93479-nonarina cinde susanti-feb.pdf

99
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi lelaki atau perempuan memang bukanlah pilihan, itu sudah menjadi satu paket yang diberikan Tuhan termasuk sifat dan karakteristik seseorang. Sejauh mana sifat dan karakter ini mampu mempengaruhi cara kerja seseorang. Profesi auditor, khususnya internal auditor atau lebih sering dikenal dengan sebutan Satuan Pengawas Internal (SPI) saat ini didominasi oleh kaum adam. Komposisi antara lelaki dan perempuan yang berprofesi menjadi auditor sangat jauh bedanya. Memang profesi ini sama sekali tidak bersinggungan dengan persoalan gender, karena kompetensi yang dibutuhkan untuk profesi ini pun tidak ada kaitannya dengan gender. Meskipun demikian fakta dan data yang ada, keberadaan perempuan dalam profesi ini sangat minim sekali. Menurut data Asosiasi Auditor Internal (AAI), komposisi auditor perempuan yang tergabung dalam dalam AAI hanya memenuhi porsi 12 persen saja (Majalah Auditor, 2008:28). Memang menjadi seorang auditor bukanlah sebuah pilihan. Di beberapa kasus, banyak orang yang berprofesi sebagai auditor karena berdasarkan penunjukkan oleh direksi sehingga sulit untuk mengetahui mengapa para perempuan mau berprofesi sebagai auditor. Namun demikian profesi auditor 1

Upload: buitruc

Post on 02-Jan-2017

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menjadi lelaki atau perempuan memang bukanlah pilihan, itu sudah

menjadi satu paket yang diberikan Tuhan termasuk sifat dan karakteristik

seseorang. Sejauh mana sifat dan karakter ini mampu mempengaruhi cara

kerja seseorang. Profesi auditor, khususnya internal auditor atau lebih sering

dikenal dengan sebutan Satuan Pengawas Internal (SPI) saat ini didominasi

oleh kaum adam. Komposisi antara lelaki dan perempuan yang berprofesi

menjadi auditor sangat jauh bedanya. Memang profesi ini sama sekali tidak

bersinggungan dengan persoalan gender, karena kompetensi yang dibutuhkan

untuk profesi ini pun tidak ada kaitannya dengan gender. Meskipun demikian

fakta dan data yang ada, keberadaan perempuan dalam profesi ini sangat

minim sekali. Menurut data Asosiasi Auditor Internal (AAI), komposisi

auditor perempuan yang tergabung dalam dalam AAI hanya memenuhi porsi

12 persen saja (Majalah Auditor, 2008:28).

Memang menjadi seorang auditor bukanlah sebuah pilihan. Di beberapa

kasus, banyak orang yang berprofesi sebagai auditor karena berdasarkan

penunjukkan oleh direksi sehingga sulit untuk mengetahui mengapa para

perempuan mau berprofesi sebagai auditor. Namun demikian profesi auditor

1

Page 2: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

tidak menutup kemungkinan diri terhadap kehadiran para perempuan di

profesi ini. Terbukti, walaupun dari segi kuantitas jumlah mereka tidak bisa

dipandang sebelah mata. Tidak sedikit para perempuan yang berprofesi

sebagai auditor menempati posisi puncak dalam departemennya. Sebut saja

Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ), Bank DKI, SPI (Satuan Pengawas Internal)

dipimpin oleh seorang perempuan (Majalah Auditor, 2008:28).

Banyak pertimbangan mengapa manajemen lebih memilih perempuan

untuk menduduki posisi internal audit. Menurut psikolog Tika Bisono dalam

majalah Auditor (2008), secara psikis perempuan yang berprofesi sebagai

auditor memang diuntungkan oleh sifat dasar keperempuanannya. Biasanya

perempuan lebih teliti terutama untuk hal yang berkaitan dengan uang

sehingga unsur ketelitiannya lebih tinggi dan betah berlama-lama ketika

menyelesaikan suatu pekerjaan. Siapa pun yang menjalani profesi ini, apakah

itu lelaki atau perempuan haruslah seorang manusia unggul yang memiliki

intelektualitas, emosi, mental, dan kepribadian serba unggul. Hal ini

dikarenakan tugas yang diemban oleh para internal auditor sangat berat tetapi

mulia. Seorang auditor harus mampu memberi keteladanan bagi karyawan

lain.

Memang tidak mudah menjadi seorang auditor karena di satu sisi seorang

auditor harus mampu mengawal kepentingan perusahaan dan di sisi lain harus

bisa melindungi kepentingan para stakeholder yang notabenennya berada di

luar manajemen. Dalam sebuah kasus berdasarkan penuturan seorang manajer

HRD (Human Resourch Development) sebuah produsen sepatu pada tahun

2

Page 3: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

2004 yang dikutip dalam majalah Auditor (2008) pernah ada salah seorang

internal auditor wanita yang mengundurkan diri dari pekerjaannya. Auditor

tersebut tidak menceritakan alasan sebenarnya mengapa ia mengundurkan diri.

Namun sekitar dua bulan kemudian manajer tersebut bertemu kembali dengan

mantan auditor tersebut. Auditor menceritakan bahwa sebulan sebelum

mengundurkan diri, ia mendapat ancaman telepon dari rekan kerjanya karena

sebelumnya ia pernah melaporkan adanya penyimpangan di bagian pembelian

dan penjualan. Inilah yang pada akhirnya membentuk sebuah opini dan image

bahwa auditor perempuan ini menyebalkan, seakan-akan interpersonal skill

yang dimilikinya jelek sekali.

Tentu image seperti itu harus bisa diubah dan menjadi pekerjaan rumah

yang harus diselesaikan oleh para auditor. Bagaimanapun juga seorang auditor

adalah karyawan yang notabenenya adalah orang bayaran dan statusnya sama

seperti karyawan lainnya. Seorang auditor harus bisa menjadi mitra bagi divisi

lain di tempatnya bekerja. Menjadi seorang auditor bukanlah pentakhbisan diri

seseorang menjadi superpower person. Tidak mudah memang untuk bisa

berlaku rendah hati pada saat punya kekuasan. Siapa pun juga ketika dirinya

merasa sebagai pengawas di atas angin secara naluriah aura yang muncul

adalah merasa superior. Perasaan seperti itu harus dilawan dan disinilah letak

kepemimpinan seseorang (Majalah Auditor, 2008).

Salah satu jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik adalah audit atas

laporan keuangan sebuah entitas dengan memberikan opini atau pendapatnya

atas laporan keuangan tersebut yang didasarkan pada Standar Akuntansi

3

Page 4: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Keuangan (SAK). Opini tersebut menunjukkan kualitas atas laporan keuangan

yang dihasilkan oleh perusahaan. Kualitas jasa yang dihasilkan oleh profesi

akuntan publik diatur dan dikendalikan melalui berbagai standar yang

diterbitkan oleh organisasi profesi tersebut yang bernama Ikatan Akuntan

Indonesia (IAI). Dengan adanya beberapa standar kualitas yang dihasilkan

akan menghasilkan keputusan ekonomi dan non ekonomi yang mendukung

pada kemajuan ekonomi. Begitu pula, kemajuan ekonomi mendorong

munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan bisnis yang

cukup tajam umtuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Namun

terkadang untuk mencapai tujuan itu, segala upaya dan tindakan dilakukan

walaupun pelaku bisnis harus melakukan tindakan-tindakan yang

mengabaikan berbagai dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk

profesi akuntansi.

Akuntan adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah

melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan

memberikan opini atau pendapat terhadap saldo akun dalam laporan keuangan

apakah telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan

atau prinsip akuntansi yang telah berlaku umum, dan standar atau prinsip

tersebut diterapkan secara konsisten. Badan audit research ternama telah

mendemonstrasikan bahwa sejumlah faktor level individu terbukti

berpengaruh terhadap keputusan seorang auditor. Untuk melaksanakan tugas

tersebut sering dibutuhkan judgment. Dari beberapa hasil penelitian dalam

bidang audit menunjukkan bahwa ada berbagai variasi faktor individual yang

4

Page 5: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

mempengaruhi judgment dalam melaksanakan review selama proses

pelaksanaan audit (Solomon dan shields,1995 dalam Zulaikha, 2006), dan

pengaruh faktor individual ini berubah-ubah sesuai dengan kompleksitas tugas

(Tan and Kao, 1999 dan Libby, 1995 dalam Zulaikha, 2006).

Seorang auditor dalam melakukan tugasnya membuat audit judgment

dipengaruhi oleh banyak faktor, baik bersifat teknis maupun non teknis. Aspek

perilaku individu, sebagai salah satu faktor yang banyak mempengaruhi

pembuatan audit judgment, sekarang ini semakin banyak menerima perhatian

dari para praktisi akuntansi ataupun dari akademisi. Namun demikian

meningkatnya perhatian tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan

penelitian di bidang akuntansi perilaku dimana dalam banyak penelitian tidak

menjadi fokus utama (Meyer, 2001 dalam Jamilah dkk, 2007).

Perjuangan kesetaraan gender adalah terkait dengan kesetaraan sosial

antara pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan

gender yang disebabkan oleh diskriminasi struktural dan kelembagaan.

Perbedaan hakiki yang menyangkut jenis kelamin tidak dapat di ganggu gugat

(misalnya secara biologis wanita mengandung), perbedaan peran gender dapat

diubah karena bertumpu pada faktor-faktor sosial dan sejarah. Bidang akuntan

publik yang terkait dengan banyak disiplin ilmu sosial tentunya akan sangat

dipengaruhi oleh hal-hal tersebut (Trianingsih, 2004).

Gender diduga menjadi salah satu faktor level individu yang turut

mempengaruhi audit judgment seiring dengan terjadinya perubahan pada

5

Page 6: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

kompleksitas tugas. Temuan riset literatur psikologis kognitif dan pemasaran

juga menyebutkan bahwa wanita diduga lebih efisien dan efektif dalam

memproses informasi saat adanya kompleksitas tugas dalam pengambilan

keputusan dibandingkan dengan pria. Ruegger dan King (1992) dalam Jamilah

dkk (2007) menyatakan wanita umumnya memiliki tingkat pertimbangan

moral yang lebih tinggi daripada pria. Masih dalam literatur tersebut juga

dinyatakan bukti bahwa laki-laki relatif kurang mendalam dalam menganalisis

inti dari suatu keputusan. Namun pengaruh gender terhadap pemrosesan

informasi dan judgment belum banyak teruji dalam konteks penugasan audit

sebagai auditor. Dalam penugasan tersebut, variasi kompleksitas audit dapat

terjadi dalam berbagai akun, jumlah atau besarnya saldo akun.

Meyers-Levy (1986) dalam Jamilah dkk (2007) mengembangkan sebuah

theoretical framework untuk menjelaskan pemrosesan informasi oleh laki-laki

dan perempuan. Kerangka teoritis ini mereka sebut “selectivity hypothesis”.

Perbedaan yang didasarkan pada isu gender dalam pemrosesan informasi dan

pembuatan keputusan didasarkan atas pendekatan yang berbeda yaitu bahwa

laki-laki dan perempuan menggunakan pemrosesan inti informasi dalam

memecahkan masalah dan membuat inti keputusan. Laki-laki pada umumnya

dalam menyelesaikan masalah tidak menggunakan semua informasi yang

tersedia, dan mereka juga tidak memproses informasi secara menyeluruh,

sehingga dikatakan bahwa laki-laki cenderung melakukan pemrosesan

informasi secara terbatas. Sedangkan perempuan dipandang sebagai pemroses

6

Page 7: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

informasi lebih detail, yang melakukan proses informasi pada sebagian besar

inti informasi untuk pembuatan keputusan atau judgment.

Kerangka teoritis ini kemudian digunakan untuk beberapa kajian misalnya

dalam auditing. O’Donel dan Jhonson (1999) dalam Zulaikha (2006)

melakukan studi apakah ada perbedaan usaha pemrosesan informasi dalam

suatu perencanaan prosedur analitis pada sebuah penugasan audit dapat

dikaitkan dengan isu gender. Mereka menemukan bukti empiris bahwa ada

ketidak konsistenan hasil adanya pengaruh gender pada proses perencanaan

prosedur analitis. Perempuan lebih memberikan usaha pemrosesan lebih intens

daripada laki-laki dalam hal laporan keuangan yang konsisten dengan

informasi tentang bisnis klien. Namun ketika terjadi perubahan fluktuasi

kompleksitas tugas dalam kasus eksperimen, maka terjadi sebaliknya dimana

perempuan menjadi kurang usahanya dalam pemrosesan informasi.

Dengan semakin meluasnya arus emansipasi, telah melahirkan

kecenderungan makin meluasnya kesempatan wanita dalam berbagai bidang

profesi, khususnya profesi seorang akuntan yang sebenarnya secara realita

tidak dapat dipungkiri lebih didomonasi oleh kaum wanita. Terutama dalam

praktik akuntansi publik, dimana jumlah kaum wanita belakangan ini yang

memasuki profesi sebagai akuntan publik telah meningkat secara drastis

(Trapp et al, 1998 dalam Murtanto dan Andryani, 2005). Jika sebelumnya

profesi akuntan publik lebih didominasi pria maka sekarang ini peran wanita

telah mengalami peningkatan. Perusahaan harus menciptakan jalur karier bagi

kaum wanita yang tidak ingin bersaing dengan dengan kaum pria untuk posisi

7

Page 8: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

yang paling puncak dan yang ingin masuk dan keluar sebagai pekerja dalam

suatu organisasi (Schwatz, 1992 dalam Murtanto dan Andryani, 2005).

Pengujian pengaruh sejumlah faktor terhadap kompleksitas tugas juga

bersifat penting karena kecenderungan bahwa tugas melakukan audit adalah

tugas yang banyak menghadapi persoalan kompleks. Bonner (1994) dalam

Zulaikha (2006) mengemukakan ada tiga alasan yang cukup mendasar

mengapa pengujian terhadap kompleksitas tugas untuk sebuah situasi audit

perlu dilakukan. Pertama, kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh

signifikan terhadap kinerja seorang auditor. Kedua, sarana dan teknik

pembutan keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan

sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada kompleksitas

tugas audit. Ketiga, pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah tugas

dapat membantu tim manajemen audit perusahaan menemukan solusi terbaik

bagi staf audit dan tugas audit.

