384,57 2478,005 2567,851
Transportasi dan
Pergudangan 609,915 651,088 710,114 778,495 838,184
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 417,419 433,997 442,776 477,495 513,043
Informasi dan Komunikasi 371,548 407,82 443,148 511,962 564,541
Jasa Keuangan dan Asuransi 334,65 344,283 358,418 371,893 398,506
Real Estate 173,838 181,833 193,861 209,726 228,433
Jasa Perusahaan 43,601 46,627 53,038 57,387 62,621
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
452,902 453,012 461,497 460,751 482,683
Jasa Pendidikan 576,343 689,655 747,432 833,671 895,946
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 114,347 125,359 133,404 150,298 161,3
Jasa lainnya 264,989 263,839 287,399 310,64 319,866
Jumlah 14592,02 15369,98 16265,76 17085,66 18189,7
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
116
21) Kabupaten Kudus
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 1315,173 1387,113 1411,791 1411,53 1491,318
Pertambangan dan
Penggalian 55,235 61,74 64,288 68,863 71,392
Industri Pengolahan 45206,11 46818,35 48686,04 50757,71 52497,35
Pengadaan Listrik dan Gas 25,297 27,705 30,036 31,261 30,497
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
11,019 12,172 12,856 13,496 13,796
Konstruksi 1643,3 1823,412 1915,309 2000,04 2121,325
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
3008,185 3111,215 3329,985 3517,733 3752,373
Transportasi dan
Pergudangan 552,658 593,83 646,981 702,056 769,366
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 577,908 616,466 658,606 708,891 781,179
Informasi dan Komunikasi 311,946 348,029 377,372 427,043 467,736
Jasa Keuangan dan Asuransi 832,457 896,868 943,02 989,886 1064,595
Real Estate 288,244 315,381 340,359 364,894 392,648
Jasa Perusahaan 47,08209 49,99 54,903 58,809 64,021
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
468,717 475,523 488,251 492,548 518,776
Jasa Pendidikan 427,542 467,769 512,406 564,419 604,373
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 139,007 150,168 160,894 178,862 191,504
Jasa lainnya 265,914 285,083 311,465 337,984 351,561
Jumlah 55175,79 57440,81 59944,56 62626,03 65183,81
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
117
22) Kabupaten Grobogan
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 4229,096 4420,863 4499,335 4503,753 4821,979
Pertambangan dan Penggalian 135,896 154,981 167,385 176,1995 180,265
Industri Pengolahan 1342,087 1431,366 1542,865 1662,383 1768,852
Pengadaan Listrik dan Gas 12,438 13,606 14,814 14,956 14,592
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
6,967 6,881 7,033 7,359 7,492
Konstruksi 709,486 755,16 804,909 845,724 892,916
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
2893,418 3006,954 3141,786 3269,108 3402,658
Transportasi dan Pergudangan 615,53 660,218 709,686 764,287 812,458
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 597,676 615,008 626,623 666,96 710,335
Informasi dan Komunikasi 322,918 348,213 375,216 413,466 449,961
Jasa Keuangan dan Asuransi 481,751 504,466 536,723 576,002 618,024
Real Estate 291,013 309,366 337,598 357,185 379,163
Jasa Perusahaan 30,743 309,366 34,695 36,728 39,741
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
504,349 32,352 522,631 528,423 554,725
Jasa Pendidikan 509,898 507,617 618,424 667,207 712,16
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 123,775 572,65 135,034 142,437 151,367
Jasa lainnya 365,672 130,236 399,974 432,272 445,931
Jumlah 13172,71 13779,3 14474,73 15064,45 15962,62
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
118
23) Kabupaten Klaten
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 2224,077 2471,011 2583,62 2611,62 2741,585
Pertambangan dan Penggalian 504,193 523,681 557,451 597,551 622,111
Industri Pengolahan 5625,016 5991,221 6506,552 7093,269 7601,144
Pengadaan Listrik dan Gas 31,781 34,545 37,302 38,526 37,087
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
10,572 10,692 11,062 11,528 11,793
Konstruksi 1169,365 1199,174 1254,97 1294,69 1356,318
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
3868,307 3912,955 4000,471 4095,158 4234,749
Transportasi dan Pergudangan 407,274 424,248 469,346 515,457 543,842
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 717,638 733,825 755,16 792,088 832,821
Informasi dan Komunikasi 707,362 722,286 749,129 778,394 811,32
Jasa Keuangan dan Asuransi 600,124 637,717 675,611 718,815 767,542
Real Estate 262,526 272,023 290,53 316,063 339,894
Jasa Perusahaan 46,526 50,941 60,536 65,626 70,962
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
531,35 530,808 543,502 546,823 574,875
Jasa Pendidikan 881,597 1085,189 1193,988 1333,544 1438,628
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 160,516 182,775 200,873 224,011 241,26
Jasa lainnya 323,128 319,312 351,325 381,431 396,731
Jumlah 18071,35 19102,4 20241,43 21414,59 22622,66
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
119
24) Kabupaten Pekalongan
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 2184,282 2194,312 2226,95 2195,9 2262,404
Pertambangan dan Penggalian 322,929 337,679 354,575 376,417 396,883
Industri Pengolahan 3158,752 3426,772 3786,082 4051,814 4264,207
Pengadaan Listrik dan Gas 19,038 21,226 22,787 22,976 22,417
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
6,599 6,185 5,994 6,234 6,387
Konstruksi 694,956 712,121 739,113 772,398 802,343
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
1724,166 1750,32 1820,302 1873,66 1944,855
Transportasi dan Pergudangan 272,572 289,845 316,178 345,845 366,243
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 582,362 604,826 616,96 652,04 687,691
Informasi dan Komunikasi 227,735 248,575 270,773 313,705 350,764
Jasa Keuangan dan Asuransi 268,075 273,236 282,36 297,893 312,544
Real Estate 159,47 166,482 178,206 189,96 202,283
Jasa Perusahaan 25,429 26,928 31,014 34,462 37,23
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
405,001 405,697 413,496 411,743 432,571
Jasa Pendidikan 449,464 536,8998 584,005 656,994 697,607
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 116,414 129,853 139,565 159,626 167,87
Jasa lainnya 226,959 223,893 246,445 268,619 279,548
Jumlah 10844,2 11354,85 12034,81 12630,29 13233,85
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
120
25) Kabupaten Temanggung
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 2792,31 2820,318 2871,059 2817,479 2948,434
Pertambangan dan Penggalian 94,191 90,636 92,521 95,805 98,311
Industri Pengolahan 2522,622 2646,109 2816,645 3042,972 3213,427
Pengadaan Listrik dan Gas 9,049 10,329 11,06 11,551 11,241
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
11 10,525 10,288 10,492 10,709
Konstruksi 442,849 493,191 513,556 537,588 583,26
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
2305,66 2368,525 2506,859 2699,337 2794,199
Transportasi dan
Pergudangan 437,257 484,588 539,878 568,601 613,424
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 161,404 172,115 179,241 188,554 201,3
Informasi dan Komunikasi 147,681 165,139 177,73 201,372 217,69
Jasa Keuangan dan Asuransi 297,013 315,002 334,179 362,501 387,026
Real Estate 82,734 86,328 93,686 99,758 106,711
Jasa Perusahaan 29,173 31,432 35,784 39,262 42,446
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
332,092 334,692 341,072 341,604 359,689
Jasa Pendidikan 342,209 406,366 442,805 486,467 516,482
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 93,568 103,148 110,154 123,929 130,646
Jasa lainnya 200,952 202,541 222,827 243,334 250,293
Jumlah 10301,76 10740,98 11299,34 11870,61 12485,29
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
121
26) Kabupaten Demak
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 3375,097 3430,569 3482,389 3367,149 3567,714
Pertambangan dan Penggalian 54,499 56,032 57,107 59,177 60,464
Industri Pengolahan 3097,12 3345,67 3630,72 3909,988 4139,046
Pengadaan Listrik dan Gas 12,009 13,231 14,493 15,367 14,942
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
9,82 10,029 10,375 10,847 11,071
Konstruksi 1027,711 1080,69 1137,071 1196,921 1262,143
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
2051,242 2103,26 2214,102 2339,528 2472,423
Transportasi dan Pergudangan 342,104 362,243 388,412 418,49 451
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 321,033 330,921 342,056 361,784 378,022
Informasi dan Komunikasi 228,836 252,131 277,892 316,233 346,008
Jasa Keuangan dan Asuransi 284,146 295,974 307,907 327,28 345,888
Real Estate 156,627 163,396 173,574 189,843 201,861
Jasa Perusahaan 26,13 27,871 30,278 33,221 35,9
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
492,964 494,07 502,858 508,558 531,24
Jasa Pendidikan 404,058 453,446 491,425 547,292 595,555
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 78,08 85,594 90,861 101,061 108,464
Jasa lainnya 314,227 318,1 347,705 376,17 391,519
Jumlah 12275,7 12823,23 13499,23 14078,91 14913,26
