ANALISIS PENGARUH GONE THEORY, INTEGRITAS, DAN
RELIGIUSITAS TERHADAP ACADEMIC FRAUD
Oleh:
Intan Wahyuningsih
Universitas Brawijaya, Jl. Mt. Hariyono 165
Email: [email protected]
Dosen Pembimbing:
Nurlita Novianti, MSA., Ak., CA.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecurangan
akademik mahasiswa akuntansi menggunakan teori GONE (keserakahan, kesempatan,
kebutuhan, dan pengungkapan), integritas, dan religiusitas. Metode pengumpulan data yang
digunakan peneliti adalah metode survei. Responden penelitian ini adalah 120 mahasiswa
akuntansi Universitas Negeri di Kota Malang. Metode analisis data menggunakan anailsis
partial least square dengan bantuan software SmartPLS. Hasil analisis model penelitian ini
menunjukkan bahwa keserakahan, kesempatan, kebutuhan, pengungkapan, dan religiusitas
berpengaruh terhadap kecurangan akademik. Sebaliknya, integritas tidak berpengaruh terhadap
kecurangan akademik. Implikasi dari penelitian ini relevan bagi Jurusan Akuntansi agar
memperhatikan faktor keserakahan, kesempatan, kebutuhan, pengungkapan, dan religiusitas
yang dapat mempengaruhi kecurangan akademik mahasiswa akuntansi.
Kata kunci: kecurangan akademik, keserakahan, kesempatan, kebutuhan, pengungkapan,
integritas, dan religiusitas.
ANALYSIS OF EFFECT OF GONE THEORY, INTEGRITY,
AND RELIGIOSITY TOWARD ACADEMIC FRAUD
Abstract
This research aims to examine factors that influence accounting students to commit academic
fraud using GONE Theory (greed, opportunity, need, and exposure), integrity, and religiosity.
The data are collected throrgh survey to120 accounting students in universities in Malang. The
data are through partial least square technique using SmartPLS. The result of the analysis
shows that greed, opportunity, need, exposure, and religiosity influence students to commit
academic fraud. However, integrity does not effect them. The implications of this study are
relevant to be considered by accounting departments. They should pay more attention to of
greed, opportunity, need, exposure, and religiosity, which can influence academic fraud thet
might be commited by accounting students.
Keywords: academic fraud, greed, opportunity, need, exposure, integrity, religiosity.
PENDAHULUAN
Saat ini pendidikan merupakan sebuah salah satu sarana pendidikan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Fenomena yang cukup menarik dan mengancam dunia
pendidikan akademis yaitu banyak ditemukan praktik-praktik kecurangan (fraud) yang terjadi.
Kecurangan dapat terjadi di instansi pendidikan seperti Perguruan Tinggi. Dalam penelitian
Aziz dan Novianti (2016) menyatakan bahwa sarana pendidikan moral maupun pengetahuan
bangsa berubah menjadi sarana mendapatkan ijazah dengan nilai yang baik tanpa
memperdulikan cara yang ditempuh untuk menghasilkan nilai yang setinggitingginya. Salah
satunya dengan berbuat curang.
Perguruan Tinggi merupakan puncak tertinggi dalam pendidikan yang bertujuan memberikan
pengetahuan praktik maupun softskill untuk dikembangkan mahasiswa agar dapat menjadi
bekal pada saat berada di dunia kerja. Perguruan tinggi juga diharapkan mencetak tenaga
profesional yang mempunyai kualitas secara ilmu, moral, dan etika profesi. Oleh karena itu,
perguruan tinggi harus membangun pandangan mahasiswa untuk berorientasi pada proses,
tidak hanya beorientasi pada hasil saja. Nursani dan Irianto (2014) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa fakta di lapangan masih banyak mahasiswa yang melakukan berbagai
praktik kecurangan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, praktik inilah yang kemudian
disebut dengan academic fraud.
Majalah terkemuka di Amerika, Fortune pernah melakukan survei yang dikutip Irianto
(2003) mengenai perilaku tidak etis pelajar, mahasiswa dan alumnus perguruan tinggi negeri.
Hasil survei menunjukkan bahwa di lingkungan pendidikan menengah (setingkat SMU)
melakukan kecurangan akademik (ngrepek, menjiplak, dan lain-lain) sebesar 70-80%
responden, di perguruan tinggi juga melakukan kecurangan oleh 40-50%, dan 12-24% para
alumnus melakukan kecurangan dengan menulis informasi yang tidak benar dalam curriculum
vitae mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Sierra dan Hyman (2008) menyebutkan bahwa pelajar yang
selaku melakukan kecurangan akan cenderung terlibat dalam situasi serupa ketika menemui
kesempatan di dunia kerja nantinya. Seseorang melakukan tindak kecurangan didasari oleh
berbagai macam faktor. Terdapat tiga elemen kecurangan yang dikemukakan oleh Albrecht
(2003) yaitu tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization).
Ketiga elemen ini sering disebut dengan Fraud Triangle. Pertama, tekanan adalah situasi saat
seseorang merasa perlu untuk melakukan kecurangan. Ada beberapa faktor tekanan yang
dirasakan pelaku kecurangan yaitu (1) tekanan keuangan; (2) tekanan untuk melakukan
perbuatan jahat; (3) tekanan terkait pekerjaan; dan (4) tekanan lainnya. Kedua, kesempatan
adalah situasi ketika seseorang merasa memiliki kombinasi situasi dan kondisi yang
memungkinkan untuk berbuat curang dan tidak terdeteksi. Kesempatan untuk berbuat
kecurangan bisa terjadi akibat kurangnya pengendalian yang mencegah dan/atau mendeteksi
kecurangan, tidak adanya pemisahan tugas, dan lain-lain. Ketiga, rasionalisasi adalah
pembenaran diri sendiri atas perilaku yang salah.
Selain Fraud Triangle terdapat teori yang menjelaskan seseorang melakukan
kecurangan yaitu GONE Theory. Teori ini dikenalkan oleh Jack Bologne dalam buku Fraud
Auditing and Forensic Accounting: New Tools and Techniques (1993) dan dalam Buku
Panduan Fraud Auditing yang dikeluarkan oleh BPKP (2008). Elemen yang terdapat pada Teori
GONE yaitu keserakahan (greeds), kesempatan (opportunity), kebutuhan (needs),
pengungkapan (exposures). Apabila salah satu dari empat elemen diatas, dapat diminimalisir,
maka tingkat terjadinya kecurangan akan semakin rendah. Dalam buku BPKP teori ini
digunakan untuk menjelaskan penyebab seseorang melakukan korupsi. Korupsi dan
kecurangan akademik merupakan tindakan yang tidak diperbolehkan, oleh karena itu peneliti
ingin meneliti apakah teori GONE bisa dijadikan alasan mahasiswa untuk melakukan
kecurangan akademik.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah keserakahan berpengaruh positif terhadap kecurangan akademik?