Ashton (1991) dalam Jamilah dkk (2007) menunjukkan bahwa dalam

literatur psikologi, pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai

faktor penting untuk meningkatkan kompetensi. Ashton juga menjelaskan

bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan

pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang baik

karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain di selain

pengalaman. Selain itu, penelitian yang dilakukan Bonner (1994) dalam

Zulaikha (2006) menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai spesifik tugas

dapat meningkatkan kinerja auditor berpengalaman, walaupun hanya dalam

8

Page 9: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

penetapan risiko analitis. Hal ini menunjukkan bahwa pendapat auditor yang

baik akan tergantung pada kompetensi dan prosedur audit yang dilakukan oleh

auditor (Hogarth, 1992) dalam Jamilah dkk (2007). Komponen keahlian

sendiri terdiri atas beberapa macam. Tan dan Libby (1997) dalam Mayangsari

(2003) mengatakan bahwa keahlian audit terdiri atas tacit managerial dan

pengetahuan khusus. Hasil-hasil penelitian lain seperti Shanteau dan

Mohammadi (1992) dalam Mayangsari (2003), Bonner dan Lewis (1990)

dalam Mayangsari (2003), serta Mohammadi, Searfoss dan Sheanteau (1992)

dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa faktor pengetahuan kognitif

merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengarui keahlian audit.

Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen

ciri-ciri psikologis dan pengetahuan merupakan komponen yang memiliki

nilai tinggi dalam model kompetensi.

Penelitian yang dilakukan oleh Zulaikha (2006) membuktikan hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa perempuan masih mendominasi peran

domestik, dan peran ganda perempuan tidak berpengaruh signifikan dalam

pembuatan judgment. Kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan

terhadap keakuratan judgment

Penelitian ini merupakan gabungan dari penelitian-penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Zulaikha (2006) dan Jamilah dkk (2007). Variabel dalam

penelitian ini meliputi gender, kompleksitas tugas, kompetensi auditor, dan

audit judgment yang beberapa diantaranya diadopsi dari penelitian mereka.

Perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah dalam penelitian ini penulis

9

Page 10: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

merubah salah satu variabel dalam penelitian Zulaikha (2006) yaitu variabel

pengalaman dan penelitian Jamilah dkk (2007) yaitu variabel tekanan ketaatan

dengan variabel kompetensi auditor. Maka dari itu penulis mencoba

menggunakan variabel-variabel tersebut dalam penelitian ini.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merumuskan judul penelitian sebagai

berikut: “Pengaruh Gender, Kompleksitas Tugas, dan Kompetensi

Auditor Terhadap Audit Judgment (Studi Empiris pada Kantor Akuntan

Publik di Jakarta)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Apakah gender, kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor berpengaruh

signifikan terhadap audit judgment?

2. Berapa besar variabel gender, kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor

mampu menjelaskan variabel audit judgment?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan :

10

Page 11: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

a. Untuk menganalisis pengaruh variabel gender, kompleksitas tugas, dan

kompetensi auditor terhadap audit judgment

b. Untuk menganalisis besarnya variabel gender, kompleksitas tugas, dan

kompetensi auditor mampu menjelaskan variabel audit judgment

2. Manfaat Penelitian

Tujuan lain dari dibuatnya penelitian ini adalah untuk memberikan

manfaat terhadap :

a. Kantor Akuntan Publik

Memberikan tambahan gambaran tentang dinamika yang terjadi di

dalam Kantor Akuntan Publik khususnya auditor dalam membuat audit

judgment. Serta tidak adanya perbedaan kemampuan kognitif model

pemrosesan informasi individual dalam membuat judgment dalam

penugasan audit antara auditor laki-laki dan auditor perempuan.

Memberikan tambahan bukti empiris pada literatur akuntansi,

khususnya mengenai pengaruh gender, kompleksitas tugas, dan

kompetensi auditor terhadap auditor berkaitan dengan audit judgment.

b. Bagi Peneliti/ Akademisi

Manfaat bagi peneliti adalah agar peneliti dapat membandingkan teori

yang terdapat di bangku kuliah serta menambah wawasan tentang ilmu

11

Page 12: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

audit. Manfaat lainnya adalah untuk membantu siapa saja yang ingin

mengetahui dan memperdalam tentang audit dan dapat digunakan

sebagai pengetahuan serta bahan pertimbangan untuk peneliti

berikutnya.

c. Bagi masyarakat

Manfaat bagi masayarakat umum atau pihak yang tidak terkait

langsung adalah adanya harapan dari hasil penelitian ini untuk dapat

dijadikan referensi dan dapat digunakan sebagai dokumentasi ilmiah

yang berguna untuk pengembangan ilmu dan teknologi.

12

Page 13: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Audit

a. Definisi audit

13

Page 14: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Arens (2003:15) mendefinisikan auditing adalah pengumpulan

serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan

melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria yang

telah ditetapkan.

Definisi audit yang sangat terkenal adalah yang berasal dari

ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) dalam Halim

(2001:1) yang mendefinisikan auditing sebagai:

“Suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti audit secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan”.

Definisi tersebut dapat diuraikan menjadi 7 elemen yang harus

diperhatikan dalam melaksanakan audit, yaitu:

1) Proses yang sistematis

Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang bersifat

logis, terstruktur,dan teroganisir.

2) Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif

14

Page 15: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Hal ini berarti bahwa proses sistematik yang dilakukan tersebut

merupakan proses untuk menghimpun bukti-bukti yang mendasari

asersi-asersi yang dibuat oleh individu maupun entitas. Auditor

kemudian mengevaluasi bukti-bukti yang diperoleh tersebut. Baik

saat penghimpunan maupun pengevaluasian bukti, auditor harus

obyektif. Obyektif berarti mengungkapkan fakta apa adanya yang

senyatanya, tidak bias atau tidak memihak dan tidak berprasangka

buruk terhadap individu atau entitas yang membuat representasi

tersebut.

3) Aseresi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi

Asersi merupakan suatu pernyataan atau suatu rangkaian

pernyataan secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab

atas pernyataan tersebut. Untuk audit laporan keuangan historis,

asersi merupakan pernyataan manajemen melalui laporan keuangan

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Asersi-asersi

meliputi informasi yang terkandung dalam laporan keuangan,

laporan operasi internal, dan laporan biaya maupun pendapatan

berbagai pusat pertanggungjawaban pada suatu perusahaan. Jadi,

asersi atau pernyataan tentang tindakan dan kejadian ekonomi

merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran, dan

penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan

uang.

15

Page 16: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

4) Menentukan tingkat kesesuaian (degree of correspondence)

Hal ini berarti penghimpunan dan pengevaluasian bukti-bukti

dimaksudkan untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai

tidaknya asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah

ditetapkan. Tingkat kesesuaian tersebut dapat diekspresikan dalam

bentuk kuantitatif maupun kualitatif. Bentuk kuantitatif contohnya

prosentase pencapaian penjualan bila dibandingkan dengan

penjualan yang dianggarkan. Bentuk kualitatif contohnya

kewajaran laporan keuangan.

5) Kriteria yang ditentukan

Kriteria yang ditentukan merupakan standar-standar pengukur

untuk mempertimbangkan (judgment) asersi-assersi atau

representasi-representasi. Kriteria tersebut dapat berupa prisip

akuntansi yang berlaku umum atau Standar Akuntansi Keuangan,

aturan-aturan spesifik yang ditentukan oleh badan legislatif atau

pihak lainnya, anggaran atau ukuran lain kinerja manajemen

6) Menyampaikan hasil-hasilnya

Hal ini berarti hasil-hasil audit dikomunikasikan melalui laporan

tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi-

asersi dan kriteria yang telah ditentukan. Komunikasi hasil audit

16

Page 17: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

tersebut dapat memperkuat ataupun memperlemah kredibilitas atau

representasi atau pernyataan yang dibuat.

7) Para pemakai yang berkepentingan

Para pemakai yang berkepentingan merupakan para pengambil

keputusan yang menggunakan dan mengandalkan temuan-temuan

yang diinformasikan melalui laporan audit, dan laporan lainnya.

Para pemakai tersebut meliputi investor maupun calon investor di

pasar modal, pemegang saham, kreditor maupun calon kreditor,

badan pemerintahan, manajemen, dan publik pada umumnya.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan pengertian audit

adalah suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti

objektif tentang suatu asersi yang bertujuan untuk mencapai derajat

kesesuaian dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dan

menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.

b. Jenis-jenis Audit

Ada beberapa jenis audit yang dikemukakan oleh Arens, et all

(2006: 14-15) dalam Enjel (2006) yaitu: operational audits, financial

statetment audits, dan compliance audits.

1) Operational audits (Audit operasional)

17

Page 18: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Pemeriksaan operasional adalah suatu tinjauan terhadap setiap

bagian prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai

efisiensi dan efektifitas kegiatan entitas tersebut.

2) Financial statement audits (Audit laporan keuanagan)

Pemeriksaan keuangan merupakan pemeriksaan atas laporan

keuangan suatu organisasi atau perusahaan secara keseluruhan

merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi telah disajikan

sesuai dengan kriteria tertentu yang dalam hal ini adalah prinsip

akuntansi yang berlaku umum, dengan tujuan memberikan

pendapat wajar atas kewajaran penyajian laporan keuangan.

3) Compliance audits (Audit kepatuhan)

Pemeriksaan ketaatan merupakan proses pemeriksaan yang

mempertimbangkan apakah klien telah mengikuti atas suatu

prosedur atau peraturan tertulis yang ditetapkan oleh pihak yang

berwenang yang memiliki otoritas yang lebih tinggi.

c. Jenis-jenis Auditor

Menurut Arens, et all (2006: 15-16) dalam Bony Enjel (2006)

terdapat empat jenis auditor yang umum dikenal dalam masyarakat,

yaitu: certified accountant public firms, general accounting office

auditors, internal revenue agent, and internal auditors.

1) Certified accountant public firms (Akuntan publik)

18

Page 19: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Akuntan publik disebut juga auditor eksternal atau auditor

independen untuk membedakannya dengan auditor internal.

2) General accounting office auditors (Akuntan pemerintah)

Dilaksanakan oleh auditor pemerintah sebagai karyawan

pemerintah. Audit ini mencakup audit laporan keuangan, audit

kepatuhan, audit operasional.

Aktifitas yang dilakukan auditor pemerintah (Rahayu dan Suhayati,

2010:14) adalah sebagai berikut:

a) Audit keuangan (Financial Audits) yang terdiri atas audit

laporan keuangan dan audit atas hal-hal yang berkaitan dengan

keuangan.

b) Audit Kinerja (Performance Audits) yang terdiri atas program

pemerintah dan BUMN (Badan Usaha Milik Negara).

3) Internal revenue agent (Akuntan pajak)

Akuntan mempunyai tanggung jawab terhadap pelaksanaan pada

pembayaran pajak oleh wajib pajak. Lingkup pengerjaannya adalah

memeriksa apakah wajib pajak telah benar memberikan pajaknya

sesuai dengan prosedur dan hukum yang berlaku.

4) Internal auditors (Auditor internal)

19

Page 20: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Auditor internal adalah bertanggung jawab pada manajemen

perusahaan. Tinjauannya adalah audit terhadap setiap berbagai

prosedur-prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk

menilai efisiensi dan efektifitas kegiatan.

Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka auditor

internal harus berbeda di luar fungsi lini suatu organisasi,

kedudukannya independen dari auditee. Auditor internal wajib

memberikan informasi bagi manajemen pengambil keputusan yang

berkaitan yang berkaitan dengan operasional perusahaan, sehingga

memerlukan informasi dari manajemen. Informasi dari auditor

internal banyak dimanfaatkan bagi pihak ekstern karena

indenpendensinya terbatas (tidak independen bagi pihak ekstern).

Hal ini membedakan auditor internal dan akuntan publik (Rahayu

dan Suhayati, 2010:14).

d. Jenis-jenis Pendapat Auditor

Sukrisno Agoes (2004:49-52) ada lima jenis pendapat yang dapat

diberikan oleh auditor, yaitu :

1) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (unqualified opinion)

Jika auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar

auditing yang ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, seperti

terdapat dalam standar profesional akuntan publik, dan telah

20

Page 21: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

mengumpulkan bahan-bahan pembuktian (audit evidence) yang

cukup untuk mendukung opininya, serta tidak menemukan adanya

kesalahan material atas penyimpangan pendapat wajar tanpa

pengecualian. Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor

menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,

dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha,

perubahan ekuitas, dan arus kas suatu entitas sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2) Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan tambahan Bahasa

Penjelasan yang Ditambahkan dalam Laporan Audit Bentuk Baku

Pendapat ini diberikan jika terdapat suatu keadan tertentu yang

mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau

bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak

mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang

dinyatakan oleh auditor. Kondisi atau keadaan yang memerlukan

bahasa penjelasan tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai

berikut :

a) Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan auditor

independen lain.

b) Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan

karena keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan

21

Page 22: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

disajikan menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang

dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

c) Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan

auditor yakin tentang adanya kesangsian mengenai

kelangsungan hidup entitas namun setelah mempertimbangkan

rencana manajemen auditor berkesimpulan bahwa rencana

manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan

pengungkapan mengenai hal itu telah memadai.

d) Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan

material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode

penerapannya.

e) Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas

laporan keuangan komparatif.

f) Data keuangan kuartala tertentu yang diharuskan oleh Badan

Pengawas Pasar Modal (Bapepam) namun tdak disajikan atau

tidak di review.

g) Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntan

Indonesia Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah

dihilangkan, yang penyajiannya menyimpang jauh dari pedoman

yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut, atau auditor tidak dapat

menghilangkan keraguan yang besar apakah informasi tambahan

22

Page 23: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Dewan

tersebut.

h) Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan

keuangan yang diaudit secara material tidak konsisten dengan

informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

3) Pendapat Wajar dengan Pengecualian (qualified opinion)

Kondisi tertentu mungkin memerlukan pendapat wajar dengan

pengecualian. Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan

bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua

hal yang material, posisi laporan keuangan, hasil usaha, perubahan

ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum di Indonesia. Pendapat ini dinyatakan bilamana:

a) Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan

terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor

berkesimpulan bahwa ia tidak menyatakan pendapat wajar tanpa

pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak

memberikan pendapat.

b) Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan

berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum

di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan

untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.

