Download - al islam 2(2)Al
1. Jelaskan istilah-istilah berikut : Fiqih, syariat, ijtihad, aqidah, mu’amalah, ahlaq,
sunnah dan bid’ah.
Jawab :
Fiqih atau fiqh (bahasa Arab:فقه) adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam
yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek
kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan
manusia dengan Tuhannya (http://id.wikipedia.org/wiki/Fiqih ).
Fiqih adalah pengetahuan terhadap sejumlah hukum syariat yang digali dari
dalil-dalil yang bersifat rinci. Fiqih mencakup kajian terhadap dalil-dalil dan
arah yang ditunjukkan oleh dalil (makna), dari tinjauan yang bersifat rinci.
Contohnya, penunjukkan sebuah hadis pada makna tertentu, misalnya nikah
tanpa wali secara khusus. ( Al-Ghazali, op.cit., hlm. 5 ).
Syariat Islam adalah hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh sendi
kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukum dan aturan, Syariat Islam juga
berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Maka oleh sebagian
penganut Islam, Syariat Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna
seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini. (
http://id.wikipedia.org/wiki/Syariat Islam ).
Syariat adalah hukum Allah yang berlaku pada benda dan perbuatan
manusia. Menurut Imam al-Ghazali, hukum syariat adalah perintah Asy-Syâri‘
yang berhubungan dengan perbuatan hamba, baik dengan iqtidhâ‘, takhyîr,
maupun wadh‘i. ( hizbut-tahrir.or.id/2008/08/04/pengertian-syariah-dan-
fiqh/ ).
Ijtihad (Arab: اجتهاد) adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang
sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari
ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran
maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan
matang. (http://id.wikipedia.org/wiki/Ijtihad )
Dari segi bahasa, arti Ijtihad adalah “mengerjakan sesuatu dengan segala
kesungguhan” mengerjakan apa saja, asal dilakukan dengan penuh
kesungguhan, adalah berijtihad namanya. Kata ijtihad memang tidak
digunakan kecuali untuk perbuatan yang harus dikerjakan dengan susah payah.
Sedangkan menurut istilah, yang disebut dengan Ijtihad ialah “Mengerahkan
segala potensi dan kemampuan semaksimal mungkin untuk menetapkan
hukum-hukum syariah”
http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2071350-pengertian-
ijtihad/#ixzz1I2vvhf1b
Dalam bahasa Arab aqidah berasal dari kata al-‘aqdu (العقد) yang berarti
ikatan, at-tautsiiqu ( وثيق yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang (الت
kuat, al-ihkaamu (اإلحكام) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-
rabthu biquw-wah ( بقوة بط .yang berarti mengikat dengan kuat (الر
Sedangkan menurut istilah (terminologi): ‘aqidah adalah iman yang teguh dan
pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.
( http://id.wikipedia.org/wiki/Aqidah )
Aqidah yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi
tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh,
yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
( http://lesehan-muslim.forumotion.com/t4-definisi-aqidah )
Mu’amalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya
dengan cara yang paling baik atau mu’amalah adalah tukar-menukar barang
atu sesutu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan. ( Rahcmat
Syafiie, Fiqih Muamalah ).
Akhlaq adalah perangai yang ada dalam diri manusia yang mengakar, yang
dilakukan secara spontan dan terus menerus. http://www.anneahira.com/
Akar kata ‘AKHLAQ’ dalam bahasa ‘Arab adalah ‘kholaqo’ (masdar
tsulastsy) yang merupakan akar pula kata-kata ‘kholiq’, ‘kholq’ dan
‘makhluq’. ‘kholaqo’ sendiri berarti menciptakan. Ketiga buah kata ‘Kholiq’,
‘Akhlaq’ dan ‘makhluq’ murapakan kata yang saling berhubungan erat. Dan
ini bisa kita sama-sama rujuk kepada Al-Qur’an, surah Ar-Rahmaan ayat 1-4:
“Ar-Rahmaan (Allah, Al-Kholiq). (Yang) Mengajarkan Al-Qur’an. (Yang)
Menciptakan (kholaqo) Manusia (Al-Insaan, Al-Makhluuq). (Yang)
mengajarkannya Al-Bayaan.” Insya’ Allah, dengan bashirah (daya pandang)
yang senantiasa dituntun oleh fitrah yang suci, kita akan memahami hakikat
ayat ini bahwa: Allah adalah Al-Khaliq yang telah menciptakan makhluq-Nya
(manusia) dan membekalinya, menuntunnya, mengajarkan melalui utusannya
Al-Qur’an yang merupakan penjelas bagi segala sesuatu (Al-Bayaan). Dengan
berbekal dan berpedoman kepada Al-Qur’an manusia menjadi terbimbing dan
terarah hidupnya. Jadi akhlaq didalam Islam bukanlah semata-mata
sopansantun, etika, atau moral. ( http://tarbiyahislam.wordpress.com ).
Sunnah (kependekan dari kata Sunnaturrasul, berasal dari kata sunan yang
artinya garis) dalam Islam mengacu kepada sikap, tindakan, ucapan dan cara
Rasulullah menjalani hidupnya atau garis-garis perjuangan / tradisi yang
dilaksanakan oleh Rasulullah. (http://id.wikipedia.org/wiki/Sunnah )
Sunnah menurut istilah syari'at ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi
S.A.W dalam bentuk qaul (ucapan), fi'il (perbuatan), taqrir (penetapan), sifat
tubuh serta akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyri (pensyariatan)
bagi ummat Islam. ( http://www.almanhaj.or.id/ )
Bid‘ah (Bahasa Arab: بدعة) dalam agama Islam berarti sebuah perbuatan
yang tidak pernah diperintahkan maupun dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW tetapi banyak dilakukan oleh masyarakat sekarang ini.