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
122
27) Kabupaten Pati
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 5386,388 5678 5902,448 5831,926 6276,42
Pertambangan dan Penggalian 350,891 378,085 405,306 430,795 457,033
Industri Pengolahan 5150,503 5520,584 5984,883 6380,18 6680,746
Pengadaan Listrik dan Gas 20,165 22,161 24,154 26,486 26,116
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
15,125 14,859 14,641 15,356 15,627
Konstruksi 1545,019 1647,919 1739,01 1813,757 1908,072
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
3119,404 3178,82 3287,462 3500,934 3658,738
Transportasi dan Pergudangan 545,819 586,053 643,674 706,541 761,832
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 665,279 719,005 760,935 817,587 879,85
Informasi dan Komunikasi 405,884 445,748 486,915 583,47 640,887
Jasa Keuangan dan Asuransi 505,859 521,219 546,758 567,032 599,845
Real Estate 216,983 227,767 242,821 258,939 276,716
Jasa Perusahaan 37,485 40,583 45,428 49,16 53,248
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
775,238 785,387 805,316 817,152 858,767
Jasa Pendidikan 634,096 751,901 825,903 913,564 983,636
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 163,862 177,504 190,039 210,411 226,276
Jasa lainnya 355,327 376,733 404,865 440,338 456,541
Jumlah 19893,33 21072,33 22310,56 23363,63 24760,35
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
123
28) Kabupaten Blora
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 3168,043 3221,616 3301,131 3155,967 3220,136
Pertambangan dan Penggalian 1489,241 1576,085 1693,314 1779,36 2005,087
Industri Pengolahan 1007,28 1094,477 1171,963 1341,483 1330,456
Pengadaan Listrik dan Gas 8,334 9,214 9,932 10,251 9,961
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
5,96 5,80448 5,954 6,245 6,385
Konstruksi 423,456 466,188 489,298 513,72 551,442
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
1929,342 1984,841 2090,327 2207,679 2339,458
Transportasi dan Pergudangan 291,424 312,483 344,92 381,366 410,929
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 379,442 402,046 416,432 453,924 487,196
Informasi dan Komunikasi 132,132 146,31 161,629 182,697 197,619
Jasa Keuangan dan Asuransi 329,282 343,744 357,983 383,015 408,204
Real Estate 153,36 162,718 175,835 191,35 204,632
Jasa Perusahaan 28,068 30,03 34,076 37,687 40,727
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
434,085 437,056 447,597 452,716 479,617
Jasa Pendidikan 491,368 589,648 646,702 729,251 770,59
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 86,938 95,687 102,586 115,09 123,226
Jasa lainnya 239,97 238,918 262,831 285,401 296,924
Jumlah 10597,73 11116,87 11712,51 12227,2 12882,59
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
124
29) Kabupaten Sragen
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 3356,684 3477,864 3623,916 3348,642 3471,414
Pertambangan dan Penggalian 422,841 451,6 483,473 517,244 549,657
Industri Pengolahan 4852,713 5359,097 5887,153 6568,884 7097,515
Pengadaan Listrik dan Gas 28,097 30,865 34,213 34,982 33,658
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
15,093 14,703 14,681 15,333 16,04
Konstruksi 1152,96 1231,738 1312,564 1379,827 1461,725
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
3801,13 3859,085 4055,278 4288,085 4484,493
Transportasi dan Pergudangan 435,819 472,8923 518,975 572,182 600,022
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 511,8 541,932 554,737 600,499 641,083
Informasi dan Komunikasi 214,343 236,516 255,72 302,067 333,96
Jasa Keuangan dan Asuransi 463,345 480,577 498,46 533,771 569,613
Real Estate 157,114 167,631 182,875 197,192 211,374
Jasa Perusahaan 63,502 67,756 73,839 80,471 87,32
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
445,786 446,246 457,107 460,948 480,355
Jasa Pendidikan 547,438 643,899 693,04 770,542 828,92
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 116,678 125,891 133,814 147,409 156,375
Jasa lainnya 284,893 293,813 323,237 359,85 365,27
Jumlah 16870,24 17902,11 19103,08 20177,93 21388,79
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
125
30) Kota Salatiga
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 332,14 337,77 348,6066 359,6948 376,8042
Pertambangan dan Penggalian 4,31 4,08 3,6994 3,50973 3,35823
Industri Pengolahan 1772,77 1928,74 2081,155 2223,832 2320,389
Pengadaan Listrik dan Gas 14,25 15,70 16,93358 16,93914 15,71733
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
6,47 6,40 6,42187 6,52321 6,57197
Konstruksi 869,54 901,40 977,7579 1014,487 1066,759
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
954,59 968,72 1019,45 1056,198 1094,505
Transportasi dan Pergudangan 190,28 204,65 226,6507 247,0736 270,3602
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 480,85 504,36 515,4838 557,9217 600,6599
Informasi dan Komunikasi 245,13 252,86 266,8252 283,2149 295,6599
Jasa Keuangan dan Asuransi 224,19 232,36 240,6106 246,8821 263,7011
Real Estate 313,17 336,87 362,4793 386,6966 413,9778
Jasa Perusahaan 59,84 65,85 72,63055 77,78946 84,0927
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
395,93 396,51 401,718 401,644 420,9039
Jasa Pendidikan 224,66 264,31 286,9132 314,6373 335,7976
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 76,29 85,97 92,02207 102,0555 108,7216
Jasa lainnya 65,83 68,36 69,68808 75,06564 77,25008
Jumlah 6230,24 6574,91 6989,05 7374,16 7755,23
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
126
31) Kota Pekalongan
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 295,206 301,977 305,27 298,9869 311,209
Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0
Industri Pengolahan 958,304 1066,172 1177,9 1252,412 1302,42
Pengadaan Listrik dan Gas 9,65 10,661 11,45 11,56485 11,3341
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
6,955 7,085 7,1037 7,28129 7,46594
Konstruksi 676,286 716,119 761,45 797,2128 842,141
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
1181,029 1198,596 1232,7 1295,313 1342,16
Transportasi dan Pergudangan 348,494 360,884 372,33 389,7086 409,631
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 226,282 238,663 253,45 270,1132 291,125
Informasi dan Komunikasi 201,166 222,007 242,03 268,6076 291,66
Jasa Keuangan dan Asuransi 269,806 285,277 302,82 322,5113 344,74
Real Estate 131,324 139,941 149,86 160,6818 172,689
Jasa Perusahaan 16,099 17,511 18,298 21,1903 22,9592
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
246,47 247,776 254,59 257,0343 271,899
Jasa Pendidikan 166,059 188,56 204,98 225,8931 236,682
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 51,266 56,367 59,349 65,33121 69,9721
Jasa lainnya 93,929 94,21 102,62 111,4393 115,004
Jumlah 4878,325 5151,806 5456,2 5755,2816 6043,1
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
127
32) Kota Tegal
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 411,146 418,36 432,28 424,1864 435,553
Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0
Industri Pengolahan 956,878 1017,508 1121,2 1205,038 1279,11
Pengadaan Listrik dan Gas 13,57 14,277 14,757 15,22679 14,892
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
6,414 5,734 5,7412 5,914903 6,011
Konstruksi 1239,252 1315,763 1363,4 1410,518 1495,21
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
2261,04 2285,275 2404,1 2510,612 2614,52
Transportasi dan Pergudangan 279,474 291,241 313,31 365,7405 397,968
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 376,041 401,392 432,18 464,8497 497,763
Informasi dan Komunikasi 407,177 442,205 469,93 500,9377 533,644
Jasa Keuangan dan Asuransi 335,175 348,3433 358,68 366,1397 386,775
Real Estate 170,483 174,413 184,87 194,9064 206,798
Jasa Perusahaan 22,507 25,078 28,291 31,034 33,519
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
471,558 470,385 482,68 474,8882 496,529
Jasa Pendidikan 210,92 247,102 266,74 292,7398 313,462
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 84,976 95,209 102,3 115,8895 124,06
Jasa lainnya 94,923 98,18 103,73 112,4039 116,008
Jumlah 7341,534 7650,465 8084,2 8491,0255 8951,82
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
128
33) Kota Semarang
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 903,821 919,391 954,1 955,371 1041,93
Pertambangan dan Penggalian 165,917 173,033 179,27 180,989 183,86
Industri Pengolahan 21956,02 23700,81 25954 27693,43 28739
Pengadaan Listrik dan Gas 104,331 114,145 123,21 123,652 123,697
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
101,218 99,153 98,544 100,363 104,151
Konstruksi 23022,73 24467,35 25710 26606,79 28463,9
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
14300,92 14404,6 14969 15307,23 16392,7
Transportasi dan Pergudangan 2877,537 3099,053 3415,7 3718,913 3932,57
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 2651,723 2866,794 3040,3 3238,499 3488,72