23

Page 24: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

c) Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia

harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu

atau lebih paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf

pendapat. Ia juga harus mencantumkan bahasa pengecualian

yang sesuai dan merujuk ke paragraf penjelasan di dalam

paragraf pendapat. Pendapat wajar dengan pengecualian harus

berisi kata kecuali atau pengecualian dalam suatu frasa seperti

kecuali untuk atau dengan pengecualian untuk.

4) Pendapat Tidak Wajar (adverse opinion)

Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan

tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha,

perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia. Pendapat ini dinyatakan bila, menurut

pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak

disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia.

5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion atau

no opinion)

24

Page 25: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa

auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor

dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia tidak dapat

merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang

kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia. Jika auditor menyatakan semua alasan

subtantif yang mendukung pernyataannya tersebut.

2. Gender

Kata gender belum masuk dalam perbendaharaan Kamus Besar

Bahasa Indonesia, tetapi istilah tersebut sudah lazim digunakan, khususnya

di Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita dengan istilah “jender”.

Jender diartikan sebagai “interpretasi mental dan kultural terhadap

perbedaan kelamin yakni laki-laki dan perempuan. Jender biasanya

dipergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang dianggap tepat

bagi laki-laki dan perempuan”.

Menurut Epstein (1990) dalam Berliyanti (2002) terdapat variasi

yang signifikan dari orang-orang diantaranya gender, mendapat perhatian

dari pimpinan dalam bisnis. Perbedaan gender memiliki implikasi tidak

hanya untuk orang-orang dalam bisnis tetapi untuk pendidik, pekerja, dan

manajer dalam berbagai disiplin ilmu.

Gillian (1992) dalam Berliyanti (2002) seorang psikologis dari

Howard mengembangkan gender socialization theory yang menjelaskan

25

Page 26: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

perbedaan antara pria dan wanita adalah pria cenderung lebih

mempertimbangkan pandangan-pandangan dalam keadilan, peraturan-

peraturan dan hak-hak individual, sedangkan wanita lebih mengarah pada

pandangan tentang hubungan-hubungan, perhatian, dan menaruh belas

kasihan.

Gender menurut Umar (1999:45) dalam Atutik dan Hamzah

(http://downloads.ziddu.com) adalah suatu konsep yang di gunakan untuk

mengidentifikasikan perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi budaya.

Pengertian tersebut sejalan dengan kesimpulan yang diambil oleh Astutik

dan Hamzah yang mendefinisikan gender sebagai pembagian peran serta

tanggung jawab, baik laki-laki maupun perempuan, yang di tetapkan

secara sosial maupun kultural. Dalam masyarakat patriarki, pandangan

hidup yang berlaku bersifat seksis, jenis kelamin perempuan ditempatkan

dalam posisi subordinat atau bawahan. Sementara jenis kelamin laki-laki

sebagai superordinat atau menduduki posisi dominan, sehingga pengaruh

pada isu gender itu sendiri pada akhirnya melahirkan stereo typing

(pelabelan) yaitu perempuan merupakan makhluk lemah, emosional, dan

bertanggung jawab pada peran domestik saja.

Parmer dan Kandamsih (1997) dalam Nurasnida (2008)

menjelaskan pandangan gender dapat diklasifikasikan dalam dua

stereotype, yaitu:

a) Sex role stereotype

26

Page 27: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Dihubungkan dengan pandangan umum bahwa pria lebih berorientasi

pada pekerjaan objektif, independen, agresif, dan pada umumnya

mempunyai kemampuan lebih dibandingkan wanita dalam

pertanggung jawaban manajerial. Wanita di pihak lain dipandang lebih

pasif, lembut, orientasi pada pertimbangan, lebih sensitif, dan lebih

rendah posisinya pada pertanggung jawaban dalam organisasi

dibandingkan dengan pria

b) Manajerial stereotype

Memberikan pengertian manajer yang sukses sebagai seseorang yang

memiliki sikap perilaku, dan temperamen yang umumnya lebih

dimiliki pria dibandingkan wanita.

Stereotype merupakan proses pengelompokan individu kedalam

suatu kelompok, dan pemberian atribut karakteristik pada individu

berdasarkan kelompok.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gender

adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan

laki-laki dan perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial budaya. Gender

dalam arti ini adalah suatu bentuk rekayasa masyarakat (social

constructions), bukannya sesuatu yang bersifat kodrati.

Pengambilan keputusan harus didukung oleh informasi yang

memadai. Kaum pria dalam pengolahan informasi tersebut biasanya tidak

menggunakan seluruh informai yang tersedia sehingga keputusan yang

27

Page 28: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

diambil kurang komprehensif. Lain halnya dengan wanita, mereka dalam

mengolah informasi cenderung lebih teliti dengan menggunakan informasi

yang lebih lengkap dan mengevaluasi kembali informasi tersebut dan tidak

gampang menyerah. Laki-laki pada umumnya juga tidak memproses

informasi secara menyeluruh, sehingga dikatakan bahwa laki-laki

cenderung melakukan proses informasi secara terbatas. Sedangkan

perempuan dipandang sebagai pemroses informasi lebih detail yang

melakukan proses informasi pada sebagian besar inti informasi untuk

pembuatan judgment (Meyer dan Levy, 1986 dalam Zulaikha, 2006).

Kaum wanita relatif lebih efisien dibandingkan dengan kaum pria selagi

mendapat akses informasi. Selain itu, kaum wanita juga memiliki daya

ingat yang lebih tajam terhadap suatu informasi baru dibandingkan dengan

kaum pria dan demikian halnya dalam mengolah informasi yang sedikit

menjadi lebih tajam. Argumen ini didukung oleh hasil penelitian dari

Gillian (1982), dan Cohen, et al (1999) dalam Jamilah dkk (2007).

3. Kompleksitas Tugas

Tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas merupakan dua aspek

penyusun dari kompleksitas tugas. Tingkat sulitnya tugas selalu dikaitkan

dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut, sementara struktur

adalah terkait dengan kejelasan informasi (information clarity). Menurut

Bonner (1994) dalam Jamilah dkk (2007) , proses pengolahan informasi

terdiri dari tiga tahapan, yaitu: input, proses, output. Pada tahap input dan

proses, kompleksitas tugas meningkat seiring bertambahnya faktor cues.

28

Page 29: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Terdapat perbedaan antara pengertian banyaknya cues yang diadakan

(number of cues available) dengan banyaknya cues yang terolah (number

of cues processed). Banyaknya cues yang ada, seorang decision maker

harus berusaha melakukan pemilahan terhadap cues-cues tersebut

(meliputi upaya penyeleksian dan pertimbangan-pertimbangan) dan

kemudian mengintegrasikannya ke dalam suatu judgment (pendapat).

Keputusan bisa diberikan segera bila banyak cues yang diamati tidak

meninggalkan batas-batas kemampuan dari seorang decision maker

(Chung dan Monroe, 2001 dalam Jamilah dkk, 2007).

Hasil penelitian Chung dan Monroe (2001) dalam Jamilah dkk

(2007) mengatakan bahwa kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh

terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Abdolmohammadi dan

Wright (1986) dalam Jamilah dkk (2007) menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan judgment yang diambil auditor pada kompleksitas tugas tinggi

dan kompleksitas tugas rendah. Stuart (2001) dalam Jamilah dkk (2007)

mengatakan bahwa kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit

judgment jika perusahaan audit tidak terstruktur. Cheng, dkk (2003) dalam

Jamilah dkk (2007) mengatakan bahwa kompleksitas tugas tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja keputusan. Oleh karena itu,

penelitian ini dimaksudkan untuk menguji konsistensi tersebut.

Wood (1980) dalam Murdisar dan Nelly (2007) menyebutkan

kompleksitas tugas dapat dilihat dalam 2 aspek, yaitu:

29

Page 30: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

a) Kompleksitas komponen, yaitu mengacu pada jumlah informasi yang

harus diproses dan tahapan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan

sebuah pekerjaan. Suatu pekerjaan dianggap semakin rumit jika

informasi yang harus diproses dan tahap-tahap yang harus dilakukan

semakin banyak.

b) Kompleksitas koordinatif yang mengacu pada jumlah koordinasi

(hubungan antara satu bagian dengan bagian lain) yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Suatu pekerjaan dianggap

semakin rumit ketika pekerjaan tersebut memiliki keterkaitan dari

pekerjaan yang lainnya atau pekerjaan yang akan dilaksanakan tersebut

terkait dengan pekerjaan yang sebelumnya dan sesudahmya.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Murdisar dan Nelly (2007)

menunjukkan ketika kompleksitas tugas rendah, akuntabilitas akan

mempengaruhi kualitas kerja auditor. Namun ketika kompleksitas tugas

tinggi, akuntabilitas tidak berpengaruh pada kualitas pekerjaan auditor.

Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki

seseorang untuk mempertanggung jawabkan sesuatu yang telah mereka

kerjakan kepada lingkungan atau orang lain.

4. Kompetensi Auditor

Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Lastanti

(2005) mendefinisikan keahlian adalah ketrampilan dari seorang ahli. Ahli

didefinisikan seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau

30

Page 31: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

pengetahuan yang tinggi dalam subjek tertentu yang diperoleh dari

pelatihan dan pengalaman. Trottre (1986) dalam Lastanti (2005)

mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan ketrampilannya

mengerjakan pekerjaan secara cepat, mudah, intuisi, dan sangat jarang atau

tidak pernah membuat kesalahan.

Hayes-Roth dkk (1983) dalam Murtanto dan Gudono (1999)

mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang

suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul

dalam lingkungan tersebut, dan ketrampilan untuk memecahkan

permasalahan terebut.

Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Alim dkk

(2007) kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang

pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-

aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap,

pengetahuan dan ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan

tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Susanto

(2000) dalam Alim dkk (2007) definisi tentang kompetensi yang sering

dipakai adalah karakteristik-karakteristik yang mendasari individu untuk

mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan,

ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta

kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin.

Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan

pengalaman (Mayangsari, 2003).

31

Page 32: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Adapun kompetensi menurut De Angelo (1981) dalam Elfarani

(2007) dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yakni sudut pandang

auditor individual, audit tim dan Kantor Akuntan Publik (KAP). Masing-

masing sudut pandang akan dibahas lebih mendetail berikut ini:

a. Kompetensi Auditor Individual.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, antara

lain pengetahuan dan pengalaman. Untuk melakukan tugas

pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum

dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang pengauditan, akuntansi

dan industri klien. Selain itu diperlukan juga pengalaman dalam

melakukan audit. Seperti yang dikemukakan oleh Libby dan Frederick

(1990) dalam Elfarani (2007) bahwa auditor yang berpengalaman

mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan

sehingga keputusan yang diambil bisa lebih baik.

b. Kompetensi Audit Tim.

Standar pekerjaan lapangan yang kedua menyatakan bahwa jika

pekerjaan menggunakan asisten maka harus disupervisi dengan

semestinya. Dalam suatu penugasan, satu tim audit biasanya terdiri

dari auditor yunior, auditor senior, manajer dan partner. Tim audit ini

dipandang sebagai faktor yang lebih menentukan kualitas audit

(Wooten, 2003 dalam Elfarani, 2007). Kerjasama yang baik antar

anggota tim, profesionalime, persistensi, skeptisisme, proses kendali

mutu yang kuat, pengalaman dengan klien, dan pengalaman industri

32

Page 33: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

yang baik akan menghasilkan tim audit yang berkualitas tinggi. Selain

itu, adanya perhatian dari partner dan manajer pada penugasan

ditemukan memiliki kaitan dengan kualitas audit.

c. Kompetensi dari Sudut Pandang KAP.

Besaran KAP menurut Deis & Giroux (1992) dalam Elfarani (2007)

diukur dari jumlah klien dan persentase dari audit fee dalam usaha

mempertahankan kliennya untuk tidak berpindah pada KAP yang lain.

Menurut I Gusti Agung Rai (2008:63) terdapat tiga macam

kompetensi auditor kinerja , yaitu mutu personal, pengetahuan umum, dan

kehlian khusus.

1) Mutu personal

Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus memiliki mutu

personal yang baik, seperti:

a) Rasa ingin tahu (inquisitive)

b) Berpikiran luas (broad minded)

c) Mampu menangani ketidakpastian

d) Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah

e) Menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subjektif

f) Mampu bekerja sama dengan tim

2) Pengetahuan umum

Seorang auditor harus memiliki pengetahuan umum untuk memahami

entitas yang akan diaudit dan membantu pelaksanaan audit.

Pengetahuan dasar ini meliputi kemampuan untuk melakukan review

33

Page 34: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

analitis (analytical review), pengetahuan teori organisasi untuk

memahami suatu organisasi, pengetahuan auditing, dan pengetahuan

tentang sektor publik. Pengetahuan akuntansi mungkin akan membantu

dalam mengolah angka dan data, namun karena audit kinerja tidak

memfokuskan pada laporan keuangan maka pengetahuan akuntansi

bukanlah syarat utama dalam melakukan audit kinerja.

3) Keahlian khusus

Keahlian khusus yang harus dimiliki antara lain keahlian untuk

melakukan wawancara, kemampuan membaca cepat, statistik,

ketrampilan menggunakan komputer (minimal mampu

mengoperasikan word processing dan spread sheet), serta mampu

menulis dan mempresentsikan laporan dengan baik.

5. Audit Judgment

Hogarth (1992) dalam Jamilah dkk (2007) mengartikan judgment

sebagai proses kognitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kognitif berhubungan dengan

kondisi yang artinya: (1) kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan

(termasuk kesadaran dan perasaan) atau usaha mengenali sesuatu melalui

pengalaman sendiri, (2) proses, pengenalan, dan penafsiran lingkungan

oleh seseorang, (3) hasil pemerolehan keuntungan.