Bid’ah adalah suatu cara baru dalam agama yang diada-adakan untuk
menandingi syari’ah, yang dimaksudkan dengan mengerjakannya untuk
membuat nilai lebih dalam ibadah kepada Allah”. (al-Syatibi, 2001: 7).
Bid’ah secara lughawi berasal dari kata bada‘a (بدع), yakni membuat sesuatu
yang baru yang belum ada contoh sebelumnya.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ibadah mahdhoh dan goir mahdhoh dan
jelaskan perbedaan di antara keduanya dengan menyebutkan ciri-ciri dari
keduanya.
Jawab :
Ibadah mahdhah (khusus) adalah ibadah yang sudah ditentukan Allah secara
terperinci tentang jenis dan tata caranya.
Ciri-ciri :
1. Cakupan : hubungan vertical (hablum minallah) yaitu mengatur
hubungan manusia dengan Allah.
2. Tsabit : tetap, tidak berubah sejak zaman Nabi Muhammad
sampai sekarang, bahkan sampai kiamat, tidak boleh ditambah dan
dikurangi.
3. Ta’abbudi, ghair ma’qulatul ma’na : tidak dapat dijangkau
rasionalisasinya, pokoknya begitu
4. Sikap : sami’na wa atha’na, kita dengar dan kita ikuti, tidak
boleh berkreasi (tidak ada peran akal)
Ibadah ghair mahdhah (umum) adalah segala amal (hati,lisan,perbuatan)
yang diizinkan Allah.
Ciri-ciri :
1. Cakupan : hubungan horizontal (hablum minannas) yaitu
mengatur hub. Manusia dengan manusia dan alam sekitarnya
2. Dinamis : bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman
(shalihun likulli zamanin wamakanin)
3. Ta’aquli, ma’qulatul ma’na : dapat dijangkau rasionalitasnya,
mengapa begini, mengapa begitu
4. Sikap : bebas berkreasi, akal berperan
Sumber : Konsep Ibadah dalam Islam – Bpk. Didi Sunardi
3. Zakat merupakan salah satu dari pondasi ajaran Islam. Jelaskan apa pengertian
zakat? Syarat harta yang wajib dikeluarkan zakatnya? Siapa yang berhak
menerima zakat dan Jelaskan apakah fungsi zakat untuk kehidupan umat
khususnya jika ditinjau dari sudut ekonomi.
Jawab :
Zakat adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang
beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya
(fakir miskin dan sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh
syarak.
Syarat harta yang wajib dikeluarkan zakatnya:
1. Kepemilikan penuh. Maksudnya, penguasaan seseorang terhadap harta
kekayaan sehingga bisa menggunakannya secara khusus. Karena Allah swt,
mewajibkan zakat ketika harta itu sudah dinisbatkan kepada pemiliknya.
2. Berkembang. Artinya, harta yang wajib dikeluarkan zakatnya harus harta yang
berkembang aktif, atau siap berkembang, yaitu harta yang lazimnya memberi
keuntungan kepada pemilik.
3. Mencapai nishab, yaitu batas minimal yang jika harta sudah melebihi batas itu,
wajib mengeluarkan zakat; jika kurang dari itu, tidak wajib zakat.
4. Nishab itu sudah lebih dari kebutuhan dasar pemiliknya sehingga ia terbukti
kaya. Kebutuhan minimal itu ialah kebutuhan yang jika tidak terpenuhi ia akan
mati. Seperti makan, minum, pakaian, tempat tinggal, alat kerja, alat perang,
dan bayar hutang. Jika ia memiliki harta dan dibutuhkan untuk keperluan ini,
maka ia tidak zakat.
5. Pemilik lebih dari nishab itu tidak berhutang yang menggugurkan atau
mengurangi nishabnya. Karena membayar hutang lebih didahulukan waktunya
daripada hak orang miskin, juga karena kepemilikan orang berhutang itu
lemah dan kurang. ( http://indonesian.iloveallaah.com ).
Ada delapan pihak yang berhak menerima zakat, yakni:
Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidup.
Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar untuk hidup.
Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
Mu'allaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan barunya
Hamba sahaya yang ingin memerdekakan dirinya
Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak
sanggup untuk memenuhinya
Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah, perang dsb)
Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan.
Sedangkan fungsi zakat untuk kehidupan manusia, antara lain :
1. Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para
fakir miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di
dunia.
2. Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat
eksistensi mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah
satunya adalah mujahidin fi sabilillah.
3. Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang
ada dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat
mereka yang berkelas ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk
sesuatu yang tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan
mereka. Jikalau harta yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk
mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih
antara si kaya dan si miskin.
4. Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas
berkahnya akan melimpah.
5. Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena
ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak
pihak yang mengambil manfaat. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat )
Fungsi zakat untuk kehidupan ummat khususnya dari segi ekonomi :
Artinya bahwa zakat mempunyai misi meratakan kesejahteraan dan
kebahagiaan dalam bidang sosial ekonomi. Lebih jauh dapat berperan serta
dalam membangun perekonomian mendasar yang bergerak langsung ke sektor
ekonomi lemah.
Fungsi sosial ekonomi merupakan fungsi pokok zakat karena akan
berpengaruh terhadap aspek lain dalam kehidupan umat Islam. Pemerataan
tingkat ekonomi akan menjadikan semakin banyak orang merasa lebih tenang
dalam beraktivitas karena tidak dibayang-bayangi kekhawatiran terhadap
pemenuhan kebutuhan hidupnya, sehingga ibadah mereka akan lebih khusyu'.
