-
AKSI DEMONSTRASI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM
SKRIPSI
SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU
DALAM ILMU HUKUM ISLAM
OLEH:
DAMAR DONO 03370276
PEMBIMBING
1. Drs. M. RIZAL QOSIM, M. Si. 2. Drs. OCKTOBERRINSYAH, M. Ag.
JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2010
-
ii
ABSTRAK
Awal reformasi ditandai oleh krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia,dan salah satu fenomena yang timbul dan membekas pada waktu itu adalah aksi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat. Dan aksi demonstrasi sampai sekarang menjadi sesuatu yang lazim terjadi bahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara aksi demonstrasi merupakan pertanda sehatnya sistem pemerintahan ( demokrasi ) yang sedang berjalan yaitu terjaminnya hak seseorang ataupun kelompok untuk menyampaikan pendapat dan mengekspresikannya. Namun permasalahan muncul ketika aksi demonstrasi yang seharusnya menjadi sosial kotrol berjalan tanpa aturan atau bahkan melanggar aturan hukum, moral dan etika sehingga terjadi kekacauan, anarkis, bersifat destruktif dan merugikan. Misalnya dengan merusak fasilitas umum, mengganggu ketertiban umum, atau bahkan perbuatan anarkis yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang bertujuan untuk menganalisa tinjauan hukum Islam terhadap aksi demonstrasi, sehingga penelitian ini bersifat deskriptif analitik. Dalam penelitian ini penyusun menggunakan pendekatan normatif dan menggunakan metode analisis data kualitatif, sehingga nantinya diharapkan dapat menganalisa dengan jelas tinjauan hukum Islam terhadap kedudukan aksi demostrasi dengan tehnik pengumpulan data melalui penelaahan terhadap bahan-bahan pustaka yang berkaitaan dengan permasalahan yang dimaksud.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hukum positif Indonesia dan hukum Islam mempunyai pendirian yang sama yaitu menjamin kebebasan setiap orang untuk mengutarakan pikiran, pendapat, saran, kritik, dan sebagainya, sepanjang mematuhi aturan yang telah ditetapkan dan tidak bersifat anarkis, destruktif. Jaminan tersebut dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kebebasan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum dan juga dalil-dalil yang memerintahkan untuk beramar ma’ruf nahi mungkar di dalam al-Qur’an maupun Hadits.
-
v
-
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
� AYAH DAN BUNDAKU TERCINTA YANG SELALU
MENYAYANGI DAN MENDOAKAN AKU
-
viii
KATA PENGANTAR
��� ا ا���� ا�����
� ا���ن وا���م أ��� أن إ�� إ ا��� ���ا�"� ا�!ى أ�
ف ا.�-��ء وأ��� أن +"�ا ر�(ل ا وا�'�ة وا���م %$# أ��
�� وا���$�� ����� +"� و%$# ا�� و1"-� أ0��� أ+� �
Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan berkah, rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang amat sangat sederhana ini. Shalawat
serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammmad SAW,
beserta keluarga, dan para sahabatnya.
Meskipun penyusunan skripsi ini baru merupakan tahap awal dari sebuah
perjalanan panjang cita-cita akademis, namun penyusun berharap semoga karya
ilmiah ini mempunyai nilai manfaat yang luas bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya dalam bidang hukum Islam disamping itu penyusun
menyadari bahwa sekripsi ini tidak akan lepas dari kesalahan dan kekurangan.
Oleh karena itu segala kritik dan saran, penyusun sangat harapkan dan akan
diterima dengan senang hati.
Keseluruhan proses penyusunan skripsi ini telah melibatkan berbagai
pihak. Oleh karena itu, melalui pengantar ini penyusun haturkan banyak terima
kasih kepada semua pihak atas segala bimbingan dan bantuan sehingga
terselesaikan skripsi ini. Sebagai rasa hormat dan syukur, ucapan terima kasih
penyusun sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Drs. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D, selaku Dekan Fakultas
Syari'ah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
2. Bapak Drs. Makhrus Munajat, M.Hum selaku Pembimbing Akademik
dan Ketua Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
-
ix
3. Bapak Drs. M.Rizal, M.Si Qosim selaku Dosen pembimbing I yang
dengan sabar membimbing, memberikan masukan dan mengoreksi skripsi
ini.
4. Bapak Drs. Ocktoberrinsyah, M. Ag selaku Dosen Pembimbing II yang
telah berkenan meluangkan waktu memberikan arahan dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Segenap Dosen Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga yang ikhlas
mentransfer segenap ilmunya untuk kami.
6. Kepada Ayahanda beserta Ibunda tercinta, terima kasih atas kucuran
keringat dan doa-doamu yang tidak pernah lelah, Rabbi Irhamhuma kama
Rabbayani Saghira.
7. Sahabat-sahabat yang telah memberikan satu pesan bahwa kebersamaan
dan kekompakan itu indah untuk dikenang. (Dimas, Mastur, Mashuri,
Acep, Wildan, Amin, Mughits, Haryanto, Nurudin, Miftahul Huda ) dan
terima kasih buat semuanya.
Hanya kepada Allah SWT penyusun bersimpuh dan berdoa semoga
iradahNya senantiasa membawa mereka atas kebahagiaan yang hakiki. Penyusun
menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, karena kami hanya seorang
yang dhaif dan tak mungkin seperti ini bila tidak Engkau kehendaki. Akhirnya
penyusun berharap semoga skripsi dapat bermanfaat. Amien!
Penyusun
Damar Dono NIM. 03370276
12 Shafar 1431 H Yogyakarta,
28 Januari 2010 M
-
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab ke dalam kata-kata Latin yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman kepada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 158/1987 dan 0543 b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
أ
ب
ت
ث
ج
ح
خ
د
ذ
ر
ز
س
ش
ص
ض
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
Alif
Ba`
Ta`
Sa`
Jim
Ha
Kha
Dal
Zal
Ra`
Za`
Sin
Syin
Sad
Dad
Ta
Za
‘Ain
Gain
Fa`
Qaf
Kaf
Lam
tidak dilambangkan
b
t
ś
j
h�
kh
d
Ŝ
r
z
s
sy
ş
d�
Ń
z�
’
g
f
q
k
l
tidak dilambangkan
be
te
es (dengan titik di atas)
je
ha (dengan titik di bawah)
ka dan ha
de
zet (dengan titik di atas)
er
zet
es
es dan ye
es (dengan titik di bawah)
de (dengan titik di bawah)
te (dengan titik di bawah)
za (dengan titik di bawah)
koma di atas
ge
ef
qi
ka
`el
-
xi
م
ن
و
�
ء
ي
Mim
Nun
Wawu
Ha`
Hamzah
Ya`
m
n
w
h
`
y
`em
`en
w
ha
apostrof
ye
B. Konsonan Rangkap karena Syaddah Ditulis Rangkap
�� !
&%$#دة
ditulis
ditulis
łayyibatun
muta’addidatun
C. Ta` Marbutah di Akhir Kata 1. Bila dimatikan ditulis “h”
�()*
�+&,$&
ditulis
ditulis
hikmah
mu’āmalah (ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya) 2. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu
terpisah, maka ditulis dengan “h”
�/+0&�ا3)12+
ditulis
maşlahah al-mursalah
3. Bila ta` marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah, dan
dammah ditulis dengan “t”
ا2783زآ,ة
ditulis
Zakāt al-fi Ńri
-
xii
D. Vokal Pendek
Fathah
Dammah
Kasrah
ditulis
ditulis
ditulis
a
u
i
E. Vokal Panjang
1. fathah + alif
� ;,ه+
2. fathah + ya` mati
?
