Download - 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menjadi lelaki atau perempuan memang bukanlah pilihan, itu sudah
menjadi satu paket yang diberikan Tuhan termasuk sifat dan karakteristik
seseorang. Sejauh mana sifat dan karakter ini mampu mempengaruhi cara
kerja seseorang. Profesi auditor, khususnya internal auditor atau lebih sering
dikenal dengan sebutan Satuan Pengawas Internal (SPI) saat ini didominasi
oleh kaum adam. Komposisi antara lelaki dan perempuan yang berprofesi
menjadi auditor sangat jauh bedanya. Memang profesi ini sama sekali tidak
bersinggungan dengan persoalan gender, karena kompetensi yang dibutuhkan
untuk profesi ini pun tidak ada kaitannya dengan gender. Meskipun demikian
fakta dan data yang ada, keberadaan perempuan dalam profesi ini sangat
minim sekali. Menurut data Asosiasi Auditor Internal (AAI), komposisi
auditor perempuan yang tergabung dalam dalam AAI hanya memenuhi porsi
12 persen saja (Majalah Auditor, 2008:28).
Memang menjadi seorang auditor bukanlah sebuah pilihan. Di beberapa
kasus, banyak orang yang berprofesi sebagai auditor karena berdasarkan
penunjukkan oleh direksi sehingga sulit untuk mengetahui mengapa para
perempuan mau berprofesi sebagai auditor. Namun demikian profesi auditor
1
tidak menutup kemungkinan diri terhadap kehadiran para perempuan di
profesi ini. Terbukti, walaupun dari segi kuantitas jumlah mereka tidak bisa
dipandang sebelah mata. Tidak sedikit para perempuan yang berprofesi
sebagai auditor menempati posisi puncak dalam departemennya. Sebut saja
Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ), Bank DKI, SPI (Satuan Pengawas Internal)
dipimpin oleh seorang perempuan (Majalah Auditor, 2008:28).
Banyak pertimbangan mengapa manajemen lebih memilih perempuan
untuk menduduki posisi internal audit. Menurut psikolog Tika Bisono dalam
majalah Auditor (2008), secara psikis perempuan yang berprofesi sebagai
auditor memang diuntungkan oleh sifat dasar keperempuanannya. Biasanya
perempuan lebih teliti terutama untuk hal yang berkaitan dengan uang
sehingga unsur ketelitiannya lebih tinggi dan betah berlama-lama ketika
menyelesaikan suatu pekerjaan. Siapa pun yang menjalani profesi ini, apakah
itu lelaki atau perempuan haruslah seorang manusia unggul yang memiliki
intelektualitas, emosi, mental, dan kepribadian serba unggul. Hal ini
dikarenakan tugas yang diemban oleh para internal auditor sangat berat tetapi
mulia. Seorang auditor harus mampu memberi keteladanan bagi karyawan
lain.
Memang tidak mudah menjadi seorang auditor karena di satu sisi seorang
auditor harus mampu mengawal kepentingan perusahaan dan di sisi lain harus
bisa melindungi kepentingan para stakeholder yang notabenennya berada di
luar manajemen. Dalam sebuah kasus berdasarkan penuturan seorang manajer
HRD (Human Resourch Development) sebuah produsen sepatu pada tahun
2
2004 yang dikutip dalam majalah Auditor (2008) pernah ada salah seorang
internal auditor wanita yang mengundurkan diri dari pekerjaannya. Auditor
tersebut tidak menceritakan alasan sebenarnya mengapa ia mengundurkan diri.
Namun sekitar dua bulan kemudian manajer tersebut bertemu kembali dengan
mantan auditor tersebut. Auditor menceritakan bahwa sebulan sebelum
mengundurkan diri, ia mendapat ancaman telepon dari rekan kerjanya karena
sebelumnya ia pernah melaporkan adanya penyimpangan di bagian pembelian
dan penjualan. Inilah yang pada akhirnya membentuk sebuah opini dan image
bahwa auditor perempuan ini menyebalkan, seakan-akan interpersonal skill
yang dimilikinya jelek sekali.
Tentu image seperti itu harus bisa diubah dan menjadi pekerjaan rumah
yang harus diselesaikan oleh para auditor. Bagaimanapun juga seorang auditor
adalah karyawan yang notabenenya adalah orang bayaran dan statusnya sama
seperti karyawan lainnya. Seorang auditor harus bisa menjadi mitra bagi divisi
lain di tempatnya bekerja. Menjadi seorang auditor bukanlah pentakhbisan diri
seseorang menjadi superpower person. Tidak mudah memang untuk bisa
berlaku rendah hati pada saat punya kekuasan. Siapa pun juga ketika dirinya
merasa sebagai pengawas di atas angin secara naluriah aura yang muncul
adalah merasa superior. Perasaan seperti itu harus dilawan dan disinilah letak
kepemimpinan seseorang (Majalah Auditor, 2008).
Salah satu jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik adalah audit atas
laporan keuangan sebuah entitas dengan memberikan opini atau pendapatnya
atas laporan keuangan tersebut yang didasarkan pada Standar Akuntansi
3
Keuangan (SAK). Opini tersebut menunjukkan kualitas atas laporan keuangan
yang dihasilkan oleh perusahaan. Kualitas jasa yang dihasilkan oleh profesi
akuntan publik diatur dan dikendalikan melalui berbagai standar yang
diterbitkan oleh organisasi profesi tersebut yang bernama Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI). Dengan adanya beberapa standar kualitas yang dihasilkan
akan menghasilkan keputusan ekonomi dan non ekonomi yang mendukung
pada kemajuan ekonomi. Begitu pula, kemajuan ekonomi mendorong
munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan bisnis yang
cukup tajam umtuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Namun
terkadang untuk mencapai tujuan itu, segala upaya dan tindakan dilakukan
walaupun pelaku bisnis harus melakukan tindakan-tindakan yang
mengabaikan berbagai dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk
profesi akuntansi.
Akuntan adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah
melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan
memberikan opini atau pendapat terhadap saldo akun dalam laporan keuangan
apakah telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan
atau prinsip akuntansi yang telah berlaku umum, dan standar atau prinsip
tersebut diterapkan secara konsisten. Badan audit research ternama telah
mendemonstrasikan bahwa sejumlah faktor level individu terbukti
berpengaruh terhadap keputusan seorang auditor. Untuk melaksanakan tugas
tersebut sering dibutuhkan judgment. Dari beberapa hasil penelitian dalam
bidang audit menunjukkan bahwa ada berbagai variasi faktor individual yang
4
mempengaruhi judgment dalam melaksanakan review selama proses
pelaksanaan audit (Solomon dan shields,1995 dalam Zulaikha, 2006), dan
pengaruh faktor individual ini berubah-ubah sesuai dengan kompleksitas tugas
(Tan and Kao, 1999 dan Libby, 1995 dalam Zulaikha, 2006).
Seorang auditor dalam melakukan tugasnya membuat audit judgment
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik bersifat teknis maupun non teknis. Aspek
perilaku individu, sebagai salah satu faktor yang banyak mempengaruhi
pembuatan audit judgment, sekarang ini semakin banyak menerima perhatian
dari para praktisi akuntansi ataupun dari akademisi. Namun demikian
meningkatnya perhatian tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan
penelitian di bidang akuntansi perilaku dimana dalam banyak penelitian tidak
menjadi fokus utama (Meyer, 2001 dalam Jamilah dkk, 2007).
Perjuangan kesetaraan gender adalah terkait dengan kesetaraan sosial
antara pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan
gender yang disebabkan oleh diskriminasi struktural dan kelembagaan.
Perbedaan hakiki yang menyangkut jenis kelamin tidak dapat di ganggu gugat
(misalnya secara biologis wanita mengandung), perbedaan peran gender dapat
diubah karena bertumpu pada faktor-faktor sosial dan sejarah. Bidang akuntan
publik yang terkait dengan banyak disiplin ilmu sosial tentunya akan sangat
dipengaruhi oleh hal-hal tersebut (Trianingsih, 2004).
Gender diduga menjadi salah satu faktor level individu yang turut
mempengaruhi audit judgment seiring dengan terjadinya perubahan pada
5
kompleksitas tugas. Temuan riset literatur psikologis kognitif dan pemasaran
juga menyebutkan bahwa wanita diduga lebih efisien dan efektif dalam
memproses informasi saat adanya kompleksitas tugas dalam pengambilan
keputusan dibandingkan dengan pria. Ruegger dan King (1992) dalam Jamilah
dkk (2007) menyatakan wanita umumnya memiliki tingkat pertimbangan
moral yang lebih tinggi daripada pria. Masih dalam literatur tersebut juga
dinyatakan bukti bahwa laki-laki relatif kurang mendalam dalam menganalisis
inti dari suatu keputusan. Namun pengaruh gender terhadap pemrosesan
informasi dan judgment belum banyak teruji dalam konteks penugasan audit
sebagai auditor. Dalam penugasan tersebut, variasi kompleksitas audit dapat
terjadi dalam berbagai akun, jumlah atau besarnya saldo akun.
Meyers-Levy (1986) dalam Jamilah dkk (2007) mengembangkan sebuah
theoretical framework untuk menjelaskan pemrosesan informasi oleh laki-laki
dan perempuan. Kerangka teoritis ini mereka sebut “selectivity hypothesis”.
Perbedaan yang didasarkan pada isu gender dalam pemrosesan informasi dan
pembuatan keputusan didasarkan atas pendekatan yang berbeda yaitu bahwa
laki-laki dan perempuan menggunakan pemrosesan inti informasi dalam
memecahkan masalah dan membuat inti keputusan. Laki-laki pada umumnya
dalam menyelesaikan masalah tidak menggunakan semua informasi yang
tersedia, dan mereka juga tidak memproses informasi secara menyeluruh,
sehingga dikatakan bahwa laki-laki cenderung melakukan pemrosesan
informasi secara terbatas. Sedangkan perempuan dipandang sebagai pemroses
6
informasi lebih detail, yang melakukan proses informasi pada sebagian besar
inti informasi untuk pembuatan keputusan atau judgment.
Kerangka teoritis ini kemudian digunakan untuk beberapa kajian misalnya
dalam auditing. O’Donel dan Jhonson (1999) dalam Zulaikha (2006)
melakukan studi apakah ada perbedaan usaha pemrosesan informasi dalam
suatu perencanaan prosedur analitis pada sebuah penugasan audit dapat
dikaitkan dengan isu gender. Mereka menemukan bukti empiris bahwa ada
ketidak konsistenan hasil adanya pengaruh gender pada proses perencanaan
prosedur analitis. Perempuan lebih memberikan usaha pemrosesan lebih intens
daripada laki-laki dalam hal laporan keuangan yang konsisten dengan
informasi tentang bisnis klien. Namun ketika terjadi perubahan fluktuasi
kompleksitas tugas dalam kasus eksperimen, maka terjadi sebaliknya dimana
perempuan menjadi kurang usahanya dalam pemrosesan informasi.
Dengan semakin meluasnya arus emansipasi, telah melahirkan
kecenderungan makin meluasnya kesempatan wanita dalam berbagai bidang
profesi, khususnya profesi seorang akuntan yang sebenarnya secara realita
tidak dapat dipungkiri lebih didomonasi oleh kaum wanita. Terutama dalam
praktik akuntansi publik, dimana jumlah kaum wanita belakangan ini yang
memasuki profesi sebagai akuntan publik telah meningkat secara drastis
(Trapp et al, 1998 dalam Murtanto dan Andryani, 2005). Jika sebelumnya
profesi akuntan publik lebih didominasi pria maka sekarang ini peran wanita
telah mengalami peningkatan. Perusahaan harus menciptakan jalur karier bagi
kaum wanita yang tidak ingin bersaing dengan dengan kaum pria untuk posisi
7
yang paling puncak dan yang ingin masuk dan keluar sebagai pekerja dalam
suatu organisasi (Schwatz, 1992 dalam Murtanto dan Andryani, 2005).
Pengujian pengaruh sejumlah faktor terhadap kompleksitas tugas juga
bersifat penting karena kecenderungan bahwa tugas melakukan audit adalah
tugas yang banyak menghadapi persoalan kompleks. Bonner (1994) dalam
Zulaikha (2006) mengemukakan ada tiga alasan yang cukup mendasar
mengapa pengujian terhadap kompleksitas tugas untuk sebuah situasi audit
perlu dilakukan. Pertama, kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh
signifikan terhadap kinerja seorang auditor. Kedua, sarana dan teknik
pembutan keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan
sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada kompleksitas
tugas audit. Ketiga, pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah tugas
dapat membantu tim manajemen audit perusahaan menemukan solusi terbaik
bagi staf audit dan tugas audit.
Ashton (1991) dalam Jamilah dkk (2007) menunjukkan bahwa dalam
literatur psikologi, pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai
faktor penting untuk meningkatkan kompetensi. Ashton juga menjelaskan
bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan
pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang baik
karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain di selain
pengalaman. Selain itu, penelitian yang dilakukan Bonner (1994) dalam
Zulaikha (2006) menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai spesifik tugas
dapat meningkatkan kinerja auditor berpengalaman, walaupun hanya dalam
8
penetapan risiko analitis. Hal ini menunjukkan bahwa pendapat auditor yang
baik akan tergantung pada kompetensi dan prosedur audit yang dilakukan oleh
auditor (Hogarth, 1992) dalam Jamilah dkk (2007). Komponen keahlian
sendiri terdiri atas beberapa macam. Tan dan Libby (1997) dalam Mayangsari
(2003) mengatakan bahwa keahlian audit terdiri atas tacit managerial dan
pengetahuan khusus. Hasil-hasil penelitian lain seperti Shanteau dan
Mohammadi (1992) dalam Mayangsari (2003), Bonner dan Lewis (1990)
dalam Mayangsari (2003), serta Mohammadi, Searfoss dan Sheanteau (1992)
dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa faktor pengetahuan kognitif
merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengarui keahlian audit.
Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen
ciri-ciri psikologis dan pengetahuan merupakan komponen yang memiliki
nilai tinggi dalam model kompetensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Zulaikha (2006) membuktikan hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa perempuan masih mendominasi peran
domestik, dan peran ganda perempuan tidak berpengaruh signifikan dalam
pembuatan judgment. Kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan
terhadap keakuratan judgment
Penelitian ini merupakan gabungan dari penelitian-penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Zulaikha (2006) dan Jamilah dkk (2007). Variabel dalam
penelitian ini meliputi gender, kompleksitas tugas, kompetensi auditor, dan
audit judgment yang beberapa diantaranya diadopsi dari penelitian mereka.
Perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah dalam penelitian ini penulis
9
merubah salah satu variabel dalam penelitian Zulaikha (2006) yaitu variabel
pengalaman dan penelitian Jamilah dkk (2007) yaitu variabel tekanan ketaatan
dengan variabel kompetensi auditor. Maka dari itu penulis mencoba
menggunakan variabel-variabel tersebut dalam penelitian ini.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merumuskan judul penelitian sebagai
berikut: “Pengaruh Gender, Kompleksitas Tugas, dan Kompetensi
Auditor Terhadap Audit Judgment (Studi Empiris pada Kantor Akuntan
Publik di Jakarta)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah gender, kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor berpengaruh
signifikan terhadap audit judgment?
2. Berapa besar variabel gender, kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor
mampu menjelaskan variabel audit judgment?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan :
10
a. Untuk menganalisis pengaruh variabel gender, kompleksitas tugas, dan
kompetensi auditor terhadap audit judgment
b. Untuk menganalisis besarnya variabel gender, kompleksitas tugas, dan
kompetensi auditor mampu menjelaskan variabel audit judgment
2. Manfaat Penelitian
Tujuan lain dari dibuatnya penelitian ini adalah untuk memberikan
manfaat terhadap :
a. Kantor Akuntan Publik
Memberikan tambahan gambaran tentang dinamika yang terjadi di
dalam Kantor Akuntan Publik khususnya auditor dalam membuat audit
judgment. Serta tidak adanya perbedaan kemampuan kognitif model
pemrosesan informasi individual dalam membuat judgment dalam
penugasan audit antara auditor laki-laki dan auditor perempuan.
Memberikan tambahan bukti empiris pada literatur akuntansi,
khususnya mengenai pengaruh gender, kompleksitas tugas, dan
kompetensi auditor terhadap auditor berkaitan dengan audit judgment.
b. Bagi Peneliti/ Akademisi
Manfaat bagi peneliti adalah agar peneliti dapat membandingkan teori
yang terdapat di bangku kuliah serta menambah wawasan tentang ilmu
11
audit. Manfaat lainnya adalah untuk membantu siapa saja yang ingin
mengetahui dan memperdalam tentang audit dan dapat digunakan
sebagai pengetahuan serta bahan pertimbangan untuk peneliti
berikutnya.
c. Bagi masyarakat
Manfaat bagi masayarakat umum atau pihak yang tidak terkait
langsung adalah adanya harapan dari hasil penelitian ini untuk dapat
dijadikan referensi dan dapat digunakan sebagai dokumentasi ilmiah
yang berguna untuk pengembangan ilmu dan teknologi.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Audit
a. Definisi audit
13
Arens (2003:15) mendefinisikan auditing adalah pengumpulan
serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan
melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan.
Definisi audit yang sangat terkenal adalah yang berasal dari
ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) dalam Halim
(2001:1) yang mendefinisikan auditing sebagai:
“Suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti audit secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan”.
Definisi tersebut dapat diuraikan menjadi 7 elemen yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan audit, yaitu:
1) Proses yang sistematis
Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang bersifat
logis, terstruktur,dan teroganisir.
2) Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif
14
Hal ini berarti bahwa proses sistematik yang dilakukan tersebut
merupakan proses untuk menghimpun bukti-bukti yang mendasari
asersi-asersi yang dibuat oleh individu maupun entitas. Auditor
kemudian mengevaluasi bukti-bukti yang diperoleh tersebut. Baik
saat penghimpunan maupun pengevaluasian bukti, auditor harus
obyektif. Obyektif berarti mengungkapkan fakta apa adanya yang
senyatanya, tidak bias atau tidak memihak dan tidak berprasangka
buruk terhadap individu atau entitas yang membuat representasi
tersebut.
3) Aseresi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi
Asersi merupakan suatu pernyataan atau suatu rangkaian
pernyataan secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab
atas pernyataan tersebut. Untuk audit laporan keuangan historis,
asersi merupakan pernyataan manajemen melalui laporan keuangan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Asersi-asersi
meliputi informasi yang terkandung dalam laporan keuangan,
laporan operasi internal, dan laporan biaya maupun pendapatan
berbagai pusat pertanggungjawaban pada suatu perusahaan. Jadi,
asersi atau pernyataan tentang tindakan dan kejadian ekonomi
merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran, dan
penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan
uang.
15
4) Menentukan tingkat kesesuaian (degree of correspondence)
Hal ini berarti penghimpunan dan pengevaluasian bukti-bukti
dimaksudkan untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai
tidaknya asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Tingkat kesesuaian tersebut dapat diekspresikan dalam
bentuk kuantitatif maupun kualitatif. Bentuk kuantitatif contohnya
prosentase pencapaian penjualan bila dibandingkan dengan
penjualan yang dianggarkan. Bentuk kualitatif contohnya
kewajaran laporan keuangan.
5) Kriteria yang ditentukan
Kriteria yang ditentukan merupakan standar-standar pengukur
untuk mempertimbangkan (judgment) asersi-assersi atau
representasi-representasi. Kriteria tersebut dapat berupa prisip
akuntansi yang berlaku umum atau Standar Akuntansi Keuangan,
aturan-aturan spesifik yang ditentukan oleh badan legislatif atau
pihak lainnya, anggaran atau ukuran lain kinerja manajemen
6) Menyampaikan hasil-hasilnya
Hal ini berarti hasil-hasil audit dikomunikasikan melalui laporan
tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi-
asersi dan kriteria yang telah ditentukan. Komunikasi hasil audit
16
tersebut dapat memperkuat ataupun memperlemah kredibilitas atau
representasi atau pernyataan yang dibuat.
7) Para pemakai yang berkepentingan
Para pemakai yang berkepentingan merupakan para pengambil
keputusan yang menggunakan dan mengandalkan temuan-temuan
yang diinformasikan melalui laporan audit, dan laporan lainnya.
Para pemakai tersebut meliputi investor maupun calon investor di
pasar modal, pemegang saham, kreditor maupun calon kreditor,
badan pemerintahan, manajemen, dan publik pada umumnya.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan pengertian audit
adalah suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti
objektif tentang suatu asersi yang bertujuan untuk mencapai derajat
kesesuaian dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dan
menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.
b. Jenis-jenis Audit
Ada beberapa jenis audit yang dikemukakan oleh Arens, et all
(2006: 14-15) dalam Enjel (2006) yaitu: operational audits, financial
statetment audits, dan compliance audits.
1) Operational audits (Audit operasional)
17
Pemeriksaan operasional adalah suatu tinjauan terhadap setiap
bagian prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai
efisiensi dan efektifitas kegiatan entitas tersebut.
2) Financial statement audits (Audit laporan keuanagan)
Pemeriksaan keuangan merupakan pemeriksaan atas laporan
keuangan suatu organisasi atau perusahaan secara keseluruhan
merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi telah disajikan
sesuai dengan kriteria tertentu yang dalam hal ini adalah prinsip
akuntansi yang berlaku umum, dengan tujuan memberikan
pendapat wajar atas kewajaran penyajian laporan keuangan.
3) Compliance audits (Audit kepatuhan)
Pemeriksaan ketaatan merupakan proses pemeriksaan yang
mempertimbangkan apakah klien telah mengikuti atas suatu
prosedur atau peraturan tertulis yang ditetapkan oleh pihak yang
berwenang yang memiliki otoritas yang lebih tinggi.
c. Jenis-jenis Auditor
Menurut Arens, et all (2006: 15-16) dalam Bony Enjel (2006)
terdapat empat jenis auditor yang umum dikenal dalam masyarakat,
yaitu: certified accountant public firms, general accounting office
auditors, internal revenue agent, and internal auditors.
1) Certified accountant public firms (Akuntan publik)
18
Akuntan publik disebut juga auditor eksternal atau auditor
independen untuk membedakannya dengan auditor internal.
2) General accounting office auditors (Akuntan pemerintah)
Dilaksanakan oleh auditor pemerintah sebagai karyawan
pemerintah. Audit ini mencakup audit laporan keuangan, audit
kepatuhan, audit operasional.
Aktifitas yang dilakukan auditor pemerintah (Rahayu dan Suhayati,
2010:14) adalah sebagai berikut:
a) Audit keuangan (Financial Audits) yang terdiri atas audit
laporan keuangan dan audit atas hal-hal yang berkaitan dengan
keuangan.
b) Audit Kinerja (Performance Audits) yang terdiri atas program
pemerintah dan BUMN (Badan Usaha Milik Negara).
3) Internal revenue agent (Akuntan pajak)
Akuntan mempunyai tanggung jawab terhadap pelaksanaan pada
pembayaran pajak oleh wajib pajak. Lingkup pengerjaannya adalah
memeriksa apakah wajib pajak telah benar memberikan pajaknya
sesuai dengan prosedur dan hukum yang berlaku.
4) Internal auditors (Auditor internal)
19
Auditor internal adalah bertanggung jawab pada manajemen
perusahaan. Tinjauannya adalah audit terhadap setiap berbagai
prosedur-prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk
menilai efisiensi dan efektifitas kegiatan.
Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka auditor
internal harus berbeda di luar fungsi lini suatu organisasi,
kedudukannya independen dari auditee. Auditor internal wajib
memberikan informasi bagi manajemen pengambil keputusan yang
berkaitan yang berkaitan dengan operasional perusahaan, sehingga
memerlukan informasi dari manajemen. Informasi dari auditor
internal banyak dimanfaatkan bagi pihak ekstern karena
indenpendensinya terbatas (tidak independen bagi pihak ekstern).
Hal ini membedakan auditor internal dan akuntan publik (Rahayu
dan Suhayati, 2010:14).
d. Jenis-jenis Pendapat Auditor
Sukrisno Agoes (2004:49-52) ada lima jenis pendapat yang dapat
diberikan oleh auditor, yaitu :
1) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (unqualified opinion)
Jika auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar
auditing yang ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, seperti
terdapat dalam standar profesional akuntan publik, dan telah
20
mengumpulkan bahan-bahan pembuktian (audit evidence) yang
cukup untuk mendukung opininya, serta tidak menemukan adanya
kesalahan material atas penyimpangan pendapat wajar tanpa
pengecualian. Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor
menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha,
perubahan ekuitas, dan arus kas suatu entitas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan tambahan Bahasa
Penjelasan yang Ditambahkan dalam Laporan Audit Bentuk Baku
Pendapat ini diberikan jika terdapat suatu keadan tertentu yang
mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau
bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak
mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang
dinyatakan oleh auditor. Kondisi atau keadaan yang memerlukan
bahasa penjelasan tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai
berikut :
a) Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan auditor
independen lain.
b) Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan
karena keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan
21
disajikan menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
c) Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan
auditor yakin tentang adanya kesangsian mengenai
kelangsungan hidup entitas namun setelah mempertimbangkan
rencana manajemen auditor berkesimpulan bahwa rencana
manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan
pengungkapan mengenai hal itu telah memadai.
d) Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan
material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode
penerapannya.
e) Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas
laporan keuangan komparatif.
f) Data keuangan kuartala tertentu yang diharuskan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam) namun tdak disajikan atau
tidak di review.
g) Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah
dihilangkan, yang penyajiannya menyimpang jauh dari pedoman
yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut, atau auditor tidak dapat
menghilangkan keraguan yang besar apakah informasi tambahan
22
tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Dewan
tersebut.
h) Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan
keuangan yang diaudit secara material tidak konsisten dengan
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
3) Pendapat Wajar dengan Pengecualian (qualified opinion)
Kondisi tertentu mungkin memerlukan pendapat wajar dengan
pengecualian. Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan
bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua
hal yang material, posisi laporan keuangan, hasil usaha, perubahan
ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Pendapat ini dinyatakan bilamana:
a) Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor
berkesimpulan bahwa ia tidak menyatakan pendapat wajar tanpa
pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak
memberikan pendapat.
b) Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan
berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan
untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
23
c) Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia
harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu
atau lebih paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf
pendapat. Ia juga harus mencantumkan bahasa pengecualian
yang sesuai dan merujuk ke paragraf penjelasan di dalam
paragraf pendapat. Pendapat wajar dengan pengecualian harus
berisi kata kecuali atau pengecualian dalam suatu frasa seperti
kecuali untuk atau dengan pengecualian untuk.
4) Pendapat Tidak Wajar (adverse opinion)
Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan
tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha,
perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia. Pendapat ini dinyatakan bila, menurut
pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion atau
no opinion)
24
Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa
auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor
dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia tidak dapat
merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang
kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia. Jika auditor menyatakan semua alasan
subtantif yang mendukung pernyataannya tersebut.
2. Gender
Kata gender belum masuk dalam perbendaharaan Kamus Besar
Bahasa Indonesia, tetapi istilah tersebut sudah lazim digunakan, khususnya
di Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita dengan istilah “jender”.