Tidak ada lagi alasan menyekutukan Allah SWT karena ketergantungan
pemenuhan kebutuhan ekonomi kepada pihak Non Islam.
( http://rohissmadha.blogspot.com/ )
4. Puasa ternyata memiliki manfaat yang sangat besar bagi pembentukkan pribadi
muslim yang melaksanakannya. Jelaskan apa pengertian dari puasa? Apa
sesungguhnya yang menjadi hakikat puasa itu? Tujuan disyari’atkan ibadah puasa
dan Jelaskan juga apa hubungannya antara puasa dengan iman, dengan disertai
contoh?
Jawab :
Puasa dalam agama Islam atau Shaum (dalam Bahasa Arab صوم) artinya
menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa
membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hinggalah terbenam matahari,
untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim.
( http://id.wikipedia.org/wiki/Puasa_dalam_Islam )
Puasa adalah menahan diri dari yang membatalkan puasa lahir dan batin dari
terbit fajar sampai tenggelam matahari.
Hakikat puasa :
- Pengendalian diri
- Latihan melakukan perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk
( Konsep Ibadah dalam Islam – Didi Sunardi )
- Pengendalian diri secara total dengan kendali iman. Selain mengandalikan
mulut dari makan dan minum, puasa juga mengendalikan lidah dari perkataan
yang tidak terpuji, seperti bohong, gunjing, caci maki dan lain lainnya. Puasa
juga pengendalian mata (ghadhul bashar) dari memandang hal yang
diharamkan Allah seperti melihat tontonan aurat, tontonan maksiat dan lain
lain. Puasa juga mengendalikan telinga dari mendengarkan hal- hal yang tidak
diredhai Allah seperti mendegar musik hura-hura, mendengar gosip dan lain-
lain. Puasa juga mengendalikan kaki dan tangan dari tingkah laku yang tidak
diridhai Allah. Sabda Rasulullah SAW :
وشرابه طعامه يدع أن فى حاجة لله فليس به والعمل الزور قول يدع لم منArtinya: “Siapa yang tidak mampu meninggalkan perkataan dan perbuatan
yang tidak terpuji, maka bagi Allah SWT. tidak ada artinya dia meninggalkan
makan dan minumnya (percuma dia berpuasa). (HR.Buhari dari Abu Hurarah).
Diwajibkannya puasa atas ummat Islam mempunyai hikmah yang dalam.
Yakni merealisasikan ketakwaan kepada Allan swt. Sebagaimana yang
terkandung dalam surat al-Baqarah ayat 183:
“Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kalain
bertakwa.”
Kadar takwa tersebut terefleksi dalam tingkah laku, yakni melaksanakan
perintah dan menjauhi larangan. Al-Baqarah ayat 185 :
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq
dan bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan tersebut, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu”.
Ayat ini menjelaskan alasan yang melatarbelakangi mengapa puasa
diwajibkan di bulan Ramadhan, tidak di bulan yang lain. Allah
mengisyaratkan hikmah puasa bulan Ramadhan, yaitu karena Ramadhan
adalah bulan yang penuh berkah dan yang diistimewakan Allah dengan
dengan menurunkan kenikmatan terbesar di dalamnya, yaitu al-Qur’an al-
Karim yang akan menunjukan manusia ke jalan yang lurus. Ramadhan juga
merupakan pengobat hati, rahmah bagi orang-orang yang beriman, dan
sebagai pembersih hati serta penenang jiwa-raga. Inilah nikmat terbesar dan
teragung. Maka wajib bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk
bersyukur kepada Sang Pemberi Nikmat tiap pagi dan sore.
Tujuan disyariatkan puasa :
a. Tujuan disyariatkannya ibadah puasa adalah agar kita menjadi orang yang
bertakwa. Karena ketika kita berpuasa, kita bukan hanya berpuasa dari makan
dan minum, tetapi juga menguasai semua anggota tubuh kita. Mata, mulut,
hidung kita tidak kita gunakan untuk sesuatu yang dilarang agama. Ini
merupakan latihan yang paling efektif bagi kedisiplinan.
( http://www.iiq.ac.id/ )
b. Kita dapat meyakini bahwa orang yang berpuasa akan senantiasa
melaksanakan yang diwajibkan dan akan pula menjauhi dari yang dilarang,
orang puasa tidak boleh berdusta, tidak boleh mencuri, tidak akan membunuh,
dan lain sebagainya, karena orang yang berpuasa diwajibkan untuk menahan
dari yang dihalalkan apalagi telah diharamkan. Dari sana kita dapat memberi
satu kesimpulan bahwa puasa dapat mencegah dari tindakan kriminalitas,
karena sebagaimana kita ketahui bahwa orang yang berpuasa ketika ada orang
yang menghinanya atau ada yang berbuat jahat kepadanya, maka sunah nabi
menganjurkannya untuk mengatakan bahwa saya sedang puasa.
c. Puasa dapat membentuk pribadi sosial dan meningkatkan kepekaan kita
terhadap sesama, betapa tidak bahwa setiap orang yang berpuasa pasti
merasakan rasa lapar dan dahaga, dari sana akan lahir perasaan dan akan
berpikir akan kehidupan orang yang hidup dibawah garis kemiskinan, yang
dimana mereka sering merasakan lapar dan dahaga, maka dengan puasa rasa
kepekaan sosial itu akan tumbuh dan akan senantiasa mengulurkan tangan
kepada orang yang membutuhkan.
