Transcript
Page 1: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

TUGAS FARMAKOLOGI ANTIPIRETIK

DISUSUN OLEH :

1. ANINDITA FITRI MANGESTI (10092 FB)

2. FITRIA TOKI RISWIANI (10105 FB)

3. FAUZI IKA CAHYANINGRUM (10103 FB)

4. GARINA CAESAR KALTIMURTI(10107 FB)

5. HILDA INDRAYANI EKAPUTRI (10111 FB)

Page 2: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

6. LESTYANA YUNITA SUCININGRUM (10117 FB)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN …………………………………………………………………. 1.

A. Mengenal analgetik,antipiretikdan demam……………………….. …………… 1.

B. Demam dan penggunaan Antipiretik pada anak…………………. …………… 3.

II. DEFINISI ANTIPIRETIK DAN MEKANISME PENGOBATAN DEMAM…….. 4.

A. Definisi Antipiretik………………………………………………….……….. 4.B. Mekanisme Pengobatan……………………………………………….……… 5.

III. PENGGOLONGAN OBAT ……………………………………………………….. 20.1. Salisilat…………………………………………………………………..…… 20.2. Salisilamid……………………………………………………………………. 24.3. Para Aminofenol…………………………………………………………..…. 25.4. Pirazolon dan Derivatnya…………………………………………………… 30.

IV. MEKANISME KERJA OBAT ( FARKOMODINAMIK ) ………………………. 35.

V. ANALGESIK ANTIPIRETIK ANTI INFLAMASI NON STEROID LAINNYA……39.

Vl DAFTAR PUSTAKA.

Page 3: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

I. PENDAHULUAN

A. Mengenal Analgesik, Antipiretik dan Demam

Analgesik adalah obat penghilang rasa sakit atau nyeri, seperti sakit kepala atau

sendi. Obat-obatan analgesik mempunyai efek antipiretik, yakni mampu

menstabilkan suhu tubuh dan meredakan demam.Kondisi inilah yang

menyebabkan beberapa obat analgesik disebut analgesik-antipiretik, seperti:

aspirin, parasetamol, dan antalgin. Analgesik- Antipiretik biasanya digunakan

untuk mengobati penyakit dengan gejala demam (suhu tubuh meningkat) dan

nyeri seperti influenza dan selesma. Karena mempunyai efek samping yang

ringan, obat golongan analgesik- antipiretik dijual bebas dipasaran. Saat

dikonsumsi, obat analgesik ini bekerja di pusat pengatur suhu yang terletak pada

batang otak. Selain itu mampu melebarkan pembuluh darah kulit dan memicu

produksi keringat sehingga semakin banyak panas yang dibuang.  Selain bekerja

pada susunan syaraf pusat, analgesik- antipiretik dapat mencegah pembentukan

prostaklandin, yakni zat yang menimbulkan rasa adalah obat penghilang rasa sakit

atau nyeri, seperti sakit kepala atau sendi. Obat-obatan analgesik mempunyai efek

antipiretik, yakni mampu menstabilkan suhu tubuh dan meredakan

demam.Kondisi inilah yang menyebabkan beberapa obat analgesik disebut

analgesik-antipiretik, seperti: aspirin, parasetamol, dan antalgin. Analgesik-

Antipiretik biasanya digunakan untuk mengobati penyakit dengan gejala demam

(suhu tubuh meningkat) dan nyeri seperti influenza dan selesma. Karena

mempunyai efek samping yang ringan, obat golongan analgesik- antipiretik dijual

bebas dipasaran. Saat dikonsumsi, obat analgesik ini bekerja di pusat pengatur

suhu yang terletak pada batang otak. Selain itu mampu melebarkan pembuluh

darah kulit dan memicu produksi keringat sehingga semakin banyak panas yang

dibuang.  Selain bekerja pada susunan syaraf pusat, analgesik- antipiretik dapat

mencegah pembentukan prostaklandin, yakni zat yang menimbulkan rasa nyeri

Page 4: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

dan peningkatan suhu tubuh. Analgesik- antipiretik terdiri dari empat golongan,

yaitu:

1. SALISILAT

Salisilat dipasaran dikenal sebagai aspirin. Dalam dosis tinggi, aspirin

mempunyai khasiat antiradang sehingga sering digunakan untuk mengobati

radang sendi (rematik). Obat ini juga  bersifat mengurangi daya ikat sel- sel

pembeku darah sehingga penting untuk segera diberikan pada penderita angina

(serangan jantung), untuk mencegah penyumbatan pembuluh darah jantung

karena penggumpalan/ pembekuan darah. Aspirin dapat menimbulkan nyeri dan

pendarahan lambung, karena itu sebaiknya dikonsumsi setelah makan. Dosis yang

berlebihan dapat menyebabkan telinga berdenging, tuli, penglihatan kabur,

bahkan kematian.

2. ASETAMINOFEN

Asetaminofen di pasaran dikenal sebagai parasetamol. Obat ini

mempunyai khasiat antiradang yang jauh lebih lemah dari aspirin sehingga

tidak bisa digunakan untuk mengobati rematik. Asetaminofen tidak

merangsang lambung sehingga dapat digunakan oleh penderita sakit

lambung.

3. PIRALOZON

Di pasaran piralozon terdapat dalam antalgin, neuralgin,dan novalgin.

Obat ini amat manjur sebagai penurun panas dan penghilang rasa nyeri.

Namun piralozon diketahui menimbulkan efek berbahaya  yakni

agranulositosis (berkurangnya sel darah putih), karena itu penggunaan

analgesik yang mengandung piralozon perlu disertai resep dokter.

4. ASAM-MEFENAMAT

Asam mefenamat termasuk obat pereda nyeri yang digolongkan sebagai

NSAID (Non steroidal antiinflammatory drugs). Asam mefenamat

digunakan untuk mengatasi berbagai jenis rasa nyeri, namun lebih sering

Page 5: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

diresepkan untuk mengatasi sakit gigi, nyeri otot, nyeri  sendi dan sakit

ketika atau menjelang haid. Seperti juga obat lain, asam mefenamat dapat

menyebabkan efek samping.Salah satu efek samping asam mefenamat

yang paling menonjol adalah merangsang dan merusak lambung. Sebab

itu, asam mefenamat sebaiknya tidak diberikan pada pasien yang

mengidap gangguan lambung.

B. Demam dan Penggunaan Antipiretik pada Anak

Demam pada anak merupakan keluhan tersering yang membuat orangtua khawatir

dan membawa anaknya ke dokter atau petugas kesehatan. Banyak orang tua yang

memberikan obat antipiretik (penurun panas) meskipun anak hanya menderita

sedikit demam atau bahkan tidak sama sekali, karena orangtua merasa khawatir

dan selalu menganggap bahwa anak harus tetap dalam suhu normal. Demam,

bagaimanapun bukanlah suatu penyakit primer tetapi merupakan sebuah

mekanisme fisiologis yang berguna untuk menangani suatu infeksi. Sampai saat

ini tidak ada bukti bahwa demam dapat memperburuk perjalanan suatu penyakit

atau menyebabkan komplikasi neurologis jangka panjang. Sehingga tujuan utama

penanganan demam pada anak adalah untuk meningkatkan kenyamanan anak

secara keseluruhan daripada terfokus pada menormalkan suhu tubuh anak.

Yang paling penting diterangkan kepada orangtua adalah untuk

memperhatikan kondisi umum anak secara keseluruhan, pengawasan tanda bahaya

seperti anak demam tinggi (>39C), anak gelisah atau rewel, malas minum, kaki

teraba dingin, penurunan kesadaran dan kejang. Orangtua juga harus menyadari

pentingnya peningkatan pemberian cairan pada anak serta penggunaan obat

antipiretik secara rasional.

Page 6: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

Pemberian antipiretik Bukti penelitian saat ini menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan substansial dalam keamanan dan efektivitas antara acetaminophen dan

ibuprofen. Dokter tetap harus menjelaskan kapan perlunya penggunaan antipiretik

pada anak.

Parasetamol

Pemberian parasetamol dibatasi pada anak umur LEBIH dari 2 bulan yang

menderita demam tinggi >39C dan gelisah atau rewel karena demam tinggi

tersebut.  Dosis parasetamol 10 mg/kgBB per 6 jam

Obat lainnya Aspirin tidak direkomendasikan sebagai antipiretik pilihan pertama 

karena dikaitkan dengan sindrom Reye, suatu kondisi yang jarang terjadi namun

serius yang menyerang hati dan otak. Hindari memberi aspirin pada anak yang

menderita cacar air, demam dengue, dan kelainan hemoragik lainnya. Obat lainnya

tidak direkomendasikan karena sifat toksiknya dan tidak efektif (dipiron,

fenilbitazon)

Perawatan penunjang Anak dengan demam sebaiknya berpakaian tipis, dijaga

tetap hangat namun ditempatkan pada ruangan dengan ventilasi baik dan dibujuk

untuk banyak minum. Kompres air hangat hanya menurunkan suhu badan selama

pemberian kompres

II. DEFINISI ANTIPIRETIK DAN MEKANISME PENYAKIT DEMAM.

A. DEFINISI ANTIPIRETIK

Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan demam ( suhu tubuh yang tinggi ).

Pada umumnya sekitar 90% analgesic mempunyai efek antipiretik.

Page 7: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

Obat analgetik, antipiretik serta obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) merupakan

salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa resep

dokter. Obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimia.

Obat-obat ini memiliki banyak kesamaan dalam efek terapi maupun efek samping.

Prototip obat golongan ini adalah aspirin, karena itu obat golongan ini sering

disebut sebagai obat mirip aspirin (aspirin-like drugs).

Klasifikasi kimiawi AINS,tidak banyak manfaat kliniknya, karena ada AINS dari

subgolongan yang sama memiliki sifat yang berbeda,sebaliknya ada obat AINS

yang berbeda subgolongan tetapi memiliki sifat yang serupa. Klasifikasi yang lebih

bermanfaat untuk diterapkan di klinik yaitu berdasarkan selektivitasnya terhadap

siklooksigenase (COX).

Dengan adanya kemajuan penelitian memberi penjelasan mengapa kelompok

heterogen tersebut memiliki kesamaan efek terapi dan efek samping. Sebagian

besar efek terapi dan efek sampingnya berdasarkan atas penghambatan biosintesis

prostaglandin (PG).