Jender diartikan sebagai “interpretasi mental dan kultural terhadap
perbedaan kelamin yakni laki-laki dan perempuan. Jender biasanya
dipergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang dianggap tepat
bagi laki-laki dan perempuan”.
Menurut Epstein (1990) dalam Berliyanti (2002) terdapat variasi
yang signifikan dari orang-orang diantaranya gender, mendapat perhatian
dari pimpinan dalam bisnis. Perbedaan gender memiliki implikasi tidak
hanya untuk orang-orang dalam bisnis tetapi untuk pendidik, pekerja, dan
manajer dalam berbagai disiplin ilmu.
Gillian (1992) dalam Berliyanti (2002) seorang psikologis dari
Howard mengembangkan gender socialization theory yang menjelaskan
25
perbedaan antara pria dan wanita adalah pria cenderung lebih
mempertimbangkan pandangan-pandangan dalam keadilan, peraturan-
peraturan dan hak-hak individual, sedangkan wanita lebih mengarah pada
pandangan tentang hubungan-hubungan, perhatian, dan menaruh belas
kasihan.
Gender menurut Umar (1999:45) dalam Atutik dan Hamzah
(http://downloads.ziddu.com) adalah suatu konsep yang di gunakan untuk
mengidentifikasikan perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi budaya.
Pengertian tersebut sejalan dengan kesimpulan yang diambil oleh Astutik
dan Hamzah yang mendefinisikan gender sebagai pembagian peran serta
tanggung jawab, baik laki-laki maupun perempuan, yang di tetapkan
secara sosial maupun kultural. Dalam masyarakat patriarki, pandangan
hidup yang berlaku bersifat seksis, jenis kelamin perempuan ditempatkan
dalam posisi subordinat atau bawahan. Sementara jenis kelamin laki-laki
sebagai superordinat atau menduduki posisi dominan, sehingga pengaruh
pada isu gender itu sendiri pada akhirnya melahirkan stereo typing
(pelabelan) yaitu perempuan merupakan makhluk lemah, emosional, dan
bertanggung jawab pada peran domestik saja.
Parmer dan Kandamsih (1997) dalam Nurasnida (2008)
menjelaskan pandangan gender dapat diklasifikasikan dalam dua
stereotype, yaitu:
a) Sex role stereotype
26
Dihubungkan dengan pandangan umum bahwa pria lebih berorientasi
pada pekerjaan objektif, independen, agresif, dan pada umumnya
mempunyai kemampuan lebih dibandingkan wanita dalam
pertanggung jawaban manajerial. Wanita di pihak lain dipandang lebih
pasif, lembut, orientasi pada pertimbangan, lebih sensitif, dan lebih
rendah posisinya pada pertanggung jawaban dalam organisasi
dibandingkan dengan pria
b) Manajerial stereotype
Memberikan pengertian manajer yang sukses sebagai seseorang yang
memiliki sikap perilaku, dan temperamen yang umumnya lebih
dimiliki pria dibandingkan wanita.
Stereotype merupakan proses pengelompokan individu kedalam
suatu kelompok, dan pemberian atribut karakteristik pada individu
berdasarkan kelompok.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gender
adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan
laki-laki dan perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial budaya. Gender
dalam arti ini adalah suatu bentuk rekayasa masyarakat (social
constructions), bukannya sesuatu yang bersifat kodrati.
Pengambilan keputusan harus didukung oleh informasi yang
memadai. Kaum pria dalam pengolahan informasi tersebut biasanya tidak
menggunakan seluruh informai yang tersedia sehingga keputusan yang
27
diambil kurang komprehensif. Lain halnya dengan wanita, mereka dalam
mengolah informasi cenderung lebih teliti dengan menggunakan informasi
yang lebih lengkap dan mengevaluasi kembali informasi tersebut dan tidak
gampang menyerah. Laki-laki pada umumnya juga tidak memproses
informasi secara menyeluruh, sehingga dikatakan bahwa laki-laki
cenderung melakukan proses informasi secara terbatas. Sedangkan
perempuan dipandang sebagai pemroses informasi lebih detail yang
melakukan proses informasi pada sebagian besar inti informasi untuk
pembuatan judgment (Meyer dan Levy, 1986 dalam Zulaikha, 2006).
Kaum wanita relatif lebih efisien dibandingkan dengan kaum pria selagi
mendapat akses informasi. Selain itu, kaum wanita juga memiliki daya
ingat yang lebih tajam terhadap suatu informasi baru dibandingkan dengan
kaum pria dan demikian halnya dalam mengolah informasi yang sedikit
menjadi lebih tajam. Argumen ini didukung oleh hasil penelitian dari
Gillian (1982), dan Cohen, et al (1999) dalam Jamilah dkk (2007).
3. Kompleksitas Tugas
Tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas merupakan dua aspek
penyusun dari kompleksitas tugas. Tingkat sulitnya tugas selalu dikaitkan
dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut, sementara struktur
adalah terkait dengan kejelasan informasi (information clarity). Menurut
Bonner (1994) dalam Jamilah dkk (2007) , proses pengolahan informasi
terdiri dari tiga tahapan, yaitu: input, proses, output. Pada tahap input dan
proses, kompleksitas tugas meningkat seiring bertambahnya faktor cues.
28
Terdapat perbedaan antara pengertian banyaknya cues yang diadakan
(number of cues available) dengan banyaknya cues yang terolah (number
of cues processed). Banyaknya cues yang ada, seorang decision maker
harus berusaha melakukan pemilahan terhadap cues-cues tersebut
(meliputi upaya penyeleksian dan pertimbangan-pertimbangan) dan
kemudian mengintegrasikannya ke dalam suatu judgment (pendapat).
Keputusan bisa diberikan segera bila banyak cues yang diamati tidak
meninggalkan batas-batas kemampuan dari seorang decision maker
(Chung dan Monroe, 2001 dalam Jamilah dkk, 2007).
Hasil penelitian Chung dan Monroe (2001) dalam Jamilah dkk
(2007) mengatakan bahwa kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh
terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Abdolmohammadi dan
Wright (1986) dalam Jamilah dkk (2007) menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan judgment yang diambil auditor pada kompleksitas tugas tinggi
dan kompleksitas tugas rendah. Stuart (2001) dalam Jamilah dkk (2007)
mengatakan bahwa kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit
judgment jika perusahaan audit tidak terstruktur. Cheng, dkk (2003) dalam
Jamilah dkk (2007) mengatakan bahwa kompleksitas tugas tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keputusan. Oleh karena itu,
penelitian ini dimaksudkan untuk menguji konsistensi tersebut.
Wood (1980) dalam Murdisar dan Nelly (2007) menyebutkan
kompleksitas tugas dapat dilihat dalam 2 aspek, yaitu:
29
a) Kompleksitas komponen, yaitu mengacu pada jumlah informasi yang
harus diproses dan tahapan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan
sebuah pekerjaan. Suatu pekerjaan dianggap semakin rumit jika
informasi yang harus diproses dan tahap-tahap yang harus dilakukan
semakin banyak.
b) Kompleksitas koordinatif yang mengacu pada jumlah koordinasi
(hubungan antara satu bagian dengan bagian lain) yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Suatu pekerjaan dianggap
semakin rumit ketika pekerjaan tersebut memiliki keterkaitan dari
pekerjaan yang lainnya atau pekerjaan yang akan dilaksanakan tersebut
terkait dengan pekerjaan yang sebelumnya dan sesudahmya.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Murdisar dan Nelly (2007)
menunjukkan ketika kompleksitas tugas rendah, akuntabilitas akan
mempengaruhi kualitas kerja auditor. Namun ketika kompleksitas tugas
tinggi, akuntabilitas tidak berpengaruh pada kualitas pekerjaan auditor.
Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki
seseorang untuk mempertanggung jawabkan sesuatu yang telah mereka
kerjakan kepada lingkungan atau orang lain.
4. Kompetensi Auditor
Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Lastanti
(2005) mendefinisikan keahlian adalah ketrampilan dari seorang ahli. Ahli
didefinisikan seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau
30
pengetahuan yang tinggi dalam subjek tertentu yang diperoleh dari
pelatihan dan pengalaman. Trottre (1986) dalam Lastanti (2005)
mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan ketrampilannya
mengerjakan pekerjaan secara cepat, mudah, intuisi, dan sangat jarang atau
tidak pernah membuat kesalahan.
Hayes-Roth dkk (1983) dalam Murtanto dan Gudono (1999)
mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang
suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul
dalam lingkungan tersebut, dan ketrampilan untuk memecahkan
permasalahan terebut.
Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Alim dkk
(2007) kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang
pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-
aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap,
pengetahuan dan ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan
tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Susanto
(2000) dalam Alim dkk (2007) definisi tentang kompetensi yang sering
dipakai adalah karakteristik-karakteristik yang mendasari individu untuk
mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan,
ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta
kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin.
Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan
pengalaman (Mayangsari, 2003).
31
Adapun kompetensi menurut De Angelo (1981) dalam Elfarani
(2007) dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yakni sudut pandang
auditor individual, audit tim dan Kantor Akuntan Publik (KAP). Masing-
masing sudut pandang akan dibahas lebih mendetail berikut ini:
a. Kompetensi Auditor Individual.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, antara
lain pengetahuan dan pengalaman. Untuk melakukan tugas
pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum
dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang pengauditan, akuntansi
dan industri klien. Selain itu diperlukan juga pengalaman dalam
melakukan audit. Seperti yang dikemukakan oleh Libby dan Frederick
(1990) dalam Elfarani (2007) bahwa auditor yang berpengalaman
mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan
sehingga keputusan yang diambil bisa lebih baik.
b. Kompetensi Audit Tim.
Standar pekerjaan lapangan yang kedua menyatakan bahwa jika
pekerjaan menggunakan asisten maka harus disupervisi dengan
semestinya. Dalam suatu penugasan, satu tim audit biasanya terdiri
dari auditor yunior, auditor senior, manajer dan partner. Tim audit ini
dipandang sebagai faktor yang lebih menentukan kualitas audit
(Wooten, 2003 dalam Elfarani, 2007). Kerjasama yang baik antar
anggota tim, profesionalime, persistensi, skeptisisme, proses kendali
mutu yang kuat, pengalaman dengan klien, dan pengalaman industri
32
yang baik akan menghasilkan tim audit yang berkualitas tinggi. Selain
itu, adanya perhatian dari partner dan manajer pada penugasan
ditemukan memiliki kaitan dengan kualitas audit.
c. Kompetensi dari Sudut Pandang KAP.
Besaran KAP menurut Deis & Giroux (1992) dalam Elfarani (2007)
diukur dari jumlah klien dan persentase dari audit fee dalam usaha
mempertahankan kliennya untuk tidak berpindah pada KAP yang lain.
Menurut I Gusti Agung Rai (2008:63) terdapat tiga macam
kompetensi auditor kinerja , yaitu mutu personal, pengetahuan umum, dan
kehlian khusus.
1) Mutu personal
Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus memiliki mutu
personal yang baik, seperti:
a) Rasa ingin tahu (inquisitive)
b) Berpikiran luas (broad minded)
c) Mampu menangani ketidakpastian
d) Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah
e) Menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subjektif
f) Mampu bekerja sama dengan tim
2) Pengetahuan umum
Seorang auditor harus memiliki pengetahuan umum untuk memahami
entitas yang akan diaudit dan membantu pelaksanaan audit.
Pengetahuan dasar ini meliputi kemampuan untuk melakukan review
33
analitis (analytical review), pengetahuan teori organisasi untuk
memahami suatu organisasi, pengetahuan auditing, dan pengetahuan
tentang sektor publik. Pengetahuan akuntansi mungkin akan membantu
dalam mengolah angka dan data, namun karena audit kinerja tidak
memfokuskan pada laporan keuangan maka pengetahuan akuntansi
bukanlah syarat utama dalam melakukan audit kinerja.
3) Keahlian khusus
Keahlian khusus yang harus dimiliki antara lain keahlian untuk
melakukan wawancara, kemampuan membaca cepat, statistik,
ketrampilan menggunakan komputer (minimal mampu
mengoperasikan word processing dan spread sheet), serta mampu
menulis dan mempresentsikan laporan dengan baik.
5. Audit Judgment
Hogarth (1992) dalam Jamilah dkk (2007) mengartikan judgment
sebagai proses kognitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kognitif berhubungan dengan
kondisi yang artinya: (1) kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan
(termasuk kesadaran dan perasaan) atau usaha mengenali sesuatu melalui
pengalaman sendiri, (2) proses, pengenalan, dan penafsiran lingkungan
oleh seseorang, (3) hasil pemerolehan keuntungan.
Judgment merupakan suatu proses yang terus menerus dalam
perolehan informasi (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya),
pilihan untuk bertindak atau tidak bertindak, penerimaan informasi lebih
34
lanjut. Proses judgment tergantung pada kedatangan informasi sebagai
suatu proses unfolds. Kedatangan informasi bukan hanya mempengaruhi
pilihan, tetapi juga mempengaruhi cara pilihan tersebut dibuat. Setiap
langkah, di dalam proses incremental judgment jika informasi terus
menerus datang, akan muncul pertimbangan baru dan keputusan/pilihan
baru. Sebagai gambaran, akuntan publik mempunyai tiga sumber
informasi yang potensial untuk membuat suatu pilihan: (1) teknik manual,
(2) referensi yang lebih detail dan (3) teknik keahlian. Berdasarkan proses
informasi dari ketiga sumber tersebut, akuntan mungkin akan melihat
sumber yang pertama, bergantung pada keadaan perlu tidaknya diperluas
dengan sumber informasi kedua, atau dengan sumber informasi yang
ketiga, tetapi jarang memakai keduanya (Gibbin, 1984) dalam Jamilah dkk
(2007).