d. Puasa dapat membentuk pribadi mandiri yang sehat dimana puasa
mengajarkan kepada kita untuk mengatur aktifitas yang akan dilakukan,
dimana kita dianjurkan bangun malam untuk makan sahur, disambung dengan
melakukan shalat Subuh berjama’ah, disalnjutkan dengan pergi ke kantor bagi
para pegawai kantoran, pergi kekuliah bagi mahasiswa, sampai akhirnya
mereka berbuka puasa, seperti itulah orang yang puasa akan bisa mengatur
setiap aktifitasnya
e. Puasa akan melahirkan insan yang kaya lahir bathin, kaya secara lahir dapat
dipahami bahwa puasa mengajarkan untuk tidak israf (berlebihan) darisana
orang yang berpuasa akan mengatur keuangannya, sehingga dia akan berusaha
untuk bersikap hemat dalam kehidupannya, kaya bathin dapat dipahami bahwa
puasa adalah akan melahirkan insan yang takwa, sebagaimana kita ketahui
bahwa takwa adalah sebaik-baiknya bekal yang dimiliki seorang muslim.
قون ( تت كم لعل قبلكم من ذين ال على كتب كما الصيام عليكم كتب آمنوا ذين ال ها أي يا١٨٣(
Agar menjadi orang orang yang bertaqwa
Taqwa di definisikan dengan menjalankan perintahnya dan manjauhi
larangannya
Hubungan antara puasa dengan iman :
1. Iman : Semakin kokoh terbebas dari syirik.
2. Ibadah : Ada peningkatan kuantitas dan kualitas ibadah.
3. Mu’amalah : Pergaulan dengan sesama semakin berkualitas.
4. Ahlaq : Tewujudnya ahlaqul karimah
5. Ibadah shalat merupakan salah satu dari rukun Islam. Jelaskan tujuan
disyari’atkannya shalat, jelaskan nilai pentingnya shalat dalam islam, dan jelaskan
shalat yang seperti apa yang dapat mencapai target dari tujuan disyari’atkannya
shalat?
Jawab :
Tujuan disyariatkan shalat :
a. Untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar
b. Mengajak manusia untuk mengetahui faktor pencegah paling kuat (dalam diri
manusia) yaitu keyakinan terhadap wujud Allah (sumber permulaan) dan Hari
kebangkitan (ma’âd) yang berpengaruh kuat dalam mencegah manusia dari
melakukan perbuatan yang keji dan mungkar. Seseorang yang berdiri untuk
melakukan shalat dan mengucapkan takbir, mengakui bahwa Allah swt; Dzat
yang Lebih Baik dan Lebih Tinggi dari segala yang ada dan akan mengingat
semua kenikmatan yang telah diberikan oleh-Nya. Dengan mengucapkan
pujian dan syukur, ia memohon curahan kasih dan sayang-Nya, mengingat
hari pembalasan, mengakui ketundukan, melakukan penyembahan kepada-
Nya, memohon pertolongan-Nya, meminta petunjuk dari-Nya untuk
mendapatkan jalan yang lurus dan memohon perlindungan sehingga tidak
termasuk ke dalam golongan orang-orang yang telah dimurkai oleh-Nya serta
tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang tersesat. (Kandungan dari
surat Al-Fatihah).
Nilai pentingnya shalat dalam islam
Nilai penting shalat dalam Islam :
1. Identitas Islam
2. Mi’raj bagi muslim
3. Yang pertama di hisab adalah shalat
a. Hakikat, prinsip, tujuan, pondasi, mukaddimah, hasil, dan -pada akhirnya-
filsafat shalat adalah mengingat Allah swt yang pada ayat di atas ditegaskan,
bahwa zikir memberikan hasil yang paling tinggi dibandingkan ibadah-ibadah
yang lain.Tentu saja yang dimaksud dengan zikir di sini adalah zikir sebagai
mukaddimah berpikir, dan berpikir yang dilandasi oleh keinginan untuk
mengaktualkannya. Imam Ash-Shadiq as dalam salah satu hadis ketika
menafsirkan ayat waladzikrullâh Akbar berkata, “(Zikir adalah mengingat
Allah ketika hendak melakukan pekerjaan halal dan haram.” (Yaitu,
mengingat Allah awt. ketika melakukan perbuatan yang halal dan menutup
mata dari perbuatan yang haram).
b. Shalat merupakan media menyucikan diri dari dosa-dosa dan memohon
pengampunan Ilahi, karena —mau tidak mau— shalat yang dilakukan oleh
manusia akan mengajaknya untuk mengoreksi diri, memperbaiki diri, dan
bertaubat atas apa yang telah dilakukan pada masa lalu. Oleh karena itu, dalam
salah satu hadis kita membaca, Rasulallah saw pernah bertanya kepada para
sahabat, “Apabila di hadapan pintu rumah Kamu terdapat sebuah sungai yang
mengalir dengan bening dan bersih, kamu mandi dan mencuci badannya lima
kali dalam sehari semalam di dalam sungai itu, Apakah masih tersisa daki dan
kotoran di badan Kamu?” Mereka menjawab, “Tidak ada, ya Rasulallah!”