3. kasrah + ya` mati
@A2آ
4. dammah + wawu mati
*BCق
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ā
jāhihihihiliyyah
tansā
ī
kar īm
ū
huqūq
F. Vokal Rangkap
1. fathah + ya` mati
@)> F
2. fathah + wawu mati
BGل
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ai
bainakum
au
qaul
G. Vokal Pendek Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
@%Hأأ
ditulis
a`antum
-
xiii
IJ3@?2)K ditulis la`in syakartum
H. Kata Sambung Alif + Lam
1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis dengan menggunakan huruf “l”(el)
ا2C3ان
اC3 ,س
ditulis
ditulis
al-Qur`ān
al-Qiyās
2. Bila diikuti huruf syamsiyah ditulis dengan menggandakan huruf
syamsiyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf “l”(el)nya
ا3=),ء
L(M3ا
ditulis
ditulis
as-samā
asy-syamsu
I. Penyusunan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis Menurut Bunyi
Pengucapannya dan Penulisannya
N(+O ٍاذا
� اهQ ا3=<
ditulis
ditulis
iźā ‘alimat
ahl as-sunnah
-
xiv
RENCANA DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
ABSTRAK .....................................................................................................ii
HALAMAN NOTA DINAS .......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v
MOTTO ......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................................ x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Pokok Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan dan Kegunaan ................................................................. 6
D. Telaah Pustaka ........................................................................... 6
E. Kerangka Teoritik ...................................................................... 10
F. Metode Penelitian ....................................................................... 14
G. Sistematika Pembahasan ............................................................ 17
BAB II. GAMBARAN UMUM MENGENAI AKSI DEMONSTRASI
A. Pengertian Aksi Demonstrasi ..................................................... 19
B. Dasar Hukum Aksi Demonstrasi................................................. 21
C. Penyebab Aksi Demonstrasi….................................................... 25
-
xv
D. Sejarah Aksi Demonstrasi Dalam Islam Serta Kasusnya di
Berbagai Negara…………………………………………... ........ 30
E. Dampak Aksi demonstrasi…………………………………….....42
BAB III. KRITERIA AKSI DEMONSTRASI SEBAGAI TINDAK
PIDANA PERSPEKTIF HUKUM POSITIF INDONESIA
DAN KONSEP HUKUM ISLAM TENTANG AKSI
DEMONSTRASI SEBAGAI SARANA MENYAMPAIKAN
PENDAPAT DI MUKA UMUM
A. Definisi Tindak Pidana Dalam Hukum Positif ........................... 44
B. Asas dan Unsur-Unsur Tindak Pidana Dalam Hukum Positif .... 45
C. Macam-Macam Tindak Pidana Dalam Hukum Positif ............... 48
D. Hukuman Atau Sanksi................................................................. 49
E. Kriteria Pidana Aksi Demonstrasi Dalam Hukum Positif
Indonesia... ................................................................................... 50
F. Konsep Hukum Islam Tentang Aksi Demonstrasi Sebagai
Sarana Menyampaikan Pendapat di Muka Umum....................... 52
BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG AKSI
DEMONSTRASI
AA.. PPeennggeerrttiiaann HHuukkuumm PPiiddaannaa IIssllaamm.................................................................................................. 6600
BB.. Unsur-Unsur Hukum Pidana Islam ............................................. 61
CC.. Klasifikasi Tindak Pidana Dalam Hukum Islam......................... 63
DD.. Kriteria Aksi Demonstrasi Sebagai Tindak Pidana Menurut
Hukum Islam............................................................................... 69
-
xvi
EE.. Sanksi Pelaku Aksi demostrasi ................................................... 73
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 78
B. Saran ........................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
I. Halaman Terjemahan .............................................................................. 85
II. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998................................................... 91
III. Biografi Tokoh dan Ulama...................................................................... 104
IV. Curriculum Vitae..................................................................................... 106
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Runtuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998 telah membuka gerbang
baru perpolitikan Indonesia menuju era Reformasi. Dengan semangat itulah
bangsa Indonesia membangun kembali kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bangsa Indonesia sangat mencita-citakan negara yang adil dan menjunjung
tinggi supremasi hukum serta bersih dari berbagai noda korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Namun berjalannya Reformasi di berbagai bidang harus
menghadapi tantangan yang berat, di mana situasi politik setelah tumbangnya
rezim Orde Baru tersebut belum stabil, negara menanggung hutang luar negeri
yang sangat banyak, dan krisis ekonomi telah menjadi krisis multi dimensi
yang mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat baik ekonomi, sosial,
dan lain sebagainya.
Salah satu hal yang mewarnai perjalanan Reformasi Indonesia adalah
aksi demonstrasi atau unjuk rasa yang dilakukan oleh massa, baik dari
kalangan mahasiswa, simpatisan partai, ormas-ormas atau kelompok
masyarakat. Dan tumbangnya rezim Orde Baru tidak bisa lepas dari aksi
demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan masyarakat sebagai sosial
kontrol dari para politisi dan ilmuwan terhadap pemerintah.1 Kemudian sejak
1 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, cet. ke-1 ( Jakarta : Sinar Grafika, 2007 ), hlm.
127.
-
2
saat itu hingga sekarang aksi-aksi demonstrasi atau unjuk rasa tidak asing lagi
dilihat, bahkan sering berakhir dengan kerusuhan, anarkis, ataupun bentrok
dengan aparat keamanan. Aksi-aksi tersebut bisa dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik politik, ekonomi, sosial, budaya, dan juga agama.2 Aksi
demonstrasi memang tidak akan bisa dihentikan atau diberangus secara
membabi buta mengingat kondisi keadilan belum tertunaikan secara merata.
Bahkan dalam iklim demokrasi, demonstrasi atau unjuk rasa adalah pilihan
yang wajar dan bahkan bisa menjadi media untuk mengungkapkan aspirasi
yang tersumbat oleh sistem maupun mentalitas.3
Oleh karena itu, tidak ada jaminan bahwa demonstrasi akan hilang
dengan sendirinya walaupun sistem telah ditata sedemikian rupa. Sebab, tarik-
menarik kepentingan betapa pun idealnya kepentingan tersebut akan selalu
menghiasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Di samping itu aksi
demonstrasi bisa menjadi alat kontrol terhadap kekuasaan, yakni sebagai alat
penyeimbang agar tidak terjadi ketimpangan yang destruktif.4
Akan tetapi bukan berarti aksi demonstrasi merupakan jalan yang
paling baik lebih-lebih ketika aksi demonstrasi tersebut dipakai sebagai alat
politik atau ditunggangi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab demi
kepentingan individu maupun kelompok kemudian memprovokasi massa,
2 Said Aqiel Sirajd ,“Islam, Demonstrasi dan Negara,“ http://www2. kompas.com/
kompas-cetak/0411/01/opini/1325143.htm, akses 9 Oktober 2008. 3 Ibid. 4 Ibid.
-
3
mendorong tindakan anarkis, menebar fitnah serta permusuhan, serta
merendahkan wibawa pemerintah di mata rakyat, dan lain sebagainya.
Banyak peristiwa buruk terjadi mengiringi aksi-aksi demonstrasi baik
yang terjadi di Indonesia maupun di luar negeri, di antaranya kasus
meninggalnya Ketua DPRD Sumatera Utara Abdul Aziz Angkat dalam sebuah
demonstrasi menuntut pembentukan Propinsi Tapanuli yang berakhir rusuh.5
Peristiwa tersebut dapat menjadi argumen di mana aksi demonstrasi juga bisa
berubah menjadi aksi anarkis yang membahayakan orang lain, masyarakat,
dan stabilitas pemerintahan. Maka di satu sisi aksi demonstrasi atau unjuk rasa
dapat menjadi sarana untuk menyampaikan aspirasi, pendapat, atau kritik yang
merupakan hak asasi serta dilindungi oleh Undang-Undang dan berdampak
positif, akan tetapi di sisi lain aksi demonstrasi juga bisa berpotensi
menimbulkan kerusuhan, perbuatan anarkis, mengganggu ketertiban umum
serta dampak-dampak negatif lainnya yang bisa dikategori sebagai jarimah (
tindak pidana ).