B. MEKANISME PENYAKIT DEMAM

Demam biasanya terjadi akibat tubuh terpapar infeksi mikroorganisme ( virus,

bakteri, parasit ). Demam juga bisa disebabkan disebabkan oleh faktor non infeksi

seperti kompleks imun, atau inflamasi (peradangan) lainnya. Ketika virus atau

bakteri masuk ke dalam tubuh, berbagai jenis sel darah putih atau leukosit

melepaskan zat penyebab demam ( pirogen endogen ) yang selanjutnya memicu

produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior, yang kemudian meningkatkan

nilai ambang temperature dan terjadilah demam. Selama demam, hipotalamus

cermat mengendalikan kenaikan suhu sehingga suhu tubuh jarang sekali melebihi

410 C.

Beberapa bukti penelitian ‘in-vitro’ (tidak dilakukan langsung terhadap tubuh

manusia) menunjukkan fungsi pertahanan tubuh manusia bekerja baik pada

temperatur demam, dibandingkan suhu normal. IL-1 dan pirogen endogen lainnya

Page 8: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

akan “mengundang” lebih banyak leukosit dan meningkatkan aktivitas mereka

dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Demam juga memicu

pertambahan jumlah leukosit serta meningkatkan  produksi/fungsi interferon (zat

yang membantu leukosit memerangi mikroorganisme).  

Demam, Suhu badan diatur oleh keseimbangan antara produksi dan hilangnya

panas. Alat pengatur suhu tubuh berada di hipotalamus. Pada keadaan demam

keseimbangan ini terganggu, tetapi dapat dikembalikan ke normal oleh obat mirip-

aspirin. Bahwa peningkatan suhu tubuh pada keadaan patologik diawali

penglepasan suatu zat pirogen endogen atau sitokin misalnya interleukin-1 (IL-1)

yang memacu penglepasan Prostaglandin (PG) yang berlebihan di daerah preoptik

hipotalamus. Selain itu PGE2 (Prostaglandin E2) terbukti menimbulkan demam

setelah diinfuskan ke ventrikel serebral atau disuntikkan ke daerah hipotalamus.

Obat mirip-aspirin menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesis

Prostaglandin (PG). Demam yang timbul akibat pemberian prostaglandin (PG)

tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan peningkatan suhu oleh sebab lain

misalnya latihan fisik. Analgesik dan Antipiretik Melibatkan protein transmitter

golongan eicosanoid. Protein transmitter itu adalah:

1. Prostaglandin

2. Prostasiklin

3. Leukotrien

4. Tromboksan

Semua protein transmitter di atas berasal dari golongan asam arachidonat.

Enzim yang terlibat dalam analgetik dan antipiretik adalah siklooksigenase dan

lipooksigenase.

Prostaglandin

Apabila prostaglandin dilepaskan maka akan terjadi efek. Efek yang diakibatkan

adalah:

1. Nosiseptor: pada bagian nosiseptor, prostaglandin akan meningkatkan

sensitivitas saraf sensorik sehingga stimulus sakit meningkat.

Page 9: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

2. Menstruasi: prostaglandin bertanggung jawab terhadap iskemi nekrosis

endometriosis sehingga timbul rasa sakit.

3. Renal blood flow: prostaglandin akan meningkatkan vasodilatasi

pembuluh darah.

4. Gastrik (saluran pencernaan): prostaglandin menyebabkan peningkatan

sekresi mukus dan penurunan produksi H+ (asam lambung).

5. Uterus: prostaglandin akan meningkatan kontraksi pada dinding uterus

sehingga memudahkan persalinan.

6. Termoregulasi: prostaglandin akan meningkatkan set point termoregulasi

di hipotalamus sehingga suhu tubuh naik dan menyebabkan demam.

Bagaimana dapat menyebabkan demam? Demam akan menyebabkan tubuh

menggigil. Menggigilnya tubuh ini diakibatkan karena suhu di tubuh tinggi

sedangkan suhu di luar lebih rendah daripada suhu tubuh sehingga tubuh menggigil,

maka panas dapat dikeluarkan dari dalam tubuh. Apabila suhu tubuh kembali

turun/normal, maka termoregulasi melihat suhu tubuh dingin, oleh karena itu

termoregulasi akan meningktakan suhu kembali. Begitu pula apabila yang terjadi

sebaliknya.

Analog prostaglandin: kerjanya agonis prostaglandin. Bagaimana telah disebutkan

di atas, bahwa kerja prostaglandin, diantaranya:

1. untuk persalinan: induksi prostaglandin akan mempercepat proses persalinan.

2. untuk tukak lambung: dapat meningkatkan sekresi mukus.

Penggunaan analog prostaglandin diantaranya adalah:

a. untuk persalinan: dinoprost, dinoprostol, mifeprostol.

b. untuk tukak lambung: misoprostol.

c. untuk glaukoma (efek lokal): latanoprost.

Page 10: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

d. sering digunakan penyalahgunaan obat mifeprostol: aborsi

e. efek samping: mual, muntah, diare, sakit kepala.

Tromboksan

Tromboksan berperan dalam proses pembekuan darah. Jika ada luka, tromboksan

akan aktif sehingga mengaktifkan sel-sel darah, yaitu trombosit. Aktifnya trombosit

akan menyebabkan benang fibrin aktif sehingga benang fibrin akan

mengikattrombosit yang satu dengan trombosit yang lain.

Leukotrien

Leukotrien bertanggung jawab dalam reaksi imunologi.

Prostasikslin

Membantu kerja prostaglandin dan tromboksan.Transmitter di atas berefek lokal

dan sistemik.

Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh melawan

infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada manusia

hidup subur pada suhu 37 derajat C. Meningkatnya suhu tubuh beberapa derajat

dapat membantu tubuh melawan infeksi. Demam akan mengaktifkan sistem

kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel darah putih, membuat lebih

banyak antibodi dan membuat lebih banyak zat-zat lain untuk melawan infeksi

(Wibowo, S., 2006). Suhu tubuh normal bervariasi tergantung masing-masing

orang, usia dan aktivitas. Rata-rata suhu tubuh normal adalah 37 derajat C.

Suhu tubuh kita biasanya paling tinggi pada sore hari. Suhu tubuh dapat meningkat

disebabkan oleh aktivitas fisik, emosi yang kuat, makan, berpakaian tebal, obat-

obatan, suhu kamar yang panas, dan kelembaban yang tinggi. Ini terutama pada

anak-anak. Suhu tubuh orang dewasa kurang bervariasi. Tetapi pada seorang wanita

siklus menstruasi dapat meningkatkan suhu tubuh satu derajat atau lebih (Wibowo,

S., 2006). Yang mengatur suhu tubuh kita adalah hipotalamus yang terletak di otak.

Hipotalamus ini berperan sebagai thermostat. Thermostat adalah alat untuk

Page 11: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

menyetel suhu seperti yang terdapat pada AC. Hipotalamus kita mengetahui berapa

suhu tubuh kita yang seharusnya dan akan mengirim pesan ke tubuh kita untuk

menjaga suhu tersebut tetap stabil (Wibowo, S., 2006). Pada saat kuman masuk ke

tubuh dan membuat kita sakit, mereka seringkali menyebabkan beberapa zat

kimiawi tertentu beredar dalam darah kita dan mencapai hipotalamus. Pada saat

hipotalamus tahu bahwa ada kuman, maka secara otomatis akan mengeset

thermostat tubuh kita lebih tinggi. Misalnya suhu tubuh kita harusnya 37 derajat C,

thermostat akan berkata bahwa karena ada kuman maka suhu tubuh kita harusnya

38,9 derajat C. Ternyata dengan suhu tubuh yang lebih tinggi adalah cara tubuh kita

berperang dalam melawan kuman dan membuat tubuh kita menjadi tempat yang

tidak nyaman bagi kuman (Wibowo, S., 2006). Demam yang berarti suhu tubuh di

atas batas normal biasa dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh

zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penakir bakteri,

tumor otak, atau dehidrasi (Arthur C. Guyton, 2001). Pada umumnya demam

adalah juga suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri.Kini, para ahli

bersependapat bahwa demam adalah suatu reaksi tangkis yang berguna dari tubuh

terhadap infeksi.Pada suhu diatas 37oC limfosit dan makrofag menjadi lebih

aktif.Bila suhu melampaui 40-41oC, barulah terjadi situasi kritis yang bisa menjadi

fatal, karena tidak terkendalikan lagi oleh tubuh (Tjay, T.H., dan Kirana Rahardja,

2002).

Banyak protein, hasil pemecahan protein, dan zat-zat tertentu, seperti toksin

lipopolisakaridayang disekresi oleh bakteri dapat menyebabkan titik setel

thermostat hipotalamus meningkat. Zat-zat yang menyebabkan efek ini dinamakan

pirogen. Terdapat pirogen yang disekresikan oleh bakteri toksik atau pirogen yang

dikeluarkan dari degenerasi jaringan tubuh yang menyebabkan demam selama

sakit. Bila titik setek thermostat hipotalamus meningkat lebih tinggi dari normal,

semua mekanisme untuk meningkatkan suhu tubuh bekerja, termasuk konservasi

panas dan peningkatan pembentukan panas. Dalam beberapa jamsetelah thermostat

diubah ke tingkat yang lebih tinggi, suhu tubuh juga mencapai tingkat tersebut

(Arthur C. Guyton, 2001). Untuk memberikan suatu gambaran efek pirogen yang

Page 12: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

sangat kuat dalam mengubah thermostat hipotalamus, beberapa nanogram pirogen

endogen murni yang disuntikkan ke binatang dapat menyebabkan demam berat

(Arthur C. Guyton, 2001). Bila pengaturan thermostat dengan mendadak diubah

dari tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat kerusakan

jaringan, zat pirogen, atau dehidrasi, suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa

jam untuk mencapai suhu yang baru. Misalnya, setelan thermostat hipotalamus

dapat segera meningkat sampai 103o F. karena suhu darah lebih rendah daripada

setelan suhu thermostat hipotalamus, terjadi respon otonom yang biasanya

menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Selama periode ini orang akan menggigil,

selama mana ia merasakan sangat dingin, walaupun suhu tubuhnya sudah melebihi

suhu normal. Kulitnya juga dingin sebab vasokonstriksi, dan ia gemetar karena

menggigil. Menggigil terus berlangsung sampai suhu tubuhnya ke tingkat ‘setting’

hipotalamus yaitu 103o F. kemudian, bila suhu tubuh mencapai nilai ini, ia tidak

lagi menggigil tetapi sebagai gantinya ia tidak merasa dingin atau panas. Selama

factor yang menyebabkan thermostat hipotalamus di ste pada nilai yang tinggi,

efeknya terus berlangsung, suhu tubuh kurang lebih diatur dengan cara normal

tetapi pada tingkat suhu yang lebih tinggi (Arthur C. Guyton, 2001).