Lalu beliau melanjutkan,“Shalat sebagaimana halnya air mengalir itu. Setiap
saat seseorang melakukan shalat, maka dosa-dosa yang dilakukannya di antara
dua shalatnya akan terhapus dan menjadi bersih karenanya.” Dan dengan
shalat ini, luka, barutan, dan goresan dosa yang ada di dalam ruh dan jiwa
manusia akan sembuh karena kemanjuran obat yang berbentuk shalat ini, dan
karat-karat yang terdapat di dalam kalbunya pun akan menjadi bersih kembali
dengan melakukan shalat.
c. Shalat merupakan tanggul penghalang dalam menghadapi serangan dosa-dosa
yang akan datang, karena sesungguhnya shalat akan menguatkan iman di
dalam kalbu manusia dan menumbuhkan tunas-tunas ketakwaan baru di dalam
hatinya. Kita mengetahui bahwa “iman” dan “takwa” merupakan tanggul yang
paling kuat untuk menahan goncangan dosa, dan ini merupakan maksud dalam
ayat di atas bahwa shalat adalah pencegah dari perbuatan keji dan mungkar,
dan merupakan maksud dari banyak hadis yang mengatakan bahwa terdapat
sekelompok orang yang senantiasa melakukan dosa, lalu kondisi mereka itu
diceritakan kepada para imam as. Mereka berkata, “Janganlah bersedih, karena
shalat akan memperbaiki mereka”, dan ternyata memang demikian.
d. Shalat Menghancurkan Kelalaian
Musibah paling besar yang dialami oleh para pencari jalan kebenaran adalah
lalai terhadap tujuan penciptaan dan tenggelam dalam kehidupan materi serta
kelezatan-kelazatan duniawi yang hanya sekejap. Tetapi, dengan adanya
variasi hukum dalam setiap jaraknya dan pelaksanaannya secara kontinyu
yang dilakukan sebanyak lima kali dalam sehari semalam, shalat akan
senantiasa membunyikan lonceng peringatan kepada manusia dan akan
membangun ingatannya untuk senantiasa sadar terhadap tujuan penciptaan.
Dengan shalat, kehadiran-Nya di alam ini akan senantiasa diperdengarkan, dan
merupakan suatu kenikmatan yang sangat besar bahwa manusia mempunyai
sarana dan fasilitas yang berada dalam ikhtiyarnya, sehingga dengan alat yang
dimilikinya ini ia selalu terjaga secara kuat beberapa kali dalam sehari
semalam.
e. Shalat Menghilangkan Kesombongan dan 'Ujub
Dengan shalat, kesombongan dan rasa kagum terhadap diri sendiri akan bisa
terberangus dari diri manusia. Karena selama sehari semalam manusia
melakukan tujuh belas rekaat shalat, di mana dalam setiap rekaatnya, ia
meletakkan dahinya di atas tanah sebanyak dua kali dan merendahkan diri di
hadapan-Nya. Ia menganggap dirinya hanyalah butiran yang begitu kecil yang
tak berharga dibandingkan dengan keagungan-Nya, bahkan menganggap
dirinya bukanlah apa-apa ketika berada di hadapan Dzat Yang Tak Terbatas.
Shalat akan menyibakkan tirai-tirai kesombongan dan egoisme manusia, serta
memporak-porandakan kesombongan dan rasa puas pada diri sendiri. Dengan
dalil inilah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as dalam sebuah hadis
terkenal yang merefleksikan filsafat ritual Islam setelah iman, dalam rangka
menjelaskan ibadah shalat berkata, “Allah mewajibkan iman untuk
membersihkan manusia dari syirik dan mewajibkan shalat untuk
membersihkan diri dari kesombongan.”
f. Shalat Sebagai Penyempurnaan Akhlak
o Shalat merupakan mediator kesempurnaan akhlak dan spiritualitas
manusia, karena shalat akan mengeluarkannya dari dunia materi yang
terbatas dan dari ruang lingkup empat sisi dinding alam natural, lalu
mengajaknya melesat terbang ke langit malakut dan menyatukannya
dengan barisan para malaikat. Setelah itu, ia akan melihat dirinya
berada di hadapan -Nya tanpa membutuhkan sedikitpun mediator, dan
ia pun akan melihat betapa dirinya telah mampu melakukan
perjumpaan dengan Nya.
o Pengulangan amal ini dalam sehari semalam yang dilakukan dengan
menyandar pada sifat-sifat Allah yang Pengasih, Penyayang dan
keagungan yang dimiliki-Nya, khususnya dengan bertawassul kepada
surat-surat yang bervariasi dalam Al-Qur’an setelah selesai membaca
Al-Fatihah, merupakan penggerak ke arah kebaikan dan kesucian yang
paling utama. Dan hal ini mempunyai pengaruh yang tidak sia-sia
dalam pembinaan keutamaan akhlak di dalam wujud manusia. Oleh
karena itu, dalam salah satu hadis mengenai filsafat shalat, Amirul
Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata, “Shalat merupakan perantara
untuk bertaqarrub dan mendekatkan diri kepada Allah bagi setiap
orang yang bertakwa.”
g. Shalat Mengisi Nilai pada Seluruh Amal
Shalat memberikan nilai dan ruh pada keseluruhan amal yang dilakukan oleh
manusia. Karena shalat akan menghidupkan hakikat keikhlasan, dimana shalat
merupakan kumpulan dari niat yang murni dan perkataan yang suci, serta
amal-amal yang dilaksanakan dengan penuh keikhlasan. Pengulangan amal-
amal tersebut secara keseluruhan dalam sehari semalam akan menyebarkan
bibit-bibit amal yang terpuji di dalam jiwa manusia dan akan menguatkan
keikhlasan yang ada di dalam wujudnya. Oleh karena itu, dalam salah satu
hadis terkenalnya, Amirul Mukminin Ali bi Abi Thalib as ketika berwasiat
setelah terluka oleh hujaman pedang Ibnu Muljam (la’natullah ‘alaih) berkata,
“Jagalah shalat! Karena sesungguhnya shalat merupakan tiang dari agamamu.”