Fenomena aksi demonstrasi yang sering berakhir dengan perbuatan
anarkis, mengganggu ketertiban umum, dan tanpa solusi, ternyata telah
memunculkan sikap skeptis terhadap gerakan massa seperti ini6. Dalam
hukum Islam aksi demonstrasi atau unjuk rasa tidak diatur secara tegas
sehingga menimbulkan polemik di antara umat Islam sendiri di berbagai
5 Mgn/Sim/Edi/Ogi-z, “ Demo Anarkis Ketua DPRD Sumut Tewas, “ Kedaulatan
Rakyat, No. 124, Th.LXIV ( Rabu, 4 Februari 2009 ), hlm. 1. 6 Bobby Savero Kanal, “Demonstrasi : Perjuangan Kontekstual,” http://
www.wikimu.com/ news/print.aspx?id=8449, akses 25 Juni 2009.
-
4
media di antaranya fatwa salah seorang mufti Saudi Arabia Syaikh Abdul
Aziz bin Abdullah bin Baz:
Cara yang bagus merupakan sarana terbesar diterimanya kebenaran. Sedang cara yang keliru dan kasar merupakan sarana yang paling berbahaya ditolaknya dan tidak diterimanya kebenaran, atau bisa mengobarkan kekacauan, keźaliman, permusuhan, dan saling menyerang. Dikategorikan dalam permasalahan ini apa yang dikerjakan oleh sebagian orang berupa demonstrasi yang menyebabkan keburukan yang banyak bagi para da’i. Maka berkonvoi di jalan-jalan dan berteriak bukanlah merupakan jalan untuk memperbaiki dan dakwah. Jadi, cara yang benar adalah dengan menziarahi (Pemerintah), menyuratinya dengan cara yang bagus. Nasihatilah para pemimpin, pemerintah, dan kepala suku dengan metode seperti ini. Bukan dengan cara kekerasan dan demonstrasi. Nabi –Şallallahu alaihi wasallam- ketika tinggal di Makkah selama 13 tahun, beliau tidaklah pernah menggunakan demonstrasi dan berkonvoi, serta tidak mengancam orang lain untuk menghancurkan harta-bendanya, dan membunuh mereka. Tak ragu lagi, cara ini akan membahayakan dakwah dan para da’i, akan menghalangi tersebarnya dakwah, membuat para pemimpin teras memusuhinya dan melawannya dengan segala yang mungkin bisa dilakukannya. Mereka (para pelaku demo) menginginkan kebaikan dengan cara seperti tersebut, akan tetapi malah terjadi yang sebaliknya. Maka hendaknya seorang da’i ilallah menempuh jalannya para rasul dan pengikutnya, sekalipun memakan waktu yang panjang. Itu lebih utama dibandingkan perbuatan yang membahayakan dan mempersempit (ruang gerak) dakwah, atau dihabisi.7
Begitu pula Galih Panggah Waluyo dalam, Aksi Perjuangan Dakwah di
Jalanan,:
Bukan mahasiswa kalau nggak demonstrasi”, cetus seorang teman yang juga aktif dalam pergerakan mahasiswa di kampus.Demonstrasi sekarang ini seolah-olah sebagai kebutuhan utama mahasiswa selain kuliah, sejarah telah menorehkan bahwa berbagai catatan perjuangan bangsa ini tidak terlepas yang namanya peran pemuda, khusunya mahasiswa. Yang selalu berada di garda terdepan dalam perjuangan membela rakyat, tapi apakah perjuangan kita di jalan harus identik dengan sesuatu yang berbau anarkis, tentu kita harus bisa memperhatikan fiqh kemaslahatanya di sini, di mana aksi-aksi yang
7 “ Fatwa Ulama Sunah Tentang Demonstrasi dan Mogok Makan, “ http : // almakasari.
Com /?p=166, akses 9 oktober 2008.
-
5
kita lancarkan di jalanan apakah lebih banyak kemaşlahatanya atau malahan lebih banyak mudaratnya, sehingga kita bisa bijaksana dalam bertindak. Memang kita di sini berada dalam posisi sulit, kalau kita meningkatkan aksi kita di jalanan, tidak jarang mengganggu ketertiban umum dan bahkan tidak jarang pula berakhir dengan bentrok , yang justru itu juga bisa merugikan orang lain sementara kalau aksi kita di jalan tenang tenang saja mungkin akan dianggap angin lalu oleh penguasa,sehingga celah keźaliman penguasa akan semakin lebar. Pemahaman yang keliru tentang unjuk rasa membuat sebagian kaum muslimin antipati dan enggan untuk menggunakan cara tersebut untuk kepentingan dakwah. Padahal, kita memahami bahwa dalam sebuah masyarakat transisi, unjuk rasa atau demonstrasi adalah dinamika yang wajar dan berguna mengawal perubahan itu sendiri. Jadi, tidak ada salah bila gerakan dakwah Islam mengambil manfaat dari unjukrasa sebagai salah satu wasilah (sarana) mencapai sasaran-sasaran dakwah manakala tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah syariah.8
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penyusun kemudian
tertarik untuk meneliti bagaimana tinjauan hukum Islam tentang aksi
demonstrasi dan jika aksi demonstrasi atau unjuk rasa masuk dalam kategori
pidana apa kriteria dan pertanggungjawabannya.
B. Pokok Masalah
Berlatarbelakang masalah di atas penyusun merumuskan beberapa
pokok masalah mengenai aksi demonstrasi yaitu :
1. Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang aksi demonstrasi.
2. Apa saja kriteria aksi demonstrasi atau unjuk rasa sebagai tindak
pidana dan bagaimana pertanggungjawabannya menurut hukum
Islam.
8 Galih Panggih Waluyo,” Aksi Perjuangan Dakwah di Jalanan, “ http://www.mahad-
ukhuwah.com/content/view/33/59, akses 9 Oktober 2008.
-
6
C. Tujuan dan kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi pokok masalah di atas, maka yang menjadi
tujuan dan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mendeskripsikan bagaimana tinjauan hukum Islam
mengenai aksi demonstrasi.
b. Untuk mengetahui apa saja kriteria aksi demonstrasi
sebagai tindak pidana menurut hukum Islam dan bagaimana
pertanggungjawabannya.
c. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana Islam
mengatur dan menjamin kebebasan menyampaikan
berpendapat dan berekspresi.
2. Kegunaan Penelitian
a. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang aksi
demonstrasi atau unjuk rasa dilihat dari sudut pandang
hukum Islam.
b. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumbangan
pemikiran khususnya bagi khazanah hukum Islam yang
penyusun tekuni.
D. Telaah Pustaka
Karya ilmiah tentang politik, hukum dan pemerintahan Islam memang
sudah banyak ditulis, akan tetapi sepengetahuan penyusun belum ada karya
-
7
ilmiah maupun buku-buku yang membahas secara spesifik tentang aksi
demonstrasi atau unjuk rasa, padahal aksi demonstrasi tersebut sudah menjadi
fenomena yang tidak asing lagi dilihat. Faktor inilah yang mendorong
penyusun tertarik untuk mengupas masalah yang berhubungan dengan aksi
demonstrasi.
Walaupun begitu ada sebuah buku yang mengupas tentang persoalan-
persoalan hukum Islam kontemporer yaitu karya Abu Yasid, Fiqh To Day,
Fatwa Tradisionalis Untuk Orang Modern, di antara isinya menerangkan
hukum demonstrasi secara singkat bahwa rakyat berhak mengutarakan
aspirasinya ataupun mengontrol dan mengoreksi kebijakan pemerintah. Lebih
jauh lagi dijelaskan bolehnya mendongkel penguasa atau pemerintah yang
menyeleweng dan tidak melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai
pengayom rakyat.9 Namun dalam buku ini penulis hanya memaparkan secara
singkat sehingga banyak persoalan yang tidak disinggung di antaranya faktor
penyebab, serta dampak aksi demonstrasi, dan lain sebagainya.
Kemudian buku, Menghidupkan Kembali Kebebasan Berpikir, karya
Ashim Ahmad Ajillah, yang mengupas tentang kebebasan berpikir dan
berpendapat di dalam Islam secara umum. Sedangkan skripsi penyusun
mengkhususkan diri pada aksi demonstrasi sebagai sarana berpendapat dan
mengekspresikannya.