2. Apakah peluang berpengaruh positif terhadap kecurangan akademik?
3. Apakah kebutuhan berpengaruh positif terhadap kecurangan akademik?
4. Apakah pengungkapan kecurangan berpengaruh positif terhadap kecurangan
akademik?
5. Apakah integritas berpengaruh negatif terhadap kecurangan akademik?
6. Apakah religiusitas berpengaruh negatif terhadap kecurangan akademik?
TINJAUAN PUSTAKA
GONE Theory
Keserakahan (Greed)
Keserakahan merupakan berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada
dalam diri setiap orang (Bologna, 1993). Keserakahan (greeds) akan menuntut seseorang untuk
memenuhi kebutuhan dengan berlebihan. Menurut Sarna, keserakahan adalah keinginan yang
berlebihan untuk memperoleh atau memiliki lebih dari apa yang dibutuhkan atau diinginkan,
terutama berkenaan dengan kekayaan material. Menurut Simanjuntak (2008) keserakahan
berhubungan dengan moral seseorang. Menurutnya semua orang berpotensi untuk berperilaku
serakah karena pada umumnya manusia itu mempunyai sifat yang tidak pernah puas. Jadi
kecurangan muncul karena keserakahan dalam diri seseorang. Penyusunan indikator ini
mengacu Zaini dkk. (2015). Kuesioner yang diperlukan dalam meneliti variabel keserakahan
adalah sebagai berikut: Tabel 2.1
Item Kuesioner Variabel Keserakahan
Variabel Indikator Item Pertanyaan
Keserakahan
Merupakan faktor
Perilaku serakah
atas IPK
a. Saya kurang puas dengan IPK yang
didapatkan meskipun sudah tinggi (≥3).
individual, dimana
rasa tidak puas
akan menuntut
pemenuhan
melebihi apa yang
dibutuhkan.
Perilaku serakah
karena takut
tersaingi
b. Saya orang yang pelit untuk berbagi
ilmu kepada teman, karena takut
tersaingi.
c. Saya kurang maksimal dalam
membantu teman, karena saya takut
tersaingi dan ingin menjadi yang
terunggul.
Misalnya: nilai dan
IPK.
(Bologna, 1993)
(Zaini, 2003)
Perilaku serakah
atas nilai
d. Saya sering berbohong dalam hal tugas
perkuliahan, karena takut dicontek
teman dan mendapatkan nilai lebih
rendah.
Kesempatan (Opportunity)
Kesempatan merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban
pembuatan kecurangan (disebut juga faktor generik/umum). Menurut Albrecht dkk. (2012:34)
kesempatan adalah sebuah situasi yang memungkinkan seseorang untuk dapat melakukan
kecurangan dan menghindari risiko tertangkapnya seseorang tersebut akibat melakukan
kecurangan. Seseorang akan melakukan tindakan fraud ketika mereka memiliki kesempatan.
Kesempatan ini bisa berupa sistem pengendalian yang lemah. Ketika suatu organisasi memiliki
pengendalian yang lemah, pelaku fraud akan memiliki kesempatan untuk melakukan tindakan
kecurangan. Penyusunan indikator ini mengacu Nursani dan Irianto (2014) yang diadopsi dari
Becker dkk. (2006). Kuesioner yang diperlukan dalam meneliti variabel kesempatan adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.2
Item Kuesioner Variabel Kesempatan
Variabel Indikator Item Pertanyaan
Kesempatan
Kesempatan
diartikan
sebagai
kombinasi
antara situasi
dan kondisi
Pemeriksaan
plagiarisme oleh
dosen
a. Saya merasa dosen tidak pernah
melakukan pemeriksaan plagiarism
pada tugas saya.
b. Dosen tidak pernah memberikan
punishment kepada mahasiswa yang
melakukan plagiarism.
c. Saya melihat perilaku teman sekelas
yang dirasa
memungkinkan
untuk
melakukan
kecurangan dan
tidak terdeteksi.
(Albrecht,
yang curang dalam mengerjakan
tugas (misal titip nama dalam
mengerjakan tugas).
d. Teknologi internet memudahkan saya
untuk melakukan copy paste hasil
karya orang lain tanpa menyebutkan
sumbernya.
2003)
Nursani (2014)
diadopsi dari
Becker dkk.
(2006) Dalam
hal ini terkait
dengan
pemeriksaan
plagiarism pada
tugas
mahasiswa dan
pengawasan
pada saat ujian
Tidak ada
pembedaan soal
ujian
e. Soal ujian yang diberikan dosen
kepada kakak tingkat saya sama
dengan soal yang saya kerjakan.
Lingkungan
pengawasan saat
ujian
f. Saya merasa pengawas
membiarkan kecurangan yang
terjadi di kelas saat ujian.
g. Pada saat ujian, pengawas tidak
memberikan pengawasan secara
ketat.
h. Saya melihat teman sekelas pernah
melakukan kecurangan akademik
pada saat ujian berlangsung.
Sumber:
Kebutuhan (Need)
Kebutuhan merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku kecurangan. Bologna
(1993) menyatakan bahwa kebutuhan merupakan faktor yang berhubungan dengan perilaku
yang ada pada diri seseorang. Kebutuhan biasanya terjadi apabila adanya suatu desakan yang
mengharuskan seorang mahasiswa mendapatkan nilai sempurna. Desakan ini dapat berasal dari
lingkungan keluarga ataupun dari lingkungan kampus. Menurut Maslow
(1943), menyatakan bahwa “manusia di motivasi untuk memenuhi sejumlah kebutuhan yang
melekat pada diri setiap manusia yang cenderung bersifat bawaan”. Penyusunan indikator ini
mengacu Zaini dkk. (2015). Kuesioner yang diperlukan dalam meneliti variabel kebutuhan
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3
Item Kuesioner Variabel Kebutuhan
Variabel Indikator Item Pertanyaan
Kebutuhan
Kebutuhan adalah
motivasi untuk
memenuhi sejumlah
kebutuhan yang
melekat pada diri
setiap manusia yang
cenderung bersifat
bawaan.
