Download - DocumentA
A. DEFINISI BLURRED IMAGE
Blurred image atau gambaran kabur pada radiografi adalah hasil foto radiografi atau
radiograf dimana gambar yang dihasilkankan tampak kabur1 sehingga detil gambar tidak
terlihat jelas. Blurred image merupakan salah satu bentuk kegagalan pada radiografi.
A B
Gambar 1. A) Gambaran radiografi normal B) Gambaran radiografi blur (blurred image)
Hasil foto yang blur sangat berhubungan dengan tingkat ketajaman. Tingkat ketajaman
(sharpness) adalah kemampuan dari sebuah radiograf untuk memperlihatkan tepi-tepi suatu
objek secara presisi2. Contohnya pada radiologi kedokteran gigi adalah terlihatnya dento-
enamel junction pada radiograf. Hasil foto yang kabur akan mengurangi tingkat ketajaman
dari objek dan menghilangkan gambaran tepi-tepi objek sehingga mengurangi detil yang
dapat dilihat pada objek. Oleh karena itu, gambar blur juga bisa diartikan suatu unsharpness
(ketidaktajaman) pada gambar3. Bila tingkat blur kecil atau sharpness hanya menurun sedikit,
maka secara garis besar objek masih dapat dilihat. Namun, bila tingkat blur nya sudah besar
maka akan menyebabkan objek yang besar juga kelihatan kabur dan tidak dapat dilihat.
Blurred image terbagi menjadi dua, yakni blur total dan blur parsial. Dikatakan total
apabila blur mempengaruhi seluruh film dan dikatakan parsial bila yang dipengaruhi hanya
sebagian dari film (hasil foto).
Penyebab utama blurred image adalah adanya gerakan (motion) saat pengambilan
gambar, baik oleh pasien, cone atau film1,4. Namun, juga terdapat faktor pemicu lainnya yang
menyebabkan gambar menjadi blur (blurred image).
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BLURRED IMAGE
a. Blur Total
Radiografik blur total dipengaruhi oleh image receptor type (tipe penerima
paparan) , geometric blurring dan motion (gerakan)2,5.
1. Image Receptor type
Sebenarnya tipe film bukanlah faktor penyebab dari blur. Namun, tipe film
adalah salah satu yang paling mempengaruhi dan memicu terjadinya blur.
Pada film untuk radiografi intraoral, ukuran dan jumlah dari kristal perak
bromida pada emulsi film menentukan ketajaman gambar. Semakin besar kristal
menyebabkan ketajaman gambar menjadi berkurang, semakin kecil kristal
menyebabkan gambar semakin tajam3. Emulsi dari film yang cepat pun lebih
banyak mengandung kristal daripada emulsi film yang lambat.
Pada film radiografi ekstraoral, penggunaan intensifying screens
mempengaruhi ketajaman sebuah radiograf. Nilai ketajaman berkurang karena
radiasi sinar yang diteruskan oleh screen (sebagai penerima paparan pertama)
menyebar, menembus titik yang seharusnya dan terpapar pada area film yang
lebih luas dari pada kristal pospor pada film. Sinar yang menyebar tersebut
menyebabkan blurnya detail pada radiograf. Untuk itu, jarak intensifying screens
ke film harus sedekat mungkin.
2. Geometric Blurring
Blur geometri merupakan hasil dari tidak diemisikannya foton oleh focal spot
pada target di cone x-ray. Kejadian ini termasuk sejenis efek penumbra, yang
mempengaruhi tepi-tepi film sehingga tepi-tepi gambaran terlihat blur. Efek ini
disebabkan oleh ukuran focal spot yang besar. Semakin besar focal spot, semakin
luas area blur yang dihasilkan.
Gambar 2. a.) Efek penumbra dari focal spot. b.) Pengaruh besar focal spot terhadap besarnya area blur
yang dihasilkan
.
3. Motion
Motion atau gerakan merupakan penyebab utama terjadinya blur total pada
sebuah foto radiografi. Gambar yang dihasilkan bahkan terkadang tidak
mempelihatkan detail apapun pada foto. Gerakan yang terjadi bisa dari komponen
manapun baik pasien, film, maupun sumber sinar-X.
Gambar 3. Blurred image akibat adanya motion (gerakan).
Jika yang bergerak adalah sumber sinar-X, maka yang terjadi menyebabkan
efek penumbra yang sama seperti pada focal spot yang besar3.
Gambar 4. A) Blurred image. B) Ilustrasi menunjukkan efek gerakan terhadap besarnya penumbra.
b. Blur Parsial
Penyebab blur parsial adalah overexposure dan salah posisi pada foto panoramik.
1. Overexposure
Overexposure menyebabkan garis garis tepi dari objek melebar
sehingga detail gambar berkurang.
2. Salah posisi pada foto panoramik
Posisi pasien yang terlalu ke depan atau ke belakang saat pemotretan
menyebabkan gigi anterior pada hasil foto radiografi terlihat blur6.
Gambar 5. Gigi anterior terlihat lebih lebar dan blur pada hasil foto panoramik. Posisi pasien terlalu jauh dibelakang balok gigit.
D. CARA MENGATASI BLURRED IMAGE
a. Sebelum Terjadi Blurred Image
1. Operator harus menjelaskan prosedur kepada pasien dan terus mengingatkan
untuk sedikit bergerak atau tidak bergerak sama sekali.
2. Operator juga mengingatkan pasien untuk terus menahan film pada posisi
yang sama sampai proses foto selesai.
3. Jika cone yang bergerak, usahakan sesegera mungkin untuk mengembalikan
cone ke posisi semula sebelum terjadi paparan yang lama pada tempat
bergerak tadi.
4. Patuhi prinsip dasar radiologi kedokteran gigi (jarak film dan objek sedekat
mungkin, jarak objek dan sumber sinar-x sejauh mungkin)
5. Gunakan jenis film sesuai kebutuhan. Untuk menghindari terjadinya motion
blur, usahakan memilih fast film agar mengurangi resiko terjadinya gerakan.
b. Setelah Terjadi Blurred Image
Sharpening dan smoothing dapat dilakukan untuk memperbaiki hasil foto yang
blur. Hal ini dapat dilakukan melalui despeckle filters, yaitu suatu filter yang
digunakan untuk memperjelas gambar dengan cara mempertajam dan
memperhalus hasil gambar. Despeckle filters mungkin akan dapat memperbaiki
hasil radiografi sehingga detail gambar lebih terlihat.
REFERENSI
1. Carlton RR, Adler AM. Principle of Radiographic Imaging:An Art and Science,5 th
ed. New York:Delmar Cengage Learning; 2013
2. Kumar SR. Step by Step:Oral Radiology. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publisher; 2011
3. Ghom. Textbook of Oral Radiology. New Delhi: Elsevier;2008
4. Bailoor DM,Nagesh KS,editors.Fundamental of Oral Medicine and Radiology.
New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher;2005
5. Mandel J.Core Radiology. New York: Cambridge university publisher; 2013
6. Bissoon AK,Whaites E, Moze K, Naidu R. Evaluation of Common Operator
Errors in Panoramic Radiographyin Trinidad and Tobago: A Comparison of
Formally vs Informally Trained Operators. West Indian Med J.2012; 61 (7): 733-7