Sementara itu Syaikh Abu ‘Abdirrahman Fauzi al-Atsari dalam
bukunya, Meredam Amarah Terhadap Pemerintah, menjelaskan tentang
9 Abu Yazid., Fiqh To Day, Fatwa Tradisionalis Untuk Orang Modern, ( Jakarta: Erlangga, 2007 ), II.
-
8
kewajiban menghormati dan memuliakan pemerintah serta larangan mencaci
maki ataupun menceritakan kejelekan mereka, begitu pula tentang cara
menasehati pemerintah.10 Akan tetapi buku ini hanya memaparkan tentang
dalil-dalil normatif tentang hubungan antara rakyat dengan penguasa sehingga
persoalan-persoalan yang kontemporer seperti aksi demonstrasi dan kebebasan
berpendapat di dalam Islam belum seluruhnya dibahas. Sedangkan
pembahasan skripsi yang penyusun tulis di samping membahas aspek historis
dari sebab hingga dampak sosialnya juga membahas tentang kebebasan
berpendapat dan berekspresi menurut hukum Islam.
Selain buku-buku yang berkaitan dengan masalah aksi demonstrasi
penyusun juga menemukan skripsi yang substansinya terkait dengan penelitian
ini yaitu : Skripsi Mustopa, Etika Kebebasan Press ( Studi Komparasi Antara
Hukum Islam dan UU No.40 Tahun 1999 Tentang Press ) mengulas tentang
kebebasan media press dalam berpendapat, mencari dan menyampaikan
informasi kepada masyarakat, sedangkan skripsi penyusun membahas tentang
aksi demonstrasi sebagai media kebebasan untuk berekpresi dalam
menyampaikan pendapat.
Selanjutnya Skripsi Mogok Kerja Buruh Dalam Perspektif Hukum
Islam, karya Trinojo, yang memfokuskan pembahasan tentang aksi mogok
kerja yang dilakukan oleh para buruh kepada majikan atau perusahaan tempat
10 Syaikh Abu ‘Abdirrahman Fauzi al-Atsari, Meredam Amarah Terhadap Pemerintah,
alih bahasa ustadz Muhammad Umar as-Sewed, cet.1 ( Pekalongan : Pustaka Sumayyah, 2006 ).
-
9
bekerja11, sedangkan karya tulis penyusun membahas segala bentuk aksi
demonstrasi dalam perspektif hukum Islam.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa karya-karya ilmiah maupun
buku-buku yang mengupas tentang aksi demonstrasi atau unjuk rasa secara
spesifik boleh dibilang masih sedikit, oleh karena itu sangatlah wajar jika aksi
demonstrasi atau unjuk rasa ini masih menjadi sebuah kontroversi di berbagai
media baik cetak maupun elektronik. Hal ini dikarenakan ketentuan hukumnya
tidak dijelaskan secara pasti dan terperinci di dalam syari’at sehingga banyak
polemik tentang aksi demonstrasi, terutama ketika aksi demonstrasi telah
berubah menjadi aksi anarkis, dan menggangu ketertiban umum bahkan
menimbulkan korban baik harta ataupun jiwa. Maka untuk mengetahui kriteria
aksi demonstrasi sebagai tindak pidana dan pertanggungjawabannya
membutuhkan penelitian mendalam karena hukum Islam juga menjamin
kebebasan menyampaikan pendapat bagi setiap individu maupun kelompok
sebagaimana Hadiś Nabi yang mengatakan :
,ϑ?¡ϑ9# πϑ�ψρ ,&9θ™9ρ ,&/%39ρ ,&⊗?< : Α$% ? ϑ⊗9 : $⊥?% ,πsÆ⊥9# ‰9#
12 ΜγKΒ$ãρ
Dari karya tulis yang telah disebutkan di atas belum ada yang dapat
memberikan jawaban yang puas tentang aksi demonstrasi atau unjuk rasa
11 Trinojo,” Mogok Kerja Buruh Dalam Perspektif Hukum Islam,” Skripsi UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta ( 2003 ). 12 Muslim, Shahih Muslim, ( Dar al-Kitab; tt ), hlm. 51, hadits nomor 95 “ Kitab al-
Iman, “ Bab an nahi Mungkar Min al Iman ”.
-
10
dilihat dari sudut pandang hukum Islam sehingga penyusun tertarik
melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengangkat tema tersebut dalam
skripsi ini.
E. Kerangka Teoritik
Al-Qur’an sebagai sumber ajaran dan hukum Islam telah
menyinggung semua aspek kehidupan manusia, baik masalah Aqidah, Ibadah,
Muamalah, sampai masalah sosial kemasyarakatan, berbangsa dan bernegara
hingga masalah rumah tangga. Artinya pelbagai masalah yang ada telah
terdeteksi oleh al-Qur’an. Akan tetapi di dalam pemaparannya sering kali al-
Qur’an menggunakan gaya bahasa yang umum namun menyentuh sifat
kemanusiaan dari manusia itu sendiri yaitu aspek nilai, norma dan moralitas.
Seorang sosiolog terkenal, yaitu ( Robert N Bellah ) mencatat kelebihan di
dalam Islam adalah nilai-nilai demokratisnya, yang menurutnya terlalu
modern untuk tempat dan zamannya. Hal ini terbukti dengan terwujudnya
semangat yang mengagumkan tentang kebebasan, kebersamaan, dan
keadilan.13 Sekaligus hal ini menunjukan bahwa ajaran dan hukum Islam yang
terkandung di dalam Al-Qur’an memiliki sifat humanis dan universal.
Dan untuk memahaminya ( al- Qur’an ) tentu tidak bisa lepas dari as-
Sunah yang merupakan penjelas dari pada al-Qur’an itu sendiri. Oleh karena
itu Hadiś atau Sunah disebut sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah
al-Qur’an. Hal ini berdasarkan firman Allah :
13 Amiur Nuruddin, Ijtihad Umar Ibn Khatab :Studi Tentang Perubahan Hukum Dalam
Islam, ( STPHI ), cet. 1 ( Jakarta : Rajawali, 1991 ), hlm : 99.
-
11
β) θδ ω) rρ rθƒ 14 Dan juga Hadiś Nabi :
‘ù$ϑ/ ‘Ò%& :Α$)ù ‘Ò)? #0 :Α$)ù ϑ9# ‘9) #Œ$èΙ ]ë/ µ?
-
12
yaitu menuntaskan segala perbuatan pidana dengan mengabaikan pribadi
terpidana dan memperbaiki sikap terpidana sekaligus memberantas segala
bentuk tindak pidana. Memberantas segala bentuk tindak pidana bertujuan
untuk memelihara stabilitas masyarakat, sedangkan untuk pribadi terpidana
bertujuan untuk memperbaiki sikap dan perilakunya. Oleh sebab itu
menurutnya, hukuman bagi segala bentuk tindak pidana yang terjadi harus
sesuai dengan kemaşlahatan dan ketentraman masyarakat yang
menghendaki.18
Menurut Atho’ Mudzor, bahwa ayat-ayat hukum yang terkandung di
dalam al-Qur’an sangat sedikit ( sekitar 275-500 ).19 Maka untuk mengambil
kesimpulan hukum yang belum diatur oleh al-Qur’an dibutuhkan penafsiran
yang bersifat Tafşili, yaitu dengan bantuan as-Sunah dan metode Fiqhiyah
maupun istinbat hukum yang telah disepakati oleh para ulama. Dan tujuan
akhir dari pengundangan hukum dalam syari’at adalah kemaşlahatan oleh
karena itu ketentuan dan penerapan hukumnya harus sesuai dengan Maqasid
al- Syari’ah. Demikian pula dalam KUHP sebagai kitab induk hukum pidana
memberikan kewenangan kepada hakim untuk menafsirkan pasal-pasal dalam
perkara-perkara yang belum diatur secara jelas dan tegas asalkan tidak
menyimpang dari sumber asal ( KUHP ) dan ketentuan Undang-Undang
Hukum Pidana demi menjamin kemaşlahatan bersama.