Judgment akuntan profesional dapat dirusak oleh konflik
kepentingan. Terdapat dua konflik kepentingan, yaitu real conflict dan
latent conflict. Real conflict adalah konflik yang mempunyai pengaruh
pada masalah judgment yang ada, sedangkan latent conflict adalah konflik
yang bisa mempengaruhi judgment di masa mendatang.
Dalam pelaksanaan prosedur audit yang mendetail, auditor
membuat berbagai pertimbangan (judgment) yang mempengaruhi
dokumentasi bukti dan keputusan pendapat auditor (Taylor, 2000) dalam
Jamilah dkk (2007). Kenyataan ini membuat auditor harus mengenali
resiko-resiko dan tingkat materialitas suatu saldo akun yang telah
35
ditetapkan pada saat perencanaan audit. Persoalannya adalah bagaimana
auditor mengkomunikasikan masalah tersebut dengan para stafnya,
terlebih bila diakui subyektifitas dan pemahaman atas suatu resiko sangat
tinggi. Judgment dari audit akan dijumpai pada setiap tahap-tahap audit.
Pada tahap perencanaan audit, judgment digunakan untuk menetapkan
prosedur-prosedur yang akan dilaksanakan. Hal ini dikarenakan judgment
pada tahap awal audit ditentukan berdasarkan pertimbangan pada tingkat
materialitas yang diramalkan. Dalam kaitannya dengan laporan keuangan,
judgment yang diputuskan oleh auditor akan berpengaruh pada opini
seorang auditor mengenai kewajaran laporan keuangan. Tetapi, opini
auditor tersebut tidak semata-mata hanya didasarkan atas materialitas
tidaknya bukti audit. Ada berbagai faktor-faktor pembentuk opini dari
seorang auditor mengenai wajar atau tidaknya suatu laporan keuangan
kliennya, yaitu keandalan sistem pengendalian intern klien, kesesuaian
pencatatan transaksi akuntansi dengan prinsip akuntansi berterima umum,
ada tidaknya pembatasan audit yang dilakukan oleh klien, konsistensi
pencatatan transaksi akuntansi.
Pertimbangan auditor (auditor judgment) sangat tergantung pada
persepsi mengenai suatu situasi. Judgment yang merupakan dasar dari
sikap professional adalah hasil dari beberapa faktor seperti pendidikan,
budaya, dan sebagainya, tetapi yang paling signifikan dan tampak
mengendalikan semua unsur seperti pengalaman adalah perasaan auditor
dalam menghadapi situasi dengan mengingat keberhasilan dari situasi
36
sebelumnya. Judgment adalah perilaku yang paling berpengaruh dalam
mempersepsikan situasi, dimana faktor utama yang mempengaruhinya
adalah materialitas dan apa yang kita yakini sebagai kebenaran (Siegel dan
Marconi, 1989 dalam Arum, 2008).
Boynton (2002) dalam Mulyani (2008) auditor harus menggunakan
kemahiran profesionalnya dalam pelaksanaan audit dan pembuatan laporan
audit dengan cermat dan seksama. Pentingnya pertimbangan (judgment)
dalam proses pengauditan merupakan sesuatu hal yang melekat pada setiap
tahap pengauditan. Audit judgment adalah kebijakan auditor dalam
menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada
pembentukkan suatu pendapat atau perkiraan mengenai suatu objek,
peristiwa, status, atau jenis peristiwa lainnya. Dalam Mulyani (2008)
disebutkan adanya faktor-faktor fundamental audit judgment, yaitu:
a) Pengalaman
Dalam menganalisis audit judgment, pengalaman merupakan komponen
audit expertise yang penting. Pengalaman merupakan suatu faktor yang
sangat vital yang dapat mempengaruhi judgment yang kompleks.
Penelitian menginvestigasikan pengaruh kompleksitas tugas atau audit
judgment dalam berbagai tingkatan pengalaman. Mereka menemukan
bahwa pertimbangan auditor tidak berpengalaman mempunyai tingkat
populasi kesalahan yang signifikan lebih besar dibandingkan auditor
berpengalaman (Abdolmuhammadi dan Wring, 1987, Butt 1988 dalam
Mulyani, 2008).
37
Tubbs (1992) dalam Mulyani (2008) mengatakan ketika auditor
menjadi lebih berpengalaman jika:
1) Auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan
2) Auditor memiliki jalan pengertian yang lebih sedikit mengenai
kekeliruan
3) Auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim
4) Hal-hal yang terkait dengan penyebab kekeliruan seperti
departemen tempat terjadi kekeliruan dan pelanggaran tujuan
pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol.
b) Pengetahuan
Auditor harus memiliki baik pengetahuan yang bersifat umum maupun
yang khusus dan pengetahuan area auditing, akuntansi dan klien, juga
harus mengetahui karakteristik klien yang akan di auditnya karena
masing-masing perusahaan berbeda-beda. Pengetahuan khusus tentang
suatu industri akan membawa dampak positif terhadap hasil kerja
auditor (Djaddang dan Parmono, 2002 dalam Mulyani, 2008).
Komponen pengetahuan (knowledge component), merupakan
komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen pengetahuan
meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur,dan
pengalaman. Pengalaman dalam beberapa literatur auditing sering
digunakan sebagai surrogate dari pengetahuan, sebab pengalaman
akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberi kemajuan
bagi pengetahuan (Kanfer dan Stanner,1989 dalam Mulyani, 2008).
38
Menurut Brown dan stanner (1983) dalam Murdisar dan Nelly (2007)
perbedaan pengetahuan di antara auditor akan berpengaruh terhadap
cara auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa seorang auditor akan bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan
secara efektif jika didukung dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Kesalahan diartikan dengan seberapa banyak perbedaan (deviasi)
antara kebijakan-kebijakan perusahaan tentang pencatatan akuntansi
dengan kriteria yang telah distandarkan.
Dalam mendeteksi sebuah kesalahan, seorang auditor harus didukung
dengan pengetahuan tentang apa dan bagaimana kesalahan tersebut
terjadi (Tubbs, 1992 dalam Mulyani, 2008). Secara umum seorang
auditor harus memiliki pengetahuan-pengetahuan mengenai general
auditing, fungsional area, computer auditing, accounting issuu,
specific industry, general world knowledge (pengetahuan umum), dan
problem solving knowledge (Bedard dan Michelene, 1993 dalam
Murdisar dan Nelly, 2007).
B. Penelitian Sebelumnya
Sekar Mayangsari (2003) meneliti tentang pengaruh keahlian audit dan
independensi terhadap pendapat audit: sebuah kuasieksperimen. Hasil
penelitiannya adalah pendapat auditor yang ahli dan independen berbeda
dengan auditor yang hanya memiliki salah satu karakter atau sama sekali tidak
mempunyai karakter tersebut. Hasil penelitian lain menunjukkan adanya
39
interaksi antara keahlian audit dengan jenis informasi yang digunakan
berpengaruh terhadap pendapat audit. Faktor independensi lebih jelas
berpengaruh terhadap pendapat audit.
Zulaikha (2006) meneliti tentang pengaruh interaksi gender, kompleksitas
tugas, dan pengalaman auditor terhadap audit judgment. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa perempuan masih mendominasi peran domestik, dan
peran ganda perempuan tidak berpengaruh signifikan dalam pembuatan
judgment. Kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap
keakuratan judgment. Pengalaman sebagai auditor berpengaruh langsung
terhadap audit judgment.
Siti Jamilah, Zaenal Fanani, dan Grahita Chandrarin (2007) meneliti
tentang pengaruh gender, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas terhadap
audit judgment. Hasil peneltiannya menunjukkan pertama, gender tidak
berpengaruh terhadap audit judgment. Kondisi ini menunjukkan bahwa
perbedaan gender antara auditor pria dan wanita dengan perbedaan karakter
dan sifat yang melekat pada individu masing-masing tidak berpengaruh
terhadap judgment yang akan diambilnya. Kedua, tekanan ketaatan
berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment. Hal ini menunjukkan
bahwa tekanan ketaatan yaitu perintah dari atasan dan keinginan klien untuk
menyimpang dari standar profesional akan cenderung mentaati perintah
tersebut walaupun perintah tersebut tidak tepat dan bertentangan dengan
standar profesional. Ketiga, kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap audit judgment artinya para auditor mengetahui dengan
40
jelas atas tugas apa yang akan dilakukannya, tidak mengalami kesulitan dalam
melakukan tugas dan dapat melakukan tugasnya dengan baik.
Cecilia Engko dan Gudono (2007) meneliti tentang pengaruh kompleksitas
tugas dan locus of control terhadap hubungan antara gaya kepemimpinan dan
kepuasan kerja auditor. Hasil penelitiannya adalah hipotesis satu tidak
mendukung kompleksitas tugas tidak dapat memoderasi hubungan antara gaya
kepemimpinan direktif dan kepuasan kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa
semakin tinggi kompleksitas tugas maka gaya kepemimpinan yang direktif
akan menurunkan kepuasan kerja auditor yunior. Hipotesis dua mendukung
perilaku pemimpinan dipengaruhi oleh kompleksitas tugas dan tidak dan tidak
terpengaruh terhadap kepuasan kerja auditor. Hal ini mengindikasikan bahwa
semakin rendah kompleksitas tugas maka gaya kepemimpinan suportif akan
meningkatkan kepuasan kerja auditor. Hipotesis tiga tidak mendukung bahwa
auditor yunior yang memiliki locus of control eksternal akan meningkatkan
hubungan antara gaya kepemimpinan direktif dan kepuasan kerja. Hipotesis
empat tidak mendukung auditor yunior yang memiliki locus of control internal
akan meningkatkan hubungan antara gaya kepemimpinan suportif dan
kepuasan kerja.
Zuraidah Mohd Sanusi, Takiah Mohd Iskandar, dan June M.L Poon (2007)
meneliti tentang pengaruh orientasi tujuan dan kompleksitas tugas dalam
penilaian audit judgment. Hasil penelitiannya adalah kompleksitas tugas
secara negatif berhubungan dengan penilaian audit kinerja menunjukkan
bahwa penilaian auditor lebih baik pada tugas-tugas yang sederhana.
41
Enggar Diah Puspa Arum (2008) meneliti tentang pengaruh persuasi atas
preferensi klien dan pengalaman audit terhadap pertimbangan auditor dalam
mengevaluasi bukti audit. Hasil penelitiannya adalah menunjukkan bahwa
persuasi atas klien berpengaruh positif terhadap pertimbangan (judgment)
auditor dalam mengevakuasi bukti audit. Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa secara simultan persuasi atas preferensi klien dan pengalaman audit
berpengaruh nyata (signifikan) terhadap pertimbangan (judgment) auditor
dalam mengevaluasi bukti audit.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul dan Peneliti
Variabel Metodologi Hasil
Pengaruh keahlian audit dan independensi terhadap pendapat audit: sebuah kuasieksperimen
Sekar Mayangsari (2003)
Independen :
Keahlian audit dan independensi
Dependen :
Pendapat audit
Eksperimen • independensi lebih jelas berpengaruh terhadap pendapat audit
• interaksi antara keahlian audit dengan jenis informasi yang digunakan berpengaruh terhadap pendapat audit
Pengaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas dan Pengalaman Auditor terhadap Audit Judgment
Independen :
Interaksi gender, kompleksitas tugas, dan pengalaman auditor
Kuasi eksperimen • peran ganda perempuan tidak berpengaruh signifikan terhadap akuratnya informasi dalam pembuatan judgment
• Kompleksitas
42
Zulaikha (2006)
Dependen :
Audit judgment
tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap keakuratan judgment
• pengalaman sebagai auditor berpengaruh langsung terhadap judgment
Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan dan Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgment
Siti Jamilah, Zaenal Fanani, dan Grahita Chandrarin (2007)
Independen :
Gender, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas
Dependen :
Audit judgment
Regeresi berganda • Gender berpengaruh terhadap audit judgment
• tekanan ketaatan berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment
• kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment
Pengaruh kompleksitas tugas dan locus of control terhadap hubungan antara gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja auditor
Cecilia Engko dan Gudono (2007)
Independen :
Kompleksitas tugas dan locus of control
Dependen :
Hubungan antara gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja auditor
Non probability sampling
• kompleksitas tugas tidak dapat mempengaruhi hubungan antara gaya kepemimpinan direktif dan kepuasan kerja
• perilaku pemimpinan dipengaruhi oleh kompleksitas tugas dan tidak terpengaruh terhadap kepuasan kerja auditor
• auditor yunior yang memiliki
43
locus of control eksternal akan meningkatkan hubungan antara gaya kepemimpinan direktif dan kepuasan kerja
• auditor yunior yang memiliki locus of control internal akan meningkatkan hubungan antara gaya kepemimpinan suportif dan kepuasa kerja
Pengaruh orientasi tujuan dan kompleksitas tugas dalam penilaian audit judgment
Zuraidah Mohd Sanusi, Takiah Mohd Iskandar, dan June M.L Poon (2007)
Independen:
Orientasi tujuan dan kompleksitas tugas
Dependen:
Penilaian Audit judgment
Analisi regresi Kompleksitas tugas secara negatif berhubungan dengan penilaian audit kinerja
Pengaruh persuasi atas preferensi klien dan pengalaman audit terhadap pertimbangan auditor dalam mengevaluasi bukti audit
Enggar Diah Puspa Arum
Independen :
Persuasi atas preferensi klien dan pengalaman audit
Dependen :
Pertimbanagn auditor dalam
Regresi berganda • persuasi atas preferensi klien berpengaruh positif terhadap pertimbangan (judgment)
• secara simultan persuasi atas referensi klien dan pengalaman audit berpengaruh nyata terhadap pertimbangan
44
(2008) mengevakuasi bukti audit
(judgment) auditor
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka teori yang telah di kemukakan, maka kerangka
berfikir penelitian ini sebagai berikut :
Gender
(X1)
Kompleksitas Tugas
(X2)
Kompetensi Auditor
(X3)
Audit Judgment
(Y)
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
45
Ha1 = Gender berpengaruh signifikan terhadap Audit Judgment
Ha2 = Kompleksitas Tugas berpengaruh signifikan terhadap Audit Judgment
Ha3 = Kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap Audit Judgment
Ha4 = Gender, Kompleksitas Tugas, dan Kompetensi Auditor secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Audit Judgment
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai penelitian ini adalah Kantor Akuntan
Publik (KAP) di Jakarta untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa adanya
pengaruh gender, kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor terhadap audit
judgment.