Informasi dan Komunikasi 7117,18 7826,304 8449,3 9498,187 10341,3
Jasa Keuangan dan Asuransi 3699,669 3809,625 3961,9 4048,687 4468,35
Real Estate 2505,217 2640,245 2842,9 3026,679 3285,25
Jasa Perusahaan 466,452 497,324 558,25 597,792 657,81
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
3091,251 3117,265 3215,8 3198,841 3413,77
Jasa Pendidikan 1644,235 1946,151 2125,6 2312,701 2510,84
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 537,735 597,809 640,17 711,486 765,704
Jasa lainnya 997,013 1002,968 1103,1 1181,766 1229
Jumlah 86142,97 91282,02 97341 102501,38 109143
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
129
34) Kota Surakarta
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 116,4925 119,2903 125,29 127,6343 129,927
Pertambangan dan Penggalian 0,5672 0,56481 0,5625 0,54959 0,53517
Industri Pengolahan 1746,601 1874,946 2044 2183,006 2263,87
Pengadaan Listrik dan Gas 50,90597 57,2935 61,821 63,49968 63,3795
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
49,44181 48,18739 47,384 48,59469 49,4542
Konstruksi 6175,997 6512,555 6767,6 7014,333 7390,4
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
5647,923 5764,372 6193,4 6461,014 6730,42
Transportasi dan Pergudangan 591,8973 630,023 695,07 750,1482 811,008
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 1130,16 1218,51 1288,4 1377,876 1463,05
Informasi dan Komunikasi 2646,722 2959,429 3204 3490,331 3723,08
Jasa Keuangan dan Asuransi 818,2944 842,7048 872,11 887,6598 968,339
Real Estate 971,8596 1040,6 1094,7 1164,924 1249,07
Jasa Perusahaan 151,6293 162,5163 177,73 189,9153 207,531
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
1426,534 1450,191 1506,4 1543,922 1623,47
Jasa Pendidikan 888,3604 982,1672 1041,3 1117,904 1194,52
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 205,3148 220,6996 238,72 268,7586 285,59
Jasa lainnya 229,7385 239,732 254,18 264,987 273,171
Jumlah 22848,44 24123,78 25613 26955,057 28426,8
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
130
35) Kota Magelang
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 96,342 98,182 100,98 102,615 104,604
Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0 0
Industri Pengolahan 615,817 660,616 706,98 757,427 797,94
Pengadaan Listrik dan Gas 13,702 15,909 17,812 18,388 17,919
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang 7,334 7,307 7,346 7,545 7,695
Konstruksi 739,662 791,37 818,38 835,695 870,588
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 717,209 730,826 767,95 791,8 818,177
Transportasi dan Pergudangan 295,247 312,536 344,42 373,226 399,517
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 245,055 252,104 263,89 281,212 299,608
Informasi dan Komunikasi 212,67 234,772 255,63 297,579 321,936
Jasa Keuangan dan Asuransi 208,442 214,434 224,12 229,343 242,076
Real Estate 148,283 154,353 167,09 175,398 185,958
Jasa Perusahaan 13,137 14,215 15,212 16,333 17,645
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
540,681 546,94 561,49 558,632 581,97
Jasa Pendidikan 211,713 251,436 290,3 314,699 335,891
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 99,349 108,676 113,91 123,662 131,677
Jasa lainnya 91,021 90,594 99,6 104,621 107,643
Jumlah 4255,664 4484,27 4755,1 4988,175 5240,84
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
131
2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah (dalam Milyar Rupiah)
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kab. Cilacap 31537,93 33098,27 35181,67 36695,39 38719,77
Kab. Banyumas 24538,6 25982,16 27793,14 29367,69 31164,88
Kab. Purbalingga 12205,36 13448,65 14791,3 16756,05 18565,11
Kab. Banjarnegara 9952,404 10473,36 10973,33 11625,25 12262,43
Kab. Kebumen 13067,98 13707,05 14333,33 15164,39 16117,16
Kab. Purworejo 9113,608 9406,242 9870,968 10313,94 10841,66
Kab. Wonosobo 9489,541 9935,266 10333,76 10839,46 11394,8
Kab. Magelang 15323,04 16071,14 17020,76 17851,25 18805,79
Kab. Boyolali 14592,02 15369,98 16265,76 17085,66 18189,7
Kab. Klaten 18071,35 19102,4 20241,43 21414,59 22622,66
Kab. Sukoharjo 17319,64 18342,25 19401,89 20448,93 21611,67
Kab. Wonogiri 13786,71 14605,09 15305,3 16109,71 16975,07
Kab. Karanganyar 17205,06 18189,07 19256,52 20261,78 21284,74
Kab. Sragen 16870,24 17902,11 19103,08 20177,93 21388,79
Kab. Grobogan 13172,71 13779,3 14474,73 15064,45 15962,62
Kab. Blora 10597,73 11116,87 11712,51 12227,2 12882,59
Kab. Rembang 8808,302 9277,163 9780,751 10283,61 10848,21
Kab. Pati 19893,33 21072,33 22310,56 23363,63 24760,35
Kab. Kudus 55175,79 57440,81 59944,56 62626,03 65183,81
Kab. Jepara 14073,6 14825 15602,86 16374,12 17197,8
Kab. Demak 12275,7 12823,23 13499,23 14078,91 14913,26
Kab. Semarang 22925,46 24306,72 25758,12 27262,61 28743,31
Kab. Temanggung 10301,76 10740,98 11299,34 11870,61 12485,29
Kab. Kendal 20032,42 21075,69 22386,13 23536,83 24771,56
Kab. Batang 10025,05 10488,46 11104,7 11707,4 12362,69
Kab. Pekalongan 10844,2 11354,85 12034,81 12630,29 13233,85
Kab. Pemalang 11847,2 12477,24 13172,06 13900,35 14664,61
Kab. Tegal 16071,82 16912,24 18050,29 18958,36 19990,82
Kab. Brebes 21498,42 22482,26 23823,56 25091,71 26570,68
Kota Magelang 4255,664 4484,27 4755,102 4988,175 5240,844
Kota Surakarta 22848,44 24123,78 25612,68 26955,06 28426,8
Kota Salatiga 6230,24 6574,91 6989,046 7374,165 7755,23
Kota Semarang 86142,97 91282,02 97340,98 102501,4 109142,6
Kota Pekalongan 4878,325 5151,806 5456,198 5755,282 6043,096
Kota Tegal 7341,534 7650,465 8084,176 8491,025 8951,822
Jawa Tengah 612314,1 645073,4 683064,6 719153,2 760076
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
132
3. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 Menurut Lapangan
Usaha di Provinsi Jawa Tengah (dalam Milyar Rupiah)
Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan 103.506,45 106.947,96 110.185,07 109.881,21 115.603,99
Pertambangan dan
Penggalian 13.086,86 13.785,01 14.670,02 15.653,50 16.567,78
Industri Pengolahan 182.112,57 194.508,31 209.400,25 223.580,10 234.711,48
Pengadaan Listrik dan
Gas 682,79 750,50 812,56 837,68 820,62
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
555,76 548,06 549,06 567,45 580,36
Konstruksi 65920,35 70.086,39 73.488,22 76.569,45 81.480,79
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
99.127,37 101.156,43 105.846,72 110.596,07 116.068,19
Transportasi dan
Pergudangan 19.521,76 20.818,74 22.811,71 24.841,59 26.560,66
Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 19.816,12 20.878,66 21.805,18 23.397,48 25.061,66
Informasi dan
Komunikasi 22.489,89 24.670,09 26.687,65 30.047,37 32.639,29
Jasa Keuangan dan
Asuransi 17.967,84 18.638,37 19.434,65 20.243,54 21.769,48
Real Estate 11.416,61 11.931,43 12.653,71 13.741,59 14.790,93
Jasa Perusahaan 1.948,91 2.365,51 2.346,38 2.538,11 2.770,52
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
20.275,13 19.955,41 20.987,72 21.137,15 22.304,79
Jasa Pendidikan 19.397,82 22.774,78 25.023,35 27.601,66 29.599,56
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 4.497,59 5.412,00 5.335,80 5.938,48 6.367,12
Jasa lainnya 9.990,34 9.845,77 11.026,56 11.980,76 12.378,81
Jumlah 612.314,15 645.073,42 683.064,60 719.153,19 760.076,03
133
4. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2011 - 2015
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kab. Cilacap 1651940 1679864 1676089 1685573 1694726
Kab. Banyumas 1570598 1603037 1605579 1620918 1635909
Kab. Purbalingga 858798 877489 879880 889214 898376
Kab.
Banjarnegara 875214 890962 889921 895986 901826
Kab. Kebumen 1162294 1181678 1176722 1181006 1184882
Kab. Purworejo 696141 708483 705483 708038 710386
Kab. Wonosobo 758993 771447 769318 773280 777122
Kab. Magelang 1194353 1219371 1221681 1233695 1245496
Kab. Boyolali 936822 953317 951817 957857 963690
Kab. Klaten 1135201 1153047 1148994 1154040 1158795
Kab. Sukoharjo 832094 848718 849506 856937 864207
Kab. Wonogiri 929870 946373 942377 945817 949017
Kab. Karanganyar 821694 838762 840171 848255 856198
Kab. Sragen 861939 875283 871989 875600 879027
Kab. Grobogan 1316693 1339127 1336304 1343960 1351429
Kab. Blora 833786 847125 844444 848369 852108
Kab. Rembang 596801 608548 608903 614087 619173
Kab. Pati 1198935 1219993 1218016 1225594 1232889
Kab. Kudus 788364 807005 810810 821136 831303
Kab. Jepara 1115688 1144916 1153213 1170797 1188289
Kab. Demak 1067993 1091379 1094472 1106328 1117905
Kab. Semarang 944877 968383 974092 987557 1000887
Kab.
Temanggung 715907 730720 731911 738915 745825
Kab. Kendal 908533 926325 926812 934643 942283
Kab. Batang 713942 728578 729616 736397 743090
Kab. Pekalongan 845471 861366 861082 867573 873986
Kab. Pemalang 1264535 1285024 1279596 1284236 1288577
Kab. Tegal 1399789 1421001 1415009 1420132 1424891
Kab. Brebes 1742528 1770480 1764648 1773379 1781379
Kota Magelang 118606 120447 119935 120373 120792
Kota Surakarta 501650 509576 507825 510077 512226