Kita mengetahui bahwa apabila tiang yang dipergunakan untuk mendirikan
kemah patah atau roboh, maka betapapun kuatnya tali dan paku-paku yang
tertancap di sekitarnya tidak akan membawa pengaruh sedikitpun untuk
tegaknya kembali kemah tersebut. Demikian juga halnya ketika tidak ada lagi
komunikasi antara hamba dengan Tuhannya yang dimanifestasikan dalam
bentuk shalat, maka amal yang lainnya pun akan menjadi kehilangan
pengaruh. Dalam sebuah hadis, Imam Ash-Shadiq as berkata, “Masalah
pertama yang akan dihisab oleh Allah dari hambaNya pada Hari Kiamat
adalah shalat. Apabila shalatnya terkabul, akan terkabul pula seluruh amalnya
yang lain dan apabila shalat ini tidak diterima, maka akan gagal pulalah
seluruh amal-amal yang lain.” Mungkin dalil ucapan beliau ini adalah, bahwa
shalat merupakan rumus dan rahasia komunikasi antara makhluk dengan
Khaliqnya. Apabila hal ini dilakukan dengan cara yang benar, maka niat
taqarrub dan keikhlasan yang merupakan syarat terkabulnya keseluruhan amal
akan bisa hidup dalam dirinya, dan apabila tidak, maka amal-amal yang
lainnya akan menjadi kotor dan terpolusi sehingga akan menyebabkannya
keluar dari derajat yang disyaratkan.
h. Shalat Membawa Kesucian Hidup
Meskipun tanpa memperhatikan kandungan yang ada di dalam shalat, yaitu
dengan memperhatikan validitasnya, pada hakikatnya ia mengajak manusia
untuk hidup dalam kesucian. Hal ini dapat kita ketahui dari syarat tempat yang
dipergunakan untuk melakukannya, pakaian yang dikenakan, alas dan air yang
dituangkan untuk berwudhu serta mandi. Dan juga tempat yang dipergunakan
oleh seseorang untuk mandi dan berwudhu harus merupakan tempat yang
betul-betul tidak terkotori oleh ghasab dan tidak diperoleh dengan cara zalim
dan melanggar hak-hak orang lain. Seseorang yang terkotori dengan
kezaliman, ternodai oleh sifat-sifat kelewatan, riba, ghasab, mengurangi
timbangan dalam transaksi, korupsi dan usaha-usaha yang dilakukan dengan
menggunakan kekayaan yang haram, bagaimana ia bisa menyiapkan
mukadimah shalat? Oleh karena itu, pengulangan shalat sebanyak lima kali
dalam sehari semalam merupakan sebuah ajakan untuk menghormati hak-hak
yang dimiliki oleh orang lain.
i. Shalat Sebagai Pelindungan Diri dari Maksiat
Shalat selain harus mempunyai syarat keabsahan dan syarat keterkabulan, atau
dengan kata lain, harus mempunyai syarat-syarat yang sempurna dalam dua
hal tersebut, juga merupakan sebuah elemen yang efektif untuk meninggalkan
begitu banyak perbuatan dosa. Dalam kitab-kitab fiqih dan sumber hadis
disebutkan begitu banyak faktor lain yang bisa menjadi referensi dari
terkabulnya seatu shalat. Di antaranya, tentang meminum khamar (minuman
keras) yang dalam sebuah riwayat ditegaskan, “Selama empat puluh hari, tidak
akan diterima shalat seseorang yang meminum minuman keras, kecuali
apabila ia bertaubat.” Dalam banyak riwayat kita membaca, “Salah satu dari
golongan yang shalatnya tidak akan dikabulkan oleh Allah adalah shalat yang
dilakukan oleh kaum zalim dan penganiaya.”Dalam sebagian riwayat lain
telah ditegaskan bahwa shalat yang dilakukan oleh seseorang yang tidak
membayar zakat tidak akan pernah terkabul. Demikian juga riwayat yang lain
mengatakan bahwa memakan makanan haram, mengagumi diri sendiri,
sombong, dan takabur merupakan salah satu penghalang bagi terkabulnya
shalat. Dari sini bisa dipahami, sejauh manakah pengaruh konstruktif yang
akan didapatkan seseorang dengan terpenuhinya syarat-syarat keterkabulan
tersebut.
j. Shalat Penguat Semangat Disiplin
Shalat akan menguatkan semangat disiplin dalam diri manusia, karena
bagaimanapun juga, shalat harus benar-benar dilakukan pada waktu yang telah
ditentukan. Pelaksanaan shalat yang dilakukan dengan mengakhirkan atau
mempercepat dari waktu yang seharusnya akan menyebabkan batalnya shalat
yang dilakukan oleh seseorang. Demikian juga dengan aturan dan hukum-
hukum lain dalam masalah niat, berdiri, ruku’, dan sujud. Memperhatikan
semua ini akan menumbuhkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari
menjadi betul-betul mudah dan lancar. Semua poin di atas merupakan manfaat
yang terdapat di dalam shalat dengan tanpa memperhatikan masalah shalat
berjamaah. Namun bila keistimewaan shalat berjamaah ini kita tambahkan
dalam diskursus di atas, di mana sebenarnya ruh dan hakikat shalat terletak
pada shalat berjamaah, kita akan menemukan berkah yang tak terhitung
banyaknya. Tetapi, pembahasan tentang shalat berjamaah bukan tempatnya
untuk kami diskusikan di sini. Selain itu, sedikit banyak kita pun telah
mengetahuinya. Kami menutup pembahasan tentang filsafat dan rahasia shalat
dengan sebuah hadis yang telah dinukil dari Imam Ali bin Musa Ar-Ridha as.