Bila factor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan,

thermostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai yang rendah – mungkin

malahan kembali ke tingkat normal. Pada keadaan ini, suhu darah tetap 103o F,

tetapi hipotalamus mencoba mangatur suhu tubuh pada 98,6o F, keadaan ini analog

dengan pemanasan berlebihan area preoptika, yang mneyebabkan berkeringat yang

berlebihan dan pembentukan kulit yang panas dengan mendadak karena terjadi

vasodilatasi di seluruh tubuh. Perubahan peristiwa yang mendadak ini pada

penyakit demam disebut “krisis” atau, yang lebih tepat “flush” (Arthur C. Guyton,

2001).

Prostaglandin adalah senyawa mediator yang penting pada kejadian nyeri dan

radang. Secara kimia ia adalah turunan asam prostanoat yang dibentuk invivo dari

asam arakhidoklat, suatu asam lemak C-20 dengan empat ikatan rangkap oksidasi

dan siklisasi asam arakidonat yang dikatalisis oleh protagladin sintetase,

Page 13: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

menghasilkan suatu endoperoksida siklik yang sebagai zat kunci diisomerisasi

menjadi prostagladin E2 (PGE2) atau menjadi prostagladin lain. Zat seperti asam

asetil salisilat atau indometasin mewujudkan kerja analgetik dan antiflogistiknya

pada dasarnya melalui hambatan prostagladin sintetase yang terdapat pada jaringan

perifer (Schunack, W., 1990). Daya kerja antipiretik bertentangan dengan efek

analgetik dan antipiretik, dikembalikan pada penghambatan mekanisme sentral.

Bila pusat panas yang terletak dihipotalamus dianggap sebagai termostat, maka zat-

zat yang menimbulkan demam (pirogen) bekerja meninggikan nilai ambang melalui

stimulasi sintesis prostagladin. Penurunannya dan dengan demikian penurunan suhu

tubuh dapat diharapkan dari zat zat inhibiton prostagladin-sintetase yang dapat

mempermeasi dengan baik ke dalam SSP (Schunack, W., 1990).

Asetaminofen adalah salah satu obat yang terpenting untuk pengobatan nyeri ringan

sampai sedang, bila efek anti-inflamasi tidak diperlukan. Asetaminofen merupakan

metabolik fenasetin yang bertanggung jawab atas efek analgesiknya. Obat ini

adalah penghambat prostaglandin yang lemah pada jarinagn perifer dan tidak

memiliki efek anti-inflamasi yang bermakna (Katzung, B.G., 1998).

Asetaminofen diberikan peroral. Absorpsi tergantung pada kecepatan pengosongan

lambung, dan kadar puncak dalam darah biasanya tercapai dalam waktu 30-60

menit. Asetaminofen sedikit terikat dengan protein plasma dan sebagian

dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati dan diubah menjadi asetaminofen sulfat

dan glukuronida, secara farmakologi tidak aktif. Kurang dari 5 % diekskrasikan

dalam bentuk tidak berubah. Suatu metabolik minor tetapi sangat aktif (N-asetil-p-

benzo-kuinon), penting pada dosis besar, karena toksisitasnya terhadap hati dan

ginjal. Waktu paruh asetaminofen 2-3 jam dan relatif tidak dipengaruhi oleh fungsi

ginjal. Pada jumlah toksis atau adanya penyakit hati, waktu paruhnya bisa

meningkat 2 kali lipat atau lebih (Katzung, B.G., 1998).

Walaupun efek analgesik dan antipiretiknya setara dengan aspirin, asetaminofen

berbeda karena tidak adanya efek anti-inflamasi. Obat ini tidak mempengaruhi

kadar asam urat dan tidak mempunyai sifat menghambat trombosit. Obat ini

berguna untuk nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri pasca

Page 14: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

persalinan dan keadaan lain, dimana aspirin efektif sebagai analgesik.

Asetaminofen sendiri tidak ade kuat untuk terapi keadaan peradangan seperti atritis

rematoid, walaupun dapat digunakan sebagai analgesik tambahan pada terapi anti-

inflamasi (Katzung, B.G., 1998). Untuk analgesia ringan, asetaminofen merupakan

oabt yang lebih disukai pada penderita yang alergi dengan aspirin atau jika salisilat

tidak dapat ditoleransi. Obat ini lebih disukai daripada aspirin. Pada penderita

hemofilia atau dengan riwayat tukak lambung dan pada penderita yang mendapat

bronkospasme yang dicetuskan oleh aspirin. Tidak seperti aspirin, asetaminofen

tidak mengantagonis efek obat urikosurik; dapat diberikan bersama dengan

probenesid pada pengobatan gout (Katzung, B.G., 1998). Efek antipiretik dari

Aspirin

Demam terjadi jika “set point” pada pusat pengatur panas di hipotalamus anterior

meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh sintesis PGE2, yang dirangsang bila suatu

zat penghasil demam endogen (pirogen) seperti sitokin dilepaskan dari sel darah

putih yang diaktivasi oleh infeksi, hipersenitivitas, keganasan atau inflamasi.

Salisilat menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan jalan menghalangin

sintesa dan penglepasan PGE2. Aspirin mengembalikan “thermostat” kembali ke

normal dan cepat menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan meningkatkan

pengeluaran panas sebgai akibat vasodilatasi perifer dan berkeringat. Aspirin tidak

mempunyai efek pada suhu tubuh normal (Mycek, M. J., Harvey, R.A., Champe, P.

C.2001).

Penggunaan klinik: Pada antipiretik dan analgesic: Natrium salisilat, kolin salisilat

(dalam formula liquid), kolin magnesium salisilat dan aspirin digunakan sebagai

antipiretik dan analgesic pada pengobatan gout, demam rematik, dan atritis

rematoid. Umumnya mengobati kondisi-kondisi ini memerlukan analgesia termasuk

nyeri kepala, artralgia, dan mialgia (Mycek, M. J., Harvey, R.A., Champe, P. C.,

2001). Setelah hipotalamus mengeset suhu baru untuk tubuh kita, maka tubuh kita

akan bereaksi dan mulai melakukan pemanasan. Jadi setelah hipotalamus mengeset

pada suhu 38,9 derajat C misalnya, maka suhu tubuh kita yang tadinya 37 derajat C,

oleh tubuh kita akan dinaikkan menjadi 38,9 derajat C. Pada saat tubuh menuju ke

Page 15: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

suhu baru kita akan merasa menggigil. Kita dapat pula merasa sangat dingin

meskipun ruangan tidak dingin dan bahkan meskipun kita sudah memakai baju

tebal dan selimut. Jika tubuh sudah mencapai suhu barunya, katakanlah 38,9 derajat

C maka kita tidak akan merasa dingin lagi (Wibowo, S., 2006).

Banyak orangtua takut bahwa demam akan menyebabkan kerusakan otak.

Kerusakan otak dari demam umumnya tidak akan terjadi kecuali demam melebihi

42 derajat C. Kebanyakan orangtua juga takut bahwa demam yang tidak diobati

akan semakin tinggi dan semakin tinggi. Demam yang tidak diobati yang

disebabkan oleh infeksi jarang yang melebihi 40,6 derajat C kecuali anak tersebut

diberikan pakaian yang berlebihan atau terjebak dalam suatu tempat yang panas.

Thermostat di otak akan menghentikan demam agar tidak melebihi 41,1 derajat C

(Wibowo, S., 2006). Setelah penyebab yang menimbulkan demam lenyap, maka

hipotalamus akan mengeset semuanya kembali seperti sediakala. Pada saat obat

untuk radang tenggorokan kita sudah mulai bekerja misalnya, maka suhu tubuh kita

akan mulai turun dan kembali ke normal. Kita akan merasa hangat dan perlu

melepaskan panas yang berlebihan yang masih ada di tubuh. Kita akan berkeringat

dan ingin memakai pakairan yang lebih tipis (Wibowo, S., 2006).

Demam bukan suatu penyakit. Jauh dari sebagai musuh, demam adalah suatu

bagian penting dari pertahanan tubuh kita melawan infeksi. Banyak bayi dan anak-

anak menjadi demam tinggi oleh penyakit-penyakit virus ringan. Jadi demam

memberitahukan kepada kita bahwa suatu peperangan mungkin sedang terjadi di

dalam tubuh kita, demam berperang untuk kita, bukan untuk melawan kita

(Wibowo, S., 2006). Banyak bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada

manusia hidup subur pada suhu 37 derajat C. Meningkatkan suhu tubuh beberapa

derajat dapat membantu tubuh memenangkan pertempuran melawan bakteri dan

virus tadi. Selain itu demam akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk

membuat lebih banyak sel darah putih, antibodi dan zat-zat lain untuk melawan

infeksi (Wibowo, S., 2006). Banyak orangtua takut bahwa demam akan

menyebabkan kerusakan otak. Kerusakan otak dari demam umumnya tidak akan

terjadi kecuali demam melebihi 42 derajat C. Kebanyakan orangtua juga takut

Page 16: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

bahwa demam yang tidak diobati akan semakin tinggi dan semakin tinggi. Demam

yang tidak diobati yang disebabkan oleh infeksi jarang yang melebihi 40,6 derajat C

kecuali anak tersebut diberikan pakaian yang berlebihan atau terjebak dalam suatu

tempat yang panas. Thermostat di otak akan menghentikan demam agar tidak

melebihi 41,1 derajat C. Heatstroke atau hyperthermia tidak sama dengan demam,

oleh karena peningkatan suhu tubuh yang terjadi bukan disebabkan hipotalamus

menaikkan set pointnya. Ini dapat terjadi akibat berolahraga terlalu lelah tanpa

minum yang cukup atau terpapar dengan lingkungan yang panas, dan bisa juga

disebabkan oleh beberapa obat-obatan tertentu. Hyperthermia dapat membahayakan

jiwa (Wibowo, S., 2006). Demam yang tidak dapat dijelaskan yang berlangsung

selama beberapa hari atau beberapa minggu disebut dokter sebagai FUO (fever of

undetermined origin). Kebanyakan disebabkan oleh suatu infeksi yang tersembunyi

(Wibowo, S., 2006).Penyebab Umum :

1. • Infeksi virus dan bakteri;

2. Flu dan masuk angin;

3. Radang tenggorokan;

4. Infeksi telinga

5. Diare disebabkan bakterial atau diare disebabkan virus.

6. Bronkitis akut, Infeksi saluran kencing

7. Infeksi saluran pernafasan atas (seperti amandel, radang faring atau radang

laring)

8. Obat-obatan tertentu

9. Kadang-kadang disebabkan oleh masalah-masalah yang lebih serius seperti

pneumonia, radang usus buntu, TBC, dan radang selaput otak.