18 Makhrus Munajat., Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, Cet. 1 ( Pustaka Logung. Juli
2004 ) hlm : 53-54. 19 M. Atho’ Mudzor, Membaca Gelombang Ijtihad ( Yogyakarta: Titian Ilahi Press,
1998 ), hlm 74 – 80.
-
13
Pada dasarnya aksi demonstrasi atau unjuk rasa merupakan salah satu
cara untuk menyampaikan pendapat, aspirasi, saran, kritik dan sebagainya
yang semuanya itu bisa masuk dalam kategori nasehat dengan tujuan mulia
yaitu ‘amar ma’ruf nahi munkar. Dalam hal ini baik hukum Islam maupun
UUD 1945 khususnya pasal 28 serta, “ Undang-Undang No 9 Tahun 1998
tentang kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum ”, sama-sama
menjamin kebebasan berpendapat bagi setiap individu maupun kelompok.
Wahbah az-Zuhaili mengatakan : bahwa kebebasan berpendapat di dalam
Islam adalah prinsip yang sangat dikedepankan, prinsip ini menuntut setiap
orang untuk dengan tegas menyatakan kebenaran tanpa rasa takut kepada
siapapun meskipun itu menyangkut pemerintah.20
Akan tetapi ketika aksi demonstrasi mengarah kepada perbuatan
anarkis, destruktif dan mengganggu ketertiban umum maka hukum Islam dan
hukum positif ( KUH Pidana Indonesia ) juga mempunyai pendirian dan
tujuan yang sama yakni menjaga ketentraman, ketertiban dan stabilitas
masyarakat serta melindungi harta, jiwa dan kehormatan.
Oleh karena itu hukum Islam tidak merestui gerakan atau perbuatan
yang anarkis dan destruktif meskipun bertujuan untuk menghilangkan
ketidakadilan, penyimpangan dan seterusnya, karena sesuatu yang merugikan
dan membahayakan dinafikan dan dilarang dalam hukum Islam sebagaimana
firman Allah :
20 Abu Yazid., Fiqh To Day, Fatwa Tradisionalis Untuk Orang Modern, ( Jakarta:
Erlangga, 2007 ), II: 58.
-
14
$ϑΡ) (#τ“_ %!# βθ/‘$t† !# …&!θ™‘ρ βöθèó¡ƒρ ’û Ú ö‘{$# #Š$¡ù β& (# þθ=G)ƒ
÷ρ& (# þθ6=Áƒ ÷ρ& ìÜ)? Οドƒ& Νγ=_ö‘&ρ iΒ #≈=z ÷ρ& (#θ,Ψƒ ∅Β Ú‘{#
9≡Œ Ογ9 ““z ’û $‹Ρ‰9# óΟγ9ρ ’û οzψ# >#‹ã ΟŠàã 21
Dalam ayat lain Allah berfirman :
β) ! $# Β ù'ƒ Αô‰è ø9 $$/ ≈¡ ôm M}$#ρ ›!$Gƒ Î)ρ “Œ †1ö)ø9# 4‘S ÷Ζƒρ ã $± ós,ø9 $#
6Ψϑø9 $#ρ øö79 $#ρ 4 öΝ3àèƒ öΝ6=è9 χρ.‹? 22
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penyusunan skripsi ini masuk ke dalam kategori penelitian
kepustakaan ( library research ) yaitu sebuah penelitian yang menjadikan
pustaka sebagai sumber data primer.23 Maka materi pembahasannya tidak
lepas dan bahkan disandarkan kepada buku-buku ensiklopedi, artikel, majalah,
surat kabar, kumpulan makalah dan lain sebagainya yang relevan dengan
masalah, dalam hal ini adalah aksi demonstrasi atau unjuk rasa dan segala
bentuknya.
21 Al- Maidah ( 5 ): 33. 22 An- Nahl ( 16 ): 90. 23 Ufik Abdullah dan Rusli Karim ( ed ), Metodologi Penelitian Agama, Sebuah
Pengantar ( Yogyakarta : Tiara Wacana, 1989. ), hlm : 2.
-
15
2. Obyek Penelitian
Yang menjadi obyek penelitian dalam skripsi ini adalah aksi
demonstrasi dilihat dari sudut pandang hukum Islam ( Jinayah-Siyasah )
sesuai dengan latar belakang pendidikan yang penulis tekuni.
3. Sifat Penelitian
Adapun penelitian ini bersifat Deskriptif-Analitik yakni dengan cara
mendeskripsikan tentang aksi demonstrasi dari data-data yang diperoleh dari
berbagai sumber untuk kemudian dianalisa dengan perspektif hukum Islam.
4. Tehnik Pengumpulan data
Sesuai dengan jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelaahan terhadap bahan-bahan pustaka yang berkaitaan dengan
permasalahan yang dimaksud. Oleh karena itu sumber data akan
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Sumber primer: al-Qur’an dan Hadiś, buku-buku yang ada
kaitannya dengan aksi demonstrasi atau kebebasan
berpendapat dan berekspresi baik langsung maupun tidak
langsung diantaranya : buku Fiqh To Day, Fatwa
Tradisionalis Untuk Orang Modern, karya Abu Yasid.,
kemudian buku Meredam Amarah Terhadap Pemerintah,
yang ditulis oleh Syaikh Abu Abdirrahman Fauzi al- Atsari,
dan buku Menghidupkan Kembali Kebebasan Berpikir,
-
16
karya Ashim Ahmad Ajalli serta skripsi Mogok Kerja
Buruh Perspektif Hukum Islam, karya Trinojo.
b. Sumber sekunder: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana serta
Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia.
c. Sumber tersier: Kamus Ilmiah dan Kamus Besar Indonesia
serta majalah, koran ataupun media massa yang berkaitan
dengan judul skripsi yang akan dibahas.
5. Pendekatan Masalah
Dalam penelitian ini penyusun menggunakan metode pendekatan
historis yaitu dengan mencari latar belakang suatu peristiwa, sebat-akibat,
tokoh-tokoh, serta perkembangannya.24 Di samping itu penyusun juga
memakai metode pendekatan normatif untuk mengetahui signifikansi yang
rasional dari data yang diperoleh dengan konsep hukum Islam melalui teks-
teks al-Qur’an dan Hadiś serta kaidah-kaidah Fiqhiyah.
6. Analisis Data
Dalam menganalisa data yang telah di dapat dari berbagai sumber
penyusun mencoba menganalisis secara kualitatif yaitu dengan mengamati
fenomena yang terjadi kemudian dianalisa dengan logika ilmiah menggunakan
dua ( 2 ) metode analisis data yaitu :
24 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial Agama ( PT. Remaja Posda
Karya, Bandung, 2003. ), hlm : 65.
-
17
a. Metode Analisis Data Induktif
Yaitu memulai pembahasan masalah dengan
mengemukakan data-data yang bersifat umum kemudian di
tarik menjadi kesimpulan yang lebih khusus.
b. Metode Analisis Data Deduktif
Yakni kebalikan dari metode induktif yaitu memulai
pembahasan masalah dengan teori-teori, kaidah-kaidah,
ataupun dalil-dalil yang bersifat khusus untuk kemudian
didapatkan pengertian yang umum.25
G. Sistematika Pembahasan
Untuk memperoleh bentuk susunan skripsi yang sistematis penyusun
membagi isi skripsi menjadi beberapa bab yaitu :
Bab pertama: merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, pokok masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka,
kerangka teoritik, metode penelitian, serta sistematika pembahasan. Bab ini
merupakan pondasi awal untuk mengarahkan pembaca kepada substansi
penelitian.
Kemudian dilanjutkan pada bab kedua : yang berisi tinjauan umum
tentang aksi demonstrasi meliputi pengertian dan dasar hukumnya, faktor
penyebab timbulnya aksi demonstrasi, sejarah aksi demonstrasi dan kasus
25 Secara garis besar sama dengan apa yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi dalam,
Metodologi Research ( Jakarta Bumi Aksara, 1998 ), hlm : 76., dan Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, cet. ke-5 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm.5.