Judgment merupakan suatu proses yang terus menerus dalam

perolehan informasi (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya),

pilihan untuk bertindak atau tidak bertindak, penerimaan informasi lebih

34

Page 35: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

lanjut. Proses judgment tergantung pada kedatangan informasi sebagai

suatu proses unfolds. Kedatangan informasi bukan hanya mempengaruhi

pilihan, tetapi juga mempengaruhi cara pilihan tersebut dibuat. Setiap

langkah, di dalam proses incremental judgment jika informasi terus

menerus datang, akan muncul pertimbangan baru dan keputusan/pilihan

baru. Sebagai gambaran, akuntan publik mempunyai tiga sumber

informasi yang potensial untuk membuat suatu pilihan: (1) teknik manual,

(2) referensi yang lebih detail dan (3) teknik keahlian. Berdasarkan proses

informasi dari ketiga sumber tersebut, akuntan mungkin akan melihat

sumber yang pertama, bergantung pada keadaan perlu tidaknya diperluas

dengan sumber informasi kedua, atau dengan sumber informasi yang

ketiga, tetapi jarang memakai keduanya (Gibbin, 1984) dalam Jamilah dkk

(2007).

Judgment akuntan profesional dapat dirusak oleh konflik

kepentingan. Terdapat dua konflik kepentingan, yaitu real conflict dan

latent conflict. Real conflict adalah konflik yang mempunyai pengaruh

pada masalah judgment yang ada, sedangkan latent conflict adalah konflik

yang bisa mempengaruhi judgment di masa mendatang.

Dalam pelaksanaan prosedur audit yang mendetail, auditor

membuat berbagai pertimbangan (judgment) yang mempengaruhi

dokumentasi bukti dan keputusan pendapat auditor (Taylor, 2000) dalam

Jamilah dkk (2007). Kenyataan ini membuat auditor harus mengenali

resiko-resiko dan tingkat materialitas suatu saldo akun yang telah

35

Page 36: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

ditetapkan pada saat perencanaan audit. Persoalannya adalah bagaimana

auditor mengkomunikasikan masalah tersebut dengan para stafnya,

terlebih bila diakui subyektifitas dan pemahaman atas suatu resiko sangat

tinggi. Judgment dari audit akan dijumpai pada setiap tahap-tahap audit.

Pada tahap perencanaan audit, judgment digunakan untuk menetapkan

prosedur-prosedur yang akan dilaksanakan. Hal ini dikarenakan judgment

pada tahap awal audit ditentukan berdasarkan pertimbangan pada tingkat

materialitas yang diramalkan. Dalam kaitannya dengan laporan keuangan,

judgment yang diputuskan oleh auditor akan berpengaruh pada opini

seorang auditor mengenai kewajaran laporan keuangan. Tetapi, opini

auditor tersebut tidak semata-mata hanya didasarkan atas materialitas

tidaknya bukti audit. Ada berbagai faktor-faktor pembentuk opini dari

seorang auditor mengenai wajar atau tidaknya suatu laporan keuangan

kliennya, yaitu keandalan sistem pengendalian intern klien, kesesuaian

pencatatan transaksi akuntansi dengan prinsip akuntansi berterima umum,

ada tidaknya pembatasan audit yang dilakukan oleh klien, konsistensi

pencatatan transaksi akuntansi.

Pertimbangan auditor (auditor judgment) sangat tergantung pada

persepsi mengenai suatu situasi. Judgment yang merupakan dasar dari

sikap professional adalah hasil dari beberapa faktor seperti pendidikan,

budaya, dan sebagainya, tetapi yang paling signifikan dan tampak

mengendalikan semua unsur seperti pengalaman adalah perasaan auditor

dalam menghadapi situasi dengan mengingat keberhasilan dari situasi

36

Page 37: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

sebelumnya. Judgment adalah perilaku yang paling berpengaruh dalam

mempersepsikan situasi, dimana faktor utama yang mempengaruhinya

adalah materialitas dan apa yang kita yakini sebagai kebenaran (Siegel dan

Marconi, 1989 dalam Arum, 2008).

Boynton (2002) dalam Mulyani (2008) auditor harus menggunakan

kemahiran profesionalnya dalam pelaksanaan audit dan pembuatan laporan

audit dengan cermat dan seksama. Pentingnya pertimbangan (judgment)

dalam proses pengauditan merupakan sesuatu hal yang melekat pada setiap

tahap pengauditan. Audit judgment adalah kebijakan auditor dalam

menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada

pembentukkan suatu pendapat atau perkiraan mengenai suatu objek,

peristiwa, status, atau jenis peristiwa lainnya. Dalam Mulyani (2008)

disebutkan adanya faktor-faktor fundamental audit judgment, yaitu:

a) Pengalaman

Dalam menganalisis audit judgment, pengalaman merupakan komponen

audit expertise yang penting. Pengalaman merupakan suatu faktor yang

sangat vital yang dapat mempengaruhi judgment yang kompleks.

Penelitian menginvestigasikan pengaruh kompleksitas tugas atau audit

judgment dalam berbagai tingkatan pengalaman. Mereka menemukan

bahwa pertimbangan auditor tidak berpengalaman mempunyai tingkat

populasi kesalahan yang signifikan lebih besar dibandingkan auditor

berpengalaman (Abdolmuhammadi dan Wring, 1987, Butt 1988 dalam

Mulyani, 2008).

37

Page 38: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Tubbs (1992) dalam Mulyani (2008) mengatakan ketika auditor

menjadi lebih berpengalaman jika:

1) Auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan

2) Auditor memiliki jalan pengertian yang lebih sedikit mengenai

kekeliruan

3) Auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim

4) Hal-hal yang terkait dengan penyebab kekeliruan seperti

departemen tempat terjadi kekeliruan dan pelanggaran tujuan

pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol.

b) Pengetahuan

Auditor harus memiliki baik pengetahuan yang bersifat umum maupun

yang khusus dan pengetahuan area auditing, akuntansi dan klien, juga

harus mengetahui karakteristik klien yang akan di auditnya karena

masing-masing perusahaan berbeda-beda. Pengetahuan khusus tentang

suatu industri akan membawa dampak positif terhadap hasil kerja

auditor (Djaddang dan Parmono, 2002 dalam Mulyani, 2008).

Komponen pengetahuan (knowledge component), merupakan

komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen pengetahuan

meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur,dan

pengalaman. Pengalaman dalam beberapa literatur auditing sering

digunakan sebagai surrogate dari pengetahuan, sebab pengalaman

akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberi kemajuan

bagi pengetahuan (Kanfer dan Stanner,1989 dalam Mulyani, 2008).

38

Page 39: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Menurut Brown dan stanner (1983) dalam Murdisar dan Nelly (2007)

perbedaan pengetahuan di antara auditor akan berpengaruh terhadap

cara auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan. Lebih lanjut dijelaskan

bahwa seorang auditor akan bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan

secara efektif jika didukung dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Kesalahan diartikan dengan seberapa banyak perbedaan (deviasi)

antara kebijakan-kebijakan perusahaan tentang pencatatan akuntansi

dengan kriteria yang telah distandarkan.

Dalam mendeteksi sebuah kesalahan, seorang auditor harus didukung

dengan pengetahuan tentang apa dan bagaimana kesalahan tersebut

terjadi (Tubbs, 1992 dalam Mulyani, 2008). Secara umum seorang

auditor harus memiliki pengetahuan-pengetahuan mengenai general

auditing, fungsional area, computer auditing, accounting issuu,

specific industry, general world knowledge (pengetahuan umum), dan

problem solving knowledge (Bedard dan Michelene, 1993 dalam

Murdisar dan Nelly, 2007).

B. Penelitian Sebelumnya

Sekar Mayangsari (2003) meneliti tentang pengaruh keahlian audit dan

independensi terhadap pendapat audit: sebuah kuasieksperimen. Hasil

penelitiannya adalah pendapat auditor yang ahli dan independen berbeda

dengan auditor yang hanya memiliki salah satu karakter atau sama sekali tidak

mempunyai karakter tersebut. Hasil penelitian lain menunjukkan adanya

39

Page 40: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

interaksi antara keahlian audit dengan jenis informasi yang digunakan

berpengaruh terhadap pendapat audit. Faktor independensi lebih jelas

berpengaruh terhadap pendapat audit.

Zulaikha (2006) meneliti tentang pengaruh interaksi gender, kompleksitas

tugas, dan pengalaman auditor terhadap audit judgment. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa perempuan masih mendominasi peran domestik, dan

peran ganda perempuan tidak berpengaruh signifikan dalam pembuatan

judgment. Kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap

keakuratan judgment. Pengalaman sebagai auditor berpengaruh langsung

terhadap audit judgment.

Siti Jamilah, Zaenal Fanani, dan Grahita Chandrarin (2007) meneliti

tentang pengaruh gender, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas terhadap

audit judgment. Hasil peneltiannya menunjukkan pertama, gender tidak

berpengaruh terhadap audit judgment. Kondisi ini menunjukkan bahwa

perbedaan gender antara auditor pria dan wanita dengan perbedaan karakter

dan sifat yang melekat pada individu masing-masing tidak berpengaruh

terhadap judgment yang akan diambilnya. Kedua, tekanan ketaatan

berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment. Hal ini menunjukkan

bahwa tekanan ketaatan yaitu perintah dari atasan dan keinginan klien untuk

menyimpang dari standar profesional akan cenderung mentaati perintah

tersebut walaupun perintah tersebut tidak tepat dan bertentangan dengan

standar profesional. Ketiga, kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap audit judgment artinya para auditor mengetahui dengan

40

Page 41: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

jelas atas tugas apa yang akan dilakukannya, tidak mengalami kesulitan dalam

melakukan tugas dan dapat melakukan tugasnya dengan baik.

Cecilia Engko dan Gudono (2007) meneliti tentang pengaruh kompleksitas

tugas dan locus of control terhadap hubungan antara gaya kepemimpinan dan

kepuasan kerja auditor. Hasil penelitiannya adalah hipotesis satu tidak

mendukung kompleksitas tugas tidak dapat memoderasi hubungan antara gaya

kepemimpinan direktif dan kepuasan kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa

semakin tinggi kompleksitas tugas maka gaya kepemimpinan yang direktif

akan menurunkan kepuasan kerja auditor yunior. Hipotesis dua mendukung

perilaku pemimpinan dipengaruhi oleh kompleksitas tugas dan tidak dan tidak

terpengaruh terhadap kepuasan kerja auditor. Hal ini mengindikasikan bahwa

semakin rendah kompleksitas tugas maka gaya kepemimpinan suportif akan

meningkatkan kepuasan kerja auditor. Hipotesis tiga tidak mendukung bahwa

auditor yunior yang memiliki locus of control eksternal akan meningkatkan

hubungan antara gaya kepemimpinan direktif dan kepuasan kerja. Hipotesis

empat tidak mendukung auditor yunior yang memiliki locus of control internal

akan meningkatkan hubungan antara gaya kepemimpinan suportif dan

kepuasan kerja.

Zuraidah Mohd Sanusi, Takiah Mohd Iskandar, dan June M.L Poon (2007)

meneliti tentang pengaruh orientasi tujuan dan kompleksitas tugas dalam

penilaian audit judgment. Hasil penelitiannya adalah kompleksitas tugas

secara negatif berhubungan dengan penilaian audit kinerja menunjukkan

bahwa penilaian auditor lebih baik pada tugas-tugas yang sederhana.

41

Page 42: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Enggar Diah Puspa Arum (2008) meneliti tentang pengaruh persuasi atas

preferensi klien dan pengalaman audit terhadap pertimbangan auditor dalam

mengevaluasi bukti audit. Hasil penelitiannya adalah menunjukkan bahwa

persuasi atas klien berpengaruh positif terhadap pertimbangan (judgment)

auditor dalam mengevakuasi bukti audit. Hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa secara simultan persuasi atas preferensi klien dan pengalaman audit

berpengaruh nyata (signifikan) terhadap pertimbangan (judgment) auditor

dalam mengevaluasi bukti audit.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Judul dan Peneliti

Variabel Metodologi Hasil

Pengaruh keahlian audit dan independensi terhadap pendapat audit: sebuah kuasieksperimen

Sekar Mayangsari (2003)

Independen :

Keahlian audit dan independensi

Dependen :

Pendapat audit

Eksperimen • independensi lebih jelas berpengaruh terhadap pendapat audit

• interaksi antara keahlian audit dengan jenis informasi yang digunakan berpengaruh terhadap pendapat audit

Pengaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas dan Pengalaman Auditor terhadap Audit Judgment

Independen :

Interaksi gender, kompleksitas tugas, dan pengalaman auditor

Kuasi eksperimen • peran ganda perempuan tidak berpengaruh signifikan terhadap akuratnya informasi dalam pembuatan judgment

• Kompleksitas

42

Page 43: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Zulaikha (2006)

Dependen :

Audit judgment

tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap keakuratan judgment

• pengalaman sebagai auditor berpengaruh langsung terhadap judgment

Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan dan Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgment

Siti Jamilah, Zaenal Fanani, dan Grahita Chandrarin (2007)

Independen :

Gender, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas

Dependen :

Audit judgment

Regeresi berganda • Gender berpengaruh terhadap audit judgment

• tekanan ketaatan berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment

• kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment

Pengaruh kompleksitas tugas dan locus of control terhadap hubungan antara gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja auditor

Cecilia Engko dan Gudono (2007)

Independen :

Kompleksitas tugas dan locus of control

Dependen :

Hubungan antara gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja auditor

Non probability sampling

• kompleksitas tugas tidak dapat mempengaruhi hubungan antara gaya kepemimpinan direktif dan kepuasan kerja

• perilaku pemimpinan dipengaruhi oleh kompleksitas tugas dan tidak terpengaruh terhadap kepuasan kerja auditor

• auditor yunior yang memiliki

43

Page 44: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

locus of control eksternal akan meningkatkan hubungan antara gaya kepemimpinan direktif dan kepuasan kerja

• auditor yunior yang memiliki locus of control internal akan meningkatkan hubungan antara gaya kepemimpinan suportif dan kepuasa kerja

Pengaruh orientasi tujuan dan kompleksitas tugas dalam penilaian audit judgment

Zuraidah Mohd Sanusi, Takiah Mohd Iskandar, dan June M.L Poon (2007)

Independen:

Orientasi tujuan dan kompleksitas tugas

Dependen:

Penilaian Audit judgment

Analisi regresi Kompleksitas tugas secara negatif berhubungan dengan penilaian audit kinerja

Pengaruh persuasi atas preferensi klien dan pengalaman audit terhadap pertimbangan auditor dalam mengevaluasi bukti audit

Enggar Diah Puspa Arum

Independen :

Persuasi atas preferensi klien dan pengalaman audit

Dependen :

Pertimbanagn auditor dalam

Regresi berganda • persuasi atas preferensi klien berpengaruh positif terhadap pertimbangan (judgment)

• secara simultan persuasi atas referensi klien dan pengalaman audit berpengaruh nyata terhadap pertimbangan

44

Page 45: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

(2008) mengevakuasi bukti audit

(judgment) auditor

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka teori yang telah di kemukakan, maka kerangka

berfikir penelitian ini sebagai berikut :

Gender

(X1)

Kompleksitas Tugas

(X2)

Kompetensi Auditor

(X3)

Audit Judgment

(Y)

Gambar 2.1

Kerangka Berfikir

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

45

Page 46: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Ha1 = Gender berpengaruh signifikan terhadap Audit Judgment

Ha2 = Kompleksitas Tugas berpengaruh signifikan terhadap Audit Judgment

Ha3 = Kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap Audit Judgment

Ha4 = Gender, Kompleksitas Tugas, dan Kompetensi Auditor secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap Audit Judgment

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Tempat yang digunakan sebagai penelitian ini adalah Kantor Akuntan

Publik (KAP) di Jakarta untuk memperoleh data yang berkaitan dengan

permasalahan yang diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa adanya

pengaruh gender, kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor terhadap audit

judgment.