10. Demam dapat terjadi pada bayi yang diberi baju berlebihan pada musim panas

atau pada lingkungan yang panas.

Page 17: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

11. Penyebab-penyebab lain: penyakit rheumatoid, penyakit otoimun, Juvenile

rheumatoid arthritis, Lupus erythematosus, Periarteritis nodosa, infeksi HIV

dan AIDS, Inflammatory bowel disease, Regional enteritis, Ulcerative colitis,

Kanker, Leukemia, Neuroblastoma, penyakit Hodgkin, Non-Hodgkin's

lymphoma (Wibowo, S., 2006). Beberapa petunjuk untuk minum obat:

a. Acetaminophen (paracetamol) dan ibuprofen dapat mengurangi demam pada

anak dan dewasa. Beberapa merek dagang acetaminophen: Panadol,

Tempra, Sanmol, Praxion, dll. Beberapa merek dagang ibuprofen: Proris,

Rhelafen, Bufect, dll. Minum acetaminophen setiap 4 – 6 jam. Obat ini

bekerja cepat dengan cara menurunkan thermostat otak. Minum ibuprofen

setiap 6 – 8 jam. Seperti aspirin, ibuprofen membantu melawan peradangan

pada sumber demam. Kadang-kadang dokter menganjurkan anda untuk

menggunakan kedua macam obat ini bergantian. Sebenarnya hal ini belum

didukung data mengenai keamanan dan keefektifannya. Ibuprofen tidak

boleh dipakai untuk bayi denga usia kurang dari 6 bulan.

b Aspirin sangat efektif untuk mengobati demam pada orang dewasa.

JANGAN memberikan aspirin pada anak-anak.

c. Obat-obatan penurun panas tersedia dalam konsentrasi yang berbeda-beda,

jadi selalu perhatikan instruksi pada kemasan.

d. Jangan berikan obat-obatan apapun untuk menurunkan demam pada bayi

berusia 3 bulan ke bawah tanpa petunjuk dokter (Wibowo, S., 2006).

Batasan suhu normal Suhu normal rectal pada anak kurang dari 3 tahun

sampai 380C, sedangkan suhu normal oral (mulut) sampai 37,50C. Pada

anak berumur lebih dari 3 tahun suhu normal oral (mulut) sampai 37,20C,

sedangkan suhu normal rectal sampai 37,80 C. American Academy of

Pediatrics (AAP) menganjurkan bila anak berumur kurang dari 2 bulan

dengan suhu rectal lebih dari 37,90 C segera menghubungi dokter.

Demikian pula bila bayi berumur 3-6 bulan dengan suhu rectal lebih dari

38,30 C atau berumur lebih dari 6 bulan dengan suhu lebih dari 39,40 C

Page 18: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

secepatnya anak diperiksakan ke dokter (Hardaningsih, G., 2007).

Demam pada bayi yang masih sangat muda (bayi baru lahir sampai usia di

bawah 8 minggu) harus mendapat perhatian khusus, dan mungkin

membutuhkan perawatan rumah sakit untuk mencari penyebab demam

karena kemungkinan besar infeksi didapat dari proses persalinan, ataupun

penyebab lain. Pada anak usia berapa pun bila terdapat peningkatan suhu

tubuh lebih dari 40,5 0 C harus segera dibawa ke dokter (Hardaningsih, G.,

2007).

Pada anak berumur kurang dari 3 tahun, semakin tinggi demam semakin

serius penyebabnya. Bila anak tampak tidur berlebihan, kesadaran berubah,

menolak minum susu, iritabel, perubahan perilaku dan bicara, terdapat

gejala penyerta seperti gelisah, sakit kepala hebat kesulitan pernafasan, sakit

perut, mual muntah, timbul rash pada kulit, telinga mengeluarkan cairan

atau gejala lainnya yang tidak dapat dijelaskan segera menghubungi dokter

secepatnya. Semakin tampak sakit, semakin besar kemungkinan demam

berhubungan dengan proses infeksi berat (Hardaningsih, G., 2007).

Sebanyak 2 persen - 5 persen demam pada anak dapat mengakibatkan

kejang. Kejang demam merupakan salah satu keadaan yang serius dan

merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua atau orang yang

melihatnya (Hardaningsih, G., 2007)

Kejang demam didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang terjadi pada

kenaikan suhu tubuh (380C, rectal) biasanya terjadi pada bayi dan anak

antara umur 6 bulan dan 5 tahun yang disebabkan oleh proses ekstrakranium

(Hardaningsih, G., 2007).

Perhatian dan kewaspadaan khusus diberikan bila demam muncul kembali

pada anak yang pernah mengalami kejang demam, sehingga demam harus

segera diturunkan karena diperkirakan cepatnya peningkatan temperatur

menjadi pencetus untuk terjadinya kejang. (Hardaningsih, G., 2007).

Parasetamol (Asetaminofen) merupakan salah satu obat yang paling banyak

Page 19: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

digunakan sehari-hari. Obat ini berfungsi sebagai pereda nyeri dan penurun

panas. Setelah berpuluh tahun digunakan, parasetamol terbukti sebagai obat

yang aman dan efektif (Anonim, 2008)..

Tetapi, jika diminum dalam dosis berlebihan (overdosis), parasetamol dapat

menimbulkan kematian. Parasetamol dapat dijumpai di dalam berbagai

macam obat, baik sebagai bentuk tunggal atau berkombinasi dengan obat

lain, seperti misalnya obat flu dan batuk. Antidotum overdosis parasetamol

adalah N-asetilsistein (N-acetylcysteine, NAC). Antidotum ini efektif jika

diberikan dalam 8 jam setelah mengkonsumsi parasetamol dalam jumlah

besar. NAC juga dapat mencegah kerusakan hati jika diberikan lebih dini.

Overdosis parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati (Anonim, 2008).

Dampak Negatif demam:

Pertama, kemungkinan dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Ketika mengalami

demam, terjadi peningkatan penguapan cairan tubuh sehingga anak bisa kekurangan

cairan.  

Kedua, kekurangan oksigen. Saat demam, anak dengan penyakit paru-paru  atau

penyakit jantung-pembuluh darah bisa mengalami kekurangan oksigen sehingga

penyakit paru-parau atau kelainan jantungnya   infeksi saluran napas akut (Isakan

semakin berat.  

Ketiga, demam di atas 42 derajat selsius bisa menyebabkan kerusakan neurologis

(saraf), meskipun sangat jarang terjadi. Tidak ada bukti penelitian yang menunjukkan

terjadinya kerusakan neurologis bila demam di bawah 42 derajat selsius.  

Terakhir, anak di bawah usia 5 tahun (balita), terutama pada umur di antara 6 bulan

dan 3 tahun, berada dalam risiko kejang demam (febrile convulsions), khususnya

pada temperatur rektal di atas 40 derajat selsius. Kejang demam biasanya hilang

dengan sendirinya, dan tidak menyebabkan gangguan neurologis (kerusakan saraf).

Page 20: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

Demam seringkali disertai dengan gejala lain seperti sakit kepala, nafsu makan

menurun (anoreksia), lemas, dan nyeri otot. Sebagian besar di antaranya

berhubungan dengan zat penyebab demam tadi.

Page 21: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

SKEMA EFEK SAMPING OBAT ANALGESIK ANTIPERETIK

 

Page 22: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

III. PENGGOLONGAN OBAT

A. SALISILAT

Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah

analgesik antipiretikdan anti-inflamasi yang luas digunakan dan digolongkan

dalam obat bebas. Selain sebagai prototip, obat ini merupakan standar dalam

menilai efek obat sejenis.

Aspirin dosis terapi bekerja cepat dan efektif sebagai antipiretik. Dosis toksik obat

justru memperlihatkan efek piretik sehingga pada keracunan berat terjadi demam

dan hiperhidrosis. Pada penyakit demam reumatik aspirin masih belum dapat

digantikan oleh AINS yang lain dan masih dianggap sebagai standar dalam studi

perbandingan penyakit arthritis reumatoid.

Efek salisilat pada pernapasan penting dimengerti,karena pada gejala pernapasan

tercermin seriusnya gangguan keseimbangan asam basa dalam darah. Salisilat

merangsang pernapasan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada dosis

terapi salisilat mempertinggi konsumsi CO2. Efek terhadap asam basa, dalam

dosis terapi yang tinggi, salisilat menyebabkan peningkatan konsumsioksigen dan

produksi CO2 terutama di otot rangka karena perangsangan fosforilasi oksidatif.

CO2 yang dihasilkan selanjutnya mengakibatkan perangsangan pernapasan

sehingga CO2 dalam darah tidak meningkat.

Aspirin tidak boleh didiberikan pada pasien dengan kerusakan hati berat,

hipoprotrombinemia, defisiensi vitamin k dan hemophilia, sebab dapat

menimbulkan perdarahan. Salisilat dapat menurunkan fungsi ginjal pada pasien

Page 23: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

dengan hipofelimia atau gagal jantung. Perdarahan lambung berat dapat terjadi

pada dosis besar dan pemberian kronik. Pada pemberian oral sebagian salisilat

diabsorpsi dengan cepat dalam bentuk utuh di lambung, tetapi sebagian besar

diusus halus bagian atas. Kadar tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah waktu

pemberian. Kecepatan absorpsinya tergantung dari kecepatan disintegrasi dan

disolusi tablet, PH permukaan mukosa dan waktu pengosongan lambung.

Dosis salisilat untuk dewasa ialah 325 mg-650 mg, diberikan secara oral tiap 3 atau

4 jam. Untuk anak 15-20 mg/kgBB, diberikan tiap 4-6 ja. Berdasar asosiasi

penggunaan aspirin dengan sindroma Reye, aspirin dikontraindikasikan sebagai

antipiretik pada anak dibawah 12 tahun.