Kota Salatiga 173056 177480 178594 181193 183815
Kota Semarang 1585417 1629924 1644800 1672999 1701114
Kota Pekalongan 284413 290347 290870 293704 296404
Kota Tegal 240777 244632 243860 244998 246119
Jawa Tengah 32643612 33270207 33264340 33522663 33774175
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
134
5. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 Menurut Lapangan
Usaha di Indonesia
Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 993857,3 1030440,7 1083141,8 1129052,7 1174456,8
Pertambangan dan
Penggalian 748956,3 771561,6 791054,4 796711,6 756239,2
Industri Pengolahan 1607452,0 1697787,2 1771961,9 1853688,2 1932457,4
Pengadaan Listrik dan Gas 76678,1 84393,0 88805,1 93755,9 94894,8
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
6125,1 6329,8 6539,9 6923,5 7420,2
Konstruksi 683421,9 728226,4 772719,6 826615,6 881583,9
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
1013199,6 1067911,5 1119272,1 1177048,6 1206074,7
Transportasi dan
Pergudangan 265774,0 284662,6 304506,2 326933,0 348775,6
Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 214022,0 228232,6 243748,3 257815,5 260054,5
Informasi dan Komunikasi 281693,8 316278,7 349150,1 384407,4 423063,5
Jasa Keuangan dan
Asuransi 256443,0 280896,1 305515,1 319825,5 347095,7
Real Estate 213441,4 229254,2 244237,5 256440,2 268811,4
Jasa Perusahaan 108239,3 116293,3 125490,7 137795,3 148395,5
Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
276336,8 282235,3 289448,9 296329,7 310393,9
Jasa Pendidikan 215029,1 232704,3 250016,2 263889,6 283540,0
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 72592,1 78380,1 84621,4 91357,1 97840,8
Jasa lainnya 109372,4 115675,4 123083,1 134070,1 144902,4
Jumlah 7142634,2 7560262,8 7953312,3 8352659,5 8695000,3
Sumber: BPS
135
B. HASIL PERHITUNGAN PENELITIAN
1. Perhitungan Analisis Location Quotient (LQ)
Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,21 1,22 1,18 1,13 1,13
Pertambangan dan Penggalian 0,20 0,21 0,22 0,23 0,25
Industri Pengolahan 1,32 1,34 1,38 1,40 1,39
Pengadaan Listrik dan Gas 0,10 0,10 0,11 0,10 0,10
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang 1,06 1,01 0,98 0,95 0,89
Konstruksi 1,13 1,13 1,11 1,08 1,06
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor 1,14 1,11 1,10 1,09 1,10
Transportasi dan Pergudangan 0,86 0,86 0,87 0,88 0,87
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,26 0,27 0,28 0,30 0,30
Informasi dan Komunikasi 0,93 0,91 0,89 0,91 0,88
Jasa Keuangan dan Asuransi 0,82 0,78 0,74 0,74 0,72
Real Estate 0,62 0,61 0,60 0,62 0,63
Jasa Perusahaan 0,21 0,24 0,22 0,21 0,21
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib 0,86 0,83 0,84 0,83 0,82
Jasa Pendidikan 0,23 0,25 0,26 0,28 0,28
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,72 0,81 0,73 0,75 0,74
Jasa lainnya 1,07 1,00 1,04 1,04 0,98
136
2. Perhitungan Tipologi Klassen Daerah
a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (dalam %)
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015 Rata - rata
Kab. Cilacap 4,07 4,95 6,29 4,30 5,52 5,03
Kab. Banyumas 6,61 5,88 6,97 5,67 6,12 6,25
Kab. Purbalingga 5,67 10,19 9,98 13,28 10,80 9,98
Kab. Banjarnegara 5,44 5,23 4,77 5,94 5,48 5,37
Kab. Kebumen 6,15 4,89 4,57 5,80 6,28 5,54
Kab. Purworejo 5,64 3,21 4,94 4,49 5,12 4,68
Kab. Wonosobo 5,37 4,70 4,01 4,89 5,12 4,82
Kab. Magelang 6,68 4,88 5,91 4,88 5,35 5,54
Kab. Boyolali 6,34 5,33 5,83 5,04 6,46 5,80
Kab. Klaten 6,29 5,71 5,96 5,80 5,64 5,88
Kab. Sukoharjo 5,88 5,90 5,78 5,40 5,69 5,73
Kab. Wonogiri 3,58 5,94 4,79 5,26 5,37 4,99
Kab. Karanganyar 4,92 5,72 5,87 5,22 5,05 5,36
Kab. Sragen 6,55 6,12 6,71 5,63 6,00 6,20
Kab. Grobogan 3,19 4,60 5,05 4,07 5,96 4,58
Kab. Blora 4,42 4,90 5,36 4,39 5,36 4,89
Kab. Rembang 5,19 5,32 5,43 5,14 5,49 5,31
Kab. Pati 5,91 5,93 5,88 4,72 5,98 5,68
Kab. Kudus 4,24 4,11 4,36 4,47 4,08 4,25
Kab. Jepara 5,44 5,34 5,25 4,94 5,03 5,20
Kab. Demak 5,39 4,46 5,27 4,29 5,93 5,07
Kab. Semarang 6,27 6,03 5,97 5,84 5,43 5,91
Kab. Temanggung 6,09 4,26 5,20 5,06 5,18 5,16
Kab. Kendal 6,57 5,21 6,22 5,14 5,25 5,68
Kab. Batang 6,12 4,62 5,88 5,43 5,60 5,53
Kab. Pekalongan 5,66 4,71 5,99 4,95 4,78 5,22
Kab. Pemalang 5,01 5,32 5,57 5,53 5,50 5,38
Kab. Tegal 6,39 5,23 6,73 5,03 5,45 5,77
Kab. Brebes 6,65 4,58 5,97 5,32 5,89 5,68
Kota Magelang 6,11 5,37 6,04 4,90 5,07 5,50
Kota Surakarta 6,42 5,58 6,17 5,24 5,46 5,77
Kota Salatiga 6,58 5,53 6,30 5,51 5,17 5,82
Kota Semarang 6,58 5,97 6,64 5,30 6,48 6,19
Kota Pekalongan 5,49 5,61 5,91 5,48 5,00 5,50
Kota Tegal 6,47 4,21 5,67 5,03 5,43 5,36
Jawa Tengah 5,70 5,30 5,81 5,35 5,64 5,56
137
b. PDRB Per Kapita (dalam Juta Rupiah)
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015 Rata - rata
Kab. Cilacap 19,09 19,70 20,99 21,77 22,85 20,88
Kab. Banyumas 15,62 16,21 17,31 18,12 19,05 17,26
Kab. Purbalingga 14,21 15,33 16,81 18,84 20,67 17,17
Kab. Banjarnegara 11,37 11,76 12,33 12,97 13,60 12,41
Kab. Kebumen 11,24 11,60 12,18 12,84 13,60 12,29
Kab. Purworejo 13,09 13,28 13,99 14,57 15,26 14,04
Kab. Wonosobo 12,50 12,88 13,43 14,02 14,66 13,50
Kab. Magelang 12,83 13,18 13,93 14,47 15,10 13,90
Kab. Boyolali 15,58 16,12 17,09 17,84 18,88 17,10
Kab. Klaten 15,92 16,57 17,62 18,56 19,52 17,64
Kab. Sukoharjo 20,81 21,61 22,84 23,86 25,01 22,83
Kab. Wonogiri 14,83 15,43 16,24 17,03 17,89 16,28
Kab. Karanganyar 20,94 21,69 22,92 23,89 24,86 22,86
Kab. Sragen 19,57 20,45 21,91 23,04 24,33 21,86
Kab. Grobogan 10,00 10,29 10,83 11,21 11,81 10,83
Kab. Blora 12,71 13,12 13,87 14,41 15,12 13,85
Kab. Rembang 14,76 15,24 16,06 16,75 17,52 16,07
Kab. Pati 16,59 17,27 18,32 19,06 20,08 18,27
Kab. Kudus 69,99 71,18 73,93 76,27 78,41 73,96
Kab. Jepara 12,61 12,95 13,53 13,99 14,47 13,51
Kab. Demak 11,49 11,75 12,33 12,73 13,34 12,33
Kab. Semarang 24,26 25,10 26,44 27,61 28,72 26,43
Kab. Temanggung 14,39 14,70 15,44 16,06 16,74 15,47
Kab. Kendal 22,05 22,75 24,15 25,18 26,29 24,09
Kab. Batang 14,04 14,40 15,22 15,90 16,64 15,24
Kab. Pekalongan 12,83 13,18 13,98 14,56 15,14 13,94
Kab. Pemalang 9,37 9,71 10,29 10,82 11,38 10,32
Kab. Tegal 11,48 11,90 12,76 13,35 14,03 12,70
Kab. Brebes 12,34 12,70 13,50 14,15 14,92 13,52
Kota Magelang 35,88 37,23 39,65 41,44 43,39 39,52
Kota Surakarta 45,55 47,34 50,44 52,85 55,50 50,33
Kota Salatiga 36,00 37,05 39,13 40,70 42,19 39,01
Kota Semarang 54,33 56,00 59,18 61,27 64,16 58,99
Kota Pekalongan 17,15 17,74 18,76 19,60 20,39 18,73
Kota Tegal 30,49 31,27 33,15 34,66 36,37 33,19
Jawa Tengah 18,76 19,39 20,53 21,45 22,50 20,53
138
3. Perhitungan Indeks Williamson
a. Indeks Williamson Provinsi Jawa Tengah
PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota dalam Juta Rupiah (Yi)
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kab. Cilacap 19,09145 19,70295 20,99034 21,77028 22,84721
Kab. Banyumas 15,62373 16,20808 17,31035 18,11794 19,0505
Kab. Purbalingga 14,21214 15,32629 16,81058 18,84366 20,66519
Kab. Banjarnegara 11,3714 11,75512 12,33068 12,97481 13,59733
Kab. Kebumen 11,24327 11,59965 12,18073 12,84023 13,60233
Kab. Purworejo 13,09161 13,2766 13,99179 14,56693 15,26164
Kab. Wonosobo 12,5028 12,87874 13,43236 14,01751 14,66282
Kab. Magelang 12,82957 13,17986 13,93224 14,46974 15,09904
Kab. Boyolali 15,57609 16,12263 17,08916 17,83738 18,87505
Kab. Klaten 15,91908 16,56689 17,61665 18,5562 19,52257
Kab. Sukoharjo 20,81452 21,61171 22,83903 23,86282 25,00752
Kab. Wonogiri 14,82649 15,4327 16,24116 17,03259 17,887
Kab. Karanganyar 20,93852 21,68561 22,91976 23,88642 24,8596
Kab. Sragen 19,57242 20,45293 21,90748 23,04469 24,33235
Kab. Grobogan 10,00439 10,28977 10,83191 11,209 11,81166
Kab. Blora 12,71037 13,12305 13,87008 14,4126 15,11849
Kab. Rembang 14,7592 15,24475 16,0629 16,74618 17,52049
Kab. Pati 16,5925 17,2725 18,31713 19,06311 20,08319
Kab. Kudus 69,98771 71,17777 73,9317 76,26754 78,41161
Kab. Jepara 12,61428 12,94854 13,5299 13,98545 14,47274
Kab. Demak 11,49418 11,74956 12,33401 12,7258 13,34036
Kab. Semarang 24,2629 25,10032 26,44321 27,60612 28,71784
Kab. Temanggung 14,38981 14,69918 15,43814 16,06491 16,74024
Kab. Kendal 22,04919 22,75194 24,15391 25,1827 26,28887
Kab. Batang 14,04182 14,39579 15,21992 15,89821 16,63687
Kab. Pekalongan 12,82623 13,18238 13,97638 14,55818 15,14194
Kab. Pemalang 9,368819 9,709733 10,29392 10,82383 11,38047
Kab. Tegal 11,4816 11,90163 12,75631 13,34972 14,02972
Kab. Brebes 12,33749 12,6984 13,50046 14,1491 14,91579
Kota Magelang 35,88068 37,23023 39,64733 41,43932 43,38734
Kota Surakarta 45,54658 47,34089 50,43604 52,84507 55,4966
Kota Salatiga 36,00129 37,04592 39,13371 40,69785 42,19041
Kota Semarang 54,33458 56,00385 59,18104 61,26804 64,15946
Kota Pekalongan 17,15226 17,74362 18,7582 19,59552 20,38804
Kota Tegal 30,49101 31,27336 33,15089 34,65753 36,37193
Jawa Tengah (Y) 18,75755 19,38892 20,53444 21,45275 22,50467
Sumber: BPS yang diolah kembali oleh penulis.