B. Metode Pemilihan Sampel
Menurut Indriantoro dan Soepomo (2002:115) populasi adalah
sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik
tertentu. Penelitian ini mengambil objek pada auditor-auditor yang terdapat
46
pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di DKI Jakarta. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik Convenience Sampling (pemilihan sampel
berdasarkan data yang mudah diperoleh peneliti) yaitu dengan cara memilih
auditor-auditor berdasarkan data yang diperoleh.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan sebagai berikut :
1. Data Primer (Primary data)
Untuk mendukung penelitian ini dan memperoleh data yang dibutuhkan,
maka jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yang
dikumpulkan melalui metode survey dengan menggunakan kuesioner yang
dibuat oleh penulis. Kuesioner ini diperoleh dari beberapa sumber
referensi, yang kemudian akan dimodifikasi dalam bentuk pertanyaan.
Bobot penilaian atau angka hasil kuesioner dalam penelitian ini sesuai
dengan yang digambarkan dalam skala likert (Likert Scale). Skala likert
menggunakan lima angka penilaian yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak
47
Pasti, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Kuesioner ini selanjutnya
dikirimkan kepada para karyawan atau staff di KAP yang ada di Jakarta.
Pengiriman kuesioner ini dilakukan secara langsung, yaitu dengan
mengirimkan langsung kepada kantor yang bersangkutan (Indriantoro dan
Soepomo, 2002).
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara. Penulis menggunakan riset
kepustakaan dimana dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca,
dan memahami buku, literatur, artikel, jurnal, dan data dari internet.
D. Metode Analisis
1. Uji Kualitas Data
Data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini harus terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Tujuannya adalah untuk
mengetahui sejauh mana penelitian ini dapat diteruskan dan layak untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut.
a. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas bertujuan untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. “suatu kuesioner
48
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban dari responden terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu” (Ghozali,
2005:41).
Pengujian reliabilitas yang digunakan adalah One Shot atau
pengukuran sekali saja, yang mana pengukuran hanya sekali saja dan
kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau
mengukur konstruk tertentu menunjukan tingkat reliabilitas yang
digunakan adalah teknik Cronbach Alpha yaitu pengujian yang paling
umum digunakan. “suatu variabel dikatakan reliabel jika menunjukan
nilai Cronbach Alpha lebih besar dari pada 0,60’ menurut pendapat
Nunnally (1967) dalam Ghozali (2005:42).
b. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan di ukur
oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005:45). Pengujian ini memastikan
bahwa masing-masing item pertanyaan dalam kuesioner akan
terklasifikasi pada variabel-variabel yang telah ditentukan (construct
validity).
Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antar
skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Setelah
itu tentukan hipotesis Ho: skor butir pertanyaan berkorelasi positif
49
dengan total skor konstruk dan Ha: skor butir pertanyaan tidak
berkorelasi positif dengan total skor konstruk. Setelah menentukan
hipotesis Ho: dan Ha, kemudian uji dengan membandingkan r hitung
(tabel corrected item-total correlation) dengan r tabel (tabel Product
Moment dengan signifikansi 0,05) untuk degree of freedom (df) = n-2.
Suatu kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung > r tabel (Ghazali,
2005:45).
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert, skala
lima tingkatan yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, kondisi, dan persepsi tentang fenomena sosial. Dalam
penelitian ini pengukurannya akan digolongkan ke dalam lima kategori
yaitu sangat tidak setuju (STS) dengan skor nilai 1 (satu), tidak setuju
(TS) dengan skor nilai 2 (dua), Netral (N) dengan skor nilai 3 (tiga),
Setuju (S) dengan skor nilai 4 (empat), dan Sangat setuju (ST) dengan
skor 5 (lima).
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk megetahui apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model
regresi yang baik adalah distribusi data normal atau paling tidak
mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
50
Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada
sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar di sekitar garis
diagonal dan menngikuti arah garis diagonal, maka menunjukkan pola
distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi
memenuhi asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari
garis diagonal, maka tidak menunjukkan pola distribusi normal yang
mengindikasikan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas (Ghozali, 2005:10).
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen, jika variabel independen saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah
variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolonieritas didalam model regresi adalah sebagai berikut apabila
nilai tolerance kurang dari 0,10 atau sama dengan nilai Varance
Inflation Factor (VIF) lebih dari 10, maka dapat menunjukan adanya
multikolonieritas dan begitu pula sebaliknya (Ghozali,2005:92)
c. Uji Heteroskedasitas
Uji Heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat
51
dilihat dari model t grafik scarterplot. Dasar pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut:
1) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,
kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan
sibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:15).
3. Uji Hipotesis
Pada penelitian ini penulis menggunakan dua variabel independen dan satu
variabel dependen. Metode analisis yang digunakan untuk menguji
hipotesis adalah metode regresi berganda (multiple regression), yaitu
regresi yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen, yang digunakan untuk
menguji Ha1, Ha2, Ha3 dan Ha4 dengan pendekatan interaksi yang
bertujuan untuk memenuhi ekspektasi penelitian mengenai pengaruh
gender, kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor terhadap audit
judgment. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε
Keterangan:
52
Y : audit judgment
a : konstanta
b1b2b3 : koefisien regresi
X1 : gender
X2 : kompleksitas tugas
X3 : kompetensi auditor
ε : error
Untuk membuktikan kebenaran uji hipotesis, digunakan uji statistik
terhadap output yang dihasilkan oleh model Regresi Berganda, uji statistik
meliputi:
a. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.
Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada table Model
Summaryb dan tertulis Adjusted R Square.
Nilai R2 sebesar 1, berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya
dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain
yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Jika nilai R2 berkisar
53
antara 0 sampai dengan 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel
independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen (Ghozali,
2005:45).
b. Uji Regresi Secara Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel
independen secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel
dependen. Hasil uji F pada output SPSS dapat dilihat pada table
ANOVA.
Untuk mengetahui variabel-variabel independen secara simultan
mempengaruhi variabel dependen, dilakukan dengan membandingkan
p-value pada kolom Sig. Dengan tingkat signifikasi yang digunakan
sebesar 0,05. Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan
Ho ditolak, sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka Ha
ditolak dan Ho diterima (Nugroho, 2005:53).
c. Uji Regresi Secara Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.
Hasil uji t ini pada output SPSS dapat dilihat pada table Coefficientsa.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen, dilakukan
dengan membandingkan p-value pada kolom Sig. Masing-masing
54
variabel independen dengan tingkat signifikan yang digunakan 0,05.
Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan Ho
diterima (Nugroho, 2005:55).
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel adalah bagaimana menemukan dan mengukur
variabel-variabel tersebut dilapangan dengan merumuskan secara singkat dan
jelas, serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Pertanyaan atau pernyataan
dalam kuesioner untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini diukur
dengan menggunakan skala likert. Kemudian jawaban yang didapat akan
dibuat skor tertinggi bernilai 5 (lima) dan terendah 1 (satu). Untuk jawabannya
yaitu sangat tidak setuju (STS) = skor 1, tidak setuju (TS) = skor 2, tidak pasti
(TP) = skor 3, setuju (S) = skor 4, dan sangat setuju (SS) = skor 5.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu:
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel bebas dan mempengaruhi variabel
lain (dependen). Variabel independen dalam penelitian ini adalah gender,
kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor.
a) Gender
55
gender adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi
perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial
budaya. Gender dalam arti ini adalah suatu bentuk rekayasa masyarakat
(social constructions), bukannya sesuatu yang bersifat kodrati. Gender
merupakan variabel independen yang dibedakan menjadi dua kategori
yaitu pria dan wanita. Gender merupakan variabel dummy dimana
1=pria dan 0=wanita.
b) Kompleksitas tugas
Tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas merupakan dua aspek
penyusun dari kompleksitas tugas. Tingkat sulitnya tugas selalu
dikaitkan dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut,
sementara struktur adalah terkait dengan kejelasan informasi
(information clarity).
c) Kompetensi auditor
Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Alim dkk (2007).
Kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang
pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior.
2. Variabel Dependen
Variable dependen adalah variabel tidak bebas atau yang dipengaruhi
variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit
judgment. Judgment digunakan untuk menetapkan prosedur-prosedur yang
akan dilaksanakan. Hal ini dikarenakan judgment pada tahap awal audit
ditentukan berdasarkan pertimbangan pada tingkat materialitas yang
56
diramalkan. Dalam kaitannya dengan laporan keuangan, judgment yang
diputuskan oleh auditor akan berpengaruh pada opini seorang auditor
mengenai kewajaran laporan keuangan.
Tabel 3.1
Operasional Varibel
Variabel Sub Variabel Indikator Skala Gender
(X1)
Perbedaan auditor laki-laki dan perempuan dalam pengolahan informasi
Gender merupakan variabel dummy dimana 1=pria dan 0=wanita.
Nominal
1. Kompleksitas komponen a. Kurangnya pemahaman terhadap tugas
b. Tidak adanya informasi yang dibutuhkan
c. Tanggung jawab dalam penugasan audit
d. Alat bantu dalam menyelesaikan tugas
Kompleksitas
Tugas (X2)
Wood (1980) dalam
Murdisar dan Nelly
(2007)
2. Kompleksitas koordinatif a. Job description (deskripsi jabatan)
Interval
57
b. Supervisi dan review dari atasan
c. Keterbatasan waktu dalam menyelesaikan tugas
1. Mutu personal a. Rasa ingin tahu (inquisitive)
b. Berpikiran luas (broad minded)
c. Mampu menangani ketidakpastian
d. Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah
e. Menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subjektif
f. Mampu bekerja dengan tim
Kompetensi
Auditor (X3)
I Gusti Agung
Rai (2008)
2. Pengetahuan umum a. Kemampuan untuk melakukan review analitis (analytical review)
b. Pengetahuan teori organisasi
Interval
58
untukmemahami suatu organisasi
c. Memiliki pengetahuan tentang auditing
d. Memiliki pengetahuan tentang sektor publik
3. Keahlian khusus a. Auditor memiliki keahlian untuk melakukan wawancara
b. Auditor memiliki kemampuan membaca cepat
c. Auditor memiliki keahlian dalam bidang statistik
d. Auditor memiliki ketrampilan dalam menggunakan komputer
Auditor mampu menulis dan mempresentasikan laporan dengan baik
Audit Judgment
1. engalaman
a. Memiliki pelatihan
Interval
59
teknis b. Memudah
kan mendeteksi adanya kesalahan dalam audit
c. Membuat judgment yang baik
d. Membuat sadar terhadap akan lebih banyak kekeliruan
(Y)
dalam Desi
Mulyani (2008)
2.engetahuan
a. Memiliki pengetahuan tentang metode audit
b. Memiliki pengetahuan tentang teknik audit
c. Memiliki pengetahuan tentang prosedur audit
d. Memiliki pengetahuan tentang standar audit
e. Lebih cermat dalam mendeteksi kekeliruan
f. Lebih ahli dalam pengungka
60
pan kekeliruan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Responden
Objek penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
terdapat di wilayah Jakarta dan yang menjadi subjek penelitian adalah akuntan
publik. Pada dasarnya penulis menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi kualitas audit di KAP tersebut. Penyebaran kuesioner dimulai
dari awal bulan Mei 2010 dan pengumpulannya sampai dengan akhir bulan
Mei 2010, dalam penyebaran kuesioner peneliti mendatangi langsung Kantor
Akuntan Publik. Jumlah kuesioner yang disebarkan adalah sebanyak 60
eksemplar, dengan jumlah pengembalian sebanyak 43 eksemplar, jadi respons
rate pada penelitian ini adalah 71,67% dan sisanya 28,33% atau sekitar 17
eksemplar. Dari 43 eksemplar kuesioner yang dikembalikan semua kuesioner
dapat diolah untuk penelitian. Pengiriman dan pengembalian kuesioner
ditampilkan dalam tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Total Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner
Keterangan Frekuensi Presentase
Jumlah kuesioner yang dikirim Jumlah kuesioner yang tidak kembali Jumlah kuesioner yang kembali
60 17 43
100% 28,33% 71,67%
61
Jumlah kuesiner yang tidak dapat digunakan Jumlah kuesioner yang dapat digunakan
0 43
0 71,67%
Sumber: Data yang Diolah 2010
Responden dari penelitian ini, dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri
karakteristiknya. Gambaran mengenai karakteristik dari setiap responden yang
ada di ukur berdasarkan nama KAP, usia, pendidikan terakhir, jenis kelamin,
jabatan dan lamanya menduduki jabatan di KAP yang terdapat di Jakarta.