FARMAKODINAMIK;pada pemberian oral sebagian salisilat diabsorbsi dengan

cepat dalam bentuk utuh dilambung.tetapi sebagian besar diusus halus bagian

atas.Kadar tertinggi dicapai kira kira 2 jam setelah pemberian.Kecepatan

absorbsinya tergantung dari kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet,pH

permukaan mukosa dan waktu pengosongan lambung.Absorbsi pada pemberian

secara rectal lebih lambat dan tidak sempurna sehingga cara ini tidak

dianjurkan.Asam salisilat diabsorbsi cepat oada kulit sehat,bila dipakai sebagai obat

gosok dan salepMetil salosilat juga diabsorbsidengan cepat melalui kulit utuh,tetapi

penyerapan dilambung lambat dan lama bertahan dilambung.oleh karna itu bila

terjadi keracunan,bilas lambung masih berguna walaupun obat sudah tertelan

selama 4jam.Setelah diabsorbsi salisilat segera menyebar keseluruh jaringan tubuh

dan cairan transseluler sehingga ditemukan dalam cairan sinovial,cairan

spinal,cairan peritoneal,liur dan air susu.Obat ini mudah menembus sawar darah

otak dan sawar uri.Kira kira 80% sampai 90% salisilat plasma terikat pada

albumin.Aspirin diserap dalam bentuk utuh dihidrolisis menjadi asam

salisilatterutama dalam hati,sehingga hanya kira kira 30menit terdapat dalam

plasma. Biotransformasi salisilat terjadi dibanyak jaringan terutama dimikrosom

dan mitokondria hati.Salisilat di ekskresi dalam bentuk metabolitnya terutama

melalui ginjal,sebagian kecil melalui keringat dan empedu.

SEDIAAN;Aspirin(asam asetil salisilat)dan natrium salisilat merupakan sediaan

Page 24: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

yang paling banyak digunakan.Aspirin tersedia dalam bentuk tablet 100mg untuk

anak anak dan tablet 500mg untuk dewasa.Metil salisilat (minyak

wintergreen)hanya untuk obat luar dengan dosis terapi sebagai counter iritan.Asam

salisilat dalam bentuk bubuk digunakan sebagai keratolitik dengan dosis tergantung

dari penyakit yang diobati.

INDIKASI ANTIPIRESIS;.Dosis salisilat untuk dewasa ialah 325mg-

650ng,diberikan secara oral tiap 3atau 4 jam.untuk anak 15-20 mg/kgBB,diberikan

tiap 4-6 jam dengan dosis total tidak melebihi 3,6 g per hari.ANALGESIK;Untuk

mengobati nyeri yang tidak spesifik seperti sakit kepala,nyeri sendi,nyeri

haid,neuralgia dan mialgia.Dosis sama seperti penggunaan pada

antipiresis.DEMAM REUMATIK AKUT;dalam waktu 24-48 jam setelah

pemberian obat yang cukup terjadi pengurangan

nyeri,kekakuan,pembengkakan,rasa panas dan memerahnya jaringan setempat.Suhu

badan menurun dan penderita merasa lebih enak.Dosis untuk dewasa 5-8 g

perhari.diberikan 1 gram perkali.Dosis untuk anak 100-125

mg/kgBB/hari,diberikan tiap 4-6 jam,selama seminggu,Setelah itu tiap minggu

dosis berangsur diturunkan sampai 60mg/kgBB/hari.ARTRITIS

REUMATOID;walaupun telah banyak ditemukan.salisilat masih banyak

digunakan.Dosisnya 4-6 g/hari,tetapi dosis 3 gram sehari kadang cukup

memuaskan.Penggunaan lain aspirin digunakan untuk mencegah thrombus coroner

dan thrombus vena dalam berdasarkan efek penghambatan agregasi

trombosit.laporan menunjukkan bahwa dosis aspirin kecil (325 mg/hari) yang

diminum tiap hari dapat mengurangi insiden infrak miokard akut dan kematian pada

penderita angina tidak stabil.

INTOKSIKASI. Salisilat sering digunakan untuk mengobati segala keluhan tak

berarti sehingga banyaj terjadi penggunasalahan (misuse) atau penyalahgunaan

(abuse) obat bebas ini.

Keracunan salisilat yang berat dapat menyebabkan kematian, tetapi umumnya

keracunan salisilat bersifat ringan. Metil-salisilat jauh lebih toksik daripada

Page 25: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

natrium-salisilat dan intoksinasinya sering terjadi pada anak-anak. Empat milimeter

Metil-salisilat dapat menyebabkan kematian pada anak.

Salisilismus mirip sinkonismus dengan gejala nyeri kepala, pusing, tinitus,

gangguan pendengaran, penglihatan kabur, rasa bingung, lemas, rasa kantuk,

banyak keringat, haus, mual, muntah dan kadang-kadang diare.Pada intoksikasi

yang lebih berat gejala SSP menjadi lebih jelas disertai timbulnya kegelisahan,

iritatif, inkoherensi, rasa cemas, vertigo, tremor, diplopia, delirium yang maniakal,

halusinasi, konvulsi umum dan koma. Juga terjadi erupsi kulit, dan gangguan

keseimbangan asam basa.

Suatu eksantem berupa pestula akneiform, yang mirip eksantem pada bromismus,

dapat timbul jika terapi salisilat lebih dari seminggu. Salisilat juga dapat

menimbulkan kelainan kulit berupa eritem, eksantem skalatiniform, pruritus,

eksantem ekzamatoid atau deskuamasi. Yang jarang terjadi adalah eksantem berupa

bula atau purpura.

Gangguan keseimbangan asam basa dan gangguan elektrolit plasma diduga

berdasarkan pengaruh salisilat terhadap SSP, sehingga timbul hiperventilasi sentral

yang mengakibatkan alkalosis respirator. Alkalosis ini bisa hebat hingga

timbulgejala tetani disertai perubahan EKG yang khas. Ginjal kemudian

mengadakan kompensasi untuk memperkecil bahaya akibat kehilangan CO2 dengan

mengeluarkan kation sehingga pH serum menurun. Tetapi terjadinya asidosis ini

tergantung dari hebat dan lamanya hiperventilasi, kegagalan pernapasan dan

pengaruh kompensasi oleh ginjal. Dugaan bahwa asidosis metabolik ini

berdasarkan gangguan metabolisme karbohidrat, diperkuat dengan ditemukannya

hipoglikemia dan ketosis pada beberapa penderita.

Gejala demam sangat mencolok terutama pada anak. Dehidrasi dapat terjadi karena

hiperhydrosis, muntah dan hiperventilasi. Sering timbul gejala saluran cerna

misalnya rasa tidk enak di epigastrium, mual, muntah, anoreksia dan kadang-

kadang nyeri perut. Gejala ini timbul sama seringnya, baik pada pemberian natrium

salisilat IV atau oral. Jelaslah bahwa gejala ini timbul secara sentral, tidak

Page 26: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

disebabkan oleh iritasi lokal pada mukosa lambung. Umumnya 50% penderuta pada

konsentrasi salisilat dalam darah melebihi 300 mog/ml akan mengalami mual.

Gejala saluran cerna lebih menonjol pada intoksikasi asam salisilat.

Kadang-kadang terjadi perdarahan yang sering ditemukan berupa petekia pada

autopsi mayat penderita yang mati karena intoksikasi salisilat. Salisilat dapat

menyebabkan purpura trombositopenik sekunder, walaupun sangat jarang.

Stimulasi sentral pada intoksikasi berat akan disusul oleh depresi SSP dengan

gejala sopor dan koma. Akhirnya terjadi kolaps kardiovaskular dan insufisiensi

pernafasan, kadang-kadang timbul konvulsi akibat asfiksia pada stadium terminal.

Kematian biasanya disebabkan oleh kegagalan penafasan. Bau khas dapat tercium

dari hawa napas, urin dan muntahan penderita.

Terapi intoksikasi mencakup bilas lambung dan koreksi gangguan cairan dan

elektrolit. Bilas lambung dilakukan untuk mengeluarkan semua obat yang ditelan.

Pada intoksikasi metil salisilat tindakan ini dilakukan sampai tidak tercium bau

minyak wintergreen dalam cairan bilasan. Untuk mengatasi demam, kulit diusap

dengan alkohol.

B. SALISILAMID

Salisilamid adalah amida asam salisilat yang memperlihatkan efek analgetik

antipiretik mirip asetosal , walaupun dalam badan tidak diubah menjadi salisilat.

Efek analgetik entipiretik salisilamid lebih lemah dari salisilat.

Salisilamid adalah amida asam salisifat yang memperlihatkan efek analgetik dan

antipiretik mirip aseotosal, walaupun dalam badan salisamid tudak diubah menjadi

salisilat. Efek analgesik antipiretik salisilamid lebih lemah dari salisilad, karena

salisilamid dalam mukosa usus mengalami metabolisme lintas pertama, sehingga

hanya sebagian salisilamid yang diberikan masuk sirkulasi sebagai zat aktif. Obat

ini mudah di absorpsi usus dan cepat didistrinusi kejaringan. Obat ini menghambat

gluklonidasi dan obat analgesik lain di hati misalnya salisifat dan asetaminofen,

Page 27: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

sehingga pemberian bersama dapat meningkatkan efek terapi dan toksisitas obat

tersebut. Salisilamid dijual bebas dalam bentuk obat tunggal atau kombinasi tetap.

Dosisi analgesik antipiretik untuk orang dewasa 3-4 kali 300-600 mg sehari, untuk

anak 65 mg/kg BB/hari diberikan 6 kali/hari. Untuk febris reumatik diperlukan

dosis oral 3-6 kali 2 g sehari.

DIFLUNISAL

Oabat ini merupakan derivat difluorofenil dari asam salisilat, tetapi vivo tidak

diubah menjadi asam salisilat. Bersifat analgesik dan anti-inflamasi tetapi hampir

tidak bersifat antipiretik. Setelah pemberian oral, kadar puncak dicapai dalam 2-3

jam. Sembilan puluh sembilan persen diflunisal terikat albumin plasma dan waktu

paruh berkisar 8-12 jam. Indikasi diflunisal hanya sebagai analgesik ringan sampai

dengan dosis awal 500 mg disusul 250-500 mg tiap 8-12 jam. Untuk osteo artritis

dosis awal 2 kali 250-500 mg dengan dosis penunjang tidak lebih dari 1,5 gram

sehari. Efek sampingnya lebih ringan dari asetosal dan tidak menyebabkan

gangguan pendengaran.

C. PARA AMINOFENOL

Paracetamol/acetaminophen

Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah

menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak

digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik.

Page 28: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong.

Dalam sediaannya sering dikombinasi dengan cofein yang berfungsi meningkatkan

efektivitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.