B. Metode Pemilihan Sampel

Menurut Indriantoro dan Soepomo (2002:115) populasi adalah

sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik

tertentu. Penelitian ini mengambil objek pada auditor-auditor yang terdapat

46

Page 47: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di DKI Jakarta. Pengambilan sampel

dilakukan dengan teknik Convenience Sampling (pemilihan sampel

berdasarkan data yang mudah diperoleh peneliti) yaitu dengan cara memilih

auditor-auditor berdasarkan data yang diperoleh.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan sebagai berikut :

1. Data Primer (Primary data)

Untuk mendukung penelitian ini dan memperoleh data yang dibutuhkan,

maka jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yang

dikumpulkan melalui metode survey dengan menggunakan kuesioner yang

dibuat oleh penulis. Kuesioner ini diperoleh dari beberapa sumber

referensi, yang kemudian akan dimodifikasi dalam bentuk pertanyaan.

Bobot penilaian atau angka hasil kuesioner dalam penelitian ini sesuai

dengan yang digambarkan dalam skala likert (Likert Scale). Skala likert

menggunakan lima angka penilaian yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak

47

Page 48: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Pasti, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Kuesioner ini selanjutnya

dikirimkan kepada para karyawan atau staff di KAP yang ada di Jakarta.

Pengiriman kuesioner ini dilakukan secara langsung, yaitu dengan

mengirimkan langsung kepada kantor yang bersangkutan (Indriantoro dan

Soepomo, 2002).

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara. Penulis menggunakan riset

kepustakaan dimana dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca,

dan memahami buku, literatur, artikel, jurnal, dan data dari internet.

D. Metode Analisis

1. Uji Kualitas Data

Data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini harus terlebih dahulu

dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Tujuannya adalah untuk

mengetahui sejauh mana penelitian ini dapat diteruskan dan layak untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut.

a. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas bertujuan untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. “suatu kuesioner

48

Page 49: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

dikatakan reliabel atau handal jika jawaban dari responden terhadap

pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu” (Ghozali,

2005:41).

Pengujian reliabilitas yang digunakan adalah One Shot atau

pengukuran sekali saja, yang mana pengukuran hanya sekali saja dan

kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau

mengukur konstruk tertentu menunjukan tingkat reliabilitas yang

digunakan adalah teknik Cronbach Alpha yaitu pengujian yang paling

umum digunakan. “suatu variabel dikatakan reliabel jika menunjukan

nilai Cronbach Alpha lebih besar dari pada 0,60’ menurut pendapat

Nunnally (1967) dalam Ghozali (2005:42).

b. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan di ukur

oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005:45). Pengujian ini memastikan

bahwa masing-masing item pertanyaan dalam kuesioner akan

terklasifikasi pada variabel-variabel yang telah ditentukan (construct

validity).

Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antar

skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Setelah

itu tentukan hipotesis Ho: skor butir pertanyaan berkorelasi positif

49

Page 50: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

dengan total skor konstruk dan Ha: skor butir pertanyaan tidak

berkorelasi positif dengan total skor konstruk. Setelah menentukan

hipotesis Ho: dan Ha, kemudian uji dengan membandingkan r hitung

(tabel corrected item-total correlation) dengan r tabel (tabel Product

Moment dengan signifikansi 0,05) untuk degree of freedom (df) = n-2.

Suatu kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung > r tabel (Ghazali,

2005:45).

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert, skala

lima tingkatan yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, kondisi, dan persepsi tentang fenomena sosial. Dalam

penelitian ini pengukurannya akan digolongkan ke dalam lima kategori

yaitu sangat tidak setuju (STS) dengan skor nilai 1 (satu), tidak setuju

(TS) dengan skor nilai 2 (dua), Netral (N) dengan skor nilai 3 (tiga),

Setuju (S) dengan skor nilai 4 (empat), dan Sangat setuju (ST) dengan

skor 5 (lima).

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk megetahui apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model

regresi yang baik adalah distribusi data normal atau paling tidak

mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi

normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plot yang

membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

50

Page 51: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada

sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar di sekitar garis

diagonal dan menngikuti arah garis diagonal, maka menunjukkan pola

distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi

memenuhi asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari

garis diagonal, maka tidak menunjukkan pola distribusi normal yang

mengindikasikan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas (Ghozali, 2005:10).

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel

independen, jika variabel independen saling berkorelasi, maka

variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah

variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel

independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolonieritas didalam model regresi adalah sebagai berikut apabila

nilai tolerance kurang dari 0,10 atau sama dengan nilai Varance

Inflation Factor (VIF) lebih dari 10, maka dapat menunjukan adanya

multikolonieritas dan begitu pula sebaliknya (Ghozali,2005:92)

c. Uji Heteroskedasitas

Uji Heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat

51

Page 52: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

dilihat dari model t grafik scarterplot. Dasar pengambilan keputusan

adalah sebagai berikut:

1) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada

membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,

kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan

sibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:15).

3. Uji Hipotesis

Pada penelitian ini penulis menggunakan dua variabel independen dan satu

variabel dependen. Metode analisis yang digunakan untuk menguji

hipotesis adalah metode regresi berganda (multiple regression), yaitu

regresi yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen, yang digunakan untuk

menguji Ha1, Ha2, Ha3 dan Ha4 dengan pendekatan interaksi yang

bertujuan untuk memenuhi ekspektasi penelitian mengenai pengaruh

gender, kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor terhadap audit

judgment. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε

Keterangan:

52

Page 53: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Y : audit judgment

a : konstanta

b1b2b3 : koefisien regresi

X1 : gender

X2 : kompleksitas tugas

X3 : kompetensi auditor

ε : error

Untuk membuktikan kebenaran uji hipotesis, digunakan uji statistik

terhadap output yang dihasilkan oleh model Regresi Berganda, uji statistik

meliputi:

a. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.

Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada table Model

Summaryb dan tertulis Adjusted R Square.

Nilai R2 sebesar 1, berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya

dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain

yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Jika nilai R2 berkisar

53

Page 54: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

antara 0 sampai dengan 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel

independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen (Ghozali,

2005:45).

b. Uji Regresi Secara Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel

independen secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel

dependen. Hasil uji F pada output SPSS dapat dilihat pada table

ANOVA.

Untuk mengetahui variabel-variabel independen secara simultan

mempengaruhi variabel dependen, dilakukan dengan membandingkan

p-value pada kolom Sig. Dengan tingkat signifikasi yang digunakan

sebesar 0,05. Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan

Ho ditolak, sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka Ha

ditolak dan Ho diterima (Nugroho, 2005:53).

c. Uji Regresi Secara Parsial (Uji t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing

variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.

Hasil uji t ini pada output SPSS dapat dilihat pada table Coefficientsa.

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel

independen secara individual terhadap variabel dependen, dilakukan

dengan membandingkan p-value pada kolom Sig. Masing-masing

54

Page 55: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

variabel independen dengan tingkat signifikan yang digunakan 0,05.

Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak.

Sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan Ho

diterima (Nugroho, 2005:55).

E. Operasional Variabel Penelitian

Operasional variabel adalah bagaimana menemukan dan mengukur

variabel-variabel tersebut dilapangan dengan merumuskan secara singkat dan

jelas, serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Pertanyaan atau pernyataan

dalam kuesioner untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini diukur

dengan menggunakan skala likert. Kemudian jawaban yang didapat akan

dibuat skor tertinggi bernilai 5 (lima) dan terendah 1 (satu). Untuk jawabannya

yaitu sangat tidak setuju (STS) = skor 1, tidak setuju (TS) = skor 2, tidak pasti

(TP) = skor 3, setuju (S) = skor 4, dan sangat setuju (SS) = skor 5.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu:

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel bebas dan mempengaruhi variabel

lain (dependen). Variabel independen dalam penelitian ini adalah gender,

kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor.

a) Gender

55

Page 56: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

gender adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi

perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial

budaya. Gender dalam arti ini adalah suatu bentuk rekayasa masyarakat

(social constructions), bukannya sesuatu yang bersifat kodrati. Gender

merupakan variabel independen yang dibedakan menjadi dua kategori

yaitu pria dan wanita. Gender merupakan variabel dummy dimana

1=pria dan 0=wanita.

b) Kompleksitas tugas

Tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas merupakan dua aspek

penyusun dari kompleksitas tugas. Tingkat sulitnya tugas selalu

dikaitkan dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut,

sementara struktur adalah terkait dengan kejelasan informasi

(information clarity).

c) Kompetensi auditor

Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Alim dkk (2007).

Kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang

pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior.

2. Variabel Dependen

Variable dependen adalah variabel tidak bebas atau yang dipengaruhi

variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit

judgment. Judgment digunakan untuk menetapkan prosedur-prosedur yang

akan dilaksanakan. Hal ini dikarenakan judgment pada tahap awal audit

ditentukan berdasarkan pertimbangan pada tingkat materialitas yang

56

Page 57: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

diramalkan. Dalam kaitannya dengan laporan keuangan, judgment yang

diputuskan oleh auditor akan berpengaruh pada opini seorang auditor

mengenai kewajaran laporan keuangan.

Tabel 3.1

Operasional Varibel

Variabel Sub Variabel Indikator Skala Gender

(X1)

Perbedaan auditor laki-laki dan perempuan dalam pengolahan informasi

Gender merupakan variabel dummy dimana 1=pria dan 0=wanita.

Nominal

1. Kompleksitas komponen a. Kurangnya pemahaman terhadap tugas

b. Tidak adanya informasi yang dibutuhkan

c. Tanggung jawab dalam penugasan audit

d. Alat bantu dalam menyelesaikan tugas

Kompleksitas

Tugas (X2)

Wood (1980) dalam

Murdisar dan Nelly

(2007)

2. Kompleksitas koordinatif a. Job description (deskripsi jabatan)

Interval

57

Page 58: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

b. Supervisi dan review dari atasan

c. Keterbatasan waktu dalam menyelesaikan tugas

1. Mutu personal a. Rasa ingin tahu (inquisitive)

b. Berpikiran luas (broad minded)

c. Mampu menangani ketidakpastian

d. Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah

e. Menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subjektif

f. Mampu bekerja dengan tim

Kompetensi

Auditor (X3)

I Gusti Agung

Rai (2008)

2. Pengetahuan umum a. Kemampuan untuk melakukan review analitis (analytical review)

b. Pengetahuan teori organisasi

Interval

58

Page 59: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

untukmemahami suatu organisasi

c. Memiliki pengetahuan tentang auditing

d. Memiliki pengetahuan tentang sektor publik

3. Keahlian khusus a. Auditor memiliki keahlian untuk melakukan wawancara

b. Auditor memiliki kemampuan membaca cepat

c. Auditor memiliki keahlian dalam bidang statistik

d. Auditor memiliki ketrampilan dalam menggunakan komputer

Auditor mampu menulis dan mempresentasikan laporan dengan baik

Audit Judgment

1. engalaman

a. Memiliki pelatihan

Interval

59

Page 60: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

teknis b. Memudah

kan mendeteksi adanya kesalahan dalam audit

c. Membuat judgment yang baik

d. Membuat sadar terhadap akan lebih banyak kekeliruan

(Y)

dalam Desi

Mulyani (2008)

2.engetahuan

a. Memiliki pengetahuan tentang metode audit

b. Memiliki pengetahuan tentang teknik audit

c. Memiliki pengetahuan tentang prosedur audit

d. Memiliki pengetahuan tentang standar audit

e. Lebih cermat dalam mendeteksi kekeliruan

f. Lebih ahli dalam pengungka

60

Page 61: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

pan kekeliruan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Responden

Objek penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang

terdapat di wilayah Jakarta dan yang menjadi subjek penelitian adalah akuntan

publik. Pada dasarnya penulis menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi kualitas audit di KAP tersebut. Penyebaran kuesioner dimulai

dari awal bulan Mei 2010 dan pengumpulannya sampai dengan akhir bulan

Mei 2010, dalam penyebaran kuesioner peneliti mendatangi langsung Kantor

Akuntan Publik. Jumlah kuesioner yang disebarkan adalah sebanyak 60

eksemplar, dengan jumlah pengembalian sebanyak 43 eksemplar, jadi respons

rate pada penelitian ini adalah 71,67% dan sisanya 28,33% atau sekitar 17

eksemplar. Dari 43 eksemplar kuesioner yang dikembalikan semua kuesioner

dapat diolah untuk penelitian. Pengiriman dan pengembalian kuesioner

ditampilkan dalam tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Total Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner

Keterangan Frekuensi Presentase

Jumlah kuesioner yang dikirim Jumlah kuesioner yang tidak kembali Jumlah kuesioner yang kembali

60 17 43

100% 28,33% 71,67%

61

Page 62: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Jumlah kuesiner yang tidak dapat digunakan Jumlah kuesioner yang dapat digunakan

0 43

0 71,67%

Sumber: Data yang Diolah 2010

Responden dari penelitian ini, dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri

karakteristiknya. Gambaran mengenai karakteristik dari setiap responden yang

ada di ukur berdasarkan nama KAP, usia, pendidikan terakhir, jenis kelamin,

jabatan dan lamanya menduduki jabatan di KAP yang terdapat di Jakarta.