(Maslow,1943)
(Zaini, 2015)
Kebutuhan
akademik
a. Saya sering menitip tanda-tangan
atau TA agar mencapai jumlah
kehadiran sesuai aturan untuk
mengikuti ujian.
b. Saya melakukan kecurangan
akademik supaya lulus tepat waktu.
c. Saya melakukan kecurangan
akademik karena saya merasa IP
merupakan suatu kebutuhan.
d. Saya melakukan kecurangan
akademik supaya nilai saya bagus
dan mendapatkan beasiswa.
e. Saya melakukan kecurangan
akademik agar nilai saya bagus dan
mendapat pengakuan dari orangtua.
Pengungkapan (Exposure)
Pengungkapan merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban
pembuatan kecurangan (disebut juga faktor generik/umum). Pengungkapan adalah berkaitan
dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku
diketemukan melakukan kecurangan. Menurut Bologna (1993) menyatakan bahwa
pengungkapan adalah faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban tindakan
kecurangan. Pengungkapan ini tidak dapat menjamin tidak terulangnya kecurangan oleh pelaku
kecurangan yang sama atau pelaku lain. Oleh karena itu, setiap pelaku kecurangan seharusnya
dikenakan sanksi apabila perbuatannya terungkap. Penyusunan indikator ini mengacu Zaini
dkk. (2015). Kuesioner yang diperlukan dalam meneliti variabel pengungkapan adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.4
Item Kuesioner Variabel Pengungkapan
Variabel Indikator Item Pertanyaan
Pengungkapan
adalah hukuman
Hukuman ringan a. Saya menjiplak tugas, karena teman
saya ketahuan melakukan
yang dijatuhkan
kepada para pelaku
yang tidak
memberikan efek
jera pelaku
maupun orang lain.
(Bologna, 1993)
(Zaini dkk., 2015)
hal yang serupa tetapi tidak
mendapatkan tindakan tegas.
b. Saya membuka catatan kecil,
karena teman saya ketahuan
melakukan hal yang serupa tetapi
tidak mendapatkan tindakan tegas.
c. Saya memberikan contekan
kepada teman pada saat ujian,
karena teman saya ketahuan
melakukan hal yang serupa tetapi
tidak mendapatkan tindakan tegas.
d. Saya membuka materi lewat
eletronik saat ujian, karena teman
saya ketahuan melakukan hal yang
serupa tetapi tidak mendapatkan
tindakan tegas.
e. Saya membuka HP untuk
browsing saat ujian, karena teman
saya ketahuan melakukan hal yang
serupa tetapi tidak mendapatkan
tindakan tegas.
f. Saya menitip absen, karena teman
saya ketahuan melakukan hal yang
serupa tetapi tidak mendapatkan
tindakan tegas.
g. Saya melakukan plagiat dari
internet, karena teman saya
ketahuan melakukan hal yang
serupa tetapi tidak mendapatkan
tindakan tegas.
Integritas
Dalam penelitian Jahja (2007) mengatakan bahwa integritas merujuk pada kualitas keutuhan
moralitas pada diri seseorang, sehingga orang tersebut akan berpegang teguh pada nilai-nilai
moral, bersifat jujur, dan konsisten dengan perkataan dan perbuatannya. KPK (2009)
mengatakan integritas merupakan kesatuan antara pola pikir, perasaan, ucapan, dan perilaku
yang selaras dengan hati nurani dan norma yang berlaku. Dalam kode etik KPK, integritas
diartikan sebagai kesatuan antara pola pikir, perasaan, ucapan, dan perilaku yang selaras
dengan hati nurani dan norma yang berlaku.
Penyusunan indikator ini mengacu KPK (2009) dalam Aziz dan Novianti (2016).
Kuesioner yang diperlukan dalam meneliti variabel integritas adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5
Item Kuesioner Variabel Integritas
Variabel Indikator Item Pertanyaan
Integritas
diartikan sebagai
kesatuan antara
pola pikir,
perasaan, ucapan,
dan perilaku yang
selaras dengan
hati nurani dan
norma yang
berlaku.
(KPK, 2009)
Aziz (2016)
Lingkungan
akademik
a. Saya terbiasa menghindari kerjasama
dalam kecurangan akademik dengan
mahasiswa lain.
b. Saya percaya dengan kemampuan
sendiri untuk mengerjakan soal ujian,
meskipun sulit sekalipun.
Sistem
administrasi
c. Dosen yang mangajar saya menghindari
jasa pembuatan tugas.
Sikap individu
mahasiswa
d. Saya tidak terbiasa untuk berinteraksi
atas jasa pembuatan tugas.
e. Saya tidak terbiasa untuk bertransaksi
atas kunci jawaban.
Religiusitas
Mangunwijaya (1986) mengatakan religiusitas adalah sesuatu hal yang melekat dalam diri dan
diyakini sebagai kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Ancok (2008)
religiusitas adalah cara individu menunjukkan aspek-aspek religi yang ada dalam hatinya.
Menurut Sofyan (2014) religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang diterapkan ke dalam
hidup kita, sebagai bentuk kepercayaan beragama yang diyakini. Seseorang yang memiliki
religiusitas merasa lebih dekat dengan Tuhan, sehingga orang tersebut akan lebih mematuhi
norma agama yang dianutnya dan lebih bertanggung jawab, dan jujur dengan apa yang dia
lakukan.
Penyusunan indikator ini mengacu pada penelitian Basri (2012) dan Aziz dan Novianti
(2016) yang diadopsi dari Glock (1962). Kuesioner yang diperlukan dalam meneliti variabel
religiusitas adalah sebagai berikut:
Tabel 2.6
Item Kuesioner Variabel Religiusitas
Variabel Indikator Item Pertanyaan
Religiusitas
adalah tingkat
kepercayaan
kepada Tuhan
dalam beragama.
(KBBI) Aziz
(2016) diadopsi
dari Glock dan
Stark
(1962)
Pentingnya nilainilai
agama
a. Saya merasa bahwa agama
merupakan dasar rujukan yang
sangat penting dalam setiap
perilaku kehidupan saya.
b. Mempelajari nilai-nilai
keagamaan sejak dini
merupakan hal penting.
Keterlibatan dalam
kegiatan keagamaan
c. Saya selalu melakukan sholat
atau ibadah lainnya (untuk
nonmuslim) tepat pada
waktunya.
d. Saya merasa aktif dalam
melibatkan diri pada
organisasi keagamaan.
Tingkat keyakinan
kepada pemuka
agama
e. Saya menghormati pemuka
agama yang saya ikuti.
f. Pemuka agama adalah pihak
utama selain orang tua yang
saya ajak diskusi untuk
permasalahan agama maupun
sosial.