Derivat para aminovenol adalah fenasetin dan asetaminofen. Efek antipiretik

ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Fenasetin tidak digunakan lagi dalam

pengobatan karena penggunaannya dikaitkan terjadinya analgesic nefropati, anemia

hemolitik dan mungkin kanker kandung kemih. Asetaminofen lebih dikenal dengan

nama parasetamol. Di Indonesia parasetamol digunakan sebagai analgesic

antipiretik. Efek analgesic parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan

/ mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh

dengan mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Jika

dalam dosis terapi tidak member manfaat , biasanya dosis besar tidak menolong.

Karena hamper tidak mengiritasi lambung, parasetamol sering dikombinasi dengan

AINS untuk efek analgesik.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paracetamol mungkin bermanfaat

melindungi arteri dari perubahan yang mengarah pada pengerasan pembuluh darah,

yang dapat menyebabkan stroke, serangan jantung atau penyakit kardiovaskuler.

Hal ini karena paracetamol dapat mencegah proses pembentukan plak arteri dengan

menghambat oksidasi LDL (kolesterol buruk). Beberapa bukti lain menunjukkan

paracetamol mungkin juga bermanfaat melindungi terhadap kanker ovarium.

Paracetamol direkomendasikan untuk pasien yang kontraindikasi NSAID (obat

anti-inflamasi non-steroid), termasuk mereka yang memiliki asma atau tukak

lambung/maag dan mereka yang sensitif terhadap aspirin. Namun, paracetamol

tidak memiliki sifat anti-inflamasi sehingga tidak berguna untuk mengurangi

peradangan atau pembengkakan pada kulit atau sendi.

Derivat para amino fenol yaitu fanasetin dan asetaminofen dapat dilihat

setrukturnya pada gambar 15-4. asetaminofen (parasetamol) merupakan metabolit

Page 29: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

fanasetin dengan efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893.

Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia

lebih dikenal dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas. Walau

demikian, laporan kerusakan fatal hepar akibat overdosis akut perlu diperhatikan.

Tetapi perlu diperhatikan, pemakai mapun dokter bahwa efek anti-inflamasi

parasetamol hampir tidak ada.

Asetaminoten Fenasetin

Gambar 15-4. rumus bangun asetamenofen dan fenasetin

FARMAKODINAMIK. Efek analgesik parasetamol dan fenasetin serupa dengan

salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang.

Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berupa

efek sentral seperti salisilat.

Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol dan fanasetik

tidak digunakan sebagai anti reumatik. Parasetamol merupakan penghambat

biosintesisi PG yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak

terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernapasan keseimbangan asam

basa.

FARMAKOKINETIK. Parasetamol dan fanasetin diarbsorpsi cepat dan sempurna

melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½

jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan

tubuh. Dalam plasma 25% parasetamol dan 30% fanasetin terikat protein plasma.

Kedua obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian asetaminofen

NHCOCH3

OC2H5

NHCOCH3

OH

Page 30: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

(80%) dikonjugasi oleh asam glukuronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam

sulfat. Selain itu kedua obat ini juga dapat menglami hidroksilasi. Metabolit hasil

hedroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit.

Kedua obat ini diekskresi malalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%)

dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.

INDIKASI. Di Indonesia pengguna parasetamol sebagaianalgesik dan antipiretik,

telah menggantikan penggunaan slisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya

tidak diberikan terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan nefropati analgesik.

Jika dosis terapi tidak memberikan manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak

menolong. Penggunaannya sebagai peredam demam tidak seluas penggunaannya

sebagai analgesik.

SEDIAAN DAN POSOLOGI. Parasetamol tersedia sebagai obat tunggal,

berbentuk tablet 500 mg atau sirup yang mengandung 120 mg/5 ml. Selain itu

parasetamol terdapat sebagai sediaan kombinasi tetap, dalam bentuk tablet maupun

cairan. Dosis parasetamol untuk dewasa 300 mg – 1 g per kali, dengan maksimum 4

g per hari; untuk anak 6-12 tahun : 150-300 mg per kali, dengan maksimum 1,2

g/hari. Untuk anak 1-6 tahun : 60-120 mg/kali dan bayi di bawah umur 1 tahun : 60

mg/kali; pada keduanya diberikan maksimum 6 kali sehari.

EFEK SAMPING. Reaksi alergi terhadap derivbat para-aminofenol jarang terjadi.

Manifestasinya berupa eritem atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa

demam dan lesi pada mukosa.

Fanasetin dapat menyebabkan anemia hemolitik, terutama pada pemakaian kronik.

Anemia hemolitik dapat terjadi berdasarkan mekanisme autoimum, defisiensi enzim

G6PD dan adanya metabolit yang abnmormal.

Methemoglobinemia dan sulfhemoglobinemia jarang menimbulkan masalah pada

dosis terapi, karena hanya kira-kira 1-3% Hb diubah menjadi met-Hb.

Methemoglobinemia baru merupakan masalah pada takar lajak.

Page 31: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

Insiden nefropati analgesik berbanding lurus dengan penggunaan fanasetin. Tetapi

karena fanasetin jarang digunakan sebagai obat tunggal, hubungan sebab akibat

sulit disimpulkan. Eksperimen pada hewan coba menunjukkan bahwa gangguan

ginjal lebih mudah terjadi akibat asetosal daripada fanasetin. Penggunaan semua

jenis analgesik dosis besar secara menahun terutama dalam kombinasi dapat

menyebabkan nefropati analgesik.

Toksitasi akut. Akibat dosis toksik yang paling serius ialah nekrosis hati. Nekrosis

tubuli renalis serta koma hipoglikemik dapat juga terjadi. Hepatotolsisitas dapat

terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 gram (200-250 mg/kgBB) parasetamol.

Gejala pada hari pertama kerasunan akut parasetamol belum mencerminkan bahaya

yang megancam. Anoreksi, mual dan muntah serta sakit perut terjadi selama 24 jam

pertamam dan dapat terjadi selama seminggu atau lebih. Gangguan hepar dapat

terajadi pada hari ke dua, dengan gejala peningkatan aktivitas serum transminase,

laktat dehidrogenase, kadar bilirubin serta pemanjangan masa protrombin. Aktivitas

alkali fosfatase dan kadar albumin serum tetap normal. Kerusakan hati dapat

menyebabkan ensefalopati, koma dan kematian. Kerusakan hati yang tidak berat

pulih dalam beberapa minggu atau beberapa bulan.

Masa paruh parasetamol pada hari pertama keracucnan merupakan petunjuk

beratnya keracunan. Masa paruh lebih dari 4 jam merupakan petunjuk akan

terjadinya nekrosis hati dan masa paruh lebih dari 12 jam meramalkan akan

terjadinya koma hepatik. Penentuan kadar parasetamolsesaat kurang peka untuk

meramalkan terjadinya kerusakan hati. Kerusakan ini tidak hanya disebabkan oleh

parasetamol, tetapi juga oleh radikal bebas, metabolit yang sangat reaktif yang

berikatan secara kovalen dengan makro molekul vital sel hati. Maka dari itu

hepatotoksisitas meningkat pada penderita yang juga mendapat barbiturat,

antikonvulsi lain atau pada alkoholik yang kronis. Kerusakan yang timbul berupa

nekrosis sentrilobularis. Keracunan akut ini biasanya diobati secara sintomatik dan

suportif, tetapi pemberian senyawa shulfhidril tampaknya dapat bermanfaat, yaitu

Page 32: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

dengan memperbaiki cadangan glutation hati. N-aetilsistein cukup efektif bila

diberikan per oral diberikan setelah minum dosis parasetamol.

Efek paracetamol

Tubuh menyerap paracetamol dengan cepat. Paracetamol dalam bentuk larutan

lebih cepat diserap daripada tablet padat. Efek paracetamol biasanya akan mencapai

puncaknya antara setengah jam sampai dua jam setelah konsumsi, dengan efek

analgesik berlangsung selama sekitar empat jam. Setelah itu, paracetamol akan

dikeluarkan dari tubuh.

Paracetamol aman untuk ibu hamil. Lembaga pengawasan obat AS (FDA)

menetapkan kategori B untuk penggunaan paracetamol pada masa kehamilan.

Artinya, penelitian pada reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko terhadap janin

atau studi pada reproduksi hewan telah menunjukkan dampak buruk yang tidak

dikonfirmasi dalam studi terkontrol pada wanita hamil di   trimester   pertama (dan

tidak ada bukti risiko pada trimester berikutnya).

Paracetamol aman untuk ibu menyusui. Sebuah studi menemukan bahwa dosis

puncak paracetamol dalam ASI dicapai setelah satu sampai dua jam sang ibu

mengambilnya secara oral. Dengan asumsi bayi menelan susu 90 ml pada 3, 6, dan

9 jam setelah konsumsi paracetamol ibunya, jumlah paracetamol yang tersedia

untuk konsumsi kurang dari 0,23% dari dosis ibu. American Academy of Pediatrics

mengklasifikasikan paracetamol sebagai obat yang “biasanya aman untuk ibu

menyusui”.

D. PIRAZOLON DAN DERIVATNYA

Dalam kelompok ini termasuk dipiron, fenilbutazon , oksivenbutazon, antipirin,

dan aminopirin.

Page 33: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

ANTIPIRIN, AMINOPIRIN, DAN DIPIRON

Antipirin (fenazon) adalah 5-okso-1-fenil-2,3-dimetilpirazolidin. Aminopirin

(amidopirin) adalah derivat 4-dimetilamino dari antipirin ( lihat gambar 15-5 ).

Dipiron adalah derivat metansulfonat dari aminopirin yang larut baik dalam air

dan dapat diberikan secara suntikan.

Antipirin Aminopirin

Gambar 15-5. rumus bangun antipirin dan aminopirin

Indikasi. Saat ini dipiron hanya digunakan sebagai analgesik-antipiretik karena

efek anti-inflamasinya lemah. Sedangkan antipirin dan aminopirin tidak

digunakan lagi karena lebih toksik daripada dipiron. Karena keamanan obat ini

diragukan, sebaiknya dipiron hanya diberikan bila dibutuhkan analgesik-

antipiretik suntikan atau bila pasien tidak tahan analgesik-antipiretik yang lebih

aman. Pada beberapa kasus penyakit Hodgkin periarteritis nodosa, dipiron

merupakan obat yang masih dapat digunakan untuk merdakan demam yang sukar

diatasi oleh obat lain. Dosis untuk dipiron ialah Tiga kali 0,3-1 gram sehari.

Dipiron tersedia dalam bentuk tablet 500 mg dan larutan obat suntik yang

mengandung 500 mg/ml.