139
(Yi – Y)2
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kab. Cilacap 0,111491 0,098612 0,207841 0,100826 0,117334
Kab. Banyumas 9,820835 10,11773 10,39474 11,12097 11,93135
Kab. Purbalingga 20,66074 16,50494 13,86712 6,80734 3,383691
Kab. Banjarnegara 54,55527 58,27495 67,30166 71,87538 79,34072
Kab. Kebumen 56,46445 60,67276 69,7845 74,17539 79,25165
Kab. Purworejo 32,10284 37,36053 42,80632 47,41451 52,46155
Kab. Wonosobo 39,12183 42,38245 50,43954 55,28281 61,49464
Kab. Magelang 35,14089 38,5524 43,58903 48,76236 54,84346
Kab. Boyolali 10,12169 10,66867 11,86995 13,07087 13,17415
Kab. Klaten 8,056923 7,963858 8,513488 8,389997 8,892915
Kab. Sukoharjo 4,231138 4,940786 5,311113 5,808444 6,26423
Kab. Wonogiri 15,4532 15,6517 18,43224 19,53783 21,32289
Kab. Karanganyar 4,756636 5,274783 5,689743 5,922767 5,54569
Kab. Sragen 0,664022 1,132123 1,885238 2,534275 3,340406
Kab. Grobogan 76,61775 82,79463 94,13901 104,9343 114,3406
Kab. Blora 36,56842 39,26111 44,41364 49,56368 54,55566
Kab. Rembang 15,98683 17,17414 19,99464 22,15181 24,84208
Kab. Pati 4,687444 4,479242 4,916465 5,710383 5,86356
Kab. Kudus 2624,53 2682,085 2851,267 3004,662 3125,586
Kab. Jepara 37,73977 41,47845 49,06355 55,76055 64,51193
Kab. Demak 52,75654 58,35978 67,24712 76,15959 83,98457
Kab. Semarang 30,3089 32,62002 34,91351 37,86396 38,60338
Kab. Temanggung 19,07716 21,99368 25,97229 29,02874 33,22872
Kab. Kendal 10,83493 11,30989 13,10053 13,91252 14,32018
Kab. Batang 22,2381 24,93135 28,24414 30,85282 34,43111
Kab. Pekalongan 35,18058 38,52121 43,00823 47,53501 54,20979
Kab. Pemalang 88,14824 93,68668 104,8683 112,9739 123,7479
Kab. Tegal 52,93938 56,05945 60,49933 65,65904 71,82487
Kab. Brebes 41,21715 44,76308 49,47691 53,34328 57,59112
Kota Magelang 293,2016 318,3125 365,3024 399,463 436,0859
Kota Surakarta 717,6519 781,3126 894,1056 985,4783 1088,467
Kota Salatiga 297,3468 311,7696 345,9328 370,3738 387,5281
Kota Semarang 1265,725 1340,653 1493,56 1585,258 1735,121
Kota Pekalongan 2,57696 2,707025 3,155026 3,449303 4,480152
Kota Tegal 137,6741 141,24 159,1748 174,3663 192,3007
140
Jumlah Penduduk Kabupaten Kota / Jumlah Penduduk Provinsi (Fi / n)
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kab. Cilacap 0,050605 0,050492 0,050387 0,050282 0,050178
Kab. Banyumas 0,048113 0,048182 0,048267 0,048353 0,048437
Kab. Purbalingga 0,026308 0,026375 0,026451 0,026526 0,0266
Kab. Banjarnegara 0,026811 0,02678 0,026753 0,026728 0,026702
Kab. Kebumen 0,035606 0,035518 0,035375 0,03523 0,035083
Kab. Purworejo 0,021325 0,021295 0,021208 0,021121 0,021033
Kab. Wonosobo 0,023251 0,023187 0,023127 0,023067 0,023009
Kab. Magelang 0,036588 0,036651 0,036726 0,036802 0,036877
Kab. Boyolali 0,028698 0,028654 0,028614 0,028573 0,028533
Kab. Klaten 0,034776 0,034657 0,034541 0,034426 0,03431
Kab. Sukoharjo 0,02549 0,02551 0,025538 0,025563 0,025588
Kab. Wonogiri 0,028486 0,028445 0,02833 0,028214 0,028099
Kab. Karanganyar 0,025172 0,025211 0,025257 0,025304 0,025351
Kab. Sragen 0,026405 0,026308 0,026214 0,02612 0,026027
Kab. Grobogan 0,040335 0,04025 0,040172 0,040091 0,040014
Kab. Blora 0,025542 0,025462 0,025386 0,025307 0,02523
Kab. Rembang 0,018282 0,018291 0,018305 0,018319 0,018333
Kab. Pati 0,036728 0,036669 0,036616 0,03656 0,036504
Kab. Kudus 0,024151 0,024256 0,024375 0,024495 0,024614
Kab. Jepara 0,034178 0,034413 0,034668 0,034926 0,035183
Kab. Demak 0,032717 0,032803 0,032902 0,033002 0,033099
Kab. Semarang 0,028945 0,029107 0,029283 0,029459 0,029635
Kab. Temanggung 0,021931 0,021963 0,022003 0,022042 0,022083
Kab. Kendal 0,027832 0,027842 0,027862 0,027881 0,0279
Kab. Batang 0,021871 0,021899 0,021934 0,021967 0,022002
Kab. Pekalongan 0,0259 0,02589 0,025886 0,02588 0,025877
Kab. Pemalang 0,038738 0,038624 0,038468 0,038309 0,038153
Kab. Tegal 0,042881 0,042711 0,042538 0,042363 0,042189
Kab. Brebes 0,05338 0,053215 0,053049 0,052901 0,052744
Kota Magelang 0,003633 0,00362 0,003606 0,003591 0,003576
Kota Surakarta 0,015367 0,015316 0,015266 0,015216 0,015166
Kota Salatiga 0,005301 0,005335 0,005369 0,005405 0,005442
Kota Semarang 0,048567 0,04899 0,049446 0,049907 0,050367
Kota Pekalongan 0,008713 0,008727 0,008744 0,008761 0,008776
Kota Tegal 0,007376 0,007353 0,007331 0,007308 0,007287
141
(Yi – Y)2 x (Fi / n)
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kab. Cilacap 0,006 0,005 0,010 0,005 0,006
Kab. Banyumas 0,473 0,487 0,502 0,538 0,578
Kab. Purbalingga 0,544 0,435 0,367 0,181 0,090
Kab. Banjarnegara 1,463 1,561 1,801 1,921 2,119
Kab. Kebumen 2,010 2,155 2,469 2,613 2,780
Kab. Purworejo 0,685 0,796 0,908 1,001 1,103
Kab. Wonosobo 0,910 0,983 1,167 1,275 1,415
Kab. Magelang 1,286 1,413 1,601 1,795 2,022
Kab. Boyolali 0,290 0,306 0,340 0,373 0,376
Kab. Klaten 0,280 0,276 0,294 0,289 0,305
Kab. Sukoharjo 0,108 0,126 0,136 0,148 0,160
Kab. Wonogiri 0,440 0,445 0,522 0,551 0,599
Kab. Karanganyar 0,120 0,133 0,144 0,150 0,141
Kab. Sragen 0,018 0,030 0,049 0,066 0,087
Kab. Grobogan 3,090 3,332 3,782 4,207 4,575
Kab. Blora 0,934 1,000 1,127 1,254 1,376
Kab. Rembang 0,292 0,314 0,366 0,406 0,455
Kab. Pati 0,172 0,164 0,180 0,209 0,214
Kab. Kudus 63,384 65,057 69,499 73,599 76,932
Kab. Jepara 1,290 1,427 1,701 1,947 2,270
Kab. Demak 1,726 1,914 2,213 2,513 2,780
Kab. Semarang 0,877 0,949 1,022 1,115 1,144
Kab. Temanggung 0,418 0,483 0,571 0,640 0,734
Kab. Kendal 0,302 0,315 0,365 0,388 0,400
Kab. Batang 0,486 0,546 0,620 0,678 0,758
Kab. Pekalongan 0,911 0,997 1,113 1,230 1,403
Kab. Pemalang 3,415 3,619 4,034 4,328 4,721
Kab. Tegal 2,270 2,394 2,574 2,782 3,030
Kab. Brebes 2,200 2,382 2,625 2,822 3,038
Kota Magelang 1,065 1,152 1,317 1,434 1,560
Kota Surakarta 11,029 11,967 13,650 14,995 16,508
Kota Salatiga 1,576 1,663 1,857 2,002 2,109
Kota Semarang 61,473 65,679 73,851 79,115 87,393
Kota Pekalongan 0,022 0,024 0,028 0,030 0,039
Kota Tegal 1,015 1,039 1,167 1,274 1,401
∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 166,580 175,569 193,969 207,876 224,622
√∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 12,907 13,250 13,927 14,418 14,987
CVw=√∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n))/Y 0,688 0,683 0,678 0,672 0,666
142
b. Indeks Williamson tanpa Sektor Pertanian di Provinsi Jawa Tengah
PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota tanpa Sektor Pertanian dalam Juta Rupiah (Yi)
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kab. Cilacap 15,6334 16,12893 17,28749 18,11655 19,04323
Kab. Banyumas 13,37261 13,88271 14,86664 15,70983 16,51092
Kab. Purbalingga 9,834899 10,7843 11,79533 13,2399 14,50662
Kab. Banjarnegara 7,431463 7,843903 8,194647 8,934464 9,426914
Kab. Kebumen 8,056012 8,226534 8,955308 9,518607 9,989048
Kab. Purworejo 9,499938 9,740416 10,38176 11,03874 11,59218
Kab. Wonosobo 8,152722 8,46268 9,00985 9,507083 10,01042
Kab. Magelang 9,57723 10,04085 10,73984 11,32054 11,83227
Kab. Boyolali 11,62947 12,16622 13,0482 13,89353 14,62826
Kab. Klaten 13,95988 14,42386 15,36806 16,29317 17,15668
Kab. Sukoharjo 18,81435 19,39305 20,58696 21,71101 22,72127
Kab. Wonogiri 9,506299 9,966663 10,69472 11,46403 12,12583
Kab. Karanganyar 17,70061 18,53512 19,67033 20,60647 21,42071
Kab. Sragen 15,67808 16,47952 17,75156 19,22029 20,3832
Kab. Grobogan 6,792485 6,988463 7,464915 7,857895 8,2436
Kab. Blora 8,910778 9,320053 9,960849 10,69256 11,33947
Kab. Rembang 9,833927 10,24468 10,85491 11,87367 12,48882
Kab. Pati 12,09985 12,61837 13,47118 14,30466 14,99237
Kab. Kudus 68,31948 69,45893 72,19049 74,54855 76,61766
Kab. Jepara 10,5977 10,90777 11,41173 11,9576 12,41587
Kab. Demak 8,333955 8,606229 9,152209 9,682264 10,14894
Kab. Semarang 21,11307 21,97499 23,28114 24,44911 25,45338
Kab. Temanggung 10,48943 10,83954 11,51545 12,25192 12,78699
Kab. Kendal 17,05507 17,69682 18,77 19,69359 20,66477
Kab. Batang 10,49644 10,93611 11,67684 12,33032 12,975