Nama-nama Kantor Akuntan Publik yang dijadikan tempat penelitian

dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2

Data Distribusi Sampel Penelitian

No. Nama KAP Wilayah Kuesioner dikirim

Kursioner dikembalikan

1. Sofwan & Rekan Jakarta Selatan 12 12

2. Usman & Rekan Jakarta Selatan 5 5

3. Krisnawan & Rekan

Jakarta Selatan 11 11

4. Ishak, Saleh,Soewondo & Rekan

Jakarta Selatan 1 1

5. Abdi Ichjar BAP & Rekan

Jakarta Selatan 10 10

6. Junaedi, Chairul, Labib, Subyakto & Rekan

Jakarta Selatan 10 0

7. Emcom Jakarta Barat 4 4

62

Page 63: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

8. Riza Wahono & Rekan

Jakarta Barat 7 7

Sumber: Data yang Diolah 2010

B. Karakteristik Responden

Subjek penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja di KAP yang

terdapat di Jakarta. Demografi responden dalam penelitian ini disajikan secara

lengkap dalam tabel 4.3

Tabel 4.3 Demografi Responden

Deskripsi Jumlah Presentase

Jumlah Kuesioner 43 100%

Usia

19-30 tahun 31-40 tahun >40 tahun

35 8 0

81,3% 18,7%

0

Jenis Kelamin

Pria Wanita

21 22

48,8% 51,2%

Pendidikan Terakhir

D3 S1 S2 S3

4 36 3 0

9,30% 83,7%

7% 0

63

Page 64: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Jabatan

Junior Auditor Senior Aditor

Supervisor Manajer Patrner

28 8 5 0 2

65,1% 18,60% 11,62%

0 4,68%

Lama Jabatan < 3 tahun 3-5 tahun > 5 tahun

32 10 1

74,41% 23,25% 2,34%

Sumber: Hasil Kuesioner

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa usia responden yang

paling banyak adalah antara 19-30 tahun sebanyak 35 orang (81,3%),

kemudian yang berumur 31-40 tahun sebanyak 8 orang (18,7%). Hal ini

disebabkan karena menurut peneliti usia yang paling muda biasanya

diperintahkan untuk melakukan hal-hal non teknis sepeti mengisi kuesioner ini

oleh karyawan yang usianya jauh diatas mereka, karena mungkin sebagian

dari mereka yang usianya lebih tua menganggap bahwa hal tersebut dapat

menggangu pekerjaan.

Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat bahwa

responden wanita yaitu sebanyak 22 (51,2%), sedangkan responden laki-laki

sebanyak 21 orang (48,8%). Artinya, sebagian besar responden yang mengisi

kuesioner adalah perempuan.

Responden berdasarkan jenjang pendidikan terakhir yaitu yang

memilki pendidikan terakhir D3 sebanyak 4 orang (9,30%), responden yang

memilki pendidikan teakhir S1 sebanyak 36 (83,7%), responden yang

memiliki pendidikan terakhir S2 sebanyak 3 orang (7%), dan tidak ada satu

pun responden yang memiliki pendidikan terakhir S3. Menurut peneliti hal ini

disebabkan karena untuk menjadi seorang akuntan publik biasanya Kantor

64

Page 65: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Akuntan Publik memberikan persyaratan minimal lulus S1, sehingga yang

melamar sebagai auditor kebanyakan adalah sarjana.

Jumlah responden berdasarkan jabatan dapat dilihat pada tabel bahwa

responden yang memiliki jabatan sebagai auditor junior sebanyak 28 orang

(65,1%), responden yang memilki jabatan sebagai supervisor sebanyak 5

orang (11,62%), dan responden yang memiliki jabatan sebagai partner

sebanyak 2 orang (4,68%). Sedangkan responden yang memiliki jabatan

sebagai senior auditor sebanyak 8 orang (18,60%), hal ini karena menurut

peneliti responden yang menjabat sebagai senior auditor lebih matang dalam

melakukan sesuatu dan pengalaman yang mereka milki sudah cukup banyak

sehingga untuk melakukan hal-hal non teknis seperti mengisi kuesioner ini

mereka lebih paham dan mengerti.

C. Hasil Uji Kualitas Data

1. Reliabilitas

Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban dari

responden melalui pertanyaan yang diberikan. Hasil dari pengujian

reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang

dipakai dapat digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda.

Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dapat

dikatakan reliable atau handal jika jawaban responden terhadap

pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

65

Page 66: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Dalam pengujian reliabilitas ini, peneliti menggunakan metode statistik

Cronbach Alpha dengan signifikansi yang digunakan sebesar 0,60 dimana

jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih besar dari 0,60 maka

butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen tersebut

memiliki reliabilitas yang memadai. Sebaliknya, jika nilai Cronbach Alpha

dari suatu variabel lebih kecil dari 0,60 maka butir pertanyaan tersebut

tidak realible. (Ghozali, 2005:42).

Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Jumlah Butir

Pertanyaan Cronbach Alpha

Kompleksitas Tugas 7 0,752 Kompetensi Auditor 15 0,846

Audit Judgment 10 0,855 Sumber: Data yang Diolah, 2010

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa instrumen untuk setiap

variabel penelitian adalah reliabel, karena α hitung > 0,60. Pada variabel

gender memiliki α hitung 0,869 > 0,60. Variabel kompleksitas tugas

memiliki α hitung 0,752 > 0,60. Variabel kompetensi auditor memiliki α

hitung 0,846 > 0,60. Dan variabel audit judgment memilki α hitung 0,855

> 0,60. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa instrument penelitian ini

akan menghasilkan data yang sama walaupun digunakan beberapa kali

untuk mengukur objek yang sama.

66

Page 67: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

2. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang ada di

dalam kuesioner mampu mengukur peubah yang didapatkan dalam

penelitian ini (Ghozali, 2005: 45). Maksudnya untuk mengukur valid atau

tidaknya suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut

mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antar skor

butir pertanyaan Setelah itu tentukan hipotesis H0: dengan total skor

konstruk atau variabel. skor butir pertanyaan berkorelasi positif dengan

total skor konstruk dan Ha: skor butir pertanyaan tidak berkorelasi positif

dengan total skor konstruk. Setelah menentukan hipotesis H0 dan Ha,

kemudian uji dengan membandingkan r hitung (tabel corrected item-total

correlation) dengan r tabel (tabel Product Moment dengan signifikansi

0,05) untuk degree of freedom (df) = n-2, dimana “n” adalah jumlah

sampel penelitian sebanyak 43 responden sehingga diperoleh nilai (df) =

43-2 atau nilai df dari 41 adalah 0,254. Suatu kuesioner dinyatakan valid

apabila r hitung > r tabel (Ghozali, 2001:45). Hasil pengujian validitas

ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.5 Uji Validitas Variabel Kompleksitas Tugas

Pertanyaan Variabel r hitung r tabel Kesimpulan

Butir 1 Kompleksitas Tugas 0,532 0,254 Valid Butir 2 Kompleksitas Tugas 0,451 0,254 Valid Butir 3 Kompleksitas Tugas 0,529 0,254 Valid Butir 4 Kompleksitas Tugas 0,336 0,254 Valid Butir 5 Kompleksitas Tugas 0,498 0,254 Valid Butir 6 Kompleksitas Tugas 0,486 0,254 Valid

67

Page 68: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Butir 7 Kompleksitas Tugas 0,492 0,254 Valid Sumber: Data yang Diolah, 2010

Tabel 4.5 diatas menjelaskan bahwa variabel kompleksitas tugas

mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan, karena nilai

kolerasi semua item diatas r tabel yaitu > 0,254. Jadi dapat disimpulkan

bahwa masing-masing item pertanyaan dapat disertakan dalam penelitian

berikutnya.

Tabel 4.6 Uji Validitas Variabel Kompetensi Auditor

Pertanyan Variabel

r hitung r tabel Kesimpulan

Butir 1 Kompetensi Auditor

0,559 0,254 Valid

Butir 2 Kompetensi Auditor 0,526 0,254 Valid

Butir 3 Kompetensi Auditor 0,389 0,254 Valid

Butir 4 Kompetensi Auditor 0,114 0,254 Tidak Valid

Butir 5 Kompetensi Auditor 0,288 0,254 Valid

Butir 6 Kompetensi Auditor 0,502 0,254 Valid

Butir 7 Kompetensi Auditor 0,605 0,254 Valid

Butir 8 Kompetensi Auditor 0,431 0,254 Valid

Butir 9 Kompetensi Auditor 0,475 0,254 Valid

Butir 10 Kompetensi Auditor 0,552 0,254 Valid

Butir 11 Kompetensi Auditor 0,508 0,254 Valid

68

Page 69: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Butir 12 Kompetensi Auditor 0,435 0,254 Valid

Butir 13 Kompetensi Auditor 0,575 0,254 Valid

Butir 14 Kompetensi Auditor 0,438 0,254 Valid

Butir 15 Kompetensi Auditor 0,313 0,254 Valid

Sumber: Data yang Diolah, 2010

Tabel 4.6 diatas menjelaskan variabel kompetensi auditor terdiri

dari 15 item pertanyaan, dari 15 item tersebut terdapat item yang tidak

valid yaitu item ke-4 dengan r hitung < 0,254, sehingga harus dikeluarkan

dan tidak diikutsertakan dalam pengujian data selanjutnya. Adapun hasil

pertanyaan yang tidak valid kemungkinan disebabkan oleh kesibukan

responden dan waktu. Pengujian dilakukan kembali berdasarkan item

pertanyaan 4 yang sudah dikeluarkan. Hasil pengujian berdasarkan

pertanyaan yang sudah dikeluarkan yaitu item pertanyaan 4 dapat dilihat

pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Kompetensi Auditor

Setelah Item 4 Dikeluarkan

Pertanyan Variabel

r hitung r tabel Kesimpulan

Butir 1 Kompetensi Auditor

0,581 0,254 Valid

Butir 2 Kompetensi Auditor 0,574 0,254 Valid

Butir 3 Kompetensi Auditor 0,377 0,254 Valid

Butir 4 Kompetensi Auditor 0,227 0,254 Tidak Valid

Butir 5 Kompetensi Auditor 0,501 0,254 Valid

Butir 6 Kompetensi Auditor 0,640 0,254 Valid

69

Page 70: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Butir 7 Kompetensi Auditor 0,441 0,254 Valid

Butir 8 Kompetensi Auditor 0,502 0,254 Valid

Butir 9 Kompetensi Auditor 0,578 0,254 Valid

Butir 10 Kompetensi Auditor 0,522 0,254 Valid

Butir 11 Kompetensi Auditor 0,461 0,254 Valid

Butir 12 Kompetensi Auditor 0,583 0,254 Valid

Butir 13 Kompetensi Auditor 0,450 0,254 Valid

Butir 14 Kompetensi Auditor 0,273 0,254 Valid

Sumber: Data yang Diolah, 2010

Tabel 4.7 diatas menjelaskan variabel kompetensi auditor terdiri

dari 14 item pertanyaan setelah item ke-4 dikeluakan, dari 14 item tersebut

terdapat item yang tidak valid yaitu item ke-4 dengan r hitung < 0,254,

sehingga harus dikeluarkan dan tidak diikutsertakan dalam pengujian data

selanjutnya. Hasil pengujian berdasarkan pertanyaan yang sudah

dikeluarkan yaitu item pertanyaan 4 dapat dilihat pada tabel 4.8

Tabel 4.8 Uji Validitas Variabel Kompetensi Auditor

Setelah item 4 Dikeluarkan

Pertanyan Variabel

r hitung r tabel Kesimpulan

Butir 1 Kompetensi Auditor

0,633 0,254 Valid

Butir 2 Kompetensi Auditor 0,559 0,254 Valid

Butir 3 Kompetensi Auditor 0,382 0,254 Valid

Butir 4 Kompetensi Auditor 0,516 0,254 Valid

70

Page 71: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Butir 5 Kompetensi Auditor 0,608 0,254 Valid

Butir 6 Kompetensi Auditor 0,444 0,254 Valid

Butir 7 Kompetensi Auditor 0,503 0,254 Valid

Butir 8 Kompetensi Auditor 0,620 0,254 Valid

Butir 9 Kompetensi Auditor 0,515 0,254 Valid

Butir 10 Kompetensi Auditor 0,422 0,254 Valid

Butir 11 Kompetensi Auditor 0,581 0,254 Valid

Butir 12 Kompetensi Auditor 0,468 0,254 Valid

Butir 13 Kompetensi Auditor 0,291 0,254 Valid

Sumber: Data yang Diolah, 2010

Tabel 4.8 diatas menjelaskan bahwa variabel kompleksitas tugas

mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan, karena nilai

kolerasi semua item diatas r tabel yaitu > 0,254. Jadi dapat disimpulkan

bahwa masing-masing item pertanyaan dapat disertakan dalam penelitian

berikutnya.

Tabel 4.9 Uji Validitas Variabel Audit Judgment

Pertanyaan Variabel

r hitung r tabel Kesimpulan

Butir 1

Audit Judgment 0,375 0,254 Valid

Butir 2 Audit Judgment 0,352 0,254 Valid

Butir 3 Audit Judgment 0,618 0,254 Valid

Butir 4 Audit Judgment 0,633 0,254 Valid

Butir 5 Audit Judgment 0,652 0,254 Valid

Butir 6 Audit Judgment 0,655 0,254 Valid

71

Page 72: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Butir 7 Audit Judgment 0,665 0,254 Valid

Butir 8 Audit Judgment 0,539 0,254 Valid

Butir 9 Audit Judgment 0,698 0,254 Valid

Butir 10 Audit Judgment 0,487 0,254 Valid

Sumber: Data yang Diolah, 2010

Tabel 4.9 diatas menjelaskan bahwa variabel audit judgment dari

10 item pertanyaan tersebut semua item adalah valid, karena nilai kolerasi

semua item diatas r tabel yaitu > 0,254. Jadi dapat disimpulkan bahwa

masing-masing item pertanyaan dapat disertakan dalam penelitian

berikutnya.

D. Pengujian Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi

yang baik adalah distribusi data normal atau paling tidak mendekati normal.

Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual

mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik

menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk mendeteksi apakah

residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat normal

probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi

normal.

Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada

sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar disekitar garis

72

Page 73: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka menunjukkan pola

distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi

asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari diagonal atau

tidak mengikuti arah garis diagonal maka tidak menunjukkan pola

distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas. (Ghozali, 2005:110).

Pada gambar 4.1. menunjukkan adanya persebaran data (titik) pada sumbu

diagonal yang mendekati garis diagonal. Berdasarkan pedoman uji

normalitas mengatakan bahwa jika persebaran data (titik) mengikuti atau

mendekati garis normal maka suatu penelitian dapat dikatakan normal.

Pada gambar histogram juga menunjukkan adanya normalitas dalam

penelitian ini. Melihat hal tersebut maka dapat disimpulkan penelitian ini

memenuhi uji normalitas.

Berikut ini adalah hasil dari uji analisis grafik normal P-P Plot:

Gambar 4.1 Output Pengujian Normalitas Data

Regression Standardized Residual210-1-2-3

Fre

qu

ency

10

8

6

4

2

0

Histogram

Dependent Variable: AuditJudgment

Mean =-6.84E-16�Std. Dev. =0.964�

N =43

73

Page 74: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Sumber: Data diolah, 2010

Berdasarkan hasil normalitas data dengan menggunakan Normal P-

plot dapat dilihat pada gambar 4.1. Pada gambar tersebut menunjukkan

bahwa titik-titik data berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini

sudah terdistribusi normal atau sudah memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel

independen. Jika variabel independen saling berkolerasi maka, maka

variabel-variabel ini tidak ortogonal. Hasil uji multikolinearitas dapat

dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua

ukuran ini menunjukan setiap variabel independen dan manakah yang

dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabel

74

Page 75: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Tabel 4.10 dibawah ini menyajikan hasil multikolinearitas.

Tabel 4.10 Uji Multikolinearitas

Coefficients(a)

Predictor Tollerance VIF Keputusan Gender 0,995 1,005 Tidak Multikolonieritas

Kompleksitas Tugas 0,983 1,018 Tidak Multikolonieritas Kompetensi Auditor 0,986 1,014 Tidak Multikolonieritas

Sumber: Data yang Diolah, 2010

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada problem

multikolonieritas. Pada variabel gender nilai tollerance 0,995 > 0,10

sedangkan nilai VIF 1,005 < 10. Variabel kompleksitas tugas memiliki

nilai tollerance 0,983 > 0,10 sedangkan nilai VIF 1,018 < 10. Variabel

kompetensi auditor menunjukkan nilai tollerance 0,986 > 0,10 sedangkan

nilai VIF 1,014 < 10. Hasil perhitungan nilai tolerance tersebut

menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance

kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen.

Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukan

hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF

lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas

antar variabel independen dalam model regresi.

3. Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat dilihat dari

75

Page 76: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

grafik plot. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan

dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara

SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y telah diprediksi dan

sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di-

studentized.

Jika plot membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar, kemudian

menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika

plot tidak membentuk pola tertentu, seperti titik-titik menyebar di atas dan

di bawah angka 0 pada sumbu Y maka mengindikasikan telah terjadi

homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah plot yang

mengindikasikan homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

(Ghozali, 2005:105)

Gambar 4.2 Output Pengujian Heteroskedasitas

Regression Standardized Predicted Value3210-1-2

Reg

ressio

n

Stu

den

tize

d

Resid

ual

2

1

0

-1

-2

-3

Scatterplot

Dependent Variable: AuditJudgment

Sumber: Data Diolah, 2010

76

Page 77: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Berdasarkan gambar 4.2 diatas terlihat bahwa titik menyebar secara

acak, serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0. pada sumbu Y.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedasitas pada model

regresi berganda.

E. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi

linear berganda dengan tingkat signifikansi =0,05 yang terdiri dari :

pengujian korelasi atau koefisien determinasi, uji F, dan uji t.

1. Hasil Uji Korelasi Dan Determinasi (R2)

Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel-variabel

independen, yaitu gender, kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor

dalam menjelaskan variasi variabel dependen, yaitu audit judgment. Hasil

uji koefisien determinasi dapat dilihat pada kolom adjusted R square,

yang ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 4.11 Uji Korelasi dan Koefisien Determinasi

Model Summary(b)

Model R R SquareAdjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .699(a) .488 .449 2.85218a Predictors: (Constant), Kompetensi Auditor, Gender, Kompleksitas

Tugas b Dependent Variable: Audit Judgment

Sumber: Data Diolah, 2010

Pada tabel diatas menunjukkan nilai koefisien adjusted R square

adalah sebesar 0,449 atau 44,9%. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel

77

Page 78: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

audit judgment (Y) yang dapat dijelaskan oleh variabel gender (X1),

kompleksitas tugas (X2), kompetensi auditor (X3) adalah sebesar 44,9%.

Sedangkan sisanya 55,1% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak

dimasukkan dalam model regresi.

Angka koefisien kolerasi (R) pada tabel 4.11 sebesar 0,699

menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen adalah kuat, karena memiliki koefisien kolerasi diatas

0,5. Standar Error of Estimate (SEE) sebesar 2,85218. Makin kecil nilai

SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi

variabel dependen.

2. Uji F (Simultan)

Pengujian signifikansi simultan (uji F) dilakukan untuk menunjukkan

apakah semua variabel independen yang digunakan dalam model regresi

mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap

variabel dependen. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12 Hasil Uji F

ANOVA(b) Model

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 302.738 3 100.913 12.405 .000(a) Residual 317.262 39 8.135 Total 620.000 42

a Predictors: (Constant), Kompetensi Auditor, Gender, Kompleksitas Tugas b Dependent Variable: Audit Judgment Sumber: Data yang Diolah, 2010

78

Page 79: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.12 menunjukkan

bahwa dari uji F test nilai F hitung sebesar 12,405 dengan nilai signifikansi

sebesar 0,000 atau lebih kecil dari nilai probabilitas (p-value) 0,05 (0,000

< 0,05). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh gender,

kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor secara bersama-sama

(simultan) mempunyai pengaruh signifikan terhadap audit judgment (Ha4

diterima).

Kompetensi auditor secara bersama-sama mempengaruhi audit

judgment. Semakin tinggi kompetensi atau keahlian seorang auditor maka

dapat mempengaruhi auditor dalam pembuatan judgment, karena auditor

dengan keahlian yang tinggi akan mampu meminimalisasi tingkat

kesalahan. Dalam SPAP dijelaskan tentang standar audit diantaranya

adalah:

a) Standar Umum: auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis

yang memadai, independepensi dalam sikap mental dan kemahiran

profesional dengan cermat dan seksama

b) Standar pelaksanaan pekerjaan lapangan: perencanaan dan supervisi

audit, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern, dan

bukti audit yang cukup dan kompeten.

c) Standar pelaporan: pernyataan apakah laporan keuangan sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum, pernyataan mengenai

ketidakkonsistensian penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum,

79

Page 80: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

pengungkapan informatif dalam laporan keuangan, dan pernyataan

pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.

3. Uji t (Parsial)

Pengujian regresi secara parsial (uji t) berguna untuk menguji pengaruh

dari masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel

dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat dengan

membandingkan nilai probabilitas (p-value) dari masing-masing variabel

dengan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05. jika p-value

lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel-variabel

independen secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap

variabel dependen. Hasil uji regresi secara parsial (uji t) dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.13 Hasil Uji t

Coefficients(a)

Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

Model B

Std. Error Beta B

Std. Error

(Constant) 17.350 5.315 3.265 .002Gender .801 .872 .105 .918 .364KompleksitasTugas -.207 .108 -.222 -1.919 .062

1

KompetensiAuditor .545 .092 .681 5.907 .000

a Dependent Variable: Audit Judgment

Sumber: Data yang Diolah, 2010

80

Page 81: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Hasil pengujian hipotesis dengan uji t pada signifikansi a=5%

adalah sebagai indikator berikut:

a) Variabel gender (X1) memiliki t hitung 0,918 dan signifikansi 0,364

yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, pengujian menunjukkan

bahwa Ha1 ditolak atau variabel gender tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap audit judgment. Hasil penelitian ini mendukung

penelitian Jamilah dkk (2007) menyatakan bahwa perbedaan gender

antara auditor pria dan wanita dengan perbedaan karakter dan sifat yang

melekat pada individu masing-masing tidak berpengaruh terhadap

judgment yang akan diambilnya. Hal ini disebabkan karena tidak ada

perbedaan kinerja auditor dilihat dari perbedaan gender antara pria dan

wanita jika dilihat dari kesetaraan komitmen organisasional, komitmen

profesional, motivasi dan kesempetan kerja, kecuali kepuasan kerja

menunjukkan adanya perbedaan antara kinerja auditor pria dan wanita.

b) Variabel kompleksitas tugas (X2) memiliki t hitung -1,919 dan nilai

signifikansi 0,062 lebih besar dari 0,05. Dengan demukian dapat

pengujian menunjukkan bahwa Ha2 ditolak atau variabel kompleksitas

tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Zulaikha (2006) dan Jamilah

dkk (2007) yang menunjukkan bahwa kompleksitas tugas tidak

berpengeruh secara signifikan terhadap audit judgment, artinya para

auditor mengetahui dengan jelas atas tugas apa yang akan

dilakukannya, tidak mengalami kesulitan dalam melakukan tugas dan

81

Page 82: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

dapat melakukan tugasnya dengan baik. Tingkat kesulitan tugas dan

struktur tugas merupakan dua aspek penyusun penting dari

kompleksitas tugas. Tingkat tugas selalu dikaitkan dengan banyaknya

informasi tentang tugas, sementara struktur tugas terkait dengan

kejelasan informasi (information clarity). Penelitian ini juga

mendukung penelitian Bonner (1994) dalam Jamilah dkk (2007)

kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap audit judgment, hal ini

karena kompleksitas tugas diduga mempunyai pengaruh terhadap

kinerja seorang auditor, sarana dan teknik pembuatan keputusan dan

latihan tertentu diduga telah dikondisikan sedemikian rupa ketika para

peneliti memahami keganjilan dalam pada kompleksitas tugas,

pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah tugas dapat membantu

tim manajemen audit dan perusahaan menemukan solusi terbaik bagi

staf audit dan tugas audit, hal ini menunjukkan bahwa pada situasi yang

kompleks tidak berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh

auditor dalam menentukan pendapat terhadap hasil auditnya. Tetapi

hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Murdisar dan Nelly Sari (2007) yang menyatakan bahwa kompleksitas

tugas mempengaruhi akuntabilitas dan kualitas kerja auditor, dengan

demikian banyaknya informasi dan keterkaitan antar tugas

menunjukkan kompleksitas tugas yang harus diselesaikan auditor tidak

berpengaruh signifikan dalam pembuatan judgment, hal ini berdampak

82

Page 83: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

positif pada pekerjaan auditor yang kompleks sehingga dapat

mempengaruhi risiko audit dan meningkatkan efektivitas pekerjaannya.

c) Variabel kompetensi auditor (X3) memilki t hitung 5,907 dan

signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, pengujian

menunjukkan Ha3 diterima atau variabel kompetensi auditor

berpengaruh signifikan dengan tingkat α=5%. Hasil penelitian ini

menunjukkan jenis pengaruh positif nilai Beta (0,545) sesuai dengan

teorinya bahwa kompetensi merupakan karakteristik yang mendasari

seseorang dan berkaitan dengan efektivitas kinerja individual dalam

pekerjaannya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Zulaikha

(2006) yang menyatakan bahwa pengalaman yang merupakan aspek

penting dalam kompetensi berpengaruh signifikan terhadap audit

judgment. Kompetensi terdiri atas aspek-aspek pribadi dari seorang

pekerja yang mengarahkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja

dalam proses audit judgment.

83

Page 84: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Hasil uji regresi ditemukan bahwa variabel kompetensi auditor

berpengaruh signifikan terhadap variabel audit judgment, sedangkan

gender dan kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel audit judgment.

2. Hasil uji regresi juga ditemukan bahwa koefisien determinasi sebesar

0,449. Hal ini menunjukkan kemampuan variabel independen yaitu

84

Page 85: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

gender, kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor menjelaskan variabel

dependen yaitu audit judgment sebesar 44,9%. Sedangkan sisanya 55,1%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak disebutkan dalam model regresi.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan diatas maka implikasi dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Gender sebagai pembagian peran serta tanggung jawab, baik laki-laki

maupun perempuan, yang di tetapkan secara sosial maupun kultural.

Dalam masyarakat patriarki, pandangan hidup yang berlaku bersifat seksis,

jenis kelamin perempuan ditempatkan dalam posisi subordinat atau

bawahan. Perbedaan gender memiliki implikasi tidak hanya untuk orang-

orang dalam bisnis tetapi untuk pendidik, pekerja, dan manajer dalam

berbagai disiplin ilmu.

2. Kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit

judgment. hal ini menunjukkan bahwa auditor mengetahui dengan jelas

atas tugas yang harus dilakukannya, karena mereka memahami prosedur

dan teknik audit dalam setiap penugasaanya. Hal ini berarti akan

mempermudah auditor dalam melaksanakan berbagai prosedur audit yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaannya.

3. Kompetensi merupakan aspek yang terdapat dalam diri seorang pekerja.

Aspek tersebut terdiri dari mutu personal, pengetahuann umum, dan

85

Page 86: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

keahlian khusus. Seseorang yang memiliki kompetensi tinggi akan

menghasilkan kualitas kerja yang baik. Auditor selalu mengoptimalkan

kompetensinya dalam setiap penugasan yang akan menghasilkan kualitas

audit yang baik.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dan untuk penelitian-penelitian

selanjutnya, penulis memberi saran antara lain:

1. Penelitian selanjutnya sebaiknya lebih memperbanyak responden dalam

penelitian dan memperluas area survey tidak hanya pada satu wilayah saja,

sehingga hasil penelitian lebih dapat digeneralisasi

2. Keahlian yang tidak didorong dengan kemauan dan keyakinan seorang

pekerja mengenai tanggung jawab atas pekerjaannya tidak dapat dikatakan

seorang yang kompeten. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran auditor

utuk terus meningkatkan nilai-nilai kompetensi yang dimilki.