Kecurangan Akademik
Menurut Tuanakotta (2007), ada ungkapan yang secara mudah menjelaskan penyebab atau
akar permasalahan dari fraud. Ungkapan itu adalah: fraud by need, by greed, and by
opportunity. Namun ada makna dari ungkapan itu. Kalau ingin mencegah fraud, hilangkan atau
tekan sedapat mungkin penyebab. Menghilangkan ayau menekan need dan greed yang
mengawali terjadinya fraud dilakukan sejak menerima seseorang (recruitment process).
Sedangkan unsure by opportunity dalam ungkapan tersebut biasanya ditekan melalui
pengendalian intern. Penyusunan konstruk ini mengacu Nursani (2014) yang diadopsi dari
Becker dkk (2006). Kuesioner yang diperlukan dalam meneliti variabel kecurangan akademik
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.7
Item Kuesioner Variabel Kecurangan Akademik
Variabel Konstruk Item Pertanyaan
Kecurangan
akademik
merupakan
perilaku individu
maupun
kelompok untuk
mendapatkan
keberhasilan
dengan cara tidak
jujur.
(Malgwi dan
Rakovski, 2009).
Nursani (2014)
diadopsi dari
becker dkk.
(2006)
Kecurangan
dalam tugas
individu
a. Saya sering menyalin tugas teman dan
mengakuinya sebagai tulisan sendiri.
b. Saya sering menyalin kalimat dari
tulisan orang lain (Buku Referensi)
tanpa menyebutkan sumbernya.
c. Saya sering menyalin kalimat dari
internet tanpa menyebutkan sumbernya.
Kecurangan
dalam tugas
kelompok
d. Saya sering titip nama saja saat ada
tugas kelompok.
e. Pada saat mengerjakan tugas
kelompok, kami sering melakukan
kecurangan akademik dengan cara
bertransaksi dalam penyelesaian tugas.
Kecurangan
dalam ujian
f. Saya sering menggunakan cara yang
curang untuk mengetahui soal ujian
seperti mencari bocoran soal dari kelas
lain.
g. Saya sering menyontek dengan berbagai
cara pada saat ujian.
h. Saya sering membantu teman dalam
melakukan kecurangan saat ujian.
Pengembangan Hipotesis Pengaruh Keserakahan terhadap Kecurangan Akademik
GONE Theory merupakan teori yang dikemukakan oleh Jack Bologna yang terdiri dari
keserakahan (greed), kesempatan (opportunity), kebutuhan (need), dan pengungkapan
(exposure). Pertama, Keserakahan. Menurut Bologna (1993) keserakahan merupakan perilaku
individu yang tidak pernah puas secara potensial melekat di dalam diri setiap orang.
Berdasarkan hasil pengujian Ismatullah dan Eriswanto (2006), disimpulkan bahwa keserakahan
berpengaruh positif signifikan terhadap kecurangan akademik. Keserekahaan terjadi karena
ketidakpuasan mahasiswa akan sesutau yang telah diperolehnya sehingga faktor greed ini
dijadikan kebiasaan yang dilakukan untuk mendapat nilai yang sempurna. Selanjutnya, hasil
penelitian Indrawati dkk (2017) juga menunjukkan bahwa keserakahan berpengaruh positif
terhadap perilaku kecurangan akademik. Hal ini disebabkan adanya tuntunan dari orang tua
yang menginginkan anaknya mendapatkan nilai baik, mahasiswa memiliki keinginan untuk
lulus dengan cepat, dan adanya tekanan dari lingkungan/teman untuk bersaing mendapatkan
nilai yang tinggi.
Dari hasil penelitian di atas diketahui bahwa keserakahan dapat mempengaruhi kecurangan
akademik mahasiswa. Semakin tinggi sifat serakah yang dimiliki seseorang, maka semakin
tinggi seseorang untuk melakukan kecurangan. Seseorang dengan tingkat keserakahan yang
tinggi cenderung melakukan segala cara untuk memenuhi ketidakpuasannya, sehingga
berpengaruh terhadap niat seseorang melakukan tindakan kecurangan akademik.
Berdasarkan uraian diatas peneliti merumuskan hipotesis alternative sebagai berikut:
H1: Keserakahan berpengaruh positif terhadap kecurangan akademik
2.7.2 Pengaruh Kesempatan terhadap Kecurangan Akademik
Elemen kedua dari GONE Theory yaitu kesempatan. Peluang atau kesempatan (opportunity)
merupakan suatu situasi ketika seseorang merasa memiliki kombinasi situasi dan kondisi yang
memungkinkan dalam melakukan kecurangan dan kecurangan tidak terdeteksi (Albrecht,
2003). McCabe dan Trevino (1997) menyebutkan bahwa seseorang merasa mereka
mendapatkan keuntungan yang berasal dari sumber lain, dan itulah yang disebut dengan
peluang.
Hasil penelitian Pratama dkk. (2017) menunjukkan bahwa kesempatan berpengaruh
positif terhadap kecurangan akademik. Hal ini dikarenakan kurangnya pengawasan saat ujian
berlangsung dan posisi tempat duduk yang sulit dijangkau pengawas. Pada penelitian Indrawati
dkk. (2017) mengatakan bahwa variabel kesempatan berpengaruh positif terhadap kecurangan
akademik mahasiswa. Hal ini karena mahasiswa melakukan kecurangan karena tidak ada
peraturan yang tegas, dan pihak dosen tidak mengawasi mahasiswa secara ketat pada saat ujian.
Ketika pengendalian internal lemah, maka pelaku kecurangan akan dengan mudah
menemukan celah untuk berbuat curang. Sama halnya dengan mahasiswa, ketika pengawasan
pada saat ujian tidak dijaga secara ketat mahasiswa akan memanfaatkan peluang tersebut untuk
berbuat curang. Semakin tinggi kesempatan yang tersedia maka semakin tinggi seseorang akan
melakukan kecurangan.
Berdasarkan uraian diatas peneliti merumuskan hipotesis alternative sebagai berikut:
H2: Kesempatan berpengaruh positif terhadap kecurangan akademik
2.7.3 Pengaruh Kebutuhan terhadap Kecurangan Akademik
Elemen ketiga dari GONE Theory yaitu Need (kebutuhan). Bologna (1993) menyatakan bahwa
kebutuhan merupakan faktor yang berhubungan dengan perilaku yang ada pada diri seseorang.
Kebutuhan biasanya terjadi apabila adanya suatu desakan yang mengharuskan seorang
mahasiswa mendapatkan nilai sempurna. Desakan ini dapat berasal dari lingkungan keluarga
ataupun dari lingkungan kampus.