Nama-nama Kantor Akuntan Publik yang dijadikan tempat penelitian
dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2
Data Distribusi Sampel Penelitian
No. Nama KAP Wilayah Kuesioner dikirim
Kursioner dikembalikan
1. Sofwan & Rekan Jakarta Selatan 12 12
2. Usman & Rekan Jakarta Selatan 5 5
3. Krisnawan & Rekan
Jakarta Selatan 11 11
4. Ishak, Saleh,Soewondo & Rekan
Jakarta Selatan 1 1
5. Abdi Ichjar BAP & Rekan
Jakarta Selatan 10 10
6. Junaedi, Chairul, Labib, Subyakto & Rekan
Jakarta Selatan 10 0
7. Emcom Jakarta Barat 4 4
62
8. Riza Wahono & Rekan
Jakarta Barat 7 7
Sumber: Data yang Diolah 2010
B. Karakteristik Responden
Subjek penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja di KAP yang
terdapat di Jakarta. Demografi responden dalam penelitian ini disajikan secara
lengkap dalam tabel 4.3
Tabel 4.3 Demografi Responden
Deskripsi Jumlah Presentase
Jumlah Kuesioner 43 100%
Usia
19-30 tahun 31-40 tahun >40 tahun
35 8 0
81,3% 18,7%
0
Jenis Kelamin
Pria Wanita
21 22
48,8% 51,2%
Pendidikan Terakhir
D3 S1 S2 S3
4 36 3 0
9,30% 83,7%
7% 0
63
Jabatan
Junior Auditor Senior Aditor
Supervisor Manajer Patrner
28 8 5 0 2
65,1% 18,60% 11,62%
0 4,68%
Lama Jabatan < 3 tahun 3-5 tahun > 5 tahun
32 10 1
74,41% 23,25% 2,34%
Sumber: Hasil Kuesioner
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa usia responden yang
paling banyak adalah antara 19-30 tahun sebanyak 35 orang (81,3%),
kemudian yang berumur 31-40 tahun sebanyak 8 orang (18,7%). Hal ini
disebabkan karena menurut peneliti usia yang paling muda biasanya
diperintahkan untuk melakukan hal-hal non teknis sepeti mengisi kuesioner ini
oleh karyawan yang usianya jauh diatas mereka, karena mungkin sebagian
dari mereka yang usianya lebih tua menganggap bahwa hal tersebut dapat
menggangu pekerjaan.
Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat bahwa
responden wanita yaitu sebanyak 22 (51,2%), sedangkan responden laki-laki
sebanyak 21 orang (48,8%). Artinya, sebagian besar responden yang mengisi
kuesioner adalah perempuan.
Responden berdasarkan jenjang pendidikan terakhir yaitu yang
memilki pendidikan terakhir D3 sebanyak 4 orang (9,30%), responden yang
memilki pendidikan teakhir S1 sebanyak 36 (83,7%), responden yang
memiliki pendidikan terakhir S2 sebanyak 3 orang (7%), dan tidak ada satu
pun responden yang memiliki pendidikan terakhir S3. Menurut peneliti hal ini
disebabkan karena untuk menjadi seorang akuntan publik biasanya Kantor
64
Akuntan Publik memberikan persyaratan minimal lulus S1, sehingga yang
melamar sebagai auditor kebanyakan adalah sarjana.
Jumlah responden berdasarkan jabatan dapat dilihat pada tabel bahwa
responden yang memiliki jabatan sebagai auditor junior sebanyak 28 orang
(65,1%), responden yang memilki jabatan sebagai supervisor sebanyak 5
orang (11,62%), dan responden yang memiliki jabatan sebagai partner
sebanyak 2 orang (4,68%). Sedangkan responden yang memiliki jabatan
sebagai senior auditor sebanyak 8 orang (18,60%), hal ini karena menurut
peneliti responden yang menjabat sebagai senior auditor lebih matang dalam
melakukan sesuatu dan pengalaman yang mereka milki sudah cukup banyak
sehingga untuk melakukan hal-hal non teknis seperti mengisi kuesioner ini
mereka lebih paham dan mengerti.
C. Hasil Uji Kualitas Data
1. Reliabilitas
Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban dari
responden melalui pertanyaan yang diberikan. Hasil dari pengujian
reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang
dipakai dapat digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda.
Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dapat
dikatakan reliable atau handal jika jawaban responden terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
65
Dalam pengujian reliabilitas ini, peneliti menggunakan metode statistik
Cronbach Alpha dengan signifikansi yang digunakan sebesar 0,60 dimana
jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih besar dari 0,60 maka
butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen tersebut
memiliki reliabilitas yang memadai. Sebaliknya, jika nilai Cronbach Alpha
dari suatu variabel lebih kecil dari 0,60 maka butir pertanyaan tersebut
tidak realible. (Ghozali, 2005:42).
Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Jumlah Butir
Pertanyaan Cronbach Alpha
Kompleksitas Tugas 7 0,752 Kompetensi Auditor 15 0,846
Audit Judgment 10 0,855 Sumber: Data yang Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa instrumen untuk setiap
variabel penelitian adalah reliabel, karena α hitung > 0,60. Pada variabel
gender memiliki α hitung 0,869 > 0,60. Variabel kompleksitas tugas
memiliki α hitung 0,752 > 0,60. Variabel kompetensi auditor memiliki α
hitung 0,846 > 0,60. Dan variabel audit judgment memilki α hitung 0,855
> 0,60. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa instrument penelitian ini
akan menghasilkan data yang sama walaupun digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama.
66
2. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang ada di
dalam kuesioner mampu mengukur peubah yang didapatkan dalam
penelitian ini (Ghozali, 2005: 45). Maksudnya untuk mengukur valid atau
tidaknya suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut
mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antar skor
butir pertanyaan Setelah itu tentukan hipotesis H0: dengan total skor
konstruk atau variabel. skor butir pertanyaan berkorelasi positif dengan
total skor konstruk dan Ha: skor butir pertanyaan tidak berkorelasi positif
dengan total skor konstruk. Setelah menentukan hipotesis H0 dan Ha,
kemudian uji dengan membandingkan r hitung (tabel corrected item-total
correlation) dengan r tabel (tabel Product Moment dengan signifikansi
0,05) untuk degree of freedom (df) = n-2, dimana “n” adalah jumlah
sampel penelitian sebanyak 43 responden sehingga diperoleh nilai (df) =
43-2 atau nilai df dari 41 adalah 0,254. Suatu kuesioner dinyatakan valid
apabila r hitung > r tabel (Ghozali, 2001:45). Hasil pengujian validitas
ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.5 Uji Validitas Variabel Kompleksitas Tugas
Pertanyaan Variabel r hitung r tabel Kesimpulan
Butir 1 Kompleksitas Tugas 0,532 0,254 Valid Butir 2 Kompleksitas Tugas 0,451 0,254 Valid Butir 3 Kompleksitas Tugas 0,529 0,254 Valid Butir 4 Kompleksitas Tugas 0,336 0,254 Valid Butir 5 Kompleksitas Tugas 0,498 0,254 Valid Butir 6 Kompleksitas Tugas 0,486 0,254 Valid
67
Butir 7 Kompleksitas Tugas 0,492 0,254 Valid Sumber: Data yang Diolah, 2010
Tabel 4.5 diatas menjelaskan bahwa variabel kompleksitas tugas
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan, karena nilai
kolerasi semua item diatas r tabel yaitu > 0,254. Jadi dapat disimpulkan
bahwa masing-masing item pertanyaan dapat disertakan dalam penelitian
berikutnya.
Tabel 4.6 Uji Validitas Variabel Kompetensi Auditor
Pertanyan Variabel
r hitung r tabel Kesimpulan
Butir 1 Kompetensi Auditor
0,559 0,254 Valid
Butir 2 Kompetensi Auditor 0,526 0,254 Valid
Butir 3 Kompetensi Auditor 0,389 0,254 Valid
Butir 4 Kompetensi Auditor 0,114 0,254 Tidak Valid
Butir 5 Kompetensi Auditor 0,288 0,254 Valid
Butir 6 Kompetensi Auditor 0,502 0,254 Valid
Butir 7 Kompetensi Auditor 0,605 0,254 Valid
Butir 8 Kompetensi Auditor 0,431 0,254 Valid
Butir 9 Kompetensi Auditor 0,475 0,254 Valid
Butir 10 Kompetensi Auditor 0,552 0,254 Valid
Butir 11 Kompetensi Auditor 0,508 0,254 Valid
68
Butir 12 Kompetensi Auditor 0,435 0,254 Valid
Butir 13 Kompetensi Auditor 0,575 0,254 Valid
Butir 14 Kompetensi Auditor 0,438 0,254 Valid
Butir 15 Kompetensi Auditor 0,313 0,254 Valid
Sumber: Data yang Diolah, 2010
Tabel 4.6 diatas menjelaskan variabel kompetensi auditor terdiri
dari 15 item pertanyaan, dari 15 item tersebut terdapat item yang tidak
valid yaitu item ke-4 dengan r hitung < 0,254, sehingga harus dikeluarkan
dan tidak diikutsertakan dalam pengujian data selanjutnya. Adapun hasil
pertanyaan yang tidak valid kemungkinan disebabkan oleh kesibukan
responden dan waktu. Pengujian dilakukan kembali berdasarkan item
pertanyaan 4 yang sudah dikeluarkan. Hasil pengujian berdasarkan
pertanyaan yang sudah dikeluarkan yaitu item pertanyaan 4 dapat dilihat
pada tabel 4.7
Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Kompetensi Auditor
Setelah Item 4 Dikeluarkan
Pertanyan Variabel
r hitung r tabel Kesimpulan
Butir 1 Kompetensi Auditor
0,581 0,254 Valid
Butir 2 Kompetensi Auditor 0,574 0,254 Valid
Butir 3 Kompetensi Auditor 0,377 0,254 Valid
Butir 4 Kompetensi Auditor 0,227 0,254 Tidak Valid
Butir 5 Kompetensi Auditor 0,501 0,254 Valid
Butir 6 Kompetensi Auditor 0,640 0,254 Valid
69
Butir 7 Kompetensi Auditor 0,441 0,254 Valid
Butir 8 Kompetensi Auditor 0,502 0,254 Valid
Butir 9 Kompetensi Auditor 0,578 0,254 Valid
Butir 10 Kompetensi Auditor 0,522 0,254 Valid
Butir 11 Kompetensi Auditor 0,461 0,254 Valid
Butir 12 Kompetensi Auditor 0,583 0,254 Valid
Butir 13 Kompetensi Auditor 0,450 0,254 Valid
Butir 14 Kompetensi Auditor 0,273 0,254 Valid
Sumber: Data yang Diolah, 2010
Tabel 4.7 diatas menjelaskan variabel kompetensi auditor terdiri
dari 14 item pertanyaan setelah item ke-4 dikeluakan, dari 14 item tersebut
terdapat item yang tidak valid yaitu item ke-4 dengan r hitung < 0,254,
sehingga harus dikeluarkan dan tidak diikutsertakan dalam pengujian data
selanjutnya. Hasil pengujian berdasarkan pertanyaan yang sudah
dikeluarkan yaitu item pertanyaan 4 dapat dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.8 Uji Validitas Variabel Kompetensi Auditor
Setelah item 4 Dikeluarkan
Pertanyan Variabel
r hitung r tabel Kesimpulan
Butir 1 Kompetensi Auditor
0,633 0,254 Valid
Butir 2 Kompetensi Auditor 0,559 0,254 Valid
Butir 3 Kompetensi Auditor 0,382 0,254 Valid
Butir 4 Kompetensi Auditor 0,516 0,254 Valid
70
Butir 5 Kompetensi Auditor 0,608 0,254 Valid
Butir 6 Kompetensi Auditor 0,444 0,254 Valid
Butir 7 Kompetensi Auditor 0,503 0,254 Valid
Butir 8 Kompetensi Auditor 0,620 0,254 Valid
Butir 9 Kompetensi Auditor 0,515 0,254 Valid
Butir 10 Kompetensi Auditor 0,422 0,254 Valid
Butir 11 Kompetensi Auditor 0,581 0,254 Valid
Butir 12 Kompetensi Auditor 0,468 0,254 Valid
Butir 13 Kompetensi Auditor 0,291 0,254 Valid
Sumber: Data yang Diolah, 2010
Tabel 4.8 diatas menjelaskan bahwa variabel kompleksitas tugas
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan, karena nilai
kolerasi semua item diatas r tabel yaitu > 0,254. Jadi dapat disimpulkan
bahwa masing-masing item pertanyaan dapat disertakan dalam penelitian
berikutnya.
Tabel 4.9 Uji Validitas Variabel Audit Judgment
Pertanyaan Variabel
r hitung r tabel Kesimpulan
Butir 1
Audit Judgment 0,375 0,254 Valid
Butir 2 Audit Judgment 0,352 0,254 Valid
Butir 3 Audit Judgment 0,618 0,254 Valid
Butir 4 Audit Judgment 0,633 0,254 Valid
Butir 5 Audit Judgment 0,652 0,254 Valid
Butir 6 Audit Judgment 0,655 0,254 Valid
71
Butir 7 Audit Judgment 0,665 0,254 Valid
Butir 8 Audit Judgment 0,539 0,254 Valid
Butir 9 Audit Judgment 0,698 0,254 Valid
Butir 10 Audit Judgment 0,487 0,254 Valid
Sumber: Data yang Diolah, 2010
Tabel 4.9 diatas menjelaskan bahwa variabel audit judgment dari
10 item pertanyaan tersebut semua item adalah valid, karena nilai kolerasi
semua item diatas r tabel yaitu > 0,254. Jadi dapat disimpulkan bahwa
masing-masing item pertanyaan dapat disertakan dalam penelitian
berikutnya.
D. Pengujian Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi
yang baik adalah distribusi data normal atau paling tidak mendekati normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi
normal.
Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada
sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar disekitar garis
72
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka menunjukkan pola
distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari diagonal atau
tidak mengikuti arah garis diagonal maka tidak menunjukkan pola
distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas. (Ghozali, 2005:110).
Pada gambar 4.1. menunjukkan adanya persebaran data (titik) pada sumbu
diagonal yang mendekati garis diagonal. Berdasarkan pedoman uji
normalitas mengatakan bahwa jika persebaran data (titik) mengikuti atau
mendekati garis normal maka suatu penelitian dapat dikatakan normal.
Pada gambar histogram juga menunjukkan adanya normalitas dalam
penelitian ini. Melihat hal tersebut maka dapat disimpulkan penelitian ini
memenuhi uji normalitas.
Berikut ini adalah hasil dari uji analisis grafik normal P-P Plot:
Gambar 4.1 Output Pengujian Normalitas Data
Regression Standardized Residual210-1-2-3
Fre
qu
ency
10
8
6
4
2
0
Histogram
Dependent Variable: AuditJudgment
Mean =-6.84E-16�Std. Dev. =0.964�
N =43
73
Sumber: Data diolah, 2010
Berdasarkan hasil normalitas data dengan menggunakan Normal P-
plot dapat dilihat pada gambar 4.1. Pada gambar tersebut menunjukkan
bahwa titik-titik data berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini
sudah terdistribusi normal atau sudah memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel
independen. Jika variabel independen saling berkolerasi maka, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Hasil uji multikolinearitas dapat
dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua
ukuran ini menunjukan setiap variabel independen dan manakah yang
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabel
74
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Tabel 4.10 dibawah ini menyajikan hasil multikolinearitas.
Tabel 4.10 Uji Multikolinearitas
Coefficients(a)
Predictor Tollerance VIF Keputusan Gender 0,995 1,005 Tidak Multikolonieritas
Kompleksitas Tugas 0,983 1,018 Tidak Multikolonieritas Kompetensi Auditor 0,986 1,014 Tidak Multikolonieritas
Sumber: Data yang Diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada problem
multikolonieritas. Pada variabel gender nilai tollerance 0,995 > 0,10
sedangkan nilai VIF 1,005 < 10. Variabel kompleksitas tugas memiliki
nilai tollerance 0,983 > 0,10 sedangkan nilai VIF 1,018 < 10. Variabel
kompetensi auditor menunjukkan nilai tollerance 0,986 > 0,10 sedangkan
nilai VIF 1,014 < 10. Hasil perhitungan nilai tolerance tersebut
menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance
kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen.
Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukan
hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF
lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas
antar variabel independen dalam model regresi.
3. Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat dilihat dari
75
grafik plot. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara
SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y telah diprediksi dan
sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di-
studentized.
Jika plot membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika
plot tidak membentuk pola tertentu, seperti titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y maka mengindikasikan telah terjadi
homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah plot yang
mengindikasikan homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
(Ghozali, 2005:105)
Gambar 4.2 Output Pengujian Heteroskedasitas
Regression Standardized Predicted Value3210-1-2
Reg
ressio
n
Stu
den
tize
d
Resid
ual
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: AuditJudgment
Sumber: Data Diolah, 2010
76
Berdasarkan gambar 4.2 diatas terlihat bahwa titik menyebar secara
acak, serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0. pada sumbu Y.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedasitas pada model
regresi berganda.
E. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
linear berganda dengan tingkat signifikansi =0,05 yang terdiri dari :
pengujian korelasi atau koefisien determinasi, uji F, dan uji t.
1. Hasil Uji Korelasi Dan Determinasi (R2)
Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel-variabel
independen, yaitu gender, kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor
dalam menjelaskan variasi variabel dependen, yaitu audit judgment. Hasil
uji koefisien determinasi dapat dilihat pada kolom adjusted R square,
yang ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 4.11 Uji Korelasi dan Koefisien Determinasi
Model Summary(b)
Model R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .699(a) .488 .449 2.85218a Predictors: (Constant), Kompetensi Auditor, Gender, Kompleksitas
Tugas b Dependent Variable: Audit Judgment
Sumber: Data Diolah, 2010
Pada tabel diatas menunjukkan nilai koefisien adjusted R square
adalah sebesar 0,449 atau 44,9%. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel
77
audit judgment (Y) yang dapat dijelaskan oleh variabel gender (X1),
kompleksitas tugas (X2), kompetensi auditor (X3) adalah sebesar 44,9%.
Sedangkan sisanya 55,1% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak
dimasukkan dalam model regresi.
Angka koefisien kolerasi (R) pada tabel 4.11 sebesar 0,699
menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen adalah kuat, karena memiliki koefisien kolerasi diatas
0,5. Standar Error of Estimate (SEE) sebesar 2,85218. Makin kecil nilai
SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi
variabel dependen.
2. Uji F (Simultan)
Pengujian signifikansi simultan (uji F) dilakukan untuk menunjukkan
apakah semua variabel independen yang digunakan dalam model regresi
mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.12 Hasil Uji F
ANOVA(b) Model
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 302.738 3 100.913 12.405 .000(a) Residual 317.262 39 8.135 Total 620.000 42
a Predictors: (Constant), Kompetensi Auditor, Gender, Kompleksitas Tugas b Dependent Variable: Audit Judgment Sumber: Data yang Diolah, 2010
78
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.12 menunjukkan
bahwa dari uji F test nilai F hitung sebesar 12,405 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000 atau lebih kecil dari nilai probabilitas (p-value) 0,05 (0,000
< 0,05). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh gender,
kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor secara bersama-sama
(simultan) mempunyai pengaruh signifikan terhadap audit judgment (Ha4
diterima).
Kompetensi auditor secara bersama-sama mempengaruhi audit
judgment. Semakin tinggi kompetensi atau keahlian seorang auditor maka
dapat mempengaruhi auditor dalam pembuatan judgment, karena auditor
dengan keahlian yang tinggi akan mampu meminimalisasi tingkat
kesalahan. Dalam SPAP dijelaskan tentang standar audit diantaranya
adalah:
a) Standar Umum: auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang memadai, independepensi dalam sikap mental dan kemahiran
profesional dengan cermat dan seksama
b) Standar pelaksanaan pekerjaan lapangan: perencanaan dan supervisi
audit, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern, dan
bukti audit yang cukup dan kompeten.
c) Standar pelaporan: pernyataan apakah laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum, pernyataan mengenai
ketidakkonsistensian penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum,
79
pengungkapan informatif dalam laporan keuangan, dan pernyataan
pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.
3. Uji t (Parsial)
Pengujian regresi secara parsial (uji t) berguna untuk menguji pengaruh
dari masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel
dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat dengan
membandingkan nilai probabilitas (p-value) dari masing-masing variabel
dengan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05. jika p-value
lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel-variabel
independen secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Hasil uji regresi secara parsial (uji t) dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.13 Hasil Uji t
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
Model B
Std. Error Beta B
Std. Error
(Constant) 17.350 5.315 3.265 .002Gender .801 .872 .105 .918 .364KompleksitasTugas -.207 .108 -.222 -1.919 .062
1
KompetensiAuditor .545 .092 .681 5.907 .000
a Dependent Variable: Audit Judgment
Sumber: Data yang Diolah, 2010
80
Hasil pengujian hipotesis dengan uji t pada signifikansi a=5%
adalah sebagai indikator berikut:
a) Variabel gender (X1) memiliki t hitung 0,918 dan signifikansi 0,364
yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, pengujian menunjukkan
bahwa Ha1 ditolak atau variabel gender tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap audit judgment. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian Jamilah dkk (2007) menyatakan bahwa perbedaan gender
antara auditor pria dan wanita dengan perbedaan karakter dan sifat yang
melekat pada individu masing-masing tidak berpengaruh terhadap
judgment yang akan diambilnya. Hal ini disebabkan karena tidak ada
perbedaan kinerja auditor dilihat dari perbedaan gender antara pria dan
wanita jika dilihat dari kesetaraan komitmen organisasional, komitmen
profesional, motivasi dan kesempetan kerja, kecuali kepuasan kerja
menunjukkan adanya perbedaan antara kinerja auditor pria dan wanita.
b) Variabel kompleksitas tugas (X2) memiliki t hitung -1,919 dan nilai
signifikansi 0,062 lebih besar dari 0,05. Dengan demukian dapat
pengujian menunjukkan bahwa Ha2 ditolak atau variabel kompleksitas
tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Zulaikha (2006) dan Jamilah
dkk (2007) yang menunjukkan bahwa kompleksitas tugas tidak
berpengeruh secara signifikan terhadap audit judgment, artinya para
auditor mengetahui dengan jelas atas tugas apa yang akan
dilakukannya, tidak mengalami kesulitan dalam melakukan tugas dan
81
dapat melakukan tugasnya dengan baik. Tingkat kesulitan tugas dan
struktur tugas merupakan dua aspek penyusun penting dari
kompleksitas tugas. Tingkat tugas selalu dikaitkan dengan banyaknya
informasi tentang tugas, sementara struktur tugas terkait dengan
kejelasan informasi (information clarity). Penelitian ini juga
mendukung penelitian Bonner (1994) dalam Jamilah dkk (2007)
kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap audit judgment, hal ini
karena kompleksitas tugas diduga mempunyai pengaruh terhadap
kinerja seorang auditor, sarana dan teknik pembuatan keputusan dan
latihan tertentu diduga telah dikondisikan sedemikian rupa ketika para
peneliti memahami keganjilan dalam pada kompleksitas tugas,
pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah tugas dapat membantu
tim manajemen audit dan perusahaan menemukan solusi terbaik bagi
staf audit dan tugas audit, hal ini menunjukkan bahwa pada situasi yang
kompleks tidak berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh
auditor dalam menentukan pendapat terhadap hasil auditnya. Tetapi
hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Murdisar dan Nelly Sari (2007) yang menyatakan bahwa kompleksitas
tugas mempengaruhi akuntabilitas dan kualitas kerja auditor, dengan
demikian banyaknya informasi dan keterkaitan antar tugas
menunjukkan kompleksitas tugas yang harus diselesaikan auditor tidak
berpengaruh signifikan dalam pembuatan judgment, hal ini berdampak
82
positif pada pekerjaan auditor yang kompleks sehingga dapat
mempengaruhi risiko audit dan meningkatkan efektivitas pekerjaannya.
c) Variabel kompetensi auditor (X3) memilki t hitung 5,907 dan
signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, pengujian
menunjukkan Ha3 diterima atau variabel kompetensi auditor
berpengaruh signifikan dengan tingkat α=5%. Hasil penelitian ini
menunjukkan jenis pengaruh positif nilai Beta (0,545) sesuai dengan
teorinya bahwa kompetensi merupakan karakteristik yang mendasari
seseorang dan berkaitan dengan efektivitas kinerja individual dalam
pekerjaannya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Zulaikha
(2006) yang menyatakan bahwa pengalaman yang merupakan aspek
penting dalam kompetensi berpengaruh signifikan terhadap audit
judgment. Kompetensi terdiri atas aspek-aspek pribadi dari seorang
pekerja yang mengarahkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja
dalam proses audit judgment.
83
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Hasil uji regresi ditemukan bahwa variabel kompetensi auditor
berpengaruh signifikan terhadap variabel audit judgment, sedangkan
gender dan kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel audit judgment.
2. Hasil uji regresi juga ditemukan bahwa koefisien determinasi sebesar
0,449. Hal ini menunjukkan kemampuan variabel independen yaitu
84
gender, kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor menjelaskan variabel
dependen yaitu audit judgment sebesar 44,9%. Sedangkan sisanya 55,1%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak disebutkan dalam model regresi.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas maka implikasi dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Gender sebagai pembagian peran serta tanggung jawab, baik laki-laki
maupun perempuan, yang di tetapkan secara sosial maupun kultural.
Dalam masyarakat patriarki, pandangan hidup yang berlaku bersifat seksis,
jenis kelamin perempuan ditempatkan dalam posisi subordinat atau
bawahan. Perbedaan gender memiliki implikasi tidak hanya untuk orang-
orang dalam bisnis tetapi untuk pendidik, pekerja, dan manajer dalam
berbagai disiplin ilmu.
2. Kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit
judgment. hal ini menunjukkan bahwa auditor mengetahui dengan jelas
atas tugas yang harus dilakukannya, karena mereka memahami prosedur
dan teknik audit dalam setiap penugasaanya. Hal ini berarti akan
mempermudah auditor dalam melaksanakan berbagai prosedur audit yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaannya.
3. Kompetensi merupakan aspek yang terdapat dalam diri seorang pekerja.
Aspek tersebut terdiri dari mutu personal, pengetahuann umum, dan
85
keahlian khusus. Seseorang yang memiliki kompetensi tinggi akan
menghasilkan kualitas kerja yang baik. Auditor selalu mengoptimalkan
kompetensinya dalam setiap penugasan yang akan menghasilkan kualitas
audit yang baik.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dan untuk penelitian-penelitian
selanjutnya, penulis memberi saran antara lain:
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya lebih memperbanyak responden dalam
penelitian dan memperluas area survey tidak hanya pada satu wilayah saja,
sehingga hasil penelitian lebih dapat digeneralisasi
2. Keahlian yang tidak didorong dengan kemauan dan keyakinan seorang
pekerja mengenai tanggung jawab atas pekerjaannya tidak dapat dikatakan
seorang yang kompeten. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran auditor
utuk terus meningkatkan nilai-nilai kompetensi yang dimilki.
3. Pada penelitian selanjutnya waktu penelitian untuk responden akuntan
publik sebaiknya jangan dilakukan pada kurun waktu bulan Januari-April,
karena pada kurun waktu tersebut merupakan waktu sibuk bagi akuntan
publik untuk mengaudit sehingga tingkat pengembalian data dari akuntan
publik dalam kurun waktu tersebut sangat minim.