3. Pada penelitian selanjutnya waktu penelitian untuk responden akuntan

publik sebaiknya jangan dilakukan pada kurun waktu bulan Januari-April,

karena pada kurun waktu tersebut merupakan waktu sibuk bagi akuntan

publik untuk mengaudit sehingga tingkat pengembalian data dari akuntan

publik dalam kurun waktu tersebut sangat minim.

86

Page 87: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing 9Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik. Edisi Ketiga. Jilid 1. Hal:49-52. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Alim, M.Nizarul, Trisni Hapsari, dan Liliek Purwanti. 2007. Pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variable moderasi. Simposium Nasional Akuntansi X. Universitas Hasanudin. Makasar. Juli

Arens, Alvin A, Randal J, Elder, dan Mark S, Beasley. 2003. Auditing and Insurance Service, an Integral Approach. Twelfh Edition. New Jersey: Person Education. Hal:15.

Arum, Enggar Diah Puspa. 2008. Pengaruh persuasi atas preferensi klien dan pengalaman audit terhadap pertimbangan auditor dalam mengevaluasi bukti audit. Universitas Jambi. Jurnal akuntansi dan keuangan Indonesia. Vol.5 No.2. Hal 156-181

87

Page 88: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Astutik, Indah Paramitasari dan Ardi Hamzah. Perbedaan perilaku etis dan tekanan kerja perspektif gender dalam audit judgment laporan keuangan historis dan kompleksitas tugas. Diakses dari http://downloads.ziddu.com/downloadfile/2633977/akuntansi_sesi2_1.pdf.html pada tanggal 20 Januari 2010 pukul 00:23 WIB.

Berliyanti, Dita Oki. 2002. Perbedaan gender dalam dunia kerja dan peranannya pada gaya kepemimpinan. Universitas Trisakti. Media riset bisnis dan manajemen. Vol.2 No.1. Hal 79-88

Elfarani, Eunike Christina. 2007. Pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit (studi empiris pada kantor akuntan publik di Jawa Tengah). Semarang. Skripsi S1: Universitas Diponegoro

Enjel, Bony. 2006. Hubungan antara penetapan aturan etika dengan peningkatan profesionalisme auditor internal. Skripsi S1: Universitas Widyatama

Ghozali, Imam. 2005. ”Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Universitas Diponegoro, Semarang.

Halim, Abdul. 2001. Auditing 1 (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan). UPP AMYKPN. Yogyakarta. Edisi kedua: Hal 1-3 dan 63-65

Hamid, Abdul. 2007. ”Panduan Penulisan Skripsi”. FEIS UIN Press. Jakarta.

Indriantoro, Nur dan Bambang Soepomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi pertama. BPFE Yogyakarta.

Jamilah, Siti, Zaenal Fanani dan Grahita Chandrarin. 2007. Pengaruh gender, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment. Simposium Nasional Akuntansi X. Universitas Hasanudin. Makasar. Juli

Lastanti, Hexana Sri. 2005. Tinjauan terhadap kompetensi dan independensi akuntan publik: refleksi atas skandal keuangan. Universitas Trisakti. Media riset akuntansi, auditing, dan informasi. Vol.5 No.1. Hal 59-83

Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh keahlian audit dan independensi terhadap pendapat audit: sebuah kuasieksperimen. Universitas Trisakti. Jurnal riset akuntansi Indonesia. Vol.6 No.1. Hal 1-22

Mulyani, Desi. 2008. Pengaruh kompetensi, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment: studi empiris pada KAP di Jakarta. Skripsi S1 Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta.

88

Page 89: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

89

Murdisar, Diani dan Lia Nelly Sari. 2007. Pengaruh akuntabilitas dan pengetahuan terhadap kualitas hasil kerja auditor. Simposium Nasional Akuntansi X AUEP-11. Makasar.

Murtanto dan Mery Andryani. 2005. Analisis hubungan pengalaman organisasi, evaluasi terhadap kinerja dan hasil karir auditor pada KAP: pengujian pengaruh gender. Universitas Trisakti. Media riset akuntansi, auditing dan informasi. Vol.5 No.3. Hal 197-217

Murtanto dan Gudono. 1999. Identifikasi karakteristik-karakteristik audit: profesi akuntan public di Indonesia. Jurnal riset akuntansi Indonesia. Vol.2 No.1. Hal 37-52

Nugroho, Bhuono Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. ANDI. Yogyakarta. Hal:53 dan 55

Nurasnida. 2008. Analisis perbedaan kinerja auditor dan etika profesi auditor ditinjau dari perspektif gender. Skripsi S1: Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta.

NN. 2008. Ada apa dengan auditor perempuan?. Majalah Auditor: edisi Februari-Maret. Hal 28-30.

Rahayu, Siti Kurnia dan Ely Suhayati. 2010. Auditing Konsep Dasar dan Pedoman Pemerikasaan Akuntan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rai, I GUsti Agung. 2008. Audit kinerja pada sektor publik. Salemba empat. Jakarta. Hal 63-64

Sanusi, Zuraidah Mohd, Takiah Mohd Iskandar dan June M.L Poon. 2007. Efect of goal orientation and task complecxity on audit judgment performance. Malaysian accounting review. Vol.6 No.2

Trianingsih, Sri. 2004. Perbedaan Kinerja Auditor dilihat dari segi gender. Jurnal riset akuntansi Indonesia. Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur. Vol.7. Hal 108-123

Zulaikha. 2006. “Pengaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas, dan Pengalaman auditor Terhadap Audit Judgment”. Simposiun Nasional Akuntansi IX. Padang. Agustus

Page 90: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH GENDER, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN KOMPETENSI

AUDITOR TERHADAP AUDIT JUDGMENT

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)

Oleh :

Novarina Cinde Susanti

NIM: 206082004002

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M

Page 91: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

KUESIONER

PENGARUH GENDER, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN KOMPETENSI AUDITOR TERHADAP AUDIT JUDGMENT

Responden Yth,

Saya adalah mahasiswa Program Strata 1 (S1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi sebagai syarat memperoleh gelar sarjana ekonomi.

Nama : Novarina Cinde Susanti

NIM : 206082004002

Untuk penyusunan skripsi ini besar harapan saya Bapak/ Ibu/ Saudara bersedia mengisi keusioner ini yang dilampirkan bersama surat ini, dan sebelumnya saya minta maaf telah mengganggu waktu bekerjanya.

Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini adalah suatu survey yang dilakukan untuk mengukur pengaruh gender, kompleksitas tugas, dan kompetensi auditor terhadap audit judgment. Untuk itu saya memohon bantuan agar sudilah kiranya Bapak/Ibu/ Saudara dapat mengisi seperti terlampir dalam surat ini.

Perlu diketahui bahwa kualitas dan kepercayaan hasil penelitian ini sangat tergantung dari angket yang Bapak/ Ibu/ Saudara isi, untuk itu saya berharap Bapak/ Ibu/ Saudara mengisinya. Informasi yang terkumpul mengenai kuesioner ini hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian saja dan sama sekali tidak mempunyai dampak terhadap Bapak/ Ibu/ Saudara sekalian.

Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kerjasama Bapak/ ibu/ Saudara saya ucapkan terimakasih.

Pembimbing I Pembimbing II Hormat saya

Prof.Dr.Ahmad Rodoni Rahmawati,SE,MM Novarina CS

Page 92: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

DATA RESPONDEN

Nama KAP :

Jenis kelamin : [ ] Laki-laki [ ] Perempuan

Usia : [ ] 19-30 th [ ] 31-40 th [ ] > 40th

Jabatan anda saat ini : [ ] Auditor Junior [ ] Auditor Senior

[ ] Manager [ ] Supervisor

[ ] Partner

Pendidikan terakhir : [ ] S3 [ ] S2 [ ] S1 [ ] D3

Lama bekerja : [ ] > 5th [ ] 3-5 th [ ] < 3th

Tanggal pengisian :

Tanda Tangan :

Page 93: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

PERTANYAAN PENELITIAN

Pada bagian ini akan digunakan untuk keperluan analisis. Berilah tanda silang (X) pada kotak yang telah disediakan.

Keterangan Nilai SS = Sangat Setuju 5 S = Setuju 4 TP = Tidak Pasti 3 TS = Tidak Setuju 2 STS = Sangat Tidak Setuju 1

Gender (X1)

No. Pernyataan/ Pertanyaan Wanita Pria 1. Gender adalah suatu konsep yang digunakan untuk

mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan

perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial

budaya. Gender dalam arti ini adalah suatu bentuk

rekayasa masyarakat (social constructions),

bukannya sesuatu yang bersifat kodrati. Gender

merupakan variabel independen yang dibedakan

menjadi dua kategori yaitu pria dan wanita. Gender

merupakan variabel dummy dimana 1=pria dan

0=wanita.

Page 94: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Kompleksitas Tugas (X2)

No. Pernyataan/ Pertanyaan SS S TP TS STS1. Auditor kurang memahami dari setiap tugas yang

dikerjakan selama ini

2. Tidak adanya informasi yang tersedia yang dibutuhkan oleh auditor dalam penugasan audit

3. Auditor mengetahui tanggung jawabnya dalam penugasan audit

4. Alat bantu dalam menyelesaikan tugas sangat mempengaruhi kinerja auditor

5. Deskripsi jabatan menunjukkan apa yang harus dikerjakan dalam setiap penugasan audit

6. Supervisi dan review dari atasan sangat mempengaruhi kejelasan mengenai tugas auditor

7. Auditor di beri waktu sedikit untuk mengerjakan apa yang diharapkan dari pekerjaan auditor

Kompetensi Auditor (X3)

No. Pernyataan/ Pertanyaan SS S TP TS STS1. Auditor memiliki rasa ingin tahu (inquisitive)

yang tinggi

2. Auditor harus berpikiran luas (broad minded) 3. Auditor mampu menangani ketidakpastian 4. Auditor mampu menerima bahwa tidak ada solusi

yang mudah

5. Auditor menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subjektif

6. Auditor mampu bekerja sama dengan tim 7. Auditor memiliki kemampuan untuk melakukan

review analitis (analytical review)

8. Auditor memiliki pengetahuan teori organisasi untuk memahami suatu organisasi

9. Auditor memiliki pengetahuan tentang auditing 10. Auditor memiliki pengetahuan tentang sektor

public

11. Auditor memiliki keahlian untuk melakukan

Page 95: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

wawancara 12. Auditor memiliki kemampuan membaca cepat 13. Auditor memiliki keahlian dalam bidang statistik 14. Auditor memiliki ketrampilan dalam

menggunakan computer

15. Auditor mampu menulis dan mempresentasikan laporan dengan baik

Audit Judgment (Y)

No. Pernyataan/ Pertanyaan SS S TP TS STS1.

Auditor yang berpengalaman adalah auditor yang memiliki pelatihan teknis yang banyak

2. Dengan pengalaman yang dimiliki, maka memudahkan auditor untuk mendeteksi adanya kesalahan dalam audit

3. Dengan pengalaman yang dimiliki, maka memudahkan auditor dalam membuat judgment yang baik

4. Dengan pengalaman yang dimiliki, maka memudahkan auditor untuk membuat sadar terhadap akan lebih banyak kekeliruan

5. Dalam pelaksanaan audit, auditor harus memiliki pengetahuan tentang metode audit

6. Dalam pelaksanaan audit, auditor harus memiliki pengetahuan tentang teknik audit

7. Dalam pelaksanaan audit, auditor harus memiliki pengetahuan tentang prosedur audit

8. Dalam pelaksanaan audit, auditor harus memiliki pengetahuan tentang standar audit

9. Auditor yang memiliki banyak pengetahuan tentang kekeliruan, maka akan lebih cermat dalam mendeteksi kekeliruan audit

10. Auditor yang memiliki banyak pengetahuan tentang kekeliruan, maka akan lebih ahli dalam pengungkapan kekeliruan audit

Page 96: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Hasil Uji Asumsi Klasik dan Hipotesis

Model Summary(b)

Model R R SquareAdjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .699(a) .488 .449 2.85218a Predictors: (Constant), Kompetensi Auditor, Gender, Kompleksitas

Tugas b Dependent Variable: Audit Judgment

ANOVA(b) Model

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 302.738 3 100.913 12.405 .000(a) Residual 317.262 39 8.135 Total 620.000 42

a Predictors: (Constant), Kompetensi Auditor, Gender, Kompleksitas Tugas b Dependent Variable: Audit Judgment

Page 97: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Regression Standardized Residual210-1-2-3

Fre

qu

en

cy

10

8

6

4

2

0

Histogram

Dependent Variable: AuditJudgment

Mean =-6.84E-16�Std. Dev. =0.964�

N =43

Page 98: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Regression Standardized Predicted Value3210-1-2

Reg

ressio

n

Stu

de

nti

zed

R

es

idu

al

2

1

0

-1

-2

-3

Scatterplot

Dependent Variable: AuditJudgment

Page 99: 93479-Nonarina Cinde Susanti-FEB.pdf

Usia Responden Jenis Kelamin Jenjang Pendidikan Jabatan Lama Bekerja

Responden 19-30 Th 31-40 Th > 40 Th Laki-Laki Perempuan D3 S1 S2 S3 Patner Rekan Supervisor SA JA < 3 Th 3-5 Th > 5 Th1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 13 1 1 1 1 14 1 1 1 1 15 1 1 1 1 16 1 1 1 1 17 1 1 1 1 18 1 1 1 1 19 1 1 1 1 1

10 1 1 1 1 111 1 1 1 1 112 1 1 1 1 113 1 1 1 1 114 1 1 1 1 115 1 1 1 1 116 1 1 1 1 117 1 1 1 1 118 1 1 1 1 119 1 1 1 1 120 1 1 1 1 121 1 1 1 1 122 1 1 1 1 123 1 1 1 1 124 1 1 1 1 125 1 1 1 1 126 1 1 1 1 127 1 1 1 1 128 1 1 1 1 129 1 1 1 1 130 1 1 1 1 131 1 1 1 1 132 1 1 1 1 133 1 1 1 1 134 1 1 1 1 135 1 1 1 1 136 1 1 1 1 137 1 1 1 1 138 1 1 1 1 139 1 1 1 1 140 1 1 1 1 141 1 1 1 1 142 1 1 1 1 143 1 1 1 1 144454647484950515253545556575859606162636465666768697071727374757677787980818283848586878889

Total 35 8 0 21 22 4 36 3 0 0 2 5 8 28 32 10 1

43 43 43 43 #REF!