Dalam menjawab surat yang menanyakan filsafat shalat, beliau berkata,
“Tujuan disyariatkannya shalat adalah atensi dan pengakuan terhadap
ketuhanan Allah swt, melawan syirik dan penyembahan berhala, berdiri di
hadapan haribaan-Nya dalam puncak kekhusyukan dan kerendahan diri,
mengakui dosa-dosa serta memohon pengampunan-Nya terhadap dosa-dosa
yang telah dilakukannya, dan meletakkan dahi di seluruh hari untuk
berkhidmat kepada-Nya. Demikan juga, tujuan disyariatkannya shalat adalah
supaya manusia senantiasa terjaga dan berpikir sehingga tidak ada lagi debu-
debu kelalaian yang akan singgah di dalam hatinya, supaya manusia tidak
sombong dan mabuk dengan dirinya, supaya manusia menjadi orang-orang
yang khusyu’ dan tawadhu’, serta mencari dan mencintai bertambahnya
pemberian segala sesuatu dalam agama dan dunianya. Selain konsistensi zikir
kepada Allah sepanjang hari dan malam yang dihasilkan dari sinar shalat,
shalat akan membuat manusia tidak melupakan Pengatur dan Penciptanya,
hingga jiwa liar dan tak terkendali tidak akan mampu mengalahkannya.
Dengan perhatiannya terhadap Allah swt dan berdiri di haribaan suci-Nya, ia
akan mencegah manusia dari perbuatan-perbuatan dosa dan akan
menghindarkannya dari segala kerusakan. (www.quran-light.com)
Shalat yang dapat mencapai target :
1. Mampu mendirikan shalat
2. Khusyu : konsentrasi, rilex
3. Tuma’ninah : bacaan dan gerakan
6. Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang pelaksanaannya berbeda dari
ibadah yang lain, karena harus ada syarat mampu. Jelaskan makna ibadah haji
yang berhubungan dengan : Persamaan derajat, persaudaraan, persatuan dan
berkurban. Jelaskan keempat makna tersebut dan sebutkan juga apa yang menjadi
simbolnya.
Jawab :
Makna ibadah haji yang berhubungan dengan : Persamaan derajat,
persaudaraan, persatuan dan berkurban.
Persamaan derajat
Simbolnya adalah pakaian ihrom. Seperti diketahui pakian adalah simbol bagi
status sosial seseorang. Dengan jenis pakaian yang dikenakan seseorang, dia
bisa jadi sombong, bisa jadi tawadhu dst. Kerena itu Allah dalam pelaksanaan
hajji mengharuskan pakian ihrom, yang akan mengingatkan seseorang bahwa
sesunggungnya dihadapan Allah semua manusia adalah sama.
Persaudaraan
Ketika kita melaksanakan ibadah haji semua suku bangsa berada di Makkah,
dan pelaksanaan ibadah haji ini hanya boleh dilaksankan di Makkah saja, tidak
boleh dilaksanakan ditempat tinggal masing masing, seperti hanlnya abadah
ibadah yang lain, seperti, shalat, puasa dll. dan inilah maksud Allah kenapa
haji itu hanya boleh dilaksanakan di makkah saja, karena Allah ingin
membuka hati umat islam bahwa sesungguhnya semua manusia yang
menyatakan Allah sebagai Tuhannya dan Muhammad sebagai rasulnya,
walaupun kulit mereka berbeda, budaya berbeda, tetapi mereka semua adalah
satu saudara.
Qurban
Kalau kita kembali kepada sejarah qurban, maka kita kembali kepada kisah
Ibrahim dan Isma’il, dimana Allah menyuruh Ibrahim untuk
mengurbankan Ismail yang kemudian ditukar dengan seekor domba.
Dari peristiwa Ibrahim yang harus kita qurbankan adalah segala sesuatu
yang dapat melemahkan keimanan kita.
7. Download “ Himpunan Putusan Tarjih” dari Muhammadiyah online. Berdasarkan
hal tersebut coba rumuskan bgaiman cara melaksanakan shalat.
Jawab :
CARA SHALAT WAJIB
1. Bila kamu hendak menjalankan shalat, maka bacalah: "Allahu Akbar" dengan
ikhlas niyatmu karena Allah
2. Seraya mengangkat kedua belah tanganmu sejurus bahumu, mensejajarkan ibu
jarimu pada daun telingamu
3. Lalu letakkanlah tangan kananmu pada punggung telapak tangan kirimu di
atas dadamu
4. Lalu bacalah do'a iftitah:"Alla-humma ba-'id baini-wa baina khatha-yaya
kama-ba-'adta bainal masyriqi wal maghrib. Alla-humma naqqini- minal
khatha-ya- kama-yunaqqats tsaubul abyadlu minad danas. Alla-hummaghsil
khatha-ya-ya bilma-i wats tsalji wal barad."