Penelitian yang dilakukan Ismatullah dan Eriswanto (2016) menyatakan bahwa kebutuhan
berpengaruh positif terhadap kecurangan akademik. Menurutnya, kebutuhan terjadi adanya
desakan yang dirasakan mahasiswa untuk memperoleh nilai yang bagus. Desakan ini bisa
berasal dari keluarga maupun lingkungan kampus.
Setiap orang pasti memiliki kebutuhan yang perlu dipenuhi. Kebutuhan bisa terjadi akibat
adanya dorongan orang tua yang menginginkan anaknya mendapat nilai sebagus mungkin
tanpa melihat kemampuan dari anak tersebut maupun kebutuhan dari diri sendiri. Dengan
banyaknya kebutuhan tersebut mahasiswa akan melakukan kecurangan akademik, agar
kebutuhannya terpenuhi.
H3: Kebutuhan berpengaruh positif terhadap kecurangan akademik
2.7.4 Pengaruh Pengungkapan Terhadap Kecurangan Akademik
Elemen keempat dari GONE Theory yaitu Pengungkapan. Menurut Bologna (1993)
pengungkapan adalah hukuman yang dijatuhkan kepada para pelaku tetapi tidak memberikan
efek jera. Pengungkapan suatu kecurangan bukan jaminan tidak terulangnya kecurangan
tersebut baik dilakukan oleh orang yang sama maupun dilakukan orang lain.
Hasil penelitian yang dilakukan Zaini (2015) menunjukkan bahwa pengungkapan
berpengaruh positif terhadap kecurangan akademik mahasiswa. Artinya, semakin tinggi
pengungkapan yang tidak dilakukan oleh pihak kampus, maka semakin tinggi mahasiswa
berbuat curang. Hal ini dapat terjadi karena mahasiswa yang melakukan kecurangna tidak
mendapatkan tindakan tegas maupun sanksi, sehingga menyebabkan mahasiswa lain tidak takut
untuk berbuat yang sama.
Berdasarkan uraian diatas peneliti merumuskan hipotesis alternative sebagai berikut:
H4: Pengungkapan berpengaruh positif terhadap kecurangan akademik
2.7.5 Pengaruh Integritas Terhadap Kecurangan Akademik
Dalam penelitian Jahja (2007) mengatakan bahwa integritas merujuk pada kualitas keutuhan
moralitas pada diri seseorang, sehingga orang tersebut akan berpegang teguh pada nilai-nilai
moral, bersifat jujur, dan konsisten dengan perkataan dan perbuatannya. KPK (2009)
mengatakan integritas merupakan kesatuan antara pola pikir, perasaan, ucapan, dan perilaku
yang selaras dengan hati nurani dan norma yang berlaku.
Penelitian yang dilakukan oleh Aziz dan Nurlita (2016) menunjukkan bahwa integritas
berpengaruh negatif terhadap kecurangan akademik. Artinya semakin tinggi tingkat integritas
yang dimiliki seseorang, semakin rendah orang tersebut berbuat curang. Hal ini dikarenakan
mahasiswa yang memiliki integritas mampu memahami dan melaksanakan mana yang benar
dan akan menjauhi yang salah.
Mahasiswa yang memiliki integritas tidak akan menyalahi aturan yang ada. Hal ini bisa
dijadikan salah satu cara untuk mencegah terjadinya kecurangan akademik mahasiswa.
Semakin tinggi integritas yang dimiliki mahasiswa, semakin rendah mahasiswa melakukan
kecurangan. jadi, integritas berpengaruh negatif terhadap kecurangan akademik mahasiswa.
Berdasarkan uraian diatas peneliti merumuskan hipotesis alternative sebagai berikut:
H5: Integritas berpengaruh negatif terhadap kecurangan akademik
2.7.6 Pengaruh Religiusitas Terhadap Kecurangan Akademik
Mangunwijaya (1986) mengatakan religiusitas adalah sesuatu hal yang melekat dalam diri dan
diyakini sebagai kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Sofyan (2014)
religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang diterapkan ke dalam hidup kita, sebagai
bentuk kepercayaan beragama yang diyakini. Seseorang yang memiliki religiusitas merasa
lebih dekat dengan Tuhan, sehingga orang tersebut akan lebih mematuhi norma agama yang
dianutnya dan lebih bertanggung jawab, dan jujur dengan apa yang dia lakukan.
Hasil penelitian yang ditunjukkan oleh Aziz dan Nurlita (2015) menyatakan bahwa religiusitas
berpengaruh negatif terhadap kecurangan akademik. Artinya ketika religiusitas seseorang
tinggi, maka perbuatan curang akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan mahasiswa
menerapkan religiusitas dalam kehidupan sehari hari dan agama mengajarkan untuk
berperilaku baik dan menghindari perbuatan buruk.
Religiusitas merpakan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ketika mahasiswa memiliki
kepercayaan pada Tuhan yang besar, maka akan mengurangi mahasiswa untuk berbuat curang.
Setiap agama mengajarkan untuk menghindari perilaku yang buruk termasuk berbuat curang.
Berdasarkan uraian diatas peneliti merumuskan hipotesis alternatif sebagai berikut:
H6: Religiusitas berpengaruh negatif terhadap kecurangan akademik
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory research),
yakni hipotesis yang menyatakan hubungan variabel independen (keserakahan, kesempatan,
kebutuhan, pengungkapan, integritas, dan religiusitas) menyebabkan perubahan variabel
dependen (kecurangan akademik mahasiswa) (Jogiyanto, 2017:59).
Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan orang maupun kelompok kejadian ataupun keinginan yang
ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006 : 121). Populasi yang digunakan adalah mahasiswa S1
Jurusan Akuntansi Universitas Negeri di Kota Malang yang berstatus aktif berdasarkan tahun
angkatan yang masih aktif saat penelitian berlangsung, yaitu angkatan 2013, 2014, 2015, 2016.