Kab. Pekalongan 10,24272 10,6349 11,39015 12,0271 12,55334
Kab. Pemalang 6,741189 7,020348 7,417284 8,00829 8,460677
Kab. Tegal 9,512724 9,90592 10,72193 11,40986 12,04262
Kab. Brebes 7,062623 7,415801 8,058621 8,720674 9,294429
Kota Magelang 70,94908 73,64532 78,45271 82,02616 85,9087
Kota Surakarta 45,31436 47,10679 50,18932 52,59485 55,24295
Kota Salatiga 34,08203 35,14278 37,18176 38,7127 40,1405
Kota Semarang 53,7645 55,43978 58,60097 60,69699 63,54696
Kota Pekalongan 16,11431 16,70356 17,70869 18,57753 19,33809
Kota Tegal 28,78343 29,5632 31,37823 32,92614 34,60224
PDRB Per Kapita tanpa Sektor
Pertanian Jawa Tengah (Y) 15,71711 16,30918 17,36498 18,32373 19,23699
143
(Yi – Y)2
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kab. Cilacap 0,007008 0,032491 0,006005 0,042923 0,037544
Kab. Banyumas 5,496704 5,88777 6,241698 6,832476 7,431446
Kab. Purbalingga 34,60045 30,52432 31,02098 25,84531 22,37644
Kab. Banjarnegara 68,65202 71,66088 84,09503 88,15828 96,23762
Kab. Kebumen 58,69248 65,32913 70,72261 77,53016 85,52447
Kab. Purworejo 38,65328 43,14863 48,76537 53,07108 58,4432
Kab. Wonosobo 57,22002 61,56753 69,80822 77,73322 85,12956
Kab. Magelang 37,69817 39,29199 43,89257 49,04459 54,82993
Kab. Boyolali 16,70882 17,16409 18,63456 19,62667 21,24044
Kab. Klaten 3,087854 3,554412 3,987699 4,123151 4,327691
Kab. Sukoharjo 9,592865 9,510259 10,38115 11,47367 12,14019
Kab. Wonogiri 38,57423 40,22749 44,49243 47,0555 50,56861
Kab. Karanganyar 3,93425 4,954823 5,314653 5,210905 4,768604
Kab. Sragen 0,001523 0,029016 0,149444 0,803824 1,313784
Kab. Grobogan 79,64901 86,87572 98,01132 109,5337 120,8547
Kab. Blora 46,32621 48,84787 54,82118 58,23475 62,37086
Kab. Rembang 34,61189 36,77815 42,381 41,60331 45,53781
Kab. Pati 13,08457 13,62203 15,16171 16,15293 18,0168
Kab. Kudus 2767,009 2824,896 3005,836 3161,23 3292,541
Kab. Jepara 26,20843 29,17516 35,44126 40,52761 46,52773
Kab. Demak 54,51103 59,33541 67,44964 74,6749 82,59277
Kab. Semarang 29,1163 32,10138 35,00093 37,5203 38,64351
Kab. Temanggung 27,32871 29,91698 34,21701 36,86686 41,60258
Kab. Kendal 1,790115 1,92556 1,974073 1,876534 2,038545
Kab. Batang 27,25544 28,86981 32,355 35,92094 39,21257
Kab. Pekalongan 29,96901 32,19747 35,69859 39,64754 44,67121
Kab. Pemalang 80,56723 86,28235 98,95669 106,4083 116,129
Kab. Tegal 38,49445 41,00171 44,13011 47,80164 51,75899
Kab. Brebes 74,90021 79,09215 86,60835 92,21865 98,85457
Kota Magelang 3050,57 3287,433 3731,711 4058 4445,117
Kota Surakarta 875,9968 948,4931 1077,437 1174,51 1296,429
Kota Salatiga 337,2702 354,7044 392,7047 415,7101 436,9565
Kota Semarang 1447,603 1531,204 1700,407 1795,493 1963,373
Kota Pekalongan 0,157764 0,155539 0,118135 0,064415 0,01022
Kota Tegal 170,7286 175,6692 196,3712 213,2305 236,0909
144
(Yi – Y)2 x (Fi / n)
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kab. Cilacap 0,000 0,002 0,000 0,002 0,002
Kab. Banyumas 0,264 0,284 0,301 0,330 0,360
Kab. Purbalingga 0,910 0,805 0,821 0,686 0,595
Kab. Banjarnegara 1,841 1,919 2,250 2,356 2,570
Kab. Kebumen 2,090 2,320 2,502 2,731 3,000
Kab. Purworejo 0,824 0,919 1,034 1,121 1,229
Kab. Wonosobo 1,330 1,428 1,614 1,793 1,959
Kab. Magelang 1,379 1,440 1,612 1,805 2,022
Kab. Boyolali 0,480 0,492 0,533 0,561 0,606
Kab. Klaten 0,107 0,123 0,138 0,142 0,148
Kab. Sukoharjo 0,245 0,243 0,265 0,293 0,311
Kab. Wonogiri 1,099 1,144 1,260 1,328 1,421
Kab. Karanganyar 0,099 0,125 0,134 0,132 0,121
Kab. Sragen 0,000 0,001 0,004 0,021 0,034
Kab. Grobogan 3,213 3,497 3,937 4,391 4,836
Kab. Blora 1,183 1,244 1,392 1,474 1,574
Kab. Rembang 0,633 0,673 0,776 0,762 0,835
Kab. Pati 0,481 0,500 0,555 0,591 0,658
Kab. Kudus 66,825 68,521 73,267 77,434 81,041
Kab. Jepara 0,896 1,004 1,229 1,415 1,637
Kab. Demak 1,783 1,946 2,219 2,464 2,734
Kab. Semarang 0,843 0,934 1,025 1,105 1,145
Kab. Temanggung 0,599 0,657 0,753 0,813 0,919
Kab. Kendal 0,050 0,054 0,055 0,052 0,057
Kab. Batang 0,596 0,632 0,710 0,789 0,863
Kab. Pekalongan 0,776 0,834 0,924 1,026 1,156
Kab. Pemalang 3,121 3,333 3,807 4,076 4,431
Kab. Tegal 1,651 1,751 1,877 2,025 2,184
Kab. Brebes 3,998 4,209 4,595 4,878 5,214
Kota Magelang 11,084 11,901 13,455 14,571 15,898
Kota Surakarta 13,462 14,527 16,449 17,871 19,662
Kota Salatiga 1,788 1,892 2,108 2,247 2,378
Kota Semarang 70,306 75,014 84,079 89,607 98,890
Kota Pekalongan 0,001 0,001 0,001 0,001 0,000
Kota Tegal 1,259 1,292 1,440 1,558 1,720
∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 195,217 205,660 227,120 242,454 262,208
√∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 13,972 14,341 15,070 15,571 16,193
CVw = √∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) / Y 0,889 0,879 0,868 0,850 0,842
145
c. Indeks Williamson tanpa Sektor Industri Pengolahan di Provinsi Jawa
Tengah
PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota tanpa Sektor Industri Pengolahan dalam Juta Rupiah
(Yi)
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kab. Cilacap 12,72843 13,12071 13,73664 14,39755 15,15805
Kab. Banyumas 12,68177 12,87501 13,59856 14,03295 14,71828
Kab. Purbalingga 10,77803 11,49905 12,63989 14,03483 15,35014
Kab. Banjarnegara 10,02093 10,33609 10,77889 11,29491 11,80182
Kab. Kebumen 9,195187 9,626602 9,963854 10,42436 11,09969
Kab. Purworejo 10,92929 11,03912 11,59028 11,99172 12,56189
Kab. Wonosobo 10,47692 10,777 11,20618 11,70593 12,2425
Kab. Magelang 10,36889 10,56321 11,03517 11,37851 11,89931
Kab. Boyolali 8,121424 8,204018 8,590666 8,864157 9,26002
Kab. Klaten 10,96399 11,3709 11,95383 12,40973 12,96305
Kab. Sukoharjo 12,98235 13,36459 13,94948 14,47364 15,41993
Kab. Wonogiri 12,75131 13,25537 13,86808 14,48511 15,19116
Kab. Karanganyar 11,81417 11,99847 12,56817 12,98286 13,56044
Kab. Sragen 13,94243 14,33023 15,15607 15,54254 16,25807
Kab. Grobogan 8,985106 9,220886 9,677338 9,972072 10,50278
Kab. Blora 11,50229 11,83106 12,48223 12,83135 13,55712
Kab. Rembang 12,20386 12,46235 13,0075 13,25598 13,79321
Kab. Pati 12,2966 12,7474 13,4035 13,85732 14,66442
Kab. Kudus 12,64604 13,16282 13,88552 14,45353 15,26093
Kab. Jepara 8,468374 8,722601 9,072296 9,311589 9,628516
Kab. Demak 8,594235 8,68402 9,016681 9,191597 9,637862
Kab. Semarang 15,19274 15,43348 16,15922 16,77189 17,43902
Kab. Temanggung 10,86613 11,07794 11,5898 11,94675 12,43168
Kab. Kendal 13,28799 13,53372 14,46899 15,04828 15,69982
Kab. Batang 9,744563 9,838612 10,26493 10,6696 11,1796
Kab. Pekalongan 9,090141 9,204076 9,579486 9,887896 10,26291
Kab. Pemalang 7,675631 7,907098 8,362006 8,635647 9,040753
Kab. Tegal 8,281297 8,478773 8,886887 9,180897 9,597923
Kab. Brebes 10,91255 11,17834 11,76967 12,22086 12,81093
Kota Magelang 30,68856 31,74553 33,75267 35,14698 36,78144
Kota Surakarta 42,06486 43,66147 46,41102 48,56532 51,07693
Kota Salatiga 25,75738 26,17856 27,48072 28,42457 29,5669
Kota Semarang 40,48585 41,4628 43,40158 44,71488 47,26525
Kota Pekalongan 13,78285 14,07156 14,70872 15,33132 15,99396
Kota Tegal 26,51688 27,11402 28,55315 29,73897 31,1748
PDRB Per Kapita tanpa Sektor
Industri Jawa Tengah (Y) 13,07882 13,43789 14,13098 14,67172 15,43398
146
(Yi – Y)2
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kab. Cilacap 0,1228 0,1006 0,1555 0,0752 0,0761
Kab. Banyumas 0,1576 0,3168 0,2835 0,4080 0,5122
Kab. Purbalingga 5,2936 3,7591 2,2234 0,4056 0,0070
Kab. Banjarnegara 9,3507 9,6212 11,2366 11,4028 13,1925
Kab. Kebumen 15,0826 14,5259 17,3650 18,0401 18,7860
Kab. Purworejo 4,6205 5,7541 6,4552 7,1824 8,2489
Kab. Wonosobo 6,7699 7,0803 8,5545 8,7959 10,1855
Kab. Magelang 7,3437 8,2638 9,5840 10,8452 12,4939
Kab. Boyolali 24,5757 27,3934 30,6951 33,7278 38,1177
Kab. Klaten 4,4725 4,2724 4,7400 5,1166 6,1055
Kab. Sukoharjo 0,0093 0,0054 0,0329 0,0392 0,0002
Kab. Wonogiri 0,1073 0,0333 0,0691 0,0348 0,0590
Kab. Karanganyar 1,5993 2,0719 2,4424 2,8523 3,5101
Kab. Sragen 0,7458 0,7963 1,0508 0,7583 0,6791