Efek samping dan intoksikasi. Semua derivar pirazolon dapat menyebabkan

agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia. Di beberapa negara

N

N

C

O

CH3

C

CCH3

(CH3)2 N

N

N

C

O

CH3

HC

CCH3

Page 34: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

Amerika Serikat, efek samping ini banyak terjadi dan berskifat fatal, sehingga

pemakaiannya sangat dibatasi atau dilarang sama sekali. Di Indonesia frekuensi

pemakaian dipiron cukup tinggi dan agranulositosis telah dilaporkan pada

pemakaian obat ini, tetapi belum ada data tentang angka kejadiannya. Kesan

bahwa orang Indonesia tahan terhadap dipiron tidak dapat diterima begitu saja

mengingat sistem pelaporan data efek samping belum memadai sehingga mungkin

kematian oleh agranulositosis tercatat sebagai akibat penyakit infeksi. Maka pada

pemakaian dipiron jangka panjang, harus diperhatikan kemungkinan diskrasia

darah ini. Dipiron juga dapat menimbulkan hemolisis, undem, tremor, mual dan

muntah, perdarahan lambung dan anuria.

Aminopirin, tidak lagi diizinkan beredar di Indonesia sejak tahun 1977 atas dasar

kemungkinan membentuk nitrosamin yang bersifat karsinogenik.

FENILBUTAZON DAN OKSIFENBUTAZON

Fenilbutazon adalah 3, 5 – diokso – 1, 2 – difenil – 4 – butilpirazolidin dan

oksifenbutazon adalah derivat oksifenilnya (Gambar 15. 6). Fenilbutazon

digunakan untuk mengobati artritis reumatoid dan sejenisnya sejak tahun 1949,

kemudian secara berturutan ditemukan turunan fenilbutazon lainya yaitu

oksifenbutazon sulfinbutazon dan ketofenilbutazon.

Gambar 15-6. rumus bangun fenilbutazon

Farmakodinamik. Efek anti –inflamasi fenilbutazon untuk penyakit artristis

reumatoid dan sejenisnya sama kuat dengan salisilat, tetapi efek toksiknya

N

N

CH3CH2CH2CH2

Page 35: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

berbeda. Efek analgesik terhadap nyeri yang sebabnya nonreumatik lebih lemah

dari salisilat. Walaupun memperlihatkan efek analgesik – antipiretik, fenilbutazon

tidak digunakan sebagai antipiretik dan analgetik karena toksisitasnya.

Fenilbutazon memperlihatkan efek urikosurik ringan dengan menghambat

reabsorpsi asam urat melalui tubuli. Dosis kecil mengurangi sekresi asam urat

oleh tubuli. Sulfinpirazon, efek urikosuriknya lebih kuat sehingga digunakan

untuk mengobati penyakit pirai (gout) kronik.

Fenilbutazon menyebabkan retensi natrium dan klorida yang nyata, disertai

dengan pengurangan diuresis dan dapat menimbulkan udem. Pertambahan volume

plasma dapat mencapai 50 % sehingga dapat terjadi payah jantung.

Farmakokinetik. Fenilbutazon diabsorpsi dengan cepat dan sempurna pada

pemberian per oral. Kadar tertinggi dicapai dalam waktu 2 jam. Dalam dosis

terapi, 98 % fenilbutazon terikat pada protein plasma, bila kadar lebih tinggi

pengikatan dengan plasma protein mungkin hanya 90 %. Waktu paruh

fenilbutazon 50 – 65 jam.

Biotransformasi fenilbutazon oleh sistem mikrosom hati menghasilkan

oksifenbutazon dan gama – hidroksi – fenilbutazon. Oksifenbutazon juga

memperlihatkan efek antireumatik, retensi air dan garam; afinitasnya pada protein

plasma sama dengan fenilbutazon, dan masa paruhnya beberapa hari.

Fenilbutazon dan oksifenbutazon diekskresi melalui ginjal secara lambat, karena

ikatanya dengan protein plasma membatasi filtrasi glomerulus. Selain itu pKa

kedua obat ini relatif tinggi sehingga zat – zat tersebut banyak direabsorpsi di

tubuli distal. Hanya kira – kira 4 % fenilbutazon diekskresi dalam bentuk asal.

Interaksi obat. Karena afinitasnya terhadap protein plasma lebih kuat dari pada

obat lain, maka fenilbutazon dan oksifenbutazon dapat menggeser obat lain dari

ikatanya dengan protein. Obat – obat yang dapat mengalami pergeseranikatan

protein ini ialah antikoagulan oral, hipoglikemik oral, sulfonamid dan beberapa

Page 36: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

obat anti – inflamasi lain. Pemakaian fenilbutazon dan oksifenbutazon bersama

dengan antikaogulan oral dan hipoglikemik oral haruslah diawasi secara ketat.

Sediaan. Fenilbutazon tersedia sebagai tablet bersalut gula 100 mg dan 200 mg.

Juga ada dalam bentuk suntikan. Oksifenbutazon tersedia dalam bentuk tablet 100

mg.

Indikasi. Dalam klinik fenilbutazon dan oksifenbutazon digunakan untuk

mengobati penyakit pirai (gout) akut, artritis reumatoid dan gangguan sendi otot

lainya misalnya spondilitis ankilosa, osteoartritis. Karena toksisitasnya,

fenilbutazon dan oksifenbutazon hanya digunakan bila obat lain yang lebih aman

tidak efektif lagi.

Pada penyakit pirai akut diberikan 800 mg/hari selama dua hari atau hari pertama

800mg/hari, disusul 300mg/hari untuk 3 hari berikutnya. Boleh juga diberikan

dosis awal 400 mg, disusul 100 mg tiap 4 jam sampai gejala inflamasi berkurang.

Alternatif lain, pada hari pertama diberikan 3 atau 4 kali 200 mg, disusul dosis

yang lebih kecil untuk 2 atau 3 hari. Pengobatan ini hendaknya diberikan tidak

lebih dari 7 hari.

Dosis untuk artritis reumatoid ialah 3 – 4 kali 100 mg/hari, diberikan selama

seminggu. Bila dosis penunjang sebesar 100 – 200 mg/hari mencukupi,

pengobatan dapat diberikan dalam jangka lebih lama dengan pengawasan.

Pemakaian jangka lama hendaknya dihindari.

Efek nonterapi. Alergi terhadap fenilbutazon dan oksifenbutazon sering terjadi

berupa reaksi kulit seperti urtikaria, udem angioneurotik, eritema eksfolaitiva dan

lain – lain. Juga dapat terjadi anemia aplastik, agranulositosis, leukopenia,

trombosito – penia, nefritis, hepatitis, dan stomatitis ulseratif.

Kedua obat ini mengiritasi lambung cukup kuat sehingga sering menimbulkan

keluhan pada epigastrium, bahkan dapat menyebabkan korosi lambung, tukak

lambung akut atau kronik dan perdarahan lambung. Efek samping lain seperti

vertigo, insomnia, eurofi, hematuria dan pengelihatan kabur pernah dilaporkan.

Page 37: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

Intoksikasi fenilbutazon atau oksifenbutazon dapat menimbulkan koma, trimus,

kejang tonik dan klonik, syok, asidosis, metabolik, depresi sumsum tulang,

proteinuria, hematuria, oliguria, gagal ginjal dan ikterus hepatoselular.

Kontraindikasi. Fenilbutazon dan oksifenbutazon dikontraindikasi pada

penderita dengan hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan gangguan

fungsi hati sehubungan dengan sifatnya yang menyebabkan retensi air dan

natrium. Juga pada penderita dengan riwayat tukak peptik dan alergi terhadap

kedua obat.

IV. MEKANISME KERJA OBAT ( FARMAKODINAMIKA )

Mekanisme kerja yang berhubungan dengan system biosintesis Prostaglandin (PG) mulai

dilaporkan pada tahun 1971 yang memperlihatkan secara in vitro bahwa dosis rendah

aspirin dan indometasin menghambat produksi enzimatik Prostaglandin (PG).

Prostaglandin akan meningkat bila sel mengalami kerusakan. Walaupun in vitro obat

AINS diketahui menghambat berbagai reaksi biokimiawi lainnya, hubungannya dengan

efek analgesik, antipiretik dan antiinflamasinya belum jelas.

Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam

arakhidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan

kekuatan dan selektivitas yang berbeda. Enzim siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform

disebut COX-1 dan COX-2. Kedua isoform tersebut dikode oleh gen yang berbeda dan

ekspresinya bersifat unik. Secara garis besar COX-1 esensial dalam pemeliharaan

berbagai fungsi dalam kondisi normal di berbagai jaringan khususnya ginjal, saluran

cerna dan trombosit. Di mukosa lambung, aktivasi COX-1 menghasilkan prostasiklin

yang bersifat sitoprotektif. Siklooksigenase-2 semula diduga diinduksi berbagai stimulus

inflamatoar, termasuk sitokin, endotoksin dan faktor pertumbuhan (growth factors).

Page 38: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

Ternyata COX-2 juga mempunyai fungsi fisiologis yaitu di ginjal, jaringan vaskulardan

pada proses perbaikan jaringan.

Aspirin 166b kali lebih kuat menghambat COX-1 daripada COX-2. Penghambat COX-2

dikembangkan dalam mencari penghambat COX untuk pengobatan inflamasi dan nyeri

yang kurang menyebabkan toksisitas saluran cerna dan perdarahan.

Khusus parasetamol, hambatan biosintesis PG hanya terjadi bila lingkungannya rendah

kadar peroksid yaitu di hipotalamus. Parasetamol diduga menghambat isoenzim COX-3,

suatu variant dari COX-1. COX-3 ini hanya terdapat di otak. Aspirin sendiri

menghambat dengan mengasetilasi gugus aktiv serin 530 dari COX-1 trombosit sangat

rentan terhadap enzim karena trombosit tidak mampu mensintesis enzim baru. Dosis

tunggal aspirin 40 mg sehari cukup untuk menghambat siklooksigenase trombosit

manusia selama masa hidup trombosit, yaitu 8-11 hari. Ini berarti bahwa pembentukan

trombosit kira-kira 10% sehari. Untuk fungsi pembekuan darah 205 aktivitas

siklooksigenase mencukupi sehingga pembekuan darah tetap dapat berlangsung.

Semua obat mirip-aspirin bersifat antipiretik, analgesik, dan antiinflamasi. Ada perbedaan

aktivitas di antara obat-obat tersebut, misalnya parasetamol (asetaminofen) bersifat

antipiretik dan analgesik tetapi sifat antiinflamasinya lemah sekali.