Sampel Penelitian
Menurut Sekaran (2011:123) sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri atas
sejumlah anggota yang dipilik dari populasi. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan
sampel secara nyaman (convenience sampling). Menurut Jogiyanto (2017:98) convenience
sampling atau pengambilan sampel secara nyaman adalah pengambilan sampel yang dilakukan
oleh peneliti secara bebas. Untuk penentuan ukuran sampel penelitian ini didasarkan pada
pendapat Sekaran (2011:160), yaitu ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500. Oleh
karena itu, sampel yang digunakan 120.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Menurut Jogiyanto (2017:140) survei merupakan metode pengumpulan data secara primer
dengan cara memberikan beberapa pertanyaan kepada responden individu. Penelitian ini
menggunakan survei dalam bentuk kuesioner yang diisi oleh responden untuk mendapatkan
data primer, yaitu mahasiswa akuntansi Universitas Negeri di Kota Malang.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengujian Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis apabila nilai koefisien path yang ditunjukkan oleh nilai
statistik T ≥ 1,64 untuk hipotesis satu ekor (one-tailed), maka hipotesis alternatif dapat
dinyatakan didukung. Namun apabila nilai statistik tidak memenuhi parameter yang telah
ditentukan tersebut, makan hipotesis alternatif dinyatakan tidak dapat didukung. Dari hasil
pengolahan data pada Tabel Total Efek (Tabel 4.7), dapat dilihat nilai statistik T pada masing-
masing konstruk menentukan didukung atau tidaknya hipotesis peneliti. Tabel 4.7
Tabel Total Efek (Bootstraping)
Original
Sampel
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
Standard
Error
(STERR)
T Statistics
(|O/STERR|)
Keterangan
G -> Y 0.1740 0.1778 0.1083 0.1083 2.3876 H1 diterima
O -> Y 0.1971 0.2022 0.0612 0.0612 3.2186 H2 diterima
N -> Y 0.2539 0.2448 0.0885 0.0885 2.8672 H3 diterima
E -> Y 0.3432 0.3289 0.1083 0.1083 3.1678 H4 diterima
I -> Y 0.0322 0.0161 0.0612 0.0612 0.4361 H5 ditolak
R -> Y -0.1673 -0.1785 0.0772 0.0772 2.1663 H6 diterima
Sumber: Data Primer (diolah) Keterengan:
G: Keserakahan, O: Kesempatan, N: Kebutuhan, E:Pengungkapan, I: Integritas, R: Religiusitas, Y:
Kecurangan Akademik.
Diskusi Hasil Penelitian Keserakahan Terhadap Kecurangan Akademik
Hipotesis pertama dalam penelitian ini menyatakan bahwa keserakahan berpengaruh
positif terhadap kecurangan akademik mahasiswa. Berdasarkam tabel 4.7 variabel keserakahan
memiliki nilai statistik T sebesar 2,4654 melebihi nilai statistik T yang telah ditetapkan yaitu
1,96. Artinya bahwa mahasiswa yang memiliki pribadi serakah cenderung melakukan
kecurangan. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa keserakahan yang menyebabkan
mahasiswa melakukan kecurangan yaitu mahasiswa merasa tidak puas apabila ada seorang
teman yang memiliki nilai atau IPK yang lebih tinggi darinya dan merasa tersaingi, pelit berbagi
ilmu karena takut tersaingi, dan berbohong dalam hal tugas perkuliahan karena takut dicontek
dan mendapatkan nilai lebih rendah. Semakin tinggi keserakahan, semakin besar kemungkinan
mahasiswa melakukan tindak kecurangan.
Penelitian ini konsisten dengan Zaini dkk. (2015) dan Indrawati dkk. (2017).
Kesempatan Terhadap Kecurangan Akademik
Hipotesis kedua dalam penelitian ini menyatakan bahwa kesempatan berpengaruh
positif terhadap kecurangan akademik mahasiswa. Albrecht (2012:55) menyatakan bahwa
kesempatan merupakan bagian penting dari tindak kecurangan karena kesempatan dianggap
faktor pemicu terjadinya kecurangan atau fraud. Dalam kecurangan akademik, semakin besar
kesempatan, maka semakin besar kemungkinan mahasiswa melakukan kecurangan. Diketahui
bahwa variabel kesempatan berpengaruh terhadap academic fraud mahasiswa akuntansi. Hal
ini dapat dilihat dari nilai statistik T sebesar 3,1187 melebihi nilai statistik T yang telah
ditetapkan yaitu 1,96. Penelitian ini menunjukkan beberapa sebab kesempatan dapat terjadi
dalam kecurangan akademik, yaitu Dosen tidak melakukan pemeriksaan plagiarism dan tidak
ada hukuman jika ada mahasiswa melakukan plagiarism, pengawas ujian tidak mengawasi
secara ketat saat ujian, dan teknologi internet yang memudahkan mahasiswa untuk melakukan
copy paste tanpa menyebutkan sumbernya. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Becker
dkk. (2006), Nursani dan Irianto (2014), dan Pratama (2017).
Kebutuhan Terhadap Kecurangan Akademik
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini menyatakan bahwa kebutuhan berpengaruh positif
terhadap kecurangan akademik mahasiswa. Diketahui nilai statistic T dari variabel kebutuhan
sebesar 2,8158. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebutuhan berpengaruh terhadap
kecurangan akademik. Kebutuhan merupakan faktor yang berasal dari diri sendiri. Dalam
kecurangan akademik, nilai merupakan suatu kebutuhan yang penting untuk mahasiswa,
dengan nilai yang bagus mahasiswa akan mendapat apresisasi dari orang tua dan mendapat
beasiswa. Untuk mendapatkan nilai bagus mahasiswa melakukan tindakkan kecurangan.
Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Ismatullah dkk. (2016) dan Indrawati dkk
(2017).
Pengungkapan Terhadap Kecurangan Akademik
Hipotesis keempat dalam penelitian ini menyatakan bahwa pengungkapan (exposures)
berpengaruh positif terhadap academic fraud mahasiswa akuntansi. Pengungkapan berkaitan
dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapai oleh pelaku kecurangan apabila diketemukan
berbuat kecurangan. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa pengungkapan berpengaruh positif
terhadap kecurangan akademik. Hal ini terjadi karena tidak ada hukuman yang tegas untuk
memberikan efek jera bagi pelaku, dan mahasiswa melakukan perilaku kecurangan karena
melihat mahasiswa lain pernah melakukan tindakan serupa tetapi tidak mendapatkan tindakan
tegas. Semakin kecil pengungkapan yang dilakukan oleh instansi atau pihak kampus kepada
pelaku kecurangan, semakin besar mahasiswa melakukan kecurangan.
Penelitian ini konsisten dengan Zaini dkk. (2015) dan Indrawati dkk. (2017).
Integritas Terhadap Kecurangan Akademik
Hipotesis kelima menunjukkan integritas tidak berpengaruh terhadap kecurangan
akademik. Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.7, maka dapat disimpulkan bahwa Integritas
tidak mempunyai pengaruh terhadap kecurangan akademik mahasiswa akuntansi. Diketahui
bahwa nilai statistik T dari integritas sebesar 0,4182 yang kurang dari nilai yang telah
ditetapkan yaitu > 1,64. Hal ini disebabkan mahasiswa terbiasa melakukan kerjasama dengan
temannya untuk berbuat curang, dan pelaku kecurangan tidak percaya diri dengan kemampuan
dirinya saat mengerjakan soal ujian. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Irianto
dkk. (2009).