5. "Wajjahtu wajhiya lilladzifatharas sama-wa-ti wal ardla hani-fan musliman wa
ma- ana minal musyriki-n.Inna shala-ti wa nusuki- wa mahya-ya wa mama-ti
lillahi-hi rabbil 'a-lami-n. Lasyari-kalahu- wa bidza-lika umirtu wa ana
awwalul muslimi-n (wa ana minalmuslimi-n)." Alla-humma antal maliku la-
ila-ha illa-anta, anta rabbi- wa ana'abduka, dlalamtu nafsi- wa'taraftu
bidzambi- fagh firli- dzunu-bi- jami-'an. Layaghfirudz dzunu-ba illa- anta, wah
dini-liahsanil akhla-qi la-yahdil liahsanihailla-anta. Washrif 'anni- sayyiaha-
la-yashrifu 'anni- sayyiaha- illa- anta. Labbaika wa sa'daika wal khairu
kulluhu- fi-yadaika, wasysyarru laisa ilaika. Ana bika wa ilaika. Taba-rakta wa
ta'a-laita astaghfiruka wa atu-bu ilaika
6. Lalu berdo'a mohon perlindungan dengan membaca: "A'u-dzu billa-hi
minasy syaitha-nir raji-m" dan membaca: "Bismilla-hirrahmani-nirrahi-m"
7. Lalu bacalah surat al-Fatihah dan berdo'alah sesudah itu :a-mi-n"
8. Kemudian bacalah salah satu surat daripada al-Qur'an dengan diperhatikan
artinya dan dengan perlahan-lahan
9. Kemudian angkatah kedua belah tanganmu seperti dalam takbir permulaan,
lalu ruku'lah
10. Dengan bertakbir seraya melempangkan (meratakan) punggungmu dengan
lehermu, memegang kedua lututmu dengan dua belah tanganmu
11. Sementara itu berdo'a: "Subha-nakalla-humma rabbana- wa bihamdikalla-
hummaghfirli, atau berdo'alah dengan salah satu do'a dari Nabi saw.
12. Kemudian angkatlah kepala untuk i'tidal dengan mengangkat kedua belah
tanganmu seperti dalam takbiratul ihram dan berdo'alah: "Sami'allahu liman
haidah" dan bila sudah lurus berdiri berdo'alah: "Rabbana- wa lakalhamd"
13. Lalu sujudlah dengan bertakbir, letakkanlah kedua lututmu dan jari kakimu di
atas tanah, lalu kedua tanganmu, kemudian dahi dan hidungmu dengan
menghadapkan ujung jari kakimu ke arah Qiblat serta merenggangkan
tanganmu daripada kedua lambungmu dengan mengangkat sikumu.
14. Dalam bersujud itu hendaklah kamu berdo'a: "Subha-nakalla-humma rabbana-
wa bihamdikalla-hummaghfirli atau berdo'alah dengan salah satu do'a daripada
Nabi saw.
15. Lalu angkatlah kepalamu dengan bertakbir dan duduklah tenang dengan
berdo'a: "Alla-hum maghfirli- warhamni- wajburni- wahdini- warzuqni-"
16. Lalu sujudlah kedua kalinya dengan bertakbir dan membaca "tasbih" seperti
dalam sujud yang pertama.
17. Kemudian angkatlah kepalamu dengan bertakbir dan duduklah sebentar, lalu
berdirilah untuk raka'at yang kedua dengan menekankan (tangan) pada tanah.
18. Dan kerjakanlah dalam rakaat yang kedua ini sebagaimana dalam raka'at yang
pertama, hanya tidak membaca do'a iftitah.
19. Setelah selesai dari sujud kedua kalinya, maka duduklah di atas kaki kirimu
dan tumpukkan kaki kananmu serta letakkanlah kedua tanganmu di atas kedua
lututmu. Julurkanlah jari-jari tangan kirimu, sedang tangan kananmu
menggenggam jari kelingking, jari manis dan jari tengah serta mengacungkan
jari telunjukmu dan sentuhkan ibu jari pada jari tengah.
20. Duduk ini bukan dalam raka'at akhir. Adapun duduk dalam raka'at akhir maka
caranya memajukan kaki kiri, sedang kaki kanan bertumpu dan dudukmu
bertumpukan pantatmu.
21. Dan bacalah tasyahud begini "attahiyya-tulilla-h washshalawa-tu
waththayyiba-t, assala-mu 'alaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmatulla-hi wa
baraka-tuh. Assala-mu 'alaina wa 'ala- 'iba-dilla-hish sha-lihin. Asyahadu alla-
ila-ha illalla-h wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu- wa rasuluh.
22. Lalu bacalah shalawat pada Nabi saw.: "Alla-humma shalli 'ala-Muhammad
wa 'ala- a-li Muhammad, kama- shallaita 'ala- Ibrahi-m wa a-li Ibrahim, wa ba-
rik 'ala- Muhammad wa a-li Muhammad, kama- ba-rakta 'ala- Ibrahim wa a-li
Ibra-him, innaka hami-dum maji-d.
23. Kemudian berdo'alah kepada Tuhanmu, sekehendak hatimu yang lebih pendek
daripada do'a dalam tasyahhud akhir.
24. Kemudian berdirilah untuk raka'at yang ketiga kalau shalatmu itu tiga atau
empat raka'at, dengan bertakbir mengangkat tanganmu dan kerjakanlah dalam
dua raka'at yang akhir atau yang ketiga, seperti dalam dua raka'at yang
pertama, hanya kamu cukup membaca Fatihah saja.
25. Dan sesudah raka'at yang akhir, bacalah tasyahhud serta shalawat kepada Nabi
saw., lalu hendaklah berdo'a mohon perlindungan dengan membaca: "Alla-
humma inni- a'udzu bika min 'adza-bi jahannama wa min 'adza-bil qabri wa
min fitnatil mahya- wal mama-ti wa min syarri fitnatil masi-hid dajja-l.
26. Kemudian bersalamlah dengan berpaling ke kanan dan ke kiri, yang pertama
sampai terlihat pipi kananmu dan yang kedua sampai terlihat pipi kirimu oleh
orang yang dibelakangmu sambil membaca: "Assalamu'alaikum wa
rahmatulla-hi wa baraka-tuh."(40)