-
18
yang terjadi di Indonesia dan di dunia Islam, serta dampak dari aksi
demonstrasi.
Untuk selanjutnya dilengkapi dengan bab ketiga : bab ini mengulas
tentang kriteria aksi demonstrasi sebagai tindak pidana perspektif hukum
positif Indonesia, dan konsep hukum Islam tentang aksi demonstrasi sebagai
sarana menyampaikan pendapat di muka umum
Dari ketiga bab di atas kiranya dapat direfleksikan dan dianalisa dalam
bab keempat : bab ini merupakan analisis hukum Islam tentang aksi
demonstrasi dengan pemaparan sebagai berikut : pengertian hukum pidana
Islam, unsur-unsur hukum pidana Islam, klasifikasi tindak pidana dalam
hukum Islam, kriteria aksi demonstrasi sebagai tindak pidana menurut hukum
Islam, serta sanksi pelaku aksi demonstrasi. Sedangkan yang terakhir adalah
bab kelima menutup penulisan ini dengan kesimpulan dan saran sehingga
masukan dari para pembaca dapat memperbaiki kekurangan yang ada.
-
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan skripsi aksi demonstrasi perspektif hukum Islam ini dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
Dalam hukum positif Indonesia aksi demonstrasi dijamin sebagai salah satu hak
seseorang untuk mengutarakan atau mengekspresikan pendapat, pikiran, saran,
kritik dan lain-lain sebagai bentuk protes terhadap suatu kebijakan. Jaminan
tersebut diwujudkan dalam Undang-Undang No 9 Tahun 1998 tentang
kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum. Dan tujuan diaturnya
kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum tersebut bukan untuk
membatasi ataupun mengekang hak seseorang untuk mengekspresikan dan
mengutarakan pikirannya akan tetapi untuk mewujudkan kebebasan yang
bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Sebagaimana hukum positif di atas hukum Islam juga memposisikan aksi
demonstrasi sebagai sarana untuk beramar ma’ruf nahi munkar atau saling
menasehati yang bertujuan menginginkan kebaikan bagi orang yang dinasehati.
Jaminan hukum Islam tersebut dapat dilihat dalam teks-teks al-Qur’an maupun
Hadiś yang memerintahkan untuk berbuat baik dan mencegah kemungkaran (
amar ma’ruf nahi mungkar ). Namun begitu hukum Islam lebih mengutamakan
pemberian nasehat secara rahasia hal ini dimaksudkan untuk menjaga kehormatan
orang yang dinasehati di hadapan orang lain. Akan tetapi pada prinsipnya hukum
-
79
Islam tidak melarang penyampaian pendapat secara terang-terangan termasuk
dengan aksi demonstrasi sepanjang tidak bersifat anarkis dan destruktif serta
memperhatikan etika dan moral di antaranya adalah : lemah lembut yang
merupakan faktor terpenting dari penyebab diterimanya sebuah nasehat dan wujud
sikap lemah-lembut ini adalah : dilakukan secara rahasia, dilakukan dengan kata-
kata yang santun. Jika dengan sikap lemah lembut tersebut tidak memberikan
dampak maka diperbolehkan dengan sikap keras ( tegas ) namun dengan
memperhatikan maqasid al-syari’ah sehingga tidak terjatuh kedalam perbuatan
melanggar hukum yang dapat dikenai sanksi.
B. Saran
1. Bagi para demonstran, hendaknya aksi demonstrasi dilakukan secara tertib,
santun, dan memperhatikan etika dan moral dalam rambu-rambu syari’at serta
aturan-aturan yang telah ditetapkan pemerintah dalam Undang-Undang No 9
Tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum.
Sehingga tujuan dari aksi demonstrasi berupa penyampaian nasehat, aspirasi dan
sebagainya dapat tersalurkan dan lebih mudah untuk diterima.
2. Penyusun menyadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangan di berbagai
sisi untuk itu penulis mengharapkan adanya masukan, kritikan untuk kemudian
dikaji lebih lanjut hingga menghasilkan penelitian yang sempurna dan akan lebih
baik lagi jika penelitian ini dilanjutkan dengan metode penelitian lapangan ( field
research ) dengan mengamati peristiwa dan mencari secara langsung data-data di
lapangan.
-
80
DAFTAR PUSTAKA
Al- Qur’an
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Proyek Pengadaan Kitab suci Al-Qur’an, 1990.
Hadis
Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, ( Berirut : Dar al-Fikr tt ), 2 jilid
Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, , ( Libanon : Bait al- afkar, 2004 ). Muslim, Shahih Muslim, ( Beirut : Dar al-Kitab; tt ),
Ushul Fiqh/ Fiqh / Hukum
Abdul Wahab Khalaf, Prof. Dr, Ilmu Ushul fiqh, alih bahasa : Drs. H. Muh Zuhri. Dipl. TAFL & Drs. Ahmad Qarib. MA, Semarang :Dina Utama, 1994.
Abu ‘Abdirrahman Fauzi al-Atsari, Meredam Amarah Terhadap Pemerintah, alih bahasa:
Muhammad Umar as-Sewed, Pekalongan : Pustaka Sumayyah, 2006. Abdul Qadir Awdah, Tasyri’ al- Jina’I al-Islami, Beirut : Muassasah al-Ilmiyyah ; Dar
al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994. Abu Yazid, Dr. H. LL. M., Fiqh To Day, Fatwa Tradisionalis Untuk Orang Modern,
Jakarta: Erlangga, 2007 . Amiur Nuruddin, Ijtihad Umar Ibn Khatab : Studi Tentang Perubahan Dalam Hukum
Islam, STPHI, Jakarta : Rajawali, 1991. Ani Wiji Astuti, “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Aksi Mogok Kerja Buruh PT.
Kusuma Hadi Santoso Surakarta,” Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2001. Ashim Ahmad Ajillah, Menghidupkan Kembali Kebebasan Berpikir, alih bahasa :
Samsuri, Lc, Jakarta Selatan : Mustaqiim, 2003.
-
81
Az- Zuhaili, Wahbah, Kebebasan Dalam Islam, alih bahasa : Ahmad Minan, Jakarta : Pustaka Al- Kautsar, 2005.
Hussain Syaukat, Hak Asasi Dalam Islam, alih bahasa Abdul Rahim, Jakarta : Gema
Insani Pres, 1996. Imarah Muhammad, Islam dan Keamanan Sosial, terj : Abdul Hayyie al- Kattani, Jakarta
Gema Insani Pres. 1999. Fatwa Ulama Sunah Tentang Demonstrasi dan Mogok Makan “,http:// www : almakasari.
Com /?p=166. Kansil, C. S. T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka, 1989. Kosasih , Ahmad, HAM Dalam Perspektif Islam: Menyikapi Persamaan dan Perbedaan
Antara Islam dan Barat, Jakarta : Salemba Diniyah, 2003. Leden Marpaung, Unsur-Unsur Perbuatan yang Dapat di Hukum, Jakarta : Sinar
Grafika, 1991. Mahfudh Sahal, Nuansa Fiqh Sosial, Yogyakarta : Lkis, 1994. Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, Jogjakarta : Logung Pustaka,
Juli 2004. Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, Jogjakarta : Gadjah Mada University Press, 1982. Mustopa,” Etika Kebebasan Pres ( Studi Komparasi Antara Hukum Islam dan UU.
No.40 Tahun 1999 Tentang Pres ), “ Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogykarta, 2007 Pipin Syarifin, Hukum Pidana di Indonesia, Bandung : Pustaka Setia, 2000. Pulungan J Suyuti, Fiqh Siyasah: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2002.