Kab. Grobogan 16,7585 17,7831 19,8350 22,0867 24,3166
Kab. Blora 2,4854 2,5819 2,7184 3,3870 3,5226
Kab. Rembang 0,7655 0,9517 1,2622 2,0043 2,6921
Kab. Pati 0,6119 0,4768 0,5292 0,6633 0,5922
Kab. Kudus 0,1873 0,0757 0,0603 0,0476 0,0299
Kab. Jepara 21,2562 22,2340 25,5903 28,7310 33,7034
Kab. Demak 20,1115 22,5993 26,1561 30,0318 33,5949
Kab. Semarang 4,4687 3,9824 4,1137 4,4107 4,0202
Kab. Temanggung 4,8960 5,5693 6,4576 7,4255 9,0137
Kab. Kendal 0,0438 0,0092 0,1142 0,1418 0,0707
Kab. Batang 11,1172 12,9548 14,9464 16,0170 18,0997
Kab. Pekalongan 15,9095 17,9252 20,7161 22,8850 26,7399
Kab. Pemalang 29,1944 30,5897 33,2811 36,4342 40,8733
Kab. Tegal 23,0162 24,5928 27,5006 30,1492 34,0595
Kab. Brebes 4,6927 5,1056 5,5758 6,0067 6,8804
Kota Magelang 310,1029 335,1697 385,0104 419,2364 455,7144
Kota Surakarta 840,1908 913,4646 1042,0009 1148,7758 1270,4204
Kota Salatiga 160,7461 162,3245 178,2153 189,1408 199,7397
Kota Semarang 751,1453 785,3955 856,7677 902,5912 1013,2303
Kota Pekalongan 0,4957 0,4015 0,3338 0,4351 0,3136
Kota Tegal 180,5817 187,0366 207,9989 227,0219 247,7735
147
(Yi – Y)2 x (Fi / n)
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kab. Cilacap 0,006 0,005 0,008 0,004 0,004
Kab. Banyumas 0,008 0,015 0,014 0,020 0,025
Kab. Purbalingga 0,139 0,099 0,059 0,011 0,000
Kab. Banjarnegara 0,251 0,258 0,301 0,305 0,352
Kab. Kebumen 0,537 0,516 0,614 0,636 0,659
Kab. Purworejo 0,099 0,123 0,137 0,152 0,174
Kab. Wonosobo 0,157 0,164 0,198 0,203 0,234
Kab. Magelang 0,269 0,303 0,352 0,399 0,461
Kab. Boyolali 0,705 0,785 0,878 0,964 1,088
Kab. Klaten 0,156 0,148 0,164 0,176 0,209
Kab. Sukoharjo 0,000 0,000 0,001 0,001 0,000
Kab. Wonogiri 0,003 0,001 0,002 0,001 0,002
Kab. Karanganyar 0,040 0,052 0,062 0,072 0,089
Kab. Sragen 0,020 0,021 0,028 0,020 0,018
Kab. Grobogan 0,676 0,716 0,797 0,885 0,973
Kab. Blora 0,063 0,066 0,069 0,086 0,089
Kab. Rembang 0,014 0,017 0,023 0,037 0,049
Kab. Pati 0,022 0,017 0,019 0,024 0,022
Kab. Kudus 0,005 0,002 0,001 0,001 0,001
Kab. Jepara 0,726 0,765 0,887 1,003 1,186
Kab. Demak 0,658 0,741 0,861 0,991 1,112
Kab. Semarang 0,129 0,116 0,120 0,130 0,119
Kab. Temanggung 0,107 0,122 0,142 0,164 0,199
Kab. Kendal 0,001 0,000 0,003 0,004 0,002
Kab. Batang 0,243 0,284 0,328 0,352 0,398
Kab. Pekalongan 0,412 0,464 0,536 0,592 0,692
Kab. Pemalang 1,131 1,181 1,280 1,396 1,559
Kab. Tegal 0,987 1,050 1,170 1,277 1,437
Kab. Brebes 0,251 0,272 0,296 0,318 0,363
Kota Magelang 1,127 1,213 1,388 1,505 1,630
Kota Surakarta 12,912 13,991 15,908 17,480 19,267
Kota Salatiga 0,852 0,866 0,957 1,022 1,087
Kota Semarang 36,481 38,477 42,364 45,045 51,034
Kota Pekalongan 0,004 0,004 0,003 0,004 0,003
Kota Tegal 1,332 1,375 1,525 1,659 1,806
∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 60,524 64,230 71,494 76,938 86,342
√∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 7,780 8,014 8,455 8,771 9,292
CVw = √∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) / Y 0,595 0,596 0,598 0,598 0,602
148
d. Indeks Williamson tanpa Sektor Konstruksi di Provinsi Jawa Tengah
PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota tanpa Sektor Konstruksi dalam Juta Rupiah (Yi)
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kab. Cilacap 17,07451 17,63459 18,87234 19,58649 20,48855
Kab. Banyumas 13,64813 14,14371 15,19161 15,94218 16,7649
Kab. Purbalingga 13,40537 14,4393 15,8489 17,77335 19,4914
Kab. Banjarnegara 10,62734 10,95768 11,49141 12,10358 12,68118
Kab. Kebumen 10,48373 10,78747 11,31567 11,936 12,65292
Kab. Purworejo 11,97786 12,13937 12,79741 13,32647 13,97203
Kab. Wonosobo 11,76266 12,099 12,6039 13,15152 13,73804
Kab. Magelang 11,66093 11,92795 12,61494 13,09897 13,66073
Kab. Boyolali 14,55927 15,06083 15,98641 16,69045 17,6637
Kab. Klaten 14,88898 15,52689 16,52442 17,43432 18,35212
Kab. Sukoharjo 19,45394 20,22886 21,39651 22,38473 23,42633
Kab. Wonogiri 13,91181 14,45085 15,19871 15,94042 16,72877
Kab. Karanganyar 19,62823 20,32689 21,48277 22,40768 23,31914
Kab. Sragen 18,23479 19,04569 20,40223 21,46882 22,66946
Kab. Grobogan 9,465553 9,725846 10,22958 10,57972 11,15094
Kab. Blora 12,20249 12,57273 13,29065 13,80706 14,47134
Kab. Rembang 13,64068 14,08037 14,95045 15,48148 16,18865
Kab. Pati 15,30384 15,92174 16,88939 17,58321 18,53555
Kab. Kudus 67,90327 68,91829 71,56948 73,83184 75,85981
Kab. Jepara 11,80068 12,0993 12,65627 13,08817 13,54446
Kab. Demak 10,5319 10,75936 11,29508 11,64391 12,21134
Kab. Semarang 21,0459 21,79931 22,91662 23,92636 24,94746
Kab. Temanggung 13,77122 14,02424 14,73647 15,33738 15,9582
Kab. Kendal 20,6515 21,28156 22,56635 23,53836 24,55995
Kab. Batang 13,3554 13,69044 14,48756 15,1431 15,82972
Kab. Pekalongan 12,00425 12,35564 13,11802 13,66789 14,22392
Kab. Pemalang 8,97468 9,298142 9,856775 10,36805 10,90087
Kab. Tegal 10,56259 10,94475 11,75384 12,30581 12,9316
Kab. Brebes 11,86591 12,18483 12,95442 13,5771 14,2539
Kota Magelang 29,64439 30,65996 32,82381 34,49677 36,18001
Kota Surakarta 33,23521 34,56055 37,10943 39,09356 41,0686
Kota Salatiga 30,97668 31,96704 33,65896 35,09891 36,38697
Kota Semarang 39,81302 40,99251 43,55006 45,36439 47,42695
Kota Pekalongan 14,77443 15,27719 16,14037 16,88118 17,54684
Kota Tegal 25,34412 25,89482 27,55996 28,90027 30,29678
PDRB Per Kapita tanpa Sektor
Konstruksi di Jawa Tengah (Y) 16,73815 17,28234 18,32522 19,16864 20,09215
149
(Yi – Y)2
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kab. Cilacap 0,113138 0,124079 0,299338 0,174602 0,157133
Kab. Banyumas 9,548232 9,850976 9,819504 10,41 11,07061
Kab. Purbalingga 11,10748 8,082888 6,132191 1,946836 0,360902
Kab. Banjarnegara 37,34205 40,00127 46,701 49,91498 54,92259
Kab. Kebumen 39,11778 42,18339 49,13375 52,3111 55,34215
Kab. Purworejo 22,66042 26,45011 30,55672 34,1309 37,45594
Kab. Wonosobo 24,75557 26,86698 32,73354 36,20567 40,37473
Kab. Magelang 25,77823 28,66945 32,6073 36,84089 41,36322
Kab. Boyolali 4,747537 4,935098 5,470058 6,1414 5,897378
Kab. Klaten 3,419437 3,081619 3,24289 3,00785 3,02772
Kab. Sukoharjo 7,375482 8,681987 9,432813 10,34329 11,11671
Kab. Wonogiri 7,988199 8,017315 9,775071 10,42135 11,31234
Kab. Karanganyar 8,352545 9,269258 9,970109 10,49141 10,41347
Kab. Sragen 2,239918 3,109398 4,313955 5,290856 6,642517
Kab. Grobogan 52,89073 57,1006 65,53949 73,76942 79,94531
Kab. Blora 20,57221 22,18039 25,34688 28,7465 31,59352
Kab. Rembang 9,594337 10,25263 11,38909 13,59509 15,23737
Kab. Pati 2,057259 1,851237 2,06161 2,513592 2,423009
Kab. Kudus 2617,869 2666,271 2834,951 2988,066 3110,031
Kab. Jepara 24,37869 26,8639 32,13696 36,97207 42,87232
Kab. Demak 38,51763 42,5493 49,42282 56,62145 62,10724
Kab. Semarang 18,55671 20,40301 21,08097 22,63596 23,57399
Kab. Temanggung 8,802678 10,61521 12,8791 14,67855 17,08953
Kab. Kendal 15,31429 15,99375 17,98714 19,09445 19,96117
Kab. Batang 11,44301 12,90176 14,72768 16,20492 18,16831
Kab. Pekalongan 22,40983 24,27237 27,11493 30,25827 34,43621
Kab. Pemalang 60,27152 63,74742 71,71459 77,45029 84,47961
Kab. Tegal 38,13762 40,16501 43,18303 47,09844 51,27352
Kab. Brebes 23,73876 25,98457 28,84555 31,26523 34,08518
Kota Magelang 166,5708 178,9607 210,2092 234,9518 258,8192
Kota Surakarta 272,1528 298,5365 352,8466 397,0024 440,0114
Kota Salatiga 202,7356 215,6404 235,1235 253,7738 265,521
Kota Semarang 532,4495 562,172 636,2924 686,2177 747,191
Kota Pekalongan 3,856224 4,020616 4,773592 5,232478 6,478606
Kota Tegal 74,06271 74,17486 85,2804 94,70462 104,1344
150
(Yi – Y)2 x (Fi / n)
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kab. Cilacap 0,006 0,006 0,015 0,009 0,008
Kab. Banyumas 0,459 0,475 0,474 0,503 0,536
Kab. Purbalingga 0,292 0,213 0,162 0,052 0,010
Kab. Banjarnegara 1,001 1,071 1,249 1,334 1,467
Kab. Kebumen 1,393 1,498 1,738 1,843 1,942
Kab. Purworejo 0,483 0,563 0,648 0,721 0,788
Kab. Wonosobo 0,576 0,623 0,757 0,835 0,929