86
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing 9Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik. Edisi Ketiga. Jilid 1. Hal:49-52. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Alim, M.Nizarul, Trisni Hapsari, dan Liliek Purwanti. 2007. Pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variable moderasi. Simposium Nasional Akuntansi X. Universitas Hasanudin. Makasar. Juli
Arens, Alvin A, Randal J, Elder, dan Mark S, Beasley. 2003. Auditing and Insurance Service, an Integral Approach. Twelfh Edition. New Jersey: Person Education. Hal:15.
Arum, Enggar Diah Puspa. 2008. Pengaruh persuasi atas preferensi klien dan pengalaman audit terhadap pertimbangan auditor dalam mengevaluasi bukti audit. Universitas Jambi. Jurnal akuntansi dan keuangan Indonesia. Vol.5 No.2. Hal 156-181
87
Astutik, Indah Paramitasari dan Ardi Hamzah. Perbedaan perilaku etis dan tekanan kerja perspektif gender dalam audit judgment laporan keuangan historis dan kompleksitas tugas. Diakses dari http://downloads.ziddu.com/downloadfile/2633977/akuntansi_sesi2_1.pdf.html pada tanggal 20 Januari 2010 pukul 00:23 WIB.
Berliyanti, Dita Oki. 2002. Perbedaan gender dalam dunia kerja dan peranannya pada gaya kepemimpinan. Universitas Trisakti. Media riset bisnis dan manajemen. Vol.2 No.1. Hal 79-88
Elfarani, Eunike Christina. 2007. Pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit (studi empiris pada kantor akuntan publik di Jawa Tengah). Semarang. Skripsi S1: Universitas Diponegoro
Enjel, Bony. 2006. Hubungan antara penetapan aturan etika dengan peningkatan profesionalisme auditor internal. Skripsi S1: Universitas Widyatama
Ghozali, Imam. 2005. ”Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Universitas Diponegoro, Semarang.
Halim, Abdul. 2001. Auditing 1 (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan). UPP AMYKPN. Yogyakarta. Edisi kedua: Hal 1-3 dan 63-65
Hamid, Abdul. 2007. ”Panduan Penulisan Skripsi”. FEIS UIN Press. Jakarta.
Indriantoro, Nur dan Bambang Soepomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi pertama. BPFE Yogyakarta.
Jamilah, Siti, Zaenal Fanani dan Grahita Chandrarin. 2007. Pengaruh gender, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment. Simposium Nasional Akuntansi X. Universitas Hasanudin. Makasar. Juli
Lastanti, Hexana Sri. 2005. Tinjauan terhadap kompetensi dan independensi akuntan publik: refleksi atas skandal keuangan. Universitas Trisakti. Media riset akuntansi, auditing, dan informasi. Vol.5 No.1. Hal 59-83
Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh keahlian audit dan independensi terhadap pendapat audit: sebuah kuasieksperimen. Universitas Trisakti. Jurnal riset akuntansi Indonesia. Vol.6 No.1. Hal 1-22
Mulyani, Desi. 2008. Pengaruh kompetensi, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment: studi empiris pada KAP di Jakarta. Skripsi S1 Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta.
88
89
Murdisar, Diani dan Lia Nelly Sari. 2007. Pengaruh akuntabilitas dan pengetahuan terhadap kualitas hasil kerja auditor. Simposium Nasional Akuntansi X AUEP-11. Makasar.
Murtanto dan Mery Andryani. 2005. Analisis hubungan pengalaman organisasi, evaluasi terhadap kinerja dan hasil karir auditor pada KAP: pengujian pengaruh gender. Universitas Trisakti. Media riset akuntansi, auditing dan informasi. Vol.5 No.3. Hal 197-217
Murtanto dan Gudono. 1999. Identifikasi karakteristik-karakteristik audit: profesi akuntan public di Indonesia. Jurnal riset akuntansi Indonesia. Vol.2 No.1. Hal 37-52
Nugroho, Bhuono Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. ANDI. Yogyakarta. Hal:53 dan 55
Nurasnida. 2008. Analisis perbedaan kinerja auditor dan etika profesi auditor ditinjau dari perspektif gender. Skripsi S1: Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta.
NN. 2008. Ada apa dengan auditor perempuan?. Majalah Auditor: edisi Februari-Maret. Hal 28-30.
Rahayu, Siti Kurnia dan Ely Suhayati. 2010. Auditing Konsep Dasar dan Pedoman Pemerikasaan Akuntan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rai, I GUsti Agung. 2008. Audit kinerja pada sektor publik. Salemba empat. Jakarta. Hal 63-64
Sanusi, Zuraidah Mohd, Takiah Mohd Iskandar dan June M.L Poon. 2007. Efect of goal orientation and task complecxity on audit judgment performance. Malaysian accounting review. Vol.6 No.2
Trianingsih, Sri. 2004. Perbedaan Kinerja Auditor dilihat dari segi gender. Jurnal riset akuntansi Indonesia. Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur. Vol.7. Hal 108-123
Zulaikha. 2006. “Pengaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas, dan Pengalaman auditor Terhadap Audit Judgment”. Simposiun Nasional Akuntansi IX. Padang. Agustus
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH GENDER, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN KOMPETENSI
AUDITOR TERHADAP AUDIT JUDGMENT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)
Oleh :
Novarina Cinde Susanti
NIM: 206082004002
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
KUESIONER
PENGARUH GENDER, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN KOMPETENSI AUDITOR TERHADAP AUDIT JUDGMENT
Responden Yth,
Saya adalah mahasiswa Program Strata 1 (S1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi sebagai syarat memperoleh gelar sarjana ekonomi.
Nama : Novarina Cinde Susanti
NIM : 206082004002
Untuk penyusunan skripsi ini besar harapan saya Bapak/ Ibu/ Saudara bersedia mengisi keusioner ini yang dilampirkan bersama surat ini, dan sebelumnya saya minta maaf telah mengganggu waktu bekerjanya.
Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini adalah suatu survey yang dilakukan untuk mengukur pengaruh gender, kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor terhadap audit judgment. Untuk itu saya memohon bantuan agar sudilah kiranya Bapak/Ibu/ Saudara dapat mengisi seperti terlampir dalam surat ini.
Perlu diketahui bahwa kualitas dan kepercayaan hasil penelitian ini sangat tergantung dari angket yang Bapak/ Ibu/ Saudara isi, untuk itu saya berharap Bapak/ Ibu/ Saudara mengisinya. Informasi yang terkumpul mengenai kuesioner ini hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian saja dan sama sekali tidak mempunyai dampak terhadap Bapak/ Ibu/ Saudara sekalian.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kerjasama Bapak/ ibu/ Saudara saya ucapkan terimakasih.
Pembimbing I Pembimbing II Hormat saya
Prof.Dr.Ahmad Rodoni Rahmawati,SE,MM Novarina CS
DATA RESPONDEN
Nama KAP :
Jenis kelamin : [ ] Laki-laki [ ] Perempuan
Usia : [ ] 19-30 th [ ] 31-40 th [ ] > 40th
Jabatan anda saat ini : [ ] Auditor Junior [ ] Auditor Senior
[ ] Manager [ ] Supervisor
[ ] Partner
Pendidikan terakhir : [ ] S3 [ ] S2 [ ] S1 [ ] D3
Lama bekerja : [ ] > 5th [ ] 3-5 th [ ] < 3th
Tanggal pengisian :
Tanda Tangan :
PERTANYAAN PENELITIAN
Pada bagian ini akan digunakan untuk keperluan analisis. Berilah tanda silang (X) pada kotak yang telah disediakan.
Keterangan Nilai SS = Sangat Setuju 5 S = Setuju 4 TP = Tidak Pasti 3 TS = Tidak Setuju 2 STS = Sangat Tidak Setuju 1
Gender (X1)
No. Pernyataan/ Pertanyaan Wanita Pria 1. Gender adalah suatu konsep yang digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan
perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial
budaya. Gender dalam arti ini adalah suatu bentuk
rekayasa masyarakat (social constructions),
bukannya sesuatu yang bersifat kodrati. Gender
merupakan variabel independen yang dibedakan
menjadi dua kategori yaitu pria dan wanita. Gender
merupakan variabel dummy dimana 1=pria dan
0=wanita.
Kompleksitas Tugas (X2)
No. Pernyataan/ Pertanyaan SS S TP TS STS1. Auditor kurang memahami dari setiap tugas yang
dikerjakan selama ini
2. Tidak adanya informasi yang tersedia yang dibutuhkan oleh auditor dalam penugasan audit
3. Auditor mengetahui tanggung jawabnya dalam penugasan audit
4. Alat bantu dalam menyelesaikan tugas sangat mempengaruhi kinerja auditor
5. Deskripsi jabatan menunjukkan apa yang harus dikerjakan dalam setiap penugasan audit
6. Supervisi dan review dari atasan sangat mempengaruhi kejelasan mengenai tugas auditor
7. Auditor di beri waktu sedikit untuk mengerjakan apa yang diharapkan dari pekerjaan auditor
Kompetensi Auditor (X3)
No. Pernyataan/ Pertanyaan SS S TP TS STS1. Auditor memiliki rasa ingin tahu (inquisitive)
yang tinggi
2. Auditor harus berpikiran luas (broad minded) 3. Auditor mampu menangani ketidakpastian 4. Auditor mampu menerima bahwa tidak ada solusi
yang mudah
5. Auditor menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subjektif
6. Auditor mampu bekerja sama dengan tim 7. Auditor memiliki kemampuan untuk melakukan
review analitis (analytical review)
8. Auditor memiliki pengetahuan teori organisasi untuk memahami suatu organisasi
9. Auditor memiliki pengetahuan tentang auditing 10. Auditor memiliki pengetahuan tentang sektor
public
11. Auditor memiliki keahlian untuk melakukan
wawancara 12. Auditor memiliki kemampuan membaca cepat 13. Auditor memiliki keahlian dalam bidang statistik 14. Auditor memiliki ketrampilan dalam
menggunakan computer
15. Auditor mampu menulis dan mempresentasikan laporan dengan baik
Audit Judgment (Y)
No. Pernyataan/ Pertanyaan SS S TP TS STS1.
Auditor yang berpengalaman adalah auditor yang memiliki pelatihan teknis yang banyak
2. Dengan pengalaman yang dimiliki, maka memudahkan auditor untuk mendeteksi adanya kesalahan dalam audit
3. Dengan pengalaman yang dimiliki, maka memudahkan auditor dalam membuat judgment yang baik
4. Dengan pengalaman yang dimiliki, maka memudahkan auditor untuk membuat sadar terhadap akan lebih banyak kekeliruan
5. Dalam pelaksanaan audit, auditor harus memiliki pengetahuan tentang metode audit
6. Dalam pelaksanaan audit, auditor harus memiliki pengetahuan tentang teknik audit
7. Dalam pelaksanaan audit, auditor harus memiliki pengetahuan tentang prosedur audit
8. Dalam pelaksanaan audit, auditor harus memiliki pengetahuan tentang standar audit
9. Auditor yang memiliki banyak pengetahuan tentang kekeliruan, maka akan lebih cermat dalam mendeteksi kekeliruan audit
10. Auditor yang memiliki banyak pengetahuan tentang kekeliruan, maka akan lebih ahli dalam pengungkapan kekeliruan audit
Hasil Uji Asumsi Klasik dan Hipotesis
Model Summary(b)
Model R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .699(a) .488 .449 2.85218a Predictors: (Constant), Kompetensi Auditor, Gender, Kompleksitas
Tugas b Dependent Variable: Audit Judgment
ANOVA(b) Model
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 302.738 3 100.913 12.405 .000(a) Residual 317.262 39 8.135 Total 620.000 42
a Predictors: (Constant), Kompetensi Auditor, Gender, Kompleksitas Tugas b Dependent Variable: Audit Judgment
Regression Standardized Residual210-1-2-3
Fre
qu
en
cy
10
8
6
4
2
0
Histogram
Dependent Variable: AuditJudgment
Mean =-6.84E-16�Std. Dev. =0.964�
N =43
Regression Standardized Predicted Value3210-1-2
Reg
ressio
n
Stu
de
nti
zed
R
es
idu
al
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: AuditJudgment
Usia Responden Jenis Kelamin Jenjang Pendidikan Jabatan Lama Bekerja
Responden 19-30 Th 31-40 Th > 40 Th Laki-Laki Perempuan D3 S1 S2 S3 Patner Rekan Supervisor SA JA < 3 Th 3-5 Th > 5 Th1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 13 1 1 1 1 14 1 1 1 1 15 1 1 1 1 16 1 1 1 1 17 1 1 1 1 18 1 1 1 1 19 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 111 1 1 1 1 112 1 1 1 1 113 1 1 1 1 114 1 1 1 1 115 1 1 1 1 116 1 1 1 1 117 1 1 1 1 118 1 1 1 1 119 1 1 1 1 120 1 1 1 1 121 1 1 1 1 122 1 1 1 1 123 1 1 1 1 124 1 1 1 1 125 1 1 1 1 126 1 1 1 1 127 1 1 1 1 128 1 1 1 1 129 1 1 1 1 130 1 1 1 1 131 1 1 1 1 132 1 1 1 1 133 1 1 1 1 134 1 1 1 1 135 1 1 1 1 136 1 1 1 1 137 1 1 1 1 138 1 1 1 1 139 1 1 1 1 140 1 1 1 1 141 1 1 1 1 142 1 1 1 1 143 1 1 1 1 144454647484950515253545556575859606162636465666768697071727374757677787980818283848586878889
Total 35 8 0 21 22 4 36 3 0 0 2 5 8 28 32 10 1
43 43 43 43 #REF!