-
82
Yulies Tina Masriani, Pengantar Hukum Indonsia, Jakarta : Sinar Grafika, 2004. Pipin Syarifin, Hukum Pidana di Indonesia, Bandung : Pustaka Setia, 2000. Qumainah Jabir, Beroposisi Menurut Islam, alih bahasa : Masykur Hakim, Jakarta :
Gema Insani Press, 1995. Said Aqiel Sirajd, “ Islam, Demonstrasi dan Negara “, http://www2.kompas.com/kompas-
cetak/0411/01/opini/1325143. Syahrur Muhammad, Tirani Islam:Geneologi Masyarakat dan Negara, Yogyakarta : Lkis,
2003. Trinojo, “Mogok Kerja Buruh Dalam Perspektif Hukum Islam,Yogyakarta, “ Skripsi,
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003. Undang-Undang Nomor 9 , “ Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka
Umum, “ 1998. http://sunniy.wordpress.com / 2007 / 08 / 25 / demonstrasi-pertama-dalam-sejarah-
islam/.akses 9 Oktober 2008. Wahyudi Darmalaksana, Hadis Di mata Orientalis, Benang Merah Press, 2004. Zainuddin Ali. H, Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2007.
Lain-Lain
Abu Ahmadi, Dr. H, dkk, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991. Achmad Maulana dkk, Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta, 2004.
-
83
Bobby Savero Kanal, “Demonstrasi : Perjuangan Kontekstual,” http:// www.wikimu.com/ news/print.aspx?id=8449.
Demo Anarkis Ketua DPRD Sumut Tewas, “ Kedaulatan Rakyat, No. 124, Th.LXIV. Edward Luttwak, Kudeta : Teori dan Praktek Penggulingan Kekuasaan, Yogyakarta : Relief, 2009. Galih Panggih Waluyo http://www.mahad-ukhuwah.com/content/view/33/59. Http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_(1998-sekarang). Http:// irwanarfandi .wordpress .com / 2009 /02 /08 / ketua-dprd-sumatra-utara-
meninggal-akibat-demonstrasi-wajah-demokrasi-yang-tercoreng. Http: // the indonesia now.blogspot.com/2008/09/aksi-demo-cegah-pembangunan-masjid-
di.html. Imam Suprayogo dan Tobroni, Prof. Dr. Metode Penelitian Sosial Agama, PT. Remaja
Posda Karya, Bandung, 2003. Jurnal Demokrasi, “ Kebijakan Publik Jauh Kenyataan dari Harapan, “ Jurnal Forum
LSM DIY, Vol. I ( November 2003 ) Lesmana, Tjipta, “ Kebebasan Pres Dilihat Dari Perspektif Konflik Antara Kebebasan
dan Tertib Sosial, “ Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 2, No. 1 Yogyakarta, 2005. M. Atho’ Mudzor, Membaca Gelombang Ijtihad, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998. Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta :Modern
English Press. Save M Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta : Lembaga Pengkaji
Kebudayaan Nusantara ( LPKN ), 2006.
-
84
Sutrisno Hadi dalam, Metodologi Reseach, Jakarta Bumi Aksara, 1998. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa , Kamus Besar
Bahasa Indonesia,” DEPDIKBUD, “ cet 2. Jakarta : Balai Pustaka, 1989 . Ufik Abdullah dan Rusli Karim ( ed ), Metodologi Penelitian Agama, Sebuah Pengantar
Yogyakarta : Tiara Wacana, 1989.
-
104
LAMPIRAN III.
BIOGRAFI TOKOH
1. Abdul Aziz bin Baz
Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Baz, lahir di Riyad pada tahun 1330 H. Beliau mulai menuntut ilmu dengan menghafal al- Qur’an yang berhasil diselesaikan sebelum beliau balig. Syaikh bin Baz menuntut ilmu syar’I dan bahasa Arab dari ulama-ulama besar yang ada di Riyad diantaranya adalah : Syaikh Muhammad bin Abdul Lathif bin Abdurrahman bin Hasan bin Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, Syaikh Sa’ad bin Hamad bin Atiq, Qadi Riyad, Syaikh Hamad Faris, wakil baitul mal Riyad, dan selama hampir sepuluh tahun beliau selalu mengikuti halaqah dan pelajaran yang diadakan oleh syaikh Muhammad bin Ibrahim Ali syaikh, mufti Kerajaan Saudi Arabia. Beliau pernah memegang beberapa jabatan diantaranya : Qadi di daerah Kharaj selama empat belas tahun 1347 – 1357 H, Staf pengajar di Ma’had al- Ilmi Riyad pada tahun 1372, kemudian ditunjuk sebagai wakil rektor Universitas Islam Madinah Munawwaroh pada ahun 1381 dan pada tahun 1390 beliau di tunjuk sebagai rektor hingga keluarlah surat keputusan yang mengangkat beliau sebagai mufti agung Kerajaan Saudi Arabia sekaligus ketua umum lembaga majelis ulama lajnah da’imah urusan fatwa tahun 1414. Beliau mempunyai banyak karya-karya ilmiah diantaranya : al- Fawa’id al- Jalilah fil Mabahits al- Fardiyah, al- Aqidah as-Şhahihah wa Ma Yudaduha.
2. Abdul Qadir Awdah
Beliau adalah alumni fakultas hukum universitas kairo tahun 1930. Pernah menjabat sebagai dewan perwakilan rakyat mesir dan sebagai tangan kanan mursyid al-‘am ikhwanul muslimin Hasan al-Banna. Beliau juga pernah menjabat sebagai hakim dan berprinsip untuk mentaati undang-undang selama tidak bertentangan dengan syariah. Buah pikiran beliau dapat dilihat dari karya-karyanya; at-Tasri’ al- Jina’I al- Islami dan al- Islam wa Auda’una al- Qanuniy ( Islam dan peraturan perundang-undangan )
-
105
3. Imam Nawawi
Beliau dilahirkan pada bulan Muharram pada tahun 631 H di Nawa, sebuah daerah di Damaskus sekarang ibukota Suriah. Nama lengkap beliau adalah Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husain An Nawawi Ad Dimasyqiy abu Zakariya. Beliau memulai belajar pada katatib yaitu ( tempat belajar baca tulis untuk anak-anak ) dan hafal al-Qur’an pada usia sepuluh tahun dan tinggal di Nawa sampai usia 18 tahun. Kemudian pada tahun 649 H perjalanan dalam menuntut ilmu di mulai dengan menghadiri majelis-majelis ilmu yang di adakan para ulama di daerah itu disebutkan dalam sehari Imam Nawawi menghadiri dua belas majelis ilmu dalam sehari. Imam Nawawi banyak meninggalkan karya-karya ilmiyah yang jumlahnya sekitar empat puluh kitab diantaranya : Arba’in, Riyadus Şalihin, al- Minhaj ( syarah Şahih Muslim ), at- Taqrib wat Taysir fi Ma’rifat Sunan al-Basyirin Naźir.
4. Makhrus Munajat
Beliau lahir di Pemalang tanggal 2 Februari 1968. Riwayat pendidikan di mulai SD Negeri Sokawi I Pemalang tamat tahun 1982 kemudian dilanjutkan ke SMP Negeri 3 Pemalang dan selesai tahun 1985, kemudian menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Pemalang rampung di tahun 1988. Dan di tahun yang sama melanjutkan pada fakultas syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengambil jurusan perdata dan pidana Islam lulus tahun 1992. beliau mengambil magister di UII dan selesai pada tahun 1992 dengan konsentrasi hukum Islam. Adapun pendidikan non formal yang pernah ditempuh antara lain PONPES Salafiyah Kauman Pemalang PONPES An-Nur Ngrukem Pendowo Harjosewon Bantul, dan PONPES AL- Munawwir Krapyak Yogyakarta.
-
85
LAMPIRAN I
TERJEMAHAN
BAB HLM FN TERJEMAHAN
I 9 12 Agama itu nasehat, kami bertanya ( Sahabat ) untuk siapa ?
untuk Allah, untuk Kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk
Pemimpin Muslimin, dan seluruh Umat-Nya.
11 14 Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
kepadanya.
11 15 Bahwasannya Rasulullah SAW bersabda kepada Muadz bin
Jabal : bagaimanakah anda memutuskan suatu perkara yang
dihadapanmu? Dia menjawab : akan saya hukumi dengan
kitab Allah. Nabi bertanya lagi : sekiranya hokum tersebut
tidak terdapat dalam al-Qur’an? Dia menjawab : dengan
Sunah Rasulullah, dan apabila tidak terdapat dalam
Sunahku? Muadz menjawab : saya akan berijtihad mencari
jalan keluar dan saya tidak akan berputus asa, maka
Rasulullah menepuk dadanya ( karena Bangga ) dan
bersabda : segala puji bagi Allah yang memberi taufiq
kepada utusan Rasulullah sesuai yang diridlai oleh
Rasulullah SAW.