Religiusitas Terhadap Kecurangan Akademik
Hipotesis keenam dalam penelitian ini menyatakan bahwa religiusitas berpengaruh negatif
terhadap kecurangan akademik mahasiswa. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa religiusitas
berpengaruh negatif terhadap kecurangan akademik. Nilai negatif yang dihasilkan memiliki arti
bahwa religiusitas memiliki hubungan negatif dengan kecurangan akademik mahasiswa.
Apabila tingkat religiusitas mengalami kenaikan, sebaliknya kecurangan akademik mahasiswa
akan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan mahasiswa menerapkan bahwa agama adalah
dasar yang penting dalam setiap berperilaku, mahasiswa telah mempelajari nilai-nilai
keagamaan sejak dini, aktif dalam mengikuti organisasi keagamaan, dan berdiskusi dengan
pemuka agama dalam masalah agama maupun sosial. Hasil penelitian ini konsisten dengan
yang dilakukan oleh Purnamasari (2013) dan Aziz dan Novianti (2016).
Uji Beda (t-test)
Peneliti melakukan uji beda (t-test) untuk religiusitas dari Universitas Brawijaya (UB)
dan nonUIN. Tujuannya untuk mengetahui ada atau tidak ada perbedaan variabel religiusitas
yang akan mempengaruhi kecurangan akademik dari kedua universitas tersebut. Dalam
pengujian uji-t ini menggunakan SPSS versi 17 for windows.
Mengetahui apakah terdapat perbedaan atau tidak dengan hipotesis berikut:
H0: tingkat religiusitas pada mahasiswa UIN dan nonUIN tidak terdapat perbedaan atau sama
HA: tingkat religiusitas pada mahasiswa UIN dan nonUIN berbeda Pengambilan
Keputusan:
Jika nilai sig > 0,05, maka H0 tidak dapat ditolak jadi variance sama
jika nilai sig < 0,05 H0 ditolak menjadi variance berbeda Gambar 4.7
Hasil Analisi Regresi (Uji t) Religiusitas
Dari gambar 4.7 terlihat bahwa f hitung levene test sebesar 0,028 dengan nilai sig 0,868
karena nilai sig > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 tidak dapat ditolak menjadi variance
yang sama. Dengan demikian, analisis uji beda harus menggunakan equal variance assumed.
Pada nilai t pada equal variance assumed adalah 29,903 dengan signifikansi (two tailed) 0,000.
Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan religiusitas antara Universitas Brawijaya dan
non UIN.
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah pertama, hasil
studi ini menyimpulkan bahwa keserakahan berpengaruh positif terhadap kecurangan
akademik mahasiswa akuntansi Universitas Negeri di Kota Malang. Individu yang memiliki
rasa tidak puas dalam diri cenderung melakukan kecurangan akademik.
Kedua, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kesempatan berpengaruh positif
terhadap kecurangan akademik mahasiswa akuntansi Universitas Negeri di Kota Malang.
Kondisi dan situasi yang mendukung mahasiswa untuk berbuat curang dalam penelitian ini
berupa semakin berkembangnya teknologi internet, kondisi kelas, dan pengawas ujian.
Ketiga, hasil pengujian penelitian ini menunjukkan bahwa kebutuhan berpengaruh
positif terhadap kecurangan akademik mahasiswa akuntansi Universitas Negeri di Kota
Malang. Nilai yang bagus merupakan suatu kebutuhan yang penting bagi mahasiswa, dengan
mendapatkan nilai tersebut mahasiswa cenderung melakukan segala cara termasuk berbuat
kecurangan.
Keempat, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan berpengaruh positif
terhadap kecurangan akademik mahasiswa akuntansi Universitas Negeri di Kota Malang.
Pengungkapan berhubungan dengan hukuman yang akan diterima oleh pelaku kecurangan.
Dalam penelitian ini, hukuman yang diterima pelaku tidak memberikan efek jera, dan bahkan
ada mahasiswa yang berbuat curang tidak mendapat tindakan tegas.
Kelima, hasil pengujian penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh
antara integritas dan kecurangan akademik mahasiswa akuntansi Universitas Negeri di Kota
Malang. Mahasiswa memiliki kepercayaan diri untuk mengerjakan soal ujian, dan tidak
terpengaruh untuk berkerjasama dengan temannya melakukan kecurangan.
Keenam, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa religiusitas berpengaruh negatif
terhadap kecurangan akademik mahasiswa akuntansi Universitas Negeri di Kota Malang.
Semakin tinggi tingkat religius yang dimiliki mahasiswa, maka kecurangan akademik yang
terjadi akan semakin rendah. Hal ini disebabkan mahasiswa menerapkan agama sebagai dasar
untuk berperilaku dan bertindak.
Saran
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu pada penelitian ini,
Kuesioner yang kembali hanya 120 kuesioner dari 200 kuesioner yang disebar. Tidak semua
mahasiswa bersedia untuk mengisi kuesioner dikarenakan peneliti menyebarkan kuesioner
pada masa akhri UAS dan kebanyakan mahasiswa sudah tidak berada di kampus. Peneliti
menyarankan bagi penelitian selanjutnya untuk lebih mempertimbangkan waktu penyebaran
kuesioner, misalnya dengan menyebarkan saat hari efektif kampus bukan saat mahasiswa
melakukan ujian.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, W., & Jogiyanto. 2015. Prtial Least Aquare (PLS) – Alternative Structura; Equation
Modeling (SEM) dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Albercht, W.S. 2003. Fraud Examination. USA: South Western.
Ancok, D, & Suroso, F. 2001. Psikologi Islam; Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Aziz, M. R., & Novianti, Nurlita . 2016. Analisis Pengaruh Fraud Diamond, Integritas, dan
Religiusitas Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa. Jurnal Mahasiswa.
Universitas Brawijaya. Malang.
Basri, Y. M., Satriawan, R. A., Fitriasai R., Novriyan R., Tania T.S. 2012. Studi
Ketidakpatuhan Pajak: Faktor Yang Mempengaruhinya Kasus pada Wajib pajak Orang
Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Tampan Pekanbaru (In Indonesian) Universitas
Riau. Diakses pada http://asp.trunojoyo.ac.id/ tanggal 12 April 2017.