Kab. Magelang 0,943 1,051 1,198 1,356 1,525
Kab. Boyolali 0,136 0,141 0,157 0,175 0,168
Kab. Klaten 0,119 0,107 0,112 0,104 0,104
Kab. Sukoharjo 0,188 0,221 0,241 0,264 0,284
Kab. Wonogiri 0,228 0,228 0,277 0,294 0,318
Kab. Karanganyar 0,210 0,234 0,252 0,265 0,264
Kab. Sragen 0,059 0,082 0,113 0,138 0,173
Kab. Grobogan 2,133 2,298 2,633 2,957 3,199
Kab. Blora 0,525 0,565 0,643 0,727 0,797
Kab. Rembang 0,175 0,188 0,208 0,249 0,279
Kab. Pati 0,076 0,068 0,075 0,092 0,088
Kab. Kudus 63,223 64,673 69,101 73,193 76,549
Kab. Jepara 0,833 0,924 1,114 1,291 1,508
Kab. Demak 1,260 1,396 1,626 1,869 2,056
Kab. Semarang 0,537 0,594 0,617 0,667 0,699
Kab. Temanggung 0,193 0,233 0,283 0,324 0,377
Kab. Kendal 0,426 0,445 0,501 0,532 0,557
Kab. Batang 0,250 0,283 0,323 0,356 0,400
Kab. Pekalongan 0,580 0,628 0,702 0,783 0,891
Kab. Pemalang 2,335 2,462 2,759 2,967 3,223
Kab. Tegal 1,635 1,715 1,837 1,995 2,163
Kab. Brebes 1,267 1,383 1,530 1,654 1,798
Kota Magelang 0,605 0,648 0,758 0,844 0,926
Kota Surakarta 4,182 4,572 5,387 6,041 6,673
Kota Salatiga 1,075 1,150 1,262 1,372 1,445
Kota Semarang 25,860 27,541 31,462 34,247 37,634
Kota Pekalongan 0,034 0,035 0,042 0,046 0,057
Kota Tegal 0,546 0,545 0,625 0,692 0,759
∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 113,846 118,862 130,883 140,791 150,594
√∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 10,670 10,902 11,440 11,866 12,272
CVw = √∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) / Y 0,637 0,631 0,624 0,619 0,611
151
a. Indeks Williamson tanpa Sektor Perdagangan di Provinsi Jawa Tengah
PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota tanpa Sektor Perdagangan dalam Juta Rupiah (Yi)
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kab. Cilacap 19,09145 19,70295 20,99034 21,77028 22,84721
Kab. Banyumas 15,62373 16,20808 17,31035 18,11794 19,0505
Kab. Purbalingga 14,21214 15,32629 16,81058 18,84366 20,66519
Kab. Banjarnegara 11,3714 11,75512 12,33068 12,97481 13,59733
Kab. Kebumen 9,409138 9,771232 10,23269 10,83658 11,49646
Kab. Purworejo 11,29233 11,45617 12,07699 12,56726 13,18542
Kab. Wonosobo 10,24158 10,58884 11,01097 11,485 12,03674
Kab. Magelang 10,87425 11,21093 11,88584 12,37186 12,9311
Kab. Boyolali 13,17142 13,72412 14,58388 15,25035 16,21045
Kab. Klaten 12,51148 13,17331 14,13494 15,00766 15,86813
Kab. Sukoharjo 20,81452 21,61171 22,83903 23,86282 25,00752
Kab. Wonogiri 12,28164 12,81299 13,48061 14,11532 14,82819
Kab. Karanganyar 18,34355 19,03593 20,15787 21,05274 21,89549
Kab. Sragen 15,16245 16,04398 17,25687 18,14738 19,2307
Kab. Grobogan 7,806903 8,044307 8,480813 8,776557 9,293837
Kab. Blora 10,39641 10,78002 11,3947 11,81034 12,373
Kab. Rembang 12,5814 13,09082 13,84259 14,45542 15,15508
Kab. Pati 13,99069 14,66689 15,6181 16,20659 17,11558
Kab. Kudus 66,17198 67,32251 69,82471 71,98356 73,89777
Kab. Jepara 10,28346 10,58879 11,08819 11,48032 11,88737
Kab. Demak 9,573528 9,822405 10,31102 10,61112 11,12871
Kab. Semarang 21,18263 22,06218 23,27326 24,38396 25,37384
Kab. Temanggung 11,16919 11,45782 12,01305 12,41181 12,99378
Kab. Kendal 19,20514 19,9083 21,1386 22,01461 23,05763
Kab. Batang 11,95329 12,31724 13,04401 13,64717 14,30423
Kab. Pekalongan 10,78693 11,15035 11,8624 12,39853 12,91667
Kab. Pemalang 7,739668 8,061358 8,586035 9,019165 9,502246
Kab. Tegal 9,348395 9,767705 10,51799 11,00408 11,5957
Kab. Brebes 10,0127 10,33823 11,00358 11,53881 12,20414
Kota Magelang 29,83369 31,16262 33,24424 34,86143 36,61391
Kota Surakarta 34,28788 36,0288 38,24008 40,17833 42,35704
Kota Salatiga 30,48522 31,58773 33,42551 34,86871 36,23602
Kota Semarang 45,31429 47,16626 50,08027 52,11847 54,52299
Kota Pekalongan 12,99974 13,61547 14,5202 15,18525 15,85989
Kota Tegal 21,10041 21,93168 23,29244 24,41005 25,74894
PDRB Per Kapita tanpa Sektor
Perdagangan di Jawa Tengah (Y) 16,18633 16,81405 17,83659 18,66057 19,59781
152
(Yi – Y)2
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kab. Cilacap 8,439714 8,345735 9,946121 9,670281 10,55864
Kab. Banyumas 0,316525 0,367193 0,276925 0,294453 0,299551
Kab. Purbalingga 3,897438 2,213415 1,052692 0,033521 1,13931
Kab. Banjarnegara 23,18363 25,59278 30,31502 32,32786 36,0057
Kab. Kebumen 45,93038 49,60126 57,81928 61,21488 65,6318
Kab. Purworejo 23,95124 28,7069 33,17302 37,12846 41,11873
Kab. Wonosobo 35,34004 38,7532 46,58911 51,48886 57,16972
Kab. Magelang 28,21824 31,39496 35,41143 39,54784 44,44504
Kab. Boyolali 9,089691 9,547639 10,58012 11,6296 11,4742
Kab. Klaten 13,50455 13,25496 13,70224 13,34378 13,91048
Kab. Sukoharjo 21,42013 23,01755 25,02437 27,06337 29,26497
Kab. Wonogiri 15,24664 16,00848 18,97456 20,65928 22,74922
Kab. Karanganyar 4,653575 4,936749 5,388342 5,722464 5,279356
Kab. Sragen 1,04834 0,59301 0,336071 0,263368 0,134771
Kab. Grobogan 70,21485 76,90836 87,53055 97,69373 106,1718
Kab. Blora 33,52319 36,4095 41,49799 46,92572 52,19787
Kab. Rembang 12,99555 13,8624 15,95206 17,68332 19,73787
Kab. Pati 4,820869 4,610273 4,921696 6,022043 6,161448
Kab. Kudus 2498,565 2551,104 2702,765 2843,341 2948,486
Kab. Jepara 34,84397 38,75382 45,54084 51,55605 59,45087
Kab. Demak 43,7292 48,88307 56,6342 64,79363 71,72567
Kab. Semarang 24,96299 27,54292 29,55733 32,7572 33,36249
Kab. Temanggung 25,17169 28,68917 33,91359 39,04707 43,61313
Kab. Kendal 9,113169 9,574418 10,90328 11,24957 11,97035
Kab. Batang 17,91867 20,22131 22,96884 25,13417 28,02194
Kab. Pekalongan 29,15355 32,07752 35,69089 39,21321 44,63755
Kab. Pemalang 71,34616 76,6096 85,57276 92,95671 101,9204
Kab. Tegal 46,7574 49,65096 53,56191 58,6218 64,03376
Kab. Brebes 38,11376 41,93617 46,69009 50,71949 54,66635
Kota Magelang 186,2504 205,8815 237,3957 262,4679 289,5476
Kota Surakarta 327,6661 369,2065 416,3023 463,0141 517,9828
Kota Salatiga 204,4581 218,2616 243,0145 262,7039 276,8302
Kota Semarang 848,438 921,2568 1039,655 1119,431 1219,768
Kota Pekalongan 10,15436 10,23092 10,99843 12,07786 13,97206
Kota Tegal 24,14817 26,19013 29,76628 33,05651 37,83641
153
(Yi – Y)2 x (Fi / n)
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015
Kab. Cilacap 0,427 0,421 0,501 0,486 0,530
Kab. Banyumas 0,015 0,018 0,013 0,014 0,015
Kab. Purbalingga 0,103 0,058 0,028 0,001 0,030
Kab. Banjarnegara 0,622 0,685 0,811 0,864 0,961
Kab. Kebumen 1,635 1,762 2,045 2,157 2,303
Kab. Purworejo 0,511 0,611 0,704 0,784 0,865
Kab. Wonosobo 0,822 0,899 1,077 1,188 1,315
Kab. Magelang 1,032 1,151 1,301 1,455 1,639
Kab. Boyolali 0,261 0,274 0,303 0,332 0,327
Kab. Klaten 0,470 0,459 0,473 0,459 0,477
Kab. Sukoharjo 0,546 0,587 0,639 0,692 0,749
Kab. Wonogiri 0,434 0,455 0,538 0,583 0,639
Kab. Karanganyar 0,117 0,124 0,136 0,145 0,134
Kab. Sragen 0,028 0,016 0,009 0,007 0,004
Kab. Grobogan 2,832 3,096 3,516 3,917 4,248
Kab. Blora 0,856 0,927 1,053 1,188 1,317
Kab. Rembang 0,238 0,254 0,292 0,324 0,362
Kab. Pati 0,177 0,169 0,180 0,220 0,225
Kab. Kudus 60,342 61,880 65,879 69,648 72,573
Kab. Jepara 1,191 1,334 1,579 1,801 2,092
Kab. Demak 1,431 1,604 1,863 2,138 2,374
Kab. Semarang 0,723 0,802 0,866 0,965 0,989
Kab. Temanggung 0,552 0,630 0,746 0,861 0,963
Kab. Kendal 0,254 0,267 0,304 0,314 0,334
Kab. Batang 0,392 0,443 0,504 0,552 0,617
Kab. Pekalongan 0,755 0,830 0,924 1,015 1,155
Kab. Pemalang 2,764 2,959 3,292 3,561 3,889
Kab. Tegal 2,005 2,121 2,278 2,483 2,702
Kab. Brebes 2,035 2,232 2,477 2,683 2,883
Kota Magelang 0,677 0,745 0,856 0,942 1,036
Kota Surakarta 5,035 5,655 6,355 7,045 7,856
Kota Salatiga 1,084 1,164 1,305 1,420 1,507
Kota Semarang 41,206 45,133 51,407 55,867 61,436
Kota Pekalongan 0,088 0,089 0,096 0,106 0,123
Kota Tegal 0,178 0,193 0,218 0,242 0,276
∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 131,837 140,045 154,569 166,458 178,942
√∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) 11,482 11,834 12,433 12,902 13,377
CVw = √∑ ((Yi – Y)2 x (Fi / n)) / Y 0,709 0,704 0,697 0,691 0,683