11 17 Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain
14 21 Sesungguhnya balasan terhadap orang-orang yang
memerangi Allah dan Rasul-Nya, dan membuat kerusakan
dimuka bumi hanyalah mereka dibunuh atau disalib atau
dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik,
atau dibuang dari negeri tempat kediamannya, yang
demikian itu sebagai penghinaan untuk mereka di dunia dan
di akhirat mereka mendapat siksa yang berat.
14 22 Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan
-
86
Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
selalu ingat.
II 21 33 Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf,
dan mencegah dari yang mungkar merekalah orang-orang
yang beruntung.
21 34 Oleh sebab itu berilah peringatan karena peringatan itu
bermanfaat
22 35 Agama itu nasehat, kami bertanya ( Sahabat ) untuk siapa ?
untuk Allah, untuk Kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk
Pemimpin Muslimin, dan seluruh Umat-Nya.
22 36 Barang siapa melihat kemungkaran hendaklah ia merubah
dengan tangannya bila tidak mampu rubahlah dengan
lisannya, bila tidak mampu rubahlah dengan hatinya dan itu
selemah-lemah iman.
III 52 73 Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf,
dan mencegah dari yang mungkar merekalah orang-orang
yang beruntung.
52 74 Oleh sebab itu berilah peringatan karena peringatan itu
bermanfaat
52 75 Agama itu nasehat, kami bertanya ( Sahabat ) untuk siapa ?
untuk Allah, untuk Kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk
Pemimpin Muslimin, dan seluruh Umat-Nya.
52 76 Barang siapa melihat kemungkaran hendaklah ia merubah
dengan tangannya bila tidak mampu rubahlah dengan
lisannya, bila tidak mampu rubahlah dengan hatinya dan itu
selemah-lemah iman.
55 80 Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain
55 81 Barangsiapa yang ingin menasehati seseorang yang
-
87
memiliki kekuasaan maka janganlah menunjukannya secara
terang-terangan. Hendaklah ia mengambil tangannya ( yakni
secara sembunyi-sembunyi ) kalau dia mau mendengarkan
dari padanya itulah yang di harapakan namun kalau tidak
maka ia telah menunaikan kewajibannya.
56 84 Letak tinjauannya adalah pada keumuman lafaź bukan pada
ke khususan sebab nuzulnya
56 85 Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.
57 87 Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan
dengan cara yang paling baik kecuali dengan orang-orang
źalim di antara mereka, dan katakanlah kami telah beriman
kepada ( kitab-kitab ) yang diturunkan kepada kami dan
yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhan kamu
adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri
IV 60 93 Jinayah adalah perbuatan yang dilarang oleh syara’ baik
perbuatan itu mengenai jiwa, harta benda, atau yang lainnya
61 95 Larangan-larangan syara’ yang diancam oleh Allah dengan
hukuman had atau ta’zir
61 96 Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah Allah
maka sesungguhnya ia berbuat untuk keselamatan dirinya
sendiri dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya ia
tersesat bagi kerugian dirinya sendiri. Dan orang yang
berdosa tidak memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan
mengadzab sebelum kami mengutus seorang rasul.
61 97 Dan tiadalah Tuhanmu membinasakan negeri-negeri
sebelum ia mengutus di ibukota negeri itu seorang rasul
-
88
yang membacakan ayat-ayat kami kepada mereka, dan tidak
pernah pula kami membinasakan negeri kecuali
penduduknya berlaku zalim.
62 100 Suatu perbuatan atau sikap tidak berbuat tidak bisa
dipandang sebagai suatu jarimah sebelum adanya nas yang
tegas melarang perbuatan atau sikap tidak berbuat. Apabila
tidak ada ketentuan nas yang mengaturnya maka perbuatan
seseorang tidak bisa dimintai pertanggung jawaban pidana
dan tidak dapat dipidana
65 107 Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu
qisas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh, orang
merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba,
wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat
maaf dari saudaranya hendaklah ( yang memaafkan )
mengikuti dengan cara yang baik dan hendaklah ( yang
diberi maaf ) membayar diyat yang memberi maaf dengan
cara yang baik pula. Yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhanmu dan suatu rahmat. Barangsiapa
yang melampaui sesudah itu maka baginya siksa yang
pedih.
66 112 Ta’zir itu sangat tergantung kepada tuntutan kemaslahatan.
70 118 Dan janganlah berbuat kerusakan dimuka bumi,
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan
70 119 Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain
70 120 Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya
dan janganlah kamu merajarela di muka bumi membuat
kerusakan.
71 121 Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir janganlah
mengganggu tetangganya dan barangsiapa beriman kepada
Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tamunya
-
89
71 123 Wahai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum
memperolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka
yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang memperolok-
olok dan janganlah pula wanita-wanita memperolok-olok
wanita yang lain boleh jadi wanita yang diolok-olok lebih
baik dari wanita yang mengolok-olok dan janganlah kamu
mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil
memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk
panggilan ialah panggilan fasik kepada seseorang yang
sudah beriman dan barangsiapa yang tidak bertaubat mereka
itulah orang-orang yang źalim
72 124 Wahai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari
prasangka sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa
dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah
salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya
yang telah mati maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha
menerima taubat lagi Maha penyanyang
72 125 Jangan kalian mencela penguasa-penguasa kalian jangan
ghisy ( dengki ) terhadap mereka dan janganlah membenci
mereka. Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah
sesungghnya urusannya sangat dekat
75 128 Tidak boleh di jilid lebih dari seratus kali kecuali dari had
Allah
75 130 Sesungguhnya balasan terhadap orang-orang yang
memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di
muka bumi hanyalah mereka dibunuh atau disalib atau
dipotong kaki dan tangan mereka dengan bertimbal balik
atau dibuang dari negeri tempat kediamannya yang
demikian itu sebagai penghinaan untuk mereka di dunia dan
-
90
akhirat mereka memperoleh siksaan yang besar
76 132 Maka barangsiapa yang mendapat maaf dari saudaranya
hendaklah yang memaafkan mengikuti dengan cara yang
baik dan hendaklah yang diberi maaf membayar diyat
kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula.
Yang demikiaan itu adalah suatu keringanan dari Tuhan
kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas
sesudah itu maka baginya siksa yang sangat pedih
DAFTAR GAMBAR
BAB HAL GAMBAR KETERANGAN
II 34 I Mal Ratu Luwes di Jl. S. Parman termasuk salah satu
yang dibakar di Solo
II 36 II Mahasiswa menduduki gedung MPR
II 38 III Pernyataan pengunduran diri Presiden Soeharto
-
106
106
CURRICULUM VITAE
Nama : Damar Dono
Tempat/Tgl Lahir : Sleman, 10 September 1983
Alamat Asal : Mandungan 1 Margoluwih Seyegan Sleman Yogyakarta
( 55561 )
Alamat Yogyakarta : -
Nama Ayah : Tri Kuncoro.BA
Nama Ibu : Suyatmi
Pendidikan
1. TK ABA Margoluwih (1990-1991)
2. SD Negeri Margoluwih (1991-1996)
3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Mlati (1996-1999)
4. Madrasah Aliyah Negeri Godean (1999-2002)
5. Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari'ah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta (2003-sekarang)
COVERABTRAKNOTA DINASPENGESAHANPERSEMBAHANKATA PENGANTARPEDOMAN TRANSLITERASI ARAB - LATINDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahB. Pokok MasalahC. Tujuan dan Kegunaan PenelitianD. Telaah PustakaE. Kerangka TeoritikF. Metode PenelitianG. Sistematika Pembahasan
BAB V PENTUPA. KesimpulanB, Saran
Daftar PustakaLAMPIRANBiografi TokohTerjemahanCurricullum Vitae