Becker, J. Coonoly, Paula L., & J. Morrison. 2006. Using the business fraud triangle to predict
academic dishonesty among business students. Academy of Educational Leadership
Journal, Volume 10, Nomor 1, Halaman 37-54.
Bertens, K. 1993. Etika. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.
Bolin, A.U. 2004. Self-control, perceived opportunity, and attitudes as predictors of academic
dishonesty. The Journal of Psychology. Volume 2, Nomor 138, Halaman 101–114.
Cizek. 2003. Preventing, Detecting, and Addressing Academic Dishonesty. Handbook of The
Teaching of Psychology.
Eickstein, Max A. 2003. Combating academic fraud – towards a culture of integrity.
International Institute for Educational Planning. 5 - 101
Gagola, Antonius Stanny Christo. 2011. Analisis Faktor Risiko yang Mempengaruhi
Kecenderungan Kecurangan Pelaporan Keuangan Perusahaan Publik di Indonesia.
Tesis. Universitas Dipenogoro. Semarang.
Hasanah, Faridatul. 2016. Pengaruh Kejujuran, Konformitas, dan Jenis Kelamin terhadap
Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa (Academic Dishonesty) pada Perguruan
Tinggi Umum dan Berbasis Agama di Kota Malang dengan Persepsi Religiusitas sebagai
Variabel Moderator. Karya Ilmiah. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
Malang.
Hendricks, B. 2004. Academic dishonesty: A study in the magnitude of and justification
for academic dishonesty among college undergraduate and graduate students. Journal
of College Students Development, Volume 35, Halaman 212-260.
Huelsman, Melissa A., Joan Piroch., & David Wasieleski. 2006. Religion of Religiosity with
Academic Dishonesty in a Sample of College Students. Reports Psychological of Sage
Jounals. Diakses dari http://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.2466/PR0.99.3.739-742.
Irianto, G., Novianti, N., Rosalina, K., & Firmanto, Y. 2009. Integrity, Unethical Behavior, and
Tendency of Fraud. Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Volume 16, Nomor 12, 144163
Irianto, Gugus. 2003. Skandal Korporasi dan Akuntan. Lintasan Ekonomi, volume XX, Nomor
2, 104-114.
Ismatullah, Ismet dan Elan Eriswanto. 2016. Analisa Pengaruh Teori Gone Fraud Terhadap
Academic Fraud di Universitas Muhammadiyah Sukabumi. Riset Akuntansi dan
Keuangan Indonesia, 1(2), 2016.
Jogiyanto H. M. 2016. Konsep & Aplikasi PLS (Partial Least Square) untuk Penelitian Empiris.
Yogyakarta: BPFE.
Jogiyanto, H. M. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE.
Jusup, Al Haryono. 2010. Auditing. Yogyakarta: STIE YKPN.
Komisi Pemberantasan Korupsi. 2009. Integritas Sektor Publik Indonesia tahun 2009.
www.kpk.go.id. Diakses 17 April 2017.
Kompasiana on line. 25 Juni 2015. Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa Pendidikan.
Diakses dari http://www.kompasiana.com/anna_rangkuti/kecurangan-akademik-
padamahasiswa-kependidikan_5510bfb5a33311c339ba8bca
Kurniawan, Gusnardi. 2013. Pengaruh Moralitas, Motivasi, dan Sistem Pengendalian Intern
Terhadap Keuangan Laporan Keuangan. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Negeri:
Padang. Diakses dari http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/article/view/714
Lisa, Amelia Herman. 2013. Pengaruh Keadilan Organisasi dan Sistem Pengendalian Intern
terhadap Kecurangan (Studi Empiris pada Kantor Cabang Utama Bank Pemerinta di
Kota Padang). Padang: Artikel Universitas Negeri Padang.
McCabe, D. L., & Trevino, L. K. 1997. Individual and contextual influences on academic
dishonesty: A multicampus investigation. Research in Higher Education, Volume 38,
Nomor 3, 379-396.
n.p. 1 November 2015. Jurnal Integritas. Jurnal Integritas volume 1. Diakses dari
https://acch.kpk.go.id/id/jurnal-integritas-volume-01
Nursani, Rahmalia. 2014. Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Dimensi Fraud
Diamond. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang.
Pambudi, Kharisma Oktavian. 2016. Pengaruh Fraud Diamond dan Teknologi terhadap
Tendensi Kecurangan Karyawan pada Dealer Otomotif. Skripsi. Universitas Brawijaya.
Malang.
Pratama, Reza Yuka Satria. 2017. Analisis Dimensi Fraud Diamond dan Gone Theory
Terhadap Academic Fraud. Publikasi Ilmiah. Universitas Muhammadiyah: Surakarta.
Probovury, Ratih Azka. 2015. Pengaruh Penyalahgunaan Teknologi Informasi dan Integritas
Mahasiswa terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Akuntansi sebagai
Calon Akuntan (Studi pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta).
Doctoral Dissertation. Fakultas Ekonomi. Universitas Yogyakarta.
Santiso, Muhammad Hadi dan Helmy Adam. 2014. Analisis Pengaruh Kecurangan Akademik
Pada Mahasiswa Akuntansi Dengan Menggunakan Konsep Fraud Triangle (Studi Pada
Mahasiswa S1 Akuntansi Kota Malang). Jurnal Akuntansi FEB Universitas Brawijaya.
Malang.
Sarna, David E. Y. 2010. History Of Greed: Financial Fraud from Tulip Mania to Bernie
Madoff. Diakses dari https://books.google.co.id/books.
Satya Prawira, I Dewa Made. 2015. Analisis Pengaruh Dimensi Fraud Diamond Terhadap
Perilkau Kecurangan Akademik Mahasiswa (Studi Kasus Pada Mahasiswa S1 Jurusan
Akuntansi Perguruan Tinggi Negeri Kota Malang). Jurnal Akuntansi FEB Universitas
Brawijaya. Malang.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alphabeta.
Subekti, Imam dan Anna Widayanti. 2001. Analisis Keahlian Auditor BPK-RI Menuyu
Pelaksanaan Fraud Auditing. Tema, Volume II, 2, 97-115.
Tuanakotta, Theodorus M.. 2006. Mendeteksi Manipulasi laporan Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Tunley, Martin. 2010. Need, Greed or Opportunity? An Examination of Who Commits Benefit
Fraud and Why They Do It. Security Journal (2011) 24, 302-319. UK.
Zaini M., Carolina A,. & Setiawan A.R. 2015. Analisis Pengaruh Fraud Diamond dan Gone
Theory Terhadap Academic Fraud. Symposium Nasional Akuntansi 18. Universitas
Trunojoyo Madura.