Sebagai antipiretik, obat mirip-aspirin akan menurunkan suhu badan dalam keadaan

demam. Walaupun kebanyakan obat ini memperlihatkan efek antipiretik in vitro, tidak

semuanya berguna sebagai antipiretik karena sifat toksik bila digunakan secara rutin atau

terlalu lama. Ini berkaitan dengan hipotesis bahwa COX yang ada di sentral otak terutama

COX-3 dimana hanya parasetamol dan beberapa obat AINS lainnya dapat menghambat.

Fenilbutazon dan antireumatik lainnya tidak dibenarkan digunakan sebagai antipiretik

atas alasan tersebut.

menghambat enzim siklooksigenase (COX 2), dapat memproduksi leukotrien, sehingga

produksi prostaglandin turun, jumlah prostaglandin turun sehingga set point mengatur

suhu tubuh. Obat: paracetamol, peroksikam, fenilbutazon, diklofenak, ibuprofen

(neoremasil), metamizol (antalgin), asetosal (aspirin), indometasin, dan naproxen.

Kenapa punya efek terhadap terhadap lambung? karena dapat menurunkan jumlah

Page 39: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

prostaglandin sehingga menurunkan sekresi mukus. Yang mempunyai masalah dengan

lambung sebaiknya minum obat parasetamol saja.

Hal-hal penting yang terkait dengan obat analgetik/antipiretik adalah:

1. Efek samping penggunaan NSAID: gangguan lambung, gangguan kulit, dan gangguan

darah pada pembekuan darah.

2. Penggunaan paracetamol yang lama/berlebih dapat menyebabkan hepatotoksik.

3. Efek antiagregasi pada penggunaan aspirin dapat dipakai sebagai obat kardiovaskular.

4. Pada asetosal dapat menyebabkan pseudoalergi (aspirin asma).

5. Hati-hati penggunaan NSAID yang lama karena dapat menyebabkan penurunan renal

blood flow, menyebabkan gagal ginjal. Asam arachidonat apabila dihambat oleh

siklooksigenase, akan melewati jalur lipooksigenase sehingga mempengaruhi

leukotrien. Apabila mempengaruhi pada saluran nafas akan menyebabkan asma.

Inhibitor siklooksigenase (COX 2)

• 2 jenis isoenzim siklooksigenase: COX 1 dan COX 2.• COX 1: ada di seluruh

tubuh. COX 2: hanya terdapat di daerah inflamasi. Di induksi oleh enzim penyebab

inflamasi.Dampak:

• Inhibitor COX 1: semua efek akibat hambatan prostaglandin terjadi diantaranya

analgesik/antiinflamasi, tukak lambung,hipoksia ginjal, dll.

• Inhibitor COX 2: efek hambatan prostaglandin terjadi pada daerah inflamasi. Obat:

colecoxib, rofecoxib, veldecoxib, lumiracoxib. Informasi terbaru: hati-hati terhadap

efek kardiovaskular.Pengembangan obat: menurunkan efek samping terhadap tukak

lambung dan ginjal. DEMAM.Suhu tubuh diatur oleh keseimbangan antara

produksi dan hilangnya panas.Alat pengatur suhu tubuh berada di hipotalamus.Pada

keadaan demam keseimbangan ini terganggu tetapi dapat dikembalikan kenormal

oleh obat mirip aspirin,ada bukti bahwa peningkata suhu tubuh pada keadaan

patologik diawali penglepasa n suatu zat pirogen endogen atau sitokin seperti

interleukin -1(IL-1) yang memacu penglepasa PG yang berlebihan didaerah

preoptik hipotalamus.Selain itu PGE2 terbukti menimbulkan demam setelah

diinfuskan ke ventrikel serebral atau disuntikkan kedaerah hipotalamus.Obat mirip

aspirin menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesis PG .tetapi

Page 40: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

demam yang timbul akibat pemberian PG tidak dipengaruhi.demikian pula

peningkatan suhu oleh sebab lain seperti latihan fisik.

V. ANALGESIK ANTIPIRETIK ANTI-INFLAMASI NON STEROID LAINNYA

Beberapa AINS dibawah ini bersifat anti inflamasi,analgesic dan antipiretik.Efek

antipiretiknya baru terlihat pada dosis yang lebih besar daripada efek analgesiknya.AINS

lebih toksik daripada analgesic klasik.Beberapa obat yang termasuk AINS yang bisa

digunakan dalam pengobata antipiretik yaitu:

ASAM MEFENAMAT METKLOFENAMAT

Asam mefenamat digunakan sebagai analgetik,anti inflamasi dan antipiretik tapi kurang

efektif dibandingkan aspirin.meklofenamat digunakan sebagai obat inflamasi pada terap

arthritis rheumatoid dan osteoarthritis.Asam mefenamat terikat sangat kuat pada protein

plasma.Dengan nemikian interaksi obat dengan antikoagulan harus diperhatikan.Efaek

samping pada saluran cerna sering timbul seperti dyspepsia dan gejala iritasi lain pada

mukosa lambung.Pada orang usia lanjut efek samping diare hebat lebih sering

dilaporkan.Efak samping lain yang berdasarkan hipersensitivitas ialah erithem kulit dan

bronkroskontriksi.Anemia hemolitik juga pernah dilaporkan. Dosis asam mefenamat

adalah 2-3 kali 250-500mg sehari. Sedangkan dosis meklofenamat untuk terapi penyakit

sendi adalah 200-400mg sehari. Karena efek toksiknya obat ini tidak dianjurkan untuk

diberikan kepada anak dibawah usia 14 tahun dan wanita hamil dan pemberian tidak lebih

dari 7 hari.

IBUPROFEN

Ibuprofen merupakan derivate asam propionate yang pertama kali di banyak Negara .

Obat ini bersifat analgesic dengan daya anti inflamasi yang tidak terlalu kuat.Efek

analgesiknya sama seperti aspirin. Efek analgesic antipiretiknya sama dengan salisilat.

Efek anti inflamasinya pada dosis 1200-2400 mg sehari. Efek antipiretiknya pada dosis 3

kali sehari 200mg. efek analgesiknya pada dosis 4 kali sehari 400mg. Absorbsinya cepat

melaui lambung dan kadarmaksimum dalam plasma sekitar 2 jam. 90% terikat pada

protein plasma.Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap. Kira kira 90% dari dosis

Page 41: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

yang diabsorbsi akan diekskresi melaui urin sebagai metabolit atau konjugatnya.

Metabolit utama merupakan hasil hidroksillasi dan karboksilasi. Obat AINS derivate

asam propionate hampir seluruhnya terikat dalam protein plasma,efek interaksi misalnya

pergeseran obat warfarin dan obat hipoglikemik hampir tidak ada. Tetapi pemberian

dengan warfarin harus tetap waspda Karena ada ganngguan fungsi trombosit yang

memperpanjang masa pendarahan,Derivat asampropionat dapat mengurangi efek diueris

dan natriueris furosemid dan tiazid ,juga mengurangi efek antti hipertensi obat beta

bloker ,prazosin dan kaptopril .Efek ini mungkin akibat hambata biosintesis PG

ginjal.efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan dengan

aspirin,indometasin dan naproksen.Efek samping lainnya yang jarang ialah eritema

kulit,sakit kepala dan,trombositopenia,ambliopia toksik yang reversibal.

INDOMETASIN

Merupakan derivate indol asam asetat .Wlaupunobat ini efektif teaoi karena toksik maka

penggunaan obat ini dibatasi. Indometasin memiliki efek analgesic antipiretik sebanding

denga aspirin. Absorbsiindometasi setelah pemberian oral cukup baik:92%-99%

indometasin terikat dalam protein plasma.Metabolismenya terjadi di hati. Indometasin

dieksksresi dalam bentuk asal maupun metabolit melalui urin dan empedu.Waktu paruh

plasma kira kira 2-4 jam.Efek samping indometasin tergantung dosis dan insidennnya

cukuo tinggi.Pada dosis terapi sepertiga penderita menghentikan pengobatan karena efek

samping.Efek samping saluran cerna berupa nyeri abdomen,diare, pendarahan lambung

dan pankrealitis.Sakit kepala hebat dialami kira kira 20-25% penderita,dan sering disertai

pusing depresi dan rasa bingung.Halusinasi dan psikosis pernah dilaporkan . Indometasin

juga pernah melaporkan menyebabkan agranulasitosis,anemia aplastik dan

trombositopenia. Vaskonstriksi pembuluh darah koroner pernah dilaporkan. Hiperkalemia

dapat terjadi karena hambatan yang kuat terhadapbiosintesis PG di ginjal. Alergi dapat

pula timbul dengan manifestasi urtikaria,gatal dan serangan asma, Obat ini mengurangi

efek natriuretik dari diuretic tiazid dan furosenid,serta memperlemah efekhipotensif obat

beta bloker. Karena toksiksitanya indometasin tidak dianjurkan bagi wanita hamil,anak

penderita gangguan psikiatris dan penderita penyakit lambung.Dosis indometasin yang

Page 42: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

lazim 2-4 kali 25 mg sehari .Untuk mengurangi gejala reumatik di malam hari

indometasin diberikan 50-100 mg sebelum tidur.

Page 43: 59996541-TUGAS-FARMAKOLOGI-ANTIRETIK

VI. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2008). Keracunan Parasetamol. www.wartamedika.com.

Guyton,A.C., Hall, J.T. (1996). Texbook Medical Physiology. Nineth Edition.

Mississippi : W.B. Saundes Company. Pages 1146-1148.

Hardaningsih, G. (2007). www.wawasandigital.com

Katzung, B.G. (1998). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 574-575.

Mycek, M. J., Harvey, R.A., Champe, P. C. (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar.

Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Widya Medika. Hal. 221-223.

Tjay, T.H., K. Rahardja. (2002).Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek

Sampingnya. Edisi Kelima. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit PT Elex Media

Komputindo Kelompok Gramedia. Hal. 297-298.

Schunak. W. (1990). Senyawa Obat. Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press. Hal. 290.

Wibowo, S. (2006). Demam. www.suryo-wibowo.blogspot.com.

Edisi 5 th 2009,departemen farmakologi dan terapeutik fakultas kedokteran UI.

Rdinfar.worpress.co,/2009/12/23/bahaya-obat-analgetik-da-antipiretik.

Edisi 4 th 2001 farmakologi dan terapi.bagian farmakologi fakultas kedokteran UI.

Herman Pustaka Populer Obat.Jakarta.2004.

http;//idshovoong.com/medicine and

health/213866-obat-penurun-demam-antipiretik/#ixzz10244n9ki.


Top Related